strategi penanaman moralitas keagamaan islam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5141/1/dwi...

105
STRATEGI PENANAMAN MORALITAS KEAGAMAAN ISLAM SISWA SMP NEGERI 1 NGABLAK KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh : DWI VITA MANDIRI NIM 11110015 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDI\KAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014

Upload: ledat

Post on 07-Apr-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STRATEGI

PENANAMAN MORALITAS KEAGAMAAN ISLAM SISWA SMP

NEGERI 1 NGABLAK KABUPATEN MAGELANG TAHUN

PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

DWI VITA MANDIRI

NIM 11110015

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDI\KAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2014

i

STRATEGI

PENANAMAN MORALITAS KEAGAMAAN ISLAM SISWA

SMP NEGERI 1 NGABLAK KABUPATEN MAGELANG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh :

DWI VITA MANDIRI

NIM 11110015

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2014

ii

KEMENTERIAN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

Prof. Dr. Mansur, M. Ag.

DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

Lamp : -

Hal : Naskah Skripsi

Saudara: DWI VITA MANDIRI

Kepada:

Yth. Ketua STAIN Salatiga

di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami

kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Dwi Vita Mandiri

NIM : 11110015

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : Strategi Penanaman Moralitas Keagamaan Islam Siswa

SMP Negeri 1 Ngablak Kabupaten Magelang Tahun

Pelajaran 2014/2015.

Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera

dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum. Wr.Wb

. Ag.

NIP. 19680613 199403 1 004

iii

SKRIPSI

STRATEGI PENANAMAN MORALITAS KEAGAMAAN ISLAM SISWA

SMP NEGERI 1 NGABLAK KABUPATEN MAGELANG

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

DISUSUN OLEH:

DWI VITA MANDIRI

NIM 11110015

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah,

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 30 September 2014 dan

telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Suwardi, S.Pd., M.Pd.

Sekretaris Penguji : Rasimin, S.Pd., M. Pd.

Penguji I : Achmad Maimun, M.Ag.

Penguji II : Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

Penguji III : Prof. Dr. Mansur, M.Ag.

Salatiga, 30 September 2014

Ketua STAIN Salatiga

Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd

NIP: 19670112 199203 1 005

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : DWI VITA MANDIRI

NIM : 11110015

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian dan karya saya

sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 2 September 2014

Yang menyatakan,

Dwi Vita Mandiri

MOTTO

v

Hiasilah setiap langkah dengan diawali بسم اهلل dan diakhiri الحمد هلل,

Karena segala sesuatu akan terasa nikmat apabila mempuanyai niat dan selalu

bersyukur kepada_Nya.

PERSEMBAHAN

vi

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Suamiku tercinta yang tak pernah putus asa memberikan semangat dan

motivasi.

2. Bapak dan ibuku tersayang, yang telah merawat juga membimbing dari kecil

hingga dewasa. Selalu memberikan semangat dan doa yang tiada hentinya.

3. Bapak dan ibu mertuaku tersayang yang selalu mendukung sehingga

mengantarkan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh keluargaku tercinta yang selalu memberi semangat dalam segala hal.

5. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag yang telah membimbing dalam penyelesaian

skripsi.

6. Pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini khususnya

semua pendidik di SMP Negeri 1 Ngablak yang telah bekerjasama dan

memberikan tempat penelitian kepada penulis.

KATA PENGANTAR

بسم اهلل الر حمن الر حيم

vii

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpah

rahmat dan hidayah_Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang dinantikan syafaatnya di akhirat kelak.

Suatu kebanggaan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan dengan baik.

Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis

sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini,

dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Skripsi ini dapat terselesaikan

tentunya karena beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis sampaikan rasa terima

kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Khususnya kepada

yang terhormat:

1. Bapak Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Ketua STAIN Salatiga

2. Rasimin, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

memberikan waktunya untuk penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Akhmad Bustoni selaku kepala sekolah, bapak dan ibu guru SMP Negeri 1

Ngablak yang telah memberikan waktu dan tempat penelitian, serta membantu

dalam penelitian.

5. Suami tercinta, ayahanda dan ibunda tercinta, bapak dan ibu mertua tercinta, dan

segenap keluarga yang telah memberikan dukungan moral dan material dengan

tulus.

Penulis menyadari demi perbaikan dan penyempurnaan penulisan skripsi ini,

penulis dengan rendah hati membuka serta menerima saran dan kritik dari berbagai

pihak.

viii

Sebelum penulis tutup, penulis hanya dapat mendoakan semoga segala upaya

dan bantuan dari berbagai pihak, dijadikan sebagai amal sholeh dan mendapat

balasan serta ridho dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin.

Salatiga, 2 September 2014

Dwi Vita Mandiri

11110015

ABSTRAK

Mandiri, Dwi Vita. 2014. Strategi Penanaman Moralitas Keagamaan Islam Siswa SMP

negeri1 Ngablak Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi Program

Studi Pendidikan Agama Islam. Jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam. Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dosen pembimbing Prof. Dr. Mansur,

M. Ag.

ix

Kata kunci: Moralitas Keagamaan Islam Siswa

Skripsi ini membahas strategi penanaman moralitas keagamaan Islam siswa SMP Negeri 1

Ngablak tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilatar belakangi oleh usaha atau cara yang

dilakukan pendidik di SMP Negeri 1 Ngablak dalam penanaman moralitas keagamaan Islam.

Peneliti melihat dari keadaan siswa yang pada saat ini berbusana panjang ketika di sekolah

meskipun SMP Negeri 1 Ngablak sekolahan umum. Hal tersebut dapat dikatakan jika SMP

Negeri 1 Ngablak mengalami kemajuan dalam moralitas keagamaan Islam. Oleh karena itu,

penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban dan bukti yang jelas terhadap pendidik

mengenai permasalahan: Bagaimana Strategi penanaman moralitas keagamaan Islam pada

siswa di SMP Negeri 1 Ngablak?, Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat

moralitas keagamaan Islam pada siswa di SMP Negeri 1 Ngablak?, Bagaimana solusi untuk

mengatasi faktor penghambat moralitas keagamaan Islam pada siswa di SMP Negeri 1

Ngablak?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar SMP Negeri 1

Ngablak Kabupaten Magelang. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi,

dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, mencari dan

menemukan apa yang penting serta apa yang dipelajari, dan menentukan apa yang dapat

diceritakan pada orang lain.

Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa strategi penanaman moralitas keagamaan

Islam siswa SMP Negeri 1 Ngablak adalah membiasakan perbuatan-perbuatan yang baik

dalam sehari-hari. Faktor yang mendukung penanaman moralitas keagamaan Islam adalah

kesadaran siswa sendiri, hubungan harmonis dalam keluarga, masyarakat dan Lingkungan

sosial yang mendukung, Fasilitas yang disediakan oleh sekolah, berbagai kegiatan keagamaan

di sekolah, dan kesadaran dalam kerjasama semua warga sekolah. Faktor penghambat

moralitas keagamaan Islam adalah Heterogen siswa, latar belakang siswa yang dipengaruhi

oleh keadaan orang tua yang broken home. Fasilitas sekolah yang kurang memadai.

Kemajuan tekhnologi. Solusi menghadapi faktor penghambat moralitas keagamaan Islam

adalah setiap anak harus mempunyai dasar hidup, memberikan pengarahan, bekerjasama

dengan orang tua siswa, dan bekerjasama dengan semua pihak sekolah. Memberikan sanksi

atau hukuman bagi yang melanggar peraturan.

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

x

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

E. Penegasan Istilah .................................................................................. 9

F. Metode Penelitian ................................................................................ 12

G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 20

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 22

A. Kajian Pustaka ..................................................................................... 22

B. Kerangka Teoritik ................................................................................ 24

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ..................... 56

A. PAPARAN DATA ............................................................................... 56

1. Sejarah Singkat SMP Negeri I Ngablak................................... 56

2. Letak Geografis ........................................................................ 58

3. Visi dan Misi ............................................................................ 59

4. Tata Tertib Sekolah .................................................................. 61

5. Kondisi SMP Negeri I Ngablak ............................................... 62

xi

B. TEMUAN PENELITIAN .................................................................... 68

1. Strategi penanaman Moralitas Keagamaan Islam .................... 68

2. Faktor Pendukung Penanaman Moralitas Keagamaan Islam... 72

3. Faktor Penghambat Penanaman Moralitas Keagamaan Islam . 74

4. Solusi dalam Menghadapi Faktor Penghambat Penanaman

Moralitas Keagamaan Islam .................................................... 76

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 78

A. Strategi Penanaman Moralitas Keagamaan Islam ................................ 78

B. Faktor Pendukung Penanaman Moralitas Keagamaan ........................ 81

C. Faktor Penghambat Penanaman Moralitas Keagamaan Islam ............. 82

D. Solusi dalam Menghadapi faktorPenghambat Penanaman Moralitas

Keagamaan Islam ................................................................................. 82

BAB V PENUTUP.......................................................................................... 86

A. KESIMPULAN .................................................................................... 86

B. SARAN ................................................................................................ 90

C. PENUTUP............................................................................................ 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Pengajar SMP Negeri 1 Ngablak

xii

Tabel 2. Fasilitas bangunan/ruang kegiatan SMP Negeri 1 Ngablak

Tabel 3. Perlengkapan Sekolah

Tabel 4. Data Jumlah Siswa SMP Negeri 1Ngablak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu abad mutakhir, tepatnya dalam millennium baru peran

globalisasi terasa sangat mendominasi aktivitas masyarakat. Kebutuhan akan format

sistem pendidikan yang komprehensif-kondusif dirasa sangat perlu diupayakan. Kondisi

ini lebih disebabkan karena urgennya pendidikan dalam pembinaan anak didik.

Keberadaaannya harus dapat dilaksanakan secara komprehensif dan simultan antara nilai

dan sikap, pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan serta kemampuan komunikasi dan

kesadaran atas ekologi lingkungan (Suwito, 2008: 12).

Pendidikan yang demikian sesungguhnya merupakan syarat bagi terlaksananya

proses kebudayaan yaitu bekal untuk mempersiapkan seorang anak manusia yang dapat

menjalani kehidupan secara baik dan mampu beradaptasi dengan suasana pekerjaan yang

menjadi sumber mata pencaharian secara lebih baik.

Pelanggaran-pelanggaran norma ataupun etika siswa dalam dunia pendidikan, lebih

banyak merupakan gejala yang tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan yang

ada. Salah satu faktor yang memegang peran penting adalah sekolah, sebab pengaruh

sekolah tidak hanya di dalam proses perkembangan individu anak saja, akan tetapi juga

merupakan alternatif yang tepat untuk membimbing perkembangan dan pertumbuhan

selanjutnya.

Beberapa fenomena yang merebak saat ini terjadi pada anak yang menginjak

remaja. Seperti kurangnya kedisiplinan, tingkahlaku yang meniru idolanya, dan

kurangnya sopan santun kepada siapapun dan dimanapun, sehingga tidak dapat dianggap

sebagai suatu persoalan yang sederhana. Banyak orang beranggapan bahwa kondisi

tersebut diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan. Pada dasarnya

2

pendidikanlah yang paling besar memberikan kontribusi terhadap situasi ini. Mereka

yang telah melewati sistem pendidikan selama ini mulai dari pendidikan dalam keluarga,

lingkungan sekitar, dan pendidikan sekolah kurang memiliki kemampuan mengelola

konflik dan kekacauan, sehingga anak-anak dan remaja selalu menjadi korban konflik

dan kekacauan (Budiningsih, 2004: 1-5).

Upaya yang perlu diperhatikan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak baik tentu

dengan berbagai macam cara, di antaranya melalui pendidikan. Di dalam melaksanakan

pendidikan harus sesuai dengan norma yang dapat menjadikan generasi bermoral dan

berakhlak mulia.

Sebagai seorang guru wajib berusaha supaya generasi yang akan datang jangan

sampai mempunyai moral negative bahkan tidak bermoral. Jika memperhatikan standar

kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu siswa berakhlak mulia atau

berbudi pekerti luhur yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, maka guru Pendidikan

Agama Islam mempunyai upaya yang penting dalam mendidik dan memberikan tauladan

kepada siswanya, sehingga siswa mempunyai akhlak terpuji dalam kehidupan sehari-

harinya.

Di lingkungan sekolah terjadinya penyimpangan-penyimpangan moral remaja

tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama Islam, tetapi juga merupakan

tanggung jawab seluruh guru yang mengajar di sekolah. Jika hanya dibebankan pada

guru agama, maka moralitas yang akan tumbuh hanya sebatas hafalan terhadap doktrin-

doktrin agama. Pengetahuan tentang doktrin-doktrin agama tidak menjamin tumbuhnya

moralitas yang dapat diandalkan. Siswa dikatakan bermoral jika mereka memiliki

kesadaran moral yaitu dapat menilai hal-hal yang baik dan buruk, hal-hal yang boleh

dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan, serta hal- hal yang etis dan tidak etis.

Remaja yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran

3

moralnya serta pada perilakunya yang baik dan benar sesuai dengan etika (Budiningsih,

2004: 1-5). Oleh karena itu, pengembangan moralitas keagamaan sejak dini harus

diupayakan dan perlu ditindak lanjuti khususnya bagi anak-anak yang beranjak remaja

seperti di SMP Negeri 1 Ngablak, kabupaten Magelang. Letak sekolahan tersebut di

daerah pegunungan dan masyarakat mayoritas nasrani. Akan tetapi seharusnya hal

tersebut tidak menjadi masalah karena dalam keadaan tersebut akan menjadi tantangan

bagi seluruh pendidik khususnya bidang keagamaan Islam.

Pada dewasa ini banyak siswa di beberapa sekolah terlihat gejala kemerosotan

moral. Secara pasti kiranya agak sukar menentukan faktor apakah yang menjadi

sebabnya. Namun tidak dapat dikesampingkan bahwa faktor kemajuan tekhnologi jelas

ikut berperan di dalamnya. Masalah moral adalah masalah yang pertama muncul pada

diri manusia. Namun yang lebih menekankan untuk ke generasi masa depan khususnya

anak sekolah tidak dilupakannya juga masalah keagamaan. Agama memang sudah

menjadi identitas setiap individu, akan tetapi banyak sekali yang mengesampingkan

persoalan keagamaan tersebut.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan

membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa dan berakhlak mulia yang menyangkut etika, budi pekerti, dan moral

sebagai manifestasi dari pendidikan Agama. Selain itu, dalam hal pendidikan juga

ditekankan untuk mencerdaskan bangsa serta menjunjung tinggi derajat dan martabat

manusia dan bangsa. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surah Al-Mujaadilah ayat

11 :

4

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan

untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah

akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.

Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat berpengaruh dalam penanaman

moral. Sebagai orang Islam harus percaya dan yakin dengan firmanNya. Islam

mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya pada kehendak Allah.

Oleh karena itu, pendidikan dalam penanaman moral khususnya moralitas keagamaan

Islam harus berpedoman juga pada Al-Qur’an dan sunnahNya. Pendidikan mempunyai

tantangan cukup berat serta harus memiliki nilai tambah agar dapat memberikan

kesejahteraan kehidupan dunia akhirat. Selain itu juga harus dapat memberikan perilaku

yang membangun yaitu manusia yang kreatif, produktif dan dinamis, efektif dan efisien,

serta memahami keagamaan untuk membangun masyarakat. Selain itu, pendidikan

umum apapun juga harus seimbang dengan pendidikan agama sehingga sebagai generasi

masa depan dapat mempunyai moral yang beragama. Diharapkan semua pendidik dapat

mengerti dan memahami langkah apa yang akan dilakukan untuk menanamkan pribadi

moral keagamaan siswa.

Siswa di SMP Negeri 1 Ngablak adalah usia yang menginjak remaja yang belum

mengontrol ego dan emosinya. Pada usia ini mulai berhadapan dengan masalah dalam

hidupnya yang tidak dapat dipecahkan sendiri. Hal ini dikarenakan usia individu yang

masih labil dan belum mempunyai pedoman hidup yang kokoh. Di samping itu, kondisi

siswa SMP Negeri 1 Ngablak dalam tingkah lakunya sangat heterogen karena latar

belakang budaya dan agama yang berbeda. Selain itu, fasilitas sudah terpenuhi dari

keadaan yang sebelumnya. Akan tetapi menjalankan ibadah dan pengetahuan agamanya

5

khususnya yang beragama Islam masih rendah. Hal ini secara tidak langsung akan dapat

mempengaruhi jiwa keagamaan mereka. Karena jika siswa dapat beribadah dengan baik,

dan bersedia mendalami ilmu agama, sangatlah mustahil jika siswa tidak mempunyai

moral keagamaan. Seperti dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 247, yaitu:

Artinya : Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah

mengangkat Thalut menjadi rajamu." mereka menjawab: "Bagaimana Thalut

memerintah Kami, Padahal Kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan

daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka)

berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang

Luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang

dikehendaki-Nya. dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha mengetahui.

Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa siswa SMP Negeri 1 Ngablak

mengalami problem perkembangan moral keagamaan Islam.

Agama sebagai pengontrol dan penengah antara pendidikan dan fenomena moral

keagamaan, dari inilah jiwa siswa dapat terbina dengan baik dan setelah pembinaan itu

berhasil akan terbentuk perilaku seperti yang dikatakan Zakiyah Darajat: “Agama

memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-

besarnya mulai dari hidup pribadi, keluarga, masyarakat dan hubungan dengan Allah,

bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup lain. Jika bimbingan-bimbingan

tersebut dijalankan betul-betul akan terjaminlah kebahagiaan dan ketentraman batin

dalam hidup ini tiada saling sengketa, adu domba, tiada kecurigaan dalam pergaulan.

Hidup aman, damai dan sayang menyayangi antar satu sama lain” (Daradjat, 1995: 59).

6

Dari uraian Zakiyah Darajat di atas dapat dikatakan bahwa dengan keagamaan dan

jiwa yang kuat, maka dimanapun kapanpun akan merasakan ketenangan. Segala

kejahatan nafsu akan terkontrol dengan baik, sehingga akan muncul perilaku moral

keagamaan yang baik. Islam juga mengajarkan berbagai kebaikan yang nantinya akan

mengantarkan kepada ketentraman dunia akhirat. Oleh karena itu, dalam proposal skripsi

ini penulis mengambil judul STRATEGI PENANAMAN MORALITAS

KEAGAMAAN ISLAM SISWA SMP NEGERI 1 NGABLAK KABUPATEN

MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa

masalah yang menjadi pokok kajian dalam penelitian, di antaranya adalah:

1. Bagaimana Strategi penanaman moralitas keagamaan Islam pada siswa di SMP

Negeri 1 Ngablak?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat penanaman moralitas keagamaan

Islam pada siswa di SMP Negeri 1 Ngablak?

3. Bagaimana solusi untuk mengatasi faktor penghambat penanaman moralitas

keagamaan Islam pada siswa di SMP Negeri 1 Ngablak?

C. Tujuan penelitian

Sesuai dengan masalah yang hendak dikaji tersebut maka penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui Strategi penanaman moralitas keagamaan Islam pada siswa di

SMP Negeri 1 Ngablak.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat penanaman moralitas

keagamaan Islam pada siswa di SMP Negeri 1 Ngablak.

7

3. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi faktor penghambat penanaman moralitas

keagamaan Islam pada siswa di SMP Negeri 1 Ngablak.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritik

Manfaat teoritik yang dihasilkan dari penelitian ini adalah menambah

keilmuan pendidikan pada mahasiswa Tarbiyah STAIN Salatiga khususnya PAI

(Pendidikan Agama Islam) dalam strategi penanaman moralitas keagamaan Islam

pada siswa, dan mendapatkan pengetahuan yang lebih berdasarkan penelitian.

2. Praktis

Manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan

masukan atau bahan pertimbangan bagi para guru agar lebih meningkatkan strategi

dalam penanaman moralitas keagamaan Islam pada siswa. Penelitian ini diharapkan

juga memberikan sumbangsih yang positif bagi sekolah yang diteliti, bagi

masyarakat, bagi pemerintah yang tidak henti-hentinya melakukan pembaharuan

terhadap dunia pendidikan untuk menjadi lebih baik, dan khususnya bermanfaat bagi

peneliti sendiri.

E. Penegasan Istilah

1. Strategi penanaman moralitas keagamaan Islam

a. Strategi

Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan

pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun

waktu tertentu. Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani,

stratēgos. Adapun stratēgos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer'

8

pada zaman demokrasi Athena (http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi. Diakses tgl

5-4-2014).

b. Penanaman Moralitas

Penanaman adalah perbuatan, cara memasukkan atau melekatkan

(Poerwadarminta, 2006: 1198). Penanaman berarti proses, cara, perbuatan

menanam, menanami, atau menanamkan (http://artikata.com/arti-380175-

penanaman.html. Diakses tgl 8-4-2014). Moral berasal dari bahasa latin mos

(jamak: mores) yang berarti adat, kebiasaan. Moral sama dengan etika, karena

keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan. Hanya saja bahasa

asalnya berbeda (Bertens, 2000: 5).

Moralitas berasal dari kata dasar “moral” berasal dari kata “mos” yang

berarti kebiasaan. Kata “mores” yang berarti kesusilaan, dari “mos”, “mores”.

Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain; akhlak budi pekerti; dan susila.

Kondisi mental yang membuat orang tetap berani; bersemangat; bergairah;

berdisiplin dan sebagainya (http://chipachupz.blogspot.com/2013/10/etika-

moral dan moralitas 2279.html. Diakses tgl 8-4-2014). Penanaman moralitas

yang dimaksud disini adalah suatu cara atau perbuatan yang dilakukan untuk

mengajarkan tentang baik buruk akhlak manusia.

c. Keagamaan Islam

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia keagamaan berasal dari kata

agama, yang mana agama artinya adalah sistim, prinsip kepercayaan kepada

Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang telah bertalian

dengan kepercayaan itu. Sedangkan keagamaan adalah suatu hal yang

9

berhubungan dengan agama. Secara etimologis (asal-usul kata, lughawi) kata

“Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu

terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Secara

terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu

berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada

Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi

seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi seluruh

aspek kehidupan manusia

(http://inilahrisalahislam.blogspot.com/2013/01/pengertianislam.html. Diakses

tgl 9-4-2014). Dapat dikatakan bahwa keagamaan Islam adalah suatu prinsip

ajaran yang berhubungan dengan agama yang patuh dan tunduk kepada

penciptanya.

2. Siswa SMP Negeri 1 Ngablak.

Siswa SMP Negeri 1 Ngablak adalah siswa SMP yang sederajat dengan siswa

Mts, namun tidak berada pada naungan Kementrian Agama. Siswa SMP Negeri 1

Ngablak lebih fokus pada pengetahuan umum dibandingkan dengan pengetahuan

agamanya. Walaupun letak sekolahannya di daerah pegunungan, tetapi SMP Negeri

1 Ngablak tidak jauh dari kemajuan tekhnologi dan dapat menyesuaikan dengan

perkembangan kurikulumnya.

Dapat dikatakan bahwa pengertian judul yang dimaksud adalah cara atau

langkah yang diterapkan pendidik dalam menanamkan moralitas keagamaan Islam

pada siswa, guna untuk menciptakan pribadi siswa yang sesuai dengan norma-norma

agama dan mempunyai akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari serta untuk

masa depan yang cerah.

10

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan

“Metodologi Kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati (Moeloeng, 2002: 3).

Sedangkan menurut Syaifudin Azwar (2007: 5) “pendekatan kualitatif lebih

menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada

analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan

menggunakan logika ilmiah”.

Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis testing. Akan

tetapi dalam penelitian ini penulis hanya mencari gambaran dan data yang bersifat

deskriptif tentang strategi penanaman moralitas keagamaan Islam siswa di SMP

Negeri 1 Ngablak, kabupaten Magelang.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen dan pengumpul data-

data di lapangan. Selain manusia yang sebagai instrumen pengumpul data, berbagai

alat bantu dan dokumen-dokumen lainnya dapat digunakan untuk menunjang

keabsahan hasil penelitian. Akan tetapi hanya sebagai instrumen pendukung. Oleh

karena itu kehadiran langsung peneliti di lapangan mutlak diperlukan karena sebagai

tolok ukur keberhasilan dalam memahami kasus yang diteliti.

3. Lokasi Penelitian

11

Lokasi penelitian ini berada di SMP Negeri 1 Ngablak, Jl. Raya Kopeng,

Ngablak, Magelang 56194 Telp. 0298 318066. Waktu pelaksanaan dilaksanakan

pada bulan Juli s/d Agustus 2014.

4. Sumber Data

Ada dua sumber data yang digunakan oleh peneliti, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan/suatu

organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi

yang bersangkutan yang dapat berupa

interviewmdanmobservasim(http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertia

n-data-dan-jenis-data.html. Diakses tgl 7-7-2014). Peneliti menggunakan data

ini untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dari yang diteliti. Sumber

data yang penulis dapatkan langsung dari guru pendidikan agama Islam, guru-

guru mata pelajaran yang beragama Islam, dan kepala sekolah SMP Negeri 1

Ngablak.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh/ dikumpulkan dan disatukan

oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain.

Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasimdanmarsip-

arsipmresmi (http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-data-dan-

jenis-data.html. Diakses tanggal 7-7-2014). Data sekunder yang digunakan

peneliti adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam

sumber media lainnya yang berkaitan dengan strategi penanaman moralitas

keagamaan Islam. Data ini didapat dari buku, buletin, media informasi, hasil-

hasil studi, hasil survei, dan sebagainya.

12

5. Prosedur Pengumpulan Data

a. Wawancara

Metode wawancara adalah metode pengumpulan data melalui percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberi jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011:186).

Nara sumbernya adalah guru Pendidikan Agama Islam, guru-guru mata

pelajaran yang beragama Islam, dan kepala sekolah. Metode ini penulis gunakan

untuk mencari data yang lebih akurat tentang strategi penanaman moralitas

keagamaan Islam siswa SMP Negeri 1 Ngablak tahun pelajaran 2014/2015.

b. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan langsung

atau peninjauan secara cermat dan langsung di

lapanganmataumlokasimpenelitian.m(http://klikbelajar.com/umum/observasi-

pengamatan-langsung-di-lapangan/ diakses tgl 7-7-2014).

Metode ini dilakukan untuk memperjelas dan mencari bukti-bukti yang

nyata agar dapat memberi keterangan yang akurat dan efisien. Metode ini

penulis gunakan untuk melengkapi data agar lebih jelas mengenai strategi

penanaman moralitas keagamaan Islam siswa SMP Negeri 1 Ngablak tahun

pelajaran 2014/2015.

c. Dokumentasi

Studi dokumentasi menurut Moleong adalah suatu teknik pengumpulan

data yang bersumber dari non manusia, seperti dokumentasi pribadi maupun

dokumen resmi.

13

Dokumentasi pribadi yang dimaksudkan disini adalah catatan atau

karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan

kepercayaannya. Maksud dari pengumpulan data pribadi ini adalah untuk

memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor

disekitar subjek penelitian. Jika guru atau peneliti meminta atau subjek untuk

menuliskan pengalaman berkesan mereka, hal itu juga dinamakan dokumen

pribadi.

Adapun dokumen resmi yaitu terbagi atas dokumen internal dan dokumen

eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman, intruksi, peraturan-

peraturan dan lainnya. Sedangkan dokumen eksternal diantaranya yaitu majalah,

buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan pada media massa (Moeloeng,

2002: 162-163). Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

1) Sejarah berdirinya SMP Negeri 1 Ngablak.

2) Jumlah siswa SMP Negeri 1 Ngablak.

3) Tata tertib sekolah.

4) Data guru dan karyawan SMP Negeri 1 Ngablak.

5) Data-data yang berhubungan dengan strategi penanaman moralitas

keagamaan Islam.

6. Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut bogdan dan biklen adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

menentukan apa yang dapat diceritakan pada orang lain.

Adapun prosesnya menurut seiddel adalah sebagai berikut:

14

a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar

sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

b. Mengumpulkan,mmemilah-milah,mmengklasifikasikan, mensintesiskan,

membuat ikhtisar dan membuat indeknya.

c. Berfikir dengan jalan membuat agar katagori data itu mempunyai makna,

mencari dan menemukan pola, hubungan-hubungan dan membuat temuan-

temuan umum (Moeloeng, 2005: 248).

Proses analisis data menurut Moleong dimulai dengan menelaah seluruh data

yang tersedia dari berbagai sumber, dokumen resmi, fakta dan sebagainya. Setelah

dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi

data yang dilakukan dengan jalan membuat abstrak. Abstrak adalah merupakan

rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga

tetap berada didalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-

satuan. Satuan-satuan ini dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari

analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data dan penarikan

kesimpulan yang dilakukan secara bertahap.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Strategi teknik pengumpulan data menurut Moleong secara tepat merupakan

langkah awal dan upaya awal penelitian guna mendapatkan data penelitian yang

syah, obyektif dan dapat dipertanggung jawabkan. Penggunaan beberapa teknik

dalam pengumpulan data akan lebih menjamin dan diperoleh keabsahan data yang

memadai. Keabsahan data yang diperoleh adalah sesuatu yang sangat penting karena

akan menjamin kepercayaan data tersebut dalam pemecahan data masalah yang

15

diteliti. Oleh karena itu, peneliti dapat menentukan atau mengukur keabsahan data

dengan derajat kepercayaan.

Berpedoman pada kriteria tersebut, peneliti berusaha secara maksimal

sehingga tingkat kepercayaan data penelitian yang diperoleh dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah. Moleong menyebutkan bahwa dalam penelitian diperlukan

suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh keabsahan

temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Presistent Observation (ketekunan pengamatan), yaitu mengadakan observasi

secara terus menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih

mendalam terhadap berbagai aktifitas yang sedang berlangsung di lokasi

penelitian.

b. Triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan

pengecekan atau pembanding terhadap data (Moeloeng, 2005: 326).

Dari pemaparan di atas, penelitian diarahkan untuk mencoba mengungkapkan

seberapa jauh dan mendalam tentang strategi penanaman moralitas keagamaan

Islam siswa SMP Negeri 1 Ngablak guna untuk mendapatkan suatu gambaran

yang jelas yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti.

8. Tahap-tahap Penelitian

Penulis menggunakan tiga tahap dalam penelitian ini, yaitu :

a. Tahap Sebelum ke Lapangan

Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok

pembahasan dan penulis melakukan konsultasi kepada pembimbing.

16

Selanjutnya penyelesaian proposal yang dilanjutkan penyelesaian perijinan

lokasi penelitian.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Penulis mengumpulkan bahan yang berkaitan dengan wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Pada tahap ini penulis terjun langsung ke lapangan

yang akan diteliti.

c. Tahap Analisis Data

Analisis data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi, dan

wawancara kepada kepala sekolah, guru PAI, dan guru-guru

mata pelajaran yang beragama Islam. Pada tahap penulisan laporan meliputi

penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian sampai pemberian makna.

Selain itu penulis melakukan kosultasi kepada pembimbing untuk penyusunan

laporan selengkapnya.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang dimaksudkan untuk mempermudah para pembaca dalam

mengikuti uraian penyajian data skripsi ini adalah:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini penulis sajikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian, sistematika penulisan.

Bab II : A. Kajian pustaka

Berisi tentang perbandingan antara skripsi penulis dengan skripsi

sebelumnya maupun buku-buku sebagai acuan dan referensi penulis.

17

B. Kerangka Teoritik

Pada kerangka teoritik ini penulisan skripsi meliputi tentang pengertian

strategi, pengertian moral dan moralitas keagamaan Islam, bentuk-bentuk

moral keagamaan, teori moral, pengertian agama Islam, pendidikan moral,

tujuan pendidikan moral, tantangan pendidikan moral, faktor pendukung

dan penghambat moralitas keagamaan Islam, dan solusi untuk mengatasi

faktor penghambat moralitas keagamaan Islam.

Bab III : Paparan data dan temuan penelitian

Bab ini berisikan tentang gambaran umum SMP Negeri 1 Ngablak yang

terdiri dari sejarah singkat berdirinya, fasilitas pendididkan yang tersedia,

visi dan misi, tata tertib sekolah, keadaan siswa, guru dan kepala sekolah

SMP Negeri 1 Ngablak. Strategi penanaman moralitas keagamaan Islam

siswa SMP Negeri 1 Ngablak, faktor pendukung dan penghambat, dan

solusinya dalam mengatasi faktor penghambat moralitas keagamaan Islam di

SMP Negeri 1 Ngablak tahun pelajaran 2014/2015.

Bab IV : Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan strategi penanaman moralitas

keagamaan Islam, faktor pendukung dan penghambat moralitas keagamaan

Islam, dan solusi menghadapi faktor penghambat moralitas keagamaan Islam

di SMP Negeri 1 Ngablak tahun pelajaran 2014/2015.

Bab V : Penutup

Pada bab ini berisi kesimpulan, saran, dan penutup.

18

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA

Pembuatan skripsi ini, peneliti mencoba menggali informasi dari buku-buku

maupun skripsi sebagai bahan pertimbangan penelitian tentang moralitas keagamaan

Islam. Sebagai penguat dan bahan pertimbangan dalam skripsi ini, peneliti

menghubungkan berbagai sumber kajian ilmiah yang di antaranya adalah:

Pertama, skripsi yang berjudul “Peningkatan Moral Keagamaan Siswa Kelas VIII

Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler IMTAQ (Iman dan Taqwa) di SMP Negeri 13

Malang” karya Zahrotul Mufidah Fakultas Tarbiyah Pendidikan Agama Islam di

Universitas Islam Negeri Malang. Meskipun hampir memiliki kesamaan yakni mengulas

tentang pengembangan keagamaan, namun secara prinsipil memiliki perbedaan pada

fokus pelaksanaan dan materinya.

Kedua, skripsi yang berjudul “ Strategi Pembinaan Keberagamaan dan Moral

Siswa MAN Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2012”. Skripsi

ini memiliki perbedaan dengan skripsi peneliti. Dilihat dari judulnya hampir memiliki

kesamaan, akan tetapi skripsi ini meneliti di sekolah yang sudah berbasis Islam dan

sudah atas tingkatannya. Sedangkan skripsi peneliti berisi tentang sekolahan yang umum

dan masih tingkat menengah.

Ketiga, buku karya DR. Ali Abdul Halim Mahmud, yang berjudul “Akhlak Mulia”

Penerbit Gema Insani press tahun 2004. Berisi tentang nilai-nilai akhlak dalam Islam dan

Akidah yang benar secara Islami.

Adapun dalam penyusunan skripsi ini berjudul STRATEGI PENANAMAN

MORALITAS KEAGAMAAN ISLAM SMP NEGERI 1 NGABLAK TAHUN

PELAJARAN 2014/2015. Hal yang dikaji adalah tentang strategi apa yang digunakan

19

pendidik dalam menanamkan moralitas keagamaan Islam pada siswa, sehingga

menjadikan siswanya berakhlak mulia.Perbedaan skripsi ini dengan skripsi sebelumnya

adalah dua skripsi diatas menjelaskan tentang cara pendidik memberikan suatu kegiatan

guna membentuk keberagamaan dan melakukan pembinaan moral keagamaan siswa.

Sedangkan skripsi ini menjelaskan penelitian strategi yang diterapkan pendidik dalam

penanaman moralitas keagamaan Islam pada siswa di SMP.

Hubungan kajian pustaka tersebut dengan penelitian ini adalah sebagai acuan dan

referensi.

B. KERANGKA TEORITIK

1. Pengertian Strategi

Secara umum strategi diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk

bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan

dengan pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru

dan murid dalam perwujudan interaksi antara keduanya untuk mencapai tujuan yang

telah digariskan (Zain, 2006: 5). Dapat dikatakan bahwa yang dimaksud strategi

adalah suatu langkah atau cara untuk menempuh tujuan yang telah ditentukan.

2. Pengertian Moral atau Moralitas keagamaan

Moral berasal dari kata Latin “Mos” (jamaknya “Mores”) yang berarti adat

kebiasaan atau cara hidup. Dalam bahasa Indonesia, kata etika, moral, dan akhlak

sering disejajarkan dengan kata budi pekerti, tata susila, kesusilaan, perangai,

tatakrama, dan sopan santun. Dalam berbagai pembahasan ilmiah atau kajian-kajian

akademis, kata etika dan moral seringkali dipakai secara bersamaan. Pada dasarnya,

secara konseptual dan paradigmatik kedua istilah ini mempunyai sentralitas

pengertian dan obyek yang sama, yaitu sama-sama membicarakan totalitas

20

tingkahlaku manusia dari sudut pandang nilai-nilai yang baik dan yang buruk. Akan

tetapi, pada dataran realitas penggunaanya, kedua istilah tersebut memiliki sedikit

perbedaan dalam nuansa aplikatifnya.

Moral atau moralitas dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai suatu perbuatan yang

sedang dilakukan oleh seseorang, sementara etika dipergunakan sebagai kerangka

pemikiran untuk mengkaji sistem-sistem nilai atau kode (Said, 1980: 23-24).

Moral juga disebut dengan khuluqiyah (akhlak). Moral adalah sebuah sistem

yang lengkap dan terdiri dari karakteristi-karakteristik akal atau tingkahlaku yang

membuat seseorang menjadi istimewa.

Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang dan

membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya

dalam kondisi yang berbeda-beda.

Kamus La Lande (Mahmud, 2004: 26-27) mendefinisikan bahwa moral

memmpunyai empat makna, yaitu:

a. Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang diterima dalam satu zaman

atau oleh sekelompok orang. Dengan makna ini moral bersifat keras, buruk, atau

rendah.

b. Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang dianggap baik berdasarkan

kelayakan bukannya berdasarkan syarat.

c. Moral adalah teori akal tentang kebaikan dan keburukan, ini menurut filsafat.

d. Tujuan-tujuan kehidupan yang mempunyai warna humanisme yang kental yang

tercipta dengan adanya hubungan-hubungan sosial.

Menurut Tatapangarsa (1980: 9-10), moral apabila dilihat dari sumber dan

sifatnya ada moral keagamaan dan ada moral sekuler. Moral keagamaan ada yang

21

bersifat politheistik, bersifat zuhud, dan bersifat monotheistik. Moral keagamaan

adalah mempelajari tentang ajaran-ajaran agama yang dikehendaki di bidang moral.

Akan tetapi, moral sekuler adalah moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama

dan hanya bersifat duniawi. Contohnya ialah :

a. Pergaulan bebas antara laki-laki dan wanita (bukan muhrim).

b. Cara-cara berpakaian yang tidak menutupi/ melindungi bagian-bagian tubuh

yang rahasia, karena yang diutamakan dalam berpakaian ialah segi kecantikan

atau keindahan saja, dengan tanpa menghiraukan segi-segi yang penting lainnya

seperti segi agama atau moral dan segi kesehatan.

c. Sistem tunangan/ pacaran seperti yang dilakukan orang dalam masyarakat yang

telah maju. Dimana hubungan pria dan wanita yang bersangkutan demikian

bebas, seolah-olah keduanya sudah merupakan suami istri yang syah.

d. Pemilihan ratu kecantikan atau kontes-kontes kecantikan yang pada hakekatnya

hanyalah merendahkan martabat kaum wanita itu sendiri.

Menurut Agama Islam, moralitas atau sistem perilaku terwujud melalui proses

aplikasi sistem nilai/norma yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah Nabi.

Berbeda dengan etika atau moral yang terbentuk dari sistem nilai/norma yang

berlaku secara alamiah dalam masyarakat, yang dapat berubah menurut kesepakatan

serta persetujuan dari masyarakatnya pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda.

Sistem etika ini bebas dari nilai, serta lepas dari hubungan vertikal dengan

kebenaran hakiki. Nabi Muhammad sebagai al matsalul kamil (contoh yang sejati

dan sempurna), juga telah memberikan tauladan terhadap umatnya untuk berlaku

menurut nilai-nilai moralitas yang luhur. Bahkan salah satu fungsi diutusnya

Muhammad adalah untuk menyempurnakan moral masyarakat. Oleh karena itu,

22

pribadi Muhammad merupakan contoh moralitas yang sangat luhur bagi

pembentukan tatanan sosial masyarakat yang bermartabat.

Moral bukan saja bersifat personal, seperti jujur, adil dan bertanggungjawab.

Akan tetapi juga berdimensi publik, yakni terciptanya etika kolektif, serta kehidupan

sosial yang santun. Namun demikian, pada dasarnya etika publik ini terbentuk dari

etika individu, sehingga tidak mungkin akan tercipta etika publik tanpa adanya

kesadaran masing-masing pribadi akan nilai moralitas. Moral dapat disamakan

pengertiannya dengan budi pekerti. Moral merupakan pendidikan nilai-nilai luhur

yang berakar dari agama, adat-istiadat dan budaya bangsa Indonesia dalam rangka

mengembangkan kepribadian supaya menjadi manusia yang baik.

Di antara nilai-nilai moral yang perlu ditanamkan adalah sopan santun,

berdisiplin, berhati lapang, berhati lembut, beriman dan bertakwa, berkemauan

keras, bersahaja, bertanggung jawab, bertenggang rasa, jujur, mandiri, manusiawi,

mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, rasa kasih sayang, rasa

malu, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan,

setia, sportif, taat asas, dan lainnya (http://goenable.wordpress.com/tag/pendidikan-

moral-menurut-pandangan-islam/ diakses tgl 19-4-2014).

Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud disini adalah

moral keagamaan Islam yang berarti nilai atau norma yang dijadikan pegangan bagi

seseorang yang mengatur tingkah laku dalam kehidupan yang didasarkan pada

keyakinan atau agama yang dianut baik itu hubungannya dengan Allah maupun

dengan sesama manusia. Pada dasarnya seorang muslim yang masuk ke dalam

agama Islam secara menyeluruh mengandung makna, bahwa mukmin tersebut

seluruh hidup dan kehidupanya tunduk dan patuh pada ajaran agama Islam. Sikap

23

dan perilakunya sesuai dengan tutunan agama Islam. Hal ini telah tertuang dalam

firman Allah Q. S al-mukminun ayat 1-11 yang berbunyi:

Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-

orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, Dan orang-orang yang menjauhkan diri

dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, Dan orang-orang yang

menunaikan zakat, Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, Kecuali terhadap

isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, Maka Sesungguhnya mereka

dalam hal Ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka

Itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara

amanatamanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara

sembahyangnya. Mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan

mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya. (QS. Al- mukminun; 1-11).

3. Bentuk-bentuk Moral Keagamaan

Bentuk-bentuk nilai moral keagamaan pada anak menurut Zuriah (2007: 39-

40) adalah sebagai berikut:

24

a. Religiusitas, terdiri dari membiasakan anak berdoa sebelum dan sesudah

melakukan suatu perbuatan, membiasakan anak bersyukur, sikap toleran dan

mendalami ajaran agama.

b. Sosialitas, terdiri dari membiasakan anak hidup bersama, saling memperhatikan

dan tolong-menolong antar sesama.

c. Gender, berupa kesetaraan atau kesamaan dalam permainan anak maupun

sebagainya.

d. Keadilan, berupa pemberian kesempatan yang sama pada anak baik dalam

bermain dan belajar.

e. Demokrasi, berupa pemberian penghargaan terhadap imajinasi anak, dihargai

dan diarahkan.

f. Kejujuran, berupa sikap menghargai milik orang lain.

g. Kemandirian, berupa sikap yang bisa melakukan kegiatan sendiri tanpa dibantu

orang lain. Misalnya memakai baju, sepatu, makan, minum dan lain sebagainya,

serta sekolah tidak ditunggui orang tua/ pengasuh.

h. Daya juang, terdiri dari rasa memupuk kemauan untuk mencapai tujuan serta

bersikap tidak mudah menyerah.

i. Tanggungjawab, berupa kegiatan memakai dan membereskan alat

permainannya sendiri.

j. Penghargaan terhadap lingkungan alam, berupa sikap anak yang memelihara

tanaman atau bunga, tidak membuang sampah sembarang dan lain sebagainya.

4. Teori Moral

Menurut Rasjidi dalam bukunya Ismail, ada beberapa teori moral yang

terkenal yaitu sebagai berikut:

25

a. Teori “survival of the fittes” (kelangsungan hidup bagi yang paling tepat) yang

didasarkan pada paham biologi Darwin (1809-1882). Teori ini sangat mudah

untuk ditolak karena menurut teori ini, di dunia ini selalu bertarung dan beradu

kekuatan. Kebenaran, hak, dan nilai-nilai yang baik itu hanya ditentukan dan

berasal dari yang paling kuat semata-mata.

b. Teori yang berdasarkan sosiologi. Menurut teori ini, kebaikan (goodness) adalah

bukan nilai mutlak dan setiap nilai yang baik itu dipengaruhi dan ditentukan

oleh perkembangan masyarakat.

c. Teori yang berdasarkan psikologi dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939).

Mazhab ini terkenal dengan teorinya yang disebut “subconscious” (di bawah

kesadaran). Menurut aliran ini, semua tingkahlaku manusia timbul dari

pengendapan pengalaman yang sudah-sudah.

d. Teori yang menyatakan bahwa moralitas itu adalah kebiasaan, adat istiadat atau

tradisi, yang dapat berganti-ganti menurut keadaan, ruang dan waktu. Nilai

moral tidak nilai yang ditentukan oleh mayoritas atau minoritas.

e. Teori yang semata-mata disandarkan pada filsafat. Teori ini berdalil bahwa

suatu kode moral tertentu sama saja dengan moral yang lain. Masalahnya hanya

menyangkut”teste” (rasa).

f. Teori yang dibangun atas dasar materialisme. Teori ini bertujuan untuk

mencapai kebahagiaan yang dapat dinikmati oleh manusia. Akan tetapi, aliran

ini tidak secara jelas mengungkapkan bagaimana bentuk dan kadar kebahagiaan

(happiness) yang dimaksudkannya itu. Mazhab ini disebut pula aliran

utilitarianisme.

26

g. Teori idealis, yang mengarah pada pengakuan bahwa moral itu bersifat mutlak.

Mazhab ini menerima adanya tiga nilai mutlak yaitu, kebenaran, kebaikan, dan

keindahan.

Mengikuti teori-teori moral sebagaimana diuraikan di atas, memperlihatkan

secara jelas tidak adanya kesatuan dan universalitas moral, akan tetapi sebaliknya

merefleksikan adanya keberagaman, kontras, dan silang pendapat di bidang

moralitas. Pernyataan Schopenhauer (1788-1860) sangat tepat yang mengatakan “to

preach morality is easy, but to find a foundation of morality is hard” (mengajarkan

moral adalah mudah, tetapi menemukan satu dasar moralitas adalah sukar) (Ismail,

2002: 253-255). Pendapat tentang teori moral berbeda-beda, namun dapat dikatakan

bahwa moral merupakan suatu dari kebiasaan seseorang yang mengantarkan pada

kepribadian tingkahlaku baik maupun buruknya.

5. Pengertian Agama Islam

Agama (Religi) lebih dipandang sebagai wadah lahiriyah atau sebagai instansi

yang mengatur pernyataan iman di forum terbuka (masyarakat) dan manifestasinya

dapat dilihat (disaksikan) dalam bentuk kaidah-kaidah, ritus dan kultus, doa-doa, dan

lainnya. Bahkan orang dapat menyaksikan sejumlah ungkapan lain yang sangat

menarik seperti: lambang-lambang keagamaan, pola-pola kelakuan tertentu, cara

bermisi (dakwah), rumah-rumah ibadah, potongan pakaiannya, dan lain sebagainya.

Tanpa adanya agama sebagai suatu wadah yang mengatur dan membina, maka

keseluruhan kebudayaan (religius) tersebut di atas akan sukar dibina dan diwariskan

kepada angkatan (umat beriman) berikutnya (Hendropuspito, 2000: 36).

Oleh Islam dinyatakan bahwa amal baik seseorang akan diterima yang artinya

diganjar dengan pahala, bilamana orang tersebut beragama Islam. Hal ini disebutkan

dalam Q. S Ali ‘Imran ayat 85:

27

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan

diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang

rugi”.

Disebutkan juga bahwa orang yang diganjar amal perbuatannya ialah jika ia

sudah dewasa (baligh), berakal sehat, dan tahu akan hukumnya barang yang

diperbuatnya (Achmad, 1997: 26).

Agama adalah sebuah realitas yang senantiasa melingkup manusia. Agama

muncul dalam kehidupan manusia dalam berbagai dimensi dan sejarahnya. Maka

memang tidak mudah mendefinisikan agama. Suatu gama dalam pengertian yang

paling umum diartikan sebagai sistem orientasi dan obyek pengabdian.

Apabila dicari dari asal katanya, Islam berasal dari kata asalma yang

merupakan turunan (derivasi) dari kata assalmu, assalamu, assalamatu yang artinya

bersih dan selamat dari kecacatan lahir batin. Kata Islam juga dapat diambil dari kata

assilmu dan assalmu yang berarti perdamaian dan keamanan. Dari asal kata ini Islam

‘alaikum merupakan tanda kecintaan seorang muslim kepada orang lain, karena itu

ia selalu menebarkan doa dan kedamaian kepada sesama.

Kata assalamu, assalmu, dan assilmu yang berarti menyerahkan diri , tunduk, dan

taat. Sehingga dapat dikatakan bahwa Islam mengandung arti berserah diri, tunduk,

patuh dan taat sepenuhnya pada kehendak Allah.

Dari definisi tersebut juga dapat dikatakankan bahwa Islam adalah agama yang

diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasulNya, berisi hukum-hukum yang

mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia

dengan alam semesta (http://swantara.blogspot.com/2013/06/definisi-agama-

islam.html, diakses tgl 25-4-2014). Oleh karena itu agama Islam dapat dikatakan

28

sebagai sistem orientasi dan obyek pengabdian manusia kepada Allah dengan

berserah diri, dan tunduk patuh pada perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya.

6. Pendidikan Moral

Di dalam bukunya Nurul Zuriah dinyatakan bahwa pendidikan moral pada

intinya adalah selalu berusaha untuk mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai

dengan kehendak masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan

yang berisi nilai- nilai dan kehidupan yang berada dalam masyarakat, karena

menyangkut dua aspek yang diantaranya adalah nilai-nilai dan kehidupan nyata.

Maka dari itu pendidikan moral lebih banyak membahas masalah dilema (seperti

makan buah simalakama) yang berguna untuk mengambil keputusan moral yang

terbaik bagi diri dan masyarakatnya (Zuriah, 2007: 19-25).

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam GBHN dan tujuan

kelembagaan sekolah serta tujuan pendidikan moral yang diberikan pada tingkat

sekolah dan perguruan tinggi, maka pendidikan moral dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Pendidikan moral adalah suatu program pendidikan (sekolah dan luar sekolah) yang

mengorganisasikan dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan

dengan memperhatikan pertimbangan psikologis untuk tujuan pendidikan.

Menurut para ahli pendidikan moral, jika tujuan pendidikan moral akan

mengarahkan seseorang menjadi bermoral, yang terpenting adalah bagaimana

membuat seseorang itu agar dapat menyesuaikan diri dengan tujuan hidup

bemasyarakat. Oleh karena itu dalam tahap awal perlu dilakukan pengondisian

moral dan latihan moral untuk pembiasaan. Pembiasaan moral ini tidak hanya

terbatas pada lingkungan sekolah yang dilakukan oleh guru saja, melainkan

pembiasaan moral ini dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja.

29

Tiga lingkungan yang kondusif untuk melaksanakan pembiasaan moral ini di

antaranya yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat. Di antara ketiga lingkungan di atas jika merujuk pada Dobbert dan

Winkler (1985), lingkungan keluarga merupakan faktor dominan yang efektif dan

terpenting dalam pembiasaan moral. Di dalam keluarga akan lebih mendukung

terjadinya proses identifikasi, internalisasi, panutan, dan reproduksi langsung dari

nilai-nilai moral yang hendak ditanamkan sebagai pola orientasi dari kehidupan

keluarga. Hal yang tidak kalah penting dalam pendidikan moral yaitu harus

ditanamkan pembiasaan moral sejak anak masih kecil dengan jalan membiasakan

mereka kepada peraturan-peraturan dan sifat-sifat yang baik, serta adil. Sifat-sifat

tersebut tidak akan dapat dipahami oleh anak-anak, kecuali dengan pengalaman

langsung yang dirasakan akibatnya dan dari contoh orang tua dalam kehidupannya

sehari-hari (pendidikan moral http:// www, Asian brain.com, diakses tgl 23-4-2014).

Pendidikan moral sangat luas sehingga sesuatu yang tidak mungkin manakala

pendidikan moral hanya menjadi tanggung jawab guru. Oleh karena itu timbul

gagasan tentang pentingnya kurikulum tersembunyi dalam pendidikan moral yang

tidak secara eksplisit ditulus dalam kurikulum. Pendapat ini beranggapan bahwa

seluruh kegiatan guru, orang tua, masyarakat dan negara diharapkan untuk

membantu dan melakukan pelayanan ekstra dalam membantu pencapaian tujuan

pendidikan moral.

Guru bidang studi dapat mengaitkan masalah bidang studinya dengan moral,

demikian pula dengan kepala sekolah dan orang tua dapat berbuat sesuatu dalam

kaitannya dengan masalah moral, walaupun masalah lingkungan masyarakat seperti

keadilan, kemakmuran, keamanan, kesetiakawanan sosial dan lainya akan

mempengaruhi

30

penentuan sikap dan pertimbangan moral seseorang. Dengan kata lain pernyataan di

atas menegaskan bahwa pendidikan moral memerlukan tanggungjawab kolektif dari

semua pihak terhadap keberhasilan pendidikan moral (Zuriah, 2007: 19-25).

Selain itu, sebagai orang Islam tentu saja wajib menganut dan melaksanakan

moral keagamaan. Akan tetapi moral yang dianut adalah moral keagamaan Islam,

bukan moral keagamaan di luar Islam. Oleh karena itu, yang menjadi suri teladan

ialah pribadi Rasulullah Saw. Seperti yang tertuang dalam Q. S Al-Ahzab: 21

berbunyi:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Pribadi Rasulullah merupakan anutan atau contoh teladan bagi umat Islam,

karena hal-hal sebagai berikut:

1) Sebagai nabi dan utusan Allah, beliau merupakan orang yang paling tahu

tentang agama yang dibawanya (yaitu Islam) dan paling sempurna dalam hal

mengamalkan ajaran-ajaran agamanya itu.

2) Sebagai orang Islam selain harus taat kepada Allah, juga harus patuh dan

mengikuti jejak langkah orang yang menjadi nabi dan utusan-Nya, yaitu

Muhammad Saw.

Jejak langkah Nabi Muhammad Saw. inilah yang bernama sunnah nabi, yang

menjadi sumber hukum dan ajaran Islam kedua sesudah kitab suci Al-Qur’an.

Kewajiban mengikuti Nabi Muhammad Saw. ini dinyatakan dalam Q. S

Ali ‘Imran: 31, yang berbunyi:

31

Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,

niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.

Rasulullah bersabda :

فإذا نهيتكم عن شىء -إنما أهلك من كان قبلكم كثرة سؤالهم واختال فهم على أنبيا ئهم -دعونى ما تركتكم

فاجتنبوه وإذا أمرتكم بأمر فأتوا منه مااستطعتم

“Tinggalkanlah apa yang saya tinggalkan. Sesungguhnya hancurnya umat

sebelum kamu, ialah karena banyaknya pertanyaan mereka dan menyelisihnya

mereka kepada nabi-nabi mereka. Karena itu jika saya melarang kamu

mengerjakan sesuatu hal, jauhilah dan jika saya menyuruh kamu melakukan

suatu perkara , kerjakanlah sekuat mungkin”.(H.R Bukhari dan Muslim dari

Abu Hurairah).

Di dalam kenyataan pribadi dan akhlaq Rasulullah paling mulia diantara

sekalian manusia. Kemuliaan nabi ini tidak hanya terjadi pada masa kenabian,

tetapi hal itu telah terjadi sebelum masa kenabian. Demikian mulia akhlaq Nabi

Muhammad Saw. sehingga pada masa sebelum diangkat sebagai nabi atau rasul,

beliau telah mendapat sebutan “Al-Amin” (orang yang dapat dipercaya) dari

masyarakat, suatu sebutan dibidang akhlaq yang sangat agung dan terhormat.

Kemuliaan dan keluhuran budi Nabi Muhammad Saw. tidak hanya diakui

manusia, tetapi Allah yang mengutusnya sendiri juga mengakui hal yang

demikian. Sebagaimana firman-Nya:

“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.

(Tatapangarsa, 1980: 10-12). Pribadi dan akhlaq Rasulullah Saw. luar biasa

hebatnya sehingga sebagai manusia yang muslim perlu meneladaninya.

7. Tujuan Pendidikan Moral

Pendidikan moral mempunyai beberapa tujuan, menurut Mahmud (2004: 160)

di antaranya adalah :

32

a. Mempersiapkan manusia-manusia yang beriman yang selalu beramal saleh.

Seperti telah tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah : 177, yaitu :

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu

kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada

Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan

memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,

orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-

orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan

shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya

apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,

penderitaan dan dalam peperangan. Mereka Itulah orang-orang yang benar

(imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”.

Ayat tersebut menjelaskan ciri-ciri orang yang beriman dan selalu beramal

saleh atau melakukan kebaikan.

b. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang menjalani kehidupannya

sesuai dengan ajaran islam, melaksanakan apa yang diperintahkan agama dan

meninggalkan apa yang diharamkan.

c. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang dapat berinteraksi secara baik

dengan sesamanya, baik dengan orang muslim maupun nonmuslim.

d. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang mampu mengajak orang lain

ke jalan Allah, melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan berjuang fii

sabilillah demi tegaknya agama islam.

33

e. Mempersiapkan insan beriman dan saleh, yang merasa bangga dengan

persaudaraannya sesama muslim dan selalu memberikan hak-hak persaudaraan

tersebut, mencintai dan membenci hanya karena Allah.

f. Mempersiapkan insan beriman dan saleh yang merasa bahwa dia adalah

bagian dari seluruh umat Islam yang berasal dari berbagai daerah, suku, dan

bahasa.

g. Mempersiapkan insan beriman yang rela mengorbankan harta, kedudukan,

waktu, dan jiwanya demi tegaknya syariat Allah.

8. Tantangan pendidikan moral

Tantangan yang akan menghadang dalam upaya menanggulangi kemerosotan moral

dan budi pekerti antara lain sebagai berikut:

a. Arus globalisasi dengan teknologinya yang berkembang pesat merupakan

tantangan tersendiri dimana informasi baik positif maupun negative dapat

langsung diakses dalam kamar/rumah. Tanpa adanya bekal yang kuat dalam

penanaman agama (yang telah tercakup di dalamnya nilai moral dan budi

pekerti) hal itu akan berdampak negative jika tidak di saring dengan benar.

b. Pola hidup dan perilaku yang telah bergeser sedemikian serempaknya di tengah-

tengah masyarakat juga merupakan tantangan yang tidak dapat diabaikan.

c. Moral para pejabat/birokrat yang memang sudah amat melekat seperti

“koruptor”, curang/tidak jujur, tidak peduli dengan kesusahan orang lain, dan

lain-lain ikut menjadi tantangan tersendiri karena bila mengeluarkan kebijakan,

diragukan ketulusan dan keseriusan diimplementasikan secara benar.

34

d. Kurikulum sekolah mengenai dimasukannya materi moral dan budi pekerti ke

dalam setiap mata pelajaran juga cukup sulit. Ini terjadi karena ternyata tidak

semua guru dapat mengaplikasikan model integrated learning tersebut ke dalam

mata pelajaran lain yang sedang diajarkannya atau yang diampunya.

e. Kondisi ekonomi Indonesia juga menjadi tantangan yang tidak dapat diabaikan

begitu saja. Karena bagaimanapun, setiap ada kebijakan

pastimmemerlukanmdanamyangmtidakmsedikitm(http://goenable.wordpress.co

m/tag/pendidikan-moral-menurut-pandangan-islam/ diakses tgl 19-4-2014).

Dapat dikatakan bahwa setiap perbuatan pasti harus dipertanggung jawabkan,

seperti halnya juga apabila mengharapkan keberhasilan pasti melewati

tantangan. Menanamkan moralitas keagamaan yang sesuai harapan perlu usaha

keras dan efektif karena dengan adanya berbagai tantangan seperti yang sudah

tersebut di atas.

9. Faktor pendukung dan penghambat penanaman moralitas keagamaan Islam

a. Faktor pendukung penanaman moralitas keagamaan Islam

Berdasarkan tujuan pendidikan moral, terdapat tiga faktor penting sebagai

pendukung pelaksana pendidikan moral, antara lain :

1) Peserta didik

Peserta didik sejatinya harus memiliki tingkat kesadaran dan mampu

mengembangkan nilai untuk moral dalam dirinya dengan bantuan

lingkungan sekitarnya.

2) Guru atau fasilitator

Guru seyogyanya adalah fasilitator yang memberikan kemungkinan

bagi siswa untuk memahami dan menghayati nilai moral tersebut.

35

3) Agama

Pendidikan nilai moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri

tanpa ada paksaan dari luar, datangnya dari keyakinan beragama yang telah

ditanamkan pada diri individu

sejakmkecilm(http://lailimasruroh.blogspot.com/2013/01/pendidikan-

moral-dalam-dunia-pendidikan.html, diakses tgl 25-4-2014).

Selain daripada itu, ada beberapa faktor yang medorong dan

mempengaruhi perkembangan moral pada remaja, yaitu :

1) Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan

pertama sebagai individu. Begitu pula dengan pendidikan agama yang

diajarkan di lingkungan keluarga sangat berperan dalam perkembangan

moral remaja.

2) Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang

mempunyai sanksi-sanksi buat pelanggarnya.

3) Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat

yang bisa sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan

membentuk tingkah laku yang sesuai.

4) Perkembangan nalar, makin tinggi penalaran seseorang, maka makin tinggi

pula moral seseorang.

5) Peranan media massa dan perkembangan teknologi modern. Hal ini

berpengaruh pada moral remaja. Karena seorang remaja sangat cepat untuk

terpengaruh terhadap hal-hal yang baru yang

belummdiketahuinyam(http://thayunitasari.blogspot.com/2013/05/makalah-

perkembangan-moralitas-dan.html, diakses tgl 23-4-2014).

36

b. Faktor penghambat penanaman moralitas keagamaan Islam

Menurut Ismail (2008: 194), banyak faktor yang dapat menyebabkan

timbulnya perilaku menyimpang yang pada akhirnya menimbulkan krisis moral.

Di antaranya sebagai berikut:

1) Longgarnya pegangan terhadap agama. Sudah menjadi tragedi dari dunia

maju, dimana segala sesuatu hampir dicapai dengan ilmu pengetahuan,

sehingga keyakinan beragama mulai terdesak. Kepercayaaan kepada Tuhan

tinggal simbol, larangan dan perintah Tuhan tidak lagi di indahkan. Dengan

longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah

kekuatan pengontrol yang ada di dalam dirinya. Dengan demikian satu-

satunya pengontrol adalah masyarakat dengan hukum dan peraturannya.

Akan tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta

menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya

pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya

sendiri.

2) Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga,

sekolah maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga

instintusi ini tidak berjalan menurut mana yang semestinya. Pembinaan

moral di rumah tangga misalnya dilakukan dari sejak masih kecil sesuai

dengan kemampuan dan umurnya, karena setiap anak lahir belum mengerti

mana yang salah dan mana yang buruk. Pembinaan moral pada anak di

rumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghafalkan rumusan

tentang baik dan buruk, melainkan harus di biasakan.

3) Derasnya arus budaya materialistis, hedonistis, dan sekularistis.

4) Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.

37

5) Kekurang pahaman generasi muda terhadap nilai-nilai agama dalam

pendidikan agama Islam. Selain itu juga karena adanya kelemahan dan

kekurangan sistem pendidikan agama Islam yang ada disekolah-sekolah. M.

Amin Abdullah dalam Abd. Munir Mulkhan dalam bukunya Ismail

menyoroti persoalan kurikulum dan kegiatan pendidikan Islam yang

berlangsung selama ini dengan mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

(1) Pendidikan Islam lebih banyak berkonsentrasi pada persoalan-

persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata-mata serta

amalan ibadah praktis.

(2) Pendidikan Islam kurang ”concern” kepada persoalan bagaimana

mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi makna dan nilai

yang perlu diinternalisasikan dalam diri anak didik lewat berbagai cara,

media dan forum.

(3) Pendidikan agama lebih menitik beratkan pada aspek korespondensi-

tekstual, yang lebih menekankan pada aspek hafalan teks-teks

keagamaan yang sudah ada.

(4) Sistem evaluasi, terutama bentuk-bentuk soal ujian agama islam

menunjukkan prioritas utama pada aspek kognitif dan jarang

pertanyaan tersebut mempunyai muatan nilai dan makna spiritual

keagamaan yang fungsional dalam kehidupan anak didik.

Selain faktor-faktor penghambat moral yang tersebut di atas, masih ada

beberapa faktor lain yang mendorong terjadinya krisis nilai moral. Di antaranya

adalah :

1) Kurangnya pendidikan moral dalam lingkungan keluarga, masyarakat

maupun sekolah. Pendidikan moral tersebut dalam prakteknya berjalan

38

kurang efektif dan belum sesuai dengan harapan yang ingin dicapai. Dalam

lingkup keluarga, pendidikan moral pertama kali ditanamkan dan lebih

cenderung kepada penanaman nilai-nilai kejujuran dalalam segala aspek

kehidupan keluarga serta sarana pembentuk kepribadian yang pertama

kalinya. Pendidikan moral dalam masyarakat juga harus memberikan andil

terhadap perkembangan seorang individu. Perkembangan moral di sekolah

menjadi wahana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan moral

peserta didik.

2) Pengaruh globalisasi

Adanya globalisasi atau pasar bekas dimana seluruh pelosok dunia

dapat bebas berinteraksi tanpa batasan ruang dan waktu, banyak membawa

pengaruh-pengaruh yang kurang baik terhadap moral-moral anak bangsa,

sehingga hal ini mengakibatkan semakin krisisnya moral bangsa.

Apalagi dalam dunia pendidikan yang notabenya adalah para remaja

yang masih mudah terpengaruh oleh hal-hal yang tidak diinginkan sebagai

pengkrisisan moral.

3) Kurangnya peran agama

Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama,

karena nilai-nilai moral yang dapat dipatuhi dengan kesadaran sendiri tanpa

paksaan dari luar,

dan keyakinan tersebut ditanamkan sejak kecil (http://laili-

masruroh.blogspot.com/2013/01/pendidikan-moral-dalam-dunia-

pendidikan.html, diakses tgl 25-4-2014).

39

Adanya faktor-faktor yang menghambat moralitas keagamaan, maka perlu

di lakukan berbagai upaya untuk menanggulanginya. Dibutuhkan juga

berbagai solusi.

10. Solusi dalam mengatasi faktor penghambat penanaman moralitas keagamaan Islam

Inti dari pendidikan agama islam adalah selain menumbuhkan daya kritis dan

kreatif Pendidikan agama memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan

perilaku manusia. Dengan pendidikan agama yang kuat, maka akan terbentuk

generasi yang mampu bertahan dalam perubahan zaman yang kian dinamis.

Pendidikan agama inilah yang harus ditanamkan kepada para remaja agar tidak

terpengaruh oleh pergaulan dilingkungan yang dapat menjerumuskannya dalam

perilaku yang tidak bermoral. Seperti dalam hadis nabi yang artinya :

“Taatlah kalian kepada Allah dan takutlah berbuat maksiat kepada-Nya.

Perintahlah semua anak kalian untuk mengerjakan yang diperintahkan dan

menjauhi yang dilarang karena hal itu merupakan benteng bagi mereka dan bagimu

sekalian dari api neraka”. Hadits Riwayat Ibnu Jaris dan Ibnu Mundzir dari

Mas’ud).

Berdasarkan Hadits tersebut, Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat

menjadimbentengmdarimapimnerakam(http://wacanakeilmuan.blogspot.com/2012/1

0/pendidikan-agama-islam-dan-krisis-moral.html, diakses tgl 25-4-2014).

Pendidikan Agama Islam memegang peran yang vital dalam menentukan arah

hidup manusia. Pentingnya pendidikan agama dalam kehidupan manusia, maka

harus ada beberapa tindakan agar tidak terjadi penghambatan moralitas keagamaan

Islam. Di antaranya adalah sebagai berikut :

40

a. Memandang Martabat Manusia

Rasulullah Saw. telah mengatakan bahwa ia diutus untuk

menyempurnakan martabat dan derajat manusia. Orang yang meceritakan tradisi

tersebut bertanya kepada Sayidina Ali tentang sifat-sifat tersebut. Sayidina Ali

menjawab “ alim , toleran, tahu berterima kasih, sabar, murah hati, berani,

mempunyai harga diri, bermoral, berterus terang, dan jujur. Memiliki harga diri

(self-respect) artinya kapan saja dia bekerja untuk kepentingannya dan untuk

memenuhi kebutuhannya, dia harus memperhitungkan segala sesuatu yang

sekiranya bisa memalukan dan merendahkan posisinya, seperti tidak konsisten

dengan martabatnya sebagai manusia, mempertimbangkan segala tindakan yang

dapat mengembangkan kematangan spiritualnya, dan mengangkat posisinya

agar dapat dibanggakan. Sebagai contoh, setiap orang sadar bahwa sifat

cemburu dan iri hati hanya akan menghina dan memalukan dirinya sendiri.

Orang yang iri hati tidak akan tahan dengan kemajun dan prospek orang

lain. Ia tidak senang dengan prestasi-prestasi mereka. Reaksi satu-satunya

adalah bagaimana caranya dapat menimbulkan bencana bagi orang lain dan

mengganggu rencana-rencana mereka. Tidak akan merasa puas jika orang lain

tidak kehilangan nasib baiknya, dan tidak seperti dia.

Setiap orang sadar akan memiliki sifat seperti itu hanya merupakan cerminan

kepicikan belaka. Seseorang yang tidak menghargai keberhasilan orang lain

adalah manusia yang tidak berharga dan tidak berkepribadian. Sama halnya

dengan sifat iri hati.

Orang yang iri hati adalah orang yang terpesona dengan kekayaannya

sehingga ia enggan untuk menyisihkan atau membelanjakannya, bahkan bukan

untuk kepentingan sendiri dan keluarganya. Dia tidak mau mendermakan

41

kekayaan yang dimilikinya. Nampaknya orang semacam itu menjadi tawanan

dari kekayaannya sendiri. Dia merendahkan martabat di depan matanya sendiri.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa rasa harga diri adalah perasaan sejati

manusia.

Setiap pendidik merasa senang jika memberikan amal, bertindak toleran,

sederhana, bekerja tekun, dan sebagainya. Sedangkan sifat munafik, cemburu

dan sombong akan menghina dirinya sendiri tanpa terikat pada ajaran atau

kebiasaan dan tradisi yang ada pada masyarakat tertentu. Islam melarang keras

sifat-sifat jelek seperti itu, dan melarang keras mengembangkannya.

Beberapa sifat tertentu seperti toleran dan pengorbanan diri adalah

masalah penghargaan diri dan tanda keterbukaan hati dan kebesaran jiwa.

Merendahkan hati dalam pengertian menghormati orang lain dan mengakui

prestasi mereka dan bukan dalam pengertian memalukan diri sendiri untuk

tunduk pada kekuatan, juga merupakan sifat yang mulia dan sesuai dengan

martabat manusia. Kualitas seperti ini dipunyai oleh mereka yang selalu bisa

mengendalikan diri, tidak egois (self-centered), dan dengan realistis mengakui

hal-hal baik dalam diri orang lain dan menghormatinya.

Sifat-sifat mulia tersebut yang membentuk landasan karakter yang mulia

adalah bagian dari nilai-nilai moral Islam yang tinggi.

Semua masalah etika mungkin diperhitungkan berkaitan dengan martabat

manusia. Oleh karena itu Nabi Muhammad Saw. dalam menyimpulkan pesan

etikanya menggambarkan sifat-sifat itu sebagai karakter manusia yang

sempurna dan mulia.

42

b. Mendekatkan Manusia dengan Allah

Hanya sifat-sifat mulia yang telah disebutkan diatas yang akan

mendekatkan manusia dengan Allah. Dengan demikian manusia harus memiliki

dan mengembangkan sifat-sifat tersebut. Dia Maha mengetahui, Maha Kuasa

dan Maha Kompeten. Semua tindakan-Nya telah diperhtungkan dengan baik-

baik. Dia Maha Adil, Maha Pengasih dan Penyayang. Semua merasakan

karunia-Nya. Dia menyukai kebenaran dan membenci keburuk. Manusia dekat

dengan Allah sesuai dengan kualitas-kualitas yang dia miliki. Jika sifat-sifat

tersebut mendarah daging dalam dirinya dan menjadi pelengkapnya, dapat

dikatakan bahwa ia telah mendapatkan nilai-nilai moral Islam. Seperti dalam

sabda Rasulullah yang artinya: “Binalah diri sendiri sesuai dengan sifat-sifat

Allah”.

Manusia Islam, terlepas dari keuntungan dan kerugian yang didapatkan

dari tindakan dan kebiasaannya. Selalu mampu untuk mengetahui apakah

tindakan atau sifat tertentu akan menjaga martabat kemanusiannya, dan apakah

akan membantunya dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Allah. Dia

menganggap bahwa yang diinginkan adalah segala tindakan yang akan

mengangkat martabat manusia mendekatkan dirinya dengan Allah. Demikian

pula ia akan enggan dan menghindarkan diri dari segala tindakan yang akan

merusak martabat manusia an memperlemah hubungan dengan Allah. Dia

menyadari bahwa perhatiannya terhadap kedua kriteria tersebut secara otomatis

akan membangkitkan gairah dan berantusias untuk berkarya dengan sadar demi

kepentingannya dan kepentingan kemanusiaan secara luas.

43

c. Kontribusi di bidang pendidikan

Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan Nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak Mulia, berilmu, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun, jika dilihat

kondisi pendidikan di Indonesia sekarang ini, ternyata masih belum sesuai

dengan yang diharapkan.

Proses pendidikan belum sepenuhnya berhasil membangun manusia

Indonesia yang berkarakter positif. Bahkan, banyak yang menyebut pendidikan

telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana pintar

dalam bangku sekolah atau perkuliahan dalam menjawab soal ujian, berotak

cerdas, tetapi lemah dalam hal mental, penakut, dan perilakunya tidak terpuji.

Di sisi lain, pendidikan yang bertujuan mencetak manusia yang cerdas dan

kreatif serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, belum

sepenuhnya terwujud. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus pelajar yang terlibat

tawuran, kasus kriminal, narkoba, seks di luar nikah, dan kasus-kasus yang lain.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Dalam hal ini Menteri

Pendidikan, memperbaiki moral generasi bangsa melalui pendidikan. Namun

keinginan tersebut ternyata belum membuahkan hasil yang signifikan.

44

Pemerintah dalam melaksanakan pendidikan, masih lebih banyak menitik

beratkan pada kemampuan kognitif siswa dengan mengesampingkan

kemampuan afektif atau perilaku siswa dan psikomotorik atau keterampilan.

Salah satu solusi agar pendidikan moral menjadi efektif adalah dengan

menerapkan pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan. Mulai dari

pendidikan dasar sampai pada pendidikan tinggi.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada warga sekolah yang meliputi konsumen pengetahuan, kesadaran,

kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun ke bangsa

sehingga menjadi insan kamil. Dengan penerapan pendidikan karakter, maka

karakter dari peserta didik akan terbentuk sejak mereka berada di bangku

sekolah dasar, kemudian dilanjutkan pada sekolah menengah dan perguruan

tinggi. Dengan terbentuknya karakter tersebut, maka akan menjadi perisai atau

kontrol dalam diri seseorang, sehingga akan mengendalikan perilaku orang

tersebut.

Intinya adalah, jika karakter sudah terbentuk, maka akan sulit untuk

mengubah karakter tersebut. Dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam

setiap proses pendidikan, akan membantu proses pembentukan karakter dari

peserta didik yang bermoral dan bermartabat. Dengan terbentuknya karakter

tersebut, maka karakter akan sulit hilang sehingga akan menjadi watak perilaku

seseorang dalam menjalani masa yang akan datang. Penerapan pendidikan

karakter dalam sistem kurikulum pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara :

1) Menyisipkan nilai–nilai moral di setiap proses belajar mengajar.

45

2) Membentuk kelas motivasi (motivation class), yang dalam hal ini lebih

menekankan pada penggugahan motivasi internal peserta didik.

3) Menambah mata pelajaran tentang pendidikan moral, dan peserta didik

dipersyaratkan lulus mata pelajaran tersebut.

4) Mata pelajaran yang substansinya sudah mengandung nilai-nilai moral

hendaknya lebih aplikatif, tidak hanya text book semata.

5) Menyeimbangkan porsi antara materi belajar akal (cerdas) dan hati (moral).

Dalam hal ini guru, Departemen Pendidikan Nasional, dan masyarakat

pemerhati pendidikan untuk bersama-sama mengupayakan penerapan

pendidikan karakter ke dalam

sistemmkurikulummpendidikanm(http://goenable.wordpress.com/tag/pendi

dikan-moral-menurut-pandangan-islam/ diakses tgl 19-4-2014). Berbagai

solusi di atas perlu dilakukan secara maksimal terutama para pendidik. Oleh

karena itu moralitas keagamaan Islam pada siswa dapat terbentuk sesuai

tujuan yang diharapkan dan juga sebagai bekal masa depan peserta didik.

46

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Sejarah singkat SMP Negeri 1 Ngablak

SMP Negeri 1 Ngablak dididrikan pada tahun 1983, dengan SK

Mendikbud Nomor 0472/0/1983, tanggal 7 November 1983.

Pada saat berdirinya SMP Negeri 1 Ngablak memiliki 6 lokal. Mulai

tahun pelajaran 2006/2007 SMP Negeri 1 Ngablak melaksanakan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu dengan tujuan untuk mempersiapkan

generasi muda yang bertaqwa kwpada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,

berwatak sosial, mengenali jati diri, cerdas, terampil, mengenal etika, estetika,

dan kinestika serta mempunyai kompetensi yang tinggi dalam penguasaan

Iptek dan ketrampilan.

Pada tahun pelajaran 2013/2014 sampai sekarang ini SMP Negeri 1

Ngablak telah melaksanakan kurikulum 2013 yaitu dengan maksud untuk

mewujudkan pribadi manusia yang memiliki masa depan cerah. Menjadikan

proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

serta membentuk karakter individu siswa yang cerdas, kreatif, dan mampu

menggali kemampuannya untuk meraih cita-cita.

Sejak tahun pelajaran 1993/1994 SMP Negeri 1 Ngablak mulai

melaksanakan program Pemerintah yaitu wajib belajar pendidikan 9 tahun,

dengan menambah kelas SMP Terbuka dan SMP Negeri 1 Ngablak sebagai

induknya hingga sampai sekarang.

47

SMP Negeri 1 Ngablak didukung oleh tenaga pendidik profesional

yang berjumlah 30 orang guru, yang 60% dari jumlah tersebut telah

mendapatkan sertifikat profesionalisme guru. 9 orang karyawan sesuai dengan

bidangnya yaitu terdiri atas 6 orang tenaga tetap dan 3 orang tenaga tidak

tetap. SMP Negeri 1 Ngablak memberikan beasiswa kepada para siswa yang

berprestasi dan memenuhi persyaratan-persyaratan. (Sumber: Dokumentasi).

Pejabat-pejabat yang pernah memimpin SMP Negeri 1 Ngablak:

a. Bp. Said Wirjosudarmo

NIP. 130077028

Tugas pada tahun 1983 s/d tahun 1987

b. Bp. Marjono, BA

NIP. 130167273

Tugas pada tahun 1987 s/d 1989

c. Bp. Suhadi Hadiatmodjo

NIP. 130236273

Tugas pada tahun 1990 s/d tahun 1994

d. Bp. Drs. Bambang Winarji

NIP. 131780166

Tugas pada tahun 1994 s/d tahun 1999

e. Bp. Drs. Giri Hadiatmodjo

NIP. 131661145

Tugas pada tahun 1999 s/d 2000

f. Bp. Drs. Kun Ista’in, SH

NIP. 131410339

48

Tugas pada tahun 2002 s/d tahun 2003

g. Drs. AD Edi Suharto

NIP. 131947217

Tugas pada tahun 2003 s/d tahun 2005

h. Drs. Gandhi Purnomo

NIP. 131781413

Tugas pada tahun 2005 s/d tahun 2010

i. Drs Akhmad Bustoni

NIP. 196106051

Tugas pada tahun 2010 s/d sekarang. (Sumber: Buku).

2. Letak Geografis

SMP Negeri 1 Ngablak adalah salah satu SMP Negeri di Kabupaten

Magelang. Terletak di lereng gunung Merbabu 27 km timur laut dari Kota

Magelang, tepatnya terletak di Jalan Raya Kopeng Kecamatan Ngablak

Kabupaten Magelang. Di wilayah Kabupaten Magelang SMP Negeri 1

Ngablak dikenal sebagai sekolah pinggiran yang jauh dari perkotaan. Sebagian

besar orang tua siswa adalah bermata pencaharian petani. Agama yang dianut

berbeda-beda. Namun demikian bukan berarti SMP Negeri 1 Ngablak jauh

dari kemajuan tekhnologi dan prestasi.

Walaupun menyandang status sekolah pinggiran, ternyata SMP Negeri

1 Ngablak adalah langganan juara dalam bidang olah raga. Terutama olah raga

bola voli. Sedikitnya sudah 7 (tujuh) kali menyandang gelar juara pertama

pertandingan Bola Voli antar SMP se Kabupaten Magelang yang

diselenggarakan oleh MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran ) Olah Raga

49

Kabupaten Magelang. Tercatat beberapa kali juara pertama se Kabupaten

Magelang dalam seleksi Pekan Olah Raga Pelajar Daerah (POPDA). Bahkan

pernah mewakili Karesidenan Kedu maju ke tingkat Propinsi Jawa Tengah

sebanyak 2 kali. Satu diantaranya juara III (tiga) jawa tengah. (Sumber:

Blogspot SMP Negeri 1 Ngablak).

3. Visi dan Misi

a. Visi

SMP Negeri 1 Ngablak mempunyai visi:

“Meningkatkan dalam mutu, santun dalam perilaku”

b. Misi

1) Memberikan pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif, menyenangkan.

2) Meningkatkan pembelajaran dengan program remidial dan pengayaan.

3) Menegakkan tata tertib dengan lebih efektif dan efisien.

4) Menumbuhkembangkan kehidupan normatif, agamis, nasioanalis.

5) Menumbuhkembangkan patriotisme dan wawasan keilmuan.

6) Menerapkan manajemen partisipatif dengan masyarakat.

7) Melestarikan dan mengembangkan budaya bangsa.

8) Membuat lingkungan sekolah indah, nyaman, aman, agamis, terdidik,

dan penuh dinamika ilmiah.

9) Memberikan pendidikan kecakapan hidup yang tertata dan integral.

10) Mewujudkan lingkungan sekolah yang santun dan bertata krama.

(Sumber: Buku dan Papan).

4. Tata Tertib Sekolah

Melihat visi dan misi SMP Negeri 1 Ngablak menerapkan peraturan

atau tata tertib kepada seluruh siswanya, antara lain:

50

a. Siswa wajib memakai seragam sekolah yang telah ditentukan oleh sekolah

disesuaikan dengan harinya masing-masing.

b. Siswa wajib memakai pakaian olahraga pada saat jam pelajaran olahraga.

c. Siswa dilarang memakai tato, berkuku panjang, mengecat rambut atau

kuku, memakai make up, dan memakai perhiasan.

d. Siswa wajib hadir di sekolah sebelum bel berbunyi dan pada waktu istirahat

siswa dilarang di dalam kelas.

e. Siswa wajib melaksanakan kebersihan, kedisiplinan, dan ketertiban di

sekolah.

f. Siswa wajib menjaga sopan santun dalam pergaulan sehari-hari di sekolah,

seperti mengucapkan salam kepada semua warga sekolah, saling

menghormati dan menghargai antar sesama, dan menggunakan kata-kata

yang sopan.

g. Semua siswa wajib mengikuti upacara bendera dan upacara hari-hari besar.

h. Setiap siswa wajib mengikuti keagamaan yang diselenggarakan sekolah.

i. Semua siswa wajib mematuhi tata tertib sekolah baik berupa tertulis

maupun lisan. (Sumber: Buku pegangan untuk siswa tentang tata tertib

sekolah).

5. Kondisi SMP Negeri 1 Ngablak

Seiring dengan berjalannya waktu, SMP Negeri 1 Ngablak mengalami

perubahan dan perkembangan di berbagai aspek. Mulai dari fasilitas kegiatan,

kurikulum pembelajaran, tenaga pengajar, hingga metode pembelajaran.

a. Tenaga Pengajar SMP Negeri 1 Ngablak

51

Tenaga pengajar merupakan faktor terpenting dalam mencapai sasaran

pendidikan yang lebih baik. Berikut ini disajikan daftar tenaga pengajar

SMP Negeri 1 Ngablak Kabupaten Magelang tahun pelajaran 2014/2015.

Tabel 1

Daftar Pengajar SMP Negeri 1 Ngablak

No Nama Jabatan NIP

1 Drs. Akhmad Bustoni Kepala Sekolah, dan

guru Mapel PAI

19610605

198803 1 008

2 Drs. Gandhi Purnomo Guru Mapel IPS 19600417

198803 1 004

3 Drs. Harun Guru Mapel PAI 19590511

198403 1 009

4 Isya Asmui Guru Mapel BI 19590706

198403 1 012

5 Warsini, S Pd. Bio Guru Mapel IPA 19600405

198403 2 004

6 Wartini, S Pd Guru Mapel IPS 19610405

198403 2 008

7 Muh Fathoni Guru Penjasorkes 19570924

198403 1 004

8 Wantiyo, BA Guru BK kelas VII 19600508

198603 1 019

9 Henny Intiastuti, S Pd Guru Matematika 19620225

198503 2 004

10 Himawan, S Pd Guru Matematika 19680801

199103 1 017

11 Rofiyanto, S Pd Guru Seni budaya:

Melukis

19630308

198601 1 005

12 Maryadi, S Pd Guru Matematika 19620326

198403 1 008

52

13 Susiloningsih, S Pd Guru Seni budaya: Tari 19620604

198703 2 009

14 Binawati, S Pd Guru Mapel IPA 19711002

199512 2 002

15 Dwi Widarno Guru Penjasorkes 19591010

198602 1 008

16 Sri Marwati, S Pd Guru Mapel Pend.

Kewarganegaraan

19640717

198403 2 007

17 Pandoyo Budi S, S Pd Guru Mapel IPS 19700106

199702 1 001

18 Eko Wahyudi, S Pd,

M. Pd

Guru Mapel B. Inggris 19701210

1999702 1

004

19 Dra. Zuniati Guru Mapel Pend.

Kewarganegaraan

19670606

199703 2 002

20 Muh zaenudin, S Pd Guru Mapel B. Inggris 19680220

198806 1 001

21 Ateng Listiyo H, S Pd Guru Mapel IPA 19680922

199802 1 003

22 Dra. Fathonah Guru BK kelas VIII dan

IX

19610621

200701 2 001

23 Etik Wahyuningsih, S

Pd

Guru Mapel BI 19691106

200701 2 020

24 Siti Taslmah Guru Mapel B. Jawa 19810129

2010012 019

25 Erna Dwi Astuti, S Pd Guru Mapel B. Inggris 19730815

200604 2 018

26 Haryanto, S Pd Guru Penjasorkes

27 Maryoto Guru Pend. Agama

Kristen

28 Muh Asrori, S Pd.I Guru Mapel BI

53

29 Purwana, S Pd Guru Ketrampilan

Elektro dan B. Inggris

30 Siti Astuti, S Pd Guru Mapel TIK

(Sumber: Buku dan Papan).

Berdasarkan daftar tabel 1 yang berisikan daftar tenaga

pengajar SMP negeri 1 Ngablak dapat diketahui bahwa guru mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya dua orang. Tenaga pengajar

yang berada di SMP 1 Ngablak sudah memenuhi standar Dinas

Pendidikan karena sebagian besar sudah bergelar sarjana.

Selain semua pihak sekolah yang berperan dalam tercapainya

tujuan pendidikan, tersedianya fasilitas penunjang juga berpengaruh

dengan hasil pembelajaran. Apabila ketidaktersediaan fasilitas penunjang

kegiatan akan menghambat proses pembelajaran. Adanya hal tersebut,

SMP Negeri 1 Ngablak berusaha memenuhi kebutuhan peserta didik

dalam memberikan sarana dan fasilits yang mendukung.

b. Fasilitas SMP Negeri 1 Ngablak

Tabel 2

Fasilitas bangunan/ruang kegiatan SMP Negeri 1 Ngablak

No Jenis bangunan/ruang Jumlah ruang Keterangan

1 Ruang Kepala Sekolah 2 Baik

2 Ruang Guru 1 Baik

3 Ruang Kelas 15 Baik

4 Ruang A 1 Baik

5 Ruang UKS 1 Baik

54

6 Ruang Komite 1 Baik

7 Ruang Tata Usaha 1 Baik

8 Gudang 1 Cukup

9 Ruang Menjahit 1 Baik

10 Ruang Laboratorium 1 Baik

11 Ruang BP 1 Baik

12 Ruang Perpustakaan 1 Baik

13 Ruang Lab. Bahasa 1 Baik

14 Ruang Sablon 1 Baik

15 Ruang Bengkel 1 Baik

16 Ruang RPL (Ruang

Pembangunan Lain)

1 Baik

17 Ruang Multimedia 1 Baik

18 Ruang Aula 1 Baik

19 Ruang Ibadah (Masjid) 1 Baik

(Sumber: Buku inventaris ruangan).

Pada tabel 2 menunujukan bahwa SMP Negeri 1 Ngablak bersungguh-

sungguh dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Dilihat dari fasilitas dan

sarana yang memadai akan mendukung jalannya pembelajaran yang

efektif. Kondisi fasilitas penunjang kegiatan pembelajaran terlihat baik.

55

c. Perlengkapan Sekolah

Tabel 3

No Jenis Barang Jumlah

1 Kursi siswa 445 buah

2 Meja Siswa 234 buah

3 Meja Guru 16 buah

4 Kursi Guru 16 buah

5 Papan Tulis 16 buah

6 Jangka 16 buah

7 Busur 16 buah

8 Penggaris 100 cm 16 buah

9 Segitiga 1 set 16 buah

10 Tempat sampah 16 buah

(Sumber: Buku inventaris ruangan).

Melihat tabel 3, SMP Negeri 1 Ngablak bersungguh-sungguh dalam

mewujudkan generasi penerus bangsa yang baik dengan memberikan

sarana dan prasarana yang memadai dan juga mendukung jalannya proses

pembelajaran.

d. Keadaan Siswa

Keadaan siswa SMP Negeri 1 Ngablak tahun pelajaran 2014/2015

berjumlah 408 siswa.

Tabel 4

Data Jumlah Siswa SMP Negeri 1Ngablak

56

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 VII 63 63 126

2 VIII 95 75 170

3 IX 71 41 112

Jumlah 408

(Sumber: Dokumentasi).

Melihat tabel 4, SMP Negeri 1 Ngablak memiliki siswa yang semakin

banyak dibanding tahun-tahun yang sebelumnya. Kondisi siswanya juga

lebih baik dan lebih disiplin dalam menjalani program kegiatan sekolah.

e. Kegiatan Siswa

SMP Negeri 1 Ngablak mempunyai beberapa kegiatan siswa

diantaranya adalah setiap pagi sebelum mulai pelajaran diadakan membaca

Asmaul Husna bagi semua siswa beragama Islam. Zakat fitrah setiap

menjelang idul fitri dan kegiatan ramadhan yang dilaksanakan setiap

tahun. Pada saat Idul Adha diadakan kurban di sekolahan, dan siswa

perwakilan kelas memasak daging kurban yang sebagian dibagikan

masyarakat sekitar sekolah. Di SMP Negeri 1 Ngablak juga dilakukan

kegiatan Pramuka, OSIS, dan UKS. Di SMP Negeri 1 Ngablak juga

diselenggarakan ekstrakurikuler yang terdiri atas bola Volly dan Pencak

Silat. Kegiatan-kegiatan yang ada tersebut masing-masing mempunyai

jadwal tersendiri yang di bawah pembinaan bagian kesiswaan, pembina

OSIS, dan pelatih dari luar. Upacara bendera dilakukan setiap hari senin

dan hari besar Nasional untuk memperingatinya. Selain itu, SMP Negeri 1

Ngablak juga mengadakan kegiatan sosialisasi.

57

Adanya beberapa kegiatan tersebut membuktikan bahwa SMP Negeri

1 Ngablak memberikan peran penting pada siswa untuk menunjang

keberhasilan pendidikan, dan sebagai media untuk melatih diri dan

mengembangkan bakat.

B. Temuan Penelitian

1. Strategi Penanaman Moralitas Keagamaan Islam

Temuan penelitian di lapangan yang membahas tentang strategi

penanaman moralitas keagamaan Islam yang ada di SMP Negeri 1 Ngablak

adalah pembiasaan diri, kedisiplinan, nasihat dan hukuman. Observasi yang

dilakukan peneliti menghasilkan bahwa siswa SMP Negeri 1 Ngablak sampai

pada tahun ajaran 2014/2015 ini mengalami kemajuan dalam moralitas

keagamaan Islam. Dapat dilihat dari cara berpakaian siswa sudah memakai

lengan panjang, dan untuk yang putri memakai jilbab dikecualikan yang non

Islam. Meskipun berstatus sekolah umum, SMP Negeri 1 Ngablak sangat

disiplin dalam menanamkan moralitas keagamaan Islam pada siswa seperti

dalam mengaitkan pembelajaran pendidikan akhlak setiap melaksanakan

pelajaran apapun, selalu mengajarkan salam, sapa, sopan dan senyum.

Mengajarkan saling menghargai yaitu dengan melihat siswa SMP Negeri 1

Ngablak bersepatu hitam tidak dikecualikan. Mengajarkan sikap bertoleransi

antar umat walaupun berbeda agama, dan apabila melanggar akan mendapat

sanksi.

Selain Observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa

informan yang dilakukan pada hari Senin, 4 Agustus 2014. Hasil wawancara

58

kepada informan mengenai strategi penanaman moralitas keagamaan Islam

antara lain:

Menurut pendapat Bapak AB selaku kepala sekolah dan guru PAI

kelas IX SMP Negeri 1 Ngablak mengungkapkan bahwa pada setiap pagi

sebelum pelajaran dimulai membiasakan siswanya membaca Asmaul Husna

secara bersama. Siswa mulai pelajaran pertama pukul 07. 30 WIB, akan tetapi

siswa masuk kelas pukul 07. 15 WIB untuk membaca Asmaul Husna terlebih

dahulu. Pada saat membaca Asmaul Husna dipandu oleh petugas TU dan guru

mata pelajaran yang mengampu jam pertama. Selain itu, bapak kepala sekolah

juga mengajarkan pada siswanya untuk berdoa sebelum mulai pelajaran,

walaupun pelajaran pada jam terakhir dengan tujuan untuk membangun

suasana baru. Apabila sudah waktunya jam pelajaran terakhir selesai, siswa

berdoa dan menjawab salam dari guru yang mengampu, kemudian siswa

diperbolehkan meninggalkan kelas. Pada saat classmetting dilakukan hafalan

Asmaul Husna untuk semua siswa yang beragama Islam. Hukuman dan

penilaian juga tetap ada. Seperti yang diungkapkan beliau:

“Sampai pada saat ini, setiap pagi sebelum pelajaran dimulai semua siswa

membaca Asmaul Husna secara bersama. Pelajaran pertama dimulai pukul

07. 30 WIB, tetapi siswa masuk kelas pukul 07. 15 WIB untuk membaca

Asmaul Husna. Setiap membaca Asmaul Husna biasanya dipandu oleh

petugas TU dan guru mata pelajaran yang mengampu jam pertama. Ketika

classmetting itu juga mengadakan hafalan Asmaul Husna, dan hukuman

maupun penilaian juga tetap ada”. (Wawancara kepada Bapak AB selaku

kepala sekolah dan guru mapel PAI pada hari Senin, 4 Agustus 2014).

59

Menurut Bapak HR selaku guru PAI kelas VII dan VIII SMP Negeri 1

Ngablak mengatakan bahwa dengan berpakaian yang seperti sekarang ini yaitu

pakaian panjang-panjang bertujuan untuk membentengi sifat sombong,

membatasi pria dan wanita. Hal tersebut merupakan suatu strategi pendidik

dalam penanam moralitas keagamaan Islam siswa. Selain daripada itu, dengan

modernisasi saat ini banyak yang memakai jilbab dari kalangan para artis,

perguruan tinggi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu akan timbul kesadaran

sendiri dari individu siswa, kemudian sekolahan membekap dari belakang

dengan maksud memberi dorongan pada siswa. Seperti yang beliau tuturkan:

“Ya.....,dengan berpakaian yang seperti sekarang ini, pakaian panjang-

panjang bertujuan untuk membentengi sifat sombong, membatasi pria dan

wanita. Hal itu juga suatu strategi pendidik dalam penanam moralitas

keagamaan Islam siswa. Selain itu, dari kalangan para artis, perguruan

tinggi, dan lain sebagainya banyak yang memakai jilbab. Nah,,,, dari situ

akan timbul kesadaran sendiri dari siswa, kemudian sekolahan membekap

dari belakang dengan maksud memberi dorongan”. (Wawancara kepada

Bapak HR selaku guru PAI kelas VII dan VIII pada hari Senin, 4 Agustus

2014).

Menurut Bapak MYD penanaman moralitas keagamaan Islam perlu

dilakukan setiap waktu pada siswanya. Musyawarah pada semua pendidik di

SMP Negeri 1 Ngablak sangat penting, karena dengan kesepakatan bersama

maka akan terbentuk suatu tujuan yang diharapkan. Penanaman moralitas

keagamaan Islam biasanya dikaitkan ketika dalam pembelajaran, maksudnya

tentang keagamaan selalu dikaitkan ketika pembelajaran semua mapel. Seperti

yang dituturka beliau:

60

“Penanaman moral keagamaan Islam itu perlu dilakukan setiap waktu, dan

mestinya harus ada juga kesepakatan bersama antara pendidik karena dengan

adanya musyawarah semua tujuan akan terbentuk. Selain itu ya...ketika

pembelajaran harus mengaitkan dengan moral keagamaan Islam walaupun

hanya sedikit”. (Wawancara kepada Bapak MYD selaku guru Matematika

pada hari Senin, 4 Agustus 2014).

Hal tersebut seperti strategi yang diterapkan ibu FTN selaku guru BK

dalam penanaman moralitas keagamaan Islam yaitu memasukan perihal moral

keagamaan pada mata pelajaran. Seperti yang beliau ungkapkan:

“Biasanya ketika saya mengajar, harus mengaitkan perihal moral keagamaan

dengan pelajaran yang saya ampu. Seperti sopan santun, kejujuran percaya

diri, dan meningkatkan ketaqwaan. Strategi yang saya terapkan biasanya

dengan melakukan ceramah, diskusi, dan kemudian evaluasi. Tetapi moral

keagamaan tetap saya masukkan ke dalam mata pelajaran”. (Wawancara

kepada Ibu FTN selaku guru BK pada hari Senin, 4 Agustus 2014).

Menurut Bapak MZ selaku guru mata pelajaran bahasa Inggris dan

Wakakesiswaan, beliau menjelaskan tentang strategi penanaman moralitas

keagamaan Islam SMP Negeri 1 Ngablak selalu mengajarkan siswanya

bersikap sopan santun dan mengupayakan mematuhi tata tertib sekolah.

Seperti ungkapan beliau:

“Untuk strategi ini dari sekolah. Setiap seminggu sekali sholat dhuha

dan shalat dhuhur berjamaah setiap kelas, kemudian selalu menganjurkan

bersikap sopan, tidak menganjurkan kata-kata kotor, dan selalu diupayakan

mematuhi tata tertib sekolah”. (Wawancara kepada Bapak MZ selaku guru

61

mata pelajaran Bahasa Inggris dan Wakakesiswaan pada hari Senin, 4 Agustus

2014).

Beberapa penuturan dari informan tersebut hampir memiliki kesamaan

yaitu terkait antara pembiasaan diri, kedisiplinan, nasihat, dan hukuman bagi

yang melanggar aturan.

2. Faktor-faktor Pendukung Penanaman Moralitas Keagamaan Islam

Faktor pendukung dalam penanaman moralitas keagamaan Islam

sangat penting, karena dengan adanya faktor pendukung maka penanaman

moralitas keagamaan Islam dapat berjalan sesuai yang diharapkan.

Pada saat wawancara dengan Bapak AB selaku kepala sekolah dan

guru PAI kelas IX SMP Negeri 1 Ngablak mengatakan bahwa faktor

pendukung penanaman moralitas keagamaan Islam dengan bapak atau ibu

gurunya yang tertib dahulu, maka siswa akan mengikutinya. Selalu mengawasi

siswanya, pintu gerbang selalu ditutup meskipun pada jam istirahat.

Selain daripada itu, diadakan mata-mata di setiap daerah tempat yang biasanya

untuk menongkrong atau bermain pada saat jam sekolah selesai (pulang

sekolah). Seperti yang beliau tuturkan:

“Ya....semua itu dari bapak/ibu gurunya dulu, kalau bapak/ibu gurunya tertib,

ya tentu siswa akan mengikutinya. Kemudian, guru harus selalu mengawasi

siswanya dengan diadakan mata-mata di setiap daerah tempat yang biasanya

untuk menongkrong atau bermain pada saat jam sekolah selesai”.

(Wawancara kepada Bapak AB selaku kepala sekolah dan guru mapel PAI

pada hari Senin, 4 Agustus 2014).

Bapak HR menjelaskan bahwa faktor pendukung penanaman moralitas

keagamaan yaitu dari keluarga, masyarakat, lingkungan, pemerintah yang

62

kemudian mengantarkannya kepada pihak sekolah. Akan tetapi keluargalah

yang terpenting dari awal penanaman moralitas keagamaan Islam. Seperti

yang diungkapkan beliau:

“Yang menjadi faktor pendukungnya ya...pertama itu keluarga, kemudian

masyarakat dan lingkungan, baru pemerintah yang mengantarkannya ke

pihak sekolah”. (Wawancara kepada Bapak HR selaku guru PAI kelas VII dan

VIII pada hari Senin, 4 Agustus 2014).

Tidak jauh berbeda dengan penjelasan Bapak MYD bahwa faktor

pendukung penanaman moralitas keagamaan Islam timbul dari lingkungan

masyarakat terlebih dahulu, karena jika sekolahan itu hanya bersifat

sementara. Dapat dilihat pada saat pembelajaran hanya disisipkan di mata

pelajaran, artinya tidak secara keseluruhan mendorong dalam penanaman

moralitas keagamaan Islam. Seperti ungkapan beliau:

“Lingkungan terlebih dulu yang menjadi faktor pendukung penanaman

moralitas keagamaan Islam, baru sekolahan karena sekolahan itu hanya

bersifat sementara. Dapat dilihat pada saat pembelajaran itu hanya

disisipkan saja tentang moralitas keagamaan artinya tidak secara keseluruhan

dalam memberikan dorongan terhadap siswa”. (Wawancara kepada Bapak

MYD selaku guru Matematika pada hari Senin, 4 Agustus 2014).

Menurut Ibu FTN, faktor pendukung penanaman moralitas keagamaan

Islam yaitu dengan pembiasaan siswa ketika di sekolah kemudian diterapkan

di rumah seperti melaksanakan shalat 5 waktu. Praktik sangat diperlukan, akan

tetapi pada saat ini guru agama masih banyak menggunakan teori dan

praktiknya berkurang. Pada faktor pendukung penanaman moralitas

63

keagamaan Islam, guru agama yang sangat berperan penting. Seperti yang

beliau tuturkan:

“Jadi begini, kegiatan di sekolah seperti shalat 5 waktu itu akan

mengantarkan siswa unutk menerapkannya ketika di rumah dan akan menjadi

kebiasaannya. Guru PAI itu yang sangat berperan aktif seharusnya,tapi guru

PAI disini masih banyak menggunakan teori dan praktiknya berkurang”.

(Wawancara kepada Ibu FTN selaku guru BK pada hari Senin, 4 Agustus

2014).

Bapak MZ juga tidak jauh berbeda penjelasannya mengenai faktor

pendukung moralitas keagamaan Islam siswa SMP Negeri 1 Ngablak yaitu

guru agama yang berperan penting dan menjadi faktor pendukung dalam

penanaman moralitas keagamaan Islam. Selain itu fasilitas sekolah juga

menjadi faktor pendukung. Seperti yang beliau tuturkan:

“Disini sudah tersedia tempat shalat dan juga tempat wudhu sudah

memadai, kemudian guru agama yang sebagai motivator siswa untuk selalu

melaksanakan shalat jamaah”. (Wawancara kepada Bapak MZ selaku guru

mata pelajaran Bahasa Inggris dan Wakakesiswaan pada hari Senin, 4 Agustus

2014).

Berbagai penjelasan dari beberapa informan, dapat dikatakan bahwa

keluarga dan sekolah sangat berperan penting menjadi faktor pendukung

penanaman moralitas keagamaan Islam .

3. Faktor-faktor Penghambat Penanaman Moralitas Keagamaan Islam

Temuan data penelitian tentang penanaman moralitas keagamaan Islam

selain ada faktor pendukung juga ada faktor penghambatnya.

64

Pada saat wawancara dengan Bapak AB selaku kepala Sekolah dan

guru PAI mengatakan bahwa faktor penghambat moralitas keagamaan Islam

siswa SMP Negeri 1 Ngablak adalah

heterogen siswa, maksudnya melihat dari latar belakang siswa yang orang

tuanya broken home akan menjadi suatu penghambat juga. Perpustakaan

sekolah belum dapat menampung seluruh siswa. Kemajuan tekhnologi yang

berpengaruh negatif tetapi juga ada yang positif. Seperti yang dituturkan

beliau:

“Perpustakaan itu belum bisa menampung seluruh siswa, kemajuan

tekhnologi yang menimbulkan efek negatif walaupun ada nilai positifnya juga.

Kemudian yang kebanyakan terjadi disini itu heterogen siswa yaitu latar

belakang siswa yang dari orang tuanya broken home. Seharusnya anak itu

selalu dipantau, didasari tapi tidak dibentengi langsung.....itu diantaranya

yang menjadi faktor penghambat penanaman moral keagamaan Islam”.

(Wawancara kepada Bapak AB selaku kepala sekolah dan guru mapel PAI

pada hari Senin, 4 Agustus 2014).

Sedangkan Bapak HR mengatakan bahwa yang menjadi faktor

penghambat moralitas keagamaan Islam dapat dilihat dari faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal dari pihak keluarga, misalnya melaksanakan

puasa dukungan orang tua juga.

Apabila orang tuanya tidak berpuasa kemungkina juga anak juga tidak

berpuasa. Faktor eksternal yaitu dari arus globalisasi, melihat televisi, adanya

pasar, terpengaruh dari dunia luar karena Ngablak berdekatan dengan adanya

wisata Kopeng. Seperti yang diungkapkan beliau:

65

“yang menjadi faktor penghambat moralitas keagamaan Islam dapat dilihat

dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari pihak keluarga,

misalnya melaksanakan puasa. Jika orang tuanya tidak berpuasa kemungkina

juga anak tidak berpuasa. Faktor eksternal yaitu dari arus globalisasi,

dengan melihat televisi, adanya pasar, terpengaruh dari dunia luar.

Ya.......bisa dilihat kalau disini kan berdekatan dengan adanya wisata

Kopeng”. (Wawancara kepada Bapak HR selaku guru PAI kelas VII dan VIII

pada hari Senin, 4 Agustus 2014).

Menurut Bapak MYD yang menjadi faktor penghambat penanaman

moralitas keagamaan Islam adalah kedisiplinan yang masih sulit dalam

penerapannya, dan selalu datang terlambat juga menjadi salah satu faktor

penghambatnya. Seperti yang dituturkan beliau:

“Faktor penghambatnya itu menurut saya kedisiplinan siswa yang sampai

saat ini masih sulit dalam penerapannya, anak tetap saja selalu datang

terlambat meskipun sudah dijelaskan di tata tertib sekolah”. (Wawancara

kepada Bapak MYD selaku guru Matematika pada hari Senin, 4 Agustus

2014).

Selain daripada itu, yang dikatakan ibu FTN tentang faktor

penghambat penanaman moralitas keagamaan Islam hampir memiliki

kesamaan dengan yang dikatakan Bapak HR dan bapak AB yaitu latar

belakang keluarga, lingkungan, dan kemajuan tekhnologi. Seperti ungkapan

beliau:

“Faktor penghambatnya menurut saya itu dari latar belakang keluarga,

lingkungan, dan kemajuan tekhnologi. Ya,,,menurut saya itu sudah menjadi

66

inti dari semuanya”. (Wawancara kepada Ibu FTN selaku guru BK pada hari

Senin, 4 Agustus 2014).

Berbeda dengan pendapat Bapak MZ yang mengatakan bahwa yang

menjadi faktor penghambat moralitas keagamaan Islam yaitu kesadaran siswa

belum sepenuhnya. Seperti yang diungkapkan beliau:

“Kesadaran siswa belum sepenuhnya, kadang ditanya dan kemudian

saya menyuruh untuk menjalankan shalat”. (Wawancara kepada Bapak MZ

selaku guru mata pelajaran Bahasa Inggris dan Wakakesiswaan pada hari

Senin, 4 Agustus 2014).

4. Solusi dalam mengatasi faktor penghambat Penanaman Moralitas

Keagamaan Islam

Apabila ada faktor penghambat maka harus ada solusinya. Temuan

data penelitian menunujukkan bahwa dalam mengatasi faktor penghambat

penanaman moralitas keagamaan Islam seperti yang Bapak AB tuturkan

selaku kepala sekolah, sebenarnya setiap anak harus sudah mempunyai dasar.

Anak tetap selalu diawasi dan didasari, tidak dibentengi. Pada saat wawancara,

Bapak AB menuturkan pendapatnya:

“Pokoke anak tuh harus ngaji. Di rumah dan di sekolah harus

mempunyai dasar setiap anak, seperti membaca Al-Qur’an, dan kitab-kitab

Islam. Mengaji melalui media internet juga diperbolehkan”. (Wawancara

kepada Bapak AB selaku kepala sekolah pada hari Senin, 4 Agustus 2014).

Sedangkan pendapat Bapak HR tentang solusi menghadapi faktor

penghambat penanaman moralitas keagamaan Islam adalah dengan memberi

67

peringatan dan teguran kepada siswanya, akan tetapi teguran tidak langsung.

Selalu memantau siswa sambil diarahkan seperti penuturan beliau:

“Kita ikuti siswa sambil mengarahkan, kita tidak bisa langsung

mencegahnya karena bukan hanya wewenang sekolah”. (Wawancara pada

hari Senin, 4 Agustus 2014).

Tidak jauh berbeda antara penuturan Bapak HR dengan Bapak MYD

yang mengatakan bahwa solusi untuk menghadapi faktor penghambat

penanaman moralitas keagamaan Islam adalah mengadakan terapi khusus.

Maksudnya, siswa dikumpulkan kemudian diberi peringatan, dan yang

akhirnya dikoordinasi kepada orang tua siswa. Seperti yang diungkapkan

beliau:

“Ya,,,seharusnya mengadakan terapi khusus. Maksudnya begini, siswa itu

dikumpulkan kemudian diperingatkan yang kemudian dikoordinasi kepada

orang tua masing-masing”. (Wawancara kepada Bapak MYD selaku guru

Matematika pada hari Senin, 4 Agustus 2014).

Menurut ibu FTN solusi mengatasi faktor penghambat penanaman

moralitas keagamaan Islam dengan bekerjasama orang tua siswa. Mengundang

orang tua ke sekolah, memberi penjelasan yang kemudian kerjasama untuk

melaksanakan teguran pada anak. Seperti yang beliau tuturkan:

“Menurut saya untuk solusinya adalah dengan bekerjasama orang tua siswa,

yaitu dengan mengundang orang tua siswa ke sekolah dan memberikan

penjelasan untuk bekerjasama dalam melaksanakan teguran pada anak”.

(Wawancara kepada Ibu FTN selaku guru BK pada hari Senin, 4 Agustus

2014).

68

Bapak MZ memberi jawaban tentang solusi mengatasi faktor

penghambat moralitas keagamaan Islam yaitu bekerjasama dengan guru BP

dan melakukan peneguran pada siswa. Seperti yang di ungkapkan beliau:

“Menurut saya, perkembangan IPTEK tidak bisa dipungkiri, dan

melihat usia anak selalu melakukan operasi. Saya bekerjasama dengan guru

BP untuk memperingatkan, dan anak dipantau”. (Wawancara kepada Bapak

MZ selaku guru mata pelajaran Bahasa Inggris dan Wakakesiswaan pada hari

Senin, 4 Agustus 2014).

69

BAB IV

PEMBAHASAN

Kumpulan data yang telah dianalisis dalam skripsi ini bersumber dari hasil

wawancara dan observasi kepada guru-guru di SMP Negeri 1 Ngablak yang dapat dijadikan

subyek penelitian dan responden. Berkaitan dengan fokusnya penelitian skripsi ini, maka

peneliti mencoba menganalisis tentang strategi penanaman moralitas keagamaan Islam siswa

SMP Negeri 1 Ngablak tahun pelajaran 2014/2015.

Setelah peneliti melakukan wawancara langsung dan observasi langsung kepada guru-

guru SMP Negeri Ngablak, peneliti menemukan beberapa hal sebagai berikut:

A. Strategi Penanaman Moralitas Keagamaan Islam

SMP negeri 1 Ngablak, merupakan sekolah yang beragam agamanya, adakalanya

yang beragama Islam dan juga yang kriten. SMP Negeri 1 Ngablak sekolahan yang

umum. Akan tetapi sekolah ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan Islam

dan selalu menanamkan toleransi antar manusia walau berbeda keyakinan, apalagi

pada saat kepepimpinan kepala sekolah yang masih menjabat sampai pada saat ini

yaitu Bapak Drs. Ahmad Bustoni. Demi terciptanya keimanan dan ketaqwaan pada

diri siswa dan menjadikan siswanya mempunyai moral keagamaan yang luhur, maka

beliau tidak pernah melupakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang ditanamkan pada

siswa seperti sholat dhuha, sholat dhuhur berjamaah, kegiatan ramadhan, zakat fitrah,

pembacaan Asmaul Husna sebelum pelajaran dimulai, melakukan kegiatan doa

bersama setiap mengawali maupun mengakhiri kegiatan, bahkan disuatu acara ada

siswa yang disuruh membaca kitab suci Al-Qur’an(Tilawah).

Selain itu, SMP Negeri 1 Ngablak tidak jauh dari kemajuan tekhnologi

walaupun letak sekolahan berada di pegunungan. Fasilitas sarana dan prasarana

70

sekolah juga memadai sehingga dapat mengantarkan siswa-siswa menjadi berprestasi.

Para pendidik berprofesional, sehingga peneliti mendapatkan berbagai strategi

penanaman moralitas keagamaan Islam yang dilakukan dengan wawancara dan

observasi dari beberapa guru di SMP Negeri 1 Ngablak.

Menurut kepala sekolah dan para informan lain di SMP Negeri 1 Ngablak,

strategi yang diterapkan adalah membiasakan perbuatan-perbuatan yang baik dalam

sehari-hari, misalnya mengucapkan salam ketika berpapasan dengan bapak/ibu guru

dan semua warga sekolah, serta berdoa setiap memulai dan mengakhiri kegiatan.

Akan tetapi, setiap guru tidak boleh lepas maupun lalai untuk selalu memberi nasihat

pada siswa.

Selain itu, ada pembiasaan membaca Asmaul husna sebelum pembelajaran

dimulai dan hafalan Asmaul Husna pada saat classmetting. Ada juga yang

menerapkan strategi dengan mengutamakan kedisiplinan dan peraturan sekolah,

karena antar kelas di SMP Negeri 1 Ngablak strateginya berbeda-beda tetapi

tujuannya sama.

Strategi penanaman moralitas keagamaan Islam SMP negeri 1 Ngablak tahun

pelajaran 2014/2015 dengan menetapkan siswanya untuk berpakaian panjang, dan

siswa putri sudah berjilbab kecuali untuk yang nasrani. Musyawarah guru dalam

mencari kesepakatan juga sangat digunakan untuk penanaman moralitas keagamaan

Islam siswa. Strategi lain yang diterapkan guru di SMP ini adalah setiap pembelajaran

selalu dikaitkan dengan keagamaan untuk menanamkan moralitas keagamaan Islam

yang baik seperti mencontohkan sopan santun, kejujuran, dan percaya diri.

Wawancara dan observasi yang peneliti laksanakan di SMP Negeri 1 Ngablak

mengantarkan peneliti untuk mengetahui seberapa besar upaya pihak sekolah untuk

melakukan penanaman moralitas keagamaan Islam terhadap siswa.

71

Mereka para pendidik di SMP Negeri 1 Ngablak mengharap sarana dan

prasarana Masjid sebagai kegiatan rutin keagamaan seperti sholat berjamaah. Strategi

dengan membiasakan siswa shalat berjamaah sampai pada saat ini sudah berjalan

yaitu setiap seminggu sekali masing-masing kelas shalat dhuha dan shalat dhuhur

berjamaah.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa strategi yang diterapkan di SMP

Negeri 1 Ngablak dalam moralitas keagamaan Islam siswa merujuk pada tata tertib

sekolah dengan ditambah kegiatan keagamaan Islam yang diadakan kerjasamanya

antara guru agama dan guru mata pelajaran lain. Selain itu di SMP Negeri 1 Ngablak

juga menerapkan hukuman bagi yang tidak mematuhi aturan yang telah ditetapkan

sekolah.

B. Faktor Pendukung Penanaman Moralitas Keagamaan Islam

Moral dan akhlak tidak dapat dipisahkan, kalau moral berdasarkan

lingkungan, masyarakat dan bangsa, sementara akhlak berdasarkan agama. Moral juga

bagian dari ajaran agama dan akhlak juga bagian dari moral.

Moralitas adalah lambang humanitas yang tertinggi karena memang ia

diciptakan untuk tujuan tersebut. Oleh karena itu, potensi psikis berupa akal,

kemauan, dan perasaan agar ia mampu berkreativitas dan berimajinasi dalam

kehidupannya senantiasa diarahkan pada nilai-nilai moralitas yang tertinggi. Kondsisi

fitrah manusia sedemikian ini memerlukan pemeliharaan dan pengembangan melalui

penyiapan berbagai perangkat pendukung bagi lahirnya moralitas yang baik dan

benar. Oleh karena itu, demi terciptanya tujuan yang sesuai harapan, ada beberapa

faktor pendukung moralitas keagamaan Islam siswa di SMP Negeri 1 Ngablak

diantaranya adalah sebagai berikut:

72

1. Kepedulian para pendidik dan tenaga kependidikan terhadap siswa di SMP Negeri

1 Ngablak untuk mendukung penanaman moralitas keagamaan Islam.

2. Bekal keagamaan dan moral siswa yang cukup diperoleh dari keluarga, dan

lingkungan masyarakat.

3. Fasilitas yang disediakan oleh sekolah.

4. Semangat dan motivasi pendidik terhadap siswa untuk mendukung penanaman

moralitas keagamaan Islam terutama guru agama Islam yang lebih berperan aktif.

5. Berbagai kegiatan keagamaan yang khusus diadakan pihak sekolah.

6. Kesadaran dalam kerjasama semua warga sekolah demi terciptanya moralitas

keagamaan Islam yang sesuai dengan harapan.

C. Faktor Penghambat Penanaman Moralitas Keagamaan Islam

Pada dasarnya setiap manusia dibekali potensi untuk membedakan tentang

baik dan buruk. Akan tetapi kesadaran untuk melaksanakan moral keagamaan yang

baik, tumbuh secara bertahap beriringan dengan perkembangan berfikir, dan juga

perkembangan usia manusia tersebut.

Siswa yang semakin baik moralnya, dan juga meningkat keimanan dan

ketaqwaanya, tentunya kebanyakan berasala dari siswa yang berlatar belakang

keluarga atau orang tua yang selalu memberikan perhatian baik dari segi rohani dan

juga fisiknya. Sedangkan siswa yang masih tetap atau berkurang moral keagamaan

dan juga ketaqwaanya, kebanyakan berasal dari siswa yang kurang mendapatkan

perhatian orang tua pada rohaninya. Kebanyakan siswa hanya dipenuhi kebutuhan

fisiknya. Hal ini salah satu penyebabnya adalah kesibukan yang dimiliki oleh masing-

masing orang tua siswa. Di SMP Negeri 1 Ngablak peneliti juga mendapatkan

berbagai faktor penghambat moralitas keagamaan Islam, antara lain:

73

1. Heterogen siswa, latar belakang siswa yang dipengaruhi oleh keadaan orang tua

yang broken home.

2. Fasilitas sekolah yang kurang memadai, sebagai contoh perpustakaan belum dapat

menampung seluruh siswa.

3. Kemajuan tekhnologi karena dapat menimbulkan hal-hal negatif.

4. Adanya area yang mendukung seperti pasar, dan banyaknya tempat untuk

menongkrong yang mengakibatkan masuknya pengaruh dunia luar.

5. Kurangnya kesadaran dan kedisiplinan siswa tentang tata tertib sekolah yang telah

ditetapkan.

6. Keterbatasan guru pendamping dan kreatifitas guru dalam penanaman moralitas

keagamaan Islam.

7. Kurangnya kesadaran siswa akan kebutuhan dan pentingnya moralitas keagamaan

Islam.

D. Solusi dalam mengatasi faktor penghambat Penanaman Moralitas Keagamaan

Islam

Pendidikan agama memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan

perilaku manusia. Pendidikan agama inilah yang harus ditanamkan kepada para

remaja agar tidak terpengaruh oleh pergaulan dilingkungan yang dapat

menjerumuskannya dalam perilaku yang tidak bermoral.

Pentingnya pendidikan agama dalam kehidupan manusia, maka harus ada

beberapa tindakan seperti yang diupayakan di SMP Negeri 1 Ngablak agar tidak

terjadi penghambatan moralitas keagamaan Islam. Di antaranya adalah sebagai

berikut:

1. Setiap anak harus mempunyai dasar, seperti membiasakan mengaji dan membaca

kitab-kitab Islam baik melalui media maupun yang lainnya.

74

2. Selalu mengingatkan dan mengarahkan siswa setiap waktu dalam hal melakukan

kebaikan.

3. Memberikan pengarahan, bekerjasama dengan orang tua siswa, dan bekerjasama

dengan semua pihak sekolah terutama guru BP maupun bagian kesiswaan.

4. Memberikan sanksi atau hukuman apabila siswa telah melanggar peraturan yang

ditetapkan atau bertindak yang tidak benar.

5. Selalu memantau siswa, melakukan operasi, dan teguran pada siswa.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas dapat peneliti katakan bahwa dalam

upaya meningkatkan moral keagamaan siswa SMP Negeri 1 Ngablak melalui

pelaksanaan berbagai kegiatan dapat dikatakan sudah berjalan dengan baik guna

menjadikan siswa lebih bermoral keagamaan serta mempunyai keimanan dan

ketaqwaan kepada Allah.

75

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan antara lain:

1. Strategi penanaman moraitas keagamaan Islam siswa SMP Negeri 1 Ngablak.

Membiasakan perbuatan-perbuatan yang baik dalam sehari-hari, setiap guru

tidak boleh lepas maupun lalai untuk selalu memberi nasihat pada siswa. Selain itu,

ada pembiasaan membaca Asmaul husna sebelum pembelajaran dimulai dan hafalan

Asmaul Husna pada saat classmetting. Ada juga yang menerapkan strategi dengan

mengutamakan kedisiplinan dan peraturan sekolah, karena antar kelas di SMP

Negeri 1 Ngablak strateginya berbeda-beda tetapi tujuannya sama.

SMP Negeri 1 Ngablak menetapkan siswanya untuk berpakaian panjang, dan

siswa putri sudah berjilbab kecuali untuk yang nasrani. Strategi lain yang diterapkan

guru di SMP ini adalah setiap pembelajaran selalu dikaitkan dengan keagamaan.

Dapat dikatakan bahwa strategi yang diterapkan di SMP Negeri 1 Ngablak dalam

penanaman moralitas keagamaan Islam siswa merujuk pada tata tertib sekolah

dengan ditambah kegiatan keagamaan Islam yang diadakan kerjasamanya antara

guru agama, guru mata pelajaran, dan semua warga sekolah.

2. Faktor pendukung penanaman moralitas keagamaan Islam siswa SMP Ngeri 1

Ngablak.

Di SMP Negeri 1 Ngablak, guru atau fasilitator menjadi faktor pendukung

penanaman moralitas keagamaan Islam. Selain itu faktor pendukungnya adalah

kesadaran sendiri tentang agama, hubungan harmonis dalam keluarga, masyarakat

dan Lingkungan sosial yang mendukung, perkembangan nalar. Fasilitas yang

76

disediakan oleh sekolah, berbagai kegiatan keagamaan di sekolah, dan kesadaran

dalam kerjasama semua warga sekolah.

3. Faktor penghambat penanaman moralitas keagamaan Islam siswa SMP Negeri 1

Ngablak.

Beberapa hal yang menjadi faktor penghambat penanaman moralitas

keagamaan Islam siswa SMP Negeri 1 Ngablak adalah Heterogen siswa, fasilitas

sekolah yang kurang memadai, kemajuan tekhnologi, adanya area yang mendukung.

Kurangnya kesadaran dan kedisiplinan siswa tentang tata tertib sekolah.

Keterbatasan guru pendamping dan kreatifitas guru. Kurangnya kesadaran siswa

akan kebutuhan dan pentingnya keagamaan. Longgarnya pegangan terhadap agama.

Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah

maupun masyarakat. Derasnya arus budaya materialistis, hedonistis, dan sekularistis.

Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Kekurang pahaman

generasi muda terhadap nilai-nilai agama dalam pendidikan agama Islam. Pengaruh

globalisasi.

4. Solusi untuk mengatasi faktor penghambat penanaman moralitas keagamaan Islam

siswa SMP Negeri 1 Ngablak.

Adanya faktor penghambat dalam penanaman moralitas keagamaan Islam,

maka diperlukan beberapa solusi yaitu Memandang martabat manusia, mendekatkan

manusia dengan Allah, kontribusi di bidang pendidikan. Menyisipkan nilai–nilai

moral di setiap proses belajar mengajar. Membentuk kelas motivasi (motivation

class). Menambah mata pelajaran tentang pendidikan moral.

Selain itu, setiap anak harus mempunyai dasar hidup. Selalu mengingatkan

dan mengarahkan siswa. Memberikan pengarahan, bekerjasama dengan orang tua

77

siswa, dan bekerjasama dengan semua pihak sekolah. Memberikan sanksi atau

hukuman apabila siswa telah melanggar peraturan yang ditetapkan. Selalu memantau

siswa, melakukan operasi, dan teguran pada siswa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang penulis uraikan tersebut, maka penulis

mengajukan beberapa saran untuk perkembangan selanjutnya ke arah yang lebih baik,

yaitu:

1. Guru hendaknya untuk mendidik dan mengarahkan peserta didik serta memberi bekal

berbagai adab dan moralitas yang baik. Utamanya adalah tugas seorang guru PAI

disamping mengajarkan ilmu agama juga harus aktif dan kreatif tidak hanya monoton.

2. Kepala sekolah perlu mengadakan pendekatan yang lebih jelas kepada semua guru di

sekolah dan orang tua siswa mengenai pentingnya penanaman moralitas keagamaan

Islam. Hendaknya menambah tata tertib sekolah yang berkaitan tentang keagamaan

Islam.

3. Siswa diharapkan sadar dan aktif bergerak guna memperdalam pemahaman mereka

tentang keagamaan. Oleh karena itu, untuk menyadarkan siswa disarankan mereka

secara individu mencari pemahaman tentang moralitas keagamaan Islam melalui buku

dan media lainnya ataupun berbagai kegiatan keagamaan Islam di luar sekolah.

Siswa disarankan untuk selalu aktif dalam bertanya kepada orang yang lebih paham

mengenai moralitas keagamaan Islam baik di sekolah maupun di lingkungan luar

sekolah.

C. Penutup

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Penanaman Moralitas Keagamaan Islam

78

Siswa SMP Negeri 1 Ngablak Tahun Pelajaran 2014/2015. Sholawat serta salam

semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang dinantikan syafaatnya di

akhirat kelak.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan, kekhilafan, dan keterbatasan

pengetahuan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan.

Kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan

sehingga skripsi ini dapat selesi dengan baik, penulis mengucapkan terima kasih

semoga menjadi amal sholeh dan mendapat pahala dari Allah SWT. Amin Ya

Robbal’alamin.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Mudlor. 1997. Etika dalam Islam. Surabaya:Al-Ikhlas.

Asriyani, Mila. 2013. Strategi Pembinaan Keberagamaan dan Moral Siswa MAN

Tengaran Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2012”. Skripsi tidak

diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah PAI STAIN Salatiga.

Azwar, Syaifudin. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Bertens, K. 2000. Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Budiningsih, C. Asri. 2004. Pembelajaran Moral, Berpijak pada Karakteristik Siswa dan

Budayanya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Daradjat, Zakiyah. 1995. Peran Agama Dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung

Agung.

Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Hendropuspito. D. 2000.Sosiologi Agama. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI)

Ismail Faisal. 2002. Pijar-pijar Islam (Pergumulan Kultur dan Struktur). Jakarta: Badan

Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani Press.

Moleong, Lexi j. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mufidah, Zahrotul. 2010. Peningkatan Moral Keagamaan Siswa Kelas VIII Melalui

Kegiatan Ekstrakurikuler IMTAQ (Iman dan Taqwa) di SMP Negeri 13 Malang. Fakultas

Tarbiyah Pendidikan Agama Islam. Universitas Islam Negeri Malang.

Poerwadarminta W. J. S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Said, H. Muh. 1980. Etik Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita Litbang

Agama dan Diklat Keagamaan.

Suwito. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Tatapangarsa, Humaidi.1980. Akhlaq yang Mulia. Surabaya: PT. Bina.

Thoib, Ismail. 2008. Wacana Baru Pendidikan Meretas Filsafat Pendidikan Islam.

Yogyakarta:Genta Press.

Zuriah, Nurul. 2007. pendidkan moral dan budi pekerti dalam perspektif perubahan,

menggagas platform pendidikan budi pekerti secara kontekstual dan futuristik.

Jakarta: PT. Bumi aksara.

http://artikata.com/arti-380175-penanaman.html

http://chipachupz.blogspot.com/2013/10/etika-moral-dan-moralitas_2279.html

http://goenable.wordpress.com/tag/pendidikan-moral-menurut-pandangan-islam/

http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi.

http://inilahrisalahislam.blogspot.com/2013/01/pengertian-islam.html

http://laili-masruroh.blogspot.com/2013/01/pendidikan-moral-dalam-dunia-

pendidikan.html

http://wacanakeilmuan.blogspot.com/2012/10/pendidikan-agama-islam-dan-krisis-

moral.html

http://swantara.blogspot.com/2013/06/definisi-agama-islam.html

http://tha-yunitasari.blogspot.com/2013/05/makalah-perkembangan-moralitas- dan.html

http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-data-dan-jenis-data.html

PEDOMAN WAWANCARA

STRATEGI PENANAMAN MORALITAS KEAGAMAAN ISLAM SISWA

SMP NEGERI 1 NGABLAK KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014

Informan:

Pertanyaan:

1. Strategi apa saja yang diterapkan bpk/ibu terhadap siswanya dalam

penanaman moralitas keagamaan Islam pada tahun 2014 ini?

2. Apa saja faktor pendukung moralitas keagamaan Islam di SMP ini?

3. Melihat fenomena-fenomena yang terjadi pada anak remaja saat ini, apakah

ada faktor penghambat moralitas keagamaan Islam pada siswa di sekolahan

ini? Apabila ada, apa saja faktor penghambatnya?

4. Menurut bpk/ibu apabila ada faktor-faktor yang menghambat moralitas

keagamaan Islam, bagaimanakah solusi untuk menghadapinya?

5. Tata tertib apa saja yang diterapkan pada sekolahan ini? khususnya yang

terkait moralitas keagamaan Islam.

6. Apabila ada salah satu anak yang tetap membantah tentang aturan yang

diterapkan khususnya keagamaan Islam, apa yang bpk/ibu lakukan?

7. Di tahun 2014 ini, apakah kondisi SMP Negeri 1 Ngablak semakin membaik

atau seperti sebelumnya? Khususnya dalam moraliralitas keagama Islam

siswa.

8. Di lingkungan seperti sekolahan ini, tidak semuanya beragama Islam.

Bagaimana tanggapan bpk/ibu tentang hal tersebut?

9. Apabila ada salah satu siswa sakit,bagaimana bpk/ibu memberi solusi pada

siswanya?apakah menjenguk secara bersamaan atau hanya perwakilan siswa?

10. Bagaimanakah cara membiasakan siswa-siswanya agar mempunyai sikap

toleran, bersyukur, dan rajin beribadah?

11. Apabila ada salah satu siswa di kelas ataupun di lingkungan sekolah

kehilangan suatu barang miliknya, misalkan dompet. Apa yang bpk/ ibu

lakukan?

12. Pada saat ini, banyak siswa yang mengendarai sepeda motor sendiri padahal

belum mempunyai SIM. Bagaimana tanggapan bpk/ibu tentang hal

tersebut?Apakah hal tersebut dapat melatih kemandirian siswa?

13. Apabila ada beberapa anak yang merusak tanaman di lingkungan sekolah

ataupun membuang sampah sembarangan, apa yang bpk/ibu lakukan?

14. Di sekolahan ini tidak semuanya beragama Islam, bagaimanakah bpk/ibu

memberikan kesempatan yang sama antara siswa Islam dan siswa non Islam

dalam hal pelajaran maupun penanaman moralitas keagamaan Islam?

15. Adakah perbedaan tanggung jawab antara siswa Islam dan non Islam di

sekolahan ini? misalkan dalam mentaati tata tertib sekolah dan menjaga

lingkungan mushola?

Permohonan ijin penelitian

Surat keterangan SMP

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Dwi Vita Mandiri

2. Tempat tanggal lahir : Magelang, 4 Mei 1992

3. Jenis kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Warga negara : Indonesia

6. Alamat : Kragon, Madyogondo, kec. Ngablak,

kab. Magelang

7. Riwayat Pendidikan :

a. SD Negeri Madyogondo 2 lulus tahun 2004

b. SMP Negeri 1 Ngablak lulus tahun 2007

c. SMA Islam Sultan Agung 2 Jepara lulus tahun 2010

d. S1 STAIN Salatiga lulus tahun 2014

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Ngablak, 9 September 2014

Penulis

Dwi Vita Mandiri

NIM: 11110015