strategi media cetak di indonesia

9
Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 9-17 9 Strategi Pengembangan Produk di Industri ... BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 17, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 9-17 STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DI INDUSTRI MEDIA CETAK DI INDONESIA (Bertahan di Tengah Persaingan dengan Media Online) Sholahuddin Manajer Litbang & Pusdok SOLOPOS Email : [email protected] Abstract: Understanding the printing press industry position in the product life cycle is very important. This is to determine the right strategy for the printing press in order to be exist and profitable. When we see the condition of the printing press which is facing tough competition with internet-based media beside the uncertain challenge ahead, the printing press industry is in the maturity phase. In this position is required precise product development strategy. The strategy can be done by creating new products with expands in a press online and by improving the quality, either by changes in product design or improvement of product quality print journalism. Keywords: Product life cycle, differentiation Abstrak: Memahami posisi industri pers cetak dalam siklus umur produk sangat penting. Hal ini untuk menentukan strategi yang tepat untuk agar pers cetak tetap eksis dan menguntungkan secara bisnis. Bila kita melihat kondisi pers cetak yang tengah menghadapi persaingan ketat dengan media berbasis internet berikut tantangan ke depan yang tidak pasti, maka industri pers cetak sebenarnya berada dalam kondisi kedewasaan. Pada posisi seperti ini diperlukan strategi pengembangan produk yang tepat. Strategi itu bisa dilakukan dengan membuat produk baru dengan merambah pada pers online maupun dengan menimgkatkan kualitas, baik itu dengan perubahan desain produk maupun peningkatan kualitas isi media cetak. Kata Kunci: Siklus umur produk, diferensiasi PENGANTAR Johannes Gutenberg, 572 tahun lalu, mene- mukan mesin cetak. Sebelumnya orang China menemukan mesin cetak sederhana pada 175 M. Namun karya Gutenberg di Jerman pada 1440 ini lebih canggih. Mesin cetak telah merevolusi perkembangan ilmu pengetahuan. Dengan me- sin cetak karya-karya ilmu pengetahuan dengan mudah dicetak, digandakan kemudian disebar- kan. Budaya literacy (melek huruf) masyarakat dunia juga meningkat. Gutenberg berperan besar dalam mendo- rong berkembangnya industri media cetak, baik koran maupun majalah. Surat kabar sebagai komoditas (diperjualbelikan) kali pertama dibuat di Amerika Serikat. Ketika itu seorang tukang cetak berkebangsaan Inggris, Benyami Haris, hijrah ke Amerika Serikat pada 1690. Surat kabar pertama yang diterbitkan diberi nama Public Occurrences Both Foreign and Domistic. Sayangnya penerbitan tersebut tidak bertahan lama karena soal perizinan (John Tebbel, disadur Dean Praty Rahayanungsih, 1997, dan dikutip Totok Juroto, 2000). Selama ratusan tahun, media cetak menjadi media yang mendominasi bagi penyebaran informasi. Pers cetak juga menjadi media main- stream di dunia bisnis informasi. Namun, seiring perkembanga teknologi, dominasi industri me-

Upload: rolia

Post on 27-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

akuntansi

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Media Cetak Di Indonesia

Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 9-17 9Strategi Pengembangan Produk di Industri ...

BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisVolume 17, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 9-17

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK DI INDUSTRIMEDIA CETAK DI INDONESIA

(Bertahan di Tengah Persaingan dengan Media Online)

Sholahuddin

Manajer Litbang & Pusdok SOLOPOSEmail : [email protected]

Abstract: Understanding the printing press industry position in the product life cycle is veryimportant. This is to determine the right strategy for the printing press in order to be exist andprofitable. When we see the condition of the printing press which is facing tough competition withinternet-based media beside the uncertain challenge ahead, the printing press industry is in thematurity phase. In this position is required precise product development strategy. The strategy canbe done by creating new products with expands in a press online and by improving the quality,either by changes in product design or improvement of product quality print journalism.

Keywords: Product life cycle, differentiation

Abstrak: Memahami posisi industri pers cetak dalam siklus umur produk sangat penting. Hal iniuntuk menentukan strategi yang tepat untuk agar pers cetak tetap eksis dan menguntungkansecara bisnis. Bila kita melihat kondisi pers cetak yang tengah menghadapi persaingan ketatdengan media berbasis internet berikut tantangan ke depan yang tidak pasti, maka industri perscetak sebenarnya berada dalam kondisi kedewasaan. Pada posisi seperti ini diperlukan strategipengembangan produk yang tepat. Strategi itu bisa dilakukan dengan membuat produk barudengan merambah pada pers online maupun dengan menimgkatkan kualitas, baik itu denganperubahan desain produk maupun peningkatan kualitas isi media cetak.

Kata Kunci: Siklus umur produk, diferensiasi

PENGANTAR

Johannes Gutenberg, 572 tahun lalu, mene-mukan mesin cetak. Sebelumnya orang Chinamenemukan mesin cetak sederhana pada 175 M.Namun karya Gutenberg di Jerman pada 1440ini lebih canggih. Mesin cetak telah merevolusiperkembangan ilmu pengetahuan. Dengan me-sin cetak karya-karya ilmu pengetahuan denganmudah dicetak, digandakan kemudian disebar-kan. Budaya literacy (melek huruf) masyarakatdunia juga meningkat.

Gutenberg berperan besar dalam mendo-rong berkembangnya industri media cetak, baikkoran maupun majalah. Surat kabar sebagai

komoditas (diperjualbelikan) kali pertama dibuatdi Amerika Serikat. Ketika itu seorang tukangcetak berkebangsaan Inggris, Benyami Haris,hijrah ke Amerika Serikat pada 1690. Surat kabarpertama yang diterbitkan diberi nama PublicOccurrences Both Foreign and Domistic. Sayangnyapenerbitan tersebut tidak bertahan lama karenasoal perizinan (John Tebbel, disadur Dean PratyRahayanungsih, 1997, dan dikutip Totok Juroto,2000).

Selama ratusan tahun, media cetak menjadimedia yang mendominasi bagi penyebaraninformasi. Pers cetak juga menjadi media main-stream di dunia bisnis informasi. Namun, seiringperkembanga teknologi, dominasi industri me-

Page 2: Strategi Media Cetak Di Indonesia

10 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisSholahuddin

dia cetak kini terancam tergeser. Munculnyainternet yang melahirkan pers digital dan multi-media mengubah total peta industri mediamassa. Meski kalangan pengelola industri mediacetak optimistis tentang masa depan bisnismereka, diakui atau tidak, pengelola pers cetakdi Indonesia sebenarnya sedang “galau.” Dalambeberapa hal, pemberitaan secara online memilikikeunggulannya. Lebih cepat menyampaikaninformasi, mudah diakses, praktis dan lebih mu-rah. Kemajuan teknologi gadget memungkinkanorang mengakses internet secara mobile.

Makin besarnya penetrasi internet meng-ubah perilaku masyarakat dalam mengkonsumsimedia. Maraknya social media (media sosial)seperti facebook dan twitter membut orang begitumudah bertukar informasi dalam tempo cepat.Bahkan, publik sering mendapatkan informasidari media social lebih dulu ketimbang dari mediamainstream. Bila sebelumnya unsur kebaruan da-lam berita di media cetak bisa berumur 24 jam,kini umurnya makin pendek. Berita cepat basi.Begitu koran, majalah, tabloid naik cetak, belumsampai di tangan pembaca, maka media onlinesudah bisa menampilkan berita terbarunya.

Faktor kecepatan dan kepraktisan ini yangmendorong pembaca dari segmen yang akrabdengan internet mulai beralih ke media online

untuk memuaskan kebutuhan informasi. Bilakondisi ini terus berjalan, mengancam masadepan media cetak.

Para pengelola pers cetak mengakui tengahmenghadapi tantangan berat untuk memperta-hankan bisnisnya. Pers cetak tidak hanya meng-hadapi persaingan sesama industri cetak, namunyang paling berat, menghadapi pesaing baru dipers multimedia dengan berbagai keunggulan-nya.

Bahkan beberapa pengamat mengatakanabad internet merupakan era kejatuhan mediacetak. Meski pendapat ini masih menjadi per-debatan, fakta menunjukkan banyak media cetakyang kehilangan pembaca secara signifikan, op-lah dan pendapatan iklan mulai turun. Sejumlahmedia cetak dunia mulai berjatuhan. Hal ini inidiakibatkan jumlah pembaca yang menurun ke-mudian berimbas pada berkurangnya pendapatiklan. Bagi industri media cetak, penjualan ko-ran/majalah/tabloid serta pendapatan iklanmerupakan nyawanya. Bila dua hal itu tergang-gu, bisnis pers di perusahaan itu juga ikut goyah.

Beberapa raksasa media di dunia, terutamadi Amerika Serikat, diketahui menutup bebe-rapa media cetaknya karena kesulitan keuanganakibat mundurnya bisnis mereka. Tabel berikutmenunjukkan kondisi itu:

Grup Media Jumlah penerbitan Penerbitan yang ditutup(tahun 2009)

Gannet Co Inc 900 7

Gatehouse Media, Inc 379 8

The Sun-Times Media Group 61 12

The Register Company 163 34

Sumber : www.businessinder.com

Koran terbesar di Jerman, SuddeutscheZeitung (SZ), juga tak lepas dari persoalan. Ko-ran ini juga mengalami masalah keuangan saatharus mencetak koran yang membutuhkan uangdalam jumlah besar. Editor luar negeri SZ, Ste-fan Kornelius, mengungkapkan koran di Jermanmengalami masa-masa sulit. Banyak koran lokalyang tutup karena kehilangan sirkulasi dan

pendapatan iklan. Sampai kapan kondisi itu bisabertahan di Jerman, dia tidak bisa memastikan(Kompas, 25/10/2012). Majalah Newsweek yangberdiri pada 1933 memutuskan menghentikanedisi cetaknya yang diduga karena kerugian be-sar yang diderita perusahaan majalah tersebut.Selanjutnya Newsweek tampil dalam bentuk digi-tal dengan nama baru Newsweek Global. Tutupnya

Page 3: Strategi Media Cetak Di Indonesia

Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 9-17 11Strategi Pengembangan Produk di Industri ...

Newsweek cetak mengakhiri 79 tahun usia majalahini yang telah menjadi pesaing utama majalahTime. Pelanggan majalah Newsweek pernah men-capai 3,15 juta dan sekarang tinggal 1,5 juta ora-ng. Sedangkan Editor Majalah Time, Rick Stengel,mengatakan belum akan mengikuti langkahNewsweek. Bagi Time, edisi cetak masih menjadiandalan perusahaan (Kompas, 20/10/2012).

Bagaimana dengan industri media cetak diTanah Air? Apakah juga terjadi seperti kasus di

luar negeri? Tidak ada data secara pasti yangmenggambarkan nasib media cetak di Indonesia.Sebelum era reformasi, jumlah penerbitan mediacetak berdasarkan jumlah SIUPP (Surat IzinUsaha Penerbitan Pers) sebanyak 289. Jumlahitu melonjak tajam menjadi sekitar 2.000 setelahera reformasi. Dihapuskannya SIUPP memper-mudah masyarakat mendirikan koran. Sayang-nya jumlah penerbitan ini hanya perkiraan kare-na tidak ada lembaga resmi yang mendata.

Jumlah Penerbitan Pers Cetak

Sumber : Data Penerbitan Pers Tahun 2006, 2008, 2009, 2011

Booming penerbitan media cetak mengalamisurut akibat banyak media yang didirikan “asal-asalan.” Penerbitan pers yang tidak dikelolasecara profesional mengakibatkan mereka kalahbersaing. Data di Dewan Pers menunjukkan pa-da 2006 jumlah media cetak anjlok menjadi 851buah. Jumlah tersebut cenderung naik turun pa-da tahun-tahun berikutnya. Seperti pendataanpada 2011 jumlah penerbitan cetak justru naikjadi 1081. Perbedaan jumlah penerbitan ini di-akibatkan perbedaan kriteria dalam mendatapenerbitan. Survei yang dilakukan AC Nielsenmenunjukkan pembaca majalah di Indonesiaanjlok hingga 24 persen, pembaca tabloid turun12 persen, dan koran berkurang 4 persen (bali-blogger.org). Dalam Seminar Forum Bisnis Penebitdengan Pengiklan, sebagai rangkaian JamborePers Indonesia yang digelar Serikat Penerbit Su-rat Kabar (SPS) mengungkapkan minat pengiklandi media online makin meningkat sebagai dam-

pak dari makin terbukanya masyarakat meng-akses media digital. Vice President MarketingCommunication Exelcomindo, Pratama TurinaFarouk, mengatakan digitalisasi media harusdisikapi dengan strategi bisnis yang menarikminat konsumen. Pertumbuhan iklan di mediadigital mencapai 300 persen. Sedangkan dimedia cetak relatif tetap (Kompas, 21/8/2009).

Sedangkan riset yang dilakukan SPS danLembaga Penelitian Pendidikan, Penerangan,Ekonomi, dan Sosial (LP3ES) pada presentasiriset Masa Depan Industri Media Cetak di Indonesiadan Economy Outlook 2010 menunjukkan masihada 95,9 persen pembaca media cetak yang jugapemirsa TV dan 2,3 persen pendengar radio.Indrajid, peneliti LP3ES, sebagaimana dikutipkompas.com mengatakan fakta tersebut menun-jukkan media cetak belum tergantikan. Mediacetak punya pembaca yang loyal.

Page 4: Strategi Media Cetak Di Indonesia

12 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisSholahuddin

Sejumlah pengamat berbeda pendapat me-ngenai nasib industri media cetak di Indonesia.Sebagian mengatakan masa depan pers cetakIndonesia masih prospektif. Lainnnya mempre-diksi bisnis cetak akan surut. Di tengah gempur-an media internet yang amat kuat, pers cetaktak bisa tinggal diam. Perlu perubahan strategibisnis agar perusahaan pers tetap diterima kon-sumen dan menguntungkan secara bisnis.

Dari paparan di atas, yang ingin dibahasdalam tulisan ini adalah:1. Bagaimana posisi industri media cetak bila

dikaitkan dengan siklus umur produk?2. Strategi pengembangan produk apa saja ya-

ng bisa dilakukan agar industri media cetakbisa bertahan di tengah persaingan ketatdengan media online dan digital?

PEMBAHASAN

Ilmuwan dan praktisi pemasaran meyakinisetiap produk ataupun jasa memiliki siklus umurproduk. Termasuk industri media cetak yang

menghasilkan produk koran, majalah maupuntabloid. Kali pertama ide siklus umur produk(produk life cyle) diperkenalkan Theodore Levittmelalui artikel yang berjudul Exploit The ProductLife Cycle yang dipublikan The Harvard BusinessReview pada 1 November 1965. Umur produk me-nunjuk pada periode saat produk diluncurkan kepasar hingga produk itu mencapai masa penu-runan.

Setiap produk dan jasa memiliki umur pro-duk yang berbeda-beda. Setiap perusahaan mes-ti bisa memahami setiap periode umur produkguna menentukan strategi pemasaran yang te-pat. Seorang manajer harus siap mengembang-kan produk baru dan produk yang sudah ada.Setiap strategi yang baik mengharuskan pene-tapan strategi yang baik di setiap produk berda-sarkan posisinya pada siklus produknya (Heizer& Render, 2009).

Siklus umur hidup produk bisa kelompokkanmenjadi empat tahap, yakni fase perkenalan, fasepertumbuhan, fase kematangan, dan fase penurun-an. Setiap fase produk mempunyai ciri-ciri khusus.

Fase Umur Produk Ciri-ciri Produk

Perkenalan (introduction) Produk mulai dikenalkan ke pasar Penyesuaian kondisi pasar dan teknik-teknik

produksinya. Diperlukan biaya lain-lain untuk penelitian,

pengembangan produk, modifikasi, perbaikan prosesserta pengembangan pasokan.

Fase Pertumbuhan (Growth) Desain produk mulai stabil Diperlukan peramalan kebutuhan yang efektif. Penambahan kapasitas atau meningkatkan kapasitas

untuk menampung bertambahnya permintaanFase Kematangan (maturity) Produk mencapai kematangan

Pesaing mulai bermunculan Produksi dalam jumlah besar dan inovasi sangat cocok

untuk fase ini Pengendalian biaya yang lebih baik, berkurangnya

pilihan dan pemotongan lini produk akan efektif ataudiperlukan untuk meningkatkan keuntungan danpangsa pasar.

Fase Penurunan (decline) Produk hampir mati Produk yang buruk bagi bagi investasi sumber daya

dan kemampuan manajerial.

Sumber : Jay Heizer & Barry Render, 2009

Page 5: Strategi Media Cetak Di Indonesia

Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 9-17 13Strategi Pengembangan Produk di Industri ...

Selain periodisasi di atas, ada ilmuwan yangmemasukkan masa pengembangan ide (develop-ment phase) ke dalam periodisasi umur produk.Masa pengembangan merupakan masa saat pe-rusahaan menemukan dan membangun produk.Perusahaan menerjemahkan dari berbagai poto-ngan informasi untuk dibangun menjadi produkbaru. Biasanya, sebelum diperkenalkan ke pasarriil, produk menjalanui test market (tes pasar) Pa-da fase ini penjualan masih nol dan pendapatandari penjualan negatif (Ioannis Komnimos,2002).

Mengetahui posisi pada siklus umur pro-duk sangat penting untuk menentukan strategiyang tepat agar produk bersangkutan tetap bisaditerima pasar. Ketidaktahuan posisi pada siklusumur produk, mengakibatkan seorang manajerbisa salah dalam menentukan strategi pema-sarannya. Bagaimana posisi industri media cetakdalam kaitan dengan fase umur produk?

Ada beberapa realita yang dapat membantuuntuk menempatkan posisi dalam siklus umurproduk industri media cetak. Pertama, industrimedia cetak menghadapi persaingan yang amatberat dengan media online. Penetrasi yang kuatmedia internet, makin mudahnya masyarakatIndonesia mengkses internet akan makin meng-ancam keberadaan media cetak. Indonesia ada-lah pengguna internet terbesar keempat di Asiadengan total 55 juta pengguna internet di tahun2011. Ini merupakan peningkatan 30 kali lipatdibanding tahun 2000 (M Kamaluddin, Swa edisi

XXVIII tahun 2012). Kondisi ini diperkirakanakan terus meningkat tiap tahunnya. Hadirnyamedia internet mengakibatkan pers cetak diIndonesia berada dalam persaingan yang “ber-darah-darah” (red ocean). Persaingan head to headindustri cetak tidak hanya dengan sesama perscetak seperti terjadi pada saat internet belummarak. Pers cetak harus bersaing dengan mediaonline baik untuk memperebutkan pembaca (sir-kulasi) maupun caruk iklan. Media cetak mau-pun media online berebut pada piring yang sama:bisnis informasi. Tidak ada pakar yang mempre-diksi bisnis di media cetak tetap prospektif, meskisampai sekarang tidak bisa dipastikan kapanumur produk industri cetak akan berakhir.

Bill Gates, bos Microsoft, pada 1990 mem-prediksi 10 tahun ke depan koran cetak akanmati dan tergantikan oleh teknologi surat kabarbaru yang berbasis teks elektronik (online me-dia). Tetapi setelah 10 tahun berselang, ia kem-bali merevisi prediksinya, yakni sekitar 50 tahunke depan, ramalannya baru akan terwujud(tahun 2050). Masyarakat akan terbiasa denganelektronic newspaper dan secara perlahan surat ka-bar cetak akan ditinggalkan. Terlepas dari per-debatan apakah terbukti koran elektronik akanmematikan koran cetak, sekadar menggantikan,atau bahkan menyempurnakannya, teknologiselalu menjadi bagian terpenting dalam perkem-bangan media (Amiruddin, 2012). Sekali lagi,tidak ada yang bisa meramalkan sampai kapanindustri pers cetak akan bertahan.

Page 6: Strategi Media Cetak Di Indonesia

14 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisSholahuddin

Kedua, menurunnya jumlah pembaca, seba-gaimana hasil riset AC Nielsen, menjadi indi-kator menurunnya jumlah peredaran koran. Ti-dak ada data pasti tentang turunnya jumlah pe-redaran koran karena oplah merupakan rahasiadapur industri media cetak. Praktis tidak adaperusahaan yang mau mengakui tentang kondisiini. Menurunnya oplah merupakan persoalanpaling berat karena hal ini berkorelasi denganpendapatan iklan. Perusahaan pemasang iklanmenginginkan iklan yang dipasang akan efektifmenyampaikan pesannya. Semakin besar oplahmedia maka semakin efektif pesan-pesan iklan-nya. Maka media cetak yang beroplah besarakan lebih muda memperoleh pemasang iklanketimbang media cetak yang oplahnya terse-dikit.

Bila dilihat kondisi tersebut, secara umumindustri pers cetak tengah berada di kondisikedewasaan (maturity) dan pada batas-batas ter-tentu menuju fase decline (penurunan). Kotler &Keller (2008) mengungkapkan pada tahap ke-dewasaan, pada titik tertentu, tingkat pertum-buhan akan melambat dan produk akan mema-suki tahap kedewasaan relatif. Danang Sunyoto(2012) mengungkapkan pada kondisi kedewasa-an pertumbuhan penjualan mulai turun dankonsumen sudah merasa jenuh terhadap produkitu. Tahap kedewasaan biasanya berlangsunglebih lama dibandingkan tahap-tahap sebelum-nya. Pada kondisi ini akan menghadapi tantang-an-tantangan besar dalam manajemen pemasar-an.

Lantas apa yang perlu dilakukan industrimedia cetak pada fase kedewasaan seperti ini?Strategi apa yang dilakukan perusahaan mediacetak agar tetap eksis secara bisnis? Pada tahapkedewasaan, perusahaan dapat melakukan ber-bagai strategi. Pertama menghasilkan produk

baru karena produk-produk tertentu akan mati.Karena produk-produk yang tidak perlu harusdibuang dan diganti. Perusahaan harus bisamendapatkan keuntungan dari produk-produkbaru—pemilihan produk, definisi dan desainharus dilakukan secara terus-menerus. (Heizer& Render, 2009). Kedua, strategi modifikasi pro-duk. Dengan cara ini perusahaan dapat merang-sang pemasaran dengan memodifikasi produkmelalui perbaikan kualitas, perbaikan fitur, atauperbaikan gaya. Peningkatan kualitas produkbertujuan untuk meningkatkan kinerja fungsi-onal produk. Demikian pula perbaikan fitur-fitur baru pada produk itu. Strategi ini mem-punyai beberapa keunggulan. Fitur-fitur barumembangun citra perusahaan sebagai inovatordan memenangkan loyalitas segmen pasar yangmenghargai fitur-fitur itu. Perbaikan gaya ber-tujuan meningkatkan daya tarik estetik produk(Kotler & Keller, 2008).

Membuat Produk Baru

Dalam sepuluh tahun terakhir, setelah me-dia cetak mulai terusik dengan kehadiraninternet, hampir semua perusahaan media cetakmembuat produk baru berupa media online.Media baru ini mengusung pemberitaan yangcepat, running news. Berita terus bergulir yangsetiap saat, selalu meng-update pemberitaansesuai perkembangan objek beritanya.

Langkah membuat media online sebagai se-suatu yang baru dalam jagat pers di Indonesia.Itu dilakukan setelah pengelola industri cetakmenyadari ancaman hadirnya media online.Tabel di bawah merupakan contoh media yangberbasis cetak yang kemudian merambah bisnis-nya di media online atau digital.

Kelebihan Media Online

- Lebih cepat menyajikan informasi- Lebih murah dan mobile. Bisa diakses di mana saja selama ada akses internet.- Bisa update selama 24 jam- Tak perlu distributor untuk menyampaikan produk ke konsumen- Relatif aman dari berbagai perubahan harga (karena tidak pakai kertas).

Page 7: Strategi Media Cetak Di Indonesia

Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 9-17 15Strategi Pengembangan Produk di Industri ...

Media online yang mengusung berita ber-gulir merupakan strategi untuk bertahan mediacetak di tengah persaingan ketat dengan mediaonline. Penggabungan antara media cetak de-ngan media online ini, di ranah dunia pers, dise-but sebagai konvergensi media atau mengga-bungkan berbagai media berbeda menjadi satu.

Secara profitabilitas, media-media onlinesebenarnya belum memberikan sumbangan ber-arti bagi perusahaan. Banyak perusahaan mediayang tetap mengandalkan pendapatannya dariedisi cetak. Perusahaan pers masuk ke ranah bis-nis informasi sebagai strategi jangka panjang.Dengan masuk media online industri media cetakbersiap-siap menghadapi perubahan perilakumengkonsumsi media. Bila suatu saat industricetak tak lagi memberikan harapan keuntungan,konsumen benar-benar memilih media onlinesebagai rujukan informasi utama, maka industrimereka tetap bisa eksis dengan mengandalkanpendapatnnya dari media online. Selain itu de-ngan konvergensi media, perusahaan pers men-coba menggabungkan dua ranah berbedadengan membidik segmen yang berbeda. Mediaonline membidik mereka yang akrab dengan du-nia internet. Mereka yang lebih merasa nyamanmengandalkan kebutuhan informasinya viainternet. Mereka adalah generasi-generasi baruyang lahir dan dibesarkan dalam iklim digital.Sedangkan bagi konsumen yang lahir dan di-besarkan di era cetak serta lebih nyaman meng-konsumsi media cetak, mereka tetap bisa menik-mati informasi yang diinginkan. Konvergensimedia juga bagian dari diferensasi produk yangmerupakan perkembangan bisnis yang tidakbisa ditinggalkan, termasuk di industri mediamassa. Produk apapun, saat ini bisa melakukan

diferensisasi produknya berdasarkan keinginandan kebutuhan konsumennya.

Theodore Levitt pernah mengatakan any-thing could be differentiated. Apapun bisa di-diferensiasikan. Levitt bahkan tidak percaya de-ngan komoditas. Beras dulu dipandang sebagaiproduk komoditi untuk semua kalangan, namunkini beras bisa diferensiasikan. Misalnya beras“Rojolele” (Hermawan Kertajaya, 2006). Dalamstrategi pemasaran, diferensiasi adalah secarasengaja memasuki dua atau lebih segmen yangberbeda berdasarkan kebutuhan-kebutuhankonsumennya. Setiap segmen yang berbeda iniakan memperoleh treatment atau perlakuan yangberbeda-beda atau marketing mix yang beda-beda (Dickson & Ginter, 1987 dalam Kasali 2007).

Setelah melakukan diferensiasi produk,pada akhirnya nanti, perusahaan media dapatmelakukan analisis produk berdasarkan nilai.Perusahaan dapat memilih produk yang palingmenjanjikan secara profitabilitas. Analisis pro-duk berdasarkan nilai (produc by-value analysis)mengurutkan produk berdasarkan kontribusirupiah pada perusahaan. Laporan analisis pro-duk berdasarkan nilai dapat mengevaluasi stra-tegi yang memungkinkan untuk setiap produk.(Jay Heizer & Barry Render, 2009).

Produk-produk yang tidak memberi pro-fitabilitas yang diinginkan, perlu dilakukan am-putasi dengan memilih produk yang prospektifsecara bisnis. Beberapa pers tingkat dunia yangmenutup edisi cetak dan beralih ke versi digitalmerupakan langkah melakukan analisis ber-dasarkan tingkat profitabilitas bagi perusahaan.Model pers luar negeri ini yang diadopsi olehpers nasional.

Nama Koran Media Online/Digital

Kompas www.kompas.com

SOLOPOS www.solopos.com

Koran Tempo www.korantempo.co

Bisnis Indonesia www.bisnis.com

Media Indonesia www.mediaindonesia.com

Suara Merdeka www.suaramerdeka.com

Page 8: Strategi Media Cetak Di Indonesia

16 BENEFIT Jurnal Manajemen dan BisnisSholahuddin

Keberadaan media juga tidak ramah ling-kungan bila dikaitkan dengan isu-isu penye-lamatan lingkungan, go green. Media cetakmenggunakan bahan kertas untuk produknya.Sedangkan kertas dibuat dari kayu. Makinbanyak kertas yang digunakan makin banyakpohon yang ditebang. Sedangkan media onlinelebih ramah lingkungan karena tidak mengguna-kan kertas (paperless). Ke depan, isu-isu penye-lamatan lingkungan menjadi isu sensitif yangakan diperhitungkan kalangan aktivis lingkung-an maupun konsumen. Keadaan ini disadari olehpengelola pers cetak.

Yang pasti, konvergensi media sebagaikonsekuensi diferensasi produk merupakanstrategi industri media cetak untuk bertahan ditengah situasi ketidakpastian itu.

Modifikasi Produk

Strategi lain yang dibuat kalangan industricetak adalah melakukan modifikasi produk de-ngan perbaikan kualitas produk yang sudah ada.Inovasi menjadi salah satu kunci keberhasilandalam strategi modifikasi produk. Pers cetakjuga mengenal kemasan dan desain produk.Desain dan kemasan yang menarik bisa menarikkonsumen. Hal ini juga berlaku bagi media kor-porasi maupun organisasi. Informasi yang disaji-kan lewat media korporasi atau organisasi perludikemas agar tampil menarik di mata pembaca.Terutama belakangan ini banyak media yangmenampilkan aneka informasi melalui tampilanyang menarik dipandang. Dengan kata lainmedia sesungguhnya pertama-tama bersaingmemperebutkan perhatian pembaca melaluitampilan visual, karena itu lah yang pertama kalidilihat pembaca (Siregar & Pasaribu, 2000).

Dalam beberapa tahun terakhir, mediacetak sangat aktif mengubah tampilan visualproduknya, baik dengan memodifikasi tampilantata letak, grafis maupun foto. Mereka bersaingmenampilkan produk koran/majalah/tabloidsemenarik mungkin. Modifikasi produk mediacetak ini dengan memanfaatkan kelemahanmedia online. Misalnya grafis diyakini mampumemberi kesan indah di tampilan media cetak.Pemberitaan yang diwujudkan dalam bentukgrafis akan memudahkan pembaca untuk me-nangkap pesan berita yang rumit menjadi mu-

dah. Dengan grafis, pembaca akan bisa menang-kap pesan berita tanpa harus membaca teksberitanya. Dalam konteks desain visual grafis,di ranah jurnalisme kini muncul istilah jurnalismedata (data journalism). Jurnalisme data pertamakali dikenalkan oleh Hans Rosling, seorang dok-tor bidang kedokteran dah ahli statisik kelahiranSwedia. Genre jurnalisme ini menunjuk padapraktik jurnalistik dengan memanfaatkan data-data kuantitatif, termasuk data-data statistik,untuk mendukung pemberitaan. Data-data ter-sebut diolah dari sumber-sumber terpercayadengan memanfaatkan sumber-sumber diinternet, ditampilkan melalui visualisasi yangmenarik.

Jurnalisme data menunjuk pada seperang-kat keterampilan baru untuk mencari, memaha-mi, memvisualisasikan sumber-sumber digital.Saat ini keterampilan dasar jurnalisme tradisi-onal tidak mencukupi lagi. Jurnalisme data tidakmenjadi pengganti jurnalisme tradisional,melainkan menjadi penambah jurnalismetradisional. Jurnalisme data sangat krusial untukdipakai di koran-koran lokal yang berdampaksecara langsung dengan masyarakat. Konse-kuensi dari penerapan jurnalisme data adalahmenuntut seorang jurnalis punya kemampuanmencari, menganalisis, dan memvisualisasikansebuah cerita yang diolah dari data. (www.datajournalismhandbook.org/1.0/en/).

Strategi lain yang bisa dilakukan mediacetak pada kedalam berita. Media online meng-andalkan faktor kecepatan, sehingga aspek ke-dalaman berita menjadi terabaikan. Media cetakyang mempunyai waktu yang lebih longgar bisamemberi sentuhan yang lebih dalam dari berita-berita yang dirilis di media online. Media cetakdapat menyajikan berita-berita indepth news(berita mendalam) sehingga pembaca dapatmencerna informasi yang lebih dalam danlengkap dari sekadar berita permukaan. Mediacetak juga dapat mengembangkan jurnalismeinvestigasi. Sebuah “aliran” di dunia jurnalistikyang berfungsi untuk membongkar fakta yangtersembunyi atau sengaja disembunyikan olehnara sumber. Model pemberitaan investigasimenuntut kemampuan seorang jurnalis yang pri-ma karena tingkat kesulitan yang tinggi untukmemperoleh data. Selain risiko terkait keamanan

Page 9: Strategi Media Cetak Di Indonesia

Volume 17, Nomor 1, Juni 2013: 9-17 17Strategi Pengembangan Produk di Industri ...

bagi jurnalis, media juga menerima gugatanhukum pihak-pihak yang tidak terima olehpemberitaan hasil investigasi. Sayangnya inves-tigasi jarang dilakukan oleh media cetak. Hanyamedia tertentu saja yang secara konsisten menu-runkan berita investigasi, seperti majalah Tempo.Padahal, inilah model jurnalisme investigas yangdiharapkan bisa menandingi kekuatan mediaonline.

SIMPULAN

Strategi industri media cetak dengan mem-buat produk baru di dunia maya serta modifi-kasi produk dengan menampilkan produk yangberkualitas merupakan cara untuk menampilkannilai lebih media cetak di mata konsumen. Halini terkait posisi kedewasaan industri mediacetak dalam fase umur hidup sebuah produk.Pada fase ini menuntut adanya inovasi-inovasiproduk dan pemasarannya. Sampai saat ini tidakbisa diprediksi sejauh mana keberhasilan stra-tegi itu. Masa depan industri media cetak masihmenjadi tanda tanya yang tidak bisa ditebak olehpara ahli sekalipun. Pada strategi membuat pro-duk baru di internet, langkah penting yang perludilakukan media adalah mengantisipasi peru-bahan sistem operasi pada industri media bilaindustri media cetak benar-benar melakukantransformasi secara total ke media online. Mediaonline lebih simpel sehingga tidak banyak mem-butuhkan sumber daya manusia (SDM). Mediaonline juga akan memotong mata rantai distribusiproduk. Media online diproduksi, langsung bisadikonsumsi melalui perangkat teknologi. Ber-beda dengan media cetak yang melalui peran-tara agen maupur loper.

DAFTAR PUSTAKA

Rhenald Kasali, Membidik Pasar Indonesia :Segmentasi, Targeting, Positioning. Gra-media, Jakarta, 2007.

Drs Danang Suyoto SH, SE, MM, Dasar-dasarManajemen Pemasaran : Konsep, Strategi danKasus. Caps Yogyakarta, 2012.

Ashadi Siregar & Rondang Pasaribu, BagaimanaMengelola Media Korporasi-Organisasi. LP3Y-Kanisius, Yogyakarta, 2000.

Jay Heizer & Barry Render, Operations Mana-gement : Manajemen Operasi, Buku 1 edisi 9.Salemba Empat Jakarta, 2009.

Philip Kotler & Kevin Lane Keller, ManajemenPemasaran, Erlangga, Jakarta, 2009

Drs Totok Djuroto Msi, Manajemen PenerbitanPers, PT Remaja Rosdakarta, Bandung,2000.

Ioannis Komninos, Product Life Cycle Mana-gement, Urban and Regional InnovationsResearch Unit Faculty of Aristotle Uni-versity of Engineering Thessaloniki, 2002.

———————, Data Penerbitan Pers Tahun 2006,2008, 2009, 2011, Dewan Pers, Jakarta.

Hermawan Kertajaya, Marketing Plus 2000 : SiasatMemenangkan Persaingan Global, Mark

Plus-Bisnis Indonesia, Jakarta, 2006.

M Kamaluddin, Awas Kegemukan Infomasi,Majalah Swa edisi XXVIII tahun 2012

Amiruddin, di http://gagasanhukum.wordpress.com/2012/13/page/2/

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2 0 0 9 / 1 1 / 1 2 / 1 8 3 4 1 9 2 8 /Survei.SPS.Media.Cetak.Belum.Ttergantikan.

www.datajournalismhandbook.org/1.0/en/

www.businessinder.com

http://baliblogger.org/kabar/dunia-tanpa-batas-dan-kertas.htm

Kompas, edisi 25/10/2012

Kompas,edisi 20/10/2012