strategi koping lain
TRANSCRIPT
G. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COPING
1. Perbedaan Gender dalam coping
Pria dan wanita menggunakan strategi coping yang berbeda. Wanita lebih menganggap lebih
bermamfaat berkumpul bersam orang lain, berbagi kekhawatiran dan kesulitan mereka
dengan kerabat atau teman dekat, mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan
negatif secara terbuka, dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi. Disi
lain pria cenderung menggunakan strategi yang lebih menarik diri seperti menyimpan
perasaannya, mencoba menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk kejadiannya dan
mengkonsumsi alcohol lebih banyak.
2. Variasi Sosial Budaya Dalam Coping Keluarga
Variasi kelas sosial dalam coping keluarga juga ada. Misalnya keluarga ynag lebih kaya dan
berpendidikan khasnya memilikin kebutuhan yang lebih besar untuk mengatur dan
mengendalikan peristiwa kesehatan mereka sehingga menggunakan lebih banyak strategi
coping keluarga dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Keluarga miskin juga dapat
merasakan kurang percaya diri akan kemampuan mereka untuk mengendalikan takdirnya,
dan dalam kasusu ini dapatmenggunakan pengendalian makana denganpenelaian pasif.
3. Dampak Gangguan Kesehatan
Seperti yang telah disebutkan, tipe coping yang digunakan individu yang bergantung pada
situasi. Denagn lebuh sedikit tuntutanyang diminta oleh keluarga (misalnya; semua berjalan
dengan baik dan anggota keluarga sehat), tipe pola coping tertentu yang bertahan lama dapat
secara khas diterapkan, seperti memelihara jalinan aktif dengan komunitas. Akan tetapi
dengan semakin banyaknya kemalangan (baik stressor kesehatan maupun tipe stressor
lainnya seperti ekonomi, lingkungan dll), cara coping yang umum biasanya tidak cukup, dan
semakin luas susunan strategi coping keluarga dihasilkan guna menghadapi tantangan.
H. AREA PENGKAJIAN KELUARGA
Terdapat skala coping keluarga yang terstruktur dan teruji, yang digunakan untuk
penelitian dan praktik klinis serta pertanyaan pengkajian yang disertakan, dan informasi yang
dikumpulkan dari anggota keluarga melalui wawancara, serta laporan atau data dari sumber
lain. Pertanyaan yang menyertai relevan untuk dipertimbangkan saat menilai stressor,
kekuatan, persepsi, strategi coping dan adaptas.
1. Stressor, Kekuatan, dan Persepsi Keluarga
a. Stersor (baik jangka panjang maupun poendek) apa yang dialami oleh keluarga? Lihat
family inventory of life scale untuk contoh stressor yang signifikan. Pertimbangkan stressor
lingkungan dan sosioekonomi. Bagaiman kekuatan dan durasi dari stressor ini?
b. Kekuatan apa ynag menyebabakan stressor? Apakah keluarga mampu mengatasi stress
biasa dan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari keluarga? Sumber apa yang dimiliki
keluarga untuk mengatasi stressor?
c. Apa definisi keluarga mengenai situasi tersebut? Apakah dilihat sebagai tantangan secara
realistic dan penuh harapan? Apakah keluarga mampu bertindak bardasarka penilaian
realistic dan objektif mengenai situasi dan peristiwa penuh stress? Apakah stressor utama
dilihat sangat membebani, mustahil untuk diatasi, atau sedemikian rupa mengganggu?
2. Strategi Coping Keluarga
a. Bagaiman keluarga bereaksi terhadap stressor yang dialaminya? Strategi coping apa yang
digunakan? Strategi coping apa yang diterapkan keluarga dan untuk mengatasi tipe masalah
apa? Apakah anggota keluarga berada dalam cara coping mereka saat ini? Jika demikian,
bagaimana keluarga mengatasi perbedaab itu?
b. Sejauh man keluarga menggunakan strategi coping internal:
1) Mengandalkan kelompok keluarga
2) Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas
3) Fleksibilitas peran
4) Normalisasi
5) Mengendalikan makn masalah denagn pembimbing ulang dan penilaian pasif
6) Pemecahan masalah bersam
7) Mendapatkan informasi dan pengetahuan
8) Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga
9) Menggunakan humor dan tawa
c. Sejauh man keluarga menggunakan keluarga menggunakan strategi coping eksternal dan
sistem dukungan informal berikut:
1) Memelihara jalinan aktif dengan komunitas
2) Menggunakan dukungan spiritual
3) Menggunakan sistem dukungan sosial
4) Apakah keluarga memiliki ikatan yang bermakna dengan teman, kerabat, tetangga,
kelompok sosial dan organisasi komunitas yang memberikan dukungan dan bantuan jika
dibutuhkan?
5) Jika demikian, siapa mereka dan bagaimana sifat hubungan mereka? Apakah keluarga
memiliki sedikit atau tidak memiliki teman, tetangga, kerabat, kelompok sosial atau
organisasi komunikasi? Jika demikian, mengapa? Apakah keluarga mempunyai
ketidakpuasan atau kemarahan terhadap sumber dukungan sosial yang ada?
6) Apa layanan dan petugas kesehatan yang membantu keluarga?
7) Apa fungsi dan kekuatan dari hubungan ini?
d. Strategi coping disfungsional apa yang telah digunakan keluarga atau apa yang sedang
digunakan? Apakah ada tanda-tanda disfungsionalitas berikut? Jika demikian, catat
keberadaannya dan seberapa ekstensif digunakannya?
1) Mengambinghitamkan
2) Penggunaan ancaman
3) Orang ketiga
4) Psedumutualitas
5) Otoriterianisme
6) Perpecahan keluarga
7) Penyalahgunaan alcohol dan atau obat-obatan
8) Kekerasan dalam keluarga
9) Pengabaian anak
3. Adaptasi
a. Bagimana pengelolaan dan fungsi keluarga? Apakah stressor atau masalah keluarga
dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa dampak dari stressor pada fungsi keluarga?
b. Apakah keluarga berada dalam krisis? Apakah masalah yang ada bagian ketidakmampuan
kronikmenyelesaikan masalah?
4. Mengidentifikasi Stresor, Coping dan Adaptasi
Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu, akan sangat bermamfaat
untuk mengidentifikasi atau memantau bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor,
persepsi, coping dan adaptasi. Apakah keluarga mulia pulih, menghasilkan proses coping
yang berguna, atau apakah tetap pada tingkat adptasi yang sama atau menunjukkan tanda-
tanda penurunan daptasi?
I. DIAGNOSIS KEPERAWATN KELUARGA
Menurut klasifikasi NANDA (NANDA, 2000), terdapat 12 diagnosis keperawatan
yang berhubungan erat dengan masalah stress, coping, dan adaptasi keluarga antara lain:
1. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapi keluarga
2. Kesiapan untuk meningkatkan coping keluarga
3. Gangguan coping keluarga
4. Ketidakmampuan coping keluarga
5. Resiko kekerasan terhadap orang lain
6. Gangguan proses keluarga
7. Proses keluarga yang tidak fungsional: alkoholisme
8. Berduka disfungsional
9. Gangguan pemeliharaan rumah
10. Distress spiritual
11. Resiko distress spiritual
12. Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual
J. INETRVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
Intervensi keluarga didasarkan pada data pengkajian keluarga yang terkait dengan
stressor keluarga, persepsi stressor, coping, dan adaptasi. Seperti yang dibahas dalam
pengkajian serta diagnosis keperawatan keluarga yang teridentifikasi.
1. Membantu Keluarga Menurunkan Factor Resiko
Perawat keluarga dapat, dengan menggunakan persfektif pencegahan, memberikan konsling
pada keluarga mengenai perlunya menurunkan pejanan terhadap atau kelebihan tekanan.
Selain itu penting untuk memberikan penyuluhan antisipasi. Berkenaan dengan ini, perawat
keluarga dapat membantu keluarga dengan menolong mereka mengidentifikasi dan siap
terhadap situasi yang mengancam. Satu cara membantu keluarga mengantasipasi apa yang
mungkin terjadi adalah dengan member ikan mereka informasi mengenai peristiwa yang
mungkin terjadi (Wlsh, 1998)
2. Membantu Keluarga Beresiko Untuk Mengatasi
a. Dorong semua anggota keluarga terlibat
Merupakan cara untuk melibatkan anggota keluarga mencakup:
1) Mendorong perawatan oleh anggota keluarga selama hospitalisasi
2) Menyertakan anggota keluarga, bersama dengan pasien terlibat dalam keputusan perawatan
jesehatan
3) Mendorong anggota keluarga yang lansia memelihara hubungan keluarga yang dekat
4) Member penyuluhan kepada pemberi asuhan
5) Mendorong istirahat untuk pemberi perawatan primer dengan meminta anggota keluarga
lain yang bertugas
6) Mendorong anggota keluarga saling berbagi cerita kehidupan mereka
b. Mobilisasi keluarga
Dengan membatu keluarga mengenali, mengidentifikasi, dan memamfaatkan kekuatan dan
sumber keluarga guna secar positif mempengaruhi kesehatan keluarga yang sakit (Johson,
2001)
c. Beri pujian pada upaya dan pencapaian keluarga
d. Berdasrkan pengakuan dan poenghormatan terhadap nilai, kepentingan, dan tujuan keluarga
serta dukungan keluarga
Johson et.al 2001, mencantukan banyak cara umum yang dapat dilakukan oleh perawat
berorientasi keluarga. Beberapa anjuran mereka yang paling relevan adalah:
1) Meningkatkan harapan yang realistic
2) Mendengarkan anggota keluarga yang berhububngan dengan persepsi, perasaan,
kekhawatiran dan kepentingan mereka
3) Memfasilitasi komunikasi antara anggota keluarga
4) Mengorientasi anggota keluarga pada linhkungan dan sistem perawatan kesehatan
5) Memberikan informasi yang dibutuhkan
6) Memberikan advokasi bagi keluarga
7) Memperkenalkan anggota keluarga ke keluarga lain yang mengalami masalah yang serupa
8) Merujuk keluarga ke kelompok perawatan dari pendukung
9) Berikan keluarga sumber atau referensi literature dan internet
e. Ajarkan keluarga mengenai car, coping yang efektif
Program ini tidak sekedar mengenali kebutuhan keluarga mendapatkan pengetahuan
kesehatan yang dibutuhkan untuk perawatan, tetapi aspek psikososial perawatan dan
kekhawatiran keluarga (Campbell,2000).
f. Dorong keluarga menormalisasi kehidupan keluarga dan distress keluarga sebanyak
mungkin
g. Bantu keluarga membingkai ulang dan member label ulang situasi masalah
h. Bantu keluarga mendapatkan dukungan spiritual yang mereka butuhkan
i. Rujuk keluarga yang mengalami krisis
j. Bantu keluarga meningkatkan dan memamfaatkan sistem dukungan sosial mereka.
3. Pemamfaatan Kelompok Swa-Bantu
Perawat sangatlah menyadari mamfaat kelompok swa-bantu bagi anggota keluarga yang
membutuhkan dukungan guna mengatasi atau mengcoping pengalaman hidup penuh stress.
Intervensi khusus dapat sangat memfasilitasi keluarga:
a. Mencari informasi tentang kelompok yang memberikan bantuan bagi individu dan keluarga
b. Kolaborasi dengan kelompok tersebut
c. Memahami bagaimana kelompok ini meningkatkan dan melengkapi layanan professional
d. Merujuk anggota keluarga dan keluarga ke kelompok yang tepat
e. Menciptakan kelompok baru untuk melakukan saat terjadi kekurangan kelompok swa-
bantu
f. Memberikan konsling anggota keluarga
4. Terapi Keluarga Jaringan Sosial
Terapi jaringan sosial berlangsung di lingkungan rumah dengan keluarga dan jaringan sosial
luasnya, yang dipasangkan untuk menciptakan matriks sosial yang mengasuh dan sehat.
5. Prinsip-Prinsip Intervensi Krisis Keluarga
a. Mengidentifikasi peristiwa yang mencetuskan dan peristiwa hidup yang membahayakan
b. Mengkaji interpretasi keluarga terhadap peristiwa
c. Mengkaji sumber keluarga dan metode coping terhadap stressor
d. Mengkaji status fungsi keluarga
6. Pemberdayaan Keluarga
Figley (1989), menyiratkan bahwa pemberdayaan keluarga adalah sebanyak sikap filosofis
terhadap bekerja dengan keluarga trauma saat keluarga terlibat dalam aktivitas khusus
tertentu. Ketika ia memandang dan menerapi keluarga yang bermasalah, pendekatannya
diperlembut oleh penghormatan tulusnya terhadap kemampuannya bertindak secara alami
dan kekuatan keluarga.
7. Melindungi Anggota Keluarga Yang Berisiko Mengalami Kekerasan
Tujuan ini dapat dicapai dengan:
a. Mengenali dan melaporkan penganiayaan anak
b. Mendukung dan merujuk pasangan, lansia, saudara kandung, orang tua, homoseksual yang
dianiaya, pelaku penganiayaan dan unit keluarga
c. Mengkoordinasi perawatan bagi keluarga dan anggota keluarga, bekerja secara kolaborasi
dengan petugas kesehatan lain dan pekerja kesejahteraan
8. Merujuk Anggota Keluarga Yang Menunjukkan Masalah Coping Dan Disfungsi Yang
Lebih Kompleks
Ketika stress dan masalah coping keluarga di luar layanan yang dapat diberikan perawat
keluarga, perujukan dan tindak lanjut konsling atau terapi keluarga yang berkelanjutan sering
kali diindikasikan. Perujuk kekonselor yang menggunakan pendekatan sistem keluarga
seringkala sangat membantu.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Banyak perubahan evolusioner dan revolusioner berlansung dimasyarakat kita dan
berhubungan dengan keluarga sepanjang waktu. Bagaimana keluarga mengatasi perubahan
penuh stress yang berbeda, walaupun dipercayai bahwa umumnya keluarga amerika dapat
bertindak secara efektif dan fleksibel dalam adaptasi mereka terhadap perubahan. Walaupun
begitu rentang respon yang luas terjadi saat kemalangan yang berat. Beberarapa keluarga
beradaptasi sangat baik terhadap stressor dan ketegangan dan mengubah pola fungsi,
menggunakan sumber dan strategi coping yang membantu mengelola stress tersebut.
Keluarga lain mengguanakan strategi coping yang membahayakan atau disfungsional
yang hanya dapat mengurangi stress sementara. Hasil akhir bagi keluarga ini dapat termasuk
kekerasan dalam keluarga, perpecahan keluarga dan kecanduan.
Keluarga dan anggota keluarga menggunakan susunan strategi coping keluarga yang
luas guna mengatasi situasi penuh stress. Strategi perilaku, kognitif,dan emosional
diidentifikasi dan dibahas terkait dampaknya terhadap fungsi keluarga. Strategi coping
keluarga dapat dibagi menjadi strategi coping keluarga internal dan eksternal, yang
bergantung pada apakah strategi intrakeluarga atau ekstrakeluarga.
Perawat keluarga dan professional perawatan kesehatan lain yang melakukan
hubungan denagan keluarga baik di lingkungan lembaga maupun komunitas berada dalam
posisi kunci untuk mengkaji stressor, persepsi, kekuatan dan coping serta adaptasi keluarga
dan melakukan intervensi pada keluarga ini dengan memberikan adaptasi keluarga yang lebih
optimal.
Untuk melengkapi pengkajian stress dan coping keluarag, pertanyaan khusus diajukan
terkait dengan masing-masing konsep mayor dalam area ini. Pertanyaan ini berfokus pada
stressor, kekuatan, persepsi keluarga, coping keluarga (strategi coping internal, eksternal dan
disfungsional) dan adaptasi keluarga.
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar bisa menggunakan makalah ini dan juga menjadikannya
sebagai pedoman dalam memberikan intervensi keperawatan tentang proses dan strategi
coping yang bisa digunakan pada keluarga dengan gangguan masalah kesehatan dan dalam
memberikan pendidikan serta konsling untuk merubah perilaku atau coping yang digunakan
apabila keluarga menggunakan strategi coping disfungsional dan mempertahankan strategi
coping keluarga ynag menggunakan strategi coping yang fungsional atau positif