strategi koping lain

12
G. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COPING 1. Perbedaan Gender dalam coping Pria dan wanita menggunakan strategi coping yang berbeda. Wanita lebih menganggap lebih bermamfaat berkumpul bersam orang lain, berbagi kekhawatiran dan kesulitan mereka dengan kerabat atau teman dekat, mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan negatif secara terbuka, dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi. Disi lain pria cenderung menggunakan strategi yang lebih menarik diri seperti menyimpan perasaannya, mencoba menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk kejadiannya dan mengkonsumsi alcohol lebih banyak. 2. Variasi Sosial Budaya Dalam Coping Keluarga Variasi kelas sosial dalam coping keluarga juga ada. Misalnya keluarga ynag lebih kaya dan berpendidikan khasnya memilikin kebutuhan yang lebih besar untuk mengatur dan mengendalikan peristiwa kesehatan mereka sehingga menggunakan lebih banyak strategi coping keluarga dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Keluarga miskin juga dapat merasakan kurang percaya diri akan kemampuan mereka untuk mengendalikan takdirnya, dan dalam kasusu ini dapatmenggunakan pengendalian makana denganpenelaian pasif. 3. Dampak Gangguan Kesehatan Seperti yang telah disebutkan, tipe coping yang digunakan individu yang bergantung pada situasi. Denagn lebuh sedikit tuntutanyang diminta oleh keluarga (misalnya; semua berjalan

Upload: dhephy-palupi

Post on 31-Jul-2015

116 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Koping Lain

G.    FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COPING 

1.      Perbedaan Gender dalam coping

Pria dan wanita menggunakan strategi coping yang berbeda. Wanita lebih menganggap lebih

bermamfaat berkumpul bersam orang lain, berbagi kekhawatiran dan kesulitan mereka

dengan kerabat atau teman dekat, mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan

negatif secara terbuka, dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi. Disi

lain pria cenderung menggunakan strategi yang lebih menarik diri seperti menyimpan

perasaannya, mencoba menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk kejadiannya dan

mengkonsumsi alcohol lebih banyak.

2.      Variasi Sosial Budaya Dalam Coping Keluarga

Variasi kelas sosial dalam  coping keluarga juga ada. Misalnya keluarga ynag lebih kaya dan

berpendidikan khasnya memilikin kebutuhan yang lebih besar untuk mengatur dan

mengendalikan peristiwa kesehatan mereka sehingga menggunakan lebih banyak strategi

coping keluarga dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Keluarga miskin juga dapat

merasakan kurang percaya diri akan kemampuan mereka untuk mengendalikan takdirnya,

dan dalam kasusu ini dapatmenggunakan pengendalian makana denganpenelaian pasif.

3.      Dampak Gangguan Kesehatan

Seperti yang telah disebutkan, tipe coping yang digunakan individu yang bergantung pada

situasi. Denagn lebuh sedikit tuntutanyang diminta oleh keluarga (misalnya; semua berjalan

dengan baik dan anggota keluarga sehat), tipe pola coping tertentu yang bertahan lama dapat

secara khas diterapkan, seperti memelihara jalinan aktif dengan komunitas. Akan tetapi

dengan semakin banyaknya kemalangan (baik stressor kesehatan maupun tipe stressor

lainnya seperti ekonomi, lingkungan dll), cara coping yang umum biasanya tidak cukup, dan

semakin luas susunan strategi coping keluarga dihasilkan guna menghadapi tantangan.

H.    AREA PENGKAJIAN KELUARGA

Terdapat skala coping keluarga yang terstruktur dan teruji, yang digunakan untuk

penelitian dan praktik klinis serta pertanyaan pengkajian yang disertakan, dan informasi yang

dikumpulkan dari anggota keluarga melalui wawancara, serta laporan atau data dari sumber

lain. Pertanyaan yang menyertai relevan untuk dipertimbangkan saat menilai stressor,

kekuatan, persepsi, strategi coping dan adaptas.

1.      Stressor, Kekuatan, dan Persepsi Keluarga

Page 2: Strategi Koping Lain

a.       Stersor (baik jangka panjang maupun poendek) apa yang dialami oleh keluarga? Lihat

family inventory of life scale untuk contoh stressor yang signifikan. Pertimbangkan stressor

lingkungan dan sosioekonomi. Bagaiman kekuatan dan durasi dari stressor ini?

b.      Kekuatan apa ynag menyebabakan stressor? Apakah keluarga mampu mengatasi stress

biasa dan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari keluarga? Sumber apa yang dimiliki

keluarga untuk mengatasi stressor?

c.       Apa definisi keluarga mengenai situasi tersebut? Apakah dilihat sebagai tantangan secara

realistic dan penuh harapan? Apakah keluarga mampu bertindak bardasarka penilaian

realistic dan objektif mengenai situasi dan peristiwa penuh stress? Apakah stressor utama

dilihat sangat membebani, mustahil untuk diatasi, atau sedemikian rupa mengganggu?

2.      Strategi Coping Keluarga

a.       Bagaiman keluarga bereaksi terhadap stressor yang dialaminya? Strategi coping apa yang

digunakan? Strategi coping apa yang diterapkan keluarga dan untuk mengatasi tipe masalah

apa? Apakah anggota keluarga berada dalam cara coping mereka saat ini? Jika demikian,

bagaimana keluarga mengatasi perbedaab itu?

b.      Sejauh man keluarga menggunakan strategi coping internal:

1)      Mengandalkan kelompok keluarga

2)      Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas

3)      Fleksibilitas peran

4)      Normalisasi

5)      Mengendalikan makn masalah denagn pembimbing ulang dan penilaian pasif

6)      Pemecahan masalah bersam

7)      Mendapatkan informasi dan pengetahuan

8)      Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga

9)      Menggunakan humor dan tawa

c.       Sejauh man keluarga menggunakan keluarga menggunakan strategi coping eksternal dan

sistem dukungan informal berikut:

1)      Memelihara jalinan aktif dengan komunitas

2)      Menggunakan dukungan spiritual

3)      Menggunakan sistem dukungan sosial

4)      Apakah keluarga memiliki ikatan yang bermakna dengan teman,  kerabat, tetangga,

kelompok sosial dan organisasi komunitas yang memberikan dukungan dan bantuan jika

dibutuhkan?

Page 3: Strategi Koping Lain

5)      Jika demikian, siapa mereka dan bagaimana sifat hubungan mereka? Apakah keluarga

memiliki sedikit atau tidak memiliki teman, tetangga, kerabat, kelompok sosial atau

organisasi komunikasi? Jika demikian, mengapa? Apakah keluarga mempunyai

ketidakpuasan atau kemarahan terhadap sumber dukungan sosial yang ada?

6)      Apa layanan dan petugas kesehatan yang membantu keluarga?

7)      Apa fungsi dan kekuatan dari hubungan ini?

d.      Strategi coping disfungsional apa yang telah digunakan keluarga atau apa yang sedang

digunakan? Apakah ada tanda-tanda disfungsionalitas berikut? Jika demikian, catat

keberadaannya dan seberapa ekstensif digunakannya?

1)      Mengambinghitamkan

2)      Penggunaan ancaman

3)      Orang ketiga

4)      Psedumutualitas

5)      Otoriterianisme

6)      Perpecahan keluarga

7)      Penyalahgunaan alcohol dan atau obat-obatan

8)      Kekerasan dalam keluarga

9)      Pengabaian anak

3.      Adaptasi

a.       Bagimana pengelolaan dan fungsi keluarga? Apakah stressor atau masalah keluarga

dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa dampak dari stressor pada fungsi keluarga?

b.      Apakah keluarga berada dalam krisis? Apakah masalah yang ada bagian ketidakmampuan

kronikmenyelesaikan masalah?

4.      Mengidentifikasi Stresor, Coping dan Adaptasi

Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu, akan sangat bermamfaat

untuk mengidentifikasi atau memantau bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor,

persepsi, coping dan adaptasi. Apakah keluarga mulia pulih, menghasilkan proses coping

yang berguna, atau apakah tetap pada tingkat adptasi yang sama atau menunjukkan tanda-

tanda penurunan daptasi?

I.       DIAGNOSIS KEPERAWATN KELUARGA

Menurut klasifikasi NANDA (NANDA, 2000), terdapat 12 diagnosis keperawatan

yang berhubungan erat dengan masalah stress, coping, dan adaptasi keluarga antara lain:

Page 4: Strategi Koping Lain

1.      Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapi keluarga

2.      Kesiapan untuk meningkatkan coping keluarga

3.      Gangguan coping keluarga

4.      Ketidakmampuan coping keluarga

5.      Resiko kekerasan terhadap orang lain

6.      Gangguan proses keluarga

7.      Proses keluarga yang tidak fungsional: alkoholisme

8.      Berduka disfungsional

9.      Gangguan pemeliharaan rumah

10.  Distress spiritual

11.  Resiko distress spiritual

12.  Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual

J.      INETRVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

Intervensi keluarga didasarkan pada data pengkajian keluarga yang terkait dengan

stressor keluarga, persepsi stressor, coping, dan adaptasi. Seperti yang dibahas dalam

pengkajian serta diagnosis keperawatan keluarga yang teridentifikasi.

1.      Membantu Keluarga Menurunkan Factor Resiko

Perawat keluarga dapat, dengan menggunakan persfektif pencegahan, memberikan konsling

pada keluarga mengenai perlunya menurunkan pejanan terhadap atau kelebihan tekanan.

Selain itu penting untuk memberikan penyuluhan antisipasi. Berkenaan dengan ini, perawat

keluarga dapat membantu keluarga dengan menolong mereka mengidentifikasi dan siap

terhadap situasi yang mengancam. Satu cara membantu keluarga mengantasipasi apa yang

mungkin terjadi adalah dengan member ikan mereka informasi mengenai peristiwa yang

mungkin terjadi (Wlsh, 1998)

2.      Membantu Keluarga Beresiko Untuk Mengatasi

a.       Dorong semua anggota keluarga terlibat

Merupakan cara untuk melibatkan anggota keluarga mencakup:

1)      Mendorong perawatan oleh anggota keluarga selama hospitalisasi

2)      Menyertakan anggota keluarga, bersama dengan pasien terlibat dalam keputusan perawatan

jesehatan

3)      Mendorong anggota keluarga yang lansia memelihara hubungan keluarga yang dekat

4)      Member penyuluhan kepada pemberi asuhan

Page 5: Strategi Koping Lain

5)      Mendorong istirahat untuk pemberi perawatan primer dengan meminta anggota keluarga

lain yang bertugas

6)      Mendorong anggota keluarga saling berbagi cerita kehidupan mereka

b.      Mobilisasi keluarga

Dengan membatu keluarga mengenali, mengidentifikasi, dan memamfaatkan kekuatan dan

sumber keluarga guna secar positif mempengaruhi kesehatan keluarga yang sakit (Johson,

2001)

c.       Beri pujian pada upaya dan pencapaian keluarga

d.      Berdasrkan pengakuan dan poenghormatan terhadap nilai, kepentingan, dan tujuan keluarga

serta dukungan keluarga

Johson et.al 2001, mencantukan banyak cara umum yang dapat dilakukan oleh perawat

berorientasi keluarga. Beberapa anjuran mereka yang paling relevan adalah:

1)      Meningkatkan harapan yang realistic

2)      Mendengarkan anggota keluarga yang berhububngan dengan persepsi, perasaan,

kekhawatiran dan kepentingan mereka

3)      Memfasilitasi komunikasi antara anggota keluarga

4)      Mengorientasi anggota keluarga pada linhkungan dan sistem perawatan kesehatan

5)      Memberikan informasi yang dibutuhkan

6)      Memberikan advokasi bagi keluarga

7)      Memperkenalkan anggota keluarga ke keluarga lain yang mengalami masalah yang serupa

8)      Merujuk keluarga ke kelompok perawatan dari pendukung

9)      Berikan keluarga sumber atau referensi literature dan internet

e.       Ajarkan keluarga mengenai car, coping yang efektif

Program ini tidak sekedar mengenali kebutuhan keluarga mendapatkan pengetahuan

kesehatan yang dibutuhkan untuk perawatan, tetapi aspek psikososial perawatan dan

kekhawatiran keluarga (Campbell,2000).

f.       Dorong keluarga menormalisasi kehidupan keluarga dan distress keluarga sebanyak

mungkin

g.      Bantu keluarga membingkai ulang dan member label ulang situasi masalah

h.      Bantu keluarga mendapatkan dukungan spiritual yang mereka butuhkan

i.        Rujuk keluarga yang mengalami krisis

j.        Bantu keluarga meningkatkan dan memamfaatkan sistem dukungan sosial mereka.

3.      Pemamfaatan Kelompok Swa-Bantu

Page 6: Strategi Koping Lain

Perawat sangatlah menyadari mamfaat kelompok swa-bantu bagi anggota keluarga yang

membutuhkan dukungan guna mengatasi atau mengcoping pengalaman hidup penuh stress.

Intervensi khusus dapat sangat memfasilitasi keluarga:

a.       Mencari informasi tentang kelompok yang memberikan bantuan bagi individu dan keluarga

b.      Kolaborasi dengan kelompok tersebut

c.       Memahami bagaimana kelompok ini meningkatkan dan melengkapi layanan professional

d.      Merujuk anggota keluarga dan keluarga ke kelompok yang tepat

e.       Menciptakan kelompok baru untuk melakukan saat terjadi kekurangan kelompok swa-

bantu

f.       Memberikan konsling anggota keluarga

4.      Terapi Keluarga Jaringan Sosial

Terapi jaringan sosial berlangsung di lingkungan rumah dengan keluarga dan jaringan sosial

luasnya, yang dipasangkan untuk menciptakan matriks sosial yang mengasuh dan sehat.

5.      Prinsip-Prinsip Intervensi Krisis Keluarga

a.       Mengidentifikasi peristiwa yang mencetuskan dan peristiwa hidup yang membahayakan

b.      Mengkaji interpretasi keluarga terhadap peristiwa

c.       Mengkaji sumber keluarga dan metode coping terhadap stressor

d.      Mengkaji status fungsi keluarga

6.      Pemberdayaan Keluarga

Figley (1989), menyiratkan bahwa pemberdayaan keluarga adalah sebanyak sikap filosofis

terhadap bekerja dengan keluarga trauma saat keluarga terlibat dalam aktivitas khusus

tertentu. Ketika ia memandang dan menerapi keluarga yang bermasalah, pendekatannya

diperlembut oleh penghormatan tulusnya terhadap kemampuannya bertindak secara alami

dan kekuatan keluarga.

7.      Melindungi Anggota Keluarga Yang Berisiko Mengalami Kekerasan

Tujuan ini dapat dicapai dengan:          

a.       Mengenali dan melaporkan penganiayaan anak

b.      Mendukung dan merujuk pasangan, lansia, saudara kandung, orang tua, homoseksual yang

dianiaya, pelaku penganiayaan dan unit keluarga

c.       Mengkoordinasi perawatan bagi keluarga dan anggota keluarga, bekerja secara kolaborasi

dengan petugas kesehatan lain dan pekerja kesejahteraan

8.      Merujuk Anggota Keluarga Yang Menunjukkan Masalah Coping Dan Disfungsi Yang

Lebih Kompleks

Page 7: Strategi Koping Lain

Ketika stress dan masalah coping keluarga di luar layanan yang dapat diberikan perawat

keluarga, perujukan dan tindak lanjut konsling atau terapi keluarga yang berkelanjutan sering

kali diindikasikan. Perujuk kekonselor yang menggunakan pendekatan sistem keluarga

seringkala sangat membantu.

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Banyak perubahan evolusioner dan revolusioner berlansung dimasyarakat kita dan

berhubungan dengan keluarga sepanjang waktu. Bagaimana keluarga mengatasi perubahan

penuh stress yang berbeda, walaupun dipercayai bahwa umumnya keluarga amerika dapat

bertindak secara efektif dan fleksibel dalam adaptasi mereka terhadap perubahan. Walaupun

begitu rentang respon yang luas terjadi saat kemalangan yang berat. Beberarapa keluarga

beradaptasi sangat baik terhadap stressor dan ketegangan dan mengubah pola fungsi,

menggunakan sumber dan strategi coping yang membantu mengelola stress tersebut.

Keluarga lain mengguanakan strategi coping yang membahayakan atau disfungsional

yang hanya dapat mengurangi stress sementara. Hasil akhir bagi keluarga ini dapat termasuk

kekerasan dalam keluarga, perpecahan keluarga dan kecanduan.

Keluarga dan anggota keluarga menggunakan susunan strategi coping keluarga yang

luas guna mengatasi situasi penuh stress. Strategi perilaku, kognitif,dan emosional

diidentifikasi dan dibahas terkait dampaknya terhadap fungsi keluarga. Strategi coping

keluarga dapat dibagi menjadi strategi coping keluarga internal dan eksternal, yang

bergantung pada apakah strategi intrakeluarga atau ekstrakeluarga.

Perawat keluarga dan professional perawatan kesehatan lain yang melakukan

hubungan denagan keluarga baik di lingkungan lembaga maupun komunitas berada dalam

posisi kunci untuk mengkaji stressor, persepsi, kekuatan dan coping serta adaptasi keluarga

dan melakukan intervensi pada keluarga ini dengan memberikan adaptasi keluarga yang lebih

optimal.

Page 8: Strategi Koping Lain

Untuk melengkapi pengkajian stress dan coping keluarag, pertanyaan khusus diajukan

terkait dengan masing-masing konsep mayor dalam area ini. Pertanyaan ini berfokus pada

stressor, kekuatan, persepsi keluarga, coping keluarga (strategi coping internal, eksternal dan

disfungsional) dan adaptasi keluarga.

B.     Saran

Diharapkan kepada mahasiswa  agar bisa menggunakan makalah ini dan juga menjadikannya

sebagai pedoman dalam memberikan intervensi keperawatan tentang proses dan strategi

coping yang bisa digunakan  pada keluarga dengan gangguan masalah kesehatan dan dalam

memberikan pendidikan serta konsling untuk merubah perilaku atau coping yang digunakan

apabila keluarga menggunakan strategi coping disfungsional dan mempertahankan strategi

coping keluarga ynag menggunakan strategi coping yang fungsional atau positif