strategi kepala sekolah dalam mengembangkan...

148
STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENGEMBANGKAN SARANA DAN PRASARANA UNTUK MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI MTS PONPES DARUL MUTTAQIEN PARUNG BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Ika Oktavianti NIM 1112018200017 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Upload: lehuong

Post on 09-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM

MENGEMBANGKAN SARANA DAN PRASARANA UNTUK

MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI MTS

PONPES DARUL MUTTAQIEN PARUNG BOGOR

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Ika Oktavianti

NIM 1112018200017

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Skripsi berjudul Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor disusun oleh IKA OKTAVIANTI Nomor Induk Mahasiswa 1112018200017, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 03 Januari 2017 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S I (S.Pd) dalam bidang Manajemen Pendidikan.

Jakarta, 13 Januari 2017

Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Dr. Hasyim Asy'ari, M.Pd NIP. 19661009 199303 1 004

Penguji I

Dr. Jejen Musfah, MA NIP. 19770602 200501 1 004

Penguji II

Dra. Nurdelima Waruwu, M. Pd NIP. 19671020 200112 2 001

Mengetahui,

jt/ ;-17-10/

s Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

-

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan

Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Ponpes MTs Darul

Muttaqien Parung Bogor disusun oleh Ika Oktavianti, NIM. 1112018200017,

Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan

dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang

munaqasah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 07 Desember 2016

Yang Mengesahkan,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Fathi Ismail, MM Drs. Ali Nordin, M.Pd

NIP. 150 183 109 00 NIP. 19550601198103 1 005

SURA T PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

J urusan I Prodi

Alamat

: Ika Oktavianti

: 1112018200017

: Manajemen Pendidikan

: Kp. Rawa Bebek RT 09/010 No. 13 Kota Baru, Bekasi

Barat, Bekasi, J awa Barat 1 713 9

MENYATAKANDENGANSESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan

Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Ponpes

MTs Darul Muttaqien Parung-Bogor adalah benar hasil karya saya sendiri

dibawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing I

NIP

Nama Pembimbing 2

NIP

Program Studi

:Dr. Fathi Ismail, MM

: 150 183 109 00

: Drs. Ali Nurdin, M.Pd

: 19550601 198103 1 005

: Manajemen Pendidikan

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta, 07 Desember 2016

Ika Oktavianti

i

ABSTRAK

Ika Oktavianti (NIM: 1112018200017). Strategi Kepala Sekolah dalam

Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor.

Kepala Sekolah sebagai seorang Manajer harus mempunyai strategi

dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, karena salah satu

indikator yang paling mudah diukur untuk mengetahui suatu sekolah itu bermutu

atau tidak, dapat dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana pendidikannya

dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan penjelasan tentang

strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana serta dampak

atau pengaruhnya terhadap mutu pembelajaran, dimana manfaat lain dari

penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi

mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan, yang nantinya akan

mengabdikan dirinya di dunia pendidikan baik menjadi pendidik maupun kepala

sekolah.

Penelitian ini menggunakan Pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif, di mana data dikumpulkan melalui teknik wawancara, studi dokumen

dan observasi. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, kemudian penulis

memaparkan data yang diperoleh sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian, Strategi Kepala MTs Ponpes Darul

Muttaqien dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran telah berjalan dengan baik. Hal ini terbukti dari adanya

kesesuaian standar sarana dan prasarana yang telah ditetapkan dengan kondisi

sarana dan prasarana yang sebenarnya. Hal ini berdampak terhadap peningkatan

mutu pembelajaran dilihat dari prestasi akademik dimana rata-rata nilai raport

siswa pada dua tahun terakhir berada pada kategori sangat baik dan prestasi non

akademik dimana siswa/I meraih juara I di berbagai lomba seperti pidato dan

olahraga pada tahun 2015.

Kata Kunci: Strategi Kepala Sekolah, Sarana dan Prasarana, Mutu Pembelajaran.

ii

ABSTRACT

Ika Oktavianti (NIM: 1112018200017). The Principal Strategy in Developing

Facilities and Infrastructure to Improve The Quality of Learning at MTs

Ponpes Darul Muttaqien.

Principal as a manager must have a strategy to develop the educational

facilities and Infrastructure. Because, as one of the most easily measured

indicators to determine the school’s qualification, can be seen from the

completeness of its facilities and infrastructure to support the learning process in

schools.

The purpose of this study is to get an explanation of the principal strategy

in developing facilities and Infrastructure, and the impact or influence on the

quality of learning, which is another benefit of this research was expected to

contribute positively to the students of Education Management, that will be devote

himself in the world of education either educators or principals.

This research uses a qualitative approach with descriptive method, data

were collected through interview, observation and documentation studies. After

the required data were collected, then the authors presented the obtained data in

accordance with the facts on the ground.

Based on the results of the research, the principal strategy MTs Ponpes

Darul Muttaqien in developing facilities and infrastructure to improve the quality

of learning has been going well. This is evident from their standard conformity

infrastructure that has been set by the condition of the actual infrastructure. In the

case an impact on improving the quality of learning visits of academic

achievement where the average value of students in the two years ago in the very

good category and non academic achievements which students won in various

competitions such as speech and sports in 2015.

Keywords: Principal Strategy, Facilities and Infrastructure, Quality of Learning.

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat,

dan hidayah yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,

keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Kepala Sekolah dalam

Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran

di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor” penulis menyadari bahwa masih

terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan namun demikian penulis

berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kekurangan tersebut.

Tidak dipungkiri selama proses penyusunan penulis banyak menerima

bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu. Semoga atas

bantuan yang diberikan senantiasa mendapatkan pahala dan keridhoan Allah

SWT. Khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan izin atas penyusunan skripsi ini.

3. Rusydy Zakaria, M. Ed, M. Phil, Dosen Pembimbing Akademik yang telah

bersedia meluangkan waktu dan kesabarannya untuk membimbing penulis

terkait kegiatan akademik selama perkuliahan dan membantu penulis dalam

menyelesaikan masalah-masalah akademik selama penulis menempuh

pendidikan di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Fathi Ismail, MM, Dosen pembimbing pertama yang bersedia dikunjungi

rumahnya oleh penulis dan selalu meluangkan waktu untuk membimbing, dan

memberikan semangat penulis hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah

selalu memberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidupnya. Amiin.

iv

5. Drs. Ali Nurdin, M. Pd, Dosen pembimbing kedua yang selalu memberikan

semangat dan doa agar skripsi penulis cepat selesai serta mempermudah

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-

dosen di Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah banyak memberikan ilmu

dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga amal

baik mereka mendapatkan ridho Allah SWT.

7. Abdullah Hudri, SS, M. Pd, Kepala MTs Ponpes Darul Muttaqien, yang

dengan ramah menerima, mengizinkan, serta sangat membantu penulis dalam

mengumpulkan data ketika melakukan penelitian di MTs Ponpes Darul

Muttaqien sehingga penelitian ini berjalan dengan cepat dan lancar. Semoga

Allah SWT selalu memberikan keberkahan dalam hidupnya. Amiin.

8. Bapak dan ibu guru MTs Ponpes Darul Muttaqien, serta bagian tata usaha

yang sangat ramah dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan

dalam skripsi ini. Khususnya kepada: Heri Hasary, S.Pd.I, Darojat, S.Pd.I,

Maria Ulfah, S.Pd, Siti Hajar, S.Pd, Muhammad Maasur, S.Pd.I, Samuji S.Pd,

Ismuhu, dan siswa/i yang telah bersedia diganggu waktu belajarnya untuk

melengkapi informasi yang penulis butuhkan.

9. Ayah tersayang Sadih dan Mama tercinta Purwanti terima kasih atas

ketulusan dan kesabarannya yang telah mendidik dan menasehati untuk terus

berusaha dalam meraih apapun yang diinginkan, menjadi orang tua terhebat

yang selalu mendukung penulis baik materil dan moril, menyertai langkah

penulis dengan doa terbaik, dan selalu menguatkan ketika mengalami masa

sulit sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

10. Adikku tersayang Dinda Armanita, serta sepupuku Ashrafil Ardifiar, , Pawas

Ulwan, Jihan Cahaya Aulia, Jodi Rizki Alfaro, Ahmad Sofian dan (alm)

Muhamad Fadilllah terimakasih untuk selalu mendukung, menghibur, dan

memberikan semangat kakak selama proses penyusunan skripsi ini.

11. Paman dan Bibiku tersayang yaitu Endang Sriyanti, Yulianti, Darussalam,

Darmawangsa, Ari Oktaviar dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan

v

satu persatu yang selalu memberikan dukungan materil dan moril sejak awal

penulis kuliah hingga akhirnya selesai dalam penyusuan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabatku tersayang (Syarifatul Hilwa, Nurfitriani, Septi Nurhikmah,

Nuning Yulistika, Zurqotunnajah, Rizka Choirunnisa dan adikku Atina

Mahdiyya Theofani) yang selalu memberikan keceriaan, menemani ketika

aku sakit, saling berbagi masalah serta saling mendukung dan menguatkan

dalam usaha menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

13. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2012 Manajemen Pendidikan mulai

dari grup romli bimbingan skripsi, hayaters, power rangers, maupun bunglon

MP A yang telah menemani berproses dan berjuang bersama penulis selama

kuliah di UIN Jakarta. Semoga Allah selalu memberikan kemudahan dan

kesempatan untuk meraih cita-cita yang kita inginkan.

14. Kepada seluruh kakak, rekan sejawat, dan adikku tersayang di Pojok Seni

Tarbiyah (POSTAR) khususnya Elemen Degung Sunda Tarbiyah, Terima

kasih telah menerima penulis sebagai bagian dari keluarga besar kalian serta

memberikan perhatian dan cinta yang banyak untuk penulis selama ini.

Semoga segala kebaikan yang telah dilakukan selama ini mendapat

balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin ya rabbal alamien

Pada akhirnya, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis, dan umumnya bagi semua pembaca. Penulis sadar betul dalam

penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, untuk itu penulis berharap

adanya saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk perbaikan

pelaksanaan penelitian mendatang maupun kemajuan penulis ke depannya.

Jakarta, 07 Desember 2016

Penulis

Ika Oktavianti

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ............................................................. 6

D. Perumusan Masalah .............................................................. 6

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 6

F. Manfaat Penelitian ................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Strategi Kepala Sekolah

1. Pengertian Kepala Sekolah ............................................... 8

2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah ................................... 8

3. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah .............................. 10

4. Pengertian Strategi ........................................................... 12

5. Analisis SWOT ................................................................. 13

6. Implementasi Strategi ....................................................... 16

7. Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana

dan Prasarana Pendidikan ................................................. 18

B. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan ................... 20

2. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan .................. 21

3. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ................ 23

vii

4. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan .................. 27

5. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan .............. 29

6. Standarnisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan ............. 30

C. Mutu Pembelajaran

1. Pengertian Mutu Pembelajaran ........................................ 35

2. Mutu Pembelajaran dilihat dari Aspek Sarana dan

Prasarana .......................................................................... 38

2.1 Mutu Sarana dan Prasarana ....................................... 38

2.2 Strategi Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan

di Madrasah ............................................................... 39

D. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................. 41

E. Kerangka Berpikir ................................................................. 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 46

B. Metode Penelitian .................................................................. 47

C. Sumber Data .......................................................................... 47

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 48

E. Teknik Analisis Data ............................................................. 49

F. Kisi-Kisi Instrumen ............................................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTs Darul Muttaqien .............................. 55

1. Sejarah MTs Darul Muttaqien .......................................... 55

2. Profil MTs Darul Muttaqien ............................................ 56

3. Visi dan Misi MTs Darul Muttaqien ................................ 56

4. Tujuan dan Program MTs Darul Muttaqien .................... 57

5. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Madrasah ... 57

6. Data Pendidik dan Tendik MTs Darul Muttaqien ............ 61

7. Data Peserta Didik MTs Darul Muttaqien ........................ 61

8. Data Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien .......... 62

viii

9. Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien .................... 64

B. Deskripsi dan Analisis Data

1. Tugas dan Fungsi Kepala MTs Darul Muttaqien ............. 66

2. Gaya Kepemimpinan Kepala MTs Darul Muttaqien ....... 67

3. Menyusun Rencana Kebutuhan MTs Darul Muttaqien .... 72

4. Strategi Kepala Sekolah dalam Perencanaan Pengadaan

Sarana dan Prasarana Kepala MTs Darul Muttaqien ...... 77

5. Strategi Kepala Sekolah dalam Pemeliharaan Sarana dan

Prasarana Kepala MTs Darul Muttaqien .......................... 85

6. Dampak Pengembangan Sarana dan Prasarana terhadap

Mutu Pembelajaran di MTs Darul Muttaqien .................. 89

7. Strategi Peningkatan Mutu dilihat dari Aspek Sarana

dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien ........................... 98

C. Temuan Hasil Penelitian ....................................................... 102

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 104

B. Saran ....................................................................................... 105

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana ............... 34

Tabel 2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ................................................... 41

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ................................................... 46

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ................................................ 50

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Observasi ................................................... 52

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Studi Dokumen ......................................... 53

Tabel 4.1 Data Peserta Didik MTs Darul Muttaqien ................................. 62

Tabel 4.2 Data Kondisi Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien 64

Tabel 4.3 Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien ............................. 65

Tabel 4.4 Hasil Raport kelas VIII dan IX pada Tahun Ajaran 2014-2015

dan 2015-2016 ........................................................................... 90

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Kerja Analisis SWOT ............................................ 16

Gambar 4.1 Ruang Perpustakaan .............................................................. 80

Gambar 4.2 Laboratorium IPA ................................................................. 80

Gambar 4.3 Laboratorium Komputer ........................................................ 81

Gambar 4.4 Lapangan Sepak Bola ............................................................ 81

Gambar 4.5 Gedung Yaman ...................................................................... 88

Gambar 4.6 Ruangan Kelas ...................................................................... 88

Gambar 4.7 Suasana Olimpiade MIPA, IPS, dan PAI Putra dan Putri

MTs Darul Muttaqien Tahun 2016 ....................................... 97

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman dan Hasil Wawancara

Lampiran 2 : Ujian Referensi

Lampiran 3 : Lembar Uji Referensi

Lampiran 4 : Lembar Hasil Check list Studi Dokumen

Lampiran 5 : Lembar Hasil Observasi Kondisi Sarana dan Prasarana

Lampiran 6 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian MTs Darul Muttaqien

Lampiran 8 : Surat Keterangan Telah Penelitan di MTs Darul Muttaqien

Lampiran 9 : Struktur Organisasi MTs Darul Muttaqien

Lampiran 10 : Data Guru/Staff Pengajar MTs Darul Muttaqien

Lampiran 11 : Data Prestasi Akademik dan Non Akademik MTs Darul Muttaqien

Lampiran 12 : Data Keadaan Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien

Lampiran 13 : Laporan Hasil Notulen Evaluasi Bidang Sarana dan Prasarana

Lampiran 14 : Rencana Program Kerja Kepala Madrasah Tahun 2016-2017

Lampiran 15 : Laporan Program Kerja Kepala Madrasah Tahun 2016-2017

Lampiran 16 : Laporan Hasil Pengadaan Barang Inventaris Tahun 2016-2017

Lampiran 17 : Laporan Hasil Pemeliharaan Rutin Fasilitas Tahun 2016-2017

Lampiran 18 : Pedoman Kerja Wakabid dan TU Sarana dan Prasarana

Lampiran 19 : Data Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX tahun ajaran 2014-

2015 dan 2015-2016

Lampiran 20 : Data Hasil Penghitungan Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX

tahun ajaran 2014-2015 dan 2015-2016

Lampiran 21 : Hasil Dokumentasi MTs Darul Muttaqien

Lampiran 22 : Contoh Surat Izin Permohonan Penggunaan Laboratorium

Lampiran 23 : Contoh Berita Acara Penggunaan Laboratorium

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini

adalah rendahnya mutu pendidikan khususnya mutu pembelajaran. Faktor

penyebabnya antara lain: lemahnya kepemimpinan kepala sekolah, rendahnya

kinerja guru dan staff, terbatasnya sarana dan prasarana, kurangnya Sumber

Daya Manusia (SDM) yang kompeten, pelayanan yang kurang memadai dan

faktor-faktor lainnya yang dapat menjadi penghambat tercapainya mutu

pendidikan.

Para pakar pendidikan sering kali menegaskan bahwa guru

merupakan sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan

program pendidikan. Oleh karena itu, peningkatan mutu performa guru

mutlak dilakukan secara terus menerus dalam rangka peningkatan mutu

pendidikan. Namun, tidak berarti bahwa keberadaan unsur-unsur lainnya

tidak begitu penting bagi peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Dalam

rangka meningkatkan mutu pendidikan khususnya pembelajaran di sekolah

perlu adanya layanan yang profesional dibidang sarana dan prasarana bagi

guru dan kepala sekolah sehingga memudahkan mereka dalam melaksanakan

tugasnya secara efektif dan efisien. Oleh karena itulah, perlu adanya

manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang baik untuk menunjang

teraktualisasinya mutu pembelajaran di sekolah.1

Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

nasional menyatakan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal

menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan

sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan

1 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2010), Cet. 2, h. 1.

2

intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.2 Namun, pada

realitanya sekolah masih mengalami beberapa kendala dalam

mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan. Kendala-kendala dalam

pengembangan sarana dan prasarana antara lain: keterbatasan biaya,

kelebihan sarana dan prasarana yang sebenarnya tidak urgent dibutuhkan

sekolah, ketersediaan jumlah sarana dan prasarana pendidikan dalam

menunjang pembelajaran tidak sebanding dengan jumlah siswa dan guru di

sekolah tersebut serta tersedianya sarana dan prasarana tetapi tidak sesuai

dengan kebutuhan peserta didik sehingga sarana dan prasarana tersebut hanya

tersimpan di dalam gudang dan lama kelamaan menjadi rusak sebelum

digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran di Sekolah.

Masalah atau kendala ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran

seluruh komponen yang ada di Sekolah mengenai pentingnya pengembangan

sarana dan prasarana pendidikan secara tepat, khususnya Kepala Sekolah.

Pada kenyataannya, belum banyak Kepala Sekolah yang mampu mengelola

sarana dan prasarana pendidikan secara tepat. Padahal, salah satu indikator

yang paling mudah diukur untuk mengetahui suatu sekolah itu bermutu atau

tidak, dapat dilihat dari kelengkapan sarana dan prasarana pendidikannya

dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah. Semakin baik dan lengkap

sarana dan prasarana pendidikan yang terdapat di suatu sekolah maka

persepsi masyarakat terhadap mutu sekolah tersebut juga akan semakin baik.

Dengan diberlakukannya desentralisasi pendidikan berarti

pemerintah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk berinisiatif dan

berkarya sesuai dengan kemampuan lembaga pendidikan atau sekolah

masing-masing termasuk dalam pengembangan sarana dan prasarana. Dengan

adanya kebijakan ini diharapkan sekolah dapat mengembangkan segala

potensi yang dimiliki sekolahnya dengan sebaik mungkin dalam rangka usaha

memajukan pendidikan di Indonesia, karena yang paling tahu kekurangan,

kelebihan, dan kebutuhan suatu sekolah hanyalah sekolah itu sendiri. Jika

sarana dan prasarana sekolah dikelola oleh orang yang mempunyai

kemampuan untuk mengelola sarana dan prasarana secara tepat maka

2 Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan

Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba. 2012), Cet. 1, h. 155.

3

kegiatan pembelajaran di sekolah akan berlangsung secara optimal karena

adanya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran di sekolah

tersebut. Selain itu, diperlukan adanya partisipasi seluruh warga sekolah

dalam pengembangan sarana dan prasarana yang akan diadakan atau

ditambahkan jumlahnya agar pengembangan ini tidak sia-sia dan sesuai

dengan kebutuhan pemakainya baik guru, siswa, ataupun karyawan di

Sekolah tersebut.

Kepala Sekolah sebagai seorang Manajer harus mempunyai strategi

dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan. beliau harus

mempunyai kemampuan dasar dalam menyusun analisis kebutuhan dan

perencanaan sarana dan prasarana pendidikan sehingga adanya kesesuaian

antara kebutuhan sekolah dengan sarana dan prasarana yang ingin

ditambahkan. Selain itu, peran Kepala Sekolah dalam mengikutsertakan guru

dan siswa dalam perencanaan sarana dan prasarana pendidikan juga sangat

dibutuhkan karena sarana dan prasarana ini nantinya yang akan menunjang

aktivitas mereka selama berada di lingkungan sekolah. Jadi, strategi kepala

sekolah dalam melibatkan baik secara langsung maupun tidak pihak guru dan

siswanya akan mempengaruhi tingkat keberhasilan pengembangan sarana dan

prasarana di suatu sekolah.

Untuk mengetahui secara lebih konkretnya mengenai pengembangan

sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, maka penulis melakukan

observasi awal di Pondok Pesantren Modern Darul Muttaqien pada jenjang

Madrasah Tsanawiyah. Persepsi yang berkembang dalam masyarakat

mengenai pondok pesantren adalah bahwa suatu pondok pesantren dapat

berkembang dengan baik walaupun dengan sarana dan prasarana yang minim

contohnya adalah fenomena pesantren salafi yang sukses mencetak hafidz dan

hafidzah Al-Qur’an meskipun hanya bermodalkan kitab kuning dan dengan

media pembelajaran yang seadanya. Tetapi bukankah di era globalisasi dan

modernisasi ditambah lagi dengan kenyataan bahwa Indonesia telah

memasuki pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kita membutuhkan

generasi-generasi muda yang mempunyai kompetensi dan keterampilan yang

beragam tetapi tetap memiliki karakter yang kuat dan akhlak yang mulia

4

sehingga mampu bersaing di dunia internasional. Selain itu, landasan agama

yang kuat menjadi poin yang sangat penting bagi generasi muda indonesia

agar tidak mudah jatuh dalam budaya asing yang menyimpang dari ajaran

agama Islam. Oleh karena itu, Pesantren dalam era sekarang ini harus lebih

membuka dirinya dengan perubahan positif seperti adanya pengembangan

sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran dan

mempermudah guru maupun karyawan dalam menjalankan tugas mengajar

maupun kegiatan administratif. Hal ini sejalan dengan Hadis yang

diriwayatkan Bukhari dan Muslim yaitu: “Tiap orang yang dilahirkan

membawa fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani,

atau Majusi.”(HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadis ini diisyaratkan bahwa pendidikan islam memiliki

tanggungjawab mengupayakan agar membimbing manusia untuk senantiasa

mewujudkan kecenderungan yang baiknya dan menghindari dari mengikuti

kecenderungan yang buruk.3 Jadi, pada era Globalisasi yang semakin tak

terkendali dan krisis karakter dalam diri generasi muda saat ini, Peran

Pesantren modern dalam mencetak generasi muda yang berakhlak mulia,

berkepribadian yang kuat dan keterampilan yang beragam sangat dibutuhkan.

Oleh karena itu, kurikulum pesantren modern saat inilah yang dianggap

sesuai dan mampu menjawab tuntutan masa depan akan sosok penerus bangsa

yang cerdas dalam pikiran, tutur kata, tindakan maupun hati nuraninya.

Dalam menjawab tantangan ini, pesantren juga harus bekerja keras dalam

memenuhi segala kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan, teknologi,

kepribadian, dan keagamaan.

Setelah melakukan observasi awal di MTs Darul Muttaqien pada

tanggal 04 November 2015 melalui wawancara secara langsung dengan

Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana yaitu Ustad Heri Hasary diperoleh

informasi bahwa program-program pengembangan sarana dan prasarana

secara tertulis di MTs Darul Muttaqien belum ada. Adapun kendala yang

dihadapi sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana adalah

keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Yayasan. Sebab, dana yang

3. Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Prenada Media Grup,

2016), Cet. 1, h. 137-138.

5

diperoleh hanya berasal dari uang awal masuk santri, dana Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) dan uang SPP bulanan santri. Pihak yayasan

sama sekali tidak melakukan kerjasama dengan pihak luar untuk memperoleh

bantuan dana karena mereka memiliki prinsip “Selama masih bisa

menggunakan dana dari pihak pesantren sendiri, jangan pernah berharap

bantuan dari orang lain yang belum tentu bersedia membantu memenuhi

kebutuhan pesantren”.

Kendala berikutnya yaitu kesulitan dalam menentukan milik dari

suatu jenjang pendidikan karena pada hakekatnya semua milik pesantren,

sehingga tidak ada yang namanya milik salah satu jenjang pendidikan. Hal ini

menyulitkan pihak MTs dan MA ketika menghadapi akreditasi dari

Pemerintah. Oleh karena itu, setiap ada lembaga akreditasi yang akan menilai

salah satu jenjang pendidikan baik MTs maupun MA, maka sekolah akan

mempersiapkan diri membuat dokumen-dokumen yang diperlukan seolah-

olah itu adalah milik MTs atau MA.

Masalah lainnya adalah sering kali terjadi perbedaan pendapat atau

konflik antara Kepala Sekolah dengan Kepala Yayasan Darul Muttaqien. sulit

untuk mencapai kesepakatan antara Kepala Sekolah dan Kepala Yayasan

terkait pengambilan keputusan penting baik untuk pengembangan sarana dan

prasarana maupun sektor lainnya pada suatu jenjang pendidikan.4

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan

Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs

Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor’’.

4 Hasil wawancara dengan Bapak Heri Hasary, Wakil Kepala Sekolah bidang Sarana dan

Prasarana, Pada hari Rabu, 04 November 2015, Pukul 10.00 WIB, di Ruang TMI Darul

Muttaqien.

6

B. Identifikasi Masalah

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan Pengembangan Sarana

dan Prasarana Pendidikan antara lain faktor kepemimpinan, kemampuan

manajerial, kerjasama antara seluruh warga sekolah, budaya sekolah,

lingkungan masyarakat, masalah finansial dan peraturan pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat

diidentifikasi antara lain:

1. Terbatasnya anggaran dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana.

2. Lemahnya komunikasi dan koordinasi Kepala Sekolah dalam

Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan.

3. Rendahnya Partisipasi warga sekolah dalam Pengembangan Sarana dan

Prasarana.

4. Lemahnya Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan.

5. Lemahnya SDM dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan.

C. Pembatasan Masalah

Mengacu pada identifikasi di atas maka fokus penelitian dapat dibatasi

tinjauannya pada:

1. Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana

Pendidikan.

2. Dampaknya terhadap Peningkatan Mutu Pembelajaran di Sekolah.

D. Perumusan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Strategi Kepala Sekolah dalam

Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk Menjelaskan Strategi Kepala Sekolah

dalam Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung Bogor.

7

F. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Manfaat Akademis: Hasil Penelitian diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan pemahaman penulis tentang standar kemampuan

manajerial yang harus dimiliki oleh kepala sekolah, kontribusi

kemampuan manajerial tersebut dalam mengembangkan sarana dan

prasarana pendidikan, serta pengaruh sarana dan prasarana terhadap mutu

pembelajaran di sekolah.

2. Manfaat umum: hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan, evaluasi

serta menambah paradigma baru bagi Sekolah dalam upaya

mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan dengan memanfaatkan

keterlibatan seluruh komponen yang ada di sekolah, khususnya Kepala

Sekolah yang merupakan seorang manajer dalam upaya pengembangan

sarana dan prasarana pendidikan ini sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai sesuai dengan kriteria yang diharapkan.

3. Manfaat untuk pembaca : sebagai salah satu sumber untuk memperkaya

pemahaman para pelaksana di lapangan. Khususnya Kepala Sekolah,

tenaga pendidik dan kependidikan yang terlibat langsung maupun tidak

langsung dalam upaya pengembangan sarana dan prasarana pendidikan.

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. STRATEGI KEPALA SEKOLAH

1. Pengertian Kepala Sekolah

Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala

sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama sekolah.

Jadi, mereka merupakan orang yang banyak mengetahui tugas-tugas mereka

dan menentukan irama di sekolah. Sebelum menjelaskan peran kepala

sekolah lebih jauh, perlu diketahui bahwa ada dua buah kata kunci yang

dapat dipakai sebagai landasan untuk memahami tugas dan fungsi kepala

sekolah. Menurut KBBI yang dikutip oleh Wahjosumidjo dalam bukunya,

Kedua kata tersebut adalah „kepala‟ dan „sekolah‟. Kata „kepala‟ dapat

diartikan „ketua‟ atau „pemimpin‟ dalam suatu organisasi atau sebuah

lembaga. Sedangkan „sekolah‟ adalah sebuah lembaga dimana menjadi

tempat menerima dan memberi pelajaran.

Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat

didefinisikan sebagai “seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas

untuk memimpin suatu sekolah dimana terjadi interaksi antara guru yang

memberi pelajaran dan murid menerima pelajaran”.1

Jika melihat dari definisi dan teori di atas, dapat disimpulkan

bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang diberi tugas tambahan untuk

memimpin suatu sekolah yang didalamnya terjadi proses kegiatan belajar

mengajar antara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima

pembelajaran.

2. Tugas dan Fungsi Kepala Sekolah

Agar visi dan misi sekolah dapat tercapai perlu ditunjang oleh

kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan roda kepemimpinannya.

Meskipun pengangkatan kepala sekolah tidak sembarangan, bahkan

1 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 83.

9

diangkat dari guru yang sudah berpengalaman atau mungkin yang sudah

lama menjabat sebagai wakil kepala sekolah.2

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

2007 tentang Standar Kepala Sekolah telah dijelaskan bahwa seorang kepala

sekolah harus menguasai lima dimensi kompetensi kepala sekolah yang

terdiri dari komponen kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan

sosial beserta aspek-aspek dari masing komponen tersebut agar kepala

sekolah dapat menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pemimpin di

sekolah sehingga visi, misi, dan tujuan sekolah dapat tercapai sesuai dengan

yang diharapkan.3

Dinas pendidikan juga telah menetapkan bahwa kepala sekolah

harus mampu melaksanakan pekerjaannya sebagai edukator, manajer,

administrator, dan supervisor (EMAS). Dalam perkembangan selanjutnya,

berdasarkan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman dalam

paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus

mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor,

leader, innovator, motivator, figur, dan mediator (EMASLIM-FM).

Dengan demikian pekerjaan kepala sekolah semakin hari semakin

meningkat dan akan selalu meningkat sesuai dengan perkembangan

pendidikan yang diharapkan. Semua fungsi itu harus dipahami oleh kepala

sekolah dan yang lebih penting adalah bagaimana kepala sekolah mampu

mengamalkan dan menjadikan hal tersebut dalam bentuk tindakan nyata di

sekolah. Pelaksanaan peran, fungsi dan tugas tersebut tidak dapat dipisahkan

satu sama lain, karena saling terkait dan saling mempengaruhi, serta

menyatu dalam pribadi seorang kepala sekolah yang profesional. Kepala

sekolah yang demikianlah yang akan mampu mendorong visi menjadi aksi

dalam paradigma baru manajemen pendidikan.4

2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011), Cet. 12, h. 98. 3 Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah.

4 Mulyasa. loc. cit.

10

Selain itu, Kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sangat

ditentukan oleh kapasitasnya dalam melakukan tugas-tugas administratif

dengan proses kerja menurut prosedur administrasi yang benar.

Pengembangan kapasitas kepala sekolah sangat penting diarahkan pada

kemampuannya melakukan audit program dan kegiatan sekolah yang telah

direncanakan sebelumnya.5

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa seiring dengan

perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat modern tidak dapat

dipungkiri bahwa kompetensi dan fungsi seorang kepala sekolah dalam

memimpin sekolahnya akan lebih beragam dan banyak bukan hanya

EMASLIM-FM saja. Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya jika para

kepala sekolah terus mengupdate informasi dan mengupgrade

kemampuannya untuk menjawab tantangan masa depan dan masyarakat

yang terus berubah agar sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah yang

bermutu dan unggul dibandingkan dengan yang lainnya.

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Keberhasilan sekolah merupakan keberhasilan dari kepala sekolah

dan keberhasilan kepala sekolah merupakan keberhasilan sekolah.6 Salah

satu syarat mutlak kriteria keberhasilan sekolah yaitu diperlukan adanya

kepemimpinan kepala sekolah yang efektif sehingga tujuan dan mutu

pembelajaran dapat berjalan sesuai rencana. Seperti yang telah diketahui

bahwa proses kepemimpinan kepala sekolah berkaitan dengan gaya

kepemimpinan yang digunakannya. Dari berbagai gaya kepemimpinan

kepala sekolah, gaya kepemimpinan situasional cenderung lebih fleksibel

dalam kondisi operasional sekolah. Gaya kepemimpinan ini dipilih karena

adanya anggapan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan kepala sekolah yang

5 Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran: Dalam Proses Pendidikan, (Bandung:

Alfabeta, 2010), Cet. 1, h. 121. 6 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 101.

11

terbaik, melainkan tergantung dari kondisi dan situasi yang dihadapi sekolah

saat itu.7

Setiap gaya kepemimpinan yang ada seperti gaya kepemimpinan

otokratis, pseudo demokratis, demokratis, ataupun kharismatik mempunyai

kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam implementasinya di

sekolah sehingga akan sulit untuk menentukan mana yang terbaik. oleh

karena itu kepemimpinan situasionallah yang dianggap paling sesuai bagi

kepala sekolah untuk mengatasi berrbagai masalah dan pengambilan

keputusan dari berbagai kondisi dan situasi yang dihadapi sekolah.

Selain itu, adapun aspek kunci peran kepemimpinan dalam

pendidikan yaitu memberdayakan para guru untuk memberi mereka

kesempatan secara maksimum guna mengembangkan belajar siswanya.

Stanley Spanbaeur dalam Sailis yang dikutip oleh Rohiat di dalam bukunya

menyatakan pendapatnya mengenai kepemimpinan kepala sekolah.

Kesimpulan Spanbauer ialah:

a. Libatkan guru dan semua staff dalam aktivitas penyelesaian

masalah.

b. Tanyakan kepada para guru bagaimana mereka berpikir

mengenai sesuatu dan bagaimana suatu proyek akan dilakukan

bukan mengatakan apa yang akan terjadi.

c. Berbagilah informasi manajemen sebanyak mungkin untuk

membantu komitmen mereka.

d. Tanyakan kepada staff sistem dan prosedur mana yang menjadi

penghambat dalam memberikan mutu kepada pelanggan

mereka.

e. Menerapkan komunikasi yang sistematis dan terus menerus

antar setiap orang yag terlibat dalam sekolah.

f. Mengembangkan keahlian dalam penyelesaian konflik, masalah

dan negosiasi ketika menampilkan toleransi yang lebih besar

bagi apresiasi konflik.

g. Menjadi model, dengan cara menampilkan karakteristik

personalitas yang diharapkan, menghabiskan waktu untuk

berkeliling serta mendengarkan guru dan pelanggan lainnya.

h. Belajar untuk lebih menjadi pelatih daripada seorang BOS. 8

7 Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), Cet. 3, h. 20. 8 Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), Cet. 2, h. 37-38.

12

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa indikator

kepemimpinan kepala sekolah efektif yang harus dimiliki dan dipahami oleh

seorang pemimpin di sekolah merupakan kunci dari keberhasilan sekolah.

Karena keberhasilan sekolah tergantung bagaimana metode kepemimpinan

yang dilakukan kepala sekolah. Semakin baik kepemimpinan kepala sekolah

maka akan semakin baik pula mutu sekolah tersebut. Selain itu, seperti yang

telah disimpulkan Spanbaeur bahwa kemampuan kepala sekolah dalam

memberdayakan guru dan staffnya juga menjadi kunci atau poin penting

untuk mencapai keberhasilan dalam memimpin suatu sekolah.

4. Pengertian Strategi

Agar strategi yang telah direncanakan berjalan secara efektif dan

sesuai dengan visi dan misi sekolah, maka kepala sekolah harus mengetahui,

menyadari, dan memahami tiga hal: (a) mengapa pendidikan yang bermutu

dibutuhkan di sekolah, (b) apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan

mutu sekolah, (c) bagaimana mengelola sekolah secara efektif untuk

mencapai prestasi yang tinggi. Kemampuan dalam menjawab pertanyaan

inilah yang dijadikan tolak ukur standar kelayakan apakah seseorang dapat

menjadi kepala sekolah yang efektif atau tidak.9

Menurut Bracker Secara etimologis, pengertian strategi bersumber

dari kata Yunani Klasik, yakni “strategos” (jenderal) yang pada dasarnya

diambil dari pilahan kata-kata Yunani untuk “pasukan” dan “memimpin.”.

Penggunaan kata kerja Yunani yang berhubungan dengan “strategos” ini

dapat diartikan sebagai “perencanaan dan pemusnahan musuh-musuh

dengan menggunakan cara yang efektif berlandaskan sarana-sarana yang

dimiliki”.10

Sementara, Learned, Christensen, Andrews, dan Guth

mengemukakan bahwa Strategi merupakan alat untuk menciptakan

9 Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),

Cet. 3, h. 22. 10

Faisal Afiff dan Ismeth Abdullah (eds.), Manajemen Strategi Keorganisasian

Publik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), Cet. 1, h. 53.

13

keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah

memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.11

Pengertian lain mengenai Strategi menurut Argyris (1985),

Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) yaitu respons secara terus

menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta

kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.12

Kesimpulan dari berbagai Konsep mengenai “strategi” di atas

adalah suatu alat atau acuan untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan

dan menciptakan keunggulan dalam bersaing yang dilakukan secara terus

menerus dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kekuatan dan

kelemahan yang terdapat di lingkungan internal serta peluang dan ancaman

yang terdapat di lingkungan eksternal suatu organisasi/intansi.

Jadi, Strategi kepala sekolah merupakan suatu alat atau acuan yang

diterapkan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin di suatu sekolah untuk

mencapai tujuan yang diharapkan dengan mempertimbangkan kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh sekolah tersebut.

5. Analisis SWOT

SWOT merupakan singkatan dari: Strengths (kekuatan) yang

merupakan kondisi internal positif yang memberikan keuntungan. Weakness

(kelemahan) merupakan kondisi internal negatif yang dapat merendahkan

penilaian terhadap organisasi. Opportunities (peluang) adalah kondisi

sekarang atau masa depan yang menguntungkan organisasi. Threats

(ancaman) adalah kondisi eksternal organisasi baik sekarang maupun di

masa mendatang yang tidak menguntungkan organisasi.13

Tools ini

menyediakan kerangka kerja analisis suatu organisasi yang dapat

mengembangkan dan mengubah strateginya.14

11

Freddy Rangkuti, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2014), Cet. 8, h. 3. 12

Ibid., h. 4. 13

. Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip

Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet.1, h. 160.

14

. Nanang Fattah, Manajemen Stratejik Berbasis Nilai, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2015), Cet.1, h. 78.

14

Analisis-analisis yang menggunakan pendekatan SWOT

merupakan suatu bentuk lompatan pemikiran yang menawan dalam upaya

merumuskan strategi apa yang diperlukan, karena SWOT menganalisis

keadaan organisasi sekarang dan sekaligus menghadirkan kemungkinan

penginventarisasian alternatif-alternatif strategis yang menawarkan jaminan

terbaik bagi penciptaan suatu kreativitas nilai ke masa depan.15

Tetapi tidak

dapat dipungkiri bahwa alat analisis ini juga memperoleh sejumlah kritik

sebagaimana disebutkan Wheelen dan Hunger sebagai berikut:

a. Analisis SWOT menghasilkan daftar peluang, ancaman,

kekuatan, dan kelemahan yang sangat panjang.

b. Analisis SWOT sering kali menggunakan kata-kata atau frasa

yang mengandung arti ambigu/mendua.

c. Faktor yang sama dapat ditempatkan dalam dua kategori,

misalnya kekuatan bisa juga sekaligus dianggap kelemahan

perusahaan.

d. Hasil analisis SWOT sering kali tidak memiliki keterkaitan

secara logis dengan implementasi strategis.16

Analisis SWOT dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk

melihat kekuatan dan kelemahan di dalam sekolah, sekaligus memantau

peluang dan tantangan yang dihadapi sekolah. Analisis SWOT adalah salah

satu tahap dalam manajemen strategik yang merupakan pendekatan analisis

lingkungan. Analisis SWOT menyediakan informasi bagi para pengambil

keputusan yang dapat dijadikan sebagai dasar dan pertimbangan dalam

mengambil suatu keputusan atau tindakan. Jika keputusan itu diterapkan

secara efektif akan memungkinkan sekolah untuk mencapai tujuannya.

Organisasi sekolah juga harus mengambil manfaat dari kekuatannya secara

optimal dan berusaha untuk mengatasi kelemahannya agar terhindar dari

kerugian baik waktu maupun anggaran.

15

. Faisal Afiff dan Ismeth Abdullah (eds.), Manajemen Strategik Keorganisasian

Publik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), Cet. 1, h. 148. 16

Ismail Solihin, Manajemen Strategik, (Jakarta: Erlangga, 2012), h, 164-165.

15

Analisis SWOT dalam penyelenggaraan sekolah dapat membantu

pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana, sumber

daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan, dan sebagainya yang

lebih efektif. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan

dengan membuat matriks SWOT.17

Adapun contoh dari penggunaan strategi yang dihasilkan dari

matriks SWOT sebagai berikut:

a. Strategi Strength-Oppurtinity

Strategi ini menggunakkan kekuatan pesantren untuk meraih

peluang-peluang yang ada di luar pesantren. Dengan demikian, jika

pada hasil analisis ternyata diketahui bahwa pesantren memiliki

banyak kelemahan, maka pesantren harus segera mengatasinya agar

menjadi kuat. Sedangkan, jika pesantren menghadapi banyak

ancaman, pesantren harus berusaha menghindarinya dan konsentrasi

pada berbagai peluang yang ada.

b. Strategi Weakness-Oppurtinity

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan

pesantren dengan memanfaatkan peluang-peluang. Mungkin saja,

pesantren kesulitan memanfaatkan peluang-peluang yang ada karena

banyaknya kelemahan internal pesantren.

c. Strategi Strength-Threat

Melalui strategi ini, pesantren harus berupaya untuk menghindari

atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman.

d. Strategi Weakness-Threat

Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara

mengurangi kelemahan serta mengurangi ancaman.18

17

Kompri, Manajemen Pendidikan - Jilid 3, (Bandung : Alfabeta, 2015), Cet. 1, h. 258. 18

Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip

Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet. 1, h. 165.

16

Gambar 2.1

Kerangka Kerja Analisis SWOT 19

6. Implementasi Strategi

Implementasi strategi dalam manajemen sekolah melibatkan upaya

besar yang bertujuan mentransformasikan tujuan strategi ke dalam aksi yaitu

penyelenggaraan program sekolah. Betapapun hebatnya suatu strategi,

apabila tidak diimplementasikan tentu saja strategi itu tidak akan bermakna

bagi pengembangan sekolah.20

Langkah implementasi ini juga dijadikan

ajang pembuktian bagi suatu strategi apakah sudah optimal atau belum.

Dalam penerapan strategi/pengimplementasian suatu strategi maka perlu

dilakukan hal sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi misi, arah dan sasaran organisasi

Kepala sekolah harus menetapkan misi sekolah secara utuh dengan

melibatkan pemilik, pelanggan, dan pegawai sebagai konstituen

organisasi. Selain itu, sasaran yang akan ditetapkan juga harus

dapat terukur sehingga arah dapat ditentukan secara lebih jelas.

b. Mengidentifikasi assessment lingkungan eksternal organisasi.

Dalam hal ini, kepala sekolah harus memperhatikan kondisi yang

sedang terjadi dan kemungkinan perubahan yang akan terjadi,

termasuk pada organisasi sekolah lain yang serupa sehingga

19

. Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan

Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), Cet. 1, h. 167. 20

Kompri, Manajemen Pendidikan - Jilid 3, (Bandung : Alfabeta, 2015), Cet. 1, h. 255.

ENVIRONMENTAL SCAN

Internal Analysis External Analysis

Strength Weaknes

s

Opportunnity Threats

SWOT MATRIX

17

sekolah dapat mengambil keputusan yang tepat dalam

mengembangkan sekolahnya.

c. Mengidentifikasi assessment lingkungan internal organisasi

Selain memperhatikan kondisi dari lingkungan eksternal sekolah,

kepala sekolah juga harus mengetahui kemampuan dan kondisi

internal dari sekolah yang dipimpinnya. 21

d. Merumuskan strategi

Dalam tahap ini, kepala sekolah harus mempersiapkan strategi

alternatif, memilih strategi dan memutuskan strategi apa yang akan

digunakan.

e. Melaksanakan strategi

Suatu strategi dapat dikatakan berhasil, jika penerapannya sesuai

dengan yang direncanakan.

f. Mengendalikan strategi

Untuk mengetahui atau melihat sejauh mana efektivitas dari

implementasi strategi, maka diperlukan evaluasi strategi guna

memperbaiki kekurangan atau kesalahan yang terjadi.22

Penerapan merupakan hasil dari suatu perencanaan. Sehingga

sebelum melakukan proses perencanaan maka perlu dilakukan analisis untuk

mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh

sekolah. Dalam menerapkan strategi juga diperlukan pengawasan sehingga

apa yang diterapkan sesuai dengan apa yang telah direncanakan

sebelumnya.

Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa strategi yang

dilakukan oleh kepala sekolah harus berdasarkan hasil analisis SWOT yang

terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh

sekolah sehingga strategi tersebut dapat memberikan dampak positif

terhadap kemajuan sekolah.

21

. Ibid., h. 245. 22

. Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip

Pengelolaan Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), Cet. 1, h. 158.

18

7. Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan

Prasarana Pendidikan

Sasaran dari pengembangan sarana dan prasarana adalah

terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah yang sesuai

Standar Nasional Pendidikan yaitu dengan memanfaatkan dana yang ada

atau mencari terobosan lain dalam penambahan dana untuk (1)

perbaikan/pengadaan/pembangunan gedung dan ruangan sesuai dengan

kebutuhan sekolah, (2) pengadaan/perbaikan/penambahan peralatan praktik

laboratorium IPA, Bahasa, dan Komputer, (3)

pengadaan/perbaikan/penambahan modul, buku, referensi, manual, diktat,

majalah, jurnal, dll, (4) pengadaan/perbaikan/penambahan media pendidikan

pada semua mata pelajaran, (5) peningkatan perawatan sarpras sekolah (6)

pengadaan/perbaikan/penambahan sarana TU, (7) Pelaksanaan

pengadaan/perbaikan/penambahan sarpras, (8) pelaksanaan evaluasi

pengembangan sarpras, (9) dan sebagainya sesuai dengan sasaran dan

program.

Masalah yang dihadapi untuk mencapai sasaran tersebut berdasarkan

analisis SWOT adalah (1) kurang efektifnya koordinasi antar warga sekolah,

(2) rendahnya pemahaman karyawan/guru dalam pemanfatan teknologi

informasi atau lab di sekolah, (3) rendahnya dana atau anggaran yang

dimiliki oleh sekolah, (4) lemahnya pemahaman sekolah terkait sarana dan

prasarana yang dibutuhkan sekolah.

Strategi yang dapat dilakukan oleh sekolah berdasarkan analisis

masalah di atas untuk mewujudkan sasaran dari pengadaan dan

pemeliharaan sarana dan prasarana antara lain: (1) membentuk tim khusus,

(2) melaksanakan workshop/pelatihan secara internal di sekolah, (3)

melakukan kerjasama dengan Komite Sekolah, (4) melakukan kerjasama

dengan lembaga/instansi lain, khususnya dalam pengadaan sarpras, (5)

mengadakan kunjungan ke sekolah lain, (6) melakukan kerjasama dengan

19

LPTI/perguruan tinggi, (7) melakukan kerjasama dengan dunia

usaha/industri, (8) dan sebagainya.23

Dalam proses manajemen sarana dan prasarana, perencanaan

gedung sekolah termasuk perencanaan untuk fasilitas merupakan pekerjaan

yang kompleks dan makan waktu serta memerlukan terbentuknya hubungan

kerja sama yang akrab dengan masyarakat. Oleh sebab itu, perencanaan

gedung sekolah memerlukan kepemimpinan kepala sekolah yang dinamis.

Kepala sekolah mempunyai tanggungjawab yang signifikan untuk

mengkoordinasikan bahan-bahan masukan/input dari para guru, peserta

didik, orang tua, dan warga setempat.24

Selain itu, dalam melakukan perencanaan sarana dan prasarana

pendidikan. seorang kepala sekolah mempunyai peranan yang strategis.

Kepala sekolah dituntut untuk serba bisa, karena bukan saja harus

memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bangunan sekolah,

melainkan juga banyak pengetahuan mengenai perabot dan perlengkapan.

Kepala sekolah bersama-sama dengan staff menyusun daftar kebutuhan

sekolah, kemudian mempersiapkan perkiraan tahunan untuk untuk

diusahakan penyediaannya sesuai dengan kebutuhan. Menyimpan dan

memelihara serta mendistribusikan kepada guru-guru yang bersangkutan,

dan menginventarisasi alat/sarana tersebut pada akhir tahun pelajaran.25

Demikian banyak dan kompleksnya sumber daya sekolah yang

harus dibina oleh kepala sekolah, sehingga betapa penting peranan

kepemimpinan kepala sekolah di dalam merencanakan dan memelihara

fasilitas sekolah. Merencanakan fasilitas yang baru maupun yang

diperbarui memerlukan keterlibatan secara tepat dari para guru, siswa, dan

masyarakat sehingga fasilitas sekolah dirasakan bermanfaat, dapat dipakai

dan fleksibel.

23

Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), Cet. 2, h. 90. 24

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 328. 25

Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV.

Multi Karya Mulia, 2007), Ed. 1, h. 39.

20

B. PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN

1. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan

Berikut di bawah ini dijelaskan tentang pengertian sarana dan prasarana

pendidikan menurut para ahli yaitu:

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah memberikan

gambaran secara umum mengenai pengertian sarana pendidikan yaitu sarana

pendidikan diartikan sebagai semua fasilitas yang menunjang proses belajar

mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan termasuk personil dan

kurikulum.26

Ibrahim Bafadal mengungkapkan bahwa sarana pendidikan adalah

semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung

digunakan dalam proses pendidikan di Sekolah.

Sementara menurut pendapat Mulyasa, Pada hakikatnya, sarana

pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung

dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar

mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media

pengajaran.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sarana

pendidikan adalah semua fasilitas atau peralatan yang digunakan secara

langsung sebagai penunjang kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan.

Selanjutnya, Pengertian prasarana pendidikan menurut Mulyasa

adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses

pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, ruang kantor, kantin,

tempat parkir, toilet, dan sebagainya.27

Sementara secara etimologis prasarana berarti alat tidak langsung

untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, maka prasarana pendidikan

adalah alat yang tidak langsung digunakan untuk mencapai tujuan

26

Ibid., h. 6. 27

Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet.

1, h. 212.

21

pendidikan. misalnya: bangunan sekolah, lapangan olahraga, asrama guru,

dan sebagainya.28

Membahas mengenai sarana dan prasarana ini, maka tidak bahas

secara terpisah melainkan langsung disatukan saja, karena antara sarana dan

prasarana mempunyai hubungan yang sangat erat dan sulit untuk dipisahkan

atau dibedakan.29

Sebagai contoh taman sekolah merupakan salah satu

prasarana di sekolah karena secara tidak langsung menunjang proses

pembelajaran. Lain halnya jika taman sekolah tersebut digunakan untuk

pembelajaran biologi maka komponen tersebut akan berubah menjadi sarana

pendidikan karena dimanfaatkan secara langsung untuk proses

pembelajaran. jadi, suatu fasilitas dapat berubah menjadi sarana ataupun

prasarana pendidikan tergantung dari pemanfaatan secara langsung ataupun

tidak fasilitas tersebut dalam menunjang proses pembelajaran.30

2. Jenis-Jenis Sarana dan Prasarana Pendidikan

Secara garis besar, sarana dan prasarana pendidikan di sekolah dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Lahan, yaitu sebidang tanah yang dijadikan tempat untuk

mendirikan bangunan sekolah.

b. Ruangan, yaitu tempat yang digunakan untuk kegiatan

pembelajaran, administrasi, dan penunjang pembelajaran.

c. Perabot, yaitu seperangkat kursi, meja, lemari dan sejenisnya yang

digunakan untuk melaksanakan kegiatan atau aktivitas yang

dilakukan di sekolah.

d. Alat, yaitu sesuatu yang digunakan untuk membantu pelaksanaan

kegiatan tertentu di sekolah.

e. Bahan praktik, yaitu semua jenis bahan alami atau buatan yang

digunakan untuk kegiatan praktik di sekolah.

f. Bahan ajar, yaitu seluruh sumber bacaan yang berisi ilmu

pengetahuan untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang

mencakup modul, buku pegangan, buku pelengkap, buku sumber,

dan buku bacaan.

g. Sarana olahraga, baik yang di luar maupun di dalam ruangan.31

28

Wahyu Sri Ambar ., op. cit. h. 7. 29

Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014),

Cet. 1, h. 193. 30

Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara Mandiri,

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media 2011), Cet. 1, h. 252. 31

Kompri., op. cit., h. 194.

22

Secara lebih rinci Sarana dan prasarana pendidikan dapat digolongkan

sebagai berikut :

Ditinjau dari Fungsinya Terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM)

a. Berfungsi tidak langsung (kehadirannya tidak sangat menentukan).

Contoh: tanah, halaman, pagar, tanaman, gedung/bangunan.

b. Berfungsi langsung (kehadirannya sangat menentukan) terhadap

PBM, seperti alat pelajaran, alat peraga, alat praktik, dan media

pendidikan.

Ditinjau dari Jenisnya antara lain:

a. Fasilitas fisik atau fasilitas materiil, yaitu segala sesuatu yang

berwujud benda mati atau dibendakan yang mempunyai peran untuk

memudahkan atau melancarkan suatu usaha, seperti kendaraan, mesin

tulis, komputer, perabot, alat peraga, model, media, dan sebagainya.

b. Fasilitas nonfisik, yaitu sesuatu yang bukan benda mati atau kurang

dapat disebut benda atau dibendakan, yang mempunyai peranan untuk

memudahkan atau melancarkan suatu usaha seperti manusia, jasa, dan

uang.

Ditinjau dari Sifat Barangnya antara lain:

a. Barang bergerak atau barang berpindah /dipindahkan, dikelompokkan

menjadi barang habis pakai dan barang tidak habis pakai.

b. Barang habis pakai adalah barang yang susut volumenya ketika

dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat

susut terus hingga habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tulis,

tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu, dan sebagainya. (Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 225/MK/V/1971 tanggal 13 April 1971).

Sementara Barang tidak habis pakai adalah barang-barang yang dapat

dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya ketika digunakan

dalam jangka waktu yang realatif lama, tetapi tetap memerlukan

perawatan agar selalu siap pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti

mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media

pendidikan dan sebagainya.

23

c. Barang tidak bergerak adalah barang yang tidak berpindah-pindah

letaknya atau tidak bisa dipindahkan, seperti tanah,

bangunan/gedung, sumur, menara air dan sebagainya.32

3. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dimulai dari tahap

perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, dan pengawasan. Dalam suatu hadis

Rasullullah SAW bersabda bahwa “Kebenaran yang tidak diatur

(diorganisasi) dapat dikalahkan oleh kebatilan yang diatur (diorganisasi)

dengan baik”. Dari hadis ini sudah jelas bahwa sesuatu yang tidak

direncanakan dengan baik meskipun hal tersebut mempunyai tujuan yang

baik maka hasilnya tidak akan maksimal begitupun sebaliknya. Konsep ini

juga dapat ditransformasikan dalam pengembangan sarana dan prasarana

pendidikan, meskipun tujuan pengadaan suatu barang itu mempunyai tujuan

yang baik yaitu menunjang pembelajaran di sekolah tetapi apabila tidak

direncanakan dengan baik dan pertimbangan yang matang maka dapat

mengakibatkan kerugian yang besar bagi sekolah.33

Untuk menyusun suatu program Pengembangan Sarana dan

Prasarana Pendidikan, diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang

dan teliti agar program tersebut dapat berjalan dengan sukses sesuai dengan

harapan seluruh pihak baik yang terlibat secara langsung maupun tidak

langsung. Dalam membuat perencanaaan ini, urutan dalam mengembangkan

program Sarana dan Prasarana itu dapat diutarakan sebagai berikut:

a. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa

Dalam proses belajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah

kesenjangan antara kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang kita

inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang

mereka miliki sekarang. Sebelum program dibuat kita harus meneliti

32

Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet. 1,

h. 214. 33

Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Prenada Media

Grup, 2016), Cet. 1, h. 266.

24

dengan baik pengetahuan awal dan prasyarat yang dimiliki siswa yang

menjadi sasaran program kita. Penelitian ini biasanya dapat dilakukan

dengan tes. Bila tes ini tidak dapat dilakukan karena keterbatasan biaya,

waktu, maupun alasan lainnya pengembangan program sedikitnya harus

memiliki asumsi-asumsi mengenai pengetahuan dan keterampilan

prasyarat yang harus dimiliki siswa serta pengetahuan awal yang diduga

telah dimiliki oleh siswa.

b. Perumusan Tujuan

Tujuan dapat dijadikan acuan ketika kita mengukur apakah

tindakan kita betul atau salah, ataukah tindakan kita berhasil atau gagal.

Dalam proses belajar mengajar tujuan instruksional merupakan faktor

yang sangat penting. Tujuan dapat memberi arah kemana siswa akan

pergi, bagaimana ia harus pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa

telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini merupakan pernyataan yang

menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa setelah ia

mengikuti proses instruksional tertentu.

c. Pengembangan Materi Pelajaran

Dalam proses belajar mengajar, jika tujuan instruksional jelas dan

kita telah mengetahui kemampuan dan keterampilan apa yang diharapkan

dapat dilakukan siswa, maka langkah selanjutnya adalah kita harus

memikirkan bagaimana caranya supaya siswa memiliki kemampuan dan

keterampilan tersebut. apa yang harus dipelajari atau pengalaman belajar

apa yang harus dilakukan siswa supaya tujuan instruksional tersebut

tercapai? Kepada setiap tujuan itu pertanyaan yang sama harus diajukan

yaitu kemampuan apa yang harus dimiliki siswa sebelum siswa memiliki

kemampuan yang dituntut oleh tujuan khusus ini? Dengan cara ini kita

akan mendapatkan sub kemampuan dan sub keterampilan serta sub-sub

kemampuan dan keterampilan yang telah kita identifikasi akan

memperoleh bahan instruksional terperinci yang mendukung tercapainya

tujuan itu.

25

d. Perumusan Alat Pengukur Keberhasilan

Dalam setiap kegiatan instruksional, kita perlu mengkaji apakah

tujuan instruksional dapat dicapai atau tidak pada akhir kegiatan

instruksional itu. Untuk keperluan tersebut kita perlu mempunyai alat

yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Alat

pengukur keberhasilan siswa ini perlu dirancang dengan seksama dan

seyogyanya dikembangkan sebelum program pengembangan sarana dan

prasarana dilakukan atau sebelum kegiatan belajar mengajar

dilaksanakan menggunakan sarana dan prasarana baru yang telah

direncanakan. Alat ini dapat berupa tes, penugasan, ataupun daftar cek

perilaku.34

Jika urutan program pengembangan sarana dan prasarana ini dapat

dilakukan dengan tepat oleh sekolah maka perencanaan akan berjalan

dengan efektif sehingga peningkatan mutu dapat tercapai sesuai dengan

harapan sekolah tersebut.

Dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, kegiatan

yang harus diperhatikan adalah perencanaan sarana dan prasarana

pendidikan. Perencanaan sarana dan prasarana dapat didefinisikan sebagai

keseluruhan proses perkiraan secara matang rancangan mengenai

pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan

perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan.35

Untuk

mengetahui jumlah kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam

suatu unit kerja maka diperlukan data dan informasi yang lengkap mengenai

sarana dan prasarana yang telah tersedia dan yang seharusnya ada sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, diperlukan data hasil proyeksi

penduduk usia sekolah yang akan ditampung menjadi siswa baru di sekolah

tersebut di masa mendatang, hal ini dapat mengurangi resiko kelebihan

34

Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakata, 2010), Cet. 14, h. 99-114. 35

Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara

Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 251.

26

ataupun kekurangan sarana dan prasarana ketika siswa baru masuk ke

sekolah tersebut.36

Proses perencanaan ini harus dilakukan dengan cermat dan teliti

dengan mempertimbangkan karakteristik sarana dan prasarana yang

dibutuhkan, jumlah, jenis, dan kendala (manfaat yang didapatkan), beserta

harganya. “Jones(1969) menjelaskan bahwa perencanaan pengadaan

perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis

pengalaman pendidikan yang diprogramkan di sekolah”.37

Analisis tersebut

sejalan dengan yang dikatakan oleh Boeni Sukarna yang dikutip oleh

Ibrahim Bafadal yaitu:

a. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah

yang diajukan oleh setiap unit kerja dan/atau

menginventarisasi kekurangan perlengkapan sekolah.

b. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk

periode tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu tahun

ajaran.

c. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan

perlengkapan yang tersedia sebelumnya. Dalam hal ini,

perencana mencari informasi yang akurat mengenai

perlengkapan yang telah tersedia untuk dijadikan acuan untuk

mendaftar semua perlengkapan yang dibutuhkan tetapi belum

tersedia.

d. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran

sekolah yang tersedia. Jika dana yang tersedia tidak

mencukupi untuk semua pengadaan perlengkapan yang

dibutuhkan, maka perlu diadakan seleksi terhadap kebutuhan

perlengkapan yang urgent untuk didaftar dan didahulukan

pengadaanya.

e. Jika ternyata masih melebihi anggaran yang tersedia perlu

diadakan seleksi lagi dengan melihat skala prioritas dari daftar

kebutuhan perlengkapan yang urgent untuk diadakan.

f. Penetapan rencana pengadaan akhir.38

Selain itu, adapun manfaat yang dapat diperoleh dari Perencanaan

sarana dan prasarana pendidikan yaitu: dapat membantu dalam menentukan

tujuan, meletakkan dasar-dasar dan menetapkan langkah-langkah,

36

Matin Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep dan

Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 7.

37

Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet. 1,

h. 217. 38

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2004), Cet. 2, h. 29.

27

menghilangkan ketidakpastian, dapat dijadikan dasar atau pedoman untuk

melakukan pengawasan, pengendalian dan bahkan juga penilaian atau tolak

ukur agar nantinya kegiatan berjalan dengan efektif dan efisien.39

Dari

keseluruhan uraian diatas mengenai perencanaan sarana dan prasarana

pendidikan maka dapat ditegaskan bahwa Untuk menyusun suatu program

Pengembangan Sarana dan Prasarana Pendidikan, diperlukan persiapan dan

perencanaan yang matang dan teliti agar program tersebut dapat berjalan

dengan sukses sesuai dengan harapan seluruh pihak baik yang terlibat secara

langsung maupun tidak langsung.40

4. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Proses selanjutnya adalah pengadaan sarana dan prasarana

pendidikan. Dalam konteks persekolahan, pengadaan sarana dan prasarana

pendidikan adalah segala kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan

keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil dari perencanaan untuk

menunjang kegiatan pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien

sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengadaan sarana dan prasarana

pendidikan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan anak didik dan

mempertimbangkan manfaat yang akan diperoleh dari pengadaan tersebut di

masa mendatang.41

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan fungsi

operasional kedua dalam manajemen sarana dan prasarana setelah

perencanaan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian kegiatan

untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan

kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan spesifikasi, jumlah, waktu

maupun tempat, dengan harga dan sumber yang dapat

dipertanggungjawabkan.42

Agar usaha pengadaan suatu barang sesuai

dengan apa yang diharapkan maka rencana yang disusun harus berjalan

39

Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV.

Multi Karya Mulia, 2007), Ed. 1, h. 21. 40

Arief S Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), Cet. 14, h. 99. 41

Wahyu Sri Ambar,, op. cit., h. 46-47. 42

Matin, Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep

dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 21.

28

dengan hati-hati. Adapun tahap-tahap dalam mengadakan perencanaan

kebutuhan alat pelajaran antara lain:

a. Mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang

membutuhkan alat atau media dalam menyampaiannya. Hasil

analisisnya berupa daftar alat atau media yang dibutuhkan dan

dilakukan oleh guru bidang studi.

b. Apabila kebutuhan yang diajukan ternyata melebihi

kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus

diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat-alat yang

mendesak pengadaannya dan kebutuhan lain dapat dipenuhi

pada masa mendatang.

c. Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah

tersedia. Alat yang telah tersedia di reinventarisasi, jika

ditemukan alat yang harus diperbaiki atau diubah sebaiknya

dipisahkan agar dapat diperbaiki oleh ahlinya.

d. Mengadakan seleksi terhadap alat atau media yang masih dapat

dimanfaatkan dengan metode reparasi, modifikasi maupun

tidak.

e. Mencari dana (bila belum ada). Dalam tahap ini dilakukan

kegiatan perencanaan tentang bagaimana cara memperoleh

dana baik rutin maupun tidak rutin.

f. Menunjuk beberapa orang yang memenuhi kriteria yang

mumpuni untuk melaksanakan pengadaan alat atau media.43

Jika tahapan perencanaan kebutuhan telah selesai, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan Prosedur Pengadaan barang di sekolah yang

pada umumnya melalui prosedur antara lain:

a. Menganalisis kebutuhan dan fungsi barang .

b. Mengklasifikasikan barang tersebut.

c. Membuat proposal pengadaan barang yang ditujukan kepada

pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah

swasta.

d. Bila disetujui, selanjutnya akan ditinjau dan dinilai

kelayakannya untuk mendapat persetujuan dari pihak yang

dituju.

e. Setelah dikunjungi dan disetujui maka barang akan dikirim ke

sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan barang

tersebut.44

Selain beberapa tahapan di atas, adapula beberapa alternatif yang

dapat dijadikan pilihan sebagai cara pengadaan sarana dan prasarana

sekolah diantaranya yaitu:

43

Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara

Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 259-260. 44

Wahyu Sri Ambar, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta: CV.

Multi Karya Mulia, 2007), Ed. 1, h. 49.

29

a. Dropping dari Pemerintah. Hal ini merupakan bantuan yang

diberikan pemerintah kepada sekolah. Bantuan ini sifatnya

terbatas sehingga pengelola sarana dan prasarana pendidikan

di sekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain.

b. Pengadaan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli

baik secara langsung maupun melalui pemesanan terlebih

dahulu.

c. Permintaan sumbangan dari wali murid atau pengajuan

proposal bantuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke

lembaga-lembaga sosial yang tidak mengikat.

d. Pengadaan perlengkapan dengan cara menyewa atau

meminjam ke tempat lain.

e. Pengadaan perlengkapan sekolah dengan cara menukar barang

yang dimiliki dengan barang lain yang dibutuhkan sekolah.45

Selain itu, perlu diketahui bahwa jenis sarana yang disediakan di

sekolah dan cara pengadministrasiaannya mempunyai pengaruh yang besar

terhadap program pembelajaran. Tanggung jawab seorang kepala sekolah

dalam hal ini berkaitan dengan pengadaan sarana dan prasarana,

penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian. Sementara seorang guru

mempunyai andil dalam pengadaan sarana pendidikan mengingat bahwa

guru lebih banyak berhubungan dengan sarana pengajaran. Pengadaan

barang kadang memerlukan keterlibatan guru karena semua barang yang

dipergunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan rancangan kegiatan

belajar mengajar dan hanya gurulah yang mengetahui prioritas dari barang

yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran tersebut.46

5. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Setelah sarana prasarana tersedia, langkah berikutnya yaitu

melakukan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana tersebut.

Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan ini adalah kegiatan untuk

melaksanakan pengurusan dan pengaturan sarana dan prasarana agar selalu

dalam keadaan baik dan siap digunakan secara berdayaguna dan berhasil

guna dalam mencapai tujuan pendidikan.47

Di sekolah, kegiatan tersebut

berguna untuk menjaga agar perlengkapan yang dibutuhkan oleh personel

45

Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet. 1,

h. 201. 46

Wahyu Sri Ambar,, op. cit., h. 50-51. 47

Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara

Mandiri, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 268-269.

30

sekolah dalam kondisi siap pakai sehingga akan membantu kelancaran

proses pembelajaran.

Ditinjau dari sifat ataupun waktunya, terdapat beberapa macam

pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah, yaitu:

a. Pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan

ringan, dan perbaikan berat.

b. Pemeliharaan sehari-hari (membersihkan ruang dan

perlengkapannya) dan

c. Pemeliharaan berkala, seperti pengecetan dinding, pemeriksaan

bangku, genteng, dan perabotan lainnya.48

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan

pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan antara lain:

a. Untuk mengoptimalkan usia pakai peralatan. Dari segi iaya hal ini

sangat penting, karena jika membeli suatu peralatan akan jauh

lebih mahal dibandingkan dengan merawatnya.

b. Untuk menjamin kesiapan operasional peralatan untuk mendukung

kelancaran pekerjaan sehingga diperoleh hasil yang optimal.

c. Untuk menjamin ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui

pengecekan secara rutin dan teratur.

d. Untuk menjamin keselamatan orang atau siswa yang

menggunakan alat tersebut.49

6. Standarnisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pemerintah melalui menteri pendidikan menerbitkan Peraturan

Pemerintah No. 24 tahun 2007 tentang Standar sarana dan prasarana.

Standar sarana dan prasarana berdasarkan PP No. 19 tahun 2005 tentang

standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang

ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan,

48

Rusdiana, Pengelolaan Pendidikan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2015), Cet.

1, h. 219. 49

Matin Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep

dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 92.

31

laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan

berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang

proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi.50

Untuk memenuhi standar sarana dan prasarana, sekolah harus

melakukan upaya-upaya pemenuhan antara lain pengadaan sarana dan

prasarana, merenovasi sarana dan prasarana, meningkatkan perawatan

sarana dan prasarana, dan meningkatkan keamanan sarana dan prasarana.51

Kebanyakan dari lembaga sekolah hanya berfokus terhadap

pemenuhan standar nasional pendidikan yang pada akhirnya mengabaikan

proses-proses pengelolaan, seperti diskusi, menentukan prioritas, membagi

tanggung jawab, dan lainnya. Asalkan standar terpenuhi, pengelolaan sarana

dan prasarana sudah efektif dan efisien. Padahal, belum tentu sarana

prasarana ysng diadakan itu mendesak untuk dipenuhi atau jangan-jangan

tidak begitu menunjang dalam proses pembelajaran.

Analogi yang tepat dari standar sarana dan prasarana ini adalah

seperti membangun sangkar emas dan kemudian baru dicarikan isinya.

Padahal, isi (substansi) ini yang sangat penting bagi sebuah proses

pembelajaran, bukan megahnya sarana dan prasarana. Pemerintah sepertinya

memang mengesampingkan substansi pengembangan sarana dan prasarana

yang sesuai dengan perkembangan peserta didik melainkan lebih

memfokuskan pemerataan sarana dan prasarana bagi sekolah di Indonesia

tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya diperlukan oleh sekolah tersebut.

Sehingga, dana APBN yang diberikan oleh pemerintah untuk pembangunan

sekolah menjadi sia-sia tanpa membawa perubahan yang signifikan terhadap

mutu pendidikan di Indonesia.52

Berikut ini akan diuraikan standar sarana

dan prasarana minimum yang harus dipenuhi pada jenjang Sekolah

Menengah Pertama yaitu:

50

Rusdiana, op. cit., h. 211. 51

Teguh Triwiyanto, & Ahmad Yusuf Sobri, Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf

Internasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) , Cet.1, h. 111-112

52 Ibid., h. 113-114.

32

a. Ruang Kelas di Sekolah Menengah Pertama

Ruang kelas adalah ruang yang berfungsi sebagai tempat

kegiatan pembelajaran teori dan praktik yang tidak memerlukan

peralatan khusus dan/atau peralatan khusus yang mudah dihadirkan.

Banyak ruang kelas di satu SMP minimum sesuai dengan banyak

rombongan belajar, kapasitas maksimum 32 peserta didik, rasio

minimum 2 m2/peserta didik dan untuk rombongan belajar kurang dari

15 orang luas ruang kelas minimum 30 m2 dan lebarnya 5 m, memiliki

fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk

membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar ruangan,

memiliki pintu yang memadai sehingga memudahkan peserta didik dan

guru keluar ruangan jika terjadi bahaya dan dapat dikunci dengan baik

ketika tidak digunakan.

Ruang kelas minimum harus dilengkapi dengan sarana antara

lain: 1 buah kursi/peserta didik, 1 buah meja/peserta didik, 1 buah kursi

guru/guru, 1 buah meja guru/guru, 1 buah lemari/ruang, 1 buah papan

pajang/ruang, 1 buah papan tulis/ruang, 1 buah tempat sampah/ruang, 1

buah tempat cuci tangan/ruang, 1 jam dinding/ruang, dan 1 soket

listrik/ruang.53

b. Ruang Laboratorium IPA di Sekolah Menengah Pertama

Ruang laboratorium IPA adalah ruang yang digunakan untuk

melakukan pecobaan-percobaan sehubungan dengan pelajaran IPA.

Ruang tersebut mampu menampung minimum satu rombongan belajar.

Rasio minimum luas ruang adalah 2,4 m2/peserta didik. Untuk

rombongan belajar dengan peserta didik kurang dari 20 orang maka luas

minimum adalah 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan

18 m2. Lebar minimum 5 m dilengkapi fasilitas pencahayaan yang

53

Matin Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep

dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2016), Cet. 1, h. 158.

33

memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek percobaan, dan

tersedia air bersih.

Ruang laboratorium IPA harus dilengkapi sarana sebagai alat

bantu pendukung kegiatan pembelajaran sebagai berikut: 1 buah kursi/

peserta didik ditambah 1 buah/guru, 1 buah meja/7 peserta didik, 1 buah

meja demonstrasi /lab, 1 meja persiapan/lab, 1 lemari alat/lab, 1 buah

bak cuci/2 kelompok ditambah 1 buah di ruang persiapan, 6 buah mistar,

jangka sorong, stopwatch, thermometer 1000C, gelas ukur, batang

magnet, garpu tala, dynamometer, model molekul sederhana, pembakar

sepirtus, cawan penguapan, kaca pembesar, dan pelat tetes, 30 buah

gelas kimia, 3 buah timbangan, massa logam, dan balok kayu, 1 buah

model/gambar tubuh manusia, pencernaan manusia, peredaran darah

manusia, sistem pernapasan manusia dan organ vital manusia lainnya, 1

buah papan tulis/lab, alat pemadam kebakaran, peralatan P3K, tempat

sampah, jam dinding.dan peralatan lainnya sesuai dengan standar.54

c. Ruang Perpustakaan di Sekolah Menengah Pertama

Ruang perpustakaan merupakan tempat kegiatan peserta didik

dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka

sekaligus tempat petugas perpustakaan mengelola perpustakaan. Luas

minimum perpustakaan sama dengan ruang kelas dan lebar minimum 5

m, dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk

membaca buku, terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai dan

dilengkapi sarana seperti 1 eksemplar buku teks pelajaran/peserta didik,

buku referensi 20 judul/sekolah, sumber belajar lain 20 judul/sekolah, I

set rak buku, 1 buah rak majalah dan surat kabar/sekolah, 15 buah meja

baca/sekolah, 15 buah kursi baca/sekolah, 1 buah meja sirkulasi/petugas,

dan peralatan lainnya sesuai dengan standar perpustakaan.55

54

Ibid., h. 162-163. 55

Ibid., h. 159-161.

34

d. Tempat Bermain/Berolahraga di Sekolah Menengah Pertama

Tempat bermain/berolahraga adalah tempat yang berfungsi

untuk area bermain, berolahraga, melaksanakan pendidikan jasmani,

upacara dan kegiatan ekstrakurikuler. Rasio minimum luas tempat

bermain/berolahraga adalah 3 m2/peserta didik. Untuk sekolah yang

memiliki peserta didik kurang dari 334, luas minimum tempat

bermain/berolahraga adalah 1000 m2.

Tempat bermain/berolahraga harus berada pada lokasi yang

tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas, tidak digunakan

sebagai tempat parkir, memiliki permukaan yang datar, tidak terdapat

pohon, saluran air dan benda-benda lain yang menggangu kegiatan

olahraga. Sarana di tempat bermain/berolahraga ini harus dilengkapi

dengan 1 buah tiang bendera dan benderanya/sekolah, 1 set peralatan

bola voli, sepak, basket, senam, dan atletik/sekolah.56

Tabel 2.1

Tahap Perencanaan dan Pengadaan Sarana Prasarana 57

No Alat Pelajaran Alat Peraga Media Pengajaran

1 Merencanakan kebutuhan buku,

alat praktik, bahan praktik, dan

alat laboratorium berdasarkan

kurikulum yang berlaku dengan

memerhatikan jumlah siswa.

Menyusun kebutuhan

alat peraga menurut

jenisnya dengan

memerhatikan jumlah

siswa.

Menyusun dan

menentukan

kebutuhan media

pengajaran

2 Mendiskusikan jenis alat

pelajaran yang dibeli dan yang

dapat dikembangkan sendiri

Mendiskusikan jenis alat

peraga yang dibeli dan

yang dapat

dikembangkan.

Mendiskusikan jenis

media pengajaran

yang dibeli dan yang

dapat dikembangkan

sendiri.

3 Menyusun prioritas alat yang

akan diadakan.

Menyusun prioritas alat

peraga yang akan

diadakan.

Menyusun prioritas

media pengajaran

yang akan diadakan.

4 Mencatat fasilitas perpustakaan

dengan cermat dan tertib.

Menetapkan

penanggung jawab alat

peraga.

Menetapkan

penanggung jawab

media pengajaran

5 Menetapkan penanggungjawab

laboratorium dan perpustakaan.

56

Ibid., h. 172-173. 57

Teguh Triwiyanto, & Ahmad Yusuf Sobri, Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf

Internasional, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) , Cet.1, h. 113.

35

C. MUTU PEMBELAJARAN

1. Pengertian Mutu Pembelajaran

Mutu dalam pendidikan bukanlah barang melainkan layanan, di

mana mutu harus dapat memenuhi kebutuhan, harapan, dan keinginan

semua pihak/pemakai dengan fokus utamanya terletak pada peserta didik.

Mutu pendidikan berkembang seirama dengan tuntutan kebuttuhan hasil

pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang

melekat pada wujud pengembangan kualitas sumber daya manusia.58

Mutu

yang diharapkan tidak akan terjadi begitu saja. Mutu tersebut harus

direncanakan dengan matang. Mutu perlu menjadi sebuah bagian penting

dalam strategi sebuah institusi dan untuk meraihnya wajib menggunakkan

pendekatan yang sistematis dengan menggunakkan proses perencanaan yang

matang.59

Mutu pembelajaran dapat dilihat dari sejauhmana kemampuan

sumber daya sekolah dalam mentransformasikan beragam jenis masukan

dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu dari peserta didik,

sehingga pembelajaran yang bermutu dapat terwujud sesuai dengan harapan

semua praktisi pendidikan dan masyarakat pada umumnya. Pengembangan

mutu dalam sektor pendidikan ini sesungguhnya mengadopsi berbagai

konsep (walaupun yang paling dominan adalah konsep mutu dalam bidang

industri).60

Oemar Malik berpendapat bahwa pengertian mutu dapat dilihat dari

dua sisi, yaitu segi normatif dan deksriptif. Dalam arti normatif, mutu

ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria) intrinsik dan ekstrinsik.

Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk

pendidikan, yakni manusia yang terdidik sesuai standar ideal. Berdasarkan

kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik tenaga

58

Sofan Amri, Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah,

(Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2013), Cet. 1, h. 18. 59

Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), Cet. 2, h. 52. 60

Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri,

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Cet. 1, h. 325.

36

kerja terlatih. Dalam artian deskriptif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan

senyatanya, misalkan hasil tes prestasi siswa.61

Sementara, Crosby menyatakan bahwa mutu adalah conformance

to requirement, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau distandarkan.

Jadi, suatu produk dapat dikatakan bermutu jika sesuai dengan standar atau

kriteria yang telah ditentukan baik dari segi input, proses maupun

outputnya.62

Menurut Edward Sallis sebagaimana dikutip oleh Sri Minarti

bahwa mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus

relatif. Dalam definisi absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari

standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli. Sedangkan mutu yang

relatif dipandang sebagai suatu yang melekat pada sebuah produk sesuai

dengan kebutuhan pelanggannya.63

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa mutu

adalah terpenuhinya standar atau kriteria dari harapan pelanggan terhadap

suatu produk. Dengan kata lain, Suatu produk dapat dikatakan bermutu jika

sesuai dengan apa yang diharapkan pelanggannya.

Selanjutnya, kata pembelajaran berasal dari kata belajar berarti

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dalam bahasa sederhana kata

belajar dimaknai sebagai menuju kearah yang lebih baik dengan cara runtut

atau sistematis.64

Menurut Smith, R.M sebagaimana yang dikutip oleh Anisah

Basleman bahwa pembelajaran tidak dapat didefinisikan dengan tepat

karena banyak digunakan dalam berbagai hal. Pembelajaran digunakan

untuk menunjukkan: “(1) pemerolehan dan penguasaan tentang apa yang

telah diketahui mengenai sesuatu, (2) penyuluhan dan penjelasan mengenai

61

Ibid., h. 328-329. 62

Abdul Haris dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,

2012), Cet. 2, h. 85. 63

Sri Minarti, op. cit., h. 326. 64

Nurul Aini, “Mutu Pembelajaran Akuntansi”, Skripsi pada Sekolah SMK Negeri 50

Jakarta, Jakarta, 2016, h. 8, tidak dipublikasikan.

37

arti pengalaman seseorang, atau (3) suatu proses pengujian gagasan yang

terorganisasi yang relevan dengan masalah. Dengan kata lain, pembelajaran

digunakan untuk menjelaskan suatu hasil, proses, atau fungsi”.

Sementara, Konsensus Knowles mengemukakan bahwa

pembelajaran merupakan suatu proses tempat perilaku diubah, dibentuk,

atau dikendalikan. Jika istilah pembelajaran ini digunakan untuk

menyatakan fungsi maka tekanannya diletakkan pada aspek-aspek penting

tertentu (seperti motivasi) yang diyakini dapat membantu hasil belajar.65

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Muhammad Surya bahwa

pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.66

Dari beberapa pendapat di atas mengenai pembelajaran dapat

dipahami bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk mengubah, membentuk atau mengendalikan suatu perilaku

secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Dalam uraian sebelumnya, mutu diartikan sebagai terpenuhinya

standar atau kriteria dari harapan pelanggan terhadap suatu produk.

Sementara, pembelajaran diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk mengubah, membentuk atau mengendalikan suatu perilaku

secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya.

Berdasarkan teori analisis dapat disimpulkan, bahwa mutu

pembelajaran adalah segala aktivitas atau proses pembelajaran yang

dilakukan oleh siswa untuk mengubah suatu perilaku dalam rangka

65

Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. 1, h. 12-13. 66

Asep Herry Hernawan, Asra dan Laksmi Dewi, Belajar dan Pembelajaran Sekolah

Dasar, (Bandung: UPI Press, 2007), Cet. 1, h. 3.

38

mencapai standar atau kriteria yang telah ditetapkan sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Pembelajaran bermutu ini akan bermuara pada kemampuan guru

dalam menyampaikan pelajaran kepada siswanya. Untuk menyampaikan

materi dengan baik ini diperlukan suatu media yang dapat membantu siswa

dalam memahami suatu pelajaran. Oleh karena itulah, keberadaan suatu

sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran sangatlah dibutuhkan

dalam rangka menunjang mutu proses pembelajaran di sekolah.

2. Mutu Pembelajaran dilihat dari Segi Sarana dan Prasarana Pendidikan

2.1. Mutu Sarana dan Prasarana

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu proses belajar mengajar

sangat kompleks karena melibatkan banyak faktor yang saling terkait

satu sama lain. Salah satunya adalah keberadaan sarana dan prasarana

pendidikan yang memadai. Meskipun hanya sebagai faktor penunjang

dalam pembelajaran tetapi kontribusinya tidak dapat diabaikan dalam

usaha meningkatkan mutu proses dan hasil proses belajar mengajar di

kelas.

Fasilitas belajar dalam jumlah yang memadai di suatu institusi

pendidikan, berkontribusi besar dalam memfasilitasi guru dan peserta

didik dalam proses pembelajaran di kelas. Tanpa adanya fasilitas yang

memadai maka interaksi antara guru dan peserta didik tidak akan berjalan

optimal. Selain itu, apabila infrastruktur suatu institusi pendidikan kurang

memadai dan memenuhi syarat, maka akan berpengaruh juga terhadap

interaksi pembelajaran di sekolah. Misalnya, suatu sekolah telah

memiliki gedung sebagai tempat pembelajaran, tetapi tidak tersedia

dalam jumlah memadai sesuai dalam jumlah peserta didiknya akan

berdampak terhadap interaksi belajar mengajar yang tidak optimal.67

67

Abdul Haris dan Nurhayati, Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,

2012), Cet. 2, h. 111.

39

Ada beberapa kondisi Lingkungan fisik sekolah yang dapat

mempengaruhi mutu pembelajaran di sekolah diantaranya adalah: Ruang

kelas tidak terlalu penuh sesak dengan banyaknya siswa, para siswa

merasa nyaman dan aman berada di sekolah, keteraturan pada ruang

kelas, ruang kelas dan lapangan sekolah teratur, ruang kelas yang

menarik, tingkat kebisingan sekolah yang rendah, ruang tempat

pembelajaran dan aktivitas mencukupi. serta kepemilikan buku dan

media pengajaran para guru cukup.

Sementara, Kondisi lingkungan fisik yang berlawanan dan dapat

menghambat proses pembelajaran, yaitu: Ruang kelas terlalu penuh sesak

dengan banyaknya siswa, terjadinya tindak kekerasan pada siswa di

sekolah, ketidakteraturan ruang kelas, ketidakteraturan lapangan sekolah,

ruang kelas yang kotor dan tidak terawat, tingkat kebisingan sekolah

yang tinggi, ruang tempat pembelajaran dan aktivitas tidak mencukupi,

serta Keterbatasan dan minimnya buku dan media pengajaran yang

dimiliki guru.68

2.2. Strategi Peningkatan Mutu dan Relevansi Pendidikan di Madrasah

Strategi peningkatan mutu dan relevansi madrasah ini dilakukan

dalam 4 (empat) Aspek yaitu: kurikulum, guru dan tenaga kependidikan

lainnya, sarana pendidikan, serta kepemimpinan madrasah. Strategi yang

dimaksudkan dalam memperbaiki mutu pembelajaran berupa usaha dan

kegiatan yang dilakukan kepala sekolah secara memadai untuk meraih

keberhasilan dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Dalam hal ini

kepala sekolah melipatkan gandakan usaha dan memaksimalkan

usahanya didalam membuat keputusan, merumuskan tujuan, membuat

kebijakan, menyusun program, menggunakan sumber daya agar usahanya

dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat berhasil. Suatu penelitian

menunjukkan bahwa kepala sekolah memahami dengan baik dalam

membuat keputusan untuk memilih tindakan yang tepat, kapan, kepada

siapa dan bagaimana supervisi pengawasan professional semestinya

68

Depdiknas, Pengembangan Kultur Sekolah, 2009, h. 17-18.

40

dilakukan. Selain itu, keberhasilan kepala sekolah menggunakan

pengawasan professional sebagai supervisi dalam usaha meningkatkan

mutu, dapat dipengaruhi oleh ketepatannya dalam memilih strategi

dengan membaca keadaan di sekolahnya.69

Di dalam skripsi ini, penulis fokus terhadap kajian Strategi

peningkatan mutu dan relevansi madrasah dari aspek ketiga yaitu

pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana pendidikan di

madrasah. Pengadaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana

pendidikan di madrasah ini meliputi : (a) menjamin tersedianya buku

pelajaran, buku teks, dan buku-buku lainnya, satu buku untuk untuk

setiap peserta duduk; (b) melengkapi kebutuhan ruang belajar, (c)

mengefektifkan pengelolaan dan pendayagunaan sarana dan prasarana

pendidikan yang dikaitkan dengan sistem insentif; (d) menyediakan dana

pemeliharaan yang memadai untuk pemeliharaannya; (e)

mengembangkan lingkungan madrasah sebagai pusat pembudayaan dan

pembinaan peserta didik.70

69

Dadang Suhardan, Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di Era Otonomi Daerah, (Bandung: Alfabeta, 2010), Cet. 4, h. 146-147. 70

Ara Hidayat dan Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan

Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah, (Yogyakarta: Kaukaba, 2012), Cet. 1, h.

140-141.

41

C. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Tabel 2.2

Hasil Penelitian yang Relevan

No Penelitian Relevan

1. Nama : Zaiyadi Abdillah

Tahun : 2013

Universitas : UNIVERSITAS BENGKULU

Judul : Kinerja Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri Dalam

Meningkatkan Mutu Sekolah (Studi Deskriptif Kualitatif

di SMA Negeri 8 Seluma).

Hasil : Hasil penelitian tesis ini menunjukkan bahwa kinerja

kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan

berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada walaupun

terdapat kendala yang dihadapi tetapi kepala sekolah

berusaha mengatasi kendala tersebut.

Persamaan : Persamaan penelitian terletak pada fokus penelitian yaitu

mengetahui peran kepala sekolah dalam upaya

peningkatan mutu di sekolah.

Metode yang digunakan Kualitatif Deskriptif dan teknik

pengumpulan datanya menggunakkan wawancara,

observasi dan studi dokumentasi.

Perbedaan : Yang membedakan dengan skripsi penulis ialah:

1. Penulis memfokuskan pada strategi kepala

sekolah dalam mengembangkan sarana prasarana.

2. Penulis hanya mengambil salah satu aspek mutu

pendidikan yaitu mutu pembelajaran sebagai

variabel bebas di penelitian ini. Sementara

Zaiyadi variabel bebasnya lebih luas lagi

cakupannya yaitu mutu pendidikan yang

didalamnya membahas mutu yang dilihat dari

42

berbagai aspek atau indikator mutu.

2. Nama : Sri Wulandari

Tahun : 2013

Universitas : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Judul : Kinerja Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Sarana dan

Prasarana Pendidikan di MTs Khazanah Kebajikan

Pondok Cabe Ilir Pamulang.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya

musyawarah dan koordinasi antara kepala sekolah

dengan guru-guru, karyawan, serta siswa/i dalam

mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.

Persamaan : Persamaan penelitian terletak pada fokus utama yaitu

Peran Kepala Sekolah dalam mengelola sarana dan

Prasarana Pendidikan.

Perbedaan : Yang membedakan dengan skripsi penulis ialah:

1. Penulis menggunakan variabel peningkatan mutu

pembelajaran sebagai dampak pengembangan

sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan

oleh Kepala Sekolah.

2. Responden dalam pengumpulan data yang

dilakukan oleh Sri adalah kepala sekolah, guru,

staf, dan siswa/i. sedangkan penulis melakukan

penelitian dengan respondennya yaitu Kepala

Sekolah, Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana,

Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana, Guru

Mata Pelajaran dan Siswa/I

3. Nama : Dhiza Namira Fatihany

Tahun : 2015

Universitas : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Judul : Implementasi Rencana Strategi Sarana Prasarana di

SMPN 5 Tangerang Selatan.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sarana

43

dan prasarana di sekolah tersebut belum terlaksana

dengan baik sehingga suasana di Sekolah menjadi kurang

kondusif.

Persamaan : Persamaan penelitian terletak pada fokus utama yaitu

menjadikan strategi sebagai suatu rencana dalam

mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan.

Perbedaan : Yang membedakan dengan skripsi penulis ialah:

1. Penulis menggunakan variabel peningkatan mutu

pembelajaran sebagai dampak pengembangan

sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan

oleh Kepala Sekolah.

2. Penulis memfokuskan peran kepala sekolah juga

dalam mengelola sarana prasarana untuk

meningkatkan mutu pembelajaran.

Dari beberapa hasil penelitian terdahulu terdapat beberapa

kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Akan tetapi

dari penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah

yang akan diteliti sehingga mencegah terjadinya duplikasi dari hasil

penelitian terdahulu.

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MTs Darul Muttaqien yang terletak di Jalan

Raya Parung Bogor KM 41 Jabon Mekar Parung Bogor Provinsi Jawa Barat.

Adapun waktu pelaksanaan dimulai dari bulan Oktober 2015 sampai dengan

Oktober 2016 dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan 2015-2016

Okt Nov Feb Jun Sept Okt

1. Pengesahan

Proposal Skripsi

2. Memberikan Surat

Izin Observasi.

3. Konsultasi dengan

dosen pembimbing.

√ √ √ √ √

4. Observasi di MTs

Darul Muttaqien.

√ √

5. Memberikan surat

izin penelitian

6. Pengumpulan data √

7. Pengolahan /

Analisis data

47

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakkan Pendekatan kualitatif dengan metode

deksriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang

menggambarkan secara apa adanya mengenai kondisi atau fenomena yang ada

di lapangan tanpa dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak

mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut.1 Data yang terkumpul akan

diklasifikasikan menurut jenis, sifat atau kondisinya jika datanya telah

lengkap baru dapat ditarik sebuah kesimpulan.2

Metode Analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan obyek

penelitian atau keadaan pada saat itu, untuk mengkaji permasalahan pada saat

penelitian ini dilakukan. penelitian ini berusaha mendeksripsikan dan

menginterpretasikan apa adanya sesuai dengan yang terjadi di lapangan dan

dibandingkan dengan teori yang relevan. Penggunaan metode deskriptif dalam

penelitian ini dengan tujuan untuk menggambarkan kondisi sarana dan

prasarana sekolah, kondisi mutu pembelajaran di sekolah, strategi kepala

sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana, dan kendala-kendala

yang dialami kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana

untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien.

C. Sumber Data

Berdasarkan kebutuhan penelitian di MTs Ponpes Darul Muttaqien

maka sumber data yang diperoleh adalah dari pihak-pihak yang terkait

didalamnya antara lain:

1. Kepala Sekolah.

2. Wakasek bidang Sarana dan Prasarana.

3. Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana.

1 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: PT.

Alfabeta, 2011) , Cet. 13, h. 9. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.

Rineka Cipta, 2013), Cet. 15, h. 3.

48

4. Guru yang dibatasi pada lima rumpun mata pelajaran yang diwakili oleh

lima guru yaitu Guru Bahasa (1 Orang), Guru IPA (1 Orang), Guru IPS (1

Orang), Guru Agama (1 orang), dan Guru Keterampilan (1 Orang).

5. Siswa kelas VIII dan IX yang dilihat dari nilai raport, data prestasi dan

wawancara langsung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk menggali data mengenai Strategi Kepala

Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan

Pengaruh/dampaknya terhadap Mutu Pembelajaran. Metode ini digunakan

untuk memperoleh data yang tidak dapat dilihat melalui observasi ataupun

studi dokumen yang berkaitan dengan motivasi, kendala, peluang maupun

tantangan yang dihadapi sekolah. Wawancara yang dilakukan peneliti

dilakukan bersifat terbuka, responden tahu bahwa mereka sedang

diwawancarai dan mengetahui pula maksud dari wawancara tersebut.

Selain itu, Wawancara ini juga dapat dilakukan secara terstruktur, semi

terstruktur, dan tidak terstruktur tergantung kondisi di lapangan dan data

yang dibutuhkan pada saat penelitian berlangsung.3

2. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat seluruh aspek

yang berkaitan dengan fokus masalah yang akan diteliti yaitu

Kepemimpinan Kepala sekolah dan Kondisi fisik sarana dan prasarana

agar data yang diperoleh lebih lengkap.4

3. Sugiyono, op. cit., h. 233.

4 Ibid., h. 230.

49

3. Studi Dokumentasi

Dalam Penelitian Kualitatif, Metode dokumentasi berupa dokumen dapat

dijadikan sebagai pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan

wawancara.5 Studi dokumentasi dilakukan dengan menemukan informasi

tertulis yang berkaitan fokus penelitian yaitu Tugas Pokok dan Fungsi

Kepala Sekolah, hasil diskusi rapat atau evaluasi pada akhir

semester/tahun ajaran baru terkait sarana dan prasarana, Rencana Program

Semester/Tahunan di bidang sarana dan prasarana, Laporan hasil

pengadaan sarana dan prasarana, Laporan pemeliharaan sarana dan

prasarana, Hasil Raport siswa dan Data prestasi yang diraih siswa agar

data yang telah diperoleh lebih kredibel.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode

tertentu. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Analisis data melalui reduksi data berarti memfokuskan pada hal-hal yang

penting, membuat kategori berdasarkan macam atau jenisnya, dan

membuang data yang tidak diperlukan. Dengan demikian, data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

penulis untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya

bila data tersebut diperlukan.

2. Data Display (Penyajian data)

Setelah data direduksi, Langkah selanjutnya adalah mendisplay data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Dalam langkah ini dilakukan penyajian dengan menghubungkan antar

5 Ibid., h. 240.

50

kategori dan memisahkan pola yang berbeda sesuai jenis atau macamnya.

Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa

yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

telah dipahami.

3. Conclusion Drawing / verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan hanya bersifat

sementara, dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

dan mendukung kesimpulan tersebut pada tahap pengumpulan data

selanjutnya. Sebaliknya, jika Kesimpulan ini didukung oleh bukti-bukti

yang kuat dan valid ketika penulis kembali ke lapangan untuk

mengumpulkan data maka kesimpulan tersebut dapat dikatakan kredibel.6

F. Kisi-Kisi Instrumen

Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan penulis, maka

diperlukan kisi-kisi instrumen yang terkait dengan “Strategi Kepala Sekolah

dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana Pendidikan untuk

Meningkatkan Mutu Pembelajaran”. Adapun Kisi-kisi Instrumen sebagai

berikut:

1. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Wawancara

No Variabel

Penelitian

Aspek/Dimensi Indikator

1. Strategi Kepala

Sekolah dalam

Mengembangkan

A. Pengembangan Sarana

dan Prasarana.

- Perencanaan.

1. Kondisi internal dan

eksternal sarana dan

prasarana.

6 Ibid., h. 247-252.

51

Sarana dan

Prasarana

- Pengadaan.

- Pemeliharaan.

2. Membentuk tim khusus

terkait perencanaan dan

pengadaan sarana dan

prasarana.

3. Mengadakan rapat

koordinasi terkait

perencanaan sarana dan

prasarana.

4. Melakukan kerjasama

dengan pihak lain

khususnya dibidang

pengadaan sarana dan

prasarana.

5. Melakukan

pelatihan/workshop

terhadap staff atau guru di

sekolah khususnya

dibidang sarana dan

prasarana.

6. Melakukan pengadaan

sarana dan prasarana

sekolah.

7. Melakukan penambahan

sarana dan prasarana

sekolah.

8. Melakukan perawatan

terhadap sarana dan

prasarana milik sekolah.

52

9. Melakukan perbaikan

terhadap sarana dan

prasarana milik sekolah.

10. Membentuk unit usaha-

usaha tertentu yang

dikelola oleh yayasan atau

sekolah.

2. Peningkatan

Mutu

Pembelajaran

B. Mutu Pembelajaran

- Kondisi mutu.

- Dampak mutu.

- Strategi peningkatan

mutu

1. Kondisi mutu

pembelajaran khususnya

dalam aspek sarana dan

prasarana.

2. Dampak positif

pengembangan sarana dan

prasarana.

3. Dampak negatif

pengembangan sarana dan

prasarana.

4. Rencana jangka panjang

terkait pengembangan

sarana dan prasarana.

2. Kisi-Kisi Instrumen Observasi

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Observasi

No Variabel Penelitian Dimensi/Aspek yang diamati

1. Strategi Kepala Sekolah 1.1 Gaya Kepemimpinan

Kepala Sekolah.

53

2. Mutu Pembelajaran 1.1 Kondisi kelas sebagai

tempat Pembelajaran

berlangsung.

1.2 Kondisi Fisik Lingkungan

Sekolah.

3. Kisi-Kisi Instrumen Studi Dokumen

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Instrumen Studi Dokumen

No Dokumen Ada Tidak Ada Ket

1. Profil Sekolah

2. Visi dan Misi Sekolah

3. Tugas Pokok dan Fungsi Kepala

Sekolah

4. Struktur Organisasi Sekolah

tahun 2016-2017.

5. Data Guru dan Staff tahun 2016-

2017.

6. Data Inventaris Sarana dan

Prasarana tahun ajaran 2016-

2017.

7. Laporan Hasil Pengadaan Sarana

dan Prasarana tahun ajaran

54

2016-2017

7. Laporan Hasil Pemeliharaan

Sarana dan Prasarana tahun

ajaran 2016-2017

8. Data Nilai Raport/Hasil Belajar

Siswa kelas VIII dan IX (dua

semester terakhir) pada dua

tahun terakhir.

9. Laporan hasil rapat pada akhir

Semester/Tahun ajaran bidang

Sarana dan Prasarana

Pendidikan tahun 2015-2016.

10. Data rencana program

Semester/Tahunan bidang

Sarana dan Prasarana

Pendidikan tahun 2016-2017

11. Laporan program kerja Kepala

Sekolah periode 2016-2017.

12. Pedoman kerja Wakasek Bidang

Sarana dan Prasarana.

13. Data prestasi siswa/I dari tahun

ajaran 2012-2016.

55

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTS Darul Muttaqien

1. Sejarah MTs Darul Muttaqien

MTs Darul Muttaqien merupakan salah satu jenjang pendidikan

berbasis pesantren yang bernaung di bawah Yayasan Darul Muttaqien.

Pondok Pesantren Darul Muttaqien ini terletak di wilayah Desa Jabon

Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri

sebagai lembaga pesantren pada tanggal 18 Juli 1988.

Sejarah berdirinya Darul Muttaqien terkait erat dengan pemberian

tanah wakaf seluas 1,8 ha oleh pemiliknya H. Mohamad Nahar (alm.),

seorang mantan wartawan senior Kantor Berita Antara kepada KH. Sholeh

Iskandar (alm) ketua BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren se-

Indonesia) pada tahun 1987. Niat pemberian tanah wakaf sebagaimana

pernah disampaikan Alm. H. Mohamad Nahar agar didirikan lembaga

pendidikan Islam (pondok pesantren) yang standar, baik dari segi kualitas

pendidikannya, pelayanan maupun manajemen pengelolaannya. Niat ini

muncul sebagai rasa keprihatinan dan keterpanggilan melihat kenyataan

lulusan pesantren belum memiliki kualitas yang standar, masih jauh dari

harapan.

Dari rangkaian sejarah berdirinya, awalnya Darul Muttaqien

berafiliasi pada Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Namun, berdasarkan

pertimbangan dan kepentingan yang lebih luas, terkait dengan kemandirian

dan efektifitas organisasi, maka didirikanlah Yayasan Darul Muttaqien pada

tanggal 29 Januari 1992, dengan H. Muhammad Nahar sebagai ketua.

Sejak berdirinya, dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Darul

Muttaqien telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan baik dari segi

kualitas maupun kuantitas. Saat ini, Pesantren Darul Muttaqien berdiri di

56

atas lahan kurang lebih 15 hektar dengan KH. Mad Rodja Sukarta sebagai

Pimpinannya.

2. Profil MTs Darul Muttaqien

Hingga saat ini kegiatan pendidikan yang dikembangkan Yayasan

Darul Muttaqien meliputi Raudhotul Althfal, SD Islam Terpadu, SMP

Islam Terpadu, TMI (Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah)

Berasrama, Taman Pendidikan Qur’an, dan Diniyah Takmiliah. Berikut ini

akan dipaparkan identitas/profil salah satu jenjang pendidikan yang

terdapat di Yayasan Darul Muttaqien.

Nama Madrasah : MTs Darul Muttaqien

Status Madrasah : Swasta

Status Akreditasi : A

Alamat : Jl. Raya Parung Bogor KM 41 Desa Jabon Mekar

Parung Bogor Kode Pos 16330 Provinsi Jawa Barat

Telepon : (0251) 8615522

Website : darul-muttaqien.com

Email : info.darul-muttaqien.com

3. Visi dan Misi

Visi : Menjadi Madrasah Tsanawiyah berstandar nasional yang mampu

mencetak generasi islami yang berprestasi.

Misi :

a. Menyelenggarakan pendidikan yang berstandar nasional.

b. Melaksanakan Manajemen Berbasis Madrasah.

c. Menumbuhkembangkan perilaku siswa yang berlandaskan aqidah dan

syari’at Islam.

d. Menciptakan lingkungan, kondisi dan proses pendidikan yang islami.

e. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan efektif.

f. Menyelenggarakan pembelajaran dengan mengembangkan

PAIKEM/CTL.

g. Menyelenggarakan pengembangan diri yang sesuai dengan kebutuhan,

minat dan bakat siswa.

57

4. Tujuan dan Program MTs Darul Muttaqien

Tujuan Utama MTs Darul Muttaqien

a. Menanamkan aqidah shohihah dan akhlaq karimah.

b. Meningkatkan intelektualitas.

c. Membentuk sikap mandiri.

d. Mengembangkan keterampilan hidup.

Program Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien

a. Pelaksanaan KBM yang efektif, kreatif dan menyenangkan.

b. Pembinaan aqidah, ibadah dan akhlaq secara intensif.

c. Penciptaan suasana islami di lingkungan madrasah.

d. Pengembangan intelektualitas.

e. Peningkatan motivasi belajar dan prestasi.

f. Pengembangan kurikulum.

g. Pengembangan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris.

h. Pengembangan kemandirian dan keterampilan hidup.

5. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Madrasah

Berikut ini adalah Analisis lingkungan menggunakan Analisis SWOT

mengenai kondisi MTs Ponpes Darul Muttaqien antara lain:

5.1 Kekuatan (Strengths)

a. Lokasi sekolah strategis karena berada di daerah yang mudah

dijangkau siswa dan jauh dari keramaian sehingga cocok untuk

dijadikan tempat belajar dan mengajar.

b. Berada di lingkungan yang islamis yaitu dalam pondok pesantren

sehingga sangat cocok bagi masyarakat yang ingin membentuk

karakter anak mereka menjadi anak yang berakhlak mulia.

58

c. Mayoritas masyarakat di sekitar lingkungan Madrasah beragama

islam sehingga situasi dan kondisinya semakin mendukung dalam

menciptakan lingkungan yang islamis bagi santri.

d. Lahan yang dimiliki oleh yayasan dikelilingi oleh pepohonan

rindang dan sangat bersih sehingga warga sekolah merasa nyaman

berada di dalam lingkungan pondok pesantren.

e. Lahan yang dimiliki yayasan sangat luas sehingga memungkinkan

pembangunan gedung-gedung baru untuk menunjang aktivitas

pembelajaran di sekolah.

f. Sistem sanitasinya baik dan berada di daerah bebas banjir.

g. Ruang kelas untuk belajarnya telah memenuhi standar minimal

ruang kelas yang ditetapkan oleh Pemerintah.

h. Gedung sekolah sudah memenuhi standar sarana dan prasarana.

i. Sarana pendukung KBM sudah cukup baik.

j. Tersedia fasilitas yang cukup memadai;

k. Lahan parkir yang luas.

l. Adanya rapat rutin mengenai sarana dan prasarana.

m. Adanya tim khusus di bawah naungan pesantren yang melakukan

perawatan dan perbaikan rutin sarana dan prasarana di sekolah.

n. Memiliki perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana

pertahun.

o. Adanya pemberdayaan guru dan staff sebagai penanggungjawab

laboratorium.

p. Adanya kerjasama yang baik antara staff tata usaha dengan office

boy dalam perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana.

59

5.2. Kelemahan (Weakness)

a. Dana yang dimiliki yayasan terbatas sehingga tidak semua

permintaan madrasah dapat dipenuhi.

b. Banyak guru yang belum paham mengenai cara penggunaan ruang

laboratorium dan teknologi informasi secara tepat.

c. Kurangnya kesadaran guru terkait pentingnya kontribusi mereka

dalam pengembangan sarana dan prasarana.

d. Lemahnya SDM yang memahami manajemen sarana dan prasarana.

e. Kurang kreatifnya guru dalam menggunakan media pembelajaran

untuk kegiatan belajar dan mengajar.

f. Kebutuhan sarana dan prasarana belum 100% terpenuhi di bidang

studi tertentu.

g. Kurangnya kesadaran siswa dalam memelihara sarana dan prasarana

di sekolah.

h. Waktu pengadaan dan pemeliharaan yang terkadang tidak tepat

waktu atau tertunda.

i. Kurangnya alat-alat praktik dan CD-CD pembelajaran di ruang

laboratorium dan multimedia.

j. Kurangnya buku-buku referensi umum di perpustakaan.

k. Ruangan lab yang tidak difungsikan dengan baik

l. Tidak adanya jadwal penggunaan laboratorium kecuali lab komputer

pada awal tahun ajaran baru sehingga guru harus mengikuti prosedur

penggunaan lab jika ingin menggunakan ruangan lab untuk KBM.

60

5.3. Peluang (Oppurtinities)

a. Penduduk usia sekolah di sekitar lingkungan sekolah banyak bahkan

banyak juga penduduk usia sekolah yang berasal dari luar daerah.

b. Daya beli atau kondisi ekonomi masyarakat berada pada kelas

menengah sedikit ke atas karena pekerjaanya rata-rata

wirausahawan, pegawai negeri dan pegawai swasta di kantor.

c. Penggunaan media sosial yang semakin tinggi sehingga

memudahkan untuk mempromosikan sekolah kepada seluruh

masyarakat Indonesia.

d. Adanya kecenderungan masyarakat yang lebih memilih sekolah

berbasis pesantren modern sebagai tempat untuk menuntut ilmu

pengetahuan sekaligus membentuk karakter dan memperdalam ilmu

agama anak-anak mereka.

e. Kerjasama dengan pihak lain untuk pengadaan dan penambahan

sarana dan prasarana.

f. Penggunaan lahan yang masih kosong untuk unit usaha pesantren.

g. Dukungan pemerintah daerah dalam melengkapi sarana dan

prasarana.

5.4. Ancaman (Threats)

a. Banyak sekolah lain yang berbasis pesantren di daerah Bogor.

b. Semakin mudahnya budaya luar atau asing masuk ke Indonesia.

c. Lemahnya pengadministrasian dokumen-dokumen penting sekolah.

d. Keberadaan teknologi yang semakin canggih tetapi tidak sesuai

dengan budaya pesantren.

e. Keterlambatan bantuan dari pemerintah (BOS)

61

6. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTs Darul Muttaqien

MTs Darul Muttaqien dikepalai oleh Abdullah Hudri, SS, M.Pd

yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh wakil bidang kesiswaan

yaitu Abdul Hasan, M.Pd, wakil bidang sarana dan prasarana yaitu Darojat,

S. Pd.I dan wakil bidang akademik yaitu Heri Hasary, S.Pd.I. Jumlah

Tenaga pendidik keseluruhannya adalah 55 orang yang terdiri dari 29 guru

laki-laki dan 26 guru perempuan. Pendidik di MTs Darul Muttaqien

memiliki latar belakang pendidikan minimal sarjana (S1), bahkan terdapat 2

pendidik yang telah menyelesaikan studi magister (S2). Pendidik di MTs

Darul Muttaqien juga merupakan orang yang telah memiliki pengalaman

dalam bidang pendidikan agama karena mayoritas adalah tamatan pondok

pesantren dan eksak yang berasal dari perguruan tinggi dalam dan luar

negeri seperti Al-Azhar Cairo Mesir, UIN Jakarta, UMJ, UNJ, IPB, Gajah

Mada, UIK Bogor, STAIS, UT, Universitas Paramadina dan Perguruan

tinggi lainnya. Jika dilihat secara umum, mayoritas dari tenaga pendidik di

MTs ini adalah lulusan dari perguruan tinggi islam. Adapun tenaga

kependidikan di MTs Darul Muttaqien berjumlah 6 orang yang terdiri dari

Kepala TU, Bendahara TU, dan 4 Staff TU. Untuk posisi Kepala TU dan

Bendahara TU dijabat oleh mereka yang telah menempuh pendidikan

sarjana (S1), sementara semua staff TUnya merupakan lulusan Madrasah

Aliyah saja. Untuk lebih jelasnya mengenai data pendidik dan tenaga

kependidikan dapat dilihat di data guru MTs Darul Muttaqien tahun 2016-

2017 pada halaman lampiran.

7. Data Peserta Didik MTs Darul Muttaqien

Pada tahun pelajaran 2016 / 2017 ini, jumlah peserta didik

seluruhnya berjumlah 833 orang yang terbagi menjadi 29 Rombel yaitu

kelas VIIA – VIIL, VIIIA – VIIIH, dan IXA – IXI. Dengan rincian sebagai

berikut:

62

Tabel 4.1

Data Siswa MTs Darul Muttaqien Tahun 2016/2017

Jenis kelamin Kelas

Jumlah

VII VIII IX

Laki-laki 198 144 140 482

Perempuan 150 82 119 351

Jumlah 348 226 259 833

Sumber: Data Pokok MTs Darul Muttaqien Tahun 2016-2017

Untuk Ruang Kelas karena MTs Darul Muttaqien berbasis

Pesantren maka untuk kegiatan belajar mengajar dan aktivitasnya dipisah

antara siswa laki-laki dan perempuan. Adapun untuk kegiatan belajar

mengajar siswa laki-laki terdiri dari VIIA-VIIG, VIIIA-VIIIE, dan IXA-

1XE. Sementara, kelas siswi perempuan terdiri dari VIIH-VIIL, VIIIF-

VIIIH, dan IXF-IXI.

Berdasarkan ekonomi keluarga, peserta didik rata-rata berasal dari

lingkungan menengah sedikit ke atas, dilihat dari biaya yang harus

dikeluarkan oleh orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MTs Darul

Muttaqien yang jika dikatakan mahal masih banyak sekolah lain yang lebih

mahal dan jika dikatakan murah banyak juga orang tua yang tidak mampu

menyekolahkan anaknya di MTs Darul Muttaqien. Jika dilihat dari segi

pendidikan rata-rata orang tua peserta didik umumnya rata-rata sudah

menempuh pendidikan S1 (Sarjana) dan pekerjaannya mereka jika

dipersentasekan sekitar 60% telah mempunyai usaha sendiri (wiraswasta),

dan 40% nya adalah pegawai negeri dan pegawai swasta.

8. Data Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien

MTs Darul Muttaqien memiliki total lahan seluas 160000 m2 dari

total keseluruhan Yayasan Darul Muttaqien yang terdiri dari 11959 m2

lahan

63

bangunan, 204 m2 luas halaman, 200 m

2 luas lapangan olahraga dan

upacara, serta 500 m2

luas kebun.

Jumlah bangunannya sebanyak 40 lokal yang terdiri dari Ruang

Kegiatan belajar peserta didik terdiri dari 29 Rombel dengan kondisi yang

baik, 1 Ruang Perpustakaan dengan kondisi baik, 4 laboratorium komputer

dengan kondisi baik, 1 laboratorium MIPA dengan kondisi baik, 1

Laboratorium bahasa dengan kondisi baik, 2 Laboratorium PAI dengan

kondisi baik, 2 Ruang Multimedia dengan kondisi baik dan beberapa sarana

penunjang seperti sarana olahraga, sarana kesenian, ruang kepala sekolah,

ruang guru, ruang tata usaha, ruang UKS, ruang BK, ruang OSIS, ruang

Gudang, Aula, Asrama, Kamar Mandi, dan halaman/taman.

Untuk penggunaan Laboratorium karena yang menggunakannya

bukan hanya satu kelas saja melainkan digunakan oleh semua kelas di MTs

Darul Muttaqien dan menghindari terjadinya bentrok ketika pemakaian

ruangan tersebut maka dibuatlah jadwal pemakaian ruang laboratorium baik

Lab Komputer, IPA, Bahasa, MIPA, maupun PAI. Agar guru dapat

menggunakan ruangan laborotorium tersebut, guru mata pelajaran yang

ingin melaksanakan pembelajaran disana harus mengisi surat permohonan

penggunaan lab, selanjutnya pihak penanggungjawab lab akan memeriksa

jadwal penggunaan lab tersebut apakah pada hari dan waktu yang guru

ajukan sudah ada yang akan menggunakannya atau belum. Jika belum ada

yang akan menggunakan lab pada hari itu, maka surat permohonan guru

tersebut akan diterima dan guru dapat menggunakan ruang sesuai dengan

hari dan waktu yang diajukan. Pada saat guru menggunakan lab tersebut,

guru wajib mengisi berita acara yang tersedia sebagai bukti bahwa guru

tersebut telah menggunakan lab pada hari dan waktu yang telah

dijadwalkan. Selanjutnya, penanggungjawab lab menandatangi berita acara

yang telah diisi oleh guru yang bersangkutan. Jika ingin mengetahui contoh

surat permohonan dan berita acara penggunaan lab dapat dilihat pada

halaman lampiran.

64

Selanjutnya, untuk lebih jelasnya mengenai kondisi sarana dan

prasarana di MTs Darul Muttaqien dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Data Kondisi Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien

No Nama Fasilitas Luas

(m2)

Jumlah Daya

Tampung Kondisi

Jadwal

Pemakaian

A Fasilitas

Pembelajaran

1 Ruang Kelas Belajar 8 x 9,5 30 35 Baik Setiap KBM

2 Ruang Lab. Bahasa 8 x 9,5 1 35 Baik Kondisional

3 Ruang Lab. Komputer 8 x 9,5 4 35 Baik Setiap KBM

4 Ruang Lab. PAI 8 x 9,5 2 35 Baik Kondisional

5 Ruang Lab. MIPA 8 x 9,5 1 35 Baik Kondisional

6 Ruang Perpustakaan 8 x 9,5 1 ± 100 Baik Kondisional

7 Ruang Multimedia 8 x 9,5 2 35 Baik Kondisional

B Fasilitas Penunjang

1 Ruang Pertemuan/Aula 1 ± 2500 Baik Kondisional

2 Ruang Kesenian 8 x 9,5 2 20 Baik Kondisional

3 Lapangan Sepak Bola 40 x 80 1 ± 2500 Baik Setiap Sore

4 Lapangan Basket 15 x 29 1 ± 100 Baik Setiap Sore

5 Asrama 8 x 9,5 14 16 Baik Setiap Hari

6 Kamar Mandi 1,5 x 1,25 40 1 Baik Setiap Hari

Sumber: Data Pokok MTs Darul Muttaqien Tahun 2016-2017

9. Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien

Meskipun bersekolah di lingkungan pesantren yang

mengedepankan pelajaran keagamaan tetapi tidak menjadi batasan bagi

santri untuk berprestasi sesuai dengan potensi, minat dan bakat yang

dimilikinya bahkan pihak madrasah memberikan ruang atau wadah bagi

mereka yang ingin mengembangkan diri dan membuktikan bahwa mereka

65

mampu bersaing dan berprestasi baik di tingkat kabupaten, kota, provinsi

maupun nasional. Berikut ini adalah tabel Prestasi akademik dan non

akademik terbaik yang diraih oleh siswa/i di MTs Darul Muttaqien pada

tahun 2015 silam, antara lain:

Tabel 4.3

Data Prestasi Siswa/I MTs Darul Muttaqien

No Nama Kejuaraan Peringkat Thn Tempat

Kegiatan

Tingkat

A. Prestasi Akademik

1. Pidato B. Inggris Juara 1 2015 PP Darunnajah

Jakarta Nasional

2. Pidato B. Arab Juara 2 2015 PP Darunnajah

Jakarta Nasional

3. Pidato B. Indonesia Juara 1 2015 KKM Parung KKM

Parung

4. Olimpiade PAI Juara 2 2015 KKM Parung KKM

Parung

5. Olimpiade MIPA Juara 2 2015 KKM Parung KKM

Parung

B. Prestasi Non Akademik

1. Volly Ball Juara 1 2015 KKM Parung KKM

Parung

2. Wushu Juara 1 2015 DKI Jakarta Se DKI

3. Bulu Tangkis Juara 1 2015 KKM Parung KKM

Parung

4. Tenis Meja Juara 1 2015 KKM Parung KKM

Parung

5. Atletik Juara 1 2015 KKM Parung KKM

Parung

Sumber: Data Pokok MTs Darul Muttaqien Tahun 2016-2017

B. Deskripsi dan Analisis Data

Berikut ini disajikan deskripsi dan analisis data penelitian yang berkaitan

dengan strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana

untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien. Secara rinci

hasil temuan penelitian di lapangan diperoleh melalui instrumen penelitian yang

berupa hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Wakasek Bidang Sarana dan

66

Prasarana, Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana, Guru Mata Pelajaran dan

Siswa/I.

1. Tugas dan Fungsi Kepala MTs Darul Muttaqien

MTs Darul Muttaqien merupakan salah satu sekolah yang berada di

daerah Parung Bogor, yang dipimpin oleh Abdullah Hudri, SS, M.Pd. Kepala

Madrasah sebagai seseorang yang diberikan amanah dan tanggung jawab untuk

memimpin dan mengelola proses pendidikan di Madrasah mempunyai tugas

yang sangat beragam. Agar madrasah dapat bermutu maka sangat dibutuhkan

kepala madrasah yang mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Beragam

dan besarnya tanggung jawab yang diemban oleh seorang kepala madrasah

dapat dilihat dari tugas dan fungsinya dalam menjalankan roda

kepemimpinannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak

Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien bahwa:

“Tugas kepala Madrasah secara umum adalah mengelola secara

keseluruhan lembaga pendidikan formal dalam hal ini madrasah.

Pengelolaan ini mencakup delapan standar pendidikan nasional. Kalau

Fungsinya sebagai manajer, supervisor, edukator, konselor. Secara umum

Kepala Madrasah berfungsi sebagai penanggung jawab berjalannya

lembaga pendidikan dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi dan

pelaporan”.

Lebih lanjut Beliau mengatakan bahwa ada banyak hal yang harus

dimiliki secara pasti oleh kepala madrasah baik dari segi dari sikap, kualifikasi,

maupun kompetensi apabila ingin lembaga pendidikan ini berjalan dengan baik

dan lebih baik lagi ke depannya. Secara teori, kompetensi dan kualifikasi

kepala sekolah sudah dijelaskan oleh Pemerintah dalam Permendiknas nomor

13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Hanya saja menurut

beliau untuk di MTs Darul Muttaqien ini, seorang Kepala Madrasah penting

mempunyai kesungguhan bekerja sepenuh hati, fokus dan kuat dalam

berkomunikasi secara verbal dengan para wakamad, TU, terlebih kepada guru.

Selain itu, Kepala Madrasah juga harus konsisten dengan keteladanan yang

67

baik dalam segala hal, khususnya dalam menjalankan tata tertib yang mengikat

dirinya dan guru secara umumnya.1

Pendapat Kepala MTs Darul Muttaqien diatas, sedikit berbeda dengan

teori yang dikemukakan oleh E.Mulyasa dalam buku “Menjadi Kepala Sekolah

Professional” yang mengatakan bahwa tugas dan fungsi kepala sekolah sebagai

edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator,

figur, dan mediator (EMASLIM-FM). Perbedaan keduanya terletak pada tugas

kepala sekolah sebagai administrator, innovator, leader, dan figur.2

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tugas dan fungsi

kepala sekolah sangat beragam mulai dari sebagai edukator, manajer,

administrator, supervisor, leader, innovator, motivator, figur, dan mediator

(EMASLIM-FM). Bahkan untuk di MTs Darul Muttaqien selain fungsi

tersebut, kepala sekolahnya harus mempunyai kesungguhan bekerja sepenuh

hati, fokus dan kuat dalam berkomunikasi secara verbal baik dengan wakamad,

TU, dan guru. Selain itu, harus konsisten dengan keteladanan yang baik dalam

segala hal, khususnya dalam menjalankan tata tertib yang mengikat dirinya

dan guru secara umumnya. Tugas dan fungsi yang diemban kepala sekolah ini

harus sejalan dengan kompetensi dan kualifikasi diri yang dimilikinya sehingga

kepala sekolah tersebut mampu mengatasi berbagai masalah dan menjawab

tantangan masa depan pendidikan yang dihadapi oleh madrasah khususnya

kendala atau tantangan dalam pengembangan sarana dan prasarana.

2. Kepemimpinan Kepala MTs Darul Muttaqien

Setiap kepala sekolah pasti memiliki gaya kepemimpinan yang

berbeda dalam mengembangkan sarana dan prasarana untuk meningkatkan

mutu pembelajaran. Begitupun halnya dengan Kepala MTs Darul Muttaqien

yaitu Abdullah Hudri, SS, M.Pd yang bekerja berdasarkan target dan tujuan

1 Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Minggu, 16 Oktober 2016 2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2011), Cet. 12, h. 98.

68

yang jelas serta sesuai dengan prosedur yang berlaku. Beliau lebih condong

kepada gaya kepemimpinan Demokrasi akan tetapi keputusan akhirnya

diputuskan sendiri oleh Kepala Madrasah.

Terkait dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah, Bapak Abdullah

Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien mengatakan bahwa:

“Secara teori, saya tidak mengiblat ke salah satu gaya kepemimpinan

tertentu. Saya memimpin dengan target dan tujuan yang jelas yang sudah

diamanahkan kepada saya. Saya bekerja lebih senang berdasarkan

prosedur, saya suka bermusyawarah meminta pendapat wakil-wakil saya,

guru, atau tata usaha untuk menyelesaikan permasalahan yang kami hadapi

di lapangan. Hanya saja saya paham bahwa segala keputusan pada

akhirnya harus saya sendiri yang memutuskan dan saya yang

bertanggungjawab atas berjalannya keputusan itu di lapangan”.3

Gaya kepemimpinan kepala sekolah ini dipandang oleh wakil kepala

madrasah, Tata Usaha, dan beberapa guru efektif digunakan oleh kepala

madrasah di MTs Darul Muttaqien. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan

oleh salah satu wakilnya di sekolah yaitu Bapak Heri Hasary wakil kepala

sekolah bidang kurikulum yang juga guru mata pelajaran pendidikan agama

islam yang berpendapat bahwa:

“Beliau adalah sosok Kepala Sekolah yang senang akan perubahan demi

kemajuan guru dan murid-muridnya, Bersikap proaktif dan mempunyai

komunikasi yang baik, Memiliki kemampuan manajemen sekolah yang

cukup baik, delegatif dan konsultatif dan Insya Allah Efektif karena pasti

Kepala Sekolah memiliki manajemen yang sangat baik untuk mengelola

sekolah ini”.4

Senada dengan pendapat Ibu Siti Hajar guru mata pelajaran IPA tentang

gaya kepemimpinan kepala madrasah. Beliau mengatakan: “Sosok Kepala

Sekolah Darul Muttaqien khususnya MTs adalah seorang Kepala Sekolah yang

memiliki kemampuan manajemen sekolah dan memiliki sikap delegatif,

partisipatif, dan konsultatif. Gaya kepemimpinan beliau Insya Allah efektif,

3 Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016. 4 Hasil Wawancara bersama Bapak Hery Hasary Guru PAI pada hari Minggu, 16

Oktober 2016.

69

karena pada dasarnya setiap Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan dalam

manajemen sekolah”.5

Meskipun rata-rata mengatakan bahwa kepala sekolah mempunyai

kemampuan manajemen yang baik, delegatif, dan konsultatif. Tetapi terdapat

jawaban yang cukup berbeda diungkapkan oleh Ibu Maria Ulfah guru mata

pelajaran IPS/PKN mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah. Beliau

mengatakan bahwa:

“Beliau adalah orang yang Bertanggungjawab. tegas, memiliki wawasan

manajemen sekolah, demokratis, dan kharismatik. Gaya kepemimpinannya

analitis, karena ketika mengambil keputusan selalu berdasarkan proses

analisis secara logika dari informasi yang ada. Asertif, Karena agresif

dalam memberikan perhatian untuk pengendalian personal guru dan lebih

terbuka dalam konflik dan kritik sehingga sangat efektif

kepemimpinannya”.6

Sejalan dengan pendapat Bapak Samuji guru olahraga yang

mengemukakan bahwa: “Kepala Sekolah orangnya tegas dan komitmen. Gaya

kepemimpinannya Efektif diterapkan di sekolah kami”.7

Pendapat lain dikemukakan oleh Bapak Ismuhu S staff Tata Usaha

bidang Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien bahwa: “Kepala Sekolah

menurut saya adalah sosok yang tegas tapi bersahabat tidak membedakan

jabatan, sehingga para bawahannya tidak merasa canggung dan dapat bekerja

dengan nyaman dan gaya kepemimpinan beliau efektif digunakan di sekolah

ini”.8

Dari Hasil observasi yang penulis lakukan di MTs Darul Muttaqien

jika dilihat dari interaksi dan komunikasi dengan wakasek, guru, staff, dan

siswa, Beliau adalah orang yang ramah, tegas, terbuka pemikirannya, penuh

5 Hasil Wawancara bersama Ibu Siti Hajar Guru IPA pada hari Minggu, 16 Oktober

2016. 6 Hasil Wawancara bersama Ibu Maria Ulfah Guru IPS pada hari Minggu, 16 Oktober

2016. 7 Hasil Wawancara bersama Bapak Samuji Guru Olahraga pada hari Minggu, 16

Oktober 2016. 8 Hasil Wawancara bersama Bapak Ismuhu TU Bidang Sarana dan Prasarana pada hari

Minggu, 16 Oktober 2016.

70

perhatian terhadap bawahannya, mempertimbangkan pendapat bawahannya,

selalu bekerja dengan mengutamakan keteladanan dan kesesuaian dengan

prosedur yang berlaku, serta bertanggungjawab terhadap jabatan yang

diembannya.9

Selain itu, siswa dan siswi di MTs Darul Muttaqien juga memberikan

pendapat mereka mengenai kepemimpinan kepala madrasah yang salah satunya

dikemukakan oleh Salman Harris Andryana siswa yang juga Wakil Ketua

Kelas VIII-C bahwa: ”Kepala sekolah disini itu baik, tegas, suka menjaga

kebersihan dan kalau ada sampah sedikit saja pasti langsung disuruh

bersihkan”.10

Sedikit berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yuliko

Hana Zahiah Wakil siswi yang juga Ketua Kelas IX-F bahwa “Orangnya baik,

ramah dan selalu memberitahu kalau kita itu belajar bukan hanya sekedar

mengejar nilai bagus saja tetapi yang terpenting kita paham pelajarannya

tersebut”.11

Gaya kepemimpinan Kepala MTs Darul Muttaqien ini juga diterapkan

dalam mekanisme pengambilan keputusan kepala madrasah yang terkait

dengan pengembangan sarana dan prasarana untuk meningkatkan mutu

pembelajaran di MTs Darul Muttaqien antara lain:

a. Kepala madrasah menganalisa dan mengamati masalah di lingkungan

madrasah secara langsung baik melalui keliling lingkungan madrasah

ataupun menanyakan kepada guru dan karyawan mengenai kendala-

kendala yang mereka alami.

b. Dari hasil pengamatan dan analisa itu, selanjutnya akan didiskusikan

dengan petugas apakah itu wakamad, TU atau guru mengenai segala

sesuatunya yang berkenaan dengan situasi kondisi tersebut sekaligus

berkenaan dengan analisa kepala madrasah sebelum mengambil suatu

keputusan.

9 Hasil Observasi tidak terstrukur mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah pada

tanggal 04 s/d 30 Oktober 2016. 10

Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana Siswa Kelas VIII-C pada hari

Minggu, 16 Oktober 2016.

11

Hasil Wawancara bersama Yuliko Hana Zahiah Siswi Kelas IX-F pada hari Minggu,

16 Oktober 2016.

71

c. Keputusan akhir diputuskan sendiri oleh Kepala Madrasah dengan

mempertimbangkan pendapat dari bawahannya dan hasil analisa beliau

sendiri.

d. Pada situasi dan kondisi yang mendesak, kepala madrasah akan

memutuskan segala sesuatunya sendiri dengan cepat tanpa berdiskusi

lagi dengan bawahannya.

e. Kepala madrasah akan mengawasi dan bertanggungjawab atas

berjalannya keputusan yang telah beliau buat.12

Kemampuan kepala madrasah dalam mengambil keputusan ini

tercermin dari kemampuannya dalam mengambil keputusan yang selalu

melibatkan bawahannya walaupun pada situasi tertentu kepala madrasah

mengambil keputusan sendiri. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Stanley Spanbaeur dalam Sailis yang dikutip oleh Rohiat dalam bukunya

menyatakan secara mendalam pendapatnya tekait kepemimpinan. Kesimpulan

Stanley Spanbauer ialah:

a. Libatkan guru dan semua staff dalam aktivitas penyelesaian masalah.

b. Tanyakan kepada para guru bagaimana mereka berpikir mengenai

sesuatu dan bagaimana suatu proyek akan dilakukan bukan

mengatakan apa yang akan terjadi.

c. Berbagilah informasi manajemen sebanyak mungkin untuk membantu

komitmen mereka.

d. Tanyakan kepada staff sistem dan prosedur mana yang menjadi

penghambat dalam memberikan mutu kepada pelanggan mereka.

e. Menerapkan komunikasi yang sistematis dan terus menerus antar

setiap orang yag terlibat dalam sekolah.

f. Mengembangkan keahlian dalam penyelesaian konflik, masalah dan

negosiasi ketika menampilkan toleransi yang lebih besar bagi apresiasi

konflik.

g. Menjadi model, dengan cara menampilkan karakteristik personalitas

yang diharapkan, menghabiskan waktu untuk berkeliling serta

mendengarkan guru dan pelanggan lainnya.

h. Belajar untuk lebih menjadi pelatih daripada seorang BOS.13

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mekanisme pengambilan

keputusan Kepala MTs Darul Muttaqien sudah baik dan sesuai dengan teori

yang dikemukakan oleh Spanbaeur dalam Sailis. Akan tetapi memang tidak

12

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 13

Rohiat, Manajemen Sekolah, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), cet. 2, h. 37-38.

72

bisa dipungkiri bahwa seorang kepala madrasah harus mampu

mempertimbangkan segala kemungkinan dalam mengambil keputusan terkait

madrasah dan bertanggungjawab penuh atas berjalannya keputusan tersebut,

baik keputusan itu disepakati secara musyawarah maupun oleh kepala

madrasah sendiri.

3. Menyusun Rencana Kebutuhan MTs Darul Muttaqien

Langkah awal sebelum melakukan perencanaan pengadaan sarana dan

prasarana adalah Menyusun rencana kebutuhan sekolah. Dalam hal ini, Kepala

Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaqien selalu melibatkan wakasek bidang

sarana dan prasarana selaku penanggungjawab operasional, Tata Usaha bidang

Sarana dana Prasarana selaku pelaksana, Guru Mata Pelajaran dan Siswa/I

selaku Pengguna/Pemakai dalam menyusun rencana kebutuhan terkait sarana

dan prasarana yang perlu diadakan, diperbaiki, ditambah, ataupun dipelihara

untuk menunjang mutu pembelajaran di Madrasah.

Terkait Keterlibatan pihak yang terkait dalam Penyusunan Rencana

Kebutuhan sarana dan prasarana ini, Bapak Hudri Kepala MTs Darul

Muttaqien mengatakan:

“… Dengan mensosialisasikan situasi dan kondisi sarpras madrasah

selama tahun ini kepada seluruh warga sekaligus rencana-rencana

pengembangan sarpras yang akan dilakukan madrasah. saya melibatkan

mereka dalam rapat rutin sebelum tahun ajaran baru dimulai dan didalam

rapat tersebut semua yang ada dalam ruangan tersebut memiliki hak untuk

berbicara terkait kendala atau masalah sarpras yang mereka alami sendiri

atau temukan selama tahun ajaran ini …”.14

Pernyataan kepala sekolah ini didukung dengan adanya data dokumen

berupa hasil rapat evaluasi dan rencana bidang sarana dan prasarana yang rutin

dilakukan sebelum tahun ajaran baru dimulai. Dari data dokumen hasil rapat

evaluasi tahun ajaran 2015-2016 diketahui bahwa kondisi cat tembok di

berbagai ruang sudah kotor dan perlu dicat ulang dan papan tulis di dalam

14

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016.

73

kelas sebagian sudah rusak dan harus diganti. Untuk menyelesaikan masalah

ini maka rencana program bidang sarana dan prasarana tahun ajaran 2016-2017

yaitu Merehab Kelas yang salah satunya adalah pengecatan dinding yang kotor

dan melengkapi standar sarpras ruang kelas yang salah satunya adalah

pengadaan papan tulis baru. Untuk data yang lebih lengkap mengenai data hasil

notulen rapat evaluasi dan rencana program sarana dan prasarana dapat dilihat

dihalaman lampiran.15

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh salah satu wakilnya di

sekolah yaitu Bapak Darojat wakil kepala sekolah bidang sarana dan prasarana

yang juga guru mata pelajaran TIK terkait keterlibatan bawahan dalam

menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana. Beliau berpendapat bahwa:

“Ya, beliau selalu melibatkan bawahan dan mempertimbangkan saran/masukan

dari bawahannya dalam pengembangan sarana dan prasarana. Jika ada masalah

terkait sarpras biasanya beliau berdiskusi dengan saya secara individual

maupun melalui rapat mingguan yang ada di Madrasah sebelum membuat

keputusan”.16

Senada dengan Pendapat Bapak Ismuhu S staff Tata Usaha bidang

Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien mengatakan bahwa: “Kepala

Sekolah selalu melibatkan Tata Usaha bagian sarpras dalam tiap keputusannya

yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan dan setiap keputusan

adalah hasil musyawarah dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, dan

Kepala Tata Usaha ”.17

Sementara, Bapak Muhammad Maasur guru mata pelajaran Bahasa

Inggris mengatakan bahwa: “Iya, guru dilibatkan biasanya akan dibahas dalam

15

Hasil Notulen Rapat Madrasah, Evaluasi Bidang Sarana Prasarana Tahun 2015-2016

dan Rencana Program Bidang Sarana dan Prasarana pada tanggal 01 Juni 2016. 16

Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016. 17

Hasil Wawancara bersama Bapak Ismuhu TU Bidang Sarana dan Prasarana pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016.

74

rapat sebelum tahun ajaran baru dan seluruh guru wajib ikut karena ini akan

membahas untuk satu tahun ke depan …”.18

Meskipun rata-rata mengatakan bahwa Kepala MTs Darul Muttaqien

selalu melibatkan semua pihak yang terkait dalam menyusun rencana

kebutuhan sarana dan prasarana. Tetapi terdapat jawaban yang sedikit berbeda

diungkapkan oleh Ibu Maria Ulfah guru mata pelajaran IPS/PKN yang

mengatakan bahwa: “Ya, karena Kepala Sekolah sangat terbuka pada

informasi, kritik, dan saran sehingga selalu mempertimbangkan pendapat dari

guru dalam pengembangan sarana dan prasarana”.19

Pendapat lain dikemukakan oleh Bapak Heri Hasary guru mata

pelajaran pendidikan agama islam mengatakan bahwa: “ Ya, melibatkan guru.

misalnya dalam merencanakan sarana dan perlengkapan yang menunjang dan

sangat dibutuhkan untuk kemajuan mata pelajaran di sekolah. Contohnya:

Pembelian DVD, Alat Praktek MIPA, dan lain-lain”.20

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepala

MTs Darul Muttaqien selalu melibatkan bawahannya dalam menyusun rencana

kebutuhan sarana dan prasarana khususnya guru melalui rapat evaluasi rutin

sebelum tahun ajaran mulai yang diikuti oleh wakasek bidang sarana dan

prasarana, TU bidang sarana dan prasarana, dan guru mata pelajaran serta

hasilnya akan dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun rencana program

pengembangan sarana dan prasarana selama satu tahun ajaran ke depan. Selain

itu, kepala madrasah juga memberikan kesempatan bagi guru ataupun staff

untuk mengajukan pengadaan media atau alat pembelajaran yang mereka

butuhkan dalam rangka meningkatkan kinerja mereka di madrasah pada

pertengahan tahun ajaran jika mereka memang membutuhkannya. Berikutnya,

18

Hasil Wawancara bersama Bapak Muhammad Maasur Guru Bahasa Inggris pada hari

Minggu, 30 Oktober 2016. 19

Hasil Wawancara bersama Ibu Maria Ulfah Guru IPA pada hari Minggu, 16 Oktober

2016. 20

Hasil Wawancara bersama Bapak Heri Hasary Guru PAI pada hari Minggu, 16

Oktober 2016.

75

Kepala madrasah akan mempertimbangkan apakah permintaannya dapat

diproses atau tidak dengan melihat kondisi keuangan madrasah, melihat

urgensi kebutuhan alat/media tersebut bagi staf/guru yang mengajukannya dan

prioritas kebutuhan sarana dan prasarana madrasah. Jika nanti permintaan guru

atau staf disetujui, kepala madrasah akan menuntut peningkatan hasil kinerja

mereka dengan adanya perubahan atau perbedaan yang positif dari sebelum

dan sesudah mereka menggunakkan media atau alat yang telah mereka ajukan

sehingga pengadaan alat atau media yang disetujui oleh madrasah tidak

menjadi sia-sia dan memberikan manfaat nyata bagi sekolah dalam rangka

peningkatan kinerja dan mutu madrasah.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak

Hudri kepala MTs Darul Muttaqien bahwa:

“… Saya tidak pernah mempersulit guru yang membutuhkan media

baik itu buku referensi maupun VCD-VCD pelajaran, saya hanya

mengonfirmasi kepada mereka apakah mereka benar-benar

membutuhkannya, kapan rencananya media tersebut akan digunakan,

bagaimana cara pembeliannya apakah mereka yang beli sendiri lalu

kuitansinya dilaporkan kepada pihak bendahara madrasah ataukah dari

bendahara madrasah bersama guru tersebut yang beli media tersebut.

Tetapi saya tetap mengawasi benar tidak mereka butuh itu kemudian lihat

kemungkinan harganya jika masih bisa dipenuhi maka saya akan setujui

permintaan tersebut… .21

Selain itu, biasanya kepala madrasah melakukan kunjungan kelas dan

berkeliling ke lingkungan madrasah untuk menguatkan mengenai sarpras yang

dibutuhkan madrasah dari hasil laporan wakamad, guru, atau TU.

Hal ini sejalan dengan pendapat M. Aufa Rafqi L siswa yang juga

Ketua Kelas VIII-C mengenai kunjungan kepala MTs Darul Muttaqien. Aufa

mengatakan “Kadang-kadang, biasanya mengecek keadaan kelas. Ada gurunya

21

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada

hari Sabtu, 22 Oktober 2016.

76

atau tidak, bersih atau tidak. Kalau kotor biasanya suruh bersih-bersih dahulu

baru bisa belajar jadi belajarnya agak telat”.22

Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Salman Harris

Andryana siswa yang juga Wakil Ketua Kelas VIII-C bahwa “Terkadang dan

biasanya mendadak. Biasanya kepala sekolah memeriksa keadaan kelas ada

gurunya atau tidak, mengecek kelas bersih kalau kelasnya ga bersih kita suruh

bersihin kelas dahulu baru bisa belajar”.23

Pendapat lain dikemukakan oleh Juva Salma Chotika siswi sekaligus

Ketua Kelas IX-I bahwa: “Terkadang, itu biasanya sekedar ngontrol-ngontrol

saja dan tidak tentu waktunya lebih sering ustad-ustad yang sudah ditugaskan

yang mengontrol ke kelas”.24

Pernyataan siswa/i ini di dukung dengan adanya data dokumentasi

berupa Laporan Program Kerja MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017

yang menunjukan bahwa Kepala MTs Darul Muttaqien telah melakukan kun

Jones jungan kelas melalui kegiatan mengontol kebersihan madrasah yang

dilakukan rutin setiap satu bulan minimal sekali dari bulan Juli hingga Agustus

2016 ini.25

Uraian di atas terkait penyusunan rencana kebutuhan sesuai dengan

teori yang dikemukakan oleh (1969) menjelaskan bahwa perencanaan

pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis

jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan di sekolah. Analisis tersebut

menurut Sukarna (1987) yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal adalah sebagai

berikut:

a. Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang

diajukan oleh setiap unit kerja dan/atau menginventarisasi kekurangan

perlengkapan sekolah.

22

Hasil Wawancara bersama M. Aufa Rafqi L Siswa Kelas VIII-C pada hari Minggu,

16 Oktober 2016. 23

Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana Siswa Kelas VIII-C pada hari

Minggu, 16 Oktober 2016. 24

Hasil Wawancara bersama Juva Salma Chotika SiswI Kelas IX-I pada hari

Minggu, 16 Oktober 2016. 25

Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017 dari

bulan Juli - September.

77

b. Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk periode

tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu ajaran.

c. Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan

perlengkapan yang tersedia sebelumnya.

d. Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah

yang tersedia.

e. Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan yang urgen

dengan dana atau anggaran yang tersedia. Dengan demikian perlu

diadakan seleksi lagi dengan melihat skala prioritas.

f. Penetapan rencana pengadaan akhir.26

Dilihat dari kesesuaian antara teori, hasil wawancara dan studi

dokumen mengenai penyusunan kebutuhan sarana dan prasarana di MTs Darul

Muttaqien dapat dikatakan sudah baik karena kepala madrasah selalu berusaha

untuk melibatkan bawahannya terutama guru sebagai pengguna karena

merekalah yang paling tahu apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja

mereka. Akan tetapi, alangkah lebih baiknya jika semua guru turut hadir dan

berpartisipasi aktif dalam rapat rutin sebelum tahun ajaran baru agar semua

aspirasi mereka terkait pengembangan sarana dan prasarana dapat

tersampaikan dengan baik. Selain itu, guru juga harus lebih aktif dalam

mengajukan segala media atau alat pelajaran yang mereka butuhkan. Sehingga,

kepala madrasah dapat menyesuaikan media atau alat yang akan dibeli dengan

kebutuhan guru-guru tersebut. Khususnya pada pengadaan buku karena kepala

madrasah biasanya hanya melakukan pengadaan buku secara umum untuk

menambah koleksi buku di perpustakaan bukan buku sumber referensi guru.

Diharapkan untuk buku sumber referensi dalam menunjang proses

pembelajaraan, guru sendirilah yang aktif untuk mendiskusikannya dengan

kepala madrasah terkait kebutuhan pengadaan buku referensi tersebut.

4. Strategi Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana MTs Darul

Muttaqien

Strategi kepala madrasah dalam Perencanaan Pengadaan Sarana dan

Prasarana di MTs Darul Muttaqien adalah mengajukan permintaan terkait

26

Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,

2004), Cet. 2, h. 29.

78

sarana dan prasarana kepada pihak yayasan berdasarkan hasil analisis SWOT

yang telah dilakukan. Sementara, untuk keputusannya disetujui atau tidak,

murni keputusan dari Pihak Yayasan Darul Muttaqien. Oleh karena itu,

biasanya kepala madrasah akan melakukan pertimbangan mengenai dana yang

dimiliki Yayasan saat itu dengan dana yang dibutuhkan untuk sarana dan

prasarana yang diajukan. Kepala madrasah cenderung mengajukan pengadaan

sarana dan prasarana terhadap yayasan yang kira-kira dapat disetujui oleh

yayasan dan jika menurut pertimbangan beliau, sarana dan prasarana tersebut

tidak akan disetujui maka pihak madrasah tidak akan mengajukannya kepada

pihak yayasan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak

Hudri kepala madrasah bahwa:

“Saya suka dengan yayasan itu, ketika memang ada sesuatu yang harus

ditangani oleh yayasan itu misalnya pengecetan karena kelasnya sudah

mulai kotor biasanya mereka mengiyakan permintaan kita walaupun

melihat situasi dan kondisi terlebih dahulu. biasanya yayasan mempunyai

pertimbangan sendiri mengenai sekolah mana yang lebih membutuhkan

pengadaan atau perbaikan segera. Makanya juga kalau meminta suatu

pengadaan ya saya pertimbangkan dahulu mana yang kira-kira dapat

dipenuhi oleh yayasan jika kira-kira tidak dapat dikabulkan oleh yayasan

ya lebih baik tidak usah diajukan”.27

Lebih lanjut Bapak Hudri mengatakan bahwa satu bulan minimal dua

kali diselenggarakan rapat bersama yayasan yang diikuti oleh semua kepala

madrasah di setiap jenjang yang berada dibawah naungan Yayasan Darul

Muttaqien dan Pihak Rumah Tangga Pesantren yang membahas mengenai

situasi dan kondisi masing-masing madrasah, evaluasi kinerja kepala madrasah,

dan mengemukakan kendala-kendala yang dialami madrasah yang dipimpinnya

dalam kurun waktu tertentu dan pada rapat inilah madrasah juga dapat

mengajukan proposal pengadaan sarana dan prasarana madrasah yang

27

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada

hari Sabtu , 22 Oktober 2016.

79

dipimpinnya selain melalui membuat janji bertemu langsung dengan pihak

yayasan secara mandiri.28

Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil

kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “Yayasan

mendukung setiap program pengadaan sarana dan prasarana berdasarkan

analisis kebutuhan dengan mempertimbangkan kondisi keuangan Yayasan”.29

Kepala MTs Darul Muttaqien lebih banyak berperan dalam

perencanaan sarana dan prasarana di Madrasah khususnya pada pengadaan

sarana dan prasarana yang sifatnya besar seperti Pengadaan gedung baru,

pemeliharaan gedung, rehabilitasi ruangan-ruangan dan pengadaan lain yang

sifatnya besar. Meskipun begitu, kepala madrasah juga melakukan pengadaan

sarana dan prasarana yang berhubungan langsung dengan kegiatan

pembelajaran dan skalanya tidak terlalu besar seperti Pengadaan Alat Tulis

Kantor, Pengadaan Alat Kebersihan, Pengadaan buku-buku referensi dan alat

elektronik, Pengadaan media pembelajaran seperti CD-CD untuk

pembelajaran, bahkan terkadang jika dana dari yayasan tidak mencukupi untuk

perbaikan ruangan-ruangan atau fasilitas biasanya pihak madrasah yang akan

menutupi atau mengcover kekurangan dana tersebut.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala

MTs Darul Muttaqien bahwa :

“Hal-hal yang sifatnya rutinitas yang kita lakukan untuk menunjang

kinerja dan pembelajaran misalnya Pengadaan ATK tiap bulan ataupun

semester, Pengadaan alat kebersihan setiap awal semester, pengadaan

buku-buku referensi dan komputer jika dibutuhkan, pengadaan yang

sifatnya rutin tahunan seperti pengadaan papan tulis ataupun lemari di

kelas. Selain itu, adapun pengadaan media pembelajaran jika dibutuhkan

oleh guru. Sementara untuk pengembangan sarpras berskala besar itu

menjadi tanggungjawab pesantren seperti pengecetan sekolah setiap tahun

28

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 29

Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016.

80

ajaran baru, pengadaan gedung baru, pergantian keramik atau atap sekolah

itu menjadi tanggungjawab pihak pesantren” .30

Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang dilakukan madrasah ini

didukung dengan adanya data dokumen berupa Laporan Program Kerja Kepala

MTs Darul Muttaqien tahun 2016-2017 yang menunjukan pada bulan Agustus

- September program pengadaan alat-alat tambahan ekskul, Menambah koleksi

buku referensi untuk perpustakaan madrasah, dan penambahan fasilitas

olahraga telah terealisasi dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di

halaman lampiran.31

Pernyataan di data dokumen tersebut dibuktikan dengan adanya

laporan hasil pengadaan barang inventaris MTs Darul Muttaqien pada tahun

2016-2017 yang menunjukkan bahwa pihak madrasah telah melakukan

pengadaan sarana dan prasarana berupa peralatan ATK, peralatan Olahraga,

CD sebagai media pembelajaran, dan beberapa peralatan atau faslitas yang

dibutuhkan di beberapa ruangan di MTs Darul Muttaqien.32

Selain data dokumen di atas, Berikut ini penulis akan memperlihatkan

beberapa potret Kondisi Sarana dan Prasarana di MTs Darul Muttaqien. Jika

ingin mengetahui Potret kondisi sarana dan prasarana lebih lengkap dapat

dilihat di halaman lampiran.

Gambar 4.1 Ruang Perpustakaan Gambar 4.2 Lab. MIPA

30

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Sabtu , 22 Oktober 2016. 31

Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran Kepala MTs Darul

Muttaqien 2016-2017 dari bulan Juli - September. 32

Laporan Hasil Pengadaan Barang Inventaris MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-

2017.

81

Gambar 4.3 Lab Komputer Gambar 4.4 Lapangan Sepak Bola

Gambar 4.1 adalah potret ruang perpustakaan MTs Darul Muttaqien.

ruangan tersebut dalam kondisi baik yang mampu menampung sebanyak ± 100

siswa/i dan dapat digunakan secara kondisional tergantung terhadap jadwal

yang telah ditetapkan dan bukanya mengikuti jam pelajaran madrasah.

Sementara, gambar 4.2 adalah potret ruang lab MIPA MTs Darul Muttaqien

yang juga dalam kondisi baik dengan daya tampung hanya 35 siswa/i atau satu

rombongan belajar saja. Jika ingin menggunakan fasilitas lab MIPA ini, guru

harus menulis surat permohonan izin penggunaan lab dan jika sudah

menggunakan ruang lab tersebut, guru juga harus menulis berita acara yang

nantinya diserahkan kepada penanggungjawab lab. Berikutnya, gambar 4.3

adalah potret kondisi Ruang Komputer di MTs Darul Muttaqien yang baik dan

mampu menampung sekitar 35 siswa/I dalam satu ruangan. Jumlah komputer

diruangan ini sesuai dengan jumlah siswa/I dalam satu rombongan belajar dan

jadwal pemakaiannya disesuaikan dengan KBM dan sudah ditentukan

jadwalnya pada awal tahun ajaran sehingga guru tidak harus membuat surat

permohonan penggunaan lab sebelum menggunakan ruangan tersebut. Selain

itu, pada gambar 4.4 terdapat potret kondisi lapangan sepak bola MTs Darul

Muttaqien yang mampu menampung sekitar ± 2500 siswa/I dengan kondisi

baik dan layak pakai. Lapangan ini biasanya digunakan pada sore hari untuk

olahraga, kegiatan ekstrakurikuler siswa/I, upacara, dan pagelaran seni untuk

perayaan hari-hari besar nasional dan islam di MTs Darul Muttaqien.33

33

Hasil Observasi Terstruktur mengenai kondisi fisik sarana dan prasarana di MTs

Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.

82

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa perencanaan pengadaan

sarana dan prasarana sudah terkoordinasi cukup baik antara pihak yayasan,

kepala madrasah, dan guru-guru di MTs Darul Muttaqien. Akan tetapi, masih

terdapat kendala yang dihadapi oleh pihak madrasah salah satunya adalah dana

atau anggaran yang diberikan oleh yayasan untuk pengembangan sarana dan

prasarana sangat terbatas bahkan pihak madrasah sendirilah yang harus

menutupi kekurangan dana tersebut melalui dana BOS yang dikelola madrasah.

Sumber dana untuk pengembangan sarana dan prasarana baik dari segi

pengadaan, perbaikan, penambahan maupun pemeliharaan berasal dari dana

bantuan Pemerintah berupa dana Badan Operaional Sekolah, bantuan Provinsi

yang bersifat satu paket misalnya pemberian buku-buku pelajaran, dan Komite

sekolah melalui Uang Infaq Awal Tahun dan SPP bulanan siswa/I MTs Darul

Muttaqien. Keuntungan pihak MTs Darul Muttaqien adalah dana BOS dikelola

sendiri oleh madrasah tanpa campur tangan dari Yayasan. Sehingga madrasah

dapat memenuhi kebutuhannya terkait pembelajaran tanpa harus bergantung

pada dana dari Yayasan. Sementara, uang infaq awal tahun dan SPP bulanan

siswa/i MTs Darul Muttaqien dikelola langsung oleh pihak Yayasan Darul

Muttaqien sehingga jika ada kerusakan gedung atau fasilitas lainnya yang

bersifat besar, Madrasah hanya harus melapor ke Yayasan dan selanjutnya

Yayasanlah yang akan mengurus segala kerusakan gedung atau ruangan di

MTs tersebut.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala

MTs Darul Muttaqien bahwa:

“Sumber dana pengadaan sarpras dari orang tua siswa melalui SPP dan

dana bantuan Pemerintah melalui BOS. Dari provinsi juga ada tapi

sifatnya satu paket dan waktunya tidak tentu Bagusnya di Madrasah ini

BOS itu dikelola oleh kepala madrasah jadi kita memiliki kebebasan

dalam menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan madrasah

dalam menunjang pembelajaran tanpa tergantung dari dana yayasan

bahkan jika yayasan hanya mampu memberikan dana sesuai kemampuan

83

mereka dan ternyata masih kurang untuk pengembangan sarpras maka

biasanya saya yang tangani atau saya tambah dengan dana dari BOS” .34

Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil

kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “Dana untuk

sarana dan prasarana di MTs kami berasal dari Yayasan, Komite Madrasah,

dan dana BOS”.35

Jadi, dapat diketahui bahwa sumber dana pengembangan sarana dan

prasarana hanya berasal dari Dana BOS, SPP, dan uang infaq awal tahun

siswa/i baru di Mts Darul Muttaqien. Pihak Madrasah tidak mempunyai unit

usaha yang dikelola oleh pihak MTs sendiri, dan di Pesantren hanya terdapat

usaha-usaha yang pengelolaannya dibawah naungan pihak yayasan dan

hasilnyapun tidak hanya digunakan untuk pengembangan sarana dan prasarana

secara keseluruhan tetapi juga untuk kebutuhan yang lainnya. Dana untuk

pengembangan sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien ini sudah cukup

stabil tetapi alangkah lebih baiknya jika pihak yayasan mengadakan kerjasama

dengan beberapa pihak luar seperti pihak penerbit atau pihak-pihak lain yang

dapat menambah atau mengurangi dana untuk memenuhi kebutuhan sarana dan

prasarana dan alangkah lebih baiknya jika madrasah mempunyai unit usaha

dalam pesantren yang dapat menambah pemasukan Yayasan Darul Muttaqien.

Sementara, untuk menentukan sarana dan prasarana yang terlebih

dahulu dilakukan pengadaannya biasanya pihak madrasah akan melakukan

rapat dengan wakamad bidang sarana dan prasarana dan para guru untuk

menentukan mana yang lebih diprioritaskan untuk didahulukan dilihat dari

jangka waktu dibutuhkannya sarana dan prasarana tersebut.

Adanya penentuan skala prioritas ini didukung dengan adanya data

dokumen berupa Rencana Program kerja kepala MTs Darul Muttaqien yang

menyatakan bahwa rapat kerja madrasah awal tahun termasuk salah satu

program strategis kepala madrasah untuk tahun ajaran 2016-2017. Untuk lebih

34

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 35

Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016.

84

jelasnya mengenai Rencana Program Kerja Kepala Madrasah dapat dilihat

pada halaman lampiran.36

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala

Madrasah bahwa “Kalau untuk menentukan skala prioritas itu dilakukan pada

saat akhir tahun untuk pengadaan yang skalanya cukup besar. Saya tidak dapat

memutuskan skala prioritas ini sendiri sehingga harus diagendakan dalam rapat

mengenai pengadaan apa yang sifatnya urgent dan mendesak yang harus ada

dalam waktu dekat… ”.37

Senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil

kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu: “Ya, kami

menentukan skala prioritas mengenai sarpras yang akan didahulukan

pengadaannya di Madrasah ini setiap awal tahun ajaran baru”.38

Selain itu, pernyataan diatas juga dibuktikan dengan adanya data

dokumen berupa Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien pada

tahun 2016-2017 yang menunjukkan bahwa rapat kerja madrasah awal tahun

yang salah satu agendanya membahas mengenai pengadaan sarana dan

prasarana yang mendesak untuk diprioritaskan pengadaannya telah

terealisasikan pada bulan Juli tahun 2016 ini.39

Adapun pihak-pihak yang ditunjuk oleh Kepala Madrasah sebagai

penanggungjawab dalam pengadaan sarana dan prasarana yaitu wakamad

bidang sarana dan prasarana, bendahara madrasah, dan guru-guru yang telah

ditunjuk untuk operasional pengadaan sarana dan prasarana.

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala

Madrasah bahwa: “Penanggungjawab seluruhnya tentu Kamad, pelaksananya

36

Rencana Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017. 37

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada

hari Sabtu , 22 Oktober 2016. 38

Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016. 39

Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017 dari

bulan Juli - September.

85

adalah wakamad bidang sarpras atau TU bidang sarpras. selain itu, saya juga

sering melibatkan guru-guru dalam operasional pengadaan sarpras tetapi itu

hanya tugas tambahan dan di luar jam mengajar mereka”.40

Sedikit berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak

Darojat wakil kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu:

“yang bertanggungjawab mengadakan sarpras adalah Wakamad Bidang Sarana

dan Prasarana karena itu memang sudah menjadi tugasnya sebagai wakamad

bidang sarana dan prasarana”.41

Pernyataan Bapak Darojat ini didukung dengan adanya data dokumen

berupa Pedoman kerja wakil bidang sarana dan prasarana MTs Darul

Muttaqien yang menyatakan bahwa tugas seorang wakil bidang sarana dan

prasarana adalah Melaksanakan inventaris barang / alat per unit kerja.42

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perencanaan pengadaan

sarana dan prasarana telah berjalan dengan cukup baik namun alangkah lebih

baiknya jika semua warga sekolah dapat berperan aktif dalam mendukung

program pengembangan sarana dan prasarana yang terdapat di madrasah.

5. Strategi Kepala Sekolah dalam Pemeliharaan Sarana dan Prasarana MTs

Darul Muttaqien

Setelah sarana dan prasarana telah tersedia, langkah selanjutnya

adalah pemeliharaan sarana dan prasarana. Manfaat pemeliharaan sarana dan

prasarana bagi madrasah adalah sarana dan prasarana akan tahan lebih lama

dan dana perbaikan dapat dialokasikan untuk kebutuhan yang lainnya.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala

Madrasah bahwa: “Manfaat pemeliharaan sarpras pastinya semua sarpras dapat

awet digunakan secara fisik maupun kegunaaannya. Selain itu, dapat

40

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 41

Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil bidang sarana dan prasarana pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016. 42

Pedoman Kerja Wakabid dan TU Sarana dan Prasarana MTs Darul Muttaqien tahun

ajaran 2016-2017.

86

mengurangi dana yang harusnya untuk pengadaan sarpras tersebut karena

kondisinya masih baik dan layak jadi dana tersebut bisa dialokasikan untuk

kebutuhan madrasah yang lebih mendesak”.43

Sedikit berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Bapak

Darojat wakil kepala bidang sarana dan prasarana MTs Darul Muttaqien, yaitu:

“ Banyak sekali manfaat yang diperoleh dari pemeliharaan sarana dan

prasarana salah satunya seluruh proses Kegiatan Belajar Mengajar menjadi

lancar karena sarana dan prasarana dalam kondisi yang baik dan siap pakai”.44

Adapun strategi kepala sekolah dalam memelihara sarana dan

prasarana yaitu dengan memaksimalkan kinerja Office Boy dalam memeriksa

kondisi segala sarana dan prasarana sebelum digunakan sambil mereka

melaksanakan tanggungjawabnya untuk menjaga kebersihan madrasah. Hal ini

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah bahwa:

“Strategi saya dalam bidang sarpras, pertama harus punya SOP

Pemeliharaan sarpras yang kita miliki agar tetap terjaga dan dalam kondisi

baik. Bila ada kerusakan segera diperbaiki, dan seterusnya. Kemudian,

menetapkan jangka waktu habis pakai sarpras yang dimiliki. Kami pasti

akan mengganti sarpras yang sudah habis waktu pakainya atau minimal

kita memperbaharuinya sehingga masa pakainya menjadi lebih panjang”.45

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pemeliharaan sarana dan

prasarana sudah terdapat polanya, kepala madrasah menekankan pada Tata

Usaha ataupun wakamad bidang sarpras bahwa Office Boy bukan hanya

bertanggungjawab terhadap kebersihan sekolah tetapi juga mereka

bertanggungjawab untuk mengecek sarana dan prasarana baik yang terdapat di

ruang kelas maupun di ruang pelayanan seperti ruang guru, TU, dan lain-lain

setiap minggunya apakah ada yang perlu diperbaiki atau tidak. Selain itu,

adapun laporan yang harus dibuat mengenai hasil pengamatan mereka

mengenai apa yang perlu diperbaiki, diganti, ataupun ditambah. Seminggu

43

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri pada hari Minggu, 16 Oktober

2016. 44

Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat pada hari Minggu, 16 Oktober 2016. 45

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri pada hari Minggu, 16 Oktober

2016.

87

sekali ini biasanya para OB ini dikumpulkan di ruang staff TU bidang sarpras

untuk melaporkan hasil temuan mereka. Nanti staff TU tersebut mencatat hasil

laporan tersebut dan melaporkannya langsung kepada kepala madrasah atau

wakamad. Setelah mendapat laporan tersebut kepala marasah melakukan

pengecekan langsung apakah benar sarpras tersebut perlu diperbaiki, diganti

atau ditambah. Jika sudah disetujui maka selanjutnya TU akan berkoordinasi

dengan Bendahara mengenai cara pengadaannya.46

Pernyataan kepala MTs Darul Muttaqien ini didukung dengan adanya

data dokumen berupa Laporan Program Kerja Program Kerja Kepala MTs

Darul Muttaqien pada tahun 2016-2017 yang menunjukkan pada bulan Juli

2016 telah dilakukan rehabilitasi/renovasi sarpras KBM termasuk pengecetan

dinding meliputi ruang, kamar mandi, lab, lapangan olahraga, dan meubeler.

Sementara, pada bulan September dan Oktober 2016 telah dilakukan perawatan

bulanan sarpras madrasah yang meliputi Alat elektronik, ATK, media

pembelajaran.47

Dari hasil observasi yang penulis lakukan di MTs Darul Muttaqien

mengenai kondisi sarana dan prasarana jika dilihat dari hasil foto kondisi

gedung dan ruangan yang telah di renovasi dan di rehabilitasi hasilnya sudah

terlihat baik dari kondisi cat yang seperti baru lagi dan kondisi meubeler yang

meliputi meja, kursi, papan tulis, dan lemari yang bersih dari coretan-coretan

sehingga gedung dan ruangan menjadi lebih bersih, menarik, nyaman dan rapih

untuk dijadikan tempat Kegiatan Belajar dan Mengajar siswa/I di MTs Darul

Muttaqien. Berikut ini adalah potret gedung dan ruangan yang telah di

rehabilitasi pada awal tahun ajaran 2016-2017.48

46

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016. 47

Laporan Program Kerja Kepala MTs Darul Muttaqien tahun ajaran 2016-2017 dari

bulan Juli - September. 48

Hasil Observasi Terstruktur mengenai kondisi fisik sarana dan prasarana di MTs

Darul Muttaqien pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.

88

Gambar 4.5 Gedung Yaman Gambar 4.6 Ruangan Kelas

Selain itu, Untuk Pemeliharaan sarana dan prasarana di Pesantren

terdapat RTP (Rumah Tangga Pesantren) yang tugasnya adalah memfasilitasi

atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan Pesantren. Jika terjadi masalah atau

kerusakan pada fasilitas madrasah maka pihak madrasah dapat melaporkannya

ke pihak RTP dengan cara menghubungi mereka, nanti mereka akan segera

datang untuk memperbaiki kerusakan tersebut secepat mungkin. RTP ini

membawahi semua lini dari setiap jenjang pendidikan yang dikelola oleh

Yayasan Darul Muttaqien, sehingga semua masalah kerusakan dan perbaikan

yang berada dalam lingkungan pesantren di Yayasan Darul Muttaqien akan

ditangani oleh mereka. Tetapi, terkadang pihak RTP tidak dapat datang

secepatnya ke MTs jika sedang melakukan perbaikan di jenjang pendidikan

lain yang lebih membutuhkan perbaikan segera. Pihak MTs sendiri telah

memaklumi situasi dan kondisi ini, karena memang pihak yayasan mempunyai

pertimbangan mana yang lebih mendesak dan mana yang penting untuk segera

diperbaiki atau direnovasi oleh RTP dan telah disesuaikan pula dengan dana

atau anggaran yang dimiliki oleh Yayasan pada saat itu.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala

Madrasah bahwa:

“Untuk pemeliharaan yang kaitannya dengan milik pesantren atau sarpras

yang berskala besar itu menjadi tanggungjawab pesantren seperti

pengecetan sekolah yang sudah kotor, pengadaan gedung baru, pergantian

keramik atau atap sekolah itu menjadi tanggungjawab pihak pesantren,

saya hanya melaporkan melalui telepon ke pihak Rumah Tangga Pesantren

untuk memperbaikinya pada hari itu juga. Biasanya paling lama 2 atau 3

hari pasti mereka akan datang untuk memeriksa dan memperbaikinya.

Tetapi ya kita memaklumi karena RTP itu bukan hanya mengurusi MTs

89

dan MA saja tetapi seluruh jenjang yang terdapat di Yayasan Darul

Muttaqien ini …. ”.49

Adanya pemeliharaan sarana dan prasarana ini didukung dengan

adanya data dokumen berupa laporan hasil pemeliharaan fasilitas MTs Darul

Muttaqien tahun 2016-2017 yang menunjukkan bahwa pihak MTs Darul

Muttaqien telah menyelesaikan Pengecetan dinding sebanyak 5 gedung yang

tediri dari gedung Madinah, Mekah, Mesir, Jeddah dan Yaman yang dilakukan

secara berkala setiap 6 bulan sekali dengan kondisi cat temboknya sudah kotor

dan setelah diperbaiki dengan dicat ulang tembok gedung tersebut menjadi

bersih dan rapih.50

Jadi, dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Strategi Kepala

Madrasah dalam memelihara sarana dan prasarana sudah baik, bisa dilihat dari

koordinasi antara pihak MTs Darul Muttaqien dan pihak RTP yang selalu

bersinergi dalam merenovasi atau memperbaiki sarana dan prasana madrasah

yang mengalami kerusakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs

Darul Muttaqien. Akan tetapi, karena bukan hanya Pihak MTs saja yang

membutuhkan perbaikan segera sehingga terkadang laporan perbaikan yang

diajukan madrasah tidak dapat langsung diproses dan dikerjakan hari itu juga

apalagi jika jenjang lain yang juga di kelola oleh Yayasan membutuhkan

perbaikan yang sangat mendesak.

6. Dampak Pengembangan Sarana dan Prasarana terhadap Mutu

Pembelajaran di MTs Darul Muttaqien

Salah satu aspek untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs

Darul Muttaqien adalah adanya sarana dan prasarana pendidikan yang

memadai dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala Madrasah bahwa:

49

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016. 50

Laporan hasil Pemeliharaan/Perbaikan Rutin Fasilitas MTs Darul Muttaqien tahun

ajaran 2016-2017.

90

“Pembelajaran yang bermutu adalah pembelajaran yang memiliki

perencanaan yang baik dan komprehensif dari mulai memuat detail

pelaksanaan pembelajaran, bagaimana menjalankannya, media atau sarpras

apa yang digunakan sampai evaluasi ketercapaian pembelajaran yang

terukur. Kriteria lainnya adalah ketika pembelajaran dapat dinikmati bukan

hanya oleh guru tetapi juga oleh siswa”.51

Untuk melihat signifikansi mutu pembelajaran di MTs Darul

Muttaqien, penulis telah melakukan analisis terhadap hasil data dokumen

berupa sampel Leger Hasil Belajar Siswa kelas VIII dan IX selama dua tahun

terakhir. Penulis hanya mengambil satu kelas sebagai sampel yang mewakili

beberapa rombongan belajar pada kelas VIII dan IX dan sampel tersebut dipilih

secara acak karena setiap tahunnya siswa/i MTs Darul Muttaqien mengalami

rolling kelas. Untuk lebih jelasnya mengenai data hasil leger raport tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut ini:52

Tabel 4.4

Hasil Raport kelas VIII dan IX pada tahun ajaran 2014-2015 dan 2015-2016

No Kelas Semester Tahun Ajaran Jumlah Nilai

Keseluruhan

Nilai Rata-rata

Kelas

1. VIII 1 2014-2015 42.048 87,60

2 VIII 2 2014-2015 41.468 86,39

3 IX 1 2014-2015 29.981 81,47

4 IX 2 2014-2015 29.591 80,41

5 VIII 1 2015-2016 41.433 89,30

6 VIII 2 2015-2016 39.583 85,31

7 IX 1 2015-2016 42.467 88,47

8 IX 2 2015-2016 41.659 86,79

Sumber Data Leger Raport tahun 2014-2015 dan 2015-2016

Dilihat dari sampel hasil rata-rata nilai raport siswa/i dapat diketahui

bahwa pada semester 1, nilai siswa/i cenderung mengalami peningkatan dan

51

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016. 52

Data Hasil sample Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX Pada tahun ajaran 2014-

2015 dan 2015-2016.

91

sebaliknya di semester 2, nilai siswa/i cenderung mengalami penurunan.

Fenomena hasil ini terjadi baik di kelas VIII maupun IX dan berulang pada

dua tahun berturut-turut. Dilihat dari tabel tersebut, Penurunan nilai rata-rata

paling drastis terjadi pada kelas VIII tahun ajaran 2015-2016 yaitu dari 89,30

menjadi 85,31. Penurunan nilai rata-rata pada kelas VIII tersebut sebanyak

3,99. Sementara, penurunan nilai paling rendah terjadi pada kelas IX tahun

ajaran 2014-2015 yaitu dari 81,47 menjadi 80,41. Penurunan nilainya pada

kelas IX tahun tersebut sebanyak 1,06.53

Hasil analisis yang penulis lakukan dari data wawancara konfirmasi

dengan kepala sekolah, guru mata pelajaran, dan siswa di peroleh informasi

yang beragam penyebab nilai raport siswa yang mengalami peningkatan pada

semester awal dan penurunan pada semester akhir. Dari hasil wawancara

dengan Bapak Abdullah Hudri diperoleh informasi bahwa pada semester satu

siswa tidak banyak dibebani dengan banyak kegiatan-kegiatan di Pesantren

sehingga siswa bisa lebih fokus untuk belajar dan meraih prestasi di kelasnya.

Untuk kelas IX juga pada semester 2 beban mereka menjadi bertambah karena

setelah melaksanakan Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah,

siswa/i MTs Darul Muttaqien harus mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh

pihak madrasah untuk memperoleh nilai raport kelulusan dari MTs Darul

Muttaqien. Karena bagaimanapun pesantren mempunyai standar kelulusan

yang sedikit berbeda dengan sekolah lain bukan hanya dinilai dari Hasil Ujian

nasional saja tetapi juga dilihat dari hasil penilaian lain yang telah ditetapkan

sesuai dengan kurikulum yang digunakan oleh Pesantren Darul Muttaqien.

Selain itu, menurut pendapat beberapa siswa/i MTs Darul Muttaqien diperoleh

informasi bahwa banyak siswa kelas VIII dan IX yang mengikuti

ekstrakurikuler lebih dari satu dan mereka aktif di dalam ekstrakurikuler

tersebut bahkan banyak yang berprestasi dalam mengembangkan minat dan

bakatnya tersebut sehingga menimbulkan motivasi untuk terus berjuang dan

53

Data Hasil Penghitungan Sampel Leger Raport siswa/i kelas VIII dan IX Pada tahun

ajaran 2014-2015 dan 2015-2016.

92

bersaing dalam mengikuti lomba-lomba yang membutuhkan pelatihan intensif

sehingga nilai raport dikelasnya menjadi menurun.

Banyak faktor yang dapat menjadi alasan atau penyebab dari

fenomena hasil raport siswa ini dan untuk menemukan penyebab yang sesuai

dibutuhkan waktu dan penelitian yang mendalam agar hasil yang diperoleh

dapat dikatakan valid. Namun, dalam hal ini penulis melakukan analisis jika

dilihat dari aspek sarana dan prasarana. peningkatan nilai rata-rata siswa/i pada

semester 1 atau awal tahun ajaran baru dapat terjadi karena pada awal tahun

ajaran baru selalu diadakan pengembangan sarana dan prasarana berdasarkan

hasil evaluasi madrasah selama satu tahun sebelumnya. Pengembangan sarana

dan prasarana ini dilakukan dengan mempertimbangkan pendapat guru-guru

dan karyawan sebagai pengguna sarana dan prasarana di madrasah sehingga

sarana dan prasarana yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan guru,

karyawan dan siswa/i dan hal ini akan berdampak pada peningkatan kinerja

mereka dalam mencapai mutu pembelajaran di madrasah. Misalnya, Setiap

tahun ajaran baru biasanya sekolah melakukan pengadaan buku, media

pembelajaran berupa CD dan alat-alat laboratorium untuk menunjang

pembelajaran siswa/i di MTs Darul Muttaqien.

Selain itu, jika dilihat dari kondisi Sarana dan Prasarana pada awal

tahun ajaran baru semuanya tampak seperti baru karena dinding gedung

sekolah, kamar mandi, dan meubeler dicat ulang sehingga lebih bersih, rapih,

dan cerah. Bukan hanya itu, keramik yang pecah, pintu yang rusak, atap

asramapun diganti dengan yang lebih bagus dan tahan lama. Secara psikologis,

kondisi lingkungan fisik madrasah yang mendukung untuk belajar ini dapat

meningkatkan semangat atau motivasi yang tinggi baik pada guru yang

memberikan pelajaran maupun siswa/i yang menerima pelajaran di kelas untuk

memperoleh prestasi yang tinggi dalam pelajaran sehingga berdampak pada

hasil raport pada semester satu (awal).

93

Berdasarkan standar sarana dan prasarana yang berlaku, sarana dan

prasarana di MTs Darul Muttaqien dapat dikatakan memenuhi standar karena

memenuhi kriteria jumlah peserta didik dalam satu rombel yang tidak lebih

dari 32 orang karena jumlah siswa di sekolah ini dalam satu rombelnya paling

banyak hanya 30 orang. Selain itu, ruang kelas di MTs Darul Muttaqien

memiliki rasio 8 x 9.5 m2 dan dilengkapi oleh sarana dan prasarana sesuai

dengan standar yang berlaku. Untuk ruang perpustakaan juga telah memenuhi

standar karena rasionya sama dengan rasio kelas sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan oleh Pemerintah.

Analisis ini juga didukung oleh beberapa pendapat dari guru mata

pelajaran yang memandang bahwa media pembelajaran yang memadai ini

berpengaruh bagi motivasi atau semangat belajar siswa/i di kelas sehingga

membuat suasana pembelajaran menjadi lebih variatif dan menyenangkan bagi

mereka yang berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa/I di MTs

Darul Muttaqien.

Pengembangan sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan

madrasah berdampak cukup besar dalam meningkatkan mutu pembelajaran,

akan tetapi itu bukanlah satu-satunya aspek yang mempengaruhi mutu

pembelajaran masih ada beberapa aspek lainnya yang berpengaruh cukup besar

agar mutu pembelajaran madrasah akan tercapai.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak Hudri kepala

Madrasah mengenai dampak sarana dan prasarana terhadap mutu

pembelajaran. Beliau mengatakan bahwa:

“Peningkatan mutu pembelajaran salah satu aspek yang mempengaruhinya

adalah ketersediaan sarpras yang optimal digunakan dan tepat sasaran.

Dampak positif dari pengembangan sarpras pastilah kalau makin banyak

fasilitas terpenuhi ditambah kreativitas guru atau skill/kemampuan guru

dalam menggunakan fasilitas tersebut maka pembelajaran akan lebih

bermutu. Kalau dikatakan berpengaruh ya berpengaruh, besar atau tidak

94

besar pengaruhnya tetapi apakah satu-satunya tentu saja tidak, masih ada

aspek lain yang harus diperhatikan”.54

Lebih lanjut Beliau mengemukakan bahwa selain dampak positif

tersebut adapun dampak negatif pengembangan sarana dan prasarana yaitu dari

segi anggaran atau dana yang dibutuhkan cukup besar apalagi jika ada

pengadaan dalam skala yang besar pasti akan berpengaruh terhadap anggaran

kebutuhan yang lain tetapi untuk anggaran gaji guru tidak akan berpengaruh.

Jadi sebesar apapun pengadaan yang akan dilaksanakan tidak akan

mempengaruhi kesejahteraan guru karena gaji guru itu mutlak tidak bisa

diganggu gugat.55

Adanya Pengaruh dari pengembangan sarana dan prasarana ini juga

diungkapkan oleh Bapak Ismuhu Tata Usaha bidang sarana dan prasarana.

Beliau mengatakan:

“Sarana dan prasarana ini sangat berpengaruh terutama untuk pelajaran

yang memang sering menggunakan media, jika media tersebut rusak, pasti

pembelajaran tidak dapat dilanjutkan atau terhambat. Selain itu, jika sarana

dan prasarana kurang memadai, maka kinerja tata usaha pun akan menurun

dikarenakan banyaknya pekerjaan yang terbengkalai. Karena untuk

pelaporan atau pengadministrasian dibutuhkan sarana yang baik. Contoh:

Komputer, printer, kertas, dll ”.56

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ibu Maria Ulfah guru

IPS/PKN mengenai pengaruh sarana dan prasarana terhadap mutu

pembelajaran yaitu: “Pengaruhnya ketika media yang digunakan memadai akan

memberikan motivasi belajar bagi siswa dan kemudahan dalam penyampaian

materi bagi guru sehingga mutu pembelajaran dapat dicapai oleh Madrasah

kami”.57

54

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016. 55

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 56

Hasil Wawancara bersama Bapak Ismuhu TU bidang Sarana dan prasarana pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016. 57

Hasil Wawancara bersama Ibu Maria Ulfah Guru IPS pada hari Minggu, 16

Oktober 2016.

95

Senada dengan pendapat Ibu Siti Hajar guru IPA yang mengatakan bahwa:

“Akan ada pengaruhnya kelengkapan media dengan mutu pembelajaran.

Semakin lengkap media pembelajaran maka akan semakin baik proses

pembelajaran sehingga akan mempengaruhi hasil dari pembelajaran

tersebut. Selain itu, akan terlihat perbedaan baik motivasi maupun hasil

belajar ketika dalam proses pembelajaran menggunakan media dan tidak

menggunakan media”.58

Meskipun rata-rata guru mengatakan bahwa terdapat pengaruh

ketersediaan sarana dan prasarana terhadap mutu pembelajaran. Adapun

pendapat yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Bapak Samuji guru olahraga

mengenai pengaruh sarana dan prasarana terhadap mutu pembelajaran ini

yaitu: “Ketersediaan sarana dan prasarana ini sangat penting untuk menunjang

keberhasilan pendidikan baik bagi guru maupun siswa. Selain itu, dengan

adanya sarana dan prasarana guru dan siswa mudah menyampaikan dan

menyerap materi ajar yang disampaikan”.59

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Bapak Muhammad Maasur guru

Bahasa Inggris bahwa “Pengaruhnya pasti besar karena tidak akan jadi

monoton dalam pembelajaran, siswa juga melihat dengan cara yang berbeda

dan lebih mudah memahami materinya karena baik guru dan siswa butuh

sesuatu yang berbeda agar pembelajaran menjadi lebih dinamis”.60

Siswa/I MTs Darul Muttaqien juga memberikan pendapatnya

mengenai pengaruh sarana dan prasarana terhadap mutu pembelajaran. Salah

satunya diungkapkan oleh Salman Harris Andryana Wakil Ketua Kelas VIII-C

bahwa: “Lebih senang kalau pakai alat, karena kalau disuruh ngebayangin

sesuatu kadang-kadang suka tidak dapat juga bayangannnya. Jadi lebih suka

58

Hasil Wawancara bersama Ibu Siti Hajar Guru IPA pada hari Minggu, 16 Oktober

2016. 59

Hasil Wawancara bersama Bapak Samuji guru Olahraga pada hari Minggu, 16

Oktober 2016. 60

Hasil Wawancara bersama Bapak Muhammad Maasur guru Bahasa Inggris pada hari

Minggu, 16 Oktober 2016.

96

pake alat. Tetapi pelajaran yang paling sering pake media ya cuma TIK dan

sudah pasti di lab belajarnya”.61

Senada dengan pendapat Yuliko Hana Zahiah Wakil Ketua Kelas IX-

F yang mengungkapkan pendapatnya yaitu : “Lebih nyaman pakai alat peraga

dan media kadang-kadang kalau menonton jadi lebih tahu kaya misalnya

materi sejarah begitu nonton langsung sejarahnya jadi lebih masuk materinya.

Kita juga jadi cepat paham kalau belajar ada materi juga tapi pakai media juga

ngajarnya”. 62

Meskipun beberapa siswa/i juga mengemukakan pendapat bahwa

lebih mudah memahami pelajaran jika menggunakan media atau alat tetapi ada

beberapa siswa/I yang berpendapat sebaliknya. Salah satunya diungkapkan

oleh M. Aufa Rafqi L Ketua Kelas VIII-C mengungkapkan bahwa: “Lebih

suka belajar cara manual, ditulis saja begitu di papan tulis kalau gambar malah

tidak paham dan lebih cepat tanggap kalo menghapal. Jadi kalau misalnya

pakai alat/media saya kurang cepat paham malah fokus ke gambarnya saja”.63

Sejalan dengan pendapat Juva Salma Chotika Ketua Kelas IX-I yang

mengemukakan bahwa: “Kalau aku lebih suka buat nulis saja lebih cepat

nanggapnya daripada pakai alat kalau melihat gambar tidak begitu paham.

Terus juga kalau dicatatkan kalau kita lupa bisa lihat catatan buku kita kalau

gambarkan tidak sekedar ingat sebentar dan nanti kalau lupa tidak bisa dilihat

lagi”.64

Selain itu, bukan hanya dari hasil raport siswa/I yang dapat dijadikan

tolak ukur prestasi akademik, pada tahun 2016 ini siswa/I dan guru mata

pelajaran telah bersinergi untuk membantu mengembangkan kemampuan

siswanya agar dapat berprestasi dalam olimpiade MIPA, IPS dan PAI yang

diselenggarakan oleh Pesantren. Olimpiade ini dirancang menjadi lebih

61

Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana Siswa Kelas VIII-C pada hari

Minggu, 16 Oktober 2016. 62

Hasil Wawancara bersama Yuliko Hana Zahiah Siswi kelas IX-F pada hari Minggu,

16 Oktober 2016. 63

Hasil Wawancara bersama M. Aufa Rafqi L Siswa kelas VIII-C pada hari Minggu,

16 Oktober 2016. 64

Hasil Wawancara bersama Juva Salma Chotika Siswi kelas IX-I pada hari Minggu,

16 Oktober 2016.

97

menarik dengan konsep seperti acara rangking satu yang ditayangkan oleh

salah satu televisi swasta. Olimpiade ini disambut antusias baik oleh guru

maupun siswa/i yang ingin mengetahui sejauh mana pengetahuan mereka

mengenai mata pelajaran MIPA, IPS, dan PAI. Berikut adalah potret dari

suasana ketika olimpiade MIPA, IPS, dan PAI yang diselenggarakan pada

April tahun 2016 ini.

Gambar 4.7 Suasana Olimpiade MIPA, IPS, dan PAI Putra dan Putri MTs

Darul Muttaqien Tahun 2016.

Jika dilihat dari pendapat dan data prestasi siswa secara akademik

maupun non akademik bahwa pengembangan sarana dan prasarana

memberikan pengaruh yang cukup signifikan bagi mutu pembelajaran. Hal ini

bisa di lihat dari hasil rata-rata raport siswa yang meskipun mengalami

penurunan pada semester 2 di dua tahun ajaran terakhir ini, tetapi rata-rata

nilainya masih di atas 8,00 yang termasuk dalam kategori baik. Agar madrasah

kedepannya menjadi lebih baik sebaiknya kepala madrasah dapat

memberdayakan guru menjadi lebih kreatif dan inovatif baik dalam hal

pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang

tersedia di Madrasah sehingga pembelajaran di kelas dapat lebih variatif,

menyenangkan, dan semakin mudah dipahami oleh siswa/I dan berdampak

pada peningkatan mutu pembelajaran yang semakin baik.

98

7. Strategi Peningkatan Mutu dilihat dari Aspek Sarana dan Prasarana di

MTs Darul Muttaqien

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran, ada beberapa strategi yang

telah diterapkan oleh kepala madrasah melalui aspek pengembangan sarana

dan prasarana di MTs Darul Muttaqien. Bapak Abdullah Hudri mengatakan

bahwa:

Ada beberapa strategi yang diterapkan dalam meningkatkan mutu

pembelajaran melalui sarana dan prasarana, yaitu:

a. Menganalisa kebutuhan, merencanakan perbaikan dan pengadaan sesuai

situasi dan kondisi madrasah dan menyesuaikan dengan visi, misi dan

tujuan madrasah.

b. Memberdayakan lab Multimedia difasilitasi dan dibuka administrasinya

sehingga guru dapat kapan saja menggunakkan ruangan tersebut.

c. Membuka peluang kepada guru jika mereka ingin mengajukan fasilitas

atau media tertentu yang mereka butuhkan untuk menunjang

pembelajaran dan kinerja mereka. Nanti dipertimbangkan dan pelajari

apakah bisa dipenuhi atau tidak. Jika memang pada saat itu belum ada

uangnya paling tidak tetap akan dipertimbangkan oleh pihak madrasah.

d. Mengadakan pelatihan atau workshop penggunaan laboratorium bahasa

walaupun hasilnya kurang maksimal karena pelatihan tersebut malah

lebih ke pelatihan bahasanya bukan penggunaan lab bahasa.65

e. Pengadaan buku referensi sebanyak 7-10 % dari dana BOS sehingga

diharapkan untuk ke depannya siswa tidak perlu membeli buku lagi

karena kebutuhan buku siswa telah terpenuhi.

f. Melakukan perawatan secara berkala terhadap sarana dan prasarana dan

mengganti sarana dan prasarana yang sudah rusak.

g. Memberdayakan guru untuk menjadi penanggungjawab fasilitas

pendukung yang terdapat di sekolah.

h. Mengadakan rapat koordinasi terkait sarana dan prasarana.

i. Melakukan kerjasama dengan pihak lain terkait pengadaan sarana dan

prasarana di sekolah.

65

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016.

99

Lebih lanjut Bapak Abdullah Hudri mengatakan selain strategi yang

sudah diterapkan oleh kepala MTs Darul Muttaqien di atas, Kepala Madrasah

juga memiliki rencana jangka panjang dalam pengembangan sarana dan

prasarana. Beliau mengatakan:

“ Rencana paling jauh saya ingin semua aktivitas pembelajaran sudah

berbasis IT. Saya inginnya setiap kelas sudah ada infocusnya, soundnya,

bahkan ada PC/Komputernya sudah permanen di kelas sehingga guru ke

kelas hanya tinggal membawa flashdisk saja. Tetapi yang paling penting

adalah adanya teralis karena lingkungannya kan masih kampung bukan

kota dan masyarakat masih dapat bebas keluar masuk lingkungan

pesantren. Sebenarnya jika hanya pengadaan komputer dan proyektor tiap

kelasnya kita masih bisa dilakukan. Selain itu saya ingin akan ada

pelatihan pemanfaatan IT agar guru semakin kreatif dalam menggunakan

media pembelajaran”.66

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Bapak Darojat

mengenai strategi pengembangan sarana dan prasarana. Beliau mengatakan

bahwa:“ Menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,

Threat). Jadi strategi/upaya kepala sekolah dalam pengembangan sarana dan

prasarana berdasarkan hasil analisis SWOT dan pendapat dari guru dan staf”.

Lebih lanjut beliau mengatakan mengenai Rencana jangka Panjang

madrasah yaitu: “Salah satunya, ingin menyediakan 1 Proyektor untuk setiap

kelas untuk memudahkan proses pembelajaran di kelas dan membuat

pembelajaran menjadi lebih dinamis”.67

Hal ini belum dapat terealisasi dengan baik karena beberapa kendala

seperti yang dikatakan Bapak Abdullah Hudri antara lain:

a. Untuk pemeliharaan dan penjagaannya yang membutuhkan dana yang

cukup besar salah satunya adalah pemasangan teralis di setiap kelas untuk

pengamanan alat-alat tersebut dan harus menambah daya listrik lagi yang

biayanya pasti tidak sedikit dan setiap bulan pasti anggaran untuk bayar

listrik akan semakin besar dan biaya perawatan agar barang elektronik

tersebut tahan lama.

66

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien pada

hari Minggu, 30 Oktober 2016. 67

Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat wakil madrasah bidang sarana dan

prasarana pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.

100

b. Kendala lainnya jika madrasah melaksanakan pembelajaran berbasis IT

kemungkinan hanya dari sebatas gurunya saja sementara siswanya tetap

manual. hal ini bertentangan dengan peraturan pesantren bahwa siswa

tidak boleh membawa alat elektronik seperti laptop ataupun tablet

sehingga pembelajaran berbasis IT tidak akan berjalan maksimal seperti

yang dilakukan oleh sekolah lain.68

Adapun beberapa harapan di bidang pengembangan sarana dan

prasarana dikemukakan oleh salah satu guru bahasa inggris di MTs Darul

Muttaqien yaitu Bapak Muhammad Maasur. Beliau mengemukakan bahwa:

“Harapan saya untuk sarpras yaitu ditingkatkan lagi kualitas tempatnya

dan media pembelajarannya diperbanyak. Selain itu saya inginnya untuk

pembelajaran bahasa inggris ada kelas tersendiri jadi siswanya yang

menghampiri kelas tersebut bukan guru mata pelajarannya. Selain itu, akan

lebih baiknya di kelas tersebut sudah lengkap dengan fasilitas

pembelajarannya seperti LCD, Proyektor, CD Pembelajaran dan lain-lain

jadi pembelajaran menjadi lebih dinamis dan menyenangkan bagi siswa”.69

Sementara pendapat beberapa guru lain rata-rata sama yaitu ingin

madrasah memilki sarana dan prasarana yang lebih lengkap. Seperti yang

dikemukakan oleh Bapak Darojat wakil kepala sekolah bidang sarana dan

prasarana yang juga guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

mengemukakan bahwa: “Khusus dibidang sarana dan prasarana, semoga

Madrasah kami di masa yang akan datang memiliki sarpras yang lebih lengkap

dan memadai, sehingga proses KBM dapat berjalan lancar dan dapat

memenuhi Standar Nasional Pendidikan”.70

Pendapat lain juga diungkapkan oleh salah satu siswa MTs Darul

Muttaqien Salman Harris Andyana Wakil Ketua Kelas VIII-C mengenai

harapan mengenai pengembangan sarana dan prasana. Salman mengungkapkan

bahwa: “Inginnya ada tambahan medianya jadi kalau ada pelajaran yang suruh

ngebayangin jadi cepat tergambar karena ada medianya begitu. Apalagi kaya

68

Hasil Wawancara bersama Bapak Abdullah Hudri Kepala MTs Darul Muttaqien

pada hari Minggu, 30 Oktober 2016. 69

Hasil Wawancara bersama Bapak Muhammad Maasur guru Bahasa Inggris pada

hari Minggu, 16 Oktober 2016. 70

Hasil Wawancara bersama Bapak Darojat Wakil Bidang Sarana dan Prasarana

pada hari Minggu, 16 Oktober 2016.

101

belajar IPA atau bahasa, kalau di IPA alatnya dibanyakin lagi misalnya gelas

ukur dan kalau bahasa lebih dibanyakin prakteknya biar lebih cepat paham”.71

Pendapat yang sangat berbeda diungkapkan oleh M. Aufa Rafqi L

Ketua Kelas VIII-C yang mengatakan bahwa: “Alat-alat piketnya ditambahin

karena suka ilang ilangan. Kalau di putra baru sehari dikasih biasanya suka

langsung hilang dipakai main dikelas”.72

Harapan dari Kepala Madrasah, wakamad bidang sarana dan

prasarana, guru mata pelajaran dan siswa memang sangat beragam akan tetapi

semua yang mereka ungkapkan adalah harapan positif yang ingin mereka

wujudkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien

menjadi semakin baik dan baik lagi dari tahun ke tahun.

Dari uraian di atas mengenai Strategi kepala sekolah dalam

mengembangkan sarana dan prasarana unuk meningkatkan mutu pembelajaran

telah terlaksana dengan baik dapat dilihat dari kepala madrasah yang selalu

berusaha melibatkan secara aktif wakil kepala sekolah, Tata Usaha, Guru

dalam menentukan sarana dan prasarana yang akan direncanakan, pengadaan

harian sarana dan prasarana, pemeliharaan sarana dan prasarana ataupun

sebagai penanggungjawab atau pengelola harian suatu ruangan baik ruangan

lab, perpustakaan, asrama atau ruangan lain. Selain itu, kepala madrasah juga

selalu terbuka bagi guru atau karyawan yang ingin memberikan pendapatnya

untuk menyediakan suatu sarana dan prasarana untuk menunjang kinerja

mereka dalam rangka meningkatkan mutu madrasah.

Tetapi tidak dipungkiri bahwa kepala MTs Darul Muttaqien lebih

banyak berperan dalam pengembangan sarana dan prasarana yang berhubungan

langsung dengan pembelajaran. Sementara, untuk pengembangan sarana dan

prasarana milik pesantren yang skalanya relatif besar dan membutuhkan dana

yang cukup besar juga seperti gedung atau ruangan, tanggungjawab kepala

71

Hasil Wawancara bersama Salman Harris Andryana siswa kelas VIII-C pada hari

Minggu, 16 Oktober 2016. 72

Hasil Wawancara bersama M. Aufa Rafqi L siswa kelas VIII-C pada hari

Minggu, 16 Oktober 2016.

102

madrasah hanya sebatas melaporkan dan jika ada yang perlu diperbaiki atau

mengajukan proposal pengadaan jika madrasah menginginkan penambahan

gedung atau ruangan baru dalam menunjang aktivitas dan kinerja di madrasah

sehingga standar mutu madrasah dapat terpenuhi. Selain itu, untuk pengadaan

atau pemeliharaan sarana dan prasarana yang sifatnya rutin berjalan

sebagaimana mestinya tanpa harus dirapatkan terlebih dahulu karena bawahan

dari kepala sekolah ini telah memahami tugas dan fungsinya masing-masing

terkait sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien.

C. Temuan Hasil Penelitian

Dari hasil deskripsi dan analisis data di atas mengenai Strategi Kepala

Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien, penulis menemukan beberapa

hasil penelitian antara lain:

1. Tidak semua guru mata pelajaran terlibat aktif dalam menyusun rencana

kebutuhan sarana dan prasarana. Sebab, dari hasil data dokumen evaluasi

madrasah dibidang sarana dan prasarana pada rapat rutin tahunan yang

diselenggarakan sebelum tahun ajaran baru hanya beberapa guru yang ikut

dan berpartisipasi dalam rapat tersebut. Sehingga, tidak semua aspirasi

guru terkait sarana dan prasarana dapat tersampaikan dengan baik kepada

kepala madrasah padahal merekalah yang paling tahu mengenai sarana

atau media yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan belajar dan

mengajar di kelas sehingga peningkatan mutu pembelajaran dapat tercapai.

2. Kurang optimalnya pemakaian laboratorium MIPA, PAI, Bahasa, dan

ruang multimedia dalam kegiatan belajar dan mengajar di MTs Darul

Muttaqien. Hal ini dikarenakan guru yang kurang kreatif dalam

menggunakan media pembelajaran sehingga dari data laporan penggunaan

laboratorium hanya beberapa guru yang sering menggunakan lab untuk

menunjang KBM di MTs Darul Muttaqien. Selain itu, ruangan

laboratorium ini juga dipakai bersama oleh pihak MTs dan MA di yayasan

Darul Muttaqien sehingga waktu untuk menggunakan ruangan tersebut

103

sangat terbatas dan membuat guru merasa lebih nyaman jika mengajar di

ruang kelas walaupun dengan sarana prasarana yang terbatas.

3. Strategi perencanaan sarana dan prasarana yang kurang tepat dalam

pemberdayaan ruang laboratorium. Sebab, jika ingin menggunakan ruang

laboratorium kecuali laboratorium komputer guru harus membuat surat

permohonan izin penggunaan laboratorium agar tidak bentrok dengan

kelas lain dan jika jadwal yang diminta guru telah diisi oleh guru lain

maka guru tersebut harus menunggu atau mengganti hari lain yang masih

kosong. Hal ini yang menyebabkan beberapa guru lebih memilih untuk

belajar di kelas dibandingkan dengan di laboratorium.

4. Terbatasnya dana atau anggaran yang diberikan oleh yayasan untuk

pengembangan sarana dan prasarana sehingga tidak semua permintaan

pihak MTs Darul Muttaqien dapat dipenuhi bahkan terkadang pihak

madrasah sendirilah yang harus menutupi kekurangan dana untuk

pengembangan sarana dan prasarana tersebut. Hal ini dikarenakan jenjang

pendidikan yang berada dibawah naungan Yayasan Darul Muttaqien

bukan hanya MTs saja. Sehingga, hanya permintaan yang sangat

mendesak menurut pertimbangan yayasan dan sesuai dengan anggaran

yang dimiliki oleh yayasanlah yang dapat disetujui oleh pihak Yayasan

Darul Muttaqien. Sementara, permintaan lainnya yang belum disetujui

tidak tolak hanya saja ditangguhkan terlebih dahulu dan akan dipenuhi jika

tidak ada kebutuhan yang mendesak dan tersedianya dana di yayasan.

104

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis di MTs Darul Muttaqien maka

dapat disimpulkan bahwa Strategi Kepala MTs Darul Muttaqien dalam

Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu

Pembelajaran sudah berjalan dengan baik, hal ini terbukti dari:

1. Hasil analisis SWOT yang menunjukan bahwa kelemahan yang dimiliki

oleh MTs Ponpes Darul Muttaqien adalah terbatasnya dana/anggaran dalam

pengembangan sarana dan prasarana, kurangnya kreativitas guru dalam

penmanfaatan sarana dan prasarana, lemahnya SDM yang memahami

pengembangan sarana dan prasarana, rendahnya partisipasi warga sekolah

dalam pengembangan sarana dan prasarana pendidikan serta terbatasnya

sarana dan prasarana .

2. Strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan prasarana

berdasarkan analisis masalah atau SWOT di atas antara lain: Melakukan

kerjasama dengan pihak komite sekolah, lembaga/instansi lain dan dunia

usaha/industri, melaksanakan workshop/pelatihan terhadap guru secara

internal di sekolah, memberikan pelatihan terhadap staff atau guru mengenai

manajemen sarana dan prasarana di dalam sekolah ataupun di lembaga lain ,

meningkatkan kesadaran warga sekolah mengenai pentingnya keberadaan

sarana dan prasarana baik melalui bimbingan, penyuluhan, maupun kegiatan

lainnya, melakukan pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan

kebutuhan sekolah serta melakukan perbaikan dan perawatan sarana dan

prasarana milik sekolah.

3. Pengembangan sarana dan prasarana ini memberikan dampak yang cukup

signifikan terhadap mutu pembelajaran di MTs Darul Muttaqien. Hal ini

dapat dilihat dari kesesuaian standar sarana dan prasarana dengan kondisi

sarana dan prasarana di MTs Darul Muttaqien yang menunjukan bahwa

105

jumlah siswa, ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan lapangan telah

memenuhi standar kriteria minimal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

Selain itu, hasil raport siswa dalam kurun waktu dua tahun terakhir juga

menunjukan hasil yang amat baik yaitu berada di atas 8,00.

B. Saran

Meskipun strategi kepala sekolah dalam mengembangkan sarana dan

prasarana sudah berjalan baik dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran

di MTs Darul Muttaqien, namun ada beberapa hal yang dapat disarankan oleh

penulis, antara lain:

1. Untuk Kepala Madrasah, Dalam menerapkan strategi pengembangan sarana

dan prasarana, Kepala Madrasah diharapkan bersikap lebih tegas agar semua

guru mata pelajaran ikut dan aktif dalam menyusun rencana kebutuhan

sarana dan prasarana melalui undangan wajib rapat evaluasi bidang sarana

dan prasarana sebelum tahun ajaran baru dimulai. Selain itu, dalam rangka

pengoptimalan ruang laboratorium MIPA, PAI, Bahasa, dan ruang

multimedia lebih baik dibuat jadwal penggunaannya sebelum tahun ajaran

baru dimulai sehingga penggunaan laboratorium tersebut menjadi lebih

efektif dan efisien.

2. Untuk Guru, Dalam penyusunan rencana kebutuhan sebaiknya guru

menyadari pentingnya partisipasi mereka dalam menentukan prioritas sarana

dan prasarana yang akan direncanakan, sehingga mereka bersedia ikut dan

aktif dalam menyampaikan pendapat mengenai kebutuhannya pada rapat

evaluasi sarana dan prasarana.

3. Untuk Yayasan, Terkait dana atau anggaran yayasan yang terbatas untuk

pengembangan sarana dan prasarana, alangkah lebih baiknya jika pihak

yayasan melakukan kerjasama dengan beberapa donatur baik dari Komite

Sekolah, Pengusaha, maupun Pemerintah Daerah sehingga sarana dan

prasarana pendidikan yang dibutuhkan oleh semua jenjang pendidikan

dibawah naungan yayasan Darul Muttaqien dapat terpenuhi.

106

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar & Menengah.

Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya. Cet. 1. 2013.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.

Rineka Cipta. Cet. 15. 2013.

Aini, Nurul. “Mutu Pembelajaran Akuntansi”. Skripsi pada Sekolah SMK Negeri

50 Jakarta. Jakarta. 2016. tidak dipublikasikan.

Bafadal, Ibrahim. Manajemen Perlengkapan Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Cet. 2. 2004.

Basleman, Anisah dan Syamsu Mappa. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya. Cet. 1. 2011.

Departemen Pendidikan Nasional. Pengembangan Kultur Sekolah. 2009.

Fattah, Nanang. Manajemen Stratejik Berbasis Nilai. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya. Cet.1. 2015.

Haris, Abdul dan Nurhayati. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Cet. 2. 2012.

Heene, Aime. Dan Sebastian Desmidt. “Manajemen Strategik Keorganisasian

Publik”. dalam Faisal Afiff, dan Ismeth Abdullah (ed), Bandung: PT.

Refika Aditama. Cet.1. 2010.

Herry, Asep Hernawan. Asra dan Laksmi Dewi. Belajar dan Pembelajaran

Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press. Cet. 1. 2007.

Hidayat, Ara dan Imam Machali. Pengelolaan Pendidikan: Konsep, Prinsip, dan

Aplikasi dalam Mengelola Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: Kaukaba.

Cet. 1. 2012.

Kompri. Manajemen Pendidikan - Jilid 3. Bandung: Alfabeta. Cet.1. 2015.

------, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Cet. 1. 2014

.

Kurniadin, Didin dan Imam Machali. Manajemen Pendidikan: Konsep & Prinsip

Pengelolaan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cet.1. 2012.

107

Matin, Nurhattati Fuad. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan: Konsep

dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Cet. 1. 2016.

Minarti, Sri. Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan secara

Mandiri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cet. 1. 2011.

Mulyasa, E. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Ed.1. Cet. 3. 2013.

------ . Menjadi Kepala Sekolah Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Cet. 12. 2011.

Nata, Abuddin. Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Prenada Media

Grup. Cet. 1. 2016.

Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah /Madrasah.

Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama. Cet. 8. 2014.

Rohiat. Manajemen Sekolah. Bandung: PT. Refika Aditama. Cet. 2. 2009.

Rusdiana. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Cet. 1. 2015.

Sadiman, Arief S. dkk. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Cet. 14. 2010.

Sagala, Syaiful. Supervisi Pembelajaran: Dalam Proses Pendidikan. Bandung:

Alfabeta. Cet. 1. 2010.

Solihin, Ismail. Manajemen Strategik. Jakarta: Erlangga. 2012.

Sri Ambar, Wahyu. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta: CV.

Multi Karya Mulia. Ed. 1. 2007.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT.

Alfabeta. Cet. 13. 2011.

Suhardan, Dadang. Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta. Cet. 4. 2010.

Triwiyanto, Teguh & Ahmad Yusuf Sobri. Panduan Mengelola Sekolah Bertaraf

Internasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Cet.1. 2010.

Wahjosumidjo: Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan

Permasalahannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Cet. 7. 2010.

Lampiran 1

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Responden : Abdullah Hudri, SS, M.Pd

TTL : Bogor, 06 Desember 1979

Pendidikan : S1 Bahasa dan Sastra Arab UIN Jakarta 2003

S2 Manajemen Pendidikan UNJ 2015

Jabatan : Kepala Madrasah MTs Darul Muttaqien

Lama Masa Kerja : 10 Tahun

Pertanyaan Wawancara

1. Apa saja tugas pokok dan fungsi kepala sekolah?

Jawab:

Tugas kepala madrasah secara umum adalah mengelola secara keseluruhan

lembaga pendidikan formal dalam hal ini madrasah. Pengelolaan ini

mencakup delapan standar pendidikan nasional.

Fungsinya sebagai manajer, supervisor, educator, konselor. Secara umum

Kepala Madrasah berfungsi sebagai penanggung jawab berjalannya lembaga

pendidikan dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi dan pelaporan.

2. Apa saja masalah atau tantangan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh

sekolah pada saat ini khususnya di bidang sarana dan prasarana?

Jawab:

Masalah selalu ada, begitu juga tantangan dalam mengelola lembaga ini.

Permasalahan sarana dan prasarana yang saat ini sedang dihadapi adalah

keinginan kami untuk menambah media-media pembelajaran interaktif untuk

kegiatan belajar mengajar dari seluruh mata pelajaran yang ada. Selain itu,

kami juga ingin menyempurnakan sarpras pengajaran,

khususnya berkaitan dengan fasilitas olahraga dan keterampilan. Kami

menginginkan guru menjadi lebih kreatif dan lebih semangat dengan media-

media, alat-alat, fasilitas-fasilitas pendukung dalam pelaksanaan pengajaran di

kelas maupun di luar kelas.

Tantangannya selain masalah pendanaan yang harus kita rencanakan dan atur

pemasukan dan pengeluarannya untuk memenuhi kebutuhan sarpras tersebut,

begitu juga dengan up grading kompetensi atau kemampuan guru dalam

penggunaan media-media, alat-alat, fasilitas-fasilitas pendukung dalam

pelaksanaan pengajaran tersebut.

3. Apakah gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh bapak? Dan mengapa

memilih gaya tersebut?

Jawab:

Secara teori, saya tidak mengiblat ke salah satu gaya kepemimpinan tertentu.

Saya memimpin dengan target dan tujuan yang jelas yang sudah diamanahkan

kepada saya. Saya bekerja lebih senang berdasarkan prosedur, saya suka

bermusyawarah meminta pendapat wakil-wakil saya, guru, atau tata usaha

untuk menyelesaikan permasalahan yang kami hadapi di lapangan. Hanya saja

saya paham bahwa segala keputusan pada akhirnya harus saya sendiri yang

memutuskan dan saya yang bertanggungjawab atas berjalannya keputusan itu

di lapangan.

4. Sebagai kepala sekolah apakah anda lebih sering melibatkan bawahan dalam

mengambil suatu keputusan atau tidak khususnya dalam mengembangkan

sarana dan prasarana? Dan Langkah apa saja yang dirumuskan sebelum bapak

mengambil keputusan tersebut?

Jawab:

Saya termasuk orang yang suka melihat dan menganalisa masalah lingkungan

madrasah secara langsung. Dari hasil pengamatan dan analisa itu, biasanya

saya bicarakan dengan petugas apakah itu wakamad, TU atau guru mengenai

segala sesuatunya yang berkenaan dengan situasi kondisi tersebut sekaligus

berkenaan dengan analisa saya sebelum saya mengambil suatu keputusan.

5. Menurut anda sikap dan keterampilan dasar apa sajakah yang harus dimiliki

oleh seorang kepala sekolah agar berhasil dalam menjalankan tugasnya

khususnya dalam mengembangkan sarana dan prasarana?

Jawab:

Banyak hal sebenarnya yang harus dimiliki secara pasti oleh kamad dari

sikap, kualifikasi, maupun kompetensi apabila ingin lembaga pendidikan ini

berjalan dengan baik dan lebih baik lagi ke depannya. Secara teori,

kompetensi dan kualifikasi kamad sudah dijelaskan oleh Pemerintah dalam

Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala

Sekolah/Madrasah, semuanya itu benar adanya. Hanya saja menurut saya

untuk di MTs Darul Muttaqien ini, Kamad penting mempunyai kesungguhan

bekerja sepenuh hati, fokus dan kuat dalam berkomunikasi secara verbal

dengan para wakamad, TU, terlebih kepada guru. Selain itu, harus konsisten

dengan keteladanan yang baik dalam segala hal, khususnya dalam

menjalankan tata tertib yang mengikat dirinya dan guru secara umumnya.

6. Bagaimanakah strategi/kebijakan yang anda lakukan dalam mengelola atau

mengembangkan sarana dan prasarana?

Jawab:

Strategi saya dalam bidang sarpras, pertama harus punya SOP Pemeliharaan

sarpras yang kita miliki agar tetap terjaga dan dalam kondisi baik. Bila ada

kerusakan segera diperbaiki, dan seterusnya. Kemudian, menetapkan jangka

waktu habis pakai sarpras yang dimiliki. Maksudnya, setiap sarpras pasti

memiliki jangka waktu ketahanan atau kekuatan dalam kondisi baik. Kami

pasti akan mengganti sarpras yang sudah habis waktu pakainya atau minimal

kita memperbaharuinya sehingga masa pakainya menjadi lebih panjang.

Kalau untuk sarpras biasanya kita sudah punya polanya, saya selalu bilang ke

TU ataupun wakamad bidang sarpras bahwa OB disini bukan hanya

bertanggungjawab terhadap kebersihan sekolah tetapi juga mereka

bertanggungjawab untuk mengecek sarana dan prasarana baik yang terdapat di

ruang kelas maupun di ruang pelayanan seperti ruang guru, TU, dan lain-lain

setiap minggunya apakah ada yang perlu diperbaiki atau tidak, jadi mereka itu

tahu apa saja yang harus mereka periksa setiap harinya sebelum kegiatan

sekolah dimulai meskipun tidak tertulis peraturannya dan setiap minggunya

ada laporan yang harus mereka buat mengenai hasil pengamatan mereka

mengenai apa yang perlu diperbaiki, diganti, ataupun ditambah. Seminggu

sekali ini biasanya para OB ini dikumpulkan di ruang staff TU bidang sarpras

untuk melaporkan hasil temuan mereka. Nanti staff TU tersebut mencatat

hasil laporan tersebut dan melaporkannya langsung kepada saya atau

wakamad. Setelah mendapat laporan tersebut saya melakukan pengecekan

langsung apakah benar sarpras tersebut perlu diperbaiki, diganti atau

ditambah. Nanti kalau saya sudah setuju, TU tersebut langsung ke bendahara

madrasah. Nanti mereka yang berdiskusi bagaimana proses membelinya dan

pelaporannya.

7. Apa dasar atau pedoman bapak dalam menentukan kebijakan terkait

pengembangan sarana dan prasarana? Untuk peningkatan layanankah atau

karena ada kelebihan dana?

Jawab:

Kalau dari yayasan pedoman untuk kinerja ada tetapi tidak detail.

Landasannya ada pasti tetapi ya landasan utamanya adalah kita harus bersih,

pelayanan juga harus maksimal, dan hal-hal yang perlu dilakukan ya kita

lakukan. Jadi, landasan hukum itu tidak berpengaruh bagi kita justru yang

berpengaruh itu adalah mindset dalam pikiran kita bahwa pelayanan

semaksimal mungkin untuk pendidikan itu harus dilakukan baik dari segi

kebersihannya, fasilitasnya maupun kebutuhan-kebutuhan mengajar yang lain

diperlukan guru. Saya orangnya cukup terbuka dengan guru-guru, saya bilang

dengan guru-guru butuh apapun baik media pembelajaran atau buku referensi

silahkan konsultasikan dengan saya, kalau misalnya kita belum ada uang

konsultasikan saja dengan saya dahulu tidak apa-apa. Guru butuh apa kan

tidak mungkin mereka beli apapun untuk kebutuhan sekolah tanpa konsultasi

dengan saya. Saya tidak pernah mempersulit guru yang membutuhkan media

baik itu buku referensi maupun VCD-VCD pelajaran, saya hanya

mengonfirmasi kepada mereka apakah mereka benar-benar membutuhkannya,

kapan rencananya media tersebut akan digunakan, bagaimana cara

pembeliannya apakah mereka yang beli sendiri lalu kuitansinya dilaporkan

kepada pihak bendahara madrasah ataukah dari bendahara madrasah bersama

guru tersebut yang beli media tersebut. Tetapi saya tetap mengawasi benar

tidak mereka butuh itu kemudian lihat kemungkinan harganya jika masih bisa

dipenuhi maka saya akan setujui. Meskipun saya tidak terlalu paham tentang

keuangan madrasah tetapi saya tahu kemungkinan anggaran yang dimiliki

oleh madrasah. Jadi, jika menurut pertimbangan saya pengadaan tersebut

masih wajar dan bisa dipenuhi oleh madrasah ya saya akan setujui permintaan

mereka.

8. Bagaimana cara untuk melibatkan dan memberdayakan secara aktif semua

warga sekolah untuk dalam mengembangkan sarana dan prasarana?

Jawab:

Untuk membuat semua warga madrasah aktif dalam mengembangkan sarpras

yaitu pertama dengan mensosialisasikan situasi dan kondisi sarpras madrasah

selama tahun ini kepada seluruh warga sekaliigus rencana-rencana

pengembangan sarpras yang akan dilakukan madrasah. Kemudian, melibatkan

guru, TU atau pegawai madrasah lainnya dalam pemeliharaan sarpras

madrasah tersebut.

9. Siapa saja yang terlibat dalam perencanaan sarana dan prasarana?

Jawab:

Untuk perencanaan sarpras yang terlibat adalah Kepala Madrasah, Wakamad

Bidang Sarana dan Prasarana, TU Bagian Sarana dan Prasarana, dan beberapa

guru yang telah ditunjuk oleh kepala madrasah.

10. Apakah bapak sering mengadakan kunjungan kelas untuk mengetahui kondisi

sarpras dan kebutuhan siswa?

Jawab:

Kunjungan ke kelas adalah pekerjaan rutin harian kamad. Namun, apabila

kamad berhalangan maka akan dikunjungi oleh wakamad atau guru piket yang

mewakili kamad.

11. Strategi apa yang digunakan kepala sekolah dalam perencanaan sarana dan

prasarana apakah bottom-up atau up-bottom?

Jawab:

Terkadang dari bawah ke atas apabila ada aduan dan temuan dari guru atau

wakamad bidang sarpras. Terkadang juga dari atas ke bawah apabila kamad

merasa perlu mengambil langsung keputusan di lapangan.

12. Apa saja pengembangan sarana dan prasarana baik dari segi pengadaan,

perbaikan, penambahan, atau pemeliharaan sarpras yang dilakukan oleh pihak

MTs sendiri?

Hal-hal yang sifatnya rutinitas untuk menunjang kinerja dan pembelajaran

misalnya Pengadaan ATK tiap bulan ataupun semester, Pengadaan alat

kebersihan setiap awal semester, pengadaan buku-buku referensi dan

komputer jika dibutuhkan, pengadaan yang sifatnya rutin tahunan seperti

pengadaan papan tulis ataupun lemari di kelas. Selain itu, adapun pengadaan

media pembelajaran jika dibutuhkan oleh guru. Adapun kegiatan yang

sifatnya pemeliharaan untuk meningkatkan daya tahan suatu fasilitas agar

masa pakainya jauh lebih lama. Jika dipertengahanpun dibutuhkan suatu

pengadaan yang urgent maka akan kita lakukan.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Responden : Darojat S.Pd.I

TTL : Bogor, 18 Juni 1979

Pendidikan : S1Pendidikan

Jabatan : Wakil Bidang Sarana dan Prasarana

Lama Masa Kerja : 4 Tahun

Pertanyaan Wawancara

1. Sebagai wakasek sarpras, apa saja tugas bapak yang terkait sarana dan

prasarana?

Jawab:

Merencanakan, mengadakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan sesuai

dengan kondisi dan kemampuan Yayasan/Madrasah, mengontrol keadaan

(pemeliharaan) sarana dan prasarana, dan evaluasi kegiatan.

2. Apa saja masalah atau tantangan di bidang pendidikan yang dihadapi oleh

sekolah pada saat ini khususnya di bidang sarana dan prasarana?

Jawab:

Keterbatasan dana Yayasan/Madrasah sehingga tidak semua kebutuhan sarana

dan prasarana yang dibutuhkan dapat diadakan.

3. Menurut Bapak, apakah kepala sekolah lebih sering melibatkan bawahan

dalam mengambil keputusan atau tidak khususnya di bidang sarana dan

prasarana?

Jawab:

Ya, selalu melibatkan bawahan dan mempertimbangkan saran/masukan dari

bawahannya.

Jawab:

4. Bagaimana koordinasi dan komunikasi antara kepala sekolah dengan wakasek

dalam menyukseskan program sekolah khususnya di bidang sarana dan

prasarana?

Jawab:

Secara individual maupun melalui melalui rapat mingguan yang ada di

Madrasah.

5. Bagaimana kebijakan/strategi kepala sekolah dalam mengelola sarana dan

prasarana?

Jawab:

Menggunakan analisis SWOT. Jadi strategi/upaya kepala sekolah dalam

pengembangan sarana dan prasarana berdasarkan hasil analisis SWOT dan

pendapat dari guru dan staf.

6. Dalam mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan, kapan perencanaan

/analisa kebutuhan biasanya dilakukan?

Jawab:

Sebelum Tahun Ajaran Baru melalui rapat rutin tahunan madrasah.

7. Perencanaan sarana dan prasarana apa saja yang dilakukan sekolah dalam

jangka waktu pendek, menengah, dan panjang?

Jangka Pendek:

a. Menginventarisir sarana dan prasarana sekolah secara detail dan rapi.

b. Penanganan 3K lebih baik lagi.

c. Penambahan alat-lat praktek.

d. Pembuatan papan nama setiap gedung.

e. Perbaikan ringan seluruh sarpras.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Responden : Ismuhu S

TTL : Bogor, 16 Oktober 1985

Pendidikan : MI Miftahul Anwar

MTs Darul Muttaqien

MA Darul Muttaqien

Pekerjaan : Tata Usaha Bidang Sarana dan Prasarana

Pertanyaan Wawancara

1. Apa sajakah tugas Tata Usaha terkait sarana dan prasarana pendidikan?

Jawab :

Tugas Tata Usaha terkait sarana dan prasarana pendidikan adalah

sebagai penanggung jawab atas sarana dan prasarana yang digunakan untuk

pembelajaran. Contohnya: mempersiapkan infocus untuk digunakan guru

dalam proses pembelajaran dan dicatat dalam buku peminjaman barang dan

mengadministrasikan semua barang keluar dan masuk.

2. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?

Jawab:

Kepala Sekolah menurut saya adalah sosok yang tegas tapi bersahabat

tidak membedakan jabatan, sehinggaa para bawahannya tidak merasa

canggung dan dapat bekerja dengan nyaman.

3. Menurut Bapak, Apakah gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala

efektif jika diterapkan di sekolah?

Jawab:

Menurut saya efektif.

4. Bagaimana harapan anda di masa mendatang terkait mutu pembelajaran

sekolah?

Jawab:

Harapan saya, semoga sekolah menjadi lebih baik lagi.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Responden : Maria Ulfah S.Pd

TTL : Bogor, 25 September 1986

Pendidikan : S1 Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mapel yang diampu : Guru IPS/PKN

Lama Masa Kerja : 3 Tahun

Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?

Bertanggungjawab. tegas, memiliki wawasan manajemen sekolah,

demokratis, dan kharismatik.

2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah

efektif jika diterapkan di sekolah?

- Gaya kepemimpinannya analitis, karena ketika mengambil keputusan

selalu berdasarkan proses analisis secara logika dari informasi yang ada.

- Sangat efektif kepemimpinannya.

3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan

prasarana?

Ya, karena Kepala Sekolah sangat terbuka pada informasi, kritik, dan saran.

4. Dalam perencanaan kebutuhan, apakah kepala sekolah selalu

mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang

mereka butuhkan?

Ya, selalu mempertimbangkan pendapat dari guru.

5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang

pembelajaran di kelas?

Sangat penting karena sarana prasarana merupakan alat atau media dalam

proses pembelajaran.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Responden : Siti Hajar S.Pd

TTL : Pandeglang, 17 Oktober 1985

Pendidikan : S1 Pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mapel yang diampu : Guru IPA

Lama Masa Kerja : 4 Tahun

Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?

Sosok Kepala Sekolah Darul Muttaqien khususnya MTs adalah seorang

Kepala Sekolah yang memiliki kemampuan manajemen sekolah dan memiliki

sikap delegatif, partisipatif, dan konsultatif.

2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah

efektif jika diterapkan di sekolah?

Insya Allah efektif, karena pada dasarnya setiap Kepala Sekolah harus

memiliki kemampuan dalam manajemen sekolah.

3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan

prasarana?

Ya, guru tiap mata pelajaran akan dilibatkan dalam proses perencanaan sarana

dan prasarana tiap mata pelajaran.

4. Dalam perencanaan kebutuhan, apakah kepala sekolah selalu

mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang

mereka butuhkan?

Ya, Kepala Sekolah akan mempertimbangkan pendapat dari tiap guru mata

pelajaran terkait kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada tiap

mata pelajaran.

5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang

pembelajaran di kelas?

Sangat penting, dengan adanya sarana dan prasarana guru dapat

menyampaikan materi pembelajaran lebih baik.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Responden : Heri Hasary, S.Pd.I

TTL : Jakarta, 14 Mei 1975

Pendidikan : S1 UMJ Cirendeu

Mapel yang diampu : Guru Pendidikan Agama Islam

Lama Masa Kerja : 18 Tahun.

Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?

Sosok Kepala Sekolah di Sekolah ini yaitu senang akan perubahan, Bersikap

proaktif dan mempunyai komunikasi yang baik, Memiliki kemampuan

manajemen sekolah yang cukup baik.

2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah

efektif jika diterapkan di sekolah?

Insya Allah Efektif, karena pasti Kepala Sekolah memiliki manajemen yang

sangat baik untuk mengelola sekolah ini.

3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan

prasarana?

Ya, Kepala Sekolah akan melibatkan secara efektif dalam proses perencanaan

sarana prasarana tiap mata pelajaran.

4. Dalam perencanaan kebutuhan, apakah kepala sekolah selalu

mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang

mereka butuhkan?

Ya, misalnya dalam merencanakan sarana dan perlengkapan yang menunjang

dan sangat dibutuhkan untuk kemajuan mata pelajaran di sekolah.

5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang

pembelajaran di kelas?

Sangat penting, dengan adanya sarana prasarana guru dapat mengembangkan

dan menyampaikan materi dengan mudah dan baik.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Responden : Samuji, S.Pd.I

TTL : Ponorogo, 21 April 1975

Pendidikan : S1 Penddikan

Mapel yang diampu : Guru Penjaskes

Lama Masa Kerja : 4 Tahun

Pertanyaan Wawancara

1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?

Baik dan Bijaksana.

2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah

efektif jika diterapkan di sekolah?

Tegas dan Komitmen. Efektif

3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan

prasarana?

Selalu dilibatkan.

4. Dalam perencanaan kebutuhan, apakah kepala sekolah selalu

mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang

mereka butuhkan?

Selalu.

5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang

pembelajaran di kelas?

Sangat penting untuk menunjang keberhasilan pendidikan baik bagi guru

maupun siswa.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Responden : Muhammad Maasur

TTL : NTB, 09 Agustus 1986

Pendidikan : S1 ISID

Mapel yang diampu : Guru Bahasa Inggris

Lama Masa Kerja : 5 Tahun

Pertanyaaan Wawancara

1. Bagaimana sosok kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah ini?

Alhamdulillah bisa memimpin dengan baik, pengertian, dan mampu

menempatkan gurunya sesuai dengan kapasitasnya

2. Bagaimana gaya kepimimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah? Apakah

efektif jika diterapkan di sekolah?

Fleksibel, tegas, dan mendahulukan prioritas daripada yang penting.

3. Apakah guru dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sarana dan

prasarana?

Kalau guru mungkin hanya dilibatkan pada saat pengajuan sarpras saja, untuk

diterima atau tidak usulan kita tergantung keputusan kepala sekolah.

4. Dalam perencanaan kebutuhan, apakah kepala sekolah selalu

mempertimbangkan pendapat dari guru sebagai pengguna terkait apa yang

mereka butuhkan?

Iya, guru dilibatkan biasanya akan dibahas dalam rapat sebelum tahun ajaran

baru dan seluruh guru wajib ikut karena akan dibahas untuk setahun ke depan.

5. Seberapa pentingkah adanya sarana dan prasarana bagi guru dalam menunjang

pembelajaran di kelas?

Sangat penting, karena alatkan salah satu tujuannya untuk membantu

meningkatkan mutu pembelajaran anak-anak, siswa juga melihat dengan cara

yang berbeda dan lebih mudah memahami dengan materinya.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Nama Siswa/I : Yuliko Hana Zahiah

Kelas : IX-F

Pertanyaan Wawancara

1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana?

Baik, ramah dan selalu memberitahu kita karena beliau kan juga ngajar nahu

kalo kita tuh belajar bukan hanya sekedar mengejar nilai bagus saja tetapi

yang terpenting kita paham pelajarannya tersebut.

2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian? Jika iya

biasanya apa yang dilakukan kepala sekolah ketika berkunjung ke kelas?

Sering, kalau ada pelajarannya kadang-kadang juga sering keliling-keliling

kelas juga biasanya suka melihat kelas kita sudah rapih atau belum, guru yang

mengajar masuk atau tidak.

3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media

pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu

lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun?

Lebih enakan pake alat peraga dan media-media kadang-kadang kan kalau

nonton jadi lebih tahu kaya misalnya materi sejarah gitu nonton langsung

sejarahnya jadi lebih masuk gitu materinya. Kita juga jadi cepet paham kalau

belajar ada materi juga tapi pake media juga ngajarnya

4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang?

Guru-gurunya lebih semangat lagi dalam mengajar biar muridnya juga jadi

semangat juga belajarnya dan kelasnya dibuat lebih menarik biar kalau dikelas

ga cepet ngantuk.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Nama Siswa/I : Salman Harris Andryana

Kelas : VIII-C

Pertanyaan Wawancara

1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana?

Baik tegas suka menjaga kebersihan dan kalau ada sampah sedikit saja pasti

langsung kita suruh bersihkan.

2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian?

Terkadang dan biasanya mendadak. Biasanya kepala sekolah Memeriksa

keadaan kelas ada gurunya atau tidak, mengecek kelas bersih kalau kelasnya

ga bersih kita suruh bersihin kelas dahulu baru bisa belajar.

3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media

pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu

lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun?

Lebih senang kalau pake alat, karena kalau disuruh ngebayangin sesuatu

kadang-kadang suka ga dapet juga bayangannnya. Jadi lebih suka pake alat.

Tetapi pelajaran yang paling sering pake media ya cuma TIK dan sudah pasti

di lab belajarnya. Kalau di kelas yang sering pakai media biasanya guru piqih

sering bawa boneka domba jika sedang belajar tentang Qurban dan lain-lain.

4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang?

Pengen ada tambahan medianya jadi kalau ada pelajaran yang suruh

ngebayangin jadi cepet tergambar karena ada medianya gitu. Apalagi kaya

belajar IPA atau bahasa gitu, kalau di IPA alatnya dibanyakin lagi kaya gelas

ukur dan kalau bahasa lebih dibanyakin prakteknya biar lebih cepat paham.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Nama Siswa/I : M. Aufa Rafqi L

Kelas : VIII-C

Pertanyaan Wawancara

1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana?

Baik, suka senyum, ramah, tegas juga.

2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian?

Kadang-kadang, biasanya mengecek keadaan kelas. Ada gurunya atau tidak,

bersih atau tidak. Kalo kotor biasanya suruh bersih-bersih dahulu baru bisa

belajar.jadi belajarnya agak telat.

3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media

pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu

lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun?

Lebih suka belajar cara manual, ditulis aja gitu di papan tulis kalau gambar

malah ga paham dan lebih cepat tanggep kalo menghapal. Jadi kalau misalnya

pakai alat/media saya kurang cepet paham malah fokus ke gambarnya aja.

4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang?

Alat-alat piketnya ditambahin karena suka ilang ilangan. Kalau di putra baru

sehari dikaseh biasanya suka langsung ilang dipake main dikelas.

PEDOMAN DAN HASIL WAWANCARA

Nama Siswa/I : Juva Salma Chotika

Kelas : IX-I

Pertanyaan Wawancara

1. Menurut kalian, kepala sekolah orangnya bagaimana?

Orangnya baik, bijaksana, ramah, terus enjoy dan lucu kalo ngajar jadi lebih

cepet paham materinya

2. Apakah kepala sekolah sering melakukan kunjungan ke kelas kalian?

Terkadang itu biasanya cuma ngontrol-ngontrol saja dan ga tentu waktunya

lebih sering ustad-ustad yang sudah ditugaskan yang mengontrol ke kelas.

3. Apakah Kalian lebih paham jika belajar menggunakan bantuan media

pembelajaran seperti gambar, sketsa, alat peraga, proyektor atau alat bantu

lainnya atau tidak menggunakkan media atau alat bantu apapun?

Kalau aku lebih suka buat nulis aja lebih cepet nanggepnya daripada pake alat

kalau liat gambar ga begitu paham. Terus juga kalau dicatatkan kalau nanti

kita lupa bisa liat catatan buku kita kalau gambarkan ngga cuma inget

sebentar dan nanti kalau lupa ga bisa diliat lagi.

4. Apa harapan untuk sekolah kalian di masa mendatang?

Kalau untuk dikelas kayanya sudah cukup deh kalau untuk sekarang.

Lampiran 2

UJI REFERENSI

Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul

"Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana untuk

Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien Parung­

Bogor" yang disusun oleh Ika Oktavianti, NIM. 1112018200017, Program Studi

Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Telah disetujui kebenarannya oleh dosen

pembimbing skripsi pada tanggal,

Dosen Pembimbing I

Dr. Fathi Ismail, MM

NIP. 150 183 109 00

Mengetahui,

Jakarta, 07 Desember 2016

Dosen Pembimbing II

W-Drs. Ali Nurdin, M.Pd

NIP. 19550601198103 1 005

Lampiran 3

Judul

DAFTAR REFERENSI

: Strategi Kepala Sekolah dalam Mengembangkan

Sarana dan Prasarana untuk Meningkatkan Mutu

Pembelajaran di MTs Ponpes Darul Muttaqien

Parung-Bogor.

Nama : Ika Oktavianti.

NIM : 1112018200017

Dosen Pembimbing : 1. Dr. H. Fathi Ismail, MM

2. Drs. Ali Nurdin, M.Pd

BAB Rujukan /Somber Nomor Hal Parafl Paraf2 Footnote Skripsi

Ibrahim Bafadal, Manajemen 1 1

Perlengkapan Sekolah, (Jakarta: » PT. Bumi Aksara, 2010), .AI~ Cet. 2, h. 1

Ara Hidayat dan Imam Machali, 2 1

Pengelolaan Pendidikan: Konsep,

Prinsip, dan Aplikasi dalam

~ I Mengelola Sekolah dan ~ Madrasah, (Y ogyakarta: Kaukaba. '

2012), Cet. 1, h. 155.

Abuddin Nata, Pendidikan dalam 3 4

Perspektif Al-Qur 'an, (Jakarta: j1~ ~ ~

Prenada Media Grup, 2016), Cet. "'\

II

1, h. 137-138.

Hasil wawancara dengan Bapak

Heri Hasary, Wakil Kepala

Sekolah bidang Sarana dan

Prasarana, pada hari Rabu, 04

November 2015 pukul 10.00

WIB, di Ruang TMI Darul

Muttaqi en.

W ahjosumidjo, Kepemimpinan

Kepala Sekolah: Tinjauan

Teoritik dan Permasalahannya,

(Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada Jakarta, 2010), Cet. 7,

h. 83.

E. Mulyasa, Menjadi Kepala

Sekolah Professional, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2011),

Cet. 12, h. 98.

Permendiknas Nomor 13 Tahun

2007 tentang Standar Kepala

Sekolah.

Mulyasa. loc. cit.

Syaiful Sagala, Supervisi

Pembelajaran: Dalam Proses

Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,

2010), Cet. 1, h. 121.

Wahjosumidjo, Kepemimpinan

Kepala Sekolah: Tinjauan

Teoritik dan Permasalahannya,

4

1

2

3

4

5

6

5

8

9

9

10

10

10

AN /

-

(Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada ~

Jakarta, 2010), Cet. 7, h. 101.

Mulyasa, Manajemen 7 11

Kepemimpinan Kepala Sekolah,

~ (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), /IN' Cet. 3, h. 20. /

Ibid., h. 20-22. 8 12 __.......,.,

-- ·. L ,11},/ ~

Rohiat, Manajemen Sekolah, 9 12

(Bandung: PT. Refika Aditama, ~ 2009), cet. 2, h. 37-38. /fA/ u ..... /

Mulyasa, Manajemen 10 13

Kepemimpinan Kepala Sekolah,

~ (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), .4Jtl' ;'

Cet. 3, h. 22.

Aime Heene, Sebastian Desmidt, 11 13

"Manajemen Strategi

Keorganisasian Publik, ", dalam

~ Faisal Afiff, dan Ismeth Abdullah #/ (ed.), (Bandung: PT. Refika

/

Aditama, 2010), Cet. 1, h. 53.

Freddy Rangkuti, Ana/isis 12 13

SWOT: Teknik Membedah Kasus 'L1 ,_ Bisnis, (Jakarta: PT Gramedia - _JJ.-.1 ~ Pustaka Utama, .2014), Cet. 8, /

h. 3.

Ibid., h. 4. 13 14

~ M--.--

Kompri, Manajemen Pendidikan - 14 14

~ Jilid 3, (Bandung: Alfabeta, \ /"'¥ r

Lampiran 4

Lembar Check List Dokumen

No Dokumen Ada Tidak

Ada

Ket

1. Profil Sekolah √

2. Visi dan Misi Sekolah √

3. Tugas Pokok dan Fungsi Kepala

Sekolah √

4. Struktur Organisasi Sekolah tahun

2016-2017. √

5. Data Guru dan Staff tahun 2016-

2017. √

6. Data Inventaris Sarana dan

Prasarana tahun ajaran 2016-2017. √

7. Laporan Hasil Pengadaan Sarana

dan Prasarana tahun ajaran 2016-

2017

7. Laporan Hasil Pemeliharaan Sarana

dan Prasarana tahun ajaran 2016-

2017

8. Data Nilai Raport/Hasil Belajar

Siswa kelas VIII dan IX (dua

semester terakhir) pada dua tahun

terakhir.

9. Laporan Hasil rapat pada akhir

Semester/Tahun ajaran bidang

Sarana dan Prasarana Pendidikan

tahun 2015-2016.

10. Data Rencana Program

Semester/Tahunan bidang Sarana

dan Prasarana Pendidikan Tahun

2016-2017

11. Laporan Program Kerja Kepala

Sekolah Periode 2016-2017. √

12. Pedoman Kerja Wakasek Bidang

Sarana dan Prasarana. √

13. Data Prestasi siswa/I dari tahun

ajaran 2012-2016. √

14. Contoh Surat Permohonan dan

berita acara penggunaan

Laboratorium

Lampiran 5

LEMBAR HASIL OBSERVASI KONDISI SARANA DAN PRASARANA

MTs DARUL MUTTAQIEN

TAHUN PENDIDIKAN 2016-2017

No Nama Fasilitas Luas (m2) Jumlah

Daya

Tampung Kondisi

Jadwal

Pemakaian

A Fasilitas Pembelajaran

1 Ruang Kelas Belajar 8 x 9,5 30 35 Baik Setiap KBM

2 Ruang Lab. Bahasa 8 x 9,5 1 35 Baik Kondisional

3 Ruang Lab. Komputer 8 x 9,5 4 35 Baik Setiap KBM

4 Ruang Lab. PAI 8 x 9,5 2 35 Baik Kondisional

5 Ruang Lab. MIPA 8 x 9,5 1 35 Baik Kondisional

6 Ruang Perpustakaan 8 x 9,5 1 ± 100 Baik Kondisional

7 Ruang Multimedia 8 x 9,5 2 35 Baik Kondisional

B Fasilitas Penunjang

1 Ruang Kepala Sekolah 8 x 9,5 1 1 Baik Setiap Hari KBM

2 Ruang Guru 8 x 9,5 4 25 Baik Setiap Hari KBM

3 Ruang Tata Usaha 8 x 9,5 1 7 Baik Setiap Hari KBM

4 Ruang Konseling 8 x 9,5 2 30 Baik Kondisional

5 Ruang OSIS/OPDM 8 x 9,5 2 30 Baik Kondisional

6 Ruang UKS 8 x 9,5 2 10 Baik Kondisional

7 Ruang Pertemuan/Aula 1 ± 2500 Baik Kondisional

8 Ruang Kesenian 8 x 9,5 2 20 Baik Kondisional

9 Lapangan Sepak Bola 40 x 80 1 ± 2500 Baik Setiap Sore

10 Lapangan Basket 15 x 29 1 ± 100 Baik Setiap Sore

11 Asrama 8 x 9,5 14 16 Baik Setiap Hari

12 Kamar Mandi 1,5 x 1,25 40 1 Baik Setiap Hari

13 Halaman/Taman 2,5 m2 9 Baik -

14 Ruang Gudang 3 x 3 1 Baik -

~- -

Lampiran 7

• KEMENTERIAN AGAMA No. Dokumen FITK-FR-AKD-082

UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit 1 Maret 2010

FITK No. Revisi: 01 Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal 1/1

SURA T PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

Nomor: Un.01/F1/KM.01.3/Jh~h./2016 Lamp. : Outline/Permohonan Data

Jakarta, 26 September 2016

Hal : Permohonan lzin Penelitian

Kepada Yth.

Kepala Sekolah MTs Darul Muttaqien di Tempat

Assalamu'alaikum wr. wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa:

Nama

NIM

Jurusan

Semester

: lka Oktavianti

: 1112018200017

: Manajemen Pendidikan

: IX (Sembilan)

Judul Skripsi : Strategi Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Sarana dan Prasarana

Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MTs Darul Muttaqien.

adalah benar mahasiswi Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang menyusun Skripsi, dan akan mengadakan penelitian (riset) di sekolah yang Saudara pimpin.

Untuk itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakan penelitian dimaksud.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum tivr. wb.

Tembusan: 1. Dekan FITK 2. Pembantu Dekan Bidang Mahasiswa yang bersangkutan 3. Mahasiswa

BIODATA PENULIS

Ika Oktavianti, lahir di Jakarta, 05 Oktober 1994. Anak pertama

dari dua bersaudara dari pasangan Sadih dan Purwanti. Jenjang

pendidikan yang sudah ditempuh: SDN Kota Baru IV tamat tahun

2006, SMP Negeri 13 Bekasi tamat tahun 2009, SMA Negeri 12

Bekasi tamat tahun 2012, dan meneruskan jenjang pendidikan S1

Jurusan Manajemen Pendidikan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Saat SMA penulis lebih aktif pada kegiatan ekstrakurikuler Rohani Islam

(Rohis) dan Pramuka. Aktifitas berorganisasi tidak hanya berlangsung pada saat

penulis SMA. Di kampus mengikuti kegiatan Degung Sunda Tarbiyah di Pojok Seni

Tarbiyah (POSTAR), dengan pengalaman bermain alat musik tradisional ini penulis

dapat berkesempatan mengikuti berbagai pementasan baik di dalam maupun di luar

kampus. Selain itu, penulis juga mendapat pengalaman berorganisasi sekaligus

melestarikan budaya Indonesia yang salah satunya adalah gamelan sunda.

Menimba ilmu di bidang manajemen pendidikan dan berorganisasi,

membuat penulis ingin terus belajar dan belajar untuk hal-hal baru yang belum

penulis ketahui dan terus berupaya untuk selalu menjadi pribadi yang bermanfaat

bagi orang-orang yang berada di sekitar penulis.