strategi induk pembangunan...
TRANSCRIPT
Dr. Suswono
MENTERI PERTANIAN
SIDANG KABINET TERBATAS
JAKARTA, APRIL 2013
STRATEGI INDUK
PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013-2045MEMBANGUN PERTANIAN-BIOINDUSTRI BERKELANJUTAN
PERTANIAN MASA DEPAN: KONSEKUENSI
DAN SOLUSI
TREN PERUBAHAN KONSEKUENSI DAN SOLUSI
Energi fosil makin langka Transformasi ekonomi ke bioenergi
Kebutuhan pangan, pakan, energi dan
serat
Urgensi bioproduk, pola hidup sehat,
dan pola konsumsi biokultura.
Perubahan iklim global Kapasitas adaptasi dan mitigasi
Kelangkaan lahan dan air Keniscayaan efisiensi & konservasi
Permintaan terhadap jasa lingkungan
hidup
Pertanian ekologis dan bioservices
Petani marjinal meningkat Pluriculture: sistem biosiklus terpadu
Kemajuan iptek bioscience dan
bioengineering
Pengembangan bioekonomi
KEMENTERIAN PERTANIAN2
VISI PEMBANGUNAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN3
“Terwujudnya sistem pertanian-
bioindustri berkelanjutan yang
menghasilkan beragam pangan sehat dan
produk bernilai tambah tinggi dari
sumberdaya hayati pertanian dan
kelautan tropika”
MISI PEMBANGUNAN PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN4
Mengembangkan dan mewujudkan:
1. Penataan ruang dan reforma agraria
2. Sistem pertanian tropika terpadu
3. Kegiatan ekonomi produksi, informasi dan teknologi
4. Pasca panen, agro-energi dan bioindustri berbasis perdesaan
5. Sistem pemasaran dan rantai nilai produk
6. Sistem pembiayaan pertanian
7. Sistem penelitian, inovasi dan sumberdaya manusia berkualitas
8. Infrastruktur pertanian dan perdesaan
9. Program legislasi, regulasi dan manajemen yang imperatif
PERJALANAN TRANSFORMASI
STRUKTURAL PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN5
0
10
20
30
40
50
60
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
%
Share of agriculture in GDP Share of agriculture in employment
Share of agro-food in total exports Share of agro-food in total imports
Sum
ber:
OE
CD
, 20
12 (
dari
dat
a B
PS
, 20
11; B
ank
Indo
nesi
a (B
I), 2
011;
UN
Com
trad
e, 2
011)
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Kontribusi sektor pertanian terhadap tenaga kerja
Kontribusi “agro-food“ terhadap ekspor keseluruhan Kontribusi “agro-food“ terhadap impor keseluruhan
TRANSFORMASI PERTANIAN
TRANSFORMASI INTERSEKTORAL
TRANSFORMASI SPASIAL
TRANSFORMASI DEMOGRAFI
TRANSFORMASI INSTITUTIONAL
TRANSFORMASI GOVERNANSI
PEMBANGUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN6
PERTANIAN UNTUK PEMBANGUNAN:
TRANSFORMASI
KONSEP HOLISTIK
PERTANIAN BERKELANJUTAN
KEMENTERIAN PERTANIAN7
Faktor Produksi/Saprodi
Pertanian
Pengetahuan dan Keyakinan
Petani
Hama dan Penyakit
Tanaman/Ternak/Ikan
Tanah
Degradasi
KEBERLANJUTAN PRODUKSI
SISTEM SOSIAL
Kuantitas dan Kualitas Air
Biota Tanah
KEANEKA-RAGAMAN
HAYATI
SISTEM POLITIK
SISTEM EKONOMI
Proses
Sekunder
Pengolahan
Lanjut
Konversi
Protein
Pupuk
Asam Amino/
Pakan
Damar/ Bahan
Perekat
Senyawa
Fenolik
Platform Kimia
B. Bakar Nabati
dan Aditif
Produk/
Penggunaan
Konversi
Lignin
Konversi
Selulosa dan
Hemiselulosa
Biomassa
ResiduKarbohidrat
Minyak Nabati
Residu Residu Pembangkit Listrik
dan Termal
Proses
Primer
( 10 – 30 % )
( 7
0
–9
0 %
)
KEMENTERIAN PERTANIAN8
PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI DENGAN
PENERAPAN KONSEP BIOREFINERY
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1950
1955
1960
1965
1970
1975
1980
1985
1990
1995
2000
2005
2010
2015
2020
2025
2030
2035
2040
2045
2050
Bonus Demografi dan Jendela Peluang
0-14 65+ total
Muda
Lansia
Jendela peluangBonus Demografi
Sum
ber:
LD
-UI,
2012
(di
olah
dar
i dat
a B
PS
dan
BK
KB
N)
BONUS DEMOGRAFI DAN JENDELA
PELUANG
KEMENTERIAN PERTANIAN9
Sum
ber: LD-U
I, 2012 (diolah dari data BP
S dan B
KK
BN
)P
op
ula
si (
Juta
) Perdesaan Perkotaan
KOMPOSISI PENDUDUK PERDESAAN DAN
PERKOTAAN
KEMENTERIAN PERTANIAN10
MEMPERCEPAT TREN PEMBANGUNAN
PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN11
0
5
10
15
20
25
30
35
40
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Pro
po
rsi
(%)
% PDB Pertanian
% PDB Industri
LANJUTAN...
KEMENTERIAN PERTANIAN12
0
5
10
15
20
25
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Pro
po
rsi
(%)
% PDB Agroindustri
% PDB Agro service
LANJUTAN...
KEMENTERIAN PERTANIAN13
0
10
20
30
40
50
60
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Pro
po
rsi
(%)
% TK Pertanian
(on-farm)
% TK Pertanian
(off-farm)
LANJUTAN...
KEMENTERIAN PERTANIAN14
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Pro
po
rsi
(%)
% Penduduk
Desa
% Miskin Desa
LANJUTAN...
KEMENTERIAN PERTANIAN15
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045
Pro
po
rsi
(%)
% PDB Pertanian
% PDB Industri
% PDB Agroindustri
% PDB Agro service
% TK Pertanian
(on-farm)
% TK Pertanian
(off-farm)
% Penduduk Desa
% Miskin Desa
SASARAN
KEMENTERIAN PERTANIAN16
1. Pendapatan petani $ 7.500/kapita/tahun pada 2040
2. Penduduk desa terbebas dari kemiskinan pada 2030
3. Indonesia menjadi high income country PDB $ 20.000/kapita/tahun pada 2040
4. Kemandirian pangan nasional pada 2020, kedaulatan pangan nasional pada 2025
dan kedaulatan pangan komunitas pada 2045
5. Kemandirian energi melalui penerapan sistem pertanian energi terpadu di seluruh
desa pada 2035
6. Substitusi karbohidrat impor 100 % pada 2030 dan substitusi produk berbasis fosil
75% pada 2030
7. Sektor jasa ekosistem pertanian (agroservices) di seluruh desa pada 2040
8. Bioekonomi terpadu berkelanjutan di seluruh desa pada 2045
9. Angkatan kerja pertanian primer 7% pada 2045 dan PDB 3% pada 2045
10.Angkatan kerja bioindustri 18 % pada 2025 dan 12% pada 2045, serta PDB 24%
pada 2025 dan 14% pada 2045
PRINSIP DASAR
KEMENTERIAN PERTANIAN17
1. Governansi yang baik
2. Pembuatan kebijakan dan program yang baik
3. Pembangunan inklusif berkelanjutan
4. Paradigma pertanian untuk pembangunan
5. Pembangunan pertanian berkelanjutan berbasis masyarakat, lingkungan
alam, pelaku agribisnis
6. Pembangunan pertanian berorientasi pengembangan usaha pertanian
rakyat
7. Berbasis sumberdaya lokal
8. Lingkungan pemberdaya biobisnis sebagai infrastruktur publik
9. Sistem pasar bersaing sehat dan berkeadilan
PRASYARAT
KEMENTERIAN PERTANIAN18
1. Politik pembangunan dan kebijakan publik yang
menjiwai pertanian-bioindustri
2. Pengambilan keputusan berbasis inovasi, sains dan
rekayasa hayati
3. Sistem konektivitas, logistik dan rantai nilai yang
efisien
4. Sumber daya insani (SDI) berkualitas dan amanah
• Terbangunnya fondasi pertanian-bioindustri berkelanjutansebagai sistem pertanian terpadu yang berdaya saing, ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.
Tahap 1: 2013-2014 (RPJM2-RPJPN1)
• Kokohnya fondasi sistem pertanian-bioindustri berkelanjutanmenuju tercapainya keunggulan daya saing pertanian terpadu berbasis sumber daya alam berkelanjutan, sumber daya insansi berkualitas dan berkemampuan iptek bioindustri, meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.
Tahap 2: 2015-2019 (RPJM3-RPJPN1)
• Terwujudnya sistem pertanian-bioindustri dan ketahanan pangan yang tangguh dan berdaya saing.
Tahap 3: 2020-2024 (RPJM4-RPJPN1)
Peta jalan bioindustri
rintisan model
pertanian-bioindustri
Munculnya sistem
pertanian dan petani-
bioindustri
Pertanian -
bioindustri
PENTAHAPAN SIPP:
TAHAP 1 s/d 3
KEMENTERIAN PERTANIAN19
• Terwujudnya kemandirian pertanian dan pangan secara efisiensebagai penggerak (penyangga) perekonomian nasional yang lebih berkualitas dan berkelanjutan.
Tahap 4: 2025-2029 (RPJM5-RPJPN2)
• Terwujudnya kemandirian pertanian dan ketahanan pangan secara efisien sebagai basis perekonomian nasional yang multifungsi, berkualitas dan berkelanjutan.
Tahap 5: 2030-2034 (RPJM6-RPJPN2)
• Terwujudnya kehidupan yang lebih berkeadilan dan berkualitas
Tahap 6: 2035-2039 (RPJM7-RPJPN2)
• Tercapainya Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur
Tahap 7: 2040-2044 (RPJM8-RPJPN2)
Kemandirian
berkualitas-
berkelanjutan
Berkeadilan
dan berkualitas
Pertanian
multifungsi
berkualitas
berkelanjutan
PENTAHAPAN SIPP:
TAHAP 4 s/d 7
KEMENTERIAN PERTANIAN20
RENCANA TINDAK LANJUT:
PEMERINTAHAN
KEMENTERIAN PERTANIAN21
1. Pembahasan dengan Bappenas � Agenda Aksi SIPP masuk ke dalam, atau
dijadikan acuan pada RPJM 2014-2019, berikut Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
setiap tahun.
2. Penciptaan sense of ownership dari seluruh instansi, melalui ketiga kementerian
koordinator bidang pembangunan.
3. Idealnya, pembahasan juga dilakukan dengan atau bersama Kementerian Dalam
Negeri � SIPP agar terintegrasi dalam RPJM Provinsi dan Kabupaten/Kota.
4. Realisasi landasan legal SIPP � Opsi terbuka lebar: (1) Peraturan Presiden, tapi
tidak terlalu kuat/mengikat; (2) Peraturan Pemerintah, kuat, dikaitkan dengan UU
17/2007 tentang RPJPN;
5. Landasan seluruh kegiatan internal Kementerian Pertanian, pembelajaran
lapangan, pembuktian & contoh keberhasilan.
RENCANA TINDAK LANJUT: DUNIA USAHA
KEMENTERIAN PERTANIAN22
1. Pembahasan secara formal dengan KADIN Indonesia, disertai komitmen
pemerintah menjadi fasilitator;
2. Sebagian besar komponen SIPP melibatkan investasi, bahkan dalam jumlah besar.
Sekuensi paling logis: partisipasi dunia usaha dalam R&D dan pembelajaran
lapangan dengan prinsip-prinsip governansi korporasi.
3. Hal penting: bagaimana mengitegrasikan pragmatisme dunia usaha dengan
tujuan jangka panjang SIPP. Pemerintah perlu menjadi penjaga konsistensi
strategi.
4. Entry point lain: Kemitraan setara dan governansi ABGC (academics, business,
government & civil society) dalam perencanaan, organisasi, dan implementasi
kebijakan.
RENCANA TINDAK LANJUT: AKADEMIK
KEMENTERIAN PERTANIAN23
1. Pembahasan serius dengan Kemendikbud, integrasi dengan pendidikan tinggi,
dasar dan menengah, untuk menginfiltrasi pola-pikir pertanian bioekonomi,
bioindustri, bioservis, biosains, biokultura dsb.
2. Integrasi dengan Agenda Riset Nasional (ARN), Dewan Riset Nasional,
Kemenristek, Komite Inovasi Nasional dsb
3. Pembuatan buku teks “Pengantar Ilmu Pertanian” dengan nuansa SIPP,
bekerjasama dengan Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian, diterbitkan
oleh IPB Press.
4. Diseminasi dan sosialisasi secara berkala dengan organisasi profesi: PERHEPI, ISEI,
Peragi, HITI dsb
RENCANA PEMBELAJARAN LAPANG
2013-2014
KEMENTERIAN PERTANIAN24
1. Pengembangan kawasan mandiri pangan, pola hidup sehat, bioproduk,
biokultura, dsb
2. Kawasan hortikultura eksotis dan nilai tambah tinggi
3. Kawasan integrasi ternak-tanaman, biosiklus terpadu
4. Pengembangan keberlanjutan governansi tanaman keras dan sertifikasi produk
ekspor unggulan
5. Pengembangan kawasan pangan terpadu berbasis efisiensi dan konservasi
sumberdaya alam
6. Pengembangan bioservices, jasa lingkungan hidup
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN
DAN MASUKANNYA
KEMENTERIAN PERTANIAN