strategi indonesia dan manajemen ...lp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/060_31_strategi...saja,...
TRANSCRIPT
JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI
PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA
JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410
Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id
Judul Penelitian
STRATEGI INDONESIA DAN MANAJEMEN PEMBENTUKAN
MODAL BAGI PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT
O
l
e
h
AMRIZAL
Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti
Jakarta, January 2005
2
KATA PENGANTAR
Membuat Karya Ilmiah atau melakukan penelitian sudah merupakan tugas pokok
yang harus dilakukan oleh staf pengajar suatu perguruan tinggi. Tugas ini dibuat dalam
rangka penyesuaian/persyaratan pengusulan Akreditasi Dosen atau jenjang kepangkatan
pada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPOR TRISAKTI (STMT TRISAKTI)
Jakarta. Meskipun tugas ini sepertinya tidak lebih dari hanya sekedar suatu persyaratan
saja, namun penulis telah berfikir berkali-kali tentang isi tulisan singkat “Jurnal” yang
dibuat ini harus benar-benar dikaji secara ilmiah pula sesuai dengan namanya, dan inipun
sebatas kemampuan yang penulis miliki hingga saat ini.
Alasan lain kenapa karya ilmiah ini harus dibuat demikian adalah
berkemungkinan kalau sekarang batas kemampuan penulis hanya sebatas yang mampu
penulis buat seperti ini, maka mungkin suatu saat tulisan singkat “Jurnal” ini bisa lebih
disempurnakan kearah pendewasaan secara “up to data” untuk disajikan secara umum
melalui Jurnal-jurnal ekonomi, mediamasa dan lain sebagainya. Agaknya tidaklah terlalu
berkelebihan kalau penulis katakan bahwa data yang digunakan bukanlah data main-
mainan, akan tetapi merupakan data resmi publikasi pemerintah sesungguhnya serta
badan-badan resmi pemerintah dan lainnya, yang telah menghimpun: Data-data Makro
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia dari masa kemasa dengan rentang waktu tahun
1960-2006 seperti: Pendapatan Nasional Indonesia, APBN, Neraca Pembayaran,
Kependudukan dan Tenaga Kerja dan lain sebagainya.
Kemudian sebagai upaya menjaga keilmiahan sajian tulisan singkat “Jurnal” yang
penulis buat ini diperlukan wadah akurasi “Ilmu Ekonomi Terapan” sebagai
penuntun/pembanding, yaitu suatu wadah yang mencontohkan berbagai corak maupun
topik bahasan tulisan para ahli ekonomi papan atas menampilkan karya ilmiahnya
melalui berbagai Jurnal ekonomi domestik maupun asing. Tulisan singkat “Jurnal” ini
belum pernah diterbitkan dan hanya digunakan sebagai publikasi kepustakaan STMT
TRISAKTI agar dapat dibaca oleh mahasiswa atau pembaca ilmiah lainya yang
barangkali punya kepentingan sama dengan penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ketua STMT TRISAKTI
Husni Hasan, A.MTrU, S.Sos, MM, bapak Puket I STMT TRISAKTI H. Andri
Warman, BSc, S.Sos.,MM dan Civitas Akademika lainnya STMT Trisakti yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Tidak terlupa salam yang
istimewa terhadap fihak DIKTI/Kopertis Wilayah III Jakarta tempat tujuan
penyesuaian/pengusulan Akreditasi Penulis untuk kedua kalinya, dan berbagai fihak yang
telah disibukkan atas penyesuaian/pengusulan akreditasi ini, demikian dan terima kasih.
Jakarta, Januari 2005
( Amrizal )
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Adam Smith
2.2. David Ricardo
2.3. Karl Marx
2.4. Schumpeter
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Model
4. SUMBER DATA
5. HASIL PENAKSIRAN STOK MODAL
5.1. Penaksiran ICOR ( Incremental Capital-Output Ratio )
5.2. Taksiran Stoks Modal
6. KESIMPULAN
DAFTAR BACAAN
LAMPIRAN
4
1. PENDAHULUAN
Modal adalah faktor produksi yang paling langka dimiliki oleh negara-negara
sedang berkembang. Namun Modal adalah faktor produksi yang dominan kedudukanya
dalam fungsi produksi dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ada dikatakan bahwa
modal adalah faktor produksi yang dihasilkan oleh proses produksi dan akan meneruskan
proses produksi selanjutnya. Ahli ekonomi Klasik menyatakan bahwa modal adalah
jumlah alat kekayaan yang timbul akibat akumulasi modal yang diawali pula oleh
kegiatan menabung sebelumnya. Melakukan akumulasi modala berarti mengorbankan
kemakmuran dimasa sekarang demi tingkat kemakmuran yang lebih tinggi dimasa yang
akan datang.
Berbeda dengan para ahli ekonomi sebelumya, Schumpeter memberikan definisi
modal dalam bentuk penjumlahan alat-alat pembayaran yang tersedia setiap saat untuk
berpindah-pindah tangan diantara para wiraswasta. Modal merupakan alat pengangkat
barang-barang nyata yang diperlukan untuk kegiatan para wiraswasta dan tunduk pada
kekuasaanya. Modal tidak lain dari pada suatu mekanisme untuk memindahkan
pemakaian faktor produksi yang baru, menentukan arah produksi yang baru. Jadi modal
adalah suatu dana dalam bentuk tenaga beli lancar, bukan stok kekayaan nyata dari
masyarakat.
Selain perananya modal dalam produksi dan pertumbuhan ekonomi, faktor modal
juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya dalam kerangka analisa ekonomi.
Dalam fungsi produksi neo-klasik, modal adalah faktor penentunya yang sangat penting.
Begitu juga halnya dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi produksi
CES (Constant Elasticity of Subsitution ). Bukti-bukti empiris terhadap model-model
fungsi produksi tersebut masih tergolong langka.
Penaksiran fungsi agregat belum pernah dilakukan pembuktian secara empiris.
Kelangkaan bukti-bukti empiris tersebut bersumber pada ketiadaan data yang tersedia
untuk melakukan pengujian, yaitu data mengenai faktor modal. Menyadari keperluan hal
yang demikian, maka penelitian ini akan mencoba untuk melakukan perhitungan taksiran
atas stok modal di Indonesia. Penaksiran stok modal akan dilakukan mulai dari tahun
1969 sebagai titik awal pembangunan lima tahun di Indonesia dengan tahun 1994 sesuai
dengan data yang tersedia.
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Penaksiran ahli ekonomi mengenai peranan stok modal dalam pembangunan
ekonomi dapat ditelusuri mulai dari Adam Smith, David Ricardo, Karl Marx hingga
Schumpeter. Tinjauan berikut mencoba mengemukakan pemikiran para ekonom Klasik
dan Neo-Klasik (Adelman. Irma.,1961).
5
2.1. Adam Smith
Penaksiran Stok Modal menimbulkan masalah yang rumit baik dalam prinsip
maupun dalam prakteknya. Masalah-masalah ini muncul karena bermacam jenis produk
fisik berbeda yang tidak dapat dibandingkan. Karena itu pula gambaran kuantitatif dari
kekayaan modal pada umumnya diperoleh dengan memakai nilai uang dari kekayaan
rela. Kekayaan ini deperoleh dengan memakai nilai uang dari kekayaan real. Kekayaan
ini diperoleh baik berdasarkan atas biaya historis dari peralatan modal yang disesuaikan,
biaya penggantian yang dimodifikasi maupun kemampuan menghasilkan dari kekayaan
fisik yang ditaksir dalam proses pembentukan modal.
Di dalam suatu perekonomian dimana teknik produksi komposisi output dan ciri-
ciri angkatan kerja seluruhnya berubah sepanjang waktu, walaupun taksirin stok modal di
dalam perekonomian atas dasar apapun tidak lain dari pada suatu taksiran kasar, terkaan
ilmiah. Hal ini menimbulkan suatu keadaan saling tergantung antara penaksirian stok
modal pada setiap saat dan jangka waktu tertentu di masa mendatang yang diassumsikan
sebagai variabel lain dalam ekonomi keseluruhan.
Secara khusus pengukuran modal dalam ekonomi keseluruhan tergantung pada
dalil-dalil yang berkepentingan dengan jenis dan tingkat kemajuan teknologi.
Umpamanya, tanpa innovasi tidak bakal ada keusangan peralatan modal, makanya
penyesuaian biaya-biaya historis hanya perlu memasukkan pemakaian fisik dan
penyusutan kekayaan dan perubahan tingkat harga. Bagaimanapun, tanpa memandang
kesulitan-kesulitan pengukuran tersebut, semua teori ekonomi mengenai pertumbuhan
sampai kini masih memakai baik stok modal dari ekonomi keseluruhan maupun tingkat
investasi sebagai satu variabel yang menentukan di dalam sistem.
Dalam analisa Adam smith, tingkat perluasan output sejalan dengan tingkat
investasi. Perluasan output hanya akan terjadi kalau investasi adalah positif. Stok modal
yang tidak mengalami perubahan. walaupun besar, menggambarkan keadaan mandek.
Stok modal yang berkurang menggambarkan penciutan output. Tambahan pula besarnya
stok modal juga menentukan besarnya proporsionalitas antara perubahan dalam output
dan perubahan dalam modal sepanjang waktu. dalam perekonomian dimana modal
mengalami perluasan, setiap pertambahan modal akan menyebabkan suatu kenaikan
mutlak yang lebih tinggi dalam tingkat output sepanjang masa.
Suatu stok modal yang lebih besar menghasilkan pembagian kerja yang lebih luas
yang meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Sebagai akibatnya ICOR (incremental
capital output ratio) mengalami penurunan. Sepanjang terjadi akumulasi modal yang
berlangsung terus menerus dengan kecepatan yang sama, maka pembangunan ekonomi
akan berlanjut pula, kecuali terjadi perubahan institusi yang tidak menguntungkan. Dalam
hal ini harus dicatat bahwa perubahan institusi yang merugikan bisa mengurangi dapak
akumulasi modal terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Kekuatan sosio-budaya dan politik
yang menguntungkan bisa menaikan dampak investasi yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
6
Menurut Adam Smith, tingkat investasi ditentukan oleh tingkat tabungan. Usaha
penghematan meningkatkan jumlah stok modal, sedangkan pemborosan menguranginya.
Di sini jelas tidak diakui kemungkinan adanya kebocoran yang timbul antara aliran
tabungan dan transformasi dari aliran ini ke dalam investasi. Ditegaskan bahwa seseorang
yang menabungka seberapapun dari penerimaannya berarti ia menambah modalnya,
menggunanakan sendiri dalam memperoleh tambahan peralatan produktif, atau
menyuruh orang lain berbuat demikian dengan meminjamkannya hingga menghasilkan
bunga, yakni suatu bagian keuntungan.
Karena hanya dengan jalan menabung modal individu dapat ditngkatkan, maka
peningkatan modal masyarakat hanya mungkin melalui cara yang sama. Bagian uang
yang disimpan orang kaya untuk tujuan memperoleh keuntungan harus segera
dimanfaatkan sebagai modal. Di semua negara dimana terdapat keamanan bertoleransi,
setiap orang mempunyai pengertian yang sama akan berusaha memanfaatkan stok yang
bisa dikuasainya dalam usaha mendapatkkan pekerjaan pada masa kini atau keuntungan
pada masa yang akan datang.
Jika dimanfaatkan untuk mendapatkan perkerjaaan untuk masa kini, maka itu
berarti stok yang dicadangkan untuk konsumsi yang segera sifatnya. Jika stok
dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan di masa datang, maka keuntungan mesti
diperoleh melalui pemiliknya atau orang lain. Adalah tidak cukup waras orang yang tidak
memanfaatkan semua stok yang dikuasainya, apakah milik sendri atau dipinjam dari
orang lain.
Pertimbangan akan adanya keuntungan bagi pribadi pemilik adalah motif utama
yang menentukan apakah pemilik modal akan memanfaatkan penggunaan modalnya. Ini
berarti bahwa keuntungan menimbulkan motif untuk menabung, karena tabungan
diidentikkan dengan investasi. Bagaimanapun, kemampuan menabung dan melakukan
investasi dibatasi oleh pendapatan. Modal semua individu di dalam satu negara
meningkat dengan cara yang sama dengan yang dilakukan oleh masing-masing individu,
dengan jalan menumpuk terus menerus dan menambah seberapapun yang bisa ditabung
dari pendapatan.
Bila diperkerjakan dengan cara yang mempu menghasilkan penerimaan terbesar
terhadap semua penduduk, maka modal mungkin meningkat paling cepat sebagaimana
peningkatan dalam tabungan. Keinginan untuk menabung dan melakukan investrasi
untuk motif mendapatkan keuntungan adalah suatu hal yang normal. Dengan akumulasi
stok modal pada orang-orang tertentu, sebagian mereka secara alamiah akan
mempekerjakan modal dengan sikap orang-orang yang tekun bekerja.
Setiap orang akan terus bekerja keras untuk memperoleh pemanfaatan paling
besar dari setiap modal yang dikuasai. Sebagai akibatnya, selama keuntungan selalu
berada di atas resiko yang timbul bersama investasi, maka akumulasi modal akan terus
berlangsung. Dalam rangka kemajua ekonomi, dengan berkembangnya stok modal dalam
ekonomi, tingkat keuntungan biasanya mengalami penurunan. Penduduk dan perbaikan
telah mengalami peningkatan, kepentingan orang kaya mengalami penurunan.
7
Bila stok dari banyak pedagang kaya mengalir ke sektor perdagangan yang sama,
maka persaingan secara alamiah cenderung menurunkan keuntungan. Bila suatu kenaikan
stok serupa terjadi dalam berbagai jenis sektor ekonomi, maka persaingan akan
menimbulkan pengaruh yang sama. Sebagai akibatnya pertumbuhan stok modal di dalam
perekonomian, tingkat upah nai karena para wiraswasta bersaing untuk mendapatkan
tenaga kerja yang langka. Kesempatan investasi yang lebih menguntungkan akan terlebih
dahulu diambil.
Stok modal dalam jumlah yang lebih besar hanya bisa dimanfaatkan dengan rasio
tambahan keuntungan yang lebih rendah. Keadaan ini menggambarkan kemiringan kurva
marginal efficiency of capital yang negatif. Menurut Adam Smith produktivitas marginal
dari tenaga kerja meningkat dengan jumlah modal yang dipakai bertambah. Dalam hal
ini terkandung assumsi bahwa kenaikan stok cenderung menurunkan keuntungan, karena
sebagai akibanya upah menjadi naik.
Pengaruh lain yang penting terhadap tingkat keuntungan adalah lingkungan
kelembagaan, kekuatan peraturan perdagangan, kekuatan monopoli atau persaingan dan
pengawasa terhadap perdagangan internasional. Dalam hal ini kepentingan penerima
keuntungan tidaklah selalu sejalan dengan masyarakat. Menurut Adam Smith, tingkat
bunga mempunyai pengaruh terhadap akumulasi modal. Kurva penawaran modal
sebagai sebuah fungsi tingkat bunga mempunyai kemiringan yang negatif.
Bila pelepas pinjaman uang menghadapi suatu kejatuhan tingkat bunga, maka
akan meningkatan pemberian pinjaman untuk menjaga suatu standar penghidupan agar
tidak mengalami perubahan. Jika tingkat bunga tinggi, hanya peminjam boros yang akan
sanggup membayar mahal; hanya sejumlah kecil bakal dipinjamkan. Dengan penurunan
tingkat bunga, para wiraswasta akan memasuki pasar uang. Sejumlah besar modal
ditanamkan pada sektor yang paling mungkin dapat menghasilkan keuntungan. Tetapi
dengan tingkat bunga yang lebih rendah lagi makin banyak yang harus dipinjamkan
untuk memperoleh pendapatan yang sama.
Dengan penurunan tingkat bunga lebih jauh, para pelepas pinjaman uang akan
merasakan bahwa mereka tidak mungkin lagi hidup dari pendapatan hasil peminjaman
uang. Mereka sendiri akan menjadi wiraswasta. Dengan perubahan sosial seperti ini
akumulasi modal akan berjalan terus walaupun tingkat bunga rendah. Jumlah stok yang
besar, walaupun keuntungan kecil umumnya meningkat lebih cepat dibanding dengan
stok dalam jumlah yang kecil yang mengalami keuntungan besar
2.2. David Ricardo
Menurut definisi David Ricardo, modal meliputi jenis yang tetap dan jenis yang
lancar. Modal adalah bagian dari kekayaan yang dipakai dalam produksi, dan terdiri atas
makanan, pakaian, peralatan, bahan mentah, mesin-mesin yang diperlukan untuk
memberi hasil kepada tenaga kerja. Modal lancar meliputi dana uapah yang berkembang
8
dengan proporsi yang tetap dengan modal tetap, kecuali bila terjadi perubahan teknologi
yang membuat pertumbuhan modal lebih cepat. Jika hal ini terjadi, maka permintaan
terhadap tenaga kerja meningkat dengan kecepatan yang lebih rendah dibanding terhadap
modal.
Perubahan dalam permintaan terhadap tenaga kerja, yang diatur oleh peningkatan
porsi modal yang terdiri atas dana upah, adalah proporsionil terhadap perubahan stok
modal di dalam ekonomi. ,Terdapat dua cara untuk melakukan akumulasi modal.
Akumulasi modal mungkin dicapai dengan menabungkan bagian dari pendapatan yang
meningkat atau dari konsumsi yang berkurang. Apa yang ditabung itulah diinvestasikan.
Akumulasi modal adalah untuk tujuan yang produktif. Dengan berarti bahwa ada
tidaknya simpanan bisa berpengaruh antara tabungan ex-ante dan investasi ex-post.
Tingkat akumulasi modal ditentukan oleh dua faktor yakni kemampuan untuk
menabung dan keamauan untuk menabung. Yang pertama tergantung pada jumlah
surplus diatas total produk yang diperlukan untuk menjaga tingkat subsistensi tenaga
kerja, atau pendapatan bersih. Makin besar surplus ini, makin besar jumlah yang bakal
ditabung. Secara alamiah, satu porsi pendapatan bersih mesti untuk keperluan subsistensi
para kapitalis dan pemilik tanah.
Berapa banyak pendapatan untuk tujuan konsumsi ditentukan oleh intensitas
motif mereka untuk melakukan tabungan, yakni tingkat keuntungan. Orang akan
mempunyai suatu motif untuk menumpuk modal sementara keuntungan tinggi. Jika
tingkat keuntungan jatuh, orang bisa berpaling kepada konsumsi sebagai gantinya.
Sementara keinginan orang tidak terpenuhi untuk mencapai kebahagiaan, ia akan
mempunyai permintaan terhadap barang-barang lebih banak dan ini akan merupakan
suatu permintaan effectual di mana ia mempunyai nilai baru untuk disuguhkan dalam
pertukaran.
Motif orang untuk melakukan akumulasi modal akan menurun dengan setiap
penurunan keuntungan dan berhenti semuanya bila keuntungan sedemikian rendah
hingga tidak mempu memberikan imbalan yang memadai untuk bermacam kesulitan dan
resiko yang mau tak mau timbul dalam rangka mempekerjakan modal secara produktif.
Dengan tingkat keuntungan tertentu, modal berkembang dalam ekonomi keseluruhan
dengan pendapatan bersih.
Dengan pendapatan bersih tertentu, akumulasi modal merupakan fungsi yang
meningkat secara positif dari perbedaan antara keuntungan yang sesungguhnya dan
imbalan resiko minimal. Lebih jauh lagi, menurut Ricardo, terdapat dua hal yang bisa
mematahkan akumulasi modal secara menyeluruh, suatu surplus bersih yang nol di atas
subsistensi, dan suatu penurunan dalam tingkat keuntungan terhadap tingkat minimal
yang bisa diterima. Kondisi dimana kedua kejadian ini muncul tidaklah bebas satu sama
lain. Keduanya berhubungan dengan produktivitas tanah pada margin penggarapan.
Untuk menentukan perjalanan yang dinamis dari akumulasi modal di dalam suatu
ekonomi model Ricardian, kita harus menguji tingkah laku sistem pendapatan bersih dan
9
tingkat keuntungan sepanjang waktu. Teori Ricardo mengenai keuntungan telah menjadi
pokok diskusi.Istilahnya mengenai keuntungan dan upah (kecuali secara jelas diberi
nama tingkat keuntungan dan tingkat atau harga upah) menunjuk kepada bagian
keuntungan relatif dan bagian upah relatif terhadap margin.
Karena pada margin tidak ada sewa dibayar, keuntungan (dalam pengertian
Ricardian) tergantung hanya pada upah (dan sebaliknya, tentu saja). Karena itu, diktum
Ricardian bahwa tidak ada satupun yang bisa mempengaruhi keuntungan kecuali
kenaikan tingkat adalah suatu kebenaran yang tidak dapat disangkal sama sekali. Dengan
definisi ini, keuntungan bisa ditentukan sebagai suatu residu di atas upah pada porsi tanah
yang tidak menghasilkan sewa.
Bagaimanapun, bukanlah pembayaran upah nyata yang menentukan keuntungan
dalam pengertian Ricardian; tetapi upah subsistensi. Penjelasan pernyataan ini, sekali
lagi, adalah masalah definisi. Dalam diskusi yang menyangkut dampak keuntungan
trhadap akumulasi modal, Ricardo lebih suka mempertimbangkan bagian upah di atas
subsistensi sebagai bagian keuntungan daripada bagian upah. Karena itu upah bisa
dianggap sebagai bagian dari keuntungan stok dan sering kali menjadi landasan modal
baru.
Dengan cara ini Ricardo mempertimbangkan tabungan pekerja seperti halnya
tabungan kelas masyarakat lainnya, ditentukan oleh keuntungan. Dengan adanya definisi
ini, pernyataan Ricardo bahwa seluruh negara, dan sepanjang masa, keuntungan
tergantung pada jumlah kebutuhan tenaga kerja untuk memenuhi keperluan berburuh
diatas tanah atau dengan modal yang tidak menghasilkan sewa. Dengan adanya modal
dan tenaga kerja yang bergerak dalam proporsi yang tetap satu sama lain (Ricardo
mengassumsi untuk jangka panjang), tingkat keuntungan akan meningkat dan menurun
sesuai dengan apakah tingkat upah subsistensi turun atau naik.
Tendensi alamiah dari keuntungan harus turun dengan kemajuan masyarakat dan
kekayaan, jumlah makanan tambahan yang diperlukandiperoleh melalui pengorbanan
tenaga kerja yang semakin besar. Secara berkala, tendensi terhadap hasil yang semakin
menurun diperiksa dengan pengenalan innovasi teknologi. Ini menurunkan bagian upah
subssistensi di dalam total output pada margin penggarapan. Selama periode ini,
keuntungan meningkat. Bagaimanapun, karena Ricardo percaya bahwa kemajuan
teknologi juga merupakan pokok persoalan hasil yang semakin menurun, kecenderungan
keuntungan jangka panjang menurun.
Pada mulanya tingkat pada mana keuntungan turun disebabkan oleh hasil yang
menurun cukup lambat untuk mengizinkan bagian keuntungan dalam total output
meningkat. Pada permulaan tahap pertumbuhan, karenanya, akumulasi modal
amenghasilkan suatu kecepatan yang berakselerasi. Tekanan penurunan akumulasi modal
yang didesak oleh penurunan tingkat keuntungan dilampaui oleh tarikan keatas suatu
surplus bersih diatas suatu surplus bersih di atas subsistensi yang lebih besar.
10
Bagaimanapun, dengan makin luasnya masyarakat, bagian keuntungan dalam
total output mulai turun. Tingkat akumulasi modal semakin lambat. Akhirnya, dengan
tekanan penduduk yang semakin besar menghendaki penggarapan tanah yang semakin
tidak subur, bagian produk pada tingkat margin ditelan oleh upah subsistensi menjadi
demikian besar hingga mendekati keuntungan yang optimal. Bila hal ini terjadi,
akumulasi modal terhenti, penduduk tetap tidak mengalami perubahan, dan
perekonomian memasuki masa istirahat.
2.3. Karl Marx
Dalam pemikiran Marx, perkembangan historis suatu masyarakat secara unik
ditentukan dengan cara mana perekonomian melaksanakan kegiatan-kegiatan produktif.
Untuk mengerti sejarah sosial suatu masyarakat, maka, seseorang harus mempelajari
evolusi proses produksinya sepanjang masa. Karena itu, suatu penyelidikan yang lebih
terinci mengenai rangkaian produksi menurun suatu sistem Marxian mesti dilaksanakan.
Menurut Marx, output bruto suatu perekonomian terdiri atas tiga unsur. Pertama
adalah variabel modal, atau rekening upah, yang dapat disamakan modal lancar klasik
atau dana upah. Selanjutnya terdapat modal konstan yang terdiri atas peralatan dan bahan
mentah yang habis terpakai dalam produksi; umpamanya, penyusutan peralatan fisik dan
konsumsi barang antara yang dipakai dalam proses produksi.
Istilah modal konstan diterapkan terhadap bagian-bagian stok modal ekonomi ini
karena ia tidak menambah lagi terhadap nilai output dari ia kehilangan dalam produksi,
nilai tambah baru yang disebabkan kekuatan tenaga kerja yang dibeli oleh modal
variabel. Akhirnya, terdapat nilai surplus atau nilai tambah dalam produksi. Bagi Marx,
jumlah keuntungan yang mutlak adalah sama dengan jumlah nilai surplus yang mutlak,
yang muncul karena buruh tidak menerima seluruh nilai marginal produknya dalam upah.
Sesungguhnya orang hanya dibayar upah subsistensi.
Perbaikan-perbaikan dalam teknik produksi ditentukan oleh tingkat pembentukan
modal bruto di dalam ekonomi, karena setiap bagian dari peralatan modal yang benar-
benar dalam operasi memerlukan jumlah tenaga kerja yang tetap untuk mengerjakannya.
Karena itu, hanya bila bagian peralatan modal yang baru diperkenalkan atau bila mesin
lama diganti yang merubah proporsi modal terhadap tenaga kerja yang dipakai adalah
mungkin sama sekali.
Tingkat innovasi sebagai akibanya ditentukan oleh tingkat tambahan bruto
terhadap stok modal keseluruhan ekonomi. Tambahan modal terbentuk dalam rangkaian
akumulasi yang bertindak seagai wahan eksploitasi penemuan baru, atau perbaikan
industri pada umumnya. Marx percaya bahwa komposisi organik dari modal meningkat
sepanjang waktu. Ia menyimpulkan hukum kenaikan yang progresif ini dalam modal
konstan, dalam proporsi terhadap yang variabel dari dalil kecenderungan jangka panjang
terhadap suatu produktivitas tenaga kerja yang meningkat.
11
Dia membantah bahwa suatu kenaikan dalam produktivitas tenaga kerja
menandakan jumlah tenaga kerja yang sama menghasilkan jumlah output yang lebih
besar. Hal ini juga menggambarkan sejumlah besar bahan mentah dan bagian penolong
memasuki proses tenaga kerja. Kedua, kenaikan produktivitas terjadi hanya sebagai
akibat dari suatu proporsi yang lebih besar peralatan modal pertenaga kerja. Karena itu
apakah kondisi atau konsekwensi, luasnya alat-alat produksi berkembang, dibandingkan
dengan tenaga kerja yang dimasukkan, adalah suatu pernyataan produktif tenaga kerja
yang berkembang.
Kenaikan yang trsebut kemudian muncul, karenanya, dalam penurunan massa
buruh dalam proporsi dengan masa peralatan produksi yang digerakkannya, atau
penurunan dalam faktor subjektif proses tenaga kerja dibandingkan dengan faktor
objektif. Adalah menarik memperhatikan bahwa Marx menyimpulkan tendensi ini
trhadap suatu kenaikan sekuler di dalam komposisi organik dari modal tanpa secara
langsung menganalisa rangkaian tingkat bunga atau tingkat upah.
Tingkat perubahan ratio modal konstan terhadap modal variabel (yang
menentukan tingkat atau kecepatan pada mana penggantian relatif tenaga kerja dalam
produksi terjadi) tergantung semata pada tingkat perubahan teknologi, yang selanjutnya
tergantung pula pada tingkat pembentukan modal bruto. Semakin besar tingkat investasi
bruto, semakin cepat kenaikan stok modal konstan dibandingkan dengan yang variabel.
Marx menyatakan bahwa besaran akumulasi modal tergantung pada besaran
mutlak nilai surplus. Pendapatan terdiri atas modal konstan, modal variabel atau dana
upah, dibelanjakan seluruhnya terhadap barang konsumen. Hampir sama halnya, suatu
porsi pendapatan yang sama dengan modal konstan mesti diinvestasikan kembali untuk
menjaga stok modal dalam ekonomi keseluruhan utuh. Sumber dana utama yang tersedia
untuk pembentukan modal adalah nilai surplus atau keuntungan. Dari sini semua hal yang
menentukan massa nilai surplus, beroperasi untuk menentukan besaran akumulasi.
Tingkat eksploitasi buruh meningkat dengan meningkatnya nilai surplus. Menurut
Marx tingkat buruh meningkat dengan kenaikan produktivitas. Tetapi bergandengan
dengan produktivitas tenaga kerja yang meningkat, tingkat nilai surplus menjadi lebih
tinggi, bahkan tingkat upah real meningkat. Tingkat upah rela tidak pernah meningkat
secara proporsionil dengan kekuatan tenaga kerja produktif.
Produktivitas meningkat dengan jumlah stok modal. Makin besar modal
meningkat dengan akumulasi yang terus berlanjut, semakin besar jumlah nilai meningkat
yang dibagi ke dalam dana konsumsi dan dana akumulasi. Di dalam suatu perekonomian
yang berkembang, nilai surplus (keuntungan), bersama dengan kesempatan untuk
akumulasi, meningkat secara progresif. Tentu saja tidak semua keuntungan
diinvestasikan kembali. Sebagian keuntungan disisihkan untuk tujuan konsumsi para
kapitalis. Tetapi pemilik nilai surplus, para kapitalis sendirian, yang melakukan
pembagian.
12
Karena itu menjadi penting untuk mempersoalkan apakah yang menuntun para
kapitalis di dalam melakukan alokasi pendapatannya diantara pengeluaran untuk
konsumsi dan untuk produksi. Kalangan ekonom klasik akan menjawab dengan tingkat
keuntungan. Tetapi Marx melihat bahwa rangsangan untuk melakukan investasi tidaklah
tergantung dari tingkat keuntungan, seperti keinginan dan keperluan melakukan investasi
melekat dengan dandanan kejiwaan para kapitalis dan struktur masyarakat.
Para kapitalis tidaklah terlalu tertarik dengan konsumsi barang mewah. Konsumsi
pribadinya sendiri merupakan suatu perampokan terhadap akumulasi. Sementara ia
memang memperlihatkan suatu tingkat keborosan yang konvensional. Karena peragaan
kekayaan memberikan padanya suatu sumber kepercayaan. Karena itu para kapitalis
berusaha untuk meminimumkan kebocoran pendapatan ke dalam konsumsi dan tidak
melibatkan diri dalam simpanan yang tidak produktif.
Pola tingkah lakunya adalah untuk menabung, yakni mengubah kembali bagian
nilai surplus sebesar mungkin menjadi uang, atau produk surplus menjadi modal, Karena
jumlah nilai surplus meningkat sepanjang waktu, demikian juga halnya dengan tingkat
akumulasi modal yang sesungguhnya. Retaransformasi nilai surplus terus menerus
menjadi modal muncul dalam bentuk besaran modal yang meningkat yang masuk ke
dalam proses produksi.
2.4. Schumpeter
Schumpeter membedakan dua kelas yang mempengaruhi evaluasi dinamis suatu
perkonomian. Pertama adalah pengaruh perubahan dalam ketersedian faktor yang disebut
sebagai pertumbuhan. Kedua adalah pengaruh teknologi dan sosial yang disebut sebagai
pembangunan atau evolusi.
Komponen pertumbuhan mewakili kontribusi variasi dalam pemakaian faktor
produktif terhadap perubahan di dalam output total dari ekonomi keseluruhan. Karena
tanah menurut Schumpeter adalah konstan, makanya komponen pertumbuhan meliputi
hanya pengaruh perubahan dalam penduduk dan kenaikan dalam barang barang
produsen.
Bagi schumpeter pertumbuhan penduduk ditentukan secara eksogen. Dia
merasakan tidak terdapat suatu hubungan a prioriti yang unik antara perubahan di dalam
penduduk dan variasi di aliran barang dan jasa. Namun demikian, ia mempertimbangkan
penduduk sebagai pendorong kenaikan dalam output menjadi bagian istilah pertumbuhan
daripada menjadi bagian komponen pembangunan. Pertumbuhan penduduk merupakan
suatu proses yang lambat, yang tidak terpengaruh oleh fluktuasi tiba-tiba yang bebas.
Karena itu secara keseluruhan lebih benar mengatakan bahwa secara lambat
sampai kepada kemungkinan setiap lingkungan ekonomi daripada mempunyai tendensi
melebihi pertumbuhannya dan dari situ menjadi penyebab yang menentukan perubahan.
13
Adalah lebih mudah memandang suatu kenaikan dalam jumlah penduduk sebagai suatu
perubahan lingkungan yang mensyaratkan fenomena tertentu.
Kenaikan dalam barang-barang produsen yang berasal dari suatu tingkat tabungan
bersih yang positif adalah merupakan bagian pertumbuhan dari total output. Perubahan
dalam waktu lama pada tingkat tabungan terjadi dengan langkah yang tidak trhingga.
Perubahan yang tidak tergantung dan tiba-tiba di dalam tingkat tabungan jarang terjadi.
Tambahan pula Schumpeter merasakan bahwa dalam jangka panjang perekonomian
cenderung menyesuaikan diri dengan sembarangan tingkat tabungan yang disanggupi
oleh masyarakat. Ia memberikan argumen bahwa tabungan juga jarang merupakan suatu
penyebab perubahan yang menentukan.
Kenaikan historis dalam stok barang-barang produsen pada dasarnya tergantung
besaran kuantitatif dari unsur-unsur dinamis yang pada umumnya tidak ada di dalam
suatu perekonomian yang mengalami perluasan secara mulus. Apapun definisi mengenai
tabungan yang dipakai, jelas bahwa paling besar sumbernya sebagaimana motifnya, akan
tidak ada dalam keadaan masa istirahat. Jika dicoba melakukan estimasi secara statistik
mengenai jumlah tabungan yang dilakukan setiap negara sepanjang waktu, akan terlihat
dengan segera bahwa sebagian besar dari tabungan, apakah dilakukan dilingkungan
bisnis atau dalam lingkungan rumah tangga, mengalir dari pendapatan lainnnya yang
diciptakan atau diperluas oleh perubahan ekonomi sebelumnya.
Sehubungan dengan motif,adalah sama jelasnya bahwa paling banyak di
antaranya meningkat diluar situasi kebetulan terhadap perubahan ekonomi, kepentingan
kuantitatifnya sangat kecil jika proses ekonomi dengan cara bagaimanapun mengirakan
gambaran keseimbangan: tabungan akan merupakan suatu tetesan. Dari sini bagian
terbesar dari tabungan dan akumulasi bisa dihubungkan dengan keuntungan.
Tetapi tanpa pembangunan tidak bakal ada keuntungan, tanpa keuntungan tidak
bakal ada pembangunan. Dalam aliran kegiatan ekonomi nilai produk adalah tepat sama
dengan nilai peralatan produksi yang tergabung didalamnya. Dalam hal ini tidak ada
keuntungan. Jika teknik produksi baru dipakai untuk menghasilkan suatu produk tertentu,
atau jika suatu produk baru diperkenalkan, keuntungan bisa muncul. Maka nilai produk
mesti dibandingkan dengan nilai yang seyogianya dihasilkan dengan memakai dosis yang
sama dengan peralatan produksi yang menggunakan teknik yang lama. Jika nilai
peralatan produksi diperoleh lebih rendah daripada nilai produk, keuntungan dihasilkan.
Sumber keuntungan adalah pelaksanaan kombinasi baru dari faktor-faktor
produksi yang baru, umpamanya perubahan teknologi. Dan dalam sistem kapitalis harus
ditambahkan bahwa tanpa keuntungan tidak bakal ada akumulasi kekayaan. Adalah
perubahan dalam dana yang diterapkan dalam pengetahuan teknis yang bertanggung
jawab terhadap perubahan dalam stok barang-barang produsen. Tingkat akumulasi modal
dikaitkan dengan perubahan teknologi, meningkat dan menurun dengannya. Dari sini
jelas bahwa pertumbuhan khususnya tabungan memperlihatkan kepentingan kuantitatif
yang sesungguhnya pada perubahan faktor lainnya tanpa mana modus operandi pada
dunia kapitalis tidak bisa dimengerti.
14
Menurut Schumpeter terdapat lima peristiwa yang menghasilkan pembangunan,
yang masing-masing mempunyai kelas yang berbeda. Pembangunan bisa berasal dari
suatu penggalan barang baru. Ia bisa merupakan hasil dari suatu metode produksi baru;
bisa disebabkan oleh adanya penaklukan suatu sumber penawaran bahan mentah yang
baru atau bisa muncul karena suatu perubahan di dalam organisasi setiap industri.
Semua kasus ini melibatkan pemakaian faktor produksi yang berbeda yang
menurut definisi adalah pembangunan. Tetapi pembangunan tidak timbul secara spontan.
Ia harus diangkat oleh sesuatu kelompok di dalam sistem. Menurut Schumpeter fungsi
kelompok ini adalah untuk memperkenalkan kombinasi baru dari faktor produksi yang
disebunya sebagai wiraswasta. Ciptaan dari para wiraswasta adalah organisasi usaha atau
innovasi.
Guna menjalankan fungsinya para wiraswasta memerlukan dua hal. Pertama,
mesti terdapat pengetahuan teknis yang membuatnya bisa melakukan produksi barang-
barang baru atau untuk mengkombinasikan faktor didalam suatu cara yang berbeda. Hal
ini tidak menimbulkan masalah, karena setiap waktu ada sumber penemuan yang tidak
terpakai yang bisa dibukanya. Maka dari itu bukanlah merupakan fungsinya untuk
mencari atau menciptakan kemungkinan baru. Mereka selalu hadir, secara berlimpah
diakumulasikan oleh semua jenis barang. Kedua, karena pengenalan innovasi
mensyaratkan pengalihan alat-alat produksi dari saluran yang ada ke dalam proses yang
baru, wiraswasta mesti memiliki kekuatan untuk mengatur faktor-faktor produksi yang
bersangkutan. Kekuasaan yang perlu atas faktor produktif diberikan oleh tuntutan
moneter, dalam bentuk kredit.
Hal ini merupakan bentuk tenaga beli yang baru diciptakan yang meliputi modal
dalam pengertian Schumpeter. Modal dalam hal ini diartikan sebagai jumlah alat
pembayaran yang tersedia setiap saat untuk usaha pemindahan bagi waraswasta. Modal
tidak lain dari alat pengangkat dengan apa wiraswasta menguasai barang-barang nyata
yang diperlukannya, tidak lain daripada alat untuk mengalihkan faktor produksi ke arah
pemakaian yang baru,k atau untuk mendiktekan suatu arah produksi yang baru. Jadi
modal bukanlah stok kekayaan nyata dari suatu masyarakat, tetapi dana khusus dari
tenaga beli lancar. Modal dalam hal ini bukanlah faktor produksi.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Model
Stok modal Kt, pada suatu periode waktu t terdiri atas stok modal pada akhir
periode waktu yang lalu Kt-1, dikurangi dengan modal yang dipakai selama periode yang
bersangkutan Dt (depretiations) ditambah dengan jumlah investasi keseluruhan. Dengan
demikian dapat kita tuliskan sebagai:
15
It = Kt ( 1 )
Kt = Kt - Kt-1 ( 2 )
Kt = k Yt ( 3 )
atau Kt = k Yt ( 4 )
Kt = Kt - Kt-1 = It ( 5 )
Kt = Kt-1 + It ( 6 )
Kt = k Yt-1 + It ( 7 )
Kt = a Yt-1 + It ( 8 )
= k Yt-1 + p Nt + Dt ( 9 )
dimana:
It = Investasi tahun t atau Pembentukan Modal Domestik
Bruto ( PMDB )
Kt = Stok Modal tahun t
Yt = Produk Domestik Bruto ( PDB )
Kt = Perubahan Stok Modal
Yt = Perubahan Produk Domestik Bruto
k = It/Yt = ICOR = a
= Incremental Capital Output Ratio ( ICOR )
1/k = Produktivitas = 1/a
4. SUMBER DATA
Data yang akan dipakai untuk melakukan penaksiran jumlah stok modal di
Indonesia disajikan pada Tabel 1, yaitu data resmi publikasi pemerintah. Tabel ini
memperlihatkan Produk Domestik Bruto selama periode 1969-1994 atas dasar harga
konstan 1993 menurut penggunaannya. Data tersebut juga dipakai dalam pengujian
empiris guna memperkirakan besarnya nilai ICOR, khususnya dalam memperkirakan
ICOR diperlukan sekali data investasi It ( Pembentukan Modal Domestik Bruto ) dan
Produk Domestik Bruto ( Yt ).
5. HASIL PENAKSIRAN STOK MODAL
5.1. Penaksiran ICOR ( Incremental Capital-Output Ratio )
Guna melakukan penaksiran stok modal diperlukan nilai COR (Capital Output
Ratio). Namun nilai COR baru dapat diperoleh kalau kita sudah memiliki angka
mengenai stok modal. Untuk mengatasi ini, maka akan dipakai taksiran ICOR sebagai
gantinya. Cara yang sama juga pernah dipakai untuk kasus negara Philiphina ( Mangahas.
M., 1970 ) dan diterapkan juga untuk negara-negara industri baru Asia dan Jepang
(Chen, Edward K.Y., 1979 ).
Tabel 1. REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1994
( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan 1993 )
Konsumsi Investasi Tabungan Luar Negeri P DB^* P DB P NB P ajak P enyu- P NN
Ko ns tan Ko ns tan Tidak s utan
'93=100 '93=100 Lang-
Tahun Rumah P eme- J umlah Mas ya- P eme- J umlah Mas ya- P eme- J umlah Eks po r Impo r Xt-M t P enda- s ung
Tangga rintah rakat rintah rakat rintah pa tan Neto
Netto
1969 44154.9 4409.6 48564.5 2996.7 2987.3 5984 19576.2 683.5 20259.7 20119.6 5843.9 14275.7 1309.1 68824.2 68824.2 70133.3 1616.7 3431 65085.6
1970 44983.5 5154.1 50137.6 4077.7 3881.3 7959 22546.5 1301.4 23847.9 22493 6604.1 15888.9 1242.7 73985.5 73985.5 75228.2 1714.1 3688.4 69825.7
1971 46191.4 5520.5 51711.9 5421.7 4224.1 9645.8 25755.4 1702.6 27458 25424.6 7612.4 17812.2 1033.9 79169.9 79169.9 80203.8 1920.6 3945.8 74337.4
1972 47002.6 5974.2 52976.8 5828.1 5654.7 11482.8 30743.9 2903.2 33647.1 30837.5 8673.2 22164.3 -41.9 86623.9 86623.9 86582 2112 4317 80153
1973 50408 7626.2 58034.2 6998.2 6442.9 13441.1 34743.9 3642.9 38386.8 36574 11628.3 24945.7 -645.6 96421 96421 95775.4 2383.8 4807.6 88584
1974 57331.7 6827.4 64159.1 6700.8 9321.7 16022.5 32472.2 7151.2 39623.4 38971.6 15370.7 23600.9 -2375 103783 103783 101408 2317.9 5174.5 93915.1
1975 60821.2 8899 69720.2 6308.5 12051.7 18360.2 31400.2 7827.6 39227.8 38030.4 17162.8 20867.6 -2373.6 108948 108948 106574 3210.8 4993.8 98369.8
1976 62969.8 9550.8 72520.6 3988.5 15474.4 19462.9 34321.8 9608.4 43930.2 44505.8 20038.5 24467.3 -1040.5 116451 116451 115410 2841.5 5911.5 106657
1977 65355.7 11124 76479.7 8189.1 14370.4 22559.5 41098.4 9233.8 50332.2 48702.4 20929.7 27772.7 -2281.8 126812 126812 124530 5382.4 4124.3 115023
1978 71922.4 13081.7 85004.1 11851.6 14106 25957.6 43181.1 8399.6 51580.7 49201.3 23578.2 25623.1 -3057 136585 136585 133528 3483.6 6833.6 123211
1979 83423.5 14325.7 97749.2 8917.2 18187.6 27104.8 35435.9 11939.3 47375.2 49139.3 28868.9 20270.4 -5086 145124 145124 140038 4120.6 7288.1 128630
1980 101438 12670.5 114108 11465.2 20757.9 32223.1 29825.8 15533.3 45359.1 46369.5 33233.5 13136 -5966 159467 159467 153501 4527.9 7978 140995
1981 115499 17478.4 132977 13737.6 22073.8 35811.4 22195.2 16650.8 38846 45261 42226.4 3034.6 -4629.4 171823 171823 167194 4170.3 8609.9 154413
1982 127303 18917.4 146221 18747.3 21717.3 40464.6 17726.6 15998.8 33725.4 38952.7 45691.9 -6739.2 -7899.2 179946 179946 172047 4542 8803.7 158701
1983 122095 18734.2 140830 20261.5 23368.7 43630.2 28309.9 14213.9 42523.8 41398.9 51326 -9927.1 -6650 174533 183353 176703 4840.5 9172.8 162690
1984 125293 19373.6 144667 19304.1 21700.8 41004.9 36918.9 14123.4 51042.3 44108.1 47471.5 -3363.4 -7852 182308 195709 187857 5260 9790.9 172806
1985 124844 20853.8 145698 21913.6 22048 43961.6 41843.4 13002.7 54846.1 40665.8 49976.8 -9311 -7879.8 180349 200544 192665 6119.8 10033 176512
1986 128827 21433.9 150261 30818.7 17190.2 48008.9 52461 9753.4 62214.4 46852.1 52059.9 -5207.8 -7700.7 193062 212475 204775 7056.4 10629.8 187088
1987 134966 21397.7 156364 33180.4 17462 50642.4 58386.8 7848.1 66234.9 53698.5 53088.2 610.3 -8695.8 207616 222599 213903 9644.8 11136.2 193122
1988 141934 23018 164952 36021.9 20456.7 56478.6 66935.1 4117.3 71052.4 54268.2 43164.1 11104.1 -6792.1 232534 236004 229212 13870.1 11800.1 203542
1989 148783 25432.5 174216 40672.4 23352.5 64024.9 68511 10875.3 79386.3 59937.3 48966.7 10970.6 -7225.6 249211 253602 246376 17695.6 12665.5 216015
1990 162207 26248.9 188456 47978.8 25376.8 73355.6 65336.1 18175.8 83511.9 60207.7 60284.3 -76.6 -8346.7 261735 271968 263621 17869.3 13327.5 232425
1991 176722 28093.7 204816 48634.3 29507.7 78142 68754.2 17300.5 86054.7 72177.1 70428.7 1748.4 -8714.3 284706 290871 282156 17792.3 14552.6 249811
1992 183047 29731.9 212779 49943.8 32057.7 82001.5 78701.1 18179.4 96880.5 82761.4 75052.4 7709 -9832.1 302489 309659 299827 19655.6 15488.3 264683
1993 192958 29756.7 222715 58239.3 28428 86667.3 91237.7 15823 107061 88230.9 78383 9847.9 -12553 319230 329776 317223 21171.1 16488.8 279563
1994 208062 30442.6 238505 70112.5 28476.5 98589 95400.3 20735.8 116136 97002.1 94291 2711.1 -39730 339805 354641 314911 -6894.1 17732 304073
Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan Dan Rancangan Anggara Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989; Bank Indonesia,
Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, beberapa tahun penerbitan; Biro Pusat Statistik, edisi Juli 1995; Biro Pusat Statistik,
Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ) berbagai tahun penerbitan.
*). T idak Termasuk Perubahan Stok.
Tabel 2 : AGREGATIF MAKRO EKONOMI INDONESIA, TAHUN 1969-1994
Tahun Indeks Kurs Penduduk Stok Angkatan Pekerja Investasi Modal Pendapatan ICOR Pertum-
Implisit Dollar (Juta) Modal Kerja (Juta) Netto Produktif Disposibel buhan
PDB (juta) Ekonomi
1969 3.95 385 115 0 38.3 34.6 2553 2553.0 63468.9 0 0
1970 4.38 381 118 114085.6 39.8 36.1 4270.6 110397.5 68111.6 1.542 0.075
1971 4.64 418 120 147335.2 41.3 37.6 5700 143387.0 72416.8 1.861 0.070
1972 5.27 414 123 133487.4 42.6 39.4 7265.8 129166.6 78041.0 1.541 0.094
1973 7 418 126 132289.6 44 41.2 8633.5 127481.5 86200.2 1.372 0.113
1974 10.32 432 129 225934.5 45.4 43.2 10848 220756.5 91597.2 2.177 0.076
1975 11.6 421 132 387201.2 46.9 45.2 13366.4 382209.4 95159.0 3.554 0.050
1976 13.28 421 135 302073.4 48.4 47.3 13551.4 296162.5 103815.8 2.594 0.069
1977 15.01 421 138 276069.5 49.4 48.3 18435.2 271948.6 109641.0 2.177 0.089
1978 18.12 634 142 362769.2 50.4 49.4 19124 355936.4 119727.0 2.656 0.077
1979 22.07 632 144 460479.7 51.4 50.5 19816.7 453200.3 124509.1 3.174 0.063
1980 28.5 634 148 358322.8 52.4 51.6 24245.1 350339.6 136467.4 2.247 0.099
1981 31.44 643 151 497942.8 54.5 53.6 27201.5 489337.5 150243.0 2.898 0.077
1982 33.89 692 155 1765992.0 56.7 55.7 31660.9 1717930.8 154159.3 4.981 0.047
1983 42.36 995 158 1079950.9 59 57.8 34457.4 1094340.5 157849.5 12.806 0.019
1984 45.86 1075 161 649558.2 61.4 59.4 31214 639763.6 167546.1 3.319 0.067
1985 48.29 1130 164 1823348.8 63.8 62.5 33928.6 1813314.8 170391.9 9.092 0.025
1986 48.26 1649 167 855000.6 70.2 68.3 37379.1 844369.4 180032.0 4.024 0.059
1987 55.95 1655 171 1113660.3 72.3 70.2 39506.2 1102520.1 183476.9 5.003 0.048
1988 60.21 1737 173 994285.3 74.4 72.1 44678.5 982486.0 189671.7 4.213 0.060
1989 65.92 1805 175 922603.7 76.7 74.1 51359.4 909942.3 198319.6 3.638 0.075
1990 71.92 1905 178 1086240.6 78.9 76.1 60028.1 1072914.1 214555.3 3.994 0.072
1991 78.2 1997 181 1202459.1 81.3 78.2 63589.4 1187905.5 232019.1 4.134 0.070
1992 83.93 2074 185 1351662.0 83.7 80.4 66513.2 1406163.4 245027.5 4.365 0.065
1993 100 2118 188 1420674.1 86.2 82.5 70178.5 1404189.9 258392.2 4.308 0.065
1994 107.78 2205 191 1406150.8 88.8 84.8 80857 1388418.0 310967.2 3.965 0.075
Sumber : Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), berbagai tahun penerbitan; Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan, dan Indikator Ekonomi, Edisi Agustus 1995.
18
Untuk menaksir nilai ICOR diperlukan angka perubahan dalam output Yt dan
invetasi bruto (It), bahwa ICOR = k = a = It/Yt. Atau juga dapat mencari nilai ICOR
tersebut dengan menggunakan Investasi netto yang diperoleh langsung dengan
mengurangi pembentukan modal domestik bruto atau investasi bruto tersebut dengan
angka penyusutan sebagaimana halnya menurut persamaan (9).
Hasil ICOR selama periode 1969-1994 disajikan pada tabel 2. Tabel 2 ini bukan
saja khusus menyajikan tentang apa yang hendak diteliti sesuai dengan pembatasan,
namun justeru lebih luas daripada itu yang juga menyajikan data yang bersifat kualitatif
yang berhubungan erat dengan penelitian ini dalam konteks yang bersifat nasional.
Terdapat dua cara dalam dalam memperkirakan modal atau stok modal, yaitu bersifat
kualitatif dan kuantitatif ( Cairncross, A.K., 1962 ).
Cara yang bersifat kualitatif dalam menaksir stok modal yaitu mengalikan nilai
ICOR dengan PDB pada periode bersangkutan Kt = kYt sebagaimana persamaan (3),
sedangkan cara yang bersifat kuantitatif yaitu dengan melakukan estimasi dengan OLS-
method ( Mayes, G. David., 1981 ) sebagaimana persamaan (8). Dalam penelitian ini
keduanya dilakukan, dan khusus cara pertama sudah terjawab sebagaimana terdapat pada
tabel 2, sedangkan cara yang kedua diperhitungkan dari hasil estimasi berikut:
Kt = -176852,2 + 5.427728 Yt-1
S(bi): (0.766266)
t(bi): (7.083344)
n = 26, SE = 317198,2
r2 = 0.674435
r = 0.822456
r2 = 0.662953
F = 50.17377
D-W = 1.920113
Table: t0.005 = 2.797
f0.01 (v1, v2) = 7.82
d0.01 (dl, du) = 0.96 - 1.30
Terkecuali tahun 1969 yang merupakan awal pembangunan yang terencana
semenjak ordebaru dan juga awal dari penelitian ini, jelas bahwa nilai ICOR tidak ada.
mulai dari tahun 1970 dan sampai akhir tahun dalam penelitian ini tahun 1994, dimana
nampak kecenderungan bahwasanya nilai ICOR menunjukan kecenderungan meningkat
setiap tahun dalam jangka panjang. Peningkatan yang demikian jelas pula menyatakan
bahwa semakin tidak efisiensinya gerak perekonomian secara nasional.
19
Nilai ICOR ( tingkat efisiensi marginal ekonomi ) yang meningkat terus hingga
mencapai puncaknya tertinggi tahun 1983 dan pada tahun tersebut Indonesia
mengadakan reformasi ekonomi dalam dunia perbankan berupa kebijaksanaan deregulasi
dan derebiroktisasi yang konon berbagai pengamat ekonomi menyatakan terjadinya resesi
ekonomi di Indonesia sebagai akibat pegaruh resesi ekonomi dunia. Sekitar pelita
pertama Nilai ICOR berada sekitar 1 tetapi tidak sampai dua secara rata-rata. Ini berarti
bahwa tambahan unit modal semakin banyak dibutuhkan untuk meningkatkan 1 unit
tambahan output.
Keadaan ini menunjukan bahwa pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia
sejak awal tahun 1970 semakin banyak menyerap faktor modal. Selanjutnya hal ini juga
dapat memberikan indikasi akan adanya masalah ekonomi biaya tinggi yang berakibat
menurunya efisiensi pemakaian modal dalam proses pertumbuhan ekonomi.
Meningkatnya nilai ICOR di Indonesia diduga juga ada kaitanya dengan
kebijaksanaan industrialisasi yang dianut Indonesia sejak awal periode pembangunan.
Dalam menumbuhkan sektor Industri, Indonesia telah mengambil kebijaksanaan yang
berorientasi terhadap pasar dalam negeri dengan jalan memberikan proteksi terhadap
industri pengganti impor. Keadaan ini diduga telah menyebabkan harga faktor langka
menjadi relatif lebih murah dibanding faktor berlimpah.
Peningkatan nilai ICOR sangat jelas Sejak tahun 1974 yang merupakan awal
pembangunan lima tahun kedua. Meningkat terus tahun 1975 yang menandai keuntungan
yang diproleh Indonesia sebagai hasil boom minyak yang pertama. Pengaruh boom
minyak yang kedua juga tampak pada peningkatan nilai ICOR tahun 1979. Tahun 1983
merupakan periode setelah resesi yang memperlihatkan nilai ICOR tertinggi. Resesi
ekonomi di Indonesia tahun 1982-1986 telah memperlihatkan kepada kita berbagai
kebijaksanaan yang mungkin ampuh dalam menangulangi perekonomian telah
dicurahkan, namun hingga sekarang distorsi ekonomi yang telah terjadi selama ini susah
untuk melupakan.
Distorsi ekonomi yang paling vokal saja paling tidak masing teringat bahwa tahun
1974 terjadinya KNOP, tahun 1982-1986 terjadi Reformasi kebijaksanaan ekonomi
Indonesia seperti Deregulasi, debiroktisasi dan devaluasi rupiah tahun 1986. Meskipun
banyak distorsi ekonomi yang tidak terkendali oleh pihak pemerintah khususnya sebagai
pengambil keputusan, namun gema akan take-off juga tetap bergema dan sampai
sekarang pun gejolak politik juga semakin tidak menentu atau mungkinkah akan terjadi
pula semacam krisis sosial tentang ketidakpercayaan masyarakat nantinya kepada
pemerintah.
Krisis ekonomi telah nyata terjadi pada beberapa tahun lalu yang ditandai dengan
meningkatnya nilai ICOR, mungkin dapat dijelaskan bahwa keadaan ekonomi
berorientasi pada tingkat yang jauh dibawah kapasitas produksi, yang secara ekonomi
efisien sebagai akibat melemahnya permintaan baik pada pasar dalam negeri maupun
pada pasar ekspor. Kaitan antara modal dengan investasi sangat erat sekali, begitu juga
halnya kaitan antara investasi dengan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi.
20
Untuk meningkatkan kegiatan ekonomi yang semakin mantap perlu terlebih
dahulu terjadi kemantapan dalam peningkatan investasi, jelas bahwa investasi yang tinggi
akan mencerminkan pendapatan nasional yang tinggi pula sedangkan investasi yang
dimaksud berasal dari tabungan. Adalah hal yang sudah tidak asing lagi dalam
kebijaksanaan ekonomi bahwa untuk menggakumulasi tabungan yang tinggi melibatkan
kerja keras dalam kegiatan pembangunan bahwa dengan upaya bagaimana tabungan
yang besar dapat terjadi sementara kebutuhan konsumsi tidak bisa dikurangi secara cepat
dan apalagi dengan melakukan pengencangan ikat pinggang.
Dari hal semacam ini jelas pula bahwa tabungan dengan modal dan bahkan
investasi terkait erat dalam kontek yang bersifat nasional sepertihalnya peningkatan
output atau pendapatan nasional. Khususnya untuk tujuan meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi seringkali dalam pembiayaan ekonomi membutuhkan
modal yang berasal dari luar negeri, yaitu sepanjang akumulasi modal dalam negeri tidak
mantap.
Tetapi kebutuhan yang semakin besar tanpa terkendalinya perekonomian dengan
baik sementara sumber ekonomi atau faktor produksi yang cukup berlimpah kurang
terkendali sehingga menyebabkan nilai tambah produksi nasional yang semakin
melamban, maka capital inflow yang ternyata semakin menjadi primadona pembiayaan
ekonomi jangka panjang pada hakekatnya juga susah didapatkan oleh karena ekspor
nasional tidak cukup sebagai penjaminnya, dan yang akan terjadi adalah distorsi ekonomi
yang semakin tajam dan bahkan krisis sosial dalam negeri sendiri.
Suatu negara, khususnya negara sedang berkembang dikatakan mantap dalam
melaksanakan kebijaksanaan ekonomi dan pembangunan dan dalam jangka cukup
panjang sekitar 20 tahun ditandai dengan ICOR sekitar 4 dan tidak boleh lebih. Indonesia
bukan wajah yang baru dalam pembanggunan terencana yang sampai sekarang sudah 26
tahun. Dari hasil perhitungan yang bersifat kuantitatif telah terbukti bahwa ICOR telah
melebihi angka takaran 4 yang diamksud diatas atau dalam taksiran empiris penelitian ini
sebesar 5.427728 rata-rata setiap tahunnya.
Keberadaan penelitian ini kiranya sulit untuk ditolak oleh karena significant pada
tingkat kepercayaan (significant level ) = 1 % ( Ttest > Ttable ), meskipun hubungan
antara independen variable Yt-1 dengan dependent variable Kt tidak menunjukan angka
sangat kuat secara statistik, yang dalam penelitian ini nilai korelasi r = 82,3 % dan
berarti masih ada faktor lain yang juga berpengaruh belum masuk dalam penelitian ini
sekitar 17,7 %.
Namun demikian korelasi sebesar diatas sudah cukup tinggi dan cukup
memberikan kesan atau bukti bahwa penelitian ini telah berada pada tingkat keyakinan
(confidence level ) 1- = 99 % dan boleh dikatakan sudah mantap dengan tingkat
keyakinan yang setinggi itu. Selanjutnya, dalam penelitian ini juga terungkap bahwa nilai
F = 50,17 ( Ftest > Ftable ) yang tinggi dan bahkan D-W = 1,92 ( masuk ruang Ttable )
21
yang kesemua ini telah berbarengan sama-sama memperkuat hasil penelitian ini, yaitu
bahwa penelitian yang dilakukan ini adalah sangat significant sekali.
5.2. Taksiran Stoks Modal
Secara kualitatif kiprah perekonomian Indonesia berdasarkan data tahun 1970-
1994 dapat dikelompokan menjadi tiga pembahasan. Dua pembahasan pertama adalah
analisa yang bersifat kualitatif dan pembahasan ketiga adalah analisa yang bersifat
kuantitatif. Terhadap ketiga pembahasan tersebut sama-sama memberikan jawaban yang
kiranya mungkin pula logika, namun ketiga pembahasan tersebut adalah lebih baik
dipilih, atau pembahasan mana yang mempunyai analisa yang paling tajam serta penuh
dengan kelogikaan secara analisis ekonomi yang menyangkut dengan masalah taksiran
stok modal di Indonesia.
Dalam analisa kualitatif dua pembahasan pertama saja sudah terdapat taksiran
yang berbeda dalam stok modal, antara lain stok modal yang dihitung antara memakai
nilai COR dengan ICOR. Tentunya kalau memakai nilai COR yang kaitanya adalah
dengan SOR yang dalam hal ini SOR adalah berperan sebagai APS. Sedangkan apabila
memakai nilai ICOR, kaitannya adalah dengan SOR juga, namun dimaksudkan sebagai
MPS dalam perekonomian (Chenery, H.B and A.M, Strout,. 1966 ).
Kedua pembahasan kualitatif tersebut, jelas terkait erat dengan masalah
perkembangan kiprah ekonomi nasional seperti pertumbuhan ekonomi yang terjadi
selama tahun 1970-1994 dan selain daripada itu pasti pula kaitanya tidak terlepas dengan
laju pendapatan perkapita yang sekaligus berapa besarnya tingkat inflasi yang terjadi
selama periode tersebut rata-rata setiap tahunnya. Pada pembahasan dengan memakai
COR yang selama perode tersebut rata-rata setiap tahun stok modal adalah sebesar Rp
762783,09 milyar dan PDB rata-rata pada waktu yang sama adalah sebesar Rp 185853,3
milyar dan jelas bahwa COR = Kt/Yt = 4.104221.
Pada saat yang sama Tabungan adalah sebesar Rp 57211,35 milyar, sehingga
SOR = St/Yt = 0,307831 dan laju pertumbuhan ekonomi riel r (%) = 0,075004 rata-rata
setiap tahun. Pada waktu yang sama bahwa laju pertumbuhan ekonomi nominal r (%) =
0,224566 rata-rata per tahun, sehingga tingkat inflasi yang terjadi adalah sebesar
0.149563 dan jelas bahwa laju pendapatan perkapita sebesar 0,054489 rata-rata setiap
tahunnya. Untuk periode waktu yang sama, analisa kualitatif perkembangan ekonomi
Indonesia pada pembahasan dengan memakai ICOR, dimana taksiran stok modal adalah
sebesar Rp 710963,21 milyar, yaitu karena pada saat PDB yang sama sebesar tersebut
diatas dimana Investasi bruto sebesar Rp 41880,08 rata-rata per tahun.
Bila dikaitkan dengan tabungan yang sebesar tersebut diatas, jelas bahwa telah
terjadi capital inflow sebesar Rp 15331,27 milyar oleh karena adanya kemampaun sektor
perdagangan luar negeri Indonesia pada waktu itu dan ICOR yang terjadi rata-rata setiap
tahunnya sebesar 3,8254 sedangkan laju pertumbuhan ekonomi riel r (%) = 0,067971
22
rata-rata per tahun, sehingga MPS yang terjadi adalah sebesar 0,260016 rata-rata per
tahun.
Sebagaimana halnya dengan laju pertumbuhan ekonomi nominal dan juga laju
pertumbuhan peduduk yang sama dengan masing sebesar tersebut diatas, sehingga
tingkat inflasi yang terjadi adalah sebesar 0,156595 rata-rata per tahun dan laju
pendapatan perkapita adalah sebesar 0,04646 rata-rata setiap tahunnya. Dari kedua versi
pembahasan analisa kualitatif diatas, telah diketahui terjadinya semacam selisih
perhitungan dan katakanlah terdapatnya semacam delta baik terhadap stok modal,
tabungan dan pertumbuhan ekonomi riel di Indonesia selama periode bersangkutan.
Menyangkut dengan stok modal, tabungan dan laju pertumbuhan ekonomi riel
tersebut dimana pada pembahasan dengan memakai COR nilai yang terjadi lebih besar
daripada dengan pembahasan dengan memakai ICOR. Hal-hal yang serupa juga terjadi
selisih atau delta tersebut terhadap laju pertumbuhan pendapatan perkapita dan agregatif
ekonomi lainnya. Ternyata memang sudah tidak dapat ditawar lagi bahwa antara modal,
tabungan dan pendapatan mempuyai hubungan yang kuat sekali dalam analisa
perekonomian dan bagaimana pula sekiranya dibandingkan dengan pembahasan analisis
kuantitaif.
Dalam pembahasan yang bersifat kuantitatif yang diteliti untuk tahun 1969-1994
dimana nilai ICOR yang terjadi adalah sebesar 5,427728 rata-rata setiap tahunnya dan
angka ini berasal dari nilai koefisien hasil estimasi jangka pendek. Untuk analisis
kuantitatif jumlah stok modal pada periode bersangkutan diperoleh dengan mengalikan
ICOR yang berasal dari nilai koefisien hasil estimasi rata-rata setiap tahunnya adalah
sebesar 5,427728 dengan PDB tahun sebelumnya thus ditambah nilai konstanta hasil
estimasi ( dalam hal ini berupa investasi otonom ) tersebut.
Kalau saja dibandingkan ketiga pembahasan yang telah dialkukan diatas, ternyata
tidak bisa ditolak agaknya kelogikaan yang paling mantap terjadi pada pembahasan
kuantitatif. Keadaan demikian bisa pula dibandingkan dengan kenyataan yang terjadi
hingga saat ini dengan merasakan bahwa kiprah ekonomi Indonesia telah mengendor
pada hakekatnya, jelas dalam hal ini pembahasana kuantitatif memberikan jawaban baik
modal, tabungan, laju pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan bahkan laju kenaikan
pendapatan perkapita telah sama-sama menurun secara serempak. Jelas analisa kuantitatif
untuk penaksiran agregatif ekonomi sebenarnya memerlukan beberapa buah fungsi
regresi yang terkait antara satu dengan lainnya untuk diestimasi secara bersamaan.
6. KESIMPULAN
Dalam penaksiran stok modal telah terjadi beraneka ragam taksiran yang hampir
tidak jauh berbeda antara satu dengan lainnya, khusunya dengan memakai pembahasan
kualitatif dan kuantitatif. Pada pembahasan kualitatif saja telah terjadi selisih perhitungan
yang cukup menjolok dengan memakai COR atau ICOR, dan lebih jauh lagi perbedaan
dan kelogikaan penelitian yang dilakukan tersebut bila dilakukan pula dengan
pembahasan yang bersifat kuantitatif. Untuk ketiga pembahasan tersebut, jelas yang lebih
23
ampuh dan terpercaya lagipula penuh logika tidak lain adalah dengan melakukan
pembahasan kuantitatif.
Modal, tabungan dan pendapatan nasional mempunyai suatu keterkaitan yang
kuat antara satu dengan lainnya. Untuk itu pula kalau yang ditaksir adalah stok modal,
maka tabungan dan pendapatan nasional secara tidak disadari harus ikut ambil bagian
dalam pembahasan ekonomi serta dengan segenap keterkaitan pendapatan tersebut
dengan agregatif ekonomi lainnya.
Pada hakekatnya Penaksiran stok modal menimbulkan masalah yang rumit baik
dalam prinsip maupun dalam prakteknya. Masalah ini muncul karena bermacam jenis
produk fisik berbeda yang sulit dibandingkan satu dengan lain. Karena itu pula gambaran
kuantitatif dari kekayaan modal pada umumnya diperoleh dengan memakai nilai uang
dari kekayaan riil. Selama periode ini stok modal telah mengalami pertumbuhan sebesar
22,65 % rata-rata per tahun. Oleh karena laju pertumbuhan penduduk selama periode
1970-1994 adalah 2,05 % rata-rata setiap tahun, maka berarti selama periode yang sama
telah terjadi apa yang disebut dengan "Capital deepening".
Nampaknya sudah tidak dapat ditawar lagi dalam penaksiran stok modal harus
melibatkan beberapa analisis kuantitatif dengan segenap keterkaitannya dalam kontek
ekonomi nasional yang bersifat agregatif. Karena data stok modal tidak pernah
disediakan oleh pihak-pihak pemerintah maupun badan lainya yang berkepentingan
secara nasional, maka penaksiran modal bisa dilakukan secara personel oleh para peneliti
asal saja pembahasan data makro ekonomi yang diteliti adalah akurat dan bahkan lebih
daripada itu peneliti harus menyusun data secara seksama yang dalam artiannya tidak
ceroboh dalam berhitung, sehingga penaksiran dari data yang akurat untuk diteliti dan
ditambah telitinya sang peneliti dalam melakukan perhitungan maka analisis kualitatif
dan kuantitatif yang selama ini bisa membingungkan membuahkan hasil teliti yang akurat
dan mantap.
DAFTAR BACAAN
Adelman, Irma, Theories of Economic Growth and Development, ( California: Stanford
University Press, 1961 ).
Cairneross, A.K., Faktor in Economic Development, ( London: George Allen & Unwing,
1962).
Chenery, H.B., and A.M. Stout, "Foreign Asistence and Economic Development",
American Economic Riview, (64: 4, September 1966).
Chen, Edward K.Y., Hyper-Growth in Asia Economies, ( New York Holmes & Meier,
1979).
Mangahas, M., "Foreign Asistence in Models for the Philippines Economy", The
Philippines Economic Jurnal, ( 9 : 2, Second Sementer 1970, 209-230 ).
Mayes, G. David, Applications of Econometrics, ( New Jersey : Prentice Hall 1981 ).
24
LAMPIRAN 1: HASIL ESTIMASI FUNGSI REGRESI ( REGRESSION FUNCTION )
Judul Karya : PERKIRAAN PEMBENTUKAN
MODAL DI INDONESIA
Fungsi regresi : Kt = f ( Yt-1 , Ui )
Bentuk Fungsi : Kt = K + k Yt-1
Hasil Estimasi : Regression Output:
Constant -176852
Std Err of Y Est 317198.3
R Squared 0.676436
No. of Observations 26
Degrees of Freedom 24
X Coefficient(s) 5.427728
Std Err of Coef. 0.766266
T-test (DF = 24) 7.083345
Bentuk Transformasi : Kt = -176852.2 + 5.427728 Yt-1
S(bi): (0.766266)
t(bi): (7.083344)
n = 26, SE = 317198.3
r2
= 0.676436
r = 0.822457
r 2 = 0.662954
F = 50.17377
D-W = 1.933066
Test Table: t0.005 = 2.797
f0.01 (v1, v2) = 7.82
d0.01 (dl, du) = 0.96 , 1.30
Sumber: Diolah oleh penulis dari Tabel 1 dan 2
25
Lampiran 1 (Lanjutan) : Cara Mencari Pengujian Statistik Durbin-Watson
Untuk Fungsi : Kt = -176852.2 + 5.427728 Yt-1
Durbin-Watson
Observed Calculated Residual (Observ)2
(Calcu)2
(Residual)2(et - et-1)
2
Tahun Kt Yt Yt-1
1969 0 68824.2 0 -176852.2 176852.2 0 3.13E+10 3.13E+10 3.13E+10
1970 114085.6 73985.5 68824.2 196706.8 -82621.2 1.30E+10 3.87E+10 6.83E+09 6.73E+10
1971 147335.2 79169.9 73985.5 224721.0 -77385.8 2.17E+10 5.05E+10 5.99E+09 2.74E+07
1972 133487.4 86623.9 79169.9 252860.5 -119373.1 1.78E+10 6.39E+10 1.42E+10 1.76E+09
1973 132289.6 96421.0 86623.9 293318.8 -161029.2 1.75E+10 8.60E+10 2.59E+10 1.74E+09
1974 225934.5 103782.5 96421.0 346494.8 -120560.3 5.10E+10 1.20E+11 1.45E+10 1.64E+09
1975 387201.2 108948.0 103782.5 386451.0 750.2 1.50E+11 1.49E+11 5.63E+05 1.47E+10
1976 302073.4 116450.8 108948.0 414487.9 -112414.5 9.12E+10 1.72E+11 1.26E+10 1.28E+10
1977 276069.5 126811.9 116450.8 455211.1 -179141.6 7.62E+10 2.07E+11 3.21E+10 4.45E+09
1978 362769.2 136584.8 126811.9 511448.3 -148679.1 1.32E+11 2.62E+11 2.21E+10 9.28E+08
1979 460479.7 145124.4 136584.8 564492.9 -104013.2 2.12E+11 3.19E+11 1.08E+10 2.00E+09
1980 358322.8 159467.2 145124.4 610843.6 -252520.8 1.28E+11 3.73E+11 6.38E+10 2.21E+10
1981 497942.8 171822.9 159467.2 688692.4 -190749.6 2.48E+11 4.74E+11 3.64E+10 3.82E+09
1982 1765992.0 179946.2 171822.9 755755.8 1010236.2 3.12E+12 5.71E+11 1.02E+12 1.44E+12
1983 1079950.9 183353.3 179946.2 799846.8 280104.1 1.17E+12 6.40E+11 7.85E+10 5.33E+11
1984 649558.2 195709.0 183353.3 818339.6 -168781.4 4.22E+11 6.70E+11 2.85E+10 2.01E+11
1985 1823348.8 200544.3 195709.0 885403.0 937945.8 3.32E+12 7.84E+11 8.80E+11 1.22E+12
1986 855000.6 212475.3 200544.3 911647.7 -56647.1 7.31E+11 8.31E+11 3.21E+09 9.89E+11
1987 1113660.3 222598.5 212475.3 976405.9 137254.4 1.24E+12 9.53E+11 1.88E+10 3.76E+10
1988 994285.3 236004.1 222598.5 1031351.9 -37066.6 9.89E+11 1.06E+12 1.37E+09 3.04E+10
1989 922603.7 253601.9 236004.1 1104113.9 -181510.2 8.51E+11 1.22E+12 3.29E+10 2.09E+10
1990 1086240.6 271968.1 253601.9 1199629.9 -113389.3 1.18E+12 1.44E+12 1.29E+10 4.64E+09
1991 1202459.1 290870.6 271968.1 1299316.7 -96857.6 1.45E+12 1.69E+12 9.38E+09 2.73E+08
1992 1351662.0 309659.1 290870.6 1401914.3 -50252.3 1.83E+12 1.97E+12 2.53E+09 2.17E+09
1993 1420674.1 329775.8 309659.1 1503893.2 -83219.1 2.02E+12 2.26E+12 6.93E+09 1.09E+09
1994 1406150.8 354640.8 329775.8 1613081.1 -206930.3 1.98E+12 2.60E+12 4.28E+10 1.53E+10
Total: 19069577.3 4715164.0 4360523.2 19069576.7 0.6 2.14E+13 1.90E+13 2.41E+12 4.67E+12
Rata-rata: 733445.3 181352.5 167712.4 733445.3 0.0 8.25E+11 7.32E+11 9.29E+10 1.80E+11
Regression Analysis
Sum of Squares: Total = Regression + Residual R-test F-test D-W T-test
Total = Explained + Residual 0.676436
0.822457 50.173775 1.933066 7.083345
0.662954
Sumber: Diolah oleh penulis dari Tabel 1 dan 2
------+++++------
26
Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:
27
Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:
Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN
JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN
PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil
Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL
& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi
10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.
Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah
DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016
12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN
TRANSPORTASI 2014 s/d 2017
I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta
Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:
02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang
004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen
005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia
006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994 007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia
008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia
010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri
011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan
012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth
013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan
014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat
015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995
016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan
017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen 019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan
020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi
021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka
022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi
023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka
024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas
026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan
028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana
029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
28
004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara
031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth
034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif
035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan
037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen
038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia
039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan
040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)
041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka
042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)
043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia
044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal
046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana
047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana
049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia
050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi
051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera
052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan
054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada
Kemampuan Sendiri
055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan
056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan
057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional
059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat
061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi
Aliran Dana Luar Negeri
062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan
005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi
065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi
066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan
068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro
069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional
070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro
071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro
073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial
074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial
29
II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi
Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Hasil Estimasi
File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Non-Estimasi
File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi
File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA
Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA
Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL
ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation
Result Function (242 halaman)
008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan
080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia
009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA
083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-
STATE GROWTH
084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai
085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber
Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off
010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010
Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
30
011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010
Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna
Kendaraan Pribadi Dan Umum
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)
File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)
File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010
atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung
Pandang
012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011
Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan
File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011
Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan
File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011
Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia
File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011
Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik
File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia
File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik
File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau
File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik
File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011
Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara
File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011
Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri
File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011
Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik
File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional
31
10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009
Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil
Pribadi Di Jakarta
File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010
Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi
Dan Umum
File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010
Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI
File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010
Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-
UJUNG PANDANG
File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016
Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute
JAKARTA-UJUNG PANDANG
014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014
Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA
File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014
Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API
INDONESIA
File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014
Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN
PENERBANGAN DOMESTIK
015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,
Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017
Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan
Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara
File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017
Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA
LUAR NEGERI
32
III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017
File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015
Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017
Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey
Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt 134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt
135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h
137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h
138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h
139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h
141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h
33
12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014
Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015
Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016
Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017
Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017
Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017
Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
34
Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan
didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN
ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan
keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.
KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah
dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai
MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar
mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN
TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan
juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai
bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah
Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF
(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya
bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan
dalam sebuah Daftar Harga).
Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),
sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan
ilmiah yang disusun oleh Amrizal.
Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal
ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar
TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:
Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari
Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)
keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),
cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut
ke dalam Google.
Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah
files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat
tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......
-------- Jakarta, 14 September 2017--------