evaluasi ekonomi 50 tahun indonesia...

34
JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id Judul Penelitian EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUN O l e h AMRIZAL Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti Jakarta, September 2010

Upload: others

Post on 29-Jul-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI

PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA

JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410

Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id

Judul Penelitian

EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUN

O

l

e

h

AMRIZAL

Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti

Jakarta, September 2010

Page 2: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

2

ABSTRACTS

The 1980s world economic crisis is not to be judged as the main cause of the

prolonged economic weakening until the present day. The most difficult crisis during the

preliminary stages of development in 1967 has been tremendously solved, so it did the

early year of 1982. The prolonged economic weakening began in 1998 right at the early

stage of development effort during the economic reformation era. However small the

influence of the New Regime (orde baru) is felt, the influence does exist, at least the

difficulty of the economic reformation era of development expenses accumulated as

capital formation and economic development.

The economic weakening that strikes the present economic reformation era, is

partially due to the unsuccessful of the New Regime (Orde baru) in arranging economy

by using the existing macroeconomic tool, The New Regime dream of reaching the Take

Off stage is closely related to the Oil Bonanza, Foreign Loan facilities as well as the ever

sustaining high trust level of foreign parties of providing fresh fund to Indonesia in the

past that is difficult to find during the present economic reformation era. The current

picture shows that Foreign parties is now merely focusing more on the overdue of foreign

debt returning of Indonesia, therefore it is quite logical if Indonesia is under extreme

pressure of foreign parties and IMF. The implementation of the present up-raising prices

policy is because Indonesia is in the middle of the extinction of fund and capital

formation for development expenses necessity.

The economic growth rate of Indonesian on mix economic era (1960-2009) for

the past 50 years Indonesia reach a sufficiently high level during the era of the New

regime (1969-1998) which decline drastically and even continue until the economic

reformation government era (1998-2009) which sharply decline in average annually.

Based on the research done on 1997-2002 it is clearly found that the economic growth

underwent a minus downfall in average annually. There is a slight progress of

improvement achieved during the era of economic reformation government (1998-2009)

during SBY terms of office compared to the era of economic reformation government of

(1997-2002) after the era of Megawati Soekarno Purti. However the economic control

and Indonsian development of the New Regime (ordebaru) (1969-1998) led by the late

Gen. Soeharto is far much better rather than both era of Megawati and SBY. The Overall

picture of time line shows that since the era Old Regime (ordelama) (1960-1969), the

New Regime (ordebaru) government era (1969-1998) and during the economic

reformation government era (1998-2009), the Indonesian economic growth has gone

through a sustainable down draft.

Page 3: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

3

ABSTRAK

Krisis ekonomi dunia tahun 80-an tidak dapat dikatakan sebagai penyebab utama

terjadinya kelesuan ekonomi yang berkepanjangan hingga dewasa ini. Krisis terberat

ketika menghadapi permulaan usaha-usaha pembangunan tahun 1967 telah dapat diatasi

dengan gemilang, begitu juga dengan yang terjadi pada awal tahun 1982. Kelesuan

ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai pula usaha

pembangunan era reformasi ekonomi. Bagaimanapun juga kecilnya pengaruh krisis

zaman ordebaru, maka pengaruhnya tetap ada, paling tidak sulitnya era reformasi

ekonomi menggali sumber pembiayaan pembangunan yang terakumulasi sebagai

pembentukan modal dan pertumbuhan ekonomi.

Kelesuan ekonomi yang melanda era reformasi ekonomi saat ini, sebagian

tersebab karena kurang berhasilnya ordebaru menata ekonomi dengan menggunakan

perangkat makroekonomi yang telah tersedia, mampunya ordebaru bercita-cita tinggal

landas tidak terlepas dari rezeki migas, kemudahan akan pinjaman luar negeri serta masih

percayanya pihak luar negeri mengucurkan dana ke Indonesia masalalu yang tidak

ditemui sekarang pada era reformasi ekonomi. Sekarang malahan pihak luar negeri

malahan terfokus kepada pengembalian utang luar negeri dari Indonesia yang telah jatuh

tempo, sehingga tidak heran negara Indonesia dibawah tekanan fihak asing dan IMF.

Terjadinya kebijaksanaan kenaikan harga yang menjulang tinggi sekarang diperkirakan

karena Indonesia berada pada kelangkaan dana dan pembentukan modal bagi pembiayaan

pembangunan.

Laju pertumbuhan ekonomi pada penelitian ekonomi Indonesia Era ekonomi

campuran (1960-2009) selama 50 tahun Indonesia membangun cukup tinggi dari era

pemerintahan ordebaru (1969-1998) yang mengalami penurunan yang cukup drastis, dan

malahan berlanjut hingga sampai ke era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009)

yang merosot dengan tajam rata-rata setiap tahunnya. Dari hasil penelitian yang pernah

dilakukan untuk tahun 1997-2002 bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami nilai minus

secara rata-rata per tahun. Jadi ada sedikit kemajuan atau perbaikan yang dicapai pada

era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009) zaman SBY dibanding dengan era

pemerintahan reformasi ekonomi (1997-2002) pasca Megawati Soekarno Purti

mengendalikan tampuk pemerintahan Indonesia. Bagaimanapun juga pengendalian

ekonomi dan pembangunan Indonsia era pemerintahan ordebaru (1969-1998) Almarhum

Jenderal Soeharto jauh lebih baik daripada kedua zaman Megawati dan SBY tersebut.

Secara keseluruhan, dari masa ke masa secara beruntun terhitung semenjak era

pemerintahan ordelama (1960-1969), era pemerintahan ordebaru (1969-1998) dan era

pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009), laju pertumbuhan ekonomi Indonesia

mengalami pengendoran secara berkelanjutan.

Page 4: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

4

1. PENDAHULUAN

Membuat perkiraan tentang perkembangan ekonomi Indonesia dalam jangka

panjang, misalnya sampai akhir abad ini, merupakan pekerjaan yang sulit. Banyak sekali

faktor yang tidak dapat diketahui secara pasti. Meramalkan sesuatu tidak banyak

faedahnya. Akan tetapi, membuat proyeksi-proyeksi, baik secara kuantitatif maupun

kualifitatif, banyak kegunaannya, untuk menjadi lebih sadar akan batas-batas serta

persyaratan-persyaratan potensi pembangunan, dan perkiraan demikian juga dapat

membantu perumusan kebijaksanaan bagi pemerintah dan badan-badan lain yang

berkepentingan.

Memang ada kalangan yang meragukan kualitas pembangunan ini, dan karena itu

pula meragukan keberhasilan pembangunan. Mereka juga menyayangkan pengurbanan

hak-hak serta kemerdekaan politik yang rupanya merupakan biaya kemajuan material

masyarakat. Soal kualitas dari kemajuan itu memang wajar dipertanyakan terus menerus,

di kupas dan di uji. kalau dapat, dengan fakta-fakta serta ukuran yang obyektif. Harus

kita sadari, bahwa semakin meningkat kemakmuran, semakin relevan pameo yang

mengatakan man cannot live by bread alone.

Banyak juga orang berpendapat bahwa kemantapan laju pertumbuhan Indonesia

belum betul-betul dapat diandalkan, belum cukup melembaga, walaupun sudah berjalan

puluhan tahun. Sejarah Republik Indonesia mengalami jangka waktu yang lebih lama

lagi yang dibarengi oleh kekacauan dan kekurang mantapan, dan kekuatan-kekuatan

demikian mungkin masih laten di bawah permukaan yang tampaknya tenang dan

tenteram. Juga ada perasaan umum, bahwa di bidang politik dan sosial perkembangannya

masih kurang memadai. Kurangnya keseimbangan antara hasil pembangunan ekonomi,

politik dan sosial ini, mungkin mengandung benih-benih kemungkinan keguncangan di

kemudian hari, yang akan mendorong mundur proses pembangunan ekonomi.

Kalau kemantapan dan kesinambungan dapat dipertahankan di masa yang akan

datang, maka banyak kemungkinan laju pembangunan akan berjalan terus, malahan ada

kemungkinan terjadinya akselerasi meningkatkan pendapatan maupun pertumbuhan

ekonomi. Sebaliknya, kalau suatu keguncangan membuat mundurnya kestabilan politik,

maka momentum dan laju pembangunan juga dapat menurun, seolah-oleh si penderita

mengulangi penyakit lamanya.

Oleh karena itu setiap proyeksi perkembangan ekonomi harus mempunyai asumsi

mengenai perkembangan politik dan sosial. Secara implisit yang dimasukkan di sini

adalah asumsi bahwa dari segi politik dan sosial tidak akan terjadi gangguan-gangguan

yang mengguncangkan atau yang banyak menyulitkan perkembangan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang tergantung dari pengaruh-pengaruh dari

dalam negeri "inward looking" atau dalam masyarakatnya sendri, dan dari pengaruh luar

"outward looking" seperti konjungtur ekonomi negara-negara industri, perluasan

perdagangan internasional, keadaan pasar modal internasional, dan sebagainya.

Mengsiasati pengaruh akan perkembangan ekonomi dari dalam negeri (inward

looking) kita dihadapkan pada sebuah persoalan yang membutuhkan “pilihan alternatif

pengendalian ekonomi dalam hal pembentukan modal sebagai sumber pembiayaan

pembangunan” yang harus disesuaikan dengan “politik, sosial budaya, kultur, sejarah

dan orientasi pembangunan yang harus dijalankan” di negara ini. Sesuai pesan GBHN

bahwa proses pembiayaan pembangunan jangka panjang harus mampu dilakukan atas

Page 5: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

5

kekuatan sendiri sedangkan bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap. Indikasi seperti

ini menghadapi kita kepada beberapa persoalan dan pilihan alternatif yang harus

ditindaklanjuti. Persoalan pertama yang membutuhkan pilihan alternatif tersebut adalah:

Mana yang lebih baik dipergunakan selaku sumber pembiayaan pembangunan, pajak atau

tabungan masyarakat?. Simposium internasional mengenai mobilisasi tabungan personal

di negara-negara sedang berkembang, yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa

di Jamaica (1980), mengambil kesimpulan bahwa: "...There was no simple formula to

determine the optimum relationship among government savings, business savings and

personal savings". Dengan nada yang sama Higgins menyatakan: "There is no simple or

general answer to this question" ( Hendra Esmara: 1987, h.11 ).

Peningkatan pajak akan merupakan trade-off terhadap kemungkinan kenaikan

tabungan. Peningkatan pajak yang terlalu tinggi akan dapat merugikan atau mengurangi

tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha. Walaupun pajak akan dapat

memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui bentuk tabungan pemerintah tetapi

dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk menggerakan dunia usaha.

Sedemikian sulitnya menentukan pilihan antara pengerahan tabungan masyarakat dan

pemungutan pajak, maka dalam analisa jangka panjang kiranya tidak terdapat alternatif

lain, terkecuali melalui penekanan konsumsi secara umum. Hal yang jelas, baik

pendapatan maupun konsumsi yang tersisa setelah dipotong pajak tetap menjadi turun

Beberapa hasil penelitian telah menjawab pilihan alternatif tersebut, yaitu: bahwa

peningkatan tabungan selaku sumber pembiayaan pembangunan melalui pemupukan

tabungan masyarakat adalah dengan melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter

(pengembangan pasar uang dan pasar modal) berdasarkan ability and willingness to save,

sedangkan pemungutan pajak hanya dapat terjadi dengan melakukan ekspansi

kebijaksanaan fiskal yang progressif berdasarkan ability to pay. Apabila persoalan

peningkatan tabungan masyarakat dan peningkatan pajak yang berkondisi trade-off ini

harus ditingkatkan secara serempak maka yang korban adalah konsumsi, artinya

Tabungan Domestik Bruto meningkat dan Konsumsi Domestik Bruto menurun secara

bersamaan. Adapun jawaban dengan tindakan semacam ini dengan nyata telah

menghadapkan kita pula persoalan baru kedua yang mendorong mundur proses

pembangunan ekonomi.

Masalah pembiayaan pembangunan mengandung penegertian yang luas sekali.

Kalau bicara masalah pembiayaan pembangunan, maka hubungannya adalah investasi

atau pembentukan modal dan sumber dari pembentukan modal adalah tabungan yang

diakumulasi dari dalam dan luar negeri sebagai suatu ciri khas ekonomi yang bersifat

terbuka. Pembentukan modal atau investasi selalu dianggap sebagai kunci dari

keberhasilan usaha-usaha pembangunan. Bila sekiranya investasi meningkat, dengan

sendirinya, dianggap bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat pula. Hal ini

akan dapat menaikan pendapatan perkapita. Bila ini terjadi, maka pembangunan dapat

dianggap berhasil. Sebaliknya, bila sekiranya investasi menurun maka hal ini akan

dianggap sebagai pertanda kurang baik bagi pembangunan negara yang bersangkutan.

Kita, disadari atau tidak, terpengaruh sekali oleh jalan pemikiran yang demikian ini

(Hendra Esmara: Ibid, h.27 )

Kebijakan pembangunan ekonomi suatu negara membutuhkan kenaikan secara

serempak semua variabel-variabel agregatif ekonomi termasuk Konsumsi bahkan Impor,

oleh karena disamping kedua variabel agregatif tersebut sebagai variabel tergantung

Page 6: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

6

(dependent variable) yang naik turunnya tergantung oleh naik turunnya pendapatan

sebagai variabel independennya. Contoh lain yang menguatkan gagasan ini adalah “High

Mass Consumption” yaitu salah satu dari lima Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ala

W.W Rostow yang terakhir. Sedangkan “capital goods Import” sebagai modal produktif

yang mampu menggerakkan proses produksi dalam negeri dengan produktivitas tinggi.

Sejujurnya bahwa peningkatan tabungan dengan menekan konsumsi tidak

obahnya bagaikan “cetak gol bunuh diri”, maka melakukan ekspansi kebijaksanaan

moneter dan fiskal secara bersamaan melalui pengembangan pasar uang dan pasar modal

secara serempak adalah jawaban terakhirnya. Namun kebijakan pengendalian ekonomi

dengan cara ini membutuhkan aktivitas perdagangan luar negeri melakukan ekspor yang

dapat diharapkan sebagai motor utama penggerak proses pemulihan ekonomi nasional

(agar konsumsi tidak terlalu tertekan), sayangnya harapan ini sangat tidak mudah

diwujudkan (Tambunan, Tulus TH: Februari 2001, h 19), prihal seperti itu persis sama

pula halnya dengan “memangun tanpa inflasi” bukanlah suatu pekerjaan yang mudah

(R.M Sandrum: 1983, h. 305).

Kemudian dilengkapi pula dengan orientasi pembangunan di Indonesia,

nampaknya terfokus kepada pertumbuhan ekonomi yang pesat (rapid growth). Tindakan

semacam ini dengan nyata juga telah menghadapkan kita pula kepada persoalan baru

ketiga yang mengorbankan dua buah orientasi pembangunan Indonesia seperti

pemerataan dan kesempatan kerja. Beberapa hasil penelitian telah menyimpulkan, yaitu:

Orientasi pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, maka yang tumbuh

cepat adalah para konglomerat, hingga terjadinya jurang yang semakin melebar antara

“konglomerat dengan konglomelarat” atau terjadinya tingkat pemerataan pendapatan

yang semakin timpang (jauhnya perbedaan antara masyarakat kaya dengan yang miskin),

secara bersamaan terjadi pula kondisi kesempatan kerja yang semakin mengecil dan

banyaknya penganguran. Apabila dilakukan Orientasi pembangunan dengan alasan

pemerataan, maka yang rata adalah kemiskinan. Orientasi ekonomi semacam ini

berakibat menurunnya pertumbuhan ekonomi yang secara bersamaan menimbulkan

terjadinya PHK, oleh karena pembiayaan pilar-pilar produksi menjadi terabaikan.

Kemudian apabila dilakukan orientasi pembangunan dengan alasan kesempatan kerja

penuh (full-employment) dan kalau ini dipaksakan, maka yang terjadi tingkat inflasi

menjulang tinggi dan Utang LN semakin menebal. Orientasi ekonomi semacam ini

berakibat menurunnya pertumbuhan ekonomi yang secara bersamaan berakibat terjadinya

kondisi ekonomi biaya tinggi (high cost-economic) yang harus dibiayai oleh pinjaman

LN sebagai dana eksternal bagi pembiayaan pembangunan.

Agaknya kalau kita tidak salah menilai, bahwa ketiga-tiganya orientasi

pembangunan yang dimaksud sudah pernah dilakukan semuanya dalam mengendalikan

ekonomi nasional Indonesia oleh para pemimpin bangsa menurut era kepemimpinannya

masing-masing, antara lain: Era ordelama (Alm Soekarno) barangkali tidak perlu

dimasukan karena negara masih baru merdeka, namun orientasi ekonomi yang dijalankan

sepertinya adalah ketiga-tiganya secara serempak sehingga jalannya proses pembangunan

ekonomi menjadi tidak sempurna kalau dibaca dari kacamata sekarang. Era ordebaru

(Alm Soeharto & Bj Habibie), orientasi pembangunan yang dilakukan adalah

pertumbuhan ekonomi yang pesat (rapid growth) dan dizaman beliau inilah kita temui

banyak konglomerat. Era reformasi ekonomi (Alm Gusdur dan Hj. Megawati Soekarno

Putri), orientasi pembangunan yang dilakukan adalah pemerataan dan dizaman beliau

Page 7: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

7

inilah pulalah kita temui banyaknya rakyat yang miskin, sedangkan Era reformasi

ekonomi (SBY) sepertinya ketiga orientasi pembangunan tersebut dilakukan secara

bersamaan sehingga baik pertumbuhan ekonomi, pemerataan bahkan kesempatan kerja

naik lamban secara bersamaan.

Rupanya pengendalian ekonomi yang baik agar terlepas dari semua persoalan

haruslah dijalankan dengan super kehati-hatian ibarat “menarik ramput dalam tepung,

rambut jangan putus dan tepung tidak berserakkan” semua bidang ada ahlinya dan

serahkan bidang-bidang tersebut kepada ahlinya masing-masing. Tukang potong rambut,

jelas tidak akan beres kalau dianya memotong rambutnya sendiri, dan begitu pula dengan

tukang sunatan tidak akan mampu pula menyunat dirinya sendiri, artinya bahwa

pengambil keputusan tidak boleh egoistis bakal menguasai kemapuan orang lain yang

diluar kemampuannya sendiri, takutnya kita salah perhitungan, diibaratkan kalau seorang

dokter salah suntik yang mati hanya satu orang dan kalau ekonom salah keputusan

mungkin yang mati adalah ribuan atau jutaan orang, bagaimana kalau pemimpin yang

salah melakukan kebijakan ekonomi maka yang mati mungkin puluhan juta orang. Jadi

baik pahala atau dosa yang besar tetap diperuntukan terhadap pimpinan yang besar pula

demikian selanjutnya.

Persoalan pertama, kedua dan ketiga semuanya mempunyai tujuan yang sama,

yaitu melakukan aktivitas “mobilisasi tabungan dan investasi” dan upaya memperkecil

terjadinya kesenjangan-kesenjangan ekonomi. Sejarah mencatat, negara yang tidak

mempunyai tabungan dalam negeri yang cukup untuk membiayai pertumbuhan ekonomi,

umumnya menutup kesenjangan pembiayaan pembangunannya dengan mencari sumber-

sumber dari luar negeri. Belajar dari sikap dan pengalaman beberapa negara eropah barat

yang sekarang dikenal sebagai negara maju, telah berhasil dengan pesat meningkatkan

aktivitas ekonominya melaui bantuan yang dikenal dengan sebutan “Marshall plan”

(Tambunan, Tulus TH: 2008, h 1) pascaperang dunia (PD) II pada dekade 1950-an

tersebut, telah membawa kita pula untuk lebih banyak melihat keluar "outward looking"

dibanding dengan melihat kedalam "inward looking".

Melalui orientasi demikian, maka kampanye untuk menarik modal asing lebih

ditekankan kepada tersedianya pasar dalam negeri yang cukup besar bagi produk yang

akan dihasilkan penanaman modal tersebut. Disamping itu ditekankan pula rendahnya

biaya produksi, terutama sekali rendahnya upah buruh, sebagai faktor yang akan

menguntungkan penanaman modal. Ini berarti usaha-usaha untuk menarik penanaman

modal asing lebih diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Dengan

mempergunakan ukuran pendapatan per kapita sekaligus dapat dipecahkan dua

permasalahan pokok sekaligus. Kenaikan jumlah pendapatan dan kenaikan jumlah

penduduk. Dengan terjadinya kenaikan jumlah pendapatan perkapita, tersirat pula

didalamnya adanya keharusan laju kenaikan pendapatan yang lebih besar dibandingkan

dengan laju kenaikan jumlah penduduk. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

penghalang utama bagi pembangunan negara-negara sedang berkembang dan bahkan

menjadi semacam pola pemikiran adalah masalah kekurangan modal.

Berkembangnya pola pemikiran ini tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan

Marshall Plan didalam membangun kembali eropah sebagai kehancuran perang dunia

kedua, sehingga tidak begitu heran kalau pola pemikiran demikian ingin pula untuk

diterapkan pula terhadap negara-negara sedang berkembang. Bersamaan dengan itu

mengenai teori tahap-tahap pembangunan yang dikemukakan W.W Rostow bahwa

Page 8: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

8

negara-negara maju sekarang tersebut telah menempuh lima tahap pembangunan, yaitu:

(1). Tahap masyarakat tradisionil, (2). Tahap prakondisi untuk tinggal landas, (3). Tahap

tinggal landas, (4). Tahap menuju kedewasaan dan (5). Tahap Konsumsi massa yang

tinggi.

Pengendalian ekonomi menghadapi kesenjangan-kesenjangan ekonomi seperti

“krisis sumber pembiayaan pembangunan” yang dapat berakibat laten terhadap

“Perubahan Stoks Modal” yang dipersiapkan menjadi terbatas dan mengalami

penurunan. Padahal oleh Keynes sendiri, bahwa Perubahan Stoks Modal tersebut

merupakan Investasi, secara sederhana investasi tersebut berasal dari tabungan dan

tabungan itu sendiri diperoleh dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, sehingga dari

sudut penerimaan (income side), adalah merupakan sisa dari pendapatan yang tidak

dikonsumsi (J.M. Keynes: 1967, h.63 ), sebenarnya dan apabila dijalankan dengan super

hati-hati akan mendorong maju proses pembangunan ekonomi, dan sebaliknya bila

dijalankan dengan ketidak hati-hatian akan menimbulkan berbagai persoalan distorsi

ekonomi berkepanjangan yang mendorong mundur proses pembangunan ekonomi.

Pengendalian ekonomi dapat dilkukan dengan cermat untuk mencapai keberhasilan dan

beraktivitas “bagaikan baling-baling diatas bukit”, berputar kearah darimana kuat angin

yang datang. Artinya bila tidak mampu digerakkan dari aktivitas sumber dalam negeri,

maka boleh bernafas keluar badan yaitu digerakkan dari aktivitas sumber luar negeri.

Itulah sebabnya bahwa pengendalian ekonomi dilandasi dengan berbagai alasan

yang menyebutkan “kenapa pengalaman suatu negara dalam membangun ekonominya

berbeda dengan negara-negara lain”. Keadaan yang membedakan tersebut ternyata tidak

terlepas dari pengaruh sistem perekonomian atau orientasi pembangunan ekonomi yang

diterapkan, pembangunan infrastruktur fisik dan sosial yang dilakukan, dan tingkat

pembangunan yang telah dicapai pada masa lampau, yakni pada zaman penjajahan

“kolonialisasi”(Tambunan, Tulus TH: Agustus 2001, h. 17).

Secara umum bisa saja berkaitan dengan sejarah sebelum merdekanya negara

tersebut. Namun demikian kalau dipersempit gerak-gerik ekonomi masa lalu tersebut,

tentunya kondisi ekonomi Indonesia yang sesungguhnya terjadi adalah setelah

diproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan baru beberapa

tahun kemudian dilaksanakanlah kiat-kiat yang semangkin terarah bahkan terencana dan

dapat diperhitungkan pula kedalam berbagai era kepemimpinan yang meliputi pada tujuh

(7) periode, yakni: Pada tahun pertama Indonesia setelah merdeka (Agustus 1945-1950),

zaman pemerintahan ordelama (1950-1966), pemerintahan ordebaru (1966-Mei 1998),

Pemerintahan transisi (Mei 1998-November 1999), pemerintahan Gusdur (2000-2001),

pemerintahan Megawati Soekarno Putri (2001-2004) dan pemerintahan SBY yang

dimulai tahun 2004-sekarang (Tambunan, Tulus TH: September 2003, h 2).

2. KRISIS SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ketajaman perumusan permasalahan akan merupakan kunci dari keberhasilan

pembangunan itu sendiri. Hal ini terlihat dengan jelas ketika kita memulai usaha-usaha

pembangunan, dalam pemerintahan ordebaru, menjelang akhir dasawarsa enampuluhan.

Dengan tepat dikemukakan bahwa permasahan yang dihadapi selama puluhan tahun

dalam pemerintahan ordelama karena Ekonomi diabadikan kepada politik. Prinsip-prinsip

Page 9: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

9

ekonomi yang rasionil diabaikan. (Replita 1969/70-1973/74: Jilid I, hal 11). Dengan

memperhatikan masalah tersebut, langkah-langkah kebijaksanaan pembangunan yang

diambil pemerintah ordebaru adalah Menghentikan Proses kemerosotan ekonomi dan

membenahi landasan yang sehat bagi pertumbuhan ekonomi yang wajar. (Repelita I,

Ibid., h.13).

Inflasi yang tinggi dianggap merupakan musuh nomor satu pada waktu itu.

Pengalaman dimasa lampau ini telah menempatkan inflasi sebagai musuh nomor satu ,

dan ketakutan terhadap inflasi sedemikian besarnya, sehingga dalam hal-hal tertentu akan

dapat mengorbankan laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja.

Membangun tanpa inflasi bukanlah suatu pekerjaan yang mudah (R.M Sandrum:1983, h.305).

Kebijaksanaan ekonomi diwaktu itu tetap dilanjutkan dengan pesat, namun

rendahnya tingkat inflasi telah dimungkinkan berkat pinjaman luar negeri yang

merupakan pula tabungan eksternal. Pinjaman luar negeri ini, pada dasarnya, harus

merupakan pelengkap terhadap tabungan pemerintah. Namun demikian, pengalaman

selama tiga dasawarsa belakangan ini, memperlihatkan bahwa pinjaman luar negeri,

sebenarnya, telah menggantikan peranan tabungan pemerintah. Kesukaran-kesukaran

dalam meningkatkan tabungan pemerintah, melalui peningkatan penerimaan non-migas,

telah menyebabkan perhatian lebih terfokus kepada usaha-usaha peningkatan pinjaman

luar negeri.

Baik kebijaksanaan fiskal maupun kebijaksanaan moneter waktu itu tidak

mendukung usaha-usaha untuk meningkatkan tabungan dalam negeri. Kemampuan

peningkatan tabungan pemerintah, meskipun meningkat namun terjadi karena pengaruh

kenaikan penerimaan pajak perseroan Migas. Pajak perseroan Migas tersebut,

sebenarnya, bukanlah merupakan penerimaan dari dalam negeri, tetapi merupakan Pajak

yang dikenakan terhadap negara konsumen. Ini berarti, peningkatan penerimaan

pemerintah bukanlah disebabkan karena tindakan-tindakan kebijaksanaan fiskal yang

ketat tetapi semata-mata kerena kejadian yang berada di luar ruang gerak kebijaksanaan

fiskal.

Sebaliknya, kebijaksanaan fiskal dalam usaha peningkatan penerimaan

pemerintah diluar Migas juga tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Kemudian

defisit Anggaran Belanja pemerintah pusat yang selalu ditutupi dengan pinjaman luar

negeri telah pula menyebabkan usaha-usaha untuk meningkatkan penerimaan dari sektor

non-migas dianggap tidak begitu diperlukan. Pinjaman luar negeri telah meningkat dalam

periode yang sama. Dampak peningkatan penerimaan pemerintah dari kenaikan harga

Migas bukan saja mempengaruhi penerimaan dari sektor diluar minyak bumi tetapi juga

menurunkan usaha peningkatan penerimaan asli pemerintah daerah. Defisit yang terjadi

dalam Anggaran Pemerintah Daerah selama ini ditutupi oleh bantuan keuangan dari

pemerintah pusat. Kebijaksanaan fiskal pemerintah daerah, sebagaimana halnya

pemerintah pusat tidak pula mendukung usaha-usaha peningkatan disatu pihak, dan

tabungan pemerintah daerah dilain pihak.

Kebijaksanaan moneter, sebagaimana halnya juga dengan kebijaksanaan fiskal,

paling tidak sebelum 1 Juni 1983 tidak pula mendorong terciptanya tabungan masyarakat

melalui sektor perbankan dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Selama kurun waktu

1970-1983 jumlah tabungan masyarakat, baik tabungan dunia usaha maupun rumah

tangga (termasuk usaha-usaha rumah tangga). Sebaliknya, tabungan masyarakat yang

Page 10: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

10

dapat diserap sektor perbankan telah dapat mencapai sekitar sepertiga dari seluruh

tabungan masyarakat tersebut.

Tabel 1 . PENGGUNAAN PDB, TABUNGAN, STOKS MODAL DAN

PERUBAHAN PENDAPATAN, TAHUN 1960-2009

( Diperhitungkan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 )

Total Tabungan Stoks Investasi Nisbah PDB PDB Tab Dom Perubahan Pert'buhan

Konsumsi Domestik Modal Bruto Modal Tahun Tahun PDB Ekonomi

Bruto Bruto Lalu Lalu

Tahun Ct St Kt It ICOR Yt Yt-1 St-1 Yt YtYt

1960 103566.8 60262.5 10608.6 10608.6 0.065 163829.3 0.0 0.0 163829.3 0.0

1961 110851.9 64668.4 228788.4 15239.1 1.303 175520.3 163829.3 60262.5 11691.0 0.071

1962 119807.2 57363.6 1487404.5 13856.9 8.395 177170.9 175520.3 64668.4 1650.6 0.009

1963 111878.5 56473.4 -201858.2 10574.1 -1.199 168351.9 177170.9 57363.6 -8818.9 -0.050

1964 116507.3 63937.4 179440.3 12025.4 0.994 180444.7 168351.9 56473.4 12092.7 0.072

1965 117437.1 68219.5 445600.2 12509.2 2.400 185656.6 180444.7 63937.4 5211.9 0.029

1966 117525.9 69739.4 1637199.6 14064.2 8.743 187265.3 185656.6 68219.5 1608.7 0.009

1967 127204.0 62218.5 1007394.9 11472.5 5.318 189422.5 187265.3 69739.4 2157.2 0.012

1968 139933.7 70863.3 138361.6 14029.7 0.656 210797.0 189422.5 62218.5 21374.5 0.113

1969 148468.7 81510.7 216260.9 18038.2 0.940 229979.4 210797.0 70863.3 19182.4 0.091

1970 151827.1 100263.8 273413.3 23981.8 1.085 252090.9 229979.4 81510.7 22111.5 0.096

1971 164271.7 114886.3 299370.3 29026.9 1.072 279158.0 252090.9 100263.8 27067.1 0.107

1972 154912.4 138514.1 710630.3 34555.8 2.422 293426.5 279158.0 114886.3 14268.5 0.051

1973 177878.3 171644.3 251912.7 40430.3 0.721 349522.6 293426.5 138514.1 56096.1 0.191

1974 196641.0 171796.9 938759.4 48195.1 2.548 368437.9 349522.6 171644.3 18915.3 0.054

1975 210411.8 154903.4 -6461286.8 55230.3 -17.687 365315.2 368437.9 171796.9 -3122.7 -0.008

1976 223792.8 173890.4 719286.7 58543.7 1.809 397683.2 365315.2 154903.4 32367.9 0.089

1977 241651.1 209151.5 575883.1 67858.0 1.277 450802.6 397683.2 173890.4 53119.4 0.134

1978 262161.8 208760.6 1827521.5 78079.4 3.881 470922.4 450802.6 209151.5 20119.8 0.045

1979 297750.3 195991.0 1764092.1 81530.1 3.573 493741.4 470922.4 208760.6 22819.0 0.048

1980 334778.0 177189.0 2722683.4 96925.7 5.318 511967.1 493741.4 195991.0 18225.7 0.037

1981 387442.3 140741.9 3508384.9 107719.4 6.642 528184.1 511967.1 177189.0 16217.1 0.032

1982 403156.1 106835.9 -3412160.2 121716.1 -6.691 509992.0 528184.1 140741.9 -18192.1 -0.034

1983 428378.9 102620.7 3317255.2 131238.0 6.247 530999.6 509992.0 106835.9 21007.5 0.041

1984 465085.9 106299.6 1790491.8 126553.2 3.134 571385.5 530999.6 102620.7 40385.9 0.076

1985 473931.6 71466.1 -2847437.0 135678.5 -5.221 545397.6 571385.5 106299.6 -25987.8 -0.045

1986 484692.5 107669.3 1868873.0 148169.6 3.155 592361.8 545397.6 71466.1 46964.1 0.086

1987 498365.1 154569.4 1684785.3 156297.5 2.580 652934.5 592361.8 107669.3 60572.7 0.102

1988 520188.5 247195.6 1168745.7 174309.6 1.523 767384.0 652934.5 154569.4 114449.5 0.175

1989 546383.9 271216.2 3217247.0 197599.8 3.935 817600.1 767384.0 247195.6 50216.1 0.065

1990 594994.8 238808.6 11650152.4 226397.2 13.972 833803.4 817600.1 271216.2 16203.3 0.020

1991 638211.8 278649.2 2662235.3 241169.4 2.904 916861.0 833803.4 238808.6 83057.6 0.100

1992 659067.2 320223.1 3969924.7 253080.8 4.054 979290.3 916861.0 278649.2 62429.3 0.068

1993 692091.5 339032.1 5321010.8 267480.9 5.160 1031123.7 979290.3 320223.1 51833.4 0.053

1994 741079.0 340384.5 6536817.7 304274.8 6.044 1081463.5 1031123.7 339032.1 50339.8 0.049

1995 823537.5 332729.3 5361529.7 346857.7 4.637 1156266.8 1081463.5 340384.5 74803.3 0.069

1996 896751.0 412369.0 3401857.7 397201.9 2.599 1309120.0 1156266.8 332729.3 152853.3 0.132

1997 959124.0 418729.2 8644684.0 431234.2 6.274 1377853.3 1309120.0 412369.0 68733.3 0.053

1998 890755.8 397917.1 -4174539.1 288891.8 -3.239 1288672.9 1377853.3 418729.2 -89180.4 -0.065

1999 916040.7 352183.6 ####### 241609.7 -11.815 1268224.2 1288672.9 397917.1 -20448.7 -0.016

2000 947578.0 455336.4 2873540.8 275881.2 2.048 1402914.4 1268224.2 352183.6 134690.2 0.106

2001 984382.0 458602.6 10579890.8 293792.7 7.332 1442984.6 1402914.4 455336.4 40070.2 0.029

2002 1031083.2 474133.2 7439627.1 307584.6 4.943 1505216.4 1442984.6 458602.6 62231.8 0.043

2003 1077997.5 499173.8 6782385.2 309431.1 4.300 1577171.3 1505216.4 474133.2 71954.9 0.048

2004 1130357.7 526159.2 7408615.3 354865.7 4.472 1656516.9 1577171.3 499173.8 79345.6 0.050

2005 1178430.7 572384.5 7306034.7 393500.5 4.173 1750815.2 1656516.9 526159.2 94298.3 0.057

2006 1224491.8 622634.9 7742799.0 403719.2 4.192 1847126.7 1750815.2 572384.5 96311.5 0.055

2007 1284156.7 680170.6 7397389.6 441361.5 3.766 1964327.3 1847126.7 622634.9 117200.6 0.063

2008* 1360488.0 721827.9 8713331.1 493716.5 4.184 2082315.9 1964327.3 680170.6 117988.6 0.060

2009** 1444918.9 732057.6 11731546.9 510118.1 5.389 2176976.5 2082315.9 721827.9 94660.6 0.045

2010

Sumber: Diolah oleh penulis dari:

1). Biro Pusat Statistik, Statistik 60 Tahun Indonesia Merdeka, Jakarta 2006.

2). Republik Indonesia, Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 1988/1989.

3). BPS, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983-1988 (1983 s/d 1985), Tahun 1986-1987 (1986), Tuhun 1987-1992 (1987 s/d 1989).

4). BPS, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tuhun 1997-2000 (1997 s/d 1998), Tahun 1999-2002 (1999), Tuhun 2000-2003 (2000)

5). BPS, Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 2001-2004 (2001 s/d 2002)

Keterangan: *. Angka sementara/Preliminary figures

**. Angka sangat sementara/Very Preliminary figures

#). "Perubahan Stock (change in Stock)" merupakan Sisa/Residual, dannama lainnya adalah "Perubahan Inventory (Change in Inventories)" yang bersamaan

dengan item baru yang disebut sebagai "Diskrepansi Statistik" (statistical Discrepancy" yang merupakan angka koreksi dalam menentukan Sisa/Residual

Page 11: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

11

Dibidang moneter sampai juni 1983, dapat dikatakan sebagai kesalahan yang

kedua, yaitu mengabaikan potensi tabungan masyarakat selaku sumber pembiayaan

pembangunan. Sebagaimana halnya dengan kebijaksanaan fiskal, deregulasi perbankan

yang diadakan pada tanggal 1 juni 1983 dapat pula dianggap terlambat.

Kemudian sehubungan masalah perdagangan luar negeri serta neraca

pembayaran, pada dasarnya “neraca perdagangan Indonsia” selalu surplus sebagaimana

halnya dengan APBN. Surplus yang terjadi tersebut sebagaian besar disebabkan karena

terjadinya kenaikan harga Migas selama dasawarsa tujuhpuluhan dan kurang

merefleksikan kenaikan kuantitas komoditi non-migas. Sebaliknya, tanpa Migas, neraca

perdagangan luar negeri Indonesia akan defisit.

Dengan terjadinya jumlah peningkatan penerimaan devisa yang cukup besar dari

sektor migas, perhatian terhadap usaha-usaha peningkatan ekspor non-migas menjadi

terabaikan. Walaupun terdapat langkah-langkah kearah itu, namun ekspor non-migas

lebih banyak dilakukan melalui subsidi ekspor yang tinggi, hal ini talah menyebabkan

ekspor komoditi non-migas tidak kompetitif untuk bersaing pada pasar luar negeri.

Adalah kesalahan yang ketiga telah dilakukan Indonesia yang kurang berhasil

memperluas dasar ekspor non-migas dimasa lampau. Semua kita menyadari bahwa

kondisi perekonomian berada dalam dilema yang serba sulit. Namun demikian, tidaklah

ada alasan untuk menuju kemasa depan gemilang, dengan menjadikan keadaan masa lalu

sebagai pelajaran.

3. MASALAH INVESTASI DAN PERMINTAAN

Pembentukan modal atau Investasi selalu dianggap sebagai kunci dari

keberhasilan usaha-usaha pembangunan. Bila sekiranya investasi meningkat, dengan

sendirinya, dianggap bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan meningkat pula. Hal ini

akan dapat menaikan pendapatan per kapita. Bila ini terjadi maka pembangunan dapat

dianggap berhasil. Sebaliknya, bila sekiranya investasi menurun maka hal ini akan

dianggap sebagai pertanda yang kurang baik bagi pembangunan negara yang

bersangkutan. Kita, sadari atau tidak, terpengaruh sekali oleh jalan pemikiran yang

demikian itu.

Pembentukan modal memang penting bagi usaha-usaha pembangunan. Tetapi

terjadinya pembentukan modal yang tinggi saja sudah dianggap sebagai keberhasilan

pembangunan, tidaklah tepat sama sekali. Pembangunan mengandung makna yang jauh

lebih luas dari sekedar pembentukan modal dan kenaikan pendapatan perkapita, bahkan

dalam pengetian lainnya mengharuskan terjadinya perubahan-perubahan yang cukup

mendasar dalam kehidupan masyarakat suatu negara melalui pengalokasian sejumlah

komposisi investasi yang tepat bagi sektor ekonomi ataupun lapangan usaha ekonomi

yang ada agar mampu mencapai hasil yang optimal sesuai dengan rencana yang telah

dibuat semula (Hendra Esmara: PT Gramedia, 1986, h..65).

4. PENDEKATAN PENELITIAN

Pendapat ahli ekonomi kenamaan J.M Keynes sangat populer sekali dan hampir

seluruh negara menggunakan konsep tersebut. Versi lain yang merupakan kelanjutan

teori Keynes dalam hal pertumbuhan ekonomi seperti Harrod-Domar dan bahkan konsep

Page 12: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

12

teori W.W Rostow yang menyangkut dengan tahap-tahap pembangunan, secara disadari

atau tidak, telah terjadi pada setiap negara baik negara maju, maupun negara

berkembang. Bagaimanapun juga pola pola pemikiran Rostow mengenai periode kritis

dalam tahap tinggal landas telah mempengaruhi pola pemikiran negara-negara

berkembang dewasa ini (Hendra Esmara: 1985, h.56 ).

Bahkan Rostow sendiri ketika diminta tanggapannya mengenai masalah masalah

ini, mengemukakan sebagai berikut: "I suspect that the widespread and continuing

interest in The Stages among economists in developing word stems from the fact that its

structure can be recognizably linked to the phenomena they see about them and the

problems they must try to solve from day to day in their societies" ( Meier, Gerald M and

Dudley Seers: 1984, h.237 ).

Kiranya adalah cukup beralasan apabila Benjamin Higgins berpendapat bahwa

konsep Rostow akan tetap dipergunakan sebagai kerangka berfikir di dalam ilmu

ekonomi pembangunan, No matter how critical Rostow's collegues mey be of his system,

his terminology is here to stay. The expressions, "The Take-off and "Self-Subtained

Growth" are thoroughly entrenched in the the literature, and will continue to be by

development economists ( Benjamin Higgins: 1968, h.186 ).

Tujuan penulisan ini adalah mencoba mencari permasalahan ekonomi yang

dihadapi Indonesia dewasa ini. Langkah-langkah ini tidak dapat dilepaskan dari usaha-

usaha pengkajian ulang perkembangan ekonomi yang pernah dilakukan semasa ordebaru

dan dilanjutkan kepada pengujian kemampuan usaha-usaha pembangunan seperti yang

digariskan dalam tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ala GBHN tempo dulu versi W.W

Rostow untuk empat (4) periode perhitungan saja, yaitu: Era (kondisi) ekonomi campuran

(1960-2009), era pemerintahan ordelama (1960-1969), era pemerintahan ordebaru (1969-

1998) dan era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009). Seiring dengan tujuan

demikian, maka dalam penelitian ini akan dicoba mengukur kondisi ekonomi Indonesia

dalam pencapaian Steady-State Growth yang menggunakan data nasional Indonesia

meliputi tahun 1960-2009.

5. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Perkembangan ekonomi suatu negara biasanya ditandai oleh besar atau kecilnya

pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Secara singkat pertumbuhan ekonomi adalah

proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, yaitu melihat bagaimana suatu

perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada

perubahan atau perkembangan itu sendiri ( Boediono: 1982, h.1). Hal ini terlihat dengan

banyaknya gagasan untuk memonitor atau mengukur hasil-hasil pembangunan yang telah

dicapai, ukuran yang selama ini biasa dipergunakan adalah dengan pendapatan nasional

atau GNP (Hendra Esmara: 1982, h.155).

Pencapaian besarnya GNP tersebut membutuhkan sejumlah investasi yang besar

dalam tiap-tiap periode pembangunan. Oleh Keynes, Investasi tersebut merupakan stock

of capital, secara sederhana investasi tersebut berasal dari tabungan dan tabungan itu

sendiri diperoleh dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, sehingga dari sudut penerimaan

(income side), adalah merupakan sisa dari pendapatan yang tidak dikonsumsi (J.M.

Keynes: 1967, h.63 ).

Page 13: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

13

Seorang ahli ekonomi barat yang termashur seperti Simon Kuznet, menyatakan

bahwa banyak ilmu pengetahuan didasarkan pada suatu kumpulan pengetahuan diskriptif

dan pada pengukuran empiris sangat membuhtuhkan pengetahuan tentang ketepatan yang

dapat dipercayai (Simon Kuznets: 1981, h.7). Namun demikian, kitapun juga tidak boleh

terlalu terikat dengan suatu teori saja , sehingga untuk kontek penelitian di Indonesia

diperlukan suatu model makro yang mempengaruhi tabungan tersebut.Khususnya

mengenai analisa pendapatan, banyak dijabarkan oleh beberapa ahli ekonomi setelah

Keynes seperti analisa pendapatan melalui siklus hidup oleh A.Ando, R.Brumberg dan F.

Modigliani. Kemudian pendekatan Permanent Income oleh Milton Friedman, Relative

Income oleh J.S. Duesemberry dan lain sebagainya (Kuncoro, Mudrajad: 1987, h 25).

.Seiring dengan tujuan demikian, maka dalam penelitian ini akan dicoba pula mengukur

kondisi ekonomi Indonesia dalam pencapaian Steady-State Growth yang menggunakan

data nasional Indonesia meliputi tahun 1960-2009.

6. PEMBENTUKAN MODEL DAN METODOLOGI

6.1. Pembentukan Model

Dewasa ini hampir tidak ada negara yang mempunyai sistem ekonomi yang sama

sekali tertutup, tanpa adanya hubungan dengan negara luar. Pada Umumnya sistem

ekonomi suatu negara adalah terbuka. Namun demikian, model ekonomi secara makro

ada yang menyatakan ekonomi tertutup dan ekonomi terbuka, ini dimaksudkan agar

dalam penelitian ekonomi bahwa perekonomian lebih dapat disederhanakan dalam

perhitungan, sehingga dikenal pula dengan ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat

sektor, model makro keseimbangan ekonomi terbuka adalah sebagai berikut:

A = C + I + G + ( X – M ) ( 1 )

Y = C + S + ( T – R ) ( 2 )

A = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )

I + G + X = S + ( T - R ) + M ( 4 )

I + X = S + M ( 5 )

St = It ( 6 )

St = Sh + Sg = It ( 7 )

St = Sh + Mt = It ( 8 )

Dalam versi pertumbuhan ekonomi, model sederhana Keynes tersebut dirobah oleh

Harrod-Domar yang menganalisis adanya hungan antara tabungan dengan modal sebagai

berikut (Michael P. Todaro: 1977, h.65):

St = s Yt ( 9 )

It = Kt (10 )

Kt/ Yt = k ( 11 )

atau Kt / Yt = k ( 12 )

Yt/ Yt = s/k ( 13 )

Page 14: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

14

Selainnya itu, khusus dalam penaksiran stok modal atau modal (capital), dimana modal

adalah Kt = k Yt atau Kt = k Yt dan It = Kt, sehingga k tersebut ditulis sebagai

k = It / Yt ( 14 )

St = -C + s Yt ( 15 )

Kt = K + k Yt-1 ( 16 )

Tabungan adalah bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi dan merupakan fungsi dari

pendapatan, Menurut definisi lainya, bahwa perubahan tabungan sama dengan tabungan

tahun t dikurangi tabungan tahun sebelumnya, yang dapat ditulis sebagai berikut dalam

bentuk:

St = St - St-1 ( 17 )

Untuk menentukannya berapa besarnya perubahan tabungan, dimisalkan bahwa jumlah

tabungan yang diinginkan pada tahun t adalah St*. Asumsi bahwa hubungan antara St*

dengan St mempunyai persyaratan sebagai berikut:

St = h ( S*t - St-1 = 1 ) ( 18 )

dimana ha merupakan faktor penyesuaian antara keinginan dan kenyataan yang nilainya

terletak antara Nol dan Satu ( 0 < ha < 1 ). Jika h = 1 maka St = S*t, akan tetapi jika

h = 0 maka St = 0. Apabila dari kedua persamaan diatas dilakukan subsitusi, yaitu

persamaan (17) disubsitusikan kedalam persamaan (18) dan anggap bahwa S*t/ Yt =

a, maka diperoleh:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Y t ( 19 )

Untuk menentukan berapa besarnya kebutuhan tabungan sebagai tingkat investasi

produktif dalam pembiayaan pembangunan, sehingga pada hakekatnya tingkat kebutuhan

tabungan tersebut dapat mencapai kondisi Steady-state growth yang dirumuskan sebagai

berikut

St/Yt = ha g / ( g + h ) ( 20 )

dimana, h = h1: h1 = MPS

= s

= s (1- t) + t

= s (1- t) + m

Masing-masing h1 = MPS untuk analisa ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat

sektor antara lain harus memberikan hasil yang sama.

Page 15: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

15

6.2. Metodologi

Metodologi yang hendak dibuat menyangkut dengan metode pengujian secara

statistik, dan uraian tersebut kiranya tidak perlu terlalu ditonjolkan, sehingan analisis

statistik yang diperlihatkan secara umum masing berdasarkan (19), (15) dan (16) yang

dalam bentuk fungsi sebagai berikut:

St = f ( St-1 , Yt , Ui ) ( 21 )

St = f ( Yt , Ui ) ( 22 )

Kt = f ( Yt-1 , Ui ) ( 23 )

dimana: Ct = Konsumsi masyarakat pada tahun t

G = Government expenditure

It = Investasi bruto tahun t

Xt = Ekspor barang-barang dan jasa-jasa tahun t

Mt = Impor barang-barang dan jasa-jasa tahun t

Tt = Penerimaan Pajak tahun t

R = Transfer payment

St = Perubahan Tabungan ( Domestic Saving ) pada tahun t

St = Tabungan tahun t

St-1 = Tabungan tahun t-1 (sebelumnya)

Yt = Produk Domestik Bruto tahun t

Yd = Pendapatan Disposibel tahun t

Yt = Perubahan Produk Domestik Bruto

Kt = Stok Modal (Capital Stock)

C, K = Constant (autonomous Consumption and Capital)

ha = Faktor penyesuaian antara keinginan kemampuan menabung.

h = Perbandingan/ rasio antara tabungan yang diinginkan dengan

pendapatan nasional.

a = Angka (ratio) antara tabungan yang diinginkan dengan

perubahan pendapatan nasional

k = Incremental Capital Output Ratio

c = Marginal Propensity to Consume

s = Marginal Propensity to Save

g = Rate of Growth ( % ).

0 < ha < 1 MPC + MPS = 1 APC + APS = 1

7. PENEMUAN EMPIRIS DAN ANALISIS PERHITUNGAN

7.1. Pengujian Empiris

Berikut ini adalah hasil pengjian beberapa fungsi yang berhubungan dengan

persamaan (25) yang menjadi tofik penelitian dan interprestasi dari koefisien hasil

estimasi antara lain setelah dirobah kedalam bentuk fungsi jangka panjang akan dapat

digunakan untuk memperkirakan kebutuhan investasi produktif bagi pembiayaan pem-

Page 16: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

16

Tabel 2: Hasil Pengujian Empiris Tabungan Dan Stoks Modal Jangka Pendek

Persamaan SE R2 R R2 F D-W

Tahun 1960-2009: St = -3381.6 + 0.968598 St-1 + 0.590243 Yt 17775.5 0.992 0.996 0.992 2885.074 0.009

S(bi): (0.015206) (0.057611)

t(bi): (63.69779) (10.24528)

St = -370.6 + 0.322174 Yt 38674.6 0.961 0.980 0.960 1180.863 0.303

S(bi): (0.009375)

t(bi): (34.36368)

Kt = -831920.5 + 4.385107 Yt-1 3971262.6 0.285 0.534 0.270 19.129 1.480

S(bi): (1.002611)

t(bi): (4.37369)

Tahun 1960-1969: St = 3746.9 + 0.936536 St-1 + 0.349832 Yt 4822.529 0.674 0.821 0.581 7.238 0.211

S(bi): (0.248631) (0.102534)

t(bi): (3.766774) (3.411831)

St = 3117.4 + 0.334013 Yt 3542.8 0.799 0.894 0.774 31.794 1.786

S(bi): (0.059236)

t(bi): (5.638652)

Kt = 22765.8 + 3.003764 Yt-1 648395.9 0.078 0.278 -0.038 0.673 2.145

S(bi): (3.662734)

t(bi): (0.820088)

Tahun 1969-1998: St = 11420.0 + 0.055066 St-1 + 0.822959 Yt 31824.0 0.913 0.955 0.906 141.064 0.038

S(bi): (0.041987) (0.136187)

t(bi): (1.311494) (6.042847)

St = 23595.4 + 0.279551 Yt 44197.6 0.825 0.908 0.819 132.269 0.294

S(bi): (0.024307)

S(bi): (0.024307)

Kt = -1061040.3 + 4.733006 Yt-1 3301418.6 0.185 0.430 0.155 6.341 2.003

S(bi): (1.879599)

t(bi): (2.518093)

Tahun 1998-2009: St = 42162.5 + 0.892142 St-1 + 0.592977 Yt 20190.7 0.979 0.989 0.974 207.577 2.767

S(bi): (0.060231) (0.107407)

t(bi): (14.81210) (5.520856)

St = -140427.2 + 0.409637 Yt 15171.5 0.987 0.993 0.985 741.225 2.282

S(bi): (0.015046)

t(bi): (27.22544)

Kt = -21642375.0 + 16.620862 Yt-1 6291211.3 0.353 0.594 0.288 5.455 1.273

S(bi): (7.116020)

t(bi): (2.335696)

Sumber: Diperhitungkan oleh penulis dari data Tabel 1.

Page 17: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

17

bangunan Indonesia serta untuk menaksir ukuran tinggal landas ( take-off ), mampu atau

tidaknya menelusuri konsep W.W Rostow tersebut. Hasil estimasi yang dilakukan sesuai

dengan periode penelitian yang meliputi empat (4) periode perhitungan saja, yaitu: Era

ekonomi campuran (1960-2009), era pemerintahan ordelama (1960-1969), era

pemerintahan ordebaru (1969-1998) dan era pemerintahan reformasi ekonomi (1998-

2009) dengan hasil pengujian pada umumnya cukup significant statistik sebagaimana

dapat dilihat pada tabel 2.

Secara statistik pada umumnya hasil estimasi yang dilakukan adalah significant

pada taraf kepercayaan ( Significant level) = 1 % atau atau pada taraf keyakinan

(confidence level ) 1- = 99 % sebagaimana yang dapat dilihat bahwa masing-

masingnya Ttest > T-table. Sementara itu Ftest dari hampir semua fungsi yang diestimasi

pada umumnya besar dan berada diatas F-table yang juga pada = 1 %. Begitu juga

dengan uji statistk Durbin-Watson yang significant pada taraf kepercayaan yang sama.

Disamping itu koefisien determinasi dan korelasi terhadap hampir semua hasil estimasi

telah memperlihatkan hubungan yang begitu kuat secara statistik. Dengan demikian,

kiranya dalam pengujian statistik terhadap hampir semua hasil estimasi tersebut tidaklah

diragukan lagi kebenarannya.

7.2. Hasil Perhitungan Kebutuhan Investasi

Sesuai dengan metodologi yang telah dibuat perlu kiranya melakukan studi

empiris dengan metode pengujian secara statistik, terutama untuk mengukur kondisi

ekonomi Indonesia dalam pencapaian Steady-State Growth yang menggunakan data

nasional Indonesia sebagaimana yang telah tersedia. Dalam analisis perhitungan ini,

dimana studi empiris akan mempertajam analisa, khususnya dapat mengetahi sejauh

mana kemampuan menabung mampu menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Didalam keadaan nyata, banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya tabungan

didalam masyarakat. Sebagaimana definisi Keynes menyatakan bahwa tabungan adalah

bagian dari pendapatan periode tertentu yang tidak habis dikonsumsi pada periode

bersangkutan, dan dibidang lainya bahwa tabungan tahun t adalah sama dengan tabungan

tahun t-1 ditambah perubahan pendapatan.

Persoalan yang tengah dihadapi adalah besarnya perubahan tabungan. Untuk

menaksir jumlah tabungan pada tahun t tersebut perlu dilakukan analisis empiris yang

mempunyai pendekatan; bahwa tabungan tahun t jangka panjang yang dipengaruhi oleh

tabungan tahun t-1 dan perubahan pendapatan. Relefansi hubungan teori tabungan

Keynes dengan teori agregat Harrod-Domar sebagaimana yang diungkapkan Hendra

Esmara, bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan berlangsung secara mantap apabila

dapat diciptakan investasi melalui perkiraan Incremental Capital Output Ratio (ICOR),

dan konsep ini kelihatanya mempengaruhi kondisi-kondisi tinggal landas ( take-off )

Walt Whiman Rostow. Melalui konsep demikian, kiranya sudah tidak mengherankan pula

bahwa kesenjangan yang terjadi antara pemupukan tabungan dan investasi bagi

pertumbuhan ekonomi jangka panjang akan dapat diperkirakan secara tegas dalam aspek

yang menilai antara keinginan dan kemampuan dalam menelusuri pembangunan.

Page 18: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

18

Tabel 3: HASIL PERHITUNGAN PERKIRAAN KEBUTUHAN INVESTASI DARI FUNGSI REGRESI JANGKA PENJANG

Tahun 1960-2009:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 0.968598 St-1 + 0.590243 Yt = 0.322174 Yt = 4.385107 Yt-1

dimana, h = 0.031402 a = 18.796351 s = 0.322174 k = 4.385107 g (%) = 0.07347

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.4135055

Tahun 1960-1969:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 0.936536 St-1 + 0.349832 Yt = 0.334013 Yt = 3.003764 Yt-1

dimana, h = 0.063464 a = 5.51229 s = 0.334013 k = 3.003764 g (%) = 0.111198

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.110406

Tahun 1969-1998:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 0.055066 St-1 + 0.822959 Yt = 0.279551 Yt = 4.733006 Yt-1

dimana, h = 0.944934 a = 0.8709169 s = 0.279551 k = 4.733006 g (%) = 0.0590642

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.0484138

Tahun 1998-2009:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 0.892142 St-1 + 0.592977 Yt = 0.409637 Yt = 16.620862 Yt-1

dimana, h = 0.107858 a = 5.4977563 s = 0.409637 k = 16.620862 g (%) = 0.024646

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.2227195

Tahun 1997-2002 [(….. Terkutip Era Reformasi Ekonomi Pasca Megawati **)

]:

St = ( 1 - h ) St-1 + ha Yt St = s Yt Kt = k Y t-1

= 1.120 St-1 + 1.162 Yt = 0.129 Yt = -327.6 Yt-1

dimana, h = -0.120 a = -9.683 s = 0.129 k = -327.6 g (%) = -0.000394

St/Yt = hag / ( g + h ) = 0.00380

Sumber: Diperhitungkan Oleh Penulis dari Tabel 2.

**) Penelitian ini dilakukan oleh “DR.Meirinaldi, SE, MM dan Amrizal”, Lihat: “Refleksi Ekonomi

Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan”, Jurnal Ekonomi

(Jurnal Ilmiah Kuartalan FE-UNBOR Volume XXIII, edisi Februari 2007).

Pada bagian ini yang akan ditelusuri adalah jumlah kebutuhan tabungan yang

tersalur sebagai investasi produktif bagi pembiayaan pembangunan Indonesia.

Page 19: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

19

Mengangkut dengan investasi, istilah produktif dimaksudkan sebagai "tingkat tabungan

jangka panjang" yang tercapai bersamaan tingkat pencapaian laju pertumbuhan ekonomi

suatu negara. Investasi produktif adalah sejumlah investasi atau tingkat investasi yang

benar-benar berperan sebagai pembiayaan pembangunan, dan menaikan pendapatan

melalui produktivitas dan menaikan pertumbuhan ekonomi. Berikut ini, “hasil

perhitungan kebutuhan investasi” dengan periode penelitian yang sama sebagaimana

dapat dilihat pada tabel 3.

Hasil Estimasi yang dilakukan pada tabel 1 justeru lebih jelas terlihat bilamana

Hasil Pengujian Empiris Tabungan Dan Stoks Modal Jangka Pendek dapat dirobah

menjadi fungsi regresi jangka panjang seperti yang disajikan pada tabel 2 sebagai

“analisa antar koefisien hasil estimasi”. Dengan menerapkan konsep Rostow yang

secara bersamaan terkait kuat dengan teori pertumbuhan ekonomi yang dipaparkan

Harrod-Domar terhadap ekonomi dan pembangunan di Indonesia. Tahap kritis ini akan

dapat dilalui apabila “tingkat tabungan dan investasi telah mampu mencapai antara 5 %

sampai 10 % ( ≈ 12 % ) dari pendapatan nasional”. Pengukuran kondisi ekonomi dalam

pencapaian Steady-State Growth dalam penelitian ini akan dilakukan secara nasional

(menurut era pemerintahan), dengan mempergunakan “interprestasi antar koefisien

regresi” melalui empat periode perhitungan sebagai berikut:

(1) Tingkat Kebutuhan Tabungan yang tercipta sebagai Investasi produktif adalah

sebesar 0.413505 atau 41.35 % terhadap Pendapatan Nasional Indonesia dan laju

pertumbuhan ekonomi yang dicapai adalah sebesar 0.073470 atau 7.35% rata-rata

setiap tahun untuk periode perhitungan “era ekonomi campuran” 1960-2009,

sehingga kondisi “Steady-State Growth” terhadap Ekonomi Nasional Indonesia

“tercapai”.

(2) Tingkat Kebutuhan Tabungan yang tercipta sebagai Investasi produktif adalah

sebesar 0.110406 atau 11.04 % terhadap Pendapatan Nasional Indonesia dan laju

pertumbuhan ekonomi yang dicapai adalah sebesar 0.111198 atau 11.12 % rata-rata

setiap tahun untuk periode perhitungan “era pemerintahan ordelama” 1960-1969,

sehingga kondisi “Steady-State Growth” terhadap Ekonomi Nasional Indonesia

“tercapai”.

(3) Tingkat Kebutuhan Tabungan yang tercipta sebagai Investasi produktif adalah

sebesar 0.0484138 atau 4.84 % terhadap Pendapatan Nasional Indonesia dan laju

pertumbuhan ekonomi yang dicapai adalah sebesar 0.0590642 atau 5.91 % rata-rata

setiap tahun untuk periode perhitungan “era pemerintahan ordebaru” 1969-1998,

sehingga kondisi “Steady-State Growth” terhadap Ekonomi Nasional Indonesia

“tercapai”.

(4) Tingkat Kebutuhan Tabungan yang tercipta sebagai Investasi produktif adalah

sebesar 0.2227195 atau 22.27 % terhadap Pendapatan Nasional Indonesia dan laju

pertumbuhan ekonomi yang dicapai adalah sebesar 0.024646 atau 2.47 % rata-rata

setiap tahun untuk periode perhitungan “era pemerintahan reformasi ekonomi”

1998-2009 pada zaman SBY yang tengah mengendalikan tampuk pemerintahan

Page 20: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

20

Indonesia, sehingga kondisi “Steady-State Growth” terhadap Ekonomi Nasional

Indonesia “tercapai”.

Tahun 1997-2002 (….. Terkutip Era Reformasi Ekonomi Pasca Megawati):

(5) Tingkat Kebutuhan Tabungan yang tercipta sebagai Investasi produktif adalah

sebesar 0.00380 atau 0.38 % terhadap Pendapatan Nasional Indonesia dan laju

pertumbuhan ekonomi yang dicapai adalah sebesar -0.000394 atau minus 0.039 %

rata-rata setiap tahun untuk periode perhitungan “era pemerintahan reformasi

ekonomi” 1997-2002 pasca Megawati Soekarno Purti mengendalikan tampuk

pemerintahan Indonesia, sehingga kondisi “Steady-State Growth” terhadap Ekonomi

Nasional Indonesia “tidak tercapai”.

Kalau saja diperbandingkan: Pada era reformasi ekonomi tahun 1998-2009 pada

zaman SBY yang tengah mengendalikan tampuk pemerintahan Indonesia sekarang,

tingkat kebutuhan tabungan terhadap pendapatan nasional masih cukup tinggi yaitu

sebesar 22.27 % rata-rata per tahun dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup

rendah sebesar 2.47 % rata-rata pertahun. Dengan masih cukup tingginya nilai kebutuhan

tabungan berarti dapat dinyatakan “bahwa Indonesia masih cukup mampu melanjutkan

pembangunannya”. Sementara dari hasil penelitian yang pernah dilakukan pada era

reformasi ekonomi tahun 1997-2002 disaat Megawati Soekarno Purti mengendalikan

tampuk pemerintahan Indonesia, dimana “pertumbuhan ekonomi Indonesia” yang

mampu dicapai adalah sebesar -0,000394 atau minus 0.039 % rata-rata pertahun dengan

tingkat kebutuhan tabungan terhadap pendapatan nasional sebesar 0.00380 atau sebesar

0.38 % rata-rata per tahun. Dengan sangat rendahnya nilai kebutuhan tabungan yang

berarti dapat pula dinyatakan bahwa Indonesia sangat tidak mampu melanjutkan

pembangunannya”(Meirinaldi, SE, MM, DR dan Amrizal: 2007, h.226).

Meskipun pertumbuhan ekonomi sudah cukup tinggi, maka belum tentu jumlah

tabungan berarti sudah mantap dan demikian juga halnya dengan investasi. Ada asumsi

yang mungkin tidak pernah dipopulerkan dalam masyarakat, yaitu dari segi sumber

investasi tersebut. Dari informasi para ahli ekonomi selama ini telah dapat dimengerti

atau disimpulkan, dimana Indonesia dalam menggalakkan upaya pembangunan yang

cepat dan dengan mengeterapkan jalur pembangunan "rapid growth" dimana sumber

pembiayaan pembangunan telah nyata-nyata menggantungkan harapan pada dana luar

negeri capital inflows.

Disamping itu, bahwa apa yang telah diamanatkan GBHN "upaya pembangunan

yang semakin bertumpu pada kemampuan sendiri dicamkan hanya sebagai hiasan kata

belaka, dengan demikian tidak mustahil kiranya baik sektor swasta maupun sektor

pemerintah dalam kontek tata ekonomi nasional menanggung hutang yang besar terhadap

luar negeri, alhasil baik neraca pembayaran maupun anggaran negara mengalami posisi

yang kritis sepanjang tahun dan perdagangan luar negeri ternyata juga tidak mantap

ditelusuri.

Alasan yang menguatkan hasil penelitian ini sebagaimana dapat dilihat dimana

terlalu jauh perbedaan antara MPS dengan nilai h berupa perbandingan atau rasio antara

tabungan yang diinginkan dengan pendapatan. Sedangkan tingkat kebutuhan tabungan

terhadap pendapatan nasional adalah masih cukup tinggi yaitu sebesar 22.27 % rata-rata

per tahun dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup rendah sebesar 2.47 % rata-rata

Page 21: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

21

pertahun pada era reformasi ekonomi tahun 1998-2009. Tingginya nilai kebutuhan

tabungan berarti menyatakan “bahwa Indonesia mampu melanjutkan pembangunannya”.

Tabel 4 : FUNGSI TABUNGAN JANGKA PANJANG INDONESIA DIBANDING

NEGARA LAIN DAN PERKIRAAN KEBUTUHAN TABUNGAN

Taksiran Nilai

Growth Rate (%)

Negara 1-h ha h a 4 5 6 7

Brazil 0.859 0.592 0.141 4.19 0.131 0.155 0.177 0.214

[13.32] [3.35]

Costa Rica 0.715 0.819 0.249 3.58 0.123 0.149 0.173 0.217

[10.57] [40.66]

Israel 0.959 0.24 0.041 0.09 0.012 0.013 0.014 0.016

[9.56] [0.25]

Philippines 0.828 0.667 0.172 3.94 0.128 0.153 0.175 0.215

[17.55] [5.39]

Taiwan 0.772 0.779 0.228 3.42 0.116 0.14 0.163 0.202

[5.30] [2.56]

Indonesia *):

Tahun: 1960-2009 0.968598 0.590243 0.031402 18.79635 0.330659 0.362548 0.387460 0.407458

[63.69779] [10.24528]

1960-1969 0.936536 0.349832 0.063464 5.51229 0.135248 0.154160 0.170008 0.183482

[3.766774] [3.411831]

1969-1998 0.055066 0.822959 0.944934 0.870917 0.033422 0.041357 0.049135 0.056759

[1.311494] [6.042847]

1998-2009 0.892142 0.592977 0.107858 5.497756 0.160418 0.187820 0.211957 0.233379

[14.81210] [5.520856]

Sumber : Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975), "A Simultaneous Equations Model of Saving in

Developing Countries", Journal of Political Economy, 83(b).

Catatan: *). Khusus untuk Indonesia dihitung oleh penulis untuk data periode tahun 1960-2009.

Hal yang sangat menarik dalam penelitian ini alalah bahwa nilai h yang cukup

besar bagi Indonesia, yaitu sebesar 94.49 % rata-rata pertahun pada era ordebaru tahun

1969-1998 dan malahan melebihi nilai h negara Taiwan yang bernilai 0.228 atau 22,8 %

rata-rata setiap tahunnya nilai a bagi negara Taiwan adalah sebesar 3.42 sedangkan

Page 22: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

22

Indonesia mempunyai nilai a yang dinilai sangat kecil yaitu sebesar 0.87. Dalam

kenyataannya Indonesia tidak dapat langsung disamakan dengan negara Taiwan. Negara

seperti Taiwan tersebut adalah negara NICs dan sektor perekonomiannya jauh lebih

mantap dari Indonesia karena mereka lebih banyak menikmati rembesan kemajuan yang

dicapai Jepang akibat kedua negara agak bertetangga dan ditambahkan pula Taiwan telah

cukup lama memperdayakan sumber daya manusianya (lihat Tabel 4).

Dari segi nilai a untuk Indonesia adalah sangat besar untuk semua periode

perhitungan terkeali era pemerintahan ordebaru (1969-1998) apabila dibanding dengan

beberapa negara seperti Brazil, Costa Rica, Philippina dan Taiwan. Artinya Indonesia

adalah sangat unggul terkecuali terkecuali terhadap negara Israel. Besarnya nilai a

tersebut memberikan indikasi bahwa “proses penyesuaian antara tabungan yang

diharapkan dengan tabungan yang terjadi adalah jauh lebih cepat dibanding dengan

negara-negara lain tersebut”. Selanjutnya, dengan asumsi bahwa St = A At* dimana At*

adalah jumlah kekayaan ( assets ) yang diharapkan, maka St*/Yt = A At*/Yt. Untuk kasus

di Indonsia oleh karena besarnya nilai a menunjukan pula bahwa besar pula rasio

kekayaan yang diinginkan terhadap pendapatan. Memang tidak dapat dipungkiri suatu

negara miskin atau hampir seluruh pendapatan tergunakan untuk pemenuhan konsumsi

atau kondisi yang dihadapi negara tersebut boleh dikatakan dengan apa yang disebut

“subsistence level” hingga hampir atau nyaris tidak ada pendapatan yang tersisa untuk

tabungan, maka negara demikian mempunyai hasrat konsumsi yang tinggi sekali,

sehingga antara keinginan menabung ( willingness to save ) menjadi bertolak belakang

dengan kemampuan menabung ( ability to save ).

Nampaknya Indonesia memerlukan tabungan yang sedikit lebih kecil dari pada

Taiwan. Agaknya, perbedaan kebutuhan ini dapat dijelaskan bahwa Taiwan boleh

dikatakan lebih baik ekonomi yang dimilikinya dan termasuk sebagai negara kelompok

NICs dengan sektor industrinya sangat memperbesar tabungan dan pendapatannya

selama ini. Sedangka Indonesia, upaya dan kemapuan mobilisasi tabungan tidak mantap.

Upaya pengingkatan tabungan lebih sering menghendaki melalui pengorbanan konsumsi

secara besar-besaran, dan sektor Industri dan tidak secerah di Taiwan.

8. KESIMPULAN

Penghalang utama bagi pembangunan negara-negara adalah masalah kekurangan

sumber-sumber pembiayaan pembangunan atau pembentukan modal yang dapat

dikerahkan tidak mampu menggalang sejumlah Investasi bagi pembiayaan pembangunan.

Dapat dikatakan suatu kemampuan yang luar biasa era ordebaru sanggup meningkatkan

modal secara besar-besaran dari sumber dalam negeri plus luar negeri, dan sebaliknya

adalah suatu kelemahan ordebaru, selama mengalami reski minyak lupa akan

pengembangan non-migas dan pengendalian beberapa kebijaksanaan makro ekonomi

yang ada, dan yang paling riskan sekali adalah kurang mengkaitkan antara rencana

tinggal landas dengan besarnya tumpukan hutang luar negeri.

Krisis ekonomi dunia adalah sebagian dari masalah keterpurukan ekonomi

Indonesia yang yang dialami dewasa ini. Kekurangmampuan ordebaru mengendalikan

roda pembangunan selama ini, meski punya pengaruh, namun tidak dapat dianggap

sebagai kambing hitamnya. Semua kesenjangan ekonomi, krisis ekonomi bahkan sampai

Page 23: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

23

kepada keterpurukan ekonomi yang dialamai sekarang, kekurangmampuan dalam

pengendalian roda pembangunan hingga bermuara kepada terjadinya distorsi ekonomi

dalam berbagai ukuran “hanya sebuah masalah kecil” kekilafan ordebaru yang tidak

perlu dibesar-besarkan, kuman yang jauh diseberang lautan tidak sementinya harus

terlihat sementara gajah dipelupuk mata sendiri tidak nampak. Bagaimanapun juga

ordebaru telah terbukti memberi perubahan besar Indonesia dari kelompok negara under-

developing yang miskin menjadi kelompok negara developing countries yang

berpendapatan menengah. Disamping itu, beberapa krisis ekonomi dunia yang

berpengaruh selama ordebaru berkuasa telah dapat ditanggulangi walau belum sempurna

sebagaimana yang diharapkan. Kesan terbaik yang “harus dikenang sepanjang masa”,

bahwa pengendalian ekonomi dan pembangunan Indonsia era pemerintahan ordebaru

(1969-1998) Almarhum Jenderal Soeharto sangat jauh lebih baik (The best President of

others) daripada “kesemua era dan kepemimpinan Indonesia” selama ini. Kesan yang

paling tidak bisa dilupakan adalah sempatnya ordebaru punya cita-cita tinggal landas

(Take-off) dan kegagalan tinggal landas semata-mata hanya tersebab hutang luar negeri

yang banyak demi pembangunan.

Kiranya adalah cukup beralasan apabila Benjamin Higgins (Economic

Development: Problems, Principles and Policies, Revised edition 1968) berpendapat

bahwa konsep Rostow akan tetap dipergunakan sebagai kerangka berfikir di dalam ilmu

ekonomi pembangunan, No matter how critical Rostow's collegues mey be of his system,

his terminology is here to stay. The expressions, "The Take-off and Self-Subtained

Growth" are thoroughly entrenched in the the literature, and will continue to be by

development economists.

Dengan demikian, bahwa pencapai tinngal landas (take-off) tidak cukup hanya

sekedar mampunya mencapai kondisi “Steady-State Growth”, ada pra-syarat lain yang

juga harus dipenuhi, yaitu pelaksanaan pembangunan harus mampu dilakukan tanpa

memperoleh "pinjaman lunak", dan telah dapat tumbuh dan berkembang atas kekuatan

sendiri atau menurut istilah Rostow "The take-off into self-substained growth" yang

harus dipenuhi secara bersamaan.

Dengan menerapkan konsep Rostow yang secara bersamaan terkait kuat dengan

teori pertumbuhan ekonomi yang dipaparkan Harrod-Domar terhadap ekonomi dan

pembangunan di Indonesia. Tahap kritis ini akan dapat dilalui apabila “tingkat tabungan

dan investasi telah mampu mencapai antara 5 % sampai 10 % ( ≈ 12 % ) dari

pendapatan nasional” yang dapat dibaca sebagai berikut, bahwa:

1) Pada umumnya dalam konteks perhitungan secara nasional (terhadap aktivitas

perekonomian Indonesia) yang diperhitungkan menurut “era pemerintahan yang

berkuasa”: Era ekonomi campuran (1960-2009), era pemerintahan ordelama

(1960-1969), era pemerintahan ordebaru (1969-1998) dan era pemerintahan reformasi

ekonomi (1998-2009) pada zaman SBY sekarang yang tengah mengendalikan tampuk

pemerintahan Indonesia “telah berhasil” mencapai kondisi “Steady-State Growth”

terhadap Ekonomi Nasional Indonesia, sehingga dapat dipastikan melalui konsep

teori W.W Rostow ini, dimana “masih cukup tingginya nilai kebutuhan tabungan”

berarti dapat dinyatakan bahwa Indonesia masih mampu melanjutkan

pembangunannya”

Page 24: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

24

Tahun 1997-2002 (….. Terkutip Era Reformasi Ekonomi Pasca Megawati):

2) Dalam konteks perhitungan secara nasional yang serupa (terhadap aktivitas

perekonomian Indonesia) yang diperhitungkan menurut era pemerintahan yang

berkuasa pada waktu itu, yaitu “era pemerintahan reformasi ekonomi” (1997-2002)

disaat Megawati Soekarno Purti mengendalikan tampuk pemerintahan Indonesia,

“tidak berhasil alias gagal” mencapai kondisi “Steady-State Growth” terhadap

Ekonomi Nasional Indonesia, sehingga dapat dipastikan melalui konsep teori W.W

Rostow ini, dengan “sangat rendahnya nilai kebutuhan tabungan” yang berarti dapat

pula dinyatakan bahwa Indonesia sangat tidak mampu melanjutkan

pembangunannya”

Dengan demikian, ada sedikit kemajuan atau perbaikan yang dicapai pada era

pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009) zaman SBY dibanding dengan era

pemerintahan reformasi ekonomi (1997-2002) pasca Megawati Soekarno Purti

mengendalikan tampuk pemerinthan Indonesia. Bagaimanapun juga pengendalian

ekonomi dan pembangunan Indonsia era pemerintahan ordebaru (1969-1998) Almarhum

Jenderal Soeharto jauh lebih baik daripada kedua zaman Megawati dan SBY tersebut.

Secara keseluruhan, dari masa ke masa secara beruntun terhitung semenjak era

pemerintahan ordelama (1960-1969), era pemerintahan ordebaru (1969-1998) dan era

pemerintahan reformasi ekonomi (1998-2009), laju pertumbuhan ekonomi Indonesia

mengalami pengendoran secara berkelanjutan. Agaknya “jauh panggang daripada api”

bahwa era reformasi ekonomi untuk bercita-cita pula mencapai tinggal landas

sebagaimana yang telah dilakukan semasa ordebaru. Meskipun demikian adanya, era

reformasi ekonomi zaman SBY tidak tertutup kemungkinan untuk melakukan perbaikan-

perbaikan ekonomi ke tahun-tahun berikutnya meskipun secara berangsur-angsur kerena

telah adanya perubahan yang positif. Hendaknya orientasi mengarah ke “outward

looking” berdasarkan pengalaman negara maju serta negara lainnya yang menjadi

pembanding serta pengelaman ekonomi Indonesia pada masa lampau.

9. DAFTAR PUSTAKA

1. Esmara, Hendra.,"Politik Perencanaan Pembangunan : Teori, Kebijaksanaan dan

Prospek" (Padang: Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas pada rapat senat terbuka, 27

Juli 1985).

2. _________________dkk., "Beberapa Indikator Pembangunan Indonesia" dalam

Masyarakat Indonesia, Tahun ke-IX, No.2, 1982.

3. ________________,"Ekonomi Indonesia Dalam Transisi" (Padang: Pusat Penelitian

Universitas Andalas, 1987).

4. Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975). "A Simultaneous Equations Model of

Saving in Developing Countries". Jurnal of Political Economy, 83 (b).

5. Higgins, Benjamin., " Economic Development: Problems, Principles and Policies

(New York: W.W. Norton & Company, Revised edition 1968 ).

6. Kuncoro, Mudrajad., "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Dan Tabungan Domestik", Prisma 9 (Jakarta: LP3ES, 1987).

Page 25: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

25

7. Meier, Gerald M and Dudley Seers ( editor )., "Pioneers in Development" ( New

York: Oxford University Press, 1984 ).

8. Meirinaldi, SE, MM, DR dan Amrizal, “Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34

Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan”, Jurnal Ekonomi (jurnal

ilmiah kuartalan FE-UNBOR Volume XXIII, edisi Februari 2007)

9. Michael P. Todaro, "Economics For Developing World" ( London: Longman Group

Limited, 1977).

10. R.M Sandrum, “Development Economic: A Framework for Analysis and Policy”

(New York: John Wiley & Sons, 1983).

11. Simon Kuznet, "Economic Growth of Nation", dalam Teori Ekonomi Dan

Penerapannya di Asia ( Gramedia: Jakarta, 1981).

12. Tambunan, Tulus Tahi Hamonangan., Pembangunan Ekonomi & Utang Luar

Negeri:Rajawali Press, Jakarta 2008

13. Tambunan, Tulus TH Dr., Perekonomian Indonesia Teori Dan Temuan Empiris:

Ghalia Indonesia Jakarta, Agustus 2001.

14. Tambunan, Tulus., Perdagangan Internasional Dan Neraca Pembanyaran Teori Dan

Temuan Empiris: PT Pustaka LP3ES Indonesia Jakarta, Februari 2001.

15. Tambunan, Tulus TH Dr., Perekonomian Indonesia Beberapa Masalah Penting:

Ghalia Indonesia Jakarta, September 2003

16. Voivodas, Contantin S. "Export, Foreign Capital Inflow and Economic Growth",

Journal of International Economics, (Feb,1972).

17. Emmanuel S. De Dios (editor), An Analysis of the Philippine Economic Crisis

(Quezon City: Univ of The Philippine Press, 1984).

18. Michael P. Todaro dan Stephen, C Smith, Pembangunan Ekonomi, edisi kesembilan:

Erlangga, Jakarta 2006.

19. Report of Economic Committee, The Singapura Economy: New Direction

(Singapura: Ministry of trade & Industry, February 1986)

Tambahan:

20. Adisasmita, Rahardjo., Dasar-dasar Ekonomi Transportasi:Graha Ilmu, Yokyakarta,

Mei 2010

21. Basri, Faisal,. Perekonomian Indonesia Tantangan dan Harapan bagi Kebangkitan

Indonesia: Erlangga, Jakarta 2002

22. Deliarnov., Perkembangan Pemikiran Ekonomi, edisi ketiga: Rajawali Press, Jakarta

2010

23. Johnston, J., (1972). Economietric Methods, Mc Graw-Hill Kogakusa, Ltd., Tokyo.

24. J. Supranto., (1981). Metode Ramalan Kwantitatif Untuk Perencanaan, Jakarta,

Gramedia.

25. Sanusi, Bachrawi., Pengantar Ekonomi Pembangunan: PT Rineka Cipta Jakarta,

Februari 2004

------+++++------

Page 26: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

26

Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:

Page 27: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

27

Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:

Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN

JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN

PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil

Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL

& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi

10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.

Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah

DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016

12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN

TRANSPORTASI 2014 s/d 2017

I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta

Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:

02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang

004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen

005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia

006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994

007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia

008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia

010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri

011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan

012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth

013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan

014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat

015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995

016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan

017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen

019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan

020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi

021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka

022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi

023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka

024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas

026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan

028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana

029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

Page 28: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

28

004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara

031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth

034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif

035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen

036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan

037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen

038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia

039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan

040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)

041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka

042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)

043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia

044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal

046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana

047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor)

048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana

049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia

050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi

051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera

052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan

054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada

Kemampuan Sendiri

055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan

056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan

057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi

058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional

059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat

061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi

Aliran Dana Luar Negeri

062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan

005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi

065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi

066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi

067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan

068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro

069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional

070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro

071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro

073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial

074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial

Page 29: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

29

II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi

Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Hasil Estimasi

File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Non-Estimasi

File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi

Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi

File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA

Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA

Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL

ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation

Result Function (242 halaman)

008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan

080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun

081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia

009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA

083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-

STATE GROWTH

084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai

085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber

Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off

010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010

Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010

Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

Page 30: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

30

011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010

Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna

Kendaraan Pribadi Dan Umum

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)

File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010

atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)

File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010

atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung

Pandang

012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011

Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan

File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011

Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan

File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011

Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia

File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011

Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik

File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia

File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik

File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau

File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik

File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011

Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara

File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011

Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri

File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011

Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik

File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011

Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional

Page 31: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

31

10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009

Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil

Pribadi Di Jakarta

File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010

Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi

Dan Umum

File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010

Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI

File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010

Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-

UJUNG PANDANG

File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016

Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute

JAKARTA-UJUNG PANDANG

014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014

Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA

File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014

Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API

INDONESIA

File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014

Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN

PENERBANGAN DOMESTIK

015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,

Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017

Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan

Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara

File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017

Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA

LUAR NEGERI

Page 32: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

32

III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017

File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015

Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017

Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015

Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017

Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey

Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt

135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h

137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h

138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h

139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h

141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h

Page 33: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

33

12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014

Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015

Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016

Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017

Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017

Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017

Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

Page 34: EVALUASI EKONOMI 50 TAHUN INDONESIA MEMBANGUNlp3et.org/uploads/1/2/1/4/121481330/080_02_evaluasi_ekonomi_50_t… · ekonomi yang berkepanjangan bermula tahun 1998 persis saat dimulai

34

Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan

didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN

ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan

keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.

KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah

dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai

MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar

mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN

TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan

juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai

bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah

Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF

(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya

bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan

dalam sebuah Daftar Harga).

Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),

sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan

ilmiah yang disusun oleh Amrizal.

Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal

ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar

TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:

Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari

Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)

keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),

cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut

ke dalam Google.

Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah

files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat

tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......

-------- Jakarta, 14 September 2017--------