bab ii sejarah konflik berkepanjangan di uganda

25
26 BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA Jika dilihat dari sejarahnya, konflik yang terjadi di wilayah Afrika seperti menjadi hal turun-temurun. Konflik antara The Lord’s Resistance Army dengan pemerintah Uganda telah berlangsung selama tiga decade dan merupakan salah satu konflik yang terpanjang di Afrika. Konflik perebutan kekuasaan ini bukan hanya terjadi di rezim Murseveni saja, namun di rezim sebelumnya hal ini kerap terjadi dan membuat penduduk sipil selalu dihantui oleh ketakutan sepanjang waktu. 2.1 Terbentuknya The Lord’s Resistance Army Perang saudara seakan tidak pernah habis di perjuangkan oleh etnis-etnis yang terdapat di Afrika. The Lord’s Resistance Army (LRA) ini merupakan salah satu kelompok militatan yang kuat di wilayah Uganda. Kelompok ini memulai pergerakannya pada tahun 1987. Joseph Kony membentuk LRA di Uganda Utara pada tahun 1987 untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Yoweri Museveni. Sebelum menjadi The Lord’s Resistance Army, kelompok ini memiliki nama Holy Spirit Movement (HSM) yang di bentuk oleh Alice Lakwena dimana gerakan ini merupakan gerakan pemberontak Kristen ekstrim untuk bertempur melawan pasukan Uganda. 1 Namun, pasukan ini kembali harus menerima kekalahan. Pergerakan mereka tidak sampai disitu saja, keponakan Alice Lakwena berinisiatif 1 Ibid

Upload: others

Post on 03-Dec-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

26

BAB II

SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

Jika dilihat dari sejarahnya, konflik yang terjadi di wilayah Afrika seperti

menjadi hal turun-temurun. Konflik antara The Lord’s Resistance Army dengan

pemerintah Uganda telah berlangsung selama tiga decade dan merupakan salah satu

konflik yang terpanjang di Afrika. Konflik perebutan kekuasaan ini bukan hanya

terjadi di rezim Murseveni saja, namun di rezim sebelumnya hal ini kerap terjadi

dan membuat penduduk sipil selalu dihantui oleh ketakutan sepanjang waktu.

2.1 Terbentuknya The Lord’s Resistance Army

Perang saudara seakan tidak pernah habis di perjuangkan oleh etnis-etnis

yang terdapat di Afrika. The Lord’s Resistance Army (LRA) ini merupakan salah

satu kelompok militatan yang kuat di wilayah Uganda. Kelompok ini memulai

pergerakannya pada tahun 1987. Joseph Kony membentuk LRA di Uganda Utara

pada tahun 1987 untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Yoweri Museveni.

Sebelum menjadi The Lord’s Resistance Army, kelompok ini memiliki nama Holy

Spirit Movement (HSM) yang di bentuk oleh Alice Lakwena dimana gerakan ini

merupakan gerakan pemberontak Kristen ekstrim untuk bertempur melawan

pasukan Uganda.1 Namun, pasukan ini kembali harus menerima kekalahan.

Pergerakan mereka tidak sampai disitu saja, keponakan Alice Lakwena berinisiatif

1 Ibid

Page 2: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

27

membuat kembali sebuah kelompok militan yang kemudian diberi nama The Lord’s

Resistance Army yang di pimpin oleh Joseph Kony.

Gambar 1.1 Joseph Kony pemimpin kelompok militian The Lord’s Resistance

Army (LRA).

Munculnya beberapa kelompok militan ini sebenernya dipicu oleh rasa

resah yang dirasakan oleh warga sipil oleh pemimpin Uganda sejak kemerdekaan

mereka. Mereka memiliki masa lalu yang buruk dengan memiliki pemimpin yang

diktaktor dan semena-mena kepada rakyat.

Diawali dengan masa pemerintahan Milton Obote. Obote adalah satu-

satunya presiden yang menduduki gedung Negara pada masa jabatan yang berbeda.

Pertama, ia menduduki jabatan sebagai presiden pada 1966 setelah kemerdekaan

kemudian pada tahun 1981-1985 setelah masa pemerintahan Idi Amin. Obote

Page 3: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

28

adalah salah satu orang yang bertangung jawab atas kekacauan yang terjadi di

Uganda.2

Gambar 1.2 Milton Obote merupakan Presiden pertama Uganda yang

sebelumnya menjabat sebagai Perdana Menteri sebelum Kerajaan di Uganda

digulingkan.

Pada tahun 1966, konflik antara Obote dan Buganda, suku yang terbesar dan

telah menjadi sebuah kerajaan di Uganda, semakin memanas. Ouncaknya, Obote

mengirimkan pasukan yang di pimpin oleh sekutunya Idi Amin, seorang perwira

dari distrik utara Uganda untuk menyerang Mutesa. Hal ini membuat Mutesa

mengamankan diri ke Inggris. Dalam upaya untuk memperkuat pemerintahannya,

Obote kemudian memperkenalkan konstitusi baru. Obote menghapuskan semua

kerajaan dan sisa-sisa federalism di Uganda. Konstitusi ini juga membentuk

2 The State House of UGANDA, Past Presidents of Uganda. Diakses dalam

https://www.statehouse.go.ug/past-presidents/president-apollo-milton-obote ( 02/12/ 2018. Pukul

11.00 WIB)

Page 4: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

29

Presiden dan badan Eksekutif. Dia mengambil peran sebagai Presiden dan Perdana

Menteri diwaktu yang bersamaan.3

Ketergantungannya terhadap militer dan polisi untuk terus meneror lawan-

lawan politiknya, membangkitkan kebencian masyarakat Uganda dibagian selatan,

dan hal ini di manfaatkan oleh Idi Amin untuk membentuk pengikut yang mana

anggota yang di rekrut adalah mereka yang memiliki etnis yang sama dengannya.

Penghianatan ini bisa terjadi dikarenakan, sebelum Obote menyatakan diri sebagai

presiden, ia dan Amin pada tahun 1964 telah menjalani aliansi, dimana mereka

bekerja sama untuk memperluas jumlah dan kekuatan Angkatan Darat Uganda.

Pada februari 1996, tuduhan baru menyusul bahwa Obote dan Amin bertanggung

jawab atas penyelundupan emas dan gading dari Kongo yang kemudian

diperdagangkan untuk senjata, sebelum akhirnya Obote menugaskan Amin untuk

melengserkan Raja Mutesa II.

Beberapa tahun berselang, Obote mulai meragukan kesetiaan Amin,

kemudian Obote memerintahkan pasukan untuk menangkap Amin ketika dirinya

hendak melakukan perjalanan ke Singapura untuk menghadiri sebuah Konferensi.

Bisa di simpulkan dari sini bahwa, Obote sudah mecurigai Amin membangun

sebuah kelompok untuk melengserkannya. Ketika Obote sedang bertugas di

Singapura, Amin memanfaatkan momen ini untuk melakukan kudeta yang telah ia

3 Encyclopaedia Britannica, Milton Obote President Of Uganda. Diakses dalam

https://www.britannica.com/biography/Milton-Obote (29/02/2019) Pukul 23:50 WIB

Page 5: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

30

persiapkan jauh-jauh hari. Pada tanggal 25 Januari 1971 Amin berhasil mengambil

alih pemerintahan dan memaksa Obote ke pengasingan.4

Setelah berkuasa, Amin memulai eksekusi massal terhadap Acholi dan

Lango, dan suku-suku Kristen yang masih setia terhadap Obote. Hal ini dilakukan

oleh Amin karena merasa bahwa kehadiran mereka adalah sebuah ancaman. Dia

juga mulai meneror masyarakat umum melalui berbagai macam pasukan keamanan

internal yang telah dia kelola, hal ini bertujuan untuk menghilangkan mereka yang

menentang rezimnya.

Gambar 1.3 Idi Amin Dada meninggalkan sejarah rezim terburuk sejauh

ini. Pemimpin yang otoriter dan diktaktor membuat warga sipil ketakutan

sepanjang masa kepimpinannya.

4 HISTORY.COM, Idi Amin. Diakses dalam https://www.history.com/topics/africa/idi-amin

(29/02/2019, Pukul 23:55 WIB)

Page 6: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

31

Seiring berjalannya waktu jumlah pengikutnya semakin menurun dan

pasukan yang awalnya loyal sudah mulai memberontak. Tak berselang lama kondisi

ini kembali di manfaatkan kembali oleh Obote untuk mengudeta Amin. Selama di

pengasingan ia membentuk sebuah pasukan untuk melakukan serangan terhadap Idi

Amin. Kejadian ini bersamaan dengan serangan kelompok militer lainnya yang di

pimpin oleh Yoweri Museveni.5

Selama beberapa waktu setelah kekacauan yang di buat oleh Obote dan

rezim mengerikan yang mereka alami dalam rezim Amin, mereka sudah tidak bisa

mempercayai siapapun untuk bisa menjadi pemimpin. Ditambah setelah

menggulingkan Amin jadi jabatannya, Obote kembali berkuasa.

Tidak lama dari masa jabatan keduanya, Obote kembali mendapatkan

penyerangan. Kali ini berasal dari National Resistance Army (NRA) yang di pimpin

oleh Yoweri Museveni melancarkan perang rakyat yang berlarut-larut. Banyak

tentara yang berusaha mengalahkan pemberontakan yang terjadi dengan

membunuh warga sipil di dalam dan di luar wilayah operasional.

Selain itu, banyaknya korban yang berjatuhan dimana diantaranya adalah

tentara, suku Acholi mengalami perpecahan. Hal ini di manfaatkan oleh Yoweri

Museveni untuk menggulingkan Obote dari kedudukannya. 27 juli 1985, Obote

berhasil di gulingkan oleh NRA.6 Dan kemudian, Museveni naik sebagai Presiden

Uganda hingga lebih dari 30 tahun terakhir.

5 Ibid

6 Ibid

Page 7: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

32

2.2 Pemberontakan yang dilakukan oleh The Lord’s Resistance Army

Kekejaman yang dilakukan oleh pemimpin Uganda sebelumnya

memberikan dampak buruk pada mental penduduk sipil. Banyak dari mereka yang

kemudian membuat kelompok militan dengan maksud untuk berjaga-jaga jika

pemimpin yang baru melakukan yang sama dengan para pemimpin sebelumnya.

Termasuk Holy Spirit Movement (HSM) sebelum berganti nama menjadi The

Lord’s Resistance Army. Alasan Joseph Kony memimpin adalah ia merasa

mendapat bisikan dari Roh Kudus untuk membentuk sebuah pemerintahan dengan

landasan keagamaan yang kuat. Namun hal tersebut berbanding balik dengan apa

yang telah lakukan pada warga sipil di Uganda. Dengan membunuh, merobek,

mengunting, memotong tubuh manusia dengan tanpa berat hati dan membuat

penduduk sipil menjadi ketakutan dan merasa terancam sepanjang waktu.

Kelompok yang dipimpin oleh Kony ini telah beroperasi lebih dari dua

dekade. Mereka yang bertanggung jawab atas konflik bersenjata terpanjang di

Afrika. Namun tindakan mereka ini tidak banyak di ketahui oleh dunia luar. Pada

tahun-tahun awal, LRA memngklaim diri mereka untuk berperang melawan

pemerintah Uganda untuk membela hak-hak suku Acholli. Acholli merupakan

sebuah kelompok atau etnis local di Uganda Utara. Namun, kebrutalan ekstrim

LRA terhadap sesama suka dengan cepat bertentangan dengan apa yang suka

mereka klaim tersebut. Kelompok pemberontak ini terkenal karena pembunuhan,

penyiksaan, multilasi, pemerkosaan, penculikan anak-anak juga orang dewasa, dan

penjarahan.

Page 8: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

33

Banyak anak-anak kehilaangan orangtua dan saudara mereka. LRA

mencabut hak anak-anak tersebut, merubah mereka menjadi tentara yang tega

membunuh orangtua dan saudaranya sendiri. Mereka juga dipaksa menyaksikan hal

keji didepan mata mereka sendiri, seperti dengan sadisnya tentara LRA menembak

kepala saudara dan orangtua mereka yang membangkang atas perintah Kony.

Perasaan tersiksa dan tidak ingin melanjutkan hidup dirasakan oleh kebanyakan

anak dibawah umur. Mereka tidak bisa sekolah, tidak bisa bermain, dan mereka pun

juga tidak lagi memiliki orangtua dan saudara.

Gambar 1.4 Salah satu korban kekejaman yang di lakukan oleh LRA yaitu

dengan memotong bibir mereka.

LRA memiliki image yang buruk atau bisa di katakan brutal karena

melancarkan sebuah pemberontakan bersenjata yang mana ditujukan untuk

menyingkirkan Yoweri Museveni dari kursi pemerintahan yang pada waktu itu

Page 9: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

34

sebagai presiden Uganda. Dalam perekrutan anggotanya mereka melakukan sistem

paksa. LRA menculik anak-anak dan memperkerjakannya secara paksa. Anak laki-

laki di paksa untuk menjadi tentara anak. Mereka memaksa anak-anak tersebut

untuk menggunakan alat tembak dan beberapa senjata militer lainnya. Sedangkan

anak perempuan di perlakukan sebagai budak seks untuk para tentara di LRA.7

Beban terberat di tanggung oleh perempuan dan anak-anak. Pada tahun

1996, LRA menggerebek sebuah sekolah khusus wanita dan menggiring sejumlah

siswa ke semak-semak. Beberapa siswa meninggal di dalam tahanan sementara

sisanya dibebaskan begitu saja. Perempuan-perempuan yang di culik sering kali

dipaksa menjadi istri para pemberontak ini, mereka dipaksa untuk berhubungan

seksual dengan para pemberontak, hal ini menyebabkan para perempuan rentan

terjangkit virus AIDS karena kontak langsung dengan ‘suami’ mereka dimana para

lelaki itu tidak hanya sekali melakukannya dengan wanita lainnya.8

Karena tindakan tidak berkeprimanusiaan itu lah, selain korban secara

verbal dimana mereka disiksa dan dilukai tubuhnya, mereka juga rentan terjangkit

penyakit, kelaparan, dan secara mental mereka sangat tertekan karena ketakutan

sepanjang tahun, dan hal ini tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang singkat.

LRA menjajah dan merusak Hak Asasi Manusia mereka lebih dari dua dekade.

Perekrutan tentara anak di LRA dimulai pada awal 1994. Hal ini terjadi

karena semakin menurunnya jumlah orang yang ingin bergabung dengan LRA.

7 Ibid

8 Aljazeera, Profile: The Lord’s Resistance Army. Diakses dalam

https://www.aljazeera.com/news/africa/2011/10/2011101418364196576.html (04/04/2019) 15:22

WIB

Page 10: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

35

Faktor ini terjadi dikarenakan tindak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok

pemberontak ini terdahap penduduk sipil. Akibatnya, LRA terpaksa menculik anak-

anak kecil dan secara paksa merekrut mereka ke dalam kelompok pemberontak

tersebut.

Upaya yang dilakukan oleh LRA untuk memutus ikatan antara calon tentara

anak dan keluarga mereka adalah para anggota baru biasanya dipaksa untuk

membunuh orang tua mereka, kerabat dekat, dan bahkan tetangga mereka. Ini

biasanya dilakukan untuk mengurangi kemungkinan anggota akan kabur atau ingin

kembali, karena mereka sudah tidak memiliki siapapun untuk kembali. Menurut

beberapa mantan tentara anak, sebagian besar anggota baru dipaksa untuk

memukuli orang tua mereka sampai mati sementara beberapa kasus, seorang

anggota baru akan diberikan parang dan dipaksa untuk meretas paling tidak 10

orang hingga mati. Ini yang dianggap oleh mereka sebagai proses inisiasi.9

LRA menggunakan ketakutan mereka sebagai alat untuk merekrut anak-

anak di Uganda. Anak-anak yang ggal melalui prpses inisiasi biasanya dibunuh

sehingga menanamkan rasa takut pada calon anggota lainnya. Menurut sebuah

laporan sebuah saksi mata, orang-orang yang gagal membunuh orang tua atau

kerabat mereka akan ditabrak dengan truk atau dengan memotong leher mereka

menggunakan parang.

Mayoritas rekrutmen diambil dari anak-anak sekolah. Padaha awal 2000-

an, Joseph Kony dan LRA biasa melakukan serangan yang sistematis terhadap

9 AnswersAfrica, Child Soldiers in Uganda, Africa – History, Facts and Statistics. Diakases dalam

https://answersafrica.com/child-soldiers-uganda.html (23/03/2019) 11:11 WIB

Page 11: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

36

sekolah-sekolahan di Uganda Utara dan menculik hamper seluruh populasi siswa.

Banyak desa-desa yang menjadi sasaran, akan tetapi sekolah-sekolah merupakan

sasaran terbaik karena para siswa akan berada di asrama-asrama yang mana akan

membuat proses penculikan lebih mudah.10

Gambar 1.5 Anak laki-laki di culik dan di jadikan pasukan tentara anak

oleh The Lord’s Resistance Army

Sebanyak 30 persen dari tentara anak yang telah dikumpulkan oleh LRA

adalah perempuan. Mereka tidak lantas melakukan pertempuran, namun mereka

memiliki andil yang lebih banyak. Para anak perempuan ini memiliki tanggu jawab

utama yaitu memasak dan juga mereka bergungsi sebagai budak seks. Anak-anak

yang mencoba melarikan diri akan dibunuh pada saat itu juga. Mereka akan

10 Ibid

Page 12: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

37

diperintahkan untuk berbaring dan para pemberontak akan memukul kepala bagian

belakangnya hingga ia mati. Prajurit anak di LRA akan di tempatkan jauh dari

wilayah tempat mereka tinggal dan dibesarkan, hal ini dilakukan untuk mengurangi

kemungkinan mereka akan melarikan diri.11

Gambar 1.6 Potret Joseph Kony dan para gadis yang ia jadikan budak sex bersama

para perwiranya.

Sejak tahun 1996, pemerintah Uganda tidak dapat menghentikan LRA. Hal

ini membuat situasi pada saat itu sangat kacau. Dikarenakan hal ini, mengharuskan

penduduk sekitar untuk meninggalkan desa mereka dan memasuki kamp-kamp

yang telah di sediakan oleh pemerintah untuk para pengungsi kerusuhan internal.12

11 Ibid

12 Ibid

Page 13: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

38

Kamp-kamp yang seharusnya dibuat untuk menampung penduduk dan

untuk melindungi mereka dari konflik bersenjata ini mengalami sebuah musibah,

kamp-kamp ini penuh dengan penyakit dan kekerasan fisik. Pada puncak konflik,

1,7 juta penduduk tinggal di kamp-kamp ini di seluruh wilayah. Kondisinya sangat

memprihatinkan, jorok dan mereka tidak bisa mencari nafkah. Dengan demikian,

generasi etnis Acholi dilahirkan dan di besarkan dalam keadaan yang membuat

mereka menjadi seorang kriminal.13

2.3 Upaya Pemerintah dalam menindak lanjuti pemberontakan LRA

Pada 2005, LRA yang merupakan tentara miskin ini sering melakukan

perampok untuk bertahan hidup, butuh waktu dua dekade bagi pemerintah Uganda

untuk mengendalikan mereka. Beberapa kali mengalami kekalahan melawan

tentara Uganda, LRA mencari perlindungan di Republik Demokratik Kongo

(DRC). Di sana, menurut penelitian senior Human Right Watch (HRW) Anneke

Van Woudenberg, mereka telah menjadi “masalah regional yang menyebar di

antara tiga Negara”. Salah satu kesulitan pemerintah Uganda mengalahkan LRA

adalah karena dukungan militer yang diduga mereka terima dari pemerintah Sudan.

Pada 2004, International Criminal Court (ICC) telah mengeluarkan surat

perintah penangkapan kepada lima anggota senior LRA, termasuk Joseph Kony.14

Menurut Amama Mbabazi selaku menteri Pertahanan Uganda, investigasi yang di

13 Ibid

14 The New Humanitari, Uganda: ICC issues arrest warrants for LRA leaders. Diakses dalam

http://reliefweb.int/report/uganda/uganda-icc-issues-arrest-warrants-lra-leaders (21/1/2019) 13:43

WIB

Page 14: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

39

lakukan ICC telah selesai dan pengadilan telah mengambil keputusan. Orang-orang

yang telah didakwa adalah Joseph Kony, Vincent Otti, Raska Lukwiya, Okot

Odhiambo dan Dominic Ongwen. Surat perintah tersebut tersebut diberikan kepada

pemerintah Uganda untuk melaksakan perintah menangkapan terhadap lima

anggota teratas The Lord’s Resistance Army.

The Lord’s Resistance Army meneror Uganda Utara selama dua dekade.

Pada tahun 2006 mereka mulai menunjukkan minat untuk negoisasi damai.

Perundingan ini dilakukan di Juba, Sudan Selatan dan di juluki Perjanjian Juba.

Namun, Kony tidak semudah itu untuk pergi tanpa persiapan. Kony memerintahkan

pasukannya untuk mendirikan kemah di Taman Nasional Garamba di timur laut

Kongo. Mereka mengumpulkan kekuatan dan menimbun makanan, seperti bersiap

jika ada sesuatu yang tak terduga terjadi. Pembicaraan ini cukup memakan waktu

yang panjang, hingga pada akhirnya setelah proses panjang, pembicaraan ini gagal

ketika Kony menolak untuk mendatangani perjanjian akhir.

Penjajahan yang di lakukan LRA tidak sampai di Uganda. Mereka

melebarkan wilayah jajahan mereka. Pada 14 desember 2009, LRA memasuki

daerah terpencil di Republik Demokratik Kongo bagian timur laut. Mereka

membawa parang, senapan, dan tongkat. Selama emat hari LRA menyerang sekitar

sepuluh desa yang mana dalam pemberontakan ini menewaskan setidaknya 321

warga sipil dan mereka juga menculik lebih dari 250 lainnya, termasuk 80 anak-

anak, dan kembali memaksa mereka menjadi tentara dan budak sex sama seperti

apa yang telah dialami anak-anak di Uganda. Sebagian besar dari mereka yang

terbunuh adalah laki-laki dewasa Kelompok yang menjadi target dalam

Page 15: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

40

pembantaian Makombo, seperti yang terjadi di Afrika Tengah, mereka tidak

memiliki perlindungan dari pemerintah, kurangnya akses untuk saling

mengingatkan atau menghimbau antar wilayah juga mereka memiliki keterbatas

akses untuk meminta pertolongan dari dunia luar.

Para petinggi LRA sangat paham bahwa pemberontakan mereka yang

meliputi menjarah, membunuh, dan menculik warga sipil dan merampas satwa liar

yang terancam punah adalah sebuah cara mereka untuk mendanai aktivitas mereka.

Mereka juga merasa bebas melakukan kejahatan ini karena sudah mengetahui jika

warga sipil di wilayah jajahan mereka tidak memiliki daya untuk melaporkan

ataupun meminta bantuan kepada dunia luar. Tragisnya, LRA menjadi salah satu

dari beberapa kelompok bersenjata yang mengeksploitasi dan mengisolasi

kelompok lain namun mereka berusaha untuk meloloskan diri dari kejahatan LRA.

Dengan tidak adanya infrastruktur dan sarana komunikasi yang memadai,

mesyarakat tidak bisa secara efektif melindungi diri diri mereka.

2.4 Amerika Serikat Ikut Andil dalam meredakan konflik

Disekitar tahun 2000-an, konflik yang terjadi di Afrika khususnya di

Uganda telah menarik perhatian Amerika Serikat. Pasca peristiwa 9/11 yang

menggemparkan dunia, Amerika Serikat lantas membuat sebuah komitmen yang

besar untuk menumpas para terorisme di seluruh dunia. Afrika diyakini oleh

Amerika Serikat sebagai kawasan yang rentan akan tindak terorisme yang cukup

ekstrim.

Page 16: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

41

Tujuan utama Amerika Serikat adalah, Amerika Serikat berupaya

membantu Pemerintah Uganda dan daerah Afrika lainnya juga membantu

mengurangi beban Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam mengurangi dan

mengakhiri ancaman yang diberikan oleh LRA. Strategi ini meliputi: (1)

Meningkatan perlindungan terhadap warga sipil; (2) Penangkapan atau pemindahan

Joseph Kony dan para tentan senior LRA dari medan perang; (3) Melucuti senjata

dan mengintograsi kembali para sisa-sisa tentara LRA; (4) Menyediakan bantuan

kemanusiaan seperti, kebutuhan pokok yang diperlukan oleh masyarakat yang

terkena menjadi korban kerusuhan.

Tantangan yang dihadapi oleh Amerika Serikat ketika terjun langsung

diarea ini adalah wilayah Afrika yang sangat luas juga masih terdapat banyak sekali

hutan lebat yang belum terjamah. Hal ini mengganggu aktivitas mereka

dikarenakan jaringan telekomunikasi yang terhambat oleh hutan belantara, juga

infrastruktur yang tidak memadahi. Amerika Serikat melalui Departemen

Pertahanan, Departemen Luar Negeri, dan Badan Pembangunan Internasional

Amerika Serikat telah melakukan upaya mengatasi kendala yang terjadi

dilapangan.15

2.4.1 Upaya-Upaya yang dilakukan oleh Amerika Serikat

a. Meningkatkan Perlindungan Warga Sipil

Perlindungan terhadap warga sipil adalah prioritas utama Amerika

Serikat. Pemerintah Uganda memiliki tanggung jawab untuk

15 US Department of State, U.S Support to Regional Efforts to Counter the Lord’s Resistance

Army. Diakses dalam https://reliefweb.int/report/uganda/us-support-regional-efforts-counter-lords-

resistance-army-0 (12/2/2019) 20:12 WIB

Page 17: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

42

melindungi warga sipil, dan Amerika Serikat berupaya untuk

meningkatkan keamanan yang telah dibangun oleh Pemerintah Uganda

untuk memenuhi tanggung jawab ini. Amerika Serikat juga mendukung

misi PBB untuk menjaga perdamaian di DRC dan Sudan Selatan yang

mana mereka adalah korban dari kekerasan yang dilakukan oleh LRA.

Amerika Serikat terus bekerja sama dengan PBB untuk membantu misi

perdamaiannya dengan memperkuat keamanan di wilayah-wilayah

yang terkena dampak dari LRA. Disini Amerika Serikat juga membantu

beberapa komunitas lokal, dimana penduduk sipil mulai rentan dan

memiliki trauma yang mendalam dengan apa yang terjadi di Uganda

dan sekitarnya. Berusaha untuk menanamkan kekuatan secara mental

agar tidak terpengaruh oleh sekutu pemberontak. Dalam hal ini,

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mendanai jaringan

komunikasi, termasuk radio dengan frekuensi tinggi dan menara ponsel

guna untuk meningkatkan perlindungan berbasis kemasyarakatan di

Uganda dan sekitarnya. Hal ini diikuti dengan pelatihan media.

b. Meningkatkan Upaya Regional untuk Mengakap Pemimpin LRA

Pada tanggal 14 November 2011, Dewan Keamanan PBB memuji

upaya berkelanjutan oleh tentara nasional di wilayah tersebut untuk

mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh LRA, dan juga menyambut

upaya internasional Amerika sejak 2008 dalam memberikan dukungan

logistik, peralatan makan, dan pelatihan militer untuk meningkatkan

operasi wilayah dari LRA. Pada Oktober 2011, Amerika Serikat juga

Page 18: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

43

mengerahkan pasukannya dalam jumlah kecil untuk menjadi penasihat

militer regional guna mengejar pemimpin LRA dan untuk melindungi

warga sipil. Penasihat militer AS bekerja untuk menfasilitasi militer

regional untuk melihat koordinasi, berbagi informasi, dan taktik kepada

militer regional, juga meningkatkan kapasitas militer regional dalam

perencanaan operasional yang efektif, dan mendukung upaya-upaya

untuk meningkatkan hubungan sipil-militer melalui peningkatan

kooordinasi dan komunikasi dengan penduduk lokal. Departement Luar

Negeri telah mengirimkan seorang perwira untuk bekerja sama dengan

penasihat militer AS untuk mengkap dan membawa Joseph Kony

beserta tentara seniornya ke pengadilan. Sekertaris negara akan

memberikan uang sejumlah 5 dolar bagi siapapun yang membagi

informasi mengenai keberadaan Kony.

c. Mendorong dan Menfasilitasi Penangkapan LRA

Bekerja dengan pasukan regional, komunitas lokal, dan organisasi

non pemerintah, penasihat, dan militer AS secara signifikan

memperluas upaya mereka untuk memperkenalkan para petinggi LRA

dengan cara membuat selebaran, siaran di radio, pengeras suara

melalui udara, dan membuat sebuah posko untuk melaporkan dimana

para pemberontak LRA bersembunyi. Sebagai contoh, penasihat

militer AS membantu menyebarkan lebih dari satu juta selebaran yang

di sebarkan di tujuh belas lokasi yang telah terkena dampak dari LRA.

Pada awal Desember 2013, 19 orang termasuk 9 pria Uganda,

Page 19: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

44

berkhianat terhadap LRA. Mereka ditemukan di wilayah Kongo, dan

ini merupakan pengkhianatan terbesar sejak 2008 dan menandakan

bahwa upaya yang selama ini di perjuangakan tidaklah sia-sia.

Amerika Serikat juga mendukung penyebaran informasi mengenai

Kony dan pasukannya kepada warga di luar Afrika. Amerika Serikat

juga mendapatkan dibantu dari UNICEF untuk merehabilitasi para

mantan pemberontak, juga anak-anak yang trauma akan peristiwa

mengerikan ini.

d. Memberikan Bantuan Kemanusiaan

Amerika adalah donatur terbesar dalam upaya pemulihan pasca

kerusuhan yang terjadi. Sejak 2010, AS telah menyediakan lebih dari

87,2 juta dolar untuk mendukung bantungan pangan, pelindungan

terhadap warga sipil, kesehatan, dan membuka lapangan pekerjaan.

Amerika Serikat juga terus memberikan bantuan pembangunan guna

mendukung kembalinya para pengungsi, rekontruksi, dan pemulihan

Uganda Utara, dimana LRA melakukan tindakan brutalnya selama

hampir lebih dari dua dekade sampai ia meninggaalkan Uganda pada

tahun 2006. Dengan kepergian LRA dari Uganda juga upaya

pemulihan pasca konflik yang signifikan hanya dalam beberapa tahun.

Page 20: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

45

2.5 Sejarah Terbentuknya Invisible Children

Pada tahun 2004, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut krisis LRA di

Uganda utara sebagai “Most forgotten, neglected humanitarian emergency in the

world”. Peristiwa pelanggaran Hak Asasi Manusia ini menarik perhatian

sekumpulan anak muda dari Amerika. Berangkat dari kegelisahan akan nasib warga

sipil terutama anak-anak yang dieksploitasi, mereka memberanikan diri untuk ikut

andil ditengah konflik ini. Invisible Children ini didirikan untuk mengubah kejadian

buruk tersebut serta melawan anggapan keliru bahwa tanggung jawab kita satu

sama lain terhenti karena perbatasan sebuah Negara.16

Invisible Children adalah sebuah kelompok sosial yang didirikan oleh Jason

Russell bersama kedua temannya Bobby Bailey, dan Laren Poole. Tujuan awal

mereka terjun ditengah kerusuhan ini adalah mereka ingin buat sebuah film

dokumentasi mengenai perang antar etnis yang tak kunjung reda ini. Namun mereka

kemudian merasa terpanggil untuk ikut andil dalam penyelamatan anak-anak yang

dieksploitasi oleh para pemberontak.

Invisible Children ini terbentuk dari sebuah rasa prihatin beberapa

masyarakat dunia tentang kekerasan HAM yang terjadi di Uganda. Kekerasan yang

dilakukan oleh The Lord Resistance Army ini merupakan salah satu pemberontakan

terburuk dan terkeji sepanjang sejarah Afrika. Para pendiri Invisible Children

percaya bahwa anak-anak di Uganda masih memiliki harapan untuk hidup tenang

dan jauh dari kekacauan yang sedang terjadi pada saat itu.

16 Ibid

Page 21: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

46

Gambar 1.7 Jason Rassell bersama anak-anak di Uganda.

Keresahan dan rasa putus aja yang tergambar diraut wajah anak-anak

Uganda, mengantarkan mereka kepada sebuah perubahan. Jason dan kedua

rekannya memulai aksinya pada tahun 2003. Mereka mulai mengunggah beberapa

foto dan video tentang kondisi saat itu di Uganda. Mereka memilih Facebook

sebagai platform awal memulai dimulaikan gerakan ini.

Page 22: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

47

Gambar 1.8 Fanpage yang dibuat oleh Invisible Children guna untuk membagi

informasi dan menghimbau masyarakat dunia untuk sedikit menaruh perhatian

terhadap saudara-saudara di Uganda.

2.6 Langkah awal Invisible Children untuk menyelamatkan korban

Era digital semakin hari semakin maju. Invisible Children ingin

menyelamatkan anak-anak korban kekerasan LRA di Uganda, namun mereka tidak

banyak memiliki anggota. Mereka bukan dari kalangan politik atau militer, mereka

hanya sekumpulan anak muda yang ingin membuat film dokumentasi pada

awalnya, namun pada akhirnya mereka iba melihat anak-anak di Uganda yang

mengharapkan bantuan dari dunia luar. Disini mereka ingin menggunakan internet

sebagai kekuatan utama mereka. Uganda adalah salah satu negara dengan tingkat

kemiskinan cukup tinggi. Alasan yang meliputi mereka tidak banyak mendapatkan

bantuan dari dunia luar salah satunya yaitu, sulitnya akses komunikasi. Sepanjang

perang yang terjadi, mereka hanya bisa berharap kepada pemerintah untuk

menyelamatkan mereka dari kekerasan yang dilakukan oleh LRA.

Pada 2004, Invisible Children mengunggah sebuah film dokumenter

pertama mereka dengan judul “The Invisible Children Rought Cut”. Isi dari film ini

memaparkan dampak dari perang selama 20 tahun pada anak-anak di Uganda Utara.

Didalamnya, mereka juga menceritakan bahwa anak-anak ini hidup dalam

Page 23: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

48

ketakutan akan penculikan yang dilakukan oleh The Lord’s Resistance Army,

dimana mereka akan dipaksa menjadi tentara anak dan juga dipaksa untuk

membunuh orang tua dan kerabat mereka, dan jika mereka menolak maka mereka

akan dibunuh pada saat itu juga. Film ini sedikit membuka mata dunia mengenai

pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di tanah Afrika khususnya Uganda.

Lewat mata polos anak-anak yang ada dalam film itu masyarakat mulai iba dan

prihatin, lantas dari sanalahnya bantuan mulai berdatangan.

Sejak diunggahnya film dokumenter amatir mereka, Invisible Children

mendapatkan banyak sekali respon positif. Gerakan ini telah memicu gerakan sosial

secara online dan mengumpulkan sejumlah uang yang cukup besar juga perhatian

terhadap mantan tentara anak di Uganda yang di landa perang. Film ini banyak di

putar diacara-acara kampus, seminar sosial, dan sebagainya. Filmnya menjadi titik

awal bagi upaya penyelamatan krisis kemanusiaan di Uganda dan sekitarnya.17

Pasca dirilisnya film tersebut, dukungan masyarakat luar terhadap Invisible

Children semakin banyak. Akses komunikasi yang terbatas di Uganda tidak

menjadi halangan yang cukup besar bagi Jason dan kedua temannya. Mereka terus

mendokumentasikan peristiwa yang terjadi di Uganda. Membantu sebisa mungkin

dalam pemulihan trauma pasca peristiwa kepada korban terutama anak-anak yang

mengalami pelecehan seksual dan kekerasan fisik. Sembari menunggu bantuan dari

luar, mereka mencoba memotivasi anak-anak disana untuk tidak mudah putus asa.

Memberika harapan kepada mereka tentang sebuah kebebasan di hari esok. Dibantu

oleh PBB dan Amerika Serikat, mereka bergotong royong untuk mengupayakan

17 Ibid

Page 24: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

49

dihentikannya kekerasan brutal ini, dan segera ditangkapnya Joseph Kony beserta

pasukan pemberontakannya.

Gambar 1.9 Poster dari film dokumenter pertama yang di rilis oleh Invisible

Children.

Kekuatan yang mereka yakini benar-benar membuahkan hasil. Sedikit demi

sedikit masyarakat dunia mulai menyedari untuk turut membantu anak-anak

tersebut keluar dari zona berbahaya. Invisible Children banyak mendapatkan

dukungan. Diluar Uganda orang-orang berbodong-bondong untuk sekedar

menyebarkan selebaran, atau membayar untuk iklan di telvisi, hal ini dilakukan

untuk memperkuat gerakan mereka. Disini Invisible Children mulai merekrut

Page 25: BAB II SEJARAH KONFLIK BERKEPANJANGAN DI UGANDA

50

beberapa relawan melalui akses internet. Internet memberi mereka sebuah harapan

untuk bangkit lagi dari keterpurukan.

Berkat bantuan dari Pemerintah Amerika Serikat dan kerjasama dari PBB,

Invisible Children mendapatkan kemudahan dalam menyebar luaskan tentang

peristiwa ini. Invisible Children bersama tentara AS menyebarkan selebaran dan

mengumumkan jika Kony dan pasukannya sedang buron. Pemerintah AS dan

Uganda akan memberikan sejumlah uang untuk mereka yang memberikan

informasi dimana keberadaan Kony.

Ini merupakan langkah awal yang cukup baik bagi Invisible Children dan

semua pihak yang telah terlibat. Dengan memberitahu masyarakat tentang siapa

Joseph Kony dan LRA akan membantu mereka untuk menangkap pemberontak keji

di Uganda ini. Invisible Children bekerja dengan memanfaatkan media sosial

dimana diera saat ini akses internet dan kebutuhan manusia milenial akan internet

sangat tinggi. Hal ini yang menyebabkan film dokumenter pertama mereka banyak

disaksikan banyak pengguna internet bahkan film ini diputar di beberapa acara

sekolah dan televise. Upaya yang dilakukan Invisible Children dalam menjadi

aktivis online cukup mencuri perhatian, ditambah dukungan dari pemerintah AS

dalam menyebarkan berita penangkapan Kony di seluruh Afrika melalui selebaran,

siaran radio, bahkan menyiarkan di udara bahwa sekolompok pemberontak

bernama The Lord’s Resistance Army harus segera di tangkap.