nyeri yang berkepanjangan
TRANSCRIPT
MODUL 3
SISTEM SARAF
Skenario 3: Nyeri yang berkepanjangan
Ibu minah, 56 tahun dating ke Puskesmas dengan keluhan rasa nyeri pada
pinggang, bokong dan kakinya. Rasa nyeri ini dirasakan sudah bertahun-tahun dan
makin lama makin memburuk. Rasa nyeri akan bertambah bila berdiri dan berjalan.
Keadaan ini dirasakan makin memburuk oleh Ibu Minah, karena kedua kakinya
dirasakan makin melemah, tetapi Ibu Minah masih bisa menahan buang air kecil atau
besarnya.
Pemeriksaan dokter Puskesmas memastikan adanya hiperestesi, motorik yang
melemah, refleks tendon patella dan Achiles yang berkurang. Diputuskan oleh dokter
Puskesmas untuk merujuk Ibu Minah ke bagian penyakit saraf Dr. M. Djamil Padang.
Pasti ada sesuatu di medulla spinalis Ibu Minah, pikir dokter Puskesmas.
Berdasarkan hasil rontgen foto Lumbal dan MRI, dimana terdapat gambaran
stenosis spinalis, maka neurolog yang menangani Ibu Minah menegakkan diagnosis
stenosis spinalis dengan tanda penekanan pada nervus spinalis. Apakah perlu dilakukan
Lumbal punksi pada Ibu Minah? Bagaimana anda menerangkan keadaan Ibu Minah ini?
Skenario diatas akan kami bahas dengan menggunakan Seven-Jump Methods:
1. Clarify Unfamiliar Terms
2. Define Problems
3. Brainstorm Possible Explanations or Hypotheses
4. Arrange explanations into a tentative solution
5. Define Learning Objectives
6. Gather Information and Private Study
7. Share the Results
1
1. Clarify Unfamiliar Terms
Hiperestesi
Peningkatan kepekaan terhadap rangsangan seperti sentuhan, nyeri dan
rangsangan motorik lainnya.
Motorik
Otot saraf atau pusat yang mempengaruhi gerakan.
Refleks tendon patella
Refleks motatik ketika reseptor regangan otot pada sekitar patella (tulang
seismodea yang menutupi permukaan anterior lutut) diberikan sebuah perkusi
(pukulan)
Achiles
Tendon yang paling kuat pada ujung tumit, melekatkan musculus trisep surae ke
tulang kalkaneus.
Medulla Spinalis
Bagian sistem saraf pusat yang terkumpul dalam kanalis spinalis.
Rontgen Foto Lumbal
Pemanfaatan sinar X untuk melihat bagian-bagian lumbal.
MRI
Teknik pengion, menggunakan magnetik dan gelombang frekuensi radio untuk
menvisualisasikan struktur anatomi, mendeteksi gangguan sendi, tendon dan
vertebra.
Stenosis Spinalis
Penyempitan pada kanalis spinalis
Nervus Spinalis
Struktur mirip kawat berwarna putih yang tersusun dari serabut saraf.
Letaknya berada di sepanjang SSP, berada di bagian luar saraf.
Lumbal Punksi
Upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukkan jarum.
Nyeri
Perasaan / sensasi yang tidak menyenangkan.
2
2. Define Problems
1. Mengapa rasa nyeri pada pinggang, bokong, dan kaki Ibu Minah makin lama
makin memburuk?
2. Apa hubungan antara kondisi Ibu Minah yang masih bisa menahan buang air
kecil dan besar dengan keadaan kedua kakinya yang makin melemah?
3. Apa alasan dokter memastikan bahwa Ibu Minah mengalami hiperestesi,
motorik yang melemah, serta refleks tendon patella dan Achilles yang
berkurang?
4. Apa yang terjadi pada medulla spinalis Ibu Minah dan bagaimana hubungannya
dengan penyakit yang dialaminya?
5. Kapankah lumbal punksi perlu dilakukan?
3. Brainstorm Possible Explanations or Hypotheses
1. Mengapa rasa nyeri pada pinggang, bokong, dan kaki Ibu Minah makin lama
makin memburuk?
Rasa nyeri pada pinggang, bokong, dan kaki Ibu Minah makin lama makin
memburuk karena nervus spinalis atau medulla spinalis Ibu Minah semakin
terjepit disebabkan oleh penyempitan ruang pada kanal spinalis.
Gambar a. Kiri : Keadaan lumbal normal. Kanan : Stenosis sentral
3
2. Apa hubungan antara kondisi Ibu Minah yang masih bisa menahan buang air
kecil dan besar dengan keadaan kedua kakinya yang makin melemah?
Pengaturan sistem pengeluaran (buang air besar atau buang air kecil) diatur oleh
sistem saraf pusat. Kemampuan Ibu Minah untuk menahan buang air kecil dan
besarnya menandakan bahwa fungsi saraf pusat masih berjalan normal. Dengan
kata lain, tidak terdapat gangguan pada sistem saraf pusat Ibu Minah.
Sehubungan dengan kerja descending motoric pathway, maka dapat disimpulkan
bahwa gangguan terdapat dalam kerja lower motor neuron.
3. Apa alasan dokter memastikan bahwa Ibu Minah mengalami hiperestesi,
motorik yang melemah, serta refleks tendon patella dan Achilles yang
berkurang?
Alasan dokter memastikan bahwa Ibu Minah mengalami hiperestesi adalah
karena nyeri yang dirasakan oleh Ibu Minah. Nyeri semakin memburuk ketika
berdiri atau berjalan. Hal ini menandakan bahwa reseptor saraf tekan Ibu Minah
tidak mampu bekerja dengan baik untuk menyeleksi rangsang yang diterima.
Pada keadaan normal, tekanan ketika berdiri atau berjalan yang disebabkan oleh
gaya berat tubuh tidak akan mendapatkan respon positif dari otak, sehingga hal
ini dapat diabaikan oleh orang yang normal. Pada Ibu Minah, rangsangan ini
terasa sangat berlebihan sehingga terasa nyeri. Motorik yang melemah dapat
diketahui dari keadaan kaki yang melemah, terkait dengan kerja lower motor
neuron.
4. Apa yang terjadi pada medulla spinalis Ibu Minah dan bagaimana hubungannya
dengan penyakit yang dialaminya?
Yang terjadi pada medulla spinalis Ibu Minah adalah hilangnya jaringan
jaringan tulang rawan pada sendi - sendi antar tulang belakang, pembentukan
tonjolan - tonjolan tulang, pertumbuhan yang tidak terkendali (hipertropi) pada
struktur - struktur ligament (ikatan / sendi tulang), atau hilangya berat normal
4
lempeng - lempeng tulang belakang Ibu Minah. Hal ini menyebabkan terjadinya
pengecilan ukuran/space normal yang tersedia untuk saraf, sehingga dalam
kondisi tertentu dapat menyebabkan penekanan pada jaringan saraf di daerah
tersebut. Kondisi seperti ini dinamakan stenosis spinalis lumbal.
Gambar b. Foto MRI pada stenosis spinalis lumbal
5. Kapankah lumbal punksi perlu dilakukan?
Indikasi Lumbal Punksi:
a. Untuk mengetahui tekanan dan mengambil sampel untuk pemeriksan sel,
kimia dan bakteriologi
b. Untuk membantu pengobatan melalui spinal, pemberian antibiotika,
antitumor, dan spinal anastesi
c. Untuk membantu diagnosa dengan penyuntikan udara pada
pneumoencephalografi, dan zat kontras pada myelografi
4. Arrange explanations into a tentative solution
5
Tidak Sadar (Otonom)
Sadar
Saraf
Parasimpatik
SimpatikTepi (Perifer)
Pusat
5. Define Learning Objectives
1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi sistem saraf pusat, saraf perifer dan
saraf otonom
2. Mahasiswa mampu menjelaskan histologi sistem saraf pusat, saraf perifer dan
saraf otonom
3. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi sisi motorik dan sensorik serta otonom
4. Mahasiswa mampu menjelaskan komposisi dan fungsi pembentukan LCS
5. Mahasiswa mampu menjelaskan sistem saraf motorik dan sensorik, serta kontrol
visceral dalam sistem saraf
6. Gather Information and Private Study
7. Share the Results
1. Anatomi sistem saraf pusat, saraf perifer dan saraf otonom
Gambar 1. Anatomi otak
Medulla spinalis berbentuk hampir silindris, yang merupakan bagian dari sistem
saraf pusat yang menempati dua pertiga bagian atas kanal vertebrae. Rata-rata
6
panjangnya pada pria adalah sekitar 45 cm, dan pada wanita sekitar 42-43 cm,
sedangkan beratnya sekitar 30 gram.
Medulla Spinalis merupakan bagian dari Susunan Saraf Pusat. Terbentang dari
foramen magnum sampai dengan L1, di L1 melonjong dan agak melebar yang
disebut conus terminalis atau conus medullaris. Terbentang dibawah conu
terminalis serabut-serabut bukan saraf yang disebut filum terminale yang
merupakan jaringan ikat.
Terdapat 31 pasang saraf spinal: 8 pasang saraf servikal, 12 pasang saraf
Torakal, 5 pasang saraf Lumbal, 5 pasang saraf Sakral dan 1 pasang saraf
koksigeal. Akar saraf lumbal dan sakral terkumpul yang disebut dengan Cauda
Equina. Setiap pasangan syaraf keluar melalui Intervertebral foramina. Saraf
Spinal dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen dan juga oleh meningen
spinal dan CSF.
Gambar 2. Medula spinalis pada kanal vertebrae
Terdapat substansi abu abu dan substansi putih. Substansi abu-abu berbentuk
seperti kupu-kupu dikelilingi bagian luarnya oleh substansi putih. Terbagi
menjadi bagian kiri dan kanan oleh anterior median fissure san median septum
7
yang disebut dengan posterior median septum. Keluar dari medula spinalis
merupakan akar ventral dan dorsal dari saraf spinal. Substansi abu-abu
mengandung badan sel dan dendrit dan neuron efferen, akson tak bermyelin,
saraf sensoris dan motoris dan akson terminal dari neuron. Substansi abu-abu
membentuk seperti huruf H dan terdiri dari tiga bagian, yaitu anterior, posterior
dan Comissura abu-abu. Bagian posterior sebagai input / afferent, anterior
sebagai output / efferent, comissura abu-abu untuk refleks silang dan substansi
putih merupakan kumpulan serat saraf bermyelin.
Refleks merupakan respon bawah sadar terhadap adanya suatu stimulus internal
ataupun eksternal untuk mempertahankan keadaan seimbang dari tubuh. Refleks
yang melibatkan otot rangka disebut dengan refleks somatis dan Refleks yang
melibatkan otot polos, otot jantung atau kelenjar disebut refleks otonom atau
visceral.
Gambar 3. Substansia alba dan grissea pada medulla spinalis
8
Gambar 4. Batang otak dan cerebellum
Gambar 5. Substansia grissea dan alba pada otak
9
Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke
sistem saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi
membentuk perubahan cepat dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari
lingkungan. Sistem saraf ini dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan sistem
saraf otonom.
Sistem saraf somatis
Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf
sumsum tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak akan menuju ke organ
tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf sumsum tulang
belakang keluar melalui sela - sela ruas tulang belakang dan berhubungan
dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan otot lurik.
Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit, sistem
saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar, berarti
kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak menggerakkan
bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Contoh dari sistem saraf
somatis adalah sebagai berikut.
Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan menyampaikan
informasi tersebut ke otak. Kemudian otak mengisyaratkan pada tangan
untuk menghidupkan kipas angin.
Sistem saraf otonom
Sistem saraf otonom mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan organ
tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung.
Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik.
10
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar karena saraf
preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan ke-12.
Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang terdapat di
sumsum tulang belakang. Fungsi dari sistem saraf simpatik adalah sebagai
berikut.
Mempercepat denyut jantung
Memperlebar pembuluh darah
Memperlebar bronkus
Mempertinggi tekanan darah
Memperlambat gerak peristaltis
Memperlebar pupil
Menghambat sekresi empedu
Menurunkan sekresi ludah
Meningkatkan sekresi adrenalin.
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf kraniosakral, karena
saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral. Susunan saraf
parasimpatik berupa jaring-jaring yang berhubung-hubungan dengan ganglion
yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke organ tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf simpatik.
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan fungsi
sistem saraf simpatik. Misalnya pada sistem saraf simpatik berfungsi
mempercepat denyut jantung, sedangkan pada sistem saraf parasimpatik akan
memperlambat denyut jantung.
2. Histologi sistem saraf pusat, saraf perifer dan saraf otonom
Secara struktural, jaringan saraf terdiri atas sel saraf / neuron, dan sel glia yang
berfungsi untuk melindungi dan menunjang neuron serta berperan dalam
11
aktivitas dan nutrisi neuron, serta sistem pertahanan dari sistem sistem saraf
pusat.
Pada umumnya, neuron terdiri atas tiga bagian :
a. Dendrite
Menerima stimulus dari lingkungan, sel epithelial sensoris, atau neuron
lain
b. Badan sel / perikarion
Peka terhadap rangsangan; pusat trofik sel
c. Akson
Membangkitkan / menghantarkan impuls saraf ke sel lain
Kebanyakan sel saraf memiliki inti bulat, amat besar, eukromatik, dengan anak
inti yang jelas. Perikarion / badan sel mengandung retikulum endoplasma kasar
yang berkembang biak, tersusun berupa agregat dari sisterna parallel. Di antara
sisterna terdapat banyak poliribosom. Di bawah mikroskop cahaya, retikulum
endoplasma kasar dan ribosom bebas tampak sebagai daerah bergranul basofilik
(Badan Nissl).
Gambar 6. Komponen sel saraf
Komponen utama sistem saraf tepi adalah serabur saraf, ganglia, dan ujung
saraf. Serabut saraf merupakan kumpulan serat saraf oleh serangkaian selubung
12
jaringan ikat. Selubung khusus pembungkus serat saraf berasal dari bagian
ektoderm jaringan.
Sarat saraf memiliki perbedaan pada selubung pembungkusnya. Pada saraf tepi,
sel penyelubungnya adalah sel Schwann. Sedangkan pada saraf pusat sel
penyelubungnya adalah oligodendrosit.
Serat bermielin :
o Berupa kompleks lipoprotein yang unsure lipidnya dapat dihilangkan
oleh prosedur histologi standar
o Memiliki dua komponen protein utama, yaitu protein dasar myelin dan
protein proteolipid
o Lekukan pada selubungmielin dinamakan nodus ranvier
o Oligidendrosit berbeda dengan sel Schwann dalam hal percabangan dari
satu sel yang dapat membungkus bagian dari beberapa akson
Serat tanpa mielin :
o Pada sistem saraf pusat, semua akson tanpa myelin dibungkus dalam
celah - celah sederhana sel Schwann
o Serat saraf tanpa myelin tidak memiliki nodus ranvier karena sel
Schwann yang bersebelahan digabung memanjang membentuk selubung
utuh
13
Sel-sel glia memegang peranan sangat penting dalam menunjang neuron. Sel ini
sangat penting bagi integritas struktur sistem saraf dan bagi fungsi normal
neuron. Jumlahnya melebihi neuron mulai dari sepuluh kali sampai lima puluh
kali lebih banyak daripada neuron. Sel-sel glia mengelilingi perikarion, akson
dan dendrite, selain itu mereka huga terdapat pada ruang interseluler. Sel-sel glia
menyediakan lingkungan mikro yang sesuai untuk aktivitas neuron.
Sel-sel glia dapat digolongkan menurut asal dan fungsinya antara lain:
Oligodendrosit
Oligodendrosit (oligos, kecil + dendron + kytos, sel) menghasilkan selubung
myelin yang membentuk penyekat listrik dari neuron pada susunan saraf pusat
(gambar). Sel-sel ini memiliki sedikit juluran yang membungkus akson,
membentuk suatu selubung myelin.
Sel Schwan
Memiliki fungsi yang sama seperti oligodendrosir namun ia berlokasi di sekitar
akson pada susunan saraf perifer. Suatu sel schwan membentuk myelin di
sekeliling satu akson, hal ini berbeda dengan oligodendrosit yang dapat
bercabang dan melayani lebih dari satu neuron dan julurannya. Jadi
oligodendrosit (dalam SSP) dan sel schwan (dalam SST) membentuk selubung
myelin yang menginsulasi daerah sekitar akson.
Neuron akan dibungkus myelin dalam sistem saraf yang sedang berkembang
ketika sel schwan atau oligodendrosit tumbuh di sekitar akson sedemikian rupa
sehingga membran plasmanya membentuk lapisan kosentris (melilit). Membran
itu sebagian besar disusun oleh lipid, yang merupakan konduktor arus listrik
yang buruk. Dengan demikian selubung myelin memberikan insulasi listrik pada
akson, analog dengan insulasi plastik yang membungkus kabel tembaga.
Astrosit
Astrosit (astron, bintang + kytos) merupakan sel dengan bentuk seperti bintang
kerena memiliki juluran yang memancar. Sel ini mempunyai banyak filament
14
yang terbuat dari protein asam fibriler glia yang memperkuat strukturnya.
Astrosit mengikat neuron pada kapiler dan pada pia meter (jaringan ikat tipis
yang membungkus SSP). Astrosit dengan beberapa juluran panjang disebut
astrosit fibrosa dan berlokasi di substansia putih (white metter), dan astrosit
protoplasmatis, dengan banyak cabang-cabang pendek ditemukan dalam
substansi kelabu.
Astrosit berpartisipasi dalam pengendalian lingkungan ionic dan kimiawi
neuron. Astrosit juga memegang peranan dalam pengendalian banyak fungsi
SSP. Disamping itu astrosit dapat mempengaruhi kelangsungan hidup neuron
dan aktivitasnya, tidak hanya melalui kemampuannya untuk mengatur konstituen
dari lingkungan ekstraseluler, tetapi juga karena mereka melepaskan substrat-
substrat metabolik dan molekul-molekul neuroaktif. Dan akhirnya, astrosit juga
membentuk komunikasi langsung dengan yang lainnya lewat hubungan celah
(gap junction), membentuk suatu jaringan dimana informasi dapat berjalan dari
satu titik ke titik lain dalam jarak jauh.
Sel Ependim
Sel ini merupakan sel epitel kolumner rendah bersilia yang melapisi rongga-
rongga pada susunan saraf pusat.
Mikroglia
Mikroglia (micros, kecil + glia) adalah sel kecil yang bentuknya memanjang
dengan juluran-juluran pendek yang ireguler. Inti selnya panjang dan padat,
berbeda dengan inti sel-sel glia lainnya yang berbentuk bulat. Mikroglia, sel
fagosit yang mewakili susunan fagosit mononukleus pada jaringan saraf, berasal
dari sel prekusor dalam sumsum tulang. Mereka terlibat dalam proses inflamasi
dan proses pembentukan SSP orang dewasa, mereka juga menghasilkan dan
melepaskan radikal protease dan oksidatif netral. Bila diaktifkan, mikroglia
berperan sebagai sel pengenal antigen (Antigen Presenting Cell).
15
3. Fungsi sisi motorik dan sensorik serta otonom
Terdapat 12 pasang saraf cranial, yaitu:
1. Saraf Kranial I (Olfactorius): Sensoris; Penciuman
2. Saraf Kranial II (Opticus): Sensoris; Penglihatan, input refleks fokus dan
konstriksi pupil di limbik
3. Saraf Kranial III (Okulomotorius): Motoris; Pergerakan bola mata,
elevasi alis, konstriksi pupil dan memfokuskan lensa
4. Saraf Kranial IV (Trochlearis): Motoris; Pergerakan bola mata ke bawah
5. Saraf Kranial V (Trigeminus):
a. Saraf optalmikus: Sensoris; Input dari kornea, rongga hidung
bagian atas, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian atas alis,
konjungtiva kelenjar air mata
b. Saraf maksilaris: Sensoris; Input dari dagu, bibir atas, gigi atas,
mukosa rongga hidung, palatum, faring
c. Saraf Mandibularis: Sensoris, Motoris; Input dari lidah (bukan
pengecapan), gigi bawah, kulit di bawah dagu, mengunyah
6. Saraf Kranial VI (Abdusen): Motoris; Pergerakan mata ke lateral
7. Saraf Kranial VII (Fasialis): Sensoris, Motoris; Pengecapan, Salivasi,
lakrimasi, pergerakan otot wajah
8. Saraf Kranial VIII (Vestibulocochlearis): Sensoris; Vestibular untuk
keseimbangan, cochlearis untuk pendengaran
9. Saraf Kranial IX (Glossofaringeus): Sensoris, Motoris; Pengecapan,
sensasi lain dari lidah, salivasi dan menelan
10. Saraf Kranial X (Vagus): Sensoris, Motoris; Menelan, monitor kadar
oksigen dan karbondioksida darah, tekanan darah, kegiatan organ
visceral lain
11. Saraf Kranial XI (Aksesorius): Motoris; Produksi suara di laring,
pergerakan kepala dan bahu, muscle sense
12. Saraf Kranial XII (Hipoglosus): Motoris, Pergerakan lidah saat bicara,
mengunyah, muscle sense
16
Tabel Fungsi Saraf Otonom
Parasimpatik Simpatik
mengecilkan pupil
menstimulasi aliran ludah
memperlambat denyut jantung
membesarkan bronkus
menstimulasi sekresi kelenjar
pencernaan
mengerutkan kantung kemih
memperbesar pupil
menghambat aliran ludah
mempercepat denyut jantung
mengecilkan bronkus
menghambat sekresi kelenjar
pencernaan
menghambat kontraksi
kandung kemih
4. Komposisi dan fungsi pembentukan LCS
Pleksus koroideus terdiri atas lipatan - lipatan ke dalam dari piamater yang
menyusup ke bagian dalam ventrikel. Ia ditemukan pada atap ventrikel ketiga
dan keempat, dan sebagian pada dinding ventrikel lateral. Ia merupakan struktur
veskular yang terbuat dari kapiler fenestra yang berdilatasi.
Pleksus koroideus terdiri atas jaringan ikat longgar dari piamater, dibungkus
oleh epitel selapis kuboid atau silindris yang memiliki karakteristik sitologi dari
sel pengangkut ion.
Fungsi utama pleksus koroideus adalah membentuk cairan serebrospinal, yang
hanya mengandung sedikit bahan padat dan mengisi penuh ventrikel, kanal
sentral dari medulla spinalis, ruang subarachnoid dan ruang perivaskular. Ia
penting untuk metabolisme susunan saraf pusat dan merupakan alat pelindung,
berupa bantalan cairan dalam ruang subarachnoid.
17
Komposisi normal cairan serebrospinal adalan protein (15-45 mg/dl), glukosa
(50-75 mg/dl), beberapa sel deskuamasi, dan memiliki densitas yang rendah
(1,004-1,008 gr/ml)
Gambar 8. Aliran cairan serebrospinal
CSF dibentuk di Ventrikel lateral, lalu melalui interventrikuler foramen masuk
ke ventrikel III dan melalui Aqua Duktus CSF mengalir ke Ventrikel IV. Di
ventrikel IV terdapat 3 buah lubang terbuka di dasar ventrikel 4. Melalui ketiga
lubang tersebut CSF mengalir ke Subarachnoid spaces (cisterna magna)
disebelah medulla, aliran berlanjut ke Spinal lalu ke lumbal sisterna. Sebagian
naik lagi ke otak melelui subarachnoid spaces masuk ke vili arachnoid dan sinus
sagital superior. Vili arachnoid memiliki katup yang sensitif dengan tekanan
dengan sistem satu arah. CSF selalu diperbarui sekitar 3 kali dalam sehari.
5. Sistem saraf motorik dan sensorik, serta kontrol visceral dalam sistem saraf
Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang
keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang
keluar dari sumsum tulang belakang.
18
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
a. Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
b. lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
c. empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9,
dan 10.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus
yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus
vagus membentuk bagian saraf otonom. Oleh karena daerah jangkauannya
sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus
merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan.
Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang
saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf
pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus.
Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut.
a. Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang
mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma
b. Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan
c. Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki
Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun
dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam
sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis
yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada
pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung
ganglion disebut urat saraf post ganglion.
19
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak
pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di
sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga
mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai
urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang
dibantu.
Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis).
Sistem saraf parasimpatik terdiri dari keseluruhan "nervus vagus" bersama
cabang-cabangnya ditambah dengan beberapa saraf otak lain dan saraf sumsum
sambung.
Gambar 9. Kontrol visceral dalam sistem saraf
20
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Wildan. 1999. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Benatar, Michael; dkk. 2006. Neurology. II. Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins
Junqueira, L.Carlos; dkk. 1998. Histologi Dasar. I. Jakarta: EGC
S.Lesson, Thomas; dkk. 1996. Buku Ajar Histologi. VI. Jakarta: EGC
Japardi Iskandar. 2008. Cairan Serebrospinal. Medan: FK USU
Cahyani S., Nani. 2008. Pengantar Sistem Motorik Somatik. Jakarta: FKUI
www.wordpress.com
www.depkes.go.id
21