stop kriminalisasi dokter (1)

Upload: nur-rakhma-akmalia

Post on 10-Jan-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kastrad

TRANSCRIPT

STOP KRIMINALISASI DOKTER

Perjanjian antara dokter dengan pasien adalah perjanjian pengupayaan atau usaha maksimal untuk memberi pelayanan medik sesuai standar profesi, bukan perjanjian hasil.Aksi solidaritas sejawat yang dilakukan dengan memakai kemeja hitam dan pita hitam, izin tidak melakukan praktek selama 3 hari di tempat praktek pribadi hingga wujud aksi satu hari tanpa dokter pada tanggal 27 November 2013 merupakan gejolak keprihatinan para dokter atas tindak kriminalisasi yang dilakukan pada dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani, SpOG , dkk.dr. Dewa Ayu Sasiary Prawani, SpOG, dr. Hendi Siagian dan dr. Hendry Simanjuntak telah ditetapkan sebagai terdakwa oleh Mahkamah Agung dan dijatuhi hukuman selama 8 bulan penjara terhitung sejak tanggal 8 November 2013. Ketiganya dijatuhi hukuman atas dakwaan telah melakukan malpraktek pada pelaksanaan tindakan sectio caesaria yang menyebabkan kematian Ny. SM (25) pada Sabtu, 10 April 2010 pukul 22.00 WITA di Ruang Operasi Rumah Sakit Umum Prof. Dr. R. D. Kandouw Malalayang Kota Manado. Sebelumnya, pada tanggal 15 September 2011 ketiga dokter tersebut telah murni dibebas lepaskan dari tuntutan karena berdasarkan keterangan saksi ahli dan bukti rekam medik membuktikan tidak ditemukan adanya tindakan yang menyalahi SOP (Standar Oprasional Prosedur). Namun, pada bulan September 2011 jaksa penuntut kembali mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung karena ditemukan bukti adanya emboli udara yang masuk ke dalam bilik jantung Ny. SM sehingga menghambat darah masuk ke paru-paru yang mengakibatkan terjadi kegagalan fungsi paru dan jantung. Ditilik dari riwayat kondisi pasien, pasien datang ke Rumah Sakit pada pukul 7.00 WITA dalam keadaan kondisi air ketuban sudah pecah dan setelah delapan jam masuk tahap persalinan, tidak ditemukan tanda kemajuan dan justru muncul tanda-tanda gawat janin. Sementara itu, pelaksanaan tindakan juga masih menunggu penyelesaian proses administrasi Rumah Sakit. Pada pukul 20.55 WITA dokter memutuskan untuk melakukan tindakan cito sectio cesaria setelah mempertimbangkan risiko kegawat daruratan pasien pelaksanaan prosedur pembedahan sesuai standar operasi. Namun setelah dilakukan operasi, kondisi pasien semakin memburuk dan sekitar 20 menit kemudian, Ny. SM telah dinyatakan meninggal dunia.Dirunut dari kronologisnya, Jadi apakah munculnya emboli udara di bilik jantung pasien lantas dapat dianggap sebagai hasil tindak malpraktek dokter setelah semua prosedur tindakan dilakukan dengan baik? Perlu ditekankan bahwa tindakan malpraktek merupakan bentuk kelalaian dokter dalam memepergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim digunakan dalam mengobati pasien menurut ukuran di lingkungan yang sama sehingga mengakibatkan kerugian pada pasien. Pada kasus ini dokter telah melakukan upaya semaksimal mungkin dalam penanganan kegawat daruratan pasien, namun munculnya emboli pasca operasi merupakan kasus langka yang dapat terjadi secara tak terduga dan tidak dapat diprediksi kemunculannya. Emboli sendiri merupakan penyumbatan pembuluh darah oleh suatu bahan seperti darah, air ketuban, udara, lemak, trombus dan komponen-komponen lain. Kasus ini perlu dilakukan peninjauan kembali mengingat munculnya kasus emboli pasca bedah merupakan risiko tak terduga dan terjadi diluar kuasa dokter karena tanda-tandanya pun sangat sulit dideteksi. Dalam hal ini tidak serta merta segala bentuk kesalahan lantas ditimpakan pada pundak dokter saja, diperlukan saksi ahli dan bukti konkrit yang kuat untuk menilai kronologi kejadian dari setiap prosedur tindakan yang diambil oleh dokter. Sementara itu, Majelis Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK) selaku pengadilan tertinggi profesi dokter juga menyatakan tidak ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian pada ketiga dokter tersebut dalam melakukan operasi pada pasien.Munculnya kasus kriminalisasi pada dokter bukan hanya membawa dampak tercorengnya nama baik dan martabat seorang dokter di mata umum, tetapi disadari hal ini juga akan berdampak pada pelayanan dokter di instansi kesehatan bahkan pelayanan praktik dokter di masyarakat. Dokter menjadi segan ataupun berusaha alih dan lepas dari tanggung jawab untuk kasus-kasus dengan risiko tinggi karena adanya ketakutan untuk pengambilan risiko pada setiap tindakan yang dilakukan walaupun telah dilakukan sesuai standar. Maka berdasarkan pertimbangan tersebut, kami mahasiswa FK UNIMUS (Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang) ingin menyampaikan pernyataan sikap kami mengenai bergulirnya kasus yang menimpa dr. Ayu, dkk. Kami tidak setuju dokter disalahkan atas kelemahan sistem administrasi. Kami tidak setuju dokter disalahkan karena keharusan pelaksanaan tindakan kedokteran yang harus dibuat saat keadaan darurat. Kami tidak setuju terhadap tuduhan bahwa dokter yang sudah melakukan upaya semaksimal mungkin sesuai standar prosedur operasional namun dalam hal tak terduga tidak mampu menyelamatkan nyawa pasien, kemudian dokter tesebut dinyatakan melakukan tindakan malpraktek. Kami menyadari mengenai tugas dan amanah yang diemban oleh profesi dokter sesuai sumpah atau janji profesi dan etika kedokteran, dan tidak pernah ada niatan untuk melukai apalagai menghilngkan nyawa orang lain. Kami mahasiswa FK UNIMUS menyatakan menolak keras segala bentuk tindak kriminalisasi pada dokter.Kami berharap dengan adanya kasus ini menjadi titik balik bagi kita semua, sehingga semua pihak dapat bertindak lebih adil dan bijaksana dalam menentukan sikap. Dokter juga manusia, yang telah mengesampingkan segala bentuk risiko medis yang ada dan dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tetap berusaha mengabdikan diri untuk memberikan pelayanan demi keselamatan dan kesehatan pasien-pasiennya. Mari kita hargai itu semua dengan menghentikan segala bentuk tindak kriminalisasi pada dokter. Salam perubahanStaff Kastrad Nur Rakhma Akmalia