stimulan adalah.docx

Upload: mardisupriyansah

Post on 31-Oct-2015

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TUGAS SISTEM PERKEMIHAN FARMAKOLOGI

Disusun :

MARDI SUPRIYAN SAHS10061

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANYAYASAN RUMAH SAKIT ISLAMTAHUN AJARAN 2012-2013

A. Stimulan

Stimulan adalah obat-obatan yang menaikkan tingkat kewaspadaan di dalam rentang waktu singkat. Stimulan biasanya menaikkan efek samping dengan menaikkan efektivitas, dan berbagai jenis yang lebih hebat sering kali disalahgunakan menjadi obat yang ilegal atau dipakai tanpa resep dokter. Stimulan yang disalah gunakan tersebut dapat digolongkan dalam kelompok narkotika.Stimulan menaikkan kegiatan sistem saraf simpatetik, sistem saraf pusat (CNS), atau kedua-duanya sekaligus. Beberapa stimulan menghasilkan sensasi kegirangan yang berlebihan, khususnya jenis-jenis yang memberikan pengaruh terhadap CNS.Stimulan dipakai di dalam terapi untuk menaikkan atau memelihara kewaspadaan, untuk menjadi penawar rasa lelah, di dalam situasi yang menyulitkan tidur (misalnya saat otot-otot bekerja), untuk menjadi penawar keadaan tidak normal yang mengurangi kewaspadaan atau kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan bobot tubuh (phentermine), juga untuk memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi orang-orang yang didiagnosis sulit memusatkan perhatian (terutama ADHDDalam peristiwa yang jarang terjadi, stimulan juga dipakai untuk merawat orang yang mengalami depresi. Stimulan kadang-kadang dipakai untuk memompa ketahanan dan produktivitas, juga untuk menahan nafsu makan. Eforia yang dihasilkan oleh beberapa stimulan mengarah kepada penggunaan rekreasionalnya, meskipun hal ini tidaklah legal di dalam sebagian besar sistem hukum.Berdasar efek yang terjadi pada tubuh orang yang mengkonsumsi stimulan, ada 2 jenis stimulan yaitu :

1. Obat yang bersifat stimulansia sedang adalah:a) Cafein dalam kopi, teh dan minuman kokakolab)Ephedrin yang digunakan untuk pengobatan bronchitis dan asthmac)Nikotin dalam tembakau, selain bagi perokok berat yang digunakan untuk relaks/istirahat

2. Obat yang bersifat stimulansia kuat:a)Amphetamine, termasuk amphetamine yang illegal seperti Shabub)Kokaine atau coke atau crackc)Ecstasyd)Tablet diet seperti Duromine dsb.

Saat mengkonsumsi stimulan, Stimulan akan diserap dalam tubuh (darah), diiringi dengan pelepasan Adrenalin dan pemblokade-an hormone insulin. Adrenalin lebih dikenal sebagai hormon Fight or Flight. Efek dari kerja adrenalin:a. Detak jantung yang sangat cepatb. Meningkatnya tekanan darahc. Tarikan nafas yang berat dan cepat

Saat Adrenalin dilepas tubuh kita pun akan melepaskan cadangan glukosa ke dalam darah. Kemudian, insulin akan memerintahkan sel tubuh untuk menyerap kelebihan glukosa dalam darah. Efek ini sering disebut sebagai hyperglycaemic, yaitu tingginya kadar gula dalam darah. Inilah alasan kenapa saat mengkonsumsi, seseorang tidak merasa lapar dan akan tahan untuk tidak makan selama berjam-jam. Lebih banyak dijumpai pengguna yang berbadan kurus dibandingkan pengguna yang kelebihan berat badan.

Dalam jangka panjang, Stimulan dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, mengakibatkan si pengguna, walaupun sudah lama berhenti mengkonsumsi, sangat rentan terhadap serangan jantung dan stroke. Ini sebagai akibat dari rusaknya pembuluh arteri dalam darah, yang salah satu fungsinya, mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh.

Di dalam otak, sebagai respon terhadap Stimulan, otak akan memerintahkan tubuh untuk membuat zat endorphin lebih banyak lagi. Endorphin adalah senyawa protein yang lebih tepat disebut sebagai bodys natural pain killer. Struktur kimia Endorphin tidaklah jauh berbeda dengan painkiller kelas atas seperti morphine. Endorhpin dapat membuat seseorang merasa relaks dan euphoria.

Ketergantungan insomnia, kehilangan nafsu makan tekanan darah tinggi sakit perut Kematian rasa lelah perasaan terganggu sakit kepala

Stimulan adalah zat yang dapat meningkatkan kerja organ-organ tubuh manusia namun juga dapat menimbulkan efek negatif jika digunakan secara berlebihan.Misalnya penurunan berat badan, kerusakan syaraf hingga kematian

B. ANTI DEPRESAN

Depresi adalah suatu kondisi medis-psikiatris dan bukan sekedar suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi medis, efek samping obat, atau aktivitas kehidupan. Kondisi yang cukup parah menyebabkan gangguan klinis yang signifikan atau perusakan dalam keadaan sosial, pekerjaan, atau bidang-bidang penting lainnya. Antideprasan merupakan obat-obat yang efektif pada pengobatan depresi, meringankan gejala gangguan depresi, termasuk penyakit psikis yang dibawa sejak lahir.Antidepresan digunakan untuk tujuan klinis dalam sejumlah indikasi termasuk yang berikut ini :

Untuk mengurangi perasaan gelisah, panik, dan stres. Meringankan insomnia Untuk mengurangi kejang / serangan dalam perawatan epilepsi. Menyebabkan relaksasi otot pada kondisi ketegangan otot. Untuk menurunkan tekanan darah dan atau denyut jantung. Untuk meningkatkan mood dan atau meningkatkan kesupelan.Jenis antidepresan adalah :antidepresan trisiklik (ATS), inhibitor monoamine oksidase (MAOI).,inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), dan sekelompok antidepresan lain yang tidak termasuk tiga kelas pertama. Indikasi klinis utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor. Obat ini juga berguna dalam pengobatan gangguan panik, gangguan ansietas (cemas) lainnya dan enuresis pada anak-anak. Berbagai riset terdahulu menunjukkan bahwa obat ini berguna untuk mengatasi gangguan defisit perhatian pada anak-anak dan bulimia serta narkolepsi.Anti deprasan seperti amitriptilin juga memiliki efek anti kejang. Golongan ini digunakan pada pasien yang depresi dan juga mengalami kecemasan, atau untuk penggunaan jangka lama dimana dikhawatirkan timbul ketergantungan bila menggunakan benzodiazepine. Inhibitor MAO seperti meclobemid sangat berguna pada pasien depresi dengan fobia. Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti citaloram bisa digunakan untuk serangan panic.

a. Antidepresan Trisiklik

Obat antidepresan trisiklik adalah sejenis obat yang digunakan sebagai antidepresan sejak tahun 1950. Dinamakan trisiklik karena struktur molekulnya mengandung 3 cincin atom. Mekanisme kerja ATS tampaknya mengatur penggunaan neurotransmiter norepinefrin dan serotonin pada otak. Manfaat Klinis dengan riwayat jantung yang dapat diterima dan gambaran EKG dalam batas normal, terutama bagi individu di atas usia 40 tahun, ATS aman dan efektif dalam pengobatan penyakit depresif akut dan jangka panjang. Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan, perawat harus mampu mengetahui efek samping umum dari anti depresan dan mewaspadai efek toksik serta pengobatannya. Obat ini menyebabkan sedasi dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, hipotensi ortostatik, kebingungan sementara, takikardia, dan fotosensitivitas. Kebanyakan kondisi ini adalah efek samping jangka pendek dan biasa terjadi serta dapat diminimalkan dengan menurunkan dosis obat. Efek samping toksik termasuk kebingungan, konsentrai buruk, halusinasi, delirium, kejang, depresi pernafasan, takikardia, bradikardia, dan koma.Contoh obat-obatan yang tergolong antidepresan trisiklik diantaranya adalah amitriptyline, amoxapine, imipramine, lofepramine, iprindole, protriptyline, dan trimipramine.b. Selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI)

Diduga SSRI meningkatkan 5-HT di celah sinaps, pada awalnya akan meningkatkan aktivitas autoreseptor yang justru menghambat pelepasan 5-HT sehingga kadarnya turun dibanding sebelumnya. Tetapi pada pemberian terus menerus autoreseptor akan mengalami desensitisasi sehingga hasilnya 5-HT akan meningkat dicelah sinaps di area forebrain yang menimbulkan efek terapetik. Contoh obat-obat yang tergolong SSRI diantaranya adalah fluoxetine, paroxetine, dan sertraline. c. Monoamine oxidase inhibitor (MAO inhibitor)

Dulu MAO secara nonselektif mengeblok MAO A dan B isoenzym dan memiliki efek antidepresan yang mirip dengan antidepresan trisiklik. Namun, MAOIs bukan obat pertama terapi antidepresan karena pasien yang menerima harus disertai dengan diet rendah tiramin untuk mencegah krisis hipertensi karena MAOIs membawa resiko interaksi obat dengan obat lain. MAOI tidak bersifat spesifik dan akan menurunkan metabolisme barbiturate, analgesic opioid dan alkohol. Meclobamid menghambat MAO A secara selektif dan reversible, relative aman dengan efek samping utama pusing, insomnia, dan mual. Contoh obat-obat MAOIs diantaranya phenelzine, dan tranylcypromine.

C. AnalgetikAnalgetik atau penghalang rasa nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Analgetik anti inflamasi di duga bekerja berdasarkan penghambatan sintesis prostaglandin (mediator nyeri). Rasa nyeri sendiri dapat di bedakan dalam tiga kategori diantaranya yaitu: a. Analgetik Perifer

Analgetik Perfer yaitu mengenai rasa nyeri dan demam. Rasa nyeri merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Demam juga adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri. Kini para ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi. Pada suhu di atas 37C limfosit dan mikrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu melampaui 40-41C, barulah terjadi situasi krisis yang bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh.

b. Analgetik Antiradang dan Obat-Obat Rema

Analgetik antiradang di sebut juga Arthritis, adalah nama gabungan untuk dari seratus penyakit yang semuanya bercirikan rasa nyeri dan bengkak, serta kekakuan otot dengan terganggunya fungsi alat-alat penggerak (sendi dan otot). Yang paling banyak di temukan adalah artrose (arthiritis deformansi) (Yun.arthon = sendi,Lat.deformare = cacat bentuk), di sebut juga osteoartrose atau osteoarthritis.Bercirikan degenerasi tulang rawan yang menipis sepanjang progress penyakit, dengan pembentukan tulang baru, hingga ruang di antara sendi menyempit.

c. Analgetik Narkotik

Analgetik narkotik, kini di sebut juga Opioida (mirip opiat), adalah zat yang bekerja terhadap reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respons emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi).Gejala dan Penyebab 1. GejalaGejala yang khas berupa bengkak dan nyeri simetris di sendi-sendi tersebut. Nyeri ini paling hebat waktu bangun pagi dan umumnya berkurang setelah melakukan aktivitas. Nyeri waktu malam dapat menyulitkan tidur. Sendi-sendi ini menjadi kaku waktu pagi (morning stiffness), sukar digerakkan dan kurang bertenaga, khususnya juga setelah bangun selama 1-2 jam lebih. Gejala lainnya adalah perasaan lelah dan malas. Pada lebih kurang 20% dari pasien terdapat benjolan-benjolan kecil (noduli), terutama di jari-jari serta pergelangan tangan dan kaki.2. PenyebabMediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan dan jaringan lain. Nociceptor ini terdapat di seluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan amat banyak sinaps via sumsum belakang, sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus (opticus) impuls kemudian di teruskan ke pusat nyeri di otak besar, di mana impuls dirasakan sebagai nyeri. Ada juga beberapa macam yang menyebabkan nyeri di antaranya sendi yang di bebani terlalu berat dengan kerusakan mikro yang berulang kali, seperti pada orang yang terlampau gemuk, juga akibat arthritis septis atau arthritis laid an tumbuhnya pangkal paha secara abnormal (dysplasia). Hanya sebagian kecil kasus yang disebabkan keausan akibat penggunaan terlalu lama dan berat.

Golongan Obat

Atas dasar kerja farmakologinya,analgetik di bagi menjadi dua golongan obat kelompok besar,yakni:1. Analgetik Non-narkotikGolongan Analgetik ini dibagi menjadi dua, yaitu : a. Analgetik periferAnalgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, mengakibatkan vasodilatasi perifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai keluarnya keringat.Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer di golongkan terdri dari golongan salisilat, golongan para-aminofenol, golongan pirazolon, dan golongan antranilat. Contohnya Parasetamol, Asetosal, Antalgin.b. Analgetik NSAIDs (Non Steroid Anti Inflammatory Drugs)Anti radang sama kuat dengan analgesik di gunakan sebagai anti nyeri atau rematik contohnya asam mefenamat, ibuprofen. 2. Analgetik narkotik (analgetik central)Analgetik narkotik bekerja di SSP, memiliki daya penghalang nyeri yang hebat sekali yang bersifat depresan umum (mengurangi kesadaran) dan efek sampingnya dapat menimbulkan rasa nyaman (euforia). Obat ini khusus di gunakan untuk penghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker. Contoh obatnya : Morfin, Codein, Heroin, Metadon, Nalorfin.Yang termasuk analgetik narkotik antara lain :a. Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam : Alkaloida candu Zat-zat sintetisCara kerja obat-obat ini sama dengan morfin, hanya berlainan mengenai potensi dan lama kerjanya, efek samping, dan risiko akan kebiasaan dengan ketergantungan.b. Antagonis Opiat, bila digunakan sebagai analgetika, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.c. Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid, tetapi tidak mengaktivasi kerjanya dengan sempurna.

Obat-obat tersendiri1) Antalgin a) Mekanisme kerja :Aminopirin merupakan derivate pirazolon yang mempunyai efek sebagai analgesik, antipiretik. Efek antipiretik diduga berdasarkan efek mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus dan menghabisi biosintesa dari prostaglandin sedangkan efek analgesiknya mengurangi rasa nyeri cukup kuat.b) Efek Samping agranulosis, reaksi hipersensitifitas, reaksi pada kulit.

2) Asam Mefenamat a) Mekanisme kerja Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretik.b) Efek SampingSangat minimal selama dalam dosis yang di anjurkan. Dapat terjadi gangguan saluran cerna antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah dan diare, rasa ngantuk,pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia.

3) Ibuprofen a) Mekanisme kerja Ibuprofen merupakan derivat asam fenil propionate dari kelompok obat anti inflamasi non steroid. Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu.Prostaglandin berperan pada pathogenesis inflamasi, analgesik dan damam. Dengan demikian maka ibuprofen mempunyai efek anti inflamasi dan analgetik-antipiretik.Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek samping lebih ringan terhadap lambung.Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1-2 jam setelah pemberian. Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang di absorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8-2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit inaktif, sempurna dalam 24 jam.b) Efek Samping Efek samping adalah ringan dan bersifat sementara berupa mual, muntah, diare, konstipasi, nyeri lambung, ruam kulit, pruritus, sakit kepala, pusing, dan heart burn.

4) Parasetamol a) Mekanisme kerja :Parasetamol adalah derivate p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik di sebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah hingga tidak digunakan sebagai anti rematik. Pada penggunaan per oral parasetamol di serap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma di capai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian. Parsetamol dieksekresikan melalui ginjal, kurang dari 5 % tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.

D. Gangguan sistem kemih

a. PatofisiologiInfeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu: masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya: Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif. Mobilitas menurun Nutrisi yang sering kurang baik System imunnitas yng menurun Adanya hambatan pada saluran urin Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun..

b. Tanda/gejalaTanda dan gejala yang berhubungan dengan ISK bervariasi.Separuh dari klien yang ditemukan adanya bakteri dalam urin tidak menunjukan gejala.Infeksi Saluran KemihTanda dan gejala ISK bagian bawah :1) nyeri dan rasa panas ketika berkemih2) spasame pada area kandung kemih dan suprapubishematuria3) nyeri punggung dapat terjadiTanda dan gejala ISK bagian atas :1) Demam menggigil2) nyeri panggul dan pinggang3) nyeri ketika berkemih4) malaise5) pusing6) mual dan muntah

c. Mekanisme kerja dan titik tangkap obat1. AzitromisinAzitromisin memperlihatkan resistensi silang dengan galur gram positif resisten eritromisin. Sebagian besar galur Enterococcus faecalis dan methicillin-resistant staphylococci resisten terhadap azitromisin.

2. Doxycycline

Agen antibakteri yang efektif melawan organisme gram-positive dan gram-negative.

3. TetrasiklinTetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis protein. Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman 30 S hingga mencegah terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan juga berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat menembus sel mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan keracunan pada individu yang menerimanya.

d. Hal-hal yang perlu diperhatikan/diketahui pasien dalam asuhan keperawatan

Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina. Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas: Terapi antibiotika dosis tunggal Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu Terapi dosis rendah untuk supresiPemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi, factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis rendah.Penggunaan medikasi yang umum mencakup: trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius jug adapt digunakan untuk mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya: Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan Interansi obat Efek samping obat Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui ginjal

e. Kontra indikasi1. AzitromisinHipersensitif terhadap azitromisin atau makrolida lainnya.

2. Doxycycline Riwayat sensitifitas, fotordermatotis, kerusakan hati

f. Efek samping obat 1. AzitromisinMual, rasa tidak nyaman di perut, muntah, kembung, diare, gangguan pendengaran, nefritis interstisial, gangguan ginjal akut, fungsi hati abnormal, pusing/vertigo, kejang, sakit kepala, dan somnolen.

2. Doxycycline Gangguan saluran pencernaan, kerusakan hati.

3. TetrasiklinEfek samping yang mungkin timbul akibat pemberiangolongan tetrasiklin dapat dibedakan dalam 3 kelompok yaitureaksi kepekaan,reaksi toksik dan iritatifsertareaksi yang timbul akibat perubahan biologlk.

REAKSI KEPEKAAN.

Reaksi kulit yang mungkin timbul akibat pemberian golongantetrasiklin ialah erupsi rnorbiliformis, urtikaria dan dermatitiseksfoliatif. Reaksi yang lebih hebat ialah udem angioneurotikdan reaksi anafilaksis. Demam dan eosinofilia dapat pulaterjadi pada waktu terapi berlangsung. Sensitisasi silangantara berbagai derivat tetrasiklin sering terjadi

REAKSI TOKSIK DAN IRITATIF.

Iritasi lambung terutama dg oksitetrasiklin dan doksisiklin. Terjadi tromboflebitis pd pemberian iv dan rasa nyeri setempatbila golongan tetrasiklin disuntikkan im tanpa anestetik lokal. Terapi lama menimbulkan kelainan darah tepi spt leukositosis,limfosit atipik, granulasi toksik pd granulosit dn trombositopenia Reaksi fototoksik pd pemberian demetilklortetrasiklin. Hepatotoksisitas dpt terjadi pd pemberian golongan tetrasiklindosis tinggi (lebih dari 2 gram sehari) dan paling sering terjadisetelah pemberian parenteral. Pada gigi susu maupun gigi tetap, tetrasiklin dpt menimbulkandisgenesis, perubahan warna permanen dan kecenderunganterjadinya karies. Perubahan warna bervariasi dr kuning coklatsampai kelabu tua. Jangan digunakan mulai pertengahankedua kehamilan sampai anak berumur 8 tahun. Pemberian pd neonatus dpt mengakibatkan peninggian tek.intrakranial dan mengakibatkan fontanel menonjol. Pd keadaanini tdk ditemukan kelainan CSS dan bila terapi dihentikan makatekanannya akan menurun kembali dengan cepat.