status ujian agnes
DESCRIPTION
gkuTRANSCRIPT
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat / Tanggal Lahir : Palembang, 29 September 1968
Pendidikan : S2 Manajemen
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. H. Taib no 104 Rt 05/09 Sasak Tinggi, Pamulang
Tanggal masuk RS :14 Desember 2011
Riwayat Perawatan :
Rawat jalan di Rumah Sakit Pertamina Jaya pada tahun 1995
Rumah Sakit khusus Jiwa Dharma Graha pada tanggal 19 Juni 2005, 10
September 2009, dan 14 Desember 2011
1
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Autoanamnesa:
Tanggal 2 Maret 2012, pukul 09.00 di Pendopo RS Khusus Jiwa Dharma Graha
Serpong
Tanggal 3 Maret 2012, pukul 09.00 di Pendopo RS Khusus Jiwa Dharma Graha
Tanggal 5 Maret 2012, pukul 10.00 di Pendopo RS Khusus Jiwa Dharma Graha
Alloanamnesa:
Tanggal 2 Maret 2012, pukul 11.00 WIB melalui keterangan perawat
Tanggal 2 Maret 2011, pukul 14.45 WIB melalui keterangan adik angkat pasien
(di Rs Khusus Jiwa Dharma Graha)
A. KELUHAN UTAMA/INDIKASI RAWAT:
Pasien dirawat dengan alasan suka marah-marah, curiga terhadap lingkungan,
merasa ada yang berbuat jahat terhadap dirinya, dan keluarga tidak sanggup mengurus
pasien.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
Alloanamnesa:
Menurut keterangan keluarga dan perawat, pasien dibawa ke RS Khusus Jiwa
Dharma Graha karena pasien suka marah-marah, gelisah, curiga terhadap lingkungan
dimana pasien menuduh hartanya akan diambil oleh keluarga tantenya, merasa ada yang
menyantet dan ingin membunuh dirinya. Dikarenakan orangtua pasien telah meninggal
dan pasien tinggal sendiri sehingga tidak ada yang mengurus pasien setiap harinya,
maka oleh paman dan adik angkatnya R pasien dibawa ke RS Khusus Jiwa Dharma
Graha.
Saat ini, pasien terlihat lebih tenang, emosi terkendali, pasien dapat dan mau
mengikuti kegiatan di RS, curiga terhadap lingkungan dan orang sekitar, merasa ada
yang berbuat jahat terhadap dirinya dan masih mendengar suara-suara bisikan yang
2
menurut catatan medis merupakan suara seorang wanita yang berbicara tentang santet
dan harta pasien yang akan diambil oleh keluarga tantenya. Saat ini pasien mendapatkan
pengobatan: hexymer (triheksifenidil) 2x2 mg, presidal (risperidone) 2x2 mg, clozaril
(clozapin) ½-½- 1 tab.
Menurut keluarga, pasien di rumah termasuk orang yang cukup malas, yang
sehari-hari bersantai-santai di rumah, makan, menonton tv dan bermain internet. Dalam
bidang pekerjaan, pasien sempat bermain saham namun gagal karena pasien tidak serius
menekuni bidang tersebut. Kemudian pasien juga banyak merencanakan ingin bekerja
namun karena satu pun dari keinginannya bekerja tak ada yang berhasil menyebabkan
pasien sempat stres dan mulai muncul gejala pada tahun 1995. Sebelum masuk rumah
sakit, pasien tinggal sendiri dan sempat membuka usaha menjual memory card namun
karena kondisi pasien yang sudah menunjukkan gejala maka usaha yang dijalaninya ini
pun tidak berhasil pula sehingga pasien hanya bermalas-malasan di rumah.
Dari kecil pasien termasuk anak yang sangat dimanja kedua orangtuanya dimana
keinginannya selalu dikabulkan. Hal ini dikarenakan pasien merupakan anak satu-
satunya. Pasien tinggal bersama ibunya yang lumpuh dan ayahnya serta adik angkatnya
R, namun pada tahun 2005 ibu pasien meninggal dunia karena lumpuh dan penyakit tua,
kemudian pada tahun 2009 ayah pasien meninggal karena stroke. Adik angkat pasien
(R) yang masih merupakan sepupu pasien juga kembali ke rumah orangtuanya
dikarenakan takut tinggal berdua saja dengan pasien sehingga semenjak kematian
ayahnya pasien hanya tinggal sendiri di ruko peninggalan orangtuanya. Kematian
ayahnya membuat pasien sangat terpukul karena selama ini ayahnya merupakan tulang
punggung keluarga yang membiayai kehidupan pasien. Pasien juga terus-menerus
memikirkan harta warisan ayahnya (uang dan ruko) dan mengganggap bahwa setiap
tindakan keluarganya bertujuan untuk mengambil hartanya.. Pasien juga mempunyai
keinginan menikah namun menurut keluarga sampai saat ini pasien belum menikah
karena ia termasuk orang yang sangat pemilih.
Autoanamnesa:
Pasien mengatakan dirinya dibawa ke RS Dharma Graha dijemput oleh pihak
Rumah sakit di ruko tempat pasien tinggal dengan alasan pasien suka marah-marah,
3
gelisah, mebanting-banting barang. Pasien mengaku antara sadar dan tidak saat
melakukan hal tersebut karena ia yakin bahwa ia dikendalikan oleh orang yang
menyantetnya. Suatu kali pasien juga pernah mencoba membunuh dirinya sendiri
dengan mencoba mengiris pergelangan tangannya karena dikendalikan oleh orang
tersebut. Ia yakin bahwa ia disantet menggunakan santet kepala tengkorak oleh orang
yang sakit hati dan ingin membunuh dirinya Menurut orang pintar yang pernah
dikunjungi pasien di Bali hanya satu orang yang bisa selamat dari santet tersebut. Saat
ini santet tersebut dapat ditangkal apabila pasien rajin beribadah. Pasien juga yakin
bahwa ibu pasien mengalami lumpuh selama 28 tahun hingga meninggal karena disantet
oleh orang yang merupakan teman sekerja ibunya. Pasien kasihan melihat kondisi
ibunya. Menurutnya, ayah pasien termasuk sosok ayah teladan dimana walaupun ibu
pasien telah lumpuh sekian lama, ayahnya tetap setia mendampingi ibunya dan sangat
menyayangi dirinya.
Pasien juga mengaku sering mendengar suara-suara bisikan yang sampai saat ini
masih didengar melalui kedua telinganya, namun tidak terlihat orang yang berbicara
dengannya saat itu. Suara tersebut merupakan suara satu orang namun pasien tidak
mendiskripsikan suara laki-laki atau perempuan serta tidak menjelaskan apa yang
dikatakan oleh suara tersebut. Menurutnya bisikan-bisikan itu merupakan pengalaman
gaib berkomunikasi dengan malaikat.
Pasien juga yakin bahwa tantenya ingin menjodohkan dirinya dengan anaknya
yang bernama E dikarenakan tantenya ingin agar harta keluarganya tidak pindah
kemana-mana atau ingin mengambil hartanya. Pasien tidak mau dijodohkan dengan E.
Pasien juga mengatakan bahwa pihak RS menjemputnya atas permintaan adik
angkatnya R dan menurut pasien hal ini hanyalah menghabiskan harta orangtuanya saja
karena biaya dirawat di RS sangat mahal. Menurutnya obat yang diberikan tidak
memberikan efek apapun karena pasien sakit karena disantet dan sampai saat ini pihak
rumah sakit masih belum memperbolehkan ia pulang karena ingin menguras hartanya.
C.RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA :
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
4
Tahun 1995 gejala pertama kali muncul dimana pasien suka tertawa sendiri,
berbicara sendiri, dan marah-marah. Gejala ini muncul diduga karena pekerjaan
pasien yang tidak pernah berhasil. Saat itu pasien kontrol di Rumah Sakit
Pertamina Jaya selama ± 1bulan, namun karena tidak ada perbaikan, pasien
berhenti berobat. Selama berhenti berobat masih terus terdapat gejala.
Tahun 2005 pasien masih terus tertawa sendiri, berbicara sendiri, marah-
marah, curiga, dan membanting-banting barang dan hal ini semakin menjadi-jadi
apabila hal yang diinginkan pasien terutama dalam hal pekerjaan tidak tercapai.
Hal ini dirasakan menggangu oleh keluarga sehingga pasien dibawa ke RS
Khusus Jiwa Dharma Graha dan dirawat selama 8 bulan.
Tahun 2009 Setelah kematian ayahnya, pasien kembali menjadi suka marah-
marah, membanting barang, curiga terhadap lingkungan dimana pasien
mengganggap bahwa keluarganya ingin mengambil harta warisannya, bicara
sendiri, tertawa sendiri dan menolak minum obat sehingga akhirnya pasien
dirawat kembali di RS Khusus Jiwa Dharma Graha.
2. Riwayat Zat Psikoaktif
Pasien mengakui tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Pasien
biasanya dapat menghabiskan 2 bungkus rokok sehari, namun setalah dirawat di RS
pasien hanya diperbolehkan merokok 6 batang sehari. Pasien merokok sejak 10 tahun
lalu dengan alasan terlihat lebih menarik apabila laki-laki merokok.
3. Kondisi Medis Umum
Pasien tidak pernah ditemukan riwayat trauma kepala, kejang, dan gangguan
kesadaran disangkal. Riwayat penyakit lain disangkal.
5
III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. MASA PRENATAL DAN PERINATAL
Pasien merupakan anak yang dikehendaki orang tuanya. Selama kehamilan ibu
pasien dalam kondisi sehat, hamil cukup bulan, dan lahir spontan.
B. MASA KANAK-KANAK AWAL (0-3 TAHUN)
Selama masa batita, pasien tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya
secara normal. Tidak ada riwayat penyakit yang cukup berat.
C. MASA KANAK-KANAK PERTENGAHAN (4-11 TAHUN)
Pasien tumbuh dan berkembang normal sesuai dengan usianya. Perkembangan
perilaku dan kepribadiannya juga normal sesuai dengan usianya. Pasien dapat bergaul
dengan teman seusianya secara normal. Pasien mengecap pendidikan di TK YDPP dan
SD YDPP (Yayasan Dharma Prata Pertamina) Pangkalan Brandan Medan. Pasien
sangat dimanja oleh kedua orangtuanya. Ketika pasien kelas 2 SD ibu pasien mengalami
lumpuh sehingga hanya dapat berbaring di tempat tidur. Hal ini membuat pasien sangat
sedih memikirkan kondisi ibunya sehingga prestasi belajarnya yang termasuk peringkat
5 besar di kelasnya pun merosot. Menurut pasien, ibunya menjadi lebih emosional.
D. MASA KANAK-KANAK AKHIR (PUBERTAS – REMAJA)
Pasien cukup banyak teman di sekolah, dan bukan menjadi ketua dalam
kelompoknya. Pasien mengecap pendidikan di SMP YDPP (Yayasan Dharma Prata
Pertamina) Pangkalan Brandan Medan kemudian karena ayahnya dipindah tugaskan ke
daerah Jakarta maka pasien melanjutkan pendidikan di SMAN 3 Jakarta. Pasien tidak
pernah tinggal kelas. Pasien dimanja oleh kedua orangtuanya.
E. RIWAYAT MASA DEWASA
1. Riwayat Pendidikan
Pasien menamatkan pendidikan di :
Sarjana Teknik Mesin Universitas Trisakti
6
Jurusan Management di Amerika (keluarga lupa nama universitas tempat pasien
menuntut ilmu)
2. Riwayat Pekerjaan
Setelah menyelesaikan pendidikan di Amerika, pasien bermain saham. Namun
usaha pasien tersebut tidak berhasil. Kemudian pasien melanjutkan pekerjaan menjual
memory card lewat internet yang menurut keluarga usaha tersebut juga tidak berhasil.
3. Riwayat Pernikahan
Pasien belum pernah menikah namun terdapat keinginan untuk menikah setelah
keluar dari RS dengan wanita yang sesuai dengan kriterianya.
4. Riwayat Agama
Pasien memeluk agama Islam sejak kecil dan rutin melakukan sholat. Pasien
juga sudah pernah menunaikan ibadah haji. Saat ini pasien masih rutin melakukan
ibadah sholat 5 waktu karena merasa hatinya damai saat melakukan sholat.
5. Riwayat Psikoseksual
Pasien mengaku tidak pernah melakukan hubungan seksual. Riwayat tertarik
terhadap sesama jenis disangkal.
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun berurusan
dengan pihak berwajib.
7. Aktivitas Sosial
Pasien jarang mengikuti kegiatan di lingkungan rumahnya dan jarang berpergian
bersama teman-temannya karena lebih sering menghabiskan waktunya untuk bersantai-
santai di rumah sambil menonton tv dan bermain internet.
8. Riwayat Keluarga
7
GENOGRAM
KETERANGAN:
Wanita Laki-laki, gangguan jiwa, pasien
Laki-laki Penanda Meninggal
9. Situasi Kehidupan Sekarang
Sebelum dirawat di RS, pasien tinggal sendiri di ruko dikarenakan orangtua
pasien telah meninggal. Pasien sehari-harinya bersantai-santai di rumah, menonton tv
dan bermain internet serta berjualan memory card melalui internet. Adik angkat pasien
sering berkunjung ke rumah pasien untuk membersihkan rumah dan berbicara dengan
pasien. Biaya kehidupan pasien saat ini diperoleh dari hasil warisan ayahnya yang
dahulu bekerja di Pertamina.
10. Persepsi Tentang Diri dan Lingkungannya
Pasien saat ini sadar sedang berada di RS Khusus Jiwa Dharma Graha, namun
pasien mengatakan bahwa pasien mengalami hal ini dikarenakan ada orang yang
menyantetnya. Pasien mengaku bisa beradaptasi dengan lingkungan dan penghuni RS,
8
namun pasien ingin pulang karena pasien merasa cukup bosan apalagi di RS pasien
hanya diperbolehkan merokok 6 batang sehari.
11. Mimpi, Fantasi, dan Nilai-Nilai
Pada saat ini pasien sering mempunyai khayalan dan fantasi tentang masa depan
bahwa setelah keluar dari RS, pasien akan melanjutkan berdagang menjual memory
card dan ingin mengontrakkan ruko yang diwariskan ayahnya.
IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 43 tahun, dengan penampilan sesuai usianya,
perawakan besar (gemuk) dengan tinggi badan 180 cm, berkulit coklat, rambut pendek
beruban. Cara berpakaian seadanya, menggunakan kaos oblong berwarna kuning
dengan celana pendek berwarna dasar biru dan terdapat garis-garis merah.
2. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Selama wawancara, kontak mata antara pasien dengan pembicara inadekuat..
Pasien dapat bersikap sopan, duduk tenang, tidak terdapat perlambatan aktivitas
psikomotor, namun mudah teralih terhadap lingkungan sekitarnya (tatapan curiga).
3. Sikap Terhadap Pemeriksa
Sikap pasien terhadap pemeriksa cukup kooperatif, namun terlihat sedikit curiga.
B. MOOD DAN AFEK
1. Mood : eutimik
2. Afek : terbatas
3. Keserasian : serasi
C. BICARA9
Pasien cenderung pasif, berbicara hanya jika ditanya, volume suara cukup
dengan artikulasi yang jelas, mampu menjawab pertanyaan secara tepat, isi pembicaraan
dapat dimengerti namun terkesan sedikit curiga.
D. GANGGUAN PERSEPSI
Halusinasi audiotorik (mendengar suara bisikan seorang wanita yang berbicara
tentang santet dan harta warisan).
E. PIKIRAN
1. Proses pikir : koheren
2. Isi pikir :
Waham kejar (dia dan ibunya disantet dan ada yang ingin membunuh pasien)
Waham curiga (tantenya menjodohkan anaknya dengan dia agar memperoleh
hartanya)
Waham dikendalikan (pasien marah-marah, membanting barang, mencoba
membunuh diri karena dikendalikan oleh orang yang menyantetnya)
Preokupasi tentang harta warisan (uang)
F. SENSORI DAN KOGNITIF
Taraf kesadaran dan kesiagaan
compos mentis, kesiagaan baik
Orientasi :
o Waktu : baik, pasien dapat membedakan pagi, siang, malam, mengetahui
tanggal bulan dan hari
o Tempat: baik, pasien dapat menyebutkan tempat dimana pasien dirawat
o Orang : baik, pasien mengenali pasien-pasien yang ada di RS
Daya Ingat
10
o Jangka panjang: baik, pasien dapat mengingat masa kanak-kanaknya,
masa sekolahnya
o Jangka sedang : baik, pasien masih mengingat kegiatan yang dilakukan
1-2 bulan yang lalu
o Jangka pendek: baik, dapat mengingat menu makan malam satu hari
yang lalu
o Jangka segera : baik, dapat mengulang 6 angka yang baru saja diucapkan
oleh pemeriksa
Konsentrasi dan Perhatian
baik, dapat melakukan pengurangan 100 dikurangi 7 dan seterusnya (hingga 7
kali pengurangan), serta dapat mengeja huruf dari sebuah kata.
Kemampuan membaca dan menulis
baik, pasien dapat membaca tulisan yang tertera di buku dan dapat menuliskan
namanya.
Kemampuan visuospasial
baik, pasien dapat menggambarkan jam, menempatkan angka secara benar, dan
menunjukkan jarum panjang dan pendek.
Pikiran abstrak:
baik, pasien dapat mengartikan peribahasa “air susu dibalas dengan air tuba”,
“tong kosong nyaring bunyinya” dengan benar.
Intelegensi dan kemampuan informasi
baik, pasien dapat menyebutkan ibukota Indonesia, nama presiden Indonesia,
apa nama pulau dimana Jakarta berada.
G. KEMAMPUAN MENGENDALIKAN IMPULS
11
Pasien dapat mengendalikan emosinya selama wawancara dan berperilaku
sopan.
H. DAYA NILAI DAN TILIKAN
1. Daya Nilai Realita : terganggu
2. Tilikan
Insight terganggu, derajat 3 dimana pasien mengetahui bahwa ia sakit namun
pasien mengatakan bahwa hal itu disebabkan karena ia disantet orang.
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA / REABILITAS
Secara umum pasien dapat dipercaya.
V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. STATUS INTERNIS
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Keadaan gizi : baik
Nadi : 76x/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Berat badan : 115 kg
Tinggi badan : 180 cm (IMT: 35,49 = obesitas grade II)
B. PEMERIKSAAN FISIK
Kepala : bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam beruban,
tidak mudah dicabut
Mata : sklera tidak ikterik, conjunctiva tidak anemis, pupil bulat,12
isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, arcus senilis -/-
Hidung : bentuk normal, tidak ada sekret
Telinga : bentuk normal, tidak ada sekret
Mulut : bibir tidak kering, letak uvula ditengah, tidak terdapat sariawan
Jantung :
o Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : ictus cordis teraba di MCL sinistra ICS V, tidak kuat
angkat
o Perkusi : batas jantung dalam batas normal
o Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru-Paru :
o Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
o Palpasi : stem fremitus kiri dan kanan sama kuat
o Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
o Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen :
o Inspeksi : tampak datar, tidak tampak luka
o Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
pembesaran
o Perkusi : timpani pada keempat kuadran
o Auskultasi : bising usus dalam batas normal
13
Extremitas : edema (-), deformitas (-)
C. STATUS NEUROLOGIS
Tanda rangsang meningeal : (-)
Peningkatan TIK : (-)
Nervus cranialis : dalam batas normal
Pupil : bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung dan tidak langsung +/+
Sensorik : baik
Motorik : baik
Fungsi serebelum & koordinasi: baik
Refleks patologis : -/-
Refleks fisiologis : +/+
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien adalah seorang laki-laki berumur 43 tahun, agama Islama, suku Jawa
bangsa Indonesia, belum menikah. Pendidikan terakhir S2 management di Amerika.
Pertama kali pasien menunjukan gejala gangguan mental pada tahun 1995 ketika
pekerjaan yang ditekuni pasien tidak berhasil dan pasien sempat melakukan kontrol 1
bulan di RS Pertamina Jaya dan pernah 2 kali dirawat di RS Khusus Jiwa Dharma
Graha. Pasien saat ini dirawat karena alasan suka marah-marah, curiga terhadap
lingkungan, merasa ada yang berbuat jahat terhadap dirinya, dan keluarga merasa sudah
tidak sanggup mengurus pasien.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan gejala-gejala
bermakna didapatkan laki-laki berpenampilan seadanya dengan perawakan besar
(gemuk), menggunakan kaos oblong berwarna kuning, celana pendek berwarna dasar
14
biru dengan garis merah, rambut pendek hitam beruban. Pembicaraan cukup pasif,
berbicara jika ditanya, volume cukup, artikulasi jelas, isi pembicaraan dapat dimengerti
namun terkesan sedikit curiga. Kontak mata inadekuat dan mudah teralih terhadap
lingkungan sekitarnya. Proses pikir koheren, isi pikir terdapat waham kejar (yakin ada
yang menyantet dan ingin membunuh dirinya), waham curiga (yakin tantenya
menjodohkan anaknya dengan dia karena ingin mengambil hartanya), waham
dikendalikan (pasien dikendalikan oleh orang yang menyantetnya) serta terdapat
preokupasi tentang harta warisan(uang). Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik (bisikan-bisikan seorang wanita yang berbicara tentang santet dan harta
warisan). Mood eutimik, afek terbatas dan serasi. Daya nilai realita terganggu, tilikan
derajat 3. Tidak terdapat gangguan sensori dan kognitif.
Dari pemeriksaan fisik dan status internis didapatkan obesitas Grade II (IMT
35,49). Tidak didapatkan kelainan fisik dan internis lainnya serta riwayat penggunaan
obat-obat terlarang disangkal. Pasien merokok 6 batang sehari.
VII. FORMULA DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya perubahan pola perilaku atau psikologis yang
secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang
menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam pekerjaan dan
kehidupan sosial pasien. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan dari hasil, anamnesis, pemeriksaan status mental, pemeriksaan fisik
dan menurut PPDGJ III, maka dapat disimpulkan bahwa :
AKSIS I (Gangguan Mental):
I. Berdasarkan gejala-gejala adanya pola perilaku atau psikologik yang secara klinik
bermakna yang ditemukan pada pasien, yaitu :
adanya hendaya dalam kemampuan daya nilai realita
lingkungan (keluarga) mengeluh
15
adanya gejala psikopatologi (halusinasi, waham)
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita suatu PSIKOSIS.
II. Berdasarkan :
Kesadaran : compos mentis
Orientasi : baik
Sensori dan kognitif : baik
Tidak terdapat kelainan organik yang dikaitkan dengan gangguan jiwa atau dasar
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
Maka dapat disimpulkan pasien menderita suatu PSIKOSIS NON ORGANIK
III. Berdasarkan penemuan bermakna yang didapatkan dari anamnesa dan pemeriksaan
status mental, didapatkan :
Halusinasi auditorik (bisikan-bisikan seorang perempuan yang berkata tentang
santet dan harta warisan)
Waham kejar (yakin ada yang menyantet dan ingin membunuh pasien)
Waham curiga (yakin bahwa tantenya menjodohkan anaknya dengan pasien
untuk mendapatkan harta pasien)
Waham dikendalikan (yakin bahwa ia mencoba membunuh dirinya, marah-
marah, banting-banting barang karena dikendalikan orang yang menyantetnya)
Berlangsung lebih dari 1 bulan
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita SCHIZOPHRENIA
IV. Berdasarkan adanya gejala yang menonjol berupa:
Waham kejar
Waham curiga
Halusinasi auditorik16
Waham dikendalikan
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita SCHIZOPHRENIA
PARANOID.
AKSIS II (Gangguan Kepribadian):
Berdasarkan anamnesa tidak ditemukan data secara klinis yang cukup bermakna
untuk menentukan suatu gangguan kepribadian karena itu tidak ditemukan diagnosis
untuk aksis II.
AKSIS III (Kondisi Medik Umum):
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan neurologis didapatkan bahwa
pasien memiliki obesitas grade II.
AKSIS IV (Masalah Psikososial dan Lingkungan):
Berdasarkan anamnesa didapatkan keterangan mengenai adanya stressor berupa
pekerjaan yang tidak berhasil, kematian ayah pasien dan mengenai harta warisan.
AKSIS V (Penilaian Fungsi Secara Global):
Menurut PPDGJ III dinilai Global Assesment of Functioning Scale untuk saat
ini dan dalam satu tahun terakhir adalah 60-51 dengan gejala sedang, disabilitas sedang.
VIII.EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia paranoid,
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : obesitas grade II
Aksis IV : didapatkan adanya stressor berupa pekerjaan yang tidak
berhasil, kematian ayah pasien dan harta warisan.
17
Aksis V : GAF satu tahun terakhir adalah 60-51 yaitu beberapa gejala
` sedang, disabilitas sedang.
IX. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : tidak didapatkan keluhan (terdapat obesitas grade II namun
tidak terdapat keluhan).
2. Psikologik :
Gangguan persepsi : halusinasi audiotorik
Isi pikir : waham kejar, waham curiga, waham dikendalikan,
preokupasi harta warisan(uang)
Mood dan afek : eutimik, afek terbatas, appropriate affect
Pembicaraan :cukup pasif, berbicara jika ditanya, terkesan curiga
Kontak mata : inadekuat dan mudah teralih terhadap lingkungan
sekitarnya
Daya nilai realita : terganggu
Tilikan : derajat 3
3. Lingkungan dan Sosioekonomi : dari segi ekonomi pasien tidak mempunyai
penghasilan, biaya hidup dari warisan ayahnya.
X. RENCANA TATALAKSANA
A. PSIKOFARMAKA
Antipsikotik atipikal : risperidone 2x2mg / hari
18
B. NON PSIKOFARMAKA
1. Psikoterapi: Terapi suportif
Pengawasan minum obat, agar gejala dan keluhan berkurang
Memotivasi pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur demi
kesembuhannya
Memotivasi dan memberi dukungan kepada pasien untuk dapat melakukan
aktivitas seoptimal mungkin
2. Terapi Psikososial:
Konseling keluarga: memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang
penyakit yang diderita pasien dan pentingnya dukungan serta motivasi dalam
kepatuhan pengobatan pasien
Terapi rekreasi: mengikutsertakan pasien dalam kegiatan rekreasi dan kesenian
yang diadakan
3. Terapi lainnya
Memotivasi pasien untuk menjalankan pola hidup sehat
C. RENCANA TATALAKSANA LAIN
Anjuran pemeriksaan:
Anjuran pengukuran berat badan rutin
Pemeriksaan laboratorium darah (anjuran pemeriksaan 6 bulan sekali):
o Fungsi ginjal: ureum, kreatinin
o Fungsi hati: SGOT, SGPT
o Pemeriksaan profil lipid dan glukosa darah
o Pemeriksaan darah perifer lengkap
19
XI. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : ad malam
20