status rumput laut indonesia, peluang dan tantangan 2

7
 SEAPlant.net 21 Tropical seashores within 10% latitude Coral Triangle 71% Latin America 14% Indian Ocean West Africa Pacific Oceania 3% East Africa seacoast within 10 o N/S latitude 118,043 KM Solomon Islands 7% Indonesia 65% Malaysia 6% Papua New Guinea 6% Philippines 15% Timor Leste 1% seacoast within 10 o N/S latitude 83,556 KM 5% 3% 4% GLOBAL CORAL TRIANGLE 6 WHERE KAPPAPHYCUS GROWS BEST STATUS RUMPUT LAUT INDONESIA PELUANG DAN TANTANGAN Oleh : Cocon, S.Pi*  Sebagai bagian dari Coral Triangel , Indonesia memang disuguhi begitu besar potensi perairan dengan segenap sumberdaya dan keanekaragaman hayati yang ada. Rumput laut salah satu komoditas yang saat ini menjadi trend di pasar perdagangan global pun mampu tumbuh subur di perairan bumi pertiwi ini. Sumber dari SEAplant.net menyebutkan bahwa perairan Indonesia hampir menguasai 65 % potensi perairan coral  tri  angel  yang potensial untuk tumbuh kembangnya berbagai jenis rumput laut khususnya jenis Kappaphycus  alvarezii , jauh mengungguli potensi negara-negara lainnya yaitu berturut-turut Philipina sebesar 15%, Kepulauan Solomon 7%, Malaysia 5%, Papua Nugini 5% dan Timor Leste sebesar 1%. Berbagai jenis rumput laut ekonomis tinggi dan telah berhasil dibudidayakan di Perairan Indonesia secara umum berasal dari jenis alga merah ( Rhodophyceae ) antara lain Eucheuma cottonii  / Kappaphycus alvarezii doty , E. Spinosum , dan Gracilaria  sp; Ptylopora  dan Halymenia  sp Dari aspek pasar menunjukan bahwa perkembangan pasar rumput laut di perdagangan global menunjukkan trend kenaikan yang cukup tinggi, seiiring dengan peningkatan kebutuhan bahan baku industri baik untuk food  grade , pharmaeutical  maupun industryal grade . Pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat dan Kompleksitas nilai guna rumput laut yang begitu besar sebagai penunjang kebutuhan hidup masyarakat dunia, maka tidak heran meman g jika saat ini rumput laut menjadi komoditas yang prospektif dan telah menjadi bagian dari kebutuhan global. Betapa tidak sejak kita bangun tidur sampai pada saat melakukan aktivitas, sebenarnya kita telah terbiasa menggunakan produk berbahan baku rumput laut. Indonesia memanfaatkan peluang Membangun sebuah cita-cita memang harus bermula dari mimpi besar, sejatinya itulah yang saat ini sudah mulai dibangun Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Kelautan dan Perikanan melalui penetapan Visi menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar dunia tahun 2015. Visi yang oleh beberapa kalangan dianggap terlalu ambisius. Ya, mungkin itu persepsi dari sebagian masyarakat awam yang memandangnya sebagai sesuatu hal yang maustahil mampu dicapai. Namun demikian, satu hal yang perlu dicatat, bahwa sejak orientasi arah

Upload: kang-chons

Post on 08-Jul-2015

53 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2

5/9/2018 Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/status-rumput-laut-indonesia-peluang-dan-tantangan-2-559ca323a4174 1/7

 

SEAPlant.net 21

Tropical seashores within 10% latitude

Coral Triangle71%

Latin

America 14%

IndianOcean

West Africa

Pacific Oceania 3%East Africa

seacoast

within 10o

N/S latitude118,043 KM

SolomonIslands

7%

Indonesia65%

Malaysia6%

PapuaNew Guinea

6%

Philippines

15%

Timor Leste 1%

seacoastwithin 10o

N/S latitude83,556 KM

5%

3%

4%

GLOBAL CORAL TRIANGLE 6

WHERE KAPPAPHYCUS GROWS BEST

STATUS RUMPUT LAUT INDONESIAPELUANG DAN TANTANGAN

Oleh : Cocon, S.Pi*) 

Sebagai bagian dari Coral Triangel , Indonesiamemang disuguhi begitu besar potensiperairan dengan segenap sumberdaya dankeanekaragaman hayati yang ada. Rumputlaut salah satu komoditas yang saat inimenjadi trend di pasar perdagangan globalpun mampu tumbuh subur di perairan bumipertiwi ini. Sumber dari SEAplant.net menyebutkan bahwa perairan Indonesiahampir menguasai 65 % potensi perairan coral  tri   angel  yang potensial untuk tumbuhkembangnya berbagai jenis rumput lautkhususnya jenis Kappaphycus   alvarezii , jauhmengungguli potensi negara-negara lainnyayaitu berturut-turut Philipina sebesar 15%,Kepulauan Solomon 7%, Malaysia 5%, PapuaNugini 5% dan Timor Leste sebesar 1%.Berbagai jenis rumput laut ekonomis tinggi dan telah berhasil dibudidayakan di Perairan Indonesiasecara umum berasal dari jenis alga merah (Rhodophyceae ) antara lain Eucheuma cottonii  /Kappaphycus alvarezii doty , E. Spinosum , dan Gracilaria sp; Ptylopora dan Halymenia sp

Dari aspek pasar menunjukan bahwa perkembangan pasar rumput laut di perdagangan global

menunjukkan trend kenaikan yang cukup tinggi, seiiring dengan peningkatan kebutuhan bahan bakuindustri baik untuk  food   grade , pharmaeutical  maupun industryal grade . Pertumbuhan penduduk dunia yang semakin pesat dan Kompleksitas nilai guna rumput laut yang begitu besar sebagaipenunjang kebutuhan hidup masyarakat dunia, maka tidak heran memang jika saat ini rumput lautmenjadi komoditas yang prospektif dan telah menjadi bagian dari kebutuhan global. Betapa tidak sejak kita bangun tidur sampai pada saat melakukan aktivitas, sebenarnya kita telah terbiasamenggunakan produk berbahan baku rumput laut.

Indonesia memanfaatkan peluangMembangun sebuah cita-cita memang harus bermula dari mimpi besar, sejatinya itulah yang saat inisudah mulai dibangun Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementrian Kelautan dan Perikananmelalui penetapan Visi menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan

terbesar dunia tahun 2015. Visi yang oleh beberapa kalangan dianggap terlalu ambisius. Ya, mungkinitu persepsi dari sebagian masyarakat awam yang memandangnya sebagai sesuatu hal yangmaustahil mampu dicapai. Namun demikian, satu hal yang perlu dicatat, bahwa sejak orientasi arah

Page 2: Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2

5/9/2018 Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/status-rumput-laut-indonesia-peluang-dan-tantangan-2-559ca323a4174 2/7

 

SEAPlant.net 5

Cultivated seaweeds in commerce

global production is about

1.2 M dry tons/yr

tropical RAGS productionis almost 25% of the total

290 K dry tons/yr

Laminaria56%

Porphyra

11%

Kappaphycus 17%

Undaria8%

Gracilaria 5%

Eucheuma 2%Other 1%

Based on FAO and SEAPlant.net data

35%

50%

15%

Indonesia

Philippines

Other

Posisi Indonesia dalam Industri Budidaya

Rumput Laut Dunia

pembangunan saat ini mulai digerakan terhadappendekatan pembangunan wilayah kepulauan(islands development approaches ), maka sudahsaatnya pembangunan berbasis Kelautan danPerikanan menjadi tumpuan utama dalamrangka membangun pergerakan ekonomi

nasional. Indonesai dengan segenap potensisumberdaya kelautan dan perikanan, memangmenjadi senjata ampuh dalam upayapencapaian visi tersebut. Dengan potensipengembangan budidaya air laut sebesar 8,4

 juta hektar, bukan hal mustahil mimpi besar itumampu dicapai jika semua elemen bangsa

mempunyai mimpi besar yang sama yangterimplementasi melalui kerjasama sinergi dalamupaya memanfaatkan sumberdaya perairan yangada.

Dalam upaya pencapaian Visi dan Misi tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan telahmenetapkan komoditas unggulan yang menjadi sasaran utama, dimana komoditas rumput lautmenjadi salah satu ikon yang diharapkan mampu mewujudkan mimpi besar Indonesia. Tahun iniIndonesia mampu menggeser pesaing utamanya Philipina sebagai produsen rumput laut terbesardunia dengan total produksi di Tahun 2010 mencapai 3.082.113 ton atau menguasai sekitar 50%produk rumput laut hasil budidaya di dunia yaitu untuk jenis Eucheuma , Gracilaria dan Kappaphycus .Sebuah keberhasilan tentunya yang diperlihatkan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan danPerikanan.

Bicara peluang terhadap pasar perdagangan rumput laut dunia, Indonesia berada pada posisi yangmempunyai peluang besar dalam memasok kebutuhan bahan baku rumput laut. Sebagai gambaranTahun 2010 peluang kebutuhan rumput laut Eucheuma  cottonii dunia mencapai 274.100 ton, dimanaIndonesia mempunyai peluang memberikan kontribusi ekspor sebesar 80.000 ton atau sekitar29,19% , sedangkan peluang kebutuhan dunia akan rumput laut jenis Gracilaria sp mencapai 116.000ton, dimana Indonesia mempunyai peluang kontribusi sebesar 57.500 atau sekitar 49,57% (sumber :BPPT dan ISS, 2006).

Proyeksi dan pencapaian produksi rumput laut IndonesiaJika mengacu pada visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka hal yang paling mungkinuntuk didorong peningkatannya dalam upayapencapaian target tersebut adalah sub sektorperikanan budidaya. Inilah, yang saat ini menjadiPekerrjaan Rumah yang besar bagi DirektoratJenderal Perikanan Budidaya dalam upaya menopang

terwujudnya mimpi besar Indonesia sebagaipenghasil produk perikanan terbesar dunia. DitjenPerikanan Budidaya telah menetapkan adanya targetpencaiapan produksi sebesar 353% sampai dengantahun 2014 khususnya bagi komoditas yang menjadiunggulan saat ini, dimana rumput laut menjadipenyumbang besar target pencapaian produksitersebut yaitu ditargetkan peningkatannya sebesar10 juta ton di Tahun 2014 .

Produksi rumput laut diproyeksikan rata-rata meningkat pertahun sebesar 32 % (dari Tahun 2010-2014) atau meningkat sebesar 392% dari Tahun 2009 ke Tahun 2014. Proyeksi tersebut masing-

masing berturut-turut Tahun 2009 diproyeksikan meningkat menjadi sebesar 2.574.000, Tahun 2010sebesar 2.672.800 ton, Tahun 2011 sebesar 3.504.200 ton, Tahun 2012 sebesar 5.100.000 ton,tahun 2013 sebesar 7.500.000 ton dan Tahun 2014 sebesar 10 juta ton. Data statistik menunjukkan

Page 3: Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2

5/9/2018 Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/status-rumput-laut-indonesia-peluang-dan-tantangan-2-559ca323a4174 3/7

 

Halymenia sp

bahwa Tahun 2010 produksi rumput laut Nasionalmencapai 3.082.113 ton mengalami kenaikan rata-rata sebesar 23% per tahun. Nilai ini mampumelampaui target/sasaran produksi Tahun 2010sebesar 15 % dari target di Tahun yang sama sebesar2.672.800 ton. Nilai tersebut tentunya menjadi salah

satu indikator bahwa langkah menuju target 10 jutaton di Tahun 2014 sangat optimis untuk dicapai. Totalproduksi rumput nasional tersebut masih didominasioleh 5 (lima) besar Provinsi utama penghasil rumputlaut berturut-turut Sulawesi Selatan, NTT, Bali,Sulawesi Tengah dan NTB.

Peningkatan produksi rumput laut Nasional diiringipula oleh peningkatan volume dan nilai ekspor rumputlaut Indonesia ke berbagai negara tujuan utama ekspor seperti China, Philipina, Vietnam, Hongkongdan Korsel. Perkembangan volume dan nilai ekspor dalam kurun waktu Tahun 2005 sampai denganTahun 2010 secara umum mengalami kenaikan. Tahun 2010 volume ekspor rumput laut Indonesia

(rumput laut kering, karaginan dan agar) mencapai 126.177.521 kg meningkat sebesar 34% daritahun sebelumnya yang mencapai angka 94.002.964kg. Sedangkan nilai ekspor Tahun 2010 mencapaisebesar 155.619.562 US$ meningkat 77 % Jikadibandingkan dari total nilai ekspor tahun sebelumnyayang mencapai 87.773.297 US$ (Sumber : Statistik Ekspor-Impor Produk Perikanan tahun 2010). Sebagaigambaran bahwa peluang kebutuhan hydrokoloid  dunia sampai dengan Tahun 2010 untuk produk karaginan (RC) mencapai 31.800 ton sedangkan untuk agar mencapai 18.120 (Sumber: Badan Pengkajiandan Penerapan Teknologi, 2006). Nilai tersebut

diprediksi akan mengalami kenaikan secara signifikanseiring semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dunia yang sudah barang tentu diiringi oleh semakin tingginya tuntutan kebutuhan hidup masyarakat.

Staregi dasar pencapaian peningkatan produksi rumput lautUpaya pemanfaatan potensi sumberdaya rumput laut Indonesia sebagai bentuk konkrit dalam rangkamewujudkan target pencapaian produksi, memang menjadi pekerjaan rumah bersama yang harussegera diselesaikan melalui kerjasama sinergi antara stakeholders  yang terlibat. Direktorat JenderalPerikanan Budidaya dalam hal ini telah menetapkan strategi dasar sebagai upaya mengoptimalkanpemanfaatan potensi dan pengembangan kawasan budidaya rumput laut di Indonesia.

Startegi dasar tersebut meliputi : 1). Kebijakan Ektensifikasi, diarahkan dalam upaya memperluasdan mengembangkan jumlah unit lahan budidaya, khususnya pada kawasan-kawasan startegis danpotensial untuk pengembangan rumput laut di Indonesia; 2). Kebijakan Intensifikasi, diarahkan

dalam upaya mengembangkan input teknologi budidaya yang secaralangsung berdampak terhadap peningkatan jumlah unit budidayadan kapasitas produksi; 3). Kebijakan Diversifakasi, diarahkandalam upaya memperkenalkan dan mengembangkan jenis-jenisrumput laut komersial yang mempunyai nilai ekonomis dan peluangpasar yang luas. Melalui UPT Direktorat Jenderal PerikananBudidaya, saat ini telah mampu memperkenalkan danmembudidayakan jenis rumput laut baru selain Kappaphycus  

alvarezii , antara lain Ptylopora sebagai bahan baku kertas yang telahberhasil dikembangkan di Bali dan Lombok, Halymenia  sp sebagai

penghasil lamba karaginan dan telah berhasil di budidayakan di Bali dan NTT (Kabupaten Rote Ndao).

Jenis baru ini diharapkan akan mampu dikembangkan di Perairan lain di Indonesia melalui alih terapteknologi budidaya terhadap masyarakat pembudidaya.

Page 4: Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2

5/9/2018 Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/status-rumput-laut-indonesia-peluang-dan-tantangan-2-559ca323a4174 4/7

 

Ptylopora 

Melihat rumput laut menjadi komoditas unggulan nasional dan telahsecara nyata mampu menggerakan ekonomi lokal, regional dannasional serta menjadi salah satu kegiatan usaha yang mampumenyentuh peran pemberdayaan masyarakat secara luas, makakebijakan industrialisasi rumput laut saat ini telah menjadi issue

penting dan telah ditindak lanjutimelalui nota kesepahaman mengenaipengembangaan kawasan budidayadan industri rumput laut di 7 Propinsi yakni Propinsi NTT, NTB, Sulawesi Tengah, Maluku, MalukuUtara, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Nota kesepahamn tersebut dibangun denganmelibatkan 6 lembaga/kementerian yakni Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian PDT,Kementeria Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UMKM, dan BadanKoordinasi Penanaman Modal.

Strategi pengembangan teknologi berbasis mutu dan keamanan pangan (food safety )Pencaiapan target peningkatan produksi rumput laut, bukan berarti dalam perjalanannya tidak mengalami kendala, namun demikian pada kenyataanya kendala tersebut seringkali muncul dan

berpotensi menghambat proses pengembangan rumput laut Indonesia. Permasalahan utama yangsaat ini dihadapi terkait : 1) permasalahan ketersediaan bibit bermutu dimana saat ini mulai terjadidegradasi kualitas bibit pada beberapa kawasan budidaya; 2) permasalahan jaminan mutu hasilproduksi budidaya yang berpotensi mengganggu rantai pasok (suplly   chain ) rumput laut; 3)Penerapan teknologi belum yang sepenuhnya menerapkan terwujudnya quality assurance , apalagifood safety, dan traceability  ; 4) permasalahan terhadap pengendalian hama penyakit maupundampak lingkungan perairan yang fluktuatif.

Dalam upaya menjawab permasalahan teknologi budidaya di atas, Ditjen Perikanan Budidaya telahmelakukan langkah kebijakan konkrit yang secara langsung menopang terhadap peningkatanproduksi rumput laut, antara lain:

Pertama, penerapan teknologi budidaya berkelanjutan melalui penerapan prinsip-prinsip CaraBudidaya Ikan yang Baik (CBIB) pasa setiap proses produksi. Direktorat Produksi Tahun 2010 telahmembuat acuan penerapan pelaksanaan CBIB serta petunjuk teknis penilaian sertifikasi CBIBbudidaya rumput laut, sehingga diharapkan ke depan telah mulai berkembang unit usaha budidayarumput laut yang tersertifikasi.

Kedua, Penyediaan bibit rumput laut yang berkualitas, melalui pengembangan kebun bibit rumputlaut di kawasan sentral budidaya rumput laut serta kebijakan alokasi subsidi bibit rumput laut.

Ketiga, Pembinaan intensif secara berkelanjutan baik teknis maupun non teknis. Upaya tersebutdalam bentuk monitoring, evaluasi, kegiatan temu lapang, serta kegiatan lain yang secara langsungmendukung aktivitas usaha budidaya;

Ke-empat, Dukungan dana penguatan modal, upaya tersebut melalui alokasi DPM, Paket Wirausaha,subsidi benih ,PUMP, , peluncuran skame kredit semisal KUR dan KPPE. Dimana upaya tersebut dalamrangka memberikan stimulan yang secara langsung mendukung peningkatan kapasitas usahaPokdakan rumput laut;

Ke-lima, Pengembangan kawasan pembudidayaan secara bertahap , yaitu melalui pengembangankawasan minapolitan budidaya, membangun pendekatan akuabisnis serta mendorong terbangunyapola kemitraan usaha yang berkelanjutan. Ditjen Perikanan Budidaya telah menetapkan 24Kabupaten/Kota sebagai sasaran percontohan minapolitan budidaya, dimana sebanyaak 6 KabupatenKota diarahkan untuk pengembangan rumput laut yakni Kabupaten Serang (Banten), KabupatenPandeglang (Banten), Kabupaten Sumbawa (NTB), Kabupaten Sumba Timur (NTT), KabupatenMorowali (Sulawesi Tengah), Kabupaten Pahuwato (Gorontalo)

Page 5: Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2

5/9/2018 Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/status-rumput-laut-indonesia-peluang-dan-tantangan-2-559ca323a4174 5/7

 

Ke-enam, membangun kerjasama, sinergitas, persamaan persepsi dan tanggungjawab bersamaantara seluruh stakeholders  dalam upaya pengembangan rumput laut nasional melalui kegiatanForum Budidaya Rumput laut. Direktorat Produksi telah menetapkan kegiatan “Forum Rumput LautNasional”  sebagai agenda tahunan. Dimana hasil rumusan kegiatan tersebut diharapkan akanmenjadi bahan acuan dan rekomendasi dalam menentukan langkah kebijakan strategis bagipengembangan rumput laut Nasional. Tahun 2010 telah diselenggarakan Forum Rumput Laut di

Propinsi Bali dengan fokus terhadap upaya pengembangan jenis rumput laut Halymenia  sp,sedangkan Tahun 2012 Forum Rumput Laut Nasional direncanakan dilaksanakan di Propinsi NTBdimana diharapkan akan mampu menjawab peluang, tantangan dan permasalahan bisnis perumputlautan Indonesia.

Produksi VS rantai pasok (suplly  chain )Pencapaian produksi yang menjadi kinerja Ditjen Perikanan Budidaya, ternyata belum sepenuhnyadiimbangi oleh mulusnya perputaran rantai pasok pada sebagian kawasan pengembangan. Kondisirantai pasok hasil produksi rumput laut masih menjadi permasalahan yang berpotensi menghambat

 jalannya siklus aquabisnis rumput laut. Kondisi ini secara umum masih terjadi di beberapa kawasansentral produksi rumput laut. Masih adanya Inkonsistensi  yang mencakup Jaminan kontinyuitaspenyerapan produksi, stabilitas harga dan jaminan kualitas produksi masih menjadi penghambat mata

rantai produksi, dimana fenomena ini terjadi karena masih munculnya permasalahan pasar di levelzona I (pembudidaya) dan zona II (pengepul). Beberapa industri nasional mengaku bahwa saat iniseringkali terjadi kompetisi pasar yang tidak sehat, dimana saat ini harga pasar masih dikendalikanpihak eksportir yang lebih parah dengan masuknya para spekulan yang masuk dan melakukanpembelian langsung di tingkat pembudidaya. Kondisi ini berpotensi industri nasional akan sulitbersaing dalam melakukan penyerapan produk dari hulu.

Kebijakan pembatasan ekspor rumput laut dalam bentuk  raw   material  merupakan langkah baik,namun demikian sejatinya pembatasan ekspor rumput laut tersebut hendaknya diimbangi olehkemampuan penyerapan bahan baku oleh Industri Nasional. Langkah awal yang perlu dilakukanadalah dengan melakukan pemetaan kebutuhan bahan baku rumput laut serta jumlah/kemampuanindustri nasional dalam melakukan penyerapan produksi dari pembudidaya. Upaya tersebut dalam

rangka menjamin keseimbangan antara produksi yang dihasilkan pembudidaya (hulu) dengan  jaminan penyerapan produksi yang ada di hilir (industri). Disamping itu Industri Nasional perludidorong agar pro aktif melakukan kontrol langsung terhadap spesifikasi mutu yang dihasilkanpembudidaya. Konsep iPasar yang diharapkan mampu menjawab permasalahan rantai pasok rumputlaut Indonesia perlu segera diiplementasikan terutama di sentra-sentra produksi rumput laut, langkahawal yang perlu dilakukan adalah melakukan sosialisasi secara menyeluruh terhadap stakeholders  terkait mekanisme dan konsep iPasar sehingga diharapkan akan terbangun persamaan persepsi gunamenghindari image negatif di kalangan pelaku usaha terkait peran iPasar.

Pentingnya Kelembagaan dalam aquabisnis rumput lautKenapa Kelembagaan yang penulis tekankan, dan apa pula hubungannya dengan siklus aquabisnis ?Menurut Hermanto dan Subowo, 2006 membedakan bahwa secara empiris kelembagaan dapatdibedakan, antara lain: (1) kelembagaan sosial nonbisnis yang merupakan lembaga yang mendukungpenciptaan teknologi, penyampaian teknologi, penggunaan teknologi dan pengerahan partisipasimasyarakat, seperti lembaga penelitian, penyuluhan, kelompok tani dan sebagainya, dan (2) lembagabisnis penunjang yang merupakan lembaga yang bertujuan mencari keuntungan, seperti koperasi,usaha perorangan, usaha jasa keuangan dan sebagainya. Kelembagaan sendiri mempunyai arti luasyang mencakup aturan main, kode etik, sikap dan tingkah laku seseorang, organisasi atau suatusistem. Nah, ke-dua jenis kelembagaan inilah sesungguhnya yang harus menjadi isyu penting dalamupaya menggerakan siklus aquabisnis rumput laut yang berkelanjutan, jika kelembagaan ini mampuberjalan secara efektif sangat mungkin permasalahan yang saat ini masih mendera tidak lagi menjadipenghambat bagi keberlangsungan usaha dari para pelaku.

Melalui kelembagaan maka akan terbangun aturan yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama, hak dan kewajiban anggota, mampu mengatur kode etik, membangun kontrak melalui pola

kemitraan yang berkelanjutan, informasi pasar dan teknologi, serta membangun link pasar yangberkelanjutan. Pelaku yang tergabung dalam kelembagaan yang kuat sudah sejatinya akan

Page 6: Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2

5/9/2018 Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/status-rumput-laut-indonesia-peluang-dan-tantangan-2-559ca323a4174 6/7

 

Pola CSR kerjasama Pemda Kab. Pulau Morotai

dengan Bank  Indonesia

mempunyai pola pikir yang maju (visioner ) serta mampu beradaptasi dalam menghadapi prosesdinamika kelompok.

Sejarah menunjukkan bahwa di negara-negara maju, kelembagaan yang baik akan mampumendorong tumbuh kembangnya kegiatan bisnis dan pembangunan secara umum. Sudah bukanrahasia umum, bahwa aquabisnis rumput laut yang dikelola dengan baik telah memberikan kontribusi

yang sangat besar terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat baik sebagai modal ekonomi(economic capital ) khususnya dalam penyediaan kebutuhan hidup, modal alam (natural capital )dalam penyediaan produk-produk primer, modal finansial (financial capital ) pemenuhan kebutuhanakan keuangan, dan modal sosial (social capital ) sebagai penyedia lapangan pekerjaan bagimasyarakat pesisir. Ke-lima modal diatas tentunya akan mampu dicapai melalui kerjasama sinergiyang didasarkan oleh rasa tanggungjawab (responsibility ), komitmen, kesamaan kebutuhan dankepercayaan (trust ).

Kelembagaan penunjang, misalnya koperasi yang dikelola secara profesional pada kawasanpengembangan budidaya rumput laut akan menjamin pergerakan rantai pasok (suplly chain ) padasetiap unit produksi dengan begitu secara langsung akan mempengaruhi terhadap peningkatanefektifitas dan efisiensi jalannya siklus aquabisnis rumput. Pada akhirnya satu-satunya jalan untuk 

mewadahi hal tersebut di atas adalah melalui pengembangan kelembagaan, sehingga kelembagaanmestinya sudah harus menjadi isyu penting dalam pengembangan aquabisnis rumput laut yangberkelanjutan. Sejatinya sebuah kelembagaan penunjang menjadi unsur penting dalam menjaminperputaran mata rantai siklus aquabisnis rumput laut. Koperasi sebagai bentuk demokrasi ekonomiIndonesia telah terbukti mampu menumbuhkembangkan pergerakan ekomoni masyarakat.Sayangnya, koperasi dibeberapa daerah masih belum mewakili kebutuhan/kepentingan anggota,artinya Ruh koperasi belum tertanam dalam wadah organisasi tersebut. Koperasi yang dikelolasecara profesional akan menjamin keberlanjutan usaha yang dijalankan oleh anggota karena secaralangsung akan berpengaruh terhadap peningkatan bargaining position  hasil produksi, jaminankualitas, jaminan pasar dan stabilitas harga. Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi yangdicanangkan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM sangat positif dan perlu diterapkan kuhsusnyapada kawasan pengembangan perikanan budidaya.

Membangun kemitraan usaha yang berkelanjutanDalam hal ini penulis perlu menekankan bagaimana kelembagaan menjadi faktor penting dalammembuka peluang membangun kemitraan usaha yang bersifat luas. Karena dalam aquabisnis sendiriinteraksi antara subsistem/unit usaha akan berjalan efektif jika pola kemitraan tersebut mampudibangun secara kuat dan berkelajutan. Dalam siklus aquabisnis peran kemitraan sendiri diibaratkansebagai   “Bahan bakar” yang tentunya akan mempengaruhi pergerakan semua sistem yang ada.Lalu kemitraan yang bagaimana yang akan mampu menggerakan jalannya siklus tersebut,.? MenurutSuwandi, 1995 mendefinisikan bahwa Kemitraan Agrobisnis adalah hubungan bisnis usaha sektorpertanian yang melibatkan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dengan satu atausekelompok orang atau badan hukum dimana masing-masing pihak memperoleh penghasilan dariusaha bisnis yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan terciptanya keseimbangan, keselarasan,dan keterpaduan yang didasari rasa saling menguntungkan, memerlukan dan saling melaksanakanetika bisnis. Jika penulis kaitkan dengan aquabisnis rumput laut, maka sejatinya kemitraan usahatersebut adalah hubungan antara perusahaan mitra dengan pelaku utama (pembudidaya) dalammeningkatkan efektifitas, efesiensi dan produktifitas diseluruh subsistem aquabisnis rumput lautsehingga tercipta nilai tambah dan daya saing produk rumput laut yang dihasilkan.

Bentuk kemitraan usaha yang seringkali dibangunmisalnya melalui pola inti plasma maupun CSR (Coorporate Social Responsibility  ). CSR sebagaimanifestasi peran pihak perusahaan dalam upayapemberdayaan masyarakat local memang menjadisebuah keharusan sebagai bentuk tanggung jawabmoral yang harus secara langsung dirasakan oleh

masyarakat sekitar. Pola CSR dianggap mempunyaidampak yang cukup signifikan dalam upaya

Page 7: Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2

5/9/2018 Status Rumput Laut Indonesia, Peluang Dan Tantangan 2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/status-rumput-laut-indonesia-peluang-dan-tantangan-2-559ca323a4174 7/7

 

mengembangkan potensi suatu daerah. Sehingga perlu adanya upaya dalam mendorong konsep iniagar mampu berjalan terutama pada kawasan-kawasan pengembangan budidaya rumput laut.Sebagai gambaran, Kabupaten Penajam Paser Utara yang nota bene merupakan kawasanpengembangan baru, namun pada kenyataannya telah mampu menunjukkan proses pengembangankawasan rumput laut yang relatif cepat, dimana kondisi ini tidak terlepas dari pola CSR yangdibangun antara Kelompok dengan perusahaan migas dalam hal ini PT. Cevron. Pola-pola kemitraan

serupa hendaknya sudah mulai dikembangkan di sentra kawasan pengembangan budidaya rumputlaut. Peran pendampingan dan penyuluhan yang profesional sangat dituntut dalam membangunkelembagaan yang kuat dan mandiri. Penyuluh bukan hanya sekedar menampung permasalahanyang ada, tetapi penyuluh profesional seyogyannya mampu menjadi, mitra, motivator, fasilitator dandinamisator bagi pelaku utama. Peran advokasi dari penyuluh sangat diharapkan dalam membangunsebuah kelembagaan yang profesional di kawasan pengembangan budidaya.

Jika ke-semua langkah kebijakan di atas mampu dibangun dalam rangka menjamin keberlangsungansiklus aquabisnis rumput laut yaitu melalui kerjasama yang efektif dan bertanggung jawab antarseluruh stakeholders , maka sudah dipastikan akan mampu mewujudkan mimpi besar Indonesiabukan hanya sekedar pemasok bahan baku rumput laut saja, namun mampu menjadikan Indonesiasebagai kiblat industri rumput laut dunia. Semoga,...!!! 

*) : Penulis sebagai Analis Budidaya Perikanan pada Direktorat Produksi, Ditjen Perikanan Budidaya