status pasien jiwa
DESCRIPTION
psikiatriTRANSCRIPT
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Artiono
Umur : 23 tahun
Tanggal lahir : 22 Desember tahun 1988
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Status : Belum Menikah
Alamat : Wates, Kulon Progo
Pekerjaan : Pengangguran
Tanggal masuk RS : 11 Agustus 2011
2. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis diperoleh dari:
- Autoanamnesis pada pasien pada tanggal 11 Agustus 2011
- Alloanamnesis dari ibu pasien 11 Agustus 2011
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poli Rumah Sakit RSUD Wates takut merasa diancam
B. Riwayat Gangguan sekarang
Pasien merasa takut karena merasa diancam oleh mantan pacarnya, takut bertemu
sehingga sampai menghindar kejakarta. Pasien juga merasa bingung dan tidak bisa
tidur, sering merasa bahwa mantan pacarnya datang menemui dia padahal tidak
pernah dan merasa mantan pacarnya selalu ada dalam pikirannya sehingga tidak
berkosentrasi bekerja dan menyebabkan pasien malas bekerja. Keluhan ini dirasakan
sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan bahwa mantan pacar sering meneror dia
dengan menggunakan preman atau polisi. Sehingga sampai sekarang merasa takut
bahwa mantan pacarnya akan meneror dia lagi.
1
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah mengalami gejala seperti ini sebelumnya, maupun riwayat
pengobatan psikiatri sebelumnya. Tidak terdapat riwayat penyakit jiwa dalam
keluarga
b. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Penggunaan obat-obatan dan psikotropika disangkal pasien. Pasien juga tidak
merokok dan minum alkohol.
c. Riwayat Medis
Riwayat trauma kepala (-), riwayat kejang (-), tumor otak (-), riwayat nyeri kepala
(-).
3. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
A. Masa Prenatal dan Perinatal
Tidak ditanyakan.
B. Masa Kanak-Kanak (0-3 tahun)
Tidak ditanyakan.
C. Masa Pertengahan (3-11 tahun)
Tidak ditanyakan.
D. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Tidak ditanyakan.
E. Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terkahir SMA.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah berkerja sebagai tukang service AC di jakarta dan sekarang tidak
bekerja.
c. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah.
d. Agama
2
Pasien dibesarkan dalam lingkungan agama Islam.
e. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah melakukan tindakan pelanggaran hukum maupun berurusan
dengan pihak berwajib.
f. Aktivitas Sosial
Pasien cukup bersosialisasi, tapi semenjak merasa takut ini pasien sulit untuk
bersosialisasi.
g. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak tunggal, pasien dekat dengan ayah dan ibunya. Hubungan
antar keluarga di rumah harmonis.
Genogram Keluarga:
Keterangan :
: Laki-laki
: Wanita : pasien
: Laki-laki meninggal
3
h. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama dengan orang tuanya. Rumah yang ditempati saat
ini adalah milik keluarga.
4. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Seorang laki-laki dewasa muda, sesuai dengan usia, bentuk tubuh sedang, pakaian
kurang rapi, tampak depresi.
b. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Selama anamnesis tampak depresi.
c. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa.
B. Mood dan Afek
a. Mood : anhedonia (kehilangan minat terhadap pekerjaan)
b. Afek : in appropriate (dia terlihat sedih tapi masih suka dengan manta
pacarnya)
C. Bicara
Spontan, lancar.
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik (-).
Halusinasi visual (-).
E. Pikiran
a. Proses pikiran : tidak logis
b. Isi pikiran : Terdapat waham paranoid (waham rujukan), dimana pasien
merasa bahwa mantan pacarnya akan meneror dia padahal tidak sama sekali.
F. Kesadaran dan Kognitif
a. Taraf Kesadaran
Kesadaran pasien kompos mentis
b. Orientasi
4
Waktu : baik.
Tempat : baik.
Orang : baik.
c. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang
Baik.
Daya ingat jangka sedang
Baik.
Daya ingat jangka pendek
Baik.
Daya ingat jangka segera
Baik.
d. Konsentrasi dan Perhatian
Baik.
e. Kemampuan Membaca dan Menulis
Baik.
G. Kemampuan Mengendalikan Impuls
baik.
H. Daya Nilai dan Tilikan
a. Daya Nilai Sosial
Baik.
b. Tilikan
Derajat 5 (jelek).
I. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum keterangan yang diberikan pasien cukup dapat dipercaya.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT
A. Status Internis
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : tidak dilakukan
5
Frekuansi nadi : tidak dilakukan
Frekuensi napas : tidak dilakukan
Suhu : tidak dilakukan
Mata : Konjungtiva tidak anemic, sclera tidak ikterik
THT : tidak dilakukan
Thoraks : tidak dilakukan
Abdomen : tidak dilakukan
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada edema
B. Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal : negative
Tanda efek ekstrapiramidal : tidak ada
Motorik : baik
Sensorik : baik
6. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 23 tahun, agama islam, suku Jawa,
pendidikan terakhir SMA, tidak bekerja, belum menikah, tinggal di Wates, Kulon Progo.
Pasien datang ke Poli Jiwa RSUD Wates pada 11 Agustus 2011. Pasien diantar keluarga
karena merasa takut.
Dari autoanamnesis dan aloanamnesis didapatkan data bahwa pasien bingung,
tidak bisa tidur, karena merasa diancam oleh mantan pacarnya. Terdapat waham rujukan,
mood anhedonia, afek in appropiate, ide ada keinginan untuk bunuh diri, kehilangan
minat terhadap pekerjaan, dan menarik diri dari lingkungan.
Belum pernah ada riwayat mondok, tidak terdapat riwayat penyakit jiwa dalam
keluarga. Dari riwayat kehidupan pribadi tidak diketahui.
Pada status internus dan status neurologis tidak dijumpai adanya kelainan.
7. Formula Diagnosis
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis , pasien tidak pernah mengalami
trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi
6
otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental
organik dapat disingkirkan (F 00-09).
Pada pasien juga tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif
sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga
kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
juga dapat disingkirkan (F 10-19).
Dari gejala-gejala yang didapat dari alloanamnesis dan pemeriksaan status mental
pasien didapatkan pasien semakin sedikit tidurnya, kosentrasi berkurang, mood
anhedonia : kehilangan minat terhadap pekerjaan, afek in appropiate : dia terlihat sedih
tapi masih suka dengan mantannya, isi pikir waham rujukan : pasien merasa mantanya
mengancam terus padahal tidak ada sama sekali. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ
III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Sesuai dengan PPDGJ III, pedoman diagnostik gangguan depresi berat dengan
gejala psikotik adalah sebagai berikut:
1. Episode depresi berat yang memenuhi kriteria :
Semua 3 gejala utama depresi harus ada, yaitu kehilangan minat dan
kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja), menurunnya aktivitas.
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya
harus berintensitas berat. Gejala lain tersebut adalah konsentrasi dan perhatian
berkurang, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, gagasan tentang rasa
bersalah dan tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu,
nafsu makan berkurang.
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasiePn mungkin tidak mampu untuk melaporkan banyak
gejalanya secara rinci.
Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
7
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas
2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresi
Berdasarkan kriteria PPDGJ III tersebut, semua kriteria yang ada terpenuhi untuk
pasien pada kasus ini sehingga dapat digolongkan sebagai episode depresi berat dengan
gejala psikotik untuk selanjutnya dapat diberikan terapi yang terbaik bagi pasien.
Aksis II digunakan untuk menuliskan kecenderungan kepribadian, gangguan
kepribadian, dan retradasi mental. Pada pasien ini belum dapat ditegakkan
Aksis III digunakan untuk menuliskan tiap gangguan fisik atau kondisi medik
umum disamping gangguan mental. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya riwayat
penyakit fisik
Aksis IV digunakan untuk memberi kode pada masalah psikologis dan lingkungan
yang secara bermakna berperan pada perkembangan atau eksaserbasi gangguan sekarang.
Pada pasien ini stressornya ditemukan pada mantan pacarnya.
Aksis V, GAF saat pemeriksaan pasien ini adalah GAF 61-70
8. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik (F32.)
Aksis II : Belum dapat ditegakkan
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Mantan pacar
Aksis V : GAF 61-70
9. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Yang memberatkan Yang meringankan
Gejala psikotik
Stressor psikososial yang jelas
Penyakit organik (-)
Riwayat penyakit keluarga (-)
8
Fungsi peran sebelumnya baik
10. TERAPI
A. Psikofarmaka
Antidepressant : Amitriptilin 25 mg, 2 dd 1
Antipsychotic : Haloperidol 1,5 mg, 2 dd 1
Antidotum EPS : Trihexyphenidyl 2 mg, 2 dd 2
B. Psikoterapi
1. Psikoterapi supportif
Memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak takut
mengahadapi mantannya.
2. Psikoterapi keluarga
Dimaksudkan untuk memberikan edukasi kepada keluarga pasien perihal kondisi
pasien, agar keluarga pasien dapat membantu menciptakan suasana keluarga yang
terapeutik.
3. Cognitive Behavioural Therapy (CBT)
CBT dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi kognitif penderita (daya pikir
dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-nilai moral
etika, mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak. Memberikan
informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya, pengobatan , serta
hal-hal yang dapat mencegah dan mencetuskan penyakit pasien sehingga dapat
memperpanjang remisi dan mencegah kekambuhan.
11. DISKUSI
Untuk menentukan diagnosis pasien dengan gangguan depresi, maka digunakan
PPDGJ. Berdasarkan gejala yang didapat maka dapat dibuat suatu diagnosis banding,
diantaranya :
Episode Depresif Berat Dengan Gejala Psikotik (F32.2)
No. Kriteria Diagnosis Pada Pasien1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada (afek depresif, Terpenuhi
9
2.
3.
4.
5.
6.
kehilangan minat dan kegembiraan, hipoaktif)
Ditambah sekurang – kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat.
Bila ada gejala penting (mis.agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif berat masih dapat dibenarkan.
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Depresi berulang episode kini berat tanpa ciri psikotik (F 33.2)
No Kriteria Diagnosis Pada pasien1.
2.
Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus terpenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria depresif berat tanpa gejala psikotik
Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang bermakna
Tidak terpenuhi
Terpenuhi
10
Diagnosis banding selanjutnya adalah gangguan campuran anxietas dan depresif
karena terdapat pula gejala kecemasan yang cukup terlihat seperti terlihat pada tabel,
namun gejala depresif lebih dominan.
No. Kriteria Diagnosis Pada pasien1.
2.
3.
4.
5.
Terdapat gejala – gejala anxietas maupun depresi, dimana masing – masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosa tersendiri.
Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan masing – masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis ganggguan campuran tidak dapat digunakan.
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian
Terpenuhi
Tak terpenuhi
Meskipun farmakoterapi antidepresan menggunakan selective serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs) dan tricyclic antidepressants (TCAs) terbukti efektif dalam
penanganan PMD, pasien dengan PMD seringkali tidak respon terhadap monoterapi dan
membutuhkan kombinasi pengobatan antidepresan dan antipsikotik. Makanya disini saya
memberikan kombinasi anti depresan.
Pada penggunaan haloperidol harus dipertimbangkan adanya efek EPS makanya
harus diberikan anti dotumnya.
11