status pasien interna nina.doc

32
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dengan mikroskop electron. Diabetes yang tidak disadari dan tidak diobati dengan tepat atau diputus akan memicu timbulnya penyakit berbahaya dan memicu terjadinya komplikasi. Komplikasi yang diakibatkan kadar gula yang terus menerus tinggi dan merupakan penyulit dalam perjalanan penyakit diabetes mellitus salah satunya adalah hiperglikemia hiperosmolar non ketotik. Krisis Hiperglikemik yang meliputi Ketoasidosis Diabetik (KAD) dan Keadaan Hiperosmolar Hiperglikemik (KHH) merupakan komplikasi akut yang serius pada penderita diabetes melitus. Kedaruratan ini masih merupakan penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas penderita diabetes melitus, walaupun telah dicapai kemajuan dalam pemahaman tentang patogenesis , diagnosis dan penatalaksanaannya. Angka kejadian Ketoasidosis Diabetik diperkirakan berkisar antara 4,6 sampai 8 episode per 1000 pasien diabetes pertahun. Angka kejadian Keadaan Hiperosmolar Hiperglikemik masih sulit diperkirakan karena belum ada studi populasi tentang keadaan ini, namun diperkirakan kurang dari 1% dari semua penderita diabetes yang dirawat di Rumah KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 1

Upload: chumbucket92

Post on 25-Dec-2015

28 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Status pasien interna nina.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai berbagai kelainan

metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,

ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dengan mikroskop electron.

Diabetes yang tidak disadari dan tidak diobati dengan tepat atau diputus akan memicu timbulnya

penyakit berbahaya dan memicu terjadinya komplikasi. Komplikasi yang diakibatkan kadar gula

yang terus menerus tinggi dan merupakan penyulit dalam perjalanan penyakit diabetes mellitus

salah satunya adalah hiperglikemia hiperosmolar non ketotik.

Krisis Hiperglikemik yang meliputi Ketoasidosis Diabetik (KAD) dan Keadaan

Hiperosmolar Hiperglikemik (KHH) merupakan komplikasi akut yang serius pada penderita

diabetes melitus. Kedaruratan ini masih merupakan penyebab tingginya morbiditas dan

mortalitas penderita diabetes melitus, walaupun telah dicapai kemajuan dalam pemahaman

tentang patogenesis , diagnosis dan penatalaksanaannya. Angka kejadian Ketoasidosis Diabetik

diperkirakan berkisar antara 4,6 sampai 8 episode per 1000 pasien diabetes pertahun. Angka

kejadian Keadaan Hiperosmolar Hiperglikemik masih sulit diperkirakan karena belum ada studi

populasi tentang keadaan ini, namun diperkirakan kurang dari 1% dari semua penderita diabetes

yang dirawat di Rumah Sakit. Pengobatan penderita Ketoasidosis Diabetik dan Keadaan

Hiperosmolar Hiperglikemik akan meningkatkan biaya perawatan penderita. Angka kematian

penderita KAD kurang dari 5% pada pusat2 perawatan yang berpengalaman, sedangkan angka

kematian penderita KHH masih tinggi yaitu sekitar 15%. Prognosis keduanya semakin buruk

dengan semakin bertambahnya usia dan dengan adanya penurunan kesadaran dan hipotensi.

Angka kematian HONK 40-50% daripada diabetes ketoasidosis. Karena pasien HONK

kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit lain. Sindrom koma hiperglikemik

hiperosmolar non ketosis non ketosis penting diketahui karena kemiripannya dan perbedaannya

dari ketoasidosis diabetic berat dan merupakan diagnosis banding serta perbedaan dalam

penatalaksanaa.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 1

Page 2: Status pasien interna nina.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang

air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja

(menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu

diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI, diare adalah

suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang

melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau

lebih dalam sehari . BAB lebih dari biasanya (> 3x/hari) disertai perubahan konsistensi tinja

lebih encer konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah

diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di

luar negeri yang merupakan kelanjutan dari diare yang berlangsung 15-30 hari yang

merupakan kelanjutan dari diare akut. Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi.

Sedangkan diare noninfektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus

tersebut. Diare organik adalah bila ditemukan penyebab anatomic, bakteriologik, atau

toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab organik.

2.2 Epidemiologi

Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau

gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan

8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit

tiap tahun menunjukan bahwa (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena

diare atau gastroenteritis. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan

kejadian diare pada anak-anak atau usia lanjut, dimana kesehatan pada usia pasien

tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang-berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-

negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 2

Page 3: Status pasien interna nina.doc

2.3 Etiologi

Menurut World Gastrology Organization global giuidelines 2005, etiologi diare akut

dibagi atas 4 penyebab : bakteri, virus, parasit, dan noninfeksi.

a. Infeksi

1) Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab

utama terjadinya diare. Infeksi enternal meliputi:

a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella Compylobacter, Yersenia dan

Aeromonas.

b) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie dan Poliomyelitis, Adenovirus,

Rotavirus dan Astrovirus).

c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan Strongylodies), Protozoa

(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonas homonis)

d) Worm : A. lumbricoides, cacing tambang, Stercoralis, dll

e) Jamur : Kandida.

2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis

Media Akut (OMA), pneumonia traveller’s diarrhea : E.coli, Shigella, Entamoeba

histolytica, Giardia lamblia, dll.

a) Makanan :

Intoksikasi makanan basi : Makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan

mengandung bakteri atau toksin : Clostridium Perfringens, B. Cereus, S. aureus,

Streptococcus anhaemo lyticus, dll.

Alergi : Susu sapi, makanan tertentu

Malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 3

Page 4: Status pasien interna nina.doc

b) Imunodefisiensi

Hipogamaglobunemia

Panhipogamaglobunemia

Penyakit granulomatose kronik

Defisiensi IgA

c) Terapi obat

Antibiotik

Kemoterapi

Antasida

d) Tindakan tertentu

Gastrektomi

Gastroenterostomi

Dosis tinggi terapi radiasi

2.4 Keadaan Resiko dan Kelompok Risiko Tinggi yang Mungkin Mengalami Diare

Infeksi

1. Baru saja bepergian/melancong : ke Negara berkembang, daerah tropis, kelompok

perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah (dasar berair)

2. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa, makanan laut, dan shell fish,

terutama yang mentah.

3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko infeksi HIV, sindrom

defisiensi kekebalan didapat.

4. Baru saja menggunakan obat antimikroba pada institusi, institusi kejiwaan/mental,

rumah-rumah perawatan, dan rumah sakit.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 4

Page 5: Status pasien interna nina.doc

2.5 Klasifikasi Diare

Pada klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi diare dehidrasi berat, diare

dehidrasi sedang atau ringan, diare tanpa dehidrasi, dan, disentri :

a. Diare Dehidrasi Berat

Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargis atau mengantuk atau

tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek.

b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan

Diare ini mempunyi tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulit

jelek.

c. Diare Tanpa Dehidrasi

Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi berat atau

ringan.

d. Disentri

Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan saluran

pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan diare persisten.

Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :

1. Lama waktu : diare akut atau kronik

2. Mekanisme patofisiologis : osmotic atau sekretorik

3. Berat atau ringan : ringan, sedang, atau berat

4. Penyebab infeksi atau tidak : infektif atau noninfektif

5. Penyebab organic atau tidak : organic atau fungsional

2.6 Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu/lebih patofisiologi sebagai berikut :

a. Diare Osmotik

Tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi yang disebabkan oleh obat-obat atau

zat kimia yang hiperosmotik (MgSO4,MG (OH)2, dan defek dalam absorbs mukosa usus

missal pada defisiensi disadaridase, malabsorbsi glukosa/galaktosa. Sehingga terjadi

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 5

Page 6: Status pasien interna nina.doc

pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini

akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Diare Sekretorik

Disebabkan oleh peningkatan sekresi air dan elektrolit dari usus dan menurunnya

absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume

tinja yang banyak sekali. Diare ini akan tetap berlangsung walalupun dilakukan puasa

makan/minum. Penyebab diare ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi

Vibrio Cholerae, atau Eschericia Coli.

c. Malabsorbsi asam empedu dan lemak

Diare ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan

penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.

d. Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif

Diare tipe ini disebabkan hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ATP ase di

enterosit dan absorbs Na+ dan air yang abnormal.

e. Motilitas dan transit usu yang abnormal

Diare tipe ini disebabkan oleh hipermolitas dan iregularitas motilitas usus sehingga

menyebabkan absorbs yang abnormal di sus halus. Penyebab gangguan ini adalah DM,

dan hipertiroid.

f. Gangguan permeabilitas usus

Disebabkan permeabilitas usus yang abnormal yang disebabkan adanya kelainan

morfologi membrane epitel spesifik pada usus halus.

g. Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik)

Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi,

sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam

lumen, gangguan absorbs air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan

oleh infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (colitis ulseratif dan penyakit Chron).

h. Diare infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 6

Page 7: Status pasien interna nina.doc

2.7 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik penyakit diare antara lain cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat,

nafsu makan menurun, feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah.

Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam, anus lecet, dehidrasi, bila menjadi

dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil,

peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri dengan syok, berat badan

menurun, turgor kulit menurun, Mata dan ubun-ubun cekung, dan selaput lendir dan mulut

serta kulit menjadi kering. Pada pemeriksaan fisik dinilaistatus volume dengan

memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah, nadi, temperature tubuh, dan

tanda toksisitas. Pemeriksaan perut merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas

bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan

“clue” bagi penentuan etiologi.

Tabel: 2.1 Tanda dan gejala diare

Klasifikasi Tanda/gejala yang tampak

Diare dengan dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:

1. Letargis atau tidak sadar

2. Mata cekung

3. Tidak bisa minum atau malas minum

4. Cubitan kulit perut kembalinya sagat lambat

Diare dengan dehidrasi ringan/sedang Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:

1. Gelisah, rewel, atau mudah marah

2. Mata cekung

3. Haus, minum dengan lahap

4. Cubitan kulit perut kembalinya lambat

Diare tanpa dehidrasi Tidak ada tanda-tanda untuk diklasifikasikan

sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 7

Page 8: Status pasien interna nina.doc

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas yang berat atau diare yang

berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang yaitu :

a. Pemeriksaan tinja

1) Darah tepi lengkap (Hb, Ht, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum

dan kreatinin)

2) Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis

3) ELISA

4) Foto x-ray abdomen

2.8 Komplikasi diare

Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi

berbagai komplikasi sebagai berikut dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik,

hipertonik), hipokalemia, hipokalsemia, cardiac dysrhythmias akibat hipokalemi dan

hipokalsemi, hiponatremia, syok hipovolemik, dan asidosis.

2.9 Penentuan Deraja Dehidrasi

Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :

1. Keadaan klinis : ringan, sedang, dan berat

2. BJ Plasma, pada dehidrasi BJ plasma meningkat

a. Dehidrasi berat : 1,032-1,040

b. Dehidrasi sedang : 1,028-1,032

c. Dehidrasi ringan : 1,025-1,028

2.10 Penatalaksanaan

Rehidrasi

Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi :

- Asupan per oral: minuman ringan, sari buah, sup

Kehilangan cairan banyak dan dehidrasi

- Cairan per oral

- Cairan Intra vena

- Jumlah cairan: 50 – 200 ml/kgBB/hari à tergantung kebutuhan dan status dehidrasi

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 8

Page 9: Status pasien interna nina.doc

Dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau atarch harus diberikan.

Terapi regidrasi oral murah, efektif, dan lebih praktis daripada cairan intravena.Cairan

oral antara lain : pedialit, oralit, dll.

Komposisi oralit :

Formula Oralit baru (WHO)

Natrium 75 mmol/L

Klorida 65 mmol/L

Glukosa, anhidrous 75 mmol/L

Kalium 20 mmol/L

Sitrat 10 mmol/L

Total Osmolaritas 245 mmol/L

Ketentuan pemberian oralit formula baru adalah :

Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang utk persediaan 24 jam

Berikan larutan oralit pada anak setiap kali Buang Air Besar (BAB), dengan

ketentuan:

< 2th 50 s/d 100 ml (¼ - ½ gelas) tiap habis BAB

> 2th 100 s/d 200 ml (½ - 1 gelas) tiap habis BAB

Jika dlm waktu 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa harus dibuang

Adapun prinsip untuk menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai

dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan :

1. METODE PIERCE

Dehidrasi ringan, keb cairan = 5% x bb

Dehidrasi sedang, keb cairan = 8% x bb

Dehidrasi berat, keb cairan = 10% x bb

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 9

Page 10: Status pasien interna nina.doc

2. DALDIYONO

Gejala Skor

Rasa haus/muntah 1

Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1

Tekanan darah sistolik <60mmHg 2

Frekuensi nadi>120x/menit 1

Kesadaran apatis 1

Kesadaran somnolen, spoor, atau koma 2

Frekuensi napas>30x/menit 1

Fascies cholerica 2

Vox cholerica 2

Turgor kulit menurun 1

Washer’s woman hands 1

Ekstremitas dingin 1

Sianosis 2

Umur 50-60 tahun -1

Umur >60 tahun -2

Kebutuhan cairan : Skor/15x10% X Kg BB X 1 liter

Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral

(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai

syok diberikan cairan perintravena.

Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral, melalui selang nasogastrik

atau intravena.

Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse

pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan

cairan peroral/selang nasogastrik., kecuali bila ada kontraindikasi atau oral/saluran cerna

atas tak dapat dipakai. Pemberian peroral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan

komposisi 29 g glukosa, 3,5 g Nacl, 2,5 g Natrium Bikarbonat, dan 1,5 g KCL setiap

liter. Pemberian cairan rehidrasi terbagi atas :

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 10

Page 11: Status pasien interna nina.doc

a. 2 jam pertama (tahap rehidrasi inisial) : jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus

BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai

rehidrasi optimal secepat mungkin.

b. 1 jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan

cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada

syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.

c. Jam berikut pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja

dan IWL

Menurut Goldbeger :

Cara 1 :

- Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka

kehilangan cairan kira-kira 2% dari BB pada waktu itu

- Bila disertai mulut kering, oliguri maka deficit cairan sekitar 6% dari BB saat itu

- Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas, perubahan mental

seperti bingung atau delirium, maka deficit cairan sekitar 7-14%

Cara 2 :

- Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan BB 4 kg saat fase akut =

deficit air sebanyak 4 l

Cara 3 :

- Na2 X BW2 = Na1 XBW

DIET

Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah hebat. Pasien justru

dianjurkan minum sari buah, minuman tak bergas, makanan mudah cerna: pisang, dan

sup. Susu sapi harus dihindari karena adanya defisiensi laktase transien yang disebabkan

oleh virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena dapat

meningkatkan motilitas dan sekresi usus.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 11

Page 12: Status pasien interna nina.doc

OBAT ANTI DIARE

a. Yang paling efektif yaitu derivate opioid missal loperamide.

b. Obat yang mengeraskan tinja yaitu atapulgite 4x2 tab/hari, dan smectite 3x1 saset

diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti

c. Obat antisekretorik yaitu hidrase 3x1 tab/hari

OBAT ANTI MIKROBA

Self limited disease

Empirical therapy à pada pasien yang mengalami infeksi bakteri invasif, pasien

imunosupresif. Pilihan obatnya adalah :

a. Ciprofloksasin 2 x 500 mg 5 – 7 hari

b. Alternatif: cotrimoksasol 2 x 960 mg, eritromisin 4 x 250 – 500 mg

c. Metronidazol : curiga giardiasis, clostridium difficille

Untuk turis tertentu yang bepergian ke daerah resiko tinggi dipakai sebagai

profilaktik yaitu kuinolon.

2.11 Pencegahan

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor

pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare

dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan

untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat

dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.

1. Penyediaan air bersih

Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir 70% tubuh manusia

mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum, mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang

lain, maka untuk keperluan tersebut WHO menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup

sehat 60 liter. Selain dari peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar

dalam penularan beberapa penyakit menular termasuk diare.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 12

Page 13: Status pasien interna nina.doc

Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air permukaan yang merupakan air

sungai, dan danau. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air

tanah dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan dan salju (Soemirat, 1996).

Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya penyakit menular

dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah

air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air

sebagai sarang hospes sementara penyakit.

2. Tempat pembuangan tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja

yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap insiden penyakit tertentu yang penularannya

melalui tinja antara lain penyakit diare.

3. Kebiasaan mencuci tangan

Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan perilaku

hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-

kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang mengandung

mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan memegang

peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar kuman

penyakit masuk ke tubuh manusia.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada si anak yang telah menderita diare atau yang

terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan

tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare

adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare

dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan

yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama

kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk

menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak

menyenangkan.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 13

Page 14: Status pasien interna nina.doc

3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan

kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik,

psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah

terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus

mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan

terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan

secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga

kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam

pergaulan dengan teman sepermainan.

Pencegahan

• Berak di kakus

• Cegah kontak dengan vektor

• Penderita diobati

• Makanan dan Minuman dimasak6

Edukasi

- Mencuci tangan sebelum makan, menutup makanan sehingga tidak dihinggapi lalat

- Memotivasi pasien untuk menjaga kebersihan alat-alat makan6

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 14

Page 15: Status pasien interna nina.doc

STATUS PASIEN

1. Identitas pasien

Nama : Tn. Sudiarman

Umur : 18 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Mahasiswa

2. Anamnesis: autoanamnesis

Keluhan utama: BAB encer sejak 1 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang:

Sejak kecil, pasien sering demam. Demam tidak sertai menggigil ataupun berkeringat.

Demam tidak terus-menerus dan demamnya naik turun. Ibu pasien membeli obat untuk

menurunkan demam pasien ke apotik. Setelah minum obat penurun panas, demam

pasien selalu turun.

Sejak 1 hari yang lalu, pasien mengeluh BAB encer. BAB encer sudah lebih dari 10

kali. BAB tidak disertai darah ataupun lendir. BAB encer pasien ada ampasnya. BAB

tidak berbau. Pasien tidak nafsu makan sejak seminggu ini, tiap kali makan/minum

pasien mual. Pasien juga selalu muntah-muntah tiap kali makan/minum. Karena pasien

sering muntah-muntah, pasien merasa lemas. Pasien juga merasa pusing. Pada tanggal

03 Juli 2014 pasien segera dibawa ke RSUD Bangkinang. BAK dalam batas normal.

dirawat di ruangan Interna.

3. Riwayat penyakit dahulu:

Tidak pernah mengalami sakit gula sebelumnya

Tidak pernah mengalami hipertensi sebelumnya

Sejak kecil pasien sering demam

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 15

Page 16: Status pasien interna nina.doc

4. Riwayat penyakit keluarga:

Tidak ada keluarga yang mengalami sakit gula

Tidak ada keluarga yang mengalami hipertensi

5. Riwayat kebiasaan, social ekonomi dan kebiasaan

Pekerjaan: Mahasiswa

Sosial ekonomi: Menengah

Jarang olahraga, suka makan sayur

Sewaktu SD sering jajan diluar

Riwayat imunisasi tidak lengkap

6. Pemeriksaan umum:

Kesadaran : Composmentis

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Tekanan darah :120/80 mmHg

Nadi :80 X/menit

Nafas :20 X/menit

Suhu : 36,5 oC

7. Pemeriksaan fisik:

Status generalisata

Kepala

Mata: cekung, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

Thorax

Paru : Inspeksi : bentuk dan gerakan dada simetris

Palpasi : fremitus suara kanan sama dengan kiri

Perkusi : sonor (+/+)

Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung: Inspeksi : iktus kordis terlihat

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 16

Page 17: Status pasien interna nina.doc

Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari lateral LMC

sinistra RIC V

Perkusi : batas jantung kanan, linea sternalis dekstra

Batas jantung kiri 2 jari lateral LMC

sinistra

Auskultasi : Suara jantung normal, bising (-/-)

Abdomen

Inspeksi : bentuk datar

Palpasi : supel

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas

Atas : akral dingin, edema (-)

Bawah : akral dingin, edema (-), kedua kaki tidak dapat digerakan

8. Pemeriksaan penunjang

Tidak Dilakukan

9. Resume

Tn. S umur 18 tahun datang dengan keluhan buang air besar encer sejak satu hari yang

lalu, dan nyeri di ulu hati. Pasien juga mengalami mual dan muntah sejak satu hari yang

lalu, Pasien juga merasa pusing. Pada tanggal 03 Juli 2014 pasien segera dibawa ke RSUD

Bangkinang. Kemudian, pasien dirawat di ruangan Interna. BAK dalam batas normal. BAK

tidak ada keluhan.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan ulu hati.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 17

Page 18: Status pasien interna nina.doc

10. Daftar masalah

Diagnosis

Diare akut

Diagnosis banding

Diare akut TANPA demam & darah

Rotavirus

ETEC

Giardia Lamblia

Eksotoksin dari S aureus

Other: Vibrio cholerae, toksin makanan, logam

11. Rencana penatalaksanaan:

IVFD NaCl 4 kolf guyur à RL 20 tpm

Inj: ceftriaxon 2 x1

Ranitidine 2x1

Lodia

Zinc

Loperamid

Follow up pertama

Tanggal 04 Juli 2014

Subjek: BAB encer

Objek:

Tekanan darah :80/50 mmHg

Nadi :136 X/menit

Nafas :28 X/menit

Suhu : 39,1 oC

Kepala

Mata: cekung (-), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

Thorax

Paru : Inspeksi : bentuk dan gerakan dada simetris

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 18

Page 19: Status pasien interna nina.doc

Palpasi : fremitus suara kanan sama dengan kiri

Perkusi : sonor (+/+)

Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung: Inspeksi : iktus kordis terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari lateral LMC

sinistra RIC V

Perkusi : batas jantung kanan, linea sternalis dekstra

Batas jantung kiri 2 jari lateral LMC

sinistra

Auskultasi : Suara jantung normal, bising (-/-)

Abdomen

Inspeksi : bentuk datar, turgor menurun (-)

Palpasi : supel

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas

Atas : akral dingin, edema (-)

Bawah : akral dingin, edema (-), kedua kaki tidak dapat digerakan

Pemeriksaan penunjang:

Usulan Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis

b. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

c. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam

serum.

Terapi:

IVFD NaCl 4 kolf guyur à RL 20 tpm

Inj: ceftriaxon 2 x1

Ranitidine 2x1

Lodia

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 19

Page 20: Status pasien interna nina.doc

Zinc

Loperamid

12. Pembahasan

Pasien Tn. S umur 18 tahun masuk keruang rawat penyakit dalam dengan keluhan

buang air besar encer sejak satu hari yang lalu. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang maka diagnosis dari pasien ini adalah diare akut. Diagnosis

diare akut ini ditegakkan berdasarkan dari keluhan pasien yaitu buang air besar encer

tanpa disertai darah ataupun lendir, mual dan kadang muntah, dan nyeri perut. Dari

pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien composmentis, tanda-tanda dehidrasi

tidak ditemukan yaitu mata cekung, turgor menurun, akral dingin, denyut nadi lemah dan

cepat. Maka dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ini

ditegakkan diagnosis diare akut. Faktor yang memulai timbulnya diare akut adalah

adanya infeksi oleh virus yaitu rotavirus. Inveksi virus ini diketahui dari adanya riwayat

demam yang dialami oleh pasien sejak kecil. Dan juga riwayat imunisasi yang tidak

lengkap.

Pengobatan dari diare akut ini dapat diberikan cairan, dimana sebaiknya dimulai

dengan mempertimbangkan perkiraan deficit cairan. Penggunaan cairan isotonic akan

dapat menyebabkan overload cairan dan cairan hipotonik mungkin dapat mengkoreksi

deficit cairan terlalu cepat dan potensial menyebabkan kematian. Sehingga pada awalnya

sebaiknya diberikan 1 L normal saline perjam. Jika pasiennya mengalami syok

hipovolemik, mungkin dibutuhkan plasma expanders. Jika pasien dalam keadaan syok

kardiogenik maka diperlukan monitor hemodinamik. Pada awal terapi konsentrasi

glukosa darah akan menurun bahkan sebelum insulin diberikan, dan hal ini dapat menjadi

indicator yang baik akan cukupnya terapi cairan yang diberikan. Jika konsentrasi glukosa

darah tidak bias diturunkan sebesar 75-100 mg per dL perjam, hal ini biasanya

menunjukan penggantian cairan yang kurang atau gangguan ginjal.

Kehilangan kalium tubuh total seringkali tidak diketahui pasti, karena konsentrasi

kalium dalam tubuh dapat normal atau tinggi. Konsentrasi kalium yang sebenarnya akan

terlihat ketika diberikan insulin, karena ini akan mengakibatkan kalium serum masuk

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 20

Page 21: Status pasien interna nina.doc

kedalam sel. Konsentrasi elektrolit harus dipantau terus menerus dan irama jantung

pasien harus dimonitor terus menerus.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 21

Page 22: Status pasien interna nina.doc

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya

(normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah

padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi. Penyalitm diare ditimbulkan oleh makanan,

miniman, virus dan bakteri, dan juga alkohol. Kuman penyakit diare ditularkan melalui air

dan makanan, tangan yang kotor, berak sebarang tempat dan botol susu yang kurang bersih.

Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu; diare aku dan kronik. Penyakit

diare ditandai dengan adanya berak encer, biasanya 3x atau lebih dalam sehari, disertai

muntah, badan lesu dan lemah, tidak mau makan, panas. Bahaya dari pada diare itu adalah

banyaknya kehilangan cairan tubuh, dan menyebabkan kematian. Usaha untuk mengatasi

diare yaitu dengan cara memberi minuman, larutan Oralit, biasanya juga larutan gula, garam

(LGG).

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 22

Page 23: Status pasien interna nina.doc

Daftar pustaka

1. Aru W. Sudoyo, Bambnag Setiyohadi, Idrus almi dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta: Interna Publishing. 2009.

2.

KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 23