status pasien interna nina.doc
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik yang disertai berbagai kelainan
metabolic akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membrane basalis dengan mikroskop electron.
Diabetes yang tidak disadari dan tidak diobati dengan tepat atau diputus akan memicu timbulnya
penyakit berbahaya dan memicu terjadinya komplikasi. Komplikasi yang diakibatkan kadar gula
yang terus menerus tinggi dan merupakan penyulit dalam perjalanan penyakit diabetes mellitus
salah satunya adalah hiperglikemia hiperosmolar non ketotik.
Krisis Hiperglikemik yang meliputi Ketoasidosis Diabetik (KAD) dan Keadaan
Hiperosmolar Hiperglikemik (KHH) merupakan komplikasi akut yang serius pada penderita
diabetes melitus. Kedaruratan ini masih merupakan penyebab tingginya morbiditas dan
mortalitas penderita diabetes melitus, walaupun telah dicapai kemajuan dalam pemahaman
tentang patogenesis , diagnosis dan penatalaksanaannya. Angka kejadian Ketoasidosis Diabetik
diperkirakan berkisar antara 4,6 sampai 8 episode per 1000 pasien diabetes pertahun. Angka
kejadian Keadaan Hiperosmolar Hiperglikemik masih sulit diperkirakan karena belum ada studi
populasi tentang keadaan ini, namun diperkirakan kurang dari 1% dari semua penderita diabetes
yang dirawat di Rumah Sakit. Pengobatan penderita Ketoasidosis Diabetik dan Keadaan
Hiperosmolar Hiperglikemik akan meningkatkan biaya perawatan penderita. Angka kematian
penderita KAD kurang dari 5% pada pusat2 perawatan yang berpengalaman, sedangkan angka
kematian penderita KHH masih tinggi yaitu sekitar 15%. Prognosis keduanya semakin buruk
dengan semakin bertambahnya usia dan dengan adanya penurunan kesadaran dan hipotensi.
Angka kematian HONK 40-50% daripada diabetes ketoasidosis. Karena pasien HONK
kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit lain. Sindrom koma hiperglikemik
hiperosmolar non ketosis non ketosis penting diketahui karena kemiripannya dan perbedaannya
dari ketoasidosis diabetic berat dan merupakan diagnosis banding serta perbedaan dalam
penatalaksanaa.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut WHO secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang
air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja
(menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu
diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI, diare adalah
suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau
lebih dalam sehari . BAB lebih dari biasanya (> 3x/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
lebih encer konsistensi tinja lebih encer atau berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah
diare yang berlangsung lebih dari 15 hari. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di
luar negeri yang merupakan kelanjutan dari diare yang berlangsung 15-30 hari yang
merupakan kelanjutan dari diare akut. Diare infektif adalah bila penyebabnya infeksi.
Sedangkan diare noninfektif bila tidak ditemukan infeksi sebagai penyebab pada kasus
tersebut. Diare organik adalah bila ditemukan penyebab anatomic, bakteriologik, atau
toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab organik.
2.2 Epidemiologi
Diperkirakan pada orang dewasa setiap tahunnya mengalami diare akut atau
gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan
8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit
tiap tahun menunjukan bahwa (1,5% merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena
diare atau gastroenteritis. Kematian yang terjadi, kebanyakan berhubungan dengan
kejadian diare pada anak-anak atau usia lanjut, dimana kesehatan pada usia pasien
tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang-berat. Frekuensi kejadian diare pada negara-
negara berkembang termasuk Indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 2
2.3 Etiologi
Menurut World Gastrology Organization global giuidelines 2005, etiologi diare akut
dibagi atas 4 penyebab : bakteri, virus, parasit, dan noninfeksi.
a. Infeksi
1) Enternal yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan penyebab
utama terjadinya diare. Infeksi enternal meliputi:
a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella Compylobacter, Yersenia dan
Aeromonas.
b) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie dan Poliomyelitis, Adenovirus,
Rotavirus dan Astrovirus).
c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan Strongylodies), Protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonas homonis)
d) Worm : A. lumbricoides, cacing tambang, Stercoralis, dll
e) Jamur : Kandida.
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis
Media Akut (OMA), pneumonia traveller’s diarrhea : E.coli, Shigella, Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, dll.
a) Makanan :
Intoksikasi makanan basi : Makanan beracun atau mengandung logam berat, makanan
mengandung bakteri atau toksin : Clostridium Perfringens, B. Cereus, S. aureus,
Streptococcus anhaemo lyticus, dll.
Alergi : Susu sapi, makanan tertentu
Malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 3
b) Imunodefisiensi
Hipogamaglobunemia
Panhipogamaglobunemia
Penyakit granulomatose kronik
Defisiensi IgA
c) Terapi obat
Antibiotik
Kemoterapi
Antasida
d) Tindakan tertentu
Gastrektomi
Gastroenterostomi
Dosis tinggi terapi radiasi
2.4 Keadaan Resiko dan Kelompok Risiko Tinggi yang Mungkin Mengalami Diare
Infeksi
1. Baru saja bepergian/melancong : ke Negara berkembang, daerah tropis, kelompok
perdamaian dan pekerja sukarela, orang yang sering berkemah (dasar berair)
2. Makanan atau keadaan makan yang tidak biasa, makanan laut, dan shell fish,
terutama yang mentah.
3. Homoseksual, pekerja seks, pengguna obat intravena, risiko infeksi HIV, sindrom
defisiensi kekebalan didapat.
4. Baru saja menggunakan obat antimikroba pada institusi, institusi kejiwaan/mental,
rumah-rumah perawatan, dan rumah sakit.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 4
2.5 Klasifikasi Diare
Pada klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi diare dehidrasi berat, diare
dehidrasi sedang atau ringan, diare tanpa dehidrasi, dan, disentri :
a. Diare Dehidrasi Berat
Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargis atau mengantuk atau
tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek.
b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan
Diare ini mempunyi tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulit
jelek.
c. Diare Tanpa Dehidrasi
Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi berat atau
ringan.
d. Disentri
Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan saluran
pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan diare persisten.
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Lama waktu : diare akut atau kronik
2. Mekanisme patofisiologis : osmotic atau sekretorik
3. Berat atau ringan : ringan, sedang, atau berat
4. Penyebab infeksi atau tidak : infektif atau noninfektif
5. Penyebab organic atau tidak : organic atau fungsional
2.6 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu/lebih patofisiologi sebagai berikut :
a. Diare Osmotik
Tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi yang disebabkan oleh obat-obat atau
zat kimia yang hiperosmotik (MgSO4,MG (OH)2, dan defek dalam absorbs mukosa usus
missal pada defisiensi disadaridase, malabsorbsi glukosa/galaktosa. Sehingga terjadi
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 5
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Diare Sekretorik
Disebabkan oleh peningkatan sekresi air dan elektrolit dari usus dan menurunnya
absorbsi. Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume
tinja yang banyak sekali. Diare ini akan tetap berlangsung walalupun dilakukan puasa
makan/minum. Penyebab diare ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi
Vibrio Cholerae, atau Eschericia Coli.
c. Malabsorbsi asam empedu dan lemak
Diare ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan
penyakit-penyakit saluran bilier dan hati.
d. Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif
Diare tipe ini disebabkan hambatan mekanisme transport aktif Na+K+ATP ase di
enterosit dan absorbs Na+ dan air yang abnormal.
e. Motilitas dan transit usu yang abnormal
Diare tipe ini disebabkan oleh hipermolitas dan iregularitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorbs yang abnormal di sus halus. Penyebab gangguan ini adalah DM,
dan hipertiroid.
f. Gangguan permeabilitas usus
Disebabkan permeabilitas usus yang abnormal yang disebabkan adanya kelainan
morfologi membrane epitel spesifik pada usus halus.
g. Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik)
Diare tipe ini disebabkan adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi,
sehingga terjadi produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam
lumen, gangguan absorbs air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan
oleh infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (colitis ulseratif dan penyakit Chron).
h. Diare infeksi
Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 6
2.7 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik penyakit diare antara lain cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat,
nafsu makan menurun, feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan adanya darah.
Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam, anus lecet, dehidrasi, bila menjadi
dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil,
peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri dengan syok, berat badan
menurun, turgor kulit menurun, Mata dan ubun-ubun cekung, dan selaput lendir dan mulut
serta kulit menjadi kering. Pada pemeriksaan fisik dinilaistatus volume dengan
memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah, nadi, temperature tubuh, dan
tanda toksisitas. Pemeriksaan perut merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas
bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan
“clue” bagi penentuan etiologi.
Tabel: 2.1 Tanda dan gejala diare
Klasifikasi Tanda/gejala yang tampak
Diare dengan dehidrasi berat Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
1. Letargis atau tidak sadar
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum atau malas minum
4. Cubitan kulit perut kembalinya sagat lambat
Diare dengan dehidrasi ringan/sedang Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
1. Gelisah, rewel, atau mudah marah
2. Mata cekung
3. Haus, minum dengan lahap
4. Cubitan kulit perut kembalinya lambat
Diare tanpa dehidrasi Tidak ada tanda-tanda untuk diklasifikasikan
sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 7
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas yang berat atau diare yang
berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang yaitu :
a. Pemeriksaan tinja
1) Darah tepi lengkap (Hb, Ht, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum, ureum
dan kreatinin)
2) Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis
3) ELISA
4) Foto x-ray abdomen
2.8 Komplikasi diare
Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik,
hipertonik), hipokalemia, hipokalsemia, cardiac dysrhythmias akibat hipokalemi dan
hipokalsemi, hiponatremia, syok hipovolemik, dan asidosis.
2.9 Penentuan Deraja Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :
1. Keadaan klinis : ringan, sedang, dan berat
2. BJ Plasma, pada dehidrasi BJ plasma meningkat
a. Dehidrasi berat : 1,032-1,040
b. Dehidrasi sedang : 1,028-1,032
c. Dehidrasi ringan : 1,025-1,028
2.10 Penatalaksanaan
Rehidrasi
Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi :
- Asupan per oral: minuman ringan, sari buah, sup
Kehilangan cairan banyak dan dehidrasi
- Cairan per oral
- Cairan Intra vena
- Jumlah cairan: 50 – 200 ml/kgBB/hari à tergantung kebutuhan dan status dehidrasi
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 8
Dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau atarch harus diberikan.
Terapi regidrasi oral murah, efektif, dan lebih praktis daripada cairan intravena.Cairan
oral antara lain : pedialit, oralit, dll.
Komposisi oralit :
Formula Oralit baru (WHO)
Natrium 75 mmol/L
Klorida 65 mmol/L
Glukosa, anhidrous 75 mmol/L
Kalium 20 mmol/L
Sitrat 10 mmol/L
Total Osmolaritas 245 mmol/L
Ketentuan pemberian oralit formula baru adalah :
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 L air matang utk persediaan 24 jam
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali Buang Air Besar (BAB), dengan
ketentuan:
< 2th 50 s/d 100 ml (¼ - ½ gelas) tiap habis BAB
> 2th 100 s/d 200 ml (½ - 1 gelas) tiap habis BAB
Jika dlm waktu 24 jam persediaan oralit masih tersisa, maka sisa harus dibuang
Adapun prinsip untuk menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai
dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan :
1. METODE PIERCE
Dehidrasi ringan, keb cairan = 5% x bb
Dehidrasi sedang, keb cairan = 8% x bb
Dehidrasi berat, keb cairan = 10% x bb
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 9
2. DALDIYONO
Gejala Skor
Rasa haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg 1
Tekanan darah sistolik <60mmHg 2
Frekuensi nadi>120x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran somnolen, spoor, atau koma 2
Frekuensi napas>30x/menit 1
Fascies cholerica 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer’s woman hands 1
Ekstremitas dingin 1
Sianosis 2
Umur 50-60 tahun -1
Umur >60 tahun -2
Kebutuhan cairan : Skor/15x10% X Kg BB X 1 liter
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral
(sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai
syok diberikan cairan perintravena.
Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral, melalui selang nasogastrik
atau intravena.
Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse
pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan
cairan peroral/selang nasogastrik., kecuali bila ada kontraindikasi atau oral/saluran cerna
atas tak dapat dipakai. Pemberian peroral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan
komposisi 29 g glukosa, 3,5 g Nacl, 2,5 g Natrium Bikarbonat, dan 1,5 g KCL setiap
liter. Pemberian cairan rehidrasi terbagi atas :
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 10
a. 2 jam pertama (tahap rehidrasi inisial) : jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus
BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai
rehidrasi optimal secepat mungkin.
b. 1 jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan
cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada
syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.
c. Jam berikut pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja
dan IWL
Menurut Goldbeger :
Cara 1 :
- Jika ada rasa haus dan tidak ada tanda-tanda klinis dehidrasi lainnya, maka
kehilangan cairan kira-kira 2% dari BB pada waktu itu
- Bila disertai mulut kering, oliguri maka deficit cairan sekitar 6% dari BB saat itu
- Bila ada tanda-tanda diatas disertai kelemahan fisik yang jelas, perubahan mental
seperti bingung atau delirium, maka deficit cairan sekitar 7-14%
Cara 2 :
- Jika penderita dapat ditimbang tiap hari, maka kehilangan BB 4 kg saat fase akut =
deficit air sebanyak 4 l
Cara 3 :
- Na2 X BW2 = Na1 XBW
DIET
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah hebat. Pasien justru
dianjurkan minum sari buah, minuman tak bergas, makanan mudah cerna: pisang, dan
sup. Susu sapi harus dihindari karena adanya defisiensi laktase transien yang disebabkan
oleh virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena dapat
meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 11
OBAT ANTI DIARE
a. Yang paling efektif yaitu derivate opioid missal loperamide.
b. Obat yang mengeraskan tinja yaitu atapulgite 4x2 tab/hari, dan smectite 3x1 saset
diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti
c. Obat antisekretorik yaitu hidrase 3x1 tab/hari
OBAT ANTI MIKROBA
Self limited disease
Empirical therapy à pada pasien yang mengalami infeksi bakteri invasif, pasien
imunosupresif. Pilihan obatnya adalah :
a. Ciprofloksasin 2 x 500 mg 5 – 7 hari
b. Alternatif: cotrimoksasol 2 x 960 mg, eritromisin 4 x 250 – 500 mg
c. Metronidazol : curiga giardiasis, clostridium difficille
Untuk turis tertentu yang bepergian ke daerah resiko tinggi dipakai sebagai
profilaktik yaitu kuinolon.
2.11 Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor
pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare
dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan
untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat
dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.
1. Penyediaan air bersih
Air adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir 70% tubuh manusia
mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum, mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang
lain, maka untuk keperluan tersebut WHO menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup
sehat 60 liter. Selain dari peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar
dalam penularan beberapa penyakit menular termasuk diare.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 12
Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air permukaan yang merupakan air
sungai, dan danau. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air
tanah dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan dan salju (Soemirat, 1996).
Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya penyakit menular
dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah
air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air
sebagai sarang hospes sementara penyakit.
2. Tempat pembuangan tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja
yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap insiden penyakit tertentu yang penularannya
melalui tinja antara lain penyakit diare.
3. Kebiasaan mencuci tangan
Diare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan perilaku
hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-
kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang mengandung
mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan memegang
peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar kuman
penyakit masuk ke tubuh manusia.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada si anak yang telah menderita diare atau yang
terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare
adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare
dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan
yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama
kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk
menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak
menyenangkan.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 13
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan
kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik,
psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus
mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan
terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan
secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga
kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam
pergaulan dengan teman sepermainan.
Pencegahan
• Berak di kakus
• Cegah kontak dengan vektor
• Penderita diobati
• Makanan dan Minuman dimasak6
Edukasi
- Mencuci tangan sebelum makan, menutup makanan sehingga tidak dihinggapi lalat
- Memotivasi pasien untuk menjaga kebersihan alat-alat makan6
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 14
STATUS PASIEN
1. Identitas pasien
Nama : Tn. Sudiarman
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
2. Anamnesis: autoanamnesis
Keluhan utama: BAB encer sejak 1 hari yang lalu
Riwayat penyakit sekarang:
Sejak kecil, pasien sering demam. Demam tidak sertai menggigil ataupun berkeringat.
Demam tidak terus-menerus dan demamnya naik turun. Ibu pasien membeli obat untuk
menurunkan demam pasien ke apotik. Setelah minum obat penurun panas, demam
pasien selalu turun.
Sejak 1 hari yang lalu, pasien mengeluh BAB encer. BAB encer sudah lebih dari 10
kali. BAB tidak disertai darah ataupun lendir. BAB encer pasien ada ampasnya. BAB
tidak berbau. Pasien tidak nafsu makan sejak seminggu ini, tiap kali makan/minum
pasien mual. Pasien juga selalu muntah-muntah tiap kali makan/minum. Karena pasien
sering muntah-muntah, pasien merasa lemas. Pasien juga merasa pusing. Pada tanggal
03 Juli 2014 pasien segera dibawa ke RSUD Bangkinang. BAK dalam batas normal.
dirawat di ruangan Interna.
3. Riwayat penyakit dahulu:
Tidak pernah mengalami sakit gula sebelumnya
Tidak pernah mengalami hipertensi sebelumnya
Sejak kecil pasien sering demam
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 15
4. Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga yang mengalami sakit gula
Tidak ada keluarga yang mengalami hipertensi
5. Riwayat kebiasaan, social ekonomi dan kebiasaan
Pekerjaan: Mahasiswa
Sosial ekonomi: Menengah
Jarang olahraga, suka makan sayur
Sewaktu SD sering jajan diluar
Riwayat imunisasi tidak lengkap
6. Pemeriksaan umum:
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Tekanan darah :120/80 mmHg
Nadi :80 X/menit
Nafas :20 X/menit
Suhu : 36,5 oC
7. Pemeriksaan fisik:
Status generalisata
Kepala
Mata: cekung, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Thorax
Paru : Inspeksi : bentuk dan gerakan dada simetris
Palpasi : fremitus suara kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung: Inspeksi : iktus kordis terlihat
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 16
Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari lateral LMC
sinistra RIC V
Perkusi : batas jantung kanan, linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri 2 jari lateral LMC
sinistra
Auskultasi : Suara jantung normal, bising (-/-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar
Palpasi : supel
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas
Atas : akral dingin, edema (-)
Bawah : akral dingin, edema (-), kedua kaki tidak dapat digerakan
8. Pemeriksaan penunjang
Tidak Dilakukan
9. Resume
Tn. S umur 18 tahun datang dengan keluhan buang air besar encer sejak satu hari yang
lalu, dan nyeri di ulu hati. Pasien juga mengalami mual dan muntah sejak satu hari yang
lalu, Pasien juga merasa pusing. Pada tanggal 03 Juli 2014 pasien segera dibawa ke RSUD
Bangkinang. Kemudian, pasien dirawat di ruangan Interna. BAK dalam batas normal. BAK
tidak ada keluhan.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan ulu hati.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 17
10. Daftar masalah
Diagnosis
Diare akut
Diagnosis banding
Diare akut TANPA demam & darah
Rotavirus
ETEC
Giardia Lamblia
Eksotoksin dari S aureus
Other: Vibrio cholerae, toksin makanan, logam
11. Rencana penatalaksanaan:
IVFD NaCl 4 kolf guyur à RL 20 tpm
Inj: ceftriaxon 2 x1
Ranitidine 2x1
Lodia
Zinc
Loperamid
Follow up pertama
Tanggal 04 Juli 2014
Subjek: BAB encer
Objek:
Tekanan darah :80/50 mmHg
Nadi :136 X/menit
Nafas :28 X/menit
Suhu : 39,1 oC
Kepala
Mata: cekung (-), konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
Thorax
Paru : Inspeksi : bentuk dan gerakan dada simetris
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 18
Palpasi : fremitus suara kanan sama dengan kiri
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung: Inspeksi : iktus kordis terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari lateral LMC
sinistra RIC V
Perkusi : batas jantung kanan, linea sternalis dekstra
Batas jantung kiri 2 jari lateral LMC
sinistra
Auskultasi : Suara jantung normal, bising (-/-)
Abdomen
Inspeksi : bentuk datar, turgor menurun (-)
Palpasi : supel
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas
Atas : akral dingin, edema (-)
Bawah : akral dingin, edema (-), kedua kaki tidak dapat digerakan
Pemeriksaan penunjang:
Usulan Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan tinja makroskopis dan mikroskopis
b. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
c. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum.
Terapi:
IVFD NaCl 4 kolf guyur à RL 20 tpm
Inj: ceftriaxon 2 x1
Ranitidine 2x1
Lodia
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 19
Zinc
Loperamid
12. Pembahasan
Pasien Tn. S umur 18 tahun masuk keruang rawat penyakit dalam dengan keluhan
buang air besar encer sejak satu hari yang lalu. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang maka diagnosis dari pasien ini adalah diare akut. Diagnosis
diare akut ini ditegakkan berdasarkan dari keluhan pasien yaitu buang air besar encer
tanpa disertai darah ataupun lendir, mual dan kadang muntah, dan nyeri perut. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien composmentis, tanda-tanda dehidrasi
tidak ditemukan yaitu mata cekung, turgor menurun, akral dingin, denyut nadi lemah dan
cepat. Maka dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ini
ditegakkan diagnosis diare akut. Faktor yang memulai timbulnya diare akut adalah
adanya infeksi oleh virus yaitu rotavirus. Inveksi virus ini diketahui dari adanya riwayat
demam yang dialami oleh pasien sejak kecil. Dan juga riwayat imunisasi yang tidak
lengkap.
Pengobatan dari diare akut ini dapat diberikan cairan, dimana sebaiknya dimulai
dengan mempertimbangkan perkiraan deficit cairan. Penggunaan cairan isotonic akan
dapat menyebabkan overload cairan dan cairan hipotonik mungkin dapat mengkoreksi
deficit cairan terlalu cepat dan potensial menyebabkan kematian. Sehingga pada awalnya
sebaiknya diberikan 1 L normal saline perjam. Jika pasiennya mengalami syok
hipovolemik, mungkin dibutuhkan plasma expanders. Jika pasien dalam keadaan syok
kardiogenik maka diperlukan monitor hemodinamik. Pada awal terapi konsentrasi
glukosa darah akan menurun bahkan sebelum insulin diberikan, dan hal ini dapat menjadi
indicator yang baik akan cukupnya terapi cairan yang diberikan. Jika konsentrasi glukosa
darah tidak bias diturunkan sebesar 75-100 mg per dL perjam, hal ini biasanya
menunjukan penggantian cairan yang kurang atau gangguan ginjal.
Kehilangan kalium tubuh total seringkali tidak diketahui pasti, karena konsentrasi
kalium dalam tubuh dapat normal atau tinggi. Konsentrasi kalium yang sebenarnya akan
terlihat ketika diberikan insulin, karena ini akan mengakibatkan kalium serum masuk
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 20
kedalam sel. Konsentrasi elektrolit harus dipantau terus menerus dan irama jantung
pasien harus dimonitor terus menerus.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi. Penyalitm diare ditimbulkan oleh makanan,
miniman, virus dan bakteri, dan juga alkohol. Kuman penyakit diare ditularkan melalui air
dan makanan, tangan yang kotor, berak sebarang tempat dan botol susu yang kurang bersih.
Diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya yaitu; diare aku dan kronik. Penyakit
diare ditandai dengan adanya berak encer, biasanya 3x atau lebih dalam sehari, disertai
muntah, badan lesu dan lemah, tidak mau makan, panas. Bahaya dari pada diare itu adalah
banyaknya kehilangan cairan tubuh, dan menyebabkan kematian. Usaha untuk mengatasi
diare yaitu dengan cara memberi minuman, larutan Oralit, biasanya juga larutan gula, garam
(LGG).
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 22
Daftar pustaka
1. Aru W. Sudoyo, Bambnag Setiyohadi, Idrus almi dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: Interna Publishing. 2009.
2.
KKS ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BANGKINANG Page 23