status pasien bedah

53
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama kepala keluarga : - Alamat lengkap : Lowok waru Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah NO Nama Keduduka n L/ P Umu r Pendidi kan Pekerja an Pasie n klini k Ket 1 Tn.S L 42t h STM Swasta ya Closed Fractur Cruris Sinistra 1/ 3 Distal 2 Tn.K L 55t h S-1 Pensiun Politek nik Tidak - 3 Ny.M P 50t h S-1 Ibu rumah tangga Tidak - Kesimpulan: Tn. S tinggal bersama dengan mertuanya yang beralamat di Kecamatan Lowok Waru. Diagnosa klinis penderita adalah Closed Fractur Cruris Sinistra 1/3 Distal. Penderita adalah seorang pekerja wiraswasta. 1

Upload: octa-via-pradnyaparamita

Post on 14-Apr-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

status bedah

TRANSCRIPT

Page 1: STATUS Pasien Bedah

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama kepala keluarga: -

Alamat lengkap : Lowok waru

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah

NO Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien klinik

Ket

1 Tn.S L 42th STM Swasta ya Closed Fractur Cruris Sinistra 1/ 3 Distal

2 Tn.K L 55th S-1 Pensiun Politeknik

Tidak -

3 Ny.M P 50th S-1 Ibu rumah tangga

Tidak -

Kesimpulan:

Tn. S tinggal bersama dengan mertuanya yang beralamat di Kecamatan Lowok Waru.

Diagnosa klinis penderita adalah Closed Fractur Cruris Sinistra 1/3 Distal. Penderita

adalah seorang pekerja wiraswasta.

1

Page 2: STATUS Pasien Bedah

BAB ISTATUS PENDERITA

IDENTITAS

Nama : Tn. S

Umur : 42 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : STM

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Alamat : Lowok waru

Suku : Jawa

Tanggal Periksa : 23 Oktober 2010

ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : kaki kiri nyeri

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Tn.S datang ke IGD digendong oleh temannya pukul 15.05. Pasien

mengeluh kaki kirinya nyeri dan bertambah nyeri bila digerakkan, tidak bisa

untuk berjalan, dan terasa kesemutan. Tungkai kiri tampak bengkak, terdapat

perdarahan bawah kulit (hematom), saat diraba terasa panas dan jari-jari kaki kiri

bisa digerakkan tapi sedikit. Tidak ada luka pada bagian kaki yang bengkak,

ataupun disekitar bagian yang bengkak serta tidak ada darah. Pasien mengaku

bahwa sebelumnya jatuh dari pohon dengan ketinggian ± 2,5 m dan pada saat

jatuh kakinya tertekuk.

Dokter mendiagnosa sementara sebagai fraktur tertutup 1/3 distal cruris

sinistra+ankle joint sinistra, kemudian dilakukan pemeriksaan radiologi untuk

2

Page 3: STATUS Pasien Bedah

melihat bagian yang cidera dan konsultasi ke dokter spesialis ortopedi. Hasil

pemeriksaan radiologi menunjukkan bahwa terdapat close fraktur 1/3 distal

tulang tibia (komplit, tranversal, displaced) dan fibula (non komplit, tranversal

angulasi) sinistra. Kemudian segera dipasang bidai dan segera direncanakan

untuk operasi dengan metode ORIF pada pukul 21.30.

Sebelum dilakukan operasi, pemeriksaan darah lengkap, dan pemberian

obat-obatan pre operasi. Setelah operasi dilakukan, pasien dibawa ke ruang rawat

inap.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat MRS (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat diabetes (-)

Riwayat asma (-)

Riwayat alergi (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

4. Riwayat Penyakit keluarga

Riwayat asma (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat penyakit jantung (-)

Riwayat diabetes (-)

Riwayat alergi (-)

5. Riwayat Gizi

Pasien makan 2-3x sehari , dengan lauk ayam tahu tempe. Biasanya makan

dengan sayur bening dan sayur bersantan. Pasien juga suka daging. Pasien suka

minum air putih dan kadang-kadang makan buah.

6. Riwayat Kebiasaan :

Riwayat merokok (+)

Riwayat minum alkohol (-)

Riwayat minum kopi (+)

Riwayat olahraga (+/kadang-kadang) (futsal, badminton)

3

Page 4: STATUS Pasien Bedah

7. Riwayat Sosial Ekonomi :

Tn.S tinggal bersama mertua sedangkan istrinya sudah lama meninggalkan Tn.S

karena bekerja di luar negeri. Tn.S memiliki satu anak laki-laki yang tinggal

bersama ayah dan ibu Tn.S. Kadang-kadang Tn.S bertempat tinggal di rumah

orang tuanya. Biaya hidup dan rumah sakit ditanggung oleh pasien sendiri. Tn.S

bekerja di toko bangunan dan penghasilan cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Tn.S sebagai anggota masyarakat biasa tidak memilki jabatan khusus.

ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rombut rontok (-), luka (-),

benjolan (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-),penglihatan kabur

(-), ketajaman penglihatan berkurang (-), penglihatan

ganda(-).

4. Hidung : Cairan(-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-),

nyeri(-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-)

7. Tenggorokan : nyeri menelan (-), suara serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)

9. Kardiovaskuler : nyeri dada (-), berdebar-debar (-), ampeg (-).

10. Gastrointestinal : mual (-),muntah(-),diare (-),nafsu makan menurun (-)

nyeri perut (-), BAB lancar

11. Genitourinaria : BAK warna kuning jernih jumlah dalam batas normal.

12. Neurologik : lumpuh (-),kaki kesemutan(+),kejang (-)

13. Psikiatrik : emosi stabil (+), mudah marah (-)

14. Muskolokeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan (-),

nyeri kaki (+),nyeri otot (+)

4

Page 5: STATUS Pasien Bedah

15. Ekstremitas atas : bengkak (-), sakit (-), telapak tangan pucat (-), kebiruan

(-), luka (-),

16. Ekstremitas bawah : bengkak (+), sakit (+), telapak kaki pucat (-), kebiruan (-),

luka (-),

PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : Pasien tampak kesakitan, kesadaran compos mentis (GCS

4-5-6), gizi kesan baik/normal

2. Tanda vital : BB : 58 kg

TB : 160 cm

BMI : BB/TB2=> 58/1,62m=>58/2,56=>22,65 kg/m2

Tensi : 130/100 mmHg

Suhu : 36oC

N : 80 x/mnt, regular, isi cukup, simetris

RR : 20x/mnt

3. Kulit : sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat

(-), spider nevi (-), petechie (-), eritem (-), venektasi (-)

4. Kepala : Bentuk mesocephal, luka (-), rambut mudah dicabut (-),

keriput (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-), papul

(-), nodul (-), Makula (-)

5. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),warna kelopak

putih, radang (-/-), eksoftalmus (-/-), strabismus (-/-)

6. Hidung : nafas cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-),

deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-), saddle nose (-)

7. Mulut : mukosa bibir pucat (-), sianosis bibir (-), bibir kering (-),

gusi berdarah (-) lidah kotor (-), tepi lidah hiperemis (-),

papil lidah atrofi(-)

8. Telinga : otorrhea (-), pendengaran berkurang (-), nyeri tekan

mastoid (-), cuping teling dbn, serumen (-)

9. Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-),

5

Page 6: STATUS Pasien Bedah

10. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran

kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-), tortikolis (-)

11. Thorax : bentuk normal, simetris, pernafasan thoracoabdominal,

retraksi suprasternal (-),retraksi sela iga (-), sela iga

melebar (-), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-),

nyeri (-)

Cor:

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra

Batas kanan atas : ICS II Linea para sternalis dekstra

Batas kiri bawah : ICS V medial lineo medio clavicularis sinistra

Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternalis dekstra

Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,

Suara tambahan jantung (-), bising (-)

Pulmo :

Statis (depan dan belakang)

Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-),

stridor (-)

Dinamis (depan dan belakang)

Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri,irama regular, otot bantu

nafas (-), pola nafas abnormal (-), usaha bernafas normal.

Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor

Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/.+), suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (-/-).

12. Abdomen

Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas jahitan (-)

6

Page 7: STATUS Pasien Bedah

Palpasi : supel, nyeri epigastrium (-), turgor baik, massa (-), asites (-)

Perkusi : timpani seluruh lapangan perut

Auskultasi : peristaltik (+) normal

13. System Collumna Vertebralis :

Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

14. Ekstremitas : palmar eritem (-)

Akral dingin

Oedem

Status lokalis : region cruris sinistra

L : hematoma (+), luka (-),

F : nyeri tekan (+), teraba panas (+)

M : ROM sendi lutut dan pergelangan kaki aktif dan pasif terbatas karena nyeri

15. Sistem genitalia : (tidak diperiksa)

16. Pemeriksaan neurologic:

kesadaran : composmentis

fungsi luhur : dalam batas normal

fungsi vegetatif : dalam batas normal

fungsi sensorik

7

- -

- -

- -

- +

N N

N N

Page 8: STATUS Pasien Bedah

fungsi motorik

Kekuatan tonus Ref.Fisiologis Ref.Patologis

17. Pemeriksaan psikiatri

Penampilan : perawatan diri baik

Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif compos mentis

Afek : appopriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk : realistik

Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

Arus : koheren

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Darah lengkap ( Sabtu, 23 Oktober 2010 preoperasi)

Hb : 16,1 g/dL

Leukosit : 13.100 µL

LED : - mm/jam

Trombosit : 283.000 µL

Ht : 49,8 %

Eritrosit : 5,53 juta/mm3

Hitung jenis leukosit : Eosinofil : 1

Basofil : 2

Neutrofil Stab : -

Neutrofil Segmen : 76

Lymphosit : 13

Monosit : 88

- -

- -

N N

N N

N N

N N

5 5

5 3

Page 9: STATUS Pasien Bedah

Massa perdarahan : 1’30’’

Massa pembekuan : 3”

GDS : 108

RESUME

Dari hasil anamnesa diketahui bahwa pasien mengeluh kaki kirinya nyeri, dan

bertambah nyeri bila digerakkan, tidak bisa dipakai untuk berjalan dan terasa

kesemutan. Pasien mengatakan telah jatuh dari pohon dengan ketinggian ± 2,5 m

dengan posisi kaki tertekuk pada saat jatuh.

Pada saat pasien datang ke IGD pasien tampak kesakitan dan digendong

temannya. Pemeriksaan fisik/ status lokalis didapat bahwa tungkai kiri pasien

bengkak, terdapat perdarahan bawah kulit (hematoma), nyeri tekan, tidak terdapat

luka dan darah pada area yang sakit. Jari-jari kaki pasien masih dapat digerakkan

tetapi sedikit karena terasa nyeri. Saat dipegang, kaki kiri khusunya pada area yang

bengkak terasa panas.

Hasil pemeriksaan DL didapatkan peningkatan leukosit yakni 13.100/mm3.

Hasil pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya fraktur 1/3 distal tibia (komplit,

tranversal, displaced) dan fibula (non komplit, tranversal angulasi) sinistra.

DIAGNOSIS HOLISTIK

1. Diagnosis dari segi biologis :

Close fracture cruris sinistra 1/3 distal

2. Diagnosis dari segi psikologis

Hubungan Tn.S. S dengan keluarga nampak saling mendukung, saling

memperhatikan dan saling pengertian meskipun jarang berkomunikasi.

3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya

Pasien hanya sebagai anggota masyarakat biasa di lingkungannya

Kondisi lingkungan cukup sehat

9

Page 10: STATUS Pasien Bedah

PENATALAKSANAAN

a. IGD (Sabtu, 23 Oktober 2010 Pukul 15.05)

Infus RL 20 tts/mnt

Inj. Ketopain (ketolorac tromethamin) 1 ampul

Indikasi : Pengobatan jangka pendek untuk nyeri berat akut pasca op

Dosis : Dws < 65 thn 30 mg dosis tunggal atau 30 mg tiap 6 jam, maks 120

mg/hr. Dws > 65 thn dgn gangguan ginjal atau BB <50 kg 15 mg

dosis tunggal atau 15 mg tiap 6 jam maks 60 mg/hr

Sediaan : Amp. 30 mg/mL x 1 mL

b. Pre operasi

Cairan RL 60cc/jam

Inj. Primperan (Metoklopramid) 1 amp

Indikasi : Mempercepat pengosongan lambung

Dosis : Tab. Dws 10 mg 3x/hr. Sirup Dws 1-2 sdt 3x/hr, anak 5-15 thn 0,5

mg/kgBB/hr dibagi dlm beberapa dosis . Tetes Anak < 5 thn 0,1

mg/kgBB/hr atau 0,5 mg/kgBB/hr dlm beberapa dosis. Amp Dws 1 amp

3x/hr.

Sediaan : Tab 5 mg, tab 10 mg. Amp. 10 mg/2mL, Syr. 5 mg/5mL. Tetes

ped 1mg/10 tetes.

Inj. Narfoz (ondansentron) 8 mg

Indikasi : mual muntah pasca operasi

Dosis : profilaksis mual muntah pasca op 8 mg 1 jam sblm anastesi

selanjutnya 8 mg tiap 8 jam s/d 16 jam

Sediaan : Tab. 4 mg, 8 mg. Amp. 4 mg/2mL

Inj. Ceftriaxzone 2 g

Indikasi : profilaksis selama operasi dan post operasi

Dosis : Profilaksis pra op 1-2 g dosis tunggal 30-90 mnt sblm op.

Sediaan : Vial 1 g

Inj. Ketopain (ketolorac tromethamin) 1 amp

10

Page 11: STATUS Pasien Bedah

c. Operasi PRIF (Open Redution Internal Fixation) yakni reduksi tertutup

dengan fiksasi interna dengan pemasangan plate and screw

d. Post Operasi

Pemasangan elastic bandage pada area pertengahan cruris sampai ke

metatarsal.

Inj. Primperan (Metoklopramid) 1 ampul

Inj. Narfoz (ondansentron) 8 mg

Inj. Ceftriaxone 2x1 gr

Inj. Ketopain (ketolorac tromethamin) 3x1 ampul

Inj. Ranitidin 2x1ampul

Indikasi : mencegah tukak pasca op dan aspirasi asam lambung

Dosis : 50 mg

Sediaan : tab. 250 mg. Amp 25 mg/mL x 2 mL

Follow up

Tanggal 23 Oktober 2010 (pre-operasi)

S : Nyeri pada kaki kiri

O : KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: 120/80 mmHg RR: 20 x/menit

N: 88 x/menit S: 36oC

Status lokalis regio cruris sinistra:

L : Luka (-), oedem (+), hematoma (+/5x15 cm)

F : NVD (+), nyeri tekan (+),

M : ROM aktif pasif terbatas

A : Close fracture cruris 1/3 distal sinistra

P : Cairan RL 60cc/jam, Primperan 1 amp, Narfoz 8 mg, Ceftriaxzone 2 gr,

Ketopain 1 amp, Pemeriksaan darah lengkap, Foto Rontgen regio cruris

sinistra, Pemasangan bidai

Tanggal 24 Oktober 2010 (Hari 1 post-operasi)

S : Nyeri pada kaki kiri post operasi

11

Page 12: STATUS Pasien Bedah

O : KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: 130/90 mmHg RR: 20 x/menit

N: 88x/menit S: 36oC

Status lokalis regio cruris sinistra:

I : Luka (-), oedem (+), hematoma (+/5x15 cm)

P : NVD (+)

M : ROM aktif pasif terbatas

A : Close fracture cruris 1/3 distal sinistra post operasi

P : Primperan 1 ampul, Narfoz 8 mg, Ceftriaxone 2x1, Ketopain 3x1 amp,

Ranitidin 2x1 amp, pemasangan elastic bandage dari pertengahan kruris

samapi metatarsal

Tanggal 25 Oktober 2010 (Hari ke-2 post-operasi)

S : Nyeri pada kaki berkurang

O : KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: 130/80 mmHg RR: 20 x/menit

N: 80 x/menit S: 37oC

Status lokalis regio cruris sinistra:

I : Luka (-), oedem (+), hematoma (+/5x15 cm)

P : NVD (+),

M : ROM aktif pasif terbatas

A : Close fracture cruris 1/3 distal sinistra post operasi

P : Terapi tetap tanpa narfoz, pemasangan elastic bandage dari pertengahan

kruris samapi pertengahan metatarsal

Tanggal 26 Oktober 2010 (Hari ke-3 post-operasi)

S : nyeri pada kaki berkurang

O : KU baik, composmentis, gizi kesan cukup

Tanda vital: T: 130/90 mmHg RR: 20 x/menit

N: 88 x/menit S: 36oC

Status lokalis regio cruris sinistra:

I : Luka (-), oedem (+), hematoma (+/5x15 cm)

12

Page 13: STATUS Pasien Bedah

P : NVD (+),

M : ROM aktif pasif terbatas

A : Close fracture cruris 1/3 distal sinistra post operasi

P : Terapi tetap tanpa narfoz, pemasangan elastic bandage dari pertengahan

kruris sampai metatarsal.

Pasien pulang pukul 16.30 WIB

Flow Sheet

Nama : Tn. S

Diagnosis : Close fracture cruris 1/3 distal sinistra

NO Tanggal Vital Sign BB/TB BMI (kg/m2)

Status Lokalis Keluhan Rencana

1 23/10/2010(IGD)

15.05 T:130/80N:80S: 37,5Rr: 20

58/160 22,65 regio cruris sinistra: I : Luka (-),oedem (+), hematoma (+/5x15 cm) P : NVD (+), ROM aktif pasif terbatas

Nyeri kaki kiri bila digerakkan

Infus RL 20 tts/mnt

Injeksi Ketopain 30 g 3x1

Preoperasi :Cairan RL 60cc/jam

Primperan Pukul

18.00

Narfoz Pukul 20.00

Ceftriaxzone 2 g

Pukul 20.30

Ketopain Pukul

18.00

Pemasangan bidai

18.00 T:120/110N: 90S: 36Rr:

2 24/10/2010 06.00 T:130/90N: 88S: 36Rr:

sinistra: I : Luka (-),oedem (+), hematoma (+/5x15 cm) P : NVD (+), ROM aktif pasif terbatas

Nyeri pada kaki setelah operasi

Primperan 1 ampul

Narfoz 8 mg

Ceftriaxone 2x1

Ketopain 30 g 3x1

Ranitidin 2x1

pemasangan elastic bandage dari pertengahan kruris sampai metatarsal

12.00 T: 120/90N: 88S: 37Rr:

18.00 T:110/60N: 84S: 37Rr:

13

Page 14: STATUS Pasien Bedah

3 25/10/2010

06.00 T: 130/80N: 80S: 37Rr:

sinistra: I : Luka (-),oedem (+), hematoma (+/5x15 cm) P : NVD (+), ROM aktif pasif terbatas

Nyeri kaki setelah operasi berkurang

.Terapi tetappemasangan elastic bandage dari pertengahan kruris sampai metatarsal

12.00 T: 100/80N: 80S: 36Rr:

18.00 T: 120/90N: 80S: 37,5Rr:

4 26/10/2010

06.00 T: 130/90N: 88S: 36Rr:-

sinistra: I : Luka (-),oedem (+), hematoma (+/5x15 cm) P : NVD (+), ROM aktif pasif terbatas

Nyeri kaki berkurang

Terapi tetappemasangan elastic bandage dari pertengahan kruris sampai metatarsal

12.00 T: 120/70N:84 S: 37Rr:-

Pasien pulang pukul 16.30

14

Page 15: STATUS Pasien Bedah

BAB IIFRAKTUR

DEFINISIPengertian fraktur menurut Dorland (1994) adalah suatu

diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan karena trauma atau keadaan patologis, sedangkan menurut Apley (1995) adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang.ETIOLOGI

Fraktur pada cruris dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu fraktur akibat trauma, yang paling lazim adalah karena kecelakaan sepeda motor. Fraktur ini disebabkan karena kekuatan yang berlebihan dan tiba-tiba, dapat berupa pemukulan, pemuntiran, penekukan maupun penarikan antara tendon dan ligament sehingga bisa berakibat tulang terpisah. Fraktur kelelahan atau tekanan, fraktur dimana disebabkan oleh tekanan berulang-ulang. Fraktur patologi, fraktur ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyakit tulang yang umum dijumpai, tumor ganas primer dan tumor metastase (Appley & Solomon, 1995).KLASIFIKASI A.Klasifikasi Etiologis

Fraktur traumatic →Akibat trauma tiba-tiba

Fraktur patologis→ Terjadi karena kelemahan tulang akibat adanya kelainan

patologi pada tulang

Fraktur stress→ Akibat trauma yang terus menerus pada suatu daerah tertentu

B.Klasifikasi Klinis Fraktur tertutup →Tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar

Fraktur terbuka→ Berhubungan dengan dunia luar melalui luka

Fraktur dengan komplikasi→ Fraktur yang disertai komplikasi seperti infeksi,

mal-union, delayed union, non-union 15

Page 16: STATUS Pasien Bedah

C.Klasifikasi Radiologis Berdasarkan lokalisasi : Diafiseal, Metafiseal, Intra-artikuler, Fraktur dengan

Berdasarkan konfigurasi

Gambar 1.

Berdasarkan ekstensi

a. Fraktur total → patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.

b. Fraktur tidak total (crack) → patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang

Berdasarkan hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

Gambar 2. PATOFISIOLOGI

16

Page 17: STATUS Pasien Bedah

Akibat terpotongnya pembuluh darah maka cairan dalam sel akan keluar ke jaringan

dan menyebabkan pembengkakan. Dengan adanya ini akan menekan ujung syaraf

sensoris yang akan menyebabkan nyeri. Akibatnya gerakan pada area tersebut akan

terbatas oleh karena nyeri itu sendiri (Appley & Solomon, 1995). Pada kasus fraktur

untuk mengembalikan secara cepat maka perlu tindakan operasi dengan immobilisasi

(Apley, 1995). Immobilisasi yang sering digunakan yaitu plate and screw. Untuk

memasang plate and screw tersebut perlu dilakukan operasi sehingga dilakukan

17amell yang menyebabkan kerusakan jaringan lunak di bawah kulit maupun

pembuluh darah yang akan diikuti dengan keluarnya cairan dari pembuluh darah dan

terjadi proses radang sehingga menimbulkan oedema. Proses radang ditandai dengan

adanya leukosit yang meningkat dan saat keluarnya cairan dari pembuluh darah

ditandai dengan adanya hemoglobin yang menurun sehingga mempengaruhi kondisi

umum pasien. Adanya oedema akan dapat menekan nociceptor sehingga merangsang

timbulnya nyeri. Nyeri juga timbul karena adanya luka sayatan pada saat operasi yang

dapat menyebabkan ujung-ujung saraf sensoris teriritasi sehingga penderita enggan

untuk menggerakkan daerah yang sakit. Keadaan ini apabila dibiarkan terus menerus

akan menimbulkan spasme otot dan terjadi penurunan lingkup gerak sendi (LGS)

yang lama kelamaan akan mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan otot diikuti

dengan penurunan aktivitas fungsional (Low, 2000).

MANIFESTASI KLINISa. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen

tulang diimobilisasi, hematoma, dan edemab. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patahc. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot

yang melekat diatas dan dibawah tempat frakturd. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnyae. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulitPROSES PENYEMBUHAN

Pada kondisi fraktur fisiologis akan diikuti proses penyambungan. Proses

penyambungan tulang menurut Apley (1995) dibagi dalam 5 fase, yaitu: (1) fase

17

Page 18: STATUS Pasien Bedah

haematoma, (2) fase proliferasi, (3) fase pembentukan kalus, (4) fase konsolidasi, (5)

fase remodeling.

1) Fase haematoma

Pada fase haematoma terjadi selama 1-3 hari. Pembuluh darah robek dan terbentuk

haematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Pada permukaan fraktur, yang tidak

mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter. 1818.

2) Fase proliferasi

Pada fase proliferasi terjadi selama 3 hari sampai 2 minggu. Dalam 8 jam setelah

fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi di bawah periosteum dan di

dalam saluran medula yang tertembus ujung fragmen dikelilingi jaringan sel yang

menghubungkan tempat fraktur. Haematoma yang membeku perlahan-lahan di

absorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke dalam daerah fraktur.

3) Fase pembentukan kalus

Pada fase pembentukan kalus terjadi selama 2-6 minggu. 18amellar yang

berkembangbiak memiliki potensi untuk menjadi kondrogenik dan osteogenik, jika

diberikan tindakan yang tepat sel itu akan membentuk tulang, cartilago dan

osteoklas. Masa tulang akan menjadi lebih tebal dengan adanya tulang dan

cartilago juga osteoklas yang disebut dengan kalus. Kalus terletak pada permukaan

periosteal dan endosteal. Terjadi selama 4 minggu, tulang mati akan dibersihkan.

4) Fase konsolidasi

Pada fase konsolidasi terjadi 3 minggu hingga 6 bulan. Tulang fibrosa atau

anyaman tulang menjadi padat jika aktivitas osteoklas dan osteoklastik masih

berlanjut maka anyaman tulang berubah menjadi tulang lamelar. Pada saat ini

osteoklas tidak memungkinkan osteoklas untuk menerobos melalui reruntuhan

garis fraktur karena sistem ini cukup kaku. Celah-celah diantara fragmen dengan

tulang baru akan diisi oleh osteoblast. Perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup

untuk menumpu berat badan normal.

18

Page 19: STATUS Pasien Bedah

5) Fase remodeling

Pada fase remodeling terjadi selama 6 minggu hingga 1 tahun. Fraktur telah

dihubungkan oleh tulang yang padat, tulang yang padat tersebut akan diresorbsi

dan pembetukan tulang yang terus menerus lamelar akan menjadi lebih tebal,

dinding-dinding yang tidak dikehendaki dibuang, dibentuk rongga sumsum dan

akhirnya akan memperoleh bentuk tulang seperti normalnya. Terjadi dalam

beberapa bulan bahkan sampai beberapa tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi

penyembuhan fraktur, antara lain: usia pasien, banyaknya displacement fraktur,

jenis fraktur, lokasi fraktur, pasokan darah pada fraktur, dan kondisi medis yang

menyertainya (Garrison, 1996).

Gambar 3. Proses Penyembuhan Tulang

PENATALAKSANAAN

A. Prinsip Pengobatan Fraktur

1. Recognition

diagnosis dan penilaian, lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik

yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan

sesudah pengobatan

2. Reduction

– alignment yang sempurna

19

Page 20: STATUS Pasien Bedah

– aposisi yang sempurna

3. Retention (imobilisasi fraktur)

4. Rehabilitation (mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin).

B. Terapi Fraktur Tertutup

1. Konservatif

Proteksi saja (tanpa reduksi dan imobilisasi)

Indikasi : fraktur tidak bergeser, fraktur iga stabil, metacarpal,

falang atau fraktur klavikula pada anak.

Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Indikasi : Sebagai bidai pada fraktur untuk pertolongan pertama,

imobilisasi sebagai pengobatan definitif, imobilisasi untuk

mencegah fraktur patologis, alat bantu fiksasi interna, diperlukan

manipulasi pada fraktur bergeser dan diharakan dapat direduksi

tertutup dan dapat dipertahankan.

Traksi dilanjutkan dengan imobilisasi

2. Operatif

Reposisi tertutup-fiksasi eksterna

Indikasi : Fraktur terbuka grade II dan grade III, Fraktur terbuka

disertai hilangnya jaringan atau tulang yang hebat, Fraktur dengan

infeksi atau infeksi pseudoartritis

Reposisi terbuka dan fiksasi interna (ORIF)

Open Reduction Internal Fixatie (ORIF) adalah suatu jenis operasi

dengan pemasangan internal fixasi yang dilakukan ketika fraktur

tersebut tidak dapat direduksi secara cukup dengan close reduction,

atau ketika plaster gagal untuk mempertahankan posisi yang tepat pada

fragmen fraktur (John C. Adams, 1992). Biasanya digunakan pada

fraktur tulang panjang dengan tipe simple tranverse dan simple oblique

20

Page 21: STATUS Pasien Bedah

fraktur. Indikasi : Fraktur multiple, fraktur terbuka, fraktur

intraartikuler, reduksi tertutup mengalami kegagalan

Excisi fragmen dan pemasangan endhoprothesis

Indikasi : fraktur leher femur dan sendi siku orang tua, biasanya

terjadi nekrosis avaskuler dan fragmen atau non-union.

C. Terapi Fraktur Terbuka

Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan

penanganan yang terstandar untuk mengurangi risiko infeksi, golden period 6

hours. Adapun penanggulangan fraktur terbuka adalah :

• Obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan

• Berikan antibiotik dalam ruang gawat darurat di kamar operasi dan setelah

operasi

• Segera dilakukan debrideman dan irigasi yang baik

• Ulangi debrideman 24-72 jam berikutnya

• Stabilisasi fraktur

• Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari

• Lakukan bone graft autogenous secepatnya

• Rehabilitasi anggota gerak yang terkena

KOMPLIKASI

Komplikasi umum post operasi

1) Infeksi

Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa internal

fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karena luka

yang tidak steril (Adams, 1992).

2) Delayed union

Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang tetapi

terhambat yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya peredaran

darah ke fragmen (Adams, 1992).

3) Non union21

Page 22: STATUS Pasien Bedah

Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5 bulan

mungkin disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum dan pergerakan

pada tempat fraktur (Garrison, 1996).

4) Avaskuler nekrosis

Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya defisiensi

suplay darah (Apley, 1995).

5) Mal union

Terjadi pnyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak benar seperti

adanya angulasi, pemendekan, deformitas atau kecacatan (Adams, 1992).

Komplikasi yang berhubungan dengan tindakan operasi yaitu kerusakan jaringan

dan pembuluh darah pada daerah yang dioperasi karena incisi. Pada luka

operasi yang tidak steril akan terjadi infeksi yang dapat menyebabkan proses

penyambungan tulang dan penyembuhan tulang terlambat

PROGNOSA

Menurut Soeharso (1993), fraktur dapat disembuhkan atau disatukan kembali

fragmen-fragmen tulangnya melalui operasi. Namun ada sebagian jenis fraktur yang

sulit disatukan kembali fragmen-fragmen yaitu fraktur pada tulang ulna, tulang

radius, tulang fibula dan tulang tibia. Fraktur pada daerah elbow, caput femur dan

cruris dapat menyebabkan kematian karena pada daerah tersebut dilewati saraf besar

yang sangat berperan dalam kehidupan seseorang. Prognosis fraktur tergantung dari

jenis fraktur, usia penderita, letak, derajat keparahan, cepat dan tidaknya penanganan.

FRAKTUR KRURIS 1/3 DISTAL

Fraktur cruris 1/3 distal adalah patah tulang yang terjadi pada tulang tibia dan fibula

yang terletak pada 1/3 bagian bawah dari tulang. Fraktur kruris ½ dan 1/3 distal

merupakan jenis fraktur tulang panjang yang sering ditemui yakni sekitar 30%.

Etiologi

1. Trauma langsung terutama pada kecelakaan lalu lintas

2. Trauma tidak langsung

Diagnosa

22

Page 23: STATUS Pasien Bedah

Terdapat gejala spesifik dan tidak spesifik dari fraktrur secara umum yakni

1. Nyeri yang sangat

2. Hilangnya fungsi

3. Bengkak

4. Krepitasi

5. Pergerakan abnormal

6. Deformitas

Diagnosa pasti dilakukan dengan pemeriksaan radiologis

Gambar 4. Fraktur kruris

Penatalaksanaan

1. Reduksi yang diikuti dengan gips imobilisasi

Reduksi dilakukan dengan traksi dibawah narkose/lumbal anastesi. Cara ini mudah

dan sedferhana bila dilakukan sesegera mungfkin. Apabila terlambat dilakukan

reposisi akan terjadi kesulitan teknis. Setelah tercapai reposisibdilakukann

imibilisasi dengan gips.

Gambar 5. Imobilisasi dengan gips

23

Page 24: STATUS Pasien Bedah

2. Reduksi dan imobilisasi dengan traksi

Reduksi dengan traksi ini dilakukan terus-menerus dengan cara kaki ditarik dari

kalkaneus. Posisi ini dimonitor dengan Rontgen berulang-ulang. Traksi segera

diganti dengan gips setelah proses penyembuhan dalam fase konsolidasi.

Imobilisasi ini memerlukan waktu beberapa minggu

Gambar 6. Reduksi dan imobilisasi dengan traksi

3. Pembedahan

Metode ini dilakukan apabila koreksi/reduksi sulit dilakukan dari eksternal atau

reposisi sulit dipertahankan selama imobolisasi. Selain itu dilakukan bila terjadi

kerusakan jaringan karena dalam kasus ini sangat penting/urgent dilakukan

tindakan bedah.

Gambar 7. Reduksi dan imobilisasi dengan tindakan pembedahan

Prognosa

Fraktur diafisa dari kruris atau tungkai bawah merupakan kejadian yang serius dan

perlu penanganan segera. Apabila penanganan tidak sempurna akan menimbulkan

gejala sisa yakni kaki menjadi pendek, eksorotasi yang menetap dan posisi tulang

yang tidak lurus (membentuk sudut).

24

Page 25: STATUS Pasien Bedah

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI DALAM KELUARGA

Fungsi Holistik

1. Fungsi Biologis

Tn.S tinggal bersama dengan mertua di Kecamatan Lowok Waru. Tn.S

sebagai pasien close fracture cruris 1/3 distal sebelumnya belum pernah

menderita sakit yang sama dan belum pernah masuk rumah sakit.

2. Fungsi Psikologis

Tn.S tinggal bersama dengan mertua karena sebagai anak bertanggung jawab

terhadap orang tua lagipula istrinya sudah lama meninggalkan Tn.S dan orang

tuanya untuk bekerja di luar negeri. Hubungan pasien dengan mertua kurang

harmonis karena kurang komunikasi. Tn.S jarang di rumah karena dia harus

bekerja, dan kadang-kadang Tn.S berpindah tempat tinggal yakni dengan

orang tuanya karena anak laki-lakinya tinggal bersama orang tuanya.

Hubungan Tn.S dengan anak laki-lakinya cukup baik meskipun kadang tidak

tinggal 1 rumah.

3. Fungsi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, Tn.W hanya sebagai anggota masyarakat biasa,

tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Dalam

kehidupan sosial Tn.S cukup berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

25

Page 26: STATUS Pasien Bedah

Biaya rumah sakit dan kehidupan sehari-hari dibiayai oleh pasien sendiri.

Pasien juga harus membiayai sekolah dan kehidupan anaknya. Tn.S

mengatakan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kesimpulan :

Fungsi biologis, social dan ekonomi keluarga Tn.S umur 42 tahun dengan

close fracture cruris 1/3 distal adalah cukup baik namun fungsi psikologi

kurang baik

Fungsi Fisiologis dengan Alat APGAR Score

Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score

adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut

pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota

keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga

yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang

lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota

keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan

anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.

5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu

yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup

dan 8-10 adalah baik.

26

Page 27: STATUS Pasien Bedah

APGAR score Tn. S=7

APGAR Tn.S Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/

Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn. S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Tn.S memecahkannya bersama keluarga .

Score : 2

Partnership : Komunikasi antara penderita dengan keluarga terutama mertua kurang baik karena jarang bertemu.

Score : 1

Growth : Keluarga mengetahui kegiatan sehari-hari pasien

Score : 2

Affection : Keluarga kadang-kadang menunjukkan kasih sayang terhadap Tn.S

secara langsung.

Score : 1

Resolve : Tn.S jarang berkumpul dengan keluarga biasanya hanya makan

malam saja.

Score : 1

APGAR score Tn. K= 8

27

Page 28: STATUS Pasien Bedah

APGAR Tn.K Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang

/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah.

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya.

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru.

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn. K APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Tn.K kadang-kadang memecahkannya keluarga

Score : 1

Partnership : Komunikasi antara Tn.K dengan keluarga terjalin baik. Mereka saling memberi perhatian, masukan, dan bantuan jika ada yang terkena masalah.

Score : 2

Growth : Walaupun Tn.K sering berkumpul dengan keluarga dan berkomunikasi namun terkadang keluarga tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Tn.K sehari-hari.

Score : 1

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara keluarga terjalin cukup baik

Score : 2

Resolve : Tn.K sering berkumpul untuk makan bersama

Score : 2

APGAR score Ny.M=7

APGAR Ny. M Terhadap Keluarga Sering/selalu

Kadang-kadang

Jarang/Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

28

Page 29: STATUS Pasien Bedah

saya bila saya menghadapi masalahP Saya puas dengan cara keluarga saya membahas

dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Untuk Ny. M APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Kurang terbukanya Ny.M ketika mendapat masalah baik masalah dengan keluarganya, sehingga Ny.M jarang berkomunikasi dengan keluarga.

Score : 1

Partnership : Komunikasi antara Ny.M dengan teman-teman cukup terjalin baik. Ny.M tidak selalu meminta pendapat keluarga jika menghadapi masalah

Score : 1

Growth : Walaupun sering bersama, namun terkadang keluarga tidak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Ny.M sehari-hari.

Score : 1

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara anggota keluarga cukup baik

Score : 2

Resolve : Ny. M sering berkumpul untuk makan bersama keluarga

Score : 2

APGAR score keluarga terhadap Tn.S = (7+8+7) : 3 = 7,3

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Tn.S cukup baik.

Fungsi Patologis dengan Alat SCREEM

Fungsi patologis dari keluarga Tn.S dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M

sebagai berikut.

Tabel 8. SCREEM keluarga penderita

Sumber Patologis

SocialIkut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -

29

Page 30: STATUS Pasien Bedah

Culture Menggunakan adat istiadat daerah asal -

Religious Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah.

-

Economic Penghasilan keluarga relatif cukup -

EducationalTingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini cukup,

-

MedicalDalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga Tn.S pergi ke praktek dokter umum -

Kesimpulan

Keluarga kos Tn.S tidak memiliki fungsi patologis

Pola Interaksi Keluarga

Diagram Pola interaksi Tn.S

Keterangan :

Hubungan baik

Hubungan tidak baik

Kesimpulan

Hubungan antara Tn.S dengan keluarga baik dan hubungan semua keluarga antara

satu sama lain baik.

30

Tn.W

Tn.HTn.S

Page 31: STATUS Pasien Bedah

BAB IIIIDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

1. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

Faktor Perilaku Keluarga

a. Pengetahuan

Tn.S dan keluarga mengetahui bahwa kondisi yang dialami oleh Tn.S adalah

patah tulang dan mereka berupaya agar Tn.S segera bisa melakukan kegiatan

seperti biasanya dan bisa menggunakan kakinya untuk berjalan dan bekerja oleh

karena itu mereka menginginkan untuk segera dioperasi. Tn.S dan keluarga

tidak mengetahui kemungkinan adanya komplikasi dan tindak lanjut dari

tindakan operasi tersebut. Tn.S dan keluarga tidak mengetahui bahwa untuk

menunjang kesembuhan dari Tn.S terdapat suatu tindakan fisioterapi. Mereka

hanya tau bahwa untuk mengurangi nyeri dan bengkak kaki yang sakit harus

sedikit ditinggikan.

b. Sikap

Tn.S dan keluarga menganggap patah tulang adalah penyakit yang serius karena

menyebabkan tidak bisa berjalan dan biasanya sembuhnya lama. Tn.S dan

keluarga berpendapat sebaiknya dilakukan operasi.

c. Tindakan

31

Page 32: STATUS Pasien Bedah

Keluarga segera membawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan

lebih lanjut dan nantinya segera dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Keluarga

bersedia mengantarkan pasien untuk kontrol pasca operasi.

Faktor Non Perilaku

a. Gambaran Lingkungan

Rumah yang dihuni oleh keluarga ini terletak tidak terletak dipinggir jalan

raya namun masuk ke pemukiman desa. Rumah ini berdempetan dengan

rumah tetangga namun masih ada tanah yang kosong. Sumber air

menggunakan air pump, pencahayaan dan ventilasinya cukup dan penataan

barang-barang cukup rapi. Lantai terlihat bersih dan masing-masing ruangan

dalam rumah terlihat bersih.

b. Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan termasuk praktek dokter, apotek dan sebagainya

tergolong dekat dengan rumah Tn.S. Jika salah satu anggota keluarga ada

yang sakit biasanya pergi berobat ke dokter praktek. Dan bila dirasa

sakitnya parah mereka membawa ke RS untuk mendapatkan perawatan yang

lebih baik.

c. Ketururnan

Tidak ada keluarga yang pernah mengalami sakit yang sama dan tidak ada

yang menderita penyakit tulang yang lain.

32

Page 33: STATUS Pasien Bedah

Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Ket:: Faktor Perilaku

: Faktor Non-perilaku

2. Identifikasi Lingkungan Rumah

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang berdempetan dengan rumah

tetangganya. Memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang

tamu, 4 kamar , satu dapur, dan 1 kamar mandi. Pintu masuk dan keluar ada dua,

pintu belakang yaitu pintu yang langsung berbatasan dengan pekarangan di

belakang dan pintu utama yang berbatasan dengan ruang tamu. Tiap kamar hanya

memiliki satu jendela. Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Dalam satu kamar

hanya satu tempat tidur. Secara keseluruhan kebersihan dan kerapian rumah cukup

baik.

Denah Rumah

33

PengetahuanKeluaga cukup tentang

penyakit pasien

SikapKeperdulian terhadap sakit penderita

TindakanKeluarga mengantarkan ke

RS dan segera dilakukan tindakan medis

Tidak ada keluarga pernah sakit yang sama dan tidak ada penyakit

tulang yg lain

Rumah cukup memenuhi syarat

kesehatan

Tn.S

Bila sakit berobat ke dokter praktek/RS

MushollaKamar mandi

& WCR. keluarga

Kamar

Kamar

Pintu depan

Gudang

R. Mencuci

R. Tamu

Pintu belakang

Page 34: STATUS Pasien Bedah

DAFTAR MASALAHMasalah medis :

Close fracture cruris 1/3 distal

Masalah non medis :

1. Pasien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasanya

2. Pengetahuan yang kurang mengenai terapi latihan / fisioterapi post operasi

Diagram Permasalahan Pasien

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Matrikulasi Masalah

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)

No. Daftar Masalah I T R Jumlah

IxTxRP S SB Mn Mo Ma

1. Pasien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa

5 5 5 3 3 4 3 13.500

2. Pengetahuan yang kurang mengenai terapi latihan / fisioterapi post operasi

5 5 5 4 4 3 3 18000

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

34

Tn.SClose fracture cruris 1/3 distal

Pengetahuan yang kurang mengenai terapi latihan / fisioterapi post operasi

Pasien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasa

DapurR. makan

Page 35: STATUS Pasien Bedah

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T : Technology (teknologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn : Man (tenaga yang tersedia)

Mo : Money (sarana yang tersedia)

Ma : Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn.W

adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan yang kurang mengenai terapi latihan / fisioterapi post operasi

2. Pasien tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasanya

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Holistik

1. Segi biologis :

Pada kasus ini didiagnosa close fracture cruris 1/3 distal

2. Segi psikologis :

Hubungan Tn.S. S dengan keluarga nampak saling mendukung, saling

memperhatikan dan saling pengertian meskipun jarang berkomunikasi.

3. Segi sosial, ekonomi, dan budaya :

35

Page 36: STATUS Pasien Bedah

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat, hanya

sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini mengikuti beberapa kegiatan

dilingkungannya. Hubungan dengan tetangga baik dan rukun.

Saran

1. Promotif :

Edukasi adalah anjuran tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh pasien

selama berada di bangsal ataupun setelah pasien pulang ke rumah. Edukasi yang

diberikan berupa home program antara lain;

a. Memberikan motivasi agar pasien terus berlatih

b. Untuk mengurangi oedem pasien disuruh

menyangga tungkai yang sakit

dengan bantal dan diletakkan lebih tinggi dari posisi jantung .

c. Menganjurkan pada pasien untuk melakukan

gerakan dorsi fleksi-plantar fleksi

maupun inversi-eversi, fleksi-ekstensi lutut secara aktif yang sebelumnya

diberikan contoh oleh fisioterapi.

d. Menganjurkan pada pasien agar tidak

menapakkan kaki yang sakit ke lantai.

e. Menjelaskan tentang proses penyembuhan

fraktur.

2. Preventif :

a. Menyarankan untuk kontrol rutin dan kontrol

segera ke dokter atau ke rumah sakit bila ada keluhan dengan pembebatan

terlalu ketat, terasa dingin pada jari kaki dan nyeri yang tidak berkurang atau

bertambah hebat.

b. Mencegah adanya komplikasi dengan merawat

luka post op sesuai petunjuk dokter, tidak banyak bergerak sebelum memasuki

proses penyembuhan.

3. Kuratif

terapi medikamentosa yang diberikan oleh dokter diteruskan

36

Page 37: STATUS Pasien Bedah

3. Rehabilitatif

Edukasi dan motivasi terhadap pasien bahwa pasien dengan fraktur tertutup kruris

1/3 distal nantinya dapat beraktivitas secara normal kembali dengan bantuan

fisioterapi secara rutin untuk membantu proses penyembuhan.

37