status pasien dr. suhana(1)

58
UNIVERSITAS TRISAKTI FAKULTAS KEDOKTERAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RS. PUSAT ANGKATAN UDARA Dr. ESNAWAN ANTARIKSA ------------------------------------------------------- -------------------------------- IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. D Umur : 19 Tahun Alamat : Bangka Belitung Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Belum Menikah Pendidikan Terakhir : SMP Pekerjaan : Penjaga malam di pabrik es Bangsa : Indonesia Agama : Islam I. ANAMNESIS Dilakukan secara autoanamnesis pada hari Senin tanggal 29 Oktober 2012 jam 15.00 WIB 1. Keluhan Utama

Upload: riska-uly

Post on 08-Aug-2015

74 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Status Pasien Dr. Suhana(1)

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RS. PUSAT ANGKATAN UDARA Dr. ESNAWAN ANTARIKSA

---------------------------------------------------------------------------------------

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. D

Umur : 19 Tahun

Alamat : Bangka Belitung

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum Menikah

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Penjaga malam di pabrik es

Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

I. ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis pada hari Senin tanggal 29 Oktober 2012 jam

15.00 WIB

1. Keluhan Utama

Patah tulang paha, tulang kering dan jari I, II, III kaki kanan

2. Keluhan Tambahan

Kaki sulit digerakkan dan nyeri

Page 2: Status Pasien Dr. Suhana(1)

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Os datang ke RSPAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan patah tulang pada

paha, tulang kering dan jari I, II, III kaki kanan. kaki sulit digerakkan dan terasa nyeri.

Os mengalami kecelakaan motor 10 bulan yang lalu pada tanggal 4 Januari 2012 dan

di rawat di RS Daerah di Bangka Belitung. Saat kecelakaan os ditabrak dari samping

oleh mobil dan langsung tidak sadarkan diri. Os memakai helm. Saat sadar os sudah

berada di rumah sakit dan tidak dapat mengingat kejadian yang menimpanya. Os

mengaku tidak ada luka di kepala, mual (-), muntah (-). Terdapat luka di sudut mulut

kanan, patah tulang pada jari ke-III tangan kanan, paha kanan, tulang kering kanan

dan jari kaki ke-I, II, III kanan. Tanggal 6 Januari 2012 dilakukan operasi

pemasangan plate pada os. Pada bulan Juni 2012 plate dibuka karena terdapat

pembengkakan dan nanah yang keluar dari luka operasi setelah pengangkatan jahitan.

Os merasa nyeri dan demam terus menerus. Pada bulan Agustus 2012 direncanakan

untuk dilakukan pemasangan plate tapi belum dilakukan karena tidak ada peralatan

yang memadai sehingga os dirujuk ke RSPAU.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi dan kencing manis disangkal. Alergi disangkal. Riwayat batuk

lama disangkal,

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat kencing manis, hipertensi dan alergi dalam keluarga

6. Riwayat Kebiasaan

Os merokok sudah dua tahun. Os jarang berolahraga.

7. Riwayat Sosial-Ekonomi dan Lingkungan

Rumah os terdiri dari satu lantai. Tidak ada tangga. Jalan menuju rumah tidak

mendaki.

II. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Page 3: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Tekanan Darah : 120/80mmHg

Nadi : 84x/menit

Suhu : 36C

Pernapasan : 20x/menit

STATUS GENERALIS

Kepala : normochepali

Rambut : warna hitam, distribusi merata

Mata : conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-

Hidung : simetris, secret (-)

Telinga : tidak ada kelainan

Mulut : sianosis (-), lidah tidak kotor

terdapat bekas luka di sudut mulut sebelah kanan

dengan ukuran panjang 3 cm.

Leher : tidak ada kelainan

Thoraks : Paru : suara nafas vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, supel, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), hepar dan

lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat pada keempat ekstremitas,

STATUS LOKALIS : Extremitas Inferior Dextra

Terdapat pemendekan pada ekstremitas inferior dextra :

Extremitas Inferior Dextra Extremitas Inferior Sinistra

Page 4: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Umbilicus – condylus

lateral

84 cm 89 cm

SIAS- condylus lateral 74 cm 84 cm

SIAS – lutut kanan 37 cm 47 cm

Lutut kanan – condylus

lateral

37 cm 41 cm

Kekuatan otot

5 5

3 5

MCP III dextra :

Look : terdapat deformitas pada interphalang, DIP tampak ada penebalan

Feel : nyeri tekan (-), capillary filling baik

Move : dapat digerakkan

Femur Dextra :

Look : terbalut elastic verband

Feel : nyeri tekan (+)

Move : os sulit menggerakkan kakinya, nyeri gerak (+)

Cruris Dextra:

look : Terbalut elastic verband

Tampak penonjolan tulang di 1/3 distal cruris

Feel : tidak terdapat nyeri tekan pada tonjolan tulang

Move : os sulit menggerakkan kakinya, nyeri gerak (+)

Page 5: Status Pasien Dr. Suhana(1)

MTP I, II, III

Look : Tampak adanya deformitas

Tampak adanya scar pada kulit

Feel : terdapat nyeri tekan pada MTP I

Capillary filling baik

Move : MTP I, II, III dapat digerakkan

Dorsofleksi minimal pada pergelangan kaki

Kuku MTP I rusak

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

RONTGEN

V. RESUME

Seorang laki-laki, umur 19 tahun dating ke RSPAU dr. Esnawan Antariksa dengan

keluhan utama patah tulang pada paha, tulang kering dan jari kaki kanan. Kaki

sulit digerakkan dan terasa nyeri. 10 bulan yang lalu os mengalami kecelakaan

lalulintas di rawat di RS Daerah Bangka Belitung dan dilakukan pemasangan plate.

Namun 5 bulan kemudian terjadi infeksi pada luka operasi setelah pengangkatan

jahitan sehingga dilakukan operasi pengeluaran plate. Os dirujuk ke RSPAU untuk

direncanakan pemasangan plate kembali.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Multiple Fracture :

Non union os femur 1/3 tengah, malunion fraktur cruris 1/3 distal, fraktur MTP I,

II, III

VII. DIAGNOSIS BANDING

Fraktur tibia distal

Fraktur metarsal

Page 6: Status Pasien Dr. Suhana(1)

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

Rontgen cruris dextra AP-Lateral

Rontgen Angkle dextra AP-Lateral

Bone Density

IX. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa :

Analgetik

Antibiotik

Non Medika mentosa :

Edukasi pasien untuk tidak bertumpu pada kaki yang sakit, berikan

penjelasan kepada pasien untuk melakukan latihan gerak pada kaki yang

sakit dan yang tidak sakit, sarankan kepada pasien untuk mengubah posisi

secara periodic.

Beri penyangga pada ekstremita yang sakit diatas dan di bawah fraktur

pada saat bergerak

Elevasi kaki

Pemasangan bidai sementara sampai dilakukan operasi

Fisioterapi

Post op : lakukan perawatan luka

Fraktur os femur

Dilakukan pemasangan ORIF plate and screw

Dilakukan Bone Graft dari Callus

Fraktur Cruris

Page 7: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Dilakukan reposisi terbuka dan pemasangan ORIF

Fraktur MTP

Difiksasi dengan menggunakan bidai

X. PROGNOSIS

Ad vitam : Bonam

Ad Sanationam : Dubia ad Bonam

Ad Fungtionam : Dubia ad Bonam

Page 8: Status Pasien Dr. Suhana(1)

TINJAUAN PUSTAKA

FRAKTUR

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur

pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam

berbagai bentuk untuk memperoleh fungsi sistem muskuloskeletal yang optimum.

Aktivitas gerak tubuh manusia tergantung pada efektifnya interaksi antara sendi yang

normal unit-unit neuromuskular yang menggerakkannya. Elemen-elemen tersebut

juga berinteraksi untuk mendistribusikan stress mekanik ke jaringan sekitar sendi.

Otot, ligamen, rawan sendi dan tulang saling bekerjasama dibawah kendali sistem

saraf agar fungsi tersebut dapat berlangsung dengan sempurna.

a. Tulang

Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi alat-alat

di dalam tubuh, pembentuk tubuh metabolisme kalsium, mineral dan organ

hemopoetik.

Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan

jaringan organik (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu

kristal garam (hidroksiapatit), yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan.

Matriks organik tulang disebut juga sebagai osteoid. Sekitar 70% dari osteoid adalah

kolagen tipe I yang kaku dan memberikan ketegangan tinggi pada tulang. Materi

organik lain yang juga menyusun tulang berupa proteoglikan seperti asam hialuronat.

1) Bagian-bagian dari tulang panjang yaitu:

a) Diafisis ( batang )

Merupakan bagian tengah tulang yang berbentuk silinder, bagian ini tersusun dari

tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar.

b) Metafisis

Adalah bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini

terutama disusun oleh tulang trabekula atau spongiosa yang mengandung, sumsum

Page 9: Status Pasien Dr. Suhana(1)

merah.metafisis juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk

perlekatan tendon pada epifisis.

c) Epifisis

Lempeng epifisis adalah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini

akan menghilang pada tulang dewasa. Bagian epifisis yang letaknya dekat dengan

sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang

tulang terhenti. Seluruh tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum,

yaitu: yang mengandung sel-sel yang berproliferasi dan berperan dalam proses

pertumbuhan transversal tulang panjang. Pada tulang epifisis terdiri dari 4 zone, yaitu:

Daerah sel istirahat

Lapisan sel paling atas yang letaknya dekat dengan epifisis

Zona proliferasi

Pada zona ini terjadi pembelahan sel, dan disinilah terjadi pertumbuhan tulang

panjang. Sel-sel yang aktif ini didorong ke arah batang tulang, ke dalam daerah

hipertropi.

Daerah hipertropi

Pada daerah ini, sel-sel membengkak, menjadi lemah dan secara metabolik

menjadi tidak aktif.

Daerah kalsifikasi provisional

Sel-sel mulai menjadi keras dan menyerupai tulang normal.

Bila daerah proliferasi mengalami pengrusakan, maka pertumbuhan dapat terhenti

dengan retardasi pertumbuhan longitudinal anggota gerak tersebut atau terjasi

deformitas progresif bila terjadi hanya sebagian dari lempeng tulang yang mengalami

kerusakan berat.

Sebagaimana jaringan ikat lainnya, tulang terdiri dari komponen matriks dan sel.

Matriks tulang terdiri dari serat-serat kolagen dan protein non kolagen. Sedangkan sel

tulang terdiri dari:

Osteoblas

Sel tulang yang bertagunag jawab terhadap proses formasi tulang, yaitu; berfungsi

dalam sintesis matrik tulang yang disebut osteoid, suatu komponen protein dalam

jaringan tulang. Selain itu osteoblas juga berperan memulai proses resorpsi tulang

dengan cara memebersihkan permukaan osteoid yang akan diresorpsi melalui

berbagai proteinase netral yang dihasilkan. Pada permukaan osteoblas, terdapat

berbagai reseptor permukaan untuk berbagai mediator metabolisme tulang, termasuk

Page 10: Status Pasien Dr. Suhana(1)

resorpsi tulang, sehingga osteoblas merupakan sel yang sangat penting pada bone

turnoven.

Osteosit

Sel tulang yang terbenam didalam matriks tulang. Sel ini berasal dari osteoblas,

memilliki juluran sitoplasma yang menghubungkan antara satu osteosit dengan

osteosit lainnya dan juga dengan bone lining cell di permukaan tulang. Fungsi osteosit

belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga berperan pada trasmisi signal dan stimuli

dari satu sel ke sel lainnya. Baik osteoblas maupun osteosit berasal dari sel

mesenkimal yang terdapat di dalam sumsum tulang, periosteum dan mungkin endotel

pembuluh darah. Sekali osteoblas mensintesis osteosid, maka osteoblas akan berubah

menjadi osteosit dan terbenam di dalam osteoid yang disintesisnya.

Osteoklas

Sel tulang yang bertanggung jawab terhadap proses resorpsi tulang. Pada tulang

trabekular osteoklas akan membentuk cekungan pada permukaan tulang yang aktif

yang disebut: lakuna howship. Sedangkan pada tulang kortikal, osteoklas akan

membentuk kerucut sedangkan hasil resorpsinya disebut: cutting cone, dan osteoklas

berada di apex kerucut tersebut. Osteoklas merupakan sel raksasa yang berinti

banyak, tetapi berasal dari sel hemopoetik mononuklear.

Page 11: Status Pasien Dr. Suhana(1)

2) Faktor pertumbuhan osteogenik:

a) Hormon pertumbuhan (GH)

Hormon ini mempunyai efek langsung dan tidak langsung terhadap osteoblas

untuk meningkatkan remodeling tulang dan pertumbuhan tulang endokondral. Efek

langsungnya yaitu: dengan melalui interaksi reseptor GH pada permukaan osteoblas,

sedangkan efek tidak langsungnya melalui produksi insulin like growth faktor-1 (IGF)

b) TGF β

Merupakan polipeptida dengan BM 25.000. TGF β berfungsimenstimulasi

replikasi proteoblas, sintesis kolagen dan resorpsi tulang dengan cara menginduksi

opoptosis osteoklas.

c) Fibroblas Growth Faktor (FGF)

FGF 1 dan 2 adalah polipeptida dengan BM 17000 yang berperan pada

neovaskulrisasi, penyembuhan luka dan resorpsi tulang. FGF 1 dan 2 akan

merangsang replikasi sel tulang sehingga populasi sel tersebut meningkat dan

memungkinkan tejadinya sintesis kolagen tulang.

d) Platelet-Derived Growth Faktor (PDGF)

Merupakan polipeptida dengan BM 3000 dan pertama kali diisolasi dari trombosit

dan diduga berperan penting pada awal penyembuhan luka. PDGF berfungsi

merangsang replikasi sel dan sintesis kolagen tulang.

e) Vaskular Endotelial Growth Faktor (VEGF)

VEGF berperan sangat penting pada osifikasi endokondral. Semua osifikasi

endokondral, terjadi invasi pembuluh darah ke dalam eawan sendi selama mineralisasi

matriks, opoptosis kondrosit yang hipertropik, degenerasi matriks dan formasi tulang

3) Metabolisme tulang diatur oleh beberapa hormon, antara lain :

a) Hormon Paratiroid

Mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang, menyebabkan kalsium

dan fosfat diabsorpsi dan bergerak memasuki serum. Disamping itu, peningkatan

kadar hormon paratiroid secara perlahan-lahan menyebabkan peningkatan jumlah dan

akttivitas osteoklas, sehingga terjadi demineralisasi.

b) Hormon Pertumbuhan

Page 12: Status Pasien Dr. Suhana(1)

GH tidak mempunyai efek langsung terhadap remodeling tulang, tetapi melalui

perangsangan IGF 1. Efek langsung GH pada formasi tulang sangat kecil, karena sel-

sel tulang hanya mengekpresiksn reseptor GH dalam jumlah kecil.

c) Kalsitonin

Kalsitonin menyebabkan kontraksi sitoplasma osteoklas dan pemecahan osteoklas

menjadi sel mononuklear dan menghambat pembentukan osteoklas.

d) Estrogen dan Androgen

Mempunyai peranan penting dalam maturasi tulang yang sedang tumbuh dan

mencegah kehilangan masa tulang. Reseptor estrogen pada sel-sel tulang sangat

sedikit diekspresikan sehingga sulit diperlihatkan efek estrogen terhadap resorpsi dan

formasi tulang. Eatrogen dapat menurunkan resorpsi tulang secara tidak langsung

melalui penurunan sintesis berbagai sitokin, seperti IL-1, TNF-α, IL-6.

e) Hormon Tiroid

Berperan merangsang resorpsi tulang, hal ini akan menyebabkan pasien

hipertiroidisme akan disertai hiperkalsemia dan pasien pasca menopouse yang

mendapat supresi tiroid jangka panjang akan mengalami osteopenia.

f) 1,25-dehidroksivitamin D [1,25 (OH)2 D]

Merupakan vitamin D aktif yang berperan menjaga hemostasis kalsium dengan

cara meningkatkan absorpsi kalsium di usus dan mobilisasi kalsium dan tulang pada

keadaan kalsium yang adekuat.

Di tulang, 1,25 (OH)2 D akan menginduksi monositik stem cell di sumsum tulang

untuk berdiferensiasi menjadi osteoklas. Setelah itu sel ini kehilangan kemampuannya

untuk bereaksi terhadap 1,25 (OH)2D.

Pada proses mineralisasi tulang 1,25 (OH)2 D berperan dalam menjaga konsentrasi

Ca dan P di dalam cairan ekstraseluler sehingga deposisi kalsium hidroksiapatit pada

matriks tulang akan berlangsung baik.

4) Penyembuhan tulang

Ada beberapa tahap dalam penyembuhan tulang, antara lain:

a) Inflamasi

Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama dengan bila ada

cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera

dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang

mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cedera kemudian

Page 13: Status Pasien Dr. Suhana(1)

akan diinvasi oleh makrofag. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap

inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan

dan nyeri.

b) Proliferasi Sel

Dalam sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-

benang fibrin dalam jendolan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan

invasi fibroblas dan osteoblast, yang akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan

sebagai matriks kolagen pada patah tulang. Terbentuknya jaringan ikat fibrosa dan

tulang rawan (osteoid) dari periosteum tampak pertumbuhan melingkar.

c) Pembentukan Kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi

lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan

jaringan fibrosa, tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume yang

dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan

pengrusakan tulang dan pergeseran tulang. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen

tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrosa.

d) Osifikasi

Pembentukan kalus mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui

proses penulangan endokondral. Mineral terus ditimbun sampai tulang benar-benar

telah bersatu dengan keras. Pada patah tulang orang dewasa normal, penulangan

memerlukan waktu 3sampai 4 bulan.

e) Remodeling

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan

reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan

waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, tergantung beratnyamodifikasi tulang

yang dibutuhkan, fungsi tulang dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan

konselus, serta stress fungsional pada tulang

5) Nama-nama tulang pada tubuh

1. Cranium (tengkorak)

2. Mandibula (tulang rahang)

3. Clavicula (tulang selangka)

4. Scapula (tulang belikat)

5. Sternum (tulang dada)

Page 14: Status Pasien Dr. Suhana(1)

6. Rib (tulang rusuk)

7. Humerus (tulang pangkal lengan)

8. Vertebra (tulang punggung)

9. Radius (tulang lengan)

10. Ulna (tulang hasta)

11. Carpal (tulang pergelangan tangan)

12. Metacarpal (tulang telapak tangan)

13. Phalanges (ruas jari tangan dan jari kaki)

14. Pelvis (tulang panggul)

15. Femur (tulang paha)

16. Patella (tulang lutut)

17. Tibia (tulang kering)

18. Fibula (tulang betis)

19. Tarsal (tulang pergelangan kaki)

20. Metatarsal (tulang telapak kaki)

6) Gerakan Tulang

a) Fleksi adalah gerakan yang memperkecil sudut antara dua tulang atau dua

bagian tubuh.

Dorsofleksi adalah gerakan menekuk telapak kaki di pergelangan ke arah

depan

Plantar fleksi adalah gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan kaki

b) Ekstensi adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang atau dua

bagian tubuh

Ekstensi adalah tubuh kembali ke posisi anatomis

Hiperekstensi mengacu pada gerakan yang memperbesar sudut pada bagian-

bagian tubuh melebihi 180o

c) Abduksi adalah gerakan tubuh menjauhi garis lurus tubuh

d) Aduksi adalah gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis utama tubuh atau

aksis longitudinal tungkai

e) Rotasi adalah gerakan tulang yang berputar di sekitar aksis pusat tulang itu

sendiri tanpa mengalami dislokasi lateral

Page 15: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Pronasi adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis, yang

mengakibatkan talapak tangan menghadap ke belakang

Supinasi adalah rotasi lateral lengan bawah yang mengakibatkan telapak

tangan mengahadap ke depan

f) Sirkumduksi adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar untuk

membuat ruang berbentuk kerucut, seperti saat mengayunkan lengan membentuk

putaran

g) Inversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak

kaki menghadap ke dalam atau medial

h) Eversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak

kaki menghadap ke arah luar

i) Protraksi adalah memajukan bagian tubuh seperti saat menonjolkan rahang

bawah ke depan

j) Retraksi adalah gerakan menarik bagian tubuh ke belakang seperti saat

meretraksi mandibula

k) Elevasi adalah pergerakan struktur ke arah superior, seperti saat mengatupkan

mulut dan mengangkat bahu

l) Depresi adalah menggerakkan suatu struktur ke arah inferior, seperti saat

membuka mulut

b. Sendi

Pengertian sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan

tulang itu bergerak satu sama lain, maupun tidak dapat bergerak satu sama lain.

Secara anatomik, sendi di bagi menjadi 3 yaitu:

a) Sinartrosis

Sendi yang memungkinkan tulang-tulang yang berhubungan dapat bergerak satu

sama lain. Diantara tulan gyang saling bersambungan tersebut terdapat jaringan yang

dapat berupa jaringan ikat (sindesmosis), seperti: pada tulang tengkorak, antara gigi

dan rahang, dan antara radius dan ulna, atau dapat juga dengan jaringan tulang rawan

kondrosis) misalnya: persambungan antara os ilium, os iskium dan os pubikum.

b) Diartrosis

Sambungan antara 2 tulang atau yang memungkinkan tulang-tulang tersebut

bergerak sama lain. Diantara tulang-tulang yang bersendi tersebut terdapat rongga

yang disebut kavum artikulare. Diartrosis disebut juga sendi sinovial. Sendi ini

Page 16: Status Pasien Dr. Suhana(1)

tersusun atas bongol sendi (ligamentum). Berdasarkan bentuknya, diartrosis dibagi

menjadi:

Sendi peluru misalnya: persendian panggul, glenohumeral yang

memungkinkan gerakan bebas penuh.

Sendi engsel, memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan

contohnya pada persendian interfalang, humeroulnaris, lutut.

Sendi pelana, memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak

lurus. Misalnya; persendian pada dasar ibu jari, karpometakarpal.

Sendi pivot yang memungkinkan rotasi untuk aktivitas, misalnya: persendian

antara radius dan ulna.

c) Amfiartrosis

Merupakan sendi yang memungkinkan tulang-tulang yang saling berhubungan

dapat bergerak secara terbatas, misalnya: sendi sakroiliaka dan sendi-sendi antara

korpus vertebra

1) Rawan Sendi

Rawan sendi merupakan jaringan avaskuler dan juga tidak memiliki jaringan saraf,

berfungsi sebagai bantalan terhadap beban yang jatuh ke dalam sendi.

Rawan sendi dibentuk oleh sel rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan sendi

a) Kondrosit

Kondrosit berfungsi mensintesis dan memelihara matriks rawan sehingga fungsi

bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik

b) Matriks rawan sendi

Terutama terdiri dari:

Air

Proteoglikan

Proteoglikan merupakan molekul yang kompeks yang tersusun atas inti protein dan

glikosaminoglikan. Glikosaminoglikan yang menyusun proteoglikan tersusun dari

keratan sulfat, kondroitin-6-sulfat dan kondroitin-4-sulfat. Bersama-sama dengan

asam hialuronat, proteoglikan membentuk agregat yang dapat menghisap air dan

sekitarnya sehingga mengembang sedemikian rupa dan membentuk bantalan yang

sesuai fungsi rawan sendi. Bagian proteoglikan yang melekat pada asam hialuronat

Page 17: Status Pasien Dr. Suhana(1)

adalah terminal-N dari inti proteinnya yang mungkin berperan dengan matriks

ekstraseluler lainnya.

Kolagen

Kolagen yang terdapat di dalam rawan sendi terutama adalah kolagen tipe II.

Kolagen tipe II tersusun dari 3 alpha yang membentuk gulungan tripel heliks.

Kolagen berfungsi sebagai kerangka bagi rawan sendi yang akan membatasi

pengembangan berlebihan agregat proteoglikan.

2) Membran Sinovial

Membran sinovial merupakan jaringan avaskuler yang melapisi permukaan dalam

kapsul sendi, tetapi tidak melapisi permukaan rawan sendi. Membran ini licin dan

lunak dan berlipat-lipat.

Walaupun banyak prmbuluh darah dan limfe di dalam jaringan subsinovial, tetapi

tidak satupun mencapai sinoviosit. Jaringan pembuluh darah ini berperan dalam

transfer konstituen darah ke dalam rongga sendi dan pembentuk cairan sendi.

Sel sinovisit terdiri dari 3 tipe yaitu:

a) Sinoviosit tipe A

Mempunyai banyak persamaan dengan makrofag, dan berfungsi melepaskan

debris-debris sel dan material khusus lainnya ke dalam rongga sendi

b) Sinovisit tipe B

Mempunyai banyak persamaan dengan fibroblas, berperan mensintesis dan

mengekresikan hialuronat yang merupakan zat aditif dalam cairan sendi dan berperan

dalam mekanisme lubrikasi, dan juga berperan memperbaiki kerusakan sendi yang

meliputi produksi kolagen dan melakukan proses remodeling.

c) Sel C

Sebagian sinovisit yang mempunyai ultrastruktur antara sel A dan sel B. Sinovium

dan kapsul sendi diinervasi oleh mekanoreseptor, pleksus saraf dan ujung bebas bebas

yang tidak dibungkus mielin. Ujung saraf ini merupakan neuron aferen primer yang

berfungsi sebagai saraf sensori dan memiliki neuropeptida yang disebut substansi-P.

3) Cairan Sinovial

Karakteristik cairan sendi pada berbagai keadaan ditunjukan pada tabel

berikut :

Page 18: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Sifat cairan

sendi

Norm

al

Grup I

Non

inflamasi

Grup II

Inflamasi

Grup III

Septik

Volum(lutut,

ml)

Viskositas

Warna

Kejernihan

Bekuan

musin

Leukosit

/mm3

Sel PMN(%)

Kultur MO

< 3,5

Sangat

tinggi

Tidak

berwarna

Traspa

ran

Tak

mudah

putus

200

< 25

Negati

f

> 3,5

Tinggi

Kekuninga

n

Transpara

n

Tak

mudah putus

200-2000

<25

Negatif

> 3,5

Rendah

Kuning

Transulen-

opak

Mudah

putus

2000-

100.000

>50

Negatif

> 3,5

Bervariasi

Tergantung

mikroorganisnya

Opak

Mudah putus

>500.000

>75

positif

c. Otot

Otot merupakan jaringan tubuh yang mempunyai kemampuan berkontraksi.

Adanya otot akan memungkinkan tubuh untuk menghasilkan suatu gerakan. Hampir

40% tubuh kita terdiri dari otot rangka yang berjumlah ± 500 otot, sedangkan otot

polos dan otot jantung hanya 10% saja.

1) Karakteristik otot

Setiap otot memiliki 4 karakteristik:

a) Iritabilitas

Otot mempunyai kemampuan untuk menerima dan merespon berbagai jenis

stimulus. Otot dapat merespon potensial aksi yang dialirkan oleh serabut saraf

Page 19: Status Pasien Dr. Suhana(1)

menjadi stimulus elektrik yang dialirkan oleh serabut sarafmenjadi stimulus elektrik

yan gdialirkan secara langsung ke permukaan-permukaan otot atau tendonnya.

b) Kontraktilitas

Apabila otot menerima stimulus otot memiliki kemampuan untuk memendek.

c) Ekstensibilitas

Otot mampu memanjang baik pasif maupun aktif

d) Elastisitas

Setelah otot memendek atau memanjang, maka otot mampu kembali pada kondisi

normal atau istirahat baik dalam hal panjang atau bentuknya.

2) Tipe otot

Terdapat 3 jenis jaringan otot yaitu :

a) Otot Polos

Otot ini terdapat pada saluran cerna dan pembuluh darah dan diatur oleh sistem

saraf otonom

b) Otot Jantung

Otot yang terdapat di jantung dan diatur oleh sistem saraf otonom

c) Otot Lurik

Otot ini sebagian besar menempel ke tulang walaupun dalam jumlah kecil

menempel ke fascia, aponeurosis dan tulang rawan. Otot lurik dikendalikan oleh

kemauan

3) Struktur otot

Sel otot atau serabut otot rangka merupakan suatu silinder panjang dan lurus

mempunyai banyak inti. Serabut ini mempunyai diameter antara 0,01-0,1 mm dan

panjangnya sampai 30 cm. Inti sel terdapat dalam sarkoplasma. Serabut otot

dikelilingi oleh selaput jaringan ikat yang disebut: endomisium. Serabut-serabut otot

ini akan membentuk fasikulus yang dibungkus oleh parimisium. Pada sebagian besar

otot, fasikulus-fasikulus ini terikat bersama-sama oleh epimisium dan kadang-kadang

bergabung dengan fascia. Setiap serabut otot rangka terdiri dari ratusan miofibril.

Miofibril merupakan kumpulan dari ribuan filamen miosin dan filamen aktin. Miosin

berwarna gelap dan tebal sedangkan akti tipis dan terang.

4) Mekanisme kontraksi otot

Page 20: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Pada saat kontraksi filamen aktin dan miosin saling tumpang tindih sehingga Z line

mejadi semakin dekat satu dengan yang lainnya, sedangkan H zone semakin

menyempit. Apabila otot diregangkan maka ujung dari molekul aktin akan tertarik

sehingga hanya molekul miosin yang tertinggal pada H zone tampak lebih terang

dibandingkan saat kedua filamen tersebut saling tumpang tindih. Kontraksi akan

menyebabkan kedua filamen saling tumpang tindih dan tampak lebih gelap.I band

hanya terdiri dari molekul aktin, pada saat kontraksi ujung myosin akan masuk ke

daerah ini sehingga terlihat lebih gelap. Pada saat kontraksi penuh seluruh filamen

aktin dan myosin saling tumpang tindih sehingga tidak ada daerah yang terang.

Mekanisme tumpang tindih (sliding) yaitu kepala molekul myosin akan melekat di

satu tempat di molekul aktin membuat lekukan dan menarik molekul aktin.

Selanjutnya kepala tersebut akan melepaskan diri dari molekul aktin dan lekukan pada

kepala tersebut kembali keposisi semula. Setiap gerakan myosin akan menarik aktin

tersebut hanya akan menyebabkan pergerakan yang sedikit jaraknya, tetapi karena

adanya sejumlah gerakan menarik yang sangat cepat dari sejumlah mo;ekun myosin,

maka akan terjadi pemendekan otot.kepala miosin yang melekat ini disebut cross

bridge.

5) Tipe Kontraksi Otot

Kontraksi adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan terbentuknya suatu

respon tegangan otot terhadap stimulus

Terdapat 2 tipe kontraksi yaitu:

a) Kontraksi Isometriks

Kontraksi isometriks terjadi apabila tegangan di dalam serabut otot tidak

menyebabkan gerakan sendi. Isometrik berarati panjang otot sama antara sebelum dan

saat kontraksi. Contoh: bila kita mendorong dinding yang tidak dapat digerakkan.

b) Kontraksi Isotonik

Melibatkan kontraksi otot dan gerakan sendi. Pada kontraksi isotonik tegangan

tetap konstan sedang panjang otot memendek.

c) Kontraksi konsentrik

Apabila otot menjadi aktif dan menghasilkan suatu tegangan yang menyebabkan

otot menjadi memendek dan mengakibatkan gerakan.

Contoh: apabila otot fleksor lengan memendek yang mengakibatkan siku menjadi

fleksi.

Page 21: Status Pasien Dr. Suhana(1)

d) Kontraksi eksentrik

Apabila lengan tersebut secara perlahan-lahan menurunkan beban pada ujung

lengan dari kondisi fleksi ke relaksasi secara perlahan-lahan.

DEFINISI FRAKTUR

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Kapita Selekta Kedokteran; 2000)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa (R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong,1998).

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditemukan sesuai jenis dan

luasnya (Brunner dan suddarth, 2001).

Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik

(Sylvia Anderson Price. Lorraine Mc Carty Klilson, 1995).

Fraktur dapat dibagi menjadi:

a. Fraktur tertutup (closed), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan

dunia luar.

b. Fraktur terbuka (open, compound), terjadi bila terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka

dibagi menjadi tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu:

1) Derajat I:

a) Luka < 1 cm

b) Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk

c) Kontaminasi minimal

2) Derajat II:

a) Laserasi > 1 cm

b) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas

c) Fraktur kominutif sedang

d) Kontaminasi sedang

Page 22: Status Pasien Dr. Suhana(1)

3) Derajat III:

a) Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi

struktur kulit, otot, neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III

terbagi atas:

b) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat,

meskipun terdapat laserasi luas, atau fraktur segmental/sangat kominutif yang

disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka

c) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau

kontaminasi massif

d) Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki

tanpa melihat kerusakan jaringan lunak

Berbagai jenis khusus fraktur:

a. Fraktur komplet: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya

mengalami pergeseran.

b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang

c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit

d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa

sampai ke patahan tulang.

e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya

membengkak.

f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen

h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam

i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang

belakang)

j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo

pada daerah perlekatannnya.

Page 23: Status Pasien Dr. Suhana(1)

ETIOLOGI FRAKTUR

a. Trauma

b. Gaya meremuk

c. Gerakan puntir mendadak

d. Kontraksi otot ekstrem

e. Keadaan patologis: osteoporosis, neoplasma

f. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

Page 24: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai

cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan

oleh beberapa hal yaitu:

a. Fraktur akibat peristiwa trauma

Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat

berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila

tekanan kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan

lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak

juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan

kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan

fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.

b. Fraktur akibat peristiwa kelelahan atau tekanan

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat

tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula

atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-

berbaris dalam jarak jauh.

c. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak

(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

MANIFESTASI KLINIS FRAKTUR

Manifestasi klinis umum pada fraktur meliputi:

a. Luka pada daerah yang terkena membengkak dan disertai rasa sakit

b. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang

diimobilisasi, hematoma, dan edema

c. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

d. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang

melekat diatas dan dibawah tempat fraktur

e. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya

f. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

TAHAP PEMBENTUKAN TULANG

Page 25: Status Pasien Dr. Suhana(1)

a. Tahap pembentukan hematom

Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibrin yang masuk kearea

fraktur. Suplai darah meningkat, terbentuklah hematom yang berkembang menjadi

jaringan granulasi sampai hari kelima.

b. Tahap proliferasi

Dalam waktu sekitar 5 hari, hematom akan mengalami organisasi. Terbentuk

benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk

revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menghasilkan kolagen

dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan

ikat fibrosa dan tulang rawan.

c. Tahap pembentukan kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi

lain sampai celah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan

jaringan fibrosa, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar

frakmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrosa

d. Osifikasi

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang

melalaui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai

tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan

e. Konsolidasi (6-8 bulan) dan Remodeling (6-12 bulan). Tahap akhir dari

perbaikan patah tulang

PATOFISIOLOGI

Fraktur terjadi ketika tulang mendapatkan energi kinetik yang lebih besar dari yang

dapat tulang serap. Fraktur itu sendiri dapat muncul sebagai akibat dari berbagai

peristiwa diantaranya pukulan langsung, penekanan yang sangat kuat, puntiran,

kontraksi otot yang keras atau karena berbagai penyakit lain yang dapat melemahkan

otot. Pada dasarnya ada dua tipe dasar yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur,

kedua mekanisme tersebut adalah: Yang pertama mekanisme direct force dimana

energi kinetik akan menekan langsung pada atau daerah dekat fraktur. Dan yang

kedua adalah dengan mekanisme indirect force, dimana energi kinetik akan

disalurkan dari tempat tejadinya tubrukan ke tempat dimana tulang mengalami

kelemahan. Fraktur tersebut akan terjadi pada titik atau tempat yang mengalami

kelemahan.

Page 26: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Pada saat terjadi fraktur periosteum, pembuluh darah, sumsum tulang dan daerah

sekitar jaringan lunak akan mengalami gangguan. Sementara itu perdarahan akan

terjadi pada bagian ujung dari tulang yang patah serta dari jaringan lunak (otot)

terdekat. Hematoma akan terbentuk pada medularry canal antara ujung fraktur dengan

bagian dalam dari periosteum. Jaringan tulang akan segera berubah menjadi tulang

yang mati. Kemudian jaringan nekrotik ini akan secara intensif menstimulasi

terjadinya peradangan yang dikarakteristikkan dengan terjadinya vasodilatasi, edema,

nyeri, hilangnya fungsi, eksudasi dari plasma dan leukosit serta infiltrasi dari sel darah

putih lainnya. Proses ini akan berlanjut ke proses pemulihan tulang yang fraktur

tersebut.

KOMPLIKASI

a. Komplikasi awal

- Shock Hipovolemik/traumatik

Syok hipovolemik akibat perdarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun

yang tak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak, dapat

terjadi pada berbagai fraktur termasuk fraktur femur. Karena tulang merupakan organ

yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar

sebagai akibat trauma. Penanganan meliputi mempertahankan volume darah,

mengurangi nyeri yang diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai dan

melindungi pasien dari cedera lebih lanjut.

- Emboli lemak

Fraktur tulang panjang, pelvis, fraktur multipel, cedera remuk (20-30 th)

Tekanan sumsum tulang > tek. kapiler Reaksi stres

Globula lemak masuk ke dalam darah Katekolamin

Bergabung dengan trombosit Memobilisasi asam lemak

Emboli

Page 27: Status Pasien Dr. Suhana(1)

(Brunner, Suddarth; 2001)

Ada dua teori yang menyatakan bagaimana terjadinya emboli lemak. Teori

pertama menyatakan bahwa lemak dilepaskan dari sumsum tulang yang mengalami

injuri dan dikeluarkan seiring dengan meningkatnya tekanan intramedular dam

memasuki sirkulasi vena menuju kapiler pulmonal, beberapa tetesan lemak melewati

dasar kapiler dan masuk ke sirkulasi sistemik dan mengemboli organ lainnya seperti

otak. Teori kedua menyatakan bahwa katekolamin dilepaskan ketika terjadi mobilisasi

asam lemak bebas oleh trauma dari jaringan adipose, sehingga menyebabkan

hilangnya stabilitas emulsi chylomicron. Chylomicron membentuk tetesan lemak

yang besar pada paru, dan bisa mengakibatkan perubahan biokimia karena injury.

Jaringan dari paru, otak, hati, ginjal dan kulit yang paling sering terkena.

- Sindrom kompartemen

Terjadi pada saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk

kehidupan jaringan. Ini disebabkan oleh karena:

- Penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot

terlalu ketat atau gips/balutan yang menjerat

- Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan

dengan berbagai masalah (iskemi, cedera remuk, toksik jaringan)

Kompartemen terdiri dari otot, tulang, saraf dan pembuluh darah yang mengalami

fibrosis dan fasia.

Tekanan kompartemen normal (< atau = 8 mmHg), jika di atas 30-40 mmHg dapat

merusak peredaran darah mikro. Manifestasi klinik yaitu nyeri iskhemik yang terus

menerus yang tidak dapat dikontrol dengan analgesik, nyeri yang meningkat dengan

Menyumbat pembuluh darah kecil

Otak Paru Ginjal Emboli sistemik

- Pucat- Petechia pada membran

pipi, kantung konjungtiva, palatum durum, fundus okuli, dan di atas dada serta lipatan ketiak depan

- Lemak bebas dalam urine

- Gagal ginjal

- Takipnea- Dyspnea- Krepitasi- Mengi- Sputum putih kental >>>- Takikardi - PO2 < 60 mmHg- Alkalosis respiratorik- Pada sinar X: badai salju

- Bingung- Delirium- koma

Page 28: Status Pasien Dr. Suhana(1)

turunnya aliran arteri dan nyeri ketika dipalpasi atau dipindahkan, klien mungkin akan

mengalami kelemahan beraktivitas, paresthesia, rendahnya/absent dari nadi,

ekstremitas yang dingin dan pucat.

Perawatan yang dilakukan yaitu dengan memindahkan penyebab dari kompresi,

jika sindrom kompartmen disebabkan dari edema atau pendarahan maka diperlukan

fasciotomy, biasanya insisi dibiarkan terbuka sampai berkurangnya bengkak, selama

2-3 hari area tersebut dibungkus dengan longgar sehingga pemindahan kulit terjadi.

Sindrom kompartment juga dapat disebabkan klien yang mengalami luka bakar yang

hebat, injuri, gigitan berbisa atau prosedur revascularisasi.

- Kerusakan arteri

Terdiri dari contused, thrombosis, laserasi, atau arteri yang kejang. Arteries dapat

disebabkan ikatan yang terlalu ketat. Indikasi dari kerusakan arteri antara lain

absent/tidak teraturnya nadi, bengkak, pucat, kehilangan darah terus menerus, nyeri,

hematoma, dan paralysis. Intervensi emergency yaitu pemisahan atau pemindahan

pembalut yang mengikatnya, meninggikan atau merubah posisi dari bagian yang

injuri, mengurangi fraktur/dislokasi, operasi.

- Shock

Hypolemic shock merupakan masalah yang potensial karena fragment tubuh dapat

melaserasi pembuluh darah besar dan menyebabkan pendarahan, klien yang beresiko

tinggi yaitu klien dengan fraktur femur dan pelvis.

- Injuri saraf

Injuri saraf radial biasanya disebabkan fraktur humerus, manifestasinya antara lain

paresthesia, paralisis, pucat, ekstremitas yang dingin, meningkatnya nyeri dan

perubahan kemampuan untuk menggerakkan ekstremitas

- Volkmann’s iskhemik kontraktur

Komplikasi ini dapat menyebabkan lumpuhnya tangan atau lengan bawah akibat

fraktur, dimulai dengan timbulnya sindrom kompartmen pada sirkulasi vena dan

arteri. Jika tidak hilang, tekanan dapat menyebabkan iskhemik yang berkepanjangan

dan otot secara bertahap akan digantikan dengan jaringan fibrosis antara tendon dan

saraf. Mati rasa dan paralisis juga sering terjadi.

Page 29: Status Pasien Dr. Suhana(1)

- Infeksi

Disebabkan kontaminasi fraktur yang terbuka atau terkena saat dioperasi. Agen

infeksi yang biasanya menimbulkan infeksi yaitu pseudomonas. Tetanus atau gas

gangren dapat meningkatkan resiko infeksi. Infeksi gas gangren berkembang didalam

dan mengkontaminasi luka, gas gangren disebabkan bakteri anaerobik.

Pengkajian menunjukkan: turunnya Hb secara cepat; naiknya suhu tubuh; nadi

semakin cepat; nyeri; bengkak lokal secara tiba-tiba; dan pucat.

Perawatan yang dapat dilakukan untuk kasus ini yaitu membuka luka lebih lebar

untuk membiarkan udara masuk dan mencegah terjadinya drainase. Insisi multipel

juga dapat dilakukan melewati kulit dan fascia, jahitan dan materi gangren

dihilangkan dan luka diirigasi. Jika gangren tetap berkembang, amputasi mungkin

diperlukan

(Brunner, Suddarth; 2001)

b. Komplikasi lambat

1) Delayed union

Proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan biasanya lebih

dari 4 bulan. Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai

dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena

penurunan supai darah ke tulang.

2) Non union

Non union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi

sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai

dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi

palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang kurang.

3) Mal union

Proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk).

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat

kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan

pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

4) Nekrosis avaskuler tulang

Karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang. Tulang yang

mati mengalami kolaps dan diganti oleh tulang yang baru. Pasien mengalami nyeri

Page 30: Status Pasien Dr. Suhana(1)

dan keterbatasan gerak. Sinar X menunjukkan kehilangan kalsium dan kolaps

struktural.

5) Kekakuan sendi lutut

6) Gangguan saraf perifer akibat traksi yang berlebihan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur: menentukan lokasi, luasnya

fraktur/trauma

b. Scan tulang: menidentifikasi kerusakan jaringan lunak

c. Pemeriksaan jumlah darah lengkap

d. Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi), menurun (perdarahan

bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh dari trauma multiple)

e. Peningkatan SDP: respon stres normal setelah trauma

f. Arteriografi: dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

g. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

h. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah atau cedera

hati

PENATALAKSANAAN

Ada empat konsep dasar yang harus diperhatikan/pertimbangkan pada waktu

menangani fraktur:

a. Rekognisi: menyangkut diagnosa fraktur pada tempat kejadian kecelakaan dan

kemudian di rumah sakit.

1) Riwayat kecelakaan

2) Parah tidaknya luka

3) Diskripsi kejadian oleh pasien

4) Menentukan kemungkinan tulang yang patah

5) Krepitus

b. Reduksi: reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan letak normalnya.

Reduksi terbagi menjadi dua yaitu:

1) Reduksi tertutup: untuk mensejajarkan tulang secara manual dengan traksi atau

gips

Page 31: Status Pasien Dr. Suhana(1)

2) Reduksi terbuka: dengan metode insisi dibuat dan diluruskan melalui

pembedahan, biasanya melalui internal fiksasi dengan alat misalnya; pin, plat yang

langsung kedalam medula tulang.

c. Retensi: menyatakan metode-metode yang dilaksanakan untuk

mempertahankan fragmen-fragmen tersebut selama penyembuhan (gips/traksi)

d. Rehabilitasi: langsung dimulai segera dan sudah dilaksanakan bersamaan

dengan pengobatan fraktur karena sering kali pengaruh cidera dan program

pengobatan hasilnya kurang sempurna (latihan gerak dengan kruck).

Penatalaksanaan umum

a. Atasi syok dan perdarahan, serta dijaganya lapang jalan nafas

b. Sebelum penderita diangkut, pasang bidai untuk mengurangi nyeri,

mencegah bertambahnya kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan

fraktur.

c. Fraktur tertutup:

1) Reposisi, diperlukan

anestesi. Kedudukan fragmen distal dikembalikan pada alligment dengan

menggunakan traksi.

2) Fiksasi atau imobilisasi

Sendi-sendi di atas dan di bawah garis fraktur biasanya di imobilisasi. Pada fraktur

yang sudah di imobilisasi maka gips berbantal cukup untuk imobilisasi.

3) Restorasi (pengembalian

fungsi)

Setelah imobilisasi akan terjadi kelemahan otot dan kekakuan sendi, dimana hal ini

diatasi dengan fisioterapi.

d. Fraktur terbuka:

1) Tindakan pada saat

pembidaian diikuti dengan menutupi daerah fraktur dengan kain steril (jangan di

balut)

2) Dalam anestesi, dilakukan

pembersihan luka dengan aquadest steril atau garam fisiologis

3) Eksisi jaringan yang mati

4) Reposisi

5) Penutupan luka

Page 32: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Masa kurang dari 6-7 jam merupakan GOLDEN PERIOD, dimana kontaminasi

tidak luas, dan dapat dilakukan penutupan luka primer.

6) Fiksasi

7) Restorasi

FRAKTUR FEMUR

Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat

disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti

degenerasi tulang/osteoporosis.

Fraktur femur dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Fraktur batang femur

Fraktur batang femur mempunyai insiden yang cukup tinggi di antara jenis-jenis

patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur

di daerah kaput, kolum, trokanter, subtrokanter, suprakondilus biasanya memerlukan

tindakan operatif.

b. Fraktur kolum femur

Dapat terjadi akibat trauma langsung, pasien terjatuh dengan posisi miring dan

trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras seperti jalanan. Pada trauma

tidak langsung, fraktur kolum femur terjadi karena gerakan eksorotasi yang mendadak

dari tungkai bawah. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada wanita usia tua yang

tulangnya sudah mengalami osteoporosis.

Fraktur kurang stabil bila arah sudut garis patah lebih besar dari 300 (tipe II atau

tipe III menurut Pauwel). Fraktur subkapital yang kurang stabil atau fraktur pada

pasien tua lebih besar kemungkinannya untuk terjadinya nekrosis avaskular.

Selain diatas fraktur femur juga dapat dibagi menjadi:

a. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan

melalui kepala femur (capital fraktur)

1) Hanya di bawah kepala femur

2) Melalui leher dari femur

b. Fraktur Ekstrakapsuler

Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih besar/yang

Page 33: Status Pasien Dr. Suhana(1)

lebih kecil /pada daerah intertrokhanter. Terjadi di bagian distal menuju leher femur

tetapi tidak lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.

Manifestasi klinis

Pada fraktur batang femur, terjadi:

a. Daerah paha yang patahntulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda

fungsio laesa, nyeri tekan dan nyeri gerak.

b. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi anterior,

endo/eksorotasi.

c. Ditemukan adanya pemendekan tungkai bawah

d. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat pemerikasaan harus diperhatikan pula

adanya kemungkinan dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamentum di daerah

lutut. Setelah itu periksa juga keadaan nervus siatika dan arteri dorsalis pedis

Pada fraktur kolum femur, terjadi:

a. Pada pasien muda biasanya mempunyai riwayat kecelakaan berat, sedangkan

pasien tua biasanya hanya riwayat trauma ringan, misalnya terpeleset

b. Pasien tak dapat berdiri karena sakit pada panggul

c. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan endorotasi

d. Tungkai yang cedera dalam posisi abduksi, fleksi, dan eksorotasi, kadang juga

terjadi pemendekan

e. Pada palpasi sering ditemukan adanya hematom di daerah panggul

f. Pada tipe impaksi biasanya pasien masih bisa berjalan disertai rasa sakit yang

tidak begitu hebat, tungkai masih tetap dalam posisi netral

Tatalaksana

Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan metode

ekstensi Buck, didahului dengan pemakaian Thomas splint, tungkai ditraksi dalam

keadaan ekstensi. Tujuan traksi kulit tersebut adalah untuk mengurangi rasa sakit dan

mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut di sekitar daerah yang patah. Setelah

itu dilakukan traksi kulit dapat dipilih non-operatif atau operatif.

a. Pengobatan non-operatif

Page 34: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Dilakukan traksi skeletal, yang sering disebut metode Perkin, dan metode balance

skeletal traction, pada anak di bawah 3 tahun digunakan traksi kulit Bryant,

sedangkan pada anak usia 3-13 tahun dengan traksi Russell.

- Metode Perkin

Pasien tidur terlentang, satu jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman

pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-4 bantal. Tarikan dipertahankan

sampai 12 minggu lebih sampai terbentuk kalus yang cukup luas. Sementara itu,

tungkai bawah dapat dilatih untuk gerakan ekstensi dan fleksi.

- Metode Balance Skeletal Traction

Pasien tidur terlentang, satu jari dibawah tuberositas tibia dibor dengan Steinman

pin, lalu ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan Thomas Splint, sedang tungkai

bawah ditopang oleh Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu

atau lebih sampai tulangnya membentuk kalus yang cukup. Untuk mempersingkat

waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi, dipasang gips hemispica atau cast bracing.

- Traksi kulit Bryant

Anak tidur terlentang di tempat tidur. Kedua tungkai dipasang traksi kulit,

kemudian ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang diberi beban 1-2 kg sampai

kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.

- Traksi Russel

Anak tidur terlentang, dipasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di daerah

poplitea, sling dihubungkan dengan tali yang dihubungan dengan beban penarik.

Untuk mempersingkat waktu rawat, setelah 4 minggu ditraksi, dipasang gips

hemispica karena kalus yang terbentuk belum kuat benar.

b. Operatif

Indikasi operasi antara lain:

a. Penanggulangan non-operatif gagal

b. Fraktur multipel

c. Robeknya arteri femoralis

d. Fraktur patologik

e. Fraktur pada orang yang tua

Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedularry nail.

Terdapat bermacam-macam intramedularry nail untuk femur, di antaranya Kuntscher

nail, A0 nail, dan Interlocking nail.

Page 35: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Operasi dapat dilakukan dengan cara terbuka dan cara tertutup. Cara terbuka yaitu

dengan menyayat kulit-fasia sampai ke tulang yang patah. Pen dipasang secara

retrograd. Cara interlocking nail dilakukan tanpa menyayat di daerah yang patah. Pen

dimasukkan melalui ujung trokanter mayor dengan bantuan image intensifier. Tulang

dapat direposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragmen bagian distal melalui guide

tube. Keuntungan cara ini tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan

terbatas.

FRAKTUR CRURIS

Page 36: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Fraktur cruris merupakan fraktur yang terjadi pada batang tibia dan fibula dan

merupakan fraktur yang sering terjadi disbanding fraktur batang tulang panjang

lainnya. Periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada bagian depan yang

hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen fraktur

bergeser. Karena berada langsung di bawah kulit, sering ditemukan fraktur terbuka.

Cedera terjadi akibat gaya angulasi yang menyebabkan garis fraktur transversal

atau miring, kadang dengan fragmen kominutif. Tenaga rotasi dapat terjadi pada

olahragawan seperti pemain bola.

Pada pemeriksaan rontgen harus memenuhi syarat foto rontgen untuk

menghindari kesalahan diagnosa. Fraktur harus dibidai terlebih dahulu untuk

mengurangi rasa nyeri dan menghindari patah tulang menjadi terbuka dan

kerusakan jaringan yang lebih berat.

Manifestasi Klinis

Gejala yang tampak adanya deformitas angulasi atau endo/eksorotasi.

Daerah yang patah tampak bengkak

Nyeri gerak dan nyeri tekan.

Dapat terjadi sindrom kompartemen dengan gangguan vaskularisasi kaki

Tatalaksana

Jika tibia dan fibula yang fraktur maka yang diperhatikan adalah reposisi

tibia. Pemendekan kurang dari satu sentimeter tidak menjadi masalah karena akan

dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan, namun lebih baik apabila

dapat dihindari.

Pada fraktur tertutup tibia dan fibula dengan garis fraktur transversal atau

miring yang stabil cukup diimobilisasi dengan gips dari jari kaki sampai puncak

paha dengan lutut letak faal, yaitu fleksi ringan, untuk mengatasi rotasi pada

daerah fragmen.

Setelah dipasang harus menunggu gips sampai kering betul yang biasanya

membutuhkan waktu dua hari. saat itu gips tidak boleh dibebani.

Page 37: Status Pasien Dr. Suhana(1)

Penyambungan patah tulang diafisis biasanya membutuhkan waktu 3-4

bulan.

Angulasi dalam gips biasanya dapat dikoreksi dengan membentuk insisi

baji pada gips.

Pada fraktur yang cenderung tidak dislokasi diizinkan dan diinstruksikan

untuk menopang berat badan dan berjalan. Makin cepat patah tulang dibebani

makin cepat penyembuhannya.

Gips tidak boleh dibuka sampai pasien dapat berjalan tanpa rasa nyeri.

Pada garis fraktur yang miring dan membentuk spiral tidak stabil karena

cenderung membengkok dan memendek sesudah reposisi tertutup. Sehingga

diperlukan tindakan reposisi terbuka dan penggunaan fiksasi interna atau eksterna.

Fraktur dengan dislokasi fragmen dan tidak stabil membutuhkan traksi

kalkaneus kontinu. Setelah dterbentuk kalus fibrosis dipasang gips sepanjang

tungkai dari jari hingga paha.

FRAKTUR METATARSOPHALANGEAL

Umunya cedera MTP di sebabkan oleh kaki terbentur barang keras atau karena

kejatuhan barang berat. Patah tulang akan sembuh tanpa kesulitan. Penderita dapat

istirahat beberapa hari dengan kaki tinggi dan pembalut yang memberikan sanggaan

dan perlindungan terhadap gerakan dan sentuhan. Diberikan plester lebar yang khusus

atau bidai karena fraktur ini sangat nyeri. Analgetik harus diberikan dan hematom

subungual di ibu jari dikeluarkan segera melalui kuku.

Page 38: Status Pasien Dr. Suhana(1)

KESIMPULAN

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang

dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur

menurut ada tidaknya hubungan antara patahan tulang dengan dunia luar dibagi

menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Menurut Mansjoer (2000

: 346-347) dan menurut Appley Solomon (1995 : 238-239) fraktur

diklasifikasikan Berdasarkan garis patah tulang yaitu greenstick, transversal,

spiral, dan obliq. Berdasarkan bentuk patah tulang yaitu complet, incomplet,

avulsi, comminuted, simple, dan komplikata. Penyebab fraktur ini dapat berupa

Page 39: Status Pasien Dr. Suhana(1)

trauma langsung, tak langsung, maupun penyakit yang menyertai. Untuk

mendiagnosis suatu fraktur, harus dilakukan anamnesis trauma, pemeriksaan

fisik yang terdiri dari look, feel dan move, serta pemeriksaan penunjang X-ray.

Penatalaksaan dari fraktur yaitu dengan reposisi, fiksasi, union dan rehabilitasi.

Terdapat berbagai komplikasi yagn didapatkan bila penanganan fraktur ini tidak

adekuat diantaranya yaitu malunion, delayed union maupun nonunion.

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, A.Graham. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem APLEY. Ed.7.

Jakarta : Widya Medika.1995

2. Bagian Bedah Staf Pengajar Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.

Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara.1995.

3. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT. Yarsif

Watampone. 2007

4. Sjamsuhidajat R, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.2004.

Page 40: Status Pasien Dr. Suhana(1)

5. Schwartz, Shires, Spencer. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6.

Jakarta : EGC.2000.

6. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah bagian 2. Jakarta: EGC 1994.

7. http://orthoinfo.aaos.org

8. www.bedahugm.com

9. www.emedicine.com

10. www.wikipedia.com

11. Maguire J., 2012 Anterior Cruciate Ligament Pathology. Townsville

Orthopaedicsand Sports Surgery, Australia. Medscape. Available

from:http://emedicine.meds cape.com/article/307161-overview#showall

12. Healthwise Incorporated. 2011. Anterior Cruciate Ligament (ACL) Injuries.We

bmed. Available from: http://www.webmd.com/a-to-z-guides/anterior-cruciate-

ligament-acl-injuries-topic-overview