status gizi anak usia 12-24 bulan dan mp asi(bab1-5,lampiran)
DESCRIPTION
skripsi tentang status gizi di talang ratu palembangTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama tahun pertama kehidupan terjadi masa transisi bayi dari ASI dan
atau susu formula ke makanan padat. Pada masa transisi ini, cara pemberian
makan dan jenis makanan yang diberikan pada tingkat variasi umur dapat
berdampak pada kesehatan bayi baik jangka pendek maupun jangka panjang (Sara
B. Fein dkk, 2008). Dampak kesehatan jangka pendek muncul akibat kurang
tepatnya pemberian MP ASI sesuai jangkauan tingkat perkembangan bayi,
kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang tinggi pada bayi yang lebih
besar, dan resiko pola sifat dalam praktik pemberian makan tertentu. Dampak
jangka panjang diperoleh dari keterbatasan pengetahuan pola makan sehingga
berpengaruh pada pengetahuan pola makan pada beberapa tahun berikutnya
(Skinner JD dkk, 1997) dan menjadi dasar kuat terkait pola makan beberapa tahun
mendatang (Skinner JD dkk, 2002; Wang Y dkk, 2002). Pemberian MP ASI
merupakan salah satu dari 4 rekomendasi Global Strategy for Infant and Young
Child Feeding WHO/UNICEF, agar mendapatkan balita/anak dengan tumbuh
kembang yang optimal, karena periode emas pertumbuhan terjadi pada usia 0-24
bulan (Depkes, 2006).
MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi/anak usia 6-24 bulan
guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP ASI
dikenalkan pada bayi saat usia 6 bulan dengan tekstur dan komposisi sesuai
dengan tingkat usia bayi. Jenis MP ASI berdasarkan pengolahanya dibagi
menjadi MP ASI buatan sendiri, MP ASI pabrikan, dan MP ASI campuran. MP
ASI buatan sendiri adalah MP-ASI yang diolah di rumah tangga, terbuat dari
bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau
oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi (Depkes,
2006), sedangkan MP ASI pabrikan adalah MP ASI siap saji hasil olahan pabrik
(Kemenkes 2011). Pemberian kedua jenis MP ASI diatas pada bayi/anak sebagai
2
konsumsi sehari-hari disebut jenis MP ASI campuran. MP ASI dibuat dari
makanan pokok yang disiapkan secara khusus untuk bayi dan diberikan 2-3 kali
sehari sebelum bayi berusia 12 bulan, dan ditingkatkan 3-5 kali sehari sebelum
anak berusia 24 bulan (Kemenkes RI 2010). Dalam MP ASI harus mengandung
sejumlah zat gizi terutama energi dan protein yang dibutuhkan setiap hari yaitu
sebesar 250 Kalori, 6-8 gram protein untuk bayi usia 6 – 12 bulan dan 450 Kalori,
12 - 15 gram protein untuk anak usia 12 - 24 bulan (Depkes, 2006).
Hal-hal yang mempengaruhi pemberian jenis MP ASI adalah tingkat
pendidikan, pengetahuan, penghasilan, dan ibu yang bekerja atau tidak bekarja.
Penelitian yang dilakukan Sara B. Fein dkk pada tahun 2008 di Amerika, pada
usia 6 sampai 9 bulan, mayoritas ibu yang memberikan semua atau sebagian besar
kebutuhan buah dan sayur untuk bayi mereka dengan MP ASI pabrikan, dimana
lebih dari setengah menggunakan MP ASI pabrikan (commercial baby food)
daging atau mencampurnya sampai usia 9 bulan. Diakhir tahun pertama,
mayoritas ibu memberikan jenis MP ASI not commercial baby food, hanya <47%
bayi yang masih diberi MP ASI pabrikan juice sampai usia 9 bulan dan 25%
sampai 12 bulan.
Banyak ibu-ibu yang lebih suka menggunakan MP ASI buatan sendiri
karena mereka mengira pada MP ASI pabrikan terkandung pengawet, selain itu
mereka dapat memantau atau mengukur kandungan MP ASI yang diberikan
sesuai kebutuhan dan selera bayi, serta lebih murah dan mudah didapat bahan-
bahannya di pasaran (Depkes, 2006). Ibu-ibu yang membuat MP ASI sendiri
biasanya memilih bahan dasar tergantung pengetahuan yang mereka miliki.
Kurangnya pengetahuan ibu terhadap jenis serta kualitas MP ASI berdampak pada
ketidaksesuaian komponen dan tingkat kepadatan sesuai usia bayi sehingga
mempengaruhi status gizi. Dilain pihak, banyaknya ibu-ibu yang menjadi seorang
pekerja menyebabkan mereka tidak sempat untuk membuat makanan sendiri
untuk bayi mereka dan mengharuskan untuk memberi MP ASI pabrikan. Ibu-ibu
lebih menyukai MP ASI pabrikan karena lebih praktis, lebih efisien dan dirasa
lebih lengkap kandungan gizi untuk bayi.
3
Dalam pemilihan MP ASI pabrikan perlu diperhatikan beberapa hal,
seperti: pemilihan tekstur yang tepat sesuai usia bayi, kandungan gula, garam serta
lemak tidak tersaturasi, kelayakan konsumsi MP ASI pabrikan (tanggal
kadaluarsa, kemasan yang tersegel), serta memilih MP ASI pabrikan yang cocok
untuk bayi sehingga tidak menyebabkan alergi (Alberta, 2008). Pemilihan MP
ASI pabrikan yang salah dapat berdampak pada status gizi.
Penelitian tentang MP ASI yang lain, lebih memfokuskan pada tingkat
pengetahuan ibu tentang pemberian MP ASI. Sedikit penelitian yang
memfokuskan pada jenis MP ASI berdasarkan pengolahanya. Oleh karena itu
peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Status Gizi Anak Usia 12-24
Bulan Yang Mengonsumsi MP ASI Buatan Sendiri, Pabrikan, Dan Campuran Di
Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang”.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana status gizi anak usia 12-24 bulan yang mengkonsumsi MP
ASI buatan sendiri, MP ASI pabrikan dan campuran ?
1.2.2 Berapa proporsi ibu yang memberikan MP ASI buatan sendiri,
pabrikan, dan campuran?
1.2.3 Apa jenis bahan makanan dalam MP ASI buatan sendiri yang biasa
diberikan?
1.2.4 Apakah sosio-ekonomi mempengaruhi pemberian jenis MP ASI?
1.2.5 Apa saja alasan ibu-ibu memilih MP ASI buatan sendiri, MP ASI
pabrikan, MP ASI campuran ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum:
Mengetahui status gizi anak usia 12-24 bulan yang mengkonsumsi MP
ASI buatan sendiri, MP ASI pabrikan dan campuran.
4
1.3.2 Tujuan Khusus:
1. Mengetahui proporsi ibu yang memberi MP ASI buatan sendiri,
pabrikan, dan campuran.
2. Mengetahui bahan makanan yang terdapat dalam MP ASI buatan
sendiri.
3. Mengetahui apakah sosio-ekonomi mempengaruhi jenis pemberian MP
ASI.
4. Mengetahui alasan ibu-ibu memilih MP ASI buatan sendiri, MP ASI
pabrikan, MP ASI campuran.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi Penulis:
Hasil peneliatian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan serta pengalaman dalam melaksanakan penelitian di bidang
kesehatan terutama mengenai MP ASI.
Bagi Tenaga dan Instansi kesehatan:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada tenaga
kesehatan untuk meningkatkan penyuluhan tentang MP ASI dalam berbagai
program untuk meningkatkan status gizi bayi/anak.
Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk mengetahui berapa banyak
bayi yang menggunakan MP ASI yang dibuat sendiri, pabrikan, dan
campuran. Serta mengetahui status gizi anak usia 12-24 bulan yang
mengkonsumsi MP ASI buatan sendiri, pabrikan, dan campuran di wilayah
ini.
Bagi Masyarakat:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
pengetahuan tentang pemilihan MP ASI berdasarkan pengolahanya.
Bagi Penelitian Selanjutnya:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dan kerangka
berpikir penelitian selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi
Menurut Supariasa, dkk (2007) status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam
bentuk variabel tertentu. Selain itu, Almatsier (2005) menyatakan bahwa status
gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-
zat gizi. Sementara Sediaoetama (2010) mendefinisikan status gizi adalah keadaan
tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk
ke dalam tubuh dan utilisasinya. Status gizi balita menurut WHO adalah
mencocokan umur anak (dalam bulan) dengan panjang badan atau berat badan
sesuai standart tabel WHO-NCHS (world health organitatio-national center for
health statistics)
2.1.1 Metode Pengukuran
Metode pengukuran yang umum/sering dilakukan adalah dengan
menggunakan indeks antropometri WHO. Namun secara umum metode penilaian
status gizi dapat dilihat dengan metode langsung dan tidak langsung (Proverawati,
2010).
a. Secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
yaitu:
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan
6
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan
jumlah air dalam tubuh.
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Metode ini umumnya
digunakan untuk survei klinis secara tepat (rapid clinical surveys). Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu, digunakan untuk
mengetahui tingkat gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu
tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur.
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi
gelap.
b. Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga (Proverawati,
2010) yaitu :
7
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak
langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan
data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai
zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengindentifikasikan kelebihan dan kekurangan gizi.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data
beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka
kesakitan, dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari
indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi
Teori ini mengungkapkan bahwa status gizi merupakan masalah ekologi sebagai
hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab gangguan gizi.
2.1.2 Cara Pengukuran Status Gizi
Berdasarkan riset kesehatan dasar 2007 (laporan nasional depkes RI)
Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan digital yang memiliki presisi
0,1 kg, panjang badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm, dan
tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm.
Variabel BB dan TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri,
yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan
berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan
setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan
menggunakan baku antropometri WHO 2006. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-
8
score masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi balita dengan
batasan sebagai berikut :
Tabel 1. Interpretasi Z-score
Z-scorePanjang badan
/ Umur
Berat / Umur Berat/
Panjang badan
BMI/ Umur
> 3 SDSangat tinggiSangat gemukObesitasSangat gemuk
>2 SDTinggi Gemuk Gizi LebihGemuk
-2 SD sampai dengan 2 SD NormalNormalGizi BaikNormal
-3 SD sampai dengan < -2 SDPendekKurusGizi KurangKurus
< -3 SDSangat
Pendek
Sangat KurusGizi BurukSangat Kurus
9
Gambar 1. Grafik growth chart anak laki-laki (WHO)
Gambar 2. Grafik growth chart anak perempuan (WHO)
10
Status gizi tidak terlepas dari pertumbuhan seorang anak/balita. Oleh karena
itu diperlukan pengukuran pertumbuhan anak secara teratur. Pada usia < 2 tahun
pengukuran dilakukan secara berbaring, berikut cara mengukur pertumbuhan
berdasarkan buku pedoman kader seri kesehatan anak kementrian kesehatan RI
2010:
1. Pengukuran Berat Badan (BB):
1. Menggunakan timbangan bayi.
2. Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
3. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
4. Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
5. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
6. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
7. Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
8. Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
9. Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.
2. Pengukuran Panjang Badan (PB):
1. Cara mengukur dengan posisi berbaring
2. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
3. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
4. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
5. Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
6. Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki. Petugas 2 membaca angka di tepi di
luar pengukur.
Pengukuran BB/TB bertujuan untuk menentukan status gizi anak: gizi baik,
gizi kurang, gizi buruk atau gizi lebih. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
11
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dan penilaian
BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan dan kader terlatih.
Di Indonesia terdapat metode pengukuran menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat). Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005) kurva
pertumbuhan pada KMS dapat mengikuti tiga arah sebagai berikut:
1. Petumbuhan baik
Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut berada pada jalur
pertumbuhan normal yaitu: jika kurva pertumbuhan bergerak secara horizontal
pada jalur pita hijau.
2. Pertumbuhan membaik
Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan
adanya pengejaran (cath-up) terdapat pada jalur pertumbuhan normal yaitu jika
kurva pertumbuhan menunjuk ke arah jalur pertumbuhan normalnya atau
bergerak ke arah pita hijau.
3. Pertumbuhan bayi memburuk
Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan
adanya penyimpangan dari jalur pertumbuhan normal yaitu : jika kurva
pertumbuhan menunjuk keluar dari jalur pertumbuhan normalnya baik ke arah
atas (gizi lebih) atau ke arah bawah (BGM).
12
Gambar 1. Grafik kartu menuju sehat
2.1.3 BB dan TB Normal Anak Usia 12-24 Bulan
Berat badan dan tinggi badan normal pada usia 12-24 bulan dapat dilihat
pada grafik antopometri WHO dan berdasarkan keputusan mentri kesehatan
Indonesia nomor: 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antopometri.
2.2 MP ASI
MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) adalah makanan atau
minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP ASI
dikenalkan pada bayi usia 6 bulan dimulai dari makanan bubur saring, bubur tim,
bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat usia bayi (Kemenkes RI,
2010; Depkes, 2006). Hal ini berkaitan dengan perkembangan organ pencernaan,
gigi geligi dan suatu bentuk pembelajaran atau pengenalan pada anak terhadap
tekstur makanan padat. MP ASI dibuat dari makanan pokok yang disiapkan secara
13
khusus untuk bayi dan diberikan 2-3 kali sehari sebelum anak berusia 12 bulan,
dan ditingkatkan 3-5 kali sehari sebelum anak berusia 24 bulan (Kemenkes RI,
2010). Pemberian MP ASI pada usia 0-24 bulan yang tepat mempengaruhi
tumbuh kembang anak, baik fisik, rohani maupun intelektual dan sosial yang
berdampak kepada penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
karena merupakan periode perkembangan bayi yang optimal (Kemenkes RI, 2010
dan 2011; Depkes, 2006).
2.2.1 Jenis MP ASI
Jenis MP ASI berdasarkan pengolahanya dibagi menjadi MP ASI buatan
sendiri, MP ASI pabrikan, dan MP ASI campuran. MP ASI buatan sendiri adalah
MP-ASI yang diolah di rumah tangga, terbuat dari bahan makanan yang tersedia
setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan
memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi bayi (Depkes, 2006), sedangkan
MP ASI pabrikan adalah MP ASI siap saji hasil olahan pabrik (Kemenkes RI,
2011). Pemberian kedua jenis MP ASI diatas pada balita sebagai konsusmsi
sehari-hari digolongkan jenis MP ASI campuran.
Sedangkan menurut buku pedoman kader seri kesehatan anak kementrian
kesehatan RI 2010, jenis MP ASI berdasarkan tingkat kepadatan terbagi menjadi:
1. Makanan Lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus,
contoh : bubur susu, bubur sumsum, pisang saring yang dikerok, pepaya
saring, tomat saring, nasi tim saring, dll.
2. Makanan lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair, contoh bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri, dll.
3. Makanan padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan
biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang
rebus, biskuit, dll.
2.2.2 Anjuran pola makan bayi dan balita
14
Dalam memberikan MP ASI terdapat pola makan terkait tingkat
kepadatan MP ASI yang diberikan.
Tabel 2. Pola makan bayi dan balita (Kemenkes RI, 2010)
Umur (bulan)ASIMakanan
Lumat
Makanan
Lunak
Makanan
Padat
0 – 6
6 – 9
9 – 12
12 – 24
Keterangan:
Usia 0 – 6 bulan : hanya diberikan ASI saja.
Usia 6 – 9 bulan : diberikan ASI dan makanan lumat berseling.
Usia 9 - 12 bulan : diberikan ASI dan makanan lunak berseling.
Usia 12 - 24 bulan : diberikan ASI dan makanan padat.
Anjuran Makan untuk Anak (komposisi dan jumlah asupan)
Berdasarkan pedoman kader seri kesehatan anak kementrian kesehatan RI
2010, dianjurkan pemberian makan sebagai berikut:
1. Usia 0 – 6 Bulan
Diberikan hanya air susu saja sesuai keinginan anak, paling sedikit 8
kali sehari pagi, siang maupun malam.
2. Usia 6 – 9 bulan
a. Teruskan pemberian ASI.
b. Mulai memberikan MP ASI, seperti bubur susu, pisang, pepaya lumat
halus, air jeruk, air tomat saring, dan sebagainya.
c. Secara bertahap sesuai pertambahan umur .
d. Setiap hari makan diberikan:
6 bulan : 2 x 6 sdm peres.
7 bulan : 2-3 x 7 sdm peres.
8 bulan : 3 x 8 sdm peres.
15
3. Usia 9 – 12 bulan
a. Teruskan pemberian ASI.
b. MP ASI diberikan lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim, nasi
lembek.
c. Tambahkan telur / ayam / ikan / tempe / tahu / bayam / santan / kacang
hijau.
d. Setiap hari pagi, siang dan malam diberikan:
9 bulan : 3 x 9 sdm peres.
10 bulan : 3 x 10 sdm peres.
11 bulan : 3 x 11 sdm peres.
e. Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan (buah,
biskuit, kue, bubur kacang hijau).
4. Usia 12 – 24 bulan
a. Teruskan pemberian ASI.
b. Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan
anak.
c. Porsi makan sebanyak 1/3 orang dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur
dan buah.
d. Makanan selingan kaya gizi sebanyak 2 kali sehari diantara waktu makan.
e. Makanan harus bervariasi.
5. Usia lebih dari 24 bulan
a. Berikan makanan keluarga 3 kali sehari sebanyak 1/3 – 1/2 porsi makan
dewasa terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah.
b. Berikan makanan selingan kaya gizi 2 kali sehari diantara waktu makan.
2.2.3 Jumlah Energi Yang Dibutuhkan
Kandungan gizi adalah jumlah zat gizi terutama energi dan protein. Di
dalam MP-ASI harus terkandung energi per hari sebesar 250 Kkal untuk bayi usia
6 – 8 bulan dan 450 Kkal untuk anak usia 9- 11 bulan dan 750 Kkal per hari untuk
16
12-24 bulan, disamping konsumsi susu (WHO). Kebutuhan gizi anak usia 6-12
bulan adalah 650 -850 Kkal dan 16 gram protein. Kandungan gizi Air Susu Ibu
(ASI) adalah 400 Kkal dan 10 gram protein, maka kebutuhan yang diperoleh dari
MP-ASI adalah 250 Kkal dan 6 gram protein. Kebutuhan gizi bayi usia 12 – 24
bulan adalah sekitar 850 -1000 Kkal dan 20 gram protein. Kandungan gizi ASI
adalah sekitar 350 Kkal dan 8 gram protein, maka kebutuhan yang diperoleh dari
MP-ASI adalah sekitar 500 Kkal dan 12 gram protein (Depkes, 2006).
Tabel 3. Energi rata-rata bayi(per orang per hari) dari tabel AKG
Kelompok umur0-6 bulan7-11 bulan1-3 tahun
Tinggi badan (cm)607190
Berat badan (kg)6.08.512.0
Energi(kkal)5506501000
Tabel 4. Cara sederhana menghitung keluaran energi bayi
Berat Jumlah energi
0-10 kg100 kkal/kg BB
11-20 kg1000 kkal + (50 kkal/kg BB diatas 10 kg)
>20 kg1500 kkal + (20 kkal/kg BB diatas 20 kg)
2.2.4 Pemilihan MP ASI
Sebelum memberikan MP ASI ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pemilihan jenis MP ASI yang baik. Kedua jenis MP ASI (pabrikan dan
buatan sendiri) dapat diberikan kepada bayi, asal memenuhi standar keamanan
untuk konsumsi bayi. Beberapa persyaratan pembuatan MP-ASI di bawah ini
yang perlu diperhatikan (Depkes, 2006):
1. Bahan makanan mudah diperoleh.
2. Bahan makanan mudah diolah.
3. Bahan makanan harga terjangkau.
17
4. Dapat diterima bayi dengan baik.
5. Kandungan zat gizi memenuhi kecukupan gizi bayi.
6. Mutu protein dapat memacu pertumbuhan fisik ( Protein Eficiency Ratio/PER
lebih besar atau sama dengan 70% mutu kasein, setara dengan > 1,75 ).
7. Jenis MP-ASI disesuaikan dengan umur bayi.
8. Bebas dari kuman penyakit, pengawet, pewarna, dan racun.
9. Memenuhi nilai sosial, ekonomi, budaya, dan agama.
Selain itu beberapa zat gizi yang yang terkait erat dengan tumbuh
kembang anak yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Kepadatan energi/densitas: Tidak kurang dari 0,8 kalori per gram.
b. Protein: Tidak kurang dari 2 gr per seratus kalori dan tidak lebih dari 5.5 gr
per seratus kalori dengan mutu protein tidak kurang dari 70% kasein standar.
Nilai protein energi % mempunyai range antara 10 – 18.
c. Lemak: Kandungan Lemak mempunyai range antara 1,5 gr – 4,5 gr per seratus
kalori.
Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian MP ASI
berdasarkan jenisnya (Newfoundland labrador,2007):
A. MP ASI buatan sendiri
Pemberian MP ASI buatan sendiri dapat lebih murah dan disesuaikan
dengan selera keluarga, serta dikontrol tekstur dan kualitasnya. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam MP ASI buatan sendiri:
1. Tekstur yang diberikan harus benar sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan bayi.
2. Pemberian makanan bayi awal tidak dibutuhkan dalam jumlah besar. Bayi
akan dengan cepat berkembang dengan peningkatan tekstur makanan.
3. Bayi dapat diberikan jenis makanan yang sama dengan selera keluarga,
namun pemberian gula dan garam tidak sama dengan makanan dewasa
sehingga pemberian garam dan gula dalam MP ASI harus dihindarkan.
4. Hindari pemberian minyak, mentega, cabe, lada dan penyedap pada
makanan pendamping yang dibuat.
18
5. Perhatikan komposisi bahan makanan yang dibuat sebagai MP ASI,
sesuaikan dengan takaran kalori yang dibutuhkan bayi sesuai usia.
6. Buatlah variasi makanan pendamping sehari-hari dengan melihat berbagai
resep.
7. Pilihlah bahan makanan yang tidak menyebabkan alergi pada bayi.
8. Makanan disimpan di refrigerator dengan memperhatikan kebersihan dan
keamanan makanan serta jangka waktu penyimpanan. Jangan letakan
makanan pada suhu ruangan dalam waktu yang lama.
9. Perlengkapan yang digunakan untuk membuat makanan harus bersih.
10. Ketika memasak jangan memasukan kembali sendok pencicip ke dalam
makanan.
11. Dalam memasak daging jangan terlalu lama, untuk ayam dan ikan
pisahkan tulangnya dan jangan menambahkan garam dan bumbu yang
dihindari lainnya pada makanan. Untuk sayur pilihlah sayuran yang segar
dan bervariasi, jangan masak terlalu lama. Untuk buah-buahan lebih baik
dibuat menjadi jus, bersihkan kulit buah dari kotoran/pasir yang
menempel.
B. MP ASI pabrikan
1. Pilihlah MP ASI pabrikan yang mengajarkan kemampuan untuk
mengunyah sesuai perkembangan usia anak.
2. Baca tabel takaran nutrisi dengan baik sesuai dengan kebutuhan bayi anda.
3. Pilih makanan yang tidak mengandung gula, lemak dan garam.
4. Tidak memberikan produk buah yang berlabel “dessert”.
5. Pilih tempat penyimpanan (toples) yang rapat, pisahkan antara produk
sayur dan daging, jangan dikombinasikan dengan makanan yang bernutrisi
rendah.
6. Cek tanggal kadaluarsa pada kemasan. Jangan gunakan makanan
kadaluarsa.
7. Baca petunjuk penyajian MP ASI pabrikan yang tersedia di kemasan.
Faktor sosiodemografiUmurJenis kelaminPendidikan orang tuaPenghasilan orang tuaPekerjaan orang tua
Penyakit anak
Mempengaruhi pemilihan MP ASI
Pengolahannya1.Buatan sendiri2. Pabrikan3.Campuran
19
8. Simpan makanan di dalam kulkas jika tidak digunakan dalam 48 jam atau
baca aturan penyimpanan.
9. Jaga kebersihan perlengkapan meramu MP ASI pabrikan.
2.3. Kerangka Teori
20
Gambar 4. Bagan kerangka teori
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian survei observational deskriptif untuk
melihat satus gizi anak usia 12-24 bulan yang mengkonsumsi MP ASI buatan
sendiri, pabrikan, dan campuran dengan menggunakan rancangan potong lintang
(cross sectional).
21
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2012
di posyandu dan puskesmas wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu dikecamatan
Ilir Timur I Palembang.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
A. Populasi Target
Seluruh ibu beserta anaknya yang berusia 12-24 bulan.
B. Populasi Terjangkau
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu beserta anaknya yang
berusia 12-24 bulan di posyandu dan puskesmas Talang Ratu Kecamatan Ilir
Timur I Palembang, laki-laki dan perempuan.
3.3.2 Sampel Penelitian
A. Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu beserta anaknya yang
berusia 12-24 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di posyandu
wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu Kecamatan Ilir Timur I Palembang.
Nilai P diambil dari prevalesi pengguna MP ASI non komersial (buatan
sendiri) yang berasal dari penelitian berjudul analisis pola asuh makan dan status
gizi pada bayi di kelurahan PB selayang medan oleh Taufik Ashar dkk. Dalam
penelitian itu diketahui pengguna MP ASI pada usia 7-12 bulan yang
menggunakan komersial 13% dan non komersial 30%.
Besar sampel minimal yang diambil sesuai rumus:
n = (Zα) 2 PQ
d2
n = besar sampel
Zα = batas kepercayaan ditentukan (1,96)
P = prevalensi penggunaan jenis MP ASI buatan sendiri (30%)
22
Q = 1-P
d = derajat ketepatan (0,1)
n = (1,96) 2 x 0,30x (1-0,30) = 80.673
(0.10)2
Dibulatkan maka sempel yang diambil 81 anak.
B. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive
sampling. Peneliti mengambil semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan
terpenuhi.
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
A. Kriteria Inklusi
1. Semua ibu beserta anak usia 12-24 bulan yang diberi MP ASI sebagai
tambahan konsumsi susu.
2. Ibu yang bersedia menjadi responden.
B. Kriteria Eksklusi
1. Ibu beserta anak usia 12-24 bulan yang tidak diberikan MP ASI.
2. Ibu yang tidak bisa berkomunikasi dengan baik.
3. Anak yang menderita penyakit kronik.
3.4. Variabel Penelitian
1. Tingkat status gizi anak 12-24 bulan.
2. Jenis MP ASI yang dikonsumsi (MP ASI buatan sendiri, MP ASI
pabrikan, dan MP ASI campuran)
3. Karakteristik sosioekonomi keluarga (pendidikan, pekerjaan dan
penghasilan orang tua).
3.5. Definisi Oprasional
23
1. Status Gizi
Definisi : Mencocokan umur anak (dalam bulan) dengan panjang
badan atau berat badan sesuai standart tabel WHO-NCHS
(world health organitatio-national center for health
statistics).
Alat ukur : Antropometri WHO (Z-score).
Cara ukur :Diukur berdasarkan baku standar tumbuh kembang
berdasarkan antropometri WHO 2006. Untuk menilai
status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan
setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai
terstandar (Z-score).
Hasil Ukur : Berdasarkan indikator BB/TB:
1. Kategori Gizi Buruk: Z-score < -3,0.
2. Kategori Gizi Kurang: Z-score ≥-3,0 s/d Z-score < -2,0.
3. Kategori Gizi Baik: Z-score≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0.
4. Kategori Gizi Lebih: Z-score >2,0.
2. Jenis MP ASI
Definisi : Jenis makanan pendamping ASI 12-24 bulan,
berdasarkan bentuk pengolahannya. Jenis MP ASI terbagi
menjadi MP ASI buatan sendiri (rumahan), MP ASI
pabrikan dan MP ASI campuran.
Alat ukur : Kuesioner.
Cara ukur : Wawancara.
Hasil ukur :
1. MP ASI buatan sendiri apabila MP ASI diolah
sendiri oleh ibu/pengasuh dirumah.
2. MP ASI pabrikan apabila MP ASI yang diberikan
berasal dari kemasan/produk perusahaan tertentu.
24
3. MP ASI campuran apabila ibu memberikan MP ASI
yang dibuat sendiri dan terkadang memberi MP ASI
instant dari pabrik.
3. Usia balita
Definisi : Usia balita yang diberi MP ASI yang datang ke Posyandu
dan Puskesmas Talang Ratu.
Alat ukur : Kuesioner. Atau akte lahir, surat keterangan lahir, KMS
balita.
Cara ukur : Self assessment dihitung dalam bulan, dikonfirmasikan
dengan tanda bukti identitas.
Hasil ukur : usia 12-24 bulan.
4. Pendidikan orang tua
Definisi : Pendidikan formal terakhir yang ditempuh orang tua.
Alat ukur : Kuesioner.
Cara ukur : Self assessment.
Hasil Ukur : Tingkat pendidikan
1. Pendidikan rendah apabila tidak bersekolah atau tamat SD.
2. Pendidikan menengah apabila pendidikan terakhir
SMP/sederajat atau SMA/sederajat.
3. Pendidikan tinggi apabila pendidikan terakhir perguruan
tinggi/ sederajat.
5. Pekerjaan orang tua
Definisi : Pekerjaan yang dimiliki orang tua
Alat ukur : Kuesioner
Cara ukur : Self assessment
Hasil Ukur : Pekerjaan orang tua
25
1. Kedua orang tua bekerja apabila ibu dan ayah bekerja di
luar rumah (pegawai negeri, wiraswasta, pegawai kantor
dan lain-lain) atau informal (penjaga warung).
2. Hanya satu orang tua yang bekerja apabila hanya ibu atau
ayah bekerja di luar rumah (pegawai negeri, wiraswasta,
pegawai kantor dan lain-lain) atau informal (penjaga
warung).
3. Kedua orang tua tidak bekerja apabila keduanya tidak
bekerja diluar rumah atau hanya bekerja dirumah (merajut,
menyulam, ibu rumah tangga dan lain-lain).
6. Penghasilan orang tua
Definisi : Pendapatan kedua orang tua dalam satu bulan.
Alat ukur : Kuesioner.
Cara ukur : Self assessment.
Hasil Ukur : Tingkat penghasilan
1. Tingkat penghasilan rendah apabila pendapatan perkapital
per bulan <Rp 750.000/bulan.
2. Tingkat penghasilan menengah apabila pendapatan
perkapital per bulan Rp 750.000 - <3 juta / bulan.
3. Tingkat penghasilan tinggi apabila pendapatan perkapital
per bulan >Rp 3juta
3.6. Metode /Cara Pengumpulan Data
1. Data yang diambil adalah data primer, berasal dari kuisioner yang
ditujukan kepada ibu-ibu bayi 12-24 bulan di posyandu dan
puskesmas.
26
2. Peneliti membagi lembar identitas kepada responden, dan kemudian
setelah responden selesai mengisi lembar identitas, dilakukan
wawancara kuisioner kepada responden dan pengukuran TB dan BB
anak.
3. Setelah wawancara kuisioner dan pengukuran TB dan BB anak
selesai, data dikumpulkan, maka peneliti mengelola data tersebut.
3.7. Cara Pengelolahan dan Analisis Data
Setelah proses pengambilan data selesai dilakukan, data yang di peroleh di
olah peneliti. Data yang didapat dikumpulkan dan di kelompokan berdasarkan
masing-masing kategori dan di sajikan secara deskriptif, baik dalam bentuk tabel-
tabel, grafik maupun narasi guna memberi penjelasan.
3.8 Etika Penelitian
Penelitian ini menggunakan manusia sebagai sumber informasi/subjek
penelitian, untuk itu diperlukan infromed consent dari ibu-ibu yang dijadikan
responden. Etika penelitian yang ditempuh oleh peneliti secara prosedural sebagai
berikut: penelitian mendapat surat pengantar dari instansi pendidikan dan
kemudian menyerahkan kepada kepala Puskesmas Talang Ratu untuk mendapat
persetujuan, setelah itu baru melakukan penelitian dengan menekankan masalah
etika yang meliputi:
3.8.1 Persetujuan (Infromed consent)
Lembar persetujuan diberikan kepada responden dengan tujuan agar
responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta meminta izin
apakah mereka bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
3.8.2 Kerahasiaan (Confidentially)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek, dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti.
data entry
Analisis data
Hasil dan laporan penelitian
Bayi datang ke puskesmas dan posyandu untuk pengukuran rutin
Anak usia 12-24 Bulan
Pengukuran status gizi
Wawancara Quisioner kepada ibu/pengasuh
Penggolongan jenis MP ASIPenggolongan status gizi
27
3.9 Kerangka Oprasional
Gambar 5. Bagan kerangka oprasional penelitian
3.10 Kegiatan Penelitian
Tabel 5. Jadwal kegiatan penelitian
No. Bulan
Tahun
7
2012
8
2012
9
2012
10
2012
11
2012
12
2012
1
2013
28
Kegiatan
1.Penentun judul dan pembagian
dosen pembimbing
2.Pembuatan proposal penelitian
3.Sidang proposal penelitian
4.Perbaikan proposal penelitian
5.Pengambilan sampel penelitian
6.Pengolahan data dan analisis
data
7.Penyusunan skripsi
8.Sidang skripsi
3.11 Anggaran
Tabel 6. Anggaran
No. Keterangan Jumlah itemHarga @Jumlah
1.Kertas 5 rimRp 35.000Rp 175.000
2.Tinta 4 botolRp 20.000Rp 80.000
3. Pena/pensil2 packRp 15.000Rp 30.000
4. Perbanyak proposalRp 150.000
5.Pelaksanaan penelitian:
QuisionerRp 300.000
6.Pengolahan dataRp 50.000
7.Pembuatan skripsiRp 150.000
8. Perbanyak skripsiRp 150.000
Total Rp 1.085.000
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
29
4.1.1 Karekteristik responden
A. Karakteristik Usia Anak
Usia anak yang ikut dalam penelitian ini mulai 12 bulan sampai 24 bulan
dengan rerata usia 17,22 bulan dan simpangan baku 3,994. Jumlah anak yang
paling banyak menjadi sempel berusia 12 bulan (14 anak) dan paling sedikit pada
usia 18 bulan dan 22 bulan masing-masing 2 sampel. Data sebaran jumlah anak
dapat dilihat pada lampiran dan berikut diagram batang persentase anak yang ikut
dalam penelitian berdasarkan usia.
Diagram 1. Distribusi persentase usia anak yang ikut dalam penelitian.
B. Karakteristik Usia Orang Tua
Berdasarkan usia orang tua yang anaknya dijadikan subjek penelitian,
diketahui usia ayah berkisar 23 tahun sampai 61 tahun dan usia ibu 16 tahun
sampai 41 tahun dengan rerata usia ayah 34,20 tahun dan rerata usia ibu 29,64
tahun. Berdasarkan kelompok umur, usia terbanyak ayah pada penelitian ini
berkisar 20-45 tahun sekitar 77 orang (95,1%) dan usia ibu terbanyak berkisar 20-
45 tahun sebanyak 78 orang (96,3%). Terdapat 3 ibu yang berusia kurang dari 20
(% )
30
tahun, 2 diantarnya berusia 19 tahun dan 1 ibu berusia 16 tahun. Distribusi usia
orang tua dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini.
Tabel 7. Usia orang tua berdasarkan kelompok umur.
Usia
Jumlah (N)Persentase (%)
AyahIbuAyahIbu
< 20 tahun 0 3 0 3,7
20-45 tahun7778 95,1 96,3
>45 tahun 4 0 4,9 0
Total8181 100 100
C. Karakteristik Jenis Kelamin Anak
Berdasarkan distribusi jenis kelamin anak yang menjadi subjek penelitian,
jenis kelamin terbanyak dalam penelitian ini adalah perempuan, sebanyak 43
subjek (53,1%). Sebaran subjek berdasarkan jenis kelamin terdapat pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi jumlah anak berdasarkan jenis kelamin.Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)
Laki-laki 38 46,9
Perempuan 43 53,1
Total 81 100
D. Karakteristik Distribusi Sosial Ekonomi Keluarga Subjek
Dalam penelitian pendidikan ayah terbanyak adalah pendidikan menengah
sebanyak 60 orang (74,1%) dan pendidikan terbanyak ibu adalah pendidikan
menengah sebanyak 54 ibu (66,7%). Sebagian besar keluarga di wilayah kerja
Puskesmas Talang Ratu dalam penelitian ini berpenghasilan menengah berkisar
Rp750.000 sampai kurang dari tiga juta rupiah, sebanyak 49 keluarga (60,5%).
Berdasarkan pekerjaan oarang tua, paling banyak adalah anak yang salah satu
orang tua bekerja, sebanyak 50 anak (61,7%) dan tidak ada anak yang kedua
orang tuanya tidak bekerja. Sebaran karakteristik sosio-ekonomi dapat dilihat
pada tabel 9.
31
Tabel 9. Distribusi sosio-ekonomi orang tua.
Karakteristik Sosio-ekonomi orang tua
Frekuensi
N%
Pendidikan Ayah
Tingkat pendidikan Rendah44,9
Tingkat pendidikan Menengah6074,1
Tingkat pendidikan Tinggi1721,0
Total 81 100%
Pendidikan Ibu
Tingkat pendidikan Rendah78,6
Tingkat pendidikan Menengah5466,7
Tingkat pendidikan Tinggi2024,7
Total 81 100%
Penghasilan Keluarga
Rendah 1518,5
Menengah 4960,5
Tinggi 1721,0
Total 81 100%
Pekerjaan Orang Tua
Kedua orang tua bekerja3138,3
Salah satu orang tua bekerja5061,7
Keduanya tidak bekerja00
Total 81 100%
4.1.2 Distribusi Jenis MP ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Talang Ratu
Makanan pendamping ASI yang paling banyak dipilih dari 81 sampel
dalam penelitian ini adalah MP ASI campuran, sebanyak 51 anak (63,0%).
Sebaran jenis MP ASI yang dikonsumsi dapat dilihat pada tabal 10.
32
Tabel 10. Distribusi anak yang mengkonsumsi MP ASI buatan sendiri, pabrikan, dan campuran di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu.
Jenis MP ASI Jumlah (N) Persentase (%)
MP ASI Buatan Sendiri 16 19,8
MP ASI Pabrikan 14 17,3
MP ASI Campuran 51 63,0
Total 81 100
Status Gizi Jumlah (N) Persentase (%)
Gizi Buruk
Gizi Kurang
0
2
0
2,5
Gizi Baik 78 96,3
Gizi Lebih
Obesitas
1
0
1,2
0
Total 81 100
Jenis MP ASI
Status GiziTotal Buruk KurangBaikLebihObesitas
N(%)N(%)N(%)N(%)N(%)N(%)
MP ASI Buatan Sendiri000016100000016100
MP ASI Pabrikan00001392,817,140014100
MP ASI Campuran0023,94996,1000051100
Total0022,57896,411,20081100
Penghasilan
Orang Tua
Jenis MP ASITotal Buatan SendiriPabrikanCampuran
N(%)N(%)N(%) N (%)
Tinggi 423,5529,4847,1 17 100
Menengah1020,448,23571,4 49 100
Rendah 213,3533,3853,3 15 100
Total 1619,71417,35163 81 100
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Talang Ratu Palembang, diperoleh distribusi jenis MP ASI yang dikonsumsi
dengan tingkat pendidikan ibu bahwa sebagian besar memilih MP ASI campuran.
33
Diketahui 34 ibu (63%) dari 54 ibu berpendidikan menengah memilih MP ASI
campuran. Distribusi secara lengkap disajikan dalam tabel 14.
Tabel 14. Distribusi jenis MP ASI yang dikonsumsi dengan tingkat pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu.
Tingkat Pendidikan Ibu
Jenis MP ASITotal Buatan SendiriPabrikanCampuran
N(%)N(%)N(%)N(%)
Pendidikan Rendah 114,3 00 6 85,7 7100
Pendidikan Menengah 1018,51018,5 34 63,0 54100
Pendidikan Tinggi 525,0 420,0 11 55,0 20100
Total 1619,71417,3 51 63,0 81100
4.1.7 Distribusi Pekerjaan Orang Tua dan MP ASI
Berdasarkan distribusi pekerjaaan diketahui sebagian besar memilih MP
ASI campuran. Sebanyak 54,8% dari 31orang tua yang keduanya bekerja dan
68% dari 50 orang tua yang salah satu bekerja memilih MP ASI campuran.
Distribusi pekerjaan orang tua dengan MP ASI yang dikonsumsi dapat dilihat
pada tabel 15.
Tabel 15. Distribusi jenis MP ASI yang dikonsumsi dengan pekerjaan orang tua di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu.
Pekerjaan orang tua
Jenis MP ASI
Total Buatan SendiriPabrikanCampuran
N(%)N(%)N(%)N(%)
Kedua orang tua bekerja 9 295 16,117 54,831100
Kedua orang tua tidak bekerja 0 00 00 000
Hanya 1 orang tua bekerja 7 149 18,034 68,050100
Total 1619,7 14 17,351 6381100
34
4.1.8 Distribusi Usia dan Jenis MP ASI Pertama serta Frekuensi dan
Takaran Pemberian MP ASI Sekarang
Dalam penelitian ini, paling banyak ibu/wali memberikan MP ASI pada usia
6-8 bulan, sebanyak 43 ibu/wali (53,1%) dan tidak ada yang memberi anaknya
MP ASI pertama pada usia diatas 12 bulan. Sebagian besar anak mendapat bubur
susu/nasi tim saring sebagai makanan pertama mereka, baik yang pabrikan atau
buat sendiri yaitu sebanyak 70 anak (86,4%).
Pada saat penelitian ini dilakukan, frekuensi pemberian MP ASI paling
banyak dilakukan 3 kali sehari sekitar 68 anak (84,0%), sedangkan takaran
pemberian MP ASI diketahui paling banyak mendapat 4-6 sendok setiap makan,
sebanyak 43 anak (53,1%). Data tentang sebaran pemberian MP ASI berdasarkan
usia dan jenis MP ASI pertama serta frekuensi dan takaran pemberian MP ASI
sekarang dapat dilihat pada tabel 16 di halaman berikutnya.
35
Tabel 16. Distribusi usia dan jenis MP ASI pertama serta frekuensi dan takaran pemberian MP ASI saat penelitian.
Distribusi Pemberian MP ASI Frekuensi N %
Usia MP ASI Pertama
0-4 bulan911,1
4-6 bulan2834,6
6-8 bulan4353,1
8-12 bulan11,2
>12 bulan0 0
Total81100%
Jenis MP ASI Pertama
Pisang78,6
Bubur susu/nasi tim saring7086,4
Nasi tim/bubur saring22,5
Jus,air tajin/air nasi11,2
Lain-lain1 1,2
36
Total 81 100%
Frekuensi pemberian MP ASI Sekarang
2 kali911,1
3 kali6884,0
4 kali33,7
>4 kali11,2
Total81100%
Takaran Pemberian MP ASI sekarang
2-3 sdm3138,3
4-6 sdm4353,1
7-8 sdm44,9
9-11 sdm33,7
Total81100%
4.1.9 Distribusi Bahan Makanan dalam MP ASI yang Sering Diberikan
Bahan makanan yang paling banyak diberikan pada anak yang berusia
kurang dari 12 bulan adalah sayur-mayur sebanyak 66 anak (81,5%) dan ikan air
tawar sebanyak 52 anak (64,5%). Pada usia diatas 12 bulan bahan makanan yang
diberikan dalam MP ASI hampir sama persentasenya pada setiap bahan makanan.
Bahan makanan yang paling banyak tidak diberikan kepada anak sampai
penelitian ini dilakukan adalah daging sapi, sebanyak 55 anak (67,9%). Secara
lengkap pemberian bahan makanan dalam MP ASI dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Bahan makanan yang diberikan dalam MP ASI.
Pemberian
Bahan Makanan
Bahan Makanan
TelurIkan
Laut
Ikan Air
Tawar
Daging
Sapi
Daging
Ayam
Sayur-
mayur
N%N%N%N%N%N%
< 12 bulan4353,13239,55264,2 8 9,94049,46681,5
≥ 12 bulan2530,92328,42530,91822,22530,91316,0
Tidak diberikan1316,02632,1 4 4,95567,91619,7 2 2,5
Total 811008110081100811008110081100
37
Sayur-mayur terbanyak yang diberikan pada anak adalah sayur dalam sop
(wortel dan kentang). Wortel dan kentang diberikan pada 40 anak (49,4%).
Hanya 2 anak yang tidak mengonsumsi sayur-mayur dalam MP ASI mereka.
Sebaran data dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Sayur mayur yang menjadi bahan makanan dalam MP ASI.Sayur-mayurJumlah Persentase (%)
Bayam 2 2,5
Sayur sop (Wortel/kentang/kol)4049,4
Campuran (jagung, wortel, kentang, bayam dll)3745,7
Tidak diberi sayur dalam MP ASI2 2,5
Total 81 100
4.1.10 Distribusi Alasan Pemilihan MP ASI
Berdasarkan hasil penelitian, dari 14 ibu/wali yang memberi MP ASI
pabrikan, 6 ibu/wali (42,8%) menyatakan lebih praktis dan mereka sibuk/tidak
sempat sehingga memilih MP ASI pabrikan. Pada anak yang mendapat MP ASI
buatan sendiri dari 16 ibu/wali, 6 diantaranya (37,5%) menyatakan kualitas lebih
terjamin, higinis dan lebih sehat, dan 6 ibu/wali (37,5%) lain memiliki lebih dari 1
alasan. Pada 51 ibu/wali anak yang memilih MP ASI campuran diketahui, 44
ibu/wali (86,3%) memiliki lebih dari 1 alasan memilih MP ASI campuran.
Penjabaran alasan pemilihan MP ASI untuk anak dapat dilihat di tabel 19.
Tabel 19. Alasan umum ibu/wali memilih MP ASI untuk anaknya.
Alasan Pemberian MP ASI
Jenis MP ASITotal Buatan
sendiriPabrikanCampuran
N%N%N%N%Alasan lebih dari 16 37,54 28,644 86,354 66,7
Kualitas terjamin/ lebih sehat/ higenis
6 37,50 0,00 0,06 7,4
38
Praktis/kalau sibuk0 0,06 42,84 7,810 12,3
Anak suka/ banyak rasa/ variasi rasa
1 6,254 28,61 2,06 7,4
Lengkap kandungan gizi
1 6,250 0,00 0,01 1,2
Murah/hemat2 12,50 0,00 0,02 2,5
Tambahan/ tidak cukup tanpa kombinasi/ anak masih laper
0 0,00 0,02 3,92 2,5
Total 16 100 1410051 100 81100
Catatan: Persentase alasan dibagi pada setiap jenis MP ASI, (jumlah alasan memilih MP ASI tertentu/jumlah total pemilih MP ASI tertentu) x 100%
Setelah dijabarkan lebih lanjut pada ibu-ibu yang memiliki alasan lebih
dari 1 dan dibagi berdasarkan pemilihan jenis MP ASI pabrikan, buatan sendiri,
dan campuran diketahui beberapa alasan terbanyak. Pada ibu-ibu yang memilih
MP ASI pabrikan sebanyak 10 ibu/wali memilih karena praktis terutama bila
sibuk. Sedangkan alasan memilih MP ASI buatan sendiri diketahui 12 ibu/wali
merasa lebih berkualitas dan higenis. Bagi yang memilih MP ASI campuran, 36
ibu/wali merasa lebih praktis dan mudah. Sebaran alasan pemberian MP ASI ini
dapat dilihat pada tabel 20.
Tabel 20. Jumlah ibu/wali dan alasan pemberian MP ASI.
Alasan pemberian MP ASI
Jenis MP ASI
Buatan SendiriPabrikanCampuran
N%N%N%
Kualitas terjamin/lebih sehat/higinis12480 016 14
Praktis/mudah/kalau sibuk 31210 55,53631,6
Anak suka/banyak rasa/ variasi rasa 287392017,5
Lengkap kandungan gizi 281 5,5 87
Murah/ hemat 5200 01513,2
39
Tidak cukup tanpa kombinasi/anak
masih suka lapar
000 01513,2
Lain-lain 140 0 4 3,5
Total 2518114
Catatan: Persentase berdasarkan alasan yang diberikan oleh ibu/wali setelah alasan yang lebih dari satu dijabarkan sesuai masing-masing alasan, setiap alasan di bagi per alasan setiap jenis MP ASInya. (jumlah alasan/jumlah total alasan per MP ASI tertentu) x100%
Alasan lain-lain= bebas dari pengawet/takut mengandung pengawet; sesuai usia bayi/tekstur tepat
4.2 Pembahasan
Sebagian besar ibu di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu memberikan
MP ASI pertama pada usia lebih dari 6 bulan. Sebesar 54,3% ibu-ibu
memberikan MP ASI saat anak berusia 6 bulan ke atas dan 45,7% memberikan
MP ASI pada usia kurang dari 6 bulan. Hal ini sesuai dengan anjuran WHO dan
depkes RI untuk memberikan MP ASI pada usia 6 bulan keatas. Walaupun masih
banyak bayi/anak yang mendapat MP ASI saat berusia kurang dari 6 bulan
(45,7%). Sama seperti penelitian yang dilakukan Sara B Fein dkk. (2008) yang
menunjukan masih banyak MP ASI yang diberikan saat usia kurang dari 6 bulan.
Dalam penelitian itu, diketahui 21% ibu-ibu memberikan pengenalan makanan
padat pertama pada usia kurang dari 4 bulan, 23% memberikan anaknya jus
sebelum usia 6 bulan dan hanya 7% memberikan setelah 6 bulan. Kenyataan ini
menandakan tidak tercapainya program terkait ASI ekslusif di wilayah Puskesmas
Talang Ratu, cakupan ASI ekslusifnya sekitar 54,3%. Walaupun kesadaran
mengenai pentingnya ASI semakin meningkat, terutama di perkotaan, tingkat
pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih rendah. Kurangnya pengetahuan
40
tentang manfaat ASI dan gencarnya promosi produk susu formula dan makanan
pendamping tertentu membuat banyak ibu gagal menyusui secara ekslusif.
Cakupan ASI ekslusif di kota Palembang pada tahun 2010 sekitar 41,51% dan
untuk Puskesmas Talang Ratu pada tahun 2010 sekitar 42,42%, hal ini masih jauh
dari target cakupan ASI ekslusif di Indonesia yaitu 80%. Banyak faktor terkait
gagalnya program ASI ekslusif dan solusi yang dirancang untuk mengatasinya.
Menurut dr. Minarto dalam Media Indonesia online, masih rendahnya jumlah ibu
yang memberikan ASI eksklusif disebabkan, pertama, ibu tidak yakin akan
manfaat menyusui dan kurangnya informasi yang didapat ibu secara benar.
Kedua, kondisi lingkungan yang belum sepenuhnya mendukung/ melindungi ibu
untuk menyusui. Ketiga, pemasaran susu formula yang belum tertib dan
melibatkan petugas maupun institusi kesehatan atau gencarnya promosi susu
formula di berbagai media massa. Keempat, keberadaan konselor yang belum
memadai di setiap daerah. Faktor lain yang ikut mempengaruhi diantaranya,
belum semua rumah sakit menerapkan 10 LMKM (Langkah Menunju
Keberhasilan Menyusui), belum semua kantor dan fasilitas umum yang
menyediakan ruang menyusui, belum semua bayi memeroleh inisiasi menyusui
dini (Slamet Riyadi dalam kompas.com, 2012), serta adanya mitos tentang anak
yang tidak cukup hanya diberi ASI karena anak masih lapar dan perlu tambahan
makan. Upaya yang sukses untuk mempromosikan praktik pemberian makan yang
baik, tidak hanya fokus pada ibu tetapi harus fokus pada orang-orang yang
mempengaruhi keputusan seorang ibu, seperti orang tua, mertua, dan suaminya.
UNICEF memuji langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan angka menyusui, termasuk peraturan kesehatan baru yang melarang
promosi pengganti ASI di fasilitas kesehatan, dan hak perempuan untuk
menyusui yang telah di dukung oleh peraturan pemerintah.
Di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu, kebanyakan MP ASI yang
diberikan pertama kali berupa bubur susu/tim saring (86,4%). Sama seperti
penelitian Manulu (2007) bahwa sebagian besar (92,68%) telah mendapat
makanan tambahan berupa bubur susu. Di wilayah ini, pada usia antara 12-24
bulan diketahui frekuensi pemberian MP ASI paling banyak 3 kali sehari (84%).
41
Hal ini sesuai dengan anjuran kemenkes RI yaitu, peningkatan pemberian MP ASI
dari 2-3 kali sehari menjadi 3-5 kali sehari, terjadi setelah usia 12 bulan sampai
sebelum usia 24 bulan.
Pada penelitian ini diketahui sebagian besar ibu-ibu (63,0%) di wilayah
kerja Puskesmas Talang Ratu memberikan MP ASI campuran sebagai makanan
pendamping untuk anak mereka saat usia 6-12 bulan. Sedangkan anak yang
mendapat MP ASI buatan sendiri sekitar 19,8% dan 17,3% anak mendapat MP
ASI pabrikan. Sebagian besar ibu-ibu memberikan MP ASI pabrikan pada awal
pemberian MP ASI anaknya. Seiring bertambahnya usia, banyak anak di wilayah
Puskesmas Talang Ratu di berikan MP ASI buatan sendiri terutama ketika
beranjak 12 bulan. Sehingga di wilayah Puskesmas Talang Ratu jumlah pengguna
MP ASI campuran paling banyak. Pada penelitian yang dilakukan Laurence dkk.
(2008), diketahui bahwa sebelum anak berusia 12 bulan ibu-ibu sudah mencampur
MP ASI pabrikan dengan buatan sendiri, hanya 46% yang masih murni
memberikan MP ASI pabrikan sampai usia 12 bulan. Dalam penelitian Laurence
dkk. tersebut, 18% bayi mengkonsumsi sereal bayi (MP ASI pabrikan) pada usia 3
bulan, dan 40% mengonsumsinya pada usia 4 bulan. Rata-rata usia bayi saat
dikenalkan sereal bayi lebih dari 4 bulan sampai pertengahan 8 bulan. Mendekati
usia 12 bulan konsumsi sereal bayi berkurang, hanya 46% yang masih
mengonsumsi sereal bayi sampai usia 1 tahun. Penelitian Sara B Fein dkk.(2008)
juga menyatakan hal yang sama bahwa pada akhir tahun pertama, mayoritas ibu
tidak memberikan makanan bayi komersial lagi pada anaknya. Kurang dari 42%
bayi diberi makan jus kemasan sampai usia 9 bulan dan hanya 25% pada usia 12
bulan. Dalam penelitian tersebut, pada usia 6 sampai 9 bulan, mayoritas ibu-ibu
memberikan semua atau sebagian besar kebutuhan buah-buahan dan sayuran pada
bayi mereka melalui makanan bayi komersial. Pada penelitian di wilayah
Puskesmas Talang Ratu, jumlah pengguna MP ASI buatan sendiri (19,8%) lebih
banyak dari pada yang menggunakan MP ASI pabrikan (17,9%). Pada penelitian
yang dilakukan Taufik Ashar dkk. (2008) juga mendapati bahwa pengguna MP
ASI buatan sendiri (non-komersial) lebih banyak dari MP ASI pabrikan, hal ini
dikarenakan MP ASI pabrikan sangat mahal sedangkan penghasilan keluarga
42
relative rendah sehingga ibu cenderung memberikan MP ASI buatan sendiri.
Namun, alasan MP ASI buatan sendiri lebih banyak dibanding pabrikan di
wilayah kerja Puskesma Talang Ratu berbeda dengan penelitian Taufik. Pada
penelitian ini ibu-ibu memilih buatan sendiri karena kualitasnya lebih terjamin,
sehat dan higenis, bukan karena penghasilan relatif rendah sebab sebagian besar
berpenghasilan menengah.
Dalam penelitian ini, 81 sampel di wilayah Puskesmas Talang Ratu
diketahui tidak ada anak yang mengalami gizi buruk atau obesitas, 2,5% anak
berstatus gizi kurang, 96,2% anak berstatus gizi baik dan 1,2% anak berstatus gizi
lebih. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan profil kesehatan dinas
kesehatan kota Palembang tentang status gizi balita di Puskesmas Talang Ratu
pada tahun 2010 diketahui 2,95% berstatus gizi lebih, 96,17% berstatus gizi baik,
0,88% berstatus gizi kurang. Sedikit perbedaan yang terjadi pada status gizi lebih
dan kurang pada dua penelitian ini dapat dikarenakan beberapa hal seperti,
perbedaan jumlah sampel, usia anak, waktu pengambilan data, serta perbedaan
sampel yang berarti perbedaan tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan orang
tua yang mempengaruhi status gizi anak.
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang, rata-
rata responden berpenghasilan menengah (60,5%) dan sebagian besar responden
memilih MP ASI campuran, baik yang berpenghasilan tinggi (47,1%), menengah
(71,4%) dan rendah (53,3%). Untuk anak yang memiliki orang tua berpenghasilan
rendah diketahui 13,3% anak diberikan MP ASI buatan sendiri dan 33,5% anak
diberikan MP ASI pabrikan. Pada keluarga yang berpenghasilan rendah, anak
yang diberi MP ASI pabrikan lebih banyak dari MP ASI buatan sendiri, hal ini
berlawanan dengan penelitian Taufik dkk. (2008) yang menyatakan bahwa
penghasilan rendah dapat mempengaruhi pemilihan MP ASI, ibu yang
berpenghasilan rendah lebih cenderung memilih MP ASI buatan sendiri daripada
pabrikan, karena lebih hemat dan terjangkau. Hal ini mungkin dikarenakan
menurut ibu dalam penelitian ini, MP ASI pabrikan lebih praktis, mudah dibuat
apalagi jika sedang sibuk, selain itu wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu yang
berada di perkotaan mempermudah akses untuk mendapatkan MP ASI pabrikan
43
karena cukup dengan membeli di warung. Menurut Chessa K. Lutter dkk. (2011)
ada 2 hal yang mempengaruhi dalam pemberian MP ASI yaitu, memadainya akses
ekonomi dan kualitas/kuantitas MP ASI, serta cakupan dan kualitas konseling
atau dukungan lingkungan sekitar.
Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagaian besar memilih MP ASI
campuran. Diketahui 55% ibu yang berpendidikan tinggi, 63% ibu berpendidikan
menengah dan 85,7% ibu yang berpendidikan rendah memberikan MP ASI
campuran. Ibu berpendidikan rendah tidak ada yang memberi MP ASI pabrikan
pada anaknya. Ada satu ibu berpendidikan rendah memilih MP ASI buatan sendiri
karena beranggapan bahwa MP ASI pabrikan mengandung bahan pengawet
sehingga tidak mau memberikan MP ASI pabrikan pada anak, padahal pada MP
ASI pabrikan tidak terkandung bahan pengawet. Menurut penelitian Sara B Fain
dkk. (2008), pendidikan ibu yang rendah lebih sering salah dalam pemberian
makanan pendamping. Dan menurut Ansori (2008) dalam skripsi Ghina C.P
(2012), pendidikan tinggi dari seorang ibu memudahkan dirinya untuk mencerna
dan memahami informasi, sedangkan pendidikan rendah menyulitkan orang untuk
memahami informasi yang disampaikan sehingga sering melakukan kesalahan
dalam pemenuhan gizi dan perawatan bayi. Berdasarkan pekerjaan sebagian besar
juga memilih MP ASI campuran, 54,8% anak dengan kedua orang tua bekerja dan
68% anak dengan satu orang tua bekerja memilih MP ASI campuran. Keluarga
yang kedua orang tunya bekerja atau hanya salah satu yang bekerja diketahui MP
ASI campuran dapat menjadi pilihan terbaik, karena jika sedang sibuk anak dapat
diberikan MP ASI pabrikan dan ketika dirumah dapat dibuat MP ASI sendiri.
Menurut Chessa K. Lutter dkk.(2011) data untuk menentukan penyebab pemilihan
makanan yang buruk memang belum ada, tetapi budaya dan paradigma
pengetahuan mempengaruhi praktek pemberian MP ASI. Menurut peneliti, tidak
ada hubungan karakteristik sosial-ekonomi dengan pemilihan MP ASI
berdasarkan pengolahanya untuk anak di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu,
karena berdasarkan karakteristik sosio-ekonominya, seluruh tingkatan sosio-
ekonomi dalam penelitian ini memilih MP ASI campuran.
44
Paradigma masyarakat di wilayah ini yang mengonsumsi MP ASI
campuran pada setiap jenjang sosio-ekonomi menunjukan adanya dinamika dalam
masyarakat yang menandakan sebuah perubahan pola pikir dalam pemilihan MP
ASI. Ibu yang berpenghasilan rendah tidak banyak yang memilih MP ASI buatan
sendiri murni, padahal MP ASI buatan sendiri dikenal lebih murah dibanding
dengan pabrikan. Kebanyakan ibu berpendapat bahwa pemberian MP ASI
pabrikan lebih praktis, baik ibu yang berpenghasilan tinggi, menengah ataupun
rendah. Banyak hal yang mempengaruhi paradigma masyarakat tentang pemilihan
MP ASI selain informasi dan akses untuk memperolehnya, pengaruh media/
gencarnya promosi produk tertentu di masyarakat sangat mempengaruhi
pemilihan MP ASI ini. Bukan tidak mungkin dikemudian hari banyak masyarakat
yang akhirnya memilih untuk memberi MP ASI pabrikan di awal pengenalan
makanan padat pada anak seperti yang telah terjadi di negara maju sehingga
jumlah ibu yang memberikan MP ASI buatan sendiri semakin sedikit.
Pada tabel 12 diketahui dari 16 anak yang mendapat MP ASI buatan
sendiri semuanya berstatus gizi baik, 14 anak yang mendapat MP ASI pabrikan
92,8% berstatus gizi baik dan dari 51 anak yang mendapat MP ASI campuran,
96,1% anak berstatus gizi baik. Tidak ada hubungan secara deskriptif dalam
pemilihan MP ASI dan status gizi. Hal ini menunjukan bahwa pemilihan jenis MP
ASI berdasarkan pengolahanya bukan penentu status gizi anak, terdapat hal-hal
lain yang menentukan status gizi anak. Menurut Ansori (2007) dalam skripsi
Ghina Chitra P (2012), MP ASI yang diberikan harus memperhatikan kebutuhan
gizi anak, waktu pemberian, frekuensi dan porsi, pemilihan bahan maknan, cara
pembutan dan pemberiannya. Anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan
makanan yang kurang, susunan makanan yang salah, kebiasaan makan yang salah,
ketidaktahuan tentang gizi (Ghina C.P, 2012). Terdapat 2 anak berstatus gizi
kurang, keduanya diketahui mengonsusmsi MP ASI campuran. Setelah dilihat
data lebih lanjut ternyata keduanya berasal dari keluarga yang berpenghasilan
rendah. Pada penelitian yang dilakukan Taufik Ashar dkk. (2008) penghasilan
keluarga yang rendah menyebabkan ibu mengurangi frekuensi makan atau takaran
atau komposisi makanan. Diketahui ibu kedua anak yang bergizi kurang tersebut
45
dalam membuat MP ASI, bahan makanan yang diberikan kurang komposisinya.
Jika dilihat dari komposisi makanan pada anak yang bergizi kurang, anak pertama
(13bulan) diberikan sayur dan daging ayam pada usia 7 bulan (tapi tidak sering),
telur pada usia 9 bulan dan yang lainnya belum diberikan. Pada anak kedua (16
bulan) sayur dan ayam baru diberikan pada usia 10 bulan, telur dan ikan usia 16
bulan, yang lain belum diberikan, sedangkan pada usia 6-10 bulan diberikan
bubur susu. Kebutuhan energi yang didapat kedua anak ini tidaklah mencukupi,
bubur susu/nasi tim hanya memberikan 175 kalori per 1 gelas (200 gr) dan bila
dikali 3 berarti 525 kalori per hari. Kebutuhan anak usia 7-11 bulan adalah 650
kalori. Satu potong sedang daging ayam (50 gr) sama dengan 95 kalori yang
artinya paling tidak anak usia 7-11 bulan harus mengonsumsi 2 potong sedang
daging ayam dan 3 kali nasi tim 200 gr. Jika anak hanya diberikan nasi tim
dengan sayur tanpa tambahan bahan makanan lain sebagai pelengkap kebutuhan
energi anak serta berlangsung terus menerus akan meningkatkan resiko
kekurangan gizi pada anak. Untuk anak yang bergizi lebih pada penelitian ini,
diketahui sering diberikan cemilan dan banyak mengonsumsi susu disamping MP
ASI.
Pada tabel 12 dan 13 kita dapat membentuk sebuah analisis dimana pada 4
anak yang orang tuanya berpenghasilan menengah yang mengonsumsi MP ASI
pabrikan diketahui 1 anak (25%) bergizi lebih dan 3 anak (75%) begizi baik. Pada
8 anak yang orang tuanya berpenghasilan rendah yang mengonsumsi MP ASI
campuran diketahui 2 anak (25%) bergizi kurang dan 6 anak (75%) bergizi baik.
Pada 16 anak yang bergizi baik yang mengonsumsi MP ASI buatan sendiri
diketahui 2 anak (12,5%) orang tuanya berpenghasilan rendah, 4 anak (25%)
berpenghasilan tinggi, 10 anak (62,5%) berpenghasilan menengah. Anak yang
bergizi lebih diketahui mengonsumsi MP ASI pabrikan memiliki orang tua
berpenghasilan menengah dan untuk 13 anak yang bergizi baik yang
mengonsumsi MP ASI pabrikan diketahui 4 anak (23%) orang tuanya
berpenghasilan menengah, 5 anak (38,5%) berpenghasilan rendah dan 5 anak
(38,5%) berpenghasilan tinggi. Dua anak yang bergizi kurang yang mengonsumsi
MP ASI campuran semuanya berasal dari orang tua yang berpenghasilan rendah
46
dan untuk 49 anak yang bergizi baik yang mengonsumsi MP ASI campuran
diketahui 35 anak (71,4%) orang tuanya berpenghasilan menengah, 8 anak
(16,3%) berpenghasilan tinggi dan 6 anak (12,2%) berpenghasilan rendah.
Berdasarkan analisis berjenjang diatas, jenis MP ASI tidak mempengaruhi status
gizi anak. Pada anak yang berstatus gizi kurang, keduanya berasal dari tingkat
penghasilan rendah, namun 13 anak yang orang tuanya berpenghasilan rendah
lainnya berstatus gizi baik. Hal ini menunjukan tingkat penghasilan memiliki
pengaruh terhadap status gizi anak, namun korelasinya rendah.
Pada penelitian ini diketahui bahan makanan yang sering/banyak diberikan
pada usia kurang dari 12 bulan berdasarkan urutannya sebagai berikut, sayur-
mayur (81,5%), ikan air tawar (64,2%), telur (53,1%), daging ayam (49,4%), ikan
air laut (39,5%), dan daging sapi (9,9%). Sebagian besar bahan makanan yang
ditanyakan dalam penelitian ini sudah ada yang memberikan kepada anak sebelum
usia 12 bulan. Sama seperti penelitian Laurance dkk. (2007) yang menyatakan
pada usia 1 tahun, lebih dari setengah bayi sudah mengkonsumsi berbagai jenis
makanan seperti sereal, buah-buahan, sayuran, daging, dan produk susu, selain itu
makanan yang tinggi gula atau lemak tetapi rendah nutrisi juga sudah diberikan.
Pada penelitian di wilayah Puskesmas Talang Ratu ini, ada bahan makanan yang
di berikan dalam MP ASI yang lain seperti tahu, tempe, hati, udang, cumi dan
lain-lain sebagai sumber protein. Dalam penelitian Endang dkk. (2007) konsumsi
protein nabati pada anak dapat berasal dari sejumlah bahan makanan seperti
tempe, tahu, kacang tanah, kacang hijau dan kacang kedelai. Sedangkan sumber
protein hewani dari telur, daging, ikan kering, dan lain-lain. Di wilayah kerja
Pukesmas Talang Ratu, sayuran menjadi pilihan terbanyak ibu sebagai bahan
makanan dalam MP ASI. Sekitar 97,7% anak mendapatkan sayuran sebagai
komposisi makananya, 81,5% mendapat sayur sejak berusia kurang dari 12 bulan
dan 16,2% baru diberi pada usia 12 bulan keatas. Sayuran yang sering diberikan
pada MP ASI dalam penelitian ini adalah wortel dan kentang. Pada penelitian
Laurance dkk. (2008), >90% bayi mengonsumsi buah dan sayur, yang dikenalkan
pada makanan bayi rata-rata pada usia 5 sampai 6 bulan dan 712
bulan.
47
Pada penelitian ini juga diketahui, 53,1% memberikan telur pada anak saat
usia kurang dari 12 bulan, 30,9% memberikan telur pada usia 12 bulan keatas,
sedangkan 16% tidak memberikan telur kepada anak mereka. Sebagian ibu tidak
memberikan telur kepada anaknya, karena ada beberapa anak yang alergi telur dan
ada juga yang anaknya tidak suka memakan telur. Persentase anak yang mendapat
telur sebagai bahan makanan pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
penelitian Laurance dkk. (2008) yaitu, 60% mengonsumsi telur, 25% kacang-
kacangan, 18 % mengonsumsi ikan, 6% mengonsumsi produk kedelai. Di wilayah
Puskesmas Talang Ratu, 39,5% ibu memberikan ikan laut saat anak berusia
kurang dari 12 bulan, 28,4% diberikan ketika berumur 12 bulan keatas, sedangkan
32,1% anak tidak diberi ikan laut. Anak-anak yang mendapat ikan air tawar pada
usia dibawah 12 bulan ada 64,2%, ada 30,9% diberi pada usia 12 bulan keatas
dan sisa 4,9% anak belum diberi ikan air tawar. Ikan air tawar lebih banyak dipilih
daripada ikan air laut dikarenakan di Palembang lebih banyak dijual ikan air tawar
dan harganya lebih terjangkau dibanding ikan air laut.
Untuk daging ayam, 49,4% anak sudah diberi daging ayam sebelum usia
12 bulan dan 30,9% anak diberi saat berusia 12 bulan keatas. Daging ayam
teksturnya lebih halus dibanding daging sapi dan harganya lebih murah sehingga
ibu-ibu lebih banyak memilih daging ayam dibanding daging sapi untuk
memenuhi kebutuhan gizi anak. Sekitar 67,9% anak saat dilakukan penelitian ini
belum diberi daging sapi. Pada usia kurang dari 12 bulan sistem pencernaan anak
belum sempurna untuk mencerna daging, seiring pertambahan usia maka
konsumsi daging akan semakin meningkat sehingga jumlah ibu yang memberi
daging sapi pada anaknya saat berusia 12 bulan keatas (22,2%) lebih banyak
daripada saat berusia 12 bulan kebawah (9,9%). Sama seperti penelitian Laurance
dkk. (2008), bahwa sebagian besar bayi tidak dikenalkan dengan daging sampai
mereka berusia 8 bulan, daging dikenalkan ketika pertengahan usia 8 bulan.
Target pada tabel 17 ini adalah mengetahui jenis bahan makanan yang
sering diberikan kepada anak sebagai bahan makanan dalam MP ASI saat berusia
kurang dari 12 bulan, persentase pemberiannya ketika lebih dari 12 bulan dan
untuk mengetahui bahan makanan yang jarang diberikan dalam MP ASI.
48
Pembahasan tentang hasil tabel 17 telah dijabarkan pada beberapa paragraf di
atas. Pola pemberian jenis bahan makanan dalam MP ASI ini menimbulkan pola
makan tertentu pada anak. Pengenalan makan yang terlambat, memungkinkan
terjadinya masalah sulit makan, anak tidak terbiasa mengunyah akhirnya sulit
menelan, gampang tersedak, dan makannya mengemut (Ayu, dkk. 2012). Pada
16% anak yang baru diberi sayur saat usia lebih dari 12 bulan atau 2,5% yang
belum diberi sayur dapat menyebabkan beberapa hal di atas. Kecenderungan ini
membuat anak nantinya sulit atau tidak mau mengonsumsi sayur dikemudian hari.
Pengenalan awal daging/bahan makanan dengan sumber protein memiliki
keuntungan, karena menyediakan sumber zat besi dan seng yang baik dalam
bentuk yang sangat bioability dan bubur dengan daging telah dapat ditoleransi
dengan baik oleh bayi sebagai makanan pelengkap pertama (Laurance. M dkk,
2008). Malnutrisi di beberapa negara berkembang umumnya disebabkan
kekurangan asupan makan dan kekurangan protein tubuh meliputi transferrin yang
menstransfor zat besi. Selanjutnya defisiensi zat besi akan merusak mikrokondria
dan menyebabkan stress oksidatif, sama halnya dengan kekurangan asupan makan
yang memainkan peran penting dalam kerusakan mitrokondria sekunder yang
berkontribusi pada prevalensi status gizi kurang anak (Endang, dkk.,2007).
Meskipun pola makan anak dapat berubah seiring waktu, pola makan sehat telah
dimulai pada awal kehidupan, membentuk pondasi yang mungkin dilanjutkan
untuk beberapa tahun berikutnya, begitu juga dengan pola makan yang tidak
sehat. Konseling yang dilakukan orang tua tentang pentingnya nutrisi yang baik
dapat menolong meningkatkan jumlah anak dengan kebiasaan makan yang sehat,
dan menurunkan resiko obesitas dan penyakit kronik lain yang berkaitan dengan
makan (Laurance. M dkk., 2008).
Pada tabel 19 menyatakan terdapat 54 ibu (66,7%) yang memiliki alasan
lebih dari 1 dalam memilih MP ASI untuk anaknya. Setelah dijabarkan dan
ditambah dengan alasan yang lain, pada tabel 20 diketahui beberapa alasan
terbanyak dalam pemilihan MP ASI. Dari kedua tabel tersebut diketahui lebih dari
42,8% ibu-ibu yang memilih MP ASI pabrikan beralasan lebih praktis dan mudah
apa lagi jika sedang sibuk. Hasil penelitian ini hampir sama persentasenya dengan
49
penelitian Renata (2009) dimana 30,4% ibu memberikan makanan tambahan
karena sibuk bekerja. Untuk MP ASI buatan sendiri paling banyak dipilih karena
buatan sendiri lebih berkualitas, sehat dan higenis (>37,5%). Sedangkan ibu-ibu
yang memilih MP ASI campuran, merasa lebih praktis dan mudah, dapat
memberikan variasi rasa dan anak menyukainya serta sebagai tambahan makan.
Menurut penelitian Endang D.L dkk. (2007), sekitar 65% anak mendapat sereal
(MP ASI pabrikan) selain buatan sendiri sebagai tambahan makan untuk
memenuhi kebutuhan anak. Sedangkan menurut Renata (2009), alasan ibu
memberi makanan tambahan adalah agar lebih sehat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai status gizi anak usia 12-24 bulan
yang mengonsumsi MP ASI buatan sendiri, pabrikan dan campuran di wilayah
kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Status gizi anak usia 12-24 bulan berdasarkan tinggi badan terhadap berat
badan pada 81 anak diketahui sebagian besar anak berstatus gizi baik
(96,3%). Dari 16 anak yang mengkonsumsi MP ASI buatan sendiri,
seluruhnya berstatus gizi baik. Dari 14 anak yang mengkonsumsi MP ASI
pabrikan sebanyak 92,8% anak berstatus gizi baik. Sedangkan dari 51 anak
yang mengonsumsi MP ASI campuran sebanyak 96,1% anak berstatus gizi
baik.
50
2. Persentase anak yang mengkonsumsi MP ASI buatan sendiri sebesar
19,8%, MP ASI pabrikan 17,3% dan MP ASI campuran 63,0%.
3. Bahan makanan yang sering diberikan pada usia kurang dari 12 bulan
berdasarkan urutannya: sayur-mayur (81,5%), ikan air tawar (64,2%), telur
(53,1%), daging ayam (49,4%), ikan air laut (39,5%), dan daging sapi
(9,9%). Sayur mayur yang sering diberikan adalah wortel dan kentang, ada
juga jagung, bayam dll. Selain itu, ada bahan makanan lain seperti tahu,
tempe dan hati ayam yang juga sering menjadi bahan makanan dalam MP
ASI.
4. Dalam penelitian ini, tidak ada hubungan karakteristik sosial-ekonomi
dengan pemilihan MP ASI untuk anak di wilayah kerja Puskesmas Talang
Ratu, karena berdasarkan karakteristik sosio-ekonomi, seluruh tingkatan
sosio-ekonomi dalam penelitian ini sebagian besar memilih MP ASI
campuran. Walaupun sosio-ekonomi berpengaruh terhadap pemilihan
kualitas dan kuantitas MP ASI, namun tidak menentukan pemilihan jenis
MP ASI tertentu.
5. Alasan pemberian MP ASI buatan sendiri, pabrikan dan campuran sangat
beragam. Ibu-ibu memilih MP ASI pabrikan kebanyakan beralasan lebih
praktis dan mudah apa lagi jika sedang sibuk. Ibu-ibu memilih MP ASI
buatan sendiri paling banyak karena buat sendiri lebih berkualitas, sehat
dan higenis. Sedangkan ibu-ibu yang memilih MP ASI campuran, karena
beralasan lebih praktis dan mudah, dapat memberikan variasi rasa
sehingga anak tidak bosan dan anak menyukainya.
5.2 Saran
1. Bagi orang tua agar dapat memberikan MP ASI yang tepat kepada
bayi/anak mereka agar gizi bayi/anak terpenuhi sehingga pertumbuhan dan
perkembangan bayi/anak optimal.
2. Bagi penelitian berikutnya, diharapkan dapat mengembangkan hasil-hasil
survei deskriptif dalam penelitian ini menjadi sebuah penelitian baru.
51
3. Bagi petugas kesehatan hendaknya dapat meningkatkan promosi kesehatan
terkait MP ASI, agar pemberian dan pemilihan MP ASI pada anak tepat.
Daftar Pustaka
Alberta. 2008. Feeding Baby Solid Food From 6 to 12 Months of Age. Diakses
11 Agustus 2012 di http://www.healthyalberta.com/Documents/Infant-
feeding-guideoct_20.pdf.
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC, Jakarta, Indonesia.
Ashar, Taufik, dkk.2008. Analisis Pola Asuh Makan dan Status Gizi Pada Bayi di
Kelurahan PB Selayang Medan. Jurnal Penelitian Rekayasa.Vol 1, No.2.
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Diakses tanggal 25 september 2012
di repositori.usu.ac.id/bitstream/123456789/1967811/kpr-des-2008-
1(7).pdf .
Chitra P, Ginda. 2012. Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping
ASI pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ariodillah
Kota Palembang. Skripsi Fakultas Kedokteran Unsri, Palembang.
52
Daneswari, Prita . 2012. Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia Masih Rendah.
Media Indonesia (Koran online). Diakses 14 Januari 2013 di
http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2012/0
8/04/5473/5/Pemberian-ASI-Eksklusif-di-Indonesia-Masih-Rendah
Departemen Kesehatan. 2008. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,
Laporan Nasional 2007, Jakarta, hal.34
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan
Pendamping Air Susu Ibu Lokal Tahun 2006, Jakarta hal. 1,4,26,27
Dewi A, Bulan FK, dkk. 2012. Ilmu Gizi Untuk Praktisi Kesehatan. Graha Ilmu,
Yogyakarta, Indonesia.
Dewi, Endang, dkk. 2007. Relation of Complemetary Food and Anemia in Urban
Underprevileged Children in Surakarta. Pediatrica Indonesiana. Vol 47.
No 5
Dinas Kesehatan. 2010.Profil kesehatan kota palembang 2010, Palembang hal
Fein. Sara B, dkk. 2008. Selected Complementary Feeding Practices and Their
Association with Maternal Education. Pediatrics. 122(2): 591-597
Grummer-Strawn. Laurence M., dkk. 2008. Infant Feeding and Feeding
Transitions During the Frist Years of Life. Pediatrics. 122:536-542.
Huh, Susanna Y, et al. 2011. Timing of Solid Food Introduction An Risk of
Obesity in Preschool-Aged Children. Pediatrics. 127: 551-554
IGB. Supariasa. 2007. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta. Pustaka Pelajar.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Panduan Penyelenggaraan PMT Pemulihan Bagi
Balita Gizi Kurang, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Kader Seri Kesehatan Anak, Jakarta
hal. 27-29;41-43
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Standar Antopometri Penilaian Status Gizi
Anak, Jakarta hal.1-35
Lutter. ChessaK, dkk. 2011. Undernutritions, Poor Feeding Practices, and Low
Coverage of Key Nutrition Interventions. Pediatrics.128: 1418-1427
Manulu A. 2008. Pola Makan dan Penyapihan serta Hubungan dengan Status
Batita di Desa Palip Kecamatan Silima Punggu-Punggu Kabupaten Dairi
53
Tahun 2008. Tesis FKM USU
Mikail, B., dan Asep C. 2012. 5 Penyebab Rendahnya Pemberian ASI Eksklusif.
Kompas (Koran online). Diakses 14 Januari 2013 di
http://health.kompas.com/read/2012/06/08/17055699/5.Penyebab.Rendahn
ya.Pemberian.ASI.Eksklusif
Newfoundland labrador. 2007. Feeding Your Baby: 6-12 Months. Health Canada.
Hal 21-26
Owino, Victor O, dkk. 2011. Breast-Milk Intake Of 9-10-Mo-Old Rural Infant
Given A Ready-to Use Complemetary Food in South Kivu, Democratic
Republic of Congo. Am J Clin Nutr. 93: 1300-1304
Praktiknya AW. 2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Indonesia.
Proverawati. 2010. Buku Ajara Gizi untuk Kebidanan. Nuha Meidka, Jogjakarta
Renata. 2009. Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia
Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkir
Medan. Fakultas Keperawatan USU. Diakses tanggal 4 Januari 2013 di
repositori.usu.ac.id/bitstream/123456789/1497/2013-1/09E02620
Sastroasmoro S, Ismael S. 2002. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Sagung Seto, Jakarta, Indonesia.
Sediaoetama, 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian Rakjat,
Jakarta.
Skinner JD, dkk. 1997. Longitudinal Study of Nutrient and Food Intakes of Infant
Aged 2 to 24 Month. J AM Diet Assoc.97(5):496-504
Skinner JD, dkk. 2002. Do Food-Related Experience in the First 2 Years of Life
Predict Dietary Variety in School-Aged Children?. J Nutr Educ Behav.;
34:310-315
Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. EGC, Jakarta.
Sunita. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
54
Unicef. ASI Eksklusif, Artinya ASI, Tanpa Tambahan Apapun. Diakses 14
Januari 2013 di http://www.unicef.org/indonesia/id/reallives_19398.html
Y. Wang, dkk. 2002. Tracking of Dietary Intake Patterns of Chinese from
Childhood to Adolescence of Six-Year Follow-Up Period. J
Nurt.;132:430-438
World Health Organization. 2008. Indicator for Assessing Infant and Yong Child
Feeding Practices: Part 1 Definition. Geneva, Switzerland: WHO.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : ……………………………………………………………..
Alamat : ……………………………………………………………..
.……………………………………………………………..
...……………………………………………………………
Selaku ibu / wali dari bayi yang ikut dalam penelitian "Status gizi bayi
usia 6-12 bulan yang mengkonsumsi MP ASI buatan sendiri, pabrikan, dan
55
campuran di wilayah kerja Puskesmas Talang Ratu Palembang" yang dilakukan di
posyandu wilayah kerja puskesmas Talang Ratu Kecamatan Ilir Timur I
Palembang, Sumatra Selatan menyatakan setuju untuk mengisi kuisioner
penelitian setelah mendengar penjelasan mengenai tujuan, prosedur, manfaat dan
risiko penelitian yang dilakukan oleh Putri Laksmi Karim.
Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa paksaan dan dalam
keadaan sadar sepenuhnya.
Peneliti, Wali subjek penelitian,
Putri Laksmi Karim ………………………
Lampiran 2
Lembar Identitas Subjek Penelitian
Identitas peribadi (anak yang ikut dalam penelitian) :
Nama anak : ……………………………………………………………………
Jenis kelamin : Perempuan/ Laki-laki
Tanggal lahir : …………………… Umur: ...........................................................
Anak ke : ………..dari………..bersaudara
TB sekarang : …………………………cm
BB sekarang : …………………………gram
Alamat : ……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
Data orang tua
56
Ayah Ibu
Nama : ............................................ ......................................................
Umur : ............................................. .....................................................
Pendidikan: 1. SD 1. SD
2. SMP 2. SMP
3. SMA 3. SMA
4. Perguruan Tinggi 4. Perguruan Tinggi
5. Tidak Sekolah 5. Tidak Sekolah
Pekerjaan : 1. Buruh 1. Buruh
2. Wiraswasta 2. Wiraswasta
3. Pegawai Negeri 3. Pegawai Negeri
4. Tidak Bekerja 4. Tidak Bekerja
5. ……………. 5. …………….
Pendapatan/bulan: (pendapatan total ibu dan ayah)
3. Rp 3juta- < Rp 9 juta /bulan
4. >9 juta / bulan
1. < Rp 750.000/bulan
2. Rp 750.000 - <3 juta /bulan
56
Lampiran 3
KUESIONER MP ASI
1. Usia berapa anak ibu mendapatkan makanan padat pertama kali
a. 0-4 bulan
b. 4-6 bulan
c. 6-8 bulan
d. 8-12 bulan
e. >12 bulan
2. Makanan padat yang diberikan pertama kali adalah
a. Pisang
b. Bubur susu/nasi tim saring
c. Nasi tim/bubur nasi
d. Jus, air tajin/ air nasi
e. .........................................
3. Disamping makanan pendamping, anak ibu masih diberi
a. ASI(air susu ibu)
b. Susu formula
c. ASI+ susu formula
d. .............................................
4. Jenis makanan pendamping ASI yang diberikan pada anak ibu (pilih salah
satu)
a. Makanan pendamping yang dibuat sendiri
Apa isinya/ bahan komposisi
makanan? ................................................................................................
.................................................................................................................
....................................
……………………………………………………………..
57
………………………………………………………………...………..
Alasan dan hal yang perlu diperhatikan: ………………………………
………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
b. Makanan pendamping dari pabrikan
Sebutkan merek/produknya(boleh >1
a. Promina
b. Milna
c. Sun
d. Cerelaks
e. ..........................
Sejak kapan?...........................................................................................
Alasan dan hal yang perlu diperhatikan: ………………………………
………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
c. Kedua-duanya ( jawab pertanyaan a dan b diatas)
5. Pada usia sekarang, berapa kali biasanya bayi ibu diberi makan selama 24
jam? (lingkari salah satu dibawah)
1 2 3 4 5 6 7 >8 kali/hari
6. Tekaran setiap sajian....
a. 2-3 sdm(sendok makan)
b. 4-6 sdm(sendok makan)
c. 7-8 sdm(sendok makan)
d. 9-11 sdm(sendok makan)
e. .......................................
58
7. Usia berapa ibu memberi jenis makanan berikut untuk pertama kali (jika
belum diberikan dikosongkan)
Jenis makananUsia pertama kali diberikan (bulan)Biscuit Bubur susu kemasanBubur susu buatan sendiriPisangBuah selain pisangNasi tim saring(sebutkan isinya)Nasi tim(sebutkan isinya)TelurIkan laut Ikan air tawarDaging sapiDaging ayamSayurMakanan bersantan
8. Mulai usia berapa ibu membubuhkan bumbu berikut pada masakan anak ibu
(jika belum diberikan kosongkan)
Jenis bumbuMulai diberikan usiaGulaGaramLadaBawangCabaiPenyedap rasaMentega/minyak
9. Apakah diantara waktu makan anak ibu diberikan cemilan? YA/ TIDAK
Jika ya, sebutkan…………………….………………………………………
Berapa kali dalam sehari? ………….………………………………………..
Sejak usia berapa diberi cemilan?....................................................................
10. Apakah anak anda sudah diberikan/dikenalkan dengan makanan yang sama
dengan yang dikonsumsi ibu (lauk pauk/nasi)? YA/ TIDAK
59
Jika ya sebutkan
……………………………………………………………..
Lampiran 4.
Tabel Data Subjek Penelitian
Data 81 subjek penelitian terdapat dalam beberapa tabel di bawah ini, disertai keterangan di akhir/belakang:
No.
NAJKUATABASGJ.MPN.Ay
U.Ay
N.I
U.I
Pend.A
Pend.I
1
Sn1241031
Fdh42
Nn3433
2
MdO2128,833DH26
Mgw2822
3ZAA1141032
AS33
EN3444
4Afs1201033
Prj41SF4133
5Cls2201131
Dn26
Dn2123
6NTP1231132
AI32
SN2833
7AKR2211133
AR28
Mrl2944
8MRK2211033
Ad33
Rn2744
9AN1241133
MS31En2733
10MRR2141033
Rzl32
Mly2832
11
Dw11470,5833
Adm28Ss2433
12ANT1241232Mm
35Nn
3222
60
r13
EAT21779,
1033
TCT28
MT2933
14Dr1241032
Dfd28
Nhj2833
15TNR1211133
Er29Ds2944
16Psp116933
AH37
Eyt3733
17RA217
12,42
Rht61It3933
18RDP213
73,833
FA32
Msy2332
19Dlh124932
Mt50
An4032
20MDP212733
Rsd36Ns2633
21AI2161031
Ed27
Tts2533
22AR215933
Sto25Sr2322
23AR1151033
SA33
WL3234
24Rhw117
68,831
Jw43
Idw3031
25MI2159,533
MR40
Ynn3543
26
RMB212931
MRn35
Jln3033
27Egl1211233
Hl41
Erw4033
28Fra1171031
Hyt28
Yyn2733
29Adt2161031
LS27
NL2133
30
Rf2129,531
Myh44
YVR3233
31
MR2231033
Smu35
Msl3522
32SP1126,733Kh
25Isw
1911
61
d33
AHS2241532SR27
Nkm2344
34Sbn1127,533
Thr40
Els3944
35
ASP1221333
Sdn44
Mrn3633
36FSK2151031
DG30
AN2844
37TMV116
74,933
MA36
NS3344
38MZA2231133Ji39
Hky3732
39AA121
83,1233Jn38
Rsh3642
40Rf221
11,33
FJ36
Rni3644
41Zhr112833
DH41
Frw3133
42MhR212
10,33IS36Ik3134
43ARA224
11,33
MF30IJ2543
44
Fry21833
Pyn34
RP3033
45AM213
74,32
MH34
DO3234
46HAD221
12,33
YH32
Lsm3043
47SA1179,533
Pta29
Hni2911
48MF21433
Sni32
Sni3033
49Rsy2149,532
DJ25
DS2033
50Rfy22033
Tbi29
Wln2021
51SW2137,523
Irw28
Yla2133
52RAP2168,123
Npi30
Jmt3032
53NZA1218,432F29Ds2322
62
uzi
54AW112
10,33
Bn51
Ctr2133
55SR12431
Nsr40Nt3022
56API2158,431
HS34Sr3044
57DTA12233
EH41
FO3633
58NA1188,532
NC30
Sst1932
59Rnd21733
Rfk34
Drm2822
60AF1128,532
JS37
Fdh3634
61
Amr11233
Umr36
Lth3611
62Alf2179,533
Bld30
DS2833
63RA21633
KF24
LP1621
64ZRR1158,833
MI38Isr2633
65Agh2179,533
Yd32
Ynt2823
66
Dv1126,933
Kml30
Nra2932
67Ksy2158,933
Nsr31Ln2333
68
YPH11631
Hrm35
Yuj3334
69Sba1199,533
Jks56
Mra4111
70Aul1127,132
Hrs33
SA3133
71AP117
11,33
ST30SI2433
72Id12133
TW36
Rn3233
73PCO1168,831Sp
33Aryi
2933
63
o74
Atk11569,
31MM39
Fnr3544
75
CA12433
Ano23
Psp2333
76MA117
11,32
Yhr35
Ult3322
77Asy119
77,9,831
Mrh30
Inh3044
78
AG21531
Drw30Ev3233
79
Nbl11933Sto38
Rma3834
80MID21433
DZ35
Rna2344
81Nzp11233
Nrz39
SL3833
Lanjutan......
No.T.Pend.A
T.Pend.I
P.OPh.O
Kel.U. A
Kel.U.I
U.MP1
J.MP1
Alasan
F.MP.S
T.MP. S
122132231132222222232721333232222332423222221731522212213732622222232322733122222332833122232732
64
9222222127321022122222631112212222274212222322322221322222232733142221223233215331322227311622112232732172222323233218222222227331922213222232202212222273221222222347322222122212732232322222273124212222321212532232222732262222222233227222222327322822222232731292212223273230222222324323122222222721321121213573233331322322313433222222722352212222273236331422317323733232232734382222223273239321222227324033132222732412222221273142232222327324332222232732442222223273145231322227324632122232721471122222273148221222227324922122212231502121222273251222122227225222212232731
65
53222122322325422233231734552211221253156331322437315722222212732582221212273159222222227326023132232734611122221273162222222327316321222132742642221223275165221122322336622222232641672222223273168231222325316911223222731702221222273171222122327317222132232232732222223213174331322321317522222232232762212222222177331222321327822122232131792312223173280331322112328122232221733
Lanjutan.....
No.U.P.T
U.P.IL
U.P.IT
U.P.DS
U.P.DA
U.P.S
J.SM.LCemilan
19999992tahu,tempe22888--82hati,tahu,tempe1
66
3121212181212224-88-88225--6-6622612-18-221222710-8121282udang,cumi28666--62katu,tahu,tempe2912-6-864tahu,tempe210-88-1082tahu,tempe2118-8108--hati,tempe,tahu2121212121812124213-66-662tempe, tahu2141212121212124tahu,tempe21588810882udang21612-12-10104tahu,tempe2171212121414--218-1111121282219--12-121222207-77774221121212-12104tahu,tempe22212-12--64223766-664224888--82tempe,tahu2258810121282tahu,tempe22612-10-884227101010-1282228121212-128422912-7--742307-8-862tahu,tempe231999121292232-1111--84tempe,tahu233121212--122234666-664235-1212-884236888-88423712126121262238812812884239-10101288424088-128822418-8-864sawi242888128842438108-884244888-884245121212-1212424699999922
67
47444--42tempe,tahu248121212-1292hati ayam249121212-12122250777-974tahu,tempe,buncis2519---774tahu,tempe25216-16-1010215312-12-121222549-9-994tempe,tahu255--12-1262tempe,tahu25610-10-12102257121212-1244sosis,258121212--122tempe159888-1064buncis,tempe,tehu2601212121212124161999--61262666--64ceker2636129121264katu.hati,26461291212841656866664hati ayam,tempe,tahu2666129111081katu,hatiayam2678128-882tahu,tempe268-661266226910-10-10102tahu,tempe27012-12-121222718128-884tempe2721212101310104tempe,tahu2738-8-864tempe,tahu,hati ayam274--12--92tahu,tempe,katu,hati ayam2759-10-992276121212--1222776868664tahu,tempe,hati,katu278--12--9427988--882tahu280888--821818----82tahu,tempe2
68
Keterangan:
N.A=nama anak
JK= jenis kelamin (1= perempuan; 2= laki-laki)
UA= Usia Anak (bulan) TA= tinggi badan anak (cm) BA=berat badan anak (kg)
SG= status gizi (1=gizi buruk;2= gizi kurang; 3= gizi baik; 4= gizi lebih; 5= obesitas)
J.MP= jenis MP ASI(1= MP ASI Buatan sendiri; 2= MP ASI Pabrikan; 3= MP ASI Campuran)
N. Ay = nama ayah U. Ay= umur ayah (tahun) N.I= nama ibu U.I= umur ibu (tahun)
Pend.A= pendidikan ayah (1=SD; 2=SMP; 3=SMA; 4= PT/sederajat)
Pend.I= pendidikan ibu (1=SD; 2=SMP; 3=SMA; 4= PT/sederajat)
T.Pend.A = tingkat pendidikan ayah (1= pendidikan rendah; 2=pendidikan menengah;3= pendidikan tinggi)
T.Pend.I = tingkat pendidikan ibu(1= pendidikan rendah; 2=pendidikan menengah;3= pendidikan tinggi)
P.O= pekerjaan orang tua (1= kedua orang tua bekerja; 2= satu orang tua bekerja; 3=kedua orang tua tidak bekerja)
Ph. O=penghasilan orang tua (1=penghasilan rendah; 2=penghasilan menengah; 3= penghasilan tinggi; 4= penghasilan tinggi)
Kel.U.A =kelompok umur ayah (1=<20 tahun; 2= 20-45 tahun; 3=>45 tahun)
Kel.U.I = kelompok umur ibu
69
(1=<20 tahun; 2= 20-45 tahun; 3=>45 tahun)
U.MP1= usia MP ASI pertama(1= 0-4 bulan; 2= 4-6 bulan; 3= 6-8 bulan; 4=8-12 bulan; 5= >12 bulan)
J.MP1 = jenis MP ASI pertama (1= Pisang;2= Bubur susu/nasi tim saring; 3= Nasi tim/bubur nasi; 4= Jus, air tajin/ air nasi)
Alasan = alasan pemberian MP ASI (1 = kualitas terjamin/lebih sehat/higinis; 2 = praktis/kalau sibuk; 3 = anak suka/banyak rasa/variasi rasa; 4 = lengkap kandungan gizi; 5 = murah/hemat; 6=tambahan/tidak cukup tanpa kombinasi/masih laper; 7=alasan lebih dari 1)
F.MP.S = frekuensi MP ASI sekarang (1= 1x; 2= 2x; 3=3x; 4=4x; 5= >4x)
T.MP.S = takaran MP ASI sekarang (1= 2-3 sdm; 2= 4-6 sdm; 3= 7-8 sdm; 4= 9-11 sdm)
U.P.T = usia pemberian telur (bulan) U.P.IL =usia pemberian ikan laut (bulan) U.P.IT = usia pemberian ikan air tawar (bulan) U.P.DS =usia pemberian daging sapi (bulan) U.P.DA = usia pemberian daging ayam (bulan)
U.P.S =usia pemberian sayuran (bulan)
J.S = jenis sayuran (1= Bayam;2= Sayur sop (Wortel/kentang/kol);3= Campuran (jagung, wortel, kentang, bayam dll);4= Tidak diberi sayur dalam MP ASI)
M.L= makanan lain
Cemilan=pemberian cemilan (1= tidak diberikan cemilan; 2= diberikan cemilan)
70
Lampiran 5. Hasil Analisis Data Menggunakan SPSS 19.0
UsiaStatistics
Umur (bulan)Umur ayah
(tahun)Umur ibu
(tahun)NValid818181
Missing000Mean17,2234,2029,64Median17,0033,0030,00Std. Deviation3,9946,9115,832Variance15,95047,76034,008Range123825
Usia Anak (Bulan)Umur (bulan)
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValid121417,317,317,3
1333,73,721,01467,47,428,415911,111,139,51689,99,949,4171012,312,361,71822,52,564,21933,73,767,92033,73,771,621911,111,182,72222,52,585,22333,73,788,924911,111,1100,0Total81100,0100,0
kelopok umur ayah
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid 20-45 tahun 77 95,1 95,1 95,1
>45 tahun 4 4,9 4,9 100,0Total 81 100,0 100,0
kelompok umur ibu
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid <20 tahun 3 3,7 3,7 3,7
20-45 tahun 78 96,3 96,3 100,0Total 81 100,0 100,0
71
Usia Ayah (Tahun)Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
2311,21,21,22411,21,22,52533,73,76,22622,52,58,62733,73,712,32867,47,419,82944,94,924,730911,111,135,83122,52,538,33267,47,445,73356,26,251,93444,94,956,83567,47,464,23667,47,471,63722,52,574,13833,73,777,83933,73,781,54033,73,785,24144,94,990,14211,21,291,44311,21,292,64422,52,595,15011,21,296,35111,21,297,55611,21,298,86111,21,2100,0
Total81100,0100,0
Usia IbuUmur (tahun)
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
1611,21,21,21922,52,53,72022,52,56,22144,94,911,12378,68,619,82422,52,522,22522,52,524,72622,52,527,22733,73,730,92889,99,940,72967,47,448,130911,111,159,33133,73,763,03267,47,470,43333,73,774,13422,52,576,53533,73,780,23667,47,487,73722,52,590,13822,52,592,63922,52,595,14022,52,597,54122,52,5100,0
Total81100,0100,0
Jenis Kelamin AnakJenis kelamin
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValidperempuan4353,153,153,1
laki-laki3846,946,9100,0Total81100,0100,0
72
Jenis MP ASIjenis.MP.ASI
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValidMP ASI Buatan
sendiri1619,819,819,8
MP ASI Pabrikan1417,317,337,0MP ASI Campuran5163,063,0100,0Total81100,0100,0
Distribusi SosioekonomiPendidikan Ayah
FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent
ValidSD44,94,94,9SMP1214,814,819,8SMA4859,359,379,0Perguruan tinggi1721,021,0100,0Total81100,0100,0
Tingkat pendidikan ayah
FrequencyPercentValid
PercentCumulative
PercentValidPendidikan Rendah44,94,94,9
Pendidikan Menengah6074,174,179,0Pendidikan Tinggi1721,021,0100,0Total81100,0100,0
Pendidikan Ibu
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValidSD78,68,68,6
SMP1619,819,828,4SMA3948,148,176,5Perguruan Tinggi1923,523,5100,0Total81100,0100,0
Tingkat Pendidikan Ibu
FrequencyPercentValid
PercentCumulative
PercentValidPendidikan Rendah78,68,68,6
Pendidikan Menengah5466,766,775,3Pendidikan Tinggi2024,724,7100,0Total81100,0100,0
Pekerjaan Orang Tua
FrequencyPercentValid
PercentCumulative
Percent
73
Pendidikan Ayah
FrequencyPercentValid PercentCumulative Percent
ValidSD44,94,94,9SMP1214,814,819,8SMA4859,359,379,0
Validkedua orang tua bekerja3138,338,338,3
satu orang tua bekerja5061,761,7100,0
Total81100,0100,0
Penghasilan
FrequencyPercentValid
PercentCumulative
PercentValidpenghasilan rendah1518,518,518,5
penghasilan menengah4960,560,579,0
penghasilan tinggi1619,819,898,8
penghasilan tinggi11,21,2100,0
Total81100,0100,0
Sosio-ekonomi dan jenis MP ASI
Penghasilan * jenis.MP.ASI Crosstabulation
Penghasilan jenis.MP.ASI
Total
MP ASI Buatan sendiri
MP ASI Pabrikan
MP ASI Campuran
penghasilan rendahCount25815
% within Penghasilan
13,3%33,3%53,3%100,0%
% of Total2,5%6,2%9,9%18,5%
penghasilan menengahCount1043549
74
% within Penghasilan
20,4%8,2%71,4%100,0%
% of Total12,3%4,9%43,2%60,5%
penghasilan tinggiCount35816
% within Penghasilan
18,8%31,3%50,0%100,0%
% of Total3,7%6,2%9,9%19,8%
penghasilan tinggiCount1001
% within Penghasilan
100,0%,0%,0%100,0%
% of Total1,2%,0%,0%1,2%
TotalCount16145181
% within Penghasilan
19,8%17,3%63,0%100,0%
% of Total19,8%17,3%63,0%100,0%
Tingkat Pendidikan Ibu * jenis.MP.ASI Crosstabulation
Tingkat Pendidiakan Ibu
jenis.MP.ASI
Total
MP ASI Buatan sendiri
MP ASI Pabrikan
MP ASI Campuran
Pendidikan RendahCount1067% within Tingkat Pendidiakan Ibu
14,3%,0%85,7%100,0%
% of Total1,2%,0%7,4%8,6%Pendidikan MenengahCount10103454
% within Tingkat Pendidiakan Ibu
18,5%18,5%63,0%100,0%
% of Total12,3%12,3%42,0%66,7%Pendidikan TinggiCount541120
% within Tingkat Pendidiakan Ibu
25,0%20,0%55,0%100,0%
% of Total6,2%4,9%13,6%24,7%TotalCount16145181
% within Tingkat Pendidiakan Ibu
19,8%17,3%63,0%100,0%
% of Total19,8%17,3%63,0%100,0%
75
Pekerjaan Orang Tua * jenis.MP.ASI Crosstabulation
Pekerjaan Orang Tua
jenis.MP.ASI
Total
MP ASI Buatan sendiri
MP ASI Pabrikan
MP ASI Campuran
kedua orang tua bekerjaCount951731% within Pekerjaan Orang Tua
29,0%16,1%54,8%100,0%
% of Total11,1%6,2%21,0%38,3%satu orang tua bekerjaCount793450
% within Pekerjaan Orang Tua
14,0%18,0%68,0%100,0%
% of Total8,6%11,1%42,0%61,7%TotalCount16145181
% within Pekerjaan Orang Tua
19,8%17,3%63,0%100,0%
% of Total19,8%17,3%63,0%100,0%
Status gizi anakStatus.gizi
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValidgizi kurang22,52,52,5
gizi baik7896,396,398,8gizi lebih11,21,2100,0Total81100,0100,0
Jenis MP ASI dan status gizijenis.MP.ASI * Status.gizi Crosstabulation
Status.gizi
Totalgizi
kuranggizi baikgizi
lebihjenis.MP.ASIMP ASI Buatan
sendiriCount016016% within jenis.MP.ASI
,0%100,0%,0%100,0%
% of Total,0%19,8%,0%19,8%MP ASI PabrikanCount013114
% within jenis.MP.ASI
,0%92,9%7,1%100,0%
% of Total,0%16,0%1,2%17,3%MP ASI CampuranCount249051
% within jenis.MP.ASI
3,9%96,1%,0%100,0%
% of Total2,5%60,5%,0%63,0%TotalCount278181
% within jenis.MP.ASI
2,5%96,3%1,2%100,0%
76
% of Total2,5%96,3%1,2%100,0%
Sebaran Usia MP ASI PertamausiaMP1st
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValid0-4 bulan911,111,111,1
4-6 bulan2834,634,645,76-8 bulan4353,153,198,88-12 bulan11,21,2100,0Total81100,0100,0
Sebaran Jenis MP ASI PertamajenisMP1st
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValidPisang78,68,68,6
bubur susu/nasi tim saring
7086,486,495,1
nasi tim/bubur saring22,52,597,5jus,air tajin/air nasi11,21,298,8lain-lain11,21,2100,0Total81100,0100,0
Sebaran frekuensi pemberian MP ASI sekarangfrekuensiMPsekarang
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValid2 kali911,111,111,1
3 kali6884,084,095,14 kali33,73,798,8>4 kali11,21,2100,0Total81100,0100,0
Sebaran takaran pemberian MP ASI sekarangtakaransekarang
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValid2-3 sdm3138,338,338,3
4-6 sdm4353,153,191,47-8 sdm44,94,996,39-11 sdm33,73,7100,0Total81100,0100,0
Jenis sayur-mayur dalam MP ASI
77
jenis sayur
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValidBayam22,52,52,5
sop-sopan(wortel/ kentang/ kubis)
4049,450,653,2
campuran(bayam,sop/ jagung,sop)
3745,746,8100,0
Total7997,5100,0MissingSystem22,5
Total81100,0Alasan pemberian MP ASI
alasan pemberian
FrequencyPercentValid PercentCumulative
PercentValidkualitas terjamin/lebih
sehat/higinis/takut pengawet
67,47,47,4
praktis/kalau sibuk1012,312,319,8anak suka/banyak rasa/variasi rasa
67,47,427,2
lengkap kandungan gizi11,21,228,4murah/hemat22,52,530,9tambahan/tidak cukup tanpa kombinasi/masih laper
22,52,533,3
alasan lebih dari 15466,766,7100,0Total81100,0100,0
alasan pemberian * jenis.MP.ASI CrosstabulationCount
jenis.MP.ASI
Total
MP ASI Buatan sendiri
MP ASI Pabrikan
MP ASI Campuran
alasan pemberiankualitas terjamin/lebih sehat/higinis/takut pengawet
6006
praktis/kalau sibuk06410anak suka/banyak rasa/variasi rasa
1416
lengkap kandungan gizi1001murah/hemat2002tambahan/tidak cukup tanpa kombinasi/masih laper
0022
alasan lebih dari 1644454Total16145181
Lampiran 6. Surat Izin Pengambilan Data Dari FK Unsri
78
79
Lampiran 7. Surat Izin Pengambilan Data Dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Dan Perlindungan Masyarakan Palembang
80
81
Lampiran 8. Surat Izin Pengambilan Data Dari Dinas Kesehatan
82
83
Lampiran 9. Surat Selesai Penelitian dari Puskesmas
84
85
Lampiran 10. Lembar Lembar Konsultasi
86
87
BIODATA
Nama : Putri Laksmi Karim
Tempat tanggal lahir : Pendopo, 4 Maret 1992
Alamat : Jalan Kasnariyansah no 1432, KM 4,5
Palembang, Sumatra Selatan
Telp/Hp : 085273638057
Email : [email protected]
Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : dr. H. Zaiful Karim, MM
Ibu : Hj.Nanik Sulaksmi
Jumlah Saudara : 4 (empat)
Anak Ke : 4 (empat)
Riwayat pendidikan : SDN 22 Pangkalpinang, Babel
SMP N 3 Pangkalpinang, Babel
SMA N 1 Pangkalpinang, Babel
Palembang, 10 Januari 2013
Putri Laksmi Karim
88