jurnal pembanding berat badan dan mp asi

24
HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI DI PUSKESMAS TAIS KECAMATAN SELUMA KABUPATEN SELUMA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus suatu bangsa, dimana jika anak-anak sehat maka bangsa pun akan kuat dan sejahtera. Oleh karena itu, kita semua menaruh harapan agar anak-anak dapat tumbuh kembang sebaik-baiknya, sehingga menjadi orang dewasa yang sehat fisik, mental dan sosial. Dengan demikian dapat mencapai produktifitas sesuai dengan kemampuannya dan berguna bagi nusa dan bangsa (Soetjiningsih, 2002). Untuk menciptakan anak yang sehat tersebut maka diperlukan upaya pemenuhan gizi yang seimbang. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Menurut Husaini (2001) makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI). Pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan terutama makanan padat justru menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi pada salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan (Pudjiadi, 2008). Sedangkan pemberian cairan tambahan meningkatkan resiko terkena penyakit. Karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen. Pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan mempunyai resiko lebih besar terserang penyakit, resiko jangka pendek seperti bakteri penyebab diare, terutama lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk. Sedangkan jangka resiko panjang dapat menyebabkan kenaikan berat badan terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas. Pada sebagaian masyarakat yang menganut pandangan bahwa bayi yang sehat adalah bayi gemuk, tidak berpikir bahwa pemenuhan nutrisi tidak terukur dan akan berperan dalam terjadinya pemberian makanan berlebihan. Makanan tambahan yang diberikan pada bayi cenderung mengandung protein dan lemak tinggi sehingga konsekuensi pada usia kehidupan bayi selanjutnya akan berhubungan dengan kelebihan berat badan ataupun dengan adanya kebiasaan makanan yang tidak sehat (Boedihardjo, 2004) Pertumbuhan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari pengukuran pertumbuhan fisik dan perkembangan individu di masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan status kesehatan anak, perkembangan dan kualitas hidup. Pertumbuhan berat badan bayi terjadi sangat cepat yang berkaitan dengan masalah pertumbuhan

Upload: reyhanrr

Post on 24-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI DI PUSKESMAS TAIS KECAMATAN SELUMA KABUPATEN SELUMA

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahAnak merupakan generasi penerus suatu bangsa, dimana jika anak-anak sehat

maka bangsa pun akan kuat dan sejahtera. Oleh karena itu, kita semua menaruh harapan agar anak-anak dapat tumbuh kembang sebaik-baiknya, sehingga menjadi orang dewasa yang sehat fisik, mental dan sosial. Dengan demikian dapat mencapai produktifitas sesuai dengan kemampuannya dan berguna bagi nusa dan bangsa (Soetjiningsih, 2002).

Untuk menciptakan anak yang sehat tersebut maka diperlukan upaya pemenuhan gizi yang seimbang. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal. Menurut Husaini (2001) makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI). Pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan terutama makanan padat justru menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi pada salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan (Pudjiadi, 2008). Sedangkan pemberian cairan tambahan meningkatkan resiko terkena penyakit. Karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen.

Pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan mempunyai resiko lebih besar terserang penyakit, resiko jangka pendek seperti bakteri penyebab diare, terutama lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk. Sedangkan jangka resiko panjang dapat menyebabkan kenaikan berat badan terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas.     

Pada sebagaian masyarakat yang menganut pandangan bahwa bayi yang sehat adalah bayi gemuk, tidak berpikir bahwa pemenuhan nutrisi      tidak terukur dan akan berperan dalam terjadinya pemberian makanan berlebihan. Makanan tambahan yang diberikan pada bayi cenderung mengandung protein dan lemak tinggi sehingga konsekuensi pada usia kehidupan bayi selanjutnya akan berhubungan dengan kelebihan berat badan ataupun dengan adanya kebiasaan makanan yang tidak sehat (Boedihardjo, 2004)

Pertumbuhan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari pengukuran pertumbuhan fisik dan perkembangan individu di masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan status kesehatan anak, perkembangan dan kualitas hidup. Pertumbuhan berat badan bayi terjadi sangat cepat yang berkaitan dengan masalah pertumbuhan besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ bayi biasa diukur dengan ukuran berat (Soetjiningsih, 2002).

Sejak lahir, makanan yang terbaik bagi bayi adalah ASI (air susu ibu). ASI merupakan makanan paling lengkap, karena mengandung zat pati, protein, lemak, vitamin dan mineral. Selain itu ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh. Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit infeksi dibanding bayi yang minum susu sapi (Pudjiadi, 2008).

Banyak upaya dilakukan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Data menunjukkan prevalensi gizi buruk terus mengalami penurunan dari 9,7% di tahun 2005 menjadi 4,9% di tahun 2010 dan diharapkan di tahun 2015, prevalensi gizi buruk dapat turun menjadi 3,6%. Prevalensi anak balita gizi kurang dan buruk turun 0,5 % dari 18,4% pada 2007 menjadi 17,9% pada 2010. Faktor-faktor penyebab gizi buruk, yaitu asupan gizi dan pemahaman tentang makanan yang aman untuk dimakan, penyakit menular, lingkungan, akses terhadap pelayanan kesehatan dan pola asuh (Kemenkes, 2010).

Selain gizi kurang dan gizi buruk, masih banyak masalah yang terkait dengan gizi yang perlu perhatian lebih, diantaranya yaitu; 1) stunting atau terhambatnya pertumbuhan tubuh. Stunting adalah salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai dengan tinggi badan

Page 2: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

menurut umur diukur dengan standar deviasi dengan referensi WHO. Data WHO menunjukkan tinggi anak Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan tinggi anak dari negara-negara lain. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, prevalensi anak balita pendek (stunting) 35,6 % atau turun 1,2 % dibandingkan 2007 (36,8 %); 2) kesadaran tentang pentingnya keamanan pangan. Status gizi baik tergantung pada ketersediaan dan keamanan pangan. Data WHO menunjukkan 2,2 juta orang pertahun meninggal yang diakibatkan penyakit bersumber dari makanan, terutama makanan yang mengandung zat-zat berbahaya dan beracun (Kemeskes, 2010).

Fenomena yang terjadi di masyarakat bahwa ibu yang tidak memberi ASI ekslusif lebih memilih memberi susu formula atau makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Sebagian ibu menganggap bahwa dengan memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan bayi tidak akan merasa kelaparan lagi. Disamping itu, masih banyak ibu yang belum mengetahui manfaat pemberian ASI ekslusif. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes, 2004) menyatakan bahwa di Indonesia hanya (14%) bayi mendapatkan ASI Esklusif sampai enam bulan, selanjutnya diberi susu formula dan makanan tambahan pada bayi

Berdasarkan Laporan Tahunan Gizi di Puskesmas Tais pada tahun 2010 meliputi kunjungan balita (K/S) atau balita yang mendapatkan KMS sebesar 52,2%. Partisipasi masyarakat/perbandingan jumlah bayi yang ditimbang dengan sasaran (D/S) masih jauh dari target yaitu sebesar 23,2%. Hal ini disebabkan karena sebagaian masyarakat tidak lagi datang ke puskesmas untuk menimbang balitanya jika imunisasinya sudah lengkap. Keberhasilan program (N/S) adalah menggambarkan kenaikan berat badan balita. Persentase kegiatan N/S tahun 2010 masih di bawah target sebesar 15%. Keberhasilan penimbangan (N/D), persentase keberhasilan penimbangan termasuk dalam standar pelayanan minimal (80%) sedangkan pada puskesmas Tais tahun 2010 sebesar 72,4% masih di bawah target SPM

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pemberian Makanan Tambahan dengan Pertumbuhan Berat Badan Badan Bayi di Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma.

1.2  Identifikasi MasalahPemberian makanan tambahan secara benar dan tepat, maka peningkatan berat

badan bayi dapat teratur secara normal dan sehat. Kenyataan dilapangan masih ada bayi yang mengalami masalah gangguan pertumbuhan. Berdasarkan hasil observasi, masih dijumpai bayi yang mengalami masalah gangguan peningkatan berat badan disebabkan oleh pemberian makanan tambahan pada bayi kurang dari enam bulan dengan alasan agar si bayi cepat kenyang, faktor lingkungan dan tuntutan ekonomi serta kurangnya pengetahuan ibu mengenai pemberian makanan tambahan.

1.3  Rumusan Masalah     Berdasarkan uraian dan latar belakang penelitian maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pemberian makanan tambahan dengan peningkatan berat badan bayi di Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma?

1.4   Tujuan Penelitian1.4.1  Tujuan Umum            Untuk mengetahui hubungan pemberian makanan tambahan dengan peningkatan berat badan bayi di Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma.

Page 3: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

1.4.2 Tujuan Khusus1.      Untuk mengetahui distribusi frekuensi umur bayi saat diberikan makanan tambahan pada

bayi di Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma.2.      Untuk mengetahui distribusi frekuensi berat badan bayi sebelum dan setelah diberikan

makanan tambahan di Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma3.      Untuk mengetahui hubungan pemberian makanan tambahan dengan peningakatan berat

badan bayi di Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma.

1.5 Manfaat Penelitian1.5.1 Manfaat Teoritis

Bagi pihak lain, sebagai referensi bagi yang ingin mengadakan penelitian yang sama untuk lebih dalam mengadakan perwujudan ilmiah.

1.5.2  Manfaat Praktis1.      Manfaat bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan tentang pemberian makanan tambahan.

2.      Manfaat bagi PuskesmasSebagai bahan masukan bagi Puskesmas dalam meningkatkan mutu kesehatan, khususnya menggalakkan KIE program ASI eksklusif dan informasi tentang pentinya pemberian makanan tambahan pada usia yang tepat terhadap kesehatan bayi

3.      Manfaat bagi Objek PenelitianMenambah wawasan kepada ibu bayi mengenai pemberian makanan tambahan dini dan melihat tingkat pertumbuhan berat badan bayi.

1.6  Keaslian PenelitianPenelitian tentang hubungan pemberian makanan tambahan dengan pertumbuhan

berat badan bayi di Puskesmas Tais Kabupaten Seluma sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah:

Tabel 1.1  Keaslian PenelitianNo Nama/ Tahun Judul Variabel Hasil1 Murniningsih

(2007)Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu memberikan makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan di wilayah kerja Simpang Limun Medan Tahun 2007

-      Kesehatan-      Pengetahuan-      Petugas

kesehatan-      PMT

Hasil penelitian penunjukkan bahwa, tidak ada pengaruh antara faktor kesehatan ibu dengan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari 6 bulan di Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2007, ada pengaruh faktor pengetahuan ibu dengan pemberian makanan tambahan, tidak ada pengaruh antara faktor dengan pemberian makanan tambahan, ada pengaruh antara faktor petugas kesehatan dengan pemberian makanan tambahan bayi, ada pengaruh antara faktor iklan dengan

Page 4: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

pemberian makan tambahan.

2 Nasution (2009)

Gambaran Status Gizi Anak Balita Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009

-      Status gizi-      PMT

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah diberikan makanan tambahan selama 90 hari adalah 80% bertatus gizi baik dan 20% tetap berstatus gizi kurang

3 Aristiyani (2006)

Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Terhadap Perubahan Berat Badan Anak Balita Gizi Buruk Di Kabupaten Pati Tahun 2006

-      PMT-P-      BB balita Gizi

Buruk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara pemberian makanan tambahan pemulihan terhadap perubahan berat badan anak balita gizi buruk di Kabupaten Pati tahun 2006

4 Pardosi (2009) Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Prumnas Simalingkar

-      Perilaku Ibu-      PMT

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan tambahan yang diberikan ibu adalah susu formula dan nasi tim.. Alasan ibu memberikan makanan tambahan agar bayi lebih sehat (89,1%), dan resiko setelah pemberian makanan tambahan pada bayi sering susah buang air besar (26,1%)

5 Wahyuni(2009)

Pengaruh Faktor Biologis Dan Faktor Keluarga Terhadap Tumbuh Kembang Bayi Dan Balita Di Ds. Rantau Panjang Kec. Karang Baru Kab.  Aceh Tamiang Tahun 2003

-      Faktor biologis

-      Faktor keluarga

-      Tumbuh kembang bayi dan balita

Hasil penelitian menunjukkan bahwaada pengaruh terhadap tumbuh kembang bayi dan balita

6 Pinem (2010) Faktor-Faktor Penghambat Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Tanjung Selamat Kecamatan Medan Tuntungan

-      Faktor  iklan-      Faktor budaya-      Faktor

pengetahuan-      ASI Ekslusif

Faktor-faktor penghambat ibu dalam pemberian ASI eksklusif yang paling dominan adalah faktor iklan dengan nilai koefisien (B) sebesar 3,090, faktor budaya sebesar 2,675, dan faktor pengetahuan sebesar 2,176.

Page 5: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI
Page 6: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1  Makanan Tambahan2.1.1 Definisi Makanan Tambahan

Makanan tambahan pada bayi adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan kepada bayi atau anak berusia 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). Makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI oleh karena ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 6 bulan (WHO, 2003)

Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI) (Husaini, 2001). Pemberian makanan tambahan adalah memberi makanan lain selain ASI untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi dengan jumlah yang didapat dari ASI (Rosidah, 2008).

Pemberian Makanan tambahan (PMT) berarti memberi makanan lain selain ASI dimana selama periode pemberian makanan tambahan seorang bayi terbiasa memakan makanan keluarga. PMT merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian PMT harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. Pemberian PMT yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Murniningsih, 2007).

2.1.2 Jenis Makanan Tambahan1.      Makanan Tambahan Lokal

Makanan tambahan lokal adalah makanan tambahan yang diolah di rumah tangga atau Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia setempat, mudah diperoleh dengan harga terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi oleh bayi. Makanan tambahan lokal ini disebut juga dengan makanan pendamping ASI lokal (Depkes, 2006)Pemberian makanan tambahan lokal memiliki beberapa dampak positif, antara lain ibu lebih memahami dan terampil dalam membuat makanan tambahan dari pangan lokal sesuai dengan kebiasaan dan sosial budaya setempat, sehingga ibu dapat melanjutkan pemberian makanan tambahan secara mandiri, meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat serta memperkuat kelembagaan seperti Posyandu dan Puskesmas, memiliki potensi meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan hasil pertanian dan sebagai sarana dalam pendidikan atau penyuluhan gizi (Depkes, 2006).Hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan makanan bayi di rumah antaranya menyiapkan makanan bayi dengan mengikuti cara-cara yang bersih dan higiene, menggunakan bahan makanan yang segar dan beku, melakukan metode masak yang baik di antaranya pengukusan lebih baik dari perebusan dan penyaringan lebih baik dari penggorengan, menambahkan sedikit gula bila dibutuhkan dan tidak memberi madu pada tahun pertama usia bayi karena kemungkinan madu mengandung Clostridium bolituniumyang tidak aman bagi bayi, menghaluskan atau membuat pure (bubur) buah segar yang dicuci bersih dan dikupas seperti pisang, pepaya, pir dan melon, serta makanan bayi yang dimasak dirumah dapat segera dibekukan atau disimpan dalam wadah tertutup dan disimpan di dalam lemari es selama satu atau dua hari kemudian di panaskan dan segera diberikan pada bayi (Depkes, 2006)

2.      Makanan Tambahan Olahan Pabrik

Page 7: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

Makanan tambahan hasil olahan pabrik adalah makanan yang disediakan dengan olahan yang bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah energi dan zat-zat gizi esensial pada bayi (Depkes, 2006). Makanan tambahan pabrik disebut juga makanan pendamping ASI pabrikan atau makanan komersial. Secara komersial, makanan bayi tersedia dalam bentuk tepung campuran instan atau biskuit yang dapat dimakan secara langsung atau dapat dijadikan bubur.Makanan tambahan pabrikan seperti bubur susu diperdagangkan dalam keadaan kering, sehingga tidak perlu dimasak lagi dan dapat diberikan pada bayi setelah mendapat air matang seperlunya. Bubur susu terdiri dari tepung serealia seperti beras, maizena, terigu ditambah susu dan gula dan bahan perasa lainnya. Makanan tambahan pabrikan yang lain seperti nasi tim yakni bubur beras dengan tambahan daging, ikan atau hati serta sayuran wartel dan bayam, dimana untuk bayi kurang dari  sepuluh bulan nasi tim harus disaring atau diblender terlebih dahulu. Selain makanan tambahan bayi lengkap (bubur susu dan nasi  tim) beredar pula berbagai macam tepung mentah maupun yang sudah matang (pre-cooked) (Pudjiadi, 2008)

2.1.3 Makanan Tambahan Yang BaikMakanan tambahan yang baik adalah makanan yang kaya energi, protein dan

mikronutrien (terutama zat besi, zink, kalsium, vitamin A, vitamin C dan fosfat), bersih dan aman, tidak ada bahan kimia yang berbahaya atau toksin, tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras yang membuat bayi tersedak, tidak terlalu panas, tidak pedas atau asin, mudah dimakan bayi, disukai bayi, mudah disiapkan dan harga terjangkau (Rosidah, 2004).

2.1.4 Waktu yang Tepat Memberikan Makanan TambahanAir Susu Ibu (ASI) memenuhi seluruh kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi yaitu

untuk pertumbuhan dan kesehatan sampai berumur enam bulan, sesudah itu ASI tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan tambahan mulai diberikan umur enam bulan satu hari. Pada usia ini otot dan saraf didalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit, menelan makanan dengan baik, mulai tumbuh gigi, suka memasukkan sesuatu kedalam mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru (Rosidah, 2004).

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian makanan tambahan pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan tambahan pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut (IDAI, 2002) :

1.      Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini. Makanan tersebut dapat menggantikan ASI, jika makanan diberikan maka anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu pun memproduksinya lebih sedikit sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

2.      Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga risiko infeksi meningkat.3.      Risiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.4.      Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah atau

berupa sup karena mudah dimakan bayi, makanan ini memang membuat lambung penuh tetapi memberikan nutrient sedikit.

5.      Ibu mempunyai risiko lebih tinggi untuk hamil kembali.Akibat dari kurang menyusui dan risiko pemberian makanan tambahan terlalu lambat

:1.      Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan mengisi kesenjangan energi dan

nutrient.2.      Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.3.      Pada anak risiko malnutrisi dan deficiency mikro nutrient meningkat.

Tabel 2.1 Daftar Pemberian MakananBayi Umur Jumlah Pemberian

Dalam Sehari

Page 8: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

(Kali)0 – 6 bulan

6 – 8 bulan

8 – 10 bulan

10 – 12 bulan

12 – 24 bulan

ASI

ASIBubur Susu

Nasi Tim Saring

ASIBuah

Bubur SusuNasi Tim Dihaluskan

ASIBuah

Nasi Tim

ASINasi Tim atau Makanan

Makanan Kecil

11

112

13

31

Sumber: Pudjiadi, 2008

2.1.5 Manfaat dan Tujuan Pemberian Makanan TambahanMakanan tambahan ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak,

penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga selain untuk memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi (Suhardjo, 1999).

Tujuan pemberian makanan tambahan adalah untuk mencapai pertumbuhan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya kekurangan gizi, mencegah risiko malnutrisi, defisiensi mikronutrien (zat besi, zink, kalsium, vitamin A, Vitamin C dan folat), anak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi  kesenjangan energi dengan nutrien, memelihara kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan bila sakit, membantu perkembangan jasmani, rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik tentang makanan dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi (Husaini, 2001).

Pemberian makanan tambahan merupakan suatu proses pendidikan, bayi diajar mengunyah dan menelan makanan padat, jika makanan tidak diberi pada saat kepandaian mengunyah sedang muncul, maka mengajar kepandaian ini dimasa berikutnya akan lebih sukar. Pengenalan pemberian makanan lebih mudah sebelum gigi keluar, gusi bayi bengkak dan sakit maka akan sulit memberikan makanan tambahan (Suhardjo, 1999).

Indikator bahwa bayi siap untuk menerima makanan padat : kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa disangga, menghilangnya refleks menjulurkan lidah, bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk menunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan (Pudjiadi, 2008).

2.1.6 Risiko Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang Dari 6 BulanRisiko pemberian makanan tambahan pada usia kurang dari enam bulan berbahaya

karena belum memerlukan makanan tambahan pada saat usia ini, jika diberikan makanan tambahan akan dapat menggantikan ASI dimana bayi akan minum ASI lebih sedikit dan ibu memproduksinya akan berkurang maka kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi dan faktor-faktor pelindung dari ASI menjadi sedikit, sehingga kemungkinan terjadi risiko infeksi meningkat (Rosidah, 2004).

Page 9: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

1.      Resiko Jangka Pendeka.       Penyakit Diare

Dalam makanan tambahan bayi biasanya terkandung kosentrasi tinggi karbohidrat dan gula yang mana sukar untuk dicerna oleh organ pencernaan bayi apabila diberikan terlalu dini. Diare dapat diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Bayi yang berusia lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Pudjiadi, 2008).

b.      Penurunan absorsi besi dan ASIGangguan keseimbangan zat besi pada bayi karena pemberian makanan tambahan kurang dari enam bulan menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia

c.       Gangguan menyusuiPengenalan makanan selain ASI pada diet bayi berusia kurang dari enam bulan akan menurunkan frekunesi dan intensitas pengisapan bayi, yang merupakan suatu resiko terjadinya penurunan produksi ASI

d.      Penyakit lainPemberian makanan tambahan kurang dari enam bulan sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya kuman. Belum lagi bila tidak disajikan secara higienis dan lebih mudah terserang infeksi pernapasan dan telinga, sembelit, batuk dan pilek

2.      Resiko jangka panjanga.       Kenaikan berat badan terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas

Bayi yang mendapat ASI maupun yang mendapat makanan buatan mempunyai pola pertumbuhan yang sama selama tiga bulan pertama kehidupannya, penambahan berat badan akan lebih besar pada bayi yang mendapatkan makanan buatan, dengan perbedaan lebih dari 410 gram lebih banyak dari pada saat bayi berusia satu tahun pada bayi laki-laki dan bayi wanita terjadi lebih dari 750 gram (Boedihardjo, 2004)

b.      Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makananIbu yang menyusui berkepanjangan dan pengenalan makanan tambahan yang dipilih dengan hati-hati dan pemberian makanan tambahan tepat waktu mempunyai predisposisi ke arah gangguan alergi susu sapi. Manifestasi alergi susu sapi secara klinis yaitu gangguan gastrointestinal, demartologis dan gangguan pernapasan. (Boedihardjo, 2004)

c.       HipertensiJika makanan tambahan telah diperkenalkan sesuai dengan selera ibu terhadap rasa asin (sodium), maka selera asin ini akan terus terbentuk hingga dewasa dan akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti hipertensi beberapa tahun kemudian

d.      ArteriosklerosisFaktor penyebab arteriosklerosis adalah diet yang mengandung tinggi energi atau kalori, protein, kolesterol serta lemak jenuh, namun kandung lemak tak jenuh rendah. Bayi yang berada pada persentil kadar lemak dalam darah, akan mempertahankan kadar yang sama dalam waktu dua tahun kemudian. Pemberian makanan tambahan pada bayi akan lebih baik dengan menghindari kelebihan diet yang menimbulkan, hal-hal yang tidak diinginkan pada kehidupan selanjutnya

e.       Dapat menyebabkan tingginya soluite load sehingga menimbulkanhyperosmolalityMakanan tambahan yang dibuat sendiri atau yang dibuat pabrik, mengandung NaCl yang tinggi yang akan menambah beban bagi ginjal. Bayi yang mendapat makanan tambahan kurang dari enam bulan mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi dari pada bayi yang 100% mendapatkan ASI sehingga mudah mendapatkan hiperosmolitas dehindrasi. Hiperosmolitas sebagai penyebab haus akan menyebabkan penerimaan susu dan energi yang berlebihan pada bayi

2.1.7 ASI EksklusifASI Eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan cairan lain seperti

susu formula, jeruk madu, air teh, air putih juga tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit dan nasi (Roesli, 2001).

Page 10: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan pada bayi, karena didalamnya terkandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi yang tidak ada terdapat pada susu sapi, dan ASI diberikan selama enam bulan pertama kehidupan (Depkes, 2006).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih, sampai berumur enam bulan

2.2. Berat Badan2.2.1  Peningkatan Berat Badan

Kata peningkatan sering kali dikaitkan dengan kata kenaikan. Jadi peningkatan berat badan adalah  berarti bertambahnya ukuran fisik, akibat berlipat-gandanya sel dan bertambah banyaknya jumlah zat antarsel (Aritonang, 1996). Sebagai contoh, seorang anak tumbuh dari kecil menjadi besar. Ukuran kecil dan besar ini dapai dicontohkan dengan perubahan berat badan dari ringan menjadi lebih berat atau dengan perubahan tinggi badan dari pendek menjadi lebih tinggi. Jadi peningkatan berat badan merupakan perubahan ukuran fisik, dengan meningkatnya berat tubuh dari ukuran semula.

Kalau tiap organ tubuh diukur beratnya, maka kemajuan atau pola pertumbuhan akan berbeda-beda. Ada organ yang menunjukkan permulaan peningkatan berat badan sangat dini dan ada pula yang mulainya sangat terlambat. Demikian pula ada yang mempunyai pola yang sangat cepat, sehingga dalam waktu yang pendek telah mencapai bentuk organ biasa, sedangkan yang lain pola peningkatan berat badan terjadi secara perlahan, sehingga mencapai bentuknya yang dewasa pada umur yang sudah lanjut (Sediaoetama, 2004).

Peningkatan berat badan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kubutuhan zat gizi seorang anak yang sedang dalam proses tumbuh (Depkes, 2002).

Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut gizi kurang. Dalam keadaan gizi baik dan sehat atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu, misalnya anak tersebut akan kurus, pendek atau gemuk (Depkes, 2002).

Kalau seorang anak sejak lahir diukur berat badannya secara periodik misalnya setiap tiga bulan sekali, maka akan terdapat suatu gambaran atau pola pertumbuhan anak tersebut. Studi serial dengan waktu yang berturut-turut dari satu subyek tertentu, disebut studi longitudinal, dimana pada satu saat tertentu dipelajari sejumlah individu yang disebut suatu populasi. Ternyata bahwa pola peningkatan berat badan seseorang sejak lahir sampai meninggal, tidak merupakan suatu kurva garis lurus, tetapi terdiri atas beberapa bagian yang menunjukkan kecepatan tumbuh yang cepat, diseingi oleh kecepatan tumbuh lambat.

Peningkatan berat badan seorang anak praktis dianggap berhenti setelah mencapai umur dewasa, karena sudah sangat lambat, sehingga dapai diabaikan. Disini tubuh sudah tidak banyak lagi menambah bahan baru kepada sel atau jaringan, tetapi hanya menggantikan bahan-bahan yang telah rusak atau terpakai. Pada seorang dewasa yang sehat, berat badannya diharapkan akan konstan dalam batas-batas tertentu. Jadi  mudah difahami bahwa untuk fase pertumbuhna diperlukan banyak bahan baru dalam zat-zat gizi tersebut (Sediaoetama, 2004).

Gangguan kenaikan berat badan ini dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat terjadi pula dalam waktu yang cukup lama. Gangguan dalam waktu singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya nafsu makan, sakit diare dan infeksi saluran pernafasan, atau karena kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan yang berlangsung dalam waktu lama dapat terlihat pada hambatan penambahan tinggi badan (Depkes, 2002).

Peningkatan berat badan sebagai indikator perkembangan status gizi, dimana indikator yang baik terjadi apabila tanda dapat memberikan indikasi yang sensitif atas

Page 11: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

perubahan suatu keadaan. Peningkatan berat badan merupakan salah satu produk dari keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi (status gizi). Oleh karena itu eningkatan berat badan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, maka kenaikan berat badan merupakan indikator yang baik dari perkembangan status gizi anak (Depkes, 2002).

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Berat BadanPada umunya anak memiliki pola peningkatan berat badan yang normal, dan ini

merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan pertumbuhan. Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi pola peningkatan berat badan anak. Menurut IDAI (2002) faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:

1.      Faktor Internal (dalam)a.       Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang gemuk-

gemuk.b.      Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama

kehidupan dan masa remajac.       Jenis kelamin. Wanita lebih cepat dewasa dibanding laki-laki. Pada masa puberitas wanita

umumnya tumbuh lebih cepat dari pada laki-laki dan kemudian setelah melewati masa puberitas laki-laki akan lebih cepat

d.      Kelainan genetik. Sebagai salah satu contoh: Achondroplasia yang menyebabkan dwarfisme, sedangkan sindroma Marfan terdapat pertumbuhan tinggi badan yang berlebihan

e.       Kelainan kromosom. Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti sindroma Down’s dan sindroma Turner’s

2.      Faktor Ekesternal (luar/lingkungan)a.       Gizi (Pemberian Makanan Tambahan), untuk tubuh kembang bayi, diperlukan zat makanan

yang adekuatb.      Penyakit kronis/kelaninan kongential. Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan

mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmanic.       Psikologis. Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki

oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya

d.      Sosio-ekonomi. Kemiskinan beerkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak

2.2.3 Pemantauan Peningkatan Berat BadanIstilah status gizi dalam kaitannya dengan pemantauan peningkatan berat badan

lebih ditujukan untuk menilai perkembangan status gizi anak. Perkembangan status gizi dalam pemantauan peningkatan berat badan memiliki pengertian yang relatif (tidak kaku). Pengertian relatif disini berarti perkembangan status gizi memiliki sifat luwes tidak didasarkan pada kategori-kategori yang kaku misalnya gizi Iebih atau gizi kurang, gemuk atau kurus, tinggi atau pendek. Oleh karena itu interpretasi terhadap perkembangan status gizi yang didasarkan pada hasil pemantauan peningkatan berat badan,  hanya menyimpulkan bahwa gizi anak tetap baik, membaik atau memburuk (Depkes, 2002).

Peningkatan berat badan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk digunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan Balita. Dalam upaya memonitor kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS adalah kartu yan memuat suatu grafik peningkatan berat badan menurut Umur, yang menunjukkan batas-batas pertumbuhan BB anak Balita (Aritonang, 1996).

Anak sehat digambarkan dengan jalur berat badan yang berwarna hijau. Anak yang sedang diteliti dicatat umurnya dan ditimbang berat badannya. Data yang didapat ditempatkan pada jalur KMS. Bila jatuh dijalur hijau berarti berat badan anak tersebut baik dan anak ada dalam kondisi kesehatan gizi yang baik. Pada pemeriksaan yang berturut-turut hasilnya menunjukkan suatu grafik suatu pertumbuhan anak tersebut. Anak sehat akan memperlihatkan grafik peningkatan berat badan terletak pada jalur hijau. Kalau garis grafik

Page 12: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

menurun ke luar jalur hijau berarti ada sesuatu yang tidak beres dengan peningkatan berat badan anak tersebut. Ini merupakan petunjuk pula adanya gangguan kesehatan anak tadi. Harus diteliti Iebih lanjut, mengapa kurva menurun dan keluar dari jalur hijau (Sediaoetama, 2004).

Dengan melihat KMS si ibu atau mereka yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya akan segera mengetahui kondisi kesehatan anak tersebut. Kalau kurva pertumbuhannya masih tetap di dalam jalur hijau, anak tersebut ada dalam kondisi kesehaian gizi baik, dan bila menurun ke jalur kuning, anak memerlukan perhatian yang lebih banyak dan sebaiknya dikonsultasikan kepada seorang dokter atau di bawa ke puskesmas, sedangkan bila kurva pertumbuhan anak sudah turun ke  bawah garis merah, berarti anak tersebut sudah masuk ke dalam kondisi kesehatan yang buruk dan perlu penanganan kesehatan yang serius (Sediaoetama, 2004).

Untuk menilai peningkatan berat badan anak lainnya sering digunakan ukuran-ukuran antropometri. Penilaian antropometri pada umumnya dapat dibedakan menjadi berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan tetapi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan KMS untuk mengetahui peningkatan berat badan si anak.

2.2.4 Definisi Kartu Menuju Sehat (KMS )Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau

pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.

Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat (Permenkes, 2010)

KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai sarana utamakegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari (1) penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan hasil penimbangan berat badan; dan (2) menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan.(Permenkes, 2010)

Bentuk dan pengembangan KMS ditentukan oleh rujukan atau standarantropometri yang dipakai, tujuan pengembangan KMS serta sasaran pengguna. KMS di Indonesia telah mengalami 3 kali perubahan. KMS yang pertama dikembangkan pada tahun 1974 dengan menggunakan rujukan Harvard. Pada tahun 1990 KMS revisi dengan menggunakan rujukan WHONCHS. Pada tahun 2008, KMS balita direvisi berdasarkan Standar Antropometri WHO 2005.

Gambar 2.1 Kartu Menuju Sehat (KMS) Permenkes, 2010

2.2.5 Fungsi dan Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)Berdasarkan Permenkes RI No155 tentang penggunaan KMS untuk balita, fungsidan

kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) yaitu sebagai berikut:1.      Fungi utama KMS yaitua.       Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik

pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak

Page 13: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

sesuai dengan grafik pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.

b.      Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.

c.       Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasarperawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila menderita diare.

2.      Kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS)a.       Bagi orang tua balita

Orang tua dapat mengetahui status pertumbuhan anaknya. Dianjurkan agar setiap bulan membawa balita ke Posyandu untuk ditimbang. Apabila ada indikasi gangguan pertumbuan (berat badan tidak naik) atau kelebihan gizi, orang tua balita dapat melakukan tindakan perbaikan, seperti memberikan makan lebih banyak atau membawa anak ke fasilitas kesehatan untuk berobat.Orang tua balita juga dapat mengetahui apakah anaknya telah mendapat imunisasi tepat waktu dan lengkap dan mendapatkan kapsul vitamin A secara rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

b.      Bagi kaderKMS digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta menilai hasil penimbangan. Bila berat badan tidak naik 1 kali kader dapat memberikan penyuluhan tentang asuhan dan pemberian makanan anak. Bila tidak naik 2 kali atau berat badan berada di bawah garis merah kader perlu merujuk ke petugas kesehatan terdekat, agar anak mendapatkan pemerikasaan lebih lanjut.KMS juga digunakan kader untuk memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anaknya naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan anaknya di posyandu pada bulan berikutnya.

c.       Bagi petugas kesehatanPetugas dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanankesehatan yang telah diterima anak, seperti imunisasi dan kapsul vitamin A. Bila anak belum menerima pelayanan maka petugas harus memberikan imunisasi dan kapsul vitamin A sesuai dengan jadwalnya. Petugas kesehatan juga dapat menggerakkan tokoh masyarakat dalam kegiatan pemantauan pertumbuhan.KMS juga dapat digunakan sebagai alat edukasi kepada para orang tua balita tentang pertumbuhan anak, manfaat imunisasi dan pemberian kapsul vitamin A, cara pemberian makan, pentingnya ASI eksklusif dan pengasuhan anak. Petugas dapat menekankan perlunya anak balita ditimbang setiap bulan untuk memantau pertumbuhannya

2.2.6  Penjelasan Kartu Menuju Sehat (KMS)KMS-balita dibedakan antara KMS anak laki-laki dengan KMS anak perempuan.KMS

untuk anak laki-laki berwarna dasar biru dan terdapat tulisan Untuk Laki-Laki. KMS anak perempuan berwarna dasar merah muda dan terdapat tulisan Untuk Perempuan. KMS terdiri dari 1 lembar (2 halaman) dengan 5 bagian didalamnya sebagai berikut.(Permenkes, 2010)Halaman 1 terdiri dari dua bagian sebagai berikut:

Gambar 2.2 Grafik KMS halaman 1(Sumber: Permenkes, 2010)

Halaman 2 terdiri dari 3 bagian sebagai berikut:Gambar 2.3 Grafik KMS halaman 2

(Sumber: Permenkes, 2010)

2.2.7  Menentukan Status Peningkatan Berat Badan dengan KMS

Page 14: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

Berdasarkan Permenkes RI, (2010) status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu dengan menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM).Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah seperti tertera sebagai berikut:

Contoh disamping menggambarkan status kenaikan pertumbuhan berdasarkan grafik pertumbuhan anak dalam KMS:

1.      Tidak Naik (T); grafik berat badan memotong garis pertumbuhan dibawahnya; kenaikan berat badan < KBM (<800 g)

2.      Naik (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya; kenaikan berat badan > KBM (>900 g)

3.      Naik (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan berat badan > KBM (>500 g)

4.      Tidak Naik (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan < KBM (<400 g)5.      Tidak Naik (T), grafik berat badan menurun; grafik berat badan < KBM (<300g)

2.3 Hubungan Pemberian Makanan Tambahan dengan Peningkatan Berat BadanPeningkatan berat badan dalam hal ini bertambahnya berat badan bayi dari waktu ke

waktu sangat dipengaruhi oleh cakupan makanan yang seimbang, baik ASI maupun makanan pendamping ASI. Risiko pemberian makanan tambahan pada usia kurang dari enam bulan berbahaya karena belum memerlukan makanan tambahan pada saat usia ini, jika diberikan makanan tambahan akan dapat menggantikan ASI dimana bayi akan minum ASI lebih sedikit dan ibu memproduksinya akan berkurang maka kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi dan faktor-faktor pelindung dari ASI menjadi sedikit, sehingga kemungkinan terjadi risiko infeksi meningkat (Rosidah, 2004).

Jika pemberian makanan tambahan tersebut tidak tepat atau tidak benar,  hal ini akan membuat gangguan pencernaan pada bayi serta serta gangguan peningkatan berat badan seperti kegemukan.

Faktor Internal     Keluarga     Umur     Jenis kelamin     Keluarga     Genetik     Kromosom

Faktor Eksternal

     Penyakit kronis     Psikologi     Sosio ekonomi     Lingkungan pengasuhan

Page 15: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

Peningkatan Berat Badan Bayi     Gizi (pemberian makanan tambahan)

2.4 Kerangka Pikir

           Gambar 2.4 Kerangka Pikir

Sumber: IDAI (2002)

Keterangan :                                    :  Diteliti         

                           :  Tidak ditelit

2.5  HipostesisH0 : Ada hubungan pemberian makanan tambahan dengan peningkatan berat badan bayi di

Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma.Ha: Ada hubungan pemberian makanan tambahan dengan peningkatan berat badan bayi di

Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma.

Page 16: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1  Jenis dan Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemberian makanan tambahan denganpeningkatan berat badan bayi. Observasional yaitu pengukuran penelitian yang dilaksanakan dengan cara pengamatan terhadap suatu obyek yang dipandu dengan kuesioner. Sifat penelitian yang digunakan adalah study cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (poin timea approach). Artinya, tiap subyek penelitian hanya diobsevasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2008).

3.2  Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Tais Kesamatan Seluma Kabupaten

Seluma dan akan dilaksanakan pada bulan April 2011.

3.3  Populasi dan Sampel3.3.1  Populasi

Populasi dalam penelitian adalah bayi umur 0 – 12 bulan yang terdata pada buku kunjungan di Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma yang berjumlah 67bayi.

3.3.2  SampelSampel dalam penelitian ini yaitu bayi dengan peningkatan berat badan sebelum dan

sesudah diberikan makanan tambahan, teknik yang dilakukan dalam pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan kreteria sebagai berikut:

-          Bayi usia 0-12 bulan-          Grafik pertumbuhan KMS tidak terputus selama 2 bulan sejak diadakan penelitian-          Bersedia dijadikan sampel.

3.4  Definisi OperasionalUntuk lebih jelasnya variabel yang akan diteliti maka dibuat  definisi operasional

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No VariabelDefinisi

OperasionalCara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

1 Independet:Pemberian makanan tambahan

Makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah

Mengajukan pertanyaan kepada ibu bayi

Kuesioner 1 = Tidak, jika makanan tambahan diberikan saat usia 6 bulan 1 hari

Ordinal

Page 17: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI)(Husaini, 2001)

2 = Ya, jika diberi makanan tambahan usia kurang dari 6 bulan

2 Dependent:Peningkatan berat badan

Bertambah besar dalam ukuran fisik, akibat berlipat gandanya sel dan bertambah banyaknya jumlah zat antarsel (Depkes, 2002)

Membaca grafik KMS

KMS 1 = Peningkatan, jika grafik BB mengikuti garis pertumbuhan2=  tidak terjadi peningkatan, jikagrafik BB menurun atau memotong garis pertumbuhan di bawahnya

Ordinal

3.5  Teknik Pengumpulan Data1.      Data Primer

Metode pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan analisis media KMS sebagai tolak ukur peningkatan berat badan bayi

2.      Data SekunderData yang diperoleh dari Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma dan literatur lainnya yang mendukung penelitian

3.6  Teknik Pengolahan DataPengolahan data dalam penelitian in dikelompokkan dengan empat tahapan :

1.      Coding (Pengkodean)Mengaplikasikan jawaban-jawaban atau hasil-hasil yang ada menurut macamnya kedalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode.

2.      Editing (Pengeditan data)Editing langsung dilakukan ditempat pengumpulan data dilapangan sehingga jika terjadi kesalahan maka upaya pembentukan dapat segera dilakukan.

3.      Entri Data (pemasukan Data)Data yang telah di koding dan dimasukan kedalam kode selanjutnya dimasukan ke dalam kartu tabulasi.

4.      Cleaning Data (pembersihan Data)Sebelum analisis data, data yang sudah dimasukkan dilakukan pengecekan, pembersihan jika ditemukan kesalahan pada entry data sehingga dapat diperbaiki dan nilai (skor) yang ada sesuai dengan pengumpulan data kemudian dilakukan transformasi data untuk menggambarkan variabel bebas terikat, kemudian dilakukan seorang terhadap pernyataan yang berhubungan dengan masing-masing variabel.

3.7  Teknik Analisis Data1.      Analisis Univariat

Analisis univariat ini bertujuan untuk melihat gambaran distribusi dengan karakteristik  masing-masing variabel, kemudian data ditampilkan dalam bentuk tabel.

2.      Analisis BivariatAnalisis bivariat menggunakan program computer yaitu SPSS, untuk melihat hubungan antara variabel independent dan variabel dependent diketahui dengan menggunakan uji Chi Square.Penilaian:

Page 18: Jurnal Pembanding Berat Badan Dan MP ASI

-          Jika p value < 0,05 maka Ho ditolak,  dan  Ha   diterima. Artinya Ada hubungan Pemberian Makanan Tambahan dengan Peningkatan Berat Badan Bayi diPuskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabuapten Seluma.

-          Jika p value > 0,05 maka  Ho diterima, dan Ha ditolak. Artinya tidak  Terdapat hubungan Pemberian Makanan Tambahan Dengan Peningkatan Berat BadanBayi di Puskesmas Tais Kecamatan Seluma Kabupaten Seluma.