standardisasi obat tradisional dan tantangan dalam …
TRANSCRIPT
Disampaikan pada Webinar Trop BRC Talk Series-718 Agustus 2020
STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL DAN TANTANGAN DALAM MASA PANDEMI COVID-19
Dra. Mayagustina Andarini, Apt, M. ScDeputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik
POKOK BAHASAN
1
2
3
POTENSI OBAT TRADISIONAL INDONESIA
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed
STANDARDISASI & REGULASI OBAT TRADISIONAL
ISU OBAT TRADISIONAL DALAM MASA PANDEMI COVID-19
1POTENSI OBAT TRADISIONAL INDONESIA
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed
Get a modern PowerPoint Presentation that is beautifully
designed
Potensi Bahan Alam Indonesia dan Peran Strategis Riset dan Hilirisasi Obat Bahan Alam Indonesia
4
• Meningkatkan taraf kesehatanmasyarakat, Upaya pencegahan
• Paradigma jamu mudahdiperoleh, murah dan minimal menimbulkan efek samping, meningkatkan daya tahan tubuh
Mendukung perkembangan dan peningkatan penguasaan teknologi, khususnya di bidang herbal
• Industri padat karya→ salah satupenggerak roda ekonomi di Indonesia
• 86,65% usaha Obat Bahan AlamIndonesia adalah UMKM
Bukti kearifan lokal warisan budayabangsa Indonesia
SOSIAL & BUDAYA EKONOMI
KESEHATANTEKNOLOGI
PENTINGNYA PENGEMBANGAN OBAT BAHAN ALAM
Keanekaragaman hayati
> 30.000 spesies tanaman, menempatkan Indonesia ke
5 BESAR NEGARA
MEGABIODIVERSITAS[LIPI, 2015]
Ristoja menghimpun
informasi RAMUAN 32.104, TUMBUHAN OBAT 2.848 SPESIES tersebar pada
405 etnis di 34 provinsi
POTENSI
Riset Hilirisasi
2006 2007 2008 2017 2022
56
7.2
10.56
13…
• Obat tradisional menempati porsi yang besar dalam perdagangan obat
• Nilainya diproyeksi mencapai 13,2 triliun rupiah pada tahun 2022
• Pertumbuhan relatif stabil sebesar 9,8% per tahun
Pangsa Pasar Obat Tradisional
(proyeksi)*angka dalam triliun rupiah
Sumber: Euromonitor, 2017
Data Komoditi Obat Bahan Alam*
6
Jamu
Obat Herbal Terstandar
Fitofarmaka>11.000 produk
24 produk
71 produk
*Sumber : Database Badan POM per 23 Juli 2020
▪ Berasal dari jamu
▪ Keamanan dan khasiatdibuktikan secara ilmiah melaluiuji pra-klinik (toksisitas dan farmakodinamik)
▪ Bahan baku & produk jaditerstandar
▪ Sertifikat CPOTB
▪ Mutu Produk
Bukti dukung berasal daribukti empiris
▪ Keamanan dan khasiatdibuktikan secara ilmiahmelalui uji klinik
▪ Bahan baku & produk jaditerstandar
▪ Sertifikat CPOTB
▪ Uji pra-klinik (toksisitas & farmakodinamik)
▪ Mutu produk
Evidence based
Keputusan KBPOM No. HK.00.05.4.2411 tahun 2004 Ketentuan PokokPengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia
OMAI
2STANDARDISASI &
REGULASI OBAT TRADISIONAL INDONESIA
TITIK KRITIS JAMINAN OBAT BAHAN ALAM
Pengumpulan dan prosespasca panen
Variasi material biologi Kompleksitas komposisidan penggunannya
Komponen bioaktifbelum diketahui Proses ekstraksi
Variabilitaskandungan kimia
serta adanyachemo-varietas dan
chemo-cultivars
Metode analisis/bakubanding belum tersedia
Kemungkinankontaminasi
Sumber:
1. Canigueral S et al. The Development of Herbal Medicinal Products: Quality, Safety and Efficacy as Key Factors. Pharm Med 2008; 22 (2): 107-118.
2. Kunle et al. Standardization of herbal medicines - A review. International Journal of Biodiversity and Conservation Vol. 4(3), pp. 101-112, March 2012
Prinsip Penting Standardisasi Obat Bahan Alam
KUALITAS
KEAMANAN
KHASIAT
Gagal MemenuhiPersyaratan
Pendaftaran
Perdagangan
Peningkatan RisikoKesehatan
KehilanganKepercayaan
Peningkatan Efekyang Tidak Dinginkan
Sumber : WHO guidelines for assessing quality of herbal medicines with reference to contaminants and residues, 2007
STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL
Karakteristik bahan bakuberupa bahan alam dapatbervariasi, disebabkan olehperbedaan:
• Sumber dan lokasi tempat tumbuh
• Varietas
• Umur tanaman
• Masa panen
Mengapa Perlu Standardisasi?
Terdapat variasi
kandungan kimia
dan efek yang
dihasilkan
Perlu standardisasi untuk menjamin
konsistensi mutu, keamanan, dan
khasiat produk Obat Tradisional
JENIS STANDARDISASI
StandardisasiBahan Baku
• Parameter mutu mengacupada kompendial/monografi bahan alam (Contoh: Materia Medika Indonesia, FarmakopeHerbal Indonesia)
• Contoh parameter: Organoleptik, Kadar Abu, Kadar Sari, Identifikasi danKadar kandungan kimiagolongan tertentu dan/atau kandungan marker
StandardisasiProduk Jadi
• Parameter mutu mengacupada PerBPOM No 32 Tahun2019 tentang Keamanan danMutu Obat Tradisional
• Parameter lain: Identifikasi dan Kadar senyawa tertentupada Produk Jadi
PRINSIP PENTING STANDARDISASI PRODUK OBAT TRADISIONAL
CONSUMER PROTECTION
ENSURE FAIR TRADE
Per UU ttg
Produk OT
Per UU ttg
IzinIndustri/ Usaha OT
REGULASI OBAT TRADISIONAL
REGULASI OBAT TRADISIONAL
Perizinan Industri/Usaha OT & Yanlik
✓ PERMENKES No. 6 Tahun 2012 tentang Industri danUsaha Obat
✓ PERMENKES No. 26 Tahun 2018 tentangPerizinanBerusaha Terintegrasi secara Elektronik.
✓ PERBPOM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elektronik Sektor Obat dan Makanan.
✓ PERBPOM No. 27 Tahun 2018 tentang StandarPelayanan Publik di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
1
Registrasi Obat Tradisional
✓ PERMENKES No.007 Tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional
✓ KEPKABPOM No.HK.00.05.4.2411 tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam
✓ PERKABPOM No.21 Tahun 2015 tentang Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik
✓ PERKABPOM No.HK.03.1.23.06.10.5166 Tahun 2010 tentang Pencantuman Informasi Asal Bahan Tertentu, Kandungan Alkohol, dan Batas Kedaluwarsa pada Penandaan/Label Obat, Obat Tradisional, Suplemen Makanan, dan Pangan
✓ PERBPOM No. 33 Tahun 2018 tentang Penerapan 2D Barcode dalam Pengawasan Obat dan Makanan
2
REGULASI OBAT TRADISIONAL
Registrasi Obat TradisionalBAHAN YANG DILARANG
✓ PERATURAN KBPOM No. 9 Tahun 2017 tentang Larangan Memproduksi dan Mengedarkan Obat Tradisional yang Mengandung Cassia Senna L. dan Rheum Officinale dengan Klaim untuk Menurunkan Lemak Tubuh atau Menurunkan Berat Badan
✓ PERATURAN KBPOM No. 10 Tahun 2014 tentang Larangan Memproduksi dan Mengedarkan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatanyang Mengandung Tumbuhan Coptis Sp, Berberis Sp, Mahonia Sp, Chelidonium Majus, Phellodendron Sp, Arcangelica Flava, TinosporaeRadix, dan Cataranthus Roseus
✓ PERATURAN KBPOM No. HK.03.1.23.05.12.3428 Tahun 2012 tentang Larangan Memproduksi dan Mengedarkan Obat Tradisional danSuplemen Makanan yang Mengandung Tumbuhan Pausinystalia Yohimbe
✓ PERATURAN KBPOM No. HK.00.05.41.2803 Tahun 2005 tentang Larangan Obat Tradisional yang Mengandung Cinchonae Cortex atauArtemisiae Folium
✓ KEPUTUSAN KBPOM No. HK.00.05.4.02647 Tahun 2002 tentang Larangan Peredaran Obat Tradisional dan Suplemen Makanan yang Mengandung Tanaman Kava-kava
✓ KEPUTUSAN KBPOM No. HK 00.05.4.03960 Tahun 2001 tentang Larangan Produksi dan Distribusi Obat Tradisional dan SuplemenMakanan yang Mengandung Tanaman Aristolochia Sp
✓ KEPUTUSAN KBPOM No. HK 00.05.4.03961 Tahun 2001 tentang Larangan Produksi dan Distribusi Obat Tradisional dan SuplemenMakanan yang Mengandung Tanaman Ephedra
2
REGULASI OBAT TRADISIONAL
Pengawasan Post Market OT
✓ PERBPOM No. 29 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Obat dan Makanan ke dalam Wilayah Indonesia
✓ PERBPOM No. 30 Tahun 2017 tentang Pengawasan Pemasukan Obat dan Makanan ke dalam Wilayah Indonesia
✓ PERATURAN KBPOM 27 Tahun 2016 tentang Tata Cara Dan Prosedur Pemberian Rekomendasi untuk Mendapatkan Persetujuan Impor Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Dan/atau Kosmetika Sebagai Barang Komplementer
✓ PERKABPOM No. 5 Tahun 2016 tentang Penarikan dan Pemusnahan Obat Tradisional yang Tidak Memenuhi Persyaratan
✓ PERKABPOM No. 3 Tahun 2016 tentang Pedoman Pelaksanaan Tindakan Pengamanan Setempat dalam PengawasanPeredaran Obat dan Makanan di Sarana Produksi, Penyaluran, dan Pelayanan Obat dan Makanan
✓ KEPKABPOM No.HK.04.1.23.08.15.3873 Tahun 2015 tentang Pedoman Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika, dan Suplemen Kesehatan
✓ KEPMENKES No. 386 Tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-minuman
3
3ISU OBAT TRADISIONAL DALAM MASA PANDEMI
COVID-19
Percepatan Perizinan Selama Masa Pandemi COVID-19
18
Obat Tradisional dan SuplemenKesehatan dengan Klaim
Memelihara Daya Tahan Tubuh
Percepatan evaluasi registrasi produkmelalui mekanisme registrasi prioritas
Mekanisme pendaftaran secara do & tell untuk variasi perubahan supplierbahan baku (dengan spesifikasi sama)
Registrasi produk dengan penambahantempat produksi dapat melampirkansurat komitmen pelaksanaan ujistabilitas pasca registrasi
Data Produk Baru dengan Klaim “Membantu
memelihara Daya Tahan Tubuh” pada bulan
Januari - Juli 2020:
Obat Tradisional = 178 produk
Suplemen Kesehatan Lokal = 149 produkFitofarmaka = 3 produk
Kenaikan Jumlah BerkasDibanding Tahun 2019:
OT meningkat 35%SK meningkat 236%
Tantangan Uji Klinik Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) danPeran Badan POM pada Pengembangan OMAI
19
TANTANGAN UJI KLINIK OMAI
Kurangnya kesiapan serta pemahaman peneliti dan site penelitian untuk melaksanakan uji klinik sesuai dengan standar Good Clinical Practice(GCP)/Cara Uji Klinik yang Baik
Adanya regulasi terkait pelayanan kesehatan yang tidak dapat mengakomodir pasien sebagai subjek penelitian uji klinik
Terbatasnya fasilitas yang dimiliki RS/site uji baik untuk laboratorium, sarana perawatan, dll
Data uji praklinik tidak sejalan dengan uji klinik yang akan dilakukan
PERAN BADAN POM PADA PENGEMBANGAN OMAI
Pendampingan penyusunan protokol uji dan pendampingan pelaksanaan uji klinik
Percepatan hilirisasi produk hasil riset
Penyusunan/revisi pedoman/ regulasi terkait Uji Klinik dan Uji praklinik obat herbal
Coaching clinic
Pelatihan Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB)bagi peneliti
PendampinganHilirisasi
Penelitian
Pendampingan Uji Klinik oleh Satgas Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Fitofarmaka
20
Riset fitofarmaka
• Jumlah riset: 22 (7 riset sedangberlangsung)
• Target riset: izin edar produk• Indikasi obat herbal: Obat KB pria,
Antihipertensi, Antidislipidemia, Antihiperurisemia, Gangguan fungsi hati, Antidiabetes, dll.
Dukungan Percepatan HilirisasiPengembangan dan Pemanfaatan Fitofarmaka
1. Pemetaan Pengembangan Obat Herbal yang akan dan telah teruji secara Praklinik danKlinik.
2. Pembahasan antara peneliti, akademisi dan pelaku usaha terkait metode uji toksisitasdan uji farmakodinamik obat herbal
3. Pendampingan dalam rangka pengajuan proposal pendanaan penelitian melaluiKemenristek/BRIN (program pengembangan teknologi industri (PPTI) dan InsentifRiset Sistem Inovasi (INSINAS)
4. Pendampingan kepada pelaku usaha dalam pelaksanaan uji praklinik dan uji klinik5. Pendampingan kepada pelaku usaha dalam pemgembangan produk dan scale up
Progress 7 Uji Praklinik dan Uji Klinik DalamMasa Pandemi COVID-19
Hasil Pendampingan SatGas PercepatanPengembangan dan Pemanfaatan Fitofarmaka
Jenis Nama Penelitian
UjiPraklinik
1. Uji toksisitas kronis daun binahong sebagai antidislipidemia
2. Uji toksisitas kronis daun salam, rimpang temulawak dan labu siam sebagai antidislipidemia
3. Uji toksisitas kronis daun gambir sebagai antidislipidemia
Uji Klinik 1. Ekstrak terstandar daun salam, rimpang temulawak, dan buah labu siam sebagai adjuvan simvastatin pada subjek gangguan dislipidemia
2. Ektrak herba seledri sebagai adjuvan pasien hipertensi tingkat 1
3. Fraksi etil asetat ekstrak air daun gambir sebagai antidislipidemia
4. Kapsul ekstrak etanol 70% daun J. Gendarusa sebagai obat KB pria non hormonal
Ekstrak/fraksiUji non-klinik
in vitro & in vivo
Formulasi, scale-up
(GMP/CPOTB) Protokol Uji Klinik
pada manusia
Produksi skala
komersial
Evaluasi
dan Izin EdarRegistrasi di BPOM
Fase III: Uji Klinik dengan
jumlah subjek >
(konfirmasi keamanan &
khasiat )
Fase II: Uji Klinik pada
subjek sakit / pasien
(khasiat)
Fase I: Uji Klinik
pada subjek sehat
(keamanan)
Persetujuan
Pelaksanaan Uji
Klinik
Disubmit ke
GCP
Percepatan Hilirisasi Penelitian Herbal
Pemberian Sertifikat CPOTB
Upload melalui aplikasi asrot.pom.go.id
Penilaian Khasiat, Keamanan, Mutu (termasuk penilaian hasil uji klinik)
Untuk Jamu, bisa tidak dilakukan
Fase 3 dapat digabung dengan Fase 2 (Fase 2/3)
Persetujuan
Komisi Etik
Komunikasi Aktif Badan POM kepada Pelaku Usaha dan Masyarakat
Pemantauan produk obat tradisional dan suplemen kesehatan dengan klaim daya tahan tubuh, produk yang mengandung vitamin C, produk yang mengandung Jahe Merah, dan produk Probiotik untuk mendukung penanggulangan COVID-19
Mendorong masuknya OMAI/Fitofarmaka kedalam Jaminan Kesehatan Nasional
Proaktif terhadap riset Jamu menjadi Fitofarmaka untuk
meningkatkan daya tahan tubuh pada pasien COVID-19
FGD Peran OT dan SK dalam menghadapi pandemicovid-19 melalui webinar
Talk show KIE penggunaan suplemendan obat bahan alam dalammenghadapi COVID-19
Memberikan rekomendasi untukpemasukan produk donasi
Badan POM MeluncurkanBuku InformasiBahan OT & SK Untuk COVID-19
AKSES ONLINE : https://perpustakaan.pom.go.id/index.php?p=show_detail&type=ebook&id=28676
Badan POM Berperan Aktif dalamPenyebaranInformasi TerkaitCovid-19 KepadaMasyarakat
24
Terima Kasih