standard operating procedures pengoperasian ambulans di lingkungan dinas kesehatan kota surakarta

19
STANDARD OPERATING PROCEDURES PENGOPERASIAN AMBULANS DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DAFTAR ISI PERSIAPAN AMBULANS PEMERIKSAAN AMBULANS MESIN MATI MESIN HIDUP PEMERIKSAAN PERSEDIAAN DAN PERLENGKAPAN KOMPARTEMEN PASIEN MENGOPERASIKAN AMBULANS SYARAT PENGEMUDI AMBULANS ATURAN DI JALAN PENGGUNAAN ALAT PERINGATAN (WARNING DEVICE) SIRENE LAMPU DAN ROTATOR KECEPATAN DAN KESELAMATAN KENDARAAN PENGIRING DAN FORWARDER JALUR ALTERNATIF POSISI PARKIR DI LOKASI KEJADIAN MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS STABILISASI TRANSPORTASI PENENTUAN TUJUAN SEBELUM BERANGKAT SELAMA PERJALANAN SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN

Upload: dhikdoc-randhika

Post on 14-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ambulance

TRANSCRIPT

STANDARD OPERATING PROCEDURES PENGOPERASIAN AMBULANS DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA

DAFTAR ISIPERSIAPAN AMBULANSPEMERIKSAAN AMBULANSMESIN MATIMESIN HIDUPPEMERIKSAAN PERSEDIAAN DAN PERLENGKAPAN KOMPARTEMEN PASIENMENGOPERASIKAN AMBULANSSYARAT PENGEMUDI AMBULANSATURAN DI JALANPENGGUNAAN ALAT PERINGATAN (WARNING DEVICE)SIRENELAMPU DAN ROTATORKECEPATAN DAN KESELAMATANKENDARAAN PENGIRING DAN FORWARDERJALUR ALTERNATIFPOSISI PARKIR DI LOKASI KEJADIANMEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANSSTABILISASITRANSPORTASIPENENTUAN TUJUANSEBELUM BERANGKATSELAMA PERJALANANSAMPAI DI TEMPAT RUJUKANMENGAKHIRI PANGGILANSAAT DI RUMAH SAKITDALAM PERJALANAN KEMBALITIBA DI TEMPATKONDISI KHUSUSPENOLAKAN PERAWATAN

PERSIAPAN AMBULANSPEMERIKSAAN AMBULANSMESIN MATI1.Periksa seluruh badan ambulans.2.Periksa roda dan ban. Gunakan alat pengukur tekanan untuk memastikan tekanan ban yang tepat.3.Periksa spion dan jendela. Pastikan spion bersih dan berada di posisi yang tepat.4.Periksa fungsi setiap pintu dan kunci.5.Periksa bagian-bagian sistem pendingin.6.Periksa jumlah cairan kendaraan. Termasuk minyak mesin, pelumas rem, air aki dan pelumas setir.7.Periksa portal indikator aki dan tanda-tanda korosi.8.Periksa kebersihan kabin, termasuk dashboard.9.Periksa fungsi jendela.10.Tes fungsi klakson.11.Tes fungsi sirene.12.Periksa sabuk pengaman. Tarik setiap sabuk dari gulungannya untuk memastikan mekanisme retraktor bekerja.13.Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin.14.Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali tugas dimanapun lokasinya.MESIN HIDUPNyalakan mesin dan keluarkan ambulans dari ruang penyimpanan, dan lakukan pemeriksaan berikut:1.Tes fungsi indikator di dashboard.2.Periksa meteran yang terletak di dashboard.3.Tes fungsi rem.4.Tes fungsi rem tangan.5.Tes fungsi setir.6.Periksa fungsi wiper.7.Tes fungsi lampu.8.Periksa fungsi pemanas dan pendingin baik di kompartemen kemudi maupun kompartemen pasien.9.Periksa perlengkapan komunikasi.PEMERIKSAAN PERSEDIAAN DAN PERLENGKAPAN KOMPARTEMEN PASIEN1.Periksa tekanan tabung oksigen.2.Pompa bidai udara dan periksa tanda-tanda kebocoran.3.Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik.4.Bersihkan debu dan cari tanda-tanda karat pada alat rescue.5.Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan kinerjanya.6.Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat khusus seperti AED (Automatted external defibrillation).7.Lengkapi laporan pemeriksaan. Perbaiki kerusakan. Ganti barang-barang yang hilang.8.Bersihkan kompartemen untuk menghindari risiko infeksi.

MENGOPERASIKAN AMBULANSSYARAT PENGEMUDI AMBULANS1.Sehat secara fisik.2.Sehat secara mental.3.Bisa mengemudi di bawah tekanan.4.Memiliki keyakinan positif atas kemampuan dirinya.5.Bersikap toleran. Selalu ingat bahwa pengemudi lain akan bereaksi berbeda ketika mengetahui kendaraan gawat darurat.6.Tidak dalam pengaruh obat-obat berbahaya, terlarang dan obat penenang.7.Mempunyai SIM yang masih berlaku.8.Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu dipakai.9.Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap tekanan, kelelahan dan rasa kantuk.ATURAN DI JALAN1.Ambulans memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan jika digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak berlaku jika tidak dalam respon gawat darurat. Menurut UU No 22 Tahun 2009 Pasal 134, Pengguna Jalan yang memperoleh hak utama untuk didahulukan sesuai dengan urutan berikut:1.1.Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas;1.2.ambulans yang mengangkut orang sakit;1.3.Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu Lintas;1.4.Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia;1.5.Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara;1.6.iring-iringan pengantar jenazah; dan1.7.konvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.2.Respon gawat darurat ini harus ditunjukkan dengan menghidupkan alat peringatan (warning device) berupa sirene dan lampu rotator. Sebagaimana bunyi UU No 22 Tahun 2009 Pasal 135: Kendaraan yang mendapat hak utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 harus dikawal oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau menggunakan isyarat lampu merah atau biru dan bunyi sirene.3.Risiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap harus memiliki kewaspadaan tinggi, mempedulikan keselamatan pengemudi lain dan tidak ceroboh.4.Hak-hak khusus ini meliputi:4.1.Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak membahayakan orang lain dan tidak merusak hak milik orang lain.4.2.Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain.4.3.Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkan selama tidak membahayakan nyawa orang lain.4.4.Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang tepat, memastikan jalur aman dan menghindari hal-hal yang dapat membahayakan nyawa dan harta benda.4.5.Mengabaikan arah jalur dan aturan belok, setelah memberi sinyal yang tepat.

PENGGUNAAN ALAT PERINGATAN (WARNING DEVICE)Alat peringatan bukanlah segalanya. Penelitian membuktikan bahwa pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak antara 15-30 meter.SIRENE1.Sirene adalah alat peringatan audio.2.Gunakan sirene dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirene hanya digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirene dapat menambah rasa takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain cenderung tidak memberikan jalan karena dianggap sebagai penyalahgunaan.3.Selalu waspada meski sudah membunyikan sirene. Adanya bangunan, pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi sirene.4.Selalu waspada terhadap manuver aneh pengemudi lain yang menjadi panik karena suara sirene.5.Jangan mengemudikan sirene secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain. Gunakan klakson.6.Jangan gunakan sirene untuk menakut-nakuti orang.LAMPU DAN ROTATOR1.Berdasarkan UU No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 59 Ayat 5, lampu isyarat isyarat yang digunakan oleh ambulans adalah berwarna merah.2.Lampu depan harus selalu dinyalakan dimanapun dan kapanpun berada.3.Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon gawat darurat.KECEPATAN DAN KESELAMATAN1.Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan.2.Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk berhenti.3.Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat ambulans berjalan.KENDARAAN PENGIRING DAN FORWARDER1.Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan karena jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon pengemudi lain.2.Sistem EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulans dengan kendaraan lain kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.JALUR ALTERNATIF1.Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA) harus diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk mencari jalur alternatif dapat segera dibuat.2.Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk dapat segera mencari jalur alternatif.POSISI PARKIR DI LOKASI KEJADIAN1.Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat, termasuk menentukan area bahaya dan jalur evakuasi.2.Ambulans diparkir sekurangnya 30 m dari lokasi kejadian jika ada tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika tidak ada tanda bahaya, ambulans diparkir sekurangnya 15 meter.3.Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya ditambah pengganjal roda.4.Jika Anda adalah kendaraan penolong yang pertama datang, parkir di belakang lokasi kejadian (dari arah datang), sehingga lampu peringatan kita dapat memperingatkan kendaraan lain yang mendekat sebelum tanda lain diletakkan.5.Jika lokasi kejadian telah diamankan, parkirlah di depan lokasi kejadian untuk mencegah ambulans Anda tertabrak arus lalu lintas dari belakang.6.Ambulans sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa, harus ada orang lain yang memandu, karena pengemudi ambulans memiliki keterbatasan pandangan ke arah belakang.

MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS1.Pasien harus sudah diperiksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan gawat darurat jika dibutuhkan, distabilisasi dan kemudian baru dipindahkan ke ambulans.2.Pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan intervensi di tempat, seperti lokasi yang berbahaya atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka pemindahan dapat dilakukan terlebih dahulu.3.Jika curiga cidera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical collar harus terpasang dan pasien diimobilisasi dengan spinal board.STABILISASI1.Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien sebelum dipindahkan.2.Stabilisasi meliputi:a.Perawatan luka dan cidera lain.b.Fiksasi benda yang menusuk.c.Pemasangan balut dan bidai.d.Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh.e.Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik. Tali pengikat diletakkan minimal di tiga tempat:i.Setinggi dada.ii.Setinggi pinggang atau panggul.iii.Setinggi tungkai.iv.Jika ada tali tambahan, diikatkan secara menyilang di dada.3.Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat mungkin mengingat kondisi pasien, sehingga perhitungkan waktu yang dibutuhkan.

TRANSPORTASIPENENTUAN TUJUAN1.Pasien kritis atau tidak stabil harus dipindahkan ke RS dengan fasilitas gawat darurat terdekat2.Termasuk dalam kategori di atas adalah:a.Henti nafas atau henti jantungb.Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasic.Kejang berulang atau sedang terjadid.Trauma mayore.Amputasif.Pasien luka bakarg.Persalinan iminenh.Suspek infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri dada hebat3.Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau berdasarkan keputusan chief ambulansSEBELUM BERANGKAT1.Sebelum transportasi, pastikan hal-hal berikut:a.Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Pastikan ikatan pada alat pengangkut tidak menyebabkan pasien kesulitan bernafas. Jika pasien tidak sadar, pastikan pasien mendapatkan pertukaran udara yang cukup.b.Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulans.2.Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan meletakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras.3.Longgarkan pakaian yang ketat.4.Periksa perban, balut dan bidai.5.Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Mereka harus ditempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman dengan baik agar tidak mempengaruhi proses perawatan pasien.6.Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper dan tas serta pastikan barang tersebut aman di ambulans. Jika memungkinkan, beritahu petugas keamanan tentang hal ini.7.Tenangkan pasien. Ucapkan kata-kata yang menenangkan. Berikan senyuman.SELAMA PERJALANAN1.Beritahu EMD bahwa Anda meninggalkan lokasi.2.Lanjutkan perawatan kegawat-daruratan yang dibutuhkan.3.Gabungkan informasi tambahan pasien.4.Monitoring terus vital sign dan catat.5.Beritahu fasilitas medis yang menjadi tujuan Anda.a.Kriteria kasus di bawah ini memerlukan pemberitahuani.Henti jantungii.Henti nafasiii.Trauma mayoriv.Suspek CVA/strokev.Amputasivi.Suspek MI pada pasien lebih dari 40 tahunvii.Kejang yang sedang berlangsung atau berulangviii.Persalinan iminenix.Luka bakar beratx.Kriteria lain sebagaimana diputuskan oleh kru ambulansb.Informasi yang harus diberikan meliputii.Identitas pasienii.Hasil pemeriksaaniii.Tindakan yang telah dilakukaniv.Perkiraan waktu kedatangan (ETA)6.Persiapkan peralatan tambahana.Baskom atau kantung muntah jika pasien muntah.b.Suction jika terjadi aspirasic.Papan RJP jika terjadi gagal nafas atau gagal jantung7.Tenangkan emosi anda dan emosi pasien8.Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan cara mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.9.Jika terjadi henti jantung, RJP harus dilakukan dalam kondisi ambulans berhenti. Pastikan fasilitas rujukan mengetahui kejadian ini.SAMPAI DI TEMPAT RUJUKAN1.Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, jangan terburu-buru menurunkan pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas ambulans sampai ada petugas yang siap mengambil alih.2.Dampingi petugas yang akan mengambil aliha.Berikan laporan anda secara lisanb.Serahkan barang pribadi pasienc.Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan3.Kembalikan peralatan ambulans ke tempat semula4.Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis. Sebaiknya cari tempat yang tenang untuk melakukan ini.MENGAKHIRI PANGGILANSAAT DI RUMAH SAKIT1.Bersihkan dengan cepat kompartemen pasien menggunakan sarung tangan industria.Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang mengering di lantaib.Seka perlengkapan yang terkena percikanc.Masukkan kain yang digunakan untuk membersihkan tadi ke kantung merahd.Buang sampah medis, termasuk perban dan pembalut yang sudah terbuka tapi belum digunakane.Bersihkan kotoran non medis lain, seperti remah-remah roti, air, lumpur atau debu.f.Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada2.Siapkan perlengkapan pernafasana.Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non disposableb.Ganti barang-barang sekali pakai (disposable) dengan cadanganc.Tutup aliran tabung oksigen3.Tukar barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik Rumah Sakit jika memungkinkan.a.Prinsipnya adalah satu untuk satu.b.Termasuk dalam hal ini: balut steril, perban, handuk, masker oksigen, sarung tangan, air steril, dan alat bantu nafas oralc.Jika ada program pertukaran yang baik dengan Rumah Sakit, bidai, spinal board juga dapat langsung ditukar dengan logistik Rumah Sakit.d.Keuntungannya,i.tidak ada risiko perburukan cidera pasien akibat proses tukar-menukar ini.ii.Kru ambulans tidak perlu berlama-lama di RSe.Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar, dan laporkan jika ada kerusakan4.Memperbaiki usungan ambulansDALAM PERJALANAN KEMBALI1.Kabarkan lewat radio bahwa ambulans dalam perjalanan kembali dan bahwa Anda siap (atau tidak siap) untuk pengiriman selanjutnya2.Selalu isi ulang bahan bakar hingga penuhTIBA DI TEMPATLakukan prosedur pemeriksaan ambulans seperti di atas.KONDISI KHUSUSPENOLAKAN PERAWATAN1.Pasien dapat melakukan penolakan dengan kriteria:a.Sadarb.Berusia lebih dari 17 tahun dan atau sudah menikah2.Selain kriteria di atas, penolakan hanya dapat dilakukan oleh keluarga terdekat3.Pasien/keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakitnya, tindakan yang harus dilakukan dan risikonya serta risiko tidak dilakukan tindakan4.Inform consent harus didokumentasikan dengan benarPERAWATAN ATAU TRANSPORTASI MINOR1.Minor adalah orang yang berusia kurang dari 18 tahun dan atau belum menikah2.Inform consent harus dilakukan oleh orang tua atau wali3.Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera bersifat mengancam jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa persetujuan mereka. Tujuan transportasi harus diberitahu. Situasi ini harus dicatat dengan baik4.Jika orang tua atau wali menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam jiwa, mereka harus dijelaskan dan diyakinkan tentang kemungkinan yang akan terjadi. Jika tetap menolak, bantuan perawatan dan transportasi harus dihentikan. Kejadian ini harus didokumentasikan5.Jika orang tua arau wali tidak ada di tempat kejadian, perawatan dan transportasi dapat dilakukan dengan pemberitahuan kepada pihak keamanan (Polisi).PASIEN DENGAN GANGGUAN EMOSIONAL1.Chief ambulans bertanggung jawab untuk menentukan keamanan tindakan2.Chief dapat memutuskan untuk menunda tindakan sampai ada jaminan keamanan dari Polisi atau petugas lain.3.Jika pasien dengan gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk meminta pertolongan serta chief melihat bahwa tindakan cukup aman dilakukan, transportasi dapat dilakukan ke RSJ tanpa jaminan keamanan4.Jika pasien menolak tindakan, perlu dilakukan MHA (mental hygiene arrest). Yang berhak melakukan MHA adalah pihak keamanan5.Jika pasien menunjukkan tendensi tindak kekerasan terhadap kru ambulans, tindakan harus dihentikan jika memungkinkan, hingga keadaan dinilai amanKEMATIAN YANG BELUM DIPASTIKAN1.Jika timbul kondisi DOA (death on arrival) atau kematian yang belum ditetapkan, tindakan resusitasi harus terus dilakukan2.Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik, termasuk waktu, tempat dan nama kru yang ada3.Petugas DVI, medis dan atau polisi harus diberitahu secepatnya4.Penanganan selanjutnya diserahkan kepada pihak yang berwenangPASIEN ATAU LOKASI TIDAK DITEMUKAN/TIDAK DAPAT DICAPAI1.Kondisi ini harus segera dilaporkan kepada pihak keamanan untuk dilakukan pencarian atau dicarikan jalur lain yang dapat diakssesTINDAK KEJAHATAN/KRIMINAL1.Petugas keamanan harus diberitahu jika belum ada di tempat kejadian2.Kru ambulans harus melakukan tindakan dengan bantuan dan jaminan keamananBENCANA MASSAL1.Kejadian bencana massal ditetapkan jika sumber daya yang ada tidak mampu mengatasi kebutuhan2.Jika belum ditetapkan, kru ambulans yang pertama kali tiba melakukan RHA, melaporkannya dan mendirikan lokasi triase awal3.Sistem komando sementara dipegang hingga ada pihak yang lebih berwenang

TIM SIAGA BENCANA KOTA SURAKARTA