standar pelayanan medik

86
STANDAR PELAYANAN MEDIK NEURO EMERGENCY

Upload: pauline

Post on 22-Dec-2015

70 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

stase saraf

TRANSCRIPT

Page 1: Standar Pelayanan Medik

STANDAR PELAYANAN MEDIK

NEURO EMERGENCY

Page 2: Standar Pelayanan Medik

STROKE

Page 3: Standar Pelayanan Medik

STROKE

DEFINISI

STROKE suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke perdarahan).

Page 4: Standar Pelayanan Medik

MENINGITIS TUBERKULOSA

Page 5: Standar Pelayanan Medik

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesa Didahului oleh gejala prodromal berupa nyeri kepala, anoreksia, mual/muntah, demam subfebris, disertai dengan perubahan tingkah laku dan penurunan kesadaran, onset subakut, riwayat penderita TB atau adanya fokus infeksi sangat mendukung.

Pemeriksaan fisik Tanda-tanda rangsangan meninggal berupa kaku kuduk dan tanda lasegue dan kernig.

Kelumpuhan saraf otak dapat sering dijumpai.

Page 6: Standar Pelayanan Medik

DIAGNOSIS BANDING

Meningoensefalitis karena virus

Meningitis bakterial yang pengobatannya tidak sempurna

Meningitis oleh karena infeksi jamur/parasit (Cryptococcus neoformans atau Toxoplasma gondii), Sarkoid meningitis.

Tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma, limfoma, leukemia, glioma, melanoma, dan meduloblastoma.

Page 7: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium : pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda tanda peninggian tekanan intrakranial), pemeriksaan darah rutin kimia, elektrolit.

Pemeriksaan sputum BTA (+) Pemeriksan Radiologik : Foto polos paru, CT-Scan kepala atau MRI dibuat sebelum dilakukan pungsi lumbi bila dijumpai peninggian tekanan intrakranial.

Page 8: Standar Pelayanan Medik

Pemeriksaan penunjang lain: IgG anti TB (Untuk mendapatkan antigen bakteri diperiks counter- immunoelectrophoresis, radioimmunoassay atau teknik ELISA) dan PCR

Pada Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan LCS (bila tidak ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial) Pelikel (+) / Cobweb Appearance (+) Pleiositosis 50-500/mm3, dominan set mononuklear, protein meningkat 100-200 mg%, glukosa menurun < 50% - 60% dari GDS, kadar laktat, kadar asam amino, bakteriologis Ziehl Nielsen (+), kultur BTA (+). Pemeriksaan penunjang lain seperti IgG anti-TB atau PCR

Page 9: Standar Pelayanan Medik

PENATALAKSANAAN

Umum Terapi kausal : Kombinasi Obat Anti Tuberkulosa (OAT).

INH Pyrazinamida Rifampisin Etambutol

Kortikosteroid

Penyulit Hidrosefalus

Lama perawatan Minimal 3 minggu, tergantung respon pengobatan.

Page 10: Standar Pelayanan Medik

MENINGITIS BAKTERIAL

Page 11: Standar Pelayanan Medik

DEFINISI

Meningitis bakterial (disebut juga meningitis piogenik akut atau meningitis purulenta) adalah suatu infeksi cairan likuorserebrospinalis dengan proses peradangan yang melibatkan piamater, arakhnoid, ruangan subarakhnoid dan dapat meluas ke permukaan otak dan medula spinalis.

Etiologi: Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, H. Influenzae, Staphylococci, Listerio monocytogenes, basil gram negatif.

Page 12: Standar Pelayanan Medik

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesa Gejala timbul dalam 24 jam setelah onset, dapat juga

subakut antara 17 hari. Gejala berupa demam tinggi, menggigil, sakit kepala, fotofobia, mialgia, mual, muntah, kejang, perubahari status mental sampai penurunan kesadaran.

Pemeriksaan fisik Tanda-tanda rangsang meningeal Papil edema biasanya tampak beberapa jam setelah

onset Gejala neurologis fokal berupa gangguan saraf kranialis Gejala lain: infeksi ekstrakranial misalnya sinusitis, otitis

media, mastoiditis, pneumonia, infeksi saluran kemih, arthritis (N. Meningitidis).

Page 13: Standar Pelayanan Medik

DIAGNOSIS BANDING

Meningitis virus

Perdarahan Subarakhnoid

Meningitis khemikal

Meningitis TB

Meningitis Leptospira

Meningoensefalitis fungal.

Page 14: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Lumbal pungsi Pemeriksaan Likuor Pemeriksaan kultur likuor dan darah Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan kimia darah (gula darah, fungsi ginjal, fungsi hati) dan elektrolit darah

Page 15: Standar Pelayanan Medik

Radiologis Foto polos paru CT-Scan kepala

Pemeriksaan penunjang lain: Pemeriksaan antigen bakteri spesifik seperti C Reactive Protein atau PCR (Polymerase Chain Reaction).

Page 16: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DIPEROLEH :

Lumbal pungsi: Mutlak dilakukan bila tidak ada kontraindikasi. Pemeriksaan Likuor : Tekanan meningkat>180 mmH20,Pleiositosis lebih dari 1.000/mm3 dapat sampai 10.000/mm3 terutama PMN, Protein meningkat lebih dari 150 mg/dLdapat>1.000 mg/dL, Glukosa menurun < 40% dari GDS. Dapat ditemukan mikroorganisme dengan pengecatan gram.

Pemeriksaan darah rutin: Lekositosis, LED meningkat.

Pemeriksaan penunjang lain

Bila hasil analisis likuor serebrospinalis mendukung, tetapi pada pengecatan gram negatif maka untuk menentukan bakteri penyebab dapat dipertimbangakn pemeriksaan antigen bakteri spesifik seperti C Reactive Protein atau PCR (Polymerase Chain Reaction).

Page 17: Standar Pelayanan Medik

PENATALAKSANAAN

Page 18: Standar Pelayanan Medik

Bila bakteri penyebab tidak dapat diketahui, maka terapi antibiotik empiris sesuai dengan kelompok umur, harus segera dimulai : Terapi tambahan : Dianjurkan hanya pada penderita

risiko tinggi, penderita dengan status mental sangat terganggu, edema otak atau TIK meninggi yaitu dengan Deksametason 0,15 mg/ kgBB/ 6 jam/ IV selama 4 hari dan diberikan 20 menit sebelum pemberian antibiotik.

Penanganan peningkatan TIK : Meninggikan letak kepala 30º dari tempat tidur Cairan hiperosmoler : manitol atau gliserol Hiperventilasi untuk mempertahankan pC02 antara

27-30 mmHg

Page 19: Standar Pelayanan Medik

PENYULIT

Gangguan serebrovaskuler

Edema otak

Hidrosefalus

Perdarahan otak

Shock sepsis

ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)

Disseminated Intravascular Coagulation

Efusi subdural

SIADH

Lama perawatan 1-2 bulan di ruang perawatan intermediet

Page 20: Standar Pelayanan Medik

MENINGITIS KRIPTOKOKKUS /

JAMUR

Page 21: Standar Pelayanan Medik

KRITERIA DIAGNOSIS

DEFINISI : meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus.

Diagnosis pasti : pemeriksaan sediaan langsung dan kultur dari CSS.

Predisposisi : gangguan imunitas berat (AIDS, penerima transplantasi jaringan atau sedang dalam terapi keganasan)

Diagnosis banding : Meningitis serosa sebab lain

Page 22: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pungsi Lumbal : Profit LCS menyerupai MTB Pengecatan Tinta India / Gram terhadap CSS

Pemeriksaan serologis.

Kultur Sabauraud.

Page 23: Standar Pelayanan Medik

PENATALAKSANAAN

Terapi kausal : Amfoterisin B dan 5 Floro-sitosin IV (2 minggu) dilanjutkan Flukonazol 200 mg/hari

Terapi simtomatik / suportif : Disesuaikan keadaan pasien

Penyulit Herniasi

Page 24: Standar Pelayanan Medik

KOMA

Page 25: Standar Pelayanan Medik

KOMADEFINISI

Keadaan tidak sadar, di mana pasien tidak bisa dibangunkan Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali (unarousable unresponsiveness)

Page 26: Standar Pelayanan Medik

ANAMNESIS

Kejadian terakhir Trauma Riwayat medis pasien Riwayat psikiatrik Obat-obatatan (Penyalah gunaan obat-obatan atau alkohol)

Dan lain lain

Page 27: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda vital : hipertensi berat dapat disebabkan oleh lesi intrakranial dengan peningkatan TIK atau ensefalopati karena hipertensi.

Kulit : Tanda trauma,Turgor, neddle track, rash pada meningitis, cherry redness ( keracunan CO), sianosis, atau kuning

Nafas : bau alkohol, ketosis, uremia, atau fetor hepaticus dapat menjadi petunjuk

Kepala : tanda fraktur, hematoma, dan laserasi, Panda Eyes,bocornya CSF yang keluar melalui telinga dan hidung serta tanda gigitan lidah, Pupil

Leher : Cedera Vertebra cervikalis (jangan manipulasi bila ada kecurigaan fraktur dari cervival spine) kekakuan disebabkan oleh meningitis, meningoensefalitis atau perdarahan subarakhnoid.

Page 28: Standar Pelayanan Medik

Opistotonus untuk khas tetanus

Paru-paru : apakah ada collapse atau edema pulmo atau wheezing menandakan asma serta pola pernafasan cheyne stoke, hiperventilasi ataupun apneu

Abdomen : Periksa apakah ada ascites tanda hati yang rusak, organomegali, peritonism

Tanda Infeksi seperti abses, OMA yang bisa merupakan sumber awal penyebaran infeksi ke meningens

Pemeriksaan refleks patologis penting untuk mengetahui adanya kelainan struktur otak

Page 29: Standar Pelayanan Medik

Kriteria Diagnostik GCS <9

Diagnosis Kerja Koma sesuai penyebabnya

Diagnosis Banding : stroke, penyakit jantung Ensefalitis hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, dan

koma hepatikum Tumor otak Intoksikasi (berbagai macam obat atau bahan kimia) Trauma kapitis Epilepsi (pasca serangan grand mal atau pada status

epileptikus )

Page 30: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAANPENUNJANG

Rontgen Dada

Analisa Gas Darah Arteri

Pemeriksaan kadar glukosa(hipoglikemi)

Kultur darah(sepsis Pneumonia)

Darah Lengkap,Ureum, Creatinin, Elektrolit,Fungsi Hati, Ethanol, Narkoba

Page 31: Standar Pelayanan Medik

PENATALAKSANAAN

Tangani ABC

IV access

Stabilisasi cervical spine

Periksa gula darah

Obati penyebab dengan antidotum

5B: brain, blood, breathing, bowel, bladder

Page 32: Standar Pelayanan Medik

EDUKASI( HOSPITAL HEALTH PROMOTION) Memberi tahu ke keluarga tentang keadaan pasien

yang terus memburuk

Memb eri edukasi lama koma yang terjadi berengaruh pada prognosis

Page 33: Standar Pelayanan Medik

PROGNOSIS

Advitam:bonam

Adsanationam: bonam

Adfungsionam: bonam

Page 34: Standar Pelayanan Medik

SPINAL CORD INJURY

Page 35: Standar Pelayanan Medik

DEFINISI

cedera pada bagian tulang belakang atau pada medulla spinalis, umumnya menyebabkan gangguan permanen pada fungsi tubuh. Syok spinal adalah suatu keadaan disorganisasi fungsi medulla spinalis yang fisiologis dan berlangsung sementara waktu, keadaan ini timbul segera setelah cedera dan dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa minggu.

Page 36: Standar Pelayanan Medik

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesa Riwayat trauma pada tulang belakang Apabila penderita sadar mengeluhkan hilangnya kemampuan untuk menggerakan lengan atau tungkai, atau keduanya

Pemeriksaan fisik Hilangnya fungsi motorik pada saat injury – tetraplegia dengan lesi C4 – C5 atau di atasnya dan paraplegia dengan lesi T1 – T10.

Hilangnya gerakan otonom langsung kandung kemih dan usus. Lambung mengalami atoni.

Hilangnya fungsi sensorik di bawah tingkat yang sesuai dengan lesi medulla spinalis

Page 37: Standar Pelayanan Medik

FASE SYOK SPINAL

0 – 1 hari : arefleksia/ hiporefleksia

1 – 3 hari : kembalinya beberapa refleks superficial

1 – 4 minggu : hiper refleksia (awal)

1 – 12 bulan : hiper refleksia, spastisitas Lesi UMN menimbulkan gejala arefleksi dan flaccid

pada fase awal yang kemudian dilanjutkan dengan fase hiperrefleksia dan spastis.

Kondisi arefleksia atau flaccid belum tentu merupakan gejala lesi LMN namun dapat merupakan fase 1 syok spinal pada lesi UMN.

Page 38: Standar Pelayanan Medik

CEDERA MEDULLA SPINALIS SERVIKAL

Defisit berat pada C1 biasanya berakibat fatal. Pasien – pasien dengan cedera ini memiliki sedikit atau tidak memiliki kontrol motorik pada kepala sehingga bergantung pada ventilator.

Penderita dengan cedera C2 atau C3 masih dapat mengendalikan lehernya. Persarafan otot – otot pernapasan tambahan (sternokleidomastoideus dan skalenus) sebagian masih dapat dipertahankan sehingga penderita tetap bergantung pada ventilator tetapi kadang mampu bertahan tidak memakai ventilator untuk beberapa saat (kuadriplegia respiratorius).

Page 39: Standar Pelayanan Medik

Penderita dengan cedera C4 akan membutuhkan ventilator karena pusat pernapasan pada medulla spinalis terletak di C4.

Penderita pada C5 dapat mengendalikan kepala, leher, bahu, diafragma, dan kadang – kadang dapat mengendalikan siku.

Penderita pada C6 pengendalian pergelangan tangan masih dapat dipertahankan sebagian. C7 penderita dapat melakukan ekstensi siku dengan sempurna, fleksi pergelangan tangan. C8 – T1 dapat mengendalikan jari tangannya dengan cukup baik.

Page 40: Standar Pelayanan Medik

CEDERA MEDULLA SPINALIS TORAKAL – LUMBAL – SAKRAL Penderita dengan cedera setinggi T2 – T12 tetap dapat mengendalikan anggota gerak atas dengan sempurna.

Pada cedera setinggi L1 – L5 penderita mungkin masih dapat mengendalikan tungkainya dengan sempurna, bergantung pada tingkat cederanya, penderita ini dapat mengendalikan panggul, lutut, pergelangan kaki, dan kaki, sehingga penderita dapat berjalan dengan bantuan tongkat.

Pada cedera setinggi S1 – S5 penderita dapat cukup mengendalikan kaki tetapi mengalami disfungsi kandung kemih dan usus.

Page 41: Standar Pelayanan Medik

DIAGNOSIS BANDING

Paraparese

Tetraparese

Hemiparese

Page 42: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto polos vertebra/ CT Scan/ MRI untuk mengetahui letak lesi

Konsultasi Sp.BS apabila memungkinkan untuk dilakukan operasi

Perawatan Rumah sakit rawat inap

Page 43: Standar Pelayanan Medik

PENATALAKSANAAN DI IGD

Management pertama di IGD adalah dimulai dengan A, B, C. Pada lesi cervical bagian atas ventilasi spontan akan hilang sehingga perlu intubasi. Atasi syok bila ada kemudian teliti apakah ada cedera medulla spinalis. Bila dicurigai adanya cedera cervical maka lakukan imobilisasi, imobilisasi dapat dilakukan dengan memasang collar neck.

Penangan awal pada curiga medulla spinalis adalah pada jalan napas, ventilasi, oksigenasi, dan dukungan sirkulasi sebelum resusitasi dan evaluasi neurologik. Jaw trust telah dirancang untuk memperkecil gerakan leher sewaktu dilakukan resusitasi. Prioritas utama adalah untuk membuka jalan napas yang efektif.

Page 44: Standar Pelayanan Medik

Pemeriksaan radiologi diawali dengan foto polos cervical kemudia lakukan CT scan atau MRI.

Bila cedera terjadi sebelum 8 jam pemberian steroid dengan dosis tinggi (seperti metil prednisolon 30 mg/KgBB) intra vena perlahan selama 15 menit, kemudian disusul infus 5 - 4 mg/KgBB/jam selama 24 jam.

Untuk mengobati edema medulla spinalis dapat diberikan manitol 0,25-1,0 gr/KgBB

Jika tonus kandung kemih menghilang oleh karena syok spinal, lakukan pemasangan kateter foley guna observasi fungsi ginjal.

Page 45: Standar Pelayanan Medik

Penyulit Gagal napas Sepsis

Page 46: Standar Pelayanan Medik

CIDERA KEPALA

Page 47: Standar Pelayanan Medik

DEFINISI

cedera yang mengenai kepala dan otak, baik yang terjadi secara langsung (kerusakan primer/ primary effect) maupun tidak langsung (kerusakan sekunder/ secondary effect). Cedera otak yang terjadi sebagian besar adalah cedera otak tertutup, akibat kekerasan (rudapaksa), karena kecelakaan talu lintas, dan sebagian besar (84%) menjalani terapi konservatif dan sisanya sebanyak 16% yang membutuhkan tindakan operatif

Page 48: Standar Pelayanan Medik

KRITERIA DIAGNOSIS

Klinis

Tergantung berat ringannya cedera otak yang terjadi, dibagi dalam:

Minimal = Simple Head Injury (SHI) nilai Skala Koma Glasgow 15 (normal) kesadaran baik tidak ada amnesia

Cedera Otak Ringan (COR) / Cidera Kepala Ringan (CKR) nilai Skala Koma Glasgow 14 atau nilai Skala Koma Glasgow 15, dengan amnesia pasca cedera < 24 jam, atau hilang kesadaran < 10 menit dapat disertai gejala klinik lainnya, misalnya : mual, muntah,

sakit kepala atau vertigo

Page 49: Standar Pelayanan Medik

Cedera Otak Sedang (COS) / Cidera Kepala Sedang (CKS) nilai Skala Koma Glasgow 9 – 13 hilang kesadaran > 10 menit tetapi kurang dari 6 jam dapat atau tidak ditemukan adanya defisit neurologist amnesia pasca cedera selama kurang lebih 7 hari (bisa

positif atau negatif)

Cedera Otak Berat (COB)/ Cidera Kepala Berat (CKB) nilai Skala Koma Glasgow 5-8 hilang kesadaran > 6 jam ditemukan defisit neurologist amnesia pasca cedera > 7 hari

Page 50: Standar Pelayanan Medik

Kondisi Kritis nilai Skala Koma Glasgow 3-4 hilang kesadaran > 6 jam ditemukan defisit neurologist Perdarahan Epidural lusid interval anisokori pupil hemiparesis yang terjadi kemudian refleks Babinski yang terjadi kemudian

Fraktur Basis Kranii keluar cairan otak lewat hidung (rinorea) atau telinga (otorea) hematoma 'kacamata' atau hematoma retroaurikular (Battle's

sign)

Page 51: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium : Darah Perifer Lengkap Gula Darah Sewaktu Ureum / Kreatinin Analisa Gas Darah

(ASTRUP)

Radiologi Foto Kepala Polos, posisi

AP/Lat/Tangensial (sesuai indikasi)

Skening Kepala, gambaran bisa normal, kontusio, perdarahan, edema, fraktur tulang

kepala

Patologi Anatomi Normal, tidak ada

kerusakan hanya gangguan fungsional (Simple Head Injury dan Komosio)

Kontusio Perdarahan Edema Iskemia Infark Fraktur tulang tengkorak

Page 52: Standar Pelayanan Medik

PENATALAKSANAAN

Tergantung derajat beratnya cedera.

Minimal tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat - istirahat

dirumah diberi nasehat agar kembali ke rumah sakit bila ada tanda

tanda perdarahan epidural, seperti orangnya mulai terlihat mengantuk (kesadaran mulai turun-gejala lucid interval)

Cedera Otak Ringan (Komosio Serebri) tirah baring, kepala ditinggikan sekitar 30 derajat observasi di rumah sakit 2 hari keluhan hilang, mobilisasi simptomatis : anti vertigo, anti emetik, analgetika antibiotika (atas indikasi)

Page 53: Standar Pelayanan Medik

Cedera Otak Sedang dan Berat (Kontusio Serebri)

Terapi Umum Untuk kesadaran menurun Lakukan Resusitasi Bebaskan jalan nafas (Airway), jaga fungsi pernafasan (Breathing), Circulation (tidak boleh terjadi hipotensi, sistolik sama dengan atau lebih dari 90 mmHg), nadi, suhu (tidak boleh sampai terjadi pireksia)

Keseimbangan cairan dan elektrolit dan nutrisi yang cukup, dengan kalori 50% lebih dari normal

Jaga keseimbangan gas darah

Page 54: Standar Pelayanan Medik

Jaga kebersihan kandung kemih, kalau perlu pasang kateter

Jaga kebersihan dan kelancaran jalur intravena

Rubah rubah posisi untuk cegah dekubitus Posisi kepala ditinggikan 30 derajat Pasang selang nasogastrik pada hari ke 2, kecuali kontra indikasi yaitu pada fraktur basis kranii

Infus cairan isotonis Berikan Oksigen sesuai indikasi

Page 55: Standar Pelayanan Medik

Terapi Khusus

Medikamentosa Mengatasi tekanan tinggi intrakranial, berikan Manitol 20% Simptomatis : analgetik, anti emetik, antipiretik Antiepilepsi diberikan bila terjadi bangkitan epilepsi pasca

cidera Antibiotika diberikan atas indikasi Anti stress ulcer diberikan bila ada perdarahan lambung

Operasi bila terdapat indikasi

Rehabilitasi:

Mobilisasi bertahap dilakukan secepatnya setelah keadaan klinik stabil

Neurorestorasi dan Neurorehabilitasi diberikan sesuai dengan kebutuhan

Page 56: Standar Pelayanan Medik

PENYULIT Perawatan dan konsistensi neurorehabilitasi yang

kurang cermat dapat menimbulkan gejala sisa yang sangat variatif tergantung berat dan lokasi kerusakan otak

LAMA PERAWATAN tergantung beratnya, dari 2 hari sampai 1 bulan terkadang penyembuhan tidak sempurna, ada gejala

sisa dan membutuhkan perawatan

Page 57: Standar Pelayanan Medik

EPILEPSI

Page 58: Standar Pelayanan Medik

STATUS EPILEPTIKUS

Page 59: Standar Pelayanan Medik

GUILLAINE – BARRE

SYNDROME

Page 60: Standar Pelayanan Medik

DEFINISI

merupakan kondisi polineuropati akut, dimana terjadi paralisis ascendence, akibat proses autoimun dengan respon inflamasi pada radiks (akar saraf) dan saraf tepi (poliradikulopati dan polineuropati).

Page 61: Standar Pelayanan Medik

KRITERIA DIAGNOSIS

AnamnesaKelemahan anggota gerak bersifat ascendence (gangguan dari bawah ke atas yang terdiri dari poliradikulopati), simetris kanan kiri, progresif cepat

Terdapat “glove stocking phenomone”Diawali dengan parestesi yang diikuti kelemahan pada kaki

Tidak ada panas

Page 62: Standar Pelayanan Medik

Pemeriksaan fisik Kehilangan atau penurunan refleks tendo Lesi bersifat LMN Gangguan saraf kranial, terutama saraf fasialis bilateral

Arefleksia Kelemahan pada kedua tungkai dan lengan Oftalmoplegi Disfungsi otonom : aritmia, hipotensi, retensi urin, pupil anisokor

telah terkena maka akan terjadi distress respiratory yang ditandai dengan penurunan respiratory rate.

Page 63: Standar Pelayanan Medik

KRITERIA DIAGNOSIS MENURUT ASBURY & CORNBLATH (GOLD STANDARD)

Tanda yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis Kelemahan kedua lengan dan tungkai Arefleksia

Tanda yang menyokong diagnosis Progresifitas gelaja dalam beberapa hari sampai 4 minggu Gejala relatif simetri, gangguan sensorik ringan, disfungsi

autonomik Gangguan saraf kranial, terutama saraf fasialis bilateral Perbaikan dalam 2 – 4 minggu setelah masa progresif Saat awitan tanpa panas Kenaikan protein LCS tanpa kenaikan sel (< 10 sel/mm3) Gangguan elektrofisiologik yang tipikal

Page 64: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium : kenaikan LCS tanpa kenaikan sel (<10 sel/mm3)

CT Scan : CT Scan mungkin terlihat normal

Page 65: Standar Pelayanan Medik

DIAGNOSIS BANDING

Myelitis transversa : Perjalanan penyakit akut, ekstremitas melemah, disertai gangguan sensibilitas dan fungsi otonom.

Porfiria intermitten akut : neuropati berat, herediter (autosomal dominan), kelumpuhan ascendence, kadang asimetri. Gangguan sensibilitas pada 50% penderita. Saraf kranial dapat terkena.

Periodik paralisis hipokalemia : EKG terdapat T wave yang flat dan T inversi, U wave meninggi dan ST elevasi.

Page 66: Standar Pelayanan Medik

PENATALAKSANAAN

Suportif : Oksigen 3-4 L/menit Jika terjadi gagal napas dilakukan intubasi

Kausal Kortikosteroid : metil prednisolon 500 mg/hari selama 5

hari. Diberikan dalam dosis tinggi dan diturunkan secara perlahan.

Plasma exchange : mengganti komponen darah yang terlarut termasuk komplemen imunoglobulin, kompleks imun, sitokin, interleukin.

Intravenous Immune Globulin (IVIG) : dosis 0,4 mg/kgBB/hari selama 5 hari dimana setiap dosis diberikan dengan selang waktu 3 – 4 jam didahului oleh IV dimenhidramin dan ibuprofen oral.

Page 67: Standar Pelayanan Medik

Kecepatan infus : 0 – 15 menit : 8 tetes/menit = 30 ml/jam 15 – 30 menit : 16 tetes/ menit = 60 ml/jam Sesudahnya 32 tetes/ menit = 120 ml/jam Pada keganasan dan infeksi kronik tidak boleh lebih dari 60 ml/jam.

Pemantauan Keadaan umum Sesak nafas

Penyulit Gagal nafas Sepsis

Lama perawatan Untuk penyembuhan total memerlukan waktu 3 bulan.

Page 68: Standar Pelayanan Medik

MIASTENIA GRAVIS

Page 69: Standar Pelayanan Medik

DEFINISI

gangguan otot skelet yang bersifat kronik yang mengenai otot – otot yang ditandai dengan kelemahan dan mudan lelah akibat proses autoimun yang bersifat mendestruksi reseptor asetilkolin di post sinaps membran pada neuromuskular junction.

Page 70: Standar Pelayanan Medik

KRITERIA DIAGNOSIS

Anamnesa Penderita mengeluh mata tidak bisa membuka ketika beraktivitas dan membaik ketika beristirahat.

Diplopia dan penglihatan kabur Kesulitan menelan atau mengunyah (penderita tidak dapat makan dalam porsi yang banyak)

Bicara tidak jelas Suara hilang/ sengau

Page 71: Standar Pelayanan Medik

Pemeriksaan fisik Droopy eye : mata yang tidak bisa naik akibat ptosis

Senyum yang datar Respon pupil terhadap cahaya berkurang Kelemahan pada otot ekspirasi Kelemahan yang bersifat fokal Tidak dapat menutup mulut disebut dengan tanda rahang menggantung (hanging jaw sign)

Penderita diminta untuk bersuara yang keras kemudian apabila suara makin menghilang penderita disuruh istirahat

Page 72: Standar Pelayanan Medik

Tanda khas Miastenia GravisKelemahan otot voluntar berfluktuasi, terutama otot wajah dan ekstraikular

Kelemahan otot meningkat dengan aktivitas

Kekuatan otot meningkat setelah istirahat

Kekuatan otot meningkat sebagai respon terhadap pengobatan (antikolinesterase)

Page 73: Standar Pelayanan Medik

Krisis pada Miastenia Krisis miastenik : keadaan ketika pasien membutuhkan

lebih banyak obat antikolinesterase. Bila terjadi krisis miastenik pasien dipertahankan dengan respirator. Obat anti kolinesterase tidak dapat diberikan karena obat itu meningkatkan sekresi pernapasan dan dapat mencetuskan krisis kolinergik. Pemberian obat dimulai lagi bertahap dan seringkali dosis dapat diturunkan setelah krisis.

Krisis kolinergik : keadaan yang terjadi akibat kelebihan obat antikolinesterase. Pada krisis ini pasien mungkin telah meminum obat secara berlebihan karena kesalahan atau dosisnya berlebihan karena terjadi remisi spontan. Pada krisis kolinergik pasien dipertahankan dengan ventilasi buatan. Obat anti kolinergik tidak dapat diberikan dan 1 mg atropin diberikan secara intravena dan dapat diulang bila perlu

Page 74: Standar Pelayanan Medik

DIAGNOSIS BANDING

Congenital myastenic syndromes

Drug – induced myastenia penicillamine

Lambert – Eaton syndrome

Hipertiroid

Grave’s disease

Botulism

Progressive esternal ophtalmoplegia

Page 75: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Tensilon : terdapat kelemahan pada otot mata (ptosis) yang akan hilang dengan sendirinya

Uji prostigmin (neostigmin) : terdapat kelemahan otot yang akan hilang dengan sendirinya

Uji klinin : terdapat kelemahan otot yang akan hilang dengan sendirinya

Page 76: Standar Pelayanan Medik

PENATALAKSANAAN

Obat antikolinesterase : Meningkatkan respon otot terhadap impuls saraf → memperbaiki kekuatan otot

Neostigmin : 7,5 mg – 45 mg (2 – 6 jam sekali)

Piridostigmine (mestinon) : 60 mg – 180 mg (2 – 4 kali sehari)

Ambenonium (mytelase) : 5 – 25 mg (3 – 4 jam sekali)

Page 77: Standar Pelayanan Medik

Terapi imunosupresif dan imunomodulasi yang dikombinasikan dengan pemberian antibiotik dan penunjang ventilasi mampu menghambat terjadinya mortalitas dan menurunkan morbiditas pada penderita.

Jika terjadi krisis kolinergik terapi dengan atropin.

Pemantauan Keadaan umum Vital sign (respiratory rate)

Penyulit Gagal napas

Page 78: Standar Pelayanan Medik

NYERI KEPALA

Page 79: Standar Pelayanan Medik

DEFINISI

Nyeri pada bagian kepala yang sering dijumpai di lapangan

Anamnesis :

Riwayat Infeksi

Riwayat trauma

Riwayat nyeri kepala sebelumnya

Riwayat kelemahan anggota tubuh

Page 80: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAAN FISIK

Tanda awal

Pemeriksaan kesadaran dan keadaan umum serta TTV

Kaku kuduk

Kekuatan otot

Pemeriksaan jejas di cranium

Pemeriksaan funduskopi papil edema atau tidak

Brudzinski, kernig dan laseque

Page 81: Standar Pelayanan Medik

KRITERIADIAGNOSTIK

Nyeri pada bagian kepala dengan dugaan meningitis, trauma, stroke atau tumor

Diagnosis Kerja Observasi Cephalgia

Diagnosis Banding : Meningitis, tumor, stroke, pasca trauma

Page 82: Standar Pelayanan Medik

PEMERIKSAANPENUNJANG

Lumbar Punksi

CT scan

Pemeriksaan Darah lengkap

Kultur darah(sepsis Pneumonia)

Angiografi

Dupleks USG

Page 83: Standar Pelayanan Medik

TERAPI

Pemberian antibiotic cephalosporin / vancomicyn / Ampisilin dan antibiotic sesuai organism penyebab meningitis atau penyakit kepala lain

Agen hiperosmotik/manitol untuk kasus cedera kepala/post trauma guna mengurangi edema otak

Pemberian neuroprotektan untuk melindungi fungsi otak

Terapi simtomatis

Page 84: Standar Pelayanan Medik

EDUKASI( HOSPITAL HEALTH PROMOTION) Kesadaran menurun dirawat intensif

Mobilisasi pasien minimal

Edukasi jika keadaan akan makin memburuk

Pemberian bantuan moril dari keluarga

Page 85: Standar Pelayanan Medik

PROGNOSIS

Advitam:bonam

Adsanationam: bonam

Adfungsionam: bonam

Page 86: Standar Pelayanan Medik