standar evaluasi-1

36
Standar Evaluasi 1 STANDAR EVALUASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN (Keputusan Rektor Unimed Nomor: 042/J39.Kep/PP/2006) I. KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Testing, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Testing atau pengetesan, pengukuran, penilaian (asesmen), dan evaluasi memiliki arti yang berbeda. Testing atau pengetesan adalah prosedur atau kegiatan yang sistematis untuk mengetahui atau mengukur keterampilan, pengetahuan dan bakat individu dengan cara atau aturan yang telah ditentukan (contohnya penggunaan tes hasil belajar, tes IQ, dsb). Berbicara tentang pengujian atau tes sering diasosiasikan dengan sejumlah pertanyaan atau soalsoal yang harus dikerjakan atau diselesaikan dalam waktu tertentu. Pandangan ini sempit dan cukup terbatas, sebab pengujian atau tes mencakup prosedur untuk menjelaskan sifat atau karakteristik sesuatu atau seseorang. Jadi pengertian pengujian atau tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi atau menjelaskan satu atau lebih sifat atau karakteristik seseorang dengan bantuan skala nilai (Nitko, 1983). Sedangkan dalam pengertian yang lebih terbatas atau sempit, tes dapat diartikan sebagai sejumlah tugas atau soal yang harus dikerjakan oleh orang yang dites (Joni, 1984). Dalam penilaian, karakteristik yang dinilai dapat digambarkan atau dijelaskan dengan angka (kuantitatif) tetapi tidak semuanya. Oleh karena itu ada karakteristik yang dinilai tidak dapat dikemukan dengan angka, melainkan harus digambarkan dengan kategori atau kualitatif. Namun kedua sifat karakteristik tersebut diperoleh melalui pengujian atau tes. Sehingga pengujian atau tes mencakup karakteristik yang dapat dikuantitatifkan maupun yang tidak dapat dikuantitatifkan (kualitatif).

Upload: nurdiansyah-annadawy

Post on 01-Nov-2015

420 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  1 

STANDAR EVALUASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 

(Keputusan Rektor Unimed Nomor: 042/J39.Kep/PP/2006) 

 

I. KAJIAN TEORITIS 

A. Pengertian Testing, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi 

Testing atau pengetesan, pengukuran, penilaian  (asesmen), dan evaluasi memiliki arti yang berbeda. Testing atau pengetesan adalah prosedur atau kegiatan yang sistematis untuk mengetahui atau mengukur  keterampilan,  pengetahuan  dan  bakat  individu dengan  cara  atau  aturan  yang  telah  ditentukan  (contohnya penggunaan  tes  hasil  belajar,  tes  IQ,  dsb).  Berbicara  tentang pengujian  atau  tes  sering  diasosiasikan  dengan  sejumlah  per‐tanyaan  atau  soal‐soal  yang  harus  dikerjakan  atau  diselesaikan dalam waktu tertentu. Pandangan ini sempit dan cukup terbatas, sebab pengujian atau tes mencakup prosedur untuk menjelaskan sifat  atau  karakteristik  sesuatu  atau  seseorang.  Jadi  pengertian pengujian atau  tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi  atau  menjelaskan  satu  atau  lebih  sifat  atau karakteristik seseorang dengan bantuan skala nilai (Nitko, 1983). Sedangkan dalam pengertian yang lebih terbatas atau sempit, tes dapat  diartikan  sebagai  sejumlah  tugas  atau  soal  yang  harus dikerjakan  oleh  orang  yang dites  (Joni,  1984). Dalam  penilaian, karakteristik  yang  dinilai  dapat  digambarkan  atau  dijelaskan dengan  angka  (kuantitatif)  tetapi  tidak  semuanya. Oleh  karena itu ada karakteristik yang dinilai tidak dapat dikemukan dengan angka,  melainkan  harus  digambarkan  dengan  kategori  atau kualitatif.  Namun  kedua  sifat  karakteristik  tersebut  diperoleh melalui  pengujian  atau  tes.  Sehingga  pengujian  atau  tes men‐cakup  karakteristik  yang  dapat  dikuantitatifkan maupun  yang tidak dapat dikuantitatifkan (kualitatif). 

Page 2: Standar Evaluasi-1

2   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

  Pengukuran  didefenisikan  sebagai  kegiatan  sistematik menentukan  angka/skor  obyek  atau  gejala  yang diukur dengan ukuran  tertentu. Ukuran yang digunakan dapat berupa ukuran standar (m, kg, ton, rupiah, dsb) atau ukuran tidak standar (depa, jengkal,  langkah, dsb). Pengukuran  tidak dapat dilepaskan dari pengertian  kuantitas  atau  jumlah.  Jumlah  akan  menunjukkan besarnya  (magnitude)  obyek,  orang  atau  peristiwa  yang dilukiskan  dalam  bentuk  unit‐unit  ukuran  tertentu  seperti misalnya; menit, drajad, meter, percentile, dsb, sehingga dengan demikian hasil pengukuran  itu  selalu dinyatakan dalam bentuk bilangan.  Jadi  pengukuran  (measurement)  adalah  prosedur pemberian  angka  (disebut  skor)  pada  suatu  sifat  atau  karak‐teristik  tertentu  dari  seseorang  (Nitko,  1983  dan  Jono,  1984). Dalam  kegiatan  pengukuran  ada  prosedur  atau  aturan‐aturan tertentu yang harus digunakan dalam penetapan angka atau skor seseorang,  seperti  menjumlahkan  berapa  benar  dari  sejumlah butir soal yang dikerjakan sebagai skornya dalam tes itu. 

  Evaluasi adalah kegiatan penentuan nilai/pencapaian tujuan suatu  program  untuk  pengambilan  keputusan.  Evaluasi berkaitan dengan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh  mana,  dalam  hal  apa,  dan  bagian  mana  dari  tujuan pendidikan  sudah  tercapai.  Evaluasi  juga  dimanfaatkan  untuk mengambil  keputusan  terhadap  sebuah  proses  secara menyeluruh (input, proses, output). Evaluasi dapat digambarkan sebagai  suatu proses untuk mempertimbangkan  sesuatu barang atau  gejala  dengan mempergunakan  patokan‐patokan  tertentu, patokan‐patokan  itu mengandung  pengertian  baik  ‐  tidak  baik, memenuhi  syarat  –  tidak  memenuhi  syarat,  memadai  ‐  tidak memadai dsb, dengan dipengaruhi oleh value judgment (Joni, 1984 dan  Nitko,  1983).  Dalam  evaluasi  digunakan  patokan‐patokan untuk  menetapkan  sesuatu,  patokan‐patokan  ini  boleh bersumber  dari  hasil  pengukuran  atau  pengujian  atau  tes  atau mungkin juga bersumber dari diri sendiri oleh sipenilai, sehingga subjektivitasnya  sangat  tinggi.  Untuk  mengurangi  atau menghilangkan  pengaruh  subjektivitas  dalam  penilaian,  maka 

Page 3: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  3 

gunakanlah  tes  dan  pengukuran,  sehingga  keputusan  yang diambil melalui kegiatan penilaian akurasinya atau objektivitas‐nya dapat dipertanggung jawabkan. 

  Penilaian  dilakukan  untuk menafsirkan  hasil  pengukuran dan  menentukan  pencapaian  hasil  belajar  berdasarkan  kriteria tertentu. Umumnya digunakan kategorisasi sepert baik – buruk, benar  –  salah,  sangat  setuju  –  sangat  tidak  setuju,  dsb. Dalam pelaksanaan  penilaian  dalam  pendidikan,  belakangan  ini  telah dibedakan antara penilaian sebagai evaluasi dan sebagai asesmen. Evaluasi  merupakan  tindakan  untuk  menetapkan  keberhasilan suatu  program  pendidikan,  termasuk menetapkan  keberhasilan peserta didik dalam program pendidikan yang diikuti (Direktorat P2TK dan Ketenagaan PT Dirjen Dikti.  1.  2005). Fokus  evaluasi adalah keberhasilan program atau kelompok peserta didik sesuai dengan  program  yang  diikuti.  Sedangkan  asesmen  adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi  atau  kinerja  seseorang  yang  hasilnya  akan  digunakan untuk  evaluasi.  Fokus  asesmen  adalah  pencapaian  hasil    atau prestasi  belajar  peserta  didik.  Informasi  pencapaian  hasil  atau prestasi  belajar  peserta  didik  diperoleh  dengan  menggunakan berbagai bentuk dan alat pengukuran dan non pengukuran atau tes  dan  non  tes,  formal  ataupun    non  formal.  Informasi  ini digunakan  untuk  menggambarkan  bentuk  profil  peserta  didik guna menetapkan apakah peserta didik dapat dinyatakan sudah menguasai kompetensi yang ditargetkan atau belum. 

  Asesmen  sering  juga  dikaitkan  dengan  kata  otentik (authentic)  sehingga  disebut  dengan  otentik  asesmen  (authentic assessment).  Otentik  asesmen  dapat  diartikan  sebagai  proses observasi, mencatat dan mendokumentasikan pekerjaan peserta didik  dan  bagaimana  pekerjaan  itu  dilakukan  yang  digunakan sebagai dasar dalam menetapkan  kemajuan  belajarnya  (Puckett dan  Black.  1994). Otentik  asesmen  tidak  hanya  terpaut  dengan hasil  akan  tetapi  mencakup  bagaimana  tercapainya  hasil  itu. Otentik asesmen menyatu dengan pembelajaran, karena hasilnya 

Page 4: Standar Evaluasi-1

4   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

digunakan  untuk  mengembangkan  pembelajaran  secara individu.  Adapun  karakteristik  asesmen  berbasis  kompetensi dirumuskan sebagai berikut: 

1. Berfokus kepada hasil 2. Dilaksanakan untuk setiap individu 3. Mengacu pada kriteria atau standar 4. Memungkinkan peserta didik melakukan evaluasi diri 5. Bersifat otentik, terbuka, holistik, dan integrative 6. Kelulusan  diperoleh  jika  standar  kompetensi  sudah  dicapai 

atau dikuasai 7. Hasil asesmen dinyatakan dalam bentuk lulus (komputer) dan 

tidak lulus (tidak komputer) 

 

B. Tujuan, Fungsi dan Jenis Penilaian (Asesmen) 

1. Tujuan dan Fungsi Asesmen 

Penilaian  yang  dilakukan  dosen  dimaksudkan  untuk menggambarkan  bentuk  profil  peserta  didik  guna menetapkan  apakah  peserta  didik  dapat  dinyatakan  sudah menguasai kompetensi yang ditargetkan atau belum dengan menggunakan berbagai bentuk dan alat pengukuran dan non pengukuran atau tes dan non tes, formal ataupun non formal. Pada  umumnya  penilaian  berfungsi  untuk  memotivasi pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran agar peserta didik  dapat  mencapai  hasil  atau  prestasi  belajar  optimal, sangat  kompeten.  Hasil  penilaian  sebagai  balikan  pada pendidik  dan  peserta  didik  yang  dapat  digunakan  sebagai acuan  untuk  menata  dan  mengembangkan  proses pembelajaran dan kegiatan penilaian yang dilakukan. 

 

 

 

Page 5: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  5 

2.  Jenis Asesmen 

a. Formatif, Sumatif, dan Diagnostik 

Jenis  penilaian  berdasarkan  atas  tujuan  penilaian  terdiri atas  penilaian  diagnostik,  formatif  dan  sumatif.  Penilaian diagnostik  digunakan  untuk  menentukan  karakteristik pembelajaran  dari  siswa  secara  individu,  seperti kepemilikan kemampuan prasyarat, penguasaan objek atau konsep,  dan  sebab  utama  kesulitan  belajar  mahasiswa. Penilaian formatif  digunakan saat mahasiswa sedang belajar atau  mempelajari  materi  baru  untuk  menemukan  pola kesalahan  mahasiswa,  memberi  informasi  kemajuan belajar,  merencanakan  program  remidiasi,  dsb  yang kesemuanya ini difokuskan untuk efektivitas pembelajaran yang  sedang  berlangsung.  Penilaian  Sumatif    digunakan setelah mahasiswa menyelesaikan pembelajaran  topik/unit tertentu  dan  dimanfaatkan  untuk  menerangkan  hasil belajar  mahasiswa,  memutuskan  tingkat  efektivitas pembelajaran,  menilai  metode/pendekatan  pembelajaran dan  kurikulum  yang  dibelajarkan.  Dalam  panduan  ini, penjelasan  tentang  jenis  penilaian  ini  diarahkan  pada penilaian formatif.     

penilaian formatif digunakan untuk mengetahui sejauhmana mahasiswa menguasai materi  perkuliahan,  baik  dari  sisi konten  (isi  materi)  maupun  performans  (unjuk  kerja). Penilaian yang dilakukan adalah penilaian formatif karena dengan  kurikulum  berbasis  kompetensi  penguasaan  hasil belajar  dan  unjuk  kerja  peserta  didik  tidak  hanya ditunjukkan melalui  penguasaan  isi  (konten),  akan  tetapi harus  juga  performan.  Karena  itu,  penilaian  hasil  atau prestasi  belajar  peserta  didik  harus  menyatu  dengan pembelajaran  dan  dilakukan  setelah  berlangsung pembelajaran untuk menguasai kompetensi dasar tertentu. Pelaksanaan  penilaian  hasil  atau  prestasi  belajar  peserta didik  tidak  lagi  terkait  dengan  waktu  atau  penjadwalan 

Page 6: Standar Evaluasi-1

6   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

secara  bersama  dan  terjadwal  seperti  yang  dilakukan selama  ini,  dan  dengan  satu  jenis  tes  dan  berlangsung hanya  satu  kali ujian  tengah  semester dan  satu kali ujian akhir  semester.  Selama  ini,  hasil  penilaian  hasil  atau prestasi belajar peserta didik pada umumnya tidak sampai pada  peserta  didik,  yang  sampai  hanyalah  dalam  bentuk nilai akhir. Penilaian dengan KBK akan dilakukan dengan menggunakan  berbagai  bentuk  dan  alat  penilaian, spesifikasi  kompetensi,  tidak  terjadwal  secara  sama, diadakan  remedial  dan  penilaian  kembali,  mencakup konten dan performan, balikan segera pada peserta didik, dan semua data atau informasi tentang hasil dan kemajuan belajar peserta didik direkam dan disimpan dalam bentuk portofolio.  Karena  itu  maka  penilaian  yang  dilakukan adalah penilaian  formatif dan penilaian  ini mengacu pada penguasaan kompetensi atau standar kompetensi. Dengan demikian  penilaian  yang  dilakukan  untuk  mengetahui hasil atau prestasi belajar peserta didik setelah menyelesai‐kan  program  pembelajaran  dalam  satu  satuan  pembel‐ajaran yang mencakup satu atau lebih kompetensi dasar. 

Penilaian  formatif  ini  bermanfaat  bagi  mahasiswa, diataranya adalah: 

a. Mengetahui  penguasaan  mereka  sendiri  secara mendalam 

b. Merupakan  penguatan  bagi mahasiswa  untuk  belajar lebih baik 

c. Merupakan  umpan  balik  (feed  back)  kelemahan mahasiswa untuk perbaikan cara belajarnya. 

d. Merupakan diagnosa kesulitan siswa dalam menguasai pengetahuan,  keterampilan  dan  konsep  materi  yang dibelajarkan. 

 

 

Page 7: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  7 

Bagi dosen, penilaian formatif bermanfaat untuk: 

a. mengetahui  penguasaan  bahan/materi  yang  dibelajar‐kan 

b. mengetahui materi yang belum dikuasai mahasiswa c. umpan balik efektivitas penggunaan metode/pendekat‐

an mengajar d. merencanakan program remedial bagi mahasiswa yang 

mengalami kesulitan belajar e. meramalkan  tingkat  kesuksesan  keseluruhan  proses 

pembelajaran 

 

3. Pendekatan Penilaian (PAP dan PAN) 

Pendekatan  dalam  penilaian  pembelajaran  terdiri  atas Penilaian  Acuan Norma  (Norm‐Referenced‐PAN)  dan  Penilaian Acuan  Patokan  (Criterion‐Referenced‐PAP).  Penilaian  Acuan Norma  (PAN)  adalah  penilaian  yang membandingkan  hasil pengukuran  kompetensi  seseorang  (atau  hasil  belajar) dengan  hasil  pengukuran  yang  diperoleh  orang  lain  dalam kelompoknya. Popham (1981) menyatakan bahwa : “A norm‐referenced  test  is  used  to  ascertain  an  individual’s  status  with respect  to  the  performance  of  other  individuals  on  that  test”. Penilaian berdasarkan acuan norma berangkat dari keinginan untuk  memilah  atau  membedakan  individu  dari kelompoknya  berdasarkan  kepentingan  yang  akan  diukur. Dasar  penilaian  yang  digunakan  adalah  kurva  normal  dan besaran  yang  dipakai  menafsirkan  angka/skor  mahasiswa adalah  angka  rerata  (Mean)  seluruh  mahasiswa  dan simpangan  bakunya  (Standar  Deviasi  atau  SD).  Distribusi normal memberikan sebaran: 

Sebanyak 7% mahasiswa memperoleh nilai baik sekali Sebanyak 24% mahasiswa memperoleh nilai baik  Sebanyak 38% mahasiswa memperoleh nilai sedang 

Page 8: Standar Evaluasi-1

8   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

Sebanyak 24% mahasiswa memperoleh nilai  tidak baik atau kurang Sebanyak 7% mahasiswa memperoleh nilai sangat tidak baik atau kurang sekali 

PAN bersifat relatif, bergantung pada tinggi rendahnya skor mahasiswa.  Cara  ini  digunakan  untuk  melihat  ranking individu  mahasiswa  dibanding  kelompoknya.  Namun  bila kualitas  merupakan  standar  kompetensi  minimal  untuk menilai mahasiswa maka penggunaan PAN tidak tepat. 

Sesuai  dengan  jenis  penilaian  yang  akan  dilakukan  yaitu penilaian formatif, maka pendekatan yang digunakan dalam penilaian  adalah  Pendekatan  Acuan  Patokan  (PAP).  Pada PAP  terlebih  dahulu  ditetapkan  kriteria  keberhasilan  yaitu kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator‐indikator. Pembanding yang digunakan yaitu tujuan yang akan dicapai berupa  standar  kompetensi  yang  mencakup  konten  dan performan.  Dengan  demikian,  kualitas  hasil  atau  prestasi belajar  dapat  dikontrol  dan  daya  saing  dapat  ditingkatkan. Pembelajaran  akan  diarahkan  secara  terus  menerus  dan secara  langsung  merangsang  dan  memeriksa  kemajuan belajar  peserta  didik  serta  membantunya  melewati  tahap‐tahap  pembelajaran  dengan  berhasil.  Bentuk  penguasaan hasil atau prestasi belajar masing‐masing peserta didik tidak ada kaitannya dengan penguasaan individu lainnya ataupun kelompoknya.  Kedudukan  penguasaan  hasil  atau  prestasi masing‐masing  peserta  didik  dibandingkan  dengan  kriteria yang telah ditetapkan. 

Penialaian Acuan Patokan (PAP) adalah penilaian berdasarkan patokan atau kriteria tertentu yang sudah ditentukan terlebih dahulu,  seperti  batas  kelulusan  mahasiswa  atau  standar minimum  kompetensi.  Ini  berarti mahasiswa  akan ditentukan kelulusannya  atau  tingkat  kompetensinya  berdasarkan kriteria  tersebut.  Mahasiswa  yang  mencapai  batas  ini dinyatakan  lulus  atau  kompeten.  Mahasiswa  yang  tidak 

Page 9: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  9 

mencapai  batas  ini  dinyatakan  tidak  lulus  atau  tidak kompeten  dan  harus  mendapat  remedial    (mengulang kembali kegiatan belajarnya hingga mencapai batas minimal tersebut).  Kriteria  ini  bersifat  tetap  dan  dapat  digunakan untuk  kelompok  mahasiswa  manapun  yang  memperoleh materi  kuliah  yang  sama.  Untuk  PAP  ini,  Popham  (1981) menyatakan  bahwa  :  “A  criterion‐referenced  test  is  used  to ascertain an individual’s status with respect to a defined behavioral domain”. Ciri‐ciri PAP dapat dijelaskan sebagai berikut: 

a. digunakan  untuk  menilai  kualitas  kompetensi  yang dimiliki  mahasiswa  (hasil  belajar).  Hal  ini  berkaitan dengan tingkat ketuntasan belajar mahasiswa. 

b. Menekankan  pada  kejelasan  kemampuan  mahasiswa menyelesaikan tugas yang diberikan  

c. Kualitas  kompetensi  mahasiswa  dibandingkan  dengan kriteria/patokan  minimum  kompetensi  lulusan  yang sudah  ditentukan  terlebih  dahulu.  Penentuan  kriteria bersifat  tetap  dan  dapat  digunakan  di  kelompok manapun yang mendapat materi perkuliahan yang sama. Contohnya: mahasiswa  dinyatakan  lulus  jika mendapat skor 75 ke atas. 

d. Umumnya  kelulusan  isi  materi  yang  dinilai  terfokus pada penilaian untuk bahan yang terbatas 

e. Rincian  kemampuan/kompetensi  yang  diukur  merupa‐kan  faktor  utama  untuk merencanakan  jenis  pengujian yang digunakan. 

f. Butir  soal/tugas  yang  digunakan  sangat  bervariasi  dan tidak bergantung pada  tingkat kesulitan atau daya beda soal/tugas  tersebut.  Skor/nilai  yang  dihasilkan  tidak harus bervariasi (heterogen) tetapi bisa juga homogen. 

Adapun  rangkuman  ciri‐ciri  PAP  dapat  diperhatikan  pada tabel berikut ini  

Page 10: Standar Evaluasi-1

10   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

Tabel 1. Karakteristik PAP dibandingkan PAN 

  PAP  PAN KEGUNAAN  Ketuntasan belajar  Pengujian hasil belajar PENEKANAN UTAMA 

Menjelaskan kemampuan menyelesaikan tugas 

Mengukur perbedaan individu 

INTERPRETASI HASIL 

Membandingkan kemampuan dengan kriteria penilaian  

Membandingkan antara prestasi siswa 

KELUASAN ISI  Terfokus pada tugas terbatas 

Mencakup isi yang luas 

PERENCANAAN TES 

Rincian kemampuan yang diukur 

Kisi‐kisi tes sangat dibutuhkan 

PROSEDUR PEMILIHAN BUTIR 

Mengikutkan semua butir yang diperlukan  Tidak ada pergantian tingkat kesulitan butir atau membuang butir yang mudah 

Seleksi butir dengan daya beda tinggi Memperoleh variasi skor yang besar (Heterogen) Butir mudah dihilangkan 

STANDAR HASIL  Penggunaan standar mutlak (menguasai 75% istilah teknis 

Penggunaan standar norma (ranking 5 dari 40 mahasiswa 

 

C. Prinsip, Bentuk dan Alat Penilaian 

1. Prinsip Penilaian 

Penilaian  PAP  tidak  menggunakan  rerata  mahasiswa sebagai  patokan  atau  kriteria  melainkan  dosen  terlebih dahulu  menetapkan  kriteria  keberhasilan  yaitu  batas minimal penguasaan materi perkuliahan. Mahasiswa yang telah mencapai batas  ini dinyatakan  lulus  (kompeten) dan yang  tidak  harus  mengikuti  program  remedial.  Dengan demikian  diharapkan  tidak  ada  mahasiswa  yang  tidak lulus atau tidak kompeten dalam mata kuliah tersebut. 

PAP  bukan  hanya menekankan  pada mutu/kualitas  hasil belajar mahasiswa  tetapi  juga pada sisi  jumlah mahasiswa yang  lulus/kompeten.  Sebanyak  mungkin  mahasiswa 

Page 11: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  11 

dirangsang  dan  dibantu  untuk  mencapai  penguasaan kompetensi  lebih  dari  standar minimal  kelulusan. Untuk ini,  PAP  mempersyaratkan  kepastian  patokan  yang digunakan dan keterarahan pembelajaran. Hasil penilaian PAP  dapat  berupa  kurva  normal  tetapi  pada  umumnya berbentuk juling positif atau juling negatif. Jika hasil belajar siswa  tinggi maka  banyak  siswa  yang mendapatkan  nilai tinggi  maka  kurvanya  juling  negative.  Sebaliknya  jika banyak siswa mendapat skor rendah maka kurvanya juling positif. Perhatikan berikut ini. 

 

 

 

 

 

 

Instrumen  PAP  tidak  berbeda  dengan  instrumen  yang digunakan  dalam  PAN,  diantaranya  ialah  jenis  tes  (kuis dan  tes  hasil  belajar)  dan  jenis  non‐tes  (skala  sikap bertingkat,  daftar  cocok,  jurnal,  lembaran  observasi, wawancara,  kuesioner  dan  un‐obstrusive  teknik  seperti catatan  sekolah,  riwayat  hidup,  daftar  hadir,  dll). Instrumen  lainnya adalah penilaian alternatif, diantaranya adalah  tugas  asesmen performan  (unjuk kerja), presentasi dan  proyek,  serta  portofolio.  Demikian  pula  dengan karakteristik  instrumen  tersebut.  Ciri‐ciri  instrumen penilaian  yang  baik  adalah:  1)  sahih  (valid)  artinya instrumen mengukur  apa yang  seharusnya diukur dan  2) konsisten  (reliabel)  artinya  hasil  pengukuran  selalu konsisten  bila  dilaksanakan  penilaian  pada  siswa  yang sama  dalam  waktu  dan  kondisi  yang  berlainan,  atau dengan  instrumen  yang  paralel    pada  subjek  dan waktu 

f  f

(A) Positif (B) Negatif

Page 12: Standar Evaluasi-1

12   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

yang  sama.  Selain  valid  dan  reliabel,  ada  juga  yang dilengkapi dengan analisis butir (untuk instrumen jenis tes) yang  menilai  tingkat  kesukaran  butir  dan  daya  beda, pengecoh, dan ketidakdiisian (omit) oleh peserta. Beberapa prinsip penilaian lainnya adalah: 

a. Mendidik:  Penilaian  harus  dapat  dirasakan  sebagai penghargaan yang mendorong bagi peserta didik yang berhasil  dan  sebagai  pemicu  semangat  untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil   

b. Berorientasi  pada  kompetensi:  Penilaian  harus  menilai pencapaian  kompetensi  yang  mencakup  konten  dan performan sesuai yang dirumuskan dalam kurikulum 

c. Adil dan objektif  : Penilaian harus adil, tidak membeda‐bedakan  latar  belakang  peserta  didik  yang  tidak berkaitan  dengan  hasil  penilaian  harus  objektif,  dan tugas serta soal harus bebas dari bias. 

d. Terbuka:  Kriteria  penilaian  hendaknya  terbuka,  dapat diketahui  berbagai  kalangan,  sehingga  keputusan tentang  keberhasilan  peserta  didik  jelas  bagi  pihak‐pihak yang berkepentingan. 

e. Berkesinambungan:  Penilaian  dilakukan  secara berencana,  bertahap,  teratur,  terus  menerus,  dan berkesinambungan  untuk  memperoleh  gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik. Hasil  penilaian  perlu  dianalisis  dan  ditindak  lanjuti, dan  penilaian  hendaknya merupakan  bagian  integral dari proses pembelajaran. 

f. Menyeluruh: Penilaian hasil atau prestasi belajar peserta didik  harus  dilaksanakan  menyeluruh,  utuh,  dan tuntas  yang  mencakup  ranah  kognitif,  afektif,  dan psikomotor. 

Page 13: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  13 

g. Bermakna:  Penilaian  hendaknya mudah  dipahami dan bisa  ditindaklanjuti  oleh  pihak‐pihak  yang berpekentingan.  Hasil  penilaian  mencerminkan gambaran  yang  utuh  tentang  prestasi  peserta  didik yang  mengandung  informasi  keunggulan  dan kelemahan,  minat  dan  tingkat  penguasaan  peserta didik dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan. 

 

2. Bentuk Penilaian 

Bentuk penilaian PAP  terdiri atas Tes dan Nontes. Penilaian tes  terbagi  atas  2 metode  yaitu  Tes  Formal  (tes  tertulis,  tes lisan,  dan  tes  kinerja)  dan  Tes  non‐formal  (Penugasan  dan Observasi) dan masing‐masing  terdiri  atas beberapa bentuk instrumen. Sedangkan penilaian Nontes terdiri atas beberapa metode  yaitu  observasi,  wawancara,  inventori,  dan  self report. Adapun metode Asesmen dan bentuk  instrumennya dapat diperhatikan pada tabel berikut ini. 

No.  Metode Asesmen  Bentuk Instrumen 1.  Tes 

a. Tes Formal 1. Tes Tertulis 2. Tes Lisan 3. Tes Kinerja     

b. Tes non‐formal 1. Penugasan 2. Observasi 

  • Isian, uraian, pilihan 

ganda, dll • Daftar Pertanyaan • Item tes paper dan pencil • Item tes identifikasi • Item tes simulasi • Item uji petik kerja  • Proyek, Portofolio, Tugas 

Rumah • Lembar Observasi 

2.  Nontes Observasi, Wawancara, Inventori, Self Report 

 • Lembar observasi, 

Pedoman wawancara, Skala inventori, Kuesioner 

 

Page 14: Standar Evaluasi-1

14   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

Berikut  ini deskripsi  tentang beberapa metode asesmen dan bentuk instrumennya masing‐masing. 

a. Tes Formal 

Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang terdiri dari  sejumlah  pertanyaan  atau  butir‐butir  soal  yang digunakan  untuk  memperoleh  data  melalui  jawaban peserta  tes.  Secara  terperinci  tes  merupakan  prosedur yang  sistematis  dalam  mengumpulkan  data  individu, artinya butir disusun menurut cara dan aturan  tertentu, prosedur administrasi  jelas, dan diberikan pada  seluruh peserta. Tes berisi  sampel perilaku yang hendak diukur sehingga  hasilnya  merupakan  representasi  perilaku individu. Contohnya adalah  tes hasil belajar mahasiswa yang mengukur tingkat ketercapaian belajar siswa untuk mata kuliah tertentu. 

Prinsip‐prinsip  tes  hasil  belajar  dikemukakan  sebagai berikut : 

- Mengukur  secara  jelas  hasil  belajar  (kompetensi) yang  telah  ditetapkan  sesuai  dengan  indikatornya (valid) 

- Mengukur  sampel  representatif  dari  materi  belajar yang tercakup hasil belajar yang diinginkan 

- Mencakup jenis pertanyaan yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan 

- Direncanakan  agar  hasilnya  sesuai  dengan  tujuan dan  fungsinya, misalnya  tes  formatif,  sumatif  atau diagnostik 

- Memiliki  konsistensi  (reliabilitas)  yang  tinggi  baik ditinjau  dari  aspek  responden,  waktu,  kondisi, penilai, dan jenis tes. 

Page 15: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  15 

Terdapat  dua  tipe  tes  yaitu  :  tes  objektif  dan  tes  uraian (essay).  Tes  objektif  adalah  tes  yang  telah  disediakan pilihan jawabannya. Tes uraian berupa soal yang masing‐masing  mengandung  permasalahan  dan  menuntut penguraian  sebagai  jawaban.  Kebaikan  dan  kelemahan kedua tes ini dapat diperhatikan pada tabel berikut ini 

Tabel 2. Kebaikan dan Kelemahan tes objektif dan uraian 

Tes   Kebaikan  Kelemahan Objektif  1. Lebih representatif 

mewakili isi dan banyaknya materi/bahan 

2. Lebih objektif dalam penilaian 

3. Lebih mudah dan cepat memeriksanya 

4. Pemeriksaan hasil tes dapat dibantu oleh orang lain 

1. Dibutuhkan persiapan penyusunan tes yang relatif lebih sulit dibandingkan tes uraian. 

2. Cenderung untuk mengungkapkan ingatan, kurang tepat untuk mengukur aspek yang dinilai 

3. Banyak kesempatan untuk untung‐untungan. 

4. Kerjasama siswa dalam menjawab tes lebih terbuka 

Uraian (essay) 

1. Relatif lebih mudah penyusunannya 

2. Tidak memberi kesempatan siswa untuk berspekulasi 

3. Memberi motivasi siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan bahasanya sendiri 

4. Dapat mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu materi 

1. Kurang representatif dalam mewakili materi pelajaran, karena hanya terdiri dari beberapa butir soal 

2. Validitas dan reliabilitas rendah, karena sukar diketahui aspek‐aspek mana yang dinilai 

3. Dalam penilaian mudah dipengaruhi unsur subjektivitas dari penilai 

4. Memeriksa hasil tes relatif sulit dan memerlukan waktu lebih lama 

 

Terdapat beberapa bentuk‐bentuk  tes objektif, di antara‐nya adalah tes benar salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan jawaban singkat. 

Page 16: Standar Evaluasi-1

16   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

Tes  Benar  Salah  adalah  tes  yang  butir  pertanyaannya dijawab dengan memilih salah satu pilihan jawaban yaitu B  (Benar)  atau  S  (Salah).  Beberapa  saran  dalam menyusunnya  diantaranya  adalah  :  pernyataan  harus jelas benar atau salah, hindari penentu spesifik misalnya semua dan tidak pernah, hindari pernyataan negatif, dan gunakan  kalimat  sederhana.  Secara  teknis  disarankan untuk membuat  jumlah  butir  yang  cukup  banyak,  soal benar dan salah seimbang, dan urutan soal tidak berpola. Beberapa  kelebihan  dan  kelemahannya  dapat diperhatikan pada tabel berikut ini. 

Tabel 3. Kelebihan dan Kelemahan Tes Benar Salah 

Kelebihan Butir Tes Benar Salah  Kelemahan Butir Tes Benar Salah  1. Soal ini baik untuk hasil‐hasil 

dimana hanya ada dua alternatif jawaban 

2. Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca 

3. Sejumlah soal relatif dapat dijawab dalam tipe tes secara berkala 

4. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya 

1. Sulit menuliskan soal diluar tingkat pengetahuan yang bebas dari maksud ganda 

2. Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik 

3. Tidak ada informasi diagnostik dari jawaban yang salah 

4. Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka‐nerka 

 

Tes Pilihan Ganda mengacu pada  butir pernyataan  yang diujikan  dimana  mahasiswa  harus  memilih  salah  satu pilihan  jawaban yang tersedia. Beberapa ketentuan yang harus  diperhatikan  dalam  menyusunnya  adalah  : gunakan  kalimat  positif,  hindari  kata  kunci,  hindari hubungan  antar  butir,  dan  jawaban  diacak.  Kelebihan dan kelemahan Tes Pilihan Ganda dijelaskan dalam tabel berikut ini. 

 

Page 17: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  17 

Tabel 4. Kelebihan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda 

Kelebihan Butir Tes  Pilihan Ganda 

Kelemahan Butir Tes  Pilihan Ganda 

1. Hasil belajar dari yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur 

2. Terstruktur dan petunjuknya jelas 

3. Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik 

4. Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban 

5. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya 

1. Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama 

2. Sulit menemukan pengacau 3. Kurang efektif mengukur 

beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan untuk meorganisir dan mengekspresikan ide 

4. Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca yang baik 

Tes  Menjodohkan  merupakan  variasi  dari  tes  pilihan ganda.  Butir  tes  menjodohkan  terdiri  dari  serangkaian pernyataan  yang  disebut  Premis  dan  serangkaian jawaban  yang  disebut  Respons.  Beberapa  ketentuan menyusunnya  diantaranya  adalah  :  materi  sebaiknya homogen,  jumlah  respons  lebih  banyak  dibanding premis, petunjuk  jelas, dan ditulis dalam halaman yang sama.  Beberapa  kelebihan  dan  kelemahan  Tes Menjodohkan dapat diperhatikan pada tabel berikut ini. 

Tabel 5. Kelebihan dan kelemahan Tes Menjodohkan 

Kelebihan Butir Tes Menjodohkan  Kelemahan Butir Tes Menjodohkan 1. Suatu bentuk yang efesien 

diberikan di mana sekelompok respon sama menyesuaikan dengan rangkaian isi soal 

2. Waktu membaca dan merespon relatif singkat 

3. Mudah untuk dibuat 4. Penilaian mudah, objektif dan 

dapat dipercaya 

1. Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat tafsiran 

2. Sulit menyusun soal yang mengandung sejumlah respon yang homogen 

3. Mudah terpengaruh dengan petunjuk yang tidak relevan  

Page 18: Standar Evaluasi-1

18   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

Tes  Jawaban  Singkat  adalah  jenis  tes  uraian  dimana jawaban  hanya  pendek  saja  yang  ditempatkan  diakhir kalimat pernyataan atau ditengah kalimat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunannya adalah  : jawaban harus dibatasi, hanya ada 1 jawaban benar, titik‐titik  diletakkan  diujung  kalimat  atau  ditengah  kalimat, nyatakanlah  satuannya  jika  dibutuhkan.  Beberapa kelebihan  dan  kelemahan  Tes  Jawaban  Singkat  dapat diperhatikan dalam tabel berikut ini. 

Tabel 4. Kelebihan dan Kelemahan Tes Jawaban Singkat 

Kelebihan Tes Jawaban Singkat  Kelemahan Tes Jawaban Singkat 1. Mudah dalam perbuatan 2. Kemungkinan menebak 

jawaban sangat sulit 3. Cocok untuk soal‐soal 

hitungan 4. Hasil‐hasil pengetahuan dapat 

diukur secara luas 

1. Sulit menyusun kata‐kata yang jawabannya hanya satu 

2. Tidak cocok untuk mengukur hasil‐hasil belajar yang komplek 

3. Penilaian menjemukan dan memakan waktu banyak 

 

Terdapat beberapa bentuk‐bentuk tes uraian, diantaranya adalah  tes uraian  objektif  (hanya  1  jawaban  benar) dan tes  uraian  bebas  (lebih dari  1  jawaban  benar). Butir  tes uraian  ini  menghendaki  mahasiswa  menyusun  sendiri jawabannya.  Tes  ini  merupakan  tes  kemajuan  belajar mahasiswa  yang  memerlukan  jawaban  bersifat pembahasan  atau  uraian  kata‐kata.  Butir  tes  ini  juga mengukur  kemampuan  menulis  mahasiswa  dan mengukur  sikap  individu.  Jenis  tes  ini  menuntut kemampuan  mahasiswa  mengorganisasikan  jawaban, melengkapi  jawaban  dengan  contoh  dan  ilustrasi,  serta kemampuan mengekspresikan ide‐ide mahasiswa sendiri ke dalam  jawabannya. Ciri‐ciri pertanyaannya didahului dengan  kata‐kata  seperti:  uraikan,  jelaskan,  mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya. 

Page 19: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  19 

Butir  tes  uraian  lebih mudah menyusunnya  dibanding‐kan  tes  objektif  tetapi  banyak  menghabiskan  waktu ketika pemberian skor/nilai. Subjektivitas pemberian skor merupakan kelemahan  tes  ini. Untuk  itu beberapa saran penyusunannya  antara  lain:  pertanyaan  ditulis  jelas, memberi  contoh  dan  batas  waktu  pngerjaan,  dan memberi  bobot  setiap  pertanyaan.  Untuk  mengurangi subjektivitas penilaiannya disarankan untuk: menyedia‐kan contoh  jawaban atau pokok‐pokok  inti  jawaban dan berikan bobot masing‐masing, membaca seluruh jawaban siswa  dari  semua  siswa  untuk  pertanyaan  tertentu sebelum  melanjutkannya,  berikanlah  skor  tanpa mengingat  siapa  yang  menjawab,  dan  menggunakan minimal 2 orang untuk memberikan skor. 

Prosedur  dalam  mengembangkan  tes  formal  untuk penilaian berbasis kompetensi meliputi  langkah‐langkah sebagai berikut: 

1. Menjabarkan  standar  kompetensi  menjadi  sejumlah kompetensi dasar 

2. Menjabarkan  kompetensi  dasar  menjadi  sejumlah indikator 

3. Membuat spesifikasi konten dan indikator kompetensi yang esensial 

4. Menentukan bentuk penilaian  tes  formal yang  sesuai dengan indikator 

5. Menyusun atau menulis instrumen atau butir soal 6. Telaah dan revisi instrumen atau butir soal 7. Menyusun  profil  hasil  atau  prestasi  belajar  peserta 

didik 

Prosedur pengembangan tes formal ini bukan merupakan panduan yang sangat baku sehingga  tidak dapat diubah atau  diganti.  Prosedur  ini  hanya  merupakan  sebuah langkah awal panduan pengembangan tes formal dimana semua  kita  dapat  menggunakannya  dan/atau  me‐

Page 20: Standar Evaluasi-1

20   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

modifikasinya  sesuai  dengan  karakteristik  mata  kuliah yang diampu. 

b. Tes Nonformal 

Tes  nonformal  merupakan  penilaian  yang  mengukur kemampuan  relatif mahasiswa  dalam mencapai  tujuan proses  pembelajaran.  Pembelajaran  materi  perkuliahan yang  membutuhkan  penilaian  dalam  memecahkan masalah, menekankan pada komunikasi dan keterampil‐an berfikir kritis maupun keterampilan mengekspresikan diri  dalam  bentuk  lukisan  dan  kata‐kata,  mencari hubungan  antar  konsep  dari  kehidupan  nyata merupakan  tujuan/kompetensi  perkuliahan  yang  tidak dapat  diukur  dengan  tes  hasil  belajar.  Tujuan  tersebut merupakan  tujuan  proses  pembelajaran  dimana mahasiswa  harus  bekerja  untuk  mencapainya  secara terus menerus dan kontiniu. 

Ada  beberapa  jenis  tes  nonformal  yang  dibahas  dalam panduan  ini,  yaitu:  Penilaian  Unjuk  Kerja  (Performance assessment),  Proyek  dan  Investigasi  (Projects  and Investigation), dan Portofolio (Portfolios). 

 

Penilaian Unjuk Kerja 

Penilaian  Unjuk  Kerja  diberikan  dalam  bentuk  tugas untuk mengetahui materi yang dikuasai mahasiswa dan apa  yang  dapat  dikerjakan.  Tugas  tersebut  harus bermakna,  otentik,  dan  mengukur  penguasaan  materi tersebut. Kriteria tugas tersebut adalah: 

- mengarah  pada  tujuan  dan  indikator  materi perkuliahan 

- tidak meminta jawaban tunggal - memberi  kesempatan  mengembangkan  dan 

mengemukakan pikiran dan pemahaman  

Page 21: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  21 

- realistis, menarik dan merangsang berpikir - menekankan pada kedalaman materi - lebih open ended daripada struktur yang ketat - tidak  algoritmis  (tidak  ada  alur  penyelesaian  yang 

jelas) - menimbulkan pertanyaan baru 

Penilaian  unjuk  kerja  juga  bergantung  pada  beberapa aspek,  yaitu  conten  (isi) materi  perkuliahan  dan  tingkat unjuk kerja (performans) yang diinginkan. Aspek isi terdiri atas materi yang diajarkan dan karakteristiknya masing‐masing  yang  terdiri  atas:  fakta,  konsep,  prinsip,  dan prosedur.  Fakta  adalah  objek,  peristiwa,  lambang  atau bagian  dari  suatu  objek  yang  berurutan  dimana kesemuanya  dapat  diidentifikasi  sebagai  bentuk  nyata dari  materi  perkuliahan.  Untuk  memenuhi  konsep, mahasiswa harus mampu mengidentifikasi dan memberi contoh  atau  bukan  contoh  dari  konsep  tersebut.  Prinsip adalah  dalil,  rumus,  atau  hubungan  antar  konsep  yang merupakan perwujudan keberadaan materi perkuliahan. Prosedur  adalah  langkah‐langkah  secara  sistematis  dari fakta, konsep dan prinsip dari  suatu materi perkuliahan yang  dapat  digunakan  untuk memecahkan masalah. Di dalam sebuah materi mata kuliah dapat saja berkarakter lebih  banyak  fakta,  konsep  dan  prinsip  dibandingkan prosedur  yang  digunakan  untuk memecahkan masalah atau juga sebaliknya. 

Performance  atau  unjuk  kerja  yang  diinginkan  dapat berbentuk kemampuan kognitif   dalam penguasaan materi perkuliahan  dan  keterampilan  manual  (motorik)  yang berhubungan  dengan  kerja  otot  sehingga menyebabkan bergeraknya tubuh dan anggota badan lainnya. Aspek ini berkaitan  erat  dengan  keterampilan  (skills)  dan kemampuan (abilities) seseorang mengerjakan tugas yang menggunakan  tenaga,  kerja  otot  dan  anggota  badan 

Page 22: Standar Evaluasi-1

22   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

lainnya.  Sebagai  contoh:  dalam  materi  kuliah  keolah‐ragaan  yaitu  keterampilan  jasmani  terdapat  aspek Kecepatan,  Daya/kekuatan,  Keseimbangan,  Kelincahan, Koordinasi,  dan  Kecepatan  reaksi.  Kemampuan  kognitif  berkaitan  dengan  kemampuan  mahasiswa  menguasai materi  perkuliahan.  Sebagai  salah  satu  aspek  dalam Taksonomi  Bloom,  kemampuan  kognitif  terdiri  atas kemampuan  mengingat  fakta  (pengetahuan),  pe‐mahaman,  aplikasi  (penerapan),  analisa,  sintesa  dan evaluasi.  Dalam    panduan  ini  kemampuan  kognitif  yang dimaksud  adalah  kemampuan  mengingat,  kemampuan penalaran dan komunikasi, serta kemampuan pemecahan masalah.  Kemampuan  mengingat  merupakan  kompetensi tingkatan  rendah  yang  berkaitan  dengan  hafalan  akan karakteristik (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur) materi perkuliahan semata. Kemampuan penalaran dan komunikasi berkaitan  dengan  kemampuan  memberikan  alasan induktif  maupun  deduktif  yang  rasional  akan  sebuah situasi/keadaan  dan  kemampuan  menyatakan  dan menafsirkan  gagasan materi  kuliah  secara  lisan,  tertulis atau  mendemonstrasikannya.  Kemampuan  pemecahan masalah  merupakan  kemampuan  tingkat  tinggi  yang berarti  mahasiswa  dapat  memahami  fakta,  konsep, prinsip,  dan  prosedur  dari  ilmu  pengetahuan  yang dikuliahkan  dan  menggunakannya  secara  efektif  dan efesien  untuk  mendapatkan  jawaban  atau  alternatifnya yang  benar.  Kemampuan  pemecahan  masalah  ini  secara intuitif  tersusun  menjadi  beberapa  langkah  pemecahan masalah  (Polya) yaitu memahami masalah, memilih  strategi pemecahan  masalah,  menyelesaikan  masalah  dengan  strategi yang dipilih, dan menafsirkan hasil jawabannya. 

Penentuan karakteristik mata kuliah berdasarkan konten (isi)  dan  unjuk  kerja  (performans)  yang  tersebut  di  atas dapat disajikan dalam tabel berikut ini. 

Page 23: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  23 

Tabel 7.  Penentuan  Karakteristik  Mata  Kuliah  Berdasarkan Konten dan Performans 

Konten (Isi)  Unjuk Kerja (Performans) Kognitif Materi  Karakteristik 

Mengingat   Penalaran dan 

Komunikasi 

Pemecahan Masalah 

Manual (Motorik) 

Fakta           Konsep         Prinsip         

Prosedur         Fakta           Konsep         Prinsip         

Prosedur          

Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan berupa pemberian skor/nilai  untuk  setiap  tugas  yang  diberikan,  tetapi penilaian  akan  lebih  baik  jika  juga  menggunakan komentar terhadap hasil kerja mahasiswa. Nilai memberi kesan  mahasiswa  telah  mengerjakan  tugas  dengan berhasil  atau  tidak  sama  sekali.  Komentar  memberikan mahasiswa  pandangan  akan  pemahamannya  dan merupakan  dasar  pekerjaan  berikutnya.  Dalam memberikan  skor dan  komentar,    tabel  kriteria  (rubrik) berikut ini dapat digunakan. 

Tabel 8. Rubrik Penskoran Penilaian Unjuk Kerja 

Rubrik Penskoran Umum Tingkatan (Level) 

Kriteria Umum  Kriteria Khusus 

3   super  • Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap konsep‐konsep 

• Menggunakan strategi‐strategi yang sesuai 

• Komputasinya benar • Tulisan penjelasannya patut dicontoh 

 

Page 24: Standar Evaluasi-1

24   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

Tingkatan (Level) 

Kriteria Umum  Kriteria Khusus 

• Diagram/tabel/grafik tepat (sesuai dengan penerapannya) 

• Melebihi permintaan masalah yang diinginkan  

2   Memuaskan dengan sedikit kekurangan 

• Menunjukkan pemahaman terhadap konsep‐konsep 

• Menggunakan strategi yang sesuai  • Komputasi sebagian besar benar  • Tulisan penjelasannya efektif  • Diagram/tabel/grafik sebagian besar tepat 

• Memenuhi semua permintaan masalah yang diinginkan 

 

1  Cukup memuaskan dengan banyak kekurangan 

• Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian besar konsep‐konsep 

• Tidak menggunakan strategi yang sesuai 

• Komputasi sebagian besar benar • Tulisan penjelasannya memuaskan • Diagram/tabel/grafik sebagian besar tepat 

• Memenuhi sebagian besar permintaan masalah yang diinginkan 

 

0  Tidak memuaskan 

• Menunjukkan sedikit atau tidak ada  pemahaman terhadap konsep‐konsep 

• Tidak menggunakan strategi yang sesuai 

• Komputasi tidak benar • Tulisan penjelasannya tidak memuaskan 

• Diagram/tabel/grafik tidak tepat (tidak sesuai) 

• Tidak memenuhi permintaan masalah yang diinginkan 

 

 

 

 

Page 25: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  25 

Proyek dan Investigasi 

Proyek dan Investigasi merupakan salah satu  jenis tugas unjuk kerja. Umumnya tugas pembelajaran untuk proyek dan  investigasi  ini  terbatas  bentuknya.  Tugas  ini diberikan  untuk  memperkaya  pengetahuan  mahasiswa dan menguji  kemampuannya dalam mengerjakan  tugas yang  kompleks  dan  rumit.  Beberapa  ide  untuk menyusun  tugas  untuk  proyek  dan  investigasi  ini disarankan sebagai berikut: 

- Melibatkan siswa memecahkan masalah kompleks - Membantu  melihat  hubungan  materi  dengan 

kehidupan sehari‐hari - Dikerjakan dalam kelompok kecil - Sederhana dan langsung - Kerja lebih bebas - Penilaian berdasarkan laporan 

Hasil  yang  diinginkan  dari  tugas  unjuk  kerja  dengan metode proyek dan investigasi ini diantaranya adalah: 

- Belajar mendefenisikan masalah dan meneliti - Belajar masalah dunia - Belajar matematika sebagai sains eksperimen - Belajar mengorganisasi, merancang,   mencapai  tujuan 

jangka panjang - Belajar menulis laporan penelitian 

Dalam  menilai  hasil  kerja  proyek  dan  investigasi  ini dosen  sebaiknya  mengarahkan  kerja  siswa  pada  aspek berikut ini: 

a. Deskripsi dari proyek b. Identifikasi prosedur kerja yang dilakukan c. Catatan kerja mahasiswa d. Hasil kerja mahasiswa 

Page 26: Standar Evaluasi-1

26   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

Untuk  ini  contoh  catatan  proyek  berikut  ini  dapat membantu  dosen  menilai  kerja  proyek  dan  investigasi mahasiswa 

Tabel 9. Catatan Proyek dan Investigasi 

Catatan Proyek Nama Siswa: ………………………………………………………………. Judul Proyek: ………………………………………………………………. Deskripsi …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. …………………………………………………………………………….. Prosedur: ……………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………. ……………......... Ringkasan ……………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………. …………............ Hasil: ……………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………. ………...............   

Selanjutnya untuk menilai  hasil  kerja mahasiswa dosen dapat menggunakan rubrik penskoran berikut ini. 

Tingkatan (Level) 

Deskripsi 

3   super  • Menunjukkan pemahaman yang tinggi tentang permasalahan dan konsep yang dipelajari 

• Menggunakan strategi investigasi yang patut dicontoh 

• Kesimpulan yang disajikan benar dan didukung oleh studinya 

• Laporan tertulis patut dicontoh 

Page 27: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  27 

Tingkatan (Level) 

Deskripsi 

• Diagram/tabel/grafik akurat dan cocok • Melebihi persyaratan studi yang efektif 

2   Memuaskan   • Menunjukkan pemahaman terhadap permasalahan dan konsep yang dipelajari 

• Menggunakan strategi investigasi yang cocok • Kesimpulan yang disajikan benar dan sebagian besar didukung oleh studinya 

• Laporan tertulis efektif • Diagram/tabel/grafik akurat dan cocok • Memenuhi semua persyaratan  dari suatu studi yang efektif 

1  Agak memuaskan  

• Menunjukkan pemahaman dari sebagian besar permasalahn konsep yang dipelajari 

• Sebagian besar strategi investigasi yang digunakan cocok 

• Kesimpulan yang disajikan sebagian besar benar tetapi tidak didukung oleh studinya 

• Laporan tertulis sebagian besar efektif • Diagram/tabel/grafik sebagian besar akurat tetapi mungkin tidak cocok 

• Memenuhi sebagian besar persyaratan dari studi yang efektif 

0  Tidak memuaskan 

• Menunjukkan pemahaman yang rendah atau tidak sama sekali dari pernyataan‐pernyataan dan konsep‐konsep yang dipelajari 

• Sering menggunakan strategi investigasi tidak cocok 

• Kesimpulan yang disajikan sebagian besar keliru 

• Laporan tertulis hampir semua tidak efektif • Diagram/tabel/grafik hampir semua tidak akurat dan tidak cocok 

• Tidak memenuhi semua persyaratan dari suatu studi yang efektif 

 

Portofolio  adalah  kumpulan  pekerjaan  (tugas‐tugas) mahasiswa yang  representatif   dan dikumpulkan dalam periode waktu  tertentu. Portofolio menceritakan  tentang kegiatan siswa dalam belajar mata kuliah yang disajikan. 

Page 28: Standar Evaluasi-1

28   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

Fokus fortofolio pada pemecahan masalah, berpikir kritis dan  pemahaman,  komunikasi  dan  hubungan  antar konsep  dan  pandangan  mahasiswa  sendiri  terhadap dirinya  sebagai  mahasiswa.  Beberapa  keuntungan penggunaan portofolio sebagai alat penilaian adalah: 

- Memberikan  gambaran  lengkap  pencapaian  materi perkuliahan dan perkembangannya 

- Menekankan  pada  tugas  komplek  dan  realistis daripada  kecepatan  dan  ketelitian  kerja  dalam  kurun waktu tertentu 

- Melibatkan  mahasiswa  dalam  proses  penilaian  dan mendorong menilai diri sendiri 

- Melibatkan  siswa  dalam  tugas  otentik  yang  akan dijumpai di luar perkuliahan 

- Memotivasi partisipasi perkuliahan - Merupakan  cara  efektif    dosen  untuk 

mengkomunikasikan pekerjaan mahasiswa - Mendorong  perkembangan  keterampilan  menulis 

mahasiswa 

Beberapa contoh topik portofolio diantaranya adalah: 

- Pemecahan masalah - Laporan tertulis individu - Contoh masalah/soal yang dikerjakan - Petikan jurnal - Karya seni - Foto dan sketsa ide - Perkembangan ide - Autobiografi - Aplikasi penggunaan teori 

Dalam  menggunakan  portofolio,  beberapa  saran  yang perlu  diperhatikan  diantaranya:  gunakan  folder  untuk mengumpulkan  pekerjaan  mahasiswa,  diskusikan pekerjaan  yang  akan  dikumpulkan,  diskusikan  format 

Page 29: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  29 

portofolio  yang  baik,  variasikan  tugas  dan  pekerjaan, mintalah  mahasiswa  dengan  temannya  untuk  menilai portofolionya sendiri, dan diskusikan cara mengevaluasi portofolio.  Rubrik  penilaian  berikut  ini  dapat  menjadi panduan pemberian komentar dalam menilai portofolio. 

Penilaian Portofolio  

Nama Mahasiswa    : …………………………..  Tanggal                     : ………………………….. 

 1. Konsep, prosedur, hubungan yang dieksplorasi : ………… 2. Kemampuan yang perlu diperhatikan : …………………....... 3. Pekerjaan yang belum selesai/perlu direvisi : ........................... 4. Perkembangan dalam: 

Pemahaman Konsep: ……………………………………….  Penalaran dan Komunikasi: ………………………………  Pemecahan masalah: ……………………………………….  Penggunaan bahasa: ………………………………….........  Lain‐lain: ………………………………………. 

 

Rubrik  pemberian  skor  portofolio  dapat  diperhatikan pada tabel berikut ini: 

Tabel 10. Rubrik Penskoran Portofolio 

Rubrik Penskoran Portofolio 

Tingkatan (level)  Deskripsi 

3   Super   Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah yang menonjol  

Menunjukkan keterampilan berbahasa yang menonjol 

Menunjukkan kemampuan berargumentasi yang menonjol 

Menunjukkan kemampuan membuat hubungan yang menonjol 

Perorganisasian yang sangat baik dan bersih  Melebihi permintaan 

2   Memuaskan  Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah yang baik 

Page 30: Standar Evaluasi-1

30   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

Tingkatan (level) 

Deskripsi 

Menunjukkan keterampilan berbahasa yang baik 

Menunjukkan kemampuan berargumentasi yang baik 

Menunjukkan kemampuan membuat hubungan yang baik 

Perorganisasian yang baik dan bersih  Memenuhi semua permintaan 

1   Agak memuaskan 

Kadang‐kadang menunjukkan keterampilan pemecahan masalah yang baik  

Kadang‐kadang menunjukkan keterampilan berbahasa yang baik 

Kadang‐kadang berargumentasi dengan baik  Perorganisasian dapat diterima dan bersih  Memenuhi sebagian besar permintaan 

0   Tidak memuaskan 

Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah yang sangat rendah 

Menunjukkan keterampilan berbahasa yang sangat rendah 

Menunjukkan kemampuan berargumentasi yang sangat  rendah 

Perorganisasian dan kebersihan kurang   Tidak memenuhi permintaan 

 

Prosedur  dalam  mengembangkan  alat  penilaian  tes nonformal  berbasis  kompetensi  meliputi  langkah‐langkah sebagai berikut: 

1. Menjabarkan  standar  kompetensi  menjadi  sejumlah kompetensi dasar 

2. Menjabarkan  kompetensi  dasar  menjadi  sejumlah indikator 

3. Membuat spesifikasi konten dan  indikator kompetensi yang esensial 

4. Menentukan  bentuk  penilaian  tes  nonformal  yang sesuai dengan indikator 

5. Menyusun atau menulis instrumen atau butir soal 6. Telaah dan revisi instrumen atau butir soal 

Page 31: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  31 

7. Menyusun  profil  hasil  atau  prestasi  belajar  peserta didik 

 

c. Nontes  

Ada  sejumlah  tipe  hasil  belajar  yang  tidak  dapat  diukur dengan  tes.  Hasil  belajar  yang  menekankan  perubahan tingkah  laku  yang  berhubungan dengan  apa  yang dibuat atau  dikerjakan  (performans)  menghendaki  dosen  menilai keefektivan  prosedur  yang  digunakan  mahasiswa  atau menilai hasil produk dari penampilan  tersebut.  Instrumen yang  digunakan  untuk  mengukur  hasil  belajar  yang berkenaan dengan perubahan  tingkah  laku baik berkaitan dengan ranah afektif maupun ranah psikomotor. 

Beberapa  instrumen  nontes  yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya: 

1. Skala Bertingkat (Rating Scale) 

Skala  bertingkat  menggambarkan  suatu  nilai  yang berbentuk  angka  untuk  menggambarkan  keberadaan atau  karakteristik  suatu  pernyataan.  Misalnya:  untu pernyataan positif: 

5  : Sangat Setuju (SS) 4  : Setuju (S) 3  : Ragu‐ragu (R) 2  : Tidak Setuju (TS) 1  : Sangat Tidak Setuju (STS) 

 

 

 

 

Page 32: Standar Evaluasi-1

32   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

Untuk  pernyataan  bersifat  negatif  maka  skornya adalah kebalikannya. 

Contoh: 

Kecenderungan seseorang terhadap musik klasik 

 

 

 

 

2. Daftar Cocok (Checklist) 

Daftar  cocok  adalah  sederatan  pernyataan  singkat dimana  responden  yang  dievaluasi  membubuhkan tanda  cocok  (√)  di  tempat  yang  sudah  disediakan. Perhatikanlah contoh berikut ini. 

Berilah  tanda  (√)  pada  kolom  yang  sesuai  dengan pendapat saudara 

Pendapat  Pernyataan 

Sangat Tidak Setuju 

Tidak Setuju 

Ragu  Setuju  Sangat Setuju 

Gembira belajar bernyanyi 

      √   

Senang  belajar matematika 

         

Partisipasi aktif kegiatan pramuka 

         

Mengerjakan tugas dengan senyum 

         

Bahagia berdiskusi           

 

3. Kuesioner (Questionnaire) 

Kuesioner, dikenal  juga sebagai angket, adalah sebuah daftar  pertanyaan  yang  harus  diisi  oleh  responden untuk  mengukur  sikap  dan  pendapatnya  tentang 

1 Sangat Tidak Setuju 

2 Tidak Setuju 

3 Ragu‐ragu 

4 Setuju 

5 Sangat Setuju 

Page 33: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  33 

sesuatu.  Ditinjau  dari  aspek  orang  yang  menjawab kuesioner, terdapat dua jenis kuesioner yaitu kuesioner langsung  (diisi  langsung  oleh  responden),  dan  tidak langsung (diisi oleh orang lain yang bukan responden). Ditinjau  dari  aspek  cara  menjawab,  terdapat  dua bentuk  kuesioner  yaitu Kuesioner  tertutup  (kuesioner dengan  pilihan  jawaban  lengkap)  dan  kuesioner terbuka  (responden  bebas mengemukakan  pendapat). Contoh berikut adalah kuesioner tertutup. 

Tingkat pendidikan yang sekarang anda ikuti: 

     SD sederajat      SLTP sederajat       SLTA sederajat          PT 

 

4. Wawancara (Interview) 

Wawancara adalah suatu metode untuk mendapatkan jawaban dari  responden melalui  tanya  jawab  sepihak. Wawancara  dilakukan  dengan  dua  cara:  wawancara bebas  (responden  bebas mengemukakan  jawabannya) dan  wawancara  terpimpin  (responden  menjawab dengan memilih pilihan  jawaban yang  tersedia). Butir soal wawancara pada umumnya disusun dalam bentuk pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan berurutan  sehingga  pewawancara  dapat  mengambil kesimpulan  yang  benar  berdasarkan hasil wawancara tersebut.  Pedoman  wawancara  merupakan  panduan yang tidak mengikat dimana pewawancara dapat  juga mengatur sendiri urutan pertanyaan yang diajukannya atau  tidak menggunakan  atau menanyakan  satu butir yang  ternyata  sudah  dijawab  secara  tidak  langsung oleh responden. 

 

 

 

Page 34: Standar Evaluasi-1

34   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

5. Pengamatan (Observation) 

Pengamatan adalah suatu  teknik penggalian  informasi dengan  mengamati  responden  secara  teliti  dan melakukan  pencatatan  secara  sistematis.  Terdapat  3 macam  observasi  yaitu:  observasi  partisipan  (pengamat melakukan  observasi  dengan  mengikuti  kegiatan responden),  observasi  sistematik  (faktor‐faktor  yang diamati  telah  terdaftar  sebelumnya  dan  pengamat berada  diluar  kegiatan  responden),  dan  observasi eksperimen  (pengamat  tidak  berpartisipasi  dalam kegiatan  responden  tetapi mengendalikan  situasi agar sesuai  dengan  tujuan  penilaian).  Butir  pernyataan untuk  pengamatan  disusun  dalam  bentuk  Lembaran Pengamatan  yang  tersusun  secara  sistematis  dan berurutan  sehingga  hasil  pengamatan  merupakan kesimpulan  yang  benar.  Lembaran  pengamatan merupakan  panduan  yang  mengikat  dimana  butir pernyataan  yang  disusun  merupakan  hasil  ramuan indikator dari teori variabel yang diamati. 

Prosedur  dalam  mengembangkan  alat  penilaian  nontes yang  berbasis  kompetensi  meliputi  langkah‐langkah sebagai berikut: 

1. Menjabarkan  standar  kompetensi  menjadi  sejumlah kompetensi dasar 

2. Menjabarkan  kompetensi  dasar  menjadi  sejumlah indikator 

3. Membuat  spesifikasi  konten  dan  indikator  kompetensi yang esensial 

4. Menentukan bentuk penilaian nontes yang sesuai dengan indikator 

5. Menyusun atau menulis instrumen atau butir soal 6. Telaah dan revisi instrumen atau butir soal 7. Menyusun profil hasil penilaian nontes peserta didik 

Page 35: Standar Evaluasi-1

Standar Evaluasi  35 

D. Pengolahan Skor dan Nilai 

Skor dan nilai memiliki arti yang berbeda. Skor adalah hasil dari  menjumlahkan  angka  butir  soal  yang  dijawab  benar. Sedangkan nilai merupakan angka ubahan dari skor dengan menggunakan  acuan  standar  tertentu. Contoh  berikut  akan membantu memahami makna keduanya. 

Jumlah butir tes = 20 soal  Skor untuk per butir soal yang benar = 4 

Skor maksimum = 80 

Mahasiswa A  memperoleh skor 24→Nilai A = 24/80 x 100 = 30 

Mahasiswa B  memperoleh skor 36 →Nilai B = 36/80 x 100 = 45 

Mahasiswa C  memperoleh skor 70 →Nilai C = 70/80 x 100 = 87,5 

 

1. Pengolahan Nilai dengan PAP 

Pengolahan nilai berdasarkan PAP bergantung pada 2 hal yaitu berdasarkan pencapaian  tujuan dan berdasarkan bobot penilaian. Pengolahan nilai berdasarkan pencapaian  tujuan dapat dilakukan dengan menghitung nilai rerata dari setiap skor yang diperoleh mahasiswa untuk setiap ujian/ulangan yang  diberikan.  Contoh  berikut  akan  membantu memahami hal ini.  

Contoh  pemberian  nilai  mahasiswa  Andi  berdasarkan tujuan: 

Skor Formatif 1 = 60 (Content = 70 dan Performans = 50) 

Skor Formatif 2 = 60 (Montent = 80 dan Unjuk Kerja = 80)  

Skor Formatif 3 = 60 (Kognitif = 65 dan Portofolio = 55) 

Nilai Andi = (60 + 80 + 60)/3 = 66,7 

Pengolahan  nilai  berdasarkan  bobot  penilaian  dapat dilakukan dengan mengalikan  setiap  skor yang diperoleh mahasiswa  untuk  setiap  ujian/ulangan  yang  diberikan 

Page 36: Standar Evaluasi-1

36   Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama 

dengan  bobot  setiap  ujian  dibagi  angka  100.  Bobot ditentukan  oleh  tingkat  kesulitan materi  kuliah dan  lama perkuliahan  untuk  materi  tersebut.  Dosen  memberikan justifikasi  bobot  ini  sesuai  dengan  bidang  keahliannya masing‐masing.  Contoh  berikut  akan  membantu  me‐mahami hal ini. 

Contoh    pemberian  nilai  mahasiswa  Budi  berdasarkan bobot: 

Skor Formatif 1 = 60     Bobot = 30 

Skor Formatif 2 = 80     Bobot = 30 

Skor Formatif 3 = 60     Bobot = 40 

Nilai Budi = {(60 x 30) + (80 x 30) + (60 x 40)}/100 = 66 

 

2. Penjejangan Nilai dengan PAP 

Penjenjangan nilai dengan PAP harus disesuaikan dengan kategori berikut: 

Interval Nilai  Huruf  Angka  Keterangan 91 – 100 80 – 90 70 – 79 55 – 69 00 – 54  

4 3 2 1 0 

A B C D E 

Sangat Kompeten Kompeten 

Cukup Kompeten Tidak Kompeten Tidak Kompeten