stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfindonesia yang...

14

Upload: ledieu

Post on 01-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan
Page 2: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

encana Pengelolaan Taman Nasional

Kayan Mentarang (RPTNKM) ini disusun

dalam rangka memenuhi salah satu

ketentuan mengenai pengelolaan Taman

Nasional sebagaimana diatur berdasarkan

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, beserta peraturan

pelaksanaannya.

Tujuan penyusunan RPTNKM adalah untuk

memberikan arahan umum kebijaksanaan

pengelolaan TNKM jangka panjang bagi

pengelola dan para pihak terkait lainnya

(stakeholders) dalam melaksanakan kegiatan

pengelolaan baik dalam jangka menengah

(lima tahun) maupun dalam jangka pendek

(tahunan).

RPTNKM ini disusun berdasarkan hasil

analisa studi yang dilakukan selama lebih

dari empat tahun yang dilakukan oleh Tim

WWF Indonesia berdasarkan Nota

Kesepahaman (MOU) antara Pemerintah

Indonesia melalui Departemen Kehutanan

Republik Indonesia cq. Direktorat Jenderal

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

(PHKA) dengan WWF Indonesia yang

pendanaannya didukung sebagian besar oleh

DANIDA melalui WWF Denmark. Dukungan

lainnya diperoleh juga dari WWF Jerman dan

TOTAL Foundation Perancis.

Naskah RPTNKM ini dihimpun kedalam

empat Buku, terdiri dari:

1. Buku I berisi Rencana Pengelolaan;

2. Buku II berisi Data, Proyeksi dan

Analisa;

3. Buku III berisi Rencana Tapak;

4. Buku IV berisi Ringkasan Eksekutif;

Dengan adanya perubahan paradigma di

bidang pemerintahan dari sentralisasi

menjadi desentralisasi, serta sejalan

dengan semangat Otonomi Daerah

sebagaimana diatur berdasarkan Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan Undang-

undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, maka

model pengelolaan Taman Nasional yang

dimuat dalam RPTNKM ini juga

mengalami penyempurnaan menjadi

Pengelolaan yang bersifat Kolaboratif

(Pengelolaan bersama) dan berbasiskan

masyarakat.

Proses penyusunan RPTNKM mulai dari

permulaan hingga naskah ini selesai

disusun melibatkan multipihak terkait

(multistakeholder), mulai dari tingkat

Kampung/Desa, Kecamatan, Kabupaten,

Propinsi, hingga tingkat pusat. Ini

merupakan Taman Nasional pertama di

R

1

Page 3: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

Indonesia yang pengelolaannya

ditetapkan oleh pemerintah menggunakan

pengelolaan kolaboratif melalui

Keputusan Menteri Kehutanan Republik

Indonesia No. 1213/Kpts-II/2002, No.

1214/Kpts-II/2002, dan No. 1215/Kpts-II/

2002, masing-masing tertanggal 4 April

2002.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini

disampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya dan penghargaan kepada:

1. Pemerintah Denmark (DANIDA),

WWF Denmark, WWF Germany, dan

TOTAL Foundation atas dukungan

pendanaan yang diberikan sehingga

seluruh kegiatan dapat berjalan

sesuai dengan yang direncanakan;

2. Masyarakat Adat di 10 Wilayah Adat

Besar yang terdapat di dalam dan di

sekitar kawasan TNKM dan Forum

Musyawarah Masyarakat Adat

(FoMMA) atas dukungan yang

diberikan sejak dimulainya studi

lapangan, pemetaan wilayah adat

secara partisipatif serta pembahasan

draft Rencana Pengelolaan TNKM di

masing-masing Wilayah Adat dan

lain-lain;

2

3. Bupati Malinau dan Bupati Nunukan

beserta jajarannya mulai dari tingkat

Kabupaten hingga tingkat Desa yang

telah memberikan arahan kebijakan,

saran dan masukan yang sangat

berharga serta komitmen yang tinggi

terhadap pelestarian TNKM;

4. Pemerintah Daerah Propinsi

Kalimantan Timur atas dukungan

kebijakan, informasi dan masukan

yang diberikan;

5. Menteri Kehutanan cq. Direktur

Jenderal Perlindungan Hutan dan

Konservasi Alam atas dukungan

kebijakan, saran, masukan dan kritik

yang diberikan hingga model

pengelolaan kolaboratif yang

berbasiskan masyarakat dapat

diterima;

6. Mission Aviation Fellowship (MAF) di

Tarakan atas dukungan transportasi

udara yang disediakan;

7. Segenap Tim Penyusun yang telah

bekerja selama kurang lebih empat

tahun menyiapkan RPTN ini hingga

selesai;

8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat

disebutkan satu per satu yang telah

memberikan dukungan mulai dari

awal hingga berakhirnya kegiatan

penyusunan RPTNKM ini disampaikan

terima kasih dan penghargaan.

Disadari bahwa RPTNKM ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu sangat

terbuka bagi kritik, masukan dan saran

guna penyempurnaannya.

Akhirnya diharapkan semoga RPTNKM

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang berkepentingan.

Tarakan, April 2002

WWF Indonesia

Kayan Mentarang Project

IGNN SutedjaProject Executant

Photo : Koleksi WWF

aman Nasional Kayan Mentarang(TNKM) ditetapkan pada tahun 1996dengan luas sekitar 1,35 juta hektar.Terletak di sepanjang perbatasan antaraKalimantan Timur dengan wilayah NegaraBagian Sabah dan Serawak. KawasanTNKM sebelumnya berstatus sebagaiCagar Alam, ditetapkan pada tahun 1980.Ketinggian TNKM berkisar antara 300sampai 2000 meter dari atas permukaanlaut. Kurang dari 5% wilayah TNKMberada di bawah ketinggian 500 meterdan lebih dari 45% berada di atasketinggian 1000 meter. Sebagian besarwilayahnya berbukit terjal. KawasanTNKM membentuk sebagian besar hulu-hulu sungai utama yang berada diwilayah Kalimantan Timur, seperti SungaiKayan, Sesayap dan Sembakung.Formasi batuan kawasan TNKM padadasarnya terdiri dari batuan pasir dansisanya sekitar 25% terdiri dari batuangunung api (vulkanis). Keadaan tanahpada umumnya miskin hara. Sebagianbesar kawasan TNKM memiliki iklimbasah tanpa musim kering yang nyata.Letak kawasan TNKM sangat terpencil.Jalan masuk ke kawasan TNKM yang adasaat ini baru terbatas pada beberapaangkutan udara dengan landasan yangberukuran kecil, angkutan perahu motordi beberapa sungai dan jalan setapakyang sederhana.

Ringkasan Eksekutif

Kawasan TNKM adalah salah satu pusatutama keanekaragaman hayati pentingdunia. Vegetasi yang terdapat dalamkawasan ini terdiri dari hutan dataranrendah, pegunungan rendah,pegunungan, kapur, kerangas danpadang rumput, dalam suatu habitat yangmajemuk menurut ketinggian, substrat,kemiringan, faktor geomorfologik lainnya,serta menurut tahapan suksesi vegetasi.Beberapa jenis-jenis baru tumbuhan telahditemukan. Lebih banyak lagi jenis-jenisyang belum pernah dilaporkansebelumnya terdapat di Kalimantan.Sedikitnya 150 jenis mamaliadiperkirakan terdapat dalam kawasanTNKM segera setelah survai yang

memadai diselenggarakan. Saat ini lebih

T

Photo : Monica Kusneti

Photo : Koleksi WWF 3

Page 4: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

dan tumbuhan yang sering diburu dandikumpulkan sudah menurun di beberapatempat dalam jangka waktu 20 tahunterakhir, namun mereka berpendapatbahwa jenis-jenis tersebut masih agakbanyak. Kecuali jenis Badak Sumatrayang hampir pasti dinyatakan punahsecara lokal. Masih belum jelas mengenaijarangnya Orang Utan disebabkan karenajeleknya habitat dan atau karena tekananperburuan di masa yang lalu. Dua jenissatwa yang memprihatinkan adalahCucak Rawa dan Banteng. Cucak Rawasudah sangat langka dalam kawasanTNKM yang sebelumnya menjadi daerahjelajahnya. Sedangkan Banteng yangdigolongkan sebagai satwa yangterancam punah, populasinya dalamkawasan TNKM tidak begitu besar danada beberapa bukti menunjukkan bahwapopulasinya mengalami penurunan.

Kawasan TNKM memiliki potensipariwisata berupa pengamatan hidupanliar, wisata belajar, mengenal kehidupanmasyarakat Dayak,arung jeram danpenjelajahan.

dari 300 jenis burung sudah diamati ataudilaporkan keberadaannya. Beberapajenis-jenis baru ikan sudah diidentifikasi,walaupun upaya melakukan kegiatansurvey lingkungan perairan baru padatahap permulaan. Survey pendahuluanjuga baru dilakukan untuk jenis-jenisreptil, amfibia dan serangga. Banyakjenis-jenis tumbuhan dan satwa endemik,beberapa diantaranya dilindungi, langkadan benar-benar terancam punah.

Keadaan habitat dan keanekaragamanhayati TNKM pada sebagian besarkawasan masih dalam keadaan yangsangat baik. Walaupun menurutlaporan para penduduk setempatmenyebutkan bahwa populasibeberapa jenis-jenis satwa

Wisatawan yang berkunjung ke kawasanTNKM sekitar 25 orang per tahun. Faktor-faktor yang menghambat pengembanganpariwisata adalah letak kawasan TNKMyang sangat terpencil, waktu perjalananyang lama dan biaya yang tinggi, hidupan liar pada umumnya sulit dilihat,kurangnya obyek-obyek alam yang khasdan kurangnya sarana pariwisata selainrumah-rumah milik penduduk kampung.Sebagian besar potensi hidupan liar,pemandangan dan atraksi pariwisatayang dimiliki oleh TNKM juga ditemukandi daerah lain yang lebih maju diKalimantan, Sabah atau Serawak. Olehkarena itu, untuk mengembangankepariwisataan di TNKM perlumemadukan kegiatan atraksi wisataregional yang telah ada sepertipenjelajahan sungai Mahakam,penyelaman pada karang atol Derawandekat Berau (Tanjung Redeb), daerahtujuan wisata alam (lingkungan) diSabah, Serawak dan daerah lainnya di

Kalimantan.

Photo : Koleksi WWF

Photo : Nasir Foead

4

Di seluruh kawasan TNKM terdapat 10wilayah adat, dihuni oleh sekitar 16.000orang penduduk yang mendiami 50 desa,beberapa diantaranya sudah berbaurmenjadi “lokasi” pemukiman yang lebihluas. Lebih dari 50% wilayah adat merekaberada dalam kawasan TNKM danbahkan ada beberapa diantaranya yanglebih dari 80% wilayah adatnya terletakdalam kawasan TNKM. Masyarakattersebut memiliki satu kelompok etnikbahasa yang beranekaragam, yangsangat dikenal dengan sebutan bahasadayak (etnolinguistik) yang secarakeseluruhan dikenal sebagai masyarakatDayak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwamasyarakat Dayak telah menghunikawasan ini sekitar 350 tahun yang silam.Mata pencaharian masyarakat setempatadalah berladang dan atau bercocoktanampadi sawah yang diselingi dengan berburusatwa dan mengumpulkan tumbuhan darihutan untuk kebutuhan sehari-hari danhasilnya dijual untuk mendapatkan uang.Keadaan perekonomian penduduk padaumumnya miskin, namun demikian, tingkatperekonomian mereka secara umummelampaui rata-rata propinsi. Pelayanankesehatan dan pendidikan untuk penduduksetempat secara keseluruhan masih beradapada tingkat yang rendah. Masyarakatsetempat masih menganut hukum adat danpraktik pengaturannya tampak secara jelaspada berbagai aspek kehidupan sehari-hari,serta kepala adat atau pemimpin adatmasih dihormati. Walaupun demikian,terlihat bahwa perhatian terhadap aspek-aspek tradisional kehidupan masyarakat

adat ini semakin berkurang dibandingkanpada masa yang silam. Perpindahanpenduduk keluar daerah untukmeningkatkan taraf perekonomian,pendidikan serta memperoleh pelayanankesehatan yang lebih baik, telahmenyebabkan berkurangnya populasipenduduk di wilayah ini secara nyatahingga permulaan tahun 1980-an danbanyak desa-desa yang berada dalamkawasan TNKM ditinggalkan olehpenghuninya.

Kecenderungan ini nampaknya sekarangsudah stabil dan bahkan di beberapatempat malah sebaliknya. Adakecenderungan bahwa, minat untukbermukim kembali pada beberapakampung-kampung yang telah ditinggalkansemakin meningkat karena di tempatmereka tinggal sekarang menghadapiberbagai masalah ekonomi dan masalah-masalah lainnya dan adanya daya tarikdari kegiatan eksploitasi sumberdayaalam di wilayah kampung mereka.

Dukungan terhadap TNKM olehmasyarakat setempat sangat beragam.Masyarakat setempat sudah mengelolahutan yang terdapat dalam kawasan TNKMselama berabad-abad dan mempunyai niat

kuat memelihara hutan untuk pemanfaatanyang berkelanjutan dan keperluanpariwisata. Beberapa lembaga adat telahmelakukan penghentian sementaraterhadap perburuan burung Cucak Rawadan Banteng karena kekhawatirannyaterhadap pemanfaatan yang berlebihan.Akan tetapi ada juga yang mempunyaikeinginan besar untuk mempertahankanlahannya untuk mencukupi kebutuhan akanlahan pertanian bagi keturunan /anak cucumereka serta untuk pembangunanekonomi seperti hak pengusahaan hutanmasyarakat dan perkebunan rakyat.Penduduk juga khawatir bahwa TamanNasional akan berarti bahwa penguasaanatas tanah adat mereka dirampas olehpemerintah sehingga akses menujusumberdaya alam tempat merekabergantung selama ini ditutup. Olehkarena itu, beberapa kelompokmasyarakat meminta agar sebagian besaratau seluruh tanah adat merekadikeluarkan dari kawasan TNKM,terutama di wilayah kecamatan Krayandan lembah sungai Tubu.

Jika mengikuti batas yangdirekomendasikan oleh masyarakat,maka akan terdapat dua kawasan TamanNasional. Pertama, dibagian selatan

Photo : Nasir Foead

Page 5: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

mencerminkan kisaran geografislahan yang termasuk di dalamnya danpengelolaan lahan yang begitu lamaoleh masyarakat setempat;

b. Pengelola Kawasan (DepartemenKehutanan cq. Direktorat JenderalPerlindungan Hutan dan KonservasiAlam/PHKA) hendaknya melakukanperundingan dengan masyarakatsetempat, Pemerintah Daerah, danpemegang Hak Pengusahaan Hutan(HPH) guna mencoba untukmelakukan penambahan luaskawasan TNKM agar dapat dilakukanperlindungan jangka panjang yanglebih baik terhadap lingkungan dankeanekaragaman hayati;

c. Beberapa Wilayah Adat telahmengajukan permintaan bahwa lahanyang dimanfaatkan secara intensifuntuk perkampungan, pertanian dankehutanan dikeluarkan dari kawasanTNKM. Permintaan ini seyogyanyamendapatkan persetujuan olehPengelola Kawasan;

d. Beberapa Wilayah Adat lainnya telahmengajukan permintaan agar semuaatau hampir semua tanah adat merekadikeluarkan dari kawasan TNKM.

Untuk itu disarankan agar Pengelola

Kawasan membuat batas sementara,

B. Membangun dan mempertahankansistem pengelolaan bersama denganmasyarakat dan pemerintah setempat;

C. Mengoptimalkan kesempatanpendidikan, penelitian, pariwisata danrekreasi yang cocok denganpelestarian (konservasi) danpemanfaatan sumberdaya alamsecara tradisional.

TNKM lebih condong untuk dijadikansebagai sebuah kawasan lindung yangsumber dayanya terurus (terkelola) denganbaik mengikuti kriteria VI IUCN. Kawasanini dikelola untuk menjamin perlindungandan pemeliharaan jangka panjangterhadap keanekaragaman hayati,sementara pada saat yang bersamaandapat menyediakan hasil alam (hutan) danpelayanan secara berkelanjutan gunamemenuhi kebutuhan masyarakat.

Rekomendasi yang paling penting dalamRencana Pengelolaan TNKM ini meliputi:

A. Perencanaan Kawasan,Batas dan Zonasi

a. Masyarakat setempat hendaknyadiikutsertakan dalam pemberian namabaru untuk TNKM agar lebih

dengan luas sekitar 800.000 hektar beradaterutama di wilayah Kecamatan KayanHilir dan Long Pujungan. Kedua, dibagianutara dengan luas sekitar 85.000 hektarterletak terutama di wilayah KecamatanLumbis, Mentarang dan sedikit di wilayahadat Krayan Hilir.

Keadaan TNKM sangat unik, oleh karenaitu memerlukan pengelolaan yangbeberapa aspeknya bersifat baru (inovatif).Sasaran pengelolaan yangdirekomendasikan adalah “Melestarikantumbuhan, satwa dan habitatnya dalam

kawasan TNKM untuk kepentingan

masyarakat, melalui pemanfaatansuberdaya alam oleh masyarakat setempat

secara berkelanjutan, pendidikan,

penelitian, pariwisata dan rekreasi,berbasiskan pada suatu pendekatan

pengelolaan bersama”.

Untuk mencapai sasaran ini, maka tujuanpengelolaan TNKM adalah sebagai berikut:A. Menjamin bahwa pemanfaatan

tumbuhan dan satwa yang dilakukanoleh masyarakat setempat secara

berkelanjutan;

Photo : Herwasono S.

Photo : Koleksi WWF

mengeluarkan tanah adat yangdimanfaatkan secara intensif daridalam kawasan TNKM. Untuk lahansisanya, Pengelola Kawasan dapatmelakukan perencanaan tata gunalahan yang lebih rinci bersama-samamasyarakat setempat dan PemerintahDaerah. Sasarannya adalah agarsemua pihak melakukan identifikasiuntuk menentukan lahan yang masukdalam kawasan TNKM, sehinggakawasan TNKM benar-benarmerupakan hutan yang masih utuhkarena memiliki nilai konservasi yangtinggi atau karena tidak cocok untukpembangunan. Dengan demikian,kawasan hutan tersebut akan tetapberada dalam kawasan TNKM dandikelola secara bersama-sama;

e. Langkah awalnya TNKM memerlukansebuah sistem zonasi yangsederhana. Sebagian besar kawasanTNKM hendaknya dijadikan sebagaiZona Pemanfaatan Tradisional (ZPT)sehingga pemanfaatan secaraberkelanjutan oleh masyarakatsetempat diperbolehkan. Bagian laindari kawasan TNKM perlu dijadikansebagai Zona Inti yang telahmendapatkan persetujuan sementaraoleh masyarakat dan ZonaPemanfaatan untuk areal yangdipakai sebagai Stasiun PenelitianHutan di Lalut Birai. Memaksakanpembuatan Zona Rimba atau lebihbanyak Zona Inti pada saat ini akanmembingungkan dan bertentangandengan masyarakat serta belumdiperlukan untuk perlindungankeanekaragaman hayati pada saat

sekarang. Zonasi dapat ditinjaukembali setelah diperolehpengetahuan yang lebih banyakmengenai habitat yang terdapatdalam TNKM, diperoleh kepercayaanmasyarakat setempat denganPengelola Kawasan, masyarakatsetempat dan instansi setempat lebihmenyadari peran dan kebutuhanzonasi lainnya;

f. Pengelola Kawasan perlubekerjasama dengan PemerintahDaerah dan masyarakat setempatguna mencoba untukmengembangkan alternatif yangdapat diterima terhadap rencanabeberapa kelompok masyarakat untukbermukim kembali pada kampung-kampung yang telah ditinggalkan.Rencana pemukiman kembali bisamemecah kawasan TNKM danmenimbulkan permasalahan lain yangakan membuat lebih sulit untukmelindungi keanekaragaman hayatidalam jangka panjang, demikian puladengan pemberian pelayanan dasaroleh Pemerintah Daerah akanmenjadi lebih mahal. Idealnya, cara-cara lainnya mesti ditemukan untukmembantu mengatasi masalahekonomi, sosial dan masalah-masalah lain yang menyebabkanbesarnya minat untuk bermukimkembali pada desa-desa yang telahditinggalkan.

B.Pengelolaan Tumbuhan,Satwa dan Ekosistemnya

Kegiatan inventarisasi keberadaan danpenyebaran jenis perlu dikerjakan lebihbanyak lagi:a. Kegiatan relokasi, rehabilitasi dan

pengkayaan jenis belum merupakanprioritas yang mendesak, kecualikemungkinan untuk melakukan studikelayakan mengenai peliaran kembaliBadak dan Orang Utan;

b. Prioritas tertinggi dalam kegiatanpengelolaan habitat adalahmelanjutkan pembakaran padangrumput secara teratur gunameningkatkan daya dukung terhadaphabitat Banteng dan satwa pemakanrumput (herbivora) lainnya;

c. Prioritas yang paling tinggi adalahpengelolaan hasil sumberdaya alamsecara berkelanjutan, yang manamasyarakat setempat dapatmemanfaatkannya untuk memenuhikebutuhan sehari-hari dan

memperoleh penghasilan;

Photo : Koleksi WWF7

Page 6: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

d. Ketentuan mengenai pemanenan danpengelolaan sumberdaya alam yangdimanfaatkan oleh masyarakatsetempat akan didasarkan padakesepakatan konservasi yangmemadukan peraturan adat danmetode pengelolaan sumberdayaalam/hidupan liar, terutama mengenaipemantauan dan pengelolaanpopulasi;

e. Direkomendasikan agar pengelolakawasan menggunakan daftar jenisyang dilindungi di Indonesia dandaftar jenis yang terancam punah dariIUCN sebagai dasar untuk melakukanpemantauan kecenderungan populasidan selanjutnya mengambil langkah-langkah untuk membatasi pemanenanjenis yang sedang mengalamipemanenan berlebihan atausebaliknya terhadap jenis yangterancam. Kegiatan perburuan yangdikelola secara berkelanjutan disertaidengan pemantauan yang ketatterhadap beberapa jenis yangdilindungi yang masih sering dijumpaidan menjadi hama pertanian secaralokal hendaknya diperbolehkan;

f. Perdagangan secara terbatasterhadap tumbuhan dan satwa liaragar diijinkan, sebagaimana halnyaterjadi pada Taman Nasional lainnyadi Indonesia, kecuali suatu jenis yangtelah terancam oleh pemanenan yangberlebihan;

g. Penduduk setempat hendaknyadiijinkan untuk menebang pohonAquilaria guna memperoleh gaharu,demikian juga pohon kayu untukkeperluan pembangunan rumah-rumah penduduk dan bangunan-bangunan masyarakat di ZonaPemanfaatan Tradisional;

h. Kegiatan penghijauan dan konservasitanah belum diperlukan saat ini.

C. Pemanfaatan TNKM

a. Pemanfaatan TNKM sejauh ini akanpaling besar dilakukan olehmasyarakat setempat untuk keperluanperburuan satwa, pengumpulantumbuhan untuk memenuhikebutuhan hidup sehari-hari danmendapatkan uang;

b. Pemanfaatan TNKM untukkepentingan pariwisata, pendidikandan tujuan-tujuan lainnya akantumbuh secara lambat. Wisatawanyang diharapkan datang berkunjungditargetkan mencapai 3.000 orangpada tahun 2025;

c. Ekowisata hendaknya berbasiskanmasyarakat, dikembangkan secaraperlahan-lahan dan dikelola olehmasyarakat setempat bekerjasamadengan pengelola TNKM danperusahaan pariwisata dari luar;

d. Upaya peningkatkan kepedulian danpendidikan tentang TNKM adalahsangat mendesak untuk dilakukanguna meningkatkan dukungan seluruhpihak terkait (stakeholder). Sasarankunci peserta adalah masyarakatsetempat, lembaga pemerintah,sekolah-sekolah, sektor swasta,pegawai pemerintah dan pengunjungTNKM;

e. Masyarakat setempat, lembagamasyarakat setempat dan PemerintahDaerah akan memperoleh manfaatyang besar dari program pelatihan danwisata belajar karena meningkatkankemampuan mereka guna

Photo : Dolvina Damus

8

berperanserta secara efektif dalampengelolaan TNKM;

f. Potensi besar TNKM untuk pendidikantingkat SMU dan wisata belajar harusdikembangkan.

D. Penelitian danPengembangan

a. Untuk memperlancar para ilmuwan danpengelola kawasan, masyarakathendaknya diikutsertakan dalamproses perencanaan, pelaksanaandan mengiterpretasikanpenelitian. Penggabunganpengetahuan ekologi lokalakan meningkatkanefektifitas waktu danbiaya penelitian;

b. Penelitian jenis danpopulasi hendaknyadipusatkan pada jenis-jenisyang umumnya dipanendan atau jenis-jenisindikator kesehatan habitat/ekosistemsecara umum;

c. Penangkaran dan pembudidayaanbelum waktunya mendapatkanprioritas tinggi dari pengelola TNKMpada tahap permulaan, walaupunilmuwan luar dan mahasiswa denganbiayanya sendiri bisa saja diterima;

d. Penelitian berskala bioregional, terutamauntuk mengidentifikasi kawasan di luarTNKM yang penting untuk jenis-jenisyang memiliki wilayah jelajah luas ataujenis-jenis migrasi seperti Babi Hutan,Burung, Ikan, dsb, sangat penting untukperlindungan keanekaragaman hayatijangka panjang.

E. Perlindungan &Pengelolaan SumberDaya TNKM

a. Pengelola kawasan hendaknyamengambil langkah-langkahpendekatan secara proaktif dankekeluargaan (kolaboratif) terhadappotensi ancaman, sehinggamemudahkan dalam pencegahanterjadinya masalah atau memecahkanmasalah yang sudah terjadi;

b. Pengelola kawasanhendaknya membantu

p e m e r i n t a hm e l a k u k a n

a n a l i s i sa l t e r n a t i f

pembangunan jalandan jika seandainyapembangunan jalan adalahpilihan terbaik untuk

membuka keterpencilan, makapilihlah jalur yang dampak

kerusakan lingkungannya paling kecil;c. Sebagai langkah awal, lebih baik

melakukan pendekatan yang bersifatkerjasama dengan perusahaan-perusahaan HPH daripada bersifatkonfrontasi;

d. Harga emas yang murah saat inimemberikan peluang untukmembatalkan ijin eksplorasi dalamkawasan TNKM;

e. Satu-satunya jenis satwa yangmenunjukkan tanda-tanda tekananperburuan berlebihan dalam kawasanTNKM adalah Cucak Rawa. Upayaperlindungan terhadap jenis inihendaknya mengikutsertakan lembaga-

lembaga adat setempat danmempergunakan berbagai macampendekatan, seperti misalnyapendidikan, pembatasan perburuan,dsb.;

f. Tanggung jawab penegakan hukumdiantara para pihak terkait (PHKA,lembaga adat setempat dan PemeritahDaerah) perlu untuk dirundingkan;

g. Pendekatan awal yang seyogyanyadilakukan dengan masyarakat setempatadalah dimulai dari peningkatankepedulian dan pendidikan mengenaiperaturan perundang-undangan danalasan untuk melakukan konservasi,ditujukan untuk meningkatkankepedulian secara sukarela dan ataupenegakan hukum pendahuluan olehlembaga adat berdasarkanKesepakatan Konservasi dan NotaKesepakatan, sebelum dilanjutkandengan bentuk-bentuk penegakanhukum lainnya, jika diperlukan;

h. PHKA, KSDA dan Pemerintah Daerahperlu memberikan dukungan kepadamasyarakat setempat yang saat inidengan inisiatif sendiri menghentikanpengambilan sumberdaya alamsecara tidak sah dari TNKM olehpihak–pihak luar. Hal ini merupakansuatu cara yang penting untukmembangun kepercayaan antaramasyarakat dan Pemerintah.

Photo : Koleksi WWF

Photo : Koleksi WWF

Page 7: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

F. PengembanganKelembagaan

a. Pengelolaan TNKM secara bersamadengan mengikutsertakan PHKA,masyarakat adat setempat danPemerintah Daerah sangat diperlukan.PHKA adalah instansi pemerintah yangbertanggung jawab untukmelaksanakan peraturan perundang-undangan nasional dan kesepakatan-kesepakatan internasional untukmelindungi dan pengelolakeanekaragaman hayati Indonesia danmenyediakan keahlian pengelolaan

kawasan dan konservasi

keanekaragaman hayati. Masyarakat

setempat sudah hidup dan mengelola

lahan kawasan TNKM lebih dari 300

tahun, mengandalkan sumberdaya

alam untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari dan kebutuhan uang dan

tahu banyak tentang keanekaragaman

hayati kawasan dan lingkungannya.

Pemerintah daerah harus diikutsertakan

karena peristiwa-peristiwa yang terjadi

dalam kawasan TNKM mempunyai

konsekuensi lingkungan, sosial dan

ekonomi bagi Kabupaten dan Propinsi,

serta rencana dan kegiatan Pemerintah

Daerah bisa menimbulkan dampak

yang luas terhadap TNKM;

b. Masyarakat setempat mengusulkan

agar keikutsertaan mereka dalam

pengelolaan TNKM secara bersama-

sama dapat disalurkan melalui Forum

Musyawarah Masyarakat Adat

(FoMMA). Susunan anggota FoMMA

akan berasal dari perwakilan 10

wilayah adat yang lahannya masukatau disekitar kawasan TNKM. FoMMAakan bekerja melalui lembaga adat ditiap-tiap wilayah adat;

c. FoMMA, PHKA/KSDA danPemerintah Kabupaten akanmengelola TNKM secara bersama-sama melalui Dewan PenentuKebijakan (DPK) TNKM, yangdirekomendasikan memiliki lima (5)anggota mewakili FoMMA, empat (4)dari Pemerintah Kabupaten Malinaudan Nunukan, dua (2) dari PHKA dan

dua (2) dari Pemerintah Propinsi.Dengan mempertahankan jumlahanggota sebanyak 13 (tiga belas)orang akan menghemat biayaoperasional yang cukup berarti danlebih mudah untuk memfasilitasipertemuan serta lebih efektif;

d. Prioritas tertinggi pada awalpengelolaan TNKM adalah bagianggota DPK untuk merundingkansebuah Nota Kesepakatan (MoU)yang mengatur tentang organisasidan tata kerja DPK TNKM danmengatur tanggung jawab pengelolakawasan dari berbagai pihak-pihakterkait;

e. Pengelolaan TNKM sehari-hari akanmenjadi tanggung jawab BadanPelaksana (BP) TNKM, yang akanmelapor dan diarahkan oleh DPKTNKM. Staf BP TNKM untuk pertamakalinya bisa berasal dari PHKA, KSDA,FoMMA atau WWF Indonesia,tergantung dari keputusan yang dibuatoleh DPK TNKM, ketersediaan stafyang berpengalaman dan pendanaandari berbagai organisasi, dsb.;

Photo : Timothy C. Jessup

10

f. Dukungan awal dan jangkapanjang serta keberhasilan TNKMakan meningkat pesat bila FoMMAsecara bertahap mengambil peranutama bersama-sama BP TNKM.Kemajuan terhadap pencapaiantujuan ini akan tergantung padakeluaran (outcome) dari programpelatihan pengelolaan kawasan danperlindungan keanekaragaman hayatiyang diberikan oleh PHKA, KSDA,WWFI dan lainnya untuk melengkapipengetahuan lokal (kearifan lokal)yang telah dimiliki FoMMA danmasyarakat setempat tentangtumbuhan, satwa dan ekosistem,ketersediaan pendanaan untukFoMMA dan seberapa baik FoMMAmenunjukkan tanggung jawabnyamelindungi lingkungan TNKM danmematuhi kesepakatan pengelolaan;

g. Cara yang paling praktis untukmerencanakan staf Badan Pelaksanaadalah dengan membentuk tim kecil,yang intinya terdiri dari semua bidangutama yang diperlukan danmenambah beberapa staf denganbidang keahlian yang berbeda apabilaketersediaan dana memadai.Mengingat terbatasnya kemampuanpendanaan PHKA dan FoMMA sertastaf pada beberapa tahun mendatang,WWFI pada awalnya bisa mengisisebagian besar posisi staf utama ataustaf inti ini setidaknya dalam empattahun pertama masa pelaksanaan

Rencana Pengelolaan TNKM danmelapor serta diarahkan DPK TNKM.Walaupun demikian, direkomendasikanagar PHKA dan KSDA segera

menugaskan staf seniornyasebagai petugas penghubungpenuh untuk TNKM sehingga

pelatihan untuk FoMMA danmasyarakat setempat segera dapatdimulai agar mereka secepatnyamenjadi bagian dari Badan Pelaksana.

h. Mempekerjakan masyarakat setempatsebagai staf Badan Pelaksanaapabila memungkinkan, akan sangatberguna untuk membangun danmemelihara dukungan masyarakatsetempat terhadap TNKM.

G. Koordinasi

Koordinasi dengan lembaga pemerintahlainnya, LSM, sektor swasta dan pihak-pihak terkait lainnya dapat dicapaidengan baik melalui kunjungan teratur kekantor-kantor, berpartisipasi pada rapat-rapat perencanaan di tingkat Kabupatendan Propinsi dan forum komunikasidan koordinasi tahunandaripada melalui badankoordinasi yang besar,resmi dan mahal.

H. Pengembangan Saranadan Infrastruktur

a. Keterpencilan TNKM, pertumbuhanpariwisata yang lambat,ketidakpastian perkembangan sistemtransportasi dan penyaluranpengunjung,

ketergantungan pada pengelola lokaldan faktor-faktor lain berarti bahwapembangunan infrastruktur padaumumnya belum merupakan prioritasutama yang mendesak. Perencanaansebaiknya dikembangkan sejalandengan berjalannya waktu danmeningkatnya pengetahuan mengenaihal-hal tersebut;

b. Infrastruktur dengan prioritas palingtinggi pada saat ini dan mendesakadalah perpaduan antara perkantoranyang sekaligus berfungsi sebagaipusat pengunjung serta perumahanpada kantor pusat, kantor cabang danatau pos-pos lapangan, beberapasarana pariwisata seperti jalansetapak untuk penjelajahan dansarana untuk pengamatan hidupanliar yang sederhana.

Photo : Koleksi WWF

Photo : Koleksi WWF

11

Page 8: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

merupakan bagian utama dari pengelolaanTNKM, perhatian yang lebih besar harusdiberikan pada perancangan (disain),pelaksanaan dan pemahaman sistempemantauan lingkungan partisipatip danmandiri tentang pengujian kecenderunganpopulasi yang umumnya dimanfaatkandan atau jenis-jenis indikator, perubahanhabitat, perambahan ke dalam kawasanTNKM dan indikator-indikator lainnya.

K. Pendanaan

a. Ada kemungkinan bahwa permerintahpusat dan pemerintah daerah akanmenghadapi kesulitan dalammenyediakan dana yang cukup untukpengelolaan TNKM yang ideal.Mekanisme pendanaan alternatif daninovatif perlu dikembangkan.Kewajiban untuk penggantian atasbiaya sumberdaya alam (Debt for

nature swaps), hibah pampasankarbon (Carbon sequestration grants),kemitraan dengan LSM yangmempunyai hubungan luas dengandonor internasional dan melimpahkanlebih banyak tugas pengelolaankepada FoMMA dan lembagamasyarakat setempat lainnya, yangbisa melaksanakan berbagai tugasdengan biaya rendah patutdipertimbangkan;

b. Pendanaan dalam jumlah besar dariPHKA tidak diperlukan dalam waktudekat karena keberhasilan WWFIdalam memperoleh hibah selamaempat tahun dari PemerintahDenmark (DANIDA) untuk membiayaikegiatan TNKM.

Tetapi pendanaan PHKA untukbeberapa infrastruktur, upaya-upayapemantauan dan evaluasi dankegiatan lainnya sangat diperlukan;

c. Jika seandainya PHKA mampumendapatkan dana di waktu yangakan datang, sebaiknya digunakanuntuk memberi hibah kepada FoMMAuntuk kegiatan TNKM yang bersifatkhusus;

d. Penerimaan dari sektor pariwisata,denda atas pelanggaran peraturanTNKM, bea masuk dan sewa daripenggunaan fasilitas dan penerimaanlainnya yang berhubungan denganTNKM hendaknya diterima olehFoMMA dan Lembaga Adat gunamendukung kegiatan-kegiatanpengelolaan dan memberikanpendapatan masyarakat.Mengalokasikan dana ini kepadamasyarakat akan meningkatkanjumlah orang dan anggota masyarakatyang merasa bahwa memberikandukungan kepada TNKM adalahuntuk kepentingan mereka sendiri;

e. Jika seandainya diperoleh pendanaanyang lebih besar dari Debt for nature

swaps, Carbon sequestration grantsatau sumber-sumber lainnya,sebagian dana hendaknyadialokasikan untuk masyarakat gunapenggantian atas bantuan merekadalam pengelolaan kawasan danuntuk membantu mengembangkankegiatan-kegiatan dalam rangkamenggali pendapatan sampinganyang akan membantu mencegahpengambilan sumberdaya alam yangtidak berkelanjutan.

I. Pengembangan PeranSerta Masyarakat

a. Program pembangunan masyarakatakan sulit dikembangkan karenajaraknya yang jauh dari pasar,sulitnya perhubungan, ketidaksuburantanah pada umumnya, terbatasnyapendanaan dan faktor-faktor lainnya;

b. Standard kehidupan masyarakatsetempat sebaiknya didukung dengancara membantu mereka mengelolapemanfaatan secara lestarisumberdaya alam dan dengan caramengupayakan pengakuan pemerintahterhadap hak-hak masyarakatterhadap lahan dan sumberdaya alamyang terdapat dalam zona penyangga;

c. Ada beberapa potensi jangka panjanguntuk proyek pengembangan ekonomiekowisata berbasiskan masyarakat,seperti pertanian, wanatani dankerajinan, tetapi proyek-proyek inimemerlukan pengembangan secaraperlahan-lahan dan berhati-hati gunamenghindari permasalahan sosial danlingkungan hidup, seperti misalnyamenarik lebih banyak imigran;

d. Pemerintah Daerah Kabupatenhendaknya mengkoordinasikan proyek-proyek pembangunan di dalam zonapenyangga TNKM, terutamapembangunan infrastruktur, dibantuoleh staf TNKM dan LSM.

J. Monitoring dan Evaluasi

Memperhatikan bahwa pemanfaatansecara berkelanjutan tumbuhan dansatwa liar oleh masyarakat setempat

12

Tim PenyusunWWF Indonesia telah bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) untuk membangunTaman Nasional Kayan Mentarang (TNKM) sejak tahun 1990. Perhatian utama yang tercurah pada akhir kurun waktu ini (dari tahun1996 sampai dengan November 2000) adalah menyelesaikan penyusunan Rencana Pengelolaan TNKM berdasarkan masukkan darimasyarakat yang tinggal di dalam dan di kawasan TNKM, PHKA, dan Pemerintah Daerah.

Staf senior yang terlibat dalam kurun waktu ini adalah :

Pimpinan Proyek : Dale WithingtonPendidikan dan Penyadaran : Monica KusnetiKonservasi Biologi : Stephan Wulffraat, Agustinus Taufik, Carey Yeager, James SowerbyKoordinator Kebijakan : Dolvina DamusGIS / Pemetaan : Ketut Deddy, Mulyadi, KusworoPengembangan Masyarakat : Cristina EghenterAdministrasi & Logistik : Agustono Dwi Rachadi

Semua staf lainnya juga turut berperan dan memberikan pemikiran yang sangat berarti dalam penyelesaian Rencana PengelolaanTNKM. Staf WWF Indonesia di Balikpapan dan Jakarta juga memberikan dukungan, demikian juga halnya dengan mitra-mitra proyekseperti WWF Denmark dan WWF Jerman.

Tanpa dukungan dan kerja keras dari staf WWF Indonesia pada periode sebelumnya yang tergabung dalam pembangunan TNKM,penyususnan Rencana Pengelolaan ini tak mungkin dapat diwujudkan. Pemimpin-pemimpin Proyek WWFI Kayan Mentarang sejaktahun 1990 adalah Tim Jessup, Godwin Limberg, dan Cristina Eghenter.

Sebagai tambahan, bahwa Rencana Pengelolaan ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan yang tak ternilai dari parakonsultan berikut ini:

Nama : Bidang Tugas

Jim Schweithelm Memfasilitasi Lokakarya Staf mengenai Penyusunan Rencana Pengelolaan, dan ikutmenulis serta melakukan penyuntingan terhadap Rencana Pengelolaan.

Robert Stuebing Konservasi BiologiGodwin Limberg Pengembangan Tanaman HutanJanet Cochrane Pengembangan PariwisataMichael Terzich Infrastruktur Taman NasionalAgus Sriyadi Infrastruktur Taman NasionalPadmo Wiyoso (KSDA) Infrastruktur Taman NasionalElizabeth Fox Penyadaran dan Pendidikan

13

Page 9: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

Selain itu, para Kepala Adat dan Masyarakat Adat di 10 WilayahAdat yang tanah adatnya menurut Keputusan Menteri tentangPenetapan kawasan Taman Nasional Kayan Mentarang masukdalam kawasan telah memberikan banyak sekali informasi yangdicantumkan dalam Rencana Pengelolaan ini.

Staf senior BKSDA Kalimantan Timur, seperti Budiman Amin,Ade M. Rachmat dan Padmo Wiyoso, juga banyak memberikanbuah pikiran dalam penyusunan Rencana Pengelolaan ini.

Dukungan pendanaan untuk penulisan Rencana PengelolaanTNKM ini sebagian besar bersumber dari Danida, sebuahlembaga bantuan Internasional dibawah Kementerian Luar Negeri Denmark. Dana hibah tambahan diperoleh dari WWF Jerman,WWF Belanda, Ford Foundation, dan TOTAL Foundation Perancis.

Akhirnya, pengesahan Rencana Pengelolaan Taman Nasional Kayan Mentarang ini hanya dapat dimungkinkan berkat jerih payah,masukan, bantuan, usaha, dan dukungan dari pihak-pihak sebagai berikut :

1. Marthin Billa (Bupati Malinau)2. H. Abdul Hafid Acmad (Bupati Nunukan)3. Wahyudi Wardoyo (Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan)4. Suhariyanto (Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam)5. Yunus Poddalah (Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malinau)6. Tomy Harun (Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nunukan)7. Ramon Janis (Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur)8. Tonny Soehartono (Direktur WWF Sundaland Bioregion Kalimantan)9. IGNN Sutedja (Project Executant WWF-Kayan Mentarang)10. Marten Labo (Ketua Forum Musyawarah Masyarakat Adat Taman Nasional Kayan Mentarang).

Photo : Timothy C. Jessup/WWF14

Photo : Koleksi WWF

Lampiran Peta-PetaLampiran Peta-Peta

Photo : Koleksi WWF

Page 10: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

16 17

Page 11: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

18 19

Page 12: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

20 21

Page 13: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

22 23

Page 14: stakeholders)heartofborneo.or.id/uploads/parks_reports/ringkasan eksekutif.pdfIndonesia yang pengelolaannya ditetapkan oleh pemerintah menggunakan pengelolaan kolaboratif melalui Keputusan

24 25