spondilitistuberkulosis-140523093207-phpapp02
TRANSCRIPT
Muhammad hafiz
Nur Afiqah, 2013, Spondilitis Tuberkulosis POTT’s Disease, slideshare.net
Zuwanda, Raka Janitra, 2013, Jurnal Diagnosa dan Penatalaksanaan Spondilitis Tuberkulosis
Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi Mycobacterium tuberculosis pada tulang belakang. Spondilitis tuberkulosis memiliki perjalanan penyakit
yang relatif indolen, sehingga sulit untuk didiagnosis secara dini
Mycobacterium tuberculosis
bakteri tahan asam tempat yg lembab, gelap, dan pada suhu kamar, kuman dapat bertahan hidup selama beberapa jam. Dalam tubuh, dapat dorman selama beberapa tahun.
SPONDILITIS TUBERKULOSA
1. Stadium Implantasi Daya tahan tubuh ↓ → Duplikasi kuman 6-
8 minggu Biasanya terjadi pada daerah paradiskus Pada anak terjadi pada daerah sentral
vertebra
2. Stadium Destruksi Awal►Berlangsung 3 – 6 minggu► Terjadi destruksi pada corpus
vertebra dan penyempitan pada diskus
3. Stadium Destruksi Lanjut► Destruksi masif - Kolaps vertebra► Masa kaseosa dan cold abses
yang terjadi 2-3 bulan setelah stadium destruksi awal
►sekuestrum + kerusakan diskus vertebralis
►Wedging anterior → kifosis / gibbus
4. Stadium Gangguan NeurologisTekanan abses kekanalis spinalis. Vertebra torakalis mempunyai kanalis
spinalis yang kecil
Derajat I:Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.
Derajat II:Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat melakukan pekerjaannya.
Derajat III: Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak atau aktivitas penderita serta terdapat hipestesia sampai anastesia
Derajat IV :Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi dan miksi.
5. Stadium Deformitas ResidualStadium ini terjadi lebih kurang 3-5 tahun
setelah terjadi stadium implantasi. Kifosis atau gibbus bersifat permanen
karena kerusakan vertebra yang masif disebelah depan.
• 1 hingga 5 % penderita TB mengalami TB osteoartikular.
• Separuh dari TB osteoartikular adalah spondilitis TB.• Pada negara yang sedang berkembang, sekitar 60%
kasus terjadi pada usia dibawah usia 20 tahun • Pada negara maju, lebih sering mengenai pada usia
yang lebih tua dekade kelima -keenam
exposure to m. tuberculosis
Pulmonary tuberculosis
Accumulation of the bacteria in the vertebrae
Proliferation of the bacteria in the vertebrae (gravitation-> anterior)
Infection
Pott's Disease
Hematogenous Spread plexus venosus batson
Pott's Disease
Progressive Bone Destruction Back Pain
CaseationInfected Anterior Intervebral Disc Collapse
Kyphosis Gibbus deformity
Spinal canal narrowed by abscesses, granulation, tissue or direct dural invasion
Spinal cord compression
neurological effects & lower motor deficits
Numbness & weakness of both lower extremities
Pott's paraplegia
Penyakit ini berkembang lambat, tanda dan gejalanya dapat berupa :
Nyeri lokal tidak spesifik pada daerah vertebra yang terinfeksi.
Bengkak pada daerah paravertebral Tanda dan gejala sistemik dari TB Cold abscess Gibus Tanda defisit neurologis: gangguan motoris,
sensoris maupun autonom sesuai dengan beratnya destruksi tulang belakang, kifosis dan abses yang terbentuk.
Insiden paraplegia pada spondilitis TB (Pott’s paraplegia), sebagai komplikasi yang paling berbahaya, hanya terjadi pada 4 – 38 persen penderita.
Pott’s paraplegia dibagi menjadi dua jenis: Paraplegia onset cepat -> akut -dua tahun pertama
(kompresi medula spinalis oleh abses atau proses infeksi)
Paraplegia onset lambat -> saat penyakit sedang tenang, tanpa adanya tanda-tanda reaktifasi spondilitis (tekanan jaringan fibrosa/parut atau tonjolan-tonjolan tulang akibat destruksi tulang sebelumnya)
Keluhan paling awal: Nyeri punggung Riwayat TB paru Adanya gejala sistemik seperti demam,
nafsu makan turun, keringat malam Riwayat batuk lama >3 minggu Adanya paraparesis/kekakuan otot sampai
nyeri yang tergantung pada lokasi infeksi Adanya perubahan pola jalan Kebas, baal, gangguan defekasi & miksi
Inspeksi tuberkulosa kelihatan lemah, pucat, dan pada tulang belakang terlihat bentuk kiposis. Alignment tulangPalpasi Gibbus pada area tulangyang mengalami infeksi. Abses paravertebra Abses terbentuk di anterior rongga dada atau abdomenPerkusi Nyeri ketok pada tempat infeksiAuskultasi Pada Infi ltrat paru akan terdengar sebagai ronkhi dengan predileksi di apeks paru.
paravertebral, extradural or other soft tissue cold abscess.
Gangguan fungsi motorik, sensorik, dan autonom.
Kelumpuhan berupa kelumpuhan upper motor neuron (UMN) : paralisis flaksid -> spastisitas dan refleks patologis yang positif. Kelumpuhan lower motor neuron (LMN) mononeuropati jika radiks spinalis anterior ikut terkompresi.
Kelumpuhan sudah lama -> atrofi otot.
Sensibilitas Protopatis (raba, nyeri, suhu) Proprioseptif (gerak, arah, rasa getar, diskriminasi 2 titik).
Evaluasi sekresi keringat rutin dikerjakan untuk menilai fungsi saraf autonom.
Peningkatan LED dan mungkin disertai leukositosis
Uji Mantoux positif Kultur/Pewarnaan: ditemukan Micobacterium TB Pungsi lumbal: Akan didapati tekanan cairan
serebrospinalis rendah, test Queckenstedt menunjukkan adanya blokade sehingga menimbulkan sindrom Froin yaitu kadar protein likuor serebrospinalis amat tinggi sehingga likuor dapat secara spontan membeku.
Rontgen Foto toraks -> tuberkulosis paru Foto polos vertebra-> osteoporosis, osteolitik dan
destruksi korpus vertebra, disertai penyempitan discus intervertebralis yang berada di antara korpus tersebut, massa abses paravertebral.
Pada foto AP -> abses paravertebral di daerah servikal berbentuk sarang burung (bird’s net), di daerah torakal berbentuk bulbus dan pada daerah lumbal abses terlihat berbentuk fusiform.
Pada stadium lanjut terjadi destruksi vertebra yang hebat sehingga timbul kifosis.
Pemeriksaan CT scan : CT scan dapat memberi gambaran tulang
secara lebih detail dari lesi irreguler, skelerosis, kolaps diskus dan gangguan sirkumferensi tulang.
Pemeriksaan MRI : Mengevaluasi infeksi diskus intervertebra
dan osteomielitis tulang belakang. Menunjukkan adanya penekanan saraf.
turning tiap 2 jam untuk menghindari ulkus dekubitus latihan luas gerak sendi untuk mencegah kontraktur latihan pernapasan untuk memperkuat otot-otot
pernapasan dan mencegah terjadinya orthostatik pneumonia
latihan penguatan otot bladder training dan bowel training bila ada gangguan
mobilisasi bertahap sesuai dengan perkembangan penyakit d. Program aktivitas hidup sehari-hari sesuai
perkembangan penyakit
Indikasi operasi :1) defisit neurologis akut, paraparesis, atau paraplegia.2) deformitas tulang belakang yang tidak stabil atau disertai
nyeri, dalam hal ini kifosis progresif (30º untuk dewasa, 15º untuk anak anak).
3) tidak responsif kemoterapi selama 4 minggu. 4) abses luas. 5) biopsi perkutan gagal untuk memberikan diagnosis.6) nyeri berat karena kompresi abses.
Kontra-indikasi operasi :Kegagalan pernapasan dengan kelainan jantung yang
membahayakan operasi
Tindakan bedah yang dapat dilakukan
1. drainase abses2. debridemen radikal3. penyisipan tandur tulang4. artrodesis/fusi5. osteotomi.
Pilihan tandur tulangTandur tulang yang dapat digunakan pada penatalaksanaan bedah spondilitis TB adalah tandur krista iliaka, tandur iga, tandur tibia,tandur fi bula, hingga tandur humerus
1. Cedera corda spinalis (spinal cord injury). 2. Empyema tuberkulosa karena rupturnya abses
paravertebral di torakal ke dalam pleura.
1. Osteititis pyogenik2. Kifosis senilis3. Skoliosis idiopatik4. Infeksi enterik (contoh typhoid, parathypoid).5. Tumor/penyakit keganasan . 6. Scheuermann’s disease
Prognosis pasien spondilitis TB dipengaruhi 1) usia 2) deformitas kifotik 3) letak lesi 4) defisit neurologis, 5) diagnosis dini, 6) kemoterapi 7) fusi spinal 8) komorbid, 9) tingkat edukasi dan sosioekonomi.