spo icra

9
RS PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG PROSEDUR ICRA (INFECTION CONTROL RISK ANALYZE) Nomer Dokumen SPO -09/2015 Revisi ke : 0 Halaman 1/1 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (S P O) Tanggal diterbitkan : September 2015 Direktur RS PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG (dr. Hasan Bayuni) Pengertian Proses penentuan potensi risiko terjadinya infeksi melalui udara dan air akibat aktifitas kegiatan konstruksi, renovasi, dan perawatan bangunan gedung rumah sakit. Tujuan 1. Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di lingkungan rumah sakit akibat terjadinya penyebaran jamur atau bakteri di udara oleh debu atau aerosol selama proses renovasi konstruksi di rumah sakit. 2. Mengontrol penyebaran debu dan kontaminasi lainnya. 3. Mengatur lalu lintas barang dan manusia yang sekiranya akan terpapar oleh aktifitas renovasi konstruksi. Kebijakan 1. ICRA melibatkan peran tim Komite Pengendalian Infeksi RS, Sanitasi lingkungan RS, Pengelola fasilitas/Ahli Teknik RS, K3RS, Pimpinan kegiatan, Ketua Departeman yang akan dilaksanakan renovasi. 2. Guidelines for Design and contruction of Health care Fasilities (2006). Prosedur 1. Petugas Sanitasi lingkungan RS, Pengelola fasilitas/Ahli Teknik RS, dan K3RS dari rumah sakit mengidentifikasi tipe aktivitas renovasi

Upload: jessicacook

Post on 09-Apr-2016

201 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

SPO ICRA

TRANSCRIPT

Page 1: SPO ICRA

RS PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG

PROSEDURICRA (INFECTION CONTROL RISK ANALYZE)

Nomer DokumenSPO -09/2015 Revisi ke : 0 Halaman

1/1

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

(S P O)

Tanggal diterbitkan :September 2015

Direktur RS PKU MUHAMMADIYAH

SRUWENG

(dr. Hasan Bayuni)Pengertian Proses penentuan potensi risiko terjadinya infeksi melalui udara dan air

akibat aktifitas kegiatan konstruksi, renovasi, dan perawatan bangunan gedung rumah sakit.

Tujuan 1. Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di lingkungan rumah sakit akibat terjadinya penyebaran jamur atau bakteri di udara oleh debu atau aerosol selama proses renovasi konstruksi di rumah sakit.

2. Mengontrol penyebaran debu dan kontaminasi lainnya.3. Mengatur lalu lintas barang dan manusia yang sekiranya akan

terpapar oleh aktifitas renovasi konstruksi.

Kebijakan 1. ICRA melibatkan peran tim Komite Pengendalian Infeksi RS, Sanitasi lingkungan RS, Pengelola fasilitas/Ahli Teknik RS, K3RS, Pimpinan kegiatan, Ketua Departeman yang akan dilaksanakan renovasi.

2. Guidelines for Design and contruction of Health care Fasilities (2006).

Prosedur 1. Petugas Sanitasi lingkungan RS, Pengelola fasilitas/Ahli Teknik RS, dan K3RS dari rumah sakit mengidentifikasi tipe aktivitas renovasi konstruksi.

Tipe Aktivitas Konstruksi

Type A Inspeksi dan kegiatan non-invasif Termasuk, tetapi tidak terbatas pada: Pembukaan man hole langit-langit tunggal untuk

inspeksi visual atau penggantian ubin tunggal. Pengecatan (tetapi tidak dilakukan pengamplasan). Pemasangan wall paper dinding, perbaikan instalasi

listrik, perbaikan pipa pipa kecil saluran air, dan kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau memerlukan pemotongan dinding atau akses ke langit-langit selain untuk inspeksi visual.

Page 2: SPO ICRA

Type B Skala kecil, aktivitas dengan durasi pendek yang menciptakan debu minimalTermasuk, tetapi tidak terbatas pada: Pengantian genteng tidak lebih 10% dari luas

genteng terpasang. Pemasangan kabel telepon dan komputer. Akses mekanik yang menuju ke area perawatan. Pemotongan dinding atau langit-langit di mana

migrasi debu dapat dikontrol. Renovasi kecil ruang yang ada. Pengamplasan basah dinding.

Type C Pekerjaan yang menghasilkan debu tingkat sedang hingga tinggi.Termasuk, tetapi tidak terbatas pada: Pengamplasan kering dinding. Pemotongan dinding kering, pemasangan komponen

bangunan finishing di mana pekerjaan terbatas satu ruangan (termasuk pembongkaran penutup lantai, langit-langit, dan dinding).

Pembangunan dinding baru. Pekerjaan kecil pada saluran air, atau pekerjaan listrik

di atas langit-langit (tidak termasuk sistem pembongkaran atau instalasi).

Renovasi sedang ruang yang ada. Kegiatan menarik kabel utama untuk keperluan

beberapa kamar. Setiap kegiatan yang membutuhkan tambahan

bangunan penghalang yang tidak memenuhi syarat sebagai Type D

Page 3: SPO ICRA

2. Mengidentifikasi kelompok resiko pasien yang akan terkena dampak.

Type D Pembongkaran besar dan proyek-proyek konstruksi utama Termasuk, tetapi tidak terbatas pada: Kegiatan yang membutuhkan penutupan atau

evakuasi sebagian atau seluruh pelayanan pasien. Pembongkaran jaringan kabel listrik, sistem HVAC,

instalasi pipa air/air kotor dan instalasi gas medis. Pembongkaran komponen utama bangunan, elemen

struktur dan arsitektur. Proses konstruksi baru yang terletak di dekat

(sebagaimana ditentukan oleh tim ICRA) dari bangunan rumah sakit.

Kegiatan Penggalian dalam jarak dekat (sebagaimana ditentukan oleh tim ICRA) bangunan rumah sakit.

Page 4: SPO ICRA

3.

Menentukan level pengendalian melalui matrik dari rencana renovasi kontruksi.

Aktivitas Konstruksi

TYPE A

TYPE B

TYPE C TYPE D

Kelompok Resiko

ICRA Level↓:

ICRA Level↓:

ICRA Level↓:

ICRA Level↓:

Resiko Rendah

I II II III or IV

Resiko Sedang

I II III IV

Risiko Rendah

Risiko Sedang

Risiko Tinggi

Resiko Paling Tinggi

Daerah yang tidak langsung berdekatan dengan pasien

Area kantor tidak melekat pada atau bersebelahan daerah perawatan pasien

Koridor umum dan area tidak langsung melekat unit pasien atau lokasi pengobatan

Penerimaan Rehab

Jantung Laboratoriu

m Klinik, (except Microbiology and Virology)

Dapur Utama

Ruang Linen

Klinik Rawat Jalan

Klinik Rehab Medik

Post Anesthesi Care Unit (PACU)

IGD ICCU Nuclear

Medicine Outpatient

Surgery Orthopaed

ics Postpartu

m Pulmonar

y Care Respirator

y Care Dialysis

Surgery/OR

Sterile Processing

Cardiac Cath

Fertility processing

Fertility procedure

ICU NICU PICU Negative

Presure Isolation Room

Ruang Ongkologi

Area isolasi perlingdungan (Imonokompromise)

Area isolasi airborne

Page 5: SPO ICRA

Resiko Tinggi

I III III or IV IV

Resiko Paling Tinggi

II III or IV

III or IV IV

Keterangan:

Level I

1. Melaksanakan pekerjaan dengan metode untuk meminimalkan meningkatkan debu dari operasi konstruksi.

2. Segera mengganti ubin langit-langit pengungsi untuk inspeksi visual

3. Semua kebijakan dan prosedur untuk renovasi/pembangunan /utama akan diikuti.

4. Kontraktor dididik sebelum dimulainya proyek tentang pentingnya mengikuti Tindakan Pengendalian Infeksi.

5. Ketika selesai segera membersihkan kotoran atau puing-puing.

Level II

1. Menyediakan sarana aktif untuk mencegah debu udara ditanggung dari dispersi di atmosfer, yang mungkin termasuk penggunaan kontrol Cube.

2. Basahi permukaan kerja

7. Tempatkan keset perekat debu di pintu masuk dan keluar dari area kerja yang diperlukan.

8. Gerobak angkutan material ditutup rapat agar tidak menyebarkan debu.

Page 6: SPO ICRA

dengan kabut air untuk mengendalikan debu saat pemotongan dinding atau pembongkaran.

3. Kunci pintu-pintu yang tidak terpakai dengan selotip.

4. Menghalangi dan menutup ventilasi udara.

5. Pintu dan jendela dalam zona kerja untuk tetap tertutup sama sekali kecuali saat digunakan jalan masuk /keluar.

6. Mengisolasi sistem HVAC di daerah di mana pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mencegah penyebaran debu.

9. Gunakan petunjuk rute untuk pemindahan limbah kontruksi/material konstruksi

10. Lap basah dan/atau vakum dengan disaring vakum pada akhir pekerjaan atau akhir shift kerja. Lokasi harus bebas dari debu dan puing-puing atau.

11. Kontraktor akan menjaga zona konstruksi dengan cara yang bersih.

Level III

1. Melindungi sistem HVAC di daerah di mana pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mencegah kontaminasi sistem dugting sampai penyelesaian proyek.

2. Pasang penutup debu dengan sheetrock, plywood, plastik untuk memisahkan area kerja dengan area non kerja sebelum dilakukan kontruksi

3. Batasi lalu lintas masuk dan keluar terhadap personel yang tidak berkepentingan tidak diizinkan untuk masuk ke zona kerja.

4. Menjaga tekanan negatif di dalam tempat kerja sampai pekerjaan dinyatakan selesai.

6. Pasang keset ditempatkan di semua pintu masuk & area kerja yang ada.

7. Kontraktor akan menjaga kebersihan area konstruksi. Area akan disedot menggunakan vaccum atau mengepel setiap hari sesering diperlukan untuk meminimalkan debu

8. Pembersihan harian untuk puing, bahan dan limbah harus dipantau. Debu atau puing-puing konstruksi yang terdapat di luar akan juga harus segera dibersihkan.

9. Penghalang debu baru dilepas setelah pekerjaan konstruksi selesai dan dinyatakan lokasi sudah bersih.

Page 7: SPO ICRA

5. Tekanan udara yang akan dimonitor & didokumentasikan setidaknya setiap hari.

Level IV

1. Tutup semua lubang, saluran, pipa celah dengan benar

2. Bangun anteroom dan mewajibkan semua personil melewati anteroom dan disiapkan baju kerja khusus, sehingga mereka bisa ganti baju kerja yang dapat diganti setiap mereka meninggalkan area kerja.

3. Debu sisa yang ditinggalkan pekerja harus dibersihkan dengan vakum.

4. Jangan pindahkan penghalang debu dari area kerja sampai proses konstruksi diinsfeksi oleh komite PPIRS

5. Sepatu akan digunakan oleh pekerja dan dilepaskan di ruang anteroom ketika ke luar area.

6. Semua limbah renovasi, konstruksi, pemeliharaan dan gerobak alat harus di tutupi dan dilap dengan larutan pemutih.

7. Lakukan cleaning dengan lab basah dan disinfektan di daerah luar zona maupun yang berdekatan dengan zona kerja.

Unit Terkait Seluruh bagian aktifitas kegiatan konstruksi, renovasi, dan perawatan bangunan gedung di RS PKU Muhammadiyah Sruweng.