spesifikasi teknis khusus pek. sipil

Upload: baiqnamyra

Post on 13-Oct-2015

204 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

Materi Spesifikasi Teknis Khusus Pekerjaan Sipil, dalam pelaksanaan Pekerjaan Sistem Perpipaan Air Bersih

TRANSCRIPT

BAGIAN 9

SPESIFIKASI TEKNIS KHUSUS

PEKERJAAN SIPIL

2.1.UMUM

2.1.1.

Standar Spesifikasi

Kecuali ditentukan lain, semua bahan-bahan pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat standar yang berlaku di Indonesia dan Peraturan Standar Pelaksanaan yang ditentukan oleh : Ketentuan-ketentuan Standar Indonesia.

Kontraktor harus menyimpan ditempat pekerjaan minimum satu dari setiap Standar Nasional, yang sesuai/dipakai sebagai spesifikasi dan sebagai tambahan harus menyimpan ditempat pekerjaan semua Standar Nasional yang digunakan untuk penyediaan material, cara pelaksanaan dan dipergunakan oleh Direksi/Pelaksana Konstruksi.

Buku-buku yang harus ada ialah sebagai berikut :

1. Katalog Standar Industri Indonesia 1990

2. SII.0136-84Baja Tulangan Beton

3. SII.1191-84Baja Tulangan Beton dalam bentuk Gulungan

4. SII.0457-81 Agregat Beton, Cara Uji Butiran Ringan

5. SII.0052-80 Agregat Beton Mutu dan Cara Uji

6. SII.0077-75 Agregat Halus Aduk Beton, Cara Penentuan Kadar Organik

7. SII.0076-75 Agregat Halus Aduk Beton, Cara Penentuan Butir Halus Lebih Kecil dari 50 Micron

8. SII.0456-81 Agregat Kasar Untuk Beton, Cara Uji Butiran Pipih dan Panjang

9. SII.0087-75 Agregat Kasar Untuk Beton. Cara Penentuan Daya Aus Gesek dan Syarat Daya Aus Gesek. Mempergunakan Bejana Los Angeles

10. SII.0051-74 Agregat Untuk Aduk Beton, Cara Penentuan Besar Butiran

11. SII.0455-81Semen dengan Agregat Beton

12. SNI.0450-89-A Semen dengan Agregat Beton

13. SII.0013-81Semen Portland

14. SII.0378-80Batu Alam Untuk Bangunan

15. SNI.0394-89-ABatu Alam Untuk Bangunan

16. SII.0458-81Kayu Bangunan, Mutu

17. PBI Tahun 1971Peraturan Beton Indonesia, 1971

18. PBI Tahun 1997Peraturan Beton Indonesia, 1971

19. PUBI 82 Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia.

Biaya penyediaan buku tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari Kontraktor dan akhir pekerjaan buku tersebut menjadi millik Kontraktor.

Semua material dan cara pelaksanaan mungkin tidak seluruhnya dirinci disini atau termasuk dalam Standar Indonesia, hendaknya seperti yang telah biasa dipergunakan pada pekerjaan yang bermutu. Direksi akan menentukan apakah bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam pekerjaan cocok/baik sesuai dengan standar untuk keperluan pekerjaan tersebut.

2.1.2. Daftar Upah Harian , Daftar Harga dan Biaya

Daftar harga dan biaya upah harian yang diserahkan Kontraktor pada Tender Dokumennya, yang menjadi bagian dari pada kontrak, harus meliputi semua yang berhubungan dengan penyelenggaraan (handling) semua buruh, material, peralatan, instalasi/mesin dan peralatan, penyusutan, overhead, keuntungan, pengobatan, pajak, ijin, pelayanan social, asuransi kecelakaan dan semua yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut.

2.1.3. Pemberitahuan Pelaksanaan

Kontraktor dari pekerjaan survey memenuhi batas-batas berikut :

1. Patok-patok untuk Profil Melintang (Cross Section) dari pekerjaan tanah harus ditempatkan dengan ketelitian kurang dari 20 mm dari posisi pekerjaan yang penting tanpa persetujuan Direksi.

2. Survey mendatar (level survey) harus diikatkan dengan benchmark permanen atau titik awal yang ditunjukkan oleh Direksi. Kesalahan pengikatan harus kurang dari 10 mm dikalikan akar kuadrat dari panjang/keliling dalam kilometer.

3. Patok menunjukkan ketinggian akhir dari pekerjaan tanah harus berselisih lebih 20 mm dari ketinggian yang ditentukan.

4. Formasi mendatar dan vertikal dari lereng (slope), saluran buangan air dan pekerjaan lain harus dibuat/diletakkan setepat mungkin dan berulang-ulang dicek, untuk meyakinkan kebenarannya dan dimana-mana didapat Profil Melintang Lapisan terakhir dari bangunan-bangunan air harus dibuat sedemikian untuk menjamin kesempurnaan aliran air.

5. Patok-patok dan benchmark (BM) akan ditunjukkan lokasinya dilapangan oleh Direksi Lapangan kepada Kontraktor. Patok-patok yang ada adalah sangat penting dan Kontraktor harus melindunginya dari hal-hal tersebut diatas meskipun untuk keperluan pelaksanaan tidak diperkenankan sampai tempatnya ditetapkan dengan titik referensi yang ada dilokasi yang tidak akan terganggu oleh pekerjaan permanen dan sampai setting out pekerjaan tanah disekitarnya telah diselesaikan dan surat kuasa tertulis dari Direksi telah diberikan.

6. Segera setelah Kontraktor diberikan kewenangan/diserahkan tempat pekerjaan (serah terima lapangan), ia harus bertanggung jawab sepenuhnya dan membiayai semua ongkos-ongkos yang berhubungan dengan perlindungan, pemeliharaan dan perubahan/pemindahan akhir dari patok-patok/benchmark yang tidak terganggu selama pelaksanaan pekerjaan harus diserahkan sempurna kepada Direksi pada penyelesaian pekerjaan.

2.2. BAHAN-BAHAN

2.2.1.Semen Portland

2.2.1.1.Persyaratan

Semua semen harus semen Portland yang sesuai dengan persyaratan dalam Standar Indonesia NI-8 dan standar SII sebagai berikut :

1. SII.0455-81Semen dengan Agregat Beton

2. SNI.0450-89-ASemen dengan Agregat Beton

3. SII.0031-81Semen Portland

4. PUBI Peraturan Umum Bangunan Indonesia, Tahun 1982.

2.2.1.2. Pemeriksaan dan Pengujian1. Direksi senantiasa berhak memeriksa bahan-bahan, pemeriksaan analisa oleh laboratorium, pemeriksaan yang diadakan ditempat penyimpanan semen dan mengambil contoh-contoh dari semen untuk pemeriksaan. Kontraktor harus bersedia untuk memeberi bantuan yang dibutuhkan bagi Direksi Pekerjaan untuk mengambil contoh-contoh.

2. Direksi dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang setiap waktu sebelum dipergunakan. Semen yang tidak dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan harus tidak dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan dan telah dipergunakan untuk beton, spesi atau spesi injeksi, maka hasil pekerjaan tersebut harus dibongkar kemballi dan diganti dengan bangunan yang memakai semen yang telah disetujui, semua biaya atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan tanpa pembebanan biaya pada Pemberi Proyek.

2.2.1.3. Tempat Penyimpanan1. Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen pada tempat-tempat yang baik yang memudahkan pengangkutan kelokasi pekerjaan dan semen tiap saat harus dengan cermat terlindung terhadap kelembaban dan mendapat udara. Gudang-gudang semen harus terlindung terhadap iklim, harus berlantai kuat dibuat dengan jarak minimal 30 cm dari tanah, harus cukup besar untuk memuat semen dalam jumlah cukup untuk pekerjaan tersebut.

Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan datangnya semen, semen yang lama harus digunakan lebih dahulu dari pada yang baru datang. Hendaknya semen dalam zak jangan sampai ditumpuk lebih tinggi dari 2m.

2. Timbangan-timbangan yang baik dan teliti diadakan oleh Kontraktor untuk menimbang semen didalam gudang atau dimanapun dan juga harus melengkapi segala timbangan untuk keperluan penyelidikan.

2.2.2.Pasir, Kerikil dan Bahan Bangunan

2.2.2.1.Lingkup dan Syarat-syarat Pekerjaan

Semua bahan pasir kerikil dan bahan-bahan bangunan tembok yang dipakai untuk semen bangunan dan pekerjaan yang akan dilaksanakan termasuk dalam Dokumen Kontrak, dan untuk semua tujuan yang bersangkutan dan yang mungkin dikehendaki oleh Direksi Pekerjaan, harus terdiri dari bahan-bahan yang diperinci dan harus sesuai dengan berkas permintaan yang diberikan Direksi.

2.2.2.2. Pengangkutan dan Penyimpanan

1. Kontraktor harus mengangkut, membongkar dan menimbun semua pasir, kerikil dan bahan-bahan bangunan lainnya sebagaimana diminta untuk melaksanakan pekerjaan bangunan pengolahan air limbah dan fasilitas penunjang.

2. Tempat dan pengaturan dari semua daerah penimbunan harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

Kontraktor harus membersihkan bahkan/memperbaiki saluran pembuang air, pada semua tempat untuk penimbunan bahan bangunan.

Kontraktor harus mengatur semua pekerjaan penimbunan pasir, kerikil dan batu belah, sehingga tidak mengaganggu kegiatan lain dan tidak terganggu oleh timbunan hasil galian saluran atau tidak saling mencampur dengan bahan bangunan lain.

Kontraktor harus menanggung sendiri segala biaya untuk untuk pengolahan kembali pasir, kerikil ataupun bahan pasangan batu, yang terpisah atau kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan lalai dalam pencegahan yang cukup.

Kontraktor harus mengatur semua pekerjaan penimbunan dengan cara yang sedemikian dengan menaruh semua bahan langsung ditimbun diatas bahkan terakhir dan dengan lapisan tidak lebih dari 1,25 m. Pasir, kerikil dan bahan batu tidak boleh dipindahkan dari timbunan, kecuali bila dipakai dan diperlukan untuk meratakan jalan yang dapat dilalui oleh truk, untuk menempatkan lapisan-lapisan berikutnya.

2.2.2.3. Pasir

Syarat kualitas untuk bahan pasir tersebut harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia yaitu sebagai berikut :

- SII.0077-75Agregat Halus Aduk Beton, Cara menentukan kadar Organik

- SII.0076-75Agregat halus Aduk Beton, Cara penentuan Butir Halus Lebih Kecil dari 50 Mikron.

PUBI1982Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia, Th 1982.

(1) Pasir Buatan -Pasir dihasilkan oleh mesin pemecah batu.

(2) Pasir Alam -Pasir yang disediakan oleh Kontraktor dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.

(3) Pasir Paduan -Paduan dari pasir buatan dan pasir alam dengan perbandingan campuran sehingga dicapai gradasi (susunan butir) yang sesuai.

(4) Semua pasir alam yang dibutuhkan untuk pekerjaan pembangunan harus disediakan oleh Kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau dari sumber alam lain seperti pasir gunung dan lainnya yang diajukan oleh Kontraktor dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan atau lokasi penambangan yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(5) Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai persetujuan dasar (pokok) untuk semua bahan yang diambil dari sumber tersebut dan Kontraktor harus bertanggung jawab untuk kualitas dari satu demi satu semua jenis bahan yang dipakai dalam pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan pada Direksi, sebagai pemeriksaan pendahuluan dan persetujuan, contoh yang seberat 15 kg dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai paling sedikit 14 hari sebelum diperlukan.

(6) Timbunan pasir alam harus dibersihkan oleh Kontraktor dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan segala macam tanah, pasir dan kerikil yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan.

(7) Kebersihan dan Kualitas

Pasir dan kerikil harus bersih dan bebas dari gumpalan tanah liat, gumpalan-gumpalan kecil, alkali, bahan-bahan organic, tanah liat, dan hal-hal yang merugikan dari substansi yang merugikan dari substansi yang merusak. Jumlah prosentase dari segala macam substansi yang merugikan beratnya tidak boleh lebih dari 5 %. Bentuk kerikil harus mendekati bentuk kubus, keras padat dan awet.

8)Gradasi untuk Beton

Segala pasir yang akan dipakai untuk produksi beton dengan spesifikasi ini harus pasir alam dan bila dikehendaki harus campuran dalam proporsi (bandingan) yang tepat dari pasir alam. Pasir harus mempunyai modulus kehalusan butir anatara 2 sampai 32 atau jika diselidiki dengan Saringan Standar, sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton PBI 1971 dan PBI 1997 atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Saringan No.Prosentase Satuan Timbangan

Tertinggal di Saringan

4

8

16

30

50

100

PAN 0 - 15

6 - 15

10 - 25

10 - 30

15 - 35

12 - 30

3 - 7

Jika prosentase satuan tertinggal dalam saringan No. 16 adalah 20 % atau kurang, batas maksimum untuk prosentase atau dalam saringan N0. 8 dapat naik sampai 20 %.

(9) Pasir untuk spesi/mortar yang digunakan untuk lapisan batu, plesteran batu, pasangan batu harus pasir alam, bila diselidiki dengan saringan standar, harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan berikut :

Saringan No.Prosentase Timbangan

Melalui Saringan

8

100

100

15

(10) Segera pasir alam dan pasir campuran harus disediakan untuk penyelidikan oleh Direksi Pekerjaan untuk menetapkan apakah yang dihasilkan sesuai dengan permintaan dalam spesifikasi ini.

Kontraktor harus menyediakan bantuan tersebut tanpa memungut biaya, bila direksi menghendakinya mendapatkan contoh-contoh yang representatif untuk tujuan-tujuan penyelidikan dan pengawasan, biaya laboratorium ditanggung oleh Kontraktor, biaya laboratorium ini harus sudah termasuk didalam Daftar Kuantitas dan Harga.

2.2.2.5 Agregat Kasar

Syarat kwalitas untuk bahan agregat kasar tersebut harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia yaitu sebagai berikut :

- SII.0457-81Agregat Beton, Cara Uji Butiran Ringan

- SII.0052-80Agregat Beton Mutu dan Cara Uji

- SII.0456-81Agregat Kasar Untuk Beton, Cara Uji Butiran Pipih dan

panjang

- SII.0087-75Agregat Kasar Untuk Beton, Cara Penentuan Daya Aus Gesek, Mempergunakan Bejana Los Angeles

- SII.0051-74Agregat Untuk Aduk Beton, Cara Penentuan Besar Butiran

- PUBI1982Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia, Th 1982

(1) Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui Hal ini terdiri dari agregat, atau pecahan atau bahan pengisi lain atau kombinasi dari ini semua seperti yang telah dirincikan.

(2) Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis atau panjang-panjang, bersih dari alkali, bahan-bahan organic atau dari substansi yang rusak dalam jumlah yang merugikan. Besarnya prosentase dari semua substansi yang merusak dari bahan yang rusak dalam jumlah berapapun tidak boleh mencapai 3 % dalam beratnya. Agregat kasar harus berbentuk baik, padat, awet dan tidak berpori.

(3) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm sampai 70 mm, atau sampai ukuran dalam batas-batas sebagaimana dirinci untuk pekerjaan-pekerjaan khusus. Agregat kasar harus mempunyai modulus kehalusan butir antara 6,0 sampai 7,5 atau bila diselidiki dengan saringan standar harus sesuai dengan Syarat Umum.

(4) Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Direksi ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi maka Kontraktor harus menyaring atau mengolah kembali bahannya atas beban sendiri, untuk menghasilkan agregat sampai disetujui Direksi.

2.2.2.5 Bahan Pasangan atau Batu

Syarat kualitas untuk bahan pasangan atau batu harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia yang sebagai berikut :

- SII.0378-80Batu Alam untuk Bahan Bangunan

- SNI.0394-89-A Batu Alam untuk Bahan Bangunan

- SII.0021-78Bata Merah untuk Bahan Bangunan, Mutu dan

Cara Uji

- PUBI1982Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia, Tahun 1982.

Batu adalah batu pecah berasal dari gunung batu atau batu-batu besar dari sungai yang bermutu, mempunyai berat jenis minimal 2,4 ton/m3. Kekuatan tekanan tidak boleh kurang dari 400 kg/cm2.

2.2.3.Baja Tulangan Beton2.2.3.1.Bahan (Material) dan Ukuran BatangBahan baja tulangan beton harus baru dan dari mutu dan ukuran sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton NI-2, dan standar yang berlaku di Indonesia, yaitu sebagai berikut :

- SII.0136-84Baja Tulangan Beton

- SII.1191-84Baja Tulangan Beton dalam Bentuk Gulungan

- PBI1971Peraturan Beton Indonesia tahun 1971

- PUBI1982Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia, Th 1982

2.2.3.2. Pembengkokan/Pembentukan dan Pembersihan (1) Baja tulangan beton sebelum dipasang, harus bersih dari serpih-serpih, karat, karat, minyak, gemuk dan pelapisan yang akan merusak atau mengurangi daya letaknya.

(2) Kontraktor harus mempersiapkan daftar pembengkokan tulangan dalam bentuk yang sesuai dengan gambar dan disetujui oleh Direksi.

(3) Baja tulangan beton harus bengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang tertera pada gambar-gambar konstruksi yang diberikan kepada Kontraktor atau yang telah dibuatkan tabelnya oleh Kontraktor.

2.2.3.3. Pemasangan

(1) Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar/perhitungan dan dipastikan tidak terjadi pergeseran/pemindahan dengan pemakaian kawat pengikat tulangan beton pada perpotongan/pertemuan tulangan dan rangka tulangan harus didukung oleh pengganjal blok beton (batu tahu), perenggang (spacer) sebagaimana yang dibutuhkan.

(2) Baja tulangan beton untuk plat (slab) langsung dari atas tanah harus didukung dengan blok beton yang dicetak lebih dahulu. Permukaan dari blok beton harus rata berukuran kira-kira 7,5 cm x 10 cm x tebal 5 cm.

(3) Jarak terkecil anatara batang parallel harus satu diameter dari batang-batang tetapi jarak terbuka sekali-kali jangan kurang dari 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar kerikil.

2.2.3.4. Penyambungan

(1) Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukkan pada gambar, bentuk dari sambungan harus ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

(2) Overlap pada sambungan untuk tulangan-tulangan dinding tegak (vertical) dan kolom sedikitnya harus 40 kali diameter batang dan harus mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan.

2.2.4. AirAir yang dipakai semua beton, spesi/mortar harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organic basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus dilihat atau kalau perlu diuji dulu oleh Direksi untuk menetapkan sesuai tidaknya

2.2.5.Bahan-bahan lain2.2.5.1. Kayu atau Kayu Bangunan

Kayu dipakai untuk bahan cetakan beton, rambu-rambu lalu lintas, jembatan sementara, jembatan sementara masuk ke rumah penduduk dan bedeng kerja di lapangan.

(1) Kayu untuk cetakan beton bisa dipakai kayu meranti, kayu untuk jembatan sementara bias digunakan kayu Meranti atau Kayu Bali atau (Kruing atau Rasamala) atau jenis lainnya yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(2) Kayu bangunan harus dari kualitas yang baik, lurus dan sebelum dipakai untuk cetakan beton harus diratakan dulu.

2.3. PEKERJAAN TANAH

2.3.1. Lingkup Kerja

Bagian ini meliputi pembuangan dan penimbunan kembali lapis atas (top soil), semua pekerjaan penggalian dan penimbunan termasuk penggalian untuk pekerjaan jalan, saluran air hujan dan gorong-gorong, pembuangan tanah kelebihan atau material-material lain yang tidak dikehendaki keluar proyek serta pekerjaan-pekerjaan lain yang berhubungan dengan itu yang disesuaikan dengan gambar-gambar dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Semua penggalian dan pekerjaan tanah yang diperlukan harus dilaksanakan menurut kontrak dan semua hal-hal yang bersangkutan dengan tersebut, harus dilaksanakan sesuai dengan syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk yang diberikan disini.

Syarat-syarat dan petunjuk yang diberikan disini harus diterapkan, kecuali bilamana syarat dan petunjuk tersebut dirubah secara tertulis oleh Direksi untuk bagian-bagian pekerjaan tertentu.

2.3.2. Pembersihan

Semua daerah disekitar jalur yang perlu dibersihkan seperti yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, harus dibersihkan dari segala pohon-pohon, sampah dan bahan lain yang mengganggu dan bahan-bahan itu harus dipindahkan dari tempat kerja atau dibuang, kecuali bila ada ketentuan lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Umumnya hanya pohon-pohon yang mengganggu bangunan yang dimaksudkan dalam spesifikasi ini yang harus dipindahkan, sedang pohon-pohon yang disepanjang jalan tetap dibiarkan disuatu tempat selama tidak mengganggu, dan/atau ditunjuk ditempat-tempat yang ditunjuk oleh Direksi disepanjang tepi jalan atau batas tanah (right of way) dan tetap menjadi milik Employer. Pagar-pagar, dinding-dinding, bangunan-bangunan reruntuhan dan tempat-tempat pekerjaan-pekerjaan harus dibuang menurut persetujuan Direksi Pekerjaan. Pekerjaan dianggap disetujui sesudah semua bahan-bahan yang tidak berguna dan peralatan dikumpulkan. Kontraktor diminta untuk memulai pembersihan jauh sebelum pekerjaan pembangunan dimulai.

Tempat pekerjaan harus bersih dari semak-semak dan rintangan-rintangan lainnya, sedangkan pohon-pohon atau pagar hidup tidak boleh ditebang atau disingkirkan kecuali yang ada dalam batas penggalian atau yang jelas diberi tanda gambar bahwa pohon/pagar hidup tadi harus disingkirkan. Bila disebabkan oleh suatu hal Kontraktor harus melakukan penebangan, maka Kontraktor harus meminta izin/petunjuk terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan.

Seluruh sisa penggalian yang tidak memenuhi syarat buat penimbunan dan penimbunan kembali, juga seluruh sisa-sisa puing, reruntuhan-reruntuhan, sampah-sampah harus disingkirkan dari lapangan pekerjaan. Seluruh biaya untuk ini adalah tanggung jawab Kontraktor.

2.3.3. Penggalian

Semua penggalian yang dilakukan secara mekanis harus dihentikan pada batas 10 cm sebelum kedalaman yang ditetapkan/diinginkan pekerjaan selanjutnya harus dikerjakan dengan tangan.

Galian Tanah untuk pembentukan dasar badan jalan harus disesuaikan kedalamannya dengan peil rencana pada gambar bestek dan mendapat persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.

Bilamana kedalaman galian ternyata lebih dalam dari batas yang ditentukan maka bagian ini harus ditimbun kembali dengan bahan yang akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Bahan pengisi tersebut dapat berupa tanah urug, pasir padat atau beton tumpuk. Biaya-biaya tambahan akibat dari penggalian yang lebih ini menjadi tanggungan Kontraktor.

Bidang-bidang dasar dan dinding galian dimana konstruksi akan dibuat langsung diatas/pada bidang dasar/dinding tersebut, harus dikerjakan dengan tepat mengikuti garis-garis kedalaman/kemiringan yang ditentukan dan bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaan harus disiram dan dipadatkan baik-baik dengan alat-alat yang tepat sehingga didapat suatu bidang (dasar/dinding) yang padat dan kokoh.

Apabila pada waktu penggalian dijumpai lapisan tanah yang tidak sesuai untuk dasar pondasi, maka atas petunjuk Direksi Pekerjaan Lapisan tanah tersebut harus dikeluarkan dan diisi kembali dengan bahan yang sesuai serta dipadatkan dengan baik lapis demi lapis Q = 15 cm.

Bidang-bidang dasar tanah pondasi harus dijaga tetap kering rata dan kokoh. Untuk itu, bila dasar pondasi rencana berada pada kondisi tidak pada lapisan keras/batuan, maka penggalian harus ditunda minimal 20 cm sebelum mencapai batas galian yang ditentukan, kecuali pekerjaan dasar pondasi (urugan pasir dan lantai kerja) dapat dikerjakan seluruhnya segera setelah penggalian mencapai kedalaman yang ditentukan. Tanah pondasi yang menjadi berlumpur karena apapun harus segera diperbaiki dan mengeluarkan lumput tersebut dan mengganti/mengisi kembali dengan bahan yang ditentukan Direksi Pekerjaan dan dipadatkan baik lapis demi lapis Q = 15 cm.

Bila dipandang perlu Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk melengkapi lobang galian yang akan/sedang dibuat, dengan turap penahan untuk mencegah longsor yang mungkin terjadi. Turap turap ini harus direncanakan sedemikian rupa sehingga keamanan pekerja-pekerja cukup terjamin. Persetujuan yang diberikan Direksi untuk penggunaan jenis bahan dan konstruksi tertentu tidak membebaskan Kontraktor dari akibat yang mungkin terjadi sewaktu penggalian. Semua pekerjaan penggalian sedapat mungkin dikerjakan dalam keadaan kering.

Bila diperlukan bendungan darurat, maka konstruksi bendungan harus cukup kokoh dan rapat untuk masuknya air. Pompa harus disediakan secukupnya dan digunakan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

Lapisan keras batuan yang akan menjadi dasar pondasi harus dibersihkan dari tanah, kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang lepas. Celah-celah dan retakan-retakan harus diisi dengan adukan yang sama dengan adukan pondasi nantinya. Dalam hal demikian pekerjaan pondasi dapat langsung dikerjakan diatas lapisan tersebut, tanpa lantai kerja.

Sekeliling lubang galian harus dijaga tetap bersih dan bebas dari timbunan tanah hasil galian. Sedikitnya sebelum pekerjaan ditinggalkan, sekeliling lubang galian dalam jarak minimum 3 m harus bersih dari timbunan tanah.

2.3.4. Pondasi Bangunan

1) Dasar dari sisi galian, dimana akan didirikan bangunan harus selesai dengan rapi sesuai dengan yang dikehendaki Direksi Pekerjaan. Tempat tersebut harus dibasahi dengan air dan ditumbuk atau digilas dengan alat yang cocok dengan maksud supaya terbentuk suatu pondasi yang kuat. Jika waktu penggalian material yang digali melampaui garis dan tingkat yang telah ditentukan, galian yang melampaui batas tadi harus ditimbun lagi seluruhnya dengan material yang terpilih kemudian ditumbuk atau digilas lapis demi lapis yang tebalnya tidak lebih dari 15 cm.

Jika tanah pondasi asli (natural foundation) terganggu atau longgar karena pekerjaan-pekerjaan penggalian-penggalian kontraktor, ia harus dipadatkan dengan menumbuknya atau menggilasnya atau jika Direksi Pekerjaan menghendakinya ia harus dipindahkan atau diganti dengan bahan yang terpilih yang seluruhnya harus dipadatkan.

Jika pada suatu tempat penggalian bangunan atau penggalian bentuk bangunan lainnya yang dikehendaki dipakai bahan yang tidak cocok untuk pondasi menurut ketentuan Direksi Pekerjaan, maka Direksi Pekerjaan akan memerintahkan secara tertulis untuk memindahkan barang-barang yang tidak cocok tersebut dan mengisinya kembali dengan menumbuknya atau mengilasnya lapis demi lapis yang tebalnya tidak lebih 15 cm.2.3.5. Tanah Tanah Longsoran

Tanah yang tidak dapat bertahan pada lereng-lereng seperti ditunjukkan digambar atau yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan dan material-material yang mungkin longsor kedaerah galian, disepanjang garis galian, harus dipindahkan oleh Kontraktor menurut cara yang disetujui. Lereng-lereng tersebut harus diselesaikan kembali menurut garis dan tingkat yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.

Kontraktor mungkin diminta pula untuk menggali daerah-daerah yang mungkin akan longsor diluar batas-batas penggalian seperti itu perlu untuk mencegah kerusakan pada pekerjaan.

2.3.6. Bahan-bahan Hasil Galian

1) Diharapkan bahwa semua bahan-bahan dari galian yang dimaksudkan akan cocok untuk dipakai dalam pembangunan-pembangunan yang dikehendaki menurut spesifikasi ini. Dimana dapat dikerjakan, semua bahan-bahan harus diletakkan langsung dari penggalian ke tempat-tempat terakhir yang telah direncanakan, kecuali jika bahan tersebut menurut perintah Direksi Pekerjaan harus ditetapkan ditempat yang telah direncanakan. Sepanjang masih dapat dikerjakan sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan semua bahan-bahan yang telah direncanakan untuk digunakan dalam penanggulangan harus dilaksanakan agar kadar air cukup dengan cara menyiramnya atau cara-cara lain yang cocok sebelum dan selama penggalian.

2) Seluruh bahan timbunan disekitar bangunan-bangunan yang berada pada lereng-lereng, dan garis-garis batas yang telah ditentukan pembayarannya untuk bangunan, dan berada dibawah permukaan tanah asli dinyatakan sebagai timbunan kembali atau timbunan kembali yang dipadatkan (compacted back fill) dan semua timbunan atau timbunan kembali disekitar bangunan dan diatas permukaan tanah asli harus dikerjakan sebagai membuat tanggul atau tanggul yang dipadatkan, kecuali ada ketentuan yang lain pada gambar-gambar atau disebut lain pada syarat-syarat.

3) Dimana tanah yang baik dari penggalian yang ditentukan tidak mencukupi untuk pembuatan tanggul, bendung pengelak, penimbunan kembali dan pekerjaan tanah lainnya yang diperlukan seperti tertera didalam gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan maka yang baik dapat diambil dari daerah pengambilan yang direncanakan seperti yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

4) Bahan hasil galian yang mengandung akar-akar, humus, dan bahan-bahan lain yang mengganggu dan bahan-bahan galian yang tidak diperlukan untuk penimbunan kembali, penanggulangan dan bangunan lain yang diperlukan menurut spesifikasi ini harus ditempatkan ditempat penimbunan (Spoil bank) yang berbatasan dengan saluran irigasi dan saluran-saluran drainase, jalan air, muara serta pembuangan yang merembes yang terletak pada atau diluar jalan yang diperintahkan untuk ditimbuni, dan daerah-daerah pembuangan lainnya yang direncanakan oleh Direksi Pekerjaan, tempat penimbunan (Spoil bank) yang berbatasan dengan tanggul-tanggul saluran harus bersambungan kecuali untuk celah-celah (gaps) dengan selang-selang yang pantas untuk Drainage seperti yang ditunjukkan pada gambar atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Semua tempat penimbunan dan daerah pembuangan dan dirapikan menurut garis-garis teratur yang ditunjukkan pada gambar-gambar atau menurut petunjuk-petunjuk dari Direksi Pekerjaan.

2.3.7. Material untuk Timbunan

Material timbunan kecuali ditentukan lain, harus dari bahan galian pekerjaan ini.

Galian tambahan hanya boleh dikerjakan bila tidak ada tanah yang cukup baik dari hasil galian untuk keperluan timbunan.

Hasil galian setempat dipakai untuk timbunan asalkan sesuai dengan spesifikasi. Ini merupakan tanggung jawab dari Kontraktor didalam penempatan dan pemadatannya.

Timbunan digunakan untuk timbunan kolam-kolam pengolahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar atau oleh Direksi Pekerjaan. Timbunan terdiri dari tanah lempung untuk bagian luar dan lanau dari hasil galian untuk bagian dari timbunan.

2.3.8. Material dari Luar

Material dari galian setempat yang dipakai untuk timbunan tidak cukup sehingga diperlukan tambahan material yang didatangkan dari luar. Kontraktor harus mencari sumber dari material yang dibutuhkan, mendapatkan dengan memberi contoh 100 kg kepada Direksi Pekerjaan untuk diperiksa dan harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum digunakan. Persetujuan dari contoh tersebut tidak melepaskan tanggung jawab Kontraktor terhadap pekerjaan tersebut. Contoh tanah dan test yang dilaksanakan untuk menentukan data dan permeabilitas dari tanah lapangan. Test kepadatan dan permeabilitas sesuai ASTM atau BS standar atau yang setara.

Jenis material timbunan yang digunakan untuk timbunan kolam-kolam pengolahan limbah terdiri dari lempungan berbatu atau lempung berpasir bebas dari bahan organik atau bahan lainnya yang merugikan. Material tersebut harus kedap air dan tidak peka terhadap pemuaian dan penyusutan.

Syarat-syarat dari material yang didatangkan dari luar mengikuti kriteria sebagai berikut :

Ukuran partikel maks

: ( maks = 75 mm

Liquid limit (LL)

: 30 % ( LL ( 70 %

Indeks Plastisitas

: 15 % ( IP ( 40 %

Ayakan No.Partikel% LewatType

3 75 mm100Batu

2 50 mm94 100Batu

102,0 mm80 100Pasir

-0,06 mm30 55Lanau

-0,02 mm15 - 25lempung

2.3.9. Pengupasan Lapisan Tanah

Lapisan tanah bagian harus dikupas tidak lebih dari 150 mm, dan diletakkan sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan. Tanah hasil pengupasan tersebut kemungkinan dapat digunakan sebagai timbunan dengan persetujuan dari Direksi Pekerjaan terlebih dahulu.

2.3.10. Pelaksanaan Timbunan

Timbunan harus disebarkan didalam satu jalur yang lurus. Timbunan hanya disebarkan pada permukaan yang benar dan telah diinspeksi dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Timbunan harus disebarkan lapis per lapis dengan bulldozer atau dengan metode lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Selama penyebaran, semua bahan seperti sampah atau batu-batu yang lebih besar dari ukuran yang ditentukan harus dipindahkan dari daerah yang akan ditimbun.

Selama pelaksanaan, Kontraktor harus menjamin adanya buruh, peralatan dan bahan timbunan yang cukup sesuai kebutuhan.

Bahan organik tidak diinginkan dipakai sebagai timbunan dan bahan timbunan tidak boleh dicampur dengan bahan yang mengandung organik.

Peralatan pemadatan harus sesuai dengan jenis material yang dipakai sebagai timbunan. Kontraktor harus membuat metode pemadatan secara detail, dan minimum 6 lintasan yang diperlukan untuk pemadatan.

Pemadatan timbunan yang diletakkan lapis berlapis dengan ketebalan maksimum 150 mm sebelum pemadatan. Setiap lapis dipadatkan dengan sekurang-kurangnya mencapai 95 % dari maksimum drydensty laboratorium sesuai yang ditentukan dalam ASTM test B-1557 atau modified AASHO.

Pengujian moisture content optimum dari bahan timbunan harus ditentukan dilapangan dan dilaboratorium.

2.4.PEKERJAAN BETON

2.4.1. Umum

2.4.1.1.Lingkup Pekerjaan(1).Semua beton yang dikehendaki untuk digunakan bagi semua bangunan dan saluran yang akan dikerjakan dengan spesifikasi ini dan untuk semua maksud yang berhubungan dan sebagaimana diminta oleh Direksi harus terdiri dari bahan-bahan yang diperinci disini dan harus dicampur dengan perbandingan yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tersebut disini.

(2)Setiap syarat dan ketentuan tidak termaktub disini sesuai dengan Standar Indonesia untuk beton NI-2 PBI 1971.

2.4.1.2. Bahan

(1) Semua Portland harus dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam semen Portland.

(2) Semua besi beton harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan tentang besi beton.

(3) Semua pasir dan agregat kasar yang digunakan dalam beton, spesi/mortar dan spesi injeksi dalam spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor sesuai dengan syarat-syarat yang sudah diterangkan.

(4) Air yang dipakai harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan didepan.

2.4.1.3. Kelas Mutu Beton

(1)Kelas dan mutu beton harus sesuai dengan standar Beton Indonesia NI-2 dan PBI-1971, menurut table dibawah ini.

KLSMUTU(bm

kg/cm2(bm

S=46kg/cm2CONTOH PENGGUNAAN BANGUNAN AIR BERSIHKATEGORI

DARI BANGUNAN (TUJUAN)

PENGAWASAN TERHADAP

KUALITAS

AGREGATKEKUATAN TEKANAN

IBO---NON

STRUKTURAL

Periksaan dengan mataTidak ada pengujian

IIBI

K 125

K 175-

125

175-

200

250-

Lantai Kerja

Trust Block, Pondasi Jembatan PipaNON STRUKTURAL

NON STRUKTURAL

STRUKTURALPeriksaan dengan teliti

Pengujian mendetail dengan analisa ayakan

Pengujian mendetail dengan analias ayakanTidak ada pengujian

Pengujian akan diadakan

Pengujian akan diadakan

IIIK>225>225300IPA Beton,

BPT, Reservoir,

Pondasi Gense- PompaSTRUKTURALPengujian mendetail dengan analisa ayakan

Pengujian akan diadakan

Jika tidak ditentukan lain, yang diartikan kekuatan tekan beton senantiasa ialah kekuatan tekan yang diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus yang berisi 15 cm (( 0,06) pada umur 28 hari.

2.4.2.Pencampuran dan Pengecoran

2.4.2.1. Komposisi/Campuran Beton

(1)Beton harus dibentuk dari semen Portland, pasir, kerikil/batu pecah., air; semuanya dicampur dalam perbandingan yang serasi dan diolah sebaik-baiknya sampai pada kekentalan yang baik/tepat.

(2)Untuk beton mutu B campuran yang biasa untuk pekerjaan non structural dipakai perbandingan dari semen Portland, terhadap pasir dan agregat kasar tidak boleh kurang dari 1:8. Banyaknya semen untuk tiap m3 sedikitnya harus 225 kg.

(3) Untuk beton mutu K 175, campuran nominal dari semen Portland, pasir dan kerikil/batu pecahan harus digunakan dengan perbandingan volume 1:1,5:2,5 atau banyaknya semen untuk tiap m3 beton minimum harus sampai 325 kg.

(4) Untuk mutu K 175 mutu-mutu lainnya yang lebih tinggi harus dipakai campuran yang direncanakan (job mix formula/design mix). Campuran yang direncanakan diketemukan dari percobaan-percobaan campuran yang memenuhi kekuatan karakteristik yang diisyaratkan. Banyaknya semen untuk tiap m3 beton paling tidak harus 325 kg.

(5) Tingkat agregat yang kasar untuk kelas II-derajat K125 dan untuk kelas II-derajat K 175 beton harus berada dalam batas yang telah ditentukan diatas dan kontraktor harus memperoleh derajat yang patut, bila perlu akan dites oleh Direksi Pekerjaan, dengan mengkombinasikan ukuran agregat yang proporsional agar didapat derajat yang patut.

(6) Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai pekerjaan (sesuai kelas mutu) harus dipakai dari waktu selama berjalannya pekerjaan , demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan. Perbandingan campuran dan faktor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton yang dihasilkan, juga mempunyai kepadatan yang tepat, kekedapan, awet dan kekuatan yang dikehendaki, dengan tidak memakai semen terlau banyak.

Faktor air semen dari beton (Tidak terhitung air yang dihisap oleh agregat) tidak boleh melampaui 0,55 (dari beratnya) untuk kelas III dan jangan melampaui 0,60 (dari beratnya) untuk kelas lain-lainnya. Pengujian beton dilakukan Direksi Pekerjaan dan perbandingan campuran harus diubah jika perlu untuk tujuan atau penghematan yang dikehendaki, kegairahan bekerja, kepadatan, kekedapan, awet atau kekuatan dan Kontraktor tidak berhak atas penambahan kompensasi disebabkan perubahan yang demikian.

2.4.2.2. Perlengkapan Mengaduk

Kontraktor harus meneyediakanperalatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian yang cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah masing-masing bahan pembentukan beton, yang harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan.

2.4.2.3. Mengaduk

(1) Bahan-bahan pembentukan beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu Batch Mixer atau Portable Continuous Mixer selama sedikitnya1,5 menit sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada dalam mixer. Waktu pengadukan ditambah bila mesin pengaduk berkapasitas lebih besar dari 1,5 m3. Direksi berwenang menambah waktu pengadukan jika gagal mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila dimintakan adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi. Air harus dituangkan lebih dahulu dan selama pekerjaan mencampur. Pengadukan yang berlebih-lebihan (lamanya) tidak diperkenankan.

(2) Pencampuran dengan tangan diizinkan jika pada lokasi-lokasi tertentu sebuah Portable Mixer tak mungkin digunakan menurut pendapat Direksi Pekerjaan. Untuk mempermudah pencampuran ini kontraktor akan membuat beton massif dengan ketebalan tidak kurang dari 5 cm, licin, rata dengan luas 2 cm2, diliputi dengan parapet setinggi 10 cm.

2.4.2.4. Suhu

Suhu beton sewaktu dicor/dituang, tidak boleh lebih dari 32 oC dan tidak kurang dari 4,5 oC. Bila suhu beton antara 27 oC dan 32 oC, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila lebih dari 32 oC, Kontraktor harus mengambil langkah-langkah efektif, misalnya mendinginkan agregat dengan mencampur air dan mengecor pada waktu malam hari bila perlu, mempertahankan suhu beton, untuk dicor pada suhu dibawah 32 oC.

2.4.2.5. Pengecoran

(1)Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, baja tulangan beton, penyokong dan pengikatan dan penyiapan-penyiapan permukaan yang berhubungan dengan pengecoran yang telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(2)Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan pada tempat pengecoran beton (cetakan, lantai kerja) harus bersih dari air yang menggenang, reruntuhan atau bahan lepas.

(3)Permukaan-permukaan Construction Joints harus bersih dan lembab ketika ditutup dengan beton baru atau adukan; dibersihkan dengan cara-cara yang disetujui dan kemudian dicuci seluruhnya dengan penyemprotan air dengan tekanan udara sebelum pengecoran beton baru. Pembersihan dan pencucian harus dilaksanakan pada kesempatan terakhir dari pengecoran beton. Semua genangan-genangan air harus dibuang dari permukaan Construction Joints sebelum beton baru dicor.

(4)Cara-cara dan alat yang digunakan untuk pengangkatan beton harus sedemikian sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diinginkan dapat dibawa ketempat pekerjaan tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan nilai slump.

(5) Beton dicor hanya pada waktu Direksi Pekerjaan atau wakilnya yang ditunjuk serta pengawas Kontraktor yang setara ada ditempat kerja. Permukaan Construction Joints harus dilapisi penutup yang terbuat dari adukan semen (air pasta semen) atau ditutup dengan lapisan spesi/mortar harus mempunyai perbandingan semen dan pasir seperti campuran beton yang bersangkutan kecuali ditentukan lain, demikian juga konsistensinya.

(6) Beton harus segera dicor pada adukan yang baru. Dalam pengecoran beton pada Construction Joints yang telah terbentuk, penjagaan khusus harus dijalankan dengan pembobokan dan peralatan dengan memakai alat-alat yang cocok.

(7) Tidak diperkenankan pencampuran/pemotongan kembali beton. Beton yang sudah mengeras harus dibuang dan tidak dibayar untuk pekerjaan itu. Transportasi dari pengadukan sampai pengecoran beton jangan terlalu jauh.

(8) Kecuali ada penyetopan/pemotongan oleh hubungan (joints), semua penuangan beton harus selalu kira-kira berlapis-lapis horizontal dan umumnya tebalnya tidak lebih dari 50 cm. Direksi Pekerjaan berhak mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal lapisan-lapisan 50 cm tidak dapat memenuhi spesifikasi ini.

(9) Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras. Selama hujan air semen atau spesi tidak boleh dihamparkan pada construction joints dan air semen atau spesi yang hanyut dan terhampar harus dibuang dan diganti sebelum pekerjaan dilanjutkan. Suatu pengecoran tidak boleh terputus sebelum bagian tersebut selesai.

(10) Ember-ember/backet beton yang dipakai harus sanggup menuang dengan tepat pada slump yang rendah dan memenuhi syarat-syarat campuran pada mana mekanisme pembuangan harus dibuat dengan kapasitas sedikitnya 0,35 m3 sekali tuang. Ember beton harus mudah untuk diangkat/diletakkan dengan alat-alat lainya dimana diperlukan terutama bagi lokasi-lokasi yang terbatas.

(11) Keadaan construction joints harus mendekati horizontal jika tidak ada ketentuan lain dari yang ditunjukkan pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi.

(12) Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum yang mungkin, sehingga ia bebas dari kantong-kantong kerikil dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang dilekatkan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immersion beroperasi dengan kecepatan paling sedikit 7000 putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.

2.4.3.Pembukaan Cetakan dan Pemeliharaan

2.4.3.1. Waktu dan Cara-Cara Pembukaan Cetakan

(1) Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda tidak diijinkan untuk dibenahi. Beton yang baru dibuka cetakannya diperlihatkan kepada Direksi untuk dinilai kualitas pengecorannya, beton yang hasilnya banyak keropos sampai tulangan terlihat, harus mendapatkan penanganan tersendiri atas petunjuk Direksi.

(2) Umumnya, diperlukan waktu min. 2hari sebelum cetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya dan tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran.

2.4.3.2. Perawatan (Curing)

(1) Semua beton harus dirawat (cured) dengan air. Direksi berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.

(2) Beton harus tetap basah paling sedikit 14 hari terus-menerus (segera sesudah beton cukup keras untuk mencegah kerusakan) dengan menutupnya dengan bahan yang dibasahi air atau cara-cara yang disetujui yang akan menjaga agar permukaan selalu basah. Air yang digunakan dalam perawatan harus memenuhi spesifikasi.

2.4.3.3. Perlindungan (Protection)

Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum terakhirdiperiksa oleh Direksi. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari langsung paling sedikit 3 hari sesudah pengecoran.

2.4.3.4. Penyelesaian-penyelesaian dan Penyempurnaan

(1) Penyempurnaan permukaan beton harus dilaksanakan oleh tukang yang ahli dan disaksikan oleh Direksi. Permukaan beton akan diuji/ditest oleh Direksi jika perlu. Ketidakteraturan digolongkan sebagai sekonyong-konyong (abrupt) atau lambat laun (gradual).

(2) Offset yang disebabkan oleh pemindahan atau penempatan cetakan yang salah yang membentuk garis-garis, yang disebabkan mata kayu lepas pada cetakan atau kerusakan lain dari kayu, akan dianggap sebagai ketidakteraturan yang sekonyong-konyong (abrupt) dan akan diuji dengan pengukuran langsung. Semua ketidak teraturan lainnya dapat dianggap sebagai ketidak teraturan yang gradual dan akan diperiksa oleh Direksi. Sebelum menerima pekerjaannya, Kontraktor harus membersihkan semua permukaan yang terbuka dari kerak-kerak dan kotoran lainnya.

2.4.3.5. Perbaikan Permukaan Beton

(1) Bila sesudah pembukaan cetakan ada beton yang tidak tercetak menurut gambar atau permukaan tidak rata atau keropos, ternyata ada permukaan yang rusak, hal ini dianggap tidak sesuai spesifikasi. Ketidaksesuaiannya akan mendapat penilaian tersendiri yang akan diberikan oleh Direksi dan kalau Direksi memerintahkan untuk dibongkar maka beton harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri kecuali bila Direksi memberikan ijinnya untuk menambal tempat yang rusak, dalam hal mana penambalan harus dikerjakan seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.

(2) Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang kerikil, kerusakan karena cetakan, lubang-lubang karena keropos, lubang-lubang baut, ketidakrataan oleh pengaruh sambung-sambungan cetakan, dan bergeraknya cetakan. Ketidakrataan dan bengkok harus dibuang dengan pemahat atau dengan alat lain dan seterusnya digosok dengan batu gerinda. Semua lubang harus terus-menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor dan seterusnya disempurnakan.

(3) Jika menurut pendapat Direksi hal-hal yang tidak sempurna pada bagian bangunan-bangunan yang akan terlihat sedemikian, sehingga dengan penambalan saja tidak memuaskan, Kontraktor diwajibkan untuk menutup seluruh dinding (dengan spesi plester), sesuai dengan instruksi dari Direksi.

(4) Cacat lubang-lubang tempat cukilan dari sarang kerikil atau keropos kecil yang akan diperbaiki, harus diisi dengan spesi/mortar tambalan yang kering yang disusun dari satu bagian semen Portland dengan dua bagian pasir beton bersama dengan bahan pengisi yang tidak susut, yang disetujui Direksi, dalam jumlah yang diperinci oleh pabrik dan dengan air yang cukup sehingga sesudah bahan-bahan spesi dicampur akan melekat satu sama lain dan apabila diremas-remas menjadi bola dan ditekan dengan tidak akan mengeluarkan air. Spesi penambal harus dikerjakan dengan lapisan-lapisan yang tipis dan selalu dipadatkan dengan alat yang cocok.

2.4.3.6. Pengukuran dan Pembayaran

Semua beton dimintakan untuk pekerjaan dalam spesifikasi ini harus tercakup dalam harga satuan yang ditawarkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk bagian-bagian yang sesuai dimana beton dipergunakan. Harga satuan yang ditawarkan untuk pekerjaan semacam itu harus mencakup air, pasir dan kerikil/batu pecah, bahan penambah (admixture), non-shrink compound, cetakan-cetakan, minyak cetakan, pengolahan pencampuran, pemeliharaan temperatur, pengangkutan, persiapan untuk pengecoran, pengecoran, pembukaan cetakan-cetakan, perawatan (curing), perlindungan, penyempurnaan dan perbaikan permukaan beton, serta semua pekerjaan lainnya, sesuai persyaratan dan keperluan yang tercakup disini.

2.4.4.Pengetesan Beton

2.4.4.1.Percobaan-Percobaan Pendahuluan

Sebelum pekerjaan beton dimulai Kontraktor wajib mengadakan percobaan pendahuluan untuk meguji apakah bahan yang dipakai serta campuran yang direncanakan dapat dicapai kekuatan serta mutu yang disyaratkan.

Bahan serta campuran yang mencapai mutu beton yang disyaratkan dipakai standar bagi pelaksanaan dan setiap kali akan diadakan percobaan pendahuluan juga.

Jika tidak ditentukan lain oleh direksi jumlah benda uji adalah 20 buah yang dapat diambilkan dari beton-beton yang dicor pada tarif permulaan pekerjaan seperti untuk bagian-bagian konstruksi non structural ataupun yang direncanakan dengan mutu BI (yang ditegaskan dalam gambar).

Kalau jumlah benda uji tidak mungkin diambil sebanyak itu maka harus diambil sedemikian rupa secara random dan dengan perhitungan statistik yang sesuai. Pemeriksaan benda-benda uji dapat dilaksanakan pada umur beton yang kurang dari 28 hari dengan memperlihatkan perbandingan kekuatan beton pada berbagai umur seperti dibawah ini :

Umur beton (hari)37142128

PC biasa

PC dengan kekua-tan awal yang tinggi

0.4

0.5

0.65

0.750.8

0.9

0.95

0.951.00

1.00

2.4.4.2.Pemeriksaan Mutu Beton dan Mutu Pelaksanaan

Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinue dengan mengambil dan memeriksa benda-benda uji.

Untuk pekerjaan beton dengan masing-masing mutu beton lebih besar dari 60 m3 maka harus dibuat 1 benda uji untuk 5 m3 beton dengan minimum 1 benda uji tiap hari serta untuk tahap permulaan 1 benda uji untuk 3m3 agar segera terkumpul 20 benda uji. Mutu beton dianggap memenuhi syarat apabila dipenuhi syarat-syarat berikut :

(1) Tidak boleh lebih dari 1 nilai diantara 20 nilai hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut kurang dari ( bk.

(2) Tidak boleh satupun nilai rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut terjadi kurang dari (( bk + 0,82 Sr).

(3) Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut tidak boleh lebih besar dari 4,3 Sr.

(4) ( bk = ( bm 1,64 s

dimana :( bk=tekanan beton karakteristik

( bm=tekanan rata-rata benda uji

s=deviasi standar

Sr=deviasi standar rencana

Apabila salah satu syarat diatas tidak dipenuhi maka Kontraktor wajib menyelidikinya sebab-sebab dari penyimpangan serta melaporkan hasilnya kepada Direksi disertai usul-usul mengenai perbaikan-perbaikan selanjutnya dan pengecoran beton harus segera dihentikan.

Pada pekerjaan beton dengan jumlah dari masing-masing mutu beton kurang dari 60 m3 dipakai konstruksi sebagai berikut :

(1) Internal pengambilan benda uji kira-kira sama. Apabila disebabkan alasan tertentu pengumpulan 20 benda uji tidak dapat tercapai maka Direksi dapat mempertimbangkan lain dan pengambilan benda uj boleh kurang dari 20 buah asal pengambilan dilakukan pada interval waktu yang kira-kira sama sehingga randominasi dapat dicapai dengan baik.

(2) Apabila yang terkumpul kurang dari 20 maka beton dianggap memenuhi syarat apabila nilai rata-rata dari setiap 4 hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut lebih besar (( bk + 0,82 Sr). Agar dalam waktu singkat sudah ada gambaran tentang mutu beton maka dianjurkan untuk membuat benda uji untuk diperiksa pada umur 3 dan 7 hari. Tetapi penilaian mutu beton tetap pada umur 28 hari.

Tindakan yang diambil bila dari pemeriksaan benda uji tidak memenuhi syarat:

(1) Jika pengecoran belum selesai maka pengecoran harus dihentikan dan dalam waktu singkat diadakan percobaan non destruktif pada bagian konstruksi yang dianggap meragukan. Untuk itu dapat dilakukan pengujian dangan concrete tester atau mengambil benda uji dari bagian konstruksi (pada tempat-tempat yang tidak terlalu banyak mempengaruhi kekuatan konstruksi dan harus dibawah pengawasan seorang ahli).

Mutu beton dianggap memenuhi syarat dan pengecoran bias dilanjutkan apabila kekuatan tekan beton karakteristik minimal sama dengan 80 % dari nilai kekuatan beton karakteristik yang disyaratkan.

(2) Apabila tidak dipenuhi persyaratan diatas maka dapat diambil percobaan pembebanan langsung dan dianggap memenuhi syarat dan pengecoran bisa dilanjutkan bila kekuatan beton karakteristik minimal sama dengan 70 % dari nilai yang disyaratkan.

(3) Apabila syarat-syarat diatas masih belum terpenuhi maka harus dicari pemecahan, misal dengan memberikan kekuatan-kekuatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Apabila tidak bias dilaksanakan demikian, baru bagian konstruksi yang meragukan tersebut dibongkar.

(4) Semua biaya yang dikeluarkan harus ditanggung oleh Kontraktor karena hal tersebut dianggap disebabkan oleh kesalahan Kontraktor.

2.4.4.3Pembuatan Benda Uji

Benda uji dibuat dengan bentuk kubus (15 cm atau 20 cm) atau silinder diameter 15 cm hingga 30 cm dan perbandingan kekuatan tekan dapat dilihat sebagai berikut :

Benda UjiPerbandingan Kekuatan Tekan

Kubus 15 x 15 x 15 cm

Kubus 20 x 20 x 20 cm

Silinder 15 x 30 cm

1.00

0.95

0.83

Pada benda uji kubus , harus dibuat dengan mempunyai dua dinding yang berhadapan dan dapat terdiri dari plat baja, kaca dan sebagainya yang permukaannya rata (kayu tidak boleh dipakai). Cetakan diolesi sebelumnya dengan vaselin, lemak atau minyak agar mudah dilepas dari betonnya. Kemudian diletakkan diatas bidang alas rata yang tidak menyerap air.

Pada adukan beton yang encer, adukan beton diisikan ke dalam cetakan dalam 3 lapis yang kira-kira sama tebalnya dan masing-masing lapis ditusuk 10 kali dengan tongkat baja diameter 16 mm dengan ujung yang dibulatkan.

Pada adukan beton yang kental cetakan harus diberi sambungan tambahan keatas kemudian adukan diisikan sekaligus. Selanjutnya adukan dipadatkan sesuai dengan cara pelaksanaannya nanti.

Jarum penggetar harus dimasukkan sentries tanpa menyentuh dasar cetakan. Kubus-kubus uji yang baru saja dicetak harus disimpan ditempat yang bebas dari getaran dan ditutupi dengan karung basah selama minimal 24 jam dan setelah catakannya dilepas maka harus diberi tanda dan disimpan pada tempat yang mempunyai suhu sama dengan udara luar.

Pada pengujian, tekanan dikerjakan pada bidang yang rata dan tekanan berangsur-angsur dinaikkan dengan kecepatan 6-4 kg/cm2 tiap detik. Sebagai beban hancur dari kubus beban tertinggi yang ditunjukkan oleh pesawat penguji tersebut tidak boleh mempunyai kesalahan yang melampaui ( 3 % pada setiap pembebanan diatas 10 % dari kapasitas maksimum.

2.4. PEKERJAAN PASANGAN BATU

2.5.1. Umum

2.5.1.1.Lingkup Pekerjaan

Seluruh pemasangan, lining dan paving batu yang perlu dibangun menurut spesifikasi ini dan seluruh maksud yang bertalian yang mungkin ditentukan oleh Direksi, harus terdiri dari bahan-bahan yang dirinci disini.

Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan disini akan berlaku untuk semua pekerjaan pasangan batu, kecuali kalau diubah oleh Direksi untuk suatu pekerjaan tertentu.

2.5.1.2Batu

Semua batu untuk pekerjaan pasangan batu harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang dinyatakan untuk batu yang dirinci dalam Spesifikasi ini.

2.5.1.3. Semen, Pasir dan Air

(1) Semua semen adukan untuk pekerjaan batu harus sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan untuk semen portland.

(2) Pasir untuk spesi/adukan yang dipakai untuk seluruh konstruksi pekerjaan batu yang diperlukan menurut spesifikasi ini harus disediakan oleh Kontraktor menurut ketentuan dan sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan untuk pasir yang dirinci dalam Spesifikasi ini.

(3) Air yang dipergunakan untuk adukan bebas dari bahan-bahan lumpur, bahan-bahan organic, alkali, garam dan kotoran-kotoran lain dan harus dites dan disetujui oleh Direksi.

2.5.2.Adukan dan Pemasangan

2.5.2.1. Komposisi Adukan

Adukan untuk pekerjaan batu harus terdiri dari satu semen berbanding empat bagian pasir (keadaan lepas), kecuali bila ditentukan dan diperintahkan lain oleh Direksi, dengan air yang cukup untuk mendapatkan kekentalan yang sesuai untuk pemakaian.

2.5.2.2. Mengaduk Spesi/Adukan

(1) Cara dan perlengkapan yang dipakai sedemikian rupa sehingga mudah untuk memastikan dengan tepat dan mengontrol banyaknya tiap-tiap bagian yang dimasukkan ke dalam campuran dan harus disetujui Direksi. Jika dipergunakan mesin pengaduk (mixer) maka lamanya waktu pengadukan, setelah semua bahan-bahan sudah di dalam mixer, tidak boleh kurang 2 menit.

(2) Spesi/adukan akan dicampur hanya jika bahan-bahan cukup untuk segera dipakai dan jika tidak dipakai dalam waktu 30 menit setelah penambahan air harus dibuang. Pencampuran didalam adukan harus dibersihkan dan harus dicuci dengan setiap akhir kerja setiap hari.

2.5.2.3. Pemasangan

(1) Cara dan perlengkapan untuk pengangkutan batu dan adukan akan sedemikian rupa sehingga tidak akan menunda pemakainan adukan.

(2) Batu tidak boleh dipasang pada waktu hujan yang cukup deras atau cukup lama untuk menghanyutkan adukan. Adukan yang telah dihamparkan yang luluh oleh hujan harus disingkirkan dahulu dan diganti sebelum mengeras sepenuhnya.

2.5.2.4. Penyelesaian dan Penyempurnaan

Semua batu harus dipasang dengan baik dan bagian mukanya rata, tumpukan batu yang diisi adukan harus saling mengisi kekosongan dan saling mengikat, garis-garis vertikal lurus dan permukaan yang baik, kecuali bila ditunjukkan lain dari gambar atau atas petunjuk Direksi.

2.5.2.5. Perawatan

(1) Semua pekerjaan batu yang memakai spesi/adukan harus dirawat dengan air (water curing) atau cara lain yang diterima. Semua cara dan pelaksanaan Kontraktor untuk perawatan bagian-bagian dari pekerjaan harus disetujui Direksi.

(2) Jika perawatan dilakukan dengan air, pekerjaan batu harus tetap basah paling tidak selama 14 hari, (kecuali ditentukan dilain bagian dari spesifikasi ini) dengan menutupi dengan bahan yang menyerap air.

2.5.2.6. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran untuk segala pekerjaan pemasangan batu yang dimintakan akan dilaksanakan menurut harga satuan yang ditawarkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang mana harus sudah mencakup, tetapi tidak terbatas pada biaya untuk air, semen, pasir dan harga pembelian batu, penggolongan, penggangkutan, penyiapan untuk penempatan, perawatan, perlindungan, penyempurnaan dan pembetulan permukaan batu serta segala pelaksanaan lainnya, prosedur-prosedur dan kebutuhan-kebutuhan yang perlu untuk menyelesaikan pekerjaan batu sesuai spesifikasi ini.

2.6. PEKERJAAN PERKERASAN JALAN MASUK

2.6.1. Spesifikasi Teknik

Pelaksanaan pekerjaan ini harus sesuai/mengikuti peraturan pelaksanaan pembangunan jalan raya tahun 1972.

Pekerjaan ini meliputi :

1. Tanah dasar

Tanah dasar adalah permukaan tanah asli, permukaan galian atau permukaan tanah timbunan yang merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

2. Lapis Pondasi Bawah

Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah.

Lebar dan tebalnya seperti yang disebutkan dalam gambar rencana.

3. Lapis Pondasi

Lapis pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan lapis pondasi bawah.

Lebar dan tebalnya seperti yang disebutkan dalam gambar rencana.

4. Lapis Permukaan

Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.

Lebar dan tebalnya seperti yang disebutkan dalam gambar rencana.

Bahan-bahan harus mengikuti persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.

2.6.1.1.Lapis Pondasi Bawah

Material yang digunakan harus mengikuti persyaratan lapis pondasi bawah, seperti yang tertera dalam gambar rencana atau yang telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Untuk material lapis pondasi bawah dapat digunakan sirtu yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

ASTM Standard SievesProsentase Berat Yang Lewat

3 100

1 60 - 90

46 - 78

3/8 40 - 70

No. 424 - 56

No. 813 - 45

No. 306 - 36

No. 402 - 22

No. 2002 - 18

-Pasir equivalent (AASHTO T-76)Min. 25

-Kehilangan berat akibat abrasi dari partikel yang tertinggi pada ayakan ASTM No. 12 (AASHTO T96)Max 40

-Liquid limit max25 %

-Plasticity limit max17 %

-Plasticity index max6 %

-CBR minimum20 %

2.6.1.2.Lapis Pondasi

Semua lapisan agregat untuk lapis pondasi harus terdiri bahan-bahan yang bersih, awet, bersudut tajam, tidak banyak tercampur dengan bentuk-bentuk pipih atau memanjang dan dalam batas tertentu tidak banyak mengandung batu-batu yang lunak, yang mudah hancur, kotoran atau bahan-bahan lain yang mudah membusuk.

Kerikil pecah atau batu pecah untuk lapisan pondasi hendaknya terdiri dari hasil pemecahan kerikil atau batu.

Untuk bahan kerikil sebelumnya harus diayak terlebih dahulu sehingga agregat hasil dari pemecahan kerikil itu tidak kurang dari 50 % beratnya terdiri dari partikel yang mempunyai sekurang-kurangnya satu bidang pecahan.

Agregat lapis pondasi harus mengikuti persyaratan dibawah ini :

-Kekerasan (Toughes ASTM D3)min6 %

-Kehilangan berat dengan percobaan sodium sulfate (AASHTO T-104)max10%

-Kehilangan berat dengan percobaan magnesium sulfate Soundness test (AASHTO T-104)

max12%

-Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 100 putaran (AASHTO T-96)max40%

-Partikel-partikel tipis, memanjang prosentase berat (partikel lebih besar dari 1 dengan ketebalan kurang dari 1/5 panjangmax5%

-Bagian-bagian batu yang lunak (ASTM C-235)max5%

-Gumpalan-gumpalan lengkung (AASHTO T-12)max0,25%

lapis pondasi terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang mengikuti persyaratan dibawah ini :

ASTM Standard SievesProsentase Berat Butir Yang Lewat Saringan

2 100

2 90 100

1 35 70

1 0 15

0 - 5

Material campuran untuk lapis pondasi ini harus terdiri dari material alam yang diayak halus atau pasir yang mempunyai daya ikat cukup.

Material campuran harus bersih dari bahan-bahan organik, kotoran-kotoran, gumpalan lempung atau bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi persyaratan gradasi dibawah ini :

ASTM Standard SievesProsentase Berat Butir Yang Lewat

3/8 100

No. 485 100

No. 10010 30

Plasticity Index (AASHTO T-91)Max. 6

Kadar Lempung (AASHTO T-176)Min. 30

2.6.1.3.Lapis Permukaan

Lapis permukaan terdiri dari material penutup, material bitumen dan lapis penetrasi yang dikehendaki.

Material penutup dianjurkan dari debu batu atau pasir yang bersih atau dari bahan lain yang disetujui Direksi.

Material bitumen harus dari macam yang sama dengan gambar yang disebutkan pada gambar pelaksanaan dan memenuhi persyaratan dibawah ini:

-Medium curing cut back asphalticAASHTO M-82

-Rapid Curing Cut Back Asphalt

AASHTO M-81

Grades (temperatur pelaksanaan dalam derajat celsius) seperti dibawah ini :

Medium curing cut back asphaltic

MC 0 (21 60 derajat)

MC (80 121 derajat)

Rapid curing cut back asphalt

RC 2 (80 100 derajat)

2.6.1.4.Lapis Penetrasi

Lapisan penetrasi terdiri dari bahan batu pecah dan asphalt.

Batu pecah yang digunakan harus dari macam yang keras, awet, bersudut/berbidang yang tajam, bersih dari kotoran, lempung material lain yang tidak dikehendaki.

Bahan batu pecah tersebut dibedakan dalam 3 macam, yaitu :

1. Batu pokok (fraksi I ukuran 3 5 cm)

2. Batu kunci (fraksi II ukuran 1 2 cm)

3. Batu Split (fraksi III ukuran 1 cm)

Asphalt yang digunakan adalah asphalt semen dengan angka penetrasi 60 70. Bahan asphalt dari tipe lain hanya boleh dipakai setelah ada ijin dari Direksi.

2.6.2. Pelaksanaan

2.6.2.1.Tanah Dasar

Tanah dasar dari tanah asli/galian dipadatkan minimum 100 % dari kepadatan kering maksimum menurut AASHTO T 99 sampai dengan kedalaman 30 cm dibawah permukaan tanah dasar jadi.

2.6.2.2.Lapis Pondasi Bawah

Tebal lapisan itu umumnya tidak boleh lebih dari 20 cm setelah jadi. Bila lebih dari satu lapis, tiap lapisan yang terdahulu harus sudah dipadatkan secukupnya sebelum penempatan lapisan selanjutnya. Penempatan material akan dimuali dari tempat yang ditunjuk oleh Konsultan Pengawas (Direksi).

Alat-alat yang digunakan hendaknya dari tipe yang dapat memberikan hasil yang uniform.

Segera setelah dilakukan penebaran material dan perataan, tiap lapis segera dipadatkan pada lebar jalan dengan mesin gilas, mesin gilas roda karet atau alat pemadat lain yang disetujui oleh Direksi.

Tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau oleh mesin gilas, harus dipadatkan dengan alat-alat tangan yang tepat (tammper,compactor).

Material lapis pondasi bawah harus dipadatkan hingga mencapai paling tidak 100 % dari kepadatan kering maksimum yang dipadatkan pada pemeriksaan AASHTO T 99. kepadatan tersebut harus dicapai pada seluruh tebalnya pekerjaan, untuk memeriksa tebal lapis pondasi bawah yang dihamparkan agar dapat mencapai tebal dan kepadatan yang diisyaratkan.

Pembuatan lubang-lubang untuk keperluan pengujian dan pengisiannya kembali akan dilakukan oleh Kontraktor dan diawasi oleh Konsultan Pengawas.

Semua biaya untuk keperluan pengujian kepadatan itu ditanggung oleh Kontraktor.

2.6.2.3.Lapis Pondasi

Pada pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi, maka permukaan lapis pondasi tersebut harus sudah sempurna dikerjakan, dibentuk sesuai dengan gambar rencana dan dibersihkan dari segala kotoran dan bahan-bahan yang tidak dikehendaki.

Semua syarat dan cara yang disebutkan pada artikel lapis pondasi bawah harus diiikuti, serta tebal lapisan tidak boleh lebih dari 10 cm setelah jadi.

2.6.2.4.Lapis Permukaan

a. Cuaca

Pelaksanaan pelapisan permukaan harus dilaksanakan dalam keadaan cuaca baik yaitu pada temperatur 27 0 C serta tidak berkabut dan hujan.

b. Peralatan

Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang sesuai untuk dapat melaksanakan pekerjaan sebaik-baiknya termasuk mesin gilas, alat-alat sapu, Pembuangan debu, spinkler, alat-alat pengangkut asphalt dan alat-alat untuk memanaskan asphalt.

c. Membersihkan Permukaan Lapis Pondasi

Sebelum dilaksanakan penghamparan asphalt, permukaan lapis pondasi harus dibersihkan dari debu, kotoran-kotoran, bahan-bahan lepas dan bahan-bahan yang rapuh kedudukannya, dengan sikat kawat, sapu lidi, sapu ijuk dan dipukul-pukul dengan karung atau alat-alat mesin peniup debu bila ada.

Bila permukaan lapis pondasi dalam keadaan sangat kering dan berdebu, maka sebelumnya harus disiram dengan air secukupnya dengan spinkler.

Kamparan asphalt dilakukan bila permukaan lapis sudah dalam keadaan sedikit lembab.

d. Penghamparan Asphalt dan Material Penutup

Penetapan tentang banyaknya asphalt yang harus dihamparkan permeter persegi menurut gambar pelaksanaan hendaknya ditaksirkan sebagai perkiraan. Ditempat-tempat dimana oleh Konsultan Pengawas dipandang perlu, harus ditambah sesuai dengan petunjuknya.

Untuk memeriksa jumlah asphalt yang telah dihamparkan kenyataannya, dapat dilakukan sebagai berikut :

Kertas karton 50 x 50 cm yang telah ditimbang diletakkan pada pemukaan base course dan dihamparkan dengan asphalt sesuai dengan prosedur pelaksanaan, setelah selesai karton tersebut ditimbang lagi. Selisih berat dibagi luas karton merupakan jumlah asphalt persatuan, jumlah sebenarnya yang telah dihamparkan.

Sebelum asphalt menyerap masuk kedalam lapis pondasi (belum mengering) atau apabila konsultan pengawas berpendapat asphalt tersebut masih akan nempel pada roda-roda lalu-lintas, maka jalan tersebut belum boleh dibuka untuk umum.

Apabila secepatnya akan digunakan untuk lalu-lintas, paling tidak harus jam terhitung dari saat penghamparan dan sesudah dihampar dengan material penutup (bloter material, pasir kasar, debu batu, dan sebagainya) baru lalu lintas diijinkan melewatinya.

Bila satu jalur telah selesai dihampar dengan asphalt dan akan dihampar dengan material penutup setebal 3 cm maka harus disisakan lapisan asphalt pada jalur tersebut selebar 20 cm untuk tidak dihamparkan dengan material penutup.

Hal ini diperlukan agar terjadi keadaan saling menutup (over lapping) bila jalur sebelahnya dilaksanakan.

Kontraktor harus melindungi dan menjaga hasil pekerjaan yang telah jadi, selama kurang lebih lima hari sebelum memberikan lapisan lain (surfacing) diatasnya.

Bagian-bagian yang tampak asphaltnya atau kurang penghamparan bloter materialnya harus segera ditambahkan sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas (Direksi).

e. Lapisan Asphalt Penetrasi

Sebelum agregat mulai ditebarkan, permukaan base harus dibersihkan, dan lubang-lubang ditutup dengan bahan dan cara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Untuk permukaan yang tidak beraspal harus terlebih dahulu disiram dengan priem coat MP/RC sebanyak 0,5 1 kg/m2 atau dengan aspal 60 70 aspal yang dipanaskan hingga 100 200 0 C dicampur dengan 20 % minyak tanah. Penebaran Agregat (batu pokok) dilakukan dengan menggunakan grider yang bentuknya menurut ketebalan yang diisyaratkan dan disetujui Konsultan Pengawas. Segera setelah ditebarkan, lapisan digilas agar batu menduduki posisinya dengan kokoh .

Penggilasan dilakukan tidak sampai menjadi padat betul.

Asphalt 60 70 disiramkan diatas lapisan batu pokok tadi pada temperatur 120 170 0 C, jumlah aspal yang disiramkan disesuaikan dengan ketentuan (umumnya 1 kg asphalt /m2 tiap tebal 1 cm lapisan asphalt penetrasi).

Segera setelah asphalt disiramkan, diusahakan agar temperatur masih diatas 1000 C, batu kunci ditebarkan secukupnya dan digilas sampai padat. Sambil melakukan penggilasan, batu kunci ditebarkan pada tempat tempat yang perlu agar ruang kosong diantaranya dapat terisi. Sebelum dilakukan penyiraman yang kedua, permukaan harus bersih dari kotoran-kotoran, batu-batu lepas, dan bahan-bahan lainnya yang tidak dikehendaki. Penyiraman kedua dilakukan pada temperatur asphalt sekitar 1200C dengan jumlah 1 kg/m2 (seal coat) baru kemudian diatasnya ditebarkan batu split dan digilas lagi sehingga padat. Batu split merupakan lapisan penutup setebal kira-kira 1 m. Setelah penyelesaian terakhir, jalan dapat dibuka untuk lalu-lintas kendaraan.

2.6.3. Konstruksi Jalan

2.6.3.1. Gelar Sirtu

Setelah peil dasar badan jalan dan kepadatan tanah mmenuhi ketentuan dan dapat dibuktikan dengan sertifikat dari laboratorium, maka atas ijin tertulis darri direksi sirtu dapat digelar.

Bahan sirtu yang dipakai harus berkualitas baik pada sertifikat laboratorium.

Penggelaran dan pamadatan sirtu dapat dilaksanakan sekaligus, apabila ketebalan sirtu kurang dari 30 cm, dan pemadatan dilakukan dengan mesin giling yang berkapasitas 8 10 ton.

Ketebalan sirtu setelah padat, tebalnya harus sesuai dengan gambar bestek, baik kerataan dann kemiringannya (ada sertifikat laboratorium)

Persyaratan gradasi dan mutu bahan sirtu sesuai dengan RKS Umum.

2.6.3.2. Gelar Macadam

Setelah peil dan ketebalan sirtu sesuai dengan rencana, selanjutnya atas ijin tertulis dari Direksi Lapisan Macadam dapat digelar.

Macadam yang dipakai harus berkualitas baik sesuai dengan RKS Umum (ada sertifikat laboratorium).

Pemadatan dilakukan dengan mesin gilas yang berkapasitas 8 10 ton, sehingga mendapatkan permukaan yang rata dan stabil.

Ketebalan lapisan macadam setelah dipadatkan harus sesuai dengan peil rencana dalam gambar bestek.

2.6.3.3. Sosot Berat

Menggunakan aspal panas 60/70 sebanyak 2,3 kg/m2.

Sebelum batu pecah untuk lapisan sosot berat digelar, bidang jalan harus dibersihkan terlebih dahulu dari bahan-bahan lepas dan kotoran lainnya untuk kemudian diberi lapisan aspal panas 60/70 sebanyak 1,3 kg/m2 yang disosotkan hingga rata betul.

Gelar split diameter yang tebalnya sebelum dipadatkan tidak boleh lebih dari 1 2 cm, harus rata tidak boleh ada bagian-bagian yang lebih berisi dari yang lain.

Pemadatan selanjutnya dilaksanakan dengan mesin gilas seberat 6-8 ton sehingga batu-batu tidak dapat bergerak lagi, dan harus dijaga jangan sampai batu-batu menjadi hancur (verqruizen) kemudian diberi lapisan aspal panas 60/70 sebanyak 1 kg/m2 yang disosotkan sehingga rata betul.

Aspal harus cukup air (160 0 C) supaya dapat masuk ke dalam lubang diantara batu-batu.

Tempat pemasakan aspal jaraknya tidak boleh lebih dari 20 meter dari tempat pengecoran.

Setelah sosotan aspal panas merata, lapisan ini ditaburi/ditutup dengan abu batu sebanyak 0,005 m3/m2 kemmudian di gilas hingga rata betul dengan mesin gilas dengan berkapasitas 6 8 ton.

2.6.3.4. Sosot Ringan/Tack Coating

Menggunakan aspal panas 60/70 sebanyak 0,7 1 kg/m2.

Bidang jalan harus dibersihkan terlebih dahulu dari segala kotoran.

Jika bidang jalan dari beton, maka harus cukup umur betonnya.

Tempat pemasakan aspal jaraknya tidak lebih dari 20 m dari tempat pengecoran.

Setelah sosotan aspal panas merata, lapisan ini ditaburi dengan abu batu sebanyak 0,005 m3/m2.

2.6.3.5. Penetrasi tebal 3 cm dan 5 cm padat

Menggunakan aspal sebanyak 2,7 kg/m2 untuk penetrasi tebal 3 cm padat dan 7 kg/m2 untuk penetrasi dengan tebal 5 cm padat.

Sebelum batu pecah untuk lapisan penetrasi digelar, bidang jalan harus dibersihkan terlebih dahulu dari bahan-bahan lepas, kotoran-kotoran lainnya, untuk kemudian lapisan aspal panas 60/70 sebanyak 3 kg/m2 yang disosotkan hingga rata betul.

Pemadatan selanjutnya harus dilakukan dengan mesin gilas seberat 8 12 ton sehingga batu-batu tidak dapat bergerak lagi, harus dijaga jangan sampai batu menjadi hancur (verqruizen).

Kemudian diberi lapisan aspal panas 60/70 sebanyak 1,5 kg/m2 untuk penetrasi dengan tebal 3 cm padat dan 2,5 kg/m2 untuk penetrasi 5 cm pada tyang disosotkan hingga rata betul.

Selanjutnya untuk penetrais 5 cm padat digelar batu pecah dengan dia. ( 1-2 cm yang tebal sebelum dipadatkan tidak boleh lebih dari 3 4 cm, harus rata dan tidak boleh ada bagian-bagian yang lebih berisi dari yang lain. Pemadatan selanjutnya dilakukan dengan mesin gilas seberat 8-12 ton sehingga batu-batu tidak bergerak lagi, harus dijaga jangan sampai batu menjadi hancur (verqruizen). Untuk kemudian diberi lapisan aspal panas 60/70 sebanyak 1,5 kg/m2 yang disosostkan hingga rata betul. Aspal harus cukup cair (1600 C) supaya dapat masuk ke dalam lubang-lubang diantara batu-batu. Tempat pemasakan jalan aspal jaraknya tidak boleh lebih dari 20 m dari tempat pengecoran.

Setelah sosotan rata, lapisan tersebut ditutup/ditaburi dengan abu batu sebanyak 0,015 m3/m2 kemudian dipadatkan sehingga rata betul dan tidak boleh lebih 20 m dari tempat pengecoran.

Setelah sosot rata, lapisan tersebut ditutup/ditaburi dengan abu batu sebanyak 0,015 m3/m2 kemudian dipadatkan hingga rata betul dengan mesin gilas seberat 8 12 ton.

2.6.3.6. Pekerjaan Hotmix

Dalam pembuatan aspal beton, pemborong sebelumnya diwajibkan untuk memberi keterangan-keterangan kepada Direksi mengenai macam dan kondisi dari alat-alat pembuat aspal beton yang akan digunakan.

Jumlah bahan yang tersedia disekitar alat pembuatan aspal beton/Asphalt Mixing Plant (AMP) harus cukup untuk produksi sedikit 3 (tiga) hari.

Pemanasan baru tidak boleh lebih dari 1750 C dan tidak boleh kurang dari dari 1400C,. Dan pemanas aspal tidak melebihi titik nyala dan tidak kurang dari 1400C.

Hasil produksi dari Asphalt Mixing Plant/AMP harus diperiksakan oleh pemborong untuk tiap 100 ton dan paling sedikitnya 2 (dua) kali sehari yaitu pada adukan ketiga pagi hari dan adukan ketiga sebelum berhenti, pemeriksaan ini harus dilakukan sesuai dengan petunjuk Direksi.

a. Stabilitas marshal

b. Flow

c. Vold in mix

d. Extrasi

e. Gradasi

Kelalaian pemborong untuk memeriksa Asphalt Mixing Plant (AMP-nya) secara teratur dan terus menerus sehingga pekerjaan selesai, dapat mengakibatkan ditolaknya pekerjaan dengan segala akibat ditanggung oleh pemborong.

Diatas lapisan konstruksi-konstruksi jalan yang akan dilapisi dengan lapisan hotmix harus diberi lapisan pelengket terlebih dahulu dari aspal emulsi sebanyak 0,70 kg/m2 untuk Teac Coating kecuali ditentukan lain. Lapisan pelengket ini harus dipasang dengan mesin penyemprot dan harus merata hingga menutupi seluruh lapisan bawahnya. Diatas lapisan lengket yang belum sempurna dan baik, tidak boleh digelar (menguap bahan tambahannya, air dan lain-lain) dengan lapisan hotmix.

Pengangkutan aspal beton sebelum digelar harus ditutupi dengan terpal. Aspal beton yang digelar/dipasang dijalan tidak boleh kurang dari 1400 C kepanasannya. Aspal beton yang kurang dari 1400 C atau lebih, dan berakhir 1200 C.

Aspal beton harus digelar mesin penggelar (finisher) yang diperlengkapi dengan alat pengatur ketebalan yang bekerja baik. Datangnya hotmix dari Asphalt Mixing Plant (AMP) harus diatur sedemikian rupa hingga tidak terjadi kekosongan dalam mesin penggetar.

Segera setelah aspal beton dicampur permukaan harus diperiksa lagi bentuk dan ketebalan, bilamana perlu harus segera diperbaiki ukuran pemadatan dilakukan sebagai berikut :

Penggilingan pertama dengan mesin gilas 2 atau 3 as, berat 8 ton dengan 2 atau 4 lintas kecepatan 3 atau 4 km, sehingga pengelasan tidak menyebabkan lendutan atau bergelombang, dengan temperatur aspal beton antara 1400 C atau lebih, berakhir 1200 C.

Penggilingan kedua dengan pneumatic tyred roiler 10-20 ton dengan tekanan ban 70-80 psi, dengan kecepatan 5-10 km/jam dan temperatur aspal beton antara 1100 C berakhir 900 C ((100 C) dengan 12 lintasan atau tekanan ban 90 psi, dengan minimal 8 lintasan.

Penggilasan ketiga (terakhir) dengan mesin gilas minimum 14 ton dan temperatur minimum 600 C, dengan kecepatan 5 atau 8 km/jam sampai alur-alur bekas roda pemadat hilang/rata.

Pemadatan harus dimulai dari tepi berangsur-angsur ketengah (overlap) kecuali pada tikungan dengan miring dimana pemadatan dilakukan dari bagian yang rendah menuju bagian-bagian yang tinggi. Pemadatan dilakukan searah dengan as jalan dan jarak roda saling menutup pada lebar yang cukup (overlapping + 60). Untuk mencegah lekatnya bahan aspal dengan roda mesin gilas, maka roda selalu dibasahi dengan air secukupnya.

Pada waktu pemukaan aspal beton digilas, pemborong harus membentuk pinggiran gelaran (kedua tepi batas gelar) sedemikian hingga tampak lurus dan rapih. Penghamparan harus sejauh mungkin diusahakan agar berlangsung kontinue dan tidak nampak sambungannya. Mesin gilas hanya boleh melintas garis akhir penghamparan dengan seijin Direksi. Bila sambungan harus diadakan hendaknya diperhatikan agar dicapai pelekatan yang sempurna pada seluruh tebalnya. Penempatan adukan baru terhadap lapisan yang telah digilas, hendaknya diperhatikan bahwa bidang kontrak harus vertikal (lapisan lam dipotong tegak terlebih dahulu). Leburan aspal harus diberikan kepada bidang vertikal tersebut untuk menambah pelekatan.

Peil control lapisan hotmix dilaksanakan pada setiap profil melintang dan memanjang. Diambil minimal 3 (tiga) titik pada seprofil melintang. Hasil yang didapat :

Peil keretakan lapisan hotmix (toleransi ( 1 cm)

Panjang, lebar dan luas lapisan hotmix

Tabel lapisan hotmix

Lapisan aspal beton bisa dibuka untuk lalu lintas dengan kecepatan rendah setelah selesai pemadatan dan temperatur sudah dibawah titik lembek aspal digunakan (( 2 jam) dan dibuka penuh untuk lalu lintas sebanyak 4 jam.

2.6.3.7. Pekerjaan Jalan Interblock

Setelah lapisan tanah dasar dipadatkan, digelar lapisan pasir dan sekaligus diratakan dan dipadatkan.

Ketebalan setelah dipadatkan harus sesuai dengan gambar bestek. Pasir harus bersih tidak mengandung garam-garam atau bahan kimia lainnya yang dapat merusak atau membuat cacat.

Pemasangan interblock selesai, segera dilakukan pemadatan tahap pertama. Alat pemadat, Vibratory Plate Compactor luas dasar ( 30 cm2, gaya centry fugal ( 1,20 ton.

Bagian-bagian interblock yang pecah segera diganti saat itu juga.

Tiga atau empat kali lintasan dianggap cukup untuk memadatkan blok sampai peil rencana dan merangsang naiknya sebagian lapisan pasir ke celah-celah interblock. Permukaan interblock setelah dipadatkan harus rata dan tidak turun lagi.

Apabila diperlukan pemotongan interblock harus dipotong menggunakan mesin potong interblock.

Setelah pemadatan pertama selesai, celah-celah antara interblock diisi pasir pengisi celah. Bahan pengisi harus bersih, tidak mengandung garan-garam atau bahan kimia lainnya yang dapat merusak atau membuat cacat. Pasir pengisi harus dalam keadaan kering agar tidak sulit masuk ke dalam celah-celah.

Setelah celah diisi pasir pengisi, lalu dipadatkan lagi dengan alat pemadat sebanyak 2 (Dua) atau lintasan celah-celah yang masih belum terisi harus segera ditambah pasir pengisi sambil diikuti pemadatan kembali sampai seluruh celah-celah terisi penuh.

2.6.3.8. Pekerjaan Jalan Setapak dan atau Jalan Lingkungan Dari Beton

Konstruksi untuk jalan orang/setapak dan atau jalan Lingkungan dibuat dari Beton dengan campuran 1 PC : 2 Ps : 3 Sp di cor langsung diatas lapisan pasir yang telah dipadatkan terlebih dahulu.

Lapisan beton tumbuk ini tidak merupakan plat beton yang menerus, tetapi terputus luas satu lapisan merupakan empat persegi panjang dengan ukuran (1,5 2) m. Lapisan yang satu dengan yang lainnya dibuat alur yang lebarnya tidak lebih dari yang lebarnya 1,5 cm.

Plesteran pada permukaan plat tersebut tidak diperbolehkan sama sekali, jadi sebelum beton tersebut mengering harus sudah dilaksanakan perapihan/pengeringan.

Setelah selesai pengecoran harus dilakukan perawatan dengan menjaga kebasahannya agar tidak terjadi pengeringan yang mendadak penyiraman beton setelah pengecoran 7 (tujuh) hari setelah pengecoran.

Setelah pelat beton mengeras (kurang lebih 7 hari) setelah pengecoran diatas plat beton diadakan penyosotan dengan aspal panas.

Sedang plat beton yang disosot tersebut harus dibersihkan dari bahan-bahan lepas dari kotoran-kotoran serta harus dalam keadaan kering.

Aspal panas yang disosotkan diatas plat beton tersebut adalah sebanyak 1,5 kg/m2.

Diatas sosotan aspal tersebut ditaburi merata dengan pasir beton/abu sebanyak 0,005 m3/m2.

2.7. PEKERJAAN BAJA

2.7.1. Uraian

Pekerjaan ini akan terdiri dari strukjtur baja dan bagian baja dari struktur baja komposit, dilaksanakan dengan penyesuaian yang mendekati arah, kelandaian dan dimensi yang diperlihatkan pada Gambar atau yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan ini akan meliputi pelaksanaan baru dengan lengkap dan pelebaran serta perbaikan dari struktur yang ada. Pekerjaan akan meliputi penyediaan, pembuatan, pemasangan dan pengecatan dari logam pelaksanaan sebagaimana diperlukan dalam Spesifikasi ini atau sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar. Logam pelaksanaan akan termasuk struktur baja, paku keling, pengelasan, baja khusus dan campuran, elektroda metalik (logam) dan penempaan dan pengecoran baja. Pekerjaan ini harus juga terdiri dari setiap pelaksanaan logam tambahan yang tidak terkecuali disediakan, semua sesuai dengan Spesifikasi dan dengan Gambar.

2.7.2. Toleransi Dimensial

a) Diameter Lubang

Lubang pada bagian utama

:+ 1,2 mm 0,4 mm

Lubang pada bagian sekunder

:+ 1,8 mm 0,4 mm

b) Alinyemen LubangBagian utama, ditempatkan di bengkel

:( 0,4 mm

Bagian Sekunder, ditempatkan di lapangan:( 0,6 mm

C) Gelagar

Lendutan Balik: penyimpangan dari lendutan balik (camber) yang ditentukan ( 0,2 mm per meter panjang balok atau ( 6 mm, dipilih yang lebih kecil.

Penyimpangan lateral dari garis lurus antara pusat-pusat perletakan 0,1 mm per meter panjang balok sampai suatu maksimum sebesar 3 mm.

Penyimpangan lateral antara sumbu badan dan sumbu flens dalam gelagar susun: maksimum 3 mm.

Kombinasi lengkungan dan kemiringan dari flens pada gelagar atau balok yang diatas akan ditentukan dengan pengukuran keseimbangan pada ujung flens dari suatu garis tegak lurus terhadap bidang badan melalui perpotongan sumbu badan dengan permukaan luar dari pelat flens. Keseimbangan ini tidak akan melebihi 1/200 dari lebar keseluruhan flens atau 3 mm dipilih yang lebih besar.

Ketidakrataan dari landasan atau perletakan :

Untuk ditempatkan pada grouting: maksimum 3,0 mm

Untuk ditempatkan di atas baja, adukan liat : maksimum 0,25 mm

Penyimpangan maksimum dari kedalaman yang ditentukan untuk balok dan gelagar yang dilas, diukur pada sumbu badan, harus sebagaimana berikut ini :

Untuk kedalaman hingga 900 mm: ( 3 mm

Untuk kedalaman di atas 900 hingga 1,8 meter: ( 5 mm

Untuk kedalaman di atas 1,8 meter: + 8 mm

: 5 mm

d) Batang Desak Panjang (Strut)

Penyimpangan maksimum dari kelurusan, termasuk dari flens-flens tersendiri ke segala arah : panjang/1000 atau 3 mm, dipilih yang lebih besar.

e) Pekerjaan Yang Dikerjakan Dengan Mesin

Permukaan perletakan yang dikerjakan dengan mesin harus dalam suatu penyimpangan dari 0,25 mm untuk permukaan yang dipahat pada suatu sisi persegi dari 0,5 m.

f)Panjang

Penyimpangan lateral pada garis lurus adalah 1 mm per meter panjang.

g) Kerataan Permukaan

Permukaan perletakan yang dikerjakan dengan mesin harus menghasilkan kerataan yang memuaskan Direksi dengan penyimpanan maksimum yang diperkenankan sebesar 0,25 mm pada setiap bidang bujur sangkar dengan sisi 0,5 m.

2.7.3. Pengajuan dan Persetujuan

a) Kontraktor harus mengajukan laporan pengujian pabrik yang menunjukkan kadar kimia dan pengujian fisik untuk setiap mutu baja yang digunakan dalam pekerjaan. Jika ini tidak tersedia maka Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Kontraktor untuk melaksanakan pada sebuah lembaga pengujian yang disetujui, pengujian yang diperlukan untuk menetapkan mutu dan sifat lain dari baja. Hal ini harus diajukan dengan atau sesuai dengan sertifikat pabrik.

b) 3 (tiga) salinan dari semua Gambar Kerja terinci yang disiapkan oleh atau atas nama Kontraktor harus diajukan kepada Direksi Pekerjaan untuk persetujuannya. Persetujuan ini tidak mutlak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawab pekerjaan menurut Kontrak tersebut.

c) Kontraktor harus mengajukan program dan metode pelaksanaan yang diusulkan termasuk semua Gambar Kerja dan rencana yang diperlukan untuk pekerjaan sementara. Data yang diajukan harus sebagaimana diperlukan dan meliputi tanggal-tanggal untuk kunjungan bengkel, penyerahan dan pemasangan, penunjang sementara dan pemasangan turap untuk gelagar selama pemasangan, rincian sambungan dan penghubung, pengalihan lalu lintas pada atau jauh dari jembatan yang ada dan setiap keterangan yang berhubungan lainnya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

d) Kontraktor harus memberikan Direksi Pekerjaan secara tertulis sekurang-kurangnya 24 jam sebelum ia bermaksud untuk memulai pembongkaran struktur yang ada pemasangan pekerjaan yang baru.

2.7.4. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan-bahan

Pekerjaan baja baik dilapangan pabrik dan ditempat kerja, harus disusun di atas blok, rak atau pelat sedemikian rupa sehingga tidak berhubungan dengan tanah dan dengan suatu cara yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bila pekerjaan baja disusun dalam beberapa tingkat atau lapis, maka penyangga untuk semua tingkat harus berada dalam beberapa tingkat atau lapis, maka penyangga untuk semua tingkat harus berada dalam satu garis.

Bahan-bahan harus dilindungi dari pengkaratan dan kerusakan lainnya dan harus tetap bebas dari kotoran, minyak, lemak, dan bahan-bahan asing lainnya. Permukaan yang akan dicat harus dilindungi dengan seksama baik di bengkel pabrik maupun dilapangan. Uliran untuk penyetelan harus dilindungi dari kerusakan.

2.7.5. Bahan-bahan

1) Baja Struktur

Kecuali ditunjukkan lain pada Gambar, baja karbon untuk pelaksanaan paku keling, baut atau dilas harus sesuai dengan persyaratan AASHTO M183M-90 : Structural Steel. Baja ini harus mempunyai suatu tegangan leleh minimum sebesar 250 N/mm2 dan suatu tegangan tarik sampai putus minimum sebesar 400 N/mm2. Mutu dari baja, dan data yang berhubungan lainnya harus ditandai dengan jelas pada unit-unit yang menunjukkan identifikasi selama fabrikasi dan pemasangan.

2) Baut, Mur dan Ring

a. Baut dan mur harus sesuai dengan persyaratan dari ASTM A 307 Grade A, mempunyai kepala baut dan mur berbentuk segienam (hexagonal).

b. Baut, mur dan ring harus merupakan baja karbon yang dikerjakan secara panas dan sesuai dengan AASHTO M164-90 dengan tegangan leleh minimum 560 N/mm2 dan suatu penguluran (elongation) panjangan minimum 12 %.

c.Baut dan mur harus ditandai untuk diidentifikasi sebagaimana ditetakan dalam AASHTO M164M-90. ukuran baut harus sebagaimana ditunjukkan pada Gambar.

3) Penghubung Geser Pasak Yang Dilas

Penghubung geser pasak harus sesuai dengan persyaratan AASHTO M169-83 : Steel Bars, Carbon, Cold Fi