sosok dan pemikiran dorong pemerintah agar efektif · makin menggemaskan ketika karakter...

1
KOMPAS, SABTU, 8 DESEMBER 2 01 2 PO L SOSOK DAN PEMIKIRAN Dorong Pemerintah agar Efektif Sistem presidensial ala Indonesia kerap dipersoalkan. Misalnya saja, perangkat peraturan perundang-undangan tidak meyakinkan untuk mendorong terciptanya pemerintahan yang efektif. Sistem multipartai menghadirkan masalah tersendiri. Makin menggemaskan ketika karakter kepemimpinan tak juga menguatkan. Oleh SIDIK PRAMONO P roblem itu mungkin tak sepenuhnya terpecahkan pasca-Pemilihan Umum 2014. ”Presiden dengan strong leadership paling tidak bisa me- ngurangi itu,” ujar Hanta Yuda AR, Direktur Eksekutif dan Ri- set Pol-Tracking Institute. Berikut petikan wawancara dengan Hanta dalam dua ke- sempatan berbeda di Jakarta pada akhir Oktober. Apakah kelemahan sistem presidensial kita? Problem sistem presidensial kita, di konstitusi oke, tetapi tu- runannya dalam peraturan per- undang-undangan belum solid. Penataan institusi sistem pre- sidensial dalam regulasi belum kuat. Kedua, faktor leadership . Demokrasi presidensial bisa berjalan efektif jika ada leader yang terampil berdemokrasi. Ada variabel personalitas dan gaya kepresidenan. Presiden kita memiliki catatan gaya kepe- mimpinan yang sering kali mengambil sikap normatif, cen- derung mengambang. Ketiga adalah variabel partai, disiplin dan perilaku partai politik kita. Presidensial kita bercitarasa parlementer. Soal multipartai? Tesis beberapa ilmuwan po- litik mancanegara, ada inkom- pabilitas antara sistem presiden- sial dan multipartai ekstrem. Dalam kondisi seperti itu dibu- tuhkan koalisi. Susah mengha- silkan pemerintahan yang do- minan sehingga mau tak mau harus koalisi. Sayangnya, koalisi yang terbentuk sangat pragma- tis. Basisnya pembagian kursi, transaksional, bukan kedekatan ideologi atau platform. Itu ra- puh. (Presiden) SBY sejak awal selalu fokus pada kuantitas. Ha- silnya sekarang kebesaran, tetapi tidak efektif. Persilangan kepentingan terlalu banyak. Kontrak koalisi juga normatif, multitafsir. PKS mengatakan be- gini, tetapi bagi Partai Demokrat itu melanggar. Indikator tidak efektifnya? Misalnya, dalam pembentuk- an kabinet, realitasnya SBY me- libatkan partai. SBY harus mengakomodasi, parpol bisa mengintervensi. Itu potret de- lapan tahun SBY berkuasa. Ko- alisi di DPR sangat rapuh, bisa tiba-tiba datang dan keluar. Itu terjadi sepanjang tahun sampai akhir masa pemerintahan SBY. Relasi Presiden dan DPR di- warnai hak angket, interpelasi, terlalu banyak dengan hanya se- bagai posisi tawar. Presiden se- lalu dibayangi isu impeachment meskipun hampir mustahil menjatuhkan Presiden kecuali karena pelanggaran yang sangat berat. Juga ada soal disharmoni presiden dengan wakil presiden jika berasal dari partai politik yang berbeda. Itu butuh pena- taan total. Ketentuan yang ada sekarang belum cukup? Kalau mau, semua un- dang-undang politik ditata total. Minimal ada sepuluh instrumen untuk menata sistem presiden- sial kita. Misalnya, penataan sistem pemilu, parlemen, dan lembaga kepresidenan Penataan sistem pemilu seper- ti apa? Bikin redesain sistem pemilu untuk memperkuat sistem pre- sidensial. Semua parpol perlu duduk bersama, memikirkan si- stem pemilu komprehensif, ber- kelanjutan, tak berubah lima ta- hun sekali. Saya pribadi cende- rung ke sistem distrik, mayo- ritarian. Setidaknya campuran, mixed ( mixed member proporti- onal). Jalan tengah ini harap- annya meminimalkan ma- sing-masing kekurangan sistem pemilu, kelebihan yang satu menjadi kelemahan sistem yang sebaliknya. Ada ke- butuhan yang harus seimbang, antara menaikkan derajat repre- sentasi, separuhnya untuk me- ningkatkan derajat governability . Kalaupun itu gagal, masih ada cara lain, yakni perkecil district magnitude , naikkan PT ( parli- amentary threshold). Sayangnya, undang-undang yang kemarin tak jalan. Kita tidak komprehen- sif menyelesaikan itu. Kita tidak punya grand design soal PT yang bisa mengarahkan dengan jelas kita mau mengarah ke titik mana. Mestinya ada konsistensi sehingga parpol sudah siap, mengukur, tidak setiap pemilu dibongkar. Juga perlu me- nyerempakkan pemilu presiden dan parlemen agar ada kohe- rensi. Itu akan mendorong pre- siden terpilih punya dukungan cukup di parlemen. Hal ini ba- nyak diterapkan di Amerika La- tin, efektif juga. Untuk memperkuat parlemen? Yang pertama, perkuat DPD untuk memperkuat double che- ck, DPD dengan DPR. Memang masih ada perdebatan, apakah mesti lewat amandemen konsti- tusi atau cukup dengan revisi UU MD3 (MPR, DPR, DPD, dan DPRD). Ambang batas pemben- tukan fraksi dinaikkan. Bisa saja syarat fraksi mini- mal 100 kursi atau 20 persen kursi DPR. Itu untuk menye- derhanakan fragmentasi di DPR sehingga tidak terlalu lama pro- ses politiknya. Kalau belum, didorong ada koalisi permanen. Ini memakai logika parlementarisasi presi- densial. Ada political block , ada pelembagaan koalisi. HANTA YUDA AR Lahir: Pangkal Pinang, 15 September 1980 Pe ke r j a a n : - Direktur Eksekutif dan Riset Pol-Tracking Institute (2012-…) Pe n d i d i ka n : - S-2 Program Pascasarjana Ilmu Politik, UI (2008-2010) - S-1 Jurusan Politik Peme- rintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM (2001-2006) Pengalaman Organisasi Ke m a h a s i swa a n : - Presiden Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa UGM (2005-2006) Buku/Chapter Buku (antara lain): - Potret Institusionalisasi Sistem Presidensial (2007) Presidensialisme Setengah Hati: Dari Dilema ke Kompromi (2010) - Kepresidenan Yudhoyono, Sekretariat Gabungan Koalisi dan Pemerintahan Tersandera (2011) KOMPAS/SIDIK PRAMONO

Upload: dinhthuy

Post on 19-Mar-2019

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SOSOK DAN PEMIKIRAN Dorong Pemerintah agar Efektif · Makin menggemaskan ketika karakter kepemimpinan tak juga menguatkan. ... gaya kepresidenan.Presidenkita ... lapan tahun SBY berkuasa

KOMPAS, SABTU, 8 DESEMBER 2 01 2 PO L

SOSOK DAN PEMIKIRAN

Dorong Pemerintahagar EfektifSistem presidensial ala Indonesia kerap dipersoalkan.Misalnya saja, perangkat peraturanperundang-undangan tidak meyakinkan untukmendorong terciptanya pemerintahan yang efektif.Sistem multipartai menghadirkan masalah tersendiri.Makin menggemaskan ketika karakter kepemimpinantak juga menguatkan.

Oleh SIDIK PRAMONO

P roblem itu mungkin taksepenuhnya terpecahkanpasca-Pemilihan Umum

2014. ”Presiden dengan s t ro n gl e a d e rs h i p paling tidak bisa me-ngurangi itu,” ujar Hanta YudaAR, Direktur Eksekutif dan Ri-set Pol-Tracking Institute.

Berikut petikan wawancaradengan Hanta dalam dua ke-sempatan berbeda di Jakartapada akhir Oktober.

Apakah kelemahan sistempresidensial kita?

Problem sistem presidensialkita, di konstitusi oke, tetapi tu-runannya dalam peraturan per-undang-undangan belum solid.Penataan institusi sistem pre-sidensial dalam regulasi belumkuat. Kedua, faktor l e a d e rs h i p .Demokrasi presidensial bisaberjalan efektif jika ada leaderyang terampil berdemokrasi.Ada variabel personalitas dangaya kepresidenan. Presiden kitamemiliki catatan gaya kepe-mimpinan yang sering kalimengambil sikap normatif, cen-derung mengambang. Ketigaadalah variabel partai, disiplindan perilaku partai politik kita.Presidensial kita bercitarasap a r l e m e n t e r.

Soal multipartai?Tesis beberapa ilmuwan po-

litik mancanegara, ada inkom-pabilitas antara sistem presiden-sial dan multipartai ekstrem.Dalam kondisi seperti itu dibu-tuhkan koalisi. Susah mengha-silkan pemerintahan yang do-minan sehingga mau tak mauharus koalisi. Sayangnya, koalisiyang terbentuk sangat pragma-tis. Basisnya pembagian kursi,transaksional, bukan kedekatan

ideologi atau platform. Itu ra-puh. (Presiden) SBY sejak awalselalu fokus pada kuantitas. Ha-silnya sekarang kebesaran,tetapi tidak efektif. Persilangankepentingan terlalu banyak.Kontrak koalisi juga normatif,multitafsir. PKS mengatakan be-gini, tetapi bagi Partai Demokratitu melanggar.

Indikator tidak efektifnya?Misalnya, dalam pembentuk-

an kabinet, realitasnya SBY me-libatkan partai. SBY harusmengakomodasi, parpol bisamengintervensi. Itu potret de-lapan tahun SBY berkuasa. Ko-alisi di DPR sangat rapuh, bisatiba-tiba datang dan keluar. Ituterjadi sepanjang tahun sampaiakhir masa pemerintahan SBY.

Relasi Presiden dan DPR di-warnai hak angket, interpelasi,terlalu banyak dengan hanya se-bagai posisi tawar. Presiden se-lalu dibayangi isu impeachmentmeskipun hampir mustahilmenjatuhkan Presiden kecualikarena pelanggaran yang sangatberat. Juga ada soal disharmonipresiden dengan wakil presidenjika berasal dari partai politikyang berbeda. Itu butuh pena-taan total.

Ketentuan yang ada sekarangbelum cukup?

Kalau mau, semua un-dang-undang politik ditata total.Minimal ada sepuluh instrumenuntuk menata sistem presiden-sial kita. Misalnya, penataansistem pemilu, parlemen, danlembaga kepresidenan

Penataan sistem pemilu seper-ti apa?

Bikin redesain sistem pemiluuntuk memperkuat sistem pre-

sidensial. Semua parpol perlududuk bersama, memikirkan si-stem pemilu komprehensif, ber-kelanjutan, tak berubah lima ta-hun sekali. Saya pribadi cende-rung ke sistem distrik, mayo-ritarian. Setidaknya campuran,mixed (mixed member proporti-onal). Jalan tengah ini harap-annya meminimalkan ma-sing-masing kekurangan sistempemilu, kelebihan yang satumenjadi kelemahansistem yang sebaliknya. Ada ke-butuhan yang harus seimbang,antara menaikkan derajat repre-sentasi, separuhnya untuk me-ningkatkan derajat g ove r n a b i l i t y .Kalaupun itu gagal, masih adacara lain, yakni perkecil districtmagnitude, naikkan PT ( parli -amentary threshold). Sayangnya,undang-undang yang kemarintak jalan. Kita tidak komprehen-sif menyelesaikan itu. Kita tidakpunya grand design soal PTyang bisa mengarahkan denganjelas kita mau mengarah ke titikmana. Mestinya ada konsistensisehingga parpol sudah siap,mengukur, tidak setiap pemiludibongkar. Juga perlu me-nyerempakkan pemilu presidendan parlemen agar ada kohe-rensi. Itu akan mendorong pre-siden terpilih punya dukungancukup di parlemen. Hal ini ba-nyak diterapkan di Amerika La-tin, efektif juga.

Untuk memperkuat parlemen?Yang pertama, perkuat DPD

untuk memperkuat double che-ck, DPD dengan DPR. Memangmasih ada perdebatan, apakahmesti lewat amandemen konsti-tusi atau cukup dengan revisiUU MD3 (MPR, DPR, DPD, danDPRD). Ambang batas pemben-tukan fraksi dinaikkan.

Bisa saja syarat fraksi mini-mal 100 kursi atau 20 persenkursi DPR. Itu untuk menye-derhanakan fragmentasi di DPRsehingga tidak terlalu lama pro-ses politiknya.

Kalau belum, didorong adakoalisi permanen. Ini memakailogika parlementarisasi presi-densial. Ada political block , adapelembagaan koalisi.

HANTA YUDA AR

Lahir: Pangkal Pinang,15 September 1980Pe ke r j a a n :- Direktur Eksekutif dan Riset

Pol-Tracking Institute(2012-…)

Pe n d i d i ka n :- S-2 Program Pascasarjana

Ilmu Politik, UI (2008-2010)- S-1 Jurusan Politik Peme-

rintahan, Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik, UGM(2001-2006)

Pengalaman OrganisasiKe m a h a s i swa a n :- Presiden Mahasiswa Badan

Eksekutif Mahasiswa UGM(2005-2006)

Buku/Chapter Buku (antaralain):- Potret Institusionalisasi

Sistem Presidensial (2007)Presidensialisme SetengahHati: Dari Dilema keKompromi (2010)

- Kepresidenan Yudhoyono,Sekretariat GabunganKoalisi dan PemerintahanTersandera (2011)

KOMPAS/SIDIK PRAMONO