proposal kp titik panas - big lapan

Upload: brian-bagus-arianto

Post on 13-Oct-2015

131 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DALAM PEMETAAN SEBARAN TITIK PANAS DAN SUHU PERMUKAAN DARATAN

ABSTRAK

Kebakaran hutan atau lahan dapat didteksi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh, yaitu dengan melakukan pemantauan jumlah dan sebaran titik panas di suatu wilayah. Jumlah dan sebaran titik panas diperoleh dengan menggunkan citra sensor satelit menggunakan algoritma konversi nilai digital data satelit menjadi suhu.

Satelit yang dapat digunakan untuk pemantauan titik panas adalah satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) melalui sensor AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer) yang dibawa oleh satelit Terra dan Aqua. Penentuan titik panas dan suhu permukaan daratan dihitung menggunakan data MODIS, sedangkan data NOAA/AVHRR digunakan untuk mencegah kebakaran hutan serta Control Project.

Hasil dari pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemantauan analisis sebaran titik panas disajikan dalam bentuk peta 2 dimensi yang disertakan data geografis. Dengan begitu informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan bila diketahui adanya titik panas pada suatu wilayah. Selain itu juga bermanfaat dalam perencanaan terhadap kerusakan-kerusakan hutan akibat kebakaran hutan atau lahan serta pencegahan adanya penyebaran asap.

Kata kunci : Titik Panas, Suhu Permukaan Daratan, NOAA/AVHRR,

TERRA/MODIS

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang sering terjadi di Indonesia tepatnya di wilayah Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, menutunnya populasi satwa, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, serta asapna yang mengganggu masyarakat dan transportasi bai darat, laut, maupun udara. Terjadi nya kebakaran hutan menyebabkan hilangnya tumbuh-tumbuhan sehingga mudah tererosi dan tidak dapat lagi menahan banjir.Titik panas merupakan indikasi terjadinya kebakaran hutan atau lahan. Titik panas menunjukkan bahwa daerah tersebut mengeluarkan panas melebihi ambang batas yang sudah ditentukan sehingga tertangkap sensor panas stelit.Pemanfaatan sarana penginderaan jauh adalah cara yang efisien dalam memantau dan mendeteksi kebakaran hutan atau lahan untuk skala wilayah yang luas. Dalam pemanfaatan data penginderaan jauh untuk pemantauan analisis sebaran titik panas ini memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dengan menggunakan data dari satelit Terra dengan sensornya MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer) yang merupakan citra satelit hiperspektran generasi baru yang digunakan untukpengamatan daratan dan perairan. Selain itu diperlukan pengolahan sehingga menghasilkan sebaran titik panas di suatu daerah tertentu. Sedangkan untuk pemantauan titik panasnya dapat menggunakan data dari satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration) melalui sensor AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer.Penginderaan jauh merupakan salah satu bidang yang dipelajari dalam Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Dalam hal ini, Kerja praktik (KP) merupakan penerapan matakuliah di dunia kerja dan menjadi syarat untuk mengambil matakuliah Tugas Akhir (TA) bagi mahasiswa Teknik Geomatika. Oleh karena itu, kerja praktik tersebut diharapkan dapat menjadi sarana bagi mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmunya terutama dalam bidang Penginderaan Jauh atau Remote Sensing.1.2 Tujuan

Adapun tujuan secara umum dari Kerja Praktek ini, yakni: Untuk memperoleh informasi spasial penyebaran titik panas dan suhu permukaan daratan di suatu wilayah.

Untuk memetakan sebaran titik panas dan suhu permukaan daratan di suatu wilayah.

Untuk pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan di suatu wilayah.1.3 Manfaat

Adapun manfaat secara umum dari Kerja Praktek ini, yakni:

Memberikan kontribusi dalam pengambilan keputusan untuk pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan di suatu wilayah.

Mengetahui lokasi sebaran titik panas dan suhu permukaan daratan di suatu wilayah.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penginderaan JauhPenginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand & Kiefer, 1999). Sesuai dengan istilahnya, penginderaan jauh adalah suatu ilmu untuk mempelajari suatu benda dari jauh dengan tidak menyentuh benda itu sendiri (Tjokrosoewarno, 1979).Pada umumnya aplikasi penginderaan jauh banyak didasarkan atas penggunaan sifat-sifat daripada gelombang elektromagnetik, seperti gelombang radio, cahaya, dan panas sebagai sarana untuk mendeteksi dan mengukur karakteristik objek atau target (Ho, 2009). Selanjutnya, menurut Tjokrosoewarno (1979), metode penginderaan jauh dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Metode Pasif, dimana sensor mengukur level energi yang secara alami dipancarkan, dipantulkan, atau dikirimkan oleh target. Sensor ini hanya bisa bekerja apabila terdapat sumber energi yang alami, pada umumnya sumber radiasi adalah matahari, sedangkan pada malam hari atau apabila permukaan bumi tertutup awan, debu, asap dan partikel atmosfer lain, pengambilan data dengan cara deteksi pasif tidak bisa dilakukan dengan baik.2) Metode Aktif, dalam sistem ini penginderaan jauh menyediakan sendiri sumber energi untuk menyinari target dan menggunakan sensor untuk mengukur refleksi energi oleh target dengan menghitung sudut refleksi atau waktu yang diperlukan untuk mengembalikan energi. Keuntungan menggunakan deteksi aktif adalah pengukuran bisa dilakukan kapan saja. Akan tetapi sistem aktif ini memerlukan energi yang cukup besar untuk menyinari target. Contoh sistem aktif yaitu sistem radar dan sistem laser.2.1.1Radiasi Elektromagnetik

Energi elektromagnetik adalah sebuah komponen utama dari kebanyakan sistem penginderaan jauh untuk lingkungan hidup, yaitu sebagai medium untuk pengiriman informasi dari target kepada sensor. Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang gelombang (wavelength), frekuensi, amplitudo. Frekuensi tergantung dari kecepatan merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding terbalik. Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya.

Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya disebut spektrum elektromagnetik. Gambar 2.1 memperlihatkan spektrum elektromagnetik yang disusun berdasarkan panjang memperlihatkan spektrum elektromagnetik yang disusun berdasarkan panjang rendah, dengan panjang gelombang tinggi dan frekuensi rendah, seperti gelombang radio sampai ke energi yang sangat tinggi, dengan panjang gelombang rendah dan frekuensi tinggi seperti radiasi X-Ray dan Gamma.

Gambar 2.1. Spektrum elektromagnetik Gelombang elektromagnetik yang dihasilkan matahari dipancarkan dan masuk ke dalam atmosfer bumi. Interaksi antara radiasi dengan partikel atmosfer bisa berupa penyerapan (absorption), penyebaran (scattering) atau pemantulan kembali (reflectance). Sebagian besar radiasi dengan energi tinggi diserap oleh atmosfer dan tidak pernah mencapai permukaan bumi. Bagian energi yang bisa menembus atmosfer adalah yang transmitted. Semua masa dengan suhu lebih tinggi dari 0 Kelvin (-273 C) mengeluarkan radiasi gelombang elektromagnetik.

Gambar 2.2 Interaksi energi dengan permukaan bumi2.1.2Resolusi Sensor

Setiap aplikasi penginderaan jauh mempunyai kebutuhan khusus mengenai luas cakupan area, frekuensi pengukuran dan tipe energi yang akan dideteksi. Oleh karena itu, sebuah sensor harus mampu memberikan resolusi spatial, spektral dan temporal yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi.a. Resolusi SpasialResolusi spasial menunjukkan level dari detail yang ditangkap oleh sensor. Semakin detail informasi yang ingin didapat semakin tinggi resolusi spasial yang diperlukan. Sebagai contoh, pemetaan penggunaan lahan memerlukan resolusi spasial yang lebih tinggi dari pada sistem pengamatan cuaca berskala besar. Bila sebuah sensor memiliki resolusi spasial 20 m citra yang dihasilkannya ditampilkan dengan resolusi penuh, maka setiap pixel mewakili luasan 20 x 20 m di lapangan. Semakin tinggi resolusinya, maka semakin kecil area yang dapat dicakupnya.b. Resolusi SpektralResolusi spektral merupakan interval panjang gelombang khusus pada spektrum elektromagnetik yang direkam oleh sensor. Semakin sempit lebar interval spektrum elektromagnetik, resolusi spektral akan menjadi semakin tinggi.c. Resolusi temporalMenunjukkan interval waktu antar pengukuran. Contohnya citra Landsat TM melewati sutu daerah yang sama sebanyak 16 hari sekali, sedangkan NOAA dapat 2 kali sehari melewati daerah yang sama. Oleh karena itu resolusi temporal NOAA lebih tinggi dari pada Landsat.2.2 Titik Panas (Hot Spot)

Sebuah titik panas yang berupa satu pixel pada citra satelit dimana suhu kecerahan dari pixel tersebut mengindikasikan adanya kebakaran. Pada awalnya hot spot diidentikkan dengan titik api, namun dalam kenyataannya tidak semua hot spot mengindikasikan adanya titik api. Istilah hot spot lebih tepat bila bersinonim dengan titik panas.Cara untuk mendeteksi terjadinya kebakaran hutan dan lahan adalah dengan melakukan pengamatan terhadap jumlah dan sebaran titik panas. Jumlah dan sebaran titik panas dapat diperoleh dengan melakukan pengolahan terhadap citra satelit. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan suatu algoritma.Algoritma untuk mendapatkan sebaran titik panas pada suatu citra berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dari sensor yang digunakan. Untuk sensor AVHRR sebaran titik panas dapat diperoleh dengan algoritma sebagai berikut:T b3 315K (siang hari)......................................................(1)

T b3 T b4 20 K (siang hari)...........................................(2)

T b3 310K (malam hari)...................................................(3)

Dimana:

T b3 dan T b4 adalah suhu kecerahan (brightness temperature) kanal 3 dan kanal 4.

Pada siang hari digunakan contextual algorithm yang menerapkan ambang batas 315K untuk suhu kecerahan kanal 3 dan 20 K untuk perbedaan suhu kecerahan kanal 3 dan kanal 4. Sedangkan pada malam hari digunakan simple algorithm yang menerapkan ambang batas 310K untuk suhu kecerahan kanal 3. Suatu daerah terdeteksi sebagai titik panas jika suatu daerah yang dipantau oleh satelit memiliki suhu diatas ambang batas tersebut.Suhu kecerahan dari kanal 3 dan kanal 4 diperoleh dengan melakukan kalibrasi terhadap nilai radiasi pada kanal tersebut. Algoritma untuk mendapatkan nilai suhu kecerahan kanal 3 dan kanal 4 dari sensor AVHRR adalah :Dimana:

T1= Brightness temperature (K)

C1= 1.1910659 x 10-5 mW.m-2.sr-1.cm4C2= 1.438833 K.cm

V = Central wavenumber (cm-1)

L = Radiance (mW.m-2.sr-1.cm1)

Perhitungan nilai radiansi spektral dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :Li = (DN i i ) / i............................(4)

Dimana :Li

= Radiasi spektral kanal ke i (mW.m-2.sr-1.cm1)i

= Nilai gain kanal ke i (mW.m-2.sr-1.cm1.count-1)i

= Nilai offset kanal ke i (mW.m-2.sr-1.cm1)DNi= Nilai digital kanal ke i (count)Tabel 2.1 Central wavenumber masing-masing kanal sensor AVHRR

No.KanalWavenumber

1115815.3133

2211976.9574

33a6225.8311

43b2670.7832

54927.0246

65839.3771

Sensor MODIS menerapkan algoritma yang berbeda untuk mendapatkan sebaran titik panas dari suatu citra, yaitu:

Tabel 2.2. Algoritma untuk mendapatkan titik panas pada citra MODISSiang HariMalam Hari

Contextual AlgorithmAbsolute AlgorithmContextual AlgorithmAbsolute Algorithm

T 4 > T4b + 4 T4b atau T4 > 320oK

T41> T41b + 4T4 1 b

Atau T41> 20 oKT4 > 360o KT 4 > T4b + 4 T4b

atau T4 > 315oK

T41> T41b + 4T4 1 b

Atau T41> 10 oKT4 > 330o K

Dimana:

T 41= T 4 T 11...........................(5)

T 4b= Suhu kenampakan latar belakang (background temperature) kanal 4 m, yaitu suhu kenampakan dari pixel-pixel sekitarnya (21 x 21 pixel) T 4b= Standard deviasi suhu kenampakan latar belakang kanal 4 m T 41b= T 4b T 11bJika suatu daerah yang dipantau oleh satelit memiliki suhu diatas ambang batas tersebut, maka areal tersebut terdeteksi sebagai titik panas. Suhu kecerahan dari kanal 21 dan kanal 31 pada citra sensor MODIS didapat dengan algoritma sebagai berikut :Dimana:

T= Brightness temperature (K)C1= Konstanta radiasi pertama

= 2 hc2 = 1,1910439 x 10-16 Wm-2C2= Konstanta radiasi kedua

= hck-1 = 1,4387686 x 10-2 mK

B= Radiance (W.m-2.sr-1.m-1)

= Median panjang gelombang dari kanal (m)

h= Konstanta Plank (Joule second)

c= Kecepatan cahaya (m/s)

k= Konstanta Boltzman (Joule/Kelvin)

Perhitungan nilai radiasi spektral dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut ini:

Bi = i (DN i i )...............................(6)

Dimana:

Li= Radiasi spektral kanal ke i (mW.m-2.sr-1.cm1)i= Nilai gain kanal ke i (mW.m-2.sr-1.cm1.count-1)i= Nilai offset kanal ke i (mW.m-2.sr-1.cm1)DNi= Nilai digital kanal ke i (count)2.3 Suhu Permukaan Daratan

Suhu permukaan daratan dapat diketahui dengan algoritma sebagai berikut:

LST = T4 + (1.31 + 0.27 x (T4-T5)) x (T4-T5) + 1.16........................(7)

Dimana:

T b4 dan T b5 adalah suhu kecerahan ( brightness temperature ) kanal 4 dan kanal 5.Persamaan 7 hanya bisa diterapkan pada citra sensor AVHRR. Dan tidak berlaku untuk daerah gurun pasir. Suhu permukaan daratan di gambarkan dengan skala warna yang berbeda pada citra. Suhu permukaan daratan dapat dimanfaatkan untuk pemodelan iklim. Gambar 2.3 merupakan contoh suhu permukaan daratan di Kalimantan dengan menggunakan citra AVHRR.Gambar 2.3. Suhu permukaan darat dari citra AVHRR2.4 Satelit Untuk Pemantauan Titik Panas (Hot Spot)2.4.1 Sensor Satelit AVHRR

AVHRR adalah sensor yang terpasang pada satelit NOAA. AVHRR dikembangkan oleh Lembaga Antariksa Amerika Serikat sejak tahun 1978 untuk pemantauan iklim dan kelautan global. Namun seiring dengan pengembangan teknologi, citra satelit NOAA, mulai diolah untuk mendeteksi adanya anomali panas permukaan bumi untuk mendapatkan titik panas. Sensor AVHRR mampu mendeteksi permukaan bumi dengan resolusi yang tinggi yaitu sebesar 1,1 Km2 serta dapat mengirimkan data minimal satu kali dalam sehari. Karakteristik dari masing-masing band citra AVHRR dapat dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3 Karakteristik masing-masing band citra AVHRR

BandBandwidth

(m)Kegunaan

10.58 0.68Pemetaan awan siang dan permukaan bumi

20.725 1.00Batas daratan dan lautan

3a1.58 1.64Deteksi salju dan es

3b3.55 3.93Pemetaan awan malam dan suhu permukaan laut

410.30 11.30Pemetaan awan malam dan suhu permukaan laut

511.50 12.50Suhu permukaan laut

2.4.2 Sensor Satelit MODIS

MODIS adalah sistem instrumen sensor yang terpasang pada satelit Terra dan Aqua. Satelit Terra mengorbit dari utara ke selatan melewati garis ekuator pada pagi hari sedangkan satelit Aqua mengorbit dari selatan ke utara melewati ekuator pada sore harinya. MODIS dapat mengamati tempat yang sama di permukaan bumi setiap hari. Pantulan gelombang elektromagnetik yang diterima sensor MODIS sebanyak 36 band (36 panjang gelombang). Satu elemen citranya memiliki resolusi 250 m (band 1-2), 500 m (band 3-7) dan 1000 m (band 8-36). Karakteristik dari masing-masing band dapat dilihat pada Tabel 2.4.Tabel 2.4. Karakteristik masing-masing band citra MODISBandBandwidh (m)Kegunaan

1620-670Batas daratan/awan/aerosol

2841-876

3459-479Karakteristik daratan/awan/aerosol

4545-565

51230-1250

61628-1652

72105-2155

8405-420Warna laut/fitoplankton/biokimia

9438-448

10483-493

11526-536

12546-556

13662-672

14673-683

15743-753

16862-877

17890-920Uap air/atmosfir

18931-941

19915-965

203.660-3.840Permukaan/suhu awan

213.929-3.989

223.929-3.989

234.020-4.080

244.433-4.498Suhu Awan

254.482-4.549

261.360-1.390Awan Sirus/ Uap Air

276.535-6.895

287.175-7.475

298.400-8.700Karakteristik Awan

309.580-9.880Ozon

3110.780-11-280Lapisan/suhu awan

3211.770-12.270

3313.185-13.485Ketinggian awan

3413.485-13.785

3513.785-14.085

3614.085-14.385

2.5 Metodologi Pembuatan Peta Citra

Gambar 2.4 Diagram alir pembuatan petaMETODE PELAKSANAAN

Gb 3.1 Diagram Alir Pelaksanaan

Penjelasan Diagram Alir Pelaksanaan :

1. Pengenalan Instansi

Pengenalan instansi adalah perkenalan kepada pegawai dan staff yang berada di instansi beserta tugasnya masing-masing sehingga peserta Kerja Praktek dapat memahami pembagian tugas dan wewenang yang ada di instansi tersebut. Pengenalan ini diharap dapat memudahkan proses adaptasi dengan instansi tempat dilaksanakannya Kerja Praktek.2. Studi LiteraturPeserta mempelajari literatur yang mendukung pekerjaan yang akan dilakukan. Studi literatur dilakukan sesuai dengan arahan dari pembimbing peserta selama melaksanakan Kerja Praktek.

3. Penentuan Jobdesk Kerja PraktekKegiatan yang selanjutnya harus dilakukan yaitu membagi pekerjaan yang akan dilakukan, sesuai dengan tema atau topik yang sesuai dengan proposal Kerja Praktek.4. Pengambilan Data

Sebelum peta citra dapat dibuat, dilakukan pengambilan data terlebih dahulu. Dibutuhkan sebuah data dasar yang nantinya diperlukan dalam pembuatan peta, antara lain data citra satelit, data GCP, peta RBI, jaring kontrol geodesi dan data pendukung yang lain. Data-data ini selanjutnya akan diolah hingga menjadi sebuah peta citra.

5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan ketika semua data pendukung telah selesai didapat. Pengolahan data ini dilakukan sesuai dengan diagram alir atau metodologi interpretasi dan pembuatan citra satelit.

6. Pembuatan Peta Tematik

Peta ini didapatkan setelah mengklasifikasi citra dan dilakukan proses kartografi untuk memberikan gambaran sebuah peta yang informatif dan sesuai standar.7. Pembuatan Laporan

Laporan yang dibuat mencakup laporan kegiatan selama Kerja Praktek beserta teori yang mendukung serta pengolahan data. Format laporan mengacu pada buku Aturan Penyusunan Kerja Praktek & Tugas Akhir Teknik Geomatika ITS

JADWAL KEGIATAN

Kerja Praktek dilaksanakan selama satu bulan, yaitu dimulai pada minggu keempat bulan Juni sampai minggu ketiga bulan Juli 2014 atau jadwal dapat menyesuaikan dari instansi.

Jadwal rencana kegiatan Kerja Praktek kali ini dapat dilihat dalam tabel berikut :NoKegiatanMinggu ke -

IIIIIIIV

1Pengenalan instansi

2Studi Literatur

3Pengambilan Data

4Pengolahan dan penyajian data

5Pembuatan laporan

PENUTUP

Demikian proposal Kerja Praktek ini kami susun dengan harapan dapat memberikan gambaran yang singkat dan jelas tentang maksud dan tujuan diadakannya Kerja Praktek ini. Semoga mendapat respon yang baik dan membangun demi tercapainya tujuan kegiatan ini. Atas bantuan dan kerjasamanya kami sampaikan terimakasih.Untuk keperluan surat jawaban dapat dikirim pada alamat berikut :Program Studi Teknik Geomatika FTSP - ITS

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111

Telp. 031-5929487, 5994251-55 ext 1149

Fax. 031-5929487LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DALAM PEMETAAN SEBARAN TITIK PANAS DAN SUHU PERMUKAAN DARATAN

Surabaya, 21 April 2014

Mahasiswa yang bersangkutan,Pemohon-1Nurahida Laili

NRP. 3511 100 047Pemohon-2Sendy Ayu Yulyta

NRP. 3511 100 055

Menyetujui,

Ketua Jurusan

Teknik Geomatika ITS

Dr. Ir. Muhammad Taufik

NIP. 1955 0919 1986 03 1 001Koordinator Kerja Praktek

Teknik Geomatika ITS

Ir. Yuwono, MTNIP 1959 0819 1985 02 1 001

DAFTAR PUSTAKA

Afniati, Reny Eko.2010. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Untuk Pemantauan Dan Analisis Sebaran Titik Panas (Studi Kasus: Provinsi Kalimantan Tengah). Program Sarjana. Program Studi Sistem Informasi. Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Syarif Hidayatullah.Jakarta.Chrisnawati, Giatika. 2007. Analisa Sebaran Titik Panas dan Suhu Permukaan Daratan sebagai Penduga Terjadinya Kebakaran Hutan Menggunakan Sensor Satelit Noaa/Avhrr Dan Eos Aqua-Terra/Modis. Program Sarjana. Departemen Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Indonesia.Jakarta.

CURRICULUM VITAEPemohon 1

Nama

: Nurahida Laili

NRP

: 3511 100 047

IPK / Semester: 3.39 / 6Tempat, tgl lahir: Kediri, 17 Maret 1993

Jenis kelamin

: Perempuan

Status

: Belum menikah

Alamat asal

: Ds. Pranggang Kec. Plosoklaten

Kab. Kediri Jawa Timur

Alamat Surabaya: Gebang Lor No. 105 ITS Sukolilo

No. Telp / HP

: 085 735 960 377

E-mail

: [email protected] Pendidikan

TK Aisyah Bustanul Athfal I Pare Kab. Kediri SDN Pranggang II Ds. Pranggang Kec.Plosokaten Kab. Kediri SMPN 1 Papar Ds. Papar Kec. Papar Kab. Kediri SMAN 2 Kediri Kota KediriPengalaman Organisasi

Paskibra Smada SMAN 2 Kediri tahun 2008/2009

Dewan Pers Siswa SMAN 2 Kediri tahun 2009/2010 Staff Departemen Keilmuan dan Keprofesian Himpunan Mahasiswa Geomatika ITS tahun 2012/2013 Sekretaris Departemen Keilmiahan dan Keprofesian Himpunan Mahasiswa Geomatika ITS tahun 2013/2014 Volunteer of International Office ITS Divisi Hospitality for International Student tahun 2013

Sahabat Tutor ITS Education Care Center (IECC) 2013Pengalaman Kepanitiaan Sekretaris Pelepasan Wisudawan 105 HIMAGE ITS 2013

OC Simposium Nasional HIMAGE ITS 2013

OC Pelatihan Karya Tulis Ilmiah HIMAGE-ITS 2013

OC Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) 2013

OC (Organizing Commitee) Gerigi ITS 2012

IC (Instructor Commitee) Gerigi ITS 2013

OC Musyawarah Nasional Ikatan Mahasiswa Geodesi Indonesia (IMGI) 2013

PIC Official Welcome for International Students of ITS 2013

OC ITS Community and Technological Camp (CommTECH) 2013Pengalaman Pelatihan

Pra Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (Pra LKMM-TD) 2011 ITS

Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) 2012 ITS

Pelatihan Karya Tulis Ilmiah HIMAGE-ITS 2011

Training of Trainer Mahasiswa Ristek BEM ITS 2012 Indofood Leadership Camp I & Camp II Batch 6 BISMA KSE 2014Pemohon 2

Nama

: Sendy Ayu YulytaNRP

: 3511 100 055

IPK / Semester: 3.14 / 6Tempat, tgl lahir: Surabaya, 25 Juli 1993Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat asal

: Jl. Kebonsari Sekolahan II no 8 SurabayaAlamat Surabaya: Jl. Kebonsari Sekolahan II no 8 SurabayaNo. Telp / HP

: 085 730 128 224

E-mail

: [email protected] Pendidikan

TK Bina Putra Surabaya SDN Margorejo I / 403 Surabaya SMPN 12 Surabaya SMAN 10 SurabayaPengalaman Organisasi

Sekretaris II Himpunan Mahasiswa Geomatika ITS tahun 2012/2013 Sekretaris I Himpunan Mahasiswa Geomatika ITS tahun 2013/2014

Pengalaman Kepanitiaan

Sekretaris 1 Simposium Nasional HIMAGE ITS 2013

OC Pelepasan Wisudawan 105 HIMAGE ITS 2013

OC Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) 2013

OC Malam Keakraban FTSP ITS 2012

OC (Organizing Commitee) Gerigi ITS 2012

OC Musyawarah Nasional Ikatan Mahasiswa Geodesi Indonesia (IMGI) 2013

Pengalaman Pelatihan

Pra Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (Pra LKMM-TD) 2011 ITS

Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) 2012 ITS

Pelatihan Karya Tulis Ilmiah HIMAGE-ITS 2011

Young Engineer and Scientist Summit (YES Summit) 2013

24