sosialisasi kita

11
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati yang berupa produk olahan maupun bukan olahan yang digunakan sebagai makanan atau minuman bagi manusia (Undang-undang Republik Indonesia, 2012). Konsumsi pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehingga dapat melanjutkan kehidupan. Kebutuhan terhadap pangan menyebabkan ketersediaannya harus terjamin. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Selain itu, sumber daya hayati tersebut juga dapat berperan dalam mewujudkan kemandirian pangan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia (2012), Kemandirian pangan adalah kemampuan suatu negara dalam mengelola pangan yang beraneka ragam dengan memanfaatkan sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal. Nilai impor barang konsumsi seperti minuman maupun makanan mencapai 11,2 juta dolar AS (Kementerian Perdagangan, 2011). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemandirian pangan

Upload: nena-och-exha-part-ii

Post on 06-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sosialisasi pangan lokal

TRANSCRIPT

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati yang berupa produk olahan maupun bukan olahan yang digunakan sebagai makanan atau minuman bagi manusia (Undang-undang Republik Indonesia, 2012). Konsumsi pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehingga dapat melanjutkan kehidupan. Kebutuhan terhadap pangan menyebabkan ketersediaannya harus terjamin.

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Selain itu, sumber daya hayati tersebut juga dapat berperan dalam mewujudkan kemandirian pangan.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia (2012), Kemandirian pangan adalah kemampuan suatu negara dalam mengelola pangan yang beraneka ragam dengan memanfaatkan sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi dan kearifan lokal. Nilai impor barang konsumsi seperti minuman maupun makanan mencapai 11,2 juta dolar AS (Kementerian Perdagangan, 2011). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kemandirian pangan yang rendah dan ketergantungan yang tinggi terhadap produk impor.

Jumlah produk impor yang semakin tinggi dan semakin menjamurnya usaha pangan dari luar juga menyebabkan produk pangan lokal kurang diminati karena dianggap tidak modern. Penggunaan pangan impor dapat menyebabkan perekonomian menjadi tidak stabil dan dapat menyebabkan produk lokal tidak diminati. Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki ketergantungan terhadap produk impor adalah Jember. Hal ini dapat dilihat dari jumlah Bidang pertanian merupakan salah satu mata pencaharian bagi sebagian besar masyrakat Jember. Menurut data BPS Jember (2013), jumlah petani dijember adalah 325.062 orang. Oleh karena itu, diperlukan adanya sosialisasi mengenai pangan lokal untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor dan dapat memperbaiki perekonomian di wilayah Jember.1.2 Tujuan

Tujuan pelaksanaan sosialisasi ini sebagai berikut;1. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa-siwa SMPN 14 Jember terhadap pangan lokal serta kerugian mengkonsumsi pangan impor,2. Untuk memperkenalkan pangan lokal yang mulai ditinggalkan,3. Untuk mewujudkan kemandirian pangan,4. Untuk mengajak generasi muda agar sadar terhadap potensi sumber daya hayati.1.3 ManfaatManfaat dari kegiatan tersebut adalah;

1. Siswa SMPN 14 Jember dapat mengetahui jenis pangan lokal,

2. Siswa SMPN 14 Jember dapat mengetahui kerugian mengkonsumsi pangan non lokal,

3. Siswa SMPN 14 Jember sadar terhadap potensi sumber daya hayati.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk didalamnya terdapat bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam penyiapan, pengolahan, dan pembuatan makanan atau minuman (Undang-undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2012). 2.2 Pangan Lokal

Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi, berkembang dan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat lokal tertentu. Umumnya produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal, teknologi lokal, dan pengetahuan lokal pula. Di samping itu, produk pangan lokal biasanya dikembangkan sesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Sehingga produk pangan lokal ini berkaitan erat dengan budaya lokal setempat. Karena itu, produk ini sering kali menggunakan nama daerah, seperti gudek jokya, dodol garut, jenang kudus, beras cianjur, dan sebagainya (Hariyadi, 2010).Aneka ragam pangan lokal tersebut berpotensi sebagai bahan alternatif pengganti beras. Sebagai contoh, di Papua ada beberapa bahan pangan lokal setempat yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan baku pengganti beras, seperti ubi jalar, talas, sagu, gembili, dan jawawut. Produk pangan lokal tersebut telah beradaptasi dengan baik dan dikonsumsi masyarakat Papua secara turun temurun (Rauf dan Sri, 2009). Selain di Papua, beberapa pangan lokal yang telah dimanfaatkan oleh masyarakatnya sebagai bahan pengganti beras adalah jagung di Madura dan Gorontalo.2.3 Kemandirian Pangan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2012 tentang Pangan, Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin kebutuhan Pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.2.2.1 Tahapan Tercapainya Kemandirian Pangan

Terdapat beberapa tahapan yang dapat digunakan untuk mengetahui capaian kemandirian pangan yang telah dilakukan yaitu (Mulyono, 2008);

1. Meningkatnya persediaan dan distribusi pangan,

2. Meningkatnya kelompok kegiatan usaha,

3. Meningkatnya kemandirian kelembagaan ketahanan pangan,

4. Meningkatnya jaringan kemitraan dan lembaga keuangan,

5. Meningkatnya peran tim pangan dalam pergerakan ketahanan pangan

2.2.2 Dampak Impor

Dampak dari impor pangan yaitu dapat mengancam stabilitas sosial, ekonomi dan politik. Selain itu, kemampuan dalam memenuhi pangan dalam negeri memiliki ketergantungan dari harga di luar negeri. Apabila pasar interneasional ketersediaanya kurang, maka dapat menyebabkan harga di dalam negeri mengalami kenaikan, sehingga dapat memengaruhi kesejahteraan rakyat Indonesia (Supadi, 2009).

2.4 Alasan Impor PanganImpor merupakan salah satu kebijakan alternatif yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang belum tercukupi. Kebijakan impor tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek antara lain (Rachmat, dkk, 2014);1. Pertimbangan produksi dalam negeri,

2. Pertimbangan keamanan produk,

3. Pertimbangan harga yang ditentukan.

2.5 Perlunya Diterapkan Kemandirian Pangan

Kemandirian pangan perlu dilakukan agar kebutuhan dan ketahanan pangan tercapai. Selain itu, kemandirian pangan juga dilakukan agar ketergantungan akan produk impor dapat dikurangi dan ditiadakan (PATPI, 2013). Ketergantungan terhadap produk impor dapat mempengaruhi produk dalam negeri dan stabilitas dalam bidang sosial maupun ekonomi (Elizabeth, 2011).BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat sosialisasi akan dilaksanakan pada;Hari

: JumatTanggal: 27 Februari 2015

Tempat: SMPN 14 Jember

Waktu

: 07.00 WIB selesai

3.2 Sasaran dan Jumlah Peserta

Sasaran dan jumlah peserta yang akan mengikuti sosialisasi adalah;

Sasaran: Siswa-siswi SMPN 14 Jember

Jumlah

: 30 orang3.3 Metodelogi Kegiatan

Kegiatan sosisalisasi dilakukan dengan beberapa cara yaitu;3.3.1 Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dengan membaca informasi yang berasal dari Badan Pusat Statistik, jurnal dan buku.3.3.2 Metode Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan dengan beberapa metode yaitu;

1. Pembagian kuisioner kepada peserta mengenai pengetahuan seputar produk pangan lokal,

2. Menjelaskan tentang pengertian dan pentingnya pangan lokal di daerah Jember,

3. Melakukan interaksi dengan peserta melalui permaianan,4. Memberikan doorprise kepada peserta yang aktif dalam sosialisasi.DAFTAR PUSTAKABadan Pusat Statistik. 2013. Hasil Sensus Pertanian. Jember: Badan Pusat Statistik.Elizabeth, Roosganda. 2011. Strategi Pencapaian Diversifikasi dan Kemandirian Pangan: Antara Harapan dan Kenyataan. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.Hariyadi, P. 2010. Penguatan Industri Penghasil Nilai Tambah Berbasis Potensi Lokal (Peranan Teknologi Pangan untuk Kemandirian Pangan). Jurnal Pangan, Vol. 19 No. 4 Desember 2010: 295-301Kementerian Perdagangan. 2011. Industri Tergantung Bahan Baku Impor. Jember: Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Energi Sumber Daya MineralMulyono, Agus. 2008. Study Partisipasi Masyarakat Pada Program Desa Mandiri Pangan di Desa Muntuk, Kabupaten Bantul. Semarang: Universitas DiponegoroPerhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia. 2013. Peran Teknologi dan Industri. Jember: Seminar Nasional PATPIRachmat, M., Bambam S., Henny M., Chaerul, M., Valeriana, D. 2014. Kajian Kebijakan Pendalian Impor Produk Hortikultura. Makalah Proposal Penelitian TA. Bada Penelitian dan Pengembangan PertanianRauf, A.W dan Sri Lestari,M. 2009. Pemanfaatan komoditas pangan lokal Sebagai sumber pangan alternatif di papua. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 28(2), 2009Supadi,. 2009. Dampak Impor Kedelai Berkelanjutan Terhadap Ketahanan Pangan. Volume 7 No 1. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan PertanianUndang-undang Republik Indonesia Nomor 18. 2012. Pangan. Dewan Perwakilan Republik Indonesia