sosial budaya ekonomi orde aru

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa Orde Baru merupakan sebutan atau istilah bagi masa pemerintahan Soeharto. Banyak peristiwa yang terjadi mengisi lembar-lembar sejarah pada masa tersebut. Tahun-tahun pertama pemerintahan Orde Baru memberi angin segar pada kehidupan demokrasi. Tatanan perikehidupan berbangsa dan bernegara RI yang diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan seakan menjanjikan harapan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Pada awal peralihan kekuasaan dari masa Demokrasi Terpimpin ke masa Orde Baru, Indonesia mengalami inflasi yang membuat rasa ketidakpercayaan rakyat semakin memuncak. Indonesia pun terkucilkan akibat keluarnya Indonesia dari PBB pada 7 Januari 1965. Akibat masa Demokrasi Terpimpin tersebut, maka pada masa Orde Baru dibuat kebijakan baru mengenai tatanan sosial, budaya, dan ekonomi. B. Rumusan Masalah Hal-hal yang dibahas pada makalah ini ialah : a. Apa saja kebijakan pemerintah pada masa Orde Baru dalam bidang sosial, budaya, dan ekonomi? b. Bagaimana kebijakan tersebut berlaku di masyarakat? C. Tujuan Penulisan Adapun makalah ini dibuat bertujuan untuk: 1

Upload: yusufislamy

Post on 07-Aug-2015

310 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

A. Kehidupan Bidang Sosial-Budaya Bangsa Indonesia Masa Orde BaruMasa Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam proses untuk mewujudkan cita-cita nasional.

TRANSCRIPT

Page 1: sosial budaya ekonomi orde aru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa Orde Baru merupakan sebutan atau istilah bagi masa pemerintahan

Soeharto. Banyak peristiwa yang terjadi mengisi lembar-lembar sejarah pada masa

tersebut. Tahun-tahun pertama pemerintahan Orde Baru memberi angin segar pada

kehidupan demokrasi. Tatanan perikehidupan berbangsa dan bernegara RI yang

diletakkan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945. Berbagai

kebijakan yang dikeluarkan seakan menjanjikan harapan kehidupan yang lebih baik

dari sebelumnya.

Pada awal peralihan kekuasaan dari masa Demokrasi Terpimpin ke masa Orde

Baru, Indonesia mengalami inflasi yang membuat rasa ketidakpercayaan rakyat

semakin memuncak. Indonesia pun terkucilkan akibat keluarnya Indonesia dari PBB

pada 7 Januari 1965. Akibat masa Demokrasi Terpimpin tersebut, maka pada masa

Orde Baru dibuat kebijakan baru mengenai tatanan sosial, budaya, dan ekonomi.

B. Rumusan Masalah

Hal-hal yang dibahas pada makalah ini ialah :

a. Apa saja kebijakan pemerintah pada masa Orde Baru dalam bidang sosial,

budaya, dan ekonomi?

b. Bagaimana kebijakan tersebut berlaku di masyarakat?

C. Tujuan Penulisan

Adapun makalah ini dibuat bertujuan untuk:

a. Mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah pada masa Orde Baru dalam

bidang sosial, budaya, dan ekonomi.

b. Mengetahui bagaimana kebijakan yang dikeluarkan dengan pelaksanaan

yang terjadi di masyarakat

1

Page 2: sosial budaya ekonomi orde aru

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini disusun agar dapat berfungsi sebagai bahan belajar untuk

membimbing siswa-siswa lain untuk lebih memahami dan mengerti mengenai perihal

kebijakan pemerintah pada masa Orde Baru, khususnya dalam bidang sosial,

budaya, dan ekonomi.

2

Page 3: sosial budaya ekonomi orde aru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Membahas kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pada masa Orde Baru

tidak lepas dari bagaimana pemerintahan Orde Baru tersebut terbentuk dan alasan

mengapa kebijakan tersebut dibuat.

Orde Baru merupakan sebutan bagi masa pemerintahan Soeharto.

Pemerintahan ini lahir secara situasional setelah peristiwa Gerakan 30 September

1965 yang dilakukan oleh PKI. Sejak adanya upaya penumpasan pemberontakan G

30 S/PKI, kaum intelektual, sejumlah tokoh ABRI, dan rakyat yang jenuh terhadap

kondisi kehidupan pada masa Ode Lama, bersama-sama berjuang menata kembali

kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai pada pelaksaan Pancasila dan UUD

1945.

Masa pemerintahan Orde Baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah

Sebelas Maret atau yang biasa disebut Supersemar. Supersemar sendiri merupakan

langkah akhir dari Soekarno akibat tuntutan dari rakyat yang tidak puas dengan

kebijakan Soekarno. Soekarno saat itu belum mau menindak PKI secara tuntas.

Rakyat pun mengajukan Tritura atau Tri (Tiga) Tuntutan Rakyat yang menyatakan

bahwa rakyat menuntut agar pemerintah membubarkan PKI; membubarkan kabinet,

dan menurunkan harga barang.

Dalam menyikapi hal tersebut, pada 11 Maret 1966, diadakan sidang pleno

Kabinet Dwikora yang Disempurnakan di Istana Negara Jakarta. Akibat dari

‘pasukan tak dikenal’ yang berkeliaran di sekitar Istana, demi keselamatan, Presiden

Soekarno meninggalkan sidang dan berlindung di Istana Bogor.

Seusai sidang, 3 bawahan Soharto melaporkan situasi kepada Soeharto yang

sedang sakit. Soeharto pun mengutus ketiga bawahannya untuk menyampaikan

pada Soekarno bahwa Soeharto sanggup mengatasi keadaan tersebut apabila

Soekarno mempercayakan hal ini kepada dirinya.

Setelah diadakan perundingan dengan Waperdam I Dr. Soebandrio, Waperdam

III Chaerul Saleh, serta Ajudan Presiden, Brigjen Sabur, Soekarno pun setuju untuk

memberi surat perintah kepada Soeharto.

3

Page 4: sosial budaya ekonomi orde aru

Dikarenakan dibuat pada tanggal 11 Maret, surat perintah tersebut dikenal

dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret atau biasa disebut Supersemar.

Surat Perintah Sebelas Maret tersebut berisikan bahwa presiden memberi

mandat kepada Letjen. Soeharto selaku Panglima Angkatan Darat dan

Pangkopkamtib untuk memulihkan keadaan dan kewibawaan pemerintah. Dalam

menjalankan tugasnya, penerima mandat diharuskan melaporkan segala sesuatu

kepada presiden.

Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada

kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Penataan dilakukan di dalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan

pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya

kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan

keamanan dan membubarkan PKI.

Muncullah konflik dualisme kepemimpinan nasional di Indonesia. Hal ini

disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa sebagai presiden sementara

Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan. Konflik Dualisme inilah yang membawa

Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena akhirnya Sukarno mengundurkan

diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.

Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa

untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto

sebagai pejabat Presiden RI. Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut

kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden

Sukarno. Tanggal 12 Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden

Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan

dimulainya kekuasaan Orde Baru. Pada Sidang Umum bulan Maret 1968 MPRS

mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden Republik Indonesia.

Hal yang dipermasalahkan pada awal masa Orde Baru tentunya ketidakstabilan

politik dan ekonomi.

Berikut kondisi ekonomi yang dihadapi pada masa awal orde baru yang

ditimbulkan oleh masa orde lama:

1. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian di sektor pertanian sehingga

struktur perekonomian Indonesia lebih condong pada sektor pertanian.

4

Page 5: sosial budaya ekonomi orde aru

2. Komoditas ekspor Indonesia dari bahan mentah (hasil pertanian) menghadapi

persaingan di pasaran internasional, misalnya karet alam dari Malaysia, gula

tebu dari Meksiko, kopi dari Brasil, dan rempah-rempah dari Zanzibar (Afrika),

sehingga devisa negara sangat rendah dan tidak mampu mengimpor bahan

kebutuhan pokok masyarakat yang saat itu belum dapat diproduksi di dalam

negeri.

3. Tingkat investasi rendah dan kurangnya tenaga ahli di bidang industri,

sehingga industri dalam negeri kurang berkembang.

4. Tingkat pendapatan rata-rata penduduk Indonesia sangat rendah. Tahun

1960-an hanya mencapai 70 dolar Amerika per tahun, lebih rendah dari

pendapatan rata-rata penduduk India, Bangladesh, dan Nigeria saat itu.

5. Produksi Nasional Bruto (PDB) per tahun sangat rendah. Di sisi lain

pertumbuhan penduduk sangat tinggi (rata-rata 2,5% per tahun dalam tahun

1950-an).

6. Indonesia sebagai pengimpor beras terbesar di dunia.

7. Struktur perekonomian pada akhir tahun 1965, berada dalam keadaan yang

sangat merosot. Tingkat inflasi telah mencapai angka 65% dan sarana

ekonomi di daerah-daerah berada dalam keadaan rusak berat karena ulah

kaum PKI/BTI yang saat itu berkuasa dan dengan sengaja ingin

mengacaukan situasi ekonomi rakyat yang menentangnya.

Pemerintahan Orde Baru mulai membenahi kondisi pada masa Orde Baru.

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik, langkah selanjutnya adalah

melaksanakan Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional yang selalu

dikumandangkan tidak terlepas dari Trilogi Pembangunan.

Bunyi Trilogi Pembangunan itu ialah :

1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya

keadilan sosial bagi seluruh rakyat

2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

3. Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis.

Dalam rencana pembangunan nasional tersebut tercantum jalur pemerataan

yang mencakup dalam bidang sosial, budaya, dan ekonomi.

5

Page 6: sosial budaya ekonomi orde aru

BAB III

PEMBAHASAN

A. Kehidupan Bidang Sosial-Budaya Bangsa Indonesia Masa Orde Baru

Masa Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam proses

untuk mewujudkan cita-cita nasional. Dalam bidang sosial-budaya, terdapat

berbagai macam kemajuan maupun kemunduran. Berikut kehidupan sosial-budaya

Bangsa Indonesia pada masa Orde Baru.

a. Sektor Kependudukan

Kebijakan yang dilakukan berkaitan dengan peningkatan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat, yang berupa Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu sampai di tingkat desa atau RT.

Kemudian program keluarga berencana (KB) mampu menekan laju

pertumbuhan penduduk. Kebijakan ini berjalan dengan baik.Hasilnya, di

mana selama dasawarsa 1970-an laju pertumbuhan penduduk mencapai

2,3% setiap tahun, pada tahun tahun awal 1990-an angka tadi dapat

diturunkan menjadi sekitar 1,6% setiap tahun.

Jika awal tahun 1970-an penduduk Indonesia mempunyai harapan hidup

rata-rata sekitar 50 tahun maka pada tahun 1990-an harapan hidup lebih

dari 61 tahun. Dalam kurun waktu yang sama angka kematian bayi menurun

dari 142 untuk setiap 1000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap 1000

kelahiran hidup.

Kemudian dalam pemerataan penduduk, program transmigrasi yang

digalakkan mampu mengatasi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan

membuka lahan-lahan baru di luar Pulau Jawa.

b. Sektor Pendidikan

Ada beberapa kebijakan pokok untuk meningkatkan mutu pendidikan

pada masa orde baru, yaitu :

1. Relevansi Pendidikan,

Relevansi Pendidikan ialah penyesuaian isi pendidikan dengan

kebutuhan pembangunan terhadap sumber daya manusia yang

diperlukan.

6

Page 7: sosial budaya ekonomi orde aru

Tekniknya adalah dengan pembentukan kelompok belajar atau

”kejar”. Kejar merupakan program pengenalan huruf dan angka bagi

kelompok masyarakat buta huruf yang berusia 10-45 tahun. Tujuannya,

mereka akan mampu membaca serta menulis huruf dan angka Latin.

Keberhasilan program kejar salah satunya terlihat dari angka

statistik penduduk buta huruf yang menurun. Pada sensus tahun 1971,

dari total jumlah penduduk 80 juta jiwa, Indonesia masih memiliki 39,1

persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang berstatus buta huruf.

Sepuluh tahun kemudian, menurut sensus tahun 1980, persentase itu

menurun menjadi hanya 28,8 persen. Hingga sensus berikutnya tahun

1990, angkanya terus menyusut menjadi 15,9 persen.

2. Pemerataan Pendidikan.

Sejak pelita I disadari pentingnya memberikan kesempatan yang

sama dan lebih luas tentang pendidikan untuk semua warga negara.

Kebijakan pemerataan dan perluasan pendidikan dilaksanakan melalui

wajib belajar Sekolah Dasar. Tiga hal yang cukup populer di

masyarakat adalah program wajib belajar, pembangunan SD inpres,

dan pembentukan kelompok belajar atau kejar.

Dengan mencanangkan “wajib belajar 9 tahun”, termasuk juga

yang tak kalah populer adalah dibukanya program SD Inpres untuk

daerah-daerah terpencil dan terisolir diberbagai belahan daerah di

Indonesia.

Sebelum program Rencana Pembangunan Lima Tahun

(Repelita) dilaksanakan, jumlah gedung SD yang tercatat pada tahun

1968 sebanyak 60.023 unit dan gedung SMP 5.897 unit. Pada awal

Pelita VI, jumlah itu telah meningkat menjadi sekitar 150.000 gedung

SD dan 20.000 gedung SMP. Pelaksanaan tahap pertama program SD

inpres adalah pembangunan 6.000 gedung SD yang masing-masing

memiliki tiga ruang kelas. Ketika itu Indonesia baru saja mendapat

limpahan dana hasil penjualan minyak bumi yang harganya naik

sekitar 300 persen dari sebelumnya. Uang itu kemudian digunakan

untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, salah

satunya pendidikan.

Pada tahun-tahun awal pelaksanaan program SD inpres, hampir

setiap tahun, ribuan hingga puluhan ribu gedung sekolah dibangun.

7

Page 8: sosial budaya ekonomi orde aru

Pembangunan paling besar terjadi pada periode 1982/1983 ketika

22.600 gedung SD baru dibuat. Hingga periode 1993/1994 tercatat

hampir 150.000 unit SD inpres telah dibangun. Seiring dengan

pembangunan gedung SD inpres tersebut, ditempatkan pula satu juta

lebih guru inpres di sekolah-sekolah itu. Total dana yang dikeluarkan

untuk program ini hingga akhir Pembangunan Jangka Panjang (PJP) I

mencapai hampir Rp 6,5 triliun.

3. Peningkatan Mutu Guru atau Tenaga Kependidikan

Kebijakan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah dengan

meningkatkan kualitas guru lewat projek peningkatan mutu guru yang

dilakukan dengan model pelatihan guru yang sangat terencana mulai

dari teori, praktik sampai on the job training di sekolah-sekolah masing-

masing. Mereka yang dilatih di pusat menjadi guru inti, yang bertugas

mengembangkan pelatihan bagi para guru di daerah masing-masing.

Proses ini, berhasil melatih dan meningkatkan kualitas kemampuan

professional ribuan guru. Sayangnya, ketika beberapa tahun proyek

telah usai dan evaluasi dilakukan oleh lembaga independen,

kesimpulan sangat menarik. Yakni, pelatihan telah berhasil

meningkatkan kualitas profesional guru tetapi tidak berhasil

meningkatkan mutu siswa. Karena peningkatan kualitas kemampuan

professional guru belum menjamin peningkatan kualitas pembelajaran.

4. Mutu pendidikan.

Dalam upaya peningkatan mutu sekolah di era orde baru juga

menekankan ketersediaan fasilitas, seperti pergedungan dan ruang

kelas, laboratorium, dan buku teks disamping pembaharuan kurikulum.

5. Pendidikan Kejuruan

Kesempatan memperoleh pendidikan hanya terbatas pada tingkat

Sekolah Dasar. Dan lagi, tingkat Relevansi pendidikan dengan

kebutuhan rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan

yang menganggur. Data BAPPENAS yang dikumpulkan sejak 1990

menunjukan angka penganggur terbuka yang di hadapi oleh lulusan

SMU sebesar 25,47 %, Diploma sebesar 27,5 % dan PT sebesar 36,6

%. Sedangkan pada priode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja

cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4 %,

14,21 %, dan 15,07 %.

8

Page 9: sosial budaya ekonomi orde aru

Pemerintah  Orde Baru  juga Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh

(GNOTA) dalam upayanya meningkatkan mutu pendidikan. GNOTA atau

Gerakan Nasional Orang Tua Asuh merupakan suatu gerakan untuk

membantu siswa kurang mampu dengan sistem asuhan. Asuhan di sini

maksudnya ialah adanya suatu siswa yang dibantu secara finansial dalam

bidang pendidikan. GNOTA memungkinkan siswa kurang mampu agar bisa

bersekolah sehingga tercipta masyarakat yang berkualitas.

c. Sektor Kesenian

Dalam peningkatan dan pengembangan seni nasional, segala usaha

dan kegiatan diarahkan kepada usaha yang dapat memperkuat kepribadian

nasional, kebanggaan serta kesatuan nasional.

Berdasarkan pola umum kebijaksanaan seni, maka selama Pelita I

terlihat dibangun pusat-pusat seni. Dilakukan pula restorasi candi dan

rehabilitasi gedung museum.

Dalam Pelita II empat langkah penting telah diambil oleh pemerintah

yakni peningkatan usaha penyelamatan pemeliharaan dan penelitian

warisan sejarah budaya nasional serta budaya daerah, pengembangan

pendidikan budaya dan seni, pengembangan bahasa dan sastra, dan

pengembangan pembukuan dan majalah pengetahuan seni.

d. Etnis Tionghoa

Warga keturunan Tionghoa dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967,

warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan

kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung

juga menghapus hak-hak asasi mereka.

Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan

pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini

diperjuangkan oleh komunitas China indonesia terutama dari komunitas

pengobatan China tradisional karena pelarangan sama sekali akan

berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa di tulis

dengan bahasa mandarin. Mereka pergi hingga ke Makhamah Agung dan

akhirnya Jaksa Agung indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan

bahwa China indonesia bejanji tidak menghimpun kekuatan untuk

memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.

Untuk keberhasilan ini kita mesti memberi penghormatan bagi Ikatan

Naturopatis Indonesia ( I.N.I ) yang anggota dan pengurus ya pada waktu itu

9

Page 10: sosial budaya ekonomi orde aru

memperjuangkan hal ini demi masyarakat China indonesia dan kesehatan

rakyat indonesia. Hingga China indonesia mempunyai sedikit kebebasan

dalam menggunakan bahasa Mandarin.

Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit

adalah Harian Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa

Indonesia. Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer indonesia dalam hal ini

adalah ABRI meski beberapa orang China indonesia bekerja juga di sana.

Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agama Konghucu

kehilangan pengakuan pemerintah.

Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang

populasinya ketika itu mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat

Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah

Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi

sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan

oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan

Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi

memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan

dirinya.

B. Kehidupan Bidang Ekonomi Bangsa Indonesia Masa Orde Baru

Pada masa Demokrasi Terpimpin, negara bersama aparat ekonominya

mendominasi seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi

unit-unit ekonomi swasta.

Sehingga, pada permulaan Orde Baru, program pemerintah berorientasi

pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan

tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok

rakyat. Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal

tahun 1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun.

Untuk menyelamatkan kehidupan ekonomi yang terpuruk pada saat masa

Demokrasi Terpimpin, pemerintah Orde Baru menempuh cara Stabilisasi dan

Rehabilitasi Ekonomi. Di mana cara tersebut berupa:

1. Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang Pembaruan

Kebijakan ekonomi, keuangan dan pembangunan.

10

Page 11: sosial budaya ekonomi orde aru

2. MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program

penyelamatan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta program

pembangunan.

3. Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi

nasional terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Stabilisasi berarti

mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus.

Sedangkan rehabilitasi adalah perbaikan secara fisik sarana dan

prasarana ekonomi.

Langkah-langkah yang diambil Kabinet AMPERA mengacu pada Tap MPRS

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang

menyebabkan kemacetan, seperti :

-rendahnya penerimaan negara

-tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara

-terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank

-terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri

-penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada

kebutuhan prasarana.

2. Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.

3. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.

Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut maka

ditempuh cara:

- Mengadakan operasi pajak

- Cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan

kekayaan dengan menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.

- Penghematan pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan

rutin), serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan negara.

- Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor.

Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana

yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

11

Page 12: sosial budaya ekonomi orde aru

Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah meliputi beberapa hal, yaitu :

a. Kebijakan terkait APBN

Pada masa orde baru, pemerintah menjalankan kebijakan yang tidak

mengalami perubahan terlalu signifikan selama 32 tahun. Dikarenakan pada

masa itu pemerintah sukses menghadirkan suatu stablilitas politik sehingga

mendukung terjadinya stabilitas ekonomi.

Kebijakan-kebijakan ekonomi pada masa itu dituangkan pada

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), yang pada

akhirnya selalu disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk

disahkan menjadi APBN.

APBN pada masa itu seharusnya diberlakukan atas dasar kebijakan

prinsip berimbang, yaitu anggaran penerimaan yang disesuaikan dengan

anggaran pengeluaran sehingga terdapat jumlah yang sama antara

penerimaan dan pengeluaran. Tetapi, pada masa itu pinjaman luar negeri

selalu mengalir. Pinjaman-pinjaman luar negeri inilah yang digunakan

pemerintah untuk menutup anggaran yang defisit.

Ini artinya pinjaman-pinjaman luar negeri tersebut ditempatkan pada

anggaran penerimaan. Padahal seharusnya pinjaman-pinjaman tersebut

adalah utang yang harus dikembalikan, dan merupakan beban pengeluaran

di masa yang akan datang.

Penerapan kebijakan tersebut menimbulkan banyak kritik, karena

anggaran defisit negara ditutup dengan pinjaman luar negeri. Padahal,

konsep yang benar adalah pengeluaran pemerintah dapat ditutup dengan

penerimaan pajak dalam negeri. Sehingga antara penerimaan dan

pengeluaran dapat berimbang. Permasalahannya, pada masa itu

penerimaan pajak saat minim sehingga tidak dapat menutup defisit

anggaran.

Memang kebijakan tersebut cukup meyakinkan terhadap ekonomi

makro, seperti investasi asing terus meningkat, sumber pendapatan

bertambah dari perbaikan sistem pajak, produktivitas industri yang

mendukung ekspor non-migas juga meningkat. Namun hutang

Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar. 

12

Page 13: sosial budaya ekonomi orde aru

Hal ini jelas menggambarkan betapa APBN pada masa

pemerintahan Orde Baru sangat bergantung pada pinjaman luar negeri.

Sehingga pada akhirnya berakibat tidak dapat terpenuhinya keinginan

pemerintah untuk meningkatkan tabungannya.

Hutang inilah sebagai salah satu faktor penyebab Pemerintahan

Orde Baru runtuh.

Pemerintahan Orde Baru membangun ekonomi hanya berorientasi

pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pengendalian inflasi tanpa

memperhatikan pondasi ekonomi yang memberikan dampak sebagai

berikut:

a) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia,

sebagai salah satu faktor produksi, tidak disiapkan untuk

mendukung proses industrialisasi.

b)

c) Barang – barang impor (berasal dari luar negeri) lebih banyak

digunakan sebagai bahan baku dalam proses industri sehingga

industri Indonesia sangat bergantung pada barang impor

tersebut.

d) Pembangunan tidak didistribusikan merata ke seluruh wilayah

Indonesia dan ke seluruh rakyat Indonesia sehingga hanya

sedikit elit politik dan birokrat serta pengusaha – pengusaha Cina

yang dekat dengan kekuasaan saja yang menikmati hasil

pembangunan.

b. Penanganan Utang

Mengacu pada banyaknya pinjaman utang Indonesia pada masa Orde

Lama, Pemerintah melakukan upaya perundingan. Keadaan ekonomi

Indonesia pasca Orde Lama sangat parah, hutangnya mencapai 2,3-2,7

miliar sehingga pemerintah Indonesia meminta negara-negara kreditor untuk

dapat menunda pembayaran kembali utang Indonesia.

Pemerintah mengikuti perundingan dengan negara-negara kreditor di

Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi baik usaha

pemerintah Indonesia bahwa devisa ekspornya akan digunakan untuk

pembayaran utang yang selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-

bahan baku.

13

Page 14: sosial budaya ekonomi orde aru

Perundingan dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan

bahwa utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1968 ditunda

pembayarannya hingga tahun 1972-1979.

Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1969 dan 1970

dipertimbangkan untuk ditunda juga pembayarannya.

Perundingan dilanjutkan di Amsterdam, Belanda pada tanggal 23-24

Februari 1967.

Perundingan itu bertujuan membicarakan kebutuhan Indonesia akan

bantuan luar negeri serta kemungkinan pemberian bantuan dengan syarat

lunak yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Inter Governmental Group for

Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah Indonesia berhasil

mengusahakan bantuan luar negeri. Indonesia mendapatkan penangguhan

dan keringanan syarat-syarat pembayaran utangnya.

Meskipun begitu, Indonesia tetap tidak berhenti untuk melakukan

pinjaman. Hingga pada akhir masa Orde Baru seperti yang sudah dibahas

sebelumnya, pinjaman Indonesia justru membengkak menjadi US$ 70,9

milyar.

c. Sektor Pembangunan

Dalam upaya pembangunan dalam bidang ekonomi, pemerintahan

Orde Baru merencanakannya dengan baik. Program pembangunan nasional

berencana Indonesia terbagi ke dalam tiga langkah strategis, yaitu :

1) Pembangunan Jangka Panjang (PJP) yang meliputi tenggang

waktu antara 25-30 tahun.

2) Pembangunan Lima Tahun (Pelita) yang di program setiap lima

tahun sekali dan merupakan bagian dari pembangunan jangka

panjang.

3) Pembangunan tahunan yang dilaksanakan tiap-tiap tahun

sebagai bagian dari Pelita.

Pemerintahan Orde baru telah melaksanakan PJP Tahap 1 sejak

April 1969 sampai 31 Maret 1944 dan merencanakan PJP tahap II dari 1

April 1994 sampai 31 Maret 2019.

14

Page 15: sosial budaya ekonomi orde aru

Sasaran pembangunan ekonomi yang telah dan akan dilaksanakan

dalam PJP Tahap I dan Tahap II adalah sebagai berikut :

a) PJP Tahap I ialah ingin mencapai keseimbangan antara bidang

pertanian dan bidang industri serta memenuhi kebutuhan pokok

rakyat.

b) PJP Tahap II ialah ingin meningkatkan sumber daya manusia

dalam rangka mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, serta

sejahtera lahir dan batin.

Sedangkan untuk program Pelita, program Sasaran pembangunan

dirumuskan secara sederhana dalam Repelita ini yaitu:

a) Pelita I (1 April 1969 – 31 Maret 1974)

Menekankan pada pembangunan bidang pertanian.

Tujuan Pelita I ialah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan

sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap

berikutnya.

Sedangkan sasaran Pelita I ialah pangan, pandang, perbaikan

prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan

kesejahteraan rohani.

Pelita I ini dititikberatkan pada pembangunan bidang pertanian

sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi

melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas

penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.

Pada saat Pelita I berjalan, mucul peristiwa Marali (Malapetaka

Limabelas Januari) yang terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1974.

Penyebab masalah ini adalah kedatangan PM Jepang Tanaka ke

Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan demonstrasi para

mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi

ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak

beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-

barang buatan Jepang.

15

Page 16: sosial budaya ekonomi orde aru

b) Pelita II (1 April 1974– 31 Maret 1979)

Sasaran dari Pelita II ini masih relatif sama dengan sasaran dari

Pelita I, yaitu tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan

prasarana, menyejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan

kerja.

Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil. Pertumbuhan ekonomi pada

saat itu rata-rata mencapai 7% per tahun. Pada awal pemerintahan

Orde Baru laju inflasi mencapai 60%, pada akhir Pelita I laju inflasi

turun menjadi 47%, selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi

turun menjadi 9,5%.

c) Pelita III (1 April 1979 – 31 Maret 1984)

Menekankan pada Trilogi Pembangunan, dalam segi pemerataan.

Biasa disebut delapan jalur pemerataan yang meliputi :

Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya

sandang, pangan, dan perumahan.

Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan

kesehatan.

Pemerataan pembagian pendapatan.

Pemerataan kesempatan kerja.

Pemerataan kesempatan berusaha.

Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan,

khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan.

Pemerataan penyebaran pembagunan di seluruh wilayah.

Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

d) Pelita IV (1 April 1984 – 31 Maret 1989)

Menitik beratkan sektor pertanian menuju swasembada pangan

dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri

sendiri.

e) Pelita V ( 1 April 1989 – 31 Maret 1994)

Menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri.

f) Pelita VI

16

Page 17: sosial budaya ekonomi orde aru

Masih menitikberatkan pembangunan pada sektor bidang

ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta

pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai

pendukungnya.

Namun Pelita VI yang diharapkan menjadi proses lepas landas

Indonesia ke yang lebih baik lagi, malah menjadi gagal landas dan kapal pun

rusak.

Pelaksanaan dan keberhasilan pembangunan Nasional berencana

Indonesi sejak tahun 1969-1997 (Pelita I sampai pertengahan Pelita VI)

digambarkan sebagai berikut:

1) Naiknya produksi dan jasa di segala bidang.

2) Naiknya pendapatan dan kemakmuran sebagian besar rakyat

Indonesia.

3) Meningkatnya kemampuan negara dalam menghimpun dana,

baik dari dalam maupun luar negeri, seperti pajak, cukai, ekspor

migas dan non-migas.

4) Semakin bertambahnya sarana dan prasarana umum.

Program Pelita hanya berjalan hingga pertengahan Pelita VI

dikarenakan Indonesia dilanda krisis ekonomi yang sulit di atasi pada akhir

tahun 1997. Semula berawal dari krisis moneter lalu berlanjut menjadi krisis

ekonomi dan akhirnya menjadi krisis kepercayaan terhadap pemerintah.

Kondisi ekonomi yang kian terpuruk ditambah dengan KKN yang merajalela.

Pembagunan yang dilakukan hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil

kalangan masyarakat karena pembangunan cenderung terpusat dan tidak

merata.

Meskipun perekonomian Indonesia meningkat, tapi secara fundamental

pembangunan ekonomi sangat rapuh. Kerusakan serta pencemaranterjadi

pada lingkungan hidup dan sumber daya alam. Perbedaan ekonomi antar

daerah, antar golongan pekerjaan, antar kelompok dalam masyarakat terasa

semakin tajam. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi

sosial).

Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa

diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan

17

Page 18: sosial budaya ekonomi orde aru

berkeadilan. Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan

di sejumlah wilayah yang menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau,

Kalimantan Timur, dan Irian.

Faktor inilah yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya

perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997 membuat

perekonomian Indonesia gagal menunjukan taringnya. Namun

pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru merupakan pondasi bagi

pembangunan ekonomi selanjutnya.

d. Sektor Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor yang terbesar dalam ekonomi

Indonesia. Kurang lebih 55% dari produksi nasional berasal dari sektor

pertanian, sedangkan 75% penduduk memperoleh penghidupan dari sektor

pertanian. Kedudukan yang menentukan dari sektor pertanian dapat dilihat

juga dari sumbangan penghasilan devisa negara. Lebih 60% dari ekspor

Indonesia berasal dari sektor pertanian. Sebagai sektor terbesar dalam

ekonomi Indonesia maka sektor pertanian merupakan landasan bagi setiap

usaha pembangunan.

Dikarenakan pertanian merupakan sektor yang terbesar, maka sektor ini

ditingkatkan terlebih dahulu. Salah satunya dengan jalan meningkatkan

produksi.

Pemerintah membangun berbagai prasarana pertanian, seperti irigasi

dan perhubungan, cara-cara bertani dan teknologi pertanian yang baru

diajarkan dan disebarluaskan kepada para petani melalui kegiatan-kegiatan

penyuluhan, penyediaan pupuk dengan membangun pabrik-pabrik pupuk.

Kebutuhan pembiayaan para petani disediakan melalui kredit perbankan.

Pemasaran hasil-hasil produksi mereka diberikan kepastian melalui

kebijakan harga dasar dan kebijakan stok beras oleh pemerintah (Badan

Urusan Logistik atau Bulog).

Kebijakan dalam sektor pertanian ini salah satunya merupakan kebijakan

Revolusi Hijau yang bermula dari hasil tulisan Thomas Robert Malthus yang

18

Page 19: sosial budaya ekonomi orde aru

mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk berjalan lebih cepat

daripada pertumbuhan produksi pangan.

Oleh sebab itu, berbagai upaya meningkatkan produksi pangan

digalakkan melalui :

a) Pembukaan lahan pertanian baru.

b) Mekanisme pertanian.

c) Penggunaan pupuk-pupuk baru.

d) Pencarian metode yang tepat untuk memberantas hama tumbuhan.

Revolusi Hijau di Indonesia adalah gerakan penanaman tanaman

pangan yang dilakukan oleh masyarakat atas instruksi pemerintah. Hal itu

didasari oleh hal-hal berikut :

a) Kebutuhan penduduk yang meningkat pesat.

b) Tingkat produksi pertanian yang masih rendah.

c) Produksi pertanian belum mampu memenuhi kebutuhan penduduk.

Tujuan revolusi hijau adalah mengubah petani gaya lama (peasant)

menjadi petani gaya baru (farmers) dengan memodernisasikan pertanian

gaya lama guna memenuhi industrialisasi ekonomi nasional.

Revolusi hijau ditandai dengan makin berkurangnya ketergantungan

petani terhadap cuaca dan alam karena adanya peningkatan peran iptek

dalam peningkatan produksi bahan makanan.

Upaya pemerintah Orde Baru dalam mensukseskan revolusi hijau

adalah :

a) Intensifikasi pertanian

Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan nama Panca

Usaha Tani yang meliputi :

- Pemilihan Bibit Unggul

- Pengolahan Tanah yang baik

- Pemupukan

- Irigasi

- Pemberantasan Hama

b) Ekstensifikasi pertanian

19

Page 20: sosial budaya ekonomi orde aru

Memperluas lahan tanah yang dapat ditanami dengan

pembukaan lahan-lahan baru (misal mengubah lahan tandus menjadi

lahan yang dapat ditanami, membuka hutan, dsb).

c) Diversifikasi pertanian

Usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan

pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan

karena dapat mencegah kegagalan panen pokok, memperluas

sumber devisa, mencegah penurunan pendapatan para petani.

d) Rehabilitasi pertanian

Merupakan usaha pemulihan produktivitas sumber daya

pertanian yang kritis, yang membahayakan kondisi lingkungan, serta

daerah rawan dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut akan

menghasilkan bahan makanan dan sekaligus sebagai stabilisator

lingkungan.

Pelaksanaan Penerapan Revolusi Hijau:

a) Pemerintah memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani.

b) Kegiatan pemasaran hasil produksi pertanian berjalan lancar sering

perkembangan teknologi dan komunikasi.

c) Tumbuhan yang ditanam terspesialisasi atau yang dikenal dengan

monokultur, yaitu menanami lahan dengan satu jenis tumbuhan saja.

d) Pengembangan teknik kultur jaringan untuk memperoleh bibit unggul

yang diharapkan yang tahan terhadap serangan penyakit dan hanya

cocok ditanam di lahan tertentu.

e) Petani menggunakan bibit padi hasil pengembagan Institut Penelitian

Padi Internasional (IRRI=International Rice Research Institute) yang

bekerjasama dengan pemerintah, bibit padi unggul tersebut lebih

dikenal dengan bibit IR.

f) Pola pertanian berubah dari pola subsistensi menjadi pola kapital

dan komersialisasi.

g) Negara membuka investasi melalui pembangunan irigasi modern dan

pembagunan industri pupuk nasional.

h) Pemerintah mendirikan koperasi-koperasi yang dikenal dengan KUD

(Koperasi Unit Desa).

20

Page 21: sosial budaya ekonomi orde aru

Revolusi Hijau yang berjalan menimpulkan tidak hanya dampak positif,

tetapi juga dampak negatif. Berikut dampak dari Revolusi Hijau di Indonesia

pada masa Orde Baru:

a) Dampak positif

1) Memberikan lapangan kerja bagi petani dan buruh pertanian

2) Daerah yang semula hanya memproduksi secara terbatas dan

memenuhi kebutuhan minimal, dapat menikmati hasil yang lebih

baik.

3) Kekurangan bahan pangan dapat teratasi.

4) Sektor pertanian mampu menjadi pilar penyangga

perekonomian Indonesia dalam berbagai situasi.

b) Dampak negatif

1) Munculnya komersialisasi produksi pertanian.

2) Muncul sikap individualis dalam penguasaan tanah.

3) Terjadinya perubahan struktur sosial di pedesaan dan pola

hubungan antar lapisan petani di desa dimana hubungan antar

lapisan terpisah dan menjadi satuan sosial yang berlawanan

kepentingan.

4) Memudarnya sistem kekerabatan dalam masyarakat yang

awalnya menjadi pengikat hubungan antar lapisan

5) Muncul kesenjangan ekonomi karena pengalihan hak milik atas

tanah melalui jual beli.

6) Harga tanah yang tinggi tidak terjangkau oleh kemampuan

ekonomi petani lapisan bawah, sehingga petani kaya memiliki

peluang besar untuk menambah luas tanah.

7) Muncul kesenjangan sosial karena kepemilikan tanah yang

berbeda berakibat tingkat pendapatan yang berbeda pula.

8) Muncul kesenjangan dalam hal gaya bangunan dan gaya

berpakaian penduduk sebagai simbol identitas sosial.

9) Mulai ada upaya petani untuk beralih pekerjaan ke jenis yang

lain terkait dengan kemajuan teknologi.

Strategi yang mendahulukan pembangunan pertanian tadi telah berhasil

mengantarkan bangsa Indonesia berswasembada beras, menyebarkan

pembangunan secara luas kepada rakyat, dan mengurangi kemiskinan di

Indonesia.

21

Page 22: sosial budaya ekonomi orde aru

Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun 1992, produksi padi sangat

meningkat. Dalam tahun 1968 produksi padi mencapai 17.156 ribu ton dan

pada tahun 1992 naik menjadi 47.293 ribu ton yang berarti meningkat

hampir tiga kalinya.

Perkembangan ini berarti bahwa dalam periode yang sama, produksi

beras per jiwa meningkat dari 95,9 kg menjadi 154,0 kg per jiwa. Prestasi

yang besar, khususnya di sektor pertanian, telah mengubah posisi Indonesia

dari negara pengimpor beras terbesar di dunia dalam tahun 1970-an

menjadi negara yang mencapai swasembada pangan sejak tahun 1984.

Kenyataan bahwa swasembada pangan yang tercapai pada tahun itu,

juga selama lima tahun terakhir sampai dengan tahun terakhir Repelita V

tetap dapat dipertahankan.

e. Perubahan Struktur Lapangan Kerja

Lebih banyak tenaga kerja yang beralih dari lapangan usaha sektor

pertanian ke sektor usaha lainnya karena bertambahnya lapangan kerja baru

yang diciptakan. Selama periode tahun 1971 sampai dengan 1988

pertumbuhan tenaga kerja di luar sektor pertanian lebih cepat dibandingkan

dengan pertumbuhan di sektor pertanian. Perubahan struktur tenaga kerja

tersebut telah pula membawa dampak terhadap cara hidup dan kebutuhan

hidup keluarga. Hal ini dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap pola

konsumsinya (adanya permintaan masyarakat yang meningkat).

f. Perkembangan Investasi

Kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang senantiasa dilakukan

pemerintah di berbagai sektor ekonomi serta ditunjang adanya sarana

infrastruktur yang makin bertambah baik di daerah-daerah, akan membawa

iklim segar bagi investor baik dari dalam maupun luar negeri. Para investor ini

akan menanamkan modalnya di daerah dengan berbagai produk baik dalam

rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal

asing (PMA).

g. Perkembangan Ekspor

Perkembangan investasi (PMDN dan PMA) membawa dampak

terhadap produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan tersebut tidak

hanya ditujukan untuk pasaran dalam negeri, tetapi lebih banyak ditujukan

untuk ekspor (pasaran luar negeri).

22

Page 23: sosial budaya ekonomi orde aru

Jenis barang yang dihasilkan industri dalam negeri setiap tahun

menunjukkan peningkatan baik jenis maupun nilai ekspor sebagaimana dapat

dilihat perkembangannya.

Sejak Repelita I, penerimaan dalam negeri yang bersumber dari

penerimaan nonmigas jauh lebih tinggi dari penerimaan migas. Namun,

setelah investor asing menanamkan modal di sektor perminyakan sekitar

tahun 1969/1970 (Repelita II) mulai terlihat hasil ekspor migas telah

meningkat lebih tinggi daripada penerimaan ekspor nonmigas (perpajakan

dan bukan pajak).

Hingga tahun 1985/1986 (tahun kedua Repelita IV), penerimaan dalam

negeri sangat bertumpu pada hasil ekspor migas. Namun, saat terjadi krisis

ekonomi yang melanda dunia di tahun 1980-an, maka hal tersebut telah

berdampak negatif terhadap tingkat harga minyak bumi di pasaran dunia.

Pasaran harga minyak bumi sejak terjadinya krisis ekonomi dunia tidak lagi

dapat diharapkan. Sejak itu harga minyak bumi telah anjlok dari 25,13 dolar

Amerika per barel dalam bulan Januari 1986 turun menjadi 9,83 dolar

Amerika per barel dalam bulan Agustus 1986. Anjloknya harga minyak bumi

di pasaran dunia telah memengaruhi penerimaan dalam negeri.

Dalam upaya memperbaiki keadaan ekonomi dan keuangan negara,

menteri keuangan RI pada tanggal 12 September 1986, telah mengambil

tindakan devaluasi rupiah terhadap nilai mata uang asing dan segera

mengubah struktur penerimaan dalam negeri dari ketergantungan pada

penerimaan migas beralih kepada penerimaan nonmigas. Dengan devaluasi

ini diharapkan komoditas nonmigas Indonesia akan meningkat karena dengan

perhitungan sederhana, devaluasi sebesar 45% barang (komoditas)

Indonesia akan lebih murah 45% bila dibeli dengan dolar Amerika Serikat.

Dengan demikian, barang-barang ekspor nonmigas Indonesia akan

mempunyai daya saing lebih kuat di pasaran internasional. Untuk

meningkatkan penerimaan dalam negeri dari sektor nonmigas, pemerintah

telah mengambil langkah-langkah khusus untuk menaikkan penerimaan dari

ekspor nonmigas, seperti kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi.

Sebaliknya, dengan devaluasi 45% ini berarti barang-barang impor

akan meningkat harganya 45% jika dibeli dengan rupiah. Berdasarkan

23

Page 24: sosial budaya ekonomi orde aru

gambaran perhitungan sederhana ini, maka dampak devaluasi yang bisa

diharapkan adalah di satu pihak ekspor nonmigas akan meningkat, di lain

pihak impor akan berkurang. Dengan demikian, neraca pembayaran

Indonesia akan dapat dipertahankan pada tingkat yang sehat.

h. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

telah mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara nasional yang diukur

dengan Produksi Domestik Bruto (PDB). Tingkat pertumbuhan PDB selama

periode 1969–1989 yang diukur atas dasar harga yang berlaku maupun

menurut harga konstan menunjukkan adanya peningkatan.

Sejak tahun 1969 sampai dengan tahun 1983 yang merupakan tahun

terakhir Pelita III, tingkat rata-rata pertumbuhannya sebesar 7,2% per tahun.

Selanjutnya, tingkat rata-rata pertumbuhan ekonomi selama Pelita IV yang

diukur dengan PDB tahun 1983 sebesar 5,2% per tahun. Berarti lebih tinggi

daripada rata-rata laju pertumbuhan ekonomi per tahun yang direncanakan

dalam Repelita IV sebesar 5,0%.

Sementara itu, tingkat pertumbuhan PDB tahun 1989 yang merupakan

tahun pertama pelaksanaan Pelita V (1989/1990–1993/1994) adalah 7,4%,

dan tahun 1990 sebesar 7,4% (tahun kedua). Dalam tahun-tahun berikutnya

menunjukkan laju pertumbuhannya adalah tahun 1991 sebesar 6,8%, tahun

1992 sebesar 6,3%, dan tahun 1993 yang merupakan tahun terakhir

pelaksanaan Pelita V sebesar 6,0%. Jadi, pertumbuhan ekonomi Pelita V

rata-rata adalah 6,9% per tahun. Berarti lebih tinggi daripada rata-rata

pertumbuhan ekonomi per tahun yang direncanakan dalam Repelita V

sebesar 5,0%.

Repelita VI (1994/1995–1998/1999) yang merupakan tahapan

pembangunan lima tahun pertama dalam periode 25 tahun kedua

Pembangunan Jangka Panjang (PJP II), pertumbuhan ekonomi yang

direncanakan dalam Repelita VI adalah rata-rata 6,2% per tahun.

i. Keikutsertaan Indonesia dalam Berbagai Organisasi Internasional

Pemerintahan Indonesia masa Orde Baru aktif dalam beberapa

lembaga internasional, di mana ditekankan pada bentuk kerjasama yang

dijalin.

24

Page 25: sosial budaya ekonomi orde aru

Kerjasama tersebut berupa kerjasama ekonomi seperti berikut ini:

a) Consultative Group on Indonesia (CGI)

Sebelum pemerintah Indonesia mendapat bantuan dana

pembangunan dari Consultative Group on Indonesia (CGI) terlebih

dahulu mendapat bantuan dana pembangunan dari Inter-

Governmental Group on Indonesia (IGGI).

Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI) didirikan pada

tahun 1967. Tujuannya, memberi bantuan kredit jangka panjang

dengan bunga ringan kepada Indonesia untuk biaya pembangunan.

Anggota IGGI terdiri atas dua kelompok.

1) Negara-negara kreditor, seperti Inggris, Prancis, Belgia, Italia,

Swiss, Jepang, Belanda, Jerman Barat, Australia, Selandia

Baru, Amerika Serikat, dan Kanada.

2) Badan keuangan dunia baik internasional maupun regional,

seperti Bank Dunia (World Bank), Bank Pembangunan Asia

(Asian Development Bank), Dana Moneter Internasional

(International Monetary Fund), dan Masyarakat Ekonomi

Eropa (MEE).

IGGI berpusat di Den Haag (Belanda). Ketua IGGI dijabat oleh

Menteri Kerja Sama Pembangunan Kerajaan Belanda.

Bantuan IGGI kepada Indonesia, antara lain berbentuk:

1) bantuan proyek,

2) bantuan program,

3) bantuan pangan,

4) bantuan teknik,

5) devisa kredit (devisa yang diperoleh dari pinjaman), dan

6) grant (sumbangan atau hadiah).

Bantuan IGGI kepada Indonesia ini diberikan setiap tahun.

Setiap tahun diselenggarakan sidang IGGI untuk membahas dan

mengevaluasi pelaksanaan pembangunan Indonesia sebagai dasar

pemberian bantuan tahun berikutnya.

Bantuan yang berbentuk pinjaman (devisa kredit) bersyarat

lunak dengan bunga berkisar 0–3% setahun dengan jangka waktu

angsuran berkisar 7–10 tahun.

25

Page 26: sosial budaya ekonomi orde aru

Bantuan dari IGGI yang digunakan untuk pembangunan proyek-

proyek produktif dan kesejahteraan sosial itu, antara lain sebagai

berikut:

1) Bantuan teknik, umumnya tidak diterima dalam bentuk uang,

tetapi dalam bentuk bantuan tenaga ahli, peralatan

laboratorium, dan penelitian.

2) Grant digunakan untuk biaya berbagai macam keperluan

pembangunan,misalnya untuk membeli kapal angkutan laut.

3) Devisa kredit dan bantuan pangan digunakan untuk biaya

impor barang modal, bahan baku, dan bahan makanan.

4) Bantuan proyek digunakan untuk biaya pembangunan proyek

listrik, pembangunan telekomunikasi, pengairan, pendidikan,

kesehatan (program KB), dan prasarana lainnya.

5) Bantuan program digunakan untuk biaya penyusunan

program pembangunan.

Pada tanggal 25 Maret 1992, IGGI bubar sebab Indonesia

menolak bantuan Belanda yang dianggap terlalu banyak mengaitkan

pinjaman luar negerinya dengan masalah politik di Indonesia.

Sebagai penggantinya, pemerintah Indonesia meminta pada

Bank Dunia membentuk Consultative Group on Indonesia (CGI).

CGI mengadakan sidang pertama kali di Paris, Prancis tanggal

16 Juli 1992. Sidang dihadiri oleh 18 negara dan 10 lembaga

internasional yang dipimpin oleh Bank Dunia. Anggota CGI terdiri atas

negara-negara bekas anggota IGGI (kecuali Belanda) dan lembaga-

lembaga internasional.

Negara anggota CGI itu, antara lain:

1) Jepang, 10) Austria,

2) Korea Selatan, 11 Kanada,

3) Amerika Serikat, 12) Italia,

4) Prancis, 13) Spanyol,

5) Jerman, 14) Finlandia,

6) Inggris, 15) Swedia,

7) Swiss, 16) Norwegia, dan

8) Belgia, 17) Selandia Baru.

9) Denmark,

26

Page 27: sosial budaya ekonomi orde aru

Lembaga internasional yang ikut dalam CGI, antara lain:

1) World Bank, 10) UNESCO,

2) ADB, 11) UNHCR,

3) UNDP, 12) IAEA,

4) WFP, 13) Mordic Invesment Bank,

5) UNFPA, 14) IFAD,

6) WHO, 15) IDB,

7) FAO, 16) UNICEF,

8) UNIDO, 17) Kuwait Fund, dan

9) ILO, 18) Saudi Fund.

b) Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)

APEC merupakan forum kerja sama ekonomi negara-negara di

kawasan Asia dan Pasifik. APEC terbentuk pada bulan Desember

1989 di Canberra, Australia. Gagasan APEC muncul dari Robert

Hawke, Perdana Menteri Australia saat itu.

Latar belakang terbentuknya APEC adalah perkembangan

situasi politik dan ekonomi dunia pada waktu itu yang berubah dengan

cepat. Hal ini diikuti dengan kekhawatiran gagalnya perundingan

Putaran Uruguay (masalah perdagangan bebas). Apabila perdagangan

bebas gagal disepakati, diduga akan memicu sikap proteksi dari

negara-negara maju.

Indonesia, sebagai anggota APEC, mempunyai peranan yang

cukup penting. Dalam pertemuan di Seattle, Amerika Serikat (1993),

Indonesia ditunjuk sebagai Ketua APEC untuk periode 1994–1995.

Sebagai Ketua APEC, Indonesia berhasil menyelenggarakan

pertemuan APEC di Bogor pada tanggal 14–15 November 1994 yang

dihadiri oleh 18 kepala negara dan kepala pemerintahan negara

anggota. Sidang APEC di Tokyo tahun 1995, memutuskan bahwa era

perdagangan bebas akan mulai diberlakukan tahun 2003 bagi negara

maju dan 2010 bagi negara berkembang.

Dampak Positif Kebijakan ekonomi Orde Baru

1.  Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan

pemerintah terencana dengan baik dan hasilnyapun dapat terlihat

secara konkrit.

27

Page 28: sosial budaya ekonomi orde aru

2.  Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar

menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada

beras).

3.  Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan

kesejahteraan rakyat.

Dampak Negatif Kebijakan ekonomi Orde Baru

1.  Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam

2.  Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan,

antarkelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam.

3.  Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial)

4.  Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN

5.  Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh

sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat

dan tidak merata.

6.  Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa

diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan

berkeadilan.

7.  Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental

pembangunan ekonomi sangat rapuh.

8.  Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di

sejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar

seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilahh yang

selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional

Indonesia menjelang akhir tahun 1997.

28

Page 29: sosial budaya ekonomi orde aru

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan Sosial-Budaya yang dilakukan pemerintah masa Orde Baru meliputi

sektor pertumbuhan penduduk, sektor pendidikan, dan mengenai warga Tionghoa

yang ada di Indonesia.

Pemerintah Orde Baru berhasil menangani masalah kependudukan dengan

kebijakan yang baik, tetapi mengenai penduduk Tionghoa pemerintah mengeluarkan

kebijakan yang melanggar hak-hak warga Tionghoa.

Sementara pada bidang ekonomi, terbagi dalam sektor pertanian, kebijakan

terkait APBN, penanganan utang, sektor pembangunan, dan sektor Industri.

Dalam bidang ekonomi tidak seluruhnya berhasil. Memang, pada

kenyataannya Indonesia berhasil mengatasi inflasi dan berhasi memperbaiki

kesejahteraan penduduk. Tetapi, pada akhirnya semua kebijakan itu berdampak

buruk bagi Indonesia.

Dampak tersebut meliputi utang Indonesia mencapai US$70,9milyar, ditambah

banyak KKN yang terjadi. Eksploitasi besar-besaran dalam rangka mengisi kas

negara pun berdampak kerusakan pada alam. Pembangunan pun tidak merata,

sehingga terjadi kesenjangan sosial.

B. Saran

Kebijakan yang ditempuh oleh pemerintahan masa Orde Baru bisa diterapkan

untuk pembangunan jika tidak terjadi faktor luar semacam KKN. Tidak dapat

dipungkiri bahwa program Pelita sedikit demi sedikit mampu memperbaiki

perekonomian Indonesia. Kebijakan-kebijakan lain tersebut sebaiknya ditinjau ulang

dan diperbaiki sehingga dapat diterapkan kembali dengan hasil yang baik dan dapat

membawa Indonesia menjadi negara yang maju.

29

Page 30: sosial budaya ekonomi orde aru

DAFTAR PUSTAKA

Kurnia, Anwar. 2007. Sejarah SMP Kelas IX. Jakarta:Yudhistira.

Mushtofa, Sh. 2009. Sejarah Untuk SMA/MA Kelas XII Program IPA. Jakarta: Pusat

Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

http://24bit.wordpress.com/2010/03/30/perkembangan-bidang-sosial-budaya-pada-

masa-orde-baru/

http://akirawijayasaputra.wordpress.com/2010/03/31/persamaan-dan-perbedaan-

kebijakan-ekonomi-pada-masa-orde-lama-orde-baru-dan-reformasi/

http://andreaspaka.wordpress.com/2011/04/13/sistem-ekonomi-indonesia-orlam-

orba-%E2%80%93-reformasi/

http://debydeboo.wordpress.com/2011/03/24/sistem-ekonomi-indonesia-2/

http://sunarto-historia.blogspot.com/2010/07/indonesia-pada-masa-orde-baru.html

http://www.crayonpedia.org/mw/

BSE:Berakhirnya_Masa_Orde_Baru_dan_Lahirnya_Reformasi_9.2_(BAB_13)

30