sop uang pengganti tanggal 242013
TRANSCRIPT
1
Lampiran Surat Jaksa Agung Republik IndonesiaNomor : B-012/A/Cu.2/01/2013
Tanggal : 18 Januari 2013
PEDOMANPENYELESAIAN UANG PENGGANTI TINDAK PIDANA KORUPSI
I. LATAR BELAKANG
Menindaklanjuti temuan Badan Pemeriksa Keuangan RI mengenai belum memadainya Sistem
Pengendalian Intern atas pengelolaan uang pengganti yang berasal dari tindak pidana korupsi yang antara
lain adalah :
Satuan Kerja belum mengintegrasikan pencatatan dan pelaporan uang pengganti ke dalam aplikasi
Sistem Akuntansi Instansi (SAI) sehingga tidak terlapor/tercatat dalam neraca wilayah.
Ketidakakuratan data dalam administrasi dan pelaporannya serta pengelolaan yang belum tertib.
Permasalahan tersebut diatas terjadi karena belum adanya pedoman penyelesaian piutang uang pengganti
yang mengatur proses pengelolaan uang pengganti sejak keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, pencatatan, pengakuan, dan pelaporan serta penyajian dalam neraca.
Sementara itu, perkembangan nilai uang pengganti setiap tahun terus meningkat dan terhadap uang
pengganti yang sudah terjadi sebelumnya memerlukan tindak lanjut penyelesaiannya. Penyelesaian uang
pengganti perlu segera dilakukan untuk mengembalikan kerugian negara yang hilang karena bila tidak
terselesaikan berpotensi menimbulkan permasalahan hukum di kemudian hari. Begitu juga dengan adanya
ketentuan mengenai perlakuan penyelesaian piutang negara sesuai dengan PMK Nomor :
201/PMK.06/2012 tanggal 23 November 2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian Negara/Lembaga dan
Pembentukan Piutang Tidak Tertagih, dan diatur dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor :
82/PB/2011 tanggal 30 November 2011 tentang Pedoman Akuntansi Penyelesaian Piutang Tak Tertagih.
Ketentuan tersebut mengharuskan penyajian piutang dengan nilai bersih (net realizable value) di neraca
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Selain itu memperhatikan juga pendapat Komite
Standar Akuntansi Pemerintah sesuai suratnya Nomor : S-73/K.1/KSAP/X/2010 tanggal 6 Oktober 2010
tentang pendapat Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) terhadap uang pengganti, menetapkan
beberapa hal sebagai berikut :
a. Uang pengganti disajikan sebagai “piutang” pada neraca dan diungkapkan secara memadai dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
b. Mekanisme penghapusan uang pengganti mengikuti Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 dan bukan
PP Nomor 14 tahun 2005 tentang tata cara penghapusan piutang negara/daerah.
c. Uang pengganti dihapuskan secara mutlak dari neraca apabila :
Uang pengganti telah dibayar lunas oleh terpidana.
Harta benda terpidana disita untuk kemudian dilelang.
Terpidana telah menjalani tambahan pidana penjara sebagai subsitusi dari kewajiban membayar
uang pengganti.
2
Menurut aturan perundang-undangan yang berlaku, perlakuan penyelesaian uang pengganti adalah
berbeda. Pada pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo UU Nomor 20 tahun 2001 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi, menetapkan bahwa uang pengganti yang berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht), bila terpidana tidak sanggup
membayar maka diganti dengan pidana penjara subsidair yang telah ditentukan. Sedangkan pada
pelaksanaan UU Nomor 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, uang pengganti
harus dibayar oleh terpidana dan bila tidak dapat dibayar maka harus diproses lebih lanjut melalui gugatan
perdata kepada ahli warisnya.
II. TUJUAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Mengingat masih adanya ketidakseragaman dalam proses eksekusi, pencatatan dan akuntansi dan
pelaporan atas amar putusan Tindak Pidana Korupsi (TPK) maka perlu disusun suatu Pedoman
Penyelesaian Uang Pengganti. Petunjuk teknis ini dibuat dengan tujuan agar dapat digunakan sebagai
arahan pokok dalam legalisasi proses dan disusun dengan menjabarkan kembali point-point yang dimuat
dalam Surat Jaksa Agung Nomor : B-020/A/J.A/04/2009 tanggal 8 April 2009 dan perkembangan standar
akuntansi serta teknis pembukuan/pencatatan, akuntansi dan pelaporan serta rekonsiliasi pada berbagai
bidang teknis dan unit kerja di Kejaksaan Republik Indonesia.
III. PENGERTIAN PIUTANG UANG PENGGANTI
Menurut Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal I ayat (6), piutang
negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Pusat dan atau hak Pemerintah Pusat
yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau akibat lainnya yang sah.
Pengertian uang pengganti adalah salah satu hukuman pidana tambahan dalam perkara Tindak Pidana
Korupsi (TPK) yang harus dibayar oleh terpidana kepada negara yang jumlahnya sebanyak-banyaknya
sama dengan harta benda yang diperoleh dari Tindak Pidana Korupsi. Uang pengganti terjadi akibat
adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht) yang dijatuhkan
kepada terpidana untuk dibayar/dikembalikan kepada Negara, melalui Kas Negara/Kas
Daerah/BUMN/BUMD atau diganti dengan pidana badan (subsidair) bila tidak membayar uang pengganti
(UU Nomor 31 tahun 1999).
IV. KEBIJAKAN AKUNTANSI
1. Pengakuan piutang uang pengganti dicatat sebagai piutang/tagihan kepada negara sejak keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht) diterima oleh Kejaksaan dari
Panitera Pengadilan.
3
2. Pegukuran piutang uang pengganti dinyatakan menurut nilai nominal yang tercantum dalam keputusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
V. PROSEDUR (TATA CARA) PENCATATAN/PEMBUKUAN UANG PENGGANTI BERDASARKAN UU
NOMOR 31 TAHUN 1999 DAN NOMOR 3 TAHUN 1971.
A. Prosedur Penyelesaian Uang Pengganti berdasarkan UU Nomor 31 tahun 1999.
1) Bersamaan dengan Surat Perintah Pelaksanaan Putusan Pengadilan (P-48) Kepala Kejaksaan
Negeri juga mengeluarkan Surat Perintah kepada Jaksa untuk “mencari harta benda milik terpidana
dan selanjutnya dilelang untuk menutup uang pengganti (pasal 18 ayat 2 UU Nomor 31 tahun
1999)”.
2) Apabila telah dilakukan upaya pencarian harta benda/aset milik terpidana untuk menutupi uang
pengganti namun tidak dapat ditemukan, maka Jaksa memanggil terpidana (form D-1) untuk
menanyakan apakah terpidana akan membayar uang pengganti atau akan menjalani pidana
penjara tambahan dengan membuat Surat Pernyataan (form D-2). Jika terpidana menyatakan tidak
sanggup membayar karena tidak mempunyai uang/harta benda/aset lagi, maka Surat Pernyataan
(form D-2) harus dilengkapi dengan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan yang dibuat
pejabat berwenang yang menerangkan tentang hal tersebut.
3) Apabila terpidana tidak membayar uang pengganti, Jaksa melakukan eksekusi pidana penjara
tambahan (subsider uang pengganti) dengan membuat Berita Acara Pelaksanaan Pidana Penjara
Tambahan (subsider uang pengganti), maka :
a. Pembayaran uang pengganti tidak bisa dialihkan ke DATUN dan tidak diperbolehkan adanya
cicilan/angsuran untuk pembayaran uang pengganti.
b. Apabila terpidana membayar uang pengganti sebelum hukuman pokok selesai dilaksanakan,
maka dapat diterima selanjutnya Berita Acara pelaksanaan pidana penjara tambahan (subsider
uang pengganti) di BATAL kan.
4) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Pedoman Penyelesaian Uang Pengganti ini akan diberikan
petunjuk lebih lanjut.
Bidang Pidana Khusus dan Bidang Pembinaan merupakan bidang yang berkewajiban untuk melakukan
pencatatan/pembukuan dan pelaporan atas amar putusan perkara Tindak Pidana Korupsi (TPK).
Bidang Pidana Khusus melakukan pencatatan atas amar putusan perkara TPK yang sudah memiliki
kekuatan hukum tetap (inkracht) sejak putusan tersebut diterima Kejaksaan, dieksekusi, dilakukan
perhitungan sisa/saldonya secara berkala, sedangkan bidang Pembinaan melakukan pencatatan ke
dalam aplikasi Sistem Akuntansi Instansi-Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAI-SAKPA)
setelah menerima data uang pengganti dari bidang teknis.
Setiap pencatatan yang dilakukan harus memiliki dokumen sumber yang valid/sah dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum yaitu amar putusan TPK yang telah mempunyai kekuatan
4
hukum tetap (inkracht) yang memuat lamanya pidana pokok (dalam tahun), besarnya jumlah uang
pengganti (dalam rupiah) dan subsidair pidana penjara (tahun/bulan).
Selama ini belum adanya media standar (buku register/form/laporan perantara) yang berisi informasi
keuangan yang berasal dari pencatatan di Bidang Teknis untuk disampaikan ke Bidang Pembinaan
yang merupakan sumber data yang disajikan dalam Laporan Keuangan per semester/tahunan. Oleh
karena itu diperlukan suatu media standart (buku register) di luar register teknis (RP-12) tersebut di atas
yang akan diberikan petunjuk lebih lanjut.
B. Prosedur Penyelesaian Uang Pengganti berdasarkan UU Nomor 3 tahun 1971.
1) Dalam rangka melaksanakan Putusan Hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht), jika
pembayaran uang pengganti belum dilaksanakan dan/atau mencukupi, maka Jaksa selaku
eksekutor Putusan Pengadilan melakukan pencarian harta benda milik terpidana.
2) Jika ditemukan harta benda milik terpidana segera dilakukan sita eksekusi dan selanjutnya
dilakukan lelang kemudian hasilnya disetorkan ke Kas Negara. Apabila hasil lelang tidak
mencukupi untuk membayar uang pengganti maka segera dilimpahkan ke Bidang Datun untuk
ditindaklanjuti dengan melakukan upaya perdata dengan membuat Surat Pelimpahan Penagihan
Uang Pengganti dari Bidang Pidsus ke Bidang Datun (form D-5).
3) Dalam hal terpidana meninggal dunia, maka Jaksa melakukan penyitaan (sita eksekusi) terhadap
harta benda yang ditinggalkan terpidana kepada ahli warisnya yang jumlahnya sebanyak-
banyaknya sama dengan jumlah uang pengganti yang tertera dalam amar putusan pengadilan.
4) Apabila barang-barang hasil korupsi diketahui berada dalam penguasaan pihak ketiga baik
sebagai atau seluruhnya, maka untuk memenuhi pembayaran uang pengganti berdasarkan
putusan hakim yang memperoleh kekuatan hukum tetap, Jaksa mengusahakan pengembalian
barang-barang tersebut. Jika upaya-upaya tersebut tidak membawa hasil, maka Jaksa
mengajukan gugatan perdata terhadap pihak ketiga yang beritikad tidak baik dan dengan sengaja
tidak bersedia menyerahkan atau memindahtangankan barang-barang tersebut.
5) Upaya hukum gugatan perdata yang berkaitan dengan usaha pengembalian/pembayaran uang
pengganti atau karena perbuatan yang merugikan keuangan Negara, dilaksanakan sesuai
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
6) Sepanjang gugatan perdata belum diajukan ke pengadilan, jika ditemukan harta benda milik
terpidana maka Jaksa melakukan penyitaan (sita eksekusi) terhadap harta benda tersebut dan
melelangkan untuk uang pengganti.
7) Jika sudah dilakukan upaya/upaya tersebut diatas, ternyata terpidana, ahli waris atau pihak ketiga
karena alasan-alasan yang dapat dibenarkan menurut hukum sudah tidak mampu lagi untuk
membayar uang pengganti atau menyerahkan barang-barang, maka Kejaksaan terkait meminta
petunjuk kepada Jaksa Agung yang dilakukan secara berjenjang disertai bukti pendukung yang
cukup untuk diusulkan penghapusan piutang Negara uang pengganti.
C. Prosedur Pembukuan/Pencatatan di Kejaksaan Negeri.
1. Pencatatan pada Seksi Pidsus.
5
Oleh karena terdapat data uang pengganti yang ada sebelumnya per 31 Desember 2011
sesuai dengan data Audited, maka sebelum mencatat mutasi selama tahun 2012, perlu
dicatat terlebih dahulu data Audited tersebut dan dilakukan validasi, baik yang berasal dari
UU Nomor 3 tahun 1971 yang belum diserahkan ke Bidang Datun maupun UU Nomor 31
tahun 1999 sampai dengan tanggal cut off per 31 Desember 2011 dengan pengisian pada
formulir 1.a (form1.a).
Melakukan pencatatan/pembukuan atas amar putusan perkara TPK yang memiliki kekuatan
hukum tetap (inkracht) sejak amar putusan diterima kemudian dieksekusi dan dilakukan
penghitungan sisa / saldonya dengan pengisian pada formulir 1.a khusus yang berkaitan
dengan bidang Pidsus (form-1a).
Mencatat mutasi bila apabila terdapat mutasi kurang (adanya pembayaran uang
pengganti/selesai menjalani hukuman pokok dan subsider untuk perkara berdasarkan UU
Nomor 31 tahun 1999 dan pembayaran untuk perkara berdasarkan UU Nomor 3 tahun
1971) dan mutasi tambah (adanya perkara baru yang telah inkracht yang masih menjadi
tunggakan) dan proses lainnya.
Menyampaikan formulir dimaksud ke Subbag Pembinaan beserta softcopynya tiap
triwulan/semester/tahunan.
Melaporkan secara berjenjang kepada Asisten Tindak Pidana Khusus di Kejati setiap
bulannya.
2. Pencatatan pada Seksi Datun.
Terlebih dahulu mencatat/validasi data uang pengganti yang lama sesuai dengan data
Audited yang sudah diterima sampai dengan 31 Desember 2011 sebagai data awal,
sebelum mencatat mutasi tambah (limpahan perkaradari Bidang Pidsus) dan mutasi kurang
(adanya pembayaran/cicilan atas uang pengganti).
Melakukan pencatatan/pembukuan pelimpahan perkara TPK sesuai UU Nomor 3 tahun
1971 dari Seksi Pidsus.
Mencatat apabila ada cicilan/angsuran sesuai dengan formulir terlampir (form-1.b).
Menyampaikan form-1.b ke Subbag Pembinaan beserta soft copynya per
triwulan/semester/tahunan.
Melaporkan secara berjenjang kepada Asisten Perdata Dan Tata Usaha Negara di Kejati
setiap bulan.
3. Pencatatan pada Kasubbagbin.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Seksi Pidsus (form-1.a), Kasubbagbin melengkapi
pengisian yang terkait dengan bidang Pembinaan sesuai dengan formulir 1.a
Melakukan rekapitulasi data dari form-1 Pembinaan dengan form-1.b dari bidang Datun
sesuai dengan form-1.c (terlampir).
Menyampaikan form-1.c ke Asisten Pembinaan di Kejati setiap triwulan/semester/tahunan.
Segera memerintahkan operator SAI untuk menginput sisa/saldo uang pengganti ( dalam
rupiah) dari rekapitulasi dari form-1.c ke dalam aplikasi SAI – Sistem Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran (SAI-SAKPA) dan dilampirkan dalam Laporan Keuangan Tingkat
6
Satker untuk dilaporkan secara berjenjang kepada Asisten Pembinaan di Kejati setiap
semester.
Melakukan rekonsilasi per semester/tahunan data antara sub bagian Pembinaan, seksi
Pidsus dan seksi Datun untuk menjamin keakuratan dan kehandalan penyajian data Uang
Pengganti dalam Laporan Keuangan.
Hasil rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi yang ditandatangani oleh
Asisten Pidsus, Asisten Datun dan Asisten Pembinaan.
4. Pencatatan pada operator.
Prosedur pencatatan ke dalam SAI-SAKPA yang dilakukan setiap akhir semester sesuai dengan
data piutang secara singkat digambarkan sebagai berikut :
4.1. INPUT PIUTANG UANG PENGGANTI OLEH OPERATOR SAKPA.
a. Penginputan pertama kali dicatat ke dalam SAKPA dengan melakukan jurnal menggunakan
akun 115211 Piutang Bukan Pajak (Debet) dan akun 311311 Cadangan Piutang (Kredit)
sebesar total sisa/saldo uang pengganti secara keseluruhan berdasarkan data piutang uang
pengganti (kolom 8 form 1.c).
b. Mutasi uang pengganti sampai dengan tanggal pelaporan (30 Juni dan 31 Desember) dicatat
ke dalam SAKPA sesuai penambahan/pengurangan saldo tersebut, yaitu :
Jika sisa/saldo uang pengganti periode berjalan bertambah dibandingkan dengan periode
sebelumnya, maka dicatat ke dalam SAI dengan melakukan jurnal menggunakan akun
115211 Piutang Bukan Pajak (Debet) dan akun 311311 Cadangan Piutang (Kredit) sebesar
penambahan sisa/saldo uang pengganti (kolom 6 form 1.c.)
Jika sisa/saldo uang pengganti periode berjalan berkurang dibandingkan dengan periode
sebelumnya, maka tetap dicatat ke dalam SAKPA dengan melakukan jurnal menggunakan
akun 115211 Piutang Bukan Pajak (Debet) dan akun 311311 Cadangan Piutang (Kredit)
sebesar sisa/saldo uang pengganti (kolom 7 form 1.c.) namun menggunakan tanda minus
(-) pada nilai rupiahnya.
Lebih lanjut,cara melakukan input ke dalam Sistem Akuntansi Instansi – Sistem Akuntansi Kuasa
Pengguna Anggaran (SAI-SAKPA) oleh Operator SAI dan screen shoot-nya adalah sebagai
berikut:
a. Buka Sakpa, login sesuai user Satker.
b. Pada menu “Transaksi”, pilih “Jurnal Neraca” dan klik “Tambah”, maka akan
muncul form isian seperti berikut :
7
Contoh input uang pengganti :
a. Input semester I.
jika saldo piutang uang pengganti pada satker xyz per Juni sebesar
Rp.500.000.000,-
Lakukan jurnal neraca dengan perkiraan debet Piutang Bukan Pajak dengan
jumlah Rp.500.000.000,-
8
b. Input semerter II.
Jika saldo uang pengganti pada satker xyz per 31 Desember sebesar
Rp.600.000.000.00 maka penyesuaian yang harus dilakukan adalah penambahan
saldo sebesar Rp.100.000.000.00 (Rp.600.000.000.00-Rp.500.000.000.00)
Lakukan jurnal neraca dengan perkiraan debet Piutang PNBP dengan jumlah
Rp.100.000.000.00
9
Jika saldo uang pengganti pada satker xyz per 31 Desember sebesar
Rp.400.000.000.00 maka penyesuaian yang harus dilakukan adalah pengurangan
saldo sebesar Rp.200.000.000.00 (Rp.600.000.000.00-Rp.400.000.000.00)
Lakukan jurnal neraca dengan perkiraan debet Piutang PNBP dengan jumlah
Rp.-200.000.000.00 (menggunakan tanda minus (-))
Lakukan simpan dan posting jurnal pada bulan yang bersangkutan.
D. Prosedur pembukuan/pencatatan di Kejaksaan Tinggi.
1. Pencatatan pada Asisten Tindak Pidana Khusus.
Melakukan rekapitulasi data Uang Pengganti yang diterima dari Kasi Pidsus di Kejari
bersumber dari data (form-1.a Pidsus) pada setiap bulannya dengan menggunakan isian
form-2.a (terlampir).
Menyampaikan rekapitulasi data piutang uang pengganti dimaksud (form-2.a) ke Asisten
Pembinaan setiap triwulan/semester/tahunan.
Melaporkan form-2.a secara berjenjang kepada Direktur Eksekusi dan Eksaminasi pada
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus di Kejaksaan Agung R.I. setiap
triwulan/semester/tahunan.
2. Pencatatan pada Asisten Perdata Dan Tata Usaha Negara..
Melakukan rekapitulasi data Uang Pengganti yang diterima dari Kasi Datun di Kejari
bersumber dari data (form-1.b) pada setiap bulannya dengan menggunakan isian form-2.b
(terlampir).
Menyampaikan rekapitulasi data piutang uang pengganti dimaksud (form-2.b) ke Asisten
Pembinaan setiap triwulan/triwulan/tahunan.
10
Melaporkan form-2.b secara berjenjang kepada Direktur Eksekusi dan Eksaminasi pada
Kejaksaan Agung R.I. setiap triwulan/semester/tahunan.
3. Pencatatan pada Asisten Pembinaan.
Melakukan rekapitulasi data dari form-1.c seluruh Kejari sesuai form-2.c (terlampir)
Melakukan rekonsiliasi setiap semester/tahunan data Laporan Perkembangan Amar
Putusan Tindak Pidana Korupsi yang Memiliki Kekuatan Hukum Tetap seluruh Kejari yang
telah direkapitulasi di tingkat Wilayah antara Bidang Pembinaan, Bidang Pidsus dan Bidang
Datun.
Memerintahkan operator SAI untuk melakukan rekonsiliasi berdasarkan SAI – Unit
Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (Data Bidang Pembinaan) dengan data
yang bersumber dari form-2.c
Jika terdapat selisih atau perbedaan data Uang Pengganti antara Data Bidang Pidsus,
Bidang Datun dan Bidang Pembinaan, maka harus dilakukan penelusuran sampai dengan
Kejari yang menjadi penyebab dari selisih tersebut dan koreksi harus dilakukan pada tingkat
Kejari untuk proses kirim ulang ADK dan proses terima ulang ADK oleh Tingkat Kejati.
Hasil Rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rekonsiliasi yang ditandatangani
oleh Asisten Tindak Pidana Khusus, Asisten Perdata dan Tata Usaha Negara dan Asisten
Pembinaan.
E. Prosedur pembukuan/pencatatan di Kejaksaan Agung RI.
1. Pencatatan pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus c.q. Direktur Eksekusi dan
Eksaminasi.
Melakukan rekapitulasi data Uang Pengganti berdasarkan data dari form-2.a Pidsus seluruh
Asisten Tindak Pidana Khusus ditingkat Kejati sesuai dengan form-3.a Pidsus (terlampir).
Melakukan rekonsiliasi data per semester/tahunan pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus (form-3.a) dengan data pada Jaksa Agung Muda Pembinaan c.q. Biro Keuangan
(form-3.c).
2. Pencatatan pada Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara c.q. Direktur Perlindungan
dan Pemulihan Hak.
Melakukan rekapitulasi data Uang Pengganti berdasarkan data dari form-2.b seluruh Asisten
Perdata dan Tata Usaha Negara ditingkat Kejati sesuai dengan form-3.b (terlampir).
Melakukan rekonsiliasi data per semester/tahunan pada Jaksa Agung Muda Perdata dan
Tata Usaha Negara c.q. Direktur Perlindungan dan Pemulihan Hak (form-3.b) dengan data
pada Jaksa Agung Muda Pembinaan c.q. Biro Keuangan (form-3.c).
3. Pencatatan pada Jaksa Agung Muda Pembinaan c.q. Biro Keuangan.
Melakukan rekapitulasi data Uang Pengganti berdasarkan data dari form-2.c seluruh Asisten
Pembinaan ditingkat Kejati sesuai dengan form-3.c (terlampir).
11
Melakukan rekonsiliasi data pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus c.q. Direktur
Eksekusi dan Eksaminasi (form-3.a), Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara
c.q. Direktur Perlindungan dan Pemulihan Hak (form-3.b) dengan data pada Jaksa Agung
Muda Pembinaan c.q. Biro Keuangan (form-3.c).
Melakukan rekonsiliasi data berdasarkan form-3.c dengan data ADK SAI – Unit Akuntansi
Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1.
Melakukan rekonsiliasi data Uang Pengganti antara Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus c.q. Direktur Eksekusi dan Eksaminasi (form-3.a), Jaksa Agung Muda Perdata dan
Tata Usaha Negara c.q. Direktur Perlindungan dan Pemulihan Hak (form-3.b) dengan Jaksa
Agung Muda Pembinaan c.q. Biro Keuangan (form-3 Pembinaan).
Hasil Rekonsiliasi dituangkan dalam Berita Acara Hasil Rekonsiliasi yang ditandatangani oleh Jaksa
Agung Muda Tindak Pidana Khusus, Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara dan Jaksa
Agung Muda Pembinaan.
VI. PENYISIHAN PIUTANG UANG PENGGANTI
Aset berupa piutang pada Neraca Laporan Keuangan harus disajikan sesuai dengan nilai bersih yang
dapat direalisasikan (net realizable value). Oleh karena itu perlu dibentuk penyisihan piutang tak tertagih
berdasarkan kualitas piutang pada setiap tanggal pelaporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 201/PMK.06/2010 tanggal 23 November 2010 tentang Kualitas Piutang Kementerian
Negara/Lembaga dan Pembentukan Penyisihan Piutang Tak Tertagih. Prosentase penyisihan piutang tidak
tertagih ditetapkan berdasarkan kualitas piutang pada tanggal pelaporan dengan mengabaikan prosentase
penyisihan piutang tidak tertagih periode pelaporan sebelumnya. Dengan demikian, penyisihan piutang
tidak tertagih ditetapkan setiap semester berdasarkan kondisi kualitas piutang pada saat itu.
Penggolongan kualitas piutang merupakan salah satu dasar untuk menentukan besaran tarif penyisihan
piutang sesuai dengan tingkat ketertagihannya.
Sehubungan piutang uang pengganti memiliki karakteristik yang spesifik, maka pelaksanaan penyisihan
untuk sementara dilakukan di tingkat pusat dan secara bertahap akan dilakukan di setiap Satker, setelah
adanya pembahasan/kajian yang lebih lanjut terkait dengan pengaturan kualitas piutang.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
(bentuk-bentuk form) dan instruksinya/catatan petunjuk pengisian.
Flow chart.