solusioplasentadora-140118092335-phpapp02

14
MAKALAH KEBIDANAN TENTANG SOLUSIO PLASENTA Disusun oleh: Tiodora Tiarlin Marince BR. R.GG 201207124 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Upload: vie-vivie

Post on 19-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • MAKALAH KEBIDANAN

    TENTANG

    SOLUSIO PLASENTA

    Disusun oleh:

    Tiodora Tiarlin Marince BR. R.GG

    201207124

    AKADEMI KEBIDANAN ADILA

    BANDAR LAMPUNG

    TAHUN 2013

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

    dan rahmatNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yg berjudul

    Solusio Plasenta dengan tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai wujud

    menindaklanjutin tugas mata kuliah Psikologi Kebidanan, dan untuk menjelaskan

    secara singkat mengenai pengertian, jenis-jenis, penyebab, dan dampak dari

    permasalahan ibu hamil itu sendiri.

    Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,

    penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para

    pembaca. Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat

    bagi para pembaca, khususnya mahasiswi kebidanan.

    Bandar Lampung, 23 Desember 2013

    Tiodora Tiarlin Marince Br. R.gg

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi dan bahkan lebih tinggi

    dibanding beberapa negara tetangga. Tentu saja kenyataan ini sangat mengusik

    semua masyarakat yang peduli terhadap masih banyaknya kematian ibu. Salah

    satu penyebab AKI adalah perdarahan. Tingginya AKI di dunia pada tahun 2000

    disebabkan kehamilan, persalinan, dan nifas mencapai 529.000 yang tersebar di

    Asia 47,8% (253.000), Afrika 47,4% (251.000), Amerika Latin dan Caribbean 4%

    (22.000), dan kurang dari 1% (2.500) di negara maju. AKI di Indonesia tertinggi

    dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, seperti Thailand hanya 44 per

    100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup, dan Singapura

    6 per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003). Berdasarkan SDKI (2007) Indonesia

    telah berhasil menurunkan AKI dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (1992)

    menjadi 334 per 100.000 kelahiran hidup (1997), selanjutnya turun menjadi 228

    per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2008). Meskipun telah terjadi

    penurunan dalam beberapa tahun tarakhir akan tetapi penurunan tersebut masih

    sangat lambat (Wilopo, 2010). AKI di Indonesia bervariasi, provinsi dengan AKI

    terendah adalah DKI Jakarta dan tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat

    (Profil Kesehatan Indonesia, 2009). Di Provinsi Nusa Tenggara Barat ditemukan

    angka kematian ibu sebesar 99 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008,

    tahun 2009 menjadi 130 per 100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2010 sebesar 114

  • per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya AKI di Provinsi Nusa Tenggara Barat

    tidak terlepas dari tingginya AKI pada beberapa Kabupaten/Kota khususnya di

    Pulau Lombok, dalam tiga tahun terakhir AKI cenderung menunjukkan

    peningkatan yaitu: tahun 2008 sebanyak 88 per 100.000 kelahiran hidup,

    meningkat menjadi 120 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009, dan

    meningkat kembali pada tahun 2010 menjadi 123 per 100.000 kelahiran hidup

    (Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2010).

    Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang

    berbahaya. Pendarahan pada kehamilan muda (kehamilan

  • satu penyebab perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap

    kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Terdapat faktor-faktor lain yang

    ikut memegang peranan penting, yaitu kekurangan gizi, anemia, paritas tinggi,

    dan usia lanjut pada ibu hamil.

    Pada negara yang sedang berkembang, penyebab kematian yang disebabkan

    oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penanganannya (Direct

    Obstetric Death) adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi/eklamsi. Selain itu

    kematian maternal juga dipengaruhi faktor-faktor reproduksi, pelayanan

    kesehatan, dan sosio ekonomi. Salah satu faktor reproduksi ialah ibu hamil dan

    paritas. Solusio plasenta atau disebut abruption placenta/ablasia placenta adalah

    separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (Korpus Uteri)

    dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam

    plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat

    nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam

    masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.

    B. Rumusan Masalah

    1. Apa pengertian perdarahan antepartum?

    2. Apa definisi solusio plasenta?

    3. Apa klasifikasi solusio plasenta?

    4. .Apa etiologi perdarahan antepartum pada solusio plasenta?

    5. .Apa saja komplikasi dan penanganan pada solusio plasenta?

  • C. Tujuan

    1. Untuk mengetahui perdarhan antepartum.

    2. Untuk mengetahui definisi solusio plasenta

    3. Untuk mengetahui klasifikasi solusio plasenta

    4. Untuk mengetahui etiologi perdarahan antepartum pada solusio plasenta

    5. Untuk mengetahui komplikasi dari solusio plasenta.

  • BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Perdarahan Antepartum

    Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada trimester tiga

    terjadi sesudah usia kehamilan 28 minggu. Perdarahan pada masa ini biasanya

    lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan pada kehamilan sebelum

    28 minggu. Angka kejadian perdarahan antepartumsekitar 3% dari seluruh

    persalinan. Kasus yang sering terjadi adalah placenta previa, solutio placenta.

    Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester tiga (3), dalam hal ini

    perdarahan antepartum, masih merupakan penyebab kematian ibu yang utama.

    Oleh sebab itu, sangat penting bagi bidan mengenali tanda dan komplikasi yang

    terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan kebidanan holistik secara

    baik dan benar, sehingga AKI yang disebabkan perdarahan terutama perdarahan

    karena solusio plasenta dapat menurun.

    B. Definisi Solusio Plasenta

    1) Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta

    dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu

    dan sebelum janin lahir.

    2) Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta sebagai

    separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya korpus uteri

    sebelum janin lahir.

  • 3) Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi

    normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila

    terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500

    gram.

    C. Klasifikasi

    1) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat

    pelepasan plasenta

    a) Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.

    b) Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.

    c) Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang

    terlepas.

    2) Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan

    a) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar

    b) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang

    membentuk hematoma retroplacenter

    c) solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong

    amnion

    3) Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya

    mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala klinisnya,

    yaitu:

  • a) Ringan : perdarahan

  • f) Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

    g) Faktor paritas ibu

    h) Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa

    penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang

    baik keadaan endometrium

    i) Faktor usia ibu

    j) Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun.

    k) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan

    solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang

    mengandung leiomioma

    l) Faktor pengunaan kokain

    m) Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan

    peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas

    terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya

    plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif

    n) Faktor kebiasaan merokok

    o) Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio

    plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus

    per hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi

    tipis, diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada

    mikrosirkulasinya

    p) Riwayat solusio plasenta sebelumnya

  • q) Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat

    solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini

    pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu

    hamil yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta

    r) Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus

    pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh

    adanya kehamilan, dan lain-lain

    E. Komplikasi

    1) Syok perdarahan

    Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir

    tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera.

    Bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari

    perdarahan postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk

    menghentikan perdarahan pada kala III. Pada solusio plasenta

    berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang

    terlihat

    2) Gagal ginjal

    Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita

    solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia

    karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal

    yang mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan

    yang baik.

  • 3) Kelainan pembekuan darah

    Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh

    hipofibrinogenemia.

    4) Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)

    Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim

    dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.

    Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna

    uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut

    Uterus couvelaire.

  • BAB III

    PENUTUP

    Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan

    maternalplasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua

    endometrium sebelumwaktunya yakni sebelum anak lahir. Menurut berbagai

    literatur disebutkan bahwa risiko mengalami solusio plasenta meningkat

    dengan bertambahnya usia. Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab

    perdarahan antepartum yangmemberikan kontribusi terhadap kematian maternal

    dan perinatal di Indonesia. Terdapat faktor-faktor lain yang ikut memegang

    peranan penting yaitu kekurangan gizi, anemia,paritas tinggi, dan usia lanjut pada

    ibu hamil. Pada negara yang sedang berkembang penyebab kematian yang

    disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penangannya (direct

    obstetric death) adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi/eklamsi. Selain itu

    kematianmaternal juga dipengaruhi faktor-faktor reproduksi, pelayanan kesehatan,

    dan sosio ekonomi. Salah satu faktor reproduksi ialah ibu hamil dan paritas

    Solusio plasenta atau disebut abruption placenta/ablasia placenta adalah separasi

    prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam

    masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta

    terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari

    ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa

    kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bobak dkk. 1995. Keperawatan maternitas. Jakarta. Penerbit buku kedokteran

    EGC

    Cunningham, F Gary at all. 2001. William obstetric 21th edition. United States of

    America : the mcGraw hill companies

    JNPKKR-MNH. Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta

    Varney, Helen. 1997. Varneys Midwifey. Massachussets : Jones and bartlett Publishers

    Winkjosastro, hanifa. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : YBPSP

    Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP SP

    Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri

    Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku

    Kedokteran EGC, 1998; 279