sni 03-6390-2011 konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung

23
5Nl Standar Nasional Indonesia sNt 6390-.2011 Konsetvasi energi sistem tata udara bangunan gedung ICS 9U40.30 Badan Standardisasi Nasional HHff)

Upload: shona-sulistya

Post on 18-Oct-2015

4.381 views

Category:

Documents


882 download

DESCRIPTION

asda

TRANSCRIPT

  • 5NlStandar Nasional Indonesia

    sNt 6390-.2011

    Konsetvasi energi sistem tata udarabangunan gedung

    ICS 9U40.30 Badan Standardisasi Nasional HHff)

  • ': *, i'if,rF!:rllw?aT:qrflq4lFta'lFlFfrffi .ryf rl:: I)

    o qsN 2011

    Hak cipta dilindungi undang-undang. Dibrang menyalin atau meriggandakan sebagian atau seluruh isidokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secaraelektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN

    BSNGd. Manggala Wanaba\

  • SNI6390:2011

    Daftar lsi

    Daftar isi............... .................. iPrakata...... ...:...,.......... iiPendahuluan................ iii1 Rmng [ngkup......

    ................... 1

    2 Aann mmatf..... ................... 1

    3 lsfilah dan definis1................. .................... 1

    4 ferhitungan teknis... 45 Pemilihan sbtem dan peralatan tata udara......... 66 Pengukuran dan pengujian.. T7 Konseryasienergi...... gI Rekomendasi......... 109 Berlakunya SN1............ 14Tabel 1

    - Effisiensi minimum dari peralatan tata udara yang diopenasikan dengan listi.... 16

    Tabel2 -

    Tebal isolasi minimum untuk pipa air sejuk......... ............. 1TBiHiognafi.. 19

    o BsN 2011

  • SNI6390:201{

    Standar konservasiertergi sistem tata udara pada bangunan gedung dimaksudkan sebagaipedoman bagi semua pihak ydng terlibat dalam perencrnaan, pelaksanaan, pengawasandan pengelolaan bangunan gedung unfuk mencapaipenggunaan energiyang efisien.

    Konservasi energi eistem tata udara bertujuan rnengldentifikasi dan mencari peluangpengherntan eneryi dari slstem tah udara tarpa rnergurargi persyaratan kenyarnanantemal seda kualitas udara ruang. Standar Ini mencakup hal-hal yang te*ait dengan:perencanaan teknis, peqgoperasian dan pemelihanaan, konsewasi eneryi dan pengujiansgrta analisis energi.

    o BsN 2011'

  • SNl6390:2011

    Pendahuluan

    Standar Konservasi Energi Sislem Tata Udara Pada Bangunan Gedung ini merupakanpemutakhiran (updating) dan penyempurnaan dari SNI 03-6390 dengan judul yang sama,yang diterbitkdn sebagai edisi pertama tahun 2000. Pemutakhiran-dan p"nyurpurnaandilakukan dengan menggunakan data dan acuan mutakhir sesuai dengan iklim tiopis lembab(warm humid climate) di lndonesia.

    Dua faktor kunci dalam konservasi energi sistem tata udara adalah, pertama, kondisi udaraperancangan terkait dengan kondisi kenyamanan termal ruang, kedua, kondisi udara luaryang ditetapkan sebagai kondisi perancangan.

    Mempertimbangkan adanya variasi kenyamanan termal yang berbeda antara individu yangsatu dengan yang lain, kondisi termal ruang perancangan ditetapkan dalam satu rentangtemperatur nyaman berdasarkan sejumlah penelitian kenyamanan termal yang dilakukan d-ilndonesia dan diAsia Tenggara.

    Kondisi termal udara luar yang dijadikan acuan perancangan ditetapkan berdasarkan datastatistik temperatur maksimum rata-rata di semua ibu kota propinsi di IndonesiaDengan demikian, semua pihak yang berkepentingan dengan sistem tata udara: perancang,distributor, institusi pemerintah, auditor energi, dan lainnya, dapat menggunakan acuan yangsama sebagai dasar perhitungan beban pendinginan.

    @ BSN 201 1 ||l

  • @ BSN 201 1

  • SNI 6390:2011

    Konservasi energi sistem tata udarabangunan gedung

    1 Ruang lingkupStandar ini memuat perhitungan teknis, pemilihan, pengukuran dan pengujian, konservasienergi serta rekomendasi sistem tata udara pada blngunan gedunj ."""r" optimat,sehingga penggunaan energi dapat dilakukan secara efisien- tanp-a mengorbankankenyamanan termal pengguna bangunan

    Standar ini diperuntukan bagi se.mua pihak yang berkepentingan dalam perencanaan,produksi, pembang.unan, penyediaan, pengoperasian, pemantauan dan pemeliharaangedung, dalam rangka mencapaisasaran penggunaan eneigiyang efisien

    2 Acuan normatifPenyusunan standar ini digunakan acuan:sNf 03-6197 , Konseruasi energisrsfem tata udara pada bangunan gedung

    3 lstilah dan definisi3.1beda temperatur bgban pendinginan (Cooling Load Temperatur Difference = CLTDIselisih temperatur ekivalen yang digunakan daiam metoda CLTD untuk menghitung bebanpendingin dinding dan atap3.2'infiltrasialiran udara luar yang masuk ke dalam bangunan gedung secafa tidak terkendali dan tidakdisengaja melaluicelah atau bukaan lainnya pada selubung bangunan gedung3.3konduktansitermal (k)koefisien perpindahan termal melalui material bangunan akibat perbedaan konstantemperatur antara satu permukaan ke permukaan pada sisi lainnya secap konduksi,dinyatakan dalam satuan laju aliran kalor per satuan tebal per derajat beda temperaturnya3.4koefisien kineria pendingina n lcotfficient of pertormance = cop)angka perbandingan antara laju aliran kalor yang diserap oleh sistem pendinginan denganlaju aliran energiyang dimasukkan ke dalam sistem tersebut3.5konservasi energiupaya sistematis, terencana dan terpadu guna melestarikan sumber daya energi dalamnegeri serta meningkatkan efisiensi pemanfaatannya tanpa mengorbankan tuntutankenyamanan manusia dan/atau menurunkan kinerja alai

    @ BSN 201 1 1 dari 16

  • SNI6390:2011

    3.6mesin refrigerasimesin yang bekerja rnelakukan proses refrigerasi untuk mendapatkan efek pendinginan3.7nifai perpindahan termal menyeluruh (Overall Total Transfer Value = OTTV)suatu nilai yang menggambarkan kemampuan selubung bangunan meneruskan panassecara menyeluruh dari sisi luar ke sisidalam atau sebaliknya, dinyatakan'dalam unit Wm2.Nilai ini ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding masif dan dinding transparan(kaca) selubung bangunan gedung yang dikondisikan3.8pemakaian energi perencanaan (Design Energy Consu m ption)perkiraan seluruh kebutuhan energi gedung per-tahun yang dihitung terhadap gedung yangdirencanakan

    3.9pengkondisian udarapengolahan udara yang bertujuan untuk mengendalikan kondisitermal udara, kualitas udara,dan penyebarannya di dalam ruang dalam rangka pemenuhan persyaratan kenyamanantermal pengguna bangunan

    3.10rasio efisiensi energi (Energy Efficiency Ratio = EER)perbandingan antara kapasitas pendinginan neto peralatan pendingin (dalam BTU/jam)dengan seluruh masukan energi listrik (watt) pada kondisi operasi yang ditentukan. Biladigunakan satuan yang sama untuk kapasitas pendingin dan masukan energi listrik, nilaiEER sama dengan COP

    3.11resistans termal [R = 1/k]suatu besaran yang nilainya berbanding terbalik dengan konduktans termal

    3.12selubung bangunanelemen bangunan yang membungkus bangunan gedung, yaitu dinding dan atap transparanatau yang tidak transparan

    3.13slstem aliran udara tetapsistem tata udara yang bekerja mengendalikan temperatur bola kering dalam suatu ruangandengan mengendalikan temperatur udara yang masuk ke ruangan tersebut; laju aliran udarayang masuk dijaga tetap3.14 'sistem aliran udara variabel (Variabte Air Volume = VAVIsistem tata udara yang bekerja mengendalikan temperatur-bola kering dalam suatu ruangandengan mengendalikan laju aliran udara yang masuk ke dalam ruangan tersebut3.15sistem tata udarakeseluruhan sistem yang bekerja mengendalikan kondisi termal udara di dalam bangunangedung melalui pengendalian besaran termal (seperti temperatur, kelembaban relatif;,penyebaran udara serta kualitas udara (kesegaran dan kebersihan), sedemikian ruplsehingga diperoleh suatu kondisi ruang yang nyaman, segar dan bersih

    o BsN 201 1 2 dari 16

  • SNI6390:20i1

    3.16temperatur bola kering (dry butb = DBItemperatur udara yang diukur dengan iermometer yang diekspos secara bebas ke udaranamun terlindung dari pengaruh radiasidan kerembaban"g.17temperatur bola basah (wet butb =We)temperatur terendah saat terjadi penguapan air, yang mencerminkan sifat-sifat fisik darisistem percampufttn udara dan uap air3.18transmitans termat (U)koefisien perpindahan kalor dari udara pada satu sisi bahan ke udara pada sisi lainnya3.1'9ventilasi udara luar (outdoor ventitationlpemasukan udara luar ke dalam gedung untuk memasukkan udara segar atau memperbaikikualitas udara didalam gedung sJsuaid-engan tetentuan'siandar yang berlaku

    4 Perhitungan teknis4.1 Kondisiperencanaan4'1'1 Kondisi udara ruang yang direncanakan harus sesuai dengan fungsi danpersyaratan penggunaan ruangan yang dimuat dalam standar.4'1'1'1 Untuk memenuhi kenyamanan termal pengguna bangunan, kondisi perencanaangedung yang.berada di wilayah dataran r"-nirn (atau pantai) dengan suhu udaramaksimum rata-rata sekitar g+oc og dan 28t we 1"t", suhu rata-rata bulanan' sekitar 2goC) ditetapkan bahwa:

    a) Ruang kerja: temperatur bola. kering berkisar antara 24oc hingg a 2fc atau25,50C t 150C, dengan kelembaban relatif 600/o tSo/o.b) Ruang transit (lobi, koridor): temperatur bola kering berkisar antara 27oC hingga3o0c atau 2g,s0c t 1,50c, dengan kerembaban reratif 600/o t 1o%o.

    4'1'1'2 untuk Ml"vt.gFran tinggi atau pegunungan, dengan suhu udara maksimum rata-rata sekitar 28uc DB dan 240c wB atau t

  • SNI6390:2011

    4.2.1.1 Perkiraan beban pendinginan harus dilakukan dengan cermat pada setiapkomponen beban. Perhitungan beban pendinginan yang cermat dalam tahapperencanaan dapat memberikan peluang lebih besar bagi penghematan energisistem tata udara secara keseluruhan.

    4.2.1.2 Perlu dihindarkan perhitungan beban pendinginan dengan faktor keamanan terlalutinggi yang dapat menyebabkan melonjaknya kapasitas pendinginan akibat beban

    - puncak yang berlebihan.

    4.2.1.3 Perhitungan beban lampu harus dilakukan secara cermat menggunakan datadesain sistem pencahayaan ruang terkait, bukan menggunakan perkiraanberdasarkan satuan Watt-lampu per satuan luas lantai.

    4.2.1.4 Perkiraan pemakaian energi sistem tata udara harus menggunakan perhitunganbeban pendingin seluruh jam operasi dan karakteristik pemakaian daya peralatanyang aktual. Untuk perkiraan beban pendinginan per bulan dapat digunakan profilbeban pendinginan harian yang dapat mewakili bulan tersebut. Perhitunganpemakaian energisatu haridilakukan dengan profil beban tersebut. Untuk perkiraanpbmakaian energi bulan tersebut, nilai pemakaian energi satu hari dikalikan denganjumlah harioperasidalam bulan yang terkait.

    4.2.2 Komponen bangunan gedung yang mempengaruhi beban pendinginan

    Setiap komponen beban pendinginan yang memberikan kontribusi besar atau pentingterhadap beban pendinginan perlu dioptimalkan peluangnya untuk penghematan energi.

    4.2.2,1 Beban selubung bangunana) Transmitansi termal bahan bangunan merupakan salah satu variabel penting

    dalam menentukan besar kecilnya beban pendinginan. Kesalahan dalammenentukan nilai transmitansi termal, sera proporsional akan menimbulkankesalahan dalam kalkulasi beban pendinginan, untuk itu identifikasi bahan

    ' bangunan menjadipenting.

    @ BSN 201 1 4 dari 16

  • SNt 6390:201i

    b) ldentifikasi bahan bangunan serta perkiraan nilai transmitansi termal perludilakukan secara cermat. Kecuali bahan yang diimpor, nilai tranimitansi termalyang tercantum dalam sejumlah standar luar-negeii tidak selalu sesuai dengannilai transmitansi termal bahan yang digunakan di Indonesia.

    c) Beban pendinginan akibat transmisi panas dari luar melalui selubung bangunansangat b99r. Untuk gedung kantor satu lantai di Indonesia, saarterladi 6ebanpuncak, beban pendinginan dapat mencapai 40% hingg a silo/o,ieigantung oariratio bidang transparan (kaca) terhadap luas selubungl-"ngun"n-keseluruhan.

    d) Agar gedung yang direncanakan dapat memenuhi persyaratan hemat energi,besamya nilai perpindahan termal menyeturuh (oveiail rniiiii fiansrer vatue= OTM yang dihitung dalam tahap awal perancangan tidak melebihi nilai didalam standar yang berlaku (SNl 03-6389, tentang Kolnservasi Energi SelubuntBangunan pada Bangunan Gedung).

    e) Perubahan rancangan arsitektur harus dilakukan_jika nilai oTTV yang dihitungmelampaui batas standar yang

    _bedaku (SNl d3g89, tentani KonservasiEnergi Selubung Bangunan pada Bangunan Gedung).4.2.2.2 Beban listrik pencahayaan

    a) Pada gedung komersial seperti perkantoran, beban pendinginan yangditimbulkan oleh lampu untuk pencahayaan dan peralatan listrik daLm ruangan' merupakankomponenbebantunggalyangperlu'diperhitungt

  • SNl6390:2011

    4.2.2.4 Beban udara luar sebagaiventilasi dan infiltrasi

    a) Udara luar yang dimasukkan sebagai ventilasi menimbulkan beban pendinginsensibel maupun laten yang cukup tinggi. Besarnya nilai ventilasi harusmengikuti ketentuan yang berlaku, dengan menggunakan kondisi udara luarsesuai dengan paragraf 4.1.2.

    b) Untuk mencegah infiltrasi, perlu dibuat rancangan sedemikian rupa di manatekanan udara di dalam lebih besar (positif) dibanding tekanan udara luar.

    4.2.2.5 Beban lain-lain dan beban sistem

    a) Beban lain termasuk beban sistem harus dihitung atau diperkirakan denganteliti. Sebagai cohtoh, perlunya memeriksa kembali beban kalor masuk disepanjang saluran udara setelah laju aliran udara dihitung

    b) Peralatan di dalam ruang yang bertemperatur lebih rendah dari temperaturruang, seperti refrigerated cabinet, akan menimbulkan 'beban negatif'dalamruang. Beban semacam ini perlu diperhitungan secara cermat untukmendapatkan kondisiyang lebih nyata dari beban maksimum ruangan.

    4.2.3 Metode perhitungan beban pendinginan4.2.3.1 Perhitungan beban pendingin harus menggunakan prinsip dan metode baku yang

    telah diakui oleh dunia profesi tata udara. Penggunaan program atau perangkatlunak komputer sangat dianjurkan untuk perhitungan beban pendinginan gedungyang besar dan/ atau kompleks. Program atau perangkat lunak komputer yangdigunakan harus sudah teruji dengan baik oleh dunia profesi tata udara, atausetidaknya telah digunakan secara komersial.

    4.2.3.2 Metode perhitungan beban pendinginan yang sudah baku antara lain :a) Metode perbedaan temperatur ekivalen total (Iofal Equivalent Temperatur

    , Difference Method = TETD). Prosedur perhitungan metode ini terdiri dari dualangkah, yaitu :Metode perhitungan TETD ini sudah cukup lama dan sangat sederhana sertamudah di hitungnya cukup dengan calculator saja, hanya saja tidak dapatmenghitung biaya operasi tiap saat{am.

    b) Metode Fungsi Transfer (Transfer Function Method = TFM).c) Metode perbedaan temperatur beban pendinginan (Cooling Load Temperatur

    Difference Method = CLTD)

    4.2.4 Analisa psikrometrik dan sistem distribusi udara4.2.4.1 Analisis psikrometrik pada tahap perencanaan perlu dilakukan untuk menentukan

    spesifikasi teknis koil pendingin dan fan peralatan pengolah udara (Air HandingUnit) yang tepat. Dalam melakukan analisis perlu diperhatikan agar perkiraanbypass factor koil pendingin didasarkan pada nilai yang umum digunakan untukaplikasi ruangan atau zona yang bersangkutan.

    4.2.4.2 Pemilihan koil pendingin dan fan peralatan pengolah udara yang paling mendekatispesifikasiteknis tersebut harus dilakukan dengan cermat meskipun pedu dilakukankompromi enjiniring. Apabila tidak dapat diperoleh koil yang sesuai denganspesifikasi teknis dari analisis psikrometrik, maka harus dilakukan analisis

    @ BSN 2011 6 dari 16

  • SNI6390:2011

    psikrometrik berikutnya dengan menggunakan data koil (misalnya bypass factor),yang paling mendekati spesifikasi, untuk menjamin terpenuhinya sasaranperencanaan.

    5 Pemilihan sistem dan peralgtan tata udara5.1 'Faktor yang mempengaruhi total pemakaian energi setama satu tahun

    Pemilihan sistem tata udara pada bangunan gedung komersial harus memperhitungkanfaktor yang mempengaruhi total pemakaian energi selama satu tahun, seperti halnyapenggunaan gedung tersebut, efisiensidari peralatan tata udara yang digunakan, dan bebanpendinginan parsial dari gedung tersebut.

    5.2 Karakteristik beban gedung terhadap waktu dalam sehari dan sepanjang tahunAgar sistem tata udara dapat memberikan respon baik pada beban puncak maupun padabeban parsial, pemilihan sistem tata udara termasuk sistem kontrolnya harus memperhatikankarakteristik beban gedung terhadap waktu dalam sehari dan sepanjang tahun. Sistem tataudara harus mampu memberikan respon terhadap fluktuasi beban akibat kombinasiperubahan jumlah penghuni, perubahan cuaca maupun perubahan aktifitas penggunaruangan itu sendiri. Sebagai contoh, untuk ruangan besar seperti ruang pertemuan atauruang rapat memiliki beban pendinginan besar dan meskipun waktu penggunaannya singkatdan frekuensi penggunaannya rendah, sementara untuk ruang pengolahan data elektronikmisalnya distribusi beban pendinginan lebih merata sepanjang hari dan maupun sepanjangtahun.

    5.3 Pemilihan peralatan dengan efisiensi terbaikPemilihan peralatan primer dan peralatan sekunder sistem tata udara, serta penentuanspesifikasinya merupakan langkah penting dalam menentukan tingkat efisiensi penggunaandan tingkat penghematan energi. Pada umumnya peralatan primer dan sekunder tidak dibuatsecara khusus bagi keperluan gedung yang direncanakan. Untuk itu perlu dilakukankompromi enjiniring dengan cam memilih peralatan yang spesifikasi lebih mendekatiperencanaan, dengan efi siensi terbaik yang dapat diperoleh.

    5.4 Analisis pemakaian energi pada beban parsialUntuk keperluan analisis pemakaian energi pada beban parsial, perlu diusahakan agarkanakteristik rinci peralatan primer dan sekunder yang dipilih dapat diperoleh. Analisispemakaian energi pada beban parsial diperlukan untuk membuat perhitungan pemakaianenergi perencanaan.

    @ BSN 201 1 7 dari 16

  • SNl6390:20i1

    5.5 Analisis sisi udara (airside anatysisl5'5'1 Analisis sisi udara harus dilakukan seksama dan realistik agar koil pendingin dalamunit pengolah udara. yang dipilih dapat menghasilkan kondisi udara yang paling sesuaidengan tuntutan be.!a1 ruangan. desaran y"ng harus diperhatikan terutama adalahkapasitias kalor sensibel dan kLlor laten, dan iaju-aliran uoara melalui koil, dibandingkandengan besaran yang dihitung dalam rancangan.5'5'2 Koil pendingin yang mempunyai karakteristik terdekat dengan besaran rencana akanmampu menghasilkan kondisi ruangan terdekat dengan rencana, pada beban maksimum.Namun demikian harus diperiksa apakah koil tersebut masih mampu menghasirkan kondisiruangan yang direncanakan

    .atau yang dekat dengan kondisi p"*""n""i, paoa keadaanbeban kurang dari maximum (partiat rcaay.5'5'3 untuk bangunan gedyng yang menuntut kondisi ruang dalam rentang yang relatifsempit, maka koil yang dipilih harus mampu memenuhi tuntutbn tersebut. Ka'lau koil yangditawarkan produsen. tidak ada yang mampu memenuhi tuntutan besaran kapasitas kalorsensibel dan kalor laten (atau rasio kalor sensibel) r"k" h"rus dicari itusi denganEncangan sistem yang lain misalnya dengan pemanas-ulang kalor sensibel. soiusiyang lainseperti ini tetap harus memperhatikan kepLntingan konservaii energi.

    6 Pengukuran dan pengujian sistem terpasang6.1 PengukuranTidak semua gedung yang dibangun sebelum pemberlakuan standar ini dirancang denganpertimbangan hemat energi' Untuk !tu, pengukuran energi dan p.ngrLu12n bebanB:|j;:l:'*n perlu dilakukan densan densan riensikuti raioln-raio"ri p""nl*u'n yans6.'!.1 Petuniuk pengukuran dan perhitungan system tata udara gedung6'1'1'1 Seluruh bentuk pengujian di lapangan harus berdasarkan kondisi operasi, kecualiyang bergantung kepada kondisi udara luar (misalnya: temperatur udara luar dantemperatur air masuk kondenser) harus berdasarkan kondisi aktual. pengukuran

    untuk menghitung nilai EER dilakukan pada mesin refrigerasi.-e"gi-r*!i" refrigerasiyang evaporatomya menghasilkan air.sel_uk (chilted water) dilaiukan pengukulankapasitas pendingin pada sisi air. sejuk. b"dngk"n untuk mesin refrigerasi yangevaporatomya _menghasilkan udara sejuk oi6kukan p"o"- ri.i -rolr". untukperhitungan EER, daya listrik yang digunakan mesin refrigerasi adalah dayakompresor.

    6'1'1'2 Untuk mengevaluasi sistenn tata udara keseluruhan perhitungan yang diperlukanmeliputi pengukuran kapasitas pendingin "urpor"toi, serta lenjutriran seluruhdaya listrik yang diperlukan bagi pencap-ian kondisi nyaman gedung tersebut.

    6'1'1'3 Seluruh analisis energi bertumpu p.ada hasil pengukuran, seluruh hasil pengukuranharus handal de.ngan tingkat kesalaha n 1eri4 rlnoan v"ng r.rih o"or, ditolerir.Alat ukur yang digunakan dapat diandalkan oan teian dikalibrasi dalam batas waktuyang sesuaidengan ketentuan yang berlaku. Kalibrasi harus dilakukan oleh pihak,yang secara hukum memiliki kewenangan untuk melakukan.

    o BSN 201 1 8 dari 16

  • SNl6390:2011

    6.2 Pengujian6.2.1 Prosedur pengukuran berbagai besaran harus mengikuti ketentuan yang sesuai

    dengan standar yang berlaku. SNI 05-3052-1992 "Cara uji unit pengkondisianudara", mengatur tata cara pengukuran temperatur, kecepatan aliran udara dalamduct,laju aliran air sejuKdalam pipa.

    6.2.2 Untuk memeriksa apakah suatu sub sistem atau suatu komponen masih bekerjadengan tingkat efisiensi sesuai dengan yang dikeluarkan pabrik, pengujian tingkatefisiensi dapat dilakukan pada sub sistem atau komponen sistem tata udaratersebut. Jika hasil pengujian menunjukkan penurunan tingkat efisiensi yang cukupbesar, perlu dilakukan usaha perbaikan atau modifikasi (tuning up, kalibrasi, dll)agar efisiensi dapat ditingkatkan.

    7 Konservasi energi7.1 Tahap perencanaan7.1.1 Sistem kontroldan manajemen energi

    Sistem kontrol kapasitas pendingin direncanakan untuk mengatur operasiperalatan tata udara dan refrigerasi di dalam rentang yang paling efisien atauhemat energi. Peralatan tata udara dan refrigerasiyang karakteristik kapasitasnyadapat diatur'mendekati' perubahan beban pendingin umumnya dapat beroperasidengan efisiensi tinggi. Dalam konservasi energi tata udara, penggunaan sistemkontrol"on-off tidak dianjurkan karena kurang mampu mengatur kapasitas sistemtata udara agar "mendekati" perubahan beban pendingin, kecuali hanya dalamkasus tertentu.

    Untuk mengatasi beban dengan masukan daya minimum perlu dipilih mesinrefrigerasi yang dilengkapi dengan sistem kontrol kapasitas, agar dapatdiop-erasikan kapasitas yang cukup. Dalam hal digunakan lebih dari satu mesinrefrigerasi pada satu sistem tata udara, perlu dilengkapi dengan sistem kgntro!yang mengatur giliran mesin refrigerasi bekerja serta mengatur kombinasipersLntase beban yang didukung oleh tiap mesin refrigerasi, sehingga dapatdiperoleh masukan energi yang minimum.Pada sisi udara, pengaturan dengan laju aliran udara variabel merupakan salahsatu pilihan terbaik dari segi konservasi energi, namun pengoperasian fan padaperalatan pengolah udara harus dicermati apakah perlu dilengkapi denganpengaturan kecePatan PutaranPengaturan kapasitas koiljuga harus dipertimbangkan dengan hati-hati, baik koilyang dialiri refrigeran maupun yang dialiri air sejuk. Koil pendingin dialiri air sejukyang dilengkapi dengan'katup modulasi dua jalan akan menyebabkan pompa airsejuk beroperasi dengan laju aliran berubah dengan berubahnya beban sehinggatermasuk beroperasi pada daerah yang efisiensinya rendah. Dengan sasarankonservasi energi, maka perlu dicari solusi yang memperbaiki efisiensi pompapada daerah operasinya.

    a)

    b)

    c)

    d)

    o BSN 201 1 9 dari 16

  • -I!

    Untuk sistem dengan. air sejuk, perencanaan pompa dengan pengaturankecepatan putaran perlu dipertimbangkan untuk mengatur kapas-itas penOlnginanpada beban parsial. sistem semacam ini akan dapaimengoperasikan pomia didalam daerah pemakaian energi yang paling rendah ?engan oeoan yan!berubah.untuk mengatur pengoperasian sistem tata udara agar hemat energi, sistemmanajemen energi perlu direncanakan dengan cermat. -sistem manalemln energidapat direncanakan secara rinci hingga mencakup ke aspek yang -detair ,"peiihalnya pengaturan waktu penyaraan lampu di dalam ruangan atau pengaturanwaktu pemasukan udara ventilasi.

    7.2 Tahap pengoperasian7.2.1 Mesin refrigerasi

    a) Untuk penghematan energi, jangka waktu operasi mesin refrigerasi dapatdiminimalkan dengan memanfaatkan besarnya masa air sejuk seiagai mediapenyerap panas.b) Selain mengoplimalkan jangka waktu pengoperasian beban parsial, kombinasi

    operasi multiple units yang dapat meminimalkan penggunaan energi (multiChiller, atau multi-compressor pada satu Chitter) periu dftmbangkan.

    c) Dengan memperhatikan karakteristik pompa distribusi air sejuk sertamemperhatikan rentang kenaikan temperatur dalam Chiller, perlu ditentukansetting laju aliran air keluar Chiller minimum yang masih diperkenankanmenurut ketentuan pabrik.

    7.2.2 Sistem distribusi udara dan air sejuk7'2.3 Pada sistem, tata udam dengan air sejuk perlu diupayakan agar laju aliran air sejukdapat diminimalkan ketika pompa distribusi air sejuk meriunluftan karakteristikdaya masukan rendah pada laju aliran air yang rendah.7'2'4 9!!ut mengendalikan kondisi pendinginan ruang yang sesuaidengan perencanaan,infiltrasi udara luar harus diminimalkan atau jika mungkin ditiadakai.7.2.5 Beban pendingin

    a) Untuk tujuan penghematan energi, temperatur ruang harus diset maksimumdalam batas rentrang temperatur nyaman (conrfort zone) sesuai butir 4.1.1.b) Berdasarkan rekam jejak pola pemakaian energi bangunan, pengoperasian

    AHU atau FCU perlu disesuaikan dengan waktu yang piting beipeluang untukpenghematan energi.c) Jika dimungkinkan, pengurangan beban pendinginan dalam ruang dapatdilakukan tanpa mengganggu aktifitas pengguna gedung. Mematikai lampu

    ruangan yang sudah cukup mendapatkan cahaya matahari mengurangi bebanpendinginan ruang, sehingga menghemat penggunaan energj sistem tataudara.

    SNI6390:2011

    e)

    @ BSN 2011 10 dari 16

  • SNI5390:2011

    7.3 Tahap pemeliharaan dan perbaikanDalam rangka penghematan energi, pada tahap pemeliharaan dan perbaikan, secara umumpedu diperhatikan agar kondisi pertukaran kalor dapat berlangsung dengan baik, denganmenjamin tahanan kalor yang kecil.

    7.g.1 Mesinrefrigerasi7.3.1.1 Mesin kondenser perlu dibersihkan secara teratur pada sisi fluida pendinginnya;

    kondenser berpendingin udara memerlukan pembersihan sirip pada sisi udara,sementara kondenser berpendingin air memerlukan pembersihan pipa air darikerak, agar tidak terlalu tebal.

    7.3.1.2 Untuk kondenser berpendingin udara, aliran udara luar perlu dijaga agar cukup dantidak terhalang, serta tidak terjadi 'hubungan pendek" antara aliran udara keluar dari

    ' kondenser dengan aliran udara yang akan masuk kondenser7.3.1.3 Pada kondenser berpendingin air maka sistem air pendingin perlu dijamin

    kebersihan dan kelancarcrnnya, mulaidari menara pendingin (cooling tower) sampaipompa sirkulasi air kondenser.

    7.3.1.4 Pada masa pemeliharaan, perlu diperiksa apakah nilai EER atau kWTR mesinrefrigerasi masih mendekati nilai yang dijamin oleh pabrik.

    7.3.2 Sistemdistribusi. Pemborosan energi dapat terjadi di berbagai bagian dari sistem tata udara di

    sepanjang perjalanan kalor dari mulai evaporator pada mesin refrigerasi, hinggaruangan yang dikondisikan.

    7.3.2.1 lsolasi pipa air sejuk pipa refrigeran dan ducting udara perlu selalu diperiksa,dipelihara, dan diperbaiki dalam setiap kurun waktu tertentu untuk mencegahkebocoran kalor yang dapat mengakibatkan pemborosan energi.

    7.3.2.2 Koil penukar kalor pada AHU dan FCU perlu dibersihkan dan disusun dengan baik('disisif) untuk menjamin proses pertukaran kalor dengan baik.7.3.2.3 Meskipun secara langsung tidak berhubungan dengan pemborosan energi, filter

    AHU dan FGU secara teratur perlu selalu dibersihkan untuk menjamin kebersihanudara yang masuk ke dalam ruangan. Filter yang kotor juga dapat menimbulkankerugian tekanan yang dapat menghambat laju aliran udara di koil pendingin.

    7.4 ModifikasiModifikasi sistem tata udara mgrupakan langkah terakhir dalam kaitannya denganpenghematan energi jika usaha penghematan pada tahap operasional dan pemeliharaanbelum mampu mencapaiangka penggunaan energi spesifik yang diinginkan.

    @ BSN 2011 11 dari 16

  • SNI 6390:2011

    I Rekomendasi8.1 Sistem dan peralatan tata udara yang sederhana8.1.1 Sistem tata udara jenis unitari (unitary) atau unit paket (packaged unit) dengan satu

    alat kontrol temperatur (thermostat) yang berfungsi mengontrol temperatur ruangatau daerah yang dilayani sistem tata udara, yang banyak digunakan di gedungkomersial, merupakan sistem dan peralatan tata udara yang dikategorikansederhana.

    8.1.2 Kapasitas pendinginan peralatan tata udara sistem ini harus mampu memenuhikebutuhan beban pendinginan yang telah dihitung pada perhitungan awal bebanpendinginan; kapasitas peralatan tata udara initidak diperkenankan melebihi bebanpendinginan yang telah dihitung berdasarkan perhitungan beban pendinginan.

    8.1.3 Peralatan tata udara ini harus memenuhi kriteria effisiensi minimum dan kriteria lainyang tercantum dalam Tabel 1. Kebenaran tingkat effisiensi harus diujikebenarannya melalui data pabrik pembuatnya serta sertifikasi testing/ pengujiandari lembaga sertifi kasi yang diakui.

    8.2 Sistem peralatan tata udara dengan sistem Chiller8.2.1 Sistem Chiller digunakan pada gedung komersial dengan kapasitas pendinginan

    lebih dari 600.000 Btu/jam (176 kW). Sistem ini memakai media air sejuk yangdisalurkan dengan pompa ke koil pendingin di Fan Coil Unit (FCU) untuk ruanganyang kecil atau di AHU (Air Handling Unit) untuk ruangan yang besar atau ruanganyang terbagi dalam lantaiyang sama atau lantai berbeda.

    8.2.2 Kapasitas pendinginan peralatan tata udara ini (Chiller) tidak diperkenankanmelebihi kapasitas perhitungan beban pendinginan yang telah dihitung, kecuali:

    a) ada keperluan disediakan peralatan cadangan (standby) di mana sistem harus' dilengkapi dengan alat pengatur otomatis yang dapat beroperasi secaftr

    otomatis apabila peralatan utama tidak beroperasi

    b) tidak dapat dielakkan penggunaan unit ganda yang keduanya mempunyai tipeperalatan yang sama di mana total kapasitas pendinginan keduanya melebihiperencanaan beban pendinginan; dalam hal ini sistem tersebut harus dilengkapidengan alat control yang mampu mengatur pengoperasian masing-masing unitsesuai dengan beban pendinginan dalam perencanaan.

    8.2.3 Jumlah dan pengaturan kapasitas pendinginan unit Chiller harus memperhitungkanprofil beban pendinginan dari gedung tersebut; pengoperasian unit Chiller, baikpada beban penuh maupun parsial, harus selalu berada pada tingkat effisiensioptimal. Untuk Chillerjenis sentrifugal harus dihindarkan pengoperasian kapasitaspendinginan kurang dari50% dari kapasitas nominal.

    8.2.4 Peralatan tata udara Chiller yang dimaksud harus memenuhi persyaratan denganefisiensi minimum sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel 1. Jika diperlukanpengetesan, cara dan prosedur testing harus sesuai dengan aturan yang berlaku.Tingkat effisiensi mesin harus diuji kebenarannya melalui data pabrik pembuatnyaserta sertifikasitesting/ pengujian dari lembaga sertifikasi yang diakui.

    Tabel I -

    Effisiensi minimum dari peralatan tata udara yangdioperasikan dengan listrik

    @ BSN 201 1 12 dari 16

  • lr

    SNI 6390:2011

    CATATANa) Penilaian efisiensi Chiller harus mengikutiCOP minimum pada kondisi beban 100%b) Efisiensi minimum tersebut diukur pada temperatur udara luar 33"C DB untuk mesin refrigerasi

    berpendingin udara (air caled) dan temperatur air masuk kondensor 30"C untuk mesin refrilerasiberpendingin air (water cooled)

    c) TR = Ton Refrigerasi8.3 Sistem fanRancangan sistem fan harus memenuhi kebutuhan:

    8.3.1 untuk sistem fan dengan volume tetap, daya yang dibutuhkan motor pada sistemfan gabungan tidak melebihi 1.36 W(m3!am).

    8.3.2 untuk sistem fan dengan volume aliran berubah, daya yang dibutuhkan motor untuksistem fan gabungan tidak melebihi 2.12Wl(m3/jam).

    8.3.3 setiap fan pada sistem volume aliran berubah atau VAV (Variable Air Volume)dengan motor 60 kW atau lebih, harus memiliki kontrol dan peralatan yangdiperlukan agar daya yang dibutuhkan fan tidak lebih dari 50% dari daya rancanganpada kondisi 50% volume rancangan.

    8.3.4 ketentuan butir 0, 8.3.2, dan 8.3.3 tidak berlaku untuk fan dengan daya lebih kecildari 7.5 kW-

    8.4 Sistem pompasistem pompa dan pemipaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

    TIPE MESIN REFRIGERASIEfisiensi minimum

    coP KW/rnsplit < 65.000 BTU/h 2,70 1,303Vo rrio ble Refrige ra nt Vo lue 3,70 0,951Split Duct 2,60 1,353Air Cooled Chiller < 150 TR (recip) 2,80 1,256Air Cooled Chiller < 150 TR (screw) 2,90 1,213Air Cooled Chiller> 150 TR (recip) 2,80 L,256Air Cooled Chiller > 150 TR (screw) 3,00 t,!72Woter Cooled Chiller < 150 TR (recip) 4,OO 0,879Woter Cooled Chiller < 150 TR (screw) 4,70 0,859Woter Cooled Chiller > 150 TR (recip) 4,26 0,826Woter Cooled Chiller > 150 TR (screw) 4,40 o,799Water Cooled Chiller > 300 TR (centrifugal) 6,05 0,581

    @ BSN 201 1 13 dari 16

  • SNI6390:2011

    8.4.1 Sistem pemipaan harus dirancang sedemikia rupa agar laju kehilangan tekananakibat gesekan tidak lebih dan 4 meter air per 100 meter panjang ekuivalen pipa.

    8.4.2 Sistem pompa yang melayani katup kontrol untuk pembuka dan penutup kontinuatau berlangkah harus dirancang untuk memompakan aliran fluida secara variabel.

    8.4.3 aliran fluida harus Oap'at diubah dengan penggerak pompa berkecepatan variabel,pompa ganda bertahap (multi stage), atau pompa yang bekerja pada -kurvaperformansi karakteristik.

    8.4.4 ketentuan pada butir 8.4.2, dan 0 dapat diabaikan jika sistem pompa hanyamelayani satu katup kontrol, dan atau jika aliran minimum yang diperlukan lebih dari50% aliran rancangari.

    8.4.5 ketentuan butir 0, 8.4.2,0, dan 0 tidak berlaku untuk sistem pompa dengan dayamotor kurang dari 7.5 kW.

    8.5 lsolasi pemipaan air sejuklsolasi pemipaan air sejuk harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :8.5.1 Semua pemipaan air dingin pada sistem tata udara diberi isolasi termal sesuai

    ketentuan dalam Tabel 2.

    Tabel2 -

    Tebal isolasi minimum untuk pipa air sejul')Sistem

    oemioaanTemperaturRuida fC) Tebal isolasiminimum untuk ukuran pipa (mm)

    Jenis Jelajah -) Hingga50 mmKurang dari 25

    mmAntara

    31 -50mmDiatas

    200 mmAir sejuk(chilled walerl 4.5 - 13 12 12 20 25

    Refrigeran Dibawah 4.5 25 25 38 38

    CATATAN:

    1 - bila pipa berada dilingkungan ambien perlu ditambah isolasi 12 mm.- tebal isolasi perlu ditambah bial ada kemungkinan terjadi kondensasi permukaan.- tebal isolasi ini berlaku untuk bahan dengan resistans termal 28 hingga 32 mz.tffirt per meter

    tebal isolasi pada tremperatur rata-rata permukaan 240C.' - berlaku untuk tarikan sambungan pipa ke unit-unit terminal atau koil pendingin hingga panjang 4

    meter.

    8.5.2 isolasi pipa harus diberi pelindung untuk mencegah kerusakan.

    @ BSN 2011 ltl dari 16

  • SNl6390:2011

    8.S.3 untuk bahan dengan resistans termal lebih besar dari 32 m2.KM per meter, tebal (t)isolasi minimum dihitung memakai rumus berikut :

    (dalam mm)

    (8.5.3)g.5.4 untuk bahan derngan resistans termal lebih kecil dari 28 n2.KIW per meter, tebal

    isolasi dihitung dengan I

    (dalam mm)

    (8.5.4)dimana:t = tebalisolasi, dalam mmR = resistans termal dalam m2.Knru

    8.6 lsolasi ductingfsolasisistem ducting (saluran udara), diharuskan memenuhi ketentuan sebagai berikut:g.6.1 semua ducting dan plenum yang terpasang sebagai bagian dari sistem ducting

    harus diberi isolasi termal;

    g.6.2 besarnya resistans termal bahan isolasi ditentukan oleh rumus berikut :

    R

    (8.6.2)dimana:T = beda temperatur rancangan antara udara dalam ducting dengan udara sekelilingducting,

    dalam K. Resistans R terhitung tidak mencakup resistans film luar maupun dalam.

    9 Berlakunya SNI9.1 Untuk gedung yang sudah beroperasi (existing)g.l.i Gedung yg sudah beroperasi tidak wajib mematuhi SNI ini, namun dianjurkan

    sedapat mungkin berupaya melakukan langkah konservasi energi.

    g.1.2 Gedung yg sudah beroperasi dan dilakukan modifikasi fisik secara signifikan (50%oan teuin), harus dilakukan sejak perencanaan mematuhisNl ini.

    9.2 Untuk gedung yang akan dibangung.2.1 Gedung yg belum dibangun dan sampai satu (tahun) kalender berlakunya SNI masih

    belum memperoleh lMB, harus dilakukan perancangan yg mematuhi SNI ini'

    ft(*'.xtr)

    32x tebal pada tabel (8- 5. l)

    28x tebal pada tabel (8 -

    5.1)nilai R aktuat (mt . f lW pe, ^)

    o BSN 201 1 15 dari 16

  • SNl6390:2011

    Bibliografi

    l1l ASEAN-USAlD, Building Energy Conseruation Project, Asean - Lawrence BarkeleyLaboratory,1992.

    I2l ASHRAE, Standard on Energy Conseruation in New Building Design, 1980.l3l The Development & Building Control Division (PWD) Singapore '. "Handbook on Energy

    Conseruation in Buildings and Building Seruices", 1992.

    l4l BOCA, International Energy Conseruation Code,2000.15] F. William Payne, John J. McGowan ; Energy Management for Building Handbook, The

    Fairmont Press. /nc, 1988.

    16l Karyono, T.H. (1996), Thermal Comfoft in the Tropical Soufh Easf Asia Region,Architectural Science Review, vol. 39, no. 3, September, pp. 135-139, Australia.

    14 Karyono, T.H. (2000), Report on Thermal Comfort and Building Energy Sfudies inJakarta, Journal of Building and Environment, vol. 35, pp 77-90, Elsevier Science Ltd.,UK.

    l8l Karyono, T.H. (2008), Bandung Thermal Comfoft Study: Assesstng the Applicability ofan Adaptive Model in lndonesia, Architectural Science Review, vol. 51.1, March, pp.59-64, Australia.

    l9l Lew Haniman,. Geoff Brundreft,. And Reinhold Kiftler (2008), Humidity Control DesignGuide, for Commercial and lnstitutional Buildings, ASHRAE.

    110l ASHRAE Standard 55-2004, Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy111] ASHRAE Standard 62.1-2007, Ventilation for Acceptable lndoor Air Quality.1121 ASHRAE, Standard 90.1-2007, Energy Standard for Buildings Except Low-Rise

    Residential Buildings

    [13], ASHRAE Standard 100-2006, Energy Conseruation in Existing Buildings.I14l ASHRAE Standard 105-2007, Standard Methods of Measuring Expressing, and

    Comparing Building Energy Pertormance.

    [15] ARI Standard 550-2003tl6l fSO 7730:2OOS Ergonomics of the thermal environment -- Analytical determination and

    interpretation of thermal comfort using calculation of the PMV and PPD indices andlocal thermal comfort criteria

    @ BSN 2011 16 dari 16

  • . /. BADAN STANDARDISASI NASIONAL. BSNGedung tlanggale Walnbaktl Blok lV Lt 3,1,7,10.Jl. Jond. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270

    Tefp: 021- 574 70iB; Faks: 02t- 5717015t e-mall : [email protected]'

    o 8{iN 2011

    .)