slptt-jagung
TRANSCRIPT
1
INOVASI TEKNOLOGI JAGUNG
Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan dan pakanmaupun sebagai bahan baku industri. Pada saat produksi dalam negeritidak memadai, impor terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.Pada tahun 2005 Indonesia mengimpor jagung sebanyak 1,80 jutaton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton kalauproduksi nasional tidak segera dipacu.
Luas areal panen jagung nasional dewasa ini baru sekitar 3,60juta hektar dengan produktivitas 3,60 t/ha, sementara di tingkatpenelitian telah mencapai 5,0-10,0 t/ha, bergantung pada kondisilahan, lingkungan setempat, dan teknologi yang diterapkan. Kenyataanini menunjukkan bahwa produksi jagung masih dapat ditingkatkanmelalui inovasi teknologi.
Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telahmenghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkanproduktivitas jagung, di antaranya varietas unggul yang sebagian diantaranya telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan per-kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang Pertanianjuga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan PengelolaanTanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkanproduktivitas jagung dan efisiensi input produksi.
Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, DepartemenPertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. PanduanSL-PTT jagung ini dimaksudkan sebagai: (1) acuan dalam pelaksanaanSL-PTT jagung dalam upaya peningkatan produksi nasional; (2)pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan programpeningkatan produksi jagung melalui SL-PTT antara tingkat pusat,provinsi, dan kabupaten/kota; (3) acuan dalam penerapan komponenteknologi PTT jagung oleh petani sehingga dapat meningkatkanpengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya untukmendukung upaya peningkatan produksi; dan (4) pedoman dalampeningkatan produktivitas, produksi, pendapatan, dan kesejahteraanpetani jagung.
id1646531 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
2
PTT: PENGERTIAN, TUJUAN, DAN PRINSIP
PTT adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman,organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadudan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatanpetani, dan kelestarian lingkungan.
PTT jagung dirancang berdasarkan pengalaman implementasiberbagai sistem intensifikasi yang pernah dikembangkan di Indonesia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan telahmengalami kemunduran kesuburan, setelah dikelola secara intensiftanpa mengacu pada konsep PTT, baik di lahan sawah tadah hujanmaupun irigasi.
Tujuan penerapan PTT jagung adalah untuk meningkatkanproduktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkunganproduksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklimsecara terpadu.
Prinsip PTT mencakup empat unsur, yaitu integrasi, interaksi,dinamis, dan partisipatif.
Integrasi
Dalam implementasinya di lapangan, PTT mengintegrasikan sumberdaya lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim untuk mampu meningkatkanproduktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaatyang sebesar-besarnya bagi petani.
Interaksi
PTT berlandaskan pada hubungan sinergis atau interaksi positif antaradua atau lebih komponen teknologi produksi.
3
Dinamis
PTT bersifat dinamis karena selalu mengikuti perkembangan teknologidan penerapannya disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani.Oleh karena itu, PTT selalu bercirikan spesifik lokasi. Teknologiyang dikembangkan melalui pendekatan PTT senantiasa memper-timbangkan lingkungan fisik, biofisik, iklim, dan kondisi sosial-ekonomi petani setempat.
Partisipatif
PTT juga bersifat partisipatif, yang membuka ruang bagi petani untukmemilih, mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepadapenyuluh dan peneliti untuk menyempurnakan PTT, serta menyampai-kan pengetahuan yang dimiliki kepada petani yang lain.
4
KOMPONEN DAN RAKITAN TEKNOLOGI
Komponen Dasar
Komponen teknologi dasar (compulsory) adalah komponen teknologiyang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas, antara lain:1) Varietas unggul, baik dari jenis hibrida maupun komposit atau
bersari bebas,2) Bibit bermutu dan sehat (perlakuan benih),3) Populasi tanaman sekitar 66.600 tanaman/ha, benih ditanam dua
biji per lubang dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm,4) Pemupukan berimbang, pupuk N diberikan sesuai dengan fase
pertumbuhan tanaman dan menggunakan bagan warna daun(BWD) untuk menentukan waktu dan takaran pemupukan. PupukP dan K diberikan berdasarkan hasil analisis tanah,
5) Saluran drainase (lahan kering) atau irigasi (lahan sawah).
Komponen Pilihan
Komponen teknologi pilihan yaitu komponen teknologi yang lebihbersifat spesifik lokasi, antara lain:1) Penyiapan lahan dengan teknologi tanpa olah tanah (TOT) atau
teknologi pengolahan tanah, bergantung pada tekstur tanahsetempat,
2) Bahan organik, pupuk kandang, dan amelioran,3) Penyiangan dengan herbisida atau secara manual,4) Pengendalian hama dan penyakit yang tepat sasaran,5) Penanganan panen dan pascapanen.
Rakitan Teknologi
Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhansetempat, maka proses pemilihan atau perakitannya didasarkan padahasil analisis potensi, kendala, dan peluang atau dikenal dengan PRA(Participatory Rural Appraisal).
5
Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upayapeningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilihteknologi yang akan diintroduksikan, baik dari komponen teknologidasar maupun pilihan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadikomponen teknologi dasar jika hasil PRA memprioritaskan penerapankomponen teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama diwilayah setempat.
Alur perakitan komponen teknologi PTT dapat dilihat berikutini.
Contoh Kasus Penerapan PTT
PTT jagung untuk pertama kalinya diterapkan pada tahun 2005 dibeberapa lokasi dalam program peningkatan produktivitas lahan, diantaranya pada lahan sawah tadah hujan di Desa Mandalle, KecamatanMandalle, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.
Dari PRA teridentifikasi masalah yang berkaitan dengan upayapeningkatan produktivitas jagung pada lahan sawah tadah hujan,kemudian diintroduksikan komponen teknologi untuk memecahkanmasalah tersebut yang merupakan rakitan PTT spesifik lokasi diPangkep seperti disajikan pada Tabel 1.
PRAIden-tifikasi
masalah
Pemilihankomponenteknologi
PTT(Rakitan teknologi
spesifik lokasi)PRA
Iden-tifikasi
masalah
Pemilihankomponenteknologi
PTT(Rakitan teknologi
spesifik lokasi)
6
Tabel 1. Prioritas masalah dan introduksi komponen teknologi untuk pemecahanmasalah di Pangkep, Sulawesi Selatan
Ranking Masalah Solusi/introduksi komponenteknologi
I Petani menggunakan varietas lokal Introduksi varietas unggul dandan benih seadanya benih bermutu
I Kesuburan lahan belum diketahui Analisis tanah
II Cara bertanam belum baik, jarak Perbaikan cara tanam dengantanam tidak teratur jarak tanam 75 cm x 40 cm,
dua tanaman per lubang
II Pemupukan tidak dilakukan atau Pemupukan berimbangseadanya saja tergantung kemampuandan biasanya hanya pupuk N saja
III Pengelolaan air tidak efisien, Pembuatan sumur gali atausumber air dari sumur gali yang sumur bor dangkal di lahanada di rumah sekitar lahan dan pertanaman dan pendistribusianpendistribusian air dengan ember air dengan menggunakan
pompa
IV Ternak sapi tidak dikandangkan Ternak sapi dikandangkansehingga mengganggu pertanaman berdasarkan kesepakatan
masyarakat denganperangkat desa
V Sistem sewa lahan atau bagi hasil Musyawarah dalam penetapanantara pemilik lahan dan penggarap sistem sewa atau bagi hasiltidak jelas sehingga menimbulkan antara pemilik lahan danmasalah ketika hasil yang diperoleh penggarap yang difasilitasipenggarap tinggi oleh aparat kecamatan dan
desa
7
SL-PTT: DEFINISI, TUJUAN, DAN AZAS
Definisi
SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar-mengajarnyadilakukan di lapangan. Hamparan sawah milik petani peserta programpenerapan PTT disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparansawah tempat praktek sekolah lapang disebut laboratorium lapang(LL). Sekolah lapang seolah-olah menjadikan petani peserta sebagaimurid dan pemandu lapang (PL I atau PL II) sebagai guru. Namunpada sekolah lapang tidak dibedakan antara guru dan murid, karenaaspek kekeluargaan lebih diutamakan, sehingga antara �guru danmurid� saling memberi pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman.
SL-PTT juga mempunyai kurikulum, evaluasi pra dan pasca-kegiatan, dan sertifikat. Bahkan sebelum SL-PTT dimulai perludilakukan registrasi terhadap peserta yang mencakup nama dan luaslahan sawah garapan, pembukaan, dan studi banding atau kunjunganlapang (field trip).
Penciri SL-PTT adalah sebagai berikut:1. Peserta dan pemandu saling memberi dan menghargai2. Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan bersama
dengan kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani(gapoktan)
3. Komponen teknologi yang akan diterapkan berdasarkan hasilPRA yang dilakukan oleh petani peserta
4. Pemandu tidak mengajari petani, tetapi petani belajar denganinisiatif sendiri, pemandu sebagai fasilitator memberikanbimbingan
5. Materi latihan, praktek, dan sarana belajar ada di lapangan6. Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam, sehingga dalam
periode tersebut diharapkan terdapat 10-14 kali pertemuan antarapeserta dengan pemandu.
8
Sasaran dan Tujuan
Pada tahun 2008 diharapkan telah terselenggara 13.500 unit SL-PTT jagung. Satu unit SL-PTT jagung dilaksanakan pada hamparanareal seluas 15 ha, 14 ha di antaranya untuk SL-PTT dan 1 ha untuklaboratorium lapang. Berdasarkan jumlah unit SL-PTT diperkirakanPTT akan diterapkan pada lahan seluas 200 ribu ha. Strategi inidiharapkan dapat mempercepat penyebaran PTT jagung yang akanberdampak terhadap percepatan implementasi program peningkatanproduksi jagung.
Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melaluipelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Narasumbermemberikan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang telah dikembangkankepada pemandu lapang I (PL I) sebagai Training of Master Trainer(TOMT). PL I terdiri atas penyuluh pertanian, Pengamat OrganismePengganggu Tanaman (POPT), dan Pengawas Benih Tanaman (PBT)tingkat provinsi yang telah dilatih di tingkat nasional (Balai BesarPelatihan Pertanian, Batangkaluku, Sulawesi Selatan). SelanjutnyaPL I menurunkan IPTEK tersebut kepada PL II yang terdiri ataspenyuluh pertanian, POPT, dan PBT tingkat kabupaten/kota.Pelatihan bagi PL II diselenggarakan di tingkat provinsi dan materinyadiberikan oleh narasumber dan PL I. Pelatihan bagi pemandu lapangdiselenggarakan di kabupaten/kota. Peserta pelatihan adalah penyuluhpertanian, POPT dan PBT tingkat kecamatan/desa. Materi pelatihandiberikan oleh narasumber dan PL II.
Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaranteknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudianberlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petanidi sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT yang dikembangkan.Keuntungan yang diperoleh pemberi dan penerima dalam kegiatanini adalah:
9
Keuntungan bagi pemandu, PPL, dan PHP
Dengan motto �memberi lebih baik dari menerima�, pemandu(PPL atau PHP) memberikan pengetahuan dan pengalamannyakepada petani sehingga pemandu merasa bermanfaat bagi banyakorang, terutama petani. Dalam hal ini pemandu dituntut untuk mampuberkomunikasi dengan baik dan mampu pula menggerakkan petanimengembangkan dan memajukan usahatani di wilayah kerjanya.
Keuntungan bagi petani
Petani peserta SL-PTT diberi kebebasan memformulasikan ide,rencana, dan keputusan bagi usahataninya sendiri. Mereka dilatihagar mampu membentuk dan menggerakkan kelompok tani dalamalih teknologi kepada petani lain. Melalui SL-PTT, petani pesertadiharapkan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersama-samameningkatkan produksi jagung dalam upaya mewujudkan swasembada.Kebersamaan semua pihak yang terlibat dalam SL-PTT merupakanfaktor pendorong bagi petani dalam mengelola usahataninya.
Azas
Beberapa azas SL-PTT yang perlu dipahami oleh pemandu dan petanipeserta SL-PTT adalah:
Sawah sebagai sarana belajar
Keterampilan yang dituntut dari petani peserta sekolah lapang dalammenerapkan PTT adalah keterampilan membawa PTT ke lahanusahataninya sendiri dan lahan petani yang lain. Oleh karena itu,petani peserta SL-PTT akan menghabiskan hampir seluruh waktunyauntuk menerapkan teknologi di lapang dan hanya sebagian kecilwaktu yang digunakan di kelas untuk membahas aspek yang terkaitdengan usahatani, seperti koperasi, gapoktan, kelompok tani, danpemasaran hasil.
10
Belajar lewat pengalaman dan penemuan sendiri
Sesuai dengan motto petani SL-PTT �mendengar, saya lupa;melihat, saya ingat; melakukan, saya paham; menemukansendiri, saya kuasai�, maka setiap kegiatan yang dilakukan sendiriakan memberikan pengalaman yang berharga. Oleh karena itu, petanidituntut untuk mampu menganalisis kegiatan yang telah dilakukan,kemudian menyimpulkan dan menindaklanjutinya. Kesimpulan yangtelah dibuat merupakan dasar dalam melakukan perubahan dan ataupengembangan teknologi.
Pengkajian agroekosistem sawah
SL-PTT dicirikan oleh adanya pertemuan petani peserta dalam periodetertentu, mingguan atau dua mingguan, bergantung kepadapengalaman mereka setelah mengamati perubahan ekosistempersawahan. Aktivitas mingguan berupa monitoring yang hasilnyadiperlukan dalam pengambilan keputusan. Untuk itu, petani pesertaSL-PTT perlu didorong untuk membiasakan diri menganalisisekosistem dan mengkaji produktivitas dan efektivitas teknologi yangdicoba pada petak laboratorium lapang dan menerapkannya di lahansendiri.
Metode belajar praktis
Aktivitas SL-PTT perlu dirancang sedemikian rupa agar petani mudahmemahami masalah yang dihadapi di lapangan dan menetapkanteknologi yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut.Misalnya, bagaimana petani mengetahui kondisi tanaman yang kurangpupuk, hubungan antara iklim dan keberadaan OPT, atau bagaimanamereka dapat mengetahui kesuburan tanah. Dalam memberikanpanduan dan motivasi kepada petani, pemandu SL-PTT harus mampuberkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa yang mudahdipahami petani.
11
Kurikulum berdasar keterampilan yang dibutuhkan
Kurikulum dirancang atas dasar analisis keterampilan yang perludimiliki petani SL-PTT, agar mereka dapat memahami dan menerap-kan PTT di lahan sendiri dan mengembangkan kepada petani lainnya.Selain keterampilan teknis, petani peserta SL-PTT juga memperolehkecakapan dalam perencanaan kegiatan, kerja sama, dinamikakelompok, pengembangan materi belajar, dan komunikasi. Hal inipenting artinya bagi petani peserta SL-PTT untuk dapat menjadifasilitator yang mampu memotivasi dan membantu kelompok tani.
Prinsip Pendidikan dalam SL-PTT
Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTThendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan untuk orangdewasa berdasarkan pengalaman sendiri. Untuk itu, materi pendidikanyang akan diberikan dalam SL-PTT mencakup aspek yang diperlukanoleh kelompok tani di wilayah pengembangan PTT. Dalam kaitanitu, tiga aspek berikut perlu mendapat perhatian:
1. Aspek teknologi: keterampilan dan pengetahuanDalam SL-PTT, petani diberikan berbagai keterampilan danpengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi manager dilahan usahataninya sendiri, seperti analisis ambang ekonomi hamadan penyakit tanaman, analisis perubahan iklim, analisiskecukupan hara bagi tanaman, dan efisiensi penggunaan airdengan sistem pengairan berselang.
2. Aspek hubungan antarpetani: interaksi dan komunikasiSL-PTT mendorong petani untuk dapat berkerja sama, melakukananalisis secara bersama-sama, diskusi, dan berkomunikasi dengansantun menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh oranglain.
3. Aspek pengelolaan: manager di lahan usahatani sendiriDalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai meng-analisis masalah yang dihadapi dan membuat keputusan tentangtindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
12
Proses Belajar melalui Pengalaman
Proses belajar pada SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudianmemberikan pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalamantersebut, menganalisis masalah yang terjadi, dan menyimpulkan hasilkegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT telah merasakan dampakpositif dari teknologi yang diterapkan, baik dari aspek materi maupunnonmateri, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembalipada musim berikutnya.
Petani merasa bangga setelah memahami dan menerapkan kajiansendiri di lahan sendiri dengan hasil di atas rata-rata, apalagi kalaumenjadi yang terbaik di lingkungan sendiri. Karena itu, petani perludidorong untuk berimprovisasi untuk menghasilkan karya yang lebihbaik.
13
KOORDINASI SL-PTT
Peningkatan Produksi Nasional
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mewujudkan swasembada,dan bahkan mengisi pasar internasional, pemerintah telah meluncurkanberbagai program peningkatan produksi jagung. Dalam hal ini inovasiteknologi jagung dijadikan andalan dalam meningkatkan produktivitas.Inovasi teknologi tersebut diimplementasikan dengan pendekatan PTTyang terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensiusahatani jagung. SL-PTT diharapkan menjadi andalan dalammempercepat pengembangan PTT jagung secara nasional.
Pola SL-PTT
Lahan petani yang digunakan untuk PTT disebut areal SL-PTT.Satu unit areal SL-PTT terdiri atas 10-15 ha lahan sawah milikpetani peserta SL-PTT (Gambar 1). Untuk setiap unit areal SL-PTTdipilih lahan seluas 1 ha untuk laboratorium lapang atau arealpercontohan (demplot) bagi petani peserta SL-PTT denganpendampingan PPL dan PHP. Untuk laboratorium lapang disediakanbantuan sarana produksi berupa benih unggul bermutu, pupuk urea,NPK, dan pupuk organik. Bagi petani di areal SL-PTT hanyadiberikan bantuan berupa benih unggul bermutu. Dengan adanyalaboratorium lapang diharapkan dapat mempercepat alih teknologi
Gambar 1. Skema akselerasi adopsi PTT dalam SL-PTT.
Difusi kePetani non
SL-PTT SL-PTT15 ha
LL1 ha
Transfer PTT ke lahan petaniDifusi ke
Petani nonSL-PTT SL-PTT
15 ha
LL1 ha
Transfer PTT ke lahan petani
14
melalui interaksi antara petani peserta SL-PTT dengan petaninonpeserta SL-PTT. Agar mudah dan cepat terlihat, laboratoriumlapang hendaknya menempati lahan di pinggir areal SL-PTT.
Tiap unit SL-PTT terdiri atas petani peserta yang berasal darisatu kelompok tani yang sama. Dalam setiap unit SL-PTT perluditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan aktivitasanggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatatdalam setiap pertemuan, dan seorang bendahara yang bertugasmengelola keuangan.
Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelasSL-PTT, perlu diusahakan minimal satu orang dari kelompok tanisebagai motivator yang responsif terhadap inovasi dan mendoronganggota kelompok lainnya untuk memberikan pandangan yang sama.
Petani peserta SL-PTT mengadakan pengamatan bersama-samadi petak percontohan atau laboratorium lapang, mendiskripsikan,dan membahas berbagai temuan di lapangan. Pemandu lapangberperan sebagai fasilitator dalam mengarahkan diskusi kelompok.
Petani peserta SL-PTT dituntut untuk senantiasa mengikuti semuatahapan kegiatan di lapangan dan mengaplikasikan komponenteknologi spesifik lokasi, mulai dari pengolahan tanah dan budi dayahingga panen dan pascapanen. Dalam melakukan kegiatan di lapangan,petani peserta bekerja sesuai dengan rencana dan jadwal yang telahditetapkan, baik di laboratorium lapang maupun di lahan usahatanisendiri.
Agar SL-PTT dapat berdaya guna dan berhasil guna makadiperlukan:1. Pemandu yang memahami potensi, masalah, kebutuhan, dan
kekuatan yang ada di lapangan/desa.2. Dinamisator yang mampu menghidupkan suasana bagi peserta
sehingga terdorong untuk mengikuti pelatihan.3. Motivator yang kaya dengan pengalaman usahatani dan dapat
membangkitkan kepercayaan diri para peserta.
15
4. Konsultan bagi petani peserta sehingga memudahkan merekamenentukan langkah yang akan ditempuh setelah SL-PTT selesai.
5. Petugas yang mahir membuat laporan pelaksanaan SL-PTT, baiklaporan awal dan bulanan maupun laporan akhir kegiatan.
Matrik Manajemen
Pembagian tugas dan tanggung jawab eselon I lingkup DepartemenPertanian dan Dinas Pertanian untuk pelaksanaan SL-PTT disajikanpada Tabel 2.
Di tingkat pusat, triparti antara Ditjentan, Badan Litbang Pertanian,dan Badan SDM Pertanian bekerja sama menyusun perencanaanSL-PTT. Pendamping teknologi dari Badan Litbang Pertanian disiaga-kan di tingkat provinsi sebagai narasumber teknologi dan membantupemecahan masalah dalam penerapan teknologi (Gambar 2).
Tabel 2. Matrik manajemen.
Institusi Tanggung jawab
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Perencanaan dan pengusulan dana
Badan Litbang Pertanian Menyediakan teknologi, pedomanumum, peneliti sebagai narasumber,pendamping teknologi, dan pelatihbagi pelatih inti.
Badan SDM Pertanian Mengorganisasikan dan melaksanakanpelatihan bagi pemandu
Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota Melaksanakan sekolah lapang
16
Tahapan Pelatihan
Dalam pelaksanaan SL-PTT diperlukan pelatihan secara berjenjang,mulai dari Pemandu Lapang I (PL I) di tingkat provinsi sebagaitraining of master trainer (TOMT), PL II di tingkat kabupaten/kotasebagai training of trainer (TOT), hingga Pemandu Lapang yangterdiri atas Penyuluh Pertanian, POPT, dan PBT di tingkat kecamatan/desa. Pelatihan bagi PL I dilakukan oleh narasumber dan penelitiBalitsereal. Pelatihan PL II diselenggarakan oleh PL I di tingkatprovinsi, pelatihan pemandu lapang diselenggarakan oleh PL II ditingkat kabupaten, pelatihan dan bimbingan kepada petanidiselenggarakan oleh pemandu lapang (Tabel 3).
Gambar 2. Bagan alur pelaksanaan SL-PTT.
Keterangan: PJ = Peneliti Jagung; PL-I = Pemandu Lapang-I;PL-II = Pemandu Lapang-II; PL = Pemandu Lapang
Peneliti Jagung
Penyuluh Provinsidan Pendamping
PenyuluhKabupaten
PPL/POPT/PBT
PUSAT (TRIPARTI)
POSKO 1
POSKO 2
POSKO 3
POSKO 4
PJ
PL I
PL II
PL
SL
PROVINSI
KABUPATEN
BPP
KELOMPOK TANI
SL ± 15 haLL
POSKO 5
� 1 ha� Paket
saprodi
� Kemitraan� Saprodi dan
pemasaran hasil
Bantuan1. Pendampingan
oleh penyuluh, peneliti, PBT dan POPT
2. Benih3. Pupuk
Peneliti Jagung
Penyuluh Provinsidan Pendamping
PenyuluhKabupaten
PPL/POPT/PBT
PUSAT (TRIPARTI)
POSKO 1
POSKO 2
POSKO 3
POSKO 4
PJ
PL I
PL II
PL
SL
PROVINSI
KABUPATEN
BPP
KELOMPOK TANI
SL ± 15 haLL
POSKO 5
� 1 ha� Paket
saprodi
� Kemitraan� Saprodi dan
pemasaran hasil
Bantuan1. Pendampingan
oleh penyuluh, peneliti, PBT dan POPT
2. Benih3. Pupuk
17
Tabel 3. Rencana pelatihan.
Jenis pelatihan/ Pelatih Lokasi pelatihan/ Periodepeserta lapangan (waktu)
Pemandu lapang I Narasumber/ BB Pelatihan 1 minggu(PPL I): Penyuluh Peneliti jagung PertanianPertanian, POPT, dan BatangkalukuPBT tingkat provinsi Sulawesi SelatanPemandu lapang II PL I Provinsi/ 1 minggu(PL II) : Penyuluh Demplot PTTPertanian, POPT, BPTPPBT tingkat kabupatenPemandu lapang (PL): PL II Kabupaten/kota 1 mingguPenyuluh Pertanian,POPT, PBT tingkatkecamatan/desaSL-PTT: Petani dalam PL Kecamatan/desa 1 musimluasan 15 ha (hamparan)/LL tanam
dan SL-PTT
PL-I = Pemandu Lapang-I; PL-II = Pemandu Lapang-II; PL = PemanduLapang; LL = Laboratorium Lapang
18
MEKANISME PELAKSANAAN SL-PTT
Persiapan
Kegiatan dalam persiapan SL-PTT meliputi pemilihan desa danhamparan 15 ha, diselenggarakan beserta kelompok tani, pemilihanpetani peserta, tempat, dan areal laboratorium lapang untuk prosespembelajaran seluas 1 ha, bahan dan alat belajar, materi, dan waktubelajar. Kegiatan persiapan ini dibahas dalam pertemuan di tingkatdesa/kecamatan dan di tingkat kelompok tani.
Pertemuan di tingkat desa dan kecamatan
Pertemuan tingkat desa dan kecamatan diperlukan untuk memperolehdukungan dari aparat desa dan pejabat kecamatan dalam halpenentuan lokasi, jumlah, dan nama calon peserta. Pada pertemuanini juga ditentukan waktu pertemuan di tingkat kelompok tani.
Pertemuan persiapan SL-PTT di tingkat kecamatan mengikutserta-kan Camat, KCD, POPT, dan penyuluh pertanian untuk menentukandesa yang akan dipilih dalam penyelenggaraan SL-PTT. Pertemuandi tingkat desa mengikutsertakan perangkat desa, tokoh mayarakat,penyuluh pertanian, POPT, ketua gapoktan, ketua kelompok tani,ketua P3A, dan tokoh wanita tani. Pertemuan persiapan di tingkatdesa dan kecamatan dilakukan 4-5 minggu sebelum SL-PTT dimulai.
Pertemuan di tingkat kelompok tani
Pertemuan persiapan SL-PTT di tingkat kelompok tani merupakanupaya dalam menginventarisasi kelompok tani, nama, dan luas garapanmasing-masing petani di kawasan SL-PTT seluas 15 ha. Dalam per-temuan dibicarakan waktu pelaksanaan SL-PTT, kegiatan mingguan,lokasi laboratorium lapang, tempat belajar, materi pelajaran, dan PRA.
Dalam pertemuan di tingkat kelompok tani juga dilakukanpembagian kelompok (unit SL-PTT) menjadi subkelompok yang
19
terdiri atas 10-20 petani. Pertemuan di tingkat kelompok tanidilaksanakan paling lambat 3 minggu sebelum SL-PTT dimulai.
Pelaksanaan
Proses belajar dalam SL-PTT berlangsung secara periodikmenurut stadia tanaman, aktivitas pengelolaan hama dan penyakittanaman jagung, dan kemungkinan terjadinya anomali iklim. Untukitu, pertemuan periodik dimulai beberapa minggu sebelum tanamuntuk melihat potensi, kendala, dan peluang melalui pelaksanaanPRA. Pertemuan berikutnya dilakukan pada saat pengolahan tanah,penanaman, pemupukan, pengairan, dan pada saat tanaman jagungdalam fase berbunga, pengisian tongkol, panen, dan pascapanen.Adakalanya diperlukan pertemuan nonregular jika ada masalah yangmendesak untuk dipecahkan, misalnya kerusakan pompa air atauserangan hama dan penyakit tanaman.
Proses belajar mengajar pada SL-PTT dilakukan pada pagi hariselama 6 jam, agar petani peserta mempunyai waktu untuk mencarinafkah dan kegiatan lainnya. Sebagai pedoman, pada Tabel 4 disajikanjadwal belajar mengajar dan alokasi waktu berbagai kegiatan dalamSL-PTT.
20
Tabel 4. Jadwal pertemuan dalam satu hari.
Waktu* Alokasi waktu Kegiatan(menit)
07.00-07.15 15 Kesepakatan hasil yang ingin dicapai pada hari itu07.15-08.00 45 Pengamatan agroekosistem di sawah SL dan di LL
(komponen yang diamati tergantung kepada fasepertumbuhan tanaman)
08.00-09.00 60 Menggambar keadaan agroekosistem09.00-10.00 60 Diskusi subkelompok (proses analisis)10.00-10.30 30 Diskusi pleno (pemaparan kesimpulan, dan
keputusan tiap subkelompok)10.30-10.45 15 Rehat10.45-11.15 30 Dinamika kelompok (mengakrabkan peserta)11.15-11.45 30 Topik khusus11.45-12.00 15 Evaluasi pencapaian hasil hari itu
*Waktu dapat disesuaikan dengan kesepakatan petani SL-PTT
Pengamatan pada agroekosistem
Setiap subkelompok peserta SL-PTT diwajibkan melakukan peng-amatan terhadap kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanamanmasing-masing. Aspek yang diamati antara lain adalah kondisi cuaca,keadaan air, populasi hama dan musuh alaminya, tingkat kerusakantanaman, tingkat kehijauan warna daun jagung dengan BWD, jumlahanakan, dan tinggi tanaman. Jumlah rumpun contoh yang diamatidisarankan paling sedikit 20 rumpun untuk memudahkan perhitungantingkat kerusakan tanaman oleh hama pemakan daun. Hasilpengamatan dicatat dalam buku catatan yang telah disiapkan.
Pengamatan pada petak laboratorium lapang
Setelah mengamati kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanamanmasing-masing, setiap subkelompok peserta SL-PTT diharuskan pulamelakukan pengamatan terhadap agroekosistem dan pertumbuhantanaman pada petak laboratorium lapang, dan hasil pengamatan dicatat.
21
Menggambar keadaan agroekosistem
Setiap subkelompok peserta SL-PTT dituntut untuk mampu meng-gambar keadaan agroekosistem yang digunakan pada dua lembarkertas gambar (karton manila). Lembaran pertama untuk meng-gambarkan agroekosistem lahan sawah sekolah lapang dan lembarkedua untuk agroekosistem laboratorium lapang. Gambar agro-ekosistem dibuat pada saat pengamatan dan berisikan potret per-tanaman dan aspek yang mempengaruhi. Bagaimana dan apa yangakan digambar?� Tulis terlebih dahulu di kiri atas kertas gambar nama sub-
kelompok, tanggal pengamatan, dan fase tanaman.� Gambarkan tanaman jagung, lebih baik menggunakan pensil
berwarna, sesuai dengan warna tanaman, misalnya hijau, agakkekuningan, ada garis hijau di tulang daun, dsb. Jika tanamanmenunjukkan gejala kekurangan hara, warnai bagian daun sesuaidengan kondisi tanaman di lapangan. Beri catatan di sebelah kirimengenai tinggi tanaman, umur setelah tanam, tanggal tanam,apa yang telah dilakukan pada minggu yang lalu.
� Gambarkan serangga hama jika ada serangan, beri nama dancatat jumlahnya, dan tingkat kerusakan tanaman atau daun (%)dari 25 tanaman yang diamati.
� Jika ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan pula penyakittanaman jagung dan gejalanya, lalu catat tingkat kerusakan (%)tanaman dari 25 tanaman yang diamati.
� Kalau ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan gejalatanaman yang mengalami kekurangan hara
� Gambarkan pula jenis dan nama gulma yang ditemukan, dancatat kondisi populasinya.
� Catat lingkungan fisik lahan, air, matahari, dan faktor iklimlainnya seperti keadaan cuaca, hujan, gerimis, berawan, dsb.
22
Diskusi kelompok
Dua gambar agroekositem yang dibuat sesuai dengan hasil pengamatanpada lahan sawah sekolah lapang dan petak laboratorium lapangdidiskusikan di subkelompok masing-masing. Intisari dari diskusitersebut dibuat dalam bentuk tabel sebagaimana dicontohkan padaTabel 5.
Data yang disajikan pada tabel tersebut diharapkan dapatmemberikan pemahaman kepada setiap peserta SL-PTT di masing-masing subkelompok, sehingga tahu apa yang harus dilakukan padalahan sawah mereka. Dalam diskusi, pemandu memberikan penjelasan
Tabel 5. Contoh analisis perbandingan agroekosistem lahan sawah sekolah lapangdengan laboratorium lapang dan tindak lanjutnya.
Sub- Sawah SL Petak LL Keputusankelompok di sawah SL*
I Populasi tanaman Populasi tanaman 66.600 +66.000 tanaman tanaman
Warna daun nilai 4 Warna daun nilai 5 Tambah pupuk N
Tingkat serangan hama/ Tingkat serangan hama/ Kendalikanpenyakit diatas ambang dibawah ambang.
Daun menggulung Daun menggulung Lakukanpagi hari siang hari penyiraman
II Populasi tanaman Populasi tanaman 66.60066.000 tanaman tanaman +
Warna daun nilai 4 Warna daun nilai 5 Tambah pupuk N
Tingkat serangan hama/ Tingkat serangan hama/ Kendalikanpenyakit diatas ambang dibawah ambang
Daun menggulung Daun menggulung Lakukanpagi hari siang hari penyiraman
III dst dst dst
* Catatan: Bila sama analisis agroekosistem di sawah SL dan LL, maka diberinilai + pada keputusannya, sebagai penghargaan prestasi bagi kelompok tani
23
dan menghimpun umpan balik dari peserta tentang kegiatan usahatani,misalnya sumber pupuk tunggal atau pupuk majemuk, dan untungrugi setiap kegiatan yang dilakukan.
Formulir pada Lampiran 3 dapat digunakan oleh pemandu sebagaiacuan dalam menandai ketuntasan adopsi komponen teknologi PTToleh petani peserta SL-PTT.
Diskusi pleno
Dalam diskusi pleno setiap kelompok diberi kesempatan melaporkanhasil analisis agroekosistem secara singkat, lugas, dan tegas. Ke-simpulan dari diskusi ini digunakan sebagai bahan dalam pengambilankeputusan oleh subkelompok, terutama yang terkait dengan per-tanaman di lapang. Keputusan ditetapkan oleh ketua/wakil ketuasubkelompok, terutama untuk mencegah pertanaman dari kerusakan.
Diskusi pleno memberikan kesempatan kepada petani pesertaSL-PTT untuk berani berbicara dan mengungkapkan masalah yangdihadapinya. Hal ini penting artinya untuk melatih petani berbicaradi depan umum. Bila di kemudian hari ada kunjungan aparat daridinas pertanian dan institusi lainnya, mereka sudah mampu berbicaratentang kondisi usahataninya. Dalam hal ini, pemandu hanya berperansebagai fasilitator.
Topik khusus
Topik khusus yang dibicarakan dalam pertemuan adalah masalahnonteknis, misalnya kelangkaan pupuk dan cara mengatasinya,dukungan gapoktan setempat, dsb. Bila tidak ada permasalahankhusus, pemandu hendaknya mengambil inisiatif agar diskusi dapatberlangsung hangat. Hal yang dibicarakan dapat berupa perkiraanmunculnya hama pada musim tertentu, field trip, rencana pem-bentukan organisasi, penangkaran benih, dsb.
24
Dinamika kelompok
Kegiatan dinamika kelompok diperlukan untuk menambah wawasanpeserta SL-PTT tentang beberapa hal, seperti kerja sama, komunikasi,dan organisasi. Pada awal pembentukan kelompok atau subkelompok,tugas utama pemandu adalah menciptakan suasana yang mendukungpara peserta untuk saling mengenal, termasuk pemandu sendiri.
Kegiatan dinamika kelompok juga dimaksudkan untuk me-numbuhkan kekompakan dan keinginan peserta menjadi petani yangdinamis, luwes dalam bergaul, saling mendukung, dan saling memberipengalaman. Beberapa permainan yang dapat digunakan untuk tujuantersebut antara lain adalah:
1. Perkenalan dan pengakraban: permainan rantai nama, meng-gambar wajah, membuat barisan, kapal tenggelam, dan Samson-Delilah
2. Penyegar suasana: permainan tolong tangkap, pecah balon, danikuti saya
3. Kreatifitas: permaian sembilan titik, potong sebanyak mungkin,berapa bujur sangkar, dan penjepit kertas
4. Kerja sama: permainan menggambar rumah, bermain tali, salingpercaya, dan membimbing tuna netra
Studi khusus
Agar peserta SL-PTT dapat memahami konsep, prinsip, danimplementasi teknologi PTT secara benar, maka perlu materipenunjang berupa studi khusus yang bersifat praktis, sederhana,mudah dilaksanakan, waktu relatif singkat, dan dapat cepat menjawabpermasalahan petani. Studi khusus dapat dilakukan di petak sekolahlapang, bergantung pada kesepakatan subkelompok. Dalam hal ini,yang melakukan studi adalah petani sendiri.
25
Praktek petani di lahan sekolah lapang
Dengan adanya pertemuan mingguan, petani peserta SL-PTT akandatang di petak laboratorium lapang untuk melakukan pengamatandan menganalisis mengenai masalah yang terjadi. Mereka diharapkandapat membandingkan masalah tersebut dengan kenyataan yang adapada lahan sekolah lapang. Bila terdapat perbedaan penampilantanaman antara di laboratorium lapang dengan di lahan sekolahlapang, misalnya, petani diharapkan sudah mampu mengatasinya.Oleh karena itu, petak laboratorium lapang harus dapat menjadiacuan bagi petani.
Temu Lapang Petani
Sebelum panen, petani peserta SL-PTT dianjurkan untuk mengadakantemu lapang sebagai media komunikasi antara petani dengan aparatdari dinas terkait, peneliti, petani nonSL-PTT, dan masyarakat tanipada umumnya. Acara ini diperlukan dalam upaya memperkenalkanPTT dan alih teknologi kepada masyarakat di sekitar SL-PTT. Padasaat temu lapang, peserta sekolah lapang menampilkan proses SL-PTT, hasil kajian, analisis agroekosistem, organisasi kelompok tani,dan diskusi di lapang pada saat pertanaman akan di panen.
Pengorganisasian SL-PTT
Setiap desa SL-PTT dipandu oleh pemandu lapang (penyuluhpertanian, POPT, dan peneliti). Peserta adalah petani dalam kawasan15 ha. Petani dibagi ke dalam beberapa subkelompok tani yangjumlahnya sekitar 20-30 orang per subkelompok. Dari 15 ha lahanSL-PTT, 14 ha di antaranya dikelola oleh subkelompok tani dansisanya 1 ha untuk laboratorium lapang dikelola oleh pemandu lapangatau petugas PL II dari Dinas Pertanian dan atau Balai PengkajianTeknologi Pertanian setempat.
26
Sarana dan Prasarana
Kelompok tani
Kelompok tani dipilih berdasarkan kriteria:� Sentra produksi jagung� Respon terhadap inovasi baru� Luas hamparan adalah 15 ha� Tersedia air dalam jumlah cukup (untuk lahan sawah)� Memiliki anggota aktif� Hamparan dekat jalan yang mudah dilintasi kendaran roda 4,
dan menjadi lalu lintas petani
Petani peserta
Petani peserta dipilih berdasarkan kriteria� Dapat membaca dan menulis� Usia produktif� Berasal dari satu hamparan 15 ha� Sanggup mengikuti SL-PTT selama 1 musim� Memiliki lahan garapan
Tempat belajar
Peserta SL-PTT menghabiskan hampir 85% waktunya untuk belajardi lapang, hanya 15% waktunya yang digunakan untuk belajar diruangan atau di tempat lain (di pasar untuk diskusi harga dll).
Lahan belajar
Lahan belajar petani adalah di petak laboratorium lapang seluas 1ha. Pengalaman dan pelajaran yang diperoleh dari laboratorium lapangdiimplementasikan pada lahan sawah miliknya sebagai lahan sekolahlapang.
27
Bahan dan alat belajar
Bahan dan alat belajar yang digunakan harus bersifat praktis,sederhana, mudah didapat, terdiri atas alat tulis (kalau bisa berwarna),bahan praktek, petunjuk lapang, alat peraga, dll.
Sertifikat
Peserta yang berhasil menyelesaikan SL-PTT perlu diberi sertifikatdengan tingkat kelulusan yang berbeda, misalnya sangat memuaskandan memuaskan, setelah melalui proses wawancara tentangketerampilan pelaksanaan penerapan PTT dan mengikuti pertemuanminimal sebanyak 80%.
Evaluasi
Evaluasi petani
Evaluasi proses belajar (alih teknologi) dilakukan untuk mengetahuitingkat kehadiran, aktivitas, dan pemahaman peserta terhadap materiyang dipelajari dalam SL-PTT, serta tingkat implementasinya di lahansekolah lapang. Evaluasi dilakukan melalui pengamatan, wawancaralangsung, pengisian matrik penanda adopsi teknologi dan matrikkualitas seperti disajikan pada Lampiran 3 dan 4.
Evaluasi pelaksanaan SL-PTT
Evaluasi pelaksanaan pelatihan dilakukan berjenjang. Bagi pemandulapang tingkat kecamatan/desa, evaluasi dilakukan oleh PL II, evaluasiterhadap pelaksanaan pelatihan bagi PL II dilakukan oleh PL I,sedangkan pelaksanaan pelatihan bagi PL I dievaluasi olehnarasumber/Balitsereal.
Worskshop
PL I melaporkan pelaksanaan SL-PTT di tingkat provinsi dalamsuatu lokakarya yang dihadiri oleh narasumber dan peneliti Balitsereal.
28
Laporan
Laporan pelaksanaan SL-PTT dibuat oleh PL II, penyuluh pertanian,POPT, dan bersama PBT membuat laporan kegiatan mingguan danlaporan akhir musim. Laporan berisikan data dan informasi tentanganalisis agroekosistem mingguan, produktivitas, peningkatan produksi,dan masalah yang terkait dengan SL-PTT.
Laporan tersebut disampaikan oleh PL II kepada Kepala DinasPertanian Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada PL I. Laporanditeruskan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepadaKepala Dinas Pertanian Provinsi dengan tembusan kepada KepalaBPTP setempat. Dari Dinas Pertanian Propinsi laporan diteruskankepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
29
PENUTUP
Peningkatan produktivitas jagung melalui pendekatan SL-PTT me-rupakan salah satu strategi yang diharapkan mampu memberikankontribusi yang lebih besar terhadap produksi jagung nasional.Pendekatan ini akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatanpetani apabila didukung oleh semua pihak, termasuk pemangkukepentingan baik di hulu, onfarm, mapun hilir, dan pelaksanaannyaterkoordinasi secara sinkron dan sinergis di setiap tingkat, mulaidari pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga ke tingkatdesa. Dengan pendekatan tersebut SL-PTT diharapkan tersosialisasisecara luas dalam upaya percepatan pengembangan PTT secaranasional.
Untuk menambah pengalaman dan wawasan, para pemandu SL-PTT disarankan membaca publikasi yang terkait dengan PTT, sepertipetunjuk teknis PTT jagung, deskripsi varietas jagung, dan masalahlapang hama, penyakit, dan hara jagung yang diterbitkan oleh Balit-sereal.
30
Lampiran 1. Daftar publikasi penunjang.
No. Judul publikasi
1. Deskripsi Varietas Unggul Baru Jagung2. Petunjuk Teknis Produksi (Budi Daya) Jagung3. Petunjuk Teknis Lapang PTT Jagung4. Petunjuk Lapang Gejala Defisiensi Hara pada Tanaman Jagung5. Petunjuk Teknis Lapang Jenis dan Cara Pengendalian Hama dan
Penyakit Utama Jagung6. Petunjuk Teknis Cara Penggunaan Bagan Warna Daun untuk Jagung (BWD)7. Petak Omisi8. Cara Penanganan Prosesing Jagung
31
Lampiran 2. Daftar topik khusus SL-PTT jagung.
No. Pertemuan Umur Kegiatan dan topik Buku sumberke tanaman khusus
1 M-3 ± 28 hari PRA dan penentuan waktu Petunjuk PRAsebelum tanam tanam.
Identifikasi masalah danintroduksi komponen teknologi
2 M-2 ± 21 hari Penentuan varietas, penyiapan Diskripsi varietassebelum tanam sarana produksi, dll jagung,
Juknis PTT
4 M-1 ± 7 hari Penyiapan lahan (pengolahan Juknis PTT,sebelum tanam tanah untuk pertanaman di Juknis Budidaya
lahan kering), pembuatan Jagungsaluran drainase (untuk lahansawah), Pengujian dayakecambah benih (jikadiperlukan)
5 1 0 hari Cara perlakuan benih, cara Juknis PTTtanam, populasi, pengaturan Permentan No 40pemberian air (lahan sawah).Konsep pupuk berimbang,kondisi cuaca
6 2 ± 7 hari Pemupukan I (cara mencampur Juknis PTTsetelah tanam dan aplikasi) Juknis PTT
Cara penjarangan tanaman(jika tanaman tumbuh berlebih)
7 3 ± 14 hari Pengenalan jenis herbisida, cara PHT jagungsetelah tanam aplikasi herbisida (penyiangan) PHT jagung
Pengenalan hama/penyakit dan Juknis PTTinsektisidaPembumbunan tanaman danpembuatan saluran distribusiair (lahan sawah)
8 4 ± 21 hari Pemberian air dan cara Juknis PTTsetelah tanam pendistribusian air (lahan sawah)
9 5 ± 28 hari Pemupukan II (takaran dan cara Juknis PTTsetelah tanam aplikasi) PHT Jagung
Pengelanan kahat haraPencegahan OPT
10 6 ± 35 hari Pengendalian gulma Juknis PTTsetelah tanam Ambang ekonomi OPT PHT jagung
11 7 ± 42 hari Cara penggunaan BWD Juknis PTTsetelah tanam
32
Lampiran 2. Lanjutan.
No. Pertemuan Umur Kegiatan dan topik Buku sumberke tanaman khusus
12 8 ± 49 hari Anatomi bunga betina dan Buku Jagungsetelah tanam jantan
13 9 ± 56 hari Perkembangan bunga jantan Buku Jagungsetelah tanam dan betina
Fase penyerbukan bunga
14 10 ± 63 hari Fase pengisian biji Buku Jagungsetelah tanam Pemberian air Juknis PTT
15 11 ± 70 hari Fase pengisian biji Buku Jagungsetelah tanam Panen daun di bawah tongkol PHT Jagung
(untuk pakan ternak danpengendalian penyakit busukbatang)
16 12 ± 77 hari Fase pengerasan biji Buku Jagungsetelah tanam Panen daun di bawah tongkol PHT Jagung
(untuk pakan ternak danpengendalian penyakit busukbatang)
17 13 ± 85 hari Fase masak fisiologi Diskripsi varietassetelah tanam (bergantung varietas) Juknis PTT
Pengenalan ciri tanamandapat dipanen
18 14 Panen Fase masak penuh (dicirikan Buku Jagungdengan adanya titik hitam Buku Jagungpada ujung biji + 50% bijidalam baris)Perhitungan hasil
33
Lam
pira
n 3.
Acu
an a
nalis
is a
groe
kosi
stem
seb
agai
pen
anda
pen
capa
ian
adop
si k
ompo
nen
tekn
olog
i.
Pere
ncan
aan
sebe
lum
tana
mV
arie
tas
ungg
ul b
aru
berp
elua
ngda
pat m
enca
pai t
arge
t pen
ingk
atan
prod
uktiv
itas.
Ben
ih b
erm
utu
akan
tum
buh
sere
ntak
dal
am +
4 h
ari d
anm
engh
asilk
an ta
nam
an y
ang
seha
tak
an tu
mbu
h le
bih
cepa
t,m
erat
a.B
enih
ber
mut
u de
ngan
day
ake
cam
bah
>95
% d
apat
mem
enuh
ipo
pula
si ta
nam
an, t
idak
per
lupe
nyul
aman
Peng
guna
an v
arie
tas
ungg
ul h
ibri
da a
tau
kom
posi
tPe
nggu
naan
ben
ihbe
rmut
u
Var
ieta
s un
ggul
jagu
ngya
ng d
igun
akan
dis
esua
ikan
deng
an li
ngku
ngan
set
empa
t.B
enih
ber
mut
u da
lam
kem
asan
sta
ndar
dan
day
atu
mbu
h tin
ggi.
Tan
aman
tum
buh
mer
ata
dan
popu
lasi
+ 6
6.60
0 ta
nam
an/h
a
Are
ape
ngel
olaa
nM
anfa
atK
ompo
nen
tekn
olog
iK
rite
ria
pena
nda
penc
apai
an a
dops
iko
mpo
nen
tekn
olog
i
Men
cega
h se
rang
an p
enya
kit
utam
a ja
gung
yai
tu b
ulai
.Pe
rlak
uan
beni
hT
anam
an ti
dak
ters
eran
gpe
nyak
it bu
lai.
Pem
elih
araa
nT
anam
anPe
rtum
buha
n ya
ng s
erag
ambe
rper
an b
esar
unt
uk p
enca
paia
nta
rget
has
il tin
ggi
Peng
elol
aan
tana
man
untu
k m
enda
patk
anpe
rtum
buha
nta
nam
an y
ang
sera
gam
.
Jara
k ta
nam
75
cm x
40
cmde
ngan
2 ta
nam
an/l
uban
gat
au 7
5 cm
x 2
5 cm
den
gan
1 ta
nam
an p
erlu
bang
.Po
pula
si +
66.
600
tana
man
/ha
Pilih
sal
ah s
atu
vari
etas
ungg
ul y
ang
sesu
aike
ingi
nan
dan
kond
isi
sete
mpa
tG
unak
an b
enih
ber
mut
ude
ngan
day
a ke
cam
bah
>95
%,
sehi
ngga
popu
lasi
+ 6
6.60
0ta
nam
an/h
a.T
idak
dian
jurk
an m
elak
ukan
peny
ulam
an te
rhad
apbe
nih
yang
tida
ktu
mbu
h.
Anj
uran
budi
day
a
Perl
akua
n be
nih
deng
anm
etal
aksi
l 2 g
/1 k
gbe
nih.
Pert
umbu
han
sera
gam
dite
ntuk
an o
leh
beni
hbe
rmut
u, ja
rak
tana
m,
dan
jum
lah
tana
man
/lu
bang
34
Pem
upuk
an n
itrog
en s
esua
i den
gan
kebu
tuha
n ta
nam
an d
an p
emup
ukan
P da
n K
ses
uai de
ngan
sta
tus
hara
akan
men
ingk
atka
n ef
isie
nsi i
nput
dan
mem
buat
tana
man
seh
at d
antu
mbu
h se
raga
m
Pem
upuk
anbe
rim
bang
War
na d
aun
tana
man
dia
tas
amba
ng d
ari p
emba
caan
BW
D ti
dak
teri
lihat
kah
at/
kera
cuna
n.K
eser
agam
an tu
mbu
hta
nam
an te
rcap
ai
Kri
teri
a pe
nand
ape
ncap
aian
ado
psi
kom
pone
n te
knol
ogi
Salu
ran
drai
nase
unt
uk m
ence
gah
kele
biha
n ai
r se
hing
ga ta
nam
antid
ak m
ati (
jagu
ng p
eka
kele
biha
nai
r).
Salu
ran
dist
ribu
si a
ir u
ntuk
men
gefi
sien
kan
pem
beri
an a
ir(l
ahan
saw
ah).
Seka
ligus
pem
bum
buna
n da
pat
dila
kuka
n
Pem
buat
an s
alur
andr
aina
se a
tau
dist
ribu
si a
ir
Salu
ran
drai
nase
ata
udi
stri
busi
air
dib
uat
bers
amaa
n de
ngan
pem
bum
buna
n ta
nam
an
Pada
per
tana
man
di
laha
n sa
wah
sal
uran
drai
nase
dib
uat s
ebel
umta
nam
(pen
anam
an a
khir
mus
im h
ujan
) se
tiap
4ba
risa
n ta
nam
.Sa
lura
n di
stri
busi
air
dibu
at b
eras
amaa
nde
ngan
pem
bum
buna
nta
nam
an
Lam
pira
n 3.
Lan
juta
n.
Are
ape
ngel
olaa
nM
anfa
atK
ompo
nen
tekn
olog
i
Pem
upuk
an e
fisi
ende
ngan
taka
ran
dan
wak
tu a
plik
asi t
epat
sesu
ai u
mur
tana
man
,m
engg
unak
an B
WD
Anj
uran
budi
day
a
35
Pane
n te
rlal
u aw
al m
enye
babk
an b
ijitid
ak ta
han
disi
mpa
n da
n ke
ripu
t.Pa
nen
terl
amba
t saa
t cur
ah h
ujan
mas
ih ti
nggi
men
yeba
bkan
biji
tum
buh
di la
pang
an.
Unt
uk m
enda
patk
an m
utu
hasi
l yan
gle
bih
baik
dan
har
ga y
ang
lebi
htin
ggi,
pen
geri
ngan
har
us s
ecep
atny
adi
laku
kan.
Penu
ndaa
n pe
nger
inga
n da
pat
men
yeba
bkan
tum
buhn
ya ja
mur
yan
gm
engh
asilk
an rac
un (a
flat
oksi
n).
Pena
ngan
an p
anen
dan
pasc
apan
enPa
nen
dila
kuka
n sa
at k
elob
otte
lah
men
geri
ng d
anbe
rwar
na c
okla
t, p
ada
biji
tela
h te
rben
tuk
blac
k la
yer
Peng
erin
gan
tong
kol
lang
sung
dila
kuka
n se
tela
hpa
nen
dan
pem
ipila
ndi
laku
kan
sete
lah
kada
r ai
rbi
ji +
20%
Pane
n da
nPa
scap
anen
Kri
teri
a pe
nand
ape
ncap
aian
ado
psi
kom
pone
n te
knol
ogi
Saat
per
iode
kri
tis ta
nam
an ja
gung
pada
1/3
aw
al u
mur
tana
man
pert
anam
an b
ersi
h da
ri g
ulm
ase
hing
ga p
ertu
mbu
han
optim
al.
Pene
kana
n se
rang
an h
ama
peng
gere
kba
tang
pen
ting
saat
per
iode
sam
pai
30 h
ari s
etel
ah ta
nam
unt
ukm
ence
gah
penu
runa
n ha
sil
Peng
enda
lian
OPT
terp
adu
sesu
aisa
sara
n
Past
ikan
tida
k ad
ake
hila
ngan
has
il ka
rena
gulm
a, h
ama
dan
peny
akit
Lam
pira
n 3.
Lan
juta
n.
Are
ape
ngel
olaa
nM
anfa
atK
ompo
nen
tekn
olog
iA
njur
anbu
di d
aya
Ter
apka
n be
rbag
ai te
knik
peng
enda
lian
bert
ahap
sesu
ai s
tadi
a ta
nam
an.
Lak
ukan
pen
gam
atan
,ke
ndal
ikan
den
gan
pest
isid
a ap
abila
kon
disi
mel
ebih
i am
bang
ken
dali.
Ken
dalik
an g
ulm
a sa
atpe
riod
e sa
mpa
i lew
atpe
riod
e kr
itis
(seb
elum
1/3
umur
tana
man
)
Pane
n di
laku
kan
tepa
tw
aktu
dan
lan
gusn
gpe
nger
inga
n to
ngko
l
36
Lampiran 4. Matrik kualitas untuk kegiatan latihan SL-PTT.
Kegiatan CatatanTahap Petunjuk kualitas
Pertanyaan,permasalahan danskenario-skenariodiajukan olehpemandu kepada parapeserta. Maksudnyaadalah untukmendukung adanyadiskusi dan analisasecara mendalamtentang keadaanlapangan danmemecahkan masalah.
Analisagambaranagroekosistem
Sebelum kegiatan dimulai,para peserta diberitahutentang tujuan kegiatan danproses yang harus diikutidalam kegiatan tersebut.
APA INI?Dialog yangmemperhatikanfungsi
Pertanyaan dijawabdengan pertanyaan,jawaban menolongpeserta menemukanfungsi. Mendorongmunculnya analisakritis
Prosespertanyaan
Pertanyaan-pertanyaan yangdiajukan tidak dijawab,akan tetapi dibalas denganpertanyaan-pertanyaan yangmenyelidiki lebih jauh.Petanyaan-pertanyaan yangditanya oleh pemandumengarah pada hubunganfungsional (mis. antarahama dan musuh alami atauantara hama dan tanaman)yang ada dalamagroekosistem.
Petani menemukansendiri jawaban ataspertanyaannya.
Hasil Para peserta mampumenyebutkan hubunganfungsional dalamagroekosistem.
AGROEKOSISTEMMerupakankegiatan utamagunamengembangkanpemahamantentang konsepPTT yang baikdan benar, sepertimisalnya:Pemilihankomponenteknologi.Pengamatanmingguan.Analisa keadaansawah.Pengambilankeputusan.
Peserta dijelaskanbagaimanamelakukan PRAPeserta dan pemandumelakukan transekPeserta mengamatidan mencatat sumberdaya yang tersedia,kendala biofisik danmemikirkan peluangpemecahan.
PelaksanaanPRA
Sebelum kegiatan dimulaipara peserta diberitahutentang tujuan kegiatan danproses yang harus diikutidalam kegiatan tersebut.Selama melakukan kegiatanpeserta memahami kondisilapangan.Para peserta mencatat apayang mereka amati.Peserta aktif berdikusi.Terpilih komponenteknologi yang sesuai
37
Lampiran 4. Lanjutan.
Kegiatan CatatanTahap Petunjuk kualitas
Tujuannya adalahuntukmengembangkanketrampilanpengambilankeputusan dananalisa.Pemandu membantupeserta mencapaitujuan tersebut.
TOPIK KHUSUSUntuk beberapaaspek PHT(biologi, ekologidan ekonomi)
Para peserta jelasmengenai maksuddan tujuan kegiatanini.
Tujuannya Sebelum kegiatanberlangsung, pemandumenerangkan tujuan danproses kegiatan topikkhusus.
Para peserta mencapaitujuan kegiatan.Peserta menganalisakegiatan yangdilakukan dengandibantu pertanyaan-pertanyaan pemandusehingga peserta tahuapa yang telahdilakukan.
Hasil Para peserta dapatmenyajikan hasil kegiatandan meringkas apa yangsudah dilakukan dalamkegiatannya.Peserta dapat menerangkanapa yang telah merekapelajari dari kegiatan yangsudah dilakukan.Pemandu mengajukapertanyaan-pertanyaan untukmembantu pesertamemahami kegiatan yangsudah dilakukan,menerapkan apa yang sudahmereka pelajari kedalam�kehidupan nyata�
Para peserta jelasmengenai apa yangharus dilakukan,semua peserta aktif.
Proses Selama kegiatanberlangsung para pesertaterlibat dan berpartisipasisecara aktif.Kegitan kelompok tidakdidominasi oleh satu orangpeserta maupun pemandu.
38
Lampiran 4. Lanjutan.
Kegiatan CatatanTahap Petunjuk kualitas
Pemandu mengajukanpertanyaan untukmembantu parapeserta dalammenganalisa kegiatan.Diskusi mengenai apayang dilakukan dalamkegiatan, poin-poinyang penting, dan apayang dipelajari olehpeserta.
Analisa Pemandu mengajukanpertanyaan-pertanyaan untukmembantu pesertamemahami kegiatan yangdilakukan dan menerapkanapa yang sudah merekapelajari kedalam �kehidupannyata�.
DINAMIKAKELOMPOKUntukmemperbaikiketrampilanbekerjasama danpemecahanmasalah
Pemandu menjelaskanmaksud dan tujuankegiatan sebelumkegiatan dimulai.Sarana belajar tersediasebelum kegiatandimulai.Waktu kegiatan cukup
Proses Sebelum kegiatanberlangsung pemandumemberitahu peserta tentangtujuan dan proses kegiatanyang akan dilakukan.Semuapeserta terlibat aktif dalamkegiatan.
BALLOT-BOXProses evaluasiyang dapatdigunakan sebagai�pre-test� dan�post-test� untukmenilaiketrampilan dilapangan
Pertanyaanberdasarkan keadaanlapangan setempatmemperhatikanfungsi-fungsi yangada dalam ekologisawah, bukan namaserangga atau produk.Apabila digunakanuntuk pre-dan post-test maka kedua-duanya menilaitingkat keterampilansama
Persiapan Soal-soal benar-benarberadsarkan pengetahuandan ketrampilan lapanganNama-nama latin tidakdigunakan
Para peserta benar-benar memahamikerjasama maupunpengambilankeputusan.
Hasil Para peserta dapatmenerangkan apa yang telahmereka pelajari dari kegiatanyang sudah dilakukan.
Sebagai saranapendorong belajar danevaluasi kegiatan
Hasil Pemandu menggunakansebagai sarana pendorongbelajar dan memperhatikanserta mempertimbangkanisinya.