slptt-jagung

38
1 INOVASI TEKNOLOGI JAGUNG Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan dan pakan maupun sebagai bahan baku industri. Pada saat produksi dalam negeri tidak memadai, impor terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahun 2005 Indonesia mengimpor jagung sebanyak 1,80 juta ton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton kalau produksi nasional tidak segera dipacu. Luas areal panen jagung nasional dewasa ini baru sekitar 3,60 juta hektar dengan produktivitas 3,60 t/ha, sementara di tingkat penelitian telah mencapai 5,0-10,0 t/ha, bergantung pada kondisi lahan, lingkungan setempat, dan teknologi yang diterapkan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa produksi jagung masih dapat ditingkatkan melalui inovasi teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas jagung, di antaranya varietas unggul yang sebagian di antaranya telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan per- kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas jagung dan efisiensi input produksi. Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. Panduan SL-PTT jagung ini dimaksudkan sebagai: (1) acuan dalam pelaksanaan SL-PTT jagung dalam upaya peningkatan produksi nasional; (2) pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan program peningkatan produksi jagung melalui SL-PTT antara tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota; (3) acuan dalam penerapan komponen teknologi PTT jagung oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung upaya peningkatan produksi; dan (4) pedoman dalam peningkatan produktivitas, produksi, pendapatan, dan kesejahteraan petani jagung.

Upload: wati-nawa

Post on 30-Nov-2015

124 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

INOVASI TEKNOLOGI JAGUNG

Kebutuhan jagung terus meningkat, baik untuk pangan dan pakanmaupun sebagai bahan baku industri. Pada saat produksi dalam negeritidak memadai, impor terpaksa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan.Pada tahun 2005 Indonesia mengimpor jagung sebanyak 1,80 jutaton dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 2,20 juta ton kalauproduksi nasional tidak segera dipacu.

Luas areal panen jagung nasional dewasa ini baru sekitar 3,60juta hektar dengan produktivitas 3,60 t/ha, sementara di tingkatpenelitian telah mencapai 5,0-10,0 t/ha, bergantung pada kondisilahan, lingkungan setempat, dan teknologi yang diterapkan. Kenyataanini menunjukkan bahwa produksi jagung masih dapat ditingkatkanmelalui inovasi teknologi.

Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian telahmenghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkanproduktivitas jagung, di antaranya varietas unggul yang sebagian diantaranya telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan per-kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang Pertanianjuga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan PengelolaanTanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkanproduktivitas jagung dan efisiensi input produksi.

Dalam upaya pengembangan PTT secara nasional, DepartemenPertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. PanduanSL-PTT jagung ini dimaksudkan sebagai: (1) acuan dalam pelaksanaanSL-PTT jagung dalam upaya peningkatan produksi nasional; (2)pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan programpeningkatan produksi jagung melalui SL-PTT antara tingkat pusat,provinsi, dan kabupaten/kota; (3) acuan dalam penerapan komponenteknologi PTT jagung oleh petani sehingga dapat meningkatkanpengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya untukmendukung upaya peningkatan produksi; dan (4) pedoman dalampeningkatan produktivitas, produksi, pendapatan, dan kesejahteraanpetani jagung.

id1646531 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

2

PTT: PENGERTIAN, TUJUAN, DAN PRINSIP

PTT adalah pendekatan dalam pengelolaan lahan, air, tanaman,organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim secara terpadudan berkelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatanpetani, dan kelestarian lingkungan.

PTT jagung dirancang berdasarkan pengalaman implementasiberbagai sistem intensifikasi yang pernah dikembangkan di Indonesia.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lahan telahmengalami kemunduran kesuburan, setelah dikelola secara intensiftanpa mengacu pada konsep PTT, baik di lahan sawah tadah hujanmaupun irigasi.

Tujuan penerapan PTT jagung adalah untuk meningkatkanproduktivitas dan pendapatan petani serta melestarikan lingkunganproduksi melalui pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT, dan iklimsecara terpadu.

Prinsip PTT mencakup empat unsur, yaitu integrasi, interaksi,dinamis, dan partisipatif.

Integrasi

Dalam implementasinya di lapangan, PTT mengintegrasikan sumberdaya lahan, air, tanaman, OPT, dan iklim untuk mampu meningkatkanproduktivitas lahan dan tanaman sehingga dapat memberikan manfaatyang sebesar-besarnya bagi petani.

Interaksi

PTT berlandaskan pada hubungan sinergis atau interaksi positif antaradua atau lebih komponen teknologi produksi.

3

Dinamis

PTT bersifat dinamis karena selalu mengikuti perkembangan teknologidan penerapannya disesuaikan dengan keinginan dan pilihan petani.Oleh karena itu, PTT selalu bercirikan spesifik lokasi. Teknologiyang dikembangkan melalui pendekatan PTT senantiasa memper-timbangkan lingkungan fisik, biofisik, iklim, dan kondisi sosial-ekonomi petani setempat.

Partisipatif

PTT juga bersifat partisipatif, yang membuka ruang bagi petani untukmemilih, mempraktekkan, dan bahkan memberikan saran kepadapenyuluh dan peneliti untuk menyempurnakan PTT, serta menyampai-kan pengetahuan yang dimiliki kepada petani yang lain.

4

KOMPONEN DAN RAKITAN TEKNOLOGI

Komponen Dasar

Komponen teknologi dasar (compulsory) adalah komponen teknologiyang relatif dapat berlaku umum di wilayah yang luas, antara lain:1) Varietas unggul, baik dari jenis hibrida maupun komposit atau

bersari bebas,2) Bibit bermutu dan sehat (perlakuan benih),3) Populasi tanaman sekitar 66.600 tanaman/ha, benih ditanam dua

biji per lubang dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm,4) Pemupukan berimbang, pupuk N diberikan sesuai dengan fase

pertumbuhan tanaman dan menggunakan bagan warna daun(BWD) untuk menentukan waktu dan takaran pemupukan. PupukP dan K diberikan berdasarkan hasil analisis tanah,

5) Saluran drainase (lahan kering) atau irigasi (lahan sawah).

Komponen Pilihan

Komponen teknologi pilihan yaitu komponen teknologi yang lebihbersifat spesifik lokasi, antara lain:1) Penyiapan lahan dengan teknologi tanpa olah tanah (TOT) atau

teknologi pengolahan tanah, bergantung pada tekstur tanahsetempat,

2) Bahan organik, pupuk kandang, dan amelioran,3) Penyiangan dengan herbisida atau secara manual,4) Pengendalian hama dan penyakit yang tepat sasaran,5) Penanganan panen dan pascapanen.

Rakitan Teknologi

Agar komponen teknologi yang dipilih sesuai dengan kebutuhansetempat, maka proses pemilihan atau perakitannya didasarkan padahasil analisis potensi, kendala, dan peluang atau dikenal dengan PRA(Participatory Rural Appraisal).

5

Dari hasil PRA teridentifikasi masalah yang dihadapi dalam upayapeningkatan produksi. Untuk memecahkan masalah yang ada dipilihteknologi yang akan diintroduksikan, baik dari komponen teknologidasar maupun pilihan. Komponen teknologi pilihan dapat menjadikomponen teknologi dasar jika hasil PRA memprioritaskan penerapankomponen teknologi tersebut untuk pemecahan masalah utama diwilayah setempat.

Alur perakitan komponen teknologi PTT dapat dilihat berikutini.

Contoh Kasus Penerapan PTT

PTT jagung untuk pertama kalinya diterapkan pada tahun 2005 dibeberapa lokasi dalam program peningkatan produktivitas lahan, diantaranya pada lahan sawah tadah hujan di Desa Mandalle, KecamatanMandalle, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan.

Dari PRA teridentifikasi masalah yang berkaitan dengan upayapeningkatan produktivitas jagung pada lahan sawah tadah hujan,kemudian diintroduksikan komponen teknologi untuk memecahkanmasalah tersebut yang merupakan rakitan PTT spesifik lokasi diPangkep seperti disajikan pada Tabel 1.

PRAIden-tifikasi

masalah

Pemilihankomponenteknologi

PTT(Rakitan teknologi

spesifik lokasi)PRA

Iden-tifikasi

masalah

Pemilihankomponenteknologi

PTT(Rakitan teknologi

spesifik lokasi)

6

Tabel 1. Prioritas masalah dan introduksi komponen teknologi untuk pemecahanmasalah di Pangkep, Sulawesi Selatan

Ranking Masalah Solusi/introduksi komponenteknologi

I Petani menggunakan varietas lokal Introduksi varietas unggul dandan benih seadanya benih bermutu

I Kesuburan lahan belum diketahui Analisis tanah

II Cara bertanam belum baik, jarak Perbaikan cara tanam dengantanam tidak teratur jarak tanam 75 cm x 40 cm,

dua tanaman per lubang

II Pemupukan tidak dilakukan atau Pemupukan berimbangseadanya saja tergantung kemampuandan biasanya hanya pupuk N saja

III Pengelolaan air tidak efisien, Pembuatan sumur gali atausumber air dari sumur gali yang sumur bor dangkal di lahanada di rumah sekitar lahan dan pertanaman dan pendistribusianpendistribusian air dengan ember air dengan menggunakan

pompa

IV Ternak sapi tidak dikandangkan Ternak sapi dikandangkansehingga mengganggu pertanaman berdasarkan kesepakatan

masyarakat denganperangkat desa

V Sistem sewa lahan atau bagi hasil Musyawarah dalam penetapanantara pemilik lahan dan penggarap sistem sewa atau bagi hasiltidak jelas sehingga menimbulkan antara pemilik lahan danmasalah ketika hasil yang diperoleh penggarap yang difasilitasipenggarap tinggi oleh aparat kecamatan dan

desa

7

SL-PTT: DEFINISI, TUJUAN, DAN AZAS

Definisi

SL-PTT adalah sekolah yang seluruh proses belajar-mengajarnyadilakukan di lapangan. Hamparan sawah milik petani peserta programpenerapan PTT disebut hamparan SL-PTT, sedangkan hamparansawah tempat praktek sekolah lapang disebut laboratorium lapang(LL). Sekolah lapang seolah-olah menjadikan petani peserta sebagaimurid dan pemandu lapang (PL I atau PL II) sebagai guru. Namunpada sekolah lapang tidak dibedakan antara guru dan murid, karenaaspek kekeluargaan lebih diutamakan, sehingga antara �guru danmurid� saling memberi pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman.

SL-PTT juga mempunyai kurikulum, evaluasi pra dan pasca-kegiatan, dan sertifikat. Bahkan sebelum SL-PTT dimulai perludilakukan registrasi terhadap peserta yang mencakup nama dan luaslahan sawah garapan, pembukaan, dan studi banding atau kunjunganlapang (field trip).

Penciri SL-PTT adalah sebagai berikut:1. Peserta dan pemandu saling memberi dan menghargai2. Perencanaan dan pengambilan keputusan dilakukan bersama

dengan kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani(gapoktan)

3. Komponen teknologi yang akan diterapkan berdasarkan hasilPRA yang dilakukan oleh petani peserta

4. Pemandu tidak mengajari petani, tetapi petani belajar denganinisiatif sendiri, pemandu sebagai fasilitator memberikanbimbingan

5. Materi latihan, praktek, dan sarana belajar ada di lapangan6. Kurikulum dirancang untuk satu musim tanam, sehingga dalam

periode tersebut diharapkan terdapat 10-14 kali pertemuan antarapeserta dengan pemandu.

8

Sasaran dan Tujuan

Pada tahun 2008 diharapkan telah terselenggara 13.500 unit SL-PTT jagung. Satu unit SL-PTT jagung dilaksanakan pada hamparanareal seluas 15 ha, 14 ha di antaranya untuk SL-PTT dan 1 ha untuklaboratorium lapang. Berdasarkan jumlah unit SL-PTT diperkirakanPTT akan diterapkan pada lahan seluas 200 ribu ha. Strategi inidiharapkan dapat mempercepat penyebaran PTT jagung yang akanberdampak terhadap percepatan implementasi program peningkatanproduksi jagung.

Tujuan utama SL-PTT adalah mempercepat alih teknologi melaluipelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Narasumbermemberikan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang telah dikembangkankepada pemandu lapang I (PL I) sebagai Training of Master Trainer(TOMT). PL I terdiri atas penyuluh pertanian, Pengamat OrganismePengganggu Tanaman (POPT), dan Pengawas Benih Tanaman (PBT)tingkat provinsi yang telah dilatih di tingkat nasional (Balai BesarPelatihan Pertanian, Batangkaluku, Sulawesi Selatan). SelanjutnyaPL I menurunkan IPTEK tersebut kepada PL II yang terdiri ataspenyuluh pertanian, POPT, dan PBT tingkat kabupaten/kota.Pelatihan bagi PL II diselenggarakan di tingkat provinsi dan materinyadiberikan oleh narasumber dan PL I. Pelatihan bagi pemandu lapangdiselenggarakan di kabupaten/kota. Peserta pelatihan adalah penyuluhpertanian, POPT dan PBT tingkat kecamatan/desa. Materi pelatihandiberikan oleh narasumber dan PL II.

Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaranteknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudianberlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petanidi sekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT yang dikembangkan.Keuntungan yang diperoleh pemberi dan penerima dalam kegiatanini adalah:

9

Keuntungan bagi pemandu, PPL, dan PHP

Dengan motto �memberi lebih baik dari menerima�, pemandu(PPL atau PHP) memberikan pengetahuan dan pengalamannyakepada petani sehingga pemandu merasa bermanfaat bagi banyakorang, terutama petani. Dalam hal ini pemandu dituntut untuk mampuberkomunikasi dengan baik dan mampu pula menggerakkan petanimengembangkan dan memajukan usahatani di wilayah kerjanya.

Keuntungan bagi petani

Petani peserta SL-PTT diberi kebebasan memformulasikan ide,rencana, dan keputusan bagi usahataninya sendiri. Mereka dilatihagar mampu membentuk dan menggerakkan kelompok tani dalamalih teknologi kepada petani lain. Melalui SL-PTT, petani pesertadiharapkan terpanggil dan bertanggung jawab untuk bersama-samameningkatkan produksi jagung dalam upaya mewujudkan swasembada.Kebersamaan semua pihak yang terlibat dalam SL-PTT merupakanfaktor pendorong bagi petani dalam mengelola usahataninya.

Azas

Beberapa azas SL-PTT yang perlu dipahami oleh pemandu dan petanipeserta SL-PTT adalah:

Sawah sebagai sarana belajar

Keterampilan yang dituntut dari petani peserta sekolah lapang dalammenerapkan PTT adalah keterampilan membawa PTT ke lahanusahataninya sendiri dan lahan petani yang lain. Oleh karena itu,petani peserta SL-PTT akan menghabiskan hampir seluruh waktunyauntuk menerapkan teknologi di lapang dan hanya sebagian kecilwaktu yang digunakan di kelas untuk membahas aspek yang terkaitdengan usahatani, seperti koperasi, gapoktan, kelompok tani, danpemasaran hasil.

10

Belajar lewat pengalaman dan penemuan sendiri

Sesuai dengan motto petani SL-PTT �mendengar, saya lupa;melihat, saya ingat; melakukan, saya paham; menemukansendiri, saya kuasai�, maka setiap kegiatan yang dilakukan sendiriakan memberikan pengalaman yang berharga. Oleh karena itu, petanidituntut untuk mampu menganalisis kegiatan yang telah dilakukan,kemudian menyimpulkan dan menindaklanjutinya. Kesimpulan yangtelah dibuat merupakan dasar dalam melakukan perubahan dan ataupengembangan teknologi.

Pengkajian agroekosistem sawah

SL-PTT dicirikan oleh adanya pertemuan petani peserta dalam periodetertentu, mingguan atau dua mingguan, bergantung kepadapengalaman mereka setelah mengamati perubahan ekosistempersawahan. Aktivitas mingguan berupa monitoring yang hasilnyadiperlukan dalam pengambilan keputusan. Untuk itu, petani pesertaSL-PTT perlu didorong untuk membiasakan diri menganalisisekosistem dan mengkaji produktivitas dan efektivitas teknologi yangdicoba pada petak laboratorium lapang dan menerapkannya di lahansendiri.

Metode belajar praktis

Aktivitas SL-PTT perlu dirancang sedemikian rupa agar petani mudahmemahami masalah yang dihadapi di lapangan dan menetapkanteknologi yang akan diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut.Misalnya, bagaimana petani mengetahui kondisi tanaman yang kurangpupuk, hubungan antara iklim dan keberadaan OPT, atau bagaimanamereka dapat mengetahui kesuburan tanah. Dalam memberikanpanduan dan motivasi kepada petani, pemandu SL-PTT harus mampuberkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa yang mudahdipahami petani.

11

Kurikulum berdasar keterampilan yang dibutuhkan

Kurikulum dirancang atas dasar analisis keterampilan yang perludimiliki petani SL-PTT, agar mereka dapat memahami dan menerap-kan PTT di lahan sendiri dan mengembangkan kepada petani lainnya.Selain keterampilan teknis, petani peserta SL-PTT juga memperolehkecakapan dalam perencanaan kegiatan, kerja sama, dinamikakelompok, pengembangan materi belajar, dan komunikasi. Hal inipenting artinya bagi petani peserta SL-PTT untuk dapat menjadifasilitator yang mampu memotivasi dan membantu kelompok tani.

Prinsip Pendidikan dalam SL-PTT

Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, SL-PTThendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan untuk orangdewasa berdasarkan pengalaman sendiri. Untuk itu, materi pendidikanyang akan diberikan dalam SL-PTT mencakup aspek yang diperlukanoleh kelompok tani di wilayah pengembangan PTT. Dalam kaitanitu, tiga aspek berikut perlu mendapat perhatian:

1. Aspek teknologi: keterampilan dan pengetahuanDalam SL-PTT, petani diberikan berbagai keterampilan danpengetahuan yang mereka butuhkan untuk menjadi manager dilahan usahataninya sendiri, seperti analisis ambang ekonomi hamadan penyakit tanaman, analisis perubahan iklim, analisiskecukupan hara bagi tanaman, dan efisiensi penggunaan airdengan sistem pengairan berselang.

2. Aspek hubungan antarpetani: interaksi dan komunikasiSL-PTT mendorong petani untuk dapat berkerja sama, melakukananalisis secara bersama-sama, diskusi, dan berkomunikasi dengansantun menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh oranglain.

3. Aspek pengelolaan: manager di lahan usahatani sendiriDalam SL-PTT, petani peserta didorong untuk pandai meng-analisis masalah yang dihadapi dan membuat keputusan tentangtindakan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.

12

Proses Belajar melalui Pengalaman

Proses belajar pada SL-PTT berawal dari kegiatan yang kemudianmemberikan pengalaman pribadi, mengungkapkan pengalamantersebut, menganalisis masalah yang terjadi, dan menyimpulkan hasilkegiatan. Kalau petani peserta SL-PTT telah merasakan dampakpositif dari teknologi yang diterapkan, baik dari aspek materi maupunnonmateri, maka mereka akan menerapkan teknologi itu kembalipada musim berikutnya.

Petani merasa bangga setelah memahami dan menerapkan kajiansendiri di lahan sendiri dengan hasil di atas rata-rata, apalagi kalaumenjadi yang terbaik di lingkungan sendiri. Karena itu, petani perludidorong untuk berimprovisasi untuk menghasilkan karya yang lebihbaik.

13

KOORDINASI SL-PTT

Peningkatan Produksi Nasional

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, mewujudkan swasembada,dan bahkan mengisi pasar internasional, pemerintah telah meluncurkanberbagai program peningkatan produksi jagung. Dalam hal ini inovasiteknologi jagung dijadikan andalan dalam meningkatkan produktivitas.Inovasi teknologi tersebut diimplementasikan dengan pendekatan PTTyang terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensiusahatani jagung. SL-PTT diharapkan menjadi andalan dalammempercepat pengembangan PTT jagung secara nasional.

Pola SL-PTT

Lahan petani yang digunakan untuk PTT disebut areal SL-PTT.Satu unit areal SL-PTT terdiri atas 10-15 ha lahan sawah milikpetani peserta SL-PTT (Gambar 1). Untuk setiap unit areal SL-PTTdipilih lahan seluas 1 ha untuk laboratorium lapang atau arealpercontohan (demplot) bagi petani peserta SL-PTT denganpendampingan PPL dan PHP. Untuk laboratorium lapang disediakanbantuan sarana produksi berupa benih unggul bermutu, pupuk urea,NPK, dan pupuk organik. Bagi petani di areal SL-PTT hanyadiberikan bantuan berupa benih unggul bermutu. Dengan adanyalaboratorium lapang diharapkan dapat mempercepat alih teknologi

Gambar 1. Skema akselerasi adopsi PTT dalam SL-PTT.

Difusi kePetani non

SL-PTT SL-PTT15 ha

LL1 ha

Transfer PTT ke lahan petaniDifusi ke

Petani nonSL-PTT SL-PTT

15 ha

LL1 ha

Transfer PTT ke lahan petani

14

melalui interaksi antara petani peserta SL-PTT dengan petaninonpeserta SL-PTT. Agar mudah dan cepat terlihat, laboratoriumlapang hendaknya menempati lahan di pinggir areal SL-PTT.

Tiap unit SL-PTT terdiri atas petani peserta yang berasal darisatu kelompok tani yang sama. Dalam setiap unit SL-PTT perluditetapkan seorang ketua yang bertugas mengkoordinasikan aktivitasanggota kelompok, seorang sekretaris yang bertugas sebagai pencatatdalam setiap pertemuan, dan seorang bendahara yang bertugasmengelola keuangan.

Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelasSL-PTT, perlu diusahakan minimal satu orang dari kelompok tanisebagai motivator yang responsif terhadap inovasi dan mendoronganggota kelompok lainnya untuk memberikan pandangan yang sama.

Petani peserta SL-PTT mengadakan pengamatan bersama-samadi petak percontohan atau laboratorium lapang, mendiskripsikan,dan membahas berbagai temuan di lapangan. Pemandu lapangberperan sebagai fasilitator dalam mengarahkan diskusi kelompok.

Petani peserta SL-PTT dituntut untuk senantiasa mengikuti semuatahapan kegiatan di lapangan dan mengaplikasikan komponenteknologi spesifik lokasi, mulai dari pengolahan tanah dan budi dayahingga panen dan pascapanen. Dalam melakukan kegiatan di lapangan,petani peserta bekerja sesuai dengan rencana dan jadwal yang telahditetapkan, baik di laboratorium lapang maupun di lahan usahatanisendiri.

Agar SL-PTT dapat berdaya guna dan berhasil guna makadiperlukan:1. Pemandu yang memahami potensi, masalah, kebutuhan, dan

kekuatan yang ada di lapangan/desa.2. Dinamisator yang mampu menghidupkan suasana bagi peserta

sehingga terdorong untuk mengikuti pelatihan.3. Motivator yang kaya dengan pengalaman usahatani dan dapat

membangkitkan kepercayaan diri para peserta.

15

4. Konsultan bagi petani peserta sehingga memudahkan merekamenentukan langkah yang akan ditempuh setelah SL-PTT selesai.

5. Petugas yang mahir membuat laporan pelaksanaan SL-PTT, baiklaporan awal dan bulanan maupun laporan akhir kegiatan.

Matrik Manajemen

Pembagian tugas dan tanggung jawab eselon I lingkup DepartemenPertanian dan Dinas Pertanian untuk pelaksanaan SL-PTT disajikanpada Tabel 2.

Di tingkat pusat, triparti antara Ditjentan, Badan Litbang Pertanian,dan Badan SDM Pertanian bekerja sama menyusun perencanaanSL-PTT. Pendamping teknologi dari Badan Litbang Pertanian disiaga-kan di tingkat provinsi sebagai narasumber teknologi dan membantupemecahan masalah dalam penerapan teknologi (Gambar 2).

Tabel 2. Matrik manajemen.

Institusi Tanggung jawab

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Perencanaan dan pengusulan dana

Badan Litbang Pertanian Menyediakan teknologi, pedomanumum, peneliti sebagai narasumber,pendamping teknologi, dan pelatihbagi pelatih inti.

Badan SDM Pertanian Mengorganisasikan dan melaksanakanpelatihan bagi pemandu

Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota Melaksanakan sekolah lapang

16

Tahapan Pelatihan

Dalam pelaksanaan SL-PTT diperlukan pelatihan secara berjenjang,mulai dari Pemandu Lapang I (PL I) di tingkat provinsi sebagaitraining of master trainer (TOMT), PL II di tingkat kabupaten/kotasebagai training of trainer (TOT), hingga Pemandu Lapang yangterdiri atas Penyuluh Pertanian, POPT, dan PBT di tingkat kecamatan/desa. Pelatihan bagi PL I dilakukan oleh narasumber dan penelitiBalitsereal. Pelatihan PL II diselenggarakan oleh PL I di tingkatprovinsi, pelatihan pemandu lapang diselenggarakan oleh PL II ditingkat kabupaten, pelatihan dan bimbingan kepada petanidiselenggarakan oleh pemandu lapang (Tabel 3).

Gambar 2. Bagan alur pelaksanaan SL-PTT.

Keterangan: PJ = Peneliti Jagung; PL-I = Pemandu Lapang-I;PL-II = Pemandu Lapang-II; PL = Pemandu Lapang

Peneliti Jagung

Penyuluh Provinsidan Pendamping

PenyuluhKabupaten

PPL/POPT/PBT

PUSAT (TRIPARTI)

POSKO 1

POSKO 2

POSKO 3

POSKO 4

PJ

PL I

PL II

PL

SL

PROVINSI

KABUPATEN

BPP

KELOMPOK TANI

SL ± 15 haLL

POSKO 5

� 1 ha� Paket

saprodi

� Kemitraan� Saprodi dan

pemasaran hasil

Bantuan1. Pendampingan

oleh penyuluh, peneliti, PBT dan POPT

2. Benih3. Pupuk

Peneliti Jagung

Penyuluh Provinsidan Pendamping

PenyuluhKabupaten

PPL/POPT/PBT

PUSAT (TRIPARTI)

POSKO 1

POSKO 2

POSKO 3

POSKO 4

PJ

PL I

PL II

PL

SL

PROVINSI

KABUPATEN

BPP

KELOMPOK TANI

SL ± 15 haLL

POSKO 5

� 1 ha� Paket

saprodi

� Kemitraan� Saprodi dan

pemasaran hasil

Bantuan1. Pendampingan

oleh penyuluh, peneliti, PBT dan POPT

2. Benih3. Pupuk

17

Tabel 3. Rencana pelatihan.

Jenis pelatihan/ Pelatih Lokasi pelatihan/ Periodepeserta lapangan (waktu)

Pemandu lapang I Narasumber/ BB Pelatihan 1 minggu(PPL I): Penyuluh Peneliti jagung PertanianPertanian, POPT, dan BatangkalukuPBT tingkat provinsi Sulawesi SelatanPemandu lapang II PL I Provinsi/ 1 minggu(PL II) : Penyuluh Demplot PTTPertanian, POPT, BPTPPBT tingkat kabupatenPemandu lapang (PL): PL II Kabupaten/kota 1 mingguPenyuluh Pertanian,POPT, PBT tingkatkecamatan/desaSL-PTT: Petani dalam PL Kecamatan/desa 1 musimluasan 15 ha (hamparan)/LL tanam

dan SL-PTT

PL-I = Pemandu Lapang-I; PL-II = Pemandu Lapang-II; PL = PemanduLapang; LL = Laboratorium Lapang

18

MEKANISME PELAKSANAAN SL-PTT

Persiapan

Kegiatan dalam persiapan SL-PTT meliputi pemilihan desa danhamparan 15 ha, diselenggarakan beserta kelompok tani, pemilihanpetani peserta, tempat, dan areal laboratorium lapang untuk prosespembelajaran seluas 1 ha, bahan dan alat belajar, materi, dan waktubelajar. Kegiatan persiapan ini dibahas dalam pertemuan di tingkatdesa/kecamatan dan di tingkat kelompok tani.

Pertemuan di tingkat desa dan kecamatan

Pertemuan tingkat desa dan kecamatan diperlukan untuk memperolehdukungan dari aparat desa dan pejabat kecamatan dalam halpenentuan lokasi, jumlah, dan nama calon peserta. Pada pertemuanini juga ditentukan waktu pertemuan di tingkat kelompok tani.

Pertemuan persiapan SL-PTT di tingkat kecamatan mengikutserta-kan Camat, KCD, POPT, dan penyuluh pertanian untuk menentukandesa yang akan dipilih dalam penyelenggaraan SL-PTT. Pertemuandi tingkat desa mengikutsertakan perangkat desa, tokoh mayarakat,penyuluh pertanian, POPT, ketua gapoktan, ketua kelompok tani,ketua P3A, dan tokoh wanita tani. Pertemuan persiapan di tingkatdesa dan kecamatan dilakukan 4-5 minggu sebelum SL-PTT dimulai.

Pertemuan di tingkat kelompok tani

Pertemuan persiapan SL-PTT di tingkat kelompok tani merupakanupaya dalam menginventarisasi kelompok tani, nama, dan luas garapanmasing-masing petani di kawasan SL-PTT seluas 15 ha. Dalam per-temuan dibicarakan waktu pelaksanaan SL-PTT, kegiatan mingguan,lokasi laboratorium lapang, tempat belajar, materi pelajaran, dan PRA.

Dalam pertemuan di tingkat kelompok tani juga dilakukanpembagian kelompok (unit SL-PTT) menjadi subkelompok yang

19

terdiri atas 10-20 petani. Pertemuan di tingkat kelompok tanidilaksanakan paling lambat 3 minggu sebelum SL-PTT dimulai.

Pelaksanaan

Proses belajar dalam SL-PTT berlangsung secara periodikmenurut stadia tanaman, aktivitas pengelolaan hama dan penyakittanaman jagung, dan kemungkinan terjadinya anomali iklim. Untukitu, pertemuan periodik dimulai beberapa minggu sebelum tanamuntuk melihat potensi, kendala, dan peluang melalui pelaksanaanPRA. Pertemuan berikutnya dilakukan pada saat pengolahan tanah,penanaman, pemupukan, pengairan, dan pada saat tanaman jagungdalam fase berbunga, pengisian tongkol, panen, dan pascapanen.Adakalanya diperlukan pertemuan nonregular jika ada masalah yangmendesak untuk dipecahkan, misalnya kerusakan pompa air atauserangan hama dan penyakit tanaman.

Proses belajar mengajar pada SL-PTT dilakukan pada pagi hariselama 6 jam, agar petani peserta mempunyai waktu untuk mencarinafkah dan kegiatan lainnya. Sebagai pedoman, pada Tabel 4 disajikanjadwal belajar mengajar dan alokasi waktu berbagai kegiatan dalamSL-PTT.

20

Tabel 4. Jadwal pertemuan dalam satu hari.

Waktu* Alokasi waktu Kegiatan(menit)

07.00-07.15 15 Kesepakatan hasil yang ingin dicapai pada hari itu07.15-08.00 45 Pengamatan agroekosistem di sawah SL dan di LL

(komponen yang diamati tergantung kepada fasepertumbuhan tanaman)

08.00-09.00 60 Menggambar keadaan agroekosistem09.00-10.00 60 Diskusi subkelompok (proses analisis)10.00-10.30 30 Diskusi pleno (pemaparan kesimpulan, dan

keputusan tiap subkelompok)10.30-10.45 15 Rehat10.45-11.15 30 Dinamika kelompok (mengakrabkan peserta)11.15-11.45 30 Topik khusus11.45-12.00 15 Evaluasi pencapaian hasil hari itu

*Waktu dapat disesuaikan dengan kesepakatan petani SL-PTT

Pengamatan pada agroekosistem

Setiap subkelompok peserta SL-PTT diwajibkan melakukan peng-amatan terhadap kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanamanmasing-masing. Aspek yang diamati antara lain adalah kondisi cuaca,keadaan air, populasi hama dan musuh alaminya, tingkat kerusakantanaman, tingkat kehijauan warna daun jagung dengan BWD, jumlahanakan, dan tinggi tanaman. Jumlah rumpun contoh yang diamatidisarankan paling sedikit 20 rumpun untuk memudahkan perhitungantingkat kerusakan tanaman oleh hama pemakan daun. Hasilpengamatan dicatat dalam buku catatan yang telah disiapkan.

Pengamatan pada petak laboratorium lapang

Setelah mengamati kondisi lahan sawah dan pertumbuhan tanamanmasing-masing, setiap subkelompok peserta SL-PTT diharuskan pulamelakukan pengamatan terhadap agroekosistem dan pertumbuhantanaman pada petak laboratorium lapang, dan hasil pengamatan dicatat.

21

Menggambar keadaan agroekosistem

Setiap subkelompok peserta SL-PTT dituntut untuk mampu meng-gambar keadaan agroekosistem yang digunakan pada dua lembarkertas gambar (karton manila). Lembaran pertama untuk meng-gambarkan agroekosistem lahan sawah sekolah lapang dan lembarkedua untuk agroekosistem laboratorium lapang. Gambar agro-ekosistem dibuat pada saat pengamatan dan berisikan potret per-tanaman dan aspek yang mempengaruhi. Bagaimana dan apa yangakan digambar?� Tulis terlebih dahulu di kiri atas kertas gambar nama sub-

kelompok, tanggal pengamatan, dan fase tanaman.� Gambarkan tanaman jagung, lebih baik menggunakan pensil

berwarna, sesuai dengan warna tanaman, misalnya hijau, agakkekuningan, ada garis hijau di tulang daun, dsb. Jika tanamanmenunjukkan gejala kekurangan hara, warnai bagian daun sesuaidengan kondisi tanaman di lapangan. Beri catatan di sebelah kirimengenai tinggi tanaman, umur setelah tanam, tanggal tanam,apa yang telah dilakukan pada minggu yang lalu.

� Gambarkan serangga hama jika ada serangan, beri nama dancatat jumlahnya, dan tingkat kerusakan tanaman atau daun (%)dari 25 tanaman yang diamati.

� Jika ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan pula penyakittanaman jagung dan gejalanya, lalu catat tingkat kerusakan (%)tanaman dari 25 tanaman yang diamati.

� Kalau ditemukan pada saat pengamatan, gambarkan gejalatanaman yang mengalami kekurangan hara

� Gambarkan pula jenis dan nama gulma yang ditemukan, dancatat kondisi populasinya.

� Catat lingkungan fisik lahan, air, matahari, dan faktor iklimlainnya seperti keadaan cuaca, hujan, gerimis, berawan, dsb.

22

Diskusi kelompok

Dua gambar agroekositem yang dibuat sesuai dengan hasil pengamatanpada lahan sawah sekolah lapang dan petak laboratorium lapangdidiskusikan di subkelompok masing-masing. Intisari dari diskusitersebut dibuat dalam bentuk tabel sebagaimana dicontohkan padaTabel 5.

Data yang disajikan pada tabel tersebut diharapkan dapatmemberikan pemahaman kepada setiap peserta SL-PTT di masing-masing subkelompok, sehingga tahu apa yang harus dilakukan padalahan sawah mereka. Dalam diskusi, pemandu memberikan penjelasan

Tabel 5. Contoh analisis perbandingan agroekosistem lahan sawah sekolah lapangdengan laboratorium lapang dan tindak lanjutnya.

Sub- Sawah SL Petak LL Keputusankelompok di sawah SL*

I Populasi tanaman Populasi tanaman 66.600 +66.000 tanaman tanaman

Warna daun nilai 4 Warna daun nilai 5 Tambah pupuk N

Tingkat serangan hama/ Tingkat serangan hama/ Kendalikanpenyakit diatas ambang dibawah ambang.

Daun menggulung Daun menggulung Lakukanpagi hari siang hari penyiraman

II Populasi tanaman Populasi tanaman 66.60066.000 tanaman tanaman +

Warna daun nilai 4 Warna daun nilai 5 Tambah pupuk N

Tingkat serangan hama/ Tingkat serangan hama/ Kendalikanpenyakit diatas ambang dibawah ambang

Daun menggulung Daun menggulung Lakukanpagi hari siang hari penyiraman

III dst dst dst

* Catatan: Bila sama analisis agroekosistem di sawah SL dan LL, maka diberinilai + pada keputusannya, sebagai penghargaan prestasi bagi kelompok tani

23

dan menghimpun umpan balik dari peserta tentang kegiatan usahatani,misalnya sumber pupuk tunggal atau pupuk majemuk, dan untungrugi setiap kegiatan yang dilakukan.

Formulir pada Lampiran 3 dapat digunakan oleh pemandu sebagaiacuan dalam menandai ketuntasan adopsi komponen teknologi PTToleh petani peserta SL-PTT.

Diskusi pleno

Dalam diskusi pleno setiap kelompok diberi kesempatan melaporkanhasil analisis agroekosistem secara singkat, lugas, dan tegas. Ke-simpulan dari diskusi ini digunakan sebagai bahan dalam pengambilankeputusan oleh subkelompok, terutama yang terkait dengan per-tanaman di lapang. Keputusan ditetapkan oleh ketua/wakil ketuasubkelompok, terutama untuk mencegah pertanaman dari kerusakan.

Diskusi pleno memberikan kesempatan kepada petani pesertaSL-PTT untuk berani berbicara dan mengungkapkan masalah yangdihadapinya. Hal ini penting artinya untuk melatih petani berbicaradi depan umum. Bila di kemudian hari ada kunjungan aparat daridinas pertanian dan institusi lainnya, mereka sudah mampu berbicaratentang kondisi usahataninya. Dalam hal ini, pemandu hanya berperansebagai fasilitator.

Topik khusus

Topik khusus yang dibicarakan dalam pertemuan adalah masalahnonteknis, misalnya kelangkaan pupuk dan cara mengatasinya,dukungan gapoktan setempat, dsb. Bila tidak ada permasalahankhusus, pemandu hendaknya mengambil inisiatif agar diskusi dapatberlangsung hangat. Hal yang dibicarakan dapat berupa perkiraanmunculnya hama pada musim tertentu, field trip, rencana pem-bentukan organisasi, penangkaran benih, dsb.

24

Dinamika kelompok

Kegiatan dinamika kelompok diperlukan untuk menambah wawasanpeserta SL-PTT tentang beberapa hal, seperti kerja sama, komunikasi,dan organisasi. Pada awal pembentukan kelompok atau subkelompok,tugas utama pemandu adalah menciptakan suasana yang mendukungpara peserta untuk saling mengenal, termasuk pemandu sendiri.

Kegiatan dinamika kelompok juga dimaksudkan untuk me-numbuhkan kekompakan dan keinginan peserta menjadi petani yangdinamis, luwes dalam bergaul, saling mendukung, dan saling memberipengalaman. Beberapa permainan yang dapat digunakan untuk tujuantersebut antara lain adalah:

1. Perkenalan dan pengakraban: permainan rantai nama, meng-gambar wajah, membuat barisan, kapal tenggelam, dan Samson-Delilah

2. Penyegar suasana: permainan tolong tangkap, pecah balon, danikuti saya

3. Kreatifitas: permaian sembilan titik, potong sebanyak mungkin,berapa bujur sangkar, dan penjepit kertas

4. Kerja sama: permainan menggambar rumah, bermain tali, salingpercaya, dan membimbing tuna netra

Studi khusus

Agar peserta SL-PTT dapat memahami konsep, prinsip, danimplementasi teknologi PTT secara benar, maka perlu materipenunjang berupa studi khusus yang bersifat praktis, sederhana,mudah dilaksanakan, waktu relatif singkat, dan dapat cepat menjawabpermasalahan petani. Studi khusus dapat dilakukan di petak sekolahlapang, bergantung pada kesepakatan subkelompok. Dalam hal ini,yang melakukan studi adalah petani sendiri.

25

Praktek petani di lahan sekolah lapang

Dengan adanya pertemuan mingguan, petani peserta SL-PTT akandatang di petak laboratorium lapang untuk melakukan pengamatandan menganalisis mengenai masalah yang terjadi. Mereka diharapkandapat membandingkan masalah tersebut dengan kenyataan yang adapada lahan sekolah lapang. Bila terdapat perbedaan penampilantanaman antara di laboratorium lapang dengan di lahan sekolahlapang, misalnya, petani diharapkan sudah mampu mengatasinya.Oleh karena itu, petak laboratorium lapang harus dapat menjadiacuan bagi petani.

Temu Lapang Petani

Sebelum panen, petani peserta SL-PTT dianjurkan untuk mengadakantemu lapang sebagai media komunikasi antara petani dengan aparatdari dinas terkait, peneliti, petani nonSL-PTT, dan masyarakat tanipada umumnya. Acara ini diperlukan dalam upaya memperkenalkanPTT dan alih teknologi kepada masyarakat di sekitar SL-PTT. Padasaat temu lapang, peserta sekolah lapang menampilkan proses SL-PTT, hasil kajian, analisis agroekosistem, organisasi kelompok tani,dan diskusi di lapang pada saat pertanaman akan di panen.

Pengorganisasian SL-PTT

Setiap desa SL-PTT dipandu oleh pemandu lapang (penyuluhpertanian, POPT, dan peneliti). Peserta adalah petani dalam kawasan15 ha. Petani dibagi ke dalam beberapa subkelompok tani yangjumlahnya sekitar 20-30 orang per subkelompok. Dari 15 ha lahanSL-PTT, 14 ha di antaranya dikelola oleh subkelompok tani dansisanya 1 ha untuk laboratorium lapang dikelola oleh pemandu lapangatau petugas PL II dari Dinas Pertanian dan atau Balai PengkajianTeknologi Pertanian setempat.

26

Sarana dan Prasarana

Kelompok tani

Kelompok tani dipilih berdasarkan kriteria:� Sentra produksi jagung� Respon terhadap inovasi baru� Luas hamparan adalah 15 ha� Tersedia air dalam jumlah cukup (untuk lahan sawah)� Memiliki anggota aktif� Hamparan dekat jalan yang mudah dilintasi kendaran roda 4,

dan menjadi lalu lintas petani

Petani peserta

Petani peserta dipilih berdasarkan kriteria� Dapat membaca dan menulis� Usia produktif� Berasal dari satu hamparan 15 ha� Sanggup mengikuti SL-PTT selama 1 musim� Memiliki lahan garapan

Tempat belajar

Peserta SL-PTT menghabiskan hampir 85% waktunya untuk belajardi lapang, hanya 15% waktunya yang digunakan untuk belajar diruangan atau di tempat lain (di pasar untuk diskusi harga dll).

Lahan belajar

Lahan belajar petani adalah di petak laboratorium lapang seluas 1ha. Pengalaman dan pelajaran yang diperoleh dari laboratorium lapangdiimplementasikan pada lahan sawah miliknya sebagai lahan sekolahlapang.

27

Bahan dan alat belajar

Bahan dan alat belajar yang digunakan harus bersifat praktis,sederhana, mudah didapat, terdiri atas alat tulis (kalau bisa berwarna),bahan praktek, petunjuk lapang, alat peraga, dll.

Sertifikat

Peserta yang berhasil menyelesaikan SL-PTT perlu diberi sertifikatdengan tingkat kelulusan yang berbeda, misalnya sangat memuaskandan memuaskan, setelah melalui proses wawancara tentangketerampilan pelaksanaan penerapan PTT dan mengikuti pertemuanminimal sebanyak 80%.

Evaluasi

Evaluasi petani

Evaluasi proses belajar (alih teknologi) dilakukan untuk mengetahuitingkat kehadiran, aktivitas, dan pemahaman peserta terhadap materiyang dipelajari dalam SL-PTT, serta tingkat implementasinya di lahansekolah lapang. Evaluasi dilakukan melalui pengamatan, wawancaralangsung, pengisian matrik penanda adopsi teknologi dan matrikkualitas seperti disajikan pada Lampiran 3 dan 4.

Evaluasi pelaksanaan SL-PTT

Evaluasi pelaksanaan pelatihan dilakukan berjenjang. Bagi pemandulapang tingkat kecamatan/desa, evaluasi dilakukan oleh PL II, evaluasiterhadap pelaksanaan pelatihan bagi PL II dilakukan oleh PL I,sedangkan pelaksanaan pelatihan bagi PL I dievaluasi olehnarasumber/Balitsereal.

Worskshop

PL I melaporkan pelaksanaan SL-PTT di tingkat provinsi dalamsuatu lokakarya yang dihadiri oleh narasumber dan peneliti Balitsereal.

28

Laporan

Laporan pelaksanaan SL-PTT dibuat oleh PL II, penyuluh pertanian,POPT, dan bersama PBT membuat laporan kegiatan mingguan danlaporan akhir musim. Laporan berisikan data dan informasi tentanganalisis agroekosistem mingguan, produktivitas, peningkatan produksi,dan masalah yang terkait dengan SL-PTT.

Laporan tersebut disampaikan oleh PL II kepada Kepala DinasPertanian Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada PL I. Laporanditeruskan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota kepadaKepala Dinas Pertanian Provinsi dengan tembusan kepada KepalaBPTP setempat. Dari Dinas Pertanian Propinsi laporan diteruskankepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan.

29

PENUTUP

Peningkatan produktivitas jagung melalui pendekatan SL-PTT me-rupakan salah satu strategi yang diharapkan mampu memberikankontribusi yang lebih besar terhadap produksi jagung nasional.Pendekatan ini akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatanpetani apabila didukung oleh semua pihak, termasuk pemangkukepentingan baik di hulu, onfarm, mapun hilir, dan pelaksanaannyaterkoordinasi secara sinkron dan sinergis di setiap tingkat, mulaidari pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga ke tingkatdesa. Dengan pendekatan tersebut SL-PTT diharapkan tersosialisasisecara luas dalam upaya percepatan pengembangan PTT secaranasional.

Untuk menambah pengalaman dan wawasan, para pemandu SL-PTT disarankan membaca publikasi yang terkait dengan PTT, sepertipetunjuk teknis PTT jagung, deskripsi varietas jagung, dan masalahlapang hama, penyakit, dan hara jagung yang diterbitkan oleh Balit-sereal.

30

Lampiran 1. Daftar publikasi penunjang.

No. Judul publikasi

1. Deskripsi Varietas Unggul Baru Jagung2. Petunjuk Teknis Produksi (Budi Daya) Jagung3. Petunjuk Teknis Lapang PTT Jagung4. Petunjuk Lapang Gejala Defisiensi Hara pada Tanaman Jagung5. Petunjuk Teknis Lapang Jenis dan Cara Pengendalian Hama dan

Penyakit Utama Jagung6. Petunjuk Teknis Cara Penggunaan Bagan Warna Daun untuk Jagung (BWD)7. Petak Omisi8. Cara Penanganan Prosesing Jagung

31

Lampiran 2. Daftar topik khusus SL-PTT jagung.

No. Pertemuan Umur Kegiatan dan topik Buku sumberke tanaman khusus

1 M-3 ± 28 hari PRA dan penentuan waktu Petunjuk PRAsebelum tanam tanam.

Identifikasi masalah danintroduksi komponen teknologi

2 M-2 ± 21 hari Penentuan varietas, penyiapan Diskripsi varietassebelum tanam sarana produksi, dll jagung,

Juknis PTT

4 M-1 ± 7 hari Penyiapan lahan (pengolahan Juknis PTT,sebelum tanam tanah untuk pertanaman di Juknis Budidaya

lahan kering), pembuatan Jagungsaluran drainase (untuk lahansawah), Pengujian dayakecambah benih (jikadiperlukan)

5 1 0 hari Cara perlakuan benih, cara Juknis PTTtanam, populasi, pengaturan Permentan No 40pemberian air (lahan sawah).Konsep pupuk berimbang,kondisi cuaca

6 2 ± 7 hari Pemupukan I (cara mencampur Juknis PTTsetelah tanam dan aplikasi) Juknis PTT

Cara penjarangan tanaman(jika tanaman tumbuh berlebih)

7 3 ± 14 hari Pengenalan jenis herbisida, cara PHT jagungsetelah tanam aplikasi herbisida (penyiangan) PHT jagung

Pengenalan hama/penyakit dan Juknis PTTinsektisidaPembumbunan tanaman danpembuatan saluran distribusiair (lahan sawah)

8 4 ± 21 hari Pemberian air dan cara Juknis PTTsetelah tanam pendistribusian air (lahan sawah)

9 5 ± 28 hari Pemupukan II (takaran dan cara Juknis PTTsetelah tanam aplikasi) PHT Jagung

Pengelanan kahat haraPencegahan OPT

10 6 ± 35 hari Pengendalian gulma Juknis PTTsetelah tanam Ambang ekonomi OPT PHT jagung

11 7 ± 42 hari Cara penggunaan BWD Juknis PTTsetelah tanam

32

Lampiran 2. Lanjutan.

No. Pertemuan Umur Kegiatan dan topik Buku sumberke tanaman khusus

12 8 ± 49 hari Anatomi bunga betina dan Buku Jagungsetelah tanam jantan

13 9 ± 56 hari Perkembangan bunga jantan Buku Jagungsetelah tanam dan betina

Fase penyerbukan bunga

14 10 ± 63 hari Fase pengisian biji Buku Jagungsetelah tanam Pemberian air Juknis PTT

15 11 ± 70 hari Fase pengisian biji Buku Jagungsetelah tanam Panen daun di bawah tongkol PHT Jagung

(untuk pakan ternak danpengendalian penyakit busukbatang)

16 12 ± 77 hari Fase pengerasan biji Buku Jagungsetelah tanam Panen daun di bawah tongkol PHT Jagung

(untuk pakan ternak danpengendalian penyakit busukbatang)

17 13 ± 85 hari Fase masak fisiologi Diskripsi varietassetelah tanam (bergantung varietas) Juknis PTT

Pengenalan ciri tanamandapat dipanen

18 14 Panen Fase masak penuh (dicirikan Buku Jagungdengan adanya titik hitam Buku Jagungpada ujung biji + 50% bijidalam baris)Perhitungan hasil

33

Lam

pira

n 3.

Acu

an a

nalis

is a

groe

kosi

stem

seb

agai

pen

anda

pen

capa

ian

adop

si k

ompo

nen

tekn

olog

i.

Pere

ncan

aan

sebe

lum

tana

mV

arie

tas

ungg

ul b

aru

berp

elua

ngda

pat m

enca

pai t

arge

t pen

ingk

atan

prod

uktiv

itas.

Ben

ih b

erm

utu

akan

tum

buh

sere

ntak

dal

am +

4 h

ari d

anm

engh

asilk

an ta

nam

an y

ang

seha

tak

an tu

mbu

h le

bih

cepa

t,m

erat

a.B

enih

ber

mut

u de

ngan

day

ake

cam

bah

>95

% d

apat

mem

enuh

ipo

pula

si ta

nam

an, t

idak

per

lupe

nyul

aman

Peng

guna

an v

arie

tas

ungg

ul h

ibri

da a

tau

kom

posi

tPe

nggu

naan

ben

ihbe

rmut

u

Var

ieta

s un

ggul

jagu

ngya

ng d

igun

akan

dis

esua

ikan

deng

an li

ngku

ngan

set

empa

t.B

enih

ber

mut

u da

lam

kem

asan

sta

ndar

dan

day

atu

mbu

h tin

ggi.

Tan

aman

tum

buh

mer

ata

dan

popu

lasi

+ 6

6.60

0 ta

nam

an/h

a

Are

ape

ngel

olaa

nM

anfa

atK

ompo

nen

tekn

olog

iK

rite

ria

pena

nda

penc

apai

an a

dops

iko

mpo

nen

tekn

olog

i

Men

cega

h se

rang

an p

enya

kit

utam

a ja

gung

yai

tu b

ulai

.Pe

rlak

uan

beni

hT

anam

an ti

dak

ters

eran

gpe

nyak

it bu

lai.

Pem

elih

araa

nT

anam

anPe

rtum

buha

n ya

ng s

erag

ambe

rper

an b

esar

unt

uk p

enca

paia

nta

rget

has

il tin

ggi

Peng

elol

aan

tana

man

untu

k m

enda

patk

anpe

rtum

buha

nta

nam

an y

ang

sera

gam

.

Jara

k ta

nam

75

cm x

40

cmde

ngan

2 ta

nam

an/l

uban

gat

au 7

5 cm

x 2

5 cm

den

gan

1 ta

nam

an p

erlu

bang

.Po

pula

si +

66.

600

tana

man

/ha

Pilih

sal

ah s

atu

vari

etas

ungg

ul y

ang

sesu

aike

ingi

nan

dan

kond

isi

sete

mpa

tG

unak

an b

enih

ber

mut

ude

ngan

day

a ke

cam

bah

>95

%,

sehi

ngga

popu

lasi

+ 6

6.60

0ta

nam

an/h

a.T

idak

dian

jurk

an m

elak

ukan

peny

ulam

an te

rhad

apbe

nih

yang

tida

ktu

mbu

h.

Anj

uran

budi

day

a

Perl

akua

n be

nih

deng

anm

etal

aksi

l 2 g

/1 k

gbe

nih.

Pert

umbu

han

sera

gam

dite

ntuk

an o

leh

beni

hbe

rmut

u, ja

rak

tana

m,

dan

jum

lah

tana

man

/lu

bang

34

Pem

upuk

an n

itrog

en s

esua

i den

gan

kebu

tuha

n ta

nam

an d

an p

emup

ukan

P da

n K

ses

uai de

ngan

sta

tus

hara

akan

men

ingk

atka

n ef

isie

nsi i

nput

dan

mem

buat

tana

man

seh

at d

antu

mbu

h se

raga

m

Pem

upuk

anbe

rim

bang

War

na d

aun

tana

man

dia

tas

amba

ng d

ari p

emba

caan

BW

D ti

dak

teri

lihat

kah

at/

kera

cuna

n.K

eser

agam

an tu

mbu

hta

nam

an te

rcap

ai

Kri

teri

a pe

nand

ape

ncap

aian

ado

psi

kom

pone

n te

knol

ogi

Salu

ran

drai

nase

unt

uk m

ence

gah

kele

biha

n ai

r se

hing

ga ta

nam

antid

ak m

ati (

jagu

ng p

eka

kele

biha

nai

r).

Salu

ran

dist

ribu

si a

ir u

ntuk

men

gefi

sien

kan

pem

beri

an a

ir(l

ahan

saw

ah).

Seka

ligus

pem

bum

buna

n da

pat

dila

kuka

n

Pem

buat

an s

alur

andr

aina

se a

tau

dist

ribu

si a

ir

Salu

ran

drai

nase

ata

udi

stri

busi

air

dib

uat

bers

amaa

n de

ngan

pem

bum

buna

n ta

nam

an

Pada

per

tana

man

di

laha

n sa

wah

sal

uran

drai

nase

dib

uat s

ebel

umta

nam

(pen

anam

an a

khir

mus

im h

ujan

) se

tiap

4ba

risa

n ta

nam

.Sa

lura

n di

stri

busi

air

dibu

at b

eras

amaa

nde

ngan

pem

bum

buna

nta

nam

an

Lam

pira

n 3.

Lan

juta

n.

Are

ape

ngel

olaa

nM

anfa

atK

ompo

nen

tekn

olog

i

Pem

upuk

an e

fisi

ende

ngan

taka

ran

dan

wak

tu a

plik

asi t

epat

sesu

ai u

mur

tana

man

,m

engg

unak

an B

WD

Anj

uran

budi

day

a

35

Pane

n te

rlal

u aw

al m

enye

babk

an b

ijitid

ak ta

han

disi

mpa

n da

n ke

ripu

t.Pa

nen

terl

amba

t saa

t cur

ah h

ujan

mas

ih ti

nggi

men

yeba

bkan

biji

tum

buh

di la

pang

an.

Unt

uk m

enda

patk

an m

utu

hasi

l yan

gle

bih

baik

dan

har

ga y

ang

lebi

htin

ggi,

pen

geri

ngan

har

us s

ecep

atny

adi

laku

kan.

Penu

ndaa

n pe

nger

inga

n da

pat

men

yeba

bkan

tum

buhn

ya ja

mur

yan

gm

engh

asilk

an rac

un (a

flat

oksi

n).

Pena

ngan

an p

anen

dan

pasc

apan

enPa

nen

dila

kuka

n sa

at k

elob

otte

lah

men

geri

ng d

anbe

rwar

na c

okla

t, p

ada

biji

tela

h te

rben

tuk

blac

k la

yer

Peng

erin

gan

tong

kol

lang

sung

dila

kuka

n se

tela

hpa

nen

dan

pem

ipila

ndi

laku

kan

sete

lah

kada

r ai

rbi

ji +

20%

Pane

n da

nPa

scap

anen

Kri

teri

a pe

nand

ape

ncap

aian

ado

psi

kom

pone

n te

knol

ogi

Saat

per

iode

kri

tis ta

nam

an ja

gung

pada

1/3

aw

al u

mur

tana

man

pert

anam

an b

ersi

h da

ri g

ulm

ase

hing

ga p

ertu

mbu

han

optim

al.

Pene

kana

n se

rang

an h

ama

peng

gere

kba

tang

pen

ting

saat

per

iode

sam

pai

30 h

ari s

etel

ah ta

nam

unt

ukm

ence

gah

penu

runa

n ha

sil

Peng

enda

lian

OPT

terp

adu

sesu

aisa

sara

n

Past

ikan

tida

k ad

ake

hila

ngan

has

il ka

rena

gulm

a, h

ama

dan

peny

akit

Lam

pira

n 3.

Lan

juta

n.

Are

ape

ngel

olaa

nM

anfa

atK

ompo

nen

tekn

olog

iA

njur

anbu

di d

aya

Ter

apka

n be

rbag

ai te

knik

peng

enda

lian

bert

ahap

sesu

ai s

tadi

a ta

nam

an.

Lak

ukan

pen

gam

atan

,ke

ndal

ikan

den

gan

pest

isid

a ap

abila

kon

disi

mel

ebih

i am

bang

ken

dali.

Ken

dalik

an g

ulm

a sa

atpe

riod

e sa

mpa

i lew

atpe

riod

e kr

itis

(seb

elum

1/3

umur

tana

man

)

Pane

n di

laku

kan

tepa

tw

aktu

dan

lan

gusn

gpe

nger

inga

n to

ngko

l

36

Lampiran 4. Matrik kualitas untuk kegiatan latihan SL-PTT.

Kegiatan CatatanTahap Petunjuk kualitas

Pertanyaan,permasalahan danskenario-skenariodiajukan olehpemandu kepada parapeserta. Maksudnyaadalah untukmendukung adanyadiskusi dan analisasecara mendalamtentang keadaanlapangan danmemecahkan masalah.

Analisagambaranagroekosistem

Sebelum kegiatan dimulai,para peserta diberitahutentang tujuan kegiatan danproses yang harus diikutidalam kegiatan tersebut.

APA INI?Dialog yangmemperhatikanfungsi

Pertanyaan dijawabdengan pertanyaan,jawaban menolongpeserta menemukanfungsi. Mendorongmunculnya analisakritis

Prosespertanyaan

Pertanyaan-pertanyaan yangdiajukan tidak dijawab,akan tetapi dibalas denganpertanyaan-pertanyaan yangmenyelidiki lebih jauh.Petanyaan-pertanyaan yangditanya oleh pemandumengarah pada hubunganfungsional (mis. antarahama dan musuh alami atauantara hama dan tanaman)yang ada dalamagroekosistem.

Petani menemukansendiri jawaban ataspertanyaannya.

Hasil Para peserta mampumenyebutkan hubunganfungsional dalamagroekosistem.

AGROEKOSISTEMMerupakankegiatan utamagunamengembangkanpemahamantentang konsepPTT yang baikdan benar, sepertimisalnya:Pemilihankomponenteknologi.Pengamatanmingguan.Analisa keadaansawah.Pengambilankeputusan.

Peserta dijelaskanbagaimanamelakukan PRAPeserta dan pemandumelakukan transekPeserta mengamatidan mencatat sumberdaya yang tersedia,kendala biofisik danmemikirkan peluangpemecahan.

PelaksanaanPRA

Sebelum kegiatan dimulaipara peserta diberitahutentang tujuan kegiatan danproses yang harus diikutidalam kegiatan tersebut.Selama melakukan kegiatanpeserta memahami kondisilapangan.Para peserta mencatat apayang mereka amati.Peserta aktif berdikusi.Terpilih komponenteknologi yang sesuai

37

Lampiran 4. Lanjutan.

Kegiatan CatatanTahap Petunjuk kualitas

Tujuannya adalahuntukmengembangkanketrampilanpengambilankeputusan dananalisa.Pemandu membantupeserta mencapaitujuan tersebut.

TOPIK KHUSUSUntuk beberapaaspek PHT(biologi, ekologidan ekonomi)

Para peserta jelasmengenai maksuddan tujuan kegiatanini.

Tujuannya Sebelum kegiatanberlangsung, pemandumenerangkan tujuan danproses kegiatan topikkhusus.

Para peserta mencapaitujuan kegiatan.Peserta menganalisakegiatan yangdilakukan dengandibantu pertanyaan-pertanyaan pemandusehingga peserta tahuapa yang telahdilakukan.

Hasil Para peserta dapatmenyajikan hasil kegiatandan meringkas apa yangsudah dilakukan dalamkegiatannya.Peserta dapat menerangkanapa yang telah merekapelajari dari kegiatan yangsudah dilakukan.Pemandu mengajukapertanyaan-pertanyaan untukmembantu pesertamemahami kegiatan yangsudah dilakukan,menerapkan apa yang sudahmereka pelajari kedalam�kehidupan nyata�

Para peserta jelasmengenai apa yangharus dilakukan,semua peserta aktif.

Proses Selama kegiatanberlangsung para pesertaterlibat dan berpartisipasisecara aktif.Kegitan kelompok tidakdidominasi oleh satu orangpeserta maupun pemandu.

38

Lampiran 4. Lanjutan.

Kegiatan CatatanTahap Petunjuk kualitas

Pemandu mengajukanpertanyaan untukmembantu parapeserta dalammenganalisa kegiatan.Diskusi mengenai apayang dilakukan dalamkegiatan, poin-poinyang penting, dan apayang dipelajari olehpeserta.

Analisa Pemandu mengajukanpertanyaan-pertanyaan untukmembantu pesertamemahami kegiatan yangdilakukan dan menerapkanapa yang sudah merekapelajari kedalam �kehidupannyata�.

DINAMIKAKELOMPOKUntukmemperbaikiketrampilanbekerjasama danpemecahanmasalah

Pemandu menjelaskanmaksud dan tujuankegiatan sebelumkegiatan dimulai.Sarana belajar tersediasebelum kegiatandimulai.Waktu kegiatan cukup

Proses Sebelum kegiatanberlangsung pemandumemberitahu peserta tentangtujuan dan proses kegiatanyang akan dilakukan.Semuapeserta terlibat aktif dalamkegiatan.

BALLOT-BOXProses evaluasiyang dapatdigunakan sebagai�pre-test� dan�post-test� untukmenilaiketrampilan dilapangan

Pertanyaanberdasarkan keadaanlapangan setempatmemperhatikanfungsi-fungsi yangada dalam ekologisawah, bukan namaserangga atau produk.Apabila digunakanuntuk pre-dan post-test maka kedua-duanya menilaitingkat keterampilansama

Persiapan Soal-soal benar-benarberadsarkan pengetahuandan ketrampilan lapanganNama-nama latin tidakdigunakan

Para peserta benar-benar memahamikerjasama maupunpengambilankeputusan.

Hasil Para peserta dapatmenerangkan apa yang telahmereka pelajari dari kegiatanyang sudah dilakukan.

Sebagai saranapendorong belajar danevaluasi kegiatan

Hasil Pemandu menggunakansebagai sarana pendorongbelajar dan memperhatikanserta mempertimbangkanisinya.