skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna .../sikap... · tinggi baik dari nabati maupun...

73
Sikap konsumen pasar tradisional terhadap ikan bandeng segar (chanos chanos) di kabupaten Klaten Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : R. Dyah Wulandari H.036088 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Upload: truongduong

Post on 09-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Sikap konsumen pasar tradisional terhadap ikan bandeng segar (chanos chanos)

di kabupaten Klaten

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

R. Dyah Wulandari

H.036088

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang

peranan sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa

Indonesia. Salah satu subsektor pertanian adalah subsektor perikanan.

Subsektor perikanan juga merupakan sektor yang berpotensi untuk

menghasilkan dan dikembangkan karena Indonesia merupakan negara maritim

atau kelautan yang wilayah perairannya lebih luas daripada daratannya yaitu

mencapai 5,8 juta Km2 atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara

Indonesia (Terangi, 2010) sehingga banyak terdapat sumber daya alam

kelautan terutama ikan.

Produksi perikanan Indonesia dari tahun 2005 sampai 2006 mengalami

peningkatan dari 6,86 juta ton menjadi 7,39 juta ton. Hal tersebut menurut

Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, belum dibarengi dengan tingginya

tingkat konsumsi ikan nasional yang baru mencapai 24,47 kg/kapita/tahun,

atau masih rendah dibandingkan rekomendasi dari Badan Pangan Dunia

sebesar 26 kg/kapita/tahun (Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2006).

Salah satu produk perikanan adalah ikan bandeng yang banyak di

budidayakan di daerah pesisir pantai di Indonesia. Ikan Bandeng dalam bahasa

Latin disebut Chanos chanos atau milk fish (bahasa Inggris). Ikan ini

merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae.

Spesies ini hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra

Pasifik, cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan

koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu

berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau.

Ikan Bandeng baru kembali ke laut bila sudah dewasa dan bisa berkembang

biak (Wikipedia, 2009).

Manusia dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan tidak hanya dalam

hal kebutuhan pangan pokok saja seperti beras, jagung, umbi-umbian, tetapi

juga memerlukan pemenuhan akan gizi khususnya yang mengandung protein

tinggi baik dari nabati maupun hewani. Kesadaran akan kebutuhan dan

keinginan terhadap pemenuhan gizi terutama protein hewani mendorong

masyarakat dalam pembelian ikan segar terutama ikan bandeng yang bermutu

baik (Wijayanto, 2007).

Aspek konsumsi ikan bandeng segar oleh masyarakat adalah sumber

protein yang sehat sebab bandeng adalah sumber protein tinggi sekitar 20%

dan rendah kolesterol yang kandungan lemaknya hanya 4,8 % (Mudjiman,

1991). Bandeng presto, bandeng asap, otak-otak adalah beberapa produk

bandeng olahan yang dapat dijumpai dengan mudah di supermarket. Produk

ikan bandeng lainnya yaitu ikan bandeng segar banyak dijumpai di pasar

tradisional. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual yang

mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan masa operasinya rata-

rata dari subuh sampai siang atau sore hari namun ada sebagian yang

beroperasi malam. Selain itu, pasar tradisional juga selalu menyediakan

produk-produk yang segar termasuk ikan bandeng segar.

Konsumen menginginkan ikan bandeng segar yang baik sesuai dengan

seleranya. Konsumen akan selalu memperhatikan atribut-atribut yang melekat

pada ikan bandeng segar dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar.

Pemasar atau produsen ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten khususnya di

pasar tradisional dituntut memberikan kualitas produk yang terbaik sesuai

dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu, pemasar atau produsen ikan

bandeng segar harus mengetahui sikap konsumen. Sikap konsumen menjadi

faktor yang kuat untuk mempengaruhi perilaku konsumen, sehingga dengan

mempelajari sikap konsumen dapat digunakan sebagai sumber informasi

untuk membantu pemasar atau produsen dalam menyediakan produk

khususnya ikan bandeng segar yang memiliki atribut yang sesuai dengan

keinginan konsumen.

B. Rumusan Masalah

Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein

hewani dan sering dikonsumsi masyarakat. Jenis ikan yang sering dikonsumsi

masyarakat sangat beraneka ragam. Jenis ikan yang dipasarkan dapat

digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu ikan atau hasil perikanan dalam

keadaan segar atau sering disebut ikan segar dan dalam bentuk olahannya.

Ikan segar dapat berupa ikan laut maupun ikan air tawar. Salah satu jenis ikan

segar yang sekarang ini ada dipasaran adalah ikan bandeng (Chanos chanos),

gurameh (Osphronemus gouramy Lac.), lele (Clarias batrachus Linnaeus),

kakap (Lutjanus spp.), nila (Tilapia nilotica L.), mujaer (Tilapia mossambica

Peters) dan berbagai jenis ikan lainnya yang masih dalam bentuk segar

(Junianto, 2007).

Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut yang

banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng dapat dijadikan lauk pauk

dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Ikan bandeng yang

dipasarkan di pasar tradisional di Kabupaten Klaten adalah ikan bandeng

segar. Menurut Standar Nasional Indonesia (2008) dalam Bank Indonesia

(2010), ciri ikan segar adalah mata cerah dengan bola mata menonjol dan

kornea tampak jernih, insang berwarna cemerlang tanpa lendir, lapisan lendir

jernih, transparan, mengkilat cerah dan belum terdapat perubahan warna,

sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan

sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut

dagingnya utuh, bau isi perut segar, bau segar, bau rumput laut, bau spesifik

jenis, konsistensi padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging

tulang belakang. Atribut ikan bandeng segar menurut Wijayanto (2007) yaitu

ukuran ikan, keadaan mata, kekenyalan daging dan kebersihan kulit sisik

sedangkan menurut Purnomowati dkk. atribut ikan bandeng segar yaitu

keadaan mata, keadaan mulut, warna insang, kebersihan sisik, kekenyalan

daging dan aroma ikan bandeng.

Sofyan Ilyas (1998) dalam Bank Indonesia (2010) menyebutkan ciri ikan

bandeng segar berdasarkan lima parameter yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Ciri Ikan Bandeng Segar

No. Parameter Keterangan

1. Kulit Warna kulit terang dan jernih, Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut.

2. Sisik Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit dilepas.

3. Mata Mata tampak terang, jernih, menonjol dan cembung.

4.

Insang

Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah dan tertutup lendir berwarna terang dan bau segar seperti bau ikan.

5. Daging Daging kenyal, berbau segar dan bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan.

Sumber : Sofyan Ilyas (1998).

Salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan

konsumen dalam melakukan pembelian adalah sikap konsumen. Konsep sikap

sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Sikap biasanya

mengarah dalam pembentukan perilaku. Perilaku konsumen akan sangat

terkait dengan atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam

pembelian suatu produk.

Sikap konsumen terhadap permintaan ikan bandeng di pasar tradisional

dipengaruhi oleh adanya selera dan pengetahuan konsumen yang tercermin

dari perilaku konsumen. Pengkajian mengenai perilaku konsumen khususnya

mengenai sikap konsumen tentu menjadi hal yang penting untuk memenuhi

kebutuhan konsumen. Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki

keinginan akan suatu produk sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

sehingga diharapkan produk tersebut dapat memberikan manfaat bagi

konsumen. Jika produk yang dikonsumsi sesuai dengan apa yang diinginkan

konsumen maka konsumen akan melakukan pembelian sehingga dapat

memberikan keuntungan bagi produsen. Dalam pemasarannya produsen ikan

bandeng perlu untuk memahami sikap konsumen yang erat kaitannya dengan

konsep kepercayaan dan perilaku.

Setiap konsumen memiliki kriteria produk ideal. Ditinjau dari sikap,

maka semakin dekat sebuah produk ke poin ideal maka semakin ideal posisi

produk tersebut. Poin ideal tersebut mengenai atribut yang melekat pada suatu

produk. Konsumen dalam mengkonsumsi ikan bandeng segar akan

mempertimbangkan atribut yang melekat pada ikan bandeng. Atribut tersebut

dievaluasi oleh konsumen sehingga mencerminkan sikap konsumen terhadap

produk ikan bandeng segar.

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara

lain sebagai berikut :

1. Apakah atribut ikan bandeng segar telah memenuhi sifat ideal yang

diinginkan konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten?

2. Bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten

terhadap berbagai atribut ikan bandeng segar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi atribut produk ikan bandeng segar yang memenuhi sifat

ideal bagi konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten.

2. Mengidentifikasi sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten

terhadap berbagai atribut produk ikan bandeng segar.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai topik penelitian dan dilaksanakan untuk

melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi produsen serta pemasar ikan bandeng segar, hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberikan wawasan tentang sikap konsumen di

Kabupaten Klaten terhadap ikan bandeng segar sehingga dapat digunakan

sebagai dasar strategi pemasaran yang akan diterapkan.

3. Bagi pihak lain sebagai sumber referensi dan dapat digunakan sebagai

pertimbangan bagi yang berminat pada masalah yang sama.

I. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Rismawati (2007) mengenai Sikap Konsumen Pasar Modern

Terhadap Sayuran Organik di Kota Surakarta, menggunakan analisis model

sikap angka ideal, yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut

sayuran organik adalah keamanan produk, kondisi fisik, warna, kemasan, dan

harga. Analisis atribut menurut ideal konsumen pasar modern, atribut

keamanan produk, warna, kemasan, dan kondisi fisik mendekati ideal, tetapi

atribut harga belum ideal. Sikap konsumen terhadap sayuran organik sangat

baik, sedangkan sifat ideal sayuran organik adalah sayuran organik

keamanannya terjamin, lubang pada daun seminimal mungkin, berwarna

kehijau-hijauan, kemasan menarik, dan harga murah.

Penelitian Kilamanca (2008) mengenai Sikap Konsumen Pasar

Swalayan Terhadap Produk Susu Kedelai di Kota Surakarta, dengan

menggunakan analisis model sikap angka ideal, menunjukkan bahwa

berdasarkan analisis kepentingan atribut susu kedelai, diketahui atribut yang

diprioritaskan oleh konsumen dalam melakukan pembelian, secara berturut-

turut adalah keamanan, rasa, kepraktisan, kemasan, harga dan promosi.

Sedangkan berdasarkan analisis masing-masing atribut menurut ideal

konsumen pasar swalayan, diketahui bahwa atribut-atribut secara keseluruhan

pada susu kedelai cair UHT sudah mendekati ideal, kecuali atribut promosi ;

pada susu kedelai cair impor, atribut-atribut secara keseluruhan sudah

mendekati ideal kecuali atribut promosi dan keamanan. Sedangkan atribut-

atribut susu kedelai bubuk secara keseluruhan sudah mendekati ideal, kecuali

harga. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap

susu kedelai cair teknologi sederhana adalah sangat baik. Sedangkan sikap

konsumen terhadap produk susu kedelai cair UHT, susu kedelai cair impor dan

susu kedelai bubuk adalah baik. Sifat ideal susu kedelai menurut konsumen

adalah kemasan menarik, produk praktis, harga murah, promosi maksimal,

rasa kedelai terasa, dan bebas bahan pengawet.

Budiyati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Konsumen

Dalam Mengambil Keputusan Membeli Produk Kunyit Putih di Kota

Yogyakarta melakukan análisis tentang sikap konsumen terhadap atribut

produk kunyit putih di kota Yogyakarta. Atribut kunyit putih yang diketahui

ada lima jenis antara lain : komposisi bahan, harga, jenis produk, indikator

pengunaan dan kemasan produk. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa

keamanan produk merupakan atribut yang paling penting, yang kemudian

diikuti dengan komposisi bahan, indikasi penggunaan, jenis produk dan harga.

Dengan menggunakan análisis multiatribut model poin ideal diketahui bahwa

atribut komposisi bahan belum mendekati sesuai dengan keinginan konsumen.

Sedangkan secara umum sikap konsumen terhadap kunyit putih sudah sangat

baik artinya responden menerima produk tersebut yang kemudian diikuti

dengan pembelian atau mengkonsumsinya.

Beberapa penelitian diatas dijadikan sebagai landasan dengan alasan

bahwa ketiga penelitian diatas menggunakan metode analisis data yang sama

yaitu Model Angka Ideal (The Ideal - Point Model). Model angka ideal

memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang

dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen.

Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang

sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara

apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat,

dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.

B. Tinjauan Pustaka

1. Ikan Bandeng Segar

Ikan bandeng termasuk dalam kelas Pisces (bangsa ikan), sub kelas

Teleostei (ikan bertulang besar), ordo Malcopterygii (ikan berjari-jari sirip

lemah), keluarga Chanidae (bandeng-bandengan), genus Chanos, spesies

Chanos-chanos. Dalam bahasa daerah dikenal dengan nama bandeng,

bolu, muloh, ikan agam. Dalam bahasa inggris disebut milk fish karena

dagingnya seputih susu dan rasanya pulen (Mudjiman, 1991).

Lama ikan bandeng menjadi dewasa masih belum dapat diketahui

dengan pasti. Sebab di tambak ikan bandeng belum menjadi dewasa.

Walaupun sudah dipelihara 4-5 tahun, panjangya sudah 75-86 cm, belum

juga masak kelamin. Oleh karena itu, jenis jantan dan betinanya pun masih

belum dapat dibedakan. Namun suatu pengamatan yang telah dilakukan

oleh ahli budidaya ikan pada tahun 1976 di Taiwan, mendapatkan suatu

hasil bahwa ikan bandeng asal dari laut (jantan dan betina) dapat masak

kelamin setelah dipelihara selama 5-6 tahun di dalam tambak

(Mudjiman, 1991).

Ikan bandeng memiliki nilai protein hewani yang lebih tinggi yaitu

sebesar 20 % dibanding dengan protein yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan, sebab protein hewani mengandung asam-asam amino yang

lengkap dan susunan asam aminonya mendekati susunan asam amino yang

ada dalam tubuh manusia. Disamping itu juga sebagai sumber lemak,

mineral, dan vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesehatan

(Murtidjo, 2002).

Bandeng merupakan ikan tambak yang banyak dibudidayakan di

Indonesia. Bandeng termasuk ikan bertulang keras, dagingnya berwarna

putih susu, dan strukturnya padat dengan duri-duri halus. Kandungan gizi

per 100 gram daging ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Gizi Daging Ikan Bandeng Segar per 100 gram

Kandungan gizi Daging Ikan Bandeng Segar Energi (kkal) 129 Protein (g) 20 Lemak (g) 4,8 Kalsium (mg) 20 Fosfor (mg) 150 Besi (mg) 2 Vitamin A (SI) 150 Vitamin B (mg) 0,05

Sumber : Khotimah (2006).

Protein bandeng cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan bandeng

sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk

mencukupi kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan

serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro. Bandeng juga

mengandung asam lemak omega-3. Asam lemak ini bermanfaat mencegah

terjadinya penggumpalan keping-keping darah sehingga mengurangi risiko

terkena arteriosklerosis dan mencegah jantung koroner. Asam lemak ini

juga bersifat hipokolesterolemik yang dapat menurunkan kadar kolesterol

darah. Mampu meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan dalam

pertumbuhan otak pada janin serta pendewasaan sistem saraf

(Khotimah, 2006).

2. Pasar dan Pasar Tradisional

Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai

kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu

melibatkan diri dalam suatu pertukaran yang berguna untuk memuaskan

kebutuhan atau keinginan tersebut (Kotler, 1997).

Besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki

kebutuhan, punya sumber daya yang diminati orang lain, dan mau

menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya dapat memenuhi

keinginan mereka. Semua istilah pasar menunujukkan tempat dimana

penjual dan pembeli berkumpul untuk bertukar barang-barang mereka.

Ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menunjuk pada sejumlah

pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada suatu produk

(Kotler, 2000).

Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai

dengan perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern.

Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan

dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih

mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan tersebar baik di

kampung-kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa

operasi rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian

yang beroperasi malam hari (Anonim, 2006).

Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli

serta ditandai dengan adanya transaksi secara langsung dan biasanya ada

proses tawar-menawar. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau

gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu

pengelolaan pasar. Kebanyakan menjual barang-barang kebutuhan sehari-

hari (Anonim, 2010).

Menurut Saptoaji (2007), keberadaan pasar modern seperti

swalayan atau supermarket tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pasar tradisional. Pasar tradisional didalamnya terjadi interkasi antara

penjual dan pembeli. Hubungan antara personal antara pedagang dan

pembeli lebih dekat sehingga memudahkan dalam tawar-menawar.

3. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami

kebutuhan atau keinginan pelanggan serta menciptakan pemecahan yang

mengarah pada pemberian kepuasan kepada pelanggan atau konsumen,

dan memberikan keuntungan pada produsen. Pemasar berkewajiban untuk

memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa

seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga

pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan

kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen

akan meningkatkan pasar dan dapat mempengaruhi keputusan konsumen

dalam membeli apapun yang ditawarkan pemasar (Sumarwan, 2003).

Konsep pemasaran menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial dan

ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan kebutuhan konsumen

dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal tersebut

didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada

agresifnya tenaga penjual, tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk

membeli suatu produk (Lamb et al, 2001).

Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah proses sosial dan

manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan

keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan

produk yang bernilai satu sama lain.

Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997), konsep pemasaran

adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan

kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi

kelangsungan hidup perusahaan. Tiga unsur pokok pemasaran yaitu:

(a) Orientasi pada konsumen, (b) Penyusunan kegiatan pemasaran secara

integral dan (c) Kepuasan konsumen.

Dalam konteks agribisnis, operasionalisasi konsep pemasaran

merupakan hal yang mutlak harus diterapkan. Konsep pemasaran dalam

hal ini adalah sekumpulan gagasan pengembangan produk yang mengacu

pada pasar, berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen, serta

didukung penuh oleh usaha pemasaran secara terpadu yang diarahkan

untuk membangkitkan kepuasan konsumen (Kotler, 1997).

4. Riset Konsumen

Menurut Simamora (2004), riset konsumen merupakan bagian dari

riset pemasaran. Riset konsumen merupakan suatu rangkaian proses.

Karena berusaha menemukan kebenaran tentang suatu objek, maka proses

riset harus benar. Riset konsumen terdiri dari empat tahap, yaitu :

a. Mendefinisikan masalah dan menetapkan sasaran penelitian.

Masalah penelitian adalah sesuatu yang menarik untuk diteliti

atau sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Atau bisa juga yang

menimbulkan keingintahuan karena lain dari biasanya. Setelah

menetapkan masalah penelitian selanjutnya perlu menetapkan sasaran

penelitian. Pada umumnya ada tiga jenis sasaran penelitian:

1) Mengumpulkan informasi awal yang diperlukan untuk

mendefinisikan masalah dan mengajukan hipotesis.

2) Mendeskripsikan sesuatu.

3) Menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat.

b. Mengembangkan rencana riset

Tahap ini sering disebut juga proposal penelitian. Rencana riset

harus menyatakan data yang apa dibutuhkan, bagaimana cara

mengumpulkan data, metode kontak apa yang dilakukan, apa alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data serta bagaimana rencana

pengambilan sampel.

c. Mengimplementasikan rencana riset

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Setelah data

terkumpul, kemudian diolah, misalnya dengan menggunakan tabulasi

dan alat-alat statistik lainnya.

d. Menginterpretasikan dan membuat laporan hasil penelitian

Tahap ini menginterpretasikan informasi apa yang terkandung

pada hasil olahan dan analisis data. Setelah diperoleh informasi-

informasi tersebut kemudian dituliskan dalam laporan yang bisa dibaca

siapa saja. Bentuk laporan penelitian beragam sesuai dengan

kepentingannya, salah satunya berupa skripsi yang ditulis dengan

mengikuti struktur formal.

5. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)

Menurut Olson dan Peter (1999), model Teori Tindakan beralasan

mengasumsikan bahwa konsumen secara sadar mempertimbangkan

konsekuensi alternatif perilaku yang sedang dipertimbangkan, dan

memilih salah satu yang dapat memberikan konsekuensi paling

diharapkan. Hasil dari proses pilihan beralasan adalah suatu keinginan

untuk terlibat dalam perilaku yang dipilih. Keinginan berperilaku adalah

alat prediksi perilaku nyata terbaik. Menurut teori ini seseorang cenderung

melaksanakan perilaku yang dievaluasi baik dan diterima baik orang lain

serta cenderung menahan diri dari perilaku yang dianggap tidak baik dan

tidak menyenangkan orang lain. Secara formal, Teori Tindakan Beralasan

dapat disajikan sebagai berikut :

B∼BI = W1 (AB) + W2 (SN)

Dimana :

B (Behaviour) = suatu perilaku

BI (Behaviour Intention) = niat berperilaku

AB (Attitude Behaviour) = sikap konsumen untuk terlibat pada

perilaku

SN (Subjective Norm) = norma subjektif sehubungan dengan apakah

orang lain menginginkan si konsumen

terlibat pada perilaku tersebut

W1 dan W2 (Weight) = bobot yang ditentukan secara empiris

yangmenggambarkan pengaruh relatif dari

komponen.

Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action) disebut juga

dengan model keinginan berperilaku. Teori ini mengungkapkan bahwa

perilaku berasal dari formasi keinginan spesifik untuk berperilaku dan

norma subjektif dengan memperkenalkan formulasi pengaruh kelompok

referensi yang sangat kuat terhadap perilaku. Jadi teori ini tidak berusaha

memprediksikan perilaku seseorang, tetapi keinginan untuk betindak

(Mowen dan Minor, 2002).

Teori Tindakan Beralasan merupakan salah satu teori untuk

memahami minat konsumen dalam membeli produk atau dengan kata lain

behavioral intention model (model minat berperilaku). Menurut Theory

Reasoned Action tersebut, perilaku (behavior) seseorang tegantung pada

minatnya (intention) sedangkan minat untuk berperilaku tegantung pada

sikap (attitude) dan norma subyektif (subjective norm) atas perilaku

(Yatyoga, 2007).

Menurut Ajzen dan Fishbein (1980) dalam Sularto (2004), niat

berperan mempengaruhi perilaku yang akan terjadi. Niat dipengaruhi oleh

sikap terhadap perilaku seseorang yang bersifat normatif dan apa yang

dilakukan orang lain (terutama yang orang-orang berpengaruh di dalam

kelompok) pada situasi yang sama. Teori Tindakan beralasan (Theory of

Reasoned Action) mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat

suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan serta

dampaknya terbatas pada tiga hal, yaitu : (1) Perilaku tidak banyak

ditentukan oleh sikap umum, tetapi oleh sikap spesifik terhadap sesuatu,

(2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-

norma subjektif dan (3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama

norma-norma subjektif membentuk suatu intense atau niat untuk

berperilaku tertentu.

6. Sikap Konsumen

Sikap merupakan ungkapan perasaan suka atau tidak suka terhadap

sesuatu. Seorang pemasar sangat berkepentingan pada sikap konsumen

terhadap produknya, karena sikap yang positif akan menghasilkan

pembelian, bukan saja dari konsumen yang bersangkutan tetapi dari

rekomendasi kepada teman-teman maupun keluarganya juga akan

membuahkan pembelian yang menguntungkan pemasar. Sebaliknya, sikap

negatif terhadap produk akan menghasilkan penolakan, dan sikap yang

demikian akan diteruskan untuk mempengaruhi orang lain. Itulah

sebabnya pemasar sangat mempedulikan sikap konsumen terhadap

produknya. Sikap positif didukung supaya tetap positif ataupun bertambah

positif, sikap negatif diupayakan diubah menjadi positif

(Prasetijo dan John, 2005).

Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan

mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan

konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Sikap merupakan

ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek, dan sikap juga bisa

menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan

manfaat dari objek tersebut. Kepercayaan, sikap dan perilaku juga terkait

dengan konsep atribut produk (product attribute). Atribut produk adalah

karakteristik dari suatu produk. (Sumarwan, 2003).

Sedangkan perilaku konsumen didefinisikan sebagai kegiatan-

kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan

mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses

pengembangan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan

tersebut. Terdapat dua elemen penting dalam pengertian perilaku

konsumen yaitu : (1) proses pengambilan keputusan dan (2) kegiatan fisik

yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan,

mempergunakan barang-barang dan jasa - jasa ekonomis

(Dharmmesta dan Handoko, 1997).

Perilaku konsumen bukanlah sekedar mengenai pembelian barang.

Lebih dari itu, perilaku konsumen adalah suatu hal yang dinamis, yang

mencangkup suatu hubungan interaktif antara afektif dan kognitif serta

perilaku dan lingkungan. Perilaku konsumen juga melibatkan pertukaran

antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberi dan

menerima sesuatu yang berharga (Simamora, 2003).

Menurut Simamora (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah:

a. Pengalaman pribadi, pembentukan sikap terutama dipengaruhi oleh

pengalaman konsumen terhadap produk. Sebagus apapun produk jika

tidak pernah dicoba, konsumen sulit untuk membentuk sikap terhadap

produk tersebut.

b. Pengaruh keluarga dan kawan, pengaruhnya melalui perkataan,

perbuatan atau teladan.

c. Direct Marketing, pemasaran langsung adalah metode yang

mengkombinasikan semua metode promosi dan diarahkan langsung

kepada pelanggannya yang memiliki kebutuhan khas dan jumlahnya

sedikit. Karena kedekatan spesifikasi produk dengan kebutuhan

pelanggan yang unik, maka pelanggan membentuk sikap favorable

terhadap produk.

d. Media Massa, banyak orang membentuk sikap hanya berdasarkan

sumber informasi yang diperoleh melalui media massa saat ini.

e. Karakteristik individu, karakteristik seseorang mempengaruhi

pembentukan sikap karena memiliki cara dan kemampuan yang

berbeda dalam membentuk persepsi, seperti tingkat pendidikan, umur,

jenis kelamin, kepribadian dan lain-lain.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara

lain:

a. Faktor kebudayaan, faktor ini mempunyai pengaruh yang paling luas

dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus

memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas

sosial pembeli.

b. Faktor Sosial, perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor

sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari

konsumen.

c. Faktor pribadi, keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh

karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup pembeli,

jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep pembei

yang bersangkutan.

d. Faktor psikologis, faktor psikologis yang utama yaitu motivasi,

persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap.

7. Atribut Produk

Konsep dasar tertentu akan membantu kita memahami proses

evaluasi konsumen. Konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan

dengan mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Konsumen

memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan

yang berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan

kebutuhan. Konsumen bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut-atribut

produk yang dianggap relevan atau menonjol. Mereka akan memberikan

paling banyak perhatian pada atribut yang akan memberikan manfaat yang

dicari. Pasar dari suatu produk sering dapat disegmentasikan menurut

atribut-atribut yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda.

Para pemasar harus lebih memperhatikan kepentingan atribut, mereka

harus mengukur bobot kepentingan yang digunakan konsumen pada

berbagai atribut (Kotler, 1999).

Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada

karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Kemampuan

konsumen berbeda-beda dalam menyebutkan karakteristik atau atribut dari

produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan konsumen memiliki

pengetahuan yang berbeda mengenai produk tersebut sehingga para

pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa

saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling

penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan

mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang

lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen

untuk memilih produk yang akan dibelinya. Atribut suatu produk

dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik

menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk. Sedangkan atribut

abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk

berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2003).

Atribut produk merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin

dimilki oleh suatu objek. Atribut produk dibedakan menjadi dua yaitu

atribut intrinsik yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat

produk dan atribut ekstrinsik yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari

aspek eksternal produk seperti nama merk, label, dan kemasan

(Mowen dan Minor, 2002).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

menyebabkan adanya peningkatan konsumsi bahan pangan yang mengandung

nilai gizi tinggi terutama dari protein hewani. Pemenuhan protein hewani

salah satunya dengan mengkonsumsi ikan bandeng segar. Ikan bandeng segar

merupakan salah satu jenis ikan yang banyak digemari oleh masyarakat karena

mudah dalam pengolahannya, memiliki rasa yang gurih dan mengandung

protein tinggi yang berguna bagi tubuh untuk pertumbuhan serta harganya

yang relatif murah dibandingkan dengan ikan laut segar lainnya.

Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mempertimbangkan

atribut-atribut yang terdapat pada ikan bandeng segar. Atribut yang diteliti

meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik,

keadaan daging, aroma atau bau dan warna insang. Sikap konsumen tersebut

dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan dan pendapatan yang dimilikinya.

Semakin tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan dan wawasan

yang dimiliki.

Seorang produsen dapat menjadikan sikap konsumen sebagai acuan

untuk menyediakan dan memberikan kualitas maupun mutu suatu produk

yang dikehendaki oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena permintaan ikan

bandeng segar salah satunya dapat dipengaruhi adanya sikap konsumen dan

kepercayaan, sedangkan kepercayaan konsumen dapat dinilai dari adanya

sikap konsumen terhadap suatu produk. Sikap dan kepercayaan dapat

membentuk sebuah perilaku konsumen.

Sikap konsumen dapat menggambarkan kepercayaan konsumen

terhadap atribut dan manfaat yang diperoleh dari produk ikan bandeng segar.

Kepercayaan dan sikap akan membentuk perilaku. Dengan mengetahui sikap

konsumen, maka produsen dapat menyediakan produk sesuai dengan apa yang

diinginkan konsumen. Konsumen memiliki poin ideal pada setiap produk.

Ditinjau dari sikap, semakin dekat atribut produk ke poin ideal, maka semakin

baik posisinya. Sikap konsumen dapat diketahui dengan analisis model sikap

angka ideal (The Ideal-Point Model). Model angka ideal memberikan

informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan oleh

konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen. Model ini

mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang

sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara

apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat,

dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.

Analisis model sikap angka ideal dapat dirumuskan sebagai berikut :

Ab = å=

n

i 1

Wi Ii - Xi

Di mana :

Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden

terhadap atribut i

Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i

Ii = performansi ideal konsumen terhadap atribut i

Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i

n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Ikan

Bandeng Segar. D. Hipotesis

1. Diduga atribut ikan bandeng segar memenuhi sifat ideal (sifat produk

ikan bandeng segar telah sesuai dengan keinginan atau selera konsumen

pasar tradisional Kabupaten Klaten).

2. Diduga sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar adalah baik

(konsumen memberikan tanggapan yang baik terhadap ikan bandeng

segar).

E. Asumsi-Asumsi

Konsumen Ikan Bandeng Segar

Kepercayaan

Sikap Konsumen

Model Poin Ideal

Evaluasi

Ikan Bandeng segar

Atribut-atribut Ikan bandeng segar : 1. Harga 2. Ukuran ikan 3. Keadaan mata 4. Keadaan Kulit 5. Kebersihan Sisik 6. Keadaan Daging 7. Aroma atau bau 8. Warna Insang

Pasar Tradisional

Produk Kebutuhan Sehari-hari

1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian.

2. Dalam pengambilan keputusan, konsumen mengevaluasi atribut-atribut

yang ada pada produk.

F. Pembatasan Masalah

1. Ikan bandeng segar yang diteliti terbatas pada ikan

bandeng yang sudah mati tetapi belum mengalami pengolahan dan masih

memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik

rupa, bau maupun teksturnya.

2. Atribut yang diteliti dalam penelitian ini adalah atribut

yang melekat pada ikan bandeng segar yang meliputi harga, ukuran ikan,

keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau

bau dan warna insang.

3. Penelitian terbatas pada konsumen yang membeli ikan

bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten untuk konsumsi

sendiri atau rumah tangga.

4. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April – Mei

2010 dan harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.

G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Konsumen ikan bandeng segar adalah seseorang yang

membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional untuk konsumsi sendiri

atau rumah tangga.

2. Sikap konsumen adalah penilaian kognitif baik maupun

tidak baik sebagai tanggapan dari produk yang diperoleh dan pengalaman

atau informasi yang diperoleh.

3. Ikan bandeng segar adalah ikan bandeng yang sudah mati

tetapi belum mengalami pengolahan dan masih memiliki sifat-sifat atau

ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik rupa, bau maupun

teksturnya.

4. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki atau melekat

pada suatu produk dalam hal ini ikan bandeng segar. Atribut ikan bandeng

segar yang akan diteliti meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, dan

keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna

insang.

5. Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan

konsumen untuk mendapatkan produk.

6. Ukuran ikan adalah karakteristik ikan bandeng segar

berdasarkan besar atau kecilnya ikan. Ukuran ikan bandeng segar terdiri

dari besar sebanyak 3 - 4 ekor per kg, sedang sebanyak 5 - 7 ekor per kg,

dan kecil sebanyak lebih dari 7 ekor per kg.

7. Keadaan mata adalah karakteristik ikan bandeng segar

berdasarkan ciri-ciri mata ikan, yaitu dengan pilihan bersinar cerah/terang

dan menonjol, sedikit bersinar cerah dan datar, serta tidak bersinar/suram

dan tenggelam/tidak menonjol.

8. Keadaan kulit adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan

penampakan kulit yang membungkus tubuh ikan bandeng. Dengan pilihan

yaitu warna kulit terang dan jernih dan masih kuat membungkus tubuh;

kulit berwarna kusam, pucat dan berlendir banyak dan terlihat mengendur.

9. Kebersihan sisik adalah karakteristik ikan bandeng segar

berdasarkan penampakan sisik yang meliputi warna, keadaan sisik tidak

terkoyak dan bebas dari kotoran-kotoran yang menempel. Dengan pilihan

kulit sisik bersih (warna cemerlang/terang atau belum pudar, sisik melekat

kuat, tidak sobek, dan bebas dari kotoran); kulit sisik agak bersih (warna

sedikit cemerlang atau sedikit pudar, sisik sedikit melekat kuat, sedikit

sobek dan ada sedikit kotoran) dan kulit sisik kotor (warna pudar atau

tidak cemerlang, sisik mudah lepas, sobek, dan ada banyak kotoran).

10. Keadaan daging adalah karakteristik ikan bandeng segar

berdasarkan penampakan daging atau otot ikan bandeng yang melekat

pada tulang. Dengan pilihan daging kenyal, elastis (bila ditekan dengan

jari tidak tampak bekas lekukan, padat dan melekat kuat pada tulang; tidak

elastis (bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan, lembek, dan mudah

lepas dari tulang.

11. Aroma atau bau ikan adalah karakteristik ikan bandeng

segar yang dapat dirasakan dengan indera penciuman. Dengan pilihan

aroma atau bau ikan antara lain bau busuk (menusuk), anyir atau amis dan

segar.

12. Warna insang adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan

penampakan alat pernapasan atau insang pada ikan bandeng segar. Dengan

pilihan warna insang antara lain insang berwarna merah terang dan lamella

insang terpisah, tertutup lendir berwarna terang; insang berwarna coklat

suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan tertutup lender

berwarna keruh.

13. Sikap terhadap produk (Ab) adalah sikap konsumen

secara menyeluruh terhadap produk ikan bandeng segar yang digambarkan

oleh angka nol sampai jumlah tertentu.

14. Tingkat kepentingan atribut (Wi) adalah evaluasi yang

dilakukan konsumen terhadap kepentingan atribut, yaitu dengan

menyatakan pilihan skala yang menggambarkan sama sekali tidak penting

(1) sampai kategori sangat penting (5).

15. Perfomansi ideal atribut ke I (Ii) adalah keinginan

perfomansi konsumen dari atribut yang dievaluasi.

16. Kepercayaan terhadap atribut ke i (Xi) adalah penilaian

aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.

17. Pasar Tradisional adalah pasar dimana konsumen

membeli dengan cara tawar menawar dengan penjual.

III.METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitis. Metode deskriptif analitis yaitu memusatkan diri pada pemecahan

masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual

dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dilakukan analisis kemudian

dijelaskan (Surakhmad, 1998).

Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey,

yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan

menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

B. Metode Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

yaitu di Kabupaten Klaten. Pemilihan Kabupaten Klaten sebagai lokasi

penelitian dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Klaten merupakan daerah

yang tingkat konsumsi ikan bandeng segar dari tahun ke tahun rata-rata

cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut

ini :

Tabel 3. Jumlah Konsumsi Ikan Bandeng Segar di Kabupaten Klaten

No. Tahun Volume (Kg) 1. 2004 104.347 2. 2005 105.100 3. 2006 115.000 4. 5.

2007 2008

116.150 112.298

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008.

Data konsumsi ikan bandeng segar tersebut diatas juga didukung

dengan data realisasi peredaran ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten

seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4. Realisasi Peredaran Ikan Bandeng Segar Di Kabupaten Klaten

No. Tahun Dari Daerah Lain (Kg)

Ke Luar Daerah (Kg)

1. 2004 119.253 14.906 2. 2005 120.300 15.200 3. 2006 125.500 10.500 4. 5.

2007 2008

126.800 127.276

10.650 14.978

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008.

Selain itu, berdasarkan pendapatan per kapita penduduk di Kabupaten

Klaten yang setiap tahunnya meningkat. Peningkatan pendapatan per Kapita

penduduk Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Harga Konstan 2000

No. Tahun Pendapatan per Kapita Peningkatan (%)

1. 2004 4.279.722,85 - 2. 2005 5.078.862,92 18,67 3. 2006 5.805.021,37 14,30 4. 5.

2007 2008

6.444.304,16 7.308.450,42

11,01 13,41

Jumlah 28.916.361,72 57,39 Rata-rata 5.783.272,344 11,478

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008

Menurut Sumarwan (2003), pendapatan adalah sumber daya material

yang sangat penting bagi konsumen karena dengan pendapatan itulah

konsumen dapat membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan

menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen dan menjadi indikator

besarnya jumlah produk yang bisa dibeli konsumen. Tabel 5 menunjukkan

bahwa pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Klaten dari tahun

2004-2008 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 11,478 % per tahun

sehingga daya beli masyarakat juga meningkat. Tingkat pendapatan akan

mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pemenuhan kebutuhan

termasuk kebutuhan konsumsi pangan.

Penelitian ini dilaksanakan di pasar-pasar tradisional yang ada di

Kabupaten Klaten. Pasar tradisional memiliki kelebihan yang tidak dimiliki

oleh pasar modern yaitu adanya interaksi sosial antara pedagang dan pembeli,

produk-produk yang dijual selalu segar, dan kebanyakan pasar tradisional

menampung produk-produk lokal (Anonim, 2006). Berdasarkan sumber dari

Dinas Peridustrian dan Perdagangan Kabupaten Klaten, wilayah perdagangan

di Kabupaten Klaten dikelompokkan menjadi 5 wilayah perdagangan atau

UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah), yaitu

1. Wilayah UPTD I : Kota

2. Wilayah UPTD II : Delanggu

3. Wilayah UPTD III : Jatinom

4. Wilayah UPTD IV : Pedan

5. Wilayah UPTD V : Jogonalan

Pengelompokkan wilayah perdagangan atau UPTD tersebut akan

diambil lima pasar yang mewakili masing-masing wilayah. Pengambilan

sampel lokasi juga berdasarkan jumlah pedagang ikan bandeng segar yang

mewakili setiap wilayah UPTD, karena dapat mencerminkan banyaknya

konsumen. Kelima pasar tradisional yang akan dipilih menjadi tempat

penelitian sebagai berikut:

1. Wilayah UPTD I : Pasar Klaten III Lantai

2. Wilayah UPTD II : Pasar Delanggu

3. Wilayah UPTD III : Pasar Jatinom

4. Wilayah UPTD IV : Pasar Masaran

5. Wilayah UPTD V : Pasar Prambanan

Nama pasar dan jumlah pedagang di pasar tradisional di Kabupaten

Klaten dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 6. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional di Kabupaten Klaten

Wilayah Nama Pasar Jumlah pedagang I 1. Pasar Klaten III Lantai 1056 2. Pasar Mlinjon 62 3. Pasar Ngepos 30 4. Pasar Gunungan 65 5. Pasar Plembon 59 6. Pasar Srago 228 7. Pasar Bareng 12 8. Pasar Gayamprit 89 9. Pasar Bendogantungan 13

10. Pasar Totogan 104 11. Pasar Gentongan 314 12. Pasar Senggol 83 13. Pasar Mayungan 59 14. Pasar Wedi 468 15. Pasar Jimbung 109

II 1. Pasar Tegalgondo 315 2. Pasar Delanggu 950 3. Pasar Tanjung 224 4. Pasar Juwiring 101 5. Pasar Panjangan 105 6. Pasar Babadan 100 7. Pasar Carikan 50 8. Pasar Minggiran 192 9. Pasar Soka

10. Pasar Karang Talun 48 45

III 1. Pasar Jatinom 544 2. Pasar Gabus 366 3. Pasar Jolotundo 8 4. Pasar Pomah 43 5. Pasar Mundu 30 6. Pasar Klodran 40 7. Pasar Bonyokan 188 8. Pasar Jeblog 74 9. Pasar Ngendo 341 10. Pasar Karangan 35 11. Pasar Karanganom 26 12. Pasar Glagahwangi 10 13. Pasar Cokrokembang 341 14. Pasar Tulung 35 15. Pasar Bono 26 16. Pasar Ngaran 3

IV 1. Pasar Pedan 901 2. Pasar Masaran 814 3. Pasar Bandung Rejo 46 4. Pasar Baran 33 5. Pasar Balak

6. Pasar Kalimangu 7. Pasar Sidoharjo

64 7

442 8. Pasar Karangasem 46 9. Pasar Krakitan

10. Pasar Bayat 5

38 11. Pasar Jerukan 18 12. Pasar Posis 65 13. Pasar Babad 144 14. Pasar Gamongan 114 15. Pasar Temuwangi 140 16. Pasar Ngebeg 48 17. Pasar Jeto 84 18. Pasar Kiringan 43 19. Pasar Pager 6 20. Pasar Jetis 24

V 1. Pasar Kraguman 265 2. Pasar Pokoh

3. Pasar Puluhwatu 36

191 4. Pasar Dompyongan 123 5. Pasar Srowot 85 6. Pasar Mandungan 6

Sumber : Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Klaten, 2008.

C. Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode convenience sampling. Pada pengambilan sampel dengan cara

ini sampel diambil berdasarkan ketersedian elemen dan kemudahan untuk

mendapatkannya atau sampel terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat

dan waktu yang tepat (Durianto dkk, 2001). Dalam penelitian ini sampel yang

digunakan adalah konsumen yang membeli ikan bandeng segar di pasar-pasar

tradisional yang telah ditentukan.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan dasar

confident level sebesar 95%. Menurut Djarwanto dan Pangestu (1994),

pengambilan sampel menggunakan confident level sebesar 95%, dikarenakan

besarnya populasi tidak diketahui, maka dianggap proporsi populasi tidak

diketahui. Apabila dalam suatu penduga proporsi menggunakan sampel

dengan keyakinan (1-α) dan besarnya error tidak melebihi suatu harga tertentu

maka rumus (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang

harus diambil, dapat dirumuskan sebagai berikut :

( )N

PPE

-=

196,1

Dimana : E = error

P = proporsi populasi

N = jumlah sampel

Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P (1-P) juga tidak diketahui,

tetapi karena P selalu berada diantara 0 dan 1, maka besarnya populasi

maksimal adalah :

7. Pasar Gantiwarno 48 8. Pasar Panggil 62 9. Pasar Gempol 99 10. Pasar Balong 5 11. Pasar Kepoh 60 12. Pasar Menggah 70 13. Pasar Watununggal 11 14. Pasar Prambanan 173 15. Pasar Kembang 626 16. Pasar Surowono 424 17. Pasar Butuh 46

f (P) = P – P2

df (P) = 1-2P

dP

0 = 1-2P

2P = 1

P = 0,5

Harga maksimal dari f(P) adalah P (1-P) = 0,5 (0,5) = 0,25

Jadi besarnya sampel jika digunakan confident level 95% dan kesalahan yang

terjadi adalah 0,1 adalah :

2

1,096,1

)25,0( ÷ø

öçè

æ=N = 96,04 dibulatkan menjadi 100 sampel

Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas, jumlah sampel yang

dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 100 responden yang tersebar

di lokasi pasar tradisional di Kabupaten Klaten yang telah ditentukan.

Pembagian responden pada kelima pasar tradisional di Kabupaten Klaten

adalah menurut perbandingan jumlah pedagang ikan bandeng segar yang

terdapat di lima pasar tradisional tersebut yaitu secara proporsional.

Pembagian responden untuk masing-masing pasar tradisional dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7. Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Kabupaten Klaten

No. Pasar Tradisional Jumlah Pedagang Ikan Bandeng Segar

Jumlah Responden

1. Pasar Klaten III Lantai 4 31 2. Pasar Delanggu 1 8 3. Pasar Jatinom 2 15 4. 5.

Pasar Masaran Pasar Prambanan

2 4

15 31

Jumlah 13 100

Sumber : Survei dan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Klaten, 2008.

Tabel 7 menunjukkan jumlah responden masing-masing di lima pasar

tradisional tersebut yaitu Pasar Klaten III Lantai sebanyak 31 responden, Pasar

Delanggu sebanyak 8 responden, Pasar Jatinom sebanyak 15 responden, Pasar

Masaran sebanyak 15 responden dan Pasar Prambanan 31 responden. Dengan

pembagian responden seperti diatas diharapkan dapat mewakili seluruh

wilayah Kabupaten Klaten.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

responden yang terkait dengan penelitian, baik melalui wawancara

menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan

maupun observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh dengan cara

mencatat laporan atau dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan

dengan penelitian, yaitu Data Jumlah Pemasukan Ikan Bandeng Segar dari

Daerah Lain ke Kabupaten Klaten tahun 2004-2008, Data Pendapatan Per

Kapita Penduduk Kabupaten Klaten tahun 2004-2008, Data Nama Pasar

dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional Kabupaten Klaten tahun 2008.

Data-data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bagian Pengelolaan Pasar

Kabupaten Klaten.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti dan

kegiatan konsumen dalam melakukan pembelian.

2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara berpatokan, merupakan wawancara secara langsung kepada

responden dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (kuesioner)

agar pertanyaan dapat lebih terarah.

3. Pencatatan

Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data yang

diperoleh dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian, baik dari

hasil wawancara maupun hasil pengamatan langsung di lapangan.

F. Metode Analisis Data

Sikap konsumen terhadap produk ikan bandeng dapat diketahui

dengan menggunakan Analisis Sikap Angka Ideal (Ideal-Point Model). Pada

prinsipnya, model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi

konsumen terhadap apa yang dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen

dan apa yang diinginkan (yang ideal) oleh konsumen. Model ini mengukur

gap (perbedaan) antara yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan

konsumen.

1. Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Atribut Ikan Bandeng

Segar

Analisis Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Atribut Ikan

Bandeng Segar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Kualitas Ideal = | Ii―Xi |

Dimana :

Ii = perfomansi ideal konsumenterhadap atribut i

Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i

Sifat ideal terhadap atribut ikan bandeng segar adalah jika hasil

kualitas ideal (selisih antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap

atribut) semakin kecil atau semakin mendekati nol maka atribut sebuah

produk sesuai dengan keinginan atau minat konsumen.

2. Analisis Sikap konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar

Analisis Sikap konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar dengan

menggunakan analisis model angka ideal dirumuskan sebagai berikut :

Ab = å=

n

i 1

Wi Ii - Xi

Di mana :

Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden

terhadap atribut i

Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i

Ii = performansi ideal konsumen terhadap atribut i

Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i

n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen

Ab adalah sikap keseluruhan konsumen terhadap suatu produk

yang akan digambarkan oleh angka dari nol sampai jumlah tertentu.

Semakin kecil skor Ab (mendekati nol), artinya perbedaan antara apa yang

diharapkan (yang ideal) dengan sesungguhnya semakin dekat. Dengan

kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen. Sebaliknya jika skor

Ab semakin besar, artinya masih ada gap yang lebar antara apa yang

diinginkan dengan apa yang dirasakan konsumen.

Wi menggambarkan evaluasi terhadap kepentingan suatu atribut.

Konsumen diminta untuk menyatakan pilihan dalam skala. Sedangkan Ii

menyatakan keinginan performansi ideal dari atribut yang dievaluasinya.

Langkah kemudian adalah mengukur komponen Xi, yaitu memberikan

penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.

Keidealan suatu produk dinilai dengan cara melihat skor atau point

selisih antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap atribut. Semakin

kecil atau semakin mendekati nol selisih antara performansi ideal dengan

kepercayaan maka atribut tersebut semakin ideal. Kriteria sikap konsumen

dinilai dengan menggunakan skala linear numerik dengan rumus :

( )Skala

IiWix å -=

1

Skala linear numerik :

0 £ Ab < x sangat baik

x £ Ab < 2x baik

2x £ Ab < 3x netral

3x £ Ab < 4x buruk

4x £ Ab < 5x sangat buruk

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 110o26’14” sampai

110o47’51” Bujur Timur (BT) dan 7o32’19” sampai 7o48’33” Lintang Selatan

(LS) dengan luas wilayah sebesar 65.556 ha. Letak Kabupaten Klaten cukup

strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan

salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal

sebagai kota pelajar serta kota wisata.

Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan

dengan 401 desa atau kelurahan. Batas-batas administratif Kabupaten Klaten

adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta)

Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta)

Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

Kabupaten Klaten merupakan kabupaten yang memiliki topografi

atau ketinggian tempat 0 - 2.500 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah

yang terdapat di Kabupaten Klaten dapat dibedakan menjadi lima jenis tanah

antara lain : tanah Litosol, tanah Regosol Kelabu, tanah Grumusol Kelabu

Tua, tanah Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua dan tanah Regosol

Coklat Kekelabuan.

Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan

musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun. Musim kemarau di

Kabupaten Klaten biasanya pada bulan April sampai September sedangkan

musim hujan terjadi bulan Oktober sampai Maret. Curah hujan rata-rata

adalah 275 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu

472 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 65 mm.

Temperatur udara rata-rata 28 – 30 o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata

sekitar 153 mm setiap bulannya. Sebagian besar wilayah kabupaten ini adalah

dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan

pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi.

B. Keadaan Penduduk

1. Perkembangan Penduduk

Perkembangan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh adanya

kelahiran, kematian dan migrasi. Perkembangan penduduk di Kabupaten

Klaten selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2004 - 2008

Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Pertumbuhan Penduduk (Jiwa)

Persentase(%)

2004 2005 2006 2007 2008

1.281.786 1.286.058 1.293.242 1.296.987 1.300.494

4.489 4.272 7.184 3.745 3.507

0,35 0,33 0,56 0,29 0,27

Jumlah 6.458.567 23.197 1,80 Rata-rata 1.291.713,4 4.639,4 0,36

Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun selalu meningkat. Jumlah penduduk

selama lima tahun (2004-2008) terus mengalami peningkatan.

Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klaten rata-rata 4.639,4 jiwa atau

0,36 % per tahun. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk ini maka

akan berpengaruh pada konsumsi bahan makanan salah satunya ikan

bandeng segar akan semakin meningkat.

2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 yang

tersebar di setiap kecamatan adalah 1.300.494 jiwa. Jumlah penduduk di

Kabupaten Klaten berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat

dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008

Jenis Kelamin Kelompok Umur (th) Laki-laki Perempuan

Jumlah Persentase (%)

0 -14 15 - 64

> 65

161.744 422.827 50.957

154.343 447.570 63.053

316.087 870.397 114.010

24,30 66,93 8,77

Jumlah 635.528 664.966 1.300.494 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)

Berdasarkan data Tabel 9 diketahui bahwa jumlah penduduk usia

produktif yaitu umur 15 - 64 tahun lebih besar daripada penduduk usia non

produktif yang terdiri dari kelompok umur 0 - 14 tahun dan ≥ 65 tahun.

Persentase terbesar penduduk di Kabupaten Klaten adalah kelompok usia

produktif. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dapat terlaksana dengan baik.

Untuk menghitung besarnya Angka Beban Tanggungan dapat

digunakan perumusan sebagai berikut:

= 49,4 % (ABT di Kabupaten Klaten)

Berdasarkan perhitungan nilai ABT di Kabupaten Klaten diketahui

bahwa nilai ABT di Kabupaten Klaten sbesar 49,4 %, artinya setiap 100

orang usia produktif menanggung 49 orang usia non produktif. Menurut

Saragih (2009), semakin tinggi Angka Beban Tanggungan maka akan

mengakibatkan pendapatan yang dinikmati untuk konsumsi belum

maksimal. Pendapatan yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan

konsumsi dan daya beli masyarakat menjadi berkurang karena pendapatan

tersebut harus dibagi untuk menanggung hidup penduduk untuk usia non

produktif. Semakin kecil angka beban tanggungan akan memberikan

kesempatan pada penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas

dirinya (Anonim, 2007).

Berdasarkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat

diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2008

berjumlah 1.300.494 jiwa yang terdiri dari 635.528 jiwa penduduk laki-

laki dan 664.966 jiwa penduduk perempuan. Untuk mengetahui besarnya

sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan

jumlah penduduk perempuan digunakan perumusan sebagai berikut:

= 95,57 %

Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio diketahui bahwa besarnya

nilai sex ratio di Kabupaten Klaten adalah 95,57 %, artinya dalam 100

orang penduduk perempuan terdapat 96 orang penduduk laki-laki.

Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki dan dalam

penelitian ini juga penduduk yang paling banyak menjadi responden

adalah perempuan yaitu sebanyak 94 responden atau sebesar 94%.

Menurut Sumarwan (2003), perempuan mempunyai kewenangan untuk

memutuskan produk apa yang dibeli untuk dirinya dan keluarganya.

Perempuan masa kini memiliki kualitas sumber daya manusia yang lebih

baik dari generasi sebelumnya. Dengan kualitas yang lebih baik, maka

wanita sebagai konsumen memiliki daya beli yang lebih baik pula.

3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang berperan penting dalam

pembangunan suatu wilayah untuk kemajuan dalam suatu masyarakat.

Keadaan penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Klaten ditunjukkan

pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Klaten Selama Tahun 2008

No Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tidak/ Belum Pernah Sekolah Tidak/ Belum Tamat SD/ MI Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat SMK Tamat Diploma I/II Tamat Diploma III/SM Tamat Sarjana/S2

161.781 175.047 381.435 237.990 126.538 129.269 15.216 21.978 51.240

12,44 13,46 29,33 18,30 9,73 9,94 1,17 1,69 3,94

Jumlah 1.300.494 100

Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)

Berdasarkan data Tabel 10 diketahui bahwa sebagian besar

penduduk Kabupaten Klaten berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD)

yaitu sebanyak 381.435 jiwa atau sebesar 29,33 % dari total penduduk.

Sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat Diploma I dan Diploma II

adalah yang paling sedikit jumlahnya yaitu 15.216 jiwa atau sebesar

1,17 % dari total penduduk.

Tingkat pendidikan semakin tinggi merupakan modal dalam

pengembangan kualitas sumber daya manusia yang nantinya akan

berpengaruh dalam pembangunan di Kabupaten Klaten. Secara umum

dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Klaten memiliki pendidikan

yang masih rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perbandingan

jumlah penduduk yang belum memenuhi wajib belajar dan yang sudah

memenuhi wajib belajar yaitu 55 % dan 45%. Dengan pendidikan yang

masih rendah ini diharapkan pemerintah lebih memberikan perhatian

dalam pendidikan sehingga dapat meningkat. Tingkat pendidikan yang

tinggi juga akan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang suatu hal,

termasuk pengetahuan dalam mempertimbangkan atribut-atribut ikan

bandeng segar yang akan dikonsumsi.

C. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonmian di Kabupaten Klaten dapat tercermin salah

satunya dari mata pencaharian penduduknya. Mata pencaharian penduduk

suatu wilayah dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia dan kondisi sosial

ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan

pekerjaan dan modal yang ada. Keadaan penduduk menurut lapangan

pekerjaan utama di Kabupaten Klaten ditunjukkan Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008

No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1. 2.

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pertanian Pertambangan dan Galian, Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Konstruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jasa Lainnya

145.514 7.795

115.580 36.702

150.080 26.037 4.822

81.660 -

25,61 1,37

20,35 6,46

26,41 4,58 0,85

14,37 -

Jumlah 568.190 100

Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)

Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa 26,41% penduduk

Kabupaten Klaten mempunyai mata pencaharian di sektor perdagangan yaitu

sebanyak 150.080 jiwa, sedangkan sektor pertanian menempati urutan kedua

sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Klaten yaitu

sebanyak 145.514 jiwa (25,61 %). Sektor industri menempati urutan ketiga

sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Klaten yaitu

sebanyak 115.580 jiwa (20,35 %).

Menurut Supriyati dkk. (2007), penurunan tenaga kerja sektor

pertanian di Kabupaten Klaten disebabkan oleh beberapa faktor, setidaknya

ada tiga hal kemungkinan penyebabnya yaitu (1) lahan pertanian yang sempit,

sehingga tidak mampu dijadikan mata pencaharian utama untuk anggota

keluarga sehingga terpaksa menganggur atau mencari pekerjaan di luar

usahatani, (2) Adanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian, dan (3)

keengganan untuk terjun pada sektor pertanian khususnya untuk golongan

muda terdidik karena dipandang tidak menarik sehingga lebih memilih

pekerjaan lain atau menganggur. Salah satu kesempatan kerja sektor non

pertanian yang tersedia adalah perdagangan. Sektor perdagangan cukup

berkembang dan menjadi alternatif usaha utama di luar sektor pertanian. Hal

ini ditunjukkan dengan adanya sarana dan prasana perekonomian terutama

perdagangan yang dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Sarana Perekonomian di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Jenis Sarana Perekonomian Jumlah 1. 2. 3. 4.

Pasar Kios Los Bank Umum, BPR dan BUMD

94 2.844 1.804

48

Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)

Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa sarana perdagangan yang

terdapat di Kabupaten Klaten cukup banyak dan menandai bahwa sektor

perdagangan cukup berkembang di Kabupaten Klaten. Selain kelima sarana

perekonomian di atas, terdapat juga sarana perhubungan sebagai penunjang

dalam kegiatan perekonomian yaitu salah satunya sektor perdagangan.

Tabel 13. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Jenis Sarana Perhubungan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Sepeda Motor Mobil Penumpang Mobil Barang Mobil Bus Kendaraan Khusus/ Alat Berat Mobil Penumpang Umum

268.678 15.553 10.149 1.230

10 141

Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)

Banyaknya kendaraan yang terdapat di Kabupaten Klaten maka

masyarakat akan lebih mudah dalam melakukan mobilitas. Dimana mobilitas

penduduk tidak hanya dilakukan dengan kendaraan pribadi tetapi juga dengan

kendaraan umum yang ada. Dengan banyaknya kendaraaan umum yang

terdapat di Kabupaten Klaten, berarti masyarakat tidak akan mengalami

kesulitan dalam melakukan mobilitas dalam melakukan kegiatan

perekonomian termasuk kegiatan di sektor perdagangan.

Tabel 14. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Jenis Sarana Perhubungan Panjang Jalan (km) Persentase (%) 1. 2.

Jenis Permukaan a. Aspal b. Kerikil c. Tanah d. Tidak Dirinci Jumlah Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak Berat Jumlah

706,12

2,82 67,95

0 776,89

381,94 96,75

194,88 103,23 776,80

90,89 0,36 8,75

0 100

49,17 12,45 25,09 13,29

100

Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)

Tabel 14 menunjukkan bahwa sarana perhubungan di Kabupaten

Klaten sangat baik yaitu dilihat dari jenis permukaan jalan yang sebagian

besar sudah berupa aspal menunjukkan bahwa sarana perhubungan di

Kabupaten Klaten semakin lancar. Begitu pula dengan kondisi jalan yang

sebagian besar sudah dapat dikatakan baik karena sudah diaspal sepanjang

706,12 Km dan tidak berlubang. Selain itu mempunyai pola jaringan jalan

berbentuk pola gride, pola ini merupakan pola jalan yang relatif datar. Pola

jaringan jalan ini mempunyai keuntungan distribusi lalu lintas dapat merata

(tidak memusat) dan efisien pelayanannya terutama pada daerah (wilayah)

sepanjang jalan utama (arteri) (Watiningrum, 2005). Sehingga dengan makin

lancarnya sarana perhubungan di Kabupaten Klaten maka masyarakat akan

lebih mudah melakukan mobilitas dalam melakukan kegiatan perekonomian.

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Pasar konsumen terdiri dari seluruh individu-individu dan rumah tangga

yang membeli atau membutuhkan barang dan jasa untuk keperluan pribadi.

Konsumen akhir merupakan individu-individu yang melakukan pembelian

untuk memenuhi kebutuhan pribadinya atau konsumsi rumah tangganya

(Dharmmesta dan Handoko, 1997).

Karakteristik responden dalam penelitian ini dikelompokkan

berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,

pengeluaran konsumsi per bulan, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik

responden tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin Responden

Di bawah ini disajikan banyaknya responden dalam penelitian, yaitu

sebagai berikut:

Tabel 15. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase(%) 1 Perempuan 94 94 2 Laki-laki 6 6 Jumlah 100 100

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah responden dengan jenis

kelamin perempuan lebih dominan daripada responden laki-laki.

Responden perempuan berjumlah 94 orang dengan persentase 94% dan

responden laki-laki 6 orang dengan persentase 6% orang responden.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kegiatan rumah

tangga termasuk didalamnya adalah berbelanja kebutuhan pangan,

terutama ikan bandeng segar masih dominan dilakukan oleh perempuan.

Perempuan sebagai penentu menu keluarga (terutama dalam pemilihan

atribut-atribut ikan banding segar) cenderung lebih sering melakukan

keputusan pembelian dibandingkan laki-laki. Perbedaan jenis kelamin

maka akan menyebabkan perbedaan pula dalam keputusan pembelian ikan

bandeng segar dengan memperhatikan atribut-atribut yang melekat pada

ikan bandeng segar.

2. Umur Responden

Kebutuhan dan selera seseorang akan berubah sesuai dengan usia

(Simamora, 2004). Usia dari responden merupakan salah satu indikator

untuk mengetahui bagaimana faktor usia akan menentukan penilaian yang

diberikan responden terhadap ikan bandeng segar sebagai obyek

penelitian. Perbedaan usia akan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda

terhadap ikan bandeng segar. Menurut Sumarwan (2003), kelompok umur

19-24 tahun tergolong dewasa awal, kelompok umur 25-35 tahun

tergolong dewasa lanjut, kelompok umur 36-50 tahun tergolong separuh

baya, kelompok umur 51-65 tahun tergolong tua dan diatas 65 tahun

tergolong lanjut usia.

Berdasarkan pengklasifikasian tersebut, maka pada Tabel 16 di

bawah ini disajikan jumlah responden ikan bandeng segar di pasar

tradisional Kabupaten Klaten menurut kelompok umurnya :

Tabel 16. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Jumlah Responden 1 19-24 tahun 8 2 25-35 tahun 43 3 36-50 tahun 43 4 51-65 tahun 6 5 > 65 - Jumlah 100

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 16 menunjukkan bahwa usia responden yang membeli ikan

bandeng segar pada kelompok umur antara 25-35 dan 36-50 tahun yaitu

sebanyak 43 orang. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sebagai

pengambil keputusan pembelian ikan bandeng segar berada pada

kelompok umur yang sudah dewasa lanjut dan separuh baya. Pada

kelompok umur tersebut rata-rata sudah bisa mempertimbangkan atribut-

atribut ikan bandeng segar yang diinginkan.

3. Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan menentukan seseorang dalam menerima

pengetahuan dan informasi. Konsumen yang memiliki pendidikan yang

lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, selain itu pendidikan

juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek

(Sumarwan, 2003). Pada penelitian ini, didapatkan responden dengan latar

belakang pendidikan sebagai berikut:

Tabel 17. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden 1 SMP 12 2 SMA 59 3 D3 9 4 S1 19 5 S2 1 Jumlah 100

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berpendidikan SMA yaitu sebanyak 59 responden. Sedangkan yang

berpendidikan S1 sebanyak 19 responden. Hal ini menunjukkan bahwa

konsumen ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten

memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi.

Tingkat pendidikan yang dimiliki konsumen akan mempengaruhi

informasi dan pengetahuan yang diterima konsumen. Semakin tinggi

tingkat pendidikan konsumen maka akan semakin tinggi pula pengetahuan

yang dimiliki konsumen. Dengan pengetahuan yang tinggi, maka

konsumen akan lebih memperhatikan faktor gizi dan pentingnya kesehatan

yang salah satunya dengan penambahan protein, vitamin dan mineral

termasuk penambahan ikan bandeng segar dalam menu konsumsi dan

konsumen akan lebih mengetahui tentang atribut-atribut ikan bandeng

segar sehingga teliti dalam memilih ikan bandeng segar dengan

memperhatikan atribut-atribut yang melekat pada ikan bandeng segar.

4. Jenis Pekerjaan Responden

Menurut Sumarwan (2003), pendidikan dan pekerjaan adalah dua

karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan

menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen. Dan

selanjutnya, profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi

pendapatan yang diterimanya. Pendapatan dan pendidikan tersebut

kemudian akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi

seseorang.

Pada penelitian ini, didapatkan karakteristik responden ikan

bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten dengan latar

belakang pekerjaan sebagai berikut:

Tabel 18. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Jenis Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden 1 PNS 12 2 Pegawai Swasta/karyawati 16 3 Wiraswasta 30 4 Ibu Rumah Tangga 36 5 Lain-lain 6 Jumlah 100

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 18 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan konsumen ikan

bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten adalah beragam.

Jenis pekerjaan yang paling banyak adalah konsumen golongan ibu rumah

tangga yaitu sebanyak 36 responden. Hal ini menunjukkan bahwa ibu

rumah tangga berpengaruh dalam hal memilih menu makanan yang

menjadi kesukaan keluarganya. Selain itu ibu rumah tangga memang

sehari-hari bertugas mengurus rumah tangga dan mengatur pengeluaran

atau berbelanja kebutuhan keluarga termasuk juga dalam berbelanja ikan

bandeng segar yang merupakan salah satu pilihan variasi menu makanan

keluarga. Sehingga ibu rumah tangga lebih tahu dan mampu memilih

atribut-atribut ikan bandeng segar sebelum melakukan keputusan

pembelian

Ibu rumah tangga tidak hanya memutuskan apa yang ingin mereka

beli untuk keperluan pribadi, tetapi juga sebagai penentu pembelian

keluarga. Seorang ibulah yang akan menentukan apa yang akan

dikonsumsi oleh keluarga. Seorang ibu rumah tangga adalah smart

customer, karena dalam melakukan pembelian tidak hanya menginginkan

produk yang berharga murah saja, tetapi juga mempertimbangkan kualitas

dan manfaat yang didapatkan dari produk tersebut bagi anggota

keluarganya (Yuswohady, 2006).

5. Pengeluaran Konsumsi Responden

Menurut Sumarwan (2003), pengeluaran merupakan indikator

pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga dapat diukur dengan

menggunakan pendekatan pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah

tangga dihitung secara keseluruhan semua kebutuhan rumah tangga

meliputi makanan, minuman dan kebutuhan bukan makanan lainnya yang

sangat beragam pada setiap bulan.

Karakteristik responden berdasarkan besarnya pengeluaran untuk

konsumsi yang dikeluarkan pada setiap bulan dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Berdasarkan Besarnya Pengeluaran Konsumsi per Bulan

. Pengeluaran Konsumsi per bulan Jumlah Responden 1. Rp 500.000,00 –

Rp 900.000,00 26

2. Rp 1.000.000,00 – Rp 1.400.000,00

18

3. Rp 1.500.000,00 – Rp 1.900.000,00

15

4. Rp 2.000.000,00 – Rp 2.400.000,00

17

5. Rp 2.500.000,00 – Rp 2.900.000,00

8

6. Rp 3.000.000,00 – Rp 3.400.000,00

12

7. Rp 3.500.000,00 – Rp 3.900.000,00

-

8. Rp 4.000.000,00 – Rp 4.900.000,00

4

100

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 19 menunjukkan bahwa pengeluaran rumah tangga

responden ikan bandeng segar dalam penelitian ini selama satu bulan

paling banyak yaitu Rp 500.000,00 – Rp 900.000.00. Sebanyak 26

responden merupakan golongan pengeluaran Rp 500.000,00 –

Rp 900.000,00. Walaupun pengeluaran responden tersebut rendah

dibandingkan dengan pengeluaran kelompok responden lain, namun

responden tersebut memilih membeli ikan bandeng segar sebagai variasi

menu makanan keluarga. Hal ini dikarenakan ikan bandeng segar cukup

untuk lauk pada saat makan (nglawuhi).

6. Jumlah Anggota Keluarga Responden

Menurut Engel et al, (1994) keluarga adalah pusat pembelian yang

merefleksikan kegiatan dan pengaruh individu yang membentuk keluarga

bersangkutan. Individu membeli barang atau jasa untuk dipakai sendiri

dan untuk dipakai oleh anggota keluarga yang lain Anggota keluarga

pembeli dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku

pembelian. Anggota keluarga saling mempengaruhi dalam keputusan

pembelian dan konsumsi, dalam hal ini adalah konsumsi ikan bandeng

segar. Pada Tabel 20 disajikan karakteristik responden menurut jumlah

anggota rumah tangga.

Tabel 20. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Menurut Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah Anggota Keluarga (orang) Jumlah Responden 1 2 8 2 3 32 3 4 38 4 5 15 5 6 4 6 7 3

Jumlah 100

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 20 menunjukkan bahwa 38 responden ikan bandeng segar di

pasar tradisional Kabupaten Klaten berasal dari keluarga yang terdiri dari

suami-istri dan dua orang anak. Jumlah anggota keluarga terbanyak pada

penelitian ini sejumlah 4 orang. Jumlah anggota rumah tangga akan

mempengaruhi jumlah pembelian atau konsumsi ikan bandeng segar

dalam keluarga. Makin besar jumlah anggota keluarga konsumen, maka

semakin besar pula kebutuhan konsumsi ikan bandeng segar di keluarga

tersebut. Informasi ini dapat memberikan gambaran bagi pemasar tentang

keputusan pembelian ikan bandeng segar dan jumlah ikan bandeng segar

yang akan dipasarkan di pasar tradisional Kabupaten Klaten.

B. Perilaku Beli Responden

Menurut Sutisna (2003), alasan perilaku konsumen perlu dipelajari

adalah karena konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran.

Mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen pada saat ini

merupakan hal yang sangat penting. Memahami konsumen akan menuntun

pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien.

Memahami perilaku pembelian yang dilakukan oleh konsumen dari

pasar sasaran merupakan tugas penting dari manajemen pemasaran. Perilaku

konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan,

mengkonsumsi, dan menghabiskan barang dan jasa, termasuk juga proses

pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikutinya

(Simamora 2004).

1. Alasan Pembelian

Konsumen sebelum melakukan pembelian suatu produk selalu

melakukan berbagai pertimbangan. Dalam Tabel 21 menunjukkan

berbagai alasan pembelian ikan bandeng segar oleh konsumen pasar

tradisional di Kabupaten Klaten, yaitu:

Tabel 21. Alasan Pembelian Ikan Bandeng Segar oleh Responden

No. Alasan Pembelian Jumlah 1. Mengandung banyak protein 51 2. Rendah kolestrol 6 3. Bebas pengawet 19 4. Mudah dalam pengolahan 8 5. Alasan lain (Suka) 16 Jumlah 100

Sumber: Analisis Data Primer

Alasan sebagian besar responden dalam pembelian dan

mengkonsumsi ikan bandeng segar adalah mengandung banyak protein

yaitu sebesar 51 responden. Kandungan protein dalam bandeng cukup

tinggi yaitu sebesar 20 gram per 100 gram sehingga menjadikan bandeng

sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk

mencukupi kebutuhan protein hewani tubuh, menjaga dan memelihara

kesehatan serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro.

Konsumen ikan bandeng segar yang dijadikan responden dalam

penelitian ini adalah responden yang melakukan pembelian di pasar

tradisional di Kabupaten Klaten. Dari hasil wawancara dengan responden

dapat diketahui bahwa alasan responden dalam melakukan pembelian ikan

bandeng segar di pasar tradisional sangat beragam. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 22 berikut ini:

Tabel 22. Alasan Pembelian Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional oleh Responden

No. Alasan Pembelian Jumlah 1. Murah 9 2. Produk masih segar 29 3. Bisa menawar 44 4. Dekat dengan rumah 18 5. Alasan lain - Jumlah 100

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 22 sebagian besar alasan responden membeli

ikan bandeng segar di pasar tradisional karena di pasar tradisional bisa

menawar harga sehingga mendapat harga yang lebih murah dari harga

yang sebelumnya ditawarkan. Selain itu ikan bandeng segar yang ada di

pasar tradisional biasanya masih baru atau masih segar, karena ikan

bandeng tersebut didatangkan dari daerah asalnya yaitu Semarang pada

waktu dini hari sehingga produk masih segar ketika dijual kepada

konsumen.

2. Frekuensi Pembelian

Frekuensi pembelian suatu produk biasanya disesuaikan oleh

kebutuhan responden sehingga dalam setiap bulannya terjadi perbedaan

frekuensi pembelian. Frekuensi pembelian ikan bandeng segar adalah

sebagai berikut :

Tabel 23. Frekuensi Pembelian Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional oleh Responden

No. Frekuensi Pembelian Jumlah 1. Setiap hari - 2. Seminggu sekali 8 3. Dua minggu sekali 12 4. Sebulan sekali 30 5. Tidak tentu 50 Jumlah 100

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 23 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden di pasar

tradisional melakukan pembelian ikan bandeng segar tidak tentu. Hal ini

menunjukkan bahwa konsumen tidak terlalu sering atau hanya kadang-

kadang dalam mengkonsumsi ikan bandeng segar. Konsumen tidak

mempunyai jadwal khusus dalam melakukan pembelian ikan bandeng

segar, biasanya konsumen membeli tergantung pada kebutuhan dan

kesukaan keluarga. Konsumen yang membeli ikan bandeng segar tidak

tentu misalnya dalam sebulan sekali akan membeli satu kali atau sebulan 2

kali karena konsumen selalu melakukan variasi lauk pauk dalam menu

makanan dengan membeli jenis ikan yang lain seperti ikan lele atau ikan

nila atau sumber protein hewani lainnya seperti ayam dan telur.

3. Jumlah Pembelian

Tabel 24. Jumlah Pembelian Ikan Bandeng Segar di Pasar Tradisional oleh Responden

No. Jumlah Pembelian Jumlah 1. 0,5 Kg 5 2. 1 Kg 32 3. 1,5 Kg 7 4. 2 Kg 33 5. 2,5 Kg - 6. 3 Kg 15 7. 3,5 Kg - 8. 4 Kg 7 Jumlah 100

Sumber: Analisis Data Primer

Tabel 24 di atas menunjukkan bahwa 33 responden di pasar

tradisional Kabupaten Klaten membeli ikan bandeng segar sebesar 2

Kilogram dan 32 responden membeli dalam jumlah 1 Kilogram. Jumlah

tersebut biasanya terdiri dari 3 – 4 ekor ikan (per Kilogram) bandeng

ukuran besar atau 5 - 7 ekor ikan (per Kilogram) bandeng ukuran sedang

yang sudah dapat mencukupi kebutuhan keluarga responden.

Kondisi tersebut dapat memberikan tambahan informasi kepada

produsen mengenai jenis ukuran atau besarnya ikan bandeng segar yang

diinginkan oleh konsumen, sehingga produsen atau pemasar dapat

memperkirakan banyaknya ikan bandeng segar berdasarkan ukuran yang

harus dijual ke pasaran sehingga persediaan ikan bandeng segar tidak

berlebihan maupun kekurangan.

C. Analisis Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut

Ikan Bandeng Segar

Pengambilan keputusan oleh konsumen dalam setiap pembelian

terhadap suatu produk akan mempertimbangkan atribut-atribut yang ada pada

setiap produk. Konsumen yang membeli ikan bandeng segar akan

mempertimbangkan atribut-atribut menurut kepentingannya. Atribut yang

melekat pada ikan badeng segar merupakan salah satu daya tarik bagi

konsumen pada saat membeli. Tingkat kepentingan konsumen terhadap atribut

produk ikan bandeng segar adalah sebagai berikut:

Tabel 25. Tingkat Kepentingan Konsumen Terhadap Atribut Ikan Bandeng Segar

Atribut STP TP N PT SPT Total n Wi Rangking [1] [2] [3] [4] [5] Harga - 5 20 27 48 418 100 4,18 4 Ukuran ikan - 1 33 41 25 390 100 3,90 7 Keadaan mata - 1 44 36 19 411 100 4,11 5 Keadaan kulit - - 17 55 28 373 100 3,73 8 Kebersihan sisik - - 6 49 45 439 100 4,39 3 Keadaan daging - - 1 20 79 478 100 4,78 2 Aroma atau bau - - 1 12 87 484 100 4,84 1 Warna insang - 2 18 62 18 396 100 3,96 6

Sumber: Analisis Data Primer

Keterangan : STP : sangat tidak penting TP : tidak penting N : netral PT : penting SPT : sangat penting n : jumlah responden

Tabel 25 menunjukkan atribut yang pertama paling dipertimbangkan

oleh konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten dalam proses

pengambilan keputusan pembelian ikan bandeng segar adalah aroma atau bau

ikan bandeng. Konsumen cenderung lebih memilih aroma atau bau ikan

bandeng sebagai pertimbangan pertama dibandingkan atribut-atribut yang lain,

karena aroma atau bau ikan dapat dirasakan secara langsung oleh indera

penciuman, bagaimana tingkat kesegaran bau ikan bandeng segar tersebut.

Biasanya konsumen cukup mencium aroma atau bau ikan tanpa perlu

memegang. Konsumen sangat mempertimbangkan waktu dalam melakukan

pembelian, sehingga konsumen lebih menyukai mencium aroma atau bau ikan

bandeng segar dibandingkan mempertimbangkan atribut-atribut ikan bandeng

segar yang lainnya. Atribut aroma atau bau merupakan atribut ikan bandeng

segar yang paling mudah dikenali konsumen tanpa harus memegangnya. Hal

ini disebabkan karena ikan bandeng yang masih segar mempunyai bau segar

dan amis yang lembut seperti bau rumput laut.

Atribut kedua yang dipertimbangkan oleh konsumen yaitu keadaan

daging ikan bandeng segar. Keadaan daging adalah karakteristik ikan bandeng

segar berdasarkan penampakan daging atau otot ikan bandeng yang melekat

pada tulang, kenyal dan elastis (bila ditekan dengan jari tidak tampak bekas

lekukan, padat dan melekat kuat pada tulang). Keadaan daging sangat

dipertimbangkan karena ikan bandeng yang dikonsumsi adalah dagingnya.

Apabila dagingnya sudah tidak kenyal dan bila ditekan terdapat bekas lekukan

berarti ikan bandeng tersebut sudah tidak segar lagi sehingga tidak sehat dan

tidak aman untuk dikonsumsi.

Atribut kebersihan sisik merupakan atribut ketiga yang

dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan pembelian ikan bandeng

segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten. Konsumen di pasar tradisional

juga mempertimbangkan kebersihan kulit sisik ikan bandeng segar, karena

apabila kebersihan kulit sisiknya baik atau bersih dan bebas dari kotoran atau

lumpur maka menandakan ikan bandeng tersebut masih segar sehingga baik

untuk dikonsumsi. Kebersihan sisik cukup berpengaruh terhadap rasa ikan

bandeng segar. Sebagian konsumen menganggap sisik ikan bandeng segar

yang bersih dari lumpur apabila digoreng akan memberikan rasa yang gurih

dan enak.

Atribut keempat yang dipertimbangkan konsumen di pasar tradisional

Kabupaten Klaten dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar adalah

harga. Harga ikan bandeng segar masih relatif mahal yaitu berkisar

Rp 16.000,00 – Rp 18.000,00 per kilogram bila dibandingkan dengan sumber

protein lainnya seperti telur ayam. Namun sebagian besar konsumen di pasar

tradisional Kabupaten Klaten membeli ikan bandeng sesuai dengan kualitas

ikan bandeng segar tersebut. Konsumen berpatokan dengan istilah ono rego

ono rupo, walaupun masih dirasa mahal tapi sesuai yaitu dengan mendapat

ikan bandeng segar yang berkualitas baik.

Atribut selanjutnya dipertimbangkan oleh konsumen di pasar

tradisional Kabupaten Klaten dalam proses pengambilan keputusan pembelian

ikan bandeng segar adalah keadaan mata. Konsumen cenderung tidak terlalu

memperhatikan keadaan mata sebagai pertimbangan pembelian dibandingkan

atribut-atribut yang lain.

Warna Insang merupakan atribut keenam yang dipertimbangkan oleh

konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten. Biasanya konsumen enggan

memegang ikan bandeng segar hanya untuk melihat keadaan dan warna insang

ikan bandeng karena bagi konsumen bau ikan segar sudah cukup mewakili

kualitas ikan bandeng tersebut.

Atribut ukuran ikan merupakan atribut ketujuh yang dipertimbangkan

konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten dalam melakukan pembelian

ikan bandeng segar. Atribut ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana selera

konsumen tersebut. Konsumen memberikan atribut ukuran ikan di posisi yang

tidak terlalu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pembelian ikan

bandeng segar, karena menurut konsumen atribut ukuran ikan lebih fleksibel

untuk dipertimbangkan yaitu sesuai dengan kebutuhan.

Atribut terakhir yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli ikan

bandeng segar adalah keadaan kulit. Atribut ini tidak terlalu dipertimbangkan

karena tertutup oleh sisik ikan yang terletak dibawah lapisan sisik sehingga

kurang bisa terlihat jelas oleh konsumen. Namun apabila sisik ikan sudah

bersih dan tidak terkoyak maka konsumen menganggap keadaan kulit ikan

juga masih baik dan melekat kuat pada daging ikan bandeng segar.

Berdasarkan hasil analisis tingkat kepentingan konsumen terhadap

atribut ikan bandeng segar secara keseluruhan dapat diketahui bahwa atribut

yang menempati urutan pertama atau yang paling dipertimbangkan konsumen

dalam membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten

adalah atribut aroma atau bau. Selanjutnya urutan kedua adalah atribut

keadaan daging, urutan ketiga adalah atribut kebersihan sisik, urutan keempat

adalah atribut harga, urutan kelima adalah keadaan mata, urutan keenam

adalah warna insang, urutan ketujuh dan kedelapan adalah ukuran ikan dan

keadaan kulit.

D. Analisis Masing-masing Atribut Menurut Performansi Ideal

Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar

Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut

yang banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng segar dapat dijadikan

lauk pauk dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Kebanyakan ikan

bandeng segar yang dijual di pasar tradisional dalam keadaan tidak hidup dan

mempunyai banyak atribut yang dipertimbangkan konsumen. Setiap

konsumen mempunyai sifat ideal produk menurut keinginannya. Dari

penelitian ini didapat hasil mengenai performansi ideal konsumen dan

kepercayaan konsumen terhadap ikan bandeng segar yaitu sebagai berikut:

1. Harga

Konsumen mempunyai tipe idealnya tetapi kenyataannya harga

pada ikan bandeng segar relatif masih mahal sehingga terdapat

kesenjangan antara sifat ideal yang diinginkan konsumen dengan

kenyataan yang terdapat pada produk. Performansi ideal dan kepercayaan

konsumen terhadap atribut harga ikan bandeng segar adalah sebagai

berikut :

Tabel 26. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Harga Ikan Bandeng Segar

Harga Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi)

[Ii-Xi]

5 32 4 4 49 17 3 19 38 2 - 38 1 - 3 n 100 100

Total 413 281 X 4,13 2,81 1,32

Sumber: Analisis Data Primer

Hasil analisis poin ideal atribut harga pada ikan bandeng segar

adalah sebesar 4,13 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap produk

adalah sebesar 2,81. Hal ini berarti masih terdapat kesenjangan atau gap

sebesar 1,32, yang berarti bahwa atribut harga belum mendekati ideal

atau belum sesuai dengan yang diinginkan konsumen. Konsumen menilai

harga ikan bandeng segar masih mahal untuk dikonsumsi. Harga ikan

bandeng segar berkisar antara Rp 16.000,00 - Rp 18.000,00 per Kg dirasa

konsumen masih mahal bila dibandingkan dengan protein hewani lainnya

seperti telur dengan harga Rp 13.000,00 - Rp 14.000.000,00.

2. Ukuran Ikan

Tabel 27. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Ukuran Ikan Bandeng Segar

Ukuran ikan Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi)

[Ii-Xi]

5 12 - 4 52 39 3 36 52 2 - 9 1 - - n 100 100

Total 376 330 x 3,76 3,30 0,46

Sumber: Analisis Data Primer

Poin ideal atribut ukuran ikan pada ikan bandeng segar

berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 3,76 sedangkan kepercayaan

konsumen terhadap produk adalah sebesar 3,30. Hal ini berarti masih

terdapat kesenjangan atau gap sebesar 0,46, yang berarti bahwa atribut

ukuran ikan sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan

konsumen karena kebanyakan konsumen ikan bandeng segar

menginginkan ukuran ikan besar. Untuk ukuran ikan bandeng segar,

konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten lebih menyukai ukuran

yang besar yaitu yang per kilogramnya berisi 3 – 4 ekor ikan bandeng

segar. Konsumen menyukai ikan bandeng segar ukuran besar karena

mudah dalam membagi / memotong dagingnya menjadi beberapa bagian

(3 atau 4 potongan badan) pada waktu memasak dan cukup untuk semua

anggota keluarga.

3. Keadaan Mata

Tabel 28. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Keadaan Mata Ikan Bandeng Segar

Keadaan Mata Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi)

[Ii-Xi]

5 19 4 4 49 34 3 32 57 2 - 5 1 - n 100 100

Total 387 337 x 3,87 3,37 0,50

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui bahwa point ideal atribut

keadaan mata pada ikan bandeng segar adalah sebesar 3,87 sedangkan

kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 3,37. Hal ini

menunjukkan masih terdapat kesenjangan yaitu sebesar 0,50, yang berarti

bahwa atribut keadaan mata sudah mendekati ideal atau sesuai dengan

yang diinginkan konsumen.

Keadaan mata ikan bandeng segar yang ideal adalah menonjol dan

bersinar. Ikan bandeng segar dengan keadaan mata menonjol dan bersinar

disukai konsumen karena menandakan bahwa ikan bandeng tersebut

masih baru atau segar. Sedangkan ikan bandeng segar dengan keadaan

mata sedikit bersinar cerah dan datar bahkan tidak bersinar/berwarna

suram dan bola mata tenggelam kurang disukai konsumen, karena

konsumen ragu bahwa ikan bandeng tersebut masih baru atau sudah

mulai busuk.

4. Keadaan Kulit

Tabel 29. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Keadaan Kulit Ikan Bandeng Segar

Keadaan Kulit Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi)

[Ii-Xi]

5 28 8 4 60 54 3 12 35 2 - 3 1 - - n 100 100

Total 416 367 x 4,16 3,67 0,49

Sumber: Analisis Data Primer

Hasil analisis poin ideal atribut keadaan kulit pada ikan bandeng

segar adalah sebesar 4,16 sedangkan kepercayaan konsumen terhadap

produk adalah sebesar 3,67. Hal ini berarti masih terdapat kesenjangan

atau gap sebesar 0,49. Walaupun terdapat kesenjangan atau gapnya

sebesar 0,49, atribut keadaan kulit sudah mendekati ideal atau sesuai

dengan yang diinginkan konsumen. Konsumen menilai kedaan kulit ikan

bandeng segar sudah memenuhi keinginan konsumen, hal ini ditunjukkan

dengan ikan bandeng segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten

Klaten banyak yang sudah mempunyai ciri kulit ikan bandeng segar yaitu

berwarna terang dan melekat kuat pada daging.

Perlakuan pedagang akan mempengaruhi keadaan kulit ikan

bandeng segar. Pada saat berjualan pedagang masih ada yang meletakkan

ikan bandeng dengan berantakan di ember, menumpuk ikan terlalu

banyak sehingga menyebabkan kulit ikan tergores atau robek karena

bergesekkan satu sama lain. Hal ini akan mempengaruhi konsumen dalam

membeli ikan bandeng segar karena keadaan kulitnya sudah tidak sesuai

dengan keinginan konsumen.

5. Kebersihan Sisik

Tabel 30. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Kebersihan Sisik Ikan Bandeng Segar

Kebersihan Sisik Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi)

[Ii-Xi]

5 40 19 4 56 73 3 4 6 2 - 2 1 - - n 100 100

Total 456 409 X 4,56 4,09 0,47

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa point ideal atribut

kebersihan sisik pada ikan bandeng segar adalah sebesar 4,56 sedangkan

kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 4,09. Hal ini

menunjukkan terdapat kesenjangan yaitu sebesar 0,47 yang berarti bahwa

atribut kebersihan sisik sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang

diinginkan konsumen. Konsumen menilai kebersihan sisik ikan bandeng

segar sudah memenuhi keinginan konsumen.

Kebersihan sisik yang ideal menurut konsumen adalah bersih

bebas dari kotoran seperti lumpur, karena biasanya ada sedikit lumpur

yang terbawa pada saat ikan bandeng dipanen dari tambak. Hal ini dapat

ditunjukkan jika ada warna kuning (kadang tipis) disamping tubuh ikan

pada kedua sisi, memanjang dari arah penutup insang sampai dengan

bagian ujung dekat ekor, biasanya ikan bandeng tersebut masih terdapat

dan berbau lumpur. Selain bebas dari kotoran, ikan bandeng yang segar

mempunyai sisik berwarna cemerlang terang (jika terkena cahaya akan

berkilau seperti ada warna pelangi) dan belum pudar, sisik melekat kuat

dan tidak terlepas dari kulit. Dengan kebersihan kulit sisik ikan bandeng

tersebut, konsumen tidak akan ragu membeli karena menurut konsumen

salah satu ciri ikan bandeng segar tanpa bahan pengawet adalah

mempunyai kondisi sisik yang bersih dan warnanya yang cemerlang.

Sekarang ini muncul isu adanya penggunaan senyawa kimia seperti

formalin pada bahan makanan termasuk juga pada ikan. Ciri ikan yang

mengandung formalin yaitu kulit sisiknya bersih seperti ikan segar, tetapi

warnanya pucat atau tidak cemerlang seperti pada ikan segar.

6. Keadaan Daging

Tabel 31. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Keadaan Daging Ikan Bandeng Segar

Keadaan Daging Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi)

[Ii-Xi]

5 59 30 4 36 57 3 5 12 2 1 1 - n 100 100

Total 454 416 X 4,54 4,16 0,38

Sumber: Analisis Data Primer

Poin ideal atribut keadaan daging pada ikan bandeng segar

berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 4,54 sedangkan kepercayaan

konsumen terhadap produk adalah sebesar 4,16 Hal ini berarti masih

terdapat kesenjangan atau gap sebesar 0,38. Namun angka ini mendekati

nol yang berarti bahwa atribut keadaan daging pada ikan bandeng segar

sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang diinginkan konsumen.

Konsumen ikan bandeng segar menginginkan atribut keadaan daging

yang ideal adalah yang kenyal dan elastis (bila ditekan dengan jari tidak

tampak bekas lekukan), padat dan melekat kuat pada tulang.

Namun beberapa konsumen masih menemukan ikan bandeng

segar yang keadaan dagingnya tidak sesuai dengan keinginan mereka

seperti tidak kenyal (bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan),

lembek dan mudah terlepas dari tulang, hal ini terjadi karena kurangnya

pendinginan ketika dijual sehingga ikan mudah busuk.

7. Aroma atau Bau

Tabel 32. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Aroma atau Bau Ikan Bandeng Segar

Aroma atau Bau Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi) [Ii-Xi] 5 77 51 4 18 34 3 5 13 2 - 2 1 - - n 100 100

Total 472 434 X 4,72 4,34 0,38

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan Tabel 32 dapat diketahui bahwa point ideal atribut

aroma atau bau pada ikan bandeng segar adalah sebesar 4,72 sedangkan

kepercayaan konsumen terhadap produk adalah sebesar 4,34. Hal ini

menunjukkan terdapat kesenjangan yaitu sebesar 0,38 yang berarti bahwa

atribut aroma atau bau sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang

diinginkan konsumen. Konsumen menilai aroma atau bau ikan bandeng

segar sudah memenuhi keinginan konsumen. Aroma atau bau yang ideal

menurut konsumen adalah spesifik menurut jenisnya (ikan bandeng) dan

segar sedikit berbau amis yang lembut.seperti bau rumput laut dan tidak

mengandung bau-bau asing yang menyengat, seperti bau busuk dan bau

formalin. Di pasaran sudah banyak ditemukan penggunaan formalin pada

ikan khususnya ikan segar. Penggunaan formalin pada ikan segar akan

menghilangkan bau segar dan amis pada ikan segar, karena yang tercium

adalah bau menyegat dari formalin.

8. Warna Insang

Tabel 33. Performansi Ideal dan Kepercayaan Konsumen terhadap Atribut Warna Insang Ikan Bandeng Segar

Warna Insang Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi)

[Ii-Xi]

5 31 13 4 54 50 3 15 35 2 - 2 1 - - n 100 100

Total 416 380 X 4,16 3,80 0,36

Sumber: Analisis Data Primer

Poin ideal atribut warna insang pada ikan bandeng segar

berdasarkan hasil analisis adalah sebesar 4,16 sedangkan kepercayaan

konsumen terhadap produk adalah sebesar 3,80. Hal ini berarti masih

terdapat kesenjangan atau gap sebesar 0,36. Kesenjangan atau gapnya

mendekati angka nol yang berarti bahwa atribut warna insang insang pada

ikan bandeng segar sudah mendekati ideal atau sesuai dengan yang

diinginkan konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya ikan

bandeng segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten

mempunyai warna insang merah terang.

Warna insang ikan bandeng segar yang ideal menurut konsumen

adalah warnanya merah sampai merah terang. Namun terkadang ada

konsumen yang kurang memperhatikan kondisi dan warna insang ikan

bandeng segar, konsumen enggan membuka katup insang karena tidak

mau mengotori tangan. Dengan tindakan konsumen yang seperti itu

memungkinkan konsumen membeli ikan bandeng segar yang tidak segar

lagi atau bahkan sudah beri pengawet kimia. Ikan bandeng segar yang

diberi pengawet kimia (formalin) biasanya insangnya berwarna merah

pucat.

E. Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Ikan Bandeng

Segar

Analisis kualitas ideal terhadap suatu produk digunakan untuk

mengukur sejauh mana kesenjangan atau gap antara performansi ideal atau

sifat ideal yang diinginkan oleh konsumen dengan kenyataan yang ada pada

suatu produk. Analisis kualitas ideal akan menunjukkan apakah atribut yang

melekat pada ikan bandeng segar sudah sesuai atau belum dengan yang

diinginkan konsumen. Analisis kualitas ideal ikan bandeng segar dapat dilihat

pada Tabel 34 sebagai berikut :

Tabel 34. Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar

Atribut Ideal (Ii) Kepercayaan Konsumen (Xi) |Ii-Xi| Harga 4,13 2,81 1,32 Ukuran Ikan 3,76 3,30 0,46 Keadaan Mata 3,87 3,37 0,50 Keadaan Kulit 4,16 3,67 0,49 Kebersihan Sisik 4,56 4,09 0,47 Keadaan Daging 4,54 4,16 0,38 Aroma atau Bau 4,72 4,43 0,38 Warna Insang 4,16 3,80 0,36

Sumber: Analisis Data Primer

Berdasarkan hasil analisis kualitas ideal terhadap ikan bandeng segar

dapat diketahui atribut-atribut ikan bandeng segar yang sudah atau belum

memenuhi sifat ideal menurut konsumen. Atribut ikan bandeng segar yang

paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen adalah atribut warna insang.

Selanjutnya berturut-turut adalah atribut aroma atau bau, keadaan daging,

ukuran ikan, kebersihan sisik, keadaan kulit, keadaan mata dan atribut harga.

Atribut warna insang pada ikan bandeng segar merupakan atribut yang

paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen. Hal ini ditunjukkan dengan

selisih poin antara sifat ideal yang diinginkan konsumen dengan kenyataan

pada atribut warna insang paling kecil diantara atribut yang lain yaitu sebesar

0,36 yang berarti bahwa atribut warna insang pada ikan bandeng segar sudah

sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Menurut konsumen ikan

bandeng segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten sebagian

besar mempunyai warna insang yang merah segar yang merupakan ciri ikan

bandeng masih segar.

Atribut yang kedua dan ketiga yang memenuhi sifat ideal menurut

konsumen yaitu atribut aroma atau bau dan keadaan daging. Selisih poin

antara sifat ideal dan kenyataan pada produk menurut konsumen untuk kedua

atribut yaitu sebesar 0,38. Hal ini menunjukkan bahwa atribut aroma atau bau

dan keadaan daging sudah sesuai dengan keinginan konsumen. Konsumen

berpendapat aroma atau bau ikan bandeng yang dijual di pasar tradisional

Kabupaten Klaten mempunyai bau yang masih segar (amis) dan keadaan

dagingnya elastis atau kenyal dan masih utuh.

Atribut ukuran ikan menempati urutan keempat yang mempunyai

selisih poin antara sifat ideal dan kenyataan pada produk menurut konsumen

sebesar 0,46 yang berarti atribut ikan bandeng segar sudah sesuai dengan apa

yang diinginkan konsumen. Kebanyakan konsumen ikan bandeng segar

menginginkan ukuran ikan besar. Untuk ukuran ikan bandeng segar,

konsumen di pasar tradisional Kabupaten Klaten lebih menyukai ukuran yang

besar yaitu yang per kilogramnya berisi 3 - 4 ekor ikan bandeng segar.

Konsumen menyukai ikan bandeng segar ukuran besar karena mudah dalam

memotong dalam mengolahnya dan mempunyai daging yang banyak dan

tebal.

Atribut selanjutnya yang memenuhi ideal adalah atribut kebersihan

sisik. Selisih nilai antara performansi ideal dan kenyataan produk menurut

konsumen adalah sebesar 0,47. Hal ini dapat diketahui bahwa atribut

kebersihan sisik pada ikan bandeng segar sudah sesuai dengan keinginan

konsumen. Menurut konsumen, kebersihan sisik ikan bandeng yang ideal

adalah sisik yang bersih dan bebas dari kotoran, warna cemerlang/terang atau

belum pudar, sisik melekat kuat dan tidak sobek.

Atribut pada urutan keenam yang telah memenuhi sifat ideal menurut

konsumen pada ikan bandeng segar adalah atribut keadaan kulit. Atribut

keadaan kulit memiliki selisih nilai antara sifat ideal dengan kenyataan pada

produk sebesar 0,49. Hal ini menunjukkan bahwa atribut keadaan kulit sudah

sesuai dengan keinginan konsumen. Menurut konsumen, sifat ideal atribut

keadaan kulit ikan bandeng segar adalah warna kulit terang dan jernih dan

masih kuat membungkus tubuh.

Atribut keadaan mata mempunyai selisih poin antara apa yang

diinginkan konsumen dengan kenyataan pada produk adalah sebesar 0,50.

Atribut keadaan mata menempati urutan ketujuh dan sudah memenuhi sifat

ideal menurut konsumen. Keadaan mata yang ideal menurut konsumen ikan

bandeng segar adalah bersinar cerah/terang dan menonjol dan ikan bandeng

segar yang dijual di pasar tradisional Kabupaten Klaten sebagian besar

mempunyai keadaan mata bersinar cerah atau terang dan bola mata menonjol.

Atribut harga merupakan atribut terakhir dan belum memenuhi sifat

ideal konsumen. Atribut harga memiliki selisih nilai antara apa yang

diharapkan konsumen dengan kenyataan yang ada pada produk sebesar 1,32.

Selisih nilai antara sifat ideal konsumen dengan kenyataan produk cukup besar

sehingga atribut harga cukup dipertimbangkan oleh konsumen dalam

mengkonsumsi ikan bandeng segar. Harga ikan bandeng segar di pasar

tradisional Kabupaten Klaten berkisar Rp 16.000,00 – Rp 18.000,00 per Kg.

Menurut konsumen, atribut harga ini belum memenuhi sifat ideal karena

masih relatif mahal. Namun konsumen juga memperhatikan kualitas ikan

bandeng segar yang baik maka harga tidak menjadi masalah, bagi konsumen

ono rego ono rupo.

Hasil penelitian dan analisis di atas sudah sesuai dengan hipotesis

pertama penelitian ini yaitu atribut-atribut yang ada pada ikan bandeng segar

sudah memenuhi sifat ideal menurut konsumen. Walaupun atribut harga

belum memenuhi sifat ideal menurut konsumen, karena harga ikan bandeng

segar masih relatif mahal bagi konsumen yaitu Rp 16.000,00 – Rp 18.000,00.

Oleh karena itu dengan harga yang relatif mahal kualitas ikan bandeng segar

konsumen menginginkan ikan bandeng segar dengan kualitas yang baik.

Namun secara keseluruhan atribut-atribut ikan bandeng segar sudah

memenuhi sifat ideal konsumen.

F. Analisis Sikap Konsumen terhadap Ikan Bandeng Segar

Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut

yang banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng dapat dijadikan lauk

pauk dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Ikan bandeng

memiliki nilai protein hewani yang lebih tinggi yaitu sebesar 20 % dibanding

dengan protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sehingga bandeng sangat

mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk mencukupi

kebutuhan protein tubuh, menjaga dan memelihara kesehatan serta mencegah

penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro.

Ikan bandeng yang dipasarkan di pasar tradisional di Kabupaten

Klaten adalah ikan bandeng segar yang mempunyai berbagai macam atribut

yang perlu dipertimbangkan konsumen sebelum melakukan pembelian.

Atribut-atribut tersebut meliputi atribut harga, ukuran ikan, keadaan mata,

keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna

insang. Atribut-atribut tersebut kemudian dievaluasi dan akan menjadi

pertimbangan konsumen dalam membeli ikan bandeng segar, sehingga dapat

mencerminkan sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar.

Seorang produsen ataupun pemasar harus dapat mengetahui bagaimana

selera konsumen yang tercermin dari perilaku konsumen, khususnya sikap

konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan

perilaku. Sikap biasanya memainkan peranan utama dalam membentuk

perilaku. Setiap konsumen memiliki produk ideal bagi dirinya. Ditinjau dari

sikap, semakin dekat sebuah produk ke poin ideal, semakin baik posisinya.

Dengan mengetahui sikap konsumen, sangat penting bagi produsen untuk

memenuhi selera konsumen akan ikan bandeng segar yang diinginkan

sehingga dapat memberikan keuntungan bagi produsen dan pemasar.

Tabel 35. Sikap Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar

Atribut Tingkat Kepentingan (Wi)

/Ii – Xi/ Wi/Ii – Xi/

Harga 4,18 1,32 5,5176 Ukuran Ikan 3,90 0,46 1,7940 Keadaan Mata 4,11 0,50 2,0550 Keadaan Kulit 3,73 0,49 1,8277 Kebersihan Sisik 4,39

0,47 2,0633

Keadaan Daging 4,78

0,38 1,8164

Aroma atau Bau 4,84 0,38 1,8392 Warna Insang 3,96 0,36 1,4256 Sikap (Ab) 18,3388

Sumber: Analisis Data Primer

Kriteria sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar dinilai dengan

menggunakan skala linear numerik, yaitu:

0 £ Ab < 22,09958 : sangat baik

22,09958 £ Ab < 44,19916 : baik

44,19916 £ Ab < 66,29874 : netral

66,29874 £ Ab < 88,39832 : buruk

88,39832 £ Ab < 4979,110 : sangat buruk

Berdasarkan Tabel 35 maka analisis di atas dapat diketahui bahwa skor

dari skala numerik sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar sebesar

18,3388. Artinya ikan bandeng mendapatkan sikap sangat baik dari

konsumen. Namun hasil penelitian berbeda dengan hipotesis kedua dalam

penelitian ini karena pada hipotesis kedua penelitian sikap konsumen terhadap

ikan bandeng segar adalah baik sedangkan pada hasil penelitian sikap

konsumen terhadap ikan bandeng segar adalah sangat baik. Hal ini

menunjukkan bahwa secara keseluruhan atribut-atribut yang melekat pada

ikan bandeng segar sudah memenuhi sifat ideal sesuai dengan keinginan

konsumen, selain ditunjukkan dengan perilaku beli konsumen yang

mengkonsumsi ikan bandeng segar, konsumen juga mendapatkan berbagai

manfaat saat mengkonsumsi, seperti kandungan protein yang cukup tinggi

yang terkandung dalam daging ikan bandeng segar dan baik untuk kesehatan

jika dikonsumsi dalam jumlah banyak karena mengandung asam lemak

omega-3 yang bersifat hipokolesterolemik yang dapat menurunkan kadar

kolesterol darah.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan analisis yang

dilakukan mengenai Sikap Konsumen Pasar Tradisional terhadap Ikan

Bandeng Segar di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut:

1. Atribut-atribut pada ikan bandeng segar secara berurutan mulai dari

yang paling memenuhi sifat ideal menurut konsumen adalah atribut

warna insang, aroma atau bau, keadaan daging, ukuran ikan, kebersihan

sisik, keadaan kulit, keadaan mata, dan harga.

2. Sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten terhadap ikan

bandeng segar adalah sangat baik, hal ini karena secara keseluruhan atribut-

atribut pada ikan bandeng segar sudah memenuhi sifat ideal menurut

konsumen.

B. Saran

1. Sebaiknya para pedagang atau pemasar tetap menjaga kualitas dan

kesegaran ikan bandeng segar dengan melakukan pendinginan ikan

bandeng segar menggunakan es atau air yang bersih ketika berjualan.

2. Sebaiknya pedagang atau pemasar ikan bandeng segar di pasar

tradisional Kabupaten Klaten lebih memperhatikan atribut-atribut yang

dipertimbangkan oleh konsumen yaitu terutama aroma atau bau, keadaan

daging dan kebersihan sisik ikan bandeng segar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Kekuatan Pasar Tradisional. http://pikiran-rakyat.com/cetak. Diakses tanggal 27 Desember 2009.

. 2007. Indikator Makro Sosial Budaya Kabupaten Pandeglang 2007. http://www.pandeglang.go.id/ipm2007. Diakses tanggal 26 Mei 2010.

. 2010. Pasar. http://id.wikipedia.org/wiki/pasar. Diakses tanggal 24 Januari 2010.

Bank Indonesia. 2010. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK): Usaha

Pemindangan Ikan. http://www.bi.go.id/web.id/statistik. Diakses

tanggal 04 Februari 2010.

BPS Kabupaten Klaten. 2004. Klaten dalam Angka Tahun 2004. BPS Klaten.

. 2005. Klaten dalam Angka Tahun 2005. BPS Klaten.

. 2006. Klaten dalam Angka Tahun 2006. BPS Klaten.

. 2007. Klaten dalam Angka Tahun 2007. BPS Klaten.

. 2008. Klaten dalam Angka Tahun 2008. BPS Klaten.

Budiyati, Y.I.S. 2004. Sikap Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Membeli Produk Kunyit Putih di Kota Yogyakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2006. Sambutan Menteri Kelautan dan Perikanan pada Acara Pengukuhan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (FORIKAN)Indonesia. Dalam http://www.dkp.go.id/content. Diakses tanggal 4 Juli 2010.

Dharmmesta, B.S dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Analisis Perilaku Konsumen. BPFE UGM. Yogyakarta.

Dinas Pengelolaan Pasar Kota Klaten. 2007. Mengenal Pasar Tradisonal Klaten. Klaten

Djarwanto, P. dan S. Pangestu. 1994. Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE UGM. Yogyakarta.

Durianto, D. Sugiarto dan Tony Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Junianto. 2007. Kiat Memilih Ikan Segar dan Produk Olahannya. Dalam http://www.pikiran-rakyat.com/berita/cetak. Diakses tanggal 24 Januari 2010.

Khotimah, K. 2006. Teknik Pengolahan Ikan Bandeng Segar tanpa Duri di Malang. http://www.digilib.go.id/go.php. Diakses tanggal 24 Januari 2010.

Kilamanca, C.M. 2008. Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Produk Susu Kedelai di Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta

Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Erlangga. Jakarta.

. 1999. Marketing Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.

Lamb, W. C, Joseph F. Hair dan Carl M. 2000. Pemasaran Buku 1. PT. Salemba Emba Patria. Jakarta.

Mowen, J. dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Mudjiman, A. 1991. Budidaya Bandeng di Tambak. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murtidjo. 2002. Budidaya dan Pembenihan Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.

Olson dan Peter. 1999. Consumer Behaviour Edisi IV. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta

Prasetidjo, R dan John. 2005. Perilaku Konsumen. Andi Offset. Yogyakarta.

Purnomowati, I. Diana Hidayati dan Cahyo Saparinto. 2007. Ragam Olahan

Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.

Rismawati, W. 2007. Sikap Konsumen Pasar Modern Terhadap Sayuran Organik di Kota Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Saptoaji, S. 2007. Mengenal Pasar Tradisional Kabupaten Klaten. Dinas Pengelolaan Pasar. Klaten.

Saragih, R. 2009. Analisis Pengaruh Angka Beban Tanggungan Hidup dan Jumlah Rekening Tabungan Terhadap Perilaku Masyarakat di Sumatera Utara. http://www.usu.ac.id/usu/repository. Diakses tanggal 26 Mei 2010.

Simamora, B. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.

. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Singarimbun, M dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Sularto, L. 2004. Pengaruh Privasi, Kepercayaan dan Pengalaman Terhadap Niat Beli Konsumen Melalui Internet. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. (3) 9.

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen. Teori dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Supriyati, Saptana Dan Sumedi. 2001. Dinamika Ketenagakerjaan Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Pedesaan Jawa (Kasus Di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah Dan Jawa Timur). Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik. Penerbit Tarsito. Bandung.

Terangi. 2010. Terumbu Karang Indonesia. http://www.terangi.or.id. Diakses tanggal 04 Februari 2010.

Watiningrum, F. 2005. Pemetaan Hirarki Pusat Transportasi di Kabupaten Klaten. http://www.unes.ac.id/unes/repository Diakses pada tanggal 26 Mei 20010.

Wijayanto, A. 2007. Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Ikan Bandeng (Chanos chanos) Segar Di Pasar Tradisional Kota Surakarta. Skripsi S1 Fakultas Pertanian UNS. Surakarta.

Wikipedia. 2009. Bandeng. http://id.wikipedia.org/wiki/bandeng. Diakses tanggal 12 Oktober 2009.

Yatyoga, D.F. 2007. Analisis Minat Masyarakat terhadap Lembaga Pendidikan Bahasa EF English First. http://www.yatyog07.blogspot. Diakses pada tanggal 20 Maret 2010

Yuswohady. 2006. Menyasar Pasar Ibu Rumah Tangga. Dalam http://www.republika.co.id/. Diakses tanggal 20 April 2010.