skripsi sri riyanti 07710073.pdf
TRANSCRIPT
-
i
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI
DIRI AKADEMIK PADA SISWA-SISWI SMA N 2 SLEMAN
SKRIPSI
Diajukan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Disusun Oleh:
SRI RIYANTI
07710073
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
MOTTO
Hidup adalah anugrah yang terindah bagiku
Berusaha melakukan & memberikan sesuatu yang
terbaik
bukan berarti menuntut untuk menjadi sempurna
Bukan pula membuat aku lemah akan keterbatasan
melainkan terus berusaha menggapai impian yang
terindah dengan apa yang telah aku miliki
karena hidup itu penuh dengan harapan, penuh dengan
pembelajaran untuk memperbaiki dan mengembangkan
diri
serta untuk berbagi ke sesama
(Sri Riyanti, 2011)
-
vi
Halaman Persembahan
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas berkah,
Rahmat, serta kemudahan yang diberikan-Nya, dengan
segenap cinta dan sayang karya sederhana ini
Kupersembahkan Kepada :
Almamaterku Tercinta
Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial & Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Keluargaku Tercinta
Ayah dan Ibundaku ;
Drs. Diyono & Poniyem (almarhumah)
Atas kasih sayang, cinta, dan doa yang tak kunjung henti
Kakakku Ana Sri Suryani
Keluarga Siswanti
-
vii
PRAKATA
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian skripsi sebagai
salah satu syarat menyelesaikan program sarjana strata satu (S-1), dapat
terselesaikan dengan lancar.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, harapan peneliti dengan bantuan para pembaca akan dapat menuju
kearah yang lebih baik. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritikan, saran
maupun nasehat yang membangun guna perbaikan skripsi selanjutnya.
Peneliti dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa dalam
menyelesaikan skripsi ini telah banyak pihak yang memberi dukungan, masukan,
bimbingan serta bantuan. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dudung Abdurrahman, M. Hum. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Benny Herlena, M.Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas
Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, serta sebagai Dosen Penguji skripsi yang telah banyak
memberikan ilmu dan masukan kepada peneliti guna memperbaiki skripsi ini.
3. Ibu Rachmy Diana selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa
membantu, membimbing, memotivasi dan memberikan arahan kepada peneliti
mulai dari pembuatan proposal sampai akhir penelitian. Terima kasih bu, atas
-
viii
ilmu yang ibu berikan, kesabaran ibu dalam membimbing saya, serta
waktunya.
4. Ibu Pihasniwati selaku Dosen Pembimbing akademik yang telah membimbing,
mengarahkan, dan memberi motivasi kepada peneliti dari awal kuliah sampai
selesai.
5. Ibu Miftah selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan
saran-saran untuk menyempurnakan penelitian ini.
6. Bapak Zidni Imawan Muslim yang telah banyak memberikan masukan dan
saran-saran dari awal pembuatan proposal sampai selesai.
7. Ayah dan Ibundaku yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang, dan doa.
Terimakasih ayah, atas dukungan, doa, serta kasih sayang, Engkau
mengajarkanku tentang arti kehidupan. Buat ibundaku terima kasih untuk
semuanya, kebersamaan kita dulu yang sangat indah, semoga ibu tenang disisi-
Nya. Aku akan berusaha mewujudkan impian dan keinginan ibu aku sayang
kalian.
8. Mb Ana dan Maz Tri Makno makasih atas doa dan dukungan yang diberikan
kepada peneliti.
9. Keluarga besar SMA Negeri 2 Sleman: Bapak Dameanto selaku kepala
sekolah, Pak Haryadi, Pak Syukur, Pak Maryono, Bu Kamti, Bu Anik, Pak
Najib, Pak Slamet, Bu Yum, Bu Eni dan semua guru serta tata usaha yang tidak
bisa saya sebutkan satu persatu, serta siswa-siswi kelas XI: Ara, Galuh, Citra,
Denis, Upik, seluruh siswa-siswi kelas XI yang tidak bisa disebutkan satu
-
ix
persatu, Terimakasih atas partisipasi dan kerjasamanya, sukses selalu buat
kalian semua.
10. Keluarga besar SMA Negeri 1 Ngaglik, Kepala Sekolah yang telah
memberikan ijin penelitian, semua guru terutama untuk Pak Tri yang sangat
membantu peneliti untuk melakukan penelitian, tata usaha, serta siswa-siswi
yang telah meluangkan waktunya, semoga kalian sukses ya dik kedepannya.
11. Seluruh Dosen Program Studi Psikologi yang telah banyak memberikan
pengetahuan yang sangat berarti, serta seluruh staff Tata Usaha dan
kemahasiswaan yang telah membantu dalam proses penelitian ini.
12. Laboratorium Psikologi yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk menambah pengalaman menjadi asisten praktikum PSD III.
13. Teman-teman Amuba: Diah, Ratih, Reni, Maya Terima kasih ya teman telah
membantuku, nemenin aku ke Perpus, nemenin aku belajar..
14. Spesial Thanks Buat Furqon Ulil Amri, Terimakasih buat waktu, perhatian,
kasih sayang, kesabaran selama menjalani hari bersama, aku berharap bisa
membuat kamu senang dan bangga, Love you.
15. Temen-temen Psikologi angkatan 2007; Ammy, Budi, Novi, Leni, Ari, Phia,
Iffa, Ita, Nunung, Samir, Mbak Fetra, Sugiyanti, Lela, Ira, Kak Tia, Evi, Diah,
Ipoh, Dina, Aida, Kak Sai, Ajhay, Farid, Maz Badi, Maz Dian, Maman, Fikar,
Anaz, Awan, Yadi, Wahid, Cak Nuzul, Rio, Yudin, Muadz, Zaenal, Andi,
Gunawan, Fadli, Yoga, Ridwan, Bagus, Rizki, Hunter, Syahid, Fared, Fathur,
Kurniadi, Abbas, Kiki, Yuyun, Dita, Annisa, Hasna, Ella, Zahro, Dian, Liza,
-
x
Ida, Fatimah, Nia, Uli, Dewi, Ana, Mba Widya, Mba Ifa, Hany, Zela, Maya,
Miftah, Luthfi, Indah, Fitri, Lika You are my Best Family!!!.
16. Teman-teman UII ku, Gita dan Tevi, terima kasih teman atas bantuannya,
udah minjemin buku, sukses ya buat kita semua.
17. Temen-Teman KKN ku, Maz Fasmi, Maz Agus, Anwar, Zuhri, Alwi, Fifi, Mb
Nova, Nisa, Sofi, Edi, Arya, Arsyad, Nela juga Seluruh warga lokasi KKN ku
Dusun Kradenan Kali Kuning, Kelurahan Baturono, terimakasih atas
pelajaran hidup, cerita-cerita dan kenangan yang telah terukir
Akhirnya peneliti sampaikan rasa terimakasih yang dalam kepada teman-
teman dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan, dukungan, bantuan dan perhatian kepada peneliti sehingga dapat
menyelesaikan studi ini dengan baik.
Yogyakarta, 10 Juni 2011
Peneliti,
Sri Riyanti
NIM. 07710073
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
PRAKATA ................................................................................................. vii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
ABSTRACT ............................................................................................... xviii
INTISARI .................................................................................................. xix
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8
C. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8
D. Keaslian Penelitian .......................................................................... 9
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 13
A. Efikasi Diri Akademik .................................................................... 13
1. Pengertian Efikasi Diri Akademik ............................................ 13
2. Aspek-aspek Efikasi Diri Akademik ......................................... 16
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri Akademik ..... 18
-
xii
B. Kecerdasan emosi ........................................................................... 21
1. Pengertian Kecerdasan Emosi ................................................... 21
2. Aspek Kecerdasan Emosi .......................................................... 23
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ........... 26
C. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Efikasi Diri Akademik ....... 27
D. Hipotesis .......................................................................................... 33
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 34
A. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 34
B. Definisi Operasional ....................................................................... 34
1. Efikasi Diri Akademik .............................................................. 34
2. Kecerdasan Emosi ..................................................................... 35
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 35
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 36
1. Skala Efikasi Diri Akademik .................................................... 37
2. Skala Kecerdasan Emosi ........................................................... 38
E. Validitas dan Reliabilitas Instrument .............................................. 41
F. Metode Analisis Data ...................................................................... 42
1. Uji Asumsi ................................................................................ 42
a. Uji Normalitas ..................................................................... 42
b. Uji Linearitas ....................................................................... 42
2. Uji Hipotesis ............................................................................. 43
a. Uji Korelasional Product Moment ...................................... 43
BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................ 44
A. Orientasi Kancah ............................................................................. 44
B. Persiapan Penelitian ........................................................................ 45
1. Proses Perizinan ........................................................................ 45
a. SMA Negeri 2 Sleman ........................................................ 45
b. SMA Negeri 1 Ngaglik ....................................................... 46
c. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.............................. 46
-
xiii
d. Bapeda Sleman .................................................................... 47
2. Pelaksanaan Try Out ................................................................. 47
3. Hasil Try Out ............................................................................. 48
a. Skala Efikasi Diri Akademik .............................................. 49
b. Skala Kecerdasan Emosi ..................................................... 51
c. Uji Reliabilitas .................................................................... 53
C. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 54
D. Hasil Analisis Data .......................................................................... 56
1. Uji Normalitas ........................................................................... 56
2. Uji Linearitas ............................................................................. 57
3. Kategorisasi Individu Pada Masing-masing Skala .................... 57
4. Uji Hipotesis ............................................................................. 61
E. Pembahasan ..................................................................................... 61
BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 68
A. Kesimpulan ..................................................................................... 68
B. Saran ................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 74
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blueprint Skala Efikasi Diri Akademik Sebelum Try Out ............ 37
Tabel 2. Indikator Efikasi Diri Akademk .................................................... 38
Tabel 3. Blueprint Skala Kecerdasan Emosi sebelum Try Out ................... 39
Tabel 4. Indikator Kecerdasan Emosi ......................................................... 40
Tabel 5. Sebaran Aitem Skala Efikasi Diri Akademik ............................... 49
Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Efikasi Diri Akademik setelah Try Out ... 50
Tabel 7. Distribusi Aitem Valid Skala Efikasi Diri
Akademik dengan nomer baru ....................................................... 50
Tabel 8. Sebaran Aitem Skala Kecerdasan Emosi ...................................... 51
Tabel 9. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi setelah Try Out ......... 52
Tabel 10. Distribusi Aitem Valid Skala Kecerdasan Emosi
dengan nomer baru ........................................................................ 53
Tabel 11. Reliabilitas Skala Efikasi Diri Akademik dan Skala Kecerdasan
Emosi setelah Try Out ................................................................... 54
Tabel 12. Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Sebaran Kuesioner ........ 55
Tabel 13. Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 55
Tabel 14. Hail Uji Normalitas Skala Efikasi Diri Akademik dan Skala
Kecerdasan Emosi ...................................................................... 56
Tabe 15. Deskripsi Statistik Skor Skala Efikasi Diri Akademik dan
Kecerdasan Emosi ...................................................................... 58
-
xv
Tabel 16. Kategori Skor Efikasi Diri Akademik ......................................... 59
Tabel 17. Kategori Skor Kecerdasan Emosi ............................................... 60
-
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
A. Try Out ............................................................................................ 74
1. Skala Try Out ............................................................................ 75
a. Skala Efikasi Diri Akademik .............................................. 77
b. Skala kecerdasan emosi....................................................... 81
2. Data Try Out .............................................................................. 85
a. Efikasi Diri Akademik ........................................................ 85
b. Kecerdasan Emosi ............................................................... 88
3. Reliability .................................................................................. 91
a. Skala Efikasi Diri Akademik .............................................. 91
b. Skala Kecerdasan Emosi ..................................................... 94
B. Penelitian ......................................................................................... 98
1. Skala Penelitian ......................................................................... 99
a. Skala Efikasi Diri Akademik .............................................. 101
b. Skala Kecerdasan Emosi ..................................................... 103
2. Data Penelitian .......................................................................... 107
a. Efikasi Diri Akademik ........................................................ 107
b. Kecerdasan Emosi .............................................................. 112
C. Kategorisasi ..................................................................................... 117
1. Kategorisasi Efikasi Diri Akademik ......................................... 117
2. Kategorisasi Kecerdasan Emosi ................................................ 118
D. Uji Asumsi ...................................................................................... 120
1. Uji Normalitas ........................................................................... 120
2. Uji Linearitas ............................................................................. 121
E. Uji Hipotesis ................................................................................... 124
1. Product Moment ........................................................................ 124
F. Histogram ........................................................................................ 125
1. Efikasi Diri Akademik .............................................................. 125
2. Kecerdasan Emosi ..................................................................... 125
3. Linearity .................................................................................... 126
-
xvii
G. Surat Perizinan ................................................................................ 127
1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ............................................ 127
2. Surat Izin dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ............ 128
3. Surat Izin dari Bapeda ............................................................... 129
H. Surat Bukti Penelitian ..................................................................... 130
1. Bukti telah melakukan Try out .................................................. 130
2. Bukti telah melakukan Penelitian.............................................. 131
-
xviii
RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND
ACADEMIC SELF-EFFICACY IN STUDENTS SMA N 2 SLEMAN
Sri Riyanti
Rachmy Diana
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between emotional
intelligence and academic self-efficacy. The hypothesis in this research is there is
a positive relationship between emotional intelligence and academic self-efficacy.
The population in this research were 308 overall of high school students
Negeri 2 Sleman. Samples 102 this research were students in grade XI SMA N 2
Sleman. Data were correlated by scale of academic self-efficacy and scale of
emotional intelligence. All data analysis using SPSS 16.0 for windows
applications.
The results showed that there was a very significant positive relationship
with rxy = 0.701 with p = 0.000 (p
-
xix
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI
AKADEMIK PADA SISWA-SISWI SMA N 2 SLEMAN
Sri Riyanti
Rachmy Diana
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan
emosi dan efikasi diri akademik. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara kecerdasan emosi dan efikasi diri akademik.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 sleman
dengan jumlah 308 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA
N 2 Sleman dengan jumlah 102 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini dengan menggunakan skala efikasi diri akademik dan skala
kecerdasan emosi. Semua analisis data menggunakan aplikasi SPSS 16.0 for
windows.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan
dengan rxy = 0.701 dengan p = 0.000 (p < 0.05) antara kecerdasan emosi dan
efikasi diri akademik. Sumbangan efiktif kecerdasan emosi terhadap efikasi diri
akademik siswa sebesar 49.1 %. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan
emosi siswa maka semakin tinggi efikasi diri akademik. Sebaliknya, semakin
rendah kecerdasan emosi siswa maka efikasi diri akademik siswa rendah pula.
Jadi hipotesis dalam penelitian ini diterima.
Kata kunci : siwa-siswi, kecerdasan emosi, efikasi diri akademik
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan suatu Negara sangat ditentukan oleh generasi mudanya.
Menurut McClelland (Widanarti & Indati, 2002) di negara berkembang muncul
gejala bahwa remaja kurang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi dan
bertanggung jawab yang menyebabkan pembangunan di negara tersebut tidak
maju. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Suyatno
(http://skripsipsikologie.wordpress.com//, 19 April 2011) yang mengatakan bahwa
Indonesia akan mengalami Lost generation.
Kekhawatiran ini terjadi karena pelajar di Indonesia nantinya akan sulit
untuk bersaing dengan bangsa lain dan survei yang dilakukan oleh The Trends in
International Mathematic and Science Study-Repeat (TIMSS) tahun 2003 yang
dikoordinir oleh The International for Evaluation of Education Achievement
(IEA) menyebutkan Indonesia berada pada urutan ke 36 untuk penguasaaan sains
dan ke 34 untuk matematika dari 50 peserta. Selain itu hasil survei The Third
International Mathematic and Science Study-Repeat tahun 2000 yang meliputi
performance, expectation and perspectiv on both math-science untuk SMA,
Indonesia berada di posisi 6 terbawah dari 38 negara. Temuan penelitian
Programme for International Student Asessment (PISA, 2003) menunjukkan
dalam hal literasi membaca, matematika dan sains, siswa yang berusia 15 tahun
sangat rendah. Temuan tersebut menunjukkan bahwa dalam literasi membaca
-
2
69% siswa Indonesia hanya mampu mengenali tema bacaan tetapi tidak mampu
menentukan keterkaitan antara tema bacaan dan pengetahuan yang dimiliki. Dari
beberapa fakta-fakta yang disebutkan mengindikasikan bahwa siswa di Indonesia
memiliki kebutuhan yang kurang dalam berprestasi.
Hal serupa juga ditemukan oleh peneliti, ketika peneliti melakukan
wawancara pada tanggal 28 Februari 2011 dengan Bapak Najib selaku Guru
Bimbingan Konseling (BK). Beliau mengatakan bahwa contek-contekan di kelas
ketika ulangan sudah sangat biasa terjadi. Sampai saat ini anak tidak merasa jera
untuk melakukannya. Di samping itu, siswa kelas XI belum memiliki greget
dalam mengikuti pelajaran. Mereka cenderung masih santai dalam mengikuti
pelajaran di sekolah. Kesulitan-kesulitan dalam belajar tentu masih dirasakan
siswa-siswi kelas XI, baik itu kesulitan dalam saat belajar di kelas ataupun tugas
atau PR yang sulit bagi mereka. Terkadang mereka mengeluh dengan sulitnya
pelajaran di kelas.
Perolehan data awal pada tanggal 9 Maret 2011, peneliti mendapatkan data
atau nilai siswa dari Bapak Slamet selaku tata usaha (TU) SMA Negeri 2 Sleman.
Dari data tersebut menunjukkan hasil belajar atau nilai siswa-siswi kelas XI SMA
Negeri 2 Sleman. Peneliti mengamati bahwa nilai siswa cukup bervariasi, ada
yang di atas rata-rata, ada pula yang di bawah rata-rata, tentunya tiap mata
pelajaran memiliki batas kompetensi. Ketika siswa mendapatkan nilai di atas batas
nilai yang ditentukan tentu sudah mencapai kompentensi, begitu juga sebaliknya
ketika siswa tidak mencapai batas kompetensi dianggap belum tuntas dalam
mengikuti pelajaran yang bersangkutan. Peneliti mengamati nilai siswa
-
3
kebanyakan masuk kategori rata-rata. Peneliti mengambil contoh dalam pelajaran
Bahasa Inggris batas anak dikatakan tuntas memenuhi standar adalah ketika anak
mampu mendapatkan nilai minimal 70. Pada kenyataannya nilai siswa bervariasi
ada yang bagus, ada yang masuk rata-rata. Ada pula yang tidak memasuki standar
kompetensi penilaian. Selain itu, Data rekapitulasi persemester menunjukkan
bahwa pada semester satu banyak siswa yang tidak masuk sekolah tanpa ijin
(alpa). Hal ini terjadi tidak satu atau dua kali saja bahkan ada yang enam kali atau
tujuh kali alpa (Buku Rekapitulasi nilai persemester, 2011).
Di samping nilai yang diperoleh kebanyakan rata-rata, ada hal yang
menyebabkan para siswa kurang mendapatkan nilai maksimal, antara lain sulitnya
pelajaran, tugas yang diberikan terkadang sulit dan membingungkan, kemudian
pengaruh teman. Hal ini diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sleman. Hasil wawancara menunjukkan
bahwa subjek mengalami penurunan nilai setelah naik kelas XI. Subjek mengeluh
dengan pelajaran kelas XI yang sulit, apalagi pelajaran yang berkaitan dengan
hitungan, seperti ekonomi, akuntansi. Hal itu membuat subjek tidak bersemangat
dan terkadang putus asa saat dihadapkan pada pelajaran yang sulit. Teman-teman
subjek yang kurang bersemangat dan malas juga berpengaruh pada diri subjek,
karena subjek menjadi ikut-ikutan malas dan tidak bersemangat saat belajar.
Selain itu, subjek mengatakan bahwa ketika ulangan sering meniru atau
mencontek temannya, hal ini tidak hanya dilakukan oleh subjek sendiri melainkan
teman-temannya juga seperti itu. Ketika mengerjakan tugas kelompok apalagi
tugas yang sulit ada beberapa orang yang lepas tangan dan hanya diserahkan pada
-
4
siswa yang rajin saja. Saat mengerjakan soal ataupun pekerjaan rumah yang sulit
mereka meniru pekerjaan temannya. Di samping itu, perasaan malas dan putus asa
sering dialami oleh subjek ketika belajar.
Bandura (1997) menyebutkan bahwa individu yang memiliki efikasi diri
rendah maka akan terganggu oleh perasaan ragu-ragu terhadap kemampuannya,
mengurangi usahanya dalam mencapai tujuan atau malah menyerah, sedangkan
orang yang memiliki efikasi diri tinggi maka mereka akan berusaha lebih giat
untuk meghadapi tantangan, pantang menyerah, ketika menghadapi kesulitan
maka individu semakin bersemangat dan tekun. Sedangkan hasil data yang
diperoleh menunjukkan adanya keluhan saat mengikuti pelajaran-pelajaran yang
sulit, siswa sering putus asa dan mudah mengeluh ketika dihadapkan pada
pelajaran yang sulit. Siswa juga kurang percaya pada dirinya hal ini ditunjukkan
dari data yang diperoleh bahwa ketika ulangan ataupun ujian siswa masih sering
contek-contekan. Ketika mengerjakan tugas kelompok terkadang diserahkan
kepada teman yang dianggap bisa, hal ini menunjukkan siswa merasa dirinya
kurang mampu sehingga tidak menjalankan tanggung jawabnya untuk
mengerjakan tugas. Ketika ada tugas atau pekerjaan rumah yang sulit, ada siswa
yang tidak mengerjakan ada pula yang mengerjakan di sekolah pada pagi harinya
(mencontek teman yang sudah mengerjakan). Dari hasil perolehan data awal dan
teori yang ada maka peneliti menyimbulkan bahwa terdapat indikasi kurangnya
efikasi diri akademik siswa.
Permasalahan di atas tidak bisa dibiarkan berlarut-larut terjadi. Semua itu
akan berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya bagi
-
5
peserta didik SMA Negeri 2 Sleman. Selain itu, apabila permasalahan itu
dibiarkan tentu akan membangun pola atau kebiasaan yang mungkin dapat
melekat pada diri siswa hingga memasuki tingkatan kelas di atasnya. Di samping
itu, pada zaman sekarang perlu dibentuk siswa atau remaja yang berkompeten
dalam bidang akademik tentunya untuk menghadapi persaingan di era globalisasi.
Siswa harus memiliki kepercayaan diri atau efikasi diri yang kuat serta tanggung
jawab yang tinggi untuk melakukan sesuatu. Hal ini menyangkut pencapaian
tujuan siswa ke depannya. Kepercayaan diri dan keyakinan seseorang tentang
kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan usaha untuk
mencapai tujuan (Widanarti & Indati, 2002). Menurut Peterson (Akbar, 2005)
keyakinan seseorang bahwa ia mampu melakukan sesuatu inilah yang disebut
dengan efikasi diri atau self efficacy. Bandura (Akbar, 2005) menyebutkan bahwa
efikasi diri inilah yang selanjutnya mengarahkan bagaimana seseorang dalam
merasa, berpikir, memotivasi dirinya sendiri, dan perilaku yang akan
dimunculkan.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalisasi permasalahan
tersebut dengan mengoptimalkan diri siswa-siswi itu sendiri. Stipek (Santrock,
2008) menyatakan bahwa strategi yang bisa digunakan untuk mengoptimalkan
siswa dalam meningkatkan efikasi diri adalah guru dapat membimbing murid
dalam menentukan tujuan, memberi motivasi kepada siswa atau remaja,
mengelola emosi siswa dengan cara memastikan agar siswa tidak terlalu semangat
atau tidak terlalau cemas, dan lain sebagainya. Dari berbagai strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efikasi diri siswa, salah satunya berkaitan dengan
-
6
emosi. Ketika siswa mampu mengelola emosi (aspek kecerdasan emosi) maka
kecenderungan untuk melakukan hal-hal tersebut diatas (seperti mencontek,
mengeluh, dan sebagainya) bisa dikurangi.
Bandura (1997) juga menyebutkan bahwa ada 4 faktor yang
mempengaruhi efikasi diri antara lain enactive attainment and performance
accomplishment (pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi), vicarious
experience (pengalaman orang lain), verbal persuasion (persuasi verbal), dan
Psysiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan emosional).
Pada penelitian ini mengacu pada faktor yang dikemukan oleh Bandura (1997)
akan tetapi nantinya akan mengarah pada hal-hal akademik. Faktor yang
mempengaruhi efikasi diri akademik salah satunya berkaitan dengan Psysiological
state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan emosional). Pada faktor ini
dijelaskan bahwa emosi negatif dan keadaan fisiologis yang lemah akan
cenderung dihindari, karena akan menghambat munculnya efikasi diri. Hal ini
menguatkan peneliti untuk mengambil kecerdasan emosi sebagai salah satu faktor
yang dapat meningkatkan efikasi diri akademik siswa.
Selain itu, Pellitteri (2002) mengemukakan bahwa kecerdasan emosi
merupakan proses untuk mencari sukses dalam bidang sosial, tentunya dengan
beberapa faktor diantaranya: persepsi diri, pengetahuan, dan lain-lain. Remaja
yang sukses dalam bidang kecerdasan emosi dan kematangan sosial maka akan
memiliki efikasi diri yang baik.
Kecerdasan emosi menurut Salovey dan Mayer (Stein & Book, 2000)
adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan
-
7
perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan
mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan
emosi dan intelektual.
Berkaitan dengan kecerdasan emosi, peneliti memperoleh data dari
wawancara dengan siswa kelas XI. Wawancara dilakukan pada tanggal 27
Februari 2011 dan 9 Maret 2011 pada siswa yang berbeda, data yang diperoleh
menunjukkan bahwa ketika mereka sedang sedih ataupun ada masalah pribadi
membuat mereka tidak fokus dalam mengikuti pelajaran serta susah berkosentrasi,
badan jadi lemas dan malas dalam belajar. Hal ini menunjukkan bahwa jika
seseorang tidak mampu mengelola emosinya (masuk dalam aspek kecerdasan
emosi) maka mereka cenderung kurang memotivasi diri dan cepat putus asa serta
rendahnya keyakinan diri untuk dapat memecahkan persoalan.
Pendapat yang menyatakan bahwa kedua variabel dapat dikaitkan antara
lain pendapat dari Barron dan Harackiewich (Santrock, 2008) yang menyatakan
bahwa emosi juga dapat membantu atau merintangi pemecahan problem. Pada
saat orang sangat termotivasi, pemecah masalah yang baik seringkali dapat
mengontrol emosinya dan berkosentrasi pada solusi problem. Terlalu cemas dan
takut bisa membatasi kemampuan murid dalam memecahkan masalah. Individu
yang kompeten dalam memecahkan masalah biasanya tidak takut membuat
kesalahan. Hal ini juga menunjukkan bahwa ada kaitan antara kecerdasan emosi
dengan efikasi diri, terlihat ketika pemecahan problem tentunya seseorang harus
memiliki keyakinan diri untuk mengambil keputusan, berarti yang berperan
-
8
adalah bagaimana seseorang mampu mengelola emosinya serta mengontrol
emosinya.
Selain itu, Menurut Goleman (2007), seseorang yang mampu memotivasi
dirinya sendiri, dengan menata emosi, maka hal ini bisa digunakan untuk
mencapai tujuan. Menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan
hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Di samping itu mampu
menyesuaikan diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala
bidang. Dalam konteks penelitian ini, ketika siswa mampu memotivasi dirinya
tentu akan terbentuk keyakinan untuk melakukan sesuatu. Hal ini akan membuat
seorang siswa mampu mencapai impian di masa mendatang.
Dari permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dan efikasi
diri akademik pada siswa-siswi SMA Negeri 2 Sleman.
B. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti di atas,
maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik pada siswa-siswi di SMA Negeri 2
Sleman.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah:
-
9
a. Sebagai tambahan referensi bagi Psikologi pada umumnya, dan Psikologi
Pendidikan, Psikologi Sosial, dan Psikologi Perkembangan pada
khususnya.
b. Sebagai bahan kajian para peneliti dan mahasiswa yang tertarik meneliti
terkait dengan kecerdasan emosi ataupun efikasi diri akademik.
2. Manfaat praktis penelitian ini adalah:
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi
khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya
membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali kecerdasan
emosional yang dimilikinya.
b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi wacana bagi orang tua dan guru
untuk mendidik remaja dalam hal emosi dikarenakan dapat berkaitan
dengan efikasi diri akademik.
c. Bagi remaja diharapkan mampu menjadi wacana bahwa pentingnya
mengelola emosi pada kehidupan sehari-hari, khususnya terkait dengan
bidang akademik.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian Fatmawati (http://skripsipsikologie.wordpress.com//, 10 Mei
2011) tentang Perbedaan Efikasi Diri Akademik Antara Siswa yang
Berkepribadian Ekstrovert dan Introvert di SMA Negeri I Trenggalek. Penelitian
ini dilaksanakan dengan desain deskriptif komparatif pada populasi seluruh siswa
-
10
kelas XI SMA Negeri 1 Trenggalek tahun ajaran 2009/2010. Sampel diambil
dengan teknik random sampling. Data diambil dengan menggunakan angket dan
dianalisis dengan teknik persentase dan Uji-t. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: Ada perbedaan efikasi diri akademik antara siswa yang berkepribadian
ekstrovert dan introvert di SMA Negeri 1 Trenggalek (t=8,242 dan signifikan
0,000 < 0,05 ) dan tingkat efikasi diri akademik siswa yang berkepribadian
ekstrovert lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berkepribadian introvert
(selisih mean = 57,7708). Letak perbedaan penelitian antara lain judul yang
diangkat dalam penelitian Fatmawati fokus pada perbedaan efikasi diri akademik
antara siswa yang berkepribadian introvert dan ekstrovert, sedangkan pada
penelitian ini fokus pada hubungan antara kecerdasan emosi dengan efikasi diri
akademik. Perbedaan selanjutnya berkenaan dengan populasi dan teknik
pengambilan sampel, pada penelitian Fatmawati populasi pada SMA N 1
Trenggalek, sedangkan pada penelitian ini pada SMA Negeri 2 Sleman, serta
teknik pengambilan sempel pada penelitian Fatmawati menggunakan teknik
random sampling sedangkan dalam penelitian ini sampel diambil kelas XI
berdasarkan kareakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian
ini tidak digunakan uji-t, dalam penelitian ini hanya menggunakan uji asumsi dan
uji hipotesis saja.
Penelitian Endiarsari (2005) tentang Hubungan Antara Efikasi diri
Akademik Dengan Kecemasan Melakukan Presentasi Pada Mahasiswa. Subjek
dalam penelitian ini berjumlah 100 orang, terdiri dari pada mahasiswa Fakultas
Psikologi UII, jenis kelamin laki-laki dan wanita. Metode pengumpulan data
-
11
dengan menggunakan skala. Metode analisis data dalam penelitian ini
menggunakan uji korelasi product moment dari Pearson dengan fasilitas program
SPSS versi 11,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang
sangat signifikan antara efikasi diri akademik dengan kecemasan melakukan
presentasi pada mahasiswa. Letak perbedaan dengan penelitian ini antara lain,
pada penelitian Endiarsari fokus pada hubungan efikasi diri akademik yang
dikaitkan dengan kecemasan presentasi pada mahasiswa, sedangkan pada
penelitian ini fokus pada huubungan kecerdasan emosi dengan efikasi diri
akademik. Selain itu, subjek penelitian yang digunakan juga berbeda, pada
penelitian Endiarsari subjek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa
sedangkan pada penelitian ini pada siswa sekolah.
Penelitian yang dilakukan oleh Sumantri (2009) tentang Peran
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual
Terhadap Stress Pada Remaja. Populasi penelitian adalah siswi kelas 2 SMA
Stella Duce I Yogyakarta yang berjumlah 276 siswi. Sampel penelitian ini
berjumlah 80 siswi dengan teknik quota non random sampling. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah tes SPM (standard progressive matrices),
menggunakan kuesioner dengan model skala likert yang dimodifikasi. Uji
reliabilitas dilakukan dengan teknik alpha cronbach. Data yang terkumpul
dianalisis dengan statistik deskriptif dan pengujian hipotesa dilakukan dengan
analisis regeresi linear berganda. Hasil penelitian ditemukan bahwa kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama mempunyai peran
terhadap turunnya stress. Penelitian ini juga menemukan bahwa kecerdasan
-
12
emosional mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap stress, sedangkan
kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual dipersepsi tidak mempunyai peran
yang signifikan terhadap stress. Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian
Sumantri antara lain, fokus penelitian Sumantri adalah tetang peranan berbagai
kecerdasan yang salah satunya kecerdasan emosi terhadap stress pada remaja,
sedangkan pada penelitian ini fokus pada hubungan kecerdasan emosi dengan
efikasi diri akademik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan juga berbeda.
Hasil penelitian Sumantri menyebutkan bahwa kecerdasan emosi merupakan
faktor yang berpengaruh untuk mengendalikan stress pada remaja. Dalam
penelitian ini kecerdasan emosi juga berperan sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh pada efikasi diri akademik.
-
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Efikasi Diri Akademik
1. Pengertian Efikasi Diri Akademik
Albert Bandura adalah tokoh yang menemukan serta megembangkan teori
self efficacy. Menurut Bandura (Partino, 1999), self efficacy dibatasi sebagai
keyakinan tentang kesanggupan diri untuk melakukan pekerjaan dengan berhasil.
Bandura (Santrock, 2008) percaya bahwa self efficacy adalah keyakinan bahwa
seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil positif.
Menurut Stipek dan Maddux (Santrock, 2008), self efficacy adalah
keyakinan bahwa aku bisa, ketidakberdayaan adalah keyakinan bahwa aku
tidak bisa. Murid dengan self efficacy tinggi setuju dengan pernyataan seperti
saya tahu bahwa saya akan mampu menguasai materi ini dan saya akan bisa
mengerjakan tugas ini.
Efikasi diri dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa dirinya
mampu untuk melakukan tugas yang diberikan dan menandakan level kemampuan
dirinya (Baron & Byrne, 2004).
Brehm dan Kassin (Akbar, 2005) mengemukakan bahwa self efficacy
adalah penghargaan positif individu bahwa apa yang ingin dikerjakannya dapat
terselesaikan dengan baik. Harapan positif ini menentukan pilihan seseorang
tentang aktivitas dan mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang ketika
13
-
14
dihadapkan pada suatu hambatan. Individu memilih melakukan suatu tugas
tertentu karena yakin bahwa ia mampu untuk melakukan tugas tersebut.
Baron & Byrne (2004) menyebutkan bahwa performa fisik (Courneya &
Mc Auley, 1993; Gould & Weiss, 1981; Ng dkk.,1999), tugas akademis (Sanna &
Pusecker, 1994), performa dalam pekerjaan (Huang, 1998), dan kemampuan
untuk mengatasi kecemasan dan depresi (Cheung & Sun, 2000), dapat
ditingkatkan melalui perasaan yang kuat akan self efficacy. Menurut Bandura
(Baron & Byrne, 2004), pada umumnya orang akan bertindak untuk mencapai
tujuan, jika ia merasa akan mendapatkan hasil dari tindakannya tersebut. Jika
tidak yakin bahwa tindakannya akan berhasil, maka ia merasa imbalan untuk
tindakannya cenderung tidak ada atau relatif hanya sedikit.
Aspinwall dan Richter (Baron & Byrne, 2004) menyebutkan bahwa orang
dengan kepercayaan diri yang tinggi juga cenderung lebih cepat berhenti
mengerjakan tugas nyata-nyata tidak dapat diselesaikan di banding mereka yang
memiliki kepercayaan diri yang rendah, sebaliknya mereka lebih suka
mengalokasikan waktu dan usahanya untuk tugas yang mereka tahu dapat
diselesaikan.
Menurut Monks, dkk (Widanarti & Indati, 2002), pada masa remaja self
efficacy sudah muncul pada usia 11 tahun. Menurut Pieget, mulai usia 11 tahun
anak memasuki tahap operasional formal. Pada tahap ini remaja secara kognitif
mampu untuk melakukan analisis terhadap pemecahan masalah dan mampu
menemukan kemungkinan pemecahan masalah dalam berbagai situasi.
-
15
Menurut Fatmawati (2009), siswa dengan efikasi diri yang tinggi akan
merasa tertantang, tekun ketika menghadapi suatu tugas yang sulit, tidak mudah
putus asa, dan menganggap kegagalan sebagai motivasi mereka untuk dapat
bekerja lebih baik lagi. Sumber terbentuknya efikasi diri seseorang didapat dari
pengalaman keberhasilan, pengalaman vikarius yang didapat dari model sosial,
persuasi sosial, dan keadaan emosional.
Schunk (Santrock, 2008) mengaplikasikan konsep self efficacy ini pada
banyak aspek dari prestasi murid. Konsep ini mempengaruhi pilihan aktivitas
murid. Murid dengan efikasi diri akademik rendah mungkin menghindari banyak
tugas belajar, khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan murid dengan level
efikasi akademik tinggi mau mengerjakan tugas sulit dan menantang. Murid
dengan level efikasi diri akademik tinggi lebih mungkin untuk tekun berusaha
menguasai tugas pembelajaran dibanding murid yang berlevel rendah.
Bandura (Santrock, 2008) juga membahas karakteristik dari sekolah atau
kelas yang penuh dengan atmosfer keyakinan diri. Pimpinan sekolah semacam ini
akan cenderung mencari cara untuk meningkatkan pengajaran. Mereka mencari
cara untuk mempengaruhi dan mengubah kebijakan dan regulasi yang
menghambat inovasi akademik. Kepala sekolah yang peduli pada mutu akademik
ini akan membuat guru lebih percaya diri pada kemampuan mengajar mereka.
Pengertian efikasi diri akademik mengacu pada pengertian efikasi diri,
akan tetapi fokus pada bidang akademik saja. Dari pengertian yang disebutkan
diatas maka peneliti menyimpulkan pengertian efikasi diri akademik adalah
penilaian individu tentang kemampuan dalam mengerjakan tugas akademik,
-
16
dalam mengatasi hambatan berkaitan dengan akademik, dan untuk mencapai
tujuan atau performansi akademik yang diinginkan.
2. Aspek-aspek Efikasi Diri Akademik
Bandura (1997) mengemukakan 3 aspek efikasi diri yang dapat digunakan
sebagai dasar pengukuran terhadap efikasi diri individu. Aspek-aspek efikasi diri
tersebut adalah: tingkat besaran (magnitude atau level), tingkat kekuatan
(strength), dan luas bidang perilaku (generality). Aspek-aspek efikasi diri
akademik mengacu pada aspek-aspek efikasi diri yang dikemukan oleh Bandura
(1997). Hal ini dikarenakan 3 aspek yang disebutkan oleh Bandura mampu
mengukur efikasi diri individu, dalam hal ini termasuk dalam bidang akademik.
Adapun penjelasan ketiga aspek adalah sebagai berikut:
a. Tingkat besaran (magnitude atau level)
Aspek ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas, di mana individu
merasa mampu dalam melakukan tugas dan perannya baik tugas sederhana, agak
sulit, atau sangat sulit. Pada intinya aspek ini mengacu pada tingkat kesulitan
tugas. Efikasi diri akademik pada setiap siswa berbeda-beda. Suatu tugas dirasa
mudah bagi seorang siswa belum tentu mudah bagi siswa lainnya. Jadi,
kemampuan dalam melakasanakan tugas sekolah ada yang merasa mudah,
sedang, sulit sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Aspek ini
mempunyai implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dicoba dan
dihindari sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa.
-
17
b. Tingkat kekuatan (strength)
Aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan individu
mengenai kemampuannya. Semakin kuat keyakinan individu mengenai
kemampuannya maka semakin besar kemungkinan untuk memilih tugas yang
menantang, semakin gigih dalam berusaha, semakin besar kemungkinan untuk
berhasil. Selain itu, individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan cenderung
pantang menyerah, ulet dalam meningkatkan usahanya walaupun menghadapi
banyak rintangan. Hal ini berkaitan dengan tingkat kemantapan siswa terhadap
keyakinan untuk sukses dalam mengerjakan tugas sekolah dengan baik dan
harapan untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Harapan yang lemah akan
mudah digoyahkan dan harapan yang kuat akan mendorong siswa untuk tetap
bertahan dan bersemangat dalam mengerjakan tugas sekolah. Kemantapan
pengharapan untuk mendapatkan nilai yang baik akan menentukan ketahanan dan
kesulitan siswa dalam usahanya. Aspek ini berkaitan langsung dengan aspek
level atau magnitude. Semakin berat tugas sekolah maka semakin lemah
keyakinan siswa untuk menyelesaikan tugas sekolah tersebut.
c. Luas bidang perilaku (generality)
Aspek ini berkaitan dengan luas bidang tugas yang dihadapi individu.
Penguasaan individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan yang satu dengan
yang lain. Ada yang hanya menguasai satu bidang saja tetapi mungkin ada
individu yang penguasaannya meliputi beberapa bidang. Dalam hal ini siswa ada
yang mampu menguasai satu bidang pelajaran saja, tetapi ada juga siswa yang
menguasai semua bidang pelajaran yang diajarkan. Di samping itu juga, siswa
-
18
dalam mengerjakan tugas sekolah dipengaruhi oleh jenis tugas yang akan
dilakukan dan seberapa keras usahanya untuk menyelesaikan tugas tersebut atau
luas bidang tingkah laku yang dimiliki siswa. Semua itu dipengaruhi oleh tingkat
kesamaan tugas, kemampuan behavioral, affective, kondisi situasional,
karakteristik orang kepada siapa perilaku tersebut diarahkan.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri Akademik
Efikasi diri bukan merupakan faktor bawaan dan keturunan. Grinda
(Tifani, 2008) menyatakan bahwa persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri
dibentuk selama hidupnya, melalui hadiah dan hukuman dari orang-orang yang
ada disekitarnya dalam hal ini biasanya orang-orang dewasa.
Keyakinan akan efikasi diri yang diperoleh individu melalui pengalaman
tersebut mempunyai pengaruh yang besar dalam memilih tindakan yang akan
diambil individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi, bila mengalami kegagalan
justru akan berusaha lebih giat untuk mencapainya. Sebaliknya mereka yang
memiliki efikasi diri yang rendah bila mengalami kegagalan akan cenderung
menurunkan usahanya.
Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri dapat diperoleh, dipelajari
dan dikembangkan dari empat sumber informasi. Di mana pada dasarnya keempat
hal tersebut adalah stimulasi atau kejadian yang dapat memberikan inspirasi atau
pembangkit positif (positive arousal) untuk berusaha menyelesaikan tugas atau
masalah yang dihadapi. Hal ini mengacu pada kosep pemahaman bahwa
pembangkitan positif dapat meningkatkan perasaan atas efikasi diri.
-
19
Adapun sumber-sumber efikasi diri tersebut:
a. Enactive attainment and performance accomplishment (pengalaman
keberhasilan dan pencapaian prestasi), yaitu sumber ekspektasi efikasi diri
yang penting, karena berdasar pada pengalaman individu secara langsung.
Individu yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan
keyakinan dan penilaian terhadap efikasi dirinya. Pengalaman keberhasilan
individu ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi
kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan.
b. Vicarious experience (pengalaman orang lain), yaitu mengamati perilaku dan
pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu. Melalui model ini
efikasi diri individu dapat meningkat, terutama jika ia merasa memiliki
kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang
menjadi subyek belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan merasa mampu
melakukan hal yang sama. Meningkatnya efikasi diri individu ini dapat
meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan efikasi diri
ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut mempunyai
banyak kesamaan karakteristik antara individu dengan model, kesamaan
tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman
yang dicapai oleh model.
c. Verbal persuasion (persuasi verbal), yaitu individu mendapat bujukan atau
sugesti untuk percaya bahwa dirinya dapat mengatasi masalah-masalah yang
akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu untuk
berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan tetapi
-
20
efikasi diri yang tumbuh dengan metode ini biasanya tidak bertahan lama,
apalagi kemudian individu mengalami peristiwa traumatis yang tidak
menyenangkan.
d. Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan emosional).
Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi efikasi diri.
Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis
yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan
terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan
mengancam akan cenderung dihindari.
Empat hal tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembangnya
efikasi diri satu individu. Hal ini juga berarti bahwa efikasi diri itu dapat
diupayakan untuk meningkat dengan membuat manipulasi melalui empat hal
tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri dipengaruhi oleh beberapa
hal seperti yang disebutkan diatas. Melihat konteks penelitian ini pada efikasi diri
akademik maka peneliti mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi
diri. Hal ini dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri itu sama
saja, akan tetapi pada penelitian ini fokus pada akademik saja.
Mengacu pada keefisienan dan keefektifan proses penelitian, maka tidak
semua faktor yang mempengaruhi efikasi diri tersebut di atas akan disertakan
sebagi variabel-variabel dalam penelitian ini. Berdasar relevansi dengan
permasalahan yang ada dan ketertarikan peneliti untuk mendalami tertentu, maka
faktor kecerdasan emosi akan duji dalam penelitian ini. Faktor kecerdasan emosi
-
21
diperoleh dari faktor ke empat yaitu Physiological state and emotional arousal
(keadaan fisiologis dan emosional).
B. Kecerdasan Emosi
1. Pengertian Kecerdasan Emosi
Menurut Reuven Bar-On (Stein & Book, 2004), kecerdasan emosi adalah
serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non-kognitif, yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan
tekanan lingkungan.
Peter Salovey dan Jack Mayer (Stein & Book, 2004), pencipta istilah
kecerdasan emosi, menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan
untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu
pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara
mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. EQ juga
dapat diartikan sebagai serangkaian kecakapan yang memungkinkan individu
melapangkan jalan di dunia yang rumit meliputi aspek pribadi, sosial, dan
pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan
yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.
Menurut Goleman (2007), kecerdasan emosional merujuk pada
kemampuan mengenali perasaan sendiri, dan perasaan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri
sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
-
22
Kecerdasan emosi biasanya disebut sebagai street smart (pintar) atau
kemampuan khusus yang di sebut akal sehat. Hal ini terkait dengan kemampuan
membaca lingkungan politik dan sosial, dan menatanya kembali; kemampuan
memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain,
kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh
tekanan; dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang
kehadirannya didambakan orang lain (Stein & Book, 2000).
Salovey (Goleman, 2007) menyatakan bahwa kecerdasan emosi terdiri dari
mengenali emosi diri atau kesadaran diri, mengelola emosi, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain atau empati, dan membina hubungan.
Mengenali emosi diri atau kesadaran diri merupakan kemampuan untuk
mengenali dan menyadari perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Mengelola emosi
merupakan kemampuan untuk menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap
dengan tepat. Memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan untuk menata
emosi diri sendiri yang digunakan sebagai alat pencapaian tujuan yang
dikehendaki. Mengenali emosi orang lain atau empati merupakan kemampuan
untuk mengetahui keadaan perasaan orang lain. Membina hubungan merupakan
kemampuan yang dapat memudahkan seseorang masuk dalam lingkup pergaulan.
Hal penting dalam pembinaan hubungan ini adalah kemampuan untuk memahami
emosi orang lain dan kemudian bertindak bijaksana.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan kecerdasan emosi adalah
kemampuan memahami, meraih dan mengenali perasaan, baik perasaan diri
maupun orang lain, mampu memotivasi diri sendiri dan mampu membangun
-
23
hubungan, serta mampu mengelola emosi untuk mengatasi tuntutan serta tekanan
lingkungan.
2. Aspek Kecerdasan Emosi
Reuven Bar-On (Stein & Book, 2004) menjabarkan kecerdasan emosi ke
dalam lima komponen pokok, yaitu:
a. Ranah Intrapribadi, terkait dengan kemampuan individu untuk mengenal dan
mengendalikan diri sendiri.
b. Ranah Antar Pribadi, berkaitan dengan ketrampilan bergaul yang dimiliki
individu, kemampuan individu berinteraksi dan bergaul baik dengan orang
lain.
c. Ranah penyesuaian diri, berkaitan dengan kemampuan untuk bersikap lentur
dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul.
d. Ranah pengendalian stres, terkait dengan kemampuan individu untuk
bertahan menghadapi stress dan mengendalikan impuls.
e. Ranah Suasana hati umum (general mood), berkaitan dengan pandangan
individu tentang kehidupan, kemampuan individu untuk merasakan emosi
positif atau emosi negatif.
Masing-masing komponen di atas terdiri dari beberapa kemampuan yaitu
kesadaran emosi, asertivitas, penghargaan diri, aktualisasi diri, kemandirian,
empati, tanggung jawab sosial, hubungan interpersonal, uji realita, fleksibilitas,
pemecahan masalah, toleransi stress, kontrol impuls, optimisme, dan happiness.
-
24
Dalam artikelnya di Harpers Magazine, Thorndike menyebutkan bahwa
salah satu aspek kecerdasan emosional adalah kecerdasan sosial, yaitu
kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana dalam hubungan
antar manusia (Goleman, 2007).
Goleman (2007) menambahkan kecerdasan emosi dan membaginya ke dalam
lima dimensi, yaitu:
a. Mengenali emosi diri (kesadaran diri)
Kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mampu mengenali perasaan
atau mengetahui apa yang dirasakan sewaktu perasaan itu terjadi dan
menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,
memiliki tolak ukur yang realistis atas kemamapuan diri dan kepercayaan diri
yang kuat.
b. Mengelola emosi (pengaturan diri)
Menangani emosi dengan baik sehingga berdampak positif terhadap
pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan
sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
c. Memotivasi diri sendiri
Menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun individu mencapai sasaran, membantu mengambil inisiatif dan
bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan
-
25
frustrasi. Pada intinya individu harus mampu menata emosi diri sendiri unntuk
mencapai tujuan yang dikehendaki.
d. Mengenali emosi orang lain (Empati)
Suatu kemampuan untuk mengetahui keadaan perasaan orang lain atau
untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri
dengan bermacam-macam orang.
e. Membina hubungan (keterampilan sosial)
Membina hubungan dengan orang lain yaitu suatu kemampuan yang dapat
memudahkan seseorang masuk ke dalam lingkungan pergaulan. Mampu
menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan
dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan
lancar, menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk mempengaruhi dan
memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk
bekerja sama dan bekerja dalam tim.
Berdasarkan beberapa pendapat yang mengungkapkan dimensi atau aspek
kecerdasan emosi peneliti mengacu pada aspek kecerdasan emosi yang
dikemukakan oleh Goleman (2007), yaitu mengenali emosi diri (kesadran diri),
mengelola emosi (pengaturan diri), memotivasi diri sendiri, mengenali emosi
orang lain (empati), dan membina hubungan (ketrampilan sosial). Peneliti
memilih aspek yang dikemukakan oleh Goleman (2007) dikarenakan sudah
-
26
mewakili aspek yang dikemukan oleh tokoh lain dan penjelasan aspek yang
dikemukakan oleh Bandura lebih spesifik sehingga mudah dipahami.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Sepanjang perkembangan sejarah manusia menunjukkan seorang yang
sejak kecil mempelajari keterampilan sosial dasar maupun emosional dari orang
tua dan kaum kerabat, tetangga, teman bermain, lingkungan pembelajaran di
sekolah dari dukungan sosial lainnya (Gottman & De Claire, 1998). Termasuk
faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi yaitu pengaruh keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan sosial.
Menurut Goleman (2007) ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan
emosi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, Faktor internal adalah
apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya.
Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis.
Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan
kesehatan seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses
kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman,
perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi. Kedua, Faktor ekstemal adalah
stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung. Faktor ekstemal
meliputi: 1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan
emosi tanpa distorsi dan 2) Lingkungan atau situasi khususnya yang
-
27
melatarbelakangi proses kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang
melatarbelakangi merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.
Selain itu, ada pula faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan
emosional antara lain tempramen, keluarga, teman sebaya, sekolah, seni, serta
media cetak dan elektronik (Sekaringsih, 2001).
Menurut Thomae (Nurrokhmah, 2000), menyebutkan bahwa setiap orang
adalah pribadi yang khusus. Tidak ada satu orangpun yang mempunyai ciri seratus
persen sama dengan orang lain. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
mengingat hubungannya dengan kecerdasan emosi, yaitu: (1) faktor neurologis
dan mekanisme kerja otak, (2) jenis kelamin, (3) pola asuh orang tua, (4) masa
kanak-kanak sebagai masa penting pembelajaran emosi, (5) sekolah untuk
mendidik emosi (6) budaya dan tempat tinggal dalam hubungannya dengan
kualitas stimuli, dan (7) seni.
C. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Efikasi Diri Akademik
Efikasi diri Akademik merupakan penilaian individu tentang kemampuan
dalam mengerjakan tugas akademik, dalam mengatasi hambatan berkaitan dengan
akademik, dan untuk mencapai tujuan atau performansi akademik yang
diinginkan.
Efikasi diri akademik dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk
lebih siap menghadapi persaingan di era globalisasi. Siswa menjadi percaya
dengan kemampuan yang dimilikinya, serta optimis terhadap masa depannya.
Apabila prosentase efikasi diri akademik pada siswa itu tinggi maka ketika
-
28
dihadapakan pada tugas yang sulit, dia akan berusaha mengerjakan, tidak putus
asa dan tekun. Selain itu, mereka mampu berkata pada diri sendiri kalau dirinya
mampu menyelesaikan tugas sulit, mereka selalu berfikir positif, optimis, suka
menghadapi tantangan serta mampu mengelola emosi. Ciri perilaku tersebut
merupakan cerminan dari aspek-aspek efikasi diri yang dikemukakan oleh
Bandura (1997) yaitu magnitude atau level (tingkat kesulitan tugas), strength
(tingkat keyakinan) dan generality (luas bidang perilaku), seperti misalnya pada
aspek strength cerminan perilakunya antara lain pantang menyerah, ulet, dan gigih
berusaha. Sedangkan siswa dengan efikasi diri rendah, mereka selalu berfikiran
negatif bahwa dirinya tidak mampu menyelesaikan tugas, mudah putus asa dan
tidak percaya pada kemampuan diri. Selain itu, sering mengeluh dengan pelajaran,
serta tidak dapat memotivasi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, penting bagi sekolah
untuk meningkatkan efikasi diri akademik, hal ini berguna untuk meningkatkan
kepercayaan diri siswa saat belajar serta untuk meningkatkan kualitas siswa.
Tentunya hal ini akan berdampak positif bagi kemajuan sekolah.
Faktor yang mempengaruhi efikasi diri akademik mengacu pada faktor-
faktor efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1997). Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi efikasi diri adalah enactive attainment and performance
accomplishment (pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi), vicarious
experience (pengalaman orang lain), verbal persuasion (persuasi verbal), dan
Psysiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan emosional).
Dalam penelitian ini faktor yang dapat mempengaruhi efikasi diri adalah
psysiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan emosional),
-
29
situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi efikasi diri. Gejolak
emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang
lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadinya
peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang mengancam dan menekan
cenderung dihindari. Selain itu, Bandura (Widanarti & Indati, 2002) menyebutkan
bahwa kondisi emosional dan psikologis yang tidak stabil yang dapat
menghambat perkembangan self efficacy remaja.
Pada faktor fisiologis dan emosional dalam efikasi diri terdapat unsur
kecerdasan emosi. Individu yang memiliki efikasi diri akademik tinggi akan
menunjukkan ciri akan menghindari situasi yang menekan dan mengancam berupa
emosi negatif, seperti emosi, kegelisahan dan keadaan fisiologis yang lemah
(Bandura, 1997).
Pellitteri (2002) mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merupakan
proses untuk mencari sukses dalam bidang sosial, tentunya dengan beberapa
faktor diantaranya: persepsi diri, pengetahuan, dan lain-lain. Remaja yang sukses
dalam bidang kecerdasan emosi dan kematangan sosial maka akan memiliki
efikasi diri yang baik.
Selain itu, Stipek (Santrock, 2008) juga mengemukakan beberapa strategi
yang bisa digunakan untuk meningkatkan self efficacy siswa salah satunya adalah
pastikan agar murid tidak terlalu semangat atau terlalu cemas. Jika murid terlalu
takut dan meragukan prestasi mereka maka rasa percaya diri mereka bisa hilang.
Hal ini berarti dibutuhkan ketrampilan dalam mengelola emosi. Mengelola emosi
adalah salah satu aspek dari kecerdasan emosi.
-
30
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali
emosinya sendiri ataupun emosi orang lain, kemampuan untuk mengelola emosi,
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri serta kemampuan membangun
hubungan sosial dengan orang lain.
Menurut Goleman (2007), orang yang memiliki kecerdasan emosional
tinggi atau orang yang secara emosional cakap seperti orang yang dapat
mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang
mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif, mereka
memilki keuntungan dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang
akademik. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dia akan berfikir
positif terhadap dirinya sendiri, dia mampu mengelola emosi, mampu memotivasi
dirinya sendiri. Sedangkan orang yang memiliki kecerdasan emosi rendah mereka
selalu berfikir negatif, emosi-emosi negatif muncul seperi takut, cemas, putus asa.
Tentu saja emosi negatif ini sangat mengganggu siswa dalam bidang akademik.
Di samping itu, menurut Goleman (2007) ada 5 aspek dalam kecerdasan
emosi seseorang. Pertama, mengenali emosi diri, yaitu kemampuan seseorang
untuk dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan. Berkaitan dengan efikasi diri
akademik, semisal seseorang sedang marah (emosi negatif) dia akan segera tau
apa yang harus dia lakukan (mengambil keputusan) sehingga tidak mengganggu
aktivitas belajarnya. Bandura (Santrok, 2008) percaya bahwa self efficacy
merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi
hasil positif. Selain itu, dikatakan pula seseorang yang mampu mengenali
perasaan diri itu dapat memiliki tolak ukur atas kemampuan diri dan kepercayaan
-
31
diri yang kuat. Hal ini berkaitan dengan aspek strength, strength itu berkaitan
dengan keyakinan individu mengenai kemampuannya. Dalam hal ini dapat
diartikan kemampuan atau keyakinan seseorang dalam mengambil keputusan,
baik keputusan untuk hal akademik maupun keputusan untuk menangani
emosinya.
Aspek kedua, mengelola emosi yaitu kemampuan seseorang mengelola
emosi, baik emosi positif ataupun emosi negatif. Berkaitan dengan efikasi diri
akademik Stipek (Santrok, 2008) juga menyebutkan bahwa orang yang mampu
mengelola emosi maka akan meningkatkan efikasi diri. Orang yang mampu
mengelola emosi maka dia mampu berfikir positif bahwa dirinya bisa, hal ini
berkaitan dengan aspek magnitude, strength, generality. Dikarenakan mengelola
emosi dan berfikir positif dapat berkaitan dengan keyakinan dan kemampuan
seseorang dapat mneyelesaikan suatu tugas.
Aspek ketiga, memotivasi diri sendiri yaitu kemampuan seseorang untuk
menyemangati diri sendiri dalam kondisi apapun. Ketika seseorang mampu
memotivasi diri sendiri maka dia akan berfikir bahwa dirinya itu mampu
mengerjakan tugas yang sulit, tekun dan tidak mudah putus asa ketika dihadapkan
pada rintangan yang sulit. Dalam aspek strength disebutkan bahwa seseorang
yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan cenderung pantang menyerah, ulet
dalam meningkatkan usahanya walaupun dihadapkan pada suatu rintangan. Hal
ini menunjukkan bahwa memotivasi diri sangat berkaitan dengan aspek efikasi
diri.
-
32
Aspek keempat dan kelima dari kecerdasan emosi adalah empati dan
ketarmpilan sosial (dalam membina hubungan). Kedua aspek ini berkaitan
ataupun membahas individu dengan orang lain, tidak hanya memahami dirinya
sendiri tapi juga mampu memahami orang lain. Kedua aspek ini sangat
dibutuhkan guna membangun hubungan baik dengan orang lain. Dalam aspek
generality disebutkan bahwa siswa yang memiliki efikasi diri tinggi maka dirinya
mampu menerima kritikan atau pendapat dari orang lain. Sedangkan dalam aspek
empati dan keterampilan sosial juga disebutkan bahwa seseorang yang memiliki
kecerdasan emosi maka dirinya mampu menerima sudut pandang orang lain.
Dari berbagai pendapat di atas menunjukkan bahwa ketika seseorang
memiliki emosi negatif, maka akan menjadi penghambat remaja dalam
mengembangkan self efficacy. Pernyataan ini didukung oleh pengalaman Goleman
(2007) saat mengahadapi ujian, saat itu dia dilanda perasaan takut dan putus asa
hasilnya akhirnya yang terjadi adalah waktu habis terbuang sia-sia untuk duduk
terpaku menunggu waktu berakhir, bahkan dia tidak mengerjakan apapun. Kisah
itu menunjukkan bukti bahwa kondisi emosional negatif mampu menghancurkan
kejernihan mental.
Berdasarkan beberapa teori kecerdasan emosi dan efikasi diri akademik
yang telah dijelaskan, peneliti memberikan simpulan bahwa remaja yang memiliki
faktor-faktor kecerdasan emosi yang baik, maka faktor-faktor efikasi diri
akademik tersebut akan baik dan dapat bertahan dalam persaingan dalam dunia
pendidikan pada khususnya dan bisa bertahan dengan kehidupan kedepannya.
-
33
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian kedua variabel diatas maka hipotesis yang
dikemukakan di dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan positif antara
kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik. Semakin tinggi kecerdasan emosi
siswa maka semakin tinggi pula efikasi diri akademik siswa. Demikian pula
sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi siswa maka efikasi diri akademik
siswa pun rendah juga.
-
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Variabel tergantung : Efikasi Diri Akademik
2. Variabel bebas : Kecerdasan Emosi
B. Definisi Operasional
1. Efikasi Diri Akademik
Efikasi diri Akademik adalah penilaian individu tentang kemampuan
dalam mengerjakan tugas akademik, dalam mengatasi hambatan berkaitan dengan
akademik, dan untuk mencapai tujuan atau performansi akademik yang
diinginkan. Pengukuran akan dilakukan dengan menggunakan skala efikasi diri
akademik, yang disusun berdasarkan skala Endiarsari (2005) yang dimodifikasi
oleh peneliti yang mengacu aspek efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura
(1997) yang meliputi 3 aspek yaitu, Magnitude atau level, Strength dan
Generality.
Arah efikasi diri akademik dapat dilihat dari nilai yang diperoleh individu
dari skala tersebut. Jika nilai dari skala efikasi diri akademik tinggi, maka tingkat
efikasi diri akademik subjek tinggi. Demikian sebaliknya, jika nilai skala efikasi
diri akademik rendah maka tingkat efikasi diri akademik yang dimiliki individu
tersebut rendah.
34
-
35
2. Kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi adalah kemampuan memahami, meraih dan mengenali
perasaan, baik perasaan diri maupun orang lain, mampu memotivasi diri sendiri
dan mampu membangun hubungan, serta mampu mengelola emosi untuk
mengatasi tuntutan serta tekanan lingkungan. Pengukuran akan dilakukan dengan
menggunakan skala kecerdasan emosi yang disusun peneliti berdasarkan aspek-
aspek kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman (2007) yang meliputi 5
aspek antara lain, mengenali emosi diri (kesadaran diri), mengelola emosi
(pengaturan diri), memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati), membina
hubungan (ketrampilan sosial). Arah kecerdasan emosi dapat dilihat dari nilai
yang diperoleh individu dari skala tersebut. Jika nilai dari skala kecerdasan emosi
tinggi, maka kecerdasan emosi subjek tinggi. Demikian sebaliknya, jika nilai skala
kecerdasan emosi rendah maka tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki individu
tersebut rendah.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Sleman yang
berjumlah 308 siswa. Sampel diambil sesuai dengan tujuan penelitian yaitu semua
kelas XI, laki-laki dan perempuan, dengan jumlah 102 siswa. Sampel penelitian
diambil kelas XI, dikarenakan pada perolehan data awal beberapa siswa
mengatakan bahwa mereka sering putus asa dan mengeluh ketika dihadapkan
pada pelajaran sulit, serta kurang bersemangat saat belajar. Selain itu, siswa tidak
-
36
bisa memotivasi diri dan tidak percaya pada diri sendiri, hal ini ditunjukkan
dengan perilaku siswa yang sering meniru pekerjaan teman, lepas tangan saat
mengerjakan tugas kelompok, beberapa perilaku tersebut merupakan cerminan
kurangnya atau rendahnya efikasi diri siswa dalam bidang akademik.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah
metode skala. Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala efikasi diri
akademik dan skala kecerdasan emosi, dalam penyajian alternatif jawaban kedua
skala ini disusun berdasarkan summated rating dengan menggunakan 4 kategori
jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak
Sesuai (STS), serta kedua skala tersebut terdiri atas pernyataan yang bersifat
favorable dan unfavorable (Azwar, 2009). Pilihan tengah (E) tidak digunakan
dalam penelitian ini dikarenakan peneliti mengacu pendapat Shaw & Wright
(http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id, 10 Mei 2011) mengemukakan tiga kemungkinan
responden memilih kategori tengah, yaitu : (1) mereka tidak memiliki sikap atau
pendapat, (2) mereka ingin memberikan penilaian secara seimbang, atau (3)
mereka belum memberikan sikap atau pendapat yang jelas. Dari pernyataan
tersebut peneliti memutuskan hanya menggunakan 4 kategori untuk menghindari
kecenderungan subjek memilih kategori tengah (E).
-
37
1. Skala efikasi diri akademik
Skala efikasi diri akademik yaitu berupa skala yang disusun berdasarkan
skala Endiarsari (2005) yang dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu pada
aspek efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1997). Skala ini mengukur ke
tiga aspek efikasi diri. Skala ini terdiri dari 4 penilaian dalam kategori favorabel
dengan perincian: Sangat Sesuai (SS) nilai = 4, Sesuai (S) nilai = 3, Tidak Sesuai
(TS) nilai= 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) nilai= 1. Sedangkan perincian untuk
penilaian kategori unfavorabel adalah Sangat Sesuai (SS) nilai = 1, Sesuai (S)
nilai = 2, Tidak Sesuai (TS) nilai = 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) nilai = 4.
Tabel .1 Blueprint skala Efikasi Diri Akademik sebelum Try Out
No Aspek Aitem
favorable
Aitem
unfavorable
Jumlah
1 Magnitude (tingkat kesulitan
tugas)
8 8 16
2 Strength (tingkat keyakinan
atau kemantapan
menyelesaikan tugas)
8 8 16
3 Generality (luas bidang
perilaku yang dapat dilakukan
individu)
8 8 16
Jumlah 48
-
38
Tabel .2 Indikator Efikasi Diri Akademik
No Aspek Indikator
1 Magnitude Mampu mengerjakan tugas yang sulit
Kemampuan menerima materi pelajaran
Mampu memotivasi diri sendiri saat menghadapi tugas sulit
Mampu mengelola pikiran
Tingkat sulitnya tugas yang mampu dihadapi
Memotivasi diri sendiri
Dukungan dari orang lain
2 Strength Keyakinan bahwa dirinya mampu mengerjakan tugas
dengan baik
Pantang menyerah
Berfikir positif
Mampu menilai kemampuan diri
Memotivasi diri
Percaya diri
3 Generality Tugas yang akan dilakukan
Usaha keras untuk menyelesaikan tugas
Penguasaan seseorang pada bidang tertentu
Berfikir positif terhadap diri
Mampu menerima kritikan atau pendapat orang lain
2. Skala Kecerdasan Emosi
Skala kecerdasan emosi disusun peneliti sendiri dengan mengacu pada
aspek-aspek kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman yang terdiri dari
5 aspek. Skala kecerdasan emosi ini terdiri dari 4 (empat) jenjang penilaian yang
berkisar dari 1 sampai 4 dalam kategori favorabel dengan perincian: Sangat
Sesuai (SS) nilai = 4, Sesuai (S) nilai = 3, Tidak Sesuai (TS) nilai= 2, Sangat
-
39
Tidak Sesuai (STS) nilai= 1. Sedangkan perincian untuk penilaian kategori
unfavorabel adalah Sangat Sesuai (SS) nilai = 1, Sesuai (S) nilai = 2, Tidak Sesuai
(TS) nilai = 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) nilai = 4.
Tabel .3 Blueprint skala Kecerdasan Emosi sebelum Try Out
No Aspek Aitem
favorable
Aitem
unfavorable
Jumlah
1 Mengenali emosi diri (kesadaran
diri)
5 5 10
2 Mengelola emosi (pengaturan
diri)
5 5 10
3 Memotivasi diri sendiri 5 5 10
4 Empati (mengenali emosi orang
lain)
5 5 10
5 Membina Hubungan (ketrampilan
sosial)
5 5 10
Jumlah 50
-
40
Tabel .4 Indikator Kecerdasan Emosi
No Aspek Indikator
1 Mengenali emosi diri Mampu mengenali suasana hati sendiri
Lebih mampu memahami penyebab perasaan itu
timbul
2 Mengelola emosi Mampu mengelola emosi negatif dan emosi
positif
Menemukan cara untuk menangani emosi
Perasaan yang lebih positif
3 Memotivasi diri sendiri Mampu menyemangati diri sendiri dalam
kondisi apapun
Berfikir positif terhadap diri sendiri
Percaya pada diri sendiri
Ulet dan tekun
4 Empati Dapat memahami perasaan dan masalah orang
lain
Menghargai perbedaan perasaan orang
mengenai berbagai hal
Lebih mampu menerima sudut pandang orang
lain
Lebih baik dalam mendengarkan orang lain
5 Membina hubungan Lebih baik dalam menyelesaikan pertikaian dan
merundingkan sengketa
Terampil dalam berkomunikasi
Mudah bergaul, dan bersahabat
Mampu menaruh perhatian dan bertenggang
rasa
Lebih mementingkan kepentingan kelompok
Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka
menolong.
-
41
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Pengujian Validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala psikologi
mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Pada
penelitian ini dilakukan pengujian validitas daya beda atau diskriminan. Validitas
item diperoleh dengan cara mengkorelasikan skor setiap aitem dengan skor total
setiap faktor pada masing-masing skala. Hasil dari komputasi ini dinyatakan dalam
corrected item-total correlation atau dikenal dengan indeks daya diskriminan item.
Indeks daya diskriminan item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara
individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang
diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar seleksi aitem, dalam hal ini adalah memilih
aitem-aitem yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana
dikehendaki oleh penyusunnya. Dengan kata lain, dasarnya adalah memilih item yang
valid. Koefisien validitas kurang dari 0,30 biasanya dianggap tidak memuaskan
(Azwar, 2008). Uji data menggunakan SPSS 16 for Windows.
Reliabilitas mengacu pada kosistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang
mengandung makna kecermatan pengukuran. Pada penelitian ini reliabilitas
dinyatakan oleh koefisien reliabilitas alpha () Cronbach. Reliabilitas dianggap
memuaskan apabila koefisiennya mencapai 0,900. Namun demikian, terkadang
suatu koefisien yang tidak setinggi itu pun masih dapat dianggap cukup berarti,
terutama apabila skala tersebut digunakan bersama-sama dengan skala yang lain
dalam suatu perangkat (battery) pengukuran (Azwar, 2008).
-
42
F. Metode Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Untuk itu data akan
dianalisis dengan pendekatan statistik dengan menggunakan uji asumsi, yang
meliputi uji normalitas, uji linearitas, dan uji homogenitas. Sedangkan untuk uji
hipotesis dengan teknik Pearson Product moment. Semua analisis data ini
menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for
windows.
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah skor variabel yang
diteliti mengikuti distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normal
tidaknya sebaran data, maka dilakukan perhitungan uji normalitas sebaran
dengan kai kuadrat. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal
tidaknya sebaran data ialah jika p > 0,05, maka sebarannya normal,
sebaiknya jika p 0,05, maka sebarannya dinyatakan tidak normal. Uji
normalitas sebaran dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS for
Windows Release 16.0
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui bentuk hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji linearitas dalam
pelaksanaannya menggunakan pendekatan analisis varians. Uji linearitas
juga dapat mengetahui taraf keberartian, penyimpangan dari linearitas
-
43
hubungan tersebut, apabila penyimpangan tersebut tidak berarti, maka
hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dianggap linier,
kaidah yang digunakan adalah apabila p < 0,05, maka hubungan antara
kedua variabel linier. Apabila p 0,05, maka hubungan antara kedua
variabel adalah kuadratik.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Korelasional Product Moment
Dalam penelitian ini, data dianalisis secara kuantitatif dengan teknik
statistika dengan alasan bahwa statistika dapat mewujudkan kesimpulan
(generalisasi) penelitian dengan memperhitungkan kesalahan yang terjadi.
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara
kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik maka hipotesis yang
diajukan akan diuji dengan teknik analisis data yang sesuai yaitu korelasi
product moment dari Pearson (one-tailed).
-
44
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi kancah
Pencetus berdirinya SMA Negeri 2 Sleman adalah pemerintah desa
Pandowoharjo. Munculnya hal tersebut diilhami oleh pengamatan terhadap
lingkup Kecamatan Sleman yang semuanya sudah mempunyai sarana pendidikan
sekolah negeri, tingkat lanjutan dan SD, tinggal satu-satunya desa di Kecamatan
Sleman yang belum ada.
Bersama dengan munculnya gagasan atau harapan lalu muncul putra
daerah yang saat itu bekerja di Departemen P dan K memberi wawasan kalau
daerah atau desa mempunyai ide seperti di atas, maka cobalah mengajukan
permohonan di pusat. Setelah ditempuh syarat-syarat yang harus dipenuhi dan
kesediaan desa menyediakan tempat untuk dibangun sarana pendidikan, maka
terwujudlah SMA Negeri Pandowoharjo. Dalam memproses terwujudnya ide
sekolah tersebut pemeri