skripsi sri riyanti 07710073.pdf

92
i HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA-SISWI SMA N 2 SLEMAN SKRIPSI Diajukan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Disusun Oleh: SRI RIYANTI 07710073 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011

Upload: putra-entrieza-reeno

Post on 15-Sep-2015

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI

    DIRI AKADEMIK PADA SISWA-SISWI SMA N 2 SLEMAN

    SKRIPSI

    Diajukan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora

    Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

    Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Disusun Oleh:

    SRI RIYANTI

    07710073

    PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

    FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

    YOGYAKARTA

    2011

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    MOTTO

    Hidup adalah anugrah yang terindah bagiku

    Berusaha melakukan & memberikan sesuatu yang

    terbaik

    bukan berarti menuntut untuk menjadi sempurna

    Bukan pula membuat aku lemah akan keterbatasan

    melainkan terus berusaha menggapai impian yang

    terindah dengan apa yang telah aku miliki

    karena hidup itu penuh dengan harapan, penuh dengan

    pembelajaran untuk memperbaiki dan mengembangkan

    diri

    serta untuk berbagi ke sesama

    (Sri Riyanti, 2011)

  • vi

    Halaman Persembahan

    Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas berkah,

    Rahmat, serta kemudahan yang diberikan-Nya, dengan

    segenap cinta dan sayang karya sederhana ini

    Kupersembahkan Kepada :

    Almamaterku Tercinta

    Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial & Humaniora

    Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

    Keluargaku Tercinta

    Ayah dan Ibundaku ;

    Drs. Diyono & Poniyem (almarhumah)

    Atas kasih sayang, cinta, dan doa yang tak kunjung henti

    Kakakku Ana Sri Suryani

    Keluarga Siswanti

  • vii

    PRAKATA

    Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat

    dan hidayah-Nya, perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian skripsi sebagai

    salah satu syarat menyelesaikan program sarjana strata satu (S-1), dapat

    terselesaikan dengan lancar.

    Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

    sempurna, harapan peneliti dengan bantuan para pembaca akan dapat menuju

    kearah yang lebih baik. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritikan, saran

    maupun nasehat yang membangun guna perbaikan skripsi selanjutnya.

    Peneliti dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa dalam

    menyelesaikan skripsi ini telah banyak pihak yang memberi dukungan, masukan,

    bimbingan serta bantuan. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih

    sebesar-besarnya kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. Dudung Abdurrahman, M. Hum. selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

    2. Bapak Benny Herlena, M.Si. selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas

    Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

    Yogyakarta, serta sebagai Dosen Penguji skripsi yang telah banyak

    memberikan ilmu dan masukan kepada peneliti guna memperbaiki skripsi ini.

    3. Ibu Rachmy Diana selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang senantiasa

    membantu, membimbing, memotivasi dan memberikan arahan kepada peneliti

    mulai dari pembuatan proposal sampai akhir penelitian. Terima kasih bu, atas

  • viii

    ilmu yang ibu berikan, kesabaran ibu dalam membimbing saya, serta

    waktunya.

    4. Ibu Pihasniwati selaku Dosen Pembimbing akademik yang telah membimbing,

    mengarahkan, dan memberi motivasi kepada peneliti dari awal kuliah sampai

    selesai.

    5. Ibu Miftah selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memberikan masukan dan

    saran-saran untuk menyempurnakan penelitian ini.

    6. Bapak Zidni Imawan Muslim yang telah banyak memberikan masukan dan

    saran-saran dari awal pembuatan proposal sampai selesai.

    7. Ayah dan Ibundaku yang selalu memberikan motivasi, kasih sayang, dan doa.

    Terimakasih ayah, atas dukungan, doa, serta kasih sayang, Engkau

    mengajarkanku tentang arti kehidupan. Buat ibundaku terima kasih untuk

    semuanya, kebersamaan kita dulu yang sangat indah, semoga ibu tenang disisi-

    Nya. Aku akan berusaha mewujudkan impian dan keinginan ibu aku sayang

    kalian.

    8. Mb Ana dan Maz Tri Makno makasih atas doa dan dukungan yang diberikan

    kepada peneliti.

    9. Keluarga besar SMA Negeri 2 Sleman: Bapak Dameanto selaku kepala

    sekolah, Pak Haryadi, Pak Syukur, Pak Maryono, Bu Kamti, Bu Anik, Pak

    Najib, Pak Slamet, Bu Yum, Bu Eni dan semua guru serta tata usaha yang tidak

    bisa saya sebutkan satu persatu, serta siswa-siswi kelas XI: Ara, Galuh, Citra,

    Denis, Upik, seluruh siswa-siswi kelas XI yang tidak bisa disebutkan satu

  • ix

    persatu, Terimakasih atas partisipasi dan kerjasamanya, sukses selalu buat

    kalian semua.

    10. Keluarga besar SMA Negeri 1 Ngaglik, Kepala Sekolah yang telah

    memberikan ijin penelitian, semua guru terutama untuk Pak Tri yang sangat

    membantu peneliti untuk melakukan penelitian, tata usaha, serta siswa-siswi

    yang telah meluangkan waktunya, semoga kalian sukses ya dik kedepannya.

    11. Seluruh Dosen Program Studi Psikologi yang telah banyak memberikan

    pengetahuan yang sangat berarti, serta seluruh staff Tata Usaha dan

    kemahasiswaan yang telah membantu dalam proses penelitian ini.

    12. Laboratorium Psikologi yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti

    untuk menambah pengalaman menjadi asisten praktikum PSD III.

    13. Teman-teman Amuba: Diah, Ratih, Reni, Maya Terima kasih ya teman telah

    membantuku, nemenin aku ke Perpus, nemenin aku belajar..

    14. Spesial Thanks Buat Furqon Ulil Amri, Terimakasih buat waktu, perhatian,

    kasih sayang, kesabaran selama menjalani hari bersama, aku berharap bisa

    membuat kamu senang dan bangga, Love you.

    15. Temen-temen Psikologi angkatan 2007; Ammy, Budi, Novi, Leni, Ari, Phia,

    Iffa, Ita, Nunung, Samir, Mbak Fetra, Sugiyanti, Lela, Ira, Kak Tia, Evi, Diah,

    Ipoh, Dina, Aida, Kak Sai, Ajhay, Farid, Maz Badi, Maz Dian, Maman, Fikar,

    Anaz, Awan, Yadi, Wahid, Cak Nuzul, Rio, Yudin, Muadz, Zaenal, Andi,

    Gunawan, Fadli, Yoga, Ridwan, Bagus, Rizki, Hunter, Syahid, Fared, Fathur,

    Kurniadi, Abbas, Kiki, Yuyun, Dita, Annisa, Hasna, Ella, Zahro, Dian, Liza,

  • x

    Ida, Fatimah, Nia, Uli, Dewi, Ana, Mba Widya, Mba Ifa, Hany, Zela, Maya,

    Miftah, Luthfi, Indah, Fitri, Lika You are my Best Family!!!.

    16. Teman-teman UII ku, Gita dan Tevi, terima kasih teman atas bantuannya,

    udah minjemin buku, sukses ya buat kita semua.

    17. Temen-Teman KKN ku, Maz Fasmi, Maz Agus, Anwar, Zuhri, Alwi, Fifi, Mb

    Nova, Nisa, Sofi, Edi, Arya, Arsyad, Nela juga Seluruh warga lokasi KKN ku

    Dusun Kradenan Kali Kuning, Kelurahan Baturono, terimakasih atas

    pelajaran hidup, cerita-cerita dan kenangan yang telah terukir

    Akhirnya peneliti sampaikan rasa terimakasih yang dalam kepada teman-

    teman dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah

    memberikan, dukungan, bantuan dan perhatian kepada peneliti sehingga dapat

    menyelesaikan studi ini dengan baik.

    Yogyakarta, 10 Juni 2011

    Peneliti,

    Sri Riyanti

    NIM. 07710073

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

    PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................ ii

    HALAMAN PERNYATAAN ................................................................... iii

    NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................................ iv

    HALAMAN MOTTO ............................................................................... v

    HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi

    PRAKATA ................................................................................................. vii

    DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

    DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi

    ABSTRACT ............................................................................................... xviii

    INTISARI .................................................................................................. xix

    BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

    B. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8

    C. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

    D. Keaslian Penelitian .......................................................................... 9

    BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 13

    A. Efikasi Diri Akademik .................................................................... 13

    1. Pengertian Efikasi Diri Akademik ............................................ 13

    2. Aspek-aspek Efikasi Diri Akademik ......................................... 16

    3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri Akademik ..... 18

  • xii

    B. Kecerdasan emosi ........................................................................... 21

    1. Pengertian Kecerdasan Emosi ................................................... 21

    2. Aspek Kecerdasan Emosi .......................................................... 23

    3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ........... 26

    C. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Efikasi Diri Akademik ....... 27

    D. Hipotesis .......................................................................................... 33

    BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................ 34

    A. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 34

    B. Definisi Operasional ....................................................................... 34

    1. Efikasi Diri Akademik .............................................................. 34

    2. Kecerdasan Emosi ..................................................................... 35

    C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 35

    D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 36

    1. Skala Efikasi Diri Akademik .................................................... 37

    2. Skala Kecerdasan Emosi ........................................................... 38

    E. Validitas dan Reliabilitas Instrument .............................................. 41

    F. Metode Analisis Data ...................................................................... 42

    1. Uji Asumsi ................................................................................ 42

    a. Uji Normalitas ..................................................................... 42

    b. Uji Linearitas ....................................................................... 42

    2. Uji Hipotesis ............................................................................. 43

    a. Uji Korelasional Product Moment ...................................... 43

    BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................ 44

    A. Orientasi Kancah ............................................................................. 44

    B. Persiapan Penelitian ........................................................................ 45

    1. Proses Perizinan ........................................................................ 45

    a. SMA Negeri 2 Sleman ........................................................ 45

    b. SMA Negeri 1 Ngaglik ....................................................... 46

    c. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.............................. 46

  • xiii

    d. Bapeda Sleman .................................................................... 47

    2. Pelaksanaan Try Out ................................................................. 47

    3. Hasil Try Out ............................................................................. 48

    a. Skala Efikasi Diri Akademik .............................................. 49

    b. Skala Kecerdasan Emosi ..................................................... 51

    c. Uji Reliabilitas .................................................................... 53

    C. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 54

    D. Hasil Analisis Data .......................................................................... 56

    1. Uji Normalitas ........................................................................... 56

    2. Uji Linearitas ............................................................................. 57

    3. Kategorisasi Individu Pada Masing-masing Skala .................... 57

    4. Uji Hipotesis ............................................................................. 61

    E. Pembahasan ..................................................................................... 61

    BAB V. PENUTUP ..................................................................................... 68

    A. Kesimpulan ..................................................................................... 68

    B. Saran ................................................................................................ 68

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 71

    LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 74

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Blueprint Skala Efikasi Diri Akademik Sebelum Try Out ............ 37

    Tabel 2. Indikator Efikasi Diri Akademk .................................................... 38

    Tabel 3. Blueprint Skala Kecerdasan Emosi sebelum Try Out ................... 39

    Tabel 4. Indikator Kecerdasan Emosi ......................................................... 40

    Tabel 5. Sebaran Aitem Skala Efikasi Diri Akademik ............................... 49

    Tabel 6. Distribusi Aitem Skala Efikasi Diri Akademik setelah Try Out ... 50

    Tabel 7. Distribusi Aitem Valid Skala Efikasi Diri

    Akademik dengan nomer baru ....................................................... 50

    Tabel 8. Sebaran Aitem Skala Kecerdasan Emosi ...................................... 51

    Tabel 9. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi setelah Try Out ......... 52

    Tabel 10. Distribusi Aitem Valid Skala Kecerdasan Emosi

    dengan nomer baru ........................................................................ 53

    Tabel 11. Reliabilitas Skala Efikasi Diri Akademik dan Skala Kecerdasan

    Emosi setelah Try Out ................................................................... 54

    Tabel 12. Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Sebaran Kuesioner ........ 55

    Tabel 13. Jumlah Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 55

    Tabel 14. Hail Uji Normalitas Skala Efikasi Diri Akademik dan Skala

    Kecerdasan Emosi ...................................................................... 56

    Tabe 15. Deskripsi Statistik Skor Skala Efikasi Diri Akademik dan

    Kecerdasan Emosi ...................................................................... 58

  • xv

    Tabel 16. Kategori Skor Efikasi Diri Akademik ......................................... 59

    Tabel 17. Kategori Skor Kecerdasan Emosi ............................................... 60

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    A. Try Out ............................................................................................ 74

    1. Skala Try Out ............................................................................ 75

    a. Skala Efikasi Diri Akademik .............................................. 77

    b. Skala kecerdasan emosi....................................................... 81

    2. Data Try Out .............................................................................. 85

    a. Efikasi Diri Akademik ........................................................ 85

    b. Kecerdasan Emosi ............................................................... 88

    3. Reliability .................................................................................. 91

    a. Skala Efikasi Diri Akademik .............................................. 91

    b. Skala Kecerdasan Emosi ..................................................... 94

    B. Penelitian ......................................................................................... 98

    1. Skala Penelitian ......................................................................... 99

    a. Skala Efikasi Diri Akademik .............................................. 101

    b. Skala Kecerdasan Emosi ..................................................... 103

    2. Data Penelitian .......................................................................... 107

    a. Efikasi Diri Akademik ........................................................ 107

    b. Kecerdasan Emosi .............................................................. 112

    C. Kategorisasi ..................................................................................... 117

    1. Kategorisasi Efikasi Diri Akademik ......................................... 117

    2. Kategorisasi Kecerdasan Emosi ................................................ 118

    D. Uji Asumsi ...................................................................................... 120

    1. Uji Normalitas ........................................................................... 120

    2. Uji Linearitas ............................................................................. 121

    E. Uji Hipotesis ................................................................................... 124

    1. Product Moment ........................................................................ 124

    F. Histogram ........................................................................................ 125

    1. Efikasi Diri Akademik .............................................................. 125

    2. Kecerdasan Emosi ..................................................................... 125

    3. Linearity .................................................................................... 126

  • xvii

    G. Surat Perizinan ................................................................................ 127

    1. Surat Izin Penelitian dari Fakultas ............................................ 127

    2. Surat Izin dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta ............ 128

    3. Surat Izin dari Bapeda ............................................................... 129

    H. Surat Bukti Penelitian ..................................................................... 130

    1. Bukti telah melakukan Try out .................................................. 130

    2. Bukti telah melakukan Penelitian.............................................. 131

  • xviii

    RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE AND

    ACADEMIC SELF-EFFICACY IN STUDENTS SMA N 2 SLEMAN

    Sri Riyanti

    Rachmy Diana

    ABSTRACT

    This study aims to determine the relationship between emotional

    intelligence and academic self-efficacy. The hypothesis in this research is there is

    a positive relationship between emotional intelligence and academic self-efficacy.

    The population in this research were 308 overall of high school students

    Negeri 2 Sleman. Samples 102 this research were students in grade XI SMA N 2

    Sleman. Data were correlated by scale of academic self-efficacy and scale of

    emotional intelligence. All data analysis using SPSS 16.0 for windows

    applications.

    The results showed that there was a very significant positive relationship

    with rxy = 0.701 with p = 0.000 (p

  • xix

    HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI

    AKADEMIK PADA SISWA-SISWI SMA N 2 SLEMAN

    Sri Riyanti

    Rachmy Diana

    INTISARI

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan

    emosi dan efikasi diri akademik. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada

    hubungan positif antara kecerdasan emosi dan efikasi diri akademik.

    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 sleman

    dengan jumlah 308 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI SMA

    N 2 Sleman dengan jumlah 102 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan

    dalam penelitian ini dengan menggunakan skala efikasi diri akademik dan skala

    kecerdasan emosi. Semua analisis data menggunakan aplikasi SPSS 16.0 for

    windows.

    Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan

    dengan rxy = 0.701 dengan p = 0.000 (p < 0.05) antara kecerdasan emosi dan

    efikasi diri akademik. Sumbangan efiktif kecerdasan emosi terhadap efikasi diri

    akademik siswa sebesar 49.1 %. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan

    emosi siswa maka semakin tinggi efikasi diri akademik. Sebaliknya, semakin

    rendah kecerdasan emosi siswa maka efikasi diri akademik siswa rendah pula.

    Jadi hipotesis dalam penelitian ini diterima.

    Kata kunci : siwa-siswi, kecerdasan emosi, efikasi diri akademik

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kemajuan suatu Negara sangat ditentukan oleh generasi mudanya.

    Menurut McClelland (Widanarti & Indati, 2002) di negara berkembang muncul

    gejala bahwa remaja kurang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi dan

    bertanggung jawab yang menyebabkan pembangunan di negara tersebut tidak

    maju. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Suyatno

    (http://skripsipsikologie.wordpress.com//, 19 April 2011) yang mengatakan bahwa

    Indonesia akan mengalami Lost generation.

    Kekhawatiran ini terjadi karena pelajar di Indonesia nantinya akan sulit

    untuk bersaing dengan bangsa lain dan survei yang dilakukan oleh The Trends in

    International Mathematic and Science Study-Repeat (TIMSS) tahun 2003 yang

    dikoordinir oleh The International for Evaluation of Education Achievement

    (IEA) menyebutkan Indonesia berada pada urutan ke 36 untuk penguasaaan sains

    dan ke 34 untuk matematika dari 50 peserta. Selain itu hasil survei The Third

    International Mathematic and Science Study-Repeat tahun 2000 yang meliputi

    performance, expectation and perspectiv on both math-science untuk SMA,

    Indonesia berada di posisi 6 terbawah dari 38 negara. Temuan penelitian

    Programme for International Student Asessment (PISA, 2003) menunjukkan

    dalam hal literasi membaca, matematika dan sains, siswa yang berusia 15 tahun

    sangat rendah. Temuan tersebut menunjukkan bahwa dalam literasi membaca

  • 2

    69% siswa Indonesia hanya mampu mengenali tema bacaan tetapi tidak mampu

    menentukan keterkaitan antara tema bacaan dan pengetahuan yang dimiliki. Dari

    beberapa fakta-fakta yang disebutkan mengindikasikan bahwa siswa di Indonesia

    memiliki kebutuhan yang kurang dalam berprestasi.

    Hal serupa juga ditemukan oleh peneliti, ketika peneliti melakukan

    wawancara pada tanggal 28 Februari 2011 dengan Bapak Najib selaku Guru

    Bimbingan Konseling (BK). Beliau mengatakan bahwa contek-contekan di kelas

    ketika ulangan sudah sangat biasa terjadi. Sampai saat ini anak tidak merasa jera

    untuk melakukannya. Di samping itu, siswa kelas XI belum memiliki greget

    dalam mengikuti pelajaran. Mereka cenderung masih santai dalam mengikuti

    pelajaran di sekolah. Kesulitan-kesulitan dalam belajar tentu masih dirasakan

    siswa-siswi kelas XI, baik itu kesulitan dalam saat belajar di kelas ataupun tugas

    atau PR yang sulit bagi mereka. Terkadang mereka mengeluh dengan sulitnya

    pelajaran di kelas.

    Perolehan data awal pada tanggal 9 Maret 2011, peneliti mendapatkan data

    atau nilai siswa dari Bapak Slamet selaku tata usaha (TU) SMA Negeri 2 Sleman.

    Dari data tersebut menunjukkan hasil belajar atau nilai siswa-siswi kelas XI SMA

    Negeri 2 Sleman. Peneliti mengamati bahwa nilai siswa cukup bervariasi, ada

    yang di atas rata-rata, ada pula yang di bawah rata-rata, tentunya tiap mata

    pelajaran memiliki batas kompetensi. Ketika siswa mendapatkan nilai di atas batas

    nilai yang ditentukan tentu sudah mencapai kompentensi, begitu juga sebaliknya

    ketika siswa tidak mencapai batas kompetensi dianggap belum tuntas dalam

    mengikuti pelajaran yang bersangkutan. Peneliti mengamati nilai siswa

  • 3

    kebanyakan masuk kategori rata-rata. Peneliti mengambil contoh dalam pelajaran

    Bahasa Inggris batas anak dikatakan tuntas memenuhi standar adalah ketika anak

    mampu mendapatkan nilai minimal 70. Pada kenyataannya nilai siswa bervariasi

    ada yang bagus, ada yang masuk rata-rata. Ada pula yang tidak memasuki standar

    kompetensi penilaian. Selain itu, Data rekapitulasi persemester menunjukkan

    bahwa pada semester satu banyak siswa yang tidak masuk sekolah tanpa ijin

    (alpa). Hal ini terjadi tidak satu atau dua kali saja bahkan ada yang enam kali atau

    tujuh kali alpa (Buku Rekapitulasi nilai persemester, 2011).

    Di samping nilai yang diperoleh kebanyakan rata-rata, ada hal yang

    menyebabkan para siswa kurang mendapatkan nilai maksimal, antara lain sulitnya

    pelajaran, tugas yang diberikan terkadang sulit dan membingungkan, kemudian

    pengaruh teman. Hal ini diperoleh dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti

    dengan siswa kelas XI SMA Negeri 2 Sleman. Hasil wawancara menunjukkan

    bahwa subjek mengalami penurunan nilai setelah naik kelas XI. Subjek mengeluh

    dengan pelajaran kelas XI yang sulit, apalagi pelajaran yang berkaitan dengan

    hitungan, seperti ekonomi, akuntansi. Hal itu membuat subjek tidak bersemangat

    dan terkadang putus asa saat dihadapkan pada pelajaran yang sulit. Teman-teman

    subjek yang kurang bersemangat dan malas juga berpengaruh pada diri subjek,

    karena subjek menjadi ikut-ikutan malas dan tidak bersemangat saat belajar.

    Selain itu, subjek mengatakan bahwa ketika ulangan sering meniru atau

    mencontek temannya, hal ini tidak hanya dilakukan oleh subjek sendiri melainkan

    teman-temannya juga seperti itu. Ketika mengerjakan tugas kelompok apalagi

    tugas yang sulit ada beberapa orang yang lepas tangan dan hanya diserahkan pada

  • 4

    siswa yang rajin saja. Saat mengerjakan soal ataupun pekerjaan rumah yang sulit

    mereka meniru pekerjaan temannya. Di samping itu, perasaan malas dan putus asa

    sering dialami oleh subjek ketika belajar.

    Bandura (1997) menyebutkan bahwa individu yang memiliki efikasi diri

    rendah maka akan terganggu oleh perasaan ragu-ragu terhadap kemampuannya,

    mengurangi usahanya dalam mencapai tujuan atau malah menyerah, sedangkan

    orang yang memiliki efikasi diri tinggi maka mereka akan berusaha lebih giat

    untuk meghadapi tantangan, pantang menyerah, ketika menghadapi kesulitan

    maka individu semakin bersemangat dan tekun. Sedangkan hasil data yang

    diperoleh menunjukkan adanya keluhan saat mengikuti pelajaran-pelajaran yang

    sulit, siswa sering putus asa dan mudah mengeluh ketika dihadapkan pada

    pelajaran yang sulit. Siswa juga kurang percaya pada dirinya hal ini ditunjukkan

    dari data yang diperoleh bahwa ketika ulangan ataupun ujian siswa masih sering

    contek-contekan. Ketika mengerjakan tugas kelompok terkadang diserahkan

    kepada teman yang dianggap bisa, hal ini menunjukkan siswa merasa dirinya

    kurang mampu sehingga tidak menjalankan tanggung jawabnya untuk

    mengerjakan tugas. Ketika ada tugas atau pekerjaan rumah yang sulit, ada siswa

    yang tidak mengerjakan ada pula yang mengerjakan di sekolah pada pagi harinya

    (mencontek teman yang sudah mengerjakan). Dari hasil perolehan data awal dan

    teori yang ada maka peneliti menyimbulkan bahwa terdapat indikasi kurangnya

    efikasi diri akademik siswa.

    Permasalahan di atas tidak bisa dibiarkan berlarut-larut terjadi. Semua itu

    akan berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya bagi

  • 5

    peserta didik SMA Negeri 2 Sleman. Selain itu, apabila permasalahan itu

    dibiarkan tentu akan membangun pola atau kebiasaan yang mungkin dapat

    melekat pada diri siswa hingga memasuki tingkatan kelas di atasnya. Di samping

    itu, pada zaman sekarang perlu dibentuk siswa atau remaja yang berkompeten

    dalam bidang akademik tentunya untuk menghadapi persaingan di era globalisasi.

    Siswa harus memiliki kepercayaan diri atau efikasi diri yang kuat serta tanggung

    jawab yang tinggi untuk melakukan sesuatu. Hal ini menyangkut pencapaian

    tujuan siswa ke depannya. Kepercayaan diri dan keyakinan seseorang tentang

    kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas dapat meningkatkan usaha untuk

    mencapai tujuan (Widanarti & Indati, 2002). Menurut Peterson (Akbar, 2005)

    keyakinan seseorang bahwa ia mampu melakukan sesuatu inilah yang disebut

    dengan efikasi diri atau self efficacy. Bandura (Akbar, 2005) menyebutkan bahwa

    efikasi diri inilah yang selanjutnya mengarahkan bagaimana seseorang dalam

    merasa, berpikir, memotivasi dirinya sendiri, dan perilaku yang akan

    dimunculkan.

    Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meminimalisasi permasalahan

    tersebut dengan mengoptimalkan diri siswa-siswi itu sendiri. Stipek (Santrock,

    2008) menyatakan bahwa strategi yang bisa digunakan untuk mengoptimalkan

    siswa dalam meningkatkan efikasi diri adalah guru dapat membimbing murid

    dalam menentukan tujuan, memberi motivasi kepada siswa atau remaja,

    mengelola emosi siswa dengan cara memastikan agar siswa tidak terlalu semangat

    atau tidak terlalau cemas, dan lain sebagainya. Dari berbagai strategi yang dapat

    digunakan untuk meningkatkan efikasi diri siswa, salah satunya berkaitan dengan

  • 6

    emosi. Ketika siswa mampu mengelola emosi (aspek kecerdasan emosi) maka

    kecenderungan untuk melakukan hal-hal tersebut diatas (seperti mencontek,

    mengeluh, dan sebagainya) bisa dikurangi.

    Bandura (1997) juga menyebutkan bahwa ada 4 faktor yang

    mempengaruhi efikasi diri antara lain enactive attainment and performance

    accomplishment (pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi), vicarious

    experience (pengalaman orang lain), verbal persuasion (persuasi verbal), dan

    Psysiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan emosional).

    Pada penelitian ini mengacu pada faktor yang dikemukan oleh Bandura (1997)

    akan tetapi nantinya akan mengarah pada hal-hal akademik. Faktor yang

    mempengaruhi efikasi diri akademik salah satunya berkaitan dengan Psysiological

    state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan emosional). Pada faktor ini

    dijelaskan bahwa emosi negatif dan keadaan fisiologis yang lemah akan

    cenderung dihindari, karena akan menghambat munculnya efikasi diri. Hal ini

    menguatkan peneliti untuk mengambil kecerdasan emosi sebagai salah satu faktor

    yang dapat meningkatkan efikasi diri akademik siswa.

    Selain itu, Pellitteri (2002) mengemukakan bahwa kecerdasan emosi

    merupakan proses untuk mencari sukses dalam bidang sosial, tentunya dengan

    beberapa faktor diantaranya: persepsi diri, pengetahuan, dan lain-lain. Remaja

    yang sukses dalam bidang kecerdasan emosi dan kematangan sosial maka akan

    memiliki efikasi diri yang baik.

    Kecerdasan emosi menurut Salovey dan Mayer (Stein & Book, 2000)

    adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan

  • 7

    perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan

    mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan

    emosi dan intelektual.

    Berkaitan dengan kecerdasan emosi, peneliti memperoleh data dari

    wawancara dengan siswa kelas XI. Wawancara dilakukan pada tanggal 27

    Februari 2011 dan 9 Maret 2011 pada siswa yang berbeda, data yang diperoleh

    menunjukkan bahwa ketika mereka sedang sedih ataupun ada masalah pribadi

    membuat mereka tidak fokus dalam mengikuti pelajaran serta susah berkosentrasi,

    badan jadi lemas dan malas dalam belajar. Hal ini menunjukkan bahwa jika

    seseorang tidak mampu mengelola emosinya (masuk dalam aspek kecerdasan

    emosi) maka mereka cenderung kurang memotivasi diri dan cepat putus asa serta

    rendahnya keyakinan diri untuk dapat memecahkan persoalan.

    Pendapat yang menyatakan bahwa kedua variabel dapat dikaitkan antara

    lain pendapat dari Barron dan Harackiewich (Santrock, 2008) yang menyatakan

    bahwa emosi juga dapat membantu atau merintangi pemecahan problem. Pada

    saat orang sangat termotivasi, pemecah masalah yang baik seringkali dapat

    mengontrol emosinya dan berkosentrasi pada solusi problem. Terlalu cemas dan

    takut bisa membatasi kemampuan murid dalam memecahkan masalah. Individu

    yang kompeten dalam memecahkan masalah biasanya tidak takut membuat

    kesalahan. Hal ini juga menunjukkan bahwa ada kaitan antara kecerdasan emosi

    dengan efikasi diri, terlihat ketika pemecahan problem tentunya seseorang harus

    memiliki keyakinan diri untuk mengambil keputusan, berarti yang berperan

  • 8

    adalah bagaimana seseorang mampu mengelola emosinya serta mengontrol

    emosinya.

    Selain itu, Menurut Goleman (2007), seseorang yang mampu memotivasi

    dirinya sendiri, dengan menata emosi, maka hal ini bisa digunakan untuk

    mencapai tujuan. Menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan

    hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang. Di samping itu mampu

    menyesuaikan diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala

    bidang. Dalam konteks penelitian ini, ketika siswa mampu memotivasi dirinya

    tentu akan terbentuk keyakinan untuk melakukan sesuatu. Hal ini akan membuat

    seorang siswa mampu mencapai impian di masa mendatang.

    Dari permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam

    penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dan efikasi

    diri akademik pada siswa-siswi SMA Negeri 2 Sleman.

    B. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti di atas,

    maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

    kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik pada siswa-siswi di SMA Negeri 2

    Sleman.

    C. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

    1. Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah:

  • 9

    a. Sebagai tambahan referensi bagi Psikologi pada umumnya, dan Psikologi

    Pendidikan, Psikologi Sosial, dan Psikologi Perkembangan pada

    khususnya.

    b. Sebagai bahan kajian para peneliti dan mahasiswa yang tertarik meneliti

    terkait dengan kecerdasan emosi ataupun efikasi diri akademik.

    2. Manfaat praktis penelitian ini adalah:

    a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi

    khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya

    membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali kecerdasan

    emosional yang dimilikinya.

    b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi wacana bagi orang tua dan guru

    untuk mendidik remaja dalam hal emosi dikarenakan dapat berkaitan

    dengan efikasi diri akademik.

    c. Bagi remaja diharapkan mampu menjadi wacana bahwa pentingnya

    mengelola emosi pada kehidupan sehari-hari, khususnya terkait dengan

    bidang akademik.

    D. Keaslian Penelitian

    Penelitian Fatmawati (http://skripsipsikologie.wordpress.com//, 10 Mei

    2011) tentang Perbedaan Efikasi Diri Akademik Antara Siswa yang

    Berkepribadian Ekstrovert dan Introvert di SMA Negeri I Trenggalek. Penelitian

    ini dilaksanakan dengan desain deskriptif komparatif pada populasi seluruh siswa

  • 10

    kelas XI SMA Negeri 1 Trenggalek tahun ajaran 2009/2010. Sampel diambil

    dengan teknik random sampling. Data diambil dengan menggunakan angket dan

    dianalisis dengan teknik persentase dan Uji-t. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa: Ada perbedaan efikasi diri akademik antara siswa yang berkepribadian

    ekstrovert dan introvert di SMA Negeri 1 Trenggalek (t=8,242 dan signifikan

    0,000 < 0,05 ) dan tingkat efikasi diri akademik siswa yang berkepribadian

    ekstrovert lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berkepribadian introvert

    (selisih mean = 57,7708). Letak perbedaan penelitian antara lain judul yang

    diangkat dalam penelitian Fatmawati fokus pada perbedaan efikasi diri akademik

    antara siswa yang berkepribadian introvert dan ekstrovert, sedangkan pada

    penelitian ini fokus pada hubungan antara kecerdasan emosi dengan efikasi diri

    akademik. Perbedaan selanjutnya berkenaan dengan populasi dan teknik

    pengambilan sampel, pada penelitian Fatmawati populasi pada SMA N 1

    Trenggalek, sedangkan pada penelitian ini pada SMA Negeri 2 Sleman, serta

    teknik pengambilan sempel pada penelitian Fatmawati menggunakan teknik

    random sampling sedangkan dalam penelitian ini sampel diambil kelas XI

    berdasarkan kareakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian

    ini tidak digunakan uji-t, dalam penelitian ini hanya menggunakan uji asumsi dan

    uji hipotesis saja.

    Penelitian Endiarsari (2005) tentang Hubungan Antara Efikasi diri

    Akademik Dengan Kecemasan Melakukan Presentasi Pada Mahasiswa. Subjek

    dalam penelitian ini berjumlah 100 orang, terdiri dari pada mahasiswa Fakultas

    Psikologi UII, jenis kelamin laki-laki dan wanita. Metode pengumpulan data

  • 11

    dengan menggunakan skala. Metode analisis data dalam penelitian ini

    menggunakan uji korelasi product moment dari Pearson dengan fasilitas program

    SPSS versi 11,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang

    sangat signifikan antara efikasi diri akademik dengan kecemasan melakukan

    presentasi pada mahasiswa. Letak perbedaan dengan penelitian ini antara lain,

    pada penelitian Endiarsari fokus pada hubungan efikasi diri akademik yang

    dikaitkan dengan kecemasan presentasi pada mahasiswa, sedangkan pada

    penelitian ini fokus pada huubungan kecerdasan emosi dengan efikasi diri

    akademik. Selain itu, subjek penelitian yang digunakan juga berbeda, pada

    penelitian Endiarsari subjek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa

    sedangkan pada penelitian ini pada siswa sekolah.

    Penelitian yang dilakukan oleh Sumantri (2009) tentang Peran

    Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual

    Terhadap Stress Pada Remaja. Populasi penelitian adalah siswi kelas 2 SMA

    Stella Duce I Yogyakarta yang berjumlah 276 siswi. Sampel penelitian ini

    berjumlah 80 siswi dengan teknik quota non random sampling. Instrumen

    penelitian yang digunakan adalah tes SPM (standard progressive matrices),

    menggunakan kuesioner dengan model skala likert yang dimodifikasi. Uji

    reliabilitas dilakukan dengan teknik alpha cronbach. Data yang terkumpul

    dianalisis dengan statistik deskriptif dan pengujian hipotesa dilakukan dengan

    analisis regeresi linear berganda. Hasil penelitian ditemukan bahwa kecerdasan

    emosional dan kecerdasan spiritual secara bersama-sama mempunyai peran

    terhadap turunnya stress. Penelitian ini juga menemukan bahwa kecerdasan

  • 12

    emosional mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap stress, sedangkan

    kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual dipersepsi tidak mempunyai peran

    yang signifikan terhadap stress. Letak perbedaan penelitian ini dengan penelitian

    Sumantri antara lain, fokus penelitian Sumantri adalah tetang peranan berbagai

    kecerdasan yang salah satunya kecerdasan emosi terhadap stress pada remaja,

    sedangkan pada penelitian ini fokus pada hubungan kecerdasan emosi dengan

    efikasi diri akademik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan juga berbeda.

    Hasil penelitian Sumantri menyebutkan bahwa kecerdasan emosi merupakan

    faktor yang berpengaruh untuk mengendalikan stress pada remaja. Dalam

    penelitian ini kecerdasan emosi juga berperan sebagai salah satu faktor yang

    berpengaruh pada efikasi diri akademik.

  • 13

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Efikasi Diri Akademik

    1. Pengertian Efikasi Diri Akademik

    Albert Bandura adalah tokoh yang menemukan serta megembangkan teori

    self efficacy. Menurut Bandura (Partino, 1999), self efficacy dibatasi sebagai

    keyakinan tentang kesanggupan diri untuk melakukan pekerjaan dengan berhasil.

    Bandura (Santrock, 2008) percaya bahwa self efficacy adalah keyakinan bahwa

    seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil positif.

    Menurut Stipek dan Maddux (Santrock, 2008), self efficacy adalah

    keyakinan bahwa aku bisa, ketidakberdayaan adalah keyakinan bahwa aku

    tidak bisa. Murid dengan self efficacy tinggi setuju dengan pernyataan seperti

    saya tahu bahwa saya akan mampu menguasai materi ini dan saya akan bisa

    mengerjakan tugas ini.

    Efikasi diri dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang bahwa dirinya

    mampu untuk melakukan tugas yang diberikan dan menandakan level kemampuan

    dirinya (Baron & Byrne, 2004).

    Brehm dan Kassin (Akbar, 2005) mengemukakan bahwa self efficacy

    adalah penghargaan positif individu bahwa apa yang ingin dikerjakannya dapat

    terselesaikan dengan baik. Harapan positif ini menentukan pilihan seseorang

    tentang aktivitas dan mempengaruhi usaha yang dilakukan seseorang ketika

    13

  • 14

    dihadapkan pada suatu hambatan. Individu memilih melakukan suatu tugas

    tertentu karena yakin bahwa ia mampu untuk melakukan tugas tersebut.

    Baron & Byrne (2004) menyebutkan bahwa performa fisik (Courneya &

    Mc Auley, 1993; Gould & Weiss, 1981; Ng dkk.,1999), tugas akademis (Sanna &

    Pusecker, 1994), performa dalam pekerjaan (Huang, 1998), dan kemampuan

    untuk mengatasi kecemasan dan depresi (Cheung & Sun, 2000), dapat

    ditingkatkan melalui perasaan yang kuat akan self efficacy. Menurut Bandura

    (Baron & Byrne, 2004), pada umumnya orang akan bertindak untuk mencapai

    tujuan, jika ia merasa akan mendapatkan hasil dari tindakannya tersebut. Jika

    tidak yakin bahwa tindakannya akan berhasil, maka ia merasa imbalan untuk

    tindakannya cenderung tidak ada atau relatif hanya sedikit.

    Aspinwall dan Richter (Baron & Byrne, 2004) menyebutkan bahwa orang

    dengan kepercayaan diri yang tinggi juga cenderung lebih cepat berhenti

    mengerjakan tugas nyata-nyata tidak dapat diselesaikan di banding mereka yang

    memiliki kepercayaan diri yang rendah, sebaliknya mereka lebih suka

    mengalokasikan waktu dan usahanya untuk tugas yang mereka tahu dapat

    diselesaikan.

    Menurut Monks, dkk (Widanarti & Indati, 2002), pada masa remaja self

    efficacy sudah muncul pada usia 11 tahun. Menurut Pieget, mulai usia 11 tahun

    anak memasuki tahap operasional formal. Pada tahap ini remaja secara kognitif

    mampu untuk melakukan analisis terhadap pemecahan masalah dan mampu

    menemukan kemungkinan pemecahan masalah dalam berbagai situasi.

  • 15

    Menurut Fatmawati (2009), siswa dengan efikasi diri yang tinggi akan

    merasa tertantang, tekun ketika menghadapi suatu tugas yang sulit, tidak mudah

    putus asa, dan menganggap kegagalan sebagai motivasi mereka untuk dapat

    bekerja lebih baik lagi. Sumber terbentuknya efikasi diri seseorang didapat dari

    pengalaman keberhasilan, pengalaman vikarius yang didapat dari model sosial,

    persuasi sosial, dan keadaan emosional.

    Schunk (Santrock, 2008) mengaplikasikan konsep self efficacy ini pada

    banyak aspek dari prestasi murid. Konsep ini mempengaruhi pilihan aktivitas

    murid. Murid dengan efikasi diri akademik rendah mungkin menghindari banyak

    tugas belajar, khususnya yang menantang dan sulit, sedangkan murid dengan level

    efikasi akademik tinggi mau mengerjakan tugas sulit dan menantang. Murid

    dengan level efikasi diri akademik tinggi lebih mungkin untuk tekun berusaha

    menguasai tugas pembelajaran dibanding murid yang berlevel rendah.

    Bandura (Santrock, 2008) juga membahas karakteristik dari sekolah atau

    kelas yang penuh dengan atmosfer keyakinan diri. Pimpinan sekolah semacam ini

    akan cenderung mencari cara untuk meningkatkan pengajaran. Mereka mencari

    cara untuk mempengaruhi dan mengubah kebijakan dan regulasi yang

    menghambat inovasi akademik. Kepala sekolah yang peduli pada mutu akademik

    ini akan membuat guru lebih percaya diri pada kemampuan mengajar mereka.

    Pengertian efikasi diri akademik mengacu pada pengertian efikasi diri,

    akan tetapi fokus pada bidang akademik saja. Dari pengertian yang disebutkan

    diatas maka peneliti menyimpulkan pengertian efikasi diri akademik adalah

    penilaian individu tentang kemampuan dalam mengerjakan tugas akademik,

  • 16

    dalam mengatasi hambatan berkaitan dengan akademik, dan untuk mencapai

    tujuan atau performansi akademik yang diinginkan.

    2. Aspek-aspek Efikasi Diri Akademik

    Bandura (1997) mengemukakan 3 aspek efikasi diri yang dapat digunakan

    sebagai dasar pengukuran terhadap efikasi diri individu. Aspek-aspek efikasi diri

    tersebut adalah: tingkat besaran (magnitude atau level), tingkat kekuatan

    (strength), dan luas bidang perilaku (generality). Aspek-aspek efikasi diri

    akademik mengacu pada aspek-aspek efikasi diri yang dikemukan oleh Bandura

    (1997). Hal ini dikarenakan 3 aspek yang disebutkan oleh Bandura mampu

    mengukur efikasi diri individu, dalam hal ini termasuk dalam bidang akademik.

    Adapun penjelasan ketiga aspek adalah sebagai berikut:

    a. Tingkat besaran (magnitude atau level)

    Aspek ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas, di mana individu

    merasa mampu dalam melakukan tugas dan perannya baik tugas sederhana, agak

    sulit, atau sangat sulit. Pada intinya aspek ini mengacu pada tingkat kesulitan

    tugas. Efikasi diri akademik pada setiap siswa berbeda-beda. Suatu tugas dirasa

    mudah bagi seorang siswa belum tentu mudah bagi siswa lainnya. Jadi,

    kemampuan dalam melakasanakan tugas sekolah ada yang merasa mudah,

    sedang, sulit sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Aspek ini

    mempunyai implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang akan dicoba dan

    dihindari sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa.

  • 17

    b. Tingkat kekuatan (strength)

    Aspek ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan individu

    mengenai kemampuannya. Semakin kuat keyakinan individu mengenai

    kemampuannya maka semakin besar kemungkinan untuk memilih tugas yang

    menantang, semakin gigih dalam berusaha, semakin besar kemungkinan untuk

    berhasil. Selain itu, individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan cenderung

    pantang menyerah, ulet dalam meningkatkan usahanya walaupun menghadapi

    banyak rintangan. Hal ini berkaitan dengan tingkat kemantapan siswa terhadap

    keyakinan untuk sukses dalam mengerjakan tugas sekolah dengan baik dan

    harapan untuk mendapatkan nilai yang memuaskan. Harapan yang lemah akan

    mudah digoyahkan dan harapan yang kuat akan mendorong siswa untuk tetap

    bertahan dan bersemangat dalam mengerjakan tugas sekolah. Kemantapan

    pengharapan untuk mendapatkan nilai yang baik akan menentukan ketahanan dan

    kesulitan siswa dalam usahanya. Aspek ini berkaitan langsung dengan aspek

    level atau magnitude. Semakin berat tugas sekolah maka semakin lemah

    keyakinan siswa untuk menyelesaikan tugas sekolah tersebut.

    c. Luas bidang perilaku (generality)

    Aspek ini berkaitan dengan luas bidang tugas yang dihadapi individu.

    Penguasaan individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan yang satu dengan

    yang lain. Ada yang hanya menguasai satu bidang saja tetapi mungkin ada

    individu yang penguasaannya meliputi beberapa bidang. Dalam hal ini siswa ada

    yang mampu menguasai satu bidang pelajaran saja, tetapi ada juga siswa yang

    menguasai semua bidang pelajaran yang diajarkan. Di samping itu juga, siswa

  • 18

    dalam mengerjakan tugas sekolah dipengaruhi oleh jenis tugas yang akan

    dilakukan dan seberapa keras usahanya untuk menyelesaikan tugas tersebut atau

    luas bidang tingkah laku yang dimiliki siswa. Semua itu dipengaruhi oleh tingkat

    kesamaan tugas, kemampuan behavioral, affective, kondisi situasional,

    karakteristik orang kepada siapa perilaku tersebut diarahkan.

    3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efikasi Diri Akademik

    Efikasi diri bukan merupakan faktor bawaan dan keturunan. Grinda

    (Tifani, 2008) menyatakan bahwa persepsi seseorang mengenai dirinya sendiri

    dibentuk selama hidupnya, melalui hadiah dan hukuman dari orang-orang yang

    ada disekitarnya dalam hal ini biasanya orang-orang dewasa.

    Keyakinan akan efikasi diri yang diperoleh individu melalui pengalaman

    tersebut mempunyai pengaruh yang besar dalam memilih tindakan yang akan

    diambil individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi, bila mengalami kegagalan

    justru akan berusaha lebih giat untuk mencapainya. Sebaliknya mereka yang

    memiliki efikasi diri yang rendah bila mengalami kegagalan akan cenderung

    menurunkan usahanya.

    Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri dapat diperoleh, dipelajari

    dan dikembangkan dari empat sumber informasi. Di mana pada dasarnya keempat

    hal tersebut adalah stimulasi atau kejadian yang dapat memberikan inspirasi atau

    pembangkit positif (positive arousal) untuk berusaha menyelesaikan tugas atau

    masalah yang dihadapi. Hal ini mengacu pada kosep pemahaman bahwa

    pembangkitan positif dapat meningkatkan perasaan atas efikasi diri.

  • 19

    Adapun sumber-sumber efikasi diri tersebut:

    a. Enactive attainment and performance accomplishment (pengalaman

    keberhasilan dan pencapaian prestasi), yaitu sumber ekspektasi efikasi diri

    yang penting, karena berdasar pada pengalaman individu secara langsung.

    Individu yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan

    keyakinan dan penilaian terhadap efikasi dirinya. Pengalaman keberhasilan

    individu ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi

    kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan.

    b. Vicarious experience (pengalaman orang lain), yaitu mengamati perilaku dan

    pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu. Melalui model ini

    efikasi diri individu dapat meningkat, terutama jika ia merasa memiliki

    kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang

    menjadi subyek belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan merasa mampu

    melakukan hal yang sama. Meningkatnya efikasi diri individu ini dapat

    meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan efikasi diri

    ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut mempunyai

    banyak kesamaan karakteristik antara individu dengan model, kesamaan

    tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman

    yang dicapai oleh model.

    c. Verbal persuasion (persuasi verbal), yaitu individu mendapat bujukan atau

    sugesti untuk percaya bahwa dirinya dapat mengatasi masalah-masalah yang

    akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu untuk

    berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan tetapi

  • 20

    efikasi diri yang tumbuh dengan metode ini biasanya tidak bertahan lama,

    apalagi kemudian individu mengalami peristiwa traumatis yang tidak

    menyenangkan.

    d. Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan emosional).

    Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi efikasi diri.

    Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis

    yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan

    terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan

    mengancam akan cenderung dihindari.

    Empat hal tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembangnya

    efikasi diri satu individu. Hal ini juga berarti bahwa efikasi diri itu dapat

    diupayakan untuk meningkat dengan membuat manipulasi melalui empat hal

    tersebut.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri dipengaruhi oleh beberapa

    hal seperti yang disebutkan diatas. Melihat konteks penelitian ini pada efikasi diri

    akademik maka peneliti mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi

    diri. Hal ini dikarenakan faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri itu sama

    saja, akan tetapi pada penelitian ini fokus pada akademik saja.

    Mengacu pada keefisienan dan keefektifan proses penelitian, maka tidak

    semua faktor yang mempengaruhi efikasi diri tersebut di atas akan disertakan

    sebagi variabel-variabel dalam penelitian ini. Berdasar relevansi dengan

    permasalahan yang ada dan ketertarikan peneliti untuk mendalami tertentu, maka

    faktor kecerdasan emosi akan duji dalam penelitian ini. Faktor kecerdasan emosi

  • 21

    diperoleh dari faktor ke empat yaitu Physiological state and emotional arousal

    (keadaan fisiologis dan emosional).

    B. Kecerdasan Emosi

    1. Pengertian Kecerdasan Emosi

    Menurut Reuven Bar-On (Stein & Book, 2004), kecerdasan emosi adalah

    serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non-kognitif, yang

    mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan

    tekanan lingkungan.

    Peter Salovey dan Jack Mayer (Stein & Book, 2004), pencipta istilah

    kecerdasan emosi, menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan

    untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu

    pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara

    mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual. EQ juga

    dapat diartikan sebagai serangkaian kecakapan yang memungkinkan individu

    melapangkan jalan di dunia yang rumit meliputi aspek pribadi, sosial, dan

    pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan

    yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.

    Menurut Goleman (2007), kecerdasan emosional merujuk pada

    kemampuan mengenali perasaan sendiri, dan perasaan orang lain, kemampuan

    memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri

    sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

  • 22

    Kecerdasan emosi biasanya disebut sebagai street smart (pintar) atau

    kemampuan khusus yang di sebut akal sehat. Hal ini terkait dengan kemampuan

    membaca lingkungan politik dan sosial, dan menatanya kembali; kemampuan

    memahami dengan spontan apa yang diinginkan dan dibutuhkan orang lain,

    kelebihan dan kekurangan mereka; kemampuan untuk tidak terpengaruh oleh

    tekanan; dan kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan, yang

    kehadirannya didambakan orang lain (Stein & Book, 2000).

    Salovey (Goleman, 2007) menyatakan bahwa kecerdasan emosi terdiri dari

    mengenali emosi diri atau kesadaran diri, mengelola emosi, memotivasi diri

    sendiri, mengenali emosi orang lain atau empati, dan membina hubungan.

    Mengenali emosi diri atau kesadaran diri merupakan kemampuan untuk

    mengenali dan menyadari perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Mengelola emosi

    merupakan kemampuan untuk menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap

    dengan tepat. Memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan untuk menata

    emosi diri sendiri yang digunakan sebagai alat pencapaian tujuan yang

    dikehendaki. Mengenali emosi orang lain atau empati merupakan kemampuan

    untuk mengetahui keadaan perasaan orang lain. Membina hubungan merupakan

    kemampuan yang dapat memudahkan seseorang masuk dalam lingkup pergaulan.

    Hal penting dalam pembinaan hubungan ini adalah kemampuan untuk memahami

    emosi orang lain dan kemudian bertindak bijaksana.

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan kecerdasan emosi adalah

    kemampuan memahami, meraih dan mengenali perasaan, baik perasaan diri

    maupun orang lain, mampu memotivasi diri sendiri dan mampu membangun

  • 23

    hubungan, serta mampu mengelola emosi untuk mengatasi tuntutan serta tekanan

    lingkungan.

    2. Aspek Kecerdasan Emosi

    Reuven Bar-On (Stein & Book, 2004) menjabarkan kecerdasan emosi ke

    dalam lima komponen pokok, yaitu:

    a. Ranah Intrapribadi, terkait dengan kemampuan individu untuk mengenal dan

    mengendalikan diri sendiri.

    b. Ranah Antar Pribadi, berkaitan dengan ketrampilan bergaul yang dimiliki

    individu, kemampuan individu berinteraksi dan bergaul baik dengan orang

    lain.

    c. Ranah penyesuaian diri, berkaitan dengan kemampuan untuk bersikap lentur

    dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul.

    d. Ranah pengendalian stres, terkait dengan kemampuan individu untuk

    bertahan menghadapi stress dan mengendalikan impuls.

    e. Ranah Suasana hati umum (general mood), berkaitan dengan pandangan

    individu tentang kehidupan, kemampuan individu untuk merasakan emosi

    positif atau emosi negatif.

    Masing-masing komponen di atas terdiri dari beberapa kemampuan yaitu

    kesadaran emosi, asertivitas, penghargaan diri, aktualisasi diri, kemandirian,

    empati, tanggung jawab sosial, hubungan interpersonal, uji realita, fleksibilitas,

    pemecahan masalah, toleransi stress, kontrol impuls, optimisme, dan happiness.

  • 24

    Dalam artikelnya di Harpers Magazine, Thorndike menyebutkan bahwa

    salah satu aspek kecerdasan emosional adalah kecerdasan sosial, yaitu

    kemampuan untuk memahami orang lain dan bertindak bijaksana dalam hubungan

    antar manusia (Goleman, 2007).

    Goleman (2007) menambahkan kecerdasan emosi dan membaginya ke dalam

    lima dimensi, yaitu:

    a. Mengenali emosi diri (kesadaran diri)

    Kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mampu mengenali perasaan

    atau mengetahui apa yang dirasakan sewaktu perasaan itu terjadi dan

    menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,

    memiliki tolak ukur yang realistis atas kemamapuan diri dan kepercayaan diri

    yang kuat.

    b. Mengelola emosi (pengaturan diri)

    Menangani emosi dengan baik sehingga berdampak positif terhadap

    pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan

    sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

    c. Memotivasi diri sendiri

    Menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan

    menuntun individu mencapai sasaran, membantu mengambil inisiatif dan

    bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan

  • 25

    frustrasi. Pada intinya individu harus mampu menata emosi diri sendiri unntuk

    mencapai tujuan yang dikehendaki.

    d. Mengenali emosi orang lain (Empati)

    Suatu kemampuan untuk mengetahui keadaan perasaan orang lain atau

    untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif

    mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri

    dengan bermacam-macam orang.

    e. Membina hubungan (keterampilan sosial)

    Membina hubungan dengan orang lain yaitu suatu kemampuan yang dapat

    memudahkan seseorang masuk ke dalam lingkungan pergaulan. Mampu

    menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan

    dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan

    lancar, menggunakan ketrampilan-ketrampilan ini untuk mempengaruhi dan

    memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk

    bekerja sama dan bekerja dalam tim.

    Berdasarkan beberapa pendapat yang mengungkapkan dimensi atau aspek

    kecerdasan emosi peneliti mengacu pada aspek kecerdasan emosi yang

    dikemukakan oleh Goleman (2007), yaitu mengenali emosi diri (kesadran diri),

    mengelola emosi (pengaturan diri), memotivasi diri sendiri, mengenali emosi

    orang lain (empati), dan membina hubungan (ketrampilan sosial). Peneliti

    memilih aspek yang dikemukakan oleh Goleman (2007) dikarenakan sudah

  • 26

    mewakili aspek yang dikemukan oleh tokoh lain dan penjelasan aspek yang

    dikemukakan oleh Bandura lebih spesifik sehingga mudah dipahami.

    3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

    Sepanjang perkembangan sejarah manusia menunjukkan seorang yang

    sejak kecil mempelajari keterampilan sosial dasar maupun emosional dari orang

    tua dan kaum kerabat, tetangga, teman bermain, lingkungan pembelajaran di

    sekolah dari dukungan sosial lainnya (Gottman & De Claire, 1998). Termasuk

    faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi yaitu pengaruh keluarga, lingkungan

    sekolah, dan lingkungan sosial.

    Menurut Goleman (2007) ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan

    emosi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, Faktor internal adalah

    apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya.

    Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis.

    Segi jasmani adalah faktor fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan

    kesehatan seseorang dapat terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses

    kecerdasan emosinya. Segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman,

    perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi. Kedua, Faktor ekstemal adalah

    stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung. Faktor ekstemal

    meliputi: 1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor

    yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan

    emosi tanpa distorsi dan 2) Lingkungan atau situasi khususnya yang

  • 27

    melatarbelakangi proses kecerdasan emosi. Objek lingkungan yang

    melatarbelakangi merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.

    Selain itu, ada pula faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan

    emosional antara lain tempramen, keluarga, teman sebaya, sekolah, seni, serta

    media cetak dan elektronik (Sekaringsih, 2001).

    Menurut Thomae (Nurrokhmah, 2000), menyebutkan bahwa setiap orang

    adalah pribadi yang khusus. Tidak ada satu orangpun yang mempunyai ciri seratus

    persen sama dengan orang lain. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan

    mengingat hubungannya dengan kecerdasan emosi, yaitu: (1) faktor neurologis

    dan mekanisme kerja otak, (2) jenis kelamin, (3) pola asuh orang tua, (4) masa

    kanak-kanak sebagai masa penting pembelajaran emosi, (5) sekolah untuk

    mendidik emosi (6) budaya dan tempat tinggal dalam hubungannya dengan

    kualitas stimuli, dan (7) seni.

    C. Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Efikasi Diri Akademik

    Efikasi diri Akademik merupakan penilaian individu tentang kemampuan

    dalam mengerjakan tugas akademik, dalam mengatasi hambatan berkaitan dengan

    akademik, dan untuk mencapai tujuan atau performansi akademik yang

    diinginkan.

    Efikasi diri akademik dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk

    lebih siap menghadapi persaingan di era globalisasi. Siswa menjadi percaya

    dengan kemampuan yang dimilikinya, serta optimis terhadap masa depannya.

    Apabila prosentase efikasi diri akademik pada siswa itu tinggi maka ketika

  • 28

    dihadapakan pada tugas yang sulit, dia akan berusaha mengerjakan, tidak putus

    asa dan tekun. Selain itu, mereka mampu berkata pada diri sendiri kalau dirinya

    mampu menyelesaikan tugas sulit, mereka selalu berfikir positif, optimis, suka

    menghadapi tantangan serta mampu mengelola emosi. Ciri perilaku tersebut

    merupakan cerminan dari aspek-aspek efikasi diri yang dikemukakan oleh

    Bandura (1997) yaitu magnitude atau level (tingkat kesulitan tugas), strength

    (tingkat keyakinan) dan generality (luas bidang perilaku), seperti misalnya pada

    aspek strength cerminan perilakunya antara lain pantang menyerah, ulet, dan gigih

    berusaha. Sedangkan siswa dengan efikasi diri rendah, mereka selalu berfikiran

    negatif bahwa dirinya tidak mampu menyelesaikan tugas, mudah putus asa dan

    tidak percaya pada kemampuan diri. Selain itu, sering mengeluh dengan pelajaran,

    serta tidak dapat memotivasi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, penting bagi sekolah

    untuk meningkatkan efikasi diri akademik, hal ini berguna untuk meningkatkan

    kepercayaan diri siswa saat belajar serta untuk meningkatkan kualitas siswa.

    Tentunya hal ini akan berdampak positif bagi kemajuan sekolah.

    Faktor yang mempengaruhi efikasi diri akademik mengacu pada faktor-

    faktor efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1997). Faktor-faktor yang

    dapat mempengaruhi efikasi diri adalah enactive attainment and performance

    accomplishment (pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi), vicarious

    experience (pengalaman orang lain), verbal persuasion (persuasi verbal), dan

    Psysiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan emosional).

    Dalam penelitian ini faktor yang dapat mempengaruhi efikasi diri adalah

    psysiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan emosional),

  • 29

    situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi efikasi diri. Gejolak

    emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang

    lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadinya

    peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang mengancam dan menekan

    cenderung dihindari. Selain itu, Bandura (Widanarti & Indati, 2002) menyebutkan

    bahwa kondisi emosional dan psikologis yang tidak stabil yang dapat

    menghambat perkembangan self efficacy remaja.

    Pada faktor fisiologis dan emosional dalam efikasi diri terdapat unsur

    kecerdasan emosi. Individu yang memiliki efikasi diri akademik tinggi akan

    menunjukkan ciri akan menghindari situasi yang menekan dan mengancam berupa

    emosi negatif, seperti emosi, kegelisahan dan keadaan fisiologis yang lemah

    (Bandura, 1997).

    Pellitteri (2002) mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merupakan

    proses untuk mencari sukses dalam bidang sosial, tentunya dengan beberapa

    faktor diantaranya: persepsi diri, pengetahuan, dan lain-lain. Remaja yang sukses

    dalam bidang kecerdasan emosi dan kematangan sosial maka akan memiliki

    efikasi diri yang baik.

    Selain itu, Stipek (Santrock, 2008) juga mengemukakan beberapa strategi

    yang bisa digunakan untuk meningkatkan self efficacy siswa salah satunya adalah

    pastikan agar murid tidak terlalu semangat atau terlalu cemas. Jika murid terlalu

    takut dan meragukan prestasi mereka maka rasa percaya diri mereka bisa hilang.

    Hal ini berarti dibutuhkan ketrampilan dalam mengelola emosi. Mengelola emosi

    adalah salah satu aspek dari kecerdasan emosi.

  • 30

    Kecerdasan emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali

    emosinya sendiri ataupun emosi orang lain, kemampuan untuk mengelola emosi,

    kemampuan untuk memotivasi diri sendiri serta kemampuan membangun

    hubungan sosial dengan orang lain.

    Menurut Goleman (2007), orang yang memiliki kecerdasan emosional

    tinggi atau orang yang secara emosional cakap seperti orang yang dapat

    mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang

    mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif, mereka

    memilki keuntungan dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang

    akademik. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dia akan berfikir

    positif terhadap dirinya sendiri, dia mampu mengelola emosi, mampu memotivasi

    dirinya sendiri. Sedangkan orang yang memiliki kecerdasan emosi rendah mereka

    selalu berfikir negatif, emosi-emosi negatif muncul seperi takut, cemas, putus asa.

    Tentu saja emosi negatif ini sangat mengganggu siswa dalam bidang akademik.

    Di samping itu, menurut Goleman (2007) ada 5 aspek dalam kecerdasan

    emosi seseorang. Pertama, mengenali emosi diri, yaitu kemampuan seseorang

    untuk dapat mengetahui apa yang sedang dirasakan. Berkaitan dengan efikasi diri

    akademik, semisal seseorang sedang marah (emosi negatif) dia akan segera tau

    apa yang harus dia lakukan (mengambil keputusan) sehingga tidak mengganggu

    aktivitas belajarnya. Bandura (Santrok, 2008) percaya bahwa self efficacy

    merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi

    hasil positif. Selain itu, dikatakan pula seseorang yang mampu mengenali

    perasaan diri itu dapat memiliki tolak ukur atas kemampuan diri dan kepercayaan

  • 31

    diri yang kuat. Hal ini berkaitan dengan aspek strength, strength itu berkaitan

    dengan keyakinan individu mengenai kemampuannya. Dalam hal ini dapat

    diartikan kemampuan atau keyakinan seseorang dalam mengambil keputusan,

    baik keputusan untuk hal akademik maupun keputusan untuk menangani

    emosinya.

    Aspek kedua, mengelola emosi yaitu kemampuan seseorang mengelola

    emosi, baik emosi positif ataupun emosi negatif. Berkaitan dengan efikasi diri

    akademik Stipek (Santrok, 2008) juga menyebutkan bahwa orang yang mampu

    mengelola emosi maka akan meningkatkan efikasi diri. Orang yang mampu

    mengelola emosi maka dia mampu berfikir positif bahwa dirinya bisa, hal ini

    berkaitan dengan aspek magnitude, strength, generality. Dikarenakan mengelola

    emosi dan berfikir positif dapat berkaitan dengan keyakinan dan kemampuan

    seseorang dapat mneyelesaikan suatu tugas.

    Aspek ketiga, memotivasi diri sendiri yaitu kemampuan seseorang untuk

    menyemangati diri sendiri dalam kondisi apapun. Ketika seseorang mampu

    memotivasi diri sendiri maka dia akan berfikir bahwa dirinya itu mampu

    mengerjakan tugas yang sulit, tekun dan tidak mudah putus asa ketika dihadapkan

    pada rintangan yang sulit. Dalam aspek strength disebutkan bahwa seseorang

    yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan cenderung pantang menyerah, ulet

    dalam meningkatkan usahanya walaupun dihadapkan pada suatu rintangan. Hal

    ini menunjukkan bahwa memotivasi diri sangat berkaitan dengan aspek efikasi

    diri.

  • 32

    Aspek keempat dan kelima dari kecerdasan emosi adalah empati dan

    ketarmpilan sosial (dalam membina hubungan). Kedua aspek ini berkaitan

    ataupun membahas individu dengan orang lain, tidak hanya memahami dirinya

    sendiri tapi juga mampu memahami orang lain. Kedua aspek ini sangat

    dibutuhkan guna membangun hubungan baik dengan orang lain. Dalam aspek

    generality disebutkan bahwa siswa yang memiliki efikasi diri tinggi maka dirinya

    mampu menerima kritikan atau pendapat dari orang lain. Sedangkan dalam aspek

    empati dan keterampilan sosial juga disebutkan bahwa seseorang yang memiliki

    kecerdasan emosi maka dirinya mampu menerima sudut pandang orang lain.

    Dari berbagai pendapat di atas menunjukkan bahwa ketika seseorang

    memiliki emosi negatif, maka akan menjadi penghambat remaja dalam

    mengembangkan self efficacy. Pernyataan ini didukung oleh pengalaman Goleman

    (2007) saat mengahadapi ujian, saat itu dia dilanda perasaan takut dan putus asa

    hasilnya akhirnya yang terjadi adalah waktu habis terbuang sia-sia untuk duduk

    terpaku menunggu waktu berakhir, bahkan dia tidak mengerjakan apapun. Kisah

    itu menunjukkan bukti bahwa kondisi emosional negatif mampu menghancurkan

    kejernihan mental.

    Berdasarkan beberapa teori kecerdasan emosi dan efikasi diri akademik

    yang telah dijelaskan, peneliti memberikan simpulan bahwa remaja yang memiliki

    faktor-faktor kecerdasan emosi yang baik, maka faktor-faktor efikasi diri

    akademik tersebut akan baik dan dapat bertahan dalam persaingan dalam dunia

    pendidikan pada khususnya dan bisa bertahan dengan kehidupan kedepannya.

  • 33

    D. Hipotesis

    Berdasarkan uraian kedua variabel diatas maka hipotesis yang

    dikemukakan di dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan positif antara

    kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik. Semakin tinggi kecerdasan emosi

    siswa maka semakin tinggi pula efikasi diri akademik siswa. Demikian pula

    sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi siswa maka efikasi diri akademik

    siswa pun rendah juga.

  • 34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Identifikasi Variabel Penelitian

    Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat

    diidentifikasikan sebagai berikut:

    1. Variabel tergantung : Efikasi Diri Akademik

    2. Variabel bebas : Kecerdasan Emosi

    B. Definisi Operasional

    1. Efikasi Diri Akademik

    Efikasi diri Akademik adalah penilaian individu tentang kemampuan

    dalam mengerjakan tugas akademik, dalam mengatasi hambatan berkaitan dengan

    akademik, dan untuk mencapai tujuan atau performansi akademik yang

    diinginkan. Pengukuran akan dilakukan dengan menggunakan skala efikasi diri

    akademik, yang disusun berdasarkan skala Endiarsari (2005) yang dimodifikasi

    oleh peneliti yang mengacu aspek efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura

    (1997) yang meliputi 3 aspek yaitu, Magnitude atau level, Strength dan

    Generality.

    Arah efikasi diri akademik dapat dilihat dari nilai yang diperoleh individu

    dari skala tersebut. Jika nilai dari skala efikasi diri akademik tinggi, maka tingkat

    efikasi diri akademik subjek tinggi. Demikian sebaliknya, jika nilai skala efikasi

    diri akademik rendah maka tingkat efikasi diri akademik yang dimiliki individu

    tersebut rendah.

    34

  • 35

    2. Kecerdasan emosi

    Kecerdasan emosi adalah kemampuan memahami, meraih dan mengenali

    perasaan, baik perasaan diri maupun orang lain, mampu memotivasi diri sendiri

    dan mampu membangun hubungan, serta mampu mengelola emosi untuk

    mengatasi tuntutan serta tekanan lingkungan. Pengukuran akan dilakukan dengan

    menggunakan skala kecerdasan emosi yang disusun peneliti berdasarkan aspek-

    aspek kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman (2007) yang meliputi 5

    aspek antara lain, mengenali emosi diri (kesadaran diri), mengelola emosi

    (pengaturan diri), memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati), membina

    hubungan (ketrampilan sosial). Arah kecerdasan emosi dapat dilihat dari nilai

    yang diperoleh individu dari skala tersebut. Jika nilai dari skala kecerdasan emosi

    tinggi, maka kecerdasan emosi subjek tinggi. Demikian sebaliknya, jika nilai skala

    kecerdasan emosi rendah maka tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki individu

    tersebut rendah.

    C. Populasi dan Sampel Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 2 Sleman yang

    berjumlah 308 siswa. Sampel diambil sesuai dengan tujuan penelitian yaitu semua

    kelas XI, laki-laki dan perempuan, dengan jumlah 102 siswa. Sampel penelitian

    diambil kelas XI, dikarenakan pada perolehan data awal beberapa siswa

    mengatakan bahwa mereka sering putus asa dan mengeluh ketika dihadapkan

    pada pelajaran sulit, serta kurang bersemangat saat belajar. Selain itu, siswa tidak

  • 36

    bisa memotivasi diri dan tidak percaya pada diri sendiri, hal ini ditunjukkan

    dengan perilaku siswa yang sering meniru pekerjaan teman, lepas tangan saat

    mengerjakan tugas kelompok, beberapa perilaku tersebut merupakan cerminan

    kurangnya atau rendahnya efikasi diri siswa dalam bidang akademik.

    D. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

    metode skala. Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala efikasi diri

    akademik dan skala kecerdasan emosi, dalam penyajian alternatif jawaban kedua

    skala ini disusun berdasarkan summated rating dengan menggunakan 4 kategori

    jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak

    Sesuai (STS), serta kedua skala tersebut terdiri atas pernyataan yang bersifat

    favorable dan unfavorable (Azwar, 2009). Pilihan tengah (E) tidak digunakan

    dalam penelitian ini dikarenakan peneliti mengacu pendapat Shaw & Wright

    (http://wahyupsy.blog.ugm.ac.id, 10 Mei 2011) mengemukakan tiga kemungkinan

    responden memilih kategori tengah, yaitu : (1) mereka tidak memiliki sikap atau

    pendapat, (2) mereka ingin memberikan penilaian secara seimbang, atau (3)

    mereka belum memberikan sikap atau pendapat yang jelas. Dari pernyataan

    tersebut peneliti memutuskan hanya menggunakan 4 kategori untuk menghindari

    kecenderungan subjek memilih kategori tengah (E).

  • 37

    1. Skala efikasi diri akademik

    Skala efikasi diri akademik yaitu berupa skala yang disusun berdasarkan

    skala Endiarsari (2005) yang dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu pada

    aspek efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1997). Skala ini mengukur ke

    tiga aspek efikasi diri. Skala ini terdiri dari 4 penilaian dalam kategori favorabel

    dengan perincian: Sangat Sesuai (SS) nilai = 4, Sesuai (S) nilai = 3, Tidak Sesuai

    (TS) nilai= 2, Sangat Tidak Sesuai (STS) nilai= 1. Sedangkan perincian untuk

    penilaian kategori unfavorabel adalah Sangat Sesuai (SS) nilai = 1, Sesuai (S)

    nilai = 2, Tidak Sesuai (TS) nilai = 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) nilai = 4.

    Tabel .1 Blueprint skala Efikasi Diri Akademik sebelum Try Out

    No Aspek Aitem

    favorable

    Aitem

    unfavorable

    Jumlah

    1 Magnitude (tingkat kesulitan

    tugas)

    8 8 16

    2 Strength (tingkat keyakinan

    atau kemantapan

    menyelesaikan tugas)

    8 8 16

    3 Generality (luas bidang

    perilaku yang dapat dilakukan

    individu)

    8 8 16

    Jumlah 48

  • 38

    Tabel .2 Indikator Efikasi Diri Akademik

    No Aspek Indikator

    1 Magnitude Mampu mengerjakan tugas yang sulit

    Kemampuan menerima materi pelajaran

    Mampu memotivasi diri sendiri saat menghadapi tugas sulit

    Mampu mengelola pikiran

    Tingkat sulitnya tugas yang mampu dihadapi

    Memotivasi diri sendiri

    Dukungan dari orang lain

    2 Strength Keyakinan bahwa dirinya mampu mengerjakan tugas

    dengan baik

    Pantang menyerah

    Berfikir positif

    Mampu menilai kemampuan diri

    Memotivasi diri

    Percaya diri

    3 Generality Tugas yang akan dilakukan

    Usaha keras untuk menyelesaikan tugas

    Penguasaan seseorang pada bidang tertentu

    Berfikir positif terhadap diri

    Mampu menerima kritikan atau pendapat orang lain

    2. Skala Kecerdasan Emosi

    Skala kecerdasan emosi disusun peneliti sendiri dengan mengacu pada

    aspek-aspek kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman yang terdiri dari

    5 aspek. Skala kecerdasan emosi ini terdiri dari 4 (empat) jenjang penilaian yang

    berkisar dari 1 sampai 4 dalam kategori favorabel dengan perincian: Sangat

    Sesuai (SS) nilai = 4, Sesuai (S) nilai = 3, Tidak Sesuai (TS) nilai= 2, Sangat

  • 39

    Tidak Sesuai (STS) nilai= 1. Sedangkan perincian untuk penilaian kategori

    unfavorabel adalah Sangat Sesuai (SS) nilai = 1, Sesuai (S) nilai = 2, Tidak Sesuai

    (TS) nilai = 3, Sangat Tidak Sesuai (STS) nilai = 4.

    Tabel .3 Blueprint skala Kecerdasan Emosi sebelum Try Out

    No Aspek Aitem

    favorable

    Aitem

    unfavorable

    Jumlah

    1 Mengenali emosi diri (kesadaran

    diri)

    5 5 10

    2 Mengelola emosi (pengaturan

    diri)

    5 5 10

    3 Memotivasi diri sendiri 5 5 10

    4 Empati (mengenali emosi orang

    lain)

    5 5 10

    5 Membina Hubungan (ketrampilan

    sosial)

    5 5 10

    Jumlah 50

  • 40

    Tabel .4 Indikator Kecerdasan Emosi

    No Aspek Indikator

    1 Mengenali emosi diri Mampu mengenali suasana hati sendiri

    Lebih mampu memahami penyebab perasaan itu

    timbul

    2 Mengelola emosi Mampu mengelola emosi negatif dan emosi

    positif

    Menemukan cara untuk menangani emosi

    Perasaan yang lebih positif

    3 Memotivasi diri sendiri Mampu menyemangati diri sendiri dalam

    kondisi apapun

    Berfikir positif terhadap diri sendiri

    Percaya pada diri sendiri

    Ulet dan tekun

    4 Empati Dapat memahami perasaan dan masalah orang

    lain

    Menghargai perbedaan perasaan orang

    mengenai berbagai hal

    Lebih mampu menerima sudut pandang orang

    lain

    Lebih baik dalam mendengarkan orang lain

    5 Membina hubungan Lebih baik dalam menyelesaikan pertikaian dan

    merundingkan sengketa

    Terampil dalam berkomunikasi

    Mudah bergaul, dan bersahabat

    Mampu menaruh perhatian dan bertenggang

    rasa

    Lebih mementingkan kepentingan kelompok

    Lebih suka berbagi rasa, bekerja sama, dan suka

    menolong.

  • 41

    E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

    Pengujian Validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala psikologi

    mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Pada

    penelitian ini dilakukan pengujian validitas daya beda atau diskriminan. Validitas

    item diperoleh dengan cara mengkorelasikan skor setiap aitem dengan skor total

    setiap faktor pada masing-masing skala. Hasil dari komputasi ini dinyatakan dalam

    corrected item-total correlation atau dikenal dengan indeks daya diskriminan item.

    Indeks daya diskriminan item adalah sejauh mana item mampu membedakan antara

    individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang

    diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar seleksi aitem, dalam hal ini adalah memilih

    aitem-aitem yang fungsi ukurnya sesuai dengan fungsi ukur skala sebagaimana

    dikehendaki oleh penyusunnya. Dengan kata lain, dasarnya adalah memilih item yang

    valid. Koefisien validitas kurang dari 0,30 biasanya dianggap tidak memuaskan

    (Azwar, 2008). Uji data menggunakan SPSS 16 for Windows.

    Reliabilitas mengacu pada kosistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang

    mengandung makna kecermatan pengukuran. Pada penelitian ini reliabilitas

    dinyatakan oleh koefisien reliabilitas alpha () Cronbach. Reliabilitas dianggap

    memuaskan apabila koefisiennya mencapai 0,900. Namun demikian, terkadang

    suatu koefisien yang tidak setinggi itu pun masih dapat dianggap cukup berarti,

    terutama apabila skala tersebut digunakan bersama-sama dengan skala yang lain

    dalam suatu perangkat (battery) pengukuran (Azwar, 2008).

  • 42

    F. Metode Analisis Data

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Untuk itu data akan

    dianalisis dengan pendekatan statistik dengan menggunakan uji asumsi, yang

    meliputi uji normalitas, uji linearitas, dan uji homogenitas. Sedangkan untuk uji

    hipotesis dengan teknik Pearson Product moment. Semua analisis data ini

    menggunakan aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for

    windows.

    1. Uji Asumsi

    a. Uji Normalitas

    Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah skor variabel yang

    diteliti mengikuti distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normal

    tidaknya sebaran data, maka dilakukan perhitungan uji normalitas sebaran

    dengan kai kuadrat. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal

    tidaknya sebaran data ialah jika p > 0,05, maka sebarannya normal,

    sebaiknya jika p 0,05, maka sebarannya dinyatakan tidak normal. Uji

    normalitas sebaran dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS for

    Windows Release 16.0

    b. Uji Linearitas

    Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui bentuk hubungan antara

    variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji linearitas dalam

    pelaksanaannya menggunakan pendekatan analisis varians. Uji linearitas

    juga dapat mengetahui taraf keberartian, penyimpangan dari linearitas

  • 43

    hubungan tersebut, apabila penyimpangan tersebut tidak berarti, maka

    hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dianggap linier,

    kaidah yang digunakan adalah apabila p < 0,05, maka hubungan antara

    kedua variabel linier. Apabila p 0,05, maka hubungan antara kedua

    variabel adalah kuadratik.

    2. Uji Hipotesis

    a. Uji Korelasional Product Moment

    Dalam penelitian ini, data dianalisis secara kuantitatif dengan teknik

    statistika dengan alasan bahwa statistika dapat mewujudkan kesimpulan

    (generalisasi) penelitian dengan memperhitungkan kesalahan yang terjadi.

    Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara

    kecerdasan emosi dengan efikasi diri akademik maka hipotesis yang

    diajukan akan diuji dengan teknik analisis data yang sesuai yaitu korelasi

    product moment dari Pearson (one-tailed).

  • 44

    BAB IV

    HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Orientasi kancah

    Pencetus berdirinya SMA Negeri 2 Sleman adalah pemerintah desa

    Pandowoharjo. Munculnya hal tersebut diilhami oleh pengamatan terhadap

    lingkup Kecamatan Sleman yang semuanya sudah mempunyai sarana pendidikan

    sekolah negeri, tingkat lanjutan dan SD, tinggal satu-satunya desa di Kecamatan

    Sleman yang belum ada.

    Bersama dengan munculnya gagasan atau harapan lalu muncul putra

    daerah yang saat itu bekerja di Departemen P dan K memberi wawasan kalau

    daerah atau desa mempunyai ide seperti di atas, maka cobalah mengajukan

    permohonan di pusat. Setelah ditempuh syarat-syarat yang harus dipenuhi dan

    kesediaan desa menyediakan tempat untuk dibangun sarana pendidikan, maka

    terwujudlah SMA Negeri Pandowoharjo. Dalam memproses terwujudnya ide

    sekolah tersebut pemeri