skripsi sistem pendanaan dinas sosial terhadap kelompok …etheses.uinmataram.ac.id/2595/1/lusi...
TRANSCRIPT
1
SKRIPSI
SISTEM PENDANAAN DINAS SOSIAL TERHADAP KELOMPOK
USAHA BERSAMA (KUBE) DI LOMBOK TENGAH
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Oleh:
LUSI BUDIARTI NIM.152.135.014
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVESITAS ISLAM NEGERI (UIN MATARAM)
MATARAM
2017
i
HALAMAN JUDUL
SISTEM PENDANAAN DINAS SOSIAL
TERHADAP KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI LOMBOK
TENGAH
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar serjana Ekonomi Syari’ah
Oleh
Lusi Budiarti
NIM.152.135.014
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN MATARAM)
MATARAM
2017
ii
ii
iii
v
vi
MOTTO
� و� تعاونوا على ٱلت �و ى و ٱ� ر وتعاونوا على ٱ� و وى ٢ ....... ٱ�ع �
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya(Qs. Almaidah [5] :2)1
1 Depag RI, Al-Quran dan terjemahan (Madinah :Kahdim al-haramayn asy-syarifayn fahd ibn ‘Abd
al- Aziz al- sa’ud, 1411 h H), h. 156.
vii
vii
PERSEMBAHAN
Utama dari segalanya sembah sujud serta syukurku kepada Allah
SWT. Karena karunia serta kemudahan yang engkau berikan sehingga
skripsi ini dapat diselesiakan. Sholawat dan salam selalu terlimpahakan
keharibaan Nabi Muhammad SAW.
Ku persembahakan skripsi ini untuk mereka orang yang ku cintai
yaitu kedua orang tuaku, Ibu Mu’aini dan Bapak Sahnun dan untuk
keluarga kecilku, sahabat ku dan abang yag selalu mendukung ku yang
insaallah jadi bakkal penyejuk hati, ku persembahkan sebagai tanda
bukti,hormat,dan rasa terimakasih yang yelah memberikan kasih sayang,
segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga.
viii
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga
kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.
Penulis menyadari bahwa proses menyelesaikan skripsi ini tidak akan
sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan trimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain adalah:
1. Drs. M. Fachrir Rahman.M.A, sebagai pembimbing I dan M. Baihaqi, M.Si. sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus , dan tanpa bosan di tengah kesibukan dalam suasana keagraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai;
2. Hj. Ani Wafiroh dan Syukriati, M.Hum sebagai penguji yang telah memeberikan saran dan konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini ;
3. Baiq El Badriati, M.Ei. sebagai ketua jurusan; 4. Dr. H. Ahmad Amir Aziz, M.Ag dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam; 5. Dr.H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Mataram yang telah memberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberikan bimbingan dan peringantan untuk tidak berlama-lama dikampus tanpa pernah selesai.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang
berlipat ganda dari Allah swt. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
semesta. Amin
Mataram,
Penulis,
Lusi Budiarti
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL …………………………………………………………..i
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………………..iii
NOTADINAS PEMBIMBING ………………………………………………...iv
PERNYATAANKEASLIAN SKRIPSI………………………………………..v
PENGESAHAN DEWANPENGUJI…………………………………………..vi
HALAMAN MOTTO ………………………………………………………….vii
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….viii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..x
ABSTRAK ……………………………………………………………………....xi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 5
D. Ruang Lingkup dan Seting Penelitian .................................................... 7
E. Telaah Pustaka ....................................................................................... 8
F. Kerangka Teoritik ................................................................................. 13
G. Metodologi Penelitian ........................................................................... 19
1. Pendekatan Penelitian ..................................................................... 20
2. Kehadiran Peneliti ........................................................................... 21
3. Lokasi Peneliti ................................................................................. 22
4. Sumber data dan jenis data ............................................................. 23
5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................... 25
x
6. Tehnik Analisis Data ....................................................................... 27
7. Validitas Data .................................................................................. 28
H. Sistematika Pembahasan ....................................................................... 30
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELIAN DAN MEKANISME
PELAKSANAAN KEGIATAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)
A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian .............................................. 33
1. Sejarah Berdirinya Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ................ 33
2. Rancangan Pemberdayaan Sosial KUBE ........................................ 37
3. Tujuan Umum dan Husus Pelaksanaan KUBE .............................. 38
4. Stuktur Organisasi ........................................................................... 39
5. Tugas dan Fungsi Pokok ................................................................ 39
6. Pelasanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab ..................................... 42
B. Sistem Pendanaan Dinas Sosial Terhadp Kelompok Usaha
Besama(KUBE) dalam Persepektif Ekonomi Islam ............................. 49
a. Hakikat Pendamping KUBE ........................................................... 51
b. Kegiatan dalam Pendampingan KUBE ........................................... 53
c. Membentuk Kelompok Usaha Bersama KUBE .............................. 53
1. Tahap Pelaksanaan (T0) ............................................................ 55
2. Tahap Pelaksanaan (T1-T3) ...................................................... 56
3. Monitoring, evaluasi dan Pelaporan .......................................... 58
BAB III ANALISIS SISTEM PENDANAAN DINAS SOSIAL DAN PERSEPEKTIF EKONOMI ISLAM TERHADAP KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)
A. Analisi sistem pendanaan Dinas Sosial terhadap KUBE dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat miskin ................................. 61
xi
B. Analisis tentang persepektif ekonomi Islam terhadap sistem pendanaan
Dinas Sosial terhadap KUBE di Lombok Tengah ................................ 65
BAB IV PENUTUP
A. Kesipulan .............................................................................................. 77
B. Saran ...................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
xii
SISTEM PENDANAAN DINAS SOSIAL
TERHADAP KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) DI LOMBOK
TENGAH DALAM PERSEPEKTIF EKONOMI ISLAM
Oleh : Lusi Budiarti
NIM : 152.135.014 ABSTRAK
Pendanaan ini bertujuan untuk menanggulangi kemiskinan dengan cara pemberdayaan yang dilakukan oleh instansi pemerintah yaitu kantor Dinas Sosial di Lombok Tengah melalui program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) untuk dijadikan modal usaha oleh masyarakat miskin. Untuk bisa mengikuti program pemberdayaan ini masyarakat harus memenuhi beberapa syarat atau langkah-langkah yang akan mereka lalui. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan mencari data langsung di lapangan dan tidak cukup mengumpulkan data-data yang bersifat skunder. Sumber data yang dilakukan di penelitian ini adalah primer dan skunder. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah studi lapangan dan kepustakaan. Studi lapangan dilakukan dengan cara observasi dan wawancara, sedangkan studi kepustakaan dengan merujuk pada berbagai literatur yang berkaitan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa pemberdayaan Dinas Sosial terhadap Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Lombok Tengah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat miskin telah melakukan tugasnya sesuai aturan yang berlaku. Dalam konteks Islam kerja sama disebut syirkah, bisnis secara kerja sama dinyatakan sah dan legal oleh Islam.
Kata kunci : penanggulangan kemiskinan, Dinas Sosial , Kelompok Usaha Bersama (KUBE), syirkah, penelitian kualitatif.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan penomena sosial yang bersifat umum.
Penomena ini terdapat pada berbagai masyarakat di Indonesia, baik yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, maupun minoritas penduduknya
beragama non-Islam. Menurut Parsudi, kemiskinan bukanlah sesuatu yang
terwujut sendiri, terlepas dari aspek-aspek lain-nya, tetapi terwujut sebagai
hasil intraksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia.
Aspek-aspek yang utama adalah sosial dan ekonomi.2
Agama dalam kehidupan manusia merupakan salah satu sumber nilai
yang dijunjung tinggi. Dalam kaitannya dengan kemiskinan, dikatakan bahwa
ajaran-ajaran moral yang ada dalam agama turut menyadarkan manusia akan
adanya kemiskinan. Menurut ajaran tersebut , kemiskinan adalah suatu
keadaan yang menyedihkan dan menderita bagi orang yang menjalaninya
sehingga mereka perlu dikasihani dan dibantu oleh orang yang lebih baik taraf
kehidupannya.3
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah salah satu pendekatan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan
yang dilakukan oleh Kementrian Sosial. Kegiatan pemberdayaan ini meliputi
2 Arrayyah Hamdar ,Peneropong Phenomena Kemiskinan Telaah Perspektif Al-Quran
cet. 1(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2007), h. 1. 3Ibid. h 4.
2
pemberian bantuan stimulan untuk kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP),
pendampingan dalam merintis dan mengembangkan usaha serta peningkatan
keterampilan tehnis anggota.
Keberadaan KUBE bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) di
tengah-tengah masyarakat diharapkan dapat menjadi sarana untuk
meningkatkan usaha ekonomi produktif (khususnya dalam meningkatkan
pendapatan), menyediakan sebagian kebutuhan yang dibutuhkan bagi RTSM,
menciptakan keharmonisan hubungan sosial antar warga, menyelesaikan
masalah sosial yang dirasakan Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM),
pengembangan diri dan sebagai wadah berbagi pengalaman antar anggota.
Keriteria Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) adalah merekayang terdaftar
dalam data Basis Data Terpadu (BDT) yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS), basis data terpadu ini sama dengan penerima kartu KIS (Kartu
Indo Sehat), KIP (Kartu Indonesia Pintar), KKS atau KPS.
Kehadiran KUBE merupakan media untuk meningkatkan motivasi
warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi dan sosial, meningkatkan
interaksi dan kerja sama dalam kelompok, mendayagunakan potensi dan
sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat budaya kewirausahaan,
mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan sosial ekonomi dengan
berbagai pihak yang terkait. Melalui kelompok, setiap keluarga miskin dapat
saling berbagi pengalaman, saling berkomunikasi, saling mengenal dan dapat
menyelesaikan berbagai masalah dan kebutuhan yang dirasakan. Dengan
sistem KUBE, kegiatan usaha yang sebelumnya dilakukan secara sendiri-
3
sendiri bisa dikembangkan menjadi usaha kelompok yang dimana
pendanaanya berasal dari pemerintah baik dalam bentuk uang tunai maupun
penyediaan barang untuk dijadikan modal usaha bersama untuk mencapai
kesejahtraan sosial sehingga kemiskinan dapat ditanggulangi.4
Namun, kemiskinan tetap saja merajalela sehingga banyak yang
mengatakan bahawa penyebab tidak berkembangnya program KUBE
(Kelompok Usaha Bersama) tersebut tidak lain karena orang yang menjalakan
program KUBE tersebut yaitu para petugas di Kantor Dinas Sosial yang
menangani masalah KUBE, mereka beranggapan bahwa ada ketidak adilan
terhadap mereka para fakir miskin dan anggota KUBE itu sendiri.
Negara yang dijalankan dengan prinsip Islam pada hakikatnya
memiliki tujuan yang besar, yakni untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimum untuk seluruh masyarakat, memerangi ketidak adilan oleh
pemerintah maupun antar anggota masyarakat dan menjalankan pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan. Semua tujuan itu harus dijalankan dengan
dilandasi keadilan (Siddiqi). Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, Negara
memiliki kekuasaan untuk mengelola anggaran dan belanja pemerintah.5
Dalam sebuah sistem ekonomi dan Negara yang Islami, maka Negara
harus mengelola keuangan Negara dengan prinsip syariah pula. Baik dari sisi
penerimaan maupun pengeluaran.6
4 Dede Tsabitul Misyaq, Observasi Awal di Kantor Dinas Sosial Praya Lombok Tengah,
19 april 2017 5 Nurul Huda, dkk, “Keuangan Public Islam Pendekatan Teoritis Dan Sejarah” (Jakarta :
Kencana Perenada Media Grup, 2012 ), h. 73. 6Ibid .h. 74.
4
Begitu juga Dinas Sosial Lombok Tengah yang menangani program
pemerintah khususnya KUBE untuk mengatasi kemiskinan, dengan
menyediakan barang publik sebagaiman hal ini juga sangat penting untuk
meningkatkan kesejahtraan sosial suatu Negara.
Dinas Sosial Lombok Tengah yang menangani program KUBE hanya
akan memberikan pendanaan kepada orang-orang miskin. Dalam kajian ilmu
ekonomi maka ukuran kemiskinan bisa dikelompokkan dalam dua macam
kemiskinan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan
absolute adalah kemiskinan yang diukur dengan membandingkan tingkat
pendapatan orang perorangan atau keluarga dengan tingkat pendapatan yang
dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasar minimum (KDM). Di sini
tingkat pendapatan minimum akan merupakan pembatas antara keadaan
miskin dan tidak miskin atau disebut sebagai garis kemiskinan. Sedangkan
konsep kemiskinan relatif didasari kenyataan bahwa orang yang akan sudah
mempunyai tingkat pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan dasar
minimum tidak selalu berarti “tidak miskin” sekalipun pendapatan telah
mencapai tingkat kebutuhan minimum, namun apabila pendapatan orang
tersebut masih jauh lebih rendah dari pada masyarakat di sekitarnya, maka
orang tersebut masih dalam keadaan miskin.7
7 Ibid. h. 159
5
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih
dalam tentang ”Sistem Pendanaan Dinas Sosial Terhadap Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) di Lombok Tengah dalam Perspektif Ekonomi
Islam”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian di atas, maka dapat diambil fokus
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pendanaan Dinas Sosial terhadap Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) dalam meningkatkan perekonomian masyarakat miskin?
2. Bagaimana perspektif ekonomi Islam dalam sistem pendanaan Dinas
Sosial terhadap Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Lombok Tengah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui sistem pendanaan Dinas Sosial terhadap Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) untuk meningkatkan perekonomian
masyarakat miskin.
b. Untuk mengetahui perspektif ekonomi Islam terhadap pendanaan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) oleh Dinas Sosial di Lombok
Tengah.
6
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan beberapa kegunaan (manfaat) yang diharapkan dari
penelitian ini antara lain sebagai berikut:
a. Secara Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah
khazanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi syari’ah khususnya
dalam usaha atau ekonomi Islam dan diharapkan menjadi bahan kajian
(referensi) bagi peneliti-peneliti (rekan-rekan mahasiswa) dalam
melakukan penelitian di masa yang akan datang terutama yang
berkaitan dengan sistem pendanaan Dinas Sosial di Lombok Tengah
terhadap KUBE untuk meningkatkan perekonomian kelompok usaha
bersama tersebut.
b. Secara praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi
pelaku usaha, Khususnya Dinas Sosial di Lombok Tengah, agar lebih
intens melakukan atau menyusun program yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dan tentunya sesuai dengan syariat Islam dalam
menjalankannya agar dapat dikembangkan sesuai dengan tujuan
diadakanya pendanaan (KUBE).
Bagi pemerintah, semoga dengan hasil penelitian ini dapat
membantu memberikan informasi mengenai salah satu programnya
yaitu KUBE yang telah dibentuk di dalam Dinas Sosial di Lombok
7
Tengah dapat menyelesaikan permasalahan perekonomian masyarakat
miskin. Harapannya agar ada perubahan terhadap masyarakat miskin
terhadap peningkatan tarap perekonomian.
D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini terarah dengan baik, maka peneliti membatasi
ruang lingkup dan setting penelitian yaitu hanya berfokus pada hal-hal
yang berkaitan dengan fokus masalah sebagaimana telah diuraikan di atas,
seperti, bagaimana sistem pendanaan Dinas sosial terhadap Kelompok
Usaha bersama (KUBE) di Lombok Tengah dalam meningkatkan
perekonomian untuk mengatasi kemiskinan.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Sosial Lombok Tengah. Alasan
peneliti melakukan penelitian di lokasi tersebut karena Dinas Sosial
sebagai representasi pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan.
Pelaksanaan penelitian dilakukan di pertengahan bulan juni di Kantor
Dinas Sosial sedangkan pertengahan bulan juli untuk meneliti di
Kelompok KUBE itu sendiri. Terjadinya kemiskinan dan masalah sosial di
karenakan oleh paktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu ketidak
mampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, ketidak mampuan
dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Kemudian
faktor eksternal yaitu kebijakan publik yang belum berpihak kepada
8
masyarakat miskin, tidak ada tersedianya pelayanan sosial dasar,
kesenjangan, dan ketidak adilan. Oleh karena itu masalah kemiskinanlah
yang harus segera diselesaikan oleh Negara Indonesia.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap karya-karya terdahulu
yang berkaitan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan guna
menghindari plagiasi, duplikasi, serta menjamin keabsahan dan keaslian
penelitian ini.
Telaah pustaka di sini memuat penjelasan tentang persamaan dan
perbedaan serta kelebihan dan kekurangan dari penelitian sebelumnya. maka
yang menjadi telaah pustaka pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Skripsi Rosi Rospita Sari dengan judul “Strategi Pengembangan Usaha
KUBE (Kelompok Usaha Bersama) Budidaya Pisang “Berkah” dalam
Perspektif Etika Bisnis Islam di Desa Teniga Kecamatan Tanjung
Kabupaten Lombok Utara”.8
Dalam hasil skripsinya, dalam mengembangkan usaha kube
budidaya pisang “berkah”
Keberadaaan kube budidaya pisang “berkah” di Desa Teniga telah
memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, khususnya kaum
hawa yang tidak mempunyai pekerjaan. Adanya usaha budidaya keripik
8Rosi Rospita Sari, “Strategi Pengembangan Usaha KUBE (Kelompok Usaha Bersama)
budidaya Pisang “Berkah” Dalam Perspektif Etika Bisnis Islam di Desa Teniga Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara (Skripsi, IAIN Mataram, Jurusan Ekonomi Islam, 2015).
9
pisang saat ini telah berhasil dalam memanfaatkan hasil bumi karena
masyarakat di Desa Teniga identik dengan kebun pisang.
Etika bisnis Islam dalam pengembangan usaha kube budidaya
pisang “berkah” ini adalah sesuai dengan jumlah penduduk di Desa Teniga
yaitu 100% agama Islam. Dalam penelitian tersebut, fokus penelitiannya
adalah bagaimana pengembangan usaha KUBE budidaya pisang berkah
dan strategi yang di gunakan dalam meningkatkan penjualan untuk
meningkatkan usaha KUBE. KUBE budidaya pisang berkah ini sangat
bermanfaat untuk masyarakat khususnya kaum hawa yang tidak memiliki
pekerjaan.
Perbedaan dari skripsi Rosi Rospita Sari dengan peneliti yaitu Rosi
Rospita Sari lebih fokus kepada bagaiman kelompok usaha bersama atau
KUBE ini menjalanka usaha yang telah mereka programkan untuk
meningkatkan perekonomian Desa Teniga Kecamatan Tanjung kabupaten
Lombok Utara, sedangkan peneliti lebih fokus kepada sistem pendanaan
Dinas Sosial terhadap kelompok usaha bersama untuk bisa memperbaiki
keadaan perekonomian orang miskin bukan terhadap apa yang dilakukan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam meningkatkan perekonomian.
10
2. Skripsi Abdurrahman dengan judul, “Peran Kelompok “Jaya Gembala”
Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Kelebuh dalam
Perspektif Ekonomi Islam”.9
a) Peran kelompok jaya gembala pada pemberdayaan ekonomi
masyarakat Desa kelebuh dalam pemberdayaan masyarakat adalah
tidak berjalan dengan sebenarnya, karena masyarakat Desa Kelebuh
lebih memilih pergi menjadi TKI daripada ngadas induk sapi karena
kebutuhan ekonomi yang tiap harinya tidak tercukupi untuk
memeberikan nafkah keluarganya, dalam peran kelompok jaya
gembala dalam pemberdayaan masyarakat Desa Kelebuh adalah hanya
mendapatkan bantuan induk sapikepada masyarakat Desa Kelebuh
akan tetapi masih belum bisa terpenuhi kebutuhan hidup baik yang
bersifat pisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian,
berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam menjalankan
tugas-tugas hidupnya dalam kelompok jaya gembala kegiatan yang
dilakukan oleh mereka tidak berjalan seperti, pembuatan kompos
kandang, penyuluhan kesahatan sapi, dan pemeberian makan sapi
diwaktu kering. Berdasarkan peran yang dilakukan oleh jaya gembala
adalah untuk berkumpul disuatu tempat, guna untuk menjaga
terjadinya perampokan dan pencurian sapi.
9Abdurrahman, “Peran kelompok “jaya gembala” terhadap pemberdayaan ekonomi
masyarakat desa kelebuh dalam perspektif ekonomi islam” (Skripsi, IAIN Mataram, Jurusan Ekonomi Islam, 2013).
11
b) Perspektif ekonomi Islam terhadap peran pemberdayaan kelompok
jaya gembala di Desa Kelebuh Kecamatan Praya Tengah Lombok
Tengah adalah dalam pandangan ekonomi Islam sudah melakukan
tahapan-tahapan dalam pemberdayaan masyarakat seperti, gotong
royong, kebajikan-kebajikan ekonomi Islam yang menyentuh nilai
keadilan dengan tujuan tercapainya kesejahteraan masyarakat adalah
adanyamekanisme filter dalam pengelolaan sumberdaya, dengan saran
kebijakan yaitu dengan adanya keadilan sosial, pendidikan universal,
pertumbuhan ekonomi dan maksimalisasi angkatan kerja dengan
mengembalikan semua aktivitas perekonomian di bawah ketentuan
islam. Dalam penelitian tersebut, fokus penelitiannya adalah
bagaimana peran kelompok jaya gembala dalam memberdayakan
ekonomi masyarakat di Desa Kelebuh dengan cara ngadas induk sapi.
Perbedaan dari skripsi Abdurrahman dengan peneliti yaitu
Abdurrahman lebih fokus kepada bagaiman membangun ekonomi
masyarakat namun jaya gembala hanya memberikan induk sapi dan
program pembuatan kompos kandang, penyuluhan kesehatan sapi,
danmemberikan makan sapi di musim kering, sedangkan peneliti lebih
fokus kepada sistem pendanaan Dinas Sosial terhadap kelompok usaha
bersama (KUBE) program dengan cara membuat kelompokusaha bersama
yang dananya langsung dari pemerintah. Sedangkan persamaan peneliti
dengan penelitian yang dilakukan Abdurrahman yakni sama-sama
12
membahas tentang perekonomian yang akan memperbaiki ekonomi
masyarakat menjadi lebih baik.
3. Skripsi Parhan dengan judul, Konsep Solidaritas Sosial Dalam Sistem
Ekonomi Islam dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Ekonomi .10
a) Soladaritas yang dikehendaki dalam Islam dan sistem ekonomi Islam
secara universal ialah rasa setiakawan yang ditujukkan dalam bentuk
kohensi dan integrasi sosial sesuai dengan konsep persaudaraan dalam
Islam, mencakup seluruh dimensi kebutuhan hidup seperti jasmani dan
rohani, moral dan materil, dunia dan akhirat tanpa membedakan latar
belakang Agama, kebangsaan, suku, etnis, geografis, status
pendidikan, propesi, umur, dan gender dalam mewujutkan tujuan
hidup bersama menurut Islam yaitu pengabdian kepada Allah SWT
serta tercapainya kemakmuran hidup.
b) Aksiologi soladaritas secara peraktis dapat memeberikan masyarakat.
Sebab secara eksplesit kebutuhan dasar masyarakat akan kebahagiaan
yang tetap, cita-cita, keamanan, persatuan dan perdamaian dalam
terpenuhi secara layak, bangun ekonomi dan stabilitas politik dapat
diwujutkan, risiko-risiko ketidak adilan dalam seluruh aktifitas
ekonomi dapat kurangi, ia akan berjalan dengan nafas ta’awun ala al-
khayar dan prinsip tijratan’antaradhin, dan tidak ada pihak atau pelaku
ekonomi manapun yang akan dirugikan.
10Parhan, Konsep Siladaritas Sosial dalam Sistem Ekonomi Islam dan Dampaknya
Terhadap Perkembangan Ekonomi (Skripsi, IAIN Mataram, Jurusan Ekonomi Islam, 2011).
13
Dalam penelitian tersebut, fokus penelitiannya adalah bagaimana
solidaritas menurut Islam dan ekonomi Islam lebih kepada rasa setia
kawan yang ditunjukkan dalam bentuk kohensi integrasi sosial yang sesuai
dengan konsep persaudaraan dalam Islam dan tanpa membedakan latar
belakang dalam mewujutkan tujuan hidup bersama menurut Islam.
Perbedaan dari skripsi Parhan dengan peneliti yaitu Parhan lebih
fokus kepada bagaiman membangun solidaritas yang akan membangun
perkembangan ekonomi dengan dan benar menurut ajaran Islam tanpa
memandang latar belakangnya, sedangkan peneliti lebih fokus kepada
sistem pendanaan Dinas Sosial terhadap kelompok usaha bersama untuk
bisa memperbaiki keadaan perekonomian orang miskin dengan cara
membuat kelompok usaha bersama yang dananya lansung dari pemerintah.
Sedangkan persamaan peneliti dengan penelitian yang dilakukan Parhan
yakni sama-sama membahas tentang perekonomian yang berdampak pada
sosial ekonomi.
F. Kerangka Teoritik
1. Sistem Pendanaan dalam Perspektif Ekonomi Islam
Sistem pendanaan dalam perspektif ekonomi Islam, sistem secara
umum adalah suatu paduan yang terdiri dari beberapa unsur yang
tergabung satu sama lain agar memudah laju aliran informasi, energi
ataupun materi hingga dapat mencapai tujuan tertentu.11 dalam Islam
11Arifashkaf, “Pengertian Sistem dan Contohnya (Softskill)”,
Dalam.https://arifashkaf.wordpress.com, diambil pada tanggal 26 Juli 07.30 WITA
14
pendanaan disebut pembiayaan yang dimana pembiayaan adalah
pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah di rencanakan.12 Dalam arti sempit,
pembiayaan dipakai untuk mendifinisikan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan seperti bank syari’ah kepada nasabah. Pembiayaan
secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik
dilakuakan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. M. Syafi’I Antonio
menjelaskan bahwa “pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank
yaitu memberikan fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak
yang merupakan deficit unit.13
Dana adalah uang tunai atau aktiva lainnya yang segera dapat
diuangkan dan yang tersedia atau disisihkan untuk maksud tertentu( tim
penyusun perbankan Indonesia).14
2. Konsep Pemberdayaan dalam Persepektif Islam
Kata pemberdayaan dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari
kata daya yang artinya : tenaga, kekuatan, kemampuan, upaya ihtiar,
usaha, jerih payah.15
12
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah,(Yogyakarta: Upp, Amn Ykpn, 2002), h. 17.
13 Muhammad Yusuf, Manajemen Keuangan Syariah, (Mataram : CV. Nasabil, 2015). h.
71. 14 Frianto Pandia, Manajemen Dana dan kesehatan Bank, (Jakarta : Pt Rineka Cipta,
2012), h. 1. 15
Suyadmi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Magelang. Cv, “Tidar Ilmu”), hal. 126.
15
Konsepsi pemeberdayaan dalam Islam adalah bersifat menyeluruh
(holistik) menyangkut berbagai aspek dan sendi-sendi dasar kehidupan.
Berbicara menegenai pemeberdayaan tidak dapat terlepaskan dari
persoalan kemiskinan sebagai objek dari pemberdayaan itu sendiri.
Pemberdayaan mempunyai filosofi dasar sebagai suatu cara pengubah
masyarakat dari yang tidak mampu menjadi berdaya, baik secara ekonomi,
sosial, maupun budaya.
a. Kerja Sama (syirkah)
Kerja sama adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih
untuk mengembangkan atau menginfestasikan modal dan melakukan
tindakan hukum dalam mencari keuntungan atau laba yang akan dibagi
sesuai dengan kesepakatan dengan mempertimbangkan modal dan
pekerjaan.
Kerja sama dalam pandangan Islam disebut syikah, secara
bahasa syirkah berarti perserikatan dua atau lebih tanah. Di dalam
hukum syikah bermakna kerja sama (partnership) antara dua orang
atau lebih di dalam bisnis atau dalam kekayaan. Bisnis secara kerja
sama dinyatakan sah dan legal oleh Islam. bentuk organisasi bisnis ini
telah ada sejak zaman dahulu. Selama masa hidup Nabi dan para
sahabat beliau, kerja sama ini amat popular diantara kaum muslimin.16
16
Muhammad Sharif Chaudhry, “System Ekonomi Islam Perinsip Dasar”(Jakarta : Kencana Prenada media Group), hal. 211.
16
b. Hibah
Hibah berarti pemilikan terhadap sesuatu pada masa hidup
tanpa meminta ganti.17 Ulama mazhab Hanafi mendifinisikannya
“sebagai pemilikan harta dari seseorang kepada orang lain yang
mengakibatkan orang yang menerima hibah boleh melakukan tindakan
hukum terhadap harta tersebut, baik harta tertentu maupun tidak dan
bendanya ada dan dapat di serahkan. Penyerahan dilakukan ketika
pemberi masih hidup tanpa mengharapkan imbalan.
Hibah sebagai salah satu bentuk tolong menolong dalam
kebajikan antara sesama manusia sangat baik dan bernilai positif.
Ulama fikih telah sepakat bahwa hukum hibah adalah sunat
berdasarkan firman Allah SWT.
ا وءاتى.... ا ىى و ٱ� � ىى ذوي ۦ ر علىى ٱ� ي و ٱ�لى ى �ي و ٱ�ي ... ٱ ت
……..dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) ….(Al-Baqarah : 177)18
17
Muhammad Rawwas, “Ensiklopedia Fiqih”, cet 1 (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 1999), hal. 143. 18
17
3. Pandangan Islam Tentang Kehidupan Sosial
Konsekuensi logis dari aksima bahwa “hidup adalah pengabdian”
yaitu seluruh bentuk tingkah laku harus merefresentasikan atau
mencermikan motif ibadah kepada Allah SWT. Perkataan, perbuatan
maupun tingkah laku seseorang akan terhitung sebagai suatu ibadah bila
sesuai dengan norma-norma ketuhanan yang terkodifikasi dalam bentuk
mushaf (al-Quran) dan kitab-kitab hadis. 19
Seluruh norma kehidupan, baik yang menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhan maupun hubungan dengan sesama mahluk, secara
komprensif telah termaktub di dalamnya.20 Dunia adalah tempat bercocok
tanam, sedangkan akhirat adalah tempat memetik buahnya, hasil panen
yang baik akan dapat diperoleh bila proses bercocok tanamnya dilakukan
secara baik pula.21 Kehidupan sosial yang dijalani dengan baik sesuai
dengan tuntunan agama akan melahirkan kehidupan yang robbani dan
madani, yaitu kehidupan yang penuh dengan nilai-nilai ibadah sehingga
dapat memberikan kesejahtraan dunia khirat.22
Orang- orang yang tekun dalam beribadah, tetapi tidak tercermin
dalam kehidupan sosialnya, cendrung akan mendapat celaan dimata
masyarakat yang pada akhirnya dapat mengecam kehidupan ekonominya.
Kondisi ekonomi bisa mempengaruhi intensitas keimanan seseorang.
19
Muhammad Soebari, “Amal Islami” (Jakarta : Khairul Bayan, 2003),hal. 25. 20
Lihat QS. Al-Baqarah (2): 185. 21
QS.Al-Zalzalah (99): 7-8. 22
QS.An-Nahl (16):97.
18
Karena motif ekonomi, orang berjual beli secara tidak jujur, seorang bos
memberikan gaji yang tidak wajar kepada buruh atau kariawannya,
seseorang akuntan berani memanipulasi laporan keuangan, seseorang yang
kurang beruntung secara ekonomi menjadi peminta-minta, pengemis,
pencuri bahkan perampok sekalipun. Ini berarti bahwa kehidupan sosial
dalam pandangan Islam memiliki peran penting dalam menetukan masa
depan seseorang.
4. Ekonomi Dalam Prinsip Islam
Ekonomi Islam bertujuan untuk mensejahtrakan masyarakat secara
adil dan seimbang karena dengan landasan ini para pihak yang terlibat
dalam proses ekonomi tidak saling menindas atau mengeksploitasi satu
sama lain, nilai-nilai moral menjadi bagian fundamental bagi kegiatan
ekonomi.23
Di satu pihak Islam menjamin berlangsungnya distribusi kekayaan
diantara manusia secara adil dan, dilain pihak, Islam memeberikan
jaminan sosial kepada kelompok miskin dan melarat dalam bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar. Disamping itu, Islam juga melindungi kaum
lemah dari ekspoloitas ekonomi oleh kaum kuat. Itulah aspek dan
perwujudan dari apa yang disebut keadilan sosial Islam.24
23 Euis Amalia, Keadilan distributive dalam ekonomi islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo,
2009), h. 357. 24 Sharif Chaudhry Muhammad, “System Ekonomi Islam Perinsip Dasar” (Jakarta
:kencana prenadamedia group, 2014) Cet 2, h. 293.
19
Disinilah sesungguhnya Islam telah memebentuk mekanisme
support sosial untuk mengatasi masalah kemiskinan. Yakni dengan
mendorong setiap muslim agar menolong saudaranya yang membutuhkan
dalam Al- Quran :
ي و � ٱت � ٱ وى � ا� ي ٢٤ تع�لوو وو و ٱرل ت � ٢٥ ٱ�
“dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”(170) :24-25).25
Dalam perspektif ekonomi Islam, dapat diidentikkan dengan ekonomi kerakyataan sebagaimana dinyatakan Murasa, bahwa ekonomi kerakyatan dapat dikatakan sebagai suatu sistem pembangunan masyarakat dalam mencukupkan kebutuhannya yang cara-caranya berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat menuju mardlatila. Sitem ini harus mampu menjamin hidupnya karakter akad untuk mudharobah dan musyarokah dalam berinfestasi yakni selalu mengacu pada DNA-Artificial : berbagi atas laba dan rugi, komuditi yang halal dan toyyib, zakat, dan upah dibayarkan sebelum keringat buruh mongering. Sementara kelompok usaha dan sentral-sentral produksi dapat disebut sebagai Community Intelligence yang dalam mengamalkan kegiatan ekonomi mengutamakan kerja sama dan merencanakan, melaksanakan dan mengawasinya untuk kepentingan organisasinya. Boleh jadi ini yang disebut sebagai unit ekonomi rakyat itu.26
G. Metode Penelitian
Berikut peneliti memaparkan begaimana langkah-langkah atau cara
mendapatkan data dan informasi terkait terhadap program Kelompok Usaha
bersama (KUBE) dalam meningkatkan perekonomian masyarakat miskin
dalam persepektif ekonomi Islam, adapun metode yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
25 Nurul Huda, dkk, “Keuangan Public Islam Pendekatan Teoritis dan Sejarah” . h.110 26 Lukman Al- Hakim, Religiusitas dan Etos Kerja dalam Pembangunan Ekonomi Umat
Mataram (Lombok : Cerdas Press Mataram, 2009), h. 111.
20
1. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan konteks masalah yang dikaji dalam penelitian ini
maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yang
dimaksud dengan pendekatan kualitatif deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengumpulkan data untuk menguji atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir suatu objek yang diteliti.27
Untuk mendapat hal-hal yang akurat tentang hal-hal yang di teliti,
maka peneliti menghubungi sumber data yang ada di lokasi penelitian.
Sedangkan data yang dijaring dalam penelitian ini adalah data kualitatif,
yaitu bagaimana sistem pendanaan Dinas Sosial terhadap KUBE dalam
membagun ekonomi masyarakat di Lombok Tengah dan persepektif
ekonomi Islam. Oleh karena itu, pendekatan kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tulisan atau
lisan dari orang atau narasumber dan perilaku yang dapat diamati.
Ada beberapa pertimbangan, sehingga penelitian menggunakan
pendekatan kualitatif ini, diantaranya :
a. Penelitian dengan metode kualitatif lebih mudah di hadapakan dengan
kenyataan di lapangan.
b. Penelitian ini terkait dengan penomena yang terjadi dalam masyarakat
sehingga usaha untuk memahami pokok bahasan akan lebih mudah
jika menggunakan pendekatan kualitatif.
27Laxy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Roadakarya,
2010), h. 5.
21
c. Karena pokok masalah yang akan diteliti merupakan salah satu proses
dan interaksi antara manusia yang satu dengan yang lain secara alami.
Maka menurut penulis sangat lah relefan kalau metode kulitatif
dipergunakan dalam penelitian ini.
2. Kehadiran Peneliti
Tujuan utama kehadiran peneliti adalah untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan. Dalam metode penelitian kualitatif, penelitian perlu
terjun langsung atau melakukan intraksi langsung dengan anggota yang
menangani KUBE atau komponen lain yang dirasakan signifikan guna
memperoleh data valid sesuai dengan yang diinginkan.
Dalam hal ini peneliti melibatakan diri di lapangan untuk
mengamati secara cermat dan langsung terhadap subyek yang akan diteliti,
dalam hal ini peneliti bertindak sebagai instrument kunci atau pelaku
sekaligus sebagai pengumpul data melalui wawancara langsung kepada
narasumber.
Untuk mendapatkan data yang akurat tentang hal-hal yang diteliti,
maka peneliti menghubungi sumber data yang ada di lokasi penelitian
dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan secara terhadap, yaitu:
a. Terhadap persiapan, yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang di
butuhkan dalam melakukan penelitian ini, seperti: mendapatkan
rekomendasi surat izin penelitian dari Fakultas Syariah UIN Mataram
maupun lembaga terkait lainnya dan mempersiapkan pernyataan-
22
pernyataan yang akan diajukan kepada informan serta menentukan
siapa-siap yang akan dijadikan informan.
b. Tahap pelaksanaan yaitu tahap dimana penelitian turun langsung
kelokasi penelitian dan melakukan wawancara dengan informan guna
mendapatkan data yang dibutuhkan.
c. Tahap penelitian laporan yaitu tahap dimana data-data yang didapat
dari lapangan diolah dan dianalisis sesuai dengan ketentuan yang akan
digunakan dalam penelitian ini.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti mengumpulkan data sampai
data yang dikumpulkan dianggap memuaskan. Alat pengumpulan data
atau instrument penelitian dalam metode kualitatif ialah peneliti sendiri.
Jadi, peneliti merupakan Key Instrument dalam pengumpulan data, peneliti
harus terjun sendiri ke lapangan secara aktif.28
3. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dituju penulis sebagai tempat penelitian yakni Dinas
Sosial di Lombok Tengah. Lokasi yang mendukung dalam melakukan
penelitian. Alasannya karena program KUBE dilaksanakan oleh kantor
Dinas Sosial yang menangani cara meningkatkan perekonomian
masyarakat. Karena peneliti melihat kurangnya masyarakat yang tahu
bagaimana sistem yang ada untuk program KUBE ini sendiri.
28Husaini Usman, Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2009), h.78.
23
4. Sumber Data dan Jenis Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, sedangkan data tertulis, foto, dan statistik adalah data
tambahan.29 sedangkan bila peneliti menggunakan teknik observasi,
sumber datanya bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
a) Data primer
Sumber Data primer pada penelitian ini adalah para angota
pengurus Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Lombok Tengah.
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh
penelitin langsung dari sumber pertama atau tempat objek peneliti
dilakukan.30 Dalam penelitian ini yang termasuk data primer adalah
data yang di peroleh secara langsung dari pihak terkait melalui
observasi dan wawancara langsung dengan pengurus program
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) itu sendiri yaitu pak Dede Tsabitul
Misyak sebagai kepala seksi penanganan fakir miskin, Laila Anggarini
senagai bendahara KUBE, dan stap pengurus KUBE yaitu pak Imam
dan Ahmad Patoni baik sekertaris, pendamping dan stap pengurus
KUBE lainya tentang bagaimana sistem pendanaan yang dilaksanakan
oleh Dinas Sosial tersebut dalam memberdayakan masyarakat miskin.
29Afifuddin, Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2012), h. 129. 30 Syofiyan Siregar, “Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif” , h. 37.
24
Yang terlibat dalam pelaksanaan program Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) adalah:
1. Kepala pengelola KUBE
2. Sekertaris
3. Stap pembantu program KUBE
4. Pendamping
5. Anggota Kelompok Usaha Bersama
b) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan
oleh organisasi yang bukan pengelolanya.31Dalam penelitian ini data
sekunder merupakan data-data yang diambil dari buku-buku, dokumen
pribadi, serta dokumen-dokumen lainnya yang dibutuhkan yang terkait
dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitianini tentang
bagaimana mengatasi kemiskinan. Adapun sumber data yang diperoleh
yaitu data-data yang berbentuk data yang diperoleh dari Kantor Dinas
Sosial Lombok Tengah dan dari buku, serta yang terdapat dalam Al-
Qur’an dimana yang terkait dengan penelitian.
31Ibid, h. 37.
25
5. Prosedur Pengumpulan Data
Data adalah bahan mentah yag perlu diolah, sehingga
menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun
kuantitatif, yang menunjukkan fakta.32
Pengumpulan data ini dilakukan menjadi bagian penting dalam
suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti agar memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
a) Observasi
Observasi atau pengamatan langsung adalah kegiatan
pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap
kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan
penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi
objek penelitian tersebut.33Observasi atau pengamatan dilakukaan
untuk memperoleh data atau informasi tentang kelakuan manusia yang
terjadi dalam kenyataan, dengan metode ini penulis melakukan
pencatatan dan pengamatan secara sistematis terhadap segala yang
diteliti.
Dalam hal ini yang diopservasi peneliti berupa, kegiatan
anggota pelaksana KUBE, jumlah anggota, suasana sekitar kantor
32 Syofian Siregar, Statistk Parametik Untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Bumi
AKsara, 2014).hlm. 37 33 .Syofiyan Siregar, “Statistik Parametrik Untukpenelitian Kuantitatif” , h. .42.
26
Dinas Sosial dan sarana yang digunakan oleh KUBE tersebut serta
anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
b) Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap
muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.34 Metode wawancara yang peneliti gunakan
untuk memperoleh data adalah wawancara tak terstruktur, yaitu
peneliti bebas menanyakan apa saja kepada informan, seperti ketua
pengurus KUBE, para stap pengurus KUBE dan Ketua Kelompok
KUBE karena mereka adalah sumber dari segala informasi mengenai
bagaiman pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersama tersebut
terlaksana. Namun tidak terlepas dari pedoman wawancara yang telah
di susun, tanpa melupakan data-data yang harus dikumpulkan secara
garis besar antara lain:
a. Sejarah berdirinya Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
b. Srtuktur organisasi lembaga.
c. Strategi pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUBE).
d. Perspektif ekonomi Islam dalam pelaksanaan pendanaan terhadap
KUBE.
e. Proses pelaksanaan program KUBE.
34 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, “Metodologi Penelitian Member Bekal Teoritis
Pada Mahasiswa Tentang Metodologi Penelitian Setarta Dapat Melaksanakan Penelitian Dengan Langkah Yang Benar” (cet. 14 Jakarta PT Bumi Aksara, 2015), h. 83.
27
Adapun dalam pelaksanaannya, diantara informan yang peneliti
wawancara untuk memberikan informasi terhadapa data-data yang
dibutuhkan secara garis besar yaitu anggota pelaksana KUBE di Dinas
Sosial Lombok Tengah.
c) Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data
secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan
dan membuktikan suatu kejadian.35 Sejumlah besar fakta data
tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi sebagian besar
data yang tersedia yaitu berbentuk surat, catatan harian, cendra mata,
laporan, dan foto. Data atau hal-hal yang bersifat dokumenter itu
berupa jumlah data baik data tulis maupun data dalam bentuk tidak
tertulis yang terdapat di Dinas Sosial yang menangani masalah KUBE.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang
didasarkan oleh data.36
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
35 Djam’an satori dan Aan Komariyah, “Metodologi Penelitian Kualitatif” (cet. 6
Bandung : alfabeta, 2014), h. 149 36Afifuddin, Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2012), h. 145.
28
(trianggulasi), dengan pengamatan yang terus menerus tersebut
mengakibatkan variasi data tinggi sekali.37
Tehnik analisis yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif
deskriptif yaitu dengan cara memaparkan informasi-informasi faktual yang
diperoleh dari Dinas Sosial Lombok Tengah berupa kata-kata lisan
maupun tulisan yakni yang berhubungan dengan sistem pendanaan Dinas
Sosial di Lombok Tengah terhadap KUBE. Dengan demikian data yang
terkumpul tersebut dibahasakan dan ditafsirkan sehingga diberikan
gambaran yang tepat mengenai hal-hal yang sebenarnya terjadi dengan
berbagai teori yang berkaitan dengan pokok masalah dalam penelitian ini
7. Validitas Data
Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi
pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Dengan demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda antar
data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi
pada obyek penelitian.38
Agar temuan data yang diperoleh menjadi lebih valid, maka perlu
diteliti keabsahannya. Berikut ini tehnik pemeriksaan data yang perlu
dilakukan peneliti:
Meningkatkan Ketekunan
37Ibid,. h.400. 38Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 267.
29
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara
lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka
kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis.39 Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat
melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan
salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan
maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis tentang apa yang diamati.
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Dalam penulisannya
mengacu kepada pedoman penulisan skripsi UIN Mataram. Penulisan ini
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan dan mengacu kepada kamus besar
bahasa Indonesia.
1. Bagian awal
Ada dua belas item yang ada di bagian awal skripsi yaitu:
a. Sampul depan
b. Halaman judul,
c. Persetujuan pembimbing,
d. Nota dinas pembimbing,
e. Penyertaan keaslian skripsi,
39Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 462.
30
f. Pengesahan,
g. Halaman motto,
h. Halaman persembangan,
i. Pedoman transliterasi (bila perlu),
j. Kata pengantar,
k. Daftar isi dan abstrak.
2. Bagian isi
Bagian isi meliputi :
a. Konteks penelitian
b. Fokus kajian
c. Tujuan dan manfaat
d. Ruang lingkup dan seting penelitian
e. Telaah pustaka
f. Kerangka teoritik
g. Metode penelitian
h. sistematika
Pada Bab I, yaitu pendahuluan, peneliti mengungkapkan
konteks penelitian masalah sehingga memunculkan keinginan untuk
mengkaji permasalahan yang menjadi judul dari penelitian ini.
Termasuk juga dalam bab ini diantaranya fokus kajian, tujuan dan
manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, yang menjadi
acuan teori dari penelitian lapangan ini. Dalam bab ini juga terdapat
metode penelitian yang peneliti gunakan dalam melakukan penelitian
31
dan termasuk di dalamnya adalah pendekatan penelitian, kehadiran
peneliti, lokasi penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan
data, teknik analisis data dan keabsahan data.
Bab II, dalam bab ini berisi tentang paparan data dari
penelitian yang ditemukan dilapangan. Dalam hal ini peneliti mencoba
menggambarkan secara singkat tentang gambaran lokasi penelitian
dan temuan-temuan dalam melakukan penelitian, yang meliputi
sejarah berdirinya program KUBE, struktur organisasi kantor Dinas
Sosial yang menangani KUBE, serta tanggapan dari beberapa
responden/informan tentang pembahasan dari penelitian ini.
Bab III, dalam bab ini menguraikan tentang pembahasan dari
penelitian ini yang termasuk di dalamnya adalah proses dari analisis
peneliti dalam melakukan penelitian yang berdasar dari temuan-
temuan di lapangan.
Bab IV, berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran-
saran dalam penelitian ini.
3. Bagian akhir
Pada bagian akhir peneliti mencantumkan daftar pustaka,
riwayat hidup peneliti, dan sejumlah lampiran. Untuklampiran hal-hal
yang dilampirkan tentu menyesuikan dengan jenis penelitian, seperti
pedoman wawancara, desain angket, pedoman observasi, catatan
lapangan (field note) dan seterusnya.
32
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELIAN DAN MEKANISME
PELAKSANAAN KEGIATAN KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE)
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Kelompok Usaha Bersama (KUBE)40
Era globalisasi seperti saat ini menimbulkan efek samping yang
tidak diinginkan seperti proses kesenjangan yang semakin melebar karena
kesempatan yang muncul dari ekonomi terbuka hanya dapat dimanfaatkan
oleh wilayah, sektor atau golongan yang lebih maju. Hal ini ditanggapi
oleh pemerintah dengan melakukan pergeseran dari paradigma
pertumbuhan menjadi paradigma pembangunan yang bertumpu pada
pemerataan dengan kekuatan ekonomi rakyat, kelompok usaha kecil,
usaha menengah dan koprasi. Sehingga, setiap Warga Negara Indonesia
(WNI) memperoleh peluang dan kesempatan yang sama untuk meraih
kehidupan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Salah satu unsur ekonomi kerakyatan adalah usaha ekonomi mikro
yang dikelola oleh kelompok usaha kecil terutama bagi mereka yang
kurang beruntung (unadvantage group) baik melalui usaha individu,
rumah tangga/keluarga maupun kelompok. Usaha ekonomi berskala
mikro memiliki peran sangat penting dalam perekonomian nasional,
khususnya dalam mewujudkan indikator “employment-income generating-
growth-social care” bagi pelaku dan keluarganya. Ekonomi kerakyatan
40Profil sejarah KUBE, di Kantor Dinas Sosial Lombok Tengah, 19 juni 2017.
32
33
juga menunjuk pada sifat demokratis sistem ekonomi Indonesia. Dalam
demokrasi ekonomi Indonesia, proses produksi tidak hanya dikerjakan
oleh sebagian warga tetapi oleh semua warga masyarakat, dan hasilnya
dibagikan kepada semua anggota masyarakat secara adil dan merata
(penjelasan pasal 33 UUD 1945).Sejalan dengan amanat UUD NKRI 1945
tersebut, serta UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan
UU No.13 tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, Kementerian
Sosial cq Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan
Kemiskinan menetapkan sejumlah kebijakan nasional yang bertumpu pada
penguatan ekonomi bersekala mikro. Secara umum program
pemberdayaan ini bertujuan untuk menciptakan manfaat sosial, melalui
proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
memperoleh keuntungan dari hasil usaha masyarakat. Salah satu kegiatan
yang dilakukan adalah Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan (P2B)
bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) melalui Kelompok Usaha Bersama
(KUBE). Kelompok Usaha Bersama adalah usaha mikro yang dikelola
dengan manajemen kelompok sebagai media pemberdayaan sosial.
Sasaran dari program KUBE adalah KSM yang (utamanya) sudah
purnabina dari program Kementerian Sosial seperti Program Keluarga
Harapan (PKH) dan program pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
(KAT) ataupun RTSM lain yang belum mendapatkan program bantuan.
Selain itu, untuk mempercepat capaian untuk mengantarkan sasaran keluar
dari kemiskinan, dimungkinkan KUBE disinergikan dengan program
34
Kementerian Sosial lainnya walaupun belum purnabina. Selain ini
merujuk pada Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 tahun 1981 tentang
Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin dan Keputusan Menteri
Sosial RI No. 146/HUK/2013 tentang Penetapan Kriteria dan Pendataan
Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu dalam kaitannya dengan penetapan
sasaran layanan penanggulangan kemiskinan, pada Petujuk Teknis ini
lebih menitikberatkan pada pendekatan karakteristik permasalahan
kemiskinan yang terdiri dari 12 karakteristik yang sudah dijadikan dasar
oleh Kementerian Sosial dan BPS dalam penetapan kelompok sasaran.
Konsep desa dan kota hanya sebagai pendekatan geografis dalam rangka
pengembangan kapasitas kelompok sasaran.
KUBE dinilai sebagai salah satu usaha ekonomi kerakyatan yang
mengandung tiga aspek/dimensi pondasi yaitu : 41
a. Kelembagaan
Nilai kelembagaan KUBE adalah terjadinya “self learning
process” di kalangan anggota untuk mengelola usaha dengan
mengoptimalkan sistem kelembagaan yang terstruktur dengan baik,
meskipun dalam pola yang sederhana, termasuk belajar berorganisasi.
Dengan demikian, KUBE sekaligus dapat dipandang sebagai
“Learning building organization” bagi anggotanya.
41 Dokumentasi , Petunjuk Tehnis Pelaksanaan Kelompok Usaha Besama( KUBE), h. 3.
35
b. Sosial
Nilai sosial yang terkandung di dalam KUBE adalah nilai
kejujuran, komitmen dan integritas, tanggung jawab sosial, partisipasi,
kesetiakawanan sosial, dan gotong royong.
c. Ekonomi
Nilai ekonomi yang terkandung di dalam KUBE adalah
terwujudnya sejumlah indikator ekonomi mikro terutama yang
bertautan dengan “employment- income generating-growth”, yang
berujung pada peningkatan kehidupan ekonomi keluarga. Dengan
KUBE, maka orang yang tidak memiliki sumber mata pencaharian
dapat bekerja (employment) atau dari pekerja lepas/serabutan menjadi
pekerja tetap, memperoleh penghasilan secara tetap, bahkan beberapa
diantaranya meningkat pendapatannya (income generating and
maintenance) serta memiliki tabungan dan peningkatan modal usaha
karena kemampuannya untuk mengakses lembaga keuangan sesuai
kebutuhan usaha.
Ketiga dimensi tersebut memberikan konseptualisasi KUBE
mulai dari filosofi di balik pendiriannya, tahapan pelaksanaannya,
hingga kontribusinya terhadap peningkatan kesejahteraan sosial bagi
fakir miskin, antara lain berupa terciptanya sumber pekerjaan baru,
meningkatnya pendapatan keluarga, permodalan dan tabungan, serta
mampu menyeimbangkan antara konsumsi dan produktivitas, dan pada
gilirannya mampu mewujudkan kesetiakawanan di lingkungan
36
keluarga dan lingkungan sosialnya.
2. Rancangan Pemberdayaan Sosial KUBE
Gambar: Rancangan Pemberdayaan Sosial melalui Kelompok Usaha Bersama42
Bahwa untuk melaksanakan upaya sebagaimana dimaksud,
dibutuhkan haluan, tuntunan dan atau pegangan bagi para penyelenggara
kegiatan. Oleh karena itu, Petunjuk Teknis Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) yang disusun dapat menjadi tuntunan, arahan atau rambu-rambu
teknis dalam pelaksanaan di lapangan. Petunjuk Teknis KUBE lebih
42Papan rancangan Dinas Sosial Lombok Tengah, di kutip selasa, 20 juni 2017.
1) Transfer pengetahuan & keterampilan;
2) Pemberian modal usaha; 3) Pelibatan dalam pengambilan
keputusan; dan 4) Pelibatan dalam organisasi.
KUBE (sebagai Media)
Pendampingan (Pendamping sebagai
Agen Perubahan)
Peningkatan kesejahteraan
sosial
BimbinganSosial atau Pelatihan
PEMBERDAYAAN SOSIAL
Usaha Ekonomi
Produktif (UEP)
37
menitikberatkan pada teknis pelaksanaan KUBE di wilayah sasaran
penerima sehingga para pemangku kepentingan yakni Dinas/Instansi
Sosial Provinsi, Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota, instansi terkait
lainnya termasuk para pelaksana KUBE dapat melaksanakan kegiatan
KUBE dengan tetap mengacu pada ketentuan teknis ini.43
3. Tujuan Umum dan Husus Pelaksanaan KUBE
Dalam pelaksanaan KUBE ada tujuan umum dan tujuan husus
yang ingin di capai oleh para anggota pelaksana KUBE.44
a. Tujuan umum pelaksanaan KUBE adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi melaui terwujudnya penghidupan yang
berkelanjutan dan juga meningkatkan keberfungsian sosial para
anggota kelompok.
b. Tujuan khusus pelaksanaan KUBE, meliputi:
1) Meningkatnya kemampuan anggota dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan hidup sehari-hari;
2) Meningkatnya kemampuan anggota dalam mengatasi
permasalahan yang dihadapi khususnya dalam pengembangan
usaha; serta
3) Meningkatnya kemampuan dalam menjalankan peranan sosial
dalam masyarakat.
43 Observasi, Taufik anggota pelaksana Kube , di Kantor Dinas Sosial Lombok Tengah
pada selasa 20 juni 2017. 44 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 12.
38
4. Sruktur Organisasi
Struktur organisasi Dinas Sosial di Lombok Tengah Tahun 2017.45
KEPALA DINAS
KELOMPOK
JABATANFUNGSIONAL
SEKRETARIAT
Sub Bagian Umumdan kepegawaian
Sub Bagianperencanaan dan
keuangan
BidangPerlindungan,jaminansosial,pengelola data
& informasi
Seksi Peberdaya SosialPerorangan keluarga &
Kelambagaanmasyarakat
Bidang RehabilitasSosial
Seksi PerlindunganSosial Korban
bencana Alam & sosial
Seksi Peng.SumberDana BantuanSoasial &K3S
Seksi RehabilitasAnak & Lanjut usia
Bidangpemberdayaan
sosial
Seksi RehabilitasiSosial TS,KPO & Penyalahgunaan
Nafza
Seksi JaminanSosial
UPTD
Seksi PengolahanData & Informasi
Seksi PenangananFakir Miskin
SeksiRehabilitasi SosialPenyandang
Cacat/Disabilitas
5. Tugas dan Fungsi Pokok
Terkait dengan struktur organisasi yang ada di kantor Dinas Sosial
yang berkaitan dengan pelaksanaan KUBE atau yang lebih jelasnya yang
menangani masalah KUBE hanya ada dua yaitu:46
1. Bidang Pemberdayaan Sosial
a. Bidang Pemberdayaan Sosial dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang yang mempunyai tugas pokok pemimpin, merencanakan,
mengatur, mengawasi dan mengkordinasikan kegitan bidang dalam
rangka penyelenggaraan pemberdayaan dan pengembangan
kelembagaan sosial.
45 Papan Data Struktur Organisasi Dinas Sosial Lombok Tengah, dikutip selasa, 20 juni 2017.
46 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 27.
39
b. Untuk penyelenggaraan tugas pokok Kepala Bidang Pemberdayaan
sosial mempunyai fungsi:
1. Perumusan dan penetapan program kerja dan penetapan kinerja
bidang.
2. Pengkoordinasian penyusunan rencana/rencana kerja
anggaran/dokumen pelaksanaan anggaran (RKA/DPA) dan
program kerja seksi di bawahnya.
3. Pengkoordinasian, pembinaan, pengadilan dan pengembangan
kelembagaan sosial.
4. Pengkoordinasian pembagian dan pengembangan serta
pengadilan usaha-usaha kesejahtraan sosial di bidang
pendayagunaan suber dan sosial.
5. Pengkoordinasian dan pelaksanaan bimbingan tehnis usah-
usaha pembinaan dan pengembangn kesejahtraan sosial.
6. Pengkoordinasian, pembinaan, pengembangan dan pengadilan
usaha-usaha kesejahtaraan sosial dibidang pelestarian dan
penanaman nilai-nilai kepahlawanan, kejuangan, keperintisan
dan kesetiakawanan sosial.
7. Pengkoordinasian dan pelaksanaan bimbingan tehnis terhadap
usaha-usaha kesejahtraan sosial dibidang pemberdayaan
kelembagaan keluarga dan komunitas adat terpencil.
8. Pengkoordinasian, pembinaan, pengembangan dan
pengendalian usaha-usaha kesejahtaan sosial di bidang
40
pelestarian dan penanaman nilai-nilai kepahlawanan,
kejuangan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial.
9. Pengawasan tehnis terhadap pelaksanaan peraturan perudang-
undang bidang pemberdayaan dan pengembangan kesejahtraan
sosial.
10. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas bidang.
11. Pelaksanaan tugas yang dilimpahkan oleh atasan sesuai dengan
bidang tugasnya.
2. Seksi Penanganan Fakir Miskin
a. Seksi penangan fakir miskin dipimpin oleh seorang kepala seksi
yang mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan,
melaksanakan, mengefaluasi dan mengkoordinasikan kegiatan
seksi pelaksanaan tugas dalam upaya penanganan kemiskinan
perdesaan, pekotaan, dan daerah pesisir.
b. Untuk melaksanakan tugas pokok kepala seksi penanganan fakir
miskin MP mempunyai fungsi:
1. Penyusunan rencana kerja anggra/dokumen pelaksanaan
anggaran (RKA/DPA) dan program kerja seksi.
2. Penyiapan bahan rumusan kebijakan tehnis seksi sesuai dengan
peraturan perundang-undanganyang berlaku.
3. Penyiapan bahan keoordinasi informasi dan singronisasi
pelaksanaan tugas seksi dengan satuan kerja peringkat daerah
dan instansi terkait.
41
4. Penanganan farkir miskin pedesaan, perkotaan, pesisir,
pinggiran dan dareah perbatasan antara kabupaten.
5. Fasilitasi rehabilitasi rumah tidak layak huni bagi warga
miskin.
6. Fasilitasi perbaikan sarana lingkungan bagi warga miskin
7. Fasilitasi dan keoordinasi rastra/raskin
8. Pembinaan kelompok usaha bersama fakir miskin
9. Pelaksanaan monitoring, efaluasi dan pelaporan
program/kegiatan seksi
10. Pelaksanaan tugas yang dilimpahkan oleh atasan sesuai dengan
bidang tugasnya.
6. Pelaksana Kegiatan dan Tanggung Jawab
Demi terwujudnya keterpaduan pelaksanaan program dan adanya
pembagian tugas diantara pihak yang terkait dalam pelaksanaan KUBE,
maka pembagian tugas dan tanggung jawab diatur dengan mekanisme
sebagai berikut:47
a. Kementerian Sosial
Kementerian Sosial cq Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan cq Direktorat Penanggulangan
47 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 14.
42
Kemiskinan Perdesaan dan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan
Perkotaan mempunyai tugas dan tanggung jawab:48
1. Menetapkan kebijakan kegiatan penanggulangan kemiskinan
melalui mekanisme Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
2. Menyiapkan pedoman umum dan petunjuk teknis pelaksanaan.
3. Melakukan penentuan dan penetapan lokasi KUBE dan kriteria
penerima bantuan KUBE.
4. Menyiapkan alokasi dana melalui APBN untuk bantuan UEP
KUBE dan insentif bagi Pendamping KUBE.
5. Melaksanakan sosialisasi kepada Dinas Sosial Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang ditetapkan
6. Melakukan rekrutmen dan diklat pendamping.
7. Menetapkan KUBE penerima bantuan stimulan melalui SK
Direktur Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan/Perkotaan.
8. Melakukan transfer dana bantuan UEP ke rekening KUBE dan
insentif bagi pendamping KUBE.
9. Melaksanakan bimbingan teknis pemanfaatan dana stimulan bagi
pengurus KUBE.
10. Melakukan transfer dana operasional untuk Dinas/Instansi sosial
kabuputen/kota.
11. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan.49
48 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 14. 49 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 15.
43
b. Dinas/Instansi Sosial Provinsi
1. Menerima tembusan usulan proposal KUBE dari Kabupaten/Kota
2. Melakukan supervisi pelaksanaan KUBE.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan KUBE.50
c. Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota
1. Membuat surat pernyataan menerima program penanggulangan
kemiskinan melalui KUBE dan Surat Pernyataan
Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani oleh
Kepala Dinas/Instansi sosial Kabupaten/Kota (Lampiran 1).
2. Melaksanakan sosialisasi pelaksanaan bantuan KUBE ke instansi
pemerintah dibawahnya dan calon penerima manfaat.
3. Menunjuk satu Pejabat Penanggungjawab Pelaksana KUBE tingkat
Kabupaten/Kota (Lampiran 2 atau 3).
4. Mengusulkan nama-nama Pendamping KUBE kepada Direktorat
Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan/Perkotaan Kementerian
Sosial untuk diseleksi lebih lanjut dengan tembusan ke Dinas
Sosial Provinsi (Lampiran 4 dilengkapi dengan SPTJM
Pendamping).
5. Melaksanakan penjajakan lokasi penerima bantuan KUBE.
6. Menerima usulan (proposal) KUBE dan melakukan validasi dan
verifikasi sesuai ketentuan pengajuan proposal.
50 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 17.
44
7. Mengajukan hasil rekapitulasi usulan KUBE yang sudah
diverifikasi kepada Direktorat Penanggulangan Kemiskinan
Perdesaan/Perkotaan Kementerian Sosial dengan tembusan Dinas
Sosial Provinsi.
8. Menetapkan KUBE calon penerima bantuan agar KUBE dapat
membuka rekening atas nama KUBE dan melaporkan nomor
rekening ke Kementerian Sosial.
9. Melakukan supervisi pelaksanaan KUBE.
10. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan KUBE.
11. Menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan KUBE dan
penggunaan dana operasional yang didukung dokumen dan
kuitansi asli kepada Direktorat Penanggulangan Kemiskinan
Perdesaan/Perkotaan Kementerian Sosial.51
d. Kecamatan
1. Mengikuti dan melaksanakan sosialisasi KUBE
2. Berkoordinasi dengan pemerintah desa dalam pelaksanaan KUBE.
3. Melakukan pengawasan pelaksanaan KUBE.52
e. Desa/Kelurahan
1. Melakukan sosialisasi KUBE di wilayahnya.
2. Merekomendasikan calon pendamping
3. Membantu verifikasi kelompok sasaran penerima bantuan KUBE.
51 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 18. 52 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 20.
45
4. Membantu memfasilitasi pembentukan kelompok KUBE termasuk
mengeluarkan SK Pembentukan KUBE tingkat Desa.
5. Melaksanakan pembinaan KUBE.
6. Mengetahui usulan pemanfaatan bantuan KUBE.
7. Mengawasi pelaksanaan KUBE termasuk pelaksanaan pekerjaan
pendamping di wilayahnya.53
f. Pendamping
1. Membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)
(Lampiran 4)
2. Melakukan verifikasi data calon penerima manfaat
3. Memfasilitasi pembentukan KUBE dan penentuan UEP dalam
KUBE
4. Memfasilitasi KUBE dalam menyusun dan mengajukan proposal
5. Mendampingi pembukaan rekening bank atas nama KUBE
6. Mendampingi pencairan dan penggunaan oleh KUBE
7. Memfasilitasi KUBE membuat laporan penggunaan dana
8. Mengajak, mengarahkan, dan membina KUBE, sehingga mengerti,
memahami, dan melaksanakan hasil bimbingan secara aktif dan
kreatif.
9. Memberikan informasi dan pengetahuannya kepada KUBE
10. Memotivasi KUBE dan anggotanya
53 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 21.
46
11. Menjadi jembatan antara KUBE dan Dinas Sosial ataupun Dinas
terkait lainnya guna membangun kemitraan untuk pengembangan
KUBE
12. Mendampingi dalam pertemuan wajib bulanan KUBE
13. Mencatatdan melaporkan perkembangan KUBE secara berkala
14. Memberikan penilaian, saran dan masukan kepada KUBE.54
g. Kewajiban untuk Penerima Manfaat
1. Membuat Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)
(lampiran 12)
2. Bersedia menjadi anggota KUBE
3. Bersedia untuk aktif dalam kegiatan kelompok: pertemuan wajib
bulanan dan juga kegiatan usaha ekonomi produktif
4. Mengikuti dan mentaati semua ketentuan-ketentuan yang ada yang
sudah disepakati.
5. Mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama.
6. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak
7. Memanfaatkan dana stimulan ataupun bantuan modal usaha
dengan penuh tanggung jawab (kas kelompok)
8. Membayar simpanan/tabungan setiap bulan sesuai kesepakatan
bersama yang sudah ditentukan
9. Membayar iuran dana kesetiakawanan sosial (lKS) setiap bulan
sesuai kesepakatan bersama yang sudah ditentukan
54 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, hal.24.
47
10. Memanfaatkan penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota keluarganya.
11. Mencatat, dan melaporkan perkembangan KUBE secara berkala.55
h. Hak
1. Mendapatkan bantuan permodalan untuk mengembangkan Usaha
Ekonomi Produktif (UEP) dalam Kelompok Usaha Bersama
(KUBE)
2. Mendapatkan pendampingan dalam mengembangkan Usaha
Ekonomi Produktif (UEP) dalam Kelompok Usaha Bersama
(KUBE)
3. Mendapatkan bimbingan dan peningkatan kapasitas keterampilan
teknis dan manajemen usaha
4. Menikmati hasil pelaksanaan UEP dengan pembagian keuntungan
yang proporsional terhadap sumbangsih pada pengolaan UEP dan
kegiatan kelompok.56
55 Dukumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 26. 56 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 27.
48
B. Sistem Pendanaan Dinas Sosial Terhadap Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Miskin
Setelah mengetahui tentang gambaran umum lokasi penelelitian, maka
sealanjutnya penulis memaparkan data dan temuan penelitian tentang sistem
pendanaan Dinas Sosial terhadap Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam
meningkatkan perekonomian masyarakat miskin.
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah salah satu pendekatan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan
yang dilakukan oleh Kementerian Sosial. Kegiatan pemberdayaan ini meliputi
pemberian bantuan stimulan untuk kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP),
pendampingan dalam merintis dan mengembangan usaha serta peningkatan
keterampilan teknis anggota. Kehadiran KUBE merupakan media untuk
meningkatkan motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi dan
sosial, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok,
mendayagunakan potensi dan sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat
budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan
sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang terkait. Penanggulangan
Kemiskinan merupakan kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan
terhadap orang, keluarga, kelompok dan atau masyarakat yang tidak
mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
yang layak bagi kemanusiaan baik di perdesaan maupun perkotaan.57
57 Dede Tsabitul Misyaq, pemimpin pengelola kube, Wawancara, Dinas Sosial Lombok
Tengah, 21 juni 2017.
49
Tahap Awal yang di lakukan oleh Dinas Sosial yang menangani
masalah KUBE, ada Standar Oprasional Prosedur (SOP) program bantuan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Dinas Sosial Kabupaten Lombok Tengah
yaitu:
DINAS SOSIAL KAB.LOTENG
PROPOSAL PERMOHONAN MASYARAKAT
DEKON DINDOS PROPVINSI
KEMENTRIAN SOSIAL RI
PENJAJAKAN & FERIFIKASI
SK PENETAPAN KUBE
APBD II PENETAPAN PENDAMPING
BIMTEK KUBE DAN
PENDAMPING
REALISASI BANTUAN
KUBE
PEMBUKAAN BUKU REKENING
Gambar : Standar Oprasional Prosedur (SOP) Program Bantuan
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Dinas Sosial Kabupaten Lombok
Tengah.58
Langkah pertama untuk bisa mengikuti program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah mengajukan proposal permohonan masyarakat ke Dinas Sosial, setelah Dinas Sosial lalu di ajukan ke tiga sumber pendanaan yaitu Kementrian Sosial, Dekon Dindos Provinsi dan APBD II di kabupaten. Setelah penentuan kuota dari pusat misalnya Lombok Tengah mendapat 20 kelompok kemudian kelompok yang telah diajukan akan di Ferifikasi, Selain dari Kementerian Sosial, provinsi dan APBD II juga menetapkan pendamping yang nanti akan bersama-sama melakukan penjajakan, ada tiga penjajakan Dinas Sosial bersama salah satu dari yang tiga sumber dana tersebut dan pendamping. Setelah
58 Papan Data program KUBE Dinas Sosial Lombok Tengah, dikutip 21juni 2017.
50
melakukan penjajakan dan sesuai dengan proposal kecuali misalnya ada yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku kelompok akan diminta untuk merubah atau menggantinya.59
Untuk RAB (Besar anggaran Bantuan) biasanya besar anggaran bantuannya selama ini adalah berkisar Rp. 20.000.000 baik pusat Provinsi maupun APBD II. Untuk APBD II memberikan pendanaan dengan barang tidak dengan uang tunai tetapi tetap menetukan harga dengan menggunakan standar harga daerah yang dimana barang itu senilai dengan jumlah dana yang diberikan, Setelah itu kelompok yang sudah di tetapkan melalui SK (Surat Keputusan) kalau di tingkat kabupaten surat keputusan Kepala Dinas Sosial sedangkan kalau di provinsi surat keputusan Kepal Dinas Sosial provinsi dan kalau di pusat dinamakan surat keputusan menteri Sosial yang akan menetapakan bahwa kelompok yang tercantum di bawah ini adalah penerima program Kelompok Usaha Bersama tahun 2016.60
Mekanisme selanjutnya adalah mereka mendapatkan pelatihan Bimbingan Tehnis (BIMTEK) dengan mengundang semua anggota kelompok, isi dari BIMTEK tersebut adalah menejemen usaha, kebijakan penanggulangan kemiskinan dan lain sebagainya. Tempat pelaksanaan BIMTEK berbeda-beda antara KUBE dan pendamping. Setelah melaksanakan BIMTEK lalu kelompok membuka rekening yang dari Dekon dan Kementrian sedangkan APBD II berbentuk barang. 61
Setelah kelompok KUBE melakukan kegiatan usahanya
kelompok akan melaporkan kordinasi dengan pendamping KUBE dan pendamping KUBE ini yang akan aktif melaporkan bagaimana KUBE dampingan mereka ke Dinas Sosial.62
Dalam proses pelaksanaaan kegiatan Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
a. Hakikat Pendampingan KUBE
Pendampingan merupakan suatu proses menjalin relasi sosial
antara pendamping dengan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), dan
masyarakat sekitarnya dalam rangka memecahkan masalah, memperkuat
59Dede Tsabitul Misyaq, pemimpin pengelola kube, Wawancara, Dinas Sosial Lombok
Tengah, 22 juni 2017. 60 Laila Anggraini , Bendahara pengelola KUBE, Wawancara , Dinas Sosial
LombokTengah, 22 Juni 2017. 61 Imam, pendamping pelaksana KUBE, Wawancara, Dinas Sosial Lombok Tengah , 22
juni 2017. 62 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 69.
51
dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi dalam
pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses anggota terhadap
pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan publik
lainnya. KUBE sebagai kelompok dari keluarga-keluarga fakir miskin
membutuhkan pendampingan dari orang yang lebih tahu dan lebih
terampil daripada mereka. KUBE di dalam melaksanakan usaha sosial-
ekonominya sering dihadapkan pada berbagai kendala dan masalah,
sehingga membutuhkan orang yang ahli dan dekat secara fisik, sosial,
dan emosional dengan mereka.63
Tujuan umum pendampingan sosial adalah meningkatkan motivasi, kemampuan dan peran para anggota KUBE dalam mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan anggotanya. Secara khusus pendampingan KUBE bertujuan untuk:64 1. Meningkatnya kemampuan KUBE dalam menemukan masalah,
potensi para anggota dan sumber daya sosial ekonomi yang ada di lingkungannya.
2. Meningkatnya kemampuan KUBE dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pemecahan masalah kesejahteraan sosial.
3. Meningkatnya akses para anggota KUBE terhadap lapangan kerja, pelayanan sosial dasar, dan fasilitas pelayanan publik lainnya.
4. Memenuhi kebutuhan dasar keluarga fakir miskin (sandang, pangan, papan, lapangan kerja, pendidikan dasar, pelayanan kesehatan dasar, air bersih dan sanitasi lingkungan, serta kebutuhan dasar lainnya).
5. Meningkatnya kemampuan KUBE dalam menjalankan, mengembangkan dan mempertanggungjawabkan kegiatan usaha ekonomi dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dilakukan secara bersama-sama.
63 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 36. 64 Ahmad Patoni, pendamping KUBE, Wawancara ,Dinas Sosial Lombok Tengah, 23
juni 2017.
52
b. Kegiatan Dalam Pendampingan KUBE
Berikut ini digambarkan langkah-langkah besar yang harus
dilakukan oleh Pendamping guna mendampingi KUBE dalam menyusun
dan mengajukan proposal. Setiap tahapannya harus dilakukan melalui
musyawarah dengan seluruh calon anggota dan pengurus KUBE yang
dipandu oleh pendamping. Sebenarnya keberhasilan KUBE dan
terlaksananya Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dalam KUBE sangat
bergantung dengan bagaimana Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
dibentuk. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan
kelompok ini dan dapat dibedakan ke dalam 2 tingkatan: tingkatan
pembentukan KUBE dan tingkatan penentuan UEP-nya. Keduanya tidak
dapat dipisahkan, hanya saja penekanan aspek yang diperhatikan dalam
kedua tingkatan ini berbeda. Pada tahap pembentukan KUBE-nya, yang
ditekankan adalah aspek sosial dan kelembagaannya. Sementara pada
tahap penentuan UEP-nya, yang lebih ditekankan adalah aspek ekonomi,
bagaimana para anggota menentukan usaha yang bisa mereka lakukan
guna meningkatkan kesejahteraan bersama.65
c. Membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembentukan KUBE.66 1. Kedekatan tempat tinggal atau letak geografis
Jarak antar anggota turut menentukan keberhasilan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) KUBE, semakin dekat jarak antar anggota maka akan semakin mudah anggota berkomunikasi, berinteraksi, serta hal-hal lainnya yang
65 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 37. 66 Dede Tsabitul Misyaq, pemimpin pengelola kube, Wawancara ,Dinas Sosial Lombok
Tengah 23 juni 2017.
53
dibutuhkan untuk mempercepat penyelesaian masalah, disamping itu juga akan memudahkan pengawasan dan pendampingan.
Umumnya semakin berjauhan tempat tinggal antar
anggota dapat berakibat munculnya rasa malas bagi anggota.67
2. Latar belakang karakteristik kepribadian anggota Adakalanya dalam satu KUBE terdiri atas keseluruhan
atau beberapa anggota yang berbeda karakteristik kepribadian anggota, ada yang karakterisktik mendominasi atau sebaliknya pasrah, ada yang emosional dalam berdiskusi, tidak mau mengalah (ngotot), mudah tersinggung, sangat hati-hati bahkan penakut dalam hal mengambil keputusan, dan lain-lain. Dalam kondisi seperti ini sangat dianjurkan seorang pendamping betul-betul telah memahami karakteristik anggota binaannya dan dapat memainkan fungsinya selaku pendamping.68
3. Memiliki motivasi yang sama Motivasi adalah kecenderungan anggota untuk
bertindak atau berusaha sesuai dengan apa yang telah diputuskan secara bersama melalui musyawarah dan mufakat untuk mencapai kesepakatan. Motivasi akan sama apabila persyaratan latar belakang karakteristik kepribadian anggota telah dapat disesuaikan dengan anggota lainnya.69
4. Keberadaan kelompok masyarakat yang sudah tumbuh berkembang lama.
Mungkin saja di sekitar wilayah KUBE terdapat kelompok masyarakat yang juga memiliki usaha, contoh KUBE sebelumnya yang telah mandiri atau lembaga koperasi. Keberadaan kelompok usaha tersebut sangat dianjurkan untuk dimanfaatkan untuk membantu KUBE yang sedang terbentuk.
Pembagian kerja yang jelas antar anggota sangat penting demi keberlangsungan KUBE baik jika KUBE memutuskan menjalankan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) secara ber-kelompok, sub-kelompok ataupun individu. Jika KUBE menjalankan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) secara berkelompok, maka pembagian kerja meliputi bagaimana masing-masing anggota berkontribusi dalam menjalankan Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Jika pengelolaan dilakukan secara sub-kelompok, maka agar anggota fokus, maka harus dibagi dengan jelas siapa yang mengerjakan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) 1, dan siapa yang mengerjakan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) lainnya.
67 Ahmad Patoni, Pendamping KUBE, Wawancara, Dinas Sosial Lombok Tengah, 23
juni 2017. 68 Imam, Pendamping KUBE, Wawancara ,Dinas Sosial Lombok Tengah, 23 juni 2017. 69 Imam, Pendamping KUBE, Wawancara, Dinas Sosial Lombok Tengah, 23 juni 2017.
54
Mekanisme Pengumpulan ketiga kelompok dana: kas kelompok, IKS, dan bagi hasil, sangat bergantung pada jenis pengelolaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang dijalankan oleh KUBE, karena ketiganya diharapkan dapat mengikat dan menumbuhkan rasa kebersamaan dan memiliki KUBE. Hal ini menjadi sangat penting untuk dibahas pada saat pembentukan kelompok dan wajib dilaksanakan oleh anggota.70 Untuk pelaksanaan setiap kohor, KUBE dilaksanakan secara
berkesinambungan. Kegiatan diawali dengan Tahap Persiapan (T0), Tahap
Pembentukan/Perintisan UEP (T1), dan Tahap Pengembangan UEP (T2),
dan Tahap Kemitraan KUBE (T3).71
Dalam setiap tahapan ini, ada kegiatan Monitoring dan Evaluasi
untuk memastikan pelaksanaan sesuai dengan rencana.
1. Tahap Pelaksanaan (T0)
Kegiatan pada Tahap persiapan dapat dibagi kedalam dua tahap
kegiatan, yaitu:
Persiapan awal
Pada tahap awal kegiatan persiapan belum melibatkan
pendamping. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
a. Penentuan sasaran dan lokasi oleh Kementerian Sosial baik melalui
mekanisme sasaran rujukan ataupun non-rujukan program,
b. Sosialisasi program kepada Dinas Sosial yang menjadi sasaran
program,
c. Rekrutmen pendamping,
d. Pelatihan pendamping,
70 Dede Tsabitul Misyaq, pemimpin pengelola kube, Wawancara, Dinas Sosial Lombok Tengah 23 juni 2017.
71 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 20.
55
e. Kontrak kerja pendamping.
Persiapan lanjutan
Setelah rekrutmen, pelatihan, dan kontrak kerja pendamping,
tahapan kegiatan persiapan selanjutnya dapat dilaksanakan dengan
bantuan pendamping, antara lain:
a. Verifikasi data yang digunakan (baik mekanisme rujukan maupun
non rujukan program) oleh pendamping
b. Pendataan komplementaritas bantuan (PKH, Raskin, KIP, dan KIS)
yang sudah atau belum diperoleh oleh penerima KUBE
c. Pembentukan KUBE
d. Penentuan UEP dan pembuatan dan pengajuan proposal
e. Penetapan Penerima KUBE melalui SK Direktur Penanggulangan
Kemiskinan Perdesaan/Perkotaan dan Sosialisasi Ke Dinas Sosial
f. Dinas Sosial mensosialisasikan ke Pendamping dan KUBE
2. Tahap Pelaksanaan (T1-T3)
Kegiatan pada Tahap Perintisan UEP (T1) terdiri dari:
a. Pembuatan Rekening KUBE
b. Penyaluran bantuan stimulan dan pencairan dana
c. Perintisan UEP didampingi Pendamping
d. Pengupayaan komplementaritas program (PKH, Raskin, KIP, dan
KIS).
e. Bimbingan Teknis Lanjutan kepada Pendamping
f. Bimbingan Teknis Lanjutan kepada KUBE
56
g. Pertemuan Wajib Bulanan, Pengumpulan IKS, Kas Kelompok
h. Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan pada Tahap Pengembangan UEP (T2) terdiri dari
a. Pengembangan UEP didampingi Pendamping
b. Bimbingan Teknis Lanjutan Pengembangan UEP kepada KUBE
c. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi, dimungkinkan ada nya
insentif tambahan bagi KUBE dan pendamping. Insentif bagi
KUBE dapat diberikan berupa stimulan usaha maupun program-
program yang dapat bersumber dari Kementerian Sosial ataupun
dari sumber lainnya. Insentif bagi pendamping dapat diberikan
kepada pendamping berprestasi untuk meningkatkan kinerja dan
loyalitas terhadap program.
d. Pengupayaan komplementaritas program (PKH, Raskin, KIP, dan
KIS).
e. Pertemuan Wajib Bulanan, Pengumpulan IKS, Kas Kelompok
f. Pemantauan dan Evaluasi.
Kegiatan pada Tahap Kemitraan KUBE (T3) terdiri dari:
a. Pengembangan Kemitraan KUBE didampingi pendamping selama
enam bulan pertama. Kemitraan KUBE diharapkan bisa terjadi
bahkan lebih awal dari T3.
b. Terminasi/Rujukan ke program lain.
Setelah KUBE mendapatkan pendampingan guna
mengembangkan usaha dan juga menjalin kemitraan maka, dan
57
diharapkan pada saat itu, KUBE sudah mampu berdikari, maka
pendampingan terhadap KUBE tersebut dapat diterminasi, dan
KUBE dirujuk untuk menjadi bagian dari program pemerintah
lainnya, baik pusat ataupun daerah ataupun berusaha sendiri.72
3. Monitoring, Evaluasi Dan Pelaporan
Monitoring dan Evaluasi adalah hal yang sangat penting,
sehingga harus dilaksanakan dalam setiap tahapan kegiatan yang
dijalankan. Monitoring dilakukan terhadap proses pelaksanaan yang
sedang berjalan untuk menilai apakah pelaksanaan sudah sesuai
rencana, sementara evaluasi dilakukan untuk mengukur apakah
keluaran, hasil, dan tujuan dari program sudah tercapai. Untuk
memudahkan proses input data dan analisis, maka Sistem Informasi
Manajemen (SIM) berbasis internet diterapkan. Monitoring dilakukan
secara berkala oleh pendamping menggunakan instrumen yang ada
dalam Buku Catatan Pendamping dan dilaporkan dalam SIM di alamat
http://mis.kubepedia.info/. Selanjutnya Kementerian Sosial cq.
Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan/Perkotaan
melakukan pemantauan setahun sekali. Dinas Sosial sedianya juga
memantau perkembangan KUBE di daerahnya.73
Melalui KUBE diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan dan wawasan berfikir para anggota karena mereka dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial dalam mengelola usaha yang sedang dijalankan, dan berupaya menggali dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di lingkungan untuk keberhasilan
72 Dokumentasi, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, h. 21. 73 Dikutip dari Data panduan pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersam (KUBE), 23
juni 2017.
58
kelompok. Selain itu, diharapkan dengan kegiatan yang dilakukan di dalam kelompok dapat menumbuh kembangkan sikap berorganisasi dan pengendalian emosi yang semakin baik serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, rasa kepedulian dan kesetiakawanan sosial, baik di antara keluarga binaan sosial maupun kepada masyarakat secara luas.74
Ilustrasi Pengelolaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) secara
kelompok dan sub kelompok dengan sayarat sebagai berikut:75
74 Amak Andar, ketua Kelompok Usaha Bersama, Wawancara, Lombok Tengah, 03 juli 2017.
75 Dikutip dari Data panduan pelaksanaan program Kelompok Usaha Bersam (KUBE), 23 juni 2017.
59
Persyaratan sebagai berikut:
1. Dimusyawarahkan dan mendapat persetujuan dari pendamping KUBE
yang ditunjuk
2. Jenis usaha yang dikembangkan akan dikelola secara berkelompok
3. Pembagian dan pelaksanaan tugas dilakukan berdasarkan kesepakatan
kelompok
4. Tempat usaha berada pada lokasi tertentu
5. Modal yang digunakan merupakan modal bersama
6. Bantuan yang diberikan dari Kementerian Sosial dapat disisakan untuk
kas kelompok sesuai kesepakatan anggota KUBE.
7. Pemanfaatan kas kelompok sesuai aturan dan kesepakatan kelompok.
8. Keuangan dikelola melalui pembukuan kelompok
9. Keuntungan hasil UEP dikelola oleh kelompok
10. Pembagian keuntungan hasil UEP berdasarkan kesepakatan kelompok
11. Kelompok wajib membuat laporan perkembangan UEP dan membayar
IKS yang besarnya sesuai kesepakatan kelompok.
Ilustrasi Pengelolaan UEP secara Sub Kelompok
60
BAB III
ANALISIS SISTEM PENDANAAN DINAS SOSIAL DAN PERSEPEKTIF EKONOMI ISLAM TERHADAP KELOMPOK USAHA BERSAMA
(KUBE)
A. Analisis Sistem Pendanaan Dinas Sosial Terhadap KUBE
dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Miskin.
Berdasarkan hasil penelitian di bab gambaran umum lokasi penelitian
dan mekanisme pelaksanaan kegiatan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di
Lombok Tengah, maka selanjutnya peneliti akan membahas dan menganalisis
data tersebut dalam bab pembahasan ini. Sebagaimana yang dijelaskan di bab
II bahwa kegiatan Kelompok Usaha Bersama ini merupakan salah satu cara
untuk mengangkat perekonomian masyarakat miskin dengan cara
pemberdayaan.
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan salah satu pendekatan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat guna menanggulangi kemiskinan
yang dilakukan oleh Kementerian Sosial. Kegiatan pemberdayaan ini meliputi
pemberian bantuan stimulan untuk kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP),
pendampingan dalam merintis dan mengembangan usaha serta peningkatan
keterampilan teknis anggota. Kehadiran KUBE merupakan media untuk
meningkatkan motivasi warga miskin untuk lebih maju secara ekonomi dan
sosial, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok,
mendayagunakan potensi dan sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat
budaya kewirausahaan, mengembangkan akses pasar dan menjalin kemitraan
sosial ekonomi dengan berbagai pihak yang terkait. Penanggulangan
60
61
Kemiskinan merupakan kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan
terhadap orang, keluarga, kelompok dan atau masyarakat yang tidak
mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
yang layak bagi kemanusiaan baik di perdesaan maupun perkotaan.
Dengan demikian, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai
tujuan, maka pemberdayakan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang
ingin di capai oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup baik yang besifat fisik, ekonomi maupun sosial
seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berperestasi dalam kegiatan sosial dan mandiri
dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.76
KUBE merupakan program yang dibuat oleh pemerintah, karena
pembangunan ekonomi rakyat adalah kewajiban pemerintah demi mencapai
kemaslahatan umat, dengan demikian untuk pembangunan ekonomi Dinas
Sosial Lombok Tengah sangat berperan untuk keberlangsungan program
KUBE tersebut, hususnya bagi masyarakat miskin di Lombok Tengah, melihat
dari keadaannya, masih banyak warga yang belum mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari hari. Dinas Sosial Lombok tengah merupakan
Sektor Publik untuk mengatasi masalah kemiskinan yang belum juga teratasi.
76 Edi suharto, Membangun masyarakat memberdayakan rakyat (Bandung: PT Refika
Aditama,2009), h.58-60.
62
Pembahasan tentang pembiayaan sektor publik oleh pemerintah, erat
kaitanya dengan pembahasan tentang peran dan tugas Negara dan
perekonomian yang ditinjau dari sisi ekonomi Islam, maupun ekonomi
konvensional. 77
Secara umum, menurut Ibnu Taimiyah tugas pemerintah atau Negara
dalam perekonomian, erat kaitanya dengan tujuan dari sebuah pemerintahan,
ibnu Timiyah menyatakan : “tujuan terbesar dari Negara adalah mengajak
penduduknya melaksanakan kebaikan dan mencegah mereka berbuat
mungkar”. Terkait dengan peran Negara dalam perekonomian, hususnya untuk
menghilangkan kemiskinan yang dimana menurut Ibnu Taimiyah seseorang
harus hidup sejahtera dan tidak tergantung pada orang lain, sehingga mereka
mampu memenuhi sejumlah kewajiban dan keharusan agamanya. Menjadi
kewajiban sebuah Negara untuk membantu warga Negara mampu mencapai
kondisi pinancial yang lebih baik. Beliau menyatakan : “merupakan sebuah
consensus umum bahwa siapa pun yang tak mampu memperoleh penghasilan
yang mencukupi harus dibantu dengan sejumlah uang, agar mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri”.78
Dalam sistem pendanaan yang dilakukan untuk mengatasi masyarakat
miskin yang dilakukan oleh tiga sumber dana yang ada yaitu Kementrian
Sosial, Dekon Dindos Provinsi dan APBD II yang merupakan wadah dari
pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan, Islam mempertimbangkan
77 Nurul Huda, dkk, “Keuangan Public Islam Pendekatan Teoritis dan Sejarah, (Jakarta :
Prenada mediagroup, 2012), h. 5. 78 Ibnu Taimiyah, Keuangan Republic Islami, terj.Nurul Huda, (Jakarta : prenada media
group, 2012), hal. 6.
63
keadilan sebagai dasar pemerintahan. Prinsip kesatuan agama dan hukum
harus diperhatikan. Tanpa otoritas politik yang terorganisir, eksistensi agama
dan hukum bisa berbahaya tanpa dibatas oleh syariah, pemerintah akan
menjadi tatanan polotik tiranik dan tidak adil. Hanya dengan memegang teguh
keadilanlah pemerintah dapat menjalankan fugsinya yang tepat. Perhatian
pada keadilan bisa menghasilkan konvergensi antara kepentingan pemerintah
dan yang diperintah, dan melahirkan kondisi perbaikan sosial dan ekonomi,
serta meningkatkan kekuatan Islam dalam masyarakat. Ada dua faktor yang
yang wajib ada : kesadaran moral individual untuk tidak melanggar batasan
yang ditentukan atas prilaku mereka dan kepatuhan otoritas politik terhadap
pasal-pasal dalam perjanjian yang dibuatnya dalam memastikan implementasi
peratuaran pemerintah.79
Islam telah memberantas penyakit dan bahaya kemelaratan dengan
membangunkan hati dan dengan kekuatan undang undang Negara, telah
menjadikan bekerja dan berusaha sebagai sendi dalam segala tujuan.
Disuruhnya umat Islam berusaha, bahkan berusaha itu diutamakannya dari
pada beribadah semata-mata dan disuruh pula untuk rajin dan kerja keras.
Tidak dapat disangakal lagi bahwa itulah sebaik-baiknya jalan untuk ini, tetapi
juga dijanjikan balasan pahala dari Allah di akhirat nanti. Islam menentang
kemiskinan dengan jalan memanggil akhlak yang tinggi, dan membasmi
79 Abdullah Zaky Al Kaaf, ekonomi dalam perspektif Islam ……, h. 14.
64
segala kejahatan dan kemungkaran dengan alasan-alasan dan hukum-hukum.
Jikalau segala jalan tersebut dapat dituruni orang-orang jahat.80
Individu sebagai anggota masyarakat, bukan hanya menentukan
pilihan mereka sendiri, tetapi mereka juga berintaraksi dengan angota
masyarakat lain melalui intraksi yang di fasilitasi oleh kontrak eksplisit dan
imlisit yang dimasukan ke dalam ikatan yang ditentukan oleh setting
institusional masyarakat. Kontrak tersebut menetapkan kewajiban yang harus
dipenuhi oleh semua pihak untuk mencapai tujuan kontrak tersebut.81
B. Analisis Tentang Perspektif ekonomi Islam dalam sistem pendanaan
Dinas Sosial terhadap KUBE di Lombok Tengah.
Dalam Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) merupakan
program yang di buat pemerintah untuk masyarakat miskin, Fakir Miskin
(FM) adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
pencaharian dan atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak
mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi
kehidupan dirinya dan atau keluarganya. Sehingga Pemerintah membuat
program KUBE untuk mengatasi kemiskinan dengan adanya Kegiatan yang
berkaitan dengan usaha kesejahteraan sosial.
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) adalah suatu kelompok yang
dibentuk oleh warga / keluarga-keluarga binaan sosial yang terdiri dari orang-
80 Ibid.h. 224. 81 Zamir Iqbal Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam teori dan prktik, (Jakarta :
Prenada Media Group, 2008), h. 5.
65
orang atau keluarga-keluarga kurang mampu (prasejahtra) yang menerima
pelayanan sosial melalui kegiatan program pemberdayaan fakir miskin.82
Peranan Negara pada umumnya, pemerintah pada hususnya sangat
menentukan dalam pelaksanaan nilai-nilai sistem ekonomi Islam. Peranan itu
diperlukan dalam aspek hukum, perencanaan dan pengawasan alokasi atau
distribusi sumberdaya dan dana, pemerataan pendapatan dan kekayaan serta
pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.83
Pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada
pihak lain untuk mendukung investasi yang telah di rencanakan.84
Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Lombok Tengah
memilik tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk
meningkatkan kesejahtraan ekonomi melalui terwujutnya penghidupan yang
berkelanjutan dan juga meningkatkan keberfungsian sosial para anggota
kelompok. Termasuk untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi hususnya
dalam pembangunan usaha, Meningkatkan kemampuan dalam menjalankan
peranan sosial dalam masyarakat.
Kata pemberdayaan dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata
daya yang artinya : Tenaga, kekuatan, kemampuan, upaya ihtiar, usaha, jerih
payah.85
82Pekeja Sosial Tuban. “KUBE Pemberdayaan Fakir-Miskin ”
https://pekerjasosialtuban.wordpress.com, diambil pada tanggal 19 april 07.27 WITA 83 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia UI-Press, 1988), h. 17. 84
Muhammad, Manajemen pembiayaan bank syariah,(Yogyakarta: Upp, Amn Ykpn, 2002), h. 17.
85 Suyadmi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Magelang. Cv, “tidar Ilmu”), h. 126.
66
Konsepsi pemeberdayaan dalam Islam adalah bersifat menyeluruh
(holistik) menyangkut berbagai aspek dan sendi-sendi dasar kehidupan.
Berbicara menegenai pemeberdayaan tidak dapat terlepaskan dari persoalan
kemiskinan sebagai objek dari pemberdayaan itu sendiri. Pemberdayaan
mempunyai filosofi dasar sebagai suatu cara pengubah masyarakat dari yang
tidak mampu menjadi berdaya, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya.
Program KUBE ini tujuannya adalah pemberdayaan masyarakat
miskin yang semulanya tak berdaya dalam kegiatan ekonomi menjadi berdaya.
Dengan demikian pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dan masyarakat,
termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai
tujuan maka pemeberdayaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang ingin
di capai oleh sebuah perubahan sosial. Yaitu masyarakat yang berdaya
,memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidup baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial.
Sehingga kegiatan KUBE yang dilaksanakan sangat berperan penting
karena akan sangat berpengaruh pada perekonomian masyarakat miskin lebih
lagi dalam program tersebut dana yang diberikan tidak dikembalikan lagi
kepada sumber pendanaan KUBE. Dalam Islam sesuatu yang diberikan
kepada seseorang tanpa mengharapkan imbalan atau pengembalian apa yang
telah diberikan disebut hibah.
67
Hibah berarti pemilikan terhadap sesuatu pada masah hidup tanpa
meminta ganti.86
Meskipun tidak memiliki motif ibadah layaknya zakat, infak, sedekah,
wakaf dan kafarat, secara sosial dan ekonomis hibah memiliki peran dalam
meningkatkan produktifitas. Memberi apapun, dengan motif apapun, jika
dipandang dengan lensa positif, akan dapat bernilai positif bagi pemberi dan
penerima baik di dunia maupun di akhirat. Tidak setiap yang positif akan
bernilai positif, sejauh menggunakannya dalam hal-hal negatif. Sebaliknya
tidak setiap perkara mubah bernilai nol selama penggunaanya untuk kebaikan.
Hibah adalah pemeberian terpuji selama zakat, infak dan sedekah yang
merupakan tuntutan agama telah ditunaikan dan telah memenuhi kebutuhan
dasar hidup masyarakat. Dalam konteks ini, hibah secara aksiologis ajkan
digunakan untuk lebih memeberdayakan hidup masyarakat di atas standar
kelayakan, baik makanan, pakaian, tempat tinggal atau usaha.
Bila demikian hibah memiliki posisi yang sama dalam mengatasi
kemiskinan, menjamin kekurangan dan keterbatasan ekonomi masyarakat
dalam memenuhi standar hidupnya.
Kaitannya dengan pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
dalam persepektif ekonomi Islam bahwa kerja sama dalam usah itu
diperbolehkan.
86 Muhammad Rawwas, ensiklopedia fiqih, cet 1 (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 1999),
h. 143.
68
Kerja sama dalam pandangan Islam disebut syikah, secara bahasa
syirkah berarti perserikatan dua atau lebih tanah. Di dalam hukum syikah
bermakna kerja sama (partnership) antara dua orang atau lebih di dalam bisnis
atau dalam kekayaan. Bisnis secara kerja sama dinyatakan sah dan legal oleh
Islam. bentuk organisasi bisnis ini telah ada sejak zaman dahulu. Selama masa
hidup Nabi dan para sahabat beliau, kerja sama ini amat popular diantara
kaum muslimin.87
Ada prinsip-prinsip yang dijalankan oleh Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) diataranya yaitu:88
a. Kekeluargaan.
Prinsip ini menekankan bahwa pengembangan KUBE perlu
dibangun atas semangat kekeluargaan diantara sesama anggota KUBE dan
lingkungannya. Nilai seperti ini akan menumbuhkan suatu semangat dan
sikap kerja tanpa pamrih dalam mewujudkan dan semangat kebersamaan
diantara sesama para anggota KUBE.
b. Kegotong royongan.
Kegotong royongan berarti menuntut perlu adanya kebersamaan
dan semangat kebersamaan di antara sesama para anggota KUBE. Dalam
prinsip tidak menonjolkan adanya perbedaan antara atasan dan bawahan,
tetapi mengedepankan kebersamaan diantara sesama.
87 Muhammad Sharif Chaudhry, “system ekonomi islam perinsip dasar” (Jakarta : Kencan Prenadamedia Group, 2014). h. 211. 88 Hartono Laras, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE, (Jakarta
: Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2015), h.39.
69
Untuk pembagian hasil keuntungan ke anggota, jika pembagian
tugasnya merata, maka, pembagian hasil juga harus merata. Namun, bila
ada anggota yang bekerja lebih banyak dari yang lain, maka harus
mendapatkan bagian yang lebih besar juga sesuai dengan tenaga dan
pikiran yang dicurahkan untuk pengelolaan Usaha Ekonomi Produktif
UEP.89
Kerja sama dalam menjalankan usaha ekonomi produktif (UEP) , baik
dalam bekerja, mengurus, melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam
program KUBE tersebut dengan kesepakatan yang telah buat baik dalam segi
bagi hasil, produksi dan menanggung kerugi dan mereka dalam kegiatan
usahanya mengadakan Kas untuk kelompok yang akan di gunakan kelak untuk
anggota kelompok itu sendiri untuk kepentingan pribadi atau kelompok,
sehingga kelompok tidak harus meminjam uang kepeda orang lain. Dalam
pembagian hasilnya kelompok tersebut bagi hasil sesuai dengan tingkatan
kelompok seperti ketua, sekertaris dan bendahara mendapatkan lebih banyak
dari anggota karena mereka lebih berperan aktif dalam pengembangan usaha.
Kegiatan yang berkaitan dengan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di
Lombok Tengah yang dilakukan untuk memenuhi usaha kesejahteraan sosial
dapat berupa pengelolaan santunan hidup, Iuran Kesetiakawanan Sosial (lKS),
arisan, pengajian, perkumpulan kematian, usaha simpan pinjam, pelayanan
koperasi, usaha tolong menolong atau gotong royong, usaha pelayanan sosial
untuk membantu orang tidak mampu, usaha-usaha untuk mencegah timbulnya
89 Ibid. h.55.
70
permasalahan sosial di lingkungannya, dan usaha-usaha kesetiakawanan sosial
lainnya. Karena tujuan mereka adalah saling tolong menolong antar sesama
bukan untuk kepentingan per individu.
Ekonomi Islam bertujuan untuk mensejahtrakan masyarakat secara adil
dan seimbang karena dengan landasan ini para pihak yang terlibat dalam
proses ekonomi tidak saling menindas atau mengeksploitasi satu sama lain,
nilai-nilai moral menjadi bagian fundamental bagi kegiatan ekonomi.90
Dalam persepektif ekonomi Islam, peran Dinas Sosial dalam
mengatasi perekonomian masyarakat miskin yang ada di Lombok Tengah
tergolong menerapkan kebijakan-kebijakan ekonomi Islam yang menyentuh
nilai-nilai keadilan dengan tujuan tercapainya kesejahtraan masyarakat adalah
adanya mekanisme filter dalam mengelola sumber daya, dengan sasaran
kebijakan yaitu adanya keadilan sosial, pendidikan universal, pertumbuhan
ekonomi dan maksimalisasi angkatan kerja, dengan mengemblikan semua
aktivitas perekonomian di bawah ketentuan Islam. Pemberdayaan masyarakat
adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai
sosial.
Sebagai solusi alternatif terhadap pemberdayaan perekonomian
merupakan bagian dari tata kehidupan yang lengkap, dengan mengedepankan
nilai-nilai normatif dalam menyentuh segala kehidupan masyarakat
memeberikan peluang dan memberdayakan kembali suberdaya-suberdaya
untuk meningkatkan kesejahtraan sebagai saran ibadah.
90 Euis Amalia, Keadilan distributive dalam ekonomi islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo,
2009), h. 357.
71
Kebijakan-kebijakan ekonomi Islam yang menyentuh nilai-nilai
keadilan dengan tujuan ketercapainya kesejahtaan dan pemerintah memeiliki
peranan penting dalam mengawasi dan membantu jalannya roda ekonomi.
Dengan demikian terciptanya masyarakat kedepan akan sesuai dengan yang di
cita-citakan.
Keadilan dengan berbagai istilah memang cukup banyak disebutkan
dalam Al-Quran ayat yang paling sering di rujuk adalah surat Al-Nahl (16):90
yang berbunyi:91
ت ۞ ت ا � ي و ٱ�ع � ى � � ىى ٱ� � ىى ذي و لا�يي ٱ� عي و
ا�ء و ٱ� � و ٱ� � ٱ� � � ع و ٱعلت ت ٩ تArtinya :Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran
Selama penelitian berlangsung, peneliti melihat dari kegiatan yang
dilakukan oleh Dinas Sosial hususnya yang menangani masalah KUBE
dilakukan sesuai syariat Islam karena bersifat adil dan menyelesaikan masalah
dengan bermusyawarah, melakukan tugas sesuai petunjuk tehnis pelaksanaan
program KUBE di Lombok Tengah akan tetapi, ada berbagai kendala yang
dihadapi oleh yang menangani masalah KUBE yaitu kurang kesadaran dalam
mengelola sumber daya, tidak sepenuh hati dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan kelompok yang telah dibimbing oleh pendamping KUBE.
91 QS. An Nahl [16] : 90.
72
Jika hukum-hukum dapat terjaga selamanya, pelanggaran oleh
golongan penindas atas hak-hak kaum yang lemah dapat dicegah, golongan
minoritas yang berkuasa tidak diizinkan untuk merusak dan merampas dan
merusak masyarakatnya untuk kesenangan dan kepentingan materi, tatanan
Islam terpelihara dan semua individu mengikuti jalan Islam tanpa ada
penyimpangan.92
Sesungguhnya Islam memberantas sifat royal, menumpukkan harta,
dan riba, dengan firman Allah.
� ا۞ ى� ي و�ا ٱت ا ت ءا ا ري ث � ا � لو ٱ � � ا و � ا ٱ وى � ا �و ٱ� ى ي ٱ تا ي عي و ي و ت و ٱت ٱ� ت و ٱ ت �
ون ا و� ي ا � ر � ت � ع ٣٤ ٱArtinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian
besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.93
Bahkan, Allah mewajibkan zakat atas harta-harta yang di tumpuk
tersebut dan mengharamkan harta riba, firman Allah di atas, ditujukkan untuk
mengangkat derajat kehidupan kaum golongan proletar dan marhaen, dan
menurunkan kehidupan orang-orang yang mampu dari keroyalannya sehingga
perimbangan hidup dalam masyarakat menjadi teratur dan sama rata.
Diharamkan pemborosan maksudnya supaya harta-harta tersebut dapat di
gunakan untuk hasil lebih banyak faedahnya bagi masyarakat bersama. Di
haramkan penumpukan harta supaya harta tersebut dapat beredar, dan
92Imam Khomeini, Sistem Pemerintahan Islam, ( Jakarta,:Pustaka Zahra, 2002), h. 53. 93 QS. At-Taubah [10] : 34.
73
peredaranya tidak secara riba, supaya dapat dipakai secara kooperatif. Apalagi
manusia tidaklah merasakan kesenangan dan kemegahan yang sebenarnya
dalam hidup royal kesenangan dan kemegahan itu, hanyalah bisa diperoleh
dengan perbuatan baik dan membantu. Dan apabila penumpukan harta tidak
dapat memberi jaminan, jaminan itu akan diperoleh dalam masyarakat Islam
yang bersifat kolektif, yang tidak menyia-nyiakan hidup seseorang, dan tidak
merendahkan derajatnya. Begitu juga kalau dalam sistem riba ada jaminan,
jaminan itu akan diperolehnya dalam kegembiraan bekerja dan bersekutu
secara kooperatif, bersama-sama saudaranya yang menjalakan hartanya itu.94
Marialah kita memeperhatiakan bagaimana Islam memberi rumus
untuk mengobati persoalan kemelaratan yang sekarang menjadi penyakit
sebasar-besarnya bagi masyarakat. Tidaklah pernah Islam memandang
kemelaratan sebagai suatu kehinaan yang menurunkan derajat orangnya. Islam
mengambil ukuran bahwa manusia yang paling dekat dengan Allah ialah
orang-orang yang paling berbakti. Dengan demikian, kaum proletar yang
bagimana pun melaratnya mungkin lebih tinggi derajatnya dari mereka yang
banyak hartanya dan hidup dalam kemegahan. Inilah bantuan pertama dari
Islam terhadap kaum proletar. Kemudian Islam memperhatikan nasib mereka.
Ada orang yang melarat karena lemahnya tenaga dari bekerja, dan adapula
yang jatuh melarat karena tidak ada jalan untuk mencari penghidupan. Adapun
terhadap orang yag lemah karena penyakit yang suakar mengobatinya, Islam
94 Abdullah Zaky Al Kaaf, ekonomi dalam perspektif Islam, (Bandung : CV Pustak Mulia,
2002), h. 224.
74
menjadikan usaha bantuan baginya suatu kewajiban atas seluruh masyarakat,
bukannya sokongan dan darma yang boleh dilengahkan.95
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, tujuan utama Islam
adalah menegakkan tatanan sosial yang adil dan bermoral melalui perantara
manusia. Prinsip Islam ini merupakan sumber makna dan legitimasi bagi
pemikiran prilaku peraturan pemerintah yang bersifat subtantif dan regulatif,
pembentukan komunitas dan prilaku pemerintah dan otoritas politik. Dapat
dikatakan bahwa penekanan terhadap keadilan inilah yang membedakan
sistem ekonomi Islam dari semua sistem lainnya. Melalui konsep keadilan ini
lah raison d’etre peraturan yang mengatur prilaku ekonomi individual serta
istitusi ekonomi dalam Islam dapat dipahami. Yang memberikan orientasi,
makna dan efektivitas kepada prilaku seorang muslim adalah bertindak
dengan mengetahuan bahwa keadilan menimbulkan keridhaan Allah, dan
ketidak adilan menimbulkan kemungkarannya. 96
Di satu pihak Islam menjamin berlangsungnya distribusi kekayaan
diantara manusia secara adil dan, dilain pihak, Islam memeberikan jaminan
sosial kepada kelompok miskin dan melarat dalam bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar. Disamping itu, Islam juga melindungi kaum lemah dari
ekspoloitas ekonomi oleh kaum kuat. Itulah aspek dan perwujudan dari apa
yang disebut keadilan sosial Islam.97
95 Abdullah Zaky Al Kaaf, ekonomi dalam perspektif Islam ………. hal. 222. 96 Abdullah Zaky Al Kaaf, ekonomi dalam perspektif Islam, (Jakarta : Kencan Prenada
media, 2012), h. 13. 97 Sharif Chaudhry Muhammad, “System Ekonomi Islam Perinsip Dasar” (Jakarta
:kencana prenadamedia group, 2014) Cet 2, h. 293.
75
Bila syariah sudah maenjadi nafas kehidupan, dapat dipastikan bahwa,
manusia sebagai pelaku ekonomi, pemerintah sebagai pemegang kebijakan
akan menjalankan tugas, fungsi, dan tanggung jawab masing-masing dalam
menjalankan roda kehidupan. Bila individu, keluargaa, masyarakat sudah baik,
kohesi sosial, hubungan masyarakat dengan pemerintah, kegiatan ekonomi,
dan aktifitas sosial lainnya juga akan menjadi baik. Hal ini, karena setiap
denyut nadi usaha bergerak diatas jantung syriat, berjalan sesuai dengan misi
agama dan kebutuhan alamiah manusia.
.
76
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan beberapa kesimpulan yaitu:
1. Sistem pendanaan yang telah dijalankan oleh yang memberikan dana
KUBE telah melakukan tugasnya sesuai dengan aturan yang berlaku,
mulai dari proses pengajuan proposal, penetapan pendamping yang nanti
akan mendampingi kelompok dalam proses pelaksanaan program, terkait
dengan sulitnya usaha KUBE untuk berhasil bukan terletak pada masalah
yang memberikan dana ataupun yang menangani KUBE, melainkan
kelompok KUBE itu sendiri bagaimana aktifnya kelompok KUBE dalam
mengembangkan usahanya. Masyarakat beranggapan bahwa penyebab
usaha mereka tidak berhasil karena mereka memberikan dana itu secara
tidak adil, contohnya mereka mendapatkan dana dalam bentuk barang
yaitu kambing, mereka akan diberikan kambing sesuai dengan jumlah
dana yang mereka dapatkan, misalnya satu kelompok mendapatkan 10-15
ekor kambing seharga Rp. 20.000.000 per kelompok yang harganya telah
ditentukan oleh harga standar daerah. Namun ketika mereka menjual hasil
dari usaha yang telah mereka jalani mereka hanya mendapatkan sedikit
keuntungan dari kambing yang mereka telah jual dari harga yang mereke
tetapkan oleh pengelola KUBE, tapi itu terjadi karena kurangnya pemahan
tentang pemasaran, anggota kelompok harus pandai melihat situasi harga
76
77
yang mengalami fluktuasi , mereka menjual kambing tersebut saat harga
kambing menurun. Itu menyebabkan mereka sedikit mendapatkan
keuntungan.
2. Perspektif ekonomi Islam terhadap sistem pendanaan Dinas Sosial
terhadap Kelompok Usaha Bersam (KUBE) di Lombok Tengah adalah
telah melakukan tahap-tahapan untuk pemberdayakan masyarakat miskin
sesuai dengan ajaran Islam , seperti bagi hasil namun kendala yang mereka
hadapi adalah sulit berkembang karena banyak yang memang belum sadar
untuk benar-benar melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan
istikomah. Dengan mengembalikan semua aktivitas perekonomian di
bawah ketentuan Islam. Sebagai solusi alternatif terhadap pemberdayaan
perekonomian merupakan bagian dari tata kehidupan yang lengkap,
dengan mengedepankan nilai-nilai normatif dalam menyentuh segala
aspek kehidupan masyarakat.
B. Saran
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka ada beberapa saran yang
penulis perlu disampaikan pada yang menjalankan program pemberdayaan
masyarakat miskin di Lombok Tengah yaitu:
1. Pemerintah
Diharapkan kepada pemerintah untuk lebih memperhatiakan lagi
masyarakat yang memang sangat membutuhkan bantuan yang sebenarnya
yang mereka harus terima oleh masyarakat Lombok Tengah.
78
2. Pelaksana program KUBE
Diharapakan dapat menumbuhan kesadaran bagi masyarakat atau
anggota kelompok KUBE untuk serius menjalan kan semua aktifitas yang
ada dalam kelompok maupun diluar kelompok dan memberikan
pandangan bahwa itu merupakan kekuatan ekonomi umat, sehingga untuk
tahun kedepan dapat mengembangkan usaha mereka sesuai dengan
harapan.
3. Masyarakat
Diharapakan masyarakat bisa lebih meningkatkan kesadaran dalam
menjalankan ekonomi sesuai dengan peraturan Islam baik itu dalam bagi
hasil dalam usaha yang dijalankan.
79
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Zaky Al Kaaf, ekonomi dalam perspektif Islam, Jakarta : Kencan Prenada media, 2012.
Afifuddin. Beni Ahmad Saebani. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.
Al- hakim Lukman, religiusitas dan Etos Kerja dalam pembangunan ekonomi Umat Mataram Lombok : Cerdas Press Mataram, 2009.
Arifashkaf, “pengertian sistem dan contohnya (Softskill)”, dalam.https:// arifashkaf.wordpress.com, diambil pada tanggal 26 juli 07.30 WITA
Arrayyah Hamdar ,peneropong phenomena kemiskinan telaah perspektif Al-Quran cet. 1Yogyakarta :PUSTAKA PELAJAR, 2007.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, “metodologi penelitian member bekal teoritis pada mahasiswa tentang metodologi penelitian setarta dapat melaksanakan penelitian dengan langkah yang benar” cet. 14 Jakarta PT Bumi Aksara, 2015.
Djam’an satori dan Aan Komariyah, “metodologi penelitian kualitatif” cet. 6 Bandung : alfabeta, 2014.
Euis Amalia, Keadilan distributive dalam ekonomi Islam, Jakarta: PT Rajagrafindo, 2009.
Frianto Pandia, manajemen dana dan kesehatan bank, Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2012.
Hartono Laras, petunjuk tehnis pelaksanaan Kelompok Usaha Besama KUBE,
Jakarta : Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2015.
Husaini Usman. Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi
Imam Khomeini, Sistem Pemerintahan Islam, Jakarta,:Pustaka Zahra, 2002.
Juliansyah Noor. Penelitian Ilmu Manajemen. Jakarta: Kencana, 2013.
Laxy J Meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Roadakarya, 2014.
______Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012.
______ Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta, 2014.
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 1988.
80
Muhammad Rawwas, ensiklopedia fiqih, cet 1, Jakarta : Rajagrafindo Persada, 1999.
Muhammad Sharif Chaudhry, “system ekonomi islam perinsip dasar” Jakarta : KENCANA PRENADAMEDIA GROUP, 2014.
Muhammad Yusuf, “ManajemenKeuangan Syariah”, Mataram : CV. Nasabil, 2015.
Nurul Huda, dkk, “Keuangan public islam pendekatan teoritis dan sejarah”
Jakarta : KENCANA PRENADA MEDIA GROUP,2012.
Pekeja sosial tuban. “kube pemberdayaan fakir-miskin ” https:// pekerjasosialtuban.wordpress.com, diambil pada tanggal 19 april 07.27 WITA
Sharif Chaudhry Muhammad, “System Ekonomi Islam Perinsip Dasar” Jakarta :kencana
prenadamedia group, cet 2 2014.
Subana “ dasar-dasar penelitian ilmiyah” Cet. 2, Bandung : Pustaka Setia, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2008.
Syofiyan Siregar, “statistik Parametrik untuk penelitian kuantitatif”
Zamir Iqbal Abbas Mirakhor, Pengantar Keuangan Islam teori dan prktik, Jakarta : Prenada Media Group, 2008
81
LAMPIRAN
82