skripsi psmokers melanosit pdf

57
7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 1/57 PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS  PADA KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) SKRIPSI MELDA J 111 11 285 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

Upload: gestia-fd

Post on 19-Feb-2018

255 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 1/57

PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS  PADA KALANGAN PETANI

( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap)

SKRIPSI

MELDA

J 111 11 285

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 2: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 2/57

PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS  PADA KALANGAN PETANI

( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MELDA

JIII 11 285

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

Page 3: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 3/57

 

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS  PADA KALANGAN PETANI

( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap)

Oleh : MELDA / J111 11 285 

Telah diperiksa dan disah kan pada tanggal 20 Juni 2014

Oleh :

Pembimbing

Prof.Dr.drg.Harlina,M.kes

 NIP.19630118 198903 2 002

Mengetahui,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

Prof.drg.H.Mansjur Nasir, Ph.D

 NIP.19540625 198403 1 001

Page 4: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 4/57

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa yang tercantum namanya di bawah ini :

 Nama : MELDA

 Nim : J111 11 285

Judul Skripsi : PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS  PADA KALANGAN

PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap) 

Menyatakan bahwa judul skripsi yang diajukan adalah judul yang baru dan tidak terdapat

di Perpustakaan Fakultas Kedokteran Gigi Unhas.

Makassar, 19 Juli 2014

Staf, Perpustakaan FKG-UH

NURAEDA, S.Sos

Page 5: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 5/57

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul PREVALENSI  SMOKER’S MELANOSIS   PADA

KALANGAN PETANI ( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang

Kab.Sidrap)  sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin Makassar.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat beberapa

hambatan dan kekurangan. Akan tetapi, berkat bantuan dari berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan hati perkenankanlah penulis

menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1.  Allah SWT, yang tiada putus-putusnya melimpahkan taufiq, rahmat, serta

hidayah-Nya

2.  Prof.drg.H.Mansjur Nasir,Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin.

3.  Prof.Dr.drg.Harlina, M.Kes selaku pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, seta petunjuk

kepada penulis yang sangat bermanfaat dalam penyusunan tugas akhir ini.

Page 6: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 6/57

4.  drg.Baharuddin MR.Sp.Orth, selaku Penasehat Akademik yang telah

memberikan pengarahan selama menyelesaikan program studi Strata 1 di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

5.  Staf pengajar bagian penyakit mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hasanuddin.

6.  Seluruh staf pegawai Fakultas Krdokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang

telah memberikan bantuan kepada penulis.

7. 

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis persembahkan kepada keluarga

tercinta Ayahanda Suardi dan Ibunda Rahmatiah yang tercinta. Dengan segenap

curahan kasih saying, doa yang tulus ikhlas serta pengorbanan beliau yang tak

terhingga mempermudah langkah penulis dalam meraih cita-cita. Semoga Allah

SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya dan memberikan surge,

sebaik-baiknya blasan bagi beliau. Begitu pula dengan saudara penulis tercinta

Herawati, Ade Irma Suardi dan Muh.rizaldi terima kasih atas bantuan dan

 pengertiannya.

8.  Untuk Andi Affan Makkaraka, S.E, terima kasih banyak atas perhatian, kasih

sayang, serta dukungannya selama ini kepada penulis.

9.  Seluruh keluarga besar Oklusal 2011 FKG UNHAS yang tersayang dan tercinta

terima kasih atas bantuannya, motivasi, kebersamaannya dan solidaritasnya,

 penulis sangat berterima kasih.

Page 7: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 7/57

10. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh Keluarga Besar Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang tidak dapat disebutkan namanya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun. Semoga skripsi ini dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan

 bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Kedokteran

Gigi. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi kita

semua, amin.

Makassar, 20 Juni 2014

Penulis

Page 8: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 8/57

PREVALENSI SMOKER’S MELANOSIS  PADA KALANGAN PETANI

( Studi Pada Petani Perokok Kec.Panca Rijang Kab.Sidrap)

MELDA

Abstrak

Latar Belakang : Rokok merupakan benda yang tidak asing lagi di masyarakat.

Perokok saat ini dapat dijumpai berbagai kelas sosial, status serta kelompok umur

yang berbeda. Ironisnya sebagian besar perokok justru berasal dari golongan ekonomi

yang rendah dimana prevalensi perokok pada petani lebih besar dibanding yang tidak bekerja, sekolah, pegawai dan wiraswasta. Hal ini dikarenakan rokok sangat mudah

untuk didapatkan. Merokok dapat menyebabkan timbulnya kondisi patologis dirongga mulut. Penyakit yang paling sering dikaitkan dengan merokok adalah

 smoker’s melanosis.

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi  smoker’s

melanosis dikalangan petani.

Metode : Penelitian ini adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan studi potong

lintang.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan dari 110 orang subjek penelitian yang

diperiksa, prevalensi  smoker’s melanosis  pada kalangan petani sebanyak 94 orang(85.5%). Kejadian  smoker’s melanosis  paling banyak dijumpai pada perokok yangmerokok dengan jenis rokok putih sebanyak 47 orang (42.7%). Kejadian  smoker’s 

melanosis paling banyak dijumpai pada lama merokok > 10 tahun sebanyak 88 orang

(80.0%). Kejadian smoker’s melanosis paling banyak dijumpai pada perokok dengan jumlah rokok yang dihisap >15 batang per hari sebanyak 75 orang (68.2%). Kejadian

 smoker’s melanosis paling banyak dijumpai pada perokok yang merokok dengan cara

menghisap rokok dengan hisapan dalam sebanyak 65 orang (59.1%).

Kata kunci : Perokok, Smoker’s Melanosi s, petani

Page 9: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 9/57

PREVALENCE OF SMOKER’S MELANOSIS FOR FARMERS

( A Study of Smoker Farmer in Panca Rijang Subdistrict of Sidrap Regency)

MELDA

Abstract

Background: Cigarette is a usual material for people. Today, the smokers can be found in

various different social class, status and age group. The ironical mostly of smokers coming

from low economic class where the prevalence of smoker farmers is larger than

unemployment, students, public servant and entrepreneur. This due to the cigarette is easy to

obtained. The smoking can cause the occurrence of pathologic condition in mouth cavity.

The disease is frequent associated to the smoke is smoker’s melanosis.

Objective: the objective of this study was to know the prevalence of  smoker’s melanosis for

farmers.

Methods: this study is descriptive by cross-section approach.

Results: the result of study indicate that from 110 subject of study studied, prevalence of smoker’s melanosis for farmers of 94 persons (85.5%). The incidence of smoker’s melanosis 

at most found for smokers who smoke white cigarette as much 47 persons (42.7%). The

incidence of  smoker’s melanosis  as most found in the length of smoke > 10 years of 88

 persons (80.0%). The incidence of smoker’s melanosis at most found of smokers who smoke

total cigarette > 15 stick a day as much 75 persons (68.2%). The incidence of  somker’s

melanosis  at most found for smokers who smoke by deep sucking as much 65 persons

(59.1%).

Keywords: smoker, smoker’s melanosis, farmer  

Page 10: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 10/57

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………… i

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iii

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. iv

DAFTAR ISI.………………………………………………………………… .. vii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………...... ix

DAFTAR TABEL……………………………………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1 

1.1  Latar Belakang Masalah……………………………………….. …. 1

1.2  Rumusan Masalah…………………………………………………..  3

1.3  Tujuan Penelitian……………………………………………………. 3

1.4 

Manfaat Penelitian…………………………………………………..  3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………. 5

2.1  Konsep Dasar Merokok ……………………………………………… 5 

2.1.1  Pengertian merokok…………………………………………. 5

2.1.2  Cara menghisap Rokok……………………………………… 5 

2.1.3  Klasifikas Rokok…………………………………………….. 6 

2.1.4  Kandungan Rokok…………………………………………… 7 

2.1.5  Efek Merokok Terhadap Mukosa Mulut…………………….. 10 

Page 11: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 11/57

 

2.2  S moker’s Melanosis………………………………………………… 13 

2.2.1  Pengertian Smoker’s Melanosis……………………………. 13 

2.2.2  Gambaran Klinis Smoker’s Melanosis……………………… 15 

2.2.3  Etiologi Smoker’s Melanosis……………………………….. 15 

2.2.4  Perawatan smoker’s melanosis………………………………  16

BAB III KERANGKA KONSEP…………………………………………….. 17 

BAB IV METODE PENELITIAN…………………………………………… 18 

4.1 

Jenis Penelitian……………………………………………………. 18

4.2  Rancangan Penelitian……………………………………………… 18 

4.3  Lokasi Penelitian………………………………………………….. 18 

4.4  Waktu Penelitian………………………………………………….. 19 

4.5  Populasi dan Sanpel Penelitian…………………………………….   19

4.6  Kriteria Sampel……………………………………………………. 19 

4.7 

Metode Pengambilan Sampel……………………………………… 20 

4.8  Data………………………………………………………………... 20

4.9  Prosedur Penelitan………………………………………………… 21 

4.10 Alat dan bahan…………………………………………………… 21 

4.11 Definisi Operasional……………………………………………... 22 

BAB V HASIL PENELITIAN………………………………………………  23

BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………………… 32 

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………  38

Page 12: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 12/57

 

7.1 Kesimpulan…………………………………………………….  38

7.2 Saran…………………………………………………………... 38 

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 40 

LAMPIRAN………………………………………………………………….. 43 

Page 13: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 13/57

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kandungan Rokok …………..……………………………………. 9

Gambar 2.2 Smoker’s Melanosis………………………….…………………… 14 

Page 14: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 14/57

 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur……………….. 23

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan jenis rokok…………………….. 24 

Tabel 5.3 Distribusi responden berdaasarkan lama merokok………………… 25 

Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan jumlah rokok yang

dihisap per hari……………………………………………………. 26

Tabel 5.5 Distribusi responden berdasarkan cara menghisap rokok…………. 27 

Tabel 5.6 Distribusi responden smoker’s melanosis………………………….. 28 

Tabel 5.7 Distribusi responden kejadian smoker’s melanosis berdasarkan

Jenis rokok…………………………………………………………. 29 

Tabel 5.8 Distribusi responden kejadian smoker’s melanosis berdasarkan

Lama merokok……………………………………………………… 30 

Tabel 5.9 Distribusi responden kejadian smoker’s melanosis berdasarkan

Jumlah rokok yang dihisap per hari……………………………….. 31 

Tabel 5.10 Distribusi responden kejadian smoker’s melanosis berdasarkan

Cara menghisap rokok…………………………………………….. 32 

Page 15: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 15/57

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Rokok merupakan benda yang sudah tidak asing lagi di masyarakat kita. Merokok

sudah menjadi kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan meluas

dimasyarakat. Meskipun kebiasaan merokok berdampak buruk pada kesehatan, tapi

 prevalensi perokok terus meningkat.1,2

Meningkatnya prevalensi merokok di Negara berkembang termasuk Indonesia

menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Hari tanpa tembakau sedunia yang

diperingati setiap tanggal 31 Mei tidak menyurutkan perokok untuk mengurangi

kebiasaannya. Sebagian perokok di Indonesia telah menganggap bahwa merokok adalah

suatu kebutuhan yang tidak bisa dielakkan sehingga merokok dianggap hal yang biasa.3

Menurut lembaga survey WHO tahun 2008, Indonesia menduduki peringkat ke- 3

sebagai jumlah perokok terbesar di Dunia.4

Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007

 prevalensi perokok di Indonesia sebanyak 29,2% dan pada data Riset Kesehatan dasar

2012 prevalensi perokok di Indonesia telah menjadi 34,7%. Hal ini menunjukkan adanya

 peningkatan prevalensi perokok di Indonesia.5

Page 16: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 16/57

 

Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda.

Menurut data Riskesdas 2010, prevalensi perokok di daerah perdesaan lebih banyak dari

 pada yang ada diperkotaan. Ironisnya sebagian besar perokok justru berasal dari

golongan sosial ekonomi rendah dimana prevalensi perokok pada petani lebih besar

dibanding yang tidak bekerja, sekolah, pegawai dan wiraswasta.6

Merokok tidak hanya menimbulkan efek secara sistemik, tetapi juga dapat

menyebabkan timbulnya kondisi patologis di rongga mulut. Rongga mulut merupakan

 bagian tubuh yang pertama kali terpapar asap rokok sehingga sangat mudah terpapar

efek rokok karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat hasil pembakaran rokok

yang utama. Beberapa kelainan rongga mulut yang ditimbulkan atau sebagai efek dari

merokok yaitu penyakit periodontal, leukoplakia, stomatitis nikotina, smokeless tobacco

keratosis, fibrosis submukosa, hairy tongue dan smoker’s melanosis.5,7

Konsumsi tembakau dikaitkan dengan berbagai perubahan pada mukosa mulut.

Penyakit yang paling sering dikaitkan dengan merokok adalah  smoker’s melanosis.8

Smoker’s melanosis  merupakan pigmentasi pada mukosa mulut yang secara langsung

dihubungkan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, lamanya meokok dan

kebiasaan merokok tembakau.9  Smoker’s melanosis  dapat mempengaruhi permukaan

mukosa manapun namun pada umumnya terjadi pada gingiva anterior labial mandibula,

khusunya pada labial gigi anterior perokok.10

Page 17: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 17/57

 

Berdasarkan uraian diatas, maka muncul suatu permasalahan yang menjadikan

 peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi  smoker’s melanosis, sehingga perlu

dilakukan penelitian khususnya dikalangan petani. Hasil dari penelitian ini nantinya

diharapkan dapat mememberikan pengetahuan tentang kebiasaan merokok yang dapat

menyebabkan timbulnya smoker’s melanosis.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang peneliti, maka rumusan masalah yang diajukan adalah

 berapa prevalensi smoker’s melanosis di kalangan petani.

1.3. TUJUAN PENELITIAN 

Untuk mengetahui prevalensi smoker’s melanosis dikalangan petani. 

1.4. MANFAAT PENELITIAN 

Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan :

1. 

Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai efek dari

kebiasaan merokok terhadap perubahan mukosa yang terjadi pada rongga mulut.

Page 18: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 18/57

 

2.  Bagi pihak lain diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi yang ingin

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai topik dan masalah yang sama.

Page 19: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 19/57

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP DASAR ROKOK

2.1.1 Pengertian Rokok

Kata rokok berasal dari bahasa Belanda yaitu  roken. Merokok adalah membakar

tembakau kemudian dihisap asapnya baik menggunakan rokok maupun menggunakan

 pipa.3,11

 

Rokok merupakan sebuah produk hasil olahan tembakau berbentuk silinder dari

kertas berukuran panjang antara 70 sampai 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm

yang berisi daun-daun yang telah dicacah yang dihasilkan dari tanaman  Nicotiana

tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lain atau sintesisnya yang mengandung nikotin

dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.12

2.1.2 Cara Menghisap Rokok

Merokok di mulai sejak umur kurang dari 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin

awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok jg punya dose - 

Page 20: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 20/57

 

responde effecet, artinya semakin muda usia merokok, akan semakin besar pengaruhnya.

Cara mengisap rokok juga dapat dibedakan menjadi:13,14

1.  Begitu menghisap langsung dihembuskan (secara dangkal).

2.  Dihisap sampai kedalam mulut (di mulut saja).

3.  Dihisap sampai di faring (isapan dalam).

2.1.3 Klasifikasi Rokok  

Rokok tidak dapat dipisahkan dari bahan baku pembuatnya yaitu temabakau. Di

Indonesia ada dua jenis produk rokok yaitu rokok putih dan rokok kretek.15

 

Berdasarkan bahan dan ramuan rokok, rokok digolongkan menjadi beberapa jenis

yaitu:15

1. 

rokok kretek : rokok yang memiliki ciri khas adanya campuran cengkeh pada

tembakau rajangan yang menghasilkan bunyi kretek-kretek ketika dihisap.

2.  rokok putih : rokok dengan atau tanpa filter menggunakan tembakau virginia iris

atau tembakau lainya tanpa menggunakan cengkeh, digulung dengan kertas

sigaret dan boleh menggunakan bahan tambahan kecuali yang tidak diijinkan

 berdasarkan ketentuan Pemerintah RI.

3.  cerutu, adalah produk dari tembakau tertentu berbentuk seperti rokok dengan

 bagian pembalut luarnya berupa lembaran daun tembakau dan bagaian isinya

campuran serpihan tembakau tanpa penambahan bahan lainnya.

Page 21: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 21/57

 

Berdasarkan cara pembuatannya rokok kretek dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1.  sigaret kretek tangan (SKT) : rokok kretek yang dibuat menggunakan tangan.

2.  sigaret kretek mesin (SKM) : rokok yang berawal ketika pabrik rokok Bentoel

menggunakan mesin karena kekurangan tenaga pelinting.

Pengukuran tentang kebiasaan merokok pada seseorang dapat ditentukan pada suatu

kriteria yang dibuat berdasarkan anamesis atau menggunakan kriteria yang telah ada.

Biasanya batasan yang digunakan adalah berdasarkan jumlah rokok yang dihisap setiap

hari atau lamanya kebiasaan merokok.16 

Menurut Smeth. perokok diklasifikasikan berdasarkan tiga tipe perokok menurut

 banyakanya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah:16

1.  Perokok ringan adalah perokok yang menghisap 1 –  4 batang rokok dalam sehari.

2.  Perokok sedang adalah perokok yang menghisap 5 -14 batang rokok dalam

sehari.

3.  Perokok berat adalah perokok yang menghisap lebih dari 15 batang dalam sehari.

2.1.4 Kandungan Rokok  

Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia.5  Dalam asap rokok itu

mengandung 4.000 zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan, 40 jenis diantaranya

 bersifat karsinogeneik. Dari satu batang rokok yang dibakar menghasilakan sekitar 92%

gas dan 8% bahan-bahan partikel padat. Asap rokok terbagi atas asap utama (main

Page 22: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 22/57

 

 stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap yang

dihirup langsung perokok, sedangkan asap samping merupakan asap yang disebarkan ke

udara  bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.17

 

Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, karbon dioksida, oksigen,

hidrogen sianida, amoniak, nitrogen, senyawa hidrokarbon. Sebagian besar fase gas

adalah karbodioksida, oksigen , dan nitrogen. Kompenen partikel padat antara lain tar,

nikotin, benzopiren, fenol, kadmiun, indol,karbarzol dan kresol . Zat-zat ini beracun,

mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen).  Nikotin merupakan komponen yang

 paling banyak dijumpai di dalam rokok.7 

Tar, nikotin, dan karbonmonoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling

 berbahaya dalam asap rokok. Tar  adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam

komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok dihisap, tar  

masuk ke rongga mulut sebagai uap padat dan setelah dingin akan menjadi padat dan

membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran napas, dan paru-

 paru. Komponen tar   mengandung radikal bebas, yang berhubungan dengan resiko

timbulnya kanker.7

 Nikotin  merupakan bahan yang bersifat toksik dan dapat menimbulkan

ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis, berbentuk

cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah warna menjadi coklat

dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan udara. Nikotin berperan dalam

Page 23: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 23/57

 

menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel fibroblast ligamen periodontal,

menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat merusak sel membran.7

Gas Karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan

 berpengaruh pada sistem pertukaran hemoglobin. Karbonmonoksida memiliki afinitas

dengan hamoglobin sekitar dua ratus kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen

terhadap hamoglobin.7

Gambar 2.1 Kandungan Rokok

Sumber : http://wir-nursing.blogspot.com//2013/12/bahaya-rokok-bagi-kesehatan.html . Diakses tanggal 8 Januari 2014

Page 24: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 24/57

 

2.1.5 Efek Merokok Terhadap Mukosa Mulut

Rongga mulut ialah bagian tubuh yang pertama kali terpapar asap rokok sehingga

sangat mudah terpapar efek rokok karena merupakan tempat terjadinya penyerapan zat

hasil pembakaran rokok yang utama.5 

Beberapa kelainan rongga mulut yang ditimbulkan atau sebagai efek dari merokok

yaitu:18,19

1. 

Penyakit periodontal

Efek sanping tembakau pada jaringan periodontal berhubungan erat dengan

kuantitas komsumsi rokok per hari dan lamanya merokok. Studi epidemiologi

membuktikan bahwa merokok terbukti merupakan salah satu faktor resiko yang

 bermakna dalam hal terjadinya penyakit periodontal.

 Nikotin sebagai produk dari hasil pembakaran rokok menyebabkan

vasokonstriksi termasuk juga vaskularisasi pada jaringan periodontal gigi yang

akan mengakitbatkan nekrosis dan ulserasi pada jaringan gingiva, sehingga

memudahkan terjadinya gingivitis kronis ataupun infeksi gingiva, dikenal

sebagai acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG), yaitu penyakit pada

gingiva yang ditandai dengan nekrosis papilla interdental,  gingivitis

ulceromembranosa, dan ulkus spesifik pada membran mukosa yang dikenal

sebagai abklatsch ulcer . Nikotin juga menghambat pembentukan fibroblast

gingiva berikut produknya antara lain fibronektin dan kolagen. Komponen lain

Page 25: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 25/57

 

dari hasil pembakaran rokok akan meningkatkan resiko hilangnya perlekatan

membran periodontal, sehingga mengakibatkan terbentuknya poket periodontal,

selanjutnya terjadi kerusakan tulang alveolar, resesi gingiva dimana akar gigi

terlihat kemudian gigi menjadi goyang dan akhirnya gigi tanggal.

Penelitian juga membuktikan perokok lebih banyak mengalami kerusakan

tulang yang besar dan poket lebih dalam di antara gigi dan gusi dibandingkan

 bukan merokok.

2.   Leukoplakia :

 Leukoplakia  adalah reaksi protektif terhadap iritasi kronis. Tembakau,

alkohol, sifilis, defisiens vitamin, ketidak seimbangan hormon, galvanisme,

gesekan kronis, dan kandidiasis termasuk dalam penyebab lesi ini. Daerah-

daerah yang lebih sering terserang leukoplakia adalah lateral dan ventral lidah,

dasar mulut, mukosa alveolar, bibir, trigonom retromolar palatum lunak dan gusi

cekat mandibula. Permukaan lesinya pecah-pecah, berkerut, verukoid, noduler,

atau berbercak-bercak. Warnanya dapt merupakan variasi lembut dari lesi putih

translusen pucat sampai abu-abu atau putih coklat. Leukoplakia bisa mengenai

semua usia, tetapi sebagian besar kasus terjadi pada pria antara usia 45-65 tahun.

Langkah awal dalam perawatan leukoplakia adalah menghilangkan setiap

faktor iritasi dan penyebab, kemudian mengamati penyembuhanya. Lesi tersebut

dapat atau tidak dapat hilang. Jika leukoplakia  mulut yang tak jelas tersebut

Page 26: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 26/57

 

menetap, maka harus dibiopsi. Biopsi dari berbagai daerah mungkin diperlukan

untuk lesi yang menyebar. Daerah-daerah nonhomogen dari suatu lesi harus

selalu dipilih untuk dibiopsi.

3.   stomatitis nikotina 

 stomatitis nikotina dijumpai sebagai hiperkeratosis di palatum durum.

Mayoritas kasus ini dijumpai lebih pada perokok dengan pipa dan cerutu

dibandingkan dengan merokok sigaret.

Manifestasi awal ditandai dengan eritema pada palatum durum, diikuti

dengan sejumlah papul merah di sekitar orifice kelenjar liur minor di palatum

sebagai red dot . Lesi yang timbul ini ukurannya bervariasi dan kemudian

 palatum ditutupi oleh gambaran putih keabuan akibat pembentukan

ortoparakeratin. Ketebalan dari lesi putih keabuan ini tergantung dari jumlah

tembakau yang dipakai dan lamanya lesi.

Lesi ini meluas difus keseluruh palatum durum dengan gambaran permukaan

yang kasar atu ireguler. Pada stadium ekstrim bisa disertai fissur pada palatum.

Bila pasien menghentikan aktivitas rokok, lesi ini bisa reversible dalam waktu

 beberapa bulan

4.  Smoker’s melanosis :

Pada ras kulit putih, merokok dapat memberikan gambaran pigmentasi di

attached gingiva mirip dengan pigmentasi melanosis normal yang dijumpai pada

Page 27: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 27/57

 

ras kulit gelap.Kondisi ini asimtomatis dan akan menghilang bila kebiasaan

merokok dihentikan.

5.  hairy tongue

Merokok dapat merangsang papila filiformis sehingga menjadi lebih panjang.

Pembakaran rokok menghasilkan substansi berwarna hitam kecoklatan yang

mudah didepositkan pada papila lidah, sehingga perokok sukar merasakan rasa

 pahit, asin, dan manis, karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa. Kondisi

ini disebut sebagai hairy tongue.

Iritasi dari asap tembakau menyerang sel-sel epitel mukosa sehingga aktivitas

seluler bertambah, terjadi perubahan keratotik, epitel menjadi tebal berwarna

 putih keabuaan pada mukosa bukal dan pada dasar mulut.

2.2 SMOKER’S MELANOSIS  

2.2.1 Pengertian Smoker’s Melanosis 

Merokok dapat menyebabkan pigmentasi pada mukosa mulut dengan peningkatan

 produksi melanin. Smoker’s melanosis ini paling jelas terlihat pada kulit putih karena

kurangnya pigmentasi pada mukosa mulut. Tetapi, beberapa orang berkulit gelap yang

merokok akan memiliki pigmentasi lebih menonjol pada mukosa mulutnya. Wanita lebih

sering terkena dari pada pria, yang menunjukkan efek sinergis antara hormon seks

wanita dan merokok.10,20,21

 

Page 28: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 28/57

 

Smoker’s melanosis adalah pigmentasi pada mukosa mulut yang disebabkan karena

merokok. Smoker’s melanosis secara langsung dihubungkan dengan jumlah rokok yang

dihisap per hari, lamanya meokok dan kebiasaan merokok tembakau.10

  Smoker’s

melanosis dapat mempengaruhi permukaan mukosa manapun namun pada umumnya

terjadi pada gingiva anterior labial mandibula, khusunya pada labial gigi anterior

 perokok. Pada perokok pipa menunjukkan pigmentasi pada mukosa bukal dan Smoker’s

melanosis terlihat pada pallatum durum yang merokok secara terbalik.21,22

 

Gambar 2.2 Smoker’s Melanosis 

Sumber :http://gr.dentistbd.com/smoker%E2%80%99s-melanosis-ppt.html . 

Diakses tanggal 8 Januari 2014

Page 29: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 29/57

 

2.2.2 Gambaran Klinis Smoker’s Melanosis 

Smoker’s melanosis tampak sebagai bercak berawarna coklak difus, berbentuk datar,

dan tidak teratur yang ukuranya beberapa sentimeter. Biasanya terdapat pada gingiva

anterior labial dan mukosa pipi, daerah-daerah rawan lain termasuk mukosa bibir,

 palatum, lidah, dasar mulut dan bibir. Pigmentasi yang dikaitkan dengan merokok pipa

terjadi mukosa bukal. Pada beberapa orang menggunakan rokok seperti rokok putih

yang ditempatkan pada kavitas mulut, akan menunjukkan pigmentasi pada palatum

keras. Derajat pigmentasi berkisar dari coklat muda sampai tua. Pigmentasi pada mukosa

mulut berhubungan dengan lama merokok dan jumlah rokok yang dihisap. Biasanya di

menjumpai fokus coklat tua yang tersebar asimetris yang disertai gigi-gigi yang

mengalami perubahan warna menjadi coklat halitosis.23,24

2.2.3 Etiologi Smoker’s Melanosis

 

Faktor dari smoker’s melanosis yaitu nikotin. Kondisis ini disebabkan oleh efek panas

dari asap tembakau pada jaringan mulut atau efek langsung dari nikotin yang

merangsang melanocytes yang terletak disepanjang sel-sel basal epitel untuk

menghasilkan melanosomes sehingga mengakibatkan deposisi peningkatan melanin.

Melanosit tersebut mengalami derajat bervariasi dari kemunculan/stimulasi, mengarah

 pada pigmentasi mukosa.24

Page 30: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 30/57

 

2.2.4 Perawatan Smoker’s Melanosis 

Smoker’s melanosis  biasanya hilang dan kembali normal dalam waktu tiga tahun

setelah berhenti merokok. Biopsi harus dilakukan jika peningkatan permukaan atau

 peningkatan intensitas pigmen atau jika pigmentasi pada sisi yang tidak diduga.22,27

Page 31: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 31/57

 

BAB III

KERANGKA KONSEP

Keterangan :

KEBIASAAN

MEROKOK

SMOKER’S

MELANOSIS

KESIMPULAN

INTENSITAS

ROKOK

USIA

LAMA

MEROKOK

POLA HIDUP

RAS

: Variabel Independen  : Variabel Kontrol

: Variabel tidak Terkontrol: Variabel Dependen

: Hub. variabel yang diteliti: Hub. Variabel yang tidak

diteliti

ANALISA 

Page 32: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 32/57

 

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 JENIS PENELITIAN

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian observasional analitik yaitu suatu

rancangan penelitian dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti tanpa

melakukan intervensi. 

4.2 RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan

 pendekatan studi potong lintang (cross sectional study). 

4.3 LOKASI PENELITIAN 

Penelitian ini dilakukan di kecematan Panca Rijang, Desa Timoreng Panua RW 001.

Page 33: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 33/57

 

4.4 WAKTU PENELITAN

Penetian ini dilakukan pada bulan Maret- April 2014. 

4.5 POPULASI DAN SAMPE PENELITAN

1.  Populasi

Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh petani yang berdomisili di

kecamatan Panca Rijang, Desa Timoreng panua RW 001.

2.  Sampel

Subjek dalam penelitan ini adalah petani yang berdomisili di Desa Timoreng

Panua RW 001, kemudian mempunyai riwayat merokok.

4.6 KRITERIA SAMPEL 

kriteria inklusi

1.  Memiliki kebiasaan merokok sedikitnya 1 batang per hari selama sekurang-

kurangnya 1 tahun sampai pada saat penelitian dilakukan.

2.  Perokok berjenis kelamin laki-laki dan berusia minimal 15 tahun

3.  Bersedia mengikuti penelitian.

Page 34: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 34/57

 

Kriteria eksklusi

1.  Kebiasaan merokok dilakukan hanya sewaktu-waktu (tidak perokok rutin).

2.  Menolak turut serta dalam penelitian.

4.7 METODE PENGAMBILAN SAMPEL 

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel purposive sampling

yaitu dengan teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi

sesuai yang ditetapkan dalam dua kriteria yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

4.8 DATA 

1. 

Jenis data : data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dari

hasil yang diamati langsung di lapangan.

2.  Pengumpulan data : Pengumpulan data diperoleh dari hasil kuesioner dan berupa

anamnesis yang dilakukan pad pemeriksaan klinis.

3.  Penyajian data : data yang disajikan dalam bentuk data.

Page 35: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 35/57

 

4.9 PROSEDUR PENELITIAN

Tahapan dan penelitian yaitu: 

Peneliti mendatangi petani satu persatu pada sampel yang mewakili populasi yang

memiliki kriteria kemudian sampel diberikan kuesioner untuk dijawab dan antara

 peneliti dan sampel dilakukan pemeriksaan dengan cara duduk di depan sampel dan

diperiksa gambaran pigmentasi yang terjadi pada mukosa mulutnya.

4.10 ALAT DAN BAHAN

1.  Alat :

a.  Alat Tulis

 b.  Handskun

c.  Masker

d.  Alat OD.

e.  Senter kecil

f.   Nierbekken

2. 

Bahan

a.  Alkohol

 b.  Kapas

Page 36: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 36/57

 

4.11 DEFINISI OPERASIONAL

1. 

Smoker’s melanosis adalah perubahan warna yang khas pada permukaan mukosa

gingiva dan berwarna coklat muda sampai coklat tua.

2.  Perokok adalah orang yang memiliki kebiasaan merokok lebih lebih satu tahun

3.  Petani adalah yang orang bekerja dibidang pertanian khususnya orang yang

 bekerja dikebun dan disawah.

Page 37: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 37/57

 

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada sampel laki-laki perokok yang bertempat tinggal di

Desa Timoreng Panua, Kab Sidrap pada bulan Maret-April 2014 dengan jumlah sampel

110 orang. Kemudian dari hasil penelitian diperoleh data tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur 

Umur (tahun)

Jumlah

N %

15-24 19 17.3

25-34 30 27.3

35-44 35 31.8

45-54 16 14.5

55-64 6 5.5

65-74 4 3.6

>75 0 0

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Page 38: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 38/57

 

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa dari 110 responden yang merokok

 berdasarkan kelompok umur terdapat 19 responden atau 17.3% berumur 15-24 tahun, 30

responden atau 27.3% berumur 25-34 tahun, 35 responden atau 31.8% berumur 35-44

tahun, 16 responden atau 14.5% berumur 45-54 tahun, 6 responden atau 5.5% berumur

55-64 tahun, 4 responden atau 3.6% yang berumur 65-74 tahun.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan jenis rokok  

Jenis rokok

Jumlah

N %

Rokok kretek 21 19.1

Rokok putih 63 57.3

Rokok campur 26 23.6

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa dari 110 responden berdasarkan jenis

rokok terdapat 21 responden atau 19.1 % merokok jenis rokok kretek, 63 responden atau

57.3% merokok jenis rokok putih dan 26 responden atau 23.6% merokok jenis rokok

campur. Dengan demikian, jenis rokok yang paling banyak dikomsumsi oleh responden

adalah rokok putih yaitu 63 atau 57.3%.

Page 39: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 39/57

 

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Merokok  

Lama merokok

Jumlah

N %

<5 tahun 10 9.1

5-10 tahun 11 10.0

>10 tahun 89 80.9

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 110 responden berdasarkan lama

merokok terdapat 10 responden atau 9.1% sudah merokok dibawah 5 tahun, 11

responden atau 10.0% sudah merokok antara 5-10 tahun dan 89 responden atau 80.9%

sudah merokok diatas 10 tahun. Dengan demikian, sebagian besar responden sudah

merokok diatas 10 tahun yaitu 89 atau 80.9%.

Page 40: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 40/57

 

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah rokok yang dihisap per hari

Jumlah rokok

Jumlah

N %

1-4 batang 10 9.1

5-14 batang 25 22.7

>15 batang 75 68.2

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa dari 110 responden berdasarkan

 jumlah rokok yang dihisap per hari terdapat 10 responden atau 9.1% mengkomsumsi

rokok antara 1-4 batang perhari, 25 responden atau 22.7% mengkomsumsi rokok antara

5-14 batang perhari, dan 75 responden atau 68.2% mengkomsumsi rokok sebanyak lebih

dari 15 perhari. Dengan demikian, sebagian besar responden mengkomsumsi rokok lebih

dari 15 batang perhari yaitu 75 atau 68.2%.

Page 41: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 41/57

 

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Cara Menghisap Rokok

Cara menghisap rokok

Jumlah

N %

Dangkal 18 16.4

Dimulut saja 26 23.6

Dalam 66 60.0

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa dari 110 responden berdasarkan cara

menghisap rokok terdapat 18 responden atau 16.4% menghisap rokok dengan cara

dangkal, 26 responden atau 23.6% menghisap rokok dengan cara dimulut saja, dan 66

responden atau 60.0% menghisap rokok dengan cara dalam. Dengan demikian,

responden tertinggi berdasarkan cara menghisap rokok adalah cara hisapan yang dalam

atau sampai faring yaitu sebesar 66 atau 60.0%.

Page 42: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 42/57

 

Tabel 5.6 Distribusi Responden Smoker’s Melanosis 

Perokok

Jumlah

N %

Melanosis 94 85.5

Tidak melanosis 16 14.5

Total 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa dari 110 responden terdapat 94

responden atau 85.4% mengalami melanosis pada rongga mulut dan 16 responden atau

14.5% tidak mengalami melanosis pada rongga mulut. Dengan demikian, sebagian besar

responden perokok mengalami melanosis.

Page 43: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 43/57

 

Tabel 5.7 Distribusi Responden Kejadian Smoker’s Melanosis Berdasarkan jenis

Rokok

Jenis rokok

Kejadian smoker’s melanosis Jumlah

Ada Tidak

N % N % N %

Rokok kretek 21 19.1 0 0 21 19.1

Rokok putih 47 42.7 16 14.5 63 57.3

Rokok Campuran 26 23.6 0 0 26 23.6

Total 94 85.5 16 14.5 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa dari 110 responden menunjukkan

 bahwa dari 21 yang merokok dengan jenis rokok kretek, semuanya mengalami smoker’s

melanosis. Dari 63 orang yang merokok dengan jenis rokok putih, sebanyak 47 orang

atau 42.7% terdapat  smoker’s melanosis  dan 16 orang atau 14.5% tidak terdapat

 smoker’s melanosis. Dari 26 orang yang merokok dengan jenis rokok campuran,

semuanya mengalami smoker’s melanosis. 

Page 44: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 44/57

 

Tabel 5.8 Distribusi Responden Kejadian Smoker’s Melanosis Berdasarkan Lama

Merokok  

Lama merokok

Kejadian smoker’s melanosis Jumlah

Ada Tidak

N % N % N %

<5 tahun 0 0 10 9.1 10 9.1

5-10 tahun 6 5.5 5 4.5 11 10.1

>10 tahun 88 80.0 1 0.9 89 80.9

Total 94 85.5 16 14.5 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa dari 110 responden menunjukkan

 bahwa dari 10 orang yang merokok kurang dari lima tahun, semuanya tidak mengalami

 smoker’s melanosis. Dari 11 orang merokok 5-10 tahun, sebanyak 6 orang atau 5.5%

mengalami  smoker’s  melanosis  dan 5 orang atau 4.5% tidak mengalami  smoker’s

melanosis. Dari 89 orang yang merokok lebih dari 10 tahun, sebanyak 88 orang atau

80.0% mengalami smoker’  s melanosis dan 1 orang atau 0.9% tidak mengalami smoker ’  s

melanosis.

Page 45: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 45/57

 

Tabel 5.9 Distribusi Responden Kejadian Smoker’s Melanosis Berdasarkan

Jumlah Rokok yang di hisap per hari

Jumlah rokok

Kejadian smoker’s

melanosis Jumlah

Ada Tidak

N % N % N %

1-4 batang 0 0 10 9.1 10 9.1

5-14 batang 19 17.3 6 5.5 25 22.7

>15 batang 75 68.2 0 0 75 68.2

Total 94 85.5 16 14.5 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 110 responden menunjukkan

 bahwa dari 10 orang yang merokok 1-4 batang per hari, semuanya tidak mengalami

 smoker’s melanosis. Dari 25 orang yang merokok 5-14 batang per hari, sebanyak 19

orang atau 17.3% mengalami  smoker’s  melanosis  dan 6 orang atau 5.5% tidak

mengalami  smoker’s melanosis. Dari 75 orang yang merokok >15 batang per hari,

semuanya mengalami smoker’s melanosis.

Page 46: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 46/57

 

Tabel 5.10 Distribusi Responden Kejadian smoker’s Melanosis Berdasarkan Cara

Menghisap Rokok

Cara menghisap

Kejadian smoker’s melanosis Jumlah

ada tidak

N % N % N %

Dangkal 5 4.5 13 11.8 18 16.4

Dimulut saja 24 21.8 2 1.8 26 23.6

Dalam 65 59.1 1 0.9 66 60.0

Total 94 85.5 16 14.5 110 100.0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa dari 110 responden menunjukkan

 bahwa dari 18 orang yang merokok degan cara hisapan dangkal, sebanyak 5 orang atau

4.5% mengalami  smoker’s melanosis  dan 13 orang atau 11.8% tidak mengalami

 smoker’s melanosis. Dari 26 orang yang merokok dengan cara hisapan dimulut saja,

sebanyak 24 orang atau 21.8% mengalami  smoker’s melanosis dan 2 orang atau 1.8%

tidak mengalami smoker’s melanosis. Dari 66 orang yang merokok dengan cara hisapan

dalam sebayak 65 orang atau 59.1% yang mengalami  smoker’s melanosis dan 1 orang

atau 0.9% tidak mengalami smoker ’  s melanosis. 

Page 47: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 47/57

 

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui prevalensi  smoker’s melanosis.

Smoker’s melanosis yang dimaksud adalah perubahan warna yang khas pada pemukaan

mukosa mulut yang tampak sebagai bercak berawarna coklak difus, berbentuk datar, dan

tidak teratur yang ukuranya beberapa sentimeter. Biasanya terdapat pada gingiva

anterior labial dan mukosa pipi, daerah-daerah rawan lain termasuk mukosa bibir,

 palatum, lidah, dasar mulut dan bibir yang disebabkan karena kandungan rokok yaitu

nikotin dan tar. Adapun karakeristik subjek penelitan didistribusikan berdasarkan

kelompok umur, jenis rokok, lama merokok, jumlah rokok yang dihisap perhari, cara

menghisap rokok dan gambaran melanosis pada mukosa mulut pada perokok.

Penelitian ini didapatakan jumlah sampel 110 orang perokok berjenis kelamin

laki-laki. Sampel ini diambil berdasarkan kareakteristik (purposive sampling). Menurut

lembaga survey WHO tahun 2008, Indonesia menduduki peringkat ke- 3 sebagai jumlah

 perokok terbesar di Dunia.4

Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2007 prevalensi

 perokok di Indonesia sebanyak 29,2% dan pada data Riset Kesehatan dasar 2012

 prevalensi perokok di Indonesia telah menjadi 34,7%. Hal ini menunjukkan adanya

 peningkatan prevalensi perokok di Indonesia.5

Page 48: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 48/57

 

Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status ,serta kelompok umur yang

 berbeda. Menurut data Riskesdas 2010, prevalensi perokok di daerah pedesaan lebih

 banyak dari pada yang ada diperkotaan. Ironisnya sebagian besar perokok justru berasal

dari golongan sosial ekonomi rendah dimana prevalensi perokok pada petani lebih besar

dibanding yang tidak bekerja, sekolah, pegawai dan wiraswasta.6

Umur sabjek penelitian dikelompokkan berdasarkan pengelompokkan umur yang

dilakukan oleh Riskesdas 2010. Berdasarkan hasil penelitian, pada tabel 5.1

menunjukkan distribusi perokok paling banyak pada kelompok umur 35-44 tahun

sebesar 31.8%. Namun hasil ini berbeda dengan hasil penelitan yang dilakukan

Riskesdas tahun 2010. Data Riskesdas 2010 menunjukkan umur 45-54 tahun yang

 paling banyak merokok sebesar 38.2%. Hal ini dapat terjadi kerena adanya pebedaan

distribusi umur subjek penelitian yang diteliti dan jumlah subjek penelitian pada

Riskesdas lebih banyak dan mencakup wilayah yang luas.6

DI Indonesia 80-95% memilih jenis rokok kretek untuk dikomsumsi.5

namun

 berbeda dengan hasil penelitan ini, yaitu subjek penelitian paling banyak ditemukan

merokok dengan jenis rokok putih sebesar 63 atau 57.3%. hal ini karena di desa

timoreng panua harga rokok putih lebih murah dibanding rokok kretek. Begitu juga

dengan hasil penelitian oleh Djokja di desa Monsongan kecamatan Banggai Tengah.

Walaupun presentasinya lebih besar dibandingkan dengan hasil penelitian ini, jenis

rokok yang paling banyak dikomsumsi ialah rokok putih sebesar 96.25%.5

Page 49: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 49/57

 

Berdasarkan lama merokok, pada penelitian ini paling banyak perokok dengan

lama merokok >10 tahun ditemukan sebanyak 89 orang atau 80.9%. hasil ini berbanding

lurus dengan penelitian yang dilakukan oleh Djokja yang menunjukkan jumlah perokok

yang paling banyak dengan lama merokok >10 tahun sebesar 61 orang atau 81.25%.5

Perokok pada subjek penelitian ini termasuk dalam kategari perokok berat,

dengan jumlah rokok yang dihisap lebih dari 15 batang per hari sebanyak 75 orang atau

68.2%. Hasil ini berbeda dengan penelitan yang dilakukan oleh syahrir yakni paling

 banyak ditemukan perokok yang merokok >15 batang perhari sebesar 59.1%.27

Menghisap rokok adalah sebuah kesenangan tersendiri yang dapat menibulkan

ketenangan, sebagian mengaku merasakan nikmatnya merokok saat sedang merasakan

 bosan, santai, setelah makan, serta saat merasakan gugup. Cara hisapan rokok dengan

kategori hisapan dalam yaitu menghisap rokok sampai ke kerongkongan merupakan cara

yang paling disukai oleh responden sebesar 66 orang atau 60.0%. Hasil ini berbeda

dengan penelitian yang dilakukan oleh kurniati A, dkk yang menunjukkan jumlah

 perokok dengan cara hisapan dimulut saja sebesar 61.11%.13

Berdasarkan jenis rokok dapat dilihat pada tabel 5.6,  smoker’s melanosis paling

 banyak ditemukan pada jenis rokok putih yaitu sebanyak 47 orang atau 42.7%. Hal ini

dikarenakan paling banyak ditemukan perokok dengan dengan jenis rokok putih.

 Namum bisa kita lihat juga pada tabel 5.6,  smoker’s melanosis  terdapat pada seluruh

 perokok dengan jenis rokok kretek. Penelitian yang dilakukan Susana dkk menunjukkan

Page 50: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 50/57

 

 paling besar ditemukan nikotin pada jenis rokok kretek. Karena pada rokok kretek tidak

dilengkapi filter yang berfungsi mengurangi asap yang keluar dari rokok seperti yang

terdapat pada jenis rokok putih.28

Berdasarkan lama merokok dapat dilihat pada tabel 5.7, lama merokok >10 tahun

 paling banyak ditemukan  smoker’s melanosis yaitu sebanyak 88 orang atau 80.0%. hal

ini disebabkan karena terpaparnya asap rokok pada mukosa mulut, sehingga semakin

lama seseorang merokok, maka semakin besar pula kemungkinana terjadinya  smoker’s

melanosis. penelitian ini didukung dengan dengan Nadeem M, et al di Pakistan,

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara lama merokok dengan distribusi

 pigementasi melanin intra oral. Kondisi ini disebabkan oleh efek panas dari asap

tembakau pada jaringan mulut atau efek langsung dari nikotin yang merangsang

melanocytes yang terletak disepanjang sel-sel basal epitel untuk menghasilkan

melanosomes sehingga mengakibatkan deposisi peningkatan melanin.26

Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari dapat dilihat pada tabel 5.8,

smoker ’s melanosis paling banyak ditemukan pada perokok dengan jumlah rokok yang

di hisap >15 batang per hari yaitu sebanyak 75 orang atau 68.2%. Hasil ini di dukung

dengan penelitian yang dilakukan oleh O Solomon pada pekerja pabrik di Nigeria bahwa

 jumlah rokok yang dihisap perhari berhubungan secara signifikan terhadap terjadinya

 smoker’s melanosis.24

Page 51: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 51/57

 

Berdasarkan cara menghisap rokok dapatdilihat pada tabel 5.9, smoker’s

melanosis paling banyak ditemukan pada hisapan dalam atau sampai faring sebenyak 65

atau 59.1%. hal ini menyebabkan rongga mulut dan faring dipenuhi oleh asap sehingga

menyebabkan pigmentasi dan gangguan fungsi sel-sel dalam tubuh.13

Berdasarkan prevalensi smoker’s melanosis, dari 110 orang subjek penelitisn

terdapat 94 orang atau 85.% yang mengalami smoker’s melanosis dan 16 orang atau

14.5% tidak mengalami smoker’s melanosis. Hal ini diesebabkan rongga mulut

merupakan bagian tubuh yang pertama kali terpapar asap rokok, sehingga mukosa mulut

menjadi bagian yang sangat mudah terpapar efek rokok dan menjadi tempat penyerapan

hasil pembakaran rokok yang utama. Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh jenis

rokok yang dihisap, lama merokok, jumlah rokok yang dihisap, lama merokok, dan cara

menghisap rokok.24

Page 52: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 52/57

 

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan dari 110 orang subjek penelitian yang diperiksa,

 prevalensi  smoker’s melanosis  pada kalangan petani sebanyak 94 orang (85.5%).

Kejadian  smoker’s melanosis  paling banyak dijumpai pada perokok yang merokok

dengan jenis rokok putih sebanyak 47 orang (42.7%). Kejadian  smoker’s melanosis 

 paling banyak dijumpai pada lama merokok > 10 tahun sebanyak 88 orang (80.0%).

Kejadian  smoker’s melanosis  paling banyak dijumpai pada perokok dengan jumlah

rokok yang dihisap >15 batang per hari sebanyak 75 orang (68.2%). Kejadian  smoker’s

melanosis paling banyak dijumpai pada perokok yang merokok dengan cara menghisap

rokok dengan hisapan dalam sebanyak 65 orang (59.1%).

7.2 SARAN

1.  Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi

 penulis.

2.  Disarankan bahwa adanya penelitian ini masyarakat baik perokok maupun

Page 53: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 53/57

 

non perokok diharapkan menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.Perlu dilakukan

 penelitian lebih lanjut mengenai penyebab lain dari pigmentasi mukosa mulut.

Page 54: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 54/57

 

DAFTAR PUSTAKA

1. 

Putry KK, Kumboyono, Supriati L. Perbedaan lama merokok dengan kejadian

keluhan pernafasan pada usia pensiun (54-64) di RT 01 RW 03 kelurahan

mulyorejo.(internet). Available from

http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/M,AJALAH%20kristia

nita%20kurnia.pdf . Diakses tanggal 8 desember 2013.

2.  Rosali Devita, Maseda, Suba Baithesda, Wongkar Djon. Hubungan pengetahuandan sikap tentang bahaya merokok pada remaja putra di sma negeri 1

tompasobaru. ejournal keperawatan 2013:1(1):1-8

3.  Fawzani N, Triratnawati A. Terapi berhenti merokok ( studi kasus 3 perokok

 berat ). Makara Kesehatan. 2005;9(1):15-22.(internet). Available from

http://journal.ui.ac.id/health/article/view/342 . Diakses tanggal 8 Desember 2013.

4.  Fikriyah S, Febrijanto Y. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok

 pada mahasiswa laki-laki di asrama putra. Jurnal Stikes. 2012;5(1):99-109.(internet).Available from

http://www.academia.edu/4313571/Jurnal_faktor_yg_mempengarui_perilaku_merokok_remaja_putra. Diakses tanggal 8 Desember 2013.

5.  Djokja RM, Lampus BS, Mintjelungan C. Gambaran perokok dan angka

kejadian lesi mukosa muludi desa mosongan kecamatan banggai tengah. Jurnale-gigi. 2013;1(1):38-44. (internet). Available from

http://journal.unissula.ac.id/majalahilmiahsultanagung/article/view/20.  Diakses

tanggal 8 Desember 2013.

6.  Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian kesehatan republik

Indonesia.(internet). Available from

http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2010.pdf . 

Diakses tanggal 8 Desember 2013

Page 55: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 55/57

 

7.  Kusuma ARP. Pengaruh rokok terhadap terhadap kesehatan gigi dan rongga

mulut. Majalah ilmiah sultan agung. (internet). Available fromhttp://journal.unissula.ac.id/majalahilmiahsultanagung/article/view/20.  Diakses

tanggal 8 Desember 2013.

8.  Tobacco and oral health. (intrnet) Available from

http://ash.org.uk/files/documents/ASH_598.pdf .  Diakses tanggal 8 Desember

2013.

9.  Saraf Sanjay. Textbook of oral pathology. India: jaypee brothers medical

 publishers.2006, p.9-10.

10. 

Pindborg JJ. Atlas penyakit mukosa mulut. Tangerang : Binapura aksara publishing; 2009, p.214.

11. Wijaya AA. Merokok dan tuberculosis. 2012:8:18-22. (internet). Available from

http://ppti.info/ArsipPPTI/PPTI-Jurnal-Maret-2012.pdf .  Diakses tanggal 8

Desember 2013.

12. Mariani A. pemberlakuan larangan merokok ditempat umum dan hak atas derajat

kesehatan optimal. (internet). Available from http://eprints.unika.ac.id/263/. Diakese tanggal 15 Desember 2013.

13. Kurniati A, Udiyono A, Saraswati D.M. Gambaran kebiasaan merokok dengan profil tekanan darah pada mahasiswa perokok laki-laki usia 18-22 tahun (studi

kasus di fakultas teknik jurusan geologi universitas diponegoro semarang). Jurnal

kesehatan masyarakat.2012:1(2):1-6

14.  Cimi A. (internet) available from http://atikcimi.blogspot.com/2012/02/v-

 behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses tanggal 16 Desember 2013.

15. Kusuma AD, Yuwono SS, Wulan SN. Studi kadar nikotin dan tar Sembilan merk

rokok kretek filter yang beredar di wilayah kabupaten nganjuk J.Tek.Pert.2009;5(3):152. (internet) Available from

Page 56: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 56/57

 

http://jtp.ub.ac.id/index.php/jtp/article/view/178.  Dakses tangal 15 Desember

2013.

16. Lestari R, Purwandari E. Perilaku merokok pada remaja sma/smk di kota danluar kota. Prosceeding temu ilmiah nasional VIII IPPI.2012. Available from

http://psikologi.ums.ac.id/wp-content/uploads/2013/09/Perilaku-Merokok-Pada-

Remaja-SMA-SMK-di-Kota-dan-Luar-Kota.pdf. Diakses tanggal 16 2013. 

Diakses tanggal 15 Desember 2013.

17. Syahdrajat T. Merokok dan masalahnya. Dexa media. 2007:20:184-5.

18. K Mubeen, H Chandrashekhar, M Kavitha, S nagarathna. Effect of tobacco on

oral-health an overview. Journal of evolution of medical and dental sciences.

2013;2(20):24-34.

19. Tumilisiar LD. Tembakau dan pengaruhnya terhadap kesehatan mulut.

J.kedokteran meditek. 2011;17(44):19-23.

20. Sasireka K. pigmented lesions of the oral cavity-review an differential

diagnosis.chettinad health city medical journal.(internet). Available from

http://www.chcmj.ac.in/journal/pdf/vol2_no2/pigmented.pdf .  Diakses tanggal 8

Desember 2013

21. Sabrinath, Sivapathasundharam, ghosh gaurav, dhivya. pigmentation. Indian

 journal of dental advancements. 2009;1(1):41

22. O Solomon, savage WF, Ayanbadejo P. smoker’s melanosis in anigerian

 population: a preliminary study. Journal of comtemporary dental practice.2007;8(5):1-6.

23. Laskaris G. Color atlas of oral disease. German:georg thieme verlag.2006,p.45

Page 57: Skripsi Psmokers melanosit pDF

7/23/2019 Skripsi Psmokers melanosit pDF

http://slidepdf.com/reader/full/skripsi-psmokers-melanosit-pdf 57/57

 

24. Langlais R.B, Miller C.S. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang lazim.

Jakarta: hiporates.2000,p.70

25. Green berg, Glick, ship. Oral medicine. India:CB Decker Inc. 2008.p.117

26.  Nadeem M, Shafique R, Yaldram A, dkk. Intraoral distribution of oral melanosis

and cigarette smoking in a Pakistan population. International journal of dental

clinics. 2011;3(1):25-28

27. Syahrir TMR. Hubungan kebiasaan merokok dengaan kelainan jaringan lunakmulut dikalangan penarik becak di Kotamadya Medan. Skripsi USU. (internet).

Available from

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2/5307/5/chapter%20I.pdf  

28. Susanna D, Hartono B, Fauzan H. penentuan kadar nikotin dalam asap rokok.

Makara kesehatan.2003;7(2):1-4.(internet). Available from

http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/75.pdf