skripsi proses collaborative governance dalam …

92
SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENERAPAN UANG ELEKTRONIK (UNIK) DI JALAN TOL KOTA MAKASSAR Disusun Dan Diajukan Oleh NUR CAHYA Nomor Stambuk :105640234515 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

SKRIPSI

PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENERAPAN

UANG ELEKTRONIK (UNIK) DI JALAN TOL KOTA MAKASSAR

Disusun Dan Diajukan Oleh

NUR CAHYA

Nomor Stambuk :105640234515

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

ii

PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM PENERAPAN

UANG ELEKTRONIK (UNIK) DI JALAN TOL KOTA MAKASSAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

Nur Cahya

Nomor Stambuk : 105640234515

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 3: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

iii

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Proses Collaborative GovernanceDalam

Penerapan Uang Elektronik (UNIK) Di Jalan

Tol Kota Makassar

Nama Mahasiswa : Nur Cahya

Nomor Stambuk : 105640234515

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Menyetujui:

Pembimbing I

Dr. Hj. Fatmawati, M.Si

Pembimbing II

Rudi Hardi, S.Sos., M.Si

Mengetahui :

Dekan

Fisipol Unismuh Makassar

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si

Ketua Jurusan

Ilmu Pemerintahan

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si

Page 4: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

iv

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM penguji skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan surat keputusan/undangan

menguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, nomor

: 0083/FSP/A.3-VIII/II/41/2020 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Pemerintahan di Universitas

Muhammadiyah Makassar pada hari Jumat tanggal 14 Februari 2020.

TIM PENILAI

Ketua Sekertaris

Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si Dr.Burhanuddin, S.Sos., M.Si

Penguji :

1. Abdul KadirAdys, SH., MM (Ketua) (…………………………)

2. Dra. Hj. St. Nurmaeta, MM (…………………………)

3. Dr. JaelanUsman, M. Si (…………………………)

Page 5: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Nur Cahya

Nomor Stambuk : 105640234515

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri

tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau

melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 10 November 2019

Yang menyatakan

Nur Cahya

Page 6: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

v

ABSTRAK

NUR CAHYA, 2020. Proses Collaborative Governance Dalam Penerapan Uang

Elektronik (UNIK) Di Jalan Tol Kota Makassar.Hj. Fatmawati dan Rudi Hardi

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ProsesCollaborative Governance

Dalam Penerapan Uang Elektronik (UNIK) Di Jalan Tol Kota Makassar.Penelitian

ini merupakan penelitian jenis kualitatif dengan tipe Fenomenologi.Dimana jenis

data terdiri dari data primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi

langsung dilapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari data yang telah

dikumpulkan peneliti melalui dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses collaborative governanceyang

meliputi kondisi awal dengan adanya peraturan baru dari kementrian Pekerjaan

Umum Dan Perumahan Rakyat Indonesia sehingga terjadinya proses kolaborasi

dari PT Bosowa Marga Nusantara dan Perbankan dalam penerapan uang elektronik

di jalan tol kota Makassar. Desain kelembagaandalam penerapan UNIK didalam

kolaborasi bahwa Kementrian PUPR sebagai regulator, PT Bosowa Marga

Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat sebagai pelayanan operasional dan

penyedia infrastruktur, Perbankan dari bank BRI sebagai penerbit kartu UNIK yaitu

BRIZZI. Kepemimpinan dari PT Bosowa Marga Nusantara, PT Jalan tol seksi

empat dan bank BRI sudah berjalan dengan maksimal, masing-masing dari

pemangku kepentingan memiliki tanggung jawab dalam menjalankan kolaborasi.

Proses kolaboratif yang diawali dialog tatap muka antara pihak PT Bosowa Marga

Nusantara dan PT jalan tol seksi empat serta perbankan sudah beberapa kali

dilakukan mengenai penerapan uang elektronik.

Kata kunci :Collaborative Governance, Uang Elektronik

KATA PENGANTAR

Page 7: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

vi

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Proses collaborative governance Dalam Penerapan Uang

Elektronik (UNIK) Di Jalan tol Kota Makassar”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat

dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada lembaran ini penulis hendak menyampaikan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya, ibunda Hj. Andi Ukka dan

ayahanda H. Dangkang atas segala kasih sayang, cinta, pengorbanan serta do’a

yang tulus dan ikhlas yang senantiasa beliau panjatkan kepada Allah SWT sehingga

menjadi pelita terang dan semangat yang luar biasa bagi penulis dalam menggapai

cita-cita, serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi semangat dan

dukungan disertai segala pengorbanan yang tulus dan ikhlas. Penulis menyadari

bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat, ibu Hj. Fatmawati, M.Si selaku pembimbing I dan Rudi

Hardi, S.Sos., M.Si, selaku pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu

dan tenaganya dalam membimbing dan memberikan petunjuk yang begitu berharga

dari awal persiapan penelitian hingga selesainya skripsi ini.

Page 8: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

vii

Penulis juga tak lupa ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E, M.M selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S. IP., M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan

yang selama ini turut membantu dalam kelengkapan berkas hal-hal yang

berhubungan administrasi perkuliahan dan kegiatan akademik.

4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Pemerintahan yang telah menyumbangkan ilmunya

kepada penulis selama mengenyam pendidikan di bangku perkuliahan dan

seluruh staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah

Makassar yang telah banyak membantu penulis.

5. Pihak Kantor PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat yang

telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Kepada seluruh keluarga besar fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar,

terutama kepada satu angkatan 2015 Ilmu Pemerintahan terkhusus kelas

G,.Baso,Janwar, Rifki, Ardi, Mutmainnah, Ayu, Egha, Nunu, Riska, Dewi,

Dillah, Elma, Kiki, Fatma, Fahrun, Iramalita, Asti dan teman-teman kelas ku

yang tidak bisa saya sebutkan semua namanya.

Sehubungan akhir tulisan ini penulis memohon maaf kepada semua pihak

atas segala kekurangan dan kehilafan, disadari maupun yang tidak disadari.Demi

Page 9: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

viii

kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan

yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Makassar, 25 Desember 2019

Nur Cahya

DAFTAR ISI

Page 10: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

ix

Halaman Judul

....................................................................................................................................

ii

Halaman Persetujuan

....................................................................................................................................

iii

Halaman Penerimaan Tim

....................................................................................................................................

iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

....................................................................................................................................

v

Abstrak

....................................................................................................................................

vi

Kata Pengantar

....................................................................................................................................

vii

Daftar Isi

....................................................................................................................................

x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

............................................................................................................

1

B. Rumusan Masalah

............................................................................................................

5

C. Tujuan Penelitian

............................................................................................................

5

D. Manfaat Penelitian

............................................................................................................

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Collaborative Governance ....................................................

7

Page 11: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

x

B. Uang Elektronik (Unik)

............................................................................................................

23

C. Penelitian terdahulu

............................................................................................................

26

D. Kerangka Pikir

............................................................................................................

28

E. Fokus Penelitian

............................................................................................................

29

F. Deskripsi Fokus Penelitian

............................................................................................................

29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

............................................................................................................

31

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

............................................................................................................

31

C. Sumber Data

............................................................................................................

32

D. Informan Penelitian

............................................................................................................

32

E. Teknik Pengumpulan Data

............................................................................................................

33

F. Teknik Analisis Data

............................................................................................................

33

G. Keabsahan Data

............................................................................................................

35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian ................................................................

38

Page 12: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

xi

B. ProsesCollaborative Governance Dalam Penerapan Uang

Elektronik (Unik) Di Jalan Tol Kota Makassar ................................

48

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat ProsesCollaborative

Governance Dalam Penerapan Uang Elektronik (Unik) Di Jalan Tol

Kota Makassar

............................................................................................................

61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

............................................................................................................

66

B. Saran

............................................................................................................

67

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

70

LAMPIRAN-LAMIPIRAN

Page 13: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pesat teknologi selama beberapa tahun terakhir memberikan

perubahan pada seluruh aspek kehidupan serta perilaku masyarakat dalam hal

apapun selalu menginginkan kecepatan, ketepatan dan efisiensi, termasuk tuntutan

sebuah sistem pembayaran secara langsung atau instan. Perkembangan sistem

pembayaran yang terjadi kemudian tidak terlepas dari semakin besarnya volume

transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, peningkatan resiko, kompleksitas

transaksi, dan perkembangan teknologi itu sendiri.

Wujud lain dari adanya kemajuan pada bidang teknologi dimanfaatkan

untuk mengatur kecepatan arus transaksi pembayaran di jalan tol. Dengan

diciptakan beberapa sistem yang mampu menghitung serta mendeteksi banyaknya

jumlah kendaraan yang melewati jalan tol tanpa susah payah membayar kewajiban

membayar jalan tol secara manual. Beberapa diantara sistem yang diciptakan dalam

rangka mempercepat arus transaksi di berbagai negara di dunia seperti SmartTAG

di Malaysia, ERP di Singapura, ETC (Electronic Toll Collection System) di Jepang

dan masih banyak lagi sistem yang diciptakan sebagai dampak dari kemajuan

tekhnologi yang berkembang secara cepat.

Pemerintah beseta perbankan mendorong masyarakat untuk mulai beralih

bertransaksi secara non tunai. Dalam hal ini digencarkan dalam berbagai kebijakan,

salah satunya aturan 100% non tunai pada transaksi di gerbang tol dengan harapan

Page 14: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

2

dapat mengurangi beban penggunaan uang tunai serta demi meningkatkan efisiensi

perekonomian masyarakat. Dengan adanya Uang elektronik (UNIK), pengendara

tidak perlu repot untuk mencari uang, karena para pengendara cukup menempelkan

kartu pada mesin elektronik yang telah disediakan kemudian kendaraan dapat

melaju melewati gerbang tol, hanya membutuhkan waktu kurang dalam waktu 4

detik, lebih cepat dibandingkan bila membayar secara tunai. Fitur e-Toll card secara

lengkap antara lain; saldo tersimpan pada chip kartu sehingga pada saat transaksi

tidak dibutuhkan PIN atau tanda tangan, dapat diisi ulang, minimum saldo Rp.

10.000 (sepuluh ribu rupiah), maksimal saldo kartu Rp. 1.000.000 (satu juta rupiah)

sesuai ketentuan Bank Indonesia. Saldo yang mengendap pada kartu tidak diberikan

bunga.

Pemerintah mengharapkan dengan dikeluarkannya produk perbankan Uang

Elektronik card ini, maka berbagai kendala serta permasalahan yang timbul pada

proses transaksi pembayaran tol dapat terselesaikan dengan baik.Layanan Uang

Elektronik pada penerapannya dirasa memiliki tujuan yang dianggapbaik dalam

meminimalisir hal kemacetan di gerbang tol, mempercepat layanan transaksi,

meminimaslisir antrian dan menyelaraskan program pemerintah. Namundemikian,

terdapat berbagai kendala pada penerapan Uang Elektronik.

Dari pantauan Tribun Makassar kemacetan panjang terjadi di Gerbang Tol

Parangloe, Biringkanaya dan Tamalanrea. Antrean puluhan mobil memanjang

sekitar 600 meter, sebelum loket pembayaran dari arah Bandara Internasional

Sultan Hasanuddin. Banyak pengendara tidak mau memakai dan membeli uang

elektronik. Fenomena ini terjadi sejak otoritas pengelola Jalan Tol Sesi Empat,

Page 15: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

3

memberlakukan ketentuan menggunakan Uang Elektronik(UNIK) sebagai alat

transaksi di TollGate. Namun, kenyataannya, masih banyak pengguna kendaraan

yang enggan dan masih takut menggunakannya (TribunMakassar.Com 2017).

Salah satu keluhan pengguna adalah pengguna kesulitan jika jumlah saldo

di dalam kartu UNIK tidak mencukupi untuk pembayaran disaat transaksi

pembayaran sedang dilakukan, maka disini akan terjadi masalah, konsumen akan

kebingungan untuk melakukan pembayaran, dan antrian mobil terus bertambah

sedangkan mobil tertahan di gerbang tol alhasil kemacetanpun tidak dapat

dihindari. Hal tersebut berimbas pada penumpukan kendaraan yang ingin

menggunakan jalan tol termasuk penumpukan di gerbang tol / pintu tol karena

proses pembayaran yang harus dilakukan oleh setiap kendaraan yang ingin masuk

dan keluar jalan tol.

Menilik permasalahan di Kota Makassar, maka Pemerintah dapat

melaksanakan Collaborative Governance dengan mengajak pihak swasta dan Bank

Indonesia ikut serta berperan dalam menyukseskan program UNIK. Demikian

halnya PT. Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat telah menjadi

mitra swasta yang strategis bagi pemerintah dalam mendorong perekonomian, dan

memberikan bantuan finansial. Terkait dengan realisasi transaksi tol non tunai,

PT.BMN bersama PT. Jalan Tol Seksi Empat, mengembangkan layanan transaksi

pembayaran UNIK untuk dijalan tol melalui peluncuran Uang Elektronik (UNIK)

yang bekerja sama dengan perbankan sebagai penerbit e-money yang dikeluarkan

oleh Bank Mandiri, Flazz yang di keluarkan oleh Bank BCA,lalu ada BRIZZI dari

Bank BRI,TapCash dari bank BNI.

Page 16: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

4

Riset yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia pada Negara Meksiko

menyimpulkan bahwa kunci keberhasilan penggalakan transaksi nontunai

diMeksiko adalah dukungan komitmen pemerintah yang memberikan berbagai

insentif untuk mendorong percepatan pengalihan transaksidari tunai ke nontunai.

Di antara hal yang telah dilakukan pemerintah adalah penetapan insentif pajak

untuk perbankan yang mendukung program kartu UNIK. Hal penting dari hasil riset

tersebut adalah komitmen pemerintah untuk senantiasa berkolaborasi dengan pihak

perbankan dan pihak swasta serta masyarakat.

Dalam hal ini dikemukakan pendapat Johansson (2010: 371-392) yang

mengemukakan bahwa peran dari negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam

kebijakan publik akan sangat menentukan arah perubahan dari suatu kebijakan.

Keterlibatan segenap elemen dalam proses kebijakan publik memang diharapkan

mampu membawa dampak yang positif bukan hanya bagi penyelenggaraan proses

kebijakan, melainkan lebih jauh dari itu demi mencapai kesejahteraan rakyat yang

lebih luas lagi. Dengan demikian, diasumsikan bahwa kerjasama seluruh pihak

yang terkait (Collaborative Governance)dapat mengoptimalisasi khususnya dalam

penerapan Uang Elektronik (UNIK) di Kota Makassar. Berdasarkan uraian latar

belakang diatas, maka saya merasa tertarik untuk mengangkat judul “Proses

Collaborative Governance Dalam Penerapan Uang Elektronik (UNIK) Di Jalan

Tol Kota Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

Page 17: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

5

1. Bagaimana Proses Collaborative Governance dalam penerapan Uang Elektronik

(UNIK) di Jalan Tol Kota Makassar?

2. Apa faktor mendukung dan menghambat Proses Collaborative Governance

dalam penerapan Uang Elektronik (UNIK) di Jalan Tol Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari rumusan masalah yang akan dijadikan inti pembahasan

maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui Proses Collaborative Governance dalam penerapan Uang

Elektronik (UNIK) di Jalan Tol Kota Makassar

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat Proses Collaborative

Governance dalam penerapan Uang Elektronik (UNIK) di Jalan Tol Kota

Makassar

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dalam rangka

pengembangan ilmu pemerintahan melalui studi tentang Proses Collaborative

Governance pada penerapan Uang Elektronik (UNIK) di Jalan Tol Kota

Makassar.

2. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan praktis sebagai bahan

pertimbangan bagi pemerintah dan semua pihak yang berkompeten terkait

perumusan kebijakan dan Collaborative Governance pada penerapan Uang

Page 18: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

6

Elektronik (UNIK), serta diharapkan menjadi referensi ilmiah bagi peneliti

selanjutnya dalam mengembangkan penelitian sejenis.

Page 19: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Collaborative Governance

1. Pengertian Collaborative Governance

Sebelum mengurai pengertian Collaborative Governance, perlu dijelaskan

terlebih dahulu pengertian governance sebab istilah governance menjadi dasar dari

konsep Collaborative Governance. Dalam studi Ilmu Pemerintahan sering muncul

istilah government dan governance, di mana kedua istilah tersebut hampir sama

namun sebenarnya memiliki makna yang berbeda satu sama lain.

Governance didefinisikan oleh Kooiman (2009:273) sebagai sebuah

konsepsi tentang interaksi dalam memerintah, di mana interaksi itu sendiri

merupakan hubungan saling menguntungkan antara dua atau lebih aktor atau

entitas. Menurut Keban (2008:38) governancemerupakan suatu sistem nilai,

kebijakan, dan kelembagaan dimana urusan-urusan ekonomi, sosial, dan politik

dikelola melalui interaksi antara masyarakat, pemerintah dan sektor swasta.

Sedangkan pengertian governance menurut United Nations Development

Programme (UNDP) adalah sebagai pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi,

dan administrasi dalam mengelola masalah-masalah bangsa (Sedarmayanti,

2003:5)

Dengan demikian, institusi dari governance meliputi tiga domain yaitu state

(negara atau pemerintah), private sector (sektor swasta atau dunia usaha) dan

society (masyarakat) yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya masing-

masing. Menurut Sumarto (2004:2), dalam konsep governance, pemerintah hanya

Page 20: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

8

menjadi salah satu aktor dan tidak selalu menjadi aktor paling menentukan.

Implikasinya, peran pemerintah sebagai pembangun maupun penyedia jasa

pelayanan dan infrastruktur akan bergeser menjadi bahan pendorong terciptanya

lingkungan yang mampu memfasilitasi pihak lain di komunitas dan sektor swasta

untuk ikut aktif melakukan upaya tersebut.

Collaborative governance merupakan langkah tatanan pemerintahan

yang didalamnya terdapat keterlibatan semua pihak antara government, civil

society, dan private sector dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan kerangka

egalitarianisme dan demokrasi yang melahirkan tata pemerintahan yang

mengedepakan kepentingan masyarakat. Keterlibatan pihak swasta dan masyarakat

dalam pembuatan maupun pelaksanaan kebijakan publik dibutuhkan untuk

mewujudkan good governance.

Menurut Dwiyanto (2011:251) menjelaskan secara terperinci bahwa dalam

kerjasaman kolaboratif terjadi penyampaian visi, tujuan, strategi dan aktivitas

antara pihak, mereka masing-masing tetapi memiliki otoritas untuk mengambil

keputusan secara independen dan memiliki wewenang dalam mengelola

organisasinya walaupun mereka patuh dan tunduk atas kesepakatan bersama.

Adapun pengertian Collaborative Governancetelah diuraikan oleh para

ilmuan, di antaranya dikemukakan oleh Ansell and Gash (2007:545) Collaborative

Governance merupakan salah satu tipe governance dimana aktor publik dan privat

bekerja secara bersama dengan cara khusus, menggunakan proses tertentu, untuk

menetapkan hukum dan aturan untuk menentukan publik yang baik.

Page 21: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

9

Agranoff dan McGuire dalam uraian Chang (2009:76-77) mendefinisikan

secara khusus Collaborative Governancetelah menempatkan banyak penekanan

pada kolaborasi sukarela dan hubungan horisontal antara partisipan multi sektoral,

karena tuntutan dari klien sering melampaui kapasitas dan peran organisasi publik

tunggal, dan membutuhkan interaksi di antara berbagai organisasi yang terkait dan

terlibat dalam kegiatan publik. Berbeda halnya dengan definisi Collaborative

Governance yang dijelaskan Lemos & Agrawal (2006:297) mendefenisikan

collaborative governance tidak hanya berbatas pada stakeholders yang terdiri dari

pemerintah dan bukan pemerintah tetapi juga terbentuk atas adanya multipartner

governance yang meliputi berbagai sektor baik sector privat maupun swasta,

masyarakat dan komunitas sipil dan terbangun atas sinergi peran stakeholder dan

penyusunan rencana yang bersifat hybrid seperti halnya kerjasama publik-privat-

sosial.

Jung, et.al (2009:1) mendefinisikan Collaborative Governancesebagai

suatu proses membentuk, mengemudikan, memfasilitasi, mengoperasionalisasi dan

memonitor pengaturan organisasi lintas sektoral dalam penyelesaian masalah

kebijakan publik yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan satu organisasi atau

publik sendiri. Pendapat lain dari Donahue & Zeckhauser (2011:305) yang

mengemukakan Collaborative Governancebahwa pemerintahan kolaboratif dapat

dianggap sebagai suatu bentuk hubungan kerja sama antara pemerintah sebagai

regulator dan pihak swasta sebagai pelaksana.

Menurut Purnomo, et.al (2018:13) menjelaskan bahwa Collaborative

Governance adalah konsep di dalam manajemen pemerintahan sebagai proses

Page 22: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

10

fasilitasi dan pelaksanaan oleh berbagai institusi baik pemerintah, masyarakat,

maupun NGOs yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah bersama yang tidak

bisa diselesaikan oleh satu institusi pemerintah saja. Sedangkan menurut Sudarmo

(2011:102-104) pada umunya, collaboration dipandang sebagai respon organisasi

terhadap perubahan-perubahan atau pergeseran-pergeseran lingkungan kebijakan.

Pergeseran-pergeseran bisa dalam bentuk jumlah aktor kebijakan meningkat, isu-

isu semakin meluas keluar batas-batas normal, kapasitas diluar pemerintah daerah

atau kota dan pemerintah pusat umumnya semakin meningkat, dan inisiatif spontan

masyarakat semakin meluas.

Uraian beberapa definisi tersebut dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa

Collaborative Governance merupakan suatu paradigma baru dalam pemerintahan

dimana stakeholder, sector business, NGOs, dan masyarakat lainnya dilibatkan di

dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan kebijakan, dan tatakelola

pemerintahan secara umum. Orientasi dari pelibatan tersebut merupakan upaya

dalam menyelesaikan masalah besar yang tidak mungkin bisa diselesaikan oleh satu

pihak saja, akan tetapi memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, sehingga

orientasinya adalah keberhasilan dari kebijakan tersebut sesuai dengan tujuan

bersama.

2. Tujuan Penerapan Collaborative Governance

Kolaborasi dalam penyelenggaraan pemerintahan merupakan suatu hal

yang dibutuhkan dalam praktik pemerintahan sekarang ini. Ada berbagai alasan

yang melatarbelakangi adanya kolaborasi tiap lembaga atau institusi. Junaidi

(2015:8) menyebutkan bahwa Collaborative Governance tidak muncul secara tiba-

Page 23: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

11

tiba karena hal tersebut ada disebabkan oleh inisiatif dari berbagai pihak yang

mendorong untuk dilakukannya kerjasama dan koordinasi dalam menyelesaikan

masalah yang sedang dihadapi oleh publik.

Salah satu alasan pentingnya penerapan Collaborative Governance

dikemukakan oleh Ansell and Gash (2007:544) Collaborative Governance muncul

sebagai respon kegagalan implementasi dan tingginya biaya dan dan politisasi

regulasi. Ini dikembangkan sebagai sebuahalternatif adversarialism untuk

pluralisme kelompok kepentingan dan kegagalan akuntabilitas manajerialisme

(terutama otoritas ahli yang ditantang).

Lebih lanjut Ansell dan Grash dalam uraian Junaidi (2015:10) menyatakan

bahwa Collaborative Governance muncul secara adaptif atau dengan sengaja

diciptakan secara sadar karena alasan-alasan dan pentingnya konsep ini dilakukan

sebagai berikut ini:

a. Kompleksitas dan saling ketergantungan antar institusi

b. Konflik antar kelompok kepentingan yang bersifat laten dan sulit diredam

c. Upaya mencari cara-cara baru untuk mencapai legitimasi politik.

d. Kegagalan implementasi kebijakan di tataran lapangan

e. Ketidakmampuan kelompok-kelompok, terutama karena pemisahan rezim-

rezim kekuasaan untuk menggunakan arena-arena institusi lainnya untuk

menghambat keputusan

f. Mobilisasi kelompok kepentingan

g. Tingginya biaya dan politisasi regulasi

Page 24: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

12

Pendapat diatas menyatakan bahwa kolaborasi dikakukan karena

kompleksitas adanya saling ketergantungan dari tiap institusi. Kolaborasi juga

dianggap munucul akibat beragamnya kepentingan antar tiap kelompok sehingga

memunculkan adanya suatu kolaborasi.Dengan dilakukannya kolaborasi dapat

memobilisasi kelompok-kelompok kepentingan. Kolaborasi dianggap menjadi

solusi untuk buruknya suatu implementasi program atau kegiatan yang dilakukan

oleh satu lembaga saja, karena keterbatasan lembaga tersebut, selain itu kolaborasi

juga dianggap sebagai solusi untuk mengatasi tingginya biaya dari suatu program

atau kegiatan.

3. Prinsip Penerapan Collaborative Governance

Seigler (2011:968-970) menguraikan delapan prinsip utama dalam

penerapan Collaborative Governance:

a. Warga masyarakat harus turut dilibatkan dalam produksi barang publik

b. Masyarakat harus mampu memobilisasi sember daya dan aset untuk

memecahkan masalah publik

c. Tenanga professional harus berbagi keahlian mereka dengan untuk

memberdayakan warga masyarakat

d. Kebijakan harus menghadirkan musyawarah publik

e. Kebijakan harus mengandung kemitraan kolaboratif yang berkelanjutan

f. Kebijakan harus strategis

g. Kebijakan harus mengubah kelembagaan untuk pemberdayaan masyarakat dan

pemecahan masalah publik

h. Kebijakan harus mengandung akuntabilitas.

Page 25: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

13

4. Model dan Proses Collaborative Governance

Secara lebih praktis, beberapailmuan sudah merumuskan model kerangka

kerja dari Collaborative Governance tersebut, misalnya model yang memulai

proses collaboration dari negosiasi, komitmen dan pelaksanaan yang dinaungi oleh

assessment. Dalam operasionalnya negosiasi berarti proses bargaining antar aktor

yang akan terlibat di dalam collaboration dan setelah terjadi negosiasi makaakan

muncul komitmen dari masing-masing aktor atas apa yangakan dilakukan di dalam

kerjasama tersebut. Sementara proses pelaksanaan merupakan bentuk

pengejawantahan dari komitmen bersama yang telah diambil melalui keterlibatan

seluruh aktor dan interkasi antar aktor (Purnomo, et.al, 2018:15).

Menurut Ansell dan Gash (dalam Fawwaz ,2017). Model Collaborative

governance memiliki empat variabel luas yaitu:

1. Kondisi awal

Kondisi awal dalam suatu kolaborasi dipengaruhi oleh beberapa fenomena,

yaitu para stakeholders memiliki kepentingan dan visi bersama yang ingin dicapai,

sejarah kerjasama dimasa lalu, saling menghormati kerjasama yang terjalin,

kepercayaan masing-masing stakeholders, ketidakseimbangan kekuatan, sumber

daya, dan pengetahuan.

2. Desain Kelembagaan

Pemimpin meminta para pemangku kepentingan untuk terlibat dalam

negoisasi itikat baik dan mengeksplorasi, kompromi dan perolehan bersama.

Collaborative governance sebagai konsensus yang berorientasi meskipun

menunjukkan bahwa konsensus tidak selalu tercapai. Masalahnya di sini apakah

Page 26: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

14

semua kolaboratif harus memerlukan konsensus. Masalah desain kelembagaan

penggunaan tenggang waktu melemah merupakan sifat berkelanjutan kolaborasi

secara tidak sengaja mengurangi insentif kerjasama jangka panjang. Desain

Kelembagaan berkaitan dengan tata cara dan peraturan dasar dalam kolaborasi

untuk prosedural proses kolaborasi yang legal, transparansi proses, inklusivitas

partisipan, dan eksklusivitas forum.

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan penting untuk merangkul, memberdayakan dan melibatkan

para pemangku kepentingan dan memobilisasi untuk kesuksesan kolaborasi.

Konflik yang tinggi dan kepercayaan rendah memiliki insentif untuk berpartisipasi

maka collaborative governance dapat melanjutkan layanan perantara antara

stakeholder yang menerima layanan. Ketersediaan para pemimpin cenderung

bergantung sesuai dengan keadaan setempat. Implikasi kemungkinan kerjasama

yang efektif mungkin terhambat oleh kurangnya kepemimpinan. Kepemimpinan

fasilitatif berkaitan dengan musyawarah yang dilakukan oleh stakeholders,

penetapan aturan-aturan dasar yang jelas, membangun kepercayaan, memfasilitasi

dialog antar stakeholders dan pembagian keuntungan bersama.

4. Proses Kolaboratif

Proses kolaboratif ini merupakan variable yang penting, dimana proses

kolaboratif diawali dengan dialog tatap muka yang berkaitan dengan kepercayaan

yang baik, setelah melakukan dialog tatap muka dengan baik maka akan terbangun

suatu kepercayaan yang nantinya akan berpengaruh terhadap komitmen dalam

proses kolaborasi, setelah komitmen para stakeholders tinggi akan terjadi suatu

Page 27: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

15

pemahaman bersama dalam perumusan masalah, identifikasi nilai-nilai, dan misi

yang jelas. Setelah para stakeholders memiliki kesamaan dan kesepahaman, maka

akan menentukan rencana strategis untuk menjalankan kolaborasi.

Model selanjutnya adalah model yang cukup terkenal yang dipopulerkan

Bryson dan Crosby (2006:44-45) dengan istilah cross-sector collaboration, dimana

Collaborative Governance terdiri dari initial condition, structure andgovernance,

process, contingencies and constraints, outcomes danaccountabilies. Fokus dari

konsep ini akan mengekplorasi dari sisiprosesnya yang terdiri dari:

a. Forging agreements yang merupakankesepakatan bersama seluruh stakholders

untuk melakukan kerjasama

b. Building leadership yaitu perlu adanya kepemimpinan baik formal maupun

informal sebagai komite atau manajer darikerjasama tersebut

c. Building legitimacy dimana pentingnya membangun legitimasi dengan adanya

struktur, proses, dan strategi yang relevan dengan keadaan di sekitarnya

d. Building trust yaitu membangun kepercayaan antar stakholders yang

bekerjasama dan ini sifatnya sangat penting sekali di dalam Collaborative

Governance

e. Managing conflict yaitu mengelola konflik yang ada mengingat besarnya

kepentingan yang muncul dari masing-masing stakeholders yang terlibat di

dalam kerjasama

f. Planning tahapan yang sangat penting di dalam menentukan visi, misi, tujuan,

tahapan, pelaksanaan, keterlibatan dan peran dari masing-masing stakholders,

sehingga planning ini sangat menentukan keberhasilan dari kerjasama.

Page 28: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

16

Proses kolaborasi yang dimaksud adalah Collaborative Governance yang

didefinisikan sebagai proses dan struktur dalam pembuatan keputusan kebijakan

publik dan manajemen yang melibatkan masyarakat secara konstruktif dalam batas-

batas lembaga-lembaga publik, tingkatan pemerintahan dan/atau masyarakat,

swasta dan masyarakat sipil untuk melaksanakan kepentingan umum yang tidak

bisa dicapai tanpa pelibatan pihak swasta dan masyarakat (Emerson, Nabatchi &

Balogh, 2011: 2).

Proses dari suatu kolaborasi dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Suatu

tahapan model kolaborasi menjadi penting untuk diperhatikan sebagai strategi

dalam aspek pengelolaan suatu urusan publik. Meskipun proses kolaboratif sulit

untuk dilaksanakan karena karakter dari tiap stakeholder yang berbeda satu dengan

yang lainnya. Ansell dan Grash (2007:558-561) menguraikan proses Collaborative

Governancesebagai berikut:

a. Face to face dialogue

Semua bentuk Collaborative Governance dibangun dari dialog tatap muka

secara langsung dari tiap stakeholder yang terlibat. Sebagaimana Collaborative

Governance yang berorientasikan proses, dialog secara langsung sangat penting

dalam rangka mengidentifikasi peluang dan keuntungan bersama. Dialog secara

tatap muka langsung bukanlah semata-mata merupakan negoisasi yang ala

kadarnya. Dialog secara langsung ini dapat meminimalisir antagonisme dan

disrespect dari antar stakeholder yang terlibat. Sehingga, stakeholder dapat

bekerjasama sesuai dengan tujuan dan kebermanfaatan bersama.

b. Trust building

Page 29: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

17

Buruknya rasa percaya antar stakeholder memang merupakan hal yang

lumrah di awal proses kolaborasi. Kolaborasi memang bukan semata tentang

negoisasi antar stakeholder, namun lebih dari itu merupakan upaya untuk saling

membangun kepercayaan satu dengan yang lainnya. Membangun kepercayaan

perlu dilakukan sesegera mungkin ketika proses kolaborasi pertama dilakukan. Hal

ini diupayakan agar para stakeholder tidak mengalami egosentrisme antar institusi.

Oleh karenanya, dalam membangunan kepercayaan ini, diperlukan pemimpin yang

mampu menyadari akan pentingnya kolaborasi.

c. Commitment to process

Komitmen tentunya memiliki relasi yang kuat dalam proses kolaborasi.

Komitmen merupakan motivasi untuk terlibat atau berpartisipasi dalam

Collaborative Governance. Komitmen yang kuat dari setiap stakeholder diperlukan

untuk mencegah resiko dari proses kolaborasi. Meskipun komitmen memang

merupakan hal yang rumit dalam kolaborasi. Komitmen merupakan tanggung

jawab dari stakeholder supaya memandang relasi yang dilakukan sebagai hal yang

baru dan tanggungjawab tersebut perlu dikembangkan.

d. Share Understanding

Pada poin yang sama dalam proses kolaborasi, stakeholder yang terlibat

harus saling berbagi pemahaman mengenai apa yang dapat mereka capai melalui

kolaborasi yang dilakukan. Saling berbagai pemahaman ini dapat digambarkan

sebagai misi bersama, tujuan bersama, obketivitas umum, visi bersama, ideologi

yang sama, dan lain-lain. saling berbagi pemahaman dapat berimplikasi terhadat

kesepakatan bersama untuk memaknai dan mengartikan suatu masalah.

Page 30: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

18

e. Intermediate outcomes

Hasil lanjutan dari proses kolaborasi terwujud dalam bentuk output atau

keluaran yang nyata. Hal ini merupakan hasil proses yang kritis dan esensial dalam

mengembangkan momentum yang dapat membimbing demi keberhasilan suatu

kolaborasi. Intermediate outcomes ini muncul apabila tujuan yang mungkin dan

memberikan keuntungan dari kolaborasi yang mana secara relatif konkrit dan ketika

“small wins” dari suatu kolaborasi dapat dimungkinkan terjadi.

Teori proses kolaborasi dari Emerson, Nabatchi, & Balogh (2011: 1-29),

teori ini menganalisis komponen kolaborasi secara komprehensif. Teori proses

kolaborasi atau Collaborative Governance Regime (CGR) menjelaskan secara rinci

bagaimana proses kolaborasi yang bersifat dinamis dan bersiklus, dengan

menghasilkan tindakan-tindakan dan dampak sementara, sebelum mengarah pada

dampak utama, serta adaptasi terhadap dampak sementara.Berbagai komponen

yang menjadi proses kolaborasi diuraikan sebagai berikut:

a. Dinamika kolaborasi

Beberapa ilmuan menggambarkan proses kolaborasi sebagai sebuah

tahapan linier yang terjadi dari waktu ke waktu dimulai dari pendefinisian masalah

menuju setting agenda hingga implementasi. Berlawanan dengan Ansell dan Gash

(2008) serta Thomson dan Perry (2006), Emerson (2013) melihat dinamika proses

kolaborasi sebagai siklus interaksi yang oriteratif. Emerson fokus pada tiga

komponen interaksi dari dinamika kolaborasi.Komponen tersebut antara lain;

penggerakan prinsip bersama (principled engagement), motivasi bersama (shared

Page 31: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

19

motivation) dan kapasitas untuk melakukan tindakan bersama (capacity for joint

action).

1. Penggerakan pinsip bersama

Penggerakan prinsip bersama merupakan hal yang terjadi terus-menerus

dalam kolaborasi. Beberapa hal seperti dialog tatap muka, atau melalui perantara

teknologi adalah cara untuk menggerakan prinsip bersama. Di dalam komponen ini

terdapat penegasan kembali tujuan bersama, pembentukan dan pengembangan

prinsip-prinsip bersama, yang sering diungkap dalam berbagai perspektif actor

yang terlibat. Oleh karna itu, penyatuan prinsip merupakan inti dari hal ini

(Emerson, Nabatchi, & Balogh, 2011:10).

Karakteristik masing-masing aktor, merupakan elemen kunci yang

memepengaruhi seberapa baik prinsip bersama berjalan. Langkah awal kritis adalah

bagaimana pemerintah memilih aktor yang akan terlibat dalam kolaborasi.

Selanjutnya, setelah kolaborasi berkembang, penambahan aktor pun dimungkinkan.

Kemudian barulah kegiatan penggerakan prinsip bersama terwujud.

2. Motivasi bersama

Motivasi bersama hampir sama dengan dimensi proses kolaborasi yang

diungkapkan oleh Ansell dan Gash kecuali legitimasi. Motivasi bersama

menekankan pada elemen interpersonal dan relasional dari dinamika kolaborasi

yang kadang disebut sebagai modal social.komponen ini diinsiasi oleh penggerakan

prinsip bersama yang merupakan hasil jangka menengah. Namun menurut Huxham

dan Vangen dalam Emerson, Nabatchi, & Balogh (2011) motivasi bersama juga

memperkuat dan meningkatkan proses penggerakan prinsip bersama. Emerson,

Page 32: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

20

Nabatchi, & Balogh (2011:13) mengartikan motivasi bersama sebagai siklus

penguatan diri yang terdiri dari empat elemen saling menguntungkan diantaranya :

kepercayaan bersama, pemahaman bersama, legitimasi internal, dan komitmen.

3. Kapasitas untuk melakukan tindakan bersama

Tujuan kolaborasi adalah untuk menghasilkan outcome yang diinginkan

bersama yang tidak dapat dicapai secara individu atau oleh satu aktor saja. Hal ini

dikarenakan kolaborasi melibatkan aktivitas kooperatif untuk meningkatkan

kapasitas diri dan orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Dengan demikian,

CGR harus menghasilkan kapasitas baru bagi masing-masing aktor untuk bertindak

bersama yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Seringkali beberapa aktor

kolaborasi tidak punya kapasitas untuk bertindak bersama, karena adanya

perbedaan dan ketimpangan kekuatan. Oleh karena itu, definisi dari kapasitas atau

berbagai hasil elemen-elemen lintas fungsional untuk menghasilkan tindakan yang

efektif, karena adanya kapasitas yang memadai dari aktor (Emerson, Nabatchi dan

Balogh, 2012).

Dalam hal ini, kapasitas untuk melakukan tindakan bersama

dikonseptualisasikan dalam kerangka yang merupakan kombinasi dari empat

elemen penting diantaranya : prosuder dan kesepakatan institusi, kepemimpinan,

pengetahuan dan sumber daya. Elemen-elemen tersebut harus memadai dalam

mencapai tujuan yang telah disepakati. Kapasitas untuk melakukan tindakan

bersama seringkali dipandang sebagai hasil dari interaksi penggerakan prinsip

bersama dan motivasi bersama. Namun perkembangan kapasitas untuk melakukan

tindakan bersama juga dapat memperkuat motivasi bersama dan penggerakan

Page 33: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

21

prinsip bersama yang memastikan tindakan dan dampak kolaborasi yang lebih

efektif.

Pada dasarnya kapasitas untuk melakukan tindakan bersama merupakan hal

krusial dan merupakan tantangan utama kolaborasi, karena selalu terdapat

perbedaan karakteristik dan kekuatan antar actor. Kejelasan prosedur dan

kesepakatan bersama yang dituangkan dalam bentuk legal-formal, pengaruh

kepemimpinan, manajemen pengetahuan, serta manajemen sumber daya

merupakan elemen-elemen yang memepengaruhi baik tidaknya kapasitas dari para

aktor, sehingga menjadi mampu melakukan tindakan bersama. Namun, melihat

penjelasan pada masing-masing elemen, terdapat pengaruh yang muncul dari

komponen sebelumnya, yaitu penggerakan prinsip bersama, dan motivasi bersama.

Kesimpulan akhir dari dinamika kolaborasi ini adalah baik tidaknya

dinamika ditentukan oleh tiga komponen, yaitu penggerakan prinsip bersama,

motivasi bersama, dan kapasitas untuk melakukan tindakan bersama, yang

didalamnya terdapat berbagai elemen. Dinamika yang ada berbentuk siklus, dimana

masing-masing komponen saling mempengaruhi begitu juga elemen-elemennya

dan tidak dipungkiri bahwa elemen tersebut dapat mempengaruhi elemn lintas

komponen.

b. Tindakan-tindakan kolaborasi

Tindakan kolaborasi dilatarbelakangi oleh pemikiran mengenai sulit

tercapainya tujuan jika hanya satu kelompok atau organisasi yang bertindak sendiri

(Agranoff & Mc Guire, 2003).Tindakan-tindakan dalam kolaborasi merupakan inti

dari kerangka collaborative governance. Menurut Innes dan Booher dalam

Page 34: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

22

Emerson (2012) tindakan-tindakan kolaborasi merupakan hasil utama dari proses

kolaborasi linier yang terkadang dikaitkan dengan dampak.

Tindakan kolaborasi yang efektif harus diungkapkan secara tersirat dengan

perumusan tujuan yang jelas (Donahue, 2004). Hal ini dikarenakan akan sulit

melakukan tindakan kolaborasi jika tujuan yang ingin dicapai dari kolaborasi itu

sendiri tidak dibuat secara eksplisit. Tindakan-tindakan kolaborasi pada prakteknya

sangat beragam seperti pemberdayaan masyarakat, penetapan proses perijinan,

pengumpulan sumber daya, monitoring sistem/praktik manajemen baru, dan lain

sebagainya. Kemudian, hasil daripada tindakan ini secara lansung membawa

dampak sementara yang mengarah kembali pada dinamika kolaborasi, dan dampak

jangka panjang.

Menurut Huxam dalam emerson (2011), beberapa tindakan kolaborasi

memiliki tujuan sangat luas seperti penentuan langkah strategis dalam isu/bidang

kebijkan. Namun banyak pula tindakan kolaborasi yang memiliki tujuan sempit

seperti proyek pengumpulan dan analisis informasi spesifik. Tindakan kolaborasi

ada yang dapat dilakukan secara sekaligus oleh seluruh stakeholders ada pula yang

hanya bisa dilakukan oleh stakeholder tertentu sesuai dengan kapasitas masing-

masing stakeholder.

c. Dampak serta adaptasi proses kolaborasi

Dampak dalam CGR yang dimaksud adalah dampak sementara yang

ditimbulkan selama proses kolaborasi. Karakteristik dampak ada yang diharapkan,

yang tidak diharapkan, serta tidak terduga.Dampak yang diharapkan adalah “small-

wins” yaitu hasil-hasil positif yang terus memberlangsungkan semangat para actor,

Page 35: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

23

Sedangkan dampak yang tidak diharapkan seperti kendala-kendala dalam

pelaksanaan kolaborasi. Dampak tidak terduga juga dapat muncul secara langsung

maupun tidak pada proses kolaborasi.

Berbagai dampak tersebut menghasilkan umpan balik atau feedbacks, yang

kemudian di adaptasi oleh kolaborasi. Adaptasi yang dimaksud adalah bagaimana

kolaborasi menyikapi feedback dari masing-masing aktor yang ada.Adaptasi yang

baik adalah yang sekiranya dapat dilakukan oleh seluruh aktor kolaborasi, artinya

tidak ada pengaruh kepentingan organisasi di atas kolaborasi, sehingga

menyebabkan terjadinya usaha mengambil mafaat kolaborasi secara lebih untuk

kepentingan organisasi sendiri. Adaptasi harus berdasarkan apa yang menjadi

kebutuhan utama untuk dirubah di dalam kolaborasi, sehingga dari hal tersebut

dapat menjaga kemajuan.

B. Uang Elektronik (UNIK)

Uang Elektronik merupakan sebuah program dalam bentuk layanan

pembayaran tol secara elektronik yang berupa kartu elektronik digunakan untuk

melakukan pembayaran masuk jalan tol disebagian daerah Indonesia (Gita,2017).

Pengguna uang elektronik hanya perlu menempelkan kartu untuk membayar uang

tol dalam waktu 4 detik, lebih cepat dibandingkan bila membayar secara tunai yang

membutuhkan waktu 7 detik. Penggunaan uang elektronik juga mengurangi biaya

operasional karena hanya diperlukan biaya untuk mengumpulkan, menyetor, dan

memindahkan uang tunai.

Selain menjadi langkah awal dalam modernisasi pengumpulan uang,

penggunaan uang elektronik juga dimaksudkan untuk mengurangi pelanggaran

Page 36: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

24

(moralhazard) karena petugas tol tidak menerima pembayaran secara langsung dan

terutama jumlah kendaraan yang semakin lama semakin menumpuk akibat sistem

tunai di gerbang tol yang akan menyebabkan kemacetan dan kepadatan gerbang tol

cukup sulit untuk diuraikan.

Uang elektronik berfungsi mengurangi adanya kesalahan-kesalahan seperti

pemberian uang kembalian yang kurang, lalu adanya uang palsu, dengan

meningkatnya kendaraan yang akan keluar, tentu saja penjaga tol harus dengan

sigap dan cepat dalam melaksanakan tugasnya yaitu menerima uang dari pengguna

tol. Jika uangnya bukanlah uang pas, tentu saja penjaga harus mengembalikannya

yang terkadang memakan waktu lama.

Instrumen pembayaran non tunai atau uang elektronik (e-money) Bank of

International Settlement (BIS) mendefinisikan e-money sebagai produk stored

value atau prepaid dimana sejumlah nilai uang (monetary value) 4 disimpan secara

elektronik dalam suatu peralatan elektronik yang dimiliki seseorang. E-money

menurut Peraturan Bank Indonesia Uang Elektronik Sebagai Instrumen

Pembayaran Pasal 1 angka 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018

Tahun 2018 tentang Uang Elektronik (“PBI 20/2018”) mendefinisikan Uang

Elektronik (electronic money) sebagai instrumen pembayaran yang memenuhi

unsur sebagai berikut:

a. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu kepada penerbit

b. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media server atau chip

Page 37: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

25

c. Nilai uang elektronik yang dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai

perbankan..

1. Tujuan Menggunakan Uang Elektronik

Adapun tujuan menggunakan uang elektronik atau e-toll card, Diantara

manfaat menggunakan produk uang elektronik sebagai berikut:

a. Untuk memberikan pelayanan kepada pengguna jalan tol yang efektif, efisien,

aman dan nyaman

b. Mempermudah aksesibilitas jalan tol

c. Memangkas waktu layanan transaksi di gerbang tol

d. Upaya mengatasi kemacetan di gerbang tol akibat tingginya volume lalu lintas

kendaraan.

2. Fitur-fitur Uang Elektronik

Adapun fitur-fitur uang elektronik sebagai berikut:

a. Saldo tersimpan pada chip kartu sehingga pada saat transaksi tidak

dibutuhkan PIN atau tanda tangan.

b. Dapat diisi ulang (Top Up)

c. Minimum saldo kartu Rp. 10.000,-

d. Maksimal saldo kartu Rp. 1.000.000,- (sesuai ketetuan Bank Indonesia)

e. Saldo mengendap pada kartu tidak diberikan bunga.

C. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelusuran data pustaka, diketahui bahwa penelitian dengan

topik “Collaborative Governance” telah diteliti oleh beberapa mahasiswa yang

Page 38: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

26

hasil penelitiannya relevan untuk dibandingkan dengan penelitian ini. Hasil

penelitian tersebut antara lain, Pertama, hasil penelitian Sururi (2018) dengan judul

“Collaborative Governance sebagai Inovasi Kebijakan Strategis (Studi Revitalisasi

Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama)”. Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa terdapat 3 (tiga) isu yang menjadi prioritas dan strategis yang harus

dilakukan dalam proses Collaborative Governance dalam revitalisasi kawasan

wisata cagar budaya Banten Lama yaitu dimensi struktural birokrasi, sosialisasi

revitalisasi dan relokasi pedagang kaki lima yang tergabung dalam Paguyuban

Pedagang Keraton Surososwan Banten Lama.

Kedua, hasil penelitian Kurniasih, et.al (2017) dengan judul “Collaborative

Governance dalam Penguatan Kelembagaan Program Sanitasi Lingkungan

Berbasis Masyarakat”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kurangnya partisipasi

masyarakat dan pelaksanaan program yang masih bercorak top-down membuat

kinerja kelembagaan pada program SLBM di Kabupaten Banyumas masih belum

optimal. Upaya penguatan kelembagaan ke arah interaksi sosial melalui kerjasama

kolaboratif di antara segenap stakeholders penting dilakukan untuk membuat

pelaksanaan program berbasis masyarakat lebih efektif sesuai harapan masyarakat.

Ketiga, hasil penelitian Purnomo (2018). Dengan judul “Collaborative

Governance dalam Tata Kelola Hutan Berbasis Masyarakat”. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa pegelolaan sumber daya hutan (SDH) menjadi masalah,

perubahan paradigma ini dilakukan dengan beberapa alasan seperti, kegagalan

Negara mengelola SDH secara adil dan berkelanjutan. Kedua, pengelolaan SDH

yang lebih mendorong industri besar tetapi meminggirkan masyarakat. Ketiga, tata

Page 39: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

27

kelola SDH yang ternyata belum mampu mengurangi pembalakan liar,

perdagangan kayu illegal dan alih fungsi lahan hutan secara massif.

D. Kerangka Pikir

Collaborative governance terus berkembang dalam dunia pemerintahan

karena adanya kompleksitas dan saling ketergantungan antara institusi dimana

masalah publik sangat sulit ditangani oleh satu instansi pemerintah saja, maka

sangat diperlukan adanya kolaborasi agar masalah publik tersebut dapat teratasi

dengan lebih baik.

Kolaborasi dilakukan dalam beberapa tahapan dan bentuk. Suatu tahapan

proses kolaborasi menjadi penting untuk diperhatikan sebagai strategi dalam aspek

pengelolaan suatu urusan publik. Menurut Ansell & Gash (2007) ada beberapa

bentuk dan tahapan dalam proses collaborative governance memiliki empat

variabel yang meliputi Kondisi Awal, Kepemimpinan, Desain Kelembagaan dan

Proses Kolaboratif. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan kajian

teori yang telah diuraikan, maka skema kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada

gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Proses Collaborative Governance Dalam

Penerapan Uang Elektronik (UNIK) Di Jalan

Tol Kota Makassar

PT Bosowa Marga Nusantara, PT Jalan Tol

Seksi Empat dan Perbankan

Page 40: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

28

E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini tentang bagaimana Proses Collaborative Governance

dalam penerapan Uang Elektronik di Jalan Tol Kota Makassar, dengan indikator

Kondisi Awal,Desain Kelembagaan, Kepemimpinan,dan Proses Kolaboratif serta

faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dan pendukung dari Collaborative

Governance dalam penerapan Uang Elektronik di jalan tol Kota Makassar.

Teori Ansell & Gash (2007)

Indikator Proses

Collaborative Governance :

1. Kondisi Awal

2. Desain Kelembagaan

3. Kepemimpinan

4. Proses Kolaboratif

Keberhasilan DalamPenerapan Uang Elektronik

(UNIK) Di Jalan Tol Kota Makassar

Faktor Pendukung :

1. OtoritasPemerint

ah Adanya

Permen

16/PRT/M/2017

Tentang

Transaksi Tol

Non Tunai Di

Jalan Tol

2. Adanya

Teknologi Mesin

Gerbang Tol

Otomatis dan

Kartu UNIK

Faktor Penghambat :

1. Keterbatasan

Penyedia Kartu

2. Kurangnya

Pemahaman

Maysrakat

Mengenai

UNIK

3. Adanya antrian

digardu isi

ulang UNIK

Page 41: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

29

F. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir penelitian sebelumya, maka yang menjadi fokus

penelitian ini yaitu menggunakan Model Proses Collaborative governance yang

memiliki empat variabel yaitu:

1. Kondisi awal

Kondisi awal suatu kolaborasi dalam Penerapan Uang Elektronik (UNIK)

dipengaruhi oleh beberapa fenomena dari PT.Bosowa Marga Nusantara (BMN) dan

Perbankan memiliki kepentingan dan visi bersama yang ingin dicapai, Saling

menghormati kerjasama yang terjalin, Kepercayaan masing-masingdari pihak

PT.Bosowa Marga Nusantara (BMN) dan Perbankan..

2. Kepemimpinan

Kepemimpinan berkaitan dengan musyawarah yang dilakukan oleh

PT.Bosowa Marga Nusantara (BMN) dan Perbankan, dalam penetapan aturan-

aturan dasar yang jelas, memfasilitasi dialog antar PT.Bosowa Marga Nusantara

(BMN) dan Perbankan mengenai pembagian keuntungan bersama dalam penerapan

Uang Elektronik (UNIK) di Jalan Tol Kota Makassar.

3. Desain Kelembagaan

Desain Kelembagaan berkaitan dengan tata cara dan peraturan dasar dalam

kolaborasi PT.Bosowa Marga Nusantara (BMN) dan Perbankan dalam Penerapan

Uang Elektronik (UNIK) di Jalan Tol Kota Makassar sesuai dengan prosedural.

4. Proses Kolaboratif

Proses kolaboratif diawali dengan dialog tatap muka antara PT.Bosowa Marga

Nusantara (BMN) dan Perbankan yang berkaitan dengan kepercayaan yang baik,

Page 42: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

30

maka akan terbangun suatu kepercayaan yang nantinya akan berpengaruh terhadap

komitmen dalam proses kolaborasi, setelah komitmen antara PT.Bosowa Marga

Nusantara (BMN) dan Perbankan akan terjadi suatu pemahaman bersama dalam

perumusan masalah dalam menjalankan kolaborasi dalam penerapan Uang

Elektronik (UNIK) di Jalan Tol Kota Makassar.

5. Faktor pendukung merupakan hal-hal yang dapat menunjang pelaksanaan

Collaborative Governance sehingga tercapainya penerapan Uang Elektronik

(UNIK) di Jalan Tol Kota Makassar.

6. Faktor penghambat merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan terhambatnya

pelaksanaan Collaborative Governance sehingga tidak terlaksana secara

maksimal.

Page 43: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama 2 (dua) bulan terhitung

setelah pelaksanaan seminar proposal dan lokasi penelitian dilaksanakan di kantor

PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat tepatnya di Kota

Makassar dengan alasan ingin mengetahui proses kolaborasi dalam penerapan

Uang Elektronik (UNIK) di jalan tol Kota Makassar.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

suatu proses penelitian yang menghasilkan deskripsi dari orang-orang atau

perilaku dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan. Salah satu ciri

penelitian kualitatif adalah bersifat deskriptif dimana data di rangkumkan

melalui keterangan dan bukan angka.

2. Tipe penelitian

Tipe Penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian Fenomenologi yang

dimana melalui metode penelitian kualitatif yaitu memberikan gambaran

tentang masalah yang diteliti terkait Collaborative Governance dalam

penerapan Uang Elekrtonik (UNIK) dilaksanakan di Jalan Tol Kota

Makassar.

Page 44: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

32

C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari narasumber atau

informan dengan melalui wawancara. Dalam hal ini Peneliti melakukan

wawancara langsung untuk mendapatkan hasil atau data yang valid dari

informan secara langsung agar dapat mendeskripsikan hasil penelitian

secara komprehensif.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang sudah tersedia, yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau

diperoleh dari catatan pihak lain. Data sekunder merupakan pelengkap bagi

data primer yaitu diperoleh dari sumber penelitian atau mempelajari

referensi yang memiliki hubungan dengan objek penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi yang diteliti.Penentuan informan dilakukan

secara purposive sampling, artinya memilih langsung informan yang lebih

mengetahui masalah yang diteliti. Informan yang dimaksud adalah Kepala Gerbang

Tol, RM Dana Ritel dan Masyarakat/Pengguna Kartu Unik. Berikut diuraikan

daftar informan penelitian dalam tabel sebagai berikut:

Page 45: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

33

Tabel. 3.1 Informan Penelitian

No. Nama Insial Jabatan Jumlah

1 Alimin Laupe AL Kepala Gerbang Tol 1

2 Aldita Septrina Gobel AS RM Dana Ritel 1

3 Nawir NA Penguuna Kartu UNIK 1

4 Dangkang DA Pengguna Kartu UNIK 1

5 Angga Murti AM Pengguna Kartu UNIK 1

Total Informan 5

E. TeknikPengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan digunakan metode pengumpulan

data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi dalam hal ini adalah pengamatan secara langsung terhadap objek

yang diteliti terkait Collaborative Governance dalam penerapan Uang Elektronik

(UNIK) di Jalan Tol Kota Makassar, sehingga dapat diuraikan dalam bentuk

laporan penelitian ilmiah ini.

2. Wawancara

Dalam proses wawancara, peneliti berusaha mendapatkan informasi lebih

mendalam yang ada pada objek penelitian, sehingga peneliti lebih mudah

menentukan variabel atau masalah yang harus diteliti (Sugiyono, 2012:197).

Wawancara ditujukan kepada pihak yang mewakili berbagai elemen collaborative

govenace yang ada dalam objek penelitian.

Page 46: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

34

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan

kepada subjek penelitian. Dokumentasi dapat dibedakan menjadi dokumen primer

(dokumen yang ditulis oleh orang yang langsung mengalami suatu peristiwa), dan

dokumen sekunder (jika peristiwa dilaporkan kepada orang lain yang selanjutnya

ditulis oleh peneliti).

F. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah model interaktif dari Miles dan

Huberman (Sugiyono, 2012: 246-252), yakni analisis data dilakukan saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah pengumpulan data dalam periode

tertentu. Teknik analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal

yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

mencari bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik

seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.

2. Data Display (Penyajian Data)

Langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian

kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori dan yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam

Page 47: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

35

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan

mendisplaykan data, akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Conclusion Drawing/Verification

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel.

G. Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data penelitian ini dilakukan melalui tahap

pengecekan kredibilitas data dengan teknik triangulation yaitu mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dengan triangulasi sumber,

metode dan teori (Moleong, 2001:330).Adapun model triangulasi yang digunakan

adalah memberchek, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada

pemberi data. Untuk menguji kredibilitas suatu penelitian kualitatif dapat dilakukan

dengan berbagai cara yaitu :

1. Triangulasi

Page 48: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

36

Pengujian kebenaran informasi dengan berbagai cara dan berbagai kondisi

berupa pengujian kebenaran serta akurasi data harus dengan berbagai cara. Hal ini

dilakukan dengan tiga triangulasi, yaitu :

a. Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informasi tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain

melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi

terlibat, dokumen tertulis, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan

atau tulisan pribadi dan gambar atau fotoyang berkaitan

dengancollaborative governance. Masing-masing cara itu akan

menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan

memberikan pandangan yang berbeda pula mengenai fenomena yang

diteliti.

b. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang

sama.Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam,

Serta dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.

c. Triangulasi waktu yaitu data yang dikumpulkan dengan teknik melihat

kondisi sikologis informan yang dinilai berdasarkan waktu wawancara

antara pagi, siang ataupun sore hari.

2. Analisis Kasus Negatif

Analisis kasus yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kasus yang

sebenarnya dalam jangka waktu tertentu apabila pada waktu itu tidak di

temukan lagi data yang lain atau data yang bertentangan maka data yang

Page 49: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

37

diperoleh dianggap benar dan di jadikan sebagai referensi dari berbagai media

atau penelitian.

3. Menggunakan Bahan Referensi

Hal ini dilakukan dengan cara memperlihatkan bukti berupa gambar ataupun

suara rekaman antara peneliti dan informan penelitian sehingga ada yang bukti

yang jelas atau kongkret bahwa peneliti betul-betul terjun langsung

kelapangan atau lokasi penelitian untuk melakukan penelitian dan data yang

dikumpulkan adalah data berdasarkan penelitian bukan hanya asumsi peneliti

atau opini.

4. Mengadakan membercheck

Tujuan memberchek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang

diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data

yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya telah valid,

sehingga semakin kredibel dan dapat dipercaya, tetapi apabila data yang

ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh

pemberi data maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan

apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya dan

harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

Page 50: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Gambaran Umum Kota Makassar

Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah

Provinsi Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29

Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi,

sebagaimana yang tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1959 Nomor 74 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822.

Kota Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor

94), dan kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah

Tingkat II Kotapraja Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya

Makassar.

Kota Makassar yang pada tanggal 31 Agustus 1971 berubah nama menjadi

Ujung Pandang, wilayahnya dimekarkan dari 21 km2 menjadi 175,77 km2 dengan

mengadopsi sebagian wilayah kabupaten lain yaitu Gowa, Maros, dan Pangkajene

Kepulauan, hal ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971

tentang Perubahan batas-batas daerah Kotamadya Makassar dan Kabupaten Gowa,

Maros dan Pangkajene dan Kepulauan, lingkup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Pada perkembangan, nama Kota Makassar dikembalikan lagi berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang Perubahan NamaKotamadya

Page 51: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

39

Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, hal ini atas keinginan masyarakat yang

didukung DPRD Tk. II Ujung Pandang saat itu, serta masukan dari kalangan

budayawan, seniman, sejarawan, pemerhati hukum dan pelaku bisnis. Hingga

Tahun 2013 Kota Makassar telah berusia 406 tahun sesuai Peraturan Daerah Nomor

1 Tahun 2000 yang menetapkan hari jadi Kota Makassar tanggal 9 Nopember 1607,

terus berbenah diri menjadi sebuah Kota Dunia yang berperan tidak hanya sebagai

pusat perdagangan dan jasa tetapi juga sebagai pusat kegiatan industri, pusat

kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan edu-entertainment, pusat pelayanan

pendidikan dan kesehatan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang baik darat,

laut maupun udara.

Secara administratif Kota Makassar memiliki 15 kecamatan, yaitu

Kecamatan Mariso, Kecamatan Mamajang, Kecamatan Tamalate, Kecamatan

Rappocini, Kecamatan Makassar, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Wajo,

Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Tanah, Kecamatan Tallo, Kecamatan

Panakkukang, Kecamatan Manggala, Kecamatan Biringkanaya, Kecamatan

Tamalanrea, dan Kecamatan Kepulauan Sangkarrang. Adapun untuk administratif

lainnya, Kota 50 Makassar tercatat memiliki 153 kelurahan, 996 RW dan 4.964 RT

(BPS, 2017). Untuk pembagian administratif, Kota Makassar dengan luas wilayah

175,77 km2 terbagi atas 15 wilayah kecamatan.

Wilayah yang terluas adalah Kecamatan Biringkanaya dengan 48,22 km2

dan 27,43% luas keseluruhan Kota Makassar. Wilayah terkecil adalah Kecamatan

Kepulauan Sangkarrang dengan 1,54 km2 dan 0,88% luas keseluruhan Kota

Makassar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 8 berikut.Rincian luas

Page 52: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

40

masing-masing kecamatan, diperbandingkan dengan persentase luas wilayah Kota

Makassar sebagai berikut :

Tabel.4.1.Luas Wilayah dan Presentase terhadap Luas Wilayah Menurut

Kecamatan diKota Makassar tahun 2017

No Kecamatan Luas Area (km2) Persentase

1 Mariso 1,82 1,04 2 Mamajang 2,25 1,28 3 Tamalate 20,21 11,50 4 Rappocini 9,23 5,25 5 Makassar 2,52 1,43 6 Ujung Pandang 2,63 1,50 7 Wajo 1,99 1.13 8 Bontoala 2,10 1,19 9 Ujung Tanah 4,40 2,50 10 Tallo 5,83 3,32 11 Panakukang 17,05 9,70 12 Manggala 14,14 13,73 13 Biringkanaya 48,22 27,43 14 Talamanrea 32,84 18,11 15 Kepulauan Sangkarrang 1,54 0,88

TOTAL 175,77 100,00

Sumber : Makassar Dalam Angka 2017,BPS 2017

Kondisi Fisik Wilayah

Kota Makassar secara topografi berada pada dataran rendah dengan

ketinggian bervariasi antara 1-22 meter di atas permukaan laut (BPS, 2017). Daerah

pesisir di sebelah timur yang cenderung datar antara 1-4 meter di 51 atas permukaan

laut, sedangkan pada sebelah utara dan barat wilayah cenderung variatif antara 1-

22 meter di atas permukaan laut. Kondisi iklim Kota Makassarsecara umum

ditandai dengan hari hujan dan curah hujan relatif tinggi, dan dipengaruhi oleh

angin musim dan wilayahnya berbatasan langsung dengan Selat Makassar.

Gambar.4.1

Peta Administrasi Kota Makassar

Page 53: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

41

Sumber :RTRW Kota Makassar tahun 2010-2030

Letak dan Kondisi Geografis

Kota Makassar yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan terletak

di Pantai Barat pulau Sulawesi berada dalam titik koordinat 119° 18’ 30,18" sampai

dengan 119°32'31,03" BT dan 5°00' 30,18" sampai dengan 5°14’ 6,49" LS. Sesuai

dengan karakteristik fisik dan perkembangannya.

Kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan terluas diantara

kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kota Makassar, luasnya 48,22 km2 atau

sekitar 27,43% dari luas keseluruhan Kota Makassar dan berbatasan langsung

dengan Kabupaten Maros. Topografi wilayah kecamatan ini mulai dari dataran

rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian elevasi 1-19 m di atas permukaan

laut. Potensi sumberdaya alam yang ada di kecamatan ini antara lain di sektor

pertanian dan perikanan.

Berdasarkan data BPS (2013), di subsektor pertanian, luas lahan

peruntukannya sebagai lahan sawah yakni 657 ha dan lahan tegalan 284 ha.

Subsektor perikanan darat, luas lahan peruntukan sebagai tambak 479 ha dengan

produksi 149,80 ton. Secara umum, Pantai Kecamatan Biringkanaya sebagian besar

merupakan pantai berlumpur dan bervegetasi mangrove serta merupakan pantai

yang landai.Hanya sebagian kecil pantai ini tergolong cadas.Dilihat dari segi

stabilitas pantai, maka pantai ini dapat dikatakan relative stabil dan tenang, namun

cenderung maju ke arah laut akibat sedimentasi dari Sungai Mandai.Di samping itu

Page 54: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

42

juga tampak adanya gejala abrasi sepanjang sekitar 30 m di perkampungan nelayan

Kelurahan Untia.

Kecamatan Tamalanrea adalah Kecamatan terluas kedua sesudah

Kecamatan Biringkanaya, dengan luas 31,84 km2 . Jumlah penduduk 89.143

jiwa.Topografi wilayah kecamatan dimulai dari dataran rendah hingga dataran

tinggi dengan ketinggian elevasi 1-22 m di atas permukaan laut. Penggunaan lahan

di kecamatan ini sangat bervariasi mulai permukiman, perkantoran, pertokoan

hingga gedung pendidikan. Salah satunya adalah Universitas sebagai universitas

terbesar di Kawasan Indonesia Timur. Ke arah selatan kecamatan ini mengalir

Sungai Tallo sehingga masyarakat yang bermukim di sekitar tepi sungai memiliki

tambak. Selain di tepi Sungai Tallo, kawasan tambak juga ditemukan di sisi utara

kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut. Pantai Kecamatan Tamalanrea

merupakan pantai yang berbatasan dengan laut dan bagian muara Sungai

Tallo.Sebagian besar tipe pantai di lokasi ini merupakan pantai berlumpur dan

bervegetasi mangrove serta merupakan pantai yang landai.Namun demikian

terdapat pula pantai cadas di sebelah selatan Lantebung (Kelurahan ParangLoe).

2. Gambaran Umum Jalan Tol Kota Makassar

Gambar 4.2 Peta Jalan Tol Kota Makassar

Sumber : Paparan Jalan Tol Pettarani

Page 55: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

43

Terdapat tiga ruas jalan tol yang ada di Makassar hingga saat ini, yaitu: 1.

Jalan TolReformasi atau Tol Ujung Pandang seksi 1 dan seksi 2; 2. Jalan Tol Ir.

Sutami atau TolMakassar Seksi 4. Namun untuk memudahkan dalam perhitungan

ruas Tol yang ada diMakassar maka hanya akan dibagi menjadi dua nama yaitu Tol

Reformasi dan Tol Ir. Sutami. Jalan Tol Reformasi dibangun pada era Orde Baru

dan beroperasi pada tahun1998 dengan masa konsesi selama 49 tahun (1994 sampai

2043) dengan panjang jalan 6.05 Km. Jalan TolIr. Sutami dibangun pada era

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan beroperasi pada tahun 2008 dengan masa

konsesi selama 35 tahun (2006 sampai 2041) dengan panjang jalan11,6 Km.

Kemudian dalam esai ini akan lebih membahas terkait Jalan Tol Ir. Sutami

karena merupakan Jalan Tol yang paling baru yang ada di Makassar hingga saat ini

serta aksesnya yang menghubungkan Jalan Tol Proklamasi ke Bandara Sultan

Hasanuddin. Akan tetapi bahasan mengenai dampak dan rencana terkait

aksesibilitas serta ketersediaan prasarana Jalan Tol akan tetap terkait dengan Jalan

Tol yang sudah ada yaitu Tol Reformasi.

Dalam dokumen Rencana Transportasi sesuai dengan RPJM lima tahunan

Departemen Pekerjaan Umum (DPU 2005-2009) perkembangan Jalan Tol di

Makassar adalah dibangunnya Jalan Tol Sektor IV sepanjang ±11 Km oleh pihak

swasta. Jalan Tol ini sangat penting dalam hal menghubungkan antara Kota

Makassar ke arah Bandara SultanHasanuddin yang berada di sebelah utara Kota

Makassar ke arah Kabupaten Maros.

Kota Makassar yang dipilih sebagai pusat pertumbuhan baru di kawasan

timur Indonesia atau Center Point of Indonesia (CPI) yang pada tahun 2010 kala itu

Page 56: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

44

digagas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga menggunakan kemampuan

aksesibilitas Tol Sektor IV ini sebagai penghubung antara Pelabuhan Makassar dan

Bandara Makassar.

3. Gambaran Umum PT.Bosowa Marga Nusantara Dan PT.Jalan Tol Seksi

Empat

Pengembangan jalan tol strategis PT Marga Utama Nusantara memainkan

peran penting dalam mempercepat infrastuktur jalan di Indonesia. Dengan

infrastuktur jalan yang lebih baik, dan kemudahan akses ke distribusi barang dan

jasa, Perusahaan bertujuan untuk berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi

Negara. Untuk mencapai tujuannya, Perusahaan terus mengembangkan jaringan

jalan dengan memperoleh rute jalan tol strategis dan potensial yang baru. Selain itu,

Perusahaan juga akan terlibat dalam kegiatan operasional dalam layanan tol yang

didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan teknologi modern untuk

meningkatkan nilai-nilai perusahaan. Didirikan pada tahun 2007 sebagai anak

perusahaan infrastuktur jalan.Perushaan mulai dengan mengembangkan jalan di

Makassasr, memperluas jalur jalan tol BSD, hingga membangun Jembatan Tallo II

di Makassar.

PT Marga Utama Nusantara (MUN) adalah unit bisnis strategis perusahaan.

MUN adalah perusahaan induk dari 2 anak perusahaan, 1 perusahaan asosiasi, dan

1 anak perusahaan tidak langsung dalam manajemen jalan tol, yaitu PT BSD, PT

BMN, PT JTSE dan PT JLB MUN bekerja sama dengan Capital Advisor Partners

Asia Pte Ltd (Cap Asia), swasta perusahaan investasi yang berspesialisasi dalam

sektor investasi di Asia Tenggara. Dengan kerjasama ini, Cap Asia melalui CIIF

Page 57: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

45

Infrastructure Holdings Sdn Bhd (Sebelumnya dikenal sebagai Robust Success Sdn

Bhd). Kerjasama dengan Cap Asia akan memperkuat modal MUN. diharapkan

dapat menghasilkan sinergi dan kinerja optimal yang bertujuan untuk

meningkatkan kinerja perusahaan.

Jalan tol PT Bosowa Marga Nusantara (BMN) menyediakan akses

langsung dari Makassar ( kota terbesar di Indonesia Timur ) ke pelabuhan. Jalan tol

sepanjang 5,95 km menghubungkan pelabuhan Soekarno-Hatta di Makassar dan

Jalan AP Pettarani (Flyover Urip Sumoharjo). Jalan tol BMN juga terhubung ke

jalan tol JTSE (Jalan Tol Seksi Empat) ditengah jalan.Operasi komersialnya

dimulai pada 1998.Sepanjang 2015, Volume lalu lintas harian rata-rata adalah

57.232 kendaraan, peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Lalu lintas tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) dari

1998-2015 adalah 8,4%.

PT Jalan Tol Seksi Empat (JTSE) jalan tol JTSE menyediakan akses

langsung dari Makassar (kota terbesar di Indosnesia Timur) ke bandara. Jalan tol

11,57 km menghubungkan jembatan Tallo ke persimpangan Mandai Makassar,

Menyediakan akses ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin serta jalan tol

jalan Nasional ke Maros. Operasi komersialnya dimulai pada 2008.Sepanjang 2015,

Volume lalu lintas harian rata-rata selama 2015 adalah 42.423 kendaraan.Angka ini

mewakili peningkatan 5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Lalu lintas

tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) dari 1998-2015 adalah 16,8%.

Visi dan misi PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat :

Page 58: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

46

Visi : Menjadi perusahaan jalan tol swasta terkemuka di Indonesia dengan

fokus pada pengembangan jalan tol strategis.

Misi: Untuk memberikan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan

dan meningkatkan nilai pemegang saham melalui efisiensi

operasional dan penyediaan layanan kelas atas.

Struktur Organisasi Gabungan PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan

Tol Seksi Empat Kota sebagai berikut :

Sumber : PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat 2019

4. Gambaran UmumKantor Cabang BRI Makassar Ahmad Yani

DIREKTUR

UTAMA

SEKRETARIS SUPERVISOR

OPERATIONAL

EXCELLENCE&

QSHE STAF

DOCUMENT

CONTROLLER

STAF QSHE

STAF

OPERATIONAL

EXCELLENCE

DIREKTUR TEKNIK

DAN OPERASIONAL

ASSISTANT MANAJER

OPERATIONAL &

BUSSINESS SERVICES

KEPALA

GERBANG TOL

Page 59: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

47

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang

terbesar di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia Makassar Ahmad Yani merupakan

satu dari 36 kantor cabang BRI yang berada di dalam jaringan Kantor Wilayah BRI

Makassar. BRI Makassar Ahmad Yani menempati gedung yang megah, terletak di

jl.Ahmad Yani no 8 Makassar yang diresmikan pada tanggal 20 Februari 1990 oleh

menteri keuangan (menkeu) JB. Dengan lokasi bisnis perbankan yang cukup

strategis serta didukung 17 BRI Unit yang tersebar di seluruh wilayah Makassar

menjadikan BRI Makassar A.Yani sebagai lembaga keuangan bank yang selalu siap

memberikan pelayanan secara memuaskan kepada masyarakat luas sebagai bentuk

kepedulian BRI dalam peran sertanya secara aktif guna memacu pembangunan di

Sulawesi pada umumnya dan Makassar pada khususnya.

Memberikan pelayanan prima dengan fokus kepada nasabah melalui

sumber daya manusia yang profesional dan memiliki budaya berbasis kinerja

(performance-driven culture), teknologi informasi yang handal dan future ready,

dan jaringan kerja konvensional maupun digital yang produktif dengan menerapkan

prinsip operational dan risk management excellence.Memberikan keuntungan dan

manfaat yang optimal kepada pihakpihak yang berkepentingan (stakeholders)

dengan memperhatikan prinsip keuangan berkelanjutan dan praktik Good

Corporate Governance yang sangat baik.

Visi dan MisiPT. Bank Rakyat Indonesia (Persero):

Page 60: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

48

Visi Bank Rakyat Indonesia (Persero): Menjadibank komersial terkemuka yang

selalu mengutamakan kepuasan nasabah.

Misi Bank Rakyat Indonesia (Persero):

1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan mengutamakan

pelayanan kepada segmen mikro, kecil, dan menengah untuk menunjang

peningkatan ekonomi masyarakat.

2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang

tersebar luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional

dengan melaksanakan praktik Good Corporate Governance.

3. Memberikan keuntungan dan manfaat yang optimal kepada pihak-pihak

yang berkepentingan.

B. Proses Collaborative Governance Dalam Penerapan Uang Elektronik

(UNIK) Di Jalan Tol Kota Makassar

Kementrian Pekerja Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

mengeluarkan peraturan nomor 16/PRT/M/2017 tentang Transaksi Tol Non Tunai

dijalan Tol yang diterapkan seluruh ruas tol di Indonesia, termasuk jalan tol di Kota

Makassar, jalan tol hanya melakukan transaksi non tunai. Peraturan Menteri ini

bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna tol sehingga transaksi

tol menjadi lebih efektif, efisien, aman dan nyaman.Lahirnya collaborative

governance antara PT.Bosowa Marga Nusantara dan PT.Jalan Tol Seksi Empat

serta perbankan dalam penerapan UNIK di jalan tol Kota Makassar terkhususnya

di jalan tol untuk menyelesaikan persoalan kemacetan kendaraan di gerbang tol dan

Page 61: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

49

memudahkan masyarakat untuk bertransaksi dijalan tol Kota Makassar. Adapun

model dan proses collaborative governance sebagai berikut:

1.Kondisi Awal

Kondisi awal dalam suatu kolaborasi dipengaruhi oleh beberapa fenomena,

yaitu para stakeholders memiliki kepentingan dan visi bersama yang ingin dicapai,

sejarah kerjasama dimasa lalu, saling menghormati kerjasama yang terjalin,

kepercayaan masing-masing stakeholders, ketidakseimbangan kekuatan, sumber

daya, dan pengetahuan.

Berikut hasil wawancara dengan informan AL, selaku Kepala Gerbang Tol

PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat mengenai Kondisi

awal dalam proses Collaborative Governance:

“Kondisi awal dalam tahap kolaborasi ini dipengaruhi beberapa fenomena

yang pertama pada manjemen transaksi tunai kita terbebani masalah

penyediaan uang receh atau uang pengembalian untuk konsumen disetiap

hari yang melakukan transaksi dengan uang tunai dan itu memakan waktu

yang cukup lama sehingga menimbulkan penumpukan kendaraan yang

melintasi di gerbang tol, yang kedua diberikan amanah dari pemerintah yang

tertuan dalam peraturan Menteri Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat

nomor 16/PRT/M/2017 tentang Transaksi Tol Non Tunai di jalan tol dengan

tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna tol sehingga

transaksi tol menjadi lebih efektif, efisien, aman dan nyaman, adapun

melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dibawah kendali menteri PUPR

inilah sehingga diterapkan e-toll card atau Uang Elektronik (UNIK)

terkhususnya di jalan tol kota Makassar”. (Hasil wawancara informan AL

11 Desember 2019)

Sebagai kesimpulan wawancara dengan informan AL mengenai Kondisi

awal proses Collaborative Governancedalam penerapan UNIK yaitu dipengaruhi

dari beberapa fenomena yaitu para stakeholders memiliki kepentingan dan visi

bersama yang ingin dicapai yang pertama selama transaksi tunai dibebani masalah

penyediaan uang receh atau uang pengembalian untuk konsumen disetiap hari yang

Page 62: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

50

melakukan transaksi dengan uang tunai dan itu memakan waktu yang cukup lama

sehingga menimbulkan penumpukkan kendaraan yang melintasi di gerbang tol,

yang kedua diberikan amanah dari pemerintah yang tertuan dalam peraturan

Menteri Pekerja Umum dan Perumahan Rakyat nomor 16/PRT/M/2017 tentang

Transaksi Tol Non Tunai di jalan tol dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan

kepada pengguna tol sehingga transaksi tol menjadi lebih efektif, efisien, aman dan

nyaman, adapun melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dibawah kendali menteri

PUPR inilah sehingga diterapkan e-toll card atau Uang Elektronik (UNIK)

terkhususnya di jalan tol kota Makassar.

Adapunhasil wawancara penulis dengan informan AS, selaku RM Dana

Ritel mengenai Kondisi awal dalam proses Collaborative Governance:

“Pada tahap kondisi awalnya bersumberdari Bank Indonesiayang

mempunyai program untuk menerapkan penggunaan kartu elektronik

secara maskimal, misalnya dari bank BRI dengan Brizzi sedangkan untuk

bank yang lain juga produknya sendiri. jadi kami selaku bank BRIturut

mendukung program pemerintah yang diistilakan gerakan non tunai dan

sekaligus mendukung program dari PUPR”. (Hasil wawancara informan AS

22 Januari 2020)

Sebagai kesimpulan wawancara dengan informan AS mengenai Kondisi

awal proses Collaborative Governancedalam penerapan UNIK dipengaruhi oleh

beberapa fenomena, yaitu para stakeholder memiliki kepentingan dan visi bersama

serta pengetahuan yang ingin dicapai yaitu Bank Indonesia mengajak semua

perbankan yang memiliki produk UNIK yang ada di Makassar dengan turut

mendukung program pemerintah yang nama nya gerakan non tunai dan sekaligus

mendukung program dari PUPR.

Page 63: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

51

Selanjutnya untuk mengetahui kondisi awal sebelum adanya collaborative

governance terkait penerapan UNIK dijalan tol kota Makassar, maka kami

melakukan wawancara dengan sejumlah informan masyarakat salah satunya NA

yang mengemukakan bahwa :

“Sebelum adanya kartu UNIK ini, kita selalu mempersiapkan uang tunai

sesuai dengan tarif untuk melintasi gerbang tol dan biasanya terjadi antrian

panjang pada saat digerbang tol sehingga mengakibatkan kepadatan

kendaraan”.(Hasil wawancara informan NA 20 desember 2019)

Hal senada juga disampaikan informan masyarakat DA, yang

mengemukakan bahwa :

”Saya pernah melakukan perjalanan lewat tol untuk menuju ke bandara dan

pada saat itu terjadi kemacetan yang panjang sehingga saya terlambat ke

bandara, itu membuktikan bahwa sebelum adanya UNIK ini sering terjadi

kemacetan di jalan tol karena transaksi yang dilakukan oleh pelaksana jalan

tol dilakukan secara manual”.(Hasil wawancara informan DA 20 desember

2019)

Sebagai kesimpulan wawancara dengan informan masyarakat diatas

mengenai Kondisi awal Collaborative Governancesebelum penerapan UNIK yaitu

masyarakat yang lewat dijalan tol selalu mempersiapkan uang tunaisesuai dengan

tarif untuk melintasi di gerbang tol dan biasanya terjadi antrian panjang saat

melintas gerbang tol akibat dari transaksi manual yaitu transaksi tunaimembuat

masyarakat yang lewat di jalan tol mengalami sedikit hambatan.

Berdasarkan beberapa hasil wawancara diatas bahwa kondisi awal dari

collaborative governance dalam penerapan Uang Elektronik (UNIK) dijalan tol

Kota Makassar berawal adanya Peraturan baru dari Menteri Pekerja Umum dan

Perumahan Rakyat Republik Indonesia nomor 16/PRT/M/2017 tentang Transaksi

Tol Non Tunai di seluruh ruas jalan tol di indonesia dengan tujuan untuk

Page 64: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

52

meningkatkan pelayanan kepada pengguna tol sehingga transaksi tol menjadi lebih

efektif, efisien, aman dan nyaman. Para stakeholders memiliki kepentingan dan visi

bersama yang ingin dicapai, saling menghormati kerjasama yang terjalinDari pihak

PT Bosowa Marga Nusantara dan Pihak Bank BRI turut mendukung penuh program

dari pemerintah sehingga terjadi nya kolaborasi diantara pihak-pihak yang terlibat

untuk menerapkan program dari pemerintah terkait penerapan Uang Elektronik

Dijalan Tol kota Makassar untuk mempermudah para pengguna tol dalam

bertransaksi dan untuk mengurangi kemacetan ditol.

2. Desain Kelembagaan

Pemimpin meminta para pemangku kepentingan untuk terlibat dalam

negoisasi itikat baik dan mengeksplorasi, kompromi dan perolehan bersama.

Collaborative governance sebagai konsensus yang berorientasi meskipun

menunjukkan bahwa konsensus tidak selalu tercapai. Masalahnya di sini apakah

semua kolaboratif harus memerlukan konsensus. Masalah desain kelembagaan

penggunaan tenggang waktu melemah merupakan sifat berkelanjutan kolaborasi

secara tidak sengaja mengurangi insentif kerjasama jangka panjang. Desain

Kelembagaan berkaitan dengan tata cara dan peraturan dasar dalam kolaborasi

untuk prosedural proses kolaborasi yang legal, transparansi proses, inklusivitas

partisipan, dan eksklusivitas forum.

Berikut hasil wawancara penulis dengan informan AL, selaku Kepala

Gerbang Tol PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat mengenai

DesainKelembagaan :

“Mengenai desain kelembagaan PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan

Tol seksi Empat kami berperan sebagai pelayanan operasionalkepada

Page 65: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

53

masyarakat yang lewat dijalan tol dengan menyiapkan infrastuktur berupa

gardu untuk pengisian ulang kartu UNIK, mesin serta gerbang tol otomatis

(GTO) yang kita pasang diseluruh gerbang tol kotaMakassar yakni gerbang

tol Cambaya, Kalukubodoa, Tamalanrea, Parangloe, Briringkanayya, Bira

Barat, Bira Timur, Tallo Barat dan Tallo Timur. Untuk penerbit kartu UNIK

nya itu diterbitkan oleh masing-masing perbankan antara lain BRIZZI dari

Bank BRI ,e-money yang dikeluarkan oleh Bank Mandiri, Flazz yang

diterbitkan oleh Bank BCA, TapCashdari Bank BNI”. (Hasil wawancara

informan AL 11 Desember 2019)

Sebagai kesimpulan wawancara dengan informan AL mengenai Desain

Kelembagaan proses Collaborative Governance dalam penerapan UNIK dilakukan

dengan tata cara dan peraturan dasar dalam kolaborasi dari PT Bosowa Marga

Nusantara dan PT Jalan Tol seksi Empat khusunya dijalan tol sebagai pelayanan

operasional dijalan tol dan menyiapkan infrastruktur berupa gardu untuk pengisian

ulang kartu UNIK, mesin serta gerbang tol otomatis (GTO) yang diterapkan

diseluruh gerbang tol kota Makassar yakni gerbang tol Cambaya, Kalukubodoa,

Tamalanrea, Parangloe, Briringkanayya, Bira Barat, Bira Timur, Tallo Barat dan

Tallo Timur.

Adapun wawancara penulis dengan informan AS, mengenai Desain

Kelembagaan dalam proses Collaborative Governance:

“Desain Kelembagaan dalam proses kolaborasi ini bank BRI itu berperan

sebagai penerbit kartu Uang Elektronik dan kita siapkan sistem nempel atau

yang ditempel dialat sipembaca, kalau kita dari bank BRI itu namanya kartu

BRIZZI adalah Uang Elektronik yang berbentuk kartu untuk melayani dan

memproses transaksi digital yang bisa digunakan pembayaran dijalan tol

dengan menempelkan kartu ke masin pembaca dan transaksinya bisa

langsung diproses. adapun mesin yang kita simpan di gardu tol seperti mesin

top up atau mesin untuk isi ulang saldo UNIK kepada pengguna yang mau

mengisi ulang saldonya, jadi semua bank yang punya produk UNIK dia

support ke kantor tol”. (Hasil wawancara informan AS 22 Januari 2020)

Sebagai kesimpulan wawancara dengan informan AS mengenai Desain

Kelembagaan proses Collaborative Governancedalam penerapan UNIK dilakukan

Page 66: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

54

dengan tata cara dan peraturan dasar dalam kolaborasi dari bank BRI sebagai

penerbit kartu Uang Elektronik yaitu BRIZZI adalah Uang Elektronik yang

berbentuk kartu untuk melayani dan memproses transaksi digital yang bisa

digunakan pembayaran dijalan tol dengan menempelkan kartu ke masin pembaca

dan transaksinya bisa langsung diproses, selain itu menyiapkan sistem nempel atau

yang ditempel dialat sipembaca dan di setiap gardu menyiapkan mesin top up atau

mesin untuk isi ulang saldo UNIK kepada pengguna yang mau mengisi ulang

saldonya. Dan begitupun semua bank yang punya produk UNIK dia support ke

kantor tol.

Selanjutnya untuk mengetahui Desain Kelembagaan collobarative

governance dalam penerapan UNIK dijalan tol kota Makassar, maka kami

melakukan wawancara dengan sejumlah informan masyarakat salah satunya NA

yang mengemukakan bahwa :

“Iya kami sangat setuju adanya kerjasama dari pemerintah swasta dan

perbankan dalam penerapan UNIK ini karna dijalan tol itu disediakan gardu

untuk isi ulang kartu unik dan ada juga mesin top up nya”.(Hasil wawancara

informan NA 20 desember 2019)

Hal senada juga disampaikan informan masyarakat DA yang

mengemukakan bahwa :

“Mengenai kerja samasaya setuju dengan adanya kolaborasi pemerintah

perbankan dan swasta dalam penerapan unik, karna saling melengkapi

seperti dijalan tol yang sediakan gardu kalau kita mau isi ulang saldo dan

alat teknologinya seperti mesin yang disimpan pas digerbang tol”. (Hasil

wawancara informan DA 21 desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa adanya proses

kolaborasi dari pemerintah kementrian PUPR, PT Bosowa Marga Nusantara, PT

Page 67: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

55

jalan tol seksi empat dan perbankan, masyarakat merasakan proses kolabarisinya

dalam penerepan unik dengan berbagai peran dari setiap pemangku kepentingan.

Berdasarkan hasil penelitian penulis di lokasi penelitian mengenai Desain

Kelembagaan proses kolaborasi berkaitan dengan tata cara dan peraturan dasar

dalam kolaborasi untuk prosedural, dari PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan

Tol Seksi Empat khusunya dijalan tol sebagai pelayanan operasional dijalan tol dan

menyiapkan infrastruktur berupa gardu untuk pengisian ulang kartu UNIK, mesin

serta gerbang tol otomatis (GTO) yang diterapkan diseluruh gerbang tol kota

Makassar yakni gerbang tol Cambaya, Kalukubodoa, Tamalanrea, Parangloe,

Briringkanayya, Bira Barat, Bira Timur, Tallo Barat dan Tallo Timur, sedangkan

bank BRI sebagai penerbit kartu Uang Elektronik yaitu BRIZZI adalah Uang

Elektronik yang berbentuk kartu untuk melayani dan memproses transaksi digital

yang bisa digunakan pembayaran dijalan tol dengan menempelkan kartu ke masin

pembaca dan transaksinya bisa langsung diproses, selain itu menyiapkan sistem

nempel atau yang ditempel dialat sipembaca dan di setiap gardu menyiapkan mesin

top up atau mesin untuk isi ulang saldo UNIK kepada pengguna yang mau mengisi

ulang saldonya. Dan begitupun semua bank yang punya produk UNIK dia support

ke kantor tol.

3.Kepemimpinan

Kepemimpinan penting untuk merangkul, memberdayakan dan melibatkan

para pemangku kepentingan dan memobilisasi untuk kesuksesan kolaborasi.

Konflik yang tinggi dan kepercayaan rendah memiliki insentif untuk berpartisipasi

maka collaborative governance dapat melanjutkan layanan perantara antara

Page 68: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

56

stakeholder yang menerima layanan. Ketersediaan para pemimpin cenderung

bergantung sesuai dengan keadaan setempat.Implikasi kemungkinan kerjasama

yang efektif mungkin terhambat oleh kurangnya kepemimpinan. Kepemimpinan

fasilitatif berkaitan dengan musyawarah yang dilakukan oleh stakeholders,

penetapan aturan-aturan dasar yang jelas, membangun kepercayaan, memfasilitasi

dialog antar stakeholders dan pembagian keuntungan bersama.

Berikut hasil wawancara penulis dengan informan AL, selaku Kepala

Gerbang Tol PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat mengenai

Kepemimpinan :

“Kepemimpinan itu berkaitan dengan tanggung jawab jadi yang menjadi

penanggung jawab dalam penerapan unik yah badan usaha jalan tol atau PT

bosowa marga nusantara dan PT jalan tol seksi empat itu sendiri beserta

perbankan.Maasalah yang ada dijalan tol BMN yang tangani, misalnya

masalah kartu jika kartunya tidak terbaca, petugas jalan tol yang turun

tangan, itu sudah di diskusikan sebelum penerapan unik tentang kendala

kartunya.Selanjutnya masalah kemacetan antrian panjang kemarin itu

memang terjadi dikarnakan masyarakat belum sepenuhnya mempunyai

kartu jadi kendaraan bertumpuk digerbang tol transaksi tunai sedangkan

transaksi unik itu kosong, lalu kita arahakan masyarakat untuk membeli

kartu uniktetapi sebagian masyarakat tetap memilih yang transaksi

tunai.Munculnya peraturan kebijakan dari pemerintah ini menjadi solusi

bahwa penerapan pembayaran non tunai dijalan tol berlaku 10 november

2018 tidak lagi menerima transaksi tunai tetapi menggunakan kartu unik

dengan tujuan untuk mengurangi penumpukan kendaraan digerbang tol dan

memberikan kemudahan kepada pengguna untuk bertransaksi”. (Hasil

wawancara informan AL 11 Desember 2019)

Sebagai kesimpulan wawancara dengan informan AL mengenai

Kepemimpinan bahwa tanggung jawab proses Collaborative Governance berupaya

untuk mempertanggungjawabkan segala masalah yang ada di jalan tol terkait

penerapan Uang Elektronik dan sehingga mendukung penuh program pemerintah

dan mengsukseskan penerapan uang elektronik dijalan tol kota Makassar.

Page 69: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

57

Adapun wawancara penulis dengan informan AS, mengenai Kepemimpinan

dalam proses Collaborative Governance:

“Membahas kepemimpinan itu masing-masing semua punya tanggung

jawab, kalau dari pihak BRI kartunya kita selalu siapkan disetiap gardu

ditol, kita siapkan juga kartu unik di indomaret, bisa juga cek saldo di mesin

atm BRILINK, BRI mobile dan kita siapkan juga mesin top up atau

pengisian saldo uang elektronik disetiap gardu tol, jadi tanggung jawabnya

kita selalu siap untuk menyiapkan kartu itu dan mengutamakan kemudahan

kepada pengguna dalm bertransaksi dijalan tol”. (Hasil wawancara

informan AS 22 Januari 2020)

Sebagai kesimpulan wawancara dengan informan AS mengenai

Kepemimpinan bahwa tanggung jawab proses Collaborative Governance dalam

penerapan UNIKmasing-masing mempunyai tanggung jawab dari setiap pemangku

kepentingan, pihak dari bank BRI bertanggung jawab atas ketersediaan kartu yang

disiapkan disetiap gardu ditol, indomaret, cek saldo di mesin atm BRILINK, BRI

mobile dan mesin top up atau pengisian saldo uang elektronik dengan tujuan

mengutamakan kemudahan kepada pengguna dalm bertransaksi dijalan tol.

Berdasarkan hasil penelitian penulis di lokasi penelitian mengenai

Kepemimpinan dalam penerapan UNIK dijalan tol kota Makassar memiliki

tanggung jawab masing-masing dari berbagai pihak ialah dari PT Bosowa Marga

Nusantara dan PT Jalan tol seksi empat yang paling dominan dalam hal

kepemimpinan yangmempertanggungjawabkan segala masalah yang ada di jalan

tol terkait penerapan Uang Elektronik serta mendukung penuh program pemerintah

dan mengsukseskan penerapan uang elektronik dijalan tol kota Makassarkarena

kemampuan personal setiap pemimpin berpengaruh besar terhadap jalannya suatu

proses kolaborasi. Dari pihak Bank BRI bertanggung jawab atas ketersediaan kartu

yang disiapkan disetiap gardu ditol, indomaret,cek saldo di mesin atm BRILINK,

Page 70: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

58

BRI mobile dan mesin top up atau pengisian saldo uang elektronik dengan tujuan

mengutamakan kemudahan kepada pengguna dalm bertransaksi dijalan tol.

4.Proses Kolaboratif

Proses kolaboratif ini merupakan variable yang penting, dimana proses

kolaboratif diawali dengan dialog tatap muka yang berkaitan dengan kepercayaan

yang baik, setelah melakukan dialog tatap muka dengan baik maka akan terbangun

suatu kepercayaan yang nantinya akan berpengaruh terhadap komitmen dalam

proses kolaborasi, setelah komitmen para stakeholders tinggi akan terjadi suatu

pemahaman bersama dalam perumusan masalah, identifikasi nilai-nilai, dan misi

yang jelas. Setelah para stakeholders memiliki kesamaan dan kesepahaman, maka

akan menentukan rencana strategis untuk menjalankan kolaborasi.

Berikut hasil wawancara penulis dengan informan AL, selaku Kepala

Gerbang Tol PT Bosowa Marga Nusantara dan PT Jalan Tol Seksi Empat mengenai

Proses Kolaboratif :

“Kalau dialog tatap muka dengan perbankan sudah banyak kali mengenai

penerapan UNIK dan masalah yang dihadapi kita evaluasi lagi. Adapun

pertemuan sosialisasi yang kami lakukan terkait penerapan 100% UNIK di

jalan tol Makassar kita panggil pergudangan yang punya angkutan, yang

punya taksi, pelabuhan pelindo yang punya angkutan umum itu semua kita

panggil yang selalu melintasi jalan tol”. (Hasil wawancara informan AL 11

Desember 2019)

Sebagai kesimpulan wawancara dengan informan AL mengenai Proses

Kolaboratif dalam penerapan UNIK dijalan tol kota Makassar sudah dilakukan

bebarapa kali pertemuan dengan perbankan mengenai penerapan UNIK dan

masalah yang dihadapi kita evaluasi lagi dan sudah melakukan sosialisasi dari

berbagai angkutan umum yang selalu melintasi jalan tol.

Page 71: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

59

Adapun wawancara penulis dengan informan AS, selaku RM Dana Ritel

mengenai proses kolaboratif dalam penerapan UNIK :

“Iya pertemuan diawal implementasi itu hampir tiap minggu evaluasi terus,

jadi acaranya itu di Bank Indonesia dan memanggil semua yang perbankan

termasuk kami BRI dan ada juga Mandiri, BNI dan BCA yang punya UNIK

dan pihak pengelola tol PT bosowa marga nusantara dan PT jalan tol seksi

empat jika ada kendala kita evaluasi lagi”. (Hasil wawancara informan AS

22 Januari 2020)

Sebagai kesimpulan wawancara dengan informan AS mengenai Proses

Kolaboratif dalam penerapan UNIK dijalan tol kota Makassar sudah dilakukan

bebarapa kali pertemuan dengan pihak pengelola tol PT bosowa marga nusantara

dan PT jalan tol seksi empat danperbankan mengenai evaluasi dan kendala yang

dihadapi.

Selanjutnya untuk mengetahui hasil Proses Kolaboratif dalam penerapan

UNIK dijalan tol kota Makassar, maka kami lakukan wawancara dengan sejumlah

informan masyarakat salah satunya NA yang mengemukakan bahwa :

“Dengan adanya kartu UNIK ini sangat mendukung, karna kartu ini sangat

memudahkan saya bertransaksi dijalan tol dan tidak mesti lagi menyiapkan

uang tunai tetapi dengan hanya membawa kartu”.(Hasil wawancara

informan NA 20 desember 2019)

Hal senada juga disampaikan informan masyarakat AM yang

mengemukakan bahwa :

“Menurut saya kartu UNIK ini memudahkan saya dijalan tol tidak lagi

menyiapkan uang tunai tetapi tergantikan dengan kartu, cukup 4 detik saja

menunggu ditempelkan kartu itulalu kita bisa lewat dan mesin layar nya

juga mendukung karna kita bisa lihatsisa saldonya”. (Hasil wawancara

informan AM 22 desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa hasil proses

kolaboratif dalam penerapan UNIK dengan adanya kartu UNIK yang digunakan

Page 72: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

60

dijalan tol sangat memudahkan bagi pengguna UNIK untuk bertransaksi dan

mengefesienkan waktu pengguna pada saat di gerbang tol.

Berdasarkan hasil penelitian penulis di lokasi penelitian mengenai Proses

Kolaboratif dalam penerapan UNIK dijalan tol kota Makassar, Proses ini

merupakan variable yang penting, dimana proses kolaboratif diawali dengan dialog

tatap muka antara PT bosowa marga nusantara, PT jalan tol seksi empat, bank BRI

dan perbankan lainnya sudah dilakukan bebarapa kali pertemuan mengenai

penerapan UNIK dan mencari solusi masalah yang dihadapi, melakukan evaluasi

serta kendala yang dihadapi dalam proses penerapan kartu UNIK dijalan tol Kota

Makassar.Selain itu PT Bosowa Marga Nusantara melakukan sosialisasi dari

berbagai angkutan umumjalan tol seperti pergudangan yang punya angkutan besar,

yang punya taksi, pelabuhan pelindo dan yang punya angkutan umum yang selalu

melintasi jalan tol.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Collaborative Governnace

Dalam Penerapan Uang Elektronik (UNIK) di Jalan Tol Kota Makassar

Untuk mengetahui pendukung dan penghambat Collaborative Governance

Dalam Penerapan Uang Elektronik (Unik) Di Jalan Tol Kota Makassar, maka dapat

dilihat dari segala hal yang mendukung dan mendorong terjadinya Collaborative

Governance Dalam Penerapan Uang Elektronik (Unik) Di Kota Makassar.

Sementara faktor penghambat dilihat dari berbagai kendala yang ditemukan dalam

proses Collaborative Governance Dalam Penerapan Uang Elektronik (Unik) Di

Jalan Tol Kota Makassar. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat diuraikan pada bagian

berikut:

1.Faktor Pendukung

Page 73: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

61

Untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang mendukung dan

mendorong terjadinya Collaborative Governance dalam penerapan Uang

Elektronik (Unik) Di Jalan Tol Kota Makassar, maka kami melakukan wawancara

dengan informan AL selaku Kepala Gerbang Tol PT Bosowa Marga Nusantara dan

PT Jalan Tol Seksi Empat mengemukakan bahwa :

“Faktor pendukung jalannya kolaborasi ini adalah adanya peraturan

Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia

No.16/PRT/M/2017 tentang transaksi tol non tunai di jalan tol. Permen ini

tentunya menjadi faktor utama kami dalam berkolaborasi dengan pihak

lainnya kemudian faktor pendukung selanjutnya yaitu adanyagardu

pembayaran non tunai atau gerbang tol otomatis (GTO) yang kita siapkan

dan kartu uang elektronik (UNIK) yang diterbitkan dari setiap perbankan

tanpa adanya regulasi ini kolaborasi yang dilakukan untuk memudahkan

masyarakat tidak dapat berjalan”. (Hasil wawancara dengan

informan AL 11 Desember 2019)

Hal Senada juga disampaikan informan AS selaku RM Dana Ritel yang

menyatakan bahwa :

“Yang menjadi faktor pendukung dalam kolaborasi ini adalah adanya

peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik

Indonesia No.16/PRT/M/2017 tentang transaksi tol non tunai di jalan

tol.Dengan adanya permen ini sangat mendorong kami untuk melakukan

kolaborasi”. (Hasil wawancara informan AS 22 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui mengenai faktor

pendukung dalam proses collaborative governance dalam penerapan Uang

Elektronik (UNIK) di jalan tol Kota Makassar adalah adanya Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia No.16/PRT/M/2017

tentang transaksi tol non tunai di jalan tol. Dengan adanya permen ini tentu menjadi

faktor yang dapat mendukung kolaborasi ini.Selanjutnya faktor pendukung lainnya

yaitu adanya kartu uang elektronik (UNIK) dan gardu pembayaran non tunai atau

gerbang tol otomatis (GTO).

Page 74: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

62

Adapun wawancara penulis dengan informan NA, selaku pengguna UNIK

yang menyatakan bahwa :

“Menurut saya yang menjadi faktor pendukung jalannya kolaborasi ini

adalah pertama karna insiatif dari pemerintah itu sendiri dengan

mengeluarkan kebijakan atau peraturan kemudian yang kedua adalah saat

ini kecanggihan teknologi semakin pesat sehingga ada perangkat elektronik

seperti gerbang tol otomatis dan kartu uang elektronik”.(Hasil wawancara

informan NA 20 desember 2019).

Sebagai kesimpulan hasil wawancara dengan informan NA yaitu jalannya

kolaborasi yang dilakukan oleh pemerintah, swasta dan perbankan ini karena ada

nya faktor pendukung seperti kebijakan pemerintah dalam mengeluarkan peraturan

tentang UNIK dan yang kedua karna era yang semakin canggih sehingga ada

sebuah alat elektronik yang disebut gerbang tol otomatis.

Berdasarkan hasil penelitian di lokasi penelitian bahwa yang menjadi faktor

pendukung dalam proses collaborative governance dalam penerapan uang

elektronik (UNIK) di jalan tol Kota Makassar adalah adanya otoritas atau

kewenangan Menteri dimana Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia No.16/PRT/M/2017 tentang transaksi tol non tunai di jalan tol.

Permen ini tentunya menjadi acuan utama dilakukannya kolaborasi antara

PT.Bosowa Marga Nusantara, PT. Jalan Tol Seksi Empat dan Perbankan.

Kemudian yang menjadi faktor pendukung yang lain juga karena adanya perangkat

elektronik yang disebut gerbang pembayaran non tunai atau Gerbang Tol Otomatis

dan kartu UNIK, perangkat elektronik inilah yang menjadi alat dalam jalannya

kolaborasi.

2. Faktor Penghambat

Page 75: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

63

Selain faktor pendukung, faktor lain yang mempengaruhi proses

collaborative governance dalam penerapan Uang Elektronik (UNIK) di jalan tol

Kota Makassar ialah faktor penghambat. Untuk menelusuri apa saja yang menjadi

faktor penghambat dalam proses collaborative governance, maka dilakukan

wawancara dengan informan AL selaku Kepala Gerbang Tol Di Jalan Tol Kota

Makassar yang menyatakan bahwa:

“Tentu dalam proses collaborative governance ini terdapat faktor yang

menjadi penghambat salah satunya adalah ketersediaan kartu dari

perbankan. Diawal penerapan UNIK 100% di jalan tol Kota Makassar

kebutuhan kartu UNIK sangat tinggi sedangkan kartu yang disiapkan sangat

terbatas dan sebagian masyarakat belum mempunyai kartu UNIK.”. (Hasil

wawancara informan AL 11 Desember 2019)

Hal senada juga disampaikan informan AS selaku RM Dana Ritel yang

mengemukakan bahwa :

“Mengenai faktor penghambat dalam proses kolaborasi pada awal

penerapan unik 100% di jalan tol itu terkait penyiapan kartunya, karna

masih banyak masyarakat yang belum punya kartu UNIK, pada hari itu

kartu yan kita siapkan di setiap gardu sudah terjual semua, jadi kita

komunikasikan kepada bank lain bahwa yang masih punya produk kartu

UNIK tolong diinves ke gardu tol”.(Hasil wawancara informan AS 22

Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan AL dan AS yaitu dalam

proses kolaborasi tentu ada yang menjadi faktor penghambat yakni salah satunya

adalah terbatasnya ketersediaan kartu UNIK pada awal tahap diterapkan 100%

pakai kartu UNIK dijalan tol. Dimana kebutuhan kartu yang sangat tinggi dan

sebgaian masyarakat belum memunyai kartu.Dengan keterbatasan inilah sehingga

terhambatnya penerapan kartu UNIK di jalan tol Kota Makassar.

Adapun wawancara penulis dengan informan NA, selaku pengguna UNIK

yang menyatakan bahwa :

Page 76: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

64

“Menurut saya yang menjadi faktor penghambat terkait pelaksanaan kartu

UNIK ini karna kita sering terjadi antrian jika isi saldo atau top updigardu

isi ulang kartu UNIKselain itu ada masyarakat kurang paham terkait

pengisian saldo, mungkin masyarakat yang baru pertama kali mengisi

saldo”. (Hasil wawancara NA 20 desember 2019)

Sebagai kesimpulan wawancara dengan informan NA mengenai faktor

penghambat dalam proses collaborative governance bahwa terjadi antrian pada saat

pengisian saldo atau top updigardu selain itu ada masyarakat kurang paham terkait

pengisian saldo, mungkin masyarakat yang baru pertama kali melakukan pengisian

saldo.

Secara keseluruhan bahwa menjadi faktor pendukung dalam proses

collaborative governance dalam penerapan Uang Elektronik (UNIK) di jalan tol

Kota Makassar adalahadanya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan

Rakyat Republik Indonesia No.16/PRT/M/2017 tentang transaksi tol non tunai di

jalan tol. Dengan adanya otoritas atau kewenangan Menteri dimana Menteri

Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia No.16/PRT/M/2017

tentang transaksi tol non tunai di jalan tol, Permen ini tentunya menjadi acuan

utama dilakukannya kolaborasi antara PT.Bosowa Marga Nusantara, PT. Jalan Tol

Seksi Empat dan Perbankan. Kemudian yang menjadi faktor pendukung yang lain

juga karena adanya kecanggihan teknologi sehingga melahirkan perangkat

elektronik yang disebut gardu pembayaran non tunai atau Gerbang Tol Otomatis

dan kartu UNIK yang diterbitkan oleh perbankan, perangkat elektronik inilah yang

menjadi alat bertransaksi dalam jalannya kolaborasi ini.

Sedangkan yang menjadi faktor penghambat dalam proses collaborative

governance dalam penerapan Uang Elektronik (UNIK) di jalan tol Kota Makassar

Page 77: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

65

ialah ketersediaan kartu UNIK dari perbankan Diawal penerapan UNIK 100% di

jalan tol Kota Makassar, Kebutuhan kartu UNIK sangat tinggi sedangkan kartu

yang disiapkan sangat terbatas, sebagian masyarakat belum mempunyai kartu

UNIK dan terjadi antrian saat pengisian saldo atau top up digardu isi ulang kartu

UNIK.

Page 78: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

66

BAB V

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang Proses Collaborative Governance Dalam

Penerapan Uang Elektronik (UNIK) Di Jalan Tol Kota Makassar, maka dapat

disimpulan secara keseluruhan Collaborative Governance Dalam Penerapan Uang

Elektronik (UNIK) Di Jalan Tol Kota Makassarberdasarkan teori Ansel & Gash

(2007) dapat dikategorikan sebagai Model collaborative governance yaitu Kondisi

awal, Desain kelembagaan, Kepemimpinan dan Proses kolaborasi menujukkan

bahwa sudah efektif bagi Proses Collaborative Governance Dalam Penerapan Uang

Elektronik (UNIK) Di Jalan Tol Kota Makassar, meskipun masih sedikit terdapat

kekeliruan dalam desain kelembagaan yang tidak melibatkan pemerintah kota

Makassar atau pemerintah daerah dalam kolaborasi terkait penerapan Uang

Elektronik di jalan tol Kota Makassar.

Faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan Uang Elektronik (UNIK)

di jalan Tol Kota Makassar.Faktor pendukung dalam proses collaborative

governance ini adalah adanya otoritas atau kewenangan menteri dimana menteri

Pekerja Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia mengeluarkan

Peraturan MenteriNo.16/PRT/M/2017 tentang transaksi tol non tunai di jalan tol.

Kemudian adanya kecanggihan teknologi berupa mesin Gerbang Tol Otomatis dan

kartu Uang Elektronik yang mendukung jalannya kolaborasi tersebut. Faktor

penghambat dalam proses collaborative governance dalam penerapan Uang

Page 79: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

67

Elektronik di kota Makassar adalah terbatasnya ketersediaan kartu dan kurang nya

pemahaman masyarakat mengenai kartu UNIK dan terjadi antrian digardu isi ulang

kartu UNIK.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, ada beberapa

saran penulis kemukan sebagai berikut:

1. Perlu kedepannya agar pihak PT Bosowa Marga Nusantara lebih

memperhatikan pengguna unik dijalan tol, karena tidak semua elemen

masyarakat menerima dengan adanya program unik tersebut mempunyai

pro dan kontra.

2. Diharapkan kedepannya tentang pro dan kontra mengenai unik ini

dikalangan masyarakat dapat menjadi bahan pertimbangan pemerintah dan

pihak PT Bosowa Marga Nusantara kedepannya mengenai keluhan

masyarakat ketika hendak mengambil jalur darat melalui jalan tol.

3. Terkait desain kelembagaan dalam proses collaborative governance perlu

dilibatkan element dari pemerintah Kota Makassar atau pemerintah daerah

dalam penerapan Uang Elektronik di jalan tol Kota Makassar.

Page 80: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

68

DAFTAR PUSTAKA

Ansell, C., & Gash, A. (2007). Collaborative Governance in Theory and Practice.

Berkeley: University Of California, 543-571.

Donahue, J. D. & Zeckhauser, R. J. 2011. Collaborative Governance: Private Roles

For Public Goals in Turbulent Times. Princeton, New Jersey: Princeton

University Press.

Dwiyanto, A. (2011). Manajemen Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Emerson, K., Nabatchi, T., & Balogh, S. (2011). An Integrative Framework for

Collaborative. Journal of Public Administration Research and Theory

Advance Access, 1-29.

Gita Putri Amalia, "Efektifitas E-Toll Oleh PT. Jasa Marga Surabaya," Universitas

Negeri Surabaya, (2017), 1.

Johansson, K., & et.al. (2010). Trends in Development Aid, Negotiation Processes

and NGO Policy Change.Voluntas , 371-92.

Jung, Y. D., Mazmanian, D., & Tang, S. Y. (2009). Collaborative Governance In

The United States and Korea: Cases In Negotiated Policy Making and

Service Delivery. School of Policy, Planing and Development .

Kurniasih, D., Setyoko, P. I., & Imron, M. (2017). Collaborative Governance

dalam Penguatan Kelembagaan Program Sanitasi Lingkungan Berbasis

Masyarakat. Sosiohumaniora, Volume 19 No. 1 , 1-7.

Lemos, M. C., & Agrawal, A. (2006). Environmental Governance. Annual Review

of Environment and Resources, 31(1), 297–325.

https://doi.org/10.1146/annurev.energy.31.042605.135621

Moleong, L. J. (2001). Metodologi Penelitian Kulalitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 Tentang Uang Eektronik

Purnomo, E. P. (2018). Collaborative Governance dalam Tata Kelola Hutan

Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: LP3M UMY.

Seigler, D. (2011). Renewing Democracy by Engaging Citizen in Shared

Governance. Public AdministrationReview, 70-968.

Page 81: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

69

Simorangkir, I. (2014). Pengantar Kebanksentralan; Teori dan Praktik di

Indonesia. Jakarta: PT.Raja Grafindo

Sudarmo. (2011). Isu-isu Administrasi Publik Dalam Perspektif Governance.

Surakarta: Smart Media..

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumarto, H. S. (2009). Inovasi, Partisipasi dan Good Governance; 20 Prakarsa

Inovatif dan Parsitipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sururi, A. (2018). Collaborative Governance sebagai Inovasi Kebijakan Strategis

(Studi Revitalisasi Kawasan Wisata Cagar Budaya Banten Lama).

Humanika Vol.25 No.1 , 24-36.

Tilano,Fawwaz Aldi ,dkk. Collaborative Governance Dalam Upaya Keselamatan

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Semarang.Administrasi

Publik.2017

Widyastuti, K., Handayani, P. W., & Wilarso, L. (2017). Tantangan dan Hambatan

Implementasi Produk Uang Elektronik di Indonesia.Jurnal Sistem Informasi

, 38-48.

Page 82: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

70

LAMPIRAN

Wawancara Dengan Kepala Gerbang Tol PT Bosowa Marga Nusantara dan

PT Jalan Tol seksi empat

Wawancara Dengan RM Dana Ritel Kantor Cabang BRI Makassar Ahmad

Yani

Page 83: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

71

Foto Gerbang Tol Kota Makassar

Foto Mesin Gerbang Tol Otomatis

Page 84: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

72

Foto Gardu Tempat Isi Ulang UNIK

Wawancara Dengan Pengguna UNIK

Page 85: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

73

Wawancara Dengan Pengguna UNIK

Wawancara Dengan Pengguna UNIK

Page 86: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

74

Page 87: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

75

Page 88: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

76

Page 89: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

77

Page 90: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

78

Page 91: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

79

Page 92: SKRIPSI PROSES COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM …

80

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dengan Nama lengkap Nur Cahya.

Lahir di Pinrang, Tanggal 29 Maret 1997. Alamat

Jalan Sultan Hasanuddin No.116, Kelurahan Jaya,

Kecamatan Watang Sawito. Anak Pertama dari Lima

bersaudara, dari pasangan H. Dangkang dan Hj. A.

Ukka. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD 8 Unggulan Pinrang dan

selesai pada Tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 1 Pinrang dan selesai pada tahun 2012, dan selanjutnya

penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Pinrang dan

selesai tahun 2015 dan kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada

perguruan tinggi di Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH

MAKASSAR) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Program Studi

Ilmu Pemerintahan. Penulis Sangat Bersyukur, karena telah diberikan kesempatan

untuk menimbah ilmu pengetahuan yang nantinya dapat diamalkan dan

memberikan manfaat.