skripsi perilaku ibu dalam pemberian mi instan pada balita …

146
SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA DI POSYANDU KELURAHAN TURIKALE KECAMATAN TURIKALE KABUPATEN MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN NURAENI K111 13 301 Skripsi ini Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat DEPARTEMEN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 i

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

i

i

SKRIPSI

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA

BALITA DI POSYANDU KELURAHAN TURIKALE

KECAMATAN TURIKALE KABUPATEN MAROS

PROVINSI SULAWESI SELATAN

NURAENI

K111 13 301

Skripsi ini Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

i

Page 2: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

ii

ii

Page 3: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

iii

iii

Page 4: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

iv

iv

RINGKASAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

NURAENI

“PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA DI POSYANDU

KELURAHAN TURIKALE KECAMATAN TURIKALE KABUPATEN MAROS

PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2017”

(viii + 87 Halaman + 4 Tabel + 6 Lampiran)

Pemberian mi instan oleh ibu kepada balita yang merupakan golongan paling rawan

kekurangan energi protein memiliki dampak buruk bagi kesehatan balita jika dikonsumsi secara

terus menerus, terlebih jika disajikan tanpa bahan tambahan yang mengandung protein, mineral

ataupun vitamin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tahap learn (belajar), feel

(merasakan) dan do (melakukan) dalam teori Multipath Adoption yang dialami oleh informan

dalam mengadopsi perilaku ibu dalam memberikan mi instan untuk dikonsumsi oleh balitanya.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan rancangan

fenomenologi. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara terhadap 23 informan yang

terdiri dari ibu balita, keluarga balita dan TPG (Tenaga Pelaksana Gizi) Puskesmas Turikale.

Informan dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Selain itu, dilakukan observasi untuk

proses keabsahan data. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan content

analysis dalam bentuk matriks penelitian yang kemudian diinterprestasikan dan disajikan dalam

bentuk narasi.

Peneliti menemukan bahwa para informan memperoleh informasi mengenai pemberian

konsumsi mi instan pada balita dari pengalaman pribadi, teman, iklan di televisi dan internet.

Pada tahap learn diperoleh informasi pemberian konsumsi mi instan pada balita oleh informan

(ibu balita) dikarenakan faktor keinginan balita, pertimbangan rasa dan harga serta pengaruh

dari anggota keluarga, teman dan tetangga. Sedangkan tahap feel menunjukkan bahwa

informan memiliki keyakinan terhadap bahaya mi instan untuk dikonsumsi oleh balita, namun

keyakinannya tidak lebih besar dari pada faktor keinginan anak dan kelebihan dari mi instan.

Hal tersebut yang mendorong informan ke tahap do dengan pola adopsi trial-do yaitu dengan

mencoba beberapa praktik yang diperolehnya pada tahap learn dan feel. Praktik pemberian mi

instan pada balita umumnya dilakukan oleh informan dengan memberikan mi instan yang tidak

berkuah. Beberapa informan lainnya memilih mi yang berkuah dengan praktik pengolahan

membuang air rebusan pertama kemudian diganti dengan air panas baru sebagai kuah dari mi

instan tersebut. Bahan tambahan yang informan berikan adalah telur dan sawi hijau.

Peneliti menyarankan kepada ibu balita untuk tidak menyediakan mi instan. Puskesmas

Turikale juga diharapkan mengadakan penyuluhan mengenai bahaya mi instan agar ibu balita

tidak memberikan mi instan pada balitanya. Disamping itu, program tersebut sebaiknya juga

memuat informasi mengenai pengolahan makanan tambahan yang sehat dan aman bagi balita.

Kata Kunci : Mi instan, ibu balita, teori Multipath Adoption

Daftar Bacaan : 53 (2004-2016)

Page 5: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

v

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah adalah kata yang pantas namun tidak akan pernah cukup untuk

penulis tasbihkan sebagai ungkapan rasa syukur atas selesainya skripsi ini. Skripsi yang

berjudul “Perilaku Ibu dalam Pemberian Mi Instan pada Balita di Posyandu Kelurahan

Turikale Kecamatan Turikale Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan” tidak lepas

dari keterbatasan. Meski begitu, dukungan dari berbagai pihak telah membuat skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Puji syukur kepada Allah SWT kita panjatkan kepada sang maha di atas segala

maha. Shalawat dan salam teriring untuk Baginda Muhammad SAW, Rasul terakhir,

sang penyempurna. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Sudirman Nasir, S. Ked, MWH, Ph.D selaku pembimbing I, Bapak Dr.

Ridwan M. Thaha, M.Sc selaku pembimbing II, Ibu Ulfah Najamuddinm, S. Si,M.Kes,

Ibu Dr. Healthy Hidayanti, SKM, M.Kes, Ibu Jumriani Ansar, SKM, M.Kes, dan

Ibu Indra Fajarwati Ibnu, SKM, M. Kes selaku penguji.

Tidak lupa pula penulis haturkan rasa terima kasih yang tiada batas kepada kedua

orang tua tercinta, Makmur dan Rahmatia. Juga hal serupa kepada seluruh teman dan

kerabat yang penulis tidak mampu goreskan namanya satu per satu.

Rentetan ucapan terima kasih ini kemudian penulis akhiri dengan ucapan mohon

maaf atas ketidaksempurnaan dari skripsi ini. Kritik dan saran dari pembaca akan

penulis terima dengan senang hati. Wassalam.

Makassar, November 2017

Penulis

Page 6: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

vi

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

RINGKASAN .......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

A. Tinjauan Umum tentang Perilaku ...................................................... 8

B. Tinjauan Umum tentang Pola Konsumsi Balita ................................. 23

C. Tinjauan Umum tentang Konsumsi Mi Instan ................................... 27

D. Hasil-Hasil Penelitian terkait Topik Penelitian .................................. 30

E. Kerangka Teori ................................................................................. 39

Page 7: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

vii

vii

BAB III KERANGKA KONSEP .......................................................................... 41

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ............................................ 41

B. Kerangka Variabel yang Diteliti ....................................................... 42

C. Definisi Konseptual .......................................................................... 43

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 45

A. Jenis Penelitian .................................................................................. 45

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 45

C. Penentuan Informan Penelitian ......................................................... 46

D. Mekanisme Pengumpulan Data ......................................................... 47

E. Keabsahan Data ................................................................................. 48

F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 49

G. Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 51

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 51

B. Karakteristik Informan ....................................................................... 51

C. Hasil Penelitian .................................................................................. 53

D. Pembahasan ........................................................................................ 67

E. Hambatan Penelitian .......................................................................... 85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 86

A. Kesimpulan ........................................................................................ 86

B. Saran .................................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 8: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

viii

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Syarat Mutu Mi Instan ............................................................................. 28

Tabel 5.1 Karakteristik Informan Penelitian Perilaku Ibu pada Pemberian Mi

Instan pada Balita di Posyandu Kelurahan Turikale ................................................. 52

Tabel 5.2 Karakteristik Balita pada Penelitian Perilaku Ibu pada Pemberian Mi

Instan pada Balita di Posyandu Kelurahan Turikale ................................................. 52

Tabel 5.3 Pangsa Pasar Produk Mie Instan Tahun 2010-2014 .................................. 79

Page 9: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

ix

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Theory of Reasoned Action ..................................................................... 10

Gambar 2.2 Theory of Planned Behavior .................................................................. 11

Gambar 2.3 Kondisi Model Proses Seleksi Adopsi ................................................... 13

Gambar 2.4 Tahapan Response Adopter terhadap Perilaku yang akan Diadopsi ...... 16

Gambar 2.5 Kerangka Teori Multipath Adoption Process ........................................ 40

Gambar 3.1 Kerangka Konsep................................................................................... 42

Gambar 5.1 Kemasan Belakang dari Indomie Rasa Goreng ..................................... 76

Gambar 5.2 Indomie Rasa Goreng ............................................................................ 80

Gambar 5.3 Megah Mie Rasa Kaldu Ayam .............................................................. 81

Gambar 5.4 Migelas .................................................................................................. 82

Page 10: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

x

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Informed Consent

Lampiran 2 : Lembar Observasi

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara

Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 5 : Matriks Wawancara

Lampiran 6 : Hasil Observasi

Lampiran 7 : Dokumentasi

Lampiran 8 : Riwayat Hidup Peneliti

Page 11: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

xi

xi

Page 12: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mi instan terbuat dari tepung terigu dan dilengkapi dengan bumbu

bubuk aneka rasa. Salah satu makanan instan ini mengandung karbohidrat

dalam jumlah besar dan kadar garam yang tinggi, serta miskin kandungan

protein, vitamin dan mineral. Hal ini sesuai dengan penelitian Zailani (2016)

yang menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada berat organ

ginjal dan hati pada tikus-tikus albino yang menjadi binatang percobaan

pemberian konsumsi mi instan selama 28 hari. Peningkatannya juga diikuti

oleh bilirubin direk, bilirubin total, kolesterol total, triasilgliserol, dan Low

Density Lipoproteins (LDL). Sedangkan kadar albumin, protein total (TP),

High Density Lipoproteins (HDL), hematokrit dan hemaglobin mengalami

penurunan sejalan dengan semakin ditingkatkannya persentase

perbandingan mi instan dengan pelet. Oleh karena itu, dari segi gizi, mi

instan belum dapat dikatakan sebagai makanan penuh karena belum

mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang bagi tubuh. Terlebih bagi balita

yang merupakan golongan paling rawan KEP.

Mi instan yang relaif murah dan mudah dijumpai juga memiliki

komposisi bahan tambahan berupa Monosodium Glutamat (MSG) yang jika

dikonsumsi di atas takaran normal dapat menimbulkan hipertensi, asma dan

kelemahan otot (Warta Konsumen, 2001). Tingginya konsumsi MSG juga

merupakan faktor risiko dari dermatitis (Park, 2016). Selain itu penelitian

1

Page 13: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

2

Dr. Kuo juga menunjukkan bahwa mi instan tidak hancur dalam proses

pencernaan selama berjam-jam. Hal tersebut juga dapat menghambat

penyerapan nutrisi makanan lainnya. Mi instan juga mengandung bahan-

bahan aditif seperti tertiary-butyl hydroquinone (TBHQ) yang jika

dikonsumsi terlalu sering akan menimbulkan efek mual, mengigau dan

sesak nafas. Seseorang yang mengonsumsi mi instan dua kali seminggu juga

berisiko mengalami gangguan metabolisme seperti obesitas, tekanan darah

tinggi dan kolesterol (KEMENKES RI, 2015).

Bahaya mi instan yang dampaknya telah terbukti nampaknya tidak

berefek pada kondisi permintaan terhadap produk ini dikarenakan alasan

kepraktisan dan rasanya yang dapat memenuhi selera berbagai kelompok

masyarakat berdasarkan tingkat pendapatan, pekerjaan, usia, maupun jenis

kelamin (Arianto, 2013). Pada tahun 2008, konsumsi mi instan masyarakat

Indonesia mencapai 13,7 miliyar bungkus kemudian meningkat menjadi

14,5 miliyar bungkus pada tahun 2010. Tingginya angka konsumsi mi instan

tersebut menempatkan Indonesia di posisi kedua sebagai negara

pengonsumsi mi instan terbesar di dunia setelah Cina (WINA, 2010). Hasil

penelitian Wandasari (2014) juga menemukan sebagian besar keluarga

miskin mengonsumsi mi instan 3x/minggu dengan persentase 40%,

sedangkan keluarga tidak miskin persentasenya sama antara 2x/minggu dan

3x/minggu yaitu 30%.

Di Indonesia, selain digemari orang dewasa, mi instan juga disukai

oleh anak-anak, termasuk balita. Pada penelitian yang dilakukan terhadap

Page 14: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

3

anak dengan rentang usia 3-12 tahun menunjukkan adanya 998 anak yang

tersebar di 33 provinsi di Indonesia menjadikan mi instan sebagai menu

sarapannya (Perdana dan Hardiansyah, 2013). Wandasari (2014) juga

mengemukakan pada hasil penelitiannya bahwa anak termasuk anggota

keluarga yang mengonsumsi mi instan dengan persentase pada keluarga

miskin sebesar 32,1% dan pada keluarga tidak miskin 32,6%.

Sesuai dengan tahap perkembangan diusia balita, anak mulai ingin

mandiri dan bertindak sebagai konsumen aktif dalam hal makanan. Hal

tersebut yang membuat asupan makanan balita cenderung kurang karena

balita telah dapat menolak makanan yang tidak disukai dan hanya

mengonsumsi makanan favoritnya (Jafar, 2010). Untuk mengatasi hal

tersebut, para ibu memberikan mi instan sebagai pengganti nasi untuk

konsumsi anak-anaknya dikarenakan rasanya yang disukai oleh anak-anak

tanpa memperhatikan kandungan gizi makanan yang seimbang (Adriani,

dkk, 2011).

Prevalensi gizi kurang pada balita memberikan gambaran yang

fluktuatif dari 18,4% (2007) menurun menjadi 17,9% (2010) kemudian

meningkat lagi menjadi 19,6% pada tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi

buruk naik sebesar 0,3% dari tahun 2007 hingga tahun 2013 (RISKESDAS,

2013). Kajian tentang tumbuh kembang anak membuktikan bahwa bayi di

Indonesia sampai dengan usia 6 bulan mempunyai berat badan sama

baiknya dengan bayi Amerika. Perlambatan pertumbuhan kemudian mulai

terjadi pada periode 6-24 bulan. Penyebabnya tak lain adalah pola makan

Page 15: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

4

yang semakin tidak memenuhi syarat gizi dan kesehatan (Khomsan, 2012).

Hal ini sesuai dengan pandangan UNICEF (1998) yang menyatakan bahwa

faktor asupan makanan merupakan salah satu penyebab langsung terjadinya

gizi kurang, sedangkan salah satu faktor tidak langsung adalah pola asuh

keluarga.

Secara umum di Indonesia, ibu adalah tokoh yang berperan penting

pada pengasuhan anak dan penyiapan makanan yang akan dikonsumsi oleh

keluarga. Ibu harus memiliki pengetahuan dan sikap yang tanggap serta

peduli terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Seorang ibu yang

memiliki sikap baik terhadap gizi akan melahirkan perilaku yang baik pula

dalam meningkatkan staus gizi keluarga, namun pada realitasnya sering kali

tidak sejalan dengan tindakan. Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor

eksternal yang menjadi penghambat, seperti faktor ekonomi dan sosial

budaya (Djola, 2012).

Perilaku ibu dalam memberikan mi instan untuk dikonsumsi oleh

balitanya merupakan hasil dari sebuah adopsi perilaku. Adopsi perilaku

dapat dilakukan dengan menerima dan menyikapi berbagai informasi dari

lingkungan sekitarnya yang kemudian menjadi alasan untuk mengadopsi

perilaku tersebut. Hal ini dijelaskan oleh teori adopsi perilaku yang terdiri

dari tahap learn, feel, dan do (Kotler dan Roberto, 1989). Tahap learn akan

menghasilkan sebuah pengetahuan yang akan disikapi pada tahap feel.

Sedangkan tahap doadalah tahap praktik yang terbagi atas dua yaitu trial-do

dan commited-do. Keduanya disebabkan oleh hasil dari kedua tahap

Page 16: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

5

sebelumnya. Jika tahap learn menghasilkan keyakinan rendah maka adopter

akan maju ke tahap trial-do. Namun jika tahap learn dan feel menghasilkan

keyakinan tinggi maka pelaku adopsi akan maju ke tahap commited-do.

Informasi mengenai alasan-alasan ibu dalam memberikan mi instan pada

balitanya akan diperoleh pada tahap learn, feel dan trial-do. Sedangkan pola

adopsi perilaku ibu dalam memberikan mi instan untuk dikonsumsi oleh

balitanya akan berdasarkan pada urutan dari ketiga tahap yang ada.

Satu dari sepuluh penduduk Indonesia mengonsumsi mi instan ≥ 1 kali

per hari dengan Provinsi ketiga yang memiliki persentase konsumsi tertinggi

di atas rata-rata nasional adalah Provinsi Sulawsi Selatan dengan persentase

16,9%. Sedangkan prevalensi gizi buruk-kurang anak balita Provinsi ini

sebesar 25,6% (RISKESDAS, 2013). Lebih spesifik, Kabupaten Maros

merupakan Kabupaten kelima dengan status gizi paling tinggi di Sulawesi

Selatan dengan temuan kasus balita gizi buruk sebanyak 29 anak (Dinkes

Kab. Maros, 2013).

Hasil pemantauan yang dilakukan oleh Direktorar Gizi Masyarakat

tahun 2015 juga menemukan prevalensi gizi buruk-kurang pada anak balita

di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 22,1% dan Kabupaten Maros

merupakan kabupaten dengan perseentase gizi buruk-kurang tertinggi di

provinsi ini, yaitu 30,5% (KEMENKES RI, 2015). Hal ini menunjukkan

bahwa masalah gizi buruk-kurang masih menjadi salah satu masalah

kesehatan masyarakat yang harus diperhatikan, khususnya bagi Kabupaten

Maros.

Page 17: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

6

Berdasarkan beberapa uraian di atas maka peneliti tertarik untuk

meneliti tentang “Perilaku Ibu dalam Pemberian Mi Instan pada Balita”.

Penelitian ini akan dilakukan di Posyandu Turikale yang termasuk dalam

wilayah kerja Puskesmas Turikale. Pada tahun 2013, wilayah kerja

puskesmas ini adalah wilayah dengan penemuan terbanyak anak balita

berstatus gizi buruk yaitu sebesar 13,7%. Sedangkan Posyandu Turikale

merupakan posyandu dengan persentase penemuan balita yang berstatus

BGM terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Turikale yaitu sebesar 25%

(Dinkes Kab. Maros, 2013). Tempat tersebut dianggap peneliti dapat

dijangkau dan bisa mewakili Kabupaten Maros secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang,

maka rumusan masalah penelitian ini adalah “bagaimana perilaku ibu dalam

pemberian mi instan pada balita di Posyandu Turikale Kecamatan Turikale

Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan 2017?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pola adopsi perilaku ibu berdasarkan teori Multipath

Adoption dalam pemberian mi instan pada balita di Posyandu Turikale

Kecamatan Turikale Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan 2017.

Page 18: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

7

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tahap learn pada ibu dalam memberikan mi instan

untuk balitanya di Posyandu Turikale Kecamatan Turikale Kabupaten

Maros Provinsi Sulawesi Selatan 2017.

b. Untuk mengetahui tahap feel pada ibu dalam memberikan mi instan

untuk balitanya di Posyandu Turikale Kecamatan Turikale Kabupaten

Maros Provinsi Sulawesi Selatan 2017.

c. Untuk mengetahui tahap do pada ibu dalam memberikan mi instan

untuk balitanya di Posyandu Turikale Kecamatan Turikale Kabupaten

Maros Provinsi Sulawesi Selatan 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai penambahan masukan dan informasi bagi penelitian selanjutnya

yang berkaitan dengan konsumsi mi instan pada balita.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman dalam mengaplikasikan

pengetahuan yang telah didapatkan di bangku kuliah.

3. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan wawasan

dan pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai referensi tentang perilaku

ibu dalam pemberian konsumsi mi instan pada balita.

Page 19: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku manusia pada hakikatnya adalah segala kegiatan atau

aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak

dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2007). Sedangkan dalam

psikologi, perilaku manusia (human behavior) merupakan reaksi yang

dapat bersifat sederhana maupun kompleks. Salah satu karakteristik reaksi

perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya,

satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respons yang berbeda dan

beberapa stimulus yang berbeda dapat menimbulkan satu respon yang

sama (Azwar, 2011).

Sedangkan Skinner dalam Notoadmodjo (2010), merumuskan

teorinya bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Dengan kata lain, perilaku terjadi melalui

proses adanya stimulus terhadap organisme yang kemudian di respon oleh

organisme tersebut. Teori ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus-

organisme-response. Skinner membedakan adanya dua respon yaitu

respondent response (reflexive) dan operant response (instrumental

response).

Dalam teori S-O-R, perilaku mansuia dapat dikelompokkan menjadi

dua yakni perilaku tertutup (covert behavior) dan perilaku terbuka (overt

8

Page 20: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

9

behavior). Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus masih

belum dapat diamati oleh orang lain, sedangkan perilaku terbuka terjadi

bila respon terhadap stimulus dapat diamati oleh orang lain dari luar secara

jelas (Notoadmodjo, 2010).

Teori lain dikemukakan oleh Sunardi (2010) bahwa perilaku adalah

aktivitas glandular, maskular, atau elektrikal seseorang. Tindakan-tindakan

sederhana seperti mengedipkan mata, menggerakkan jari tangan, melirik

dan sebagainya juga merupakan bagian dari perilaku manusia. Secara

umum yang termasuk perilaku adalah apa yang dilakukan dan dikatakan

seseorang yang memiliki satu atau lebih dimensi yang dapat diukur.

Terdapat dua kelompok besar perilaku yaitu perilaku yang tampak dan

yang tidak tampak. Perilaku yang tampak adalah perilaku yang dapat

diamati oleh orang lain, sedang perilaku tidak tampak adalah sebaliknya.

Selain dapat diamati, menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein dalam

Azwar (2011) perilaku juga dapat diprediksi dengan menggunakan Teori

Tindakan Beralasan atau Theory of Reasoned Action (TRA). Teori ini

disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia umumnya melakukan

sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal dan mempertimbangkan semua

informasi yang ada maupun implikasi tindakan mereka sendiri. TRA

berasumsi bahwa sikap mempengaruhi perilaku melalui proses

pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan serta dampaknya terbatas

hanya pada tiga hal. Pertama perilaku ditentukan oleh sikap yang spesifik

terhadap sesuatu. Kedua, perilaku juga dipengaruhi oleh norma-norma

Page 21: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

10

subjektif. Ketiga sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma

subjektif membentuk suatu niat untuk berperilaku tertentu. Secara

skematik, TRA dapat digambarkan seperti berikut:

Gambar 2.1

Theory of Reasoned Action

Sumber : Fishbein & Ajzen (1975), dalam Azwar (2011)

Pada tahun 1988, Ajzen (dalam Azwar, 2011) kemudian

memodifikasi TRA menjadi Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned

Behavior). Teori ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah kontrol

volisional yang belum lengkap pada teori TRA. Faktor intention perilaku

tetap menjadi inti teori perilaku ini. Hanya saja, determinan intention tidak

hanya dua aspek (sikap terhadap perilaku yang bersangkutan dan norma-

norma subjektif) melainkan tiga aspek dengan diikutsertakannya aspek

kontrol perilaku yang dihayati (perceived behavioral control). Secara lebih

lengkap Ajzen (1985) menambahkan faktor latar belakang individu ke

dalam perceived behavioral control, sehingga secara skematik perceived

behavioral control dilukiskan sebagaimana pada gambar berikut ini.

Behavioral

Belief

Intention

to Behave Behavior

Attitude

towards

Behavior

Subjective

Norms

Normative

Belief

Page 22: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

11

Gambar 2.2

Theory of Planned Behavior

Sumber: Ajzen (2005), dalam Azwar (2011)

2. Bentuk-bentuk perilaku

Menurut Notoadmodjo (2007), dilihat dari bentuk respon terhadap

stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus

ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan

sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

Page 23: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

12

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk tindakan nyata atau terbuka. Secara sederhana overt behavior

merupakan tindakan nyata atau praktik.

Perilaku manusia terjadi melalui suatu proses yang berurutan.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1) Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari atau

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2) Interest (tertarik), yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus.

3) Evaluation (menimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal

ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap

yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat

langgeng (Notoatmodjo, 2010).

Sedangkan menurut teori pemasaran sosial oleh Kotler dan Roberto

(1989), seseorang mengadopsi suatu ide dapat ditempuh melalui 4 macam

model. Berikut konsep model tersebut.

Page 24: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

13

Gambar 2.3

Kondisi Model Proses Seleksi Adopsi

1. Proses adopsi

“do-feel-learn”

2. Proses adopsi

“learn-feel-do”

3. Proses adopsi

“learn-do-feel”

4. Kuadran mustahil

Perceived Differentiation among Alternatifs

Sumber: Kotler and Roberto (1989)

a. Learn-feel-do adoption

Proses adopsi diawali dengan tahap belajar oleh adopter (pelaku

adopsi). Proses belajar ini akan menumbuhkan kesadaran adopter.

Keterlibatan yang tinggi dari target sangat diperlukan dalam model

adopsi ini. selain itu, target adopter dapat merasakan perbedaan

mendasar antara tindakan mengadopsi perilaku dan tidak mengadopsi

perilaku secara jelas. Perbedaan tersebut kemudian dapat menimbulkan

keterlibatan oleh target adopter sehingga target tergerak untuk

melakukan adopsi perilaku.

b. Do-Feel-Learn Adoption

Pada model adopsi ini, target terlebih dahulu melakukan adopsi perilaku

yang bersifat sementara. Jika dari hasil percobaan adopsi perilaku

tersebut ditemukan kenyamanan atau kebutuhan di dalamnya maka

target adopter akan mencari informasi yang lebih jauh mengenai

Tinggi

Rendah

Rendah

Involvement

Tinggi

Page 25: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

14

perilaku yang akan diadopsinya. Informasi yang positif berkaitan

dengan adopsi perilaku akan menjadi faktor penguat terhadap target

adopter untuk melakukan keputusan final untuk mengadopsi perilaku.

c. Learn-Do-Feel adoption

Pada model adopsi ini, target adopter memilih suatu perilaku untuk

diadopsi. Hal yang mendasari target adopter memilih suatu perilaku

tersebut disebabkan oleh seringnya informasi yang terkait diterima oleh

target adopter. Sehingga target adopter merasa terbiasa dengan perilaku

tersebut yang kemudian menyebabkan target adopter mengadopsi

perilaku sementara watu walaupun keterlibatannya sangat minim. Jika

adopsi perilaku yang dilakukan terasa bermanfaat maka target adopter

akan melanjutkan adopsi perilaku.

d. Multipath Adoption

Model ini merupakan hasil penggabungan dari ketiga model lainnya

yang mengacu pada perbedaan penting antara kepercayaan maupun

kognisi (efek learn), pengaruh (efek feel), dan kemauan (efek do).

Respon dengan keyakinan yang tinggi ataupun rendah serta efek lain

dapat ditunjukkan oleh target adopter.

Tingkat keyakinan pada target adopter akan rendah jika ia merasa tidak

pasti terhadap hubungan antara keinginan dengan perilaku yang akan

diadopsi. Selain itu, jika informasi berkaitan perilaku yang akan

diadopsi tidak dapat diterima oleh target adopter maka dapat

Page 26: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

15

berpengaruh pada rendahnya keyakinan. Jika tingkat keyakinan rendah

maka akan menghasilkan pengaruh yang rendah.

Tingkat keyakinan pada target adopter akan tinggi jika target

mengalami adopsi secara objektif baik itu langsung ataupun tidak

langsung. Cara langsung dapat dilakukan dengan adopsi percobaan atau

trial adoption, sedangkan cara tidak langsung dapat dilakukan dengan

menyaksikan pengalaman orang lain. Dari pengalaman adopsi secara

objektif, target adopter memperoleh tingkat keyakinan yang tinggi

terhadap hubungan antara keinginan dan perilaku yang akan diadopsi

serta informasi yang lebih dapat diterima.

Adopsi secara objektif dapat membentuk dasar keyakinan yang kuat

karena dilakukan secara langsung dengan mata kepala sendiri. Tingkat

keyakinan yang tinggi akan menghasilkan tingkat pengaruh yang tinggi

pula. Selanjutnya target adopter mungkin secara langsung atau tidak

langsung nmelakukan percobaan terhadap adopsi perilaku untuk

mencari tahu lebih jauh mengenai perilaku tersebut seselum

memutuskan untuk mengadopsi perilaku tersebut secara permanen.

Dalam hal ini, percobaan adopsi atau trial-adoption sangat berperan

penting terhadap adopsi perilaku.

Tiga tahapan respons target adopter terhadap perilaku yang akan

diadopsi dapat dilihat perbedaannya melalui konsep model multipath

adoption sebagai berikut.

Page 27: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

16

Gambar 2.4

Tahapan Response Adopter terhadap Perilaku yang akan Diadopsi

Sumber : R. E. Smith dan W. R. Swinyard, Information Response Models: An

Integrated Approach, Journal of Marketing, 46 (Kotler and Roberto (1989))

3. Perilaku Konsumsi (Perilaku Konsumen)

Pembahasan tentang perilaku konsumsi akan melihat konsumen

sebagai pelaku dari perilaku tersebut. Berbagai teori mengani perilaku

konsumen pun hadir sebagai tinjauan dalam hal pemasaran. Hal tersebut

ditujukan untuk memahami karakteristik konsumen demi usaha dalam

penjualan produk baik itu berupa barang maupun jasa (Widyarini, 2014).

a. Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu

yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan

menggunakan barang-barang jasa ekonomi termasuk proses

pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-

tindakan tersebut (Engel dalam Dwiastuti, dkk, 2012).

Page 28: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

17

Teori lain mengemukakan bahwa perilaku konsumen adalah semua

kegiatan, tindakan, serta proses psikologi yang mendorong tindakan

tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan,

menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal diatas atau

kegiatan mengevaluasi (Sumarwan, 2003). Sedangkan menurut Loudon

dan Della-Bitta (dalam Sumarwan, 2003) perilaku konsumen adalah

proses pengambilan keputusan dan aktivitas fisik dalam mengevaluasi,

memperoleh, menggunakan, dan menghabiskan barang atau jasa.

Berdasarkan beberapa pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

perilaku konsumsi seorang konsumen adalah tindakan individu dalam

memilih, membeli, menggunakan dan mengevaluasi produk atau jasa

untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Konsumen

Kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berasal dari faktor luar diri

dan faktor dalam diri konsumen. Faktor dari dalam biasa disebut

dengan kebutuhan primer yang meliputi makanan, air, udara, pakaian,

rumah, dan seks. Sedangkan faktor dari luar atau kebutuhan sekunder

merupakan kebutuhan yang muncul sebagai akibat reaksi konsumen

terhadap lingkungan dan budayanya. Kedua faktor inilah yang

membentuk perilaku konsumsi pada konsumen yang harus memenuhi

kebutuhan primer maupun sekundernya (Dwiastuti, dkk, 2012).

Menurut Marwanti (dalam Suwandi, 2014) di dalam diri manusia

terdapat dorongankebutuhan atau hasrat sosial dalam hirarki atau

Page 29: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

18

urutan. Urutan kebutuhan ituadalah (1) kebutuhan untuk hidup, (2)

Kebutuhan untuk memenuhi rasa aman, (3) kebutuhan untuk di akui

kelompok, (4) kebutuhan untuk gengsi, dan (5)kebutuhan untuk

menonjolkan diri.Kelima urutan kebutuhan tersebut dapat dikaitkan

dengan perilaku konsumsi manusia, khususnya pada konsumsi pangan.

Pada tahapan pertama, kebutuhan pangan hanya dipandang sebagai

pemenuhan konsumsi satu hari saja. Jika hal ini telah terpenuhi, maka

kebutuhan manusia akan meningkat pada tahap pemenuhan rasa aman.

Dalam hal pangan, manusia akan menyimpan makanan agar dapat

memenuhi kebutuhan pangannya di hari-hari kedepannya. Apabila

tahap kedua juga terpenuhi, maka perilaku konsumsi manusia akan

mulai memperhatikan kualitas makanan dan pola konsumsi orang-orang

disekitarnya. Untuk mendapat pengakuan dari kelompok, maka manusia

harus berinteraksi dengan kelompok tersebut. Hasil interaksi ini akan

melahirkan suatu nilai yang berlaku umum dikelompok tersebut. Hal ini

juga berlaku pada tahap-tahap selanjutnya, dimana manusia mulai lepas

dari kebutuhan dalam dirinya dan lebih memperhatikan kebutuhan yang

bersentuhan dengan luar dirinya (Marwanti. dalam Suwandi, 2014).

Perilaku atau tindakan konsumen terdiri dari proses keputusan

pembelian, pencarian sumber informasi, melakukan evaluasi alternatif

produk, menyeleksi dan pembelian produk yang berakhir dengan

tindakan pasca konsumsi produk. Perilaku konsumen dapat dikaji

dengan dua pendekatan yaitu pendekatan kognitif dan pendekatan

Page 30: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

19

perilaku (Dwiastuti, dkk, 2012). Sedangkan konsumsi di bidang

pangan, menurut Suhardjo (dalam Suwandi, 2014) model perilaku

konsumsi sangat dipengaruhi oleh produksi pangan, sistem distribusi,

sistem sosial, ekonomi, politik, dan keadaan rumah tangga yang

melahirkan gaya hidup dan nampak dalam bentuk perilaku konsumsi.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku pembelian konsumen yaitu faktor budaya,

faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis (Kartikasari et al.,

dalam widyarini, 2014)

1) Faktor Budaya

Faktor ini meliputi budaya, sub-budaya, dan kelas sosial. Budaya

merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan

tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari

keluarga dan lembaga penting lainnya. Hal tersebut menjadi

penentu keinginan dan perilaku yang mendasar. Budaya melengkapi

orang dengan rasa identitas dan pengertian akan perilaku yang dapat

diterima di dalam masyarakat.

Setiap budaya memiliki sub-budaya yang lebih kecil dan

memberikan lebih banyak ciri dan sosialisasi khusus bagi anggota-

anggotanya. Hal tersebut mengindikasikan adanya strata sosial

dalam masyarakat yang kemudian sering ditemukan dalam bentuk

kelas sosial.

Page 31: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

20

Kelas sosial merupakan pembagian dalam masyarakat yang terdiri

dari individu-individu yang berbagi nilai, minat dan perilaku yang

sama. Jenis produk, jasa dan merek yang dikonsumsi oleh

konsumen dipengaruhi oleh kelas sosial tersebut.

2) Faktor Sosial

Kelompok referensi, keluarga, peran sosial, dan status merupakan

bagian dari faktor sosial yang mempengaruhi perilaku pembelian.

Kelompok referensi merupakan semua kelompok yang memiliki

pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap perilaku orang

tersebut.

Enggel mengategorikan kelompok referensi menjadi beberapa jenis,

yaitu sebagai berikut.

a) Kelompok primer dan kelompok sekunder

Kelompok primer adalah kelompok yang seluruh anggotanya

telah saling mengenal dan memperlihatkan kesamaan yang

mencolok dalam hal kepercayaan dan perilaku. Sedangkan

kelompok sekunder adalah kelompok yang interaksinya bersifat

lebih sporadik, kurang komprehensif dan kurang berpengaruh

dalam membentuk gagasan atau perilaku.

b) Kelompok aspirasi dan kelompok disosiatif

Kelompok aspiratif merupakan kelompok yang di dalamnya

terdapat keinginan untuk menggunakan norma, nilai, serta

perilaku orang lain. Sedangkan kelompok disosiatif adalah

Page 32: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

21

kelompok yang nilai-nilai atau norma-normanya berusaha

dihindari oleh orang lain.

c) Kelompok formal dan kelompok informal

Kelompok formal merupakan kelompok yang memiliki

peraturan yang tegas, organisasi dan struktur dimodifikasi secara

tertulis serta hubungan anggotanya didasarkan pada aturan yang

telah ditetapkan. Sedangkan kelompok informal adalah

kelompok yang memiliki lebih sedikit struktur dan mungkin

didasarakan pada persahabatan atau persamaan-persamaan yang

dimiliki anggotanya.

Dalam faktor sosial, keluarga juga merupakan lingkupannya.

Keluarga menurut Engel, merupakan kelompok yang terdiri dari

dua atau lebih orang yang berhubungan darah, perkawinan, atau

adopsi dan tinggal bersama. Latief (2011) mengemukakan bahwa

keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling

penting dalam masyarakat. Keluarga dikemukakannya terbagi

menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

a) Keluarga orientasi

Terdiri dari orang tua yang memberikan arah dalam hal tuntunan

agama, politik, ekonomi dan harga diri.

b) Keluarga prokreasi

Terdiri dari suami, istri dan anak sehingga pengaruh pembelian

itu akan sangat keras.

Page 33: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

22

Mangkunegara dalam menganalisis perilaku konsumen

mengemukakan bahwa peran faktor keluarga meliputi pihak yang

mengambil inisiatif, keputusan, melakukan pembelian dan

pemakaian.

3) Faktor Pribadi

Dalam menetukan keputusan pembelian, seorang konsumen

dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang meliputi umur dan tahap

daur hidup pembeli, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup,

kepribadian dan konsep diri yang bersangkutan.

4) Faktor psikologis

Kotler dalam Latief (2011) mengemukakan bahwa terdapat 4 faktor

yang mempengaruhi pilihan pembelian seseorang yaitu motivasi,

persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.

a) Motivasi

Motivasi adalah keadaan di dalam pribadi seseorang yang

mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-

kegiatan guna mencapai suatu tujuan.

b) Persepsi

Persepsi merupakan proses yang dilalui seseorang dalam

memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan info guna

membentuk gambaraqan yang berarti mengenai sesuatu.

Page 34: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

23

c) Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses perubahan dalam tingkah laku

individual yang muncul dari pengalaman.

d) Keyakinan dan sikap

Keyakinan merupakan deskriptif yang dimiliki seseorang

mengenai sesuatu. Sedangkan sikap merupakan evaluasi

perasaan dan kecenderungan dari seseorang terhadap objek atau

ide yang relatif konstan.

B. Tinjauan Umum tentang Pola Konsumsi Balita

Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah,

ferkuensi dan jenis atau macam makanan (Supariasa, dkk, 2002). Secara

mikro, faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang balita meliputi kondisi

sosial budaya masyarakat, tingkat politik dan pembangunan, serta kebijakan

prioritas pelayanan umum. Sedangkan secara makro meliputi karakteristik

anak ciri ibu, keadaan sosial ekonomi keluarga, karakteristik demografi,

lingkungan fisik keluarga, lingkungan fisik asuhan anak, interaksi pengasuh

anak dan stimulasi dalam keluarga (Wardhani, 1992).

Menurut Sutomo B. dan Anggraeni DY. (2010), balita adalah istilah

bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Kedua

kelompok tersebut membutuhkan asupan energi dan zat gizi yang cukup

untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kekurangan

gizi pada kelompok umur tersebut dapat mempengaruhi perkembangan

Page 35: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

24

kognitif balita serta kemampuan dalam berinteraksi dengan lingkungannya

(Brown, 2005).

Pertumbuhan selama masa balita baik masa usia batita atupun

prasekolah, cenderung tetap namun lebih lambat daripada masa bayi . hal

tersebut sejalan dengan penurunan nafsu makan. Pada usia batita, anak

bertindak sebagai konsumen pasif karena makanannya masih bergantung

pada apa yang disiapkan ibunya. Gigi susunya mulai tumbuh tapi belum

dapat digunakan untuk menguyah makanan yang keras. Balita pada usia ini

juga mulai memperlihatkan prefernsi makanan dan memperlihatkan

ketidaksukaan dan penolakan akan makanan tertentu. Perilaku-perlaku

seperti ini disebut food jags. Untuk mengatasinya, para ibu dapat

menyajikan makanan yang biasa balita makan bersamaan dengan makanan

baru yang akan lebih mudah diterima apabila disajikan saat balita lapar atau

bila balita melihat makanan itu ikut dikonsumsi oleh anggota keluarga

lainnya. Hal ini dikarenakan balita yang memiliki rasa ingin tau yang cukup

tinggi secara alami.

Lain halnya dengan balita usia prasekolah. Mereka juga disebut

sebagai picky eater karena hanya mau mengonsumsi makanan yang sama

sepajang waktu. Hal ini disebabkan karena anak mulai nyaman dengan

makanan tertentu sehingga sangat menyukai jenis makanan tertentu.

Pada masa balita, otak anak akan lebih plastis. Plastisitas otak pada

balita akan menimbulkan sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya, otak

balita lebih terbuka dalam hal pembelajaran dan pengkayaan. Sedangkan sisi

Page 36: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

25

negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan, utamanya

lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak adekuat,

kurang stimulasi dan tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang

memadai. Pada masa ini pula, perkembangan moral serta dasar-dasar

kepribadian anak juga terbentuk, sehigga setiap kelainan/penyimpangan

sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan ditangani dengan baik, akan

mengurangi kualitas SDM dikemudian hari. Masa balita merupakan masa

yang sangat pendek dan sanat peka terhadap lingkungannya, oleh karena itu

masa balita disebut sebagai masa keemasan dan masa kritis (KEMENKES

RI, 2014).

Teori lain menyatakan bahwa secara umum terdapat dua faktor utama

yang mempengaruhi proses tumbuh kembang anak, yaitu sebagai berikut

(Soetjiningsih, et al, 2014).

a. Faktor Genetik

Faktor ini merupakan modal dasar yang berperan penting dalam

mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Yang termasuk

faktor genetik adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik,

jenis kelamin, suku atau bangsa. Potensi genetik yang baik akan

membuah hasil akhir yang optimal dalam tumbuh kebang anak jika

berinteraksi dengan likungan yang positif. Gangguan pertumbuhan di

negara maju mayoritas disebabkan oleh kelainan kromosom. Sedangkan

di negara berkembang, selain dipengaruhi oleh faktor genetik, gangguan

Page 37: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

26

tumbuh kembang anak juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang

kurang kondusif.

b. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan yang menetukan tercapai atau tidaknya potensi

genetik yang telah ada. Lingkungan yang baik akan memungkinkan

tercapainya potensi genetik, sedangkan lingkungan yang tidak baik akan

menghambatnya.

Dari segi umur, balita yang bertumbuh dan berkembang adalah

golongan yang paling rawan KEP, hal tersebut dikarenakan (Santoso, 2004,

Arisman, 2004, dalam Jafar, 2010):

a. Kemampuan saluran pencernaan anak yang tidak sesuai dengan jumlah

volume makanan yang mempunyai kandungan gizi yang dibutuhkan

anak.

b. Kandungan gizi kebutuhan anak per-satuan berat badan lebih besar

dibandingkan orang dewasa karena disamping untuk pemeliharaan juga

diperlukan untuk pertumbuhan.

Bahan makanan yang dikonsumsi bayi sejak usia dini merupakan

fondasipenting bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Dengan

kata lain, kualitas sumber daya manusia (SDM) hanya akan optimal, jika

gizi dan kesehatan pada beberapa tahun kehidupannya di masa balita baik

dan seimbang (Fajar, 2010).

Page 38: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

27

C. Tinjauan Umum tentang Konsumsi Mi Instan

Mi adalah adonan tipis dan panjang yang telah digulung, dikeringkan,

dan dimasak dalam air mendidih. Mi terbuat dari berbagai macam jenis

tepung, seperti tepung terigu, tepung beras, tepung kanji, dan tepung kacang

hijau. Namun, tepung yang dominan dipakai adalah tepung terigu. Telah

banyak bangsa yang mengkalim sebagai pencipta mi, namun tulisan tertua

mengenai mi berasal dari dinasti Han Timur, antara tahun 25 dan 220 M.

Pada oktober 2005, mi tertua yang diperkirakan berusia 4.000 tahun

ditemukan di Qinghai, Tiongkok (Handayani, et al., 2011).

Pada saat ini mi telah dikenal diberbagai negara termasuk Indonesia.

Pembuatan mi juga telah modern dan dapat dilakukan secara kontinu. Salah

satu jenis mi yang ada didunia berdasarkan tahap pengolahan dan kadar

airnya adalah mi instan (Koswara, 2009). Mi instan adalah produk makanan

kering yang dibuat dari tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan

makanan lain dan bahan makanan yang diizinkan, berbentuk khas mi dan

siap dihidangkan setelah dimasak atau diseduhdengan air mendidih paling

lama 4 menit (SNI 01-3551-2000). Mi ini diolah dengan penambahan

beberapa proses setelah diproses menjadi mi segar. Tahap tersebut adalah

pengukusan, pembentukan dan pengeringan. Mi instan termasuk makanan

dengan daya simpan yang lama karena kadar air mi instan umumnya hanya

5-8% (Astawan, dalam Wandasari, 2014).

Mi instan merupakan salah satu makanan siap saji yang dikemas,

mudah disajikan, praktis dan diolah dengan cara sederhana. Makanan

Page 39: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

28

tersebut umumnya diproduksi oleh industri pangan dengan teknologi dan

penambahan berbagai zat adiktif untuk mengawetkan dan memberikan cita

rasa bagi produk tersebut (Fahmi, dalam Sarkim, 2010). Berikut adalah

syarat mutu mi instan menurut SNI.

Tabel 2.1

Syarat Mutu Mi Instan

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1. Keadaan

Tekstur

Aroma

Rasa

Warna

-

-

-

-

Norma/dapat diterima

Norma/dapat diterima

Norma/dapat diterima

Norma/dapat diterima

2. Benda asing - Tidak boleh ada

3. Keutuhan %bb Min. 90

4. Kadar air

Proses

penggorengan

Proses pengeringan

%bb

%bb

Maks. 10,0

Maks. 14,5

5. Kadar protein

Mi dari terigu

Mi bukan dari terigu

%bb

%bb

Min. 8,0

Min. 4,0

6. Bilangan asam Mg KOH/Hg minyak Maks. 20

7. Cemaran logam

Timbal (Pb)

Raksa (Hg)

mg/kg

mg/kg

Maks. 20

Maks. 0,05

8. Arsen (As) mg/kg Maks. 0,5

9. Cemaran mikroba

Angka lempengan

total

E.coli

Salmonella

Kapang

Koloni/g

APM/g

Koloni/g

Maks. 1,0 x

< 3

Negatif per 25 g

Maks. 1,0 x

Sumber: SNI 01-3551-2000

Mi instan umumnya berbentuk gelombang. Bentuk gelombang

tersebut berfungsi untuk memaksimalkan proses pengukusan dan

penggorengan. Pada proses penggorengan mi pada minyak yang panas akan

Page 40: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

29

membuat kandungan air dalam mi tersebut menguap dan mengubah struktur

bagian dalam mi instan menjadi berlubang-lubang (Asthami, N., dkk, 2016).

Harga yang terjangkau dari mi instan membuat konsumennya

beragam, bukan hanya dari kalangan ekonomi atas, bahkan keluarga miskin

juga menjadi pelaku konsumsi. Sebagaimana penelitian Handayani (2004)

yang mengungkapkan bahwa frekuensi konsumsi mi instan pada sebagian

besar keluarga miskin (40%) adalah 3x/minggu, sedangkan frekuensi

konsumsi mi instan pada keluarga tidak miskin memiliki persentase yang

sama antara 2x/minggu dan 3x/minggu yaitu 30%. Hanya terdapat 5% rata-

rata kontribusi energi dari mi instan terhadap kecukupan energi keluarga

miskin per kapita, sedangkan pada keluarga tidak miskin sebesar 4%.

Umumnya, baik keluarga miskin ataupun sebaliknya mengonsumsi mi

instan pada malam hari. Sedangkan yang mengonsumsi mi instan pada siang

hari oleh keluarga miskin sebesar 3,3% dan 27,8% keluarga tidak miskin

melakukan hal yang sama. Mi instan yang semua keluarga miskin konsumsi

dibeli secara eceran. Sedangkan pada keluarga tidak miskin dibeli eceran

(73,3%) dan jumlah banyak sebagai persediaan (26,7%).

Makanan instan ini mulai diproduksi secara khusus dan ditujukan

untuk konsumen anak-anak seperti produk my noodlez produksi

PT. Indofood yang ditujukan untuk anak-anak berumur 6-12 tahun, juga

berupa produk MP-ASI yang berbentuk mi instan. Komposisi gizi dalam mi

instan tersebut berbeda dengan komposisi gizi mi instan pada umumnya.

Namun, harga mi instan untuk anak-anak ini tergolong mahal sehingga tidak

Page 41: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

30

semua golongan masyarakat mampu membeli mi tersebut. Oleh karena itu,

masyarakat yang tidak dapat membeli mi tersebut lebih memilih mi instan

pada umumnya untuk diberikan kepada anak-anaknya (Wandasari, 2014).

D. Hasil-Hasil Penelitian Terkait Topik Penelitian

Adapun beberapa penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya tentang topik penelitian ini adalah sebagai berikut.

Page 42: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

32

32

No. Peneliti Judul Penelitian Karakteristik

Hasil Perbedaan dengan

Penelitian Penulis Desain Dimensi

1. Fachruddin

Perdana/

2013

Analisis Jenis,

Jumlah, dan Mutu

Gizi Konsumsi

Sarapan Anak

Indonesia

Penelitian ini

menggunakan

desain cross

sectional.

Untuk

menganalisis jenis,

jumlah, dan mutu

gizi konsumsi

sarapan anak

Indonesia usia 3-12

tahun.

Bahwa sepuluh jenis makanan yang

paling banyak dikonsumsi selama

sarapan adalah nasi, kangkung, telur

ayam, ikan, tempe, mi instan, tahu,

roti, daging ayam, dan biskuit;

Lima jenis minuman yang paling

banyak dikonsumsi selama sarapan

adalah air putih, teh, susu, kopi, dan

sirup. Makanan yang dikonsumsi

dengan rata-rata lebih dari 5 g/hari

selama sarapan adalah nasi, kangkung,

telur ayam, ikan, tempe, dan mie

instan.

Perbedaan terletak

pada metode

penelitian yang

digunakan. Fokus

penelitian Fachruddin

juga meluas pada

seputar sarapan anak.

Page 43: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

33

33

Minuman yang dikonsumsi dengan

rata-rata lebih dari 15 ml/hari selama

sarapan adalah air putih, teh, dan susu.

Hanya 10.6% dari sarapan anak yang

mencukupi asupan energi>30%.

2. Nurcahyo Tri

Arianto/2013

Pola Makan Mi

Instan : Studi

Antropolgi Gizi

pada Mahasiswa

Antropologi

FISIP UNAIR

Penelitian

kualitatif yang

dilakukan

dengan cara

pengamatan

berpartisipasi

dan

wawancara

mendalam

Untuk mengkaji

pengaruh aspek

sosial budaya

terhadap pola

makan mi instan,

yang berkaitan

dengan

pengetahuan, nilai,

kepercayaan,

alasanyang

mendasari serta

perubaan yang

Nilai-nilai pada mahasiswa yang

mengolah dan mengkonsumsi mi

istan adalah: kreatif, sosial, ekonomi,

dan bersih.

Mahasiswa percaya bila makan mi

instan dapat menghindari resiko

kegemukan maupun kolesterol.

Terdapat 6 variasi pola makan mi

instan menurut waktu (kuantitas) serta

3 variasi pola makan mi instan

menurut kualitas. Mahasiswa

mengkonsumsi mi instan pada pagi

Objek penelitian ini

adalah mahasiswa

dengan fokus

penelitian pada

aspek sosial budaya

yang mempengaruhi

pola makan.

Sedangkan objek

penelitian penulis

adalah ibu yang

memberikan mi

instan untuk

Page 44: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

34

34

terjadi. dan malam hari. dikonsumsi oleh

balitanya.

3. Nurul

Wandasari/

2013

Hubungan

Pengetahuan Ibu

tentang Mie

Instan dan

Perilaku

Konsumsi Mie

Instan pada Balita

di RW. 04

Perumahan Villa

Balaraja

Kabupaten

Tangerang.

Penelitian

analisis

kuantitatif

dengan desain

studi cross-

sectional.

Untuk mengetahui

hubungan antara

Pengetahuan Ibu

tentang Mie Instan

dan Perilaku

Konsumsi Mie

Instan pada Balita

di RW. 04

Perumahan Villa

Balaraja Kabupaten

Tangerang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penegtahuan ibu tentang mie instan di

RW. 04 perumahan villa Balaraja

kabupaten Tangerang tahun 2013

sebagian besar kurang baik.

Perilaku ibu dalam memberikan mie

instan pada balita di RW. 04

perumahan villa Balaraja kabupaten

Tangerang tahun 2013 sebagian besar

tidak baik.

Ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan ibu tentang mie instan

dengan konsumsi mie instan pada

balita di RW. 04 perumahan villa

Balaraja kabupaten Tangerang.

Perbedaannya

terletak penggunnan

metode penelitian.

Fokus dari

penelitian

Wandasari juga

berfokus pada

pengetahuan ibu,

sedangkan fokus

penelitian penulis

adalah perilaku ibu.

Page 45: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

35

35

4. Rolavensi

Djola/2012

Hubungan antar

tingkat

Pendapatan

Keluarga dan

Pola Asuh dengan

Status Gizi Anak

Balita di Desa

Bongkudai

Kecatan Modayag

Barat.

Penelitian ini

observasional

analitik dengan

rancangan

cross

sectional.

Untuk mengetahui

hubungan antara

tingkat pendapat

keluarga dan pola

asuh dengan status

gizi anak balita di

Desa Bongkudai

Kecamatan

Mondayag Barat.

Hasil Penelitian dengan menggunakan

pengukuran BB/U sebagian besar

status gizi anak balita baik (61,5%).

Tidak ada hubungan antara tingkat

pendapatan keluarga dengan status

gizi.

Tidak ada hubungan antara sikap

memberi makan dan merawat anak

dengan status gizi.

Ada hubungan antara praktek

pemberian makan dan merawat anak

dengan status gizi.

Berbeda pada metode

yang digunakan dan

fokus penelitian Djola

pada hubungan antara

tingkat pendapatan

dan sikap serta

praktik pemeberian

makanan pada anak.

5. Eka Pranata

Suwandi/

2014

Perilaku

Konsumsi

Makanan Instan

Pada Siswa Kelas

XI Jasa Boga

Sekolah

Menengah

Kejuruan Negeri

Merupakan

jenis penelitian

kuantitatif.

Untuk mengetahui

tingkat

pengetahuan, sikap

dan tindakan siswa

Kelas

XI Jasa Boga

konsumsi makanan

instan seperti

Aspek pengetahuan makanan instan

besaran skor nilai siswa berada di atas

nilai rerata, dengan jumlah siswa 39

dan di bawah nilai rerata sejumlah 19,

maka dapat disimpulkan bahwa

Peneliti juga meneliti

perilaku konsumsi mi

instan, namun

penelitian Eka

melihat perilaku

Page 46: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

36

36

3 Klaten sarden, nugget,

kentang goreng dan

Mie instan.

pengetahuan siswa berada pada

kategori cukup dengan presentase

sebesar 67%. Berdasarkan data kelas

interval frekuensi tebanyak terdapat

pada kelas interval 68-73 dengan 38%

Aspek sikap siswa dalam

mengkonsumsi makanan instan

termasuk dalam kategori cukup

dengan presentase 83%.

Aspek tindakan pola perilaku siswa

dalam mengkonsumsi makanan instan

termasuk tinggi.

SIswa kelas XI,

sedangkan penulis

melihat perilaku ibu

dalam memberikan

konsumsi mi instan

pada balitanya.

6. Ujang

Sumarwan/

2001

Analisis Citra

Merek dan

Perpindahan

Merek pada

Produk Mi Instan

Menggunakan

desain cross

sectional

study.

Untuk menganalisa

perilaku pembelian

mi instan, persepsi

konsumen terhadap

berbagai merek mi

Tidak semua responden meyebutkan

merek yang digunakan sekarang

sebagai merek yang palig diingat.

Salah satu merek yang diuji cobakan

oleh peneliti dalam penelitiaan ini

Penelitian Ujang

yang berfokus pada

citra merek mi instan

menggunakan desai

cross sectional.

Page 47: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

37

37

instan dan tingkat

keterikatan

konsumen terhadap

suatu merek mi

instan.

mempunyai tiga asosiasi yang

membentuk brand image yaitu harga

terjangkau, kemudahan mendapat dan

rasanya yang enak.

Berbeda

denganpenelitian

penulis yang

menggunakan metode

kualitatid dengan

pendekatan

fenomenologi.

7. Mardiana/

2006

Hubungan

Perilaku Gizi ibu

dengan Status

Gizi Balita di

Puskesmas

Tanjung Beringin

Kecamatan Hinai

Kabupaten

Langka Tahun

2005

Penelitian

yang bersifat

deskriptif

analitik

melalui

pendekatan

cross

sectional.

Untuk mengetahui

gambaran

hubungan perilaku

gizi ibu dengan

status gizi balita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

status gizi balita baik 72,4%, status

gizi balita kurang 25,2 %, dan status

gizi balita buruk 1,2% dan status gizi

balita lebih 1,2%.

Ada hubungan antara pengetahuan ibu

dengan status gizi balita.

Ada hubungan yang signifikan antara

tindakan ibu dengan status gizi balita.

Tidak terdapat hubungan yang

Objek penelitian

penulis dengan

Mardiana sama-sama

ibu balita. Namun

variabel yang

digunakan berbeda.

Page 48: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

38

38

signifikan antara sikap ibu dengan

status gizi balita.

8. Lestari/2013 Pengaruh

Pemberian Makan

Balita dan

Pengetahuan Ibu

Terhadap Status

Gizi Balita di

Kelurahan

Meteseh

Kecamatan

Tembalang Kota

Semarang

Penelitian

Kuantitatif

dengan

menggunakan

desain cross

sectional

Untuk mengetahui

pengaruh praktik

pemberian makan

balita dan

pengetahuan ibu

terhadap status gizi

balita .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

praktek pemberian makan balita

sebagian besar (53,7%) tidak baik.

Penegtahuan ibu balita 75,6% baik,

penegtahuan ibu sedang 19,5% dan

4,9% berpengetahuan rendah.

Status gizi balita di Kelurahan

Meteseh, 36,6% baik, 51,2% kurang

dan 12,2% status gizi buruk.

Ada hubungan antara praktik

pemberian makan balita dengan status

gizi balita.

Tidak ada hubungan antara

penegtahuan ibu dengan status gizi

balita.

Lestari menggunakan

metode kuantitatif,

berbeda dengan

penulis yang

mengguakan

kualitatif. Fokus

penelitian hampir

sama dengan penulis,

hanya saja penulis

lebih memfokuskan

pada perilaku dan

pemberian mi instan

pada balita.

Page 49: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

39

39

9. Linda

Sarkim/ 2010

Perilaku

Konsumsi Mie

Instan pada

Mahasiswa

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat

Undana Kupang

yang Tinggal di

Kos Wilayah

Naikoten

Menggunakan

penelitian

deskriptif

Untuk mengetahui

perilaku konsumsi

mi instan pada

mahasiswa FKM

Undana Kupang

yang Tinggal di

Kos Wilayah

Naikoten

Sebagian besar responden

mengonsumsi mi instan maksimal 1

kali dalam seminggu dan

menyajikannya dalam satu kali makan.

Responden terbanyak mengonsumsi

mi instan sebagai snack atau di luar

waktu makan utama.

Cara penyajian mi terbanyak adalah

dalam bentuk mi goreng.

Sebagian besar menambahkan variasi

menu saat mengonsumsi mi instan.

Perbedaannya

terletak pada objek

penelitian dan fokus

penelitian. Jenis

metode yang

digunakan juga

berbeda.

Page 50: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

39

E. Kerangka Teori

Fenomena perilaku ibu dalam memberikan mi instan untuk dikonsumsi oleh

balitanya merupakan hasil dari sebuah adopsi perilaku. Adopsi perilaku ini dapat

terjadi jika ada penerimaan terhadap informasi dari lingkungan sekitarnya yang

menjadi alasan untuk mengadopsi perilaku. Kotler dan Roberto mengemukakan

bahwa terdapat 3 tahap dalam teori ini yaitu tahap belajar (learn), tahap merasakan

(feel), dan tahap tindakan (do) yang terbagi atas dua yaitu percobaan (trial-do) dan

memutuskan melakukan (commited do).

a. Tahap belajar (Learn)

Pada tahap ini, seseorang memperoleh pengetahuan dalam bentuk informasi

mengenai sesuatu. Misalnya seorang ibu balita melihat iklan pemberian mi

instan kepada balita di TV.

Tahap ini dapat berlanjut jika pengetahuan tersebut dapat menimbulkan

keyakinan tinggi mengenai hal tersebut. Namun jika informasi tersebut tidak

meyakinkan, maka proses yang dilalui adalah tahap percobaan atau trial-do.

b. Tahap merasakan (Feel)

Tahap ini berkaitan dengan keyakinan adopter mengenai dampak dari perilaku

yang akan diadopsinya.

c. Tahap melakukan (Do)

Terbagi atas trial-do(percobaan) dan commited-do (memutuskan). Tahap trial-

do merupakan tahap dimana adopter mencoba dan memastikan keyakinannya

Page 51: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

40

terhadap apa yang akan diadopsinya. Jika adopter memiliki kesan yang baik

pada tahap ini, maka akan dilanjutkan pada tahap feel.

Sedangkan tahap commited-do adalah tahap dimana adopter telah memutuskan

untuk mengadopsi perilaku yang telah dibuktikan dan memberikan keyakinan

tinggi kepada adopter.

Gambar 2.5

Kerangka Teori Multipath Adoption Process

Sumber : R. E. Smith dan W. R. Swinyard, Information Response Models: An Integrated

Approach, Journal of Marketing, 46 (Kotler dan Roberto (1989))

Page 52: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

41

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Secara umum, ibu adalah tokoh yang berperan penting dalam hal mengasuh

dan menyiapkan makanan yang akan dikonsumsi oleh keluarga termasuk

balitanya. Balita adalah masa anak mulai memunculkan kemandiriannya. Dalam

hal makanan pun anak balita bertindak sebagai konsumen aktif. Oleh karena itu,

balita sering kali memilih-milih makanan yang ingin dikonsumsinya. Untuk

mengatasi masalah tersebut, ibu sering kali memberikan mi instan yang

merupakan salah satu makanan yang disukai oleh mayoritas balita.

Berdasarkan hasil penelitian, mi instan mengandung karbohidrat dalam

jumlah besar, tetapi sedikit kandungan protein, vitamin dan mineral. Selain itu,

salah satu makanan instan ini juga mengandung Monasodium Glutamat (MSG)

yang jika dikonsumsi di atas takaran normal dapat menimbulkan dampak buruk

bagi kesehatan, terlebih lagi bagi balita yang merupakan golongan paling rawan

KEP.

Proses adopsi perilaku ibu dalam memberikan mi instan untuk dikonsumsi

balitanya melalui berbagai tahapan. Tahapan tersebut terdiri dari tahaplearn,

tahapfeel, dan tahapdo (trial-do dan commited-do). Tahaplearn adalah tahap

diperolehnya pengetahuan. Sedangkan tahapfeel adalah tahap dimana adanya

penentuan sikap. Hasil dari proses learn yang tidak meyakinkan akan membuat

adopter maju ke tahap trial-do. Sedangkan hasil dari tahap learnyang meyakinkan

41

Page 53: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

42

adopter dan begitu pun dengan tahap trial-do yang menunjukkan adanya

perbedaan akan membuat adopter maju ke tahap feel. Apabila adopter pada tahap

feelmenemukan penilaian yang baik maka adopter akan maju ke tahap commited-

do.Hasil dari tahap learn, feeldan trial-doakan menunjukkan alasan-alasan ibu

memberikan mi instan untuk dikonsumsi oleh balita. Sedangkan berbagai macam

praktik dapat diketahui dengan mengamati tahapan do. Ketiga tahap ini (tahap

learn, feeldan do) dapat membentuk urutan yang beragam sesuai dengan

pengalaman yang dialami oleh masing-masing ibu.

B. Kerangka Variabel yang Diteliti

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Sumber: Dimodifikasi dari The Multipath Adoption Process. Disusun berdasarkan R. E.

Smith dan W. R. Swinyard, “Information Response Models: Ann Integrated

Approach”, Journal of Markleting, 46 (Kotler and Roberto, 1989).

Page 54: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

43

C. Definisi Konseptual

1. Definisi Istilah

a. Perilaku Ibu dalam Pemberian konsumsi Mi Instan pada Balita

Ialah upaya yang dilakukan ibu dalam memberikan mi instan pada

balitanya.

b. Mi Instan

Adalah produk makanan instan yang terbuat dari tepung terigu, berbentuk

khas mi dan diolah dengan atau penambahan bahan makanan lain kemudian

dikemas.

c. Belajar (Learn)

Learn merupakan suatu tahapan pada ibu ketika memperoleh pengetahuan

berupa informasi mengenai mi instan ataupun praktik pemberian konsumsi

mi instan pada balitanya. Tahap ini dapat berlajut ke proses feel jika ibu

balita memiliki keyakinan yang tinggi terhadap pengharapannya mengenai

pemberian konsumsi mi instan pada balitanya. Sebaliknya, jika keyakinan

itu rendah, maka proses yang dilalui adalah tahap trial-do atau tahap

percobaan.

d. Merasakan (feel)

Merupakan tahap yang berkaitan dengan keyakinan ibu balita mengenai

hasil dan konsekuensi dalam memberikan mi instan untuk dikonsumsi oleh

balitanya. Tahap feel akan memberikan gambaran mengenai alasan-alasan

ibu memberikan mi instan pada balitanya.

Page 55: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

44

e. Tindakan (do)

Tahap ini terbagi menjadi trial-do dan commited-do. Trial-do merupakan

suatu tahap ketika ibu balita mencoba memberikan mi instan untuk

dikonsumsi balitanya untuk memastikan keyakinannya terhadap perilaku

konsumsi mi instan pada balitanya. Tahap ini dapat dilakukan berulang kali

hingga ditemukannya perbedaan ketika percobaan pemberian konsumsi mi

instan yang berpengaruh pada sikap, kemudian dilanjutkan pada tahap feel.

Sedangkan commited-do adalah tahapan ibu balita memberikan mi instan

untuk dikonsumsi balitanya secara terus-menerus setelah yakin dan puas

terhadap aktivitas pemberian konsumsi mi instan pada balita. Tahap

doadalah tahap praktik yang disebabkan oleh hasil dari kedua tahap

sebelumnya.

Page 56: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

45

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah multi metode dalam fokusnya menyangkut suatu

penafsiran, pendekatan naturalistik (alamiah) terhadap materi subyeknya. Dengan

kata lain, peneliti melakukan studi pada seseorang dalam keadaan alamiahnya.

Penelitian ini menafsirkan suatu masalah dengan pengertian orang yang

diselidikinya (Wijono, 2007).

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Menurut Sumantri,

fenomenologi merupakan rancangan penelitian yang digunakan untuk melihat

lebih dekat segala pengalaman dari aktivitas sehari-hari yang terlihat biasa dengan

maksud untuk „merasakan‟ referensi seseorang atau untuk melihat dunia melalui

sudut pandang orang lain (Sandriana, 2014).

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini terlaksan pada bulan Agustus 2017 sampai bulan September 2017

yang meliputi persiapan, pengumpulan data, serta pengolahan dan analisis data

beserta evaluasi kegiatan penelitian.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi Kecamatan Turikale yang merupakan wilayah

penemuan balita status gizi buruk terbanyak di Kabupaten Maros. Setelah

45

Page 57: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

46

melakukan kunjungan ke Puskesmas Turikale diperoleh informasi dari TPG

Puskesmas Turikale bahwa Kelurahan yang memiliki jumlah balita berstatus

gizi buruk terbanyak yaitu sebesar 25% adalah Kelurahan Turikale. Kelurahan

ini memiliki 3 posyandu sedangkan penelitian ini fokus pada salah satu

posyandu yaitu Posyandu Bahagia yang terletak di Jl. Reda Beru, Kelurahan

Turikale, Kecamatan Turikale. Pemilihan spesifikasi tempat penelitian ini

berdasarkan arahan dari bidan yang bertugas di wilayah Kelurahan Turikale.

C. Penentuan Informan Penelitian

Pemilihan informan pada penelitian ini tidak diarahkan pada jumlah tetapi

berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan hingga memperoleh informasi

yang berulang. Informan pada penelitian ini ditentukan sesuai dengan

karakteristik yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan agar informan benar-benar

dapat mewakili terhadap fenomena yang diteliti (Poerwandari, 2005 dalam

Saryono, 2011).

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Menurut

Sugiyono (2013), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang

tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin

dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi

objek/situasi sosial yang diteliti.

Page 58: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

47

Informan dalam penelitian ini adalah warga Jl. Reda Beru, Keluraha

Turikale yang merupakan lokasi Posyandu Bahagia.Peneliti melakukan

wawancara mendalam terhadap 11 informan utama yang merupakan ibu balita, 11

informan pendukung yang merupakan keluarga balita serta 1 informan kunci yaitu

TPG Puskesmas Turikale. Selama penelitian berlangsung di Jl. Reda Beru,

peneliti didampingi oleh salah satu kader dari Posyandu bahagia yang

mengarahkan ke rumah-rumah warga yang memiliki balita. Sebelum memulai

wawancara mendalam terhadap ibu balita, terlebih dahulu peneliti memastikan

terpenuhinya karakteristik informan yang telah ditentukan, yaitu sebagai berikut.

1. Ibu yang memiliki balita

2. Ibu yang memberikan mi instan pada balitanya

3. Minimal tamat SD

Wawancara mendalam dilakukan berdasarkan pedoman wawancara

sedangkan observasi dilakukan selama penelitian dengan mengamati pengolahan

mi instan yang akan diberikan kepada balita oleh informan.

Selain ibu balita sebagai informan utama, informan kunci yang

diwawancarai adalah pihak TPG (Tenaga Pelaksana Gizi) Puskesmas Turikale.

D. Mekanisme Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara penggalian data dari berbagai

sumber data untuk mendapatkan informasi di lapangan. Adapun data yang

diperoleh adalah data primer. Data primer ini diperoleh dengan cara observasi dan

wawancara mendalam (in-depth interview) pada ibu balita.

Page 59: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

48

Proses wawacara dimulai dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari

kegiatan ini, kemudian meminta persetujuan untuk berpartisipasi dalam penelitian

ini. Bagi ibu balita yang sesuai dengan karakteristik informan penelitian tersebut

telah setuju, peneliti akan menjadikannya sebagai informan dan dimulailah

wawancara mendalam pada waktu dan tempat sesuai kesepakatan.

Wawancara dimulai dengan menanyakan identitas informan. Data identitas

informan diisi pada bagian atas lembar pedoman wawancara. Setelah selesai

mengisi bagian identitas, peneliti dapat memulai menanyakan pertanyaan demi

pertanyaan sesuai dengan topik pertanyaan yang tertera dalam pedoman

wawancara. Saat wawancara berlangsung peneliti menggunakan alat perekam

guna menghindari bias ketika mencoba mengingat jawaban-jawaban yang

informan lontarkan selama wawancara. Kamera juga diperlukan untuk

mendokumentasikan jalannya kegiatan penelitian dan observasi terhadap

pengolahan dan pemberian mi instan pada balita. Untuk kebutuhan observasi,

peneliti menyediakan mi instan sesuai dengan jenis yang biasa informan olah

untuk balita yang digunakan untuk menggambarkan secara real kepada peneliti

mengenai pengolahan mi instan bagi balita.

E. Keabsahan Data

Penelitian kualitatif bersifat subjektif, sehingga keabsahan data adalah hal

yang sangat penting. Oleh karena itu, proses-proses penelitian ini haruslah valid

dengan kata lain dapat diuji kebenarannya. Untuk itu, peneliti menggunakan

metode triangulasi teknik dan triangulasi sumber.

Page 60: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

49

Triangulasi teknik adalah cara pengumpulan data dengan metode yang

berbeda namun pada sumber data yang sama. Metode penelitian yang digunakan

adalah teknik observasi dan wawancara mendalam. Triangulasi teknik dilakukan

dengan cara membandingkan informasi yang diperoleh melalui observasi dengan

informasi yang diperoleh dari wawancara mendalam.

Sedangkan triangulasi sumber merupakan teknik triangulasi dengan

penggunaan metode yang sama tapi pada sumber data/informan yang berbeda.

Metode yang digunakan juga adalah metode observasi dan wawancara mendalam.

F. Instrumen Penelitian

Peneliti merupakan salah satu instrumen dalam penelitian ini. Di lapangan,

peneliti melengkapi diri dengan lembar observasi, pedoman wawancara, dan alat

dokumenatsi (perekam suara dan kamera). Pedoman wawancara disusun secara

sistematis dan diawali dengan isian untuk identitas informan. Kemudian bagian

selanjutnya adalah topik pertanyaan yang disusun berdasarkan variabel penelitian.

Page 61: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

50

Matriks 1

Matriks Pengumpulan Data Kualitatif

No Informan Jenis Informasi

Teknik

Pengumpulan

Data

Instrumen

1. Ibu balita Alasan dan praktik

pemberian konsumsi mi

instan pada balita.

Wawancara mendalam

Observasi

Pedoman wawancara

Kamera

Perekam suara

Catatan lapangan

2. TPG

Puskesmas

Turikale

Penyuluhan mengenai mi

instan. Juga digali informasi

tentang persepsi

TPGterhadap perilaku ibu

yang memberikan mi instan

untuk dikonsumsi balita

Wawancara mendalam

Observasi

Pedoman wawancara

Kamera

Perekam suara

Catatan lapangan

3. Anggota

keluarga

lainnya

Reaksi, tindakan, dan

persepsi terhadap perilaku

ibu yang memberikan mi

instan untuk dikonsumsi

balita dalam keluarganya.

Selain itu, juga digali

informasi apakah informan

adalah konsumen mi instan

atau bukan.

Wawancara mendalam

Observasi

Pedoman wawancara

Kamera

Perekam suara

Catatan lapangan

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari wawancara mendalam dilakukan secara manual

sesuai dengan pengolahan data kualitatif serta sesuai dengan tujuan penelitian ini.

Data tersebut kemudian dimuat dalam transkrip hasil wawancara. Selanjutnya data

tersebut dianalisis dengan metode content analysis dalam bentuk matriks

penelitian yang kemudian diinterprestasikan dan disajikan dalam bentuk narasi.

Page 62: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

51

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Turikale adalah salah satu kelurahan diantara 7 kelurahan yang ada

di Kecamatan Turikale Kabupaten Maros. Kelurahan ini berada pada dataran

rendah dengan ketinggian rata-rata 300 meter diatas permukaan laut dengan luas

sekitar 2,71 km2. Kelurahan Turikale mempunyai batas-batas wilayah sebagai

berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Lau

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Pettuadae

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Boribellaya

4. Sebelah barat berbatasan dengan Keluraha Alliritengae

Penelitian ini fokus pada salah satu dari tiga posyandu yang ada di Kelurahan

Turikale yaitu Posyandu Bahagia. Posyandu ini terletak di Lingkungan Reda Beru

lebih tepatnya di Jl. Langsat, Kelurahan Turikale Kabupaten Maros.

B. Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah ibu yang memberikan mi instan pada

balitanya, keluarga dari balita dan TPG Puskesmas Turikale. Informan yang

berhasil diwawancarai oleh peneliti berjumlah 23 orang, yang terdiri dari 11 orang

ibu balita, 11 orang keluarga balita, dan 1 orang TPG Puskesmas Turikale. Seluruh

informan adalah pengonsumsi mi instan. Informasi lebih lanjut mengenai

karakteristik informan dapat dilihat pada tabel 5.1.

51

Page 63: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

52

Tabel 5.1

Karakteristik Informan Penelitian Perilaku Ibu pada Pemberian Konsumsi Mi

Instan Pada Balita di Posyandu Kelurahan Turikale

No Inisial Usia

(Tahun)

Pekerjaan Pendidikan

Terakhir

Keterangan

1. MA 21 IRT SMP Ibu balita

2. ER 36 Penjual

sembako

SMA Ibu balita

3. FI 27 Penjual

sembako

SMA Ibu balita

4. SU 29 IRT SMP Ibu balita

5. AK 31 IRT SMP Ibu balita

6. HM 34 IRT SMA Ibu balita

7. SA 28 IRT SMA Ibu balita

8. MU 35 IRT SMA Ibu balita

9. KA 28 IRT SMA Ibu balita

10. SI 33 Penjaga kantin

sekolah

SMA Ibu balita

11. MD 26 IRT SMP Ibu balita

12. SR 18 - SD Adik MA

13. NA 26 Guru S1 Adik ER

14. SL 32 Wiraswasta SMA Suami FI

15. AS 31 Buruh pabrik SMA Suami SU

16. SY 32 Petani SMP Suami AK

17. SM 32 Buruh pabrik SMA Adik SM

18. HS 30 Buruh

bangunan

SMA Suami SA

19. AB 34 Petani SMA Suami MU

20. AR 26 Wiraswasta SMA Suami KA

21. MI 36 Buruh pabrik SMA Suami SI

22. AH 37 Buruh

bangunan

SMP Suami MR

23. ML 41 TPG S1 Petugas

TPG

Puskesmas

Turikale Sumber: Data Primer, 2017

Page 64: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

53

Tabel 5.2

Karakteristik Balita pada Penelitian Perilaku Ibu pada Pemberian Konsumsi Mi

Instan pada Balita di Posyandu Kelurahan Turikale

No

Inisial

Informan

(Ibu Balita)

Usia Balita

(Tahun)

Usia Balita pada

Pemberian

Pertama Mi

Instan

(Tahun)

Kuantitas

Pemberian Mi

Instan pada Balita

(Kali/Minggu)

1. 1 MA 3 1 4

2. ER 2 1 2

3. FI 2 1 2

4. SU 4 3 2

5. AK 4 3 2

6. HM 4 4 1

7. SA 3 1 2

8. MU 3 2 1

9. KA 2 1 4

10. SI 3 1; 7

11. MD 4 1 3

Sumber: Data Primer, 2017

C. Hasil Penelitian

1. TahapLearn

Learn merupakan suatu tahapan saat informan memperoleh pengetahuan

berupa informasi mengenai pemberian konsumsi mi instan pada balita ataupun

praktiknya. Alasan informan dalam memberikan mi instan untuk dikonsumsi

oleh balitanya juga dapat ditemukan pada tahap ini. Informan pada tahap ini

akan memiliki akses terhadap informasi yang diperoleh dari sumber informasi,

baik dari sumber personal, sumber non-personal ataupun pengalaman praktik

konsumsi mi instan dari informan itu sendiri.

Page 65: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

54

a) Pemahaman tentang Mi Instan

Pemahaman informan tentang mi instan bermacam-macam. Mi instan

yang dipahami oleh informan adalah makanan tambahan yang rasanya enak

tapi mengandung zat berbahaya bagi tubuh. Selain itu ada juga informan yang

mengatakan bahwa mi instan dapat dijadikan sebagai cemilan namun dapat

menghilangkan nafsu makan jika mengonsumsinya jika keseringan.

“Semacam makanan tambahan, maksudnya diberikan selingan. Tapi

ada bahan pengawetnya itu mi, bahaya kalau dikonsumsi terus, ada zat

lilinya juga”

(ER, 36 tahun, IRT)

“Mi itu makanan sebagai pengganti nasi, bisa juga dijadikan cemilan,

biasa saya berikan ke anak saya tapi tidak terlalu sering. Saya juga

tidak bisa terlalu sering makan mi karena nafsu makan kita bisa hilang

kalau terlalu sering makan mi”

(FI, 27 tahun, IRT)

Mi instan mengandung zat lilin menurut ungkapan dari informan SU

yang juga merupakan pedagang sembako, termasuk mi instan. Juga

wawancara kepada seorang informan berinisial AK mengungkapkan bahwa

mi instan adalah makanan yang susah dicerna di dalam sistem pencernaan.

“Pernah saya dengar di berita katanya mi itu ada zat lilinnya. Jadi itu

orang kalau masak mi harus dua kali supaya hilang zat lilinnya”

(HM, 34 tahun, IRT)

“Katanya anak-anakmi itu enak, tapi saya baca di internet katanya mi

itu susah hancur, kalau di mulut katanya hancur, tapi di perut itu

mengembang”

(AK, 31 tahun, IRT)

Page 66: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

55

Selain dikatakan sebagai makanan yang tidak menyehatkan, adapula

informan yang berinisial KA yang mengemukakan bahwa mi instan adalah

makanan yang lezat dan dapat menjadi makanan penambah nafsu makan. Hal

tersebut sejalan dengan apa yang di ungkapakan dan dialami oleh ibu SM.

“Anak saya juga suka sekali makan mi instan. Jadi dulu itu pernah

saya makan mi sama bapaknya terus dia lihat saya, jadi dia mau juga.

Saya cobakan ke dia, karena waktu itu masih satu tahun jadi saya

kunyahkan dulu baru berikan kuahnya dan ternyata dia suka. Mi itu

kan rasanya lezat, enak, penambah nafsu makan juga. Kita saja kalau

kita orang besar kurang nafsu makan terus kita mau makan yang kecut-

kecut,nah Indomie soto baru kita beri jeruk nipis, dengan lombok biji,

aduh enak sekali, dilupa kenyang”

(SM, 32 tahun, IRT)

Sedangkan dari segi harga, informan yang berinisial MD

mengategorikan makanan instan ini kedalam kategori makanan yang

terjangkau. Hal tersebut sesuai dengan pendapat AB selaku suami dari MU

yang mengatakan bahwa,

“Kalau tidak ada makanan dirumah yah lebih baik memang pergi beli

mi saja di warung, kan mi itu enak, disukai juga sama anak-anak,

murah juga terus gampang didapat”

(AB, 34 tahun, Petani)

b) Kelebihan dan Kekurangan Mi Instan

Informan memandang kelebihan mi instan dari segi kepraktisannya dan

harganya yang murah. ER misalnya yang menyatakan bahwa mi instan

praktis dan enak sehingga bisa memancingg nafsu makan balita. Seperti yang

dikemukakan ER, informan lain yang bernama SM, seorang ibu berusia 32

tahun ini menyatakan bahwa,

Page 67: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

56

“Mi itu enak, tidak susah juga dimasak. Baru murah, disuka juga sama

anak-anak”

(KA, 28 tahun, IRT)

“Mi itu praktis. Kalau saya sibuk jualan terus anak saya minta makan

biasanya saya masakkan mi saja. Kan dia juga suka. Jadi tidak repot-

repot terus anak-anak juga senang”

(SI, 33 tahun, Penjaga Kantin Sekolah)

Tapi disisi lain, para informan mengakui adanya kekurangan dari mi

instan, seperti pengakuan ibu FI.

“Mi itu bisa hilangkan nafsu makan kita kalau terlalu sering dimakan.

mi juga tidak ada gizinya, biasa juga anaknya orang saya lihat gatal-

gatal gara-gara makan mi”

(FI, 27 tahun, penjual sembako)

Beberapa informan lainnya juga memiliki pandangan yang sama bahwa

mi instan tidak menyehatkan karena gizi mi instan yang belum memenuhi

kebutuhan tubuh, sebagaimana pendapat ibu SA.

“Mi itu simpel, praktis, kalau tidak ada makanan di rumah, yah yang

paling praktis itu mi, tapi gizinya kurang baru ada juga pengawetnya

jadi tidak bagik untuk kesehatan”

(SA, 28 tahun, IRT)

c) Manfaat Mi Instan

“Bisa tambah nafsu makan anak saya. Waktu itu anak saya tidak mau

makan ikan karena sudah bosan makanya saya coba-coba berikan mi

dan ternyata dia suka”

(KA, 28 tahun, IRT)

KA adalah salah satu informan yang menganggap mi instan memiliki

manfaat, salah satunya dapat dijadikan lauk dan dapat menambah nafsu

makan anak. Wawancara peneliti dengan beberapa informan berhasil

Page 68: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

57

memperoleh informasi bahwa mi instan juga dapat dijual, sebagaimana

penuturan dari FI yang juga seorang penjual sembako.

“Selain bisa dimakan, mengenyangkan, bisa juga dijual”

(FI, 27 tahun, pedagang sembako)

Berbeda dengan beberapa informan lainnya, ibu ER mengemukakan

pandangannya bahwa mi instan tidak memiliki manfaat sama sekali.

“Cuma makanan selingan, kayaknya tidak ada manfaatnya mi instan

itu, karena anak-anak kurang gizi biasanya kalau selalu mengonsumsi

mi instan, bisa-bisa juga terkena penyakit kanker darah. Kita juga tidak

tahu bahan-bahannya itu dari mana”

(ER, 36 tahun, penjual sembako)

d) Efek Samping Mi Instan

Kebanyakan informan mengemukakan bahwa berdasarkan informasi

yang diperoleh dari tetangga, keluarga dan media, mi instan memiliki efek

samping, seperti dapat menyebabkan gatal-gatal, anak tidak pintar, kurang

gizi, dan susah BAB serta tidak cocok untuk dikonsumsi ibu hamil.

“Pernah saya lihat di FB katanya kalau makan Indomie itu bisa bikin

anak tidak pintar. Biasa waktu saya hamil juga bidan larang saya

makan Indomie, karena bisa merusak janin katanya. Bagi ibu hamil

juga katanya Indomie itu mengandung karbohidrat yang tinggi. Biasa

juga mi bikin saya gatal-gatal. Terus pernah saya dengar anak bisa

gemuk kalau makan mi tapi gemuknya itu gemuk lembek. Ususnya juga

bermasalah katanya.”

(SM, 32 tahun, IRT)

Salah satu informan juga menambahkan informasi yang diperolehnya

dari internet bahwa terlalu sering banyak mengonsumsi mi instan dapat

menyebabkan kebutaan.

Page 69: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

58

“Banyak kejadian juga yang katanya anak tetangganya itu ada yang

buta sama masuk rumah sakit”

(AK, 31 tahun, IRT)

Hal lain juga diakui oleh MI selaku suami dari SI bahwa mi instan

memiliki zat lilin yang dapat membahayakan kesehatan.

“Saya pernah dengar dari teman saya katanya mi itu ada zat lilinnya

jadi sebenarnya bahaya untuk kesehatan kita. Tapi anak saya suka,

terus rasanya memang enak, saya juga suka, jadi beruikan saja yang

penting jangan sering-sering”

(MI, 36 tahun, Buruh pabrik)

Ada berbagai efek samping dari pemberian mi instan pada balita yang

diketahui oleh informan, namu tetap saja pemberiannya dilakukan dengan

alasan anak-anak menyukai mi instan. Hal tersebut juga didukung oleh

anggota keluarga balita, seperti halnya AR.

“Mi itukan enak terus disuka juga sama anak-anak, jadi masakkan saja,

dari pada nanti anak-anak nangis baru tidak mau makan. Kan

harganya murah juga”

(AR, 26 tahun, Wiraswasta)

e) Jenis Mi Instan

Berbagai merek mi instan teriklankan diberbagai media. Hal tersebut

menjadi salah satu faktor penyebab informan mengenal berbagai macam

merek mi instan, seperti merek Indomie, Mie Sedaap dan Megah Mie yang

dikenali oleh semua informan. Berbagai merek pun menawarkan berbagai

rasa pula yang sangat familiar dikonsumsi oleh informan seperti Indomie

goreng dan Indomie rasa soto.

Page 70: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

59

“Seperti yang saya jual, kayak Indomie, Mie Sedaap, sarimi, mie sejati,

Megah Mie. Kalau disini itu Indomie rasa goreng dan soto sama

Megah Mie yang paling laku”

(ER, 36 tahun, penjual sembako)

Beberapa informan juga menyebutkan merek lainnya seperti,

“Indomie, Mie Sedaap, Intermie, Megah Mie, Super Mie, dan Mie

Gelas”

(MD, 26 tahun, IRT)

f) Praktik Pemberian Konsumsi Mi Instan dari Orang Lain

Mayoritas informan mengatakan bahwa praktik pemberian konsumsi mi

instan pada balitanya bukan dari hasil mengikuti atau meniru orang lain, tapi

berdasarkan pengalaman sendiri dalam mengolah mi instan. Hal ini sesuai

dengan pengakuan ibu ER.

“Saya masak seperti biasa saya masak. Biasanya saya juga anjurkan ke

pembeli supaya dibuang air rebusan pertamanya, terus cuci satu atau

dua kali baru diberikan air panas lain. Baru setelah itu diberikan ke

anaknya”

(ER, 36 tahu, IRT)

“Saya masak biasa saja. Saya masak air terus kalau sudah mendidih,

minya saya masak terus saya tuang ke mangkuk kemudian dicampur

dengan bumbunya”

(KA, 28 tahun, IRT)

Lain halnya dengan beberapa informan, berinisial MA mengaku

mendapat informasi dan melakukan praktik yang dianjurkan oleh seorang

teman yang juga berprofesi sebagai bidan.

“Jadi saya pernah ditanya teman saya. Dia itu bidan. Katanya kalau

masak mi itu air pertamanya yang dipakai masak itu di buang baru

diganti sama air panas baru. Kalau mi yang berkauh begitu katanya”

(MA, 21 tahun, IRT)

Page 71: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

60

Selain MA, Ibu MD juga memiliki pengalaman yang berbeda dengan

mayoritas informan lainnya. Sepenuturan informan, praktik pemberian dan

pengolahan konsumsi mi instan pada balitanya dilakukan berdasarkan anjuran

dari tetangganya. Praktik tersebut serupa dengan apa yang digambarkan oleh

informan MA.

2. Tahap Feel

Feel merupakan tahap yang berkaitan dengan keyakinan informan

mengenai hasil dan konsekuensi dari perilaku pemberian konsumsi mi instan

pada balita. Dengan keyakinan yang tinggi maka proses akan berlanjut ke tahap

commited-do.

a) Manfaat balita mengonsumsi mi instan

Mayoritas informan tidak merasakan dan meyakini adanya manfaat dari

pemberian konsumsi mi instan ini pada balita. Namun salah satu informan

memiliki pandangan yang berbeda.

“Mi bisa tambah nafsu makan anak saya, kebanyakan anak-anak

oranglain juga suka”

(KA, 28 tahun, IRT)

Sedangkan menurut informan yang bernama HM, mi instan memiliki

nilai gizi yang takarannya sesuai dengan informasi yang diberikan oleh

bagian belakang bungkusan mi instan.

“Ada proteinnya, vitaminnya yang bisa dibaca di belakang

pembungkusnya mi itu”

(HM, 34 tahun, IRT)

b) Efek Samping Konsumsi Mi Instan pada Balita

Page 72: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

61

“Bisa gatal-gatal juga kalau sering makan mi”

(SA, 28 tahun, IRT)

Pandangan yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan

informan SA disepakati pula oleh kebanyakan informan lainnya.

Salah satu informan juga mengemukakan bahwa anaknya ketagihan

pada mi dan kehilangan nafsu makan untuk mengonsumsi nasi.

“Biasa anak saya kembung perutnya, terus malas makan nasi. Kalau

dia makan mi dia tidak mau makan ansi. Jadi kalau makan mi di siang

hari, malamnya dia tidak mau makan”

(SI, 33 tahun, IRT)

c) Pandangan ibu balita tetang pemberian konsumsi mi instan pada balita

Hampir semua infoman memberikan pandangan bahwa mi instan tidak

cocok untuk dikonsumsi balita dengan berbagai alasan seperti alasan yang

dikarenakan mi mengandung zat lilin, tidak bergizi, menyebabkan susah

BAB, dan susah dicerna.

“Mi itu tidak cocok untuk anak-anak, susah BAB. Saya dengar itu hari

di berita. Lama dicerna di lambung, satu minggu katanya”

(HM, 34 tahun, IRT)

“Tidak baik memang itu mi. kita saja yang besar tidak baik makan mi

apa lagi untuk anak kecil. Itu kan mi ada pengawetnya sama vetsinnya

juga. Tidak baik juga untuk lambung barang kali”

(SA, 28 tahun, IRT)

Lain halnya dengan beberapa informan, dua informan yang tidak

sepakat dengan pemberian konsumsi mi instan mengaku tetap

memberikannya karena balita menyukainya. Selain itu, ada juga informan

Page 73: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

62

berinisial KA yang menyatakan persetujuannya dikarenakan anaknya yang

susah makan.

“Tidak cocok, tapi anak saya suka jadi dimasakkan saja dari pada

nangis kalau dia minta”

(SI, 33 tahun, IRT)

“Setuju saja, tidak apa-apa, daripada dia (balita) susah makan”

(KA, 28 tahun, IRT)

Dari informasi yang diperoleh pada penelitian ini dapat dilihat bahwa

pengetahuan mengenai efek samping mi instan cukup beragam tapi tidak

menjadi alasan yang cukup utnuk menghentikan pemberian mi instan oleh

informan kepada balitanya. Hal tersebut juga didukung oleh pengakuan salah

satu TPG Puskesmas Turikale bahwa tidak pernah diadakan suatu kegiatan

yang khusus membahas bahaya pemberian mi instan pada balita.

“Mi instan itu tidak baik kalau dikonsumsi berlebihan sama balita

karena ada bahan-bahan pengawetnya yang bisa membahayakan

kesehatan dan kandungan gizinya juga belum bisa cukupi

kebuituhannya balita, apalagi kalau tidak diberi sayuran atau telur.

Tapi kalo di Puskesmas Turikale itu memang belum ada program yang

khusus bahas tentang mi instan. Cuma biasanya infiormasi mengenai

bahaya mi instan itu disampaikan pas penyuluhan di posyandu. Biasa

diikutkan sama penyuluhan gizi seimbang. Tapi kalau penyuluhan itu

biasanya tidak dihadiri sama semua ibu-ibu jadi banyak yang tidak

dapat informasinya langsung dari petugas, makanya katanya masih ada

yang beri mi instan untuk balitanya“

(ML, 41 tahun, TPG Puskesmas Turikale)

3. Tahap Do

Tahap do adalah tahap yang identik dengan praktik pemberian konsumsi

mi instan pada balita. Tahap ini terbagi atas dua yaitu trial-dodan commited-do.

Tria-domerupakan suatu tahapan ketika informan melakukan percobaan

Page 74: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

63

pemberian konsumsi mi instan pada balita untuk memastikan keyakinannya

terhadap perilaku dalam memberikan mi instan untuk dikonsumsi oleh balita.

Tahapan ini dapat dilakukan berulang kali. Tahap ini juga dapat menjadi

bagian tahap learn dimana informan memperoleh informasi mengenai

pemberian konsumsi mi instan pada balita dari percobaan konsumsi yang

dilakukannya. Selanjutnya tahapan akan berlanjut ke tahap feel. Sedangkan

tahap commited-domerupakan suatu tahapan ketika informan melakukan

pemberian konsumsi mi instan pada balita secara terus-menerus setelah yakin

dan puas terhadap aktivitas pemberian konsumsi mi instan pada balita.

Kepuasan yang dimaksud adalah ketika informan merasakan efek yang sesuai

dengan harapan informan.

a) Pengolahan Mi Instan untuk Balita

“Saya masak dulu baru saya buang air pertamanya, saya tiris dulu,

baru saya masakkan air lagi baru saya campur”

(SM, 32 tahun, IRT)

Praktik pengolahan mi instan berkuah yang dilakukan oleh informan

SM juga dilakukan oleh kebanyakan informan lainnya.

Namun ada pula informan yang berinisial KA yang mengolah mi instan

sesuai dengan petunjuk yang ada di belakang bungkus mi instan tersebut.

Informan lainnya juga memiliki cara lain dalam mengolah mi instan, seperti

dibuat mi telur dadar.

“Saya biasa masaknya sama dengan cara yang dijelaskan dibelakang

pembungkus mi itu”

(KA, 28 tahun, IRT)

Page 75: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

64

“Kalau mi goreng kan bisa dibuang airnya baru diberi telur dicampur

sama bumbunya juga lalu didadar. Bisa jadi pengganti ikan”

(HM, 34 tahun, IRT)

b) Waktu Pertama Pemberian Konsumsi Mi Instan pada Balita

Pemberian konsumsi mi instan pada balita oleh informan untuk pertama

kalinya pada saat balita berusia satu tahun. Ketika balita sudah memiliki gigi

dan dianggap dapat mengonsumsi nasi, maka disaat itu pula informan

beranggapan bahwa balita dapat diberikan mi instan. Terlebih jika balita

sedang mengalami kurang nafsu makan. Hal ini sejalan dengan keterangan

dari ibu MD.

“Saya beri pertama itu kira-kira pas anak saya umur satu tahun”

(MD, 26 tahun, IRT)

Informan lain seperti MD mengatakan memberikan mi instan untuk

dikonsumsi balitanya pada usia dua tahun .

Lain halnya dengan SU yang mengaku memberikan mi instan pertama

kali pada anaknya ketika balita tersebut berusia tiga tahun dan HM pada saat

anaknya berusia empat tahun.

c) Jenis Mi Instan yang Diberikan (Merek dan Harga)

Indomie goreng, Indomie rasa Soto, Indomie rasa Kaldu dan Megah

Mie adalah produk mi instan yang para informan berikan kepada balitanya.

Produk-produk tersebut informan peroleh dari warung dan salah satu

minimarket terdekat dari lokasi penelitian.

Rasanya yang enak dan tanpa kuah rebusan pertama yang dianggap

berbahaya menjadi alasan indomie rasa goreng dipilih oleh ibu balita. Para

Page 76: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

65

balita juga menyukai produk ini berdasarkan keterangan dari beberapa

informan termasuk ibu MA.

“Biasanya saya masakkan Indomie goreng. Dia lebih suka itu daripada

mi lainnya”

(MA, 21 tahun, IRT)

Berbeda dengan beberapa informan lainnya, ibu ER mengatakan sering

memberikan Megah Mie karena tanpa minyak.

“Biasa saya beri Megah Mie karena tidak ada minyaknya. Biasa juga

Indomie kaldu, yang tidak punya minyak. Pokoknya yang tidak ada

miyaknya”

(ER, 36 tahun, penjual sembako)

d) Kuantitas Pemberian Mi Instan pada Balita dalam Seminggu

Informan memberikan mi instan untuk balitanya dua kali seminggu

dengan penyajian sebungkus mi instan diperuntukkan untuk balita tersebut

dan saudaranya. Hal tersebut dituturkan oleh beberapa informan termasuk ibu

SM.

“Biasa saya masakkan dua kali seminggu, kalau bisa tidak sama sekali.

Tapi kalau dia (anak balita) minta yah dimasakkan saja. Yang penting

dibatasi karena tidak boleh sering-sering juga”

(SM, 32 tahun, IRT)

Beberapa informan lainnya mengaku memberikan mi instan pada

balitanya satu bungkus perminggu. Juga ada yang empat kali dalam

seminggu.

Keterangan dari salah satu informan lainnya memberikan informasi

bahwa setiap hari disajikan mi untuk dikonsumsi oleh balita. Hal tersebut

sesuai dengan pengakuan ibu SI.

Page 77: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

66

“Tiap hari dia makan mi. sering makan pas siang, kadang malam, tapi

lebih sering siang. Biasa dia makan Indomie satu bungkus berdua sama

kakaknya, tapi kalo mi gelas biasanya sendiri-sendiri.”

(SI, 33 tahun, IRT)

e) Bahan Tambahan pada Pengolahan Mi Instan pada Balita

Telur merupakan bahan makanan yang paling banyak ditambahkan oleh

informan ke dalam sajian mi instan untuk balita. Nasi yang bagi masyarakat

Indonesia merupakan makanan pokok juga menjadi hal yang selalu

disediakan oleh informan bersamaan dengan penyediaan mi instan. Selain itu,

sayuran seperti sawi hijau juga menjadi pelangkap sajian makanan instan ini,

khususnya sawi hijau, namun tidak selalu diberikan.

“Biasa diberi sawi hijau, bakso kalau ada, sama telur. Saya beri nasi

juga sedikit supaya kenyangnya lama. Kalau Cuma mi saja itu cepat

sekali lapar lagi”

(ER, 36 tahun, penjual sembako)

Ada pula informan yang mengemukakan bahwa anaknya tidak

menyukai sayur, sehingga bahan tambahan yang biasa disediakan hanyalah

telur.

“Biasa dicampur telur. Tapi kalau sayur, anak-anak tidak suka. Anak-

anak bilang „bukan mi itu mama‟. Biasa juga saya makan sama nasi”

(SA, 28 tahun, IRT)

Selain bahan-bahan tersebut, bahan seperti sosis dan baksojuga

informan lainnya sebutkan.

Page 78: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

67

D. Pembahasan

1. Alasan pemberian konsumsi mi instan pada balita

Dalam kasus perilaku ibu dalam pemberian konsumsi mi instan pada

balita, alasan pemberian konsumsi tersebut dapat diketahui dari tahap learn dan

feel dalam teori Multipath Adoption Process.

a) Learn

Learn merupakan suatu tahapan saat informan (ibu balita)

memperoleh pengetahuan berupa informasi mengenai pemberian konsumsi

mi instan pada balita ataupun praktiknya. Pengetahuan merupakan hal

penting bagi manusia yang dapat mengubah persepsi mengenai suatu hal.

Pengetahuan juga bisa diartikan sebagai pengelaman yang dialami. Dalam

hal ini, pengetahuan yang informan dapatkan mengenai mi instan dan

pemberiannya pada balita akan sangat berpengaruh pada keputusan dan

praktik pemberian konsumsi mi instan pada balita.

Pada hasil wawancara menunjukkan bahwa sebagian besar informan

memperoleh informasi mengenai pemberian konsumsi mi instan pada balita

dari dari pengalaman pribadi, teman, tetangga, anggota keluarga informan

serta informasi dari televisi maupun internet. Hal ini sesuai dengan

pandangan Kotler dan Roberto (1989) bahwa informan memiliki akses

terhadap informasi yang diperoleh dari sumber informasi, baik dari sumber

personal, sumber non-personal ataupun pengalaman dari informan itu

sendiri. Pertama, sumber personal merupakan sumber informasi yang teribat

Page 79: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

68

dalam komunikasi interpersonal yang dimana pemberi informasi dapat

memberikan informasi secara langsung dan penerima informasi dapat

menerima dan menanggapi informasi secara langsung pula. Komunikasi ini

dapat dilakukan oleh dua orang atau lebih. Kedua, sumber non-personal

merupakan sumber informasi yang dapat ditemukan dalam komunikasi

massa yang melibatkan khalayak luas. Media massa yang dilibatkan berupa

surat kabar, majalah, radio, televisi, dan juga internet. Sumber informasi

ketiga adalah sumber informasi yang terkait dengan pengalaman pribadi

informan ketika mengonsumsi mi instan.

Salah satu informasi yang diterima oleh informan dari sumber

informasi adalah cara pengolahan mi instan. Mayoritas informan mengaku

mengolah mi instan berdasarkan pengalamannya sendiri. Tapi beberapa

diantaranya mengaku membedakan cara pengolahan mi instan untuk

konsumsi pribadi informan dan untuk konsumsi balita. Untuk konsumsi

pribadi, beberapa informan memakai air rebusan pertama sebagai kuah bagi

varian mi yang berkuah. Sedangkan untuk konsumsi balitanya, mereka

membuang air rebusan pertama mi dan menggantinya dengan air panas yang

baru. Status balita sebagai anak-anak yang dalam masa pertumbuhan

menjadi alasan bagi informan untuk melakukan perbedaan sikap tersebut.

Selain itu, adanya informasi mengenai kandungan zat lilin yang larut pada

air rebusan pertama mi instan menjadi sebab praktik tersebut. Namun

faktanya, mi instan tidak mengandung zat lilin. Tidak benarnya informasi

Page 80: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

69

yang diterima pada suatu proses adopsi dapat mempengaruhi sikap seorang

target adopter dalam mengadopsi perilaku tertentu. Hal ini juga didukung

oleh belum adanya sumber pengetahuan yang terjamin faktanya seperti

misalnya penyuluhan dari TPG Puskesmas Turikale. Sepenturan salah satu

TPG di Puskesmas ini mengakui belum adanya kegiatan atau program yang

khusus membahas mengenai bahaya mi instan pada balita. Informasi terkait

hal tersebut biasanya hanya disampaikan pada program penyuluhan gizi

seimbang bersamaan dengan pemberian imunisasi di Posyandu. Namun pada

saat program berlangsung, tidak semua ibu menghadirinya sehingga

informasi tidak tersampaikan secara menyeluruh kepada ibu balita.

Terdapatnya minyak dan air rebusan pertama dari mi instan yang

nampak keruh bukan disebabkan oleh adanya lilin yang ikut larut, melainkan

minyak tersebut merupakan sisa dari deep frying. Deep frying merupakan

cara pengawetan menggoreng bahan dalam minyak panas (Nutrifood

Research Center, 2014). Namun proses penggorengan tersebut tetap saja

membuat mi instan kaya lemak jenuh yang bisa meningkatkan kadar

kolesterol dalam darah.

Informasi terkait bahaya mi instan bagi balita juga merupakan

informasi yang diterima oleh informan. Seluruh sumber informasi, baik

personal maupun dari pengalaman informan sendiri sepakat bahwa mi instan

berdampak buruk bagi kesehatan balita. Informasi mengenai dampak

Page 81: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

70

kesehatan yang informan peroleh dari lingkungan sosial ataupun media

adalah alergi, mencret, mutah-muntah, gangguan pada lambung dan obesitas.

Atin Supriatin (2011) menjelaskan bahwa mi instan dapat membuat

seseorang akan lebih cepat merasa lapar dan membuat konsumennya

obesitas, dikarenakan mi ini termasuk dalam makanan yang berindeks

glikemik tinggi. Pemakaian minyak sayur yang dikemas bersama mi juga

bisa menjadi pemicu kenaikan berat badan. Selain itu, informan juga

menyatakan bahwa mi instan susah dicerna oleh sistem pencernaan dan

mengandung MSG. Indonesia memberikan batas aman konsumsi MSG

sebesar 0,6 gr/hr. Pada beberapa kasus, konsumsi MSG diatas ambang

normal dapat memicu reaksi alergi seperti gatal-gatal, bintik-bintik merah

dikulit, dan mual. Sedangkan penggunaan lebih dari 2 gr tiap kali penyajian

dapat menimbulkan gejala Chinese Restaurant Syndronme (CRS). Gejala ini

ditandai adanya rasa panas di dada, bagian belakang leher dan lengan bawah,

sakit kepala, mual, jantung berdebar-debar, sesak nafas dan sering

mengantuk (Muchsin, 2009). Selain mengandung MSG, di dalam mi instan

juga terkandung TBHQ (tertiary-butyl hydroquinone)yang merupakan bahan

kimia dengan fungsi sebagai antioksidan. TBHQ ini berasal dari bahan kimia

sintesis yang berfungsi untuk mencegak oksidasi lemak dan minyak,

sehingga dapat menjadi bahan pengawet. Hanya saja, dalam takaran

konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan mual disertai muntah,

mengigau dan sesak nafas. Mi instan juga mengandung kristal vetsin yang

Page 82: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

71

dapat mengiritasi lapisan mukosa lambung. Namun, konsumsi mi instan

yang sangat sering yang dapat berujung pada inflamasi lapisan mukosa

lambung (Anggita, 2012).

Salah satu informan juga menuturkan bahwa mi instan dapat membuat

anak-anak tidak cerdas dikarenakan bumbu dan pengawet yang dikandung

oleh mi instan. Informasi tersebut diperolehnya dari tetangga informan.

Tambahannya, anak-anak dapat ketergantungan dengan mi instan serta

menurunkan nafsu makan terhadap nasi, ikan dan sayur yang dinilai

informan memiliki nilai gizi lebih baik dari pada mi instan. Informan lain

juga mendapat informasi yang berbeda dari keluarganya, bahwa anak-anak

yang mengonsumsi mi instan secara berlebihan dapat terkena penyakit

kanker darah.

Mi instan yang mengandung MSG jika dikonsumsi berlebihan dapat

menyebabkan disfungsi kerja otak dan kerusakan berbagai organ. Zat

tersebut menjadikan anak kesulitan belajar, bahkan dapat menyebabkan

penyakit Alzheimer dan Parkinson (KEMENKES, 2010). Mi instan juga

mengandung tartazin (pewarna kuning), bahan pengawet, MSG

(Monosodium Glutamate), natrium alginta dan CMC (Carboxy Methil

Cellulose) yang mengandung radikal bebas (Harahap, 2010). Radikal bebas

merupakan atom atau molekul yang mengandung satu atau lebih atom yang

tidak berpasangan. Secara kimia molekul yang tidak berpasangan

menyebabkan radikal bebas yang cenderung bereaksi dengan molekul sel

Page 83: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

72

tubuh. Reaksi tersebut dapat merusak sel-sel dalam tubuh. Ada beberapa

komponen tubuh yang rentan terhadap radikal bebas, diantaranya kerusakan

DNA, membran sel, protein, dan lipid peroksida (Astuti, 2009).Pandangan-

pandangan ini yang kemudian mendorong pandangan informan mengenai

ketidak cocokan mi instan untuk dikonsumsi balita.

Informasi lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah informasi

mengenai brand (merek) mi instan yang diketahui oleh informan. Pola

konsumsi masyarakat yang kini mengalami perubahan misalnya mi instan

yang kian digemari sebagai subtitusi nasi menimbulkan persaingan

dikategori produk mi instan. Produk-produk mi instan yang ada di pasaran

antara lain: dari grup Indofood ada Indomie, Sarimi, Supermi; dari grup

Wings Food ada Mie Sedaap; dari PT. Delly Food SC ada Miduo dan Mie

Gelas, dan lain sebagainya.

Umumnya, informan mengenali mi instan dengan merek Indomie, Mie

Sedaap, Megah Mie, Intermie, Sarimi, Supermi, Mie Gelas. Selain dari

faktor rasa, harga dan porsi dari setiap merek, faktor diri informan yang

memiliki ketertarikan terhadap hal baru menjadikannya sering kali mencoba

merek baru ataupun varian baru dari setiap merek yang mereka kenali.

Media televisi memiliki peranan penting akan hal ini. Promosi yang terus

menerus ditayangkan dan oleh perusahaan terkait sering kali diperbaharui

menjadi lebih menarik, berhasil mengait informan.

Page 84: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

73

Berbagai macam praktik pemberian konsumsi mi instan pada balita

yang diketahui oleh informan berdasarkan pengalaman pribadi ataupun

anjuran dari teman dan orang lain yang mereka lihat. Mayoritas informan

mengetahui untuk membuang air rebusan pertama dari mi instan.Tapi

beberapa informan lainnya memilih untuk menghiraukan informasi yang

mereka ketahui itu. Alasan terlalu lama membuang waktu dan rasa mi yang

tidak seenak jika memakai kuah rebusan pertama menjadi pertimbangan para

informan.

Kebanyakan informan juga mengetahui pentingnya pemberian mi

instan disertai dengan bahan tambahan sebagai pelengkap sumber vitamin,

mineral dan protein yang diperlukan oleh tubuh balita. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Fahmi (2010) bahwa mi instan belum dapat dianggap sebagai

makanan penuh karena belum mencukupi kebutuhan gizi yang seimbang

bagi tubuh. Mi yang terbuat dari terigu mengandung karbohidrat dalam

jumlah besar, tetapi kandungan protein, vitamin dan mineralnya hanya

sedikit. Oleh karenanya pemenuhan gizi mi instan dapat diperoleh dengan

adanya penambahan sayuran dan sumber protein.

Sayuran mengandung antioksidan yang berfungsi mencegah

berkembangnya radikal bebas di dalam tubuh sekaligus memperbaiki sel-sel

tubuh yang rusak (Astuti, 2009). Antioksidan alami mampu melindungi

tubuh terhadap kerusakan yang disebabkan spesies oksigen reaktif,

Page 85: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

74

menghambat terjadinya penyakit degeneratif serta mampu menghambat

perosida lipid pada makanan. (Sunarmi, 2005).

Informasi-informasi yang diperoleh informan tersebut kemudian

menjadi alasan infroman dalam melakukan praktik pemberian konsumsi

pada balitanya. Informasi tersebut akan diproses pada tahap selanjutnya,

yaitu pada tahap feel.

b) Feel

Feel merupakan suatu tahap pada informan yang berkaitan dengan

keyakinannya mengenai hasil dan konsekuensi dalam perilaku pemberian

konsumsi mi instan pada balita. Keyakinan tersebut akan berdampak pada

sikapnya terhadap perilaku pemberian konsumsi pada balita. Dengan

keyakinan tinggi maka proses akan berlanjut ke tahap commited-do.

Baudrillard (2011) menjelaskan bahwa perilaku konsumsi saat ini

tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang murni ekonomis dan

berdasarkan pada pilihan-pilihan rasional akan tetapi juga terdapat unsur

budaya dan sistem pemaknaan sosial sehingga mampu mengarahkan

individu atas suatu komoditi. Sedangkanmenurut Suhardjo (dalam Suwandi,

2014) model perilaku konsumsi sangat dipengaruhi oleh produksi pangan,

sistem distribusi, sistem sosial, ekonomi, politik, dan keadaan rumah tangga

yang melahirkan gaya hidup dan nampak dalam bentuk perilaku konsumsi.

Pandangan tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian ini yang

menunjukkan bahwa pengetahuan akan bahaya pemberian konsumsi mi

Page 86: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

75

instan pada balita yang diperoleh dari tahap learn tidak serta-merta

menjadikan informan menolak memberikan mi instan pada balitanya. Hal

tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor lain yang menghambat penolakan

pemberian konsumsi mi instan oleh informan kepada balitanya, baik faktor

kelebihan dari mi instan ataupun faktor dari pelaku konsumsi.

Faktor yang paling dominan adalah faktor keinginan anak balita yang

dibentuk oleh keadaan lingkungan sosial, khususnya dalam lingkungan

keluarga. Balita adalah golongan paling rawan KEP yang juga merupakan

golongan yang rawan akan penurunan nafsu makan. Diusianya, balita mulai

memperlihatkan perilaku yang biasa disebut foodjags atau perilaku

ketidaksukaan dan penolakan akan makanan tertentu. Hal inilah yang

membuat para informan memberikan mi instan pada balitanya.

Terdapat tiga alur cerita dari informan mengenai pembentukan

perilaku balita ini. Cerita pertama menjelaskan bahwa pemberian konsumsi

mi instan pada balita dengan alasan untuk memancing nafsu makan anak,

sedangkan cerita kedua menjelaskan alasan pemberian mi instan pada balita

dikarenakan balita yang pernah mendapati dan diberikan oleh informan,

anggota keluarga atau tetangga yang sedang mengonsumsi mi instan. Dari

hasil wawancara bersama anggota keluarga informan juga menunjukkan

bahwa tidak ada tindakan pelarangan terhadap perilaku ibu dalam

memberikan mi instan pada balita dilingkungan keluarganya.

Page 87: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

76

Sajian makanan baru bagi balita terlebih jika dikonsumsi oleh anggota

keluarga atau orang-orang di lingkungan sosialnya akan menimbulkan

ketertarikan dari balita untuk mengonsumsi makanan tersebut. Hal ini

dikarenakan balita memiliki rasa ingin tau yang cukup tinggi secara alami.

Namun, mi instan yang memiliki rasa yang dinilai enak oleh kebanyakan

orang kemudian menimbulkan efek ketagihan pada balita dari salah satu

informan.

Salah satu informan juga memberikan alur cerita yang berbeda.

Alasan pemberian konsumsi mi instan yang pada akhirnya membuat

balitanya ketagihan dikarenakan faktor kesibukan dari informan yang

merupakan ibu balita sekaligus pemilik warung. Mi instan yang mudah dan

cepat disajikan menjadi jawaban alternatif yang ibu balita berikan ketika

balitanya meminta makanan. Salah satu informan juga menyatakan bahwa

mi instan memiliki kandungan vitamin, protein dan karbohidrat seperti yang

dijelaskan pada keterangan yang ada di bagian belakang kemasan mi instan

tersebut.

Page 88: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

77

Gambar 5.1 Kemasan Belakang dari Indomie Rasa Goreng

Selain faktor keinginan balita, faktor ekonomi merupakan salah satu

alasan dalam pemberian konsumsi mi instan pada balita. Beberapa informan

mengaku memberikan mi instan dikarenakan harganya yang murah dan

sesuai dengan kondisi disaat tidak ada lauk atau sayur di rumah. Juga faktor

distribusi yang dimaksud oleh Suhardjo mempengaruhi pemberian konsumsi

mi instan pada balita. Dalam hal ini para informan mengemukakan

mudahnya menjumpai produk-produk mi instan di warung-warung sekitaran

rumah ataupun di mini market yang juga sering menawarkan diskon pada

merek-merek mi instan tertentu.

Potongan harga (discount) merupakan pengurangan harga dari harga

normal. Discount ini adalah salah satu strategi pemasaran dalam upaya

Page 89: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

78

meningkatkan penjualan. Berdasarkan penelitian Kartikasari (2015)

menunjukkan bahwa adanya pemotongan harga pada suatu produk secara

parsial meningkatkan penjualan.

Keyakinan akan adanya manfaat dan keunggulan dari mi instan serta

faktor keinginan balita yang tidak dapat dibendung oleh informan membuat

informan terdorong untuk melakukan praktik pemberian konsumsi mi instan

pada balita. Namun beberapa informan lainnya tidak menemukan adanya

manfaat dari pemberian konsumsi mi instan pada balita. Mereka lebih

meyakini bahwa mi instan memiliki efek samping seperti dapat

menyebabkan alergi, gizi kurang pada balita, ketagihan, dan susah BAB,

sebagaimana pengalaman dan informasi yang mereka peroleh di tahap learn.

2. Praktik Pemberian Konsumsi Mi Instan pada Balita

a) Do

Tahap do adalah tahap yang menjelaskan praktik pemberian konsumsi

mi instan oleh ibu kepada balitanya. Tahap ini terbagi atas dua yaitu trial-

dodan commited-do. Trial-do merupakan suatu tahapan ketika informan

melakukan percobaan pemberian konsumsi mi instan pada balita utnuk

memastikan keyakinannya terhadap perilaku pemberian konsumsi mi instan

pada balitanya. Tahap ini dapat dilakukan berulang kali hingga ditemukan

perbedaan ketika percobaan pemberian mi instan pada balita yang kemudian

berpengaruh pada sikap. Tahap ini juga menjadi bagian dari tahap learn

dimana informan memperoleh informasi mengenai mi instan dari percobaan

Page 90: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

79

konsumsi yang dilakukannya. Selanjutnya tahapan akan berlanjut ke tahap

feel. Sedangkan commited-do merupakan suatu tahap ketika informan

memberikan mi instan untuk dikonsumsi balitanya secara terus-menerus

setelah yakin dan puas terhadap aktivitas tersebut. Kepuasan yang dimaksud

adalah ketika informan merasakan adanya efek dari pemberian konsumsi mi

instan pada balita sesuai dengan harapannya.

Sesuai dengan keterangan dari beberapa informan, pemberian konsumsi

mi instan pada balitanya dilakukan sejak balita berusia satu tahun.

Sepenuturan salah satu informan bahwa diusia ini, anak-anak sudah mulai

bisa mengunyah makanan keras sehingga mi juga sudah bisa diberikan. Selain

itu, beberapa informan lain memberikan mi instan disaat anaknya berusia dua,

tiga atau empat tahun. Berbagai alasan dituturkan para informan, seperti salah

satunya dikarenakan anak balita yang mulai bosan dengan ikan dan sayur

sehingga diberikan mi instan sebagai pemancing nafsu makan.

Indomie rasa goreng dan kaldu, Megah Mie serta Mie Gelas adalah mi

instan yang diberikan oleh informan kepada balita. Namun mayoritas itu

adalah Indomie. Bagi informan Indomie adalah mi instan yang memiliki

varian rasa seperti rasa goreng, soto dan kaldu.

Page 91: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

80

Tabel 5.3

Pangsa Pasar Produk Mie Instan Tahun 2010-2014

No Merek Market Share (%)

2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata

1. Indomie 81,0 75,9 77,5 76,5 75,7 77,32

2. Mie Sedaap 13,5 17,6 20,4 15,6 16,2 16,66

3. Supermie 3,6 3,2 1,3 3,5 3,1 2,94

4. Sarimie 0,6 1,6 0,5 2,3 2,7 1,54

5. Lain-lain 1,3 1,7 0,3 2,1 2,3 1,54

Sumber: Majalah SWA

Dalam hal varian rasa, indomie rasa goreng merupakan varian yang

paling diminati. Warnanya yang mencolok serta dilengkapi dengan kecap

menjadikan rasanya dinilai lebih enak dan disukai oleh balita. Kecap yang

menjadi bumbu pelengkap mi instan varian goreng mengandung nipagin

sebagai bahan pengawet. Di Indonesia, batasan konsumsi harian dari nipagin

(methyl p-hydroxybenzoate) dalam kecap yaitu sebesar 250 mg/kg. konsumsi

berlebihan nipagin dapat menimbulkan gangguan fungsi hati (Herbet, 2010).

Sedangkan kandungan nipagin dalam kecap yang ada pada mi instan produksi

Indonesia sebesar 250 mg/kg (KEMENKES, 2010).

Page 92: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

81

Gambar 5.2 Indomie rasa Goreng

Selain itu, informasi mengenai bahaya mi instan yang juga dapat

ditemui pada air rebusan pertama mi instan dapat dihindari oleh informan

karena varian ini disajikan tanpa kuah rebusan mi tersebut. Beberapa

informan juga mengatakan bahwa rasa dari merek indomie tidak terlalu

menyengat jika dibandingkan dengan merek lainnya.

Informan lain memiliki pandangan yang berbeda mengenai pemilihan

produk terfavorit. Seperti dua informan lebih menyukai varian rasa kaldu dari

merek Megah Mie yang diproduksi oleh PT Megah Putra Sejahtera.

Page 93: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

82

Gambar5.3 Megah Mie Rasa Kaldu Ayam

Hal tersebut dikarenakan produk ini tidak memiliki minyak dalam

penyajiannya. Minyak dinilai dapat memberikan dampak buruk bagi

kesehatan. Selain itu, produk lokal Sulawesi Selatan ini juga tergolong lebih

murah jika dibandingkan dengan merek lainnya.

Berbeda dengan dua pandangan sebelumnya, salah satu informan lebih

memilih Mi Gelas dikarenakan porsinya yang tidak terlalu banyak dan juga

mengandung sayuran kering. Iklan ditelevisi yang menampilkan anak-anak

juga menjadi bayangan bagi informan bahwa merek tersebut cocok untuk

diberikan kepada anak-anak.

Page 94: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

83

Gambar 5.4 Migelas

Iklan televisi mempengaruhi perubahan konsumen dari segi kognitif,

afektif dan psikomotorik. Berdasarkan penelitian Kuroifah (2014)

menunjukkan bahwa iklan di televisi mempunyai daya tarik yang lebih

dibandingkan media yang lain. Daya tarik iklan di televisi adalah lebih mudah

dijangkau, dapat dilihat setiap saat, menampilkan suara dengan jelas, efektif,

efisien, mampu memperkenalkan produk secara persuatif, memiliki unsur

pendukung/bintang iklan, unsur humor, unsur musik, dan unsur komparatif.

Iklan berisi representasi kenyataan yang hidup dalam mayarakat melalui

simbol tertentu yang dapat menimbulkan impresi dalam benak konsumen

bahwa citra produk yang ditampilkan merupakan bagian dari budayanya

(Wibowo, 2011). Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam

menyampaikan iklan agar dapat menarik perhatian konsumen dan

menciptakan preferensi terhadap merek. Salah satu cara kreatif dalam

mempromosikan suatu produk berupa iklan adalah dengan menggunakan

model yang sekarakteristik dengan konsumen yang menjadi sasaran.

Page 95: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

84

Iklan produk-produk mi instan biasanya menampilkan sosok yang

mewakili berbagai kalangan seperti anak-anak, wanita karir, buruh bangunan,

mahasiswa, dan petani. Pencitraan ini dimaksudkan untuk menanamkan

pandangan bahwa produk tersebut merupakan makanan yang tidak mengenal

kelas sosial. Dengan kata lain, makanan instan ini tidak memalukan jika

dikonsumsi kalangan atas dan juga terjangkau oleh kalangan kelas bawah.

Frekuensi pemberian konsumsi mi instan pada balita oleh informan

cukup bervariatif. Beberapa informan memberikannya hanya satu kali dalam

seminggu. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya ketakutan akan efek samping

yang diketahui oleh informan. Namun ketakutan tersebut tidak membuat

informan menolak untuk memberikan mi instan untuk dikonsumsi oleh

balitanya dikarenakan balita yang sering kali menangis jika informan tidak

memberikan mi instan tersebut. Informan lainnya menyajikannya dua kali

hingga 4 kali dalam seminggu. Selain itu, umumnya, informan mengaku

memberikan sebungkus mi instan untuk dikonsumsi berdua dengan saudara

atau anggota keluarga dari balita tersebut. Penyajian yang bagi informan

dianggap tidak terlalu sering dengan porsi yang dibatasi ini dimaksudkan

untuk menahan efek ketagihan berdasarkan informasi yang diperolehnya pada

tahap learn dan feel.

Mi instan yang tidak berkuah atau yang tidak memiliki minyak lebih

sering dipilih oleh informan untuk diberikan kepada balitanya. Telur dan sawi

Page 96: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

85

hijau sering dijadikan sebagai bahan tambahan penyajiaannya. Penambahan

sawi hijau dapat menurunkan jumlah radikal bebas (Pahlevi, 2014).

Selain itu, pemberian mi instan ini sering kali dilengkapi oleh nasi yang

merupakan makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia. Informan

mengaku memberikan nasi dengan porsi yang lebih banyak dari pada mi

instan supaya balita merasa kenyang dan terbiasa untuk tidak mengonsumsi

terlalu banyak mi instan. Bahan tambahan lain seperti bakso dan sosis juga

disebutkan oleh beberapa informan. Namun salah satu informan mengaku

balitanya tidak menyukai mi yang disajikan bersamaan dengan sayuran.

E. Hambatan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan berbagai hambatan seperti

pengobservasian pengolahan mi instan yang tidak dapat dilakukan secara

menyeluruh terhadap informan. Oleh karenanya, informasi yang diperoleh hanya

berdasarkan penjelasan secara verbal dari informan.Kesulitan komunikasi juga

dialami oleh penelti dikarena informan terkadang menggunakan istilah dari

bahasa daerah yaitu bahasa bugis yang tidak dimengerti oleh peneliti.Namun

hambatan ini dapat disiasati dengan memohon pendampingan dari pihak kader

Posyandu Bahagia yang juga sewilayah tempat tinggal dengan para informan.

Page 97: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

86

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai perilaku ibu

dalam pemberian konsumsi mi instan pada balita, maka diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada tahap learn diperoleh informasi alasan pemberian konsumsi mi instan pada

balita oleh informan (ibu balita) dikarenakan oleh faktor keinginan balita,

pertimbangan rasa dan harga serta pengaruh dari anggota keluarga, teman dan

tetangga.

2. Tahap feel adalah dimana informan memberi keyakinan pada konsekuensi yang

diterimanya berkaitan dengan pemberian mi instan pada balitanya. Pada tahap

feel menunjukkan bahwa informan memiliki keyakinan terhadap bahaya mi

instan untuk dikonsumsi oleh balita, namun keyakinannya tidak lebih besar dari

pada faktor keinginan anak dan kelebihan dari mi instan. Hal tersebut yang

mendorong informan maju ke tahap do dengan pola adopsi trial-do.

3. Pola adopsi yang dilakukan informan adalah pola trial-do. Sebelum mengadopsi

perilaku, informan terlebih dahulu mencoba beberapa praktik yang diperolehnya

pada tahap learn dan feel. Praktik pemberian konsumsi mi instan pada balita

yang umumnya dilakukan oleh informan ialah dengan memberikan mi instan

yang tidak berkuah. Beberapa informan lainnya memilih mi yang berkuah

dengan praktik pengolahan membuang air rebusan pertama kemudian diganti

86

Page 98: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

87

baru sebagai kuah dari mi instan tersebut. Bahan tambahan yang informan

berikan adalah telur dan sawi hijau.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti menyarankan beberapa

hal berikut:

1. Ibu balita tidak menyediakan mi instan di rumah sebagai bentuk

pencegahan terhadap pemberian mi instan pada balitanya.

2. Puskesmas Turikale mengadakan penyuluhan mengenai bahaya mi instan

agar ibu balita tidak memberikan mi instan pada balitanya. Disamping itu,

program tersebut sebaiknya juga memuat informasi mengenai pengolahan

makanan tambahan yang sehat dan aman bagi balita.

Page 99: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, M., et al. 2013. Pola Asuh Makan Pada Balita Dengan Status Gizi

Kurang Di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan Tengah Tahun

2011. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Volume 16 Nomor 2 Hal.

185-193.

Amarowicz. R., et al. 2004. Free-radical Scavenging Capacity and Antioxidant of

Selected Plant Species from the Canadian Prairies. Food Chem Nomor

84 Hal. 551-562.

Anggita, Nina. 2012. Hubungan Faktor Konsumsi dan Karakteristik Individu

dengan Persepsi Gangguan Lambung pada Mahasiswa Penderita

Gangguan lambung di Pusat Kesehatan Mahasiswa (PKM) Universitas

Indonesia Tahun 2011. Jakarta, Universitas Indonesia.

Arianto, N. T. 2013. Pola Makan Mi Instan: Studi Antropologi Gizi pada

Mahasiswa Antropologi Fisip Unair. BioKultur Volume 2 Nomor 1 Hal.

27-40.

Astuti, Niluh. 2009. Uji Aktivitas Penangkap Radikal DPPH oleh aAnalog

Kurkumin Monoketon dan nHeteroalifatik Monoketon. Surakarta,

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Azwar, S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta, Pustaka

Pelajar.

Badan Standar Nasional. 2000. SNI. 01-3551-2000: Mi Instan.

Baudrillard, J.P. 2011. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta, Kreasi Wacana.

Brown, J. E. 2005. Nutrition Through The Life Cycle Second Edition.USA,

Thomson Wadsworth.

Departemen Kesehatan RI. 2009. DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan).

Jakarta, Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI No 66 Tahun

2014, Jakarta.

Page 100: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Djola, R. 2012. Hubungan antara Tingkat Pendapatan Keluarga dan Pola Asuh

dengan Status Gizi Anak Balita di Desa Bongkudai Kecamatan Madayag

Barat. Manado, Universitas Sam Ratulangi.

Dwiastuti, R., et al. 2012. Ilmu Perilaku Konsumen. Malang, UB Press.

Eddyono, F., et al. 2014. Purchase Behavior of Noodles: A Case Study of Effort

Primary Food Diversification in Indonesia. International Journal of

Science and Technology Volume 3 Nomor 10 Hal. 655-662.

Handayani, T. H. W., et al. 2011. Pengolahan Makanan Indonesia. UNY.

Yogyakarta, Kementerian Pendidikan Nasional.

Harahap, Rahmadiwati. 2010. Penetapan Bilangan Asam dalam Mie Instan

Produk PT Indofood. Medan, Universitas Sumatera Utara.

Herbet, Manurung. 2010. Analisis Bahan-Bahan Natrium Benzoat pada Bumbu

dan Kecap Mie Instan secara Spektrofotometer. Medan, Universitas

Sumatera Utara.

Jafar, N. 2010. Status Gizi Balita. FKM UNHAS. Makassar, Universitas

Hasanuddin.

Kartikasari, Dwi., et al. 2015. Pengaruh Biaya Promosi dan Potongan Harga

terhadap Penjualan (Studi Kasus PT Daihan Labtech Batam). Batam,

Politeknik Negeri Batam.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi

Makanan dan Aktifitas Fisik untuk Mencegah Penyakit Tidak Menular.

Jakarta, Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Bahaya Mie Instant bagi Kesehatan. Diakses

tanggal 15 Juli 2017. gizi.depkes.go.id/bahaya-mie-instant-bagi-

kesehatan

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Produk Mie Instan di Indonesia Aman

Dikonsumsi. www.depkes.go.id

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Buku Saku Pemantauan Gizi dan Indikator

Kinerja Gizi tahun 2015. Jakarta, Direktorat Gizi Masyarakat.

Page 101: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Khomsan, A. 2012. Ekologi Masalah Gizi, Pangan, dan Kemiskinan. Bandung,

Alfabeta.

Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Mie. eBookPangan.com : diakses 4

Februari 2017

Kotler, P. and E. L. Roberto. 1989. Social Marketing: Strategies for Changing

Public Behavior. New York, The Free Press.

Kurniasih, et al. 2010. Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta, Kompas

Gramedia.

Kuroifah, M. 2014. Pengaruh Daya Tarik Iklan Makanan Instan di Televisi

terhadap Perilaku Konsumsi Makanan pada Mahasiswa Kos Program

Studi Pendidikan Teknik Boga FT UNY. Yogyakarta, Universitas Negeri

Yogyakarta.

Kuroifah, Mita. 2014. Pengaruh Daya Tarik Iklan Makanan Instan di Televisi

terhadap Perilaku Konsumsi Makanan pada Mahasiswa Kos Program

Studi Pendidikan Teknik Boga FT UNY. Yogyakarta, Universitas Negeri

Yogyakarta.

Latief, A. W. 2011. Analisis Faktor Psikologis Konsumen dan Pengaruhnya

terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Administrasi Indonesia Volume 1

Nomor 1 Hal. 70-94.

Lestari, T. W., et al. 2013. Pengaruh Pemberian Makan Balita dan Pengetahuan

Ibu Terhadap Status Gizi Balita di Kelurahan Meteseh Kecamatan

Tembalang Kota Semarang. Semarang, Universitas Muhammadiyah

Semarang.

Mardiana. 2005. Hubungan Perilaku Gizi Ibu dengan Status Gizi Balita di

Puskesmas Tanjung Beringin Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat

Tahun 2005. FKM USU. Medan, Universitas Sumatera Utara.

Muchsin, Rosanti. 2009. Pengaruh Pemberian Monosodium Gluamate terhadap

Histologi Endometrium Mencit (Mus Musculus L). Medan, Universitas

Sumatera Utara.

Notoadmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta, Rhineka

Cipta.

Notoadmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.

Page 102: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Nutrifood Research Center. 2014. Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan. Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama.

Pahlevi, et al. 2014. Studi Pengaruh Sawi Hijau (Brassica juncea) terhadap

Jumlah Radikal Bebas pada Mie Instan. Malang, Universitas Brawijaya.

Park, S., et al. 2016. Instant Noodles, Processed Food Intake, and Diaterry

Pattern are Associated with Atopic Dermatitis in a Adult Population

(KNHANES 2009-2011). Asia Pac J Clin Nutr 2016 Volume 25 Nomor 3

Hal. 602-613.

Perdana, F. dan Hardinsyah. 2013. Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi

Konsumsi Sarapan Anak Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan, Volume 8

Nomor 1 Hal. 39-46.

Sarkim, L., et. al. 2010. Perilaku Konsumsi Mie Instan pada Mahasiswa Fakultas

Kesehatan Masyarakat UNDANA Kupang yang Tinggal di Kos Wilayah

Naikoten 1. MKM Volume 5 nomor 1 Hal. 41-48.

Soetjiningsih, et. al. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta, Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran. Jakarta, Ghalia Indonesia.

Sunardi. 2010. Konsep Dasar Modifikasi Perilaku. PLB FIP UPI. Bandung,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Sunarmi, T. 2005. Aktivitas Antioksidan Penangkap Radikal Bebas Beberapa

Kecambah dari Biji Tanaman Familia Pepilionaceae. Jurnal Farmasi

Indonesia Volume 2 Nomor 2 Hal. 53-6.

Suwandi, E. P. 2014. Perilaku Konsumsi Makanan Instan pada Siswa Kelas XI

Jasa Boga Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Klaten. Yogyakarta,

Universitas Negeri Yogyakarta.

Wandasari, N. 2014. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Mi Instan dan Perilaku

Konsumsi Mi Instan pada Balita di RW. 04 Perumahan Villa Balaraja

Kabupaten Tangerang. Forum Ilmiah Volume 11 Nomor 3 Hal.386-401.

Warta Konsumen. 2001. Jenis-Jenis Makanan Mengandung MSG. Diakses

tanggal 27 Januari 2017.

Page 103: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2011. Semiotika Komunikasi-Aplikasi Praktis

bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi. Jakarta, Mitra Wacana Media.

Widyarini.2014. Perilaku Konsumsi Minuman Energi pada Sopir Pete-pete

Trayek Sudiang Kota Makassar tahun 2014. Makassar, Universitas

Hasanuddin.

Wijono, D. 2007. Paradigma dan Metodologi Penelitian Kesehatan.Surabaya,

CV. DUTA PRIMA AIRLANGGA.

World Instan Noodle Association (WINA).National Trend In Instant

NoodleDemands. Diakses 27 Januari 2017;

http://instantnoodles.org/noodles/expanding-market.html.

Zailani, et al. 2016.Effect of Instant Noodles Formulated Diet on Weanling Albino

Rats. Journal of Agriculture and Food Science Volume 4 Nomor 7

Hal.161-168.

Page 104: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

LAMPIRAN

Page 105: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Lampiran 1

INFORMED CONSENT

PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN

Selamat Pagi/Siang/Sore

Perkenalkan nama saya Nuraeni. Saya adalah mahasiswi S1 angkatan 2013

Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Hasanuddin. Saya bermaksud melakukan penelitian mengenai

“Perilaku Ibu dalam Pemberian Konsumsi Mi Instan pada Balita”. Penelitian ini

dilakukan sebagai tahap akhir dalam penyelesaian studi di Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Saya berharap Bapak/Ibu, Saudara/Saudari bersedia untuk menjadi informan

dalam penelitian ini dimana saya akan melakukan wawancara mendalam terkait

dengan penelitian. Semua informasi yang Bapak/Ibu, Saudara/Saudari berikan

terjamin kerahasiaannya, dengan cara hanya mencantumkan inisial nama dari

Bapak/Ibu, Saudara/Saudari dan tidak mencantumkan identitas informan ke dalam

hasil penelitian saya.

Setelah Bapak/Ibu, Saudara/Saudari membaca maksud dan kegiatan penelitian di

atas, saya mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan di bawah ini.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, setuju untuk ikut serta dalam penelitian.

Nama : ________________________________________

Tanda tangan : ________________________________________

Terima kasih atas kesedian Bapak/Ibu, Saudara/Saudari untuk ikut serta di dalam

penelitian ini.

Page 106: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Lampiran 2

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN KONSUMSI MI INSTAN

PADA BALITA

Lembar Observasi

Observasi akan ditempuh dengan cara melihat perilaku ibu dalam memberika mi

instan pada balitanya, seperti kapan dan bagaimana ibu mengolah mi instan,

tempat ibu membeli mi instan, jumlah pemberian konsumsi mi instan oleh ibu

kepada balitanya, dll. Observasi pada penjual mi instan hanya berbatas pada

kondisi dan jenis mi instan yang dijual.Sedangkan pada pihak anggota keluarga

lainnya hanya berbatas pada upaya mendukung atau tidak mendukung perilaku

ibu dalam memberikan mi instan pada balitanya. Hasil observasi nantinya akan

dibandingkan dengan hasil wawancara.

Tanggal Observasi : …… /…… /………. (tgl/bln/thn)

Lokasi Observasi : ..........................................................................

Objek Observasi : ..........................................................................

Page 107: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Lampiran 3

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN KONSUMSI MI INSTAN

PADA BALITA

Pedoman Wawancara untuk Ibu yang Memberikan Konsumsi Mi Instan

pada Balita

Identitas Informan

Nama Informan : ...........................................................................

Usia : ...........................................................................

Alamat : ...........................................................................

Nomor Telepon : ...........................................................................

Tanggal wawancara : _ _ / _ _ / _ _ _ _ (tgl/bln/thn)

Wawancara Mendalam

A. Alasan Pemberian Konsumsi Mi instan pada Balita

1. Tahap Learn

a. Apa yang Anda ketahui tentang mi instan?

b. Apa kelebihan dan kekurangan dari mi instan?

c. Apa manfaat mi instan?

d. Apaefek samping dari mi instan?

e. Jenis mi instan (kemasan, merek) yang Anda ketahui?

f. Bagaimana praktik pemberian konsumsi mi instan pada balita yang Anda

ketahui dari orang lain?

g. Siapa yang menjadi informan Anda yang memberikan informasi tentang

poin f?

Page 108: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

2. Tahap Feel

a. Apa manfaat balita mengkonsumsi mi instan?

b. Apa efek samping konsumsi mi instan pada balita?

c. Apakah Anda setuju atau tidak untuk memberikan mi instan pada balita?

B. Praktik Pemberian Konsumsi Mi Instan pada Balita

1. Tahap Do

a. Kapan waktu pertama Anda memberikan konsumsi mi instan pada balita

Anda?

b. Jenis mi instan apa yang Anda berikan pada balita Anda?

c. Jenis mi instan apa yang paling sering Anda berikan pada balita Anda?

d. Dalam seminggu, berapa kali Anda memberikan mi instan untuk

dikonsumsi oleh balita Anda?

e. Bagaimana cara Anda menyajikan mi instan untuk dikonsumsi oleh

balita?

f. Apakah Anda menambahkan bahan makanan lain pada mi instan yang

akan diberikan kepada balita Anda?

g. Dimana tempat Anda memperoleh mi instan dan berapa harganya?

Page 109: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN KONSUMSI MI INSTAN

PADA BALITA

Pedoman Wawancara untuk Pihak Anggota Keluarga Lainnya

Identitas Informan

Nama Informan : ...........................................................................

Status dalam Keluarga : ...........................................................................

Usia : ...........................................................................

Jenis Kelamin : ...........................................................................

Alamat : ...........................................................................

Nomor Telepon : ...........................................................................

Tanggal wawancara : _ _ / _ _ / _ _ _ _ (tgl/bln/thn)

Wawancara Mendalam

1. Apakah Anda mengonsumsi mi instan?

2. Apakah Anda mengetahui bahwa ibu yang memiliki balita dalam keluarga anda

memberikan mi instan untuk dikonsumsi balitanya?

Jika Iya:

a. Bagaimana reaksi Anda?

b. Tindakan apa yang diambil oleh Anda?

3. Bagaimana persepsi Anda mengenai pemberian mi instan untuk dikonsumsi

balita?

Page 110: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN KONSUMSI MI INSTAN

PADA BALITA

Pedoman Wawancara untuk TPG Puskesmas Turikale

Identitas Informan

Nama Informan : ...........................................................................

Usia : ...........................................................................

Jenis Kelamin : ...........................................................................

Alamat : ...........................................................................

Nomor Telepon : ...........................................................................

Tanggal wawancara : _ _ / _ _ / _ _ _ _ (tgl/bln/thn)

Wawancara Mendalam

1. Bagaimana menurut anda tentang ibu yang memberikan mi instan untuk

dikonsumsi oleh balitanya?

2. Apakah ada program yang pernah dilaksanakan terkait pemberian mi instan oleh

ibu kepada balitanya?

3. Apa nama program tersebut?

4. Berapa kali program tersebut telah dilaksanakan?

5. Bagaimana cara mensosialisasikan program tersebut?

6. Apa hambatan yang muncul pada pelaksanaan kegiatan tersebut?

7. Bagaimana hasil dan evaluasi dari program tersebut?

Page 111: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Lampiran 4

Page 112: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …
Page 113: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …
Page 114: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Lampiran 5

MATRIKS WAWANCARA IBU BALITA DI POSYANDU KELURAHAN TURIKALE

NO INFORMASI INFORMAN ANALISIS REDUKSI INTISARI INTERPRETASI

Variabel: Alasan Pemberian Konsumsi Mi Instan pada Balita

Tahap Learn

1 Pemahaman

tentang mi

instan

MA Merupakan makanan

tambahan.

Informan

memahami mi

instan sebagai

makanan tambahan

dan cemilan yang

enak dan terbuat

dari terigu,

berbentuk keriting

dengan harga yang

murah tapi sulit

hancur dalam

pencernaan dan

kurang bergizi serta

berbahaya bagi

kesehatan karena

mengandung zat

lilin, MSG, dan zat

pengawet.

Mi instan

merupakan

makanan

tambahan dan

cemilan yang

enak dan terbuat

dari terigu,

berbentuk

keriting dengan

harga yang murah

tapi sulit hancur

dalam pencernaan

dan kurang

bergizi serta

berbahaya bagi

kesehatan karena

mengandung zat

lilin, MSG, dan

zat pengawet.

Menurut informan,

mi instan adalah

makanan tambahan

dan cemilan yang

enak dan terbuat

dari terigu,

berbentuk keriting

dengan harga yang

murah. Namun

disisi lain,

informan juga

beranggapan bahwa

mi instan sulit

hancur dalam

pencernaan dan

kurang bergizi serta

berbahaya bagi

kesehatan karena

mengandung zat

lilin, MSG, dan zat

pengawet.

ER Semacam makanan

tambahan yang

diberikan selingan.

Mi instan juga

mengandung zat

lilin.

FI Makanan pengganti

nasi dan bisa juga

dijadikan cemilan.

SU Makanan instan yang

mengandung zat

lilin.

AK Makanan yang enak

tapi susah dicerna.

HM Makanan yang

mengandung zat

lilin.

SA Makanan yang

mengandung banyak

pengawet dan MSG.

Page 115: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

MU Makanan cepat saji

yang enak dan

mudah diolah

KA Makanan penambah

nafsu makan.

SI Makanan yang

terbuat dari terigu

yang berbentuk

keriting.

MD Makanan instan yang

enak dan murah.

2 Pandangan ibu

balita tentang

pemberian

konsumsi mi

instan pada

balita

MA Tidak cocok untuk

balita.

Informan memiliki

pandangan bahwa

mi instan tidak

cocok diberikan

untuk balita karena

memiliki zat lilin,

susah dicerna dan

tidak mencukupi

kebutuhan gizi

balita serta

membuat anak

alergi. Namun,

karena alasan

kesukaan anak dan

dapat menambah

nafsu makan maka

mi instan tetap

diberikan kepada

balita untuk

Mi instan tidak

cocok diberikan

untuk balita

karena memiliki

zat lilin, susah

dicerna dan tidak

mencukupi

kebutuhan gizi

balita serta

membuat anak

alergi. Namun,

karena alasan

kesukaan anak

dan dapat

menambah nafsu

makan maka mi

instan tetap

diberikan kepada

balita untuk

Mayoritas informan

memiliki

pandangan bahwa

mi instan tidak

cocok diberikan

untuk balita.

Bebertapa informan

menolak karena

beranggapan mi

instan memiliki zat

lilin dan susah

dicerna. Sedangkan

menurut beberapa

informan lainnya,

mi instan tidak

mencukupi

kebutuhan gizi

balita serta

membuat anak

ER Tidak cocok. Anak-

anak bisa kurang gizi

karena karena mi

mengandung zat lilin

dan kurang bergizi.

FI Tidak cocok karena

tidak bergizi justru

nanti bikin anak-

anak gatal-gatal, tapi

mi ini juga bias

dijual.

SU Tidak baik bagi

balita karena

mengandung zat

lilin.

AK Tidak cocok, tapi

anak-anak menyukai

Page 116: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

mi meskipun

dilarang.

dikonsumsi. dikonsumsi. alergi. Namun,

karena alasan

kesukaan anak dan

dapat menambah

nafsu makan maka

mi instan tetap

diberikan kepada

balita untuk

dikonsumsi.

HM Tidak cocok karena

mi instan susah

dicerna.

SA Tidak baik karena mi

mengandung bahan

pengawet.

MU Sebenarnya tidak

boleh tapi terpaksa

diberikan ke anak

karena anak

mengamuk

(menangis) jika mau.

BN Anak saya suka jadi

diberikan.

KA Baik untuk

memancing nafsu

makan anak yang

susah makan.

SI Tidak cocok tapi

disuka sama anak

saya.

MD Sebenarnya tidak

cocok karena anak

tetangga pernah

masuk rumah sakit

karena kebanyakan

makan mi katanya.

Tapi anak-anak suka.

Page 117: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

3 Manfaat mi

instan

MA

Dapat dijadi

makanan tambahan.

Informan

beranggapan bahwa

mi instan dapat

dijadikan makanan

tambahan,

menambah selera

makan,

mengenyangkan dan

idgunakan untuk

memancing anak

untuk makan.

mi instan dapat

dijadikan

makanan

tambahan,

menambah selera

makan,

mengenyangkan

dan idgunakan

untuk memancing

anak untuk

makan.

Mayoritas

Informan

mengatakan bahwa

mi instan memiliki

manfaat seperti

dapat dijadikan

makanan tambahan,

menambah selera

makan,

mengenyangkan

dan idgunakan

untuk memancing

anak untuk

makantapi diantara

semua informan,

terdapat dua

informan yang

beranggapan bahwa

tidak ada manfaat

dari mi instan

ER Tidak ada manfaat

dari mi instan.

FI Mengenyangkan dan

dapat dijual.

SU Dijadikan makanan

untuk sarapan pagi

dan bisa dipakai

memancing anak

untuk makan.

AK Bisa menambah

selera makan.

HM Mengenyangkan.

SA Sebagai lauk.

MU Kata orang bisa

membuat anak

gemuk.

KA Menambah nafsu

makan anak yang

susah makan.

SI Bisa bikin kenyang.

MD Bisa dijadikan lauk.

4 Jenis mi instan MA Indomie, Sedaap,

Mega Mie.

Informan

mengetahui ada

beberapa jenis mi

instan yaitu

Indomie, Mie

Sedaap, Megah Mie,

Mi instan dengan

merek Indomie,

Mie Sedaap,

Megah Mie, Mie

Sejati, Sarimi,

Mie Gelas,

Mi instan terdiri

dari berbagai

macam merek yang

dikemas dalam satu

bentuk kemasan

persegi empat

ER Indomie, Sedaap,

Sejati, Mega Mie,

Sarimi.

FI Indomie, Sedaap,

Page 118: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Megah Mie, Sarimi. Mie Sejati, Sarimi,

Mie Gelas, Intermie

dan Supermie yang

kesemuaannya

dikemas dalam

bungkusan persegi

empat

Intermie dan

Supermie yang

kesemuaannya

dikemas dalam

bungkusan

persegi empat

seperti merek

Indomie, Mie

Sedaap, Megah

Mie, Mie Sejati,

Sarimi, Mie Gelas,

Intermie dan

Supermie

SU Indomie, Sarimi dan

Sedaap.

AK Indomie, Megah

Mie, Mie Sedaap,

Sarimi.

HM Indomie, Mi Gelas,

Megah Mie.

SA Indomie, Mie

Sedaap, Megah Mie.

MU Indomie. Mie

Sedaap, Megah Mie,

Sarimi, Intermie.

KA Megah Mie,

Indomie, Mie Sejati,

Mie Sedaap, Sarimi

SI Indomie, Mie

Sedaap, Inter mie,

Megah Mie, Sarimi,

Mie Gelas

MD Indomie, Mie

Sedaap, Intermie,

Megah Mie,

Supermi, Mie Gelas

5 Kelebihan dan

kekurangan mi

instan

MA Kelebihannya itu

mudah dan cepat

disajikan sedangkan

kekurangannya

adalah tidak

mengenyangkan.

Informan

beranggapan bahwa

mi instan memiliki

kelebihan mudah

dan cepat disajikan,

enak, murah dan

Mi instan

memiliki

kelebihan mudah

dan cepat

disajikan, enak,

murah dan mudah

Menurut informan,

mi instan memiliki

kelebihan dan

kekurangan. Ada

yang beranggapan

bahwa mi instan

Page 119: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

ER Kelebihannya karena

praktis dan enak jadi

bisa memancing

anak balita untuk

makan tapi bisa bikin

anak sakit.

mudah dijumpai.

Sedangkan

kekurangannya

adalah tidak

mengenyangkan,

tidak menyehatkan,

mengandung zat

lilin. Salah satu

informan juga

meiliki pandangan

bahwa kekurangan

dari mi instan

adalah porsinya

yang kurang banyak

dijumpai.

Sedangkan

kekurangannya

adalah tidak

mengenyangkan,

tidak

menyehatkan,

mengandung zat

lilin. Salah satu

informan juga

meiliki

pandangan bahwa

kekurangan dari

mi instan adalah

porsinya yang

kurang banyak

memiliki kelebihan

mudah dan cepat

disajikan. Beberapa

informan lainnya

beranggapan bahwa

mi instan memiliki

rasa yang enak,

murah dan mudah

dijumpai.

Sedangkan

kekurangannya

adalah tidak

mengenyangkan,

tidak menyehatkan,

mengandung zat

lilin. Namun salah

satu informan juga

meiliki pandangan

bahwa kekurangan

dari mi instan

adalah porsinya

yang kurang

banyak

FI Kelebihannya praktis

tapi kekurangannya

itu tidak

menyehatkan.

SU Kelebihannya praktis

tapi punya zat lilin.

AK Kelebihannya itu

murah, mudah

dimasak, gampang

didapat.

Kekurangannya

membuat kita gatal-

gatal.

HM Rasanya enak dan

murah meriah. Kalau

tidak ada ikan yang

paling praktis itu

penggantinya mi.

kekurangannya itu

porsinya kurang

banyak.

SA Gizinya kurang dan

tidak baik untuk

kesehatan tapi

Page 120: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

rasanya enak, praktis

dan murah.

MU Praktis, murah dan

mudah dijumpai.

Tapi kekurangannya

itu bisa membuat

kita tidak sehat.

KA Enak, murah,

gampang dimasak,

juga disukai anak-

anak tapi kata

tetangga mi ini lama

dicerna di dalam

pencernaan.

SI Kelebihannya itu

ekonomis, cepat dan

enak. Sedangkan

kekurangannya itu

sering membuat

anak-anak mencret

dan muntah-muntah.

MD Kelebihannya murah,

praktis dan enak.

Tapi bisa

mengganggu

kesehatan. Bahkan

anaknya tetangga ku

ada yang meninggal

gara-gara terlalu

sering makan mi.

Page 121: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

6 Praktik

pemberian

konsumsi mi

instan yang

diketahui dari

orang lain

MA Kata teman yang

juga seorang bidan,

jika memasak mi

yang berkuah, air

yang digunakan

untuk merebus mi

instan dibuang dan

diganti dengan air

rebus yang baru.

Sepuluh informan

mengatakan bahwa

tidak ada praktik

pemberian konsumsi

mi instan yang

diketahui dari orang

lain. Sedangkan dua

orang lainnya

melakukan praktik

pemberian konsumsi

mi instan

berdasarkan anjuran

dari bidan dan

tetangganya yang

keduanya

mengatakan bahwa

rebusan air pertama

mi dibuang lalu

kemudian diganti

dengan air panas

yang baru.

Praktik

pemberian

konsumsi mi

instan dilakukan

berdasarkan

anjuran dari bidan

dan tetangganya

yang keduanya

mengatakan

bahwa rebusan air

pertama mi

dibuang lalu

kemudian diganti

dengan air panas

yang baru. Tapi

mayoritas ibu

mengolah mi

instan

berdasarkan

pengalaman

mereka.

Menurut informan,

praktik pemberian

konsumsi mi instan

dilakukan

berdasarkan

anjuran dari bidan

dan tetangganya

yang keduanya

mengatakan bahwa

rebusan air pertama

mi dibuang lalu

kemudian diganti

dengan air panas

yang baru. Selain

itu, mayoritas

informan yang

tidak memiliki

pengalaman praktik

pemberian

konsumsi mi instan

dari orang lain

hanya

menggunakan

pengalaman diri

sendiri dalam

mengolah mi instan

untuk diberikan

kepada balitanya.

ER Tidak ada.

FI Tidak ada.

SU Tidak ada. Hanya

coba-coba sendiri.

AK Tidak ada.

HM Tidak ada.

SA Tidak ada.

MU Tidak ada. Hanya

saya yang coba-coba

sendiri.

KA Tidak ada, saya coba

sendiri.

SI Saya masak dengan

cara saya sendiri.

MD Tetangga saya

mengatakan supaya

air mi yang rebusan

pertama itu dibuang

dulu baru diganti

Page 122: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

dengan air panas

yang baru.

Tahap Feel

1 Manfaat balita

mengonsumsi

mi instan

MA Menjadi makanan

tambahan.

50% informan

menganggap mi

instan tidak

memiliki manfaat

bagi balita.

Sedangkan yang

lainnya beranggapan

bahwa mi instan

dapat dijadikan

makanan tambahan

yang

mengenyangkan,

menambah nafsu

makan dan

mengandung gizi

sesuai dengan

keterangan pada

bungkusan mi instan

Mi instan dapat

dijadikan

makanan

tambahan yang

mengenyangkan,

menambah nafsu

makan dan

mengandung gizi

sesuai dengan

keterangan pada

bungkusan mi

instan. Namun

beberapa ibu juga

memandang mi

instan tidak

memiliki manfaat

bagi balita.

Menurut beberapa

informan, Mi instan

dapat dijadikan

makanan tambahan

yang

mengenyangkan,

menambah nafsu

makan dan

mengandung gizi

sesuai dengan

keterangan pada

bungkusan mi

instan. Namun

beberapa informan

lainnya juga

memandang mi

instan tidak

memiliki manfaat

bagi balita.

ER Tidak ada.

FI Tidak ada.

SU Tidak ada.

AK Tidak ada.

HM Terdapat vitamin,

protein dan lainnya

berdasarkan

keterangan pada

bungkusan mi instan.

SA Tidak ada.

MU Menambah nafsu

makan anak yang

susah makan.

KA Menambah nafsu

makan anak.

SI Bikin kenyang.

MD Tidak ada.

2 Efek samping

konsumsi mi

instan pada

balita

MA Dapat menyebabkan

alergi jika

dikonsumsi terlalu

sering.

Informan

mengetahui adanya

efek samping dari

konsumsi mi isntan

pada balita seperti

menyebabkan

alergi, anak

mengalami

Mi instan

memiliki efek

samping seperti

alergi,

kekurangan gizi,

ketagihan dan

gangguan

pencernaan.

Menurtu informan,

mi instan memiliki

efek samping. Ada

yang beranggapan

bahwa mi instan

dapat menyebabkan

alergi, kurang gizi

dan ketagihan. Ada

ER Anak-anak bisa

kurang gizi.

FI Jika terlalu sering

makan mi bisa gatal-

Page 123: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

gatal dan anak-anak

bisa ketagihan. Kata

orang yang punya

pengalaman juga

bilang mi instan

tidak cocok untuk

orang penyakit

maag.

kekurangan gizi,

ketagihan dan

gangguan

pencernaan.

juga yang

mengatakan bahwa

mi instan dapat

menyebabkan

gangguan

pencernaan.

SU Tidak tau.

AK Anak balita bisa

kurang gizi, alergi,

juga membuat anak

tidak cerdas karena

memiliki pengawet.

Mi instan juga bisa

membuat anak-anak

ketergantungan.

HM Jika terlalu banyak

makan mi, anak-anak

bisa gatal-gatal.

SA Bisa alergi.

MU Membuat alergi.

KA Membuat anak-anak

alergi kalau terlalu

sering dikonsumsi.

SI Berat badan anak

tidak naik,alergi,

mencret, dan anak

ketagihan.

MD Bisa membuat perut

Page 124: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

kembung dan susah

BAB.

3 Setuju atau tidak

untuk

memberikan mi

instan pada

balita

MA Tidak setuju. Informan mayoritas

tidak setuju untuk

memberikan mi

instan pada balita.

Namun beberapa

informan lainnya

setuju apabila

pemberian tidak

terlalu sering, air

rebusan pertamanya

dibuang dan juga

karena alasan anak

menyukai mi instan

tersebut.

Mayoritas ibu

tidak setuju untuk

memberikan mi

instan pada balita.

Namun beberapa

informan lainnya

setuju apabila

pemberian tidak

terlalu sering, air

rebusan

pertamanya

dibuang dan juga

karena alasan

anak menyukai

mi instan

tersebut.

Mayoritas ibu tidak

setuju untuk

memberikan mi

instan pada balita.

Namun beberapa

informan

menyatakan sikap

untuk setuju

asalkan tidak

terlalu sering

diberikan dan air

rebusan

pertamanya

dibuang. Ada juga

informan yang

setuju dengan

alasan karena anak

menyukai mi instan

dan terlebih bila

tidak ada lauk.

ER Tidak setuju.

FI Tidak setuju.

SU Tidak setuju.

AK Setuju tapi jangan

sering-sering

diberikan.

HM Setuju saja yang

karena anak

menyukainya.

SA Tidak setuju.

MU Tidak sebenarnya

tapi anak-anak

menyukainya.

KA Setuju saja karena

anak susah makan

kalau tidak diberikan

mi.

SI Tidak setuju karena

tidak bergizi.

MD Selama air rebusan

pertamanya dibuang,

tidak masalah.

Variabel : Praktik pemberian konsumsi mi instan pada balita

Tahap Do

1 Alasan

pemberian

konsumsi mi

MA Karena jika tidak

diberikan anak balita

akan menangis.

Informan memiliki

beberapa alasan

dalam memberikan

Alasan dalam

memberikan mi

instan untuk

Berdasarkan

keterangan

informan, alasan

Page 125: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

instan pada

balita

ER Karena anak susah

makan, jadi

diberikan mi instan

untuk memancing

nafsu makan anak.

selain itu, karena

praktis jadi cocok

ketika tidak ada

makanan untuk

sarapan pagi.

mi instan untuk

dikonsumsi oleh

balitanya,

diantaranya karena

anak menyukai mi

isntan, harganya

murah dan mudah

diolah.

dikonsumsi oleh

balitanya

diantaranya

karena anak

menyukai mi

instan, harganya

murah dan mudah

diolah.

dalam memberikan

mi instan untuk

dikonsumsi oleh

balitanya karena

anak menyukai mi

instan, harganya

murah dan mudah

diolah.

FI Anak saya

biasayanya juga mau

mengonsumsi mi

ketika mendapati

saya mengonsumsi

mi instan. Dia

biasanya makan

sambil memainkan

mi instan itu.

SU Memancing nafsu

makan anak yang

susah makan.

AK Karena anak sering

ikut makan ketika

saya juga makan mi.

HM Karena anak sering

ikut-ikutan pas saya

makan mi instan.

SA karena mudah

disajikan ketika tidak

Page 126: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

ada lauk. Anak juga

suka dengan rasanya.

Harganya juga

murah.

MU Karena anak

menyukainya.

Karena anak suka

terus ikut-ikutan

kalau melihat

temannya makan mi.

KA Karena anak susah

makan jadi

dicobakan mi instan.

SI Karena anak

menyukainya dan

saya sibuk.

MD Karena bisa

dijadikan pengganti

lauk.

2 Pengolahan mi

instan untuk

pada balita

MA Jika memasak mi

yang berkuah, air

yang digunakan

untuk merebus mi

instan dibuang dan

diganti dengan air

rebus yang baru.

Informan mengolah

mi instan yang

berkuah dengan

merebus mi instan

namun air rebusan

mi tersebut dibuang

dan diganti dengan

air rebusan baru.

Beberapa informan

lainnya mengolah

mi yang sama

Mi instan yang

berkuah direbus

dengan air

namun air

rebusan mi

tersebut dibuang

dan diganti

dengan air

rebusan baru.

Ada juga yang

mengolah mi

Berdasarkan

penuturan

informan, mi instan

yang berkuah

direbus dengan air

namun air rebusan

mi tersebut dibuang

dan diganti dengan

air rebusan baru.

Beberapa informan

lainnya mengolah

ER Air rebusan pertama

dibuang lalu diganti

dengan air rebus

yang baru. Mi yang

Page 127: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

sduah direbus dicuci

terlebih dahulu

sebelum di campur

dengan air rebusan

baru.

dengan hanya

merebusnya dengan

air dan langsung

mencampurnya

dengan bumbu dan

pelengkap yang ada.

Sedangkan jika mi

goreng, mi direbus

kemudian ditiriskan

dan dicampur

dengan bumbu dan

pelengkap lainnya.

yang sama

dengan hanya

merebusnya

dengan air dan

langsung

mencampurnya

dengan bumbu

dan pelengkap

yang disediakan.

Sedangkan jika

mi goreng, mi

direbus kemudian

ditiriskan dan

dicampur dengan

bumbu dan

pelengkap

lainnya.

mi yang sama

dengan hanya

merebusnya dengan

air dan langsung

mencampurnya

dengan bumbu dan

pelengkap yang

ada. Sedangkan

jika mi goreng, mi

direbus kemudian

ditiriskan dan

dicampur dengan

bumbu dan

pelengkap lainnya.

FI Air rebusan

pertamanya dibuang.

SU Mi direbus tapi

airnya di buang dan

di rebuskan air lain.

AK Dimasak dulu terus

tiriskan air

pertamanya

kemudian masakkan

air lagi. Sebungkus

mi dimasak untuk

anak balita ini

dengan kakaknya.

HM Mi itu dimasak dua

kali, air pertamanya

dibuang lalu

dididihkan air lagi.

Biasa juga mengolah

mi instan goreng

dengan didadar

bersama telur.

SA Direbus kemudian

disajikan bersama

dengan bumbu dan

minyaknya.

Page 128: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

MU Direbus terlebih

dahulu terus buang

air rebusannya lalu

diganti dengan air

rebus yang lain

untuk kuahnya.

KA Dimasak sesuai

petunjuk di

pembungkus mi.

SI Masak terlebih

dahulu. Jika mi yang

berkuah, air rebusan

pertamanya dibuang

dan diganti dengan

air rebusan baru.

Kemudia dicampur

dengan bumbunya.

Biasanya satu

bungkus untuk

dimakan berdua

dengan kakaknya.

MD Saya ganti air rebus

pertamanya dengan

air panas yang baru.

3 Waktu pertama

pemberian

konsumsi mi

instan pada

balita

MA Berusia satu tahun

setengah.

Mayoritas informan

mengatakan bahwa

pertama kali

pemberian konsumsi

mi instan pada anak

balita ketika

Pertama kali

pemberian

konsumsi mi

instan pada anak

balita ketika

berumur satu

Menurut

pengakuan

mayoritas informan

menyatakan bahwa

pemberian

konsumsi mi instan

ER Umur satu tahun.

FI Umur satu tahun.

SU Umur tiga tahun.

AK Umur tiga tahun.

Page 129: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

HM Umur empat tahun. berumur satu tahun.

Beberapa informan

juga ada yang

memberikannya saat

balita mereka

berumur dua, tiga

atau empat tahun.

tahun. Beberapa

informan juga ada

yang

memberikannya

saat balita mereka

berumur dua, tiga

atau empat tahun.

pada balita ketika

berumur satu tahun.

Selai itu, ada

beberapa informan

juga yang

mengatakan

memberikan mi

instan pertama kali

pada balita ketika

berumur dua, tiga,

atau empat tahun.

SA Umur satu tahun.

MU Umur dua tahun.

KA Umur satu tahun.

SI Sejak umur dua

tahun.

MD

Sejak umur satu

setengah tahun.

4 Jenis mi instan

yang diberikan

pada balita

MA Indomie rasa goreng

dan rasa soto.

Jenis mi instan yang

diberikan pada

balita oleh informan

adalah Indomie rasa

goreng, indomie

rasa soto, indomie

rasa kaldu, Megah

Mie, dan mie gelas.

Jenis mi instan

yang diberikan

pada balita oleh

ibu adalah

Indomie rasa

goreng, indomie

rasa soto,

indomie rasa

kaldu, Megah

Mie, dan mie

gelas.

Menurut

keterangan

informan, Indomie

rasa goreng,

indomie rasa soto,

indomie rasa kaldu

dan mie gelas.

Selain itu, beberapa

informan juga

memberikan

Megah Mie untuk

diberikan pada

balita.

ER Mega mie dan

Indomie rasa Kaldu.

Pokoknya mi instan

yang tidak punya

minyak.

FI Indomie rasa goreng

dan soto.

SU Indomie rasa soto

dan rasa goreng

AK Indomie rasa goreng

dan soto.

HM Indomie rasa goreng

dan kari.

SA Indomie rasa soto

dan goreng.

MU Indomie rasa goreng,

kari dan soto.

Page 130: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

KA Megah Mie dan

indomie rasa soto.

SI Indomie rasa goreng

dan Mie Gelas.

MD Indomie rasa goreng

dan Indomie rasa

soto.

5 Jenis mi instan

yang paling

sering diberikan

pada balita

MA Indomie rasa goreng. Jenis mi instan yang

paling sering

diberikan pada

balita oleh informan

adalah Indomie rasa

goreng dan soto

serta merek Megah

Mie

Jenis mi instan

yang paling

sering diberikan

pada balita oleh

ibu adalah

Indomie rasa

goreng dan soto

serta merek

Megah Mie

Menurut

keterangan

informan, Indomie

rasa goreng dan

soto serta merk mi

instan yang

bernama Megah

Mie adalah mi

instan yang paling

sering diberikan

pada balita.

ER Mega Mie.

FI Indomie rasa goreng.

SU Indomie rasa Soto.

AK Indomie rasa goreng.

HM Indomie rasa goreng.

SA Indomie rasa soto.

MU Indomie rasa goreng.

KA Megah Mie.

SI Indomie rasa goreng.

MD Indomie rasa goreng.

6 Kuantitas

pemberian mi

instan pada

balita dalam

seminggu

MA Kurang lebih 4 kali

seminggu dengan

satu kali masak itu

setengah bungkus mi

instan.

Informan

memberikan mi

instan pada

balitanya minimal

satu kali seminggu

dan maksimal ada

yang memberikan

satu bungkus mi

setiap harinya

dengan sekali masak

hanya separuh

bungkus mi untuk

Pemberian mi

instan pada balita

minimal satu kali

seminggu dan

maksimal ada

yang memberikan

satu bungkus mi

setiap harinya

dengan sekali

masak hanya

separuh bungkus

mi untuk seorang

Menurut

keterangan

informan mi instan

pada balitanya

minimal satu kali

seminggu dan

maksimal ada yang

memberikan satu

bungkus mi setiap

harinya dengan

sekali masak hanya

separuh bungkus

ER Dua kali seminggu.

FI Dua kali seminggu.

SU Dua kali seminggu.

AK Dua kali seminggu.

Sebungkus itu

dimasak untuk dua

anak.

Page 131: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

HM Sekali atau lebih

dalam seminggu.

seorang balita atau

satu bungkus

diberikan kepada

dua anak.

balita atau satu

bungkus

diberikan kepada

dua anak.

mi untuk seorang

balita atau satu

bungkus diberikan

kepada dua anak. SA Lebih dari 2 kali

seminggu.

MU Kadang hanya 1 atau

dua kali seminggu.

KA Lebih dari 4 kali

seminggu tapi

sebungkus itu dibagi

dua dengan

kakaknya.

SI 7 kali seminggu tapi

sebungkus diberikan

untuk dua anak saya.

MD Sekitar 3 kali

seminggu.

7 Bahan tambahan

pada pengolahan

mi instan untuk

balita

MA Biasa ditambah telur,

sayuran seperti sawi

hijau, bakso dan juga

nasi.

Informan

mengatakan bahwa

mi instan biasanya

diolah dengan bahan

tambahan berupa

telur, sayuran

seperti sawi hijau,

bakso, dan sosis.

Konsumsi mi instan

biasanya juga

dibarengi dengan

nasi.

mi instan

biasanya diolah

dengan bahan

tambahan berupa

telur, sayuran

seperti sawi hijau,

bakso, dan sosis.

Konsumsi mi

instan biasanya

juga dibarengi

dengan nasi.

Menurut penuturan

informan, mi instan

biasanya diolah

dengan bahan

tambahan lainnya

dan dibarengi

dengan nasi.

Beberapa informan

menmabhakan telur

dan sayuran seperti

sawi hijau.

Sedangkan

informan lainnya

menambahkan

ER Sawi Hijau, bakso,

telur dan sedikit nasi.

FI Telur di makan

bersama nasi.

SU Telur .

AK Telur .

HM Telur dan sawi hijau.

SA Telur. Hanya

biasanya dikonsumsi

bersama nasi. Bila

Page 132: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

dicampur dengan

sayur, anak-anak

tidak suka.

sosis dan bakso.

MU Telur, sosis, bakso,

sawi hijau.

KA Telur dan juga

ditambahi nasi

sedikit.

SI Hanya telur dan

sedikit nasi.

MD Biasa cuma telur

dimakan bersama

nasi.

8 Tempat

memperoleh mi

instan

MA Di warung. Informan

memperoleh mi

instan dari warung,

dan Alfamart.

Mi instan dapat

diperoleh dari

warung dan

Alfaamart

Menurut informan,

mi instan dapat

diperoleh dari

warung dan

Alfamart

ER Di warung sendiri.

FI Di warung sendiri.

SU Di Alfamart atau

warung.

AK Di Alfamart dan

warung.

HM Di warung.

SA Di warung.

MU Di warung.

KA Di warung.

SI Di Alfamart.

MD Di warung.

Page 133: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

MATRIKS WAWANCARA TPG PUSKESMAS TURIKALE

No. Informasi Analisis Reduksi Intisari Interpretasi

1. Pandangan

mengenai ibu yang

memberikan mi

instan pada balia

Mi instan itu tidak

baik jika dikonsumsi

berlebihan oleh balita

karena didalamnya

mengandung bahan-

bahan pengawet dan

belum mencukupi gizi

yang dibutuhkan oleh

balita jika terlebih jika

pemberiannya tanpa

bahan tambahan

Informan mengatakan

bahwa mi instan tidak

baik untuk balita karena

mengandung bahan

pengawet dan belum

mencukupi gizi yang

dibutuhkan oleh balita

terlebih jika

pemberiannya tanpa

bahan tambahan

mi instan mengandung

bahan pengawet dan

belum mencukupi gizi

yang dibutuhkan oleh

balita terlebih jika

pemberiannya tanpa

bahan tambahan

Menurut penuturan

informan, mi instan

mengandung bahan

pengawet dan belum

mencukupi gizi yang

dibutuhkan oleh

balita terlebih jika

pemberiannya tanpa

bahan tambahan

2. Program terkait

pemberian mi

instan pada balita

Tidak pernah ada

penyuluhan yang

fokus mengenai

bahaya mi instan

namun biasa

disinggung pada saat

penyuluhan gizi balita.

Informan mengatakan

bahwa tidak ada

program yang spesifik

mengenai pemberian mi

instan pada balita

namun infromasi

mengenai hal tersebut

biasanya disampaikan

pada program

penyuluhan gizi.

Tidak ada program

yang spesifik mengenai

pemberian mi instan

pada balita namun

infromasi mengenai hal

tersebut biasanya

disampaikan pada

program penyuluhan

gizi.

Informasi dari

informan bahwa tidak

ada program yang

spesifik mengenai

pemberian mi instan

pada balita namun

infromasi mengenai

hal tersebut biasanya

disampaikan pada

program penyuluhan

gizi.

3. Nama program Penyuluhan Gizi

Seimbang

Penyuluhan Gizi

Seimbang

Penyuluhan Gizi

Seimbang

Penyuluhan Gizi

Seimbang

4. Berapa kali

program tersebut

dilaksanakan

Biasa programnya

dilaksakan bersamaan

dengan pemberian

Informan mengatakan

bahwa program Gizi

Seimbang dilaksanakan

Program Gizi Seimbang

dilaksanakan

bersamaan dengan

Berdasarkan

keterangan informan,

program Gizi

Page 134: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

imunisasi di posyandu bersamaan dengan

pemberian imunisasi di

Posyandu

pemberian imunisasi di

Posyandu

Seimbang

dilaksanakan

bersamaan dengan

pemberian imunisasi

di Posyandu

5. Cara

mensosialisasikan

program

Dengan penyuluhan Informan

mensosialisasikan

programnya dengan

penyuluhan

Program Gizi Seimbang

disosialisasikan dalam

bentuk penyuluhan

Sepenuturan

informan, program

Gizi Seimbang

disosialisasikan

dalam bentuk

penyuluhan

6. Hambatan Tidak semua ibu balita

menghadiri kegiatan

ini jadi informasinya

tidak tersebar secara

menyeluruh

Informan mengatakan

bahwa tidak semua ibu

balita menghadiri

penyuluhan Gizi

Seimbang

Tidak semua ibu balita

menghadiri penyuluhan

Gizi Seimbang

Hambatan yang

ditemui oleh

informan adalah tidak

semua ibu balita

menghadiri

penyuluhan Gizi

Seimbang

7. Hasil dan evaluasi Masih ada ibu yang

memberikan mi instan

untuk balitanya

Informan mengatakan

bahwa masih ada ibu

yang memberikan mi

instan pada balitanya

Masih ada ibu yang

memberikan mi instan

pada balitanya

Informan

menjelaskan bahwa

masih ada ibu yang

memberikan mi

instan pada balitanya

Page 135: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

MATRIKS WAWANCARA KELUARGA BALITA DI POSYANDU KELURAHAN TURIKALE

No. Informasi Informan Analisis Reduksi Intisari Interpretasi

1 Status

konsumsi mi

instan

SR Iya Sepengakuan informan

bahwa mereka adalah

pengonsumsi mi instan.

Seluruh informan

adalah pengonsumsi

mi instan

Informan adalah

pengonsumsi mi

instan NA Iya

SL Iya

AS Iya

SY Iya

SM Iya

HS Iya

AB Iya

AR Iya

MI Iya

AH Iya

2 Reaksi dan

tidakan

terhadap ibu

balita yang

memberikan

SR Saya biarkan saja,

biasanya saya

juga ikut makan

Informan mengatakan

bahwa pemberian mi

pada balita dibiarkan

saja karena anak-anak

menyukai mi instan dan

Pemberian mi pada

balita dibiarkan saja

oleh informan karena

anak-anak menyukai

mi instan dan

Menurut pengakuan

informan, pemberian

mi pada balita

dibiarkan saja oleh

informan karena NA Boleh saja yang

Page 136: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

mi instan

pada balita

penting tidak

setap hari

harganya murah namun

asalkan konsumsinya

tidak setiap hari.

Informan juga

menambahkan bahwa

urusan makanan bagi

balita diserahkan

kepada ibu balita.

harganya murah

namun asalkan

konsumsinya tidak

setiap hari. Informan

juga menambahkan

bahwa urusan

makanan bagi balita

diserahkan kepada ibu

balita.

anak-anak menyukai

mi instan dan

harganya murah

namun asalkan

konsumsinya tidak

setiap hari. Informan

juga menambahkan

bahwa urusan

makanan bagi balita

diserahkan kepada

ibu balita.

SL Dibiarkan saja

karena biasa

kalau saya makan

mi anak saya juga

sering ikut makan

AS Terserah ibunya

SY Yang penting

anak suka. Mi

juga kan murah

SM Saya biarkan,

saya juga sering

ikut makan

HS Biarkan saja

AB Berika saja, kita

juga suka mi

AR Berikan saja yang

penting jangan

sering-sering

Page 137: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

MI Sebenarnya mau

dilarang tapi dari

pada nangis

AH Mi kan disuka

sama anak-anak

jadi berikan saja

3 Persepsi

mengenai

pemberian mi

instan pada

balita

SR Yang saya lihat

anak-anak itu

suka jadi tidak

apa-apa

Informan memiliki

persepsi bahwa mi

instan rasanya enak,

murah, mudah dijumpai

dan disukai oleh anak-

anak seingga pemberian

mi instan pada balita

dibiarkan saja.

Mi instan rasanya

enak, murah, mudah

dijumpai dan disukai

oleh anak-anak

seingga pemberian mi

instan pada balita

dibiarkan saja.

Sepengakuan

informan, mi instan

rasanya enak, murah,

mudah dijumpai dan

disukai oleh anak-

anak seingga

pemberian mi instan

pada balita dibiarkan

saja.

NA Saya pernah

dengar mi instan

itu ada

pengawetnya

yang bahay bagi

kesehatan tapi

kata saudara saya

anak-anaknya

suka jadi diberika

tapi yang penting

dibatasi

SL Yang penting

anak-anak suka

AS Kalau anak-anak

suka diberikan

Page 138: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

saja

SY Berikan saja, mi

kan enak dan

murah juga

SM Kalau tidak ada

lauk beri mi saja

HS Beri saja yang

penting anak-anak

suka

AB Kalau tidak ada

makanan dirumah

masakkan mi saja

karena mi enakm,

murah dan

gampang juga

didapat

AR Beri saja yang

penting anak-anak

tidak rewel kalau

minta makanan

MI Katanya mi itu

ada zat lilinnya

jadi bahaya bagi

kesehatan tapi

dari pada anak

Page 139: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

nangis jadi beri

mi saja yang

penting jangan

sering-sering

AH Mi itu kan enak

dan disuka anak-

anak jadi berikan

saja

Page 140: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Lampiran 6

Hasil Observasi

Hasil observasi selama penelitian memperoleh gambaran bahwa

terdapat dua cara pengolahan mi instan oleh para informan. Cara pertama

yaitu dengan membuang air rebusan pertama dari mi instan yang dilakukan

dengan maksud untuk mebuang zat lilin yang bagi informan dikandung

didalam air rebusan pertama mi instan tersebut. Namun pada faktanya,

tidak terdapat zat lilin dalam air rebusan tersebut, minyak yang dalam

prasangka informan sebagai zat lilin merupakan sisa minyak pada proses

deep frying atau penggorengan mi instan. Setelah air rebusan pertama

dibuang, mi instan yang telah matang dicuci terlebih dahulu sebelum

dituang kedalam kuah mi instan yang berupa campuran air rebusan baru

dan bumbu mi instan. Informan yang melakukan cara ini mengaku hanay

memberikan mi instan yang tidak memiliki minyak, dengank kata lain

hanya mi instan rasa kaldu dari dua merek yaitu merek Indomie dan Megah

Mie.

Cara kedua yaitu dengan mengikuti saran penyajian yang berada di

belakang pembungkus mi instan.Cara ini dilakukan oleh informan yang

memberikan mi instan rasa goring ataupun yang berkuah.

Sebungkus mi instan yang diperoleh informan dari warung terdekat

dari rumahnya ataupun mini market biasanya oleh informan diber ikan

kepada dua anak sekaligus, dengan alasan anak balita tidak dapat

menghabiskan sebungkus mi instan sendirian dan untuk meminimalkan

efek samping dari mi instan.

Page 141: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

Lampiran 7

DOKUMENTASI

Bekas gatal-gatal pada lengan dan muka balita

Page 142: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …
Page 143: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …
Page 144: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …
Page 145: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …
Page 146: SKRIPSI PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MI INSTAN PADA BALITA …

RIWAYAT HIDUP

Nama : Nuraeni

NIM : K111 13 301

Tempat, Tanggal Lahir : Maros, 26 Februari 1996

Agama : Islam

Suku : Makassar

Alamat : Jl. Samudera Soreang, Maros

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. SDN 49 INPRES Soreang tahun 2001-2007

2. SMPN 2 Maros tahun 2007-2010

3. SMAN 3 Maros tahun 2010-2013

4. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin 2013-2017

Riwayat Organisasi :

1. KM FKM Universitas Hasanuddin

2. Himpunan Mahasiswa Islam Kom. FKM Uiversitas Hasanuddin

3. Lingkar Advokasi Mahasiswa Universitas Hasanuddin

4. Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia

5. Liga Mahasiswa untuk Demokrasi

Lampiran 8