skripsi perbankan 4

76
viii PERBADIGA MODEL CAPM DEGA APT DALAM MEMPREDIKSI IMBALA SAHAM IDUSTRI PERTAMBAGA DI BURSA EFEK IDOESIA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi OLEH M. IMAM MUSLIH NIM 04110186

Upload: therisingstar

Post on 14-Jun-2015

1.085 views

Category:

Documents


28 download

TRANSCRIPT

Page 1: skripsi perbankan 4

viii

PERBA�DI�GA� MODEL CAPM DE�GA� APT DALAM MEMPREDIKSI

IMBALA� SAHAM I�DUSTRI PERTAMBA�GA� DI BURSA EFEK

I�DO�ESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

OLEH

M. IMAM MUSLIH

NIM 04110186

Page 2: skripsi perbankan 4

ASIA� BA�KI�G FI�A�CE A�D I�FORMATICS I�STITUTE PERBA�AS

JAKARTA

PROGRAM STUDI AKU�TA�SI

2008

ASIA� BA�KI�G FI�A�CE A�D I�FORMATICS I�STITUTE

PERBA�AS JAKARTA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERSETUJUA�

Skripsi yang berjudul

PERBA�DI�GA� MODEL CAPM DE�GA� APT DALAM MEMPREDIKSI

IMBALA� SAHAM I�DUSTRI PERTAMBA�GA� DI BURSA EFEK

I�DO�ESIA

Oleh:

Nama : M. Imam Muslih

NIM : 04110186

Program Studi : S1-Akuntansi

telah disetujui untuk diujikan

Page 3: skripsi perbankan 4

Jakarta, November 2008

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi, Dosen Pembimbing Skripsi,

Niko Silitonga S.E., M.M Dra. Wiwiek Prihandini Ak., M.M.

ASIA� BA�KI�G FI�A�CE A�D I�FORMATICS I�STITUTE

PERBA�AS JAKARTA

PROGRAM STUDI AKU�TA�SI

PE�GESAHA�

Skripsi yang berjudul

PERBA�DI�GA� MODEL CAPM DE�GA� APT DALAM MEMPREDIKSI

IMBALA� SAHAM I�DUSTRI PERTAMBA�GA� DI BURSA EFEK

I�DO�ESIA

telah dipertahankan di hadapan Sidang Tim Penguji Skripsi

pada

Hari :

Tanggal :

Waktu :

oleh

Page 4: skripsi perbankan 4

Nama : M. Imam Muslih

NIM : 04110186

DAN YANG BERSANGKUTAN DINYATAKAN LULUS

Tim Penguji Skripsi

Ketua Sidang : ………………………………………… ………………

Anggota : ………………………………………… ………………

Anggota : ………………………………………… ………………

Mengetahui

Ketua Program Studi Akuntansi

Niko Silitonga S.E., M.M

ASIA� BA�KI�G FI�A�CE A�D I�FORMATICS I�STITUTE

PERBA�AS JAKARTA

PROGRAM STUDI AKU�TA�SI

PER�YATAA�

Page 5: skripsi perbankan 4

Seluruh isi dan materi skripsi ini menjadi tanggung jawab

penyusun sepenuhnya.

Jakarta, November 2008

Penyusun

M. Imam Muslih

04110186

ABSTRAK

M. Imam Muslih. 04110186. PERBA�DI�GA� MODEL CAPM DA� APT

DALAM MEMPREDIKSI IMBALA� SAHAM I�DUSTRI PERTAMBA�GA� DI BURSA EFEK I�DO�ESIA. Skripsi. Jakarta : Asian Banking Finance And

Informatics Institute Perbanas Jakarta. November 2008.

Page 6: skripsi perbankan 4

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan model CAPM dan model APT

dalam memprediksi imbalan saham industri pertambangan di Bursa Efek Indonesia.

Data yang digunakan adalah harga saham penutupan, capital gain dan dividen yield pada

tahun 2005-2007, IHSG, inflasi bulanan, tingkat suku bunga BI rate bulanan, dan nilai

tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Penelitian ini mengambil populasi pada

perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian

ini menggunakan data sekunder dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa

Efek Indonesia. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS

versi 13.0 dengan level signifikansi yang ditetapkan (α) sebesar 5%. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pada model CAPM, nilai adjusted R2 berkisar antara 6.7% hingga

33.9%. Untuk F-test, faktor premi pasar tidak berpengaruh signifikan terhadap imbalan

saham hanya pada perusahaan PTBA, karena nilai risiko keputusan > level signifikansi

5%. Sedangkan pada model APT, faktor makroekonomi tidak dapat menjelaskan

imbalan saham perusahaan. Hal ini terlihat dari nilai adjusted R2 terbesar yang hanya

sebesar 17.4%. Dari hasil t-test, hanya perubahan nilai tukar yang merupakan faktor

yang signifikan dalam memprediksi imbalan saham ANTM dan APEX. Hal ini terlihat

dari nilai risiko keputusan yang lebih kecil dari level signifikansinya. Dari hasil uji

perbandingan diperoleh hasil bahwa selisih rata-rata F-test untuk model CAPM lebih

baik sebesar 6.6623 dibandingkan model APT. Dan selisih rata-rata adjusted R2 untuk

model CAPM lebih baik sebesar 0.1141. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model

CAPM lebih baik daripada model APT dalam memprediksi imbalan saham perusahaan

pertambangan.

Page 7: skripsi perbankan 4

KATA PE�GA�TAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

nikmat dan kasih sayang yang tiada terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Strata-1 Jurusan Akuntansi di ABFI Institut Perbanas Jakarta.

Berhasilnya penulis menyelesaikan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan beberapa pihak baik bantuan moril maupun materiil. Untuk itu

perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Kedua orangtuaku yang tiada henti-hentinya mendoakan dan memberikan semangat

penuh baik waktu maupun materi untuk keberhasilan putra keduanya.

2. Bapak Dr. Cyrillus Harinowo, selaku ketua ABFI Institut Perbanas Jakarta.

3. Bapak Niko Silitonga S.E., M.M., Ketua program studi Akuntansi ABFI Institut

Perbanas Jakarta.

Page 8: skripsi perbankan 4

4. Ibu Dra. Wiwiek Prihandini Ak., M.M., Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran dalam memberikan bimbingan dan

saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Andayani Saputra B. Com, Pembimbing Akademik penulis

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Jakarta yang

telah mengajarkan ilmunya kepada penulis.

7. Adik-adikku tersayang Sesit dan Jeky serta bang Ardi Yanto S.E & istri. yang selalu

menghadirkan kehangatan dalam keluarga.

8. Teman – teman sekampung: Kontras, Scenk, Juru, sersan Nodo, Basir, Daruz, sersan

Icol, Budi Maksudi, de Oliph, mba Opie, Nutan yang tak ada kabar, ustadz Zaini,

Vampir, dan semua temen yang selalu hadir dari SDN 1 Gumalar sampe SMA 1

Slawi yang sudah melanglang buana ke seluruh kota di Indonesia.

9. Temen2 gokil sekampuz: Sandy, De2n, Dayat, N’cek, Platuck, Agus, Said, Viddy,

Djawa, Yanto, Manda, Youlee, Ari, Maria, Jerie, Ucup, Anggih, Yudist, Ayu, Dian

dan yang laen, khususnya nak2 angkatan 2004.

10. Temen – temen yang tergabung dalam Total Chaos yang berubah dalam Evolution

Chaos terus menjadi Koes Ploes dan kemudian Rhoma Irama dan terakhir menjadi

Rocker Irama, akhirnya kita bisa peringkat tiga, I will miss the moment..!!

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dari skripsi ini namun semoga tetap

dapat bermanfaat bagi seluruh pembacanya, amin.

Jakarta, November 2008

Page 9: skripsi perbankan 4

Penulis,

M. Imam Muslih

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Penelitian 1

1.2 Identifikasi Masalah 5

1.3 Perumusan Masalah 5

1.4 Pembatasan Masalah 6

1.5 Tujuan Penelitian 7

1.6 Manfaat Penelitian 7

1.7 Sistematika Penulisan 8

BAB II LANDASAN TEORI 10

2.1 Pasar Modal 10

2.1.1 Definisi Pasar Modal 10

Page 10: skripsi perbankan 4

2.1.2 Jenis – jenis Pasar Modal 12

2.2 Investasi 13

2.2.1 Definisi Investasi 13

2.2.2 Proses Investasi 14

2.3 Analisis Portofolio 15

2.3.1 Portofolio Yang Efisien 16

2.4 Risiko Investasi Pada Pasar Modal 16

2.4.1 Jenis – jenis Risiko Investasi 17

2.5 Return Saham Dan Pengukurannya 19

2.6 Model Penilaian Aset Modal (Capital Asset Pricing Mod l - CAPM) 21

2.6.1 Garis Pasar Sekuritas (SML) 24

2.6.2 Garis Pasar Modal (CML) 25

2.7 Teori Arbitrase Harga (Arbitrage Pricing Theori - APT) 26

2.7.1 Perubahan Tingkat Inflasi 28

2.6.2 Perubahan Tingkat Suku Bunga BI Rate 30

2.6.3 Perubahan Nilai Tukar Atau Kurs 31

2.8 Penelitian – Penelitian Sebelumnya 32

2.9 Kerangka Pemikiran 34

2.10 Spesifikasi Model 37

2.11 Hipotesis Penelitian 38

BAB III METODE PENELITIAN 39

3.1 Metode Yang Digunakan 39

3.2 Opersionalisasi Variabel 40

3.3 Populasi Dan Sampel 41

3.4 Metode Pengumpulan Data 43

3.5 Pengujian Hipotesis 43

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 49

4.1 Deskripsi Variabel Makro 49

4.2 Deskripsi Imbalan Saham 51

4.3 Pengaruh Premi Pasar Terhadap Premi Saham Pada Model CAPM 52

4.3.1 Uji Asumsi Klasik: Normalitas 52

4.3.2 Uji Asumsi Klasik: Autokorelasi 53

4.3.3 Uji Asumsi Klasik: Heteroskedastisitas 54

4.3.4 Uji Statistik: Kekuatan Model CAPM (R2) 55

4.3.5 Uji Statistik: Pengaruh Variabel Premi Pasar terhadap

Imbalan Saham (F-test) 56

4.3.6 Uji Statistik : Pengaruh Premi Pasar terhadap Imbalan

Saham (t-test) 57

4.4 Pengaruh Pertumbuhan Inflasi, BI Rate, Kurs terhadap Premi Pasar

dalam Teori Arbitrase Harga (APT) 58

4.4.1 Uji Asumsi Klasik: Uji Normalitas 58

4.4.2 Uji Asumsi Klasik: Uji Multikolinearitas 58

4.4.3 Uji Asumsi Klasik: Autokorelasi 59

4.4.4 Uji Asumsi Klasik: Uji Heteroskedastisitas 60

Page 11: skripsi perbankan 4

4.4.5 Uji Statistik : Kekuatan Model APT (R2) 62

4.4.6 Uji Statistik: Pengaruh Variabel Inflasi, BI rate, Kurs Terhadap

Imbalan saham Secara Bersama-Sama (F-test) 63

4.4.7 Uji Statistik : Pengaruh Variabel Inflasi, BI rate, Kurs Terhadap

Imbalan Saham (t-test) 64

4.5 Perbandingan Model Penilaian Aset Modal (CAPM) dengan Teori

Arbitrase Harga (APT) dalam Mempengaruhi Imbalan Saham 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 68

5.1 Kesimpulan 68

5.2 Saran 69

DAFTAR PUSTAKA 71

LAMPIRAN 73

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: skripsi perbankan 4

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Definisi Operasional variabel 40

3.2 Data Perusahaan Yang Digunakan Sebagai Sampel 42

4.1 Deskripsi Variabel Makro 49

4.2 Deskripsi Imbalan Saham, Imbalan Pasar, Dan Imbalan Bebas Risiko 51

4.3 Hasil Uji Normalitas 52

4.4 Hasil Uji Autokorelasi 53

4.5 Uji Koefisien Determinasi 55

4.6 Hasil Uji Model Regresi (F-Test) 56

4.7 Hasil Uji Hipotesis (t-test) 57

4.8 Hasil Uji Normalitas 58

4.9 Hasil Uji Multikolinearitas 59

4.10 Hasil Uji Autokorelasi 60

4.11 Uji Koefisien Determinasi 62

4.12 Hasil Uji Model Regresi (F-test) 63

Page 13: skripsi perbankan 4

4.13 Hasil Uji Hipotesis (t-test) 64

4.14 Paired Sample t test untuk F-test 66

4.15 Paired Sample t Test untuk Adjusted R2

66

Page 14: skripsi perbankan 4

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Penelitian 36

4.1 Pergerakan Variabel Makroekonomi 50

4.2 Scatterplot Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas 54

4.3 Scatterplot Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas 61

Page 15: skripsi perbankan 4

BAB I

PE�DAHULUA�

I.1 Latar Belakang Penelitian

Salah satu media investasi adalah pasar modal. Pasar modal merupakan pasar

untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik

dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Pasar modal memiliki fungsi ekonomi

sebagai fasilitas untuk mengalokasikan dana dari pihak-pihak yang memiliki kelebihan

dana (excess liquidity) kepada pihak yang membutuhkan dana (shortage liquidity).

Berbagai instrumen yang diperdagangkan dalam pasar modal mulai dari saham,

obligasi, reksadana, serta berbagai produk derivatif lainnya seperti options, warrant dan

sebagainya. Instrumen yang lebih sering diperdagangkan dalam pasar modal adalah

saham, yaitu suatu penyertaan atau kepemilikan seseorang atau suatu badan dalam suatu

perusahaan.

Pergerakan pasar modal menjadi salah satu indikator penting dari pergerakan

perekonomian suatu negara, di samping itu juga menjadi salah satu sumber permodalan

yang sangat potensial bagi dunia usaha. Dalam pergerakan pasar modal ini,

Page 16: skripsi perbankan 4

perdagangan saham merupakan salah satu elemen yang terpenting, sehingga

memberdayakan masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam pergerakan pasar modal,

khususnya sangatlah penting untuk digalakkan.

Pada pasar modal banyak alternatif investasi pada saham yang dapat dipilih

sesuai dengan preferensi risiko investor. Namun banyak masyarakat yang belum

memanfaatkan pasar modal untuk memaksimalkan pendapatannya dari dana yang

menganggur yang ada pada mereka. Hal tersebut umumnya disebabkan oleh

ketidakmengertian masyarakat dalam proses pasar modal serta kurangnya pemahaman

dalam menganalisa tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk) dalam pasar modal.

Risiko itu sendiri merupakan ketidakpastian dalam imbalan yang diharapkan yang

diukur dengan varians dari tingkat imbalan yang diharapkan.

Dalam berinvestasi pada pasar modal, ada dua hal yang akan dihadapi oleh

investor, yaitu tingkat keuntungan yang diharapkan dan tingkat risiko. Unsur risiko

selalu melekat dalam dunia investasi. Dengan adanya risiko ini, investor akan

mengalami atau menerima keuntungan yang tidak sesuai harapan sehingga

mengakibatkan timbulnya penyimpangan – penyimpangan yang sering disebut

ketidakpastian (uncertainty). Dalam penelitian (Apollo Daito: 2005), menyebutkan

bahwa only liqidity variable significantly influenced market risks while the others

influenced insignificanly the market risks. Menurut Francis (1988) dalam Agus Sumanto

menyebutkan risiko ada dua macam, yaitu risiko sitematis dan risiko tidak sitematis.

Risiko sitematis adalah risiko yang dialami oleh semua investasi tanpa terkecuali. Oleh

karena itu risiko ini dinamakan juga risiko pasar (market risk). Sedangkan risiko tidak

sitematis adalah risiko yang hanya dialami oleh investasi tersebut, yang bisa disebabkan

oleh faktor manajemen, ciri khusus jenis industri, jenis persaingan usaha.

Ada dua macam model yang yang populer yang dapat digunakan dalam dalam

memrediksi imbalan saham yang diharapkan. Kedua model ini populer karena

Page 17: skripsi perbankan 4

kemudahan dalam aplikasi serta asumsi yang mendasari kedua model ini. Kedua model

ini adalah capital asset pricing model (CAPM) dan arbitrage pricing theory (APT).

Dalam memprediksi pendapatan saham yang diharapkan, ada dua model yang sering

kali digunakan para investor yaitu CAPM dan APT. Kedua model ini sampai saat ini

masih menjadi perdebatan para ahli manajemen keuangan tentang ketepatan model

tersebut dalam memprediksi tingkat pendapatan suatu saham (Madyan : 2004).

Model pertama adalah capital asset pricing model (CAPM). Model ini

diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe, Lientner dan Mossin pada tahun 1960an. Model ini

mengasumsikan bahwa imbalan saham dipengaruhi oleh satu faktor, yaitu premi risiko

pasar. Model ini didasarkan pada adanya dalil bahwa tingkat pengembalian yang

diharapkan dari suatu saham adalah sama dengan tingkat pengembalian bebas risiko

plus premi risiko yang hanya tinggal mencerminkan risiko yang tersisa setelah

dilakukan diversifikasi (Eugene F. Brigham: 2006). CAPM mempunyai validitas yang

tinggi sebagai alat pemrediksi return saham satu tahun ke depan, tetapi tidak valid jika

data yang digunakan pada saat pasar berada dalam gejolak yang tinggi (Agus Sumanto:

2005)

Model yang kedua adalah arbitrage pricing theoryl (APT). Model ini

dikemukakan oleh Stephen Ross. Model APT dianggap lebih baik dari pada CAPM.

Jika CAPM memerlukan banyak asumsi maka sebaliknya APT lebih sedikit asumsi.

Asumsi utama dari APT adalah setiap investor, yang memiliki peluang untuk

meningkatkan return portofolionya tanpa meningkatkan risikonya, akan memanfaatkan

peluang tersebut. Pada model APT faktor – faktor makro ekonomi seperti inflasi, tingkat

suku bunga, nilai tukar mata uang turut diperhitungkan dalam memprediksi return

saham. Meningkatnya laju inflasi bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi dapat

meningkatkan pendapatan dan di sisi lain akan meningkatkat biaya yang dikeluarkan

perusahaan. Jika peningkatan biaya lebih besar daripada peningkatan pendapatan maka

Page 18: skripsi perbankan 4

laba perusahaan akan menurun. Perubahan kurs mata uang akan mempengaruhi iklim

investasi karena perubahan kurs mata uang akan mempengaruhi perdagangan antar

negara. Tingkat suku bunga dijadikan patokan dalam perbandingan imbalan investasi

bila diinvestasikan pada sektor lain. Jika tingkat pengembalian investasi lebih tinggi dari

pada tingkat suku bunga maka investasi tersebut layak diterima.

Penelitian – penelitian sebelumnya telah banyak dilakukan yang mengarah pada

perbandingan kedua model ini. Penelitian yang dilakukan Ario Dwi Hartanto (2007),

mengemukakan bahwa model CAPM merupakan model yang lebih baik untuk menduga

imbalan saham dari pada model APT. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh

Muhammad Madyan (2004) yang mengemukakan bahwa model CAPM maupun APT

masih kurang akurat dalam memprediksi pendapatan saham industri manufaktur

sebelum dan semasa krisis ekonomi. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang perbandingan model CAPM dengan APT dan

tulisan ini diberi judul “Perbandingan model CAPM dengan APT dalam

memprediksi imbalan saham industri pertambangan di bursa efek Indonesia”.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam berinvestasi, baik dalam aset keuangan maupun aset riil seseorang atau

perusahaan pasti akan mengharapkan pengembalian atas investasinya. Dalam investasi

pada aset keuangan khususnya saham ada dua model untuk memrediksi tingkat

pengembalian investasi. Model yang pertama yaitu model CAPM, model ini

mengasumsikan bahwa tingkat pengembalian saham dipengaruhi satu faktor yaitu premi

risiko pasar. Model yang kedua yaitu model APT, model ini mengasumsikan jika

investor memiliki peluang untuk meningkatkan tingkat pengembalian tanpa

meningkatkan risiko maka investor tersebut akan memanfaatkan peluang tersebut.

Sehingga dalam model APT ini faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat

Page 19: skripsi perbankan 4

pengembalian saham lebih banyak dari pada model CAPM. Kedua model tersebut pada

dasarnya dapat memprediksi tingkat pengembalian yang diharapkan investor, namun

berbeda dalam variabel yang digunakan.

I.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh faktor premi risiko pasar terhadap imbalan saham pada

model CAPM?

2. Apakah ada pengaruh faktor makroekonomi (perubahan inflasi, tingkat suku

bunga SBI, nilai tukar) terhadap imbalan saham pada model APT?

3. Apakah ada perbedaan rata – rata antara faktor premi risiko pasar dalam model

CAPM dengan faktor makro ekonomi (perubahan inflasi, tingkat suku bunga,

nilai tukar) dalam model APT terhadap imbalan saham?

I.4 Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya lingkup penelitian ini, maka penulis membatasi penelitian yang

dilakukan.Dan pembatasan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan saham amat banyak,

maka dalam pembahasan penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada

variabel-variabel tertentu (premi risiko pasar, perubahan inflasi, perubahan

tingkat suku bunga SBI, perubahan nilai tukar terhadap dollar Amerika, dan

return saham bulanan pada beberapa saham di Bursa Efek Indonesia).

2. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi hanya pada perusahaan-perusahaan sektor

industri pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel

perusahaan ditentukan menggunakan teknik purposive sampling (sampel

bersyarat), yaitu perusahaan-perusahaan yang memenuhi syarat antara lain :

Page 20: skripsi perbankan 4

a. perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang

mempunyai data keuangan yang lengkap dan dapat diandalkan kebenarannya

pada tahun 2005-2007.

b. saham – saham perusahan yang masuk dalam industri pertambangan selama

periode waktu tahun 2005-2007 secara berturut-turut dan konsisten

I.5 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh faktor premi pasar terhadap yang imbalan saham pada

model CAPM.

2. Mengetahui pengaruh faktor-faktor makroekonomi (perubahan inflasi, tingkat

suku bunga) terhadap imbalan saham pada model APT

3. Mengetahui perbedaan rata – rata antara faktor premi risiko pasar dalam model

CAPM dengan faktor makro ekonomi (perubahan inflasi, tingkat suku bunga,

nilai tukar) dalam model APT terhadap imnbalan saham.

I.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan pertimbangan seorang

investor dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi khususnya

investasi saham pada sektor pertambangan.

2. Bagi Perusahaan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan

untuk dapat meningkatkan kinerja sehingga dapat meningkatkan harga saham

ataupun imbalan sahamnya di pasar modal.

3. Bagi Peneliti dan Pihak Lain

Page 21: skripsi perbankan 4

Penelitian ini merupakan penerapan dari ilmu ekonomi khususnya manajemen

keuangan yang telah didapat dari proses belajar penulis sehingga menambah

wawasan penulis mengenai bagaimana penerapan teori dengan praktek yang

sebenarnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan dan

digunakan sebagai acuan penelitian lebih lanjut ataupun peneliti sejenis nantinya

I.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bagian, yang

terdiri dari lima bab yang masing-masing terdiri dari sub bagian yang berkaitan.

Penyusunan bab penelitian secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, perumusan, pembatasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menjabarkan teori-teori mengenai pasar

modal, investasi, analisis portofolio, risiko investasi, return saham dan

return pasar serta pengukurannya, CAPM, garis pasar sekuritas, garis

pasar modal, APT, perubahan inflasi, perubahan tingkat suku bunga,

perubahan kurs, penelitian – penelitian sebelumnya, kerangka

pemikiran, spesifikasi model dan hipotesis penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang jenis penelitian yang digunakan, populasi

dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, model penelitian yang

digunakan, definsi operasional variabel, hipotesis, teknik analisis data.

BAB IV : ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

Page 22: skripsi perbankan 4

Bab ini berisikan penjelasan umum tentang pasar modal dan analisa

tentang deskripsi variabel makro, deskripsi imbalan saham perusahaan,

pengaruh premi pasar terhadap premi saham, pengaruh perubahan

inflasi, BI rate, nilai tukar, serta perbandingan model CAPM dan APT.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan Bab penutup yang memberikan kesimpulan dari hasil

penelitian yang dilakukan penulis. Dan memberikan saran-saran yang

konstruktif yang dapat membangun dan bermanfaat bagi usaha-usaha

penelitian lebih lanjut.

Page 23: skripsi perbankan 4

BAB II

LA�DASA� TEORI

2.1 Pasar Modal

2.1.1 Definisi Pasar Modal

Banyak para pakar yang mendefinisikan pasar modal, dari definisi – definisi

tersebut sebenarnya mempunyai makna yang tidak berbeda walaupun dituangkan kedalam

tata bahasa yang berbeda. Pengertian pasar modal menurut Menteri Keuangan RI No.

1548/KMK/90, tentang peraturan pasar modal, dikutip dari Sunariyah (2000:5) adalah

suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank dan

semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga

yang beredar. Menurut David L. Scott yang dikutip dari Dahlan Siamat (2004:249)

pasar modal adalah pasar untuk dana jangka panjang di mana saham biasa, saham

preferen dan obligasi diperdagangkan. Sedangkan menurut Brigham dan Houston

(2004:150), adalah pasar untuk saham – saham jangka panjang dan jangka menengah

perusahaan.

Dari definisi – definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pasar modal

merupakan pasar dimana dana jangka panjang diperjualbelikan. Adanya pasar modal

Page 24: skripsi perbankan 4

disebabkan oleh adanya pihak yang kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana.

Pihak yang kekurangan dana dapat menerbitkan surat berharga yang berupa saham

maupun obligasi yang bersifat jangka panjang. Sehingga pasar modal itu sendiri

merupakan media yang mempertemukan pihak yang kekurangan dan kelebihan dana.

Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara. Hampir semua

negara mempunyai pasar modal. Menurut Sunariyah (2000:7), seberapa besar peranan

pasar modal pada suatu negara dapat di lihat dari 5 (lima) aspek berikut ini:

1. sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual untuk

menetukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.

2. pasar modal memberikan kesempatan kepada para investor untuk memperoleh

hasil (return) yang diharapkan.

3. pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali

saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.

4. pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi

dalam perkembangan suatu perekonomian.

5. pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.

2.1.2 Jenis – jenis Pasar Modal

Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal di

mana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Menurut Sunariyah (2000:13), jenis pasar

modal tersebut ada 4 macam.

a. Pasar Perdana (Primary Market/Penawaran Umum/Initial Public Offering)

Page 25: skripsi perbankan 4

Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan

saham atau emiten kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak yang

menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.

b. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati masa

penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder merupakan pasar di mana saham

dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar

perdana.

c. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa

(over the counter market). Di Indonesia pasar ketiga ini disebut bursa paralel yang

mencakup perdagangan efek, aturan main, perdagangan yang terjadi di luar BEI,

bentuknya pasar sekunder, diatur dan diselenggarakan oleh PPUE (Perserikatan

Perdagangan Uang dan Efek-efek), diawasi dan dibina oleh Bapepam.

d. Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor atau

pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainya tanpa melalui

perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan ini biasanya dilakukan

dalam jumlah yang besar (Block Sale).

2.2 Investasi

2.2.1 Definisi Investasi

Banyak pakar mendefinisikan investasi, dari definisi tersebut mempunyai makna

yang sama tetapi dengan kata – kata yang berbeda. Menurut Sharpe yang diterjemahkan

Page 26: skripsi perbankan 4

oleh Pristina Hermastuti (2005: 1) investasi dalam arti luas, berarti mengorbankan dolar

sekarang untuk dolar pada masa depan. Sedangkan menurut Halim (2003: 2) investasi

pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini untuk memperoleh

keuntungan di masa datang.

Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa dengan berinvestasi, seorang individu

ataupun perusahaan akan membelanjakan uangnya saat ini dengan berharap akan

mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa mendatang. Investasi dapat

dilakukan pada aset riil (real assets) seperti tanah, bangunan, emas atau pada aset

keuangan (financial assets) seperti saham dan obligasi. Aset riil itu sendiri digunakan

untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Sedangkan aset

keuangan merupakan klaim atas laba yang dihasilkan oleh aset riil. Pada penelitian ini

penulis hanya membahas investasi pada aset keuangan (financial assets) lebih

khususnya adalah saham.

2.2.2 Proses Investasi

Dalam melakukan sesuatu hal pasti akan ada proses, begitu juga dalam

berinvestasi. Proses investasi menunjukan bagaimana seharusnya investor membuat

keputusan investasi pada efek – efek yang bisa dipasarkan, dan kapan dilakukan.

Menurut Halim (2003: 2), dalam proses investasi diperlukan tahapan sebagai berikut:

1. menentukan tujuan investasi

Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu tingkat

pengembalian yang diharapkan, tingkat risiko, dan ketersediaan dana yang akan

diinvestasikan.

2. melakukan analisis

Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau

sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk mengidentifikasi

Page 27: skripsi perbankan 4

efek yang salah harga (mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu

rendah.

3. melakukan pembentukan portofolio

Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek – efek mana yang akan

dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing – masing

efek tersebut. Efek yang dipilih dalam rangka pembentukan portofolio adalah

efek – efek yang mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan

yang berlawanan. Hal ini dilakukan karena dapat memperkecil risiko.

4. melakukan evaluasi kinerja portofolio

Dalam tahap ini dilakukan evaluasi atas kinerja portofolio yang telah dibentuk,

baik terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan maupun terhadap risiko yang

ditanggung. Sebagai tolok ukur digunakan dua cara, yaitu: pertama measurement

adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar assets yang telah ditanamkan

dalam portofolio tersebut, misalnya dengan menggunakan rate of return. Kedua

comparison adalah penilaian atas dasar pembandingan atas dua set portofolio

yang memiliki risiko yang sama.

5. melakukan revisi kinerja portofolio

Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio. Dari

hasil evaluasi inilah dilakukan revisi (perubahan) terhadap efek – efek yang

membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang

sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya rate of return

lebih rendah dari yang disyaratkan.

2.3 Analisis Portofolio

Menurut Halim (2003:50), portofolio merupakan kombinasi atau gabungan atau

sekumpulan assets, baik berupa real assets maupun financial assets yang dimiliki oleh

Page 28: skripsi perbankan 4

investor. Tujuan dari pembentukan portofolio adalah untuk mengurangi risiko dengan

cara diversifikasi, yaitu menyebarkan sejumlah dana pada berbagai alternatif investasi

tentunya investasi tersebut berkorelasi negatif. Portofolio diperlukan guna

memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan risiko dengan cara mengombinasikan

investasinya pada beberapa assets.

2.3.1 Portofolio yang Efisien

Menurut Halim (2003:50), investor dapat menentukan kombinasi dari efek-efek

untuk membentuk portofolio, baik yang efisien maupun yang tidak efisien. Dalam hal

ini yang terpenting bagi investor adalah bagaimana menentukan portofolio yang dapat

memberikan tingkat keuntungan yang sama dengan risiko yang lebih rendah, atau

dengan risiko yang sama memberikan tingkat keuntungan yang lebih tinggi.

2.4 Risiko Investasi Pada Pasar Modal

Dalam konteks manajemen investasi, risiko merupakan besarnya penyimpangan

antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat

pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return). Semakin besar

penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya.

Apabila risiko dinyatakan sebagai seberapa jauh hasil yang diperoleh bisa

menyimpang dari hasil yang diharapkan, maka digunakan ukuran penyebaran. Alat

statistik yang digunakan sebagai ukuran penyebaran tersebut adalah varians atau deviasi

standar. Apabila dikaitkan dengan preferensi investor , maka investor dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

1. investor yang suka terhadap risiko (risk seeker)

Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker) merupakan investor yang

apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat

pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia lebih suka

Page 29: skripsi perbankan 4

mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar. Biasanya investor jenis ini

bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi.

2. Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality)

Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality) menilai prospek berisiko

hanya dari imbal hasil yang diharapkannya. Tingkat risiko tidak relevan bagi

investor yang netral terhadap risikoyang berarti tidak ada tuntutan imbalan dari

risiko yang ditanggung. Bagi investor ini, tingkat ekuivalen kepastian suatu

portofolio sama saja dengan tingkat imbal hasil yang diharapkan.

3. Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter)

Investor yang tidak suka terhadap risiko (risk averter) merupakan investor yang

apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan imbalan yang

sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi

dengan risiko yang lebih kecil. Biasanya investor jenis ini cenderung selalu

mempertimbangkan secara matang dan terencana atas keputusan investasinya.

2.4.1 Jenis – jenis Risiko Investasi

Bila seorang individu maupun perusahaan melakukan investasi maka akan

dihadapkan pada risiko. Dalam konteks portofolio risiko dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. risiko sistematis (systematic risk)

2. risiko tidak sistematis (unsystematic risk)

Risiko sistematis (systematic risk) merupakan risiko yang tidak dapat

dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh

faktor – faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Misalnya

adanya perubahan tingkat suku bunga, kurs valas, kebijakan pemerintah. Sehingga

sifatnya umum dan berlaku bagi semua saham dalam bursa saham yang bersangkutan.

Risiko ini juga disebut undiversifiable risk.

Page 30: skripsi perbankan 4

Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) merupakan risiko yang dapat

dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya ada dalam satu

perusahaan atau industri tertentu. Fluktusi risiko ini besarnya berbeda – beda antara satu

saham dengan saham lainnya. Karena perbedaan itulah maka masing – masing saham

memiliki tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar. Misalnya

struktur modal, struktur assets, tingkat likuiditas, tingkat keuntungan. Risiko ini juga

disebut divesifiable risk.

Ada beberapa jenis risiko investasi yang mungkin timbul dan perlu

dipertimbangkan dalam membuat keputusan investasi. Menurut Halim (2003: 47), risiko

tersebut adalah sebagai berikut:

1. risiko bisnis (business risk), merupakan risiko yang timbul akibat menurunnya

profitabilitas perusahaan emiten.

2. risiko likuiditas (liquidity risk), risiko ini berkaitan dengan kemampuan saham

yang bersangkutan untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian

yang berarti.

3. risiko tingkat bunga (interest rate risk), merupakan risiko yang timbul akibat

perubahan tingkat bunga yang berlaku di pasar. Biasanya risiko ini berjalan

berlawanan dengan harga-harga instrumen pasar modal.

4. risiko pasar (market risk), merupakan risiko yang timbul akibat kondisi

perekonomian negara yang berubah-ubah yang dipengaruhi oleh resesi dan kondisi

perekonomian lain. Ketika security market index meningkat secara terus-menerus

selama jangka waktu tertentu, trend yang menaik ini disebut bull market.

Sebaliknya, ketika security market index menurun secara terus-menerus selama

jangka waktu tertentu, trend yang menurun ini disebut bear market. Dengan

kekuatan bull market dan bear market ini cenderung mempengaruhi semua saham

secara sistematis, sehingga imbalan pasar menjadi berfluktuasi.

Page 31: skripsi perbankan 4

5. risiko daya beli (purchasing power-risk), merupakan risiko yang timbul akibat

pengaruh perubahan tingkat inflasi, di mana perubahan ini akan menyebabkan

berkurangnya daya beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh

dari investasi. Sehingga menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil.

6. risiko mata uang (currency risk), merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh

perubahan nilai tukar mata uang domestik (misalnya rupiah) dengan mata uang

negara lain (misalnya dollar Amerika).

2.5 Return Saham Dan Pengukurannya

Dalam melakukan investasi seorang investor mengharapkan tingkat

pengembalian tertentu sebagai imbalan dan mengambil risiko tertentu. Dalam konteks

manajemen investasi, return merupakan imbalan yang diperoleh dari investasi. Return

ini dibedakan menjadi dua, pertama return yang telah terjadi (actual return) yang

dihitung berdasarkan data histories, kedua return yang diharapkan (expected return)

akan diperoleh investor di masa yang akan datang. Menurut Halim (2003: 30),

komponen return meliputi:

a. capital gain (loss) merupaka keuntungan (kerugian) bagi investor yang

diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) diatas harga beli (harga jual)

yang keduanya terjadi di pasar sekunder.

b. Yield merupakan pendapatan atau aliran kas yang diterima investor yang

diterima investor secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield

dinyatakan dari persentase dari modal yang ditanamkan.

Dari kedua komponen imbalan tersebut, selanjutnya dapat dihitung Return Total

dan Rate of Return sebagai berikut:

Page 32: skripsi perbankan 4

Return Total = capital gain (Loss) + dividend yield

Sehingga Rate of Return saham adalah sebagai berikut:

Cash Payment Received + Price Change Over the Period

Purchase Price of The Security

Sedangkan menurut Untung Wahyudi (2002) rate of return pasar dalam bentuk

formula sebagai berikut:

Di mana :

Rm : return pasar

Lt : indeks harga saham gabungan pada periode t

L t-1 : indeks harga saham gabungan pada periode sebelumnya (t-1)

2.6 Model Penilaian Aset Modal (Capital Asset Pricing Model - CAPM)

Model Penilaian harga aset modal merupakan sebuah alat untuk memprediksi

keseimbangan imbal hasil dari suatu aset berisiko. Dalam Bodie (2006: 356),

menginformasikan bahwa Markowitz meletakan fondasi manajemen portofolio modern

pada tahun 1952. Kemudian CAPM dikembangkan 12 tahun kemudian dalam artikel

Sharpe, Lintner, dan Mossin.

Rate of Return =

Rm = L t-1

(L t – L t-1 )

Page 33: skripsi perbankan 4

Model Penilaian Aset Modal (CAPM) merupakan model untuk menentukan

harga suatu aset. Model ini mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan

ekuilibrium tingkat keuntungan yang disyaratkan (required return) oleh investor untuk

suatu saham akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Dalam hal ini risiko yang

diperhitungkan hanyalah risiko sistematis (systematic risk) atau risiko pasar yang diukur

dengan beta (β). Sedangkan risiko yang tidak sistematis (unsystematic risk) tidak

relevan, karena risiko ini dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi.

Menurut Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto

(2006: 239), Model ini didasarkan pada adanya dalil bahwa tingkat pengembalian yang

diharapkan dari suatu saham adalah sama dengan tingkat pengembalian bebas risiko

plus premi risiko yang hanya tinggal mencerminkan risiko yang tersisa setelah

dilakukan diversifikasi. Berikut ini merupakan model CAPM yang terdapat pada

literatur – literatur ilmu finance:

Ri - Rf = α + βi (Rm – Rf) + ℮

Di mana:

Ri-Rf : imbalan saham pada perusahaan i

Rf : imbalan aset bebas risiko

Rm : imbalan pasar

α : konstanta

βi : slope (kepekaan saham i terhadap premium)

℮ : error

Dari formula tersebut menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan

dari suatu saham adalah tingkat keuntungan bebas risiko ditambah dengan premi risiko.

Semakin besar risiko saham tersebut, semakin tinggi premi risiko yang diharapkan dari

saham tersebut. Dengan demikian semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang

diharapkan dari saham tersebut.

Ada beberapa asumsi – asumsi pada model capital asset pricing model (CAPM).

Menurut Bodie, Kane, dan Markus (2006:356), adalah sebagai berikut:

Page 34: skripsi perbankan 4

1. Terdapat banyak investor,masing-masing dengan jumlah kekayaan yang sangat

kecil dibandingkan total kekayaan seluruh investor. Para investor adalah

penerimaan harga, yang berarti mereka akan bertindak sekalipun harga pasar

tidak akan dipengaruhi oleh perdagangan yang mereka lakukan. Ini merupakan

asumsi yang biasa digunakan dalam pasar persaingan sempurna pada ilmu

ekonomi mikro.

2. Seluruh investor merencanakan untuk satu periode investasi yang identik.

Perilaku ini merupakan pandangan jangka pendek karena mengabaikan apa

yang akan terjadi setelah akhir periode horizon waktu tunggal tersebut. Perilaku

dari pandangan jangka pendek ini jelas tidak optimal.

3. Investasi dibatasi hanya pada aset keuangan yang diperdagangkan secara umum

seperti saham dan obligasi,dan pada kesepakatan pinjaman dan pemberian

pinjaman yang bebas risiko. Asumsi ini mengeluarkan investasi pada aset yang

tidak diperdagangkan seperti pendidikan (modal manusia), perusahaan

perseorangan, dan aset- aset yang didanai pemerintah seperti lapangan udara.

Juga diasumsikan bahwa investor dapat meminjam dan meminjamkan dalam

jumlah berapa pun pada tingkat bunga yang tetap dan bebas risiko.

4. Investor tidak membayar pajak atas imbal hasil dan juga tidak terdapat biaya

transaksi( komisi atau beban lainnya) atas perdagangan sekuritas.

Kenyataannya, kita tahu bahwa investor menghadapi tarif pajak yang berbeda

dan ini dapat mengarahkan jenis sekuritas dimana ia berinvestasi. Contohnya,

implikasi pajak mungkin berbeda tergantung pada apakah pendapatan itu

berasal dari bunga, dividen, atau keuntungan modal. Selain itu, tentu saja

perdagangan yang sesungguhnya menimbulkan biaya transaksi, dimana komisi

atau biaya jasa yang dikeluarkan tergantung pada besarnya perdagangan dan

posisi investor individu masing-masing.

Page 35: skripsi perbankan 4

5. Seluruh investor berusaha mengoptimalkan imbal hasil risiko yang rasional,

yang berarti mereka semua akan menggunakan model pemilihan portofolio

Markowitz.

6. Seluruh investor menganalisis sekuritas dengan cara yang sama dan mempunyai

pandangan ekonomi yang sama tentang dunia yang dihadapi. Hasilnya adalah

estimasi distribusi probabilitas arus kas yang sama dimasa yang akan datang

atas investasi pada suatu sekuritas. Dengan kata lain, untik setiap perangkat

harga sekuritas, mereka mendapatkan daftar masukan yang sama untuk

menggunakan model Markowitz (1952). Dengan harga sekuritas dan tingkat

bunga bebas risiko tertentu, seluruh investor akan menggunakan matriks imbal

hasil yang diharapkan dan kovarians yang sama dari imbal hasil sekuritas untuk

menghasilkan batasan yang efisien serta portofolio aset berisiko yang optimal.

Asumsi ini sering kali disebut sebagai keyakinan atau ekspektasi homogen

(homogenous expectation).

2.6.1 Garis Pasar Sekuritas (Security Market Line – SML)

Menurut Halim (2003: 70), hubungan antara risk yang diukur dengan beta

dengan required return ditunjukkan oleh Garis Pasar Sekuritas (SML). Dalam hal ini

jika beta suatu saham dapat diukur dengan tepat, maka dalam keadaan equilibrium

required return juga dapat diperkirakan. Penaksirannya didasarkan pada hasil investasi

bebas risiko ditambah dengan premi risiko pasar dikalikan dengan beta.

Dengan demikian SML dapat dirumuskan sebagai berikut :

SML = Rf + (Rm – Rf) β

keterangan :

SML : garis pasar sekuritas

Rf : imbalan saham atas investasi bebas risiko

Page 36: skripsi perbankan 4

β : kepekaan atas return saham i terhadap expected return market

Rm – Rf : premi risiko pasar

Koefisien beta dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

�(∑ XY) – (∑X)(∑Y)

Semakin besar koefisien β, maka akan semakin peka excess return suatu saham

terhadap perubahan excess return portofolio pasar, sehingga saham itu akan semakin

berisiko. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, tingkat return portofolio ditentukan

oleh risiko sistematis atau risiko pasar yang diukur dengan beta (β) dan tingkat return

pasar.

2.6.2 Garis Pasar Modal (Capital Market Line – CML)

Menurut Halim (2003: 72), SML merupakan garis yang menghubungkan β atau

risiko pasar dengan required return untuk semua saham, baik yang efisien maupun yang

tidak efisien. Sedangkan Garis Pasar Modal (CML) merupakan garis yang

menghubungkan antara risiko total yang diukur dengan standar deviasi (σ) dengan

imbalan yang disyaratkan (required return) portofolio yang efisien saja.

Hubungan risiko total dengan imbalan yang disyaratkan (required return) pada

investasi yang efisien dinyatakan sebagai CML dan dirumuskan sebagai berikut :

CML = Rf + { }SDp

keterangan :

CML : garis pasar modal

Rf : imbalan atas investasi bebas risiko

SDm : standar deviasi (total risk) pasar

SDp : standar deviasi (total risk) portofolio

Rm – Rf : premi risiko pasar

β = �(∑X

2) – (∑X)

2

Rm – Rf

SDm

Page 37: skripsi perbankan 4

2.7 Teori Pembentukan Harga Arbitrase (Arbitrage Pricing Theory – APT)

Capital asset pricing model bukanlah satu – satunya teori yang mencoba

menjelaskan bagaimana suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar, atau bagaimana

menentukan tingkat keuntungan yang dipandang layak untuk suatu investasi. Pada tahun

1976 Stephen Ross merumuskan suatu teori yang disebut sebagai Arbitrage Pricing

Theory (APT). Jika pada CAPM analisis dimulai dari bagaimana pemodal membentuk

portofolio yang efisien, maka APT mendasarkan diri pada pemikiran yang sama sekali

berlainan. APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua

kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa

dijual dengan harga yang berbeda. Konsep yang dipergunakan adalah hukum satu harga.

Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut terjual dengan harga yang berbeda,

maka akan terdapat kesempatan untuk melakuan arbitrage dengan membeli aktiva yang

lebih murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi

sehingga memperoleh laba tanpa risiko.

Seperti CAPM, teori pembentukan harga arbitrase (Arbitrage Pricing Theory –

APT) menekankan bahwa tingkat keuntungan yang diharapakan tergantung pada

pengaruh faktor – faktor makro ekonomi dan tidak oleh risiko unik. Kita bisa

menganggap faktor – faktor yang ada pada APT adalah portofolio – pertofolio khusus

yang cenderung dipengaruhi oleh pengaruh bersama. Daya tarik APT adalah bahwa kita

tidak perlu mengidentifikasikan market portfolio (yang diperlukan untuk menghitung

beta dalam CAPM) disamping itu APT memungkinkan penggunaan lebih dari satu

faktor untuk menjelaskan tingkat keuntungan yang diharapkan. Menurut Suad Husnan

(1994: 224), APT akan sangat bermanfaat jika kita bisa:

1. mengidentifikasikan tidak terlalu banyak faktor – faktor makro ekonomi,

2. mengukur expected return dari masing – masing faktor tersebut,

3. mengukur kepekaan masing – masing saham terhadap faktor – faktor tersebut.

Page 38: skripsi perbankan 4

Model APT dapat menggunakan faktor – faktor lebih dari satu. APT tidak

menjelaskan berapa faktor yang mempengaruhi atau seharusnya mempengaruhi tingkat

keuntungan.

Menurut Roll dan Ross dalam Suad Husnan (1994: 224), melaporkan

beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keuntungan, yaitu:

1. perubahan inflasi yang tidak diantisipasi

2. perubahan produksi industri yang tidak diantisipasi

3. perubahan dalam premi risiko (perbedaan antara obligasi dengan grade yang

tinggi dengan yang rendah) yang tidak diantisipasi

4. perubahan slope dari kurva hasil (yield curve) yang tidak diantisipasi.

Dalam literatur ilmu finance formula model APT adalah sebagai berikut:

Ri – Rf = α + β1 λ1+ β2 λ2+ …......+ βx λx+ ℮

Keterangan:

Ri-Rf : imbalan saham pada perusahaan i

α : konstanta

β : koefisien korelasi

λ1 : faktor ke – 1

λ2 : faktor ke – 2

λx : faktor ke – x

℮ : error

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa variabel makro ekonomi

yang sering dipakai untuk memprediksi imbalan aset dalam bulanan, yaitu perubahan

inflasi, tingkat suku bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap dollar.

2.7.1 Perubahan Tingkat Inflasi

Inflasi merupakan permasalahan perekonomian dalam bidang moneter yang

ditakuti oleh semua negara. Inflasi tidak akan memilih sasarannya apakah itu negara

maju atau pun negara berkembang. Perbedaannya hanya pada tingkat inflasi yang

Page 39: skripsi perbankan 4

dialami. Pengertian inflasi sering didefinisikan dengan kalimat yang berbeda – beda

tetapi semuanya mempunyai makan sama yaitu membicarakan mengenai barang

kebutuhan masyarakat yang harganya naik secara terus menerus. Dengan kata lain

inflasi diartikan sebagai suatu kecenderungan terjadinya kenaikan harga – harga umum

secara terus menerus. Dari segi penyebab awal inflasi, inflasi dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu

kuat. Inflasi semacam ini disebut demand pull inflation.

2. inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi secara terus – menerus.

Inflasi ini disebut dorongan ongkos atau cost push inflation.

3. inflasi permintaan dan penawaran, inflasi ini disebabkan kenaikan permintaan

di satu sisi dan penurunan penawaran di sisi lain. Kejadian ini akan menjadi

penyebab timbulnya karena orang yang menginginkan barang bertambah

sedangkan orang yang mau menjual barang berkurang.

Meningkatnya pertumbuhan inflasi merupakan suatu ancaman atau peluang bagi

perusahaan. Jika inflasi ditimbulakan oleh permintaan masyarakat yang terlalu kuat

(demand pull inflation) maka pendapatan perusahaan akan meningkat dan akhirnya akan

meningkatkan profitabilitas perusahaan. Jika inflasi ditimbulkan oleh kenaikan ongkos

produksi secara terus – menerus (cost push inflation) maka biaya yang dikeluarkan

perusahaan akan meningkat.

Investor akan mengharapakan return yang relatif tinggi pada saat tingkat inflasi

sedang tinggi. Dan sebaliknya investor akan mengharpakan return relatif rendah jika

inflasi rendah. Menurut Jamli (2001), untuk mengukur pertumbuhan inflasi dapat

digunakan formula sebagai berikut:

( inflasi t – inflasi t-1 )

Page 40: skripsi perbankan 4

Keterangan:

P inflasi : perubahan inflasi

inflasi t : inflasi pada periode ke – t

inflasi t-1 : inflasi pada periode sebelum ke – t

2.7.2 Perubahan Tingkat Suku Bunga BI Rate

Berbicara tentang BI rate maka akan berhubungan dengan bank Indonesia

selaku bank sentral yang ada di Indonesia. Bank Indonesia selaku bank sentral

merupakan otoritas moneter yang ada di Indonesia. Dengan demikian bank Indonesia

selaku bank sentral mempunyai tugas untuk memelihara agar sistem moneter dapat

bekerja secara efisien melalui kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh bank Indonesia.

BI rate itu sendiri merupakan salah satu kebijakan moneter bank Indonesia. Tujuan dari

kebijakan moneter adalah untuk mempengaruhi jumlah uang beredar atau tingkat bunga

yang wujud dalam perekonomian (Sukirno: 2002).

Para investor biasanya melihat BI rate sebagai patokan dalam berinvestasi pada

pasar modal. Karena BI rate merupakan imbalan bebas risiko sehingga menjadi tolak

ukur dalam pengembalian investasi. Nilai BI rate mempunyai hubungan yang terbalik

dengan return saham yang diharapkan . Jika suku bunga ini lebih tinggi daripada return

yang diarapkan maka investor akan memilih deposito sebagai pilihan investasinya.

Menurut Sasanti (2005), untuk mengetahui perubahan tingkat suku bunga SBI dapat

digunakan formula sebagai berikut:

pSBI =

pinflasi =

inflasi t-1

(BI rate t – BI rate t-1)

BI rate t-1

Page 41: skripsi perbankan 4

Keterangan:

pBI rate : perubahan suku bunga BI rate

BI ratet : suku bunga BI rate periode ke – t

BI ratet-1 : suku bunga BI rate sebelum periode ke – t

2.7.3 Perubahan �ilai Tukar Atau Kurs

Kurs antara dua negara adalah harga di mana penduduk kedua negara saling

melakukan perdagangan. Hal ini disebabkan oleh adanya kebutuhan barang dari kedua

belah pihak tetapi mempunyai mata uang yang berbeda. Mankiw (2000: 192),

membedakan kurs menjadi dua, yaitu:

1. kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua

negara.

2. kurs riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang – barang kedua

negara.

Fluktusi kurs akan berpengaruh terhadap perusahaan yang bisnisnya

menggunakan mata uang asing. Perubahan nilai tukar akhirnya akan mempengaruhi

arus kas yang diterima oleh perusahaan. Fluktuasi kurs juga akan mempengaruhi ekspor

impor suatu negara sehingga akan mempengaruhi neraca pembayaran. Neraca

pembayaran adalah suatu ringkasan pembukuan yang menunjukkan aliran pembayaran

yang dilakukan dari negara – negara lain ke dalam negeri, dan dari dalam negeri ke

negara – negara lain (Sukirno: 1999). Defisit dalam neraca pembayaran menimbulkan

beberapa akibat buruk terhadap kegiatan dan kestabilan ekonomi negara. Defisit sebagai

akibat impor yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan dalam kegiatan ekonomi

dalm negeri karena konsumen menggantikan barang dalam negeri dengan barang impor.

Harga valas akan meningkat dan menyebabkan harga – harga barang impor bertambah

mahal. Kegiatan ekonomi dalam negeri menurun, mengurangi kegairahan pengusaha –

pengusaha untuk melakukan investasi dan membangun kegiatan usaha yang baru.

Page 42: skripsi perbankan 4

Dalam penelitian Dahlifah (2005) perubahan kurs dihitung dengan formula sebagai

berikut:

Keterangan:

pKurs : perubahan kurs

Kurst : kurs periode ke – t

Kurst-1 : kurs sebelum periode ke – t

2.8 Penelitian-Penelitian Sebelumnya

Hidayat, Ichsan, dan Syamsudin melakukan penelitian mengenai penggunaan

multi indeks model dalam estimasi tingkat pengembalian investasi saham di Indonesia.

Variabel dalam multi indeks ini antara lain: tingkat pengembalian pasar, tingkat inflasi,

suku bunga SBI, kurs US dolar terhadap rupiah, dan perubahan harga emas. Hasil dari

penelitian ini menunjukan dari variabel – variabel multi indeks ini hanya tiga variabel

yang berpengaruh pengembalian saham, yaitu: tingkat pengembalian pasar, tingkat

inflasi, dan suku bunga SBI.

Joko Sangaji melakukan melakukan penelitian mengenai pengaruh nilai tukar

rupiah terhadap return saham LQ 45 dengan menerapkan model koreksi kesalahan.

Penelitian ini menggunakan saham – saham LQ 45 periode Februari – April 2003.

Dengan model koreksi kesalahan diperoleh adanya hubungan jangka panjang nilai tukar

rupiah terhadap dolar Amerika dengan return saham – saham LQ 45 untuk periode

Februari – April 2003.

Ignatia Martha melakukan penelitian faktor – faktor yang mempengaruhi harga

saham di bursa efek Surabaya. Penelitian ini menggunakan saham – saham perusahaan

pKurs = Kurst-1

(Kurst – Kurst-1)

Page 43: skripsi perbankan 4

makanan dan minuman yang go public di BES sampai tahun 2001. Variabel penelitian

ini menggunakan tingkat inflasi, earning per share, price earning ratio, dan volume

perdagangan saham. Hasil penelitian ini menunjukan tingkat inflasi dan EPS

berpengaruh secara nyata terhadap harga saham.

Gancar Candra Premananto dan Muhamad Madyan melakukan penelitian

tentang perbandingan keakuratan CAPM dengan APT dalam memprediksi tingkat

pendapatan industri manufaktur sebelum dan semasa krisis ekonomi. Hasil temuan ini

adalah CAPM lebih akurat dibandingkan APT pada masa sebelum krisis ekonomi dan

semasa krisis ekonomi tetapi keduanya masih kurang akurat dalam memprediksi

pendapatan saham industri manufaktur sebelum dan semasa krisis ekonomi.

Agus Sumanto melakukan penelitian tentang validitas penggunaan CAPM

dalam memprediksi return saham di BEJ. Penelitian ini menggunakan seluruh saham –

saham yang diperdagangkan di BEJ mulai tahun 1997 sampai tahun 2004. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa CAPM mempunyai validitas yang tinggi sebagai alat

pemrekdiksi return saham satu tahun ke depan, tetapi tidak valid jika data yang

digunakan pada saat pasar berada pada gejolak yang tinggi.

Retno Widya Sasanti dan Nurfauziah melakukan penelitian tentang faktor –

faktor yang berimplikasi terhadap fluktuasi harga saham di BEJ. Penelitian ini

menggunakan saham – saham industri manufaktur yang paling aktif selama periode

1998 sampai dengan 2000. Hasil penelitian ini menunjukan tingkat bunga deposito tidak

mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham perusahaan manufaktur yang go

public di pasar modal Indonesia.

Arduino Cagnetti melakukan penelitian tentang perbandingan model CAPM

dengan APT. Penelitian ini menggunakan sampel 30 saham yang terdaftar di bursa

saham Italia. Periode penelitian ini adalah juni 1990 sampai dengan juni 2001. Hasil

penelitian ini menunjukan APT dengan faktor makroekonomi produksi industri,

Page 44: skripsi perbankan 4

perubahan inflasi yang diharapkan, inflasi yang tidak terduga, premi risiko dan struktur

tingkat bunga lebih baik daripada CAPM.

2.9 Kerangka Pemikiran

Dari Gambar 2.1 di bawah, tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan

antara model penilaian aset modal (CAPM) dan teori arbitrase harga (APT) dalam

memprediksi imbalan saham perusahaan. Komponen dari metode CAPM adalah premi

pasar (Rm-Rf) yang terdiri dari imbalan pasar (Rm) dan premi bebas risiko (Rf).

Berdasarkan konsep APT pada penelitian Ario yang berkesimpulan bahwa perubahan

inflasi, perubahan suku bunga BI rate, dan perubahan nilai tukar berpengaruh signifikan

terhadap imbalan saham maka pada penelitian ini untuk konsep APT terdiri dari faktor-

faktor makro, yaitu perubahan inflasi, perubahan tingkat suku binga BI rate, perubahan

nilai tukar atau kurs.

Pengujian terhadap kedua model (CAPM dan APT) tersebut dilakukan melalui

analisis regresi. Pergujian yang digunakan yaitu uji asumsi klasik, yang terdiri dari uji

normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Dan uji

statistik yang digunakan adalah uji kekuatan model (adjusted R2), pengaruh variabel

bebas secara bersama-sama (F-test) dan pengaruh variabel bebas secara individual (t-

test). Selain itu, digunakan pula paired sample t test, untuk menguji perbandingan dari

kedua model tersebut.

Page 45: skripsi perbankan 4

2.1 kerangka pemikiran

Premi risiko pasar

(Rm – Rf)

Page 46: skripsi perbankan 4

2.10 Spesifikasi Model

Model Penilaian Aset Modal (CAPM)

Model CAPM yang akan digunakan adalah :

CAPM

Analisis

regresi

Uji asumsi klasik

- normalitas

- multikolinearitas

- autokorelasi

- heteroskedasitas

APT

CAPM vs APT

Perubahan

Inflasi

Perubahan BI

rate

Perubahan kurs

Uji hipotesis

- Adjusted R2

- F-test

- t-test

Imbalan

saham

(Ri – Rf)

Page 47: skripsi perbankan 4

Ri - Rf = α + βi (Rm – Rf) + ℮

Ri-Rf : imbalan saham pada perusahaan i

Rf : imbalan aset bebas risiko

Rm : imbalan pasar

α : konstanta

βi : slope (kepekaan saham i terhadap premium)

℮ : error

Teori Arbitrase Harga (APT)

Berdasarkan konsep APT pada penelitian Ario yang berkesimpulan bahwa

pertumbuhan inflasi, pertumbuhan suku bunga BI rate, dan pertumbuhan nilai tukar

berpengaruh signifikan terhadap imbalan saham maka pada penelitian ini untuk konsep

APT, maka pada penelitian ini spesifikasi modelnya adalah:

Ri – Rf = α + β pInflasi + β pBI Rate + β pkurs + ℮

Ri-Rf : imbalan saham pada perusahaan i

α : konstanta

β : koefisien korelasi

pInflasi : perubahan inflasi

pBI Rate : perubahan tingkat suku bunga SBI

pkurs : perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar

℮ : error

2.11 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan spesifikasi model CAPM dengan model APT, hipotesis yang ingin

dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho1 : Faktor premi risiko pasar (Rm-Rf) pada model CAPM berpengaruh secara

signifikan terhadap imbalan saham

Ha1 : Faktor premi risiko pasar (Rm-Rf) pada model CAPM tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap imbalan saham.

Page 48: skripsi perbankan 4

Ho2 : Faktor perubahan inflasi, perubahan tingkat suku bunga BI rate, dan perubahan

nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berpengaruh secara signifikan

terhadap imbalan saham

Ha2 : Faktor perubahan inflasi, perubahan tingkat suku bunga BI rate, dan perubahan

nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap imbalan saham

Ha3 : ada perbedaan rata – rata antara faktor premi risiko pasar dalam model CAPM

dengan faktor makro ekonomi (perubahan inflasi, tingkat suku bunga, nilai

tukar) dalam model APT terhadap imbalan saham.

Ho3 : tidak ada perbedaan rata – rata antara faktor premi risiko pasar dalam model

CAPM dengan faktor makro ekonomi (perubahan inflasi, tingkat suku bunga,

nilai tukar) dalam model APT terhadap imbalan saham.

Page 49: skripsi perbankan 4

BAB III

METODE PE�ELITIA�

3.1 Metode Yang Digunakan

Jenis penelitan yang digunakan adalah penelitian uji hipotesis. Hipotesis pada

dasarnya merupakan suatu anggapan yang mungkin benar, dan sering digunakan

sebagai dasar pembuatan keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar

penelitian lebih lanjut. Suatu pengujian hipotesis ialah prosedur yang memungkinkan

keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan menolak atau tidak menolak hipotesis yang

dipersoalkan/diuji. Penolakan suatu hipotesis berarti menyimpulkan bahwa hipotesis itu

salah, sedangkan menerima hipotesis semata – mata mengimplikasikan bahwa kita tidak

mempunyai bukti untuk mempercayai sebaliknya (Supranto: 124).

Unit analisis pada penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar

di bursa efek Indonesia. Unit analisis merujuk pada tingkat kesatuan data yang

dikumpulkan selama tahap analisis data (Sekaran: 173). Time horizone pada penelitian

adalah menggunakan basis bulanan selama 3 tahun dari tahun 2005 sampai dengan

tahun 2007. Jenis time horizone ini adalah longitudinal study, yaitu penelitian dimana

Page 50: skripsi perbankan 4

data diperoleh pada beberapa batas waktu untuk menjawab sebuah pertanyaan penelitian

(Sekaran: 238).

Variabel merupakan apa pun yang dapat membedakan atau mengubah nilai

(Sekaran: 249). Penelitian ini menggunakan variabel imbalan saham sebagai variabel

dependen (terikat) dan variabel premi risiko pasar, inflasi, tingkat suku bunga SBI, nilai

tukar rupiah terhadap dolar sebagai variabel independen (bebas).

3.2 Operasionalisasi Variabel

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel

�o Variabel Definisi Operasional Formula skala

1 Imbalan saham

(Ri)

Imbalan saham adalah capital

gain ditambah dengan dividen

yield.

Ri = (Pt – Pt-1) + DPS

Pt-1

Rasio

2 Imbalan aset

bebas risiko

(Rf)

Imbalan bebas risiko adalah

tingkat suku bunga SBI

bulanan

12

12==

tSBIRf

Rasio

3 Perubahan

tingkat inflasi

Perubahan tingkat inflasi

adalah pergerakan inflasi

bulanan dari 1 bulan

sebelumnya.

pInflasi =Inflasit – Inflasit-1

Inflasit-1

Rasio

4 Perubahan

tingkat suku

bunga SBI

Perubahan tingkat suku bunga

SBI adalah pergerakan suku

bunga SBI bulanan dari 1

bulan sebelumnya.

pSBI = SBI t – SBI t-1

SBIt-1

Rasio

5 Perubahan

nilai tukar

Perubahan nilai tukar adalah

pergerakan kurs bulanan dari

1 bulan sebelumnya.

pKurs = Kurst – Kurst-1

Kurst-1

Rasio

6 Imbalan pasar

(Rm)

Imbalan pasar adalah

pergerakan IHSG bulanan

Rm = L t – L t-1

Rasio

Page 51: skripsi perbankan 4

dari 1 bulan sebelumnya.

Lt-1

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang,

objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi

objek penelitian (Kuncoro: 103). Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi

(Wibisono: 41). Pada penelitian ini, populasi yang diambil adalah saham – saham

industri pertambangan yang terdaftar di bursa efek indonesia. Jumlah populasi sebanyak

14 perusahaan.

Sampling adalah proses pemilihan sejumlah elemen dari populasi, sehingga

dengan mempelajari sampel dan memahami sifat atau karakteristik dari sampel, kita

dapat memperkirakan sifat atau karakteristik dari populasi (Wibisono: 42). S. Nasution

(2003), membagi sampling menjadi dua, yaitu yang memberi kemungkinan sama bagi

setiap unsur populasi untuk dipilih yang disebut probability sampling dan yang tidak

memberi kemungkinan sama bagi tiap unsur populasi untuk dipilih yang disebut non-

probability sampling.

Pada penelitian ini, pengambilan sampel disesuaikan dengan kriteria yang telah

ditentukan sebelumnya. Adapun kriterianya :

1. perusahaan yang telah menyertakan laporan keuangannya selama 3 tahun

berturut-turut, yaitu tahun 2005-2007 dimana perusahaan-perusahaan tersebut

telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempunyai data keuangan yang

lengkap dan dapat diandalkan kebenarannya pada tahun 2005-2007.

2. saham – saham perusahan yang masuk dalam industri pertambangan selama

periode waktu pada periode Januari 2005 samai dengan Desember 2007 secara

berturut-turut dan konsisten.

Page 52: skripsi perbankan 4

Berdasarkan kriteria diatas, jumlah sampel yang memenuhi syarat adalah

sebanyak 8 perusahaan.

Tabel 3.2

Data Perusahaan yang Digunakan Sebagai Sampel

No Nama Perusahaan Kode

1 Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. PTBA

2 Bumi Resources Tbk. BUMI

3 Medco Energi Internasional Tbk. MEDC

4 Aneka Tambang Tbk. ANTM

5 Intenational Nickel Indonesia Tbk. INCO

6 Apexindo Pratama Duta Tbk. APEX

7 Energi Mega Persada Tbk. ENRG

8 Citatah Industri Marmer Tbk. CTTH

Sumber : Pusat Referensi Pasar Modal

3.4 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder harga saham masing-masing

perusahaan yang terdaftar pada industri pertambangan. Selain harga saham yang

merupakan variabel dependen, penelitian ini juga menggunakan data-data tingkat suku

bunga SBI bulanan untuk mencari imbalan aset bebas risiko, IHSG untuk mencari

imbalan pasar, tingkat inflasi bulanan, serta nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar

Amerika sebagai variabel independen.

Data-data sekunder didapat langsung dari Bursa Efek Indonesia (BEI), website

Bank Indonesia (BI) sebagai sumber data untuk memperoleh harga saham, IHSG,

inflasi, tingkat suku bunga SBI, dan perubahan kurs dalam jangka waktu 3 tahun.

3.5 Pengujian Hipotesis

Page 53: skripsi perbankan 4

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu data – data penelitian

diuji menggunakan uji asumsi klasik. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan

software SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 13.0.

Uji asumsi kasik yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Setelah data diperoleh dan untuk selanjutnya dianalisis, terlebih dahulu data

diuji dengan menggunakan uji normalitas. Uji normalitas bertujuan agar diperoleh

data yang berdistribusi normal. Alat uji normalitas yang digunakan dalam penelitian

adalah One Sample Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika

nilai signifikansi yang diperoleh untuk variabel analisis lebih besar dari nilai

signifikansi yang ditetapkan (α=5%).

b. Multikolinearitas

Adalah kondisi dimana terdapat korelasi yang signifikan antara dua variabel

atau lebih pada variabel independen di dalam regresi. Uji multikolinearitas bertujuan

untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar

sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolineritas dalam model regresi adalah dengan melihat pada kolom koefisien

output SPSS. Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat jika nilai

Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang

dari 0.1, maka model dapat dikatakan bebas dari multikolinearitas.

c. Autokorelasi

Page 54: skripsi perbankan 4

Didefinisikan sebagai korelasi linier antara anggota serangkaian observasi

yang diurutkan berdasarkan waktu atau ruang. Uji autokorelasi bertujuan menguji

apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau

tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada nilai Durbin-Watson (DW) pada hasil

regresi. Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, angka DW -2

sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, angka DW diatas +2 berarti ada

autokorelasi negatif.

d. Heteroskedastisitas

Adalah kondisi dalam error antara waktu tidak memiliki varians yang sama.

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara

memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat dilihat

dari pola gambar scatter plot model tersebut. Analisis pada gambar scatter plot yang

menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

1. titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0

2. titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja

3. penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar

kemudian menyempit dan melebar kembali.

4. penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola

Setelah uji asumsi klasik dilakukan, pengujian dilanjutkan dengan

melakukan uji statistik. Uji statistik yang dilakukan sebagai berikut:

Page 55: skripsi perbankan 4

a. Kekuatan Model Regresi (Adjusted R2)

Adjusted R2 adalah koefisien determinasi, yaitu koefisien yang menjelaskan

berapa besar proporsi variasi dalam dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel-

variabel independen secara bersama-sama.

Adjusted R2

dapat memberikan penalti atau hukuman terhadap penambahan

varibel bebas yang tidak mampu menambah daya prediksi suatu model. Nilai

Adjusted R2 tidak akan pernah melebihi R

2, bahkan dapat turun jika kita

memasukkan suatu variabel yang tidak perlu ke dalam model. Adjusted R2 Semakin

mendekati 1, maka model tersebut semakin baik karena hal ini berarti bahwa

variabel yang digunakan mampu menjelaskan hampir 100% dari variasi dalam

variabel dependen.

b. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen secara Bersama-

sama (F-Test)

Uji model regresi (F-test) dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-

variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen, sehingga dapat

diketahui apakah model penelitian yang telah dirumuskan dapat diterapkan dalam

penelitian ini.

Uji model regresi dilakukan dengan menggunakan statistik F (F-statistic), di

mana hasil signifikansi dari F harus dibawah tingkat signifikansi (α) yang ditetapkan

yaitu 5%. Untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara bersama-

sama mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel dependen maka perlu

dilakukan F-Statistik. Hipotesis untuk pengujian tersebut adalah:

Ho = variabel-variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel

dependen.

Ha = variabel-variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi

variabel dependen.

Page 56: skripsi perbankan 4

Pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah :

terima Ho, jika probabilitas < tingkat signifikansi (5%)

tolak Ho, jika probabilitas > tingkat signifikansi (5%)

c. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen (t-test)

Uji hipotesis dilakukan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan

melihat nilai t-statistik dari setiap variabel independen. Hipotesis untuk pengujian

tersebut adalah sebagai berikut:

Ho = variabel independen n berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Ha = variabel independen n tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

Untuk mengetahui apakah Ho ditolak atau diterima maka perlu dibandingkan

antara probabilitas t-statistik masing-masing variabel independen dengan tingkat

nyata (α).

Pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah:

terima Ho, jika probabilitas < tingkat signifikansi (5%)

tolak Ho, jika probabilitas > tingkat signifikansi (5%)

d. Perbandingan Model Regresi (Paired t sample test)

Uji perbandingan (paired sample t-test) dilakukan untuk menguji dua sampel

yang berpasangan, apakah mempunyai rata-rata yang secara nyata berbeda atau

tidak. Sampel berpasangan (paired sample) adalah sebuah sampel dengan subyek

yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda.

Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah :

Page 57: skripsi perbankan 4

Ho: tidak ada perbedaan rata - rata antara faktor premi risiko pasar dalam model

CAPM dengan faktor makro ekonomi (perubahan inflasi, tingkat suku bunga,

nilai tukar) dalam model APT terhadap imbalan saham.

Ha : ada perbedaan rata - rata antara faktor premi risiko pasar dalam model CAPM

dengan faktor makro ekonomi (perubahan inflasi, tingkat suku bunga, nilai

tukar) dalam model APT terhadap imbalan saham.

Pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah :

Jika probabilitas > tingkat signifikansi (5%), Ho diterima.

Jika probabilitas < tingkat signifikansi (5%), Ho ditolak.

Page 58: skripsi perbankan 4

BAB IV

A�ALISIS DA� PEMBAHASA�

4.1 Deskripsi Variabel Makro

Dalam penelitian ini, penulis menggunaan variabel makro seperti perubahan

inflasi, perubahan tingkat suku bunga SBI (BI rate), dan perubahan kurs rupiah terhadap

dolar Amerika. Dalam periode pengamatan variabel makro bersifat fluktuatif. Hal

tersebut seiiring dengan keadaaan ekonomi pada periode pengamatan.

Tabel 4.1

Deskripsi Variabel Makro

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Inflasi 36 .0527000 .1838000 .100461111 .0458770922

SBI 36 .0742000 .1275000 .098808333 .0191355522

Kurs 36 9275 10810 9851.83 376.804

Valid N (listwise) 36

Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa inflasi tertinggi sebesar 18.38% terjadi

pada bulan November 2005 dan inflasi terendah sebesar 5.27% terjadi pada bulan

November 2006. Sedangkan tingkat suku bunga tertinggi sebesar 12.75% terjadi pada

bulan Januari dan Maret 2006 dan tingkat suku bunga terendah sebesar 7.42% yang

Page 59: skripsi perbankan 4

tejadi pada bulan Februari 2005. Rupiah melemah sebesar Rp 10810 terjadi pada

September 2005 dan Kurs rupiah terhadap dolar menguat sebesar Rp 9275 pada bulan

April 2006. Pergerakan variabel makro selama periode pengamatan secara terinci

disajikan dalam grafik berikut :

Gambar 4.1

Pergerakan Variabel Makroekonomi

Januari 2005 – Desember 2007

suku bunga SBI

0

0.02

0.04

0.06

0.08

0.1

0.12

0.14

Dec-0

4

Mar-

05

Jun-0

5

Sep-0

5

Dec-0

5

Mar-

06

Jun-0

6

Sep-0

6

Dec-0

6

Mar-

07

Jun-0

7

Sep-0

7

Dec-0

7

Series1

kurs Rp terhadap $

8500

9000

9500

10000

10500

11000

Dec-0

4

Ma

r-0

5

Ju

n-0

5

Se

p-0

5

Dec-0

5

Ma

r-0

6

Ju

n-0

6

Se

p-0

6

Dec-0

6

Ma

r-0

7

Ju

n-0

7

Se

p-0

7

Dec-0

7

Series1

inflasi

0.0000

0.0200

0.0400

0.0600

0.0800

0.1000

0.1200

0.1400

0.1600

0.1800

0.2000

De

c-0

4

Ma

r-0

5

Ju

n-0

5

Se

p-0

5

De

c-0

5

Ma

r-0

6

Ju

n-0

6

Se

p-0

6

De

c-0

6

Ma

r-0

7

Ju

n-0

7

Se

p-0

7

De

c-0

7

Series1

Berdasarkan gambar 4.1 diatas, pergerakan suku bunga BI rate cenderung

bergerak di sekitar tingkatan tertentu yaitu 9.88% yang merupakan rata – rata tingkat

suku bunga BI rate. Nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika cenderung dalam kisaran

Rp 9000 sampai dengan Rp 10000 per USD kecuali pada akhir tahun 2005 berkisar

antara Rp 10000 sampai dengan Rp 11000 per USD. Sedangkan inflasi mengalami

pergerakan yang fluktuatif. Lonjakan tertinggi terjadi pada akhir – akhir tahun 2005

tepatnya pada bulan oktober. Kenaikan ini sebesar 0.974614 atau sekitar 97.46%.

Page 60: skripsi perbankan 4

4.2 Deskripsi Imbalan Saham

Tabel mengenai imbalan saham perusahaan, imbalan pasar, dan imbalan bebas

risiko disajikan sebagai berikut.

Tabel 4.2

Deskripsi Imbalan Saham, imbalan pasar, dan imbalan bebas risiko

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PTBA 36 -.1422100 .4528300 .061671667 .1370916605

BUMI 36 -.1416700 .3950900 .058533333 .1325469465

MEDC 36 -.1824800 .2468200 .022235000 .1031536289

ANTM 36 -.2367000 .3886500 .075391667 .1475670495

INCO 36 -.1233500 .4136000 .062269167 .1168443896

ENRG 36 -.2195300 .4637100 .027541944 .1514131500

APEX 36 -.1668600 .5540800 .045243611 .1391045694

CTTH 36 -.2106200 .7675000 .013656389 .1785593934 Rm 36 -.1118244 .1204980 .029799400 .0526753016

Rf 36 .0061800 .0106300 .008235556 .0015952688

Valid N (listwise) 36

Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Dari table 4.2, dapat dilihat bahwa secara rata-rata MEDC, ENRG, CTTH

ternyata memiliki rata – rata imbalan saham di bawah imbalan pasar yang sebesar

2.98% walaupun demikian imbalan ini masih diatas imbalan bebas risiko yang sebesar

0.82%. Rata – rata tertinggi dimliki ANTM sebesar 7.54% Akan tetapi risiko terbesar

(yang ditunjukkan oleh standar deviasi) ternyata dimiliki oleh CTTH sebesar 17.86%.

Peristiwa ini berlawanan dengan konsep high risk high return.

4.3 Pengaruh Premi Pasar terhadap Premi Saham Pada Model CAPM

4.3.1 Uji Asumsi Klasik : Uji �ormalitas

Uji Normalitas dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Interpretasi output

Kolmogorov-Smirnov bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen (imbalan

saham) terdistribusi secara normal, dengan menggunakan level signifikansi (α) 5%. Bila

Page 61: skripsi perbankan 4

nilai risiko keputusan (Sig 2-tailed) > level signifikansi (α) 5%, maka data terdistribusi

secara normal.

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas

Ri - Rf Kolmogorov-

Smirnov Z

Asymp. Sig.

(2-tailed)

ANTM 0.468 0.981

BUMI 0.553 0.920

ENRG 0.657 0.782

MEDC 0.790 0.561

APEX 0.676 0.750

CTTH 0.976 0.297

INCO 0.848 0.468

PTBA 1.117 0.165 Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa seluruh imbalan perusahaan memiliki

nilai risiko keputusan > level signifikansi (α) 5%, berarti data terdistribusi secara

normal dan layak digunakan dalam penelitian.

4.3.2 Uji Asumsi Klasik : Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya). Model regresi berganda yang baik adalah yang bebas dari

autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada

nilai Durbin-Watson (DW) pada hasil regresi. Angka DW di bawah -2 berarti ada

autokorelasi positif, angka DW -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, angka

DW diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi

Ri - Rf Durbin-Watson

ANTM 1.984

BUMI 1.172

ENRG 1.527

MEDC 1.970

APEX 1.651

Page 62: skripsi perbankan 4

CTTH 1.844

INCO 1.493

PTBA 1.655 Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Nilai Durbin-Watson untuk semua perusahaan dalam penelitian ini antara -2

sampai +2. Hal ini berarti tidak ada autokorelasi.

4.3.3 Uji Asumsi Klasik : Uji Heteroskedastisitas

Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat

dilihat dari pola gambar scatter plot model tersebut. Analisis pada gambar scatter plot

yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

5. titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0

6. titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja

7. penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar

kemudian menyempit dan melebar kembali.

8. penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola

Apabila model ini masih memiliki sifat heteroskedastisitas, maka nilai t-statistik dan F-

statistik menjadi tidak akurat.

Gambar 4.2

Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas

Page 63: skripsi perbankan 4

210-1-2-3

Regression Standardized Predicted Value

3

2

1

0

-1

-2Regression Studentized Residual

Dependent Variable: ANTM

Scatterplot

Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Berdasarkan gambar Scatterplot di atas (selengkapnya dapat dilihat di lampiran),

menunjukkan penyebaran titik-titik data sebagai berikut:

1. titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0,

2. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,

3. penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar

kemudian menyempit dan kemudian melebar kembali,

4. penyebaran titik-titik data tidak berpola,

dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda terbebas dari asumsi klasik

heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.

4.3.4 Uji Statistik : Kekuatan Model CAPM (R2)

Uji kekuatan model (R2) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

premi risiko dalam menjelaskan variabel imbalan saham. Uji kekuatan model ini

ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi, semakin mendekati 1 berarti variabel-

variabel tersebut memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

Page 64: skripsi perbankan 4

memprediksi variabel imbalan saham. Dari hasil perhitungan, maka didapat hasil

koefisien determinasi (kolom adjusted R square) sebagai berikut.

Tabel 4.5

Uji Koefisien Determinasi

Perusahaan R R Square Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

ANTM 0.598 0.358 0.339 0.1200

BUMI 0.429 0.184 0.160 0.1215

ENRG 0.456 0.208 0.185 0.1367

MEDC 0.372 0.139 0.113 0.0971

APEX 0.648 0.219 0.196 0.1247

CTTH 0.386 0.149 0.124 0.1671

INCO 0.412 0.170 0.145 0.1324

PTBA 0.306 0.093 0.067 0.1324 Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square tertinggi dimiliki

oleh ANTM. Hal ini memberikan informasi bahwa variabilitas premi pasar paling baik

dalam menjelaskan variabilitas imbalan saham ANTM. Sedangkan nilai Adjusted R

Square terendah dimiliki oleh PTBA. Hal ini memberikan informasi bahwa variabilitas

premi pasar tidak cukup baik dalam menjelaskan variabilitas dari imbalan saham PTBA.

4.3.5 Uji Statistik : Pengaruh Variabel Premi Pasar terhadap Imbalan Saham (F-

Test)

Uji simultan dengan F-Test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh premi

risiko pasar terhadap imbalan saham. Hasil F-Test ini pada output SPSS dapat dilihat

pada tabel ANOVA. F-test digunakan dalam penelitian ini untuk dapat menjawab

hipotesis dalam penelitian ini.

Tabel 4.6

Hasil Uji Model Regresi (F-Test)

Perusahaan F-stat Prob.

ANTM 18.919 0.000

BUMI 7.655 0.009

ENRG 8.933 0.005

MEDC 5.472 0.025

Page 65: skripsi perbankan 4

APEX 9.554 0.004

CTTH 5.958 0.020

INCO 6.942 0.013

PTBA 3.506 0.070 Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Tabel diatas menunjukkan nilai risiko keputusan dari semua perusahaan dalam

penelitian < level signifikansi 5% (terima Ho) kecuali pada PTBA. Artinya model

regresi dapat digunakan untuk memprediksi sebagian besar imbalan saham perusahaan

atau dapat disimpulkan bahwa faktor premi pasar berpengaruh secara signifikan

terhadap sebagian besar imbalan saham perusahaan pertambangan.

4.3.6 Uji Statistik : Pengaruh Premi Pasar terhadap Imbalan Saham (t-test)

Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel premi

pasar secara individual terhadap imbalan saham serta untuk membuktikan hipotesis

dalam penelitian ini.

Tabel 4.7

Hasil Uji Hipotesis (t-test)

Perusahaan Konstanta Koefisien (β) t-stat Prob.

ANTM 0.039 1.678 4.350 0.000

BUMI 0.035 1.081 2.767 0.009

ENRG -0.001 1.313 2.989 0.005

MEDC 0.006 0.730 2.339 0.025

APEX 0.019 1.239 3.091 0.004

CTTH -0.015 1.311 2.441 0.020

INCO 0.043 0.915 2.635 0.013

PTBA 0.044 0.797 1.873 0.070 Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Tabel diatas menunjukkan nilai risiko keputusan dari semua perusahaan dalam

penelitian < level signifikansi 5% (terima Ho) kecuali pada PTBA. Artinya model

regresi dapat digunakan untuk memprediksi sebagian besar imbalan saham perusahaan

atau dapat disimpulkan bahwa faktor premi pasar berpengaruh secara signifikan

terhadap sebagian besar imbalan saham perusahaan.

Page 66: skripsi perbankan 4

4.4 Pengaruh Pertumbuhan Inflasi, BI Rate, Kurs terhadap Premi Pasar dalam

Teori Arbitrase Harga (APT)

4.4.1 Uji Asumsi Klasik : Uji �ormalitas

Uji Normalitas dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov. Interpretasi output

Kolmogorov-Smirnov bertujuan untuk mengetahui apakah variabel dependen (imbalan

saham) terdistribusi secara normal, dengan menggunakan level signifikansi (α) 5%. Bila

nilai risiko keputusan > level signifikansi (α) 5%, data terdistribusi secara normal.

Tabel 4.8

Hasil Uji Normalitas

Ri – Rf Kolmogorov-

Smirnov Z

Asymp. Sig.

(2-tailed)

ANTM 0.468 0.981

BUMI 0.553 0.920

ENRG 0.657 0.782

MEDC 0.790 0.561

APEX 0.676 0.750

CTTH 0.976 0.297

INCO 0.848 0.468

PTBA 1.117 0.165 Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa seluruh perusahaan memiliki nilai

risiko keputusan > level signifikansi (α) 5%, berarti data terdistribusi secara normal dan

layak digunakan dalam penelitian.

4.4.2. Uji Asumsi Klasik : Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan dengan variabel lain dalam suatu model. Deteksi

multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat jika nilai Variance Inflation Factor

(VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1, maka model dapat

dikatakan terbebas dari multikolinearitas.

Page 67: skripsi perbankan 4

Uji asumsi klasik multikolinearitas dapat dideteksi dari output SPSS pada tabel

Coefficients sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

pInflasi 0.941 1.063

pSBI 0.924 1.083

pKurs 0.979 1.022

Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Hasil uji melalui Variance Inflation Factors (VIF) pada tabel diatas

menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen memiliki VIF tidak lebih dari

10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. maka dapat dinyatakan model regresi linier

berganda terbebas dari asumsi klasik multikolinearitas dan dapat digunakan dalam

penelitian.

4.4.3 Uji Asumsi Klasik : Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada

periode t-1 (sebelumnya). Model regresi berganda yang baik adalah yang bebas dari

autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada

nilai Durbin-Watson (DW) pada hasil regresi. Angka DW di bawah -2 berarti ada

autokorelasi positif, angka DW -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, angka

DW diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.10

Hasil Uji Autokorelasi

Ri – Rf Durbin-

Watson

ANTM 1.957

BUMI 1.110

ENRG 1.462

MEDC 1.934

APEX 1.987

Page 68: skripsi perbankan 4

CTTH 1.914

INCO 1.550

PTBA 1.404 Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Nilai Durbin-Watson untuk semua perusahaan dalam penelitian ini antara -2

sampai +2. Hal ini berarti tidak ada autokorelasi.

4.4.4 Uji Asumsi Klasik : Uji Heteroskedastititas

Cara memprediksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat

dilihat dari pola gambar scatter plot model tersebut. Analisis pada gambar scatter plot

yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

1. titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0

2. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

3. penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar

kemudian menyempit dan melebar kembali.

4. penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola

Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari output SPSS pada gambar scatterplot berikut

Gambar 4.6

Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas

Page 69: skripsi perbankan 4

210-1-2

Regression Standardized Predicted Value

3

2

1

0

-1

-2

-3

Regression

Studentized Residual

Dependent Variable: ANTM

Scatterplot

Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Berdasarkan gambar Scatterplot di atas (selengkapnya dapat dilihat di lampiran),

menunjukkan penyebaran titik-titik data sebagai berikut:

1. titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0

2. titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

3. penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang melebar

kemudian menyempit dan kemudian melebar kembali

4. penyebaran titik-titik data tidak berpola

dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda untuk ANTM terbebas dari

asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian.

4.4.5 Kekuatan Model APT (R2)

Uji kekuatan model (R2) yang ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan variabel-variabel makro seperti

inflasi, tingkat suku bunga BI rate, kurs dalam menjelaskan variabel imbalan saham.

Semakin mendekati 1 berarti variabel-variabel tersebut memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel imbalan saham. Dari hasil

Page 70: skripsi perbankan 4

perhitungan, maka didapat hasil koefisien determinasi (kolom adjusted R square)

sebagai berikut:

Tabel 4.11

Uji Koefisien Determinasi

Perusahaan R

R

Square Adjusted Std. Error of

R Square the Estimate

ANTM 0.495 0.245 0.174 0.1341

BUMI 0.373 0.139 0.058 0.1286

ENRG 0.270 0.073 -0.014 0.1525

MEDC 0.298 0.089 0.004 0.1030

APEX 0.433 0.188 0.112 0.1311

CTTH 0.327 0.107 0.023 0.1765

INCO 0.416 0.173 0.095 0.1111

PTBA 0.231 0.053 -0.036 0.1395 Sumber : Hasil output SPSS 13.0

Dapat dilihat dari hasil di atas bahwa ternyata APT dengan menggunakan 3

variabel bebas tidak mampu menghasilkan model yang signifikan dalam menjelaskan

variabilitas imbalan saham perusahaan pertambangan.

4.4.6 Pengaruh Variabel Inflasi, BI Rate, dan Kurs terhadap Imbalan Saham

secara Bersama-sama (F-Test)

Uji simultan dengan F-Test ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara

bersama-sama variabel-variabel makro seperti inflasi, tingkat BI rate, kurs terhadap

variabel imbalan saham. Hasil F-Test ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel

ANOVA. F-test digunakan dalam penelitian ini untuk dapat menjawab hipotesis dalam

penelitian ini. Dari hasil perhitungan, didapat tabel seperti di bawah ini.

Tabel 4.12

Hasil Uji Model Regresi (F-test)

perusahaan F-stat Prob.

ANTM 3.460 0.028

BUMI 1.725 0.182

Page 71: skripsi perbankan 4

Sumber : Hasil output SPSS

Dari tabel 4.12 dapat dilihat bahwa hanya probabilitas ANTM lebih kecil dari

tingkat signifikasi 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi, BI rate, dan

kurs secara bersama – sama hanya mempengaruhi imbalan saham ANTM (Ho diterima).

Tetapi sebagian besar perusahaan mempunyai probabilitas lebih besar tingkat signifikasi

5% (Ho ditolak) sehingga dapat disimpulkan bahwa imbalan saham pertambangan tidak

dipengaruhi inflasi, BI rate, kurs secara bersama – sama.

4.4.7 Pengaruh Variabel Inflasi, BI Rate, dan Kurs Terhadap Imbalan Saham (t-

test)

Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-

variabel makro (pertumbuhan inflasi, BI Rate, dan kurs ) secara individual terhadap

imbalan saham serta untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini. Jika nilai risiko

keputusan (pada kolom sig.) < level signifikansi 5%, maka variabel-variabel makro

tersebut berpengaruh secara individual terhadap variabel imbalan saham.

Tabel 4.13

Hasil Uji Hipotesis (t- test)

Perusahaan pInflasi pBI rate pKurs

Konstanta 0.080

Koefisien -0.217 0.468 -2.812

ANTM t-stat -1.923 0.810 -2.507

Prob. 0.063 0.424 0.017

Konstanta 0.063

BUMI Koefisien -0.117 -0.531 -1.875

t-stat -1.081 -0.957 -1.742

Prob. 0.288 0.346 0.091

Konstanta 0.029

ENRG 0.837 0.484

MEDC 1.043 0.387

APEX 2.468 0.080

CTTH 1.279 0.298

INCO 2.229 0.104

PTBA 0.600 0.620

Page 72: skripsi perbankan 4

ENRG Koefisien -0.053 0.062 -1.939

t-stat -0.411 0.094 -1.520

Prob. 0.683 0.926 0.138

Konstanta 0.022

Koefisien -0.005 0.277 -1.331

MEDC t-stat -0.058 0.623 -1.545

Prob. 0.954 0.538 0.132

Konstanta 0.047

Koefisien -0.002 -0.134 -2.980

APEX t-stat -0.016 -0.237 -2.717

Prob. 0.987 0.814 0.011

Konstanta 0.015

Koefisien 0.120 -0.846 -2.394

CTTH t-stat 0.809 -1.111 -1.622

Prob. 0.424 0.275 0.115

Konstanta 0.067

INCO Koefisien -0.092 -0.892 -1.251

t-stat -0.987 -1.859 -1.346

Prob. 0.331 0.072 0.188

Konstanta 0.063

Koefisien 0.005 -0.204 -1.554

PTBA t-stat 0.046 0.339 -1.332

Prob. 0.963 0.737 0.192

Sumber : Hasil Output SPSS 13.0

Dari hasil t-test, faktor perubahan inflasi memiliki nilai probabilitas yang lebih

besar dari nilai signifikansinya. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa faktor perubahan inflasi tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap imbalan saham perusahaan pertmbangan.

Faktor perubahan BI rate memiliki nilai probabilita lebih besar dari nilai

signifikansinya. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa faktor perubahan BI Rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap imbalan

saham perusahaan.

Selanjutnya, faktor perubahan nilai tukar memiliki probabilita lebih kecil dari

nilai signifikansi (5%) hanya pada ANTM dan APEX (Ho diterima). Sedangkan pada

sebagian besar perusahaan memiliki probabilitas lebih besar dari nilai signifikansi (5%)

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa faktor perubahan nilai tukar tidak

berpengaruh terhadap sebagian besar imbalan saham perusahaan pertambangan.

Page 73: skripsi perbankan 4

Perbandingan Model Penilaian Aset Modal (CAPM) dengan Teori Arbitrase

Harga (APT) dalam Mempengaruhi Imbalan Saham.

Untuk membandingkan kedua model ini perlu dilakukan analisis lebih lanjut

melalui uji paired sample t test. Uji ini mencari sejauh mana perbedaan antara

model CAPM dan APT. Jika nilai risiko keputusan < level signifikansi (5%),

terdapat perbedaan yang signifikan antara model CAPM dan APT.

Tabel 4.14

Paired Sample t test untuk F-test

Paired Differences

T df

Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

CAPM - APT 6.6623 3.9094 1.3822 3.3939 9.9306 4.820 7 0.002

Sumber : Hasil Output SSS 13.0

Dari tabel di atas, nilai probabilitas < nilai signifikansi 5%, yaitu 0.002 < 0.05

(Ho ditolak). Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata kedua model berbeda secara

signifikan nilai mean F-test untuk CAPM lebih baik sebesar 6.6623 daripada nilai F-test

untuk APT dengan 3 faktor makro.

Tabel 4.15

Paired Sample t Test untuk Adjusted R2

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

CAPM – APT 0.1141 0.0467 0.0165 0.0751 0.1532 6.909 7 0.000

Sumber : Hasil Output SSS 13.0

Dari tabel di atas, nilai risiko keputusan lebih kecil dari nilai signifikansi 5%,

yaitu 0.000 < 0.05 (Ho ditolak). Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata kekuatan

model regresi (Adjusted R2) kedua model berbeda secara signifikan. Di mana nilai

Page 74: skripsi perbankan 4

Adjusted R2

untuk CAPM lebih baik sebesar 0.1141 daripada nilai Adjusted R2

APT

dengan 3 faktor.

Page 75: skripsi perbankan 4

BAB V

KESIMPULA� DA� SARA�

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan analisis data, peneliti membuat beberapa kesimpulan untuk

menjawab hipotesis penelitian dan identifikasi masalah pada penelitian yang telah

diajukan pada bagian awal skripsi ini. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:

1. premi pasar pada model CAPM tidak berpengaruh terhadap imbalan saham

PTBA saja. Sedangkan pada sebagian besar imbalan saham pertambangan

dipengaruhi premi pasar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

imbalan saham – saham pertambangan dipengaruhi oleh premi pasar (Rm – Rf).

2. faktor prubahan inflasi, BI rate, kurs pada model APT tidak bepengaruh secara

bersama – sama terhadap sebagian besar imbalan saham – saham

pertambangan. Secara individual faktor perubahan inflasi dan perubahan BI rate

tidak berpengaruh terhadap imbalan saham pertambangan. Sedangkan

perubahan kurs hanya berpengaruh pada imbalan saham ANTM dan APEX

saja.

Page 76: skripsi perbankan 4

3. berdasarkan uji perbandingan yamg menggunakan paired sample t test dapat

diketahui bahwa model CAPM dengan APT tiga faktor mempunyai perbedaan

rata – rata di mana CAPM mempunyai F-test dan adjusted R square lebih baik.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa premi pasar (Rm – Rf)

adalah faktor yang lebih berpengaruh terhadap imbalan saham daripada 3 faktor

makroekonomi (inflasi, BI rate, Kurs). Hal ini memberikan informasi bahwa

model CAPM lebih baik daripada APT.

5.2 Saran

Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya, agar mempertimbangkan

beberapa hal berikut.

1. Penelitian ini belum menggunakan variabel makro yang lain (model APT)

karena kurangnya data yang dibutuhkan. Diharapkan peneliti berikutnya dapat

menggunakan atau menambah variabel makro yang lain pada model APT nya.

2. Karena dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan-perusahaan

pertambangan dengan periode 3 tahun, diharapkan dalam penelitian berikutnya

dapat diperluas dengan memasukkan industri - industri lain dan dengan

memperpanjang periode penelitian.

3. Karena regresi belum dapat menghasilkan hasil yang baik, peneliti berikutnya

perlu menggunakan faktor analisis agar menghasilkan hasil yang lebih baik

dalam memprediksi saham.