skripsi pengaruh tingkat pendidikan pesantren dan

120
SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN DI ACEH TAHUN 2008-2019 Disusun Oleh: AYU RIZKIANA PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH 2020 M/ 1442 H NIM. 160602076

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

SKRIPSI

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN

DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN

DI ACEH TAHUN 2008-2019

Disusun Oleh:

AYU RIZKIANA

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

BANDA ACEH

2020 M/ 1442 H

NIM. 160602076

Page 2: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Ayu Rizkiana

NIM : 160602076

Program Studi : Ekonomi Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan SKRIPSI ini,

saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu

mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang laintanpa menyebutkan

sumber asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu

bertanggungjawab atas karya ini.

Bila di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya

saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat

dipertanggungjawabkan dan ternyata memang ditemukan bukti

bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap untuk

dicabut gelar akademik saya atau diberikan sanksi lain

berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

IslamUIN Ar-Raniry.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Banda Aceh, 15 April 2020

Yang Menyatakan,

Ayu Rizkiana

Page 3: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

iv

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Sebagai Salah Satu Beban Studi

Untuk Menyelesaikan Program Studi Perbankan Syariah

LEMBAR PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI

Dengan Judul:

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN

DAN PENGANGGURAN TERHADAP KEMISKINAN

DI ACEH TAHUN 2008-2019

Page 4: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

v

NIP.

Page 5: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

vi

NIP.

Page 6: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

vii

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan nikmat

kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan

Pesantren Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Aceh

Tahun 2008-2019”. Shalawat dan Salam penulis hantarkan atas

keharibaan junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW yang

telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu

pengetahuan. Dalam pembuatan skripsi ini, banyak kesulitan yang

penulis alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan.

Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Tak ada

gading yang tak retak, begitu pula dengan skripsi yang penulis buat

ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Penulis juga

mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik

serta berguna dimasa yang akan datang.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua

pihak, khususnya kepada:

1. Dr. Zaki Fuad, M.Ag selaku dekan Fakultas ekonomi dan

Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Page 7: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

viii

2. Dr. Nilam Sari, M.Ag dan Cut Dian Fitri, SE., M.Si., Ak

selaku ketua dan sekretaris Program studi Ekonomi dan

Bisnis Islam UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

3. Muhammad Arifin, Ph.D, selaku ketua Lab Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Ar-Raniry.

4. Cut Dian Fitri, SE., M.Si., Ak selaku pembimbing I dan

Khairul Amri, SE.,M.Si selaku pembimbing II yang dengan

ikhlas telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing,

serta memberikan arahan baik berupa saran maupun arahan

menuju perbaikan.

5. Hafiizh Maulana, S.P., S.H.I, M.E selaku Penasehat

Akademik (PA) yang telah memberikan motivasi dan saran

yang terbaik buat saya, dan seluruh dosen program studi

ekonomi syariah UIN Ar-Raniry yang telah memberikan

ilmunya selama ini kepada saya.

6. Karya dan keberhasilan ini ku persembahkan kepada

Ayahanda Razali Ibrahim dan Ibunda Nurlaita yang telah

mencurahkan cinta dan kasih sayang, perhatian, dan

pengorbanan yang tiada tara demi kesuksesan masa depanku.

7. Kakak dan adek ku tercinta Mirza dan Ariel Riskan yang

telah menyemangatiku selama ini hingga keberhasilan ini

tercapai.

8. Sahabat seperjuangan di Ekonomi Syari’ah (Nur Azizah

Siregar, Novia Sri Umami, Novi Nurul Hiqmah, Mertisa

Fardesi, dan Hardinar Rukmana Markhan) yang rela

menemani dalam suka duka selama kuliah, teristimewa untuk

Kausar Akbar S.E dan Nada Julianda S.E yang telah

Page 8: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

ix

memotivasi dan menyemangatiku selama ini, beserta seluruh

keluarga besar Ekonomi Syari’ah leting 2016.

9. Akhirnya sebuah perjuangan berhasil ku tempuh walau

berawal dari suka dan duka, merunduk meski terbentur, tidak

mengeluh meski terjatuh, tapi semangat jiwaku tak pernah

pudar. Semoga segala bantuan yang telah diberikan dapat

menjadi amal ibadah dan mendapat imbalan pahala dari Allah

SWT, Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu semua kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan demi perbaikan dimasa yang

akan datang. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah

SWT.

Banda Aceh, 20 Agustus 2020

Penulis,

Ayu Rizkiana

Page 9: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

x

TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN

Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

Nomor:158 Tahun 1987 –Nomor: 0543 b/u/1987

1. Konsonan

No Arab Latin No Arab Latin

Ṭ ط Tidakdilambangkan 16 ا 1

Ẓ ظ B 17 ب 2

‘ ع T 18 ت 3

G غ Ṡ 19 ث 4

F ف J 20 ج 5

Q ق Ḥ 21 ح 6

K ك Kh 22 خ 7

L ل D 23 د 8

M م Ż 24 ذ 9

N ن R 25 ر 10

W و Z 26 ز 11

H ه S 27 س 12

’ ء Sy 28 ش 13

Y ي Ṣ 29 ص 14

Ḍ ض 15

Page 10: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

xi

2. Vokal

Vokal Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri

dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau

diftong.

a. Vokal Tunggal

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa

tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin

Fatḥah A

Kasrah I

Dammah U

b. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa

gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya

gabungan huruf, yaitu:

Tanda dan

Huruf Nama

Gabungan

Huruf

ي Fatḥah dan ya Ai

و Fatḥah dan wau Au

Page 11: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

xii

Contoh:

kaifa: كيف

haula: هول

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat

dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Harkat dan

Huruf Nama Huruf dan Tanda

ا Fatḥah dan alif ي /

atau ya Ā

ي Kasrah dan ya Ī

ي Dammah dan

wau Ū

Contoh:

qāla: ق ال

ramā: ر م ى

qīla: قيل

yaqūlu : ول ي ق

4. Ta Marbutah (ة)

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.

a. Ta marbutah (ة)hidup

Ta marbutah (ة)yang hidup atau mendapat harkat fatḥah,

kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t.

Page 12: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

xiii

b. Ta marbutah (ة) mati

Ta marbutah (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun,

transliterasinya adalah h.

c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (ة)

diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta

bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah (ة) itu

ditransliterasikan dengan h.

Contoh:

طف ال ر وض rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatul aṭfāl: ة ال

دي ن ة الم ن ور ة /al-Madīnah al-Munawwarah: ا لم

al-Madīnatul Munawwarah

Ṭalḥah: ط لح ة

Catatan:

Modifikasi

1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa

tanpa transliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan

nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan.

Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.

2. Nama negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa

Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr; Beirut, bukan Bayrut;

dan sebagainya.

3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa

Indonesia tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan

Tasawuf.

Page 13: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

xiv

ABSTRAK

Nama Mahasiswa : Ayu Rizkiana

NIM : 160602076

Fakultas/Prodi : Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi

Syariah

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan Pesantren

Dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan

Di Aceh 23 Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh Periode Tahun 2008-2019

Tebal Skripsi : 72 Halaman

Pembimbing 1 : Cut Dian Fitri, M.Si., Ak., CA

Pembimbing 2 : Khairul Amri, SE.,M.Si

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

pendidikan pesantren dan pengangguran terhadap tingkat

kemiskinan di provinsi Aceh. Menggunakan data panel 23

kabupaten/kota di Aceh selama periode tahun 2008-2019, model

regresi panel metode fixed effect dan Granger causality test

digunakan untuk menganalisis hubungan fungsional antara ketiga

variabel tersebut. Penelitian menemukan bahwa Tingkat

Pendidikan Pesantren dalam hasil regresi panel memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Aceh

dengan nilai koefisien sebesar 0,032. Tingkat Pengangguran

Terbuka dalam hasil regresi panel memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Aceh dengan

nilai koefisien sebesar 0, 121. Sedangkan hasil Granger causality

test mengindikasikan bahwa kausalitas dua arah terjadi antara

tingkat pendidikan pesantren dan tingkat pengangguran terbuka.

Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan tingkat pendidikan

pesantren merupakan respons terhadap tingkat pengangguran

terbuka.

Kata Kunci: Pendidikan pesantren, pengangguran, dan kemiskinan

Page 14: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................... i

HALAMAN JUDUL KEASLIAN ......................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .............................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................ vii

HALAMAN TRANSLITERASI ........................................... x

ABSTRAK .............................................................................. xiv

DAFTAR ISI ........................................................................... xv

DAFTAR TABEL .................................................................... xvii

DAFTAR GAMBAR ............................................................. xviii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................... 1 1.1 Latar Belakang Penelitian .......................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ................................................... 7

1.5 Sistematika Penelitian ................................................ 8

BAB II LANDASA TEORI ................................................... 9 2.1 Kemiskinan ................................................................ 9

2.1.1 Ukuran Kemiskinan ............................................ 14

2.1.2 Kebijakan Penuntasan Kemiskinan Melalui

Pendidikan ........................................................... 16

2.2 Pendidikan Pesantren ................................................. 18

2.2.1 Dasar-Dasar Pendidikan Islam ............................ 22

2.3 Pengangguran ............................................................. 27

2.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ...................................... 30

2.5 Keterkaitan Antar Variabel ........................................ 34

2.5.1 Pengaruh Pendidikan Pesantren Terhadap

Kemiskinan ......................................................... 34

2.5.2 Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan . 41

2.6 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan ......................... 43

2.7 Kerangka Penelitian ................................................... 44

2.8 Hipotesis Penelitian .................................................... 45

Page 15: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

xvi

BAB III METODE PENELITIAN ....................................... 46 3.1 Batasan Variabel ........................................................ 46

3.2 Jenis Penelitian ........................................................... 46

3.3 Jenis Data dan Sumber Data ...................................... 46

3.4 Teknik Analisis Data .................................................. 47

3.5 Metode Analisi Data .................................................. 49

3.5.1 Penentuan Model Estimasi .................................. 49

3.5.2 Uji Asumsi Klasik ............................................... 51

3.5.3 Penguji Hipotesis ................................................ 53

3.5.4 Pengujian Hipotesis secara Parsial (T) ................ 54

3.5.5 Pengujian Hipotesis secara Simultan (F) ............ 55

3.5.6 Pengujian Granger Causality Test ....................... 55

3.6 Operasional Variabel .................................................. 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................... 58 4.1 Statistika Deskriptif .................................................... 58

4.1.1 Tingkat Kemiskinan ............................................ 58

4.1.2 Pendidikan Pesantren .......................................... 60

4.1.3 Tingkat Pengangguran ........................................ 63

4.2 Hasil Statistik Deskriptif dan Korelasi Antar

Variabel ...................................................................... 65

4.2.1 Hasil Uji Chow dan Uji Hausman ....................... 69

4.3 Analisis Regresi Data Panel ....................................... 73

4.3.1 Granger Causality Test ........................................ 76

BAB V PENUTUP .................................................................. 80 5.1 Kesimpulan ............................................................... 80

5.2 Saran ........................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 83

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................... 90

Page 16: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya ......................................... 32

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel ............................... 60

Tabel 4. 1 Persentase Penduduk Miskin Menurut

Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh 2017-2019 ...... 61

Tabel 4. 2 Persentase Santri Menurut Kabupaten/Kota Di

Provinsi Aceh Tahun 2017-2019 ........................... 64

Tabel 4. 3 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka

Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh

Tahun 2017-2019 ................................................... 66

Tabel 4. 4 Hasil statistik deskriptif dan korelasi antar

variabel .................................................................. 68

Tabel 4. 5 Hasil Chow test ...................................................... 72

Tabel 4. 6 Hasil Hausman test ................................................ 73

Tabel 4. 7 Koefisien Korelasi Antar Variabel ........................ 75

Tabel 4. 8 Ringkasan Hasil Regresi Panel .............................. 76

Tabel 4. 9 Hasil Granger causality test ................................... 81

Page 17: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian ............................................ 48

Gambar 4. 1 Rata-rata Tingkat Kemiskinan Menurut

Kabupaten Prov Aceh 2008-2029 ....................... 63

Gambar 4. 2 Rata-rata Tingkat Pendidikan Pesantren

Menurut Kabupaten Prov Aceh 2008-2019 ........ 65

Gambar 4. 3 Rata-rata Tingkat Pengangguran Terbuka

Menurut Kabupaten Prov Aceh 2008-2019 ........ 67

Gambar 4. 4 Residual Metode Random effect Model ............ 74

Gambar 4. 5 Residual Metode Fixed Effect ............................. 74

Page 18: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh negara

Indonesia yaitu masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan

merupakan masalah yang kompleks dan bersifat multidimensional

sehingga menjadi prioritas dalam pembangunan. Selama ini,

pemerintah Indonesia telah berusaha membentuk program-program

untuk mengatasi kemiskinan terjadi di Indonesia. Upaya

pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan beberapa strategi

dengan membentuk perlindungan keluarga dan masyarakat dalam

memenuhi kebutuhan mereka dari semua bidang. Serta

memberikan suatu pelatihan kepada masyarakat agar memiliki

kemampuan yang sesuai pada setiap individu untuk melakukan

usaha agar mencegah terjadinya kemiskinan yang baru. Upaya

pengentasan kemiskinan tersebut ialah suatu keinginan setiap

Negara dengan mewijudkan cita-cita bangsa indonesia yaitu

terciptanya suatu masyarakat yang adil dan makmur (Royat, 2015).

Ekonomi di Indonesia khususnya di masyarakat masih

banyak menghadapi persoalan-persoalan dasar yang serius dan

harus ditangani seperti tingginya angka kemiskinan, pengangguran,

penyediaan lapangan kerja dan lain sebagainya, sedangkan

trobosan dan program pemerintah tidak mampu untuk mengatasi

permasalahan di atas secara menyeluruh dan merata maka

diperlukan adanya lembaga atau instansi yang bisa membantu

untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran tersebut.

Page 19: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

2

Pesantren adalah salah satu lembaga yang mempunyai peranan

penting dalam kemerdekaan Indonesia juga dianggap mempunyai

potensi dan peran dalam mengembangkan ekonomi masyarakat

guna untuk membantu pemerintah dalam usaha mengurangi

kemiskinan dan pengangguran.

Pembangunan ekonomi sebuah negara dapat dilihat

keberhasilanya dari beberapa indikator perekonomian, satu

diantaranya adalah tingkat pengangguran. Berdasarkan tingkat

pengangguran dapat dilihat kondisi suatu negara apakah

perekonomiannya berkembang atau lambat dan atau bahkan

mengalami kemunduran. Pengangguran sendiri merupakan suatu

keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja

dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat

memperoleh pekerjaan tersebut (Poyoh, 2017).

Masalah kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan

yang telah mendunia dan hingga kini masih menjadi isu sentral di

belahan bumi manapun. Kemiskinan adalah masalah yang dihadapi

oleh banyak negara-negara berkembang salah satunya yaitu

Indonesia yang yang terjadi akibat sumber daya manusia (SDA)

yang terbatas, pengetahuan tentang teknologi yang masih rendah

dan lapangan pekerjaan yang masih tidak tercukupi (Kholis, 2014).

Institusi pendidikan di Indonesia belum mampu bekerja

optimal melahirkan sumber daya manusia yang mampuni. Kualitas

pendidikan di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Human

Development Report (HDR), United Nation Development

Programme (UNDP) melaporkan bahwa pada tahun 2011,

Page 20: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

3

peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development

Index) Indonesia yang mencakupi komposisi peringkat pencapaian

pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala berada di urutan

124 dari 183 negara yang ada di dunia (Majid, 2014).

Sebagai salah satu Provinsi di Indonesia, Aceh juga

memiliki berbagai masalah menyangkut kualitas pendidikan. Aceh

yang mendapat jatah dana pembangunan Rp 11,1 triliun pada

tahun 2010, dan 30% dari jumlah tersebut harus dialokasikan untuk

memajukan bidang pendidikan, namun kualitas pendidikan Aceh

tergolong sangat rendah dibandingkan dengan 34 Provinsi lainnya

yang ada di Indonesia. Misalnya, prestasi siswa Aceh di bidang

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2011 hanya menduduki

peringkat 25 di Indonesia. Fakta ini sungguh bertolak belakang

dengan anggaran besar yang dimiliki Aceh saat ini (Majid, 2014).

Permasalahan pengangguran yang terjadi saat ini sangat

sering dibahas dan merupakan isu penting, karena dapat dikaitkan

dengan indikator ekonomi pada Negara tersebut yang akan

mempengaruhi tingkat pengangguran seperti inflasi, kemiskinan,

dan besarnya upah minimum yang berlaku. Apabila di suatu negara

pertumbuhan ekonominya mengalami kenaikan, diharapkan akan

berpengaruh pada penurunan jumlah pengangguran, hal ini diikuti

dengan tingkat upah. Jika tingkat upah naik akan berpengaruh pada

penurunan jumlah pengangguran pula. Sedangkan tingkat inflasi

yang tinggi akan berpengaruh pada kenaikan jumlah pengangguran

(Sukirno, 2008).

Page 21: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

4

Upaya menurunkan tingkat pengangguran dan menurunkan

tingkat kemiskinan adalah sama pentingnya. Secara teori jika

masyarakat tidak menganggur berarti mempunyai pekerjaan dan

penghasilan, dan dengan penghasilan yang dimiliki dari bekerja

diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup. Jika kebutuhan

hidup terpenuhi, maka tidak akan miskin. Sehingga dikatakan

dengan tingkat pengangguran rendah (kesempatan kerja tinggi)

maka tingkat kemiskinan juga akan rendah. Pengangguran memang

kini belum bisa terlepaskan dari salah satu bagian masalah yang

dihadapi oleh Negara-negara berkembang di dunia, termasuk

bangsa Indonesia. Pengangguran dinegeri ini, masih menjadi

masalah aktual yang menjadi bahasan panjang sejak orde baru

tumbang dan Indonesia dicap sebagai negara yang cukup

terganggu perkembangan perekonomiannya (Poyoh, 2017).

Aceh dalam menurunkan tingkat kemiskinan di wilayah

pemerintahannya. Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan

dari sisi ekonomi dalam memenuhi kebutuhan yang dasar seperti

makanan dan non makanan seperti pakaian dan kesehatan yang

dipengaruhi oleh pendapatan dan pengeluaran. Penduduk miskin

dikategorikan sebagai penduduk yang pengeluaran per kapita

pengeluarannya kurang dari atau rata-rata dibawah garis

kemiskinan. Menurut data BPS, Provinsi Aceh berada di urutan

ketujuh di Indonesia untuk tingkat kemiskina pada tahun 2012.

Walaupun secara umum dari tahun ke tahun pemerintah Aceh telah

berhasil menekan angka kemiskinan pada tahun 2005 (Munawar,

2015). Angka kemiskinan di provinsi Aceh apabila

Page 22: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

5

dibandingkan dengan daerah lainnya masih menduduki posisi

sepuluh besar ditinjau dari persentase kemiskinan, namun jika

ditinjau dari sebaran berdasarkan jumlah penduduk mungkin

saja masih relative sedikit karena jumlah penduduk Provinsi

Aceh lebih sedikit dibandingkan daerah lainnya seperti di

pulau Jawa (Nasir, 2014).

Dengan menurunkan angka pengangguran di Aceh

diharapkan juga mampu untuk menurunkan jumlah angka

kemiskinan di Aceh. Pengangguran adalah suatu keadaan seseorang

yang masih tergolong angkatan kerja yang sedang mencari

pekerjaan tetapi masih belum bekerja dengan alasan tertentu dan

masih belum memperoleh pekerjaan tersebut. Selain itu,

pengangguran juga akan sangat berpengaruh terhadap kemiskinan

dengan adanya kekurangan dalam masyarakat dan rumah tangga

seperti hal nya konsumsi, pakaian, gizi, kesehatan, dan lain

sebagainya karena dipengaruhi oleh pendapatan yang rendah, sebab

itu bencana pengangguran akan secara langsung mempengaruhi

income poverty rate (tingkat pendapatan) dengan consumption

poverty rate (tingkat konsumsi) (Aristina, 2017).

Munculnya pesantren di Indonesia diperkirakan sudah ada

sejak 300-400 tahun dan menjangkau hampir di seluruh lapisan

masyarakat muslim di Indonesia terutama di Provinsi Aceh (Sidiq,

2013). Uniknya Pendidikan Pesantren bukan karena keberadaan

saja, tetapi karena lembaga agama telah menerapkan budaya,

metode dan jaringan (Fawait, 2013). Pondok pesantren yang

melembaga di masyarakat, terutama di pedesaan merupakan

Page 23: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

6

lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia (Maksum, 2015).

Pesantren, jika dilihat dari sejarah, sosiologis dan antropologis,

lembaga ini seharusnya dipandang sebagai lembaga pendidikan

alternatif di Indonesia. Namun pemerintah terkesan melihat

sebelah mata dengan lembaga pendidikan formal lainnya. Di satu

sisi pemerintah mengakui produk-produk atau kualitas lulusan

pesantren akan tetapi disisi lain pesantren tetap pesantren yang

tidak secara utuh diakui sebagai lembaga pendikan.

Mengacu pada uraian di atas, maka pendidikan pesantren

yang relatif rendah, pengangguran yang relatif tinggi dan

kemiskinan yang relatif masih tinggi dapat menghambat

pembangunan perekonomian daerah Aceh. Karena itu penelitian ini

memilih judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan Pesantren Dan

Pengangguran Terhadap Kemiskinan Di Aceh Tahun 2008-

2019”.

1.2 Perumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang penelitian yang sudah

dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa masalah

yaitu:

1. Apakah pendidikan pesantren berpengaruh terhadap

kemiskinan di kabupaten/kota di Aceh tahun 2008-2019 ?

2. Apakah pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan di

kabupaten/kota Aceh tahun 2008-2019 ?

3. Apakah pendidikan pesantren dan pengangguran berpengaruh

terhadap kemiskinan di kabupaten/kota Aceh tahun 2008-2019?

Page 24: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

7

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut.

1. Menganalisis pengaruh pendidikan pesantren terhadap

kemiskinan di Aceh periode tahun 2008-2019 dalam 23

kabupaten.

2. Menganalisis pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di

Aceh periode tahun 2008-2019 dalam 23 kabupaten.

3. Menganalisis apakah pendidikan dan pengangguran

berpengaruh terhadap kemiskinan di Aceh periode tahun 2008-

2019 dalam 23 kabupaten.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan

sebagai berikut.

1. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menganalisis tentang

pendidikan dan pengangguran di Aceh yang dapat digunakan

untuk mengetahui apakah pendidikan dan pengangguran dapat

berpengaruh terhadap kemiskinan di Aceh dalam mewujudkan

masyarakat sejahtera melalui pngembangan perekonomian.

2. Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan wawasan dalam

memperkaya referensi penelitian yang berhubungan dengan

pendidikan, pengangguran, dan kemiskinan serta keterkaitan

antara objek ketiganya di Aceh.

Page 25: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

8

1.5 Sistematika Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan membahasa dan menguraikan

empat sub bab yaitu latar belakang penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bagian ini penulis mengkaji landasan teori yang

digunakan berdasarkan literatur dan teori-teori yang relevan dengan

masalah yang ingin diteliti untuk mengembangkan hipotesis dan

menjalankan fenomena hasil penelitian sebelumnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menjelaskan tentang batasan variabel, jenis penelitian, jenis

dan sumber data, teknik analisi data, metode analisi data, pengujian

granger causality test, dan operasional variabel.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan hasil penelitian

dan pembahasan serta penjelasan dari hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab penutup yang menguraikan

kesimpulan kesimpulan dan saran yang merupakan penyajian

singkat dari keseluruhan hasil penelitian yang diperoleh.

Page 26: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

9

BAB II

LANDASA TEORI

2.1 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat termasuk provinsi Aceh dimana kemiskinan

juga merupakan masalah sosial yang terus-menerus dapat dikaji,

bukan saja karena kemiskinan telah memberikan dampak terhadap

masyarakat, melainkan karena hingga kini kemiskinan masih

belum bisa dientaskan dan bahkan gejalanya semakin meningkat

sejalan dengan krisis multidimensional yang terjadi. Kemiskinan

ditandai oleh keterbelakangan dan pengangguran yang selanjutnya

meningkat menjadi pemicu ketimpangan pendapatan dan

kesenjangan antar golongan penduduk. Kesenjangan dan pelebaran

jurang antara si kaya dan si miskin tidak mungkin untuk terus

dibiarkan karena akan menimbulkan berbagai persoalan, baik

persoalan sosial maupun persoalan politik di masa yang akan

dating (Setyadi, 2017).

Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi,

sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi.

Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang

kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya

pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif,

mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan

secara terpadu. Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau

sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran

Page 27: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

10

ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar

hidup tertentu (Prastyo,2007).

Kemiskinan di Aceh umumnya terjadi di pedesaan, dengan

sekitar 30 persen keluarga di wilayah pedesaan hidup di bawah

garis kemiskinan dibandingkan dengan kurang dari 15 persen di

wilayah perkotaan. Secara geografis, wilayah yang terletak dekat

Banda Aceh memiliki tingkat kemiskinan yang rendah, sementara

daerah-daerah di wilayah tengah dan selatan Aceh menunjukkan

tingkat kemiskinan yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat

pendidikan serta pertanian sebagai kegiatan utama keluarga juga

terkait secara positif dengan kemiskinan (BPS, 2008).

Dalam rangka untuk mengurangi tingkat kemiskinan di

suatu daerah, penanggulangan kemiskinan harus dilakukan secara

menyeluruh, yang berarti menyangkut seluruh penyebab

kemiskinan. Beberapa diantaranya yang menjadi bagian dari

penanggulangan kemiskinan yang perlu tetap ditindaklanjuti dan

disempurnakan implementasinya adalah pemerataan pertumbuhan

ekonomi, peningkatan dan pemerataan tingkat upah, peningkatan

pendidikan masyarakat, pengendalian inflasi, serta perluasan

lapangan kerja (Setyadi, 2017). Menurut BPS (2007), seseorang

masuk dalam kriteria miskin jika pendapatannya berada dibawah

garis kemiskinan.

Dimensi-dimensi kemiskinan dapat dilihat dalam bentuk

kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan

yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini

berarti kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat

Page 28: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

11

mempengaruhi kemajuan atau kemunduran aspek lainnya. Dan

aspek lain dari kemiskinan ini adalah bahwa yang miskin itu

manusianya baik secara individual maupun kolektif (Aristina,

2017).

Pola kemiskinan ada empat yaitu, Pertama adalah yaitu

kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun. Pola kedua

adalah cyclical poverty, yaitu kemiskinan yang mengikuti pola

siklus ekonomi secara keseluruhan. Pola ketiga adalah seasonal

poverty, yaitu kemiskinan musiman seperti dijumpai pada kasus

nelayan dan petani tanaman pangan. Pola keempat adalah

accidental poverty, yaitu kemiskinan karena terjadinya bencana

alam atau dampak dari suatu kebijakan tertentu yang menyebabkan

menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Secara

ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dari tingkat kekurangan sumber

daya yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan hidup serta

meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Secara politik,

kemiskinan dapat dilihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan

yang mempunyai pengertian tentang sistem politik yang dapat

menentukan kemampuan sekelompok orang dalam menjangkau dan

menggunakan sumber daya. Secara sosial psikologi, kemiskinan

dapat dilihat dari tingkat kekurangan jaringan dan struktur sosial

yang mendukung dalam mendapatkan kesempatan peningkatan

produktivitas (Aristina, 2017).

Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan

dengan persoalan yang terjadi pada suatu Negara baik itu di bidang

ekonomi, politik, sosial, budaya, dan moral. Menurut Badan Pusat

Page 29: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

12

Statistik (BPS), kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan

seseorang untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar

dalam hidup yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan.

Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh

seluruh negara, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Hal ini dikarenakan kemiskinan itu bersifat multidimensional

artinya karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam, maka

kemiskinan pun memiliki banyak aspek primer yang berupa miskin

akan aset, organisasi sosial politik, pengetahuan, dan keterampilan

serta aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial,

sumber-sumber keuangan, dan informasi (Aristina, 2017).

Masalah kemiskinan di Aceh cukup kompleks karena

beragamnya kondisi sosial budaya masyarakat dan pengalaman

kemiskinan yang berbeda. Jumlah penduduk miskin di Aceh

mengalami fluktuasi sejak tahun 2017 hingga 2019. Fluktuasi

jumlah penduduk miskin tersebut bahkan cenderung menurun dan

meningkat selama kurun waktu tersebut. Hal ini menunjukkan

bahwa kebijakan penanggulangan kemiskinan yang telah

diterapkan oleh Pemerintah Daerah Aceh selama kurun waktu

tersebut belum maksimal dalam mengurangi jumlah penduduk

miskin di Aceh.

Berkaitan dengan upaya penanggulangan kemiskinan dan

pengangguran, pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu

faktor yang turut mempengaruhi berkurangnya angka kemiskinan

dan pengangguran di Aceh. Tingkat pendidikan santri memiliki

peranan yang sangat penting dalam rangka mengurangi angka

Page 30: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

13

kemiskinan dan pengangguran di aceh.Tingkat pendidikan yang

dimaksud adalah rata-rata lama sekolah yang telah ditempuh oleh

seluruh penduduk di Aceh (Ramdhan, 2017).

Permasalahan kemiskinan di Aceh tidak terlepas dari

banyaknya jumlah pengangguran selama kurun waktu yang sama.

Tingkat kemiskinan juga dapat disebabkan oleh rendahnya

pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang sangat besar,

serta tingkat pendidikan masyarakat. Pendidikan adalah pionir

dalam pembangunan masa depan suatu bangsa, karena pendidikan

yang berkualitas dapat menentukan kualitas dari pembangunan

(Amalia, 2017).

Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 61

و إذ ق لت م ي م وس ىم ل ن نصب ع ل ىم ط ع ام و محد ف ٱدع ل ن ا ر بك ي رج ل ن ا ما ت نبت ٱل رض سه ا و ب ص له ا ق ال أ ت ست بدل ون ٱلذى ه و أ دن م بٱلذى من ب قله ا و قثائه ا و ف ومه ا و ع د

ء و ن ة و ب أ لت م و ض رب ت ع ل يهم ٱلذلة و ٱلم سك ي ر ٱهبط وا مصرا ف إن ل ك م ما س ه و خ ۦن بغ ي ٱل ق بغ ض ب من ٱلل ذ ملك ب ن ه م ك ان وا ي كف ر ون ب اي مت ٱلل و ي قت ل ون ٱلنب

ذ ملك ب ا ع ص وا وك ان وا ي عت د ون

Artinya :”Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami

tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab

itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia

mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu

sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya,

dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil

yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke

suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu

ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka

mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka

selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang

Page 31: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

14

memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka

selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.”

Qur’an Surat Al-Isra Ayat 26

ر ت بذيراو ء ات ذ ا ٱلق رب م ح قه ۥ و ٱلمسكين و ٱبن ٱلسبيل و ل ت ب ذArtinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat

akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam

perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)

secara boros.”

2.1.1 Ukuran Kemiskinan

Ukuran kemiskinan menurut Nurkse secara sederhana dan

yang umum digunakan dapat dibedakan menjadi tiga (Saputra,

2011), yaitu:

1. Kemiskinan absolut

Adalah bila pendapatan seseorang tidak dapat mencapai

kebutuhan hidup minimum (makanan, pakaian, perumahan,

pendidikan, dan kesehatan). Kesulitan utama dalam konsep

kemiskinan absolut adalah menentukan komposisi dan tingkat

kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya

dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga iklim, tingkat

kemajuan suatu negara, dan faktor-faktor ekonomi

lainnya.Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak, seseorang

membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

fisik dan sosialnya.

Page 32: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

15

2. Kemiskinan relatif

Adalah dimana sebenarnya pendapatan seseorang sudah

mencapai tingkat kebutuhan minimum, tetapi masih dianggap

miskin karena masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan

keadaan masyrakat disekitarnya. kemiskinan dapat dari aspek

ketimpangan sosial yang berarti semakin besar ketimpangan antara

tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah, maka

akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat

dikategorikan selalu miskin.

3. Kemiskinan kultural

Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap

orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha

memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak

lain yang membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut

miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau

memperbaiki kondisinya.

Menurut Chambers, kemiskinan dapat dibagi dalam empat

bentuk, yaitu:

1. Kemiskinan absolut: bila pendapatannya di bawah garis

kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi pangan,

sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang

diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja.

2. Kemiskinan relatif: kondisi miskin karena pengaruh

kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh

masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada

pendapatan.

Page 33: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

16

3. Kemiskinan kultural: mengacu pada persoalan sikap

seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor

budaya, seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat

kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada

bantuan dari pihak luar.

4. Kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan

karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi

dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang

tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi kerap

menyebabkan suburnya kemiskinan (Nasikun, 2001).

2.1.2 Kebijakan Penuntasan Kemiskinan Melalui Pendidikan

Dalam UUD 1945 Pasal 34 ayat 1 menyebutkan bahwa

fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara. Hal

ini berarti fakir miskin dan anak terlantar tersebut menjadi

tanggung jawab negara yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk

masa depan mereka. Fakir adalah orang yang tidak mempunyai

kemampuan untuk mendapatkan penghasilan dan tidak mempunyai

sanak saudara. Miskin adalah orang yang mempunyai penghasilan,

namun tidak dapat mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Jadi, fakir miskin ini perlu perhatian khusus, terutama

bagi pemerintah. Sasaran utama pembangunan nasional

sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945 adalah

cerdasnya kehidupan bangsa, majunya kebudayaan nasional, dan

kesejahteraannya kehidupan rakyat Indonesia secara berkeadilan.

Oleh karena itu perlu upaya pembangunan yang pada hakekatnya

Page 34: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

17

merupakan proses transformasi budaya menjadi peradaban bangsa

yang maju, modern, dan demokratis.

Menurut Soedjiarto (2008), pendidikan nasional

diselenggarakan belum maksimal dan wajib belajar belum juga

gratis. Padahal hal ini yang akan mampu meningkatkan

produktivitas nasional dan selanjutnya akan mengikis kemiskinan.

Kemiskinan pada hakekatnya merupakan akibat terbatasnya

kesempatan kerja. Kesempatan kerja tertutup dapat disebabkan oleh

kualifikasi kemampuan yang dituntut tidak terpenuhi dan tidak

terpenuhinya kualifikasi kemampuan disebabkan karena tidak

mengikuti pendidikan yang bermutu, memerlukan biaya yang tidak

mungkin ditanggung oleh mereka yang miskin. Oleh karena itu

masalah kemiskinan dapat diatasi melalui pemberian kesempatan

untuk mengikuti program pendidikan dan berbagai latihan yang

bermutu, seperti pendidikan gratis, pemberian beasiswa kepada

peserta didik, dan kesempatan kerja yang luas serta pelayanan

pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Melalui pendidikan yang bermutu dan merata akan

melahirkan manusia terdidik yang cerdas, berkarakter, dan terampil

atau profesional yang siap memasuki dunia kerja. Dalam upaya

pengentasan kemiskinan adalah membuka kesempatan kerja dan

membayar pajak yang memungkinkan pemerintah memberikan

kesejahteraan masyarakat, mampu membiayai tanggung jawab

konstitusionalnya, yaitu memberikan pelayanan publik seperti

pendidikan, kesehatan, dan jaminan social (Kholis, 2014).

Page 35: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

18

2.2 Pendidikan Pesantren

Asal kata ''pesantren'' adalah pe-''santri''-an, kata "santri"

artinya murid dalam bahasa Jawa Istilah ''pondok'' berasal dari

bahasa Arab ''funduuq'' ('''قودنف''') yang berarti penginapan

(Zulhimma, 2013). Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan

nama ''dayah''. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan

keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan

dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,

pelatihan, atau penelitian. Pendidikan merupakan salah satu

indikator kemajuan daerah dilihat dari aspek sumber daya manusia

. Oleh karena itu pendidikan pesantren sangat berperan sebagai

faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

maka pembangunan di bidang pendidikan pesantren meliputi

pembangunan pendidikan secara formal maupun non-formal.

Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan tertua

yang melekat dalam perjalanan kehidupan Indonesia sejak ratusan

tahun yang silam, ia adalah lembaga pendidikan yang dapat

dikategorikan sebagai lembaga unik dan punya karakteristik

tersendiri yang khas, sehingga saat ini menunjukkan kapabilitasnya

yang cemerlang melewati berbagai episode zaman dengan

pluralitas polemik yang dihadapinya. Pesantren juga melayani

kebutuhan (needs) pendidikan ketika masyarakat memerlukannya,

terutama ketika lembaga-lembaga pendidikan modern yang pada

umumnya bersifat formal, belum mampu menembus ke pelosok

desa. Pada saat itu dunia pesantren menjadi simbol yang

menghubungkan dunia pedesaan dengan dunia luar (In’am, 2010).

Page 36: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

19

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan

yang memerankan fungsi sebagai institusi sosial (Syam, 2005).

Sebagai institusi sosial pesantren memiliki dan menjadi pedoman

etika bagi masyarakat, karena pesantren adalah institusi yang

melegitimasi berbagai moralitas yang seharusnya ada dalam

masyarakat, karena institusi sosial pada hakikatnya muncul dan

berkembang berkat tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Pesantren

merupakan produk sejarah yang terus berkembang mengikuti

zaman, masing-masing memiliki karakteristik berlainan baik

menyangkut sosio-politik, sosio-kultural, sosio-ekonomi maupun

sosio-religius.

Pendidikan pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah, sekolah umum,

perguruan tinggi) dan pada pendidikan non formal yang secara

khusus mengajarkan agama yang sangat kuat yang dipengaruhi

oleh pikiran-pikiran ulama salafus shaleh khususnya dalam bidang

fiq’h, Hadist, Tafsir, Tauhid, dan Tasawuf.

Sebagai lembaga pendidikan, pesantren menyelenggarakan

pendidikan sekolah, (madrasah, sekolah umum, kejuruan, dan

perguruan tinggi) serta pendidikan luar sekolah berupa kursus-

kursus keahlian (life skill), untuk menunjang kehidupan santri

pasca mengikuti pendidikan pesantren, karena pesantren tidak

mencetak santrinya untuk menjadi pegawai pemerintah (PNS),

tetapi lebih menitikberatkan kepada kemandirian santri yang tidak

meng-ekor atau menjadi beban orang/lembaga lain. Tujuan

pendidikan di pesantren memang tidak dimaksudkan untuk

Page 37: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

20

menyiapkan tenaga kerja terampil pada sektor-sektor modern,

sebagaimana sekolah dan universitas pada umumnya. Pendidikan

di pesantren di orientasikan pada pendidikan pemahaman,

penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam. Para santri diantarkan

untuk menjadi alim dan shalih, yang menjadi agen perubahan di

masyarakat. Dalam perkembangannya ke depan, pesantren tetap

harus menjadi “rumah”, menjadi pertahanan mental spiritual sesuai

dengan perkembangan zaman dan tuntutan masa (Kesuma, 2017).

Menurut asal katanya Pesantren berasal dari kata santri

yang mendapat imbuhan awalan pe dan akhiran an yang

menunjukkan tempat, dengan demikian Pesantren artinya tempat

para santri, sedangkan menurut Sodjoko Prasodjo, pesantren adalah

lembaga pendidikan dan pengajaran agama, umumnya dengan cara

non klasikal, di mana seorang kyai mengajarkan ilmu agama

kepada santri-santri berdasarkan kitab yang ditulis dalam bahasa

arab oleh ulama abad pertengahan (Mubarak, 2009).

Ada dua alasan mengapa pesantren bisa menjadi pelopor

perekonomian umat. Pertama, santri adalah golongan masyarakat

yang berkomitmen tinggi dengan agamanya. Komitmen para santri

dalam agamanya dapat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi

yang dilakukan para santri. Kedua, fokus kegiatan pesantren pada

kajian-kajian keislaman dapat membuatnya menjadi penggerak

ekonomi syariah di masyarakat sekaligus melahirkan entrepreneur

muda yang berjiwa islami (Muttaqin, 2011). Optimalisasi semua

sumber daya yang dimiliki pesantren dapat tercipta sebuah

kekuatan besar dalam perekonomian bila dikelola dengan baik.

Page 38: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

21

Dari segi aset misalnya, pesantren bisa memanfaatkan luasnya

tanah yang mereka miliki untuk digunakan dalam kegiatan

bercocok tanam. Pekerja dari kegiatan bercocok tanam tersebut

bisa saja para santri yang dilakukan secara bergantian atau bisa

pula dengan memperkerjakan masyarakat di sekitar pesantren

sebagai petani yang mengelola tanah tersebut. Hasil panen yang

didapat bisa dijual untuk membiayai kegiatan operasional

pesantren. Selain itu, pesantren juga dapat memanfaatkan aset lain

yang dimilikinya untuk ditujukan pada sektor perekonomian.

Pemanfaatan aset ini harus dibarengi dengan manajemen aset yang

baik dari pihak pesantren agar pemanfaatan aset dapat berlangsung

secara optimal. Selanjutnya dari segi sumber daya manusia, para

santri bisa dibekali skill untuk berwirausaha agar pesantren bisa

memiliki sebuah badan usaha yang bisa menjadi penopang

kegiatan perekonomian para santri dan masyarakat (Adnan, 2018).

Santri adalah peserta didik yang dimiliki oleh Pondok

Pesantren yang dititipkan oleh orang tuanya pada pesantren untuk

mempelajari beberapa kegiatan pendidikan agama Islam, dalam hal

ini Pondok Pesantren membagi tiga (3) bagian yaitu;

1. Santri yang mukim dan menetap di asrama yang sudah

disediakan oleh pondok pesantren yang disebabkan karena

jarak antara pondok pesantren dan rumahnya yang relatif

jauh baik dari Aceh maupun luar Aceh, atau anak sekitar

pesantren tetapi mukim di pesantren dan harus mengikuti

kegiatan selama 24 jam sampai pada hari libur pesantren.

Page 39: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

22

2. Santri yang berasal dari sekitar Pondok Pesantren yang

tidak menetap di asrama yang sudah disediakan oleh

posantren, mereka hanya mengikuti sekolah atau hanya

mengikuti dayah, tidak dituntut mengikuti semua kegiatan

pondok pesantren.

3. Santri dari luar Pondok Pesantren yang datang dari

beberapa wilayah yang hanya mengikuti sekolah formal

(umum) yang sesuai dengan jenjang pendidikannya masing-

masing dan kegiatan mereka hanya dari pagi sampai siang

hari (Wadi, 2018).

2.2.1 Dasar-Dasar Pendidikan Islam

Ilmu-ilmu agama di pahami sebagai pedoman hidup

(tafaqquh fi al-din) yang menekankan pentingnya moral dalam

bermasyarakat. Salah satu hal yang dapat dirasakan dengan

hadirnya pesantren adalah pembentukan kader-kader ulama serta

pengembangan keilmuan Islam (Usman, 2013).

Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya, pendidikan

memerlukan acuan pokok yang mendasarinya. Acuan yang menjadi

dasar bagi pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari pandangan

hidup suatu masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan.

Dalam menetapkan sumber pendidikan Islam, para pemikir Islam

mempunyai beberapa pendapat. Abdul Fattah Jalal, misalnya,

membagi sumber pendidikan Islam kepada dua macam, yaitu,

pertama, sumber Ilahi, yang meliputi al-Qur’an, al-Hadîts, dan

alam semesta sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan

kembali. Kedua, sumber insaniah, yaitu lewat proses ijtihad

Page 40: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

23

manusia dari fenomena yang muncul dan dari kajian lebih lanjut

terhadap sumber Ilahi yang masih bersifat global (Jalal, 1988).

Pakar pendidikan Islam lainnya membagi sumber atau dasar

nilai yang dijadikan acuan dalam pendidikan Islam kepada tiga,

yaitu al-Quran, al-Hadîts, serta Ijtihad (Nizar, 2001) para ilmuan

muslim yang berupaya memformulasi bentuk sistem pendidikan

Islam yang dituntut oleh perkembangan zaman, sedangkan

pemecahannya tidak terdapat di dalam kedua sumber utama di atas.

Disamping itu sumber-sumber di atas, Ayumardi Azra

menyebutkan beberapa sumber lain seperti : kata-kata Sahabat,

kemaslahatan masyarakat dan nilai-nilai adat istiadat dan

kebiasaan-kebiasaan sosial (Azra, 1999).

Al-Quran sebagai kalam Allah yang diwahyukan kepada

Nabi Muhammad SAW., al-Qur’an menjadi sumber pendidikan

Islam pertama dan utama. Al-Qur’an merupakan petunjuk yang

lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh aspek

kehidupan manusia dan bersifat unversal. Keuniversalan ajarannya

mencakup ilmu pengetahuan yang tinggi dan sekaligus merupakan

kalam mulia yang esensinya tidak dapat dimengerti, kecuali bagi

orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas. Al-Qur’an diturunkan

Allah untuk menunjuki manusia ke arah yang lebih baik. Firman

Allah Swt :

Quran Surat An-Nahl Ayat 64

وا فيه و ه دى و ر ح ة لق وم و م ا أ نز لن ا ع ل يك ٱلكت مب إل لت ب ين ل م ٱلذى ٱخت ل ف ي ؤمن ون

Page 41: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

24

Artinya : “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al

Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada

mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk

dan rahmat bagi kaum yang beriman.”

Al-Qur’an menduduki tempat paling depan dalam

pengambilan sumber-sumber pendidikan lainnya. Segala kegiatan

dan proses pendidikan Islam haruslah senantiasa berorientasi

kepada prinsip dan nilai-nilai al-Qur’an. Di dalam al-Qur’an

terdapat beberapa hal yang sangat positif guna pengembangan

pendidikan.

Dalam konfigurasi sistem pendidikan nasional, pendidikan

Islam di Indonesia merupakan salah satu variasi dari konfigurasi

sistem pendidikan nasional, tetapi kenyataannya pendidikan Islam

tidak memiliki kesempatan yang luas untuk bersaing dalam

membangun umat yang besar ini. Apabila dirasakan, memang

terasa janggal bahwa dalam komunitas masyarakat Muslim,

pendidikan Islam tidak mendapat kesempatan yang luas untuk

bersaing dalam membangun umat yang besar ini. Apalagi perhatian

pemerintah yang dicurahkan pada pendidikan Islam sangatlah kecil

porsinya, padahal masyarakat Indonesia selalu diharapkan agar

tetap berada dalam lingkaran masyarakat yang sosialistis religious

(Muslih, 1991). Tetapi justru pendidikan Islam lebih banyak

menunjukkan pola swadaya. Sehingga walaupun tanpa perhatian

dari stakeholder, pendidikan Islam tetap dapat berkembang dengan

baik. Bahkan sama sekali bukan menjadi beban, tetapi sebaliknya

menjadi kebanggaan bangsa di tengah minimnya perhatian

pengambil kebijakan pendidikan.

Page 42: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

25

Pertumbuhan ekonomi akan berkembang pesat sehingga

mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk sebuah negara jika

didukung oleh masyarakatnya yang memiliki tingkat pendidikan

yang tinggi. Teori pertumbuhan modern menekankan pentingnya

peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan

modal manusia (human capital) melalui pendidikan dalam rangka

mendorong dan meningkatkan produktivitas, dimana pertumbuhan

produktivitas tersebut pada gilirannya merupakan motor penggerak

pertumbuhan. Modal manusia dalam terminologi ekonomi

digunakan untuk bidang pendidikan dan berbagai kapasitas

manusia lainnya, yang ketika bertambah dapat meningkatkan

produktivitas. Pendidikan memainkan kunci dalam kemajuan

perekonomian di suatu negara. Pendidikan merupakan alat untuk

mengadopsi teknologi modern, sehingga dapat meningkatkan

kapasitas produksi dalam perekonomian. Pendidikan juga dapat

dilihat sebagai komponen vital dalam pertumbuhan dan

pembangunan sebagai input bagi fungsi produksi agregrat (Todaro

dan Smith, 2003).

Fokus pendidikan formal adalah peningkatan mutu

pendidikan dan perluasan pendidikan dasar. Selain itu, ditingkatkan

pula kesempatan belajar pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Untuk mencapai sasaran tersebut, berbagai upaya dilakukan

pemerintah, misalnya dengan meningkatkan sarana dan prasarana

pendidikan pesantren, perbaikan kurikulum, bahkan sejak tahun

1994 pemerintah juga telah melaksanakan Program Wajib Belajar

9 Tahun yang merupakan kelanjutan dari Program Wajib Belajar

Page 43: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

26

6 Tahun. Dengan semakin lamanya usia wajib belajar ini

diharapkan tingkat pendidikan anak semakin membaik, dan

tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan penduduk di

masa mendatang (BPS, 2017).

Samuelson (2004) menyebutkan bahwa input tenaga kerja

(sumber daya manusia) terdiri dari kuantitas dan keterampilan

tenaga kerja. Dari banyaknya segi ekonomi akan percaya bahwa

kualitas input dari tenaga kerja yakni adanya keterampilan,

pengetahuan dan disiplin tenaga kerja merupakan faktor paling

penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu Negara.

Negara tersebut akan mampu membeli suatu alat dan mesin yang

canggih tetapi tidak akan bekerja apabila tidak mempekerjakan

sumber daya manusia yang bekerja dengan terampil dan terlatih

dan tidak dapat meproduksi barang dan memanfaatkan barang

modal tersebut secara efektif. Peningkatan melek huruf dan

berkualitas serta kemampuan dalam menggunakan komputer akan

sangat berpengaruh dalam meningkatkan produktivitas tenaga

kerja. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

manusia merupakan hubungan dua arah yang kuat. Di satu sisi

pertumbuhan ekonomi menyediakan sumber-sumber yang

memungkinkan terjadinya berkembangan secara berkelanjutan

dalam pembangunan manusia. Sementara sisi lain pengembangan

dalam kualitas modal manusia merupakan kontributor penting bagi

pertumbuhan ekonomi.

Pendidikan pesantren pada akhirnya akan menyiapkan

generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam

Page 44: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

27

masyarakat pada masa yang akan datang, memindahkan ilmu

pengetahuan, memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara

keutuhan dan kesatuan masyarakat, untuk memberantas kebodohan,

menghilangkan salah pengertian, memberi bimbingan dalam hidup,

menolong dalam menghadapi kesukaran, mensejahterakan

penduduk dan menentramkan batin. Pendidikan dasar memiliki

fokus utama dalam memberantas buta huruf. Pemberantasan buta

huruf menjadi indikator yang mendasar dalam keberhasilan proses

pendidikan.

2.3 Pengangguran

Pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan

dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan

pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh

pekerjaan yang diinginkannya (Samuelson, 2004). Pengangguran

atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama

sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama

seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan

pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan oleh

jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja yang tidak sebanding

dengan jumlah lapangan kerja yang ada.

Pengangguran merupakan masalah yang sangat kompleks

karena akan sangat mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh

faktor-faktor yang saling berinteraksi mengikuti pola yang tidak

selalu mudah dipahami. Apabila pengangguran tersebut tidak

segera diatasi maka dapat menimbulkan kerawanan sosial dan

berpotensi mengakibatkan kemiskinan (Poyoh, 2017).

Page 45: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

28

Serupa dengan pengertian di atas, Sadono Sukirno (2004:

28) mengatakan bahwa pengangguran adalah seseorang yang sudah

digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang

mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak

dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Tingkat

pengangguran menunjukkan persentase dari individu-individu yang

ingin bekerja namun tidak memiliki perkerjaan. Seseorang

dianggap menjadi penganggur jika tidak bekerja namun masih

menunggu untuk mendapatkan pekerjaan (Retnowati, 2014).

Islam telah memperingatkan ummatnya agar tidak

menganggur, hal ini tertera dalam Al-Qur’an surat An-Naba’ ayat

11 yang berbunyi:

ع لن ا ٱلن ه ار م ع اشا و ج Artinya: “Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,”

Menurut Qardhawi (2005) pengangguran dapat dibagi

menjadi dua kelompok, yaitu:

a. Pengangguran Jabariyah (terpaksa)

Adalah pengangguran dimana seseorang tidak mempunyai

hak sedikitpun memilih status ini dan terpaksa menerimanya.

Pengangguran seperti ini umumnya terjadi karena seseorang tidak

mempunyai keteranpulan sedikitpun, yang sebenarnya bisa

dipelajari sejak kecil sebagai modal untuk masa depannya atau

seseorang telah mempunyai suatu keterampilan tetapi keterampilan

ini tidak berguna sedikitpun karena adanya perubahan lingkungan

dan perkembangan zaman.

Page 46: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

29

b. Pengangguran Khiyariyah. Pengangguran Khiyariyah

adalah seseorang yang memilih untuk menganggur padahal

pada dasarnya mampu untuk bekerja.

Adanya pembagian kedua kelompok ini mempunyai kaitan

erat dengan solusi yang ditawarkan Islam untuk mengatasi suatu

pengangguran. Kelompok pengangguran jabariyah perlu

mendapatkan peerhatian dari pemerintah agar mereka dapat

bekerja. Sebalinya, Islam tidak mengalokasikan dana dan bantuan

untuk pengangguran khiyariyah karena pada prinsipnya mereka

memang tidak memerlukan bantuan karena pada dasarnya mereka

mampu untuk bekerja hanya saja mereka malas untuk

memanfaatkan potensinya dan lebih memilih menjadi beban bagi

orang lain.

Pengangguran yang tinggi mempunyai dampak buruk baik

terhadap perekonomian, seperti pengangguran dapat menyebabkan

masyarakat tidak dapat memaksimumkan kesejahteraan yang

mungkin dicapai. Pengangguran dapat menyebabkan hilangnya

atau berkurangnya keterampilan dan pengangguran menimbulkan

ketidakstabilan ekonomi dan politik. Pengangguran adalah

masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi oleh setiap negara,

khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Menurut BPS

pada sensus 2010, pengangguran didefinisikan sebagai orang yang

masuk dalam angkatan kerja (15-64) tahun yang sedang mencari

pekerjaan dan belum mendapatkannya. Pengangguran jika

dibiarkan secara terus menerus tentunya akan berdampak negatif

bagi suatu daerah atau negara. Contoh dampak negatif yang terjadi

Page 47: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

30

akibat banyaknya pengangguran adalah kriminalitas dan

kemiskinan (Aristina, 2017).

Salah satu aspek untuk mengukur kinerja perekonomian

pada suatu Negara adalah tingkat pengangguran. Apabila tingkat

pengangguran yang rendah maka Negara tersebut memiliki

perekonomian yang baik, begitu pula sebaliknya, apabila tingkat

pengangguran yang tinggi maka Negara memiliki permasalahan

ekonomi yang dapat menyebabkan kemiskinan. Menurut Badan

Pusat Statistik pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak

bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua

hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha

mendapatkan pekerjaan (BPS).

Pengangguran merupakan seseorang yang tergolong

angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat

memperolehnya. Untuk mengukur tingkat pengangguran dilihat

dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) yaitu persentase

penduduk pencari pekerjaan (yang mencari pekerjaa, yang

mempersiapkan usaha, yang tidak bekerja tetapi bersedia bekerja

apabila ada yang menyediakan, yang sudah mempunyai pekerjaan

tapi belum mulai kerja) terhadap angkatan kerja (BPS, 2004).

2.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Dalam penelitian sebelumnya menurut Amalia (2017)

menyatakan bahwa Angka Melek Huruf berpengaruh signifikan

dan negatif terhadap kemiskinan di Sumatera Utara. Hal ini dapat

diketahui dari nilai t-statistic AMH -4,709 < t-tabel 1,69 dan

probabilitas 0.0000 dengan tingkat α = 5%. Hal ini berarti semakin

Page 48: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

31

tinggi Pendidikan maka kemiskinan di Sumatera Utara semakin

menurun. Koefisien variabel pendidikan (AMH) sebesar -1.216776

berarti setiap peningkatan pendidikan sebesar 1% dapat

menyebabkan penurunan tingkat kemiskinan sebesar 1,21 %

dengan asumsi variabel lain tetap.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arfan poyoh, Gene H.

M. Kapantow, dan Juliana R. Mandei (2017) yang menyimpulkan

bahwa berdasarkan hasil penelitian dan pengujian data yang telah

dilakukan maka dapat disimpulkan, dari ketiga faktor yakni tingkat

upah, inflasi dan pertumbuhan PDRB, yang berpengaruh nyata

terhadap tingkat pengangguran di provinsi Sulawesi Utara adalah

faktor tingkat upah, sedangkan tingkat inflasi dan pertumbuhan

PDRB tidak berpengaruh nyata.

Dalam penelitian lainnya dari Prastyo (2010) menyatakan

bahwa hasil uji koefisien determinasi (R2) pengaruh pertumbuhan

ekonomi, upah minimum, pendidikan dan tingkat pengangguran

terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2003-2007

menunjukkan bahwa besarnya nilai R2cukup tinggi yaitu 0,982677.

Dalam penelitian Ramdhan (2017) menyatakan bahwa

pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran di

Kota Samarindamasih rendah karena pertumbuhan ekonomi yang

cenderung melambat sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap

berkurangnya tingkat pengangguran di Kota Samarinda.

Sedangkan dalam penelitian dari Novriansyah (2018)

menyatakan bahwa Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi

Gorontalo cukup berfluktuasi di Provinsi Gorontalo dari tahun

Page 49: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

32

2006 sampai 2014. Namun demikian angka ini masih dibawah

angka tingkat pengangguran nasional, sehingga dapat dikatakan

bahwa pengangguran masih berada pada kondisi yang tidak parah.

Pertumbuhan ekonomi yang menunjukan kenaikan dari tahun

ketahun menyebabkan terbukanya kesempatan kerja baik disektor

formal maupun informal di Provinsi Gorontalo.

Berikut ini ringkasan tabel penelitian sebelumnya yaitu

sebagai berikut :

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya

NO Judul Peneliti Metode Hasil

1. Pengaruh Pdrb,

Inflasi Dan

Pengangguran

Terhadap

Jumlah Penduduk

Miskin Di

Provinsi Aceh

Nasir (2014) Model analisis

yang

digunakan

dalam

menganalisa

data adalah

regresi

berganda.

Variabel

Pengangguran

berpengaruh positif

dan signifikan

terhadap

jumlah penduduk

miskin di Provinsi

Aceh

pada tingkat

kepercayaan 95

persen. Artinya

jika pengangguran

naik maka jumlah

penduduk miskin

akan naik.

2. Faktor – Faktor

Yang

Mempengaruhi

Tingkat

Penggangguran Di

Provinsi Sulawesi

Utara

Arfan

poyoh,Gene

H. M.

Kapantow,

dan Juliana

R. Mandei

(2017)

Metode

analisis regresi

liner berganda

dengan metode

Ordinary Least

Square (OLS)

Berdasarkan hasil

penelitian dan

pengujian data yang

telah dilakukan

maka dapat

disimpulkan, dari

ketiga faktor yakni

tingkat upah, inflasi

dan pertumbuhan

PDRB, yang

berpengaruh nyata

terhadap tingkat

Page 50: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

33

pengangguran di

provinsi Sulawesi

Utara adalah faktor

tingkat upah,

sedangkan tingkat

inflasi dan

pertumbuhan

PDRB tidak

berpengaruh nyata.

3. Analisis Faktor-

Faktor Yang

Mempengaruhi

Tingkat

Kemiskinan

Adit Agus

Prastyo

(2010)

Menggunakan

metode analisis

panel data

(pooled data)

Hasil uji koefisien

determinasi (R2)

pengaruh

pertumbuhan

ekonomi, upah

minimum,

pendidikan dan

tingkat

pengangguran

terhadap tingkat

kemiskinan di Jawa

Tengah tahun 2003-

2007 menunjukkan

bahwa besarnya

nilai R2cukup tinggi

yaitu 0,982677.

4. Faktor-faktor yang

mempengaruhi

tingkat

pengangguran dan

kemiskinan di

kota samarinda

Dahma Amar

Ramdhan,

Djoko

Setyadi, dan

Adi Wijaya

(2017)

Metode

analisis

deskriptif

kuantitatif

Pengaruh

pertumbuhan

ekonomi terhadap

tingkat

pengangguran di

Kota Samarinda

masih rendah

karena

pertumbuhan

ekonomi yang

cenderung

melambat sehingga

tidak terlalu

berpengaruh

terhadap

berkurangnya

tingkat

pengangguran di

Kota Samarinda.

Page 51: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

34

5. Pengaruh

Pengangguran dan

Kemiskinan

Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi di

Provinsi

Gorontalo

Moh. Arif

Novriansyah

(2018)

Metode analisi

kualitatif dan

kuantitatif

Tingkat

pengangguran

terbuka di Provinsi

Gorontalo cukup

berfluktuasi di

Provinsi Gorontalo

dari tahun 2006

sampai 2014.

Namun demikian

angka ini masih

dibawah angka

tingkat

pengangguran

nasional, sehingga

dapat dikatakan

bahwa

pengangguran

masih berada pada

kondisi yang tidak

parah. Pertumbuhan

ekonomi yang

menunjukan

kenaikan dari tahun

ketahun

menyebabkan

terbukanya

kesempatan kerja

baik disektor

formal maupun

informal di Provinsi

Gorontalo.

2.5 Keterkaitan Antar Variabel

2.5.1 Pengaruh Pendidikan Pesantren Terhadap Kemiskinan

Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan

daerah dilihat dari aspek sumber daya manusia. Oleh karena itu

pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan

di bidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara

Page 52: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

35

formal maupun non-formal. Fokus pendidikan formal adalah

peningkatan mutu pendidikan dan perluasan pendidikan dasar.

Selain itu, ditingkatkan pula kesempatan belajar pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi. Untuk mencapai sasaran tersebut,

berbagai upaya dilakukan pemerintah, misalnya dengan

meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perbaikan

kurikulum, bahkan sejak tahun 1994 pemerintah juga telah

melaksanakan Program Wajib Belajar 9 Tahun yang merupakan

kelanjutan dari Program Wajib Belajar 6 Tahun. Dengan semakin

lamanya usia wajib belajar ini diharapkan tingkat pendidikan anak

semakin membaik, dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat

kesejahteraan penduduk di masa mendatang.

Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan

pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal

manusia (human capital) dan mendorong penelitian dan

pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia.

Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan

akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang

diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan

seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan

mendorong peningkatan produktivitas kerjanya.

Sebenarnya, ada banyak potensi dan manfaat yang dapat

kita rasakan dengan berdirinya suatu pesantren. Selama ini,

sebagian besar orang hanya melihat potensi pesantren dalam bidang

pendidikan agama, pendidikan sosial dan politik. Padahal pesantren

Page 53: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

36

memiliki potensi dalam bidang kesehatan, pengembangan

teknologi, pemulihan lingkungan hidup dan bidang yang paling

utama adalah pemberdayaan perekonomian bagi masyarakat

sekitarnya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa fungsi pesantren yaitu

sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (center of

exellence), mencetak sumber daya manusia (human resource) dan

juga melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of

development) (Nadzir, 2015).

Potensi pemberdayaan ekonomi pesantren bisa lebih

dikembangkan untuk memajukan perekonomian masyarakat

sekitar. Hal ini akan berdampak pada pengurangan kemiskinan

umat. Apabila model pemberdayaan ekonomi pesantren

dikembangkan dan dijalankan secara luas dalam suatu wilayah,

misalnya kota atau provinsi, maka hal ini akan mengurangi jumlah

kemiskinan di wilayah tersebut. Pada akhirnya, kesejahteraan di

daerah tersebut akan meningkat.

Keterkaitan kemiskinan dan pendidikan sangat besar karena

pendidikan memberikan kemampuan untuk berkembang lewat

penguasaan ilmu dan keterampilan. Pendidikan juga menanamkan

kesadaran akan pentingnya martabat manusia. Mendidik dan

memberikan pengetahuan berarti menggapai masadepan. Hal

tersebut harusnya menjadi semangat untuk terus melakukan upaya

mencerdaskan bangsa.

Secara umum, kemiskinan akan menghalangi seseorang

untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Jika investasi

pendidikan dilakukan, maka akan mampu meningkatkan kualitas

Page 54: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

37

sumberdaya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya

pengetahuan dan keterampilan seseorang. Menurut Simmons,

dalam Todaro (1994), pendidikan di banyak negara merupakan cara

untuk menyelamatkan diri dari kemiskinan. Dimana digambarkan

dengan seoarang miskin yang mengharapkan pekerjaan baik serta

penghasilan yang tinggi maka harus mempunyai tingkat pendidikan

yang tinggi. Tetapi pendidikan tinggi hanya mampu dicapai oleh

orang kaya.Sedangkam orang miskin tidak mempunyai cukup uang

untuk membiayai pendidikan hingga ke tingkat yang lebih tinggi

seperti sekolah lanjutan dan universitas. Sehingga tingkat

pendidikan sangat berpengaruh dalam mengatasi masalah

kemiskinan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan

mendorong peningkatan produktivitas kerjanya. Rendahnya

produktivitas kaum miskin dapat disebabkan oleh rendahnya akses

mereka untuk memperoleh pendidikan.

Ada dua alasan mengapa pesantren bisa menjadi pelopor

perekonomian umat. Pertama, santri adalah golongan masyarakat

yang berkomitmen tinggi dengan agamanya. Komitmen para santri

dalam agamanya dapat berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi

yang dilakukan para santri. Kedua, fokus kegiatan pesantren pada

kajian-kajian keislaman dapat membuatnya menjadi penggerak

ekonomi syariah di masyarakat sekaligus melahirkan entrepreneur

muda yang berjiwa islami (Muttaqin, 2011).

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam

kesejahteraan masyarakat khusunya Aceh. Pemerintah dapat

Page 55: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

38

memainkan peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan

rakyatnya dengan merancang program-program yang berhubungan

dengan pendidikan sedemikian rupa sehingga golongan miskin juga

dapat ikut menikmatinya, karena hal ini juga dapat menurunkan

ketidakmerataan distribusi pendapatan dalam masyarakat. Apabila

pemerintah kurang mendukung pendidikan dan pelatihan, maka

hanya sedikit dari penduduk yang berpendapatan rendah yang

mendapat kesempatan untuk meningkatkan pendapatan, atau

dengan kata lain meningkatkan tingkat kesejahteraannya.

Menurut Gillis (2000) Terdapat dua alasan mengapa

pendidikan itu penting: 1. Terdapat banyak permintaan yang tinggi

untuk pendidikan, hal ini terjadi karena masyarakat dimana saja

percaya bahwa pendidikan dapat memberikan keuntungan bagi diri

mereka dan juga anak-anak mereka. Namun di negara-negara

berkembang masih banyak yang belum dapat menampung

permintaan pendidikan, karena belum banyak terdapat sekolah

terutama di pedesaan dan daerah-daerah terpencil lainnya, sehingga

masih banyak terdapat penduduk yang belum dapat mengenyam

pendidikan. 2. Alasan lainnya adalah karena telah banyak

dilakukan observasi yang menyebutkan bahwa dengan tingkat

pendidikan yang tinggi maka pendapatan dan kedudukan sosial

seseorang di masyarakat akan dapat terangkat. Walaupun tidak

semua orang yang menyelesaikan sekolahnya lebih baik dari yang

tidak bersekolah atau menyelesaikan sekolahnya, namun rata-rata

mereka yang menyelesaikan sekolahnya menghasilkan pendapatan

lebih banyak.

Page 56: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

39

Dengan demikian, seperti yang telah dijelaskan diatas

pendidikan akan mengurangi ketimpangan dan kemiskinan secara

langsung dengan meningkatkan produktivitas bagi golongan

miskin, memperbaiki kesempatan mereka untuk memperoleh

pekerjaan dengan upah yang lebih baik, dan membuka jalur

hubungan vertikal bagi anak-anak mereka. Secara tidak langsung,

pendidikan memberikan kemampuan yang lebih bagi golongan

miskin untuk memperoleh bagian mereka dari total pendapatan.

Oleh karena itu orang-orang di seluruh dunia menyadari hal

itu sehingga mereka berusaha agar anak-anak mereka nanti

mendapatkan pendidikan yang tinggi. Pada negara-negara

berkembang kini mulai memperhatikan pentingnya pendidikan

karena pendidikan dianggap dapat meningkatkan pembangunan

(Puruwita, 2012).

2.5.2 Pengaruh Pengangguran Terhadap Kemiskinan

Pengangguran dapat mempengaruhi kemiskinan dengan

berbagai cara. Jika rumah tangga tersebut memiliki batasan

likuiditas (yang berarti bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi

oleh pendapatan saat ini) maka pengangguran akan secara langsung

mempengaruhi kemiskinan baik yang diukur dari sisi pendapatan

(income poverty rate) maupun kemiskinan yang diukur dari sisi

konsumsi (consumption poverty rate). Jika rumah tangga tersebut

tidak menghadapi batasan likuiditas (yang berarti bahwa konsumsi

saat ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan saat ini) maka

peningkatan pengangguran akan menyebabkan peningkatan

Page 57: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

40

kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh

dalam jangka pendek.

Hoover & Wallace (2003), menemukan bahwa tingkat

kemiskinan sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi, dimana

peningkatan pengangguran menyebabkan peningkatan kemiskinan.

Lopez (2005), dalam penelitiannya berpendapat bahwa tidak

seorang pun menyangsikan pentingnya pertumbuhan untuk

mengurangi kemiskinan, namun demikian banyak penelitian yang

juga menunjukkan bahwa kebijakan pro pertumbuhan (pro-growth)

justru menghasilkan ketimpangan, bertentangan dengan tujuan

pertumbuhan itu sendiri.

Jumlah pengangguran erat kaitannya dengan kemiskinan

yang penduduknya memiliki ketergantungan yang sangat besar

terhadap pendapatan atau upah yang diperoleh pada saat

itu.Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya

sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli

kebutuhan sehari-hari. Artinya, semakin tinggi pengangguran maka

akan meningkatkan kemiskinan. Hal serupa dikemukakan oleh

Sukirno yang mengatakan efek buruk dari pengangguran adalah

mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya

mengurangi tingkat kemakmuran yang telah dicapai seseorang.

Semakin rendah kesejahteraan masyarakat akibat menganggur

tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam

kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.

Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pengangguran di suatu daerah, maka semakin tinggi

Page 58: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

41

pula tingkat kemiskinan di daerah tersebut. Pengaruh tingkat

pengangguran yang positif dan signifikan terhadap tingkat

kemiskinan di Aceh sesuai dengan teori di atas, dimana tingkat

kemiskinan di Aceh secara persentase cenderung mengalami

penurunan dikarenakan tingkat pengangguran juga mengalami

penurunan. Hal tersebut disebabkan kegiatan perekonomian di

Aceh yang semakin membaik dan berkembang dari tahun ke tahun

sehingga tingkat pengangguran semakin berkurang dan pada

akhirnya tingkat kemiskinan juga berkurang.

Menurut Raper dalam Brotherhood (2002) pengangguran

adalah penyebab kemiskinan terbesar dan perlu diberantas, tetapi

hanya dapat diatasi salah satunya dengan cara menyediakan

pekerjaan dan kesempatan kerja, daripada hanya sekedar himbauan

atau slogan-slogan saja. Pengangguran bukan semata-mata hanya

masalah bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan, melainkan

masalah bagi kita semua. Jika masyarakat tidak memiliki dana

untuk dibelanjakan, maka perusahaan tidak dapat menjual

produknya, dan dampaknya akan mempengaruhi seluruh

perekonomian. Langkah pertama untuk mengurangi pengangguran

adalah dengan mengakui bahwa pengangguran bukanlah akibat

seseorang yang malas, melainkan masalah struktural.

Menurut Brotherhood (2002) pemerintah mempunyai peran

dalam menerapkan kebijakan yang sesuai. Jika pemerintah

melakukan investasi dalam penyediaan lapangan kerja, hal ini tidak

hanya akan menjaga stabilitas perekonomiannya, tetapi juga akan

menciptakan banyak kesempatan bekerja. Untuk memperoleh

Page 59: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

42

pekerjaan, setiap individu memerlukan skill yang dibutuhkan

pekerjaan tersebut, maka akses terhadap pelatihan sangat penting.

Menurut Kuncoro (2006) ada tiga masalah pokok yang

harus diperhatikan yaitu tingkat kemiskinan, pengangguran dan

ketimpangandalam berbagai bidang. Ketiga masalah pokok

tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan antara satu

dengan lainnya. Tingginya tingkat kemiskinan dikarenakan

banyaknya pengangguran yang kemudian berdampak pada

ketimpangan dalam berbagai bidang. Timbulnya kemiskinan

dikarenakan rendahnya kemampuan masyarakat mengakses

lapangan kerja dan sedikitnya peluang masyarakat untuk

mendapatkan kesempatan kerja.

Tingkat pengangguran akan memberikan dampak yang

positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di

Provinsi Aceh. Yang berarti apabila tingkat pengangguran

meningkat sebesar satu (1%) persen saja maka akan

menyebabkan jumlah penduduk miskin di aceh akan naik

sebesar 51.026 persen. Hasil yang ditemukan sesuai dengan

pendapat Sukirno (2004), yang menyatakan bahwa dampak

buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan

masyarakat, dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang

mereka capai. Ditinjau dari sudut individu, pengangguran

menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial ke pada

yang mengalaminya (Nasir, 2014).

Page 60: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

43

2.6 Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang dihadapi

manusia itu sendiri akan memberi dampak dan akibat terhadap

kehidupan manusia. Kemiskinan yaitu suatu masalah yang dapat

terjadi pada kehidupan nyata dan akan merasakan dampak dan

akbiat dari kemiskinan tersebut. Faktor-faktor seperti investasi,

pertumbuhan ekonomi, pengangguran, pendidikan dan

kemiskinan satu sama lain saling terkait dimana kemiskinan telah

mejadi perhatian utama dalam perkembangan kebijakan sosial

(Aristina, 2017).

Faktor penyebab kemiskinan secara umum dibedakan

menjadi dua yaitu faktor eksogen dan endogen.Faktor eksogen

(faktor yang berada di luar individu tersebut) dibedakan menjadi

faktor alamiah (keadaan alam, iklim, dan bencana alam) dan faktor

buatan atau struktur (kolonialisme, sifat pemerintahan, sistem

ekonomi dan sebagainya).Sedangkan faktor endogen (faktor yang

berasal dari dalam individu itu sendiri) misalnya sifat menyerah

pada nasib (fatalis), malas, boros, dan sebagainya (Arianti, 2016).

2.7 Kerangka Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, tingkat pendidikan

pesantren dan tingkat pengangguran yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh tingkat kemiskinan di Aceh. Adanya

keterkaitan antara tingkat dan tingkat pengangguran yang telah

dijelaskan secara teoritis, tetapi juga diperkuat dengan hasil

penelitian empiris yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya. Sebelumnya peneliti Hoover & Wallace (2003) juga

Page 61: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

44

menemukan dan menyimpulkan bahwa tingkat kemiskinan sangat

sensitif terhadap kondisi ekonomi, dimana peningkatan

pengangguran menyebabkan peningkatan kemiskinan. Oleh karena

itu kerangka penelitian dapat digambarkan dalam gambar 2.1 di

bawah ini.

Gambar 2. 1 Kerangka Penelitian

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban (dugaan) sementara terhadap

rumusan maslah penelitian oleh karena itru jawaban yang diberikan

masih berdasarkan pada teori yang relevan dan belum berdasarkan

pada faktor-faktor empiris yang diperoleh melalui pengumpulan

data (sugiyono, 2005).Berdasarkan latar belakang penelitian,

temuan penelitian terkait dan kerangka penelitian yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka menjadi hipotesis penelitian ini

adalah :

H01 :Variabel tidak berpengaruh terhadap Kemiskinan.

Ha1 : Variabel berpengaruh terhadap kemiskinan.

H02 : Variabel Pengangguran tidak berpengaruh terhadap

Kemiskinan.

Tingkat

Pendidikan pesantren

Tingkat

Pengangguran

Kemiskinan

Page 62: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

45

Ha2 : Variabel Pengangguran berpengaruh terhadap

Kemiskinan.

H03 : Variabel dan Pengangguran tidak berpengaruh secara

bersama-sama terhadap Kemiskinan.

Ha3 : Variabel Pendidikan Pesantren dan Pengangguran

berpengaruh secara bersama-sama terhadap Kemiskinan.

Page 63: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

46

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Batasan Variabel

Dalam penelitian ini, variabel penjelas bagi kemiskinan

hanya dibatasi pada tingkat pendidikan pesantren dan

pengangguran. Kemiskinan yang dimaksudkan yaitu pada provinsi

Aceh untuk mengetahui pengaruh pendidikan pesantren dan

pengangguran terhadap kemiskinan di Aceh. Kemiskinan

merupakan masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji

secara terus-menerus, bukan saja karena masalah kemiskinan telah

ada sejak lama, melainkan karena hingga kini kemiskinan belum

bisa dientaskan.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian

kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisinya pada data

numeric atau angka yang diperoleh dengan metode statistik serta

dilakukan pada penelitian inferensial atau dalam rangka pengujian

hipotesis sehingga diperoleh korelasi hubungan antara variable

penelitian.

3.3 Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data tersebut berbentuk data panel yang terdiri dari 23

kabupaten/kota di Aceh tselama periode 2008-2019. Data-data

tersebut berasal dari data BPS Aceh, dan instansi terkait lainnya

Page 64: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

47

yang menyediakan data penelitian yang berkaitan dengan

pendidikan pesantren, pengangguran, dan kemiskinan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder merupakan sumber data yang tidak

langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono,

2012: 137). Data sekunder yang digunakan berbentuk data panel

yaitu gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data

silang (cross section). Data dalam penelitian ini selama periode

tahun 2008-2019 (n = 12) dan data yang diambil dari 23

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Data-data tersebut bersumber

dari laporan BPS Aceh.

3.4 Teknik Analisis Data

Variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini terdiri

dari tingkat pendidikan pesantren, pengangguran, dan kemiskinan.

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

regresi panel. Data panel adalah kombinasi dari data cross section

dan data time series (Baltagi, 2005). Model regresi panel yang

diaplikasikan untuk memprediksi tingkat kemiskinan dengan

menggunakan duapredictor variable tersebut diformulasikan dalam

persamaan (1).

TKit = β0 + β1 TPPit + β2TPit+ eit

Dimana :β0: Konstanta; TKit : Tingkat Kemiskinan di provinsi i

pada tahun t; TPPit ; Tingkat Pendidikan Pesantren di provinsi

ipada tahun t; TPit :Tingkat Pengangguran di provnsi i pada tahun t;

Page 65: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

48

β1 dan β2 : Koefisien regresi TPPit dan TPit; i :Provinsi; t : Tahun;

e:Error term.

Mengingat masing-masing variable memiliki pengukuran

berbeda, maka data pada setiap variable ditransformasikan ke

dalam bntuk logaritma, sehingga persamaan 1 tersebut modifikasi

menjadi persamaan (2).

LogTKit = β0+ β1LogTPPit + β2LogTPit + eit

Dimana : β0: Konstanta; LogTKit : Logaritma Tingkat Kemiskinan

di provinsi i pada tahun t; LogTPPit : Tingkat Pendidikan

Pesantren di provinsi i pada tahun t; LogTPit : Tingkat

Pengangguran di provinsi i pada tahun t; β1 dan β2 : Koefisien

regresi TPPit dan TPit; i : Provinsi; t : Tahun; e : Error term.

Regresi panel memiliki tiga pendekatan yaitu common

effect model,fixed effect model dan random effect model. Untuk

menentukan mana di antara tiga pendekatan tersebut yang dinilai

paling akurat untuk memprediksi pengaruh tingkat pendidikan

pesantren dan tingkat pengangguran terhadap kemiskinan,

digunakan Chow test dan Hausman test.Chow test digunakan untuk

menentuan mana diantara dua metode (common effect model dan

fixed effectmodel) yang dinilai lebih baik. Sedangkan Hausman test

dugunakan untuk memutuskan apakah model regresi yang

digunakan fixed effect atau random effect model.

Page 66: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

49

3.5 Metode Analisi Data

Dalam suatu penelitian jenis data dan hipotesis sangat

menentukan dalam ketepatan pemilihan statistik alat uji. Untuk

menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan tahapan analisis

sebagai berikut:

1. Melakukan pemilihan estimasi dengan melakukan

pengujian Chow-test dan Housman-test.

2. Melakukan uji lolos kendala linear atau yang sering disebut

dengan uji asumsi klasik meliputi uji normalitas data, uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji

autokorelasi untuk melihat apakah model regresi panel

layak atau tidak digunakan dalam penelitian ini.

3. Melakukan uji hipotesis yaitu analisis regresi panel, yang

harus memenuhi kriteria yaitu uji F-test dan uji T-test.

3.5.1 Penentuan Model Estimasi

Penelitian yang menggunakan jenis data panel memiliki tiga

jenis model regresi yang berbeda, yaitu:

1. common effect model atau Pooled Least Square merupakan

pendekatan yang paling sederhana untuk mengestimasi data

panel. Hal ini dikarenakan model common effect tidak

memperhatikan dimensi individu maupun waktu karena

pendekatan ini mengasumsikan bahwa perilaku data antar

individu dan kurun waktu sama. Metode ini menggunakan

pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik

kuadrat terkecil untuk mengestimasi model data panel.

Dapat dikatakan model ini merupakan model yang

Page 67: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

50

sederhana dibandingkan dengan dua model lainnya yaitu

Fixed Effect Model dan Random Effect Model.

2. fixed effect model atau Least Square Dummy Variabel

maksudnya adalah bahwa satu objek memiliki konstan yang

tetap besarnya untuk berbagai periode waktu, demikian pula

dengan koefisien regresornya.

3. random effect model ini adalah mengatasi kelemahan dari

model fixed effect. Model ini dikenal juga dengan sebutan

model generalized least square (GLS). Model random

effect menggunakan residual yang diduga memiliki

hubungan antar waktu dan antar objek.

Sedangkan penentuan model estimasi dapat dilakukan

dengan uji yang berbeda yaitu Chow-test dan Housman-test yang

mana masing-masing uji tersebut membantu untuk memilih

diantara Common Effect Model, Fixed Effect Model dan Random

Effect Model. Model manakah yang sebaiknya digunakan:

1. Chow-test

Uji Chow disebut juga sebagai uji Redudant Fix Effect atau

Likelihood Ration. Uji ini dilakukan untuk menentukan diantara

Common Effect Model dan Fix Effect, model terbaik manakah yang

dapat digunakan. Hipotesis dari uji Chow adalah jika H0 diterima

maka model yang dipilih adalah Common Effect sebaliknya jika Ha

yang diterima dan H0 ditolak maka model yang dipilih atau model

yang terbaik untuk digunakan adalah Fix effect Model. Apabila p-

value lebih kecil dari nilai signifikan (p > α) maka H0 ditolak dan

Ha diterima sebaliknya jika p-value lebih besar dari nilai signifikan

Page 68: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

51

(p > α) maka Ha ditolak dan H0 diterima. Jika hasil dari uji Chow

menemukan bahwa model yang sebaliknya digunakan adal model

Common Effect maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji

Lagrange Multiplier sebaiknya jika hasil Fix Effect Model maka

tahap selanjutnya adalah melakukan uji Hausman.

2. Housman-test

Uji Housman dilakukan untuk menentukan diantara Fix

Effect Model dan Random Effect Model manakah yang lebih baik

untuk digunakan. Hipotesis dari uji Housman adalah jika H0

diterima maka model yang dipilih adalah Random Effect sebaliknya

jika Ha yang diterima dan H0 yang diterima maka model yang pilih

atau model yang terbaik digunakan adalah Fix Effect Model.

Apabila p-value lebih kecil dari nilai signifikan (p < α) maka H0

ditolak dan Ha diterima sebaliknya jika p-value lebih besar dari

nilai signifikan (p > α) maka Ha ditolak dan H0 diterima. Jika hasil

dari uji Housman adalah Fix Effect Model maka tidak perlu

dilanjutkan dengan uji Lagrange multiplier namun, sebaliknya jika

hasilnya adalah Random Effect maka dilanjutkan dengan uji

Lagrange Multiplier.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Terdapat beberapa syarat sebelum melakukan regresi yang

harus dilalui yaitu dengan menggunakan uji asumsi klasik. Model

regresi harus bebas dari asumsi klasik yaitu, multikolinearitas

bebas dari gejala autokorelasi, heteroskedastisitas dan uji

normalitas.

Page 69: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

52

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Jika asumsi normalitas tidak terpenuhi, maka uji

F dan uji t menjadi titik valid. Untuk menguji normalitas, penelitian

ini menggunakan uji Jarque-Bara, kriterian penilaian uji ini adalah

jikasignifikan hasil perhitungan data (Sig) > 5%, maka data

berdistribusi normal, sedangkan jika signifikan hasil perhitungan

data (Sig) < 5%, maka data tidak berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Ghozali (2011: 31) menyatakan bahwa uji multikolinearitas

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen.

Jika variabel independen daling berkorelasi, maka variabel-variabel

ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel

independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel

independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai

tolerance value atau variance inflation factor (VIF) dengan kriteria

keputusan sebagai berikut :

1) Apabila tolerance value > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat

disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinearitas antar

variabel independen pada model regresi.

Page 70: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

53

2) Apabila tolerance value < 0,1 dan VIF > 10, maka dapat

disimpulkan terjadi gejala multikolinearitas antar variabel

independen pada model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas muncul apabila kesalahan atau

residual dari model yang diamati tidak memiliki varian yang

konstan dari suatu observasi ke observasi lainnya. Uji

Heteroskedastisitas merupakan salah satu uji asumsi klasik yang

harus dilakukan pada regresi linear. Apabila asumsi

heteroskedastisitas tidak terpenuhi maka model regresi dinyatakan

tidak valid.

d. Uji Autokorelasi

Yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Untuk menguji autokorelasi dapat menggunakan uji residual pada

e-views versi 10 dengan melihat correlogram dari Q-stat pada

model. Jika terdapat p-value yang signifikan < 0,1 maka terdapat

autokorelasi.

3.5.3 Penguji Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban atau (dugaan) sementara

terhadap rumusan masalah penelitian oleh karena itu jawaban yang

diberikan masih berdasarkan pada teori yang relevan dan belum

berdasarkan pada faktor-faktor empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data (Sugiyono, 2005).Pada keyakinan 95% hipotesis

Page 71: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

54

penelitian penelitian dijabarkan menjadi hipotesis nihil (H0) dan

hipotesis alternative (Ha) sebagai berikut :

1. Pengaruh Pendidikan Pesantren terhadap Kemiskinan.

H01 : Variabel Pendidikan Pesantren tidak berpengaruh

terhadap Kemiskinan.

Ha1 : Variabel Pendidikan Pesantren berpengaruh terhadap

kemiskinan.

2. Pengaruh Pengangguran terhadap Kemiskinan.

H02 : Variabel Pengangguran tidak berpengaruh terhadap

Kemiskinan.

Ha2 : Variabel Pengangguran berpengaruh terhadap

Kemiskinan.

3. Pengaruh Pendidikan Pesantren dan Pengangguran terhadap

Kemiskinan.

H03 : Variabel Pendidikan Pesantren dan Pengangguran tidak

berpengaruh secara bersama-sama terhadap Kemiskinan.

Ha3 : Variabel Pendidikan Pesantren dan Pengangguran

berpengaruh secara bersama-sama terhadap Kemiskinan.

3.5.4 Pengujian Hipotesis secara Parsial (T)

Uji statistik t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi

dari pengaruh variabel independen terhadap dependen, dengan

ketentuan apabila nilai t dihitung suatu variabel lebih besar bila

dibandingkan dengan nilai t table (p-value < 0,05) berarti variabel

tersebut berpengaruh signifikan terhadap dependen. Sebaliknya

Page 72: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

55

apabila nilai t hitung suatu variabel lebih kecil bila dibandingkan

dengan nilai t table (p-value > 0,05) berarti variabel tersebut tidak

berpengaruh signifikan terhadap dependen.

3.5.5 Pengujian Hipotesis secara Simultan (F)

Uji statistik F (simultan) digunakan untuk menguji tingkat

signifikansi dari pengaruh Pendidikan Pesantren dan Pengangguran

terhadap Kemiskinan dengan 23 Kabulaten/Kota di Provinsi Aceh

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Apabila nilai F hitung > F tabel atau nilai p-value < 0,05

dapat diartikan bahwa Pendidikan Pesantren dan pengangguran

signifikan terhadap Kemiskinan 23 Kabupaten/Kota di Provinsi

Aceh sehingga hipotesis pertama (H1) diterima.

b. Apabila nilai F hitung < F tabel atau nilai p-value > 0.05

dapat diartikan bahwa pendidikan pesantren dan pengangguran

tidak berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan 23

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh sehingga hipotesis pertama

(H1) ditolak.

3.5.6 Pengujian Granger Causality Test

Granger adalah nama ahli ekonometrika, dia salah seorang

yang menginisiasi analisis kausalitas (sebab-akibat) antar variabel.

Sehingga uji kausalitas ini sering disebut dengan Granger causality

test. Kausalitas antara dua variabel terjadi ketika nilai prediksi

suatu variabel meningkat ketika menggunakan nilai masa lalu

variabel lainnya sebagai preditor variable. Variabel X dikatakan

Granger-causes terhadap variabel Y, jika prediksi nilai Y

Page 73: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

56

meningkat ketika menggunakan nilai masa lalu X. Demikian pula

sebaliknya, variabel Y dikatakan Granger-causes terhadap variabel

X ketika prediksi nilai X meningkat ketika menggunakan nilai

masa lalu Y sebagai predictor variable. Karena itu, Granger

causalitas akan menghasilkan tiga kemungkinan terdiri dari

kausalitas satu arah (unidirectional causality), kausalitas dua arah

(bidirectional causality) dan tidak ada kausalitas sama sekali.

Dalam kemungkinan ketiga, predik sinilai suatu variabel tidak

secara nyata disebabkan oleh nilai masa lalu variabel lainnya.

3.6 Operasional Variabel

Variabel penelitian merupakan konsep yang dapat diukur

dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang

nyata mengenai fenomena yang diteliti. Penelitian ini

menggunakan dua variabel yaitu variabel independen dan variabel

dependen. Setelah menspesifikasi variabel-variabel penelitian maka

akan dilakukan pendefinisian secara operasional. Hal ini bertujuan

agar variabel penelitian yang telah ditetapkan dapat

dioperasionalkan, sehingga memberikan petunjuk tentang bagian

suatu variabel dapat diukur. Operasional variable penelitian ini

terdiri dari variable independen dan variable dependen. Masing-

masing variable tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Variabel dependen adalah suatu variabel yang nilainya

dipengaruhi atau bergantung pada nilai dari variabel

lainnya. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kemiskinan yang terjadi di Aceh. Kemiskinan (Y)

merupakan jumlah penduduk yang berada dibawah garis

Page 74: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

57

kemiskinan di kabupaten/kota terlihat pada periode tertentu

yang dihitung dengan satuan persentase.

2. Variabel Independen adalah suatu variabel yang menjadi

sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen

(terikat), secara singkat bahwa variabel independen adalah

variabel yang nilainya dapat memengaruhi variabel lainnya.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendidikan

pesantren dan pengangguran di aceh.

Pendidikan pesantren (X1) merupakan santri yang belajar di

pesantren di daerah tertentu pada periode tahun tertentu

yang dihitung dengan satuan persentase.

Tingkat Pengangguran Terbuka (X2) adalah perhitungan

jumlah angkatan kerja yang tidak memiliki pekerjaan dan

tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan yang dihitung

dengan satuan persentase.

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel

No Jenis Variabel Singkatan Nama Variabel

1 Dependen Y Persentase Kemiskinan (%)

2 Independen

X1 Tingkat Pendidikan Pesantren

(% santri)

X2 Tingkat Pengangguran

Terbuka (%)

Page 75: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

58

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Statistika Deskriptif

4.1.1 Tingkat Kemiskinan

Tingkat kemiskinan, Pendidikan Pesantren (santri) dan

Pengangguran pada tiap-tiap kabupaten/kota di provinsi Aceh

relatif berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut tidak hanya

terjadi antar kabupaten/kota, tetapi juga pada daerah yang sama

dalam periode waktu yang berbeda. Pada tahun 2019, daerah

dengan tingkat kemiskinan tertinggi untuk 23 kabupaten di Aceh

adalah di kabupaten Aceh Singkil (20,78%), kemudian menyusul

Gayo Lues (19,87%) dan Pidie (18,46%). Sebaliknya, daerah

dengan tingkat Kemiskinan terendah yaitu kota Banda Aceh

(7,22%), kemudian menyusul kota Langsa (10,57%) dan

Lhokseumawe (11,18%). Untuk melihat rata-rata persentase tingkat

kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh dapat dilihat pada

Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4. 1 Persentase Penduduk Miskin Menurut

Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh 2017-2019

No kabupaten/kota Persentase (%)

2017 2018 2019

-1 -2 -3 -4 -5

1 Simeulue 20.20 19.78 18.99

2 Aceh Singkil 22.11 21.25 20.78

3 Aceh Selatan 14.07 14.01 13.09

4 Aceh Tenggara 14.86 14.29 13.43

5 Aceh Timur 15.25 14.49 14.47

6 Aceh Tengah 16.84 15.58 15.50

7 Aceh Barat 20.28 19.31 18.79

Page 76: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

59

8 Aceh Besar 15.41 14.47 13.92

9 Pi d i e 21.43 20.47 19.46

10 Bireuen 15.87 14.31 13.56

11 Aceh Utara 19.78 18.27 17.39

12 Aceh Barat Daya 18.31 17.10 16.26

13 Gayo Lues 21.97 20.70 19.87

14 Aceh Tamiang 14.69 14.21 13.38

15 Nagan Raya 19.34 18.97 17.97

16 Aceh Jaya 14.85 14.16 13.36

17 Bener Meriah 21.14 20.13 19.30

18 Pidie Jaya 21.82 20.17 19.31

19 Banda Aceh 7.44 7.25 7.22

20 Sabang 17.66 16.31 15.60

21 Langsa 11.24 10.79 10.57

22 Lhokseumawe 12.32 11.81 11.18

23 Subulussalam 19.71 18.51 17.95

Berdasarkan nilai rata-rata tingkat kemiskinan dari tahun

2008 sampai 2019 yang memiliki persentase tingkat kemiskinan

tertinggi yaitu kabupaten Pidie Jaya dan tingkat kemiskinan

terendah yaitu kota Banda Aceh, untuk melihat rata-rata persentase

tingkat kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh dapat dilihat

pada Gambar 4.1 berikut ini:

Page 77: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

60

Sumber: BPS Dalam Angka 2008-2019

Gambar 4. 1 Rata-rata Tingkat Kemiskinan Menurut

Kabupaten Prov Aceh 2008-2029

Gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa secara rata-rata

menunjukkan Kabupaten Pidie Jaya menduduki pada peringkat

pertama kemiskinan dengan nilai 23,537%, yang kemudian pada

peringkat kedua disusul oleh kabupaten bener meriah dengan

persentase nilai sebesar 23,458%. Sebaliknya, seperti yang terlihat

pada gambar diatas menunjukkan bahwasanya kota Banda Aceh

menunjukkan tingkat kemiskinan terendah di provinsi Aceh dengan

nilai 8,164%.

4.1.2 Pendidikan Pesantren

Provinsi Aceh secara geografis memiliki 23

Kabupaten/Kota dengan karakteristik dan budaya yang berbeda-

beda, akan tetapi secara umum pandangan orang luar yang

berdasarkan sejarah provinsi Aceh dijuluki sebagai serambi

mekkah yang identik dengan budaya islaminya, dengan demikian

berdasarkan budaya dan kebiasaan rohani masyarakatnya, Aceh

Page 78: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

61

memiliki banyak instansi pendidikan terutama pesantren.

Pendidikan pesantren di Aceh dengan data terbaru pada tahun

2019, daerah dengan tingkat pendidikan pesantren yaitu santri yang

tertinggi adalah kabupaten Bireuen (11,00%), kemudian disusul

kabupaten Pidie Jaya (6,03%) dan Aceh Besar (4,98%).

Sebaliknya, daerah dengan tingkat Santri terendah yaitu Simeulu

(0,779%), kemudian menyusul Aceh Tengah (0,728%) dan Banda

Aceh (1,152%). Dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4. 2 Persentase Santri Menurut Kabupaten/Kota Di

Provinsi Aceh Tahun 2017-2019

No kabupaten/kota Persentase (%)

2017 2018 2019

-1 -2 -3 -4 -5

1 Simeulue 0.589 0.567 0.779

2 Aceh Singkil 2.344 2.329 2.010

3 Aceh Selatan 3.328 5.402 3.195

4 Aceh Tenggara 2.042 2.726 2.373

5 Aceh Timur 2.613 2.564 1.864

6 Aceh Tengah 1.439 1.258 0.728

7 Aceh Barat 1.756 1.684 2.526

8 Aceh Besar 5.595 6.034 4.988

9 Pi d i e 1.471 1.063 2.304

10 Bireuen 4.573 5.703 11.004

11 Aceh Utara 5.440 5.361 4.867

12 Aceh Barat Daya 2.901 2.854 3.057

13 Gayo Lues 0.893 2.255 1.384

14 Aceh Tamiang 1.823 2.142 1.225

15 Nagan Raya 0.846 0.830 1.749

16 Aceh Jaya 4.097 4.344 4.489

17 Bener Meriah 1.975 1.799 2.240

18 Pidie Jaya 4.492 4.171 6.035

19 Banda Aceh 1.591 1.517 1.152

Page 79: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

62

20 Sabang 0.877 1.487 1.348

21 Langsa 1.391 2.168 2.267

22 Lhokseumawe 1.695 4.252 2.911

23 Subulussalam 3.671 3.644 2.541

Berdasarkan nilai rata-rata tingkat Pendidikan Pesantren

dari tahun 2008 sampai 2019 yang memiliki persentase santri

tertinggi yaitu kabupaten Pidie dan persentase santri terendah yaitu

kabupaten Simeulu, untuk melihat rata-rata persentase tingkat

pendidikan pesantren Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh dapat

dilihat pada Gambar 4.2 berikut ini:

Sumber: BPS Dalam Angka 2008-2019

Gambar 4. 2 Rata-rata Tingkat Pendidikan Pesantren

Menurut Kabupaten Prov Aceh 2008-2019

Gambar 4.2 dapat kita lihat bahwa secara rata-rata

menunjukkan Kabupaten Aceh Utara menduduki pada peringkat

tertinggi dengan persentase jumlah santri sebesar 6.524%, yang

kemudian pada peringkat kedua disusul oleh kabupaten Pidie

dengan persentase nilai sebesar 5.494%. Sebaliknya, seperti yang

Page 80: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

63

terlihat pada gambar diatas menunjukkan bahwasanya kabupaten

Simeulue menunjukkan tingkat kemiskinan terendah di provinsi

Aceh dengan nilai 0,637%.

4.1.3 Tingkat Pengangguran

Tingkat Pengangguran di Aceh dalam 23 kabupaten, pada

tahun 2019 daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi yaitu

kota Lhokseumawe (11,06%), kemudian menyusul (8,63%) dan

pada urutan ketiga kabupaten Aceh Singkil (8,60%). Sebaliknya,

daerah dengan tingkat Pengangguran terbuka terendah yaitu Bener

Meriah (1,02%), kemudian menyusul Gayo Lues (1,74%) dan Aceh

Tengah (2,65%). Dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4. 3 Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka

Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh Tahun 2017-2019

No kabupaten/kota Persentase (%)

2017 2018 2019

-1 -2 -3 -4 -5

1 Simeulue 3,12 4,94 5,87

2 Aceh Singkil 7,14 8,04 8,60

3 Aceh Selatan 7,24 6,08 6,58

4 Aceh Tenggara 4,75 3,76 3,46

5 Aceh Timur 8,42 6,93 7,64

6 Aceh Tengah 3,91 2,13 2,65

7 Aceh Barat 6,20 8,67 7,45

8 Aceh Besar 8,49 7,30 7,75

9 Pi d i e 7,64 7,23 6,89

10 Bireuen 4,50 3,52 3,88

11 Aceh Utara 11,02 10,18 8,63

12 Aceh Barat Daya 3,16 3,95 4,30

Page 81: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

64

13 Gayo Lues 1,71 2,52 1,74

14 Aceh Tamiang 5,43 6,25 6,07

15 Nagan Raya 4,11 5,94 5,35

16 Aceh Jaya 6,23 4,95 4,19

17 Bener Meriah 1,06 1,07 1,02

18 Pidie Jaya 4,89 5,02 4,36

19 Banda Aceh 7,75 7,29 6,92

20 Sabang 3,00 4,21 4,60

21 Langsa 7,03 7,12 7,70

22 Lhokseumawe 10,51 12,52 11,06

23 Subulussalam 4,91 6,49 7,25

Berdasarkan nilai rata-rata tingkat Pengangguran dari tahun

2008 sampai 2019 yang memiliki persentase pengangguran

tertinggi yaitu kabupaten Aceh Utara dan tingkat pengangguran

terendah yaitu kabupaten Bener Meriah, untuk melihat rata-rata

persentase tingkat pendidikan pesantren Kabupaten/Kota di

Provinsi Aceh dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini:

Sumber: BPS Dalam Angka 2008-2019

Gambar 4. 3 Rata-rata Tingkat Pengangguran Terbuka

Menurut Kabupaten Prov Aceh 2008-2019

Page 82: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

65

Gambar 4.3 dapat kita lihat bahwa secara rata-rata

menunjukkan Kabupaten Aceh Utara menduduki pada peringkat

tertinggi tingkat pengangguran dengan persentase sebesar 12.872%,

yang kemudian pada peringkat kedua disusul oleh kabupaten Pidie

dengan persentase nilai sebesar 11.298%. Sebaliknya, seperti yang

terlihat pada gambar diatas menunjukkan bahwasanya kabupaten

Bener Meriah menunjukkan tingkat pengangguran terendah di

provinsi Aceh dengan persentase sebesar 1.786%.

4.2 Hasil Statistik Deskriptif dan Korelasi Antar Variabel

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai suatu

variabel yang dilihat dari nilai mean, standar deviasi, nilai

maksimum, dan nilai minimum (Widarjono, 2013). Teknik

deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini bertujuan untuk

menginterpretasikan nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai

minimum dari masing-masing variabel. Penelitian ini

menggunakan 3 variabel yang terdiri dari tingkat kemiskinan,

pendidikan, dan pengangguran selama periode tahun 2008-2019.

Untuk lebih jelasnya mengenai hasil statistik deskriptif dan korelasi

antar variabel dapat dilihat pada Table 4.4:

Tabel 4. 4 Hasil statistik deskriptif dan korelasi antar variabel

Statistik Deskriptif

TK TPP TPT

(Persen) (Persen) (Persen)

Mean 18,648 2,987 7,665

Median 18,949 2,337 7,545

Maximum 30,260 18,381 17,970

Minimum 7,219 0,122 0.370

Page 83: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

66

Korelasi Antar Variabel

TK 1 0,121 -0,202

TPP 0,121 1 0,198

TPT -0,201 0,198 1

Sumber: Data Sekunder, 2020 (diolah)

Table 4.4 di atas memperlihatkan empat ukuran statistik

yang menginformasikan hitungan kuantitatif ketiga variabel yang

terdiri dari mean, median, maximum, dan minimum. Rata-rata

(mean) data panel tingkat kemiskinan, pendidikan pesantren dan

pengangguran 23 kabupaten/kota di Aceh dengan time series data

selama periode 2008-2019 menunjukkan nilai kemiskinan

18,648%, tingkat pendidikan pesantren 2,987%, dan tingkat

pengangguran terbuka 7,665%. Nilai (median) untuk kemiskinan

sebesar 18,949%, pendidikan pesantren 2,337%, dan pengangguran

7,545%. Nilai paling tinggi (maximum) untuk tingkat kemiskinan

yaitu 30,260%, pendidikan pesantren 18,387%, dan pengangguran

17,970%. Selanjutnya nilai paling rendah (minimum) tingkat

pendidikan pesantren sebesar 7,219%, pendidikan pesantren

0,122%, dan pengangguran 0,370%.

Korelasi antar variabel memperlihatkan arah hubungan

antara tiga variabel. Tingkat kemiskinan berhubungan positif

dengan pendidikan pesantren (santri) yang menunjukkan nilai

koefisien korelasi yaitu sebesar 0,121 dan tingkat kemiskinan

berhubungan negatif dengan pengangguran, hal tersebut dapat

ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi sebesar -0,201. Hal

tersebut mengindikasikan adanya hubungan searah antara

Page 84: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

67

kemiskinan dengan pendidikan pesantren (santri). Semakin tinggi

tingkat pendidikan pesantren (santri) maka semakin tinggi tingkat

kemiskinan. Dengan tingkat pendidikan pesantren meningkat

sedangkan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia masih kurang,

maka akan menyebabkan pengangguran tinggi dan akan berdampak

pada tingkat kemiskinan yang tinggi. Sedangkan dengan tingkat

pengangguran maka dapat mengindikasikan adanya hubungan tidak

searah atau berlawanan antara kemiskinan dengan tingkat

pengangguran. Menurut penulis, hal ini terjadi karena dari hasil

korelasi yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel pengangguran menunjukkan tanda negatif, dan

berpengaruh secara signifikan terhadap kemiskinan di provinsi

Aceh.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian Yudha (2013), tidak

semua orang yang sementara menganggur itu selalu miskin. Karena

seperti halnya penduduk yang termasuk dalam kelompok

pengangguran terbuka adalah beberapa macam penganggur, yaitu

mereka yang mencari kerja, mereka yang mempersiapkan usaha,

mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin

mendapatkan pekerjaan dan yang terakhir mereka yang sudah

punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Diantara empat

kategori pengangguran terbuka di atas bahwa sebagian di antaranya

ada yang masuk dalam sektor informal dan ada juga yang

mempunyai pekerjaan dengan jam kerja kurang dari yang

ditentukan.

Page 85: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

68

Selain itu pastilah juga ada yang sedang berusaha atau

mempersiapkan usaha sendiri, dengan begitu apabila usaha tersebut

merekrut pekerja lain maka kemiskinan akan menurun, ada yang

menunggu mulai bekerja, atau pekerja paruh waktu namun

mempunyai penghasilan yang melebihi daripada orang yang

bekerja secara normal dan yang mana semua golongan tersebut

termasuk kedalam golongan pengangguran terbuka.

Kemiskinan mungkin tidak selalu berhubungan dengan

masalah ketenagakerjaan. Selain itu juga diperkuat dengan

pendapat Arsyad (1997) yang menyatakan bahwa salah jika

beranggapan bahwa setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan

adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah orang

kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja di perkotaan yang

tidak bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih

baik yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya. Mereka

menolak pekerjaan yang mereka rasakan lebih rendah dan mereka

bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber lain yang

bisa membantu masalah keuangan mereka.

Hubungan antara pendidikan pesantren (santri) dan

pengangguran berpengaruh positif dengan koefisien korelasi

sebesar 0,198. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan

pesantren (santri) tidak secara langsung mengurangi pengangguran,

karena disebabkan oleh kurangnya lapangan pekerjaan atau kurang

sesuai bagi pencari kerja untuk mencari kerja yang sesuai dengan

tingkat pendidikannya sehingga menyebabkan menganggur.

Page 86: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

69

4.2.1 Hasil Uji Chow dan Uji Hausman

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, model analisis yang

digunakan untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan

pesantren dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan adalah

regresi panel. Model ekonometrika tersebut terdiri dari tiga

pendekatan yakni common effect model, fixed effect model dan

random effect model. Untuk menentukan mana di antara tiga

pendekatan tersebut yang paling tepat digunakan sebagai alat

estimasi, digunakan Chow test dan Hausman test. Chow test

digunakan untuk menentukan apakah menggunakan model

common effect atau fixed effect, sedangkan Hausman test

digunakan untuk menentukan apakah menggunakan model fixed

effect atau random effect. Uji Chow test untuk menentukan

apakah model yang dipilih common effect atau fixed effect

didasarkan pada nilai p-value untuk cross-section F dengan

ketentuan jika p-value > 0.05, maka model adalah common effect.

Sebaliknya jika p-value < 0.05 maka model yang dipilih adalah

fixed effect. Hasil uji Chow test ditunjukkan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4. 5 Hasil Chow test

Uji Efek Statistic d.f. Prob.

Cross-Section Cross-section F 30,889 -22,251 0,000

Fixed Effects

Cross-section Chi-

square 361,657 22 0,000

Sumber: Data Sekunder, 2020 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai p-value

cross section F sebesar 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat

Page 87: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

70

disimpulkan bahwa berdasarkan Chow test, model yang dipilih

adalah fixed effect model.

Selanjutnya uji Hausman test digunakan untuk menentukan

apakah model yang dipilih fixed effect atau random effect.

Pemilihan salah satu di antara kedua model tersebut didasarkan

pada nilai p-value cross-section random dengan ketentuan jika nilai

p-value > 0.05 maka model yang dipilih adalah random effect.

Sebaliknya jika nilai p-value < 0.05 maka model yang dipilih

adalah fixed effect. Hasil uji Hausman test seperti ditunjukkan

dalam Table 4.6.

Tabel 4. 6 Hasil Hausman test

Uji Efek X2-Statistic d.f p-value

Cross-section Random Effect 20,217 2 0,000

Sumber: Data Sekunder, 2020 (diolah)

Table 4.6 memperlihatkan nilai X2-Statistik sebesar 20,217

dan nilai p-value sebesar 0,000. Nilai X2-tabel pada tingkat

keyakinan 95% pada df=2 sebesar 5,991. Karena nilai X2-Statistik

> daripada X2-tabel (20,217 > 5,991), dan nilai p-value < 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa fixed effect model lebih baik bila

dibandingkan dengan random effect model. Sebelumnya hasil

Chow test (Tabel 4.5) juga mengindikasikan bahwa model terbaik

juga yaitu fixed effect model. Justifikasi statistik yang

menyimpulkan bahwa fixed effect model dinilai lebih baik

dibandingkan random effect model juga dapat didasarkan pada

Page 88: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

71

perbandingan gambar residual yang dihasilkan oleh kedua metode

tersebut seperti ditunjukkan dalam Gambar 4.4 dan 4.5.

-15

-10

-5

0

5

10

15

5

10

15

20

25

30

35

1 -

08

1 -

18

2 -

16

3 -

14

4 -

12

5 -

10

6 -

08

6 -

18

7 -

16

8 -

14

9 -

12

10

- 1

0

11

- 0

8

11

- 1

8

12

- 1

6

13

- 1

4

14

- 1

2

15

- 1

0

16

- 0

8

16

- 1

8

17

- 1

6

18

- 1

4

19

- 1

2

20

- 1

0

21

- 0

8

21

- 1

8

22

- 1

6

23

- 1

4

Residual Actual Fitted

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

5

10

15

20

25

30

35

1 -

08

1 -

18

2 -

16

3 -

14

4 -

12

5 -

10

6 -

08

6 -

18

7 -

16

8 -

14

9 -

12

10

- 1

0

11

- 0

8

11

- 1

8

12

- 1

6

13

- 1

4

14

- 1

2

15

- 1

0

16

- 0

8

16

- 1

8

17

- 1

6

18

- 1

4

19

- 1

2

20

- 1

0

21

- 0

8

21

- 1

8

22

- 1

6

23

- 1

4

Residual Actual Fitted

Gambar 4. 4 Residual metode

random

effect model

Sumber: Output Eviews, 2020

Gambar 4. 5 Residual metode

fixed effect Sumber: Output

Eviews, 2020

Gambar 4.4 memperlihatkan residual yang dihasilkan dari

pendekatan random effect model. Pada gambar tersebut terlihat

bahwa variasi/fluktuasi garis actual cenderung berbeda dengan

fluktuasi garis fitted. Selanjutnya, Gambar 4.5 memperlihatkan

residual regresi panel yang dihasilkan oleh pendekatan fixed effect

model. Pada gambar tersebut terlihat bahwa variasi/fluktuasi garis

actual hampir sama dengan fluktuasi garis fitted. Berdasarkan

perbandingan garis actual dan garis fitted pada kedua gambar

tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan fixed effect model

menghasilkan estimasi yang lebih akurat bila dibandingkan dengan

pendekatan random effect model. Karena itu, regresi panel yang

dipilih dan kemudian digunakan untuk kepentingan analisis dalam

penelitian ini adalah fixed effect model.

Page 89: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

72

Pengujian gejala multikoliniearitas dalam model regresi

panel dilakukan dengan membandingkan nilai adjusted-R2 yang

dihasilkan dari proses regresi dengan nilai koefisien korelasi (r)

antara sesama predictor variable. Predictor variable dalam kajian

ini adalah pendidikan pesantren dan pengangguran. Koefisien

korelasi antar variabel seperti ditunjukkan dalam Tabel 4.7.

Tabel 4. 7 Koefisien Korelasi Antar Variabel

LOGTK LOGTPP LOGTPT

LOGTK 1 0,079 -0,220

LOGTPP 0,079 1 0,273

LOGTPT -0,220 0,273 1

Sumber: Data Sekunder, 2020 (diolah)

Tabel 4.7 menunjukkan nilai koefisien korelasi (r) antara

tingkat pendidikan pesantren (LOGTPP) menunjukkan angka

positif sebesar 0,079, dan tingkat pengangguran terbuka (LOGTPT)

menunjukkan angka negatif sebesar -0,220. Angka ini lebih kecil

dari nilai adjusted-R2

pada regresi panel sebesar 0,798. Hal ini

berarti model regresi panel yang digunakan untuk memprediksi

pengaruh pendidikan pesantren dan pengangguran terhadap tingkat

kemiskinan tidak memiliki gejala multikoliniearitas.

4.3 Analisis Regresi Data Panel

Pendidikan pesantren berpengaruh positif dan

pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di

Aceh. Hal ini dapat dilihat dari koefisien estimasi kedua variabel

Page 90: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

73

independen tersebut bernilai positif seperti ditunjukkan dalam

rangkuman hasil regresi panel dalam Tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Ringkasan Hasil Regresi Panel

Dependent Variable: LOGTK

Method: Panel Least Squares

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2,633 0,042 61,408 0,000

LOGTPP 0,032 0,014 2,212 0,028

LOGTPT 0,121 0,021 5,694 0,000

R2= 0,816; adjusted-R2= 0,798; F-statistic = 46,337; Prob(F-test) = 0,000;

Durbin-Watson test = 1,026; p-value > 0,05 tidak signifikan pada keyakinan

95%.

Sumber: Data Sekunder, 2020 (diolah)

Berdasarkan Tabel 4.8 maka hubungan fungsional antara

tingkat kemiskinan dengan tingkat pendidikan pesantren dan

tingkat pengangguran dapat dinyatakan dalam persamaan (3).

LTKit = 2,633 + 0,033LTPPit + 0,121LTPTi

Pendidikan pesantren berpengaruh positif dan signifikan

terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Aceh. Hal ini ditunjukkan

oleh koefisien estimasi sebesar 0,033 (p-value = 0,027 < 0,05).

Secara statistik, angka tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap

peningkatan pendidikan pesantren sebesar 1% dapat menaikkan

tingkat kemiskinan sebesar 0,033%. Adanya dampak signifikan

pendidikan pesantren terhadap kenaikan tingkat kemiskinan

Page 91: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

74

disebabkan kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia sehingga

tidak dapat bekerja, mereka yang sedang mencari kerja, mereka

yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan

karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta hal

tersebut juga dapat disebabkan pendidikan yang belum diikuti oleh

tingkat keterampilan sehingga tidak produktif, dengan begitu akan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Namun, bertolak belakang dengan hasil pengujian

hoipotesis yang dilakukan oleh Hermanto (2008) diperoleh hasil

bahwa pendidikan mempunyai pengaruh negatif dan signifikan

terhadap kemiskinan. Hal ini juga sesuai dengan teori pertumbuhan

baru yang menekankan pentingnya peranan pemerintah dalam

meningkatkan pembangunan modal manusia (Human Capital).

Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan

akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang

diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan

seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka

pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan

mendorong peningkatan produktivitas kerjanya. Dengan

meningkatnya produktivitas tersebut, akan mendorong

meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan.

Tingkat pengangguran terbuka juga berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat kemiskinan yang ditunjukkan oleh nilai

koefisien estimasi sebesar 0,121 (p-value = 0,000 < 0,05). Secara

statistik angka tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap

peningkatan pengangguran 1% maka tingkat kemiskinan akan

Page 92: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

75

meningkat sebesar 0,121%. Adanya dampak signifikan

pengangguran terhadap meningkatnya tingkat kemiskinan

disebebkan oleh kurangnya pendapatan masyarakat sehingga

mengurangi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan yang mereka

capai dan akan menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial.

Semakin kurangnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan karena

menganggur maka akan mengakibatkan terjebak dalam

kemiskinan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2010) yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang erat sekali antara tingkat

pengangguran, luasnya kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang

tidak merata. Permana (2012) dalam penelitiannya juga

menunjukkan bahwa pengangguran berpengaruh langsung dan

signifikan berdampak pada kemiskinan. Pedoman yang digunakan

sebagai acuan adalah pendapat dari Sukirno (2004) yang

menyatakan bahwa efek buruk dari pengangguran adalah

mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya

mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang.

Banyak penelitian empiris menunjukkan bahwa sumber

utama kemiskinan adalah pengangguran. Semakin turunnya

kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan

meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena

tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu daerah

sangat buruk, kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan

menimbulkan efek buruk bagi kesejahteraan masyarakat dan

prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

Page 93: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

76

4.3.1 Granger Causality Test

Guna menganalisis arah hubungan kausalitas antara ketiga

variabel digunakan panel Granger causality test. Dari hasil

pengujian Granger causality test ditemukan bahwa terdapat

kausalitas dua arah antara tingkat pendidikan pesantren dan tingkat

pengangguran terbuka. Artinya, antara kedua variabel tersebut

saling mempengaruhi satu sama lainnya. Tingkat pendidikan

pesantren mempengaruhi tingkat pengangguran terbuka dan tingkat

pengangguran terbuka juga mempengaruhi tingkat pendidikan

pesantren. Dengan kata lain, terjadinya perubahan pendidikan

pesantren di Aceh merupakan respons terhadap perubahan tingkat

pengangguran di Aceh. Demikian pula halnya perubahan tingkat

pengangguran merupakan respons terhadap perubahan tingkat

pendidian pesantren di Aceh.

Hanya saja, pengaruh tingkat pengangguran terbuka

terhadap tingkat kemiskinan terjadi pada lag 1. Ini

mengindikasikan bahwa tingkat pengangguran pada periode t,

berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan periode berikutnya (t+1).

Tingkat pengangguran secara langsung berdampak pada

peningkatan tingkat kemiskinan. Hal inilah yang secara statistik

dijelaskan oleh time lag 1 tersebut. Peningkatan pengangguran di

daerah Aceh berarti semakin banyaknya jumlah masyarakat yang

menganggur dan kurangnya kesejahteraan, maka akan terjadinya

kemiskinan.

Selanjutnya pengaruh tingkat pendidikan pesantren

terhadap tingkat kemiskinan terjadi pada lag 2. Ini berarti

Page 94: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

77

peningkatan tingkat pendidikan pesantren pada periode t secara

signifikan menyebabkan penurunan tingkat kemiskinan dua tahun

kemudian (t+2). Adanya durasi waktu (time lag) pengaruh tingkat

pendidikan pesantren terhadap kemiskinan disebabkan karena

tingginya pengetahuan, akhlak dan ilmu yang didapatkan santri di

pesantren akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya

manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan

keterampilan santri. Semakin tinggi tingkat pendidikan santri, maka

pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan

mendorong peningkatan produktivitas kerjanya. Lain halnya ketika

pendidikan yang kurang dan kemampuan serta keahlian yang tidak

terlihat maka akan menghambat produktivitas kerjanya. Hal inilah

yang menyebabkan adanya durasi waktu yang relatif panjang dalam

hubungan kausalitas antara pedidikan pesantren terhadap

penurunan tingkat kemiskinan.

Adanya kausalitas dari pendidikan pesantren terhadap

kemiskinan secara statistik mengindikasikan bahwa peningkatan

tingkat pendidikan pesantren merupakan respons terhadap tingkat

kemiskinan. Hal ini disebabkan pendidikan pesantren akan

menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu

dalam masyarakat pada masa yang akan datang, memindahkan

ilmu pengetahuan, memindahkan nilai-nilai yang bertujuan

memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat, untuk

memberantas kebodohan, menghilangkan salah pengertian,

memberi bimbingan dalam hidup, menolong dalam menghadapi

kesukaran, mensejahterakan penduduk dan menentramkan batin

Page 95: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

78

sehingga secara langsung dapat berdampak pada bertambahnya

kemampuan dan menerapkan etika yang sesuai dengan ajaran islam

akan mendorong peningkatan produktivitas kerja yang lebih baik.

Adanya causalitas antar variabel dijelaskan dari tabel

berikut ini:

Tabel 4. 9 Hasil Granger causality test

Variabel

Endogen

Variabel Eksogen

Lag 1 Lag 2

LTK LTPP LTPT LTK LTPP LTPT

LTK

[0,687] [3,026]

[8,919] [0,206]

0,408 0,083* 0,000 ** 0,814

LTPP [0,005]

[3,193] [1,813]

[1,596]

0,941 0,075 * 0,166 0,204

LTPT [1,750] [0,205]

[1,044] [2,558]

0,187 0,651 0,353 0,080 *

Lag 3 Lag 4

LTK LTPP LTPT LTK LTPP LTPT

LTK

[4,281] [2,283]

[3,130] [1,758]

0,005 ** 0,080 * 0,016 ** 0,139

LTPP [0,473]

[0,532] [1,603]

[1,339]

0,702 0,660 0,175 0,257

LTPT [1,922] [1,283]

[1,881] [2,089]

0,127 0,281 0,115 0,084 *

Sumber: Data Sekunder, 2020 (diolah)

Angka dalam [ ] adalah nilai F-statistic, angka tanpa [ ] adalah nilai p-value

*) signifikan pada keyakinan 90%

**) signifikan pada keyakinan 95%

Tabel 4.9 menginformasikan bahwa kausalitas dua arah

terjadi antara tingkat pendidikan pesantren dan tingkat

pengangguran terbuka pada lag 1 dan lag 2. Hal ini

Page 96: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

79

mengindikasikan bahwa perubahan tingkat pendidikan pesantren

merupakan respons terhadap tingkat pengangguran terbuka. Ketika

tingkat pendidikan pesantren tinggi, maka akan menurunkan

tingkat pengangguran. Hal tersebut akan menyebabkan adanya

sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat menurunkan

angka pengangguran sehingga memajukan perekonomian suatu

Negara.

Page 97: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

80

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis regresi data panel dan granger

causality yang telah dilakukan mengenai Pendidikan Pesantren dan

Tingkat pengangguran terhadap Kemiskinan di aceh. Penelitian ini

menganalisis pengaruh Pendidikan Pesantren dan pengangguran

terhadap penurunan Kemiskinan di Aceh. Menggunakan data dari

23 kabupaten/kota selama periode 2008-2019, panel regresi metode

fixed effect dan Granger causality test dioperasionalkan untuk

menguji hubungan fungsional antar variabel tersebut. Dalam

penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat Pendidikan Pesantren (TPP) dalam hasil regresi

panel memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

tingkat kemiskinan di provinsi Aceh. Secara statistik, angka

tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap peningkatan

pendidikan pesantren atau peningkatan santri sebesar 1%

dapat menaikkan tingkat kemiskinan sebesar 0.033%. Hal

trsebut dapat disebabkan karena pendidikan yang belum

diikuti oleh tingkat keterampilan sehingga tidak produktif

2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dalam hasil regresi

panel memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

tingkat kemiskinan di provinsi Aceh. Secara statistik angka

tersebut dapat diinterpretasikan bahwa setiap peningkatan

pengangguran 1% maka tingkat kemiskinan akan meningkat

sebesar 0.121%.

Page 98: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

81

3. Hasil Granger causality test mengindikasikan bahwa

kausalitas dua arah terjadi antara tingkat pendidikan

pesantren dan tingkat pengangguran terbuka. Hal ini

mengindikasikan bahwa perubahan tingkat pendidikan

pesantren merupakan respons terhadap tingkat

pengangguran terbuka.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang sudah disimpulkan maka saran

yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain:

1. Dalam mengurangi angka kemiskinan, Pemerintah

Provinsi Aceh harus mampu membuka lapangan

pekerjaan yang baru guna menyerap tenaga kerja yang

terus menerus tumbuh, sehingga dampak dari masalah

pengangguran dapat diatasi atau dikurangi, karena

tingkat pengangguran juga memberikan kontribusi

terhadap meningkatnya jumlah penduduk miskin di

Provinsi Aceh.

2. Peningkatan kemiskinan di Aceh sangat dipengaruhi oleh

tingkat pengangguran dan regulasi dari pemerintah daerah

maka dari itu dalam hal mengurangi angka kemiskinan,

Pemerintah Provinsi Aceh memiliki peran yang penting

dalam membuat program-program yang pro terhadap

pemberdayaan SDM yang ada, serta harus mampu

membuka lapangan pekerjaan yang baru guna menyerap

tenaga kerja yang terus menerus tumbuh, sehingga

Page 99: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

82

dampak dari masalah pengangguran dapat diatasi atau

dikurangi.

3. Pemerintah harus mampu menciptakan program-program

peningkatan kualifikasi dan mutu tenaga pendidik di

Pesantren serta harus menjadi perioritas utama

pembangunan dalam sektor mutu pendidikan pesantren di

Aceh. Upaya ini harus dilakukan terutama untuk

mengurangi kesenjangan tingkat dan mutu pendidikan

pesantren antar kabupaten/kota di Aceh, sehingga semua

penduduk Aceh akan mendapatkan kesempatan yang sama

untuk belajar dan sekaligus meningkatkan mutunnya.

Page 100: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

83

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, F. J. (1998) Azas-azas Pendidikan Islam,Terj. Herry Noer

Ali, Bandung, CV. Dipenegoro.

Adnan, A. Z. (2018). Strategi Mewujudkan Kemandirian Dalam

Pengembangan Dan Pemberdayaan Ekonomi Santri (Studi

Kasus di Pondok Pesantren Al Bahjah Cirebon). Syntax

Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(9).

Agus Prastyo. A. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengan Tahun 2003-

2009.Semarang; Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas

Diponegoro.

Amalia, A. (2017). Pengaruh Pendidikan, Pengangguran Dan

Ketimpangan Gender Terhadap Kemiskinan Di Sumatera

Utara, At-Tawassuth, 3(3), 324 – 344.

Arianti, D., 5 Aliasuddin. (2016). Profil Kemiskinan Di Kecamatan

Peusangan Siblah Krueng Kabupaten Bireuen,Jurnal

Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Unsyiah, 1(1), 29-37.

Aristina, I. (2017). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran,

Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan Di

Provinsi Bali, E-Jurnal EP Unud, 6(5), 677-704.

Arsyad, L. 1997. Ekonomi Pembangunan. Penerbit STIE YKPN.

Yogyakarta.

Arsyad, L. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM

YKPN.

Page 101: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

84

Azyumardi, Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan

Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999

Baltagi, B. H. (2005). Econometric Analysis of Panel Data (3rd

ed.). England: John Willey & Sons, Ltd.

Brotherhood of St. Laurence, (2002). Unemployment and Poverty,

Australia.

Fawait, A. (2013). Transformasi Pengembangan Tradisi Pondok

Pesantren. Edu-Islamika, 5(1), 93–122.

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisi Multivariate dengan Program

IBMSPSS19. Semarang. Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Gillis, & Malcom. (2000). Economic of Development, New York :

WW Norton & Company Inc.

Harlik., Amir. A., & Hardiani. (2013). Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kemiskinan Dan Pengangguran Di Kota

Jambi, Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan

Daerah. 1 (2), 109-120.

Hermanto, S & Dwi W. (2008). Dampak Pertumbuhan Ekonomi

Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin.

Hoover, G. A. dan Geoffrey L. Wallace. "Examining the

Relationship between the Poverty Rate and Economic

Conditions: A Comparison of the 1980s- 1990s". The

University of Alabama. Economic, Finance and Legal

Working Paper Series.Oktober 2003.

Page 102: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

85

Kesuma, G. C. (2017). Refleksi Model Pendidikan Pesantren dan

Tantangannya Masa Kini. Tadris: Jurnal Keguruan dan

Ilmu Tarbiyah 02 (1) (2017) 67-79

Kholis. N. (2014). Pendidikan Islam Dalam Usaha Mengatasi

Kemiskinan. Jurnal Kependidikan, Vol. II No. 2.

Kuncoro, Mudrajad. (2006). Ekonomika Pembangunan : Teori,

Masalah Dan Kebijakan. Yogyakarta :STIM YKPN

Lope, H. (2005).The Economic Impact of Armed Conflict in

Rwanda. Journal of African Economies,14(4), 586-602.

Majid. M. Shabri Abd. (2014). Analisis Tingkat Pendidikan Dan

Kemiskinan Di Aceh. Jurnal Pencerahan Vol 8, Nomor 1.

Maksum, A. (2015). Model Pendidikan Toleransi di Pesantren

Modern dan Salaf. Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(1),

82–108.

Mubarak, Faisal. (2009). Perkembangan Kebijakan Pendidikan

Islam Indonesia. Jurnal: Ta’lim Muta’allim, Vol. 4, No. 8,

ISSN 2088-2977-.

Munawar dan Hafnani. (2015). Prediksi Tingkat Kemiskinan di

Provinsi Aceh dengan Model AR. Jurnal Gradien. Vol.11

No.1.

Muttaqin, R. (2011). Kemandirian Dan Pemberdayaan Ekonomi

Berbasis Pesantren (Studi atas Peran Pondok Pesantren Al-

Ittifaq Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung terhadap

Kemandirian Ekonomi Santri dan Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Sekitarnya). JESI (Jurnal Ekonomi Syariah

Indonesia), 1(2).

Page 103: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

86

Muttaqin, R. (2011). Kemandirian Dan Pemberdayaan Ekonomi

Berbasis Pesantren (Studi atas Peran Pondok Pesantren Al-

Ittifaq Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung terhadap

Kemandirian Ekonomi Santri dan Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Sekitarnya). JESI (Jurnal Ekonomi Syariah

Indonesia), 1(2).

Nadzir, M. (2015). Membangun Pemberdayaan Ekonomi Di

Pesantren. Economica: Jurnal Ekonomi Islam, 6(1), 37–56.

Nasikun. (2001). Isu dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan.

Diktat Kuliah Program Magister Administrasi Publik,

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. 2001.

Nasir. (2014). Pengaruh Pdrb, Inflasi Dan Pengangguran Terhadap

Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Aceh. Jurnal Serambi

Ekonomi dan Bisnis. Vol. 1 No. 1 : 59 – 64.

Permana, Anggit Y,. & Arianti F (2012). Analisi Pengaruh PDRB,

Pengangguran, Pendidikan, dan Kesehatan Terhadap

Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2004-2009.

DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS. Vol 1 No 1

Tahun 2012.

Poyoh. A. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat

Pengangguran Di Provinsi Sulawesi Utara, Agri-

SosioEkonomiUnsrat, 13 (1A), 55 – 66.

Ramdhan, D. A., Setyadi, D. DKK (2017). Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Dan Kemiskinan Di

Kota Samarinda, INOVASI, 13 (1), 1-18.

Page 104: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

87

Retnowati. D, dan Harsuti.(2016). Pengaruh Pengangguran

Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah.Vol-6, no 1.

Rika, D., Munawaroh., & Puruwita. D. (2012). Pengaruh Tingkat

Pendidikan, Pendapatan Per Kapita Dan Pengangguran

Terhadap Kemiskinan Di Dki Jakarta, EconoSains, 8(2),

144-157

Royat, Sujana. (2015). Kebijakan Pemerintah dalam

Penangulangan Kemiskinan. Menko Kesra Bidang

Koordinasi Pengangulan Kemiskinan. Jakarta.

S., D. R., Munawaroh, M., & Puruwita, D. (2012). Pengaruh

tingkat pendidikan, pendapatan perkapita dan pengangguran

terhadap kemiskinan di DKI Jakarta. Jurnal ilmiah

Ekonosains, 10(2, 144-157.

Samsul, Nizar, Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta:

Gaya Media Pertama, 2001

Samuelson dan W illiam D. nordhaus. 2004. Ilmu Makro Ekonomi.

Edisi Ketujuh Belas. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.

Setyadi.S. (2017). Pengaruh Inflasi, Upah Minimum Regional Dan

Kesempatan Kerja Pada Sektor Industri Manufaktur

Terhadap Pengangguran Terdidik Di Provinsi Banten.

Jurnal Ekonomi-Qu, Volume 7 nomor 1, April 2017.

Sidiq, U. (2013). Pengembangan Standarisasi Pondok Pesantren.

Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 71–88.

Soedjiarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita. Jakarta:

PT. Kompas

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alberta.

Page 105: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

88

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

R&B. Bandung.

Sukirno, Sadono. (2000). Makro Ekonomi Modern.Penerbit PT

Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sukirno, Sadono. (2004). Makroekonomi Teori pengantar. Edisi

Ketiga, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sulaiman, In’am, Masa Depan Pesantren: Eksistensi Pesantren di

Tengah Gelombang Modernisasi, (Malang: Madani, 2010).

Syam, Nur. Kepemimpinan dalam Pengembangan Pondok

Pesantren, Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka

Pesantren, 2005.

Todaro, M.P. & Smith, S.C. (2003). Economic Development.

Boston: Addison Wesley.

Todaro, Michael P, (2000), Pembangunan Ekonomi di Dunia

Ketiga, Edisi Ketujuh, Terjemahan Haris Munandar,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Usa, Muslih, Pendidikan Islam di Indonesia: Antara Cita dan

Fakta (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Tiara Wacana,

1991).

Usman, M. I. (2013). Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan

Islam (Sejarah Lahir, Sistem Pendidikan, dan

Perkembangan Masa Kini). Jurnal Al Hikmah, XIV(1),

101–119.

Wadi, Moh. (2018). Potensi Dan Peran Pesantren Dalam

Mengembangkan Ekonomi Masyarakat. Surabaya

Page 106: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

89

Yacoub,Y. (2012). Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap

Tingkat Kemiskinan Terhadap Kabupaten/Kota Di Provinsi

Kalimantan Barat, Jurnal EKSOS, 8(3), 176-185.

Yudha. Ota. R.P. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah

Minimum, Tingkat Pengangguran Terbuka, Dan Inflasi

Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2009-2011,

Semarang.

Yusuf, Qardhawi , 2005. Spektrum Zakat: Dalam Membangun

Ekonomi Kerakyatan. Terj, Sari Narulita, Zikrul Hakim:

Jakarta

Page 107: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

90

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Kabupaten/Kota Kemiskinan (%)

2014 2015 2016 2017 2018 2019

1. Simeulue

19.92

20.43

19.93

20.20

19.78

18.99

2. Aceh Singkil

17.77

21.72

21.60

22.11

21.25

20.78

3. Aceh Selatan

12.79

13.24

13.48

14.07

14.01

13.09

4. Aceh Tenggara

13.75

14.91

14.46

14.86

14.29

13.43

5. Aceh Timur

15.88

15.85

15.06

15.25

14.49

14.47

6. Aceh Tengah

16.99

17.51

16.64

16.84

15.58

15.50

7. Aceh Barat

22.97

21.46

20.38

20.28

19.31

18.79

8. Aceh Besar

16.13

15.93

15.55

15.41

14.47

13.92

9. Pi d i e

20.29

21.18

21.25

21.43

20.47

19.46

10. Bireuen

16.94

16.94

15.95

15.87

14.31

13.56

11. Aceh Utara

19.58

19.20

19.46

19.78

18.27

17.39

12.

Aceh Barat

Daya

17.99

18.25

18.03

18.31

17.10

16.26

13. Gayo Lues

21.43

21.95

21.86

21.97

20.70

19.87

14. Aceh Tamiang

14.58

14.57

14.51

14.69

14.21

13.38

15. Nagan Raya

20.85

20.13

19.25

19.34

18.97

17.97

16. Aceh Jaya

16.52

15.93

15.01

14.85

14.16

13.36

17. Bener Meriah

22.45

21.55

21.43

21.14

20.13

19.30

Page 108: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

91

18. Pidie Jaya

21.78

21.40

21.18

21.82

20.17

19.31

19. Banda Aceh

7.78

7.72

7.41

7.44

7.25

7.22

20. Sabang

17.02

17.69

17.33

17.66

16.31

15.60

21. Langsa

12.08

11.62

11.09

11.24

10.79

10.57

22. Lhokseumawe

11.93

12.16

11.98

12.32

11.81

11.18

23. Subulussalam

19.72

20.39

19.57

19.71

18.51

17.95

Page 109: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

92

Lampiran 2

Kabupaten/Kota

Santri (%)

2014 2015 2016 2017 2018 2019

1. Simeulue 0.284 0.279 0.580 0.589 0.567 0.779

2. Aceh Singkil 1.986 2.029 2.428 2.344 2.329 2.010

3. Aceh Selatan 3.407 2.295 5.555 3.328 5.402 3.195

4. Aceh Tenggara 1.823 1.846 2.055 2.042 2.726 2.373

5. Aceh Timur 2.885 2.625 2.666 2.613 2.564 1.864

6. Aceh Tengah 1.122 1.099 1.308 1.439 1.258 0.728

7. Aceh Barat 4.405 2.484 1.789 1.756 1.684 2.526

8. Aceh Besar 5.588 5.474 5.693 5.595 6.034 4.988

9. Pi d i e 2.932 2.880 1.096 1.471 1.063 2.304

10. Bireuen 6.573 5.008 4.672 4.573 5.703 11.004

11. Aceh Utara 8.492 3.909 5.523 5.440 5.361 4.867

12. Aceh Barat Daya 1.855 2.025 2.950 2.901 2.854 3.057

13. Gayo Lues 2.862 2.665 2.333 0.893 2.255 1.384

14. Aceh Tamiang 1.186 1.379 1.917 1.823 2.142 1.225

15. Nagan Raya 1.889 1.856 0.863 0.846 0.830 1.749

16. Aceh Jaya 4.491 4.478 4.191 4.097 4.344 4.489

17. Bener Meriah 0.156 0.153 2.012 1.975 1.799 2.240

18. Pidie Jaya 7.513 2.115 4.353 4.492 4.171 6.035

Page 110: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

93

19. Banda Aceh 1.679 1.674 1.577 1.591 1.517 1.152

20. Sabang 1.723 1.858 1.324 0.877 1.487 1.348

21. Langsa 2.453 2.408 1.413 1.391 2.168 2.267

22. Lhokseumawe 3.144 2.606 2.904 1.695 4.252 2.911

23. Subulussalam 3.867 2.966 3.792 3.671 3.644 2.541

Page 111: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

94

Lampiran 3

Kabupaten/Kota Tingkat Pemngangguran Terbuka (%)

2014 2015 2016 2017 2018 2019

1. Simeulue 5.57 8.51 5.82 3.12 4.94 5.87

2. Aceh Singkil 6.08 7.03 7.09 7.14 8.04 8.60

3. Aceh Selatan 9.49 10.01 8.63 7.24 6.08 6.58

4. Aceh Tenggara 9.51 9.79 7.27 4.75 3.76 3.46

5. Aceh Timur 10.61 13.89 11.16 8.42 6.93 7.64

6. Aceh Tengah 3.32 3.13 5.52 3.91 2.13 2.65

7. Aceh Barat 5.86 6.77 6.49 6.20 8.67 7.45

8. Aceh Besar 10.53 6.81 7.65 8.49 7.30 7.75

9. Pi d i e 11.73 10.25 8.95 7.64 7.23 6.89

10. Bireuen 9.02 11.02

7.76 4.50 3.52 3.88

11. Aceh Utara 13.58 17.05

14.04 11.02 10.18 8.63

12.

Aceh Barat

Daya 6.79 11.66

7.41 3.16 3.95 4.30

13. Gayo Lues 0.37 2.24

1.98 1.71 2.52 1.74

14. Aceh Tamiang 9.75 14.03

9.73 5.43 6.25 6.07

15. Nagan Raya 3.69 3.97

4.04 4.11 5.94 5.35

16. Aceh Jaya 9.48 4.91

5.57 6.23 4.95 4.19

17. Bener Meriah 0.74 1.04

1.05 1.06 1.07 1.02

Page 112: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

95

18. Pidie Jaya 8.16 9.18

7.04 4.89 5.02 4.36

19. Banda Aceh 10.24 12.00

9.88 7.75 7.29 6.92

20. Sabang 7.48 7.62

5.31 3.00 4.21 4.60

21. Langsa 9.89 8.55

7.79 7.03 7.12 7.70

22. Lhokseumawe 11.23 13.06

11.79 10.51 12.52 11.06

23. Subulussalam 8.55 8.24

6.58 4.91 6.49 7.25

Page 113: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

96

Lampiran 4

1. Common test

Dependent Variable: TK

Method: Panel Least Squares

Date: 07/21/20 Time: 14:53

Sample: 2008 2019

Periods included: 12

Cross-sections included: 23

Total panel (balanced) observations: 276

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 20.16495 0.711055 28.35920 0.0000

TPP 0.327469 0.116281 2.816181 0.0052

TPT -0.325397 0.082509 -3.943793 0.0001

R-squared 0.067820 Mean dependent var 18.64888

Adjusted R-squared 0.060991 S.D. dependent var 4.601157

S.E. of regression 4.458634 Akaike info criterion 5.838372

Sum squared resid 5427.082 Schwarz criterion 5.877724

Log likelihood -802.6954 Hannan-Quinn criter. 5.854163

F-statistic 9.931009 Durbin-Watson stat 0.590016

Prob(F-statistic) 0.000069

2. Fixed efect test

Dependent Variable: TK

Method: Panel Least Squares

Date: 07/21/20 Time: 14:54

Sample: 2008 2019

Periods included: 12

Cross-sections included: 23

Total panel (balanced) observations: 276

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 15.09932 0.597770 25.25942 0.0000

Page 114: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

97

TPP 0.306511 0.083532 3.669375 0.0003

TPT 0.343619 0.065439 5.250946 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.748568 Mean dependent var 18.64888

Adjusted R-squared 0.724527 S.D. dependent var 4.601157

S.E. of regression 2.414940 Akaike info criterion 4.687438

Sum squared resid 1463.816 Schwarz criterion 5.015372

Log likelihood -621.8664 Hannan-Quinn criter. 4.819032

F-statistic 31.13682 Durbin-Watson stat 1.056196

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 115: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

98

Lampiran 5

3. Random efect test

Dependent Variable: TK

Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 07/21/20 Time: 15:04

Sample: 2008 2019

Periods included: 12

Cross-sections included: 23

Total panel (balanced) observations: 276

Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 15.64695 0.882697 17.72629 0.0000

TPP 0.288039 0.081871 3.518198 0.0005

TPT 0.279375 0.063588 4.393513 0.0000

Effects Specification

S.D. Rho

Cross-section random 3.200418 0.6372

Idiosyncratic random 2.414940 0.3628

Weighted Statistics

R-squared 0.092887 Mean dependent var 3.969132

Adjusted R-squared 0.086241 S.D. dependent var 2.609260

S.E. of regression 2.494210 Sum squared resid 1698.356

F-statistic 13.97734 Durbin-Watson stat 0.944902

Prob(F-statistic) 0.000002

Unweighted Statistics

R-squared -0.120039 Mean dependent var 18.64888

Sum squared resid 6520.788 Durbin-Watson stat 0.388346

Page 116: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

99

Lampiran 6

UJI PEMILIHAN MODEL

1. Chow test

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 30.889988 (22,251) 0.0000

Cross-section Chi-square 361.657931 22 0.0000

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: TK

Method: Panel Least Squares

Date: 07/21/20 Time: 15:03

Sample: 2008 2019

Periods included: 12

Cross-sections included: 23

Total panel (balanced) observations: 276

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 20.16495 0.711055 28.35920 0.0000

TPP 0.327469 0.116281 2.816181 0.0052

TPT -0.325397 0.082509 -3.943793 0.0001

R-squared 0.067820 Mean dependent var 18.64888

Adjusted R-squared 0.060991 S.D. dependent var 4.601157

S.E. of regression 4.458634 Akaike info criterion 5.838372

Sum squared resid 5427.082 Schwarz criterion 5.877724

Log likelihood -802.6954 Hannan-Quinn criter. 5.854163

F-statistic 9.931009 Durbin-Watson stat 0.590016

Prob(F-statistic) 0.000069

Page 117: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

100

2. Hausman test

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 20.216575 2 0.0000

Cross-section random effects test comparisons:

Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob.

TPP 0.306511 0.288039 0.000275 0.2651

TPT 0.343619 0.279375 0.000239 0.0000

Cross-section random effects test equation:

Dependent Variable: TK

Method: Panel Least Squares

Date: 07/21/20 Time: 15:06

Sample: 2008 2019

Periods included: 12

Cross-sections included: 23

Total panel (balanced) observations: 276

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 15.09932 0.597770 25.25942 0.0000

TPP 0.306511 0.083532 3.669375 0.0003

TPT 0.343619 0.065439 5.250946 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.748568 Mean dependent var 18.64888

Adjusted R-squared 0.724527 S.D. dependent var 4.601157

S.E. of regression 2.414940 Akaike info criterion 4.687438

Page 118: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

101

Sum squared resid 1463.816 Schwarz criterion 5.015372

Log likelihood -621.8664 Hannan-Quinn criter. 4.819032

F-statistic 31.13682 Durbin-Watson stat 1.056196

Prob(F-statistic) 0.000000

Page 119: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

102

Lampiran 7

UJI ASUMSI KLASIK

Uji Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

28

32

-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7

Series: Standardized Residuals

Sample 2008 2019

Observations 276

Mean -3.86e-17

Median -0.334105

Maximum 6.767205

Minimum -4.637491

Std. Dev. 2.307156

Skewness 0.769493

Kurtosis 3.246200

Jarque-Bera 27.93458

Probability 0.000001

Multikolinearitas

LOGTK LOGTPP LOGTPT

LOGTK 1.000000 0.079623 -0.220711

LOGTPP 0.079623 1.000000 0.273130

LOGTPT -0.220711 0.273130 1.000000

Heteroskedastisitas

-15

-10

-5

0

5

10

15

5

10

15

20

25

30

35

1 -

08

1 -

18

2 -

16

3 -

14

4 -

12

5 -

10

6 -

08

6 -

18

7 -

16

8 -

14

9 -

12

10

- 1

0

11

- 0

8

11

- 1

8

12

- 1

6

13

- 1

4

14

- 1

2

15

- 1

0

16

- 0

8

16

- 1

8

17

- 1

6

18

- 1

4

19

- 1

2

20

- 1

0

21

- 0

8

21

- 1

8

22

- 1

6

23

- 1

4

Residual Actual Fitted

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

5

10

15

20

25

30

35

1 -

08

1 -

18

2 -

16

3 -

14

4 -

12

5 -

10

6 -

08

6 -

18

7 -

16

8 -

14

9 -

12

10

- 1

0

11

- 0

8

11

- 1

8

12

- 1

6

13

- 1

4

14

- 1

2

15

- 1

0

16

- 0

8

16

- 1

8

17

- 1

6

18

- 1

4

19

- 1

2

20

- 1

0

21

- 0

8

21

- 1

8

22

- 1

6

23

- 1

4

Residual Actual Fitted

Random effect Fixed effect

Page 120: SKRIPSI PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN PESANTREN DAN

103

Hasil Regresi Panel

Dependent Variable: LOGTK

Method: Panel Least Squares

Date: 07/21/20 Time: 15:30

Sample: 2008 2019

Periods included: 12

Cross-sections included: 23

Total panel (balanced) observations: 276

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.633424 0.042884 61.40805 0.0000

LOGTPP 0.032506 0.014694 2.212153 0.0279

LOGTPT 0.121234 0.021290 5.694320 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.815860 Mean dependent var 2.891175

Adjusted R-squared 0.798253 S.D. dependent var 0.275313

S.E. of regression 0.123660 Akaike info criterion -1.256344

Sum squared resid 3.838264 Schwarz criterion -0.928409

Log likelihood 198.3755 Hannan-Quinn criter. -1.124749

F-statistic 46.33714 Durbin-Watson stat 1.026157

Prob(F-statistic) 0.000000