sistem pendidikan tauhid di pondok pesantren...
TRANSCRIPT
SISTEM PENDIDIKAN TAUHID DI PONDOK PESANTREN
DARUL MUTTAQIN DESA BUKATEJA, KECAMATAN
BALAPULANG, KABUPATEN TEGAL TAHUN AJARAN
2016/2017
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
ANIMATUL AFIYAH
NIM 111-12-185
JURUSAN PENDIDIKAN AGAM ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN
SALATIGA)
2017
MOTTO
Artinya: “ Dan (Ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia
memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau
menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kedzaliman yang besar.” (Q.S. Luqman:13).
PERSEMBAHAN
Yang utama dari segalanya. Sembah sujud serta syukur kepada Allah
SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikan kekuatan,
membekaliku dengan ilmu, serta memperkenalkanku dnegan cinta, atas karunia
dan serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan.
Persembahan karya sederhana ini kepada orang-orang yang telah
membantu mewujudkan mimpiku:
1. Almarhum kedua orang tuaku tercinta, Bapak Maulud (Alm) dan Ibu
Patosah (Almh) yang telah memberiku semangat dalam setiap langkah,
do‟a-do‟a yang telah menjulang tinggi ke langit untuk kesuksesan putri
kecilnya ini, dan kasih sayang yang tentunya tak bisa tergantikan oleh
siapapun yang membuatku sekuat dan setabah ini dalam menjalani
rintangan yang ada di depanku demi mewujudkan impian yang dulu
kalian impikan.
2. Kakak-kakakku tercinta mbak Khotiroh, kang Marno, mas M.Tauhid,
mbak Eli Sosiawati, mas Edi Prayogi, mbak Malia Ari Andriani, mas
Teguh Muji Primono, mas Ukhrowiyatul Fauzi yang telah menjadi
pengganti peran dari Bapak (Alm) dan Ibu (Almh), yang selalu
memotivasi, memberi dukungan dan do‟a yang selalu kalian berikan,
serta semangat yang tiada henti dalam meraih cita-cita setinggi
mungkin yang kalian berikan kepadaku dalam mengarungi perjalanan
hidup ini.
3. Bapak H. Dr. Sa‟adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam
upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Sri Guno Najib Chaqoqo, M.Ag dan Istrinya Ibu Ukhti Nur
Fajariyah, S.Pd yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian
skripsi ini.
5. Abah Mahfudz Ridwan, Lc dan Ibu Hj. Nafisah beserta keluarga yang
senantiasa memberikan petuah, do‟a, dan ilmunya yang patut dijadikan
tauladan untuk masa depanku kelak.
6. Ponakanku Husni Abdani yang selalu memberi semangat.
7. Kawan-kawanku seperjuangan Indah Asfaradina, S.Pd, Windawati
S.Pd, Selvi Alviana Rafida S.Pd, Wahyu Rahma Zulaeha S.Pd, Laili
Agustini S.Pd, teman-teman PAI E dan semua teman-teman PAI
angkatan 2012 yang selalu memotivasi, membantu serta menjadi
sahabat terbaikku hingga 4,5 tahun di kampus tercinta ini.
8. Keluarga Besar BIDIKMISI IAIN Salatiga angkatan 2012 dan keluarga
besar YA BISMILLAH semua angkatan, yang telah menjadi keluarga
dan memberikan banyak pengalaman.
9. Semua adik-adikku kamar 15 PP.Edi Mnacoro yanng selalu memberi
semangat dan motivasi.
10. Adikku Fiki Rizkiyah yang membuatku tertawa dalam setiap hal.
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tak lupa ku panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di
dunia ini. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada baginda Rasulullah
SAW sebagai tauladan bagi kita untuk mencapai kebahagiaan kita di dunia dan di
akhirat.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini
berkat motivasi, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama
Islam.
4. Bapak H. Dr. Sa‟adi, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam
upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Sri Guno Najib Chaqoqo, M.Ag dan Istrinya Ukhti Nur
Fajariyah yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan
memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
8. KH. Mahfudz Ridwan, Lc yang telah memberikan ridho dan bimbingan
dalam menuntut ilmu.
9. Keluarga besar Pondok Pesantren Edi Mancoro, para asatidz dan para
santri yang telah mendewasakan penulis setiap harinya dalam warna-
warni kehidupan.
10. Teman-teman Jurusan S1 Pendidikan Agama Islam angkatan 2012,
terutama Kelas PAI E yang telah memberikan banyak cerita dan canda
selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.
11. Pondok Pesantren Darul Muttaqin yang telah memberikan izin serta
membantu penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini.
12. Keluarga besar Tahfidz Pondok Pesantren Edi Mancoro dan teman-
teman Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu memberikan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 1 Februari 2017
Penulis
Animatul Afiyah
111-12-185
ABSTRAK
Afiyah, Animatul. 2017. Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul
Muttaqin, Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal
Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Dr. H. Sa‟adi M.Ag.
Kata kunci: Sistem Pendidikan, Tauhid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara runtut sistem pendidikan
tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Tahun Ajaran 2016/2017.
Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana sistem
pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang,
Kabupaten Tegal?, (2) Apa faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul
Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?, (3) Apa
permasalahan/faktor penghambat yang muncul dalam sistem pendidikan tauhid di
PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan datanya antara lain: observasi,
wawancara, dan dokumentasi dengan analisis data yaitu reduksi data, kategorisasi,
dan interpretasi data.
Temuan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yaitu (1) sistem
pendidikan tauid yang ada di pesantren ini yaitu terdiri dari unsur-unsur dasar
pendidikan tauhid, tujuan pendidikan tauhid, masjid, pondok, kurikulum,
kyai/ustadz, santri, metode, dan evaluasi. (2) faktor pendukung pendidikan tauhid
yaitu adanya partisipasi ustadz dan santri dalam mengaji, pengurus, masjid
sebagai sentral kegiatan, asrama santri, dan evaluasi. (3) permasalahan/faktor
penghambat pendidkan tauhid yaitu adanya kegiatan ekstrakurikuler yang ada di
MTS dan kurangnya santri dalam memanage waktu.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………............................. i
HALAMAN BERLOGO.................................................................................... ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................... v
MOTTO....................................................... ....................................................... vi
PERSEMBAHAN............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR........................................................................................ ix
ABSTRAK.......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI...................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............……………………………….................... 1
B. Fokus Penelitian ………………………………………..................... 7
C . Tujuan Penelitian ……………………………………...................... 7
D. Manfaat Penelitian ……………………………………..................... 8
E. Penegasan Istilah …………………………………............................ 9
F. Telaah Pustaka……………………………………............................. 11
G. Metode Penelitian………………………………................................ 12
H. Sistematika Penulisan…………………………….............................. 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Sistem Pendidikan Pesantren………………………........................... 19
B.Sistem Pendidikan Tauhid…............................................................... 26
. C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan................................ 34
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darul Muttaqin......................... 37
B. Hasil temuan………………………………….................................... 50
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin....... 66
B. Faktor Pendukung Pendidikan Tauhid ……..................... .................. 74
C.Permasalahan Yang Muncul/Faktor Penghambat Pendidikan Tauhi.... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………............................. 79
B. Saran......... ……………………………............................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR LAMPIRAN
1. Nota Pembimbing Skripsi
2. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian
3. Surat Keterangan Melakukan Penelitian
4. Daftar SKK
5. Lembar Konsultasi
6. Pedoman Wawancara
7. Hasil Wawancara
8. Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu jenis makhluk yang sudah ribuan abad
lamanya ditakdirkan Allah SWT menjadi penghuni bumi, sebagai satu-satunya
planet yang paling sesuai untuk dijadikan tempat tinggalnya (Nawawi,
1993:40).
Menurut Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah, ia tidaklah
muncul dengan sendirinya atau berada oleh dirinya sendiri. Al-Quran surat al-
„Alaq ayat 2 menjelaskan bahwa manusia itu diciptakan Tuhan dari segumpal
darah, Al-Quran surat al-Thariq ayat 5 menjelaskan bahwa manusia dijadikan
oleh Allah, Al-Quran surat al-Rahman ayat 3 menjelaskan bahwa Al-Rahman
(Allah) itulah yang menciptakan manusia. Masih banyak lagi yang menjelaskan
bahwa yang menjadikan manusia adalah Allah. Jadi manusia adalah makhluk
ciptaan Allah (Tafsir, 2008:34).
Allah SWT itu Esa dalam segala penciptaannya. Ia tidak membutuhkan
perantara dalam membuatnya. Manusia dalam mengenali Tuhannya harus
bertauhid terlebih dahulu yaitu “bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Dia,
dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT “.
Kalimat tauhid mengandung nilai iman. Umat Islam wajib mengimani
adanya Allah SWT sebagai sang pencipta. Kalimat tauhid yang telah diucapkan
mengandung arti bahwa manusia itu sudah tergolong sebagai umat Islam, yang
beriman kepada Allah SWT dan RasulNya.
Esensi iman kepada Allah SWT adalah Tauhid yaitu mengesakan-Nya,
baik dalam zat, asma‟ washifat, maupun af‟al (perbuatan-perbuatan-Nya).
Secara sederhana Tauhid dibagi dalam tiga tingkatan atau tahapan yaitu: 1.
Tauhid Rububiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Rabb), 2.
Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Malik), dan 3.
Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Illah) (Ilyas,
1993:18-19).
Mengesakan Allah (tauhid) dan menolak penyekutuan (syirik) terhadap-
Nya merupakan doktrin terpenting yang mendominasi pemahaman-pemahaman
dan ajaran-ajaran samawi. Hal itu juga merupakan asas segala macam ilmu dan
ajaran Ilahiyah yang dibawa para Nabi dan Rasul, sebagaimana tercantum
dalam kitab-kitab suci yang diwahyukan kepada mereka. Selain itu tauhid dan
syirik termasuk di antara masalah-masalah yang disepakati oleh seluruh kaum
muslimin (Subhani, 1996: 13).
Seorang muslim meyakini ketuhanan Allah bagi mereka yang terdahulu
dan yang akan datang, ketuhananNya bagi seluruh alam. Bahwasannya tidak
ada Tuhan melainkan Allah, tiada Tuhan selain Dia. Oleh karena itu, dia hanya
menyembah Allah dengan seluruh penyembahan yang telah disyariatkan Allah
kepada hamba-hamba-Nya agar mereka menyembah dengan tata cara tersebut
(El-Jazair, 1990: 115).
Manusia mengenal Allah harus melalui suatu proses pendidikan, yang
mana pendidikan itu sangatlah penting untuk menunjang pemahaman manusia
dalam segala ilmu pengetahuan terutama dalam mengenal keesaan Allah SWT.
Dalam suatu pendidikan terdapat sebuah tujuan yang akan dicapai,
yaitu sebagaimana dijelaskan dalam bukunya Prof. Dr. Umar Tirtarahardja dan
Drs. S. L. La Sulo (2010:37) bahwa, tujuan pendidikan memuat gambaran
tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan.
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki
posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat
dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan
dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tujuan
tersebut.
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu
peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya.
Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia
(Tirtarahardja & Sulo, 2010:1).
Fungsi dari peserta didik adalah sebagai objek yang sekaligus sebagai
subjek pendidikan. Sebagai objek, peserta didik tersebut menerima perlakuan-
perlakuan tertentu, tetapi dalam pandangan pendidikan modern, peserta didik
lebih dekat dikatakan sebagai subjek atau pelaksanaan pendidikan (Hasbullah,
2012:123).
Pendidikan tidak akan berjalan maju tanpa adanya para pendidik (guru).
Dalam pengertian yang dimaksud pendidik adalah orang yang
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta
didik (Tirtarahardja & Sulo, 2010:54).
Secara umum dikatakan bahwa, setiap orang dewasa dalam masyarakat
dapat menjadi pendidik, sebab pendidikan merupakan suatu perbuatan sosial,
perbuatan fundamental yang menyangkut keutuhan perkembangan pribadi
anak didik menuju pribadi dewasa susila (Hasbullah: 2012:17).
Pendidik berfungsi sebagai pembimbing pengaruh, untuk
menumbuhkan aktivitas peserta didik dan sekaligus sebagai pemegang
tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan (Hasbullah, 2012:124).
Zaman akan terus berubah dan berkembang, demikian halnya
pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan menyesuaikan dengan keadaan
zaman, serta berbagai persoalan yang dihadapinya. Perlu adanya perubahan
maupun pergantian kurikulum di Indonesia tentu tidak terlepas dari persoalan
perubahan zaman. Sebab, hakikat penyelenggaraan pendidikan adalah untuk
menjadi solusi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi negara. Oleh
karena itu, pendidikan perlu diselenggarakan secara optimal supaya
menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas yang memiliki kompetensi sikap,
kemampuan, dan pengetahuan sesuai standar nasional yang telah disepakati.
Untuk mewujudkan itu semua, salah satu upaya yang dapat dilakukan
ialah dengan mengembangkan kurikulum. Karena berhasil dan tidaknya sebuah
pendidikan sangat dipengaruhi oleh kurikulum yang ada (Fadillah, 2014:17).
Kurikulum yang digunakan di pondok pesantren dalam melaksanakan
pendidikannya tidak sama dengan kurikulum yang dipergunakan dalam
lembaga pendidikan formal, bahkan tidak sama antara satu pondok pesantren
dengan pondok pesantren lainnya. Pada umumnya, kurikulum pondok
pesantren yang menjadi arah pembelajaran tertentu (manhaj), diwujudkan
dalam bentuk penetapan kitab-kitab tertentu sesuai dengan tingkatan ilmu
pengetahuan santri (Faiqoh, 2003:10).
Pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga pendidikan Islam
yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok), kiai atau mushalla sebagai
pusat lembaganya. Lembaga ini merupakan salah satu bentuk kebudayaan asli
pendidikan nasional, sebab lembaga ini telah lama hidup dan tumbuh ditengah-
tengah masyarakat Indonesia yang tersebar diseluruh tanah air dan dikenal
dalam kisah serta cerita rakyat Indonesia khususnya di pulau Jawa (Haryanto,
2012:39).
Pesantren ialah tempat santri-santri atau murid-murid yang belajar ilmu
Agama Islam. Pondok ialah tempat penginapan mereka seperti asrama masa
sekarang.
Menurut riwayat yang mula-mula mengadakan pondok pesantren itu
ialah Maulana Malik Ibrahim. Di pondok pesantren itulah beliau mendidik
guru-guru Agama dan muballigh-muballigh Islam yang menyiarkan agama
Islam keseluruh pulau Jawa.
Biasanya pesantren itu terdiri dari sekumpulan pondok (surau kecil-
kecil) yang terletak dekat sebuah masjid. Pondok-pondok itu didirikan dengan
uang wakaf atau sedekah yang diberikan oleh orang-orang yang mampu,
bahkan ada juga dengan kemauan dan ongkos sendiri dari santri-santri yang
datang kesana (Yunus, 1995:231).
Sejak awal kelahirannya, pesantren tumbuh, berkembang dan tersebar
di berbagai pedesaan. Keberadaan pesantren sebagai lembaga keislaman yang
sangat kental dengan karakteristik Indonesia ini memiliki nilai-nilai strategis
dalam pengembangan masyarakat Indoesia. Realitas menunjukan pada satu sisi
sebagian besar penduduk Indonesia terdiri dari umat Islam, dan pada sisi lain
mayoritas dari mereka tinggal di pedesaan.
Berdasarkan realita tersebut, pesantren sampai saat ini memiliki
pengaruh cukup kuat pada hampir seluruh aspek kehidupan di kalangan
masyarakat muslim pedesaan yang taat (A‟la,2006:1).
Salah satu upaya seorang ulama dalam mempersiapkan generasi muda
yang beriman ialah dengan bagaimana ia mengajak generasi muda tersebut
untuk belajar mengenal keesaan Allah SWT melalui pendidikan tauhid.
Dengan dibekali tentang ketauhidan diharapkan setiap generasi muda akan
lebih mengenali Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa.
Pondok Pesantren Darul Muttaqin merupakan satu-satunya lembaga
pendidikan Islam yang berdiri di Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang,
kabupaten Tegal. Pondok pesantren ini banyak mempelajari berbagai macam
kitab salah satunya adalah kajian tentang ketauhidan yang dikaji dari sebuah
kitab klasik yaitu kitab Tijanu Durori karya Syaikh Ibrahim Al-Bajuri, kitabus
sa‟adah karya „Abdurrahim Manaf, dan kitab Jawahirul Kalamiyah karya
Syaikh Thahir bin Shalih Al-Jazair dengan metode penyampaiannya
bandongan/wetonan. Penerapan metode tersebut diharapkan agar senantiasa
hubungan interaksi antar kiai dan santri terjalin dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Sistem Pendidikan Tauhid Di Pondok Pesantren
Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal
Tahun Ajaran 2016/2017”.
B. Fokus Penelitian
Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dan akan dikaji melalui
penelitian ini. Beberapa masalah itu adalah:
1. Bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja,
Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal?
2. Apa faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa
Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal ?
3. Apa permasalahan/faktor penghambat yang muncul dalam sistem
pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan
Balapulang, Kabupaten Tegal ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji, maka peneliti memiliki
tujuan antara lain:
1. Untuk menemukan bagaimana sistem pendidikan tauhid di PP. Darul
Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.
2. Untuk menemukan faktor pendukung pendidikan tauhid di PP. Darul
Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.
3. Untuk menemukan permasalahan /faktor penghambat yang muncul dalam
sistem pendidikan tauhid di PP. Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan
Balapulang, Kabupaten Tegal.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Secara akademik penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya
kajian bidang Pendidikan Agama Islam, terutama dalam ruang lingkup
ketauhidan di setiap individu muslim.
b. Memberikan informasi yang jelas tentang bagaimana sistem pendidikan
tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan
Balapulang, Kabupaten Tegal.
2. Manfaat Praktis
a. Tulisan ini dapat menjadi masukan bagi semua pihak terkait yang ingin
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai sistem pendidikan tauhid di
Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan
Balapulang, Kabupaten Tegal.
b. Tulisan ini menjadi sumbangan alternatif mengenai sistem pendidikan
tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan
Balapulang, Kabupaten Tegal.
E. Penegasan Istilah
1. Sistem
Dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan sistem adalah
jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk
mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan kebutuhan yang telah di
tentukan (Hasbullah, 2012:123).
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sistem adalah
seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk
suatu totalitas (Dpartemen Pendidikan Naional, 2007: 1076).
2. Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses,
cara, perbuatan, mendidik (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:263).
3. Tauhid
Asal makna tauhid, ialah:
االعتقادبان اهلل واحدالشريك له
“Beri‟tikad bahwa Allah itu Esa, tak ada sekutu bagi-Nya” (Ash Shiddieqy,
1971:92).
Kesesatan yang sering dilakukan manusia bukanlah tidak percaya
terhadap keberadaan Allah, tetapi syirik kepada-Nya. Manusia sering
menyembah sesuatu atau tuhan selain-Nya. Mereka berpendapat bahwa
tuhan-tuhan tersebut bisa mendekatkan mereka kepada Allah atau memberi
syafaat kepada mereka.
Semenjak zaman dahulu manusia sering jatuh ke dalam “lubang”
syirik. Syirik adalah kesalahan yang sangat besar. Dengan demikian, hal
pertama yang dibutuhkan oleh manusia adalah tauhid. Demi tauhidlah Allah
mengutus para nabi dan menurunkan kitab suci (Al-Qaradhawi, 2006:11).
4. Pesantren
Pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang umumnya
bersifat tradisional, tumbuh dan berkembang di masyarakat pedesaan
(Haedari, 2010:37).
Pondok pesantren merupakan institusi lembaga pendidikan agama
Islam tertua di Indonesia dengan segala keunikan dan kekhasannya
tersendiri. Institusi ini selain dikenal dengan lembaga pendidikan Islam,
juga menonjol sebagai lembaga sosial keagamaan yang didalamnya terdapat
interaksi di antara orang-orang dan menjadi pusat pemberdayaan
masyarakat di bidang sosial, budaya, dan ekonomi. Di dalam institusi ini
ada kiai sebagai top figure yang memiliki peran signifikan dalam
menggerakan semua aktivitas di dalamnya. Sehingga kiai tidak dapat
terlepaskan sebagai pusat perhatian maupun suri tauladan di segala aspek
kehidupan para santri yang mengitari.
Keberadaan kiai dan pondok pesantren merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, karena figur ini sangatlah dominan dalam
menentukan segala arah kebijakan, pengelolaan, dan pengembangan pondok
pesantren (Haryanto, 2012:1).
F. Telaah Penelitian Yang Relevan
Terkait dengan penelitian ini, yakni dalam pembahasan tentang seputar
sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja,
Kecamatan Balapulang Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017, maka
peneliti merasa penting untuk menelaah penelitian terdahulu yang relevan
dengan penelitian ini sebagai acuan dan bahan untuk melihat sisi perbedaan
dari tulisan-tulisan yang mengulas tentang ketauhidan. Beberapa hasil
penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.
Skripsi Siti Sukrilah tentang konsep pendidikan tauhid dalam keluarga
studi analisis Qur‟an surat al-Baqarah ayat 132-133 dalam tafsir Ibnu Katsir.
Penelitian ini menunjukan bahwa konsep pendidikan tauhid dalam keluarga
yang terdapat dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 132-133 berupa proses
membimbing manusia untuk tetap teguh kepercayaannya bahwa, Allah Maha
Esa dan hanya tunduk kepada-Nya sampai akhir hayat. Sedangkan konsep
pendidikan tauhid dalam keluarga menurut Ibnu Katsir adalah sebuah upaya
dalam membina manusia untuk menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah
SWT dan tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun sepanjang
hayatnya pada suatu kelompok dimana manusia hidup dan menetap secara
berkesinambungan sampai keturunannya di masa depan kelak.
Skripsi Sri Imtikhani tentang nilai-nilai ketauhidan dalam Al-Quran
surat Luqman ayat 12-19 (studi tafsir Al-Quran al-„Adzim Ibnu Katsir dan Al-
Misbah M. Quraish Shihab) skripsi ini menunjukan bahwa, nilai-nilai
ketauhidan yang terkandung dalam al-Quran surat Luqman ayat 12-19 yaitu
untuk mengesakan Allah SWT dan menyuruh untuk menyembahNya,
mengandung nilai-nilai tauhid yaitu: tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan
tauhid ubudiyah.
Penelitian Siti Nur Rohmawati tentang nilai-nilai tauhid pada mata
pelajaran sains di SDIT Hidayatulloh Balong Yogyakarta. Penelitian
menunjukan bahwa, dengan menggunakan verifikasi untuk mengungkapkan
hasil-hasil penelitian ilmiah yang menunjang dan membuktikan kebenaran-
kebenaran ayat-ayat Al-Quran dan nilai-nilai tauhid yang terkandung
didalamnya meliputi tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan tauhid asma‟ wa
sifat.
Dari beberapa penelitian di atas, peneliti terinspirasi untuk meneliti
tentang Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa
Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017,
yang belum pernah diteliti. Dengan demikian masalah yang diangkat dalam
penelitian ini merupakan penelitian yang memenuhi unsur peneltian terbaru.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Disebut kualitatif karena ditujukan untuk memahami fenomena-
fenomena sosial dari sudut atau persepektif partisipan. Partisipan adalah
orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan
data, pendapat, pemikiran, persepsinya.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi
strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung,
wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti
foto, rekaman, dan lain-lain (Sukmadinata, 2012:94-95).
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan
sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan,
sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah
berbagai bentuk alat-alat bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang
dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun
berfungsi sebagai instrumen pendukung.
Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan
sebagai tolok ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti,
sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan
atau sumber data lainnya di sini mutlak dilakukan. Peneliti mengadakan
komunikasi dengan objek penelitian memakai bahasa Indonesia, yang
memungkinkan komunikasi lebih akrab dan mudah dipahami sehingga akan
terjalin baik antara peneliti dengan responden.
3. Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil lokasi penelitian di Pondok Pesantren Darul
Muttaqin dengan asuhan Bapak KH. Ahmad Fakhruri dengan alamat di
Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan
atau tempat penelitian. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data
yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai.
Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung
tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran
2016/2017. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan dari
pengasuh, asatidz, dan santri di pondok pesantren tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi,
buku harian, dan notula rapat perkumpulan. Data ini bisa dapat berupa
buletin, majalah, publikasi dari berbagai organisasi, hasil-hasil studi,
hasil survei, studi historis dan sebagainya. Peneliti menggunakan data
sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi
yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan para
narasumber.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik
atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan itu bisa berkenaan
dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang
memberikan pengarahan, personil bidang kepegawaian yang sedang
rapat, dsb. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non
partisipatif. Dalam observasi partisipatif (participatory observation)
pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Sedangkan
dalam observasi nonpartisipatif (nonparticipatory observation) pengamat
tidak ikut dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak
ikut dalam kegiatan (Sukmadinata, 2012: 220).
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2005:186).
Adapun teknik ini peneliti gunakan untuk mencari data tentang sistem
pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin Desa Bukateja,
Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal tahun ajaran 2016/2017.
c. Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sebagian data yang tersedia adalah berbentuk
surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto dan
sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu
sehinga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang
pernah terjadi di waktu silam. Teknik ini penulis gunakan untuk memuat
data atau gambar tentang sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren
Darul Muttaqin Desa Bukateja, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal
tahun ajaran 2016/2017.
6. Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang
sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,
gambar, foto, dan sebagainya.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data , memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2005:247&248).
Tahap-tahap penelitian (Moleong, 1988:63-69):
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah identifikasi satuan yaitu bagian terkecil yang
ditemukan dalam data yang memiliki makna apabila dikaitkan dengan
fokus penelitian. Setelah itu langkah berikutnya adalah membuat coding
atau pemberian kode pada setiap satuan agar ditelusuri setiap satuan
berasal dari mana.
b. Kategorisasi
Kategorisasi adalah upaya memilah-milah satuan ke dalam bagian
yang memiliki kesamaan. Kategori nama dikodekan dengan tabel.
c. Interpretasi data
Interpretasi data adalah menyusun dan merakit unsur yang ada
dengan cara merumuskan hubungan baru antar unsur lama, mengadakan
projeksi melewati yang ada dan berani bertanya.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan suatu cara menyusun dan
mengolah hasil penelitian dari data-data serta bahan-bahan yang disusun
menurut susunan tertentu, sehingga menghasilkan kerangka skripsi yang
sistematis dan mudah dipahami. Adapun sistematika akan peneliti jelaskan
sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, pada bab ini berisi latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II membahas tentang kajian
pustaka, pada bab ini berisi uraian berbagai pembahasan teori yang menjadi
landasan teoritik penelitian yang berkaitan dengan variable penelitian yaitu
tentang sistem pendidikan tauhid dan Pondok Pesantren. Diantara sub-sub yang
akan di bahas dalam bab ini yaitu: pengertian sistem pendidikan pesantren,
sistem pendidikan tauhid, dan faktor pendukung dan penghambat pendidikan.
Bab III membahas tentang paparan data dan hasil temuan, pada bab ini
dilaporkan hasil pengumpulan data yang berkaitan dengan gambaran umum
objek penelitian yang meliputi profil Pesantren, serta bagaimana sistem
pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Bab IV membahas
tentang pembahasan, pada bab ini berisi tentang pembahasan yang merupakan
bagian yang menjelaskan temuan peneliti tentang sistem pendidikan tauhid di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Bab V membahas tentang penutup, ada
bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab II ini peneliti lebih fokus kepada pembahasan yang
bersangkutan dengan sistem pendidikan tauhid. Dimana dalam bab ini peneliti
mengutip dari teori-teori yang sesuai dengan sub-sub pembahasan penelitian.
Diantara sub-sub pembahasan tersebut yaitu sistem pendidikan pesantren dan
sistem pendidikan tauhid.
A. Sistem Pendidikan Pesantren
1. Sejarah Pesantren di Indonesia
Pondok pesantren adalah gabungan dari pondok dan pesantren.
Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab yang
berarti rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi di dalam pesantren
Indonesia, khususnya pulau Jawa, lebih mirip dengan pemondokan dalam
lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak
dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.
Pondok pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan dan
keagamaan yang ada di Indonesia. Secara lahiriah, pesantren pada umumnya
merupakan suatu komplek bangunan yang terdiri dari rumah kiyai, masjid,
pondok tempat tinggal para santri dan ruangan belajar (Nasir, 2005:80-81).
Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan
merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional.
Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman,
tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia, sebab lembaga yang
serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak masa kekuasaan Hidu-
Budha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengislamkan lembaga
pendidikan yang sudah ada (Madjid, 1997:3).
Secara umum pesantren dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni
pesantren salaf atau pesantren tradisonal dan pesantren khalaf atau modern.
Sebuah pesantren disebut pesantren salaf jika dalam kegiatan
pendidikannya semata-mata berdasarkan pada pola-pola pengajaran klasik
atau lama, yakni berupa pengajian kitab kuning dengan metode
pembelajaran tradisional serta belum dikombinasikan dengan pola
pendidikan modern. Sedangkan pesantren khalaf atau modern adalah
pesantren yang di samping tetap dilestarikannya unsur-unsur utama
pesantren, memasukan juga ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai
dengan sistem klasikal atau sekolah dan adanya materi ilmu-ilmu umum
dalam muatan kurikulumnya. Pada pesantren ini sistem sekolah dan adanya
ilmu-ilmu umum digabungkan dengan pola pendidikan pesantren klasik
(Maksum, 2003:7-8).
Pesantren adalah lembaga pendidikan asli Indonesia (indigenous)
yang merupakan lembaga keagamaan. Beberapa peneliti berpendapat bahwa
pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang merupakan kelanjutan dari
tradisi Hindu-Budha (Madjid, 1993:3). Proses transformasi model
pesantren, dari Hindu ke Islam berlangsung dalam model yang tidak jauh
beda dari sebelumnya, hanya saja muatan pendidikan yang berubah. Model
seperti adanya pimpinan kharismatik, tata asrama, gedung tempat ibadah,
kelas-kelas untuk pembelajaran, disinyalir sama persis antara model
pesantren setelah di-Islamkan dari sebelumnya.
2. Komponen-komponen Pesantren
Dalam bukunya M. Bahri Ghazali (2003:17) mengajukan delapan
komponen pondok pesantren yang melekat atas dirinya yang meliputi:
pondok, masjid, pengajaran kitab-kitab klasik, santri dan kiyai, metode dan
evaluasi.
a. Masjid
Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan kaum
muslimin baik dalam dimensi ukhrowi maupun duniawi dalam ajaran
Islam, karena pengertian yang lebih luas dan maknawi masjid
memberikan ciri-ciri sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi
kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid (tempat sujud)
(Ghazali, 2003:18).
Di dunia pesantren masjid dijadikan ajang sentral kegiatan
pendidikan Islam. Dalam konteks yang lebih jauh masjidlah yang
menjadi pesantren pertama, tempat berlangsungnya proses belajar
mengajar adalah masjid (Ghazali, 2003:19).
b. Pondok
Setiap pesantren pada umumnya mempunyai pondokan. Pondok
dalam pesantren pada dasarnya merupakan dua kata yang sering
penyebutannya tidak dipisahkan menjadi “pondok pesantren”, yang
berarti keberadaan pondok dalam pesantren merupakan wadah
penggemblengan, pembinaan dan pendidikan serta pengajaran ilmu
pengetahuan (Ghazali, 2003:19-20).
c. Kurikulum dan Materi Pembelajaran
Kurikulum adalah rencana tertulis berisi ide dan gagasan yang
dirumuskan oleh institusi pendidikan. Kurikulum dapat diartikan sebagai
sebuah dokumen perencanaan yang berisi tujuan yang harus dicapai, isi
materi, dan pengalaman belajar yang harus dilakukan peserta didik,
strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang
untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta
implementasi dari dokumen yang dirancang dalam kehidupan nyata.
Komponen-komponen kurikulum saling berkaitan dan saling
mempengaruhi, terdiri dari tujuan yang menjadi arah pendidikan,
komponen pengalaman belajar, komponen strategi pencapaian tujuan,
dan komponen evaluasi. Singkatnya kurikulum berfungsi sebagai
pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan (Fahham,
2015:20-21.
Secara umum, kurikulum pondok pesantren dapat dipilah menjadi
dua, yakni kurikulum studi keagamaan dan kurikulum studi umum.
Dalam pondok pesantren tradisional, ada pemisahan antara kurikulum
pesantren dan kurikulum sekolah dan/atau madrasah. Kurikulum
pesantren merupakan kurikulum khas pesantren berupa ilmu-ilmu
keagamaan yang terdiri dari sembilan bidang ilmu, yakni: tauhid, fikih,
ushul fikih, tafsir, hadits, tasawuf, nahwu/sharaf, dan akhlak serta sirah
(sejarah) nabi. Sementara kurikulum sekolah merupakan kurikulum yang
berasal dari kementrian pendidikan nasional, jika pesantren tersebut
memiliki sekolah semisal SMP dan SMU. Selanjutnya jika pesantren
memiliki madrasah semisal Tsanawiyah dan Aliyah, maka ia
menggunakan kurikulum yang berasal dari Kementerian Agama.
Sementara dalam pesantren modern, pada umumnya menggunakan
kurikulum terpadu, yakni tidak memisahkan antara kurikulum pesantren
yang berupa kurikulum studi keagamaan dan kurikulum
sekolah/madrasah yang berupa studi umum.
Untuk meningkatkan kemampuan santri di bidang-bidang
tertentu, selain materi-materi agama, diajarkan juga materi keterampilan
khusus yang disesuaikan dengan tujuan dan orientasi pesantren, seperti
yang dilaksanakan Pesantren Gontor dengan materi muhadlarah
(ceramah), bahasa Arab, dan Inggris (Fahham, 2015:21) .
d. Kiyai
Keberadaan kyai dalam pesantren sangat sentral sekali. Suatu
lembaga pendidikan Islam disebut pesantren apabila memiliki tokoh
sentral yang disebut kiyai. Jadi kiyai dalam dunia pesantren sebagai
penggerak dalam mengemban dan mengembangkan pesantren sesuai
dengan pola yang dikehendaki. Bahkan kyiai bukan hanya pemimpin
pondok pesantren tetapi juga pemilik pondok pesantren (Ghazali,
2003:21).
e. Santri (Peserta didik)
Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai perwujudan
adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki
oleh seorang kiyai yang memimpin sebuah pesantren (Ghazali, 2003:22-
23).
Dalam bukunya Jasa Ungguh Muliawan (2005:154-156)
dikatakan bahwa, santri terdiri dari dua kelompok yaitu:
1) Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan
menetap dalam pondok pesantren.
2) Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di
sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.
Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik dari
rumahnya sendiri.
f. Metode
Selain dari unsur-unsur tersebut, pesantren juga memiliki ciri
khas yang unik lainnya, yaitu metode pengajaran kitab dengan wetonan
atau bandongan, sorogan, dan hafalan. Wetonan atau bandongan adalah
metode pengajaran dengan cara santri mengikuti pelajaran dengan duduk
di sekeliling kiai, kemudian kiai membacakan kitab yang akan dipelajari
saat itu, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan.
Sedangkan sorogan adalah metode pengajaran dengan cara santri
menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang
akan dipelajari metode ini adalah metode yang paling sulit dari
keseluruhan sistem pendidikan di pesantren. Sebab sistem ini menuntut
kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari murid.
Metode hafalan adalah metode yang paling umum dalam
pesantren, terutama untuk hafalan al-Quran dan Hadits (Muliawan,
2005:159).
g. Evaluasi
Istilah evaluasi atau penilaian (evalution), merupakan suatu
proses untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu, dengan tujuan
untuk mengetahui seberapa jauh hasil belajar yang dicapai selama proses
pendidikan atau pembelajaran yang telah dilaksanakan, dan apakah hasil
yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan atau standarisasi (Masyhud,
2004:104).
Evaluasi belajar dilakukan oleh guru/tutor/ustadz pondok
pesantren penyelenggara selama proses pembelajaran sesuai dengan
kemajuan santri dalam belajar yaitu melalui evaluasi belajar tahap akhir
(EBTA). Proses evaluasi ini dilakukan sendiri oleh pihak pondok
pesantren yang bersangkutan (Faiqoh, 2003:80).
h. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik
Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kitab kuning
yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama
zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti: fiqih,
hadits, tafsir maupun tentang akhlaq (Ghazali, 2003:24).
B. Sistem Pendidikan Tauhid
1. Pengertian Pendidikan Tauhid
Dalam ajaran islam tauhid itu berarti keyakinan akan ke-Esaan
Allah. Kalimat tauhid ialah “Laa Ilaaha Illallah”, yang berarti tidak ada
Tuhan selain Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat Al-
Baqarah ayat 163 dan surat Muhammad ayat 19 sebagai berikut:
Artinya:”dan Tuihanmu adalah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (Q.S.
Al-Baqarah:163).”
Hal ini berarti, Dialah dzat yang maha kuasa, yang menetapkan
segala ketentuan untuk seluruh makhluk, yang memiliki kebesaran,
kesucian, ketinggian dan hanya kepada-Nya manusia muslim menyembah
dan memohon pertolongan. Dialah Allah yang menentukan syariah bagi
umat manusia dengan wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai agama (Sadali, 1987:9).
Artinya:”Maka ketauhilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan
melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi (dosa) orang-orang
muslim, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat
kamu berusaha dan tempat tinggalmu (Q.S. Muhammad:19).”
Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma
Islam, sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agam tauhid yaitu
agama yang mengesakan Allah (Sadali dkk, 1987:23-24).
Kata tauhid adalah awal dan akhir dari seruan Islam. Ia adalah suatu
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Suatu kepercayaan yang
menegaskan bahwa hanya Tuhanlah yang menciptakan , memberi hukum-
hukum, mengatur dan mendidik alam semesta ini (Tauhid Rububiyah).
Sebagai konsekuensinya, maka hanya Tuhan itulah yang satu-satunya yang
wajib disembah, dimohon petunjuk dan pertolongannya serta yang harus
ditakuti (Tauhid Uluhiyah). Bahwa Tuhan itu dzat yang luhur dari segala-
galanya, Hakim yang maha tinggi, yang tiada terbatas, yang kekal, yang
tiada berubah-ubah. Yang tiada kesamaannya sedikit pun di alam ini,
sumber segala kebaikan dan kebenaran, yang maha adil dan suci. Tuhan itu
bernama Allah SWT (Subhanahu Wa Ta‟ala = Maha Suci Dia dan Maha
Tinggi) (Razak, 1996:39).
Tauhid dapat membebaskan manusia dari seribu satu macam
belenggu-belenggu kejahatan duniawi. Tauhid membebaskan manusia dari
penjajahan, perbudakan dan penghambaan, baik oleh sesama manusia,
maupun oleh hawa nafsu dan harta benda. Karena tauhid, manusia hanya
akan menghambakan diri kepada Allah semata (Razak, 1996: 43).
Islam mengakui bahwa Allah itu mempunyai sifat keesaan yang
meliputi ke-Tuhanan (sebagai dzat pemeliharaan alam/Al-Rububiyah). Maka
oleh karena itu tidak ada Tuhan yang menjadikan, yang mengatur dan yang
melaksanakan segala sesuatu, melainkan Dia. Di samping itu Allah juga
memiliki sifat keesaan ke-Tuhanan (sebagai dzat yang disembah/Al-
Uluhiyah). Oleh karena itu tidak boleh ada dzat yang disembah dan yang
diharapkan kepadanya segala permohonan atau yang diharapkan
pertolongannya, kecuali Dia (Syaltout, 1975:44-45).
Allah SWT berfirman, sebagai berikut:
Artinya:”Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang
menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu
bagi Allah Padahal kamu mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 21-22)
.
Islam telah menjadikan tanda bukti aqidah pada manusia dengan
pengakuan, bahwa Allah itu Esa dan bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya
serta syahadat merupakan kunci, yang dengannya manusia masuk kedalam
Islam dan diberlakukan kepadanya semua hukum-hukumnya. Maka,
pengakuan terhadap keesaan Allah mengandung kesempurnaan kepercayaan
kepada Allah dari dua aspek, yakni aspek rububiyah (penciptaan dan
pendidikan/pengelolaan) dan aspek uluhiyah (peribadatan) (Syaltut,
1986:17).
Ucapan syahadat harus disertai dengan perbuatan yang meniadakan
peribadatan kepada selain Allah SWT dan menetapkan ibadah hanya karena
Allah semata, sehingga haramlah harta dan darahnya di dunia ini. Adapun
hasilnya nanti di akhirat, kalau dia benar dan syahadatnya dinyatakan
dengan perbuatan yang wajib, ia bisa mendapat keridhoan Allah. Kalau
tidak itu adalah terserah kepada Allah semata, sebab Allah Maha
mengetahui segala-galanya (Wahhab, 1984:43).
Dengan jiwa tauhid yang tinggi, seseorang akan bebas dari
belenggu-belenggu ketakutan dan duka cita dalam kemiskinan harta benda,
karena yakin bahwa tiap binatang melata di bumi ini, dari Allah jualah
rezekinya. Kewajiban bagi manusia ialah bekerja dan berusaha sambil
berdo‟a, hasilnya di tangan Allah sendiri (Razak, 1993:43).
Singkatnya, kita percaya bahwa tauhid adalah akar seluruh keimanan
dan seluruh nilai, dan kita tidak ragu dalam hal ini (Misbah, 1996:6)
Keseluruhan, Islam adalah suatu tubuh yang terbentuk dari berbagai anggota
dan bagian, yang jiwanya adalah tauhid (Misbah, 1996:11).
2. Pembagian Tauhid
Secara sederhana tauhid dapat dibagi dalam tiga tingkatan atau
tahapan yaitu: Tauhid Rububiyah (mengimani Allah SWT sebagai satu-
satunya Rabb), Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah SWT sebagai sebagai
satu-satunya malik), dan Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah SWT sebagi
satu-satunya Ilah) (Ilyas, 1993:19).
a. Tauhid Rububiyah
Dalam hubungannya dengan Rububiyatullah (Tauhid Rububiyah),
maka tauhid ini memiliki beberapa arti yaitu mencipta, memberi rizki,
memelihara, mengelola dan memiliki (Ilyas, 1993:20).
Tauhid Rububiyah ialah mengesakan dalam pengaturan kerajaan.
Itu adalah pernyataan bahwa sesungguhnya Allah ialah Tuhan pengatur
segala sesuatu, Dia pemiliknya, Dia pencipta aturannya dan pemberi
rezekinya. Sesungguhnya Dia yang menghidupkan, yang mematikan,
yang memberi manfaat, yang mendatangkan hukum mudharat, Dia
menerima doa terutama dalam kesukaran, Dia berkuasa apa yang telah
Dia kehendaki, tidak ada sekutu bagiNya dalam hal apapun (Soedjarwo,
1986:45).
Tauhid rububiyah terbagai menjadi dua bagian Yakni:
1). Rububiyah Takwini
Tauhid yang menyangkut rububiyah takwini ialah
mempercayai bahwa pengurusan dan pengaturan dunia ini, dalam
realitas penciptaan, berada di tangan Allah yang Maha Kuasa, bahwa
peredaran bulan dan matahari, munculnya siang dan malam,
kehidupan dan kematian manusia, dan perlindungan terhadap
makhluk-makhluk dan dunia dari perbenturan dan bentrokan yang
membawa kehancuran, berada pada Allah, dan Dialah yang
memelihara langit dan bumi.
Perubahan dan pengaruh apapun yang ditimbulkan makhluk
adalah atas izin Allah dan dengan kekuasaan yang Allah berikan
kepada mereka, mereka tidak mempunyai kebebasan sendiri dalam
melaksanakan suatu tindakan, menimbulkan suatu fenomena atau
menciptakan suatu perubahan dunia. Kehendak Allah dalam
penciptaan menguasai seluruh dunia, dan segala sesuatu terletak pada
kehendak-Nya (Misbah, 1996:20).
Rububiyah takwini menuntut manusia untuk percaya bahwa
pengelolaan urusan dunia dan manusia dalam hal-hal yang bersifat
penciptaan, yang berada di luar kemauan bebasnya, dinisbahkan pada
Allah (Misbah, 1996:22).
2). Rububiyah tasyri‟i
Bagian lain dari rububiyah ialah menyangkut kehendak dan
pilihan bebas manusia. Di antara makhluk ciptaan Allah, ada
sekelompok yang gerakan, pengaruh dan evolusinya tunduk pada
tindakan yang diambil berdasarkan kemauan bebasnya sendiri.
Mereka itu adalah manusia. Untuk mencapai kesempurnaan sejati,
manusia harus bergerak dengan kehendak dan pilihan bebasnya.
Tauhid dalam rububiyah tasyri‟i menuntut manusia untuk
mengambil pengarahan hidupnya hanya dari Allah, memandang hak
memberi hukum hanya pada Allah, dan tidak ada makhluk yang
memiliki hak yang independen dalam menetapkan hukum (Misbah,
1996:22).
b. Tauhid Mulkiyah
Kata malik yang berarti raja dan malik yang berarti memiliki
berakar dari akar kata yang sama yaitu “malaka”. Keduanya mempunyai
relevansi makna yang kuat. Allah SWT sebagai Rabb yang memiliki
alam semesta adalah Raja dari alam semesta tersebut. Dia bisa dan bebas
melakukan apa saja yang dikehendakiNya terhadap alam semesta. Dalam
hal ini Allah SWT adalah Malik (Raja) dan alam semesta adalah
“mamluk” (yang dimiliki atau hamba) (Ilyas, 1993:3).
c. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah atau tauhid ubudiyah itu ialah tauhid ibadah,
yaitu beribadah, berdoa,meminta dalam hal yang ghaib,tunduk,merendah
hanya kepada Allah SWT, tidak kepada yang lainnya dan tidak menerima
hukum agama dan ketetapan dalam perkara ghaib kecuali dari Allah
(Ya‟qub, 1987:14-15).
Keimanan bahwa Allah itu Tuhan (Rabb) alam semesta dan
pemilik jagad raya ini adalah salah satu bentuk amalan hati, yaitu
keyakinan yang dimiliki manusia. Adapun keimanan bahwa Allah itu
Ilah (sesembahan), tidak cukup hanya dengan keyakinan saja, tetapi juga
harus dibuktikan dengan perilaku dan perbuatan, meliputi pelaksanaan
ibadah dan pengesaan Allah. Ibadah adalah berdzikir, shalat, puasa,
membaca al-Quran, dan amalan-amalan serupa yang mendekatkan diri
kepada Allah. Akan tetapi, ibadah tidak terbatas pada ini saja, bahkan
setiap amalan yang bermanfaat yang tidak dilarang oleh syariat, yang
dikerjakan oleh seorang mukmin dalam rangka mencari pahala Allah,
maka amalan tersebut merupakan ibadah.
Seseorang makan untuk memperkuat dirinya dalam melaksanakan
perintah-perintah Allah, maka amalan tersebut juga merupakan ibadah.
Jadi makna ibadah itu sangat luas, meliputi seluruh perbuatan manusia
yang bermanfaat (Thanthawi, 2004:47).
Tauhid Ilahiyah menjadikan Allah sebagai Tuhan yang harus
disembah dan diminta pertolongan. Tidak ada yang berhak disembah dan
diminta pertolongan kecuali Dia. Allah SWT berfirman:
Artinya: ”Hanya Enkaulah yang kami sembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan (Q.S. Al-Fatihah:5).
Oleh karena itu, tugas pertama para Nabi adalah mengajak
manusia kepada ajaran tauhid (terutama tauhid ibadah (Ilahiyah), bukan
mengakui keberadaan Allah. Karena pengakuan tentang keberadaan
Allah adalah hal yang tidak diragukan lagi oleh seluruh umat manusia.
tugas yang dibawa oleh para Nabi adalah memerangi kemusyrikan.
Seruan pertama yang dilakukan oleh para Nabi adalah “Wahai
kaumku, sembahlah Allah yang Maha Esa.” Seruan tersebut dilakukan
oleh Nuh, Hud, Saleh, Syu‟aib, dan seluruh Nabi lainnya (Al-Qaradhawi,
2006:13).
Tauhid al-Uluhiyah dibangun di atas keikhlasan dalam beribadah
kepada Allah ta‟ala. Dalam kecintaan, khauf (takut), raja‟ (harapan),
tawakkal, raghbah (permohonan dengan sungguh-sunggguh), dan rahbah
(perasaan cemas), dan doa hanya kepada Allah serta memurnikan ibadah-
ibadah seluruhnya, baik ibadah yang lahir maupun yang batin hanya
kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Tauhid ini merupakan puncak awal dan akhir dari agama, baik
secara lahir maupun batinnya, dan merupakan awal serta akhir dari
dakwah para Rasul. Ini juga merupakan makna dari kalimat “Laa Ilaaha
Illallah” (tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah).
Karena Allah artinya sesuatu yang disembah dan diibadahi dengan rasa
cinta takut, penghormatan, pengagungan, serta dengan seluruh jenis
peribadatan (Al-Abbad, TT: 2).
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan
Proses belajar melibatkan berbagai faktor yang sangat kompleks. Oleh
karen itu, masing-masing faktor perlu diperhatikan agar proses belajar dapat
berhasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Belajar tidak hanya
ditentukan oleh potensi yang ada dalam individu tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lain berasal dari luar diri yang belajar. Keberhasilan belajar sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum, keberhasilan belajar
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Masing-masing faktor
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut (Sriyanti, 2011:23):
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar individu
yang bersangkutan, misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat,
alat-alat pelajaran yang tidak memadai, dan lingkungan sosial maupun
lingkungan alamiahnya. Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial
dan faktor sosial (Djamal: 198539).
a) Faktor Nonsosial
Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa
kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Faktor nonsosial merupakan
kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga maupun
masyarakat, aspek fisik tersebut bisa berupa peralatan sekolah, sarana
belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis, gedung dan runag
belajar, kondisi geografis sekolah dan rumah serta sejenisnya (Sriyanti:
2011:223).
b) Faktor Sosial
Faktor sosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa
manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial, bisa dipilah menjadi faktor
yang berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat (termasuk teman pergaulan anak) (Sriyanti, 2011:23-24).
2. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor
psikologis (Sriyanti, 2011:24).
a) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri
individu. Faktor fisiologis terdiri dari:
1) Keadaan tonus (tegangan otot) jasmani pada umumnya
Keadaan tonus (tegangan otot) jasmani secara umum yang ada
dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus
(tegangan otot) jasmani secara umum ini misalnya tingkat kesehatan
dan kebugaran fisik individu (Sriyanti, 2011:24).
2) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu yaitu terkait dengan
fungsi panca indra yang ada dalam diri individu. Panca indra
merupakan pintu gerbang masuknya pengetahuan dalm diri individu
(Sriyanti, 2011:24).
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri
individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan,
motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain
sebagainya (Sriyanti, 2011:24).
BAB III
PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN
A. Gambaran Umum Pondok pesantren Darul Muttaqin
1. Sejarah Pondok Pesantren Darul Muttaqin
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam indigenous
Indonesia, selama berabad-abad telah memberikan kontribusi nyata dalam
pengembangan dakwah dan pendidikan Islam di Indonesia. Sebagai wadah
pembentukan generasi muslim yang tangguh, pondok pesantren berdiri
kokoh membentengi aqidah umat, menanamkan akhlakul karimah,
membangun karakter dan menjadi media transformasi nilai-nilai luhur serta
ilmu pengetahuan.
Pondok pesantren Darul Muttaqin merupakan salah satu pondok
pesantren yang turut mewarnai dunia pendidikan Indonesia. Seluruh potensi
dan kemampuan dicurahkan untuk merealisasikan misi tersebut.
Pada tanggal 21 Maret 1921 di sebuah desa yang sangat terpencil
dan sepi dari keramaian telah lahir seorang tokoh yang ulet, disiplin dan
berfikir maju serta peduli dengan nasib generasinya di masa mendatang,
beliau adalah bapak KH. Dimyati (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal
24 November 2016).
Ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat minim, tetapi beliau
mempunyai tekad yang kuat untuk menyebarkan syi‟ar Islam di desanya.
Pendidikan beliau hanya sampai kelas 2 SR (Sekolah Rakyat) di masa
penjajahan belanda. Dalam diri beliau telah tertanam rasa keprihatinan yang
sangat mendalam terhadap generasi muslim di desanya dalam menghadapi
tantangan di masa yang akan datang, sehingga KH. Dimyati memiliki
i‟tiqad yang kuat untuk menyebarkan ajaran Islam dan membantu para
generasi muslim di desanya untuk mempelajari agama Islam. Akhirnya
dengan modal rasa percaya dan keprihatinannya beliau mendirikan sebuah
surau kecil yang berukuran 6 x 4 m2. Tiga bulan setelah pendirian surau
tersebut, kemudian difungsikan surau tersebut untuk kegiatan sholat
berjamaah bersama santri. Selain digunakan sebagai tempat shalat, surau
juga digunakan sebagai tempat belajar santri untuk menimba ilmu agama
yaitu Madrasah Diniyah Awaliyah sebagai awal tumbuhnya pondok
pesantren dengan murid pertama yaitu 7 siswa putra putri dan 2/3 dari siswa
tersebut adalah putra putranya sendiri. Tidak berhenti di situ saja beliau
bertekad untuk menanam tunas-tunas muslim sebagai generasi penerus
perjuangannya sehingga beberapa putra dan cucu-cucunya dimasukan ke
beberapa pesantren yaitu Pondok Pesantren Babakan Tegal, Lirboyo Kediri
dan Gontor Ponorogo dan Lainnya (Wawancara dengan Ust. IN pada
tanggal 24 November 2016).
Pada tahun 1965 beberapa anaknya telah lulus dari pondoknya,
mereka di antaranya H. Fakhruri, Muid, H. Maksudin dan dibantu tokoh
lainnya akhirnya mulai dibentuklah Yayasan Pendidikan Islam
MIFTAKHUL ULUM sebagai wadah untuk menjembatani proses dan cita-
cita pendiri tokoh utama (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24
November 2016).
Pada tahun 1988 Tokoh termasyhur Almarhum KH. Dimyati wafat
sebelum cita-citanya membangun sebuah pondok pesantren terwujud.
Namun lembaga pendidikan Miftahul Ulum terus maju menyiarkan Islam di
desa walau di sana-sini kendala dan kesulitan selalu dihadapinya terutama
modal yang sangat minim (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24
November 2016).
Pada tahun 1991 salah seorang cucu Abah KH. Dimyati, Drs. Ibnu
Nashori juga telah menyelesaikan masa studinya di pondok Modern Gontor
dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya serta kepatuhan terhadap
wasiat Abah KH. Dimyati untuk merintis sebuah pondok, beliau pun sangat
optimis untuk bergerak dan bercita-cita keras untuk mendirikan sebuah
Pondok Pesantren sebagai wujud penerus perjuangan abah tercintanya,
sehingga pada tahun 1993 berdirilah sebuah lembaga Qur‟an sebagai cikal
bakal generasi muda yang qur‟ani dan berdirilah Taman Pendidikan Al-
Qur‟an (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016).
Pada tanggal 14 Maret 2002 terbentuklah sebuah Yayasan Balai
Pendidikan Pondok Pesantren Darul Muttaqin, yang mana Darul Muttaqin
itu sendiri memiliki arti yaitu “Tempat orang yang bertaqwa”. Darul
Muttaqin itu merupakan ubahan nama Yayasan Pendidikan Miftahul Ulum,
yang kemudian disahkan oleh badan hukum dengan akta Notaris No 24
tanggal 14 Maret 2002 (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24
November 2016).
Pada tahun 2005 berdirilah sebuah lembaga KB (Kelompok
Bermain) Darul Muttaqin yaitu sebuah lembaga pendidikan di bawah
naungan Pondok Pesantren Darul Muttaqin sebagai tempat untuk mendidik
anak usia dini. Lembaga ini didirikan sebagai sebuah solusi pengasuh dalam
mengatasi era globalisasi. Lembaga tersebut dikelola langsung oleh Kyai
Drs. Ibnu Nashori dengan jumlah guru 5 orang termasuk istri dari sang kyai.
Pada tanggal 10 Maret 2007 / 20 Shafar 1428 H datang 9 orang wali
murid menitipkan putra-putrinya di pondok pesantren. Tiga hari kemudian
datanglah santri-santri baru dengan jumlah sangat meningkat mencapai 67
orang santri, namun karena minimnya fasilitas asrama maka satu per satu
santri memilih untuk tetap tinggal di rumahnya masing-masing. Akan tetapi
tiga di antara mereka tetap memilih untuk tinggal di pondok.
Dengan menurunnya jumlah santri yang ada dan salah satu dewan
asatidz pulang ke kampung halamannya, maka Kyai Drs. Ibnu Nashori
turun tangan langsung membimbing, membina serta mengajari kepada 3
santri tersebut selama kurun waktu 5 tahun. Ketiga santri tersebut M.
Fasikhudin, Kandri Diana, M. Ozan. Kyai Drs. Ibnu Nashori dengan uletnya
dan semangat kepada tiga santri tersebut beliau mengajarkan ilmu-ilmu
agama, sehingga kemudian berhasilah beliau menjadikan kedua santri dari
ketiga santri tersebut menjadi salah satu dari dewan asatidz yang
membimbing santri.
Setelah kiyai Drs. Ibnu Nashori berhasil mengajari ketiga santrinya
tersebut kemudian pada tahun 2016 jumlah santri khususnya bagi santri
yang mukim sedikit bertambah yaitu santri putra 8 orang dan santri putri 5
orang.
Di tengah perjalanan tersebut munculah gagasan pemikiran guna
mendirikan sebuah lembaga formal jenjang TK, maka pada tahun 2011
berdirilah sebuah lembaga TK Islam Terpadu Darul Muttaqin dan langsung
dikelola langsung oleh kyai Drs. Ibnu Nashori sendiri. Beliaulah seorang
sosok pejuang sekaligus seorang tokoh muda yang gigih dan ulet untuk
mendirikan lembaga–lembaga yang ada di bawah naungan Yayasan Balai
pendidikan Pondok Pesantren Darul Muttaqin (Wawancara dengan Ust. IN
pada tanggal 24 November 2016).
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2012 datanglah 42 santri
putra/putri untuk ikut belajar di pesantren. Tidak lama kemudian santri-
santri tersebut pun mulai keluar dari pesantren. Sehingga selama 3 tahun
berturut-turut jumlah santri hanya mencapai 9 orang santri, dan setelah itu
kyai Drs. Ibnu Nashori memutuskan untuk setiap santri yang belajar di
pondok wajib mukim 24 jam. Akhirnya tinggalah santri yang mukim
berjumlah 6 santri putri dan 11 santri putra (Wawancara dengan Ust. IN
pada tanggal 24 November 2016).
Pada Tahun 2014 Kyai Drs. Ibnu Nashori setelah menyelesikan
pengabdian di Yayasan Pendidikan Islam Al Muawanah ( YPIA ) selama 14
tahun. Pada malam tanggal 14 Mei 2014 beliau didampingi istrinya
berkumpul bersama keluarga besar KH. Dimyati, (KH. A. Fakhruri, Hj.
Ziarotin. Ust. M. Lutfil Hakim, S. Ag, Usth. Mulatsih Krisnawati, S. Pd.
Paud) untuk menggagas rintisan lembaga Formal setingkat SLTP. Beberapa
bulan kemudian dikumpulkan lagi semua dewan asatidzah semua pengurus
yayasan, badan wakaf, untuk membahas tindak lanjut proses rintisan
lembaga formal tersebut, maka 4 bulan kemudian turunlah izin operasional
pendirian Madrasah Tsanawiyah Terpadu (MTST) Darul Muttaqin
Kabupaten Tegal (Wawancara dengan Ust. IN pada tanggal 24 November
2016).
Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, maka
lembaga MTs Terpadu Darul Muttaqin Kab. Tegal ikut serta andil dalam
menyetarakan kemajuan zaman dengan cara menyiapkan kepada santri
untuk aktif dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler wajib dan
ekstrakurikuler pilihan, di antaranya yaitu Pramuka, kegiatan ini sebagai
jenis kegiatan wajib bagi santri yaitu guna menciptakan karakter yang
disiplin yaitu “Siap di pimpin dan siap memimpin”, dalam sebuah
mahfudzat dikatakan “Man Jadda Wajada” yang kemudian mahfudzat
tersebut dijadikan sebuah motto para santri yang di terapkan dalam jiwa
pramuka MTs Terpadu Darul Muttaqin (Wawancara dengan Ust. IN pada
tanggal 24 November 2016).
Pada awal keikutsertaan Jambore Ranting Balapulang pada tahun
2015 berhasil meraih 2 buah piala. “ Tergiat 2 LKBB, Tergiat 3
Penjelajahan Putri” dengan semangat yang membara menjadikan semangat
para santri dan pembina pramuka, sehingga pada tahun 2016 berhasil meraih
4 buah piala kejuaraan. “ Tergiat 1 Penjelajahan Putra, Tergiat 2
Penjelajahan Putri, Tergiat 1 Pionering Putri, Tergiat 2 Pionering Putra”
itulah hasil dari moto kami, Man Jadda Wajada (Wawancara dengan Ust.
IN pada tanggal 24 November 2016).
Ekstrakurikuler pilihan diantaranya “Paskibra, Marching Band,
INKAI, PMR, Menjahit, Futsal, Voly Ball, Hadroh, Theater” dengan
banyaknya kegiatan Intra dan Ekstra menjadikan santri semangat dalam
belajar, terbukti dari beberapa kejuaraan yang diraih para santri. Paskibra
berhasil menjadi juara Upacara HUT RI Ke 70 tahun 2015, INKAI berhasil
menjadi juara 2 Gosuku tingkat kabupaten tahun 2015, Futsal berhasil
menjadi juara harapan 1 tingkat kabupaten tahun 2015, Hadroh berhasil
menjadi juara 3 tingkat Kecamatan tahun 2015 (Wawancara dengan Ust. IN
pada tanggal 24 November 2016).
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Muttaqin
a. Visi Pondok Pesantren
Berbudi tinggi, berpengetahuan luas, berdaya saing dan unggul
prestasi.
b. Misi Pondok Pesantren
1) Melaksanakan proses pembelajaran secara berimbang terpadu dan
berkualitas agar terwujud insan yang kamil.
2) Meningkatkan indeks prestasi peserta didik dalam bidang Akademis
maupun non Akademis.
3) Menggali dan mengembangkan potensi peserta didik dalam bidang
akademis dan Non Akademis untuk melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
4) Menumbuh kembangkan jiwa kompetitif yang sehat (Ruhut tasabuq)
pada peserta didik agar memiliki daya saing dalam kehidupan di
masyarakat.
3. Sarana, Prasarana, dan Fasilitas
Pondok pesantren Darul Muttaqin termasuk pesantren yang baru
berdiri sekitar dua tahun dan merupakan satu-satunya pondok pesantren
yang berdiri di Desa Bukateja. Adapun lembaga pendidikan Islam yang
bernaung dibawahnya yaitu PAUD, TKIT, TPQ , MDTA, MTS Terpadu,
Majelis Ta‟lim, dan Tahfidzul Quran. Walaupun dilihat dari segi sarana
dan prasarana masih sangat kurang, tetapi hal tersebut tidak membuat para
santri dan ustadz atau kiyai berkecil hati. Dengan sarana prasarana yang
seadanya tersebut, mereka tetap melaksanakan proses pendidikan dan
pengajaran sebagai suatu keharusan dan misi utama pesantren.
Pelaksanaan pendidikan di pondok pesantren Darul Muttaqin ini yaitu bagi
santri mukim yang akan melanjutkan jenjang pendidikan di MTS, maka ia
harus masuk ke dalam pendidikan MTS yang ada di pondok.
Adapun sarana dan prasarana pendidikan yang ada di pondok
pesantren Darul Muttaqin yaitu (Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24
November 2016):
Tabel 3.1
Sarana dan Prasarana
No Nama Sarana dan Prasarana Jumlah Ruang
1. TPQ 2
2. MDTA 3
3. MTS 3
4. Kantor guru 1
5. Ruang tata usaha 1
6. Tempat Ibadah 1
7. Kamar mandi 2
8. Asrama putra 1
9. Asrama putri 1
(Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016)
4. Program Pendidikan dan Pengajaran
a. Metode
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran akan berhasil manakala
metode yang diterapkan efektif dan terarah dengan baik. Untuk itu
dalam hal ini pondok pesantren Darul Muttaqin lebih memilih
menerapkan metode bandongan untuk menunjang keberhasilan para
santrinya dalam menuntut ilmu (Wawancara dengan Ust. MS pada
tanggal 24 November 2016).
Metode bandongan yaitu kyai membaca, menerjemahkan,
menerangkan kalimat demi kalimat yang diajarinya. Santri secara
cermat mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh ustadz dan
santri juga mencatat atau memberi makna pada masing-masing kitab
yang mereka pegang. Metode pengajaran ini tidak bergantung pada
lamanya tahun belajar tetapi berpatokan pada kapan murid tersebut
mengkhatamkan kitab yang telah ditetapkannya tersebut (Wawancara
dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).
Dalam pendidikan tauhid ini metode bandongan yang sudah
diterapkan belum sesuai, karena santri belum bisa menerapkan
bagaimana cara membaca kitab dengan baik terutama dalam masalah
ilmu alatnya (ilmu nahwu dan shorofnya). Akan tetapi tidak lantas
menjadikan pendidik menyerah untuk mendidik para santrinya, beliau
juga memberikan motivasi-motivasi kepada para santrinya agar mereka
mau belajar lebih sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu tauhid,
karena menurutnya tauhid itu adalah pondasi umat Islam dalam
mengenal Allah dan sebagai pedoman bagi dirinya dalam bergaul di
masyarakat (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November
2016).
b. Kurikulum
Kurikulum pendidikan tauhid di pondok pesantren Darul
Muttaqin yaitu dilakukan sekali dalam seminggu yang di ampu oleh
Ustadz M. Sofwani yang mana pendidikan tauhid ini merupakan
pendidikan yang fundamental bagi santri dan para asatidz serta di
anggap sangat penting sebagai pondasi bagi para santrinya (Wawancara
dengan Ust. IN pada tanggal 24 November 2016).
Kitab tauhid yang digunakan di pondok pesantren ini yaitu ada
kitabus sa‟adah, kitab kifayatul awam, dan kitab tijanu daruri. Kitab-
kitab ini dikaji tidak mengenal lamanya santri dalam belajar di pondok,
akan tetapi menunggu kitab itu khatam dikaji. Setelah satu kitab
khatam maka baru dilanjutkan kitab tauhid yang lain dan begitu
seterusnya. Di samping para santri mengkaji kitab-kitab tauhid tersebut
mereka juga dibekali oleh para asatidz yang lain untuk menunjang
pendidikan tauhid tersebut yaitu diadakannya kegiatan sholat dhuha
berjama‟ah dan juga selalu ada bimbingan dari pimpinan pondok yaitu
dilakukan di tiap bulan yaitu di awal dan akhir bulan. Kegiatan
bimbingan ini diikuti oleh semua santri dan dewan asatidz (Wawancara
dengan Ust. IN pda tanggal 24 November 2016).
c. Jadwal Kegiatan Santri
Tabel 3.2
Jadwal Kegiatan
Pondok Pesantren Darul Muttaqin
No Waktu Jenis Gegiatan
1 03.30 - 03.45 Bangun Pagi
2 03.45 - 04. 15 Sholat Taubat & Tahajud
3 04.15 - 04.45 Sholat Shubuh
4 04.45 - 05.00 Tadarus Al -Qur'an
5 05.00 - 05.30 Al- Mufrodzat
6 05.30 - 06.00 Mandi Pagi
7 06.00 - 06.30 Persiapan Sekolah
8 06.30 - 06.40 Berangkat Madrasah
9 06.40 - 07.00 Tadribul Lughot
10 07.00 - 07.15 Sholat Dhuha
11 07.15 - 09.45 KBM Di Kelas
12 09.45 - 10.15 Istirahat
13 10.15 - 12.15 KBM Di Kelas
14 12.15 - 12.35 Sholat Duhhur
15 12.35 - 13.15 KBM Di Kelas
16 13.15 - 14.00 Makan Siang
17 14.00 - 15.00 Istirahat
18 15.00 - 15.45 Sholat Asyar
19 15.45 - 16.45 Darsul Idhof
20 16.45 - 17.30 Mandi Sore
21 17.30 - 18.15 Sholat Maghrib
22 18.15 - 18.45 Tadarus Al -Qur'an
23 18.45 - 19.15 Makan Malam
24 19.15 - 19.40 Sholat Isya
25 19.40 - 20.10 Pengajian Kitab
26 20.10 - 21.30 Belajar Malam
27 21.30 - 22.00 Istirahat
28 22.00 - 03.30 Tidur Malam
(Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016)
Tabel 3.3
Jadwal Kegiatan Ba‟da „isya
No Waktu Malam Nama Tutor Mata
Pelajaran
1. 19.30-20.00 Senin KH. A. Fakhruri Fiqih Ibadah
2. 19.30-20.00 Selasa Ust. M .Sofwani Tauhid
3. 19.30-20.00 Rabu Ust. Alik hamdani Seni Baca
Al-Quran
4. 19.30-20.00 Kamis Ust. M. Lutfil
Hakim, S.Ag
Ahlak Lil
Banin
5. 19.30-20.00 Jum‟at Ust. Alik hamdani Seni Baca
Al-Quran
6. 17.00-17.30 Rabu Sore Ust. Drs. Ibnu
Nashori
Ta‟limul
Muta‟allim
(Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016)
Tabel 3.4
Jadwal Kegiatan
Al-Mufrodat
No Hari Putra Putri Mata
Pelajaran
1. Senin Ust. M Fasikhudin Nur Aena .I. Al-Mufrodat
2. Selasa Ust. Kandri Diana Ati Muji .R. Al-Mufrodat
3. Rabu Ust. M Fasikhudin Nur Aena .I. Al-Mufrodat
4. Kamis Ust. M Fasikhudin Ust. Kandri
Diana
Muhadatsah
5. Jum‟at Ust. M Fasikhudin Nur Aena .I. Al-Mufrodat
6. Sabtu Ust. Kandri Diana Ati Muji .R. Al-Mufrodat
7. Ahad Ust. Kandri Diana Ust. M
Fasikhudin
Muhadatsah
(Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016)
d. Struktur Organisasi Santri
SUSUNAN PENGURUS
PONDOK PESANTREN“ DARUL MUTAQIN
BUKATEJA-BALAPULANG -TEGAL
PERIOE 2014-2019
I. PENGASUH PONDOK : 1. KH. Akhmad Fahruri
2. K. M. Shofwani
II. PIMPINAN PONDOK : Drs. Ibnu Nashori
III. WAKIL PIMPINAN : M. Lutfil Hakim, S. Ag
IV. BENDAHARA PONDOK : Kandri Diana
V. SEKRETARIS PONDOK : Sokheh Al Varizzy, SH
VI. PENGURUS PONDOK : 1. Kandri Diana
2. M. Fasikhudin
VII. DEWAN ASATIDZ : 1. Alik Hamdani
2. Khomisah
(Dokumentasi PP. Darul Muttaqin, 24 November 2016)
e. Keadaan Santri dan Asatidz
Pondok pesantren Darul Muttaqin mempunyai banyak santri
yaitu ada yang bermukim di pondok pesantren dan ada juga yang hanya
sekolah saja. Adapun santri putra dan santri putri yang bermukim di
pondok pesantren yaitu berjumlah 13 santri. Sedangkan santri yang
hanya sekolah saja diantaranya untuk PAUD Darul Muttaqin berjumlah
29, TKIT Darul Muttaqin berjumlah 43, TPQ Darul Muttaqin
berjumlah 214, MDTA Darul Muttaqin berjumlah 123, MTS Terpadu
Darul Muttaqin berjumlah 93.
f. Informan Penelitian
Informan yang penulis dapatkan di antaranya pimpinan pondok
dan asatidz. Dengan pengkodean sebagai berikut:
Tabel 3.5
Nama-nama Informan
No Kode Nama Informan Jabatan
1. IN Ibnu Nashari Pimpinan Pondok
2. MS M. Sofwani Ustadz
3. MF M. Fasihudin Ustadz
4. KD Kandri Diana Ustadz
B. Hasil Temuan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, sistem
pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin, Desa Bukateja,
Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal adalah seperti pendapat beberapa
responden sebagai berikut:
1. Sistem Pendidikan Tauhid
Suatu pendidikan akan berjalan dengan lancar apabila di dalamnya
terdapat sebuah sistem pendidikan yang tersusun secara rapi. Ada beberapa
unsur-unsur dari sistem pendidikan yaitu di antaranya ada dasar pendidikan,
tujuan, kurikulum, pendidik, peserta didik, metode, media, dan evaluasi.
Begitu pula dengan sistem pendidikan tauhid, di dalamnya juga harus
terdapat unsusr-unsur tersebut. Berikut pemaparan hasil penelitian peneliti
di Pondok Pesantren Darul Muttaqin tentang sistem pendidikan tauhid.
“Sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
merupakan suatu strategi atau cara yang akan dicapai sebagai
pedoman untuk melakukan proses belajar mengajar atau mendidik
para santri melalui pendidikan tauhid sebagai tujuan agar para santri
mengenal Allah sebagai sang pencipta dan sebagai pondasi
keimanan para santri baik dalam hubungannya dengan Allah
maupun hubungannya dengan tindakan sosial kepada masyarakat,
sehingga keduanya seimbang (Wawancara dengan Ust.IN pada
tanggal 24 November 2016).”
Jadi sistem pendidikan tauhid di pondok pesantren Darul Muttaqin
merupakan sebuah strategi atau cara pendidik dalam proses pembelajaran
terutama dalam pendidikan tauhid agar para santri mengenal Allah dengan
baik yaitu bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik dan juga
hubungan dengan sesama manusia pun juga baik, sehingga baik tujuan
akhirat maupun tujuan duniawi bisa dicapai dengan seimbang.
“Kedudukan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini tentunya
sebagai pilar-pilar dalam pesantren itu adalah pendidikan tauhid atau
keyakinan tentunya keyakinan “التوحدالصالح” karena saat ini
banyak berkembang keyakinan-keyakinan yang melenceng dari pada
keshalihannya, maka kita tetap dalam rangka mencetak kader-kader
umat muslim yang baik maka mereka harus memiliki ketauhidan
yang kuat yaitu yang shalih. Keyakinan yang benar sesuai dengan
aqidah. Berkaitan dengan itu kami mendidik santri-santri kami
dengan berpedoman kepada al-Quran dan al-Hadits serta dilengkapi
dengan Ijma‟ dan Qiyas. Kami katakan kepada para santri bahwa
jangan sampai memiliki keyakinan yang ganda (keyakinan yang
selain kepada Allah) yang mana keyakinan tersebut sudah keluar dari
al-Quran dan al-Hadits dan tauhidullah kami tanamkan kepada para
santri semuanya. Kami ajarkan kepada para santri bahwa di dunia ini
tidak ada kekuatan apa-apa selain kekuatan Allah SWT (Wawancara
dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).
Jadi kedudukan pendidikan tauhid di pondok pesantren Darul
Muttaqin ini merupakan sebagai pilar-pilar dalam pesantren, yang mana
para snatri harus memiliki sebuah keyakinan yang salih atau التوحدالصالح.
Pada zaman sekarang banyak keyakinan yang melenceng dari aqidah
yang salih, yang mana aqidah yang salih inilah sebagai pondasi ketauhidan
umat Islam untuk mengenal Tuhannya dengan benar. Manusia dalam rangka
mengenal Tuhannya haruslah dengan keyakinan yang kuat yaitu
berdasarkan kepada al-Quran dan al-Hadits serta berdasarkan Ijma‟ dan
Qiyas sehingga tidak keluar dengan aturan-aturan Allah SWT. Ke empat
pedoman tersebut (al-Quran, al-Hadits, Ijma‟,dan Qiyas) akan
membentengi setiap individu agar tidak mempunyai keyakinan yang ganda
(syirik), di mana keyakinan yang ganda itu ia tidak hanya yakin dengan
adanya kekuatan Allah SWT akan tetapi ia juga mempercayai selain Allah
SWT. التوحدالصالح yang telah diajarkan di Pondok Pesantren Darul
Muttaqin yaitu bahwa tidak ada daya dan kekuatan melainkan kekuatan
Allah SWT.
“Tujuan pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
yaitu untuk mencetak kader-kader umat yang memiliki kapasitas dan
kompetensi dalam keyakinan terhadap Robbnya. Keyakinan yang
kuat, keyakinan yang kokoh, sehingga dalam kondisi dan situasi
apapun mereka tetap berpegang pada keyakinan ketauhidannya yang
murni. Tauhidullah harga mati tidak bisa dirubah dengan faktor
apapun. Tauhid itu nomer satu keyakinan yang kokoh yang kita
bangun (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November
2016).”
Pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin ini
mempunyai suatu tujuan yaitu untuk mencetak kader-kader umat Islam yang
berpotensi baik terhadap Robbnya. Tauhidullah adalah harga mati
keyakinan yang nomer satu, keyakinan yang kokoh. Dalam kondisi dan
situasi apapun kita berpegang teguh kepada tauhidullah yang murni.
“Tujuan umum pendidikan tauhid yaitu sudah barang tentu kami
ingin membangun kader-kader umat yang memiliki kualitas
keyakinan yang bagus. Kualitas iman yang bagus itu kualitas iman
yang selalu konsisten dan tidak terpengaruh dengan kondisi dan
situasi apapun. Di situlah santri-santri kami ketika nanti jadi alumni
tidak akan melakukan upaya pindah agama, pindah keyakinan
(Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).”
Pendidikan tauhid mempunyai tujuan umum yaitu untuk membangun
kader-kader umat Islam yang memiliki kualitas keimanan yang bagus,
sehingga dengan kualitas iman yang bagus tersebut maka umat Islam tidak
akan mudah tergoyahkan dengan situasi dan kondisi apapun. Ia akan tetap
berpegang teguh terhadap tauhidullohnya tersebut.
“Tujuan khusus pendidikan tauhid yaitu biar santri tatkala mereka
melakukan ritualitas di setiap harinya penuh dengan keyakinan yang
kuat, kualitas ibadah yang bagus, sehingga dengan demikian akan
menumbuhkan ibadah sosial yang bagus pula (Wawancara dengan
Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).”
Adapun tujuan khusus pendidikan tauhid yaitu agar para santri
dalam melakukan ritualitas kesehariannya penuh dengan kualitas keyakinan
yang mantap dan kualitas ibadah yang juga bagus baik ibadah kepada Allah
SWT maupun ibadah sosial kepada sesama.
“Tujuan jangka panjang pendidikan tauhid yaitu secara general kami
ingin perkembangan agama di Indonesia lebih maju dan penerapan
syari‟ah di negra ini juga berjalan dengan baik sesuai dengan garis-
garis yang telah ditentukan didalam ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah
(Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).”
Di samping memiliki tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan
tauhid juga mempunyai tujuan jangka panjang yaitu agar perkembangan
agama Islam di Indonesia berkembang maju serta penerapan syari‟ah di
Indonesia juga berjalan berdasarkan garis-garis yang telah ditentukan di
dalam ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah.
“Sedangkan tujuan jangka pendek pendidikan tauhid yaitu aplikatif
untuk ibadah yaitu untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT
dan juga untuk meningkatkan ibadah sosial (Wawancara dengan
Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).”
Ada juga tujuan jangka pendek pendidikan tauhid yaitu agar dalam
pengaplikasian ibadah kepada Allah SWT dan ibadah sosial kepada sesama
lebih meningkat.
“Struktur kurikulum pendidikan tauhid yaitu untuk pendidikan
tauhid di pondok ini mempunyai alokasi waktu yaitu seminggu
sekali pembelajaran. Dalam rangka menunjang pendidikan tauhid di
pondok pesantren kami juga mengadakan sebuah kegiatan yaitu
sholat duha berjama‟ah, bimbingan santri setiap bulan dua kali yaitu
waktunya di awal bulan dan di akhir bulan. Bimbingan dilaksanakan
pada hari senin jam 06.30-07.30 di ikuti oleh semua santri dan semua
dewan asatidz (Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24
November 2016).”
Pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin mempunyai
kurikulumnya yaitu bahwasannya dalam pelaksanaan pendidikan tauhid di
pondok pesantren beralokasi waktu sekali dalam seminggu yaitu pada
malam selasa dan diampu oleh Ustadz M. Sofwani. Dalam rangka untuk
menunjang pendidikan tauhid di pondok ini juga membuat sebuah kegiatan
yaitu shalat duha berjama‟ah dan adanya bimbingan ketauhidan yang
dilakukan dua kali yaitu di awal dan akhir bulan, yang dilaksanakan setiap
hari senin pukul 06.30-07.30. kegiatan tersebut diikuti oleh semua santri dan
dewan asatidz. Kurikulum ini dibuat agar kegiatan pembelajaran pendidikan
tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin bisa berjalan terarah dan sesuai
dengan harapan.
“Kedudukan pendidikan tauhid dalam kurikulum adalah pendidikan
tauhid itu sendiri adalah pendidikan yang fundamental sehingga pada
sistem kurikulum, pendidikan tauhid menjadi sangat penting sekali
setelah itu baru tentang pendidikan ubudiyahnya (Wawancara
dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).”
Jadi dalam kurikulum, pendidikan tauhid mempunyai kedudukan
yang sangat fundamental dan sangat penting, karena tanpa ada dasar
ketauhidan dalam diri manusia maka tidak akan pernah tumbuh tauhid yang
bagus di dalam diri manusia tersebut. Pada intinya pendidikan tauhid adalah
pendidikan yang utama diajrakan di Pondok Pesantren Darul Muttaqin ini
baru kemudian setelah itu para santri diajarkan tentang pendidikan
ubudiyahnya atau keilmuan agama Islam yang lain.
“Kitab tauhid yang digunakan di Pondok pesantren Darul Muttaqijn
yaitu ada kitabus sa‟adah, kifayatul awam, dan kitab tijanu durori
(Wawancara dengan Ust.IN pada tanggal 24 November 2016).”
Sedangkan buku atau kitab yang digunakan untuk pengajaran
pendidikan tauhid di Pondok Pesantren ini yaitu menggunakan kitab-kitab
klasik atau yang biasa disebut dengan kitab kuning atau kitab gundul yaitu
ada kitabus sa‟adah, kitab kifayatul awam, dan ada juga kitab tijanu daruri.
Kitab-kitab ini digunakan agar para santri dalam pemahaman terhadap
ajaran tauhid lebih matang lagi dan agar tidak ada keraguan pada dirinya.
Pendidikan tauhid juga mempunyai pengertian tersendiri diantaranya
yaitu:
“Pendidikan tauhid yang saya pahami yaitu untuk mengenal Allah,
mengenal para malaikat, mengenal para Rasul, dan mengenal Qada
dan Qadar yang ditetapkan oleh Allah SWT. Dan itu semua
merupakan sebuah pondasi hidup umat Islam (Wawancara dengan
Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Jadi pendidikan tauhid dapat dipahami yaitu suatu pendidikan yang
mengajarkan tentang mengenal keesaan Allah, mengenal para malaikat,
mengenal para rasul dan mengenal Qada dan Qadar Allah.
Pendidikan ini diajarkan di pondok ini yaitu agar para santri
mempunyai pondasi keimanan yang kuat dalam hidup.
“Pendidikan tauhid yang saya pahami yaitu untuk mngenal Allah
SWT, mengenal para Rasul, mengenal para Malaikat, mengenal
ketetapan Allah SWT atau mengenai rukun iman sebagai pondasi
hidup para santri (Wawancara dengan Ust. KD pada tanggal 29
Novemeber 2016).”
Tak jauh beda dengan pemaparan dari Ust. MS bahwa pendidikan
tauhid yang diajarkan di Pondok Pesantren Darul Muttaqin adalah
mengenalkan para santri kepada Robbnya untuk dijadikan sebagai pedoman
hidup para santri sehingga santri mempunyai keyakinan yang salih,
keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT. Keimanan yang baik akan
menjadikan perilaku para santri dalam kehidupan di masyarakat akan baik
pula.
“Pendidikan tauhid itu memberikan pemahaman tentang ke-Esaan
Allah SWT bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan
Allah SWT dan tidak ada daya dan kekuatan di dunia ini melainkan
kekuatan Allah SWT dan mengenai tentang rukun iman (Wawancara
dengan Ust. MF pada tanggal 24 November 2016).”
Dikuatkan juga dalam pemaparannya Ust. MF bahwa pendidikan
tauhid itu selain pengenalan terhadap Allah SWT, kitab-kitab-Nya, para
malaikat-malaikat-Nya, para Rasul-Nya, Qada dan Qadar Allah juga
memberi penjelasan bahwa di dunia ini tidak ada Tuhan yang wajib
disembah melainkan hanya Allah SWT yang wajib disembah dan manusia
di dunia ini juga tidak mempunyai kekuatan apa-apa melainkan kekuatan
dari Allah SWT.
Pemahaman yang dijelaskan oleh beberapa asatidz tersebut
memberikan pengertian tersendiri bahwa tidak lain untuk mengajarkan para
santrinya tentang rukun iman dan kesaksian kepada Allah SWT sebagai
Tuhan yang Esa dan Nabi Muhammad SAW adalah utusanNya.
Tentunya dalam menunjang berjalannya pendidikan tauhid di
Pondok Pesantren ini seorang pimpinan pondok menentukan kriteria dalam
memilih asatidz umumnya dan khususnya untuk pemilihan asatidz dalam
pendidikan tauhid. Berikut pemaparan para asatidz tersebut:
“Kriteria yang ditentukan oleh pimpinan pondok dalam mengangkat
asatidz khususnya di bidang pendidikan tauhid yaitu lulusan pondok
pesantren, menguasai dibidang ilmu nahwu dan sorof, dan
menguasai bahasa arab dengan baik (Wawancara dengan Ust. MS
pada tanggal 24 November 2016).”
Seorang pimpinan pondok dalam memilih atau mengangkat asatidz
khususnya dalam pendidikan tauhid yaitu seseorang yang lulusan pesantren
yang mumpuni dalam bidang ilmu alat (nahwu dan sharaf) sebagai ilmu
dalam membaca kitab kuning, penguasaan terhadap bahasa arab dengan
baik dan mampu menjelaskan isi kitab serta mampu untuk
mengkolaborasikan dengan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat.
“Secara umum tidak ada akan tetapi secara khusus kriteria dalam
pengangkatan asatidz di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yang
pastinya ia yang lulusan pesantren dan mempunyai kelebihan di
bidang masing-masing seperti dalam bidang umum seperti komputer,
penguasaan kitab kuning untuk asatidz yang akan mengampu
(Wawancara dengan Ust. KD pada tanggal 29 Novemeber 2016).”
Sudah jelas bahwa pimpinan pondok tidak memberikan kriteria pada
asatidz yang akan mengajar di Pondok Pesantren akan tetapi hanya melihat
kepada apakah seseorang itu mempunyai kelebihan atau tidak di dalam hal
mengajar atau dalam hal agama, penguasaan pembacaan kitab kuning
karena di pondok para santri didominasi mempelajari kitab kuning,
membuat surat menyurat. Dari situlah seorang pimpinan pondok
menetapkan diterima atau tidak astidz tersebut.
Pada intinya pimpinan pondok memilih seorang asatidz di pondok
Pesantren Darul Muttaqin ini dilihat dari masing-masing kelebihan mereka
di bidang ilmu keagamaan khusunya dan umumnya di bidang teknologi
seperti komputer dalam urusan pembuatan surat-menyurat ataupun yang
lainnya dalam hal komputeran.
“Sedangkan respon pendidik terhadap pendidikan tauhid di Pondok
Pesantren yaitu fa insya Alloh responnya baik, bisa dipahami oleh
para santri (Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November
2016).”
Respon atau tanggapan pengampu pendidikan tauhid yang sudah
berlangsung di Pondok ini baik mereka bisa memahami apa yang telah
disampaikan oleh ustadz.
“Para santri dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini sangat
berpartisipasi sekali, mereka selalu mengikuti kajian pendidikan
tauhid yang dilaksanakan setiap malam selasa dengan tertib
(Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Sistem pendidikan tauhid tidak akan berjalan manakala salah satu
unsur tidak berjalan ataupun tidak berjalan sama sekali, akan tetapi dengan
adanya santri pendidikan tauhid pun bisa berjalan. Santri selalu mengikuti
kajian kitab tauhid setiap malam selasa.
“Para santri sangat berpartisipasi dalam mengikuti kajian tauhid
yang dilaksakan setiap malam selasa (Wawancara dengan Ust. MF
pada tanggal 29 November 2016).
Ditegaskan bahwa partisipasi para santri sangat tinggi dalam
mengikuti kajian tauhid yang dilaksanakan pada setiap malam selasa. Para
santri mengikuti kajian dengan seksama memperhatikan setiap penyampaian
ustadznya.
“pada dasarnya para santri selalu berpartisipasi dalam kegiatan
pondok apa lagi dalam mengikuti kajian kitab baik kitab tauhid
ataupun kajian kitab lainnya mereka sangat antusias (Wawancara
dengan Ust. KD pada tanggal 29 November 2016).”
Dalam kegiatan pondok apapun santri sangat berpartisipasi baik
dalam mengikuti kajian kitab tauhid ataupun kajian kitab-kitab lainnya.
Santri memang harus mendukung setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh
pondok karena kegiatan-kegiatan itu bisa memajukan pondok pesantren
sehingga partsipasi santri pun diutamakan.
“Harapan saya yaitu agar para santri sedikit demi sedikit kenal
dengan Tuhannya. Sebab apabila santri sudah mengenal Tuhannya
maka hubungan mereka juga baik kepada Tuhannya maupun
terhadapa hubungan sosialnya akan baik juga (Wawancara dengan
Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Dapat diketahui bahwasannya seorang ustadz mendidik santri-
santrinya dengan pendidikan tauhid yaitu supaya mereka dapat mengenal
akan Allah SWT. Tauhid itu merupakan landasan bagaimana santri itu harus
beriman dengan baik kepada ke-Esaan Allah SWT. Pupuk ketauhidan inilah
sebagai pondasi hidup mereka sekarang dan untuk yang akan datang.
“Harapannya yaitu agar para santri mempunyai benteng keimanan
yang kuat, tauhid yang murni dan agar mereka tidak melenceng dari
tauhid yang sebenarnya yang sesuai dengan ahlu sunnah wal
jama‟ah, karena sekarang banyak aqidah-aqidah yang baru
bermunculan yang mana bertentangan dengan al-Quran dan al-
Hadits dan yang tidak sesuai dengan ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah
(Wawancara dengan Ust. KD pada tanggal 29 November 2016).”
Tidak jauh beda dengan apa yang telah dipaparkan oleh Ust. MS tadi
bahwasannya ada harapan untuk para santri dalam mempelajari tauhid yaitu
untuk membentengi mereka dari keyakinan yang melenceng dari ajaran ahlu
sunnah wal jama‟ah. Di mana tauhid yang melenceng dari ahlu sunnah wal
jama‟ah adalah tauhid yang keluar dari ajaran al-Quran, hadits, ijma‟ dan
qiyash. Tauhidullah yang diajarkan di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
adalah agar santri mempunyai ketauhidan yang murni. Apabila santri
memiliki ketauhidan yang baik maka dengan Allah SWT pun ibadahnya
akan baik dan hubungan kemasyarakatan para santri pun juga akan terjalin
dengan baik.
“Saya membaca kitab kosong dan memberi makna kemudian santri
mencatat atau memberi afsahan pada kitab yang dimilki oleh
masing-masing santri,dan kemudian saya menjelaskan (bandongan)
(Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Sudah menjadi tradisi pesantren metode sorogan dan bandongan
adalah merupakan cara mereka menyampaikan pelajaran. Di Pondok
Pesantren Darul Muttaqin ini metode yang digunakan ustadz itu sendiri
adalah metode bandongan dimana ustadz membaca kitab dan memberikan
makna kemduian santri mencatat makna tersebut dengan tulisan miring di
dalam kitabnya baru setelah itu ustadz menjelaskan isi dari kitab tersebut.
“Belum sesuai dan belum memuaskan, karena para santri belum
menguasai ilmu alat untuk membaca kitab yaitu ilmu nahwu dan
sharaf, mereka dalam mengkaji kitab masih butuh tuntunan dari saya
(Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Metode ini ternyata belum sesuai dengan harapan ustadz dan belum
memuaskan hasilnya, karena menjadikan santri itu skillnya tidak
berkembang terutama dalam penguasaan ilmu alat dan bahasa arabnya.
Ketika santri disuruh untuk membaca kitab kosongan mereka belum bisa,
masih harus dituntun ustadz pengampunya.
“Upaya saya dalam memotivasi santri dalam pendidikan tauhid yaitu
agar lebih sungguh-sungguh dalam mempelajari ilmu tentang
ketauhidan, karena pendidikan tauhid itu merupakan sebagai pondasi
keimanan para santri itu sendiri (Wawancara dengan Ust. MS pada
tanggal 24 November 2016).”
Jadi bahwasannya santri itu harus tetap semangat dalam menuntut
ilmu, dalam mengkaji ilmu tauhid terutama dan umumnya di bidang ilmu-
ilmu keagamaan yang lainnya. Sudah dikatakan sebelumnya bahwa tauhid
adalah pondasi keimanan para santri kepada Allah SWT.
“Motivasi saya untuk para santri dalam pendidikan tauhid yaitu
untuk selalu mengajak mereka kedalam kebaikan karena di dunia ini
tidak ada kekuatan yang hebat kekcuali kekuatan yang diberikan
Allah SWT baik hablum minalloh maupun hablum minannas dan
beriman terhadap rukun iman (Wawancara dengan Ust. Mf pada
tanggal 29 November 2016). ”
Selalu mengajak santri dalam kebaikan yaitu hablum minalloh dan
hablum minannas dengan baik. Di dunia ini tidak ada yang kuat kecuali
Allah SWT. Mereka harus mempercayai adanya rukun iman dan harus
selalu taat kepada Allah SWT.
2. Faktor Pendukung Pendidikan Tauhid
Faktor pendukung pendidikan tauhid adalah faktor yang dapat
mendorong pendidikan tauhid di pondok pesantren agar dapat berjalan
dengan lancar. Adapun faktor pendukung pendidikan tauhid di Pondok
Pesantren Darul Muttaqin dapat dilihat dari evaluasi-evaluasi yang telah
dilakukan oleh asatidz.
Dalam sebuah proses pendidikan pengukuran kemampuan siswa
sangat dibutuhkan atau biasa disebut dengan evaluasi. Evaluasi merupakan
pemberian nialai terhadap suatu kegiatan belajar. Evaluasi merupakan suatu
proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai
sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh santri.
“Yang dievaluasi adalah materi yang sudah disampaikan biasanya
evaluasi dilakukan dalam satu tahun sekali yaitu di akhir tahun
(Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Jadi dari pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa materi yang
perlu dievaluasi oleh asatidz yaitu materi-materi yang telah disampaikan
oleh ustadz. Pondok Pesantren Darul Muttaqin mengadakan evaluasi dalam
satu tahun sekali yaitu di akhir tahun.
“Antara lain yaitu ujian lisan dimana santri disuruh untuk membaca
kitab gundul, setelah itu santri disuruh untuk menjelaskan isi dari
kitab yang dibaca dihadapan penguji. selain ujian lisan ada juga ujian
tulis yaitu beberapa materi yang telah disampaikan (Wawancara
dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Jadi ustadz dalam melakukan evaluasi kepada santrinya yaitu santri
disuruh utuk membaca kitab gundul, memberi makna, kemudian
menjelaskan isi kitab yang telah dibaca. Dalam hal ini yang dinilai adalah
kelancaran dalam membaca dan terutama dalam penerapan ilmu nahwu dan
sharafnya serta kesesuaian penjelasan terhadap isi kitab yang dibaca.
Selain evaluasi lisan ustadz juga mengadakan ujian tulis. Yang mana
materi yang diujikan adalah materi yang telah disampaikan oleh ustadz
kepada santri. Evaluasi ini dilakukan agar bisa mengukur pengetahuan santri
dalam memahami materi-materi tersebut.
“Tujuan asatidz melakukan evaluasi terhadap pendidikan tauhid ini
yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan santri dalam
memahami kitab tauhid yang diajarkan di pondok pesantren
(Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Evaluasi terhadap pendidikan tauhid ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana santri dapat memahami pendidikan tauhid
yang diajarkan oleh ustadz kepada santrinya.
“Hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh asatidz yaitu ada santri
yang memang benar-benar memperhatikan sehingga hasil tesnya
baik, berbeda dengan santri yang kurang memperhatikan hasil tesnya
pun tidak begitu memuaskan (Wawancara dengan Ust. MS pada
tanggal 24 November 2016).”
Dari evaluasi-evaluasi yang telah dilakukan asatidz tersebut ada
yang mendapatkan nilai baik yaitu dia yang benar-benar memperhatikan
sehingga hasil tesnya baik. Akan tetapi santri yang kurang memperhatikan
mendapatkan hasil tes yang kurang baik.
3. Permasalahan/Faktor Penghambat Yang Muncul Dalam Sistem Pendidikan
Tauhid
“Ada kendalanya, yaitu santri itu sendiri, padahal mereka ada
program pondok, ada jadwal kegiatan pondok, tapi tidak antusias
dalam masalah itu, ada yang pas waktu kajian tidur dikamar dengan
alasan capek, ada yang mengikuti kegiatan ekstra (Wawancara
dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Jadi faktor penghambat pendidikan tauhid di Pondok Pesantren
Darul Muttaqin yaitu dari santri itu sendiri, mereka sering melalaikan jadwal
kegiatan pondok yang sudah tertera. Ketika pas jadwalnya mengaji mereka
tidak lantas bergegas untuk langsung siap-siap berangkat tetapi mereka
malah tidur-tiduran di asrama, kadang ada juga yang tidak mengaji dengan
alasan capek dan ketiduran di kamar. Mereka menunggu pengurus
berkeliling.
“Adanya kegiatan ekstrakurikuler, mereka lebih memilih kegiatan
ekstrakurikuler disekolahnya dari pada mengikuti kajian, tidur-
tiduran di kamar pas jam kegiatan dimulai (Wawancara dengan Ust.
KD pada tanggal 29 November 2016).”
Ekstrakurikuler menjadi penghambat para santri malas untuk
mengaji, mereka memilih mengikuti kegiatan ekstranya dibanding dengan
ngajinya. Mereka juga terkadang juga tidur-tiduran pas jam kegiatan pondok
berlangsung.
“Solusinya menurut saya, yaitu apabila ada santri yang tidak ikut
ngaji, saya datangi dan saya tanyai kenapa tidak mengaji?, dan
apabila tiga kali berturut-turut santri tidak hadir saya beri sanksi
yaitu saya suruh baca kitab gundul (Wawancara dengan Ust.MS
pada tanggal 24 November 2016).”
Jadi solusi untuk mengatasi hambtan-hambtan tersebut yaitu dengan
cara ustadz mendatangi santrinya dan menanyakan kepada santri langsung
kenapa tidak mengikuti kajian. Apabila tiga kali santri tidak mengikuti
kajian kitab, maka ustadz memberikan sanksi kepada santri itu yaitu untuk
membaca kitab gundul dan menjelaskannya.
“Adanya sekolah formal yang berdiri di bawah naungan Pondok
Pesantren Darul Muttaqin seperti berdirinya MTS Terpadu Darul
Muttaqin Kabupaten Tegal. Sebelum adanya sekolah formal berdiri,
kegiatan pondok tertata rapi. Para santri mengikuti kajian kitab juga
sangat antusias sekali. Jarang santri yang beralasan capek mengaji,
dengan alasan ada ekstrakurikuler di MTS. Akan tetapi saat ini
kegiatan kajian kitab menjadi terhambat karena adanya MTS
(Wawancara dengan Ust. MS pada tanggal 24 November 2016).”
Dapat dilihat bahwasannya ada permasalahan yang muncul di
pondok ini yaitu berdirinya sekolah formal MTS Terpadu di pondok
menjadikan kegiatan kajian kitab tidak berjalan semestinya. Prestasi santri
menurun, lebih mementingkan kegiatan ekstranya dari pada kegiatan
pondoknya.
“Permasalahn yang muncul tadi bahwa dari santri itu sendiri dengan
alasan capek karena ekskul di MTS, dan ada yang tidur pas kajian di
kamar pas keajian berlangsung (Wawancara dengan Ust. MF pada
tanggal 29 November 2016).”
Permasalahan yang dirasakan asatidz yaitu tadi bahwa kecapean
karena habis mengikuti kegiatan formal dan ada santri yang tidur di kamar.
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Sistem Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
Pendidikan tanpa adanya sebuah sistem yang mengatur di dalamnya
maka pendidikan tersebut tidak akan berjalan dengan baik dan tidak tertata
serta tidak akan memunculkan generasi-generasi Islam yang unggul. Seperti
halnya dengan Pondok Pesantren Darul Muttaqin dapat dilihat bahwa sistem
pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren ini sudah tertata rapi. Dimulai
dari unsur-unsur pendidikan tauhid sudah dapat dilaksanakan dengan baik yaitu
adanya dasar pendidikan tauhid (al-Quran, hadits, Ijma‟, dan Qiyas) yang
dijadikan sebagai pedoman utama, tujuan pendidikan tauhid, masjid,
kurikulum, kyai/ustadz, santri, metode dan evaluasi. Adanya dua model sistem
yang diterapkan di pondok pesantren ini menggambarkan bahwa pondok
pesantren juga dapat menciptakan santri-santri yang lebih unggul dalam ilmu
agama khsusnya dalam pendidikan tauhid mereka dan akan menciptakan
lulusan-lulusan santri yang pandai dalam skil bahasa asing (bahasa Arab dan
bahasa Inggris). Kedua skil tersebut kelak di kemduian hari akan menjadi bekal
mereka baik untuk menghadapi era globalisasi yang akan datang maupun untuk
bekal mereka di akhirat kelak.
Skil ilmu agama khususnya dalam pendidikan tauhid tidak terlepas dari
mempelajari materi-materi tentang ketauhidan yang mendukung dan seberapa
penting kedudukan pendidikan tauhid tersebut di pesantrennya. Tauhid
memang menjadi suatu pedoman bagi umat Islam dalam kehidupannya
sehingga kedudukannya dinilai sangat penting dan harus dipelajari. Ketauhidan
yang matang dalam diri umat Islam akan membuahkan keimanan yang matang
pula dalam dirinya sehingga keimanannya tersebut menjadi kuat, benar dan
murni tidak melenceng dari sayri‟atNya.
Dapat dipahami bahwa tauhid merupakan bentuk seorang hamba
memurnikan Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan tidak ada tuhan selain
Dia. Allah SWT adalah Tuhan seluruh alam yang harus dipercaya dan diyakini
adanya. Rukun iman menjadi wajib diyakini setiap umat Islam, karena inti dari
ajaran tauhid adalah mengenal adanya Rukun Iman.
Penjelsan-penjelasan di atas dapat ditarik pengertian bahwa, sistem
pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin adalah seperangkat
unsur yang secara teratur membentuk suatu totalitas dalam membentuk jiwa
ketauhidan sebagai pondasi keimanan bagi setiap individu muslim untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yaitu insan kamil.
Adapun sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
mempunyai unsur-unsur yaitu sebagai berikut
a. Dasar Pendidikan tauhid
Pendidikan tauhid merupakan pendidikan yang mengenalkan
individu kepada ke-Esaan Allah SWT. Dalam hal ini Pondok Pesantren
Darul Muttaqin dalam pendidikan tauhid mempunyai dasar pendidikan yaitu
untuk dijadikan sebagai suatu patokan dalam kegiatan belajar mengajar di
pesantren. Dasar pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul
Muttaqin yaitu al-Quran, al-Hadits, Ijma‟, dan Qiyas. Keempat sumber
tersebut merupakan sumber pedoman bagi umat Islam sehingga pendidikan
tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin ini tidak lepas dari ke
empat sumber tersebut.
Dapat dilihat bahwa setiap dunia pendidikan Islam khususnya
Pesantren Darul Muttaqin mempunyai dasar pendidikan yang dijadikan
sebagai patokan dalam mengajar. Dasar pendidikan yang ditanamkan di
pondok ini mengambil dari setiap nilai-nilai pendidikan yang ada pada ke
empat sumber tersebut. Hal ini dikarenakan untuk memperkuat pengajaran
tauhid kepada santri.
b. Tujuan Pendidikan tauhid
Tujuan pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
berdasarkan wawancara dengan pimpinan pondok mengatakan bahwa tujuan
pendidikan tauhid yang ada di pondok pesantren ini yaitu untuk mencetak
kader-kader umat yang berkompetensi baik untuk meyakini Robbnya.
Keyakinan yang kokoh, keyakinan yang kuat, keyakinan yang shalih
sehingga dapat membentengi dirinya dari kondisi dan situasi apapun.
Tujuan pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren tersebut di
antaranya:
1) Tujuan Umum Pendidikan tauhid
Tujuan umum pendidikan tauhid yaitu harapan yang akan dicapai
secara umum yaitu baik untuk para asatidz, santri, maupun kalangan
masyarakat luas dalam mengenal Allah SWT. Tujuan umum pendidikan
tauhid di pondok ini yaitu untuk mencetak kader-kader umat yang
mempunyai keyakinan yang baik terhadap Rabbnya. Dalam hal ini
supaya para santri, asatidz dan masyarakat tidak tergoyahkan imannya
oleh suatu keadaan yang ada pada zaman sekarang.
Dapat dikatakan bahwa tujuan umum ini untuk memberikan
kontribusi kepada masyarakat luas. Di mana masyarakat yang siap
menjadi kader-kader umat Islam dan dapat menjadi contoh bagi diri
sendiri maupun orang lain dalam meyakini Rabbnya dengan baik.
2) Tujuan Khusus Pendidikan Tauhid
Tujuan khusus ini hanya ditujukan untuk para santri yang ada di
Pondok Pesantren Darul muttaqin baik yang mukim maupun yang tidak
mukim. Tujuan khusus tersebut yaitu agar para santri dalam melakukan
ritualitas baik ibadah kepada Allah SWT maupun ibadah muamalah di
setiap harinya mempunyai keyakinan yang baik sesuai dengan ajaran
Islam.
Tujuan khusus pendidikan tauhid di pondok peantren ini yaitu
untuk menuntun para santri dalam kehidupan sehari-harinnya dengan
pedoman ajaran tauhid yang diberikan kepada mereka. Pendidikan tauhid
ini tidak hanya untuk beribadah kepada Allah SWT saja akan tetapi bekal
mereka beribadah kepada sesama di masyarakat.
3) Tujuan Jangka Panjang
Pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
mempunyai tujuan jangka panjang yaitu agar perkembangan agama Islam
di Indonesia sesuai dengan nilai-nilai ketauhidan yang sesungguhnya
yaitu sesuai dengan syariat Allah. Pendidikan tauid dapat berjalan baik
sesuai dengan garis-garis syariat Islam.
Dapat dikatakan bahwa tujuan jangka panjang ini berguna untuk
umat Islam umumnya dan khususnya untuk umat Islam bangsa
Indonesia. Tujuan ini sebagai cikal bakal berkembangnya Islam di setiap
negara umumnya dan Indonesia khususnya sesuai dengan syariat dan
garis-garis ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
4) Tujuan Jangka Pendek
Selain tujuan jangka panjang Pondok Pesantren Darul Muttaqin
juga mempunyai tujuan jangka pendek yaitu agar dapat diaplikasikan
secara langsung dalam meningkatkan ibadah kepada Allah dan untuk
meningkatkan ibadah muamalah sesama manusia.
Tujuan jangka pendek ini intinya agar dapat diaplikasikan
langsung oleh setiap individu muslim dalam kehidupan sehari-harinya
baik dalam hal ibadah kepada Allah maupun kepada sesamanya.
c. Masjid
Di Pondok Pesantren Darul Muttaqin, masjid merupakan tempat
sentral santri dalam belajar dan tempat beribadah. Masjid menjadi sarana
bagi santri dalam mendalami kajian-kajian kitab-kitab klasik.
d. Pondok
Pondok merupakan tempat tinggal bagi para santri yang mukim.
Pondok ini dibuat sebagai bentuk perhatian sang kiai kepada santri-santrinya
yang notabene tempat tinggalnya jauh dari lingkungan pondok. Selain dari
bentuk perhatian juga agar terjalin hubungan interaksi yang baik antar santri
dan kiai serta kiai pun mudah untuk mengontrol belajar para santrinya.
e. Kurikulum dan Mata Pelajaran Pendidikan Tauhid
Kurikulum memang menjadi sebuah pedoman dalam pendidikan.
tanpa adanya kurikulum pendidikan tidak akan terarahkan dengan baik.
Kurikulum pendidikan tauhid berisi materi-materi ketauhidan. Materi
ketauhidan yang diajarkan di pondok ini menggunakan kitab-kitab klasik
atau sering disebut dengan kitab kuning. Kitab yang dikaji yaitu kitabus
sa‟adah, kitab jawahirul kalamiyah, dan kitab tijanu daruri. Kitab-kitab ini
diajarkan di pondok peantren ini, karena kitab-kitab tersebut mengajarkan
tentang ajaran-ajaran tauhid secara rinci. Pendidikan tauhid mempunyai
kedudukan sangat penting dalam kurikulum karena pendidikan tauhid ini
adalah pendidikan yang dasar bagi umat Islam.
Adanya alokasi waktu menjadi sebuah keefektifan dalam proses
pembelajaran sehingga tidak akan terjadi pelaksanaan kegiatan belajar yang
berlarut-larut. Kurikulum pendidikan tauhid di pondok ini menyajikan
adanya kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang pendidikan tauhid yaitu
melalui kegiatan solat duha berjama‟ah dan bimbingan dari pimpinan
pondok.
f. Kiyai/ustadz
Kyai/ustadzlah merupakan guru yang ada di pesantren. Kyai sebagai
figur utama bagi santri dan merupakan pemilik pondok pesantrennya.
Sedangkan ustadz, beliau hanyalah tenaga pengajar yang ada di pesantren
dan bukan pemilik pondok pesantren. Keberadaan kyai/ustadz di pondok
pesantren sangatlah penting, karena tanpa adanya mereka pendidikan tidak
dapat diajarkan.
Dalam hal ini Ustadz sofwani yang bertanggung jawab dalam
mengampu pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul
Muttaqin. Beliau merupakan salah satu alumni dari Pondok Pesantren
Lirboyo, Kediri, Jawatimur. Skil yang beliau miliki yaitu dalam penguasaan
bahasa arab dan ilmu alat serta ilmu agama yang lain seperti fiqh dan tauhid.
Pengangkatan ustadz khususnya pendidikan tauhid ini dipilih
langsung oleh pimpinan pondok. Adanya skil yang beliau miliki itulah
kemudian beliau dikatakan layak untuk mengajar pendidikan tauhid ini.
Proses pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
mendapat respon baik dari ustadz, karena santri dapat memahami
pendidikan tauhid yang telah diajarkannya.
g. Santri
Santri merupakan sasaran utama pekerjaaan mendidik. Ada dua tipe
santri dalam pondok pesantren ini yaitu santri mukim (13 santri) dan santri
kalong/santri tidak mukim (502 santri). santri mukim itu mereka yang
tempat tinggalnya tidak berada di lingkungan pesantren dan kemudian
menginap di pesantren. Sedangkan santri kalong (santri tidak mukim)
mereka yang tempat tinggalnya berada di lingkungan pesantren sehingga
mereka tidak tinggal di pondok.
Mereka yang memilih sebagai santri mukim dikarenakan mereka
ingin mendalami ilmu agama dan juga karena tempat tinggal mereka jauh
dari tempat mereka sekolah. Sedangkan mereka yang memilih untuk tidak
mukim dikarenakan jarak antara rumah dan pondok yang sangat dekat dan
untuk mendalami ilmu agamanya mereka memilih untuk masuk ke sekolah
sorenya seperti TPQ dan MDA.
h. Metode
Pencapaian suatu pendidikan tidak terlepas dari penggunaan sebuah
metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Metode
pendidikan tauhid yang diterapkan oleh ustadz untuk mengkaji kitab tauhid
di pondok ini yaitu menggunakan metode wetonan atau bandongan. Dalam
hal ini santri dalam mengaji mengelilingi ustadz dan mendengarkan kalimat-
perkalimat yang dibacakan oleh ustadz kemudian santri mencatatnya.
Ustadz memilih metode tersebut dikarenakan supaya antara ustadz dan
santri terjalin suatu interaksi yang baik dimana ustadz secara langsung dapat
mengenal para santri dan begitu pula sebaliknya.
Akan tetapi metode ini belum dianggap metode yang tepat untuk
mengajarkan pendidikan tauhid di pondok ini, karena dengan metode ini
para santri susah untuk menguasai ilmu alat (nahwu dan sharaf) dan mereka
tidak bisa mandiri untuk membaca kitab kosongan.
i. Evaluasi
Tugas seorang ustadz bukan hanya memiliki kemampuan dalam
mengajar tetapi ia juga harus mampu dalam mengevaluasi apa yang telah
diajarkan kepada para santrinya. Pondok pesantren Darul Muttaqin
melakukan evaluasi kepada para santrinya di setiap akhir tahun. Evaluasi ini
dilakukan dalam waktu-waktu tertentu sekiranya materi yang diajarkan
sudah selesai dipelajari.
Bentuk evaluasi yang ada di pondok pesantren ini ada dua yaitu
berbentuk ujian lisan dan ujian tulis. Ujian lisan ini untuk mengukur
kemampuan santri dalam membaca kitab kuning dan ujian tulis ini untuk
mengukur pemahaman siswa dalam pendidikan tauhid. Tujuan evaluasi
yang seperti itu tidak lain yaitu untuk mengukur kemampuan para santri
dalam pemahaman pendidikan tauhid yang telah diajarkan terebut.
Evaluasi tentunya mempunyai hasil baik untuk ustadz sendiri
maupun untuk santrinya. Hasil evaluasi ini juga menjadi tolok ukur ustadz
dalam mengajar dan tentunya juga menjadi tolok ukur kemampuan para
santri. Baik dan buruknya suatu hasil evaluasi tergantung pada keseriusan
dan kesungguh-sungguhan santri dalam belajar. Evaluasi ini dilakukan
sekali dalam satu tahun oleh ustadz, karena ustadz lebih memilih untuk
mengkhatamkan kajian kitabnya terlebih dahulu.
2. Faktor Pendukung Pendidikan Tauhid
Dalam proses belajar ada faktor yang bisa mempengaruhi hasil belajar
mengajar yaitu faktor pendukung, di mana faktor ini sangat dibutuhkan sebagai
penyemangat dalam belajar. Sesuai dengan teori yang telah diuraikan dikatakan
bahwa ada dua faktor pendukung dalam belajar yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar individu
seorang santri dalam mendukung proses kegiatan belajar. Faktor eksternal
ini terbagi menjadi dua yitu:
1) Faktor Nonsosial
Di lihat dari faktor nonsosial untuk pendidikan tauhid, Pondok
Pesantren Darul Muttaqin sudah mendukung yaitu adanya tempat untuk
belajar yang menjadi sentral kegiatan yaitu masjid dan adanya dua
asrama santri yang memadai untuk menampung santri mukim.
2) Faktor Sosial
Lingkungan merupakan faktor sosial yang sangat mendukung
berjalannya pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin,
tidak hanya mendukung dalam pendidikan tauhid saja akan tetapi untuk
pendidikan-pendidikan yang lainnya tentunya juga mendukung. Adanya
orang tua yang mendukung putra-putrinya untuk menuntut ilmu di
pesantren, respon baik dari masyarakat sehingga pendidikan yang ada di
Pndok Pesantren Darul Muttaqin terutama pendidikan tauhid dapat
berjalan dengan baik, serta faktor lingkungan sekolah yang juga
mendukung yaitu adanya pengurus yang selalu mengajak para santri
untuk sealu mengikuti setiap kegiatan yang ada di pondok pesantren ini.
b. Faktor Internal
Faktor Internal ini merupakan faktor yang ada dalam diri santri yang
sedang belajar. Faktor internal terbagi menjadi dua yaitu:
1) Faktor Fisiologis
Faktor ini bisa berupa kondisi kesehatan santri dan adanya panca
indra yang berfungsi dengan baik. Kesehatan menjadi pendukung para
santri dan ustadz dalam kegiatan belajar mengajar.
2) Faktor Psikologis
faktor psikis yang ada dalam diri individu tersebut dapat berupa
kecerdasan, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain
sebagainya. Partisipasi ustadz dan santri dalam mengkaji pendidikan
tauhid di pondok ini juga menjadi salah satu faktor psikolgis yang ada di
pondok pesantren ini.
3. Permasalahan yang muncul/Faktor Penghambat Pendidikan Tauhid
Proses belajar mengajar tidak hanya di pengaruhi oleh faktor-faktor
pendukung saja, akan tetapi faktor penghambat juga sangat mempengaruhi
santri dalam meraih prestasi. Fakto-faktor tersebut di antaranya:
a. Faktor Eksternal
Faktor ini muncul dari luar diri individu. Faktor ini juga terdiri dari:
1) Faktor Nonsosial
Sekolah formal yang berdiri di bawah naungan pondok ini
menjadi faktor penghambat pendidikan yang ada di pesantren. Kegiatan
yang ada dalam sekolah formal dengan kegiatan yang ada di pondok
tidak dilakukan secara seimbang. Santri belum bisa mengatur waktu
dengan baik.
2) Faktor Sosial
Kondisi masyarakat yang sangat beragam sifatnya sehingga tak
bisa dipungkiri bahwa ada masyarakat yang mendukung dan ada
masyarakat yang tidak mendukung. Dalam hal ini menjadi faktor
penghambat kemajuan pendidikan yang ada di Pondok Pesanytren Darul
Muttaqin. Sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh pimpinan pondok
bahwa lika-liku yang di hadapi sangat banyak dan membutuhkan
kesabaran yang ekstra
b. Faktor Internal
Faktor internal ini juga menjadi penghambat individu dalam kegiatan
belajar, faktor internal ini juga dibagi menjadi dua yaitu:
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis ini faktor yang berupa fisik kesehatan dan faktor
panca indera. Kondisi fisik yang kelelahan akan memicu anggota tubuh
tidak bekerja secara optimal. Anggota tubuh juga membutuhkan istirahat
yang cukup sehingga semua kegiatan dapat dijalankan dengan baik.
2) Faktor Psikologis
Hasil belajar menunjukan adanya keseriusan santri dalam belajar.
Minat dan kecerdasan yang tinggi akan menjadikan prestasi meningkat
pula. Akan tetapi jika minat dan kecerdasannya kurang menjadikan
prestasi yang diperoleh pun tidak memuaskan. Minat dapat dilihat ketika
santri semangat dan sungguh-sungguh dalam belajar sedangkan
kecerdasan dapat dilihat ketika santri dapat menyerap isi materi dan
penjelasan dari ustadz.
Solusi yang diberikan ustadz dalam mengatasi permaslahan ini
dengan melakukan pendekatan langsung kepada santrinya baik
menanyakan alasan maupun membaca kitab kosongan dihadapan ustadz.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Sistem pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
Sistem pendidikan tauhid yaitu seperangkat unsur yang secara teratur
membentuk suatu totalitas dalam membentuk jiwa ketauhidan sebagai
pondasi keimanan bagi setiap individu muslim untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yaitu insan kamil.
Unsur-unsur sistem pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren
Darul Muttaqin yaitu:
a. Dasar pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yaitu al-
Quran, Hadits, Ijma‟, dan Qiyas.
b. Tujuan Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin yaitu
1) Tujuan umum, yaitu untuk mencetak kader-kader umat yang
mempunyai keyakinan yang baik terhadap Rabbnya.
2) Tujuan Khusus, yaitu agar para santri dalam melakukan kegiatan
sehari-hari baik dalam ibadah kepada Allah SWT maupun dalam
ibadah muamalah di setiap harinya mempunyai keyakinan yang baik
sesuai dengan ajaran Islam.
3) Tujuan Jangka Panjang, yaitu agar perkembangan agama Islam di
Indonesia sesuai dengan nilai-nilai ketauhidan yang sesungguhnya
yaitu sesuai dengan syariat Allah.
4) Tujuan Jangaka Pendek, yaitu agar dapat diaplikasikan secara
langsung dalam meningkatkan ibadah kepada Allah dan untuk
meningkatkan ibadah muamalah.
c. Masjid Darul Muttaqin yang menjadi tempat sentral kegiatan santri.
d. Pondok, menjadi tempat mukim para santri baik putra maupun putri yang
mukim selama kurang lebih tiga tahun.
e. Kurikulum pendidikan tauhid Pondok Pesantren Darul Muttaqin, yaitu
menggunakan kitabus sa‟adah, kitab jawahirul kalamiyah, dan kitab
tijanu daruri.
f. Kyai Nasori dan Ustadz Sofwani, adalah ustadz yang mengajarkan
pendidikan tauhid yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin.
g. Santri, yaitu ada dua tipe santri di pondok ini di antaranya: santri mukim,
adalah santri yang menetap di pondok pesantren dengan jumlah santri 13
orang serta dikenai syahriyah 125.000,- per bulan. Santri kalong adalah
santri yang hanya menuntut ilmu di pondok pesantren dan tidak menetap
di pondok dengan jumlah orang santri 502.
h. Metode, yaitu cara guru untuk menyampaikan pelajaran. Metode yang
digunakan dalam pendidikan tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
yaitu metode wetonan/bandongan di mana para santri duduk mengelilingi
kyai atau ustadz kemudian kiai atau ustadz membacakan kitab yang akan
dipelajari saat itu, santri menyimak dan kemudian santri mencatat.
Metode yang digunakan ini sama seperti dengan metode yang digunakan
dengan pesantren lain, hanya saja di pesantren lain menambahkan satu
metode lagi yaitu metode sorogan di mana para santri membaca kitab
langsung dihadapan ustadz pengampu satu per satu seusai kitab tersebut
di kaji.
i. Evaluasi, sistem evaluasi yang ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin
ini adalah dilakukan sekali di akhir tahun. Hal-hal yang perlu di evaluasi
yaitu setiap materi yang telah diajarkan. Evaluasi yang dilakukan ustadz
dalam pendidikan tauhid di pesantren ini yaitu dengan tes tulis dan tes
lisan. Tujuannya yaitu untuk mengetahui sejauh mana santri dapat
memahami ajaran-ajaran tauhid yang telah disampaikan oleh ustadz.
Evaluasi yang dilakukan di pesantren ini hanya sekali dalam satu tahun
sedangkan di pesantren lain biasanya dilakukan dua kali evaluasi dalam
satu tahun.
2. Faktor Pendukung Pendidikan Tauhid, yaitu ada dua faktor:
a. Faktor Eksternal
1) Faktor nonsosial, adanya tempat untuk belajar yang menjadi sentral
kegiatan yaitu masjid dan asrama santri yang memadai. Pondok
Pesantren Darul Muttaqin mempunyai dua asrama santri yaitu satu
untuk putra dan satu untuk putri.
2) Faktor sosial, keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat yang mendukung adanya kegiatan pondok pesantren.
Dapat dilihat dimana orang tua yang mendorong anak-anaknya untuk
menuntut ilmu di pondok tersebut dan adanya motivasi orang tua
yang diberikan kepada anak-anaknya agar bisa mengaji dengan baik,
lingkungan sekolah yang nyaman dimana jauh dari keramaian
masyarakat.
b. Faktor Internal,
1) Faktor fisiologis, faktor internal yang berupa fisik. Faktor ini bisa
berupa kondisi kesehatan santri dan adanya panca indra yang
berfungsi dengan baik.
2) Faktor psikologis, yaitu tingkat kecerdasan dimana para santri dapat
menyerap setiap ilmu yang disampaikan oleh ustadz, minat yaitu
adanya semangat dan kesungguhan santri dalam menuntut ilmu,
bakat yaitu adanya jiwa keagamaan yang tertanam dalam diiri santri,
sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya.
3. Permasalahan Yang Muncul/Faktor Penghambat Pendidikan Tauhid
a. Faktor Eksternal, Faktor sosial, yaitu Kondisi masyarakat yang sangat
beragam sifatnya sehingga tak bisa dipungkiri bahwa ada masyarakat
yang mendukung dan ada masyarakat yang tidak mendukung.
b. Faktor Internal,
1) Faktor fisiologis, yaitu faktor yang berupa fisik kesehatan santri
terkadang ada yang sakit dan capek serta faktor panca indera.
2) Faktor psikologis, yaitu mereka kurang serius dalam belajar dan dari
mereka juga tidur di kelas ketika kajian di mulai.
B. SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian, sebagai
tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis kemudian memberikan
saran kepada kyai, pimpinan pondok, dan dewan asatidz, dan para santri yang
ada di Pondok Pesantren Darul Muttaqin untuk mengatasi kendala yang di
hadapi dalam sistem pendidikan tauhid di pesantren sebagai berikut:
1. Untuk lembaga pondok pesantren
a. Kepada asatidz dan pengurus pondok khususnya lebih ditegaskan lagi
peraturan yang ada di pondok pesantren agar memberikan pembinaan
khusus untuk santri yang mukim agar bisa mengatur waktu lebih baik
lagi dalam mengikuti kegiatan pondok dan kegiatan sekolah sehingga
keduanya dapat berjalan dengan seimbang. Kegiatan pembinaan santri
bisa dilakukan sekali dalam satu bulan.
b. Kegiatan evaluasi agar bisa dilakukan tidak hanya satu kali dalam satu
tahun, akan tetapi agar dilakukan dua kali dalam satu tahun.
c. Menambahkan metode pengajaran yang lain yang tidak monoton,
sehingga santri dalam belajar tidak mengantuk dan tidak beralasan capek.
d. Untuk pimpinan pondok, agar bisa menyeimbangkan antara kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di sekolah formal dengan kegiatan pondok
pesantren khususnya bagi santri mukim.
e. Tetap memberikan motivasi-motivasi kepada para santri dalam belajar.
2. Untuk santri
a. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu di pondok pesantren.
b. Kegiatan ekstra yang ada di MTS jangan dijadikan sebagai alasan untuk
tidak mengaji.
c. Taat dan disiplin dalam mengikuti kegiatan pondok pesantren.
d. Ikhlas dalam menerima sanksi apabila melanggar aturan pondok.
e. Rajin belajar untuk menambah lmu pengetahuan
f. Memperhatikan ustadz dalam kegiatan kajian kitab yang sedang
berlangsung dan tidak mengantuk di dalam kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abbad, Abdul Muhsin bin Abdurrozzaq, Asy-Syaikh. Tanpa tahun. Mengapa
Tauhid Di Bagi Tiga?, terj. Abu Umar Urwah. Jogjakarta: Darul
Ilmi.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 2006. Akidah Salaf dan Khalaf. Terj. Arif Munandar
Riswanto. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
A‟la, Abd. 2006. Pembaruan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
Ash Shiddieqy, Hasbi. 1971. Al-Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Djamal, A. Noerhadi. 1985. Ilmu Jiwa Pendidikan. Semarang: Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Negeri Semarang.
El-Jazair, Abu Bakar Jabir. 1990. Pola Hidup Muslim Aqidah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Fahham, Achmad Muchaddam. 2015. Pendidikan Pesantren Pola Pengasuhan,
Pembentukan Karakter, dan Perlindungan Anak. Jakarta Pusat:
P3DI Setjen DPR RI dan Azza Grafika.
Faiqoh. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Departemen
Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Ghazali, M.Bahri. 2003. Pesantren Berwawasapn Lingkungan. Jakarta: CV.
Prasasti.
Haedari, Amin. 2010. Otoritas Pesantren dan perbahan Sosial. Jakarta:
Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan
Diklat Kementrian Agama RI.
Haryanto, Sugeng. 2012. Persepsi Santri Terhadap Perilaku Kepemimpina Kiai
Di Pondok Pesantren. Pasuran: Kementrian Agama RI.
Hasbullah. 2012. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta Timur: PT Rajagrafindo
Persada.
Ilyas, H. Yunahar. 1993. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian
dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
M. Fadillah. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTS, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potert Perjalanan. Jakarta:
Paramadina.
Madjid, Nurcholis. 1993. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potert Perjalanan. Jakarta:
Paramadina.
Maksum. 2003. Pola Pembelajaran di Pesantren. Jakarta: Dipekapontren Ditjen
Kelembagaan Agama IslamDepartemen Agama.
Masyhud, Sulthon dan Khusnurdhilo. 2004. Manajemen Pondok
Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka.
Misbah, Muhammad Taqi. 1996. Monoteisme Tauhid Sebagai Sistem Nilai dan
Akidah islam. Jakarta: PT Lentera Basritama.
Moleong, Lexy J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja.
Muliawan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nawawi, Hadari. 1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya:Al-Ikhlas.
Razak, Nasruddin. 1993. Dienul Islam: Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu
Aqidah dan Way of Life. Bandung: Al Ma‟arif.
Razak, Nasruddin. 1996. Dienul Islam: Penafsiran Kembali Islam Sebagai Suatu
Aqidah dan Way of Life. Bandung: Al Ma‟arif.
Sadali. 1987. Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta: Bulan Bintang.
Sriyanti, Lilik. 2011. Psikologi Belajar. Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Subhani, Syaikh Ja‟far. 1996. Tauhid dan Syirik. Bandung: Mizan.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Penddikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Syaltout, Syaikh Mahmoud. 1975. Islam Sebagai Aqidah dan Syari‟ah. Jakarta:
Bulan Bintang.
Syaltut, Mahmud. 1986. Islam Aqidah dan Syari‟ah. Jakarta: Pustaka Amani.
Tafsir, Ahmad. 2008.. Ilmu Pendidkan Dalam Persepektif Islam. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Thanthawi, Syaikh Ali. 2004. Aqidah Islam Doktrin dan Filosofis. Terj. Hawin
Murtadha. Pajang: Era Intermedia.
Tirtarahardja, Umar & Sulo, La. 2010. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Wahhab, Muhammad Bin Abdul. 1984. Bersihkan Tauhid Anda Dari Noda Syirik.
Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Ya‟qub, Hamzah. 1978. Ilmu Ma‟rifah Sumber Kekuatan dan Ketentraman
Bathin. Jakarta: PT. Bina Ilmu.
PEDOMAN WAWNCARA
Untuk pimpinan pondok Pondok Pesantren Darul Muttaqin
1. Identitas Informan
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Jabatan :
d. Waktu wawancara :
2. Sasaran Wawancara
a. Sistem Pendidikan Tauhid yang diselenggarakan di Pondok Pesantreen
darul Muttaqin.
b. Faktor pendukung yang dirasakan asatidz dalam Pendidikan Tauhid di
Pondok Pesantren darul Muttaqin.
c. Permasalahan Yang Muncul/Faktor Penghambat yang dirasakan asatidz
dalam Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin.
3. Butir-butir Pertanyaan
a. Lembaga
1) Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren Darul Muttaqin ini?
2) Apa visi dan misi pondok pesantren ini?
3) Menurut bapak bagaimana kedudukan pendidikan tauhid di pondok
pesantren ini?
4) Apa tujuan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
b. Tujuan Pengajaran Tauhid
1) Apa tujuan umum pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
2) Apa tujuan khusus pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
3) Bagaimana tujuan jangka panjang pendidikan tauhid di pondok
pesantren ini?
4) Bagaimana tujuan jangka pendek pendidikan tauhid di pondok
pesantren ini?
c. Kurikulum
1) Bagaimana struktur kurikulum di pondok pesantren ini?
2) Bagaimana kedudukan pendidikan tauhid dalam kurikulum yang ada
di pondok pesantren ini?
3) Kitab apa saja yang digunakan untuk menunjang pendidikan tauhid di
pondok pesantren ini?
4) Berapa kali dalam seminggu pendidikan tauhid diajarkan di pondok
pesantren ini?
PEDOMAN WAWNCARA
Untuk pimpinan pondok dan asatidz Pondok Pesantren Darul Muttaqin
1. Identitas Informan
a. Nama :
b. Jenis Kelamin :
c. Jabatan :
d. Waktu wawancara :
2. Sasaran Wawancara
a. Sistem Pendidikan Tauhid yang diselenggarakan di Pondok Pesantreen
darul Muttaqin.
b. Faktor pendukung yang dirasakan asatidz dalam Pendidikan Tauhid di
Pondok Pesantren darul Muttaqin.
c. Permasalahan Yang Muncul/Faktor Penghambat yang dirasakan asatidz
dalam Pendidikan Tauhid di Pondok Pesantren Darul Muttaqin.
3. Butir-butir Pertanyaan
a. Pendidik
1. Siapa saja yang mengajar di pondok pesantren ini? Dan siapa yang
mengajar pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
2. Bagaimana kriteria dan persyaratan yang ditetapkan pemimpin untuk
mengangkat guru/usatadz yang akan mengajar di pesantren ini,
khususnya guru dibidang pendidikan tauhid?
3. Apa yang bapak pahami tentang pendidikan tauhid di pondok
pesantren ini?
4. Bagaimana respon pendidik terhadap pendidikan tauhid yang sudah
berlangsung dipondok pesantren ini?
e. Peserta Didik
1. Berapa jumlah santri di pondok pesantren ini?
2. Menurut bapak, sejauh mana santri dapat berpartisipasi dalam
pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
3. Apa harapan bapak setelah santri mempelajari pendidikan tauhid di
pondok pesantren ini?
d. Metode Pendekatan Pendidikan Tauhid
1. Metode atau pendeketan apa yang digunakan dalam mengajarkan
pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
2. Menurut bapak apakah metode yang digunakan dalam mengajarkan
pendidikan tauhid sudah sesuai dengan kaidah-kaidah pembelajaran di
pondok pesantren ini?
3. Bagaimana upaya bapak dalam memotivasi pendidikan tauhid kepada
santri?
f. Evaluasi
1. Apa yang perlu dievaluasi oleh pendidik dalam pendidikan tauhid?
2. Kapan pendidik melakukan evaluasi pendidikan tauhid dipondok
pesantren ini?
3. Bagaimana pendidik melakukan evaluasi pendidikan tauhid dipondok
pesantren ini?
4. Apa tujuan pendidik melakukan evaluasi terhadap pendidikan tauhid
dipondok pesantren ini?
5. Bagaimana hasil evaluasi yang telah bapak lakukan dalam pendidikan
tauhid di pondok pesantren ini?
g. Faktor pendukung dan penghambat
1. Adakah kendala yang dialami oleh pendidik dalam mengajarkan
pendidikan tauhid di pesantren ini?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat pendidikan tauhid di pondok
pesantren ini?
3. Apakah ada permasalahan yang muncul dalam sistem pendidikan
tauhid di pondok pesantren ini?
4. Apa solusi bapak dalam menangani
kendala/permasalahan/penghambat dalam pendidikan tauhid di
pondok pesantren ini?
TRANSKIP WAWANCARA
Nomor Data : 01
Hari, Tanggal : Kamis, 24 November 2016
Nama Informan : Drs. Ibnu Nasori
Kode Informan : IN
A. Lembaga
Peneliti : Bagaimana sejarah berdirinya pondok pesantren
DarulMuttaqin?
Pimpinan pondok:
Kalau kita bicara pondok pesantren darul muttaqin itu berawal dari
sebuah lemabaga Madrasah Diniyah Miftahul Ulum yang berdiri tahun 1965
sebagai embrio dari pondok ini, yang mana lembaga tersebut didirikan atas
gagasan dari sesepuh yaitu alm. Bapak H. Dimyati, yang mana beliau lahir
pada tahun 1921, dan pada tahun 1965 itu lembaga tersebut sudah mulai
melakukan kegiatan pembelajaran, sekalipun pada saat itu fasilitas termasuk
SDM masih sangat terbatas dan pada saat itu kegiatan pembelajaran
dilaksanakan di sebuah Mushalla, dan Alhamdulillah lembaga tersebut
walaupun masih serba terbatas tetap terus melakukan program-program
kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Pada tahun 2002 setelah saya menyelesaikan belajar di pondok modern
Gontor, Madrasah Diniyah Miftahul Ulum berubah namanya menjadi
Madrasah Diniyah Darul Muttaqin, karena pada tahun itu kami mendirikan
yayasan yang namanya Yayasan Balai Pendidikan Pondok Pesantren Darul
Muttaqin tepatnya pada tanggal 14 Maret 2002 dan sejak itulah kegiatan proses
belajara mengajar di Madrasah lebih kita intensifkan dan sejak 1993 kami
melakukan semacam revolusi mental dan juga tata kelola serta manajemen
Madrasah yang sebelum itu masih sangat konvensional masih sangat sederhana
sehingga pada tahun 1993 itu kami melakukan pembenahan-pembenahan baik
dari segi kurikulum, manajemen pendidikan dan dari segi disiplinnya dan yang
paling utama yaitu dari segi kedisiplinannya, yang mana kemudian kedisiplinan
tersebut kami terapkan baik disiplin dalam masuk sekolah dan disiplin dalam
berpakaian baik terhadap santri maupun terhadap ustadz/ustadzah yang ada
disini, sehingga dari situlah kemudian sedikit-demi sedikit kami kami
melkukan peningkatan mutu pembelajaran di MDA Darul Muttaqin. Kami
susun jadwal, pada saat itu kami masih menggunakan bidang studi. Semua itu
harus dengan persiapan yang matang serta mereka menggunakan seragam
dinas itu sejak tahun 1993. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1993 itu juga
kami mendirikan TPQ, karena pada saat itu kami analisa masyarakat Bukateja
secara umum itu masih buta baca tulis Al-Quran sekalipun dulu Madrasah
Diniyah ada pelajaran Al-Quran, tetapi sistem pengajarannya masih sistem
pengajaran konvensional atau masih sangat sederhana dan pada tahun 1993 itu
pula kemudian muncul metode pembelajaran Al-Quran yang modern yaitu
Qiro‟ati dan sejak itu pula kami melakukan selalu melakukan upaya-upaya
peningkatan disiplin dan peningkatan pembelajaran di TPQ dan alhamdulillah
berkembang hingga sekarang sekalipun kami sering berganti kurikulum atau
ganti buku dari Qiro‟ati menjadi Asyifa.
Pada tahun 2005 kami mendirikan KBIT (Kelompok Bermain Islam
Terpadu), dan pada tahun 2011 kami mendirikan TKIT (Taman Kanak-kanak
Islam Terpadu), dan alhamdulillah hingga sekarang kedua lembaga tersebut
berkembang baik dan sekarang jumlah murid KBIT dan TKIT mencapai 72.
Secara keseluruhan kami melakukan reformasi-reformasi seperti ini
sejak tahun 2002 yang kami dirikan Yayasan Balai Pendidikan Pondok
Pesantren dan alhamdulillah pada tanggal 14 Maret 2002 itulah akta pendirian
yayasan dikeluarkan dari salah satu lembaga pembuatan akta yayasan yaitu
Yayasan Balai Pendidikan Pondok Pesantren akan tetapi belum terdaftar
Mentri Hukum dan HAM. Pada saat itu kegiatan pesantren sudah berjalan
artinya kami mengelola santri saat itu ada 7 orang santri yang mana santri
tersebut didominasi oleh santri putri. Kami membuat program-program
pesantren . walupun sangat terbatas baik fasilitas maupun tenaga pengajarnya.
Akan tetapi sedikit demi sedikit mereka boyong ke rumah mereka m,asing-
masing sehingga tinggal 3 orang santri yaitu Kiandri Diana, M. Fasikhudin dan
M. fauzan. Ketiga santri ini sangat ulet dalam belajar. Walupun hanya tiga
orang santri kami tetap mengajrnya . dari ketiga santri tersebut alhamdulillah
dapat menyelesaikan khidmah di pondok, sehingga dua diantaranya sekarang
menjadi ustadz dan juga pengurus di pondok pesantren Darul Muttaqin ini
yaitu Ustadz Kandri Diana dan Ustadz M. Fasikhudin.
Pada tanggal 2 Juni 2014 kami melakukan pemutihan yayasan dan
kemudian kami memproses sampai ke MENKUMHAM dan alhamdulillah
pada tanggal 2 Juni 2014 yayasan kami sudah berbadan hukum sehingga
legalitas yayasan kami sudah jelas. Pada tahun 2014 itu juga kami membuka
sekolah formal yaitu MTS Terpadu Darul Muttaqin, karena menurut kami
pondok tidak akan maju tanpa adanya sekolah formal didalmnya.
Lembaga MTS Terpadu yang kami dirikan ini merupakan bentuk
jawaban kami untuk masyarakat, yang mana masyarakat masih memandang
bahwa sekolah yang dibawah Kemenag adalah sekolah pinggiran tidak keren
istilahnya, sehingga dari itulah kami ingin mengangkat great dari pada sekolah-
sekolah formal yang berbasis keagamaan agar lebih maju dan berkembang
pesat dikalangan masyarakat kami khususnya dan umumnya untuk masyarakat
luas. MTS Terpadu kami ini adalah MTS ya berbasic pondok pesantren
sehingga kami ingin memadukan antara sistem salafiyah dengan sistem modern
dilatar belakangi oleh pemikiran saya bahwa di Indonesia ada pondok salafiyah
dan ada juga pondok modern, dimana kedua tipologi pesantren ini mempunyai
kekurangan dan kelebihan masing-masing yaitu Salafiyah mempunyai
kelebihan dalam penguasaan ilmu alat dan disiplin ilmu agama secara
keseluruhan sementara pondok modern yang dimaksud kami adalah pondok
pesantren Gontor yaitu kelebihannya dibidang manajemen, pendidikan
karakter, kepemimpinan, serta bahasa asing. Sehingga dengan melihat
kekurangan dan kelebihan dari masing dua tipologi pesantren ini kami ingin
memadukannya atau memodifikasi sehingga Pondok Pesantren Darul Muttaqin
ini adalah pondok peantren Salafy Modern, dimana didalamnya kami tetap
menggunakan sistem pengajian kitab-kitab klasik atau kitab kuning dan
kemudian kami padukan dengan sistem modern mulai dari kurikulumnya,
disiplinnya, serta adanya penerapan bahasa asing (Arab dan Inggris) di setiap
harinya. Kedua bahasa asing ini adalah sebagai Tajul Ma‟had (Mahkota
Pondok), sehingga harapan kami nanti adalah para santri menjadi lulusan yang
memiliki kompetensi yang lebih luas baik penguasaan ilmu-ilmu klasik
ataupun penguasaan bahasa asing serta nilai-nilai pondok yang kita tanamkan
pada santri selama ini.
Peneliti : Apa visi dan misi pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok :
c. Visi Pondok Pesantren
Berbudi tinggi, berpengetahuan luas, berdaya saing dan unggul
prestasi.
d. Misi Pondok Pesantren
5) Melaksanakan proses pembelajaran secara berimbang terpadu dan
berkwalitas agar terwujud insan yang kaffah.
6) Meningkatkan indeks prestasi peserta didik dalam bidang Akademis
maupun non Akademis.
7) Menggali dan mengembangkan potensi peserta didik dalam bidang
Akademis dan Non Akademis untuk melanjutkan kejenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
8) Menumbuh kembangkan jiwa kompetitif yang sehat (Ruhut tasabuq)
pada peserta didik agar memiliki daya saing dalam kehidupan di
masyarakat.
Peneliti : Menurut bapak bagaimana kedudukan pendidikan
tauhid di pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok : tentunya pilar-pilar dalam pesantren itu adalah
pendidikan tauhid atau keyakinan tentunya keyakinan
yang “التوحدالصالح” karena saat ini banyak berkembang
keyakinan-keyakina yang melenceng dari pada
keshalihannya, maka kita tetap dalam rangka mencetak
kader-kader umat muslim yang baik maka mereka harus
memiliki ketauhidan yang kuat yaitu yang shalih.
Keyakinan yang benar sesuai dengan aqidah.berkaitan
dengan itu kami mendidik santri-santri kami dengan
berpedoman kepada Al-Quran dan Hadits serta
dilengkapi dengan Ijma‟ dan Qiyas. Kami katakan
kepada para santri bahwa jangan sampai meiliki
keyakinan yang ganda (keyakinan yang selain kepada
Allah) yang mana keyakinan tersebut sudah keluar dari
Al-Quran dan Hadits dan tauhidulloh kami tanamkan
kepada para santri semuanya. Kami ajarkan kepada para
santri bahwa di dunia ini tidak ada kekuatan apa-apa
hanya kekuatan Allah SWT.
Peneliti : Apa tujuan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok : Untuk mencetak kader-kader umat yang memiliki
kapasitas dan kompetensi dalamkeyakinan terhadap
Robny. Keyakinan yang kuat, keyakinan yang kokoh,
sehingga dalam kondisi dan situasi apapun mereka tetap
berpegang pada keyakinan ketauhidannya yang murni.
Tauhidulloh harga mati tidakbisa dirubah dengan faktor
apapun. Tauhid itu nomer satu keyakinan yang kokoh
yang kita bangun.
B. Tujuan Pengajaran Tauhid
Peneliti :Apa tujuan umum pendidikan tauhid di pondok
pesantren ini?
Pimpinan pondok : Sudah barang tentu kami ingin membangun kader-kader
umat yang memiliki kualitas keyakinan yang bagus.
Kualitas iman yang bagus itu kualitas iman yang selalu
konsisten dan tidak terpengaruh dengan kondisi dan
situasi apapun. Disitulah santri-santri kami ketika nanti
jadi alumni tidak akan melakukan upaya pindah agama,
pindah keyakinan.
Peneliti : Apa tujuan khusus pendidikan tauhid di pondok
pesantren ini?
Pimpinan pondok : Yaitu biar santri tatkala mereka melakukan ritualitas di
setiap harinya penuh dengan keyakinan yang kuat,
kualitas ibadah yang bagus, maka dengan demikian akan
menumbuhkan ibadah sosial yang bagus pula.
Peneliti : Bagaimana tujuan jangka panjang pendidikan tauhid di
pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok : Secara general kami ingin perkembangan agama di
Indonesia lebih maju dan penerapan syari‟ah di negra ini
juga berjalan dengan baik sesuai dengan garis-garis yang
telah ditentukan didalam ajaran ahlu sunnah wal
jama‟ah.
Peneliti : Bagaimana tujuan jangka pendek pendidikan tauhid di
pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok : Yaitu aplikatif untuk ibadah yaitu untuk meningkatkan
ibadah kepada Allah SWT dan juga untuk meningkatkan
ibadah sosial.
C. Kurikulum
Peneliti : Bagaimana struktur kurikulum di pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok : Untuk pendidikan tauhid di pondok ini mempunyai alokasi
waktu yaitu seminggu sekali pembelajaran. Dalam rangka
menunjang pendidikan tauhid di pondok pesantren kami
juga mengadakan sebuah kegiatan yaitu sholat dluha
berjama‟ah, bimbingan santri setiap bulan dua kali yaitu
waktunya di awal bulan dan di akhir bulan. Bimbingan
dilaksanakan pada hari senin jam 06.30-07.30 di ikuti oleh
semua santri dan semua dewan asatidz.
Peneliti :Bagaimana kedudukan pendidikan tauhid dalam
kurikulum yang ada di pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok : Pendidikan tauhid itu sendiri adalah pendidikan yang
fundamental sehingga pada sistem kurikulum,
pendidikan tauhid menjadi sangat penting sekali setelah
itu baru tentang pendidikan ubudiyahnya.
Peneliti : Kitab apa saja yang digunakan untuk menunjang
pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok : ada kitabus sa‟adah, kifayatul awam, dan kitab tijanu
durori.
Peneliti : Berapa kali dalam seminggu pendidikan tauhid
diajarkan di pondok pesantren ini?
Pimpinan pondok : sekali dalam seminggu.
TRANSKIP WAWANCARA
Nomor Data : 02
Hari, Tanggal : Kamis, 24 November 2016
Nama Informan : Ust. Muhammad Sofwani
Kode Informan : MS
A. Pendidik
Peneliti : Siapa saja yang mengajar di pondok pesantren ini? Dan
siapa yang mengajar pendidikan tauhid di pondok
pesantren ini?
Ustadz : Ada banyak, tapi untuk tauhid saya sendiri yang
mengajar.
Peneliti : Bagaimana kriteria dan persyaratan yang ditetapkan
pemimpin untuk mengangkat guru/usatadz yang akan
mengajar di pesantren ini, khususnya guru dibidang
pendidikan tauhid?
Ustadz : Kriteria yang ditentukan oleh pimpinan pondok dalam
mengangkat asatidz khususnya di bidang pendidikan
tauhid yaitu lulusan pondok pesantren, menguasai
dibidang ilmu nahwu dan sorof, dan menguasai bahasa
arab dengan baik.
Peneliti : Apa yang bapak pahami tentang pendidikan tauhid di
pondok pesantren ini?
Ustadz : Yang saya pahami yaitu untuk mengenal Allah,
mengenal para malaikat, mengenal para Rasul, dan
menegnal Qada dan Qadar yang ditetapkan oleh Allah
SWT. Dan itu semua merupakan sebuah pondasi hidup
ummat Islam.
Peneliti : Bagaimana respon pendidik terhadap pendidikan tauhid
yang sudah berlangsung dipondok pesantren ini?
Ustadz : fa insya Alloh responnya baik, bisa dipahami oleh para
santri.
B. Peserta Didik
Peneliti : Berapa jumlah santri di pondok pesantren ini?
Ustadz : Santri yang mukim itu ada 8 santri putra dan 5 orang santri
putri.
Peneliti : Menurut bapak, sejauh mana santri dapat berpartisipasi
dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz: : Para santri dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren
ini sangat berpartisipasi sekali, mereka selalu mengikuti
kajian pendidikan tauhid yang dilaksanakan setiap malam
selasa dengan tertib.
Peneliti : Apa harapan bapak setelah santri mempelajari
pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz : Harapan saya yaitu agar para santri sedikit demi sedikit
santri itu kenal dengan Tuhannya. Sebab apabila santri
sudah mengenal Tuhannya fa Isnya Alloh hubungan mereka
baik kepada Tuhannya maupun terhadapa hubungan
sosialnya akan baik juga.
C. Metode Pendekatan Pendidikan Tauhid
Peneliti : Metode atau pendeketan apa yang digunakan dalam
mengajarkan pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz : Saya membaca kitab kosong dan memberi makna
kemudian santri mencatat atau memberi afsahan pada kitab
yang dimilki oleh masing-masing santri,dan kemudian saya
menjelaskan (bandongan/ halaqoh).
Peneliti : Menurut bapak apakah metode yang digunakan dalam
mengajarkan pendidikan tauhid sudah sesuai dengan
kaidah-kaidah pembelajaran di pondok pesantren ini?
Ustadz : Belum sesuai dan belum memuaskan, karena para santri
belum menguasai ilmu alat untuk membaca kitab yaitu ilmu
nahwu dan sharaf, mereka dalam mengkaji kitab masih
butuh tuntunan dari saya.
Peneliti : Bagaimana upaya bapak dalam memotivasi pendidikan
tauhid kepada santri?
Ustadz : Upaya saya dalam memotivasi santri dalam pendidikan
tauhid yaitu agar lebih sungguh-sungguh dalam
mempelajari ilmu tentang ketauhidan, karena pendidikan
tauhid itu merupakan sebagai pondasi keimanan para
santri itu sendiri.
D. Evaluasi
Peneliti : Apa yang perlu dievaluasi oleh pendidik dalam
pendidikan tauhid?
Ustadz : Materi yang sudah disampaikan.
Peneliti : Kapan pendidik melakukan evaluasi pendidikan tauhid
dipondok pesantren ini?
Ustadz : Biasanya evaluasi dilakukan dalam satu tahun sekali
yaitu di akhir tahun.
Peneliti : Bagaimana pendidik melakukan evaluasi pendidikan
tauhid dipondok pesantren ini?
Ustadz : Antara lain yaitu ujian lisan dimana santri disuruh untuk
membaca kitab gundul, stelah itu santri disuruh untuk
menjelaskan isi dari kitab yang dibaca dihadapan penguji.
selain ujian lisan ada juga ujian tulis yaitu beberapa materi
yang telah disampaikan.
Peneliti : Apa tujuan pendidik melakukan evaluasi terhadap
pendidikan tauhid dipondok pesantren ini?
Ustadz : Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan santri dalam
memahami kitab tauhid yang dajarkan di pondok
pesantren.
Peneliti : Bagaimana hasil evaluasi yang telah bapak lakukan
dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz : Ada santri yang memang benar-benar memperhatikan
sehingga hasil tesnya baik, berbbeda dengan santri yang
kurang memperhatikan hasil tesanya pun tidak begitu
memuaskan.
E. Faktor pendukung dan penghambat
Peneliti : Adakah kendala yang dialami oleh pendidik dalam
mengajarkan pendidikan tauhid di pesantren ini?
Ustadz : Ada kendalanya, yaitu santri itu sendiri, padahal
mereka ada program pondok, ada jadwal kegiatan
pondok, tapi tidak antusias dalam masalah itu, ada yang
pas waktu kajian tidur dikamar dengan alasan capek, ada
yang mengikuti kegiatan ekstra.
Peneliti : Apa faktor pendukung dan penghambat pendidikan
tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz : Faktor pendukungnya yaitu adanya staf keamnan
pondok dan pengurus yang selalu keliling ke asrama
santri untuk mengoprak-ngoprak santri untuk mengikuti
kegiatan. Adapun faktor penghambatnya yaitu ketika jam
kajian malah mereka tidur dikamar dan kadang
mengikuti kegiatan ekstra di MTS.
Peneliti : Apakah ada permasalahan yang muncul dalam sistem
pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz : Permasalahn yang muncul tadi bahwa dari santri itu
sendiri dengan alasan capek karena ekskul di MTS, dan
ada yang tidur pas kajian di kamar pas kajian
berlangsung serta berdirinya MTS Terpadu menjadikan
prestasi belajar menurun .
Peneliti :Apa solusi bapak dalam menangani
kendala/permasalahan/penghambat dalam pendidikan
tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz : Solusinya menurut saya, yaitu apabila ada santri yang
tidak ikut ngaji saya datangi dan saya tanyai kenapa tidak
mengaji?, dan apabila tiga kali berturut-turut santri tidak
hadir saya beri sanksi yaitu saya suruh baca kitab gundul.
TRANSKIP WAWANCARA
Nomor Data : 03
Hari, Tanggal : Kamis, 29 November 2016
Nama Informan : Ust. Kandri Diana
Kode Informan : KD
A. Pendidik
Peneliti : Bagaimana kriteria dan persyaratan yang ditetapkan
pemimpin untuk mengangkat guru/usatadz yang akan
mengajar di pesantren ini, khususnya guru dibidang
pendidikan tauhid?
Ustadz : Secara umum tidak ada akan tetapi secara khusus
kriteria dalam pengangkatan asatidz di Pondok Pesantren
Darul Muttaqin yang pastinya ia yang lulusan pesantren
dan mempunyai kelebihan di bidang masing-masing
seperti dalam bidang umum seperti komputer,
penguasaan kitab kuning untuk asatidz yang akan
mengampu dibidang baik tauhid, fiqh.
Peneliti : Apa yang bapak pahami tentang pendidikan tauhid di
pondok pesantren ini?
Ustadz : “Pendidikan tauhid yang saya pahami yaitu untuk
mngenal Allah SWT, mengenal para Rasul, mengenal para
Malaikat, mengenal ketetapan Allah SWT atau mengenai
rukun iman sebagai pondasi hidup para santri.”
Peneliti : Bagaimana respon pendidik terhadap pendidikan tauhid
yang sudah berlangsung dipondok pesantren ini?
Ustadz : fa insya Alloh responnya baik, bisa dipahami oleh para
santri.
B. Peserta Didik
Peneliti : Berapa jumlah santri di pondok pesantren ini?
Ustadz : Santri yang mukim itu ada 8 santri putra dan 5 orang santri
putri.
Peneliti : Menurut bapak, sejauh mana santri dapat berpartisipasi
dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz: : pada dasarnya para santri selalu berpartisipasi dalam
kegiatan pondok apa lagi dalam mengikuti kajian kitab baik
kitab tauhid ataupun kajian kitab lainnya mereka sangat
antusias Peneliti : Apa harapan bapak setelah santri
mempelajari pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Peneliti : Apa harapan bapak setelah santri mempelajari
pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz : Harapannya yaitu agar para santri mempunyai benteng
keimanan yang kuat, tauhid yang murni dan agar mereka
tidak melenceng dari tauhid yang sebenarnya yang sesuai
dengan ahlu sunnah wal jama‟ah, karena sekarang banyak
aqidah-aqidah yang baru bermunculan yang mana
bertentangan dengan Al-Quran dan Hadits dan yang tidak
sesuai dengan ajaran ahlu sunnah wal jama‟ah.
C. Faktor pendukung dan penghambat
Peneliti : Adakah kendala yang dialami oleh pendidik dalam
mengajarkan pendidikan tauhid di pesantren ini?
Ustadz : Adanya kegiatan ekstrakulikuler, mereka lebih
memilih kegiatan ekstrakurikuler disekolahnya dari pada
mengikuti kajian, tidur-tiduran di kamar pas jam
kegiatan dimulai
TRANSKIP WAWANCARA
Nomor Data : 04
Hari, Tanggal : Kamis, 29 November 2016
Nama Informan : Ust. Muhammad Fasikhudin
Kode Informan : MF
F. Pendidik
Peneliti : Apa yang bapak pahami tentang pendidikan tauhid di
pondok pesantren ini?
Ustadz : Pendidikan tauhid itu memberikan pemahaman tentang
ke-Esaan Allah SWT bahwa tidak ada Tuhan yang wajib
disembah melainkan Allah SWT dan tidak ada daya dan
kekuatan di dunia ini melainkan kekuatan Allah SWT dan
mengenai tentang rukun iman
G. Peserta Didik
Peneliti : Menurut bapak, sejauh mana santri dapat berpartisipasi
dalam pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz: : Para santri sangat berpartisipasi dalam mengikuti kajian
tauhid yang dilaksakan setiap malam selasa.
H. Metode Pendekatan Pendidikan Tauhid
Peneliti : Bagaimana upaya bapak dalam memotivasi pendidikan
tauhid kepada santri?
Ustadz : Motivasi saya untuk para santri dalam pendidikan tauhid
yaitu untuk selalu mengajak mereka kedalam kebaikan
karena di dunia ini tidak ada kekuatan yang hebat kekcuali
kekuatan yang diberikan Allah SWT baik hablum minalloh
maupun hablum minannas dan beriman terhadap rukun
iman
I. Faktor pendukung dan penghambat
Peneliti : Apakah ada permasalahan yang muncul dalam sistem
pendidikan tauhid di pondok pesantren ini?
Ustadz : Permasalahn yang muncul tadi bahwa dari santri itu
sendiri dengan alasan capek karena ekskul di MTS, dan
ada yang tidur pas kajian di kamar pas keajian
berlangsung
DOKUMENTASI
Plang Pondok Pesantren Darul Muttaqin
Wawancara Dengan Pipmpinan Pondok
DOKUMENTASI
Halaman Depan Asrama Putri
Gedung TKIT dan KB Darul Muttaqin
DOKUMENTASI
Wawancara Dengan Asatidz
Foto Bersama Santri Putra
DOKUMENTASI
Gedung TKIT dan MTS Terpadu Darul Muttaqin
Selogan Santri
DOKUMENTASI
Salah Satu Kitab Tauhid Yang Dikaji
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Animatul Afiyah
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Tegal, 15 April 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Warga Negara : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Alamat : Ds. Bukateja Rt 03/ Rw 01, Kec. Balapulang, Kab.
Tegal.
7. Riwayat Pendidikan
a. SD N 01 Bukateja : Lulusan 2000-2006
b. MTS Darussalam : Lulusan 2006-2009
c. MA As-Syamsuriyyah : Lulusan 2009-2012
d. S1 IAIN Salatiga : Lulusan 2012-sekarang