skripsi penerapan metode penyusutan aset tetap …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENERAPAN METODE PENYUSUTAN ASET TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA
PT. EASTERN PEARL FOUR MILLS MAKASSAR
EKA SARI LESTARI
105730497214
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2018
ii
PENERAPAN METODE PENYUSUTAN ASET TETAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA
PT. EASTERN PEARL FOUR MILLS MAKASSAR
SKRIPSI
oleh EKA SARI LESTARI
105730497214
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR
2018
iii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada ayahanda dan ibunda tercinta
yang telah mencurahkan kasih sayangnya yang tulus sehingga
penulis dipermudahkan dalam menyelesaikan study, teristimewa
kupersembahkan kepada suami tercinta yang selalu setia
memberikan semangat kepada penulis sehingga menjadi
semangat dan tumpuan bagiku untuk meraih kesuksesan
Terimakasih untuk semua
MOTTO HIDUP
“Berangkat dengan penuh keyakinan berjalan dengan penuh
keikhlasan bersabar dalam menghadapi cobaan, bagiku
keberhasilan bukan di nilai melalui hasilnya tetapi lihatlah proses
dan kerja keras maka keberhasilan tidak mempunyai nilai yang
berarti , kesalahan bukan kegagalan tapi bukti bahwa seseorang
sudah melakukan sesuatu”. By Eka Sari Lestari
ix
ABSTRACT
Eka Sari Lestari, 2018. Application of Fixed Asset Depreciation Methods and Their Effects on PT. Eastren Pearl Four Miills Makassar (guided by Amril and Sitti Zulaeha). This study aims to determine the method of depreciation of fixed assets applied by the company PT. Eastren Pearl Four Miills Makassar. To know the depreciation of fixed assets affect the earnings of the company PT. Eastren Pearl Four Miills Makassar. The analytical method used in this research is quantitative descriptive analysis which is an analysis that describes the fixed asset depreciation method applied by the company with other depreciation methods such as double drop method and year number. The results of this study indicate that the method of depreciation of fixed assets used by the company is the method of straight-line depreciation. Using the straight-line depreciation method the amount of depreciation expense is smaller than using the double declining balance method and the year number. The depreciation in 2015 compared to 2016, where the acquisition price in 2015 was still high, so the depreciation cost was also large. Furthermore in 2016 depreciation costs are smaller than 2015 and the smallest depreciation 2017 is depreciation costs over three years so the remaining value of the fixed assets is smaller. The method of depreciation of fixed assets affects the company's profit where the use of depreciation methods will have an impact on the greater or the smaller the profit of the company. Keywords: Method of Depreciation of Fixed Assets and Profit
viii
ABSTRAK
Eka Sari Lestari, 2018. Penerapan Metode Penyusutan Asset Tetap Dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan PT. Eastren Pearl Four Miills Makassar (dibimbing oleh Amril dan Sitti Zulaeha).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode penyusutan asset tetap yang diterapkan oleh perusahaan Perusahaan PT. Eastren Pearl Four Miills Makassar. Untuk mengetahui penyusutan asset tetap berpengaruh terhadap laba perusahaan Perusahaan PT. Eastren Pearl Four Miills Makassar. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif yaitu suatu analisis yang menguraikan metode penyusutan asset tetap yang diterapkan oleh perusahaan dengan metode penyusutan lainya seperti metode menurun ganda dan angka tahun.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa metode penyusutan aktiva tetap yang digunakan perusahaan adalah metode penyusutan garis lurus. Dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus jumlah beban penyusutan lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda dan angka tahun. Adapun penyusutan pada tahun 2015 dibandingkan dari 2016, dimana harga perolehan pada tahun 2015 masih tinggi, sehingga biaya penyusutanya juga besar. Selanjutnya pada tahun 2016 biaya penyusutan lebih kecil dari 2015 dan penyusutan terkecil 2017 adalah biaya penyusutan selama tiga tahun sehinggass nilai sisa manfaat aktiva tetap semakin kecil. Metode penyusutan aktiva tetap berpengaruh terhadap laba perusahaan dimana penggunaan metode penyusutan akan berdampak pada semakin besar atau semakin kecilnya laba perusahaan.
Kata Kunci: Metode Penyusutan Aset tetap dan Laba Perusahaan
v
KATA PENGANTAR
Assamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam atas segala nikmat yang
tiada hentinya dialirkan kepada penulis , mulai dari awal penciptaan hingga di
hari akhir yang niscaya adanya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan para
pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi
yang berjudul “Penerapan Metode Penyusutan Asset Tetap dan Pengaruhnya
Terhadap Laba Perusahaan PT. Eastren Pearl Four Mills Makassar
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan program (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Teristimewah dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis bapak Syafruddin dan ibu Harniah yang
senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasi sayang dan doa tulus
tak pamrih. Terkhusus Suami tercinta yang selalu memberikan semangat kasih
dan terutama bantuan materi yang tak mampu kesebut satu persatu serta
saudarah-saudarahku tercinta yang senangtiasa mendukung dan memberikan
semangat hingga akhir studi ini. tak lupa pula sahabat- sahabat dan teman serta
seluruh keluarga besar yang selalu senantiasa mendoakan dan memberikan
semangat. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi
ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan diakhirat.
Penulis menyadari bahwa penyusutan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan golongan berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
vi
yang setinggi-tingginya dan terimakasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasullong, SE., MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Ismail Badollahi, SE.,M.Si.,AK.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dosen pembimbing Bapak Amril, SE.,M.Si.,CA dan Ibu Sitti Zulaeha , Spd
.,M.Si atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing dan memberi
segala pengarahan dan bantuan yang diperlukan dalam menyusun skripsi
ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya
kepada penulis selama mengikuti kuliah
6. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi Angkatan 2018 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuanya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis
8. Universitas Muhammadiyah Makassar
9. Terimakasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi dan dukunganya
sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
vii
karena itu keritik dan saran yang membangun senantiasa penulis tunggu
demi kesempurnaan karya-karya mendatang. Akhirnya penulis moof maaf
senantiasa proses perkuliahan ini ada pihak-pihak yang tersakiti, semoga
pintu maaf senantiasa terbuka bagi penulis. Terimakasih sekali lagi
kepada semua yang telah memberikan bantuan selama proses study,
karna setiap intraksi yang terjadi adalah proses belajar.
Billahi fill Sabilil Haq, Fastabiqul Khaerat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar, 14 Juli 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
SAMPUL .......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK INDONESIA ................................................................................ viii
ABSTRACK .................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Akuntansi ...................................................................... 6
B. Pengertian Akuntansi Keuangan ..................................................... 8
C. Pengertian Aktiva Tetap .................................................................. 9
D. Pengertian Penyusutan Aktiva Tetap ............................................. 13
xi
E. Metode Penyusutan Aktiva Tetap .................................................. 16
F. Pengertian Laba Usaha .................................................................. 26
G. Hubungan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Dengan Laba
Perusahaan ................................................................................... 27
H. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 28
I. Kerangka Konsep ........................................................................... 32
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.............................................................................. 33
B. Lokasi Dan Tempat Penelitian ...................................................... 34
C. Definisi Operasional Variabel Dan Pengukuran ........................... 34
D. Populasi Dan Sampel .................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 38
F. Tehnis Analisis Data ...................................................................... 39
VI. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah PT. Eastern Pearl Flour Mills ............................................ 40
B. Visi Dan Misi Perusahaan .............................................................. 42
C. Struktur Organisasi PT. Eastern Pearl Flour Mills ......................... 42
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Prosedur Dan Kebijakan Akuntansi Aktiva Tetap Pada PT. Eastern
Pearl Flour Mills Makassar ............................................................ 45
B. Penerapan Akuntansi Aktiva Tetap Pada PT. Eastern Pearl Flour Mills
Makassar ....................................................................................... 50
xii
C. Pengaruh Penerapan Akuntansi Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Eastern Pearl Flour Mills .58
VI. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 73
B. Saran .............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 yang meringkas besarnya penyusutan tahunan 19
untuk seluruh umur aktiva
Tabel 2.2 Dengan menggunakan metode jumlah angka tahun, 22
besarnya penyusutan tahunan
Tabel 2.3 Saldo menurun dengan penyusutan tahunan 24
Tabe 2.4 Penelitian Terdahulu 28
Tabel 3.1 Pelaksanaan Penelitian 34
Tabel 5.1 Pengakuan Aset Tetap oleh PT Eastern Pearl Four Mills 52
Makassar Dengan pengakuan Aset Tetap
Tabel 5.2 Pencatatan yang di lakukan PT Eastern Pearl Four Mills 53
Makassar
Tabel 5.3 Pengukuran Aset Tetap oleh PT Eastern Pearl Four Mills 54
Makassar
Tabel 5.4 Pengeluaran Aset Tetap Setelah perolehan PT Eastern 56
Pearl Four Mills Makassar
xiii
Tabel 5.5 Penyusutan Aset Tetap oleh PT Eastern Pearl Four Mills 57
Makassar
Tabel 5.6 Penghentian Dan Pelepasan atas Aset Tetap oleh 59
PT Eastern Pearl Four Mills Makassar
Tabel 5.7 Penyajian Aset Tetap Pada Neraca oleh PT Eastern 60
Pearl Four Mills Makassar
Tabel 5.8 Laporan Keuangan PT Eastern Pearl Four Mills Makassar 62
Tabel 5.9 Daftar Aktiva Tetap PT Eastern Pearl Four Mills Makassar 64
Tabel 5.10 Neraca PT Eastern Pearl Four Mills Makassar 66
Tabel 5.11 Laporan Arus Kas PT Eastern Pearl Four Mills Makassar 68
Tabel 5.12 Penyusutuan Aktiva tetap Gedung Atau Bangunan Dengan 76
menggunakan Metode Garis Lrus
Tabel 5.13 Penyusutan Aktiva Peralatan Dan Mesin Dengan 77
menggunakan Metode Garis Lurus Mesin
Tabel 5.14 Penyusutan Aktiva G. Lurus Jalan,Irigasi,Jaringan 78
Dengan Menggunakan Metode Garis lurus
Tabel 5.15 Penyusutan Aktiva lainnya dengan menggunakan 78
metode garis lurus
xiv
Tabel 5.16 Penyusutan Aktiva Tetap Gedung/Bangunan dengan 81
menggunakan metode Saldo Menurun Gedung
Tabel 5.17 Penyusutan Aktiva Peralatan/Mesin dengan 81
menggunakan metode Saldo Menurun Ganda
Tabel 5.18 Penyusutan Aktiva Tetap Jalan,Irigasi,Jaringan 82
dengan menggunakan metode Saldo Menurun Ganda
Tabel 5.19 Penyusutan Aktiva Tetap Lainya dengan
menggunakan metode Saldo Menurun Ganda 83
Tabel 5.20 Penyusutan Aktiva Tetap Gedung/Bangunan 84
dengan menggunakan metode Jumlah Angka Tahun
Tabel 5.21 Penyusutan Aktiva Tetap Mesin/Peralatan 85
dengan menggunakan metode Jumlah Angka Tahun
Tabel 5.22 Penyusutan Aktiva Tetap Jalan,Irigasi,Jaringan 86
dengan menggunakan metode Angka Tahun
Tabel 5.23 Penyusutan Aktiva Tetap Lainya dengan 87
menggunakan metode Angka Tahun
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 34
Gambar 4.1 Sturktur Organisasi 42
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sebuah perusahaan yang akan didirikan atau sudah didirikan harus
mempunyai tujuan agar dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang.
Artinya, perusahaan tersebut dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan
pencapaian tujuan yang optimal. Suatu tujuan dapat dilaksanakan dengan
baik apabila perusahaan dikelola dengan baik pula, sehingga sesuai dengan
apa yang diharapkan dan ditetapkan oleh perusahaan.
Tujuan dalam suatu perusahaan adalah mendapatkan suatu laba yang
maksimal atas investasi yang ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu
bentuk investasi dalam perusahaan adalah aset tetap yang sering digunakan
dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aset yang mempunyai masa umur
manfaat lebih dari satu tahun.
Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca di samping aset lancar,
investasi jangka panjang, dana cadangan, dan aset lainnya. Aset tetap
mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai nilai yang cukup
signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca lainnya. Pada umunya
nilai ekonomis suatu aset tetap akan mengalami penurunan yang disebabkan
pemakaian, kerusakan, dan ketinggalan zaman karena faktor ekonomis dan
faktor teknis, maka aset ini memerlukan pengelolaan kebijakan yang khusus,
baik dalam penggunaan, pemeliharaan, penguasaan maupun pencatatan,
akuntansinya dan mempengaruhi peranan penting dalam aktivitas
produksinya.
2
Bersamaan dengan berlalunya waktu, nilai ekonomis suatu aset tetap
tersebut harus dapat dibebankan secara tepat dan salah satu caranya adalah
dengan menentukan metode penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah
metode penyusutan yang diterapkan perusahaan telah berpengaruh terhadap
laba perusahaan dan bagaimanakah perbedaan pengaruhnya setiap metode
yang digunakan, Yang disebabkan karena berlalunya waktu atau menurunnya
manfaat yang diberikan aset tetap tersebut. Maka untuk mngetahui apakah
metode penyusutan aset tetap yang digunakan dapat mencerminkan
kewajaran nilai aset tetap dan apakah mempengaruhi besar kecilnya laba
yang di peroleh perusahaan. Oleh karena itu perlu diadakan analisis terhadap
metode penyusutan yang diterapkan perusahaan dalam aset tetapnya. Pada
umumnya nilai ekonomis suatu aset tetap akan mengalami penurunan yang
disebabkan pemakaian dan kerusakan, keusangan karena faktor ekonomis
dan teknis.
Demikian pula halnya dengan perusahaan PT. Eastern Pearl Flour Mills
yang terletak di Jalan Hatta 302 Makassar ini khusus memproduksi jenis
Tepung Terigu. Perusahaan ini menunjukan pertumbuhan yang sangat pesat
dilihat dari jenis yang di produksi PT. Eastern Pearl Flour Mills merupakan
market reader Tepung Terigu di indonesia karna memiliki brand yang kuat di
benak konsumen dan merupakan perusahaan Terbesar dalam jenis
Pembuatan Tepung di indonesia Yang Memiliki cabang di negara Asing
Seperti Hongkong , Thailand , dan Singapore, selain itu asset tetap yang di
miliki oleh perusahaan PT. Eastern Pearl Flour Mills cukup banyak yang
artinya asset tetap akan mempengaruhi besarnya laba yang akan di peroleh.
Karena itu pihak manajemen harus berhati-hati dalam menerapkan
3
kebijaksanaan khususnya dalam menentukan metode penyusutan asset tetap,
agar laba yang didapat sesuai dengan yang diharapkan. sehingga menarik
untuk penulis melakukan penelitian tentang pengaruh beberapa metode
penyusutan dan metode yang diterapakan oleh PT. Eastern Pearl Flour Mills
terhadap laba perusahaan. Berdasarkan pembahasan yang djelaskan diatas
maka GRAND THEORY yang di gunakan dalam penyusutan aset tetap
adalah Grand Theory Signaling, teori ini membahas tentang menerapkan
kebijakan akuntansi konservatisme untuk menghasilkan laba lebih berkualitas
karena prinsip ini mencegah perusahaan melakukan tindakan membesar-
besarkan laba dan membantu pengguna laporan keuangan dengan
menyajikan laba dan aset yang tidak overstate.
Oleh karena itu hubungan Grand Theory signaling dengan asset tetap
dilihat dari perusahaan yang bertujuan mendapatkan suatu laba yang
maksimal atas investasi yang ditanamkan dalam perusahaan dimana Salah
satu bentuk investasi dalam perusahaan adalah asset tetap yang sering
digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu asset yang mempunyai
masa umur manfaat lebih dari satu tahun. Sehingga dalam laporan keuangan
Theory Signaing menerapkan kebijakan akuntansi konservatisme untuk
menghasilkan laba lebih berkualitas karena prinsip ini mencegah perusahaan
melakukan tindakan membesar-besarkan laba dan membantu pengguna
laporan keuangan dengan menyajikan laba dan aset yang tidak overstate.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis melakukan penelitian terhadap
penyutuan asset tetap dan pengaruhnya terhadap laba pada perusahaan
dengan mengunakan metode garis lurus, saldo menurun ganda, dan metode
angka tahun agar dapat mengetahui perbedaan pengaruh dan memberikan
4
manfaat terhadap kewajaran nilai aset tetap dan menulis Skripsi dengan judul
: “ Penerapan Metode Penyusutan Asset tetap dan Pengaruhnya Terhadap
laba Perusahaan Pada PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1. Apakah metode penyusutan aset tetap berpengaruh terhadap laba
perusahaan pada PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
2. Bagaimanakah perbedaan penerapan metode penyusutan garis lurus,
saldo menurun ganda, dan metode jumlah angka tahun terhadap laba
perusahaan pada PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah dapat mengatasi upaya pemecahan masalah
atau merupakan kesimpulan hasil penelitian yang diharapkan oleh penulis
dengan tujuan melakukan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh metode penyusutan pada penyusutan
aset tetap terhadap laba perusahaan pada PT. Eastern Pearl Flour
Mills Makassar
2. Untuk mengetahui perbedaan penerapan metode penyusutan garis
lurus, saldo menurun ganda, dan metode jumlah angka tahun
terhadap laba perusahaan pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
Cabang Makassar.
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dengan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini erat kaitanya dengan mata kuliah Akuntansi Keuangan,
sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan serta pola pikir penulis untuk
mengapliksaikan mengenai pentingnya penyusutan asset tetap dan
pengaruhnya terhadap laba perusahaan dalam praktek yang sebenarnya
terjadi di lapangan.
2. Manfaat Peraktis
Penelitian ini memfokuskan kepada PT. Eastern Pearl Flour Mills
Makassar Makassar. sebagai objek penelitian, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi yang dapat memberikan suatu
informasi yang bermanfaat bagi pihak lain yang ingin melakukan
penelitian atau membahas lebih lanjut mengenai pemahaman tentang
metode penyusutan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan.
3. Manfaat Kebijakan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan serta bahan
pertimbangan yang berguna bagi perusahaan khususnya mengenai
penyusutan aset tetap dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan
sehingga daspat memberikan manfaat bagi perusahaan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas,
mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan
dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang
menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu
keputusan serta tujuan lainnya. Akuntansi berasal dari kata asing accounting
yang artinya bila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia adalah
menghitung atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi digunakan di hampir
seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga
disebut sebagai bahasa bisnis.
Pengertian menurut Horrison dan Hongren, (2011:4) menyatakan bahwa:
Akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis,
memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada
para pengambil keputusan. Sekalipun ada banyak pengertian ataupun definisi
akuntansi dari berbagai ahli, yang diantaranya sebagaimana dijabarkan
diatas, tetapi dalam perilaku usaha dan bisnis akuntansi lebih popular disebut
sebagai “bahasa bisnis”, atau lebih tepat disebut bahasa pengambilan
keputusan.
Dikatakan demikian karena semakin kita menguasai bahasa ini akan
semakin baik pula kita menangani berbagai aspek keuangan dalam
kehidupan, utamanya dalam usaha dan bisnis yang dilakoni. Apapun peranan
kita dalam masyarakat, pasti kita pernah mengambil keputusan yang
7
berhubungan dengan aspek keuangan, baik sebagai manajer, investor,
politisi, kepala rumah tangga, atau mahasiswa. Karenanya dapat dipastikan
kita akan merasakan manfaat dari memahami akuntansi.
Raharjaputra (2011 : 6) mengemukakan bahwa akuntansi adalah suatu
seni atau kecakapan dalam mencatatat, menggolongkan, mengikhtisarkan
dengan suatu metode tertentu (secara standar) dalam satuan uang atas
semua transaksi yang bersifat keunganan serta ditafsirkan atas hasil
pencatatan tersebut secara priodik dan historis.
Menurut Suardi (2009:2) akuntansi adalah suatusistem informasi yang
mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa
ekonomi dari suatu organisasi kepada para pihak yang berkepentingan
(accounting is in information to interested users), akuntansi sering disebut
juga sebagai bahasa bisnis (the language of business), semakin baik kita
memahami bahasa tersebut maka semakin baik pula kita dapat mengelolah
suatu perusahaan.
Suardi (2009:2) akuntansi juga merupakan proses dari tiga aktivitas
berikut: pengidentifikasian, pencatatan, dan pengomunikasianatas peristiwa
ekonomi dari suatu organisasi baikyang mencari laba maupun nirlaba kepada
berbagai pihak yang mencari baik intern maupun ekstern.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu
kegiatan jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi yang pada dasarnya
bersifat keuangan, tentang kesatuan-kesatuan ekonomi yang dimaksudkan
informasi tersebut bermanfaat dalam pembuatan keputusan ekonomi dengan
cara memilih di antara beberapa alternatif yang mengarah pada tindakan.
Peranan akuntansi dalam membantu melancarkan tugas manajemen sangat
8
menonjol, khususnya dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan
pengawasan. Itulah sebabnya akuntansi semakin banyak dipelajari oleh para
usahawan dan diajarkan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan
tinggi. Memang tidak dapat disangkal bahwa sebagian besar informasi yang
diperlukan para manajer modern adalah informasi akuntansi. Oleh karena itu
para manajer dituntut untuk memiliki kemampuan menganalisis dan
menggunakan data akuntansi.
B. Pengertian Akuntansi Keuangan
Warren Reeve Fess (2009:15) Akuntansi keuangan adalah pencatatan
dan pelaporan data serta kegiatan ekonomi perusahaan. Walaupun laporan
tersebut menghasilkan informasi yang berguna bagi manajer, namun hal itu
merupakan laporan utama bagi pemilik (owner), kreditor, lembaga
pemerintah dan masyarakat umum. Hongren and Harrison (2013:209)
akuntansi keuangan (financial accounting) adalah menyediakan laporan
keuangan yang melaporkan hasil operasi, posisi keuangan, dan arus kas baik
bagi para maneger maupun pemiik, kreditor,pemasok, pelanggang,
pemerintah, dan masyarakat.
Akuntansi keuangan (financial accounting) sangat terkait dengan
pencatatan dan pelaporan data dan aktivitas ekonomi suatu
perusahaan.Selain laporan ini berguna bagi manajer, laporan tersebut juga
menjadi laporan utama bagi pemilik usaha, kreditor, badan pemerintah, dan
masyarakat. Reeve, (2009:10). Akuntansi keuangan (financial accounting)
adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan keuangan
menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh
9
pihak-pihak internal maupun pihak eksternal Kieso, (2011:5). Keluaran utama
akuntansi keuangan adalah laporan keuangan. Akuntansi keuangan
berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi untuk suatu perusahaan
atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil
pencatatan tersebut.
Akuntansi Keuangan adalah cabang dari ilmu akuntansi yang berkaitan
dengan cara pelaporan perusahaan kepada pelaku ekonomi baik internal
maupun eksternal yang berbentuk laporan neraca, rugi laba, perubahan
modal dan arus kas. Pihak eksternal seperti pemegang saham, kreditor,
investor. Semakin bagus pelaporan keuangan akan berimbas kepada baiknya
kredibilitas perusahaan. Akuntansi keuangan memiliki peran sangat penting
dan vital dalam menyajikan kondisi terkini perusahan sebagai acuan dalam
pengambilan keputusan oleh manajemen.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Laporan keuangan disusun
untuk digunakan pemilik perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau
dipakai manajer sebagai pertanggungjawaban keuangan terhadap para
pemegang saham..Laporan keuangan dapat digunakan untuk tujuan umum.
Laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar merupakan laporan
keuangan untuk tujuan umum dan merupakan bagian dari akuntansi
keuangan.
C. Pengertian Aset Tetap
Menurut Hery (2016:148) Aset tetap adalah aset yang secara fisik dapat
dilihat keberadaanya dan sifatnya relatif permanen serta memiliki masa
kegunaan yang panjang. Aset tetap merupakan aset yang berwujud berbeda
10
dengan aset yang tidak berwujud, yang dimana tidak memiliki wujud fisik dan
dihasilkan sebagai akibat dari sebuah kontrak hukum, ekonomi maupun
kontrak siosial. Harga perolehan aset tetap meliputi seluruh jumlah yang di
keluarkan untuk mendapatkan aset tersebut. Aset tetap akan dilaporkan
dalam neraca tidak hanya sebesar harga belinya saja, tetapi juga termaksud
seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap untuk dipakai.
Sebagai contoh adalah mesin produksi dimana harga perolehanya tidak
hanya berasal dari harga beli saja tetapi juga termasuk pajak, ongkos angkut,
biaya asuransi selama dalam perjalanan, ongkos pemasangan dan biaya uji
coba, sampai mesin tersebut benar-benar dapat di oprasikan dan
dimanfaatkan. Raharjputra (2011:10) aset tetap adalah harta tetap yang
dimiliki perusahaan dalam brangka mendukung aktivitas oprasionalnya, yang
mana asset tersebut memiliki masa pakai (nilai ekonomis) ebih dari satu
tahun.
Prihadi (2013:202b) pembelian aset tetap mempunyai sifat yang berbeda
dengan pembelian persediaan. Pe mbelian persediaan dilakukan untuk dijual
lagi bagi perusahaan dagang. Pembelian aset tetap dilakukan dengan tujuan
untuk digunakan sendiri. Sebuah truk yang dibeli oleh perusahaan
pengangkutan akan dicatat sebagai aset tetap. Pembelian truk oleh
perusahaan dealer truk untbuk dijual lagi akan dianggap sebagai persediaan.
Prihadi (2013 :203) menyatakan bahwa Kreterian resmi untuk aset tetap
adalah
1. Dimiliki untuk :
a) digunakan dalam produksi atau
b) penyedian barang atau jasa
11
c) direntalkan padapihak lain
d) untuk tujuan administratif
2. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu priode
sebuah aset tetap mempunyai umur manfaat lebih dari satu tahun
siklus operasi. boleh karena itu sebuah aset tetap yang mempunyai umur
terbatas akan dibebankan secara priodik ke laba-rugi menjadi beban
penuyusutanb
3. masa penggunaan, dapat menimbulkan:
a) pembebanan atas penyusutan untuk aset bermumur terbatas, dan
biaya perbawatan.
b) Kapitalisasi untuk pengeluaran bersifat renovsi.
Pontoh, (2013:355) Abset Tetap merupakan unsur vital lain yang akan
membantu organisasi bisnis untuk menciptakan laba. Dalam kutipan skripsi
Jurniati mengatakan bahwa PSAK 16, suatu aset tetap harus memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Aset tersebut digunakan dalam operasi, hanya aset yang digunakan dalam
operasi normal perusahaan saja yang dapat diklasifikasikan sebagai aset
tetap.
2. Aset tersebut memilbiki masa (umur) manfaat yang panjang lebih dari satu
periode.
3. Aset tersebut memiliki substansi fisik. Aset Tetap memiliki ciri substansi fisik
kasat mata sehingga dibedakan dari aset tak berwujud seperti hak paten
dan merek dagang.
12
Pengeluaran yang terjadi dalam sebuah organisasi bisnis dapat dikategorikan
dalam 2 (dua) kelompok, yaitu pengeluaran modal (capital expenditure) dan
pengeluaran atas pendapatan (revenue expenditure).
Pengeluaran modal adalah jenis pengeluaran yang identik dengan
pemerolehan aset, dimana setelah proses pemanfaatan aset tersebut
pengeluaran ini akan dialokasikan/dibebankan secara sistematis menjadi
beban (expense) yang bersifat tidak tunai dalam beberapa periode pelaporan
tertentu. Sedangkan pengeluaran atas pendapatan atau sering disebut
sebagai beban (expense) yang bersifat tunai, yang merupakan pengeluaran
untuk memperoleh pendapatan atau manfaat pada sebuah periode
operasional, sehingga pembebanannya akan dilaporkan dalam sebuah
periode pelaporan saja.
Pontoh (2013:358) bmenjelaskan bahwa seiring dengan waktu
pemakaian sebuah aset tetap, maka pada saat yang sama aset tetap
tersebut akan mulai berkurbang kemampuannya atau mulai mengalami
keusangan (obsolescence) untuk menciptakan barang dan jasa.
Berkurangnya kempampuan aset tetap ini disebut sebagai penyusutan atau
depresiasi (depreciation). Pontoh (2013:358-359), menyatakan bahwa faktor-
faktor yang harus diperhatikan dalam menghitung beban penyusutan adalah:
1. Biaya perolehan (initial cost/capitalized cost), yaitu jumlah keseluruhan
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh sebuah organisasi bisnis untuk
memperoleh aset tetap.
2. Umur manfaat (usefull life), yaitu estimasi atau perkiraan lamanya waktu
penggunaan aset tetap tersebut.
13
3. Nilai sisa/residu (residual value/scrap value/salvage value/trade-in value),
yaitu estimasi nilai tunai aset tetap yang diharapkan pada akhir umur
manfaatnya.
4. Jumlah biaya yang dapat disusutkan/jumlah tersusutkan (asset’s
depreciable cost), yaitu selisih antara biaya perolehan aset tetap dengan
nilai residunya. Jumlah ini kemudian akan dialokasikan secara sistematis
sebagai beban penyusutan.
5. Jumlah tercatat/nilai buku (book value) adalah selisih antara biaya
perolehan dengan akumulasi penyusutan.
Standar Akuntansi Keuangan (2015) menyatakan bahwa “Jumlah yang
dapat disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa
manfaat aset dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun
yang dipilih ,konsistensi dalam penggunannya adalah perlu, tanpa
memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan.
Aset tetap berwujud dapat disusutkan dalam beberapa metode, beberapa
jenis metode penyusutan atas aset tetap menurut PSAK 16 yang dapat
diterapkan di Indonesia adalah metode penyusutan garis lurus (straight line
method), saldo menurun ganda (double declining balance method), dan
metode jumlah angka tahun.
.
D. Pengertian Penyusutan Aset Tetap
Menurut defenisi yang digunakan dalam PSAK No. 16 (2015) Penyusutan
adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi”. Sedangkan mengenai metodenya menurut defenisi
yang dipergunakan PSAK No. 16 (2015) menyatakan: Berbagai metode
14
penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu aset pada suatu dasar sistematis sepanjang masa
manfaatnya.
Disamping pengeluaran dana dalam masa penggunaan, masalah
penyusutan merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan aset
tetap. Pengertian penyusutan ini tidak sama seperti pengertian dalam
ekonomi perusahaan yang menekankan bahwa penyusutan itu merupkan
cadangan untuk pembelian aset tetap yang baru setelah aset tetap yang lama
tidak bisa dipakai lagi. Dalam akuntansi bisa saja mengadakan pencadangan
untuk suatu tujuan tertentu termasuk untuk pembelian aset tetap ini.
Cadangan dimaksudkan sebagai dana yang disisihkan dalam pos tersendiri
yang dimaksudkan untuk kepentingan tertentu.
Yang dimaksud dengan penyusutan adalah berkurangnya suatu nilai
yang disebabkan karena pemakaian, keusangan, kemerosotan fisik,
ketidaktepatan, berlalunya suatu waktu atau perubahan biaya menjadi beban
dari suatu aset tetap berwujud. penyusutan bertujuan untuk mendistribusikan
secara sistematis biaya setelah dikurangi nilai residu (nilai sisa = nilai
rombeng) jika ada dari suatu aset tetap selama umur manfaat dari aset
tersebut. Ayat jurnal terhadap penyusutan mendebit rekening beban
penyusutan dan mengkredit rekening akumulasi penyusutan. Akuntansi
penyusutan merupakan suatu metode memperbandingkan beban karena
dipakainya suatu aset dengan penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan
selama periode berjalan (current period). Karena aset tetap turut serta baik
langsung maupun tidak langsung menghasilkan penghasilan maka akuntansi
15
penyusutan mengalokasikan secara sistematis beban periodik ke dalam
penghasilan periodik (periodic expenses and revenues).
Kieso (2009 : 60). Penyusutan didefinisikan sebagai proses akuntansi
dalam mengalokasikan biaya aset berwujud ke beban dengan cara sistematis
dan rasional selama periode yang diharapkan mendapat manfaat dari
penggunaan. Pengalokasian harga perolehan diperlukan agar dapat dilakukan
penandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya, sebagaimana
diminta oleh prinsip penandingan. Penyusutan adalah proses pengalokasian
harga perolehan, bukan proses penilaian aset. Perubahan harga aset tetap
yang terjadi dipasar, tidak perlu dicatat dalam pembukuan perusahaan karena
aset tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan, bukan untuk dijual kembali.
Oleh karena itu, nilai buku aset (harga perolehan dikurangi akumulasi
depresiasi), bisa sangat berbeda dengan harga pasar aset yang
bersangkutan.
Selama masa pemakaian, kemampuan suatu aset untuk menghasilkan
pendapatan dan jasa biasanya semakin menurun, baik secara fisik maupun
fungsinya, sehingga secara fisik aset tetap terlihat menurun. Mudah
dimengerti bahwa sebuah truk yang telah dipakai sejauh 100.0000 kilometer
akan dipandang kurang nilainya bila dibandingkan dengan truk yang baru
dipakai 1.000 kilometer. Demikian pula truk yang biasa beroperasi di daerah
pantai yang udara dan airnya mengandung garam akan lebih cepat haus bila
dibandingkan dengan truk yang beroperasi jauh dari pantai.
Penurunan dari segi fungsi adalah karena aset menjadi tidak memadai
dan ketinggalan jaman. Suatu aset dikatakan tidak memadai lagi, jika aset
tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan saat ini dan di masa datang.
16
Dipindahkannya airport Jakarta dari Halim Perdanakusumah ke Cengkareng
adalah karena airport Halim sudah tidak memadai lagi untuk menampung
penumpang yang semakin meluap. Suatu aset dikatakan ketinggalan jaman,
apabila aset atau fasilitas tertentu tidak dibutuhkan lagi di masa datang.
Sebagai contoh, ketika orang telah terbiasa dengan kereta api diesel, maka
jarang penumpang yang mau menggunakan kereta api dengan bahan bakar
batu bara. Akibatnya perusahaan kereta api terpaksa menghentikan
pemakaian kereta api batu bara. Penurunan dari segi fungsi kadang-kadang
tidak dibarengi dengan penurunan fisik. Sebagi contoh, sebuah komputer XT
yang secara fisik masih cukup baik, terasa menurun fungsinya setelah
ditemukan komputer AT yang lebih cepat.
Pengakuan atas depresiasi aset tetap tidak berakibat adanya
pengumpulan kas untuk mengganti aset lama dengan aset yang baru. Saldo
rekening akumulasi deprosiasi menggambarkan jumlah depresiasi yang telah
dibebankan sebagai biaya, bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.
Sebagai contoh, karena manajer sangat erat kaitannya dengan
keputusan yang berhubungan dengan aktivitas investasi maupun operasi
perusahaan, otomatis para manajer memiliki informasi yang lebih baik
mengenai prospek perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu
manajer dapat mengestimasi secara baik laba masa datang dan
diinformasikan kepada investor atau pemakai laporan keuangan lainnya.
Tujuan dalam suatu perusahaan adalah mendapatkan suatu laba yang
maksimal atas investasi yang ditanamkan dalam perusahaan. Salah satu
bentuk investasi dalam perusahaan adalah aset tetap yang sering digunakan
17
dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aset yang mempunyai masa umur
manfaat lebih dari satu tahun.
E. Metode Penyusutan Aset Tetap
Metode penyusutan adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya aset tetap kepada suatu beban. Variabel utama yang
harus diperhatikan didalam alokasi ini meliputi : harga perolehan aset tetap
(cost of fixed assets). Nila sisa (salvage value) dan estimasi umur manfaat
(estimated useful period). Harga perolehan aset tetap adalah segala
pengeluaran yang terjadi atau terutang sampai suatu aset tetap tersebut siap
untuk digunakan, Estimasi umur manfaat yaitu perkiraan lamanya aset tetap
yang dimana aset dapat diharapkan untuk berkontribusi pada oprasional
perusahaan, Sedangkan nilai sisa adalah nilai jual aset tetap manakala aset
tetap sudah tidak dapat dipakai lagi atau disebut nilai rombeng atau nilai tukar
terakhir.
Hery (2016:173)beberapa macam metode yang berbeda untuk
menghitung besarnya beban penyusutan. Dalam praktek, kebanyakan
perusahaan akan memilih satu metode penyusutan dan akan menggunakanya
untuk seluruh aset yang dimilikinya. Beberapa metode tersebut :
1. Metode Garis Lurus
2. Metode jumlah angka tahun
3. Metode saldo menurun ganda
Selanjutnya akan diuraikan satu persatu mengenai metode penyusutan
sebagai berikut :
1. Metode Garis Lurus
18
Hery (2016:174), model metode garis lurus cukup sederhana. Metode
ini menghubungkan alokasi biaya dengan berlaunya waktu dan mengakui
pembebanan priodik yang sama sepanjang umur aset. Asumsi yang
mendasari metode garis lurus ini adalah bahwa aset yang bersangkutan
akan memberikan manfaat yang sama untuk setiap priodenya sepanjang
umur aset, dan pembebananya tidak dipengaruhi oleh perubahan
produktivitas maupun efesiensi aset. Estimasi umur ekonomis dibuart
dalam priode bulanan atau tahunan. Selisi antara harga perolehan aset
dengan nilai residunya dibagi dengan masa manfaat aset akan
menghasilkan beban penyusutan priodik.
Hasil perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode
garis lurus akan dianggap tetap (layak) hanya jika asumsi-asumis berikut
ini terpenuhi, yaitu: beban perbaikan dan pemeliharaan tetap konstan
sepanjang umur aset, tingkat efesiensi oprasi aset pada priode berjalan
sama baiknya dengan priode-priode sebelumnya. Pendapatan (harus kas
bersih) yang bisa dicapai dengan mempergunakan aset tersebut
jumlahnya tetap konstan selama tahun-tahun umur aset, dan semua
estimasi yang di perlukan termasuk estimasi masa manfaat di prediksi
dengan tingkat kepastian yang memadai.
Namun, karna adanya ketidak pastian dari sebagian besar faktor
tersebut diatas, maka untuk menemukan suatu metode penyusutan yang
dapat menampung berbagai faktor tersebut merupakan suatu hal yang
sulit. Oleh karna itu, metode garis lurus sering kali diasumsikan sama
akuratnya dengan metode lain. Selain itu, metode garis lurus dianggap
cukup mudah untuk dilaksanakan dan dipahami
19
Dengan menggunakan metode garis lurus besarnya beban
penyusutan priodik dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus =Harga Perolehan− Estimasi Nilai Residu
Estimasi Masa Manfaat
𝐴𝑡𝑎𝑢
D =C − S
n Dalam persentase =
100 %n
=
D = Beban penyusutan (depreciation)
C = Harga perolehan
𝑆 = Salvage value (nilai residu)
n = Useful life atau estimasi masa manfaat
untuk mengilustrasikan penggunaan metode garis lurus, asumsi
bahwa pada awal bulan januari 2008 di beli sebuah aset tetap dengan
harga perolehan sebesar Rp100.000.000. berdasarkan estimasi
manajemen, akitva tetap ini memiliki umur ekonomis selama 5 tahun
dengan nilai sebesar Rp5.000.000 pada akhir tahun ke 5. Dengan
menggunakan rumus diatas maka besarnya beban penyusutan pertahun
dapat ditentukan sebagai berikut :
=Rp. 100.000.000 − Rp. 5.000.000
5 Tahun
= Rp. 19.000.000 per tahun
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan masa
manfaat 5 tahun, maka berarti besarnya tarif penyusutan pertahun adalah
20% (yaitu 100%:5), sehingga besarnya beban penyusutan pertahun
menjadi 20% dari harga perolehan aset yang dapat disusutkan
(Rp100.000.000 – Rp5.000.000 = Rp95.000.000), yaitu Rp19.000.000.
20
Tabel 2.1
yang meringkas besarnya penyusutan tahunan untuk seluruh
umur aset
(Dalam Rupiah)
Akhir tahun Beban penyusutan
Akumulasi penyusutan Nilai buku aset
100.000 2008 19.000 19.000 81.000 2009 19.000 38.000 62.000 2010 19.000 57.000 43.000 2011 19.000 76.000 24.000 2012 19.000 95.000 5.000
Jika seandainya aset tetap diatas dibeli dan ditempatkan
pemakaianya pada tanggal 14 september 2008 maka besarnya beban
penyusutan untuk tahun yang berakhir 31 desember 2008 adalah
Rp6.333.333 (yaitu 4/12 x 19 juta ).aset tetap ini berarti akan berakhir
masa manfaatnya pada akhir bulan agustus 2013, dimana besarnya
beban penyusutan selama 8 bulan tersebut adalah Rp12.666.667 (yaitu
8/12 x 19 juta). Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2009, 2010,
2011, 2012 masing-masing adalah tetap sebesar Rp19 juta ( satu tahun
penuh). Besarnya nilai residu pada akhir bulan agustus 2013 adalah tetap
Rp5.000.000 ( sesuai estimasi manajemen)
Jika seandainya aset tetap diatas dibeli dan ditempatkan
pemakaianya pada tanggal 15 september 2008 maka besarnya beban
penyusutan untuk tahun yang berkahir 31 desember 2008 adalah
Rp4.750.000 (yaitu 3/12 x Rp19 juta). Aset tetap ini berarti akan berakhir
masa manfaatnya pada akhir bulan september 2013, dimana besarnya
beban penyusutan selama 9 bulan tersebut adalah Rp 14.250.000 ( yaitu
21
9/12 x Rp19 juta). Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2009, 2010,
2011 dan 2012 masing-masing adalah tetap sebesar Rp19.000.000 (satu
tahun penuh). Besarnya nilai residu pada akhir bulan september 2013
adalah tetap Rp5.000.000 (sesuai estimasi manajemen). Berdasarkan
contoh-contoh diatas terlihat jelas bahwa nilai buku aset tetap pada akhir
masa manfaatnya mencerminkan estimasi nilai residu.
2. Metode jumlah angka tahun
Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun dalam
setiap tahun berikutnya. Perhitunganya dilakukan dengan mengalihkan
suatu seri pecahan ke nilai perolehan aset yang dapat di susutkan.
Besarnya nilaiv perolehan aset yang dapat disusutkan adalah selisi antara
harga perolehan aset dengan estimasi nilai residunya. Pecahan yang
dimaksud didasarkan pada masa manfaat aset yang bersangkutan. Unsur
pembilang dari pecahan ini merupakan angka tahun yang diurutkan secara
berlawanan ( dengan kata lain mencerminkan banyaknya tahun dari umur
ekonomis yang masih tersisa pada awal tahun bersangkutan), sedangkan
umur penyebut dari pecahaan di peroleh dengan cara menjumlahkan
seluruh angka tahun dari umur ekonomis aset, atau dapat pula dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ( variabel n yang dimaksud
dalam rumus ini adalah lamanya estimasi masa manfaat aset).
𝑛 =(𝑛 + 1 )
2
Dalam metode jumlah angka tahun ini, sesungguhnya tidak ada
pemikiran konseptual yang luar biasa, yang ada hanyalah skema ilmu
hitung yang membuat besarnya beban penyusutan priodik menurun dari
22
satu priode ke priode berikutnya dan seluruh nilai perolehan aset yang
dapat disusutkan dialokasikan sepanjang umur aset.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada Awal bulan januari 2008 dibeli
sebuah aset tetap dengan harga perolehan sebesar Rp100.000.000.
berdasarkan estimasi manajemen aset tetap ini di perkirakan memiliki
umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp 5.000.000.
pada akhir tahun ke 5. Dengan menggunakan contoh ini, besarnya unsur
penyebut dari pecahan akan menjadi 15, yang di peroleh dari hasil =
1+2+3+4+5=15. Sedangkan besarnya unsur pembilan dari pecahan akan
menurun setiap tahunya, masing-masing selisi 1. Untuk aset tetap yang
memiliki umur ekonomis lima tahun maka besarnya unsur pembilan pada
tahun pertama adalah 5, sedangkan pada tahun ke dua adalah 4, dan
seterusnya.
Tabel 2.2
Dengan menggunakan metode jumlah angka tahun, besarnya
penyusutan tahunan
(Dalam Ribuan) Akhir Tahun Beban Penyusutan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku Akhir
100.000
2008 5/15 x (100.000 - 5.000.000 = 31.667 31.667 68.333
2009 4/15 x (100.000 - 5.000.000 = 25.333 57.000 43.000
2010 3/15 x (100.000 - 5.000.000 = 19.000 76.000 24.000
2011 2/15 x (100.000 - 5.000.000 = 12.667 88.667 11.333
2012 1/15 x (100.000 - 5.000.000 = 6.333 95.000 5.000
23
Ketika aset telah dibeli dan ditempatkan pemakainya bukan pada
awal tahun, maka besarnya masing-masing penyusutan untuk satu tahun
penuh diatas harus dialokasikan diantara dua tahun yang memperoleh
manfaat. Sebagai contoh, asumsi bahwa aset tetap diatas dibeli dan
ditempatkan pemakaianya pada awal bulan agustus 2018. Besarnya
beban penysutan untuk tahun 2008 akan menjadi 5/12 x 5/15 x
(Rp100.000.000 – Rp5.000.000) = Rp13.194.445.
3. Metode Saldo Menurun Ganda
Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan priodik yang
menurun selama estimasi umur ekonomis aset. Jadi, metode ini pada
hakikatnya sama dengan metode jumlah angka tahun dimana besarnya
beban penyusutan akan menurun setiap tahunya. Beban penyusutan
priodik dihitung dengan cara mengalihkan suatu tarif prosentase (konstan)
kenilai buku aset yang kian menurun. Besarnya tarif penyusutan yang
umum dipake adalah dua kali tarif penyusutan garis lurus sehingga
dinamakan sebagai metode saldo menurun. Aset tetap dengan estimasi
masa manfaat lima tahun akan memiliki tarif penyusutan garis lurus 20%
dan tarif penyusutan saldo menurun 40%, sedangkan aset tetap dengan
estimasi masa manfaat sepuluh tahun akan memiliki tarif penyusutsn
garis lurus 10%, dan tarif penyusutan saldo menurun 20%, dan
seterusnya.
Dengan metode saldo menurun, besarnya estimasi nilai residu tidak
digunakan dalam perhitungan, dan penyusutan tidak akan dilanjutkan
apabila nilai buku aset telah sama atau mendekati estimasi nilai
residunya. Besarnya penyusutan untuk tahun terakhir dari umur ekonomis
24
aset harus disesuaikan agar supaya nilai buku di akhir masa manfaat aset
tetap tersebut mencerminkan besarnya estimasi nilai residu.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan januari 2008 dibeli
sebuah aset tetap dengan harga perolehan sebesar Rp100.000.000.
berdasarkan estimasi manajemen, aset tetap ini diperkirakan memiliki
umur ekonomis selama lima tahun dengan nilai sisa sebesar
Rp5.000.000 pada akhir tahun ke lima. Dengan mengunakan contoh
tersebut dan apabila metode saldo menurun , maka besarnya penyusutan
tahunan akan dihitung sebagai berikut
Tabel 2.3
Saldo menurun dengan penyusutan tahunan
(Dalam Ribuan)
Akhir Tahun Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir
2009 60.000 x 40 % = 24.000 64.000 36.000
2010 36.000 x 40 % = 14.400 78.400 21.600
2011 21.600 x 40 % = 8.640 87.040 12.960
2012 95.000 - 87.040 = 7.960 95.000 5.000
Perhatikanlah bahwa besarnya beban penyusutan tiap tahun (kecuali
di akhir masa manfaatnya) di peroleh dengan tanpa memperhitungkan
nilai residu. Nilai buku pada awal tahun pertama adalah sebesar harga
perolehannya. Besarnya beban penyusutan untuk tahun pertama
pemakaian di peroleh dengan cara mengalihkan harga perolehan aset ke
suatu tarif prosentase konstan (40%) . besarnya akumulasi penyusutan
pada akhir tahun pertama (akhir tahun 2008) adalah sebesar beban
25
penyusutan untuk pemakaian tahun 2008, yaitu Rp.40.000.000. Nilai buku
pada akhir tahun 2008 (Rp.100 juta – Rp40 juta = Rp.60 juta) akan
merupakan nilai buku bagi awal tahun 2009, yang kemudian nilai buku ini
akan dikalikan dengan 40% untuk menghitung besarnya beban
penyusutan tahun 2009. Besarnya akumulasi penyusutan pada akhir
tahun 2009 diperoleh dengan cara menjumlahkan besarnya akumulasi
penyusutan pada akhir 2008 (awal tahun 2009) dengan besarnya beban
penyusutan untuk pemakaian tahun 2009, dan seterusnya.
Yang perlu mendapat perhatian khusus di sini adalah pada waktu
menghitung besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012,
yang dimana merupakan tahun terakhir dari estimasi umur ekonomis.
Besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 tidaklah
dihitung melalui hasil perkalian antara nilai buku pada akhir tahun 2011
(Rp12.960.000) dengan tarif 40%. Ingat sekali lagi, bahwa besarnya
beban penyusutan untuk tahun terakhir dari umur ekonomis aset harus
disesuaikan agar supaya nilai buku di akhir masa manfaatnya tersebut
mencerminkan estimasi nilai residu.
Dalam contoh ini, karna besarnya estimasi nilai residu adalah
Rp5.000.000 dan agar supaya besarnya akumulasi penyusutan pada akhir
tahun 2012 menjadi Rp95.000.000 maka besarnya akumulasi penyusutan
pada akhir tahun 2012 menjadi Rp95.000.000 maka besarnya akumulasi
penyusutan pada akhir tahun 2012 ini (Rp.95.000.000) dikurangi dengan
besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2011 (Rp.87.040.000)
akan menghasilkan besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun
2012 (Rp.7.960.000). Besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun
26
2012 (Rp.95.000.000) diperoleh dari hasil pengurangan harga perolehan
(Rp.100.000.000) dengan besarnya estimasi nilai residu yang telah
ditetapkan (Rp.5.000.000). Cara lain untuk menghitung besarnya beban
penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 adalah nilai buku pada akhir
tahun 2011 (Rp.12.960.000) dikurangi dengan besarnya estimasi nilai
residu yang telah ditetapkan (Rp.5.000.000).
Dalam contoh diatas, diasumsikan bahwa aset tetap dibeli dan
ditempatkan pemakaianya pada awal tahun (awal januari 2008). Hal ini
sesungguhnya sangat jarang terjadi dalam praktek. Jika seandainya aset
dibeli dan ditempatkan penggunaanya pada awal bulan maret 2008 maka
besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi
40% x Rp.100 juta x 10/12 = Rp33.333.333 sedangkan besarnya beban
penyusutan untuk pemakaian tahun 2009 adalah [40% x (Rp.100.000.000
– Rp.33.333.333)] = Rp.26.666.667.
F. Pengertian Laba Usaha
Horngren (2013:22) mengatakan bahwa semua perusahaan melaporkan laba
bersih atau rugi bersih pada laporan laba rugi. Namun, namun juga ada angka
lainya. Laba komprensif adalah perubahaan total ekuitas pemegang saham
perusahaan yang berasal dari semua sumber selain dari pemiliknya laba
komprehensif meliputi laba bersih ditambah sejumlah keuntungan dan
kerugian khusus sebagai berikut :
• Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasi atas investasi
tertentu
• Penyusuaian translasi mata uang asing.
27
Pos-pos tersebut tidak dilibatkan dalam penetuan laba bersih namun
dilaporkan sebagai laba komprhensif lainya. Laba per saham akan diterapkan
pada laba bersih dan komponenya, laba persaham tidak dilaporkan sebagai
laba komprenshif lainya.
Dalam laporan laba komprhensif, biaya yang dikaitkan dengan
penggunaan aset tetap seperti biaya depresiasi dan biaya pemeliharaan
merupakan salah satu komponen biaya yang cukup tinggi. Semakin tinggi
biaya depresiasi aset tetap sebuah perusahaan, laba akan semakin
berkurang. Sebaliknya semakin rendah biaya depresiasi, maka akan semakin
besar laba yang diperoleh perusahaan. Selain biaya depresiasi, biaya lain dari
komponen aset tetap yang dapat mengurangi laba adalah biaya
pemeliharaan, pajak bumi dan bangunan (PBB) serta pajak kendaraan
bermotor.
Untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas
aset tetap sepenuhnya maka digunakan rumus rasio fixed assets turn over,
yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanamkan dalam aset tetap berputar dalam satu periode. Untuk mencari
rasio ini, caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan
total aset tetap dalam satu periode. Apabila perbandingannya meningkat dari
tahun ke tahun berarti perusahaan telah mampu memaksimalkan kapasitas
aset tetap yang dimilikinya. Sebaliknya apabila menurun, maka perusahaan
belum mampu memanfaatkan kapasitas aset tetapnya.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Laba
adalah selisih antara seluruh pendapatan (revenue) dan beban (expense)
yang terjadi dalam suatu periode akuntansi. Laba merupakan suatu
28
kelebihan pendapatan atau keuntungan yang layak diterima oleh
perusahaan, karena perusahaan tersebut telah melakukan pengorbanan
untuk kepentingan lain pada jangka waktu tertentu. Informasi laba diperlukan
untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutupi biaya nonproduksi.
G. Hubungan Metode Penyusutan Aset Tetap Dengan Laba Perusahaan
Metode penyusutan yang diterapkan didalam perusahaan dan nilai
penyusutan akan dialokasikan pada biaya oprasional dilaporan laba rugi,
sehingga besarnya nilai penyusutan akan mempengaruhi besarnya laba
yang di peroleh perusahaan. Oleh karena itu pemilihan metode penyusutan
dari beberapa metode yang ada haruslah tepat karna nilai penyusutan akan
mempengaruhi besarnya laba perusahaan
Untuk aset tetap yang diikut sertakan dalam proses produksi, maka nilai
penyusutannya akan mempengaruhi perhitungan harga pokok penjualan dan
harga pokok produksi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi
besarnya laba yang diperoleh perusahaan dalam jangka panjang laba yang
diperoleh perusahaan akan sama. Hal tersebut berlaku pula untuk aset tetap
yang tidak diikuti sertakan dalam proses produksi, maka nilai penyusutannya
akan mempengaruhi besarnya biaya usaha yang secara tidak langsung
mempengaruhi besarnya laba perusahaan.
H. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya, maka akan disajikan
kembali dalam bentuk tabel berikut ini
29
Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Hasil Penelitian 1 Samuel
Mairuhu dan Jantje J. Tinangon, (2014)
Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aset Tetap dan Implikasinya Terhadap Laba Perusahaan Pada Perum Bulog Divre Sulut dan Gorontalo.
Hasil penelitian pada Perusahaan Umum Bulog Divre Sulut dan Gorontalo yaitu bahwa tingkat laba operasi yang dipengaruhi oleh metode Garis Lurus lebih tinggi dibandingkan dengan metode Saldo Menurun Ganda dan metode Jumlah Angka Tahun. Pimpinan Perum Bulog Divre Sulut dan Gorontalo, sebaiknya tetap konsisten menggunakan metode penyusutan garis lurus yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
2 Rumiatun Wahdaniah, (2014)
Evaluasi Penerapan Metode Penyusutan Aset Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Kacang Shanghai Panda Tulungagung)
Dari analisis dan pembahasan diketahui bahwa laba dengan menggunakan metode garis lurus selama periode 31-12-2011 Rp 3.817.820.490,00,-menurun ganda metode saldo sebesar Rp 993.028.642,00 dan jumlah jumlah tahun Rp 2.598.392.900,00 Akuisisi penghasilan berdasarkan perhitungan metode garis lurus lebih tinggi bila dibandingkan dengan metode saldo menurun ganda dan jumlah total tahun.
3 Andy Harom Nugroho (2006)
Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aset Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada Tomodachi Resto).
Hasil penelitian yang ditemukan bahwa penerapan metode penyusutan aset tetap bila dilaksanakan dengan tepat, maka akan berperan dalam menunjang peningkatan pendapatan perusahaan, ternyata tidak berpengaruh secara signifikan, hal ini ditunjukkan bahwa penggunaan metode garis lurus hanya lebih besar 0,08% dibandingkan dengan metode saldo menurun ganda, dan kenaikan sebesar 0,07% dibandingkan dengan metode jumlah angka tahun.
30
4 Sintia Verginia dan Rika Lidyah (2014)
Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aset Tetap dan Dampaknya Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Artha Kindo Perkasa Palembang.
Hasil penelitian adalah penerapan metode garis lurus pada bangunan, mesin, inventaris kantor dan inventaris proyek telah tepat. Namun untuk alat berat, kendaraan kantor dan kendaraan proyek adalah tidak tepat dan sebaiknya diubah dengan menggunakan metode saldo menurun berganda. Kemudian metode penyusutan yang digunakan berdampak terhadap laba perusahaan. Sehingga dapat diketahui laba yang dilaporkan pada PT. Artha Kindo Perkasa Palembang dengan menggunakan metode garis lurus lebih tinggi dibandingkan dengan metode saldo menurun berganda.
5 Ienda Bagus Farhan (2014)
Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aset Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan (Studi Pada PT. XYZ).
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa penerapan metode penyusutan saldo menurun yang diterapkan perusahaan dengan saldo garis lurus yang dilakukan tidak berpengaruh signifikan terhadap laba perusahaan.
6 Yelliana Ela Vita Kusumaningsih (2010)
Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aset Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laba PT.
United Tractors Tbk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode penyusutan aset tetap yang digunakan sangat mempengaruhi besar atau kecilnya laba usaha yang dihasilkan oleh perusahaan. Apabila perusahaan menggunakan metode garis lurus maka pembebanan biaya penyusutan akan tetap jumlahnya dan menghasilkan laba yang relatif konstan setiap periode. Bila menggunakan metode saldo menurun ganda maka pembebanan biaya penyusutan akan lebih besar pada awal periode, sehingga laba usahanya akan semakin besar pada akhir periode. Sedangkan metode jumlah angka tahun hampir sama
31
dengan metode saldo menurun ganda tetapi hanya laba yang dihasilkan sedikit meningkat pada akhir periode.
7 Djohan Widjaja (2010)
Analisis Pengaruh Metode Penyusutan Aset Tetap Terhadap Laba Pada PT.
Triton Permai. Berdasarkan hasil analisis terhadap penyusutan aset tetap, beban penyusutan dengan metode garis lurus yang digunakan perusahaan lebih rendah pada awal-awal perolehan aset tetap dibandingkan dengan metode saldo menurun ganda yang mempunyai beban penyusutan yang tinggi pada awal-awal tahun perolehannya. Dengan demikian pada awal-awal tahun perolehan, laba usaha yang dihasilkan apabila menggunakan metode garis lurus lebih besar dibandingkan dengan laba usaha apabila perusahaan menggunakan metode saldo menurun ganda. Dengan demikian besar kecilnya pembebanan biaya penyusutan karena penerapan suatu metode penyusutan akan mempengaruhi tingkat laba perusahaan secara keseluruhan.
8 Paramita Wijayanti (2015)
Analisa Penarapan Kebijakan Akuntansi Aset Tetap dan Penyusutan Pada Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Laba Perusahaan di PT. XYZ.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa besarnya penyusutan aset tetap yang dihitung dengan metode garis lurus besarnya akan berbeda dengan beban penyusutan yang dihitung menggunakan metode jumlah angka tahun, saldo menurun, dan unit produksi. Kenaikan beban penyusutan pada suatu periode akuntansi disebabkan oleh adanya penambahan kuantitas aset tetap, adanya kegiatan perluasan atau peningkatan mutu aset tetap. Sebaliknya, penurunan besarnya beban penyusutan pada suatu periode akuntansi dikarenakan adanya penghentian penggunaan aset tetap yang dimiliki perusahaan.
32
9 Lisa Ayu Arini (2015)
Analisis Kebijakan Metode Penyusutan Aset Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Perkebunan Nusantara X (Studi Kasus PG. Pesantren Baru Kediri).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode yang paling efektif dalam memaksimalkan laba perusahaan adalah metode penyusutan garis lurus.
10
Eni Srihastuti (2014)
Evaluasi penerapan Metode Penyusutan Asset tetap dan Pengaruhnya terhadap Laba Perusahaan Kacang Shanghai Panda Tulungagung
Dari hasil analisis disimpulkan bahwa terdapat perbedaan perhitungan penyusutan asset tetap menurut perusahaan dengan yang sebenarnya. Perbedaan tersebut mengakibatkan penyajian neraca dan laporan laba rugi juga berbeda serta berpengaruh terhadap laba bersih pada perusahaan sebesar Rp345.004.228. menurut laporan laba rugi sebenarnya pada metode garis lurus tercatat laba bersih sebesar Rp306.588.488.
33
I. Kerangka Konsep
Berikut ini akan dikemukakan bagan kerangka pikir dapat dilihat melalui
gambar dibawah ini :
Gambar 2.1
Kerangka Fikir
PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar
Penyusutan aset tetap
Laba Perusahaan
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis data dapat dibagi berdasrkan sifatnya, sumbernya, cara
memperolehnya, dan waktu pengumpulanya, sedangkan sumber data adalah
salah satu perimbangan dalam memilih masalah penelitian dan subyek dari
mana data dapat diperoleh.
1. Jenis data yang digunakan oleh penulis pada peneltian ini adalah :
a. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil studi pustaka yang
hampir mencakup hampir semua data non numerik. Seperti data yang
menyangkut aset tetap yang diperoleh dari stadi pustaka.
b. Data kuantitatif yaitu berupa angka-angka yang meliputi laporan
keuangan bagian neraca.
2. Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil dari interview.
b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara seperti catatan, dokumen atau laporan perusahaan,
sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi serta literatur yang
berhubungan dengan tujuan penelitian.
35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT. Eastern Pearl Flour
Mills Makassar. Di jalan Hatta No 302 kota makassar, sulawesi selatan.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Mei 2018 sampai
dengan bulan Juni 2018. Berikut ini penyajian tabel waktu penelitiaan
C. Definisi Oprasional Variabel Dan Pengukuran
Defenisi oprasional merupakan penjelasan mengenai cara-cara tertentu
yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur construct menjadi variabel
peneltian yang dapat dituju. Oprasional variabel juga merupakan unsur
penelitian yang berfungsi memberikan arah yang jelas dalam pengukuran
variabel. Sesuai dalam perumusan masalah yang ada maka dalam penelitian
ini menggunakan dua variabel, yaitu:
1. Variabel X (metode penyusutan aset tetap)
metode yang digunakan untuk mengalokasikan biaya aset tetap
kepada suatu beban yang memperhitungkan harga perolehan, estimasi
umur, dan nilai sisa. Adapun metode yanng digunakan dalam
penyusutana aset tetap yaitu metode garis lurus , saldo menurun ganda
dan metode jumlah angka tahun. Dimana metode ini di dasarkan atas
asumsi bahwa sebuah aset tetap akan menurun kegunaanya dengan
memilihki perbedaan dan dapat di dibandingkan bahwa metode apa yang
baik untuk digunakan seharusnya dalam perusahaan. Adapun asumsi
dari ketiga metode ini yaitu:
36
a. Metode Garis Lurus
model metode garis lurus cukup sederhana. Metode ini
menghubungkan alokasi biaya dengan berlaunya waktu dan
mengakui pembebanan priodik yang sama sepanjang umur aset.
Rumus =Harga Perolehan− Estimasi Nilai Residu
Estimasi Masa Manfaat
𝐴𝑡𝑎𝑢
D = C−Sn
Dalam persentase = 100 %n
= d %
D = Beban penyusutan (depreciation)
C = Harga perolehan
𝑆 = Salvage value (nilai residu)
n = Useful life atau estimasi masa manfaat
b. Metode jumlah angka tahun
Perhitunganya dilakukan dengan mengalihkan suatu seri pecahan
ke nilai perolehan aset yang dapat di susutkan. Besarnya nilai
perolehan aset yang dapat disusutkan adalah selisi antara harga
perolehan aset dengan estimasi nilai residunya.
Unsur pembilang dari pecahan ini merupakan angka tahun yang
diurutkan secara berlawanan ( dengan kata lain mencerminkan
banyaknya tahun dari umur ekonomis yang masih tersisa pada awal
tahun bersangkutan), sedangkan umur penyebut dari pecahaan di
peroleh dengan cara menjumlahkan seluruh angka tahun dari umur
37
ekonomis aset, atau dapat pula dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut: ( variabel n yang dimaksud dalam rumus ini
adalah lamanya estimasi masa manfaat aset).
𝑛 =(𝑛 + 1 )
2
c. Metode Saldo Menurun ganda
Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan priodik yang
menurun selama estimasi umur ekonomis aset. Jadi, metode ini pada
hakikatnya sama dengan metode jumlah angka tahun dimana
besarnya beban penyusutan akan menurun setiap tahunya. Beban
penyusutan priodik dihitung dengan cara mengalihkan suatu tarif
prosentase (konstan) kenilai buku aset yang kian menurun. Besarnya
tarif penyusutan yang umum dipake adalah dua kali tarif penyusutan
garis lurus sehingga dinamakan sebagai metode saldo menurun. Aset
tetap dengan estimasi masa manfaat lima tahun akan memiliki tarif
penyusutan garis lurus 20% dan tarif penyusutan saldo menurun 40%,
sedangkan aset tetap dengan estimasi masa manfaat sepuluh tahun
akan memiliki tarif penyusutsn garis lurus 10%, dan tarif penyusutan
saldo menurun 20%, dan seterusnya.
2. Variabel Y (laba perusahaan)
selisih antara seluruh pendapatan (revenue) dan beban (expense)
yang terjadi dalam suatu periode akuntansi. Dalam laporan rugi laba,
depresiasi dan biaya pemeliharaan merupakan salah satu komponen
biaya yang cukup tinggi, karena semakin tinggi biaya depresiasi maka
laba akan smakin berkurang dan begitupun sebaiknya.
38
Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa laba adalah selisi antara seluruh
pendapatan dan beban yang terjadi dalam satu priode akuntansi. Laba
juga merupakan keuntungan yang layak diterima oleh perusahaan karena
perusahaan telah melakukan pengorbanan untuk kepentingan
perusahaan. Dimana informasi laba diperlukan untuk mengetahui
konstribusi produk dalam menutupi non produksi.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai karaktristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun populasi yang
diambil oleh penulis adalah laporan keuangan neraca.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Adapun penentuan jumlah sample yang akan diolah
dari jumlah populasi, maka harus dilakukan dengan tehnik pengambilan
sampling yang tepat. Untuk penentuan sampling tehnik yang digunakan
sesuai dengan judul penulis yaitu aset tetap.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan adalah cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan data dan informasi lainya yang diperlukan dalam penelitian.
Dalam penulisan ini, metode pengumpulan data yang penulis tempuh adalah
sebagai berikut:
39
1. Observasi
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan atau
peninjauan secara langsung pada obyek penelitian yakni PT. Eastern
Pearl Flour Mills Makassar. untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan dan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan
sehubungan dengan penelitian ini.
2. Interview
Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan wawancara atau tanya
jawab secara langsung dengan pimpinan perusahaan atas nama Bapak
Irfan selaku manajemer di perusahaan PT. Eastren Pearl Flour Mills
Makassar yang ada hubungannya dengan penyusutan aset tetap
khususnya pada bagian akuntansi, yang ada kaitannya dengan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan
adalah dokumentasi yaitu data yang di peroleh seperti : laporan
keuangan, dan laba rugi
F. Tehnik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang berdasarkan data yang dikumpulkan
selama penelitian secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat dari
objek yang di teliti dengan menggabungkan antara variabel yang terlibat di
dalamnya, kemudian diinterprestasikan berdasarkan teori-teori dan literatur
yangsalingberhubungan
40
40
BAB IV
A. Sejarah PT.Eastern Pearl Flour Mills
Pabrik tepung terigu di Makassar didirikan pada tahun 1972 dengan status
PMA (Penanaman Modal Asing) dengan nama PT. Prima Indonesia sampai
dengan tahun 1984. Kemudian tahun 1984 menjadi PMDN (Penanaman Modal
Dalam Negeri) dengan nama PT. Berdikari Sari Utama Flour Mills, yang
beralamat di Jalan Hatta no 302 dan jalan Nusantara Baru no 36 Makassar.
Namun sejak tahun 2000. PT. Eastern Pearl Flour Mills diambil alih oleh investor
asing Interflour Group yang berkantor pusat di Swiss kemudian terakhir tahun
2004 berganti nama menjadi PT. Eastern Pearl Flour Mills.
Produk utama PT. Eastern Pearl Flour Mills Makassar ada empat merek
terigu yaitu merek Gunung, Kompas, Gerbang dan Gatotkaca, semua terigu
yang dihasilkan merupakan kualitas utama.Tetapi biasanya dalam
penggunaannya terdapat spesifikasi penggunaan yang berbeda.
Untuk memuaskan konsumen terigu, dalam mendapatkan terigu dengan
mudah didirikan gudang-gudang terigu di beberapa ibu kota provinsi, seperti
Samarinda, Banjarmasin, Manado, Lombok, Gorontalo dan Kupang. Untuk
menyebarluaskan pengetahuan pembuatan roti didirikan Pusat Pelatihan Bakery
(Baking School) di setiap kota yang memiliki gudang terigu PT. Eastern Pearl
Flour Mills. Total kapasitas penggilingan gandum pada pabrik sebesar 2.800
41
ton/hari. Dengan bahan baku pokok adalah biji gandum. Biji gandum diimpor
dari Australia, Kanada, Amerika Serikat dan Argentina.
Adapun Fasilitas Pabrik PT. Eastern Pearl Flour Mills sebagai berikut :
1. Unit milling
2. Penerimaan gandum
3. Silo gandum
4. Silo tepung dan packing produk dan by produk
5. Pelletizing (penggilingan dedak yang diolah menjadi pakanternak)
6. Gudang tepung dan pellet silo
7. Energi meliputi listrik dan air
8. Laboratorium
9. Kantor seaside and cityside
10. Fasilitas lainnya
Adapun fasilitas lain yang dimiliki oleh PT. Eastern Pearl Flour Mills selain
tersebut di atas, yaitu: workshop, masjid, mushola, koperasi, toko koperasi,
kantor serikat pekerja, kantin, dan poliklinik.
42
B. Visi Dan Misi Perusahaan
1. Visi EPFM
“Menjadi perusahaan penghasil tepung terigu kelas dunia yang
memberikan mutu yang konsisten, untuk memenuhi kepuasaan pelanggan”.
Misi EPFM
“Berkomitmen penuh terhadap produk yang berkualitas dan pelayanan
yang memuaskan melalui penerapan sistem pengendalian manajemen yang
baik”.
C. Struktur Organisasi PT. Eatern Pearl Flour Mills
Struktur organisasi perusahaan pada dasarnya memperlihatkan hubungan
antara wewenang, tanggung jawab, tugas dan kedudukan para personel dalam
perusahaan.Struktur organisasi juga dimaksudkan sebagai alat kontrol serta
pengawasan bahkan dapat menciptakan persatuan dan dinamika suatu
perusahaan.
1. Job decriptionPT. EasternPearl Flour Mills Makassar
Dengan melihat struktur organisasi perusahaan tersebut di atas, maka dapat
diuraikan tugas dan tanggung jawab dari beberapa bagian yang bertanggung
jawab secara langsung dengan proses produksi dan pengendalian mutu dari
struktur tersebut:
a. Production Development Quality Control Manager (PDQC)
Merencanakan, mengkoordinasikan, memastikan seluruh fungsi dan
tanggung jawab PDQC berjalan secara efektif yang mencakup dari
43
gandum yang masuk sampai produk tepung terigu siap
dikirim.Memastikan semua produk tepung terigu yang keluar dari pabrik
memenuhi kriteria kualitas sesuai dengan peruntukkannya. Menentukan
gandum yang akan digiling tepat sesuai dengan ketersediaan gandum
yang ada.
b. Production Manager
Merencanakan, mengkoordinasikan, mengarahkan serta mengendalikan
semua kegiatan dalam departemen produksi, seperti proses cleaning dan
milling. Membuat prosedur untuk program pelaksanaan pekerjaan,
memastikan kelancaran dan efisiensi semua jenis pekerjaan di
departemen produksi.Memastikan sanitasi dan hygiene terhadap mesin
dan peralatan produksi.
c. Shipping Manager
Mengkoordinasikan dan mengontrol harian kegiatan shipping, loading dan
unloading untuk incoming raw material dan pengisian di silo.Mendukung
dan melaksanakan semua cakupan ISO 9.000–22.000.
d. Quality Assurance
Tugas utama Quality Assurance Manager adalah mengkoordinasikan
pengembang aktivitas jaminan mutu di PT. Eastern Pearl Flour Mills.
Bertanggung jawab atas kebenaran hasil audit yang objektif. Bertanggung
jawab terhadap implementasi process control system di lapangan.
Memonitor kontraktor untuk semua proses sertifikasi dan memelihara
hubungan baik dengan external auditor
44
e. Packing-Warehouse
Manager Merencanakan produksi harian, pengambilan material,
mengontrol jalannya produksi, dan kebersihan pada area flour packing
serta menganalisa hasil produksi. Memastikan pencapaian hasil produksi
sesuai dengan target yang telah direncanakan setiap bulan dan
memastikan bahwa dalam pengoperasian mesin- mesin pendukung selalu
dalam keadaan normal dan sesuai dengan batas toleransi yang diizinkan
untuk pencapaian hasil produksi yang maksimal.
D. Prosedur dan Kebijakan Akuntansi Aset Tetap pada PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar
Sistem akuntansi adalah serangkaian prosedur manual maupun yang
terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
sampai dengan pelaporan posisi keuangan. Aset tetap (fixed asset) adalah aset
yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu,
yang digunakan dalam operasi entitas, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
rangka kegiatan normal entitas dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.
Aset tetap adalah harta kekayaan atau sumber daya entitas bisnis
(perusahaan) yang diperoleh serta dikuasai dari hasil kegiatan ekonomi
(transaksi) pada masa yang lalu. aset tetap diguanakan dalam menjalankan
aktivitas operasional usaha entitas bisnis guna menghasilkan barang atau jasa.
dalam menghasilkan barang dan jasa, peranan aset tetap sangat signifikan.
misalnya tanah/lahan dan banguan tempat produksi, mesin dan berbagai
45
peralatan lainnya yang digunakan sebagai alat produksi dan yang lainnya.
Sedangkan menurut PSAK 16 (2015)menuturkan bahwa aset tetap ialah
Aset yang berwujud yang didapat/diperoleh dengan kondisi siap pakai ataupun
dibangun terlebih dahulu dan dipakai dalam aktivitas operasi entitas binis, tidak
ditujukan dijual kembali dlam rangka aktivitas normal perusahaan serta memiliki
manfaat ekonomi lebih dari satu tahun buku (lebih dari satu periode).
Karakteristik aset tetap sebagai berikut:
1. Milik perusahaan
2. Digunakan untuk aktivitas perusahaan
3. Tidak dimaksudkan untuk dijual
4. Masa manfaat lebih dari satu tahun
5. Harga perolehan berada di atas jumlah minimal yang ditetapkan oleh direksi
dan harta pemisahaan yang jumlahnya cukup besar sehingga diperlukan suatu
sistem administrasi yang baik dalam pengelolaan dan pemakaiannya.
Praktek akuntansi aset tetap pada PT. Eastern Pearl Four Mills
Makassar pada dasarnya masih secara bertahap mengalami penyempurnaan-
penyempurnaa dari bagian keuangan PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar.
Adapun prosedur diuraikan sebagai berikut:
1. Tanah
a. Klasifikasi
Tanah yang, dikelompokkan sebagai aset tetap adalah tanah yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional PT.
Eastern Pearl Four Mills Makassar dan dalam kondisi siap dipakai. Mapping
46
PMK No.29/PMK.06/2010 ke Perkiraan-perkiraan Aset Tetap berupa Tanah
dalam Neraca.
b. Pengakuan Tanah
Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah
terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum
seperti sertifikat tanah. Apabila perolehan tanah belum didukung dengan
bukti secara hukum maka tanah tersebut harus diakui pada saat terdapat
bukti bahwa penguasaannya telah berpindah, misalnya telah terjadi
pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik
sebelumnya.
c. Pengukuran Tanah
Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga
pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam
rangka memperoleh hak, biaya dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai
tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang
terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua tersebut
dimaksudkan untuk dimusnahkan.Apabila penilaian tanah dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan .maka nilai tanah
didasarkan pada nilai wajar/harga taksiran padasaat perolehan.
2. Gedung dan Bangunan
a. Klasifikasi
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang
dibeli atau dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
47
operasional perusahaan dan dalam kondisi siap dipakai.
b. Pengakuan Gedung dan Bangunan
Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari pembelian diakui/dicatat pada
periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah
belanja modal yang dikeluarkan sampai dengan aset tersebut siap
digunakan, sedangkan Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari donasi
dicatat diakui pada saat Gedung dan Bangunan tersebut diterima dan hak
kepemilikannya berpindah berdasarkan berita acara serah terima
donasi/hibah.
Pengakuan atas Gedung dan Bangunan berdasarkan jenis
transaksinya meliputi:
1) Penambahan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan yang
disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya
penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan
Gedung dan Bangunan tersebut.
2) Pengembangan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan
karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa
manfaat, peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya
pengoperasian.
3) Pengurangan adalah penurunan nilai Gedung dan Bangunan
dikarenakan berkl,Jrangnyakuantitasaset tersebut.
c. Pengukuran Gedung dan Bangunan
Gedung dan Bangunan diukur dari penilaian/pencatatan sebesar biaya
48
perolehan, Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan
biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai asset tetap didasarkan
pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.
Biaya perolehan Gedung. dan Bangunan yang dibangun dengan
cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku,
dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan,
perlengkapan;tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang
terjadi berk~naan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan meliputi
nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, serta
jasa konsultan.
3. Peralatan dan Mesin
a. Klasifikasi
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya signifikan dan masa
manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
Wujud fisik peralatan dan Mesin bisa meliputi: Alat Besar, Alat Angkutan,
Alat Bengkel dan Alat Ukur, Alat Pertanian, Alat Kantor dan Rumah Tangga,
Alat Studio, Komunikasi dan Pemancar, Alat Kedokteran dan Kesehatan,
Alat Laboratorium, Alat Persenjataan, Komputer, Alat Eksplorasi, Alat
Pemboran, Alat Produksi, Pengolahan dan Pemurnian, Alat Bantu
Eksplorasi, Alat Keselamatan Kerja, Alat Peraga, serta Unit
Proses/Produksi.
49
b. Pengakuan Peralatan dan Mesin
Peralatan dan Mesin yang,diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode
akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja
modal yang diakui untuk aset tersebut. Peralatan dan Mesin yang diperoleh
dari donasi diakui pada saat Peralatan dan Mesin tersebut diterima dan hak
kepemilikannya berpindah.
Pengakuan atas Peralatan dan Mesin ditentukan jenis transaksinya
meliputi:
1) Penambahan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin yang
disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya
penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan
peralatan dan mesin tersebut.
2) Pengembangan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin karena
peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat,
peningkatan efisiensiensi dan penurunan biaya pengoperasian.
3) Pengurangan adalah penurunan nilai Peralatan dan Mesin dikarenakan
berkurangnya kuantitas aset tersebut.
c. Pengukuran Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin diukur sebesar biaya perolehanya yang
menggambarkan seluruh jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk
memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya
perolehan atas Peralatan dan Mesin yang berasal dari pembelian meliputi
harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung
50
lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan
mesin tersebut siap digunakan.
Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui
kontrak meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya
perizinan dan jasa konsultan. Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang
dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga
kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan
dan pengawasan, perlengkapan, tenaga Iistrik, sewa peralatan, dan semua
biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan Peralatan dan
Mesin tersebut.
E. Penerapan Akuntansi Aset Tetap pada PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar
1. Pengakuan Aset Tetap pada PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar
PT. Eastern Pearl FourMills Makassar mengklasifikasikan aset tetap nya
kedalam 3 kategori yaitu : Bangunan, inventaris kantor, dan sparepart. PT.
Eastern Pearl Four Mills Makassar mengakui aset sebagai aset yang dimiliki
dengan ketentuan yaitu:
a. Aset yang dimiliki atau yang diperoleh adalah aset yang memiliki masa
manfaat dan memberikan manfaat ekonomis lebih dari satu periode, dan
mampu mendukung kegiatan operasional perusahaan. Manfaat ekonomis
ditentukan menurut kebijakan PT. Eastern PearlFourMills Makassar sendiri
yang dalam penentuannya didasari oleh nilai dan penggunaan Aset Tetap.
b. Biaya perolehan aset tetap yang dapat diukur secara handal, karena ada
51
dokumen atau catatan pendukung atas perolehan aset tetap.
Dalam hal ini, pengakuan atas aset tetap pada PT. Eastern Pearl Four Mills
Makassar sudah baik, dengan kata lain tidak menyimpang dari PSAK No.16.
(2015) Aset tetap yang ada pada PT. Eastern Pearl Four Mills Makassardiperoleh
dengan berbagai cara yang penilaian dari aset tetap tersebut akan dijelaskan di
bawah ini
Tabel 4.1
Pengakuan Aset Tetap oleh PT. Eastern Pearl Four Mills Makassardengan
Pengakuan Aset Tetap
No PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar
1 Mengakui aset sebagai aset yang dimiliki dengan ketentuan aset yang dimiliki atau diperoleh adalah aset yang memiliki masa manfaat dan yang memberikan manfaat dan perusahaan. mampu mendukung kegiatan operasional ekonomis lebih dari satu periode.
2 Biaya perolehan aset tetap yang dimiliki PT. Eastern Pearl Four MillsMakassar dapat diukur secara handal, karena ada dokumen atau catatan pendukung atas perolehan aset tetap.
2. Penyusutan
Perusahaan menerapkan kebijakan penyusutan yang ditentukan dari
manajemen PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar sendiri. Ada tarif penyusutan
yang juga ditentukan olehPT. Eastern Pearl Four Mills Makassar sendiri, 10%
untuk aset tetap yang memiliki umur manfaat 10 - 30 tahun dan 25% untuk aset
52
tetap yang memiliki umur manfaat 5 - 8 tahun. Perhitungan penyusutan dilakukan
tiap setahun sekali. Perhitungan penyusutannya dilakukan dengan cara
mengalikan tarif penyusutan dengan harga perolehan untuk tahun pertama dan
untuk tahun selanjutnya mengalikan tarif penyusutan dengan nilai buku.
Perusahaan melakukan pencatatan penyusutan bangunan pada bulan Desember
tahun 2017 dengan jurnal :
Beban penyusutan Bangunan Rp 224.394.113.996
Akumulasi penyusutan bangunan Rp 22.439.411.400
Hal ini belum sesuai dengan PSAK No 16(2015), karena menurut PSAK
No 16(2015) ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam menghitung
penyusutan. Dibawah ini penulis akan menggunakan salah satu metode
penyusutan yang sesuai PSAK No 16 (2015)yaitu metode garis lurus.
Beban Penyusutan = Harga perolehan− nilai sisa
umur manfaat
Beban Penyusutan bangunan =224.394.113.996 − 0
20
Beban Penyusutan bangunan = 11.219.705.700
Jadi pencatatan yang seharusnya di tahun 2017 adalah :
Beban penyusutan bangunan Rp 𝟏𝟏.𝟐𝟏𝟗.𝟕𝟎𝟓.𝟕𝟎𝟎
Akumulasi penyusutan bangunan Rp 𝟏𝟏.𝟐𝟏𝟗.𝟕𝟎𝟓.𝟕𝟎𝟎
53
Tabel 4.2 Penyusutan Aset Tetap olehPT. Eastern Pearl Four Mills Makassar
No PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar 1 Setiap aset tetap yang dimiliki PT. Eastern Pearl Four
MillsMakassarakan disusutkan berdasarkan kebijakan. 2 Penyusutan aset tetap dilakukan berdasarkan manfaat aset tetap yang
bersangkutan. 3 PT. Eastern Pearl Four Millstidak ada menggunakan metode penyusutan
akuntansi, kebijakan penyusutannya hanya dengan mengalikan 10%
(untuk umur manfaat 10 – 30 tahun) dengan harga perolehan untuk
tahun pertama dan selanjutnya tariff dikalikan dengan nilai buku dan 25%
(untuk umur manfaat 5 – 8 tahun). 3. Penghentian dan pelepasan
PT. Eastern Pearl Four Mills Makassarbelum pernah menjual aset tetap
yang dimilikinya dan belum pernah melakukan pertukaran aset dalam bentuk
apapun semenjak perusahaan didirikan, baik pertukaran sejenis maupun tidak
sejenis serta belum membuat kebijakan terkait pada pertukaran aset tetap. Aset
tetapPT. Eastern Pearl Four Mills Makassardihapuskan dari neraca bila aset telah
disusutkan sepenuhnya dan bila aset yang dimiliki rusak berat, akan dihentikan
juga penggunaannya meskipun aset tersebut belum disusutkan secara penuh.
PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar mangakui keuntungan dan
kerugian yang terjadi atas penghentian aset tetapnya. Pada tanggal 21 Desember
2017, perusahaan menghentikan asetnya berupa satu mesin olah dengan tahun
perolehan 2010 yang mengalami kerusakan pada alat sparepart mesin olah nya
dengan posisi sebagai spareparet Rp 1.288.545.975 dan belum disusutkan
54
secara penuh, dimana akumulasi penyusutan Rp 1.288.545.975. PT.
EasternPearl Four Mills mencatatnya:
Akumulasi penyusutan sparepart mesin olah Rp 231.938.275.5
Rugi karena diperbaiki Rp 128.854.597.5
Inventaris sparepart mesin Rp. 927.753.102
Berdasarkan pencatatan diatas, perusahaan telah melakukan
penghentian aset tetap sesuai dengan PSAK No.16 (2015)
Tabel 4.3
Penghentian dan Pelepasan atas Aset Tetap oleh
PT. Eastern Pearl Four Mills
No PT. Eastern Pearl Four Mills 1 Aset tetap PT. Eastern Pearl Four Mills dihapuskan dari neraca bila aset
telah disusutkan sepenuhnya dan bila aset yang dimiliki rusak berat,
akan dihentikan juga penggunaannya meskipun aset tersebut belum
disusutkan secara penuh. 2 PT. Eastern Pearl Four Millsmengakui adanya keuntungan dan
kerugian yang timbul dari penghentian aset tetap yang dilakukan
dengan cara diapker/dibiarkan. 3 Pelepasan aset dilakukan dengan cara di apker/ di biarkan.
4. Penyajian aset tetap dalam laporan keuangan
PT. Eastern Pearl Four Millsmenyajikan posisi aset tetap di neraca
secara terpisah seperti : bangunan, inventaris kantor, dan sparepart. Nilai aset
tetap yang disajikan pada neraca merupakan nilai bersih atas aset - aset tetap
55
tersebut pada tahun pelaporan, yakni setelah harga perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan.
PT. Eastern Pearl Four Mills telah menyajikan posisi aset tetapnya
dengan benar, hanya perusahaan tidak menyajikan terpisah antara nilai
perolehan dan akumulasi penyusutan, sehingga tidak dapat dilihat langsung
berapa nilai perolehan dan akumulasi penyusutan untuk masing - masing
kelompok aset tetap. Perusahaan menyajikan aset tetap pada neraca sebagai
berikut:
Aset Tetap Bangunan Rp.224.394.113.996
Akumulasi Penyusutan Bangunan (Rp. 22.439.411.400)
Rp. 201.954.702.596
Mesin olah Rp. 4.251.957.351.
Akumulasi Penyusutan sparepart mesin (Rp. 425.195.735.1)
Rp 3.826.761.616
Total nilai tercatat aset tetap Rp.205.781.464.2
Tabel 4.4
Penyajian Aset Tetap pada Neraca oleh PT. Eastern Pearl Four Mills
No PT. Eastern Pearl Four Mills 1 Nilai aset tetap yang disajikan pada neraca adalah nilai bersih
atas aset-aset tetap tersebut pada tahun pelaporan, yakni setelah
harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.
2 Di dalam penyajian aset tetap pada neraca, PT. Eastern
PearlFour Mills menyajikannya secara terpisah
56
Berdasarkan uraian diatas maka diperoleh bahwa:
1. PT. Eastern Pearl Four Mills dalam pengukuran awalnya dimana biaya-biaya
yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan aset tetap sampai siap
digunakan, tidak dikapitalisasi sebagai harga perolehan aset tetap yang
bersangkutan. Tetapi hanya untuk beberapa aset tetapnya yang dibeli secara
tunai.
2. Pada pengeluaran setelah perolehan, kebijakan yang dilakukan oleh
perusahaan belum menerapkan kebijaksanaan kapitalisasi terhadap biaya-
biaya yang dikeluarkan selama penggunaan aset tetap yang jelas dapat
menambah umur ekonomis aset tetap atau dapat memberikan manfaat lebih
dari satu periode akuntansi.
3. Kebijakan penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan dimana perhitungan
penyusutannya tidak menggunakan salah satu metode penyusutan yang
terdapat dalam PSAK No 16(2015), Perusahaan menerapkan kebijakan
penyusutan yang ditentukan dari manajemen perusahaan. Tarif penyusutan
yang juga ditentukan oleh PT. Eastern Pearl Four Mills, 10% untuk aset tetap
yang memiliki umur manfaat 10 - 30 tahun dan 25% untuk aset tetap yang
memiliki umur manfaat 5-8 tahun. Perhitungan penyusutan dilakukan tiap
setahun sekali.
4. PT. Eastern Pearl Four Mills melakukan penyajian aset tetap pada laporan
keuangan perusahaan. nilai aset tetap yang disajikan pada neraca tidak
disajikan terpisah antara nilai perolehan dengan akumulasi penyusutannya.
57
Tabel 4.5
Daftar Aset Tetap PT. Eastern Pearl Four Mills
No Jenis Aset Masa Manfaat (Tahun) 1 Tanah 2 Peralatan dan Mesin kelompok 1 s/d 5 kelompok 2 5 s/d 10 kelompok 3 10 s/d 15 kelompok 4 20 3 Kendaraan Roda 2 s/d 5 Diatas roda dua 5 s/d 10 4 Aset tetap Lainnya s/d 5 5 Aset Tak berwujud s/d 10
F. Pengaruh Penerapan Metode Penyusutan Aset Tetap terhadap Laba
Perusahaan pada PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar
PT. Eastern Pearl Four MillsMakassar mengklasifikasikan aset tetap
berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu
dan aset tersebut digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
. Adapun metode penyusutan yang digunakan oleh PT. Eastern Pearl
Four Mills Makassar adalah metode garis lurus yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
58
Tabel 4.6
Metode Garis Lurus di Gunakan Perusahaan
Uraian Harga perolehan Tarif
Penyusutan
Masa Manfaat Biaya Penyusutan
Gedung/bangunan 224,394,113,996 5% 5-20 Tahun 11,219,705,700
Mesin peralatan dan perlengkapan 4,251,957,351 5% 5-20 Tahun 425,195,735.10
Jalan, irigasi, dan jaringan 13,332,570,611 5% 5-10 Tahun 1,333,257,061
Aset lainnya 925,881,682 5% 1-5 Tahun 185,176,336.40
Jumlah 242,904,523,640 13,163,334,833
Sumber: Laporan Keuangan PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar
Berdasarkan hal tersebut aset tetap yang dimiliki oleh PT. Eastern Pearl
Four MillsMakassar adalah sebagai berikut:
1. Gedung/ Bangunan
2. Mesin Peralatan dan Perlengkapan
3. Jalan, irigasi, dan jaringan
4. Aset lainnya
Metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan adalah metode
penyusutan garis lurus.Berikut adalah perhitungan biaya penyusutan aset tetap
perusahaan untuk tahun 2015 sampai dengan 2017. Untuk memperoleh nilai
yang seragam dan mempermudah analisis ini penulis menggunakan posisi
laporan keuangan perusahaan tahun 2015 dengan asumsi nilai aset tahun
2016 merupakan nilai perolehan dan nilai aset selanjutnya merupakan nilai buku.
59
1. Metode garis lurus Aset tetap
Model metode garis lurus cukup sederhana. Metode ini menghubungkan
alokasi biaya dengan beralalunya waktu dan mengakui pembebanan periodic
yang sama sepanjang umur aset. Asumsi yang mendasari metode garis lurus ini
adalah bahwa aset yang bersangkutan akan memberikan manfaat yang sama
untuk setiap periodenya sepanjang umur aset, dan pembebanannya tidak
dipengaruhi oleh perubahan produktifitas maupun efisiensi aset. Estimasi umur
ekonomis dibuat dalam periode bulanan atau tahunan. Selisih antara harga
perolehan aset dengan nilai residunya dibagi dengan masa manfaat aset akan
menghasilkan beban penyusutan periodic.
Hasil perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode garis
lurus akan dianggap tepat (layak) hanya jika asumsi-asumsi berikut ini terpenuhi,
yaitu: beban perbaikan dan pemeliharaan tetap konstan sepanjang umur aset,
tingkat efisiensi operasi aset pada periode berjalan sama baiknya dengan
periode-periode sebelumnya, pendapatan (arus kas bersih) yang bisa dicapai
dengan mempergunakan aset tersebut jumlahnya tetap konstan selama tahun-
tahun umur aset, dan semua estimasi yang diperluka termasuk estimasi masa
manfaat diprediksi dengan tingkat kepastian yang memadai.
Namun, karena adanya ketidakpastian dari sebagian besar factor tersebut
diatas, maka untuk menemukan suatu metode penyusutan yang dapat
menampung bebagai factor tersebut merupakan suatu hal yang sulit. Oleh karena
itu, metode garis lurus seringkali diasumsikan sama akuratnya dengan metode
lain. Selain itu, metode garis lurus dianggap cukup mudah untuk dilaksanakan
60
Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan
periodic dapat dihitung sebagai berikut:
Depresiasi =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑎𝑡𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑒𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛
Tarif penyusutan =100%
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑒𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛
a. Bangunan
Harga perolehan : Rp. 224.394.113.996
Nilai Sisa : Rp. 22.439.411.400
Masa Manfaat : 20 tahun
Tariff penyusutan : 5%
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
:(Rp. 224.394.113.996-Rp22.439.411.400)/20
:Rp. 11.219.705.700
Tabel 4.7 Penyusutan Aset Tetap Gedung/Bangunan dengan menggunakan
MetodeGaris Lurus (Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan Tarif
Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
2015 224.394.113.996 5% 11.219.705.700 11.219.705.700 213.174.408.296
2016 213.174.408.296 5% 10.658.720.415 21.878.426.115 202.515.687.881
2017 202.515.687.881 5% 10.125.784.394 32.00.210.509 192.389.903.487 Sumber: Hasil olahan 2018
61
Biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus untuk
gedung/bangunan PT. Eastern Pearl Four Millssetiap tahun sebesar
Rp11.219.705.700,-. Sehingga diperoleh tarif penyusutan sebesar 5%.
b. Peralatan dan Mesin
Harga perolehan : Rp. 4.251.957.351
Nilai Sisa : Rp. 425.195.735.1
Masa Manfaat : 5 s/d 10 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
:(Rp. 4.251.957.351-Rp.425.195.735.1)/10
:Rp. 425.195.735.1
Tabel 4.8 Penyusutan Aset Peralatan dan Mesin dengan menggunakan Metode
Garis Lurus (Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan Tarif Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
2015 4.251.957.351 10% 425.195.735.1 425.195.735.1 3.826.761.616
2016 3.826.761.616 10% 382.676.161.6 807.871.896.7 3.444.085.454
2017 3.444.085.454 10% 344.408.545.4 1.152.280.442 3.099.676.909
Sumber: Hasil olahan 2018
Biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus untuk peralatan
dan mesin PT. Eastern Pearl Four Millssetiap tahun sebesar Rp425.195.735.1,-.
Sehingga diperoleh tarif penyusutan sebesar 10%.
c. Jalan , Irigasi, dan Jaringan
62
Harga perolehan : Rp. 13.332.570.611
Nilai Sisa : Rp. 11.999.313.550
Masa Manfaat : 5 s/d 10 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
:(Rp. 13.332.570.611-Rp11.999.313.550)/10
:Rp. 1.333.257.061
Tabel 4.9 Penyusutan Aset jalan, irigasi, dan jaringan dengan menggunakan
Metode Garis Lurus (Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan Tarif Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun
(Rp)
2015 13.332.570.611 10% 1.333.257.061 1.333.257.061 11.999.313.550
2016 11.999.313.550 10% 1.199.931.355 2.533.188.416 10.799.382.195
2017 10.799.382.195 10% 1.079.938.219 3.613.126.636 9.719.443.975
Sumber: Hasil olahan 2018
Biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus untuk jalan,
irigasi, dan jaringan PT. Eastern Pearl Four Mills setiap tahun sebesar
Rp1.333.257.061,-. Sehingga diperoleh tarif penyusutan sebesar 10%.
d. Aset Lainnya
Harga perolehan : Rp. 925.881.682
Nilai Sisa : Rp. 92,588,168.2
63
Masa Manfaat : 1 s/d 5 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
:(Rp. 925.881.682-Rp92,588,168.2)/5
:Rp. 185.176.336.4
Tabel 4.10 Penyusutan Aset lainnya dengan menggunakan Metode Garis Lurus
(Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan
Tarif Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun
(Rp) 2015 925.881.682 20% 185.176.336.4 185.176.336.4 740.705.346 2016 740.705.346 20% 148.141.069.1 333.317.405.5 592.564.276 2017 592.564.276 20% 118.512.855.3 451.830.260.8 474.051.421
Sumber: Hasil olahan 2018
Biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus untuk aset
lainnya PT. Eastern Pearl Four Mills setiap tahun sebesar Rp185.176.336.4,-.
Sehingga diperoleh tarif penyusutan sebesar 20%.
2. Metode Saldo menurun Ganda
Metode menurun ganda disebut juga metode Double Declining Balance
Methode, menurut metode ini maka penyusutan aset tetap ditentukan
berdasarkan persentase tertentu yang dihitung dari harga buku pada tahun yang
bersangkutan.Persentase penyusutan dapat dicari atau dihitung dengan
mengalikan persentase penyusutan dengan metode garis lurus dengan angka 2
(dua). Dengan ungkapan lain persentase penyusutan besarnya 2x Persentase
atau tarif penyusutan metode garis lurus.
64
Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan periodic yang menurun
selama estimasi umur ekonomis aset. Jadi, metode ini pada hakikatnya sama
dengan metode jumlah angka tahun dimana besarnya beban penyusutan akan
menurun setiap tahunnya. Beban penyusutan periodic dihitung dengan cara
mengalikan suatu tariff persentase (konstan) ke nilai buku aset yang kian
menurun. Besarnya tariff penyusutan yang umum dipakai adalah dua kali tariff
penyusutan garis lurus, sehingga dinamakan sebagai metode saldo menurun
ganda. Aset tetap dengan estimasi masa manfaat 5 tahun akan memiliki tariff
penyusutan garis lurus 20% dan tariff penyusutan saldo menurun ganda 40%,
sedangkan aset tetap dengan estimasi masa manfaat 10 tahun akan memiliki
tariff penyusutan garis lurus 10% dan tariff penyusutan saldo menurun ganda
20%, dan seterusnya.
Dengan metode saldo menurun ganda, besarnya estimasi nilai residu tidak
digunakan dalam perhitungan, dan penyusutan tidak akan dilanjutkan apabila
nilai buku aset telah sama atau mendekati estimasi nilai residunya. Besarnya
penyusutan untuk tahun terakhir dari umur ekonomis aset harus disesuaikan agar
supaya nilai buku diakhir masa manfaat aset tetap tersebut mencerminkan
besarnya estimasi nilai residu.
Penyusutan = 2 𝑋 �100%
𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑘𝑒𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛� 𝑋 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
Berikut analisis perhitungn aset tetapmetode saldo menurun ganda pada
PT. Eastern Pearl Four Mills.
Penyusutan = 2 𝑋 �100%
20� 𝑋 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
65
Penyusutan = 2 𝑋 (5) 𝑋 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
Penyusutan = 10% 𝑋 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑢𝑘𝑢 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
a. Bangunan
Harga perolehan : Rp. 224.394.113.996
Masa Manfaat : 5 s/d 20 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
: 10% 𝑋 224.394.113.996
: 22.439.411.400
Tabel 4.11 Penyusutan Aset Tetap Gedung/Bangunan dengan menggunakan
Metode Saldo Menurun Ganda (Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan Tarif Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
2015 224.394.113.996 10% 22.439.411.400 22.429.411.400 201.954.702.596
2016 201.954.702.596 10% 20.195.470.260 42.634.881.659 181.759.232.337
2017 181.753.232.337 10% 18.175.923.234 60.810.804.893 163.583.309.103 Sumber: Hasil olahan 2018
Perhitungan metode garis lurus diperoleh tarif penyusutan untuk gedung
sebesar 5% sehingga tarif penyusutan dengan menggunakan metode saldo
menurun ganda adalah 2 kali 5% sebesar 10%.
b. Peralatan dan Mesin
Harga perolehan : Rp. 4.251.957.351
Masa Manfaat : 5 s/d 10 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
66
: 20% 𝑋 4.251.957.351
: 850,391,470.2
Tabel 4.12 Penyusutan Aset Peralatan dan Mesin dengan menggunakan Metode
Saldo Menurun Ganda (Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan Tarif Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun
(Rp) 2015 4.251.957.351 20% 850,391,470.2 850,391,470.2 3.401.565.881
2016 3.401.565.881 20% 680,313,176.2 1,530,104,646 2.721.252.705
2017 2.721.252.705 20% 544.250.540.9 2.074.922.087 2.177.002.164
Sumber: Hasil olahan 2018
Perhitungan metode garis lurus diperoleh tarif penyusutan untuk aset
peralatan dan mesin sebesar 10% sehingga tarif penyusutan dengan menggunakan
metode saldo menurun ganda adalah 2 kali 10% sebesar 20%.
67
c. Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Harga perolehan : Rp. 13.332.570.611
Masa Manfaat : 5 s/d 10 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
20% 𝑋 13.332.570.611
: 2,666,514,122
Tabel 4.13 Penyusutan Aset jalan, irigasi, dan jaringan dengan menggunakan
Metode Saldo Menurun Ganda (Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan
Tarif Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun
(Rp) 2015 13.332.570.611 20% 2,666,514,122 2,666,514,122 10.666.056.489
2016 10.666.056.489 20% 2.133.211.298 4.799.725.420 8.532.845.191
2015 8.532.845.191 20% 1.706.569.038 6.506.294.458 6.826.276.153
Sumber: Hasil olahan 2018
Perhitungan metode garis lurus diperoleh tarif penyusutan untuk gedung
sebesar 10% sehingga tarif penyusutan dengan menggunakan metode saldo
menurun ganda adalah 2 kali 10% sebesar 20%.
d. Aset Tetap Lainya Harga perolehan : Rp. 925.881.682
Masa Manfaat : 1 s/d 5 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
40% 𝑋 925.881.682
: 370,352,672.
68
Tabel 4.14
Penyusutan Aset tetap lainnya dengan menggunakan Metode Saldo Menurun Ganda
(Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan
Tarif Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun
(Rp) 2015 925.881.682 40% 370,352,672.8 370,352,672.8 555.529.009
2016 555.529.009 40% 222,211,603.7 592,564,276.5 333.317.406
2017 333.317.406 40% 133.326.962.2 725.891.238.7 199.990.443
Sumber: Hasil olahan 2018
Perhitungan metode garis lurus diperoleh tarif penyusutan untuk aset tetap
lainnya sebesar 20% sehingga tarif penyusutan dengan menggunakan metode
saldo menurun ganda adalah 2 kali 20% sebesar 40%.
3. Metode Jumlah Angka Tahun
Metode Jumlah Angka Tahun disebut juga sum of the years digit method,
Berdasarkan metode jumlah angka tahun besarnya penyusutan aset tetap tiap
tahun jumlahnya semakin menurun.
Rumus metode penyusutan aset tetap metode Jumlah angka Tahun
Penyusutan = 𝑆𝑖𝑠𝑎 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑋 (𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
− 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
Maka diperoleh:
Sisa Umur Penggunaan = umur ekonomis 20 tahun, maka pada tahun pertama
sisa umur penggunaan jumlahnya 20, tahun kedua 19 dan seterusnya.
Jumlah angka taun = umur ekonomis 20 tahun, maka jumlah angka tahun
dihitung=> 1+2+3+4+5+…..+20 = 210
69
a. Bangunan
Harga perolehan : Rp. 224.394.113.996
Nilai sisa : Rp. 22.439.411.400
Masa Manfaat : 5 s/d 20 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
: 224.394.113.996 − 22.439.411.400/20
: 21.370.868.000
Tabel 4.15 Penyusutan Aset Tetap Gedung/Bangunan dengan menggunakan
Metode Jumlah angka tahun (Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan Tarif Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
2015 224.394.113.996 20/210 213.708.680 213.708.680 224.180.405.316
2016 224.180.405.316 19/210 202.829.890.5 416.538.570.5 223.977.575.425
2017 223.977.575.425 18/210 191.980.778.9 608.519.349.5 223.785.594.647
Sumber: Hasil olahan 2018
Perhitungan menggunakan metode jumlah angka tahun nilai buku aset tetap
(gedung) menurun tiap tahunnya. Pada tahun 2015 beban penyusutan sebesar
Rp. 213.708.680 sampai pada tahun 2016 beban penyusutannya Rp.
202.829.890.5, dan tahun 2017 sebesar Rp. 191.980.778.9.
70
b. Peralatan dan Mesin
Harga perolehan : Rp. 4.251.957.351
Nilai sisa : Rp.425.195.735
Masa Manfaat : 5 s/d 10 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
: 4.251.957.351 − 425.195.735
: 382.676.162
Tabel 4.16 Penyusutan Aset Tetap Peralatan/Mesin dengan menggunakan
Metode Jumlah angka tahun (Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan Tarif Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
2015 4.251.957.351 20/210 4.049.483 4.049.483 4.247.907.868
2016 4.247.907.868 19/210 3.843.345 7.892.828 4.244.064.523
2017 4.244.064.523 18/210 3.637.769 11.530.598 4.240.426.753
Sumber: Hasil olahan 2018
Perhitungan menggunakan metode jumlah angka tahun nilai buku aset tetap
(gedung) menurun tiap tahunnya. Pada tahun 2015 beban penyusutan sebesar
Rp. 4.049.483sampai pada tahun 2016 beban penyusutannya Rp. 3.843.345, dan
tahun 2017 sebesar Rp. 3.637.769.
71
c. Jalan, irigasi, dan jaringan
Harga perolehan : Rp. 13.332.570.611
Nilai sisa : RP, 1.333.257.061
Masa Manfaat : 5 s/d 10 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
: 13.332.570.611 − 1.333.257.061
: 11.999.313.550
Tabel 4.17 Penyusutan Aset Tetap jalan, irigasi, dan jaringan dengan
menggunakan Metode Jumlah angka tahun (Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan Tarif Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
2015 13.332.570.611 20/210 12.697.686 12.697.686 13.319.872.925
2016 13.319.872.925 19/210 12.051.313 24.748.999 13.307.821.611
2017 13.907.821.611 18/210 11.406.704 36.155.704 13.296.414.907
Sumber: Hasil olahan 2018
Perhitungan menggunakan metode jumlah angka tahun nilai buku aset tetap
(gedung) menurun tiap tahunnya. Pada tahun 2015 beban penyusutan sebesar
Rp. 12.697.686 sampai pada tahun 2016 beban penyusutannya Rp. 12.051.313,
dan tahun 2017 sebesar Rp. 11.406.704.
72
d. Aset Lainnya
Harga perolehan : Rp.925.881.682
Nilai sisa : 92.288.168
Masa Manfaat : 1 s/d 5 tahun
Biaya penyusutan : (harga perolehan-nilai sisa)/masa manfaat
: 925.881.682 − 92.288.168
: 907.364.048.4
Tabel 4.18 Penyusutan Aset lainnya dengan menggunakan Metode Jumlah
angka tahun (Dalam Ribuan)
Tahun Biaya Perolehan
Tarif Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
2015 925.881.682 20/210 881.792 881.792 924.999.890
2016 924.999.890 19/210 836.904 1.718.696 924.162.985
2017 924.162.985 18/210 792.139 2.510.836 923.370.846
Sumber: Hasil olahan 2018
Perhitungan menggunakan metode jumlah angka tahun nilai buku aset tetap
(gedung) menurun tiap tahunnya. Pada tahun 2015 beban penyusutan sebesar
Rp. 881.792 sampai pada tahun 2016 beban penyusutannya Rp. 836.904, dan
tahun 2017 sebesar Rp. 792.139.
Besarnya biaya penyusutan tentunya akan sangat berpengaruh terhadap
laba perusahaan. Semakin besar biaya penyusutan perusahaan maka akan semakin
kecil laba yang didapat oleh perusahaan. Oleh karenanya metode penyusutan yang
diterapkan oleh perusahaan mempunyai pengaruh terhadap besarnya laba
perusahaan selama masa manfaat dari aset tersebut.Maka dapat dilihat
73
perbandngan antara metode yang digunakan perusahaan dengan metode yang di
buat oleh penulis adalah sebagai berikut:
Tabel 4.19 Perbandingan Metode
Metode Gedung/bangunan
2015 2016 2017
Perusahaan 11,219,705,700 10.658.720.41 5 10.125.784.394
Metode Garis Lurus 11,219,705,700 10.658.720.416 10.125.784.395 Metode saldo menurun ganda 22.439.411.400 20.195.470.260 18.175.923.234
Metode Jumlah Angka Tahun 213.708.680 202.829.890.5 191.980.778.9
Pada tahun 2015 dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus beban
penyusutan perusahaan akan lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan
penyusutansaldo menurun ganda sehingga laba kotor yang dihasilkan dengan
metode garis lurus menggunakan akan lebih besar dari pada menggunakan metode
menurun ganda begitupulah pada tahun 2015, 2016 dan 2017, laba kotor dihasilkan
perusahaan dengan menggunakan metode garis lurus lebih besar dibandingkan
menggunakan metode menurun ganda dan jika dibandingkan untuk metode angka
tahun jumlah penyusutaya lebih kecil dari jumlah penyusutan dengan perhitungan
metode menurun ganda dan garis lurus dimana dengan hasil pengunaan metode
garis lurus diperoleh laba lebih kecil dibandingkan dengan yang menggunakan
metode angka tahun dikarenakan dalam nilai beban penyusutan yang dikeluarkan
oleh metode garis lurus lebih besar dari pada beban penyusutan yang dikeluarkan
dengan metode angka tahuntetapi metode angka tahun kuran efektif dalam
memprediksi atau menutupi terjadinya pengeluaran dimasa yang akan datang.
74
Adapun besaran laba yang diperoleh dari penggunaan metode penyusutan
diperoleh bahwa dengan penggunaan penyusutan metode garis lurus dipeorleh laba
yang diuraikan sebagai berikut:
Laba usaha 31 Desember
2017 Rp 31 Desember
2016 Rp 31 Desember
2015 Rp Metode Garis Lurus 682,842,981,330 739,293,287,227 399,678,121,834 Saldo Menurun Ganda 669,842,981,330 728,451,549,889 390,786,696,073 Angka Tahun 695,938,313,354 751,463,194,775 411,138,948,457
Dari perhitungan metode persediaan perusahaan yang telah dilakukan oleh
penulis diketahui bahwa dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus
jumlah beban penyusutan akan selalu lebih kecil dari metode saldo menurun
ganda. Dan jika dibandingkan untuk metode saldo menurun ganda, jumlah
penyusutan lebih besar dari jumlah penyusutan dengan perhitungan metode jumlah
angka tahun.
Besar kecilnya jumlah penyusutan akan sangat berpengaruh pada laba
perusahaan, dengan jumlah penyusutan yang lebih kecil menggunakan metodegaris
lurus dibandingkan dengan menggunakan metode alternatif lainnya, maka jumlah
laba yang dihasilkan akan lebih besar. Dengan demikian dapat dilihatbahwa metode
angka tahun jauh lebih besar laba diperolah daripada saldso menurun dan meode garis
lurus
75
73
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode penyusutan
aset tetap yang digunakan oleh perusahaan adalah metode penyusutan garis
lurus. Dengan menggunakan metode garis lurus, jumlah beban penyusutan
lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda
sehingga laba kotor yang dihasilkan dengan metode garis lurus akan lebih
besar dari pada menggunakan metode menurun ganda begitupulah pada
tahun 2015, 2016 dan 2017, laba kotor dihasilkan perusahaan dengan
menggunakan metode garis lurus lebih besar dibandingkan menggunakan
metode menurun ganda dan jika dibandingkan untuk metode angka tahun
jumlah penyusutaya lebih kecil dari jumlah penyusutan dengan perhitungan
metode menurun ganda dan garis lurus dimana dengan hasil pengunaan
metode garis lurus diperoleh laba lebih kecil dibandingkan dengan yang
menggunakan metode angka tahun dikarenakan dalam nilai beban
penyusutan yang dikeluarkan oleh metode garis lurus lebih besar dari pada
beban penyusutan yang dikeluarkan dengan metode angka tahun tetapi
metode angka tahun kuran efektif untuk menutupi terjadinya pengeluaran
dimasa yang akan datang
Adapun penyusutan pada tahun 2015 lebih besar dibanding dari 2016,
dimana harga perolehan pada tahun 2015 masih tinggi, sehingga biaya
penyusutannya juga besar. Selanjutnya pada tahun 2016 baiay
penyusutannya lebih kecil dari 2015 dan penyusutan paling terkecil adalah
tahun 2017. Dimana biaya penyusutan tahun 2017 adalah biaya penyusutan
74
selama 3 tahun, sehingga nilai sisa manfaat aset tetap semakin kecil.
Metode penyusutan aset tetap berpengaruh pada laba perusahaan
dimana penggunaan metode penyusutan akan berdampak pada semakin
besar atau semakin kecilnya laba perusahaan. Dimana dari hasil penelitian
dan perhitungan yang telah dilakukan, dengan menggunakan metode
penyusutan garis lurus jumlah laba yang dihasilkan lebih besar dari metode
saldo menurun ganda tapi lebih kecil dari angka tahun jika dibandingkan untuk
metode angka tahun jumlah penyusutaya lebih kecil dari jumlah penyusutan
dengan perhitungan metode menurun ganda dan garis lurus dimana dengan
hasil pengunaan metode garis lurus diperoleh laba lebih kecil dibandingkan
dengan yang menggunakan metode angka tahun dikarenakan dalam nilai
beban penyusutan yang dikeluarkan oleh metode garis lurus lebih besar dari
pada beban penyusutan yang dikeluarkan dengan metode angka tahun tetapii
metode angka tahun kuran efektif untuk menutupi terjadinya pengeluaran
dimasa yang akan datang
Dari perhitungan metode persediaan perusahaan yang telah dilakukan
oleh penulis diketahui bahwa dengan menggunakan metode penyusutan
garis lurus jumlah beban penyusutan akan selalu lebih kecil dari metode saldo
menurun ganda . Dan jika dibandingkan untuk metode saldo menurun ganda,
jumlah penyusutan lebih besar dari jumlah penyusutan dengan perhitungan
metode jumlah angka tahun.
75
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan kesimpulan yang ada:
Perusahaan menggunakan metode penyusutan yang sesuai dengan tujuan
perusahaan dengan memperhatikan beberapa faktor seperti pelaporan
keuangan kepada pemegang saham dan pihak external dan pelaporan
pajak. Dan sebaiknya perusahaan mempertahankan metode yang sudah
digunakan karena metode penyusutan akan sangat berpengaruh terhadap
laba operasi perusahaan.
35
DAFTAR PUSTAKA
Eni, Srihastuti. 2014. Evaluasi Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Kacang Shanghai Panda.Tulungagung : Vol 2 No.2 (http:// respostory widyatama. ac.id, diakses 7 desember 2017)
Farhan, Bagus Ienda. 2014. Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan (Studi Pada PT. XYZ). Jurnal Ilmia Universitas Bakrie Vol. 2 No. 05 (http:// Journal.bakrie.ac.id,diakses 11 desember 2017)
Hery,S.E.,M.Si. 2016 . Akuntansi Aktiva, Utang Dan Modal, Edisi ke-2, Penerbit:
Gava Media. Yogyakarta
Horngren, Charles T., Walter T. Harrison. 2009. Akuntansi, Edisi ke-6, Penerbit : Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan. Cetakan. Keempat. Buku Satu. Penerbit : Salemba Empat. Jakarta
Kieso, Donald E., dan Jetty J. Weygandt. 2011, Intermediate Accounting, IFRS Edition volume 2, Jakarta
Lisa Ayu Arini.,2015. Analisis Kebijakan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Perkebunan Nusantara X (Studi Kasus PG. Pesantren Baru Kediri). Jurnal Unversitas Nusantara PGRI Kediri (http://fe-akuntansi.unila.ac.id, diakses 11 desember 2017).
Nugroho, Harom Andy., 2006. Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Pengaruhnya Terhadap Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada Tomodachi Resto). Universitas Widyatama, Bandung : (https://repository. widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/437, diakses 11 desember 2017).
Pontoh, Winston. 2013 Akuntansi Konsep dan Aplikasi. Penerbit : Moeka. Jakarta Barat
Prihadi, Toto. 2013. Laporan Keuangan IfRS dan PSAK (16). Penerbit: ppm Manajemen.
Raharjaputra S. Hendra, 2011, Manajemen Keuangan dan Akuntansi, Penerbit: Salemba Empat.
Reeve, James M., Warren, Carl S.,Duchac, Jonathan E., Wahyuni, Ersa Tri., Soepriyanto, Gatot, Jusuf, Amir Abadi., dan Djakman, Chaerul D. 2009. Priciples of Accounting Indonesia Adaption. Buku Pertama. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Rumiatun Wahdaniah, (2014) Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva T etap dan Pengaruhnya Terhadap Laba Pada CV. Arafat Jaya. Jurnal Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda : https://media.neliti.com, diakses 11 desember 2017).
Samuel Mairuhu., dan Jantje J. Tinangon. 2014. Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Implikasinya Terhadap Laba Perusahaan Pada Perum Bulog Divre Sulut dan Gorontalo. Jurnal EMBA.Vol.2 No.4 Desember 2014, Hal. 404-412.(https://ejournal unsrat.ac.id, diakses 11 desember 2017).
Sihombing M.F, 2016 Analisis Metode Penyusutan AktivaTetap dan Implikasinya Terhadap Laba Perusahaan pada PT. Manado persada Madani. Manado: (http://ejournal.unsrat.ac.id, diakses 11 desember 2017)
Soemarso, S.R. 2002 Akuntansi Suatu Pengantar. Penerbit: Rineka Cipta.
Soemarso, S.R. 2007 Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi dua, Penerbit: salemba empat.
Virginia, Sintia., dan Rika Lidyah. 2014. Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap dan Dampaknya Terhadap Laba Perusahaan Pada PT. Artha Kindo Perkasa Palembang : Jurnal STIE MDP (http://eprints. Mdp.ac.id, diakses 11 desember 2017).
Wasilah Dunia., dan Ahmad Firdaus, 2012, Akuntansi Biaya, edisi kedua, cetakan kedua, Penerbit : Salemba Empat, Jakarta.
Warren, Carl S., James M. Reeve and Philip E. Fess, 2009, Accounting PengantarAkuntansi, BukuSatu Edisi 21, Penerbit : Salemba Empat. Jakarta.
L A M P I R A N
LAMPIRAN
Laporan keuangan PT. Eastern Pearl Four Mills
NO URAIAN 31 Desember 2014 31 Desember
2015
A
PENDAPATAN 1. Pendapatan Usaha dari Jasa layanan 215,766,299,483 341,450,316,656 2. Pendapatan dari usaha lainnya 3,933,195,439 52,812,331,278
3. Usaha tidak Terikat 2,814,304,873 1,268,992,761
4. Pendapatan dari dana Operasional 17,175,889,985 25,487,999,003
5.Investasi 158,778,231 345,352,350
6.Pendapatan Usaha lainnya 1,960,054,585 2,896,782,272 7. Hasil Kerjasama dengan pihak lain 60,941,872,253 68,742,862,306
8.Pendapatan Sewa 12,215,362,600 13,161,671,100
9. Jasa dart Lembaga Keuangan 33,830,449,332 34,032,483,693
10. Penerimaan Lain-lain 360,909,091 206,762,143 Jumiah Pendapatan 349,157,115,872 540,405,553,562 NO URAIAN
B
BIAYA 1. Biaya Operasional Layanan 18,231,673,204 21,714,416,196
2. Biaya Bahan 11,605,354,358 15,951,354,596)
3. Biaya Jasa Layanan 8,230,465,133) 8,318,680,670
4. Biaya Pemeliharaan 1,288,545,975 354,859,550
5. Biaya Daya dan Jasa 775,964,013 1,025,776,498
6. Biaya lain-lain 256,485,145 486,213,589
Jumiah Biaya Operasional Layanan 32,158,022,695 31,899,946,503
1. Biaya Umum dan Administrasi
(BUA) 7,692,097,783 7,692,097,783 2. Biaya Administrasi Perkantoran 1,131,841,313 1,131,841,313
3. Biaya Pemeliharaan 2,334,818,064 2,334,818,064
4. Biaya Langganan Daya dan Jasa 6,929,364,486 6,929,364,486
5. Biaya Promosi 9,000,356,826 9,000,356,826
6. Biaya Lain-lain 236,489,359 236,489,359
Jumlah Biaya Umum dan
administrasi 27,324,967,831 27,324,967,831
1. Biaya Lainnya 1 Biaya Bunga 8,631,513,642 7,473,188,337
2. Biaya Administrasi Bank 2,241,381,551 3,224,704,014
3. Biaya Representasi 2,688,000,000 1,676,005,890
4. Biaya lain-lain 845,603,848 360,806,482
Jumlah Biaya Lainnya 14,406,499,041 12,734,704,723
Jumlah Biaya 73,889,489,567 71,959,619,057
C
Surplus/Defisit Sebelum Pos
Keuntungan/Kerugian Keuntungan/Kerugian 1. Keuntungan Penjualan Aset Non 1
Lancar 4,081,369,426 5,749,965,610
2. Kerugian Penjualan Aset Non
Lancar 1,611,734,458 1,083,639,240
3. Rugi Penurunan Nilai 370,570,908 4,913,346
4. Keuntungan/Kerugian Lain-lain 6,033,451,029 4,369,877,213
D
Surplus/Defisit Sebelum Pos-Pos Luar
Biasa
Pos-Pos Luar Biasa
1. Pendapatan dari kejadian luar
biasa 4,620,078,809 6,991,039,450
2. Biaya dari kejadian luar biasa 424,555,258 5,124,843,865
E Surplus/Defisit Bruto Tahun Berjalan 5,050,093,008 6,397,802,008
F Surplus/Defisit Bersih Tahun Berjalan 4,688,924,741 5,307,282,582
PT. Eastern Pearl Four Mills Makassar NERACA PER 31 Desember 2016/2017
ASET KEWAJIBAN DAN EKUITAS
31 Desember
2016 31 Desember
2017 31 Desember
2016 31 Desember
2017 POS POS I ASET LANCAR VI KEWAJIBAN LANCAR 1 Kas & Setara Kas 101,747,351 120,047,435 1 Utang Usaha 2,700,000,000 2,700,000,000 2 Investasi Lancar 5,369,877,213 6,033,451,029 2 Utang Pajak 659,290,279 2,036,825,387
3 Piutang PeSayanan 1,611,734,458 1,083,639,240 3 Pendapatan Diterima Dimuka 132,099,171,443 160,241,920,679
4 Penyisihan Piutang Pelayanan 12,646,188 202,894,324 4
Biaya Yang Masih Harus Dibayar Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
10,429,628,711 16,527,675,110
5 Persediaan 4,677,234,246 6,194,325,170
7 Uang Muka Kerja/UYHD/Lain-lain 2,448,360,000 3,024,000,000 5 Uang Muka APBN 17,175,889,985 25,487,999,003
8 Biaya dibayar di Muka 3,150,052,901 5,234,650,098 6 Uang Muka Lainnya 360,909,091 206,762,143
Jumlah Aset Lancar 17,371,652,357 21,893,007,296 7 Utang Jangka Pendek Lainnya 1,262,308,684 42,270,829,339
Jumlah Kewajiban Lancar 163,913,022,843 207,689,315,656
II INVESTASI JANGKA PANJANG 12,474,315,974 14,230,095,765
III ASET TETAP
1 Tanah 1,356,380,200 1,356,380,200 VI KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
2 Peralatan dan Mesin 4,251,957,351 24,393,739 Jumlah Kewajiban 488,133,334 488,133,334 3 Gedung dan Bangunan 224,394,113,996 42,861,281,781
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan 13,332,570,611 1,519,182,380
5 Aktiva Tetap Lainnya 925,881,682 11,700,000 IX EKUITAS
6 Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) 10,006,416,438 14,146,074,738
Jumlah Aset Tetap 254,267,320,278 59,919,012,838 1 Ekuitas Tidak Terikat
7 Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 125,545,398,595 17,665,621,222 2 Ekuitas Awal 182,267,626,305 273,445,934,505
Jumlah Nilai Buku Aktiva Tetap 128,721,921,683 42,253,391,616 3
Surplus & Defisit Tahun la!u 4,081,369,426 5,749,965,610
4 Surplus & DefisitTahun Berjalan 5,050,093,008 6,397,802,008
IV ASET LAINNYA 5 Ekuitas Donasi
1 Aset Kerjasama Operasi 1,356,380,200 2,588,480,258 6 Ekuitas Terikat Temporer
2 Aset Tidak Berwujud 4,191,114,031 60,843,320 7 Ekuitas Terikat Permanen 3,688,924,741 4,307,282,582
3
Biaya Ditangguhkan 20,567,265 505,799,703
Jumlah Ekuitas
195,088,013,480 289,900,984,705
4
Akumulasi Amortisasi Aset Tidak Berwujud 64,675,359 467,566,069
5 Aset Lain-lain 231,589,25 568,348,49
Jumlah Aset
Lainnya 5,632,736,855 3622689350
TOTAL ASET 151,726,310,895 67,769,088,262
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
359,489,169,657 498,078,433,695
LAPORAN ARUS KAS PERIODE 31 Desember 2016/2017 NO URAIAN 31 Desember 2016 31 Desember 2017 % KENAIKAN
/ (PENURUNAN) 1 2 3 4 5 = (3:4)*100
1
Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus Masuk
115,766,299,483 141,450,316,656 81.8
Pendapatan Usaha dari Jasa Layanan Pendapatan (Rupiah Murni)
17,175,889,985 25,487,999,003 67.3
Pendapatan Hibah 5,693,103,884 6,833,604,850 Pendapatan Usaha Lainnya
1,960,054,585 2,896,782,272 67.7
Arus Keluar 424,555,258 5,124,843,865 8. 7
Biaya Layanan 25,158,022,695 26,899,946,503 93. 3 Biaya Umum dan Administrasi
27,324,967,831 27,324,967,831 100
Biaya Lainnya 14,406,499,041 12,734,704,723 113 2 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Arus Masuk
Arus Keluar 16,371,652,974 21,893,095,765 74. 5 Perolehan Investasi Jangka Panjang
12,474,315,974 14,230,095,765
87. 4
Perolehan Aset Lainnya 43,252,467,989 48857896253 88. 3
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi 150,726,310,895 67,769,088,262
222
Perolehan Pinjaman
2,700,000,000 2,700,000,000 100
Penerimaan Kembali Pokok Pinjaman
1,262,308,684 42,270,829,339 2. 9
Arus Keluar 4,677,234,246 6,194,325,170 75. 8 Kas dan Setara Kas Awal 101,747,351 120,047,435
84. 4
Jumlah Saldo Kas 101,747,351 120,047,435 84. 4