skripsi pendidikan maematika
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah pendidikan yang utama di Indonesia adalah sangat rendahnya
mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan. Setelah dilakukan usaha
perbaikan dalam bidang pendidikan, semakin disadari bahwa masih banyak
kekurangan-kekurangan yang mendasar. Salah satu kekurangan tersebut adalah
terletak pada inti kegiatan pendidikan itu sendiri yaitu pada proses belajar
mengajar yang melibatkan anak didik dan pendidik.
Proses belajar mengajar pada intinya tertumpu pada suatu persoalan yaitu
bagaimana guru melibatkan siswa agar terjadi proses belajar yang efektif untuk
mencapai hasil sesuai dengan tujuan. Hal ini menuntut guru untuk lebih kreatif
memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan
disajikan kepada siswa.
Pada proses pembelajaran matematika selama ini umumnya guru lebih
mendominasi proses pembelajaran yaitu guru menyampaikan materi dengan
metode ceramah sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat dan mengerjakan
soal yang diberikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini akan mematikan
kreativitas siswa sehingga berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan guru matematika
SMP Negeri 15 mataram bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
1
belajar mengajar masih rendah, walaupun ada sebagian kecil siswa yang aktif
dalam menanggapi apa yang disampaikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran
masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang memiliki kesempatan untuk
mengembangkan sendiri konsep-konsep matematika yang ada. Kesempatan
diskusi di kelas pun jarang dilakukan sehingga siswa kurang terbiasa untuk
mengemukakan pendapatnya. Hal ini menyebabkan matematika tidak menarik
sehingga mengurangi antusias siswa untuk belajar matematika yang berdampak
pada rendahnya prestasi belajar siswa.
Hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi matematika
SMP Negeri 15 diperoleh informasi bahwa nilai standar ketuntasan belajar
matematika siswa adalah 60. Selain itu juga diperoleh informasi bahwa nilai
matematika siswa pada beberapa kelas VII semester I tahun pelajaran
2007/2008 masih berada di bawah nilai standar ketuntasan. Hal tersebut dapat
dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1: Daftar nilai MID semester kelas VII semester I tahun pelajaran 2007/2008
No Kelas Nilai rata-rata kelas1 VII.A 60,432 VII.B 61,763 VII.C 50,764 VII.D 47,61
(Sumber: Daftar nilai guru kelas VII SMPN 15 Mataram)
Berdasarkan data pada tabel 1.1 di atas terlihat bahwa nilai rata-rata kelas
VII.D adalah 47,61. Dari observasi awal yang dilakukan di kelas VII.D
2
diketahui bahwa rendahnya prestasi belajar siswa ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Kurangnya keaktifan siswa dalam menanggapi materi yang disampaikan
oleh guru. Siswa malu bertanya pada guru walaupun ada materi yang belum
dimengerti.
2. Kemampuan awal siswa yang masih rendah. Sebagian besar siswa kurang
menguasai pengetahuan yang merupakan prasyarat untuk mengikuti
pelajaran berikutnya.
3. Kemampuan siswa untuk mengingat materi yang telah dipelajari masih
kurang.
4. Kemampuan siswa dalam menggunakan rumus untuk menyelesaikan soal
masih sebatas kemampuan menerapkan rumus ke dalam penyelesaian soal
persis seperti contoh yang telah diberikan oleh guru, sedangkan jika
menghadapi aplikasi soal siswa masih mengalami kesulitan.
5. Dalam menyampaikan materi pelajaran guru lebih mendominasi proses
pembelajaran yaitu guru aktif menyampaikan materi kemudian memberikan
contoh dan latihan sedangkan siswa duduk mendengar, mencatat, menghafal
dan bekerja di tempat duduk masing-masing
Dari hasil observasi, juga terlihat adanya potensi siswa berpotensi aktif
dalam pembelajaran matematika. Potensi tersebut dapat dikembangkan dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih aktif, lebih
berpartisipasi serta mampu berinteraksi satu sama lain dalam pembelajaran.
3
Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat bagi guru. Salah satu
model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran MMP
(Missouri Mathematics Project). Model pembelajaran MMP memberikan
kesempatan kepada siswa dan guru secara bersama-sama proaktif di dalam
proses pembelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran MMP, guru
sebagai fasilitator sedangkan siswa aktif dalam menemukan sendiri suatu
konsep, sehingga konsep tersebut mudah dipahami dan bertahan lama dalam
ingatan siswa dan siswa akan lebih mampu mentransfer pengetahuaannya ke
dalam pemecahan masalah. Setelah itu siswa secara kooperatif mengerjakan
latihan-latihan, dimana di dalamnya siswa saling membantu dalam menguasai
bahan ajar, karena siswa akan lebih percaya diri untuk bertanya atau
menyampaikan pendapatnya. Selanjutnya latihan mandiri, dengan latihan
mandiri, siswa dapat mengukur sejauh mana pengetahuan atau kepahaman yang
mereka miliki.
Salah satu pokok bahasan yang diajarkan dalam pembelajaran matematika
di kelas VII SMP Negeri 15 Mataram adalah himpunan. Materi himpunan
merupakan salah satu materi yang memiliki konsep yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya, sehinga memerlukan perencanaan yang baik yakni
ketepatan pengunaan model yang dipilih oleh guru, agar siswa berperan aktif
dan dapat menarik minat siswa. Penerapan model pembelajaran MMP
menempatkan siswa tidak hanya menjadi objek semata tetapi juga menjadi
subyek yang aktif baik dalam diskusi kelompok maupun melalui latihan
4
mandiri. Untuk dapat berdiskusi dengan baik, siswa harus memiliki
pengetahuan tentang materi yang akan didiskusikan. Sehubungan dengan itu,
materi himpunan merupakan salah satu materi yang memiliki konsep berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa sudah memperoleh
gambaran awal tentang materi yang akan dibahas sehingga memungkinkan
siswa memiliki pengetahuan tentang materi yang akan didiskusikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti akan menerapkan model
pembelajaran MMP (Missouri Mathematics Project) untuk meningkatkan
prestasi dan aktivitas belajar siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas
VII.D SMP Negeri 15 mataram tahun pelajaran 2007/2008.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Apakah penerapan model pembelajaran MMP dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas VII.D SMP Negeri 15
Mataram tahun pelajaran 2007/2008?
2. Apakah penerapan model pembelajaran MMP dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa pada pokok bahasan himpunan di kelas VII.D SMP Negeri 15
Mataram tahun pelajaran 2007/2008?
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII.D SMP Negeri 15 Mataram
tahun pelajaran 2007/2008 pada pembelajaran pokok bahasan himpunan
melalui penerapan model pembelajaran MMP.
2. Meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII.D SMP Negeri 15 Mataram
tahun pelajaran 2007/2008 pada pembelajaran pokok bahasan himpunan
melalui penerapan model pembelajaran MMP.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, penerapan model pembelajaran MMP dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya,
melatih siswa untuk mengemukakan pendapat, menambah motivasi belajar,
pemahaman materi lebih mendalam, serta meningkatkan prestasi dan
aktivitas belajar siswa.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
dalam pemilihan model dan metode pembelajaran di sekolah sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
kepada pihak pengelola sebagai bentuk inovasi pembelajaran yang
mendukung sistim pembelajaran yang telah ada.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan sesesorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 2003: 2). Menurut Hamalik (2001: 27) belajar adalah
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu yaitu
mengalami.
Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individu maupun kelompok (Gie, 1995: 17).
Sedangkan menurut Nasrun Harahap dalam Djamarah (1994: 21) prestasi
adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa,
yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada
mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.
Prestasi belajar merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh
seseorang setelah mengalami proses belajar. Perubahan itu meliputi
perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan
7
pengetahuan (Slameto, 2004: 2). Sedangkan menurut Djamarah (1994: 23)
prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas
dalam belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil penilaian pendidikan
seseorang secara akademik berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang
diperoleh dari suatu kegiatan yang dilakukan baik secara individu maupun
kelompok melalui proses belajar yang berupa angka atau nilai sesudah
penilaian pada suatu periode waktu tertentu.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu: (Ahmadi, 2004: 134)
a. Faktor internal, yaitu faktor yang datang dari dalam diri siswa. Faktor ini
meliputi:
1). Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yng
diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan,
pendengaran, dan lain-lain.
2). Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
terdiri dari:
8
a). Faktor intelektual yang meliputi faktor potensial yaitu
kecerdasan dan bakat, serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi
yang telah dimiliki.
b). Faktor non-intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan
penyesuaian diri.
3). Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar siswa. Faktor ini
meliputi:
1). Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, dan lingkungan kelompok.
2). Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
3). Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan
iklim.
4). Faktor lingkungan spiritual dan keamanan.
3. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi
dalam diri individu. Perubahan itu merupakan hasil dari pengalaman
individu dalam belajar dan nantinya akan mempengaruhi pola pikir individu
dalam berbuat dan bertindak (Djamarah, 1994: 22). Sedangkan menurut
Sardiman (2007: 100) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik
9
maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut harus selalu
berkaitan agar dapat membuahkan aktivitas belajar yang optimal.
Paul B. Diederich dalam Sardiman (2007: 101) membagi kegiatan
belajar yang berlandaskan aktivitas dalam 8 kelompok, yaitu:
a) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca,
memperhatikan demonstrasi , percobaaan, pekerjaan orang lain.
b) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengelurkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
d) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
e) Drawing ativities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
f) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil
keputusan.
10
h) Emotioanal activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Hamalik (2001: 170-171), pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri. Anak belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka
memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku
lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di
masyarakat.
Aktivitas masing-masing siswa dalam kegiatan belajar mengajar tentu
tidaklah sama. Hal ini banyak dipengaruhi kegiatan mengajar guru. Salah
satu ciri pengajaran yang berhasil dapat dilihat dari kadar aktivitas siswa
dalam belajar. Makin tinggi aktivitas belajar siswa, makin tinggi peluang
berhasilnya pengajaran. Ini berarti kegiatan guru mengajar harus
merangsang aktivitas belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah
suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan belajar
berlangsung agar siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman,
keteerampilan dan aspek tingkah laku lainnya serta mengembangkan
keterampilannya agar bermakna. Aktivitas belajar siswa merupakan salah
satu faktor yang menunjang berhasilnya pengajaran. Sehingga guru harus
dapat memilih model dan metode pembelajaran yang mempu merangsang
aktivitas belajar siswa.
11
4. Model Pembelajaran MMP (Missouri Mathematics Project)
Struktur pengajaran matematika (SPM) adalah kegiatan dalam proses
pembelajaran matematika, termasuk perincian waktunya. Komponen SPM
adalah sebagai berikut:
a) Pendahuluan
b) Pengembangan
c) Penerapan
d) penutup
Model di atas dapat dimodifikasi menjadi berbagai macam model
tergantung dari situasi yang memungkinkan siswa sungguh dapat belajar
lebih bermakna. Salah satu bentuk pengembangan dari SPM adalah model
pembelajaran Missouri Mathematics Product (MMP). Menurut Convey
dalam Krismanto (2003: 11), model pembelajaran MMP terdiri dari lima
langkah utama antara lain:
a. Pendahuluan (Review)
b. Pengembangan
c. Latihan terkontrol
d. Kerja mandiri (seatwork)
e. Penutup
Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran MMP dijabarkan
sebagai berikut:
12
a. Pendahuluan/Review
Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Apersepsi yaitu mengingatkan dan memperbaiki bekal siswa mengenai
pelajaran terdahulu terutama yang berkaitan dengan pelajaran hari ini,
ini dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyan tentang pengetahuan
yang menunjang pelajaran yang baru.
2) Motivasi yaitu usaha membangkitkan daya penggerak yang
mendorong siswa untuk melakukan kegiatan. Motivasi internal
diharapkan dikembangkan dalam proses belajar siswa.
3) Penjelasan tujuan pembelajaran dan sistimatika bahan. Disamping itu
pemahaman siswa akan tujuan manfaat bahan ajar akan lebih
meningkatkan motivasi belajar siswa.
b. Pengembangan
Pada tahap ini guru menyajikan ide baru dan perluasan konsep
matematika terdahulu. Secara umum ada dua macam obyek yang
berkaitan dengan tujuan pembelajaran matematika yaitu obyek langsung
dan obyek tak langsung. Obyek langsung berkaitan dengan fakta,
konsep, prinsip, dan skill matematika. Obyek tidak langsung berkaitan
dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, alih belajar
(transfer of learning), menyelidiki, kreatif, bersifat kritis, teliti, dan
pengembangan sikap positif lainnya. Pada tahap ini tujuan mulai
dikembangkan sesuai dengan kekhasan obyek pelajaran tersebut, dan
13
obyek tidak langsungnya menuntut pula kekhasan strategi
pengajarannya.
Fakta disampaikan dengan penjelasan tentang arti dari fakta itu.
Siswa dikatakan telah mengenal suatu fakta, bila ia dapat menuliskan
dan menggunakannya dalam berbagai situasi. Konsep dapat disajikan
dengan memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep itu, sehingga
sampai pada akhirnya siswa dapat mendefinisikan contoh itu,
mendifinisikan contoh lebih bermakn jika gambaran awal sudah ada di
benak siswa tentang ciri-ciri konsep tersebut. Siswa dikatakan telah
memahami suatu konsep jika ia dapat membedakan contoh dan bukan
contoh dari konsep itu.
Prinsip dapat diajarkan dengan berbagai metode dan pendekatan,
misalnya diajarkan dengan metode penemuan terbimbing atau tanya
jawab sehingga siswa sendiri yang menemukan prinsip itu. Penjelasan
dan diskusi interaktif antara guru dan siswa harus disajikan termasuk
demonstrasi dengan contoh kongkrit yang sifatnya piktorial atau
simbolik.
c. Latihan terkontrol
Pada tahap ini siswa diminta merespon satu rangkaian soal sambil
guru mengamati dan membimbing siswa agar tidak terjadi miskonsepsi.
Latihan terkontrol ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja dalam kelompok kerja yang kooperatif.
14
Sejalan dengan itu, Djamarah (2002: 99) menyatakan bahwa di
dalam diskusi kelompok proses belajar mengajar terjadi, dimana
interaksi dua individu atau lebih yang terlibat, saling tukar-menukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah dapat juga terjadi
semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja. Menurut
Kelman (1971) dalam Krismanto (2001: 11) menyatakan bahwa di
dalam kelompok terjadi saling pengaruh secara sosial. Pertama,
pengaruh itu dapat diterima seseorang karena ia memang berharap untuk
menerimanya. Yang kedua, memang ia ingin mengadopsi tingkah laku
atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain. Ketiga, karena
pengaruh itu kongruen dengan sikap atau nilai yang dimiliki.
Slavin (1991) dalam Krismanto (2001: 11) menyatakan bahwa
dalam belajar kooperatif, siswa bekerja dalam dalam kelompok saling
membantu untuk menguasai bahan ajar. Jadi jika siswa malu bertanya
kepada guru maka siswa bisa bertanya dalam diskusi dengan temannya
hal-hal yang belum dimengerti.
d. Seatwork
Guru memberikan soal latihan dan memberikan kesempatan siswa
untuk mengerjakan latihan secara individual.
e. Penutup
Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk membuat
rangkuman. Hal ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-
15
pertanyaan yang mengarahkan pada rangkuman. Sehubungan dengan
itu, Usman (1995: 92) menyatakan bahwa siswa perlu membuat
rangkuman agar siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang makna
serta esensi pokok persoalan yang baru saja dipelajari.
5. Konsep Himpunan
Materi pokok bahasan himpunan berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) terdiri dari: (Sujatmiko: 2005: 179-197)
1. Himpunan dan Notasinya
a) Pengertian Himpunan
b) Menyatakan Anggota Himpunan
2. Anggota Himpunan
3. Himpunan Kosong dan Himpunan Semesta
a) Himpunan Kosong
b) Himpunan Semesta
4. Diagram Venn
5. Himpunan Bagian
a) Pengertian Himpunan Bagian
b) Menentukan Banyak Himpunan Bagian
6. Irisan dan Gabungan Dua Himpunan
a) Irisan Dua Himpunan
1) Pengertian Irisan Dua Himpunan
2) Menentukan Irisan dua Himpunan
16
b) Gabungan dua Himpunan
1) Pengertian Gabungan dua Himpunan
2) Menentukan Gabungan Dua Himpunan
7. Menyelesaikan masalah yang menggunakan Konsep Himpunan
6. Hubungan Materi dengan Model Pembelajaran MMP
Himpunan merupakan salah satu materi yang memiliki konsep yang
berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa dan antar konsep yang
satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Oleh karena itu memerlukan
perencanaan yang baik berupa ketepatan pemilihan model yang akan
digunakan agar dapat menarik minat siswa sehingga siswa dapat berperan
aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan menerapkan model
MMP ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
kemampuannya untuk berpikir dan mengetahui proses memperoleh suatu
konsep atau prinsip dan memecahkan masalah. Dengan cara demikian siswa
akan terbiasa berpikir secara sistematis dan bertahap dari yang mudah
menuju yang sukar. Oleh karena itu melalui penerapan pembelajaran model
MMP ini tepat untuk mengarahkan siswa menuju kegiatan bermakna
sehingga konsep atau prinsip yang diperoleh sendiri oleh siswa dapat
bertahan lama dalam ingatan siwa sehingga mudah mentransfer
pengetahuaannya ke dalam pemecahan masalah.
Model pembelajaran MMP juga menempatkan siswa tidak hanya
menjadi obyek semata tetapi juga menjadi subyek yang aktif baik dalam
17
diskusi kelompok maupun melalui latihan mandiri. Untuk dapat berdiskusi
dengan baik, siswa harus memiliki pengetahuan tentang materi yang akan
didiskusikan. Sehubungan dengan itu, materi himpunan merupakan salah
satu materi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga
siswa sudah memperoleh gambaran awal tentang materi yang akan dibahas
yang memungkinkan siswa memiliki pengetahuan tentang materi yang akan
didiskusikan.
Dalam diskusi kelompok yang kooperatif, siswa akan saling
membantu untuk menguasai bahan ajar, dan dengan adanya latihan mandiri
siswa dapat mengukur sejauh mana pengetahuan atau kepahaman yang
mereka miliki.
B. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika di kelas VII.D SMP Negeri 15
Mataram, kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru yaitu guru aktif
dalam menyampaikan materi kemudian memberikan contoh dan latihan
sedangkan siswa mendengar, mencatat dan mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru. Pembelajaran yang seperti ini kurang mampu merangsang
motivasi dan aktivitas belajar siswa sehingga berdampak pada rendahnya
prestasi belajar siswa. Himpunan merupakan salah satu materi yang
memiliki konsep yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari siswa
dan antar konsep yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan,
sehingga memerlukan perencanaan yang baik berupa ketepatan pemilihan
18
model yang akan digunakan agar dapat menarik minat siswa sehingga siswa
dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam penerapan model pembelajaran MMP guru berperan sebagai
fasilitator membantu siswa untuk menemukan dan memahami suatu konsep.
Karena konsep tersebut ditemukan oleh siswa sendiri maka siswa akan lebih
mengingat dan memahami konsep tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bruner dan Kenney ( dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2004: 10) yang menyatakan bahwa hasil belajar dengan metode
penemuan terbimbing lebih mudah diingat oleh siswa dan selanjutnya
mengaplikasikannya dalam situasi-situasi yang sesuai. Sejalan dengan itu,
model MMP merupakan salah satu model pembelajaran yang penerapannya
dapat dikombinasikan dengan metode penemuan terbimbing. Oleh karena
itu pembelajaran model MMP ini tepat untuk mengarahkan siswa menuju
kegiatan belajar bermakna sehingga konsep atau prinsip yang diperoleh
sendiri oleh siswa dapat melekat lama dalam ingatan siswa sehingga siswa
mudah mentransfer pengetahuaanya ke dalam pemecahan masalah.
Dalam penerapan model pembelajaran MMP, siswa juga dilatih untuk
menyelesaikan soal-soal secara mandiri dan dalam kelompok yang
kooperatif. Dalam kelompok yang kooperatif, siswa akan saling membantu
untuk menguasai bahan ajar, karena siswa akan lebih percaya diri untuk
bertanya dan menyampaikan ide atau pendapatnya dan dengan adanya
latihan mandiri siswa dapat mengukur sejauh mana pengetahuan atau
19
kepahaman yang mereka miliki. Dengan demikian diduga dengan penerapan
pembelajaran MMP akan meningkatkan prestasi dan aktivitas belajar siswa
pada pokok bahasan himpunan.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis
penelitian ini adalah “ Prestasi dan aktivitas belajar matematika siswa kelas
VII.D SMP Negeri 15 Mataram tahun pelajaran 2007/2008 dapat meningkat
dengan menerapkan model pembelajaran MMP (Missouri Mathematics Project)
pada pokok bahasan himpunan”.
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelasnya (sekolah) tempat ia mengajar yang bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara
berkesinambungan (Aqib, 2006: 127).
B. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 15 mataram. Subyek penelitian
ini adalah guru matematika kelas VII.D, proses belajar mengajar dan siswa
kelas VII.D semester II tahun pelajaran 2007/2008 yang berjumlah 41 orang.
C. Faktor yang Diselidiki
Adapun faktor yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor siswa: prestasi dan aktivitas belajar matematika pada pokok bahasan
himpunan dengan menerapkan model pembelajaran Missouri Mathematics
Project (MMP).
2. Faktor guru: aktivitas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar
dengan menerapkan MMP
21
D. Prosedur penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan 4 tahap prosedur
penelitian, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi
(Arikunto, 2007: 70). Hal ini berdasarkan pada alokasi waktu belajar pokok
bahasan himpunan di SMPN 15 Mataram yaitu sebanyak 20 jam pelajaran.
Adapun pembagian materi dan evaluasi dalam tiap siklus dapat dilihat pada
tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1: Pembagian materi dan evaluasi untuk tiap siklus
No Siklus Pertemuan Sub Pokok Bahasan
1 1
I Himpunan dan notasinya Anggota himpunan
II Himpunan semesta Himpunan kosong
III Diagram venn
IV Evaluasi siklus 1
2 2
V Pengertian himpunan bagian Menentukan banyak himpunan bagian
VI Pengertian irisan dua himpunan Menentukan irisan dua himpunan
VII Evaluasi siklus 2
3 3VIII
Pengertian gabungan dua himpunan Menentukan gabungan dua himpunan Menyelesaikan masalah yang menggunakan
konsep himpunanIX Evaluasi siklus 3
Adapun tahapan-tahapan dalam tiap-tiap siklus adalah:
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah:
22
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran MMP.
b. Menyusun lembar kerja siswa (LKS) dan soal-soal latihan untuk
melibatkan siswa secara lebih optimal dalam proses pembelajaran.
c. Membuat lembar observasi, untuk mengetahui bagaimana kegiatan guru
dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
d. Membuat alat evaluasi.
e. Merencanakan analisa hasil evaluasi dan hasil observasi aktivitas siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan. Tahap-tahap
pelaksanaan tindakan ini adalah:
a. Pendahuluan
1) Mensosialisasikan pada siswa mengenai model pembelajaran MMP
yang akan digunakan dengan tujuan siswa cepat memahaminya.
2) Guru menyampaikan indikator hasil belajar yang akan dicapai.
3) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-5
orang siswa, dimana susunan anggota kelompok telah ditentukan
terlebih dahulu dengan memperhatikan tingkat kemampuan siswa
yang heterogen.
4) Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari.
23
b. Pengembangan
Pada tahap ini guru menggunakan metode penemuan terbimbing dengan
dua cara yaitu dengan pertanyaan-pertanyaan atau dengan menggunakan
LKS tergantung karakteristik sub pokok bahasan.
a) Penemuan terbimbing dengan mengunakan pertanyaan-pertanyaan
b) Penemuan terbimbing dengan mengguanakan LKS
1) Guru membagikan LKS kepada tiap-tiap kelompok untuk
mendiskusikan konsep/prinsip/hubungan yang akan ditemukan
sehubungan dengan materi yang akan dipelajari, sambil memberi
penekanan bahwa mereka akan ditunjuk secara acak untuk
menyampaikan hasil kerjanya.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi
dalam kelompoknya, sambil membimbing dan mengarahkan
siswa selama jalannya diskusi serta mengawasi dan
mengendalikan situasi kelas agar kegiatan diskusi berjalan
dengan baik.
3) Setelah ditemukan konsep/prinsip/hubungan yang terkandung
pada materi yang dipelajari, kemudian guru menunjuk secara
acak salah satu kelompok untuk menyampaikan hasil kerja
kelompoknya dan mempersilahkan kelompok lain untuk
menanggapi dan membandingkan hasil diskusi mereka.
24
4) Guru menyamakan persepsi siswa tentang
konsep/prinsip/hubungan yang telah ditemukan serta
memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.
c. Latihan Terkontrol
1) Guru memberikan soal latihan kepada masing-masing kelompok
yang berkaitan dengan konsep/prinsip/hubungan yang telah
ditemukan.
2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan
soal tersebut dengan kelompoknya, sambil membimbing dan
mengarahkan siswa selama jalannya diskusi serta mengawasi dan
mengendalikan situasi kelas.
3) Guru menunjuk secara acak salah satu kelompok untuk
menyampaikan jawaban mereka dan mempersilahkan kelompok lain
untuk menanggapi dan membandingkan jawaban mereka.
4) Guru memberikan penilaian dari jawaban siswa dan menyampaikan
jawaban sebenarnya.
d. Kerja Mandiri (seatwork)
Guru memberikan soal latihan dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengerjakan latihan secara individual.
e. Penutup
1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari
25
2) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
3. Observasi
Selama pelaksanaan tindakan akan diadakan observasi, dalam
observasi ini akan diamati kegiatan guru dan aktivitas siswa yang tampak
selama kegiatan pembelajaran serta apakah kegiatan pembelajaran telah
dilaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Semua
aktivitas tersebut akan dicatat dalam lembar observasi yang telah disiapkan.
4. Evaluasi-Refleksi
Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan
yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian
dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Evaluasi hasil belajar siswa dilakukan pada tiap akhir siklus dengan
memberikan tes hasil belajar berbentuk soal uraian (essay). Menurut
Suherman (2001: 67) tes essay adalah tes kemajuan belajar yang
memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan. Tes ini dibuat dengan
tujuan agar siswa mengungkapkan pikirannya ke dalam suatu kerangka yang
terstruktur, menguraikan hubungan, dan mempertahankan pendapat secara
tertulis.
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis. Dari
hasil observasi dan evaluasi pada siklus I guru mengidentifikasikan
kesalahan dan kekurangan, menganalisis penyebab kekurangan dan
26
merefleksi diri untuk melakukan persiapan menyusun tindakan perbaikan
untuk melaksanakan siklus II. Tindakan yang sama juga dilakukan untuk
siklus II dan III.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data penelitian ini berasal dari siswa kelas VII.D dan guru
mata pelajaran matematika SMP Negeri 15 Mataram (dalam hal ini gurunya
adalah peneliti).
2. Jenis Data
Jenis data dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif yang
terdiri dari:
a. Data aktivitas belajar siswa.
b. Data aktivitas guru pada saat pelaksanaan tindakan kelas.
c. Data hasil evaluasi belajar siswa.
3. Cara Pengambilan Data
Cara pengambilan data pada penelitian ini yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
a. Data hasil evaluasi belajar siswa diambil dengan memberikan tes kepada
siswa pada akhir tiap siklus.
b. Data aktivitas siswa dalam kelas diambil dengan menggunakan lembar
observasi pada tiap pertemuan.
27
c. Data aktivitas guru pada saat pelaksanaan tindakan kelas diambil dengan
menggunakan lembar observasi pada tiap pertemuan.
F. Analisis Data
1. Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas belajar siswa dianalisis dengan cara berikut:
a. Menentukan skor yang diperoleh siswa, skor setiap individu tergantung
banyaknya perilaku yang diperoleh siswa dari sejumlah indikator yang
diambil.
Indikator perilaku siswa yang diamati pada penelitian ini adalah:
1) Antusiasme siswa dalam mengikutu pembelajaran.
2) Interaksi siswa dengan guru.
3) Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok.
4) Aktivitas siswa dalam mengerjakan latihan soal.
5) Aktivitas siswa dalam kegiatan penemuan terbimbing
6) Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar.
Setiap indikator mempunyai tiga deskriptor, adapun cara penskorannya
dengan cara 1 diberikan jika deskriptor tampak, dan skor 0 diberikan
jika deskriptor tidak tampak. Maka rata-rata skor minimal dan
maksimal aktivitas belajar siswa masing-masing 0 dan 18.
Dimana:
28
X = skor rata-rata aktivitas belajar siswa
= jumlah skor seluruh siswa
n = banyaknya siswa
b. Data tentang aktivitas belajar siswa dianalisis secara deskriptif kwalitatif
dengan menggunakan skor 1 dan 0, jumlah yang diamati adalah 6
indikator dengan skor masing-masing indikator adalah 3, maka skor
maksimal yang akan diperoleh siswa adalah 18 dan skor minimal yang
mungkin adalah 0.
c. Analisis data aktivitas belajar siswa menggunakan Mi (Mean ideal) dan
SDi (standar deviasi ideal).
(skor maksimal + skor minimal)
(skor maksimal + skor minimal)
Berdasarkan skor standar, maka kriteria untuk menentukan
aktivitas belajar siswa (Nurkencana dan Sunarta, 1990: 103) dijabarkan
pada tabel 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.2: Pedoman kriteria aktivitas siswaInterval Nilai Kategori
+1,5 3 Sangat aktif
+0,5 1,5 Aktif
- 0,5 0,5 Cukup aktif
- 1,5 - 0,5 Kurang aktif
- 3 - 1,5 Sangat kurang aktif
29
2. Data Aktivitas Guru
Penilaian aktivitas guru dilakukan melalui observasi langsung
(directed observation), dimana seorang guru yang sedang mengajar
diobservasi langsung oleh observer (pengamat) dan observer berada
bersama-sama guru dan siswa di dalam kelas. Sedangkan data mengenai
aktivitas guru diambil menggunakan lembar observasi berupa activity check
list.
Adapun indikator aktivitas guru yang diobservasi dalam penelitian ini
adalah:
a. Pemberian apersepsi dan motivasi kepada siswa.
b. Membimbing siswa dalam kegiatan penemuan
c. Kemampuan menciptakan suasana kelas yang kondusif.
d. Pendampingan siswa dalam diskusi kelompok.
e. Mengakhiri pembelajaran.
3. Data Prestasi Belajar siswa
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa, hasil tes belajar
akan dianalisis secara deskriptif, yaitu menentukan nilai rata-rata hasil tes.
Analisis untuk mengetahui hasil tes belajar dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
30
M = Skor rata-rata hasil belajar siswa
= Skor ke-I, dengan i = 1, 2, 3, …,n
n = Banyaknya siswa
Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat apabila terdapat
peningkatan rata-rata dari skor berikutnya (Depdikbud, 1994: 2). Terjadi
atau tidaknya peningkatan skor rata-rata siswa secara signifikan dapat
dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut:
dengan ;
Dimana:
= Beda tiap pasangan
= Rata-rata selisih
= Nilai siswa siklus sebelumnya
= Nilai siswa silkus sesudahnya
= Simpangan baku
n = Banyaknya siswa di kelas
dk = Derajat kebebasan
= 0,05
= Rata-rata nilai pada siklus sesudahnya sama dengan rata-rata nilai
pada siklus sebelumnya.
= Rata-rata nilai sesudahnya lebih besar dari rata-rata nilai sebelumnya
Terima jika dimana didapat dari distribusi t dengan peluang
(1-α) dan dk = (n-1). Dalam hal lainnya ditolak (Sudjana, 2002: 210,
242).
31
G. Indikator Kerja
Indikator keberhasilan penelitian ini adalah:
1. Aktivitas belajar siswa dikatakan telah meningkat jika berkategori aktif dan
rata-rata skor siklus sesudahnya mengalami peningkatan dari rata-rata skor
sebelumnya.
2. Prestasi belajar siswa dikatakan meningkat jika rata-rata kelas siklus
sesudahnya mengalami peningkatan secara signifikan dari rata-rata kelas
siklus sebelumnya dan nilai rata-rata minimal 65.
3. Proses belajar mengajar yang merupakan penerapan model pembelajaran
MMP dikatakan telah optimal jika skor aktivitas guru minimal 80%.
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data-data yang sudah diperoleh dari hasil observasi dan hasil evaluasi pada
setiap siklus yang sudah direncanakan akan dianalisis dengan metode dan rumus
yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun hasil setiap siklus adalah sebagai
berikut:
1) Siklus I
Pembelajaran pada siklus I berlangsung dalam 3 pertemuan.
Pertemuan I berlangsung selama 3 x 40 menit, sedangkan pertemuan II dan
pertemuan III berlangsung selama 2 x 40 menit. Kegiatan evaluasi
berlangsung selama 40 menit pada pertemuan IV. Materi yang dibahas pada
siklus I adalah himpunan dan notasinya, anggota himpuanan, himpunan
kosong dan himpunan semesta, dan diagram venn.
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I (lampiran 1.1)
2) Menyiapkan LKS siklus I (lampiran 1.2)
3) Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru (lampiran 1.3)
4) Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa (lampiran 1.4)
5) Menyusun kisi-kisi soal evaluasi siklus I (lampiran 1.5)
33
6) Menyusun soal evaluasi belajar siswa (lampiran 1.6)
7) Menyiapkan pedoman penskoran soal evaluasi siklus I (lampiran 1.7)
8) Membentuk 10 kelompok diskusi belajar siswa berdasarkan hasil ujian
MID semester siswa dan keterangan dari guru dengan anggota kelompok
yang heterogen (lampiran 5)
b. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah direncanakan melalui model pembelajaran MMP. Model
pembelajaran MMP yang dilaksanakan terdiri dari 5 tahap yaitu
pendahuluan, pengembangan, latihan terkontrol, kerja mandiri (seatwork),
dan penutup. Pada tahap pendahuluan guru menyampaikan dan menjelaskan
model pembelajaran yang akan digunakan, memberikan motivasi dan
apersepi mengenai materi prasyarat yang dikaitkan dengan materi yang akan
dibahas, serta kaitan pelajaran yang akan dipelajari dengan kehidupan
sehari-hari, misalnya dengan meminta siswa memperhatikan kumpulan
benda-benda yang ada di kelas, di rumah, dan sebagainya.
Pada tahap pengembangan guru menggunakan metode penemuan
terbimbing untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga siswa dapat
mempergunakan idenya, konsep serta pengetahuan yang telah dimiliki untuk
menemukan suatu konsep baru. Pada tahap ini guru membimbing siswa
dengan LKS atau dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
34
membantu mengarahkan siswa untuk menemukan sifat, konsep atau rumus.
Pada pertemuan pertama guru menggunakan LKS yang dikerjakan secara
berkelompok dan serangkaian pertanyaan untuk membantu siswa
menemukan konsep pengertian himpunan dan notasinya, serta anggota
himpunan. Pada pertemuan kedua dan ketiga guru membimbing siswa
menemukan konsep baru dengan menggunakan LKS yang dikerjakan secara
berkelompok. Selanjutnya guru menyamakan persepsi siswa tentang konsep
yang telah ditemukan.
Pada tahap latihan terkontrol, siswa diberikan tugas untuk
mengerjakan LKS secara berkelompok untuk menyelesaikan soal-soal yang
berkaitan dengan konsep yang telah ditemukan. Kemudian guru menunjuk
secara acak salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
Selanjutnya pada tahap seatwork, guru memberikan soal latihan
mandiri kepada siswa, yang bertujuan untuk melihat sejauh mana
kepahaman siswa tentang konsep yang telah dipelajari. Pada tahap penutup
guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang sudah berdiskusi
dengan baik dan yang telah mengerjakan soal latihan dengan baik.
Selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan hasil belajar dan
memberikan penekanan konsep materi yang telah dipelajari. Sebelum
pembelajaran diakhiri guru memberikan PR kepada siswa dan meminta
35
siswa untuk mempelajari materi yang akan dibahas pada pertemuan
berikutnya.
c. Observasi
1) Hasil observasi aktivitas belajar siswa
Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, dilakukan observasi oleh
observer. Dari hasil observasi aktivitas belajar siswa (lampiran 1.4)
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I
No IndikatorPertemuan
I II III1 Antusiasme siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran2,63 2,83 2,81
2 Interaksi siswa dengan guru 1,51 1,51 1,733 Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok 1,39 1,42 1,464 Aktivitas siswa dalam mengerjakan latihan
soal1,98 1,56 1,98
5 Aktivitas siswa dalam kegiatan penemuan terbimbing
0,80 1,17 1,24
6 Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar
1,15 1,34 1,46
Jumlah 9,46 9,83 10,68Jumlah siswa 41 41 41
Rata-rata siklus I 9,99Katagori CUKUP AKTIF
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata
skor aktivitas belajar siswa pada siklus I adalah 9,99 dengan katagori
cukup aktif.
36
Hasil observasi aktivitas belajar siswa (lampiran 1.4) selama
proses pembelajaran berlangsung dapat dilihat bahwa aktivitas belajar
siswa yang sudah terlaksana dengan baik adalah antusiasme siswa dalam
mengikuti pembelajaran dan aktivitas siswa dalam mengerjakan latihan
soal. Selain itu, terdapat beberapa kekurangan yang terdapat pada siklus
I, yaitu:
a) Masih ada kelompok yang tidak bisa mengikuti petunjuk dalam
mengerjakan LKS, sehingga waktu yang dibutuhkan lebih banyak.
b) Beberapa kelompok kurang aktif dalam berdiskusi yang disebabkan
karena kurang kerjasama antar anggota kelompok.
c) Interaksi siswa dengan guru kurang, beberapa siswa masih malu
bertanya kepada guru walaupun ada materi yang kurang dimengerti.
d) Beberapa siswa kurang memahami materi prasyarat seperti materi
bilangan bulat.
e) Beberapa siswa kurang cocok dengan anggota kelompoknya.
2) Hasil observasi kegiatan guru
Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru (lampiran 1.3),
ketercapaian indikator aktivitas guru sebesar 93,33 %. Walaupun telah
berkategori optimal, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat
beberapa kekurangan-kekurangan, yaitu:
a) Guru kurang mampu menciptakan suasana yang menarik perhatian
siswa.
37
b) Guru kurang menegaskan batas waktu kegiatan sehingga
penggunaan waktu kurang efektif.
c) Guru kurang menekankan agar siswa saling membantu antar sesama
anggota kelompoknya.
d. Evaluasi-Refleksi
Evaluasi dilakukan pada akhir siklus, yaitu pada pertemuan keempat.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah siswa sudah memahami dengan
baik materi yang telah diajarkan. Untuk mengetahui hasil belajar siswa
digunakan tes dalam bentuk essay sebanyak 3 soal (lampiran1.6) dengan
alokasi waktu 40 menit.
Tabel 4.2 ringkasan hasil evaluasi belajar siswa siklus I
Nilai tertinggi 87Nilai terendah 20Banyak siswa yang mengikuti evaluasi 41Rata-rata kelas 46,59
Dari hasil analisis siklus I diperoleh rata-rata nilai siswa 46,59 dengan
nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 20. Hasil yang diperoleh pada siklus I
tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan pengamat, terdapat
kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi demi perbaikan dan kemajuan
hasil belajar pada siklus II (hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
1.8). Perbaikan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II:
1) Guru merubah susunan anggota kelompok.
38
2) Guru memberikan panduan tentang cara mengerjakan LKS sebelum
diskusi dimulai.
3) Guru mengingatkan kembali tentang materi yang telah dipelajari di
siklus I karena akan tetap digunakan dalam pembelajaran.
4) Guru memotivasi siswa agar tidak malu bertanya kepada guru apabila
ada hal-hal yang belum dimengerti.
5) Guru memotivasi siswa supaya saling membantu antar anggota
kelompoknya dan meminta siswa yang sudah mengerti agar membantu
menjelaskan kepada temannya yang belum mengerti.
6) Guru menjelaskan tugas dan batas waktu kegiatan, agar kegiatan dapat
selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
7) Guru berusaha untuk menciptakan suasana yang menarik dan
menyenangkan bagi siswa dan mampu mengendalikan kondisi yang
dapat mengganggu proses pembelajaran seperti mendatangi siswa yang
ribut dan menanyakan sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi
yang diajarkan.
2. Siklus II
Pelaksanan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan siklus I,
tetapi pada siklus II dilakukan perbaikan dari beberapa kekurangan pada
siklus I, dimana perbaikannya sesuai dengan hasil refleksi siklus I.
pembelajaran pada siklus II berlangsung dalam 2 pertemuan. Materi yang
dibahas pada siklus II adalah himpunan bagian dan irisan dua himpunan.
39
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II (lampiran 2.1)
2) Menyiapkan LKS siklus II (lampiran 2.2)
3) Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru (lampiran 2.3)
4) Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa (lampiran 2.4)
5) Menyusun kisi-kisi soal evaluasi siklus I (lampiran 2.5)
6) Menyusun soal evaluasi belajar siswa (lampiran 2.6)
7) Menyiapkan pedoman penskoran soal evaluasi siklus II (lampiran 2.7)
8) Membentuk 10 kelompok diskusi belajar siswa yang baru (lampiran 6)
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan berdasarkan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan. Siklus II dilaksanakan
dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I. Sebelum
membahas materi baru, guru terlebih dahulu mengingatkan siswa tentang
materi yang telah dipelajari pada siklus I dan materi prasyarat yaitu materi
bilangan bulat. Hal ini bertujuan untuk lebih memfokuskan siswa dalam
menerima materi selanjutnya.
Pada siklus ini juga guru membentuk kelompok yang baru sehingga
siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya pada siklus I dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada tahap pengembangan guru
menggunakan LKS dan serangkaian pertanyaan untuk membantu siswa
40
dalam menentukan himpunan bagian dari suatu himpunan. Sedangkan pada
latihan terkontrol siswa mengerjakan LKS secara berkelompok.
c. Observasi
1) Hasil observasi aktivitas belajar siswa
Dari hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II (lampiran
2.4) diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II
No IndikatorPertemuanI II
1Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
2,78 2,93
2 Interaksi siswa dengan guru 2,03 2,143 Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok 1,34 1,684 Aktivitas siswa dalam mengerjakan latihan soal 1,78 2,07
5Aktivitas siswa dalam kegiatan penemuan terbimbing
1,32 1,27
6Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar
1,73 1,76
Jumlah 10,98 11,85Jumlah siswa 41 41
Rata-rata siklus II 11,42Katagori AKTIF
Dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa rata-rata aktivitas belajar
siswa siklus II adalah 11,42 dengan katagori aktif. Jika dibandingkan
dengan rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I yaitu 9,99 dengan
katagori cukup aktif, maka hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini terjadi karena siswa mulai
memahami langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan. Hal ini
41
terlihat dari antusiasme dan kerjasama siswa dalam melaksanakan
diskusi mulai meningkat dari siklus sebelumnya. Siswa sudah mulai
berani bertanya dan mengemukakan pendapatnya kepada guru.
Selain itu, terdapat beberapa kekurangan-kekurangan yang ada
pada siklus II (lampiran 2.4), yaitu:
a) Beberapa siswa hanya mengandalkan hasil kerja dari teman
sekelompoknya saja, tanpa ikut berdiskusi secara maksimal.
b) Pada saat presentasi hasil diskusi kelompok (pada latihan terkontrol)
sebagian siswa kurang menaggapi dan memperhatikan kelompok
yang sedang presentasi.
2) Hasil observasi kegiatan guru
Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru (lampiran 2.3),
ketercapaian indikator aktivitas guru sebesar 100%. Walaupun telah
berkatagori optimal, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat
beberapa kekurangan-kekurangan, yaitu:
a) Guru terlalu cepat menjelaskan materi.
d. Evaluasi-Refleksi
Evaluasi belajar siswa dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Evaluasi
dilakukan dengan memberikan soal sebanyak 2 soal dalam bentuk essay
(lampiran 2.6). Data hasil evaluasi siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
42
Tabel 4.4 ringkasan hasil evaluasi belajar siswa siklus II
Nilai tertinggi 100Nilai terendah 26Banyak siswa yang mengikuti evaluasi 41Rata-rata kelas 63,51
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas yang
diperoleh pada siklus II adalah 63,51. Rata-rata ini mengalami peningkatan
dari siklus I yaitu 46,59 menjadi 63,51. Setelah dianalisis dengan uji t,
diperoleh nilai = 6,44 dengan peluang ( 1 - ) = 0,95 ; dk = 40 ; dari
daftar distribusi t diperoleh t0,95 = 1,68. Aturan untuk menguji adalah tolak
H0 jika yang berarti rata-rata nilai siswa pada siklus II
mengalami peningkatan secara signifikan dari rata-rata nilai siklus I (hasil
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.9). Walaupun nilai siswa
mengalami peningkatan secara signifikan pada siklus II, tetapi pada proses
pembelajaran siklus II masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki.
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan observer, terdapat
kekurangan-kekurangan yang perlu dibenahi demi perbaikan dan kemajuan
hasil pada siklus II (hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.8).
perbaikan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II:
1) Guru mengingatkan kembali tentang materi yang telah dipelajari di
siklus I karena akan tetap digunakan dalam pembelajaran.
43
2) Guru menekankan agar siswa mencoba mengerjakan soal latihan yang
diberikan bukan hanya menyalin jawaban temannya dan memperbaiki
jawaban yang masih salah.
3) Guru lebih memperhatikan kemampuan siswa dalam menerima dan
mencerna penjelasannya.
4) Guru memotivasi siswa agar memperhatikan dan memberi tanggapan
kepada kelompok yang presentasi.
3. Siklus III
a. Perencanaan
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran siklus II (lampiran 3.1)
2) Menyiapkan LKS siklus II (lampiran 3.2)
3) Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru (lampiran 3.3)
4) Menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa (lampiran 3.4)
5) Menyusun kisi-kisi soal evaluasi siklus I (lampiran 3.5)
6) Menyusun soal evaluasi belajar siswa (lampiran 3.6)
7) Menyiapkan pedoman penskoran soal evaluasi siklus III (lampiran 3.7)
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III dilaksanakan berdasarkan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan. Siklus III
dilaksanakan dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus II
berdasarkan hasil refleksi siklus II.
44
c. Observasi
1) Hasil observasi aktivitas belajar siswa
Berdasarkan hasil observasi diperoleh data aktivitas belajar siswa
siklus III (lampiran 3.4) sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus III
No IndikatorPertemuan
I
1Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
2,93
2 Interaksi siswa dengan guru 2,203 Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok 1,734 Aktivitas siswa dalam mengerjakan latihan soal 2,02
5Aktivitas siswa dalam kegiatan penemuan terbimbing
1,59
6Partisipasi siswa dalam menyimpulkan hasil belajar
1,73
Jumlah 12,20Jumlah Siswa 41
Rata-rata siklus III 12,20Katagori AKTIF
Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata aktivitas
belajar siswa pada siklus III mengalami peningkatan dari siklus II yaitu
11,42 menjadi 12,20. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, berarti
aktivitas belajar siswa pada siklus III berkatagori aktif. Dari hasil
observasi kegiatan belajar mengajar, aktivitas belajar siswa pada siklus
II dapat ditingkatkan pada siklus III.
45
2) Hasil observasi kegiatan guru
Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru (lampiran 3.3),
ketercapaian indikator aktivitas guru sebesar 100%.
d. Evaluasi-Refleksi
Evaluasi belajar siswa dilaksanakan pada pertemuan kedua. Evaluasi
dilakukan dengan memberikan soal sebanyak 2 soal dalam bentuk essay
(lampiran 3.6). Data hasil evaluasi siklus III dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Ringkasan hasil evaluasi siklus III
Nilai tertinggi 100Nilai terendah 55Banyak siswa yang mengikuti evaluasi 41Rata-rata kelas 69,46
Dari tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas yang
diperoleh pada siklus III adalah 69,46. Rata-rata ini mengalami peningkatan
dari siklus II yaitu dari 63,51 menjadi 69,46. Setelah dianalisis dengan uji t
didapat nilai = 3,74 dengan peluang ( 1 - ) = 0,95 ; dk = 40, dari
daftar distribusi didapat t0,95 = 1,68. Aturan untuk menguji adalah tolak H0
jika yang berarti rata-rata skor siswa pada siklus III mengalami
peningkatan secara signifikan dari rata-rata nilai siklus II (hasil
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.8).
B. Pembahasan
46
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar matematika siswa pada pokok
bahasan himpunan dengan menerapkan model pembelajaran MMP. Penelitian ini
dilaksanakan dalam tiga siklus. Ringkasan hasil analisis observasi aktivitas dan
prestasi belajar siswa siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.7 Ringkasan hasil observasi aktivitas dan prestasi belajar siswa siklus I, siklus II, dan siklus III
Siklus Pertemuan
AktivitasRata-Rata
Nilai Tes
Peningkatan Rata-Rata Nilai Tes
SkorRata-Rata Skor
Katagori
1
I 9,469,99
Cukup Aktif 46,59 -
II 9,83III 10,68IV Evaluasi siklus I
2I 10,98
11,42 Aktif63,51 SignifikanII 11,85
III Evaluasi siklus II
3I 12,20 12,20 Aktif
69,46 SignifikanII Evaluasi siklus III
Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan aktivitas belajar siswa termasuk
katagori cukup aktif dengan rata-rata skor aktivitas belajar siswa sebesar 9,99.
Sedangkan rata-rata nilai prestasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar
46,59. Rendahnya rata-rata nilai prestasi belajar siswa pada siklus I karena siswa
belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran MMP yang mengarahkan
siswa untuk mengemukakan gagasan yang dimiliki melalui LKS maupun
47
mengungkapkannya langsung kepada guru. Sehingga aktivitas dan penguasaan
konsep masih kurang. Hal ini dikarenakan siswa cenderung diam dan malu untuk
bertanya pada guru maupun temannya yang sudah benar menjawab LKS jika
mereka mengalami kesulitan dalam menjawab LKS. Selain itu, beberapa siswa
kurang cocok dengan anggota kelompoknya. Hal ini menyebabkan diskusi dalam
kelompok kurang berjalan seperti yang direncanakan. Sebagian besar siswa juga
kurang menguasai materi prasyarat seperti materi bilangan bulat yang sudah
mereka pelajari di semester I, sehingga siswa tersebut kesulitan untuk
menemukan dan mengembangkan konsep baru.
Pada siklus I guru kurang menekankan siswa supaya saling membantu antar
sesama anggota kelompoknya sehingga beberapa kelompok kurang aktif dalam
berdiskusi. Selain itu juga guru kurang menjelaskan batas waktu kegiatan,
sehingga waktu untuk diskusi kelompok dan latihan mandiri tidak sesuai dengan
yang direncanakan. Akibatnya tidak semua soal pada latihan mandiri dapat
diselesaikan. Guru juga kurang mampu menciptakan kondisi yang menarik bagi
siswa terutama pada pertemuan pertama yang menyebabkan konsentrasi siswa
tidak terfokus pada proses belajar mengajar.
Proses pembelajaran pada siklus II dilaksanakan seperti pada siklus I, tetapi
guru melakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan yang
ditemukan pada siklus I. Pada siklus II guru lebih memberikan penekanan pada
materi yang belum dikuasai siswa dengan menanyakan kembali materi yang
sudah mereka dapatkan pada siklus I serta memberikan pemahaman kepada siswa
48
tentang materi prasyarat seperti bilangan bulat, sehingga siswa akan lebih mudah
dalam menemukan konsep baru serta dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan. Guru juga memberikan motivasi kepada siswa untuk saling membantu
antar sesamanya atau langsung bertanya kepada guru bila ada hal-hal yang belum
dimengerti dalam menyelesaikan LKS.
Selain itu guru berusaha untuk menciptakan suasana yang menarik dan
menyenangkan bagi siswa dan mengendalikan kondisi yang dapat mengganggu
proses pembelajaran seperti mendatangi siswa yang ribut dan menanyakan sejauh
mana pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan. Guru juga selalu
mengingatkan tugas dan batas waktu kegiatan sehingga kegiatan dapat berjalan
seperti yang direncanakan.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II diperoleh bahwa
rata-rata skor aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I, yaitu
dari 9,99 menjadi 11,42 dengan katagori aktif. Hal ini terjadi karena siswa mulai
terbiasa dengan langkah-langkah pemebelajaran yang diterapkan. Ini terlihat dari
antusias dan kerjasama siswa mulai meningkat dari siklus sebelumnya. Siswa
sudah mulai berani mengemukakan pendapatnya dan menanyakan materi atau
hal-hal yang kurang dimengerti dari penjelasan yang diberikan oleh guru.
Dari hasil evaluasi siklus II diperoleh rata-rata nilai prestasi belajar siswa
63,51. Rata-rata ini mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu dari
46,59 menjadi 63,51. Setelah dianalisis dengan uji t, diperoleh nilai = 6,44
49
dengan peluang ( 1 - ) = 0,95 ; dk = 40 ; dari daftar distribusi t diperoleh t0,95 =
1,68. Aturan untuk menguji adalah tolak H0 jika yang berarti rata-rata
nilai siswa pada siklus II mengalami peningkatan secara signifikan dari rata-rata
nilai siklus I.
Pelaksanaan pembelajaran siklus III dilakukan dengan perbaikan siklus II.
Pada siklus III guru lebih memperhatikan siswa yang masih kesulitan dalam
menerima materi pelajaran serta meminta supaya siswa yang sudah mengerti
untuk membantu temannya yang masih kesulitan. Guru juga memotivasi siswa
untuk berani mengemukakan gagasan yang mereka miliki dan memberikan
tanggapan atas pendapat temannya baik pada saat diskusi berlangsung maupun
saat presentasi hasil diskusi.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus III diperoleh
bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus II.
Rata-rata aktivitas belajar siswa siklus III adalah 12,20 dengan katagori aktif.
Dari hasil evaluasi siklus III diperoleh rata-rata nilai prestasi belajar siswa
69,46. Rata-rata ini mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu dari
63,51menjadi 69,46. Setelah dianalisis dengan uji t, diperoleh nilai = 3,74
dengan peluang ( 1 - ) = 0,95 ; dk = 40 ; dari daftar distribusi t diperoleh t0,95 =
1,68. Aturan untuk menguji adalah tolak H0 jika yang berarti rata-rata
nilai siswa pada siklus III mengalami peningkatan secara signifikan dari rata-rata
nilai siklus II. Walaupun pada siklus III rata-rata nilai prestasi belajar siswa hanya
50
mencapai 69,46 tetapi penelitian tidak dilanjutkan ke siklus IV karena alokasi
waktu untuk pokok bahasan himpunan adalah 20 jam pelajaran, dimana dalam
penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus, sehingga jam pelajaran untuk pokok
bahasan himpunan telah habis.
Secara keseluruhan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
model MMP pada pokok bahasan himpunan dapat meningkatkan prestasi dan
aktivitas belajar siswa. Hal ini disebabkan karena dalam penerapan model
pembelajaran MMP, siswa belajar secara aktif untuk menemukan suatu konsep,
dimana hal itu menuntut siswa untuk berpikir dan menggunakan kemampuan
intelektualnya sehingga siswa merasakan pembelajaran yang bermakna bagi
dirinya. Karena siswa telah menguasai konsep dasar dari materi himpunan
tersebut sehingga siswa tidak kesulitan untuk menerapkannya dalam pemecahan
masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner dan Kenney ( dalam Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2004: 10) yang menyatakan bahwa
hasil belajar dengan metode penemuan terbimbing lebih mudah diingat oleh siswa
dan selanjutnya mengaplikasikannya dalam situasi-situasi yang sesuai.
BAB V
51
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran MMP (Missouri Mathematics Project) pada
pembelajaran matematika pokok bahasan himpunan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VII.D SMP Negeri 15 Mataram.
2. Penerapan model pembelajaran MMP (Missouri Mathematics Project) pada
pembelajaran matematika pokok bahasan himpunan dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa kelas VII.D SMP Negeri 15 Mataram.
B. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti dari hasil
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru SMPN 15 Mataram diharapkan untuk menerapkan model
pembelajaran MMP dalam pembelajaran pokok bahasan himpunan.
2. Bagi mahasiswa atau pihak lain yang ingin meneliti lebih lanjut diharapkan
mencoba menerapkan model pembelajaran MMP pada pokok bahasan yang
lain, misalnya persamaan dan fungsi kuadrat.
52
3. Bagi peneliti diharapkan mengecek terlebih dahulu pemahaman siswa
terutama mengenai materi prasyarat yang akan digunakan untuk
mendiskusikan konsep yang baru.
53