skripsi pendidikan (100)
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN
PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
DI KELAS II SLTP NEGERI 1 DORO PEKALONGAN
TAHUN PELAJARAN 2003/2004
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Rukhil Isnaini
NIM 1314981106
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
ii
2004
iii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Kamis
Tanggal : 25 Maret 2004
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Siswanto Drs. Suharso, M.Pd
NIP. 130515769 NIP. 131754158
Pembimbing I Angggota Penguji
Dra. Awalya, M.Pd 1. Drs. B. Purwanto, M.Pd
NIP. 131754159 NIP. 130515770
Pembimbing II
Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si 2. Dra. Awalya, M.Pd
NIP. 132255795 NIP. 131754159
3. Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si
NIP. 132255795
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
The most beautiful side in life is an experience to strungle in life, idealistics and realistics in life without giving up in hopes and purposes and don’t forget to pray to Allah The All Mighty. Amien
Persembahan
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Bapak Munasir dan Ibu Surati tercinta
2. Mas Nasrumin, Nasrudin, Imam, Mbak
Afifah, Adik Fifi, dan Dik Ana yang
memberikan dukungan dan do’a.
3. IMM, FOSI, REM-FM, MBB dalam
perjuangan selalu semangat
4. Jamparing Kost, Muin, Kanthi, Teguh,
Arif, Vita, Sobirin, Untung, Mbak Erna
5. Saudara-saudaraku & anak-anakku di
SLTP N 3 Kedungwuni Pekalongan
v
PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberi
karunia, rahmat, taufik dan hidayah-Nya hingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Pengaruh Persepsi Siswa tentang Layanan
Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar di kelas II SLTP Negeri 1 Doro
Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004”.
Penelitian ini dilatarbelakangi dengan fenomena yang menunjukkan
kurangnya motivasi belajar pada siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan,
terlihat dari sikap siswa yang kurang menyenangi suatu pelajaran tertentu, sering
datang terlambat, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru, acuh tak acuh
pada saat proses pelajaran berlangsung, anak belajar tanpa persiapan dan kurang
aktif dalam pembelajaran. Gejala rendahnya motivasi belajar ini diprediksikan,
berkaitan dengan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran yang kurang baik.
Dalam penelitian diungkap secara empiris gejala-gejala tersebut dan pengaruhnya
terhadap motivasi belajarnya.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunnya skripsi ini bukan
hanya atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga berkat bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada yang terhormat :
1. Drs. A.T Sugito, SH., MM, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.
2. Drs. Siswanto, Dekan FIP UNNES yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Suharso, M.Pd, Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, FIP UNNES,
yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi.
vi
4. Dra. Awalya, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
motivasi dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang,
yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam pelaksanaan ujian
skripsi.
7. Kepala Sekolah SLTP Negeri I Doro Pekalongan, berkenan memberi ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Para guru dan karyawan SLTP Negeri I Doro Pekalongan, berkenan memberi
bantuan informasi, dan kesempatan waktu untuk melakukan penelitian.
9. Siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan, yang bersedia menjadi
sampel penelitian.
10. Bapak Ibu tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, rasa manis seperti
madu, dan doa seperti air yang mengalir tanpa henti dalam mendukung
penelitian, semoga Allah memberikan pahala yang sesuai.
11. Mas Nasrudin, Mas Nasrumin, Mas Imam, Mbak Afifah, Dik Fifi dan Dik
Ana yang setia selalu dalam memberikan doa dalam penelitian.
12. Rekan-rekan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan bantuan dan dorongan baik material maupun spiritual
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca semua.
Semarang, Maret 2004
Penulis
vii
SARI
Rukhil Isnaini. 2004. Pengaruh Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran
terhadap Motivasi Belajar di kelas II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. FIP. UNNES.
Fenomena yang terjadi di SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan, menunjukkan
ada kecenderungan prestasi belajar siswa masih di bawah batas pengentasan, yang
disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar, terlihat dari sikap siswa yang kurang
menyenangi suatu pelajaran tertentu, sering datang terlambat, tidak mengerjakan
tugas yang diberikan guru, acuh tak acuh pada saat proses pelajaran berlangsung,
anak belajar tanpa persiapan dan kurang aktif dalam pembelajaran. Gejala
kurangnya motivasi belajar antara lain: rendahnya kesadaran untuk membaca
buku pelajaran, kurangnya keingintahuan terhadap permasalahan pelajaran,
kurang optimalnya siswa pada saat membuat tugas yang diberikan guru. Untuk
mengatasi tersebut, guru BK telah menyampaikan layanan pembelajaran dengan
maksud agar siswa mampu memahami tujuan belajar dan cara belajar efektif
sehingga mencapai hasil yang optimal. Namun demikian, masih juga gejala-gejala
motivasi belajar yang rendah. Diprediksikan, berkaitan dengan persepsi siswa
tentang layanan pembelajaran yang kurang baik. Melalui penelitian diungkap
secara empiris gejala-gejala tersebut dan pengaruhnya terhadap motivasi
belajarnya. Masalah dalam penelitian ini adalah 1) Seberapa besar tingkat persepsi
siswa tentang layanan pembelajaran. 2) Seberapa besar tingkat motivasi belajar
siswa, 3) Apakah ada pengaruh yang signifikan persepsi siswa tentang layanan
pembelajaran terhadap motivasi belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1) Tingkat persepsi siswa tentang layanan pembelajaran, 2) Tingkat motivasi
belajar siswa dan 3) menguji secara empiris ada tidaknya pengaruh yang
signifikan persepsi siswa tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar
siswa. Hipotesis penelitian ini ada tiga yaitu: 1) Persepsi siswa kelas II SLTP
Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan tentang layanan pembelajaran dalam
kategori rendah. 2) Motivasi belajar siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro
Kabupaten Pekalongan dalam kategori rendah. 3) Ada pengaruh positif yang
signifikan persepsi tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa
kelas II di SLTP Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran
2003/2004.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas II SLTP Negeri 1 Doro
Pekalongan tahun pelajaran 2003/2004 sebanyak 179. Sampel diambil secara
proporsional random sampling sebanyak 124 siswa. Variabel yang diteliti ada dua
yaitu persepsi siswa tentang layanan pembelajaran sebagai variabel bebas dan
motivasi belajar sebagai variabel terikat. Data diambil dengan skala psikologis.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t dan analisis regresi.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat persepsi siswa tentang
layanan pembelajaran mencapai 61.9738%, dan diperoleh thitung (-1.028) dengan
probabilitas 0.306 > α = 0.05, yang berarti persepsi siswa tentang cara
penyampaian dan materi layanan pembelajaran oleh guru pembimbing dalam
kategori rendah. Tingkat motivasi belajar siswa mencapai 62.3854%, dan
viii
diperoleh thitung (-0.204) dengan probabilitas 0.839 > α = 0.05, yang berarti
motivasi belajar siswa dalam kategori rendah, yang berarti keinginan belajar siswa
ingin mengetahui seluk beluk masalah masih kurang, kurang kesadaran kemauan
senang membaca, kurang tekun menghadapi tugas, kurang ulet menghadapi
kesulitan, minat terhadap suatu masalah belajar masih rendah, dan kurang senang
bekerja mandiri Hasil analisis regresi diperoleh F hitung sebesar 73.809 dengan
probabilitas 0.000 < α = 0.00, yang berarti ada pengaruh yang signifikan persepsi
layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa di kelas II SLTP Negeri 1
Doro Pekalongan Tahun Pelajaran 2003/2004.
Simpulan dalam penelitian ini adalah: 1) Persepsi siswa kelas II SLTP
Negeri 1 Doro Pekalongan dalam aktegori rendah, 2) Motivasi belajar siswa kelas
II SLTP Negeri 1 Doro Pekalongan dalam kategori rendah. 3) Ada pengaruh
persepsi siswa tentang layanan pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa.
Berkaitan dengan hasil penelitian ini dapat disarankan pada guru BK: 1) Kepada
guru BK, hendaknya dapat mengubah persepsi siswa tentang layanan
pembelajaran menjadi lebih baik, dengan cara memperdalam materi layananan
seperti cara belajar yang efektif, strategi menghadapi tes, cara efektif
menggunakan waktu, meringkas buku bacaan dan cara mengikuti pelajaran yang
diberikan dengan pemberian contoh-contoh konkrit. 2) Berdasarkan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang cara penyampaian
guru pembimbing pada saat menyampaikan materi layanan dalam kategori rendah,
maka hendaknya mengedepankan kejelasan, kedalaman materi, penampilan,
kesiapan guru, dan penyampaian materi lebih ditikberatkan pada cara dan
kebiasaan belajar yang positif.
ix
DAFTAR ISI
x
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Motto dan Persembahan................................................................................... iii
Prakata ............................................................................................................. iv
Sari ................................................................................................................... vi
Daftar Isi........................................................................................................... viii
Daftar Tabel ..................................................................................................... x
Daftar Gambar.................................................................................................. xii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3 Penegasan Istilah............................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
1.6 Sistematika Skripsi......................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS .......................................... 9
2.1..............................................................................................M
otivasi Belajar ............................................................................. 9
2.2..............................................................................................F
aktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ................... 11
2.3..............................................................................................U
paya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa .............................. 16
2.4..............................................................................................P
eranan Motivasi Belajar .............................................................. 17
2.5..............................................................................................B
entuk-bentuk Motivasi Belajar.................................................... 18
2.6..............................................................................................B
imbingan Belajar......................................................................... 19
xi
2.7..............................................................................................T
ujuan Bimbingan Belajar ............................................................ 20
2.8..............................................................................................L
ayanan Pembelajaran .................................................................. 22
2.9..............................................................................................T
eknik Pelaksanaan Layanan Pembelajaran ................................. 24
2.10............................................................................................P
ersepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran ............................ 25
xii
2.11............................................................................................K
erangka Berpikir ......................................................................... 29
2.12............................................................................................H
ipotesis ........................................................................................ 30
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 31
4.1 Jenis dan Desain Penelitian......................................................... 31
4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel................... 31
4.3 Variabel Penelitian...................................................................... 33
4.4 Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 35
4.5 Uji Coba Instrumen Penelitian.................................................... 38
4.6 Metode Analisis Data.................................................................. 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 43
4.1 Hasil Uji Coba Instrumen ........................................................... 43
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................... 44
4.3 Pembahasan ................................................................................ 55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN................................................................ 60
5.1 Simpulan .................................................................................... 60
5.2 Saran ........................................................................................... 61
Daftar Pustaka .................................................................................................. 62
Lampiran .......................................................................................................... 63
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Jumlah Populasi ......................................................................................... 31
2. Ukuran Sampel........................................................................................... 32
3. Indikator Skala Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran................ 35
4. Kriteria Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran ............................ 36
5. Indikator tentang Motivasi Belajar............................................................. 37
6. Kriteria Motivasi Belajar............................................................................ 38
7. Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Layanan Pembelajaran........ 44
8. Tingkat Persepsi Siswa tentang Cara Penyampaian Guru dalam
Memberikan Layanan................................................................................. 46
9. Tingkat Persepsi Siswa tentang Materi Layanan Pembelajaran ................ 47
10. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ....................................................... 48
11. Distribusi Frekuensi Motivasi Instrinsik.................................................... 49
12. Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik................................................... 49
13. Rata-rata Tingkat Persepsi (dalam %) tentang Layanan Pembelajaran ..... 51
14. Hasil Uji t ................................................................................................... 51
15. Rata-rata Tingkat Motivasi Belajar............................................................ 52
16. Hasil Uji t ................................................................................................... 52
17. Hasil Persamaan Regresi............................................................................ 53
18. Hasil Uji F.................................................................................................. 54
19. Hasil Uji R-Square ..................................................................................... 55
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1. Hubungan antara Stimulus dan Respon ..................................................... 17
2. Kerangka Berpikir...................................................................................... 30
3. Kerangka Berpikir Keterkaitan Persepsi terhadap Layanan Pembelajaran
dengan Motivasi Belajar ............................................................................ 34
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Kisi-Kisi Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ......... 63
2. Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ......................... 64
3. Kisi-Kisi Ujicoba Skala Motivasi Belajar .............................................. 67
4. Ujicoba Skala Motivasi Belajar .............................................................. 68
5. Analisis Hasil Ujicoba Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran.. 72
6. Perhitungan Validitas Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ... 73
7. Perhitungan Reliabilitas Skala Persepsi tentang Layanan Pembelajaran 74
8. Analisis Hasil Ujicoba Skala Motivasi Belajar ...................................... 76
9. Perhitungan Validitas Skala Motivasi Belajar........................................ 77
10. Perhitungan Reliabilitas Skala Motivasi Belajar .................................... 78
11. Instrumen Skala Psikologi Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ..... 80
12. Instrumen Skala Motivasi Belajar .......................................................... 83
13. Data Hasil Penelitian Persepsi tentang Layanan Pembelajaran.............. 86
14. Data Hasil Penelitian Motivasi Belajar................................................... 90
15. Uji Normalitas Data Persepsi tentang Layanan Pembelajaran ............... 94
16. Uji Normalitas Data Motivasi Belajar .................................................... 95
xvi
DINAS PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Kampus Sekaran Gunungpati Gd. A2 Telp (024) 3562685 Semarang
SURAT KETERANGAN SELESAI BIMBINGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini dosen pembimbing skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang menerangkan:
Nama : Puan Maharani
NIM : 1314000010
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Judul Skripsi : Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian pada Anak
Asuh Angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran
2005.
Telah selesai bimbingan dan siap ujian di hadapan sidang penguji Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
Demikian Surat keterangan ini dapat digunakan sebagaimana mestinya
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Sugiyo, M.Si. Rulita Hendriyani, S.Psi, M.Si
NIP. 131754156 NIP. 132255795
Mengetahui
Ketua Jurusan Bimbuingan dan Konseling
Drs. Suharso, M.Pd
NIP. 131754158
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari pasti individu tidak terlepas dari kegiatan
rutin yang dilakukannya. Lingkungan masyarakat menuntut individu untuk dapat
bertanggung jawab dalam setiap kegiatan tersebut, individu juga harus
mempunyai sikap yang mandiri. Realita dalam kehidupan di lingkungan
masyarakat akhir-akhir ini menunjukkan bahwa individu kurang memiliki sikap
kemandirian. Kemandirian sangat berkaitan dengan pengambilan inisiatif,
mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan dan ingin melakukan hal-hal untuk dan oleh
dirinya sendiri. Menurut Budiarjo (1987:20) dalam kamus psikologi
mengemukakan pengertian kemandirian, yaitu kecenderungan tidak tergantung
pada orang lain dalam membuat keputusan. Jadi seseorang dikatakan mandiri
apabila mampu menentukan keputusan yang berkaitan dengan dirinya dan sesuai
dengan keinginannya.
Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang
berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya
atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun
segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya (Hasan Basri,2000:53).
Seseorang yang mandiri akan mengutamakan apa yang bisa ia lakukan sendiri
daripada menerima bantuan orang lain. Seseorang yang mandiri akan merasa
bangga bila ia bisa mengerjakan sesuatu dengan sendiri. Sedangkan menurut
Brawer dalam Chabib Toha (1993:121) kemandirian adalah suatu perasaan
xviii
otonomi, sehingga pengertian mandiri adalah suatu kepercayaan terhadap dirinya
sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri
seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam dan tidak
terpengaruh orang lain. Sejalan dengan pendapat itu Kartini Kartono (1985:21)
mengatakan bahwa kemandirian pada seseorang terlihat pada waktu orang
tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat diselesaikan sendiri tanpa
meminta bantuan dari orang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala
keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini
menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri.
Dari beberapa pengertian diatas kemandirian yang dimaksud disini
adalah mampu menyelesaikan segala sesuatu yang dihadapinya dalam lingkungan
secara sendiri dan bertanggung jawab tanpa bantuan dari orang lain yang ditandai
dengan sifat bebas, progresif, ulet, inisiatif dan pengendalian diri dari dalam.
Kemandirian dalam penelitian ini lebih difokuskan dalam hal kehidupan sehari-
hari di Panti Asuhan dan dalam pelaksanaan kegiatan keterampilan. Indikatornya
yaitu dengan melihat atau mengamati kehidupan dan pelaksanaan kegiatan
keterampilan di Panti Asuhan tersebut.
Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi
perkembangan kepribadian seseorang, baik segi-segi positif maupun negatif.
Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan
kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, dalam hal ini adalah
kemandiriannya. Lingkungan sosial yang mempunyai kebiasaan yang baik dalam
melaksanakan tugas-tugas untuk kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam
xix
kehidupan keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian
anak.
Dalam penelitian ini akan lebih ditekankan pada anak asuh di lingkungan
Panti Asuhan. Panti Asuhan merupakan salah satu sarana pelayanan/unit
pelaksana teknis yang berupaya untuk menggali, mengembangkan, meningkatkan
dan memantapkan potensi anak-anak terlantar serta putus sekolah dengan
memberikan pelayanan yang bersifat bimbingan sosial, mental dan fisik serta
keterampilan kerja. Di Panti Asuhan ini terdapat berbagai macam jenis anak asuh,
antara lain: anak putus sekolah terlantar berumur 15-21 tahun yang belum
menikah terutama tingkat SLTP, tidak bekerja/menganggur, anak mempunyai
masalah sosial seperti anak yang berasal dari keluarga ekonomi lemah,
keterlantaran dibidang pendidikan dan lain-lain.
Pada umumnya tingkat kemandirian mereka sangat bervariasi, dari yang
tidak mandiri sampai dengan yang mandiri. Partisipasi aktif di Panti Asuhan
berarti kesadaran dan tanggung jawab, tidak saja terciptanya perkembangan dan
kemajuan diri sendiri tetapi juga perkembangan dan kemajuan lingkungan
sosialnya. Mereka yang memiliki kemandirian tercermin pada perilaku mereka
sehari-hari di lingkungan wisma ataupun pada saat pelajaran di kelas. Mereka
yang dari kalangan keluarga ekonomi lemah akan terlihat lebih menunjukkan
sikap mandiri daripada mereka yang berasal dari keluarga mampu. Menurut Sriati
Sosiawati dalam tesis (2004:64) kemandirian belajar mempunyai hubungan
dengan motivasi belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar
memberikan pengaruh positif terhadap motivasi berprestasi dalam melaksanakan
xx
proses pembelajaran. Dengan signifikan dan positifnya pengaruh antara
kemandirian belajar akan menentukan tinggi rendahnya motivasi belajar.
Didalam memberikan pelayanan kesejahteraan sosial, Panti Asuhan
berupaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan-keterampilan
sosial dan keterampilan kerja sebagai satu kesatuan. Yang dimaksud keterampilan
sosial adalah kemampuan untuk menciptakan hubungan-hubungan sosial yang
serasi dan memuaskan, mengadakan penyesuaian yang tepat terhadap lingkungan
sosial, memecahkan masalah sosial serta mewujudkan aspirasinya. Sedangkan
keterampilan kerja adalah kemampuan untuk menemukan, memanfaatkan
mengembangkan potensi dan etos kerja guna mendapatkan sumber nafkah/mata
pencaharian.
Di Panti Asuhan terdapat banyak sekali kegiatan keterampilan yang
nantinya akan diberikan kepada anak asuh, kegiatan itu meliputi otomotif (montir
sepeda motor dan mobil), penjahitan (menjahit dan bordir), pertukangan las
(karbit/listrik dan perkayuan), keperawatan rumah tangga/home nurse
(keterampilan salon, tata boga, tata graha, tata busana, dan home industri). Selain
kegiatan keterampilan juga diberikan materi pengetahuan umum (Pendidikan
Pancasila dan bela negara), budi pekerti, mental kerohanian/agama, olah raga dan
kesenian. Mereka terbagi dalam 4 kelas besar, tetapi didalam kelas tersebut
terdapat berbagai macam jurusan. Ketika kegiatan keterampilan berlangsung
mereka terpisah-pisah sesuai dengan jurusan mereka masing-masing.
Keterampilan-keterampilan inilah yang nantinya bisa dipakai mereka sebagai
xxi
bekal hidup di lingkungan bermasyarakat dan juga sikap kemandirian yang sudah
ditanamkan pada diri mereka selama berada di Panti Asuhan tersebut.
Tetapi anak-anak asuh tersebut cenderung mengabaikan kegiatan
keterampilan mereka. Ketika diberikan tugas oleh instruktur, mereka kurang dapat
memahami sehingga ada siswa yang mampu berusaha sendiri tetapi ada juga yang
bergantung dengan temannya. Mereka hanya menunggu hasil dari temannya dan
tidak mau berusaha sendiri. Melihat hal tersebut maka orang tua asuh yang berada
di wisma, pembimbing sosial akan lebih sering menyuruh anaknya untuk
mengikuti kegiatan belajar keterampilan di Panti Asuhan tersebut. Hal ini
dikarenakan dalam diri anak kurang memiliki inisiatif dan sikap mandiri.
Untuk mencapai kemandirian perlu menumbuhkan konsep diri yang
positif dalam diri anak asuh. Menurut B. Purwanto dalam tesis (2002:60) konsep
diri penting artinya bagaimana individu memandang diri dan dunianya
mempengaruhi tidak hanya ia berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang
diperoleh dalam hidup. Individu memandang diri dan dunianya dari segi yang
positif dan menyenangkan, pada umumnya berperilaku efektif dalam berbagai
situasi. Individu itu kebanyakan puas terhadap dirinya danpengalaman-
pengalaman hidupnya. Individu yang memandang diri dan dunianya dari
kacamata seram akan cenderung tidak mencoba pengalaman-pengalaman hidup
karena mereka selalu khawatir akan menemui kegagalan, individu seperti ini
kebanyakan tidak bahagia dalam hidupnya. Setiap individu pasti memiliki sebuah
konsep diri, tetapi mereka tidak tahu apakah konsep diri yang dimilikinya itu
negatif atau positif. Sikap dan keyakinan individu terhadap dirinya menentukan
xxii
keberhasilan yang dicapainya. Konsep diri yang dimiliki anak asuh tersebut sangat
berpengaruh pada perilaku mereka di lingkungannya.
Menurut Burns (1993:4) konsep diri sebagai objek yang paling penting
dan terpusat didalam pengalaman masing-masing individu karena keunggulannya,
sentralitasnya, kontinuitasnya dan selalu berada dimana-mana didalam semua
aspek tingkah laku, bertindak menengahi baik sebagai perangsang maupun respon.
Sejalan dengan hal itu Cawagas (1983) dalam Pudjijogyanti (1988:2)
mengemukakan bahwa konsep diri meliputi seluruh pandangan individu terhadap
dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya,
kepandaiannya, kegagalannya dan sebagainya. Dari kedua pendapat tersebut,
secara singkat dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah pandangan dan sikap
individu terhadap dirinya sendiri.
Konsep diri merupakan gambaran penilaian terhadap diri sendiri yang
dapat digunakan sebagai dasar dalam berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka
dari itu sebagai inti atau dasar kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciri-
ciri individu dalam bertingkah laku serta cara-cara bertindak dalam melakukan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar atau situasi kehidupan. Menurut
Nurnanik (2003:46) bahwa kemampuan penyesuaian diri seseorang sangat
bergantung dengan konsep diri, yaitu pandangan dan sikap individu terhadap diri
sendiri.
Individu pada umumnya mempunyai persepsi tentang dirinya berbeda-
beda antara individu yang satu dengan yang lain, ada yang mempersepsikan
dirinya dengan wajar, postif, dan realitas, sehingga mereka cenderung
xxiii
memperhatikan sikap dan tingkah lakunya, seperti rendah hati, percaya diri, selalu
berusaha sesuai dengan kemampuannya dan sebagainya. Tetapi ada juga yang
memandang dirinya negatif dan tidak realistis atau tidak menerima eksistensi
dirinya sebagaimana adanya. Mereka cenderung bersikap angkuh, sombong,
merasa dirinya lebih pintar, merasa dirinya terlalu jelek, merasa paling disukai,
merasa pendek, merasa tidak berguna dan sebagainya. Semua sikap dan tingkah
laku yang ditampilkan diatas merupakan manisfestasi dari kemampuan dan
ketidakmampuan dalam memahami dirinya. Disini konsep diri yang ada dalam
diri anak asuh tersebut memegang peranan penting dalam kemandiriannya.
Anak asuh yang mempunyai konsep diri positif ia akan memiliki
dorongan mandiri lebih baik, ia dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri
sehingga dapat mengarahkan dirinya dalam segala kegiatan. Konsep diri positif
bukanlah suatu kebanggaan yang besar tentang diri tetapi lebih berupa penerimaan
diri. Anak asuh yang memiliki konsep diri positif dia dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri.
Dalam hal ini dia dapat menerima dirinya secara apa adanya dan akan mampu
mengintrospeksi diri atau lebih mengenal dirinya, serta kelemahan dan kelebihan
yang dimiliki.
Bila anak asuh tersebut telah mampu menumbuhkan konsep dirinya
dengan baik maka secara tidak langsung sikap kemandiriannya akan muncul.
Namun anak asuh yang mempunyai konsep diri negatif, ia tidak memiliki
perasaan kestabilan dan keutuhan diri, juga tidak mampu mengenal dirin baik dari
segi kelebihan maupun kekurangannya atau apa yang ia hargai dalam hidupnya.
xxiv
Informasi baru tentang diri hampir pasti menjadi penyebab kecemasan, rasa
ancaman terhadap diri. Oleh karena itu anak asuh yang memiliki konsep diri
negatif ia akan selalu mengubah terus-menerus konsep dirinya, atau melindungi
konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau menolak informasi baru
(Calhoun,1989:72-73). Maka ia akan mengalami kesulitan dalam mengarahkan
dirinya.
Secara teoritis antara konsep diri dengan kemandirian memiliki hubungan
yang erat. Namun setelah melihat kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
hubungan antara konsep diri dengan kemandirian belum diketahui. Di Panti
Asuhan tersebut terlihat anak yang konsep dirinya positif tidak memiliki sikap
mandiri begitu pula sebaliknya anak yang konsep dirinya negatif memiliki sikap
mandiri. Disamping itu di Panti Asuhan tersebut belum pernah diadakan
penelitian mengenai hubungan antara konsep diri dengan kemandirian.
Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian mengenai “HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI
DENGAN KEMANDIRIAN PADA ANAK ASUH ANGKATAN I DI PANTI
ASUHAN WIRA ADI KARYA UNGARAN TAHUN 2005”.
B. Permasalahan
Bertitik tolak dari latar belakang tersebut diatas maka permasalahan yang
diangkat antara lain:
1. Bagaimanakah gambaran konsep diri anak asuh angkatan I di Panti
Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005 ?
xxv
2. Bagaimanakah gambaran kemandirian anak asuh angkatan I di Panti
Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005 ?
3. Apakah ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian pada anak
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005 ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan yang telah diajukan maka peneliti
memilih tujuan antara lain:
1. Untuk mengetahui gambaran konsep diri anak asuh angkatan I di Panti
Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005.
2. Untuk mengetahui kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan
Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005.
3. Untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Tahun 2005.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat secara teoritis yang dapat diambil antara lain:
a. Memperkaya serta mengembangkan ilmu dalam bidang Bimbingan dan Konseling
terutama tentang konsep diri dan kemandirian.
b. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan
pertimbangan dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling di Panti Asuhan yang
berkaitan dengan konsep diri dan kemandirian.
Sedangkan manfaat praktis yang dapat diambil antara lain:
xxvi
a. Memberi bahan rujukan kepada pihak Panti Asuhan mengenai gambaran konsep diri dan
kemandirian anak asuh untuk mempermudah dalam menangani masalah anak asuh
tersebut.
b. Memberi bahan acuan kepada pihak Panti Asuhan dalam memahami hubungan antara
konsep diri dengan kemandirian anak asuh.
E. Penegasan Istilah
Untuk memberikan kejelasan arti dan sekaligus menghindari kesalahan
pengertian dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk memberikan
penegasan beberapa istilah yaitu:
1. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan individu tentang dirinya sendiri. Konsep
diri ini memiliki tiga dimensi antara lain: pengetahuan tentang diri sendiri,
pengharapan tentang diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri (James F
Calhoun,1995:67).
2. Kemandirian
Brawer berpendapat bahwa kemandirian adalah suatu perasaan yang
otonom, sehingga perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan pada diri sendiri dan
perasaan otonom diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang
yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena pengaruh orang
lain (Chabib Toha,1990:121)
3. Panti Asuhan
Panti Asuhan ialah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan
xxvii
kesejahteraan sosial kepada anak putus sekolah dan dalam keadaan
terlantar, guna penumbuhan dan pengembangan keterampilan-
keterampilan sosial dan kerja, sehingga mereka dapat berfungsi
sebagai anggota masyarakat yang terampil dan aktif berpartisipasi
secara produktif dalam pembangunan (Petunjuk Teknis Kesejahteraan
Sosial Anak Terlantar Melaui Panti Sosial Bina Remaja,1995:2).
F. Sistematika Skripsi
Bab I : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, sistematika skripsi.
Bab II : Landasan teori yang memuat pengertian kemandirian, ciri-ciri kemandirian, faktor-
faktor kemandirian, proses terbentuknya kemandiriran, pengertian konsep diri, isi konsep diri,
karakteristik konsep diri, pembentukan dan perkembangan konsep diri, hubungan antara konsep
diri dengan kemandirian, hipotesis.
Bab III : Metodologi penelitian yang memuat populasi, sampel, variabel penelitian, validitas dan
reliabilitas, metode pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV : Hasil penelitian, pada bab ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian yang sudah
dilakukan.
Bab V : Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Tentang Panti Asuhan
1. Pengertian dan Sejarahnya
Panti Asuhan ialah suatu lembaga kesejahteraan sosial yang
mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan
sosial kepada anak putus sekolah dan dalam keadaan terlantar, guna
penumbuhan dan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial dan kerja,
sehingga mereka dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat yang terampil
dan aktif berpartisipasi secara produktif dalam pembangunan (Petunjuk Teknis
xxviii
Kesejahteraan Sosial Anak Terlantar Melaui Panti Sosial Bina
Remaja,1995:2).
Panti Asuhan ini terletak di Jl. Ki Sarino Mangunpranoto No. 39
Ungaran. Panti Asuhan ini adalah unit pelaksana teknis (UPT) yang berada
dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada kantor Wilayah Departemen
Sosial Propinsi Jawa Tengah. Bertugas memberikan pelayanan kepada anak
putus sekolah yang berasal dari keluarga kurang mampu. Panti Asuhan Wira
Adi Karya Ungaran ini mulai dirintis Departmen Sosial bersama masyarakat
sejak Tahun 1976, sedang kegiatan operasionalnya dimulai tanggal 1 Juli
1979, kemudian secara resmi tanggal 2 Oktober 1979 diresmikan oleh
Gurbernur Jawa Tengah Soepardjo Roestam ataas nama Menteri Sosial RI
dengan nama panti Penyantunan Anak (PPA) Ungaran.
2. Tujuan
Tujuan dari Panti Asuhan ini adalah mempersiapkan dan
membantu anak putus sekolah dan kurang mampu dengan memberikan
pelayanan kesejahteraan sosal yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial
dan keterampilan kerja agar mampu bekerja secara mandiri maupun kelompok
dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Fungsi
Dalam melaksanakan kegiatannya sehari-hari fungsi dari Panti Asuhan antara
lain:
a. Pusat Pelayanan Kesejahteraan Sosial
Yaitu memberikan pelayanan kepada anak remaja putus sekolah agar
dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu mandiri
dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Pusat Informasi Usaha Kesejahteraan Sosial
Yaitu memberikan informasi dan konsultasi tentang pelayanan
kesejahteraan sosial terutama yang mnjadi penangan Departemen
Sosial.
c. Pusat Usaha Ekonomis Produktif (UEP)
Yaitu digunakan sebagai tempat kegiatan berbagai macam
keterampilan yang mengarah kepada usaha ekonomis produktif antara
lain: keterampilan otomotif, las karbit/listrik, menjahit, pertukangan
kayu, elektronika, salon/rias, bordir dan farming.
xxix
d. Pusat Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Yaitu digunakan sebagai lokasi penelitian terutama untuk
pengembangan model-model pelayanan dan kebijakan sosial serta
untuk pengembangan jangkauan pelayanan ke luar panti (open system)
terhadap masyarakat sekitar panti atau pelayanan lain yang
memungkinkan.
4. Sasaran Pelayanan
Anak remaja putus sekolah SLTP dan SLTA berasal dari keluarga
kurang mampu dengan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia putra/putri
b. Umur 15 s/d 21 tahun
c. Belum menikah
d. Tidak bekerja
e. Sehat jasmani dan rohani
f. Berkelakuan baik
B. Tinjauan Tentang Kemandirian
1. Pengertian dan Sejarahnya
Menurut Masrun (1986:8) kemandirian adalah suatu sikap yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas
dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang
lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif,
mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan
memperoleh kepuasan dari usahanya.
Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan
tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana
seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang
terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu
(barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya
(Antonius,2002:145).
Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan
seseorang yang dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan
sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin
dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang
xxx
sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi
manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang
akan dialaminya (Hasan Basri,2000:53). Setiap kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang agar berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya
kemandirian yang kuat.
Menurut Brawer dalam Chabib Toha (1993:121) kemandirian
adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah
suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai
perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan
dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain.
Menurut Kartini Kartono (1985:21) kemandirian seseorang
terlihat padawaktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu
dapat diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dariorang tua dan akan
bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui
berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut
mampu untuk mandiri.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa kemandirian merupakan sikap yang memungkinkan
seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri
dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya
sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa
meminta bantuan atau tergantung dari orang lain dan dapat bertanggung
jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai
pertimbangan sebelumnya.
2. Ciri-ciri Kemandirian Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para
ahli yang berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Menurut Gilmore
dalam Chabib Thoha (1993:123) merumuskan ciri kemandirian itu meliputi:
a. Ada rasa tanggung jawab
b. Memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi secara
intelegen
c. Adanya perasaan aman bila memiliki pendapat yang berbeda dengan
orang lain
d. Adanya sikap kreatif sehingga menghasilkan ide yang berguna bagi
orang lain.
Ciri-ciri kemandirian menurut Lindzey & Ritter, 1975 dalam Hasan Basri
(2000:56) berpendapat bahwa individu yang mandiri mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Menunjukkan inisiatif dan berusaha untuk mengejar prestasi
xxxi
b. Secara relatif jarang mencari pertolongan pada orang lain
c. Menunjukkan rasa percaya diri
d. Mempunyai rasa ingin menonjol
Sejalan dengan dua pendapat dari ahli diatas, Antonius (2002:145)
mengemukakan bahwa ciri-ciri mandiri adalah sebagai berikut:
a. Percaya diri
b. Mampu bekerja sendiri
c. Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya
d. Menghargai waktu
e. Tanggung jawab
Setelah melihat ciri-ciri kemandirian yang dikemukakan dari
beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri
kemandirian tersebut antara lain:
a. Individu yang berinisiatif dalam segala hal
b. Mampu mengerjakan tugas rutin yang dipertanggungjawabkan
padanya, tanpa mencari pertolongan dari orang lain
c. Memperoleh kepuasan dari pekerjaannya
d. Mampu mengatasi rintangan yang dihadapi dalam mencapai
kesuksesan
e. Mampu berpikir secara kritis, kreatif dan inovatif terhadap tugas dan
kegiatan yang dihadapi
f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda pendapat dengan
orang lain, dan merasa senang karena dia berani mengemukakan
pendapatnya walaupun nantinya berbeda dengan orang lain
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada
remaja menurut Masrun, (1986:4) yaitu:
xxxii
1. Usia
Pengaruh dari orang lain akan berkurang secara perlahan-lahan
pada saat anak menginjak usia lebih tinggi. Pada usia remaja mereka lebih
berorientasi internal, karena percaya bahwa peristiwa-peristiwa dalam
hidupnya ditentukan oleh tindakannya sendiri. Anak-anak akan lebih
tergantung pada orang tuanya, tetapi ketergantungan itu lambat laun akan
berkurang sesuai dengan bertambahnya usia.
2. Jenis kelamin
Keinginan untuk berdiri sendiri dan mewujudkan dirinya sendiri
merupakan kecenderungan yang ada pada setiap remaja. Perbedaan sifat-
sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita disebabkan oleh perbedaan pribadi
individu yang diberikan pada anak pria dan wanita. Dan perbedaan jasmani
yang menyolok antara pria dan wanita secara psikis menyebabkan orang
beranggapan bahwa perbedaan kemandirian antara pria dan wanita.
3. Konsep diri
Konsep diri yang positif mendukung adanya perasaan yang
kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana
individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau
menentukan sejauh mana pribadi individualnya. Mereka yang mmandang dan
menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya
mereka yang memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung
menggantungkan dirinya pada orang lain.
4. Pendidikan
Semakin bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang,
kemungkinan untuk mencoba sesuatu baru semakin besar, sehingga orang
akan lebih kreatif dan memiliki kemampuan. Dengan belajar seseorang dapat
mewujudkan dirinya sendiri sehingga orang memiliki keinginan sesuatu
secara tepat tanpa tergantung dengan orang lain.
5. Keluarga
Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting dalam
melatarkan dasar-dasar kepribadian seorang anak, demikian pula dalam
pembentukan kemandirian pada diri seseorang.
6. Interaksi sosial
Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial
serta mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik akan mendukung
perilaku remaja yang bertanggung jawab, mempunyai perasaan aman dan
mampu menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi dengan baik tidak
mudah menyerah akan mendukung untuk berperilaku mandiri.
xxxiii
Dari uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
mencapai kemandirian seseorang tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang
mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor ini mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupan yang selanjutnya akan
menentukan seberapa jauh seorang individu bersikap dan berpikir cara
mandiri dalam menjalani kehidupan lebih lanjut.
4. Proses Terbentuknya Kemandirian
Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat
mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang, baik segi-segi positif
maupun negatif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama
dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk
kepribadiannya, dalam hal ini adalah kemandiriannya. Lingkungan sosial
yang mempunyai kebiasaan yang baik dalam melaksanakan tugas-tugas
dalam kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam kehidupan keluarga
akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak. Sikap orang
tua yang tidak memanjakan anak akan menyebabkan anak berkembang
secara wajar dan menggembirakan. Sebaliknya anak yang dimanjakan akan
mengalami kesukaran dalam hal kemandiriannya.
Pola pendidikan yang baik selalu ditegakkan dengan prinsip-prinsip
memberi hadiah dan memberi hukuman yang akan menyebabkan anak-anak
dalam keluarga memiliki taraf kesadaran dan pengalaman nilai-nilai
kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang terkesan amburadul, anormatif
dan gersang dari keteladanan yang terpuji, menyebabkan anak-anak didik
yang tumbuh dalam keluarga tersebut akan menunjukkan keadaan
kepribadian yang kurang bahkan tidak menggembirakan.
Menurut Antonius (2002:146) lingkungan sosial ekonomi yang
memadai dengan pola pendidikan dan pembiasaan yang baik akan
mendukung perkembangan anak-anak menjadi mandiri, demikian pula
sebaliknya. Keadaan sosial ekonomi yang belum menguntungkan bahkan pas-
pasan jika ditunjang dengan penanaman taraf kesadaran yang baik terutama
dalam hal upaya mencari nafkah dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan, akan
menyebabkan anak-anak mempunyai nilai kemandirian yang baik. Sebaliknya
jika keadaan sosial ekonomi masih kurang menggembirakan, sedang kedua
orang tua tidak menghiraukan pendidikan yang baik bagi anak-anaknya, dan
taraf keteladanan pun jauh dari taraf keluhuran, maka bukan tidak mungkin
anak-anak berkembang salah dan sangat merugikan masa depannya jika
tidak tertolong dengan pendidikan selanjutnya.
Lingkungan keluarga yang mempunyai nilai-nilai yang baik akan
memungkinkan anak berkemampuan untuk melakukan pilihan terhadap
sesuatu secara baik. Sebaliknya keluarga yang tidak mempunyai nilai-nilai
baik akan membiarkan anaknya. Orang tua yang baik tentu akan menuntun
anak-anaknya agar selalu memperhatikan teman sepergaulannya. Dianjurkan
untuk selalu mencari teman yang baik akhlaknya, bukan sekedar mempunyai
teman dalam kehidupan tanpa memperhatikan taraf kebaikan sikap dan
tingkah lakunya (Hasan Basri,2000:55). Individu yang memiliki konsep diri
xxxiv
positif akan menilai dirinya mampu, cenderung memiliki kemandirian dan
sebaliknya individu yang memiliki konsep diri negatif akan menilai dirinya
sendiri kurang atau cenderung menggantungkan dirinya pada orang lain.
C. Tinjauan Tentang Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme memiliki
dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya dapat menyebabkan ia
sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut
kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan menunjukkan
adanya sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang ia miliki. Padahal
segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang
kualitas kemampuan yang ia miliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap
kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang
seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya
pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan
seorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah
untuk diselesaikan.
Rogers menganggap konsep diri berada didalam kesadaran
seseorang, jadi konsep diri ini merupakan suatu konfigurasi dari persepsi-
persepsi terorganisasikan mengenai diri yang dapat masuk ke dalam
kesadaran (Burns,1993:53). Menurut Cawagas bahwa konsep diri adalah
pandangan menyeluruh individu tentang dimensi fisiknya, karakteristik
pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kepandaiannya, maupun
kegagalannya (Pudjijogyanti,1988:2).
Sedangkan menurut William D. Brooks bahwa konsep diri adalah
pandangan tentang totalitas psikis, sosial dan fisik tentang dirinya yang
berasal dari pengalaman-pengalaman dan interaksinya dengan orang lain
(Jalaludin Rahmat,1986:99). Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan dan
apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Komponen konsep diri antara
lain: 1) Komponen kognitif yang disebut juga citra diri (Self Image),
komponen ini berhubungan dengan pikiran. Citra diri (Self Image) ini
meliputi: kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, tujuan hidup,
kedudukan dan peran sosial, kesukaan orang lain pada dirinya. 2) Komponen
xxxv
afektif yang sering disebut juga harga diri (Self Esteem), komponen ini
berhubungan dengan perasaan. Harga diri (Self Esteem) meliputi: perasaan,
penyesuaian diri, penerimaan diri, penghargaan, pujianKonsep diri merupakan
gambaran dan penilaian positif terhadap diri sendiri dapat digunakan sebagai
dasar berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka dari itu sebagai inti atau dasar
kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciri-ciri individu dalam
bertingkah laku serta cara-cara bertindak.
Dari beberapa pendapat dari para ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh
tentang dirinya sendiri. Pandangan tentang diri sendiri yang tercermin dalam
konsep diri antara lain meliputi karakteristik kepribadan, nilai-nilai
kehidupan, prinsip hidup, moralitas, kelemahan dan segala yang terbentuk
dari segala pengalaman dan interaksi dengan orang lain.
2. Isi Konsep Diri Sewaktu lingkungan anak yang sedang bertumbuh itu meluas, isi
dari konsep dirinya juga berkembang meluas, termasuk hal-hal seperti
pemilikan, teman-teman, nilai-nilai, dan khusunya orang-orang yang
disayangi melalui proses identifikasi. Secara umum isi dari konsep diri dapat
dirumuskan. Menurut Jersild dalam penelitiannya pada anak usia sekolah
dasar dan sekolah menengah seperti dikutip oleh Burns (1993:209-210)
mendiskripsikan isi dari konsep diri sebagai berikut:
a. Karakteristik fisik
b. Penampilan
c. Kesehatan dan kondisi fisik
d. Rumah dan hubungan keluarga
e. Sikap dan hubungan sosial
f. Bakat dan minat sosial
g. Kecerdasan
h. Hobi dan permainan
Sementara itu Livesly dan Barmly (1973) seperti yang dikutip Burns
(1993:211). Mendeskripsikan isi konsep diri dalam kategori-kategori sebagai
berikut:
a. Penampilan
b. Identitas diri
xxxvi
c. Persahabatan
d. Keluarga dan pertalian keluarga
e. Pemilikan
f. Sifat kepribadian secara umum
g. Tingkah laku yang spesifik
h. Minat dan hobi
i. Keyakinan akan nilai-nilai
j. Sikap terhadap diri
k. Hubungan dengan lawan jenis
l. Perbandingan dengan orang lain
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa isi
konsep diri meliputi penampilan, kepribadian, kecerdasan, kesehatan dan
kondisi fisik, keluarga, hubungan sosial, penyesuaian dengan orang-orang
disekitar dan lawan jenis, bakat dan minat serta hobi.
3. Karakteristik Konsep Diri Menurut Jalaluddin Rahmat (1986:104) bahwa dalam menilai
dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang menilai negatif.
Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri yang positif
dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. Tanda-tanda individu
yang memiliki konsep diri yang positif sebagai berikut:
a. Ia yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah
b. Ia merasa setara dengan orang lain
c. Ia menerima pujian tanpa rasa malu
d. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat
e. Ia mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya
Sedangkan tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri negatif adalah:
a. Ia peka terhadap kritik
b. Ia responsif sekali terhadap pujian
c. Ia terlalu kritis, tidak sanggup menghargai dan tidak mengakui
kelebihan orang lain
xxxvii
d. Ia cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain
e. Ia bersikap pesimis terhadap kompetisi, ditandai dengan keengganan
untk bersaing (Jalaluddin Rahmat,1986:105)
Sejalan dengan hal itu, Calhoun (1990:72-74) mengatakan bahwa
karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep diri
positif dan konsep diri negatif yang keduanya mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Konsep diri positif
1) Dapat menerima dirinya sendiri secara apa adanya
2) Berkepribadian yang sifatnya stabil dan bervariasi
3) Dapat menyimpan informasi, baik informasi negatif maupun informasi
positif
4) Dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat
bermacam-macam tentang dirinya sendiri
5) Dapat mengenal dirinya dengan baik
6) Dapat menerima dirinya sendiri, juga menerima orang lain
7) Dapat menghadapi kehidupan didepannya
8) Selalu bertindak berani dan sopan
b. Konsep diri negatif
1) Cara pandang terhadap dirinya sendiri tidak teratur
2) Tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri
3) Tidak tahu tentang siapa dirinya, apa kelebihan dan kelemahannya
4) Menerima informasi tentang diri, dan hampir pasti menjadi penyebab
kecemasan, rasa ancaman terhadap dirinya
5) Tidak memiliki kategori mental yang dapat dikaitkan dengan informasi
yang bertentangan dengan dirinya
6) Selalu melindungi konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau
menolak informasi baru
7) Selalu menilai atau memandang negatif terhadap diri
8) Selalu menganggap diri tidak berharga dibandingkan dengan orang
lain
Dengan melihat beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan
bahwa karakteristik konsep diri dapat dibedakan menjadi dua yaitu konsep
diri positif dan konsep diri negatif, dimana keduanya memiliki ciri-ciri yang
sangat berbeda antara ciri karakteristik konsep diri positif dengan
karakteristik konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif
dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-
macam tentang dirinya sendiri. Sedangkan individu yang memiliki konsep diri
negatif, dia akan mengubah terus-menerus konsep dirinya atau melindungi
xxxviii
konsep dirinya itu secara kokoh dengan cara mengubah atau menolak
informasi baru dari lingkungannya.
4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak menuju
masa dewasa. Sebagai masa peralihan, masa remaja juga disebut masa
transisi dimana hal itu diawali dengan adanya perubahan fisik yang
menimbulkan perasaan aneh dan berbeda dengan orang lain. Situasi ini
sangat mempengaruhi pembentukan citra fisiknya yang menjadi dasar konsep
diri. Menurut Erikson (1968) dalam Pudjijogyanti (1988:42) keadaan fisik
pada masa remaja merupakan sumber pembentukan identitas diri dan konsep
diri.
Konsep diri adalah aspek diri yang paling penting, konsep diri
bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang
dipelajari dan terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan
dengan individu lain. Dalam interaksi ini, setiap individu akan menerima
tanggapan. Tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin bagi
individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Jadi, konsep diri
terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu lain
(Pudjijogyanti,1988:12). Dengan demikian konsep diri itu muncul
berdasarkan pengalaman, kebiasaan dan latihan dalam berinteraksi dengan
lingkungan.
Setelah anak terlahir ia dapat memberikan respon terhadap dunia
sekitarnya, orang yang dikenal pertama kali oleh individu adalah orang tua
dan anggota keluarga lain. Ini berarti individu akan menerima tanggapan
pertama dari lingkungan keluarga. Konsep diri yang tinggi pada anak dapat
tercipta apabila kondisi keluarga ditandai dengan adanya integritas dan
tenggang rasa yang tinggi antar anggota keluarga (Pudjijogyanti,1988:31).
Barulah setelah individu mampu melepaskan diri dari ketergantungannya
kepada keluarga, ia akan berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas.
Apa yang tampak pertama kali dalam diri setiap individu adalah keadaan
fisik dan jenis kelaminnya. Dengan demikian apa yang direfleksikan pertama
kali oleh individu lain mengenai diri individu adalah keadaan fisik dan jenis
kelaminnya itu. Masa remaja sebagai masa yang potensial untuk
mengembangkan konsep diri, sebab masa remaja merupakan masa yang
penuh dengan tekanan yang memungkinkan individu menemukan identitas
dirinya.
Hal tersebut senada dengan pendapat Singgih D. Gunarso
(1983:238) bahwa konsep diri terjadi atas tahapan-tahapan yaitu konsep diri
primer dan konsep diri sekunder. Konsep diri primer yang terbentuk
berdasarkan kenyataan pengalaman individu dengan lingkungannya terdekat
yaitu keluarga, konsep bagaimana dirinya tumbuh dan berkembang dari
perbandingan antara dirinya dan keluarganya. Konsep diri sekunder yang
terbentuk setelah anak tumbuh, maupun berinteraksi dengan lingkungan luas
sehingga terbentuk konsep diri baru yang lebih berkembang dari apa yang
telah diperoleh dari lingkungan tertentu.
xxxix
Jadi jelas kiranya bahwa konsep diri terbentuk dari hasil kerjasama
antara pembentukan konsep diri pada tahap primer dengan tahap sekunder,
namun terbentuknya konsep diri sekunder ditentukan oleh konsep diri
primernya. Ketika seseorang memasuki jenjang keremajaannya, maka ia
mengalami begitu banyak perubahan dalam dirinya. Sikap-sikap atau tingkah
laku yang ditampilkannya juga akan mengalami perubahan dan sebagai
akibatnya sikap orang lain terhadap dirinya juga berubah-ubah
menyesuaikan dengan perubahan yang terampil dalam dirinya. Oleh karena
itu dapat dimengerti bahwa konsep diri pada seorang remaja cenderung
untuk tidak konsisten dan hal ini disebabkan karena sikap orang lain yang
dipersepsikan oleh si remaja itu juga berubah. Tetapi melalui cara ini, si
remaja mengalami suatu perkembangan konsep diri sampai akhirnya ia
memiliki suatu konsep diri yang konsisten. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin bertambah luasnya pengalaman yang diperoleh
individu, maka akan semakin bertambah pula aspek yang akan turut
mewarnai konsep diri dan juga semakin bertambah tinggi kemandiriannya.
D. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kemandirian
Menurut paham religi khususnya Islam manusia terlahir dalam keadaan
putih bersih seperti kertas yang belum tertulis. Konsep diri muncul berdasarkan
pengalaman, kebiasaan dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Dengan kata lain konsep diri merupakan suatu produk, anak tersebut ternoda
setelah ia bereaksi dengan lingkungan sekitarnya. Setelah anak itu terlahir dapat
memberikan respon terhadap dunia sekitarnya, maka sejak itu pula kesadaran
dirinya muncul menjadi dasar dalam pembentukan konsep dirinya. Pudjijogyanti
(1988:2) mengatakan bahwa konsep diri merupakan hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri dan Kartini Kartono (1987:441) menjelaskan
bahwa konsep diri adalah keseluruhan yang dirasa dan diyakini benar oleh
sesorang mengenai dirinya.
Dengan demikian konsep diri berperan sebagai inti dari ciri-ciri
individu. Konsep diri dan tidak bisa lepas dari sifat-sifat kepribadian. Salah satu
kualitas kepribadian seseorang dapat diwujudkan dalam bentuk sikap dan
kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan ini antara lain adalah kemandirian.
Kedua aspek saling berhubungan dan dapat diilustrasikan bahwa konsep diri
diibaratkan sebagai poros sedangkan sifat-sifatnya sebagai jari-jarinya. Jadi
pusat kepribadian tersebut adalah konsep diri, dimana sifat-sifatnya yang
menjadi karakteristiknya sebagai kecenderungan reaksi individu dalam
penyesuaian sosial dan personal yang berkembang dipengaruhi langsung oleh
inti kepribadian. Sifat-sifat yang ditampilkan individu dalam berperilaku
merupakan penerimaan konsep diri. Jadi individu dalam berperilaku dan
berinteraksi dalam lingkungan sosial dan personal tidak terlepas dari konsep
dirinya. Seseorang memiliki yang konsep diri positif mendukung adanya perasaan
kompeten pada individu untuk menentukan langkah yang diambil. Bagaimana
individu tersebut memandang dan menilai keseluruhan dirinya atau menentukan
sejauh mana pribadi individualnya. Mereka yang memandang dan menilai dirinya
xl
mampu, cenderung memiliki kemandirian dan sebaliknya mereka yang
memandang dan menilai dirinya sendiri kurang atau cenderung menggantungkan
dirinya pada orang lain.
Menurut B. Purwanto dalam tesis (2002:60) konsep diri penting artinya
bagaimana individu memandang diri dan dunianya mempengaruhi tidak hanya ia
berperilaku, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidup. Individu
memandang diri dan dunianya dari segi yang positif dan menyenangkan, pada
umumnya berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Individu itu kebanyakan
puas terhadap dirinya danpengalaman-pengalaman hidupnya. Individu yang
memandang diri dan dunianya dari kacamata seram akan cenderung tidak
mencoba pengalaman-pengalaman hidup karena mereka selalu khawatir akan
menemui kegagalan, individu seperti ini kebanyakan tidak bahagia dalam
hidupnya. Setiap individu pasti memiliki sebuah konsep diri, tetapi mereka tidak
tahu apakah konsep diri yang dimilikinya itu negatif atau positif. Sikap dan
keyakinan individu terhadap dirinya menentukan keberhasilan yang dicapainya.
Konsep diri yang dimiliki anak asuh tersebut sangat berpengaruh pada perilaku
mereka di lingkungannya.
Sedangkan kemandirian merupakan kemampuan untuk tidak tergantung
kepada orang lain, selalu mencoba mengatasi masalah atau kesulitan dan
rintangan yang ada dalam lingkungannya, mengambil inisiatif, rasa tanggung
jawab dan mengarahkan perilakunya menuju kesempurnaan. Menurut Sriati
Sosiawati (2004:64) kemandirian belajar mempunyai hubungan dengan motivasi
belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemandirian belajar memberikan
pengaruh positif terhadap motivasi berprestasi dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Dengan signifikan dan positifnya pengaruh antara kemandirian
belajar akan menentukan tinggi rendahnya motivasi belajar. Dalam skripsi ini
yang dimaksudkan adalah hubungan antara konsep diri dan kemandirian yang
sifatnya positif. Misalnya apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif
maka diasumsikan akan memiliki kemandirian yang tinggi begitu pula sebaliknya.
Apabila seseorang memiliki konsep diri negatif maka dimungkinkan
kemandiriannya juga kurang. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
xli
konsep diri seseorang sangat berhubungan dengan kemandirian, yaitu keyakinan
terhadap dirinya sendiri yang diyakini benar dan bisa dipertanggung jawabkan.
Paradigma hubungan antara konsep diri dengan kemandirian sangat
luas. Seperti banyak anggapan yang ada bahwa masa remaja adalah saat-saat
yang dipenuhi dengan berbagai macam perubahan dan terkadang tampil sebagai
masa yang tersulit dalam kehidupannya sebelum ia kemudian memasuki dunia
kedewasaan. Perubahan yang dialami seseorang tidak saja menyangkut
perubahan yang dapat teramati secara langsung, misalnya perubahan tinggi
badan, berat badan, wajah ataupun tingkah laku tetapi juga menyangkut
perubahan yang lebih halus yang tidak dapat dengan segera teramati, misalnya
konsep diri (Singgih D Gunarso,1983:236).
Tentang pengertian konsep itu sendiri maka kita harus dapat
membedakannya dengan kepribadian. Kepribadian itu terbentuk berdasarkan
penglihatan orang lain terhadap diri saya sendiri, jadi pandangan dari luar.
Konsep diri sebaliknya merupakan sesuatu yang ada dalam diri saya sendiri, jadi
pandangan dari dalam. Atau dengan kata lain kepribadian adlah orang lain
melihat saya dan konsep diri adalah saya melihat diri saya sendiri. Baik konsep
diri maupun kepribadian merupakan sesuatu yang sifatnya statis. Pada penelitian
ini akan lebih difokuskan pada hal konsep diri. Seperti telah dikemukakan diatas
bahwa konsep diri merupakan pendapat kita mengenai diri kita sendiri dan
seperti konsep-konsep lainnya maka konsep tentang diri juga hanya terdapat
dalam pikiran seseorang dan bukan dalam realitas yang konkrit. Walaupun
demikian, nyatanya konsep diri mempunyai pengaruh yang besar terhadap
keseluruhan perilaku yang ditampilkan seseorang terutama dalam hal
kemandiriannya.
Konsep diri meliputi seluruh pandangan individu terhadap dimensi
fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kepandaiannya,
kegagalannya dan sebagainya (Pudjijogyanti,1988:2). Masa remaja merupakan
masa yang potensial untuk mengembangkan konsep diri, sebab masa remaja
adalah masa yang penuh dengan tekanan yang memungkinkan individu
menemukan identitas dirinya. Ketika seseorang memasuki jenjang keremajaannya,
maka ia mengalami begitu banyak perubahan dalam dirinya. Sikap-sikap atau
tingkah laku yang ditampilkannya juga akan mengalami perubahan dan sebagai
akibatnya sikap orang lain terhadap dirinya juga berubah-ubah menyesuaikan
perubahan yang tertampil dalam dirinya. Menurut Nurnanik (2003:46) bahwa
xlii
kemampuan penyesuaian diri seseorang sangat bergantung dengan konsep diri,
yaitu pandangan dan sikap individu terhadap diri sendiri.
Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa konsep diri pada seorang remaja
cenderung untuk tidak konsisten dan hal ini disebabkan karena sikap orang lain
yang dipersepsikan oleh si remaja juga berubah. Tetapi melalui cara ini, si remaja
mengalami suatu perkembangan konsep diri sampai akhirnya ia memiliki suatu
konsep diri yang konsisten. Dengan mencoba berbagai peran, remaja
mengharapkan bahwa ia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan konsep
diri. Apabila pada masa remaja individu tidak mendapat kesempatan untuk
mengembangkan diri dan menyesuaikan diri dengan tugas-tugas
perkembangannya, maka ia juga kehilangan kesempatan untuk mengembangkan
konsep dirinya.
Penelitian Rosenberg dalam Burns (1982) terhadap anak-anak dari
kelas sosial ekonomi tinggi menunjukkan bahwa mereka lebih menerima diri
mereka dibandingkan anak-anak dari sosial ekonomi rendah. Penelitian itu
memberi petunjuk bahwa pengaruh perkembangan konsep diri kearah negatif
bukan semata-mata karena tingkat sosial ekonomi orang tua, tetapi lebih
dipengaruhi oleh adanya perbedaan perlakuan orang tua dari status sosial
ekonomi yang berbeda. Pada umumnya orang tua dari kelas sosial ekonomi
menengah dan tinggi akan menekankan kemandirian, memberi tingkat aspirasi
yang tinggi, mendukung, dan memberi perhatian serta kasih sayang kepada anak
mereka. Sedangkan orang tua dari kelas sosial ekonomi rendah lebih menekankan
pada pemberian hukuman, aspirasi yang rendah dan memberi sedikit perhatian
dan kasih sayang (Pudjijogyanti,1988:38-39).
Dalam kehidupan bermasyarakat, saat ini remaja dituntut untuk
menunjukkan keremajaannya karena mereka dianggap bukan lagi anak kecil.
Tuntutan lingkungan terhadap peran remaja menimbulkan kegelisahan dan
ketegangan dalam berperilaku. Kegelisahan dan ketegangan ini menyebabkan
banyaknya konflik yang sering dialami remaja. Menghadapi hal semacam ini
remaja harus memiliki sikap kemandirian yang tinggi terutama dalam setiap
tindakan yang akan dilakukannya. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki
jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang
dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau
keuntungannya maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya.
xliii
Akantetapi biasanya mereka lebih memilih hal-halyang menguntungkan bagi
dirinya dibandingkan dengan hal yang merugikan dirinya.
Kemandirian seorang remaja sangat berpengaruh pada sikap dan
perilakunya didalam lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga dan
masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan
hidup akan membentuk kepribadiannya, dalam hal ini kemandiriannya.
Lingkungan sosial yang mempunyai kebiasaan baik dalam melaksanakan tugas-
tugas dalam kehidupan mereka, demikian pula keadaan dalam kehidupan
keluarga akan mempengaruhi perkembangan keadaan kemandirian anak.
E. Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka hipotesis yang diperoleh
dalam penelitian ini adalah: ”Ada hubungan antara konsep diri dengan
kemandirian pada anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya
Ungaran tahun 2005”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bersifat
korelasional, yakni untuk melihat ada atau tidaknya suatu hubungan antara
variabel satu dengan variabel yang lain. Untuk mencari hubungan antara dua
variabel atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variabel yang
akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah
dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih (Sugiyono,2001:98)
B. Variabel Penelitian
xliv
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang manjadi titik
perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto,1997:97). Dalam penelitian ini
mengenai variabel penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Identifikasi variabel
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu
sebagai berikut:
a. Konsep diri merupakan variabel bebas. Dimana variabel ini merupakan
variabel yang mempunyai fungsi utama yang mempunyai hubungan
mempengaruhi fungsi variabel lain.
b. Kemandirian merupakan variabel terikat. Variabel tersebut merupakan
variabel yang fungsinya dipengaruhi oleh fungsi dari variabel utama.
2. Hubungan antar variabel
Variabel diatas mempunyai hubungan sebagai berikut:
a. Variabel bebas dalam penelitian yang fungsinya tidak tergantung dengan
variabel lain, yaitu konsep diri yang disimbolkan dengan ‘X’
b. Variabel terikat dalam penelitian yang dimanipulasikan dan tergantung
fungsinya dari variabel lain adalah kemandirian yang disimbolkan
dengan ‘Y’
3. Definisi Operasional
Untuk mengoperasikan variabel penelitian tersebut, maka perlu
dirumuskan definisi opersional. Definisi opersional adalah sesuatudefinisi
mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik
variabel tersebut (Syaifuddin Azwar,1999:74). Variabel dalam penelitian ini
mempunyai definisi operasional sebagai berikut:
a. Konsep Diri
Menurut William D. Brooks dalam Jalaludin Rahmat adalah pandangan
dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri meliputi apa yang kita pikirkan
xlv
dan apa yang kita rasakan tentang diri kita sendiri. Komponen konsep diri antara
lain:
1. Komponen kognitif
Komponen kognitif sering disebut juga citra diri (Self Image), komponen
ini berhubungan dengan pikiran. Citra diri (Self Image) ini meliputi:
kecerdasan, kepercayaan diri, daya tarik fisik, tujuan hidup, kedudukan
dan peran sosial, kesukaan orang lain pada dirinya.
2. Komponen afektif
Komponen afektif sering disebut juga harga diri (Self Esteem), komponen
ini berhubungan dengan perasaan. Harga diri (Self Esteem) meliputi:
perasaan, penyesuaian diri, penerimaan diri, penghargaan, pujian.
b. Kemandirian
Kemandirian menurut menurut Masrun adalah suatu sikap yang
memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas
dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain,
maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu
mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh
kepuasan dari usahanya.
1. Bebas
Komponen ini mencakup tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri
dan tidak tergantung dengan orang lain. Komponen ini meliputi :
bertindak dan bersikap yang tidak tergantung dengan orang lain.
2. Ulet
Komponen ini tampak dari usaha untuk mengejar prestasi, tekun berusaha
untuk mewujudkan harapan-harapannya.
xlvi
3. Inisiatif
Komponen ini meliputi kemampuan berpikir dan bertindak yang
original/kreatif, dan penuh inisiatif.
4. Pengendalian diri
Komponen ini meliputi perasaan mampu menyelesaikan masalah dan
kemampuan untuk mempengaruhi lingkungan.
5. kemantapan diri
Komponen ini meliputi menerima diri, percaya terhadap kemampuan
sendiri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi
Arikunto,1997:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa asuh di
Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran Periode I Tahun 2005 yang berjumlah
100 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto,1997:117). Dalam pengambilan sampel apabila subjeknya kurang dari
100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Tetapi jika sampelnya lebih dari 100 maka diambil 10%, 15%, 50%
tergantung kemampuan peneliti (Suharsimi Arikunto,1997:107). Menurut Krejeie
dan Morgan dalam Sugiyono (2001:11) telah menentukan jumlah anggota sampel
dari populasi tertentu dengan taraf kepercayaan 95%, yaitu untuk populasi 100
maka sampelnya berjumlah 80. Dengan demikian dalampenelitian ini akan
diambil sampel sebanyak 80 siswa asuh.
D. Metode dan Alat Pengumpul Data
Suatu penilaian data merupakan hal yang penting, karena dengan
terkumpulnya data maka analisis data akan dapat dilakukan. Kemudian setelah
dilakukan analisis data dapat ditarik suatu kesimpulan. Dalam penelitian ini
metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala psikologi. Karena data
yang akan diungkap berupa konsep atau konstrak yang menggambarkan aspek
kepribadian individu (Syaifuddin Azwar,2000:105). Skala psikologi dalam
penelitian ini meliputi instrumen skala konsep diri dan skala kemandirian.
Dalam penelitian ini skala psikologi yang digunakan adalah skala
psikologi model Likert, yakni skala psikologi metode rating dengan pertimbangan
xlvii
metode ini menggunakan distribusi respons sebagai dasar penelitian nilai
skalanya. Skala ini berisikan seperangkat pernyataan yang merupakan pendapat
mengenai konsep diri dan kemandirian. Sebagian dari pernyataan-pernyataan itu
menunjukkan pendapat yang positif maupun negatif. Responden menilai
pernyataan dengan salah satu jawaban sebagai berikut:
1. Sangat Setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Ragu-ragu (R)
4. Tidak Setuju (TS)
5. Sangat Tidak Setuju (STS)
Setiap jenis respons mendapat nilai sesuai dengan arah pernyataan yang
bersangkutan yaitu:
Arah dari pernyataan: (SS) (S) (R) (TS) (STS)
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
Dengan dasar objek skala dalam penelitian ini serta rambu-rambu
penyusunan skala psikologi tersebut diatas maka dapat disusun rancangan atau
kisi-kisi instrumen peneliltian. Adapun kisi-kisi penelitian itu sebagai berikut:
KISI-KISI INSTRUMEN SKALA KONSEP DIRI DAN KEMANDIRIAN
No item Variabel Sub variabel Indikator
+ - Jumlah
1. Konsep
diri
a. Citra diri
(kognitif)
a.1 Kecerdasan
a.2 Kepercayaan
diri
a.3 Daya tarik
fisik
a.4 Tujuan hidup
a.5 Kedudukan
dan peran
sosial
(1),2
3,5,(9)
7,12
10,17
13,18
15,23
4,6
8,11
14,16
19,21
20,24
22,(25)
4
5
4
4
4
4
xlviii
b. Harga diri
(afektif)
a.6 Kesukaan
orang lain
pada dirinya
b.1 Perasaan
b.2 Penyesuaian
diri
b.3 Penerimaan
diri
b.4 Penghargaan
b.5 Pujian
26,28
29,31,
37
34,36
39,41,
45
(44),49
27,30,
32
33,35
38,40,
42
43,47
46,48,
50
5
5
5
5
5
2. Ke
mandiri
an
a. Bebas
b. Ulet
c. Inisiatif
a.1 Tindakan
yang
dilakukan
atas usaha
sendiri
a.2 Memiliki
sikap tidak
tergantung
dengan
orang lain
b.1 Pribadi yang
memiliki
ketekunan
b.2 Memiliki
usaha untuk
mewujudkan
harapannya
b.3 Tidak mudah
putus asa
51,(53)
55,57
59,61
62
64,66
68,70
72,74
76,78
52,54
56,58
60
(63),65
67,69
71,73
75,77
79,(80)
4
4
3
3
4
4
4
4
xlix
d. Pengendalia
n diri
e. Kemantapan
diri
c.1 Kreatif
c.2 Memiliki ide
yang banyak
c.3 Berusaha
untuk maju
d.1 Mampu
menyelesai
kan masalah
d.2 Mampu
mempenga
ruhi
lingkungan
e.1 Menerima
diri
e.2 Percaya
terhadap
kemampuan
sendiri
e.3 Merasa puas
atas
usahanya
81,83
86
89,91
92,(94),
96
97,99
82,84,
85
87,88
90
93,95
98,100
5
3
3
5
4
Jumlah 50 50 100
Keterangan ( ) = Item yang tidak dipakai
E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
a. Dalam penelitian ini jenis validitas instrumen yang digunakan adalah
validitas internal. Validits internal tercapai apabila terdapat kesesuaian
antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan.
l
b. Caranya untuk menguji validitas internal yaitu dengan cara
mengkorelasikan skor per butir item dan skor total, dengan rumus product
moment (r xy ) sebagai berikut:
r xy = })(}{)({
))((
2222YYNXXN
YXXYN
∑−∑∑−∑
∑∑−∑
Keterangan:
r xy = Koefisien validitas dalam hitungan
N = Jumlah anggota sampel
X∑ = Jumlah keseluruhan skor pada suatu item
Y∑ = Jumlah keseluruhan skor total
XY∑ = Jumlah keseluruhan ‘X’ dikalikan ‘Y’
2
X∑ = Jumlah keseluruhan ‘X’ yang telah dikuadratkan
2
Y∑ = Jumlah keseluruhan ‘Y’ yang telah dikuadratkan
c. Reliabilitas instrumen yang diukur dengan pendekatan konsistensi internal,
yang dilakukan dengan menggunakan satu kali pengisian skala psikologi
yang dikenakan hanya untuk satu kali pengisian pada kelompok subyek
(single-trial administrasion) (Syaifuddin Azwar,2000:42). Perhitungan
koefisiennya dengan rumus alpha (r 11 ), rumusnya sebagai berikut:
r 11 =
−1k
k
∑−
2
2
1t
h
δ
δ
Keterangan:
r 11 = Koefisien reliabilitas
k = Jumlah item soal
2
bδ = Jumlah keseluruhan perbutir varian
2
tδ = Varian total
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan korelasi Spearman
Rank. Korelasi Spearman Rank digunakan untuk mencari hubungan atau untuk
menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang
dihubungkan berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama
(Sugiyono,2003:106).
Dalam menganalisa data dilakukan dengan mengkorelasikan hasil data
yang diperoleh secara kuantitatif yang menggunakan rumus korelasi Spearman
Rank untuk mengetahui koefisien suatu hubungan dan seberapa besar tingkat
suatu hubungan, dengan tingkat signifikansi 5%. Tingkat signifikansi 5%
digunakan karena ini merupakan ilmu non eksak atau ilmu yang sifatnya sosial.
Rumus yang digunakan untuk menganalisa data sebagai berikut
(Sugiyono,2003:107)
li
ρ = 1-)1(
62
2
−
∑
nn
bt
Keterangan:
ρ = Koefisien korelasi Spearman Rank
Dari analisa rumus diatas untuk menginterpretasikan perlu
dibandingkan dengan tabel nilai-nilai rho. Koefisien korelasi Spearman Rank
diketahui mempunyai korelasi atau hubungan antara variabel ‘X’ dan ‘Y’ setelah
dibandingkan dengan hasil rho hitung lebih besar dari rho tabel, hal ini berarti
hipotesis (Ha) diterima.
BAB IV
lii
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Ujicoba Instrumen
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi tentang
konsep diri dan kemandirian. Sebelum instrumen digunakan untuk pengambilan data,
terlebih dahulu dilakukan ujicoba instrumen di lapangan untuk mengetahui apakah
instrumen tersebut layak digunakan yaitu valid dan reliabel atau tidak.
Skala psikologi konsep diri dan kemandirian yang terdiri dari 100 item, setelah
diujicobakan pada 20 responden dan dianalisis menggunakan rumus product moment
terdapat 8 item yang tidak valid, yakni item no 1, 3, 25, 44, 53, 63, 80 dan 94 karena
koefisien korelasi dari delapan item tersebut lebih kecil dari rtabel = 4,444 untuk α = 5%
dengan N = 20.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, diperoleh koefisien
reliabilitas sebesar 0,721. pada taraf kesalahan 5% dengan n = 20 dieroleh harga rtabel=
0,444. karena koefisien reliabilitas lebih besar dari nilai rtabel, dapat dinyatakan bahwa
skala psikologi tersebut reliabel.
Berdasarkan kedua analisis tersebut, selanjutnya untuk keperluan penelitian,
item-item soal yang tidak valid tersebut di buang dan yang valid diurutkan kembali
penomorannya dan dapat digunakan untuk pengambilam data penelitian sehingga
penelitian ini menggunakan 82 item.
2. Sedkripsi Variabel Penelitian
a. Deskripsi Variabel Penelitian
Gambaran tentang konsep diri anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira
Adi Karya Ungaran tahun 2005 berdasarkan jawaban skala psikologi pada lampiran
diperoleh rata-rata skor sebesar 154,9 dengan persentase skor 67,34 dan termasuk
kategori cukup baik. Lebih jelasnya tentang konsep diri dari masing-masing anak
liii
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 dapat disajikan
pada tebel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Asuh Panti Asuhan Wira Adi
Karya.
Skor Kriteria f Persentase
193,1-230,0 Sangat baik 0 0.00%
156,3-193,2 Baik 31 38.75%
119,5-156,4 Kurang baik 49 61.25%
82,7-119,6 Tidak bak 0 0.00%
46,0-82,8 0 0.00%
Jumlah 80 100%
Sumber : Data Penelitian yang diolah
Pada tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa sebagian besar anak asuh di Panti
Asuhan Wira Adi Karya Ungaran (61.25%) memiliki konsep diri dalam kategori
cukup baik, sedangkan selebihnya yaitu 38.75% dalam kategori baik. Lebih jelasnya
konsep dari anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 terebut
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.1 Bagan Distribusi Frekuensi Konsep Diri Anak Asuh di Panti Asuhan
Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005.
Secara lebih rinci, hasil analisis deskriptif tentang konsep diri anak asuh
angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 ditinjau dari
indikator dapat disajikan pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Deskripsi Tiap Indikator Konsep Diri Anak Asuh di Panti Asuhan Wira
Adi Karya.
No Sub Variabel/Indikator Skor
Total
Skor
Maks.
% Kriteria
liv
I.
a
b
c
d
e
f
Citra Diri
Kecerdasan
Kepercayaan
Daya tarik fisik
Tujuan hidup
Kedudukan dan peran sosial
Kesukaan orang lain pada
dirinya
5628
868
973
995
1029
768
795
8800
1200
1600
1600
1600
1600
1200
63.95
72.33
60.81
62.19
64.31
66.50
66.25
Cukup baik
Baik
Cukup baik
Cukup baik
Cukup baik
Cukup baik
Cukup baik
II.
a
b
c
d
e
Harga Diri
Perasaan
Penyesuaian diri
Penerimaan diri
Penghargaan
Pujian
6762
1490
1597
1364
1310
1001
9600
2000
2000
2000
2000
1600
70.44
74.50
79.85
68.20
65.50
62.56
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup baik
Cukup baik
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut di atas menunjukan faktor citra diri anak asuh
angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 telah masuk dalam
kategori cukup baik. Hal tersebut didukung oleh baiknya kecerdasan, cukup baiknya
kepercayaan diri, daya tarik fisik, tujuan hidup, kedudukan dan perasaan serta
kesukaan orang lain pada diri anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran.
Sedangkan faktor harga diri siswa telah masuk dalam kategori baik. Hal ini didukung
oleh perasaan, penyesuaian diri, dan penerimaan diri pada anak asuh yang telah baik.
Dari hasil tersebut menunjukan bahwa diantara faktor citra diri dengan harga diri
yang paling mendukung konsep diri anak asuh adalah faktor citra diri anak asuh di
Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran perlu ditingkatkan agar konsep diri mereka
juga meningkat dari kategori cukup baik menjadi baik ataupun sangat baik.
b. Deskripsi Variabel Kemandirian
Gambaran tentang kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira
Adi Karya Ungaran tahun 2005 berdasarkan jawaban skala psikologi pada lampiran
diperoleh rata-rata skor sebesar 148,2 dengan persentase sor 64,42% dan termasuk
kategori cukup baik. Lebih jelasnya tentang kemandirian dari masing-masing anak
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 dapat
disajikan pada tabel berikut :
lv
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak Asuh Panti Asuhan Wira Adi
Karya.
Skor Kriteria F Persentase
193.1-230.0 Sangat baik 0 0.00%
156.3-193.2 Baik 23 28.75%
119.5-156.4 Cukup baik 57 71.25%
82.7-119.6 Kurang baik 0 0.00%
46.0-82.8 Tidak bak 0 0.00%
Jumlah 80 100%
Sumber : Data Penelitian yang diolah
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut di atas menunjukan bahwa sebagian besar
anak asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya (71.25%) memiliki kemandirian dalam
kategori cukup baik, sedangkan selebihnya yaitu 28,75% dalam kategori baik. Lebih
jelasnya kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran
tahun 2005 tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.2 Bagan Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak Asuh di Panti Asuhan
Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005.
Secara lebih rinci, hasil analisis deskriptif tentang kemandirian anak asuh
angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 ditinjau dari tiap-
tiap indikator dapat disajikan pada tabel 4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Deskripsi Tiap Indikator Kemandirian Anak Asuh di Panti Asuhan
Wira Adi Karya.
No Sub Variabel/Indikator Skor
Total
Skor
Maks.
% Kriteria
lvi
1.
a
b
Bebas
Tindakan yang dilakukan atas
usaha sendiri
Memiliki sikap tidak tergantung
pada orang lain
1537
709
828
2800
1200
1600
54.89
59.08
51.75
Cukup baik
Cukup baik
Kurang baik
2.
a
b
c
Ulet
Pribadi yang memiliki ketekunan
Memiliki usaha untuk mewujudkan
harapannya
Tidak mudah putus asa
2088
664
533
891
3600
1200
800
1600
58.00
55.33
66.63
55.69
Cukup baik
Cukup baik
Baik
Baik
3.
a
b
c
Inisiatif
Kreatif
Memiliki ide yang banyak
Berusaha untuk maju
3405
1188
1294
923
4400
1600
1600
1200
77.39
74.25
80.88
76.92
Baik
Baik
Baik
Baik
4.
a
b
Pengendalian diri
Mampu menyelesaikan masalah.
Mampu mempengaruhi lingkungan
2078
1418
660
3200
2000
1200
64.94
70.90
55.00
Cukup baik
Baik
Cukup baik
5.
a
b
c
Harga Diri
Menerima diri
Percaya terhadap kemampuan
sendiri
Merasa puas atas usahanya
2745
601
1011
1133
4400
1200
1600
.
1600
62.39
50.08
63.19
70.81
Cukup baik
Kurang baik
Cuup baik
Baik
Sumber : Data yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut di atas menunjukan faktor kebebasan anak
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 yaitu selalu
bertindak atas usaha sendiri dan tidak tergantung pada orang lain masuk dalam
kategori cukup baik, sifat ulet yaitu memiliki ketakutan, memiliki usaha untuk
mewujudkan harapannya dan tidak mudah putus asa masuk dalam kategori cukup,
faktor inisiatif yaitu kreatif, memiliki ide yang banyak, dan berusaha untuk maju
masuk dalam kategori baik, faktor pengendalian diri yang terdiri dari kemampuan
menyelesaikan masalah masuk dalam kategori baik, dan kemampuan mempengaruhi
lingkungan masuk dalam kategori cukup baik, dan faktor kematangan diri yang
terdiri penerimaan diri, kepercayaan terhadap diri sendiri masuk dalam kategori
cukup baik, perasaan puas atas usahanya masuk dalam kategori baik. Dari hasil
tersebut menunjukan bahwa faktor yang paling menunjang kemandirian anak asuh di
lvii
Panti Asuhan Wira Adi karya Ungaran adalah faktor insiatif anak asuh yang telah
baik, sedangkan perlu diperhatikan agar kemandirian anak asuh dapat meningkat
menjadi baik ataupun sangat baik adalah faktor kebebasan, keuletan, pengendalian
diri dan kemantapan diri.
3. Pengujian Hipotesis
Sebagaimana dinayatakan dalam bab II, hipotesis dalam penelitian iji adalah
“Ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti
Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005”.
Dalam rangka menguji hipotesis kerja (Ha) tersebut maka dinyatakan hipotesis
nihil (Ho) sebahai berikut :” Tidak ada hubungan antara konsep diri dengan kemandirian
anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005”.
Guna keperluan pengujian hipotesis tersebut, maka digunakan analisis korelasi
spearman. Berdasarkan analisis korelasi spearman pada lampiran diperoleh koefisien
korelasi 0,6106. Uji signifikansi koefisien korelasi yang diperoleh tersebut dilakukan uji
Z. berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran diperoleh Zhitung = 5,43 > Ztabel = 1,96.
Karena Zhitung > Ztabel maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut
signifikan sehingga hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “ Tidak ada hubungan antara
konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya
Ungaran tahun 2005” ditolak dan menerima hipotesis kerja (Ha) yang berbunyi ” Ada
hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di Panti Asuhan
Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005”.
Bentuk hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I
di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 merupakan hubungan yang positif,
hal ini ditunjukan dari harga koefisien korelasi yang diperoleh bertanda positif. Lebih
jelasnya bentuk hubungan antara konsep diri dengan kemandirian anak asuh angkatan I di
Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
lviii
Gambar 4.3 Bagan Bentuk Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kemandirian Anak
Asuh di Panti Asuhan Wira Adi Karya.
Berdasarkan gambar 4.3 di atas terlihat bahwa semakin tinggi konsep diri siswa
maka akan semakin tinggi pula kemandirian siswa maka akan semakin rendah pula
kemandiriannya.
B. Pembahasan
Konsep diri merupakan gambaran penilaian terhadap diri sendiri yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam berperilaku dan menyesuaikan diri. Maka dari itu sebagai inti
atau dasar kepribadian, konsep diri berpengaruh terhadap ciri-ciri individu dalam bertingkah
laku serta cara-cara bertindak dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar
atau situasi kehidupan.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa anak asuh angkatan I di Panti
Asuhan Wira Adi Karya Ungaran tahun 2005 memiliki konsep diri yang masuk dalam
kategori cukup baik. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar dari mereka yang masih
meragukan daya tarik fisiknya, belum memiliki tujuan hidup yang pasti, belum mampu
berperan aktif dalam lingkungan sosialnya di panti asuhan maupun di masyarakat, serta belum
mampu menempatkan dirinya secara baik untuk dapat menarik simpati orang lain pada
dirinya. Dengan konsep diri yang belum optimal tersebut, maka dapat menghambat
kemandirian anak.
lix
Ditinjau dari kemandiriannya, ternayata anak asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira
Adi Karya Ungaran tahun 2005 telah memiliki kemandirian yang cukup baik. Hal ini
ditunjukan dari tingkah laku anak yang mulai melakukan sesuatu atas usahanya sendiri dan
sedikit demi sedikit melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang lain. Mereka juga
cukup ulet yaitu tekun dalam mewujudkan harapannya yaitu mulai berusaha untuk maju
dengan mengembangkan ide-ide dan daya kreatifitasnya. Pengendalian gejolak dalam dirinya
juga mulai terlihat dengan adanya usaha dari mereka untuk dapat menyelesaikan masalahnya
sendiri. Kemantapan diri mereka jugta mulai terlihat yaitu mereka mulai percaya dengan
kemampuan dirinya dan akan merasa puas jika usaha yang dilakukannya berhasil. Hasan Basri
(2000:53) menegaskan bahwa seseorang yang mandiri akan mengutamakan apa yang bisa ia
lakukan sendiri daripada menerima bantuan orang lain dan akan merasa bangga bila dapat
mengerjakan sesuatu sendiri.
BAB V
lx
SIMPULAN DAN SARAN
a. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kemandirian anak
asuh angkatan I di Panti Asuhan Wira Adi Karya Tahun 2005.
b. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
konsep diri berhubungan dengan kemandirian, maka dapat diajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi instruktur hendaknya meningkatkan layanan konseling pada materi
pengenalan diri bagi anak asuh agar konsep diri mereka menjadi positif
serta kemandiriannya meningkat
2. Panti asuhan sebagai salah satu sarana pelayanan teknis hendaknya
berupaya menggali, mengembangkan, meningkatkan dan memantapkan
potensi-potensi anak terlantar serta putus sekolah dengan memberikan
pelayanan yang bersifat bimbingan sosial, mental dan fisik serta
keterampilan kerja agar anak asuh semakin mandiri dalam menyongsong
masa depannya
3. Bagi instruktur sebaiknya tidak hanya memberikan materi dan praktek
keterampilan pada anak asuh saja tetapi juga harus bisa memahami dan
memberikan kasih sayang kepada mereka
lxi
4. Bagi instruktur sebaiknya bisa mengajarkan kepada anak asuh tentang apa
saja yang berhubungan dengan kehidupan dan tidak menggantungkan diri
dengan orang lain (mandiri) dan menerima diri apa adanya.