skripsi : pembumian berbentuk jaringan pada gardu induk
DESCRIPTION
Pembahasan mengenai Gardu Induk dan sistem yng bekerja pada gardu indukTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pembumian atau biasa disebut grounding system adalah penanaman
elektroda untuk menyalurkan arus lebih ke bumi atau ground. Elektroda bumi
adalah penghantar yang ditanam dalam bumi dan membuat kontak langsung
dengan bumi, penghantar bumi yang tidak berisolasi yang ditanam dalam bumi
dianggap sebagai bagian dari elektroda bumi. Elektroda dibagi menjadi beberapa
jenis yaitu : Elektroda Pita, Elektroda Batang, Elektroda Plat.
Pada Gardu Induk harus memiliki sistem pembumian yang handal yang
memenuhi standar aman bagi manusia dan peralatan yang berada di area Gardu
Induk. Sistem pembumian yang digunakan harus benar benar dapat mencegah
bahaya ketika pada saat gangguan terjadi, dimana arus gangguan yang mengalir
ke bagian peralatan dan ke piranti pembumian dapat dibumikan, sehingga gradient
tegangan di sekitar area pembumian menjadi merata sehingga tidak menimbulkan
beda potensial antara titik-titik disekitar terjadinya gangguan.
Sistem pembumian yang baik dirancang dengan dua hal yaitu :
1. Kondisi tidak normal sistem pembumian gunanya untuk membuang arus
listrik ke tanah tanpa mengganggu peralatan yang sedang beroperasi atau
melebihi batas kemampuan peralatan.
1
2. Untuk memastikan bahwa seseorang yang bekerja yang memiliki sistem
pembumian tidak akan terkena bahaya listrik.
1.2 Batasan Masalah
Ruang lingkup pembahasan ini adalah analisa sistem pembumian pada
gardu induk.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan utama pembumian adalah menciptakan jalur yang low-
impedance (tahanan rendah) terhadap permukaan bumi untuk
gelombang listrik dan transient voltage (sentakan listrik). Penyebab
utama dari sentakan listrik adalah penerangan, arus listrik, circuit
switching dan electrostatic. Tujuan umum system pembumian adalah :
a. Membatasi besarnya tegangan terhadap bumi agar berada
dalam batasan yang diperbolehkan.
b. Menyediakan jalur bagi aliran arus yang dapat memberikan
deteksi terjadinya hubungan yang tidak dikehendaki antara
konduktor system dan bumi.
1.4 Sistematika
Penjelasan penulisan dan uraianya, skripsi ini di bagi menjadi 5 bab
pembahasan yang secara sistematik di tulis sebagai berikut :
2
BAB 1 : Pendahuluan
Berisi latar belakang, permasalahan, batasan rmasalahan, tujuan,
metodologi penelitian, sistematika pembahasan, dan relevansinya.
BAB 2 : Teori Dasar Pembumian
Bab ini menjelaskan sistem pembumian gardu induk yang meliputi
elektroda pembumian, resistans jenis tanah, bahaya dari sengatan arus
listrik, pengaruh frekuensi dan lamanya arus listrik yang mengalir pada
tubuh, batas arus yang dapat diterima oleh tubuh, resistans tubuh
manusia, tegangan sentuh, serta tegangan langkah.
BAB 3 : Prosedur dalam Perancangan Sistem Pembumian
Pada bab ini menjelaskan langkah langkah perancangan yang meliputi,
mencari data di lapangan, menghitung ukuran penghantar, menghitung
tegangan sentuh dan tegangan langkah, menetapkan rancangan awal,
menentukan resistans pembumian, menghitung arus grid maksimum,
menghitung kenaikan potensial bumi, menghitung tegangan mesh dan
tegangan langkah.
BAB 4 : Perhitungan Perancangan Sistem Pembumian
Bab ini menjelaskan perhitungn pembumian, pemeriksaan faktor
keselamatan pada gardu induk serta penggunaan lapisan batu kerikil
sebagai lapisan permukaan.
BAB 5 : Kesimpulan dan Saran
3
BAB 2
TEORI DASAR PEMBUMIAN
Pembumian merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
pengamanan pada suatu Gardu Induk (GI). Sistem pembumian perlu dirancang
dengan benar agar diperoleh suatu pengamanan / perlindungan yang baik terhadap
suatu sistem dan para pegawai yang bekerja ditempat tersebut. Pembumian
bertujuan menghubungkan bagian peralatan yang pada kerja normal tidak
mengalirkan tegangan listrik, contohnya adalah pembumian pada netrai sistem.
Sedangkan bagian peralatan yang pada kerja normal tidak mengalirkan tegangan
listrik, tetapi karena suatu sebab seperti hubung singkat atau terkena petir, menjadi
bertegangan listrik contohnya adalah pembumian pada peralatan. Karena tanah
dianggap sebagai titik yang mempunyai potensial nol, sehingga tanah juga
dianggap sebagai titik referensi tegangan.
Secara umum tujuan pembumian adalah :
Membawa arus listrik ke bumi dalam koadaan normal dan terjadi
gangguan tanpa melewati batas pengoperasian dan peralatan atau
menimbulkan dampak yang terus menerus pada peralatan.
Untuk menjamin bahwa manusia dan hewan disekitar peralatan yang
dibumikan terlindung dari bahaya kejutan listrik.
Pembumian peralatan berarti menghubungkan bagian peralatan listrik yang pada
4
kegiatan normal tidak dialiri arus. Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan
antara bagian - bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara bagian - bagian
ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi
baik kondisi normal maupun pada saat terjadi gangguan. Sistem pembumian ini
berguna untuk memperoleh potensial yang merata dalam suatu bagian struktur dan
peralatan.
Perbedaan tegangan ditanah, khususnya dipermukaan tanah disekitar elektroda
elektroda pembumian, yang terjadi akibat mengalirnya arus dari elektroda itu
ketanah sekitarnya disebut gradien tegangan (gambar 2.1) (5)
Gambar 2.1 Gradien Tegangan
2.1. Elektroda Pembumian
Elektroda pembumian adalah bagian konduktif atau kelompok, bagian
kelompok konduktif yang membuat kontak langsung dan mernberikan hubungan
listrik dengan bumi.
5
Dilihat dari kontruksinya, elektroda pembumian dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu :
Elektroda pembumian dengan rnenggunakan jaringan pipa air, besi trilang
beton/kontruksi baja bawah tanah dan lain - lain.
Elektroda pembumian buatan.
Elektroda pembumian buatan adalah penghantar yang sengaja ditanam didalam
tanah dan berfungsi sebagai elektroda. Elektroda pembumian buatan terdiri dari
tiga macam, bentuk umum yang digunakan yaitu:
Elektroda pita.
Elektroda batang.
Elektroda plat.
2.1.1. Elektroda Pita.
Elektroda pita adalah elektroda yang berbentuk pita (lempengan tipis)
atau berbentuk bulat seperti kawat pilin. Elektroda ini umumnya ditanam
mendatar dalam kedalaman 0,5 – 1 meter dari permukaan tanah. Resistans
pembumian elektroda pita sebagian besar tergantung pada panjang elektroda
tersebut dan sedikit tergantung pada luas penampangnya.
6
Gambar 2.2. Cara pemasangan elektroda pita.
2.1.2. Elektroda Batang.
Elektroda batang dibuat dari bahan pipa atau besi baja yang
dipancangkan tegak lurus kedalam tanah. Panjang elektroda yang harus
digunakan, disesuaikan dengan nilai resistans pembumian yang diperlukan /
diinginkan. Resistans pembumiannya sebagian besar tergantung pada panjangnya
dan sedikit bergantung pada ukuran penampangnya. Jika beberapa elektroda
diperlukan untuk memperoleh resistans pembumian yang rendah, maka jarak
antara elektroda tersebut minimum harus dua kali panjangnya. Jika elektroda
tersebut tidak bekerja efektif pada seluruh panjangnya, maka jarak minimum
antara elektroda harus dua kali panjang efektifnya, elektroda ini biasanya ditanam
sedalam 1 – 6 meter.
Gambar 2.3 Cara Pemasangan Elektroda Batang.
7
2.1.3. Elektroda Plat.
Elektroda plat dibuat dari plat logam, plat logam berlubang atau dari
kawat kasa. Plat tersebut ditanam tegak lurus didalam tanah, ukurannya
disesuaikan dengan resistans pembumian yang diperlukan (lihat table 2.1) dan
pada umumnya cukup menggunakan plat berukuran 1 m x 0, 5 m. Sisi atas plat
harus terletak minimum 1 m dibawah permukaan tanah.
Penggunaan dari elektroda plat ini sebenarnya kurang ekonomis, karena, elektroda
plat memerlukan lebih banyak bahan dibandingkan dengan elektroda pita atau
elektroda batang.
Gambar 2.4. Cara Pemasangan Elektroda Plat
8
Tabel 2.1. Resistaans pembumian pada resistans
jenis ρ1 = 100 Ω-meter.
Jenis ElektrodaPanjang /
Ukuran
Resistans
Pembumian (Ω)
Pita atau penghantar pilin 10 m
25 m
50 m
100 m
20
10
5
3
Batang atau pita 1 m
2m
3m
5m
70
40
30
20
Plat vertical dengan sisi atas ± 1m.
dibawah permukaan tanah.
0,5 x 1 m2
1 x 1 m2
35
25
Penghantar yang digunakan untuk pembumian harus memenuhi beberapa
persyaratan, diantaranya adalah :
Memiliki daya hantar jenis (conductivity) yang cukup besar.
Memiliki kekerasan (kekuatan) secara mekanis pada tingkat yang tinggi
terutama bila digunakan pada daerah yang tidak terlindungi terhadap
kerusakan fisik.
Tahan terhadap, korosi.
Bahan yang digunakan sebagai elektroda pembumian umumnya tembaga.
9
2.2. Resistans Jenis Tanah.
Dalam merencanakan suatu elektroda pembumian, maka langkah
pertama yang harus diketahui adalah besar resistans jenis tanah dimana elektroda
pembumian tersebut akan ditanam. Pada kenyataannya besar resistans jenis tanah
dipengaruhi oleh karakteristik tanah itu sendiri dan keadaan cuaca sekitarnya.
Nilai resistans jenis lapisan tanah dalam empat klasifikasi nilai seperti terlihat
pada tabel 2.2. berikut.
Tabel 2.2. Nilai resistans jenis lapisan tanah.
Jenis Tanah Tahan Jenis Rata – rata (Ω.m)
Tanah Basah
Tanah Lembab
Tanah Kering
Tanah Berbatu
10
100
1000
10000
2.3. Bahaya Dari Sengatan Arus Listrik.
Bahaya yang diakibatkan karena terkena tegaagan listrik dipengarahi oleh
beberapa hal, diantaranya :
Besarnya frekuensi yang mengenai tubuh.
Besar tegangan atau arus yang melalui tubuh.
Lamanya arus yang mengalir dalam tubuh.
Kondisi keadaan tubuh, seperti: berat badan, resistans tubuh, permukaan
kulit dan posisi badan ketika diairi arus listrik.
10
2.3.1. Pengaruh Frekuensi Dan Lamanya Arus Listrik Yang Mengalir
Pada Tubuh.
Pengaruh arus balik yang melalui tubuh manusia bergantung pada lama,
besar dan frekuensi arus listrik. Tubuh manusia peka terhadap arus listrik pada
frekuensi 50 - 60 Hz. Tabel 2.3 memberikan gambaran pengaruh arus listrik 60
Hz terhadap tubuh manusia. Secara umum batas arus 1 mA diterima sebagai arus
ambang rasa, yaitu batas arus listrik yang mulai dirasakan. Arus sebesar 15 - 20
mA dapat menyebabkan berkurangnya kendali pada otot - otot tubuh manusia.
Pada kebanyakan orang, besar arus 100 mA dapat menyebabkan fibrilasi pada otot
jantung. Arus yang lebih besar lagi dapat menyebabkan jantung berhenti berfungsi
dan dapat pula membakar tubuh. Otot jantung bekerja berirama, sesuai dengan
sinyal dari syaraf. Ketika terjadi sinyal yang keliru dikirim ke otot jantung, karena
sengatan arus listrik misalnya, maka irama kerja jantung menjadi terganggu.
Tabel 2.3. Pengaruh Arus Listrik Pada Tubuh Manusia.
Arus (mA) Pengaruhnya Pada Tubuh Manusia
0,0 – 0,9
0,9 – 1,2
1,2 – 1,6
1,6 – 6,0
Belum dirasakan pengaruhnya, tidak menimbulkan reaksi
apapun.
Tubuh mulai merasakan adanya arus listrik, tetapi tidak
menimbulkan kejang - kejang, kontraksi atau kehilangan
kontrol.
Mulai terasa seperti ada yang merayap di tangan.
Tangan sampai ke siku terasa kesemutan.
11
6,0 – 8,0
13 – 14
15 – 20
20 – 50
50 – 100
Tangan mulai kaku, rasa kesemutan makin bertambah.
Rasa sakit tidak tertahankan, penghantar masih dapat
dilepaskan dengan gaya yang besar sekali.
Otot tidak sanggup lagi melepaskan penghantar.
Dapat megakibatkan kerusakan pada tubuh manusia.
Besar arus yang dapat menyebabkan kematian.
Gambar 2.5. Pengaruh frekuensi terhadap let-go current.
12
2 3.2. Batas Arus Yang Dapat Diterima Oleh Tubuh.
Seperti yang dikemukakan Dalziel, besarnya arus yang aman berada pada 0,03 - 3
detik, tergantung pada arus yang ditarima tubuh, yang dituiis dengan persamaan :
dengan : IB = besarnya arus rata rata yang melalui tubuh dalarn ampere.
ts = Lamanya arus yang melalui tubuh dalam detik.
SB = Konstanta empiris dari gangguan listrik yang dapat
diterima oleh beberapa persen populasi yang diberikan.
Besarnya arus dan Imanya arus yang mengalir pada tubuh seseorang pada
frekuensi 50 – 60 Hz, harus Iebih kecil dari ambang batas, sehingga tidak
menimbulkan fibrilasi. Lamanya arus untuk frekuensi 50 - 60 Hz, yang berkenaan
dengan besarnya arus dapat diterima oleh kebanyakan orang ditunjukkan oleh
persamaan (2.1). Berdasarkan penelitian Dalziel, bahwa terdapat 99,5 % dari
populasi dapat selamat tanpa terjadinya fibrilasi, dapat ditunjukkan oleh
persamaan.
dengan :
Dalziel mengemukakan bahwa 99,5 % dari populasi dapat selamat dengan berat
badan rata– rata 50 kg, yang menghasilkan nilai SB = 0,0135 kemudian k = 0,116.
13
Persamaan untuk arus yang diperbolehkan melewati tubuh menjadi :
Sedangkan untuk berat badan rata - rata 70 kg menghasilkan nilai SB = 0,0246,
sehingga nilai k = 0,157. Nilai tesebut dimasukkan ke persamaan (2.2) menjadi
persamaan :
Arus yang menimbulkan fibrilasi biasanya merupakan sebuah fungsi dari berat
tubuh seseorang.
2.4. Resistans Tubuh Manusia.
Untuk arus dc dan ac pada frekuensi normal, tubuh manusia dapat
diwakilkan oleh resistans noninduktif. Resistans berada antara kaki dan tangan,
yaitu dari satu tangan ke kedua kaki atau dari satu kaki ke kaki yang lain.
Resistans dari jaringan tubuh bagian dalam, tidak termasuk kulit, kira - kira 300
Ω, sedangkan resistans tubuh termasuk kulit berkisar antara 500 - 3000 Ω.
Resistans tubuh berkurang karena rusaknya kulit pada titik perhubungan dengan
benda. Resistans dari tangan yang basah bisa sangat rendah pada setiap tegangan.
Resistans dari kaki tidak menentu, bisa sangat rendah untuk kulit yang basah.
Jadi, dapat dikatakan bahwa :
1. Resistans hubungan tangan dan kaki dianggap sama dengan not.
2. Resistans tubuh manusia diambil sebesar 1000 Ω, dari tangan kedua kaki
dan juga dari tangan ke tangan, atau dari kaki ke kaki lain: RB = 1000 Ω
14
2.5. Tegangan Sentuh.
Perbedaan potensial yang terjadi pada permukaan bumi ketika seseorang
berdiri dan tangannya menyentuh dengan peralatan yang dibumikan disebut
tegangan sentuh.
Gambar 2.6. a. Arus yang mengalir pada tegangan sentuh.
b. Rangkaian ekivalen dari tegangan sentuh.
Dari rangkaian ekivalen pada gambar 2.6.b, dapat diketahui besarnya tegangan
sentuh (Esentuh) adalah :
dengan :
Esentuh :Tegangan sentuh (V)
IB : arus yang melewati tubuh (A).
RB : Resistans tubuh (Ω).
Rf : Resistans kontak kebumi (Ω).
15
Resistans tubuh manusia RB diarnbil 1000 Ω dan tahanan kontak antara kaki dan
permukaan bumi didekati dengan nilai Rf = 3 ρs, dimana ρs adalah resistans jenis
permukaan bumf, sehingga persamaan (2.5) dapat ditulis menjadi :
Esentuh = IB (1000 + 1,5 ρs)
2.6. Tegangan Langkah.
Tegangan Iangkah adalah bagian tegangan elektroda pembumian antara
dua titik dipermukaan bumi, yang jaraknya sama dengan satu Iangkah biasa.
Gambar 2.7. a. Arus yang mengalir pada tegangan Iangkah.
b. Rangkaian ekivalen tegangan Iangkah.
Dengan melihat rangkaian ekivalen pada gambar 2.7.b, dapat diketahui besarnya
tegangan Iangkah (Elangkah) adalah :
Elangkah = IB (RB + 2 Rf)
16
dengan : Elangkah : Tegangan Iangkah (V).
IB : Arus yang melewati tubuh (A).
RB : Resistans tubuh (Ω).
Rf : Resistans kontak kaki (Ω).
Nilai resistans tubuh RB dan resistans kontak kaki Rf adalah sama dengan yang
digunakan pada tegangan sentuh, sehingga persamaan (2.7) dapat ditulis menjadi :
Elangkah = IB (1000 + 6 ρs)
17
BAB 3
PROSEDUR DALAM PERANCANGAN SISTEM PEMBUMIAN
Pada gambar 3.1 dibawah ini memperlihatkan diagram blok prosedur
perancangan system pembumian, berikut dengan penjelasannya.
Gambar 3.1. Diagram Alur Perancangan Sistem Pembumian
18
Pada gambar 3.1 halaman 13 memperlihatkan diagram blok prosedur perancangan
sistem pembumian untuk mencapai tujuan dari pembumian yang menitik beratkan
pada pencapaian tegangan sentuh dan tegangan Iangkah yang aman, berikut
penjelasannya :
3.1. Langkah Langkah Perancangan :
3.1.1. Mencari Data Di Lapangan.
Pada Iangkah pertama dilakukan penelitian terhadap tanah yang akan
ditanam elektroda. Parameter yang diukur adalah jarak elektroda yang akan
ditanam α dan resistans jenis tanah ρ. Untuk mengukur resistans jenis tanah,
metode empat elektroda Wenner sering dipakai. Elektroda tersebut ditanam dalam
tanah membentuk suatu garis lurus, pada jarak α yang sama, dan pada suatu
kedalaman b. Tegangan antara dua elektroda yang berada ditengah diukur dan
dibagi dengan arus antara dua elektroda terluar untuk memberikan nilai resistans
R. Persamaan untuk resistans jenis tanah adalah :
dengan :
ρ = Resistans jenis tanah, dalam (Sam)
R = Resistans yang dihasilkan dari pembagian tegangan dengan
arus yang mengalir pada elektroda, dalam (Ω)
a = Jarak antara elektroda, dalam (m)
b = Kedalaman elektroda, dalam (m)
19
Jika b Iebih kecil dibandingkan dengan a, maka persamaan (3.1) menjadi :
ρ = 2 π a R
Gambar 3.2 Metode Wenner untuk mengukur resistans jenis tanah
3.1.2. Menghitung Ukuran Penghantar
Pada langkah kedua, pemilihan bahan penghantar harus memperhatikan
beberapa hal berikut :
Memiliki daya hantar yang tinggi.
Memiliki kekuatan mekanis yang memadai untuk menahan arus yang
besar.
Tahan korosi.
Bahan yang digunakan sebagai elektroda pembumian umumnya tembaga. Sverak
mengemukakan untuk menghitung arus dari berbagai konduktor yang bahannya
diketahui (lampiran 1), persamaannya adalah :
dengan :
20
Amm2 = Luas penampang dari penghantar elektroda, dalam mm2
I = Arus rms, dalam kA.
tc = Lama arus gangguan mengalir, dalam detik.
αr = Koefisien panas dari tahanan jenis pada temperatur Tr.
ρr = Tahanan jenis dari penghantar elektroda pada
temperatur Ta, dalam µΩ cm.
TCAP = Faktor kapasitas panas, dalam J/cm3/oC.
Tm = Temperatur maksimum yang diizinkan, dalam oC.
Ta = Temperatur sekitar, dalam oC.
Ko = Konstanta material (1/αo pada 0 oC).
Besar waktu tc ditentukan berdasarkan waktu kerja pemutus gangguan.
3.1.3. Menghitung Tegangan Sentuh dan Tegangan Langkah.
Langkah ketiga, dari pers (2.6) dan (2.8), tegangan sentuh dan tegangan
Iangkah keduanya dapat dihitung dengan mengasumsi resistans jenis tanah
bersifat seragam, padahal permukaan tanahnya sering dilapisi koral yang
berfungsi untuk mereduksi resistans tanah, dengan demikian perlu tambahan
koreksi pada persamaan diatas.
Faktor refleksi K dihitung dengan persamaan
dengan :
K = Faktor refleksi.
ρ = Resistans jenis tanah [Ωm].
ρs = Resistans jenis lapisan koral pada permukaan tanah [Ωm].
21
Gambar 3.3 Faktor reduksi CS sebagai fungsi faktor refleksi K dan
kedalaman hs.
Resistansi dari kedua kaki secara sari dan kedua kaki secara paralel adalah
R2Fs = 6 (ρ)
R2Fp = 1,5 (ρ)
dengan :
R2Fs = resistansi kedua kaki sari
R2Fp = resistansi kedua kaki parallel
Pada jenis tanah yang seragam, mengacu pada persamaan (3.5), (3.6) dan faktor
reduksi Cs, resistansi dari kedua kaki menjadi :
R2Fs = 6 Cs (hs ,K) ρs
R2Fp = 1,5 Cs (hs ,K) ρs
22
Batas untuk tegangan Iangkah adalah
Elangkah = (RB + R2Fs) IB
Dengan memasukkan persamaan (2.3), (2.4), (2.7) dan (3.7) ke dalam persamaan
(3.9) maka diperoleh :
Elangkah 50 = (1000 + 6Cs, (hs K) ρs ) 0,116/
atau
Elangkah 70 = (1000 + 6Cs, (hs K) ρs ) 0,157/
Tegangan Iangkah yang sebenarnya, EL, harus kurang dari tegangan Iangkah
maksimum yang diijinkan, Elangkah, untuk menjamin keselamatan.
Dengan cara yang sama, batas tegangan sentuh adalah :
Esentuh = (RB + R2Fp)IB
Dengan memasukkan persamaan (2.3), (2.4), (2.5) dan (3.8) ke dalam persamaan
(3.12) maka diperoleh :
Elangkah 50 = (1000 + 6Cs, (hs K) ρs ) 0,116/
atau
Elangkah 70 = (1000 + 6Cs, (hs K) ρs ) 0,157/
dengan :
Cs = 1 untuk lapisan permukaan yang tidak dilindungi atau ditentukan
dari gambar 3.3 jika menggunakan proteksi lapisan permukaan
dari resistans jenis yang tinggi dan tipis
23
ρs = resistans jenis dari permukaan bahan, dalam Q –m
ts = lamanya arus gangguan, dalam detik
3.1.4. Menetapkan Rancangan Awal.
Langkah ke empat, menetapkan rancangan awal besaran-besaran yang
dapat diubah-ubah. Persiapan rancangan meliputi :
Tata Ietak pembumian mendatar dan batang-batang tegak
Jarak antar batang mendatar (D)
Jumlah batang pembumian tegak (nr)
Kedalaman pembumian mendatar (h)
Panjang keseluruhan elektrode pembumian (L) termasuk grid dan
elektrode batang
Penghitungan jarak antar konduktor dan Ietak elektrode batang haruslah
berdasarkan arus grid lG dan daerah yang akan dibumikan. Besaran-besaran ini
dapat diganti pada perhitungan selanjutnya bila hasil akhirnya tidak memenuhi
persyaratan.
3.1.5. Menghitung Resistans Pembumian.
Langkah kelima, untuk menghitung resistans pembumian, untuk
kedalaman grid antara 0,25 - 2,5 m, resistans pembumian dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan Sverak, yaitu :
Jumlah resistansi yang terdiri dari sebuah kombinasi elektrode mendatar (grid)
24
dan elektrode tegak (batang), lebih rendah dari resistansi masingmasing elektrode,
tetapi masih Iebih tinggi dari kombinasi paralelnya. Total resistansinya adalah :
dengan :
R1 = resistans elektrode pembumian mendatar
R2 = resistans elektrode pembumian tegak
R12 = resistans bersama antara elektrode mendatar dan tegak
Schwarz mengembangkan rumus untuk R1, R2, dan R12 pada parameter dasar
perancangan diasumsikan pada kondisi keadaan tanah yang seragam. Pada
prakteknya, diperlukan sekali untuk menanam elektrode sedalamdalamnya hingga
mencapai lapisan tanah yang lebih konduktif. Nilai R1, R2, dan R12 dapat dihitung
menggunakan persamaan :
dengan :
ρ1 = Resistans jenis tanah disekitar elektrode pembumian mendatar
pada kedalaman h, dalam Ω-m
ρa = Resistans jenis tanah dilihat dari elektrode pembumian tegak,
25
dalam Ω-m
L1 = Total panjang elektrode mendatar, dalam meter
L2 = Rata-rata panjang elektrode tegak, dalam meter
h = Kedalaman penanaman elektrode mendatar, dalam meter
h’ = d, h untuk elektrode mendatar pada kedalaman h, atau 0,5
d1, untuk elektrode mendatar pada permukaan bumi (h = 0)
nr = Jumlah batang pembumian tegak pada luas A
A = Luas daerah yang dicakup oleh elektrode mendatar dimensi a x b,
dalam m2
a = Sisi panjang dari luas daerah elektrode mendatar, dalam meter
b = Sisi lebar dari Iuas daerah elektrode mendatar, dalam meter
K1, K2 = Konstanta dari geometri konduktor (lihat gambar 3.4(a) dan
(b))
p2 = Resistans jenis tanah dari kedalaman H, dalam Ω-m
d1 = Diameter elektrode mendatar, dalam meter
d2 = Diameter elektrode tegak, dalam meter
H = Ketebalan lapisan tanah di permukaan bumi, dalam meter
26
Gambar 3.4. Koefisien K1 (a) dan K2 (b) dari persamaan Schwarz.
Pada jenis tanah dengan dua lapisan, untuk ρ1 > ρ2 , dimana elektrode
grid terletak pada lapisan atas ρ1 , tetapi elektrode batang sebagian pada pi dan
sebagian lagi pada ρ2 , R2 dan R12 dihitung dengan menggunakan resistans jenis
tanah dilihat dari elektrode pembumian tegak. Persamaan untuk ρa jika setiap
ujung atas elektrode pembumian tegak sama rata dengan permukaan bumi adalah :
Untuk ujung atas elektrode pembumian tegak sama dengan kedalaman elektrode
grid, maka persamaannya :
27
Untuk lapisan tanah yang seragam, ρ2 = ρ1 sehingga ρa= ρ1
3.1.6. Menghitung Arus Grid Maksimum.
Langkah keenam, menghitung arus grid adalah bagian dari arus
gangguan simetris ke bumi yang mengalir diantara elektroda grid dengan tanah
disekitarnya, dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Ig = Sf . If
dengan :
Ig = arus grid simetris, dalam A
Sf = faktor pembagi arus
If = nilai rata-rata dari arus gangguan simetris ke bumi, dalam A
Arus hubung singkat 3 phasa simetris digunakan untuk mengukur ukuran
penghantar dari konduktor mesh utama tetapi 60 % dari arus hubung singkat 3
phasa simetris sebagai arus gangguan ketanah digunakan untuk perhitungan
tegangan sentuh, tegangan Iangkah dan kenaikan tegangan jaring maksimum,
sebagai berikut :
dengan Z1 = Z2 . Zo = 3Z1 (Zo berasal dari impedansi peralatan dari jaringan pada
masing - masing gardu induk. Harga impedansi dari PLN tidak didapat, maka
28
diasumsikan Zo = adalah 3Z1 untuk penggunaan umum pada sistem tegangan
tinggi).
Arus grid maksimum dihitung dengan menggunakan persamaan :
IG = CP . Df Ig
Dengan:
IG = arus grid maksimum, dalam A
CP = faktor koreksi arus gangguan pada masa mendatang, jika sistem
tidak berkembang lagi, maka Cp = 1
Df = faktor pelemahan selama waktu gangguan tf
3.1.7. Menghitung Kenaikan Potensial Bumi.
Langkah ketujuh menentukan GPR (Ground Potential Rise) atau
kenaikan potensial bumi terjadi karena adanya arus yang mengalir pada sistem
yang dibumikan. Besarnya kenaikan tersebut dapat dihitung dengan :
GPR =IG . Rg
GPR = kenaikan potensial bumi, dalam V
IG = arus gangguan yang mengalir ke bumi, dalam A
Rg = resistans pembumian total, dalam Ω
29
Jika kenaikan potensial bumi yang didapat lebih kecil dari tegangan sentuh yang
diperbolehkan, maka tidak perlu untuk melakukan penghitungan tahap
selanjutnya. Dan apabila kenaikan potensial bumi lebih besar, maka tegangan
mesh dan tegangan langkah haruslah dihitung.
3.1.8. Menghitung Tegangan Mesh Dan Tegangan Langkah.
Langkah kedelapan menentukan tegangan mesh adalah tegangan sentuh
maksimum yang terjadi antara elektrode pembumian mendatar. Persamaannya
adalah:
Dengan:
Em = tegangan mesh, dalam V
ρ = resistans jenis tanah (=pi), dalam S2-m
KM = faktor ruang untuk menghitung tegangan mesh
Ki = faktor koreksi geometri elektrode pembumian mendatar
LG = arus grid maksimum, dalam A
L = panjang elektrode pembumian total, dalam meter
Konstanta Km dan Ki, dihitung dengan persamaan :
dengan :
Kii = faktor koreksi berat yang menyesuaikan efek dari inti konduktor
pada sudut mata jala
= 1 untuk elektrode mendatar dengan dilengkapi elektrode tegak
30
disemua titik, atau untuk elektrode mendatar dengan elektrode
tegak di setiap sudutnya
Kii = untuk elektrode mendatar tanpa elektrode tegak atau
elektrode mendatar hanya dengan beberapa elektrode tegak dan
tidak dipasang pada setiap sudutnya atau disekelilingnya
Kh = faktor koreksi berat yang menegaskan efek dari kedalaman
elektrode mendatar
=
ho = 1 meter (acuan kedalaman dari elektrode mendatar)
K1= 0,656+0,172n
dengan :
n = jumlah konduktor paralel di satu sisi (panjang atau lebar)
n = untuk penghitungan tegangan mesh
Jika Lc, adalah total panjang konduktor elektrode mendatar dan Lr adalah total
panjang konduktor elektrode tegak, maka untuk menghitung tegangan mesh
elektrode mendatar dengan dilengkapi elektrode tegak digunakan persamaan :
Faktor pengali 1,15 untuk Lr pada persamaan diatas menggambarkan bahwa
kepadatan arus lebih tinggi pada elektrode tegak di sekeliling elektrode mendatar
daripada di elektrode mendatar itu sendiri.
Untuk elektrode mendatar tanpa elektrode tegak, atau hanya beberapa elektrode
31
batang yang dipasang di elektrode mendatar tetapi jauh dari sisinya,
persamaannya adalah :
Sedangkan untuk tegangan langkah dihitung dengan persamaan :
dengan :
KS = faktor ruang untuk menghitung tegangan langkah
Persamaan (3.30) untuk elektrode mendatar tanpa elektrode tegak atau hanya
beberapa elektrode batang yang dipasang di tengah dan jauh dari sisi-sisinya.
Sedangkan persamaan untuk elektrode mendatar dengan dilengkapi elektrode
tegak terutama di sekitar sisi-sisinya adalah :
Tegangan Iangkah maksimum diasumsikan terjadi pada jarak yang sama dengan
kedalaman h elektrode mendatar. Kedalaman elektrode yang di pasang biasanya
0,25 m < h < 2,5 m. Ks dihitung dengan persamaan :
dengan :
n = max (nA, nB), untuk penghitungan tegangan Iangkah
Penggunaan Ks yang berbeda-beda tergantung pada kedalaman elektrode
32
mendatar h, yang menggambarkan bahwa tegangan Iangkah menurun dengan
cepat disebabkan meningkatnya kedalaman.
3.1.9. Perbandingan Tegangan Mesh Dengan Tegangan Sentuh.
Langkah kesembilan apabila tegangan mesh lebih kecil dari tegangan
sentuh, maka perancangan dapat dianggap selesai. Selesainya rancangan juga
tergantung dari 3.1.10. Namun bila tegangan mesh Iebih besar dari tegangan
sentuh, maka haruslah menjalankan 3.1.11.
3.1.10. Perbandingan Tegangan Langkah Dan Tegangan Langkah Yang
Diperbolehkan.
Langkah kesepuluh, apabila tegangan langkah Iebih kecil dari tegangan
Iangkah yang diperbolehkan, maka selesai. Namun bila tegangan langkah Iebih
besar dari tegahgan langkah yang diperbolehkan, maka ke 3.1.11 yaitu merubah
rancangan awal.
3.1.11. Merubah Rancangan Awal.
Langkah kesebelas, jika tegangan mesh Iebih besar dari tegangan sentuh
(3.9) dan tegangan langkah Iebih besar dari tegangan langkah yang diperbolehkan
(3.10), maka perlu merubah rancangan awal yaitu dengan mengganti jarak antar
batang mendatar D, jumlah batang pembumian tegak nr , panjang keseluruhan
elektrode pembumian L, dan kedalaman pembumian mendatar h.
33
3.1.12. Rancangan Detil.
Langkah keduabelas, setelah nilai tegangan sentuh dan tegangan langkah
yang aman telah dicapai, mungkin diperlukan untuk menambah konduktor pada
elektrode mendatar dan elektrode tegak. Penambahan ini diperlukan bila
rancangan elektrode mendatar tidak termasuk konduktor di dekat peralatan yang
dibumikan seperti penangkal petir.
3.2. Panjang Konduktor Minimum Yang Diperlukan.
Panjang konduktor yang diperlukan untuk grid pada suatu gardu induk
tergantung beberapa pertimbangan, diantaranya: tegangan sentuh atau tegangan
langkah yang dikehendaki, luas daerah yang diamankan dan factor ekonomisnya.
Dengan menggunakan konduktor yang Iebih panjang dari hasil perhitungan
minimal panjang konduktor yang dibutuhkan, maka faktor keselamatan manusia
disekitarnya lebih diutamakan. Tetapi ha! ini tidak ekonomis karena konduktor
yang dibutuhkan menjadi lebih banyak sehingga lebih mahal. Dengan
menggunakan konduktor yang tidak terlalu panjang, maka biaya akan Iebih murah
(ekonomis) tetapi faktor keselamatan manusia disekitarnya tidak terjamin. Sangat
diharapkan sekali faktor ekonomis menjadi persyaratan dalam perancangan
pembumian.
Untuk mendapatkan kondisi yang aman bagi keselamatan manusia, maka
tegangan mesh harus dibatasi sampai pada tegangan sentuh yang diizinkan sesuai
peramaan (3.13), maka :
Untuk Em < Esentuh 50
34
Dengan merubah persamaan (3.37) untuk L maka didapat :
Untuk Em < Esentuh 70 dari peramaan (3.27) dan (3.14)
maka :
Elektroda berbentuk jaring (grid) adalah bentuk elektroda yang merupakan
modifikasi dari elektroda pita, dimana bentuknya menyerupai jaring atau jala -
jala. Bentuk elektroda ini merupakan bentuk dasar pentanahan pada suatu gardu
induk (GI) dan bagi faktor keselamatan manusia. Elektroda- ini biasanya ditanam
pada kedalaman 0,5 - 1 meter dan bentuknya bisa bujur sangkar, segi empat atau
bentuk lainnya. Tergantung tempat yang diamankan, terutama tempat yang
terdapat peralatan digardu induk.
Arus gangguan akan mengalir dengan menyebar keseluruh jaring
sehingga arus yang ketanah akan menjadi lebih kecil. Hal ini lebih balk bila
dibandingkan dengan menggunakan hanya satu elektroda batang saja.
Pemasangan elektroda batang pada bentuk bujur sangkar maupun segi empat
dapat berupa diagonal maupun disepanjang sisi - sisinya.
35
BAB 4
PERHITUNGAN PERANCANGAN SISTEM PEMBUMIAN
4.1. Perhitungan Pembumian
Alat yang digunakan untuk mengukur resistans pembumian adalah
Yokogawa tipe 3244 dengan metode pengukuran menggunakan metode Wenner.
Cara penggunaan alat tersebut dapat dilihat pada lampiran. Data hasil pengukuran
seperti terdapat pada lampiran adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Data hasil pengukuran resistans jenis tanah.
Jarak Elektroda (a)
(m)
Resistans (R)
(Ω)
Resistans Jenis Tanah (ρ)
(Ω -m)
1
2
3
6
9
12
18
24
30
3 2
0,8
0,33
0,1
0,07
0,037
0,025
0,02
0,018
20,1
10,05
6,22
4,15
3,96
2,79
2,83
3,02
3,39
Perhitungan ini dilakukan untuk mendisain system pembumian dan menetapkan
batasan yang aman untuk perbedaan potensial yang mungkin terjadi pada gardu
36
induk yang mengalami kondisi gangguan.
Resistans jenis tanah pada table diatas dihitung dengan menggunakan
persamaan (3.2). Dari table tersebut dapat dilihat bahwa semakin jauh penanaman
elektroda, maka semakin kecil nilai resistans yang didapat, maka semakin kecil
Pula reistans jenis tanahnya.
Perhitungan pada lampiran 3 memberikan hasil resistans jenis tanah 7,4 0-
m. Tetapi nilai resistans jenis tanah diambil 50 0-m untuk perhitungan
selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi keadaan tanah bila nilai
resistans jenis tanahnya meningkat.
Besarnya arus gangguan ketanah adalah 31, 5 kA dengan lamanya arus
gangguan 1 detik. Konduktor yang digunakan adalah Commercial Hard Drawn
Copper Wire. Suhu maksimum konduktor yang diijinkan adalah 250°C untuk tipe
sambungan dengan baut. Untuk menghitung diameter penghantar yang akan
digunakan persamaan (3.3) yaitu :
Dari perhitungan diatas, luas penampang konduktor yang didapat 187,8 mm2,
37
tetapi konduktor yang digunakan adalah 200 mm2 dengan ukuran diameter d =
0,0182 m.
Ukuran diameter konduktor yang akan digunakan haruslah Iebih besar dad hasil
perhitungan yang didapat untuk mengantisipasi arus gangguan yang Iebih besar.
Hal ini dilakukan agar konduktor tidak mudah rusak karena bila konduktor rusak
maka akan sangat sulit untuk memperbaiki atau menggantinya.
Lapisan permukaan tanah pada daerah yang ditanam elektroda tidak
dilindungi dengan lapisan koral, sehingga nilai CS = 1. Resistans jenis permukaan
tanah berbatu adalah 3000 0-m. Batas tegangan Iangkah yang aman bagi manusia
dengan berat badan < 50 kg dan < 70 kg menurut persamaan (3.10) dan (3.11)
adalah :
Batas teganqai R sentuh yang aman bagi manusia dengan berat badan c 50
kg dan < 70 kg menurut persamaan (3.13) dan (3.14) adalah :
Atau
38
Luas daerah yang diliputi oleh elektroda pembumian 5850 m2. dengan
panjang 130 m dan Iebar 45 m. Jumlah konduktor memanjang adalah 10 dan
melebar sebanyak 27 buah, sehingga panjang keseluruhan konduktor adalah 3026
m. Panjang konduktor L’ pada sisi yang lebih pendek adalah 45 m. Jumlah
konduktor parallel n dalam kisi - kisi utama adalah 16 buah Sehingga jarak rata -
rata antara konduktor - konduktor parallel pada jarring adalah :
= 3m
Perancangan pembumian ini hanya menggunaka konduktor mendatar saja,
jadi tidak menggunakan konduktor tegak (elektroda batang). Sahingga resistans
grid dapat dihitung dengan persamaan (3.15) adalah
= 0,30Ω
Faktor pembagi arus (Sf) besarnya I dan If dari persamaan (3.24), sehingga arus
grid dapat dihitung dangan persamaan (3.22), yaitu
Ig = Sf. If
= 1.0,6.31500
= 18900 A
= 18,9 kA
39
Karena pembumian yang ditanam tidak akan berkembang lagi pada masa
yang akan datang, maka nilai factor koreksi arus gangguan (CP) adalah 1. Dan
factor pelemahan selama waktu gangguan (Df) adalah I. Sehingga besarnya arus
grid maksimum sesuai persamaan (3.25), yaitu :
ID = Cf. Df. Ig
= 1.1.18900
= 18900 A
= 18,9 kA
Kenaikan potensial bumi (GPR) sesuai persamaan (3.26), yaitu :
GPR = Ig. Rg
=18900 A. 0,30Ω
= 5670 V
Karena kenaikan potensial bumi lebih tinggi (5670 V) dad tegangan sentuh
yang diperbolehkan (638 V), maka sangatlah diperlukan untuk menghitung
tegangan mesh dan tegangan langkah. Untuk menghitung tegangan mesh,
konstanta Km dan Ki haruslah dihitung terlebih dahulu.
Konstanta Km dihitung dengan persamaan (3.28) dan Ki dengan persamaan
(3.29), yaitu :
= 0,39
40
Dengan :
= 1,32
Untuk menghitng besarnya factor koreksi gometri Ki digunakan persamaan
(3.29), yaitu:
Ki = 0,656 + 0,172 n
= 0,656 + 0,172.16
= 3,41
Dengan diketahui nilai Km dan Ki, maka tegangan mesh dapat dihitung dengan
persamaan (3.27), yaitu :
= 415,5 V
Tegangan mesh Em 415,5 V < Esentuh 638 V. Dengan tercapainya nilai tersebut,
maka dapat dilanjutkan dengan menghitung tegangan langkah. Faktor ruang untuk
tegangan langkah Ks dihitung dengan persamaan (3.35). Untuk kedalaman 0,25 <
h < 2,5 besarnya Ks adalah :
41
= 0,40
Besarnya tegangan langkah sesuai dengan persamaan (3.32)) adalah :
= 426,1 V
Sesuai dengan persyaratan bahwa EL 426,1 V < E,angkah 2204 V, maka
tidak periu merubah parameter–parameter, dan perhitungannya sesuai dengan
yang diinginkan. Dari hasil perhitungan diatas, maka dapat dibuat ringkasan dari
beberapa parameter penting sebagai dasar keamanan sebuah gardu induk.
Ringkasan perhitungan ditunjukkan pada table 4.2 :
42
Tabel 4.2 Ringkasan hasil perhitungan
Parameter Hasil Perhitungan
Resistans jenis tanah (ρ)
Ukuran konduktor (Amm2)
Resistans grid (Rg)
Tegangan langkah
E langkah 50
E langkah 70
EL
Tegangan sentuh
Esentuh 50
Esentuh 70
Em
GPR (Kenaikan Potensial Bumi)
50 Ω-m
200 mm2
0,30 Ω
2204 V
2983 V
426,1 V
638 V
863,5 V
415, 5 V
5670 V
4.2. Pemeriksaan Faktor Keselamatan Pada Gardu Induk.
Untuk memeriksa panjang konduktor agar konduktor yang digunakan tidak
terlalu pendek sehingga dapat memperbesar nilai resistans grid, maka dapat
dilakukan perhitungan panjang konduktor minimal yang dibutuhkan dengan
menggunakan persamaan (3.37) dan (3.39).
Untuk Em < Esentuh 50 adalah :
L > 1970 m
Jadi panjang konduktor yang dibutuhkan haruslah melebihi 1970 m.
43
Untuk Em < Esentuh 70 adalah :
L > 1458 m
Jadi panjang konduktor yan dibutuhkan haruslah melebihi 1458 m.
4.3. Menggunakan Lapisan Kerikil
Penggunaan lapisan batu kerikil biasanya setebal 8 – 20 cm, dengan
menggunakan lapisan kerikil sebagai lapisan permukaan, maka nilai tegangan
sentuh dan tegangan Iangkah dapat dikurangi. Dengan menggunakan persamaan
(3.4), maka nilai factor refleksi K adalah :
Sehingga nilai factor reduksi Cs dari gambar 3.3 untuk ketebalan kerikil hs 10 cm
adalah 0,55. Dengan diketahuinya CS = 0,55, maka dapat dihitung batas tegangan
Iangkah dan tegangan sentuh yang aman.
Batas tegangan Iangkah yang aman < 50 kg dari persamaan (3.10), adalah :
Batas tegangan Iangkah yang aman 70 kg dari persamaan (3.11), adalah :
44
Batas tegangan sentuh yang aman 5 50 kg dari persamaan (3.13), adalah:
Batas tegangan Iangkah yang aman 50 kg dari persamaan (3.10), adaiah :
Tabel 4.3 dibawah ini merupakan, dari hasil perhitungan tegangan Iangkah dan
tegangan sentuh untuk membandingkan lapisan permukaan tanah tanpa kerikil dan
lapisan permukaan tanah menggunakan kerikil.
Tabel 4.3 Perbandingan lapisan tanah tanpa kerikil dengan yang menggunakan
kerikil
Permukaan tanpa Iecerikil Permukaan dengan kerikil
Elangkah 50 = 2204 V Elangkah 50 =1264,4 V
Elangkah 70 = 2983 V Elangkah 70 =1711,3 V
Esentuh 50 = 638 V Esentuh 50 =403,1 V
Esentuh 70 = 863,5 V Esentuh 70 =545,6 V
45
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwapermukaan tanah dengan
lapisan kerikil mempunyai nilai tegangan Iangkah dan tegangan sentuh yang Iebih
kecil dibandingkan permukaan tanah tanpa menggunakan lapisan kerikil. Nilai
tersebut dapat menjadi Iebih kecil lagi apabila lapisan kerikil dipertebal.
46
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas mengenai perencanaan sistem pembumian gardu induk
yang dibahas pada bab – bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Kriteria aman dalam perencanaan sistem pembumian gardu induk ditentukan
oleh besarnya tegangan sentuh dan tegangan Iangkah yang mungkin terjadi.
Tegangan tersebut haruslah lebih kecil dari kriteria tegangan sentuh
maksimum dan tegangan Iangkah maksimum yang diizinkan. Dari
perhitungan pada bab IV dapat diketahui : Rg = 0,30 Ω, Esentuh = 638 V, Elangkah
= 2204 V, GPR = 5670 V, Em = 415,5 V dan EL = 426,1 V. Karena Em dan EL
nilainya Iebih kecil dari nilai Esentuh dan Elangkah maka kriteria aman pada gardu
induk tercapai.
2. Penggunaan konduktor haruslah melebihi panjang konduktor minimum yang
diperlukan untuk tujuan keselamatan manusia disekitar gardu induk. Panjang
konduktor minimum dari hasil perhitungan adalah 3025 m dengan luas tanah
5850 m, panjang 130 m dan lebar 45 m. Dari panjang konduktor yang
digunakan, dapat dilihat bahwa perencanaan sangatlah mengutamakan
keselamatan.
3. Penggunaan kerikil sebagai lapisan permukaan tanah sangat berguna untuk
mengurangi besarnya tegangan sentuh dan tegangan Iangkah dibandingkan
dengan permukaan tanah yang tidak dilapisi kerikil.
47
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan bentuk dan konstruksi sistem pembumian yang tepat
sebaiknya memilih jenis tanah yang mempunyai nilai konduktifitas yang
paling kecil.
2. Untuk mendapatkan hasil perhitungan yang akurat, sebaiknya dilakukan
pengujian pada kondisi tanah yang sebenarnya.
48
DAFTAR PUSTAKA
1. IEEE Guide for Safety in AC Substation Grounding
ANSI/IEEE Std 80
1986.
2. Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
SNI-0225
2000.
3. Charles F. Dalziel, W. r. Lee
Reevaluation of Lethal Electric Current
IEEE Transactions on Industry and General Application, VoLIGA-4, No 5
Sep/Oct 1968.
4. Ir. Komari
5. Pengamanan Terhadap Tegangan Sentuh Pada Instalasi Tegangan Rendah
Jakarta 1975.
49
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Biodata Mahasiswa
Nama Lengkap : Marianus Rema
NPM : 08520008
Tempat & Tanggal Lahir : Flores, 21 Mei 1979
Alamat Lengkap : Jl. Seno I Blok C No. 54 Kalibata Jakarta
Selatan
B. Riwayat Pendidikan Formal
1. SDK Lulus Tahun 1992
2. SLTP Katolik Soegijapranata Lulus Tahun 1998
3. SMAN 2 Waingapu Sumba Timur Lulus Tahun 2001
C. Riwayat Pengalaman Berorganisasi/Pekerjaan
KKP (Kuliah Kerja Praktek) di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Ketenaga – Listrikan (PUSLITBANG) Tahun 2011
Jakarta, Juli 2013
Marianus Rema
50
Pas Photo
3 x 4