skripsi pai
DESCRIPTION
SKRIPSI PAITRANSCRIPT
PERANAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP KEBERHASILAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SDN INPRES CAMPAGAYA NO. 211 KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) YAPIS Takalar
Oleh :
HASRIANTINIM: 108.01.01.2009
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM(STAI) YAPIS TAKALAR
2013
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini,
menyatakan bahwa Skripsi ini benar hasil karya penyusun sendiri.
Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau
dibuat atau dibantu orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka Skripsi
dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.
Takalar, Oktober 2013Penulis,
HASRIANTINIM: 108.01.01.2009
2
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi saudara (i) Hasrianti, NIM:108.01.01.2009,
mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam pada STAI YAPIS Takalar, setelah
dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul
“Peranan Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Proses
Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam Di SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar”, memandang bahwa skripsi tersebut
telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang
munaqasah..
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.
Takalar, Oktober 2013
Pembimbing I
Prof. DR. H. M. Galib M., MA
Pembimbing II
Drs. H. Mukhtar Nuhung, M.Ag
3
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “PERANAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
TERHADAP KEBERHASILAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN INPRES CAMPAGAYA NO. 211
KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR” yang disusun oleh
saudari HASRIANTI, NIM: 108.01.01.2009, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) pada Fakultas Tarbiyah STAI YAPIS Takalar, telah diuji dan
dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Sabtu,
26 Oktober 2013 M, bertepatan dengan 21 Dzulhijjah 1434 H, dinyatakan telah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan
beberapa perbaikan.
Takalar,26 Oktober 2013 M21 Dzulhijjah 1434 H
DEWAN PENGUJI
Ketua : Ishak Kartika, S.Ag, M.Ag (…………………………)
Sekretaris : Syariful Alam, S.Pd.I (…………………………)
Munaqisy I : Drs. H. Abd. Majid Makkaraeng, MM (…………………………)
Munaqisy II : Drs. Borahima, M.Pd (…………………………)
Pembimbing I : Prof. DR. H. M. Galib M., MA (…………………………)
Pembimbing II : Drs. H. Mukhtar Nuhung, M.Ag (…………………………)
Diketahui Oleh:STAI YAPIS TAKALAR
K e t u a,
Muh. Nur Fithri D, ST., MM
4
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji bagi Allah, seru sekalian alam. Salawat dan salam
semoga tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabat,
keluarga serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini adalah salah satu bentuk pertanggung jawaban penulis sebagai
insan akademik. Dengan segala daya upaya, skripsi ini disusun untuk memenuhi
syarat-syarat ilmiah sebagaimana karya tulis yang refresentatif. Meskipun demikian,
penulis tetap tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan qodrati sebagai manusia
biasa. Berbagai aspek penulisannya, baik dalam hal metode maupun standar ejaan-
ejaan, masih mungkin terdapat kekurangan dan kekhilafan di dalamnya. Sebagaimana
di antaranya masih belum dapat disempurnakan, akan tetapi sebahagian lainnya telah
dapat dibenahi sebagaimana mestinya. Dalam kaitan itu, penulis merasa berhutang
budi pada pihak-pihak yang berusaha membantu dalam proses perbaikan dan
pembenahan itu. Maka melalui tulisan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Muh. Nur Fithri D, ST., MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
YAPIS Takalar.
2. Prof. DR. H. M. Galib M., MA selaku Pembimbing I dan Drs. H. Mukhtar
Nuhung, M.Ag selaku Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan
arahan hingga terselesainya penulisan skripsi ini.
5
3. Para dosen yang senantiasa membimbing dan mendidik penulis selama mengikuti
pendidikan di STAI YAPIS Takalar.
4. Kepala Sekolah beserta guru dan staf SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yang bersedia membantu dan
memberikan data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.
5. Rekan-rekan Penulis yang ikhlas membantu dalam penyusunan skripsi ini sampai
selesai.
6. Kedua orang tua penulis atas segala jerih payahnya mengasuh dan mendidik
penulis dengan penuh pengorbanan lahir dan batin.
Akhirnya penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh
berbagai pihak selama ini baik langsung maupun tidak langsung dapat bernilai ibadah
di sisi Allah swt, Amin !
Takalar, 2013
Penulis
HASRIANTI
6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix
ABSTRAK .............................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2C. Hipotesis ................................................................................................ 3D. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional .......................................... 3E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 5F. Garis-Garis Besar Isi Skripsi ................................................................. 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendidikan............................................................................ 7B. Hakekat Pendidikan Karakter ............................................................... 12C. Peran Agama dalam Pendidikan Karakter ............................................ 21D. Keberhasilan Proses Belajar Mengajar ................................................ 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ........................................................................... 33B. Instrumen Penelitian ............................................................................. 33C. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 34D. Teknik Analisis Data ........................................................................... 35
7
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Selayang Pandang SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar............................................................... 37
B. Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar ............................................................... 39
C. Pendidikan Agama Islam .................................................................... 44D. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan
Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar ............................................................... 48
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 52B. Implikasi Penelitian .............................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA
8
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Siswa SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar ........................................................................................ 38
Tabel 2 Keadaan Sarana dan Prasarana SDN Inpres Campagaya Kec. Galesong Kab. Takalar ........................................................................ 39
Tabel 3 Data Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar................................................................. 39
Tabel 4 Tabel penolong untuk melakukan analisis deskriptif............................ 40
Tabel 5 Frekwensi Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar............................... 42
Tabel 6 Grafik Histogram tingkat implementasi pendidikan karakter Di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar........... 42
Tabel 7 Data Variabel x Nilai Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar............................... 44
Tabel 8 Tabel penolong untuk melakukan analisis deskriptif............................ 45
Tabel 9 Data Frekwensi Nilai Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar............................... 46
Tabel 10 Grafik Histogram Nilai Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar............................... 47
Tabel 11 Tingkat Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar.......................................................... 47
Tabel 12 Tabel penolong untuk melakukan analisis pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar .......... 48
9
ABSTRAK
NAMA : HASRIANTI NIM : 108.01.01.2009JUDUL : PERANAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
TERHADAP KEBERHASILAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN INPRES CAMPAGAYA NO. 211 KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR
Pendidikan karakter mempunyai peranan sangat penting dalam peletakan nilai-nilai luhur suatu bangsa sebagai salah satu solusi di dalam menyikapi berbagai persoalan dalam dunia pendidikan. Rumusan masalah dalam penelitian adalah a. Bagaimanakah peranan implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar? b. Sejauhmana tingkat keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar? c. Apakah ada pengaruh antara peranan implementasi pendidikan karakter terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar?
Terkait dengan hal ini maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. 2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. 3) Untuk mengetahui pengaruh antara peranan implementasi pendidikan karakter terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diketahui bahwa penerapan pendidikan karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar menempatkan sekolah sebagai lingkungan yang dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan karakter yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membantunya dalam membangun kehidupan yang berguna dan bermakna, seperti percaya diri, jujur, rasional, kritis, inovatif, mandiri, hidup sehat, subur, berhati-hati, rela berkorban, adil, rendah hati, malu berbuat salah, tekun, disiplin.
Sementara keberhasilan proses belajar mengajar di SDN Inpres Campagaya No.211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar terlihat dari indikator daya serap peserta didik terhadap materi yang diterimanya, diperoleh nilai rata-rata (mean)= 33,69 dengan standar deviasi 53,31.
Terkait dengan variabel (x) tentang implementasi pendidikan karakter dan variabel (y) tentang keberhasilan proses belajar mengajar di SDN Inpres Campagaya No.211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, diperoleh hasil dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh yang signifikan diantara keduanya dengan sampel 26 orang, dengan hipotesis ho ditolak dan hi diterima (th < t tabel) atau 1,68 < 2,056.
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini hampir semua bangsa di dunia percaya sepenuhnya bahwa
untuk memajukan suatu bangsa atau negara adalah lewat pendidikan, pandangan
itu bertumpu pada paradigma bahwa untuk mengukur kemajuan suatu bangsa
bertumpu pada kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang semua bertumpu
pada sumber daya alam (SDA)1.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam ilmu sosiologi pendidikan
dinyatakan bahwa pendidikan merupakan sebuah pranata strategi yang
keberadaannya sangat dipengaruhi oleh hampir seluruh disiplin ilmu pengetahuan,
perkembangan masyarakat, filsafat dan kebudayaan suatu bangsa, nilai-nilai
agama dan nilai-nilai luhur bangsa. Berbagai perubahan dan perkembangan yang
terjadi pada seluruh aspek kehidupan manusia tersebut sangat mempengaruhi
kondisi pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan sebuah pranata
yang sangat dinamis dengan utamanya menyiapkan umat manusia yang siap dan
mampu menghadapi masa depannya. Hal itu sejalan dengan pendapat Ki Hajar
Dewantoro, Bapak Pendidikan Nasional Republik Indonesia sekitar enam puluh
lima tahun yang lalu. Pada masa itu ia mengungkapkan bahwa pendidikan adalah
sebuah proses pemberdayaan manusia dengan cara mentransformasikan nilai-nilai
budaya yang keadaannya tidak selalu sama dengan nilai budaya pada masa
lampau2.
Kini pendidikan karakter semakin banyak diperbincangkan ditengah-
tengah masyarakat Indonesia, terutama pada kalangan akademisi. Sikap dan
perilaku masyarakat yang cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang
sebelumnya sudah lama dijunjung oleh para pendahulu, seperti kejujuran,
kesopanan, kebersamaan, dan religius tergerus oleh budaya asing yang cenderung
1 H. Abuddin Nata. Prespektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2011), h. 1.
2 Ibid. h. 15
11
materialistik, dan individualisme, sehingga nilai-nilai tersebut tidak lagi dianggap
penting jika bertentangan dengan tujuan yang akan dicapai.
Terkait dengan hal tersebut, maka salah satu upaya untuk mewujudkan
tujuan pendidikan yang diharapkan adalah dengan melakukan perbaikan, dengan
merekonstruksi ulang pendidikan agar menghasilkan lulusan yang berkualitas dan
siap menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan serta dapat
menghasilkan lulusan yang karakter mulia. Oleh karena itu, pendidikan Agama
Islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, haruslah mampu
menyesuaikan visinya dengan visi pendidikan nasional, visi dan orientasi
pendidikan Islam yang selama ini cenderung mentransformasikan berbagai ilmu
yang tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan zaman, harus mengalami
perubahan. Sehingga pendidikan Agama Islam dapat berkiprah disektor yang
lebih luas dan dapat diperhitungkan orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat
judul pada penelitian ini “Peranan Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap
Keberhasilan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres
Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar”.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada judul
“Peranan Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Proses
Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar” sebagai berikut:
a. Bagaimanakah peranan implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres
Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar?
b. Sejauhmana tingkat keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama
Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar?
12
c. Apakah ada pengaruh antara peranan implementasi pendidikan karakter
terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di
SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar?
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi jawaban
sementara atau hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Diduga implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar masih membutuhkan perhatian yang
lebih serius dari praktisi pendidikan.
2. Diduga tingkat Keberhasilan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama
Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar berada pada kategori sedang.
3. Ada pengaruh yang signifikan antara peranan implementasi pendidikan
karakter terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama
Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar.
D. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman pada tulisan ini, maka penulis
menguraikan arti kata pada judul penelitian ini, sebagai berikut:
“Peranan” artinya bagian yang dimainkan oleh seorang pemain/tindakan
yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa.3
“Implementasi” artinya pelaksanaan; penerapan; tentang hal yang
disepakati dulu.4
“Pendidikan” artinya suatu proses pertumbuhan dan perkembangan,
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial, dan lingkungan fisik
berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.5
3 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Cet. I; Jakarta : Balai Pustaka, 2001) h. 854.4 Ibid., h. 427.5 Uyoh Sadulloh. Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Cet. I; Bandung : Alfabeta, 2010), h. 5.
13
“Karakter” artinya tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang yang lain, dan watak. 6
“Keberhasilan” artinya perihal (keadaan) berhasil, membawa hasil,
efektif.7
“Proses” artinya runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan
sesuatu; rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan
produk; perkara dalam pendidikan.8
“Belajar” artinya upaya mendapatkan pengetahuan, keterampilan,
pengalaman dan sikap yang dilakukan dengan mendayakan seluruh potensi
fisiologis dan psikologis, jasmani dan rohani manusia dengan bersumber kepada
berbagai bahan informasi baik berupa media, bahan baca, bahan informasi, alam
jagad raya dan sebagainya9.
“Mengajar” artinya suatu aktivitas pengorganisasian atau pengaturan
lingkungan sebaik-baiknya dalam menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi
belajar mengajar.10
“Pendidikan Agama Islam” artinya suatu program pendidikan yang
menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran baik di kelas maupun
di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan diberi nama
Pendidikan Agama Islam11.
Bertolak pada pengertian di atas, maka secara operasional pengertian judul
ini adalah suatu kajian mengenai sejauhmana keberhasilan proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Islam sebagai implementasi dari pendidikan
karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar.
6 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Cet.I; Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 682.
7 Depdikbud. op.cit., h. 372.8 Ibid. h. 899 9 H. Abudin Nata. op.cit., h. 206 10 S. Nasution. Berbagai Pendekatan Proses Belajar Mengajar. (Jakarta; Bumi Aksara, 1982), h.8 11 Syahidin. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. (Cet. I; Bandung: Alfabeta,
2009), h. 1.
14
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres
Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan
Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong
Kabupaten Takalar
3. Untuk mengetahui pengaruh antara peranan implementasi pendidikan karakter
terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di
SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
Sedangkan yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pendidikan
khususnya orang tua di dalam memahami pentingnya keluarga sebagai peletak
dasar pendidikan bagi anak.
2. Menjadi masukan bagi para praktisi pendidikan ataupun pembaca untuk
senantiasa melakukan inovasi pendidikan
3. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti selanjutnya sebagai
bahan referensi yang relevan dengan penelitian ini.
F. Garis-Garis Besar Isi Skripsi
Adapun garis besar dalam penelitian ini adalah :
Bab pertama membahas pendahuluan yang di dalamnya terdapat latar
belakang masalah, rumusan masalah, defenisi operasional, hipotesis, tujuan dan
kegunaan penelitian serta garis-garis besar isi skripsi.
Bab kedua menguraikan tentang tinjauan pustaka yang meliputi pengertian
Pendidikan, Hakekat Pendidikan Karakter, Peran Agama dalam Pendidikan
Karakter, dan Keberhasilan Proses Belajar Mengajar.
15
Bab ketiga memuat metode penelitian yang terdiri atas populasi dan
sampel instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis
data.
Bab keempat memuat hasil penelitian yang memuat tentang gambaran
singkat SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar, implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, keberhasilan proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan
Galesong Kabupaten Takalar, dan pengaruh peranan implementasi pendidikan
karakter terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam
di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
Bab kelima merupakan bab penutup dalam pembahasan penelitian yang di
dalamnya berisi tentang kesimpulan dan implikasi penelitian.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, yaitu sebagai transfer ilmu
belaka dengan kata lain pengajaran terjemahan dari instruction/teaching, yaitu
semua events yang mencakup pengaruh langsung kepada proses belajar manusia
yang bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru yang meliputi
kejadian yang diturunkan oleh bahan cetakan, gambar, program TV, film, slide,
kaset audio atau kombinasinya12.
Dalam hal ini pendidikan bukan transformasi nilai dan pembentukan
kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian pengajaran
lebih berorientasi pada pembentukan sebuah keahlian (spesialis) yang terkurung
dalam spesialisasinya yang sempit, karena itu perhatian dan minatnya lebih
bersifat teknis.
Menurut Azyumardi Azra bahwa jika pendidikan Barat sekarang ini
disebut mengalami krisis yang akut, itu tidak lain karena proses yang terjadi
dalam pendidikan. Akibatnya pengajaran menjadi suatu komoditi belaka saja
dengan berbagai implikasinya terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan13.
Jadi, pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan
terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik disamping transfer
ilmu dan keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara
mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan dan pemikiran dan keahlian
kepada generasi mudanya, hingga mereka betul-betul siap menyongsong
kehidupan.
Secara lebih filosofis, Muh. Natsir dalam tulisannya “Ideologi Didikan
Islam”, mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu pimpinan jasmani dan
12 Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. (cet. II; Jakarta : Rineka Cipta, 2004), h. 66.13 Azyumardi Azra. Pendidikan Islam. (Cet.II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), h. 4.
17
rohani menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti
sesungguhnya.14
Selanjutnya, pengertian pendidikan secara umum kemudian dihubungkan
dengan Islam sebagai suatu sistem keagamaan yang menimbulkan pengertian-
pengertian baru, yang secara implisit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang
dimilikinya.
Menurut H. Syahidin bahwa pendidikan Islam (dalam pengertian
Pendidikan Agama Islam pada jenjang formal) adalah suatu program pendidikan
yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di kelas
maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran PAI (Pendidikan
Agama Islam) untuk membina peserta didik secara utuh dengan harapan kelak
mereka akan menjadi ilmuan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt,
mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia15.
Kemudian oleh Marimba dalam Ahmad Tafsir mengemukakan pendidikan
Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama16.
Sementara menurut, M. Yusuf Qardhawi memberi pengertian pendidikan
Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal dan hatinya, rohani dan
jasmaninya, akal dalam keterampilannya. Karena itu pendidikan Islam
menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan
menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatannya, manis dan pahitnya17.
Pendidikan Islam telah didefenisikan oleh beberapa ahli, diantaranya:
14 Ibid.15 H. Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, (cet.I; Bandung: Alfabeta,
2009), h.1.16 Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Cet. V; Bandung: Rosda Karya,
2004) h. 2417 Azyumardi Azra, op.cit., h. 5.
18
a. Menurut Marimba dalam Ahmad Tafsir, bahwa pendidikan Islam adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap anak didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama18.
b. Menurut M. Yusuf Qardhawi; Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akal dan
keterampilannya.19
c. Menurut Khaeruddin; pendidikan Islam adalah penanaman adab serta perilaku
sopan santun setiap pribadi muslim yang pada akhirnya akan
menumbuhkembangkan peradaban Islam20.
d. Menurut Ahmad D. Marimba bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan
jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya utama menurut ukuran-ukuran Islam21.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam model praktik kependidikan
unik harus memliliki karakteristik sebagai berikut:
a. fleksibel,
b. terstruktur,
c. berpusat pada siswa,
d. kegiatan tatap muka
e. pendidikan virtual, dan
f. bimbingan guru privat
Kegiatan ini didesain dengan melibatkan kelompok profesional dalam
penyusunan program dengan mempertimbangkan tuntutan baru ajaran dirancang
berdasarkan tiga komponen utama: tatap muka pertemuan (bimbingan belajar,
pertemuan kelas, dan bimbingan konseling); belajar mandiri (penggunaan buku
teks, panduan dan materi dalam media magnetik); dan layanan informasi serta
jasa ilmiah dan teknis informasi. 18 Ahmad Tafsir. op.cit., h. 2419 Azyumardi Azra. op.cit., h. 520 Khaeruddin. Ilmu Pendidikan Islam (Cet. 1; Makassar: CV. Berkah Utami, 2002) h. 321 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. II ; Bandung : CV. Pustaka Sari, 1998) h.9
19
Model ini memiliki profil yang luas dan didasarkan pada dua ide pemandu
yang mendasar:
1. Kesatuan antara pendidikan dan pengajaran, yang mengekspresikan
kebutuhan mendidik rakyat pada saat yang sama seperti yang
dipengajarankan.
2. Penelitian dan hubungan kerja, yang menjamin penguasaan kurikulum dengan
modus bertindak profesional dan berhubungan erat dengan aktivitas
profesional mereka.22
Kemudian selanjutnya, pendidikan seumur dikembangkan terus menerus,
terutama program-program pendidikan yang dapat memberikan keterampilan
hidup (life skill) bagi warga belajar, khususnya bagi mereka yang tidak dapat
mengenyam pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan formal. Ada beberapa
faktor penyebab perlunya pendidikan seumur hidup itu dilaksanakan:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat serta
mengakibatkan dua bidang tersebut semakin luas dan beraneka ragam.
Konsekuensinya, sekolah tidak lagi memungkinkan sebagai satu-satunya
lembaga yang dapat secara tuntas mengajarkan ragam perkembangan dalam
dua bidang tersebut. Di satu sisi, jenjang pendidikan inilah yang menuntut
manusia untuk belajar terus menerus sepanjang hidup.
b. Hasil pendidikan yang diperoleh di lembaga pendidikan formal terkadang tidak
relevan dengan kebutuhan masyarakat. Atau, kurikulum yang diterapkan di suatu
lembaga pendidikan formal belum mampu mengakomodasi perkembangan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan datang.23
c. Dalam kenyataan sehari-hari masih banyak ditemukan anggota masyarakat
yang tidak dapat memperoleh hak-haknya, yaitu mendapatkan pendidikan di
lembaga-lembaga pendidikan formal. Masih banyak anak-anak usia sekolah
22 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan Teori dan 234 Metafora Pendidikan, (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2011), h. 127
23 Chaeruddin B, Metodologi Pengajaran Agama Islam Luar Sekolah, (Cet. I; Yogyakarta: Lanarka, 2009), h. 3
20
yang putus sekolah dengan berbagai macam sebab antara lain biaya
pendidikan yang tidak terjangkau. Karena itu, pendidikan seumur hiduplah
yang memungkinkan mereka memperoleh hak-haknya untuk mengembangkan
potensi-potensinya dan mendapatkan pendidikan keterampilan sesuai
kebutuhan hidupnya.
d. Bagi mereka yang telah memperoleh pendidikan dan sudah menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi tertentu akan mengalami ketertinggalan jika tidak
memperbarui pengetahuan mereka dengan jalan belajar terus menerus.24
Dari pengertian-pengertian di atas, ada beberapa prinsip dasar tentang
pendidikan yang akan dilaksanakan:
Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan
sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia,
sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan
dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah,
bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan
berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama semua manusia: tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat,
dan tanggung jawab pemerintah. Pemerintah tidak boleh memonopoli segalanya.
Bersama keluarga dan masyarakat, pemerintah berusaha semaksimal mungkin
agar pendidikan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena
dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang
berkembang, yang disebut manusia seluruhnya. Pendidikan pada dasarnya tidak
dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang “tidak boleh” tidak terjadi,
karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi
yang lebih baik.25
24 Ibid., h. 425 Uyoh Sadulloh. Pengantar Filsafat Pendidikan, (Cet. VI; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 56
21
Berdasarkan pada pengertian di atas, jika dikaji lebih lanjut akan kita
pahami pandangan-pandangan Islam berkenaan dengan manusia dan signifikan,
yaitu ilmu pengetahuan dan manusia adalah makhluk Allah yang unik, sebab ia
terdiri dari jiwa dan raga yang masing-masing mempunyai kebutuhan sendiri,
dalam arti manusia sebagai makhluk rasional, sekaligus mempunyai nafsu
kebinatangan, ia memiliki hati (qalbu), intelek (aql) dan kemampuan-kemampuan
fisik, intelektual, pandangan kerohanian, pengalaman dan kesadaran, sehingga
berbagai potensi tersebut manusia dapat menyempurnakan kemanusiaannya
sehingga menjadi pribadi yang dekat dengan Tuhan, tetapi sebaliknya ia akan
menjadi pribadi yang ada di bawah kecenderungan-kecenderungan hawa nafsu
dan kebodohannya.
B. Hakekat Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter diperkenalkan sejak tahun 1900-an yang awal
mulanya dari seorang wanita yang bernama Helen Keller (1880-1968), dia adalah
wanita yang luar biasa yang buta dan tuli di usia 19 bulan, namun berkat bantuan
keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (buta dan dapat melihat setelah
operasi), kemudian menjadi manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari
Radcliffe College di tahun 1904, melewati perjalanan panjang dan ketekunan
yang sulit dicari tandingannya. Menjadi salah satu pahlawan besar dalam sejarah
Amerika yang mendapatkan berbagai penghargaan di tingkat nasional dan
intemasional atas pengabdiannya dikenal sebagai model manusia berkarakter
(terpuji)26.
Pendidikan karakter lahir dipengaruhi oleh enam kondisi lingkungan yaitu
hubungan antar pribadi yang menyenangkan, keadaan emosi, metode pengasuhan
anak, peran dini yang diberikan kepada anak, serta struktur keluarga dimasa
kanak-kanak dan rangsangan terhadap lingkungan sekitarnya.
Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan
mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter
26 Zaim Elmubaroq. Membumikan Pendidikan Nilai (Cet. II; Bandung, Alfabeta, 2009), h.103
22
menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik
paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Pendidikan karakter
ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral.
Karakter pada dasarnya sesuatu yang berhubungan dengan orang atau
siapa artinya orang-orang yang berkarakter kuat tidak memerlukan motivasi dari
orang lain sebab mereka akan memotivasi dirinya sendiri, berarti pengetahuan dan
keahlian bisa dicari atau diperlajari, sementara dimensi-dimensi lain yang
berkaitan dengan keyakinan seperti karakter, etos kerja, dedikasi untuk memenuhi
komitmen akarnya jauh lebih dalam dan lebih sulit diukur.27
Terkait dengan hal itu, maka input dari masyarakat sangat diperlukan ke
dalam sistem pendidikan, antara lain:28
1. Ideologis-normatif. Orientasi-orientasi ideologis tertentu yang diekspresikan
dalam norma-norma nasional (Pancasila, misalnya) menuntut sistem
pendidikan untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional anak didik.
Bagi negara-negara yang relatif baru merdeka dimana integrasi nasional
merupakan suatu agenda pokok, maka orientasi ideologis-normatif ini sangat
ditekankan dalam sistem pendidikan nasional. Dalam kerangka ini,
pendidikan dipandang suatu instrumen terpenting bagi pembinaan “nation
building”. Sangat boleh jadi orientasi “ideologis” lama––katakanlah Islam––
lambat atau cepat tergeser oleh orientasi nasional baru tadi. Atau setidaknya,
terjadi semacam situasi anomali atau bahkan krisis identitas ideologis.
2. Mobilisasi politik: Kebutuhan bagi modernisasi dan pembangunan menuntut
sistem pendidikan untuk mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan
kepemimpinan modernitas dan innovator yang dapat memelihara dan bahkan
meningkatkan momentum pembangunan. Tugas yang terutama terpikul pada
lembaga pendidikan tinggi, mengharuskan lembaga pendidikan tinggi Islam––
27 Jim Collins. Good To Great, Why some Companies Make a Leap and others Don't (Haper Bussines, 2001), h.51.
28 Azyumardi Azra. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Milenium Baru, (Cet. II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), h. 33-34
23
seperti IAIN misalnya, untuk menerapkan kurikulum yang lebih berorientasi
pada modernisasi dan modernitas.
3. Mobilisasi ekonomi: Kebutuhan akan tenaga kerja yang handal menuntut
sistem pendidikan untuk mempersiapkan anak didik menjadi SDM yang
unggul dan mampu mengisi berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam
proses pembangunan. Difersifikasi yang terjadi dalam sektor-sektor ekonomi,
bahkan mengharuskan sistem pendidikan untuk melahirkan SDM yang
spesialis dalam berbagai bidang profesi. Dalam konteks ini, lembaga-lembaga
pendidikan Islam tidak memadai lagi sekedar menjadi lembaga “transfer” dan
“transmisi” ilmu-ilmu Islam, tetapi sekaligus juga harus dapat memberikan
keterampilan (skill) dan keahlian (abilities).
4. Mobilisasi sosial: Peningkatan harapan bagi mobilitas sosial dalam
modernisasi menuntut pendidikan untuk memberikan akses dan venue ke arah
tersebut. Pendidikan Islam, dengan demikian, tidak cukup lagi sekedar
pemenuhan kewajiban menuntut ilmu belaka; tetapi harus juga memberikan
modal dan, dengan demikian, kemungkinan belaka bagi peningkatan sosial.
5. Mobilisasi kultural. Modernisasi yang menimbulkan perubahan-perubahan
kultural menuntut sistem pendidikan untuk mampu memelihara stabilitas dan
mengembangkan warisan kultural yang kondusif bagi pembangunan. Dalam
konteks pendidikan Islam, khususnya pesantren, yang mempunyai “sub-
kultur” sendiri yang khas itu, semua ini berarti “penilaian ulang” terhadap
lingkungan kulturalnya tersebut.
Sementara itu, sekolah diharapkan menjadi salah satu tempat atau
lingkungan yang dapat membantu anak mengembangkan karakter yang baik.
Albert Einstein menekankan, “agar siswa mendapat pemahaman dan penghayatan
yang dalam terhadap tata nilai, dia harus mengembangkan kepekaan yang tinggi
terhadap keindahan dan moralitas. Jika tidak, dia dengan pengetahuannya yang
sangat khusus akan lebih menyerupai anjing yang terlatih baik daripada orang
yang telah tumbuh dan berkembang secara harmonis. Hal senada ditegaskan juga
24
oleh Slamet Iman Santoso, yang menyatakan bahwa “pembinaan watak adalah
tugas utama pendidikan”.29
Secara lebih spesifik tujuan pendidikan karakter di sekolah mencakup:
Membantu para siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan mereka
masing-masing secara maksimal dan mewujudkannya dalam kebiasaan baik:
baik dalam pikiran, baik dalam sikap, baik dalam hati, baik dalam perkataan,
dan baik dalam perbuatan.
Membantu para siswa menyiapkan diri menjadi warga negara (Indonesia)
yang baik.
Dengan modal karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan dapat
mengembangkan kebajikan dan potensi dirinya secara penuh dan dapat
membangun kehidupan yang baik, berguna, dan bermakna.
Dengan karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan mampu
menghadapi tantangan yang muncul dari makin derasnya arus globalisasi dan
pada saat yang sama mampu menjadikannya sebagai peluang untuk
berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat luas dan kemanusiaan.30
Implementasi pendidikan karakter di sekolah menuntut pengelompokan
sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan
kondisi, lokasi, dan kualitas sekolah. Dalam hal ini sedikitnya akan ditemui tiga
kategori sekolah, yaitu baik, sedang, dan kurang, yang tersebar di lokasi-lokasi
maju, sedang, dan ketinggalan. Kelompok-kelompok sekolah tersebut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini. Pada tabel tersebut setiap kelompok sekolah,
menggambarkan juga tingkat kemampuan manajemen.31
KELOMPOK SEKOLAHDALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
Kemampuan Kepala Sekolah Partisipasi Pendapatan Anggaran
29 Gede Raka, dkk. Pendidikan Karakter di Sekolah. (Cet. I; Jakarta: PT. Gramedia, 2011), h.47
30 Ibid., h. 4831 E. Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter, (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 43
25
Sekolah dan Guru Masyarakat SekolahSekolah dengan kemampuan tinggi
Kepala sekolah dan guru berkompetensi tinggi termasuk kepemimpinan
Partisipasi masyarakat tinggi (termasuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua tinggi
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah besar
Sekolah dengan kemampuan sedang
Kepala sekolah dan guru berkompetensi sedang (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat sedang (termasuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua sedang
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah sedang
Sekolah dengan kemampuan rendah
Kepala sekolah dan guru berkompetensi rendah (termasuk kepemimpinan)
Partisipasi masyarakat rendah (termasuk dukungan dana)
Pendapatan daerah dan orang tua rendah
Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah rendah
Kondisi di atas mengisyaratkan bahwa tingkat kemampuan sekolah untuk
mengembangkan pendidikan karakter berbeda antara satu sekolah dengan
kelompok lainnya. Implementasi pendidikan karakter harus memperhatikan
perbedaan tersebut, dan mempertimbangkan kemampuan tiap sekolah.
Perencanaan yang merujuk pada kemampuan sekolah sangat perlu, terutama
untuk menghindari perlakuan (treatment) yang seragam terhadap sekolah.32
Terkait dengan hal tersebut, maka pembentukan kurikulum pendidikan
Islam harus mengacu kepada arah realisasi individu dalam masyarakat. Pola
demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang telah dan
bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial
harus mendapatkan tempat dalam kurikulum pendidikan Islam ialah manusia yang
mampu mengambil peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks
kehidupan zamannya.33
Tugas kurikulum dalam perspektif Islam diharapkan turut serta dalam
proses kemasyarakatan terhadap siswa, penyesuaian mereka dengan
32 Ibid., h. 4433 Nik Hartati. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Cet. I; Bandung:
Alfabeta, 2011), h. 45.
26
lingkungannya, pengetahuan dan keikutsertaan mereka dalam membina umat dan
bangsanya. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan,
sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Konsep pendidikan bersifat universal, tetapi pelaksanaan pendidikan
bersifat lokal, disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat.
Pendidikan dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu berbeda dengan
lingkungan masyarakat lain, karena adanya perbedaan sistem sosial budaya
lingkungan alam, serta sarana dan prasarana yang ada. Kehidupan masyarakat
dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan
sekaligus acuan bagi pendidikan.34
Oleh karena itu pendidikan karakter adalah proses mengukur atau
memahat jiwa sedemikian rupa sehingga berbentuk milk, menarik, dan berbeda
atau dapat dibedakan dengan orang lain ibarat sebuah huruf alfabet yang tidak
sama antara satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter
dapat dibedakan satu dengan yang lainnya, termasuk yang tidak/belum
berkarakter (karakter tercela). Sehingga karakter akan terbentuk apabila ada
upaya bersama yang dilakukan secara berkesinambungan, merupakan
pembangunan tanpa henti sebab godaan untuk melakukan hal-hal yang
menyimpang dari kebajikan tidak pernah hilang dan bahkan bertambah di era
globalisasi, sementara disisi lain cita-cita menjadi orang baik menjadi cita-cita
semua orang, maka sebaiknya pendidikan karakter menjadi ikhtiar terus
menerus.35
Konsep kebajikan di atas serta karakter bisa ditemukan dalam berbagai
budaya dan agama di dunia. Ada berbagai klasifikasi mengenai kebajikan dan
karakter sebagai berikut:
1. Kearifan dan pengetahuan
2. Keberanian
34 Ibid., h. 4635 R Soemarno Soedarsono. Character Building, (Jakarta: PT. Alex Media Computindo,
2002), h. 138
27
3. Kemanusiaan
4. Keadilan
5. Pembatasan diri
6. Transendensi / kekuatan untuk melihat hubungan dengan alam dan
merasakan makna36.
Selaras dengan pengertian di atas, maka dapat pula dikemukakan
pengertian tentang akhlak, moral, dan etika untuk melengkapi pengertian
karakter. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab "al-akhlaq" yang merupakan
bentuk jamak dan kata "al-khuluq" yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku, atau tabiat, dan sebagainya37. Sedangkan secara terminologis, akhlak berarti
keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak
menghajatkan pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih.
Sedang al-Ghazali mendefenisikan akhlak dalam kitabnya “Ihya’ ulum al-Din”
sebagai gambaran tingkah laku dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan38.
Dalam khazanah perbendaharaan bahasa Indonesia kata yang setara
maknanya dengan akhlak adalah moral dan etika. Akhlak dapat saja dikatakan
sama dengan moral dan etika manakala sumber atau produk budayanya sesuai
dengan prinsip akhlak39. Pada dasarnya secara konseptual kata etika dan moral
mempunyai pengertian serupa, yakni sama-sama membicarakan perbuatan dan
perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang nilai baik dan buruk. Akan tetapi
dalam aplikasinya etika lebih bersifat teoritis filosofis sebagai acuan untuk
mengkaji sistem nilai, sedang moral bersifat praktis sebagai tolok ukur untuk
menilai perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam sistem moralitas baik
36 Gede Raka dkk. Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jakarta: PT. Alex Media Computindo, 2011), h.37-42
37 Erwati Azis. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. (Cet. I; Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), h. 100.
38 Muh. Alim. Pendidikan Agama Islam. (Cet. I; BAndung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006), h. 151.
39 H. Syahidin, dkk. Moral dan Kognisi Islam. (Cet. III; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 239
28
dan buruknya dijabarkan secara kronologis mulai yang abstrak hingga yang
operasional. Nilai merupakan perangkat moralitas yang paling abstrak yang
diyakini sebagai suatu identitas yang memberi corak kepada pola pemikiran,
perasaan, keterikatan dan perilaku, contohnya seperti nilai ketuhanan,
kemanusiaan, dan keadilan. Sementara moral merupakan penjabaran dari nilai,
tapi tidak seoperasional etika, misalnya butir keempat sebagai moral Pancasila
yang merupakan penjabaran dari nilai Pancasila. Adapun etika merupakan
penjabaran dari moral dalam bentuk formula, peraturan, atau ketentuan
pelaksanaan, misalnya etika belajar, etika mengajar, dan etika dokter.40
Sehubungan dengan hal tersebut, maka ada sembilan karakter dasar yang
menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu:
1) Cinta kepada Allah, dan semesta beserta isinya
2) Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri
3) Jujur
4) Hormat dan santun
5) Kasih sayang, peduli, dan kerjasama
6) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah,
7) Keadilan dan kepemimpinan
8) Baik dan rendah hati
9) Toleransi, cinta damai dan persatuan. 41
Melengkapi uraian tersebut, maka Ginanjar dengan teori ESQ
menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya merujuk
kepada sifat-sifat mulia Allah yaitu asmaul husna, terangkum dalam tujuh
karakter dasar yaitu:
1) Jujur
2) Tanggung jawab
3) Disiplin
4) Visioner
40 Ibid.41 H.E. Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter. (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.15
29
5) Adil
6) Peduli
7) Kerjasama 42
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka ada empat ciri dasar dalam
pendidikan karakter yaitu:
1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasar hirarki Nilai
menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
2. Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada
prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut
resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu
sama lain.
3. Otonomi, tempat dimana seseorang mengintemalisasikan aturan dari luar
menjadi nilai-nilai bagi dirinya ini terlihat pada penilaian atas keputusan
pribadi tanpa terpengaruh atau desakan serta tekanan dari pihak lain.
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang
guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar
bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.43
Berdasarkan pemahaman di atas, maka karakter identik dengan akhlak,
sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang
meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan
Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan
lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya, dan adat
istiadat. Dari konsep karakter ini muncul konsep pendidikan karakter (character
education).
C. Peran Agama dalam Pendidikan Karakter
Untuk menjadikan manusia memiliki karakter mulia (berakhlak mulia),
manusia berkewajiban menjaga dirinya dengan cara memelihara kesucian lahir
42 Ibid. h. 1643 Zaim Elmubaroq. op.cit., h. 105
30
dan batin, selalu menambah ilmu pengetahuan, membina disiplin diri, dan
berusaha melakukan perbuatan-perbuatan terpuji serta menghindarkan perbuatan-
perbuatan tercela. Setiap orang harus melakukan hal tersebut dalam berbagai
aspek kehidupannya, jika ia benar-benar ingin membangun karakternya.
Oleh karena itu, Islam sebagai salah satu agama samawi yang bersumber
dari wahyu Tuhan memberikan pembelajaran yang tegas tentang karakter atau
akhlak. Apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW., selaku pembawa
agama Islam, harus diteladani oleh semua pengikutnya (umat Islam). Apa yang
sudah dibangun oleh Nabi Muhammad SAW tersebut berhasil membangun
karakter Islam setelah menempuh waktu yang lama (sekitar 13 tahun) dan dengan
kerja keras yang tak kenal lelah. Nabi memulainya dengan pembinaan agama,
terutama pembinaan akidah (keimanan).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam konsep Islam, akhlak atau
karakter mulia merupakan hasil dari pelaksanaan seluruh ketentuan Islam
(syariah) yang didasari dengan fondasi keimanan yang kokoh (akidah). Seorang
Muslim yang memiliki akidah yang kuat pasti akan mematuhi seluruh ketentuan
(ajaran) agama Islam dengan melaksanakan seluruh perintah agama dan
meninggalkan seluruh larangan agama. Inilah yang disebut takwa. Dengan
pelaksanaan ketentuan agama yang utuh baik kuantitas dan kualitasnya, seorang
Muslim akan memiliki karakter mulia seperti yang sudah dipraktikkan oleh Nabi
Muhammad beserta para sahabatnya.
Dengan demikian, agama memiliki peran besar dalam pembangunan
karakter manusia. Agama menjamin pemeluknya memiliki karakter mulia, jika ia
memiliki komitmen tinggi dengan seluruh ajaran agamanya. Sebaliknya, jika
pemeluk agama memiliki agama hanya sebagai formalitas belaka tanpa
memperhatikan dan mematuhi ajaran agamanya, maka yang terjadi sering kali
agama tidak bisa mengantarkan pemeluknya berkarakter mulia, malah agama
sering menjadi tameng di balik ketidakberhasilan membangun karakter
pemeluknya. Karena itulah, tidak sedikit orang yang lari dari agama dan ingin
31
membuktikan bahwa ia mampu berkarakter tanpa agama. Padangan tersebut
sebenarnya keliru, sebab karakter yang dibangun tanpa agama adalah karakter
yang tidak utuh. Bagaimana orang dikatakan baik atau buruk karakternya jika
ukurannya hanyalah berbuat baik kepada manusia (hablum minannas) dan
mengabaikan hubungan vertikalnya (ibadah) kepada Tuhan (habblum minallah).
Pembinaan karakter (akhlak) juga harus dilakukan dengan masyarakat
pada umumnya yang bisa dimulai dari kolega atau teman dekat, teman kerja, dan
relasi lainnya. Dalam pergaulan kita di masyarakat bisa saja kita menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dengan mereka, entah sebagai anggota biasa maupun
sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin, kita perlu menghiasi dengan akhlak yang
mulia. Karena itu, pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat mulia, seperti
memiliki kemampuan, berilmu pengetahuan agar urusan ditangani secara
profesional, memiliki keberanian dan kejujuran, lapang dada, penyantun, serta
tekun dan sabar. Dari bekal sikap inilah pemimpin akan dapat melaksanakan
tugas dengan amanah dan adil, melayani dan melindungi rakyat, dan bertanggung
jawab serta membelajarkan rakyat. Sedangkan sebagai rakyat kita berkewajiban
patuh, memberi nasihat kepada pemimpin jika ada tanda-tanda penyimpangan.
Di samping itu, pembinaan akhlak juga harus dilakukan terhadap makhluk
lain, seperti dengan binatang, tumbuhan, dan lingkungan sekitarnya. Akhlak yang
dikembangkan adalah cerminan dari tugas kekhalifahan manusia di bumi, yakni
untuk menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan
fungsi ciptaan-Nya. Dalam kondisi apa pun (di masa perang atau damai) manusia
dilarang merusak binatang dan tumbuhan kecuali terpaksa. Semua sudah
diciptakan dan diatur sesuai dengan hukum alamnya masing-masing dan
disesuaikan dengan tujuan dan fungsi penciptaan:
Terjemahnya :
“apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas
32
pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik” (QS. al-Hasyr (59): 5) 44.
Terkait dengan hal tersebut di atas, agama Islam membawa peraturan-
peraturan Allah bagi manusia bukan hanya sebatas melakukan kebajikan dan
menjauhi kemungkaran dalam arti tekstual, akan tetapi harus mengajak orang lain
untuk berbuat kebajikan dan menjauhi kemungkaran. Yaitu dengan memegang
teguh ajaran tersebut dan menanamkan sikap terpuji sebagai identitas ke-Islaman
yang terlihat dari perilaku sehari-hari baik dalam hubungan sesama umat Islam,
maupun hubungan dengan orang non muslim45.
Dengan memegang teguh ajaran Islam, maka akan nampak ciri-ciri yang
dimiliki seseorang lewat sikapnya sebagai berikut:
a. Tauhidullah (mengesakan Allah dan beri’tikad dalam ucapan dan perbuatan
yaitu menomorsatukan Allah di atas segala-galanya)
b. Amilusshalihat (melakukan amal shaleh dalam kehidupan)
c. Musaawah (melakukan derajat manusia yang memandang bahwa manusia
mempunyai derajat yang sama di sisi Allah)
d. Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam, memandang atau memperlakukan
orang Islam seperti kepada saudara kandung sendiri)
e. Ta’awun (sikap kompetitif dalam kebaikan)
f. Takafulul Ijtima’ (memiliki sikap tanggung jawab sosial yang tinggi)
g. Tasamuh (memiliki tanggung jawab susila yang tinggi)
h. Istiqamah (sikap menerima terhadap hasil usaha yang maksimal)
i. Ijtihad (sungguh-sungguh dalam menggali ajaran Islam)
j. Jihad (sungguh-sungguh dalam memperjuangkan dan mempertahankan ajaran
Islam)
k. Ikhlas (tanpa pamrih dalam melakukan amal kecuali mengharap ridha Allah)46
44 Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Ed. Revisi. Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006), h. 797
45 H. Syahidin, et.all. Moral dan Kognisi Islam. (Cet.III; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 53 46 Ibid. h. 54
33
Jadi, jika dikaitkan dalam konteks Pendidikan Agama Islam berarti upaya
mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way
of life (pandangan dan sikap hidup seseorang)47.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa agama
mempunyai peran yang sangat besar dalam dunia pendidikan sebab agama
mengandung beberapa nilai-nilai kebenaran untuk dijadikan pandangan dan sikap
hidup sehari-hari.
D. Keberhasilan Proses Belajar Mengajar
Keberhasilan Proses Belajar Mengajar adalah keberhasilan peserta didik
dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan serta keberhasilan guru
dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran keberhasilan tersebut dapat
melalui :
a. Membimbing peserta yang lamban
b. Membimbing peserta didik yang cerdas di atas normal
c. Membimbing peserta yang cerdas
d. Membimbing peserta didik yang cepat belajar
e. Memperhatikan individualisasi 48
Menurut Tohirin bahwa pencapaian hasil belajar terkait kondisi tertentu
dalam diri siswa maupun berasal dari luar, dimana penilai hasil belajar meliputi
aspek konitif, afektif dan psikomotor. Faktor-faktor psikologis seperti intelegensi
(kecerdasan), kemampuan, minat belajar, motivasi belajar, bakat, sikap dan lain-
lain yang sangat mempengaruhi hasil belajar.49
Terkait dengan hal tersebut maka keberhasilan proses belajar mengajar
47 H. Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 53
48 E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. (Cet. VIII ; Bandung : Remaja Rosda Karya, 2008), h. 121
49 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Ed. Revisi; Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2005), h. 159
34
merupakan hal yang sangat penting, sebab dari seluruh komponen pendidikan
seperti biaya, sarana dan prasarana, guru, proses belajar mengajar dan sebagainya
pada akhirnya tertumpu pada tercapainya tujuan belajar mengajar. Tujuan belajar
ini selanjutnya diarahkan pada tujuan pendidikan yang pada hakekatnya
perubahan-perubahan yang ingin dicapai merupakan gabungan antara
pengetahuan, keterampilan, pola-pola tingkah laku, sikap dan nilai-nilai serta
kebiasaan.50
Selain itu pula keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari dua segi
yaitu dari segi guru, dan dari segi peserta didik; dari segi guru terlihat dari
ketepatan guru dalam memilih bahan ajar, media, dan alat pengajaran serta
menggunakannya dalam suasana belajar yang menggairahkan, menyenangkan,
menggembirakan, sehingga peserta didik dapat menikmati kegiatan belajar
mengajar tersebut.51
Sedangkan dari sisi peserta didik keberhasilan tersebut dilihat dari
timbulnya keinginan yang kuat pada din peserta didik untuk belajar mandiri yang
mengarah pada terjadinya peningkatan baik dari segi kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Keberhasilan itu merupakan indikasi dari sejumlah kompetensi
yang dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar,
seperti kemampuan dalam mengemukakan berbagai konsep dan teori,
kemampuan dalam mempraktikkan berbagai teori dan konsep yang dimilikinya,
kemampuan dalam menguasai berbagai teknologi, kemampuan dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing baik lisan maupun tulisan,
peningkatan dan penghayatan dalam pengamalan ajaran agama, semakin baik dan
mulia akhlak dan kepribadiannya.52
Selanjutnya keberhasilan belajar mengajar merupakan bagian integral dari
tujuan pendidikan, dimana kegiatan yang telah dicapai pada setiap kali jam
pelajaran akan menjadi hasil kegiatan belajar mengajar setiap semester, dan hasil
50 Abudin Nata. op.cit., h.16-3351 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini. Strategi Belajar Mengajar. (Cet. RI; Jakarta:
Rineka Cipta,. 2006), h. 106.52 Ibid. h. 107
35
kegiatan belajar mengajar per semester merupakan bagian dari hasil kegiatan
pendidikan perjenjang, dan hasil kegiatan per jenjang menjadi bagian dari tujuan
pendidikan secara keseluruhan, dan selanjutnya menjadi tujuan tercapainya tujuan
pendidikan secara nasional.53
Menurut Geagne, Briggs dan Wager dalam Dewi Salma Prawiradilaga
mengatakan bahwa keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh
faktor internal, peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal yaitu pengaturan
kondisi belajar. Proses belajar ter adi karena sinergi memori jangka pendek dan
jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor ekstenal yaitu pembelajaran
dan lingkungan belajar. Melalui indranya, peserta didik dapat menyerap materi
secara berbeda. Pengajaran mengarahkan agar pemprosesan informasi untuk
memori jangka panjang dapat berlangsung lancar.54
Lebih lanjut Magnesen mengidentifikasi bahwa belajar terjadi dengan:
a. Membaca sebanyak 100 %
b. Mendengar 20 %
c. Melihat dan mendengar 50 %
d. Mengatakan 70 %
e. Menyatakan sambil mengerjakan sebanyak 90% 55
Lebih lanjut Conny R. Semiawan mengemukakan bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh kemampuan intelektual dan faktor non kognitif seperti emosi,
motivasi, kepribadian, serta berbagai pengaruh lingkungan56 yang ditandai adanya
perubahan tingkah laku.57
Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
kegiatan belajar yaitu:
1. Faktor tujuan
53 Abudin Nata. op.cit., h. 313.54 Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 24.55 Ibid., h. 2156 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan Sekolah Dasar, (Cet. II;
Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h. 1257 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Cet. III ; Bandung : Alfabeta, 2009), h. 37
36
Tujuan merupakan pedoman sekaligus sasaran yang ingin dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar, luas dan sempitnya tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai sangat mempengaruhi tujuan pembelajaran peserta didik.
2. Faktor Guru
Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan,
menggerakkan, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertumpu pada
upaya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik di
sekolah. Selain itu guru juga harus memiliki keterampilan dalam mengajar,
pengalaman dan pengetahuan yang memadai tentang peserta didik yang
diajarnya.
3. Faktor anak didik
Peserta didik secara khusus diserahkan oleh orang tuanya untuk
mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah dengan tujuan untuk
menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan,
berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia dan mandiri. Peserta didik
dengan latar yang berbeda-beda, baik dan segi biologi, intelektual, dan
psikologis menjadi acuan bagi guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran,
dan penilaian terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
4. Faktor Kegiatan Pengajaran
Kegiatan pengajaran merupakan proses interaksi guru dengan peserta
didik dengan bahan, media, alat, metode, pendekatan, teknik dan gaya sebagai
perantaranya. Penggunaan pendekatan yang tepat oleh guru mampu
mengembangkan variasi dalam mengajar sehingga kegiatan pengajaran
dikembangkan berdasarkan latar belakang perbedaan peserta didik.
5. Faktor Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah bahan materi yang diujikan oleh guru kepada
peserta didik yang didasarkan pada apa yang diajarkan, sedangkan alat
evaluasi adalah item-item pertanyaan yang dirumuskan dengan berpedoman
pada teknik dan model yang telah disepakati. Berbagai komponen yang terkait
37
dengan bahan dan alat evaluasi dirancang dengan matang berdasarkan dengan
ketentuan yang berlaku sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar
mengajar.
6. Faktor suasana evaluasi
Suasana kelas yang aman, tertib, bersih, sejuk, tidak terlalu
berdempetan, dan tidak terlalu sesak akan berbeda dengan suasana kelas yang
tidak aman. Keadaan ini akan sangat mempengaruhi bersikap jujurnya siswa,
belajar dengan sungguh-sungguh dan menyiapkan diri sebaik-baiknya,
merupakan salah satu faktor keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Senada dengan pandangan ahli sebelumnya maka tugas guru dalam
proses belajar mengajar sangatlah penting artinya, seperti:
1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan
berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket, dan
sebagainya;
2. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan
menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang;58
3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai bidang keahlian, dan keterampilan agar anak didik
memilihnya dengan tepat;
4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan
anak didik berjalan dengan baik;
5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan
dalam mengembangkan potensinya.59
Guru yang baik haruslah dapat melihat peserta didik itu sesuai kemauan,
kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah suatu
58 Abd. Rahman Getteng. Menuju Guru Profesional dan Ber-etika. (Cet. V; Yogyakarta, Graha Guru Printiks, 2011), h. 48.
59 Ibid., h. 49
38
proses dimana peserta didik harus aktif. Implikasinya:
1. Untuk membangkitkan keaktifan jiwa peserta didik, guru perlu:
- mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi peserta didik
- memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah-masalah,
menganalisis, mengambil keputusan, dan sebagainya.
- menyelenggarakan berbagai percobaan dengan menyimpulkan keterangan,
memberikan pendapat, dan sebagainya.
2. Untuk membangkitkan keaktifan jasmani, maka guru perlu:
- menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan keterampilan di bengkel,
laboratorium, dan sebagainya.
- mengadakan pameran, karyawisata, dan sebagainya.60
Selanjutnya proses belajar mengajar tersebut dievaluasi. Evaluasi proses
pembelajaran adalah untuk memperoleh pemahaman tentang kinerja guru selama
dalam pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran, serta minat, sikap dan motivasi belajar siswa.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan
tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi,
pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut.61
a. Menentukan tujuan
Tujuan evaluasi proses pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk
pernyataan atau pertanyaan.
b. Menentukan desain evaluasi
Desain evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi proses dan
pelaksana evaluasi.
c. Penyusunan instrumen penilaian
Instrumen penilaian proses pembelajaran untuk memperoleh informasi
deskriptif dan/atau informasi judgemental.
d. Pengumpulan data
60 Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran., (Cet. II; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 1061 S. Eko Putro Widoyoko. Evaluasi Program Pembelajaran, (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010), h. 18-20
39
Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan secara objektif dan terbuka
agar diperoleh informasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi
peningkatan mutu pembelajaran.
e. Analisis dan Interpretasi
Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau
informasi terkumpul.
f. Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan
interpretasi.62
Dalam mengajukan pertanyaan, guru memiliki maksud tertentu, antara
guru satu dengan yang lain, bahkan guru yang sama dalam jam pelajaran berbeda,
belum tentu memiliki tujuan yang sama. Oleh karena itu, jenis pertanyaan guru
jika diinventarisasikan akan banyak sekali. Tujuan pertanyaan yang diajukan guru
antara lain mempunyai maksud sebagai berikut:
1. Memberikan batu loncatan (apersepsi) sebelum memasuki pokok bahasan
baru.
2. Mengetahui apa yang telah diketahui siswa tentang pokok bahasan yang akan
diberikan.
3. Memusatkan perhatian siswa pada pokok bahasan yang sedang disajikan
4. Mengenal kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menerima pelajaran
5. Mengembangkan cara belajar siswa aktif
6. Memberikan pandangan kepada siswa agar mereka berpikir kritis dan kreatif
7. Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat
8. Mengajak siswa untuk memecahkan masalah
9. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi
10. Meninjau kembali apa yang telah dijelaskan guru.
11. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa dalam melaksanakan tugas63
62 Ibid. 63 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2009), h. 92
40
Namun, perlu diingat bagi guru bahwa untuk mempertahankan validitas
dan realibilitas alat evaluasi, maka ada beberapa syarat dan petunjuk yang perlu
diperhatikan dalam menyusun alat evaluasi, yaitu:
1. Lebih dahulu harus ditetapkan segi-segi yang akan dinilai sehingga betul-betul
terbatas dan dapat memberi petunjuk bagaimana dan dengan alat apa segi
tersebut dapat dinilai.
2. Harus menetapkan alat evaluasi yang betul-betul valid dan reliabel, artinya
taraf ketepatan dan ketetatapn tes sesuai dengan aspek yang akan dinilai.
3. Penilaian harus objektif, artinya menilai prestasi siswa sebagaimana adanya.
4. Alat evaluasi yang dibuat hendaknya mengandung unsur diagnosis, artinya
dapat dijadikan bahan untuk mencari kelemahan siswa belajar dan guru
mengajar.64
Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana
adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat bergantung pada kualitas alat
penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya.
Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat
tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya
dan ketetapan atau keajegannya atau realibilitasnya.
1. Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep
yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Sebagai
contoh menilai kemampuan siswa dalam matematika.
2. Realibilitas
Realibilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut
dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut
digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Tes hasil belajar
64 Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 278
41
dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil
pada saat yang belainan waktunya terhadap siswa yang sama. 65
Dari beberapa uraian di atas maka penulis berkesimpulan bahwa
keberhasilan suatu proses pembelajaran adanya pemberdayaan secara optimal dari
seluruh faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam belajar dapat
menghasilkan keberhasilan/kesuksesan seseorang. Yang perlu dipahami bahwa
keberhasilan belajar mengajar merupakan sesuatu yang penting diketahui oleh
guru secara objektif, dan kritis, karena dari seluruh komponen pendidikan pada
akhirnya ditujukan untuk mendukung keberhasilan belajar mengajar.
65 Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Cet. 16; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 12-16
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran,
baik kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai
sekelompok objek yang lengkap dan jelas. 66
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Inpres
Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar sebanyak 153 orang.
Setelah populasi sudah ditentukan, kemudian dapat pula ditentukan
sebagian dari populasi yang mewakili disebut sampel. Keterwakilan dari populasi
bagi peneliti adalah untuk mengurangi biaya penelitian serta mengefisienkan
waktu. Sampel dilakukan dengan sistem acak (random) yaitu sebanyak 26 orang,
yang terdiri dari; 4 orang siswa kelas IV, 4 orang siswa kelas V, 5 orang siswa kelas
VI. Dengan jumlah guru yang menjadi sampel penelitian juga sebanyak 13 orang.
Menurut Soekidjo Notoatmodjo, bahwa sampel adalah sebagian untuk
diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Atau sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
B. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrumen
dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data instrumen penelitian ini berupa test,
wawancara, observasi, dan kuesioner.67
Berdasarkan hal tersebut, maka instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
66 Husaini Usman. Pengantar Statistik. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 18167 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R& D. (Bandung: Alfabeta,
2011), h. 222.
43
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan menggunakan pengamatan langsung di lapangan,
yakni mengamati interaksi proses belajar mengajar.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang bagaimana peranan
implementasi pendidikan karakter terhadap keberhasilan proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
c. Catatan Dokumentasi
Dokumentasi sebagai alat yang digunakan untuk memperoleh data kondisi
obyektif implementasi pendidikan karakter terhadap keberhasilan proses
belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No.211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
d. Angket (Quesioner)
Guru kelengkapan data dilakukan dengan mengedar angket dengan
menyebarkan kepada sampel pada penelitian.
C. Prosedur Pengumpulan Data
Untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
menggunakan beberapa metode sebagai berikut :
a. Metode Observasi
Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengamati
situasi di SDN Inpres Campagaya No.211 Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar, peneliti mengamati objek secara seksama dengan melibatkan diri
secara langsung dalam penelitian.
b. Metode Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan dalam
penelitian untuk memperoleh data atau informasi dari responden. Hal ini
44
dimaksudkan untuk memperoleh data-data konkret yang berkaitan dengan
masalah-masalah yang akan dibahas.
Angket atau kuesioner adalah instrumen pengumpul data yang
digunakan dalam teknik komunikasi tak langsung, artinya responden secara
tidak langsung menjawab daftar pertanyaan tertulis yang dikirim melalui
media tertentu68.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode
angket adalah suatu metode atau cara pengumpulan data dengan
menggunakan daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada orang lain
yang ingin kita peroleh datanya. Metode ini dipergunakan untuk memperoleh
informasi yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
c. Metode Wawancara
Metode wawancara yaitu penulis mengumpulkan data dengan jalan
menemui secara langsung kepada informan penelitian. Dan prosedur ini
dipandang layak karena terjadi saling keterbukaan antara peneliti dengan
informan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.
d. Dokumentasi
Dokumentasi peneliti digunakan untuk mengumpulkan data dari
sumber-sumber non insani (bukan manusia). Dalam hal ini dokumen
digunakan sebagai sumber data karena dokumen dapat dimanfaatkan dalam
membuktikan, menafsirkan dan meramalkan dalam suatu peristiwa.
D. Teknik Analisis Data
Berdasarkan data yang terkumpul, maka data tersebut dianalisis
dengan rumus sebagai berikut:
a. Untuk mencari persentase masing-masing variabel dengan rumus persentase :
P= FN
X 100
68 M. Subana, et.al. Statistik Pendidikan. (Cet. I; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h. 30
45
Dimana :
P = persentase
F = frekwensi
N = jumlah responden 69
b. Untuk mengetahui pengaruh digunakan rumus:
r x y = n(∑ xy)–(∑ x)(∑ y)
n (∑ x2)– (∑ x)2
Dimana :
rxy = produk moment
n = jumlah responden
x = variabel x
y = variabel y
69 M. Sabana, et.al. Statistik Pendidikan. (Cet. I; Bandung : CV. Pustaka Setia, 2000), h.47
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Selayang Pandang SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar
berdiri pada Tahun 1983/1984 yang pada masa itu siswanya berjumlah 24 orang,
yang dalam perkembangannya telah mengalami pergantian kepala sekolah.
Kepala sekolah yang pertamakali menjabat adalah Abdul Hamid Langsak, beliau
menjabat selama 7 tahun dan kemudian digantikan oleh Bustan Du’a pada tahun
1989 sampai tahun 1993. Kemudian digantikan oleh Muh. Saleh Indar Jaya yang
mulai menjabat pada tahun 1994, hingga pada tahun 1995 digantikan kembali
oleh Subanrion Hannanung M. yang menjabat sampai pensiun tahun 2001.
Kemudian digantikan oleh Muslimin R. yang hanya menjabat selama 9 bulan
kemudian digantikan oleh Irwan. Kemudian digantikan lagi oleh Burhanuddin,
beliau juga menjabat selama 9 bulan hingga digantikan lagi oleh Arsad, S.Pd.
Adapun daftar nama guru yang mengajar pada SDN Inpres Campagaya
No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar sebagai berikut:
1. Arsyad, S.Pd Nip. 19611231 198411 1 046 (Kepala Sekolah)2. M. Nurdin, A.Ma.Pd Nip. 19571231 198411 1 041 (Guru)3. Hj. Agustina, S.Pd Nip. 19700819 199603 2 005 (Guru)4. Mirnawati, S.Pd Nip. 19830727 201001 2 034 (Guru)5. Nurhayati (Guru Honor) 6. Titin Syamsiawati (Guru Honor)7. Junaedah, S.Pd.I (Guru Honor)8. Syamsiah, S.THi (Guru Honor)9. Hasmiati, S.Pd. (Guru Honor)10. Nurliah (Guru Honor)11. Asriati (Guru Honor)12. Hasnawati (Guru Honor)13. Hasanuddin, S.Sos (Satpam Sekolah)14. Sule (Bujang Sekolah)
47
Jumlah keseluruhan siswa di sekolah dari kelas I sampai Kelas VI adalah
164 siswa, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1Jumlah Siswa SDN Inpres Campagaya No. 211
Kec. Galesong Kab. Takalar
Murid Jumlah Murid/Kelas Total I II III IV V VI
Laki-Laki 11 10 14 19 18 13 85Perempuan 6 16 13 21 8 11 75
Total 17 26 27 40 26 24 160Sumber : Papan Data Potensi SDN Inpres Campagaya No. 211, 2013. Dalam kesehariannya SDN Inpres Campagaya No. 211 menjalankan visi dan misi
sebagai berikut :
Visi
- Unggul dalam prestasi, teladan dalam akhlak
Misi
- Menerapkan manajemen partisipatif
- Melaksanakan berbagai motivasi pembelajaran
- Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar
- Melaksanakan pembinaan profesionalisme guru secara kontinyu
- Menggalang peran serta masyarakat
- Melaksanakan pembinaan keagamaan
Pelaksanaan visi misi tersebut di dukung oleh sarana dan prasarana yang ada pada
SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar sebagai berikut:
48
Tabel 2Keadaan Sarana dan Prasarana SDN Inpres Campagaya
Kec. Galesong Kab. Takalar
No. Sarana Dan Prasarana Jumlah Kondisi
1. Gedung Sekolah 1 Baik2 Ruangan Belajar 6 Baik3 Kantor 1 Baik4 WC 2 Baik5 Lapangan Upacara 1 Baik6 Dapur 1 Baik7 Perpustakaan 1 Baik8 Lemari 10 Baik9 Meja 20 Baik10 Kursi 20 Baik11 Jam Dinding 1 Baik12 Dispencer 1 Baik13 Radio 1 Baik
Sumber : Buku Inventaris Barang Tahun Pelajaran 2012/2013 SD Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar
B. Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar
Tabel 3Data Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Proses Belajar
Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar
NoItem Soal Skor
Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 101. 4 2 2 1 4 4 3 4 3 4 312. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 403. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 404. 4 3 2 1 4 3 3 2 4 3 295. 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 366. 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 347. 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 348. 4 4 3 2 4 4 4 4 2 4 35
49
9. 4 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3110. 3 2 3 1 4 2 3 2 3 4 2711. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4012. 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3513. 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3714. 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3615. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4016. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4017. 3 4 2 3 2 3 2 3 2 4 2818. 3 4 2 3 2 3 2 3 2 4 2819. 4 3 4 1 2 4 4 4 2 4 3220. 4 2 4 1 2 4 4 4 2 4 3121. 3 4 2 3 2 3 2 3 2 4 2822. 1 4 4 2 4 3 4 2 2 4 3023. 1 3 4 2 4 4 2 3 4 4 3124. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4025. 4 3 4 2 4 3 2 1 3 4 3026. 2 4 4 2 4 4 2 3 4 4 33
Diolah dari hasil angket penelitian.
Tabel 4Tabel penolong untuk melakukan analisis deskriptif
No. Nilai x F Fx Fx2 P (%)
1 27 1 27 729 3,82 28 3 84 7056 11,53 29 1 29 841 3,84 30 2 60 3600 7,75 31 4 124 15376 15,46 32 1 32 1024 3,87 33 1 33 1089 3,88 34 2 68 4624 7,79 35 2 70 4900 7,710 36 2 72 5184 7,711 37 1 37 1369 3,812 40 6 240 57600 23,1
Jumlah 26 876 103392 100
50
Mean= m = ∑Fx
N
= 87626
= 33,69
Standar Deviasi :
Sb=√(∑ Fx2
N )−(∑ FxN )
2
= √(10339226 )−( 876
26 )2
= √(3976,6 2)– (33,69)2
= √( 3976,62)–1135,02
= √2841,6
= 53,31
Berdasarkan sebaran skor dari implementasi pendidikan karakter terhadap
keberhasilan proses belajar mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar diperoleh skor terkecil = 27 dan skor
terbesar = 40, dari skor itu diperoleh mean (nilai rata-rata)= 33,69 dengan standar
deviasi (sb)= 53,31. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi
frekwensi berikut:
51
Tabel 5Frekwensi Implementasi Pendidikan Karakter terhadap
Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211Kec. Galesong Kab. Takalar
No. Nilai (x) F P (%) Batas Nyata1 27 1 1 26,5 — 27,52 28 3 3 27,5 —28,53 29 1 1 28,5 — 29,54 30 2 2 29,5 — 30,55 31 4 4 30,5 — 31,56 32 1 1 31,5 — 32,57 33 1 1 32,5 — 33,58 34 2 2 33,5 — 34,59 35 2 2 34,5 — 35,510 36 2 2 35,5 — 36,511 37 1 1 36,5 — 37,512 40 6 6 39,5 — 40,5
Jumlah 25 100
Berdasar pada tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat implementasi
pendidikan karakter terhadap peningkatan proses belajar mengajar di SDN Inpres
Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar berada pada nilai 40 dengan
persentase (%) sebesar 23,1, berada pada frekuensi (F) sebesar = 6, seperti
tergambar pada grafik histogram berikut.
Tabel 6Grafik Histogram tingkat implementasi pendidikan karakter
Di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar
26.5
27.5
28.5
29.5
30.5
31.5
32.5
33.5
34.5
35.5
36.5
37.5
38.5
39.5
40.5
0
1
2
3
4
5
6
1 %
3%
1 %
2 %
4 %
1 %1 %
2 %2 % 4%
1 %
6 %Y
X
52
Pendidikan karakter di sekolah pada dasarnya mengacu pada bagaimana
peserta didik dapat mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau perilaku sehingga ia dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,
artinya perilaku tersebut sesuai dengan kaidah norma atau moral dengan
berkarakter mulia.
Karakter mulia berarti peserta didik memiliki pengetahuan tentang potensi
dirinya yang ditandai dengan nilai-nilai seperti percaya diri, jujur, rasional, kritis,
kreatif, inovatif, mandiri, hidup sehat, sabar, berhati-hati, rela berkorban,
pemberani, dapat dipercaya, adil, rendah hati, malu berbuat salah, tekun, disiplin,
dan sebagainya, baik terhadap Tuhan, diri, sesama, lingkungan, bangsa dan
negara dengan mengoptimalkan potensi/pengetahuan disertai kesadaran, emosi
dan motivasi.
Pendidikan karakter yang merupakan penanaman nilai-nilai itu di sekolah
melibatkan semua komponen (pemangku pendidikan) termasuk komponen isi
kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian, penanganan dan pengelolaan
mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, atau kegiatan ko-
kurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan dan ethos kerja
seluruh warga sekolah. Di samping itu, pendidikan karakter sebagai suatu
perilaku warga sekolah yang menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
Guru sebagai garda terdepan dari sebuah pendidikan menempati posisi
yang paling sentral yang harus mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini tidak terlepas dari
keteladanan seorang guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,
bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal yang terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, menurut Kepala Sekolah SDN
Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar.
“Dewasa ini, pendidikan karakter oleh banyak pihak menuntut adanya peningkatan kualitas pelaksanaannya pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada sejumlah peristiwa atau kejadian yang berkembang, seperti banyaknya terjadi kenakalan remaja, tawuran dan berbagai bentuk perilaku yang melanggar kaidah atau norma. Oleh karena itu
53
pendidikan formal sebagai wadah resmi pembentukan dan pembinaan generasi diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam membentuk kepribadian peserta didik.” 70
Lebih lanjut dikatakan, bahwa implementasi pendidikan karakter tidak
terlepas dari peran guru, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta
didik dalam mengembangkan pribadinya yang utuh. Guru adalah figur utama,
serta contoh dan teladan bagi peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah perlu ada peningkatan
intensitas pelaksanaannya yang disertai dengan monitoring keberhasilannya,
namun harus ada dukungan utama dan pertama bagi peserta didik, artinya trilogi
pendidikan harus terlihat sebagai satu kesatuan lingkungan pendidikan yang
saling bekerjasama untuk mewujudkan terbentuknya karakter yang diharapkan.
C. Pendidikan Agama Islam
Tabel 7Data Variabel x Nilai Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211
Kec. Galesong Kab. Takalar
No.
Nama Siswa Nilai PAI
1. Ayu Rahmawati 80
2. M. Irsan 63
3. Nur Insani 77
4. Sukmawati 80
5. Syafaruddin 64
6. M. Yusri Badrullah 66
7. M. Aswar 66
8. Kasmiati 70
9. M. Risal 70
10. Zilmi Al-Zahrah 77
11. Teguh Amar S. 70
12. Nur Hidayat 63
70 Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Cet. 5; Jakarta : Bumi Aksara, 2005), h. 78
54
13. St. Nur Faika. S 80
14. Nur Alamsyah 70
15. Asriadi 73
16. Tadir Ahmad R. 66
17. Nurul Fadhillah 80
18. Munawir 70
19. Agustina 60
20. Nurmiati 77
21. Ferdiansyah 73
22. Asrianti 66
23. Dian Dira Rika 63
24. Haswandi 63
25. Rahmawati 77
26. Nurul Azizah 70
JUMLAH 1.834
Tabel 8Tabel penolong untuk melakukan analisis deskriptif
No. Nilai (x) F Fx Fx2 P%1. 60 1 60 3600 3,82. 63 4 252 63504 15,43. 64 1 64 4096 3,84. 66 4 264 69696 15,45. 70 6 420 176400 23,16. 73 2 146 21316 7,77. 77 4 308 94864 15,48. 80 4 320 102400 15,4
Jumlah 26 1834 535876 100,0
Mean= m = ∑Fx
N
= 1834
26
= 70,54
55
Standar Deviasi :
Sb=√(∑ Fx2
N )−(∑ FxN )
2
= √(53587626 )−( 1834
26 )2
= √(20610,62)– (70,54)2
= √(20610,62)–(4975,89)
= √15634,73
= 125,04
Berdasarkan sebaran skor dari tingkat (nilai) pendidikan agama Islam di
SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar berada
pada nilai tertinggi = 80 dan terendah = 60, dari skor itu diperoleh nilai rata-rata
(mean)= 70,54 dengan standar deviasi (sb)= 125,04. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel distribusi frekwensi berikut:
Tabel 9Data Frekwensi Nilai Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211
Kec. Galesong Kab. Takalar
No. Nilai (x) F P (%) Batas Nyata1 60 1 3,8 59,5 — 60,52 63 4 15,4 62,5 — 63,53 64 1 3,8 63,5 — 64,54 66 4 15,4 65,5 — 66,55 70 6 23,1 69,5 — 70,56 73 2 7,7 72,5 — 73,57 77 4 15,4 76,5 — 77,58 80 4 15,4 79,5 — 80,5
Jumlah 26 100,0
Berdasarkan tabel distribusi frekwensi di atas, menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 berada pada
56
nilai 70 dengan frekuensi (F) = 6, dan persentase (%) sebesar 23,1, seperti
tergambar pada grafik histogram berikut:
Tabel 10Grafik Histogram Nilai Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres
Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar
0
1
2
3
4
5
6
3,8%
15,4%
3,8%
15,4%
23,1%
7,7%
15,4% 15,4%
Selanjutnya untuk melihat kategori tinggi rendahnya tingkat pendidikan
Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar,
maka disusun klasifikasi skor berdasarkan kategori yang telah ditetapkan
sebelumnya dengan menggunakan penilaian acuan patokan (PAP) sebagai
berikut:
Klasifikasi skor = 25 x 4 = 100
Tabel 11Tingkat Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211
Kec. Galesong Kab. Takalar
No. 1 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100
1. Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Terkait dengan tabel di atas, maka secara jelas menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211 berada pada
skor (kategori) yang tinggi yaitu pada nilai 70 dengan frekwensi (F)= 6 atau
sebesar presentase (P%)= 23,1.
Y
X
57
Sehubungan dengan uraian sebelumnya, menurut Ibu Junaedah, S.Pd.I
bahwa keberhasilan proses belajar mengajar terlihat dari kualitas pendidikan,
khususnya dari segi proses maupun hasil. Dari segi proses, dikatakan berhasil
apabila melihat sebagaian besar peserta didik untuk aktif dalam sebuah
pembelajaran, dan dari segi hasil guru dikatakan berhasil apabila pendidikan yang
didapatnya mampu mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik.
D. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar
Untuk membuktikan uji hipotesis bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara pendidikan karakter terhadap keberhasilan pendidikan Agama Islam di
SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar, maka peneliti
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 12Tabel penolong untuk melakukan analisis pengaruh Pendidikan Karakter
Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211
No. x y xy x2 y21 31 80 2480 961 64002 40 63 2520 1600 39693 40 77 3080 1600 59294 29 80 2320 841 64005 36 64 2304 1296 40966 34 66 2244 1156 43567 34 66 2244 1156 43568 35 70 2450 1225 49009 31 70 2170 961 490010 27 77 2079 729 592911 40 70 2800 1600 490012 35 63 2205 1225 396913 37 80 2960 1369 640014 36 70 2520 1296 490015 40 73 2920 1600 532916 40 66 2640 1600 435617 28 80 2240 784 640018 28 70 1960 784 4900
58
Dik : x = 873
y = 1834
fxy = 61306
x2 = 20759
y2 = 130370
19 32 60 1920 1024 360020 31 77 2387 961 592921 28 73 2044 784 532922 30 66 1980 900 435623 31 63 1953 961 396924 40 63 2520 1600 396925 30 77 2310 900 592926 30 70 2100 900 4900
Jumlah 1834 6136 20759 29813 130370
b = n (∑ xy ) - (∑ x ) (∑ y )n (∑ x2 ) - (∑ x )
2
= 26 (15242 )- (592 ) (644 )26 (14150 ) - (592 )2
= 396292−381248366860−350464
= 1504416396
= 0,92
a=∑ y−b∑ x
n
= 1834 – (0,92 ) (8731 )
26
= 1834 – 8 032,52
26
= −6198,52
26
= – 238,4
1. Standar error of estimate
59
Syx = √∑ y2− (a∑ x ) - (b∑ y )n-2
= √130370 – (-238,41) (1834 ) – (0 ,92 ) (61306 )26 – 2
= √130370 –(– 437243,94) –( 56401,52)24
= √130370 –(– 493645,56)24
= √ 624015,4624
= √24000,5946153
= 15 4,92
2. Standar error of the regression coefficient
Sb =Sxy
√∑ x2−(∑ x )2
n
=154,92
√20759 –(873 )2
26
=154,92
√20759 -29312,65
=154,92
√-8553,65
=154,9292,485945
=1,675065
3. Rumus Hipotesis
Ho : = 0
Hi : 0
4. Level of significance
60
α= 0,050,0025
n = 26
t = 2,056
5. Ho diterima jika, t tabel t hitung + t tabel
Ho ditolak jika, t hitung t tabel, t hitung – t tabel
- Untuk sampel kecil
th = b – B
sbn=¿26
= (0,92 ) – (0)1,675065
= 0,92
1,675065
= 1,675
= 1,68
Kesimpulannya :
1,68 2,056
Hal ini berarti Hi diterima dan Ho ditolak
Berdasarkan hasil dari sebaran variabel x dan yang, tampak dengan jelas
bahwa nilai t hitung = 1,68 lebih kecil dari t tabel = 2,056. Dengan demikian
hipotesis Ho ditolak sedangkan hipotesis Hi diterima. Berarti ada pengaruh yang
signifikan antara pendidikan karakter terhadap keberhasilan proses belajar
mengajar pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan yang ada dalam
skripsi ini, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendidikan karakter yang diterapkan di SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar menempatkan sekolah sebagai
lingkungan yang dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan
karakter yang baik. Pemahaman dan penghayatan terhadap tata nilai, baik
dalam pikiran, sikap, hati, perkataan dan perbuatan. Dengan karakter yang
kuat dan baik diharapkan dapat membangun kehidupan peserta didik yang
berguna dan bermakna.
2. Keberhasilan proses belajar mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar merupakan gambaran dari apa t
diperbuat oleh guru yang terlihat dari indikator daya serap peserta didik
terhadap materi yang diterimanya baik secara individual maupun kelompok,
dan tercapai perilaku yang diharapkan berdasarkan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan seluruhnya.
3. Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan karakter terhadap
keberhasilan proses belajar mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211
Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, semua itu tidak terlepas dari peran
guru, kepala sekolah, dan unsur sekolah lainnya untuk mewujudkan tujuan
pendidikan yang diharapkan.
B. Implikasi Penelitian
Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan
implikasi dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Guru hendaknya dapat menguasai dan memahami pendidikan karakter dan
hubungannya dengan pembelajaran dengan baik.
62
2. Keberhasilan program pendidikan karakter sebaiknya dipantau oleh guru bagi
setiap peserta didik dari berbagai perilaku sehari-harinya.
3. Mengingat SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten
Takalar sebagai salah satu lembaga pendidikan forma, sebaiknya dapat
menggali berbagai sumber yang ada di masyarakat.
63
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. Cet. III; Bandung: Alfabeta. 2009.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Cet. 5. Jakarta: Bumi Aksara. 2005.
Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam. Cet.II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2000.
Departemen Agama RI. al-Quran dan Terjemahnya, Ed. Revisi. Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan. 2006.
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. I; Jakarta : Balai Pustaka. 2001.
Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi Belajar Dengan Kompetensi Guru, Cet. I; Surabaya : PT. Usaha Nasional. 2002.
Khaeruddin. Ilmu Pendidikan Islam Cet. 1; Makassar: CV. Berkah Utami. 2002.
Muhaimin, H. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Cet. VIII; Bandung: Remaja Rosda Karya. 2008.
Mulyasa, H.E. Manajemen Pendidikan Karakter. Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
Nata, H. Abudin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Cet. II; Jakarta: Kencana. 2011.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Cet.I; Jakarta: Pusat Bahasa. 2008.
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Cet. II; Jakarta : Rineka Cipta. 2004.
Ryan, Kevin & Karen E. Bohlin. Building Characters in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Fransisco; Jossey Bass. 1999.
Sabana, M. et.al. Statistik Pendidikan. Cet. I; Bandung : CV. Pustaka Setia. 2000.
Sadulloh, Uyoh. Pedagogik (Ilmu Mendidik), Cet. I; Bandung : Alfabeta. 2010.
Semiawan, Conny R. Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Cet. II; Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. 2008.
64
Subana, M. et.al. Statistik Pendidikan Cet. I. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2000.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R& D. Bandung: Alfabeta. 2011.
Syahidin, H. et.all. Moral dan Kognisi Islam. Cet.III; Bandung: Alfabeta. 2009.
Syahidin, H. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, Cet.I; Bandung: Alfabeta. 2009.
Syahidin. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Cet. I; Bandung: Alfabeta. 2009.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet. V; Band ung: Rosda Karya. 2004.
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Ed. Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2005.
Usman, Husaini. Pengantar Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006.
65
ANGKET PENELITIAN
I. Penelitian1. Dimohon anda menjawab dengan tanda (X) pada jawaban yang dianggap benar.2. Jawaban yang anda berikan menjadikan bantuan yang bernilai bagi kami
pada penelitian ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
II. Identitas1. Nama :2. NIS :3. Kelas :
III. Pertanyaan
A. Instrumen Yang Terkait dengan Pendidikan Karakter
1. Apakah anda selalu menjawab salam ketika disapa oleh teman?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
2. Apakah anda berusaha untuk mengatakan sesuatu yang benar tanpa peduli
akibatnya?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
3. Menurut anda, apakah anda selalu pergi ke sekolah tepat waktu?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
4. Ketika dikritik oleh teman, apakah anda bersedia menerima pendapat
orang lain?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
5. Apakah anda selalu mengikuti upacara bendera dengan penuh hikmat?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
6. Ketika ada teman yang sakit, apakah anda prihatin?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
66
7. Apakah anda selalu melaksanakan shalat tepat waktu?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
8. Ketika ada soal (PR) yang diberikan oleh guru, apakah anda berusaha
menyelesaikannya, sekalipun itu sulit?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
9. Apakah anda berusaha bertanya kepada guru, ketika dalam suatu materi
pembelajaran, ada yang kurang dipahami?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
10. Apakah anda ikhlas menerima suatu hasil ujian yang nilainya rendah,
padahal anda sudah berusaha segiat mungkin?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
B. Instrumen yang terkait dengan Keberhasilan Proses Belajar Mengajar
PAI
1. Apakah guru anda, senantiasa membimbing ketika ada soal yang
dianggap salah?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
2. Apakah guru anda, memberi penghargaan kepada siswa yang berprestasi?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
67
3. Ketika anda belajar PAI, apakah anda merasa senang?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
4. Apakah guru PAI menggunakan media / alat dalam mengajar?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
5. Apakah guru PAI anda selalu memberi motivasi diakhir pembelajaran?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
6. Apakah anda termasuk peserta didik yang rajin membaca?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
7. Apakah guru PAI anda selalu mengkondisikan kelas sebelum belajar?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
8. Apakah anda merasa bahwa PAI sudah mampu memperbaiki sikap anda
sebagai peserta didik?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
9. Apakah guru PAI anda selalu menggunakan metode mengajar secara
bervariasi?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
10. Apakah anda selalu menyiapkan alat-alat yang diperlukan (buku-buku
pelajaran) sebelum berangkat ke sekolah?
a. Selalu c. kadang-kadang
b. Sering d. tidak pernah
68
RIWAYAT HIDUP
HASRIANTI dilahirkan di Bonto Baru pada tanggal
05 Mei 1989 merupakan anak pertama dari pasangan
HAMZAH dan PUTTIRI. Penulis mengecam pendidikan
pertama kalinya di SD Negeri Barembeng I Kec. Bontonompo
Kab. Gowa No. 29 Banyuanyara dan tamat pada tahun 2002
dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama PGRI
Bontonompo dan tamat pada tahun 2004/2005, dan pada tahun itu pula melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA Negeri I Bontonompo) dan tamat pada
tahun 2007/2008 dan pada saat ini diterima di Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS)
Kabupaten Takalar pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam.
69