skripsi pai

106
PERANAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP KEBERHASILAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN INPRES CAMPAGAYA NO. 211 KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) YAPIS Takalar Oleh : HASRIANTI NIM: 108.01.01.2009

Upload: isenk-doank

Post on 13-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

SKRIPSI PAI

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PAI

PERANAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP KEBERHASILAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SDN INPRES CAMPAGAYA NO. 211 KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAI) YAPIS Takalar

Oleh :

HASRIANTINIM: 108.01.01.2009

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM(STAI) YAPIS TAKALAR

2013

Page 2: SKRIPSI PAI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini,

menyatakan bahwa Skripsi ini benar hasil karya penyusun sendiri.

Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau

dibuat atau dibantu orang lain secara keseluruhan atau sebagian, maka Skripsi

dan gelar yang diperoleh karenanya, batal demi hukum.

Takalar, Oktober 2013Penulis,

HASRIANTINIM: 108.01.01.2009

2

Page 3: SKRIPSI PAI

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudara (i) Hasrianti, NIM:108.01.01.2009,

mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam pada STAI YAPIS Takalar, setelah

dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul

“Peranan Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Proses

Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam Di SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar”, memandang bahwa skripsi tersebut

telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang

munaqasah..

Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.

Takalar, Oktober 2013

Pembimbing I

Prof. DR. H. M. Galib M., MA

Pembimbing II

Drs. H. Mukhtar Nuhung, M.Ag

3

Page 4: SKRIPSI PAI

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “PERANAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

TERHADAP KEBERHASILAN PROSES BELAJAR MENGAJAR

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN INPRES CAMPAGAYA NO. 211

KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR” yang disusun oleh

saudari HASRIANTI, NIM: 108.01.01.2009, mahasiswi jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI) pada Fakultas Tarbiyah STAI YAPIS Takalar, telah diuji dan

dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Sabtu,

26 Oktober 2013 M, bertepatan dengan 21 Dzulhijjah 1434 H, dinyatakan telah dapat

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

(S.Pd.I) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan

beberapa perbaikan.

Takalar,26 Oktober 2013 M21 Dzulhijjah 1434 H

DEWAN PENGUJI

Ketua : Ishak Kartika, S.Ag, M.Ag (…………………………)

Sekretaris : Syariful Alam, S.Pd.I (…………………………)

Munaqisy I : Drs. H. Abd. Majid Makkaraeng, MM (…………………………)

Munaqisy II : Drs. Borahima, M.Pd (…………………………)

Pembimbing I : Prof. DR. H. M. Galib M., MA (…………………………)

Pembimbing II : Drs. H. Mukhtar Nuhung, M.Ag (…………………………)

Diketahui Oleh:STAI YAPIS TAKALAR

K e t u a,

Muh. Nur Fithri D, ST., MM

4

Page 5: SKRIPSI PAI

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji bagi Allah, seru sekalian alam. Salawat dan salam

semoga tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabat,

keluarga serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini adalah salah satu bentuk pertanggung jawaban penulis sebagai

insan akademik. Dengan segala daya upaya, skripsi ini disusun untuk memenuhi

syarat-syarat ilmiah sebagaimana karya tulis yang refresentatif. Meskipun demikian,

penulis tetap tidak lepas dari keterbatasan-keterbatasan qodrati sebagai manusia

biasa. Berbagai aspek penulisannya, baik dalam hal metode maupun standar ejaan-

ejaan, masih mungkin terdapat kekurangan dan kekhilafan di dalamnya. Sebagaimana

di antaranya masih belum dapat disempurnakan, akan tetapi sebahagian lainnya telah

dapat dibenahi sebagaimana mestinya. Dalam kaitan itu, penulis merasa berhutang

budi pada pihak-pihak yang berusaha membantu dalam proses perbaikan dan

pembenahan itu. Maka melalui tulisan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Muh. Nur Fithri D, ST., MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)

YAPIS Takalar.

2. Prof. DR. H. M. Galib M., MA selaku Pembimbing I dan Drs. H. Mukhtar

Nuhung, M.Ag selaku Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan

arahan hingga terselesainya penulisan skripsi ini.

5

Page 6: SKRIPSI PAI

3. Para dosen yang senantiasa membimbing dan mendidik penulis selama mengikuti

pendidikan di STAI YAPIS Takalar.

4. Kepala Sekolah beserta guru dan staf SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yang bersedia membantu dan

memberikan data yang dibutuhkan selama penelitian berlangsung.

5. Rekan-rekan Penulis yang ikhlas membantu dalam penyusunan skripsi ini sampai

selesai.

6. Kedua orang tua penulis atas segala jerih payahnya mengasuh dan mendidik

penulis dengan penuh pengorbanan lahir dan batin.

Akhirnya penulis berharap semoga segala bantuan yang telah diberikan oleh

berbagai pihak selama ini baik langsung maupun tidak langsung dapat bernilai ibadah

di sisi Allah swt, Amin !

Takalar, 2013

Penulis

HASRIANTI

6

Page 7: SKRIPSI PAI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... ix

ABSTRAK .............................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1B. Rumusan Masalah.................................................................................. 2C. Hipotesis ................................................................................................ 3D. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional .......................................... 3E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 5F. Garis-Garis Besar Isi Skripsi ................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan............................................................................ 7B. Hakekat Pendidikan Karakter ............................................................... 12C. Peran Agama dalam Pendidikan Karakter ............................................ 21D. Keberhasilan Proses Belajar Mengajar ................................................ 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ........................................................................... 33B. Instrumen Penelitian ............................................................................. 33C. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 34D. Teknik Analisis Data ........................................................................... 35

7

Page 8: SKRIPSI PAI

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar............................................................... 37

B. Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar ............................................................... 39

C. Pendidikan Agama Islam .................................................................... 44D. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan

Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar ............................................................... 48

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................ 52B. Implikasi Penelitian .............................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA

8

Page 9: SKRIPSI PAI

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Siswa SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar ........................................................................................ 38

Tabel 2 Keadaan Sarana dan Prasarana SDN Inpres Campagaya Kec. Galesong Kab. Takalar ........................................................................ 39

Tabel 3 Data Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar................................................................. 39

Tabel 4 Tabel penolong untuk melakukan analisis deskriptif............................ 40

Tabel 5 Frekwensi Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar............................... 42

Tabel 6 Grafik Histogram tingkat implementasi pendidikan karakter Di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar........... 42

Tabel 7 Data Variabel x Nilai Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar............................... 44

Tabel 8 Tabel penolong untuk melakukan analisis deskriptif............................ 45

Tabel 9 Data Frekwensi Nilai Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar............................... 46

Tabel 10 Grafik Histogram Nilai Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar............................... 47

Tabel 11 Tingkat Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar.......................................................... 47

Tabel 12 Tabel penolong untuk melakukan analisis pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar .......... 48

9

Page 10: SKRIPSI PAI

ABSTRAK

NAMA : HASRIANTI NIM : 108.01.01.2009JUDUL : PERANAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

TERHADAP KEBERHASILAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SDN INPRES CAMPAGAYA NO. 211 KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR

Pendidikan karakter mempunyai peranan sangat penting dalam peletakan nilai-nilai luhur suatu bangsa sebagai salah satu solusi di dalam menyikapi berbagai persoalan dalam dunia pendidikan. Rumusan masalah dalam penelitian adalah a. Bagaimanakah peranan implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar? b. Sejauhmana tingkat keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar? c. Apakah ada pengaruh antara peranan implementasi pendidikan karakter terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar?

Terkait dengan hal ini maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. 2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. 3) Untuk mengetahui pengaruh antara peranan implementasi pendidikan karakter terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diketahui bahwa penerapan pendidikan karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar menempatkan sekolah sebagai lingkungan yang dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan karakter yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat membantunya dalam membangun kehidupan yang berguna dan bermakna, seperti percaya diri, jujur, rasional, kritis, inovatif, mandiri, hidup sehat, subur, berhati-hati, rela berkorban, adil, rendah hati, malu berbuat salah, tekun, disiplin.

Sementara keberhasilan proses belajar mengajar di SDN Inpres Campagaya No.211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar terlihat dari indikator daya serap peserta didik terhadap materi yang diterimanya, diperoleh nilai rata-rata (mean)= 33,69 dengan standar deviasi 53,31.

Terkait dengan variabel (x) tentang implementasi pendidikan karakter dan variabel (y) tentang keberhasilan proses belajar mengajar di SDN Inpres Campagaya No.211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, diperoleh hasil dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh yang signifikan diantara keduanya dengan sampel 26 orang, dengan hipotesis ho ditolak dan hi diterima (th < t tabel) atau 1,68 < 2,056.

10

Page 11: SKRIPSI PAI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini hampir semua bangsa di dunia percaya sepenuhnya bahwa

untuk memajukan suatu bangsa atau negara adalah lewat pendidikan, pandangan

itu bertumpu pada paradigma bahwa untuk mengukur kemajuan suatu bangsa

bertumpu pada kekuatan sumber daya manusia (SDM) yang semua bertumpu

pada sumber daya alam (SDA)1.

Berkenaan dengan hal tersebut, dalam ilmu sosiologi pendidikan

dinyatakan bahwa pendidikan merupakan sebuah pranata strategi yang

keberadaannya sangat dipengaruhi oleh hampir seluruh disiplin ilmu pengetahuan,

perkembangan masyarakat, filsafat dan kebudayaan suatu bangsa, nilai-nilai

agama dan nilai-nilai luhur bangsa. Berbagai perubahan dan perkembangan yang

terjadi pada seluruh aspek kehidupan manusia tersebut sangat mempengaruhi

kondisi pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan sebuah pranata

yang sangat dinamis dengan utamanya menyiapkan umat manusia yang siap dan

mampu menghadapi masa depannya. Hal itu sejalan dengan pendapat Ki Hajar

Dewantoro, Bapak Pendidikan Nasional Republik Indonesia sekitar enam puluh

lima tahun yang lalu. Pada masa itu ia mengungkapkan bahwa pendidikan adalah

sebuah proses pemberdayaan manusia dengan cara mentransformasikan nilai-nilai

budaya yang keadaannya tidak selalu sama dengan nilai budaya pada masa

lampau2.

Kini pendidikan karakter semakin banyak diperbincangkan ditengah-

tengah masyarakat Indonesia, terutama pada kalangan akademisi. Sikap dan

perilaku masyarakat yang cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang

sebelumnya sudah lama dijunjung oleh para pendahulu, seperti kejujuran,

kesopanan, kebersamaan, dan religius tergerus oleh budaya asing yang cenderung

1 H. Abuddin Nata. Prespektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. (Cet. I; Jakarta: Kencana, 2011), h. 1.

2 Ibid. h. 15

11

Page 12: SKRIPSI PAI

materialistik, dan individualisme, sehingga nilai-nilai tersebut tidak lagi dianggap

penting jika bertentangan dengan tujuan yang akan dicapai.

Terkait dengan hal tersebut, maka salah satu upaya untuk mewujudkan

tujuan pendidikan yang diharapkan adalah dengan melakukan perbaikan, dengan

merekonstruksi ulang pendidikan agar menghasilkan lulusan yang berkualitas dan

siap menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan serta dapat

menghasilkan lulusan yang karakter mulia. Oleh karena itu, pendidikan Agama

Islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, haruslah mampu

menyesuaikan visinya dengan visi pendidikan nasional, visi dan orientasi

pendidikan Islam yang selama ini cenderung mentransformasikan berbagai ilmu

yang tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan zaman, harus mengalami

perubahan. Sehingga pendidikan Agama Islam dapat berkiprah disektor yang

lebih luas dan dapat diperhitungkan orang.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat

judul pada penelitian ini “Peranan Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap

Keberhasilan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres

Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar”.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada judul

“Peranan Implementasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Proses

Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar” sebagai berikut:

a. Bagaimanakah peranan implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres

Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar?

b. Sejauhmana tingkat keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama

Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar?

12

Page 13: SKRIPSI PAI

c. Apakah ada pengaruh antara peranan implementasi pendidikan karakter

terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di

SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar?

C. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi jawaban

sementara atau hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Diduga implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar masih membutuhkan perhatian yang

lebih serius dari praktisi pendidikan.

2. Diduga tingkat Keberhasilan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama

Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar berada pada kategori sedang.

3. Ada pengaruh yang signifikan antara peranan implementasi pendidikan

karakter terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama

Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar.

D. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman pada tulisan ini, maka penulis

menguraikan arti kata pada judul penelitian ini, sebagai berikut:

“Peranan” artinya bagian yang dimainkan oleh seorang pemain/tindakan

yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa.3

“Implementasi” artinya pelaksanaan; penerapan; tentang hal yang

disepakati dulu.4

“Pendidikan” artinya suatu proses pertumbuhan dan perkembangan,

sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial, dan lingkungan fisik

berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.5

3 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Cet. I; Jakarta : Balai Pustaka, 2001) h. 854.4 Ibid., h. 427.5 Uyoh Sadulloh. Pedagogik (Ilmu Mendidik), (Cet. I; Bandung : Alfabeta, 2010), h. 5.

13

Page 14: SKRIPSI PAI

“Karakter” artinya tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti

yang membedakan seseorang yang lain, dan watak. 6

“Keberhasilan” artinya perihal (keadaan) berhasil, membawa hasil,

efektif.7

“Proses” artinya runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan

sesuatu; rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan

produk; perkara dalam pendidikan.8

“Belajar” artinya upaya mendapatkan pengetahuan, keterampilan,

pengalaman dan sikap yang dilakukan dengan mendayakan seluruh potensi

fisiologis dan psikologis, jasmani dan rohani manusia dengan bersumber kepada

berbagai bahan informasi baik berupa media, bahan baca, bahan informasi, alam

jagad raya dan sebagainya9.

“Mengajar” artinya suatu aktivitas pengorganisasian atau pengaturan

lingkungan sebaik-baiknya dalam menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi

belajar mengajar.10

“Pendidikan Agama Islam” artinya suatu program pendidikan yang

menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran baik di kelas maupun

di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran dan diberi nama

Pendidikan Agama Islam11.

Bertolak pada pengertian di atas, maka secara operasional pengertian judul

ini adalah suatu kajian mengenai sejauhmana keberhasilan proses belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam sebagai implementasi dari pendidikan

karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar.

6 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Cet.I; Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 682.

7 Depdikbud. op.cit., h. 372.8 Ibid. h. 899 9 H. Abudin Nata. op.cit., h. 206 10 S. Nasution. Berbagai Pendekatan Proses Belajar Mengajar. (Jakarta; Bumi Aksara, 1982), h.8 11 Syahidin. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. (Cet. I; Bandung: Alfabeta,

2009), h. 1.

14

Page 15: SKRIPSI PAI

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres

Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan

Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar

3. Untuk mengetahui pengaruh antara peranan implementasi pendidikan karakter

terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di

SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

Sedangkan yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pendidikan

khususnya orang tua di dalam memahami pentingnya keluarga sebagai peletak

dasar pendidikan bagi anak.

2. Menjadi masukan bagi para praktisi pendidikan ataupun pembaca untuk

senantiasa melakukan inovasi pendidikan

3. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti selanjutnya sebagai

bahan referensi yang relevan dengan penelitian ini.

F. Garis-Garis Besar Isi Skripsi

Adapun garis besar dalam penelitian ini adalah :

Bab pertama membahas pendahuluan yang di dalamnya terdapat latar

belakang masalah, rumusan masalah, defenisi operasional, hipotesis, tujuan dan

kegunaan penelitian serta garis-garis besar isi skripsi.

Bab kedua menguraikan tentang tinjauan pustaka yang meliputi pengertian

Pendidikan, Hakekat Pendidikan Karakter, Peran Agama dalam Pendidikan

Karakter, dan Keberhasilan Proses Belajar Mengajar.

15

Page 16: SKRIPSI PAI

Bab ketiga memuat metode penelitian yang terdiri atas populasi dan

sampel instrumen penelitian, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis

data.

Bab keempat memuat hasil penelitian yang memuat tentang gambaran

singkat SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar, implementasi pendidikan karakter di SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, keberhasilan proses belajar mengajar

Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar, dan pengaruh peranan implementasi pendidikan

karakter terhadap keberhasilan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam

di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

Bab kelima merupakan bab penutup dalam pembahasan penelitian yang di

dalamnya berisi tentang kesimpulan dan implikasi penelitian.

16

Page 17: SKRIPSI PAI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, yaitu sebagai transfer ilmu

belaka dengan kata lain pengajaran terjemahan dari instruction/teaching, yaitu

semua events yang mencakup pengaruh langsung kepada proses belajar manusia

yang bukan hanya terbatas pada peristiwa yang dilakukan oleh guru yang meliputi

kejadian yang diturunkan oleh bahan cetakan, gambar, program TV, film, slide,

kaset audio atau kombinasinya12.

Dalam hal ini pendidikan bukan transformasi nilai dan pembentukan

kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Dengan demikian pengajaran

lebih berorientasi pada pembentukan sebuah keahlian (spesialis) yang terkurung

dalam spesialisasinya yang sempit, karena itu perhatian dan minatnya lebih

bersifat teknis.

Menurut Azyumardi Azra bahwa jika pendidikan Barat sekarang ini

disebut mengalami krisis yang akut, itu tidak lain karena proses yang terjadi

dalam pendidikan. Akibatnya pengajaran menjadi suatu komoditi belaka saja

dengan berbagai implikasinya terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan13.

Jadi, pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan

terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik disamping transfer

ilmu dan keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara

mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan dan pemikiran dan keahlian

kepada generasi mudanya, hingga mereka betul-betul siap menyongsong

kehidupan.

Secara lebih filosofis, Muh. Natsir dalam tulisannya “Ideologi Didikan

Islam”, mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu pimpinan jasmani dan

12 Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran. (cet. II; Jakarta : Rineka Cipta, 2004), h. 66.13 Azyumardi Azra. Pendidikan Islam. (Cet.II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), h. 4.

17

Page 18: SKRIPSI PAI

rohani menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan arti

sesungguhnya.14

Selanjutnya, pengertian pendidikan secara umum kemudian dihubungkan

dengan Islam sebagai suatu sistem keagamaan yang menimbulkan pengertian-

pengertian baru, yang secara implisit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang

dimilikinya.

Menurut H. Syahidin bahwa pendidikan Islam (dalam pengertian

Pendidikan Agama Islam pada jenjang formal) adalah suatu program pendidikan

yang menanamkan nilai-nilai Islam melalui proses pembelajaran, baik di kelas

maupun di luar kelas yang dikemas dalam bentuk mata pelajaran PAI (Pendidikan

Agama Islam) untuk membina peserta didik secara utuh dengan harapan kelak

mereka akan menjadi ilmuan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt,

mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia15.

Kemudian oleh Marimba dalam Ahmad Tafsir mengemukakan pendidikan

Islam adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian

yang utama16.

Sementara menurut, M. Yusuf Qardhawi memberi pengertian pendidikan

Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya akal dan hatinya, rohani dan

jasmaninya, akal dalam keterampilannya. Karena itu pendidikan Islam

menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan

menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan

kejahatannya, manis dan pahitnya17.

Pendidikan Islam telah didefenisikan oleh beberapa ahli, diantaranya:

14 Ibid.15 H. Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, (cet.I; Bandung: Alfabeta,

2009), h.1.16 Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Cet. V; Bandung: Rosda Karya,

2004) h. 2417 Azyumardi Azra, op.cit., h. 5.

18

Page 19: SKRIPSI PAI

a. Menurut Marimba dalam Ahmad Tafsir, bahwa pendidikan Islam adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap anak didik

menuju terbentuknya kepribadian yang utama18.

b. Menurut M. Yusuf Qardhawi; Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia

seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akal dan

keterampilannya.19

c. Menurut Khaeruddin; pendidikan Islam adalah penanaman adab serta perilaku

sopan santun setiap pribadi muslim yang pada akhirnya akan

menumbuhkembangkan peradaban Islam20.

d. Menurut Ahmad D. Marimba bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan

jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada

terbentuknya utama menurut ukuran-ukuran Islam21.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam model praktik kependidikan

unik harus memliliki karakteristik sebagai berikut:

a. fleksibel,

b. terstruktur,

c. berpusat pada siswa,

d. kegiatan tatap muka

e. pendidikan virtual, dan

f. bimbingan guru privat

Kegiatan ini didesain dengan melibatkan kelompok profesional dalam

penyusunan program dengan mempertimbangkan tuntutan baru ajaran dirancang

berdasarkan tiga komponen utama: tatap muka pertemuan (bimbingan belajar,

pertemuan kelas, dan bimbingan konseling); belajar mandiri (penggunaan buku

teks, panduan dan materi dalam media magnetik); dan layanan informasi serta

jasa ilmiah dan teknis informasi. 18 Ahmad Tafsir. op.cit., h. 2419 Azyumardi Azra. op.cit., h. 520 Khaeruddin. Ilmu Pendidikan Islam (Cet. 1; Makassar: CV. Berkah Utami, 2002) h. 321 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. II ; Bandung : CV. Pustaka Sari, 1998) h.9

19

Page 20: SKRIPSI PAI

Model ini memiliki profil yang luas dan didasarkan pada dua ide pemandu

yang mendasar:

1. Kesatuan antara pendidikan dan pengajaran, yang mengekspresikan

kebutuhan mendidik rakyat pada saat yang sama seperti yang

dipengajarankan.

2. Penelitian dan hubungan kerja, yang menjamin penguasaan kurikulum dengan

modus bertindak profesional dan berhubungan erat dengan aktivitas

profesional mereka.22

Kemudian selanjutnya, pendidikan seumur dikembangkan terus menerus,

terutama program-program pendidikan yang dapat memberikan keterampilan

hidup (life skill) bagi warga belajar, khususnya bagi mereka yang tidak dapat

mengenyam pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan formal. Ada beberapa

faktor penyebab perlunya pendidikan seumur hidup itu dilaksanakan:

a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat serta

mengakibatkan dua bidang tersebut semakin luas dan beraneka ragam.

Konsekuensinya, sekolah tidak lagi memungkinkan sebagai satu-satunya

lembaga yang dapat secara tuntas mengajarkan ragam perkembangan dalam

dua bidang tersebut. Di satu sisi, jenjang pendidikan inilah yang menuntut

manusia untuk belajar terus menerus sepanjang hidup.

b. Hasil pendidikan yang diperoleh di lembaga pendidikan formal terkadang tidak

relevan dengan kebutuhan masyarakat. Atau, kurikulum yang diterapkan di suatu

lembaga pendidikan formal belum mampu mengakomodasi perkembangan dan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan datang.23

c. Dalam kenyataan sehari-hari masih banyak ditemukan anggota masyarakat

yang tidak dapat memperoleh hak-haknya, yaitu mendapatkan pendidikan di

lembaga-lembaga pendidikan formal. Masih banyak anak-anak usia sekolah

22 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan Teori dan 234 Metafora Pendidikan, (Cet. I; Bandung: Alfabeta, 2011), h. 127

23 Chaeruddin B, Metodologi Pengajaran Agama Islam Luar Sekolah, (Cet. I; Yogyakarta: Lanarka, 2009), h. 3

20

Page 21: SKRIPSI PAI

yang putus sekolah dengan berbagai macam sebab antara lain biaya

pendidikan yang tidak terjangkau. Karena itu, pendidikan seumur hiduplah

yang memungkinkan mereka memperoleh hak-haknya untuk mengembangkan

potensi-potensinya dan mendapatkan pendidikan keterampilan sesuai

kebutuhan hidupnya.

d. Bagi mereka yang telah memperoleh pendidikan dan sudah menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi tertentu akan mengalami ketertinggalan jika tidak

memperbarui pengetahuan mereka dengan jalan belajar terus menerus.24

Dari pengertian-pengertian di atas, ada beberapa prinsip dasar tentang

pendidikan yang akan dilaksanakan:

Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan

sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya, sampai tutup usia,

sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan

dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hayat adalah,

bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolahan. Pendidikan akan

berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Kedua, bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab

bersama semua manusia: tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat,

dan tanggung jawab pemerintah. Pemerintah tidak boleh memonopoli segalanya.

Bersama keluarga dan masyarakat, pemerintah berusaha semaksimal mungkin

agar pendidikan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena

dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang

berkembang, yang disebut manusia seluruhnya. Pendidikan pada dasarnya tidak

dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang “tidak boleh” tidak terjadi,

karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi

yang lebih baik.25

24 Ibid., h. 425 Uyoh Sadulloh. Pengantar Filsafat Pendidikan, (Cet. VI; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 56

21

Page 22: SKRIPSI PAI

Berdasarkan pada pengertian di atas, jika dikaji lebih lanjut akan kita

pahami pandangan-pandangan Islam berkenaan dengan manusia dan signifikan,

yaitu ilmu pengetahuan dan manusia adalah makhluk Allah yang unik, sebab ia

terdiri dari jiwa dan raga yang masing-masing mempunyai kebutuhan sendiri,

dalam arti manusia sebagai makhluk rasional, sekaligus mempunyai nafsu

kebinatangan, ia memiliki hati (qalbu), intelek (aql) dan kemampuan-kemampuan

fisik, intelektual, pandangan kerohanian, pengalaman dan kesadaran, sehingga

berbagai potensi tersebut manusia dapat menyempurnakan kemanusiaannya

sehingga menjadi pribadi yang dekat dengan Tuhan, tetapi sebaliknya ia akan

menjadi pribadi yang ada di bawah kecenderungan-kecenderungan hawa nafsu

dan kebodohannya.

B. Hakekat Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter diperkenalkan sejak tahun 1900-an yang awal

mulanya dari seorang wanita yang bernama Helen Keller (1880-1968), dia adalah

wanita yang luar biasa yang buta dan tuli di usia 19 bulan, namun berkat bantuan

keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (buta dan dapat melihat setelah

operasi), kemudian menjadi manusia buta-tuli pertama yang lulus cum laude dari

Radcliffe College di tahun 1904, melewati perjalanan panjang dan ketekunan

yang sulit dicari tandingannya. Menjadi salah satu pahlawan besar dalam sejarah

Amerika yang mendapatkan berbagai penghargaan di tingkat nasional dan

intemasional atas pengabdiannya dikenal sebagai model manusia berkarakter

(terpuji)26.

Pendidikan karakter lahir dipengaruhi oleh enam kondisi lingkungan yaitu

hubungan antar pribadi yang menyenangkan, keadaan emosi, metode pengasuhan

anak, peran dini yang diberikan kepada anak, serta struktur keluarga dimasa

kanak-kanak dan rangsangan terhadap lingkungan sekitarnya.

Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan

mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter

26 Zaim Elmubaroq. Membumikan Pendidikan Nilai (Cet. II; Bandung, Alfabeta, 2009), h.103

22

Page 23: SKRIPSI PAI

menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik

paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Pendidikan karakter

ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral.

Karakter pada dasarnya sesuatu yang berhubungan dengan orang atau

siapa artinya orang-orang yang berkarakter kuat tidak memerlukan motivasi dari

orang lain sebab mereka akan memotivasi dirinya sendiri, berarti pengetahuan dan

keahlian bisa dicari atau diperlajari, sementara dimensi-dimensi lain yang

berkaitan dengan keyakinan seperti karakter, etos kerja, dedikasi untuk memenuhi

komitmen akarnya jauh lebih dalam dan lebih sulit diukur.27

Terkait dengan hal itu, maka input dari masyarakat sangat diperlukan ke

dalam sistem pendidikan, antara lain:28

1. Ideologis-normatif. Orientasi-orientasi ideologis tertentu yang diekspresikan

dalam norma-norma nasional (Pancasila, misalnya) menuntut sistem

pendidikan untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional anak didik.

Bagi negara-negara yang relatif baru merdeka dimana integrasi nasional

merupakan suatu agenda pokok, maka orientasi ideologis-normatif ini sangat

ditekankan dalam sistem pendidikan nasional. Dalam kerangka ini,

pendidikan dipandang suatu instrumen terpenting bagi pembinaan “nation

building”. Sangat boleh jadi orientasi “ideologis” lama––katakanlah Islam––

lambat atau cepat tergeser oleh orientasi nasional baru tadi. Atau setidaknya,

terjadi semacam situasi anomali atau bahkan krisis identitas ideologis.

2. Mobilisasi politik: Kebutuhan bagi modernisasi dan pembangunan menuntut

sistem pendidikan untuk mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan

kepemimpinan modernitas dan innovator yang dapat memelihara dan bahkan

meningkatkan momentum pembangunan. Tugas yang terutama terpikul pada

lembaga pendidikan tinggi, mengharuskan lembaga pendidikan tinggi Islam––

27 Jim Collins. Good To Great, Why some Companies Make a Leap and others Don't (Haper Bussines, 2001), h.51.

28 Azyumardi Azra. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Milenium Baru, (Cet. II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2000), h. 33-34

23

Page 24: SKRIPSI PAI

seperti IAIN misalnya, untuk menerapkan kurikulum yang lebih berorientasi

pada modernisasi dan modernitas.

3. Mobilisasi ekonomi: Kebutuhan akan tenaga kerja yang handal menuntut

sistem pendidikan untuk mempersiapkan anak didik menjadi SDM yang

unggul dan mampu mengisi berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam

proses pembangunan. Difersifikasi yang terjadi dalam sektor-sektor ekonomi,

bahkan mengharuskan sistem pendidikan untuk melahirkan SDM yang

spesialis dalam berbagai bidang profesi. Dalam konteks ini, lembaga-lembaga

pendidikan Islam tidak memadai lagi sekedar menjadi lembaga “transfer” dan

“transmisi” ilmu-ilmu Islam, tetapi sekaligus juga harus dapat memberikan

keterampilan (skill) dan keahlian (abilities).

4. Mobilisasi sosial: Peningkatan harapan bagi mobilitas sosial dalam

modernisasi menuntut pendidikan untuk memberikan akses dan venue ke arah

tersebut. Pendidikan Islam, dengan demikian, tidak cukup lagi sekedar

pemenuhan kewajiban menuntut ilmu belaka; tetapi harus juga memberikan

modal dan, dengan demikian, kemungkinan belaka bagi peningkatan sosial.

5. Mobilisasi kultural. Modernisasi yang menimbulkan perubahan-perubahan

kultural menuntut sistem pendidikan untuk mampu memelihara stabilitas dan

mengembangkan warisan kultural yang kondusif bagi pembangunan. Dalam

konteks pendidikan Islam, khususnya pesantren, yang mempunyai “sub-

kultur” sendiri yang khas itu, semua ini berarti “penilaian ulang” terhadap

lingkungan kulturalnya tersebut.

Sementara itu, sekolah diharapkan menjadi salah satu tempat atau

lingkungan yang dapat membantu anak mengembangkan karakter yang baik.

Albert Einstein menekankan, “agar siswa mendapat pemahaman dan penghayatan

yang dalam terhadap tata nilai, dia harus mengembangkan kepekaan yang tinggi

terhadap keindahan dan moralitas. Jika tidak, dia dengan pengetahuannya yang

sangat khusus akan lebih menyerupai anjing yang terlatih baik daripada orang

yang telah tumbuh dan berkembang secara harmonis. Hal senada ditegaskan juga

24

Page 25: SKRIPSI PAI

oleh Slamet Iman Santoso, yang menyatakan bahwa “pembinaan watak adalah

tugas utama pendidikan”.29

Secara lebih spesifik tujuan pendidikan karakter di sekolah mencakup:

Membantu para siswa untuk mengembangkan potensi kebajikan mereka

masing-masing secara maksimal dan mewujudkannya dalam kebiasaan baik:

baik dalam pikiran, baik dalam sikap, baik dalam hati, baik dalam perkataan,

dan baik dalam perbuatan.

Membantu para siswa menyiapkan diri menjadi warga negara (Indonesia)

yang baik.

Dengan modal karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan dapat

mengembangkan kebajikan dan potensi dirinya secara penuh dan dapat

membangun kehidupan yang baik, berguna, dan bermakna.

Dengan karakter yang kuat dan baik, para siswa diharapkan mampu

menghadapi tantangan yang muncul dari makin derasnya arus globalisasi dan

pada saat yang sama mampu menjadikannya sebagai peluang untuk

berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat luas dan kemanusiaan.30

Implementasi pendidikan karakter di sekolah menuntut pengelompokan

sekolah berdasarkan kemampuan manajemen, dengan mempertimbangkan

kondisi, lokasi, dan kualitas sekolah. Dalam hal ini sedikitnya akan ditemui tiga

kategori sekolah, yaitu baik, sedang, dan kurang, yang tersebar di lokasi-lokasi

maju, sedang, dan ketinggalan. Kelompok-kelompok sekolah tersebut dapat

dilihat pada tabel di bawah ini. Pada tabel tersebut setiap kelompok sekolah,

menggambarkan juga tingkat kemampuan manajemen.31

KELOMPOK SEKOLAHDALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

Kemampuan Kepala Sekolah Partisipasi Pendapatan Anggaran

29 Gede Raka, dkk. Pendidikan Karakter di Sekolah. (Cet. I; Jakarta: PT. Gramedia, 2011), h.47

30 Ibid., h. 4831 E. Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter, (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 43

25

Page 26: SKRIPSI PAI

Sekolah dan Guru Masyarakat SekolahSekolah dengan kemampuan tinggi

Kepala sekolah dan guru berkompetensi tinggi termasuk kepemimpinan

Partisipasi masyarakat tinggi (termasuk dukungan dana)

Pendapatan daerah dan orang tua tinggi

Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah besar

Sekolah dengan kemampuan sedang

Kepala sekolah dan guru berkompetensi sedang (termasuk kepemimpinan)

Partisipasi masyarakat sedang (termasuk dukungan dana)

Pendapatan daerah dan orang tua sedang

Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah sedang

Sekolah dengan kemampuan rendah

Kepala sekolah dan guru berkompetensi rendah (termasuk kepemimpinan)

Partisipasi masyarakat rendah (termasuk dukungan dana)

Pendapatan daerah dan orang tua rendah

Anggaran sekolah di luar anggaran pemerintah rendah

Kondisi di atas mengisyaratkan bahwa tingkat kemampuan sekolah untuk

mengembangkan pendidikan karakter berbeda antara satu sekolah dengan

kelompok lainnya. Implementasi pendidikan karakter harus memperhatikan

perbedaan tersebut, dan mempertimbangkan kemampuan tiap sekolah.

Perencanaan yang merujuk pada kemampuan sekolah sangat perlu, terutama

untuk menghindari perlakuan (treatment) yang seragam terhadap sekolah.32

Terkait dengan hal tersebut, maka pembentukan kurikulum pendidikan

Islam harus mengacu kepada arah realisasi individu dalam masyarakat. Pola

demikian ini berarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang telah dan

bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial

harus mendapatkan tempat dalam kurikulum pendidikan Islam ialah manusia yang

mampu mengambil peran dalam masyarakat dan kebudayaan dalam konteks

kehidupan zamannya.33

Tugas kurikulum dalam perspektif Islam diharapkan turut serta dalam

proses kemasyarakatan terhadap siswa, penyesuaian mereka dengan

32 Ibid., h. 4433 Nik Hartati. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. (Cet. I; Bandung:

Alfabeta, 2011), h. 45.

26

Page 27: SKRIPSI PAI

lingkungannya, pengetahuan dan keikutsertaan mereka dalam membina umat dan

bangsanya. Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan,

sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil

pendidikan. Konsep pendidikan bersifat universal, tetapi pelaksanaan pendidikan

bersifat lokal, disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat.

Pendidikan dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu berbeda dengan

lingkungan masyarakat lain, karena adanya perbedaan sistem sosial budaya

lingkungan alam, serta sarana dan prasarana yang ada. Kehidupan masyarakat

dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan

sekaligus acuan bagi pendidikan.34

Oleh karena itu pendidikan karakter adalah proses mengukur atau

memahat jiwa sedemikian rupa sehingga berbentuk milk, menarik, dan berbeda

atau dapat dibedakan dengan orang lain ibarat sebuah huruf alfabet yang tidak

sama antara satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter

dapat dibedakan satu dengan yang lainnya, termasuk yang tidak/belum

berkarakter (karakter tercela). Sehingga karakter akan terbentuk apabila ada

upaya bersama yang dilakukan secara berkesinambungan, merupakan

pembangunan tanpa henti sebab godaan untuk melakukan hal-hal yang

menyimpang dari kebajikan tidak pernah hilang dan bahkan bertambah di era

globalisasi, sementara disisi lain cita-cita menjadi orang baik menjadi cita-cita

semua orang, maka sebaiknya pendidikan karakter menjadi ikhtiar terus

menerus.35

Konsep kebajikan di atas serta karakter bisa ditemukan dalam berbagai

budaya dan agama di dunia. Ada berbagai klasifikasi mengenai kebajikan dan

karakter sebagai berikut:

1. Kearifan dan pengetahuan

2. Keberanian

34 Ibid., h. 4635 R Soemarno Soedarsono. Character Building, (Jakarta: PT. Alex Media Computindo,

2002), h. 138

27

Page 28: SKRIPSI PAI

3. Kemanusiaan

4. Keadilan

5. Pembatasan diri

6. Transendensi / kekuatan untuk melihat hubungan dengan alam dan

merasakan makna36.

Selaras dengan pengertian di atas, maka dapat pula dikemukakan

pengertian tentang akhlak, moral, dan etika untuk melengkapi pengertian

karakter. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab "al-akhlaq" yang merupakan

bentuk jamak dan kata "al-khuluq" yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku, atau tabiat, dan sebagainya37. Sedangkan secara terminologis, akhlak berarti

keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak

menghajatkan pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih.

Sedang al-Ghazali mendefenisikan akhlak dalam kitabnya “Ihya’ ulum al-Din”

sebagai gambaran tingkah laku dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan-

perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan38.

Dalam khazanah perbendaharaan bahasa Indonesia kata yang setara

maknanya dengan akhlak adalah moral dan etika. Akhlak dapat saja dikatakan

sama dengan moral dan etika manakala sumber atau produk budayanya sesuai

dengan prinsip akhlak39. Pada dasarnya secara konseptual kata etika dan moral

mempunyai pengertian serupa, yakni sama-sama membicarakan perbuatan dan

perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang nilai baik dan buruk. Akan tetapi

dalam aplikasinya etika lebih bersifat teoritis filosofis sebagai acuan untuk

mengkaji sistem nilai, sedang moral bersifat praktis sebagai tolok ukur untuk

menilai perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam sistem moralitas baik

36 Gede Raka dkk. Pendidikan Karakter di Sekolah, (Jakarta: PT. Alex Media Computindo, 2011), h.37-42

37 Erwati Azis. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. (Cet. I; Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003), h. 100.

38 Muh. Alim. Pendidikan Agama Islam. (Cet. I; BAndung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2006), h. 151.

39 H. Syahidin, dkk. Moral dan Kognisi Islam. (Cet. III; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 239

28

Page 29: SKRIPSI PAI

dan buruknya dijabarkan secara kronologis mulai yang abstrak hingga yang

operasional. Nilai merupakan perangkat moralitas yang paling abstrak yang

diyakini sebagai suatu identitas yang memberi corak kepada pola pemikiran,

perasaan, keterikatan dan perilaku, contohnya seperti nilai ketuhanan,

kemanusiaan, dan keadilan. Sementara moral merupakan penjabaran dari nilai,

tapi tidak seoperasional etika, misalnya butir keempat sebagai moral Pancasila

yang merupakan penjabaran dari nilai Pancasila. Adapun etika merupakan

penjabaran dari moral dalam bentuk formula, peraturan, atau ketentuan

pelaksanaan, misalnya etika belajar, etika mengajar, dan etika dokter.40

Sehubungan dengan hal tersebut, maka ada sembilan karakter dasar yang

menjadi tujuan pendidikan karakter, yaitu:

1) Cinta kepada Allah, dan semesta beserta isinya

2) Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri

3) Jujur

4) Hormat dan santun

5) Kasih sayang, peduli, dan kerjasama

6) Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah,

7) Keadilan dan kepemimpinan

8) Baik dan rendah hati

9) Toleransi, cinta damai dan persatuan. 41

Melengkapi uraian tersebut, maka Ginanjar dengan teori ESQ

menyodorkan pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya merujuk

kepada sifat-sifat mulia Allah yaitu asmaul husna, terangkum dalam tujuh

karakter dasar yaitu:

1) Jujur

2) Tanggung jawab

3) Disiplin

4) Visioner

40 Ibid.41 H.E. Mulyasa. Manajemen Pendidikan Karakter. (Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.15

29

Page 30: SKRIPSI PAI

5) Adil

6) Peduli

7) Kerjasama 42

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka ada empat ciri dasar dalam

pendidikan karakter yaitu:

1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasar hirarki Nilai

menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

2. Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada

prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut

resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu

sama lain.

3. Otonomi, tempat dimana seseorang mengintemalisasikan aturan dari luar

menjadi nilai-nilai bagi dirinya ini terlihat pada penilaian atas keputusan

pribadi tanpa terpengaruh atau desakan serta tekanan dari pihak lain.

4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang

guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar

bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.43

Berdasarkan pemahaman di atas, maka karakter identik dengan akhlak,

sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang

meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan

Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan

lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hokum, tata karma, budaya, dan adat

istiadat. Dari konsep karakter ini muncul konsep pendidikan karakter (character

education).

C. Peran Agama dalam Pendidikan Karakter

Untuk menjadikan manusia memiliki karakter mulia (berakhlak mulia),

manusia berkewajiban menjaga dirinya dengan cara memelihara kesucian lahir

42 Ibid. h. 1643 Zaim Elmubaroq. op.cit., h. 105

30

Page 31: SKRIPSI PAI

dan batin, selalu menambah ilmu pengetahuan, membina disiplin diri, dan

berusaha melakukan perbuatan-perbuatan terpuji serta menghindarkan perbuatan-

perbuatan tercela. Setiap orang harus melakukan hal tersebut dalam berbagai

aspek kehidupannya, jika ia benar-benar ingin membangun karakternya.

Oleh karena itu, Islam sebagai salah satu agama samawi yang bersumber

dari wahyu Tuhan memberikan pembelajaran yang tegas tentang karakter atau

akhlak. Apa yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW., selaku pembawa

agama Islam, harus diteladani oleh semua pengikutnya (umat Islam). Apa yang

sudah dibangun oleh Nabi Muhammad SAW tersebut berhasil membangun

karakter Islam setelah menempuh waktu yang lama (sekitar 13 tahun) dan dengan

kerja keras yang tak kenal lelah. Nabi memulainya dengan pembinaan agama,

terutama pembinaan akidah (keimanan).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam konsep Islam, akhlak atau

karakter mulia merupakan hasil dari pelaksanaan seluruh ketentuan Islam

(syariah) yang didasari dengan fondasi keimanan yang kokoh (akidah). Seorang

Muslim yang memiliki akidah yang kuat pasti akan mematuhi seluruh ketentuan

(ajaran) agama Islam dengan melaksanakan seluruh perintah agama dan

meninggalkan seluruh larangan agama. Inilah yang disebut takwa. Dengan

pelaksanaan ketentuan agama yang utuh baik kuantitas dan kualitasnya, seorang

Muslim akan memiliki karakter mulia seperti yang sudah dipraktikkan oleh Nabi

Muhammad beserta para sahabatnya.

Dengan demikian, agama memiliki peran besar dalam pembangunan

karakter manusia. Agama menjamin pemeluknya memiliki karakter mulia, jika ia

memiliki komitmen tinggi dengan seluruh ajaran agamanya. Sebaliknya, jika

pemeluk agama memiliki agama hanya sebagai formalitas belaka tanpa

memperhatikan dan mematuhi ajaran agamanya, maka yang terjadi sering kali

agama tidak bisa mengantarkan pemeluknya berkarakter mulia, malah agama

sering menjadi tameng di balik ketidakberhasilan membangun karakter

pemeluknya. Karena itulah, tidak sedikit orang yang lari dari agama dan ingin

31

Page 32: SKRIPSI PAI

membuktikan bahwa ia mampu berkarakter tanpa agama. Padangan tersebut

sebenarnya keliru, sebab karakter yang dibangun tanpa agama adalah karakter

yang tidak utuh. Bagaimana orang dikatakan baik atau buruk karakternya jika

ukurannya hanyalah berbuat baik kepada manusia (hablum minannas) dan

mengabaikan hubungan vertikalnya (ibadah) kepada Tuhan (habblum minallah).

Pembinaan karakter (akhlak) juga harus dilakukan dengan masyarakat

pada umumnya yang bisa dimulai dari kolega atau teman dekat, teman kerja, dan

relasi lainnya. Dalam pergaulan kita di masyarakat bisa saja kita menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dengan mereka, entah sebagai anggota biasa maupun

sebagai pemimpin. Sebagai pemimpin, kita perlu menghiasi dengan akhlak yang

mulia. Karena itu, pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat mulia, seperti

memiliki kemampuan, berilmu pengetahuan agar urusan ditangani secara

profesional, memiliki keberanian dan kejujuran, lapang dada, penyantun, serta

tekun dan sabar. Dari bekal sikap inilah pemimpin akan dapat melaksanakan

tugas dengan amanah dan adil, melayani dan melindungi rakyat, dan bertanggung

jawab serta membelajarkan rakyat. Sedangkan sebagai rakyat kita berkewajiban

patuh, memberi nasihat kepada pemimpin jika ada tanda-tanda penyimpangan.

Di samping itu, pembinaan akhlak juga harus dilakukan terhadap makhluk

lain, seperti dengan binatang, tumbuhan, dan lingkungan sekitarnya. Akhlak yang

dikembangkan adalah cerminan dari tugas kekhalifahan manusia di bumi, yakni

untuk menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan

fungsi ciptaan-Nya. Dalam kondisi apa pun (di masa perang atau damai) manusia

dilarang merusak binatang dan tumbuhan kecuali terpaksa. Semua sudah

diciptakan dan diatur sesuai dengan hukum alamnya masing-masing dan

disesuaikan dengan tujuan dan fungsi penciptaan:

Terjemahnya :

“apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas

32

Page 33: SKRIPSI PAI

pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik” (QS. al-Hasyr (59): 5) 44.

Terkait dengan hal tersebut di atas, agama Islam membawa peraturan-

peraturan Allah bagi manusia bukan hanya sebatas melakukan kebajikan dan

menjauhi kemungkaran dalam arti tekstual, akan tetapi harus mengajak orang lain

untuk berbuat kebajikan dan menjauhi kemungkaran. Yaitu dengan memegang

teguh ajaran tersebut dan menanamkan sikap terpuji sebagai identitas ke-Islaman

yang terlihat dari perilaku sehari-hari baik dalam hubungan sesama umat Islam,

maupun hubungan dengan orang non muslim45.

Dengan memegang teguh ajaran Islam, maka akan nampak ciri-ciri yang

dimiliki seseorang lewat sikapnya sebagai berikut:

a. Tauhidullah (mengesakan Allah dan beri’tikad dalam ucapan dan perbuatan

yaitu menomorsatukan Allah di atas segala-galanya)

b. Amilusshalihat (melakukan amal shaleh dalam kehidupan)

c. Musaawah (melakukan derajat manusia yang memandang bahwa manusia

mempunyai derajat yang sama di sisi Allah)

d. Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam, memandang atau memperlakukan

orang Islam seperti kepada saudara kandung sendiri)

e. Ta’awun (sikap kompetitif dalam kebaikan)

f. Takafulul Ijtima’ (memiliki sikap tanggung jawab sosial yang tinggi)

g. Tasamuh (memiliki tanggung jawab susila yang tinggi)

h. Istiqamah (sikap menerima terhadap hasil usaha yang maksimal)

i. Ijtihad (sungguh-sungguh dalam menggali ajaran Islam)

j. Jihad (sungguh-sungguh dalam memperjuangkan dan mempertahankan ajaran

Islam)

k. Ikhlas (tanpa pamrih dalam melakukan amal kecuali mengharap ridha Allah)46

44 Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya, (Ed. Revisi. Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006), h. 797

45 H. Syahidin, et.all. Moral dan Kognisi Islam. (Cet.III; Bandung: Alfabeta, 2009), h. 53 46 Ibid. h. 54

33

Page 34: SKRIPSI PAI

Jadi, jika dikaitkan dalam konteks Pendidikan Agama Islam berarti upaya

mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way

of life (pandangan dan sikap hidup seseorang)47.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa agama

mempunyai peran yang sangat besar dalam dunia pendidikan sebab agama

mengandung beberapa nilai-nilai kebenaran untuk dijadikan pandangan dan sikap

hidup sehari-hari.

D. Keberhasilan Proses Belajar Mengajar

Keberhasilan Proses Belajar Mengajar adalah keberhasilan peserta didik

dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan serta keberhasilan guru

dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran keberhasilan tersebut dapat

melalui :

a. Membimbing peserta yang lamban

b. Membimbing peserta didik yang cerdas di atas normal

c. Membimbing peserta yang cerdas

d. Membimbing peserta didik yang cepat belajar

e. Memperhatikan individualisasi 48

Menurut Tohirin bahwa pencapaian hasil belajar terkait kondisi tertentu

dalam diri siswa maupun berasal dari luar, dimana penilai hasil belajar meliputi

aspek konitif, afektif dan psikomotor. Faktor-faktor psikologis seperti intelegensi

(kecerdasan), kemampuan, minat belajar, motivasi belajar, bakat, sikap dan lain-

lain yang sangat mempengaruhi hasil belajar.49

Terkait dengan hal tersebut maka keberhasilan proses belajar mengajar

47 H. Muhaimin. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 53

48 E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. (Cet. VIII ; Bandung : Remaja Rosda Karya, 2008), h. 121

49 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Ed. Revisi; Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2005), h. 159

34

Page 35: SKRIPSI PAI

merupakan hal yang sangat penting, sebab dari seluruh komponen pendidikan

seperti biaya, sarana dan prasarana, guru, proses belajar mengajar dan sebagainya

pada akhirnya tertumpu pada tercapainya tujuan belajar mengajar. Tujuan belajar

ini selanjutnya diarahkan pada tujuan pendidikan yang pada hakekatnya

perubahan-perubahan yang ingin dicapai merupakan gabungan antara

pengetahuan, keterampilan, pola-pola tingkah laku, sikap dan nilai-nilai serta

kebiasaan.50

Selain itu pula keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari dua segi

yaitu dari segi guru, dan dari segi peserta didik; dari segi guru terlihat dari

ketepatan guru dalam memilih bahan ajar, media, dan alat pengajaran serta

menggunakannya dalam suasana belajar yang menggairahkan, menyenangkan,

menggembirakan, sehingga peserta didik dapat menikmati kegiatan belajar

mengajar tersebut.51

Sedangkan dari sisi peserta didik keberhasilan tersebut dilihat dari

timbulnya keinginan yang kuat pada din peserta didik untuk belajar mandiri yang

mengarah pada terjadinya peningkatan baik dari segi kognitif, afektif, maupun

psikomotorik. Keberhasilan itu merupakan indikasi dari sejumlah kompetensi

yang dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar,

seperti kemampuan dalam mengemukakan berbagai konsep dan teori,

kemampuan dalam mempraktikkan berbagai teori dan konsep yang dimilikinya,

kemampuan dalam menguasai berbagai teknologi, kemampuan dalam

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing baik lisan maupun tulisan,

peningkatan dan penghayatan dalam pengamalan ajaran agama, semakin baik dan

mulia akhlak dan kepribadiannya.52

Selanjutnya keberhasilan belajar mengajar merupakan bagian integral dari

tujuan pendidikan, dimana kegiatan yang telah dicapai pada setiap kali jam

pelajaran akan menjadi hasil kegiatan belajar mengajar setiap semester, dan hasil

50 Abudin Nata. op.cit., h.16-3351 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini. Strategi Belajar Mengajar. (Cet. RI; Jakarta:

Rineka Cipta,. 2006), h. 106.52 Ibid. h. 107

35

Page 36: SKRIPSI PAI

kegiatan belajar mengajar per semester merupakan bagian dari hasil kegiatan

pendidikan perjenjang, dan hasil kegiatan per jenjang menjadi bagian dari tujuan

pendidikan secara keseluruhan, dan selanjutnya menjadi tujuan tercapainya tujuan

pendidikan secara nasional.53

Menurut Geagne, Briggs dan Wager dalam Dewi Salma Prawiradilaga

mengatakan bahwa keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh

faktor internal, peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal yaitu pengaturan

kondisi belajar. Proses belajar ter adi karena sinergi memori jangka pendek dan

jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor ekstenal yaitu pembelajaran

dan lingkungan belajar. Melalui indranya, peserta didik dapat menyerap materi

secara berbeda. Pengajaran mengarahkan agar pemprosesan informasi untuk

memori jangka panjang dapat berlangsung lancar.54

Lebih lanjut Magnesen mengidentifikasi bahwa belajar terjadi dengan:

a. Membaca sebanyak 100 %

b. Mendengar 20 %

c. Melihat dan mendengar 50 %

d. Mengatakan 70 %

e. Menyatakan sambil mengerjakan sebanyak 90% 55

Lebih lanjut Conny R. Semiawan mengemukakan bahwa prestasi belajar

dipengaruhi oleh kemampuan intelektual dan faktor non kognitif seperti emosi,

motivasi, kepribadian, serta berbagai pengaruh lingkungan56 yang ditandai adanya

perubahan tingkah laku.57

Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam

kegiatan belajar yaitu:

1. Faktor tujuan

53 Abudin Nata. op.cit., h. 313.54 Dewi Salma Prawiradilaga, op.cit., h. 24.55 Ibid., h. 2156 Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan Sekolah Dasar, (Cet. II;

Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h. 1257 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Cet. III ; Bandung : Alfabeta, 2009), h. 37

36

Page 37: SKRIPSI PAI

Tujuan merupakan pedoman sekaligus sasaran yang ingin dicapai

dalam kegiatan belajar mengajar, luas dan sempitnya tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai sangat mempengaruhi tujuan pembelajaran peserta didik.

2. Faktor Guru

Guru adalah pelaku utama yang merencanakan, mengarahkan,

menggerakkan, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang bertumpu pada

upaya memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik di

sekolah. Selain itu guru juga harus memiliki keterampilan dalam mengajar,

pengalaman dan pengetahuan yang memadai tentang peserta didik yang

diajarnya.

3. Faktor anak didik

Peserta didik secara khusus diserahkan oleh orang tuanya untuk

mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah dengan tujuan untuk

menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan,

berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia dan mandiri. Peserta didik

dengan latar yang berbeda-beda, baik dan segi biologi, intelektual, dan

psikologis menjadi acuan bagi guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran,

dan penilaian terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

4. Faktor Kegiatan Pengajaran

Kegiatan pengajaran merupakan proses interaksi guru dengan peserta

didik dengan bahan, media, alat, metode, pendekatan, teknik dan gaya sebagai

perantaranya. Penggunaan pendekatan yang tepat oleh guru mampu

mengembangkan variasi dalam mengajar sehingga kegiatan pengajaran

dikembangkan berdasarkan latar belakang perbedaan peserta didik.

5. Faktor Bahan dan Alat Evaluasi

Bahan evaluasi adalah bahan materi yang diujikan oleh guru kepada

peserta didik yang didasarkan pada apa yang diajarkan, sedangkan alat

evaluasi adalah item-item pertanyaan yang dirumuskan dengan berpedoman

pada teknik dan model yang telah disepakati. Berbagai komponen yang terkait

37

Page 38: SKRIPSI PAI

dengan bahan dan alat evaluasi dirancang dengan matang berdasarkan dengan

ketentuan yang berlaku sangat mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar

mengajar.

6. Faktor suasana evaluasi

Suasana kelas yang aman, tertib, bersih, sejuk, tidak terlalu

berdempetan, dan tidak terlalu sesak akan berbeda dengan suasana kelas yang

tidak aman. Keadaan ini akan sangat mempengaruhi bersikap jujurnya siswa,

belajar dengan sungguh-sungguh dan menyiapkan diri sebaik-baiknya,

merupakan salah satu faktor keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Senada dengan pandangan ahli sebelumnya maka tugas guru dalam

proses belajar mengajar sangatlah penting artinya, seperti:

1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan

berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket, dan

sebagainya;

2. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan

menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang;58

3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara

memperkenalkan berbagai bidang keahlian, dan keterampilan agar anak didik

memilihnya dengan tepat;

4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan

anak didik berjalan dengan baik;

5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan

dalam mengembangkan potensinya.59

Guru yang baik haruslah dapat melihat peserta didik itu sesuai kemauan,

kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah suatu

58 Abd. Rahman Getteng. Menuju Guru Profesional dan Ber-etika. (Cet. V; Yogyakarta, Graha Guru Printiks, 2011), h. 48.

59 Ibid., h. 49

38

Page 39: SKRIPSI PAI

proses dimana peserta didik harus aktif. Implikasinya:

1. Untuk membangkitkan keaktifan jiwa peserta didik, guru perlu:

- mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi peserta didik

- memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah-masalah,

menganalisis, mengambil keputusan, dan sebagainya.

- menyelenggarakan berbagai percobaan dengan menyimpulkan keterangan,

memberikan pendapat, dan sebagainya.

2. Untuk membangkitkan keaktifan jasmani, maka guru perlu:

- menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan keterampilan di bengkel,

laboratorium, dan sebagainya.

- mengadakan pameran, karyawisata, dan sebagainya.60

Selanjutnya proses belajar mengajar tersebut dievaluasi. Evaluasi proses

pembelajaran adalah untuk memperoleh pemahaman tentang kinerja guru selama

dalam pembelajaran, media pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam

pembelajaran, serta minat, sikap dan motivasi belajar siswa.

Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan

tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi,

pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut.61

a. Menentukan tujuan

Tujuan evaluasi proses pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk

pernyataan atau pertanyaan.

b. Menentukan desain evaluasi

Desain evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi proses dan

pelaksana evaluasi.

c. Penyusunan instrumen penilaian

Instrumen penilaian proses pembelajaran untuk memperoleh informasi

deskriptif dan/atau informasi judgemental.

d. Pengumpulan data

60 Ahmad Rohani. Pengelolaan Pengajaran., (Cet. II; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 1061 S. Eko Putro Widoyoko. Evaluasi Program Pembelajaran, (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), h. 18-20

39

Page 40: SKRIPSI PAI

Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan secara objektif dan terbuka

agar diperoleh informasi yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi

peningkatan mutu pembelajaran.

e. Analisis dan Interpretasi

Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau

informasi terkumpul.

f. Tindak lanjut

Tindak lanjut merupakan kegiatan menindaklanjuti hasil analisis dan

interpretasi.62

Dalam mengajukan pertanyaan, guru memiliki maksud tertentu, antara

guru satu dengan yang lain, bahkan guru yang sama dalam jam pelajaran berbeda,

belum tentu memiliki tujuan yang sama. Oleh karena itu, jenis pertanyaan guru

jika diinventarisasikan akan banyak sekali. Tujuan pertanyaan yang diajukan guru

antara lain mempunyai maksud sebagai berikut:

1. Memberikan batu loncatan (apersepsi) sebelum memasuki pokok bahasan

baru.

2. Mengetahui apa yang telah diketahui siswa tentang pokok bahasan yang akan

diberikan.

3. Memusatkan perhatian siswa pada pokok bahasan yang sedang disajikan

4. Mengenal kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menerima pelajaran

5. Mengembangkan cara belajar siswa aktif

6. Memberikan pandangan kepada siswa agar mereka berpikir kritis dan kreatif

7. Mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat

8. Mengajak siswa untuk memecahkan masalah

9. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi

10. Meninjau kembali apa yang telah dijelaskan guru.

11. Menguji dan mengukur hasil belajar siswa dalam melaksanakan tugas63

62 Ibid. 63 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2009), h. 92

40

Page 41: SKRIPSI PAI

Namun, perlu diingat bagi guru bahwa untuk mempertahankan validitas

dan realibilitas alat evaluasi, maka ada beberapa syarat dan petunjuk yang perlu

diperhatikan dalam menyusun alat evaluasi, yaitu:

1. Lebih dahulu harus ditetapkan segi-segi yang akan dinilai sehingga betul-betul

terbatas dan dapat memberi petunjuk bagaimana dan dengan alat apa segi

tersebut dapat dinilai.

2. Harus menetapkan alat evaluasi yang betul-betul valid dan reliabel, artinya

taraf ketepatan dan ketetatapn tes sesuai dengan aspek yang akan dinilai.

3. Penilaian harus objektif, artinya menilai prestasi siswa sebagaimana adanya.

4. Alat evaluasi yang dibuat hendaknya mengandung unsur diagnosis, artinya

dapat dijadikan bahan untuk mencari kelemahan siswa belajar dan guru

mengajar.64

Keberhasilan mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana

adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat bergantung pada kualitas alat

penilaiannya di samping pada cara pelaksanaannya.

Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat

tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya

dan ketetapan atau keajegannya atau realibilitasnya.

1. Validitas

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep

yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Sebagai

contoh menilai kemampuan siswa dalam matematika.

2. Realibilitas

Realibilitas alat penilaian adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut

dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut

digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama. Tes hasil belajar

64 Syaiful Bahri Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. (Cet. III; Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 278

41

Page 42: SKRIPSI PAI

dikatakan ajeg apabila hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil

pada saat yang belainan waktunya terhadap siswa yang sama. 65

Dari beberapa uraian di atas maka penulis berkesimpulan bahwa

keberhasilan suatu proses pembelajaran adanya pemberdayaan secara optimal dari

seluruh faktor yang mempengaruhi peserta didik dalam belajar dapat

menghasilkan keberhasilan/kesuksesan seseorang. Yang perlu dipahami bahwa

keberhasilan belajar mengajar merupakan sesuatu yang penting diketahui oleh

guru secara objektif, dan kritis, karena dari seluruh komponen pendidikan pada

akhirnya ditujukan untuk mendukung keberhasilan belajar mengajar.

65 Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Cet. 16; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 12-16

42

Page 43: SKRIPSI PAI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran,

baik kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai

sekelompok objek yang lengkap dan jelas. 66

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN Inpres

Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar sebanyak 153 orang.

Setelah populasi sudah ditentukan, kemudian dapat pula ditentukan

sebagian dari populasi yang mewakili disebut sampel. Keterwakilan dari populasi

bagi peneliti adalah untuk mengurangi biaya penelitian serta mengefisienkan

waktu. Sampel dilakukan dengan sistem acak (random) yaitu sebanyak 26 orang,

yang terdiri dari; 4 orang siswa kelas IV, 4 orang siswa kelas V, 5 orang siswa kelas

VI. Dengan jumlah guru yang menjadi sampel penelitian juga sebanyak 13 orang.

Menurut Soekidjo Notoatmodjo, bahwa sampel adalah sebagian untuk

diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Atau sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

B. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrumen

dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data instrumen penelitian ini berupa test,

wawancara, observasi, dan kuesioner.67

Berdasarkan hal tersebut, maka instrumen pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

66 Husaini Usman. Pengantar Statistik. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 18167 Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R& D. (Bandung: Alfabeta,

2011), h. 222.

43

Page 44: SKRIPSI PAI

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan pengamatan langsung di lapangan,

yakni mengamati interaksi proses belajar mengajar.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data tentang bagaimana peranan

implementasi pendidikan karakter terhadap keberhasilan proses belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

c. Catatan Dokumentasi

Dokumentasi sebagai alat yang digunakan untuk memperoleh data kondisi

obyektif implementasi pendidikan karakter terhadap keberhasilan proses

belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No.211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

d. Angket (Quesioner)

Guru kelengkapan data dilakukan dengan mengedar angket dengan

menyebarkan kepada sampel pada penelitian.

C. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis

menggunakan beberapa metode sebagai berikut :

a. Metode Observasi

Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengamati

situasi di SDN Inpres Campagaya No.211 Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar, peneliti mengamati objek secara seksama dengan melibatkan diri

secara langsung dalam penelitian.

b. Metode Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan dalam

penelitian untuk memperoleh data atau informasi dari responden. Hal ini

44

Page 45: SKRIPSI PAI

dimaksudkan untuk memperoleh data-data konkret yang berkaitan dengan

masalah-masalah yang akan dibahas.

Angket atau kuesioner adalah instrumen pengumpul data yang

digunakan dalam teknik komunikasi tak langsung, artinya responden secara

tidak langsung menjawab daftar pertanyaan tertulis yang dikirim melalui

media tertentu68.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode

angket adalah suatu metode atau cara pengumpulan data dengan

menggunakan daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada orang lain

yang ingin kita peroleh datanya. Metode ini dipergunakan untuk memperoleh

informasi yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

c. Metode Wawancara

Metode wawancara yaitu penulis mengumpulkan data dengan jalan

menemui secara langsung kepada informan penelitian. Dan prosedur ini

dipandang layak karena terjadi saling keterbukaan antara peneliti dengan

informan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti.

d. Dokumentasi

Dokumentasi peneliti digunakan untuk mengumpulkan data dari

sumber-sumber non insani (bukan manusia). Dalam hal ini dokumen

digunakan sebagai sumber data karena dokumen dapat dimanfaatkan dalam

membuktikan, menafsirkan dan meramalkan dalam suatu peristiwa.

D. Teknik Analisis Data

Berdasarkan data yang terkumpul, maka data tersebut dianalisis

dengan rumus sebagai berikut:

a. Untuk mencari persentase masing-masing variabel dengan rumus persentase :

P= FN

X 100

68 M. Subana, et.al. Statistik Pendidikan. (Cet. I; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h. 30

45

Page 46: SKRIPSI PAI

Dimana :

P = persentase

F = frekwensi

N = jumlah responden 69

b. Untuk mengetahui pengaruh digunakan rumus:

r x y = n(∑ xy)–(∑ x)(∑ y)

n (∑ x2)– (∑ x)2

Dimana :

rxy = produk moment

n = jumlah responden

x = variabel x

y = variabel y

69 M. Sabana, et.al. Statistik Pendidikan. (Cet. I; Bandung : CV. Pustaka Setia, 2000), h.47

46

Page 47: SKRIPSI PAI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

berdiri pada Tahun 1983/1984 yang pada masa itu siswanya berjumlah 24 orang,

yang dalam perkembangannya telah mengalami pergantian kepala sekolah.

Kepala sekolah yang pertamakali menjabat adalah Abdul Hamid Langsak, beliau

menjabat selama 7 tahun dan kemudian digantikan oleh Bustan Du’a pada tahun

1989 sampai tahun 1993. Kemudian digantikan oleh Muh. Saleh Indar Jaya yang

mulai menjabat pada tahun 1994, hingga pada tahun 1995 digantikan kembali

oleh Subanrion Hannanung M. yang menjabat sampai pensiun tahun 2001.

Kemudian digantikan oleh Muslimin R. yang hanya menjabat selama 9 bulan

kemudian digantikan oleh Irwan. Kemudian digantikan lagi oleh Burhanuddin,

beliau juga menjabat selama 9 bulan hingga digantikan lagi oleh Arsad, S.Pd.

Adapun daftar nama guru yang mengajar pada SDN Inpres Campagaya

No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar sebagai berikut:

1. Arsyad, S.Pd Nip. 19611231 198411 1 046 (Kepala Sekolah)2. M. Nurdin, A.Ma.Pd Nip. 19571231 198411 1 041 (Guru)3. Hj. Agustina, S.Pd Nip. 19700819 199603 2 005 (Guru)4. Mirnawati, S.Pd Nip. 19830727 201001 2 034 (Guru)5. Nurhayati (Guru Honor) 6. Titin Syamsiawati (Guru Honor)7. Junaedah, S.Pd.I (Guru Honor)8. Syamsiah, S.THi (Guru Honor)9. Hasmiati, S.Pd. (Guru Honor)10. Nurliah (Guru Honor)11. Asriati (Guru Honor)12. Hasnawati (Guru Honor)13. Hasanuddin, S.Sos (Satpam Sekolah)14. Sule (Bujang Sekolah)

47

Page 48: SKRIPSI PAI

Jumlah keseluruhan siswa di sekolah dari kelas I sampai Kelas VI adalah

164 siswa, dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1Jumlah Siswa SDN Inpres Campagaya No. 211

Kec. Galesong Kab. Takalar

Murid Jumlah Murid/Kelas Total I II III IV V VI

Laki-Laki 11 10 14 19 18 13 85Perempuan 6 16 13 21 8 11 75

Total 17 26 27 40 26 24 160Sumber : Papan Data Potensi SDN Inpres Campagaya No. 211, 2013. Dalam kesehariannya SDN Inpres Campagaya No. 211 menjalankan visi dan misi

sebagai berikut :

Visi

- Unggul dalam prestasi, teladan dalam akhlak

Misi

- Menerapkan manajemen partisipatif

- Melaksanakan berbagai motivasi pembelajaran

- Mengembangkan lingkungan sekolah menuju komunitas belajar

- Melaksanakan pembinaan profesionalisme guru secara kontinyu

- Menggalang peran serta masyarakat

- Melaksanakan pembinaan keagamaan

Pelaksanaan visi misi tersebut di dukung oleh sarana dan prasarana yang ada pada

SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar sebagai berikut:

48

Page 49: SKRIPSI PAI

Tabel 2Keadaan Sarana dan Prasarana SDN Inpres Campagaya

Kec. Galesong Kab. Takalar

No. Sarana Dan Prasarana Jumlah Kondisi

1. Gedung Sekolah 1 Baik2 Ruangan Belajar 6 Baik3 Kantor 1 Baik4 WC 2 Baik5 Lapangan Upacara 1 Baik6 Dapur 1 Baik7 Perpustakaan 1 Baik8 Lemari 10 Baik9 Meja 20 Baik10 Kursi 20 Baik11 Jam Dinding 1 Baik12 Dispencer 1 Baik13 Radio 1 Baik

Sumber : Buku Inventaris Barang Tahun Pelajaran 2012/2013 SD Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar

B. Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar

Tabel 3Data Implementasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Proses Belajar

Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar

NoItem Soal Skor

Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 101. 4 2 2 1 4 4 3 4 3 4 312. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 403. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 404. 4 3 2 1 4 3 3 2 4 3 295. 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 366. 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 347. 4 1 4 1 4 4 4 4 4 4 348. 4 4 3 2 4 4 4 4 2 4 35

49

Page 50: SKRIPSI PAI

9. 4 4 4 3 3 2 3 3 2 3 3110. 3 2 3 1 4 2 3 2 3 4 2711. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4012. 4 4 4 4 4 4 4 3 2 2 3513. 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3714. 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3615. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4016. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4017. 3 4 2 3 2 3 2 3 2 4 2818. 3 4 2 3 2 3 2 3 2 4 2819. 4 3 4 1 2 4 4 4 2 4 3220. 4 2 4 1 2 4 4 4 2 4 3121. 3 4 2 3 2 3 2 3 2 4 2822. 1 4 4 2 4 3 4 2 2 4 3023. 1 3 4 2 4 4 2 3 4 4 3124. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4025. 4 3 4 2 4 3 2 1 3 4 3026. 2 4 4 2 4 4 2 3 4 4 33

Diolah dari hasil angket penelitian.

Tabel 4Tabel penolong untuk melakukan analisis deskriptif

No. Nilai x F Fx Fx2 P (%)

1 27 1 27 729 3,82 28 3 84 7056 11,53 29 1 29 841 3,84 30 2 60 3600 7,75 31 4 124 15376 15,46 32 1 32 1024 3,87 33 1 33 1089 3,88 34 2 68 4624 7,79 35 2 70 4900 7,710 36 2 72 5184 7,711 37 1 37 1369 3,812 40 6 240 57600 23,1

Jumlah 26 876 103392 100

50

Page 51: SKRIPSI PAI

Mean= m = ∑Fx

N

= 87626

= 33,69

Standar Deviasi :

Sb=√(∑ Fx2

N )−(∑ FxN )

2

= √(10339226 )−( 876

26 )2

= √(3976,6 2)– (33,69)2

= √( 3976,62)–1135,02

= √2841,6

= 53,31

Berdasarkan sebaran skor dari implementasi pendidikan karakter terhadap

keberhasilan proses belajar mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar diperoleh skor terkecil = 27 dan skor

terbesar = 40, dari skor itu diperoleh mean (nilai rata-rata)= 33,69 dengan standar

deviasi (sb)= 53,31. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi

frekwensi berikut:

51

Page 52: SKRIPSI PAI

Tabel 5Frekwensi Implementasi Pendidikan Karakter terhadap

Keberhasilan Proses Belajar Mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211Kec. Galesong Kab. Takalar

No. Nilai (x) F P (%) Batas Nyata1 27 1 1 26,5 — 27,52 28 3 3 27,5 —28,53 29 1 1 28,5 — 29,54 30 2 2 29,5 — 30,55 31 4 4 30,5 — 31,56 32 1 1 31,5 — 32,57 33 1 1 32,5 — 33,58 34 2 2 33,5 — 34,59 35 2 2 34,5 — 35,510 36 2 2 35,5 — 36,511 37 1 1 36,5 — 37,512 40 6 6 39,5 — 40,5

Jumlah 25 100

Berdasar pada tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat implementasi

pendidikan karakter terhadap peningkatan proses belajar mengajar di SDN Inpres

Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar berada pada nilai 40 dengan

persentase (%) sebesar 23,1, berada pada frekuensi (F) sebesar = 6, seperti

tergambar pada grafik histogram berikut.

Tabel 6Grafik Histogram tingkat implementasi pendidikan karakter

Di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar

26.5

27.5

28.5

29.5

30.5

31.5

32.5

33.5

34.5

35.5

36.5

37.5

38.5

39.5

40.5

0

1

2

3

4

5

6

1 %

3%

1 %

2 %

4 %

1 %1 %

2 %2 % 4%

1 %

6 %Y

X

52

Page 53: SKRIPSI PAI

Pendidikan karakter di sekolah pada dasarnya mengacu pada bagaimana

peserta didik dapat mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan

atau perilaku sehingga ia dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari,

artinya perilaku tersebut sesuai dengan kaidah norma atau moral dengan

berkarakter mulia.

Karakter mulia berarti peserta didik memiliki pengetahuan tentang potensi

dirinya yang ditandai dengan nilai-nilai seperti percaya diri, jujur, rasional, kritis,

kreatif, inovatif, mandiri, hidup sehat, sabar, berhati-hati, rela berkorban,

pemberani, dapat dipercaya, adil, rendah hati, malu berbuat salah, tekun, disiplin,

dan sebagainya, baik terhadap Tuhan, diri, sesama, lingkungan, bangsa dan

negara dengan mengoptimalkan potensi/pengetahuan disertai kesadaran, emosi

dan motivasi.

Pendidikan karakter yang merupakan penanaman nilai-nilai itu di sekolah

melibatkan semua komponen (pemangku pendidikan) termasuk komponen isi

kurikulum, proses belajar mengajar, dan penilaian, penanganan dan pengelolaan

mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, atau kegiatan ko-

kurikuler, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayaan dan ethos kerja

seluruh warga sekolah. Di samping itu, pendidikan karakter sebagai suatu

perilaku warga sekolah yang menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.

Guru sebagai garda terdepan dari sebuah pendidikan menempati posisi

yang paling sentral yang harus mampu mempengaruhi karakter peserta didik.

Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini tidak terlepas dari

keteladanan seorang guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi,

bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal yang terkait.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, menurut Kepala Sekolah SDN

Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar.

“Dewasa ini, pendidikan karakter oleh banyak pihak menuntut adanya peningkatan kualitas pelaksanaannya pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada sejumlah peristiwa atau kejadian yang berkembang, seperti banyaknya terjadi kenakalan remaja, tawuran dan berbagai bentuk perilaku yang melanggar kaidah atau norma. Oleh karena itu

53

Page 54: SKRIPSI PAI

pendidikan formal sebagai wadah resmi pembentukan dan pembinaan generasi diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam membentuk kepribadian peserta didik.” 70

Lebih lanjut dikatakan, bahwa implementasi pendidikan karakter tidak

terlepas dari peran guru, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta

didik dalam mengembangkan pribadinya yang utuh. Guru adalah figur utama,

serta contoh dan teladan bagi peserta didik.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan

bahwa pendidikan karakter yang dikembangkan di sekolah perlu ada peningkatan

intensitas pelaksanaannya yang disertai dengan monitoring keberhasilannya,

namun harus ada dukungan utama dan pertama bagi peserta didik, artinya trilogi

pendidikan harus terlihat sebagai satu kesatuan lingkungan pendidikan yang

saling bekerjasama untuk mewujudkan terbentuknya karakter yang diharapkan.

C. Pendidikan Agama Islam

Tabel 7Data Variabel x Nilai Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211

Kec. Galesong Kab. Takalar

No.

Nama Siswa Nilai PAI

1. Ayu Rahmawati 80

2. M. Irsan 63

3. Nur Insani 77

4. Sukmawati 80

5. Syafaruddin 64

6. M. Yusri Badrullah 66

7. M. Aswar 66

8. Kasmiati 70

9. M. Risal 70

10. Zilmi Al-Zahrah 77

11. Teguh Amar S. 70

12. Nur Hidayat 63

70 Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Cet. 5; Jakarta : Bumi Aksara, 2005), h. 78

54

Page 55: SKRIPSI PAI

13. St. Nur Faika. S 80

14. Nur Alamsyah 70

15. Asriadi 73

16. Tadir Ahmad R. 66

17. Nurul Fadhillah 80

18. Munawir 70

19. Agustina 60

20. Nurmiati 77

21. Ferdiansyah 73

22. Asrianti 66

23. Dian Dira Rika 63

24. Haswandi 63

25. Rahmawati 77

26. Nurul Azizah 70

JUMLAH 1.834

Tabel 8Tabel penolong untuk melakukan analisis deskriptif

No. Nilai (x) F Fx Fx2 P%1. 60 1 60 3600 3,82. 63 4 252 63504 15,43. 64 1 64 4096 3,84. 66 4 264 69696 15,45. 70 6 420 176400 23,16. 73 2 146 21316 7,77. 77 4 308 94864 15,48. 80 4 320 102400 15,4

Jumlah 26 1834 535876 100,0

Mean= m = ∑Fx

N

= 1834

26

= 70,54

55

Page 56: SKRIPSI PAI

Standar Deviasi :

Sb=√(∑ Fx2

N )−(∑ FxN )

2

= √(53587626 )−( 1834

26 )2

= √(20610,62)– (70,54)2

= √(20610,62)–(4975,89)

= √15634,73

= 125,04

Berdasarkan sebaran skor dari tingkat (nilai) pendidikan agama Islam di

SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar berada

pada nilai tertinggi = 80 dan terendah = 60, dari skor itu diperoleh nilai rata-rata

(mean)= 70,54 dengan standar deviasi (sb)= 125,04. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel distribusi frekwensi berikut:

Tabel 9Data Frekwensi Nilai Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211

Kec. Galesong Kab. Takalar

No. Nilai (x) F P (%) Batas Nyata1 60 1 3,8 59,5 — 60,52 63 4 15,4 62,5 — 63,53 64 1 3,8 63,5 — 64,54 66 4 15,4 65,5 — 66,55 70 6 23,1 69,5 — 70,56 73 2 7,7 72,5 — 73,57 77 4 15,4 76,5 — 77,58 80 4 15,4 79,5 — 80,5

Jumlah 26 100,0

Berdasarkan tabel distribusi frekwensi di atas, menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 berada pada

56

Page 57: SKRIPSI PAI

nilai 70 dengan frekuensi (F) = 6, dan persentase (%) sebesar 23,1, seperti

tergambar pada grafik histogram berikut:

Tabel 10Grafik Histogram Nilai Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres

Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar

0

1

2

3

4

5

6

3,8%

15,4%

3,8%

15,4%

23,1%

7,7%

15,4% 15,4%

Selanjutnya untuk melihat kategori tinggi rendahnya tingkat pendidikan

Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar,

maka disusun klasifikasi skor berdasarkan kategori yang telah ditetapkan

sebelumnya dengan menggunakan penilaian acuan patokan (PAP) sebagai

berikut:

Klasifikasi skor = 25 x 4 = 100

Tabel 11Tingkat Pendidikan Agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211

Kec. Galesong Kab. Takalar

No. 1 – 20 21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100

1. Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Terkait dengan tabel di atas, maka secara jelas menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan agama Islam SDN Inpres Campagaya No. 211 berada pada

skor (kategori) yang tinggi yaitu pada nilai 70 dengan frekwensi (F)= 6 atau

sebesar presentase (P%)= 23,1.

Y

X

57

Page 58: SKRIPSI PAI

Sehubungan dengan uraian sebelumnya, menurut Ibu Junaedah, S.Pd.I

bahwa keberhasilan proses belajar mengajar terlihat dari kualitas pendidikan,

khususnya dari segi proses maupun hasil. Dari segi proses, dikatakan berhasil

apabila melihat sebagaian besar peserta didik untuk aktif dalam sebuah

pembelajaran, dan dari segi hasil guru dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

didapatnya mampu mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik.

D. Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar

Untuk membuktikan uji hipotesis bahwa ada pengaruh yang signifikan

antara pendidikan karakter terhadap keberhasilan pendidikan Agama Islam di

SDN Inpres Campagaya No. 211 Kec. Galesong Kab. Takalar, maka peneliti

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Tabel 12Tabel penolong untuk melakukan analisis pengaruh Pendidikan Karakter

Terhadap Keberhasilan Pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211

No. x y xy x2 y21 31 80 2480 961 64002 40 63 2520 1600 39693 40 77 3080 1600 59294 29 80 2320 841 64005 36 64 2304 1296 40966 34 66 2244 1156 43567 34 66 2244 1156 43568 35 70 2450 1225 49009 31 70 2170 961 490010 27 77 2079 729 592911 40 70 2800 1600 490012 35 63 2205 1225 396913 37 80 2960 1369 640014 36 70 2520 1296 490015 40 73 2920 1600 532916 40 66 2640 1600 435617 28 80 2240 784 640018 28 70 1960 784 4900

58

Page 59: SKRIPSI PAI

Dik : x = 873

y = 1834

fxy = 61306

x2 = 20759

y2 = 130370

19 32 60 1920 1024 360020 31 77 2387 961 592921 28 73 2044 784 532922 30 66 1980 900 435623 31 63 1953 961 396924 40 63 2520 1600 396925 30 77 2310 900 592926 30 70 2100 900 4900

Jumlah 1834 6136 20759 29813 130370

b = n (∑ xy ) - (∑ x ) (∑ y )n (∑ x2 ) - (∑ x )

2

= 26 (15242 )- (592 ) (644 )26 (14150 ) - (592 )2

= 396292−381248366860−350464

= 1504416396

= 0,92

a=∑ y−b∑ x

n

= 1834 – (0,92 ) (8731 )

26

= 1834 – 8 032,52

26

= −6198,52

26

= – 238,4

1. Standar error of estimate

59

Page 60: SKRIPSI PAI

Syx = √∑ y2− (a∑ x ) - (b∑ y )n-2

= √130370 – (-238,41) (1834 ) – (0 ,92 ) (61306 )26 – 2

= √130370 –(– 437243,94) –( 56401,52)24

= √130370 –(– 493645,56)24

= √ 624015,4624

= √24000,5946153

= 15 4,92

2. Standar error of the regression coefficient

Sb =Sxy

√∑ x2−(∑ x )2

n

=154,92

√20759 –(873 )2

26

=154,92

√20759 -29312,65

=154,92

√-8553,65

=154,9292,485945

=1,675065

3. Rumus Hipotesis

Ho : = 0

Hi : 0

4. Level of significance

60

Page 61: SKRIPSI PAI

α= 0,050,0025

n = 26

t = 2,056

5. Ho diterima jika, t tabel t hitung + t tabel

Ho ditolak jika, t hitung t tabel, t hitung – t tabel

- Untuk sampel kecil

th = b – B

sbn=¿26

= (0,92 ) – (0)1,675065

= 0,92

1,675065

= 1,675

= 1,68

Kesimpulannya :

1,68 2,056

Hal ini berarti Hi diterima dan Ho ditolak

Berdasarkan hasil dari sebaran variabel x dan yang, tampak dengan jelas

bahwa nilai t hitung = 1,68 lebih kecil dari t tabel = 2,056. Dengan demikian

hipotesis Ho ditolak sedangkan hipotesis Hi diterima. Berarti ada pengaruh yang

signifikan antara pendidikan karakter terhadap keberhasilan proses belajar

mengajar pendidikan Agama Islam di SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

61

Page 62: SKRIPSI PAI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan yang ada dalam

skripsi ini, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter yang diterapkan di SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar menempatkan sekolah sebagai

lingkungan yang dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan

karakter yang baik. Pemahaman dan penghayatan terhadap tata nilai, baik

dalam pikiran, sikap, hati, perkataan dan perbuatan. Dengan karakter yang

kuat dan baik diharapkan dapat membangun kehidupan peserta didik yang

berguna dan bermakna.

2. Keberhasilan proses belajar mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar merupakan gambaran dari apa t

diperbuat oleh guru yang terlihat dari indikator daya serap peserta didik

terhadap materi yang diterimanya baik secara individual maupun kelompok,

dan tercapai perilaku yang diharapkan berdasarkan tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan seluruhnya.

3. Ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan karakter terhadap

keberhasilan proses belajar mengajar di SDN Inpres Campagaya No. 211

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, semua itu tidak terlepas dari peran

guru, kepala sekolah, dan unsur sekolah lainnya untuk mewujudkan tujuan

pendidikan yang diharapkan.

B. Implikasi Penelitian

Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan

implikasi dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Guru hendaknya dapat menguasai dan memahami pendidikan karakter dan

hubungannya dengan pembelajaran dengan baik.

62

Page 63: SKRIPSI PAI

2. Keberhasilan program pendidikan karakter sebaiknya dipantau oleh guru bagi

setiap peserta didik dari berbagai perilaku sehari-harinya.

3. Mengingat SDN Inpres Campagaya No. 211 Kecamatan Galesong Kabupaten

Takalar sebagai salah satu lembaga pendidikan forma, sebaiknya dapat

menggali berbagai sumber yang ada di masyarakat.

63

Page 64: SKRIPSI PAI

DAFTAR PUSTAKA

Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran. Cet. III; Bandung: Alfabeta. 2009.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Cet. 5. Jakarta: Bumi Aksara. 2005.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam. Cet.II; Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2000.

Departemen Agama RI. al-Quran dan Terjemahnya, Ed. Revisi. Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan. 2006.

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. I; Jakarta : Balai Pustaka. 2001.

Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi Belajar Dengan Kompetensi Guru, Cet. I; Surabaya : PT. Usaha Nasional. 2002.

Khaeruddin. Ilmu Pendidikan Islam Cet. 1; Makassar: CV. Berkah Utami. 2002.

Muhaimin, H. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam di sekolah Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.

Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional. Cet. VIII; Bandung: Remaja Rosda Karya. 2008.

Mulyasa, H.E. Manajemen Pendidikan Karakter. Cet. I; Jakarta: Bumi Aksara. 2011.

Nata, H. Abudin. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Cet. II; Jakarta: Kencana. 2011.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Cet.I; Jakarta: Pusat Bahasa. 2008.

Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Cet. II; Jakarta : Rineka Cipta. 2004.

Ryan, Kevin & Karen E. Bohlin. Building Characters in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Fransisco; Jossey Bass. 1999.

Sabana, M. et.al. Statistik Pendidikan. Cet. I; Bandung : CV. Pustaka Setia. 2000.

Sadulloh, Uyoh. Pedagogik (Ilmu Mendidik), Cet. I; Bandung : Alfabeta. 2010.

Semiawan, Conny R. Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dan Sekolah Dasar Cet. II; Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. 2008.

64

Page 65: SKRIPSI PAI

Subana, M. et.al. Statistik Pendidikan Cet. I. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2000.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R& D. Bandung: Alfabeta. 2011.

Syahidin, H. et.all. Moral dan Kognisi Islam. Cet.III; Bandung: Alfabeta. 2009.

Syahidin, H. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, Cet.I; Bandung: Alfabeta. 2009.

Syahidin. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an. Cet. I; Bandung: Alfabeta. 2009.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cet. V; Band ung: Rosda Karya. 2004.

Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Ed. Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 2005.

Usman, Husaini. Pengantar Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006.

65

Page 66: SKRIPSI PAI

ANGKET PENELITIAN

I. Penelitian1. Dimohon anda menjawab dengan tanda (X) pada jawaban yang dianggap benar.2. Jawaban yang anda berikan menjadikan bantuan yang bernilai bagi kami

pada penelitian ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

II. Identitas1. Nama :2. NIS :3. Kelas :

III. Pertanyaan

A. Instrumen Yang Terkait dengan Pendidikan Karakter

1. Apakah anda selalu menjawab salam ketika disapa oleh teman?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

2. Apakah anda berusaha untuk mengatakan sesuatu yang benar tanpa peduli

akibatnya?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

3. Menurut anda, apakah anda selalu pergi ke sekolah tepat waktu?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

4. Ketika dikritik oleh teman, apakah anda bersedia menerima pendapat

orang lain?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

5. Apakah anda selalu mengikuti upacara bendera dengan penuh hikmat?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

6. Ketika ada teman yang sakit, apakah anda prihatin?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

66

Page 67: SKRIPSI PAI

7. Apakah anda selalu melaksanakan shalat tepat waktu?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

8. Ketika ada soal (PR) yang diberikan oleh guru, apakah anda berusaha

menyelesaikannya, sekalipun itu sulit?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

9. Apakah anda berusaha bertanya kepada guru, ketika dalam suatu materi

pembelajaran, ada yang kurang dipahami?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

10. Apakah anda ikhlas menerima suatu hasil ujian yang nilainya rendah,

padahal anda sudah berusaha segiat mungkin?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

B. Instrumen yang terkait dengan Keberhasilan Proses Belajar Mengajar

PAI

1. Apakah guru anda, senantiasa membimbing ketika ada soal yang

dianggap salah?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

2. Apakah guru anda, memberi penghargaan kepada siswa yang berprestasi?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

67

Page 68: SKRIPSI PAI

3. Ketika anda belajar PAI, apakah anda merasa senang?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

4. Apakah guru PAI menggunakan media / alat dalam mengajar?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

5. Apakah guru PAI anda selalu memberi motivasi diakhir pembelajaran?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

6. Apakah anda termasuk peserta didik yang rajin membaca?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

7. Apakah guru PAI anda selalu mengkondisikan kelas sebelum belajar?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

8. Apakah anda merasa bahwa PAI sudah mampu memperbaiki sikap anda

sebagai peserta didik?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

9. Apakah guru PAI anda selalu menggunakan metode mengajar secara

bervariasi?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

10. Apakah anda selalu menyiapkan alat-alat yang diperlukan (buku-buku

pelajaran) sebelum berangkat ke sekolah?

a. Selalu c. kadang-kadang

b. Sering d. tidak pernah

68

Page 69: SKRIPSI PAI

RIWAYAT HIDUP

HASRIANTI dilahirkan di Bonto Baru pada tanggal

05 Mei 1989 merupakan anak pertama dari pasangan

HAMZAH dan PUTTIRI. Penulis mengecam pendidikan

pertama kalinya di SD Negeri Barembeng I Kec. Bontonompo

Kab. Gowa No. 29 Banyuanyara dan tamat pada tahun 2002

dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama PGRI

Bontonompo dan tamat pada tahun 2004/2005, dan pada tahun itu pula melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA Negeri I Bontonompo) dan tamat pada

tahun 2007/2008 dan pada saat ini diterima di Yayasan Pendidikan Islam (YAPIS)

Kabupaten Takalar pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam.

69