skripsi mie basah euy

8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mie Mie merupakan salah satu jenis masakan yang sangat popular di Asia khususnya Asia timur dan Asia tenggara. Menurut catatan sejarah, mie dibuat pertama kali di daratan cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan Dinasti Han. Dari cina, mie berkembang dan menyebar ke Negara-negara di Asia tenggara termasuk Indonesia (Kuntaraf, 1984). Sejak diperkenalkan di berbagai negara di Asia, mie berkembang menjadi berbagai tipe dan bentuk. Di Indonesia, mie banyak digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam berbagai masakan daerah, antara lain soto mie, mie kocok (jawa barat), mie juhi (Betawi), mie jawa, mie ayam dan masakan lainnya. Di masa mendatang penggunaan mie akan semakin meluas karena sifat penggunaannya yang praktis, mudah dan rasanya yang enak. Kini mie digunakan sebagai pangan alternatif pengganti nasi. Hal ini sangat menguntungkan jika ditinjau dari sudut pandang penganekaragaman konsumsi pangan. Dengan demikian, ketergantungan terhadap satu bahan pangan pokok (beras) akan terhindar. Proses pembuatan mie meliputi beberapa tahapan yaitu pencampuran atau pembuatan adonan, pembuatan lembaran, pencetakan, perebusan, pendinginan dan penirisan ( Suyanti, 2006). Standar mutu dalam mie dapat dilihat pada tabel. 1 TABEL 1 STANDAR MUTU MIE Komposisi Zat Gizi yang terkandung Kreteria Air Maxsimal Lemak Maxsimal Protein Maxsimal Karbohidrat Maxsimal Abu Maxsimal Serat kasar Maxsimal Kalori /100 gr Minimal Bau dan rasa Normal tidak tengik Warna Normal

Upload: finnada-dwi-agustin

Post on 24-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Mie

    Mie merupakan salah satu jenis masakan yang sangat popular di Asia

    khususnya Asia timur dan Asia tenggara. Menurut catatan sejarah, mie dibuat

    pertama kali di daratan cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintahan

    Dinasti Han. Dari cina, mie berkembang dan menyebar ke Negara-negara di Asia

    tenggara termasuk Indonesia (Kuntaraf, 1984).

    Sejak diperkenalkan di berbagai negara di Asia, mie berkembang menjadi

    berbagai tipe dan bentuk. Di Indonesia, mie banyak digunakan sebagai salah satu

    bahan baku dalam berbagai masakan daerah, antara lain soto mie, mie kocok (jawa

    barat), mie juhi (Betawi), mie jawa, mie ayam dan masakan lainnya. Di masa

    mendatang penggunaan mie akan semakin meluas karena sifat penggunaannya yang

    praktis, mudah dan rasanya yang enak. Kini mie digunakan sebagai pangan alternatif

    pengganti nasi. Hal ini sangat menguntungkan jika ditinjau dari sudut pandang

    penganekaragaman konsumsi pangan. Dengan demikian, ketergantungan terhadap

    satu bahan pangan pokok (beras) akan terhindar.

    Proses pembuatan mie meliputi beberapa tahapan yaitu pencampuran atau

    pembuatan adonan, pembuatan lembaran, pencetakan, perebusan, pendinginan dan

    penirisan ( Suyanti, 2006).

    Standar mutu dalam mie dapat dilihat pada tabel. 1

    TABEL 1

    STANDAR MUTU MIE

    Komposisi Zat Gizi yang terkandung Kreteria Air Maxsimal Lemak Maxsimal Protein Maxsimal Karbohidrat Maxsimal Abu Maxsimal Serat kasar Maxsimal Kalori /100 gr Minimal Bau dan rasa Normal tidak tengik Warna Normal

  • Sumber : Standar Mutu Mie Departemen Perindustrian RI, 2001. a. Komposisi Mie Basah

    1. Gandum

    Gandum termasuk tanaman genus Triticum dari famili Graminae.

    Beberapa jenis gandum yang telah dibudidayakan dan selanjutnya digunakan

    sebagai bahan baku industri antara lain adalah dari jenis Triticum vulgare,

    Triticum derum dan Triticum compactum. Ketiga jenis gandum tersebut

    mempunyai karekteristik yang khas sehingga di budidayakan untuk tujuan yang

    berbeda-beda pula. Jenis gandum yang akan diolah menjadi tepung terigu dan

    paling banyak dibudidayakan antara lain jenis gandum Triticum vulgare. Gandum

    ini paling mudah beradaptasi dengan lingkungan pertumbuhannya seperti keadaan

    iklim, tanah dan lainnya. Tepung terigu merupakan struktur pokok didalam

    pembuatan mie, tepung terigu sebagai bahan baku pembuatan mie yang

    merupakan hasil dari pengolahan gandum. Untuk membuat mie disediakan jumlah

    jenis tepung terigu yang tergolong hard flour. Karena tepung terigu jenis hard

    flour mengandung gluten 12-13%. Gluten adalah protein yang terdapat pada

    tepung terigu, gluten bersifat elastis sehingga akan mempengaruhi sifat elastitas

    dan tekstur mie yang di hasilkan (Suprapti, 2005).

    a. Stuktur Biji Gandum

    Berdasarkan stukturnya gandum dapat dibedakan atas bagian kulit,

    lembaga, dan endosperma. Pati dan lapisan aleuronnya terdapat dibagian

    endosperma yang merupakan bagian terbesar dari gandum sekitar 80-85%.

    Granula-granula pati tersebut dilingkari dengan suatu matrik protein.

    b. Komposisi

    Kadar amilosa yang terdapat dalam tepung terigu yaitu biji gandum yang

    telah digiling, adalah 25 %. Komponen lain yang terdapat dalam gandum

    antara lain asam pentotenat, vitamin B2 dan mineral-mineral tertentu. Sifat

    gandum banyak ditentukan oleh protein yang dikandungnya.

    Berdasarkan kadar proteinnya, gandum dibedakan menjadi gandum

    keras (hard) dan gandum lunak (soft). Gandum yang keras banyak

    mengandung gluten sedangkan gandum yang lunak sedikit gluteinnya. Tepung

  • terigu medium hard flour mengandung protein 9,5 11 % Tepung terigu ini

    banyak untuk campuran pembuatan roti dan kue, sedangkan tepung terigu soft

    flour 7 8,5 % dan jenis hard flour mengandung protein 12 - 13 %. Tepung

    terigu jenis hard flour menghasilkan adonan sukar meregang dan mempunyai

    sifat menahan gas dengan baik. Sehingga cocok untuk pembuatan mie. Secara

    umum, gandum keras akan menghasilkan tepung terigu yang kuat, gandum

    lunak akan menghasilkan tepung terigu yang lemah (Suprapti, 2005).

    TABEL 2

    KOMPOSISI KIMIA TEPUNG TERIGU ( Hard flour)

    Komponen jumlah ( mg )

    Karbohidrat 77,3

    Protein 9,6

    Lemak 12,3

    Zat besi 1,2

    Kalsium 16

    Sumber : DKBM, 2000.

    2. Garam Dapur

    Garam dapur selain untuk memberi rasa juga memperkuat tekstur mie,

    meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie serta untuk mengikat air.

    Penambahan garam pada pembuatan mie juga dapat menghambat pertumbuhan

    jamur/kapang serta menghambat aktivitas enzim protease dan amilase sehingga

    mie tidak bersifat lengket dan tidak mengembang secara berlebihan (Muhlisah F,

    1996).

    3. Soda Abu ( Konsui )

    Soda abu adalah bahan tambahan yang harus digunakan pada proses

    pembuatan mie. Soda abu merupakan campuran dari garam natrium karbonat dan

    kalium karbonat ( dengan perbandingan 9;1 ) dengan rumus kimia (Na2CO3) yang

    berfungsi untuk mengikat gluten, meningkatkan elastisitas mie basah,

    meningkatkan kehalusan tekstur dan sifat kenyal dari mie. Soda abu juga dapat

  • diganti dengan air qi, yang dibuat dari rendaman abu merang padi. Pada air qi ini

    tinggi kandungan mineralnya (Muhlisah F, 1996).

    B. Bayam

    Bayam merupakan sayuran warna hijau yang di gemari masyarakat

    Indonesia . Istilah bayam adalah Amarantus hybridus, yang termasuk famili

    Amaranthaceae. Tanaman bayam dapat tumbuh di dataran tinggi maupun rendah.

    Tanaman bayam terdiri dari beberapa jenis dan varietas, baik yang telah di

    budidayakan maupun yang masih merupakan tanaman liar, yang masing-masing

    mempunyai perbedaan satu sama lain. Di Indonesia hanya di kenal dua jenis

    bayam budidaya yaitu Amaranthus hybridus dan Amaranthus tricolor.

    Amaranthus hybridus sering juga di sebut sebagai bayam kakap, bayam

    tahun, bayam tutus dan bayam batok dan ditanam sebagai bayam petik.

    Amaranthus tricolor sering juga di sebut bayam cabut, yang terdiri dua varietas

    yitu bayam hijau dan bayam merah. Kandungan gizi dalam bayam sangat

    lengkap, mulai dari karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Kandungan mineral

    dalam bayam cukup tinggi terutama zat besi/Fe yang dapat digunakan mencegah

    kelelahan akibat anemia ( Suyanti, 2008).

    Komposisi zat gizi bayam merah dan bayam hijau dapat dilihat pada tabel 3.

    Tabel 3

    KOMPOSISI ZAT GIZI BAYAM / 100 gr BAHAN BASAH

    Zat gizi Bayam hijau

    Kalori ( kal ) 36 Karbohidrat ( gr ) 6.5 Protein ( gr ) 3.5 Lemak ( gr ) 0.5 Kalsium ( mg ) 26.7 Phospor ( mg ) 67 Zat besi ( mg ) 3.9 Vitamin A 6090 Vitamin B ( mg ) 0.08 Vitamin C ( mg ) 80 Air ( % ) 86.09 Bdd ( % ) 7

    Sumber : DKBM,1992

  • a. Sifat Fisik Bayam

    Bayam merupakan salah satu sayuran hijau yang selalu ada di sekitar

    kita sepanjang tahun, sehingga mudah untuk mendapatkan. Bayam yang

    melimpah akan mengalami kerusakan apabila tidak di perlakukan secara tepat.

    Misalnya daun bayam akan mudah layu apabila terkena panas setelah di petik,

    selain fisik nampak tidak segar, kandungan gizinya juga akan hilang , daya

    simpan bayam tidak begitu lama bila berada dalam suhu panas sehingga perlu

    penanganan khusus, misal di simpan mesin pendingin.

    b. Zat Besi

    1. Zat besi dalam bayam

    Dalam sayuran banyak mengandung vitamin dan mineral, misalnya

    mineral besi. Kandungan besi dalam bayam relatif tinggi dibandingkan

    sayuran hijau lain misalnya pada kangkung, sawi, daun singkong dan daun

    katuk. Tiap 100 gr bayam mengandung 3.9 mg sampai 4 mg Fe (DKBM.

    1992). Ada faktor yang dapat meningkatkan absorbsi besi, yaitu asam

    askorbat, sedang faktor yang menghambat absorbsi adalah fitat dan tannin

    (misal teh). Dalam kaitanya dengan mekanisme absorbsi dikenal dengan 2

    macam besi dalam makanan, yaitu besi heme dan non heme. Variasi yang

    timbul dalam absorbsi besi dalam berbagai makanan yang berbeda

    terutama berkaitan erat variasi absorbsi besi non heme ( IPB, 2000 )

    2. Pengukuran absorbsi besi makanan

    Pada penelitian studi keseimbangan dan studi bahan makanan

    tertentu yang secara biosintetik diberi tabel besi radioisotope, memberikan

    informasi tentang besarnya absorbsi besi bahan makanan, namun tidak ada

    yang diketahui tentang absorbsi besi dari seluruh hidangan juga mengenai

    variasi yang nyata diantara hidangan yang berbeda. Masalah utama dalam

    pengukuran absorbsi besi adalah variabilitas yang nyata dalam absorbsi.

    Kadang-kadang terkontaminasi dengan besi dari residu utama yang

    terdapat pada sayuran-sayuran dan serealia atau dari debu yang melekat

    pada permukaan bahan makanan sewaktu dikeringkan di udara terbuka.

  • Kontaminasi besi mungkin pula terjadi selama pengolahan. Kontaminasi

    makanan lebih umum terjadi di Negara berkembang dimana kandungan

    gizi kontaminan beberapa kali lebih tinggi dari pada kandungan gizi asli

    dalam makanan. Hanya sedikit yang diketahui mengenai ketersediaan

    biologis berbagai bentuk kontaminan. Kenyataan yang ada menunjukan

    ketersediaan biologis sangat rendah.

    Besi yang dibebaskan selama pemasakan makanan dalam panci besi,

    kadang-kadang menambah kandungan besi makanan, pernyataan ini

    khususnya berlaku bila sayuran direbus dalam waktu lama. Besi yang

    dibebaskan akan diintegrasikan kedalam pol besi non heme

    ( Nio, 1992).

    Kandungan zat besi beberapa bahan makanan dapat diketahui pada

    tabel 4.

    TABEL 4

    KANDUNGAN BESI BEBERAPA BAHAN MAKANAN

    Bahan Makanan Mg. Fe/100 gr

    Buncis 1.1

    Daun singkong 2.0

    Bayam 4.0

    Kangkung 2.5

    Sawi 2.9

    Peterseli 4.3

    Sumber : DKBM, 2000

    C. Organoleptik Mie Basah

    Bahan pengujian organoleptik merupakan pengujian yang bersifat subyektif,

    sifat mutu organoleptik dapat diukur atau dinilai oleh panelis. Sifat organoleptik

    merupakan hasil reaksi fisiopsikologik berupa tanggapan atau kesan pribadi seorang

    panelis atau penguji mutu. Dalam hal ini pengelola uji harus menyediakan sarana

    komunikasi secara kreatif, disertai komunikasi dengan cara-cara perbandingan,

    analogi, asosiasi, kemiripan dan lain-lain. Untuk menilai atau menguji sifat

  • organoleptik diperlukan beberapa persyaratan yaitu suasana tenang, lingkungan

    bersih, peralatan yang bebas bau, bahan contoh yang tepat dan para panelis yang agak

    terlatih.

    Pengujian organoleptik pada mie basah meliputi warna, tekstur, aroma serta

    rasa pada mie basah. Komposisi bahan dalam pembuatan mei basah akan sangat

    mempengaruhi sifat organoleptik, seperti misalnya jenis tepung yang digunakan akan

    berpengaruh pada tekstur, pemakaian pewarna, penambahan telur dan lain-lain.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala hedonik. Metode ini

    untuk mengetahui sejauh mana tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu produk.

    Bentuk skala hedonik adalah sangat suka, suka, tidak suka, sangat tidak suka. Dalam

    penganalisaan skala hedonik ditransformasikan menjadi skala numerik dengan angka

    numerik menurut tingkat kesukaan. Maka dari itu diperlukan panelis agak terlatih

    sebanyak 20 orang dari Mahasiswa Gizi Muhammadiyah Semarang. Mutu

    organoleptik mempunyai peranan dan makna yang sangat besar dalam penelitian

    mutu suatu produk pangan, baik sebagai bahan pangan hasil pertanian, bahan mentah

    industri maupun produk pangan mentah, lebih-lebih sebagai bahan makanan

    hidangan.

    D. Kerangka Konsep

    Variabel terkendali

    - Tepung terigu

    - Bayam hijau

    - Soda abu

    - Garam dapur

    - Ketebalan pencetakan + 1mm

    - Suhu dan waktu perebusan Variabel terpengaruh

    - Kadar Fe

    - Sifat fisik (rehidrasi,

    elastisitas dan rendemen)

    - organoleptik (rasa, aroma,

    tekstur, warna

    Variabel pengaruh

    - penambahan bayam

    0 %, 10%, 20%, 30%

    Mie

    Basah

  • E. Hipotesa

    Ada pengaruh proporsi bayam dengan tepung terigu terhadap kadar zat besi,

    sifat fisik dan sifat organoleptik mie basah.